19 Oktober 20152015
RakordalKALTENG
“Kondisi Perekonomian
Triwulan III dan Outlook 2015”
Outline“Perekonomian
Nasional”
“Perekonomian
Kalteng”
“Outlook
2015”
12
3PDB
Inflasi
Rupiah
PDRB
Inflasi
Perbankan
Sistem Pembayaran
UMKM
Proyeksi PDRB
Target Inflasi
1
“Perekonomian
Nasional”PDB
Inflasi
Rupiah
“Perekonomian Nasional”
Sumber: BPS, diolah
gPDRB negatif
SUMATERA
JAWA KALIMANTANKTI
“Pertumbuhan Ekonomi Nasional pada triwulan II
2015 mengalami perlambatan”
Pertumbuhan ekonomi nasional pada
triwulan II tumbuh melambat sebesar
4,67% (yoy) dibanding periode
sebelumnya yang tumbuh 4,72% (yoy).
Pertumbuhan Ekonomi NasionalPertumbuhan Ekonomi Regional
Perlambatan Ekonomi pada triwulan II 2015 dialami oleh Sumatera,
Kalimantan, dan Jawa. Disisi Lain KTI tumbuh cukup tinggi dipengaruhi
factor base effect. -Sumatera, Perlambatan ekonomi
dipengaruhi oleh penurunan kinerja provinsi
berbasis SDA dan masih terbatasnya kinerja
ekspor akibat masih rendahnya harga
komoditas.
-Jawa, perlambatan ekonomi
bersumber dari terbatasnya
kinerja ekspor manufaktur dan
investasi
-Kalimantan, perekonomian
Kalimantan melambat
dipengaruhi oleh pertumbuhan
negatif Kaltim dan kinerja ekspor
batubara yang masih terbatas
-KTI, pada triwulan II 2015
tumbuh cukup tinggi akibat
adanya factor base effect
pertambangan mineral
akibat mulai beroperasinya
beberapa smelter
“Perekonomian Nasional”
NTP, Upah Buruh Tani, Upah Buruh Riil
(konsumsi) Indikator Investasi Bangunan
(investasi) Indeks Harga Ekspor Nonmigas
(Ekspor)
Pertumbuhan konsumsi rumah tangga melambat
dipengaruhi oleh daya beli masyarakat yang
cenderung menurun
Perlambatan konsumsi rumah tangga didorong oleh penurunan daya beli masyarakat sejalan dengan melemahnya pendapatan, seperti tercermin dari perkembangan upah buruh tani riil dan upah buruh bangunan riil yang masih terkontraksi .
Konsumsi pemerintah melambat disebabkan oleh penyerapanbelanja pemerintah yang tidak secepat perkiraan, khususnya belanja barang, sejalan dengan reorganisasi beberapakementerian/lembaga (penyesuaian nomenklatur).
Pertumbuhan investasi juga tercatat melambat pada
triwulan II 2015, terutama didorong oleh perlambatan
kinerja investasi bangunan
Pertumbuhan investasi bangunan yang lebih rendahdipengaruhi oleh capaian realisasi infrastrukturpemerintah yang masih rendah dan perilaku wait-and-see investor swasta (liaison).
Sementara itu, investasi nonbangunan masih tumbuh terbatas didorong oleh kinerja ekspor dan permintaan domestik yang masih lemah.
Ekspor tumbuh terbatas
Terbatasnya kinerja ekspor sejalan dengan pemulihanekonomi global yang belum kuat dan harga komoditasyang masih menurun.
“Perekonomian Nasional”
Konsumsi rumah tangga menunjukkan
indikasi perbaikan namun masih sangat
terbatas
Indikasi perbaikan tersebut tercermin dari peningkatan penjualan motor dan mobil.
Kinerja konsumsi rumah tangga yang membaik tersebut didorong oleh optimisme konsumen yang mulai meningkat, sebagaimana tercermin dari kenaikan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dalam Survey Konsumen Bank Indonesia
Investasi diperkirakan tumbuh meningkat,
terutama didorong oleh meningkatnya investasi
pemerintah
Berdasarkan kelompoknya, peningkatan investasidiperkirakan didorong oleh peningkatan investasi bangunan sejalan dengan kemajuan realisasi proyek infrastruktur pemerintah.
Kinerja investasi bangunan yang meningkat tercermin dari meningkatnya penjualan semen, impor barang modal dan perkiraan peningkatan kredit.
