KANDUNGAN LOGAM BERAT Hg, Cd, DAN Pb PADA KERANG DARAH (Anadara granosa)
DI PERAIRAN TELUK LADA, KABUPATEN PANDEGLANG, BANTEN.
FITRIANA INTAN PUTRI
SKRIPSI
DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2010
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:
Kandungan Logam Berat Hg, Cd, dan Pb pada Kerang Darah (Anadara
granosa) di Perairan Teluk Lada, Kabupaten Pandeglang, Banten.
adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Bogor, September 2010
Fitriana Intan Putri C24062467
iii
RINGKASAN
Fitriana Intan Putri. C24062467. Kajian Kandungan Logam Berat Hg, Cd, dan Pb pada Kerang Darah (Anadara granosa) di Perairan Teluk Lada, Kabupaten Pandeglang, Banten. Di bawah bimbingan Rahmat Kurnia dan Yusli Wardiatno.
Kerang darah (Anadara granosa) merupakan salah satu biota laut yang menjadi konsumsi masyarakat sekitar perairan Teluk Lada. Kerang ini hidup di daerah sekitar pantai atau muara sungai yang dekat dengan masukan berbagai bahan hasil dari aktivitas manusia, salah satunya adalah logam berat. Kerang darah (A. granosa) mempunyai sifat filter feeder sehingga mampu mengakumulasi logam berat dalam tubuhnya dan dapat juga sebagai bioindikator suatu perairan.
Penelitian ini dilakukan di daerah perairan sekitar perairan PLTU Labuan Teluk Lada, Kabupaten Pandeglang Banten selama 8 bulan, yaitu Desember 2009 - Juli 2010. Pengamatan dilakukan secara spasial dan temporal. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan logam berat merkuri (Hg), timbal (Pb) dan kadmium (Cd) pada air, sedimen, dan tubuh kerang darah (A. granosa) di perairan Teluk Lada, Kabupaten Pandeglang, Banten. Selain itu, penelitian ini juga untuk mengetahui tingkat akumulasi dan batas aman konsumsi kerang darah (A. granosa). Penentuan kadar logam berat dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer yang dilakukan di Laboratorium Produktivitas Lingkungan Perairan MSP FPIK. Analisis dilakukan secara deskriptif dengan melakukan perbandingan terhadap baku mutu.
Rata-rata kandungan logam berat Hg, Cd, dan Pb secara temporal masing-masing bernilai 0.00028 ppm, 0.0078 ppm, dan 0,0213 ppm. Secara spasial kandungan logam berat (Hg, Cd, Pb) masing-masing bernilai 0.0002-0.0004 ppm, 0.006-0.018 ppm, dan 0.007-0.036 ppm. Rata-rata kandungan logam berat Hg, Cd, dan Pb pada sedimen secara temporal masing-masing bernilai 0.03125 ppm, 0.139 ppm, dan 0,175 ppm. Secara spasial kandungan logam berat (Hg, Cd, Pb) masing-masing bernilai <0.02 ppm, <0.125-0.150 ppm, <0.125-0.175 ppm.
Rata-rata kandungan logam berat Hg, Cd, dan Pb pada kerang darah (A. granosa) ukuran besar (>2.5 cm) secara temporal berturut-turut adalah 0.035 ppm, 0.2565 ppm, dan 0.2856 ppm. Kerang yang berukuran kecil rata-rata kandungan logamnya adalah 0.2 ppm, 0.2101, dan 0.2069 ppm. Secara spasial rata-rata kandungan logam berat Hg, Cd, dan Pb pada kerang darah (A. granosa) berukuran besar adalah 0,2 ppm, 0,308 ppm, dan 0.294 ppm. Pada kerang darah berukuran kecil (<2.5 cm) rata-rata kandungannya (Hg, Cd, Pb) adalah 0.2 ppm, 0.237 ppm, dan 0.250 ppm. Tingkat akumulasi pada kerang darah (Anadara granosa) selama pengamatan baik ukuran besar (>2.5 cm) maupun kecil (<2.5 cm) tergolong pada sifat akumulasi rendah (IFK<100). Batas aman konsumsi kerang darah ukuran kecil yang mengandung logam berat Hg, Cd, Pb adalah 42 ekor kg berat badan/minggu, 17 ekor kg berat badan/minggu, dan 17 ekor kg berat badan/minggu. Pada kerang darah ukuran besar batas aman konsumsi terkait dengan keberadaan logam berat Hg, Cd, dan Pb masing-masing adalah 24 ekor/kg berat badan/minggu, 9 ekor/kg berat badan/minggu, dan 8 ekor/kg berat badan/minggu.
iv
Adapun saran yang diajukan pada penelitian ini adalah perlu dilakukan kajian mengenai pasang surut air laut, kajian sumber pencemaran lebih lanjut, monitoring kualitas air dan kajian logam berat Hg, Cd, dan Pb pada spesies yang berbeda, yaitu kerang bulu (A. antiquata). Selain itu, dapat juga dilakukan kajian mengenai logam lain yang biasa berada di perairan contohnya seng (Zn) dan tembaga (Cu).
KANDUNGAN LOGAM BERAT Hg, Cd, DAN Pb PADA KERANG DARAH (Anadara granosa)
DI PERAIRAN TELUK LADA, KABUPATEN PANDEGLANG, BANTEN
FITRIANA INTAN PUTRI C24062467
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2010
PENGESAHAN SKRIPSI Judul penelitian : Kandungan Logam Berat Hg, Cd, dan Pb pada Kerang Darah
(Anadara granosa) di Perairan Teluk Lada, Kabupaten
Pandeglang, Banten
Nama : Fitriana Intan Putri
NIM : C24062467
Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan
Menyetujui:
Pembimbing I, Pembimbing II, Ir. Rahmat Kurnia, M.Si. Dr. Ir. Yusli Wardiatno,M.Sc.
NIP.19680928 199302 1 001 NIP.19660728 199103 1 002
Mengetahui: Ketua Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan
Dr. Ir. Yusli Wardiatno, M.Sc. NIP. 19660728 199103 1 002
Tanggal lulus : 06 September 2010
vii
PRAKATA
Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. Skripsi
ini berjudul Kandungan Logam Berat Hg, Cd, dan Pb pada Kerang Darah
(Anadara granosa) di Perairan Teluk Lada, Kabupaten Pandeglang, Banten.;
disusun berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada Desember 2009 –
Juli 2010, dan merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Ir. Rahmat Kurnia, M.Si. selaku ketua komisi pembimbing
dan Dr. Ir. Yusli Wardiatno M.Sc. selaku pembimbing serta Ir. Agustinus M.
Samosir, M.Phil selaku Komisi Pendidikan S1 atas bimbingan dan arahannya yang
telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada Ir. Nurlisa A. Butet, M.Sc. yang telah memberikan bantuan
pendanaan terhadap penelitian ini.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, dikarenakan
keterbatasan pengetahuan penulis. Namun demikian penulis mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari berbagai pihak agar skripsi ini menjadi lebih
sempurna dan hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk berbagai pihak.
Bogor, September 2010
Penulis
viii
UCAPAN TERIMA KASIH
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Ir. Rahmat Kurnia, M.Si. selaku ketua komisi pembimbing dan Dr. Ir. Yusli
Wardiatno M.Sc. selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan
bimbingan, arahan, dan masukan hingga penyelesaian skripsi ini. Ir. Nurlisa
A. Butet, M.Sc. yang telah memberikan bantuan pendanaan sehingga
penelitian ini dapat terlaksana. 2. Dr. Ir. Etty Riani H M.S. selaku dosen penguji tamu, Ir. Zairion, M.Sc.
selaku dosen pembimbing akademik dan Ir. Agustinus M. Samosir, M.Phil
selaku ketua komisi pendidikan program studi S1 atas saran, nasehat dan
perbaikan yang diberikan.
3. Staf Laboratorium Proling (Ibu Ana, Pak Tony, Kak Budi dan Mas Adon)
yang banyak membantu selama proses analisis logam berat..
4. Staf tata usaha MSP (Mbak Widar dan Mbak Yani) atas arahan dan
kesabarannya.
5. Keluarga tercinta (Ibu, Bapak, Aa Ersa, Kak Ira, Tedek Fatih, Bi Nani, Pak
Hamdan) atas doa, kasih sayang, dukungan, dan motivasinya.
6. Tim Anadara (Widya, Tyo, Silvi, Kiki, Frida, Yuli, Danang), Gazebo’ers
(Siti, Yesti, Nira, Via, Yani, Ria), teman-teman FKMC (Muta, Mba Nur,
Hanif) dan teman-teman Arsida (Windarti, Mba Retno, Ryza, Mba Nanda,
Mba Siska, Dini, Dyah, Tika) atas suka duka, perjuangan, bantuan dan
kerjasamanya selama ini.
7. Teman-teman MSP (angkatan 43, 44, 45) atas bantuannya.
ix
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 6 Desember
1988 dari pasangan Bapak Endung Natadiredja dan Ibu
Nende Sunarti. Penulis merupakan putra kedua dari dua
bersaudara. Pendidikan formal ditempuh di SDN 4
Rancaekek (2000), SLTPN 3 Rancaekek (2003) dan SMAN
3 Rancaekek, Kabupaten Bandung (2006). Pada tahun 2006
penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI di
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan.
Selama mengikuti perkuliahan penulis berkesempatan menjadi Asisten Mata
Kuliah Ekologi Perairan (2008/2009 dan 2009/2010), Fisiologi Hewan Air
(2008/2009 dan 2009/2010), Limnologi Perairan (2009/2010) dan Ekotoksitologi
Perairan (2009/2010) serta aktif sebagai anggota Divisi Akademis pengurus
Himpunan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan (HIMASPER) pada tahun
2008/2009 dan Anggota Divisi Cerdas (Ilmi) Lembaga Dakwah Fakultas Forum
Keluarga Muslim FPIK (LDF FKMC) pada tahun 2008/2009 dan 2009/2010. Selain
itu penulis juga aktif dalam mengikuti kegiatan kepanitiaan.
Untuk menyelesaikan studi di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, penulis
melaksanakan penelitian yang berjudul ” Kajian Kandungan Logam Berat Hg,
Cd, dan Pb pada Kerang Darah (Anadara granosa) di Perairan Teluk Lada,
Kabupaten Pandeglang, Banten”.
x
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv
1. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1 1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1 1.2. Rumusan Masalah .............................................................................. 2 1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................... 3 1.4. Manfaat .............................................................................................. 4
2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 5 2.1. Anadara granosa (Kerang darah) ..................................................... 5 2.2. Logam Berat ....................................................................................... 6
2.2.1. Merkuri (Hg) ............................................................................ 7 2.2.2. Kadmium (Cd) ......................................................................... 9 2.2.3. Timbal (Pb) .............................................................................. 10
2.3. Sedimen .............................................................................................. 11 3. METODE PENELITIAN ........................................................................ 12
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................. 12 3.2. Metode Pengambilan Data dan Penelitian ......................................... 13 3.2.1. Metode pengambilan data ...................................................... 13
3.2.2. Prosedur pengambilan contoh .................................................. 13 3.2.3. Parameter fisika-kimia perairan ................................................ 14 3.3. Penanganan Contoh .......................................................................... 14 3.4. Analisis Data ..................................................................................... 15 3.4.1. Faktor bioakumulasi atau konsentrasi .................................... 15 3.4.2. Koefisien korelasi .................................................................... 15 3.4.3. Analisa Deskriptif .................................................................... 16 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 18 4.1. Kondisi Lingkungan Perairan ............................................................. 18 4.1.1. Temporal ................................................................................... 18 4.1.2. Horizontal ................................................................................. 20 4.2. Logam Berat ........................................................................................ 21 4.2.1. Analisis Temporal ..................................................................... 21 4.2.1.1. Logam Berat di Air ..................................................... 21 a. Merkuri (Hg) ........................................................... 21 b. Kadmium (Cd) ........................................................ 22 c. Timbal (Pb) ............................................................. 24 4.2.1.2. Logam Berat di Sedimen ............................................. 25 a. Merkuri (Hg) ........................................................... 25 b. Kadmium (Cd) ........................................................ 26
xi
c. Timbal (Pb) ............................................................. 28 4.2.1.3. Logam Berat pada Daging Kerang Darah (Anadara
granosa) .................................................................... 29 a. Merkuri (Hg) ........................................................... 29 b. Kadmium (Cd) ........................................................ 30 c. Timbal (Pb) ............................................................. 31 4.2.2. Analisis Horizontal ................................................................... 32 4.2.2.1. Logam Berat pada Air ................................................ 32 a. Merkuri (Hg) ........................................................... 32 b. Kadmium (Cd) ........................................................ 34 c. Timbal (Pb) ............................................................. 35 4.2.2.2. Logam Berat pada Sedimen ........................................ 36 a. Merkuri (Hg) ........................................................... 36 b. Kadmium (Cd) ........................................................ 37 c. Timbal (Pb) ............................................................. 38 4.2.2.3. Logam Berat pada Daging Kerang Darah (Anadara
granosa) ................................................................... 40 a. Merkuri (Hg) ........................................................... 40 b. Kadmium (Cd) ........................................................ 41 c. Timbal (Pb) ............................................................. 42 4.3. Rasio Kandungan Logam Berat ........................................................... 43
4.3.1. Rasio Kandungan Logam Berat antara Air dan Sedimen ........ 43 4.3.2. Rasio Kandungan Logam Berat antara Sedimen dan Kerang Darah (Anadara granosa) ....................................... 44 4.4. Faktor Konsentrasi ............................................................................... 47
4.4.1. Temporal .................................................................................. 47 4.4.2. Horizontal ................................................................................... 50 4.5. Faktor Korelasi ..................................................................................... 52
4.5.1. Temporal .................................................................................. 52 4.5.2. Horizontal ................................................................................... 53 4.6. Batas Aman Konsumsi ......................................................................... 54 5. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 57 5.1. Kesimpulan .......................................................................................... 57 5.2. Saran ..................................................................................................... 57 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 58 LAMPIRAN .................................................................................................... 62
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Parameter, alat dan loksi yang digunakan untuk analisa kualitas air perairan Teluk Lada, Banten .......................................................................................... 14
2. Kriteria baku mutu air laut untuk biota laut (dalam ppm) .............................. 16
3. Baku mutu konsentrasi logam berat dalam sedimen IADC/CEDA (1997) ..... 16
4. Parameter fisika-kimia perairan secara temporal di perairan Teluk Lada, Banten .............................................................................................................. 18
5. Parameter fisika-kimia perairan secara horizontal di perairan Teluk Lada, Banten .............................................................................................................. 20
6. Kandungan logam berat merkuri (Hg) secara temporal di perairan Teluk Lada, Banten .............................................................................................................. 21
7. Kandungan logam berat kadmium (Cd) secara temporal di perairan Teluk Lada, Banten .............................................................................................................. 23
8. Kandungan logam berat timbal (Pb) secara temporal di perairan Teluk Lada, Banten ............................................................................................................ 24
9. Kandungan logam berat merkuri (Hg) secara temporal pada sedimen di perairan Teluk Lada, Banten ........................................................................ 25
10. Kandungan logam berat kadmium (Cd) secara temporal pada sedimen di perairan Teluk Lada, Banten ........................................................................ 27
11. Kandungan logam berat timbal (Pb) secara temporal pada sedimen di perairan Teluk Lada, Banten ........................................................................ 28
12. Kandungan logam berat merkuri (Hg) pada kerang darah (Anadara granosa) secara temporal di perairan Teluk Lada, Banten.............................................. 29
13. Kandungan logam berat merkuri (Hg) secara horizontal di perairan Teluk Lada, Banten .............................................................................................................. 33
14. Kandungan logam berat merkuri (Hg) secara horizontal pada sedimen di perairan Teluk Lada, Banten ........................................................................ 37
15. Kandungan logam berat kadmium (Cd) secara horizontal pada sedimen di perairan Teluk Lada, Banten ........................................................................ 38
16. Kandungan logam berat timbal (Pb) secara horizontal pada sedimen di perairan Teluk Lada, Banten ........................................................................ 39
17. Kandungan logam berat merkuri (Hg) pada kerang darah (Anadara granosa)secara horizontal di perairan Teluk Lada, Banten ............. 40
18. Rasio (air : sedimen) logam berat secara temporal di perairan Teluk Lada, Banten ............................................................................................................. 43
19. Rasio (air : sedimen) logam berat secara horizontal di perairan Teluk Lada,
xiii
Banten ............................................................................................................. 43
20. Rasio (sedimen : kerang darah besar) secara temporal di perairan Teluk Lada,Banten ......................................................................... 45
21. Rasio (sedimen : kerang darah kecil) secara temporal di perairan Teluk Lada, Banten ....................................................................... 45
22. Rasio (sedimen : kerang darah besar) secara horizontal di perairan Teluk Lada, Banten ....................................................................... 46
23. Rasio (sedimen : kerang darah kecil) secara horizontal di perairan Teluk Lada, Banten ....................................................................... 46
24. Korelasi logam berat Hg, Cd, dan Pb pada parameter air, sedimen, dan kerang darah (Anadara granosa) secara temporal .................................... 52
25. Korelasi logam berat Hg, Cd, dan Pb pada parameter air, sedimen, dan kerang darah (Anadara granosa) secara horizontal .................................. 53
26. Batas aman konsumsi kerang darah (Anadara granosa) ukuran besar dan kecil (g/kg berat badan/minggu) .............................................................. 54
27. Batas aman konsumsi kerang darah (Anadara granosa) ukuran besar dan kecil (ekor/kg berat badan/minggu) ......................................................... 55
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Diagram Alir Rumusan Masalah ................................................................. 3
2. Anadara granosa (Kerang darah) ................................................................ 5
3. Lokasi penelitian di perairan Teluk Lada, Kabupaten Pandeglang, Banten 13
4. Rata-rata kandungan logam berat kadmium (Cd) pada kerang darah (Anadara granosa) secara temporal di perairan Teluk Lada, Banten .......... 31
5. Rata-rata kandungan logam berat timbal (Pb) pada kerang darah (Anadara granosa) secara temporal di perairan Teluk Lada, Banten .......... 32
6. Rata-rata kandungan logam berat kadmium (Cd) secara horizontal di perairan Teluk Lada, Banten .................................................................... 34
7. Rata-rata kandungan logam berat timbal (Pb) secara horizontal di perairan Teluk Lada, Banten .................................................................... 36
8. Rata-rata kandungan logam berat kadmium (Cd) pada kerang darah (Anadara granosa) secara horizontal di perairan Teluk Lada, Banten ........ 41
9. Rata-rata kandungan logam berat timbal (Pb) pada kerang darah (Anadara granosa) secara horizontal di perairan Teluk Lada, Banten ........ 42
10. Faktor konsentrasi logam berat merkuri (Hg) secara temporal pada kerang darah (Anadara granosa) di perairan Teluk Lada, Banten .... 48
11. Faktor konsentrasi logam berat kadmium (Cd) secara temporal pada kerang darah (Anadara granosa) di perairan Teluk Lada, Banten .... 48
12. Faktor konsentrasi logam berat timbal (Pb) secara temporal pada kerang darah (Anadara granosa) di perairan Teluk Lada, Banten .... 49
13. Faktor konsentrasi logam berat merkuri (Hg) secara horizontal pada kerang darah (Anadara granosa) di perairan Teluk Lada, Banten .... 50
14. Faktor konsentrasi logam berat kadmium (Cd) secara horizontal pada kerang darah (Anadara granosa) di perairan Teluk Lada, Banten .... 51
15. Faktor konsentrasi logam berat timbal (Pb) secara horizontal pada kerang darah (Anadara granosa) di perairan Teluk Lada, Banten .... 51
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Lokasi penelitian perairan Teluk Lada, Banten ................................................ 62
2. Prosedur analisis logam berat ........................................................................... 63
3. Data logam berat pada kerang darah (Anadara granosa) di perairan Teluk Lada, Banten ............................................................................................................... 64
4. Hubungan korelasi kandungan logam berat pada air, sedimen dan kerang darah (Anadara granosa) di perairan Teluk Lada, banten ............. 65
5. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ....................................................... 66
6. Contoh perhitungan rasio logam berat, IFK (indeks faktor konsentrasi), dan batas aman konsumsi .................................................................................. 68
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pencemaran merupakan salah satu permasalahan yang besar. Sumber
pencemaran dapat berasal dari kegiatan alam maupun kegiatan manusia.
