Download pdf - Katalog tribute to kretek

Transcript

Selain unsur tembakau, yang khas dari komposisi rokok kretek tentu saja campurannya: cengkeh dan kapulaga. Unsur-unsur itulah yang membuat aroma kretek begitu istimewa--kreasi yang tradisinya telah turun-temurun di Indonesia. Komoditas yang seluruh kontennya tersedia di dalam negeri ini, telah hidup dan berkembang ratusan tahun. Tak berhenti di situ, kretek bahkan menyumbang uang yang tidak sedikit untuk negara modern bernama Indonesia. Penerimaan pendapatan negara dari industri ini, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan dari sektor migas.

Ironisnya, di tengah musim pemilu yang konon merupakan pesta demokrasi, ribuan buruh kretek kehilangan pekerjaan. Kampanye regulasi anti rokok yang dimulai di negara-negara maju, perlahan-lahan mulai menggoyahkan industri kretek. Perusahaan-perusahaan multinasional bergerak cepat untuk menguasai perusahaan-perusahaan rokok nasional, mendatangkan mesin-mesin pencetak rokok mengganti sentuhan tangan para buruh kretek. Dan di sisi lain, perusahaan-perusahaan farmasi internasional yang berdiri di belakang kampanye anti tembakau, mulai menyiapkan produk-produk terapi anti nikotin, yang siap dipasarkan demi meraup potensi keuntungan melimpah. Aktivitas merokok dikriminalkan secara sistematis.

31 Mei yang kerap disebut sebagai hari puasa para perokok sedunia, yang dicetuskan oleh WHO, merupakan bagian penting dari agenda penghancuran industri kretek. Pada hari itu, sudah bisa dipastikan, kelompok anti rokok sibuk berkampanye dengan topeng kesehatan. Kampanye ‘hidup sehat’ digunakan sebagai pembenaran. Siasat pengalihan konsumsi diolah-kemas, dimonopoli secara “ilmiah” dan shopisticated.

Bukanlah tanpa pijakan jika kemudian Komunitas Kretek bersama komunitas lainnya bersinergi dalam mewujudkan Tribute to Kretek. Ketika problem utama wacana kebudayaan kita masih disuntuki oleh pertanyaan tentang keberpihakan, maka lewat acara inilah tanda tebal keberpihakan terhadap kretek didedikasikan. Sejumlah pesan kreatif pada kaos dan poster dipamerkan. Dua puluh lebih komunitas, dari beragam latar belakang turut ambil bagian. Tribute to Kretek adalah sebuah upaya estetik dalam kerangka menggugah, sekaligus menggugat khalayak, akan pentingnya keberpihakan terhadap kretek Indonesia, yang terancam dipunahkan oleh kepentingan modal asing.

Ketika seni angkat bicara. Pesta Komunitas: Tribute to Kretek: Pesta Komunitas Nusantara bukan pesta biasa.

Indra G. Windiaz

Membaca Indonesia dari Sebatang kretek

“Sekembalinya ke mesjid, Modin dan Bodin menggelar tikar dan meletakkan di atasnya pelita, kulit jagung dan tembakau, menyan

madu sebesar biji kemiri, pisau untuk mengirisnya serta sebuah kendi. ‘Ayo, mari

kita merokok dan minum seadanya!’ Para tamu mencabik kulit jagung, merapikannya

dengan pisau, menaruh tembakau dan kemenyan, lalu melintingnya.”

Nukilan Serat Centhini yang ditulis sekitar tahun 1814 tersebut memberikan informasi penting bagi kita. Sejak masa awal masuknya tembakau di Nusantara, nenek moyang kita tidak menerima mentah-mentah tetapi melakukan adaptasi. Secara kreatif mereka memadupadankan tembakau dengan bahan-bahan lokal.

Langkah sejenis ini pula yang membawa kita mengenal kretek. Diawali dari coba-coba untuk menyembuhkan sakit bengeknya, seorang dari Kudus bernama Haji Djamhari menciptakan ramuan dengan memadukan tembakau dan cengkeh. Bukan saja bengek yang tersembuhkan, aktivitas kreatif ini juga mampu mengembalikan cengkeh sebagai barang berharga dengan penemuan kegunaan baru cengkeh sebagai bahan baku kretek.

Di sana kita melihat, bahwa buah dari kreativitas mampu menghadirkan produk budaya yang khas. Aktivitas kreatif semacam ini memiliki peran penting dalam timbangan kebudayaan, karenanya patut diberikan apresiasi yang tinggi.

