1
1. PENDAHULUAN
Salah satu sektor industri yang merupakan pilar penyangga perekonomian
di Indonesia adalah sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Peran UKM
sendiri terlihat dari jumlah unit usaha dan daya serap tenaga kerja oleh UKM yang
cukup signifikan. Akan tetapi rendahnya kesadaran sektor UKM dalam
kepedulian lingkungan membawa pengaruh buruk bagi kualitas lingkungan.
Kenyataanya UKM menjalankan usaha tanpa melihat dari sisi ekologis dan hanya
berorientasi pada profit saja (Purwaningsih, 2008).
UKM yang cukup banyak dijumpai di Salatiga salah satunya adalah usaha
tempe. Terdapat sekitar 273 usaha tempe yang terdaftar dalam PRIMKOPTI
“HANDAYANI” kota Salatiga dan sekitarnya. Usaha tempe umumnya
merupakan usaha turun-temurun yang tidak memiliki laba cukup besar apabila
produksi dalam jumlah sedikit. Menurut pelaku usaha bernama Jimah, pekerjaan
ini sudah menjadi pekerjaan yang mendarah daging, walaupun laba tidak seberapa
tapi produksi tetap dijalankan. Namun sebaliknya yang dialami Kasturah, apabila
produksi mencapai satuan kwintal, maka laba yang didapat cukup besar, apalagi
usaha tempe miliknya adalah usaha rumah tangga yang tidak perlu mengeluarkan
biaya tenaga kerja.
Kebanyakan usaha tempe ini tidak melakukan pengelolaan limbah yang
baik. Usaha tempe menghasilkan limbah cair yang apabila tidak dikelola dengan
benar dan hanya langsung dibuang di perairan akan sangat mengganggu
lingkungan sekitarnya. Hal ini dapat dibuktikan dengan terciumnya bau busuk
disekitar lokasi pabrik tempe. Hasil dari penelitian yang diperoleh ternyata limbah
2
cair yang berasal dari proses perebusan dan perendaman kedelai tersebut
mempunyai suhu, TDS, TSS, BOD, COD serta amoniak bebas yang dihasilkan
melebihi standart baku mutu limbah cair, sehingga dapat mencemari lingkungan
(Wiryani, 2007)
Sebagian besar usaha tempe membangun lokasi usaha disekitar sungai
maupun selokan guna memudahkan proses pembuangan limbah tanpa harus
mengeluarkan biaya tambahan yang dapat mengurangi penghasilan (Wiryani,
2007). Hal ini perlu ditanggapi serius oleh pemerintah juga pelaku usaha untuk
menanggulangi kegiatan pembuangan limbah oleh pelaku usaha guna
melestarikan lingkungan hidup yang tercemah oleh usaha.
Dunlap dan Scare (1991) dalam Lindrianasari (2007) menyatakan bahwa
dari hasil polling, publik memandang kegiatan bisnis dari perusahaan sebagai
kontributor terbesar terhadap permasalahan lingkungan yang terjadi saat ini,
sehingga tanpa di sadari oleh pihak-pihak lain seperti perusahaan, maka perbaikan
lingkungan tidak berpengaruh signifikan, sehingga dengan permasalahan
lingkungan yang semakin meresahkan, UKM baiknya berperan menanggulangi
masalah lingkungan terutama usaha tempe di kota Salatiga diharapkan mampu
menjaga lingkungan sekitar usahanya.
Banyaknya gerakan peduli lingkungan (green movement) yang melanda
dunia, akutansi mulai menginternalisasi berbagai eksternalitas yang muncul
sebagai konsekuensi proses industri, sehingga lahir istilah green accounting.
Dengan hanya berfokus pada peningkatan lingkungan sosial, akuntansi mengisi
peran dan harapan untuk mengukur kinerja lingkungan (Assyura Ratna, 2010).
3
UKM dianggap perlu menerapkan green accounting dalam menjalankan
usahanya karena peran UKM sendiri yang terlibat dalam perkembangan usaha di
Indonesia turut serta menghasilkan limbah yang cukup signifikan. dalam
penelitian Suryani (2011) mengatakan bahwa terdapat 52 juta UKM yang ada di
Indonesia. Hal ini menunjukan keterlibatan UKM dalam kerusakan lingkungan
yang tidak dapat dihindarkan.
Penelitian ini mengangkat masalah green accounting pada usaha tempe di
Kota Salatiga dengan persoalan penelitian sebagai berikut :
1. Apakah pelaku bisnis (UKM) tempe di Kota Salatiga Peduli dengan
lingkungan?
2. Apakah pelaku bisnis (UKM) tempe di Kota Salatiga memiliki pengetahuan
mengenai konsep green accounting dan konsep biaya lingkungan?
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepedulian usaha tempe di Kota
Salatiga terhadap lingkungan dan pengetahuan mereka mengenai green
accounting. Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan pemahaman
bagi peneliti dan pembaca mengenai pengetahuan dan tindakan lebih lanjut
tentang biaya lingkungan dan green accounting. Sedangkan bagi UKM terutama
tempe, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran pengetahuan
mengenai biaya lingkungan dan green accounting serta pengarahan untuk
menyikapi hal tersebut.
4
2. KAJIAN PUSTAKA
2.1 Green Accounting
Dalam dunia akuntan, para akuntan menganjurkan untuk melihat
lingkungan bukan sebagai ancaman melainkan sebagai kesempatan (kartikasari,
2012). Dengan memasukan biaya lingkungan kedalam biaya usaha akan
mempengaruhi output industri menjadi baik. Lickiss (1991) mengatakan bahwa
akuntan harus menempatkan penekanan akuntansi untuk sumber daya manusia
dan kekayaan alam, karena praktek lingkungan yang baik juga akan berefek pada
praktek bisnis yang baik.
Menurut Kartikasari (2012) Green accounting adalah jenis akuntansi yang
mencoba memasukkan faktor biaya lingkungan kedalam hasil keuangan usaha.
Perilaku akuntan dengan memasukan biaya lingkungan dalam komponen biaya-
biaya perusahaan akan menghasilkan penilaian kuantitatif tentang biaya dan efek
perlindungan lingkungan perusahaan. Akuntansi lingkungan memiliki kesulitan
tersendiri dalam mengukur cost and benefit yang muncul dalam proses industri.
Polusi udara, limbah cair, kebocoran tabung amoniak, kebocoran tabung nuklir
atau eksternalitas lain (Susilo, 2008) merupakan kerugian yang diterima
masyarakat yang sulit untuk diukur nilainya.
Di Indonesia, Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) telah menyusun suatu
standar pengungkapan akuntansi lingkungan dalam Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) No. 32 dan 33 yang mengatur tentang kewajiban perusahaan
dari sektor pertambangan dan pemilik Hak Pengusaha Hutan (HPH) untuk
5
melaporkan item-item lingkungannya dalam laporan keuangan. Namun pada
tingkat pelaksanaan belum ada penerapan dan kontrol terhadap perusahaan-
perusahaan yang beresiko besar dan punya andil besar merusak lingkungan.
Padahal perusahaan yang bergerak secara langsung dengan lingkungan, dengan
bahan baku untuk proses produksi diambil langsung dari alam, seringkali terbukti
memunculkan kerusakan besar pada alam (Susilo, 2008).
Menurut Kwarto (2010) Beberapa pertimbangan bagi perusahaan untuk
menerapkan akuntansi lingkungan sebagai bagian dari sistem akuntansi
perusahaan yaitu: (1) Memungkinkan mengurangi dan menghilangkan biaya
lingkungan. (2) Meningkatkan kinerja lingkungan perusahaan yang mungkin
memiliki dampak negatif pada manusia, kesehatan dan keberhasilan bisnis
perusahaan. (3) diharapkan menghasilkan biaya atau harga yang lebih akurat
terhadap produk dari proses lingkungan yang diinginkan dan memungkinkan
untuk memenuhi kebutuhan pelanggan yang mengharapkan produk yang lebih
baik / jasa lingkungan.
