KELOMPOK 3
1. Afifah Arum Meylany
2. Nur Fauzia
3. Nur Khairunnisa
4. Santi Dwi Wulandari
5. Tiyari Liyana
XI – MIA 2
A. PERJANJIAN RENVILLE
LATAR BELAKANG
Perjanjian Renville diambil dari nama sebutan kapal perang milikAmerika Serikat yang dipakai sebagai tempat perundingan antarapemerintah Indonesia dengan pihak Belanda, dan KTN sebagaiperantaranya. Dalam perundingan itu, delegasi Indonesia diketuai olehPerdana Menteri Amir Syarifuddin dan pihak Belanda menempatkanseorang Indonesia yang bernama Abdulkadir Wijoyoatmojo sebagaiketua delegasinya. Penempatan Abdulkadir Wijoyoatmojo inimerupakan siasat pihak Belanda dengan menyatakan bahwapertikaian yang terjadi antara Indonesia dengan Belanda merupakanmasalah dalam negeri Indonesia dan bukan menjadi masalahinternasional yang perlu adanya campur tangan negara lain.
A. PERJANJIAN RENVILLE Isi Perjanjian Renville :
1. Belanda tetap berdaulat sampai terbentuknya Republik Indonesia Serikat (RIS).
2. Republik Indonesia sejajar kedudukannya dalam Uni Indonesiaa Belanda.
3. Sebelum Republik Indonesia Serikat terbentuk, Belanda dapat menyerahkan
kekuasaannya kepada pemerintah federal sementara.
4. Republik Indonesia menjadi negara bagian dari Republik Indonesia Serikat.
5. Antara enam bulan sampai satu tahun akan diselenggarakan pemilihan umum
untuk membentuk Konstituante RIS.
6. Tentara Indonesia di daerah pendudukan Belanda (daerah kantong) harus
dipindahkan ke daerah Republik Indonesia
A. PERJANJIAN RENVILLE
Kerugian Perjanjian Renville Bagi Indonesia
Persetujuan Renville berhasil ditandatangani oleh kedua belah pihak tanggal 17 Januari
1948. Perjanjian Renville ini menyebabkan kedudukan Republik Indonesia semakin tersudut
dan daerahnya semakin sempit. Hal ini merupakan ini merupakan akibat dari diakuinya garis
Van Mook sebagai garis perbatasan baru hasil Agresi Militer Belanda 1. Sementara itu,
kedudukan Belanda semakin bertambah kuat dengan terbentuknya negara-negara boneka.
Setelah penandatanganan Persetujuan Renville, pihak pemerintah menghadapi tentangan
sangat berat dan mengakibatkan Kabinet Amir Syarifuddin jatuh. Kabinet Amir Syarifuddin
kemudian digantikan oleh Kabinet Harta. Namun di bawah pemerintahan Hatta muncul
banyak rongrongan dan salah satunva dilakukan oleh bekas Perdana Menteri Amir
Syarifuddin dengan organisasinya yang bernama Front Demokrasi Rakyat. Puncak dari
pergolakan itu adalah pemberontakan PKI Madiun tahun 1948, keadaan seperti itu
dimanfaatkan pihak Belanda untuk melancarkan Militer 2.
B.AGRESI MILITER 2
Agresi Militer Belanda 2 dimulai ketika pihak Belanda yang tetap
bersikukuh menguasai Indonesia mencari dalih untuk dapat melanggar
perjanjian yang telah disepakati. Bahkan pihak Belanda menuduh jika pihak
Indonesia tidak menjalankan isi perundingan Renville. Oleh karena itu pihak
TNI dan pemerintah Indonesia sudah memperhitungkan bahwa sewaktu-waktu
Belanda akan melakukan aksi militernva untuk menghancurkan republik dengan
kekuatan senjata. Untuk menghadapi kekuatan Belanda itu, didirikan Markas
Besar Komando Djawa (NIBKD) yang dipimpin oleh Kolonel Abdul Haris
Nasution dan Markas besar Komando Sumatra (MBKS) yang dipimpin oleh
Kolonel Hidayat.
B.AGRESI MILITER 2
Persiapan untuk menyelenggarakan pemerintahan rniliter juga dilakukan.
Dalam pemerintahan militer, kecamatan merupakan basis utama pertahanan
dengan kekuatan utama tenaga rakyat yang ada di desa-desa. Pasukan TNI
dan pejabat-pejabat pemerintah mempunyai tugas-tugas sebagai
koordinator perlawanan di desa-desa. Tempat untuk mengungsikan kepala
negara dan tokoh-tokoh pemerintah telah disiapkan. Pada hakikatnya
Republik Indonesia telah siap menghadapi Agresi Militer Belanda 2. Seperti
yang telah diduga Belanda benar-benar melakukan serangannya.
