KATA PENGANTAR
Salah satu bukti komitmen pemerintah dalam upaya menerapkan tata kepemerintahan yang
baik (good governance) adalah diterbitkannya Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Secara prinsip Inpres ini mengamanatkan model
manajemen pemerintahan yang tidak hanya berfokus pada peningkatan akuntabilitas saja,
tetapi juga pada peningkatan kinerja. Dengan kata lain, timbul kewajiban bagi setiap instansi
pemerintah untuk mengukur dan sekaligus menginformasikan capaian kinerjanya. Hal ini juga
berarti bahwa instansi pemerintah diwajibkan untuk mengubah orientasi pelaporan dari
kemampuan menyerap anggaran menjadi kemampuan untuk menunjukkan capaian kinerja
output maupun outcome.
Dengan berakhirnya pelaksanaan tahun anggaran 2019, Direktorat Fasilitas Pelayanan
Kesehatan telah melaksanakan kegiatan untuk tahun 2019 dikaitkan dengan implementasi
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Tahun 2015 – 2019 pada
Kementerian Kesehatan. Tahun 2019 merupakan tahun terakhir dari pelaksanaan Rencana
Strategis tersebut dimana sejumlah capaian kinerja yang ditargetkan dalam rencana strategis
telah berhasil dicapai dan dituangkan ke dalam Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (LAKIP). Mengacu pada Inpres 7 Tahun 1999 tentang Pelaporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah yang merupakan wujud pengembangan dan penerapan sistem
pertanggungjawaban yang tepat, jelas dan legitimate, maka disusunlah Laporan Akuntabilitas
Kinerja Tahun 2019 ini.
Terwujudnya penyelenggaraan tata laksana pemerintah yang efisien, efektif dan akuntabel
merupakan salah satu leverage dalam reformasi manajemen pemerintahan saat ini. Dalam
upaya untuk melakukan tata laksana instansi pemerintah maka indikator kinerja Direktorat
Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah 1. Jumlah Puskesmas yang memenuhi sarana,
prasarana dan alat kesehatan (SPA) sesuai standar;
1. Jumlah Rujukan Nasional yang ditingkatkan sarana prasarananya;
2. Jumlah Rujukan Regional yang memenuhi sarana prasarana dan Alat (SPA) sesuai standar;
3. Jumlah RSUD dengan kritria khusus yang memenuhi sarana prasarana dan alat
kesehatannya;
4. Jumlah Balai Pengujian Fasilitas Kesehatan/Institusi penguji Fasilitas Kesehatan yang
mampu memberikan pelayanan sesuai standar;
5. Jumlah Dinas Kesehatan Propinsi yang mengembangkan Unit Pemeliharaan Fasilitas
Kesehatan Regional/Regional Maintenance Center (RMC).
6. Pendirian RS UPT di Kawasan Indonesia Timur
LAKIP Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tahun 2019 disusun untuk memberi informasi
tentang capaian kinerja kegiatan dan sasaran sebagaimana yang ditetapkan dalam Penetapan
Kinerja. Hal ini merupakan salah satu tahapan dari Rencana Strategis Direktorat Fasilitas
Pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, substansi isi LAKIP ini adalah hasil pengukuran kinerja
pencapaian sasaran dan kegiatan yang dicerminkan melalui perbandingan antara realisasi
dengan target kinerja masing-masing indikator kinerja. LAKIP ini pun berisi informasi hasil
evaluasi capaian kinerja berikut permasalahan dan hambatan yang dihadapi dalam Tahun
2019 serta komitmen Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan untuk meningkatkan kinerja
pada masa-masa mendatang.
Meskipun secara umum capaian kinerja Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan dapat
dikatakan “berhasil” mencapai target yang ditetapkan, namun pada beberapa kegiatan masih
perlu mendapat perhatian untuk meningkatkan kinerja di masa mendatang. Oleh karena itu,
kami berharap agar LAKIP Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tahun 2019 ini dapat
menjadi masukan bagi pihak-pihak terkait untuk mempertahankan keberhasilan dan
meningkatkan kinerja di tahun-tahun berikutnya.
Jakarta, Januari 2020
IKHTISAR EKSEKUTIF
Peraturan Menteri Kesehatan No. 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
kementerian Kesehatan, Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan merupakan bagian dari
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan, yang mempunyai tugas pokok yaitu melaksanakan
persiapan perumusan kebijakan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, pemberian
bimbingan teknis dan supervisi serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang fasilitas
pelayanan kesehatan.
Sasaran Strategis Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan didalam Laporan Akuntabilitas
Kinerja (LAKIP) Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tahun 2019 merupakan wujud
akuntabilitas pencapaian kinerja dari pelaksanaan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan
Tahun 2015-2019 yang merupakan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
HK.02.02/MENKES/52/2015 (Revisi No.422/2017) adalah Terwujudnya Peningkatan Akses
Pelayanan kesehatan dasar dan rujukan yang berkualitas bagi masyarakat, maka Direktorat
Fasilitas Pelayanan kesehatan bertugas untuk menjamin meningkatnya Sarana Prasarana dan
peralatan Kesehatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan sesuai standar. Pada hakekatnya
laporan Akuntabilitas Kinerja merupakan kewajiban dan upaya untuk memberikan penjelasan
mengenai akuntabilitas terhadap kinerja yang telah dilakukan selama tahun 2019. Dalam upaya
merealisasikan good governance, Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan telah
melaksanakan berbagai kegiatan dan program, dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran,
untuk mewujudkan visi dan misi yang telah dituangkan dalam Rencana Strategis Direktorat
Jenderal Pelayanan Kesehatan Tahun 2015-2019 maka Dalam rangka menjalankan tugas
pokok dan fungsinya tersebut Direktorat fasiltas Pelayanan Kesehatan menetapkan sejumlah
Indikator sasaran yang akan dicapai pada tahun 2019 yaitu :
1. 6000 Puskesmas yang memenuhi sarana, prasarana dan alat kesehatan (SPA) sesuai
standar;
2. 14 RS Rujukan Nasional yang ditingkatkan sarana prasarananya;
3. 130 RS Rujukan Regional yang memenuhi sarana prasarana dan Alat (SPA) sesuai
standar;
4. 147 RSUD yang memenuhi sarana prasarana dan alat kesehatannya;
5. 14 Balai Pengujian Fasilitas Kesehatan/Institusi penguji Fasilitas Kesehatan yang mampu
memberikan pelayanan sesuai standar;
6. 6 Dinas Kesehatan Propinsi yang mengembangkan Unit Pemeliharaan Fasilitas Kesehatan
Regional/Regional Maintenance Center (RMC).
7. 1 buah Pendirian RS UPT di Kawasan Indonesia Timur
Rata-rata capaian kinerja kegiatan Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tahun 2019
adalah sebesar ……..%, hal ini berarti capaian kinerja Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan
meningkat sebesar …..% dari tahun lalu yaitu ………%. Pencapaian kinerja input atau
penyerapan anggaran Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah sebesar ………….%
dari total pagu anggaran atau sebesar Rp………………. (terbilang).
Melalui LAKIP Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tahun 2019 ini diharapkan dapat
menjadi bahan perbaikan kinerja kegiatan untuk tahun selanjutnya sesuai dengan tujuan dan
sasaran strategis Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Tahun 2015-
1019.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Fasiltas Pelayanan Kesehatan Tahun Anggaran 2019
merupakan bukti tertulis serta wujud pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi
Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan sepanjang tahun 2019.
Pencapaian target kinerja Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan dibagi dalam dua kategori
yaitu pelaksanaan tupoksi dan pemenuhan sarana prasarana dan alat kesehatan. Pemenuhan
sarana prasarana dan alat kesehatan sesuai standar di fasilitas pelayanan kesehatan tidak
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan, tetapi menjadi
tanggung jawab bersama antara Pemerintah Pusat dan Daerah melalui dana APBN/P, APBD,
Dana Hibah maupun BLU, BLUD serta sumber-sumber lainnya. Indikator Kinerja Direktorat
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tahun 2019 lebih diutamakan pada pembinaan sarana
prasarana dan peralatan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan agar sesuai standar dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku baik dari sisi mutu, keamanan dan keselamatan.
Pencapaian indikator kinerja Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan sepanjang Tahun
Anggaran 2019 adalah sebagai berikut :
1. Dari target …….Puskesmas yang memenuhi sarana, prasarana dan alat kesehatan (SPA)
sesuai standar telah tercapai sebanyak ……Puskesmas (akumulasi 2015-2019);
2. Sebanyak 14 RS Rujukan Nasional sesuai SK Menteri Kesehatan telah ditingkatkan sarana
prasarananya melalui APBN untuk RS Rujukan Nasional milik Pusat dan Dana DAK untuk
RS Daerah;
3. 130 RS Rujukan Regional dan Propinsi yang ditunjuk dengan SK Menteri Kesehatan telah
memenuhi sarana prasarana dan Alat (SPA) sesuai standar melalui APBN untuk RS
Rujukan Nasional milik Pusat dan Dana DAK untuk RS Daerah, tercapai 129 RS;
4. 147 RSUD yang memenuhi sarana prasarana dan alat kesehatannya melalui Dana DAK;
5. Dari target sejumlah 14 Balai Pengujian Fasilitas Kesehatan/Institusi Penguji Fasilitas
Kesehatan, pada akhir tahun 2017 telah terpenuhi sebanyak 21 Balai Pengujian Fasilitas
Kesehatan/Institusi Penguji Fasilitas Kesehatan baik di Pemerintah maupun Swasta yang
mampu memberikan pelayanan sesuai standar;
6. Dari target 6 Dinas Kesehatan Propinsi telah terpenuhi 6 Dinas Kesehatan Propinsi yang
mengembangkan Unit Pemeliharaan Fasilitas Kesehatan Regional/Regional Maintenance
Center (RMC).
7. Dari Target 1 buah Pendirian Lanjutan RS UPT di Kawasan Indonesia Timur telah terpenuhi
Dalam mencapai indikator tersebut, strategi yang dilaksanakan Direktorat Fasilitas Pelayanan
Kesehatan adalah :
1. Menguatkan kebijakan bidang sarana, prasarana dan peralatan kesehatan;
2. Membina, mengawasi, melaksanakan peningkatan mutu, keamanan dan keselamatan
sarana prasarana dan peralatan kesehatan;
3. Meningkatkan ketersediaan sarana prasarana dan peralatan kesehatan dengan prioritas di
RS Rujukan Nasional, Rujukan Regional, Propinsi dan Puskesmas di Daerah Tertinggal dan
Perbatasan;
4. Pembangunan Tahap Lanjutan RS UPT Pusat di Maluku
5. Meningkatkan dan mengembangkan Balai Pengujian dan Kalibrasi (BPFK) dan Institusi
Penguji lain;
6. Meningkatkan kapasitas organisasi dan SDM Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
7. Peningkatan kerjasama lintas sektor, lintas program dan institusi terkait
8. Meningkatkan koordinasi program sekaligus menggalang komitmen dengan pemerintah
daerah dalam pembangunan Puskesmas di daerah perbatasan dan tertinggal;
9. Pengembangan model dan prototype RMC, BPFK dan Griya Sehat
10. Pengembangan sistem manajemen sarana dan prasarana kesehatan dan alat kesehatan
berbasis elektronik (ASPAK) dalam proses perencanaan, monitoring dan evaluasi;
11. Mendorong Dinas Kesehatan Propinsi/Kab/Kota untuk membentuk Regional Maintenance
Center;
12. Mengembangkan unit pelayanan kalibrasi di Dinas Kesehatan Propinsi/Kab/Kota, Rumah
Sakit, dan Swasta;
Keberhasilan pelaksanaan program di Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tahun
Anggaran 2019, tercipta atas kerjasama dari semua pihak baik dari internal atau eksternal.
Keberhasilan yang dicapai oleh Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tahun Anggaran
2019 didukung oleh hal-hal sebagai berikut :
1. Penetapan Dokumen Pelaksanaan Kegiatan atau DIPA Satuan Kerja Direktorat Fasilitas
Pelayanan Kesehatan;
2. Kepemimpinan di Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tahun 2019 yang memberikan
dukungan secara penuh terhadap kelancaran pelaksanaan tugas;
3. Adanya koordinasi dan dukungan komitmen dari pemangku kepentingan, baik dari lintas
program dan lintas sektor di pusat dan daerah;
4. Adanya koordinasi dan kerjasama yang baik dari seluruh pejabat struktural, pejabat
fungsional dan jabatan fungsional umum di Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
Tantangan dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan di Direktorat
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tahun 2019 adalah belum optimalnya pelaksanaan komitmen
lintas sektor di daerah dalam mendukung capaian target. Selain itu tantangan yang dihadapi
adalah perubahan anggaran pada tahun berjalan, baik yang disebabkan oleh efisiensi maupun
penambahan anggaran melalui refocusing dan APBNP.
Laporan Tahunan ini merupakan sebagai bentuk pertanggungjawaban baik program
maupun keuangan setelah mengakhiri tahun anggaran 2019 agar semua program yang telah
dilaksanakan bisa dievaluasi untuk peningkatan kualitas program Direktorat Fasilitas Pelayanan
Kesehatan di tahun berikutnya.
Peningkatan kualitas fasilitas kesehatan baik dari mutu dan keselamatan senantiasa
menjadi prioritas bagi kami, oleh karena itu saran atau masukan dari semua pihak sangat kami
harapkan demi peningkatan kualitas program Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan serta
diharapkan dapat bermanfaat dan menjadi masukan dalam penyusunan perencanaan tahunan,
bahan evaluasi pelaksanaan program, penyempurnaan pelaksanaan kegiatan yang akan
datang, serta penyempurnaan kebijakan yang Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tahun
2019.
Kami mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu dan
berpartisipasi dalam penyusunan laporan tahunan ini, semoga dapat berguna dan bermanfaat.
Jakarta, 31 Desember 2019
Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Andi Saguni NIP 19720117 200012 1001
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............ i
IKHTISAR EKSEKUTIF ............ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............ 1
1.2. Maksud dan Tujuan ............
1.3. Tugas Pokok dan Fungsi ...........
1.4. Sistematika Penulisan ............
1.5. Struktur Organisasi
BAB II PERENCANAAN
2.1. Definisi Operasional ............
2.2. Penetapan Target dan Capaian ............
2.3. Perjanjian Kinerja
2.4. Sumber Daya ............
2.4.1. Sumber Daya Anggaran
2.4.2. Sumber Daya Manusisa
2.4.3. Sumber Daya Sarana Prasarana
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
3.1. Pembinaan Puskesmas yang memenuhi SPA sesuai standar
.............
3.2. Pembinaan SPA Rumah Sakit di RS Rujukan Nasional
.............