Pencemaran yang berasal dari kegiatan manusia memiliki kontribusi yang lebih
besar dibandingkan dengan pencemaran yang berasal dari kegiatan alam. Hal ini
dipengaruhi oleh semakin meningkatnya jumlah penduduk yang ada. Peningkatan
jumlah penduduk berdampak pada pemenuhan kebutuhan, baik sandang, pangan,
maupun papan. Pemenuhan kebutuhan tersebut dapat meningkatkan pengeluaran
limbah baik domestik maupun industri.
Adanya masukan limbah ke dalam perairan dapat mengakibatkan perubahan
kualitas perairan baik secara fisik maupun kimia. Penurunan kualitas perairan
disebabkan oleh adanya zat pencemar baik berupa komponen-komponen organik
maupun komponen anorganik. Komponen anorganik diantaranya adalah logam berat
yang berbahaya. Penggunaan logam berat tersebut dapat digunakan baik secara
langsung maupun tidak langsung, sengaja atau tidak sengaja telah mencemari
lingkungan. Beberapa logam berat yang berbahaya dan sering mencemari
lingkungan diantaranya adalah merkuri (Hg), timbal atau timah hitam (Pb), arsenik
(As), tembaga (Cu), kadmium (Cd), kromium (Cr), dan nikel (Ni) (Fardiaz 1992 in
Siaka 2008).
Perairan Teluk Lada merupakan salah satu perairan yang berada di daerah
Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Banten. Perairan ini mendapat berbagai
masukan diantaranya adalah Sungai Cibama dan PLTU Labuan. Aktivitas yang
dilakukan penduduk yang berada di hulu atau sungai Cibama serta PLTU yang
menggunakan batubara sebagai bahan bakar dapat menjadi penyebab masuknya
logam berat ke dalam perairan.
Logam-logam berat yang masuk dalam perairan akan mengalami proses
pengendapan dan terakumulasi dalam sedimen, kemudian terakumulasi terutama di
dalam tubuh biota laut yang sedenter dan mendiami substrat. Kelompok organisme
yang mampu mengakumulasi logam berat adalah bivalvia. Kemampuan tersebut
2
menjadikan bivalvia menjadi bioindikator suatu perairan (Dahuri et al. 1996 in
Umar et al. 2001). Proses akumulasi logam berat pada tubuh bivalvia tersebut
dinamakan bioakumulasi atau biomagnifikasi. Proses ini terkait karakteristik dari
bivalvia tersebut yaitu, bersifat sessile (mobilitas rendah) atau menetap pada
sedimen yang merupakan tempat tinggal atau habitat dan merupakan biota deposite
feeder. Salah satu jenis dari kerang-kerangan tersebut adalah kerang darah (Anadara
granosa). Kerang darah (A. Granosa) merupakan salah satu bivalvia yang sering
dikonsumsi oleh masyarakat sekitar PLTU Labuan. Oleh karena itu perlu dilakukan
suatu kajian mengenai kandungan logam berat pada daging kerang darah untuk
mengetahui keamanan dalam mengkonsumsi kerang tersebut terkait dengan
akumulasi dan dampaknya bagi kesehatan manusia.
1.2. Rumusan Masalah
Adanya masukan limbah ke dalam suatu perairan yang berasal aktivitas
manusia, baik industri, pertanian maupun pertambangan dapat merubah kualitas
lingkungan suatu perairan. Limbah yang dikeluarkan pada umumnya dibuang ke
sungai dan bermuara ke perairan pantai. Salah satunya adalah perairan Teluk Lada.
Limbah yang dikeluarkan tersebut dapat berupa bahan organik maupun anorganik.
Salah satu bahan anorganik yang berbahaya dan dapat menurunkan kualitas perairan
adalah logam berat (Hg, Cd, dan Pb).
Masukan logam berat tersebut tidak hanya akan menurunkan kualitas perairan,
namun akan menyebabkan akumulasi pada sedimen dan terjadi bioakumulasi pada
biota yang hidup di perairan tersebut terutama bivalvia yang merupakan organisme
yang bersifat deposite feeder dan sedenter (menetap) salah satunya adalah kerang
darah (Anadara granosa). Kerang darah ini merupakan salah satu bivalvia yang
sering dikonsumsi oleh masyarakat sekitar perairan Teluk Lada, Banten. Kajian ini
dapat digunakan untuk mengetahui batas aman konsumsi kerang darah baik ukuran
besar maupun kecil di perairan tersebut. Adapun alur dari rumusan masalah pada
penelitian ini disajikan pada Gambar 1 di bawah ini.
3
Gambar 1. Diagram Alir Perumusan Masalah
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui kandungan logam berat Hg, Cd, dan Pb pada air dan sedimen di
perairan Teluk Lada, Kabupaten Pandeglang, Banten
2. Mengetahui kandungan logam berat Hg, Cd, dan Pb daging kerang darah
(Anadara granosa) di perairan Teluk Lada, Kabupaten Pandeglang, Banten.
3. Mengetahui tingkat akumulasi kerang darah (A. granosa) ukuran besar dan
kecil terhadap logam berat Hg, Cd, dan Pb di perairan Teluk Lada, Kabupaten
Pandeglang, Banten.
4. Mengetahui batas aman konsumsi pada kerang darah (A. granosa) ukuran besar
dan kecil.
Aktivitas Manusia
Aktivitas Industri
Perairan (Sedimen dan Air)
Limbah Logam Berat
Aktivitas pertanian
Akumulasi Pada Tubuh Kerang
Aktivitas pertambangan
4
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi, analisa dan
kajian mengenai logam berat khususnya Hg, Cd, dan Pb di perairan Teluk Lada,
Kabupaten Pandeglang, Banten serta mengetahui batas aman kerang darah (A.
granosa) di perairan tersebut untuk dikonsumsi.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anadara granosa (Kerang darah)
Klasifikasi kerang darah (Anadara granosa) (Gambar 2) berdasarkan Dance
(1974) adalah sebagai berikut :
Filum : Moluska
Kelas : Bivalvia
Ordo : Euxodontidae
Superfamili : Arcacea
Famili : Arcidae
Genus : Anadara
Spesies : Anadara granosa Linnaeus
Gambar 2. Anadara granosa (Kerang darah)
Kerang darah (Anadara granosa) hidup pada lahan pantai yang berada di
daerah rataan pasang dan daerah rataan surut, tetapi tidak ditemukan di atas garis
rataan pasang (Broom 1985). Menurut Pathansali (1996) in Broom (1985) populasi
kerang darah tertinggi pada umumnya ditemukan di daerah pasang surut berlumpur
lunak yang berbatasan dengan hutan bakau. Kepadatan tertinggi A. granosa terdapat
pada hamparan lumpur pantai tetapi tidak terletak di daerah mulut atau muara
sungai. Salinitas pada daerah ini bervariasi yang dipengaruhi oleh musim. Selama
musim hujan salinitas pada daerah ini berkisar antara 5 ppt sampai 10 ppt,
sedangkan pada musim kemarau berkisar 28 ppt sampai 31 ppt (Pathansali 1963 ;
Broom 1980 in Broom 1985).
Anadara granosa (kerang darah) termasuk ke dalam kelas bivalvia. Kelas
bivalvia atau pelecypoda memiliki karakteristik yang khas yaitu memiliki tubuh
pipih lateral dan seluruh tubuhnya tertutup dua keping cangkang (bivalvia) yang
berhubungan di bagian dorsal dengan adanya “hinge ligament” yang merupakan pita
6
plastik yang terbuat dari zat tanduk (Barnes 1987 in Prawuri 2005) Berdasarkan cara
hidupnya kerang darah (A. granosa) termasuk ke dalam benthos. Benthos (benthic
organism) merupakan organisme yang hidup di dasar perairan, baik yang hidup
tertancap, merayap maupun membenamkan dirinya di pasir atau lumpur (Odum
1996).
Kerang memilki sifat bioakumulatif terhadap logam berat. Logam berat dalam
perairan akan masuk ke dalam siklus rantai makanan atau berflokulasi dalam
senyawa “metal-humate”, sehingga terakumulasi dan mengalami peningkatan kadar
secara biologis (biomagnifikasi) dalam tubuh hewan maupun substrat. Pada kadar
tertentu logam yang terkandung dalam tubuh hewan dapat mengganggu organ tubuh
atau menjadi racun dan dapat berakibat fatal bagi hewan tersebut (Waldbott 1973 in
Tetelepta 1990).
2.2. Logam Berat
Logam berat merupakan unsur-unsur kimia dengan bobot jenis lebih besar dari
5 gr/cm3, terletak di sudut kanan bawah sistem periodik, mempunyai afinitas yang
tinggi terhadap unsur S dan biasanya bernomor atom 22 sampai 92 dari perioda 4
sampai 7 (Miettinen 1977 in Marganof 2003). Logam berat biasanya termasuk
dalam elemen metalik dengan berat atom lebih dari 40, akan tetapi logam alkalin
bumi, logam alkali, lanthanides dan actinides tidak termasuk ke dalamnya. Logam
berat paling penting untuk melihat polusi perairan adalah zink, timbal, kadmium,
merkuri, nikel dan kromium. Beberapa logam tersebut merupakan elemen penting
bagi kehidupan organisme, namun dalam konsentrasi yang sangat tinggi dapat
menjadi racun (Abel 1989). Sebagian logam berat seperti merkuri (Hg), timbal (Pb),
dan cadmium (Cd) merupakan zat pencemar yang berbahaya. Afinitas logam berat
yang tinggi terhadap unsur S dapat menyebabkan logam-logam ini menyerang ikatan
belerang dalam enzim, sehingga enzim bersangkutan menjadi tidak aktif. Gugus
karboksilat (-COOH) dan amina (-NH2) juga bereaksi dengan logam berat.
Kadmium, timbal, dan tembaga terikat pada sel-sel membran yang menghambat
proses transformasi melalui dinding sel. Logam berat juga mengendapkan senyawa
fosfat biologis atau mengkatalis penguraiannya (Manahan 1977 in Marganof 2003).
7
Berdasarkan sifat kimia dan fisikanya, maka tingkat atau daya racun logam
berat terhadap hewan air dapat diurutkan (dari tinggi ke rendah) adalah merkuri
(Hg), kadmium (Cd), seng (Zn), timah hitam (Pb), krom (Cr), nikel (Ni), dan cobalt
(Co) (Sutamihardja dkk 1982 in marganof 2003). Keberadaan logam berat di
perairan sangat berbahaya, baik secara langsung terhadap kehidupan organisme
maupun efek tidak langsung terhadap kesehatan manusia. Hal ini berkaitan dengan
sifat-sifat logam berat berdasarkan PPLH-IPB (1997) ; Sutamihardja et al. (1982) in
Marganof (2003) yaitu :
1. Sulit terdegradasi, sehingga mudah terkumulasi dalam lingkungan perairan
dan keberadaannya secara alami sulit terurai (dihilangkan).
2. Dapat terakumulasi dalam organisme termasuk kerang dan ikan, dan akan
membahayakan kesehatan manusia yang mengkonsumsi organisme tersebut
3. Mudah terakumulasi di sedimen, sehingga konsentrasinya selalu lebih tinggi
dari konsentrasi logam dalam air. Di samping itu sedimen mudah tersuspensi
karena pergerakan massa air yang akan melarutkan kembali logam yang
dikandungnya ke dalam air, sehingga menjadi sumber pencemar dalam skala
waktu tertentu.
2.2.1. Merkuri (Hg)
Merkuri (Hg) merupakan unsur renik pada kerak bumi. Merkuri terdapat di
lingkungan sebagai senyawa anorganik dan organik (Lu 1995). Logam ini biasanya
disebut air raksa, biasanya bersenyawa dengan sulfid membentuk HgS, akan tetapi
logam ini tersebar luas dalam bentuk gabungan pada batu dan tanah (Moriber 1974).
Berdasarkan Darmono (1995), merkuri memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
1. Satu-satunya logam yang berbentuk cair pada suhu kamar (25°C) dan
memiliki titik beku yang rendah dibanding logam lainnya, yaitu -39ºC.
2. Memiliki kisaran suhu yang luas dalam bentuk cair, yaitu 396°C.
3. Memiliki volatilitas yang tinggi dibandingkan dengan logam lainnya.
4. Merupakan konduktor yang baik karena memiliki ketahanan listrik yang
rendah.
5. Mudah dicampur dengan logam lain membentuk komponen yang disebut
amalgam (alloy).
8
6. Merkuri dan komponen-komponennya bersifat toksik terhadap semua
makhluk hidup.
Sumber merkuri dapat berasal dari pelapukan batuan dan erosi tanah yang
melepas merkuri ke dalam perairan. Berbagai jenis aktivitas manusia dapat
meningkatkan kadar merkuri di lingkungan. Aktivitas tersebut antara lain adalah
penambangan, peleburan (untuk menghasilkan logam dari bijih tambang sulfidnya),
pembakaran bahan bakar fosil, dan produksi baja, semen serta fosfat (Lu 1995)
Bentuk merkuri di alam dapat dklasifikasikan menjadi dua, yaitu organik dan
anorganik. Merkuri anorganik terdiri dari logam merkuri (Hg), (Hg+) atau (Hg++),
serta garam-garamnya yaitu merkuri klorida (HgCl2) dan merkuri oksida (HgO).
Sedangkan merkuri organik terdiri dari fenil merkuri, metoksi merkuri, dan alkil
merkuri (Laws 1945).
Merkuri anorganik dapat mengalami transformasi menjadi dimetil merkuri
dengan bantuan aktivitas mikroba, baik pada kondisi aerob maupun anaerob. Pada
kadar merkuri anorganik yang rendah, akan terbentuk dimetil merkuri sedangkan
pada kadar merkuri anorganik yang tinggi akan terbentuk monometil merkuri. Pada
perairan alami, kadar monometil merkuri dan dimetil akan dipengaruhi oleh
keberadaan mikroba, karbon organik, kadar merkuri anorganik, metal merkuri dapat
mengalami bioakumulasi dan biomagnifikasi pada biota perairan (Effendi 2003).
Tingkat kestabilan merkuri dalam perairan tergantung pada keadaan pH di
lingkungan perairan tersebut.
Kadar merkuri pada perairan laut berkisar antara < 10 ng/liter sampai 30
ng/liter. Untuk melindungi kehidupan organisme laut merkuri yang diperbolehkan
tidak boleh lebih dari 0,3 µg/liter (Moore 1991 in effendi 2003). Pencemaran
perairan oleh merkuri mempunyai pengaruh terhadap ekosistem setempat yang
disebabkan oleh sifatnya yang stabil dalam sedimen, kelarutan yang rendah dalam
air dan kemudahan diserap dan terkumpul dalam jaringan tubuh organisme air, baik
melalui proses bioakumulasi maupun biomagnifikasi yaitu melalui food chain
(Budiono 2002).
9
2.2.2. Kadmium (Cd)
Kadmium (Cd) merupakan logam dan termasuk ke dalam elemen transisi
dengan dua elektron pada kulit terluar dan pada kulit kedua dari terluar diisi dengan
delapan elektron. Pada sistem periodik Cd termasuk dalam golongan II B.
Adapun sifat dan kegunaan dari kadmium (Darmono 1995) ialah :
1. Tahan terhadap panas, sehingga sangat baik jika digunakan dalam campuran
bahan-bahan keramik, enamel dan pastik.
2. Tahan terhadap korosi, sehingga baik dalam pelapisan pelat besi dan baja.
Kadmium banyak digunakan dalam industri metalurgi, industri cat, pelapisan
logam, pigmen, baterai, keramik, tekstil, dan plastik (Darmono 1995). Kadar
kadmium pada perairan alami berkisar antara 0.29-0.55 ppb dengan rata-rata 0.42
ppb (Sanusi 2006).
Kadmium tergolong logam berat dan memiliki afinitas yang tinggi terhadap
grup sulfhidrid daripada enzim dan meningkat kelarutannya dalam lemak. Perairan
alami yang bersifat basa, kadmium mengalami hidrolisis, teradsorpsi oleh padatan
tersuspensi dan membentuk ikatan kompleks dengan bahan organik. Kadmium pada
perairan alami membentuk ikatan kompleks dengan ligan baik organik maupun
inorganik, yaitu: Cd2+, Cd(OH)+, CdCl+, CdSO4, CdCO3 dan Cd-organik. Ikatan
kompleks tersebut memiliki tingkat kelarutan yang berbeda: Cd2+ > CdSO4 > CdCl+
> CdCO3 > Cd(OH)+ (Sanusi 2006).
Pada pH yang tinggi kadmium mengalami presipitasi atau pengendapan. pH
dan kesadahan merupakan faktor yang mempengaruhi toksisitas kadmium. Selain
itu, keberadaan seng dan timbal dapat meningkatkan toksisitas kadmium.
menyatakan bahwa sifat racun Cd terhadap ikan yang hidup dalam air laut berkisar
antara 10-100 kali lebih rendah dari pada dalam air tawar yang memiliki tingkat
kesadahan lebih rendah. Toksisitas kadmium meningkat dengan menurunnya kadar
oksigen dan kesadahan, serta meningkatnya pH dan suhu. Sedangkan toksisitas
kadmium turun pada salinitas dengan kondisi isotonis dengan cairan tubuh hewan
bersangkutan (Laws 1993).
10
2.2.3. Timbal (Pb)
Timbal (Pb) adalah satu-satunya logam yang terdapat pada kelompok IVA
dalam tabel periodik (Sorensen 1948). Pb merupakan sejenis logam lunak berwarna
cokelat kehitaman dan mudah dimurnikan dari pertambangan. Adapun sifat dan
kegunaan dari logam ini (Darmono 1995) ialah :
1. Memiliki titik lebur yang rendah, sehingga mudah digunakan dan murah
biaya operasinya.
2. Lunak sehingga mudah dibentuk.
3. Memiliki sifat kimia yang aktif, sehingga dapat digunakan untuk melapisi
logam untuk mencegah perkaratan.
4. Bila dicampur dengan logam lain membentuk logam campuran yang lebih
bagus daripada logam murni lainnya.
5. Kepadatannya melebihi logam lain.
Kadar dan toksisitas timbal dipengaruhi oleh kesadahan, pH, alkalinitas, dan
kadar oksigen. Toksisitas timbal terhadap organisme akuatik berkurang dengan
meningkatnya kesadahan dan kadar oksigen terlarut. Tingkat toksisitas timbal lebih
rendah daripada kadmium (Cd), merkuri (Hg), dan tembaga (Cu), akan tetapi lebih
tinggi daripada kromium (Cr), mangan (Mn), barium (Ba), seng (Zn). Kadar Pb yang
secara alami dapat ditemukan dalam bebatuan sekitar 13 mg/kg. Khusus Pb yang
tercampur dengan batu fosfat dan terdapat di dalam batu pasir (sand stone) kadarnya
lebih besar yaitu 100 mg/kg. Pb yang terdapat di tanah berkadar sekitar 5 -25 mg/kg
dan di air bawah tanah (ground water) berkisar antara 1- 60 μg/liter. Secara alami Pb
juga ditemukan di air permukaan. Kadar Pb pada air telaga dan air sungai adalah
sebesar 1 -10 μg/liter. Dalam air laut kadar Pb lebih rendah dari dalam air tawar
(Sudarmaji et al. 2006).
