Desain Penyelenggaraan SPIP
i
KATA PENGANTAR
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 Pasal 2 ayat (1)
tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), Kementerian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif yang dalam hal ini Sekretariat Jenderal wajib menyelenggarakan SPIP.
Dalam rangka menciptakan penyelenggaraan SPIP secara komprehensif dan
sistematis, Sekretariat Jenderal perlu menyusun suatu Desain Penyelenggaraan SPIP.
Desain Penyelenggaraan SPIP di lingkungan Sekretariat Jenderal ini memuat
informasi tentang pemahaman bagi para pejabat dan pegawai tentang SPIP, profil
lingkungan pengendalian, prioritas obyek penyelenggaraan SPIP dan rencana kerja
penguatan pengendaliannya. Berdasarkan informasi yang disajikan ini, seluruh pejabat
dan pegawai diharapkan mempunyai kesamaan persepsi dalam membangun dan
menginternalisasikan SPIP dalam pelaksanaan tugas di lingkungan Sekretariat
Jenderal.
Harapan kami, desain ini tidak hanya menjadi dokumen kerja (hard control)
semata, namun lebih dari itu kandungan di dalamnya menjadi bagian dari langkah-
langkah pengembangan penyelenggaraan SPIP di lingkungan Sekretariat Jenderal (soft
control).
Sekretaris Jenderal,
Drs. Wardiyatmo, M.Sc. NIP. 19520830 197903 1 001
Desain Penyelenggaraan SPIP
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii DAFTAR TABEL .............................................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................... v
BAB IPENDAHULUAN .....................................................................................................1
A. Latar Belakang ...............................................................................................1
B. Struktur Organisasi, Visi, Misi, Tugas, dan Fungsi ........................................1
1. Struktur Organisasi ....................................................................................1
2. Visi, Misi, Tugas Pokok, dan Fungsi ..........................................................2
C. Dasar Hukum Penyelenggaraan SPIP ...........................................................3
D. Ruang Lingkup ...............................................................................................4
E. Tujuan dan Indikator Keberhasilan yang Diharapkan ....................................5
BAB II GAMBARAN PROSES PENYADARAN SPIP ......................................................6
A. SPIP dalam Rangka Mencapai Visi, Misi, dan Tujuan Instansi Pemerintah...6
B. Definisi dan Karakterististik SPIP ...................................................................6
C. Unsur-Unsur Sistem Pengendalian Intern ......................................................8
D. SPIP dan Reformasi Birokrasi .......................................................................9
E. Kegiatan dan Kondisi Pemahaman SPIP....................................................11
F. Profil Lingkungan Pengendalian ..................................................................13
1. Penegakan Integritas dan Nilai Etika .......................................................15
2. Komitmen terhadap Kompetensi ..............................................................16
3. Kepemimpinan yang Kondusif .................................................................17
4. Pembentukan Struktur Organisasi yang Sesuai dengan Kebutuhan .......17
5. Pendelegasian Wewenang dan Tanggung Jawab yang Tepat ................18
6. Penyusunandan Penerapan Kebijakan yang Sehat tentang Pembinaan Sumber Daya Manusia (SDM) .................................................................19
7. Perwujudan Peran APIP yang Efektif.......................................................19
8. Hubungan Kerja yang Baik dengan Instansi Pemerintah Terkait .............20
G. Kelemahan dalam Pengendalian Intern .......................................................21
H. Temuan Hasil Audit......................................................................................22
BAB III PRIORITAS PENYELENGGARAAN SPIP.........................................................24
A. Obyek Penyelenggaraan SPIP ....................................................................24
B. Obyek Prioritas Penyelenggaraan SPIP ......................................................26
BAB IV RENCANA KERJA PENYELENGGARAAN SPIP ..............................................29
A. Rencana Kerja Penguatan Lingkungan Pengendalian.................................29
Desain Penyelenggaraan SPIP
iii
B. Rencana Kerja Penilaian Risiko Instansi Pemerintah ..................................30
C. Rencana Kerja Penyelenggaraan Kegiatan Pengendalian ..........................31
D. Rencana Kerja Implementasi Kebijakan/SOP Berbasis SPIP ......................32
E. Rencana Kerja Pemantauan Tahapan Penyelengaraan SPIP .....................32
LAMPIRAN
Lampiran 1 Tabel Rekapitulasi Kondisi Pemahaman SPIP Sekretariat Jenderal
Kemenparekraf Lampiran 2 Tabel Rekapitulasi Kondisi Lingkungan Pengendalian Sekretariat
Jenderal Kemenparekraf Lampiran 3 Kertas Kerja Prioritas Unit Kerja/Kegiatan
Desain Penyelenggaraan SPIP
iv
DAFTAR TABEL Tabel 1 Area Perubahan Reformasi Birokrasi dan Hasil yang Diharapkan.................... 9
Tabel 2Kegiatan Pemahaman SPIP .............................................................................. 12
Tabel 3Kondisi Pemahaman SPIP ................................................................................ 13
Tabel 4 Rencana Kerja Penguatan Lingkungan Pengendalian ..................................... 29
Tabel 5 Rencana Kerja Penilaian Risiko Instansi Pemerintah ....................................... 30
Tabel 6 Rencana Kerja Penyelenggaraan Kegiatan Pengendalian ............................... 31
Tabel 7 Rencana Kerja Implementasi Kebijakan/SOP Berbasis SPIP........................... 32
Desain Penyelenggaraan SPIP
v
DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Bagan Organisasi........................................................................................... 2
Gambar 2 Unsur-unsur SPIP......................................................……………………….... 8
Desain Penyelenggaraan SPIP 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 Pasal 2 ayat (1) menyatakan
bahwa untuk mencapai pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien,
transparan, dan akuntabel, menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan
bupati/walikota wajib melakukan pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan
pemerintahan. Dalam kaitan pengendalian tersebut, telah terbit Peraturan
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor: PM.97/UM-001/MPEK/2011
tentang Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) di
Lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif memuat acuan bagi
unit-unit kerja di lingkungan Kemenparekraf dalam menyelenggarakan SPIP
pada pelaksanaan kegiatannya.
Dalam rangka memberikan arah yang tepat dalam penyelenggaraan SPIP,
Sekretariat Jenderal Kemenparekraf perlu menyusun suatu Desain
Penyelenggaraan SPIP sehingga dapat terpetakan unit-unit atau kegiatan yang
menjadi prioritas untuk penyelenggaraan SPIP dan penyusunan rencana
penyelenggaraannya.
B. Struktur Organisasi, Visi, Misi, Tugas, dan Fungsi 1. Struktur Organisasi
Sekretariat Jenderal Kemenparekraf adalah unsur pembantu pemimpin
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif. Berdasarkan Peraturan Menteri Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif Nomor PM.07/HK.001/MPEK/2012 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, struktur organisasi
Sekretariat Jenderal Kemenparekraf terdiri dari lima biro dan tiga pusat,
yaitu:
a. Biro Perencanaan dan Organisasi;
b. Biro Hukum dan Kepegawaian;
c. Biro Keuangan;
d. Biro Kerja Sama Luar Negeri;
Desain Penyelenggaraan SPIP 2
e. Biro Umum;
f. Pusat Data dan Informasi;
g. Pusat Komunikasi Publik.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Sekretariat Jenderal dipimpin
oleh Sekretaris Jenderal.