3.3. Pembinaan SPA Rumah Sakit di RS Rujukan Regional dan propinsi
.............
3.4. Pembinaan SPA Rumah Sakit di RS Daerah dengan Kriteria khusus
.............
3.5. BPFK/Institusi penguji yang mampu memberikan …sesuai standar
............
3.6. Dinkes Propinsi yng mengembangkan RMC ............
3.7. Pendirian RS UPT kawasan Indonesia Timur
3.8. Layanan Perkantoran
3.9. Realisasi Anggaran Kegiatan BAB IV KINERJA PENCAPAIAN KEGIATAN PENDUKUNG
INDIKATOR
4.1. ASPAK
4.2. RMC TOP 99
4.3. Kantor Berhias
4.4. PNS Prestasi
4.5. Apresiasi penyelesaian LHP
4.6. Klinik Afganistan
4.7. Klinik Madinah dan Mekkah
BAB V KESIMPULAN ...................
LAMPIRAN-LAMPIRAN :
Perjanjian Kinerja Daftar Puskesmas sesuai Target dan Capaian Daftar RS Rujukan Nasional Daftar RS Rujukan Regional Daftar RS Target capaian dengan kriteria khusus Daftar RMC Daftar BPFK/Institusi Penguji
Daftar RS yang memiliki Instalasi Kalibrasi Daftar RS Penerima Ambulance gawat Darurat Asian Games Pernyataan Penetapan Kinerja Tahun 2017 Laporan SAK Tahun 2017 Laporan SIMAK BMN Tahun 2017 Kekuatan Personil Direktorat
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program Indonesia Sehat dengan
sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui melalui upaya
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan
pemeratan pelayanan kesehatan. Sasaran pokok RPJMN 2015-2019 adalah:
a. Meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak;
b. Meningkatnya pengendalian penyakit;
c. Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama di
daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan;
d. Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu Indonesia Sehat
dan kualitas pengelolaan SJSN Kesehatan;
e. Terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin; serta;
f. Meningkatkan responsivitas sistem kesehatan.
Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu paradigma sehat, penguatan
pelayanan kesehatan dan jaminan kesehatan nasional:
a. Pilar paradigma sehat di lakukan dengan strategi pengarusutamaan kesehatan dalam
pembangunan, penguatan promotif preventif dan pemberdayaan masyarakat;
b. Penguatan pelayanan kesehatan dilakukan dengan strategi peningkatan akses
pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem rujukan dan peningkatan mutu pelayanan
kesehatan, menggunakan pendekatan continuum of care dan intervensi berbasis risiko.
Dalam mendukung pencapaian sasaran strategis Ditjen. Pelayanan Kesehatan yaitu
meningkatkan akses pelayanan kesehatan dasar dan rujukan yang berkualitas bagi masyarakat
dengan indikator dalam RPJMN 2015-2019 yaitu :
1. Jumlah kecamatan yang memiliki satu Puskesmas yang tersertifikasi akreditasi dan;
2. Jumlah Kabupaten/Kota yang memiliki satu RSUD yang tersertifikasi akreditasi
nasional.
maka kegiatan Direktorat fasilitas Pelayanan Kesehatan diarahkan untuk mampu meningkatkan
mutu dan kualitas sarana prasarana dan alat kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan
dengan indikator capaian yaitu :
1. Jumlah RS Rujukan Regional dan Propinsi yang memenuhi sarana prasarana dan alat
kesehatan (SPA) sesuai standar;
2. Jumlah RS Rujukan Nasional yang ditingkatkan sarana prasarananya;
3. Jumlah Puskesmas yang memenuhi sarana prasarana dan alat kesehatan (SPA) sesuai
standar;
4. Jumlah RS Daerah yang memenuhi standar dengan kriteria khusus (RSUD diluar RS
Rujukan regional dan Propinsi dan Nasional);
5. Balai Pengujian Fasilitas Kesehatan/Institusi Penguji Fasilitas Kesehatan yang Mampu
Memberikan Pelayanan sesuai Standar
6. Dinas Kesehatan Propinsi yang Mengembangkan Unit Pemeliharaan Fasilitas Kesehatan
Regional/Regional Maintenance Center
Dan beberapa indicator tambahan pada tahun 2019 yaitu :
7. Pendirian RS UPT di Kawasan Indonesia Timur
8. Penyiapan Pembangunan RS UPT di Nusa Tenggara Timur dan papua
Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan
negara wajib mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya serta
kewenangan pengelolaan sumber daya dengan didasarkan suatu perencanaan strategis yang
ditetapkan oleh masing-masing instansi, berdasarkan suatu sistem akuntabilitas yang memadai.
Hal ini sejalan dengan upaya reformasi birokrasi untuk menyelenggarakan negara yang bersih
dan berwibawa serta memiliki kinerja yang baik (Good Governance) dan selaras dengan
Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 7 tahun 1999 dan Permen PAN dan RB Nomor 29 Tahun
2010.
Sehubungan dengan hal tersebut, Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan akan
menyampaikan laporan dalam bentuk Laporan Akuntabilitas Kinerja selama tahun anggaran
2018 untuk mempertanggungjawabkan kesesuaian pelaksanaan program yang dilaksanakan
dengan tujuan dan sasaran program dalam mencapai hasil yang diharapkan.
Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat fasilitas Pelayanan Kesehatan merujuk
pada Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2015 – 2019 dan Penetapan Kinerja
Kementerian Kesehatan tahun 2019.
1.2. MAKSUD DAN TUJUAN
Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan ini
disusun sesuai dengan Undang – Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan memuat
keberhasilan maupun kegagalan pelaksanaan kegiatan Tahun Anggaran 2018 yang
harus dipertanggungjawabkan oleh Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
1.3. TUGAS POKOK DAN FUNGSI
Sesuai dengan Peraturan Menkes Nomor : 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Kesehatan, tugas pokok Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan
adalah melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma,
standar, prosedur dan kriteria, dan pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta
pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang fasilitas pelayanan kesehatan. Dalam
melaksanakan tugas sebagaimana yang dimaksud, Direktorat Fasilitas Pelayanan
Kesehatan menyelenggarakan fungsi:
1. Penyiapan Perumusan kebijakan dibidang fasilitas pelayanan kesehatan primer,
rujukan dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya;
2. Penyiapan Pelaksanaan kebijakan dibidang fasilitas pelayanan kesehatan primer,
rujukan dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya;
3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria dibidang fasilitas
pelayanan kesehatan primer, rujukan dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya;
4. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang dibidang fasilitas
pelayanan kesehatan primer, rujukan dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya;
5. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang dibidang fasilitas pelayanan
kesehatan primer, rujukan dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya;
6. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat Fasilitas Pelayanan
Kesehatan.
1.4. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat Fasilitas Pelayanan
Kesehatan adalah sebagai berikut:
1. Bab I Pendahuluan
Menjelaskan secara ringkas latar belakang, maksud dan tujuan penulisan laporan,
tugas pokok dan fungsi Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan, serta sistematika
penyajian laporan.
2. Bab II Perencanaan Kinerja
Pada bab ini diuraikan ringkasan/ikhtisar perjanjian kinerja tahun yang bersangkutan
3. Bab III Akuntabilitas Kinerja
Menguraikan hasil pengukuran kinerja, evaluasi dan analisis akuntabilitas kinerja,
termasuk didalamnya menguraikan secara sistematis keberhasilan dan kegagalan,
hambatan / kendala dan permasalahan yang dihadapi serta langkah antisipatif yang
akan diambil.
4. Bab IV Kinerja Pencapaian kegiatan Pendukung Indikator
Pada bab ini diuraikan kegiatan-kegiatan lain baik yang dibiayai sendiri maupun
sebagai undangan yang hasilnya menjadi pendukung dalam pencapaian indicator.
5. Bab V Penutup
Pada bab ini diuraikan simpulan umum atas capaian kinerja organisasi serta
langkah di masa mendatang yang akan dilakukan organisasi untuk meningkatkan
kinerjanya.
BAB II PERENCANAAN KINERJA
2.1. TARGET DAN DAN CAPAIAN
Renstra merupakan dokumen perencanaan yang memuat program pembangunan kesehatan
yang akan dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan maupun untuk mendorong peran aktif
masyarakat dalam kurun waktu 2015 – 2019. Renstra berorientasi pada hasil yang ingin dicapai
dalam 5 (lima) tahun.
Visi dan Misi Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2015- 2019 mengikuti visi dan misi
Presiden Republik Indonesia yaitu “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan
Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”. Upaya untuk mewujudkan visi ini adalah melalui
7 misi pembangunan yaitu:
a. Terwujudnya keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang
kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim dan mencerminkan
kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.
b. Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan dan demokratis berlandaskan negara
hukum.
c. Mewujudkan politik luar negeri bebas dan aktif serta memperkuat jati diri sebagai negara
maritim.
d. Mewujudkan kualitas hidup manusia lndonesia yang tinggi, maju dan sejahtera.
e. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.
f. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat dan berbasiskan
kepentingan nasional, serta
g. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.
Selanjutnya terdapat 9 agenda prioritas yang dikenal dengan NAWA CITA yang ingin diwujudkan
pada Kabinet Kerja, yakni:
a. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa
aman pada seluruh warga Negara.
b. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan yang
bersih, efektif, demokratis dan terpercaya.
c. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam
kerangka negara kesatuan.
d. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang
bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya.
e. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.
f. Meningkatkan produktifitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional.
g. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi
domestik.
h. Melakukan revolusi karakter bangsa.
i. Memperteguh ke-BHINEKA-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.
Salah satu agenda Nawacita yang terkait langsung dengan Kementerian Kesehatan adalah
agenda ke 5 yaitu Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia. Untuk mewujudkan agenda
tersebut dilaksanakan Program Indonesia Sehat yang didukung oleh program sektoral lainnya
yaitu Program Indonesia Pintar, Program Indonesia Kerja dan Program Indonesia Sejahtera.
Program Indonesia Sehat selanjutnya menjadi program utama Pembangunan Kesehatan yang
kemudian direncanakan pencapaiannya melalui Rencana Strategis Kementerian Kesehatan
tahun 2015-2019 yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan R.I. Nomor
HK.02.02/Menkes/ 52/2015.
Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan menegakkan tiga pilar utama, yaitu: (1)
penerapan paradigma sehat, (2) penguatan pelayanan kesehatan, dan (3) pelaksanaan jaminan
kesehatan nasional (JKN). Penerapan paradigma sehat dilakukan dengan strategi
pengarusutamaan kesehatan dalam pembangunan, penguatan upaya promotif dan preventif,
serta pemberdayaan masyarakat. Penguatan pela- yanan kesehatan dilakukan dengan strategi
peningkatan akses pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem rujukan, dan peningkatan mutu
menggunakan pendekatan continuum of care dan intervensi berbasis risiko kesehatan. Sedang-
kan pelaksanaan JKN dilakukan dengan strategi perluasan sasaran dan manfaat (bene t), serta
kendali mutu dan biaya. Kesemuanya itu ditujukan kepada tercapainya keluarga-keluarga sehat.
Dalam rangka mencapai target dan sasaran pada renstra, Direktorat Jenderal Pelayanan
Kesehatan telah menetapkan rencana aksi program pelayanan kesehatan tahun 2015-2019
untuk meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
Merujuk pada Rencana Aksi Ditjen Pelayanan Kesehatan tahun 2015-2019, Direktorat Fasilitas
Pelayanan Kesehatan telah menyusun Target Indikator Kinerja 5 (lima) tahunan (2015-2019)
yang berisi kegiatan dan strategi untuk meningkatkan sarana prasarana dan alat kesehatan di
fasilitas pelayanan kesehatan yang sesuai standar dan berkualitas. Untuk mewujudkan hal
tersebut dijabarkan oleh pemerintah dalam RKP dan diterjemahkan oleh Kementerian
Kesehatan dalam Renja KL setiap tahunnya.
2.1.1. Tantangan
Dalam upaya meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan bagi masyarakat,
Kementerian Kesehatan dihadapkan pada perubahan yang cepat baik tingkat lokal dan global
dibidang kesehatan, diantaranya meningkatnya penyakit emerging - re emerging (double
burdan), perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, meningkatnya kesadaran masyarakat
terhadap mutu pelayanan kesehatan, tuntutan global (GHSA, WHO), perhelatan Internasional
(asean games) hal tersebut menuntut Kementerian Kesehatan untuk selalu mengikuti perubahan
dan menjawab tuntutan tantangan global tersebut.
Tantangan dalam peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan dibidang pemenuhan
sarana prasarana dan alat kesehatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan diantaranya sebagai
berikut :
Tantangan
1. terbatasnya jumlah institusi penguji dan kalibrasi untuk melayani 2500 RS dan 9700
Puskemas di Indonesia. Saat ini institusi penguji dan kalibrasi milik pemerintah terdiri dari 4
balai yaitu Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan Jakarta, Surabaya, Makassar dan Medan,
2 loka pengamanan fasilitas kesehatan (LPFK) di Banjarbaru danloka pengamanan fasilitas
kesehatan (LPFK) di Surakarta dan 2unit pengamanan fasilitas kesehatan (UPFK) di
Jayapura dan unit pengamanan fasilitas kesehatan (UPFK) di Palembang.Beberapa institusi
penguji milik pemerintah daerah mulai didirikan namun belum terlembaga dengan baik, serta
institusi swasta yang masih terkonsentrasi di Pulau Jawa.
2. Terbatasnya tenaga pengelola sarana prasarana dan alat kesehatan yang berkompeten di
Rumah Sakit.
3. Tidak adanya tenaga pengelola sarana prasarana dan alat kesehatan yang berkompetendi
Puskesmas.
4. Adanya program prioritas nasional yang memerlukan adanya dukungan sarana prasarana
dan alat kesehatan dalam pelaksanaannya. Program program tersebut antara lain : Program
Indonesia Sehat - Pendekatan Keluarga (PIS-PK), Dokter Layanan Primer (DLP), Wajib
Kerja Dokter Spesialis (WKDS), Peningkatan akses dan mutu fasyankes di lokus prioritas
(perbatasan, tertinggal, pariwisata), Flying Health Care (FHC).
5. Kebutuhan masyarakat atas keamanan kenyamanan dan kehandalan bangunan di
fasyankes.
6. Kebutuhan akan peralatan kesehatan yang aman dan bermutu.
7. Kebutuhan masyarakat pada Fasilitas pelayanan kesehatan yang memenuhi standar
fasilitas pelayanan kesehatan yang aman, nyaman dan laik pakai dan mendukung
pencapaian akreditasi seperti perijinan alat radiasi pengion (x-ray) dari Bapeten, standar
teknis dan perizinan incinerator, dsb.
