https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10152789973534217&set=a.10152789973479217.1073741844.603494216&type=3&theater
KEJAHATAN PETA(MAP CRIME)
Pembelajaran dari konflik regulasi kehutanan dan penataan ruang (1986-2015)Fungsi Kawasan Hutan Vs Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
Oleh: Raflis
Disampaikan pada:Diskusi terbatas dengan Mentri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Siti Nurbaya)Pada Tanggal 31 Desember 2015 di Gedung Manggala Wanabakti Jakarta
Berawal dari Ketidak Jelasan
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10152748038954217&set=a.10152789973479217.1073741844.603494216&type=3&theater
• Ketidak Jelasan:• Definisi tidak dijelaskan dalam peraturan perundangan bidang
kehutanan• Kriteria tidak diatur dengan tegas dalam peraturan perundangan
bidang kehutanan• Ketidak jelasan bentuk pengelolaan yang diperbolehkan pada
kawasan ini• Praktek:
• Praktek dilapangan, perlakuannya sama dengan Hutan Produksi Tetap (HP)
• Terjadi perubahan fungsi menjadi: Hutan Produksi Tetap (HP), Hutan Lindung (HL), Hutan Produksi Konversi (HPK)
• Terjadi Perubahan peruntukan menjadi Area Pemanfaatan Lain (APL)
• Peraturan perundangan yang mengatur:• Surat Keputusan Mentri Pertanian Nomor: 683/Kpts/Um/8/1981 Tentang Kriteria dan Tata Cara
Penetapan Hutan Produksi• PP No 47 Tahun 1997 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional• PP No 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional• Permenhut Nomor : P. 50/Menhut-II/2009 Tentang Penegasan Status dan Fungsi Kawasan Hutan• PP No 10 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan
Hutan Produksi Terbatas• Yang dimaksud dengan hutan produksi dengan penebangan terbatas ialah hutan
produksi yang hanya dapat dieksploitasi dengan cara tebang pilih ...... (Pengertian point 1.3 Surat Keputusan Mentri Pertanian Nomor: 683/Kpts/Um/8/1981 Tentang Kriteria dan Tata Cara Penetapan Hutan
Produksi)........ Apakah “Hutan Produksi dengan Penebangan Terbatas” sama dengan “Hutan Produksi Terbatas”?
• Hutan Produksi Terbatas yang selanjutnya disebut HPT adalah kawasan hutan dengan faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah dan intensitas hujan setelah masing-masing dikalikan dengan angka penimbang mempunyai jumlah nilai antara 125-174 ....... (Pasal 1 point 4 Permenhut Nomor : P. 50/Menhut-II/2009 Tentang Penegasan Status dan Fungsi Kawasan Hutan, dan Pasal 1 Point 10 PP No 10 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan)
• ..Kriteria kawasan budi daya untuk kawasan hutan produksi terbatas...a. kawasan hutan dengan faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah dan intensitas hutan, setelah masing-masing dikalikan dengan angka penimbang mempunyai jumlah nilai skor 125-174 ....(Pasal 45 ayat 1 point a PP No 47 Tahun 1997 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional)
• hutan produksi terbatas ditetapkan dengan kriteria memiliki faktor kemiringan lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan dengan jumlah skor 125 (seratus dua puluh lima) sampai dengan 174 (pasal 46 ayat 2 PP No 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional)
Apakah Skoring 125 sampai 174 merupakan Kriteria atau Definisi?
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10152753225614217&set=a.10152789973479217.1073741844.603494216&type=3&theater
SK.173/Kpts-II/19861.954.384 ha*)
SK 7651/Menhut-VII/KUH/20111.031.600 ha
*) dihitung ulang setelah dikurangi provinsi kepulauan riau
SK 878/Menhut-II/20141.954.384 ha
Skor 125-174................. ha
• Bagaimana mekanisme penunjukan/ penetapan hutan produksi Terbatas?• Apakah kriteria Scoring 125-174 digunakan?• Kenapa ada perbedaan luas pada masing masing SK?• Apakah perubahan fungsi ini didasarkan scientific analisis?
