KELOMPOK KERJA
INDEKS KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK
PROVINSI PAPUA TAHUN 2021
NO NAMA JABATAN KETERANGAN
1 Wilhelmus Pigai Ketua KI Provinsi Papua Ketua Tim Pokja
2 Andriani Wally, S.ST Wakil Ketua KI Provinsi Papua Anggota Tim Pokja
3 Joel Betuel Agaki Wanda, S.S Komisioner KI Provinsi Papua Anggota Tim Pokja
4 Henry Winston Muabuay, S.E Komisioner KI Provinsi Papua Anggota Tim Pokja
5 Syamsuddin Levi, S.Pd Komisioner KI Provinsi Papua Anggota Tim Pokja
6 Fientje Salomina Jarangga, S.E Eksternal Anggota Tim Pokja
7 Siti Akmianti, S.H Eksternal Anggota Tim Pokja
INFORMAN AHLI
INDEKS KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK
PROVINSI PAPUA TAHUN 2021
NO NAMA JABATAN UNSUR
1 Elias N. Bakai, SE Pj Sekretaris Daerah Kabupaten Sarmi Pemerintah
2 Dr. Frans Pekey, M.Si Sekretaris Daerah Kota Jayapura Pemerintah
3 David Robert Wally Pelaku Usaha Lokal Pengusaha
4 Megiken Bangun, SE., M.Si Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika
Kabupaten Keerom Pemerintah
5 Eduard Agaki, S.Sos Koordinator Program Yayasan KIPRa Papua NGO/CSO
6 Paskalis Keagop Pimpinan Redaksi Suara Perempuan Papua Jurnalis
7 Dr. Oscar O. Wambrauw, SE., M.Sc Lektor Kepala dan Dosen Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Cendrawasih Akademisi
8 Rudi Waromi Ketua Gapensi Provinsi Papua Pengusaha
9 Yakoba Womsiwor, S.Sos., M.Si Direktur CV Canzone Pengusaha
1 https://papua.bps.go.id/publication/2021/02/26/aae8d17cd6f20e61a590d990/provinsi-papua-dalam-angka-
2021.html
BAB I
GAMBARAN UMUM
1.1 Profil Demografi Provinsi Papua
1.1.1. Sosial dan kependudukan
Papua adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di pulau Nugini bagian
barat atau west New Guinea. Papua juga sering disebut sebagai Papua Barat karena Papua
bisa merujuk kepada seluruh pulau Nugini termasuk belahan timur negara tetangga, east
New Guinea atau Papua Nugini. Provinsi ini dulu dikenal dengan panggilan Irian Barat
sejak tahun 1969 hingga 1973, namanya kemudian diganti menjadi Irian Jaya oleh
Soeharto pada saat meresmikan tambang tembaga dan emas Freeport, nama yang tetap
digunakan secara resmi hingga tahun 2002. Nama provinsi ini diganti menjadi Papua
sesuai Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi
Papua. Pada masa era kolonial Belanda, daerah ini disebut Nugini Belanda (Dutch New
Guinea). Kata Papua sendiri berasal dari bahasa melayu yang berarti rambut keriting,
sebuah gambaran yang mengacu pada penampilan fisik suku-suku asli.
Pada tahun 2004, disertai oleh berbagai protes, Papua dibagi menjadi dua provinsi
oleh pemerintah Indonesia bagian timur tetap memakai nama Papua sedangkan bagian
baratnya menjadi Irian Jaya Barat yang sekarang menjadi Provinsi Papua Barat . Provinsi
Papua berbatasan dengan Samudera Pasifik di sebelah utara, Negara Papua Nugini di
sebelah timur, Samudera Hindia, Laut Arafuru di sebelah selatan dan Provinsi Papua
Barat di sebelah barat.
Pada tahun 2020, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Kantor WIlayah Badan
Pertanahan Nasional Provinsi Papua merilis data luas wilayah Provinsi Papua yaitu
seluas 312.224,37 km2.1 Kota Jayapura merupakan ibukota Provinsi Papua. Provinsi
Papua terdiri dari 28 kabupaten dan 1 kota. Sebaran penduduk di Papua terlihat tidak
merata. Daerah dengan tingkat kepadatan tinggi adalah Kota Jayapura sebesar 309,02
jiwa per kilometer persegi luas wilayah. Adapun yang paling rendah di Kabupaten
Mamberamo Raya, hanya sebesar 0,80 jiwa per kilometer persegi.
2 https://kompaspedia.kompas.id/baca/profil/daerah/provinsi-papua
Penduduk Provinsi Papua menurut hasil sensus penduduk (SP) 2020 sebanyak
4.303.707 jiwa. Dari jumlah itu, penduduk laki-laki sebanyak 2.294.813 orang atau 53,32
% dari total penduduk Papua. Sedangkan penduduk perempuan sebanyak 2.008.894
orang atau 46,68 %. Rasio jenis kelamin tercatat 114. Artinya terdapat 114 laki-laki untuk
setiap 100 perempuan. Laju pertumbuhan per tahun periode 2010-2020 sebesar 4,13 %.2
Hal ini yang menyebabkan Papua menghadapi periode Bonus Demografi dimana
penduduknya berada pada usia produktif sehingga dapat menjadi peluang untuk
mempercepat pertumbuhan ekonomi.
Secara garis besar, penduduk Papua terdiri atas penduduk asli dan penduduk
pendatang. Penduduk asli Papua terdiri dari beragam etnik dan yang sudah teridentifikasi
sebanyak 257 kelompok etnik. Mereka hidup secara berkelompok dalam unit-unit kecil,
saling terpisah, dan memiliki adat, budaya, bahasa sendiri dan dialeg sendiri (200 – 700).
Penduduk, Laju Pertumbuhan Penduduk, Distribusi Persentase Penduduk, Kepadatan Penduduk,
Rasio jenis Kelamin Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua, 2010 dan 2020
Population, Population Growth Rate, Percentage Distribution of Population, Population Density, and
Population Sex Ratio by Regency/Municipality in Papua Province, 2010 and 2020
3 https://kompaspedia.kompas.id/baca/profil/daerah/provinsi-papua#:~:text=Produk%20Domestik%20Regional
%20Bruto%20(PDRB, sebesar% 20Rp%2056%2C14%20juta.
Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis kelamin di Provinsi Papua, 2020
Population by Age Group and Sex in Papua Province, 2020
1.1.2. Ekonomi dan Perdagangan
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Papua hampir menembus level
Rp 190 triliun dengan capaian riil 2019 sebesar Rp 189,716 triliun, sedangkan PDRB per
kapita sebesar Rp 56,14 juta.
Struktur perekonomian Papua masih bersifat ekstratif karena ditopang oleh sektor-
sektor primer seperti pertambangan sebesar 23,62 % dan pertanian 12,75 %. Adapun
peranan sektor industri manufaktur masih sangat kecil dalam komposisi PDRB, hanya
2,7 %, lebih rendah dibandingkan sektor-sektor jasa tersier seperti perdagangan (10,9 %),
transportasi dan pergudangan (6,76 %), informasi dan komunikasi (4,32 %), dan
administrasi pemerintahan (10,8 %).3
Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua dalam rentang 9 tahun terakhir
cenderung fluktuatif dan sangat dipengaruhi oleh sektor pertambangan. Pada tahun 2019,
pertumbuhan ekonomi Papua sempat mengalami kontraksi atau pertumbuhan negatif
sebesar minus 15,27 %. Padahal setahun sebelumnya, tahun 2018, ekonomi Papua masih
tumbuh 7,37 %.
Terkontraksinya ekonomi Papua tersebut tampaknya dipengaruhi oleh turunnya
produksi PT Freeport Indonesia seperti disebut Kepala BPS Suhariyanto dalam laman
Kompas.com (5/2/2020). Pada tahun 2019, PT Freeport tengah melakukan pengalihan
sistem tambang menjadi tambang bawah tanah setelah sebelumnya mengadopsi sistem
tambang terbuka.