8. Kebutuhan regulasi pendukung program fasilitas pelayanan kesehatan dimana banyak
pedoman dan standar yang perlu disusun dan dimutakhirkan, serta mendukung kebutuhan
program.
9. Kebutuhan data sarana prasarana dan peralatan di Indonesia khususnya fasilitas kesehatan
milik pemerintah untuk mendapatkan gambaran utuh pemenuhan dan kondisi dalam rangka
pemenuhan.
2.1.2. Program Kegiatan Tahun 2019
Berdasarkan rencana aksi dan tantangan program fasilitas pelayanan kesehatan tersebut,
disusun perencanaan dan kegiatan setiap tahunnya yang direfleksikan dalam Rencana Kegiatan
dan Anggaran Kementerian RKAKL yang fokus dan responsif, diantaranya merencanakan
program untuk kegiatan yang akan dilaksanakan sepanjang tahun 2019 seperti yang tercantum
dalam tabel di bawah ini :
Tabel Program-Kegiatan Tahun 2019
NO KOMPONEN RUANG LINGKUP KEGIATAN
1 Penyusunan
NSPK
1. Penyusunan NSPK untuk mendukung Pemenuhan SPA
Puskesmas
2. Revisi Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan
Peralatan Medis
3. Revisi Pedoman Teknis Ambulans
4. Penyusunan Pedoman Spesifikasi Peralatan Risiko
Menengah
5. Penyusunan NSPK tentang Pengujian dan Inspeksi SPA
di Fasyankes lainnya
2 Workshop 1. Workshop Peningkatan Kompetensi Inspeksi Listrik
Medik
2. Workshop Perngelolaan Regional Maintenance Center
(RMC) dalam pemeliharaan Alat Kesehatan
3. Workshop Perngelolaan Regional Maintenance Center
(RMC) dalam pemeliharaan Alat Kesehatan
3 Rapat Koordinasi
Teknis
1. Pertemuan Teknis MFK di RS Rujukan Nasional dan
UPT Vertikal untuk meningkatkan kualitas pengelolaan
SPA dalam rangka mendukung akreditasi Internasional
2. Pertemuan Teknis MFK sarana prasarana di RS Rujukan
Regional dan Provinsi
3. Pertemuan Teknis Bidang SPA Rujukan Provinsi dan
Regional
4. Pertemuan Perencanaan dan Evaluasi Pekerjaan
Konstruksi dan Pengadaan Alat Canggih Rujukan
Nasional, Provinsi dan Regional
5. Pertemuan Lintas Sektor dalam rangka mendukung
pemenuhan SOPA di RS Rujukan Propinsi dan Regional
6. Peningkatan Kapabilitas Petugas IPS-RS di Rumah Sakit
Rujkukan propinsi dan Regional
7. Pertemuan Teknis Perencanaan dan Evaluasi SPA di RS
dengan Kriteria khusus
8. Pertemuan teknis Lintas sector Pemanfaatan Tenaga
nuklir Bidang Kesehatan
9. TOT Pemeliharaan SPA Puskesmas
4 Pendampingan /
Bimbingan Teknis
1. Pertemuan evaluasi Pemenuhan Standar SPA
Puskesmas
2. Pertemuan dan Evaluasi Pembangunan Puskesmas
Perbatasan dan Tertinggal
3. Bimbingan teknis Pemenuhan Sarana Prasarana dan
Alat RS Rujukan Nasional dan UPT Vertikal
4. Pengembangan Implementasi teknologi Informasi SPA
5. Pertemuan Perencanaan dan Evaluasi Pekerjaan
Konstruksi dan Pengadaan Alat Canggih Rujukan
Nasional, Provinsi dan Regional
6. Pertemuan binbingan teknis ASPAK di RS
7. Pertemuan Teknis Perencanaan dan Evaluasi SPA di RS
dengan Kriteria khusus
8. Bimbingan Teknis Pengelolaan SPA di RS dengan
Kriteria khusus
9. Supervisi dan assessment pelaksanaan perijinan
fasyankes lainnya
10. Evaluasi Pengelolaan SPA di BPFK/LPFK
11. Bimbingan Teknis, monitoring dan Evaluasi BPFK/LPFK
12. Bimbingan teknis penyelenggaraan Pengujian dan
Inspeksi SPA di BPFK/LPFK
13. Pendampingan penyusunan program/Keg BPFK/LPFK
dalam mendukung PIS-PK, Akreditasi, system rujukan
dan DTPK
14. Peningkatan Peran Dinas Kesehatan dalam
pembentukan Regional Maintenance Center (RMC)
15. Bimbingan Teknis Pengembangan Regional Maintenance
Center (RMC)
5 Monitoring &
Evaluasi
1. Monev Pembangunan dan Peningkatan Fungsi
Fasyankes Primer Lokus Prioritas
6 Sosialisasi &
Advokasi
1. Kegiatan Penilaian Implementasi Green Hospital HKN ke
55 Tahun 2019
7 Pengadaan
Barang &
Jasa
mendukung
program
1. Langganan Jurnal Bidang Fasilitas/SPA Kesehatan
2. Pengadaan Konsultan Desian Tipikal Bangunan dan
prasarana Rumah Sakit
3. Pembanguan RS UPT di Wilayah Timur
4. Dukungan PLN untuk Pendirian RS UPT di Kawasan
Indonesia Timur
5. Pengembangan Implementasi teknologi Informasi SPA
8 Dukungan
Manajemen/
kesekretariatan
1. Honorarium pengelola anggaran
2. Penyusunan RKAKL, SIMAK BMN, SAI, LAKIP,
Review Itjen
3. Perjalanan dinas pimpinan
4. Sosialisasi fasyankes
5. Diklat SDM
Dalam perjalanannya rencana kegiatan tersebut dapat di ubah sesuai dengan perkembangan
dan kebutuhan pelayanan kesehatan.
2.2. PERJANJIAN KINERJA
Perjanjian kinerja merupakan suatu pernyataan tekad, janji dan kesanggupan yang akan dicapai
oleh pimpinan instansi pemerintah/ unit kerja kepada atasan langsung yang memberikan
amanah/ tanggung jawab/ kinerja untuk mewujudkan suatu target kinerja yang telah di tetapkan.
Pernyataan ini ditandatangani oleh penerima amanah sebagai tanda suatu kesanggupan untuk
mencapai target kinerja yang telah ditetapkan, dan pemberi amanah atau atasan langsungnya
sebagai persetujuan atas target kinerja yang ditetapkan tersebut. Penetapan dan pernyataan
kinerja dilakukan setiap tahun untuk menjamin terlaksananya visi, misi, serta sasaran strategis
yang termuat dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan yang telah ditetapkan.
Direktur Fasilitas Pelayanan Kesehatan selaku penanggung jawab indiktor kinerja telah
menandatangani perjanjian kinerja tahun 2018 yang telah ditetapkan oleh Direktur Jenderal
Pelayanan Kesehatan selaku pemberi amanah/ tanggung jawab/ kinerja. Berikut perjanjian
kinerja Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan tahun 2017-2019 termasuk usulan indikator
perubahan / revisi Renstra sebagaimana pada tabel berikut:
Tabel Perjanjian Kinerja Mengacu Renstra 2015-2019
No Indikator Tercantum
dalam Dokumen
Target Satuan
2016 2017 2018 2019
1 Puskesmas yang memenuhi sarana, prasarana dan alat (SPA) sesuai standar
1,2,3,4, 1400 2800 3600 6000 Puskesmas (Akumulasi)
2 RS Rujukan Nasional yang ditingkatkan sarana dan prasarananya
1,2,3,4, 14 14 14 14 RS
3
RS Rujukan Regional dan Provinsi yang memenuhi sarana, prasarana dan alat (SPA sesuai standar
1,2,3,4, 130 130 130 130 RS
4
RS Daerah yang memenuhi sarana, prasarana dan alat (SPA) memenuhi standar dengan kriteria khusus
1,2,3,4, 96 97 147 47 RS
5
Jumlah Balai Pengujian Fasilitas Kesehatan/Institusi Penguji Fasilitas Kesehatan yang mampu memberikan pelayanan sesuai standar
Revisi Renstra
0 10 10 10 Unit
6
Jumlah Dinas Kesehatan Propinsi yang mengembangkan Unit Pemeliharaan Fasilitas Kesehatan Regional/Regional Maintenance Center
Revisi Renstra
0 3 6 6 Dinas
Prop/Kab/ Kota
2.3. DEFINISI OPERASIONAL PERJANJIAN KINERJA
1. Jumlah RS Rujukan Nasional yang ditingkatkan sarana prasarananya adalah
Jumlah RS Rujukan Nasional yang di tingkatkan sarana prasarananya adalah 14 RS
Rujukan Nasional melalui ketetapan Menkes (Kepmenkes No. HK.
02.02/MENKES/390/2014) yang mendapatkan dana APBN /DAK dan ditunjukkan
adanya peningkatan kualitas sarana prasarananya (tidak kumulatif).
2. Jumlah RS Rujukan Regional yang memenuhi sarana parasarana dan alat (SPA)
sesuai standar adalah
Jumlah RS Rujukan Regional dan Propinsi yang memenuhi sarana prasarana dan alat
(SPA) sesuai standar adalah 110 RS Rujukan Regional dan 20 RS Rujukan Propinsi
melalui ketetapan SK Dirjen BUK NO. HK.02.03/I/0363/2015 yang mendapatkan
alokasi APBN/DAK dalam rangka pemenuhan standar sarana, prasarana dan alat
kesehatan dan ditunjukkan adanya peningkatan pemenuhannya (tidak kumulatif).
3. Jumlah RS daerah yang memenuhi standar dengan kriteria khusus adalah Rumah
Sakit Daerah kelas C dan D (RS di luar RS Rujukan Regional dan Provinsi) dengan
kriteria akreditasi khusus yang ditingkatkan sarana, prasarana, dan alat kesehatannya
melalui DAK/TP (untuk mendorong pencapaian akreditasi).
4. Jumlah Puskesmas yang memenuhi sarana dan prasarana dan alat (SPA) sesuai
standar adalah
Puskesmas yang memenuhi sarana, prasarana dan alat (SPA) sesuai standar adalah
Puskesmas yang memenuhi sarana, prasarana dan peralatan kesehatan sesuai
Permenkes 75 Tahun 2014 dengan pemenuhan lebih besar atau sama dengan 60%
berdasarkan data ASPAK.
5. Jumlah Balai Pengujian Fasilitas Kesehatan / Institusi Penguji Fasilitas Kesehatan
yang Mampu Memberikan Pelayanan Sesuai Standar adalah
BPFK /Institusi Penguji yang mampu memberikan pelayanan pengujian/ kalibrasi
sesuai permenkes no. 54 tahun 2015 tentang Pengujian dan Kalibrasi.
6. Jumlah Dinas Kesehatan Provinsi yang mengembangkan Unit pemeliharaan Fasilitas
Kesehatan Regional / Regional Maintenance Center adalah
Unit Pemeliharaan fasilitas kesehatan regional/Regional Maintenance Center adalah
unit yang sudah memiliki penetapan dari kepala daerah (kumulatif)
2.4. TARGET DAN CAPAIAN INDIKATOR TAHUN 2018
Perjanjian kinerja tahun 2018 mengacu pada indikator Renstra 2015-2019 sebagaimana tabel
berikut:
Tabel target dan capaian indikator Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan 2018:
NO INDIKATOR TARGET CAPAIAN
1 Jumlah RS Rujukan Regional dan Provinsi yang
memenuhi sarana parasarana dan alat (SPA) sesuai
standar
130
RS
130
2 Jumlah RS Rujukan Nasional yang ditingkatkan sarana
prasarananya
14
RS
14
3 Jumlah Puskesmas yang memenuhi sarana dan
prasarana dan alat (SPA) sesuai standar
5600
Puskesmas
6669
4 Jumlah RS Daerah yang memenuhi standar dan
dengan kriteria khusus
147
RS
147
5 Jumlah Balai Pengujian Fasilitas Kesehatan/Institusi
Penguji Fsilitas Kesehatan yang memberikan pelayanan
sesuai standar
10
Unit
21
6 Jumlah Dinas Kesehatan Propinsi yang
mengembangkan Unit Pemeliharaan Fasilitas
Kesehatan Regional/Regional Maintenance Center
6
Dinkes
6
2.5. SUMBER DAYA
2.5.1. Sumber Daya Manusia
Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu faktor yang sangat penting bahkan tidak
bisa dilepaskan dari sebuah organisasi atau institusi. SDM dalam hal ini disebut sebagai pegawai
merupakan faktor yang mempengaruhi perkembangan organisasi atau dapat dikatakan sebagai
penggerak untuk mencapai tujuan organisasi tersebut. Keadaan Pegawai Direktorat Fasilitas
Pelayanan Kesehatan pada tanggal 31 Desember 2018 berjumlah 56
pegawai, yang dapat dilihat secara lebih rinci pada tabel sebagai berikut:
Distribusi Pegawai Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan Berdasarkan Golongannya
Table 1 .
Jumlah Pegawai Direktorat Fasilitas Pelayanan KesehatanBerdasarkan golongan
NO Subdit / Subag Golongan
Jumlah I II III IV
1. Fasyankes Primer 11 3 14
2. Fasyankes Rujukan 2 11 1 14
3. Fasyankes Lainnya 2 10 3 15
4. Tata Usaha 12 1 13
Jumlah 5 44 8 56
Berdasar tabel diatas maka golongan pegawai di Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan
yang terbanyak adalahgolongan III, diikuti golongan IV dan golongan II.
Diagram 1 .Jumlah Pegawai Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Berdasarkan Golongan
Distribusi Pegawai Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan Berdasarkan Tingkat
Pendidikannya
Table 2 . Jumlah Pegawai Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan Berdasarkan
tingkat pendidikan
NO Subdit / Subag Tingkat Pendidikan
Jumlah SMA/SMAK/STM DIII DIV S1 S2
1. Fasyankes Primer 0 2 - 7 4 13
2. Fasyankes Rujukan 2 1 - 7 4 14
3. Fasyankes Lainnya 3 2 - 7 4 16
4. Tata Usaha 3 2 1 6 1 13
Jumlah 9 7 1 27 13 56
Berdasar tabel diatas maka tingkat pendidikan pegawai di Direktorat Fasilitas Pelayanan
Kesehatan yang terbanyak adalah S1,diikuti S2, SMA/SMAK/STM, DIII dan DIV
Diagram 2 . Jumlah Pegawai Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan berdasarkan Jenjang
Pendidikan
Idealnya jumlah pegawai yang ada disesuaikan dengan hasil perhitungan kebutuhan
pegawai berdasarkan Analisis Beban Kerja (ABK) pada suatu unit organisasi. ABK dapat
digunakan sebagai tolak ukur bagi pegawai/unit organisasi dalam melaksanakan
kegiatannya yaitu berupa norma waktu penyelesaian pekerjaan, tingkat efisiensi kerja dan
standar beban kerja dan prestasi kerja, menyusun formasi pegawai, serta penyempurnaan
sistem prosedur kerja dan manajemen lainnya. Selain itu ABK juga dapat dijadikan tolak ukur
untuk meningkatkan produktivitas kerja serta langkah-langkah lainnya dalam rangka
meningkatkan pembinaan, penyempurnaan dan pemberdayaan aparatur negara baik dari
segi kelembagaan, ketatalaksanaan maupun kepegawaian.