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10152615663469217&set=a.10152789973479217.1073741844.603494216&type=3&theater
Studi KasusHutan Produksi Terbatas Batu Gajah
Sudah selesai di tata batas• Panjang : 14. 085,00 meter dengan
Skala 1 : 25.000 Disahkan : Jakarta, 8 Mei 2000 an. Menteri kehutanan dan perkebunan kepala badan Planologi kehutanan dan perkebunan Ir. Moch. Toh M.B
• Panjang : 45.000 Km dengan Skala 1 : 25.000 Disahkan : Jakarta, 12 Oktober 1998 an. Menteri Kehutanan dan Perkebunan direktu jendral inventarisasi tata guna hutan dan kebun Ir. Soebagjo Hadisepoetro
• Panjang : 39. 739,48 Km dengan Skala 1 : 25.000 Disahkan : Jakarta, 14 Maret 1996 an. Menteri Kehutanan Direktur Jenderal inventarisasi dan tata guna hutan Ir. Sumahadi,
• Kenapa terjadi perubahan fungsi?• Apakah ada perubahan skoring kawasan sehingga fungsinya berubah?
• Perubahan Fungsi HPT ke HP, HPK dan APL hanya mungkin terjadi jika terjadi perubahan skoring• Perubahan skoring hanya mungkin terjadi apa bila faktor pembentuk skoring (Curah hujan, jenis tanah
dan kemiringan) berubah• Tidak mungkin terjadi perubahan curah hujan, jenis tanah dan curah hujan
Kondisi Eksisting
HPT Batu Gajah
Perubahan Fungsi dan Peruntukan Kawasan Hutan dipicu oleh Perizinan
Studi Kasus Kota Pekanbaru
1986 2011
2012 2014
Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan di Kota Pekanbaru diusulkan dalam Perubahan Fungsi dan Peruntukan Kawasan Hutan dalam rangka revisi rencana tata ruang
Usulan Pemerintah Provinsi disetujui dan direkomendasikan oleh tim terpadu pada tahun 2012
Tidak semua kawasan yang direkomendasikan oleh tim terpadu ditetapkan oleh mentri pada tahun 2014
Telah ada perubahan Peruntukan kawasan hutan pada tahun 2011 untuk konsesi perkebunan
Artinya Pelepasan Kawasan Hutan Untuk Kota Pekanbaru baru dilakukan pada tahun 2014
Pemberian hak atas tanah oleh BPN sebelum tahun 2014 merupakan perbuatan melawan hukum
Sebelum tahun 2014, warga kota pekanbaru dapat dipidana dengan tuduhan menguasai kawasan hutan secara tidak syah (Jika mengikuti logika berfikir Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan)
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10153154829869217&set=a.10152789973479217.1073741844.603494216&type=3&theater
Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.
• Pada tahun 2015 Luas hutan tetap di provinsi riau adalah 4.230.926 ha atau 49,20% dari luas provinsi riau. • Terjadi pengurangan hutan tetap seluas 89.868 ha atau 1,05% dari luas provinsi pada SK 878 terhadap SK 173
(Bukan merupakan perubahan yang significant)• HPK bukanlah merupakan kawasan hutan, kenapa masih dipertahankan seluas 1.268.767 ha, apakah kondisinya
masih berhutan atau sudah dikelola? • Kawasan Hutan seluas 4.230.926 ha masih dalam tahap penunjukan (bukanlah merupakan kawasan hutan yang
dimaksud oleh UU 41 tahun 1999)
Kawasan Hutan di Provinsi Riau
Apa sesungguhnya yang diperebutkan?
Kawasan di Provinsi Riau
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10152565043049217&set=a.10152789973479217.1073741844.603494216&type=3&theater
Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.Penunjukan kawasan hutan dapat dimaknai sebagai kawasan hutan yang diusulkan oleh mentri
Kawasan hutan yang dimaksud oleh UU 41/1999 di provinsi riau adalah 596.145 ha
• Kenapa semenjak tahun 1986-2014 (28 tahun) baru 596.145 ha atau 13,08% yang ditetapkan?
• Proses penyusunan RTRWP selama 15 tahun (2000 -2015) terkendala karena belum adanya kesepakatan antara pemerintah provinsi dengan kementrian lingkungan hidup dan kehutanan
Apakah Pemerintah Serius
Mengurus Hutan?
