PRAKTIKUM PENGUKURAN KERAPATAN DAN BOBOT JENIS
PENDAHULUAN
Latar BelakangPengidentifikasian suatu zat kimia dapat diketahui berdasarkan
sifat-sifat yang khas dar i zat tersebut . S i fat -s i fat tersebut
dapat d ibagi dalam beberapa bagian yang luas. Salah satunya
ia lah s i fat intens i f dan s i fat ekstens i f . S i fat ekstensif adalah sifat
yang tergantung dari ukuran sampel yang sedang diselidiki.Sedangkan sifat
intensif adalah sifat yang tidak tergantung dari ukuran sampel. Kerapatan
atau densitas merupakan salah satu dari sifat intensif. Dengan kata
lain, kerapatan suatu zat tidak tergantung dari ukuran sampel.
Kerapatan merupakan perbandingan antara massa dan volume dari
suatu senyawa. Makin besar volume dan massa dari suatu senyawa,
makin kecil kerapatannya. Begitu juga sebaliknya, makin kecil
volume dan massa suatu senyawa, kerapatannyamakin besar.
Kebanyakan zat padat dan cairan mengembang sedikit bila dipanaskan dan
menyusut sedik i t b i la d ipengaruhi penambahan tekanan
eksternal . Kerapatan kebanyakan zat padat dan cairan hampir
tidak bergantung pada temperatur dan tekanan. Sebal iknya
kerapatan gas sangat bergantung pada temperatur dan
tekanan. Kerapatan gas diberikan pada kondisi standar (tekanan
atmosfer padaketinggian dan temperature 0 C. Kerapatan gas
sangat kecil bila dibandingkan dengan kerapatan zat padat. Kerapatan
dan bobot jenis dari tiap senyawa berbeda- beda. Berdasarkan pada
teor i in i , maka d i lakukanlah percobaan penentuan kerapatan
dan bobot jenis beberapa larutan.
Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui dan mempelajari cara pengukuran kerapatan dan
bobot jenis dari aquadest dan alcohol dengan menggunakan piknometer.
I. JUDUL
PENGUKURAN KERAPATAN DAN BOBOT JENIS
II. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mengenal alat untuk mengukur kerapatan dan bobot jenis.
2. Untuk mengetahui dan mempelajari cara pengukuran kerapatan dan bobot
jenis dari aquadest dan alcohol dengan menggunakan piknometer.
III. TEORI
Pengukuran kerapatan dan bobot jenis digunakan apabila mengadakan
perubahan massa dan volume. Kerapatan adalah turunan besaran yang
menyangkut satuan massa dan volume. Batasanya adalah massa per satuan
volume pada temperatur dan tekanan tertentu yang dinyatakan dalam
system cgs dalam gram per sentimeter kubik (g/cm3).
Kerapatan adalah turunan besaran yang menyangkut satuan massa dan
volume. Batasannya adalah massa per satuan Volume pada temperature dan
tekanan tertentu dinyatakan dalam system cgs (g/cm3) dan dilambangkan
dengan ρ.
Bila kerapatan benda lebih besar dari kerapatan air, maka benda
tersebut akan tenggelam dalam air. Bila kerapatannya lebih kecil, maka
benda akan mengapung. Benda yang mengapung, bagian volume sebuah
benda yang tercelup dalam cairan manapun sama dengan rasio kerapatan
benda-benda terhadap kerapatan cairan. Rasio kerapatan air dinamakan
berat jenis zat itu.
Bobot jenis (bilangan murni tanpa dimensi ) adalah perbandingan
bobot zat terhadap air volume yang sama ditimbang di udara pada suhu
yang sama. Bobot jenis suatu zat adalah perbandingan antara bobot zat
dibanding dengan volume zat pada suhu tertentu (Biasanya 25oC),
Sedangkan rapat jenis adalah perbandingan antara bobot jenis suatu zat
dengan bobot jenis air pada suhu tertentu (biasanya dinyatakan sebagai
25o/25o, 25o/4o, 4o/4o). Untuk bidang farmasi, biasanya 25o/25 .