Grafik 1 . Jumlah Pegawai Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan
berdasarkan Jenjang jabatan
Berdasarkan kedua tabel di atas dan hasil ABK tahun 2018 di lingkungan Direktorat Fasilitas
Pelayanan Kesehatan diperoleh informasi bahwa jumlah pegawai tersebut belum mencukupi
kebutuhan organisasi dan tentunya hal ini mempengaruhi pada pencapaian target kinerja di
lingkungan Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Guna mengefektifkan pegawai yang
ada diperlukan penguatan kinerja pegawai. Penguatan tersebut berupa program-program
dalam rangka pengembangan kapasitas pegawai yang memerlukan dukungan dan komitmen
para pimpinan organisasi untuk segera merealisasikan dengan kegiatan-kegiatan dalam
bentuk investasi jangka panjang, misalnya peningkatan pendidikan formal pegawai sampai
ke jenjang strata 1, strata 2, dan strata 3 serta pengembangan diklat khusus pegawaiyang
terpadu dan berkelanjutan. Peningkatan kapasitas pegawai menjadi salah satu titik tolak
yang dilaksanakan dalam rangka pengembangan kapasitas pegawai sekaligus peningkatan
kapasitas organisasi.
2.5.2. Sumber Daya Sarana dan Prasarana (Neraca Tingkat Satuan Kerja)
Rekapitulasi Neraca Tingkat Satuan Kerja Direktorat Fasilitas Pelayanan
Kesehatan kondisi per 31 Desember 2018 sbb :
2018 2017 Jumlah %
ASET
ASET LANCAR
Persediaan 149,686,868,606 147,334,038,886 2,352,829,720 1.59
JUMLAH ASET LANCAR 149,686,868,606 147,334,038,886 2,352,829,720 1.59
ASET TETAP
Peralatan dan Mesin 81,265,755,426 72,693,000,093 8,572,755,333 11.79
Aset Tetap Lainnya 417,577,806 417,577,806 - 0.00
Konstruksi Dalam Pengerjaan 231,470,943,859 5,345,328,400 226,125,615,459 4,230.34
Akumulasi Penyusutan (48,026,385,281) (41,524,552,426) (6,501,832,855) 15.65
JUMLAH ASET TETAP 265,127,891,810 36,931,353,873 228,196,537,937 617.89
ASET LAINNYA
Aset Tak Berwujud 2,861,285,250 2,718,877,750 142,407,500 5.23
Aset Lain-lain - 1,183,711,640 (1,183,711,640) (100.00)
Akumulasi Penyusutan/Amortisasi
Aset Lainnya (2,028,777,750) (2,825,511,361) 796,733,611 (28.19)
JUMLAH ASET LAINNYA 832,507,500 1,077,078,029 (244,570,529) (22.70)
JUMLAH ASET 415,647,916 185,342,470,788 230,304,797,128 124.25
EKUITAS
EKUITAS
Ekuitas 415,647,267,916 185,342,470,788 230,304,797,128 124.25
JUMLAH EKUITAS 415,647,267,916 185,342,470,788 230,304,797,128 124.25
JUMLAH KEWAJIBAN DAN
EKUITAS 415,647,267,916 185,342,470,788 230,304,797,128 124.25
NAMA PERKIRAANKenaikan (Penurunan)JUMLAH
Laporan Neraca menyajikan informasi tentang posisi aset lancar, aset tetap dan aset
lainnya Kementerian Negara/Lembaga per 31 Desember 2018. Dari Neraca tersebut
diinformasikan bahwa nilai Aset Lancar adalah sebesar Rp. 149.686.868.606,00 seratus
empat puluh sembilan milyar enam ratus delapan puluh enam juta delapan ratus enam
puluh delapan ribu enam ratus enam rupiah), nilai Aset Tetap sebesar Rp.
265.127.891.810,00 (dua ratus enam puluh lima milyar seratus dua puluh tujuh juta
delapan ratus sembilan puluh satu ribu delapan ratus sepuluh rupiah), nilai Aset Lainnya
sebesar Rp.832.507.500,00 (delapan ratus tigapuluh dua juta lima ratus tujuh ribu lima
ratus rupiah),sehingga Ekuitas Dana (kekayaan bersih) Direktorat Fasilitas Pelayanan
Kesehatan per Tahun Anggaran 2018 adalah sebesar Rp. 415.647.267.916,00 (empat
ratus lima belas milyar enam ratus empat puluh tujuh juta dua ratus enam puluh tujuh ribu
sembilan ratus enam belas rupiah) dan Akumulasi penyusutan sebesar Rp.
(2.028.777.750,00) (Minus dua milyar dua puluh delapan juta tujuh ratus tujuh puluh tujuh
ribu tujuh ratus lima puluh rupiah). Nilai mutasi BMN tersebut berasal dari transaksi keuangan
dan transaksi non-keuangan. Mutasi BMN yang berasal dari transaksi keuangan merupakan
penambahan nilai BMN yang berasal dari perolehan dan/atau penambahan BMN yang berasal dari
pembiayaan APBN selama periode tahun berjalan, sedangkan transaksi non-keuangan merupakan
transaksi penambahan dan pengurangan atas BMN yang berasal dari pembiayaan selain APBN
periode tahun berjalan.
2.5.3. Sumber Daya Anggaran
Pada Tahun Anggaran 2018 terjadi beberapa kali revisi mulai dari revisi POK sampai dengan
revisi DIPA, hal ini disebabkan oleh efisiensi, optimalisasi dan pemanbahan anggaran
recofusing. Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan memiliki alokasi anggaran DIPA Tahun
2018 terdiri :
No Uraian Belanja Barang Belanja Modal Total Anggaran Keterangan
1. DIPA AWAL 42.195.607.000 260.442.647.000 302.638.254.000 -
2. Revisi 1 42.120.607.000 260.517.647.000 302.638.254.000 Efisiensi
3. Revisi 2 30.079.785.000 264.558.469.000 294.638.254.000 Efisiensi
4. Revisi 3 32.249.187.000 244.549.844.000 276.799.031.000 Recofusing
Akuntabilitas keuangan Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan dapat digambarkan dalam
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan tahun anggaran
2018. Realisasi pendapatan negara tahun 2018 sebesar Rp. 234,681,074.00 dan realisasi
belanja sebesar Rp. 261,930,417,234 atau 95.95 % dari Anggaran sebesar Rp. 276.799.031.000
sehingga pada tahun 2018 sisa anggaran APBN Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan
sebesar Rp. 11,062,613,766.
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
3.1. Pembinaan Puskesmas yang memenuhi SPA sesuai standar
3.1.1. Definisi Operasional
Jumlah Puskesmas yang memenuhi sarana dan prasarana dan alat (SPA) sesuai standar
adalah Puskesmas yang memenuhi sarana, prasarana dan alat (SPA) sesuai standar adalah
Puskesmas yang memenuhi sarana, prasarana dan peralatan kesehatan sesuai Permenkes 75
Tahun 2014 dengan pemenuhan lebih besar atau sama dengan 60% berdasarkan data ASPAK.
3.1.2. Target dan Capaian
a. Target
No Indikator Tercantum
dalam Dokumen
Target Satuan
2016 2017 2018 2019
1 Puskesmas yang memenuhi sarana, prasarana dan alat (SPA) sesuai standar
1,2,3,4, 1400 2800 5600 6000 Puskesmas (Akumulasi)
b. Strategi Pelaksanaan
Untuk mencapai target indikator tersebut, subdit fasilitas pelayanan kesehatan primer
melaksanakan beberapa upaya yaitu :
1. Berkoordinasi dengan lintas program dan lintas sector dalam perencanaan lokasi
pemenuhan sarana, prasrana dan alat kesehatan di Puskesmas
2. Mengawal usulan lokasi pemenuhan sarana prasarana dan alat kesehatan yang akan
mendapatkan alokasi DAK Fisik baik regular maupun afirmasi.
3. Berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi untuk mengevaluasi dan validasi data
sarana prasarana dan alat kesehatan melalui aplikasi ASPAK
4. Melakukan pengkajian dan pembahasan usulan DAK Fisik regular dan Afirmasi pada saat
pertemuan Rakontek DAK (Desk) untuk memastikan yang diusulkan sesuai dengan
kebutuhan prioritas.
5. Untuk meningkatkan kualitas pemenuhan bangunan, sarana, prasarana dan alat kesehatan
di Puskesmas, maka direncanakan penyusunan Prototype Puskesmas Perbatasan dan
Tertinggal dan pertemuan teknis per regional sehingga permasalahan yang timbul dapat
segera terselesaikan.
6. Selain pemenuhan sarana prasarana dan alat kesehatan di puskesmas maka diperlukan
dukungan berupa pedoman dalam pengelolaan dan pemeliharaan SPA tersebut serta
dilakukan pembinaan melalui kegiatan monitoring dan evaluasi Pemenuhan SPA.
7. Melakukan koordinasi dengan pemerintah daerah dengan melaksanakan pembinaan dan
pemenuhan fisik melalui anggaran Dekonsentrasi dan Dana Alokasi Khusus (DAK).
c. Strategi pendanaan
Untuk mendukung indikator jumlah puskesmas yang memenuhi sarana, prasarana dan alat
(SPA) sesuai standar selain menggunakan dana APBN, menggunakan juga Dana alokasi khusus
(reguler dan afirmasi) dan Dana Dekonsentrasi.
3.1.3. Pelaksanaan
Secara skematis upaya yang dilakukan adalah Penyusunan NSPK, Pertemuan Teknis,
Bimbingan Teknis, Monitoring dan Evaluasi dan kegiatan pendukung lainnya. Adapun
kegiatan yang telah dilaksanakan untuk pemenuhan sarana prasana dan alat kesehatan
di Puskesmas yaitu :
a. Pertemuan evaluasi Pemenuhan Standar SPA Puskesmas (Diuraikan beserta data
dukung/Foto)
b. Penyusunan NSPK untuk mendukung Pemenuhan SPA Puskesmas (Diuraikan beserta data
dukung/Foto)
c. TOT Pemeliharaan SPA Puskesmas (Diuraikan beserta data dukung/Foto)
d. Pertemuan dan Evaluasi Pembangunan Puskesmas Perbatasan dan Tertinggal (Diuraikan
beserta data dukung/Foto)
e. Monev Pembangunan dan Peningkatan Fungsi Fasyankes Primer Lokus Prioritas
(Diuraikan beserta data dukung/Foto
3.1.4. Analisa Capaian
Sampai dengan tanggal 31 Desember 2018 jumlah puskesmas yang telah memenuhi
sarana, prasarana dan alat sesuai dengan standar sebanyak 6669 puskesmas. jumlah
ini telah melampaui target yang telah ditetapkan sebesar 3600 puskesmas. (terlampir)
Pencapaian indikator tersebut dihitung berdasarkan jumlah puskesmas yang
memenuhi standar SPA sesuai Permenkes 75 Tahun 2014 dengan batas minimal
sebesar 60%. Prosentase pemenuhan tersebut berdasarkan data aspak dengan
memperhatikan proporsi dari sarana, prasarana dan alat. Rincian besarnya proporsi dari
masing masing komponen tersebut yaitu 50% untuk sarana, 10% untuk prasarana dan
40 % untuk alat.
Beberapa faktor yang mempengaruhi dalam pencapaian indikator yang melampaui dari
target dikarena beberapa hal yaitu :
a. Adanya dukungan dari kementerian dan lembaga terkait lainnya, berupa
pendampingan teknis
b. Advokasi dan sosialisasi yang terus menerus pada pimpinan dinas kesehatan
daerah dalam setiap pertemuan dan kunjungan tentang pentingnya pengisian data
ASPAK, pelaksanaannya berupa pemantauan data aspak dan memberikan laporan
data aspak pada daerah yang masih rendah.
c. Adanya keterikatan pengisian data ASPAK dengan pengusulan anggaran.
d. Adanya bimbingan dan komunikasi secara langsung maupun jarak jauh terhadap
pemenuhan SPA.
e. Adanya kebijakan akreditasi pada Puskesmas mendorong dinas kesehatan daerah
untuk melakukan pemenuhan spa puskesmas.
Rincian jumlah puskesmas yang sesuai standar sampai bulan Desember 2018 terdapat
di dalam lampiran
3.1.5. Perbandingan antara target dan capaian
a. Target dan Capaian di Tahun 2019
Indikator Tercantum dalam Dokumen
Target Capaian
2016 2017 2018 2019 2017 2018
realisasi % realisasi %
Jumlah Puskesmas yang memenuhi sarana prasarana dan alat sesuai standar
1,2,3,4 1400 2800 5600 6000 3210 114 6669 119
Berdasarkan tabel di atas target pencapaian indikator jumlah puskesmas yang
memenuhi spa sesuai standar tahun 2018 sebesar 3600 Puskesmas, sementara
realisasinya dapat melampaui dari target yaitu sebesar 6669 (119%). Bila dibandingkan
dengan capaian tahun 2017 maka mengalami peningkatan.
3.2. Pembinaan SPA Rumah Sakit di RS Rujukan Nasional
3.2.1. Definisi Operasional
Jumlah RS Rujukan Nasional yang ditingkatkan sarana prasarananya adalah
Jumlah RS Rujukan Nasional yang di tingkatkan sarana prasarananya adalah 14
RS Rujukan Nasional melalui ketetapan Menkes (Kepmenkes No. HK.
02.02/MENKES/390/2014) yang mendapatkan dana APBN /DAK dan ditunjukkan
adanya peningkatan kualitas sarana prasarananya (tidak kumulatif).
