Transcript

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI MINYAK ATSIRI

DIREKTORAT INDUSTRI KIMIA DAN BAHAN BANGUNAN DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN TAHUN 2008

PENDAHULUANIndonesia merupakan negara penting produsen minyak atsiri dunia dengan menjadi penghasil beberapa jenis minyak atsiri yang sangat dominan Di Indonesia terdapat 40 jenis minyak atsiri dari 80 jenis yang diperdagangkan di dunia dan dari 40 jenis tersebut Indonesia mampu mengekspor 15 jenis minyak atsirinya. (Terdapat lebih dari 900 jenis minyak atsiri di Indonesia menurut penelitian dari Peneliti Perancis).

KOMODITAS UTAMA EKSPOR MINYAK ATSIRI INDONESIAMinyak Nilam (Patchouli Oil), Minyak Akar Wangi (Vetiver Oil), Minyak Pala (Nutmeg Oil), Minyak Cengkeh (Cloves Oil), Minyak Sereh Wangi (Citronella Oil), Minyak Kenanga (Cananga Oil), Minyak Kayu Putih (Cajeput Oil), Minyak Cendana (Sandal wood Oil), Minyak Lada (Pepper Oil), Minyak Kayu Manis (Cinamon Oil), Minyak Masoi.

BEBERAPA MINYAK ATSIRI PENGENALAN EKSPOR

Minyak Jahe Temu Mangga (Curcuma Mangga) Lempuyang Wangi (Zingerber Aromaticum) Daun Jati Belanda (Guazuma leaves) Bangle (Zingiber Murpureum) Kunyit Putih (Curcuma Zedoria)

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR MINYAK ATSIRI INDONESIA TAHUN 2001 - 2005 TAHUN 2001 2002 2003 2004 2005 EKSPOR 65.306.145 63.903.526 59.766.299 70.732.539 93.320.585 IMPOR 123.054.497 127.387.390 130.952.388 171.687.757 177.679.723

DALAM US $ (data dari BPS dan diolah oleh Ditjen. IKM)

Grafik Ekspor - Impor Minyak Atsiri Indonesia200.000 U S $ rib u 150.000 100.000 50.000 0 2001 2002 2003 Tahun 2004 2005 Ekspor Impor

10 NEGARA EKSPORTIR TERBESAR (HS 3301)1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

Amerika Serikat Perancis Brazil Inggris Cina Argentina Jerman Indonesia Italia India

10 NEGARA IMPORTIR TERBESAR1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

Amerika Serikat Perancis Inggris Jepang Jerman Swiss Irlandia China Singapura Meksiko

(Indonesia ada di posisi 20)

SENTRA PRODUKSI MINYAK ATSIRI DI INDONESIAPropinsi NAD Sumatera Utara Sumatera Barat Lampung Bengkulu Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur DI Yogyakarta Sulawesi Utara Sulawesi Selatan Maluku Papua Jumlah Sentra 10 14 6 2 7 12 4 2 4 2 28 Nilam, pala Nilam Pala, nilam, panili Nilam, sereh wangi Nilam, minyak jahe Akar wangi, pala, sereh wangi, cengkeh, kenanga, terpentin Cengkeh, kenanga, kayu putih, sereh wangi, nilam terpentin Kenanga, cengkeh, kayu putih, sereh wangi Cengkeh, kenanga Cengkeh, pala Cengkeh Kayu putih, pala Lawang, masoi, kayu putih Jenis Minyak Atsiri

SENTRA TANAMAN ATSIRINo1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 11. 12.

PROPINSINAD Sumut Sumbar Riau Sum Sel Jambi Bengkulu Lampung Jabar Jateng Jatim Kalteng

KABUPATENAceh Utara, Gayo Lues, A. Selatan, A. Jaya, A. Barat Daya, A. Tenggara, A. Barat, A. Tengah, Bener Meriah Nias, Toba Samosir, Tapanuli Selatan, Tapanuli Utaram Dairi, Pak-pak Bharat, Nias Selatan, Mandailing Natal, Humbang Hasundutan dan Tap Teng Pasaman, Pesisir Selatan, Mentawai, Sawahlunto/Sijujung, Tanah Datar, Solok, Pasaman Barat dan Pariaman Indragiri Hilir, Bengkalis, Rokan Hulu Muara Enim, OKU Selatan, Lahat Merangin, Sarolangun, Kerinci Rejang lebong, Lebong, Bengkulu Selatan, Muko-muko, Seluma dan Bengkulu Utara Lampung Barat, Tenggamus, Lampung Tengah dan Lampung Selatan Majalengka, Garut, Kuningan, Tasikmalaya, Sukabumi, Ciamis dan Sumedang Perbalingga, Brebes, Banyumas, Banjarnegara, Pemalang, Pekalongan, Batang, Purworejo, Boyolali dan Cilacap Bondowoso, Situbondo, Jember, Trenggalek, Nganjuk, Malang dan Tulungagung Lamandau, Kotawaringin Barat, KOtawaringi Timur, Katingan, Seruyan, Gunung Mas Sukamara

