KEMUHAMMADIYAHAN
“Gerakan Muhammadiyah”
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 8
ANGGOTA:
1. Fikri Idul Haq (2011730132)2. Fina Ina Hamidah (2011730133)3. Vera Desniarti (2011730166)
TUTOR:
Dr. H. Yose Rizal, SKM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
JAKARTA
2012/2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia yang
memiliki ciri khas tersendiri. Berbagai macam aliran dan pemahaman tentang Islam
banyak ditemui dalam masyarakat muslim di Indonesia. Berbagai persyarikatan dan
gerakan dakwah ikut pula mewarnai keberagaman kehidupan beragama. Ada beberapa
organisasi massa Islam (ormas Islam) yang cukup dikenal di Indonesia, antara lain
Muhammadiyah, Nahdhatul Ulama, Mathlaul Anwar, dan Persatuan Islam (Persis).
Muhammadiyah dicetuskan oleh seorang ulama yang berpikiran luas dan cerdas K.H.
Ahmad Dahlan dan secara resmi didirikan pada tanggal 08 Dzulhijjah 1330 H / 18
November 1912 M di Jogyakarta. Kondisi umat yang sangat memprihatinkan saat itu
membuat K.H. Ahmad Dahlan terpanggil untuk membuat sebuah gerakan dakwah yang
menyeru kepada amar ma’ruf nahi munkar. K.H. Ahmad Dahlan berusaha
mengembalikan umat kepada ajaran Al-Quran dan Al-Hadits.
Muhammadiyah sebagai salah satu ormas Islam terbesar di Indonesia memiliki posisi
dan peranan yang cukup strategis, baik sebelum Indonesia merdeka maupun setelah
kemerdekaan hingga saat ini. Muhammadiyah bukan saja dikenal sebagai gerakan
dakwah semata, namun dikenal pula sebagai gerakan Tajdid (pembaharu) dan gerakan
kebangsaan (nasional). Muhammadiyah dalam kancah nasional memberikan kontribusi
yang sangat signifikan terutama dalam bidang pendidikan. Lembaga pendidikan yang
dikelola Muhammadiyah banyak tersebar di seluruh nusantara.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Materi yang akan dibahas dalam makalah ini adalah “Landasan Gerakan
Muhammadiyah”. Untuk memberikan kejelasan makna serta menghindari meluasnya
pembahasan, maka masalah yang akan dibahas kami batasi pada :
1. Landasan Idiil/idiologi.
2. Landasan Normatif.
3. Landasan Operasional.
1.3 TUJUAN PENULISAN
Pada dasarnya tujuan penulisan makalah ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu tujuan
umum dan khusus. Tujuan umum dalam penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Filsafat Kemuhammadiyahan. Adapun tujuan khusus dari
penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui landasan gerakan yang digunakan oleh
Muhammadiyah sebagai sebuah persyarikatan, gerakan dakwah, dan gerakan pembaharu
di Indonesia.
1.4 METODE PENULISAN
Dalam proses penyusunan makalah ini kami menggunakan pendekatan motode studi
literature. Yaitu dengan melakukan proses pencarian dan pengumpulan dokumen sebagai
sumber-sumber data dan informasi. Metode ini dipilih karena pada hakekatnya sesuai
dengan kegiatan penyusunan dan penulisan yang hendak dilakukan.
1.5 SISTEMATIKA PENULISAN
Bab I Pendahuluan. Dalam bagian ini penyusun memaparkan beberapa Pokok
permasalahan awal yang berhubungan erat dengan permasalah utama. Pada bagian
pendahuluan ini di paparkan tentang latar belakang masalah batasan, dan rumusan
masalah, tujuan penulisan makalah, metode penulisan dan sistematika penulisan makalah.
Bab II Landasan Gerakan Muhammadiyah. Pada bagian ini merupakan bagian utama
yang hendak dikaji dalam proses penyusunan makalah. Penyusun berusaha untuk
mendeskripsikan berbagai temuan yang berhasil ditemukan dari hasil pencarian
sumber/bahan.
Bab III Kesimpulan. Pada bagian ini penyusun berusaha untuk mengemukakan
terhadap semua permasalahan-permasalahan yang dikemukakan oleh penyusun dalam
perumusan masalah.
BAB II
LANDASAN GERAKAN MUHAMMADIYAH
2.1 LANDASAN IDIIL
K.H. Ahmad Dahlan mendirikan sebuah persyarikan gerakan dakwah dengan nama
“Muhammadiyah” mempunyai makna yang amat positif dan mendalam bagi setiap
muslim di Indonesia. Secara etimologis Muhammadiyah berasal dari kata “Muhammad”
ditambah dengan “yah”. Kata ‘Muhammad” diambil dari nama Rasulullah Muhammad
SAW dan kata “yah” disini bermakna “ya nisbiyyah” yang berarti “yang kepada sesuatu
atau dinisbahkan untuk diikuti”. Dengan demikian Muhammadiyah bermakna pengikut-
pengikut Muhammad Rasulullah SAW.
Dari pengertian tersebut maka pada hakikatnya setiap orang Islam pasti
“Muhammadiyah” karena ia harus mengikuti jejak dan langkah Muhammad SAW.
Secara terminologis menurut K.H.Ahmad Dahlan, Muhammadiyah merupakan
persyarikatan dan gerakan dakwah yang bersumber pada Al-Quran dan Al-Hadits.
Berdasarkan pengetahuan dan wawasan keislaman yang dimiliki, K.H. Ahmad Dahlan
memandang bahwa ajaran Islam sangat mendorong umatnya untuk melakukan amar
ma’ruf nahi munkar. Usaha untuk mewujudkan keselamatan, kebahagiaan, dan
kesejahteraan yang hakiki di dunia dan akhirat tidak dapat dilakukan secara perorangan
melainkan harus dilakukan bersama dalam bentuk “jamaah”. Al Quran menjelaskan hal
tersebut dalam Surat Ali Imran ayat 104.