Keberhasilan Haji Djamhari ini pernah disiarkan secara gemilang oleh Agus Salim, salah seorang pendiri bangsa, ketika mewakili Indonesia dalam penobatan Elizabeth II sebagai Ratu Inggris di Istana Buckingham. Ia mengebal-ngebulkan kreteknya sehingga memicu semerbak aroma aneh tercium di ruang perjamuan. Ketika salah seorang hadirin bertanya, “Tuan menghisap apa itu?” The Grand Oldman, begitu julukan Agus Salim, langsung menjawab, “inilah yang membuat nenek moyang Anda sekian abad lalu datang dan kemudian menjajah negeri kami.”

Agus Salim berkata jitu, karena kretek memang tak lain adalah cengkeh (Syizygium aromaticum), tanaman rempah legendaris yang menjadi sumber kolonialisme Eropa atas Asia, termasuk Indonesia, negeri kepulauan asal tanaman ini.

Temuan Haji Djamhari memang lebih beruntung, karena mampu menjelma menjadi aktivitas ekonomi yang memberi

Merayakan KreativitasPengantar Kuratorial Pesta Komunitas “Tribute To Kretek”

Oleh: Ong Hari Wahyu

pengaruh luas terhadap perekonomian bangsa. Sampai sekarang kretek memberikan kontribusi besar bagi pendapatan negara, menyediakan lapangan pekerjaan, pengguna bahan baku lokal dan menyangga pasar dalam negeri.

Namun, bukan berarti lantas temuan semacam ini kemudian mendapatkan penghargaan yang layak. Kecenderungan yang berlaku luas, keberadaan kretek hanya dipandang dari aspek kesehatan dengan meniadakan peran-peran vitalnya dari sisi ekonomi, sosial, dan budaya. Sikap semacam ini bukan saja tidak tepat namun justru menyesatkan. Apalagi para penentang kretek, demi mendukung argumentasinya, mengimpor hasil-hasil penelitian dari pihak luar tanpa lagi mempertanyakan secara kritis kebenaran penelitian impor tersebut.

Sayangnya lagi, impor hasil penelitian serta sokongan dana kampanye dari pihak asing untuk mematikan industri kretek dilakukan saat bangsa ini sedang membutuhkan cambuk pelecut untuk menumbuhkan gairah mencipta, bukan mengonsumsi tetapi memproduksi.

Menyikapi keadaan itulah, berbagai komunitas terlibat dalam Pesta Komunitas “Tribute to Kretek” serta unjuk kebolehan dalam karya dan kreativitas. Semangat mencipta seperti yang dilakukan oleh Haji Djamhari merupakan roh yang diusung dalam kegiatan ini. Agar gairah mencipta bisa tumbuh subur di negeri ini.

Dan setiap kreativitas dari berbagai kalangan ini patut dihargai sebagai langkah yang memperkaya khasanah kebudayaan bangsa. Penghargaan akan setiap kerja kreatif anak bangsa menjadi hal yang penting di hari-hari ini. Terlebih sebagai bangsa kita sedang dihinggapi sikap inferioritas, yang seakan-akan telah kehilangan

kepercayaan diri tentang apa-apa yang dihasilkan oleh negeri sendiri, seolah apa yang tercipta saudara sebangsa telah ditakdirkan lebih buruk daripada yang dihasilkan bangsa lain.

Memang yang kita lakukan sangatlah sederhana untuk sebuah bangsa yang besar dengan persoalan yang besar pula ini. Namun apa yang dinarasikan oleh Abdul Rivai ketika berkunjung ke negeri Belanda, di mana terdapat pelajar-pelajar dari Indonesia yang sedang menempuh pendidikan tampak menghadirkan kecintaan terhadap bangsa dalam pengalaman nyata.

“Kopinya bukan kopi saringan, tetapi kopi tubruk sebab kopi ini katanya nationaal, gulanya gula jawa. Susu tidak dipakai sebab tidak nationaal. Rokoknya klobot. Selamatan nationaal ini terus (berlangsung) sampai pagi hari.”

Narasi yang disajikan dalam Bintang Timoer yang terbit 3 Oktober 1927 mengungkapkan bahwa pengalaman berkebangsaan harus mewujud dalam tindakan nyata meskipun dengan cara paling sederhana. Di titik itulah sejatinya kita telah mendorong saudara kita terus menggali kreativitas, mencipta dan berkarya.

