KERJASAMA PEMERINTAH INDONESIA DAN
JEPANG MENGENAI JOINT CREDITING
MECHANISM (JCM)
TAHUN 2013 - 2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Athini Mardlatika El Hassan
1112113000083
ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Skripsi yang berjudul:
KER,IASAMA PEMERINTAH INDONESIA DAN JEPA,NG MENGENAI
JOINT CREDITING MECHANISM (JCICI
TAIIUN 2013-2015
l. Merupakan karya asli yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan
memperoleh gelar Strata I di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri OfN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti jika karya saya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Or$ syarif Hidayatullah
Jakarta
15 Januari 2018a^Ylalr.l*i.Jyr:,qirii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:
Nama : Athini Mardlatika El Hassan
NIM :1112113000083
Program Studi: Ilmu Hubungan Internasional
Telah menyelesaiakn penulisan skripsi dengan judul:
KERJASAMA PEMERINTAH INDONESIA DAN JEPAI\G MENGENAI
JOrNT CREDTTTNG MECHANISM (JCM) TArrIrN 2013-2015
dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji.
Jakart4 15 Januari 2018
Menyetujui,
Pe,mbimbing,
., ::: :: - , .. :, #1.., ,| fl .* ]r-',,lfr B {.Jl{J*WtT L-t*{\
Iaggrid G. Mustikawati. M.HSPS
NIP.
lll
Mengetahui,
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
SKzuPSIKEzuASAMA PEMERINTAH INDONESIA DAN IEPANG
MENGEN AT JOINT CREDITING MECHANISM (JCM)TAHUN 2013-201s
oleh
Athini Mardlatika El Hassan1t12t13000083
telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan IlmuPolitik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 29 Januari2018 skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar SarjanaSosi{ (S.Sos) pada Program Studi Ilmu Hubungan Internasional.
$ Alfajri, MA
Penguji I, 'ff-fi1l <---
rlu"i DirgantaraMr.
IDani SetiawanNIP.
Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 29 Januari 2018
Studi Ilmu Hubungan lnternasionalIN Jakarta
lv
Ahm
Sekretaris,
Mushoffa, MHSPS
v
ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang kerjasama Pemerintah Indonesia dan Jepang
mengenai Joint Crediting Mechanism (JCM) tahun 2013-2015. Kerjasama Indonesia
dan Jepang dalam upaya mendukung kegiatan United Nation Framework Convention
on Climate Change (UNFCCC) mengurangi kerusakan lingkungan dan global
warming.
Negara-negara industri maju seperti Jepang diharuskan berkomitmen untuk
mengurangi emisi gas karbon sedangkan bagi negara berkembang seperti Indonesia
tidak berkewajiban untuk mengurangi emisi gas karbon namun harus melaporkan
status emisinya. Kerjasama JCM ini membantu Jepang dalam memenuhi target
penurunan emisi negaranya dan membantu Indonesia dalam kegiatan pembangunan
rendah karbon.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif untuk
memberikan jawaban dengan mendeskripsikan fakta-fakta terkait dengan kerjasama
JCM Indonesia dan Jepang dilengkapi dengan data-data yang digunakan untuk
menjelaskan peningkatan kerjasama kedua negara. Teori yang penulis gunakan
adalah konsep kepentingan nasional, kerjasama internasional, dan green thought
untuk memperoleh analisa yang sejalan dengan masalah penelitian.
Kata kunci: Pemerintah Indonesia, Pemerintah Jepang, Kerjasama, Joint
Crediting Mechanism (JCM), Emisi Gas Karbon.
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil‘alamiin, Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT, atas segala rahmat dan anugerah-Nya yang telah dilimpahkan sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam selalu tercurah untuk junjungan
kita Nabi Besar Muhammad SAW., beserta para keluarga, sahabat, dan pengikutnya
hingga akhir zaman.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat akademis di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta untuk mendapatkan gelar sarjana pada
program studi Hubungan Internasional. Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini
tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak yang
sangat berarti bagi penulis. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan rasa terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:
1. Orang tua penulis, Ayah Drs. H. Sahar L. Hassan dan Ibu Dr. Hj. Tati
Hartimah, MA. tercinta yang selalu melimpahkan kasih sayangnya, yang
selalu sabar dan tak henti-hentinya memberikan dukungan baik moril maupun
materil.
2. Keluarga penulis kakak-kakak Dzulfikri Bashari El Hassan, Anniza Dwi
Handayani, Rahmatun Najihah El Hassan, Ibnu Romadhona, Fithri Kamaliyah
El Hassan, Akromuzzahid, Irfan Naufal El Hassan, Farhan Mujahiddin El
Hassan, adik-adik Farouq Habibullah El Hassan, Afif Ahmad Muflih El
vii
Hassan, keponakan-keponakan Aleyna Najmia Salma El Hassan, Daffa Diaz
Arsya Bashari, Arkan Muhammad Bashari, Ghazy Asadel Romadona, Ghany
Akmal Romadona dan Ghaida Ameera Romadona yang terus mendorong
penulis untuk secepatnya menyelesaikan skripsi ini.
3. Ibu Inggrid G. Mustikawati, M.HSPS. yang bersedia meluangkan waktu dan
fikirannya untuk membimbing penulis selama beberapa bulan ini.
Terimakasih atas kesediaan, kesabaran serta ilmu yang telah diberikan kepada
penulis.
4. Bapak Ahmad Alfajri, MA selaku ketua Prodi Hubungan Internasional
terimakasih atas ilmu yang telah diberikan.
5. Bapak Agus Nilmada Silmy selaku dosen pembimbing saat seminar proposal
penulis. Terima kasih atas kesempatan, dan ilmu yang telah Bapak berikan
kepada penulis.
6. Jajaran Dosen Program Hubungan Internasional yang telah memberikan ilmu
yang sangat bermanfaat. Semoga ilmu yang diberikan dapat menjadi amal
jariyah di akhirat nanti Amin.