Angka bobot jenis menggambarkan suatu angka hubngan tanpa
dimensi, yang ditarik dari bobot jenis air pada 4oC ( = 1,000 graml-1 ) (4).
Bobot jenis relative dari farmakope-farmakope adalah sebaliknya suatu
besaran ditarik dari bobot dan menggambarkan hubungan berat dengan
bagian volume yang sama dari zat yang diteliti dengan air, keduanya diukur
dalam udara dan pada 200C (4).
Penentuan Bobot Jenis dan Rapat jenis
Penentuan bobot jenis berlangsung dengan piknometer, Areometer,
timbangan hidrostatik (timbangan Mohr-Westphal) dan cara manometris.
Ada beberapa alat untuk mengukur bobot jenis dan rapat jenis, yaitu
menggunakan piknometer, neraca hidrostatis (neraca air), neraca Reimann,
beraca Mohr Westphal .
Bobot jenis zat cair
Metode Piknometer . Pinsip metode ini didasarkan atas penentuan
massa cairan dan penentuan rungan yang ditempati cairan ini. Ruang
piknometer dilakukan dengan menimbang air. Menurut peraturan apotek,
harus digunakan piknometer yang sudah ditera, dengan isi ruang dalam ml
dan suhu tetentu (20oC). Ketelitian metode piknometer akan bertambah
sampai suatu optimum tertentu dengan bertambahnya volume piknometer.
Optimum ini terletak sekitar isi ruang 30 ml. Ada dua tipe piknometer, yaitu
tipe botol dengan tipe pipet .
Neraca Mohr Westphal dipakai untuk mengukur bobot jenis zat cair.
Terdiri atas tua dengan 10 buah lekuk untuk menggantungkan anting, pada
ujung lekuk yang ke 10 tergantung sebuah benda celup C terbuat dari gelas
(kaca) pejal (tidak berongga), ada yang dalam benda celup dilengkapi
dengan sebuah thermometer kecil untuk mengetahui susu cairan yang
diukur massa jenisnya, neraca seimbang jika ujum jarum D tepat pada jarum
T .
Densimeter merupakan alat untuk mengukur massa jenis (densitas)
zat cair secara langsung. Angka-angka yang tertera pada tangkai berskala
secara langsung menyatakan massa jenis zat cair yang permukaannya tepat
pada angka yang tertera.
IV. PERALATAN
1. Piknometer
2. Gelas ukur
3. Thermometer
4. Aquadest
5. Alcohol 50%, 60%, dan 70%
6. Timbangan digital
V. CARA KERJA
A. Aquadest
1. Timbang piknometer yang telah bersih dan kering.
2. Piknometer diisi aquadest dan diukur suhunya menggunakan termometer.
3. Bersihkan sekeliling piknometer dan impitkan tutupnya. Kemudian timbang
kembali.
B. Alkohol
1. Timbang piknometer yang telah bersih dan kering.
2. Piknometer diisi alkohol dan diukur suhunya menggunakan thermometer.
3. Bersihkan sekeliling piknometer dan impitkan tutupnya. Kemudian timbang
kembali.