Anes

Brutal Manja

Asenaji Asenaji

Danu

Danu

Agu

stin

us M

urto

po (P

OR

X)

Mrumpun Art

Asenaji Kretek N

ation Brutal M

anja

Republik Sablon

Mru

mpu

n A

rt

Dodi Irw

andi Ba

yu W

idod

o

Yunanto Danu

Bowo

Kretek Nation

A. Zulvan

Republik Sablon

A. Zulvan

Brutal Manja adalah komunitas musiman yang sengaja didirikan oleh beberapa orang brutal di luar, tetapi manja di dalam. Komunitas ini lahir di Yogyakarta. Kegiatan yang kami lakukan ialah mencukil, terkadang menggambar, tak jarang juga menyablon dan membuat desain grafis.

Adapun kegiatan Brutal Manja yang cukup unik ialah mengadakan sharing bersama atau lebih tepatnya sesi curhat, minum teh di sore hari sembari ngobrol jenaka. Sering juga kami menonton band Sangkakala dan memakai atribut macanista. Kami juga pekerja film. Dan ketika pekerjaan menjadi mainstream, Brutal Manja memberikan ruang untuk ide-ide yang ekstrim. Email : [email protected]

Danu Saputra, lahir 24 September di Pulau Lombok. Mulai merokok kretek sejak sekolah menengah pertama. Belajar fotografi dan desain grafis secara otodidak. Saat ini tinggal di Yogyakarta. Pria yang baik ini dapat ditemui di situsweb www.danusaputra.com dan akun twitter @inidanoe

Yohanes Runtuwene, akrab disapa Anes. Usia 33 tahun dan tinggal di Bogor. Menjadi seorang

frelance graphic designer secara otodidak.

Mrumpun Art. Komunitas yang berdiri pada 26 November 2005. Mrumpun Art berisikan sekumpulan anak muda yang berada di pinggir Kali Code—tepatnya—kampung Juminahan, Yogyakarta. Dengan media seni grafis cukil, Mrumpun Art mencoba mengangkat wacana mengenai persoalan-persoalan yang ada di sekitar lingkungan mereka tinggal. Dan menjadikan Mrumpun Art sebagai ruang ekspresi bagi anak-anak muda kampung yang juga merupakan bagian dari kampung urban.

Seni grafis atau lebih akrab disebut cukil, menjadi media ekspresi bagi anak-anak muda kampung Juminahan dalam menyikapi isu-isu lingkungan, kritik sosial dan politik. Bagi Mrumpun Art, segala sesuatu yang dilihat, ditemukan, didengar, mampu dipahami dan dibahasakan melalui karya-karya cukil. Email: [email protected] facebook: Mrumpun Art

SENIMAN

Bakkar Wibowo lahir di Yogyakarta 27 Januari 1976. Co-Founder sweetcabe™ www.sweetcabe.com, pernah belajar desain grafis & packaging di RMIT (Royal Melbourne Institute of Technology) Melbourne, Australia. Sehari-hari tinggal dan menetap di kampung Kayen Jl. Kaliurang Km. 7,5 Yogyakarta, Indonesia.

Agustinus Murtopo a.k.a Patub PORX. Lahir di Yogyakarta, 28 Agustus 1981. Saat ini tinggal di Jogonalan Lor no.203, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta, 55181, Indonesia. Bisa dihubungi via email: [email protected] dan blog: http://workporx.wordpress.com

Bayu Widodo, lahir di Lubuk Linggau 07 Jan-uari 1979. Peraih gelar master di bidang Fine Art dari Institut Seni Indonesia. Saat ini tinggal di Jl. Bugisan Selatan No 11, Bantul, Yogyakarta. Email: [email protected]

Dodi Irwandi. Lahir di Bukittinggi, 04 September 1974. Lulusan Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Email: [email protected]

Praditya Wibby. Lahir di Kudus, 19 Desember 1978. Alumnus Institut Seni Indonesia, Yogyakarta. Saat ini tinggal di Himawan House, Jl. Ngadinegaran Mj III/164, Yk, Indonesia. Email : [email protected]

Yunanto Setio B. Lahir di Yogyakarta, 11 Juni 1986. Belajar di Fakultas Hukum, Universitas Ahmad Dahlan (2004-2007) dan Taring Padi (2004-sekarang) Saat ini tinggal di Tegal Kemuning DN 2 No. 880 Yogyakarta 55212. Email: [email protected]

