Pertemuan 4 - 8
Kerajaan Kutai – Diperkirakan, kerajaan kutai muncul pada abad 5 M atau ± 400 M. Kerajaan
tersebut dibangun pada abad ke-4, dengan bukti ditemukannya tujuh buah prasasti Yupa.
Lebih tepatnya kerajaan ini terletak di Muara Kaman, Kalimantan Timur atau dekat kota
Tenggarong, di hulu sungai Mahakam. Informasi mengenai Kerajaan Kutai ini tidak banyak
ditemukan. Sumber utamanya yaitu terdapat 7 buah prasasti Yupa. Penggunaan nama Kutai
sendiri ditentukan oleh para ahli sejarah yang mengambil nama dari tempat ditemukannya
prasasti Yupa yaitu di daerah Kutai.
Tujuh buah batu tulis yang disebut Yupa yang ditemukan ini, ditulis dengan huruf Pallawa dan
berbahasa Sanskerta yang disusun dalam bentuk syair. Prasasti Yupa merupakan prasasti tertua
yang di dalamnya menyatakan telah berdirinya suatu Kerajaan Hindu tertua yaitu Kerajaan
Kutai.
Apa itu Yupa? Yupa, Yupa merupakan tugu batu yang digunakan sebagai tugu peringatan yang
dibuat oleh para Brahmana atas kedermawanan Raja Mulawarman. Pada Yupa ini juga
dituliskan bahwa Raja Mulawarman merupakan Raja yang baik dan kuat. Raja ini merupakam
anak dari Aswawarman dan merupakan cucu dari Raja Kudungga, telah memberikan 20.000
ekor sapi kepada para Brahmana.
Salah satu yupa tersebut, kini berada di Museum Nasional Republik Indonesia, Jakarta. Dari
prasati tersebut juga diketahui bahwa Kerajaan ini didirikan pertama kali oleh Kudungga
kemudian dilanjutkan oleh anaknya Aswawarman dan mencapai puncak kejayaan pada masa
Pertemuan 4 - 8
Mulawarman (Anak Aswawarman). Sedangkan, raja pertama yang berkuasa adalah
Aswawarman.
Pendiri Kerjaan Kutai
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa pendiri Kerajaan Kutai yaitu raja Kudungga.
Raja tersebut mendapat gelar Wangsakerta yang artinya pembentuk keluarga raja. Selain itu,
Raja Kudungga juga mendapat sebutan sebagai Dewa Ansuman atau Dewa Matahari.
Pada stupa peninggalan Kerajaan Kutai, juga disebutkan pemberian gelar ini. Namun, terdapat
beberapa cerita yang menyebutkan bahwa pendiri Kerajaan Kutai yaitu Asmawarman. Tidak
ada informasi otentik yang menyebutkan siapa yang sebenarnya pendiri kerajaan ini.
Silsilah Kerajaan Kutai
1. Maharaja Kudungga
2. Maharaja Asmawarman
3. Maharaja Marawijaya Warman
4. Maharaja Gajayana Warman
5. Maharaja Tungga Warman
6. Maharaja Jayanaga Warman
7. Maharaja Nalasinga Warman
8. Maharaja Nala Parana Tungga Warman
9. Maharaja Gadingga Warman Dewa
10. Maharaja Indra Warman Dewa
11. Maharaja Sangga Warman Dewa
12. Maharaja Candrawarman
13. Maharaja Sri Langka Dewa Warman
14. Maharaja Guna Parana Dewa Warman
15. Maharaja Wijaya Warman
16. Maharaja Sri Aji Dewa Warman
Pertemuan 4 - 8
17. Maharaja Mulia Putera Warman
18. Maharaja Nala Pandita Warman
19. Maharaja Indra Paruta Dewa Warman
20. Maharaja Dharma Setia Warman
Letak Kerajaan Kutai
Kerajaan Kutai terletak di tepi Sungai Mahakam. Lebih tepatnya, terletak di Kecamatan Muarakaman,
Kutai, Kalimantan Timur. Wilayah Kerajaan ini sangatlagh luas. Bahkan, hampir menguasai wilayah
Kalimantan.
Masa Kejayaan Kerajaan Kutai
Kehidupan Kerajaan Kutai sangatlah makmur dan sejahtera ini, dibuktikan dengan
ditemukannya prasasti atau yupa di Muara Kaman. Dan masa kejayaan ini berada pada masa
kepemimpinan Mulawarman.