7. Sahabat-sahabat saya yakni Ghaisani Nanda Juliga, Dwi Wulansari, Nurul
Minchah, Nurul Isnaini, Astrid Zita Santoso, Kak Popi Ramadana, Kak
Muhrya Mansyur, Kak Ratu Bella, Indriana Retno Safitri, Nurlaela, Ahmad
Mundziri, serta teman-teman Prodi Hubungan Internasional A, B, dan C,
angkatan 2012 yang telah banyak membantu, memberikan masukan, inspirasi
viii
serta semangat dalam pembuatan skripsi ini. Terimakasih telah mendampingi
perjalanan penulis sejak awal perkuliahan, dan selalu ada disaat penulis
senang maupun susah.
8. Teman-teman FORSA UIN Jakarta, keluarga besar basket UIN Jakarta,
keluarga besar basket MP UIN Jakarta, tim PRAPON Banten 2015, adik-adik
tim POPDA kota Tangerang Selatan, tim POPWIL Banten Putri 2016, dan
adik-adik tim POPNAS Banten Putri 2017 serta keluarga besar Buzzer
Basketball Club.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
banyak membantu selama proses penulisan skripsi ini.
Terima kasih atas segala doa dan dukungannya, Semoga Allah SWT
senantiasa membalas segala kebaikan. Penulis berharap skripsi ini dapat
bermanfaat bagi banyak orang dan menjadi persembahan bagi orang-orang
tersebut. Penulis juga menyadari terdapat banyak kekurangan dalam hasil skripsi
ini. Penulis dengan tangan terbuka menerima kritik dan saran dari berbagai pihak
untuk kelayakan skripsi ini.
Jakarta, 15 Januari 2018
Athini Mardlatika El Hassan
ix
DAFTAR ISI
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ………………………………...... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ………………………………… iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ……………………………….. iv
ABSTRAK .................................................................................................... …. v
KATA PENGANTAR .................................................................................. …. vi
DAFTAR ISI ................................................................................................ … ix
DAFTAR GAMBAR, GRAFIK DAN TABEL ........................................ …. xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. . xii
DAFTAR SINGKATAN................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………….. 1
A. Pernyataan Masalah ………………………………………… 1
B. Pertanyaan Penelitian ....................................................... …. 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ……………………………… 8
D. Tinjauan Pustaka ……………………………………………. 9
E. Kerangka Pemikiran ....................................................... ……. 11
1. Konsep Kepentingan Nasional (National Interest) ………. 12
2. Konsep Kerjasama Intenasional ................................ …… 14
3. Green Thought …………………………………….…..… 18
4. Political Ecology………………………………………… 21
F. Metode Penelitian ……………………………………………. 23
G. Sistematika Penulisan ………………………………………… 25
BAB II DINAMIKA HUBUNGAN KERJASAMA PEMERINTAH
INDONESIA DAN PEMERINTAH JEPANG ……………… 27
2.1 Perubahan Iklim dan Protokol Kyoto …………………… 27
2.2 Mekanisme Pembangunan Bersih atau Clean
Development Mechanism………………………………….. 29
2.3 Latar Belakang Kerjasama Joint Crediting Mechanism
(JCM) Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Jepang …. 33
x
BAB III KERJASAMA JOINT CREDITING MECHANISM (JCM) … 36
3.1 Joint Crediting Mechanism (JCM) ………………………….. 36
3.2 Peningkatan Kerjasama JCM Pemerintah Indonesia dan
Pemerintah Jepang ………………………………………….. 42
3.3 Faktor Pemerintah Indonesia Mempertahankan
Kerjasama JCM …………………………………………… 44
BAB IV ANALISIS KERJASAMA JOINT CREDITING MECHANISM
(JCM) PEMERINTAH INDONESIA DAN JEPANG
TAHUN 2013-2015 ………………………………………………… 48
4.1 JCM Model Project ………………………………………… 48
4.1.1 Project Installation of Inverter-type Air Conditioning
System, LED Lighting and Separate Type Fridge Freezer
Showcase to Grocery Stores in Republic of Indonesia .. 49
4.1.2 Project Installation of Solar Power System and Storage
Battery to Commercial Facility ………….………… .. 52
4.1.3 Project Installation of Gas Co-generation System for
Automobile Manufacturing Plant ……………………… 56
4.2 Kepentingan Pemerintah Indonesia Terhadap Pemerintah
Jepang dalam Kerjasama JCM ……………………………. 60
BAB V KESIMPULAN………………………………………… ............... …. 66
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………. xv
xi
DAFTAR GAMBAR, GRAFIK DAN TABEL
GAMBAR
Gambar II.1. Skema Clean Development Mechanism …………………………. 31
Gambar III.1. Konsep dasar Joint Crediting Mechanism (JCM) ………………. 38
Gambar III.2. Skema Kerjasama ……………………………………………… . 41
Gambar IV.1 Visualisasi Proyek Solar PV System and Energy Storage
System ………………………………………………………….. 55
Gambar IV.2 Visualisasi Proyek Pemasangan Sistem Co-genaration Gas untuk
Pabrik Manufaktur Mobil ……………………………………… 58
Gambar IV.3. Investasi Asing dan Domestik di Indonesia Tahun 2014-2015 … 62
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Penandatanganan Kerjasama Bilateral tentang Joint
Crediting Mechanism untuk Kemitraan Pertumbuhan
Rendah Karbon antara Republik Indonesia dan Jepang
xiii
DAFTAR SINGKATAN
AS : Amerika Serikat
ASEAN : Association of Southeast Asians Nations
BAU : Business As Usual
BKPM : Badan Koordinasi Penanaman Modal
BOM : Bilateral Offset Mechanism
CER : Certified Emmission Reduction
CDM : Clean Development Mechanism
: Karbondioksida
COP : Conference Of the Party
DNPI : Dewan Nasional Perubahan Iklim
EPA : Economic Partnership Agreement
FS : Feasibility Study
GRK : Gas Rumah Kaca
IJEPA : Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement
JC : Joint Committee
JCM : Joint Crediting Mechanism
NSS : National Strategy Study
ODA : Official Development Assistance
PBB : Perserikatan Bangsa-Bangsa
xiv
PM : Perdana Menteri
RAN-GRK : Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Rumah Kaca
TMMIN : Toyota Motor Manufacturing Indonesia
TPE : Third-Party Entity
TKPPKA : Tim Koordinasi Perdagangan dan Perundingan Karbon Antar Negara
REDD+ : Reduction of Emmissions from Deforestation and Degradation in
Developing Countries Plus
UN : United Nations
UNFCCC : United Nation Framework Convention on Climate Change
WRI : World Resource Institute
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
Skripsi ini membahas tentang kerjasama Pemerintah Indonesia dan Jepang
mengenai Joint Crediting Mechanism (JCM). Kerjasama Indonesia dan Jepang sudah
berlangsung sejak lama, kerjasama dalam berbagai sektor pun telah disepakati antar
kedua negara. Kerjasama antara Pemerintah Indonesia dan Jepang mengalami
perkembangan di tengah upaya mendukung kegiatan United Nation Framework
Convention on Climate Change (UNFCCC) untuk mengurangi kerusakan lingkungan,
global warming dan pembangunan berkelanjutan di masing-masing negara.
