Kelindan sains dan budaya: Masa depan peradaban di IndonesiaMelani Budianta (FIBUI)
Komisi Kebudayaan, AIPI
Sains dan pengetahuan tradisional
• Hilmar Farid: “Sains sebenarnya berasal dari pengetahuan tradisional/kearifan lokal yang kemudian dikodifikasikan”(Webinar AIR sarasehan Kebudayaan Bangsa Samudra, 31 Juli)
• Pengetahuan tradisional disebut sebagai “kearifan” karena terkait dengan wawasan budaya
Pengetahuan tradisional – wawasan budayaAkupunktur terkait dengan wawasan budaya China tentang kesehatanholistik (satu titik di tubuh terkait dengan keseluruhan tubuh).
Acupuncture and related forms of Oriental body work, such as shiatsu and acupressure, have become increasingly part of the complementary and alternative health care in the last twenty years in the United States. Yet most consumers and professionals, nurses included, know little or nothing about the philosophical and diagnostic underpinnings of these forms of treatment. The frameworks underlying these modalities are intrinsically holistic, and provide an interesting model lfor care givers]” (Beal, W.W., 2000: abstract).
Wawasan budaya - sains
• Praktik Sasi (tabu/larangan untuk memanen ikan dalam waktutertentu) terkait dengan pengetahuan tentang masa ikan bertelur
• Sistem untuk menjaga keberlangsungan spesies
• Sistem konservasi sumber daya alam
Inovasi kreatif untuk menjaga keamananlingkungan
SENI, PENGAWASAN KEAMAMANAN,TEKNOLOGI
Budaya ketahanan pangan
RITUAL KA UWI, RAJAWOWO, ENDE,
KERAGAMAN UMBI-UMBIAN LOKAL
Strategi dan adaptasi terhadap perubahanzaman • Bencana/pandemi
• Kerusakan alam:
• Mentalitas transaksional
• Terlupakannya kekayaan tradisi lokal
• Gerusan urbanitas
Pengetahuan modern – Pengetahuantradisional• Dikotomi pengetahuan modern (berbasis rasionalitas, hukum-hukum
yang teruji dan terverifikasi dengan standar replikasi) dan pengetahuan tradisional (tidak terkodifikasi, berbasis akumulasipengalaman yang diturunkan dalam bentuk lisan, seringkali tanpapenjelasan logis)
• Pengetahuan modern (dikembangkan dan diproduksi terutama dariEropa) menjadi hegemonik – meminggirkan pengetahuan lokalsebagai tahyul, mitos, yang tak berdasar dan tidak rasional)
• Akibatnya pengetahuan tradisional nyaris punah, padahal –akupunktur, sistem pengobatan herbal di China – ketika terusdikembangkan pada akhirnya melengkapi sistem pengobatan modern
Kaitan sains dan budaya
• Paradigma post-struktural (filsafat maupun teori-teori kritis di sosial-humaniora): realitas fisik tak bisa dilepaskan dari persepsi manusia. Persepsi manusia tidak bisa dilepaskan dari konstruksi sosial(bagaimana manusia diajarkan untuk melihat, memahami, memberipenilaian)
• The so-called fathers of modern medicine were largely white, heterosexual, cisgender men—with the culture of medicine recreating itself in this image ever since (Sharma, M, 2019: hal 570).
• Western medicine often operates under the notion that it is value neutral, an occurrence that has been referred to as the “culture of no culture” (Sharma, M, 2019, hal 571).