Nilai ekspor Papua pada Desember 2020 tercatat senilai 407,13 juta dolar AS atau
meningkat sebesar 7,23 % dibanding bulan sebelumnya senilai 379,69 juta dolar AS.
Ekspor nonmigas terbesar berupa bijih tembaga dan konsentrat, serta kayu dan barang
dari kayu.
Niai impor Papua pada Desember 2020 tercatat senilai 24,42 juta dolar AS, atau
meningkat 44,28 % bila dibandingkan dengan impor pada November 2020 senilai 16,93
juta dolar AS.
Realisasi Pendapatan Pemerintah Provinsi Papua Menurut Jenis Pendapatan di Provinsi Papua (ribu rupiah), 2017 – 2020
Actual Provincial Government of Papua Province Revenues by Kind of Revenues in Papua Province (thousand rupiahs), 2017
- 2020
1.1.3. Kekayaan Daerah
Secara topografi, wilayah Provinsi Papua terdiri dari wilayah dataran rendah,
pesisir, dan pegunungan yang terdiri atas tiga deretan pegunungan yaitu Pegunungan
Utara di lingkar luar, deretan Pegunungan Selatan di lingkar dalam, serta deretan
Pegunungan Tengah yang merupakan tepi dari The Australian Continent.
Sebagai wilayah yang dikelilingi laut dan berada di perairan bebas samudera
pasifik, Provinsi Papua juga memiliki beberapa pulau yang berbatasan dengan negara
lain. Terdapat dua daerah terluar di Papua yang wilayahnya berbatasan dengan perairan
negara Palau dan Australia, yaitu di Kabupaten Supiori dan Merauke.
Papua memiliki hutan seluas 32,75 juta hektar. Sekitar 81,14 persen dari luas lahan
di Papua berupa tutupan hutan yang mengandung kekayaan keanekaragaman hayati
begitu tinggi. Diperkirakan dalam hutan Papua terdapat 602 jenis burung (52 persen jenis
endemik), 223 jenis mamalia (58 persen jenis endemik), 223 jenis reptil (35 persen jenis
endemik) dan 1.030 jenis tumbuhan (55 persen jenis endemik) hidup di belantara Papua.
Wilayah Papua memang kaya akan potensi tambang yang meliputi minyak dan gas
bumi, emas, tembaga, batubara, nikel, pasir besi dan sebagainya. Potensi minyak dan gas
bumi selain terdapat di Teluk Bintuni Provinsi Papua Barat yang kini dikelola British
Proteleum (BP), juga terdapat di Merauke yang menyimpan sekitar 14,4 kubik feet.
Sementara potensi emas dan tembaga terdapat di sebagian besar wilayah Papua.
Potensi emas dan tembaga tersebut baru sebagian yang dieksploitasi oleh PT Freeport
Indonesia di wilayah Grasberg Tembagapura, Mimika.
Adapun potensi batubara terdapat di Mamberamo, Teluk Bintuni, selatan Mimika
hingga Merauke dan sampai saat ini belum dieksploitasi.
Selain potensi pertambangan, Papua juga menyimpan kekayaan hutan berupa kayu
merbau alias kayu besi dengan kualitas terbaik. Sesuai data Dinas Kehutanan Provinsi
Papua, sekitar enam juta hektar hutan di Papua kaya dengan kayu merbau. Sementara
potensi hutan sagu di Papua mencapai 2,2 juta hektar.
Pada tahun 2020, produksi padi di Provinsi Papua sebesar 205.576,30 ton. Di tahun
yang sama, luas panen padi di Provinsi Papua sebesar 52.712,71 ha. Secara lebih lanjut,
produktivitas di Provinsi Papua pada tahun 2020 sebesar 39,00 ton/ha dan tercatat paling
besar di Kota Jayapura (39,97 ton/ha) dengan luas panen sebesar 52.712,71 ha.
Luas panen di Provinsi Papua pada tahun 2020 didominasi oleh tanaman kangkung
seluas 431 ha dengan luas panen terluas tercatat di Kota Jayapura seluas 155 ha. Namun
hasil produksi terbesar di tahun 2020 adalah tanaman tomat yang menghasilkan 37.783
kuintal.
Mahkota Dewa merupakan tanaman biofarmaka dengan hasil produksi terbesar di
Provinsi Papua pada tahun 2020 sebanyak 42.600 kg, serta kapulaga menjadi tanaman
biofarmaka dengan hasil produksi terendah yaitu sebanyak 596 kg.
Pada tahun 2020 luas perkebunan di Provinsi Papua tercatat sebesar 152.555 ha.
Sagu menjadi tanaman perkebunan luas lahan tertinggi yaitu 54.657 ha sehingga tanaman
ini juga menunjukkan hasil produksi tertinggi yaitu sebesar 67.913 ton. Sebaliknya lada
menjadi tanaman perkebunan dengan luas lahan terendah yaitu 42 ha, serta memberikan
hasil sebanyak 4 ton.
Hewan ternak di Provinsi Papua pada tahun 2020 didominasi oleh babi dengan
populasi sebanyak 994.827 ekor. Sapi potong menjadi populasi ternak terbesar kedua
dengan jumlah 111.604 ekor. Sebaliknya sapi perah menjadi populasi ternak terkecil di
Provinsi Papua dengan jumlah 20 ekor.
Secara keseluruhan, jumlah populasi unggas di Provinsi Papua pada tahun 2020
mencapai 18.455.650 ekor. Secara rinci, populasi unggas terbesar adalah ayam pedaging
dengan jumlah populasi mencapai 6.026.777 ekor. Sebaliknya merpati menjadi ungags
dengan populasi terendah yaitu 3.906 ekor.
Hasil produksi daging di Provinsi Papua tahun 2020 menunjukkan daging babi
menjadi hasil produksi daging terbesar sebanyak 9.225.229 kg diikuti oleh sapi potong
sebesar 3.826.799 kg. Sedangkan hasil produksi daging kuda hanya sebesar 1.695 kg.
Pada produksi daging unggas, tahun 2020 di Provinsi Papua didominasi oleh ayam buras
sebanyak 4.900.652 kg. Sedangkan yang terendah adalah produksi daging puyuh
sebanyak 3.205 kg. Produksi hasil perikanan tangkap di Provinsi Papua tahun 2019 ada
sebanyak 220.929 ton. Produksi hasil perikanan tangkap tertinggi terdapat di Kota
Jayapura sebanyak 56.762 ton. Sedangkan, produksi hasil perikanan budidaya di Provinsi
Papua pada tahun 2019 ada sebanyak 23.474 ton hasil pembesaran, 5.617.000 ekor hasil
pembenihan, serta 14.000 ekor merupakan ikan hias.
Di sektor pariwisata, potensi pariwisata yang dimiliki provinsi Provinsi Papua
hampir terlengkap di Indonesia. Alam yang dimilikinya masih asli, budaya yang khas
dan unik, minat khusus bahari yang tak kalah menarik dengan daerah lain di Indonesia.
Papua menawarkan potensi wisata unik yang berbeda dari wilayah Indonesia
lainnya. Mulai dari Danau Sentani, Taman Nasional Wasur di Merauke dengan berbagai
spesies mamalia, Taman Nasional Lorents yang dikenal sebagai situs alam warisan dunia
yang memiliki kurang lebih 43 jenis ekosistem, Taman Nasional Teluk
cenderawasih, Puncak Cartenz yang merupakan kawasan daerah tropis yang memiliki
gletser dan danau Habema yang menakjudkan, dihiasi padang rumput alpin dan rawa-
rawa.
Tak ketinggalan pula, Papua memiliki potensi budaya yang biasanya ditampilkan
pada Festival Lembah Baliem dan Asmat serta kegiatan pariwisata lainnya
berupa Trekking, Hiking, Hunting, dan Adventuring.