Kejayaan Kutai meredup ketika masih di pimpinan oleh Dinasti Kudungga. Meredupnya
kerajaan Kutai ini terjadi ketika Kerajaan besar seperti Majapahit dan Singosari sedang
mengalami masa-masa kegemilangan. Sejak saat itu, kehidupan tentang Kerajaan Kutai yang
berada di bawah Dinasti Kudungga tidak lagi terlihat.
Kudungga berasal dari Kerajaan Campa di Kamboja, sedangkan Aswawarman merupakan anak
dari Kudungga yang dipercaya menjadi raja pertama di Kerajaan Kurtai dengan sebutan
Wangsakerta. Namun, pada beberapa sejarah ada yang menganggap bahwa raja Kudungga
sebagai raja yang pertama dari Kerajaan Kutai.
Bidang Politik
Prasasti-prasasti yang telah ditemukan di Kutai, ada salah satu prasasti yang didalamnya tetulis
“Sang Maharaja Kundungga yang amat mulia memiliki putra yang mashur, namanya Sang
Pertemuan 4 - 8
Aswawarman, yang seperti Sang Ansuman atau Dewa Matahari menumbuhkan keluarga yang
sangat mulia.
Sang Aswawarman memiliki tiga putra, seperti api (yang suci) tiga. Yang paling terkemuka dari
ketiga putra itu yaitu Mulawarman. Raja yang berperadaban baik, kuat, dan sangat kuasa. Sang
Mulawarman telah mengadakan selamatan emas yang sangat banyak. tugu batu ini didirikan
untuk peringatan kenduri itulah oleh para Brahmana.”
Dari prasasti tersebut, bisa diketahui nama-nama raja yang pernah memerintah di Kerajaan
Kutai tersebut. Raja pertama, bernama Kundungga. Raja ini merupakan nama Indonesia asli.
Kudungga memiliki seorang anak yang bernama Aswawarman sekaligus sebagai pendiri dinasti
atau pembentuk keluarga (Wamsakerta). Selanjutnya, dapat diketahui pula bahwa
Aswawarman mempunyai 3 orang putra.
Salah satu putra yang sangat terkenal yaitu Mulawarman. Bisa disimpulkan bahwa pada masa
kerajaan Kutai, mereka sudah mengenal sistem pemerintahan. Sehingga, pemerintahan bukan
lagi dipimpin oleh kepala suku, namun dipimpin oleh Raja. Dalam prasasti tersebut
membuktikan bahwa raja-raja Kutai merupakan orang asli Indonesia yang sudah memeluk
agama Hindu.
Bidang Ekonomi
Kerajaan Kutai, secara geografis berada pada jalur perdagangan antara Cina dan India. Kerajaan
Kutai menjadi tempat yang paling menarik yang disinggahi para pedagang. Hal tersebut
membuktikan saat itu, selain pertanian, kegiatan perdagangan sudah menjadi bagian dari
kehidupan masyarakat Kutai.
keterangan tertulis yang terdapat pada prasasti tersebut mengatakan bahwa Raja Mulawarman
pernah memberikan hartanya berupa minyak dan 20.000 ekor sapi kepada Brahmana.
Diperkirakan bahwa pertanian dan peternakan sudah menjadi mata pencaharian utama
masyarakat Kutai.
Selain itu, letak dari kerjaan ini di sekitar Sungai Mahakam yang digunakan sebagai jalur
transportasi laut, sehingga perdagangan masyarakat Kutai berjalan cukup ramai. Bagi pedagang
dari luar kutai yang ingin berjualan di Kutai, mereka harus memberikan “hadiah” kepada raja
sebagai izin berdagang. Biasanya, pemberian “hadiah” ini berupa barang dagangan yang
harganya cukup mahal dan pemberian ini dianggap sebagai pajak kepada pihak Kerajaan.
Pertemuan 4 - 8
Bidang Agama
Kebudayaan masyarakat Kutai sangat erat kaitannya dengan kepercayaan yang dianut. Yupa
merupakan salah satu hasil budaya dari masyarakat Kutai. Yupa merupakan tugu batu yang
merupakan warisan nenek moyang bangsa Indonesia dari zaman Megalitikum.
Pada salah satu yupa tersebut menyebutkan terdapat suatu tempat suci dengan nama
Waprakeswara atau tempat pemujaan Dewa Siwa. Sehingga, bisa disimpulkan bahwa
masyarakat Kutai merupakan pemeluk agama Hindu Syiwa. Selain itu, masyarakat Kutai juga
masih ada yang menjalankan adat istiadat dan kepercayaan asli mereka.