Dilihat dari sisi perusahaan saat ini, yang paling menarik adalah
bagaimana green accounting dikembangkan dalam suatu usaha dan menjadi suatu
hal yang wajib diterapkan di setiap usaha sehingga output dari usaha tersebut
merupakan output yang ramah lingkungan dan aman untuk digunakan dan
dikonsumsi masyarakat.
6
2.2. Biaya Lingkungan
Biaya lingkungan merupakan dampak yang timbul dari sisi keuangan
maupun non keuangan yang harus dipikul sebagai akibat dari kegiatan yang
mempengaruhi kualitas lingkungan (Ikhsan, 2008:13). Biaya lingkungan yang
terjadi dalam perusahaan merupakan salah satu biaya overhead pabrik yang sulit
sekali untuk diidentifikasi secara langsung dikarenakan biaya-biaya tersebut
seringkali tersembunyi dalam pusat biaya dan tidak ada bukti pencatatan ataupun
pelaporan yang sangat jelas terkait dengan biaya-biaya lingkungan (Ikhsan, 2008).
Alokasi biaya lingkungan terhadap produk atau proses produksi dapat
memberikan manfaat motivasi bagi manajer atau bawahannya untuk menekan
polusi sebagai akibat dari proses produksi tersebut. Didalam akuntansi
konvensional, biaya ini dialokasikan pada biaya overhead dan pada akuntansi
tradisional dilakukan dengan berbagai cara antara lain dengan dialokasikan ke
produk tertentu atau dialokasikan pada kumpulan kumpulan biaya yang menjadi
biaya tertentu sehingga tidak dialokasikan ke produk secara spesifik. (Widiari
Haryanto, 2003).
Penelitian Terdahulu
Penelitian yang berkaitan dengan akuntansi lingkungan pernah dilakukan
oleh Bebington et al (1994) yang dalam penelitian tersebut menyatakan bahwa
keterlibatan akuntan manajemen dan akuntansi dalam respon perusahaan terhadap
agenda lingkungan berada pada level rendah, disamping menyimpulkan adanya
konflik antara kesadaran akuntan manajemen terhadap agenda lingkungan dan
7
ketidakmampuan untuk menterjemahkan kedalam kegiatan dalam kehidupan
usaha.
Yakhou dan Dorweiler (2004) dalam penelitiannya yaitu “Environmental
Accounting : An Essential Component Of Business Strategy” membuktikan
bahwa peran akuntansi mendukung strategi lingkungan dan strategi bisnis dan
beberapa sub jurusan akuntansi berhubungan dengan isu lingkungan,
mengarahkan perusahaan pada sebuah cara berwawasan dan ramah terhadap
lingkungan.
3. METODE PENELITIAN
Populasi penelitian ini adalah usaha tempe yang tergabung dalam
PRIMKOPTI “HANDAYANI” kota Salatiga dan sekitarnya. Sedangkan sampel
diambil berdasarkan kriteria dengan metode purposive sampling dengan kriteria :
1. Usaha tempe terdaftar dalam PRIMKOPTI “HANDAYANI” Salatiga dan
sekitarnya tahun 2012
2. Usaha tempe terdaftar dalam PRIMKOPTI “HANDAYANI” Salatiga dan
sekitarnya yang hanya berada di kota Salatiga tahun 2012
3. Usaha tempe masih berjalan sampai tahun 2013
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu
dengan wawancara dan pembagian kuesioner kepada pelaku bisnis tempe. Fokus
penelitian ini adalah mengetahui tingkat pengetahuan dan kepedulian pelaku
bisnis mengenai biaya lingkungan dan green accounting di lingkungan usahanya.
8
Kategori untuk mengetahui pengetahuan dan kepedulian pelaku bisnis
menurut Arikunto (2006) dibagi dalam 3 kategori, yaitu;
a. Baik : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 76% - 100% dari
seluruh pertanyaan .
b. Cukup : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 56% - 75% dari
seluruh pertanyaan.
c. Kurang: Bila subyek mampu menjawab dengan benar 40% - 55% dari
seluruh pertanyaan.
Dalam penilitian ini, subyek dikatakan benar apabila menyatakan tahu dan
peduli dengan mengisi kuesioner diatas poin 4 atau netral keatas.
variabel dalam penelitian ini menggunakan distribusi frekuensi. Dengan
distribusi frekuensi ini seseorang bisa dengan mudah melihat bagaimana
sekumpulan data mengelompok dan bagaimana kira-kira model populasi data
dapat diperoleh.
Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini :
a. Preferensi kepentingan. Pengukuran dengan memberikan kode (coding) untuk
mengubah persepsi/opini secara kualitatif kedalam suatu urutan kuantitatif.
Skala pengukuran yang digunakan tersebut bertujuan untuk mengukur
persepsi responden mengenai tingkat kepentingan dalam usaha. Masing-
masing indikator akan diukur dengan menggunakan skala pengukuran yang
akan diberi nilai antara 1 sampai 6 yang menunjukkan tingkatan dari masing-
9
masing indikator. Dengan deskripsi sebagai berikut, nilai “1” akan diberikan
jika responden menjawab “sangat penting”, nilai “2” diberikan jika responden
menjawab “penting”, nilai “3” diberikan jika responden menjawab “cukup
penting”, nilai “4” diberikan jika responden menjawab “kurang penting” nilai
“5” diberikan jika responden menjawab “tidak penting”. Dan nilai “6” jika
responden menjawab “sangat tidak penting.”
b. Kepedulian lingkungan. Variabel ini menunjukan nilai dasar dan sikap dari
pelaku usaha dalam memperhatikan dan bertindak proaktif terhadap kondisi
atau keadaan disekitar lingkungan usaha. Menunjukan sikap keberpihakan
untuk melibatkan diri dalam persoalan lingkungan dan perlakuan terhadap
limbah usaha.
c. Kesadaran biaya lingkungan. Variabel ini menunjukan pengertian yang
mendalam pada diri pelaku usaha yang terwujud dalam pemikiran sikap dan
tingkah laku dan tanggungjawab pelaku usaha mengenai biaya lingkungan
yang terjadi dalam usahanya,.
d. Pengetahuan biaya usaha. Variabel ini menunjukan pengetahuan biaya pada
pelaku usaha dalam pengelolaan biaya dan pengorbanan usaha untuk
memperoleh manfaat.
e. Pengetahuan biaya lingkungan. Variabel ini menunjukan pengetahuan pelaku
usaha dalam mengelola biaya lingkungan serta pembebanan biaya lingkungan
dalam biaya usaha.
10
f. Gaya pengeluaran individu. Variabel ini menunjukan perilaku pelaku usaha
dalam melakukan pengeluaran dan menata keuangan usaha sehingga dapat
mengetahui sikap pelaku usaha dalam mengelola keuangan.
Variabel b sampai f diukur guna mengetahui tingkat kebutuhan pelaku
bisnis.. Untuk kebutuhan nilai “1” dikategorikan “sangat tidak penting”, nilai “2”
dikategorikan “tidak penting”, nilai “3” dikategorikan “kurang penting”, nilai “4”
dikategorikan “biasa”, nilai “5” dikategorikan “cukup penting”, nilai “6”
dikategorikan “penting” dan nilai “7 dikategorikan “sangat penting”.
BAB 4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Berdasarkan kriteria sampel yang telah ditentukan, maka dapat diperoleh
sampel sebanyak 56 usaha tempe yang berada di kota Salatiga yang tergabung
didalam PRIMKOPTI “HANDAYANI” Salatiga dan sekitarnya sebagaimana
dijabarkan dalam tabel dibawah ini.