Artinya :
“Adakahlah diantara kamu segolongan umat yang menyeru manusia kepada Islam,
memerintahkan kebaikan, dan mencegah kemunkaran, karena mereka itulah orang-orang
yang berbahagia”.
Dalam kaitannya sebagai gerakan dakwah, Muhammadiyah memandang bahwa Islam
adalah agama dakwah yang mewajibkan umatnya untuk selalu mendakwahkan ajaran
Islam. Sekecil apapun dan sepahit apapun setiap muslim wajib menyampaikan kebenaran
seperti hadits Rasulullah yang artinya “ Sampaikanlah ajaran dariku (Muhammad)
walaupun satu ayat”.
Muhammadiyah memiliki modal sosial yang cukup besar sebagai gerakan Islam yang
termasuk besar di negeri ini. Organisasi lain boleh lebih besar dari segi kuantitas
anggotanya, namun dari segi kualitas dalam amal usaha, sumber daya manusia,
infrastruktur dan sistem organisasi, serta kepercayaan publik sesungguhnya
Muhammadiyah terbilang unggul. Sebagai organisasi Islam modern Muhammadiyah
termasuk terbesar di dunia Islam. Kondisi ini harus disyukuri sebagai nikmat dan karunia
Allah yang sangat berharga, karena itu potensi yang besar tersebut tidak boleh dibiarkan
laksana genangan danau yang diam, apalagi seperti ”gajah bengkak” yang sulit bergerak.
Organisasi besar seperti Muhammadiyah kadang memiliki kelemahan karena
kebesarannya. Semangat dan kinerja para aktivisnya melemah atau cenderung mengalami
penyakit kemalasan dan kemanjaan. Militansi pun kecil atau mengalami kemunduran
dengan kecenderungan hilangnya sikap gigih, kerja keras, dan tidak jarang muncul sikap
cengeng, mudah patah arang. Muncul sikap elitis dan kehilangan sikap populis. Ukhuwah
atau solidaritas sosial pun lemah atau longgar akibat sikap individualistik dan formalitas
yang tinggi. Kepemimpinan berjalan instrumental sehingga kehilangan daya penggerak.
Amal usaha berjalan sendiri, kadang menjadi kerajaan-kerajaan sendiri, para pengelola
dan mereka yang berada di dalamnya sekadar sibuk dengan mobilitas sendiri atau sekadar
cari penghidupan, yang lepas atau tidak begitu bertautan dengan misi dan kepentingan
Persyarikatan.
Karena kebesarannya, tidak jarang Muhammadiyah sekadar jadi lahan subur bagi
banyak pihak yang ”mencangkuli ladang Persyarikatan” untuk kepentingan mereka
sendiri baik kepentingan paham, politik, maupun hal-hal yang pragmatis, sehingga
Persyarikatan seperti ladang komoditi yang subur. Bagaimana potensi Muhammadiyah
yang besar itu digerakan kembali untuk menjadi kekuatan aktual yang lebih besar?
Kuncinya terletak pada optimalisasi ikhtiar sesuai dengan Firman Allah: man jahada fínâ
lanahdiyannahum subulanâ, barang siapa yang bersungguh-sungguh maka Allah akan
menunjukan jalan-jalan-Nya. Gerakan Muhammadiyah memiliki nilai-nilai ideal yang
meliputi misi, landasan ideal, dan tujuan gerakan. Misi Muhammadiyah meliputi:
1. penegakkan tauhid yang murni;
2. peyebarluasan Islam yang bersumber pada Al-Quran dan As-Sunnah; dan
3. mewujudkan amal Islami dalam kehidupan pribadi, keluarga, dan masyarakat.
Landasan ideal Muhammadiyah meliputi Al-Quran dan As-Sunnah, paham agama
(Muqaddimah Anggaran Dasar dan Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup
Muhammadiyah), Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga, Kepribadian, Khittah,
Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah, dan pemikiran formal lainnya.
Sedangkan tujuan gerakan Muhammadiyah ialah mewujudkan masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya.
Nilai-nilai ideal tersebut haruslah ditanamkan dan disosialisasikan, yang intinya
diinternalisasikan sehingga menjadi darah-daging setiap orang Muhammadiyah dalam
berpikir dan bertindak. Setelah nilai-nilai ideal itu terinternalisasi maka secara kolektif
kemudian membentuk kesadaran untuk bertindak bersama yang menunjukan watak, ciri,
dan sosok orang Muhammadiyah sebagaimana yang semestinya. Inilah yang disebut
dengan internalisasi nilai-nilai Ke-Muhammadiyahan.
Internaslisasi nilai-nilai ideal harus dilakukan simultan ke dalam seluruh anggota di
berbagai stuktur Persyarikatan, termasuk di amal usaha yang selama ini mungkin
cenderung asing, berjalan sendiri, dan lepas dari nilai-nilai fundamental Muhammadiyah.
Tuntutan internalisasi nilai semacam itu bukan merupakan beban tetapi melekat dalam
seluruh bagian struktural di Muhammadiyah sebagai keniscayaan. Termasuk bagi
perorangan yang mengaku anggota Muhammadiyah yang tersebar di berbagai lingkup
kehidupan seperti politisi, pengusaha, birokrat, dan lain-lain. Lebih-lebih bagi pimpinan
Muhammadiyah, yang harus menunjukkan uswah hasanah.
Muhammadiyah lahir, tumbuh, dan berkembang sebagai sebuah sistem yang disebut
organisasi (jam’iyyah, persyarikatan). Kekuatan Muhammadiyah justru terletak pada
organisasinya, yang membuat dirinya tidak tergantung pada figur atau orang.
Sebagaimana layaknya sebuah organisasi, Muhammadiyah dibangun di atas berbagai
komponen yang saling menyangga menjadi satu kesatuan. Komponen personal
menyangkut manusia dengan berbagai latarbelakang dan potensi. Komponen struktural
terdiri atas berbagai organ kelembagaan seperti struktur kepemimpinan persyarikatan
(Pusat hingga Ranting), Majelis, Lembaga, Organisasi Otonom, Amal Usaha, dan
berbagai komponen lainnya.