Mathematics and Culture
Masalah Pengetahuan modern
• Pengetahuan modern membuat “disiplin” yang membatasi satuwilayah ilmu dengan wilayah ilmu lain
• Pengetahuan modern bersifat sekuler (memisahkan diri dari ranahkepercayaan/spiritualitas)
• Pengetahuan modern seakan-akan terpisah dari budaya (tidakdiwarnai oleh budaya)
• Pemisahan sains dan sosial-humaniora
• Dikotomi kuantitatif, kualitatif (makro-mikro), ego antar-disiplin
• Kecenderungan sub-spesialisasi pada pengetahuan modern (vs holism dalam pengetahuan tradisional)
Terhapusnya kearifan lokal dan pengetahuantradisional• Saat ini pengetahuan tradisional, bahasa lokal terancam bukan hanya oleh
dominasi pengetahuan modern tetapi juga oleh gerusan perubahan zaman
• Komunitas budaya yang mempunyai ingatan kolektif (menghidupi kearifan): tergusur
• Hutan dan sumberdaya alam (tempat pengetahuan itu hidup) semakinhabis oleh industri ekstraktif, pengalihan lahan untuk pemukiman dan industri, gaya hidup konsumptif yang membawa polusi dan kerusakan
(Bekasi: jenis-jenis ikan yang hilang, beralihnya mata pencaharian dari
berkebun/berladang/bertani/nelayan – tenaga kasar di kota)
Kotak Pandora Pandemi
• Pandemi bukan masalah ilmu-ilmu kesehatan dan ilmu ekonomi belaka
• Pandemi: masalah multi dimensi yang tidak bisadipecahkan dari satu pendekatan keilmuan
Ketangguhan sosial budaya (cultural resilience)• Selama ini :
pendekatankesehatan danpendekatanekonomidibicarakan
• Padahalketangguhanbudayamenjadi kunciuntukmelandasi danmengikatkeduanya
Ketangguhan
budaya
EkonomiKesehatan
Krisis Ekologis Global
Kerusakan alam, Berkurangnya
Keragaman hayati
Peningkatanpopulasimanusia
Penyusutan pohon, hutan, airPeningkatan ozon dan emisi karbonPandemi – penyakit zoonosis
KESERAKAHAN POLA KONSUMSI MANUSIA
BENCANA BUATAN MANUSIA
Kerusakan habitatKepunahan spesies
Kesenjangan sosial ekonomi
Ketidakadilan/Perampasan ruang hidupdan penghidupan kelompok marjinal(gender dan interseksionalitas)
Ancaman terhadap keragaman budaya, pengetahuan/kearifan lokal, hilangnyaidentitas pertanian
EKONOMI PERTUMBUHAN DAN INDUSTRI EKSTRAKTIF YANG MERUSAK ALAM: KAPITALISME GLOBAL
Tekanan terhadapdaya dukung dan daya lenting bumi
Cuaca ekstrem, bencana alam
Sumber: Rangkuman Diskusi Paripurna KK-KIPD AIPI 22 APRIL 2021
BUDAYA
PARADIGMA
State-Society
governance
Teknologi &
sains
EkonomiPolitik
Manusia&komunitas
LINGKUNGANALAM
KRISIS EKOSISTEMKRISIS PARADIGMAKRISIS PEMERINTAHAN/
KENEGARAAN TATANAN GLOBAL
SUMBER: RANGKUMAN DISKUSI INTERAKTIF DARING KK-KIPD, KAMIS 22 APRIL 2021
Kearifan dalam Perubahan?
• Perubahan adalah sebuah kepastian
• Meromantisir masa lalu atau meratapi yang hilang tidak ada gunanya.
• Pengembangan ilmu berbasis pengetahuan modern yang kritisterhadap paradigma, praktik dan keterbatasan
• Membuka wawasan terhadap pengetahuan tradisional – denganpendekatan lintas, multi, trans-disiplin?
• Memasuki revolusi industri 5.0 ketika manusia memasuki era kecerdasan artifisial
• Kecerdasan artifisial dan kearifan budaya? Apakah dapat bersinergi?
Mengembalikan kelindan sains dan budaya
1. Dialog lintas disiplin dalam pengetahuan modern2. Isu-isu multi-dimensi “dikeroyok” bersama untuk memetakan keterkaitan
lintas budaya3. Dialog trans-disiplin dengan pengetahuan tradisional yang terus
dikembangkan dan digali landasan filosofinya, kaitan dengan kearifansosial-ekologi, dan keterkaitannya dengan sains.