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha
di Provinsi Papua (miliar rupiah), 2016 – 2020
Gross Regional Domestic Product at 2010 Constant Market Price by Industry in Papua Province
(billion rupiahs), 2016 – 2020
1.1.4.Profil Media
Masa reformasi, yang ditandai pencabutan aturan SIUPP (Surat Izin Usaha
Penerbitan Pers), sampai juga ke Papua. Sejumlah penggiat lembaga swadaya
masyarakat yang tergabung di Forum Kerja Sama LSM Papua menerbitkan Jujur Bicara
(Jubi) yang isinya lebih bersifat advokasi. Gaya penulisan ini memperkaya khasanah
jurnalistik di Papua, yang sebelumnya diisi Tifa Papua (mingguan) dan Cenderawasih
Pos (harian).
Selain Jubi, terbit puluhan media lokal lain. Sejak reformasi, di Papua tercatat ada
puluhan media cetak, baik harian dan mingguan. Jumlah ini belum termasuk media
online, radio dan televisi lokal. Puluhan media lokal ini tumbuh, berkembang dan beredar
di wilayah daerah masing-masing. Ada tiga wilayah di Provinsi Papua yang pertumbuhan
media lokalnya cukup berkembang, yakni Kota Jayapura, Kabupaten Mimika, dan
Kabupaten Merauke.
Seiring jumlah media bertambah, jumlah wartawan di Papua juga mengikuti.
Apalagi, selain wartawan media lokal, tapi juga hampir semua koresponden media
nasional, dari cetak, elektronik, hingga online ada di Papua. Bahkan kini tiga organisasi
wartawan di Indonesia hadir juga di Papua, seperti Aliansi Jurnalis Independen (AJI),
Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI).
Perkembangan media yang semakin maju saat ini, juga membuat dunia cetak
perlahan-lahan mulai beralih ke dunia digital dan elektronik. Semakin banyaknya
perusahaan perusahaan media memperlihatkan kemajuan yang sangat pesat di dunia
media massa.
1.1.5.Badan Publik
Badan Publik adalah lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, dan badan lain yang
fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara, yang sebagian
atau seluruh dananya bersumber dari dari anggaran pendapatan dan belanja negara,
dan/atau anggaran belanja daerah, atau organisasi non pemerintah sepanjang sebagian
atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja daerah, dan/atau
anggaran pendapatan dan belanja nasional, dan/atau sumbangan masyarakat.
Pemerintah Provinsi Papua terdiri dari organisasi perangkat daerah (OPD),
lembaga vertikal termasuk di dalamnya organisasi non pemerintah adalah badan publik
yang mempunyai kewajiban untuk menyediakan, memberikan dan/atau menerbitkan
informasi publik yang berada di bawah kewenangannya dengan akurat, benar, dan tidak
menyesatkan kepada masyarakat. Badan Publik harus membangun dan mengembangkan
sistem informasi dan dokumentasi untuk mengelola informasi publik secara baik dan
efisien sehingga dapat diakses dengan mudah. Dalam memenuhi hak setiap orang atas
informasi publik, Badan Publik wajib mempertimbangkan secara tertulis baik
pertimbangan politik, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau pertahanan dan keamanan
negara. Tidak kalah penting, dalam rangka memenuhi kewajiban tersebut, Badan Publik
dapat memanfaatkan sarana dan/atau media elektronik dan non elektronik. Badan Publik
di Papua terdiri atas:
- 34 OPD Provinsi
- 28 Kabupaten dan 1 Kota
- BUMD
- Partai Politik, Lembaga Penyelenggara Pemilu (KPU, BAWASLU)
- Lembaga Peradilan: PN, PA, PT, PTA, PTUN
- Badan Vertikal perwakilan Papua : BPS, BPK, BPN, Kementrian Hukum dan HAM,
Kementrian Agama
Untuk mengetahui alamat link website OPD di Papua dapat diakses di
https://papua.go.id/
1.2. Fakta dan Peristiwa
Fakta dan peristiwa yang terkait dengan keterbukaan informasi di Papua sepanjang
tahun 2020, terhitung mulai 01 Januari s.d 31 Desember 2020 yang terdokumentasi di
media online.
1. Permintaan Informasi Publik Adalah Hak Untuk Tahu
https://walhipapua.org/2020/11/09/permintaan-informasi-publik-adalah-hak-
untuk-tahu/
2. Membangun hubungan kerjasama kehumasan di era transparansi
https://www.papuabangkit.com/2020/12/07/membangun-hubungan-kerjasama-
kehumasan-di-era-transparansi/
3. Keterbukaan Informasi Publik di Papua harus dilakukan secara konsisten
https://kilaspapua.com/provinsi-papua/keterbukaan-informasi-publik-di-papua-
harus-dilakukan-secara-konsisten/
4. Akses Informasi di Tanah Papua : Tantangan dan Harapan Keterbukaan Informasi
Publik – KATALOGUE BEM FISIP UI 2020
https://bem.fisip.ui.ac.id/akses-informasi-di-tanah-papua-tantangan-dan-harapan-
keterbukaan-informasi-publik-katalogue-bem-fisip-ui-2020/
5. Keterbukaan Informasi Publik Pemprov sudah baik
https://www.ceposonline.com/2020/09/29/keterbukaan-informasi-publik-
pemprov-sudah-baik/
6. Agar penggunaan anggaran negara transparan, Pemda Kabupaten Jayapura
gandeng Komisi Informasi Provinsi Papua
https://news.okezone.com/read/2020/06/14/1/2229963/agar-penggunaan-
anggaran-negara-transparan-pemda-kabupaten-jayapura-gandeng-komisi-
informasi-papua
7. Menuntut keterbukaan PUPR atas proyek jalan trans Papua
https://www.walhi.or.id/menuntut-keterbukaan-pupr-atas-proyek-jalan-trans-
papua
8. Komisi Informasi Provinsi Papua minta kebijakan relaksasi kontekstual
disosialisasikan
https://kumparan.com/bumi-papua/komisi-informasi-papua-minta-kebijakan-
relaksasi-kontekstual-disosialisasikan-1tYGtIy7Irz
9. ‘Masih jauh’ keterbukaan informasi di Biak Numfor
https://www.celebesta.com/2020/10/01/masih-jauh-keterbukaan-informasi-di-
biak-numfor/
10. Amnesty International Indonesia : Ungkap data pasien corona langgar hak privasi
https://kabar24.bisnis.com/read/20200307/15/1210284/amnesty-international-
indonesia-ungkap-data-pasien-corona-langgar-hak-privasi
11. Pemprov Papua raih Anugerah Keterbukaan Informasi Publik 2020
https://jubi.co.id/pemprov-papua-raih-panugerah-keterbukaan-informasi-publik-
2020/
12. Anugerah Keterbukaan Informasi Publik 2020, Pemprov Papua Raih Kategori
“Menuju Informatif”