Purwo Sasmito, akrab dipanggil Ipoenk. Lahir di Jakarta, 24 Nopember 1982. Selain sehari-hari bekerja di Republik Sablon, Ipoenk juga adalah Creative Manager di Kuda Lumping Creative Industries. Email: [email protected]

A. Zulvan Kurniawan, lahir di Temanggung 12 Oktober 1980. Belajar grafis secara otodidak dengan fasilitas MM Kine Klub Yogyakarta. Sekarang beraktivitas di Indonesia Berdikari dan tinggal di Jakarta. Email: [email protected]

Andy Seno Aji. Desainer grafis, tinggal di Yogyakarta. Saat ini aktif di Matasari, sebuah studio yang mengerjakan media visual. Dapat disapa di twitter @asenaji.

Komunitas Kretek lahir pada bulan Oktober 2010, di salah satu kota yang terkenal sebagai sentra tembakau

bermutu internasional, Jember. Setelah sebelumnya melakukan beberapa kali diskusi dan widespreading wacana ke seantero nusantara, para inisiator mengadakan bedah buku karya Wanda Hamilton berjudul ‘Nicotine War: Perang Nikotin dan Para Pedagang Obat’ di belasan kota.

Dengan berbekal kesadaran bahwa telah banyak aset-aset lokal republik ini—sebut saja gula, minyak kelapa, garam, dll.—telah lebih dulu dihajar secara sistematis oleh perusahaan-perusahaan trans/multi-nasional yang dibantu secara langsung maupun tidak oleh para lembaga riset dan agen-agen pemerintah, mereka yang berkumpul mendeklarasikan pembelaan secara terbuka pada tembakau. Satu dari sedikit komoditas pertanian ‘generasi terakhir’ yang masih menjadi milik rakyat Indonesia. Lebih spesifik lagi, pada produk turunannya, rokok kretek.

Pembelaan Komunitas Kretek terhadap tembakau dan rokok kretek berlangsung di dua lini besar. Pertama, bahwa sumber-sumber ekonomi yang menjadi sumber penghidupan orang banyak harus tetap berada di tangan rakyat. Kedua, dalam operasi dagangnya, industri-industri asing (dalam hal ini industri rokok putih dan farmasi internasional) yang menggencarkan penguasaan wacana harus dibongkar oleh wacana tandingan. Selain alasan pertama di atas, wacana tandingan ini penting sebagai perlindungan dari jumud dan bekunya kesadaran cum kritisisme khalayak

dalam memandang persoalan tembakau dan rokok kretek.

Komunitas Kretek telah melakukan pelbagai kegiatan yang seiring dengan semangat awal. Salah satu yang paling signifikan adalah menerbitkan buku. Dengan konsistensi dan kerja keras, sampai saat ini Komunitas Kretek secara lembaga maupun perorangan, dan bekerja sama dengan beberapa lembaga dan individu, telah menerbitkan serangkaian buku sebagai basis rasionalisasi atas pembelaan terhadap tembakau dan kretek. Bukan hanya menerbitkan buku dan laporan penelitian, Komunitas Kretek juga beberapa kali terlibat langsung dalam aksi-aksi massa berjumlah raksasa yang terkait dengan konstelasi persoalan tembakau dan rokok kretek. Selain itu, Komunitas Kretek juga sering mengadakan seminar, bedah buku, pelatihan, dan workshop sebagai konkretisasi komitmen untuk mendinamisasi isu tembakau dan rokok kretek.

Sejauh ini, struktur Komunitas Kretek memiliki satu Sekretariat Nasional dan 7 Sekretariat Wilayah. Adapun ketujuh wilayah tersebut adalah Medan, Jakarta, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Jember, dan Makassar. Belakangan, bersama dengan berbagai lingkaran dan organisasi masyarakat lainnya, Komunitas Kretek ikut mendeklarasikan Koalisi Nasional Penyelamatan Tembakau (KNPK) sebagai akselerator dan konfederasi gerakan di medan wacana ini.

Selamatkan Kretek, Selamatkan Indonesia.