VI. TABEL DATA DAN PENGOLAHAN DATA
PERCOBAAN 1
1. Bobot piknometer kosong 28,9 gram
2. Bobot piknometer + 78,6 gram
aquadest
3. Bobot aquadest 78,6 g – 28,9 g = 49,7 gram
4. Suhu (t) 27 oC
Volume air = bobot air / ρ air
= 49,7 g / 0,997
= 49,8495 g/ml
PERCOBAAN 2
1. Bobot piknometer kosong 28,9 gram
2. Bobot piknometer +
alcohol 50%
74,8 gram
3. Bobot alcohol 50% 74,8 g – 28,9 = 45,9 gram
BJ alcohol 50% = bobot alcohol / volume air
= 45,9 g / 49,8495 ml
= 0,9207 g/ml
Kerapatan = Bj / ρ air
= 0,9207 / 0,99654
= 0,9239 g/cm3
PERCOBAAN 3
1. Bobot piknometer kosong 28,9 gram
2. Bobot piknometer +
alcohol 60%
74,2 gram
3. Bobot alcohol 60% 74,2 g – 28,9 g = 45,3 gram
BJ alcohol 60% = bobot alcohol / volume air
= 45,3 g / 49,8495 ml
= 0,9087 g/ml
Kerapatan = Bj / ρ air
= 0,9087 / 0,99654
= 0,9119 g/cm3
PERCOBAAN 4
1. Bobot piknometer kosong 28,9 gram
2. Bobot piknometer +
alcohol 70%
68,9 gram
3. Bobot alcohol 70% 68,9 g – 28,9 g = 40 gram
BJ alcohol 70% = bobot alcohol / volume air
= 40 g / 49,8495 ml
= 0,8024 g/ml
Kerapatan = Bj / ρ air
= 0,8024 / 0,99654
= 0,8051 g/cm3
VII. PEMBAHASAN
Pada percobaan ini, penentuan kerapatan dan bobot jenis dilakukan
dengan menggunakan piknometer. Sampel yang digunakan adalah aquadest
dan alkohol. Pengukuran dengan menggunakan piknometer, sebelum
digunakan harus dibersihkan dan dikeringkan hingga tidak ada sedikitpun
titik air di dalamnya. Hal ini bertujuan untuk memperoleh bobot kosong dari
alat. Jika masih terdapat titik air di dalamnya, dapat mempengaruhi hasil
yang diperoleh. Pada pengisiannya dengan sampel, harus diperhatikan baik-
baik agar di dalam alat tidak terdapat gelembung udara, sebab akan
mengurangi bobot sampel yang akan diperoleh. Alat piknometer yang
digunakan telah dilengkapi dengan termometer, sehingga langsung dapat
diketahui suhu sampel tersebut. Pada percobaan alkohol, pengukuran harus
segera dilakukan ketika piknometer telah diisi sampel, sebab sampel akan
terus berkurang bobotnya.
VIII. KESIMPULAN
Kerapatan adalah masa perunit volume suatu zat pada temperatur
tertentu. Dalam percobaan dengan menggunakan piknometer, alcohol 50%
mempunyai kerapatan 0,92 g/cm3, alcohol 60% mempunyai kerapatan 0,91
g/cm3 dan alcohol 70% mempunyai kerapatan 0,81 g/cm3 . Pada intinya,
bobot cairan itu berbeda, bobot air dan alcohol mempunyai kerapatan yang
berbeda, oleh sebab itu jika masing-masing cairan tersebut ditimbang, akan
menghasilkan berat yang berbeda, walaupun dalam bentuk mililiter sama
jumlahnya.
Fisika SMP Kelas 7 : Mengenal Massa Jenis suatu Zat
Materi kali ini adalah mengenal massa jenis suatu zat, kita akan mencoba memahami apa sebenarnya massa jenis itu. Dan bagaiman kita mengetahui massa jenis suatu zat.
Mengenal Massa Jenis suatu Zat
Kamu tentu pernah minum air es atau es teh. Perhatikan, mengapa es batu selalu mengapung dalam air? Pernahkah kamu mencampur air dan minyak tanah? Mengapa minyak tanah selalu berada di atas air? Semua logam tenggelam di air, tetapi kayu atau gabus terapung di air. Apa yang menyebabkan semua ini?
Kita bisa mengamati hal hal ini dengan mengambil 2 buah kantong yang masing-masing diisi dengan pasir dan kapas. Dalam kantong tersebut diisi pasir dan kapas dengan massa yang sama. Atau kita bisa melakukan hal yang berlawanan di mana masing-masing kanton diisi dengan pasir dan kapas tapi kali ini dengan volume yang sama. Apa yang terjadi??