https://kabarpapua.co/anugerah-keterbukaan-informasi-publik-2020-pemprov-
papua-raih-kategori-menuju-informatif/
13. Keterbukaan Informasi Publik dan Percepatan Reformasi Birokrasi
https://ombudsman.go.id/artikel/r/artikel--keterbukaan-informasi-publik-dan-
percepatan-reformasi-birokrasi---
BAB II
SURVEI INDEKS KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK
DI PROVINSI PAPUA
2.1. Lingkungan Fisik dan Politik
2.1.1.Kebebasan mencari informasi tanpa rasa takut
No. Dimensi Indikator Sub Indikator Nilai/Skor Rata-
Rata IA1 IA2 IA3 IA4 IA5 IA6 IA7 IA8 IA9
1 Lingk.
Fisik/Politik
Kebebasan Mencari
Informasi Tanpa
Rasa Takut
Sejauh mana hukum dan
kebijakan mengakui hak
dasar warganegara untuk
mengakses informasi di
wilayah ini
75 56 59 65 90 59 80 85 50 68,78
2
Sejauh mana Badan Publik
lebih banyak memiliki
informasi yang dikecualikan dibandingkan informasi
terbuka
80 58 31 50 85 60 30 86 30 56,67
3 Sejauh mana masyarakat dapat mencari dan meminta
informasi tanpa rasa takut
70 50 30 50 75 70 30 90 50 57,22
4
Sejauh mana publik dapat
menghadiri pertemuan publik yang bersifat terbuka
untuk umum guna
memperoleh informasi publik
65 65 65 70 75 70 30 90 50 64,44
5
Sejauh mana keberadaan
peraturan atau kebijakan
yang melarang publik untuk
mendapatkan informasi
publik
65 55 65 65 75 75 30 91 50 63,44
6
Sejauh mana pers bebas
mencari dan menyebarkan
informasi publik
70 54 31 80 80 90 30 91 80 67,33
7
Sejauh mana penyediaan
informasi publik bersifat
terbuka untuk umum tanpa diskriminasi
60 60 31 70 85 59 30 90 50 59,44
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan terhadapn 9 informan ahli yang terpilih oleh Tim
Pokja Daerah Provinsi Papua terhadap indikator kebebasan mencari informasi tanpa rasa takut
rata-rata nilai yang diperoleh di setiap sub indikator berkisar antara nilai 30 – 91. Dengan nilai
total rata-rata untuk indikator tersebut sebesar 62,48 (hasil ini masuk kategori sedang). Hal ini
menggambarkan bahwa masih ada Badan publik di Papua yang penyediaan informasi publik
oleh mereka berjalan kurang optimal dan tidak dapat sepenuhnya memberi layanan bagaimana
informasi itu dapat diakses dan diterima oleh warga masyarakat. Sebagai penyedia informasi,
Undang-Undang beserta turunan regulasinya mengatur benar apa dan bagaimana penyedia
informasi harus menyiapkan diri dengan berbagai prasyarat dan mekanisme, sehingga
memudahkan warga masyarakat mendapatkan informasi sesuai dengan apa yang menjadi
kebutuhannya.
2.1.2. Akses atas informasi dan diseminasi informasi badan publik, terutama informasi dari
pemerintah
No. Dimensi Indikator Sub Indikator Nilai/Skor Rata-
Rata IA1 IA2 IA3 IA4 IA5 IA6 IA7 IA8 IA9
8
Akses atas informasi
dan diseminasi
informasi badan
publik, terutama
informasi dari
pemerintah
Sejauh mana badan
publik menyediakan
informasi yang wajib diumumkan secara
serta merta
80 63 80 50 75 60 80 88 80 72,89
9
Sejauh mana badan
publik menyediakan
informasi publik yang bersifat terbuka
70 63 35 55 85 70 30 85 80 63,67
10
Sejauh mana badan publik menolak
memberikan informasi
publik yang tidak sesuai dengan
ketentuan peraturan
perundangan
80 54 31 51 85 80 30 70 50 59,00
11
Sejauhmana badan publik menyampaikan
informasi publik setiap
6 bulan sekali
60 50 31 60 85 70 30 70 80 59,56
12
Sejauh mana Badan
Publik melayani
permohonan informasi publik
70 50 31 60 85 80 50 81 80 65,22
13
Sejauh mana badan
publik menyampaikan
informasi publik secara cepat
65 50 31 59 85 80 50 80 80 64,44
14
Sejauh mana badan
publik menyampaikan informasi publik tepat
waktu sesuai dengan
ketentuan dalam UU No.14 Tahun 2008
tentang Keterbukaan
Informasi Publik
60 50 31 50 85 70 30 85 80 60,11
15
Sejauh mana badan
publik menyampaikan informasi publik
kepada pemohon informasi dengan
biaya ringan terkait
penggandaan dokumen
60 60 31 65 85 90 90 90 80 72,33
16
Sejauh mana badan
publik menyampaikan informasi publik
dengan cara mudah
70 56 31 50 85 80 50 87 80 65,44
17
Sejauh mana badan
publik menyampaikan
informasi publik dengan cara sederhana
70 50 31 55 85 85 50 89 80 66,11
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan terhadap 9 informan ahli yang terpilih oleh Tim Pokja
Daerah Papua terhadap indikator akses atas infomasi dan diseminasi informasi badan publik,
terutama informasi dari pemerintah rata-rata nilai yang diperoleh di setiap sub indikator
berkisar antara nilai 30 – 90. Dengan nilai total rata-rata untuk indikator tersebut sebesar 64,88
(hasil nilai kategori sedang). Hal ini menggambarkan jika dilihat adanya dua orang informan
ahli yang merupakan perwakilan NGO/CSO dan pengusaha lokal (masyarakat) memberikan
nilai yang buruk terkait penyampaian informasi secara berkala badan publik dengan
mempertimbangkan asas cepat dan tepat waktu, biaya ringan, dan dengan cara sederhana.
Penyampaian informasi ini semaksimal mungkin dilakukan dengan bahasa yang sederhana dan
mudah dipahami oleh semua kalangan masyarakat. Jika perlu gunakan bahasa daerah setempat agar
mudah dipahami dan tidak asing bagi masyarakat, sehingga masyarakat dapat memahami isi dan
maksud, serta tujuan dari informasi yang mereka peroleh, dengan demikian informasi yang disusun
dan dipublikasikan tidak hanya sekedar formalitas untuk melaksanakan UU KIP, tetapi memang
dapat sebenar-benarnya diterima dan dimengerti oleh masyarakat, dan menjadikan masyarakat
sebagai masyarakat yang informatif.
2.1.3. Ketersediaan informasi yang akurat, jelas/terpercaya, dan terbarui
No. Dimensi Indikator Sub Indikator Nilai/Skor Rata-
Rata IA1 IA2 IA3 IA4 IA5 IA6 IA7 IA8 IA9
18
Ketersediaan
informasi yang
akurat,
jelas/terpercaya
Sejauh mana akurasi
informasi yang disediakan Badan
Publik dan/atau Pejabat Publik
60 63 35 55 85 80 100 89 90 73,00
19 Sejauh mana hak akses informasi publik antar
Badan Publik Negara
70 63 32 50 90 70 40 80 80 63,89
20
Sejauh mana Badan Publik melaporkan
layanan informasi
publiknya setiap tahun kepada masyarakat
60 60 55 60 85 70 50 85 90 68,33
21
Sejauh mana badan
publik membuat dan memutakhirkan Daftar
Informasi Publik
(DIP) yang mereka miliki
50 60 33 50 75 70 50 75 90 61,44
22
Sejauh mana badan publik membuat dan
memutakhirkan dan
Daftar Informasi yang Dikecualikan (DIK)
yang mereka miliki
60 60 31 49 75 70 30 75 80 58,89
23
Sejauh mana tersedia
program pelatihan bagi para Pejabat Pengelola
Informasi dan
Dokumentasi (PPID) terkait keterbukaan
informasi publik
50 60 60 40 85 70 50 65 80 62,22
24
Sejauh mana Komisi
Informasi pada semua
tingkatan menyampaikan
laporan implementasi
UU KIP kepada Presiden/DPR/Gubern
ur/DPRD/Bupati/Wali
kota
40 50 79 60 95 70 50 80 100 69,33
25
Sejauh mana publik mendapatkan manfaat
dari informasi publik
untuk pemberdayaan kapasitas politik dan
sosial kemasyarakatan
60 80 59 50 85 60 90 78 50 68,00
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan terhadap 9 informan ahli yang terpilih oleh Tim Pokja
Daerah Papua terhadap indikator ketersediaan informasi yang akurat, jelas/terpercaya, dan
terbarui rata-rata nilai yang diperoleh di setiap sub indikator berkisar antara nilai 30 – 100.
Dengan nilai total rata-rata untuk indikator tersebut sebesar 65,54 (hasil nilai kategori sedang).
Adanya informan ahli yang merupakan perwakilan jurnalis dan pengusaha lokal (masyarakat)
memberikan nilai yang buruk terkait pemutakhiran Daftar Informasi Publik pada Badan Publik.