Sementara itu, investasi nonbangunan diperkirakan tumbuh terbatas sebagaimana tercermin dari investasi alat angkut dan alat berat yang masih terkontraksi.
Perbaikan ekspor berlangsung secara gradual
seiring dengan pertumbuhan ekonomi dunia
yang belum secepat perkiraan semula
Ekspor nonmigas diperkirakan tumbuh terbatas antara lain didorong oleh tertahannya ekspor pertambangan dan melambatnya ekspor manufaktur.
Ekspor manufaktur tumbuh terbatas sejalan dengan lemahnya ekspor Indonesia ke negara maju seperti Amerika Serikat, Eropa dan Jepang, sementara ekspor pertambangan masih tertahan sejalan dengan harga komoditas ekspor yang masih rendah.
Impor diperkirakan membaik sebagai respons meningkatnya permintaan domestik dan membaiknya ekspor
Penjualan Kendaraan Bermotor (konsumsi)
Indikator Investasi Bangunan (Investasi)
Indeks Harga Ekspor Non Migas (Ekspor)
Pertumbuhan EkonomiNasionalPadatahun2015 diperkirakanberadadalamangka
4,7 - 5,1%Pertumbuhan EkonomiNasionalPadaTriwulanIII 2015 diperkirakanmembaikdisorongolehsisi investasi, sementarasisilainnyameskimembaikmasihtumbuhterbatas
Tracking Tw III 2015
“Perekonomian Nasional”
Pada bulan September 2015 IHK Nasional mengalami deflasi sebesar 0,05% (mtm)
Penurunan Kelompok bahan makanan, transpor dan jasa keuangan menjadi pemicu kondisi deflasi IHK Nasional
Inflasi Nasional tahun berjalan hingga bulan September 2015 sebesar 2,24% (ytd)
Inflasi Nasional Hingga bulan September 2015 masih berada pada angka
6,83% (yoy)
Administered Prices masih menjadi kelompok dengan
inflasi tahunan tertinggi.
Kenaikan BBM di akhir tahun 2014 masih memberikandampak terhadap inflasi kelompok administered prices. Inflasi tahunan kelompok ini hingga bulan September 2015 mencapai 12,32 % (yoy) dan menjadi yang tertinggidibandingkan angka inflasi kelompok yang lain
Disisi lain inflasi kelompok volatile food dan inti hinggabulan September 2015 tercatat masing-masing sebesar9.65% dan 4,92% (yoy)
Disagregasi Inflasi (yoy)Inflasi Nasional (yoy)
6.83%7.83%
“Perekonomian Nasional”
Cadangan DevisaPergerakan Rupiah
Nilai Tukar Rupiah terdepresiasi sejalan dengan kuatnya tekanan
Eksternal
Pada bulan Agustus 2015, rupiah secara rata-rata melemah sebesar 2,9% (mtm) ke level
Rp13.789 per dolar AS dari bulan sebelumnya sebesar Rp13.382 per dolar AS.
Sumber tekanan terutama berasal dari dampak devaluasi Yuan oleh Bank Sentral Tiongkok
serta kembali meningkatnya ketidakpastian rencana kenaikan suku bunga oleh The Fed.
Sementara dari sisi domestik, tekanan terhadap rupiah didorong oleh permintaan terhadap
dolar AS, untuk pembayaran utang luar negeri.
Depresiasi rupiah sejalan dengan depresiasi mata uang lain di dunia,
Cadangan Devisa Indonesia mengalami penurunan
Posisi cadangan devisa pada Agustus 2015 mencapai US$105,3 miliar atau setara
dengan 7,1 bulan impor atau 6,9 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri
Pemerintah di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Perkembangan tersebut disebabkan oleh peningkatan pengeluaran untuk
pembayaran ULN Pemerintah..