Kom

unit

as K

rete

k

INSISTPress adalah lembaga penerbitan yang berkedudukan di Yogyakarta, Indonesia dan merupakan anggota dari Konfederasi INSIST (Indonesian

Society for Social Transformation). INSISTPress didirikan dengan tujuan untuk mengembangkan gagasan-gagasan baru, pemikiran alternatif dan wacana kritis

di masyarakat lewat penyebaran buku, risalah kebijakan, jurnal, dan materi-materi lainnya.

Sejak 1998 menerbitkan buku-buku sosial transformatif dan Jurnal WACANA.

Surah Sastra didirikan oleh kaum muda. Bibitnya tumbuh ketika di tahun 2004 kami mengadakan workshop kepenulisan, panggung kesenian, diskusi sastra, dan dialog-dialog kebudayaan dari pesantren ke pesantren, sekolah

ke sekolah, komunitas ke komunitas. Intensitas pertemuan itu berujung pada penerbitan majalah sastra yang bertahan hingga kini. Di samping itu, Surah terlibat kerja-kerja kreatif mendorong kaum muda berpartisipasi dan menjiwai keindonesiaan melalui sastra lewat program-program pendidikan, pelatihan dan penerbitan buku.

Website : http://surahsastra.comTwitter : @surahsastra

Medan Sastra Indonesia

Indie Book Corner, adalah sebuah proyek yang digawangi oleh Irwan Bajang bersama Anindra Saraswati. Di tengah ketidaksibukan menulis dan menyunting naskah, mereka

menyempatkan untuk membantu penulis-penulis pemula yang ingin menerbitkan bukunya. Banyak buku yang ditolak penerbit major label, padahal belum tentu buku itu jelek dan tidak layak baca. Kebanyakan masalahanya terletak pada tinjaun pasar dan perhitungan untung rugi. "Indie Book Corner" lahir untuk menjawab tantangan itu dan memberi solusi. Sudah saatnya buku gampang diproduksi, meskipun dalam jumlah yang barangkali tak sebanyak produksi penerbit konvensional. Biarkan penulis mempublikasi bukunya dan pembaca menikmati apapun jenis buku tanpa harus kompromi dengan pasar.

Website : http. www.bukuindie.comTwitter : @indiebookcorner

Dirintis pada akhir tahun 2003 di Bandung, Ultimus pada mulanya adalah komunitas baca, kumpulan teman-teman sekawan yang suka baca buku, ngumpul-ngumpul, ngopi, ngobrol-ngobrol, dan bercengkerama. Semenjak 15 Januari 2004 mulai

membuka toko buku dan melakukan aktivitas-aktivitas belajar komunitas literasi—seperti diskusi dan peluncuran buku, temu penulis dan sastrawan, apresiasi sastra, pemutaran film, pertunjukan teater dan baca puisi, workshop penulisan, dan lain-lain—sekaligus tetap terbuka membangun jaringan dengan komunitas-komunitas lainnya. Mulai 2006 mencoba merintis penerbitan buku dengan mulai menerbitkan terjemahan-terjemahan filsafat klasik, kemudian buku-buku lain seperti kumpulan puisi, kumpulan cerpen, memoar, novel, kumpulan esai, sejarah, sosial, ekonomi-politik, dan lain-lain, yang sebagian besar merupakan naskah-naskah penulis yang terpinggirkan, yang memiliki kemungkinan kecil untuk diterbitkan oleh penerbit mainstream—entah karena alasan ekonomi (tidak laku) maupun karena sentimen politik (buku kiri, penulis eks-tapol, Lekra/PKI, dan lain-lain)—namun memiliki nilai sejarah dan kemanusiaan yang penting, sampai hari ini.

Komunitas Wayang Benges adalah komunitas anak muda yang memiliki kecintaan terhadap hasil

budaya Nusantara. Komunitas ini berdiri sebagai bentuk kepedulian terhadap eksplorasi budaya Nusantara dalam upaya menggali karakter bangsa melalui berbagai bentuk Wayang, khususnya Wayang Suket. Tetapi, kami juga mencoba berksplorasi dengan menggunakan Wayang Kayu, Wayang Kain, Wayang Kertas, dan berbagai bahan lain sebagai pembentuk Wayang. Wayang Suket merupakan Wayang yang terbuat dari “suket” dalam bahasa Jawa, yang berarti rumput. Bentuk dan karakternya pun dapat disesuaikan dengan kreativitas pembuatnya. Wayang Suket merupakan salah satu wujud budaya yang masih dilestarikan hingga sekarang khususnya oleh Komunitas Wayang Benges. Meski tidak tahu kapan sejarah pasti Wayang Suket ditemukan, tetapi komunitas yang dulunya bernama Komunitas Belok Kiri yang didirikan pada tahun 2011 ini mulai berganti nama menjadi Komunitas Wayang Benges pada tahun 2013 terus berupaya bereksplorasi dan melakukan eksperimentasi artistik atas Wayang.