Fenomena ini yang akan penulis teliti dengan membatasi periode penelitian pada
tahun 2013-2015. Tahun tersebut dipilih karena kemitraan pertumbuhan rendah
karbon Indonesia dan Jepang mengalami peningkatan yang cukup baik sehingga
membuka peluang untuk meningkatkan kerjasama bilateral di antara Indonesia dan
Jepang.
Kerusakan lingkungan dari waktu ke waktu, dapat sangat membahayakan
kelangsungan makhluk hidup di dunia di masa yang akan datang, maka diperlukan
suatu pembangunan yang memiliki konsep berwawasan lingkungan hidup dan
pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development). Pentingnya konsep tersebut
2
untuk diterapkan, maka negara-negara mulai membuat perjanjian tentang penggunaan
konsep pembangunan ramah lingkungan dan saling bekerjasama satu sama lain dalam
menerapkan konsep pembangunan tersebut.
United Nations (UN) atau Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) kemudian
mengeluarkan resolusi tentang penanggulangan pemanasan global untuk saat ini dan
generasi mendatang. Hasil pertemuan pada World Summit adalah konvensi di bidang
biodiversitas, perubahan iklim dan agenda 21. Selanjutnya konvensi untuk perubahan
iklim disebut United Nation Framework Convention on Climate Change
(UNFCCC).41
Dalam kegiatan UNFCCC, dikenal prinsip Common but Differentiated
Responsibility atau tanggung jawab yang berlaku umum namun tetap memiliki
perbedaan kadar tanggung jawabnya. Negara-negara industri maju disebut negara-
negara Annex 1 diharuskan berkomitmen untuk mengurangi jumlah emisinya,
sementara negara berkembang (Non-Annex 1) tidak berkewajiban mengurangi emisi,
tetapi tetap melaporkan status emisinya. Prinsip ini mengacu pada kenyataan bahwa
negara-negara majulah yang terlebih dahulu melepaskan gas rumah kaca secara masif
ke atmosfer ketika melakukan pembangunan di negaranya masing-masing. Setiap
negara mempunyai kadar tanggung jawab yang lebih besar untuk menurunkan emisi
41
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2012. Kajian Emisi Gas Rumah Kaca
Sektor Transportasi. (Jakarta: Pusat Data dan Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral), 49.
3
gas rumah kaca serta membantu negara berkembang dalam melakukan mitigasi dan
adaptasi.42
Negara-negara Annex 1 dapat memanfaatkan Certified Emmission Reduction
(CER) ini untuk membantu mereka memenuhi target penurunan emisi seperti yang
diatur di dalam protokol UNFCCC merupakan realisasi Protokol Kyoto yang tertuang
dalam agenda Flexible Mechanism yang terdiri dari tiga kategori yaitu Joint
Implementation (Implementasi Bersama), Emission Trading (Perdagangan Emisi),
dan Clean Development Mechanism (Mekanisme Pembangunan Bersih).43
Mekanisme Pembangunan Bersih yang dapat diikuti oleh Indonesia sendiri
merupakan suatu bentuk mekanisme yang memperbolehkan negara-negara yang
dibebani target pengurangan emisi di bawah komitmen Protokol Kyoto untuk
mengimplementasikan target pengurangan emisi tersebut dalam suatu kegiatan
penurunan emisi yang berlokasi di negara berkembang.44
Sedangkan, Joint Crediting
Mechanism (JCM) merupakan salah satu usulan mekanisme fleksibel dari Protokol
Kyoto yang merupakan turunan dari mekanisme Clean Development Mechanism
42
Tim Penulis Dewan Nasional Perubahan Iklim, 2013. MARI BERDAGANG KARBON!
(Pengantar Pasar Karbon untuk Pengendalian Perubahan), (Jakarta: Sekretariat DNPI), 11-12. 43
United Nations Framework Convention on Climate Change, “Clean Development
Mechanism” tersedia di:
http://unfccc.int/kyoto_protocol/mechanisms/clean_development_mechanism/items/2718.php diakses
pada 20 April 2015. 44
Kardono, 2010. Jurnal Ilmiah Info Pustanling Vol.12, No.1, Jakarta: Pusat Standardisasi
dan Lingkungan, Kementerian Kehutanan. hal.2
4
(CDM). Terdapat tiga tujuan utama dari terbentuknya CDM45
, pertama memberikan
kesempatan kepada negara non-Annex 1 dalam mencapai perkembangan dalam
konteks perubahan iklim. Kedua, untuk mengkontribusi objek-objek penting yang
terdapat dalam UNFCCC. Ketiga, memberikan tanggung jawab kepada seluruh
negara termasuk negara-negara Annex 1 untuk berkontribusi dalam pengurangan
emisi gas rumah kaca.