2.1.4. Partisipasi publik
No. Dimensi Indikator Sub Indikator Nilai/Skor Rata-
Rata IA 1 IA 2 IA 3 IA 4 IA 5 IA 6 IA 7 IA 8 IA 9
26 Partisipasi
publik
Sejauh mana
masyarakat aktif mengakses informasi
publik dari badan
publik yang ada
70 80 31 61 75 80 30 78 50 61,67
27
Sejauh mana
masyarakat terlibat
dalam proses
pengambilan kebijakan publik
75 60 35 65 75 80 50 88 50 64,22
28
Sejauh mana
keterlibatan
masyarakat dalam mewujudkan tata
kelola pemerintahaan
yang baik pada badan publik
85 60 32 50 75 70 30 80 50 59,11
29
Sejauh mana
masyarakat secara
aktif terlibat pemantauan dan
pelaporan badan
publik yang tidak sesuai dengan
ketentuan UU KIP
kepada Komisi Informasi
85 60 85 52 95 85 80 75 50 74,11
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan terhadap 9 informan ahli yang terpilih oleh Tim Pokja
Daerah Papua terhadap indikator partisipasi publik rata-rata nilai yang diperoleh di setiap sub
indikator berkisar antara nilai 30 – 95. Dengan nilai total rata-rata untuk indikator tersebut
sebesar 64,78 (hasil nilai kategori sedang). Adanya informan ahli yang merupakan perwakilan
jurnalis dan pengusaha lokal (masyarakat) memberikan nilai yang buruk terkait peran
masyarakat secara aktif terlibat pemantauan dan pelaporan badan publik yang tidak sesuai
dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi
Publik kepada Komisi Informasi. Hak atas Informasi menjadi sangat penting karena makin
terbuka penyelenggaraan negara untuk diawasi publik, penyelenggaraan negara tersebut makin
dapat dipertanggungjawabkan. Hak setiap Orang untuk memperoleh Informasi juga relevan
untuk meningkatkan kualitas pelibatan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan
publik. Partisipasi atau pelibatan masyarakat tidak banyak berarti tanpa jaminan keterbukaan
Informasi Publik.
2.1.5. Literasi publik atas hak keterbukaan informasi
No. Dimensi Indikator Sub Indikator Nilai/Skor Rata-
Rata IA 1 IA 2 IA 3 IA 4 IA 5 IA 6 IA 7 IA 8 IA 9
30
Literasi publik
atas hak
keterbukaan
informasi
Sejauh mana badan
publik ikut terlibat
mensosialisasikan keterbukaan informasi
publik
65 60 85 59 85 70 50 50 50 63,78
31
Sejauh mana badan
publik membuat
kegiatan literasi agar masyarakat memahami
isu keterbukaan
informasi publik
65 38 33 59 85 60 30 56 50 52,89
32
Sejauh mana badan
publik menganggarkan kegiatan literasi publik
dalam anggaran
belanja/kerja
60 30 31 40 75 70 30 60 50 49,56
33
Sejauh mana Komisi
Informasi dan/atau
Badan Publik diberi tanggung jawab penuh
untuk
mensosialisasikan hak atas informasi
50 80 60 59 95 70 80 85 50 69,89
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan terhadap 9 informan ahli yang terpilih oleh Tim Pokja
Daerah Papua terhadap indikator literasi publik atas hak keterbukaan informasi rata-rata nilai
yang diperoleh di setiap sub indikator berkisar antara nilai 30 – 95. Dengan nilai total rata-rata
untuk indikator tersebut sebesar 59,03 (hasil nilai kategori buruk). Adanya informan ahli yang
merupakan perwakilan jurnalis dan pengusaha lokal (masyarakat) memberikan nilai yang
buruk atas kegiatan literasi yang dilakukan badan publik terkait pemahaman isu keterbukaan
informasi publik. Penguatan peran Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) pada
setiap badan publik dapat dilakukan dengan pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi
digital serta media baru dan dengan melakukan edukasi literasi digital kepada masyarakat.
Sehingga, masyarakat dapat membedakan mana berita yang akurat dan mana yang tidak.
2.1.6. Proposionalitas pembatasan keterbukaan informasi
No. Dimensi Indikator Sub Indikator Nilai/Skor Rata-
Rata IA 1 IA 2 IA 3 IA 4 IA 5 IA 6 IA 7 IA 8 IA 9
34
Proposionalitas
Pembatasan
Keterbukaan
Informasi
Sejauh mana badan
publik menolak
memberikan informasi publik yang tidak
sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangan
60 30 85 60 85 80 30 87 20 59,67
35
Sejauh mana dampak
dari tindakan yang dilakukan Komisi
Informasi terhadap
badan publik yang sengaja
membatasi/menyampai
kan informasi tidak sesuai dengan UU KIP
atau menutup
informasi
60 58 65 60 85 70 100 80 50 69,78
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan terhadap 9 informan ahli yang terpilih oleh Tim Pokja
Daerah Papua terhadap indikator proposionalitas pembatasan keterbukaan informasi rata-rata
nilai yang diperoleh di setiap sub indikator berkisar antara nilai 20 – 100. Dengan nilai total
rata-rata untuk indikator tersebut sebesar 64,72 (hasil nilai kategori sedang). Hal ini
menggambarkan jika dilihat walaupun adanya informan ahli yang merupakan perwakilan
pengusaha memberikan nilai yang buruk atas penolakan informasi yang dilakukan badan
publik. Namun secara umum, masyarakat mengetahui tidak adanya pembatasan akses terhadap
informasi publik.
2.2. Lingkungan Ekonomi
2.2.1. Biaya murah dan cepat untuk mendapatkan informasi
No. Dimensi Indikator Sub Indikator Nilai/Skor Rata-
Rata IA 1 IA 2 IA 3 IA 4 IA 5 IA 6 IA 7 IA 8 IA 9
36 Lingk. Ekonomi
Berbiaya
ringan dan
cepat untuk
mendapatkan
informasi
Sejauh mana prinsip berbiaya ringan
terkait permintaan informasi dari
masyarakat kepada
badan publik terlaksana
60 68 31 65 85 90 80 90 50 68,78
37
Sejauh mana badan
publik mempraktekkan
prinsip cepat terkait
permintaan
informasi publik
dari masyarakat
60 50 31 55 85 75 59 80 50 60,56
38
Sejauh mana badan publik
menggunakan
dukungan perangkat teknologi dalam
menyediakan
informasi publik
80 66 31 55 95 80 31 80 57 63,89
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan terhadap 9 informan ahli yang terpilih oleh Tim Pokja
Daerah Papua terhadap indikator biaya murah dan cepat untuk mendapatkan informasi rata-
rata nilai yang diperoleh di setiap sub indikator berkisar antara nilai 31 – 95. Dengan nilai total
rata-rata untuk indikator tersebut sebesar 64,41 (hasil nilai kategori sedang). Secara umum,
masyarakat sudah mengetahui bahwa terhadap permintaan salinan informasi dikenakan biaya
yang ringan karena dapat diakses melalui website di masing-masing badan publik.
2.2.2. Tata Kelola Informasi Badan Publik
No. Dimensi Indikator Sub Indikator Nilai/Skor Rata-
Rata IA 1 IA 2 IA 3 IA 4 IA 5 IA 6 IA 7 IA 8 IA 9
39
Tata kelola
informasi
badan publik
Sejauh mana badan
publik memiliki Pejabat Pengelola
Informasi dan
Dokumentasi (PPID) /petugas
informasi yang
bertugas khusus untuk
mengoptimalkan
pelayanan informasi publik
70 65 31 60 85 80 59 70 60 64,44
40
Sejauh mana
kepatuhan badan
publik terhadap hasil sengketa
informasi yang telah
diputuskan oleh Komisi Informasi
60 67 31 59 85 70 100 80 50 66,89
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan terhadap 9 informan ahli yang terpilih oleh Tim Pokja
Daerah Papua terhadap indikator tata kelola informasi badan publik nilai rata-rata untuk setiap
sub indikator terhadap badan publik yang memiliki PPID 64,44 (hasil nilai kategori sedang)
sedangkan kepatuhan terhadap hasil putusan sengketa informasi nilai rata-ratanya 66,89 (hasil
nilai kategori sedang). Untuk total rata-rata indikator ini sebesar 65,67 (hasil nilai kategori
sedang). Secara umum, masyarakat sudah mengetahui bahwa tata kelola informasi badan
publik sudah cukup baik. Dapat dilihat dari data penyelesaian sengketa informasi yang telah
diselesaikan di komisi informasi tidak ada yang diajukan gugatan ke PTUN/PN.