PERMASALAHANa.

b. c.

d.

Proses Produksi Tanaman (bahan baku) tingkat pengetahuan/keterampilan produsen bahan baku minyak atsiri masih terbatas :penentuan lokasi untuk budidaya tanaman; penggunaan bahan tanaman/varitas (asalan), penerapan teknologi budidaya sehingga mengakibatkan rendahnya produktivitas Penangananpasca panen, belum dilaksanakan dengan benar Pengolahan sistem pengolahan hasil yang diterapkan sangat sederhana/tradisional (cara dan penggunaan alat penyulingan), karena minimya pengetahuan terkait dengan perkembangan dan kemajuan sistem pertanian modern dan teknologi penyulingan mutu yang dihasilkan rendah dan tidak memenuhi standar yang diinginkan eksportir maupun konsumen Akses pasar - pola pemasaran :mata rantai pemasaran yang cukup panjang - tidak adanya data dan iformasi yang lengkap (besarnya pasar minyak atsiri)

ANALISA SWOTKEKUATANIndustri minyak atsiri merupakan penghasil devisa Menyerap banyak tenaga kerja Tersedianya SDM yang memiliki keterampilan dasar Tersedianya sumber bahan baku yang melimpah Terdapatnya 40 jenis tanaman minyak atsiri yang tumbuh dan belum dimanfaatkan secara maksimal Dukungan teknologi tepat guna yang sudah mampu dibuat di DN Adanya Dewan Minyak Atsiri Nasional yang mendorong pengembangan pengolahan minyak atsiri

KELEMAHAN Tingkat efisiensi dan produktifitas masih rendah, baik ditingkat petani maupun industri. Kurangnya pengetahuan tentang perkembangan dan kemajuan sistem pertanian dan teknik penyulingan modern. Lemahnya kemampuan ekspor langsung (direct exporting). PELUANG Adanya kecenderungan pemakaian bahan aroma dan wewangian diutamakan dari tumbuhan alami (back to natural). Prospek pengembangan tanaman budidaya sebagai pasokan bahan baku cukup baik. Share ekspor di pasar dunia masih relatif kecil, impor minyak atsiri terutama bahan derivat masih relatif tinggi. Pemrosesan minyak atsiri lebih lanjut, seperti fraksinasi dan isolasi komponen. Adanya kecenderungan pengguna minyak atsiri mendekat (direct buying) ke pemasok.

TANTANGANRempah rempah yang berasal dari Indonesia yaitu Pala dan Cengkeh sudah berhasil dibudidayakan di negara lain seperti Grenada, Sri Langka, Madagaskar dan Zanzibar Minyak Nilam bisa beralih ke Vietnam dan India karena telah dibudidayakan khusunya di India dengan sistem kultur jaringan Ada beberapa minyak atsiri khas Indonesia yang telah dikembangkan di Negara lain, seperti Sereh Wangi di Vietnam.

PROGRAM PENGEMBANGAN MINYAK ATSIRI TAHUN 2008Pengembangan IKM Minyak Atsiri melalui Pendekatan Klaster PENGUATAN KLASTER :Pada tahun 2007 telah berhasil kolaborasi klaster di Kabupaten Pakpak Bharat dengan menghasilkan komitmen awal pengembangan minyak atsiri untuk semua stakeholder. Tahun 2008 ini akan dilakukan penguatan kolaborasi dengan mengembangkan pola kerjasama MOU antara IKM minyak atsiri Pakpak Bharat dengan buyer luar negeri dengan program Cultiva. Fokus pada program ini adalah optimalisasi dan komitmen peningkatan nilai tambah pada setiap rantai nilai

KOLABORASI :Kolaborasi dilakukan di 2 (dua) daerah locus klaster IKM minyak atsiri yaitu Kabupaten Garut dan Banyumas. Pembentukan kelembagaan dan forum di daerah tersebut bertujuan mengakomodasikan semua komponen dalam stake holder. Kolaborasi akan difokuskan pada komitmen dan integrasi di semua rantai nilai dari mulai petani, pengrajin, pedagang, pengepul, eksportir sampai dengan industri terkait serta instansi pendukung. Pola pengembangan juga diarahkan kerjasama pemasaran antara IKM minyak atsiri dengan buyer langsung dari luar negeri. Syarat utama : kuatnya kelembagaan klaster pada tingkat IKM, komitmen terhadap kuantitas dan kualitas, pemahaman aturan main bersama.