3.2.2. Target dan capaian
3.2.3. Pelaksanaan
a. Pertemuan Teknis MFK di RS Rujukan Nasional dan UPT Vertikal untuk
meningkatkan kualitas pengelolaan SPA dalam rangka mendukung akreditasi
Internasional
b. Bimbingan teknis Pemenuhan Sarana Prasarana dan Alat RS Rujukan
Nasional dan UPT Vertikal
c. Revisi Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Peralatan Medis
d. Revisi Pedoman Teknis Ambulans
e. Pengembangan Implementasi teknologi Informasi SPA
f. Penyusunan Pedoman Spesifikasi Peralatan Risiko Menengah
g. Langganan Jurnal Bidang Fasilitas/SPA Kesehatan
3.2.4. Analisa Capaian
3.2.5. Perbandingan target dan capain
3.3. Pembinaan SPA Rumah Sakit di RS Rujukan Regional dan propinsi
3.3.1. Definisi Operasional
Jumlah RS Rujukan Regional yang memenuhi sarana parasarana dan alat (SPA)
sesuai standar adalah Jumlah RS Rujukan Regional dan Propinsi yang memenuhi
sarana prasarana dan alat (SPA) sesuai standar adalah 110 RS Rujukan
Regional dan 20 RS Rujukan Propinsi melalui ketetapan SK Dirjen BUK NO.
HK.02.03/I/0363/2015 yang mendapatkan alokasi APBN/DAK dalam rangka
pemenuhan standar sarana, prasarana dan alat kesehatan dan ditunjukkan
adanya peningkatan pemenuhannya (tidak kumulatif)
3.3.2. Target dan capaian
3.3.3. Pelaksanaan
a. Kegiatan Penilaian Implementasi Green Hospital
b. Pertemuan Teknis MFK sarana prasarana di RS Rujukan Regional dan
Provinsi
c. Bimbingan Teknis sarana prasarana dan alat RS Rujukan Regional dan
Provinsi
d. Pertemuan Teknis Bidang SPA Rujukan Provinsi dan Regional
e. Pertemuan Perencanaan dan Evaluasi Pekerjaan Konstruksi dan Pengadaan
Alat Canggih Rujukan Nasional, Provinsi dan Regional
f. Pertemuan Lintas Sektor dalam rangka mendukung pemenuhan SOPA di RS
Rujukan Propinsi dan Regional
g. Peningkatan Kapabilitas Petugas IPS-RS di Rumah Sakit Rujkukan propinsi
dan Regional
3.3.4. Analisa Capaian
3.3.5. Perbandingan target dan capain
3.4. Pembinaan SPA Rumah Sakit di RS Daerah dengan Kriteria khusus
3.4.1. Definisi Operasional
Jumlah RS daerah yang memenuhi standar dengan kriteria khusus adalah
Rumah Sakit Daerah kelas C dan D (RS di luar RS Rujukan Regional dan
Provinsi) dengan kriteria akreditasi khusus yang ditingkatkan sarana, prasarana,
dan alat kesehatannya melalui DAK/TP (untuk mendorong pencapaian
akreditasi).
3.4.2. Target dan capaian
3.4.3. Pelaksanaan
a. Pengadaan Konsultan Desian Tipikal Bangunan dan prasarana Rumah Sakit
b. Pertemuan binbingan teknis ASPAK di RS
c. Pertemuan Teknis Perencanaan dan Evaluasi SPA di RS dengan Kriteria
khusus
d. Bimbingan Teknis Pengelolaan SPA di RS dengan Kriteria khusus
3.4.4. Analisa Capaian
3.4.5. Perbandingan target dan capain
3.5. BPFK/Institusi penguji yang mampu memberikan …sesuai standar
3.5.1. Definisi Operasional
Jumlah Balai Pengujian Fasilitas Kesehatan / Institusi Penguji Fasilitas Kesehatan
yang Mampu Memberikan Pelayanan Sesuai Standar adalah BPFK /Institusi
Penguji yang mampu memberikan pelayanan pengujian/ kalibrasi sesuai
permenkes no. 54 tahun 2015 tentang Pengujian dan Kalibrasi
3.5.2. Target dan capaian
3.5.3. Pelaksanaan
a. Penyusunan NSPK tentang Pengujian dan Inspeksi SPA di Fasyankes lainnya
b. Supervisi dan assessment pelaksanaan perijinan fasyankes lainnya
c. Pertemuan teknis Lintas sector Pemanfaatan Tenaga nuklir Bidang Kesehatan
d. Workshop Peningkatan Kompetensi Inspeksi Listrik Medik
e. Evaluasi Pengelolaan SPA di BPFK/LPFK
f. Bimbingan Teknis, monitoring dan Evaluasi BPFK/LPFK
g. Bimbingan teknis penyelenggaraan Pengujian dan Inspeksi SPA di
BPFK/LPFK
h. Pendampingan penyusunan program/Keg BPFK/LPFK dalam mendukung
PIS-PK, Akreditasi, system rujukan dan DTPK
3.5.4. Analisa Capaian
3.5.5. Perbandingan target dan capain
3.6. Dinkes Propinsi yng mengembangkan RMC
3.6.1. Definisi Operasional
Jumlah Dinas Kesehatan Provinsi yang mengembangkan Unit pemeliharaan
Fasilitas Kesehatan Regional / Regional Maintenance Center adalah Unit
Pemeliharaan fasilitas kesehatan regional/Regional Maintenance Center adalah
unit yang sudah memiliki penetapan dari kepala daerah (kumulatif)
3.6.2. Target dan capaian
3.6.3. Pelaksanaan
a. Peningkatan Peran Dinas Kesehatan dalam pembentukan Regional
Maintenance Center (RMC)
b. Bimbingan Teknis Pengembangan Regional Maintenance Center (RMC)
c. Workshop Perngelolaan Regional Maintenance Center (RMC) dalam
pemeliharaan Alat Kesehatan
3.6.4. Analisa Capaian
3.6.5. Perbandingan target dan capain
3.7. Pendirian RS UPT kawasan Indonesia Timur
3.7.1. Definisi Operasional
3.7.2. Target dan capaian
3.7.3. Pelaksanaan
a. Pembanguan RS UPT di Wilayah Timur
b. Dukungan PLN untuk Pendirian RS UPT di Kawasan Indonesia Timur
3.7.4. Analisa Capaian
3.7.5. Perbandingan target dan capain
3.8. Layanan Internal
Dukungan manajemen berfungsi memberikan dukungan manajemen pelaksanaan teknis
padafasilitas pelayanan kesehatan, program atau kegiatan ini dilakukan tidak hanya
mendukung kelancaran pelaksanaan tugas pokok dan fungsi, lebih dari itu untuk
mewujudkan tata pemerintahan yang bersih dan baik, dengan kegiatan perencanaan dan
penganggaran, tatakelola keuangan, ketatausahaan organisasi.
Untuk kegiatan dukungan manajemen program Pengelolaan Sarana Prasarana dan
Peralatan Kesehatan dalam mengawal indikator kinerja Direktorat Fasilitas Pelayanan
Kesehatan yaitu :
1) Belanja Honor Pengelola Anggaran
2) Belanja Bahan Perkantoran
3) Belanja Perjalanan Dinas
4) Pencetakan dan Pengiriman Buku Pedoman
5) Inventarisasi Kekayaan Negara Proses Hibah
6) Alat Pengolah Data
7) Renovasi Ruangan Direktorat
8) Konsinyasi Perencanaan Program tahun 2016
9) Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja 2015
10) Konsultasi Perencanaan Program, Anggaran SAI dan SIMAK BMN
11) Laporan Keuangan, Kegiatan Direktorat
3.9. Realisasi Anggaran
LAPORAN REALISASI ANGGARAN ANGGARAN 2018 FINAL
DIREKTORAT FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN , DITJEN YANKES
S/D 31 DESEMBER 2018
NO KODE NAMA KEGIATAN PAGU JUMLAH
REALISASI SISA ANGGARAN %
A Pembinaan Puskesmas yang memenuhi Sarana, Prasarana dan Alat (SPA) sesuai standar
5,518,810,000 4,991,738,751 527,071,249 90.45
1 2051.502.052 Monev Puskesmas Perbatasan dan tertinggal 3,134,490,000 2,756,652,051 377,837,949 87.95
2 2051.502.053 Penyusunan Pedoman pengelolaan SPA di Puskesmas
349,916,000 270,200,800 79,715,200 77.22
3 2051.502.054 Penyusunan Modul TOT Pemeliharaan SPA di Puskesmas
227,137,000 214,043,100 13,093,900 94.24
4 2051.502.056 Pengembangan Sistem informasi sertifikasi pemeriksaan kesehatan CTKI
170,320,000 132,090,500 38,229,500 77.55
5 2051.502.058 Pertemuan Teknis pemenuhan SPA pada Puskesmas perbatasan dan tertinggal
977,996,000 971,675,400 6,320,600 99.35
6 2051.502.059 Evaluasi dan validasi ASPAK Puskesmas lokus PIS-PK
375,195,000 365,073,000 10,122,000 97.30
7 2051.502.065 Pertemuan Teknis Pembinaan Sarkes pemeriksa kesehatan CTKI di Sarkes Pemeriksa CTKI
283,756,000 282,003,900 1,752,100 99.38
NO KODE NAMA KEGIATAN PAGU JUMLAH
REALISASI SISA ANGGARAN %
B Pembinaan Sarana, Prasarna dan Alat Kesehatan RS di RS Rujukan Nasional sesuai standar
1,314,481,000 1,048,426,580 266,054,420 79.76
1 2051.503.051 Workshop MFK di RS Rujukan Nasional dan UPT Vertikal
550,000,000 509,197,500 40,802,500 92.58
2 2051.503.052 Bimbingan Teknis Pemenuhan Sarana Prasarana dan Alat di RS Rujukan Nasional
323,521,000 310,727,880 12,793,120 96.05
3 2051.503.056 Penyusunan Modul perencanaan peralatan kesehatan berbasis OEE (Overall Equipment Effectiveness)
90,960,000 47,800,000 43,160,000 52.55
4 2051.503.057 Revisi Pedoman IPSRS 350,000,000 180,701,200 169,298,800 51.63
C Pembinaan Sarana, Prasarna dan Alat Kesehatan RS di RS Rujukan Nasional sesuai standar
1,275,631,000 1,172,259,300 103,371,700 91.90
5 2051.504.051 Penyusunan Pedoman Spesifikasi Teknis Peralatan Kesehatan di Rumah Sakit
93,670,000 49,326,000 44,344,000 52.66
6 2051.504.052 Kegiatan Penilaian Implementasi Green Hospital HKN ke 54 Tahun 2018
178,900,000 167,010,500 11,889,500 93.35
7 2051.504.057 Workshop MFK Rujukan Regional dan Propinsi 550,529,000 532,974,700 17,554,300 96.81
8 2051.504.058 Bimbingan Teknis SPA di RS Rujukan Regional dan Propinsi
452,532,000 422,948,100 29,583,900 93.46
NO KODE NAMA KEGIATAN PAGU JUMLAH
REALISASI SISA ANGGARAN %
D Pembinaan Sarana, Prasarna dan Alat Kesehatan RS Daerah sesuai standar dengan Kriteria khusus
5,372,590,000 4,328,167,370 1,044,422,630 80.56
9 2051.505.052 Pengadaan Konsultan Desain Tipikal (Prototype)Bangunan dan Prasarana Unit/Instalasi Rumah Sakit
4,131,002,000 3,335,183,720 795,818,280 80.74
10 2051.505.056 Workshop perencanaan pemenuhan SPA di RS dengan kriteria khusus
460,926,000 412,278,500 48,647,500 89.45
11 2051.505.057 Bimbingan Teknis Pengelolaan SPA di RS dengan Kriteria Khusus
149,532,000 62,947,300 86,584,700 42.10
12 2051.505.058 Penyusunan Draft PMK Pedoman Pengelolaan Peralatan Medis di RS
281,130,000 242,917,300 38,212,700 86.41
13 2051.505.059 Penyusunan Pedoman SPA Klinik Utama 250,000,000 187,555,000 62,445,000 75.02
14 2051.505.060 Rapat Konsultasi Teknis SPA RS Daerah 100,000,000 87,285,550 12,714,450 87.29
E Balai Pengujian Fasilitas Kesehatan/Institusi Penguji Fasilitas Kesehatan yang sesuai standar
2,715,230,000 2,261,697,900 453,532,100 83.30
1 2051.506.053 Bimbingan Teknis institusi Penguji alat kesehatan
230,100,000 209,344,500 20,755,500 90.98
2 2051.506.058 Penyusunan Roadmap Pengujian dan Kalibrasi Fasilitas Kesehatan
258,796,000 223,909,000 34,887,000 86.52
3 2051.506.059 Penyusunan Modul sertifikasi kompetensi petugas Penguji, kalibrasi, inspeksi Fasyankes
225,400,000 192,220,500 33,179,500 85.28
NO KODE
NAMA KEGIATAN PAGU JUMLAH
REALISASI SISA ANGGARAN %
4 2051.506.060 Penyusunan Pedoman SPA kesehatan Tradisional Komplementer
- 0 0 0.00
5 2051.506.061 Penyusunan Pedoman Teknis Bangunan, Prasarana dan Peralatan Kesehatan laboratorium klinik
325,200,000 278,690,300 46,509,700 85.70
6 2051.506.062 Penyusunan Pedoman SPA unit Transfusi darah
29,930,000 0 29,930,000 0.00
7 2051.506.063 Penyusunan modul sertifikasi Kompetensi Petugas Penguji, kalibrasi Alat Kesehatan
252,321,000 170,596,500 81,724,500 67.61
8 2051.506.064 Konsensus metode kerja pengujian dan kalibrasi Alat kesehatan dan Inspeksi Sarana Prasarana Fasilitas Pelayanan Kesehatan
236,240,000 208,773,500 27,466,500 88.37
9 2051.506.065 Workshop peningkatan kemampuan BPFK/IP dalam inspeksi sarana prasarana fasyankes
265,100,000 225,780,500 39,319,500 85.17
10 2051.506.066 Monitoring dan Evaluasi pelaksanaan pengujian, kalibrasi alat kesehatan dan inspeksi sarana prasarana fasyankes
327,125,000 308,754,150 18,370,850 94.38
11 2051.506.067 Bimbingan Teknis penyelenggaraan pengujian, kalibrasi alat kesehatan dan inspeksi sarana prasarana fasyankes
341,539,000 227,925,000 113,614,000 66.73
12 2051.506.068 Pendampingan penyusunan Prog/Keg BPFK/LPFK dalam mendukung PIS-PK, Akreditasi, sistem rujukan dan DTPK