Tabel1. Sampel penelitian
Kriteria-kriteria yang
Digunakan
Jumlah
Perusahaan
1. Daftar pengusaha tempe yang terdaftar dalam PRIMKOPTI
“HANDAYANI” Salatiga dan sekitarnya 2012
273
2. Pengusaha tempe yang terdaftar dalam PRIMKOPTI “HANDAYANI”
kota salatiga dan sekitarnya yang berada diluar kota Salatiga
( 178)
3. Pengusaha tempe yang terdaftar dalam PRIMKOPTI “HANDAYANI” kota salatiga dan sekitarnya yang tidak berproduksi lagi sampai tahun
2013
( 39 )
Jumlah sampel yang digunakan 56
Sumber : Rekap daftar anggota PRIMKOPTI “HANDAYANI” Salatiga, 2012
11
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 273 usaha tempe yang
terdaftar dalam PRIMKOPTI “HANDAYANI” Salatiga dan sekitarnya, hanya
terdapat 56 usaha tempe yang memenuhi kriteria untuk di teliti.
Dalam tabel karakteristik responden ditunjukan usia para pelaku bisnis yang
kebanyakan diatas 50 tahun dan para pelaku bisnis tempe pun didominasi oleh
perempuan dengan berpendidikan rata-rata SD dan minim SMA yang juga
mempengaruhi proses produksi, keuangan dan gaya pengeluaran masing-masing
pelaku bisnis.
Karakteristik responden dijabarkan dalam tabel dibawah ini.
Tabel 2. Karakteristik Responden
Variabel
Penelitian
Jumlah %
Jenis Kelamin
Perempuan 33 58,9%
Laki-laki 23 41,1%
Total 56 100%
Usia`1
<50 tahun 10 17,9%
≥50 tahun 46 82,1%
Total 56 100%
Pendidikan
Tidak Sekolah 5 8,9%
SR 2 3,6%
SD 38 67,9%
SMP 6 10,7%
SMA 5 8,9%
Total 56 100%
Sumber: Rekap daftar anggota PRIMKOPTI “HANDAYANI” Salatiga, 2012
4.1 Preferensi Kepentingan
12
Deskripsi secara umum pernyataan pada masing-masing item kepentingan
digunakan untuk mengukur prioritas masing-masing pengusaha dalam
menentukan kepentingan usaha.
Secara keseluruhan, pengrajin tempe lebih mengutamakan laba disusul
dengan kualitas, biaya usaha yang rendah dan omset. Produk ramah lingkungan
berada diprioritas terakhir sedangkan limbah berada diposisi kelima dan tidak
terlalu dipermasalahkan di industri tempe dengan prioritas kepentingan hanya
mencapai 3,6%
Pengukuran kepentingan ditunjukan dalam tabel preferensi kepentingan.
Tabel 3. Preferensi kepentingan
No Kepentingan sangat
penting
Penting cukup
penting
kurang
penting
tidak
penting
sangat
tidak
penting
1 Omset 17.9% 26.8% 21.4% 14.3% 14.3% 5.4%
2 Laba 28.6% 16.1% 21.4% 21.4% 7.1% 5.4%
3 Biaya Usaha
Rendah
23.2% 26.8% 19.6% 8.9% 14.3% 7.1%
4 Kualitas 25.0% 17.9% 28.6% 23.2% 5.4% 0.0%
5 Produk/Jasa
Ramah
Lingkungan
1.8% 8.9% 1.8% 17.9% 35.7% 33.9%
6 Limbah 3.6% 3.6% 7.1% 14.3% 21.4% 50.0%
Sumber : Hasil olahan, November 2013
Naiknya harga kedelai akhir-akhir ini membuat pada pelaku bisnis tempe
mengecilkan ukuran tempe agar biaya usaha yang dikeluarkan tidak terlalu besar
dan laba yang didapat tetap maksimal namun tidak meninggalkan kualitas dengan
produksi menggunakan bahan baku yang aman bagi konsumen. Tempe
merupakan makanan yang output produksinya tidak mencemari lingkungan
sehingga pelaku bisnis tidak memprioritaskan keramahan lingkungan produk ini.
13
Sedangkan menurut Ahmad Rochim, pelaku usaha di desa Cengek. Limbah usaha
tidak mengganggu kelangsungan hidup usaha karena sebagian daripada pelaku
bisnis menjadikan limbah tempe sebagai makanan ternak dan sebagian lagi
berinisiatif mendirikan pabrik didekat sungai atau selokan yang alirannya menuju
ke sawah agar limbah tersebut dapat langsung dibuang ke sawah dan dianggap
menguntungkan petani karena dapat digunakan sebagai pupuk sehingga hal
tersebut tidak menjadi kendala bagi para pengusaha tempe untuk berproduksi dan
tetap menjaga lingkungan, padahal hal yang kurang mereka sadari adalah limbah
cair tempe tidak dapat dijadikan pupuk apabila tidak diolah terlebih dahulu dan
hal tersebut sebenarnya tidak memberi keuntungan bagi para petani.
4.2 Kepedulian Lingkungan
Kepedulian lingkungan masing-masing pelaku bisnis berbeda-beda, begitu
juga perlakuan pelaku bisnis terhadap lingkungan disekitar usahanya. Lingkungan
menjadi salah satu hal yang terpenting dalam menjalankan usaha, apabila
lingkungan usaha tidak mendukung maka produk yang dihasilkanpun menjadi
kurang maksimal.
Dalam hasil wawancara, pelaku usaha tempe beranggapan bahwa mereka
mengetahui bagaimana menjaga lingkungan hidup, tetapi jika dilihat kembali pada
prioritas usaha, pelaku bisnis menempatkan limbah pada posisi lima yang berarti
limbah tidak penting dalam usaha. Hal ini menunjukan adanya pemahaman yang
salah oleh pelaku bisnis mengenai cara menjaga lingkungan hidup disekitar usaha.
14
Tabel dibawah ini menunjukan pengetahuan pelaku bisnis mengenai lingkungan
usaha.
Tabel 4. Kepedulian Lingkungan
No Pernyataan STS TS KS N CS S SS
1 Secara umum, saya
mengetahui bagaimana
menjaga lingkungan hidup
0% 0% 0% 8,9% 8,9% 55,4% 26,8%
2 Secara umum saya
mengetahui bahwa
menjaga lingkungan hidup
sama dengan menjaga
kelangsungan hidup usaha
0% 0% 3,6% 5,4% 16,1% 35,7% 39,3%
3 Saya selalu menggunakan
bahan-bahan (perlengkapan
dan bahan baku) usaha
yang ramah lingkungan
0% 0% 0% 14,3% 21,4% 28,6% 35,7%
4 Saya selalu menjaga agar
limbah usaha tidak
mencemari lingkungan
hidup
0% 1,8% 1,8% 14,3% 17,9% 33,9% 30,4%
5 Saya selalu memilah
limbah usaha yang organik
dan non organic
1,8% 7,1% 7,1% 12,5% 30,4% 17,9% 23,2%
6 Secara umum, saya selalu
membeli peralatan usaha
yang ramah lingkungan
0% 3,6% 8,9% 19,6% 19,6% 28,6% 19,6%
Sumber : Hasil olahan, November 2013
Usaha tempe di kota Salatiga sebagian besar merupakan usaha rumah
tangga yang masih dikerjakan dengan cara tradisional yang peralatannya ramah
lingkungan seperti tampah, gilingan, dan lain lain. Limbah usaha yang kurang
menjadi prioritas dalam preferensi kepentingan pun masih dianggap penting
pengelolaannya agar tidak mengganggu lingkungan disekitar usaha dan kualitas
tempe pun tetap terjaga. Namun 17,9% pelaku bisnis memiliki pendapat netral
kebawah. Mereka beranggapan bahwa limbah bisa dibuang dimana saja selama
15
tidak mengganggu produksi dan tidak mengganggu masyarakat sekitar. Slamet
wahyudi, pelaku bisnis tempe di desa Candiwesi malah beranggapan bahwa tempe
tidak memiliki limbah yang perlu dikhawatirkan. Ini menunjukan bahwa pelaku
bisnis memiliki pandangan yang sempit mengenai limbah .
