Nama Haryanto/ Apri
Asal Pontianak, Kalbar
Penyelia Messi
KEBUN BINATANG
Apakah kalian pernah mendengar tentang kebun binatang? Apakah di tempat tinggalmu
ada kebun bianatang dan pernah berkunjung ke sana. Ya semua orang pasti sering mendengar
dan berkunjung ke sana. Jika kita berbicara tentang Kebun bianatang, banyak anggapan orang-
orang tentang kebun binatang. Ada yang beranggapan kebun binatang adalah tempat ngumpul
para binatang, kebun binatang adalah tempat binatang yang jarang di temui dan di lihat oleh
orang pada umumnya, kebun binatang adalah tempat hewan-hewan buas, seperti singa,
harimau, beruang, dan lain-lain. Pada dasarnya memang kebun binatang adalah tempat kita
bisa melihat berbagai jenis hewan.
Kebun binatang sebenarnya tempat penangkaran satwa-satwa yang di
lindungi/terancam punah. Penangkaran satwa yang di lindungi awalnya bertujuan untuk
melestarikan satwa tersebut sesuai dengan habitat aslinya dan menampung satwa bekas dari
penyelamatan akibat perusakan habitat aslinya.
Tujuan dari kebun binatang selain menjadi tempat penangkaran hewan, kebun binatang
di jadikan sebagai tempat penelitian, edukasi, dan rekreasi. Penelitian bertujuan untuk
mengetahui, menganalisa, dan mengidentifikasi cara hidup, makan, berkembang biak, tumbuh,
bertingkah laku dan beradaptasi dengan lingkungan satwa demi keberlangsungan hidupnya
sesuai dengan habitat aslinya. Edukasi, dengan adanya kebun binatang dapat menjadi tempat
referensi, mencari hal baru dan pengetahuan bagi para pecinta binatang. Mengenal dan
mempelajari berbagi jenis, genus, famili hewan berdasarkan klasifikasinya. Rekreasi adalah
salah satu hal yang di jadi oleh kebanyakan orang untuk menghilangkan rasa jenuh dan bosan
setelah sepekan bekerja, sekolah, kuliah, berlibur, dan mencari hal baru. Akan bermanfaat jika
berkunjung ke kebun binatang, karena rekreasi di kebun binatang tidak hanya dapat mengisi
waktu luang tetapi setelah keluar dari tempat itu, kita mendapatkan ilmu dan pengetahuan.
Menurut Permenhut Nomor : P.31/Menhut-II/2012 Lembaga Konservasi (LK)
berbentuk kebun binatang pengelolaannya dilakukan berdasarkan prinsip etika dan
kesejahteraan satwa. Dari penjelasan di atas memelihara satwa di penangkaran bukanlah hal
yang tidak boleh asalkan sesuai dengan prinsip etika dan kesejahteraan hewan. Yang di maksud
dengan prinsip etika dan kesejahteraan hewan adalah bagaimana kita memperlakukan satwa-
satwa sesuai dengan cara hidupnya di alam bebas di kaitkan dengan five of freedom. Satwa
juga butuh makan minum dan tempat hidup yang layak, kesehatannya terjaga,
tempat/kandangnya bersih, tidak diperlakukan kasar, tidak di kandang sendiri, bebas
bertingkah laku dan berekspresi.
Tempat rekreasi kolam renang Muara Kapuas beralamat di Jl. Kom Yos Sudarso, Gg
Alpukat Indah Raya (Komp. UKA) Jeruju Pontianak, di kelola oleh swasta. Saya berkunjung
ke sana, tidak menyangka kalau ternyata di tempat itu ada penangkaran hewan. Alasannya para
pengunjung kolam renang menitip hewan-hewan tersebut secara suka rela, di karenakan tidak
bisa merawat dan memeliharanya. Alhasil pemilik menerima dan memelihara hewan tersebut
layaknya kebun binatang. Hasil dari tanya jawab dengan pengelola, dia bilang mau menerima
titipan hewan tersebut bermaksud untuk menjadikan bahan baru dan daya tarik bagi
pengunjung kolam renang. Dari pada hewannya mati bagus di rawat dan di pelihara di sini tutur
pengelola. Ya saya mengapresiasi niat baik beliau, karena mau menjaga dan memliharanya.