Agar Muhammadiyah dapat menjalankan usaha, program, dan kegiatannya secara
lebih mudah maka diperlukan sinergi seluruh komponen itu. Sinergi dalam gerakan
bertumpu di atas kesamaan nilai-nilai ideal yang membentuk kesatuan langkah, bukan di
atas dasar kepentingan. Sinergi dibangun di atas semangat ukhuwah sedangkan landasan
ukhuwah yang paling kokoh ialah iman. Dengan ukhuwh yang kokoh maka akan
terbentuk kekuatan sebagai gerakan. Dengan sinergi yang berbasis semangat ukhuwah
maka gerak Muhammadiyah selain akan kokoh juga akan lebih mudah dalam
mewujudkan usaha dan tujuannya. Jangan ada yang merasa bisa bergerak sendiri dalam
Muhammadiyah, apalagi merasa berhasil atau sukses sendiran.
2.2 LANDASAN NORMATIF
Selain landasan idiil, Muhammadiyah juga memiliki landasan normatif yang
memberikan aturan dan panduan dasar dalam melaksanakan kiprahnya. Landasan
normatif tersebut terdiri atas Mukadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah, Kepribadian
Muhammadiyah, Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah, Pedoman
Hidup Islami Muhammadiyah.
1. Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah
Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah (MADM) merupakan rumusan
konsepsi yang bersumberkan Al-Qur’an dan Al-Sunnah tentang pengabdian manusia
kepada Allah, amal, dan perjuangan setiap muslim. MADM ini menjiwai dan
menghembuskan semangat pengabdian dan perjuangan ke dalam tubuh dan seluruh
gerak organisasi Muhammadiyah. Dengan demikian MADM juga menjiwai
Anggaran Dasar Muhammadiyah.
Hidup bermasyarakat itu adalah Sunnah (hukum qudrat-iradat) Allah atas
kehidupan manusia di dunia ini. Masyarakat yang sejahtera, aman, damai, makmur
dan bahagia hanya dapat diwujudkan di atas keadilan, kejujuran, persaudaraan dan
gotong royong, tolong menolong, dengan bersendikan hukum Allah yang sebenar-
benarnya, lepas dari pengaruh syaitan dan hawa nafsu. Agama Allah yang dibawa dan
diajarkan oleh sekalian Nabi yang bijaksana dan berjiwa suci, adalah satu-satunya
pokok hukum dan masyarakat yang utama dan sebaik-baiknya.
Dalam Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah terdapat 7 (tujuh) pokok
pikiran yang merupakan rumusan konsepsi dari Al-Qur’an dan Al-Sunnah. Tujuh
pokok pikiran tersebut adalah:
Hidup manusia harus berdasar Tauhid Allah, bertuhan dan beribadah serta tunduk
dan taat hanya kepada Allah.
Hidup bermasyarakat merupakan sunnatullah.
Hanya dengan hukum Allah tata kehidupan sosial dapat berjalan dan berkembang
secara positif.
Penempatan Islam sebagai sumber hukum tertinggi merupakan kewajiban
manusia.
Agama Islam adalah agama seluruh utusan Allah yang mana pengamalannya
dengan ittiba’Rasul.
Organisasi merupakan alat realisasi ajaran Islam dalam hidup social.
Tujuan dan cita-cita hidup Muhammadiyah adalah terwujudnya masyarakat
utama, adil, makmur yang diridhai Allah SWT.
2. Kepribadian Muhammadiyah
Kepribadian adalah ciri dan sifat-sifat khas Muhammadiyah yang merupakan
manifestasi dari jiwa dan semangat Muhammadiyah, yang mewarnai setiap gerak dan
langkah perjuangan Muhammadiyah harus dimiliki dan dipelihara oleh setiap warga
Muhammadiyah. Mengacu pada Keputusan Muktamar ke 35, Kepribadian
Muhammadiyah memuat 4 hal yaitu pemahaman tentang Muhammadiyah, Dasar
Amal Usaha Muhammadiyah, Pedoman Amal Usaha dan Perjuangan
Muhammadiyah, dan Sifat Muhammadiyah.
a. Apakah Muhammadiyah itu?
Muhammadiyah adalah persyarikatan yang merupakan Gerakan Islam.
Maksud gerakannya adalah Dakwah Islam dan Amar Ma'ruf nahi Munkar yang
ditujukan kepada dua bidang yakni perseorangan dan masyarakat . Dakwah dan
Amar Ma'ruf nahi Munkar pada bidang pertama terbagi kepada dua golongan
yaitu kepada yang telah Islam bersifat pembaharuan (tajdid) dengan
mengembalikan kepada ajaran Islam yang asli dan murni, dan yang kedua kepada
yang belum Islam, bersifat seruan dan ajakan untuk memeluk agama Islam.
Adapun da'wah Islam dan Amar Ma'ruf nahi Munkar bidang kedua, ialah kepada
masyarakat, bersifat kebaikan dan bimbingan serta peringatan. Kesemuanya itu
dilaksanakan dengan dasar taqwa dan mengharap keridlaan Allah semata-mata.
b. Dasar Amal Usaha Muhammadiyah
Dalam perjuangan melaksanakan usahanya menuju terwujudnya masyarakat
Islam yang sebenar-benarnya, dimana kesejahteraan, kebaikan dan kebahagiaan
luas-merata, Muhammadiyah mendasarkan segala gerak dan amal usahanya atas
prinsip-prinsip yang tersimpul dalam Muqaddimah Anggaran Dasar. Prinsip-
prinsip tersebut antar lain :
(1) Hidup manusia harus berdasar tauhid, ibadah, dan taat kepada Allah.
(2) Hidup manusia bermasyarakat.
(3) Mematuhi ajaran-ajaran agama Islam dengan berkeyakinan bahwa ajaran
Islam itu satu-satunya landasan kepribadian dan ketertiban bersama untuk
kebahagiaan dunia akhirat.
(4) Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam dalam masyarakat adalah
kewajiban sebagai ibadah kepada Allah dan ikhsan kepada kemanusiaan.
(5) Ittiba' kepada langkah dan perjuangan Nabi Muhammad SAW.