Dengan memperhatikan hasil kegiatan percobaan tadi, diskusikan kembali tentang permisalan dua kantong plastik ukuran sama yang diisi kapas dan pasir, ketika kamu membahas massa. Meskipun volumenya sama, yaitu satu kantong plastik, ternyata pasir memiliki massa yang lebih besar dibanding kapas. Berdasarkan hal ini, dikatakan Massa Jenis pasir lebih besar daripada massa jenis kapas. Massa Jenis merupakan perbandingan antara massa dan volume.Massa jenis benda sering disebut dengan kerapatan benda dan merupakan ciri khas setiap jenis benda. Massa Jenis tidak tergantung pada jumlah benda. Apabila jenisnya sama maka nilai massa jenisnya juga sama. Misalnya, setetes air dan seember air mempunyai nilai massa jenis sama yaitu 1 gram/cm^3. Berbagai logam memiliki nilai Massa Jenis besar dikarenakan atom-atom dalam susunan molekulnya memiliki kerapatan yang besar. Gabus atau sterofoam mempunyai Massa Jenis kecil karena susunan atom-atom dalam molekulnya memiliki kerapatan kecil.Massa jenis dilambangkan dengan simbol ρ (dibaca rho), salah satu huruf Yunani.
Keterangan:
ρ = Massa Jenis (kg/m^3 atau g/cm^3)
m = massa benda (kg atau gram)
V = volume benda m^3 atau cm^3)
Tabel berbagai Massa Jenis zat
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa kerapatan logam tertentu seperti platina atau emas jauh lebih besar dibandingkan zat-zat lainnya. Massa jenis berbagai zat berbeda-beda walaupun benda-benda tersebut jumlah atau volumenya sama. Massa Jenis zat yang umum digunakan sebagai patokan adalah Massa Jenis air danMassa
Jenis raksa. Massa Jenis air dalam wujud cair, yaitu 1000 kg/m^3 atau 1 g/cm^3, sedangkan raksa atau mercury memiliki Massa Jenis 13.600 kg/m^3 atau 13,6 g/cm^3.
Penting: 1000 kg/m^3 = 1 g/cm^3
Selain massa jenis, dikenal pula berat jenis. Berat jenis adalah berat benda (w) tiap satuan volume (V). Bila berat jenis dapat dilambangkan dengan S, dapat dinyatakan dengan persamaan
Keterangan:
S = berat jenis (N/m^3 atau dyne/cm^3)
w = berat benda (N atau dyne)
V = volume benda (m^3 atau cm^3)
Jadi, berat jenis benda adalah hasil kali antara Massa Jenis dengan percepatan gravitasi.
Penggunaan Konsep Massa Jenis dalam Kehidupan Sehari-Hari
Kapal Selam
Tahukah kamu mengapa es dapat terapung di air, sedangkan batu tenggelam dalam air? Es memiliki Massa Jenis lebih kecil dari air, sehingga es dapat terapung dalam air. Batu tenggelam dalam air karena memiliki massa jenis lebih besar daripada air. Tahukah kamu mengapa kapal selam dapat terapung dan tenggelam di air? Ketika terapung Massa Jenis total kapal selam lebih kecil dari air laut dan sewaktu tenggelam Massa Jenis total kapal selam lebih besar dari air laut. Kapal selam memiliki tangki pemberat yang berisi air dan udara. Tangki tersebut terletak di antara lambung kapal sebelah dalam dan luar. Tangki dapat berfungsi membesar atau memperkecilMassa Jenis total kapal selam. Ketika air laut dipompa masuk ke dalam tangki pemberat, Massa Jenis kapal selam lebih besar dan sebaliknya agar Massa Jenis total kapal selam menjadi kecil, air laut dipompa keluar.
Balon Gas Pernahkah kamu melihat balon udara? Tahukah kamu, gas apa yang terdapat di dalamnya? Balon gas berisi gas helium. Gas helium memiliki Massa Jenis yang lebih kecil dari udara, sehingga balon gas bisa naik ke atas.
Air Minum Dingin di Dalam Lemari EsSuatu ketika kamu mungkin pernah melihat dalam botol air minum dingin yang berasal dari lemari es terdapat endapan kapur. Kenapa hal itu dapat terjadi? Air yang jernih dapat juga mengandung kapur, namun apabila dilihat langsung dengan mata tidak kelihatan. Ketika air dingin massa jenis air lebih kecil dan terpisah dari kapur sehingga kapur yang memiliki Massa Jenis lebih besar akan turun ke bawah dan mengendap.