2.2.3. Dukungan anggaran bagi Komisi Informasi Daerah
No. Dimensi Indikator Sub Indikator Nilai/Skor Rata-
Rata IA 1 IA 2 IA 3 IA 4 IA 5 IA 6 IA 7 IA 8 IA 9
41
Dukungan
Anggaran bagi
Pengelolaan
Informasi
Publik
Sejauh mana
terdapat peningkatan
anggaran yang
diberikan kepada Komisi Informasi
70 50 35 50 85 70 100 70 50 64,44
42
Sejauh mana
terdapat peningkatan
anggaran dari
badan publik bagi pengelolaan
informasi publik
70 60 35 60 75 70 100 70 0 60,00
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan terhadap 9 informan ahli yang terpilih oleh Tim Pokja
Daerah Papua terhadap indikator dukungan anggaran bagi pengelolaan informasi publik nilai
rata-rata untuk setiap sub indikator terhadap peningkatan anggaran yang diberikan kepada
Komisi Informasi 64,44 (hasil nilai kategori sedang) sedangkan peningkatan anggaran dari
badan publik bagi pengelolaan informasi publik nilai rata-ratanya 60,00 (hasil nilai kategori
sedang). Untuk total rata-rata indikator ini sebesar 62,22 (hasil nilai kategori sedang).
Peningkatan anggaran yang diberikan kepada Komisi Informasi Provinsi Papua tidak menentu
grafiknya dan selalu berubah nilai. Secara umum, tidak ada peningkatan anggaran untuk
optimalisasi pelayanan informasi publik di badan publik.
2.2.4. Kemanfaatan informasi bagi publik
No. Dimensi Indikator Sub Indikator Nilai/Skor Rata-
Rata IA 1 IA 2 IA 3 IA 4 IA 5 IA 6 IA 7 IA 8 IA 9
43
Kemanfaatan
informasi Bagi
Publik
Sejauh mana
masyarakat secara
aktif mengajukan permohonan atas
informasi publik
60 50 65 55 85 80 100 80 100 75,00
44
Sejauh mana
partisipasi masyarakat dalam
mempromosikan
keterbukaan informasi publik
65 50 85 40 85 90 80 65 50 67,78
45
Sejauh manakah
informasi
digunakan untuk perbaikan
kebijakan publik,
penentuan calon calon pejabat
publik, dan
alokasi sumber daya publik
65 50 35 55 75 90 80 80 50 64,44
46
Sejauh manakah
keterbukan informasi di
daerah ikut
berperan meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat
80 53 65 60 85 80 100 80 50 72,56
47
Sejauh manakah
keterbukan
informasi di
daerah ini ikut
berperan mengurangi angka
kemiskinan
70 53 60 65 85 80 31 80 50 63,78
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan terhadap 9 informan ahli yang terpilih oleh Tim Pokja
Daerah Papua terhadap indikator kemanfaatan informasi bagi publik rata-rata nilai yang
diperoleh di setiap sub indikator berkisar antara nilai 31 – 100. Dengan nilai total rata-rata
untuk indikator tersebut sebesar 68,71 (hasil nilai kategori sedang). Hal ini terbukti dengan
bahwa sebagian dari masyarakat sudah mengetahui hak dan kewajiban serta keterlibatannya
dalam keterbukaan informasi publik untuk meningkatkan kesejahteraan dan cukup aktif dengan
mengajukan permohonan informasi publik kepada badan publik yang kemudian berujung
kepada sengketa informasi di Komisi Informasi.
2.2.5. Keberagaman kepemilikan media
No. Dimensi Indikator Sub Indikator Nilai/Skor Rata-
Rata IA 1 IA 2 IA 3 IA 4 IA 5 IA 6 IA 7 IA 8 IA 9
48
Keberagaman
kepemilikan
media
Sejauh mana di
daerah ini terdapat
keberagaman
kepemilikan perusahaan pers
(cetak,
penyiaran, dan siber)
65 63 60 50 59 90 79 88 50 67,11
49
Sejauh mana di
daerah terdapat media pers
yang
independen dari
pemilik
70 60 60 59 75 70 100 70 75 71,00
50
Sejauh mana di
daerah terdapat media pers
yang
independen dari sisi finansial
dari badan
publik
70 50 65 50 75 70 100 90 50 68,89
Beberapa informan ahli memberikan nilai buruk terkait sub indikator isu kepemilikan
perusahaan pers, namun dari pengusaha lokal memberikan nilai maksimal untuk sub indikator
mengenai media pers yang independen jauh dari intervensi pemilik usaha, sehingga rata- rata
total indikator ini sebesar 69,00 (kategori nilai sedang).
2.2.6. Keberpihakan media pada keterbukaan informasi
No. Dimensi Indikator Sub Indikator Nilai/Skor Rata-
Rata IA 1 IA 2 IA 3 IA 4 IA 5 IA 6 IA 7 IA 8 IA 9
51
Keberpihakan
Media Pada
Keterbukaan
Informasi
Sejauh mana pemberitaan
media berpihak
pada kepentingan
publik
80 80 65 65 85 60 100 81 35 72,33
52
Sejauh mana media pers ikut
mempromosikan
/ mendorong keterbukaan
informasi publik
80 65 60 60 90 80 79 85 50 72,11
53
Sejauh mana media
memberitakan
sengketa informasi publik
70 50 60 59 75 70 100 80 50 68,22
54
Sejauh mana
media memanfaatkan
informasi publik
dalam pemberitaan
75 80 65 61 85 80 30 85 50 67,89
Terhadap indikator keberpihakan media pada keterbukaan informasi publik salah satu
perwakilan Informan Ahli dari unsur jurnalis memberikan penilaian yang buruk dalam sub
indikator media memberitakan sengketa informasi publik. Sehingga hasil nilai rata-ratanya
menjadi 70,14 (kategori nilai sedang). Sejauh ini media dianggap sebagai salah satu sarana
belajar untuk mengetahui berbagai peristiwa. Media juga dianggap sebagai cermin berbagai
peristiwa yang ada di masyarakat. Terlihat masih adanya tindakan intervensi dalam
pemberitaan. Untuk perlu adanya sinkronisasi antara undang-undang keterbukaan informasi
publik (UU KIP) dengan undang-undang kebebasan pers.
2.2.7. Transparansi
No. Dimensi Indikator Sub Indikator Nilai/Skor Rata-
Rata IA 1 IA 2 IA 3 IA 4 IA 5 IA 6 IA 7 IA 8 IA 9
55 Transparansi
Sejauh mana
badan publik
mempublikasikan biaya yang
diberikan pada
pejabat publik
65 50 31 61 50 80 50 85 50 58,00
56
Sejauh mana
pemerintah/pemer
intah daerah terbuka atas
rencana-rencana/
kebijakan ekonomi dan
pengelolaan
anggaran publik
60 50 31 61 85 60 31 90 50 57,56
57
Sejauh mana
badan publik
menerapkan prinsip
keterbukaan atas
pengelolaan pengadaan barang
dan jasa
65 50 31 61 95 70 50 90 50 62,44
Indikator transparansi terhadap publikasi biaya perjalanan dinas pejabat dinilai oleh sebagian
besar informan ahli dalam survey ini buruk. Indikator transparansi jika dilihat dari nilai yang
diberikan oleh informan ahli yang berasal dari perwakilan unsur NGO/CSO dan pengusaha
local (masyarakat) dengan nilai buruk. Terbukti dengan beberapa sengketa informasi publik
yang teregister di Komisi Informasi Provinsi Papua terkait penggunaan anggaran bahwa belum
optimalnya badan publik dalam keterbukaan informasi publik. Nilai rata-rata dalam indikator
transparansi ini adalah 59,33 (kategori nilai buruk).