223,479,000 215,703,950 7,775,050 96.52
F Dinas Kesehatan Propinsi yang mengembangkan Unit Pemeliharaan Fasilitas pelayanan kesehatan
2,208,174,000 1,777,714,850 430,459,150 80.51
1 2051.507.056 Peningkatan peran dinas kesehatan dalam pembentukan Regional Maintenance Center (RMC)
456,214,000 399,107,100 57,106,900 87.48
NO KODE NAMA KEGIATAN
PAGU JUMLAH
REALISASI SISA ANGGARAN %
2 2051.507.058 Monitoring dan evaluasi pelaksanaan Regional Maintenance Center (RMC)
389,972,000 365,003,500 24,968,500 93.60
3 2051.507.059 Bimbingan Teknis Pelaksanaan Regional Maintenance Center (RMC)
385,436,000 201,845,100 183,590,900 52.37
4 2051.507.061 Supervisi dan Assesment pelaksanaan pemenuhan standar fasyankes lainnya
485,528,000 397,904,150 87,623,850 81.95
5 2051.507.062 Integrasi sistem informasi fasyankes lainnya kedalam ASPAK
50,000,000 46,460,000 3,540,000 92.92
6 2051.507.063 Workshop penyelenggaraan ASPAK Fasyankes lainnya
441,024,000 367,395,000 73,629,000 83.30
G Pembangunan RS UPT Kawasan Indonesia Timur
225,918,567,000 221,199,723,689 4,718,843,311 97.91
15 2051.509.051 Pembangunan RS UPT di Maluku 225,918,567,000 221,199,723,689 4,718,843,311 97.91
H Penyiapan Pembangunan RS UPT di NTT dan Papua
10,807,158,000 7,599,077,931 3,208,080,069 70.32
16 2051.510.051 Penyiapan pembangunan RS UPT di wilayah NTT dan Papua
10,807,158,000 7,599,077,931 3,208,080,069 70.32
I Penyiapan Pembangunan RS UPT di NTT dan Papua
0 0 0 0.00
17 2051.510.052 Penyiapan pembangunan RS UPT di wilayah Timur (I SPHERE)
- 0 0 0.00
NO KODE NAMA KEGIATAN
PAGU JUMLAH
REALISASI SISA ANGGARAN %
J Kerjasama Selatan - Selatan Triangular 0 0 0 0.00
18 2051.511.051 Kerjasama Selatan-Selatan Triangular - 0 0 0.00
K Pengadaan Alat Kesehatan untuk menunjang Asian Games dan Para Asian Games Tahun 2018
11,035,000,000 10,916,693,733 118,306,267 98.93
19 2051.512.051 Pengadaan Alat Kesehatan untuk menunjang Asian Games dan Para Asian Games Tahun 2018
11,035,000,000 10,916,693,733 118,306,267 98.93
L Layanan Internal 6,827,390,000 6,634,917,130 192,472,870 97.18
1 2051.951.051
Manajemen Pendukung 3,441,488,000 3,379,832,850
61,655,150 98.21
a Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAKIP) 2016
81,756,000 80,304,500 1,451,500 98.22
b Koordinasi Lintas Sektor dan Program 269,348,000 265,410,200 3,937,800 98.54
c Laporan Keuangan Semester 1 38,620,000 37,222,900 1,397,100 96.38
d Laporan Keuangan Semester 2 29,995,000 28,688,950 1,306,050 95.65
e Penyusunan ABK Dit.Fasyankes 24,790,000 19,577,500 5,212,500 78.97
h Inventarisasi Kekayaan Negara Proses Hibah 167,823,000 167,285,550 537,450 99.68
i Pengiriman Pos Kesehatan untuk Nataru 23,143,000 14,420,000 8,723,000 62.31
j Sosialisasi Fasilitas Pelayanan Kesehatan 2,086,573,000 2,083,974,000 2,599,000 99.88
NO KODE NAMA KEGIATAN
PAGU JUMLAH
REALISASI SISA ANGGARAN %
k Rapat Tata Kelola Keuangan
105,088,000 93,310,150 11,777,850 88.79
l Pengiriman Ambulan Transport
196,080,000 192,655,100 3,424,900 98.25
m Pengiriman Ambulan Asean Games
40,000,000 20,650,000 19,350,000 51.63
n
Pengiriman Pos kesehatan Asean Games
25,000,000 24,970,000 30,000 99.88
o
Pengiriman Pos kesehatan Bencana
94,100,000 94,074,000 26,000 99.97
p
Pertemuan pengelolaan Data ASPAK
93,533,000 93,490,000 43,000 99.95
q Pertemuan Inventarisasi Kekayaan Negara Proses HIBAH
165,639,000 163,800,000 1,839,000 98.89
2 2051.951.052
SDM yang Ditingkatkan Kapasitas dan Kemampuan Teknisnya
499,761,000
497,261,700
2,499,300 99.50
a Kapasiti Building Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan
388,187,000 388,145,000 42,000 0.00
b Peningkatan Kemampuan SDM 61,600,000 59,192,700 2,407,300 96.09
Peningkatan Kemampuan pengelolaan ASPAK Ditfasyankes
49,974,000 49,924,000 50,000 99.90
3 2051.951.053
Dokumen Perencanaan dan Anggaran 369,304,000
345,054,250
24,249,750 93.43
a Penyusunan RKAKL Program Kegiatan Tahun 2018
41,604,000 40,782,000 822,000 98.02
b Penyempurnaan Penyusunan RKAKL Program Kegiatan Tahun 2018
36,420,000 33,140,500 3,279,500 91.00
NO KODE NAMA KEGIATAN
PAGU JUMLAH
REALISASI SISA ANGGARAN %
c Penyusunan Akhir RKAKL Program Kegiatan Tahun 2018
36,316,000 32,557,600 3,758,400 89.65
d Konsultasi Perenca Prog Angg, SAI, SIMK BMN, REVIU ITJEN dan Ketatausahaan
254,964,000 238,574,150 16,389,850 93.57
4 2051.951.054 Layanan Perkantoran 2,516,837,000
2,412,768,330
104,068,670
95.87
a Honor Pengelola Anggaran 819,628,000 807,820,000 11,808,000 98.56
b Belanja bahan perkantoran 545,460,000 503,907,250 41,552,750 92.38
c Rapat Retensi Arsip 72,136,000 71,272,250 863,750 98.80
d Rapat Tata Persuratan 52,470,000 50,462,000 2,008,000 96.17
e Belanja Perjalanan Dinas 631,450,000 600,793,830 30,656,170 95.15
f Pencetakan dan Pengiriman Buku Pedoman 59,753,000 58,950,000 803,000 98.66
g Sewa Hosting server ASPAK 48,040,000 45,958,000 2,082,000 95.67
h Pemeliharaan fasilitas kantor 287,900,000 273,605,000 14,295,000 95.03
TOTAL TUPOKSI 272,993,031,000
261,930,417,234
11,062,613,766 95.95
TotaL diluar Bintang 272,993,031,000
261,930,417,234
11,062,613,766 95.95
BAB IV KINERJA PENCAPAIAN KEGIATAN PENDUKUNG INDIKATOR
4.1. ASPAK
4.1.1. ASPAK di Rumah Sakit dalam mendukung Reviu kelas RS
Dalam rangka pemenuhan salah satu target capaian Rencana Aksi Optimalisasi Pelaksanaan
Program Jaminan Kesehatan Nasional, Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan memiliki tugas
terkait dengan Penyempurnaan sistem ASPAK dan Sosialisasi pengisian data Aspak untuk RS
Swasta. Tugas tersebut merupakan sub komponen penting dalam rangka menjamin
ketersediaan sarana dan prasarana serta sumber daya manusia pada fasilitas kesehatan
bersama pemerintah daerah, TNI/Polri dan Swasta. Dalam arti bahwa fasilitas kesehatan rumah
sakit atau fasilitas kesehatan tingkat lanjut yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan bagi
peserta JKN harus memiliki sarana, prasarana dan alat kesehatan sesuai dengan standar yang
berlaku dalam rangka menunjang kompetensi pelayanan yang bermutu. Hal ini, salah satunya
melalui pemantauan pemenuhan standar sarana prasarana dan alat kesehatan melalui Aplikasi
Sarana, Prasarana dan Alat Kesehatan (ASPAK).
Melalui sistem ASPAK, kondisi sarana prasarana dan alat (SPA) rumah sakit baik milik
pemerintah maupun swasta yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan dapat dipantau dan
divalidasi oleh Dinas Kesehatan setempat (Kab/Kota/Provinsi/Kemenkes) sesuai dengan
kewenangannya. Hal ini juga berkaitan dengan sistem pengawasan dalam rangka perizinan dan
atau perpanjangan izin rumah sakit, sesuai dengan acuan Peraturan Menteri Kesehatan No 56
Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit. Melalui pengembangan dashboard
ASPAK, akan memudahkan bagi rumah sakit maupun Dinas Kesehatan Kab/Kota/Provinsi dan
Kemenkes memantau kesesuaian standar berdasarkan tingkat pemenuhan (persentase) dan
indikator lainnya, serta dalam rangka penguatan perencanaan SPA bagi rumah sakit milik
pemerintah.
A. Dasar Hukum
1. Instruksi Presiden 8 Tahun 2017 Tentang Optimalisasi Pelaksanaan Program Jaminan
Kesehatan Nasional
2. Peraturan Menteri Kesehatan No 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan
Rumah Sakit.
3. Peraturan Menteri Kesehatan No 24 Tahun 2016 tentang Persyaratan Teknis Bangunan
dan Prasarana Rumah Sakit.
4. Peraturan Menteri Kesehatan No 31 Tahun 2018 tentang Aplikasi Sarana, Prasarana dan
Alat Kesehatan.
B. Uraian Rencana Aksi
Uraian dan capaian Rencana Aksi terkait Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan
sebagaimana tabel berikut ini:
C. Upaya yang telah dilakukan
Upaya-upaya yang telah dilakukan dalam rangka untuk mencapai target B12 yaitu:
1. Penyempurnaan sistem ASPAK
a. Interoperabilitas Aspak dengan Aplikasi E-Rengar & E-Monev
Interoperabilitas ASPAK dengan sistem perencanaan (e-planning/erengar dan e-
monev) telah dilakukan dalam rangka proses alur perencanaan anggaran Dana
Alokasi Khusus. Bagi rumah sakit yang akan mengajukan usulan anggaran melalui
sistem e-planning akan terlebih dahulu mengisi dan atau meng-update data ASPAK
tahun sebelumnya sehingga mencapai indikator hijau (lengkap), dan divalidasi oleh
Dinas Kesehatan Kab/Kota/Provinsi. Dengan indikator hijau, maka rumah sakit yang
bersangkutan akan dapat mengakses sistem perencanaan online atau e-planning.
- Terlampir link publikasi terkait integrasi perencanaan dengan ASPAK:
http://yankes.kemkes.go.id/read-menuju-akuntabilitas-melalui-perencanaan-
program-pelayanan-kesehatan-berbasis-elektronik-eplanning-dan-sipermon-
725.html
- Capture screen sistem perencanaan terintegrasi antara RS Online, ASPAK dan
Eplanning
Sumber : http://sirs.yankes.kemkes.go.id/sipermon/pages/statusnasional?prop=11prop
b. Tersedianya Dashboard ASPAK
ASPAK selain untuk pemetaan sarana, prasarana dan alat kesehatan juga telah
dikembangkan seiring dengan kebutuhan dalam rangka pengambilan keputusan
maupun perizinannya. Beberapa fitur seperti pengembangan dashboard pada
ASPAK untuk memudahkan monitoring dan evaluasi Dinas Kesehatan
Kab/Kota/Provinsi dan Kementerian Kesehatan dalam menilai capaian / tingkat
pemenuhan, penyebaran, maupun perizinan, sarana, prasarana dan kalibrasi alat
kesehatan di Indonesia.
Beberapa fitur dashboard ASPAK yang telah dikembangkan yaitu dapat terlihat pada
capture screen sistem berikut ini:
a. Dashboard monitoring aksesibiliatas rumah sakit yang melakukan Update Data
ASPAK tahun 2018.
Sumber : http://sirs.yankes.kemkes.go.id/fo/home/aspak
b. Dashboard lokasi geospasial rumah sakit (contoh di Provinsi Sumatera Utara)
c. Fitur Dashboard Analisis Data rumah sakit
d. Dashboard tingkat validasi, update, kelengkapan, standar rumah sakit
e. Dashboard jumlah alat kesehatan per Provinsi
f. Dashboard jumlah alat kesehatan di Rumah Sakit wilayah Jakarta Selatan
2. Tersedianya data SPA RS Swasta di Aspak
Ketersediaan data SPA rumah sakit swasta melalui data ASPAK dibuktikan dengan
pengisian data SPA rumah sakit milik swasta pada ASPAK. Target yang ditetapkan pada
B12 yaitu minimal 10% RS swasta mengisi ASPAK. Dalam hal ini upaya berupa sosialisasi
sistem ASPAK dan kebijakan terkait dilakukan dalam bentuk pertemuan maupun penerbitan
regulasi peraturan menteri dan surat edaran. Beberapa surat edaran yang diterbitkan terkait
pengisian ASPAK dalam mendukung program JKN yaitu:
a. Surat Edaran Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Nomor HK.02.02/V/4413/2018
Tgl. 12 September 2018 tentang Pengisian ASPAK.
b. Penerbitan Permenkes 31 tahun 2018 tentang ASPAK pada tanggal 18 Juli 2018.
c. Surat Edaran Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Nomor HK.02.02/III/4776/2018
tgl 8 Oktober 2018 tentang Review Kelas Rumah Sakit.
d. Sosialisasi ASPAK bagi RS swasta dengan mengoptimalkan dana Dekonsentrasi
Program Fasilitas Pelayanan Kesehatan di Provinsi.