4. Indonesia: kekayaan budaya, keragaman hayati (keduanya terancam) 5. Paradigma neoliberal sedang krisis : memerlukan kearifan dan peradaban
baru yang ekologis dan holistik : menawarkan gaya hidup baru ketikakemajuan (5.0) selaras dengan alam dan kemanusiaan
6. Kelindan sains dan budaya kunci memajukan peradaban di Indonesia
Beberapa pengalaman
• PINTERMIDI
• Tim Lintas Disiplin Edukasi Covid-19
• Gerakan Lumbung Budaya (Jejaring Budaya Kampung)
• Kolaborasi kementerian & aktifis budaya kampung/ desa (UU Pemajuan Budaya, Desa Pemajuan Kebudayaan, UU Desa, DesaTanggap Budaya)
• Konsep Lumbung Budaya Desa
Konsep Lumbung
leuit ( Bahasa Sunda), lumbuang (Bahasa Minang), baradang( bahasa Batak Simalungun)
Michael Northcott(2019)Acuanperjanjianlama: MimpiYusuf danLumbungsebagaiketahananpangan –pusatperadaban
Lumbung pangan, Lumbung Budaya, Lumbung Pengetahuan• Lumbung: sistem lumbung pangan untuk keberlanjutan (di masa paceklik)• Sistem keluarga dengan ketahanan pangan (sayur dan lele di pekarangan)• Budidaya kekhasan bibit lokal yang diunggulkan• Laboratorium keanekaragaman hayati (keragaman pangan) di desa
(Warung Ilmiah Lapangan UI)• Konsep Lumbung budaya Desa/kampung/komunitas (sejarah desa, memori
kolektif, cagar budaya, seni-tradisi, ritual, praksis budaya, kuliner, bahasadst)
• Cultural commoning (gotong royong, organisasi secara kolektif untukmembangun ketahanan budaya komunitas)
• Kampung/desa sebagai lumbung pengetahuan (wisata desa, pendidikanberbasis komunitas)
Cultural Commons as alternative to State/Capital Privatization
“… many current campaigns to resist incorporation into the widening circuits of capitalism are grounded in a shared commitment to keeping alive ‘the commons’ and the collective practices around them that create and sustain community and its ecological bases … ” (Vinay Gidwani and Amita Baviskar, 2011:42-43)
MembangunLumbung Budaya
Desa/kampung
3) sonjo kampung: saling kunjungmengunjungi
untuk berbagi ide, pengalaman dan
pengetahuan, saling menunjang,
menyelesaikankonflik antar desa
2) keriaan gotongroyong:
festival, ritual, pasar kuliner,pertunjukan
kesenian
1) Membangunsejarah/narasi
kampung, museum hidup, menghidupkan
lembaga adat, menghimpun kembali
ingatan kolektif, petatah-petitih, mitos,
tradisi
Memaknaiulang
konseplokal
Jejaring digital untukaktivisme desa/kampug
URBAN KAMPUNGRURAL KAMPUNG
URBAN MIGRATION
MUDIK: RETURNING
TO VILLAGE
COMMONING
UNIVERSITIES
NGO
STATE/LOCAL
GOVERNMENT
PRIVATE/CAPITAL
artists
Activist
Informal leader
Religious
groups
DIGITALLY MEDIATED INTERACTION
Mengembalikan kelindan sains dan budaya
1. Dialog lintas disiplin dalam pengetahuan modern2. Isu-isu multi-dimensi “dikeroyok” bersama untuk memetakan keterkaitan
lintas budaya3. Dialog trans-disiplin dengan pengetahuan tradisional yang terus
dikembangkan dan digali landasan filosofinya, kaitan dengan kearifansosial-ekologi, dan keterkaitannya dengan sains.
4. Indonesia: kekayaan budaya, keragaman hayati (keduanya terancam) 5. Paradigma neoliberal sedang krisis : memerlukan kearifan dan peradaban
baru yang ekologis dan holistik : menawarkan gaya hidup baru ketikakemajuan (5.0) selaras dengan alam dan kemanusiaan
6. Kelindan sains dan budaya kunci memajukan peradaban di Indonesia