PENENTUAN KERAPATAN DAN BOBOT JENIS
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Spesifik gravitasi, juga disebut kepadatan relatif, rasio kepadatan suatu zat dengan zat standar.
Standar yang biasa untuk perbandingan padatan dan cairan adalah air pada 4 °C (39,2 °F), yang memiliki
kepadatan 1.000 kg/liter (62,4 pon/kaki kubik). Gas biasanya dibandingkan dengan udara kering,
yang memiliki kerapatan 1,29 g/liter di bawah apa yang disebut kondisi standar (0 ° C dan tekanan
atmosfer 1). Sebagai contoh, merkuri cair memiliki kerapatan 13,6 kg/liter, sehingga berat jenis adalah
13,6. Gas karbon dioksida, yang memiliki kerapatan 1,976 g per liter dalam kondisi standar, memiliki
berat jenis 1,53. Karena itu adalah rasio dari dua kuantitas yang memiliki dimensi yang sama (massa per
satuan volume) (Indrayana, 2010).
Defenisi Bobot Jenis dan Rapat Jenis
Bobot jenis suatu zat adalah perbandingan antara bobot zat disbanding dengan volume zat pada
suhu tetentu (Biasanya 25 oC). Sedangkan rapat jenis adalah perbandingan antara bobot jenis suatu zat
dengan bobot jenis air pada suhu tertentu (biasanya dinyatakan sebagai 25o/25o, 25o/4o, 4o/4o). Untuk
bidang farmasi, biasanya 25o/25o. Bobot jenis adalah perbandingan bobot zat terhadap air volume yang
sama ditimbang di udara pada suhu yang sama (Rgmaisyah, 2009).
Menurut defenisi, rapat jenis adalah perbandingan yang dinyatakan dalam desimal, dari berat
suatu zat terhadap berat dari standar dalam volume yang sama kedua zat mempunyai temperature yang
sama atau temperature yang telah diketahui. Air digunakan untuk standar untuk zat cair dan padat,
hydrogen atau udara untuk gas. Dalam farmasi, perhitungan bobot jenis terutama menyangkut cairan,
zat padat dan air merupakan pilihan yang tepat untuk digunakan sebagai standar karena mudah didapat
dan mudah dimurnikan (Rgmaisyah, 2009).
Pada 4 oC, kepadatan air adalah 1 g dalam satu sentimeter kubik. Karena USP menetapkan 1 ml
dapat dianggap equivalent dengan 1 cc, dalam farmasi, berat 1 g air dianggap 1 mL (Rgmaisyah, 2009).
Bobot jenis adalah konstanta/tetapan bahan tergantung pasa suhu untuk tubuh padat, cair dan
bentuk gas yang homogen. Didefenisikan sebagai hubungan dari massa (m) suatu bahan terhadap
volume (v). Angka bobot jenis menggambarkan suatu angka hubngan tanpa dimensi, yang ditarik dari
bobot jenis air pada 4 oC ( = 1,000 graml-1 ) (Rgmaisyah, 2009).
Bobot jenis relatif dari farmakope-farmakope adalah sebaliknya suatu besaran ditarik dari bobot
dan menggambarkan hubungan berat dengan bagian volume yang sama dari zat yang diteliti dengan air,
keduanya diukur dalam udara dan pada 20 0C (Rgmaisyah, 2009).
Penentuan Bobot Jenis dan Rapat jenis
Penentuan bobot jenis berlangsung dengan piknometer, Areometer, timbangan hidrostatik
(timbangan Mohr-Westphal) dan cara manometris. Ada beberapa alat untuk mengukur bobot jenis dan
rapat jenis, yaitu menggunakan piknometer, neraca hidrostatis (neraca air), neraca Reimann, beraca
Mohr Westphal (Rgmaisyah, 2009).
Penentuan bobot jenis zat cair dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya yaitu dengan
menggunakan metode piknometer. Pinsip metode ini didasarkan atas penentuan massa cairan dan
penentuan rungan yang ditempati cairan ini. Ruang piknometer dilakukan dengan menimbang air.