Gambar 1 Bagan Organisasi
2. Visi, Misi, Tugas Pokok, dan Fungsi
a. Visi
TERWUJUDNYA TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG RESPONSIF, TRANSPARAN DAN AKUNTABEL MELALUI DUKUNGAN MANAJEMEN DAN DUKUNGAN TEKNIS LAINNYA SERTA PENYEDIAAN SARANA
DAN PRASARANA YANG EFISIEN DAN EFEKTIF
b. Misi
Untuk mencapai visi yang telah ditetapkan Sekretariat Jenderal
Kemenparekraf menetapkan misi sebagai berikut: a. Meningkatkan kualitas dan kuantitas aparatur, organisasi dan tatalaksana
serta layanan hukum;
Sekretariat Jenderal
Kemenparekraf
Biro Perencanaan
dan Organisasi
Biro Hukum dan Kepegawaian Biro Keuangan
Biro Kerja Sama Luar Negeri Biro Umum
Pusat Data dan Informasi
Pusat Diklat Pegawai
Pusat Komunikasi
Publik
Fungsi Pembantu Fungsi Pendukung
Desain Penyelenggaraan SPIP 3
b. Meningkatkan kinerja pengelolaan keuangan, perencanaan dan penganggaran, dan pengelolaan aset negara
c. Meningkatkan layanan informasi dan kualitas informasi kepada pihak internal dan eksternal
d. Meningkatkan peran Indonesia dalam forum kerja sama luar negeri sektor pariwisata dan ekonomi kreatif
c. Tugas Pokok dan Fungsi
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor:
PM-07/HK.001/MPEK/2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, pada pasal 11 menyatakan bahwa
Sekretariat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan
tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh
unit organisasi di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Berdasarkan pasal 12 Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
tersebut, dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 11,
Sekretariat Jenderal menyelenggarakan fungsi:
Koordinasi kegiatan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;
Koordinasi dan penyusunan rencana dan program Kementerian Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif;
Pembinaan dan pemberian dukungan administrasi yang meliputi
ketatausahaan, kepegawaian, keuangan, kerumahtanggaan, arsip dan
dokumentasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;
Pembinaan dan penyelenggaraan organisasi dan tata laksana, kerja sama,
dan hubungan masyarakat;
Koordinasi dan penyusunan peraturan perundang-undangan dan bantuan
hukum;
Penyelenggaraan pengelolaan barang milik/kekayaan negara;
Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Menteri Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif.
C. Dasar Hukum Penyelenggaraan SPIP
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharan Negara;
Desain Penyelenggaraan SPIP 4
3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan
dan Tanggung Jawab Keuangan Negara;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah;
5. Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi
Birokrasi 2010-2025;
6. Keputusan Presiden Nomor 14 Tahun 2010 tentang Pembentukan Komite
Pengarah Reformasi Birokrasi Nasional dan Tim Reformasi Birokrasi Nasional
sebagaimana diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 23 Tahun 2010
tentang Perubahan Atas Keputusan Presiden Nomor 14 Tahun 2010 tentang
Pembentukan Komite Pengarah Reformasi Birokrasi dan Tim Reformasi
Birokrasi Nasional;
7. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 59/P/2011 mengenai
Penunjukan Pejabat Menteri pada Kabinet Indonesia Bersatu II;
8. Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2011 tentang Percepatan Peningkatan
Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara;
9. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 20 Tahun 2010 tentang Road Map Reformasi Birokrasi 2010-1014;
10. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyusunan Road Map Reformasi
Birokrasi Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah;
11. Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor: PM.97/UM-
001/MPEK/2011 tentang Penyelenggaraan SPIP di Lingkungan Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;
12. Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor:
PM.07/HK.001/MPEK/2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
D. Ruang Lingkup
Lingkup penyelenggaraan SPIP adalah pengendalian pada penyelenggaraan
kegiatan di tingkat organisasional yaitu pada unit-unit kerja di lingkungan
Sekretariat Jenderal dan di tingkat operasional yaitu pada kegiatan-kegiatan
sesuai dengan tugas dan fungsi pada masing-masing unit kerja di lingkungan
Sekretariat Jenderal Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Desain Penyelenggaraan SPIP 5
Kegiatan pembangunan infrastruktur SPIP dalam rangka menciptakan
pengendalian akan dilaksanakan selama tiga tahun sampai dengan tahun 2014
dengan rencana kerja sebagaimana diuraikan pada Bab IV. Selama kurun waktu
tersebut, secara simultan akan dilaksanakan sosialisasi dan implementasi
Standard Operating Procedures (SOP)/infrastruktur yang telah dibangun
berdasarkan risiko.
E. Tujuan dan Indikator Keberhasilan yang Diharapkan
Desain Penyelenggaraan SPIP ini disusun sebagai upaya untuk
mengintegrasikan rencana pengembangan SPIP di lingkungan Sekretariat
Jenderal Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah dikaitkan dengan kondisi dan kompleksitas organisasi serta prioritas
pengendalian yang diinginkan sesuai dengan risiko. Sehubungan dengan hal
tersebut di atas maka tujuan Desain Penyelenggaraan SPIP ini adalah: 1. Memberikan pemahaman kepada pimpinan dan seluruh pegawai tentang
strategi penerapan SPIP; 2. Menjadi acuan dalam mengintegrasikan SPIP dalam penyelenggaraan
kegiatan; 3. Menjadi basis dalam perencanaan dan penganggaran penyelenggaraan
SPIP (Internal Control Plan); 4. Mendorong unit kerja di lingkungan Sekretariat Jenderal Kemenparekraf
untuk melakukan percepatan penyelenggaraan SPIP; 5. Mewujudkan implementasi Reformasi Birokrasi di lingkungan Sekretariat
Jenderal Kemenparekraf. Indikator keberhasilan penyelenggaraan SPIP di Sekretariat Jenderal
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif adalah tersusunnya SOP yang
berbasis risiko yang selanjutnya disosialisasikan untuk dapat diterapkan oleh
pimpinan dan pegawai yang terkait dengan pelaksananaan kegiatan sehingga
mencapai tingkat kematangan (maturity level) Integrated atau optimized.
Desain Penyelenggaraan SPIP 6
BAB II
GAMBARAN PROSES PENYADARAN SPIP A. SPIP dalam Rangka Mencapai Visi, Misi, dan Tujuan Instansi Pemerintah
Penerbitan Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) merupakan wujud komitmen pemerintah
untuk meningkatkan manajemen pemerintahan dan menguatkan akuntabilitas
instansi pemerintah. SPIP merupakan sistem yang lebih komprehensif dengan
menekankan pada pentingnya softcontrol yaitu mengutamakan faktor komitmen
pimpinan dan keterlibatan seluruh pejabat serta pegawai. Komitmen dalam menyelenggarakan SPIP pada pelaksanaan tugas dan fungsi
pada Kemenparekraf telah disusun buku dengan terbitnya Peraturan Menteri
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor PM.97/UM.001/MPEK/2011 tentang
Penyelenggaraan SPIP di Lingkungan Kemenparekraf, penyelenggaraan SPIP
diarahkan untuk dapat menjamin pencapaian tujuan sebagaimana tertuang
dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA), Rencana Strategis (Renstra),
dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).
SPIP merupakan alat kendali bagi pengelola kegiatan pada Sekjen
Kemenparekfraf untuk mencapai visi, misi, dan tujuan yang telah ditetapkan.
SPIP menjadi rambu, pagar, dan early warning systems agar pelaksanaan
semua program dan kegiatan dapat berjalan dalam koridor serta sesuai
ketentuan yang berlaku, tidak ada penyimpangan, aman, efisien, dan efektif.
B. Definisi dan Karakterististik SPIP Sistem Pengendalian Intern Pemerintah merupakan suatu rangkaian tindakan
dan aktivitas pada seluruh kegiatan instansi yang dilakukan secara terus-
menerus dan terintegrasi dalam setiap sistem yang digunakan manajemen
dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai atas tercapainya tujuan
organisasi.