UNFCCC sepakat untuk mengadakan rapat tahunan tingkat menteri yang
disebut Conference Of the Party (COP). Pada COP 3 di Kyoto tahun 1997
dikeluarkan Protokol Kyoto. Conference of Parties (COP) 3 yang diadakan di Kyoto,
Jepang pada tahun 1997 menghasilkan suatu konsensus berupa keputusan untuk
mengadopsi suatu protokol yang merupakan dasar bagi negara-negara industri untuk
mengurangi emisi gas rumah kaca mereka paling sedikit 5 persen dari tingkat tahun
1990 menjelang periode 2008-2012.46
Namun, Protokol Kyoto periode 2008-2012
telah berakhir, hingga tahun 2014 pemerintah Indonesia dan Jepang belum kembali
meratifikasi Protokol Kyoto. Hal tersebut menjadi masalah dalam skema kerjasama
JCM antara Indonesia dan Jepang, karena kedua negara belum meratifikasi Protokol
Kyoto. Pada akhirnya, ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam Protokol Kyoto
belum dapat direalisasikan dalam bentuk apapun.
45
Koh Kheng Lian, Lye Lin Heng, Jolene Lin. 2010. Cruesial Issues in Climate Change and
The Kyoto Protocol Asia and The World. (World Scientific Publishing: London), hal.248 46
Murdiyarso, Daniel. 2003. Protokol Kyoto: Implikasinya Bagi Negara Berkembang.
(Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara), hal.4
5
Pemerintah Indonesia dan Jepang bersepakat melakukan kerjasama bilateral
tentang Joint Crediting Mechanism (JCM) atau Mekanisme Kredit Bersama yang
ditandatangani pada Agustus 2013. Kerjasama ini merupakan sebuah inisiatif dari
Pemerintah Jepang yang mendorong organisasi-organisasi swasta Jepang untuk
berinvestasi dalam kegiatan pembangunan rendah karbon di Indonesia melalui
insentif. Kegiatan JCM meliputi 16 sektor, diantaranya efisiensi energi, energi
terbarukan, Reduction of Emmissions from Deforestation and Degradation in
Developing Countries Plus (REDD+), konstruksi, penanganan limbah dan
pembuangan, dan industri manufaktur.47
JCM diharapkan dapat menjadi pilihan yang
menarik bagi Indonesia untuk mendukung kegiatan pengurangan emisi gas rumah
kaca yang dilakukan pihak swasta maupun publik di Indonesia dan mendukung
pertumbuhan ekonomi tanpa mengesampingkan keberlanjutan lingkungan.
Kerjasama Indonesia dan Jepang mengenai Joint Crediting Mechanism (JCM)
ini dapat dikatakan juga sebagai rangka untuk mewujudkan tujuan utama dari Pasal 2
Konvensi PBB mengenai Perubahan Iklim dan mencapai pembangunan
berkelanjutan, serta melanjutkan upaya penanggulangan dampak perubahan iklim
melalui kerjasama pasca tahun 2012, kedua negara mendorong kemitraan
Pertumbuhan Rendah Karbon (Low Carbon Growth Partnership).48
Kerjasama ini
47
Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI), “Joint Crediting Mechanism di Indonesia”,
tersedia di: http://www.kan.or.id/wp-content/uploads/downloads/2014/01/Lampiran-2-Lembar-
Informasi-JCM-di-Indonesia-Januari-2014.pdf, diunduh pada 20 April 2015 48
Kementerian Luar Negeri Indonesia, “Kerjasama Bilateral tentang Joint Crediting
Mechanism untuk Kemitraan Pertumbuhan Rendah Karbon antara Republik Indonesia dan Jepang”,
6
dilakukan demi pertumbuhan rendah karbon di bawah naungan Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB) dalam kerangka regional dan bilateral, termasuk kemitraan
pertumbuhan rendah karbon di Asia Timur.
Menurut data yang dirilis oleh World Resource Institute (WRI), emisi
karbondioksida (CO2) yang dihasilkan oleh negara-negara di dunia adalah sebanyak
47,59 miliar ton emisi CO2 (MtCO2e) per tahun.49
Dari jumlah tersebut, negara yang
berkontribusi terbesar dalam menghasilkan emisi gas karbon di dunia adalah
Tiongkok dengan 10,68 miliar ton emisi CO2 per tahun. Disusul dengan Amerika
Serikat yang menempati urutan kedua sebagai penghasil emisi karbondioksida
terbesar di dunia yaitu sebesar 5,82 miliar ton emisi CO2 per tahun. Urutan ketiga
ditempati oleh 28 negara yang bergabung dalam Uni Eropa dengan jumlah emisi
karbondioksida yang dihasilkan sebesar 4,12 miliar ton emisi CO2 per tahun.
Indonesia berada diurutan ke-6 dengan emisi karbondioksida yang dihasilkan sebesar
1,98 miliar ton emisi CO2 per tahun, sedangkan Jepang berada diurutan ke-8 dengan
emisi karbondioksida yang dihasilkan sebesar 1,20 miliar ton CO2 per tahunnya.
Berdasarkan uraian di atas, menunjukkan bahwasannya secara umum
penyebab utama dalam pemanasan global atau perubahan iklim dunia dikarenakan
peningkatan kadar emisi karbondioksida (CO2) dan peningkatan kadar emisi gas
tersedia di: http://treaty.kemlu.go.id/uploads-pub/2634_JPN-2013-0497.pdf; Internet; diunduh pada 24
April 2015 49
World Resource Institute, tersedia di: http://www.wri.org/our-work/topics/climate; Internet;
diakses pada 02 Februari 2017
7
rumah kaca serta polusi lingkungan (tanah, air dan udara). Dalam upaya menghadapi
perubahan iklim tersebut, sesuai dengan perjanjian internasional yang mengikat
negara-negara berkomitmen untuk mengurangi emisi gas karbon melalui Protokol
Kyoto. Terdapat mekanisme Clean Development Mechanism (CDM) yang membantu
negara-negara Annex I atau negara maju dalam mengurangi emisi karbonnya.
Pemerintah Jepang membuat sebuah proyek turunan dari mekanisme CDM yaitu
berupa kerjasama Joint Crediting Mechanism (JCM). Kerjasama mengenai Joint
Crediting Mechanism (JCM) Pemerintah Indonesia dan Jepang tahun 2013 hingga
tahun 2015 merupakan kerjasama dalam upaya pengurangan emisi gas karbon antara
pemerintah Indonesia dan Jepang, sedangkan di sisi lain Jepang tidak lagi
berkomitmen dalam Protokol Kyoto bagian ke dua. Fenomena ini yang menurut
penulis menarik untuk dibahas, pemerintah Indonesia tetap ingin menjalankan
kerjasama JCM dengan pemerintah Jepang sedangkan Jepang sendiri tidak lagi
berkomitmen terhadap Protokol Kyoto yang merupakan landasan hukum bagi negara-
negara maju dalam memenuhi kewajibannya mengurangi emisi gas karbon
negaranya.