Pengelola juga bilang bahwa tujuan lain dia memelihara hewan titipan tersebut adalah untuk
edukasi bagi anak TK, SD, bahkan orang dewasa. Karena banyak orang-orang di kota tidak
pernah melihat hewan liar secara langsung tuturnya lagi.
Dari hasil survei dan kunjungan saya di tempat itu, saya melihat ada beberapa jenis
satwa/hewan yang di pelihara, di antaranya :
1. Kura-kura Sawah (Coura amboinensis)
2. Monyet Kera (Macaca fascicularis)
3. Sanca Kembang (Malayopython reticulatus)
4. Beluk Jampuk (Bubo sumatranus)
5. Buaya Muara (Crocodylus porosus)
Itulah jenis-jenis hewan/satwa yang di pelihara. Jumlah satwa yang di pelihara dalam
kandang ada 16 satwa, rinciannya : 8 ekor Kura-kura Sawah, 2 ekor Pasang Monyet Kera, 3
ekor Sanca Kembang, satu ekor Beluk Jampuk, dan 2 ekor Buaya Muara.
Adapun deskripsi satwa sebagai berikut :
1. Kura-kura Sawah (Coura amboinensis)
Kura-kura sawah/Kuya batok alias kura-kura batok (Cuora amboinensis)
adalah sejenis kura-kura yang tergolong suku Geoemydidae. Menyebar luas
dari India di sebelah barat hingga Maluku di timur. Punggung berwarna kehitaman,
kecoklatan hingga coklat-zaitun. Perutnya putih kotor atau krem, dengan bercak-bercak
besar kehitaman. Kepala berwarna hitam dengan tiga garis kuning yang khas: pada
sekeliling tepi kepala di atas mata, pada pipi, dan pada bibirnya. Garis kuning juga
terdapat sepanjang tepi kaki-kakinya. Kuya batok hidup terutama di lahan basah di
lingkungan sungai besar atau kecil, rawa-rawa, dan bahkan sawah. Bersifat omnivora,
kura-kura ini menyukai bahan nabati (tumbuh-tumbuhan) sebagai makanannya, namun
juga mau memangsa ikan dan udang
2. Monyet Kera (Macaca fascicularis)
Monyet kera (Macaca fascicularis) adalah monyet asli Asia Tenggara namun
sekarang tersebar di berbagai tempat di Asia. Nama lokalnya dalam bahasa
Melayu, kra atau kera, adalah tiruan bunyi yang dikeluarkan oleh hewan ini. Dalam
literatur-literatur lama, spesies ini acap disebut sebagai kera ekor panjang atau monyet
ekor panjang. Monyet ini sangat adaptif dan termasuk hewan liar yang mampu
mengikuti perkembangan peradaban manusia. Monyet bertubuh kecil sedang, dengan
panjang kepala dan tubuh 400-470 mm, ekor 500–600 mm, dan kaki belakang (tumit
hingga ujung jari) 140 mm. Berat hewan betina 3-4 kg, jantan dewasa mencapai 5–7 kg.
Warna rambut di tubuhnya cokelat abu-abu hingga tengguli, sisi bawah selalu
lebih pucat. Jambang pipi sering mencolok. Bayi-bayinya berwarna kehitaman. Monyet
kera umum ditemukan di hutan-hutan pesisir (mangrove, hutan pantai), dan hutan-
hutan sepanjang sungai besar, di dekat perkampungan, kebun campuran, atau
perkebunan; pada beberapa tempat hingga ketinggian 1.300 m dpl. Jenis ini sering
membentuk kelompok hingga 20-30 ekor banyaknya, dengan 2-4 jantan dewasa dan
selebihnya betina dan anak-anak. Kera memakan aneka buah-buahan dan memangsa
berbagai jenis hewan kecil seperti ketam, serangga, telur dan lain-lain. Kadang-kadang
kelompok monyet ini memakan tanaman di kebun dan menjadi hama.
3. Sanca Kembang (Malayopython reticulatus)
Sanca kembang atau sanca batik adalah sejenis ular dari suku Pythonidae yang
berukuran besar dan memiliki ukuran tubuh terpanjang di antara ular lain. Ukuran
terbesarnya dikatakan dapat melebihi 8.5 meter dan merupakan ular terpanjang di
dunia. Lebih panjang dari anakonda (Eunectes), ular terbesar dan terpanjang di
Amerika Selatan. Sedangkan nama ilmiahnya yang sebelumnya adalah Python
reticulatus, kini diubah genusnya menjadi Malayopython reticulatus.