(6) Melancarkan amal usaha dan perjuangannya dengan ketertiban organisasi.
c. Pedoman amal usaha dan perjuangan Muhammadiyah
Menilik dasar prinsip tersebut di atas, maka apapun yang diusahakan dan
bagaimanapun cara perjuangan Muhammadiyah untuk mencapai tujuannya harus
berpedoman pada prinsip "Berpegang teguh akan ajaran Allah dan Rasul-Nya,
bergerak membangun di segenap bidang dan lapangan dengan menggunakan cara
serta menempuh jalan yang diridlai Allah".
d. Sifat Muhammadiyah
Selain dari beberapa hal yang telah diuraikan tentang kepribadian
Muhammadiyah tersebut, ada beberapa sifat yang menjadi cirri gerakan
Muhammadiyah. Diantaranya adalah :
Beramal dan berjuang untuk perdamaian dan kesejahteraan.
Memperbanyak kawan dan mengamalkan ukhuwah Islamiyah.
Lapang dada, luas pandangan, dengan memegang teguh ajaran Islam.
Bersifat keagamaan dan kemasyarakatan.
Mengindahkan segala hukum, undang-undang, peraturan, serta dasar dan
falsafah negara yang sah.
Amar ma'ruf nahi munkar dalam segala lapangan serta menjadi contoh teladan
yang baik.
Aktif dalam perkembangan masyarakat dengan maksud ishlah dan
pembangunan, sesuai dengan ajaran Islam.
Kerjasama dengan golongan Islam manapun juga dalam usaha menyiarkan
dan mengamalkan agama Islam serta membela kepentingannya.
Membantu pemerintah serta bekerjasama dengan golongan lain dalam
memelihara dan membangun Negara untuk mencapai masyarakat adil dan
makmur yang diridlai Allah SWT.
Bersifat adil serta kolektif ke dalam dan keluar dengan bijaksana.
3. Matan Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah
Rumusan Matan dan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah (idiologi)
ditetapkan dalam sidang Tanwir tahun 1969 di Ponorogo dan direvisi pada tahun
1970 tepatnya pada sidang Tanwir di Yogyakarta. Rumusan tersebut antara lain :
a. Muhammadiyah adalah Gerakan Islam dan Dakwah Amar Ma'ruf Nahi Munkar,
beraqidah Islam dan bersumber pada Al-Qur'an dan Sunnah, bercita-cita dan
bekerja untuk terwujudnya masyarakat utama, adil, makmur yang diridhai Allah
SWT, untuk malaksanakan fungsi dan misi manusia sebagai hamba dan khalifah
Allah di muka bumi.
b. Muhammdiyah berkeyakinan bahwa Islam adalah Agama Allah yang diwahyukan
kepada Rasul-Nya, sejak Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan seterusnya
sampai kepada Nabi penutup Muhammad SAW, sebagai hidayah dan rahmat
Allah kepada umat manusia sepanjang masa, dan menjamin kesejahteraan hidup
materil dan spritual, duniawi dan ukhrawi.
c. Muhammadiyah dalam mengamalkan Islam berdasarkan :
(1) Al-Qur'an: Kitab Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW.
(2) Sunnah Rasul: Penjelasan dan palaksanaan ajaran-ajaran Al-Qur'an yang
diberikan oleh Nabi Muhammad SAW dengan menggunakan akal fikiran
sesuai dengan jiwa ajaran Islam.
d. Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya ajaran-ajaran Islam yang meliputi
bidang-bidang Aqidah, Akhlaq, Ibadah, dan Muammalah.
'Aqidah. Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya aqidah Islam yang murni,
bersih dari gejala-gejala kemusyrikan, bid'ah dan khufarat, tanpa mengabaikan
prinsip toleransi menurut ajaran Islam.
Akhlak. Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya nilai-nilai akhlak mulia
dengan berpedoman kepada ajaran-ajaran Al-Qur'an dan Sunnah rasul, tidak
bersendi kepada nilai-nilai ciptaan manusia.
Ibadah. Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya ibadah yang dituntunkan oleh
Rasulullah SAW, tanpa tambahan dan perubahan dari manusia.
Muamalah Duniawiyah. Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya
mu'amalat duniawiyah (pengolahan dunia dan pembinaan masyarakat) dengan
berdasarkan ajaran Agama serta menjadi semua kegiatan dalam bidang ini
sebagai ibadah kepada Allah SWT.
e. Muhammadiyah mengajak segenap lapisan bangsa Indonesia yang telah mendapat
karunia Allah berupa tanah air yang mempunyai sumber-sumber kekayaan,
kemerdekaan bangsa dan Negara Republik Indonesia yang berdasar pada
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, untuk berusaha bersama-sama
menjadikan suatu negara yang adil dan makmur dan diridhoi Allah SWT
"BALDATUN THAYYIBATUB WA ROBBUN GHOFUR"
Catatan:
Rumusan Matan tersebut telah mendapat perubahan dan perbaikan oleh
Pimpinan Pusat Muhammadiyah:
1) Atas kuasa Tanwir tahun 1970 di Yogyakarta;
2) Disesuaikan dengan Keputusan Muktamar Muhammadiyah ke 41 di
Surakarta.
4. Pedoman Hidup Islami Muhammadiyah
Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah adalah seperangkat nilai dan
norma Islami yang bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah untuk menjadi pola bagi
tingkah laku warga Muhammadiyah dalam menjalani kehidupan sehari-hari sehingga
tercermin kepribadian Islami menuju terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-
benarnya.
Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah merupakan pedoman untuk
menjalani kehidupan dalam lingkup pribadi, keluarga, bermasyarakat,berorganisasi,
mengelola amal usaha, berbisnis, mengembangkan profesi, berbangsa dan bernegara,
melestarikan lingkungan, mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan
mengembangkan seni dan budaya yang menunjukkan perilaku uswah hasanah
(teladan yang baik).