Narahubung:

Facebook: Wayang BengesTwitter: @WayangBenges

Website: www.wayangbenges.com

Wayang Benges

Bogor Art Group adalah komunitas pengrajin alat musik bambu. Melestarikan, meneliti, menegembangkan dan berkreasi di bidang alat music bambu. Beralamat di Bogor, Jl. Cendana 1 BG2 Komplek Graha Indah---Kedung Halang Bogor. Alat musik yang sudah diciptakan: Ronteng, Haliwung, Haliwung Renteng.

Wayang Jong merupakan sebuah eksplorasi wayang kontemporer melalui riset dan eksperimentasi artistik untuk memberikan tawaran baru pada bentuk, isi dan artistik pada wayang. Hasil dari eksplorasi dan eksperimentasi artistik tersebut diwujudkan dalam bentuk pementasan wayang kontemporer dengan selalu mengangkat lakon cerita tentang Nusantara.Wayang Jong tetap berpegang pada kaidah seni rupa dan seni pertunjukan dalam mewujudkan karakter-karakter tokoh dan properti panggung wayang yang dikemas dengan gaya kontemporer, serta menggunakan tata cahaya yang lebih variatif untuk mendukung pementasan. Sehingga Wayang Jong dapat dikatakan sebagai pementasan wayang kontemporer yang memadukan seni rupa, tari, pantomime, teater, music dan sastra tanpa meninggalkan basis wayang tradisi.

Wayang Jong

Biasa nongkrong di:

Facebook : Wayang JongTwitter : @WayangJong

Komunitas Lengkung K3. Bermula hanya kumpul, diskusi, hingga timbul gagasan untuk membentuk wadah yang baku untuk merealisasikan gagasan gagasan tersebut menuju satu nama “Komunitas Lengkung K3.”Perjalanan berbentuk setengah lingkaran yang mengarah dalam satu tujuan yang bagaikan busur anak panah melesatkan kelompok kerja kreatif pada titik kesadaran dan pencerahan. Komunitas Lengkung K3 adalah wadah pembelajaran, pergerakan dan pemahaman atas ruang-ruang kreatif.

Personil : Mas Padhik (seniman lukis dan patung) Sihar Rames Simatupang (jurnalis, penyair dan novelis) Iskandar (pelukis, penyair, kreator wayang uwuh) Agus Firmansyah (aktor teater dan pematung) Arif Atmaji (Penggiat seni dan budaya)

KOMUNITAS LENGKUNG K 3

SEKRETARIAT : JL. GUDANG PELURU BARAT BLOK V NO 526 KEBON BARU TEBET JAKARTA SELATAN.

Rumah mungil di pelosok kampung tersebut terletak agak ke dalam, jalanannya hanya bisa dilalui motor. Di situlah tinggal Ibu Rosiah, seorang ibu berumur 60-an yang menjabat sebagai ketua Ketua Betawi Perempuan sekaligus seorang pembuat bir pletok, minuman khas Betawi. Mengapa minuman yang berkhasiat untuk menyegarkan badan itu dinamakan Bir Pletok? Sambil tersenyum, Ibu Rosiah menjelaskan “Jaman penjajahan dulu, orang-orang Belanda dan Jepang sering terlihat minum-minum bir di pos, sehingga orang-orang Betawi ingin memiliki minumannya sendiri. Akhirnya mereka membuat minuman di bumbung (selongsong bambu) yang diisi es dan bumbung yang terkocok-kocok tersebut mengeluarkan bunyi pletak pletok. Dari situlah asal usul nama bir pletok berasal.”