Bidang Sosial-Budaya
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa Kerajaan Kutai kebanyakan memluk agama
hindu, sehingga mereka sudah mendapat pengaruh agama Hindu. Sehingga, kehidupan
agamanya sudah lebih maju. Contohnya, terdapat pelaksanaan upacara pemberkatan
seseorang yang memeluk agama Hindu yang disebut dengan Vratyastoma. Upacara tersebut
dilaksanakan sejak pemerintahan Aswawarman yang dipimpin oleh para pendeta dari India.
ada masa pemerintahan Mulawarman, baru upacara tersebut dipimpin oleh kaum brahmana
dari Indonesia. Sehingga, bisa disimpulkan bahwa kaum brahmana dari Indonesia ternyata juga
memiliki tingkat intelektual yang tinggi yang mampu menguasai bahasa Sanskerta. bahasa
sansakerta ini merupakan bahasa resmi kaum brahmana untuk masalah keagamaan.
Pengaruh masuknya budaya India ke Nusantara ini menyebabkan budaya Indonesia ini
mengalami perubahan. Perubahan yang paling penting yaitu timbulnya suatu sistem
pemerintahan dengan kepalanya yaitu raja. Awalnya, sebelum budaya india masuk,
pemerintahan hanya dipimpin oleh seorang kepala suku.
Selain itu, budaya lainnya adalah kehidupan nenek moyang bangsa Indonesia dengan
mendirikan tugu batu. Artinya, bangsa Indonesia berusaha mencari dan menyesuaikan unsur-
unsur kebudayaan asing dengan kebudayaan asli Indonesia sendiri.
Pertemuan 4 - 8
Awal mula masa kejayaan dari kerajaan Sriwijaya terjadi pada abad ke-9 yang berhasil
menguasai jalur perdagangan Asia Tenggara. Bukan hanya perdagangan maritim saja, akan
tetapi kerajaan Sriwijaya juga menguasai beberapa kerajaan di Asia Tenggara.
Kerajaan-kerajaan tersebut berasal dari Filipina, Thailand, Vietnam, dan Kamboja. Sementara
itu, untuk kerajaan yang masih berada di wilayah Nusantara meliputi pulau Sumatera dan pulau
Jawa. Kejayaan dari kerajaan Sriwijaya tersebut menjadikannya sebagai pengendali rute
perdagangan yang dilakukan di daerah lokal.
Dalam hal ini setiap kapal yang melewati jalur pengendali tersebut akan dikenai bea cukai.
Kekayaan yang diperoleh kerajaan Sriwijaya juga berasal dari jasa pelabuhan dan juga hasil
perdagangan. Namun layaknya roda yang berputar, tidak selamanya masa kejayaan akan terus
menduduki kerajaan besar ini.
Dalam hal tersebut kerajaan Sriwijaya mengalami keruntuhan yang berawal pada tahun sekitar
1007. Penyebab mulai runtuhnya kerajaan Sriwijaya ditandai dengan adanya serangan dari Raja
Rajendra Chola yang merupakan penguasa dari kerajaan Cholamandala.
Pada peristiwa tersebut, bandar-bandar kota dari kerajaan Sriwijaya berhasil direbut dan
dikuasai olehnya. Adapun tujuan dari dilakukannya penyerangan tersebut akan bukan sebagai
bentuk dari penjajahan. Akan tetapi kedua kerajaan tersebut saling bersaing memperebutkan
kekuasaan dalam bidang pelayaran dan juga perdagangan.
Pertemuan 4 - 8
Dalam hal ini, kerajaan Cholamandala telah berhasil meruntuhkan armada dari kerajaan
Sriwijaya. Kondisi tersebut membuat sistem perekonomian dari kerajaan Sriwijaya semakin
melemah dengan berkurangnya aktivitas perdagangan.
Selain itu, dampak buruk juga terjadi pada kekuatan militer dari kerajaan yang semakin
melemah. Hal tersebut menyebabkan prajurit dari kerajaan Sriwijaya melepaskan diri secara
perlahan. Lebih lanjut, pada sekitar abad ke-13 kejayaan dari kerajaan yang besar tersebut
harus mengalami keruntuhan dan ditaklukkan oleh daerah lain.
Letak Kerajaan Sriwijaya
Letak geografis kerajaan Sriwijaya diperkirakan terdapat di Palembang. Namun, ada pula yang
berpendapat di Jambi, bahkan di luar Indonesia. Meskipun begitu, pendapat yang paling banyak
didukung oleh para ahli adalah bahwa lokasi Kerajaan Sriwijaya berada di Palembang.