Landasan dan sumber Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah ialah Al
Quran dan Sunnah Nabi yang merupakan pengembangan dan pengayaan dari
pemikiran-pemikiran formal (baku) dalam Muhammadiyah seperti Matan Keyakinan
dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah, Muqaddimah Anggaran Dasar
Muhammadiyah, Matan Kepribadian Muhammadiyah, Khittah Perjuangan
Muhammadiyah, serta hasil-hasil Keputusan Majelis Tarjih.
Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah memiliki beberapa sifat/kriteria
antara lain :
Mengandung hal-hal yang pokok/prinsip dan penting dalam bentuk acuan nilai
dan norma.
Bersifat pengayaan dalam arti memberi banyak khazanah untuk membentuk
keluhuran dan kemulian ruhani dan tindakan.
Aktual, yakni memiliki keterkaitan dengan tuntutan dan kepentingan kehidupan
sehari-hari.
Memberikan arah bagi tindakan individu maupun kolektif yang bersifat
keteladanan.
Ideal, yakni dapat menjadi panduan umum untuk kehidupan sehari-hari yang
bersifat pokok dan utama.
Rabbani, artinya mengandung ajaran-ajaran dan pesan-pesan yang bersifat akhlaqi
yang membuahkan kesalihan.
Taisir, yakni panduan yang mudah difahami dan diamalkan oleh setiap muslim
khususnya warga Muhammadiyah.
Dari beberapa uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tujuan utama dari
Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah adalah terbentuknya perilaku individu
dan kolektif seluruh anggota Muhammadiyah yang menunjukkan keteladanan yang
baik (uswah hasanah) menuju terwujudnya Masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
2.3 LANDASAN OPERASIONAL
Landasan Operasional yang merupakan pijakan bagi persyarikatan Muhammadiyah
dalam menjalankan aktivitas-aktivitas untuk mencapai maksud dan tujuannya meliputi
beberapa hal, antara lain Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART), Khittah
Perjuangan, dan Keputusan-keputusan Muhammadiyah.
1. Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART)
Muhammadiyah sebagai sebuah organisasi secara formal memiliki identitas dan
tata organisasi yang jelas berupa Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
Berikut ini adalah susunan Anggaran Dasar Muhammadiyah yang dihasilkan pada
Muktamar ke-45 yang berlangsung pada tanggal 26 Jumadil Awal s.d. 1 Jumadil
Akhir 1426 H bertepatan dengan tanggal 3 s.d. 8 Juli 2005 M. di Malang :
Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah.
BAB I tentang NAMA, PENDIRI, DAN TEMPAT KEDUDUKAN, terdiri dari
pasal 1,2, dan pasal 3.
BAB II tentang IDENTITAS, ASAS, DAN LAMBANG, terdiri dari pasal 4 dan
pasal 5.
BAB III tentang MAKSUD DAN TUJUAN SERTA USAHA, terdiri dari pasal 6
dan pasal 7.
BAB IV tentang KEANGGOTAAN, terdiri dari pasal 8.
BAB V tentang SUSUNAN DAN PENETAPAN ORGANISASI, terdiri dari
pasal 9 dan pasal 10.
BAB VI tentang PIMPINAN, terdiri dari pasal 11,12,13,14,15,16,17,18,dan pasal
19.
BAB VII tentang UNSUR PEMBANTU PIMPINAN, terdiri dari pasal 20.
BAB VIII tentang ORGANISASI OTONOM, terdiri dari pasal 21.
BAB IX tentang PERMUSYAWARATAN, terdiri dari pasal 22, 23, 24, 25, 26,
27, 28, 29, 30, dan pasal 31.
BAB X tentang RAPAT, terdiri dari pasal 32, 33, dan pasal 34.
BAB XI tentang KEUANGAN DAN KEKAYAAN, terdiri dari pasal 35, 36, dan
pasal 37.
BAB XII tentang LAPORAN, terdiri dari pasal 38.
BAB XIII tentang ANGGARAN RUMAH TANGGA, terdiri dari pasal 39.
BAB XIV tentang PEMBUBARAN, terdiri dari pasal 40.
BAB XV tentang PERUBAHAN, terdiri dari pasal 41.
BAB XVI tentang PENUTUP, terdiri dari pasal 42.
Sedangkan Anggaran Dasar yang dihasilkan pada Muktamar tersebut terdiri dari
38 pasal yang mengatur secara jelas tentang hal-hal yang berkaitan dengan
Muhammadiyah sebagai sebuah organisasi.
2. Khittah Perjuangan Muhammadiyah
Perkembangan masyarakat Indonesia, baik yang disebabkan oleh daya dinamik
dari dalam ataupun karena persentuhan dengan kebudayaan dari luar, telah
menyebabkan perubahan tertentu. Perubahan itu menyangkut seluruh segi kehidupan
masyarakat, diantaranya bidang sosial, ekonomi, politik dan kebudayaan, yang
menyangkut perubahan strukturil dan perubahan pada sikap serta tingkah laku dalam
hubungan antar manusia.
Muhammadiyah sebagai gerakan, dalam mengikuti perkembangan dan perubahan
itu, senantiasa mempunyai kepentingan untuk melaksanakan amar ma'ruf nahi-
mungkar, serta menyelenggarakan gerakan dan amal usaha yang sesuai dengan
lapangan yang dipilihnya ialah masyarakat, sebagai usaha Muhammadiyah untuk
mencapai tujuannya: "menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga
terwujud masyarakat utama, adil dan makmur yang diridlai Allah SWT. Dalam
melaksanakan usaha tersebut, Muhammadiyah berjalan diatas prinsip gerakannya,
seperti yang dimaksud di dalam Matan Keyakinan Cita-cita Hidup Muhammadiyah.
Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah itu senantiasa menjadi landasan
gerakan Muhammadiyah, juga bagi gerakan dan amal usaha dan hubungannya dengan
kehidupan masyarakat dan ketatanegaraan, serta dalam bekerjasama dengan golongan
Islam lainnya.
Muhammadiyah dan Masyarakat
Sesuai dengan khittahnya, Muhammadiyah sebagai Persyarikatan memilih dan
menempatkan diri sebagai Gerakan Islam amar-ma'ruf nahi mungkar dalam
masyarakat, dengan maksud yang terutama ialah membentuk keluarga dan
masyarakat sejahtera sesuai dengan Dakwah Jamaah.