Masyarakat umum masih banyak yang beranggapan bahwa Bir Pletok memiliki kandungan alkohol ataupun bahan yang membuat mabuk. Anggapan itu tidak benar sama sekali, karena bahan-bahan yang terdapat di dalam bir pletok adalah bahan-bahan herbal yang jamak digunakan orang untuk membuat jamu. Sebut saja jahe merah, kapulaga, daun pandan, sereh, kayu manis, dan semacamnya. Ibu Rosiah yang sudah memulai industri rumahan sejak tahun 1996 ini tidak segan untuk berbagi resepnya. Ketika ditanya, ia serta merta mengatakan bahwa cabe jawa merupakan bahan yang membuat bir pletoknya terasa beda dari bir pletok lainnya. Pembuatan bir ditangani langsung oleh Ibu Rosiah, sedangkan anak-anaknya hanya membantu pengiriman ke tempat-tempat yang sudah memesan bir buatannya.

Keterampilan Ibu Rosiah untuk membuat bir pletok ia dapatkan dari Gapokan, semacam gabungan kelompok tani, yang memang mengajarkan orang-orang setempat untuk lebih kreatif dalam membuat industri kecil-kecilan. Untuk urusan penjualan, Ibu Rosiah hanya memasarkannya dari mulut ke mulut. Meskipun tidak dipasarkan secara luas, kepiawaian Ibu Rosiah membuat Bir Pletok, membuat beberapa perusahaan besar, seperti perusahaan telekomunikasi ataupun hotel-hotel besar, secara teratur membeli minuman berwarna kecoklatan itu dari dirinya.

Bir Pletok enak diminum hangat ataupun diberi es. Cara penyimpanannya tidak sulit, cukup diletakkan di lemari es, maka bir pletok akan tahan selama 5-6 bulan. Jika tidak ditaruh di kulkas, daya tahannya bisa sampai dua minggu. Khasiatnya baik untuk kesehatan, antara lain mencegah masuk angin, menghangatkan badan, dan menghilangkan pegal-pegal. Jadi, tertarik untuk mencoba bir pletok?

Alamat : Jl. Sepat 1 Rt 007/02 No. 23 Ps.Minggu Jakarta Selatan

Bir Pletok Kebagusan Jaya

Berawal dari belasan penggemar pipa tembakau yang berinteraksi di media sosial, Pipe and Tobacco

Club Indonesia (PTCI) terbentuk pada Mei 2011. Bila dulu PTCI hanya berisi belasan anggota, kini sudah ada 3.258 anggota yang rajin berinteraksi di dunia maya. PTCI yang ada di dunia maya dengan sendirinya menembus sekat sosio-geografis para anggotanya hingga menjadikannya salah satu grup atau komunitas Indonesia

yang memiliki anggota dari negeri seberang. Dari mahasiswa, birokrat, seniman, karyawan, wartawan, hingga pengangguran ada di PTCI. Dalam perjalanannya, PTCI kemudian menjadi inspirasi para penggemar pipa tembakau di Indonesia untuk membentuk kelompok-kelompok anyar. Ada Jakarta Pipe Smoker, Solo Pipe Smoker, Indonesia Pipe Tobacco Lounge, Indonesiapipetobacco.org, dan lainnya. Interaksi di mayantara tidak jarang berlanjut dengan saling sapa dan

berkumpul di mayapada. Lalu, saling bertukar koleksi tembakau menjadi sebuah kebiasaan yang lumrah.

Pada masa awal terbentuknya PTCI, untuk mendapatkan pipa tembakau alias cangklong berikut tembakaunya adalah pekerjaan yang tak mudah. Kesulitan itu tak mematikan semangat para pemipa di PTCI. Lalu, munculah para empu pipa nusantara dan peramu tembakau pipa dalam negeri. Pipa dan tembakau besutan para anggota PTCI tidak hanya mendapat apresiasi dari dalam negeri. Para pipe smoker dari negeri seberang tidak sedikit yang turut menyambut hangat karya tangan-tangan Indonesia itu. Jangan kaget bila hari ini seorang pipe smoker di Nevada, Jerman, Belanda, Denmark, dan Inggris kini sudah mahfum dengan tembakau-tembakau pipa racikan Indonesia.

PTCI menjadi bukti bahwa pipa tembakau yang di zaman yang katanya enak itu menjadi dominasi kelas mapan kini telah melintasi kelas. Atas nama pipa tembakau, jejaring perkawanan antar-pemipa terajut dengan kuat. Bagi para pemipa yang mengidentifikasi dirinya sebagai petualang rasa, perbedaan orientasi rasa dari setiap tembakau dan keunikan masing-masing pipa adalah bentuk nyata dari kebhinekaan Indonesia yang satu. Dari tembakau dan pipa kami belajar tentang keberagaman tanpa harus masuk kelas penataran P4 khas zaman yang konon enak itu.