1. Tujuan Organisasi Dalam membangun Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, pimpinan perlu
mengidentifikasi tujuan kegiatan baik pada tingkat organisasional dan
operasional pada Sekretariat Jenderal Kemenparekraf. Tujuan organisasi
Desain Penyelenggaraan SPIP 7
yang diselaraskan dengan Renstra kemudian menjadi arah dalam
melakukan pengendalian. Berdasarkan hasil pemetaan terhadap tugas dan fungsi Sekretariat Jenderal
yang menunjukkan seluruh rangkaian pelaksanaan anggaran secara utuh,
maka dalam pencapaian tujuan organisasi harus diikuti dengan keberhasilan
pencapaian:
Efektivitas dan efisiensi kegiatan;
Keandalan pelaporan keuangan;
Pengamanan aset;
Ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
2. Proses Dalam konsep SPIP, kegiatan pengendalian disatukan dalam langkah atau
prosedur kerja dalam pelaksanaan suatu kegiatan. Sehubungan dengan hal
tersebut, dalam tahap pembangunan sistem pengendalian intern menuntut
pengenalan proses manajemen/proses bisnis dan penerapan kegiatan
pengendalian yang diciptakan seefektif mungkin, sehingga tidak menambah
panjang prosedur kerja.
3. Tingkatan Pengendalian Sistem pengendalian intern dilaksanakan pada dua tingkatan pengendalian,
yaitu:
Pengendalian tingkat organisasional/entity level merupakan penerapan
pengendalian pada tingkat organisasi yang menitikberatkan
pengendalian pada aspek manajerial dalam rangka pencapaian tujuan.
Pengendalian tingkat operasional/activity level merupakan penerapan
pengendalian pada aspek kegiatan dalam melaksanakan tugas dan
fungsi.
4. Efektivitas Penerapan SPIP Efektivitas penerapan sistem pengendalian intern sangat dipengaruhi oleh
manusia sebagai pelaksananya, yaitu pejabat dan pegawai di lingkungan
Kemenparekraf. Manajemen menetapkan tujuan, merancang dan
melaksanakan mekanisme pengendalian, memantau, serta mengevaluasi
Desain Penyelenggaraan SPIP 8
pengendalian, selanjutnya seluruh pejabat dan pegawai bertanggungjawab
atas pelaksanaannya.
5. Memberikan Keyakinan yang Memadai Penerapan sistem pengendalian intern memberikan keyakinan yang
memadai atas pencapaian tujuan.
6. Memiliki Keterbatasan Efektivitas penerapan sistem pengendalian intern tidak akan tercapai,
apabila terjadi kelalaian manusia, pengabaian oleh pejabat dan pegawai,
serta adanya kolusi.
C. Unsur-Unsur Sistem Pengendalian Intern SPIP dilaksanakan terdiri atas lima unsur, yaitu : 1. Lingkungan Pengendalian (Control Environment); 2. Penilaian Risiko (Risk Assessment); 3. Kegiatan Pengendalian (Control Activities); 4. Informasi dan Komunikasi (Information dan Communication); 5. Pemantuan Pengendalian Intern (Monitoring).
Keterkaitan antara unsur SPIP dengan tujuan yang hendak dicapai serta
aktivitas organisasi dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 2 Unsur-unsur SPIP
`
Desain Penyelenggaraan SPIP 9
Penerapan unsur-unsur tersebut dilaksanakan menyatu dan menjadi bagian
integral dalam penyelenggaraan kegiatan dan fungsi organisasi serta tergambar
dalam pedoman, dan Standard Operating Procedure (SOP) yang telah
ditetapkan dalam mengatur penyelenggaraan kegiatan dan fungsi organisasi.
D. SPIP dan Reformasi Birokrasi Dalam RPJMN 2010-2014, pemerintah berkomitmen untuk menjadikan Program
Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik sebagai salah satu
program prioritas dari 11 program prioritas yang akan dilaksanakan oleh
pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu II. Program ini merupakan program
yang sangat vital, karena keberhasilan ke-10 program prioritas lainnya untuk
dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara dan kesejahteraan rakyat
akan sangat bergantung pada keberhasilan Program Reformasi Birokrasi. Reformasi Birokrasi yang dilaksanakan oleh pemerintah saat ini merupakan
sebuah perubahan besar dalam paradigma dan tata kelola pemerintahan. Pada
Intinya, Reformasi Birokrasi dilaksanakan dengan tujuan untuk menciptakan
birokrasi pemerintah yang profesional dengan karakteristik adaptif, berintegritas,
berkinerja tinggi, bersih dan bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme, mampu
melayani publik, netral, sejahtera, berdedikasi, serta memegang teguh nilai-nilai
dasar dan kode etik aparatur negara. Untuk mencapai tujuan tersebut,
berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 81 tahun 2010 tentang Desain
Reformasi Birokrasi 2010-2025, terdapat beberapa area perubahan dan hasil
yang diharapkan dari pelaksanaan Reformasi Birokrasi, yaitu:
Tabel 1 Area Perubahan Reformasi Birokrasi dan Hasil yang Diharapkan
No. Area Perubahan Hasil
1. Organisasi Organisasi yang tepat fungsi dan tepat ukuran/right sizing.
2. Tata Laksana Sistem, proses, dan prosedur kerja yang jelas, efektif, efisien, terukur, dan sesuai dengan prinsip-prinsip good governance.
3. Peraturan Perundang-undangan
Regulasi yang lebih tertib, tidak tumpang tindih, dan kondusif.
Desain Penyelenggaraan SPIP 10
No. Area Perubahan Hasil
4. Sumber Daya Manusia Aparatur
SDM aparatur yang berintegritas, netral, kompeten,capable, profesional, berkinerja tinggi, dan sejahtera.
5. Pengawasan Meningkatnya penyelenggaraan pemerintah yang bersih dan bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme.
6. Akuntabilitas Meningkatnya kapabilitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi.
7. Pelayanan Publik Pelayanan prima sesuai dengan kebutuhan dan harapan masyarakat
8. Pola Pikir (mind set) dan Budaya Kerja (culture set) Aparatur
Birokrasi dengan integritas dan kinerja yang tinggi.
Dikutip dari Lampiran Perpres Nomor 81 Tahun 2010, hal. 17.
Pelaksanaan Program Reformasi Birokrasi dan upaya pencapaian tata kelola
pemerintahan yang baik tidak bisa dipisahkan dari penerapan sistem
pengendalian intern yang handal (strong internal control) dan merupakan fondasi
yang harus dibangun. Untuk mewujudkan strong internal control, maka unsur
dan sub unsur SPIP harus masuk dalam tindakan dan kegiatan, serta
dilaksanakan secara terus-menerus dengan terintegrasi dalam setiap tindakan
dan kegiatan organisasi, sehingga muncul perubahan mind set dan menjadi
budaya organisasi yang bersangkutan.
Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (RB) di Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif mengalami keterlambatan karena adanya perubahan organisasi. Pada
tahun 2011, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata telah menyusun roadmap
RB dan dalam taraf menunggu evaluasi dari Kementerian Pemberdayaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, namun rencana tersebut tidak dapat
dilaksanakan sehubungan dengan adanya perubahan nomenklatur dan
organisasi di Kemenparekraf. Dalam rangka menindaklajuti hal tersebut, saat ini
sedang disusun rencana untuk pembentukan kembali Tim RB.
Sejalan dengan pelaksanaan SPIP, penyusunan roadmap RB dapat disinergikan
dengan desain penyelenggaraan SPIP dalam area perubahan, antara lain:
Desain Penyelenggaraan SPIP 11
1. Organisasi
yaitu dalam rangka membentuk organisasi yang sesuai dengan kebutuhan.
2. Tata Laksana yaitu terkait dengan penyusunan dan penguatan sistem, proses, dan
prosedur kerja dengan berbasis pada risiko.
3. Pola Pikir (mind set) dan Budaya Kerja (culture set) Aparatur yaitu adanya penguatan soft control melalui internalisasi pelaksanaan
kebijakan dan SOP dalam menjalankan tugas dan fungsi.