Di samping itu Muhammadiyah menyelenggarakan amal-usaha seperti tersebut
pada Anggaran Dasar Pasal 4, dan senantiasa berikhtiar untuk meningkatkan mutunya
Penyelenggaraan amal-usaha, tersebut merupakan sebagian ikhtiar Muhammadiyah
untuk mencapai Keyakinan dan Cita-Cita Hidup yang bersumberkan ajaran Islam dan
bagi usaha untuk terwujudnya masyarakat utama, adil dan makmur yang diridlai
Allah SWT.
Muhammadiyah dan Politik
Dalam bidang politik Muhammadiyah berusaha sesuai dengan khittahnya: dengan
dakwah amar ma ma'ruf nahi mungkar dalam arti dan proporsi yang sebenar-
benarnya, Muhammadiyah harus dapat membuktikan secara teoritis konsepsionil,
secara operasionil dan secara kongkrit riil, bahwa ajaran Islam mampu mengatur
masyarakat dalam Negara Republik Indonesia yang berdasar Pancasila dan Undang
Undang Dasar 1945 menjadi masyarakat yang adil dan makmur serta sejahtera,
bahagia, materiil dan spirituil yang diridlai Allah SWT. Dalam melaksanakan usaha
itu, Muhammadiyah tetap berpegang teguh pada kepribadiannya.
Usaha Muhammadiyah dalam bidang politik tersebut merupakan bagian
gerakannya dalam masyarakat, dan dilaksanakan berdasarkan landasan dan peraturan
yang berlaku dalam Muhammadiyah. Dalam hubungan ini Muktamar
Muhammadiyah ke-38 telah menegaskan bahwa :
Muhammadiyah adalah Gerakan Dakwah Islam yang beramal dalam segala
bidang kehidupan manusia dan masyarakat, tidak mempunyai hubungan
organisatoris dengan dan tidak merupakan afiliasi dari sesuatu Partai Politik atau
Organisasi apapun.
Setiap anggota Muhammadiyah sesuai dengan hak asasinya dapat tidak memasuki
atau memasuki organisasi lain, sepanjang tidak menyimpang dari Anggaran
Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam
Persyarikatan Muhammadiyah.
Muhammadiyah dan Ukhuwah Islamiyah
Sesuai dengan kepribadiannya, Muhammadiyah akan bekerjasama dengan
golongan Islam manapun juga dalam usaha menyiarkan dan mengamalkan Agama
Islam serta membela kepentingannya. Dalam melakukan kerjasama tersebut,
Muhammadiyah tidak bermaksud menggabungkan dan mensubordinasikan
organisasinya dengan organisasi atau institusi lainnya.
Berdasarkan landasan serta pendirian tersebut di atas dan dengan memperhatikan
kemampuan dan potensi Muhammadiyah dan bagiannya, perlu ditetapkan langkah
kebijaksanaan sebagai berikut :
Memulihkan kembali Muhammadiyah sebagai Persyarikatan yang menghimpun
sebagian anggota masyarakat, terdiri dari muslimin dan muslimat yang beriman
teguh, ta'at beribadah, berakhlaq mulia, dan menjadi teladan yang baik di tengah-
tengah masyarakat.
Meningkatkan pengertian dan kematangan anggota Muhammadiyah tentang hak
dan kewajibannya sebagai warga negara, dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan meningkatkan kepekaan sosialnya terhadap persoalan-persoalan
dan kesulitan hidup masyarakat.
Menepatkan kedudukan Persyarikatan Muhammadiyah sebagai gerakan untuk
melaksanakan dakwah amar-ma'ruf nahi-mungkar ke segenap penjuru dan lapisan
masyarakat serta di segala bidang kehidupan di Negara Republik Indonesia yang
berdasar Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945.
Keputusan Muktamar Muhammadiyah ke-40 di Surabaya
Khitah Perjuangan dalam Kehidupan Bernegara dan Bernegara
Muhammadiyah adalah Gerakan Islam yang melaksanakan da'wah amar ma'ruf
nahi munkar dengan maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi Agama
Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Muhammadiyah
berpandangan bahwa Agama Islam menyangkut seluruh aspek kehidupan meliputi
aqidah, ibadah, akhlaq, dan mu'amalat dunyawiyah yang merupakan satu kesatuan
yang utuh dan harus dilaksanakan dalam kehidupan perseorangan maupun kolektif.
Dengan mengemban misi gerakan tersebut Muhammadiyah dapat mewujudkan atau
mengaktualisasikan Agama Islam menjadi rahmatan lil-'alamin dalam kehidupan di
muka bumi ini.
Muhammadiyah berpandangan bahwa berkiprah dalam kehidupan bangsa dan
negara merupakan salah satu perwujudan dari misi dan fungsi melaksanakan da'wah
amar ma'ruf nahi munkar sebagaimana telah menjadi panggilan sejarahnya sejak
zaman pergerakan hingga masa awal dan setelah kemerdekaan Indonesia. Peran
dalam kehidupan bangsa dan negara tersebut diwujudkan dalam langkah-langkah
strategis dan taktis sesuai kepribadian, keyakinan dan cita-cita hidup, serta khittah
perjuangannya sebagai acuan gerakan sebagai wujud komitmen dan tanggungjawab
dalam mewujudkan "Baldatun Thoyyibatun Wa Rabbun Ghafur".
Bahwa peran dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dapat dilakukan melalui
dua strategi dan lapangan perjuangan. Pertama, melalui kegiatan-kegiatan politik
yang berorientasi pada perjuangan kekuasaan/kenegaraan (real politics, politik
praktis) sebagaimana dilakukan oleh partai-partai politik atau kekuatan-kekuatan
politik formal di tingkat kelembagaan negara. Kedua, melalui kegiatan-kegiatan
kemasyarakatan yang bersifat pembinaan atau pemberdayaan masyarakat maupun
kegiatan-kegiatan politik tidak langsung (high politics) yang bersifat mempengaruhi
kebijakan negara dengan perjuangan moral (moral force) untuk mewujudkan
kehidupan yang lebih baik di tingkat masyarakat dan negara sebagaimana dilakukan
oleh kelompok-kelompok kepentingan.