B. Pertanyaan Penelitian
Fokus dalam pembahasan skripsi ini adalah Kerjasama Indonesia dan Jepang
mengenai Joint Crediting Mechanism tahun 2013-2015. Maka berdasarkan uraian di
8
atas, maka muncul pertanyaan penelitian yang akan dibahas yaitu: Mengapa
Pemerintah Indonesia tetap mempertahankan kerjasama dengan Pemerintah Jepang?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui status perkembangan terakhir kerjasama Pemerintah
Indonesia dan Jepang mengenai Joint Crediting Mechanism (JCM)
2. Mengetahui mengapa Pemerintah Indonesia dan Jepang tetap
mempertahankan kerjasama
3. Mengetahui apa saja yang di dapat Pemerintah Indonesia dalam kerjasama
dengan Jepang mengenai Joint Crediting Mechanism (JCM)
4. Sebagai syarat menerima gelar sarjana strata 1
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai sumber informasi mengenai perdagangan gas karbon antara
Indonesia dan Jepang
2. Sebagai rujukan dalam menganalisis kerjasama sebagai salah satu faktor
mempererat hubungan antar negara
9
3. Sebagai pembuktian analisis tentang konsep kerjasama internasional,
kepentingan nasional, dan interdepedensi
D. Tinjauan Pustaka
Dalam melakukan penelitian ini, penulis mencoba melakukan tinjauan pustaka
atau kajian pustaka yang bertujuan untuk meninjau atau mengkaji kembali berbagai
literatur yang telah dipublikasi oleh akademisi atau peneliti lain sebelumnya terkait
topik yang akan diteliti.
Pertama, jurnal yang diterbitkan oleh the Pew Center on Global Climate
Change and the Pew Center on the States yang berjudul “Climate Change 101:
Understanding and Responding to Global Climate Change”50
menyatakan bahwa para
ilmuwan iklim menyatakan emisi gas rumah kaca di seluruh dunia harus memulai
penurunan jangka panjang dalam beberapa dekade ke depan. Dunia dianggap perlu
mengurangi total emisi sekitar 50 hingga 80 persen untuk menstabilkan konsentrasi
gas rumah kaca di atmosfer dan menghindari perubahan iklim yang ekstrim. Dunia
tidak hanya harus memulai penurunan emisi gas rumah kaca, melainkan harus mulai
menciptakan sistem pembangunan berkelanjutan yang ramah lingkungan.
50
The Pew Center on Global Climate Change and the Pew Center on the States. Climate
Change 101: Understanding and Respondinga to Global Clomate Change. tersedia di:
http://www.c2es.org/docUploads/101_Science_Impacts.pdf, diunduh pada 22 Maret 2016
10
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian The Pew Center, dalam skripsi ini
penulis mencoba untuk lebih memaparkan secara lebih spesifik menggunakan teori
green thought dalam ilmu hubungan internasional tentang bagaimana negara maju
seperti Jepang dan negara berkembang seperti Indonesia dapat berkontribusi
menstabilkan konsentrasi gas rumah kaca dan menciptakan sistem pembangunan
berkelanjutan yang ramah lingkungan melalui kebijakan kedua negara yaitu
kerjasama Joint Crediting Mechanism (JCM).
Kedua, dalam CDC Climat Research’s yang ditulis oleh Igor Shishlov dan
Valentin Bellassen, kerjasama dalam mekanisme CDM (Clean Development
Mechanism) lebih menekankan kepada efisiensi ekonomi dalam upaya
penanggulangan emisi gas rumah kaca berbentuk kerjasama antar negara. Negara-
negara berkembang saat ini memproduksi lebih dari separuh emisi gas rumah kaca
global dan bagian dari negara mereka pun berkembang sehingga partisipasi mereka
dalam menanggulangi perubahan iklim di tingkat global sangat penting. Selain itu,
negara-negara Non Annex I menghadapi tantangan pembangunan utama yaitu
mengamankan pasokan makanan dan air, mengurangi kemiskinan, menerapkan
infrastruktur dan sebagainya. Oleh karena itu, memerlukan integrasi dimensi
11
pembangunan ke dalam mekanisme CDM dengan melibatkan negara-negara
berkembang dalam pengurangan gas rumah kaca.51
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian CDC Climat Research’s adalah
penelitian ini lebih membahas kepada pemerintah Indonesia yang lebih
mengembangkan proyek kerjasama JCM dengan pemerintah Jepang sebagai bentuk
proyek turunan dari mekanisme CDM itu sendiri. Penelitian ini juga lebih
menekankan kepada kerjasama kedua negara dalam upaya penurunan emisi gas
rumah kaca guna mencapai kepentingan masing-masing negara.
Ketiga, dalam penelitian CIS Working Paper yang ditulis oleh Florens Flues,
CDM merupakan mekanisme offset berbasis proyek global pertama untuk
pengurangan emisi GRK dari negara berkembang ke negara maju. Dalam penelitian
Flues, negara-negara berkembang diminta untuk menjadi tuan rumah CDM tidak
terlepas dari perdebatan bahwasannya ada dukungan substansial mengenai
pengurangan GRK berbasis proyek antara bisnis, pemerintah dan beberapa kelompok
lingkungan.52
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Florens Flues, adalah pada
penelitian ini penulis lebih memfokuskan kepada mengapa pemerintah Indonesia
51
Climate Report Research on the economics of climate change, 2012. “10 Lessons From10
Years of The CDM”, tersedia di: http://www.cdcclimat.com/IMG/pdf/12-10-05_climate_report_37_-
_10_lessons_from_10_years_of_cdm.pdf, diunduh pada 10 Februari 2018
52
Flues, Florens.2010. Who Hosts the Clean Development Mechanism? Determinants of
CDM Project Distribution. The Center for Comparative and International Studies (ETH Zurich and
University of Zurich)
12
sebagai negara berkembang tetap melakukan kerjasama JCM dengan pemerintah
Jepang ditengah banyak negara maju lainnya yang bisa diajak bekerjasama dalam
upaya pengurangan emisi GRK.