Penggunaan timbal terbesar berada dalam produksi baterai yang memakai
timbal metalik dan komponen-komponennya. Selain itu, timbal juga digunakan
untuk produk-roduk logam seperti amunisi, pelapis kabel, pipa, solder, bahan kimia
dan pewarna (Lu 2006).
Pada hewan dan manusia timbal dapat masuk ke dalam tubuh melalui
makanan dan minuman yang dikonsumsi serta melalui pernapasan dan penetrasi
pada kulit. Timbal dapat menutupi lapisan mukosa pada organisme akuatik, dan
11
selanjutnya dapat mengakibatkan sufokasi. Di dalam tubuh manusia, timbal dapat
menghambat aktifitas enzim yang terlibat dalam pembentukan hemoglobin yang
dapat menyebabkan penyakit anemia. Gejala yang diakibatkan dari keracunan logam
timbal adalah kurangnya nafsu makan, kejang, kolik khusus, muntah dan pusing-
pusing (Iqbal et al. 1990; Pallar 1994 in Marganof 2003).
2.3. Sedimen
Sedimen meliputi tanah dan pasir yang masuk ke badan air akibat erosi atau
banjir. Sedimen terdiri dari partikel-partikel yang berasal dari hasil pembongkaran
batu-batuan dan potongan-potongan kulit (shell) serta sisa rangka-rangka dari
organisme. Ukuran partikel yang ada di lautan bervariasi tergantung pada lokasi
partikel tersebut berada. Pada dasar laut yang dalam ditutupi oleh jenis partikel-
partikel yang berukuran kecil yang terdiri dari sedimen halus, sedangkan hampir
semua pantai-pantai ditutup jenis partikel-partikel yang berukuran besar yang terdiri
dari sedimen kasar (Hutabarat & Evans 1985).
Ukuran partikel sedimen laut dangkal sangat beragam, mulai dari batuan
kerikil (> 1 mm), pasir (1/16 – 1 mm), lumpur (1/256 – 1/32 mm) dan lempung atau liat
(1/4069 – 1/640 mm). Sedimen non pelagik termasuk laut dangkal pada umumnya
terdiri atas campuran komponen lithogenous, hydrogenous dan biogenous dan
mengandung C-organik tinggi, terutama karena pengaruh interaksi dengan daratan
(Chester 1990 in Sanusi 2006). Sedimen lithogenous berasal dari sisa pengikisan
batu-batuan di darat. Partikel batu-batuan diangkut dari daratan ke laut oleh sungai-
sungai. sedimen biogenous merupakan sisa-sisa rangka dari organisme yang
membentuk endapan partikel-partikel halus yang biasanya mengendap pada daerah-
daerah yang letaknya jauh dari pantai. Sedangkan sedimen hydrogenous merupakan
hasil reaksi kimia dalam air laut (Hutabarat & Evans 1985).
Pada umumnya logam-logam berat pada sedimen tidak terlalu membahayakan
bagi makhluk hidup perairan. Kondisi perairan yang bersifat dinamis seperti
perubahan pH akan menyebabkan logam-logam yang mengendap dalam sedimen
terionisasi ke perairan. Hal inilah yang merupakan bahan pencemar dan akan
memberikan sifat toksik terhadap organisme hidup bila ada dalam jumlah yang
berlebih (Connel dan Miller 1995).
3. METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Kegiatan penelitian dilakukan di perairan Teluk Lada Kabupaten Pandeglang,
Banten, Jawa Barat. Lokasi tersebut merupakan tempat pengambilan contoh kerang.
Pengujian logam berat pada daging kerang darah (Anadara granosa) dilakukan di
Laboratorium Produktivitas Perairan dan Lingkungan (Proling) MSP FPIK (Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan) IPB. Penelitian ini dilakukan selama delapan bulan
mulai dari Desember 2009 sampai Juli 2010, yaitu pada bulan Desember, April, Mei
dan Juli. Penentuan lokasi pengambilan didasarkan pada penelitian pendahuluan
pada bulan Desember dan April. Penelitian ini dilakukan di tiga point sources
(perkebunan, muara sungai dan PLTU (pembangkit listrik tenaga uap) Labuan)
secara horizontal (sepanjang pantai) untuk mengetahui keberadaan dan kandungan
logam berat kerang darah (Anadara granosa) di perairan. Pada ketiga lokasi tersebut
hanya terdapat satu pengambilan titik contoh. Hasil dari penelitian pendahuluan
menunjukkan kerang darah hanya terdapat di lokasi perairan yang dekat dengan
PLTU Labuan. Oleh karena itu, penelitian selanjutnya hanya dilakukan pada lokasi
perairan sekitar PLTU Labuan.
Pengambilan contoh dilakukan secara horizontal dan temporal. Pengambilan
contoh temporal dilakukan pada titik yang sama seperti penelitian pendahuluan
dengan penambahan waktu pengambilan (Mei dan Juli). Pengambilan contoh
horizontal dilakukan pada tempat yang sama (sekitar PLTU) dengan penambahan
titik pengambilan, yaitu ke arah laut (2000 m dari garis pantai) dan ke arah pantai
(1000 m dari garis pantai). Penelitian ini dilakukan selama dua bulan, yaitu Mei dan
juli. Lokasi penelitian di perairan Teluk Lada ditunjukkan pada gambar di bawah ini
(gambar 3). Adapun titik koordinat lokasi pengambilan contoh adalah sebagai
berikut :
- Stasiun 1 (1000 m dari garis pantai) : 6° 24’ 21,9” LS dan 105° 49’ 4.7” BT
- Stasiun 2 (1500 m dari garis pantai) : 6° 24’ 19.1” LS dan 105° 48’ 46.3” BT
- Stasiun 3 (2000 m dari garis pantai) : 6° 24’ 32.2” LS dan 105° 48’ 34.1” BT
13
Gambar 3. Lokasi penelitian di perairan Teluk Lada, Kabupaten Pandeglang, Banten Metode Pengambilan Data dan Penelitian
Metode pengambilan data
Pengambilan data berupa data sekunder dan primer. Data primer diperoleh
dari hasil analisa di laboratorium. Sedangkan data sekunder diperoleh dari studi
literatur.
Prosedur pengambilan contoh
Pengambilan contoh dilakukan dengan menggunakan perahu nelayan untuk
menuju lokasi pengambilan contoh. Contoh yang diambil adalah air, sedimen dan
kerang darah (A. granosa). Pengambilan contoh air dilakukan menggunakan botol
vandorn water sampler. Jumlah contoh air yang diambil berjumlah ± 500 ml
kemudian contoh air dimasukkan ke dalam botol contoh yang sudah disterilkan dan
ditambahkan asam nitrat (HNO3) sebagai pengawet dan disimpan dalam coolbox.
Contoh sedimen diambil dengan menggunakan ekman grab dan dimasukan ke dalam
plastik dan diberi kertas label dengan menggunakan spidol permanen pada setiap
14
contoh, selanjutnya disimpan dalam coolbox. Kerang darah (A. granosa) diambil
dengan alat tangkap garok kemudian dimasukan ke dalam plastik. Kemudian contoh
air, sedimen, dan kerang darah dibawa ke laboratorium untuk dianalisis.
Parameter fisika-kimia perairan
` Pengukuran parameter fisik dan kimiawi dilakukan dengan dua cara, yaitu,
insitu dan analisa laboratorium. Pengamatan dan pengukuran langsung di lapangan
(insitu) dilakukan terhadap parameter suhu, salinitas, pH, DO. Analisa laboratorium
untuk parameter, kekeruhan dan logam berat dilakukan di Laboratorim Produktivitas
Lingkungan Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian
Bogor. Parameter fisik dan kimia serta alat dan metoda disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Parameter, alat dan lokasi yang digunakan untuk analisa kualitas air perairan Teluk Lada, Banten Parameter Satuan Alat Lokasi Fisika 1. Kekeruhan NTU Turbidimeter Lab 2. Suhu oC Termometer Air Raksa In Situ Kimia 1. pH - kertas pH indikator In situ 2. DO mg O2/l titrasi winkler In Situ 3. Salinitas ppt refraktometer In Situ Logam Berat 1. Hg ppm Spektrofotometer Lab 2. Cd ppm Spektrofotometer Lab 3. Pb ppm Spektrofotometer Lab Penanganan Contoh
Analisis logam berat baik pada air, sedimen, maupun kerang darah (A.
granosa) ukuran besar (>2.5 cm) dan kecil (<2.5 cm) dilakukan dengan cara
langsung untuk contoh air dan cara kering (pengabuan) untuk contoh sedimen.
Penanganan contoh dilakukan tiga tahap, yaitu preparasi, ekstraksi dan injeksi.
Tahap preparasi dilakukan pada sedimen dan daging kerang darah. Sebelum di
analisis sedimen dan daging kerang dikeringkan terlebih dahulu selama satu hari di
dalam oven dengan suhu 105º. Kemudian dilakukan penggerusan dengan
menggunakan mortar dan cawan petri, setelah itu dilakukan pemanasan kembali
dengan penambahan bahan H2SO4 dan HNO3. Hasil dari pemanasan tersebut
15
dilarutkan kembali dengan etanol 37%
Tahap ekstraksi dilakukan pada ketiga contoh, yaitu air laut, sedimen dan
daging kerang (setelah tahap preparasi) dengan menggunakan bantuan alat corong
pemisah dengan penambahan Kalium Natrium Tartarat, Hydroxylamin dan KCN
(Kalium Sianida) serta larutan ditizhon. Setelah tahap ekstraksi selesai dilakukan
tahap injeksi dengan menggunakan bantuan alat spektrofotometer. Penanganan ini
dilakukan di Laboratorium Produktivitas Lingkungan Perairan, Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan IPB.
Analisis Data
Faktor bioakumulasi atau biokonsentrasi
Untuk mengetahui nilai konsentrasi logam pada kerang maka digunakan
indeks faktor konsentrasi (Van Esch 1977 in Suprapti 2008) :
IFK (indekis faktor konsentrasi): IFK < 100 = Sifat akumulatif rendah IFK 100-1000 = Sifat akumualif sedang IFK > 1000 = Sifat akumulatif tinggi
Koefisien korelasi
Keeratan hubungan antara kandungan logam berat pada air-sedimen-kerang
darah dianalisa dengan menggunakan koefisien korelasi dan nilainya berkisar antara
-1 dan 1 (-1 ≤ r ≤ 1), nilai r yang mendekati 1 atau -1 menunjukkan semakin erat
hubungan linier antara kedua peubah tersebut. Keeratan tersebut dapat dihitung
dengan formula (Matjik & Sumertajaya 2000) :
SySxSxyr
22=
Keterangan : r : Koefisien rata-rata korelasi Sxy : Sebaran nilai pengamatan x dan y Sx2 : Keragaman nilai x Sy2 : Keragaman nilai y
16
3.5.3. Analisa deskriptif
Kandungan logam berat Hg, Cd, dan Pb yang terdapat pada air di Perairan
Panimbang Kabupaten Pandeglang dibandingkan dengan Kriteria Baku Mutu Air
Laut untuk Biota Laut tahun 2004 untuk mengetahui tingkat pencemarannya.
Sedangkan untuk baku mutu logam berat pada sedimen digunakan baku mutu yang
berasal dari standar kualitas Belanda, yaitu IADC/CEDA (1997). Baku mutu
tersebut disajikan secara berturut-turut pada Tabel 2 dan 3.
Tabel 2. Kriteria baku mutu air laut untuk biota laut (dalam ppm).
Logam Berat Kepmen LH No 51 2004
Kadmium (Cd) 0,001
Timbal (Pb) 0,008
Merkuri (Hg) 0,001
Tabel 3. Baku mutu konsentrasi logam berat dalam sedimen IADC/CEDA (1997) Logam berat Level Level Level Level Level
target limit tes intervensi bahaya Merkuri (Hg) 0,3 0,5 1,6 10 15 Kadmium (Cd) 0,8 2 7,5 12 30 Timbal (Pb) 85 530 530 530 1000 Keterangan : dalam ppm
Keterangan :
1. Level target. Jika konsentrasi kontaminan yang ada pada sedimen memiliki nilai
yang lebih kecil dari nilai level target, maka substansi yang ada pada sedimen
tidak terlalu berbahaya bagi lingkungan.
2. Level limit. Jika konsentrasi kontaminan yang ada pada sedimen memiliki nilai
maksimum yang dapat ditolerir bagi kesehatan manusia maupun ekosistem.
3. Level tes. Jika konsentrasi kontaminan yang ada pada sedimen berada pada
kisaran antara nilai level limit dan level tes, maka dikategorikan sebagai
tercemar sedang.
4. Level intervensi. Jika konsentrasi kontaminan yang ada pada sedimen berada
pada kisaran nilai level tes dan level intervensi, maka dikategorikan sebagai
tercemar berat.
17
5. Level bahaya. Jika konsentrasi kontaminan yang ada pada sedimen memiliki nilai
yang lebih besar dari baku mutu level bahaya maka harus segera dilakukan
pembersihan sedimen.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Kondisi Lingkungan Perairan
4.1.1. Temporal
Kondisi lingkungan perairan pada lokasi pengamatan secara temporal
digambarkan melalui beberapa parameter fisika-kimia, yaitu suhu, kekeruhan,
salinitas, pH, dan DO. Hasil pengamatan tersebut ditunjukkan pada Tabel 4 di
bawah ini.
Tabel 4. Parameter fisika-kimia perairan secara temporal di perairan Teluk Lada, Banten
Waktu Pengamatan
Parameter Suhu (°C)
Kekeruhan (NTU)
Salinitas (ppt)
pH
DO (mg/l)
Desember 29 3.6 34 8 6.66 April 29 6.15 25 7.5 5.83 Mei 33 15 35 7.5 4.76 Juli 31 6.8 30 7.5 6.48
Baku Mutu* 28-30 <5 Alami 7-8.5 >5 *Baku Mutu Air Laut (KepMen LH No.51 Tahun 2004 untuk Biota Laut)
Hasil pengukuran suhu, kekeruhan, salinitas, pH dan DO di perairan Teluk
Lada selama empat bulan pengamatan, yaitu pada bulan Desember, April, Mei, dan
Juli masing-masing berkisar antara 29-33°C, 3.6-15 NTU, 25-35 ppt, 7.5-8, dan
4.76-6.66 mg/l. Perbedaan nilai di tiap parameter sangat tergantung pada kondisi
lingkungan saat pengamatan. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Nontji
(2007) bahwa kondisi perairan di permukaan dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya adalah curah hujan, penguapan, intensitas radiasi matahari, dan masukan
aliran sungai.
Pada Tabel 4 dapat diketahui bahwa nilai tertinggi suhu, kekeruhan dan
salinitas berada pada bulan Mei. Suhu yang tinggi disebabkan karena lokasi
pengamatan berada dekat dengan PLTU (pembangkit listrik tenaga uap) Labuan,
yang diduga membuang limbah air panas hasil dari proses pendinginan ke laut.
Salinitas yang tinggi pada bulan Mei diduga karena adanya penguapan yang cukup
tinggi. Hal ini dapat terlihat pada kondisi suhu yang tinggi pada waktu pengamatan
yang sama. Kekeruhan yang cukup tinggi diduga disebabkan karena lokasi
pengamatan berdekatan dengan muara Sungai Cibama yang membawa berbagai
19
masukan bahan-bahan, baik organik maupun anorganik. Selain itu, kekeruhan yang
tinggi diduga berasal dari PLTU Labuan yang sudah mulai beroperasi pada bulan
April dan mengeluarkan limbah cair. Limbah cair yang dikeluarkan berupa air larian
dari timbunan batubara dan air limbah pembangkit (Bilad 2010).
Nilai pH pada perairan Teluk Lada selama pengamatan cenderung tetap. Pada
Tabel 4 dapat dilihat bulan April mulai terjadi penurunan nilai pH dari waktu
pengamatan sebelumnya. Menurut Mackereth et al. (1989) in Effendi (2003) pH
berkaitan dengan keberadaan karbondioksida di perairan. Semakin tinggi nilai pH
maka semakin rendah kadar karbondioksida bebas. Sebaliknya semakin rendah nilai
pH maka kadar karbondioksida bebas makin tinggi. Hal ini dapat terlihat pada
kandungan CO2 yang cukup tinggi dengan kandungan O2 yang cukup rendah (Tabel
4).
Kelarutan oksigen (DO) terendah di perairan Teluk Lada selama pengamatan
berada pada bulan Mei. Menurut Sanusi (2006) kelarutan O2 dalam laut dipengaruhi
oleh temperatur dan salinitas atau kadar (Cl-). Makin tinggi temperatur dan salinitas
perairan makin kecil kelarutan O2. Hal ini dapat terlihat pada Tabel 4 di atas. Pada
bulan Mei merupakan bulan yang memiliki salinitas dan temperatur yang tertinggi
dibandingkan bulan lainnya saat pengamatan. Kondisi inilah yang mengakibatkan
pada bulan tersebut memiliki kadar oksigen terlarut terendah, yaitu sebesar 4.76
mg/l. Perbedaan kadar oksigen terlarut dapat dipengaruhi oleh kandungan bahan
organik dan anorganik yang ada di perairan. Oksigen yang ada di perairan digunakan
untuk mendekomposisi dan mengoksidasi bahan-bahan tersebut. Selain itu juga,
kadar oksigen terlarut dapat dipengaruhi oleh aktivitas fotosintesis dan gerakan
massa air (Sanusi 2006).
Berdasarkan hasil pengukuran temporal dapat diketahui bahwa secara umum
kondisi lingkungan perairan di Teluk Lada masih memenuhi baku mutu (KepMen
LH No.51 Tahun 2004 untuk biota laut). Oleh karena itu, kondisi lingkungan
perairan ini masih dikatakan baik untuk kelangsungan hidup biota laut.
20
4.1.2. Horizontal
Kondisi lingkungan perairan pada lokasi pengamatan secara horizontal
digambarkan melalui beberapa parameter fisika-kimia, yaitu suhu, kekeruhan,
salinitas, pH, dan DO. Hasil pengamatan tersebut ditunjukkan pada Tabel 5 di
bawah ini.
Tabel 5. Parameter fisika-kimia perairan secara horizontal di perairan Teluk Lada, Banten
Jarak dari Pantai
(m)
Parameter Suhu (°C)
Kekeruhan (NTU)
Salinitas (ppt)
pH
DO (mg/l)
1000 31.5±0.7 19±1.4 31±7.07 7.5±0.0 5.41±0.93 1500 32±1.4 15±0.0 32.5±3.54 7.5±0.0 6.46±0.02 2000 31.5±0.7 8.75±1.1 33±2.83 7.5±0.0 6.61±0.19
Baku Mutu* 28-30 <5 Alami 7-8.5 >5 *Baku Mutu Air Laut (KepMen LH No.51 Tahun 2004 untuk Biota Laut)
Berdasarkan Tabel 5 di atas dapat diketahui nilai parameter fisika-kimia secara
horizontal (jarak lokasi dari pantai) selama pengamatan. Parameter tersebut terdiri
dari suhu, kekeruhan, salinitas dan DO. Adapun nilai kisaran rata-rata dari keempat
parameter tersebut masing-masing adalah 31.5-32 °C, 8.75-19 NTU, 31-33 ppt, 7.5,
dan 5.41-6.61 mg/l.