Dapat dikatakan bahwa objek hukum UU 41 hanyalah seluas 596.145 ha
Draft Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (Versi 2007)
Best Practice Yang TerabaikanSkenario Hijau 2060
Pada tahun 2006 masyarakat sipil berhasil mendorong BKPRD (Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah) untuk menyusun rencana tata ruang berdasarkan kriteria kawasan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku
Kesepakatan yang dibuat diantaranya:• Karena sudah terlanjur banyak
izin yang diberikan yang tidak sesuai dengan ketentuan perundangan maka kondisi ideal baru bisa tercapai pada tahun 2060
• Izin yang sudah terlanjur diberikan akan dihapus secara bertahap dan tidak ada pemberian izin baru pada kawasan yang berkategori lindung.
• Langkah langkah yang akan dilakukan ditulis dalam buku rencana
Riau telah mencanangkan moratorium perizinan semenjak adanya skenario hijau ini.
Karena lamanya proses persetujuan substansi di kementrian lingkungan hidup dan kehutanan, sampai tahun 2015 kebijakan ini belum diperdakan dan tidak bisa di eksekusi
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10152648743274217&set=a.10152789973479217.1073741844.603494216&type=3&theater
Usulan Perubahan Fungsi akawasan
Hutan
Tim Terpadu Memberikan
Rekomendasi Perubahan Fungsi dan Peruntukan
Mentri Menetapkan Perubahan Fungsi dan
Peruntukan berdasarkan hasil rekomendasi Tim
Terpadu
Tim Terpadu Bekerja
Kenapa Keluar SK Kawasan Hutan yang baru Pada Saat
Usulan Perubahan Fungsi dan Peruntukan yang sedang
diverifikasi Tim terpadu tengah dilaksanakan?
Rekomendasi Timdu yang dipakai hanya sebagian, apa pertimbangannya?
Penyesuaian Fungsi Kawasan Hutan Terhadap Rencana Tata Ruang
Tidak ada instrumen untuk menguji hasil
Timdu
Kawasan Hutan Dephut Tidak Ada Ijin
Ijin NK
Ijin IUPHHK
Ijin IUPHHK dan NK
Skor > 175
HL
TGHK
TGHK
TGHK
Tidak Ada Ijin
Ijin NK
Ijin IUPHHK
Ijin IUPHHK dan NK
Skor 125- 175
HPT
TGHK
TGHK
TGHK
Tidak Ada Ijin
Ijin NK
Ijin IUPHHK
Ijin IUPHHK dan NK
Skor <125
HP
TGHK
TGHK
TGHK
PemutihanPelanggaran
Hasil GIS
Sumber Data ???
Distorsi Kajian TimduCacat Metodologi?
Izin yang dikeluarkan oleh mentri dilindungiIzin yang dikeluarkan oleh daerah dipersoalkan
Sumber yang digunakan TGHK Update (tidak
memiliki dasar hukum)
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10152629672989217&set=a.10152789973479217.1073741844.603494216&type=3&theater
Praktek Perubahan Fungsi dan Peruntukan Kawasan Hutan
Kriteria Fungsi Kawasan Hutan berdasarkan Scoring
• Skor > 175 Hutan Lindung• Skor 125-174 Hutan Produksi
Terbatas• Skor < 124 Hutan Produksi Tetap,
Hutan Produksi Konversi dan Area Pemanfaatan Lain
Perubahan Fungsi yang diperbolehkan antara HP, HPK
Perubahan Peruntukan yang diperbolehkan adalah dari HP, HPK menjadi APL atau sebaliknya Dalam Prakteknya terjadi Perubahan
pada semua fungsi• Apakah terjadi perubahan scoring?• Bukankah praktek ini merupakan
pelanggaran?
Siapa yang salah?
Yang Mengusulkan atau yang menyetujui?
Pola Ruang dan Fungsi Kawasan Hutan memiliki Kriteria yang sama, kenapa muncul perbedaan antara Draft RTRWP dengan Kawasan Hutan?