Ada juga yang berpendapat bahwa Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan maritim dan tidak
memiliki sistem ketatanegaraan yang rapi. Mereka lebih memilih untuk terus mengawasi
kekuasaan mereka di laut dan tidak terlalu memperhatikan pusat pemerintahan di darat.
Sehingga, pendapat tersebut menyatakan bahwa kerajaan ini adalah kerajaan nomaden (selalu
berpindah-pindah) dan tidak memiliki lokasi pusat pemerintahan yang tetap.
Namun hingga saat ini hasil penelitian yang paling banyak mendapat dukungan menunjukkan
bahwa pusat Kerajaan Sriwijaya adalah di Palembang. Hanya saja, ketika pusat kerajaan
tersebut mengalami kemunduran, pusat pemerintahan Sriwijaya pindah ke Jambi.
Daerah Kekuasaan Sriwijaya
Sriwijaya berpusat di antara Sumatera selatan, sebagian Malaysia, dan sebagian besar pulau
Jawa. Ketika berjaya, daerah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya sangatlah luas bahkan membentang
dari Kamboja, Thailand, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, Kalimatan, dan Sulawesi.
Pertemuan 4 - 8
Perkembangan Politik dan Pemerintahan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya mulai berkembang pada abad ke-7 M. Pada awal perkembangannya raja
disebut sebagai Dapunta Hyang (Prasasti Kedukan Bukit dan talang Tuo). Dapunta Hyang secara
terus-menerus melakukan usaha perluasan daerah kekuasaan Sriwijaya. Berikut adalah runutan
penguasaannya.
1. Tulang-Bawang yang terletak di daerah Lampung.
2. Daerah Kedah yang terletak di pantai barat Semenanjung Melayu. Daerah ini sangat penting
artinya bagi usaha pengembangan perdagangan dengan India. Menurut I-tsing, penaklukan
Sriwijaya atas Kedah berlangsung antara tahun 682-685 M.
3. Pulau Bangka yang terletak di pertemuan jalan perdagangan internasiona. Daerah ini dapat
dikuasai Sriwijaya pada tahun 686 M berdasarkan prasasti Kota Kapur.
4. Daerah Jambi terletak di tepi Sungai Batanghari. Daerah ini memiliki kedudukan yang penting
untuk memperlancar perdagangan di pantai timur Sumatra. Penaklukan ini dilaksanakan kira-
kira tahun 686 M (Prasasti Karang Berahi).
5. Tanah Genting Kra merupakan tanah genting bagian utara Semenanjung Melayu. Penguasaan
Sriwijaya atas Tanah Genting Kra dapat diketahui dari Prasasti Ligor yang berangka tahun 775 M.
6. Kerajaan Kalingga dan Mataram Kuno. Menurut berita Cina, diterangkan adanya serangan dari
barat, sehingga mendesak Kerajaan Kalingga pindah ke sebelah timur. Diduga yang melakukan
serangan adalah Sriwijaya.
Semua penguasaan tersebut berdasarkan jalur perdagangan yang dianggap penting untuk
mengembangkan perekonomian maritim Kerajaan Sriwijaya.
Berkat perluasaan daerah tersebut, Sriwijaya menjadi kerajaan yang besar. Untuk lebih
memperkuat pertahanannya, pada tahun 775 M Sriwijaya membangun pangkalan kerajaan di
daerah Ligor atas perintah raja Darmasetra.
Kehidupan Agama Sriwijaya
Kehidupan beragama di Sriwijaya sangatlah kuat dan semarak. Bahkan Sriwijaya berhasil
menjadi pusat agama Buddha Mahayana di kawasan Asia Tenggara. I-tsing dalam catatannya
menceritakan bahwa ribuan pelajar dan pendeta agama Buddha tinggal di Sriwijaya.
Salah satu pendeta Buddha yang terkenal adalah Sakyakirti. Banyak pelajar asing yang sengaja
datang ke Sriwijaya untuk mempelajari bahasa Sanskerta. Antara tahun 1011-1023 sempat
datang seorang pendeta agama Buddha dari Tibet yang bernama Atisa untuk memperdalam
pengetahuan agamanya.