Selama pengamatan yang dilakukan di perairan Teluk Lada, dapat diketahui
bahwa nilai dari parameter kekeruhan mengalami penurunan berdasarkan jarak dari
pantai. Semakin jauh dari pantai maka kekeruhan semakin rendah. Hal ini
disebabkan karena adanya perbedaan jumlah masukan bahan organik maupun
anorganik ke perairan. Lokasi pengamatan yang lebih dekat dengan pantai diduga
mendapat masukan lebih besar daripada yang letaknya lebih jauh. Sebaliknya, pada
parameter salinitas dapat diketahui bahwa semakin jauh lokasi pengamatan dari
pantai maka nilainya akan semakin besar. Pada lokasi yang lebih dekat dengan
pantai (1000 m) diduga mendapat masukan air tawar dari muara Sungai Cibama,
sehingga terjadi pengenceran yang menyebabkan nilai salinitas lebih rendah
daripada lokasi lainnya. Selain itu, menurut Nontji (2007) kadar salinitas di perairan
tergantung pada penguapan. Pada lokasi yang berjarak 2000 m dari pantai diduga
terjadi penguapan yang lebih tinggi dibandingkan dengan lokasi lainnya. Hal inilah
yang menyebabkan salinitas pada jarak 2000 m menjadi lebih tinggi.
21
Seperti halnya salinitas, kadar oksigen terlarut juga mengalami peningkatan
berdasarkan jarak dari pantai. Hal ini diduga karena pada jarak 1000 m, diduga
mendapat masukan lebih besar daripada jarak 1500 m atau 2000 m. Oksigen yang
ada di perairan tersebut digunakan untuk mendekomposisi dan mengoksidasi bahan-
bahan tersebut. Selain itu juga, kadar oksigen terlarut dapat dipengaruhi oleh
aktivitas fotosintesis dan gerakan massa air (Sanusi 2006).
Nilai pH dan suhu pada ketiga lokasi pengamatan cenderung stagnan. Hal ini
menunjukkan bahwa perbedaan jarak dari pantai tidak terlalu berpengaruh terhadap
perubahan nilai dari kedua parameter tersebut. Namun, nilai ini juga dipengaruhi
oleh kondisi saat pengamatan dilakukan.
4.2. Logam Berat
4.2.1. Analisis Temporal
4.2.1.1. Logam Berat di Air
a. Merkuri (Hg)
Salah satu logam berat yang biasa ditemukan di perairan adalah merkuri (Hg).
Hasil analisa merkuri (Hg) di perairan Teluk Lada ditunjukkan pada Tabel 6 di
bawah ini.
Tabel 6. Kandungan logam berat merkuri (Hg) secara temporal di perairan Teluk Lada, Banten
Waktu pengamatan
Hg (ppm)
Baku mutu** (ppm)
Keterangan
Desember <0.0002*
0.001
BBM*** April 0.0004 BBM*** Mei 0.0003 BBM*** Juli <0.0002* BBM***
Rataan 0.00028 BBM*** *Untuk rataan nilai <0.0002 dianggap 0.0002 **Baku Mutu Air Laut (KepMen LH No.51 Tahun 2004 untuk Biota Laut) ***BBM : Bawah Baku Mutu
Kadar merkuri di perairan berkisar antara <0.0002-0.0004 ppm dengan rata-
rata 0.00028 ppm. Kadar merkuri yang diperoleh pada hasil pengukuran yang
dilakukan di perairan Teluk Lada selama pengamatan menunjukkan nilai yang
berfluktuasi. Nilai yang fluktuatif ini dapat disebabkan karena perbedaan jumlah
masukan merkuri pada saat pengamatan. Letak lokasi pengamatan ini berada dekat
dengan PLTU Labuan dan muara Sungai Cibama. Keberadaan Merkuri di perairan
22
tersebut diduga karena adanya buangan limbah cair PLTU yang mengandung
merkuri. Dalam menjalankan operasinya PLTU Labuan menggunakan batubara
sebagai bahan bakarnya. Menurut Bilad (2010) batubara dan produk buangannya,
berupa abu ringan, abu berat, dan kerak sisa pembakaran, mengandung berbagai
logam berat, salah satunya adalah merkuri. Meskipun unsur merkuri terkandung
dalam konsentrasi rendah, namun akan memberi dampak signifikan jika dibuang ke
lingkungan dalam jumlah yang besar. Selain itu, sumber merkuri juga dapat berasal
dari masukan air Sungai Cibama yang membawa limbah hasil aktivitas manusia.
Berbagai jenis aktivitas manusia dapat meningkatkan kadar merkuri di lingkungan.
Aktivitas tersebut antara lain adalah penambangan, peleburan (untuk menghasilkan
logam dari bijih tambang sulfidnya), pembakaran bahan bakar fosil, dan produksi
baja, semen serta fosfat (Lu 1995). Penggunaan merkuri dan komponen-
komponennya juga sering dipakai dalam pestisida (Darmono 1995). Pada bulan Juli
terjadi penurunan kadar merkuri dalam perairan. Hal ini disebabkan terjadinya hujan
sebelum pengamatan, sehingga terjadi pengenceran terhadap konsentrasi logam
berat.
Penelitian terdahulu mengenai kadar merkuri telah dilakukan oleh BPLHD
pada perairan sekitar PLTU di daerah Ancol, yaitu sebesar 0.003 ppm (Lestari &
Edward 2004). Jika dibandingkan dengan penelitian tersebut dapat diketahui bahwa
Teluk Lada memiliki kadar merkuri yang lebih rendah. Perbedaan ini dikarenakan
adanya perbedaan jumlah masukan merkuri ke dalam perairan, meskipun kedua
lokasi penelitian berada di sekitar PLTU. Berdasarkan nilai kandungan merkuri di
Teluk Lada (Tabel 6), dapat diketahui bahwa kandungan merkuri di perairan
tersebut masih di bawah baku mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah RI
(Kepmen LH No.51 tahun 2004 tentang kriteria baku mutu air laut untuk biota laut),
yaitu 0.001 ppm. Oleh karena itu, lingkungan perairan ini masih baik bagi
kelangsungan hidup biota laut yang ada di dalamnya.
b. Kadmium (Cd)
Kadmium merupakan salah satu logam berat yang biasa ditemukan di perairan
yang mendapatkan masukan dari berbagai aktivitas manusia. Kandungan logam
berat kadmium (Cd) di perairan Teluk Lada ditunjukkan pada Tabel 7 di bawah ini.
23
Tabel 7. Kandungan logam berat kadmium (Cd) secara temporal di perairan Teluk Lada, Banten
Waktu pengamatan
Cd (ppm)
Baku mutu** (ppm)
Keterangan
Desember <0.005*
0.001
BBM*** April <0.005* BBM*** Mei 0.0140 - Juli 0.007 -
Rataan 0.0078 - *Untuk rataan nilai <0.005 dianggap 0.005
**Baku Mutu Air Laut (KepMen LH No.51 Tahun 2004 untuk biota laut) ***BBM : Bawah Baku Mutu
Kadar Kadmium (Cd) yang didapatkan pada hasil pengukuran yang
dilakukan di Teluk Lada selama empat bulan berkisar antara <0.005-0.014 ppm
dengan rata-rata 0.0078 ppm. Kandungan logam berat kadmium di perairan Teluk
Lada umumnya lebih rendah jika dibandingkan dengan hasil pengamatan di Teluk
Banten. Berdasarkan penelitian Jumariyah (2001) kadar Cd pada saat pengamatan
berkisar antara 0.024-0.034 ppm dengan rata-rata 0.028 ppm.
Rendahnya nilai kandungan Cd di Teluk Lada jika dibandingkan dengan
perairan Teluk Banten diduga karena industri-industri yang terdapat di sekitar Teluk
Banten lebih banyak dibandingkan dengan Teluk Lada, contohnya PLTU Suralaya,
industri penambangan batubara galangan kapal, dan industri yang bergerak
pengeboran minyak lepas pantai (Mantunar et al. 1995 in Jumariyah 2001).
Masukan kadmium pada perairan Teluk Lada diduga berasal dari air sungai
dan air limbah buangan PLTU. Penggunan batubara sebagai bahan bakar dapat
menghasilkan limbah berupa logam berat, yaitu kadmium (Darmono 1995).
Berdasarkan Pacyna (1987) in Darmono (1995), dalam batubara terdapat kandungan
kadmium sebesar 0.01-300 µg/g. Selain itu, kegiatan manusia yang berada di
sepanjang sungai menjadi salah satu penyumbang keberadaan kadmium di perairan
Teluk Lada. Kadmium banyak digunakan dalam industri metalurgi, pelapisan logam,
pigmen, baterai, peralatan elektronik, pelumas, peralatan fotografi, gelas, keramik,
tekstil, dan plastik (Lu 2006).
Pada Tabel 7 dapat terlihat terjadinya kenaikan kadar Cd di perairan.
Kenaikan ini diduga karena adanya perbedaan masukan kadmium ke perairan,
dimana pada bulan Mei masukannya lebih besar dibandingkan pada bulan Desember
24
maupun April. Pada bulan Juli terjadi penurunan kadar kadmium di perairan
dikarenakan adanya pengenceran dari air hujan.
Beradasarkan nilai kandungan kadmium (Cd) pada perairan Teluk Lada yang
diperoleh selama pengamatan (Tabel 7), jika dibandingkan dengan KepMen LH No.
51 tahun 2004 (baku mutu air laut untuk biota laut) sudah melewati ambang batas
yang ditetapkan yaitu 0.001 ppm. Oleh karena itu, kadar kadmium pada perairan ini
dapat membahayakan biota yang hidup di dalamnya.
c. Timbal (Pb)
Salah satu logam berat yang dapat ditemukan di perairan yang mendapat
masukan dari kegiatan manusia adalah timbal (Pb). Berikut ini adalah kandungan
logam berat yang ditemukan di perairan Teluk Lada selama pengamatan (Tabel 8).
Tabel 8. Kandungan logam berat timbal (Pb) secara temporal di perairan Teluk Lada, Banten
Waktu Pengamatan
Pb (ppm)
Baku mutu *(ppm)
Keterangan
Desember 0.0330
0.008
- April 0.0100 - Mei 0.0300 - Juli 0.0120 -
Rataan 0.0213 - *Baku Mutu Air Laut (KepMen LH No.51 Tahun 2004 untuk Biota Laut)
Kandungan Pb di perairan berkisar 0.0100-0.0330 ppm dengan rata-rata
0.0213 ppm. Umumnya nilai kandungan Pb di perairan ini lebih rendah
dibandingkan dengan di perairan Teluk Banten, yaitu sebesar 0.015-0.575 dengan
rata-rata 0.184 (Jumariyah 2001). Perbedan ini menunjukkan adanya jumlah
masukan limbah industri dan rumah tangga yang lebih tinggi ke perairan.
Kandungan Pb di perairan Teluk Lada selama pengamatan cenderung
fluktuatif. Kondisi ini bergantung pada jumlah masukan Pb ke perairan. Seperti
halnya pada logam Hg dan Cd, masukan logam timbal pun diduga berasal dari
limbah buangan PLTU yang menggunakan batubara sebagai bahan bakarnya.
Perbedaan kadar timbal di perairan juga dapat disebabkan adanya perbedaan curah
hujan pada bulan tersebut sehingga terjadi pengenceran.
Dalam kegiatan lain, timbal juga digunakan untuk produk-produk logam
seperti amunisi, pelapis kabel, pipa, solder, bahan kimia dan pewarna (Lu 2006).
25
Selain itu aktivitas perahu motor juga berpengaruh terhadap kadar Pb di perairan.
Berdasarkan Effendi (2003) bahan bakar yang mengandung timbal (lead gasoline)
memberikan kontribusi yang berarti bagi keberadan timbal di perairan. Pada bulan
Juli terjadi penurunan kadar merkuri dalam perairan sebesar 0.0180 ppm. Hal ini
disebabkan terjadinya hujan sebelum pengamatan sehingga terjadi pengenceran
terhadap konsentrasi logam berat.
Berdasarkan hasil pengukuran kandungan Pb di perairan Teluk Lada,
dibandingkan dengan baku mutu yang telah ditetapkan oeh pemerintah RI (KepMen
LH No. 51 tahun 2004 tentang baku mutu air laut untuk biota laut) sudah melewati
ambang batas yang ditentukan, yaitu sebesar 0.008 ppm. Hal ini menunjukkan
bahwa perairan tersebut membahayakan bagi kelangsungan hidup biota laut yang
ada didalamnya.
4.2.1.2. Logam Berat di Sedimen
a. Merkuri (Hg)
Pengamatan di kandungan merkuri (Hg) di Teluk Lada dilakukan secara
temporal selama 4 bulan, yaitu Desember, April, Mei dan Juli. Berikut ini adalah
kandungan merkuri yang terdapat pada sedimen di Teluk Lada (Tabel 9).
Tabel 9. Kandungan logam berat merkuri (Hg) secara temporal pada sedimen di perairan Teluk Lada, Banten
Waktu pengamatan
Hg (ppm)
Baku mutu** (ppm)
Keterangan
Desember 0.0375
Level target = 0.3
BBM*** April 0.0475 BBM*** Mei <0.02* BBM*** Juli <0.02* BBM***
Rataan 0.03125 BBM*** *Untuk rataan nilai <0.02 dianggap 0.02 ** IADC/CEDA (1997) ***BBM : Bawah Baku Mutu
Berdasarkan hasil analisa merkuri dalam sedimen di Teluk Lada mengalami
nilai yang berfluktuasi (Tabel 9) dengan kisaran antara <0.02-0.0475 ppm dengan
rata-rata 0.03125 ppm. Nilai kandungan merkuri tertinggi terdapat pada bulan April
yaitu sebesar 0.0475 ppm, sedangkan terendah terdapat pada bulan Mei dan Juli
yaitu sebesar <0.002 Perbedaan kadar merkuri ini sangat bergantung pada kondisi
26
lingkungan perairan pada saat pengamatan. Peningkatan kadar merkuri pada
sedimen dapat disebabkan karena adanya pengendapan logam berat terlarut dalam
kolom air. Menurut Sanusi (2006) sifat kimia material padatan tersuspensi memiliki
kemampuan mengadsorpsi logam berat terlarut dalam kolom air sehingga padatan
tersebut akan menyebabkan akumulasi logam berat tersebut selain material organik
dalam sedimen.
Pada bulan Mei terjadi penurunan kadar merkuri dalam sedimen perairan. Hal
ini diduga karena adanya perpindahan merkuri baik ke perairan ataupun diserap oleh
hewan bentik. Menurut Connel dan Miller (1995), kondisi perairan yang bersifat
dinamis seperti perubahan akan menyebabkan logam-logam yang mengendap dalam
sedimen terionisasi ke perairan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh
Novotny & Olem (1994), bahwa pH memiliki hubungan yang erat dengan sifat
kelarutan logam berat. Pada pH rendah, ion bebas logam berat dapat dilepaskan
kembali ke kolom air.
Kandungan merkuri pada sedimen di perairan Teluk Lada memiliki nilai yang
tidak terlalu berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Murtini
(2005) di daerah Tanjung Pasir, yaitu sebesar 0.0385 ppm. Berdasarkan hasil
analisis merkuri di perairan Teluk Lada dibandingkan dengan baku mutu yang
ditetapkan oleh IADC/CEDA (1997), maka kadar merkuri di perairan tersebut masih
berada di bawah nilai level target. Hal ini menunjukkan bahwa substansi yang ada
pada sedimen tidak terlalu membahayakan bagi lingkungan.
b. Kadmium (Cd)
Logam berat yang biasa ditemukan di sedimen perairan adalah kadmium (Cd).
Keberadaan Cd dalam sedimen terkait dengan pengendapan logam berat yang ada
dalam perairan. Kandungan logam berat kadmium (Cd) pada sedimen selama
pengamatan ditunjukkan pada Tabel 10 di bawah ini. Pengamatan di perairan Teluk
Lada ini dilakukan secara temporal. Waktu pengamatan dilakukan selama empat
bulan, yaitu Desember, April, Mei, dan Juli.
27
Tabel 10. Kandungan logam berat kadmium (Cd) secara temporal pada sedimen di perairan Teluk Lada, Banten
Waktu Pengamatan
Cd (ppm)
Baku Mutu ** (ppm)
Keterangan
Desember <0.125*
Level target = 0.8
BBM*** April 0.153 BBM*** Mei 0.153 BBM*** Juli <0.125* BBM***
Rataan 0.139 BBM*** *Untuk rataan nilai <0.125 dianggap 0.125 ** IADC/CEDA (1997) ***BBM : Bawah Baku Mutu
Kadar kadmium pada sedimen di perairan Teluk Lada (Tabel 10) berkisar
antara 0.125-0.153 ppm dengan rata-rata 0.139 ppm. Pada bulan April terjadi
peningkatan kandungan kadmium dalam sedimen, sedangkan pada bulan Mei tidak
terjadi peningkatan maupun penurunan kadar kadmium dalam sedimen (stagnan).
Pada bulan Juli terjadi penurunan kadar kadmium menjadi 0.125 ppm.
Perbedaan kadar kadmium dalam sedimen tergantung pada kondisi
lingkungan saat pengamatan. Jumlah masukan logam berat ke perairan, arus, dan
laju pengendapan diduga dapat mempengaruhi peningkatan kadar Cd pada sedimen.
Logam berat kadmium yang terlarut dalam air akan mengalami proses adsorpsi oleh
partikel tersuspensi dan mengendap di sedimen (Sanusi 2006). Adapun nilai yang
stagnan pada bulan Mei dan April diduga karena partikel tersuspensi yang
mengandung logam Cd hanya sedikit atau belum semua terendapkan ke sedimen.
Penurunan yang terjadi pada bulan Juli diduga karena adanya kondisi lingkungan
perairan yang bersifat dinamis. Menurut Connel dan Miller (1995), kondisi perairan
yang bersifat dinamis akan menyebabkan logam-logam yang mengendap dalam
sedimen terionisasi ke perairan. Selain itu, penurunan juga dapat disebabkan karena
adanya penyerapan (absorpsi) logam berat yang hidup di dalam sedimen tersebut
(Triquet, Berthet dan Metayer 1988 in Wahyono 1993).
Jika dibandingkan dengan baku mutu yang ditetapkan oleh IADC/CDEA,
maka kandungan kadmium perairan ini masih di bawah level target. Level target ini
dapat diartikan jika kontaminan yang ada pada sedimen memiliki nilai yang lebih
kecil dari nilai level target, maka substansi yang ada pada sedimen tidak terlalu
berbahaya bagi lingkungan.
28
c. Timbal (Pb)
Pengamatan di kandungan timbal (Pb) di perairan Teluk Lada dilakukan
selama 4 bulan, yaitu Desember, April, Mei dan Juli. Berikut ini adalah kandungan
merkuri yang terdapat pada sedimen di Teluk Lada (Tabel 11).
Tabel 11. Kandungan logam berat timbal (Pb) secara temporal pada sedimen di perairan Teluk Lada, Banten
Waktu pengamatan
Pb (ppm)
Baku mutu * (ppm)
Keterangan
Desember 0.150
Level target = 0.8
BBM** April 0.225 BBM** Mei 0.150 BBM** Juli 0.175 BBM**
Rataan 0.175 BBM** * IADC/CEDA (1997) **BBM : Bawah Baku Mutu
Nilai kandungan timbal (Pb) yang diamati pada lokasi penelitian, yaitu
perairan Teluk Lada, menunjukkan nilai yang berfluktuasi (Tabel 11). Pengamatan
dilakukan selama 4 bulan. Kadar timbal di perairan Teluk Lada berkisar 0.150-0.225
ppm dengan rata-rata 0.175 ppm. Perbedaan kadar timbal bergantung pada kondisi
lingkungan perairan pada saat pengamatan. Seperti halnya pada logam berat lainnya,
logam inipun meningkat karena adanya pengendapan logam berat di perairan yang
telah diadsorpsi oleh padatan tersuspensi (Sanusi 2006).