“Perekonomian Nasional”
Reformasi#98
Indikator Ekonomi Makro saat ini lebih baik dibanding
1998 dan 2008
INDIKATOR EKONOMI 1998 2008 2015Pertumbuhan Ekonomi -13.10% 4.12% 4.67%
Inflasi 82.40% 12.14% 7.18%
Cadangan Devisa US$ 17,4 Miliar US$ 80,2 Miliar US$ 107,6 Miliar
Kurs Rupiah Rp 16.650/US$ Rp 12.650/US$ Rp 14.098/US$
Rasio Utang Pemerintah Terhadap PDB 100% 27.40% 24.70%
NPL 30% 3.80% 3.60%
BI Rate 60% 9.50% 7.50%
Rasio Utang LN terhadap Cadangan Devisa 8.6 Kali 3.1 Kali 2.8 Kali
“Perekonomian
Kalteng ”PDRB
Inflasi
Perbankan
Sistem Pembayaran
UMKM
“Perekonomian Kalteng ”
Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah meski melambat tercatat masih lebih tinggi dibandingkan nasional. Pertumbuhan
ekonomi Kalimantan Tengah pada triwulan II 2015 mengalami perlambatan sebesar 6,98% (yoy) atau melambat dibandingkan
periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,70% (yoy)
Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Tengah pada triwulan II 2015 mengalami perlambatan
Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Tengah dibandingkan Nasional (yoy)
Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Tengah dibandingkan Regional (yoy)
Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah pada triwulan II 2015
menjadi yang tertinggi di regional
Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah meski melambat tercatat masih lebih tinggi
dibandingkan provinsi lain di regional. Pada triwulan II 2015 Kaltim menjadi provinsi
dengan pertumbuhan terendah dengan tumbuh negatif sebesar -0,25% (yoy)
Kaltim masih menjadi provinsi dengan share ekonomi tertinggi di
Kalimantan dengan share mencapai 59,57%. Disisi lain meski masih
menjadi provinsi dengan share terendah, share ekonomi Kalimantan
Tengah dari tahun ke tahun semakin besar. Saat ini share ekonomi
Kalimantan Tengah mencapai 10,51%.
Share Kalimantan
“Perekonomian Kalteng ”
Pertanian
(tw I 2015) 5,41 % - 7,00% (tw II 2015)
Peningkatan produksi TBS sebesar 6,77% (yoy) dan peningkatan
produksi padi 139,91% (yoy) akibat adanya peningkatan luas lahan dan
upaya khusus yang dilakukan pemerintah
Pertambangan
(tw I 2015) 11,99 % - -1,30% (tw II 2015)
Perlambatan produksi dan ekspor batubara
4,99% , serta belum membaiknya
pertambangan mineral
Industri Pengolahan
(tw I 2015) 7,76 % - 8,70% (tw II 2015)
Peningkatan 1,33% produksi CPO seiring
meningkatnya produksi TBS pada periode yang
sama
Konsumsi
(tw I 2015) 3,99 % - 5,73% (tw II 2015)
Peningkatan konsumsi RT khususnya disebabkan factor base effect pergeseran bulan Ramadhan ke triwulan II 2015, disisi
Lain Konsumsi Pemerintah masih cukup kuat mendorong
perekonomian di triwulan II 2015
Investasi
(tw I 2015) 6,19 % - 8,13% (tw II 2015)
Lebih didorong oleh proyek besar eksisting,
karena adanya sikap dari pengusaha yang
cenderung wait n see
Net Ekspor
(tw I 2015) 25,27 % - 33.45 % (tw II 2015)
Pertumbuhan ekspor CPO mampu mengisi penurunan ekspor batubara,
disisi lain pertumbuhan impor terbatas seiring perlambatan impor barang
modal pada periode laporan
Berdasarkan sisi sektoral, perlambatan triwulan II 2015 didorong oleh
sektor pertambangan yang tumbuh negatif sebesar -1,30% (yoy).
Sementara dari sisi permintaan, tekanan terhadap pertumbuhan ekonomi
datang dari komponen impor
Share 59,67%
Share 43,61%
Share -4,55%
Share 23,75%
Share 10,65%
Share 16,57%
“Perekonomian Kalteng ”
Pertanian
Pertambangan
Industri Pengolahan
Produksi TBS pada triwulan III 2015
mengalami perlambatan dibandingkan
triwulan sebelumnya. produksi TBS Kalteng
sampai dengan Agustus 2015 tercatat
sebesar 4,67 juta ton. Angka ini jauh lebih
rendah dibandingkan produksi TBS trwiulan II
2015 yang mencapai 9.4 juta ton. rendahnya
produksi TBS pada triwulan III 2015
disebabkan oleh rendahnya curah hujan
selama periode tersebut
Panjangnya musim kemarau akibat efek El Nino pada
triwulan III 2015, menghambat sektor angkutan tambang
yang masih melalui sungai. Tercatat produksi komoditas
batubara hingga agustus 2015 hanya mencapai 780 ribu
ton
Sejalan dengan penurunan produksi TBS, produksi CPO
hingga Agustus 2015 juga mengalami penurunan. Produksi
CPO triwulan III 2015 hingga bulan agustus 2015 tercatat
sebesar 670 ribu ton
Dari 3 sektor utama daerah, diperkirakan terjadi
penurunan kinerja pada triwulan III 2015. Dari
proyeksi Bank Indonesia diperkirakan
pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah
diperkirakan melambat di rentang 6.16-6.66%
(yoy)
Tracking Tw III 2015
“Perekonomian Kalteng ”Inflasi Tw III 2015
Inflasi Kalimantan Tengah hingga bulan
September 2015 tercatat lebih rendah
dibandingkan nasional. Inflasi Kalimantan
Tengah pada periode laporan tercatat sebesar
5,75% (yoy) sementara nasional mencapai
6.83% (yoy).