2.3. Lingkungan Hukum
No. Dimensi Indikator Sub Indikator Nilai/Skor Rata-
Rata IA1 IA2 IA3 IA4 IA5 IA6 IA7 IA 8 IA9
58 Lingk.
Hukum
Jaminan hukum
terhadap akses atas
informasi publik
Apakah terdapat
peraturan atau
kebijakan daerah yang menghambat /
menjamin
kebebasan mendapatkan
informasi publik
65 50 60 60 85 65 100 95 100 75,56
59
Kebebasan
Menyebarluaskan
Informasi
Sejauh mana terdapat ancaman
hukum /
kriminalisasi terhadap warga yang
menyebarkan
informasi publik
70 80 31 55 85 60 100 90 0 63,44
60 Perlindungan bagi
pemohon informasi
publik
Sejauh mana daerah
memiliki peraturan
yang menjamin kebebasan /
menghambat
kebebasan mencari informasi publik
75 79 60 60 95 70 100 95 75 78,78
61
Kebebasan Dari
Penyalahgunaan
Informasi
Sejauh manakah
terjadi proses permohonan
informasi dengan cara-cara yang
bertentangan dengan
hukum pidana
70 80 65 60 90 70 31 86 75 69,67
62
Sejauh manakah
terjadi penyalahgunaan atas
informasi yang
diperoleh pemohon informasi
60 78 60 60 85 70 31 86 75 67,22
63
Sejauh mana aparat penegak hukum
memproses secara
hukum kepada setiap orang/Badan
Hukum yang dengan
sengaja bertindak untuk merusak hak
atas informasi,
termasuk melalui penghancuran
informasi yang tidak sah
80 88 59 61 75 70 50 88 50 69,00
2.3.1. Jaminan hukum terhadap akses atas informasi publik
Indikator ini mendapat nilai rata-rata kategori baik dari hasil survey hal ini berdasarkan data
yang dimiliki Komisi Informasi Provinsi Papua hampir semua badan publik di lingkup
Pemerintah Provinsi Papua telah menerbitkan peraturan yang menjamin kebebasan
mendapatkan informasi publik, hal ini pun dijamin oleh UUD 1945 pasal 28 F. Sehingga nilai
total rata-rata indikator ini sebesar 75,56 masuk kategori penilaian sedang.
2.3.2. Kebebasan menyebarluaskan informasi
Terhadap indikator ini mendapat nilai rata-rata kategori sedang karena sebagian masyarakat
belum mengetahui dalam UU KIP ada sanksi pidana bagi masyarakat yang menyebarkan
informasi publik dengan cara-cara yang tidak benar, hanya saja untuk perwakilan NGO/CSO
dan pengusaha memberikan nilai buruk. Sehingga nilai total rata-rata indikator ini sebesar
63,44 masuk kategori penilaian sedang.
2.3.3. Perlindungan bagi pencari informasi
Pengaturan perlindungan hak atas informasi publik setelah UU KIP dan keberadaan peraturan
daerah tentang pelayanan informasi publik yang didalamnya terdapat hak dan kewajiban
pemohon informasi dan badan publik serta adanya maklumat pelayanan informasi publik
menjadi komitmen badan publik untuk memberikan pelayanan dengan baik dan tanpa
membedakan suku ras dan agama, selama pemohon informasi mempunyai tujuan permohonan
yang jelas dan memunyai bukti identitas diri yang sah sebagai warga negara Indonesia maka
akses memperoleh informasi akan diberikan seluas-luasnya. Pemenuhan informasi publik
secara terbuka dan jujur akan berkontribusi dalam rangka mewujudkan tata pemerintahan yang
baik (good governance).Hal inilah yang menyebabkan nilai total rata-rata indikator ini sebesar
78,78 masuk kategori sedang.
2.3.4. Kebebasan dari penyalahgunaan informasi
Dari 9 informan ahli kebanyakan memberikan nilai baik terhadap indikator ini sehingga nilai
total rata-rata mendapatkan nilai 68,63 kategori sedang. Di Provinsi Papua, kasus dimana ada
oknum pemohon informasi LSM yang melakukan permohonan informasi dengan itikad tidak
baik, yakni permohonan informasi tersebut dilakukan dalam jumlah besar, ke beberapa badan
publik dalam waktu yang bersamaan, dan tidak ada relevansi antara permohonan yang diajukan
dengan tujuan permohonan itu sendiri. Bahkan Komisi Informasi Provinsi Papua pernah
menghentikan proses penyelesaian sengketa informasinya. Masa blacklist LSM tersebut adalah
1 (satu) tahun dan berakhir di bulan April 2020. Pengajuan sengketa yang diajukan oleh LSM
tersebut, kami batasi.
2.3.5. Perlindungan hukum bagi whistleblower
No. Dimensi Indikator Sub Indikator Nilai/Skor Rata-
Rata IA1 IA2 IA3 IA4 IA5 IA6 IA7 IA 8 IA 9
64
Perlindungan
hukum bagi
whistleblower
Sejauh manakah
perlindungan hukum terhadap
pelapor/whistleblower
diterapkan di daerah ini
80 50 59 60 75 80 100 80 50 70,44
65
Sejauh mana
pelapor/whistleblower/justicecollabolator
yang dengan itikad
baik dilindungi dari pemberian sanksi,
karena
mengungkapkan informasi yang
dikecualikan
70 50 60 65 75 80 100 65 100 73,89
66
Sejauh mana terdapat
pihak yang dikriminalisasi karena
melakukan pelaporan
atas penyalahgunaan kekuasaan
65 60 60 60 75 70 100 65 80 70,56
Pelapor/whistleblower bagian integral dalam penegakan prinsip keterbukaan informasi publik.
Merujuk pada Pasal 10 ayat (1) dan (2) Undang-undang Nomor 31 Tahun 2014 tentang
Perlindungan Saksi dan Korban. Undang-undang ini mengatur hak saksi atau korban seperti
memperoleh perlindungan atas keamanan pribadi, keluarga, dan harta bendanya serta bebas
dari ancaman yang berkenaan dengan kesaksian yang akan, sedang atau diberikannya. Saksi
dan korban juga berhak ikut dalam proses memilih dan menentukan bentuk perlindungan dan
dukungan keamanan. Di beberapa badan publik, baik instansi vertikal maupun OPD di Provinsi
Jawa Tengah sudah memberlakukan Whistleblower System. Indikator ini berdasarkan survey
memperoleh nilai total rata-rata sebesar 71,63 kategori nilai sedang.
2.3.6. Kepatuhan menjalankan UU KIP
No. Dimensi Indikator Sub Indikator Nilai/Skor
Rata-
Rata IA1 IA2 IA3 IA4 IA5 IA6 IA7 IA8 IA9
67
Kepatuhan
Menjalankan
UU KIP
Sejauh mana peraturan
dan kebijakan di
daerah mendorong aparat pemerintah
daerah patuh pada
kewajiban hukum untuk menghormati
dan melindungi
keterbukaan informasi
70 65 65 55 85 70 100 80 50 71,11
68
Sejauh mana badan publik mendukung
kebijakan untuk patuh
pada kewajiban hukum untuk menghormati
dan melindungi
keterbukaan informasi
65 64 65 50 85 80 100 90 50 72,11
69
Sejauh mana badan publik proaktif dalam
menjalankan
kewajiban dalam
pelayanan keterbukaan
informasi publik
80 64 65 50 95 70 79 95 80 75,33
70
Sejauh mana aparatur
menjalankan kewajiban untuk
menghormati dan
melindungi keterbukaan informasi
75 60 65 55 95 70 100 89 30 71,00
71
Sejauh mana
pemerintah responsif
dan menaati
keputusan/kebijakan KI Pusat/Daerah untuk
memperbaiki
kinerjanya dengan mengoptimalkan
pelayanan informasi
publik
60 60 65 60 95 70 100 89 30 69,89
Tingkat kepatuhan badan publik di Provinsi Papua terhadap implementasi Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik mendapat nilai total rata-rata
sebesar 71,89 kategori sedang, Hal ini menggambarkan bahwa badan publik di Provinsi Papua
sebagian besar sudah mengoptimalkan pelayanan informasi publik serta menghormati
kebebasan masyarakat dalam memperoleh informasi.