E. Kegiatan dan Kondisi Pemahaman SPIP 1. Kegiatan Pemahaman SPIP
Kegiatan pemberian pemahaman dan kondisi pemahaman terhadap SPIP
diketahui berdasarkan kuesioner yang dilakukan terhadap pejabat dan
pegawai pada lima biro dan satu pusat (sebagai sampling) dengan jumlah
responden sebanyak 102 pegawai/pejabat yang ada pada Sekretariat
Jenderal.Tabulasi kuesioner atas kegiatan pemahaman SPIPyang diperoleh
dari sosialisasi, pendidikan dan latihan, dan workshop,dengan hasil sebagai
berikut:
a. Sosialisasi
Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan
atau nilai dan aturan kepada pihak lainnya. Dalam hal sosialisasi SPIP,
informasi yang disampaikan lebih bersifat pemahaman awal agar pihak
terkait tersebut dapat menerima gambaran secara umum mengenai
SPIP.
Dari hasil kuesioner terhadap 102 responden, hanya sebanyak 23
responden (23%) telah mengikuti sosialisasi SPIP.
b. Pendidikan dan Latihan
Pendidikan dan pelatihan PNS yang selanjutnya disebut diklat adalah
proses penyelenggaraan belajar mengajar dalam rangka meningkatkan
kemampuan Pegawai Negeri Sipil. Tujuan umum dari mengadakan diklat
adalah meningkatkan pengetahuan, keterampilan, keahlian,dan sikap-
perilaku untuk dapat melaksanakan tugas jabatan secara profesional
sesuai kebutuhan instansi.
Desain Penyelenggaraan SPIP 12
Dari hasil kuesioner terhadap 102 responden,hanya sebanyak 11%
responden pernah mengikuti kegiatan diklat mengenai SPIP.
c. Workshop
Workshop adalah pelatihan kerja, yang meliputi teori dan praktek dalam
satu kegiatan terintegrasi. Kegiatan workshop SPIP dapat melatih
pemahaman konsep dan pelaksanaan aplikasinya sehingga tujuan dari
penerapan SPIP dapat berjalan secara efektif dan efisien.
Dari 102 responden, hanya sebanyak 8 orang responden (8%) pernah
mengikuti workshop tentang SPIP.
Tabel 2 Kegiatan Pemahaman SPIP
2. Kondisi Pemahaman SPIP
Dari 102 responden yang mengembalikan kuesioner, hanya sebanyak 79
responden yang menjawab kuesioner tentang kondisi pemahaman SPIP,
dengan hasil sebagai berikut:
a. Sangat Tidak Paham
Berdasarkan penilaian pribadi responden, sebanyak 12 responden
(15%) menyatakan sangat tidak paham terhadap SPIP.
b. Tidak Paham
Berdasarkan penilaian pribadi setiap responden, sebanyak37
responden (47%) menyatakan tidak paham terhadap SPIP.
SOSIALISASI
DIKLAT
WORKSHOP
11%8%
23%
Desain Penyelenggaraan SPIP 13
c. Cukup Paham
Menurut penilaian pribadi setiap responden, sebanyak 23 responden
(29%) menyatakan cukup paham terhadap SPIP
d. Paham
Menurut penilaian pribadi setiap responden,sebanyak 6 responden
(8%) menyatakan tidak paham terhadap SPIP.
e. Sangat Paham
Menurut penilaian pribadi setiap responden, sebanyak 1 responden
(1%) menyatakan sangat paham terhadap SPIP.
Tabel 3 Kondisi Pemahaman SPIP
Dari data tersebut, secara umum dapat disimpulkan para responden tidak
memahami SPIP (47%) dan sebagian besar belum mengikuti kegiatan
pemahaman SPIP. Dengan demikian, masih perlu adanya sosialisasi,
pendidikan dan pelatihan serta workshop SPIP.
F. Profil Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian SPIP terdiri dari delapan buah sub unsur, yaitu :
1. Penegakan Integritas dan Nilai Etika;
2. Komitmen terhadap Kompetensi;
3. Kepemimpinan yang Kondusif;
4. Pembentukan Struktur Organisasi yang Sesuai dengan Kebutuhan;
sangat tidak pahamtidak paham
cukup paham
paham
sangat paham47%
8% 15%
1%
29%
Desain Penyelenggaraan SPIP 14
5. Pendelegasian Wewenang dan Tanggung Jawab yang Tepat;
6. Penyusunan dan Penerapan Kebijakan yang Sehat tentang Pembinaan
Sumber Daya Manusia (SDM);
7. Perwujudan Peran Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) yang
Efektif;
8. Hubungan Kerja yang Baik dengan Instansi Pemerintah Terkait.
Terhadap sub unsur lingkungan pengendalian diatas telah diajukan kuesioner
untuk mengukur penerapannya di lingkungan Sekretariat Jenderal. Kuesioner
dilakukan secara acak terhadap pegawai di Sekretariat Jenderal dengan rincian
jumlah responden sebagai berikut :
1. Biro Perencanaan dan Organisasi sebanyak 14 pegawai
2. Biro Hukum dan Kepegawaian sebanyak 18 pegawai
3. Biro Keuangan sebanyak 20 pengawai
4. Biro Kerja Sama Luar Negeri sebanyak 13 pegawai
5. Biro Umum sebanyak 20 pegawai
6. Pusat Data dan Informasi sebanyak 15 pegawai
Hasil tabulasi kuesioner tersebut adalah sebagai berikut:
1. Sebanyak 93% responden menerapkan sikap perilaku dan etika yang baik
karena adanya dorongan rekan kerja.
2. Sebanyak 77% responden menyatakan pimpinan sudah menetapkan uraian
jabatan, syarat jabatan dan syarat kompetensi untuk seluruh jabatan/fungsi di
lingkungan Kemenparekraf.
3. Sebanyak 62% responden menyatakan pimpinan sudah melakukan penilaian
risiko atas kebijakan yang dibuat untuk pelaksanaan tusinya.
4. Sebanyak 45% responden menyatakan pernah terjadi kekosongan pimpinan
dalam waktu lama (>3 bulan) pada struktur organisasi yang ada.
5. Sebanyak 77% responden menyatakan adanya aturan pendelegasian
wewenang yang dapat menetapkan pegawai untuk melakukan suatu
kewenangan atau tanggung jawab (struktur, fungsi, dan administrasi).
6. Sebanyak 65% responden menyatakan seluruh pegawai yang diterima
memiliki integritas dan komitmen tinggi.
7. Sebanyak 57% responden menyatakan adanya mekanisme audit/
pengawasan yang bersifat operasional yaitu atas kegiatan yang masih
Desain Penyelenggaraan SPIP 15
berlangsung (current audit), sehingga hasil auditnya dapat ditindaklanjuti
sesegera mungkin.
8. Sebanyak 37% responden menyatakan adanya mekanisme saling uji
kegiatan/pekerjaan dengan unit kerja lain di lingkungan Kemenparekraf.
Dari data hasil kuesioner tersebut, dapat disimpulkan bahwa penerapan sub
unsur lingkungan pengendalian di Sekretariat Jenderal Kemenparekraf sudah
cukup baik, tetapi masih membutuhkan penguatan lingkungan pengendalian
untuk mewujudkan Sistem Pengendalian Intern yang lebih baik khususnya pada
mekanisme saling uji antar unit kerja.
Rincian hasil pemetaan setiap sub unsur lingkungan pengendalian diatas dapat
diuraikan sebagai berikut:
1. Penegakan Integritas dan Nilai Etika
Penegakan integritas dan nilai etika adalah salah satu sub unsur yang akan
membangun lingkungan pengendalian karena mempengaruhi rancangan,
administrasi, dan pemantauan atas unsur pengendalian lainnya.