B.AGRESI MILITER 2
Serangan Agresi Militer Belanda 2
Serangan dibuka tanggal 19 Desember 1948. Dengan taktik perang kilat
(blitkrieg), Belanda melancarkan serangan di semua front di daerah Republik
Indonesia. Serangan diawali dengan penerjunan pasukan payung di Pangkalan
Udara Maguwo (sekarang Adi Sucipto) dan dengan gerak cepat berhasil
menduduki kota Yogyakarta. Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Moh.
Hatta memutuskan untuk tetap tinggal di ibukota, walaupun mereka tahu
bahwa dengan demikian mereka akan ditawan oleh musuh. Alasannya, agar
mereka dapat melakukan kegiatan diplomasi dengan pihak Belanda.
B.AGRESI MILITER 2
Di samping itu, Belanda tidak mungkin menjalankan serangan secara
terus-menerus karena presiden Panglima Tertinggi Angkatan Perang Indonesia dan
wakil presiden menteri pertahanan sudah berada di tangan mereka. Sementara itu,
beberapa bulan sebelum Belanda melakukan serangan terhadap kota Yogyakarta,
Jenderal Sudirman (Panglima Besar Angkatan Perang) menderita sakit paru-paru
yang sangat parah sehingga harus dirawat di rumah sakit dan kemudian dirawat di
rumah. Ia berpesan jika Belanda menyerang kembali, maka ia akan memegang
kembali pimpinan Angkatan Perang dan memimpin prajurit-prajuritnya melakukan
perlawanan gerilya.
B.AGRESI MILITER 2
Peranan Jenderal Sudirman dalam Agresi Militer Belanda 2
Janji itu ditepati, pada saat Belanda menyerang Yogyakarta ia bangkit dari tempat tidurnya dan mengajak
presiden untuk memimpin gerilya, tetapi ajakan tersebut ditolak. Dengan diiringi ajudan dan pasukan
pengawalnya, Jenderal Sudirman naik gunung-turun gunung, serta keluar-masuk hutan menembus
teriknya matahari dan derasnya hujan untuk memimpin perlawanan rakyat semesta. Bahkan beliau dan
para pengawalnya sempat menetap selama 99 hari sejak tanggal 31 Maret 1949 hingga 7 Juli 1949 di desa
Pakis, Sobo, Kecamatan Nawangan, Pacitan, Jawa Timur.
Dari rumah markas gerilya itulah Panglima Besar Jenderal Sudirman memimpin perang gerilya, memberi
perintah serangan umum. Pada masa yang paling gelap bagi Republik Indonesia, Jenderal Sudirman
memberikan pegangan dan kekuatan batin kepada rakyat dan prajurit yang berjuang untuk kelangsungan
hidup negaranya. Sementara itu MBKD dan MBKS kembali diaktifkan di bawah komando panglimanya
masing-masing. Pemerintah militer tetap melakukan kegiatannya. Dengan demikian, Republik Indonesia
masih berdiri tegak.
B.AGRESI MILITER 2
Belanda mengira dengan jatuhnya kota Yogyakarta, kekuatan TNI
akan hancur berantakan. Dengan demikian, berarti kampanye militer mereka
telah selesai, tinggal melaksanakan operasi pembersihan yang memerlukan
waktu satu dua bulan. Ternyata dugaan Belanda itu keliru sama sekali. Pada
pukulan pertama ternyata pasukan TNI tidak hancur. Pasukan Belanda
dibiarkan bergerak maju untuk menguasai daerah perkotaan. Sedangkan
pasukan mundur ke daerah pedalaman untuk merencanakan pelaksanaan
Wingate Operation dan menyusun daerah perlawanan (wehrkreis).
B.AGRESI MILITER 2
Titik Balik Agresi Militer Belanda 2
Dalam waktu satu bulan, pasukan TNI telah berhasil melakukan konsolidasi dan mulai
memberikan pukulan secara teratur kepada musuh. Seluruh Jawa dan Sumatra menjadi satu daerah
gerilya yang menyeluruh. Tekanan terhadap pasukan Belanda ditingkatkan. Serangan umum yang
dilaksanakan terhadap kota-kota yang diduduki Belanda mulai dilaksanakan oleh pasukan TNI.
Serangan yang paling terkenal adalah Serangan Umum 1 Maret 1949 terhadap kota Yogyakarta di
bawah pimpinan Komandan Brigade X LetKol Soeharto.
Pasukan ini berhasil menduduki kota Yogyakarta selama 6 jam. Sementara itu, Sri Sultan
Hamengku Buwono IX menolak kerja sama dari Belanda. Sultan mendukung segala tindakan para
pemimpin gerilya. Di samping itu, perjuangan dalam rangka menegakkan kedaulatan Republik
Indonesia juga dilakukan di luar negeri. Dengan modal sumbangan pesawat rakyat Aceh, W. Supomo
membentuk armada udara komersial vang berpangkalan di Myanmar (Burma). Hasil penerbangan
komersial itu dijadikan modal untuk membiayai pemakilan Republik Indonesia di luar negeri.