2.3.7. Ketersediaan mekanisme penyelesaian sengketa informasi secara independen
No. Dimensi Indikator Sub Indikator Nilai/Skor Rata-
Rata IA 1 IA 2 IA 3 IA 4 IA 5 IA 6 IA 7 IA 8 IA 9
72
Ketersediaan
Mekanisme
Penyelesaian
Sengketa
Informasi
Secara
Independen
Sejauh mana masyarakat
mengajukan sengketa
informasi di Komisi Informasi
30 60 60 55 95 80 100 80 80 71,11
73
Sejauh mana Komisi
Informasi menyelesaikan
tumpukan sengketa
informasi yang harus
diselesaikan
20 80 80 65 95 70 100 89 80 75,44
74
Sejauh mana Komisi
Informasi menangani
sengketa informasi berdasar prinsip
independen
70 82 80 65 95 70 100 85 80 80,78
75
Sejauh mana Komisi
Informasi menangani sengketa informasi
dengan cepat
40 83 80 70 95 70 100 85 80 78,11
76
Sejauh mana Komisi Informasi menangani
sengketa informasi
berdasar prinsip keadilan
40 0 85 80 95 80 100 85 80 71,67
77
Sejauh mana sengketa
informasi di KI berlanjut
menjadi gugatan hukum
di pengadilan
40 85 85 65 95 80 100 80 80 78,89
78
Sejauh mana lembaga
peradilan menyelesaikan
sengketa informasi secara “independen,
bebas dan adil
50 85 60 70 95 80 100 90 80 78,89
79
Sejauh mana lembaga
peradilan
mengintegrasikan prinsip keterbukaan informasi
dalam melaksanakan
tugas dan tanggung jawabnya
60 88 60 65 85 70 50 85 50 68,11
80
Sejauh mana tersedia mekanisme pengajuan
dan penyelesaian
gugatan atas keberatan terhadap putusan Komisi
Informasi di pengadilan
tingkat pertama dan kasasi yang berbiaya
ringan dan cara
sederhana
40 0 60 65 85 80 50 0 60 48,89
81
Sejauh mana dalam
mekanisme pengajuan
dan penyelesaian
gugatan atas keberatan
terhadap putusan Komisi
Informasi di pengadilan tingkat pertama dan
kasasi tersedia prosedur
yang jelas, termasuk jadwal
50 88 60 65 85 80 70 0 60 62,00
82
Sejauh mana putusan
sengketa informasi yang
telah berkekuatan hukum tetap dilaksanakan oleh
Badan Publik
50 60 60 59 85 80 100 85 80 73,22
83
Sejauh mana penegak hukum dan lembaga
peradilan
menindaklanjuti aduan pemohon terkait dengan
kerugian yang
ditimbulkan akibat tidak
dilaksanakannya putusan
sengketa informasi yang sudah berkekuatan
hukum tetap
40 55 60 60 75 0 100 0 80 52,22
84
Sejauh mana penegak hukum dan lembaga
peradilan
menindaklanjuti aduan pemohon terkait dengan
kerugian yang
ditimbulkan akibat tidak diberikannya informasi
yang sudah terbuka
kepada pemohon
50 35 60 65 75 0 100 0 50 48,33
85
Sejauh mana pemerintah
mempertanggung-jawabkan tindakan
aparaturnya terhadap
pembatasan informasi kepada publik
70 68 59 60 75 0 100 88 80 66,67
Berdasarkan amanat dari UU KIP bahwa Komisi informasi Provinsi Papua dalam menjalankan
tugas dan fungsinya menerima, memeriksa dan memutus sengketa informasi publik selalu
berpedoman pada prinsip cepat tepat, biaya ringan dan dengan cara sederhana, serta tidak
pernah terintervensi oleh pihak lain dalam menjatuhkan putusan, hal ini jelas terlihat dalam
setiap amar putusan Komisi Informasi Provinsi Papua dengan seadil-adilnya. Berdasarkan
survey nilai indikator ketersediaan mekanisme penyelesaian perkara informasi secara
independen di tingkat nasional dan lokal mendapatkan nilai total rata-rata 68,17 kategori nilai
sedang.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Indeks Keterbukaan Informasi Publik (IKIP) berisikan data, fakta, dan informasi
tentang perkembangan keterbukaan informasi diharapkan mampu menggambarkan
keadaan, kemajuan, proses, dan capaian secara faktual dan komprehensif terkait
pelaksanaan Undang-Undang No 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.
Indeks Keterbukaan Informasi Publik dilaksanakan dengan prinsip terukur, obyektif,
akuntabel, partisipatif, transparan, dan berkelanjutan.
Urgensi dari penyusunan IKIP ini terkait adanya pengaruh langsung antara
peningkatan kualitas hidup manusia dengan upaya pemenuhan hak untuk tahu dan hak
atas informasi secara menyeluruh di 34 provinsi di Indonesia, termasuk Provinsi Papua
di dalamnya.
Tahapan Indeks Keterbukaan Informasi Publik (IKIP) oleh Pokja IKIP Daerah
Papua dilakukan sesuai petunjuk teknis yang dikeluarkan oleh Komisi Informasi Pusat.
Pokja Daerah Papua berjumlah 7 orang yang terdiri dari 5 Anggota Komisi Informasi
Provinsi Papua dan 2 Eksternal. Informan ahli daerah Papua berjumlah 9 orang yang
terdiri dari perwakilan unsur pemerintah, akademisi, NGO/CSO, jurnalis, dan pengusaha
yang memberikan kontribusi dalam memberikan penilaian dan komentar terhadap setiap
pertanyaan didasari dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki.
Beberapa kendala yang ditemui adalah minimnya waktu yang diberikan kepada
Pokja Papua dalam melakukan wawancara dengan informan Ahli sebelum FGD IKIP
dan keterbatasan waktu dalam pengumpulkan data untuk paparan hasil riset Pokja.
Sehingga nilai total hasil rata-rata Indek Keterbukaan Informasi Publik di Provinsi Papua
sebesar 66,43 merupakan kategori penilaian dengan hasil sedang.
3.2. Rekomendasi
A. Indeks Keterbukaan Informasi Publik (IKIP)
1. Indeks Keterbukaan Informasi Publik (IKIP) menjadi salah satu alat untuk
melihat kondisi dan situasi keterbukaan informasi publik dalam memperbaiki
tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Sehingga IKIP bisa
menjadi program periodic yang dilakukan setiap 3 tahun sekali oleh Komisi
Informasi.
2. Informan Ahli Daerah khususnya di Provinsi Papua dibagi menurut wilayah
adat dan perlu dilibatkan beberapa unsur lagi misalnya lembaga agama, DPRD,
kelompok perempuan dan mahasiswa.
3. Waktu yang dilakukan IKIP sangat cepat dengan jumlah pertanyaan quisioner
yang banyak, metodologi interviews, pengumpulan data sekunder perlu ditinjau
kembali waktu dan metodeloginya (design kegiatan bisa dilakukan dengan
beberapa cara/metodelogi) untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
B. Anggaran IKIP
Anggaran berbasis tingkat kemahalan wilayah yang berbeda-beda, maka
diperlukan dukungan anggaran yang lebih besar.
C. Advokasi Pembentukan PPID Badan Publik
Perlu adanya sosialisasi UU Keterbukaan Informasi Publik melalui OPD maupun
badan publik lainnya melalui IKIP secara berkala.