Hasil yang dicapai pada B012
Berdasarkan informasi pada dashboard ASPAK pada akhir Bulan Desember 2018 dari total
sebanyak 2789 Rumah Sakit baik milik pemerintah maupun swasta di 34 Provinsi telah
mengisi ASPAK sebanyak 2.659 RS (95,8%), dan hanya sebanyak 127 rumah sakit yang
belum mengisi (semua swasta), sehingga dari jumlah RS swasta di Indonesia sebanyak
1790 RS telah mengisi ASPAK sebanyak 1663 atau 92,9%. Capaian ini sudah melebihi
target 10% RS swasta yang mengisi ASPAK. Adapun rincian distribusi RS yang mengisi
ASPAK baik milik pemerintah dan swasta sebagai berikut:
Tabel Distribusi Pengisian ASPAK per Provinsi
1 NAD 67 66 1 98,51
2 Sumatera Utara 210 165 45 78,57
3 Sumatera Barat 72 72 0 100
4 Riau 69 69 0 100
5 Jambi 41 40 1 97,56
6 Sumatera Selatan 78 77 1 98,72
7 Bengkulu 23 23 0 100
8 Lampung 77 76 1 98,7
9 Bangka Belitung 23 23 0 100
10 Kepulauan Riau 31 30 1 96,77
11 DKI Jakarta 190 181 9 95,26
12 Jawa Barat 348 340 8 97,7
13 Jawa Tengah 300 283 17 94,33
14 DI Yogyakarta 76 76 0 100
15 Jawa Timur 379 377 2 99,47
16 Banten 110 108 2 98,18
17 Bali 69 66 3 95,65
18 Nusa Tenggara Barat 36 34 2 94,44
19 Nusa Tenggara Timur 51 48 3 94,12
20 Kalimantan Barat 50 46 4 92
21 Kalimantan Tengah 26 26 0 100
22 Kalimantan Selatan 44 42 2 95,45
23 Kalimantan Timur 53 53 0 100
24 Kalimantan Utara 10 10 0 100
25 Sulawesi Utara 46 43 3 93,48
26 Sulawesi Tengah 35 35 0 100
27 Sulawesi Selatan 104 96 8 92,31
28 Sulawesi Tenggara 34 30 4 88,24
29 Gorontalo 13 13 0 100
30 Sulawesi Barat 12 10 2 83,33
31 Maluku 28 25 3 89,29
32 Maluku Utara 20 19 1 95
33 Papua Barat 18 18 0 100
34 Papua 43 39 4 90,7
2786 2659 127 95,8Total Rumah Sakit
Belum
Mengisi
Aspak
Propinsi NoJumlah
Faskes
Aktif
Mengisi
Aspak
% RS yg sdh
input SPA
4.2. PRESTASI
4.2.1. Nominator Anugerah ASN Tahun 2019 Kategori PPT Teladan
4.2.2. TOP 99 Inovasi Pelayanan Publik Tahun 2019
Unit Pemeliharaan Regional Alat Kesehatan / Regional Maintenance Center (RMC)
merupakan upaya terobosan dalam mengatasi permasalahan pemeliharaan alat kesehatan
pada fasilitas kesehatan tingkat pertama khususnya di Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas).
Lokasi Puskesmas yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia, menjadi tantangan
tersendiri dalam upaya pemeliharaan rutin alat kesehatan, terkait keterbatasan sumber
daya manusia dan anggaran di bidang teknik pemeliharaan alat kesehatan. Dengan adanya
RMC ini diharapkan dapat meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan di
Puskesmas.
4.2.3. Juara 1 lomba Penilaian Internal Kantor Berbudaya Bersih
Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan berhasil meraih juara 1 dalam lomba internal yang
diselenggarakan pada periode bulan Maret 2018 dan September 2019, dengan tema
Penilaian Kantor Berbudaya Bersih dan Rapi, Sehat, Hemat, Aman, Nyaman serta Ramah
Lingkungan di Lingkungan Kantor Kementerian Kesehatan.
Penghargaan ini dapat diraih berkat komitmen Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan
yang selalu berusaha menciptakan lingkungan kerja yang baik dalam berbagai aspek yang
diperlukan. Harapannya komitmen ini akan terus terpelihara dan dapat meningkatkan
kualitas kerja serta prestasi yang dapat diraih oleh Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan
4.3. Inovasi
4.3.1. Merancang Prototype Sarana Container multi fungsi untuk ruang OK Pasca Bencana dan
Pos Kesehatan Mudik.
Seperti ketahui bersama, Indonesia merupakan negara rawan bencana baik bencana alam
seperti banjir, tanah longsor, banjir bandang, banjir disertai tanah longsor, gempa bumi,
tsunami, dan aktivitas gunung api, maupun bencana akibat ulah manusia, seperti
kecelakaan dan konflik/kerusuhan. Situasi tersebut disebabkan oleh aspek geografis,
demografis, teknologi, serta keragaman dalam kehidupan berpolitik, sosial ekonomi,
kesukuan, dan agama negara kita. Kejadian bencana tentunya menimbulkan dampak
kesehatan. Contohnya, korban massal, pengungsian, masalah pangan dan gizi, masalah
ketersediaan air bersih, masalah sanitasi lingkungan, terganggunya pengendalian vektor,
penyakit menular, masalah Post Traumatic Stress Disorders, kelangkaan tenaga kesehatan,
dan kerusakan fasilitas kesehatan. Berdasarkan pengalaman dalam menangani krisis akibat
bencana, kerusakan fasilitas kesehatan yang terjadi sering mengganggu pelayanan
kesehatan. Selain itu, dalam situasi bencana/kedaruratan, timbulnya korban massal
memerlukan penguatan fasilitas kesehatan yang ada untuk memberikan jaminan pelayanan
kesehatan bagi korban bencana.
Untuk tetap dapat memberikan pelayanan kesehatan bagi korban bencana, diperlukan
upaya penguatan pelayanan kesehatan melalui pendirian Pelayanan Kesehatan Lapangan
seperti mendirikan tenda ataupun kontainer untuk pelayanan kesehatan.
Keberhasilan Pelayanan Kesehatan Lapangan bergantung pada pengelolaan yang baik
pada tahap persiapan, pelaksanaan, dan pasca-pemanfaatannya. Buku Pedoman Rumah
Sakit Lapangan ini diharapkan dapat menjadi pedoman yang memandu pelaksana dalam
persiapan, pendirian, penyimpanan, perawatan, serta manajemen operasional Pelayanan
Kesehatan Lapangan yang nantinya dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada
saat terjadi bencana melalui pengelolaan Pelayanan Kesehatan Lapangan secara efektif
dan efisien.
4.3.2. MERANCANG DAN MENGAWAL PEMBANGUNAN 629 PUSKESMAS MODERN
BESERTA DUKUNGANNYA DI DAERAH PERBATASAN NEGARA / DTPK DENGAN
PENDEKATAN PROTOTYPE MODERN DAN TERSTANDAR TH 2017-2019
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terbentang seluas 1.905 juta km persegi.
Dengan bentang alam yang luas, Indonesia masih dihadapkan dengan persoalan Daerah
Perbatasan termasuk daerah Terpencil dan Kepulauan. Tantangan pembangunan
kesehatan tersebut berkaitan dengan berbagai issu yang ada di daerah Daerah Perbatasan
termasuk daerah Terpencil dan Kepulauan antara lain kondisi geografis yang sulit, tingkat
ekonomi yang rendah serta kelangkaan sumber daya manusia kesehatan. Kondisi tersebut
sering menjadi penyebab sulitnya mengakses fasilitas kesehatan.
Untuk mendukung optimalisasi pelayanan kesehatan di Daerah Perbatasan termasuk
daerah Terpencil dan Kepulauan Kementerian Kesehatan melakukan berbagai upaya
diantaranya adalah pemenuhan sarana, prasarana dan alat bagi puskesmas yang berada di
daerah tertinggal. Melalui upaya perbaikan fasilitas pelayanan kesehatan tersebut
diharapkan dapat mendukung peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan di daerah
perbatasan dan terpencil di Indonesia.
Sebagai upaya mewujudkan peran pemerintah hadir di masyarakat Indonesia yang hidup
dipinggir atau Daerah Perbatasan termasuk daerah Terpencil dan Kepulauan, Kementerian
Kesehatan melakukan berbagai upaya guna mendukung pemenuhan pelayanan kesehatan
di daerah tersebut. Salah satunya adalah pemenuhan sarana, prasarana dan alat melalui
dana DAK afirmasi. Melalui dana tersebut dilaksanakan pembangunan gedung Puskesmas
yang modern dan representative beserta fasilitas pendukungnya di daerah Daerah
Perbatasan termasuk daerah Terpencil dan Kepulauan.
Pembangunan tersebut mengikuti Prototype Puskesmas modern sesuai dengan Pedoman
Pembanguan dan Peningkatan Fungsi Bangunan Puskesmas. Sampai dengan tahun 2019
telah terbangun 629 Puskesmas di daerah Perbatasan dan Tertingga. Kegiatan ini
dikomandoi oleh Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan mulai tahun 2017 sampai dengan
saat ini.
Pada tahun 2017 telah dibangun 110 Puskesmas Perbatasan di 48 Kabupaten/Kota.
Selanjutnya pada tahun 2018 dibangun 249 Puskesmas di daerah perbatasan dan tertinggal
di 49 Kabupaten. Dan tahun ini akan dibangun 270 pembangunan Puskesmas perbatasan
dan tertinggal di 98 Kabupaten
Prototype Puskesmas Modern Puskesmas Reni – Raja Ampat
4.3.3. MERANCANG PEMBANGUNAN DAN MENGAWAL PENYELESAIAN RSUP BARU DI
INDONESIA, YAITU RSUP dr. J. LEIMENA AMBON TH 2018-2019
Pendirian RS UPT di Kawasan Timur Indonesia (KTI) merupakan program prioritas nasional (Pro
PN) Kementerian Kesehatan dalam rangka percepatan penyediaan akses pelayanan rujukan tersier
yang berkualitas sekaligus sebagai upaya menurunkan disparitas pelayanan kesehatan rujukan
yang bermutu bagi masyarakat di KTI. Hal ini sejalan dengan program Pemerataan Pembangunan
Antar Wilayah Terutama Kawasan Timur Indonesia (KTI) pada Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJMN) 2014-2019, bahwa arah kebijakan utama pembangunan wilayah nasional
difokuskan untuk mempercepat pemerataan pembangunan antar wilayah yang dapat mendorong
transformasi dan akselerasi pembangunan wilayah Kawasan Timur Indonesia termasuk bidang
kesehatan.
Pembangunan RS UPT Vertikal di Ambon telah dilaksanakan tahap perencanaan sejak tahun 2017
dan target operasional awal (soft launching) pada Oktober 2019. Dalam rangka mendukung
pencapaian output pendirian RS UPT Vertikal di Ambon, Kementerian Kesehatan melibatkan
berbagai pihak terutama Pemerintah Daerah Provinsi/Kab/Kota terkait dengan penyiapan lahan
hingga dukungan penyusunan dokumen perencanaan study kelayakan dan dokumen lingkungan
(AMDAL). Selain itu, atas persetujuan Pemerintah Daerah Provinsi Maluku, pada Pembangunan RS
UPT Vertikal di Ambon ditetapkan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dari unsur pemerintah daerah
(Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Provinsi Maluku). Bentuk kolaborasi Pemerintah
Pusat dan Daerah sangat menentukan keberhasilan pencapaian output yang diharapkan.
Puskesmas Ainiba Belu - NTT Puskesmas Pasim - Asmat-Papua
Sumber pendanaan Pembangunan RS UPT Vertikal di KTI bersumber APBN dan Loan (ISPHERE),
maupun Pemerintah Daerah yang dilaksanakan secara sinergis. Untuk sumber APBN Kementerian
Kesehatan untuk mendanai penyusunan DED dan Masterplan Pembangunan RS UPT Vertikal di
NTT dan Papua, serta mendanai jasa konsultansi MK dan perencana sampai biaya pembangunan
konstruksi gedung RS UPT Vertikal di Ambon. Sedangkan Pemerintah Daerah mendanai kegiatan
penyusunan Study Kelayakan dan AMDAL.
4.3.4. MERANCANG PERSIAPAN PEMBANGUNAN RSUP BARU LAINNYA DI INDONESIA
TIMUR, YAITU RSUP DI KUPANG DAN WAMENA
Pendirian RS UPT di Kawasan Timur Indonesia (KTI) merupakan program prioritas nasional
(Pro PN) Kementerian Kesehatan dalam rangka percepatan penyediaan akses pelayanan rujukan
tersier yang berkualitas sekaligus sebagai upaya menurunkan disparitas pelayanan kesehatan
rujukan yang bermutu bagi masyarakat di KTI. Hal ini sejalan dengan program Pemerataan
Pembangunan Antar Wilayah Terutama Kawasan Timur Indonesia (KTI) pada Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2014-2019, bahwa arah kebijakan utama
pembangunan wilayah nasional difokuskan untuk mempercepat pemerataan pembangunan antar
wilayah yang dapat mendorong transformasi dan akselerasi pembangunan wilayah Kawasan Timur
Indonesia termasuk bidang kesehatan. Pembangunan RS UPT Vertikal di NTT dan Papua mulai
dilaksanakan tahap perencanaan tahun 2018 dan rencana mulai tahap pembangunan gedung
(konstruksi) tahun 2019-2020. Pembangunan RS UPT di KTI dilaksanakan melalui proses
pelelangan/pengadaan barang/jasa yang menghasilkan dokumen perencanaan (RS UPT Vertikal
NTT dan Papua). Penyiapan Pembangunan RS UPT di NTT dan Papua adalah kegiatan tahap
perencanaan yaitu penyusunan dokumen DED dan Masterplan yang menjadi acuan dalam proses
pembangunan.
Pembangunan RSUP dr. J. Leimena, Ambon
4.3.5. MERANCANG DAN MENGAWAL PEMBANGUNAN KLINIK KESEHATAN HAJI YANG
BARU DI MADINAH DAN MAKKAH
Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan teah melakukan pembangunan Klinik Kesehatan Haji
Indonesia (KKHI) di Madinah dan Makkah. Lokasi KKHI ini sangat strategis. Aspek tata ruang dan
kemudahan akses sangat diutamakan saat perencanaan awal pembangunan KKHI. Tujuan
pembangunan Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) adalah meningkatkan pelayanan kesehatan
bagi seluruh jamaah haji Indonesia yang membutuhkan. KKHI ini akan melayani jamaah haji yang
memerlukan penanganan kesehatan rujukan dari kloter atau sektor agar para jamaah yang dirawat
bias cepat pulih sehingga dapat beraktivitas dan beribadah kembali dengan lancar untuk
menunaikan ibadah hajinya. Fasilitas kesehatan ini akan dilengkapi dengan ruang perawatan, ICU,
ruang emergensi, ruang obat, klinik gigi, poliklinik umum, laboratorium, radiologi dan fasilitas
rujukan. Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) ini mempunyai banyak keunggulan yaitu daya
tampung yang besar, akses mudah, pada bangunan terdapat pemisahan zonasi publik dan privat,
alur pelayanan dan jenis pelayanan kesehatan.
KKHI Madinah
4.3.6. MERANCANG DAN MENGAWAL PEMBANGUNAN KLINIK HIBAH PEMERINTAH
INDONESIA DI INDONESIA ISLAMIC CENTRE, KABUL – AFGHANISTAN TAHUN 2019
Sejak tahun 2010 Pemerintah Indonesia telah membuat komitmen untuk memberikan bantuan
kepada Pemerintah dan Rakyat Afghanistan berupa pembangunan Indonesia Islamic Center (IIC)
yang terdiri dari bangunan Mesjid, Perpustakaan, Klinik dan Social House. Tujuan dari pemberian
bantuan tersebut adalah untuk membantu terciptanya perdamaian dan rekonsiliasi di Afghanistan
yang sudah lebih dari 35 (tiga puluh lima) tahun dilanda konflik bersenjata.