Menurut Connel dan Miller (1995), kondisi perairan yang bersifat dinamis
akan menyebabkan logam-logam yang mengendap dalam sedimen terionisasi ke
perairan. Di samping itu sedimen mudah tersuspensi karena pergerakan massa air
yang akan melarutkan kembali logam yang dikandungnya ke dalam air Sutamihardja
et al. (1982) in Marganof (2003). Hal inilah yang diduga menyebabkan penurunan
kandungan Pb pada bulan Mei. Selain itu, pengurangan kadar Pb juga diduga karena
adanya penyerapan yang dilakukan oleh organisme yang hidup di dalamnya
(Triquet, Berthet dan Metayer 1988 in Wahyono 1993).
Beradasarkan hasil analisis merkuri di perairan Teluk Lada dibandingkan
dengan baku mutu yang ditetapkan oleh IADC/CEDA (1997), maka kadar timbal di
perairan tersebut masih berada di bawah nilai level target. Hal ini menunjukkan
bahwa substansi yang ada pada sedimen tidak terlalu membahayakan bagi
lingkungan.
29
4.2.1.3. Logam Berat pada Daging Kerang Darah (Anadara granosa)
a. Merkuri (Hg)
Analisis kandungan logam berat pada kerang darah (A. granosa) di perairan
Teluk Lada dilakukan pada dua ukuran panjang yang berbeda, yaitu kecil (<2.5 cm)
dan besar (>2.5 cm). Kandungan logam berat merkuri pada kerang darah (A.
granosa) ditunjukkan pada Tabel 12 di bawah ini.
Tabel 12. Kandungan logam berat merkuri (Hg) pada kerang darah (Anadara granosa) secara temporal di perairan Teluk Lada, Banten
Waktu pengamatan Besar (ppm) Kecil (ppm) Desember
0.03 <0.02* 0.03 <0.02*
April
<0.02* <0.02* 0.04 <0.02*
Mei
<0.02* <0.02* <0.02* <0.02*
Juli
<0.02* <0.02* <0.02* <0.02*
Rataan 0.025 <0.02 *Untuk rataan <0.02 dianggap 0.02
Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan selama pengamatan,
didapatkan kandungan merkuri (Hg) pada kerang berukuran kecil adalah <0.02 ppm.
Sedangkan pada kerang berukuran besar berkisar <0.02-0.04 ppm dengan rata-rata
0.025 ppm. Semakin besar ukuran tubuh kerang maka kandungan logam berat dalam
tubuhnya juga akan semakin meningkat. Umumnya pada saat pengamatan
kandungan merkuri cenderung stagnan bahkan pada bulan Mei terjadi penurunan.
Hal ini diduga karena adanya efek fisiologis dari kerang tersebut, seperti
kemampuan untuk mengeliminasi logam, kecepatan makan dan laju absorpsi
(Nurjanah 1983 in Jumariyah 2001).
Kandungan merkuri pada kerang darah telah dilakukan sebelumnya oleh
Murtini (2003) di Perairan Tanjung Balai, yaitu sebesar 0.0123 ppm. Jika
dibandingkan, kadar merkuri pada kerang darah di Teluk Lada lebih besar
dibandingkan dengan Perairan Tanjung Balai. Berdasarkan WHO in Sorensen
(1948) dan Depkes RI in Murtini dan Ariyani (2005) mengatakan bahwa maksimum
kandungan merkuri (Hg) masing-masing adalah 0.3 ppm dan 0.5 ppm. Oleh karena
30
itu, berdasarkan parameter logam Hg dalam tubuh kerang maka kerang darah masih
layak untuk dikonsumsi.
b. Kadmium (Cd)
Kadar kadmium (Cd) pada daging kerang darah (Anadara granosa) ukuran
besar (>2.5) dan ukuran kecil (<2.5) dapat dilihat pada Gambar 4. Pada kerang
berkuran kecil kadar kadmium berkisar 0.1780-0.3000 ppm dengan rataan 0.2101
ppm, sedangkan pada kerang ukuran besar berkisar 0.2125-0.4250 ppm dengan
rataan 0.2565 ppm. Kadar kadmium pada kerang darah di perairan Teluk Lada
memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Murtini (2003) di Perairan Tanjung Balai, yaitu sebesar 0.0232 ppm.
Hal ini diduga karena adanya perbedaan kandungan logam baik dalam lingkungan
perairan maupun masukan ke perairan tersebut. Selama pengamatan terjadi
peningkatan kandungan kadmium pada kerang baik ukuran besar maupun ukuran
kecil.
Kerang darah merupakan salah satu biota yang bersifat deposite feeder (Broom
1985) sehingga mampu mengakumulasi kadmium dalam tubuhnya. Semakin besar
kerang darah maka semakin lama untuk mengakumulasi logam berat, sehingga kadar
logam tersebut akan semakin tinggi. Hal ini didukung dari penelitian yang dilakukan
sebelumnya pada kerang hijau, yang menunjukkan bahwa terjadi korelasi positif
antara ukuran kerang dengan kandungan logam berat dalam tubuh (Aunurohim
2005). Logam berat yang terdapat dalam lingkungan dapat terakumulasi dalam
jaringan tubuh kerang. Oleh karena itu biota ini dapat dijadikan organisme bio-
monitoring terhadap pencemaran lingkungan perairan yang disebabkan oleh logam
berat (Goksu et al. 2005).
31
Gambar 4. Rata-rata kandungan logam berat kadmium (Cd)
pada kerang darah (Anadara granosa) secara temporal di perairan Teluk Lada, Banten
Berdasarkan hasil analisa, kandungan kadmium (Cd) pada daging kerang darah
baik ukuran kecil maupun besar masih berada pada batas yang diperbolehkan.
Menurut The National Food Authority (NFA) (1995) in Murtini & Ariyani (2005)
menyatakan bahwa kandungan kadmium pada kekerangan yang diperbolehkan
adalah sebesar 1 ppm. Oleh karena itu, berdasarkan parameter Cd pada tubuh kerang
maka kerang ini masih layak untuk dikonsumsi oleh masyarakat.
c. Timbal (Pb)
Berdasarkan hasil analisa terhadap daging kerang darah (ukuran besar : >2.5
cm dan ukuran kecil : <2.5 cm) dapat diketahui bahwa secara umum terjadi
peningkatan kandungan timbal (Pb) selama pengamatan di perairan Teluk Lada
(Gambar 5). Semakin besar ukuran biota maka kandungan logam dalam tubuhnya
semakin tinggi. Hal ini didukung oleh penelitian Etim et al. (1991) pada spesies
Egeria radiata yang dilakukan secara temporal (November 1987-September 1989)
di The Cross River, Nigeria, yang menunjukkan bahwa semakin besar bobot tubuh
kerang maka kandungan Pb semakin tinggi. Selain itu, kerang darah merupakan
salah satu dari jenis bivalvia. Bivalvia merupakan suatu biota yang hidup menetap
pada substrat suatu perairan (sedenter) dan bersifat deposite feeder serta mampu
mengakumulasi logam berat yang masuk ke dalam tubuhnya. Kemampuan inilah
yang menyebabkan biota tersebut dijadikan bioindikator bagi pencemaran perairan
laut yang disebabkan oleh logam berat (Goksu et al. 2005).
32
Gambar 5 menunjukkan bahwa kandungan logam berat timbal (Pb) pada
kerang ukuran kecil berkisar 0.1775-0.2630 ppm dengan rata-rata 0.2069 ppm
sedangkan pada kerang ukuran besar 0.2400-0.3500 ppm dengan rata-rata 0.2856
ppm.
Gambar 5. Rata-rata kandungan logam berat timbal (Pb) pada kerang darah
(Anadara granosa) secara temporal di perairan Teluk Lada, Banten
Pada Gambar 5 dapat dilihat adanya penurunan kadar timbal pada kerang
ukuran besar (bulan Mei). Hal ini diduga karena pada kerang ukuran besar, selain
memiliki kemampuan untuk mengakumulasi logam juga mampu mengeleminasinya
(Nurjanah 1983 in Jumariyah 2001).
Menurut Depkes RI dan FAO in Umbara et al. (2006) menyatakan bahwa
batas maksimum kadar timbal (Pb) pada makanan dan ikan beserta hasil perairan
lainnya masing-masing adalah 4 ppm dan 2 ppm. Berdasarkan standar tersebut maka
dapat dikatakan bahwa kandungan Pb pada daging kerang darah (A. granosa) pada
perairan Teluk Lada selama pengamatan masih berada di bawah ambang batas yang
diperbolehkan dan layak untuk dikonsumsi oleh masyarakat.
4.2.2. Analisis Horizontal
4.2.2.1. Logam Berat pada Air
a. Merkuri (Hg)
Salah satu logam berat yang dapat ditemukan di perairan yang mendapat
masukan dari kegiatan manusia adalah merkuri (Hg). Berikut ini adalah kandungan
logam berat yang ditemukan di perairan Teluk Lada selama pengamatan (Tabel 13).
33
Tabel 13. Kandungan logam berat merkuri (Hg) secara horizontal di perairan Teluk Lada, Banten
Jarak dari Pantai
(m)
Hg (ppm)
Rataan (ppm)
Baku mutu** (ppm)
Keterangan
1000
0.0003 0.00025
0.001
BBM*** <0.0002*
1500
0.0003 0.00025
BBM*** <0.0002*
2000
0.0004 0.0003
BBM*** <0.0002*
*Untuk rataan nilai <0.0002 dianggap 0.0002 **Baku Mutu Air Laut (KepMen LH No.51 Tahun 2004 untuk Biota Laut) *** BBM : Bawah Baku Mutu
Kandungan logam berat merkuri (Hg) yang berada di Teluk Lada selama
pengamatan berkisar antara <0.0002-0.0004 ppm. Pada jarak 1000 m dari pantai
rata-rata kandungan logam berat merkuri (Hg) sebesar 0.00025 ppm, pada jarak
1500 m sebesar 0.00025 ppm, dan pada 2000 m sebesar 0.0003 ppm. Pada Tabel 13
terlihat adanya peningkatan kadar merkuri di perairan. Hal ini diduga adanya arus
besar yang berasal dari lokasi 1 (1000 m) atau 2 (1500 m) ke lokasi 3 (2000 m) yang
dapat membawa masukan limbah berupa merkuri.
Masukan merkuri pada teluk Lada diduga berasal dari air sungai dan air limbah
buangan PLTU. Kegiatan PLTU ini mengunakan batubara sebagai bahan bakar.
Salah satu logam hasil pembakaran dari batubara adalah merkuri (Bilad 2010).
Berdasarkan Pacyna (1987) in Darmono pada batubara terkandung 0.01-1.6 µg/g.
Selain itu, aktivitas penduduk di sepanjang sungai menjadi salah satu sumber
masukan merkuri ke perairan. Senyawa merkuri banyak digunakan dalam klor
alkali, peralatan listrik, cat dan termometer (Sudarmaji 2006). Penggunaan merkuri
dan komponen-komponennya juga sering dipakai dalam industri pertanian, yaitu
pestisida (Darmono 1995).
Berdasarkan nilai kandungan merkuri pada perairan Teluk Lada (Tabel 13),
dapat diketahui bahwa kandungan merkuri pada ketiga jarak yang diamati dari
pantai masih di bawah baku mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah RI
(Kepmen LH No.51 tahun 2004 tentang kriteria baku mutu air laut untuk biota laut),
yaitu 0.001 ppm. Oleh karena itu, lingkungan perairan ini masih baik bagi
kelangsungan hidup biota laut yang ada di dalamnya.
34
b. Kadmium (Cd)
Kadar kadmium (Cd) pada perairan selama pengamatan berkisar antara 0.006-
0.018 ppm. Rata-rata kandungan kadmium pada jarak 1000 m dari pantai sebesar
0.018 ppm, 1500 m sebesar 0.0105 ppm, dan 2000 m sebesar 0.008 ppm. Pada
Gambar 6 dapat terlihat adanya penurunan nilai kadmium pada antar stasiun. Hal ini
terjadi karena adanya perbedaan letak stasiun terhadap sumber masukan kadmium.
Stasiun 1 (1000 m) berada lebih dekat dengan pantai dan sumber masukan
dibandingkan dengan stasiun 2 (1500 m) dan 3 (2000 m) (lebih ke arah laut).
Sumber kadmium pada Teluk Lada diduga berasal dari air sungai dan air
limbah buangan PLTU. Penggunaan batubara sebagai bahan bakar pada kegiatan
PLTU dapat menghsilkan logam berat kadmium (Bilad 2010). Berdasarkan
penelitian di Eropa pada tahun 1979, menyatakan bahwa kandungan kadmium pada
pembuangan limbah yang berasal dari penggunaan batubara sebagai bahan bakar
untuk energi listirik adalah sebesar 733 ton/tahun. (Pacyna 1987 in Darmono 1995).
Selain itu, kegiatan manusia yang berada di sepanjang sungai menjadi salah satu
penyumbang keberadaan kadmium di perairan Teluk Lada. Kadmium banyak
digunakan dalam industri metalurgi, pelapisan logam, pigmen, baterai, peralatan
elektronik, pelumas, peralatan fotografi, gelas, keramik, tekstil, dan plastik (Lu
2006). Peluruhan batuan yang ada disekitar sungai juga dapat menjadi penyebab
masuknya Cd ke perairan (Murtini & Ariyani 2005).
Baku Mutu = 0.001 ppm
0
0,002
0,004
0,006
0,008
0,01
0,012
0,014
0,016
0,018
0,02
1000 1500 2000J a rak dari P anta i (m)
Cd (ppm)
Gambar 6. Rata-rata kandungan logam berat kadmium (Cd) secara horizontal
di perairan Teluk Lada, Banten
35
Beradasarkan nilai kandungan kadmium (Cd) pada perairan Teluk Lada yang
diperoleh selama pengamatan (Gambar 6), jika dibandingkan dengan KepMen LH
No. 51 tahun 2004 (baku mutu air laut untuk biota laut) sudah melewati ambang
batas yang ditetapkan yaitu 0.001 ppm. Oleh karena itu dapat diketahui bahwa kadar
kadmium pada perairan ini dapat membahayakan biota yang hidup di dalamnya.
c. Timbal (Pb)
Gambar 7 menunjukkan kadar timbal (Pb) di perairan Teluk Lada. Kadar
timbal di perairan tersebut berkisar antara 0.007-0.036 ppm. Rata-rata kandungan Pb
pada jarak 1000 m, 1500 m, dan 2000 m masing-masing adalah 0.0215 ppm, 0.021
ppm, dan 0.0225 ppm. Selama pengamatan dapat diketahui adanya penurunan
kandungan Pb dari jarak 1000 m ke jarak 1500 m. Hal ini terjadi karena lokasi
penelitian horizontal ke arah laut, sehingga menyebabkan adanya perbedaan letak
pengambilan contoh terhadap sumber masukan timbal. Stasiun 1 (1000 m) berada
lebih dekat dengan pantai dan sumber masukan dibandingkan dengan stasiun 2
(1500). Pada stasiun 3 (2000 m) terjadi kenaikan nilai Pb. Hal ini diduga karena
adanya aktivitas penangkapan dengan menggunakan perahu motor yang berbahan
bakar timbal di daerah tersebut. Nelayan melakukan aktivitas penangkapan di sekitar
daerah yang berjarak 2000 m dari pantai karena hasil tangkapannya lebih banyak.
Selain itu, pada stasiun 2 (1500 m) terdapat satu sisa keramba yang dibuat oleh
penduduk sehingga mempersulit nelayan untuk melakukan aktivitas penangkapan di
daerah tersebut. Berdasarkan Effendi (2003) bahan bakar yang mengandung timbal
(lead gasoline) memberikan kontribusi yang berarti bagi keberadan timbal di
perairan.
Keberadaan timbal di perairan dapat berasal dari berbagai sumber. Letak
perairan Lada yang dekat dengan PLTU dan muara Sungai Cibama, memunculkan
dugaan bahwa masukan Pb ke dalam perairan berasal dari aktivitas di kedua tempat
tersebut. Operasi PLTU Labuan menggunakan batubara sebagai bahan bakarnya.
Menurut Bilad (2010) batubara dan produk buangannya, berupa abu ringan, abu
berat, dan kerak sisa pembakaran, mengandung berbagai logam berat, salah satunya
adalah timbal (Pb). Pacyna (1987) in Darmono (1995) pada batubara terkandung
0.70-220 µg/g. Selain itu, dalam penelitiannya Pacyna menyebutkan bahwa di Eropa
36
(1979) membuang 733 ton/tahun sebagai limbah batubara sebagai bahan bakar untuk
menghasilkan energi listrik.
Baku Mutu = 0.008 ppm
0
0,005
0,01
0,015
0,02
0,025
1000 1500 2000
J a rak dari Panta i (m)
Hg (ppm)
Gambar 7. Rata-rata kandungan logam berat timbal (Pb) di perairan Teluk Lada,
Banten
Dalam kegiatan lain, timbal juga digunakan untuk produk-roduk logam seperti
amunisi, pelapis kabel, pipa, solder, bahan kimia dan pewarna (Lu 2006). Selain itu
aktivitas perahu motor juga berpengaruh terhadap kadar Pb di perairan. Berdasarkan
nilai kandungan timbal pada perairan Teluk Lada (Gambar 7), dapat diketahui
bahwa kandungan timbal pada 3 stasiun yang diamati berada di atas baku mutu
yang telah ditetapkan oleh pemerintah RI (Kepmen LH No.51 tahun 2004 tentang
kriteria baku mutu air laut untuk biota laut), yaitu 0.008 ppm. Oleh karena itu,
dilihat dari parameter keberadaan logam berat Pb di perairan dapat diketahui bahwa
kondisi perairan Teluk Lada dapat membahayakan biota laut yang hidup
didalamnya.
4.2.2.2. Logam Berat pada Sedimen
a. Merkuri (Hg)
Kandungan logam berat merkuri (Hg) pada sedimen selama pengamatan
ditunjukkan pada Tabel di bawah ini. Pengamatan di lokasi penelitian dilakukan
secara horizontal (horizontal ke arah laut).
37
Tabel 14. Kandungan logam berat merkuri (Hg) pada sedimen secara horizontal di perairan Teluk Lada,Banten
Jarak dari Pantai (m)
Hg (ppm)
Rataan (ppm)
Baku mutu* (ppm)
Keterangan
1000
<0.02 <0.02
Level target = 0.3
BBM** <0.02
1500
<0.02 <0.02
BBM** <0.02
2000 <0.02
<0.02
BBM** <0.02 * IADC/CEDA (1997) ** BBM : Bawah Baku Mutu
Pada Tabel 14 terlihat bahwa rata-rata kandungan kadar Hg pada setiap jarak
pengamatan di Teluk Lada selama penelitian memiliki nilai yang sama yaitu <0.02
ppm. Kadar kandungan logam berat merkuri pada sedimen lebih tinggi
dibandingkan pada kolom perairan. Hal ini diduga karena adanya laju pengendapan
logam berat. Logam berat yang ada dalam perairan akan mengalami proses
penggabungan dengan senyawa lain, sehingga menjadi lebih berat akhirnya terjadi
pengendapan di sedimen. Selama penelitian, perbedaan jarak pengamatan ternyata
tidak memberikan pengaruh terhadap kandungan logam berat merkuri (Hg) pada
sedimen. Letak stasiun 1 (jarak 1000 m) yang lebih dekat dengan masukan Hg
dibandingkan dengan stasiun 2 (1500 m) dan 3 (2000 m) mempunyai nilai yang
tidak berbeda dengan stasiun lainnya. Hal ini diduga karena adanya proses fisika,
kimia dan biologi yang terjadi di dalamnya.