Disisi lain, beberapa dari pelaku usaha beranggapan bahwa limbah cair
yang dihasilkan industri tempe oleh pelaku bisnis tidak perlu dipilah lagi karena
merupakan satu-satunya limbah dari industri tersebut dan mereka memberikan
limbah tersebut kepada peternak sapi atau membuang limbah tersebut ke sungai.
Seperti halnya pada preferensi kepentingan dimana limbah tidak terlalu
dipermasalahkan karena pembuangan limbah tempe tidak mengganggu jalannya
produksi. Menurut mereka membuang limbah ke sungai atau selokan tidaklah
mencemari lingkungan hidup, namun pada kenyataannya dalam jangka panjang
limbah tempe yang dibuang ke sungai sangatlah berbahaya karena dapat
mempengaruhi kualitas air dan kehidupan organisme di perairan tersebut.
4.3 Kesadaran Biaya Lingkungan
Pelaku usaha seringkali mengabaikan biaya lingkungan karena
keberadaannya yang tidak terlihat dalam alokasi biaya overhead. Mereka
menganggap biaya lingkungan hanyalah biaya pendukung yang tidak berkaitan
langsung dengan proses produksi.
Secara umum pelaku usaha mengetahui bahwa biaya lingkungan
merupakan tanggungjawab usaha karena lingkungan disekitar usaha sangat
mempengaruhi kinerja serta hasil produksi sehingga lingkungan sekitar usaha
16
harus dipelihara. Seorang pelaku bisnis di desa Kebonmas, Suhadi beranggapan
bahwa dirinya kurang setuju jika disebut mengerti bahwa biaya lingkungan adalah
tanggungjawab usaha. Pembuangan limbah ke sungai yang membuat pelaku bisnis
tidak mengerti mengenai biaya lingkungan karena hal tersebut tidak mengeluarkan
biaya apapun dan tidak pernah terjadi masalah dengan kegiatan tersebut selama
usaha berjalan. Bahkan banyak pelaku bisnis yang mengetahui bahwa biaya
lingkungan adalah tanggungjawab usaha tetapi tidak membebankan biaya
lingkungan dalam biaya usaha.
Berikut didalam tabel 5 terdapat pernyataan para pelaku bisnis mengenai
kesadaran mereka terhadap biaya lingkungan.
Tabel 5. Kesadaran biaya lingkungan
No Pernyataan STS TS KS N CS S SS
1 Secara umum, saya
mengetahui bahwa biaya
lingkungan adalah tanggung
jawab usaha
0% 0% 1,8% 14,3% 19,6% 17,9% 46,4%
2 Saya memiliki pengetahuan
yang baik mengenai biaya
lingkungan yang diperlukan dalam usaha
7,1% 8,9% 10,7% 19,6% 21,4% 19,6% 12,5%
3 Secara umum, saya
mengetahui setiap
pengeluaran yang dilakukan
untuk biaya lingkungan
10,7% 5,4% 14,3% 12,5% 19,6% 23,2% 14,3%
4 Saya mengetahui biaya
menggunakan bahan-bahan
usaha ramah lingkungan
8,9% 1,8% 8,9% 23,2% 19,6% 16,1% 21,4%
5 Saya mengetahui biaya yang
harus dikeluarkan untuk
mengolah limbah usaha
3,6% 12,5% 14,3% 25% 14,3% 19,6% 10,7%
6 Saya membebankan biaya
lingkungan sebagai bagian
dari beban usaha
7,1% 8,9% 14,3% 19,6% 19,6% 16,1% 14,3%
Sumber : Hasil olahan, November 2013
17
Pelaku bisnis tempe masih menggunakan peralatan tradisional dalam
proses produksinya seperti menggunakan tampah, menggiling dengan diinjak-
injak, dan lain lain. Hal ini disebabkan cara produksi yang sudah turun-temurun
menggunakan alat dan bahan yang digunakan membuat mereka tidak memikirkan
untuk menggunakan alat dan bahan lain, serta pengelolaan limbah yang sudah
mendarah daging, yaitu membuang limbah ke sungai, karena pada umumnya
limbah dari tempe ini tidak terlalu dipusingkan oleh para pelaku bisnis dengan
adanya beberapa pihak yang diuntungkan seperti peternak sapi maupun petani.
Beberapa para pelaku bisnis menyadari bahwa biaya lingkungan
diperlukan guna menanggulangi protes warga yang merasa terganggu seperti yang
terjadi di desa Kalisawo, karena rumah produksi milik Bambang yang terlalu
berdekatan dengan rumah warga dan tidak ada sungai disekitarnya, maka
pengusaha tempe pun mengeluarkan biaya misalnya untuk membuat saluran air
menuju sungai yang alirannya tidak dimanfaatkan warga tapi tetap saja biaya
tersebut tidak dialokasikan kedalam biaya overhead atau kumpulan biaya tertentu
dan hanya sebagai biaya kewajiban usaha atau pendukung saja dan tidak
dibebankan kedalam beban usaha. Kebanyakan pelaku bisnis tidak mengetahui
jumlah biaya yang harus dikeluarkan untuk mengelola limbah usaha karena bukan
merupakan biaya tetap usaha, dan hanya dikeluarkan sewaktu-waktu saja.
4.4 Pengetahuan Biaya Usaha
Biaya yang terjadi merupakan nilai tukar, pengeluaran, pengorbanan untuk
memperoleh manfaat. Biaya terbagi menjadi dua jenis, yaitu biaya langsung dan
18
biaya tidak langsung. biaya limbah semestinya masuk didalam biaya tidak
langsung yaitu biaya overhead dari usaha (carter dan Usri, 2006:40). Tetapi
karena UKM belum menggunakan laporan keuangan maka biaya tersebut
seharusnya diklasifikasikan dalam alokasi biaya-biaya tertentu.
Berikut tabel 6 merupakan tabel yang menunjukan pengetahuan pelaku bisnis
mengenai biaya usaha.
Tabel 6. Pengetahuan biaya usaha
No Pernyataan STS TS KS N CS S SS
1 Secara umum, saya
mengetahui bagaimana
mengelola biaya usaha
0% 0% 5,4% 17,9% 32,1% 21,4% 23,2%
2 Saya selalu mengukur
kinerja usaha saya dalam
profit (keuntungan)
0% 1,8% 8,9% 10,7% 23,2% 32,1% 23,2%
3 Saya mengetahui bagaimana
mengelola biaya usaha
0% 0% 10,7% 14,3% 19,6% 32,1% 23,2%
4 Saya mengetahui komponen-
komponen biaya usaha
0% 1,8% 10,7% 16,1% 28,6% 30,4% 12,5%
5 Saya memiliki pengalaman
yang cukup untuk mengelola
biaya usaha
0% 0% 7,1% 21,4% 25% 26,8% 19,6%
6 Saya memilahkan
pengeluaran usaha yang
dilakukan dengan pengeluaran pribadi
10,7% 5,4% 10,7% 7,1% 19,6% 35,7% 10,7%
7 Saya mengetahui bagaimana
membebankan biaya usaha
dalam perhitungan harga
produk/jasa maupun
perhitungan profit/keuntungan
0% 0% 0% 16,1% 19,6% 30,4% 33,9%
Sumber : Hasil olahan, November 2013
Rata-rata pelaku bisnis memiliki pengetahuan mengenai biaya secara
umum dan berpengalaman dalam mengelola biaya usaha, namun 3 dari 56 pelaku
bisnis mengaku kurang mengetahui bagaimana mengelola biaya usaha yang baik
19
karena keterbatasan biaya produksi yang menyebabkan mereka hanya memikirkan
bagaimana berproduksi dan mendapatkan laba.