Muhammadiyah secara khusus mengambil peran dalam lapangan kemasyarakatan
dengan pandangan bahwa aspek kemasyarakatan yang mengarah kepada
pemberdayaan masyarakat tidak kalah penting dan strategis daripada aspek
perjuangan politik kekuasaan. Perjuangan di lapangan kemasyarakatan diarahkan
untuk terbentuknya masyarakat utama atau masyarakat madani (civil society) sebagai
pilar utama terbentuknya negara yang berkedaulatan rakyat.
Peran kemasyarakatan tersebut dilakukan oleh organisasi-organisasi
kemasyarakatan seperti halnya Muhammadiyah. Sedangkan perjuangan untuk meraih
kekuasaaan (power struggle) ditujukan untuk membentuk pemerintahan dalam
mewujudkan tujuan negara, yang peranannya secara formal dan langsung dilakukan
oleh partai politik dan institusi-institusi politik negara melalui sistem politik yang
berlaku. Kedua peranan tersebut dapat dijalankan secara objektif dan saling terkait
melalui bekerjanya sistem politik yang sehat oleh seluruh kekuatan nasional menuju
terwujudnya tujuan negara.
Muhammadiyah sebagai organisasi sosial-keagamaan (organisasi
kemasyarakatan) yang mengemban misi da'wah amar ma'ruf nahi munkar senantiasa
bersikap aktif dan konstruktif dalam usaha-usaha pembangunan dan reformasi
nasional sesuai dengan khittah (garis) perjuangannya serta tidak akan tinggal diam
dalam menghadapi kondisi-kondisi kritis yang dialami oleh bangsa dan negara.
Karena itu, Muhammadiyah senantiasa terpanggil untuk berkiprah dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara dengan berdasarkan pada khittah perjuangan
sebagai berikut :
Muhammadiyah meyakini bahwa politik dalam kehidupan bangsa dan negara
merupakan salah satu aspek dari ajaran Islam dalam urusan keduniawian (al-umur
ad-dunyawiyat) yang harus selalu dimotivasi, dijiwai, dan dibingkai oleh nilai-
nilai luhur agama dan moral yang utama. Karena itu diperlukan sikap dan moral
yang positif dari seluruh warga Muhammadiyah dalam menjalani kehidupan
politik untuk tegaknya kehidupan berbangsa dan bernegara.
Muhammadiyah meyakini bahwa negara dan usaha-usaha membangun kehidupan
berbangsa dan bernegara, baik melalui perjuangan politik maupun melalui
pengembangan masyarakat, pada dasarnya merupakan wahana yang mutlak
diperlukan untuk membangun kehidupan di mana nilai-nilai Ilahiah melandasi
dan tumbuh subur bersamaan dengan tegaknya nilai-nilai kemanusiaan, keadilan,
perdamaian, ketertiban, kebersamaan, dan keadaban untuk terwujudnya "Baldatun
Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur".
Muhammadiyah memilih perjuangan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
melalui usaha-usaha pembinaan atau pemberdayaan masyarakat guna
terwujudnya masyarakat madani (civil society) yang kuat sebagaimana tujuan
Muhammadiyah untuk mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Sedangkan hal-hal yang berkaitan dengan kebijakan-kebijakan kenegaraan
sebagai proses dan hasil dari fungsi politik pemerintahan akan ditempuh melalui
pendekatan-pendekatan secara tepat dan bijaksana sesuai prinsip-prinsip
perjuangan kelompok kepentingan yang efektif dalam kehidupan negara yang
demokratis.
Muhammadiyah mendorong secara kritis atas perjuangan politik yang bersifat
praktis atau berorientasi pada kekuasaan (real politics) untuk dijalankan oleh
partai-partai politik dan lembaga-lembaga formal kenegaraan dengan sebaik-
baiknya menuju terciptanya sistem politik yang demokratis dan berkeadaban
sesuai dengan cita-cita luhur bangsa dan negara. Dalam hal ini perjuangan politik
yang dilakukan oleh kekuatan-kekuatan politik hendaknya benar-benar
mengedepankan kepentingan rakyat dan tegaknya nilai-nilai utama sebagaimana
yang menjadi semangat dasar dan tujuan didirikannya negara Republik Indonesia
yang diproklamasikan tahun 1945.
Muhammadiyah senantiasa memainkan peranan politiknya sebagai wujud dari
dakwah amar ma'ruf nahi munkar dengan jalan mempengaruhi proses dan
kebijakan negara agar tetap berjalan sesuai dengan konstitusi dan cita-cita luhur
bangsa. Muhammadiyah secara aktif menjadi kekuatan perekat bangsa dan
berfungsi sebagai wahana pendidikan politik yang sehat menuju kehidupan
nasional yang damai dan berkeadaban.
Muhammadiyah tidak berafiliasi dan tidak mempunyai hubungan organisatoris
dengan kekuatan-kekuatan politik atau organisasi manapun. Muhammadiyah
senantiasa mengembangkan sikap positif dalam memandang perjuangan politik
dan menjalankan fungsi kritik sesuai dengan prinsip amar ma'ruf nahi munkar
demi tegaknya sistem politik kenegaraan yang demokratis dan berkeadaban.
Muhammadiyah memberikan kebebasan kepada setiap anggota Persyarikatan
untuk menggunakan hak pilihnya dalam kehidupan politik sesuai hati nurani
masing-masing. Penggunaan hak pilih tersebut harus merupakan tanggungjawab
sebagai warga negara yang dilaksanakan secara rasional dan kritis, sejalan dengan
misi dan kepentingan Muhammadiyah, demi kemaslahatan bangsa dan negara.