Beradasarkan hasil analisis merkuri di 3 stasiun pada perairan Teluk Lada
dibandingkan dengan baku mutu yang ditetapkan oleh IADC/CEDA (1997), maka
kadar merkuri di perairan tersebut masih berada di bawah nilai level target. Hal ini
menunjukkan bahwa substansi yang ada pada sedimen tidak terlalu membahayakan
bagi lingkungan.
b. Kadmium (Cd)
Pengamatan secara horizontal terhadap kandungan kadmium (Cd) dilakukan
pada 3 titik horizontal ke arah laut. Berikut ini adalah kandungan merkuri yang
terdapat pada sedimen di Teluk Lada (Tabel 15).
38
Tabel 15. Kandungan logam kadmium (Cd) pada sedimen di perairan Teluk Lada, Banten
Jarak dari pantai
(m)
Cd (ppm)
Rataan (ppm)
Baku mutu** (ppm)
Keterangan
1000
0.150 0,138
Level target = 0.8
BBM*** <0.125*
1500
0.150 0,138 BBM*** <0.125*
2000
0.150 0,138 BBM*** <0.125*
*Untuk rataan nilai <0.125 dianggap 0.125 **IADC/CEDA (1997) *** BBM : Bawah Baku Mutu
Pada Tabel 15 dapat dilihat bahwa kandungan kadmium di perairan Teluk
Lada yang diamati berkisar antara 0.125-150 ppm dengan rata-rata di 3 stasiun
(1000 m, 1500 m, dan 2000 m) adalah 0,138 ppm. Perbedaan jarak stasiun dari
tempat yang diduga menjadi masukan kadmium tidak memberikan pengaruh
terhadap kandungannya dalam sedimen. Kadar kadmium yang sama di setiap stasiun
diduga karena adanya perbedaan proses fisika, kimia, dan biologi di dalamnya.
Adanya perbedaan arus, laju pengendapan, konsentrasi kadmium di perairan
berpengaruh terhadap kebereradaan kadmium di perairan.
Jika dibandingkan dengan baku mutu yang ditetapkan oleh IADC/CDEA,
maka kandungan kadmium perairan ini masih di bawah level target. Level target ini
dapat diartikan jika kontaminan yang ada pada sedimen memiliki nilai yang lebih
kecil dari nilai level target, maka substansi yang ada pada sedimen tidak terlalu
berbahaya bagi lingkungan.
c. Timbal (Pb)
Logam berat yang biasa ditemukan di sedimen perairan adalah timbal (Pb).
Keberadaan Pb dalam sedimen terkait dengan pengendapan logam berat yang ada
dalam perairan. Kandungan Pb dalam sedimen di perairan Teluk Lada selama
pengamatan ditunjukkan pada Tabel 16 di bawah ini. Pengamatan di lokasi
penelitian dilakukan secara horizontal (horizontal ke arah laut).
39
Tabel 16. Kandungan logam timbal (Pb) pada sedimen di perairan Teluk Lada, Banten
Jarak dari Pantai
(m)
Pb (ppm)
Rataan (ppm)
Baku mutu* (ppm)
Keterangan
1000
0.175 0.175
Level target = 85
BBM** 0.175
1500
0.150 0.1625
BBM** 0.175
2000
<0.125 <0.125
BBM** <0.125
* IADC/CEDA (1997) **BBM : Bawah Baku Mutu
Kadar timbal (Pb) pada perairan Teluk Lada yang dilakukan selama
pengamatan berkisar antara <0.125-0.175 ppm dengan rata-rata pada stasiun 1 (1000
m) adalah 0.175 ppm, stasiun 2 (1500 m)sebesar 0.1625 ppm dan stasiun 3 (2000 m)
sebesar <0.125 ppm. Pada Tabel 16 terlihat adanya penurunan kadar Pb antar
stasiun. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan letak stasiun terhadap sumber
masukan timbal. Stasiun 1 berada lebih dekat dengan pantai dan sumber masukan
dibandingkan dengan stasiun 2 dan 3 (lebih ke arah laut).
Letak Teluk Lada yang dekat dengan PLTU Labuan dan muara Sungai
Cibama, memunculkan dugaan bahwa masukan timbal (Pb) ke dalam perairan
berasal dari aktivitas di kedua tempat tersebut. Keberadaan timbal pada sedimen
dapat disebabkan karena adanya pengendapan logam berat yang ada di kolom
perairan karena telah berikatan dengan padatan tersuspensi (Sanusi 2006).
Perbedaan kandungan logam berat timbal dalam sedimen di setiap stasiun (Tabel 16)
dapat terjadi karena perbedaan timbal di perairan (Gambar 7) dan padatan
tersuspensi yang ada di perairan. Selain itu kondisi perairan yang dinamis dan
absorpsi oleh organisme dapat mempengaruhi kadar timbal di suatu tempat (Connel
& Miller 1995). Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Murtini (2005)
menunjukkan bahwa kandungan logam berat pada sedimen yang berjarak 1 mil dari
pantai lebih tinggi daripada 2 mil. Hal ini disebabkan karena pengendapan yang
terjadi di daerah pada jarak 1 mil lebih besar dibandingkan pada jarak 2 mil, karena
adanya pengaruh arus.
Beradasarkan hasil analisis merkuri di perairan Teluk Lada dibandingkan
dengan baku mutu yang ditetapkan oleh IADC/CEDA (1997), maka kadar timbal di
40
perairan tersebut masih berada di bawah nilai level target. Hal ini menunjukkan
bahwa substansi yang ada pada sedimen tidak terlalu membahayakan bagi
lingkungan.
4.2.2.3. Logam Berat pada Daging Kerang Darah (Anadara granosa)
a. Merkuri (Hg)
Analisis kandungan logam berat pada kerang darah (Anadara granosa) di
Teluk Lada dilakukan pada dua ukuran panjang yang berbeda, yaitu kecil (<2.5 cm)
dan besar (>2.5 cm). Kandungan logam berat merkuri pada kerang darah (Anadara
granosa) ditunjukkan pada Tabel 17 di bawah ini.
Tabel 17. Kandungan logam berat merkuri (Hg) pada kerang darah (Anadara granosa) secara horizontal di perairan Teluk Lada, Banten
Jarak dari Pantai (m)
Besar (ppm)
Kecil (ppm)
1000
<0.02 <0.02 <0.02 <0.02
1500
<0.02 <0.02 <0.02 <0.02
2000
<0.02 <0.02 <0.02 <0.02
Rataan <0.02 <0.02
Berdasarkan hasil pengukuran selama pengamatan, dapat diketahui bahwa
tidak terdapat perbedaan kandungan logam berat merkuri (Hg) pada kerang darah
baik berdasarkan ukuran maupun lokasi pengambilan. Pada kerang darah ukuran
besar (>2.5 cm) maupun ukuran kecil (<2.5 cm) memiliki kadar merkuri yang sama,
yaitu sebesar < 0.02 ppm. Hal ini diduga karena kandungan merkuri yang sama pada
sedimen. Selain itu, kondisi fiologis kerang seperti kemampuan untuk
mengeliminasi logam, tingkat kelaparan, kecepatan makan, dan laju absorpsi diduga
menjadi penyebab samanya kadar logam dalam tubuh (Nurjanah 1983 in Jumariyah
2001).
Penelitian mengenai kandungan logam berat merkuri dalam kerang darah di
beberapa perairan telah dilakukan oleh peneliti terdahulu, salah satunya adalah di
daerah perairan Tanjung Pasir, Jawa Barat. Menurut Murtini (2005) kandungan
merkuri pada daerah tersebut adalah 0.0993 ppm. Kandungan logam merkuri di
41
Teluk Lada lebih rendah dibandingkan dengan di Tanjung pasir. Rendahnya kadar
merkuri ini diduga karena adanya perbedaan jumlah masukan merkuri yang berasal
dari industri ataupun aktivitas penduduk lainnya. Jika dibandingkan dengan WHO in
Sorensen (1948) dan Depkes RI in Murtini dan Ariyani (2005), baik di Tanjung
pasir ataupun Teluk Lada masih berada di bawah ambang batas yang diperbolehkan,
yaitu adalah 0.3 ppm dan 0.5 ppm. Oleh karena itu, kerang darah di daerah ini
masih layak dikonsumsi oleh masyarakat.
b. Kadmium (Cd)
Kadar kadmium (Cd) pada kerang darah (Anadara granosa) ukuran besar
(>2.5 cm) dan kecil (<2.5 cm) selama pengamatan di Teluk Lada mengalami
penurunan. Kadar logam berat Cd pada kerang ukuran kecil berkisar antara 0.200-
0.271 ppm dengan rata-rata 0.237 ppm, sedangkan pada ukuran besar berkisar antara
0.255-0.356 ppm dengan rata-rata 0.308 ppm. Penurunan kadar Cd di setiap stasiun
(Gambar 8) diduga karena adanya perbedaan lokasi pengamatan. Pengamatan
dilakukan secara horizontal ke arah laut, dimana stasiun 1 (1000 m) lebih dekat
dengan pantai yang diduga menjadi sumber masukan Cd. Masukan kadmium dapat
berasal dari limbah PLTU Labuan maupun aliran Sungai Cibama.
0,000
0,050
0,100
0,150
0,200
0,250
0,300
0,350
0,400
1000 1500 2000
J a rak dari P anta i (m)
Cd (ppm)
K ecil
Bes ar
Gambar 8. Rata-rata kandungan logam berat kadmium (Cd) pada kerang darah
(Anadara granosa) secara horizontal di perairan Teluk Lada, Banten.
Terdapat perbedaan kandungan logam berat timbal dalam kerang darah ukuran
kecil dan besar. Kadar Cd dalam kerang ukuran besar cenderung lebih besar
dibandingkan dengan ukuran kecil. Semakin besar kerang darah maka semakin lama
untuk mengakumulasi logam berat, sehingga kadar logam tersebut akan semakin
tinggi. Berdasarkan hasil yang didapatkan dari pengamatan dapat diketahui bahwa
kandungan Cd di perairan masih di bawah ambang batas yang telah ditetapkan oleh
42
The National Food Authority (NFA) (1995) in Murtini & Ariyani (2005)
menyatakan bahwa kandungan kadmium pada kekerangan yang diperbolehkan
adalah sebesar 1 ppm. Oleh karena itu, kerang darah di perairan Teluk Lada baik
ukuran besar maupun ukuran kecil masih layak untuk dikonsumsi oleh masyarakat.
c. Timbal (Pb)
Pada Gambar 9 dapat terlihat bahwa pada kerang darah ukuran kecil (<2.5 cm)
memiliki kandungan timal (Pb) berkisar antara 0.225-0.294 ppm dengan rata-rata
0.250 ppm. Pada kerang darah ukuran besar (>2.5 cm) berkisar antara 0.260-0.313
ppm dengan rata-rata 0.294 ppm. Kadar Cd pada kerang darah baik ukuran kecil
maupun besar di tiap stasiun cenderung mengalami penurunan. Hal ini diduga terjadi
karena perbedaan lokasi pengamatan (horizontal ke arah laut) mempengaruhi
penyebaran logam berat di perairan. Stasiun 1 (1000 m) yang berada lebih dekat
dengan pantai diduga mempunyai potensi kandungan kadmium lebih tinggi diantara
2 stasiun lainnya (1500 m dan 2000 m) karena berdekatan dengan sumber masukan.
Makin jauh letak stasiun dari sumber masukan, maka makin kecil kandungan logam
yang terdapat pada stasiun tersebut.
0,000
0,050
0,100
0,150
0,200
0,250
0,300
0,350
1000 1500 2000
J a rak dari P anta i (m)
Pb (ppm
)
Kecil
Bes ar
Gambar 9. Rata-rata kandungan logam berat timbal (Pb) pada kerang darah
(Anadara granosa) secara horizontal di perairan Teluk Lada, Banten.
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Murtini (2005) menunjukkan adanya
kandungan logam berat Pb pada kerang darah sebesar 0.110 ppm di perairan
Tanjung Pasir, Jawa Barat. Kadar Pb di Teluk Lada cenderung lebih besar
dibandingkan dengan Perairan Tanjung Pasir. Hal ini diduga karena perbedaan
masukan Pb di perairan, misalnya limbah industri. Menurut Depkes RI dan FAO in
Umbara et al. (2006) menyatakan bahwa batas maksimum kadar timbal (Pb) pada
43
makanan dan ikan beserta hasil perairan lainnya masing-masing adalah 4 ppm dan 2
ppm. Berdasarkan standar tersebut maka dapat dikatakan bahwa kandungan Pb pada
daging kerang darah (A. granosa) di Teluk Lada selama pengamatan masih berada di
bawah ambang batas yang diperbolehkan dan layak untuk dikonsumsi.
4.3. Rasio Kandungan Logam Berat
4.3.1. Rasio Kandungan Logam Berat antara Air dan Sedimen
Ratio logam berat merkuri (Hg), kadmium (Cd), dan timbal (Pb) antara air dan
sedimen di perairan Teluk Lada selama pengamatan ditunjukkan pada Tabel 18 dan
19. Analisa rasio tersebut dilakukan baik secara temporal (Tabel 18) maupun
horizontal (Tabel 19).
Tabel 18. Rasio (air : sedimen) logam berat secara temporal di perairan Teluk Lada, Banten
Waktu pengamatan
Parameter Hg Cd Pb
Desember 1:187.50 1:25 1:4.55 April 1:118.75 1:30.60 1:22.50 Mei 1:66.67 1:10.93 1:5 Juli 1:100 1:17.90 1:14.60
Rasio antara air dan sedimen selama pengamatan menunjukkan nilai yang
berfluktuasi. Kandungan logam berat Hg pada sedimen memiliki nilai berkisar
antara 66.67-187.50 kali daripada kandungannya dalam air, sedangkan pada Cd
kandungan dalam sedimen berkisar antara 17.9-30.60 kali daripada dalam air.
Kandungan logam berat Pb dalam sedimen berkisar antara 4.55-22.50 kali daripada
kandungannya dalam air. Nilai rasio tertinggi pada logam Hg, Cd, dan Pb masing-
masing berada pada bulan Desember, April dan April. Nilai terendah untuk ketiga
logam berada pada bulan Mei, Mei, dan Desember.
Tabel 19. Rasio (air : sedimen) logam berat secara horizontal di perairan Teluk Lada, Banten
Jarak dari pantai (m)
Parameter Hg Cd Pb
1000 1:80 1:8.3 1:8.1 1500 1:80 1:9.4 1:8.8 2000 1:80 1:14.3 1:7.7
44
Rasio antara air dan sedimen selama pengamatan menunjukkan nilai yang
berfluktuasi. Kandungan logam berat Hg pada sedimen untuk ketiga stasiun bernilai
80 kali daripada kandungannya dalam air, sedangkan kandungan Cd dalam sedimen
berkisar antara 8.3-14.3 kali daripada kandungannya dalam air. Kandungan Pb
dalam sedimen berkisar antara 7.7-8.8 kali daripada kandungannya dalam air. Pada
logam Cd rasio tertinggi terdapat pada stasiun 3 (2000 m) dan terendah terdapat
pada stasiun 2 (1500 m). Logam berat Pb memiliki rasio logam tertinggi pada
stasiun 2 (1500 m) dan terendah stasiun 3 (2000 m).
Berdasarkan Tabel 19 dan 20 dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan rasio
kandungan logam berat baik Hg, Cd, maupun Pb di perairan Teluk Lada. Perbedaan
ini terjadi karena adanya perbedaan kadar logam di kolom air dan sedimen. Nilai
digunakan untuk memperlihatkan perbandingan kadar logam pada kolom air dan
sedimen. Secara umum dapat dilihat bahwa kandungan logam berat dalam sedimen
lebih tinggi dibandingkan kandungannya dalam air. Kadar logam berat yang lebih
besar dibandingkan dengan kadar logam pada air ini diduga karena adanya
pengendapan logam berat pada sedimen. Berdasarkan sanusi (2006) sifat fisik kimia
material padatan tersuspensi memiliki kemampuan untuk mengadsorpsi logam berat
terlarut dalam kolom air, maka deposisi padatan tersuspensi dalam suatu perairan
akan menyebabkan akumulasi logam berat tersebut selain material organik dalam
sedimen. Oleh karena itu, makin tinggi kandungan bahan organik dan anorganik
dalam kolom air maka makin tinggi juga akumulasi bahan-bahan tersebut dalam
sedimen.
4.3.2. Rasio Kandungan Logam Berat antara Sedimen dan Kerang Darah
(Anadara granosa)
Ratio logam berat merkuri (Hg), kadmium (Cd), dan timbal (Pb) antara
sedimen dan kerang darah (Anadara granosa) dan sedimen di perairan Lada selama
pengamatan ditunjukkan pada Tabel 20-23. Analisa rasio tersebut dilakukan pada
kerang darah berukuran kecil dan besar baik secara temporal (Tabel 20 & 21)
maupun horizontal (Tabel 22 & 23).
45
Tabel 20. Rasio (sedimen : kerang darah besar) secara temporal di perairan Teluk Lada, Banten
Waktu Pengamatan
Parameter Hg Cd Pb
Desember 1:0.80 1:1.70 1:1.60 April 1:0.63 1:1.47 1:1.23 Mei 1:1 1:1.31 1:1.83 Juli 1:1 1:3.40 1:2
Rasio antara sedimen dan kerang darah ukuran besar selama pengamatan
menunjukkan nilai yang berfluktuasi. Pada logam berat Hg kandungan dalam kerang
kerang berkisar antara 0.63-1 kali daripada kandungannya dalam sedimen,
sedangkan pada Cd kandungan dalam kerang berkisar antara 1.31-3.20 kali daripada
kandungannya dalam sedimen. Kandungan Pb dalam kerang berkisar antara 1.23-2
kali daripada kandungannya dalam sedimen. Nilai rasio tertinggi pada logam Hg,
Cd, dan Pb masing-masing berada pada bulan Mei dan Juli, Juli, dan Juli. Nilai
terendah untuk ketiga logam berada pada bulan April, Mei, dan April.
Tabel 21. Rasio (sedimen kerang darah kecil) logam berat secara temporal di perairan Teluk Lada, Banten
Waktu Pengamatan
Parameter Hg Cd Pb
Desember 1:0.53 1:1.42 1:1.18 April 1:0.42 1:1.19 1:0.83 Mei 1:1 1:1.18 1:1.33 Juli 1:1 1:2.40 1:1.50
Rasio antara sedimen dan kerang darah ukuran kecil selama pengamatan
menunjukkan nilai yang berfluktuasi. Pada logam berat Hg kandungan dalam kerang
berkisar antara 0.42-1 kali daripada kandungannya dalam sedimen, sedangkan pada
Cd kandungan dalam kerang berkisar antara 1.18-2.40 kali daripada kandungannya
dalam sediment. Kandungan Pb dalam kerang berkisar antara 0.83-1.50 kali
daripada kandungan dalam sedimen. Nilai rasio tertinggi pada logam Hg, Cd, dan Pb
masing-masing berada pada bulan Mei dan Juli, Juli, dan Juli. Nilai terendah untuk
ketiga logam berada pada bulan April.
46
Tabel 22. Rasio (sedimen : kerang darah besar) logam berat secara horizontal di perairan Teluk Lada, Banten
Jarak dari pantai (m)
Parameter Hg Cd Pb
1000 1:1 1:2.38 1:1.71 1500 1:1 1:2.08 1:1.92 2000 1:1 1:1.85 1:2.15
Rasio antara sedimen dan kerang darah ukuran besar selama pengamatan
menunjukkan nilai yang berfluktuasi. Pada logam berat Hg nilai rasio adalah 1:1,
yang menunjukkan bahwa kandungan logam berat pada kerang bernilai 1 kali
daripada kandungannya dalam sedimen, sedangkan pada Cd kandungan dalam
kerang berkisar antara 1.85-2.38 kali daripada kandungannya dalam sedimen.