Sampai dengan triwulan III 2015, Inflasi tahun berjalan
Kalimantan Tengah tercatat sebesar 2,42% (ytd) dan menjadi
yang terendah dibandingkan provinsi lain di regional.
Kalimantan Barat menjadi provinsi dengan tingkat inflasi tahun
Kalender tertinggi di regional dengan tingkat inflasi mencapai
4.99%
Berdasarkan disagregasi, inflasi Kalimantan Tengah hingga September 2015 lebih didorong oleh inflasi
kelompok adm. Prices. Inflasi kelompok Adm. Prices menjadi yang tertinggi yakni mencapai 7,10% (yoy).
Adanya kebijakan Kenaikan harga BBM di akhir tahun 2014 dan kenaikan tarif angkutan mendorong
tingginya inflasi kelompok adm. Prices. Disisi lain inflasi kelompok core dan volatile food cukup terjaga
pada level inflasi 5,34% (yoy) untuk core dan 5.36% (volatile food)
Inflasi Kalteng dibanding Nasional (yoy)
Inflasi Kalteng dibanding
Regional (ytd)
Inflasi Kalteng dibanding
Regional (ytd)
“Perekonomian Kalteng ”Inflasi Tw III 2015 Inflasi Kota Sampel dibanding Regional (ytd)
Inflasi Kota Palangka Raya secara tahunan lebih rendah dibandingkan kota Sampit.
Program pengendalian inflasi yang intensif di Palangka Raya mendorong pencapaian
inflasi Palangka Raya lebih rendah dibanding Sampit. Inflasi Tahunan palangka Raya
tercatat sebesar 4.88% (yoy) sementara Sampit 7,37% (yoy)
Pola Inflasi bulanan di Sampit dan Palangka Raya cenderung sama, namun dalam
beberapa momen hari besar keagamaan inflasi Palangka Raya lebih terkendali dibanding
Sampit
Hingga September 2015, inflasi tahun berjalan di Palangka Raya tercatat lebih rendah
dibanding kota lain. Sementara inflasi tahun berjalan kota Sampit menjadi yang tertinggi
keempat di Kalimantan
Palangka Raya
4,88% (yoy)
Sampit
7,37% (yoy)
Inflasi Sampit dan Palangka Raya
(mtm)
Inflasi Sampit dan Palangka Raya
(yoy)
“Perekonomian Kalteng ” PERBANKAN
Pada bulan Juli 2015, Kredit Nasional tumbuh 9,70% (yoy),
lebih rendah dibandingkan bulan Juni 2015 yang mencapai
10,42% (yoy). Namun diperkirakan akan meningkat pada bulan
Agustus 2015 sebesar 10,9% (yoy)
Indikator Kinerja Utama Perbankan Kalteng baik dari sisi Aset dan DPK menunjukkan perlambatan., terkecuali kredit
yang mengalami peningkatan. Di sisi intermediasi perbankan Kalteng terlihat membaik (LDR Lokasi Proyek 175,97% pd
Tw II 2015 menjadi 187,06 pd Tw III 2015. Di sisi lain NPL perbankan menunjukan peningkatan namun masih dibawah
level indikatif 5% ( dari 1.32% menjadi 2,46% dipicu oleh kenaikan NPL pertambangan dan konstruksi)
Penyaluran Kredit = 34,78 T atau
tumbuh 6.72% (yoy) dari Tw II 2015
6,16% (yoy)
DPK = Rp18,58 T atau
kontraksi/menurun
-1.08% (yoy), dari Tw I-2015 sebesar
4,31% (yoy)
Pertumbuhan Kredit Perbankan NasionalNPL dan LDR Kalimantan Tengah
Aset = 26,51 T atau tumbuh 1,12% (yoy)
melambat dari Tw II 2015 sebesar 10,26%
(yoy)
217 Kantor Bank