Menurut peraturan apotek, harus digunakan piknometer yang sudah ditera, dengan isi ruang dalam ml
dan suhu tetentu (20 oC). Ketelitian metode piknometer akan bertambah sampai suatu optimum
tertentu dengan bertambahnya volume piknometer. Optimun ini terletak sekitar isi ruang 30 mL. Ada
dua tipe piknometer, yaitu tipe botol dengan tipe pipet (Rgmaisyah, 2009).
Metode lain yang bias digunakan yaitu dengan menggunakan Neraca Mohr Westphal dipakai
untuk mengukur bobot jenis zat cair. Terdiri atas tua dengan 10 buah lekuk untuk menggantungkan
anting, pada ujung lekuk yang ke 10 tergantung sebuah benda celup C terbuat dari gelas (kaca) pejal
(tidak berongga), ada yang dalam benda celup dilengkapi dengan sebuah thermometer kecil untuk
mengetahui susu cairan yang diukur massa jenisnya, neraca seimbang jika ujum jarum D tepat pada
jarum T (Rgmaisyah, 2009).
Kemudian selain dari pada metode piknometer dan Wesphalt, cara selanjutnya yang biasa
digunakan yaitu densimeter, dimana densimeter ini merupakan alat untuk mengukur massa jenis
(densitas) zat cair secara langsung. Angka-angka yang tertera pada tangkai berskala secara langsung
menyatakan massa jenis zat cair yang permukaannya tepat pada angka yang tertera (Rgmaisyah, 2009).
Setiap penelitian, nilai numeris atau kuantitatif lebih diutamakan daripada pernyataan kualitatif.
Sejak dahulu orang sudah menemukan pengukuran yang dinyatakan secara kuantitatif dengan satuan-
satuan yang sesuai. Kebanyakan orang telah melakukan pengukuran massa, panjang, dan waktu yang
merupakan sifat-sifat dasar dari para ilmuan. Tentu saja, ketepatan pengukuran-pengukuran ini dan
satuan-satuannya sudah mengalami banyak perubahan dari tahun ke tahun (Petrucci, 1999).
Kerapatan diperoleh dengan membagi massa suatu objek dengan volumenya. Suatu sifat yang
besarnya bergantung pada jumlah bahan yang sedang diselidiki disebut sifat ekstensif. Baik massa
maupun volume adalah sifat-sifat ekstensif. Suatu sifat yang tidak tergantung pada jumlah bahan adalah
sifat intensif. Kerapatan yang merupakan perbandingan antara massa dan volume, adalah sifat intensif.
Sifat-sifat intensif umumnya dipilih oleh para ilmuwan untuk pekerjaan ilmiah karena tidak bergantung
pada jumlah bahan yang sedang diteliti (Petrucci, 1999).
Kerapatan (densitas) adalah rasio massa benda dengan volume yang ditempati oleh objek
tersebut. Satuan-satuan densitas yang paling sering ditemui dalam kimia adalah gram per sentimeter
kubik (g/cm3) untuk padatan, gram per mililiter (g/mL) untuk cairan, dan gram per liter (g/L) untuk gas.
Penggunaan satuan ini untuk menghindari masalah nilai densitas yang sangat kecil atau sangat besar
(Munson dkk., 2004).