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang berhubungan dengan perkembangan agama meliputi:
Pertemuan 4 - 8
1. Candi Muara Takus, ditemukan di dekat Sungai Kampar di daerah Riau.
2. Arca Buddha, ditemukan di daerah Bukit Siguntang.
3. Wihara Nagipattana, dibangun oleh Sriwijaya di Nagipattana, India Selatan.
Suatu ketika Raja Balaputra menghadiahkan sebidang tanah kepada Balaputradewa untuk
pendirian sebuah asrama bagi para pelajar dan siswa yang sedang belajar di Nalanda, yang
dibiayai oleh Balaputradewa, sebagai “dharma”.
Hal itu tercatat dengan baik dalam prasasti Nalanda, yang saat ini berada di Universitas Nawa
Nalanda, India. Bahkan bentuk asrama itu mempunyai kesamaan arsitektur dengan candi
Muara Jambi, yang berada di Provinsi Jambi saat ini.
Hal tersebut menandakan Sriwijaya memperhatikan ilmu pengetahuan, terutama pengetahuan
agama Buddha dan bahasa Sanskerta bagi generasi mudanya. Hal itu juga sesuai dengan
pendapat Prasetya (2010, hlm. 32) yang mengungkapkan bahwa Sriwijaya merupakan kerajaan
besar penganut agama Buddha yang telah mengembangkan iklim kondusif untuk
perkembangan agama Budha.
Kehidupan Ekonomi Kerajaan Sriwijaya
Awalnya, penduduk Sriwijaya kebanyakan hidup dengan bertani. Akan tetapi, karena lokasi
Sriwijaya yang terletak di tepi Sungai Musi yang terhubung ke pantai, perdagangan menjadi
cepat berkembang. Kemudian, perdagangan akhirnya menjadi mata pencaharian pokok
Sriwijaya.
Perkembangan perdagangan itu tentunya dipicu oleh letak geografis Kerajaan Sriwijaya yang
strategis. Letaknya tepat berada di persimpangan jalur perdagangan internasional. Para
pedagang Cina yang berlayar menuju India akan singgah terlebih dahulu di Sriwijaya, begitu
pula sebaliknya.
Dengan demikian, Kerajaan Sriwijaya semakin ramai dan berkembang menjadi pusat
perdagangan. Kerajaan ini juga mulai menguasai jalur perdagangan nasional maupun
internasional. Jalur perdagangan Sriwijaya membentang dari Laut Natuna, Selat Malaka, Selat
Sunda, dan Laut Jawa hingga ke Asia Tenggara yang merupakan jalur perdagangan internasional
antara India dan Cina.
Selain mendapatkan keuntungan langsung dari perdagangan, Sriwijaya juga mendapatkan
keunggulan tidak langsungnya. Kapal-kapal yang singgah dan melakukan bongkar muat
diharuskan untuk membayar pajak. Hal tersebut tentunya menambah kemakmuran bagi
Kerajaan ini.
Pertemuan 4 - 8
Hasil budaya kerajaan sriwijaya meliputi gading, kulit, beberapa jenis binatang liar untuk
kepentingan ekspor. Sementara itu mereka cenderung banyak mengimpor beras, rempah-
rempah, kayu manis, kemenyan, emas, gading, dan binatang.
Silsilah Kerajaan Sriwijaya
1. Dapunta Hyang Sri Jayanaga (683 M) Diperkirakan merupakan pendiri Kerajaan Sriwijaya,
disebutkan dalam Prasasti Keduka Bukit, Talang Tuo, dan Kota Kapur. Raja menaklukkan
Kerajaan Melayu dan Tarumanegara dalam masa pemerintahannya.
2. Indravarman (702 M) Indravarman sempat mengirimkan utusan ke Tiongkok pada 702-716 M,
dan 724M.
3. Rudra Vikraman / Lieou-t`eng-wei-kong (728 M) Rudra Vikraman sempat mengirim utusan ke
Tiongkok pada tahun 728-748M.
4. Dharmasetu (790 M)
5. Sangramadhananjaya / Wisnu/ Vishnu (775 M) Selamakepemimpinannya, Raja yang membawa
Sriwijaya menaklukkan Kamboja Selatan.
6. Samaratungga (792 M) Sriwijaya gagal mempertahankan kekuasaan di Kamboja Selatan pada
tahun 802 M.
7. Balaputra Sri Kaluhunan (Balaputradewa) (835M) Raja yang membawa Kerajaan Sriwijaya ke
masa keemasannya. Ia juga memerintahkan pembuatan biara untuk Kerajaan Cola di India dan
meninggalkan Prasasti Nalanda.