Pelaku usaha mengetahui bagaimana membebankan setiap biaya usaha
yang dikeluarkan sehingga pelaku usaha bisa mengetahui tingkat profit yang
didapatkan, namun 12 pelaku bisnis mengaku kurang memperhatikan pengukuran
laba karena usaha yang dijalankan merupakan usaha sampingan yang tidak
menghasilkan laba yang tinggi namun terus dijalankan karena sangat disayangkan
apabila usahanya dihentikan. Sayangnya beberapa dari mereka yang tidak
memilahkan penghasilan untuk kepentingan usaha dengan kepentingan pribadi
sehingga laba yang didapat tidak begitu terasa dan mereka akan merasa berat
ketika melakukan pengeluaran uang untuk pribadi maupun usaha. Hal ini
dipengaruhi oleh pelaku bisnis yang kebanyakan adalah perempuan yang
merupakan pelaku usaha sekaligus pengatur keuangan rumahtangga.
4.5 Pengetahuan Biaya Lingkungan
Biaya lingkungan yang terjadi dalam perusahaan merupakan salah satu
biaya overhead yang sulit sekali untuk diidentifikasi secara langsung dikarenakan
biaya-biaya tersebut seringkali tersembunyi dalam pusat biaya dan tidak ada bukti
pencatatan atau pelaporan yang jelas terkait dengan biaya lingkungan (Ikhsan,
2008). Pelaku bisnis beranggapan bahwa mereka mengetahui bagaimana
mengelola biaya lingkungan dan memiliki pengalaman yang cukup dalam
mengelola biaya lingkungan. Namun kebanyakan dari mereka tidak
20
membebankan biaya lingkungan dalam biaya usaha karena mereka menganggap
biaya lingkungan sudah merupakan kewajiban pelaku bisnis.
Pernyataan dalam tabel dibawah ini bertujuan untuk mengetahui tingkat
pengetahuan biaya lingkungan para pelaku bisnis.
Tabel 7. Pengetahuan biaya lingkungan
No Pernyataan STS TS KS N CS S SS
1 Secara umum, saya
mengetahui bagaimana
mengelola biaya
lingkungan
0% 3,6% 10,7% 17,9% 26,8% 25% 16,1%
2 Saya memiliki
pengalaman yang cukup
untuk mengelola biaya
lingkungan
0% 3,6% 8,9% 19,6% 30,4% 26,8% 10,7%
3 Secara umum, saya
memiliki pengetahuan
mengenai biaya
lingkungan
0% 16,1% 17,9% 10,7% 19,6% 32,1% 3,6%
4 Saya mengetahui
komponen-komponen
biaya lingkungan
3,6% 16,1% 16,1% 21,4% 25% 14,3% 3,6%
5 Saya mengetahui
bagaimana membebankan biaya lingkungan dalam
biaya usaha
1,8% 21,4% 17,9% 19,6% 10,7% 19,6% 8,9%
Sumber : Hasil olahan, November 2013
Terdapat angka ketidaktahuan yang tinggi oleh para pelaku bisnis
mengenai komponen biaya lingkungan. Hal ini terjadi karena sempitnya
pengetahuan pelaku bisnis mengenai biaya yang dikeluarkan untuk lingkungan
sekitar usaha, hal itu berpengaruh juga terhadap pembebanan biaya lingkungan
dalam biaya usaha dimana 40% pengusaha tidak mengetahui pembebanan biaya
lingkungan dalam biaya usaha. Apabila terjadi pengeluaran mengenai lingkungan,
mereka menganggap itu adalah pengeluaran menggunakan uang pribadi.
21
4.6 Gaya Pengeluaran Individu
Cara pelaku usaha mengendalikan keuangan sangat berpengaruh dengan
pengaturan biaya usaha. Apabila pelaku usaha memilah-milah keuangan untuk
masing-masing kepentingan maka keuangan untuk usaha dan untuk pribadi
teratur.
Dalam tabel 8 berikut menjelaskan gaya pengeluaran individu para pelaku usaha
tempe di kota Salatiga.
Tabel 8. Gaya pengeluaran individu
No Pernyataan STS TS KS N CS S SS
1 Ketika saya melakukan
pengeluaran untuk kepentingan
usaha, saya selalu merasa seperti melakukan pengeluaran
menggunakan uang pribadi saya
10,7% 12,5% 7,1% 12,5% 10,7% 16,1% 30,4%
2 Bagi saya sangat penting untuk
mengetahui usaha saya tidak
melakukan pengeluaran yang sia-sia
0% 0% 0% 1,8% 3,6% 30,4% 64,3%
3 Saya selalu megecek uang yang
ada ketika saya memutuskan
untuk membeli sesuatu
5,4% 7,1% 5,4% 10,7% 0%
25% 46,4%
4 Saya selalu hati-hati dalam
melakukan pengeluaran pribadi
dibandingkan pengeluaran usaha
3,6% 7,1% 5,4% 16,1% 5,4% 17,9% 44,6%
5 Saya jarang mengkuatirkan
pengeluaran uang
41,1% 19,6% 1,8% 3,6% 5,4% 16,1% 12,5%
Sumber : Hasil olahan, November 2013
Pelaku bisnis yang memilah penghasilan untuk usaha dan untuk
kepentingan pribadi rata-rata tidak mengkhawatirkan pengeluarannya karena uang
untuk kepentingan usaha sudah pasti tidak terganggu. Bagi mereka semua
pengeluaran usaha adalah hal yang penting sehingga menjadi hal yang tidak boleh
22
terganggu karena akan berdampak pada kinerja usaha. Pelaku bisnis pun
menganggap pengeluaran yang tidak sia-sia menjadi hal yang sangat penting
dalam usaha karena laba yang didapat oleh industri tempe tidaklah banyak
sehingga pengeluaran yang sia-sia harus diminimalisir agar laba yang diperoleh
tetap maksimal.
Pelaku bisnis memilih untuk memeriksa uangnya dan lebih berhati-hati ketika
ingin membeli barang untuk kepentingan pribadi dibanding ketika melakukan
pengeluaran untuk kepentingan usaha karena pengeluaran usaha dalah hal yang
penting dan wajib dilakukan untuk kelangsungan hidup usaha.
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan metode wawancara
dan penyebaran kuesioner pada pemilik usaha tempe yang tergabung dalam
PRIMKOPTI “HANDAYANI” kota Salatiga , peneliti menyimpulkan bahwa
untuk mencapai laba yang tinggi pelaku usaha mengharapkan biaya usaha yang
rendah dan tidak mempedulikan biaya lingkungan. Pengusaha tempe hanya
sekedar mengetahui mengenai biaya lingkungan namun tidak menerapkan dalam
usaha sehari-hari. Terlebih dengan adanya konsep green accounting yang
memasukkan biaya lingkungan dalam biaya usaha yang belum mereka ketahui .
konsep green accounting ini juga harus disosialisasikan pada UKM tidak hanya
pada perusahaan besar karena keberadaan UKM yang mulai memperluas
kesempatan kerjanya.
23
5.2 Keterbatasan dan Saran
Penelitian ini memiliki keterbatasan antaralain, populasi yang diambil
hanya usaha tempe yang tergabung dalam PRIMKOPTI “HANDAYANI” di kota
Salatiga saja, sedangkan masih banyak industri tempe yang tergabung dalam
PRIMKOPTI yang berada diluar kota Salatiga yang juga menghasilkan limbah.
Penelitian mendatang diharapkan dapat menambah sampel populasi penelitian
dengan meneliti semua pelaku bisnis tempe yang terdaftar dalam PRIMKOPTI
“HANDAYANI” kota Salatiga dan sekitarnya.