Sanca kembang ini mudah dikenali karena umumnya bertubuh besar. Keluarga
sanca (Pythonidae) relatif mudah dibedakan dari ular-ular lain dengan melihat sisik-
sisik dorsalnya yang lebih dari 45 deret, dan sisik-sisik ventralnya yang lebih sempit
dari lebar sisi bawah tubuhnya. Sanca kembang memiliki pola lingkaran-lingkaran
besar berbentuk jala (reticula, jala), tersusun dari warna-warna hitam, kecoklatan,
kuning dan putih di sepanjang sisi dorsal tubuhnya. Satu garis hitam tipis berjalan di
atas kepala dari moncong hingga tengkuk, menyerupai garis tengah yang membagi dua
kanan kiri kepala secara simetris.
Dan masing-masing satu garis hitam lain yang lebih tebal berada di tiap sisi
kepala, melewati mata ke belakang. Sisik-sisik dorsal (punggung) tersusun dalam 70-
80 deret, sisik-sisik ventral (perut) sebanyak 297-332 buah, dari bawah leher hingga ke
anus, sisik subkaudal (sisi bawah ekor) 75-102 pasang. Perisai rostral (sisik di ujung
moncong) dan empat perisai supralabial (sisik-sisik di bibir atas) terdepan memiliki
lekuk (celah) pendeteksi panas. Sanca kembang terhitung ular terpanjang di dunia. Ular
terpanjang yang terkonfirmasi berukuran 6.95 m. Ular sanca termasuk ular yang
berumur panjang, hingga lebih dari 25 tahun. Ular-ular betina memiliki tubuh yang
lebih besar. Jika yang jantan telah mulai kawin pada panjang tubuh sekitar 7-9 kaki,
yang betina baru pada panjang sekitar 11 kaki.
Sanca kembang menyebar di hutan-hutan Asia Tenggara. Mulai dari
Kep. Nikobar, Burma hingga ke Indochina; ke selatan melewati Semenanjung Malaya
hingga ke Sumatera, Kalimantan, Jawa, Nusa Tenggara (hingga Timor), Sulawesi; dan
ke utara hingga Filipina. Sanca kembang memiliki tiga subspesies. Selain M.r.
reticulatus yang hidup menyebar luas, dua lagi adalah M.r. jampeanus yang menyebar
terbatas di Pulau Tanah Jampea dan M.r. saputrai yang menyebar terbatas
di Kepulauan Selayar. Kedua-duanya di lepas pantai selatan Sulawesi Selatan. Sanca
kembang hidup di hutan-hutan tropis yang lembap. Ular ini bergantung pada
ketersediaan air, sehingga kerap ditemui tidak jauh dari badan air seperti sungai, kolam
dan rawa. Makanan utamanya adalah mamalia kecil, burung dan reptilia lain
seperti biawak. Ular yang kecil memangsa kodok, kadal dan ikan. Ular-ular berukuran
besar dilaporkan memangsa anjing, monyet, babi hutan, rusa, bahkan manusia yang
‘tersesat’ ke tempatnya menunggu mangsa. Ular ini lebih senang menunggu daripada
aktif berburu.
Mangsa dilumpuhkan dengan melilitnya kuat-kuat (constricting) hingga mati
kehabisan napas. Beberapa tulang di lingkar dada dan panggul mungkin patah
karenanya. Kemudian setelah mati mangsa ditelan bulat-bulat mulai dari kepalanya.
Setelah makan, terutama setelah menelan mangsa yang besar, ular ini akan berpuasa
beberapa hari hingga beberapa bulan hingga ia lapar kembali.
4. Beluk Jampuk (Bubo sumatranus)
Burung hantu adalah kelompok burung yang merupakan anggota ordo
Strigiformes. Burung ini termasuk golongan burung buas (karnivora, pemakan daging)
dan merupakan hewan malam (nokturnal). Seluruhnya, terdapat sekitar 222 spesies
yang telah diketahui, yang menyebar di seluruh dunia kecuali Antartika, sebagian
besar Greenland, dan beberapa pulau-pulau terpencil.
Burung hantu dikenal karena matanya besar dan menghadap ke depan, tak
seperti umumnya jenis burung lain yang matanya menghadap ke samping.