Pipe and Tobacco Club Indonesia (PTCI)

Berawal dari kegilaan dan perhatian yang sama akan kekayaan batu Indonesia. Batu Akik di antaranya. Para pegiatnya berasal dari berbagai kalangan masyarakat. Ber-diri sejak Desember 2012. Bermarkas di Rukan jejaringsosial.com.

Komunitas WC UMUM berdiri pada tahun 2000, bergerak di bidang seni, sosial, budaya. Bersibuk memproduksi topeng dan cinderamata dari kulit.

Komunitas Gila Batu

WC UMUM

Jl. Ir. H. Juanda Rt 02/01 No.72 ciputat Tangerang Selatan 15411

Sirkus Perkusi Awalnya adalah bunyi, mengeksploitasi benda-benda yang berserak di sekeliling mata. Mengeksplorasi bunyi menjadi esetetis soundis. Semua menjadi satu keseimbangan daya hidup, daya pukul, daya bunyi, daya judul tematik; Sirkus Perkusi. Berawal di 2008 Januari, saat banjir mengepung tanah kami, tepian Cisadane tanah Gocap kota Tangerang. Sampah-sampah, sisa limbah pabrik hanyut di kali, merapat ke tepian, timbullah gagasan menjadikan sampah banjir (tong besi, tong plasti, pipia listrik, tabung gas, kaleng rombeng, dan gerombolan sampah lain yang terserak) untuk dijadikan daya bunyi dengan adab manusia yang memuliakan.

Gudang JimatLapak barang loakan yang didapat dari hobi jalan-jalan. Kamera

tua, perabotan antic dan serba-serbi koleksi jadul. Berangkat dari kegemaran sejumlah adi Jembatan Item---Jatinegara Gudang Jimat

hadir bukan semata-mata sendirian. Gudang Jimat ada karena Anda juga suka.

Facebook: Gudang Jimat

Didirikan oleh Boy Rasjhied. Permanent tattoo, temporary tattoo, eye brow tattoo, potrait pencil drawing art. Studio di Bogor.

Rasjhied Ink Tattoo Studio

Dididirikan pada 20 Juli 2008 di Manggarai, Jakarta Selatan. KASI adalah klub vespa non komersil dan bersifat persaudaraan serta kekeluargaan yang semata-mata hanya penyaluran hobi dan pertemanan. Dengan populasi pengguna vespa yang begitu besar, para anggota KASI optimis bahwa komunitas vespa mania yang berdiri atas persatuan dan kesatuan serta kekeluargaan ini menjadi klub yang baik, besar dan prospektif.

Kampungan Scooter Independent ( KASI )

Kopi Nusantara - Cho Coffeee. Didirikan sepasang kekasih, Imam Setiabudi dan Zahrotu Julianti di tahun 2012. Sepasang kekasih ini suka sekali segala tentang kopi, menikmati kopi sebagai media petualangan, berkreasi menyeduh kopi, dan menelusuri asal daerah kopi. Hingga saat ini, hanya warung kopi mereka yang menyediakan kopi yang paling bermutu di bilangan Jakarta Selatan, Ciputat.

Berawal dari rasa keprihatinan tiga orang pemuda kreatif, Bimo, Iwan dan Hari, karena tidak adanya kampung batik di wilayah Jakarta, maka dengan modal niat yang nekat, Hari sebagai eksekutor

langsung mengimplementasikan gagasan yang brilian itu dengan mendirikan Forum Komunikasi Pengembangan Kampung Batik Palbatu di wilayah Jalan Palbatu, Saharjo, Tebet, Jakarta Selatan, walau sebenarnya saat itu belum ada satu orang pun yang bisa membatik. Pada tahun 2011 atas nama Forum Komunikasi Pengembangan Kampung Batik Palbatu, mereka mulai berani mengadakan acara Kampoeng Batik Palbatu pada tanggal 21 – 22 Mei yang mengundang delapan belas (18) pengrajin batik dari daerah wilayah Jawa untuk datang ke Jakarta memberikan pelajaran membatik kepada para warga di wilayah Jalan Palbatu dan sekitarnya dengan tujuan untuk melestarikan budaya batik dengan tindakan nyata.

Kampoeng Batik Palbatu

Facebook : Kampoeng Batik PalbatuTwitter : @BelajarMembatik

Rumah Batik Palbatu