KEBIJAKAN PENERAPAN
KESEJAHTERAAN HEWAN
DALAM PENJAMINAN DAGING
UNGGAS YANG ASUH
Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner
dan Pascapanen
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan
Kementerian Pertanian 2015
2
2010 PDB: US$ 700 Milyar
Pendapatan/kapita US$ 3.000
2025 PDB: ~US$4,0 – 4,5 Trilyun
Pendapatan/kapita diperkirakan:
14.250 – 15.500 (negara berpendapatan tinggi)
2045 PDB: ~US$ 15.0-17,5 Trilyun
Pendapatan/kapita diperkirakan ~US$ 44.500-49.000
“Mewujudkan Masyarakat Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur”
(Sumber: Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011 – 2025 )
100 tahun
kemerdekaan
Pangan asal hewan adalah makanan yang berpotensi berbahaya karena dapat mengandung bibit penyakit (kuman/bakteri, virus, cacing, racun, dll)
Undang-undang No. 18/2009 tentang Peternakan dan
Kesehatan Hewan, serta PP No. 95/2012 tentang Kesehatan
Masyarakat Veteriner dan Kesejahteraan Hewan
mengamanatkan pangan asal hewan (termasuk daging
unggas) yang beredar harus memenuhi kriteria aman, sehat,
utuh dan halal (ASUH) Halalan dan Thoyiban
Sebagai negara anggota WTO, Indonesia wajib mengikuti
perjanjian yang diatur dalam WTO ekivalensi jaminan
keamanan pangan, transparansi, tidak memberlakukan
restriksi importasi tanpa alasan ilmiah (SPS, Halal, TBT)
Sejalan dengan meningkatnya kesadaran umat Islam terhadap pangan halal, maka kehalalan pangan menjadi isu pasar global dipersyaratkan oleh negara-negara pengimpor, terutama negara muslim termasuk Indonesia
Lanjutan …
Daging ayam merupakan penopang utama
penyediaan protein hewani asal ternak di Indonesia,
karena kontribusi daging ayam (lokal dan ras)
sebesar 1,92 juta ton atau 70% (2013) terhadap
produksi daging nasional
Konsumsi daging ayam telah mencapai 8 kg/kap/th
atau 71 % dari target konsumsi daging Widyakarya
Pangan dan Gizi tahun 1998
DAGING ASUH: daging yang diperoleh dari ternak
sehat yang dipotong di RPH-R/RPH-U, telah menjalani
pemeriksaan ante- dan post-mortem oleh Dokter
Hewan Berwenang atau Paramedik Veteriner di
bawah pengawasan Dokter Hewan dan dinyatakan
aman serta layak dikonsumsi manusia
Kesejahteraan Hewan UU 18 tahun 2009
segala urusan yang berhubungan dengan keadaan fisik dan mental Hewan menurut ukuran perilaku alami Hewan yang perlu diterapkan dan ditegakkan untuk melindungi Hewan dari perlakuan setiap orang yang tidak layak terhadap Hewan yang dimanfaatkan manusia
Penerapan Prinsip Kebebasan Hewan (PP No 95 Tahun 2012)
Penangkapan dan penanganan
Penempatan dan pengandangan
Pemeliharaan dan perawatan
Pengangkutan
Penggunaan dan pemanfaatan
Perlakuan dan pengayoman yang wajar
terhadap hewan
Pemotongan
Praktik Kedokteran Perbandingan
Isu Kesejahteraan Hewan pada rantai produksi
daging unggas
8
Pelaksanaan Pengawasan Kesejahteraan
Hewan
9
Pengawasan kesrawan belum menjadi kegiatan prioritas
(pusat, provinsi, kab./kota)
Jumlah Pengawas Kesmavet dan kesrawan (pusat, provinsi,
kab./kota) masih sangat minim, dan sebagian masih belum
memiliki SK resmi dari pimpinan instansi/daerah
(kompetensi untuk kesrawan masih kurang
Belum ada jejaring khusus pengawasan kesrawan,
mekanisme koordinasi, monitoring, evaluasi, dan pelaporan
pengawasan belum berjalan maksimal (pusat/daerah)
Sistem Pemeliharaan
• Hampir 70% dari ayam pedaging (broiler) dipelihara
dengan sistem intensif dan dipanen dalam waktu enam
minggu.
• Dengan pertumbuhan yang sangat cepat dan banyak
berbaring menyebabkan hewan mengalami kelumpuhan,
beban tambahan pada hati dan paru-paru.