Selanjutnya, Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 Pasal 5 mengatur
penegakan integritas dan nilai etika sebagaimana dimaksud dalam pasal 4
huruf a, yaitu sekurang-kurangnya dilakukan dengan:
a. Adanya aturan perilaku berupa Peraturan Menteri Kemenparekraf yang
berlaku menyeluruh dan berlaku di lingkungan Sekjen dan dapat
diterapkan;
b. Pegawai dapat mengetahui:
- perilaku dapat diterima;
- perilaku tidak dapat diterima;
- hukuman yang akan dikenakan terhadap perilaku yang tidak diterima;
- tindakan yang harus dilakukan jika mengetahui ada sikap perilaku
yang tidak diterima.
c. Pegawai menandatangani pernyataan untuk menerapkan aturan
perilaku dan pakta integritas secara berkala;
d. Pimpinan melakukan pembinaan dan mendorong terciptanya budaya
yang menekankan pentingnya penegakan integritas dan nilai etika;
e. Pegawai melihat adanya dorongan sejawat untuk menerapkan sikap
perilaku dan etika yang baik;
Desain Penyelenggaraan SPIP 16
f. Pimpinan melakukan tindakan cepat dan tepat segera setelah timbulnya
masalah (perilaku tidak etis);
g. Adanya pedoman/mekanisme yang mengatur diperkenankannya
intervensi dan pengabaian atas pengendalian intern;
h. Intervensi atau pengabaian terhadap pengendalian intern
didokumentasikan secara lengkap termasuk alasan dan tindakan khusus
yang diambil.
Di dalam penerapan pola integritas pegawai, Sekretariat Jenderal
Kemenparekraf belum menetapkan Pakta Integritas yang harus disepakati
oleh setiap pegawainya, tetapi mengenai kode etik/aturan perilaku bagi
pegawai sudah diatur dalam Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata
Nomor: PM.43/KP.502/MKP/2008. Bentuk penegakan tindakan disiplin di
lingkungan Sekretariat Jenderal Kemenparekraf dilakukan oleh Biro Hukum
dan Kepegawaian dengan membentuk tim yang bertugas untuk
menindaklanjuti pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh pegawai. Namun
demikian, tim tersebut bersifat ad-hoc dan penugasannya bersifat kasuistik.
2. Komitmen terhadap Kompetensi
Kompetensi dalam konteks SPIP adalah kemampuan dan karakteristik yang
dimiliki oleh seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS), berupa pengetahuan,
keahlian, dan sikap perilaku, yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas dan
jabatannya. Kriteria yang harus diperhatikan dalam pemenuhan komitmen
pada kompetensi adalah sebagai berikut:
a. Pimpinan sudah menetapkan uraian jabatan, syarat jabatan, dan syarat
kompetensi yang dibutuhkan untuk seluruh jabatan/fungsi di lingkungan
Kemenparekraf;
b. Adanya mekanisme/proses yang memastikan bahwa pegawai yang
terpilih untuk menduduki suatu jabatan telah memiliki kompetensi yang
diperlukan;
c. Kompensasi dan kenaikan jabatan/promosi didasarkan pada prestasi
dan kinerja.
Dalam memenuhi butir-butir di atas, kondisi pada Sekretariat Jenderal
Kemenparekraf adalah sebagai berikut:
Desain Penyelenggaraan SPIP 17
a. Proses rekrutmen dan penempatan pegawai yang sesuai dengan
kompetensi telah dijalankan tetapi belum dijabarkan dalam SOP; b. Adanya program Pendidikan dan Latihan dalam peningkatan kompetensi
pegawai di lingkungan Sekjen Kemenparekraf; c. Adanya pengiriman pegawai untuk mengikuti tugas belajar.
3. Kepemimpinan yang Kondusif
Kepemimpinan yang kondusif adalah kepemimpinan yang mampu
menggerakkan anggota organisasi untuk melaksanakan program dan
kegiatan dalam rangka pencapaian tujuan organisasi. Tujuan tersebut dapat
dicapai dengan sasaran sebagai berikut:
a. Pimpinan sudah melakukan penilaian risiko atas kebijakan yang dibuat
untuk pelaksanaan tusinya;
b. Seluruh kebijakan yang diambil oleh pimpinan sudah didasarkan pada
hasil penilaian risikonya;
c. Pimpinan mendorong APIP untuk melakukan pengawasan intern secara
intensif;
d. Pimpinan selalu memberikan respon cepat dan positif terhadap temuan
BPK;
e. Diterapkannya manajemen berbasis kinerja sehingga kinerja setiap
individu dapat diukur dan dibandingkan dengan target yang ditetapkan.
Sekretariat Jenderal Kemenparekraf telah melakukan manajemen berbasis
kinerja yang tercermin dalam kegiatan sebagaimana tertuang dalam
Rencana Kinerja Tahunan, namun masih ada beberapa hal yang harus
diperbaiki seperti masalah penyusunan laporan keuangan, aset kementerian
dan biaya perjalanan dinas.
4. Pembentukan Struktur Organisasi yang Sesuai dengan Kebutuhan
Struktur organisasi merupakan gambaran yang menjelaskan pembagian,
pengelompokan, dan pengoordinasian tugas kerja secara formal.Hal ini
penting bagi organisasi/institusi untuk memberikan kepastian ruang gerak
bagi seluruh sumber daya manusia yang dimiliki dalam mencapai kinerja
yang diharapkan. Struktur organisasi juga merupakan sarana distribusi
sumber daya organisasi lainnya seperti peralatan, keuangan, dan informasi.
Desain Penyelenggaraan SPIP 18
Struktur organisasi dibentuk (baik pusat maupun Unit Pelaksana
Teknis/UPT) selalu didasarkan pada ukuran dan sifat dari kegiatan
organisasi. Struktur hendaknya dirancang fleksibel untuk mengadaptasi
perubahan rencana operasi, kebijakan atau sasaran organisasi.
Perancangan struktur organisasi hendaknya didasarkan pada ukuran dan
sifat kegiatan, kejelasan wewenang dan tanggung jawab, serta
pertimbangan efisiensi sumber daya yang tersedia.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam struktur organisasi adalah:
a. Mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku;
b. Sesuai kebutuhan dan tugas dan fungsi pembentukan organisasi;
c. Mempertimbangkan perubahan lingkungan strategis (peraturan, kondisi,
reorganisasi);
d. Mengevaluasi struktur organisasi terhadap perubahan lingkungan
strategis;
e. Telah dirancang struktur organisasi yang baru terkait perubahan
nomenklatur.
Pelaksanaan pengendalian intern dalam penetapan struktur organisasi
sesuai dengan yang dibutuhkan di Sekretariat Jenderal Kemenparekraf telah
mengikuti peraturan perundang-undangan yang berlaku. Keadaan
lingkungan pengendalian dari struktur organisasi cukup memadai dan
kejelasan wewenang serta tanggung jawab telah dipahami bersama oleh
pimpinan dan seluruh pegawai.
5. Pendelegasian Wewenang dan Tanggung Jawab yang Tepat
Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab adalah proses pelimpahan
wewenang kepada orang lain secara sah untuk melakukan berbagai
aktivitas yang ditujukan untuk pencapaian tujuan organisasi.
Pada pendelegasian wewenang dan tanggung jawab pada umumnya perlu
memperhatikan beberapa kriteria dalam pelaksanaannya, antara lain:
a. Adanya penetapan kepada pegawai untuk melakukan suatu kewenangan
atau tanggung jawab (struktur, fungsi, dan administrasi);
b. Pegawai yang diberi wewenang dapat menjalankan pekerjaan sesuai
dengan batasan tanggungjawab;
c. Kebijakan telah terlaksana sesuai dengan substansinya.
Desain Penyelenggaraan SPIP 19
Dalam memenuhi butir-butir di atas, Sekretariat Jenderal Kemenparekraf
telah melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Adanya penetapan wewenang dan tanggung jawab yang jelas,
diantaranya telah ada instrumen pendelegasian tertulis.
b. Di tingkat organisasional, pendelegasian wewenang dilaksanakan dalam
bentuk instruksi atau arahan yang dituangkan dalam form disposisi.
6. Penyusunan dan Penerapan Kebijakan yang Sehat tentang Pembinaan
Sumber Daya Manusia (SDM)
Penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan SDM
adalah suatu rangkaian konsep beserta pelaksanaannya secara nyata
tentang pengaturan potensi yang dimiliki oleh individu dalam organisasi
untuk dapat digunakan secara maksimal dalam mencapai tujuan organisasi.