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10152690186779217&set=a.10152789973479217.1073741844.603494216&type=3&theater
Peta Sebagai Alat Bukti Kejahatan
Salah satu alat bukti yang digunakan adalah Peta
Sudah banyak pejabat daerah yang dihukum, tetapi belum ada pejabat kementrian
Dalam kasus korupsi, yang menerima suap dan memberi sama sama mendapat hukuman, kecuali untuk kasus riau (Penerima dihukum, pemberi tidak diproses hukum)
Izin yang diperoleh melalui praktek korupsi masih berjalan dan dilegalkan oleh kementrian
Tidak adanya persamaan di depan hukum menjadi kan pejabat daerah berhati hati dalam dalam penetapan rencana tata ruang, karena ada sangsi pidana terhadap pemberi izin apabila tidak sesuai dengan rencana tata ruang.
PEMUKIMAN DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN
PEMUKIMAN DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN
PEMUKIMAN DI DALAM DAN SEKITAR KAWASAN HUTAN
TGHK 1985
• Merupakan sebuah kesepakatan diantara pejabat di tingkat provinsi
• Tidak ada penjelasan tentang metode pengambilan keputusan
• Tidak ada penjelasan apakah skoring kawasan digunakan dalam kesepakatan ini
SK.173/KPTS-II/1986
• Provinsi Riau 100% Kawasan Hutan• Merupakan penetapan TGHK 1985 oleh
mentri sebagai Penunjukan kawasan Hutan
Perubahan Fungsi dan PeruntukanPerubahan Fungsi
Perubahan Peruntukan
Penelitian Tim Terpadu
Ditetapkan Oleh Pemerintah
Berdampak penting dan cakupan yang luas serta
bernilai strategis
Persetujuan DPRTata Cara diatur oleh Peraturan
Pemerintah (PP)
UU 41/1999 1999 - 2010 PP 10/2010
Apa yang terjadi selama 11 tahun?
NO
NAMA PERUSAHAAN NO TANGGAL LUAS
1 PT. Adel Plantation & Industry
027/Kpts-II/90 13/01/1990 15526
2 PT. Adel Plantations 692/Kpts-II/95 26/12/1995 125003 PT. Adi Mulia Agrolestari 339/Kpts-II/1992 31/03/1992 77265 PT. Agrita Sari Prima 161/Kpts-II/1993 27/03/1993 90007 PT. Agro Jaya Gema Trans 151/Kpts-II/98 27/02/1998 5347610 PT. Arindo Tri Sejahtera 921/Kpts-II/91 30/01/1991 754012 PT. Bumi Palma Lestari
Persada89/Kpts-II/90 25/06/1990 11562
13 PT. Bumi Raksa Nusa Sejati
98/Kpts-II/1993 20/02/1993 93021
15 PT. Cibaliung Tunggal Plantation
787/Kpts-II/1996 20/12/1996 4914
16 PT. Ciliandra Perkasa 590/Kpts-II/1990 6/10/1990 17 PT. Cipta Daya Sejati 256/Kpts-II/1991 8/5/1991 652019 PT. Duta Swakarsa Indah 17/Kpts-II/98 6/6/1998 1353221 PT. Ekadura Indonesia 1999/Kpts-II/88 13/061988 1227722 PT. Flora Wahana Tirta 642/Kpts-II.3/91 24/04/1991 389923 PT. Gandaerah Hendana 806/Kpts-II/1993 30/11/1993 1400024 PT. Gunung Mas Jaya 892/Kpts-II/
95,HK,350/187/BUD.5/III/2001
26/12/1995, 16/03/1989
120888. 12826
25 PT. Hutahean 723/Kpts-II/1989 25/11/1989 506526 PT. Indri Plant 079/Kpts-II/88 27/02/1988 601127 PT. Inecda Plantations 93/Kpts-II/1989,
195/M/XI/198915/05/1989, 18/09/1989
12702, 1785
29 PT. Inti Indo Sawit Subur 664/Kpts-II.3/89, 664/Kpts-II.3/89
31/10/1989, 31/10/1989
2572, 97750