Dari kesimpulan diatas, maka peneliti memberikan saran bahwa dalam
menjalankan usahanya, para pengusaha tempe diharapkan mulai memperhatikan
pengelolaan limbah dengan baik. Pemerintah kota Salatiga pun diharapkan
membantu UKM tempe untuk mulai memahami dan menerapkan green
accounting dalam usahanya dan meningkatkan pengelolaan limbah yang baik
agar limbah tidak mencemari lingkungan.
24
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. (2006). “Definisi Pengetahuan”. Universitas Sumatra Utara
Carter dan Usry. (2006). “Cost Accounting”, Salemba Empat. Jakarta.
Ikhsan, Arfan. (2008) “Akuntansi Lingkungan dan Pengungkapannya”. Graha
Ilmu. Edisi pertama. Graha ilmu, Yogyakarta
Kartikasari, Lisa. (2012). “Niat Akuntan dan Akuntansi Lingkungan.” Universitas
Islam Sultan Agung.
Kwarto, F. (2010). “Synchronization Of Green Accounting With Company
Managerial Accounting; A Corporate Financial Department
Perspective”
Lickiss,M. (1991). “Measuring up to the Environmental Challenge Accountancy”
January.
Lindrianasari. (2007). “Hubungan Antara Kinerja Lingkungan dan Kualitas
Pengungkapan Lingkungan Dengan Kinerja Ekonomi Perusahaan Di
Indonesia” JAAI Vol.11. No.2
Paranoan, Natalia. (2010). “Akuntansi Lingkungan Dan Penerapannya Di
Indonesia” ADIWIDIA Edisi September 2010 No.1
Purwaningsih, Erni. (2008). “Pencapaian Eko-Efisien Melalui Kerjasama Antar
Pelaku Usaha pada Klaster Industri Batik Simbangkulon, Kabupaten
Pekalongan” Universitas Diponegoro, Semarang.
Ratna, Assyura. (2010, 9 Juni). Green Accounting.
http://ratna0412.wordpress.com/2010/06/09/green-accounting/
Susilo. Joko (2008). “Green Accounting Di Daerah Istimewa Yogyakarta: Studi
Kasus Antara Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul.” JAAI
Vol.12 No.2, Desember 2008: 149-165
Wardhani, A. (2011). “Analisis Pencatatan dan Penyajian Biaya-biaya
Lingkungan di PT Petrokimia Gresik.” Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
PERBANAS. Surabaya.
Widiari Haryanto.(2003). “Analisa Penerapan Akuntansi Lingkungan di RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta.” Yogyakarta.
Wiryani, Erry. (2007). “Analisis Kandungan Limbah Cair Pabrik Tempe”
Universitas Diponegoro. Semarang.
25
Wiedmann, T. and Manfred, L. (2006). “Third Annual International Sustainable
Development Conference Sustainability – Creating the Culture”. 15-
16 November 2006.
Yakhou, N dan Dorweiler, V.P (2004). “Environmental Accounting: An Essential
Component Of Business Strategy” Volume 13.
26
Lampiran 1
Kuesioner Penelitian
NAMA :
NAMA USAHA :
ALAMAT :
JENIS USAHA :
USIA :
JENIS KELAMIN :
PREFERENSI KEPENTINGAN
Isilah dengan urutan kepentingan (1 – 6)
KEPENTINGAN URUTAN
KE
Omset / Penjualan
Laba / Keuntungan
Biaya Usaha Rendah
Kualitas Jasa / Produk
Produk/Jasa ramah lingkungan
Limbah tidak mencemari lingkungan
KEPEDULIAN LINGKUNGAN HIDUP
Isi dalam skala 1 – 7 ; 1 = Sangat tidak setuju dan 7 = Sangat Setuju
No PERNYATAAN 1 2 3 4 5 6 7
1 Secara umum, saya mengetahui bagaimana menjaga
lingkungan hidup
2 Secara umum saya mengetahui bahwa menjaga
lingkungan hidup sama dengan menjaga kelangsungan
hidup usaha
3 Saya selalu menggunakan bahan-bahan (perlengkapan
dan bahan baku) usaha yang ramah lingkungan
4 Saya selalu menjaga agar limbah usaha tidak
mencemari lingkungan hidup
5 Saya selalu memilah limbah usaha yang organik dan
non organik
6 Secara umum, saya selalu membeli peralatan usaha
yang ramah lingkungan
KESADARAN BIAYA LINGKUNGAN
Isi dalam skala 1 – 7 ; 1 = Sangat tidak setuju dan 7 = Sangat Setuju
No PERNYATAAN 1 2 3 4 5 6 7
1 Secara umum, saya mengetahui bahwa biaya
27
lingkungan adalah tanggung jawab usaha
2 Saya memiliki pengetahuan yang baik mengenai
biaya lingkungan yang diperlukan dalam usaha
3 Secara umum, saya mengetahui setiap pengeluaran
yang dilakukan untuk biaya lingkungan
4 Saya mengetahui biaya menggunakan bahan-bahan
usaha ramah lingkungan
5 Saya mengetahui biaya yang harus dikeluarkan untuk
mengolah limbah usaha
6 Saya membebankan biaya lingkungan sebagai bagian
dari beban usaha
PENGETAHUAN BIAYA
Isi dalam skala 1 – 7 ; 1 = Sangat tidak setuju dan 7 = Sangat Setuju
No PERNYATAAN 1 2 3 4 5 6 7
1 Secara umum, saya mengetahui bagaimana
mengelola biaya usaha
2 Saya selalu mengukur kinerja usaha saya dalam profit
(keuntungan)
3 Saya mengetahui bagaimana mengelola biaya usaha
4 Saya mengetahui komponen-komponen biaya usaha
5 Saya memiliki pengalaman yang cukup untuk
mengelola biaya usaha