8. Sri Udayadityawarman (960 M) Sempat mengirimkan utusan ke Tiongkok pada tahun 960 M.
9. Sri Wuja atau Sri Udayadityan (961 M) Mengirimkan utusan ke Tiongkok pada 961-962 M.
10. Hsiae-she (980 M) Selama kepemimpinannya, Raja Hsiae-she mengirimkan utusan ke Tiongkok
pada 980-983
11. Sri Cudamaniwarmadewa (988 M) Saat Sriwijaya dibawah kekuasaannya, terjadi penyerangan
dari Jawa.
12. Sri Marawijayottunggawarman (1008 M) Selama kepemimpinannya sempat mengirimkan
utusan ke Tiongkok pada tahun 1008
13. Sumatrabhumi (1017 M) Pada masa kekuasaannya, Raja Sumatrabhumi mengirimkan utusan ke
Tiongkok pada tahun 1017
14. Sri Sanggramawijayottunggawarman (1025) Sempat ditaklukan dan ditawan oleh Kerajaan Cola
dari India, kemudian dilepaskan.
15. Sri Deva (1028 M) Sempat mengirimkan utusan ke Tiongkok pada 1028 M.
16. Dharmavira (1064 M)
17. Sri Maharaja (1156 M) Pernah mengirimkan utusan ke Tiongkok pada 1156 M.
18. Trailokaraja Maulibhusana Varmadeva (1178 M) Pada masa kekuasaannya mengirimkan utusan
ke Tiongkok pada 1178 M.
Pada tahun 1402 pangeran terakhir dari Kerajaan Sriwijaya, yakni Parameswara mendirikan
Kesultanan Malaka di Semenanjung Malaysia.
Pertemuan 4 - 8
Masa Kejayaan Kerajaan Sriwijaya
Nama raja kerajaan Sriwijaya yang paling terkenal adalah Balaputradewa. Ia memerintah sekitar
abad ke-9 M. Pada masa pemerintahannya, Sriwijaya berkembang pesat dan mencapai masa
kejayaan atau zaman keemasan.
Ia berhasil menumbuhkan perekonomian kerajaan ini dan memperluas kekuasaan Sriwijaya
hingga ke pulau di luar Indonesia. Balaputradewa adalah keturunan dari Dinasti Syailendra,
yakni putra dari Raja Samaratungga dengan Dewi Tara dari Sriwijaya. Hal tersebut diterangkan
dalam Prasasti Nalanda.
Raja terkenal Kerajaan Sriwijaya ini (Balaputradewa) adalah seorang raja yang besar di
Sriwijaya. Raja Balaputradewa menjalin hubungan erat dengan Kerajaan Benggala yang saat itu
diperintah oleh Raja Dewapala Dewa.
Keruntuhan Kerajaan Sriwijaya
Faktor kemunduran Kerajaan Sriwijaya dipengaruhi oleh kerajaan yang terlalu bergantung pada
kehidupan perdagangan laut, sistem ketatanegaraan yang tidak tertata dengan baik, dan
kondisi kekuasaan wilayah darat yang kurang diperhatikan akibat terlalu sibuk mengembangkan
kelautan.
Beberapa faktor kemunduran Kerajaan Sriwijaya lainnya (Kemdikbud, 2017, hlm. 109) meliputi:
1. Keadaan alam sekitar Sriwijaya yang berubah, tidak dekat lagi dengan pantai. Hal
tersebut disebabkan perubahaan aliran sungai Musi, Ogan, dan Komering membawa
banyak lumpur sehingga tidak kondusif untuk perdagangan.
2. Banyak daerah kekuasaan yang memerdekakan diri dari Sriwijaya. Hal ini diperkirakan
disebabkan oleh melemahnya angkatan laut Sriwijaya, sehingga pengawasan menjadi
semakin sulit.
3. Sriwijaya mendapatkan serangan dari kerajaan-kerajaan lain. Utamanya, serangan yang
diluncurkan oleh Raja Rajendracola dari Kerajaan Colamandala pada tahun 1017 M dan
1024 M. Kemudian tahun 1275 Kartanegara dari Singhasari melakukan ekspedisi
Pamalayu yang menyebabkan daerah Melayu lepas dari genggaman Sriwijaya.
Puncaknya keruntuhan kerajaan ini adalah pada tahun 1377, ketika armada laut dari Kerajaan
Majapahit menyerang dan berhasil menaklukkan Kerajaan Sriwijaya.
Pertemuan 4 - 8