• Kandang padat dengan ventilasi udara sangat terbatas.
• Litter kotor, pencemaran udara oleh amonia dari kotoran
merusak mata dan sistem pernapasan.
10 Mengandung formalin?
Mengandung pemanis melebihi batas
Penangkapan dan Transportasi
• Penangkapan yang kasar dan pekerja yang tidak
kompeten
• Penempatan ke dalam crat bentuk dan ukuran crat,
densitas, cara memuat ke sarana transportasi.
• Penempatan crat di alat transportasi tinggi
tumpukan, ventilasi, lama dan perlakuan selama
perjalanan, kompetensi sopir
• Sekitar 30 juta broiler mati selama transportasi setiap tahun di Amerika Serikat. Indonesia????
11 Mengandung formalin?
Mengandung pemanis melebihi batas
Penyembelihan
1. Tahapan proses penyembelihan: penurunan
(unloading), diistirahatkan dan tidak dilakukan
pemeriksaan ante-mortem, fiksasi unggas ke alat
gantung (shackler), pemingsanan (stunning), dan proses penyembelihan
2. Proses penyembelihan harus memenuhi persyaratan
kesehatan masyarakat veteriner, kesejahteraan
hewan, dan syariah Islam (UU No. 18/2009 jo. UU No.
41/2014 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan)
3. Proses penyembelihan berdampak terhadap status
keamanan produk (food safety), kualitas, dan
kehalalan
12
Mengandung pemanis melebihi batas
13 Mengandung formalin?
14
Ayam Suntik
Ayam Tiren Ayam Formalin
Tantangan industri perunggasan Indonesia
15
16
PASAR GLOBAL
PASAR DOMESTIK
TANTANGAN YANG DIHADAPI UNIT PELAKU USAHA PERUNGGASAN (PETERNAK DAN PEMOTONG)
DAYA SAING TINGGI: • Ekivalensi jaminan
keamanan pangan dan kehalalan pangan
• Efisiensi biaya produksi produksi masal
• Persyaratan Sanitary
PERMINTAAN PASAR: • Pangan organik • Pangan bebas residu
kimia dan Ab • Pangan rendah
kolesterol • Penerapan wajib
kesejahteraan hewan
DAYA SAING RENDAH: • Implementasi UU No.
18/2009 rendah : (Sertifikat Veteriner & Sertifikat Halal)
• Biaya produksi tinggi dipengaruhi harga komponen impor (bibit, pakan, alat, dll)
• Kesadaran produsen rendah PAH ASUH
Kesadaran konsumen akan PAH ASUH rendah
• Terbatasnya unit usaha sesuai persy. teknis
• Lemahnya penegakan hukum
• Terbatasnya SDM pembina dan pengawas
17
Strategi dan upaya difokuskan untuk meningkatkan nilai tambah, daya saing dan kepercayaan konsumen (trust) terhadap produk
hewan di dalam negeri
DAYA SAING PRODUK HEWAN
Lingkungan dalam negeri :
daya saing produk hewan domestik
“proteksi” peternak dan produk hewan dalam negeri
pergeseran harapan dan permintaan konsumen terhadap
keamanan, kualitas dan kehalalan pangan asal hewan
Lingkungan global :
perdagangan bebas setiap negara memiliki akses pasar
yang sama, risiko penyebaran zoonosis
Perjanjian GATT
Perjanjian SPS tuntutan ekivalensi, transparansi, dan
hak setiap negara melindungi kesehatan manusia, hewan
dan tanaman
DAYA SAING INDUSTRI PERUNGGASAN
NASIONAL
KEKUATAN
1. Kapasitas industri masih
sangat besar
2. Adopsi teknologi sudah
maju dan modern
3. Lahan untuk budidaya
msh sangat luas (di luar
Jawa)
4. Sebagian bahan baku
pakan sudah tersedia
cukup di dalam negeri
5. Sumber daya manusa
yang terdidik & handal
KELEMAHAN 1. Sejumlah bahan baku pakan
masih impor
2. Belum bisa memiliki GPS/ pure lines
3. Indonesia belum bebas AI
4. Infrastruktur lemah
5. Industri perunggasan belum
efisien
6. Penegakan hukum belum optimal
pemotongan di luar RPH-U,
pengawasan penggunaan obat
hewan
7. Keterbatasan pengawas
Kesmavet di RPH-U dan
peredaran daging unggas
8. Kurangnya kepedulian konsumen
terhadap daging ASUH
DAYA SAING INDUSTRI PERUNGGASAN