Penyusunan dan penerapan kebijakan dalam rangka pembinaan sumber
daya manusia dilaksanakan dengan memperhatikan hal-hal berikut :
a. Adanya kebijakan dan prosedur pembinaan SDM dan rekrutmen
pegawai;
b. Adanya penelusuran latar belakang pendidikan dan riwayat pegawai
dalam setiap proses rekrutmen;
c. Seluruh pegawai yang diterima memiliki integritas dan komitmen tinggi;
d. Adanya kebijakan mengenai sistem penilaian kinerja individual, berikut
pendidikan/pelatihan untuk meningkatkan kinerja pegawai.
Dalam memenuhi butir-butir di atas, Sekretariat Jenderal Kemenparekraf
telah melakukan pembinaan SDM yang dikelola dan dikoordinasikan oleh
Biro Hukum dan Kepegawaian serta Pusdiklat Pegawai.
7. Perwujudan Peran APIP yang Efektif
Perwujudan peran Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) yang
efektif, pada dasarnya ditandai dengan adanya pelaksanaan masukan/saran
hasil pengawasan berkualitas (spesifik, dapat diterapkan/applicable, dengan
manfaat yang lebih besar daripada biaya) yang memberikan hasil
peningkatan efektivitas manajemen risiko, pengendalian, dan proses tata
kelola sehingga instansi pemerintah dapat mencapai tujuan organisasi
secara efektif, efisien, dan taat pada peraturan.
Desain Penyelenggaraan SPIP 20
Peran APIP yang efektif dapat diwujudkan dengan memperhatikan beberapa
kriteria berikut ini:
a. Inspektorat Jenderal telah melakukan pengawasan atas seluruh
kegiatan di lingkungan Kemenparekraf (aspek keuangan dan kinerja
pelayanan);
b. Atas kegiatan yang dilakukan oleh Inspektorat Jenderal telah dibuat
laporan hasil pengawasan secara tepat waktu;
c. Adanya mekanisme audit/pengawasan bersifat operasional (current
audit), sehingga hasil auditnya dapat ditindaklanjuti sesegera mungkin;
d. Permasalahan yang ditemukan saat audit sudah dikomunikasikan
dengan pejabat terkait.
Sekretariat Jenderal Kemenparekraf tidak melakukan pemenuhan kriteria
tersebut karena tidak mempunyai unit kerja yang melakukan peran APIP
secara mandiri. Peran sebagaimana kriteria di atas dilaksanakan oleh
Inspektorat Jenderal Kemenparekraf, sedangkan Sekretariat Jenderal hanya
berperan dalam hal menindaklanjuti atas permasalahan yang ditemukan.
8. Hubungan Kerja yang Baik dengan Instansi Pemerintah Terkait
Hubungan kerja yang baik dengan instansi pemerintah terkait merupakan
hubungan antar instansi pemerintah dalam rangka sinkronisasi dan
harmonisasi pelaksanaan program dan kegiatan instansi pemerintah.
Hubungan kerja yang baik tersebut diciptakan melalui koordinasi dan kerja
sama yang konstruktif dan berkesinambungan di antara instansi pemerintah.
Hubungan kerja yang baik dengan instansi pemerintah terkait dapat
diwujudkan dengan memperhatikan beberapa kriteria sebagai berikut :
a. Adanya mekanisme saling uji dengan unit kerja lain di lingkungan
Kemenparekraf;
b. Dilaksanakannya pembahasan berkala atas pelaporan keuangan dan
kinerja setiap unit kerja instansi terkait;
c. Dilaksanakannya rekonsiliasi atas data terkait keuangan dan kinerja
dengan instansi terkait atas kegiatan lintas sektoral, antara lain:
- Dana Dekonsentrasi
- Dana Tugas Pembantuan
Desain Penyelenggaraan SPIP 21
Kerja sama Sekretariat Jenderal Kemenparekraf bersifat internal dan
eksternal. Kerjasama internal yaitu hubungan kerja sama yang dilakukan
antar Unit Eselon I di lingkungan Kemenparekraf.
Kerja sama eksternal yaitu kerjasama Sekretariat Jenderal Kemenparekraf
dengan kementerian/lembaga yang menjadi mitra kerja, diantaranya dengan
Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara, Kementerian Keuangan,
Aparat Pengawasan Intern Pemerintah dan K/L lainnya.
G. Kelemahan dalam Pengendalian Intern 1. Penegakan Integritas dan Nilai Etika
Kelemahan yang dijumpai dalam penerapan sub unsur ini adalah :
Belum dilakukan perbaruan komitmen kepatuhan terhadap aturan perilaku
melalui penandatanganan secara berkala pernyataan kesanggupan
penerapan aturan perilaku dan penandatanganan pakta integritas;
Belum adanya pedoman yang mengatur diperkenankannya intervensi dan
pengabaian terhadap pengendalian intern, termasuk adanya
pendokumentasian secara lengkap, alasan, dan tindakan khusus yang
diambil; Dalam penegakan disiplin pegawai Sekretariat Jenderal Kemenparekraf,
belum terdapat aturan mengenai reward and punishment.
2. Komitmen pada Kompetensi
Kelemahan yang ditemukan dalam penerapan sub unsur ini adalah:
Kurangnya pegawai yang memiliki kompetensi khusus untuk memenuhi
jabatan tertentu.
Pedoman dan proses evaluasi untuk komitmen terhadap kinerja belum
dijalankan. Untuk mampu mendorong tercapainya kinerja organisasi yang
terukur, berdasarkan Permen PAN dan RB Nomor 53 tahun 2011 harus
didukung oleh Sistem Kinerja Individu (SKI). SKI ini dapat digunakan
sebagai bahan evaluasi komitmen terhadap kompetensi.
3. Kepemimpinan yang Kondusif
Kelemahan yang dijumpai dalam sub unsur ini adalah:
Sekretariat Jenderal Kemenparekraf belum memiliki rencana kerja yang
jelas untuk melakukan penilaian risiko;
Desain Penyelenggaraan SPIP 22
Sering terjadi keterlambatan dalam penyusunan laporan keuangan;
Kurangnya respon atas peraturan perundang-undangan terkini yang
terkait dengan laporan keuangan, penganggaran, program dan kegiatan.
4. Pembentukan Struktur Organisasi yang Sesuai dengan Kebutuhan
Khusus Pusat Data dan Informasi, SDM yang ada belum didukung dengan
jumlah pegawai yang memadai.
5. Pendelegasian Wewenang dan Tanggung Jawab
Prosedur pendelegasian wewenang belum dijabarkan lebih lanjut ke dalam
Standard Operating Procedures (SOP) atau pedoman dalam bentuk lainnya.
H. Temuan Hasil Audit
Gambaran secara ringkas temuan hasil audit yang dapat mencerminkan
lingkungan pengendalian pada Kemenparekraf Tahun Anggaran 2010 meliputi:
1. Aset Tetap yang belum dicatat dalam aplikasi SIMAK BMN yang berasal dari:
DIPA Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.
Hibah dari Pemerintah Republik Rakyat Cina.
Program E- Kiosk.
2. Perjanjian BOT (Build, Operate, and Transfer) antara Kementerian
Kebudayaan dan Pariwisata dengan PT. Graha Lintas Properti atas tanah
6.600 m2 di Jl. Medan Merdeka Barat yang perlu diamandemen tentang
pemanfaatan 10% space/ruang dan kontribusi ke Kementerian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif.
3. Proses penyusunan laporan keuangan yang belum sesuai ketentuan, belum
lengkap, dan kurang mematuhi ketentuan.
4. Pimpinan dan Staf Satuan Kerja Kemenparekraf tidak memperhatikan
klasifikasi belanja dalam menyusun anggaran dan Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran (DIPA) serta pimpinan satuan kerja (satker) tidak melakukan
verifikasi dengan cermat atas pengajuan pencairan dana.