31 PT. Ivomas Tunggal 369/Kpts-II/1990 20/01/1990 2809532 PT. Ivomas Tunggal 369/Kpts-II/90 20/01/1990 2809933 PT. Jatim Jaya Perkasa 135/Kpts-II/1998 24/02/1998 2030034 PT. Kebun Pantai Raja No.112/Kpts-II/1994 10/5/1994 355635 PT. Kimia Tirta Utama (PIR/KKPA) 152/Kpts-II/94 18/04/1994 656036 PT. Lahan Tani Sakti 720/Kpts-II/1988 3/10/1988 1530039 PT. Langgam Inti Hibrido 256/Kpts-II/1995 16/05/1995 1503840 PT. Mega Nusa Inti Sawit HPL.Mentrans
No.Kep.49/Men/199619/04/1996 6000
41 PT. Meridan Sejati Surya Plantation 772/Kpts-II/1993, 264/Kpts-II/1997
18/11/1993, 19/05/1997
5158
42 PT. Mitra Unggul Pusaka 713/Kpts-II/1989 22-11-1990 155743 PT. Murini Wood Indah Industri (First
Resources)331/Kpts-II/1995 3/7/1995 9903
44 PT. Musim Mas 98/Kpts-VII.3/90 20-05-1990 3036045 PT. Mustika Agro Sari 435/Kpts-II/1995 22/08/1995 333046 PT. Mustika Agro Sari HK. 350/ES.719/11.94 4/1/1994 270047 PT. Panca Surya Agrindo 027/Kpts-II/1990 13/01/1990 15526
49 PT. Pusaka Megah Bumi Nusantara 41/IV-/1992 17-02-1992 750 PT. Raja Garuda Mas Sejati 791/Kpts-II/1991 24-09-1991 1179551 PT. Ramajava Pramukti 248/Kpts-8/1991,
437/Kpts-II/199308/05/1991, 09/09/1993
4942, 8356
52 PT. Riau Makmur Sentosa / PT. Surya Dumai Agrindo 2
328/Kpts-II/1997 20/06/1997 10400
53 PT. Riau Sakti United Plantations 1490/Ktps-II/88 10/10/1988 2015754 PT. Rigunas Agri Utama 690/Kpts-II/1992 9/7/1992 2817155 PT. Salim Ivomas Pratama 35/Kpts-II/1990, 785/Kpts-
II/199620/01/1990, 20/12/1996
20373, 2703
56 PT. Sari Lembah Subur 126/Kpts-II/1990 27-02-1990 2500057 PT. Sawit Asahan Indah 182/Kpts-II/1990 16/04/1990 737658 PT. Sekar Bumi Alam Lestari 692/Kpts-II/1991 5/8/1991 650059 PT. Serikat Putera 919/Kpts-II/1991 17-12-1991 933060 PT. Sewangi Sejati Luhur 132/Kpts-V/1990, 79/Kpts-
V/199626/03/1990, 04/03/1996
7500
62 PT. Sindora Seraya 157/Kpts-II/98 26-02-1998 1128464 PT. Surya Agrolika Reksa 725/Kpts-II/1989 27/11/1989 65 PT. Surya Dumai Agrindo 230/Kpts-II 1150666 PT. Surya Inti Sari Raya 1698/Menhut 28/11/1996 555768 PT. Teguh Karsa Wana Lestari 583/Kpts-II/1995 26/12/1995 752569 PT. TH Indo Plantations 831/Kpts-II/1993,
611/kpts-II/199521-12-1993, 15-11-1995
55872, 27750
70 PT. Triomas FDI 05/Menhut-II/06 4/1/2006 1071371 PT. Tunggal Mitra Plantation 794/Kpts-II/96 20/12/1996 279072 PT. Tunggal Mitra Plantation 793/Kpts-II/1996 20/12/1996 209173 PT. Tunggal Perkasa Plantations 809/Kpts-VII.3/91 26/07/1991 500074 PT. Tunggal Yunus Estale 103/Kpts-II/1997 2/12/1997 5242
SK Pelepasan Kawasan Hutan Sebelum 1999
Sumber: Kajian DPRD Provinsi Riau 2015
• Ada Berapa SK Perubahan Fungsi?• Ada Berapa SK Perubahan Peruntukan?• Berapa SK yang dikeluarkan dari tahun 1999 sampai 2011?• Kenapa tidak dimunculkan No SK nya
SK 7651/MENHUT-VII/KUH/2011(30 DESEMBER 2011)
0718
0717
0818
0817 0917
08160716 0916 1016
0815 0915 1015
0914
SK 7651/MENHUT-VII/KUH/2011(30 DESEMBER 2011)
• Apa Sumber data yang merubah peta ini dari SK.173/Kpts-II/1986
• Bagaimana Melacak tidak terjadi pemutihan pelanggaran dalam SK ini?