PENGEMBANGAN WILAYAH KLASTERBertujuan untuk mengembangkan IKM minyak atsiri di sekitar sentra IKM minyak atsiri Kabupaten Pakpak Bharat sebagai locus baru pembinaan IKM dengan pendekatan klaster. Daerah yang telah ditetapkan adalah Kabupaten Pasaman Barat dan Aceh Selatan. Pemilihan daerah tersebut didasarkan kepada pola pengembangan jejaring yang diprediksikan berkembang di sekitar Pakpak Bharat. Pada acara penguatan klaster Pakpak Bharat, kedua daerah tersebut menjadi peserta dan diharapkan mampu benchmarking klaster dengan pola yang sama.

KEGIATAN PENDUKUNG PENGEMBANGAN KLASTER IKM MINYAK ATSIRI TAHUN 2008Ditjen. IKM

1. SOSISALISASI STANDAR MINYAK ATSIRIBertujuan untuk menginformasikan dan mengkomunikasikan standar yang proses dan peralatan penyulingan dan produk minyak atsiri. Dilakukan di dua Propinsi (Jawa Barat dan Jawa Tengah) dengan melibatkan seluruh sentra minyak atsiri di Indonesia. Sosialisasi meliputi : Good Manufacturing Practices (GMP) minyak atsiri dan Prototipe alat suling minyak atsiri. Standar proses penyulingan berdasarkan Good Manufacturing Practices (GMP) minyak atsiri, meliputi : Nilam, Akar wangi, Pala dan Cengkeh. GMP minyak atsiri digunakan sebagai panduan cara produksi yang baik dan benar sehingga mampu menghasilkan minyak atsiri yang berkualitas dan rendemen tinggi.

..lanjutan sosialisasiStandar peralatan proses penyulingan sesuai dengan prototipe alat suling yang dilakukan pengembangannya pada tahun 2007. Prototipe alat suling yang telah dikembangkan antara lain adalah : Nilam, Pala dan Akar Wangi. Prototipe telah diuji coba dan menunjukkan hasil yang efisien dengan produktifitas tinggi sehingga diharapkan melalui kegiatan sosialisasi ini IKM menggunakan hasil pengembangan prototipe ini untuk meningkatkan daya saing IKM minyak atsiri. Di samping kedua standar tersebut, disosialisasikan juga wabsite minyak atsiri Indonesia dan program kerja Dewan Atsiri Indonesia (DAI) sebagai sarana informasi dan komunikasi seluruh pelaku usaha minyak atsiri dan pemangku kepentingan lainnya.

2. PENGEMBANGAN MINYAK ATSIRI SEBAGAI UNGGULAN DAERAHPengembangan IKM minyak atsiri di beberapa daerah untuk mendorong daerah tersebut menjadikan minyak atsiri sebagai produk unggulan dan prioritas (local, unique and value added). Bantuan mesin penyulingan minyak atsiri (prototipe) bertujuan menstimulasi perkembangan IKM minyak atsiri di daerah tersebut. Pengembangan IKM minyak atsiri sebagai unggulan daerah yaitu:NIlam di Majalengka, Blitar, Situbondo dan Kolaka. Cengkeh di Natuna. Pala di Ternate. Kenanga di Bangli.

3. PENGEMBANGAN PEMASARANPartisipasi Konferensi Internasional Minyak Atsiri (IFEAT) di Monteral, Canada pada bulan Oktober 2008. Peserta dari Indonesia adalah Wakil IKM, Dewan Atsiri Indonesia (DAI) dan Pemerintah. Partisipasi Konferensi IFEAT bertujuan untuk lebih mengenalkan dan membangun image Indonesia sebagai produsen minyak atsiri dunia. Bekerjasama dengan DAI melaksanakan program pengembangan produksi dan pemasaran melalui program Cultiva.