6 Saya memilahkan pengeluaran usaha yang dilakukan
dengan pengeluaran pribadi
7 Saya mengetahui bagaimana membebankan biaya
usaha dalam perhitungan harga produk/jasa maupun
perhitungan profit/keuntungan
PENGETAHUAN BIAYA LINGKUNGAN
Isi dalam skala 1 – 7 ; 1 = Sangat tidak setuju dan 7 = Sangat Setuju
No PERNYATAAN 1 2 3 4 5 6 7
1 Secara umum, saya mengetahui bagaimana
mengelola biaya lingkungan
2 Saya memiliki pengalaman yang cukup untuk
mengelola biaya lingkungan
3 Secara umum, saya memiliki pengetahuan mengenai
biaya lingkungan
4 Saya mengetahui komponen-komponen biaya
lingkungan
5 Saya mengetahui bagaimana membebankan biaya
lingkungan dalam biaya usaha
GAYA PENGELUARAN INDIVIDU
28
Isi dalam skala 1 – 7 ; 1 = Sangat tidak setuju dan 7 = Sangat Setuju
No PERNYATAAN 1 2 3 4 5 6 7
1 Ketika saya melakukan pengeluaran untuk
kepentingan usaha, saya selalu merasa seperti
melakukan pengeluaran menggunakan uang pribadi
saya
2 Bagi saya sangat penting untuk mengetahui usaha
saya tidak melakukan pengeluaran yang sia-sia
3 Saya selalu megecek uang yang ada ketika saya
memutuskan untuk membeli sesuatu
4 Saya selalu hati-hati dalam melakukan pengeluaran
pribadi dibandingkan pengeluaran usaha
5 Saya jarang mengkuatirkan pengeluaran uang
29
Lampiran 2
Responden Penelitian
No Identitas
Nama Tahun Lahir
Alamat
1 jimah/ Jasmin 1958 Jurah Gunting Rt.07/02. Ledok
2 Sutrisno 1961 raya solo no.61 Cebongan
3 Harjo Surat 1962 jagalan Rt15/05 cebongan
4 Ngadiyem 1959 Klumpit Rt03/01 Sidorejokidul
5 Maryati 1960 KaliLondo Rt04/04 Sidorejokidul
6 Rukinem 1956 Macanan Rt02/02 Sidorejokidul
7 Komsatun 1959 Druju Rt02/03 Sidorejokidul
8 Ahmad Rohim 1955 Cengek
9 Sudarmi Komari 1956 Kumpulsari Rt04/05
10 Ismanto 1953 Tanggullayu Rt04/09
11 Miranti Mulyono 1944 Serayu no.42
12 Paino Jiyo/Ning 1943 MelatiSari Rt04/08
13 Tuminem Kasmin 1938 MelatiSari Rt04/08
14 Dwi Astuti 1955 MelatiSari Rt04/08
15 Tetri/ Ayem Rekso 1962 MelatiSari Rt04/08
16 Sudarni/ Darni 1955 Gumukrejo Rt12/09
17 Rohman 1973 Payaman Rt01/05
18 Slamet 1967 Payaman Rt01/04
19 Turyati 1956 Pulutan Rt03/03
20 Mardi 1945 Payaman Rt01/04
21 Sri Mulyati 1953 Kecandran Rt01/01
22 Samiyem 1945 Modangan Rt03/08
23 Sopiyem 1962 Modangan Rt01/08
24 Mudrikah 1956 Bonorejo Rt02/05
25 Wardoyo 1974 Brajan Rt02/10
26 Istiqomah 1963 Brajan Rt02/10
27 Marjuki 1959 Blotongan Rt02/01
28 Suyami Aminudin 1961 Bancaan Lor Rt04/12
29 M. Aminudin 1957 Bancaan Lor Rt04/13
30 Parmini 1966 Jl Cemara no.40
31 Istiqomah 1961 Candikidul Rt04/07
32 Jumiyem 1957 Candi tengah Rt04/01
30
33 Robiah 1958 Candi tengah Rt03/07
34 Suyahmi 1973 Ngelosari Rt01/01
35 Mulyono 1960 Dempel Rt02/04
36 Ngatini Kasmin 1968 Kaliglagah Rt03/01, Kalibeji
37 Kasturah 1955 Jl Patimura Rt04/08
38 Bambang 1965 DS Kalisawo Rt02/01
39 Kusmiyah 1948 Ds Candiwesi Rt02/04
40 Slamet Wahyudi 1961 Ds Candiwesi Rt02/04
41 Aminah 1961 Ds Candiwesi Rt02/04
42 Tukiyem 1959 Ds Candiwesi Rt02/04
43 Muh Muhtar 1971 Ds Candiwesi Rt02/04
44 Suratman 1948 Ds Candiwesi Rt02/04
45 Muhiri Cholid 1958 Ds Candiwesi Rt02/04
46 Husein 1960 Ds Candiwesi Rt02/04
47 Paniyem 1964 Ds Candiwesi Rt02/04
48 Mahmudi 1960 Ds Candiwesi Rt02/04
49 Sukiyem Kasmin 1940 Ds Candiwesi Rt02/04
50 Suhadi 1948 Ds Kebonmas Rt02/03
51 Waliyem 1963 Ds Bugel Rt03/02
52 Siti Solekah 1958 Ds Kebonmas Rt02/03
53 Sumirah 1944 Ds Kebonmas Rt02/03
54 Suwarni 1959 Nogosaren Rt01/05
55 Suratman 1972 Ds Candiwesi Rt02/04
56 Fatonah Amani 1970 Bugel Krajan Rt03/02
31
Lampiran 3
Hasil Kuesioner Penelitian
No PREFERENSI KEPENTINGAN
Omset Laba BUR Kualitas P/JRL Limbah
1 5 4 3 1 6 2
2 2 1 5 3 6 4
3 2 1 5 4 6 3
4 3 4 1 2 5 6
5 2 3 1 4 5 6
6 2 1 3 4 6 5
7 3 1 2 4 5 6
8 2 3 1 4 5 6
9 1 6 3 2 5 4
10 3 2 4 1 5 6
11 3 2 1 5 4 6
12 3 4 1 2 6 5
13 2 6 1 3 4 5
14 4 1 3 2 5 6
15 3 2 1 4 6 5
16 4 1 2 3 5 6
17 2 1 6 3 4 5
18 2 1 5 3 4 6
19 1 3 2 4 6 5
20 6 4 1 2 5 3
21 6 5 3 1 4 2
22 4 3 1 2 6 6
23 5 2 1 3 6 4
24 3 4 2 1 6 5
25 6 1 5 4 2 3
26 4 5 3 1 2 6
27 2 1 3 4 6 5
28 1 3 2 5 6 4
29 5 6 2 4 1 3
30 2 1 3 4 5 6
31 3 2 4 1 6 5
32 5 4 1 2 3 6
33 5 4 2 3 6 1
34 4 5 3 1 2 6
35 1 4 2 3 5 6
36 4 1 2 3 5 6
37 2 3 4 1 5 6
32
38 5 2 3 1 6 4
39 1 3 2 5 6 4
40 3 2 1 4 5 6
41 5 4 1 3 2 6
42 3 4 2 1 5 6
43 2 1 5 3 4 6
44 3 1 6 2 4 5
45 2 3 5 1 6 4
46 1 2 5 3 4 6
47 2 3 6 1 4 5
48 3 1 2 4 5 6
49 1 3 6 2 4 5
50 1 2 4 3 5 6
51 1 3 5 2 6 4
52 5 4 2 3 6 1
53 4 5 3 1 2 6
54 1 4 2 3 5 6
55 4 1 2 3 5 6
56 2 3 4 1 5 6