5. Penyaluran bantuan langsung Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
(PNPM) Mandiri Bidang Pariwisata sebagian belum dipertanggungjawabkan,
sehingga realisasi dana bantuan sosial PNPM Mandiri Bidang Pariwisata
tidak dapat diyakini kebenarannya.
Desain Penyelenggaraan SPIP 23
6. Sistem pencatatan dan pelaporan persediaan tidak memadai, sehingga tidak
dapat diyakini kewajarannya.
7. Pelaksanaan perjalanan dinas tidak didukung bukti pertanggungjawaban yang
memadai.
8. Penyerahan aset dari Ditjen Sejarah dan Purbakala dan Ditjen
Pengembangan DestinasiPariwisata kepada Pemerintah Daerah belum
mempunyai dasar hukum yang sah.
Desain Penyelenggaraan SPIP 24
BAB III PRIORITAS PENYELENGGARAAN SPIP
A. Obyek Penyelenggaraan SPIP
Kegiatan yang menjadi obyek penyelenggaraan SPIP adalah kegiatan-kegiatan
utama di tingkat organisasional maupun operasional yang menjadi tugas dan
fungsi Sekretariat Jenderal Kemenparekraf. Sesuai dengan kegiatan yang
tertuang dalam tusi dan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun 2012, maka
obyek penyelenggaraan SPIP di lingkungan Sekretariat Jenderal Kemenparekraf
sebagai berikut:
1. Biro Hukum dan Kepegawaian
Administrasi kepegawaian (kegiatan pengadaan pegawai, pembinaan
pegawai, dan pengurusan pensiun)
Penyusunan peraturan perundang-undangan
Layanan bidang hukum
Perencanaan dan evaluasi kepegawaian dan organisasi
Layanan perkantoran
2. Biro Kerja Sama Luar Negeri
Partisipasi pada pertemuan kerjasama internasional dan konferensi/
seminar/workshop bidang pariwisata dan ekonomi kreatif
Pertemuan internasional dan implementasinya di dalam dan luar negeri
Laporan dan evaluasi kerjasama luar negeri
Layanan perkantoran
3. Biro Keuangan
Penyusunan laporan keuangan
Pengelolaan keuangan
Pengelola Sistem Akuntansi Instansi (SAI)
Layanan perkantoran
4. Biro Perencanaan dan Organisasi
Penyusunan dokumen penganggaran
Penyusunan rencana program
Desain Penyelenggaraan SPIP 25
Fasilitasi Reformasi Birokrasi
Penyusunan dan pelaksanaan SPIP
Penyusunan laporan evaluasi
Administrasi organisasi dan ketatalaksanaan
Layanan perkantoran
5. Biro Umum
Penyusunan laporan data aset barang milik negara
Layanan bidang tata usaha, rumah tangga, dan perlengkapan
Layanan operasional menteri
Layanan perkantoran
Pengadaan sarana dan prasarana
Pengadaan kendaraan bermotor
Perangkat pengolah data dan komunikasi
Peralatan fasilitas perkantoran
Pengadaan gedung/bangunan
6. Pusat Komunikasi Publik
Informasi kebudayaan dan pariwisata yang tersedia
Layanan perkantoran
Perangkat pengolah data dan informasi
7. Pusat Diklat Pegawai
Diklat Struktural
Diklat Teknis
Diklat Fungsional
Diklat Prajabatan
Penyusunan kurikulum diklat
Penyusunan modul diklat
Laporan Evaluasi Pendidikan Pelatihan
Layanan perkantoran
Perangkat pengolah data dan komunikasi
Desain Penyelenggaraan SPIP 26
8. Pusat Data dan Informasi
Penyusunan Dokumen Statistik Kebudayaan dan Pariwisata
Sistem Informasi
Dokumen Metodologi
Database Kebudayaan dan Pariwisata
Data spasial tematik dan Budpar
Perencanaan dan laporan evaluasi
Dokumen Neraca Satelit Pariwisata dan Kebudayaaan
Layanan perkantoran
Perangkat pengolah data dan komunikasi
Peralatan dan fasilitas perkantoran
Obyek penyelenggaraan SPIP pada tingkat organisasional adalah pada proses
manajemen dalam menjalankan suatu unit struktural, sedang obyek
penyelenggaraan SPIP pada tingkat operasional terdapat pada kegiatan-kegiatan
dalam unit kerja.
B. Obyek Prioritas Penyelenggaraan SPIP
Untuk menjamin pencapaian tujuan, Sekretariat Jenderal Kemenparekraf
menentukan obyek penyelenggaraan SPIP baik di tingkat organisasional dan
operasional yang menjadi prioritas penyelenggaraan SPIP. Penentuan Obyek
Prioritas Penyelenggaraan SPIP dilakukan berdasarkan hasil penilaian para
pemilik risiko di lingkungan Sekretariat Jenderal Kemenparekraf dengan kriteria
sebagai berikut:
1. Etika, yaitu nilai-nilai yang dituntut dalam melaksanakan suatu pekerjaan
meliputi hal-hal yang boleh dan tidak boleh serta hal yang dibenarkan atau
tidak dibenarkan.
2. Kompetensi, yaitu kemampuan berupa pengetahuan, keterampilan, keahlian,
dan sikap perilaku yang diperlukan dalam melaksanakan tugas.
3. Aset, yaitu sumber dayaatau sub-sub kegiatan yang digunakan/dilibatkan
dalam melaksanakan kegiatan.
4. Finansial, yaitu pengaruh kondisi finansial secara umum dalam kelancaran
pelaksanaan kegiatan.
Desain Penyelenggaraan SPIP 27
5. Kompetisi, yaitu tingkat kompetisi dalam pelaksanaan tugas dikaitkan
dengan perbandingannya dengan kegiatan sejenis yang dilakukan oleh unit
lainnya.
6. Kerumitan, yaitu tingkat kompleksitas yang dihadapi dalam pelaksanaan
kegiatan.
7. Dampak, yaitu akibat yang ditimbulkan atas suatu kegiatan dikaitkan dengan
kinerja instansi pemerintahan secara keseluruhan.
8. Komputerisasi, yaitu tingkat komputerisasi yang dituntut dalam
melaksanakan kegiatan.
9. Penyebaran, yaitu tingkat penyebaran secara geografis atas kegiatan yang
dilaksanakan.
10. Organisasi, yaitu tingkat perubahan organisasi yang dialami dalam
hubungannya dengan efektivitas pelaksanaan kegiatan.
11. Manajemen, yaitu tingkat pertimbangan manajemen atau dukungan
manajemen pelaksanaan kegiatan. Termasuk yang dapat menjadi
pertimbangan manajemen adalah kegiatan yang bersifat quick wins sehingga
mendesak untuk ditingkatkan pengendaliannya.
12. Audit, yaitu tingkat kelemahan-kelemahan yang ditemukan dalam audit baik
oleh auditor eksternal maupun Aparat Pengawasan Intern Pemerintah
(APIP).
Proses penilaian untuk masing-masing obyek penyelenggaraan SPIP dilakukan
dengan memberikan skor 1-5 atas 12 kriteria di atas kemudian menjumlahkannya
sehingga diperoleh nilai total per masing-masing obyek penyelenggaraan SPIP.
Selanjutnya dari nilai total tersebut kemudian dilakukan pengurutan nilai dari nilai
terbesar sampai nilai terkecil.
Proses penilaian yang meliputi identifikasi obyek penyelenggaraan SPIP dan
penentuan obyek prioritasnya telah dilakukan dalam Focus Group Discussion
(FGD) yang melibatkan para pejabat di lingkungan Sekjen Kemenparekraf pada
tanggal 7 Mei 2012 dan pada tanggal 23 Mei 2012. Berdasarkan hasil penilaian
tersebut di atas, kegiatan yang menjadi Obyek Prioritas Penyelenggaraan SPIP
adalah sebagai berikut:
Desain Penyelenggaraan SPIP 28
1. Organisasional
Obyek Prioritas Penyelenggaraan SPIP di tingkat organisasional di
lingkungan Sekretariat Jenderal Kemenparekraf melalui Focus Group
Discussion adalah sebagai berikut:
a. Biro Perencanaan dan Organisasi;
b. Biro Keuangan;
c. Biro Umum.