Kandungan logam berat Pb dalam kerang berkisar antara 1.71-2.15 kali daripada
kandungan dalam sedimen. Pada logam berat Cd nilai tertinggi berada pada stasiun
1 (1000 m) dan terendah stasiun 3 (2000 m). Logam berat Pb memiliki nilai tertinggi
pada stasiun 3 (2000 m) dan terendah stasiun 1 (1000 m).
Tabel 23. Rasio (sedimen : kerang darah kecil) logam berat secara horizontal di perairan Teluk Lada, Banten
Jarak dari pantai (m)
Parameter Hg Cd Pb
1000 1:1 1:1.81 1:1.68 1500 1:1 1:1.60 1:1.42 2000 1:1 1:1.45 1:1.80
Rasio antara sedimen dan kerang darah ukuran kecil selama pengamatan
menunjukkan nilai yang berfluktuasi. Pada logam berat Hg nilai rasio adalah 1:1,
yang menunjukkan bahwa kandungan logam berat pada kerang bernilai 1 kali
daripada kandungannya dalam sedimen, sedangkan pada Cd kandungan dalam
kerang berkisar antara 1.45-1.81 kali daripada kandungannya dalam sedimen.
Kandungan Pb dalam kerang berkisar antara 1.42-1.80 kali daripada kandungannya
dalam sedimen . Pada logam berat Cd nilai tertinggi berada pada stasiun 1 (1000 m)
dan terendah stasiun 3 (2000 m). Logam berat Pb memiliki nilai tertinggi pada
stasiun 3 (2000 m) dan terendah stasiun 2 (1500 m).
47
4.4. Faktor Konsentrasi
4.4.1. Temporal
Faktor konsentrasi merupakan suatu ukuaran nilai kemampuan suatu biota atau
organisme air dalam mengakumulasi bahan pencemar yang berada di sekitar
lingkungannya, yaitu, kolom air. Nilai Indeks Faktor konsentrasi (IFK) suatu
organisme tergantung pada jenis logam berat, organisme, kondisi lingkungan
perairan. Terdapat 3 nilai IFK untuk mengategorikan sifat akumulatif dari suatu
organisme, yaitu lebih besar dari 1000 (sifat akumulatif tinggi), antar 100-1000
(sifat akumulatif sedang), dan kurang dari 100 (sifat akumulatif rendah (Van Esch
1977 in Suprapti 2008). Nilai IFK pada kerang darah (Anadara granosa) ukuran
kecil dan besar di perairan Lada selama pengamatan ditunjukkan pada Gambar 10
sampai Gambar 12.
Indeks Faktor konsentrasi (IFK) logam berat merkuri (Hg) (Gambar 10)
kerang darah ukuran kecil (<2.5 cm) maupun ukuran besar (>2.5 cm) pada saat
pengamatan memiliki nilai yang berfluktuatif. Hal ini terjadi karena adanya
perubahan konsentrasi logam berat baik pada air maupun pada kerang itu sendiri.
Pada gambar 26, dapat dilihat bahwa nilai IFK untuk kerang darah berukuran besar
berkisar antara 66.7-150 dengan rata-rata 97.9, sedangkan pada kerang darah ukuran
kecil berkisar antara 66.7-100 dengan rata-rata 79.2. Dari nilai rataan tersebut, dapat
diketahui bahwa kerang darah ukuran besar dapat mengakumulasi logam berat Hg
lebih besar daripada ukuran kecil di dalam tubuhnya. Berdasarkan nilai rataan IFK
dapat diketahui bahwa kerang darah (A. granosa) baik ukuran kecil maupun besar
memiliki sifat akumulutaif yang rendah terhadap logam berat Hg (IFK < 100). Nilai
IFK suatu organisme tergantung pada jenis logam berat, organisme, kondisi
lingkungan perairan.
48
0,0
20,0
40,0
60,0
80,0
100,0
120,0
140,0
160,0
Des ember April Mei J uli
waktu pengamatan
IFK K ec il
B es ar
Gambar 10. Faktor konsentrasi logam berat merkuri (Hg) secara temporal pada
kerang darah (Anadara granosa) di perairan Teluk Lada, Banten
Nilai IFK logam berat kadmium (Cd) pada kerang darah (A. granosa) ukuran
besar (>2.5 cm) dan kecil (<2.5 cm) ditunjukkan pada Gambar 11 di bawah.
Terdapat perbedaan nilai IFK pada kerang berukuran kecil dan besar. Selama
pengamatan yang dilakukan, nilai IFK kerang kecil berkisar antara 12.9-42.9 dengan
rataan 39.7 sedangkan pada ukuran besar berkisar antara 14.3-57.4 dengan rataan
32.0. Dari nilai tersebut dapat diketahui bahwa kerang darah ukuran besar dapat
mengakumulasi logam berat kadium lebih besar daripada kerang ukuran kecil.
Berdasarkan nilai rataan IFK, dapat diketahui bahwa kedua ukuran kerang yang
diamati memiliki sifat akumulatif yang rendah terhadap logam berat (IFK<100).
0,0
10,0
20,0
30,0
40,0
50,0
60,0
70,0
Des ember April Mei J uli
Waktu Pengamatan
IFK K ec il
B es ar
Gambar 11. Faktor konsentrasi logam berat kadmium (Cd) secara temporal pada
kerang darah (Anadara granosa) di perairan Teluk Lada, Banten
49
Indeks Faktor konsentrasi (IFK) logam berat timbal (Pb) (Gambar 12) pada
saat pengamatan memiliki nilai yang berfluktuatif. Hal ini terjadi karena adanya
perubahan konsentrasi logam berat baik pada air maupun pada kerang itu sendiri.
Nilai IFK untuk kerang darah berukuran besar berkisar antara 7.3-29.7 dengan rata-
rata 18.3, sedangkan pada kerang darah ukuran kecil berkisar antara 5.4-21.9 dengan
rata-rata 13.2 . Dari nilai tersebut, dapat diketahui bahwa kerang darah ukuran besar
dapat mengakumulasi logam berat Hg lebih besar daripada ukuran kecil di dalam
tubuhnya. Berdasarkan nilai rataan IFK dapat diketahui bahwa kerang darah (A.
granosa) ukuran kecil dan besar memiliki sifat akumulutaif yang rendah terhadap
logam berat Pb (IFK < 100).
0,0
5,0
10,0
15,0
20,0
25,0
30,0
35,0
Desember April Mei J uli
waktu pengamatan
IFK K ec il
B es ar
Gambar 12. Faktor konsentrasi logam berat timbal (Pb) secara temporal pada kerang
darah (Anadara granosa) di perairan Teluk Lada, Banten
Hasil analisa terhadap logam berat kadmium merkuri (Hg), kadmium (Cd) dan
timbal (Pb) menunjukkan sifat akumulatif yang rendah terhadap logam berat baik
pada ukuran besar maupun kecil. Secara umum tingkat akumulasi pada kerang darah
ukuran besar terhadap logam berat (Hg, Pb, dan Cd) memiliki nilai yang lebih besar
daripada ukuran kecil. Selain itu, dapat diketahui juga tingkat akumulasi pada
kerang darah secara berurutan dari yang tertinggi sampai terendah adalah Hg, Cd,
dan Pb. Nilai IFK suatu organisme tergantung pada jenis logam berat, organisme,
kondisi lingkungan perairan (Van Esch 1977 in Suprapti 2008). Menurut
Nitisupardjo (1998) in Suprapto (2008), semakin mudah logam berat terserap dan
terakumulasi dalam tubuh organisme air semakin besar indek faktor konsentrasinya.
50
Semakin besar daya akumulasi suatu organisme maka semakin baik organisme
tersebut digunakan sebagai bioindikator kualitas air yang disebabkan oleh
pencemaran logam berat.
4.4.2. Horizontal
Indeks Faktor konsentrasi (IFK) logam berat merkuri (Hg) (Gambar 13)
kerang darah ukuran kecil (<2.5 cm) maupun ukuran besar (>2.5 cm) pada saat
pengamatan memiliki nilai yang relatif sama pada setiap stasiun, kecuali pada
stasiun 3 (2000 m). Hal ini terjadi karena adanya perubahan konsentrasi logam berat
baik pada air maupun pada kerang itu sendiri. Pada Gambar 13, dapat dilihat bahwa
nilai IFK untuk kerang darah baik yang berukuran besar maupun kecil berkisar
antara 66.7-80 dengan rata-rata 75.6. Berdasarkan nilai rataan IFK dapat diketahui
bahwa kerang darah (A. granosa) memiliki sifat akumulutaif yang rendah terhadap
logam berat Hg (IFK < 100). Nilai IFK suatu organisme tergantung pada jenis logam
berat, organisme, kondisi lingkungan perairan.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
1000 1500 2000
J a rak dari P anta i (m)
IFK K ec il
B es ar
Gambar 13. Faktor konsentrasi logam berat merkuri (Hg) secara horizontal pada
kerang darah (Anadara granosa) di perairan Teluk Lada, Banten
Nilai IFK logam berat kadmium (Cd) pada kerang darah (A. granosa) ukuran
besar (>2.5 cm) dan kecil (<2.5 cm) ditunjukkan pada Gambar 14 di bawah.
Terdapat perbedaan nilai IFK pada kerang berukuran kecil dan besar. Selama
pengamatan yang dilakukan, nilai IFK kerang kecil berkisar antara 15.07-25 dengan
rataan 27.14 sedangkan pada ukuran besar berkisar antara 19.79-31.88 dengan rataan
20.98. Dari nilai tersebut dapat diketahui bahwa kerang darah ukuran besar dapat
mengakumulasi logam berat kadium lebih besar daripada kerang ukuran kecil.
51
Berdasarkan nilai rataan IFK, dapat diketahui bahwa kedua ukuran kerang yang
diamati memiliki sifat akumulatif yang rendah terhadap logam berat (IFK<100).
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
35,00
1000 1500 2000
J a rak dari P anta i (m)
IFK kec il
B es ar
Gambar 14. Faktor konsentrasi logam berat kadmium (Cd) secara horizontal pada
kerang darah (Anadara granosa) di perairan Teluk Lada, Banten
Indeks Faktor konsentrasi (IFK) logam berat timbal (Pb) (Gambar 15) pada
saat pengamatan memiliki nilai yang berfluktuatif. Hal ini terjadi karena adanya
perubahan konsentrasi logam berat baik pada air maupun pada kerang itu sendiri.
Nilai IFK untuk kerang darah berukuran besar berkisar antara 11.94-13.95 dengan
rata-rata 13.59, sedangkan pada kerang darah ukuran kecil berkisar antara 10-13.66
dengan rata-rata 11.36. Dari nilai tersebut, dapat diketahui bahwa kerang darah
ukuran besar dapat mengakumulasi logam berat Pb lebih besar daripada ukuran kecil
di dalam tubuhnya. Berdasarkan nilai rataan IFK dapat diketahui bahwa kerang
darah (A. granosa) ukuran kecil dan besar memiliki sifat akumulutaif yang rendah
terhadap logam berat Pb (IFK < 100).
0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
14,00
16,00
1000 1500 2000
J a rak dari P anta i (m)
IFK
K ec il
B es ar
Gambar 15. Faktor konsentrasi logam berat timbal (Pb) secara horizontal pada
kerang darah (Anadara granosa) di perairan Teluk Lada, Banten.
52
Hasil analisa secara horizontal terhadap logam berat merkuri (Hg), kadmium
(Cd) dan timbal (Pb) menunjukkan sifat akumulatif yang rendah terhadap logam
berat baik pada ukuran besar maupun kecil. Sifat akumulasi pada kerang darah
ukuran besar terhadap logam berat (Hg, Pb, dan Cd) memiliki nilai yang lebih tinggi
daripada ukuran kecil. Berdasarkan hasil pengukuran dapat diketahui bahwa tingkat
akumulasi pada kerang darah secara berurutan dari yang tertinggi sampai terendah
adalah Hg, Cd, dan Pb. Nilai IFK suatu organisme tergantung pada jenis logam
berat, organisme, kondisi lingkungan perairan (Van Esch 1977 in Suprapti 2008).
Menurut Nitisupardjo (1998) in Suprapto (2008), semakin mudah logam berat
terserap dan terakumulasi dalam tubuh organisme air semakin besar indeks faktor
konsentrasinya. Semakin besar daya akumulasi suatu organisme maka semakin baik
organisme tersebut digunakan sebagai bioindikator kualitas air yang disebabkan oleh
pencemaran logam berat di perairan.
4.5. Faktor Korelasi
4.5.1. Temporal
Kandungan logam berat (Hg, Cd, dan Pb) di perairan, sedimen dan kerang
darah saling berhubungan. Hubungan tersebut ditunjukkan pada Tabel 24 di bawah
ini.
Tabel 24. Korelasi logam berat Hg, Cd, dan Pb pada parameter air, sedimen, dan kerang darah (Andara granosa) secara temporal
Parameter r n Hg pada air dan sedimen 0.54 5
Hg pada air dan kerang besar 0.30 5 Hg pada sedimen dan kerang besar 0.95 5
Cd pada air dan sedimen 0.47 5 Cd pada air dan kerang kecil -0.12 5 Cd pada air dan kerang besar -0.21 5
Cd pada sedimen dan kerang kecil -0.56 5 Cd pada sedimen dan kerang besar -0.57 5
Pb pada air dan sedimen -0.85 5 Pb pada air dan kerang kecil -0.69 5 Pb pada air dan kerang besar -0.51 5
Pb pada sedimen dan kerang kecil -0.02 5 Pb pada sedimen dan kerang besar 0.2 5
53
Pada Tabel 24 di atas dapat terlihat terdapat korelasi bernilai positif (+) dan
negatif (-). Nilai positif menunjukkan terdapat hubungan yang searah antara dua
peubah (besar dan besar atau kecil dan kecil). Nilai negatif menunjukkan adanya
hubungan yang berlawanan (besar dan kecil). Nilai Hg dan Cd pada air dan sedimen
menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang cukup erat (0.54 dan 0.47). Nilai positif
ini menunjukkan bahwa kadar logam pada air dan sedimen searah (besar atau kecil).
Hal ini diduga karena adanya pengendapan baik logam Cd maupun Hg ke sedimen.
Pada Pb, nilai korelasi pada air dan sedimen menunjukkan nilai negatif. Hal ini
diduga terjadi karena logam berat yang berada pada lokasi pengamatan belum
seluruhnya mengendap atau terbawa arus. Selain itu, kondisi ini juga diduga karena
adanya masukan Pb yang relatif tinggi ke perairan.
Pada air-kerang dan sedimen-kerang nilai positif menunjukkan bahwa semakin
besar kadar logam di air dan sedimen maka kadar logam pada kerang akan semakin
meningkat. Hal ini diduga karena sifat kerang darah yang deposit feeder hingga
mampu mengakumulasi logam berat dalam tubuhnya. Sebaliknya pada korelasi yang
bernilai negatif, peningkatan kadar logam berat pada air dan sedimen tidak
menunjukkan peningkatan kadar logam pada kerang darah. Hal ini diduga karena
adanya peningkatan masukan logam berat pada air dan sedimen lebih besar dari
akumulasi pada kerang darah.
4.5.2. Horizontal
Terdapat hubungan antara kandungan logam berat pada air, sedimen, dan
kerang darah. Hubungan tersebut ditunjukkan pada Tabel 25.
Tabel 25. Korelasi logam berat Hg, Cd, dan Pb pada parameter air, sedimen, dan kerang darah (Andara granosa) secara horizontal
Parameter r N Cd pada air dan kerang kecil 0.94 3 Cd pada air dan kerang besar 0.94 3
Pb pada air dan sedimen -0.84 3 Pb pada air dan kerang kecil -0.27 3 Pb pada air dan kerang besar -1 3
Pb pada sedimen dan kerang kecil 0.75 3 Pb pada sedimen dan kerang besar 0.87 3
54
Pada Tabel 25 di atas dapat diketahui bahwa terdapat nilai positif dan negatif
pada korelasi logam berat Hg, Cd, dan Pb. Nilai positif pada air-kerang dan
sedimen-kerang menunjukkan bahwa semakin besar kandungan logam berat pada air
dan sedimen maka kandungan logam berat pada kerang akan semakin besar. Hal ini
diduga karena sifat kerang darah yang deposit feeder hingga mampu mengakumulasi
logam berat dalam tubuhnya.
Nilai negatif pada air-sedimen menunjukkan bahwa peningkatan kadar logam
di perairan tidak menyebabkan peningkatan logam pada sedimen. Hal ini diduga
karena masukan logam berat di kolom perairan lebih besar dibandingkan pada
sedimen. Selain itu, diduga bahwa terdapat arus bawah yang mengangkat sedimen
ke kolom perairan sehingga kadar logam menjadi bertambah. Nilai negatif pada air-
kerang menunjukkan bahwa peningkatan kadar logam berat pada air dan sedimen
tidak (sedikit) menyebabkan peningkatan kadar logam pada kerang darah. Hal ini
diduga karena adanya peningkatan masukan logam berat pada air dan sedimen lebih
besar dari akumulasi pada kerang darah.
4.6. Batas Aman Konsumsi
Kerang darah merupakan salah satu biota laut yang sering dikonsumsi. Adapun
batas aman konsumsi kerang darah yang terkontaminasi logam berat di perairan
Teluk Lada selama pengamatan ditunjukkan pada Tabel 26 dan 27.
Tabel 26. Batas aman konsumsi kerang darah (Anadara granosa) ukuran besar dan kecil (g/kg berat badan/minggu)
Logam berat Besar
(g/kgbb/minggu)Kecil
(g/kgbb/minggu) PTWI *
(μg/kg bb) Hg 23.94 42.33 1.6 Cd 8.59 17.12 7 Pb 8.17 16.67 25
*PTWI (Provisional tolerable weekly intake) JECFA (2003)
Berdasarkan Tabel 26 dapat diketahui bahwa terdapat batas aman dalam
mengkonsumsi kerang darah baik ukuran besar maupun kecil. Pada kerang darah
ukuran besar batas aman konsumsi kerang yang mengandung logam berat Hg, Cd,
dan Pb masing-masing bernilai 23.94 g/kg berat badan/minggu, 8.59 g/kg berat
badan/minggu, dan 8.17 g/kg berat badan/minggu. Pada kerang darah ukuran kecil
batas aman konsumsi kerang untuk ketiga logam tersebut masing-masing berenilai
55
42.33 g/kg berat badan/minggu, 17.12 g/kg berat badan/minggu, dan 16.67 g/kg
berat badan/minggu.
Tabel 27. Batas aman konsumsi kerang darah (Anadara granosa) ukuran besar dan kecil (ekor/kg berat badan/minggu)
Tabel 27 menunjukkan bahwa batas aman konsumsi kerang darah di perairan
Teluk Lada terhadap logam berat Hg, Cd, dan Pb untuk ukuran kecil dengan satuan
ekor/kg berat badab/minggu adalah 42, 17, dan 17. Pada kerang darah ukuran besar
batas aman konsumsi untuk ketiga logam berat (Hg, Cd, dan Pb) masing-masing
bernilai 24, 9, dan 8. Nilai ini didasarkan pada kandungan logam berat pada
perairan, bobot rata-rata kerang, dan logam berat yang diperbolehkan masuk ke
tubuh dalam satuan minggu. Kadar logam berat yang dapat ditolerir masuk ke dalam
tubuh berbeda-beda tergantung pada jenis logamnya. Logam Hg memiliki nilai
batasan masuk ke dalam tubuh sebesar 1.6 μg/kg berat badan/minggu, Cd sebesar 7
μg/kg berat badan/minggu, dan Pb sebesar 25 μg/kg berat badan/minggu (JECFA
2003).