(18 Bank dan 5 BPR)
Sejalan dengan kondisi Perbankan Nasional, kondisi Sistem Keuangan
Kalimantan Tengah masih menunjukkan tren perlambatan. Namun demikian
adanya perbaikan di sisi penyaluran kredit
Indikator Kinerja Perbankan Kalteng
“Perekonomian Kalteng ”
Total transaksi Sistem Pembayaran di wilayah KPw BI
Prov.Kalteng pada Tw II-2015 mencapai Rp9,52 T, terdiri dari
Transaksi Non Tunai (RTGS dan Kliring) sebesar Rp5,44 T
dan TunaI (inflow+outflow) sebesar Rp4,08 T
• Transaksi SP Non Tunai sampai dengan
Triwulan III 2015 cenderung mengalami sedikit
perlambatan. Terlihat pada turunnya nominal
RTGS yang memiliki pangsa 82,52% terhadap
SP Non Tunai, walalupun dari sisi kliring terlihat
adanya peningkatan.
Perkembangan SP Non Tunai
RTGS Rp4,49 Triliun Kliring Rp951,39 Miliar
RTGS
Nom
inal
RTGS
Vol
ume
Klir
ing
Nom
inal
Klir
ing
Vol
ume
Total SP Rp9,52 Triliun
Sistem Pembayaran Kalimantan Tengah (Tunai dan Non Tunai) Pada Tw III 2015
menunjukkan tren meningkat dari sisi nominal yaitu 9.52 triliun dari 9.16 triliun di Tw II
2015
SISTEM PEMBAYARAN
“Perekonomian Kalteng ” SISTEM PEMBAYARAN
• Karakteristik Peredaran Uang Kalteng adalah Net
Outflow, dimana jumlah uang yang keluar dari KPw
BI Prov.Kalteng lebih besar dibandingkan jumlah
uang masuk.
• Pada Tw III 2015, di sisi outflow mencapai Rp2,86 T
( tumbuh 25,93% yoy) dan inflow mencapai
RpRp1,21 triliun tumbuh 91.55% (yoy)
• Terkait dengan Peredaran Uang Palsu (UPAL) di Tw
III 2015 tercatat 199 bilyet pada Tw III 2015 dengan
pecahan mendominasi Rp100.000 dan Rp50.000.
Sistem Pembayaran Tunai Kalimantan Tengah pada Tw III 2015 menunjukkan tren
meningkat dari sisi nominal, yaitu tercatat sebesar Rp4,08 Triliun, dari Rp3,39 Triliun
hal tersebut didorong oleh peningkatan nominal Inflow dan Outflow dari Tw II 2015.
Kara
kter
istik
Per
edar
an U
ang
Sistem Pembayaran Tunai Rp4,08 Triliun Perkembangan UPAL
Transksi Tunai
Net Inflow
Net Outflow
Inflow-Outflow
“Perekonomian Kalteng ” Kredit UMKM
Pertumbuhan Kredit UMKM
Pertumbuhan Kredit UMKM Kalteng pada triwulan III 2015 mengalami perlambatan,
terlihat pada pada growth nominal dan rata-rata nominal Kredit UMKM Per Rekening
yang mengalami sedikir penurunan. Namun demkian NPL UMKM masih berada dibawah
level indikatif 5%.
Share sektoral Kredit UMKM NPL Kredit UMKM
Pertumbuhan Rekening Kredit Share Penggunaan
“Perekonomian Kalteng ” ISU STRATEGIS : DAMPAK KABUT ASAP
Pertanian
Akomodasi dan Perhotelan
Angkutan dan Komunikasi
PDRB
Dampak bencana kabut asap di sektor pertanian meliputi:
• Terbakarnya lahan perkebunan karet dan kelapa sawit dengan total luas mencapai 544 Ha
• Potensi penurunan produksi komoditas hortikultura diperkirakan sebesar 10-15%
Diperkirakan total kerugian bencana kabut asap dari subsektor perkebunan dan hortikultura
mencapai Rp 16,87 Miliar.