NASIONAL
PELUANG
1. Konsumsi per kapita masih
rendah
2. Growing middle class
meningkat pesat
3. Daya beli/purchasing power
terus meningkat sesuai dg
macro-economy growth
4. Pergeseran pola konsumsi
daging unggas ke arah
produk olahan
5. Permintaan produk olahan
dari luar negeri (Jepang,
Singapura)
TANTANGAN
1. Pemberlakuan pasar bebas
(MEA, AANZFTA, dll) bentuk
karkas utuh, jenis potongan
daging, MDM, produk olahan
2. Daya saing produk domestik
rendah lebih dari 80% produk
unggas dijual ke pasar
traditional tanpa persyaratan
keamanan, mutu, dan kehalalan
yang ketat
3. Kekurangan bahan pakan
(kompetisi food – feed – fuel)
Strategi Akselerasi Penerapan KESRAWAN di
Indonesia
20
21
Pasal 91B memuat sanksi hukum dan denda terhadap
pelanggaran kesrawan
Setiap orang dilarang menganiaya dan/atau menyalah
gunakan Hewan sehingga mengakibatkan cacat dan/atau
tidak produktif dipidana dengan pidana kurungan paling
singkat 1 bulan dan paling lama 6 bulan dan denda paling
sedikit 1 juta rupiah dan paling banyak 5 juta rupiah”
Mengetahui adanya perbuatan sebagaimana dimaksud diatas
dan tidak melaporkan kepada pihak yang berwenang,
dipidana dengan pidana kurungan paling singkat I bulan dan
paling lama 3 bulan dan denda paling sedikit 1 juta rupiah
dan paling banyak 3 juta rupiah.
UU No. 18/2009 jo. UU No. 41/2014 tentang Peternakan
dan Kesehatan Hewan
STRATEGI
22
Penyusunan aturan operasional dan sosialisasi
penegakan hukum amanat 91B UU No. 18/2009 jo. UU
No. 41/2014 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan
Menetapkan tindakan preventif melalui pembentukan
sistem jaminan penerapan kesrawan lebih efektif
dibandingkan aktifitas pengawasan yang masih
terbatas.
Penerapan SKKNI Juru Sembelih Halal upaya untuk
meningkatkan jaminan kehalalan produk unggas
domestik sekaligus barrier masuknya produk unggas
dari luar negeri
Penyusunan Standar Jaminan Produk Halal
(bekerjasama dengan BSN) penyembelihan secara
manual oleh juru sembelih halal bersertifikat kompetensi “JULEHA”
Pembentukan Komite Kesrawan Nasional, Kelompok peduli kesrawan
Strategi Kesrawan Nasional, Pengawasan dan Pendampingan Penerapan kesrawan disepanjang rantai produksi Pangan Asal Hewan. (Trainer Kesrawan OIE-STEPS di RPH 2015)
Pengangkatan AWO/Penanggung jawab kesrawan (RPHU, UPT, Farm)
Kerjasama dengan Kemenag dan MUI
Membangun Jejaring Kesrawan Nasional, Focal Point Nasional/Daerah, Kemitraan dalam rangka KIE (CSR)
Fasilitasi penerapan Kesrawan di RPH -U, TPnU, dan Transportasi
KIE Public Awareness Road Show, Dokter Hewan cilik, Kelompok siswa peduli kesrawan, Sekolah Champion kesrawan, Pramuka peduli kesrawan.
PUBLIC AWARENESS
Komunikasi, Informasi dan Edukasi
• Dokter Hewan cilik, sebagai icon KIE
• Dimulai sejak tahun 2013 (Pilot project di Kepri dan Sumut)
• Tahun 2014 di Propinsi Riau dan Banten.
• Tahun 2015 di 8 Propinsi : Sumatera Utara; Kepulauan Riau, Bangka Belitung, DKI Jakarta; Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi Tenggara.
• Kelompok siswa peduli kesrawan (siswa SLTP)
• Pilot Project tahun 2015 di 9 Propinsi : Jabar, Jatim, Jateng, DIY, Banten, Lampung, Sumut, Sulut, Sultra.
• Program lanjutan dari KIE (2016) adalah Sekolah Champion Kesrawan dengan pola duplikasi, 1 sekolah mendampingi 5 atau lebih sekolah lain dan membentuk jejaring komunitas siswa peduli kesrawan.
• Program lanjutan diinisiasi melalui program kemitraan dengan perusahaan (Company Social Responcibility / CSR)
Terima Kasih