E. Kerangka Pemikiran
Dalam menyusun skripsi ini, diperlukan teori dan konsep sebagai acuan untuk
membentuk pola pikir dan sudut pandang dalam menjelaskan, mengungkapkan, serta
menyajikan atau mendeskripsikan permasalahan yang akan diangkat. Skripsi ini akan
menggunakan konsep kepentingan nasional (national interest), kerjasama
internasional, green thought dan political ecology. Hal tersebut disebabkan kebijakan
yang diambil mengacu pada kepentingan nasional masing-masing negara. Selain itu,
isu pemanasan global yang menjadi ancaman dunia pada saat ini bagi kelangsungan
makhluk hidup di masa mendatang menjadikan green thought dalam sudut pandang
ecosystem matters dan political ecology sangat tepat untuk memaparkan kerjasama
pemerintah Indonesia dan Jepang mengenai JCM.
1. Konsep Kepentingan Nasional (National Interest)
Dalam studi hubungan internasional dan praktik diplomasi terdapat konsep
kepentingan nasional. Konsep tersebut menjelaskan mengenai bagaimana peranan
dari kepentingan nasional sebagai instrumen politik agar dapat mewakili kepentingan
13
publik. Konsep kepentingan nasional digunakan sebagai dasar dari pengambilan
sebuah kebijakan politik, yang mana kepentingan nasional tersebut menjadi income
dari sebuah kebijakan.53
Kepentingan nasional merupakan sebuah tujuan utama dari sebuah kebijakan
yang dikeluarkan oleh pemerintah. Konsep kepentingan nasional merupakan salah
satu variabel dalam sistem politik.54
Kepentingan nasional merupakan sebuah tujuan
dari sebuah kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Tujuan dari kebijakan-
kebijakan tersebut bisa berupa kekuasaan, kekayaan ataupun kejayaan. Dalam
menentukan sebuah kebijakan diperlukan analisis rasional yang terkait dengan
kepentingan nasional. Kepentingan nasional biasanya dilakukan melalui dua cara
yaitu, pertama, kata kepentingan berarti secara tidak langsung menyatakan sebuah
kebutuhan yang akan diraih, dengan penggunaan standar pembenaran. Status
pembenaran ini diperlukan agar kepentingan nasional dapat diakui atas nama
kepentingan bersama. Kedua, konsep kepentingan nasional digunakan untuk
menggambarkan dan mendukung sebuah kebijakan, permasalahannya adalah
bagaimana menentukan kriteria agar kepentingan nasional menjadi hal yang
diperlukan dalam sebuah kebijakan.55
53
Clinton, W. David. 1994. Two Face of National Interest. Lousiana: Louisiana University
Press, hal.28 54
Budiardjo, Miriam. 2006. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
hal.49 55
Griffiths, Martin, and O’Callaghan, Terry. 2002. International Relation the Key Consept.
New York: Routledge, hal.203
14
Neo-liberalisme memandang kepentingan nasional dengan interest-based
mengenai terjadinya kerjasama bahwasannya negara memiliki sebuah interest untuk
menjalin sebuah kerjasama. Pandangan Neo-liberalisme mengenai interest negara
lebih menekankan untuk terwujudnya common interest diantara negara-negara yang
berkerjasama.56
Kebijakan pemerintah Indonesia dalam kerjasama JCM dengan
pemerintah Jepang tidak terlepas demi terwujudnya common interest masing-masing
negara.
2. Konsep Kerjasama Internasional
Kerjasama internasional adalah hubungan antarbangsa yang memiliki tujuan
berlandaskan kepentingan nasional. Kerjasama internasional terdiri dari seperangkat
aturan, prinsip-prinsip, norma-norma, dan prosedur pembuat keputusan yang
mengatur jalannya rezim internasional.57
Selain itu, negara-negara yang melakukan
kerjasama internasional mempunyai tujuan bersama atau kepentingan bersama karena
ketidakberadaan kepentingan bersama di dalam kerjasama, merupakan sesuatu hal
yang mustahil.58
56
Hasenclever, Andreas., Mayer, Peter., & Rittberger, Volker. 1996. Interests, Power,
Knowledge: The Study of International Regimes. Mershon International Studies Review, tersedia di:
http://www.jstor.org/stable/222775, diakses pada 31 Januari 2018 57
Lisa L. Martin. 2007. Neo Liberalism in International Relations Theories: Discipline and
Diversity. hal.11 58
Keohane, Robert O. 1989. Neoliberal Institutionalism: a Perspectif in World Politics, in
International Institutions and State Power. hal.3
15
Dalam kehidupan internasional terdapat berbagai masalah yang diakibatkan
dengan adanya perbedaan dan kepentingan yang beraneka ragam dari setiap negara,
hal tersebut membutuhkan solusi untuk bagaimana menyelesaikan berbagai masalah
yang ada di kehidupan internasional. Kerjasama internasional dapat terbentuk karena
kehidupan internasional yang meliputi berbagai bidang seperti ideologi, politik,
ekonomi, sosial, lingkungan hidup, kebudayaan, pertahanan dan keamanan.59
Kerjasama Pemerintah Indonesia dan Jepang di sini merupakan bentuk kerjasama
internasional, dimana kedua negara melakukan kerjasama demi mencapai tujuan
bersama namun tidak terlepas dari kepentingan nasional negara Indonesia maupun
Jepang itu sendiri.