Bangunan klinik dengan luas total 1212 m2 yang terdiri atas 3 (tiga) lantai, beserta peralatan
kesehatan dan meubelair, akan memberikan pelayanan kesehatan dasar namun memadai bagi
masyarakat di sekitar lokasi. Mengingat saat ini, di wilayah sekitar lokasi tidak terdapat fasilitas
kesehatan yang memadai. Lokasi pembangunan Klinik adalah di dalam komplek Indonesia Islamic
Center yang terletak di Ahmad Shah Baba Mina, Distrik #12 Kota Kabul (Kabul Municipality),
Afghanistan, di atas lahan seluas 10.000 meter2 yang telah disediakan oleh Walikota Kabul untuk
pembangunan Indonesia Islamic Centre.
Tujuan pembangunan klinik kesehatan adalah untuk menyediakan akses terhadap basic health
service (pelayanan kesehatan dasar) untuk penduduk di sekitar IIC, yaitu sejumlah 2.500 orang
karena tidak ada basic health service dalam radius 15 km. Kebutuhan klinik ini terutama untuk unit
pelayanan ibu dan bayi, obstetrics unit, internal medicine unit dan mental health unit.
Penerima manfaat dari pembangunan Klinik ini adalah:
1. Pemerintah Indonesia berupa meningkatnya hubungan bilateral Indonesia – Afghanistan serta
postur politik Indonesia di Afghanistan.
2. Dua ribu lima ratus warga lokal yang berdomisili di sekitar area Indonesia Islamic Center,
dimana belum terdapat fasilitas kesehatan dalam radius 15 KM.
3. Masyarakat dan Pemerintah Afghanistan mendapatkan manfaat berupa adanya penambahan
sarana dan prasarana untuk mencapai upaya rekonsiliasi dan perdamaian di Afghanistan.
Indonesia Islamic Center (IIC) Kabul - Afghanistan
4.3.7. MERANCANG DAN MENYEDIAKAN PROTOTYPE RUANG-RUANG RUMAH SAKIT
TERSTANDAR UNTUK MEMUDAHKAN PEMERINTAH/PEMDA DALAM
MEMBANGUN RS
Rumah sakit haruslah memenuhi persyaratan keselamatan diantaranya adalah Persyaratan
keselamatan struktur bangunan, kemampuan bangunan menanggulangi bahaya kebakaran, bahaya
petir, bahaya kelistrikan, instalasi gas medik, inastalasi uap dan instalasi bahan bakar gas.
Persyaratan sistem ventilasi, pencahyaan, instalasi air, instalasi pengolahan limbah dan bahan
bangunan. Persyaratan kenyamanan ruang gerak dan hubungan antar ruang, kenyaman termal,
kenyamanan terhadap tingkat getaran dan kebisingan. Persyaratan tanda arah (signage), koridor,
tangga, ramp, lift, toilet dan sarana evakuasi yang aman bagi semua orang termasuk penyandang
disabilitas dan lansia. Untuk memudahkan dalam penyampaian desain rumah sakit yang memnuhi
aspak tersebut dirancang suatu model atau prototipe yang menggambarkan tata letak dan desain
rumah sakit seperti asilnya.
Existing yang perlu dilakukan pembenahan agar sesuai standar
4.3.8. MERANCANG DAN MENGAWAL PEMBANGUNAN/PENYEDIAAN POS KESEHATAN
MUDIK LEBARAN DAN NATAL/TAHUN BARU
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus
diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Dalam rangka untuk mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pelayanan kesehatan
pada suatu kawasan/lingkungan tertentu maupun suatu kondisi tertentu, baik bencana, perjalanan
arus mudik/balik, peristiwa/kejadian (event/occasion) yang melibatkan banyak massa atau kondisi
khusus lainnya, maka perlu diselenggarakan upaya kesehatan, dalam hal ini melalui kegiatan pos
kesehatan.
Fungsi pos kesehatan adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan baik promotif, preventif
dan kuratif yaitu berupa konsultasi kesehatan, pemeriksaan kesehatan, pelayanan kesehatan
tradisional, pelayanan kegawatdaruratan dan pelayanan transportasi rujukan medis. Selain itu pos
kesehatan juga disarankan dapat memberikan pelayanan promosi kesehatan dan pencegahan
penyakit seperti penyediaan informasi kesehatan dan pemeriksaan tekanan darah.
Penyelenggaraan pos kesehatan harus memperhatikan ketersediaan layanan, petugas kesehatan,
peralatan kesehatan, obat-obatan, bahan habis pakai, serta dipastikan berjalannya sistem rujukan
yang baik sehingga pos kesehatan ini dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Diharapkan
masyarakat dapat memanfaatkan pos kesehatan ini untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
dengan mudah dan nyaman. Demikian pula, petugas kesehatan akan dapat memberikan pelayanan
dengan nyaman dan maksimal karena didukung dengan sarana prasarana, peralatan dan
perbekalan kesehatan yang memadai.
4.3.9. MERANCANG DAN MENGKOORDINIR PEMBANGUNAN PUSKESMAS SEMENTARA
PASCA GEMPA DI NTB DAN SULAWESI TENGAH
Gempa di Palu dan Lombok yang terjadi pada tahun 2018 meluluh lantakkan berbagai fasilitas
pelayanan kesehatan yang ada di wilayah tersebut termasuk Puskesmas. Di wilayah Propinsi Nusa
Tenggara Barat tercatat wilayah kabupaten Lombok Timur, Lombok Utara dan Sumbawa Barat
memiliki jumlah terbesar puskesmas yang mengalami kerusakan. Sementara di wilayah proponsi
Sulawesi Tengah kerusakan yang terbesar ada di wilayah kota Palu, Kabupaten Sigi dan Donggala.
Untuk kepentingan pelayanan kesehatan dilaksanakan pembangunan Puskesmas sementara . Utuk
pembangunan tersebut Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan menyiapkan Design Bangunan
Puskesmas Sementara dan melaksanakan koordinasi dengan pihak pihak terkait dalam
pelaksanaan pembangunan tersebut.
Contoh Puskesmas Sementara Pasca Gempa
5. MERANCANG DAN MENGKOORDINIR PEMBANGUNAN RUMAH
SAKIT SEMENTARA UNTUK PASCA GEMPA DI NTB
Fasilitas Pelayanan Kesehatan menjadi tempat tujuan bagi semua korban bencana,
sementara infrastruktur kesehatan biasanya juga mengalami kerusakan. Hampir setiap kejadian
bencana menimbulkan permasalahan kesehatan, seperti, korban meninggal, menderita sakit, luka-
luka, pengungsi dengan masalah gizinya, dan masalah air bersih serta sanitasi lingkungan yang
menurun.
Dengan kondisi fasilitas pelayanan kesehatan yang rusak, baik bangunan, prasarana
maupun alat kesehatan, tentunya sangat mengganggu proses pemberian pelayanan kesehatan.
Dalam hal ini proses penanganan korban bencana tidak optimal. Dalam kondisi bencana dan
kedaruratan diperlukan upaya penguatan rumah sakit agar dapat tetap berfungsi bagi masyarakat
yang membutuhkan pertolongan spesialistik.
Beberapa alasan perlu dibangun rumah sakit lapangan antara lain rumah sakit yang ada
tidak dapat menampung semua korban, rumah sakit yang ada tidak dapat berfungsi secara optimal
dan rumah sakit yang ada sulit dijangkau dari lokasi bencana.
Alasan tersebut diatas menentukan langkah pengambilan keputusan dalam alur proses
penyediaan fasilitas rumah sakit paska bencana. Berikut dibawah ini gambaran Alur Penyediaan
Fasilitas Rumah Sakit Paska Bencana.
Penilaian terhadap kerusakan bangunan rumah sakit dilaksanakan melalui penilaian secara
visual (visual assessment) dan didukung dengan uji forensik gedung. Apabila rumah sakit yang ada
tidak dapat difungsikan secara optimal paska gempa, maka fungsi pelayanan kesehatan dapat
dipindahkan sementara ke rumah sakit lapangan. Masa operasional rumah sakit lapangan hanya
dapat dimungkinkan untuk periode mulai dari saat setelah bencana sampai dengan maksimal 3
bulan.
Untuk kondisi dimana rumah sakit eksisting tidak dapat menampung semua korban bencana
atau kondisi dimana rumah sakit yang ada sulit dijangkau dari lokasi bencana, maka dapat
dibangun rumah sakit lapangan untuk pelayanan medik yang beroperasional sementara/transisi
sebelum pasien dirujuk ke rumah sakit rujukan terdekat dari lokasi bencana.
Pedoman ini telah ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Nomor
HK.02.02/I/5691/2018
.
4.3.10. INOVASI REGIONAL MAINTENANCE CENTER (RMC)
Unit Pemeliharaan Regional Alat Kesehatan / Regional Maintenance Center (RMC) merupakan
upaya terobosan dalam mengatasi permasalahan pemeliharaan alat kesehatan pada fasilitas
kesehatan tingkat pertama khususnya di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas).
Lokasi Puskesmas yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia, menjadi tantangan tersendiri
dalam upaya pemeliharaan rutin alat kesehatan, terkait keterbatasan sumber daya manusia dan
anggaran di bidang teknik pemeliharaan alat kesehatan. Dengan adanya RMC ini diharapkan dapat
meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas.
4.3.11. MENINGKATKAN AKSES DAN MUTU LAYANAN INSTITUSI PENGUJIAN ALAT
KESEHATAN & SARANA PRASARANA
Dalam upaya meningkatkan akses dan mutu layanan institusi pengujian alat kesehatan dan
sarana prasarana, maka mulai tahun 2016 dilaksanakan proses peningkatan status LPFK Surakarta
dan Banjarbaru untuk menjadi BPFK, UPFK Papua dan Palembang menjadi LPFK. untuk memperkuat
proses peningkatan status tersebut maka di LPFK Surakarta, LPFK Banjarbaru, UPFK Palembang,
dilaksanakan pembangunan gedung laboratorium pengujian, kalibrasi alat kesehatan serta inspeksi
sarana prasarana fasilitas kesehatan. Untuk UPFK Papua dilaksanakan pengadaan tanah dan
gedung. selain pengadaan gedung dilengkapi juga dengan penambahan kelengkapan alat ukur
sesuai standar.
Dokumentasi kegiatan RMC
4.3.12. MERANCANG PROTOTYPE SARANA CONTAINER MULTI FUNGSI UNTUK
RUANG OK PASCA BENCANA DAN POS KESEHATAN MUDIK
Seperti ketahui bersama, Indonesia merupakan negara rawan bencana baik bencana alam seperti
banjir, tanah longsor, banjir bandang, banjir disertai tanah longsor, gempa bumi, tsunami, dan aktivitas
gunung api, maupun bencana akibat ulah manusia, seperti kecelakaan dan konflik/kerusuhan. Situasi
tersebut disebabkan oleh aspek geografis, demografis, teknologi, serta keragaman dalam kehidupan
berpolitik, sosial ekonomi, kesukuan, dan agama negara kita. Kejadian bencana tentunya menimbulkan
dampak kesehatan. Contohnya, korban massal, pengungsian, masalah pangan dan gizi, masalah ketersediaan
air bersih, masalah sanitasi lingkungan, terganggunya pengendalian vektor, penyakit menular, masalah Post
Traumatic Stress Disorders, kelangkaan tenaga kesehatan, dan kerusakan fasilitas kesehatan. Berdasarkan
pengalaman dalam menangani krisis akibat bencana, kerusakan fasilitas kesehatan yang terjadi sering
mengganggu pelayanan kesehatan. Selain itu, dalam situasi bencana/kedaruratan, timbulnya korban massal
memerlukan penguatan fasilitas kesehatan yang ada untuk memberikan jaminan pelayanan kesehatan bagi
korban bencana.
Untuk tetap dapat memberikan pelayanan kesehatan bagi korban bencana, diperlukan upaya
penguatan pelayanan kesehatan melalui pendirian Pelayanan Kesehatan Lapangan seperti mendirikan tenda
ataupun kontainer untuk pelayanan kesehatan.
Keberhasilan Pelayanan Kesehatan Lapangan bergantung pada pengelolaan yang baik pada tahap
persiapan, pelaksanaan, dan pasca-pemanfaatannya. Buku Pedoman Rumah Sakit Lapangan ini diharapkan
dapat menjadi pedoman yang memandu pelaksana dalam persiapan, pendirian, penyimpanan, perawatan,
serta manajemen operasional Pelayanan Kesehatan Lapangan yang nantinya dapat meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan pada saat terjadi bencana melalui pengelolaan Pelayanan Kesehatan Lapangan secara
efektif dan efisien.
BAB IV
PENUTUP
Laporan akuntabilitas kinerja ini adalah sebagai wujud pertanggungjawaban atas tugas pokok
dan fungsi Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan tahun 2019.. merupakan sarana untuk
menyampaikan pertanggungjawaban kinerja baik yang terkait langsung maupun tidak langsung
dalam kurun waktu bulan Januari s/d Desember tahun 2019 dan sebagai sumber informasi
untuk perbaikan dan peningkatan kinerja secara berkelanjutan.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan telah dapat
merealisasikan program dan kegiatan tahun 2019 untuk mencapai visi, misi, tujuan, dan
sasaran sebagaimana tercantum dalam Renstra Kementerian Kesehatan 2015-2019.
Laporan akuntabilitas kinerja ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan evaluasi,
penyempurnaan dokumen perencanaan periode yang akan datang, pelaksanaan program dan
kegiatan serta berbagai kebijakan. Hasil pencapaian pelaksanaan program pembangunan
bidang kesehatan yang dilaksanakan dari tahun ke tahun diharapkan selalu sesuai dengan
rencana strategis dan dokumen perencanaan lainnya. Keberhasilan yang telah dicapai tahun
2018 diharapkan dapat menjadi parameter agar kegiatan-kegiatan di masa mendatang dapat
dilaksanakan secara lebih efektif dan efisien. Sedangkan segala kekurangan dan hal-hal yang
menghambat tercapainya target dan rencana kegiatan diharapkan dapat dicari solusi serta
diselesaikan dengan mengedepankan profesionalisme di lingkungan Direktorat Fasilitas
Pelayanan Kesehatan khususnya dan Kementerian Kesehatan umumnya.