Berdasarkan analisa logam berat Hg, Cd, dan Pb pada kerang darah (A.
granosa) baik ukuran kecil maupun ukuran besar masih berada di bawah nilai
ambang batas yang diperbolehkan sehingga masih layak untuk dikonsumsi. Adapun
batas aman ini dibuat sebagai bentuk kehati-hatian dalam mengkonsumsi biota
kerang yang mengandung logam berat.
Akumulasi logam berat (Hg, Cd, dan Pb) pada tubuh manusia dapat
menggangu dan membahayakan kesehatan. Tingkat toksisitas logam Hg lebih
bersifat toksik dari logam lainnya dan bila terakumulasi dalam tubuh manusia dapat
mengakibatkan keracunan akut maupun kronis (Darmono 1995). Akumulasi dalam
tubuh manusia terutama pada hati, ginjal dan otak (Tsubaki & Irukayama 1977 in
Murtini & Ariyani 2005). Berdasarkan penelitian Eto (1999) in Sudarmaji et al.
(2006) menyatakan bahwa efek keracunan Hg tergantung dari kepekaan individu
Ukuran
Rataan bobot
kerang (gram/ekor)
Logam berat Hg
(ekor/kgbb/minggu) Cd
(ekor/kgbb/minggu) Pb
(ekor/kgbb/minggu)
Besar 2.97 24 9 8
Kecil 1.89 42 17 17
56
dan faktor genetik. Individu yang peka terhadap keracunan Hg adalah anak dalam
kandungan, bayi, anak-anak, dan orang tua. Gejala yang timbul akibat keracunan Hg
dapat merupakan gangguan psikologik berupa rasa cemas dan kadang timbul sifat
agresif. Gejala klinis yang timbul tergantung pada banyaknya Hg yang masuk ke
dalam tubuh, mulai dari gejala yang paling ringan yaitu parastesia sampai gejala
yang lebih berat yaitu ataxia, dysarthria bahkan dapat menyebabkan kematian.
Selain itu, akumulasi logam Hg pada tubuh dapat merusak fungsi ginjal baik akut
maupun kronis (Sudarmaji et al. 2006).
Kadmium bersifat kumulatif dan sangat toksik bagi manusia karena dapat
mengakibatkan gangguan pada fungsi ginjal dan paru-paru, meningkatkan tekanan
darah, dan kemandulan pada pria dewasa serta kerapuhan pada tulang (Darmono
1995). Waktu paruh dari logam ini adalah 10-30 tahun. Sifat racun dari kadmium ini
dapat berupa akut dan kronis. Gejala kronis mulai dari nafas pendek, gigi terasa
ngilu samp;ai kemampuan mencium menurun.Gejala akut mulai dari mual, muntah,
diare, anemia, hingga kematian. Selain itu, kadmium memiliki sifat afinitas yang
kuat dengan subhidril yang dapat menyebabkan inaktivasi enzim yang mengandung
subhidril sehingga mengakibatkan terganggunya fungsi normal tubuh (Sari & keman
2005; Alfian 2005).
Seperti halnya pada logam Hg dan Cd, akumulasi logam Pb pada tubuh
manusia dapat menggangu kesehatan. Gangguan tersebut dapat berupa gangguan
neurologi (ataxia, koma, kejang tubuh), gangguan ginjal, sistem reproduksi
(keguguran, kematian janin, cacat kromosom) dan penurunkan IQ (Darmono 1995:
Sudarmaji 2006; G-HELP 2008).
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Kandungan logam berat (Hg, Cd, dan Pb) di perairan Teluk Lada baik secara
temporal maupun horizontal sudah melebihi nilai baku mutu yang telah
ditetapkan kecuali merkuri (Hg).
2. Kandungan logam berat (Hg, Cd, dan Pb) pada sedimen di perairan Teluk Lada
baik secara temporal maupun horizontal masih di bawah baku mutu yang
ditentukan (level target).
3. Kandungan logam berat (Hg, Cd, dan Pb) pada kerang darah (Anadara granosa)
baik pada ukuran besar maupun kecil masih berada di bawah nilai ambang batas
yang diperbolehkan dan masih layak untuk dikonsumsi.
4. Tingkat akumulasi pada kerang darah (Anadara granosa) selama pengamtan
baik ukuran besar (>2.5 cm) maupun kecil (<2.5 cm) tergolong pada sifat
akumulasi rendah (IFK<100).
5. Batas aman konsumsi kerang darah ukuran kecil yang mengandung logam berat
Hg, Cd, Pb adalah 42 ekor kg berat badan/minggu, 17 ekor kg berat
badan/minggu, dan 17 ekor kg berat badan/minggu. Pada kerang darah ukuran
besar batas aman konsumsi terkait dengan keberadaan logam berat Hg, Cd, dan
Pb masing-masing adalah 24 ekor/kg berat badan/minggu, 9 ekor/kg berat
badan/minggu, dan 8 ekor/kg berat badan/minggu.
5.2. Saran
Saran yang diajukan dalam penelitian pada lokasi ini adalah sebaiknya
dilakukan kajian mengenai pola arus air laut, sumber pencemaran logam berat lebih
lanjut, monitoring kualitas air, dan analisis logam berat Hg, Cd, dan Pb pada spesies
yang berbeda, yaitu kerang bulu (Anadara antiquata). Selain itu, dapat juga
dilakukan kajian mengenai logam lain yang biasa berada di perairan contohnya seng
(Zn) dan tembaga (Cu).
DAFTAR PUSTAKA
Abel PD. 1989. Water Pollution Biology. Ellis Horwood Limited. Cichester,
England. 223 hlm. Alfian Z. 2005. Analisis Kadar Logam Kadmium (Cd2+) dari Kerang yang Diperoleh
dari Daerah Belawan Secara Spektrofotometer Serapan Atom. [Jurnal]. Kimia, FMIPA. Universitas Sumatera Utara. Jurnal Sains Kimia. Vol. 9 No. 2. Hal 73-76.
Bilad MR. 2010. Dampak Lingkungan Penggunaan Batubara Sebagai Bahan Bakar
Pengomporan Tembakau Virginia. [terhubung berkala]. http://www.roilbilad.wordpress.com//. (12 Juli 2010).
Broom MJ. 1985. The Biology and Culture of Marine Bivalve Molluscs of the
Genus Anadara. International Center for Living Aquatic Resources Management. Manila, Philipines. vi + 34 p.
Budiono A. 2003. Pengaruh Pencemaran Air Terhadap Biota Air. Makalah
Pengantar Falsafah Sains (PPS702). [disertasi]. Program Pasca Sarjana, Institu Pertanian Bogor. 11 hlm.
Connell DW & GJ Miller. 1995. Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran.
Penerjemah; Yanti Koestoer; pendamping, Sahati. UI-Press. Jakarta. Dance SP. 1974. The Collector’s Encyclopedia of Shells. Australia & New Zealand
Company. Sydney. Darmono. 1995. Logam Dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Universitas
Indonesia Press (UI-Press). Jakarta. x-136 hlm. Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta. Etim L, Akpan ER & Muller P. 1991. Temporal trends in Heavy Metal
Concentration in The Clam Egeria radiata (Bivalvia: Tellinacea: Donacidae) from The Cross River, Nigeria. [Jurnal]. Res. Hydrobiol.trop. 24 (4). Hal 327-333.
G-HELP (Gender, Health and Environmental Linkages Program). 2008. Dampak
Paparan Logam Berat Pertambangan terhadap Kesehatan Reproduksi Perempuan. [terhubung berkala]. http:// journal.unair.ac.id//(20 Juli 2010).
Goksu MZL, Mustafa A, Fatma Cevik & Ozlem Findik. 2005. Bioaccumulation of
Some Heavy Metals (Cd, Fe, Zn, Cu) in Two Bivalvia Species.[Jurnal]. Faculty of Fisheries, Cukurova University. Turkey. Hal 89-93.
59
Hutabarat S & Stewart ME. Pengantar Oseanografi Umum. Universitas Indonesia Press (UI-Press). Jakarta. ix-158 hlm.
IADC/CDEA. 1997. Environmental Aspects of Dredging - Conventions, Codes and
Conditions.[terhubung berkala]. http://www.dredging.org/.(30 Maret 2009)
Jumariyah. 2001. Kandungan Logam Berat Kadmium (Cd), Timbal (Pb), dan Tembaga (Cu) pada Kerang Hijau (Perna viridis L.) di Teluk Banten. [skripsi]. Departeman Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Joint FAO/WHO Expert Committee on Food Additives (JECFA). 2003.
Toxicological Recommendations and Information on Specifications. [Jurnal]. Rome.
Laws EA. 1993. Aquatic Pollution an Introductory Text. 2nd Edition. An
Interscience Publication John Willey and Sons, Inc. New York. USA. Lestari & Edward. 2004. Dampak Pencemaran Logam Berat Terhadap Kualitas air
Laut dan Sumberdaya Perikanan (Studi Kasus Kematian Massal Ikan-Ikan di Teluk Jakarta). [Jurnal]. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta. Indonesia. Makara, Sains. Vol. 8 No. 2. Hal 52-58.
Lu FC. 1995. Toksikologi Dasar: Asas, Organ Sasaran, dan Penilaian Risiko.
Penerjemah : Edi Nugroho. Edisi kedua. UI-Press. Jakarta.xv + 419 hal. Mattjik AA & IM Sumertajaya. 2000. Perancangan Percobaan. IPB Press. Bogor. ix
+ 275 hlm. Marganof. 2003. Potesi Limbah Udang Sebagai Penyerap Logam Berat (Timbal,
Kadmium, Dan Tembaga) Di Perairan. [disertasi]. Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.
Moriber G. 1974. Enviromental Science. Allym and Bacon. Inc. United States of
America. Murtini JT & Farida A. 2005. Kandungan Logam Berat Kerang Darah (Anadara
granosa) dan Kualitas Perairan di Tanjung Pasir, Jawa Barat. [Jurnal]. Jurnal Perikanan Perikanan Indonesia Vol 11 No. 8.
Murtini JT, Yusma Y, & Rosmawati. 2003. Kandungan Logam Berat pad Kerang
Drah, Air Laut, dan sedimen di Perairan Tanjung Balai dan Bagan Siap-api. [Jurnal]. Jurnal Perikanan Perikanan Indonesia Vol 9 No. 5.
Novotny V & Olem H. 1994. Water Quality; Prevention, Identification, and
Management of Diffuse Pollution. Van Nostrand reinhold. New York. Nontji A. 2007. Laut Nusantara (edisi revisi). Djambatan. Jakarta.
60
Odum EP.1996. Dasar-Dasar Ekologi. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Prawuri DV. 2005. Studi Morfometrik Kerang Anadara Spp. Di Perairan Blanakan
Kabupaten Subang, Jawa Barat. [skripsi]. Departeman Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sanusi HS. 2006. Kimia Laut Proses Fisika Kimia dan Interaksinya dengan
Lingkungan. Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sari FI & Soedjajadi K. 2005. Efektivitas Larutan asam Cuka Untuk Menurunkan
Kandungan Logam Berat Cadmium dalam Daging Kerang Bulu. [Jurnal]. FKM, Universitas Airlangga. Jurnal Kesehatan Lingkungan. Vol. 1 No. 2. Hal 120-129.
Siaka IM. 2008. Korelasi Antara Kedalaman Sedimen Di Pelabuhan Benoa Dan
Konsentrasi Logam Berat Pb dan Cu. [Jurnal]. Kimia. FMIPA, Universitas Udayana. Bukit Jimbaran. Jurnal Kimia 2 (2) Hal 61-62. [31 Oktober 2008]
Sorensen EM. 1948. Metal Poisoning In Fish. CRC Press, Inc. United State. ix + 361
hal. Suprapti NH. 2008. Kandungan Chromium pada Perairan, Sedimen dan Kerang
Darah (Anadara granosa) di Wilayah Pantai Sekitar Muara Sungai Sayung, Desa Morosari Kabupaten Demak, Jawa Tengah. [Jurnal]. Laboratorium Ekologi dan Biosistematik, Biologi. FMIPA. Unversitas Dipenogoro, Semarang. Vol. 10, No. 2. Hal 53-56.[17 Juli 2010].
Sudarmaji, J Mukono & Corie I. 2006. Toksikologi Logam Berat B3 dan
Dampaknya Terhadap Kesehatan. [Jurnal]. Bagian Kesehatan Lingkungan. FKM, Universitas Airlangga. Jurnal Kesehatan Lingkungan 2 (2) Hal 129 - 142 [17 Juli 2010]
Tetelepta CHA. 1990. Hubungan Antara Kandungan Logam Berat Zn, Pb, Cd, dan
Hg dalam Habitat serta Jaringan Tubuh Terhadap Kemungkinan Terjadinya Anomali Ova Kerang Darah (Anadara granosa Linneaus) di Muara Mati dan Muara Manuk. [disertasi]. Fakultas Pasca sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Umar MT, Meagaung WM, & Fachruddin L. 2001. Kandungan Logam Berat
Tembaga (Cu), Pada Air, Sedimen dan Kerang Marcia sp. Di Teluk Parepare, Sulawesi Selatan. [Jurnal]. Fakultas Pertanian. Universitas Hasanudin, Makassar. Vol 2 No.2.Hal 36. (31 Oktober 2008).
Umbara H & Heny Suseno. 2006. Faktor Bioakumulasi 210Pb Oleh Kerang Darah
(Anadara granosa), [Jurnal]. Pusat Teknologi Limbah Radioaktif, BATAN.
61
Wahyono MM. 1993. Kajian Tentang Kualitas Lingkungan Perairan Dan
Kandungan Logam Berat Pada Kerang Bulu (Anadara indica Gmelin) Di Estuaria Muara kamal, Teluk Jakarta). [disertasi]. Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.
62
Lampiran 1. Lokasi penelitian perairan Teluk Lada, Banten
• Stasiun 1 (1000 m dari garis pantai)
• Stasiun 2 (1500 m dari garis pantai)
• Stasiun 3 (2000 m dari garis pantai)
63
Lampiran 2. Prosedur analisis logam berat
Metode :
a. Preparasi
• Panaskan daging kerang dan sedimen pada oven bersuhu (103-105ºC) selama
24 jam
• Dinginkan dan gerus dengan mortar
• Timbang contoh bahan sebanyak 0.5 gram
• Tambahkan 5 ml asam sulfat (95%) dan 5 ml asam nitrat (100%)
• Biarkan selama 1 jam
• Panaskan pada hot plate (250-300ºC) selama 0.5 jam. turunkan dan
tambahkan 1 ml asam nitrat. panaskan kembali 1-2 jam sampai contoh
bening
• Jika tidak bening. tambahkan 1 ml perklorat
• Dinginkan dan tambahkan 1 ml HCl (37%).
• Tambahkan aquabides sekitar 50 ml dan ditera hingga 100 ml di dalam labu
takar
b. Ekstraksi
• 10 ml contoh dimasukkan ke dalam corong pemisah
• Tambahkan 1 ml NaOH (10%) dan 2 ml Kalium Natrium Tartarat. serta 10
ml larutan ditizhon
• Kocok contoh selama 30 detik sambil buka katunya untuk menghilangkan
gas. diamkan sampai terbentuk 2 lapisan
• Buka katupnya dan masukan ke dalam tabung reaksi
• Tambahkan 10 ml NaOH (2%) ke dalam corong pemisah. kocok
• Buka katup. masukan lapisan bawahnya ke dalam tabung reaksi
c. Injeksi
• Ukur absorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 520
nm
• Hitung dengan regresi standar yang telah dibuat.
64
Lampiran 3. Data logam berat pada daging kerang (Anadara granosa) di perairan
Teluk Lada. Banten
a. Temporal
b. Spasial
Lokasi dari garis pantai
(m)
Waktu
ParameterHg
(ppm) Cd
(ppm) Pb
(ppm) besar kecil besar kecil besar kecil
1000 Mei 0.02 0.02 0.2125 0.178 0.24 0.35 Juli 0.02 0.02 0.425 0.3 0.375 0.225
1500 Mei 0.02 0.02 0.2125 0.178 0.24 0.1775 Juli 0.02 0.02 0.4 0.3 0.35 0.225
2000 Mei 0.02 0.02 0.125 0.125 0.125 0.125 Juli 0.02 0.02 0.35 0.25 0.35 0.3
Waktu Pengamatan
ParameterHg
(ppm) Cd
(ppm) Pb
(ppm) Besar Kecil Besar Kecil Besar Kecil
Desember 0.03 <0.02 0.2 0.183 0.205 0.18 0.03 <0.02 0.225 0.173 0.275 0.175
April <0.02 <0.02 0.2 0.17 0.255 0.125 <0.02 <0.02 0.25 0.195 0.300 0.25
Mei <0.02 <0.02 0.2 0.18 0.275 0.2 <0.02 <0.02 0.2 0.18 0.275 0.2
Juli <0.02 <0.02 0.4 0.35 0.350 0.3 <0.02 <0.02 0.45 0.25 0.350 0.225
65
Lampiran 4. Hubungan korelasi kandungan logam berat pada air. sedimen. dan kerang darah (Anadara granosa) di perairan Teluk Lada. Banten.
1. Temporal. • Merkuri (Hg)
Air Sedimen kerang kecil Kerang Besar Air 1
Sedimen 0.54 1 kerang kecil 0 0 1
Kerang Besar 0.30 0.95 0 1 • Kadmium (Cd)
air Sedimen Kerang kecil Kerang Besar air 1
Sedimen 0.47 1.00 Kerang kecil -0.12 -0.56 1 Kerang Besar -0.21 -0.57 1 1
• Timbal (Pb)
air sedimen kerang besar kerang kecil air 1
sedimen -0.85 1 kerang besar -0.51 -0.02 1 kerang kecil -0.69 0.20 0.97 1
2. Spasial
• Merkuri (Hg) Air Sedimen Kerang Kecil Kerang Besar
Air 1 Sedimen 0 1
Kerang Kecil 0 0 1 Kerang Besar 0 0 0 1
• Kadmium (Cd)
Air Sedimen Kerang Kecil Kerang Besar Air 1
Sedimen 0 1 Kerang Kecil 0.94 0 1 Kerang Besar 0.94 0 0.99 1
• Timbal (Pb)
Air Sedimen Kerang Kecil Kerang Besar Air 1
Sedimen -0.84 1 Kerang Kecil -0.27 0.75 1 Kerang Besar -1.00 0.87 0.32 1
66
Lampiran 5. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian
A. Global Positioning System B. Ekman grab C. Van Dorn water sampler
D. Garok E. Refraktometer F. Kertas pH indikator G. termometer H. Botol BOD I. Oven J. Spektrofotometer K. Timbangan L. Mortar & Cawan Porselen
68
Lampiran 6. Contoh perhitungan rasio logam berat, IFK (indeks faktor konsentrasi)
dan batas aman konsumsi
1. Rasio logam berat
Kadar logam berat kadmium dalam sedimen : 0.125 ppm
Kadar logam berat kadmium dalam daging kerang : 0.3125 ppm
Rasio logam berat = sedimen dalam kadmiumberat logamKadar
kerang daging dalamberat logamKadar
= ppm 0.125ppm 0.3125
= 2.08
2. IFK (indeks faktor konsentrasi)
Kadar kadmium dalam air : 0.005
Kadar kadmium dalam daging kerang : 0.2125
= 005.02125.0
= 42.5
3. Batas aman konsumsi
PTWI Hg : 1.6 µg/kg berat badan/minggu
Kadar Hg dalam daging kerang : 0.0225 ppm (g/kg)
Bobot kerang besar : 2.97 g
Batas aman konsumsi = PTWI
kerang daging dalam logamKadar
= minggubadan/ berat µg/kg6.1
/0225.0 kgg
= 71.11 g/kg berat badan/minggu
Dalam satuan ekor = kerangBobot
minggu)badan/ berat (g/kg konsumsiaman Batas
= g 2.97
minggubadan/ berat g/kg 71.11
= 23.94 ekor