Dalam perspektif hubungan internasional, kerjasama bisa dilihat dari bidang
dan sifatnya. Menurut Matthew Paterson dalam Palgrave Advances in Environmental
International Politics, bahwa “politik lingkungan internasional dalam kerjasama
internasional adalah ketergantungan antara aktor akan membuat mereka melakukan
kerjasama untuk menghadapi ancaman yang akan membahayakan kepentingan
nasional”.60
Menurut Charles A. McClelland dalam bukunya mengatakan bahwa
kerjasama internasional merupakan alat internasional yang berfungsi untuk
59
Lisa L. Martin. 2007. Neo Liberalism in International Relations Theories: Discipline and
Diversity. hal.11 60
Michele M. Betsill et al. ed. 2006. Palgrave Advances in International Environmental
Politics. hal.63
16
memberikan fasilitas-fasilitas dan untuk melayani kegiatan-kegiatan yang hampir
tidak ada batasnya adalah terdapat dalam suatu kerjasama internasional. 61
Suatu kerjasama internasional didorong oleh beberapa faktor62
:
1. Kemajuan di bidang teknologi yang menyebabkan semakin mudahnya
hubungan yang dapat dilakukan negara sehingga meningkatkan
ketergantungan satu dengan yang lainnya.
2. Kemajuan dan perkembangan ekonomi mempengaruhi kesejahteraan
bangsa dan negara. kesejahteraan suatu negara dapat mempengaruhi
kesejahteraan bangsa-bangsa.
3. Perubahan sifat peperangan dimana terdapat suatu keinginan bersama
untuk saling melindungi dan membela diri dari dalam bentuk kerjasama
internasional.
4. Adanya kesadaran dan keinginan untuk bernegosiasi, salah satu metode
kerjasama internasional yang dilandasi atas dasar bahwa dengan
bernegosiasi akan memudahkan dalam pemecahan masalah yang dihadapi.
Kerjasama internasional juga dapat didefinisikan menjadi empat bagian, yaitu
pertama merupakan suatu proses dimana antara negara-negara yang berhubungan
secara bersama-sama melakukan pendekatan satu sama lainnya; kedua, mengadakan
61
McClellend, Charles A. 1969. International Relations, Cross-nation Comparative Studies,
and Foreign Area Research: The Question of Interdepedency. 62
Kartasasmita, Prof. Dr. Ginandjar. 1997. Organisasi dan Administrasi Internasional,
Bandung: PT. Angkasa, hal 19
17
pembahasan dan perundingan mengenai masalah-masalah tersebut; ketiga, mencari
kenyataan-kenyataan teknis yang mendukung jalan keluar tertentu; keempat,
mengadakan perundingan atau perjanjian diantara kedua belah pihak.63
Hubungan antara Pemerintah Indonesia dan Jepang merupakan sebuah
hubungan kerjasama internasional atau bentuk kerjasama bilateral dimana kedua
negara memiliki tujuan yang sama yaitu untuk mencapai kepentingan nasional
negaranya masing-masing. Konsep hubungan bilateral telah menjadi konsep dasar
dalam hubungan internasional. Hubungan bilateral lahir dari asumsi saling
membutuhkan antara negara satu dengan negara lainnya. Sikap saling membutuhkan
ini tidak lepas dari konsep bahwa negara tidak dapat mempertahankan eksistensinya
tanpa hubungan dengan negara-negara lain di dalam hubungan internasional. Sikap
saling membutuhkan ini terwujud dalam hubungan antarnegara baik dalam
pengembangan, peningkatan, kerjasama dan berbagai hubungan mutualistik antara
dua negara serta dalam pengaktualisasiaan dan pembuktian negara sebagai salah satu
aktor dalam hubungan internasional.
Menurut Jowondono, bahwasannya hubungan bilateral yang dijalankan oleh
sebuah nation-state merupakan hubungan interaksi antara dua negara yang
dikembangkan dan dimajukan dengan menghormati hak-hak kedua negara untuk
melakukan berbagai kerjasama pada aspek-aspek kehidupan berbangsa dan bernegara
63
Gilpin, Robert. 1977. “Economic Interpendence and National Security in Historical
Perspective”. Klaus Knorr and Frank N. Trager, eds., Economic Issues and National Security.
Lawrence : The Regents Press of Kansas, hal.33
18
tanpa mengabaikan dan mengucilkan keberadaan negara tersebut serta mewujudkan
perdamaian dan memberikan nilai tambah yang menguntungkan dari hubungan
bilateral ini.64
Terdapat beberapa faktor lagi yang turut mempengaruhi kerjasama
internasional, yaitu adanya perbedaan ideologi, ekonomi, kultural, luas daerah,
jumlah penduduk, sistem pemerintahan dan lain-lain. Dalam penelitian ini, kerjasama
internasional dipakai untuk melihat hubungan kerjasama antara Pemerintah Indonesia
dan Pemerintah Jepang telah sejauh mana bekerjasama dalam sebuah perjanjian
kerjasama Joint Crediting Mechanism (JCM).
3. Green Thought
Dalam hubungan internasional terdapat berbagai teori yang dapat dijadikan
dasar untuk mengkaji permasalahan yang ada di dalam dunia internasional. Salah satu
teori yang digunakan dalam hal isu pemanasan global dan permasalahan terhadap
lingkungan adalah Green Thought atau Green Perspective. Green Thought fokus
pada interaksi antara manusia dan lingkungan (ecologism).
Para pemikir dalam Green Thought berasumsi bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara tindakan manusia terhadap lingkungannya dengan terjadinya
kerusakan lingkungan hidup itu sendiri. Green Thought juga menawarkan suatu cara
pandang holistik yang dapat melihat betapa eratnya hubungan antara kehidupan
64
Juwondono, 1991. Hubungan Bilateral: Definisi dan Teori, Jakarta, Rajawali Press
19
manusia dengan ekosistem global. Asumsi dasar dari Green Thought sendiri,
adalah:65
1. Para aktivis atau pemerhati lingkungan menekankan institusi global atau
kerjasama internasional, contohnya: nilai penting komunitas global sama
diakuinya hak-hak dari komunitas lokal untuk mengontrol sumber daya
mereka sendiri dan keberadaan komunitas-komunitas bioregional sebagai
bangunan dasar bagi bumi.
2. Para aktivis atau pemerhati lingkungan berangkat dari pemahaman implisit
bahwa kebiasaan manusia masa kini dalam beberapa pengertian tidak sejalan
dengan dunia nonmanusia.