Muhammadiyah meminta kepada segenap anggotanya yang aktif dalam politik
untuk benar-benar melaksanakan tugas dan kegiatan politik secara sungguh-
sungguh dengan mengedepankan tanggung jawab (amanah), akhlak mulia (akhlaq
al-karimah), keteladanan (uswah hasanah), dan perdamaian (ishlah). Aktifitas
politik tersebut harus sejalan dengan upaya memperjuangkan misi Persyarikatan
dalam melaksanakan da'wah amar ma'ruf nahi munkar.
Muhammadiyah senantiasa bekerjasama dengan pihak atau golongan mana pun
berdasarkan prinsip kebajikan dan kemaslahatan, menjauhi kemudharatan, dan
bertujuan untuk membangun kehidupan berbangsa dan bernegara ke arah yang
lebih baik, maju, demokratis dan berkeadaban.
3. Visi dan Misi Muhammadiyah
Setiap organisasi, termasuk Muhamma-diyah, tentu memiliki misi tertentu yang
diembannya. Sejak sebuah organisasi didirikan, para pendirinya sudah merancangkan
langkah-langkah strategis apa yang perlu dilakukan, agar cita-cita yang ingin dicapai
dengan mendirikan organisasi itu bisa diwujudkan. Misi yang merupakan tugas utama
organisasi yang sifatnya mendasar dan fundamental, mempunyai posisi dan peranan
yang sangat penting dan strategis bagi sebuah organisasi.
Di samping misi itu menjadi semacam “penuntun” bagi semua komponen
organisasi kearah pencapaian tujuan yang telah ditetapkan, ia juga menjadi pembeda
antara organisasi yang satu dengan organisasi lainnya yang bergerak di bidang yang
serupa. Dengan perkataan lain, misi membentuk organisasi memiliki ciri yang khas,
yang membedakannya dari organisasi lainnya yang sejenis.
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang berlandaskan Al-Qur'an dan As-
Sunnah dengan watak tajdid yang dimilikinya senantiasa istiqomah dan aktif dalam
melaksanakan dakwah Islam amar ma'ruf nahi munkar di semua bidang dalam upaya
mewujudkan Islam sebagai rahmatan lil'alamin menuju terciptanya/terwujudnya
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Muhammadiyah sebagai gerakan Islam,
dakwah amar ma'ruf nahi munkar memiliki misi :
a. Menegakkan keyakinan tauhid yang murni sesuai dengan ajaran Allah SWT yang
dibawa oleh para Rasul sejak Nabi Adam as. hingga Nabi Muhammad saw.
b. Memahami agama dengan menggunakan akal fikiran sesuai dengan jiwa ajaran
Islam untuk menjawab dan menyelesaikan persoalan-persoalan kehidupan.
c. Menyebar luaskan ajaran Islam yang bersumber pada Al-Qur'an sebagai kitab
Allah terakhir dan Sunnah Rasul untuk pedoman hidup umat manusia.
d. Mewujudkan amalan-amalan Islam dalam kehidupan pribadi, keluarga dan
masyarakat.
BAB III
KESIMPULAN
Indonesia merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia yang memiliki ciri
khas tersendiri. Berbagai macam aliran dan pemahaman tentang Islam banyak ditemui dalam
masyarakat muslim di Indonesia. Berbagai persyarikatan dan gerakan dakwah ikut pula
mewarnai keberagaman kehidupan beragama. Ada beberapa organisasi massa Islam (ormas
Islam) yang cukup dikenal di Indonesia, antara lain Muhammadiyah, Nahdhatul Ulama, Mathlaul
Anwar, dan Persatuan Islam (Persis).
Berdasarkan pengetahuan dan wawasan keislaman yang dimiliki, K.H. Ahmad Dahlan
memandang bahwa ajaran Islam sangat mendorong umatnya untuk melakukan amar ma’ruf nahi
munkar. Usaha untuk mewujudkan keselamatan, kebahagiaan, dan kesejahteraan yang hakiki di
dunia dan akhirat tidak dapat dilakukan secara perorangan melainkan harus dilakukan bersama
dalam bentuk “jamaah”. Al Quran menjelaskan hal tersebut dalam Surat Ali Imran ayat 104 yang
artinya “Adakanlah diantara kamu segolongan umat yang menyeru manusia kepada Islam,
memerintahkan kebaikan, dan mencegah kemunkaran, karena mereka itulah orang-orang yang
berbahagia”.
Dalam kaitannya sebagai gerakan dakwah, Muhammadiyah memandang bahwa Islam adalah
agama dakwah yang mewajibkan umatnya untuk selalu mendakwahkan ajaran Islam. Sekecil
apapun dan sepahit apapun setiap muslim wajib menyampaikan kebenaran seperti hadits
Rasulullah yang artinya “ Sampaikanlah ajaran dariku (Muhammad) walaupun satu ayat”.
Landasan ideal Muhammadiyah meliputi Al-Quran dan As-Sunnah, paham agama
(Muqaddimah Anggaran Dasar dan Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah),
Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga, Kepribadian, Khittah, Pedoman Hidup Islami Warga
Muhammadiyah, dan pemikiran formal lainnya. Sedangkan tujuan gerakan Muhammadiyah ialah
mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Selain landasan idiil, Muhammadiyah juga memiliki landasan normatif yang memberikan
aturan dan panduan dasar dalam melaksanakan kiprahnya. Landasan normatif tersebut terdiri atas
Mukadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah, Kepribadian Muhammadiyah, Matan Keyakinan
dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah, Pedoman Hidup Islami Muhammadiyah.
Landasan Operasional yang merupakan pijakan bagi persyarikatan Muhammadiyah dalam
menjalankan aktivitas-aktivitas untuk mencapai maksud dan tujuannya meliputi beberapa hal,
antara lain Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART), Khittah Perjuangan, dan
Keputusan-keputusan Muhammadiyah.
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang berlandaskan Al-Qur'an dan As-Sunnah dengan
watak tajdid yang dimilikinya senantiasa istiqomah dan aktif dalam melaksanakan dakwah Islam
amar ma'ruf nahi munkar di semua bidang dalam upaya mewujudkan Islam sebagai rahmatan
lil'alamin menuju terciptanya/terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.