Bersama paruh yang bengkok tajam seperti paruh elang dan susunan bulu di kepala
yang membentuk lingkaran wajah, tampilan "wajah" burung hantu ini demikian
mengesankan dan kadang-kadang menyeramkan. Apalagi leher burung ini demikian
lentur sehingga wajahnya dapat berputar 180 derajat ke belakang.
Umumnya burung hantu berbulu burik, kecoklatan atau abu-abu dengan bercak-
bercak hitam dan putih. Dipadukan dengan perilakunya yang kerap mematung dan tidak
banyak bergerak, menjadikan burung ini tidak mudah kelihatan; begitu pun ketika tidur
di siang hari di bawah lindungan daun-daun. Ekor burung hantu umumnya pendek,
namun sayapnya besar dan lebar. Rentang sayapnya mencapai sekitar tiga kali panjang
tubuhnya.
5. Buaya Muara (Crocodylus porosus)
Buaya muara atau buaya bekatak (Crocodylus porosus) adalah
jenis buaya terbesar di dunia. Dinamai demikian karena buaya ini hidup di sungai-
sungai dan di dekat laut (muara). Buaya ini juga dikenal dengan nama buaya air
asin, buaya laut, dan nama-nama lokal lainnya.
Buaya ini tersebar di seluruh perairan dataran rendah dan perairan pantai di
daerah tropis Asia Selatan, Asia Tenggara, dan Australia (Indo-Australia). Panjang
tubuh buaya ini (termasuk ekor) biasanya antara 2,5 sampai 3,3 meter, namun hewan
dewasa bisa mencapai 12 meter seperti yang pernah ditemukan di Sangatta, Kalimantan
Timur. Bobotnya bisa mencapai 200 kg. Moncong spesies ini cukup lebar dan tidak
punya sisik lebar pada tengkuknya. Buaya muara dikenal sebagai buaya yang jauh lebih
besar dari Buaya Nil (Crocodylus niloticus) dan Alligator Amerika (Alligator
mississipiensis). Penyebarannya pun juga "terluas" di dunia.
Satwa-satwa di atas masih relatif baru, belum ada yang lama di penangkaran. Dari hasil
tanya jawab dengan pengelola, ia menyatakan bahwa hewan tersebut di bawah dalam kondisi
yang sehat, tidak ada kerusakan fisik, dan masih tergolong sehat. Satwa tersebut sudah jinak
dan tidak marah jika di dekati apalagi di pegang.
Di lihat kualitas kandangnya, mulai dari perawatan kandang, kandang di bersihkan
setiap hari. Untuk pemberian makan bervariasi, seperti monyet kera di beri setiap saat,
makanan seperti buah-buahan. Buaya muara di beri makan sekali 2-3 hari menggunakan ikan.
Sanca kembang di beri makan dengan ayam hidup kisaran 2-3 kg/bulan. Beluk jampuk di beri
makan 2 kali/hari dengan ikan hidup dan tikus. Kura-kura sawah di beri makan setiap hari
dengan berbagai jenis sayuran. Tempat/kandang mulai dari luas dan ukuran bervariasi. Monyet
kera, Sanca kembang, Beluk jampuk di kandang yang sama berukuran 2 x 1 x 1 meter. Kura-
kura sawah dan Buaya muara di simpan dalam tong.
Pengamatan saya tentang satwa-satwa tersebut jika di kaitkan dengan kesejahteraan
satwa ada beberapa aspek yang masih kurang/belum memenuhi syarat five of freedom. Yang
pertama kandang yang masih tidak sesuai dengan standar ukuran tubuh dan sarang yang di
inginkan, alat dan tidak ada peralatan bermain yang membantu satwa untuk mengekspresikan
tingkah laku/kebiasaan, tidak adanya kawan sejenis untuk berinteraksi layaknya makhluk
sosial yang butuh teman, tidak pernah di cek kesehatannya, dan tidak ada penunjang kandang
lainnya seperti lampu dan air. Tapi di balik aspek yang kurang tadi ada beberapa aspek yang
sudah di penuhi, yaitu kebersihan kandang yang selalu terjaga, makanan yang sudah di atur
dan di saat pemindahan tidak terjadi kekerasan fisik pada hewan.
Demikianlah uraian tentang kebun binatang. Terimakasih
Semoga bermanfaat.
Dokumentasi :