B.AGRESI MILITER 2
Agresi Militer Belanda 2 ternyata menarik perhatian PBB, karena
Belanda secara terang-terangan tidak mengakui lagi Perjanjian Renville di
depan Komisi Tiga Negara yang ditugaskan oleh PBB. Pada tanggal 24
Januari 1949 Dewan keamanan PBB mengeluarkan resolusi agar Republik
Indonesia dan Belanda segera menghentikan permusuhan. Kegagalan
Belanda di medan tempur dan tekanan Amerika Serikat yang mengancam
akan memutuskan bantuan ekonomi dan keuangan memaksa Belanda untuk
kembali ke meja perundingan.
C. PERANAN PDRI
Latar Belakang Terbentuknya PDRI
PDRI merupakan penyelenggara pemerintahan Republik Indonesia
yang “pembentukannya diresmikan tanggal 22 Desember 1948 di Halaban
,dekat Payakumbuh” PDRI dipimpin oleh Syafrudin Prawiranegara.
Pada tanggal 13 Juli 1949 Sjafrudin Prawiranegara mengembalikan
mandat kepada Presiden Soekarno. Adapun alasan adanya Pemerintah Darurat
Republik Indonesia (PDRI)pada masa revolusi di Indonesia “adanya Agresi
Militer II ,19 Desember 1948, Ibu Kota RI Yogyakarta diduduki oleh Belanda .
C. PERANAN PDRI
Belanda juga hendak menghancurkan Republik
Indonesia yang merdeka dengan menghancurkan
pemerintahan-nya untuk menghilangkan salah satu
pokok atau syarat Hukum Internasional,sehingga pada
agresi militer Belanda kedua menyerang ibu kota
negara pada masa Revolusi yaitu Yogyakarta.
Tokoh Sjafruddin Prawiranegara serta peranan dalam PDRI
Mr. Sjafruddin adalah seorang yang berjasa dalam menyelamatkan
eksistensi Negara Republik Indonesia. Di sini ada suatu peranan yang diberikan
oleh Mr. Syafruddin Prawiranegara adalah tetap membuat Indonesia berada dalam
pemerintahan yang merdeka dan berdaulat. Karena kita ketahui bahwa ketika
Soekarno ditahan oleh Pemerintah Belanda akibat dari Agresi Militer II maka
Presiden memberikan mandat kepada Mr. Syafruddin ini untuk membentuk
Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI). Kita telah mengetahui bahwa
Negara merupakan integrasi dari kekuatan politik, Negara adalah organisasi pokok
dari kekuasaan politik. Maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa kepala Negara
adalah suatu simbol dari pemerintahan yang merdeka dan berdaulat karena
didalamnya terdapat mengenai unsure-unsur yang ada dalam suatu Negara.
C. PERANAN PDRI
Akhir dari PDRI
Belanda menerima himbauan PBB supaya mengadakan gencatan senjata
pada tanggal 31 Desember 1948 di Jawa dan tanggal 5 Januari 1949 di Sumatra,
tetapi perang gerilya terus berlangsung. Sebagian besar satuan tentara beroperasi
secara otonom selama perang gerilya ini. Di samping banyak kemenangan kecil
mereka atas pihak Blanda, pasukan-pasukan Republik yang berada di bawah
pimpinan Letnan Kolonel Soeharto mendapat suatukemenangan besar ketika
mereka berhasil merebutkembali dan menguaasai Yogyakarta selama eman jam
pada tanggal 1 Maret 1949.
C. PERANAN PDRI
C. PERANAN PDRI
PBB dan Amerika Serikat mulai mengambil sikap yang lebih
tegas terhadap Belanda. Dengan memberikan berbagai tekanan dan
ancaman yang dilakukan oleh militer Rrepublik dan Amerika Serikat,
akhirnya pada bulan April Belanda telah sepakat untuk menyerah ,
tetapi mendesak untuk mengadakan perbincangan-perbincangan
dengan pemerintah Republik. Pada tangal 6 Juli 1949 pemerintah
Republik kembali ke Yogyakarta.
C. PERANAN PDRI
Berahkirnya keperintahan PDRI ini kemudian berkaitan erat
dengan perundingan Roem-Royen dimana Belanda menyetujui
pemerintahan republik ke Yogyakarta. Dan membebaskan tahanan politik
yang ditahan sejak 19 Desember 1948 tersebut, hal ini juga berarti
pemerintahan kedaulatan akan segera di serahkan oleh Belanda kepada
Padaris, ditambah dengan menginggalnya Panglima Militer Belanda Simon
H. Spoor yaitu salah satu tokoh yang memprakarsai perebutan kedaulatan
pemerintah Indonesia.
Recommended