2. Operasional
Obyek Prioritas Penyelenggaraan SPIP di tingkat operasional di lingkungan
Sekretariat Jenderal Kemenparekraf adalah sebagai berikut:
a. Penyusunan Laporan Keuangan;
b. Penyusunan Rencana Program;
c. Sistem Informasi;
d. Penyusunan laporan data aset barang milik negara;
e. Perjalanan dinas (bersifat quick wins).
Desain Penyelenggaraan SPIP 29
BAB IV RENCANA KERJA PENYELENGGARAAN SPIP
Rencana Kerja Penyelenggaraan SPIP disusun berdasarkan informasi kondisi
pemahaman pejabat dan pegawai tentang SPIP, kelemahan lingkungan
pengendalian, dan kesepakatan tentang obyek prioritas penyelenggaraan SPIP.
Dalam rencana kerja memuat acuan tentang langkah-langkah kerja yang harus
dilakukan, rencana waktu pelaksanaan, dan penganggarannya.
A. Rencana Kerja Penguatan Lingkungan Pengendalian
Rencana Kerja Sekretariat Jenderal Kemenparekraf untuk menindaklanjuti
adanya kelemahan dalam unsur lingkungan pengendalian sebagai berikut: Tabel 4
Rencana Kerja Penguatan Lingkungan Pengendalian
No Lingkungan Pengendalian Output
Periode
2012 2013 2014
1. Penegakan Integritas dan Nilai Etika
Penandatanganan penerapan aturan perilaku √ √ √
Penandatanganan Pakta integritas √ √ √
Kebijakan intervensi pengendalian intern - √ -
2. Peningkatan Komitmen pada Kompetensi
Perekrutan pegawai yang memiliki kompetensi khusus - √ √
Penerapan Sistem Kinerja Individu - √ √
3. Kepemimpinan yang Kondusif
Rencana kerja penilaian risiko √ √ √
Sosialisasi pentingnya pemahaman laporan keuangan, penganggaran, program dan kegiatan
√ √ √
4. Pembentukan Organisasi sesuai Kebutuhan
Penambahan pegawai pada Pusat Data dan Informasi - √ √
5. Pendelegasian Wewenang dan Tanggung Jawab
Kebijakan pendelegasian wewenang √ - -
Desain Penyelenggaraan SPIP 30
B. Rencana Kerja Penilaian Risiko Instansi Pemerintah
Penilaian risiko direncanakan untuk dilakukan pada obyek penyelenggaraan
SPIP baik pada level organisasional maupun operasional. Obyek dan waktu
penilaian risiko adalah sebagai berikut:
Tabel 5 Rencana Kerja Penilaian Risiko InstansiPemerintah
Adapun tahapan yang perlu dilakukan dalam pelaksanaan penilaian risiko
adalah:
1. Membentuk tim pelaksana dengan melibatkan fasilitator dari APIP;
2. Mengadakan Focus Group Discussion (FGD) I untuk identifikasi awal risiko
dengan melibatkan pejabat penanggung jawab dan/atau pelaksana kegiatan
(pemilik risiko) di unit kerja;
3. Melakukan identifikasi dan analisis risiko melalui penelitian dokumen,
wawancara, dan observasi;
4. Perumusan dan penyimpulan hasil penilaian risiko;
5. Mengadakan Focus Group Discussion (FGD) II dalam rangka finalisasi dan
sosialisasi hasil penilaian risiko;
6. Penyusunan jadwal pelaksanaan kegiatan;
7. Menyusun Rencana Anggaran Biaya (RAB) sehubungan dengan tahapan
kegiatan di atas.
No Obyek Penilaian Risiko Periode
2012 2013 2014
A Organisasional
1. Biro Perencanaan dan Organisasi √ - -
2. Biro Keuangan - √ -
3. Biro Umum - - √
B Operasional
1. Penyusunan Laporan Keuangan √ - -
2. Penyusunan Rencana Program - √ -
3. Sistem Informasi - √ -
4. Penyusunan laporan data aset barang milik negara √ - -
5. Perjalanan dinas √ - -
Desain Penyelenggaraan SPIP 31
C. Rencana Kerja Penyelenggaraan Kegiatan Pengendalian
Kegiatan pengendalian merupakan tindak lanjut atas hasil penilaian risiko melalui
serangkaian kegiatan pengendalian yang kemudian dituangkan dalam SOP yang
berbasis risiko (norming). Obyek dan waktu penilaian risiko adalah sebagai
berikut:
Tabel 6 Rencana Kerja Penyelenggaraan Kegiatan Pengendalian
No Obyek Penilaian Risiko Periode
2012 2013 2014
A Organisasional
1. Biro Perencanaan dan Organisasi √ - -
2. Biro Keuangan - √ -
3. Biro Umum - - √
B Operasional
1. Penyusunan Laporan Keuangan √ √ -
2. Penyusunan Rencana Program - √ -
3. Sistem Informasi - √ -
4. Penyusunan laporan data aset barang milik negara √ √ -
5. Perjalanan dinas √ - -
Adapun tahapan yang perlu dilakukan dalam pelaksanaan penilaian risiko
adalah:
1. Membentuk tim pelaksana;
2. Mengidentifikasi kebutuhan kegiatan pengendalian berdasarkan peta risiko
yang ada;
3. Perumusan alternatif teknik pengendalian yang dapat mengatasi risiko melalui
wawancara, observasi atau studi banding terhadap pengendalian atas
kegiatan sejenis;
4. Mengadakan Focus Group Discussion (FGD) I untuk pemilihan alternatif
pengendalian atas risiko yang ada dan perumusan prosedur
pengendaliannya;
5. Membangun prosedur pengendalian dan simulasi penerapannya;
6. Mengadakan Focus Group Discussion (FGD) II dalam rangka finalisasi dan
sosialisasi hasil kegiatan pengendalian;
7. Menyusun jadwal pelaksanaan kegiatan;
Desain Penyelenggaraan SPIP 32
8. Menyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB) sehubungan dengan tahapan
kegiatan di atas.
D. Rencana Kerja Implementasi Kebijakan/SOP Berbasis SPIP
Sesuai dengan tahapan pengembangan SPIP, maka infrastruktur yang sudah
dibangun dalam bentuk kebijakan/SOP yang berbasis risiko perlu
diimplementasikan dan diinternalisasikan kepada pejabat atau pegawai yang
terkait. Sehubungan dengan hal tersebut perlu disusun rencana kerja
implementasinya sebagai berikut:
Tabel 7 Rencana Kerja Implementasi Kebijakan/SOP Berbasis SPIP
No Obyek Penilaian Risiko Periode
2012 2013 2014 A Organisasional 1. Biro Perencanaan dan Organisasi √ - - 2. Biro Keuangan - √ -
3. Biro Umum - - √ B Operasional 1. Penyusunan Laporan Keuangan √ √ - 2. Penyusunan Rencana Program - √ - 3. Sistem Informasi - √ - 4. Penyusunan laporan data aset barang
milik negara √ √ -
5. Perjalanan dinas √ - -
Adapun tahapan yang perlu dilakukan dalam pelaksanaan penilaian risiko
adalah:
1. melakukan sosialisasi atau pelatihan;
2. melakukan pendampingan dalam pelaksanaannya;
3. menerapkan SOP yang berbasis risiko.
E. Rencana Kerja Pemantauan Tahapan Penyelengaraan SPIP
Kegiatan pemantauan dilakukan untuk menilai kemajuan pelaksanaan Desain
Penyelenggaraan SPIP dan memberikan saran perbaikan atas masalah yang
ditemukan dalam pelaksanaannya.