Kerapatan padatan dan cairan sering dibandingkan dengan kerapatan air. Ada yang kurang
padat (lebih ringan) daripada air, sehingga mengapung di atas air. Sedangkan sesuatu yang lebih padat
(lebih berat) daripada air, maka akan tenggelam. Setiap gas (lebih ringan) akan naik di udara dan sesuatu
yang lebih padat (lebih berat) akan tenggelam di udara. Untuk menghitung kerapatan objek, kita harus
membuat dua ukuran, yaitu menyangkut penentuan massa benda dan menyangkut penentuan volume
(Munson dkk., 2004). Dalam praktik, bobot jenis
ditentukan dengan cara membandingkan bobot zat pada volume tertentu dengan bobot air pada
volume yang sama pada suhu kamar yaitu (to C) sehingga bobot jenis menurut defenisi lama
diberikan nama lain yaitu kerapatan atau densitas (d) yang didefinisikan sebagai (Taba dkk., 2012) :
bobot sejumlah volume suatu zat pada suhu t oC
bobot sejumlah volume air pada suhu 4 oC
d =
Dalam industri kimia, pengukuran gravitas spesifik dinyatakan dalam bilangan–bilangan tertentu
seperti (Taba dkk., 2012) :
1. Dalam industri soda digunakan derajat Twadel (oTw)
2. Dalam industri asam sulfat digunakan derajat Baume (oBe)
oBe = 130 - (bila Stg larutan > St
g air)
oBe = - 130 (bila Stg larutan < St
g air)
3. Dalam industri minyak digunakan derajat API (oAPI)
oAPI = - 131,5
4. Dalam industri gula digunakan derajat Brix (oBrix)
oBrix = - 400
Penting bahwa dalam pengukuran yang dilakukan oleh para ilmuwan selalu memperhatikan
ketepatan dan ketelitian. Meskipun istilah ketepatan dan ketelitian digunakan agak bergantian dalam
diskusi non-ilmiah. Ini jelas memiliki arti yang berbeda dalam ilmu pengetahuan. Presisi mengacu pada
seberapa dekat beberapa pengukuran dari kuantitas yang satu dengan yang lain. Akurasi mengacu pada
seberapa dekat sebuah pengukuran ke nilai yang sebenarnya (Stoker, 1993).
Berdasarkan teori yang ada, akuades dinyatakan memiliki kerapatan sebesar 1,0000 g.cm -3 (Taba
dkk., 2012).
Bukan hanya kerapatan akuades yang telah diketahui. Akan tetapi gliserol juga dapat diketahui
kerapatannya. Berdasarkan teori yang ada, gliserol memiliki kerapatan sebesar 1,2617 g.cm -3 (Butar-
Butar, 2011).
Selain dari pada akuades dan gliserol, berdasarkan teori yang ada, metanol juga dapat diketahui
kerapatannya, yakni sebesar 0,81 g.cm-3 (Atkins, 1994).
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Bahan Percobaan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah akuades, metanol, gliserol 10 %, dan
tissue roll.
3.2 Alat Percobaan
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah neraca Westphal, piknometer 25 mL,
neraca analitik, gelas kimia 600 mL, gelas kimia 250 mL, gelas kimia 100 mL, termometer 110
oC, pipet tetes, pinset, dan gelas ukur.
3.3 Prosedur Percobaan
3.3.1 Neraca Westphal
Neraca Westphal dirangkai, kemudian neraca diatur sedemikian rupa hingga berada
dalam keadaan setimbang. Gelas ukur diisi dengan akuades sampai mencapai batas skala atas.
Suhu akuades diukur menggunakan termometer dan dicatat. Penyelam dimasukkan ke dalam
gelas ukur berisi akuades sedalam kurang lebih 2 cm dari permukaan cairan. Anting-anting
kemudian diletakkan pada skala lengan tunggal mulai dari anting terbesar hingga anting yang
terkecil sehingga neraca Westphal setimbang. Dibaca skala pada anting mulai dari anting yang
terbesar sampai anting yang terkecil. Penyelam dan gelas ukur dibersihkan lalu dikeringkan
dengan kertas tissue. Prosedur tersebut diulangi dengan mengganti akuades dengan metanol
kemudian gliserol 10 %.
3.3.2 Piknometer
Piknometer disiapkan kemudian dibersihkan dan dikeringkan. Kemudian piknometer
yang dalam keadaan kosong ditimbang untuk diketahui berapa gram berat kosong dari
piknometer tersebut dengan menggunakan neraca analitik. Setelah itu akuades dimasukkan ke
dalam piknometer hingga batas ukur, akuades tersebut diukur sunhunya sbelum ditimbang,
kemudian piknometer ditutup. Dinding luar piknometer dikeringkan dengan kertas tissue lalu
ditimbang dengan menggunakan neraca analitik. Diukur dan dicatat suhu akuades. Hasil
pengamatan dicatat. Dilakukan prosedur yang serupa dengan menggunakan metanol kemudian
gliserol 10 %. Setiap pergantian sampel, piknometer dibersihkan dan dikeringkan.