No KEPEDULIAN TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP
Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6
1 4 7 7 7 6 7
2 7 7 7 7 7 7
3 7 6 6 6 7 6
4 6 7 6 7 5 4
5 7 7 7 7 6 6
6 7 7 4 6 5 5
7 6 5 7 5 5 4
8 7 7 7 3 7 3
9 5 4 6 7 6 3
10 5 6 4 7 5 7
11 6 7 6 6 6 7
12 7 7 7 6 6 6
13 7 6 5 6 6 7
14 6 5 6 7 7 4
15 7 5 6 7 7 6
16 6 7 7 6 5 7
17 7 7 7 7 7 7
18 7 6 7 7 4 6
33
19 6 7 7 5 5 6
20 6 6 7 6 3 4
21 6 7 6 5 6 6
22 6 6 5 6 7 5
23 6 6 6 5 7 6
24 6 6 6 5 6 5
25 4 3 5 4 4 4
26 7 6 6 4 5 5
27 6 6 6 6 7 6
28 6 6 5 4 5 4
29 6 6 5 4 5 4
30 6 5 5 6 5 4
31 5 4 5 4 4 6
32 4 5 4 4 3 4
33 6 5 5 6 5 5
34 6 6 7 6 5 6
35 6 6 5 6 3 3
36 6 5 4 5 2 4
37 6 6 6 6 4 6
38 4 7 6 7 5 5
39 6 7 7 6 7 5
40 6 6 5 4 2 3
41 6 7 7 5 6 7
42 7 7 7 7 4 7
43 6 3 5 7 6 7
44 7 7 7 4 2 2
45 5 7 7 7 5 6
46 7 7 4 2 1 2
47 6 5 6 5 5 5
48 7 6 7 7 7 7
49 6 7 4 5 4 5
50 5 4 4 7 7 6
51 6 6 7 6 5 6
52 6 6 5 6 3 3
53 6 5 4 5 2 4
54 6 6 6 6 4 6
55 4 7 6 7 5 5
56 6 7 7 6 7 5
34
No KESADARAN BIAYA LINGKUNGAN
Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6
1 7 2 6 7 6 7
2 6 5 7 5 7 7
3 6 7 7 7 6 5
4 5 3 3 3 2 2
5 7 4 5 3 3 1
6 7 4 2 7 2 2
7 7 4 3 7 2 2
8 6 5 7 5 7 6
9 4 6 5 4 2 5
10 6 5 7 4 3 5
11 5 6 6 5 5 4
12 5 4 4 7 5 4
13 4 4 4 5 4 3
14 5 7 3 7 5 7
15 7 6 7 7 4 4
16 7 6 5 5 5 5
17 7 7 6 7 7 7
18 5 7 6 7 7 6
19 5 5 5 6 5 6
20 5 4 5 3 2 1
21 7 6 6 3 3 3
22 4 4 5 5 6 5
23 6 5 4 4 4 4
24 7 6 4 5 5 4
25 6 4 4 5 3 4
26 7 4 5 4 3 4
27 7 6 6 7 6 6
28 7 6 6 7 6 6
29 7 6 6 7 6 6
30 6 7 7 5 6 5
31 5 4 4 4 4 4
32 4 3 3 3 4 3
33 6 5 5 5 4 5
34 4 5 5 6 4 5
35 7 2 1 1 4 3
36 7 3 3 4 4 3
37 6 6 6 6 6 6
38 7 7 6 6 6 7
39 7 5 7 6 4 2
35
40 3 3 3 4 3 3
41 5 5 6 4 5 6
42 7 1 1 4 7 7
43 5 2 2 4 2 4
44 7 1 2 1 1 1
45 5 4 3 4 5 5
46 7 2 1 1 1 1
47 7 1 1 2 3 4
48 4 1 4 5 2 4
49 7 3 1 1 3 5
50 4 5 5 4 7 7
51 4 5 5 6 4 5
52 7 2 1 1 4 3
53 7 3 3 4 4 3
54 6 6 6 6 6 6
55 7 7 6 6 6 7
56 7 5 7 6 4 2
No PENGETAHUAN BIAYA
Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 Q6 Q7
1 4 3 3 3 3 1 7
2 7 7 7 4 6 7 7
3 5 4 7 4 6 1 7
4 3 2 3 2 7 2 7
5 4 4 3 4 6 1 7
6 5 4 3 3 4 7 4
7 3 3 3 4 4 1 7
8 7 7 7 6 7 5 7
9 4 5 3 6 3 6 7
10 3 5 6 3 7 2 7
11 5 5 5 5 4 1 4
12 4 7 4 7 3 4 4
13 5 3 4 3 4 1 4
14 6 6 6 5 5 6 6
15 5 6 6 6 7 5 5
16 4 5 5 6 6 6 7
17 6 7 7 5 5 7 6
18 5 7 6 5 5 5 5
19 5 5 6 4 4 2 5
20 4 6 4 6 6 6 6
36
21 5 4 6 6 4 5 4
22 4 5 6 5 6 5 6
23 4 5 5 5 4 5 5
24 5 4 5 5 3 4 5
25 5 6 6 5 4 3 4
26 6 5 5 5 6 5 5
27 5 7 7 6 5 6 5
28 7 6 5 5 5 6 7
29 7 6 5 5 5 6 7
30 4 3 6 6 7 6 6
31 4 5 4 4 5 3 4
32 5 4 5 4 5 6 5
33 5 5 5 4 5 6 4
34 6 6 5 5 5 6 6
35 6 6 7 7 7 3 6
36 5 7 6 6 6 6 6
37 6 6 6 6 6 6 6
38 7 6 7 6 7 6 6
39 7 5 4 3 4 5 7
40 5 7 6 6 6 4 5
41 5 6 4 5 5 5 7
42 7 7 7 7 6 7 7
43 7 7 7 7 4 5 7
44 7 7 7 7 6 7 7
45 6 5 6 6 4 4 6
46 6 6 7 6 6 6 6
47 6 7 6 5 5 7 7
48 7 6 6 5 5 3 5
49 7 3 4 4 7 3 5
50 5 6 6 7 7 6 4
51 6 6 5 5 5 6 6
52 6 6 7 7 7 3 6
53 5 7 6 6 6 6 6
54 6 6 6 6 6 6 6
55 7 6 7 6 7 6 6
56 7 5 4 3 4 5 7
No PENGETAHUAN BIAYA LINGKUNGAN
Q1 Q2 Q3 Q4 Q5
1 2 3 2 2 2
2 7 7 7 4 6
37
3 5 7 2 3 4
4 3 4 3 3 2
5 4 3 3 2 4
6 5 4 2 2 2
7 6 6 3 2 2
8 7 7 5 6 4
9 2 4 6 4 3
10 3 5 6 4 4
11 3 2 3 3 3
12 5 5 5 4 5
13 5 6 4 4 5
14 6 5 5 5 5
15 4 5 6 5 5
16 4 5 6 5 6
17 5 7 6 6 7
18 4 5 7 6 6
19 4 5 5 5 5
20 3 5 4 3 3
21 4 3 5 4 3
22 4 5 3 4 2
23 4 5 5 4 6
24 4 4 5 4 3
25 5 4 6 5 4
26 5 5 5 6 6
27 6 5 5 5 4
28 6 6 6 7 2
29 6 6 6 7 2
30 7 7 6 5 7
31 4 4 3 3 3
32 5 4 5 5 4
33 5 4 5 5 4
34 5 5 4 5 7
35 6 6 3 2 2
36 3 3 2 3 2
37 6 6 6 6 6
38 6 6 6 6 6
39 5 5 6 4 4
40 5 4 4 5 4
41 6 6 6 5 6
42 7 6 2 2 7
43 7 4 2 1 3
38
44 7 6 2 1 1
45 7 4 3 3 2
46 6 6 2 2 3
47 6 6 6 3 6
48 7 5 6 5 5
49 7 2 3 2 3
50 5 7 4 4 3
51 5 5 4 5 7
52 6 6 3 2 2
53 3 3 2 3 2
54 6 6 6 6 6
55 6 6 6 6 6
56 5 5 6 4 4
No GAYA PENGELUARAN INDIVIDU
Q1 Q2 Q3 Q4 Q5
1 7 7 7 7 1
2 2 6 6 7 1
3 6 7 7 7 1
4 1 6 2 7 7
5 7 7 7 7 1
6 7 7 7 4 1
7 7 7 1 7 1
8 7 7 1 3 7
9 5 4 3 7 1
10 7 7 4 6 7
11 7 7 7 7 1
12 5 7 4 7 2
13 7 6 7 7 1
14 7 6 6 6 1
15 7 7 4 7 1
16 4 7 7 7 5
17 3 7 7 7 7
18 7 7 6 7 1
19 2 7 7 4 1
20 1 7 2 7 7
21 2 7 6 4 4
22 1 6 3 2 3
23 6 7 2 6 1
24 7 7 7 7 1
25 5 7 1 7 5
39
26 7 7 7 7 1
27 2 7 6 5 6
28 7 6 7 6 6
29 7 6 7 6 6
30 5 7 7 4 2
31 5 6 4 5 2
32 2 6 3 5 2
33 3 6 4 4 2
34 7 7 7 1 1
35 4 6 6 4 2
36 6 6 6 6 6
37 6 6 6 6 6
38 6 7 7 7 6
39 4 7 7 7 1
40 4 5 7 7 2
41 5 7 2 7 1
42 1 7 7 2 2
43 1 7 7 3 1
44 2 7 7 7 7
45 3 7 7 6 1
46 2 7 7 3 2
47 1 7 6 2 7
48 6 7 6 4 5
49 4 6 6 2 2
50 3 5 4 4 4
51 7 7 7 1 1
52 4 6 6 4 2
53 6 6 6 6 6
54 6 6 6 6 6
55 6 7 7 7 6
56 4 7 7 7 1