Dampak bencana kabut asap di sektor Akomodasi dan Perhotelan meliputi:
• Penurunan tingkat occupancy rate akibat adanya kabut asap berkisar antara 15-20%
• Pembatalan aktivitas seminar (MICE) sebesar 10-20%
Dampak bencana kabut asap di sektor Angkutan dan komunikasi meliputi:
• Sebagian besar penerbangan dibatalkan karena tidak memenuhi jarak pandang minimal penerbangan 1200 Meter. Dari 3
Maskapai Besar yang melayani rute penerbangan dari dan menuju Kalimantan Tengah diperkirakan terjadi penurunan
jumlah pesawat yang berangkat dan datang pesawat mencapai 43,68%
• Sementara diperkirakan kerugian juga diperkirakan dialami oleh otoritas bandara seiring menurunnya jumlah penumpang
akibat bencana ini
Diperkirakan Bencana Kabut Asap mempengaruhi Pertumbuhan
PDRB Kalimantan Tengah 2015 sebesar 0,04%-0,10%
“Perekonomian Kalteng ” ISU STRATEGIS : DAMPAK KABUT ASAP
INFLASI
Kondisi IHK kalimantan Tengah pada bulan Agustus dan September 2015 yang bertepatan dengan momen bencana kabut
asap memang mengalami deflasi, namun kondisi tersebut terjadi lebih diakibatkan oleh koreksi harga pasca Ramadhan
dan Idul Fitri. Apabila dirinci dampak kabut asap terhadap inflasi adalah sebagai berikut:
• Adanya peningkatan terhadap komponen biaya kesehatan pada bulan Agustus dan September 2015
• Diperkirakan akan memberikan tekanan inflasi pada bulan bulan Oktober hingga akhir tahun 2015 disebabkan
penurunan produksi komoditas tanaman bahan makanan, dan gangguan distribusi komoditas pangan
Diperkirakan akan mempengaruhi
inflasi tahunan sebesar 0,09%-
0,16% (yoy)
2015
“Outlook PDRB
& Inflasi”
“Outlook PDRB 2015”
• Proyek Investasi pengalihan
dana subsidi BBM
• Upaya Khusus pemerintah di
bidang pangan
• Perbaikan ekonomi India dan
Jepang mendorong
peningkatan ekspor batubara
ke kedua negara tersebut
• Beroperasinya beberapa
smelter dan PLTU baru
• Paket kebijakan ekonomi
pemerintah pusat
• Telah selesainya RTRWP
Kalteng
• Penurunan Harga Batubara
dan CPO dunia
• Belum membaiknya
perekonomian Tiongkok di
Tahun 2015
• Resiko penurunan kinerja
ekonomi Eropa pasca
kebangkrutan yang dialami
Yunani
• Dampak Kabut asap pada
triwulan III dan awal triwulan
IV
• Fenomena El Nino akan
mempengaruhi hasil
pertanian
• Pelemahan Kurs Rupiah
Penahan Pendorong
Ekonomi Kalimantan Tengah akan membaik didorong oleh komponen
investasi dan masih kuatnya konsumsi RT. Pada tahun 2015 diperkirakan
pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah akan berkisar pada angka 6,62-7,11% (yoy)
6,62-7,11%
“Outlook Inflasi 2015”
Volatile food
• Kondisi cuaca (El Nino) yang
berpotensi menggangu
produksi dan distribusi
• Konektivitas dan
ketergantungan pasokan
• Dampak Kabut Asap
Adm. Prices
• Potensi penyesuaian Tarif
Listrik dan Bahan Bakar
Rumah Tangga
Core
• Depresiasi Rupiah
• Potensi kenaikan harga emas
dunia
Volatile food
• Potensi ketahanan pangan
pemerintah daerah yang
mendorong perluasan lahan
pertanian
• Inplementasi kerja sama
antar daerah terkait
pemenuhan kebutuhan
domestic
Adm. Prices
• Peran aktif pemerintah
mengendalikan inflasi Adm.
Prices
Core
• Terkendalinya permintaan
domestik
Inflasi Kalimantan Tengah pada tahun 2015 diperkirakan
berada pada kisaran angka 4,50 % ± 1. Diperkirakan
sepanjang tahun 2015 akan terdapat beberapa resiko yang
cukup tinggi dari kelompok volatile food dan adm. Prices.
Peredam
Pendorong
“TERIMA KASIH”