REKOMENDASI TIM TERPADU(18 OKTOBER 2012)
REKOMENDASI TIM TERPADU(18 OKTOBER 2012)
Sumber data sebagai alat verifikasi tidak memadai
Bagaimana memastikan tidak terjadi pemutihan pelanggaran dalam rekomendasi ini?
0718
0717
0818
0817 0917
08160716 0916 1016
0815 0915 1015
0914
SK 673/MENHUT-II/2014(8 AGUSTUS 2014)
• Tidak Seluruh hasil Kajian Timdu yang disetujui• Tidak ada penjelasan kenapa sebagian tidak
disetujui• Bagaimana memastikan perubahan ini tidak terjadi
pemutihan pelanggaran
(23 SEPTEMBER 2014)
0718
0717
0818
0817 0917
08160716 0916(no data) 1016
0815 0915 1015
0914
?
0718
0717
0818
0817 0917
08160716 0916 1016
0815 0915 1015
0914
SK 878/MENHUT-II/2014(29 SEPTEMBER 2014)
• Ada Dua Versi Peta• Kenapa ada perbedaan
dengan SK 673• Bagaimana Memastikan
Tidak Terjadi PemutihanPelanggaran?
Terdapat gap yang besar antara hasil kajian Timdu dengan SK 878/Menhut-II/2014
Kesimpulan1. Fungsi kawasan hutan yang ditunjuk atau ditetapkan lebih hanya merupakan
sebuah kesepakatan, dan tidak taat pada kriteria fungsi kawasan yang telah diatur dalam peraturan perundangan.
2. Penunjukan/penetapan Fungsi Kawasan lebih didominasi oleh politik penguasaan lahan daripada scientific analisis yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
3. Dalam Perubahan Fungsi dan Peruntukan kawasan Hutan rentan terjadi pemutihan pelanggaran (Kejahatan Peta)
4. Pemukiman dan wilayah masyarakat yang telah ada semenjak ratusan tahun yang lalu banyak yang masih merupakan kawasan hutan (Rentan dikriminalisasi)
5. Rencana Tata Ruang yang disusun tunduk terhadap politik penguasaan ruang dengan mengakomodir keterlanjuran izin dan mengabaikan kriteria pola ruang yang diatur dalam peraturan perundangan (Kejahatan Peta)
6. Baik Pemerintah Provinsi maupun Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah sama sama melanggar peraturan perundangan.
7. Walaupun Fungsi kawasan hutan telah ditetapkan, tetapi karena RTRWP belum ditetapkan rentan terjadi saling lempar tanggungjawab antara kementerian dengan pemerintah provinsi dan kabupaten (Contohnya kebakaran Hutan yang berulang setiap tahun selama 18 tahun)
Rekomendasi• Diharapkan kepada pemerintah Provinsi dan Kementrian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan Segera menemukan solusi awal sehingga RTRWP Riau segera ditetapkan sebagai peraturan daerah yang bersifat sementara untuk mengisi kekosongan hukum.
• Setelah peraturan daerah tentang RTRWP Riau ditetapkan, Pemerintah Provinsi Riau agar segera menyiapkan revisi rencana tata ruang yang baru berdasarkan kriteria yang ditetapkan dalam peraturan perundangan.
• Setelah keluarnya revisi SK 878, Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan agar segera menetapkan kawasan hutan yang baru berdasarkan kriteria yang ditetapkan peraturan perundangan.
• Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan segera melakukan singronisasi vertikal dan horizontal terhadap kriteria fungsi kawasan hutan dalam berbagai peraturan perundangan.
• Agar Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menetapkan metode untuk menguji akuntabilitas dari setiap peta yang pernah di keluarkan.
• Agar kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menetapkan setiap SK beserta lampiran peta yang menyertainya (termasuk diantaranya data yang digunakan untuk membuat peta) menjadi dokumen publik yang tersedia setiap saat, sehingga publik bisa ikut serta menguji setiap produk peta yang dihasilkan