3. Para aktivis atau pemerhati lingkungan menekankan bahwa kebiasaan
manusia pada zaman modern, yang didukung oleh sistem kepercayaan,
filsafat, dan antroposentris, sebagai penyebab utama krisis lingkungan hidup.
Pada intinya Green Thought menekankan tentang keharusan memelihara
lingkungan untuk kelangsungan kehidupan semua makluk hidup. Ernst Haeckl pada
abad ke-19 yang mengenalkan istilah lingkungan hidup, dari sinilah kita
mendapatkan gambaran mengenai lingkungan hidup sebagai suatu yang saling
berkaitan dan tentang alam sebagai sesuatu yang hidup. Green Thought memiliki
etika seperti halnya politik, sikap Green Thought terhadap keadilan, moralitas dan
65
El-Anis, Diez, Pettiford, dan Jill Steans. 2010. An Introduction to International Relations
Theory. New York: Routledge, hal.395-396.
20
etika, yang bagaimanapun juga ternyata memiliki hubungan yang pada akhirnya dapat
memenuhi keseimbangan hidup. Bagi Green Thought dalam memperjuangkan
keyakinan tentang karakteristik krisis lingkungan hidup bermula dari pengetahuan
(knowledge) dan kesadaran (awareness) akan sebuah masalah. Scientific origins,
dipicu oleh sains dan teknologi. Asumsi dasarnya adalah ecosystem matters dalam
hubungan internasional.
Adanya kesadaran ekologis dalam pengembangan gerakan lingkungan
sangatlah dibutuhkan. Menurut Naess, konsep dan paradigma pembangunan
berkelanjutan dengan konsep dan paradigma berkelanjutan ekologis perlu
ditinggalkan. Paradigma ini menurut sikap hormat dan perlindungan atas kekayaan
dan keanekaragaman bentuk kehidupan di bumi menunjukkan tuntuntan dari
penghentian kebijakan ekonomi dan politik yang memiliki tujuan utama yaitu
mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi karena dalam menanggulangi
permasalahan lingkungan hidup diperlukan pengembangan potensi daerah disebuah
negara.66
66
Jemadu, Aleksius. 2008. Politik Global dalam Teori & Praktek. Yogyakarta: Graha Ilmu,
hal.313
21
4. Political Ecology
Ruang lingkup ekologi dan sifat interdisipliner politik memiliki banyak
definisi dan pengertian.namun, asumsi umum di lapangan memberikan relevansinya.
Raymond L. Bryant dan Sinead Bailey telah mengembangkan tiga asumsi mendasar
dalam mempraktikan political ecology:67
Pertama, biaya dan manfaat yang terkait dengan perubahan lingkungan di
distribusikan secara tidak merata. Perubahan lingkungan tidak mempengaruhi
masyarakat secara homogeny: perbedaan politik, sosial dan ekonomi
menyebabkan distribusi biaya dan tunjangan tersebut tidak merata. Kedua,
distribusi yang tidak merata ini pasti memperkuat atau mengurangi
ketidaksetaraan sosial dan ekonomi yang ada. Dalam asumsi ini, ekologi
politik memasuki ekonomi politik yang inheren karena “setiap perubahan
kondisi lingkungan harus mempengaruhi status ekonomi dan ekonomi quo”.
Ketiga, distribusi biaya dan tunjangan yang tidak merata dan penguatan atau
pengurangan ketidaksetaraan yang sudah ada memiliki implikasi politik dalam
kaitannya dengan hubungan kekuatan yang berubah dan berakibat sekarang.
Political Ecology mencoba memberikan kritik serta alternative dalam
hubungan saling mempengaruhi antara lingkungan dan faktor politik, ekonomi dan
sosial. Robbins menegaskan bahwasannya disiplin political ecology memiliki
pemahaman normatif bahwa ada kemungkinan cara yang lebih baik, kurang
67
Bryant, Raymond L., and Sinead Bailey, 1997. Third World Political Ecology, London and
New York: Routledge, hal.28
22
eksploitatif dan lebih berkelanjutan dalam melakukan sesuatu. Dari asumsi tersebut,
political ecology dapat digunakan untuk:68
a. Menginformasikan pembuat kebijakan dan organisasi tentang
kompleksitas seputar lingkungan dan pembangunan, sehingga
berkontribusi pada tata kelola lingkungan yang lebih baik
b. Memahami keputusan yang dibuat masyarakat tentang lingkungan alam
dalam konteks lingkungan politik, tekanan ekonomi, dan peraturan
masyarakat
Hubungan yang tidak setara di dalam dan di antara masyarakat mempengaruhi
lingkungan alam dapat terlihat dengan jelas terutama dalam konteks kebijakan
pemerintah. Oleh karena itu, konsep kepentingan nasional, kerjasama internasional,
green thought dan political ecology akan dijadikan alat analisa penulis dalam skripsi
ini. Kerjasama Pemerintah Indonesia dan Jepang akan penulis lihat dari segi konsep
kerjasama internasional, kepentingan nasional masing-masing negara dalam
melakukan kerjasama serta menjelaskan adakah hubungan saling ketergantungan
diantara kedua negara. Selain itu, mengenai kerjasama Joint Crediting Mechanism
(JCM) sendiri, penulis akan menganalisa dari konsep yang ada dalam studi
internasional yaitu Green Thought dan Political Ecology.
68
Robbins,Paul. 2004. Political Ecology: a Critical Introduction. Blackwell Publishing,
hal.12
23
F. METODE PENELITIAN
Penelitian ini bersifat kualitatif, dimana penulis mengawali dengan pemilihan
suatu masalah penelitian kemudian dilanjutkan dengan merumuskan pertanyaan
penelitian yang berhubungan dengan masalah penelitian. sehingga penulis
menganalisis tema yang dibahas dalam penelitian ini dengan menggunakan metode
kualitatif.69
Penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor penelitian kualitatif
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.70
Menurut Sugiyono, metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian
yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme yang biasanya digunakan untuk
meneliti pada objektif yang alamiah dimana peneliti berperan sebagai instrumen
kunci.71
Penelitian deskriptif kualitatif berusaha menggali informasi yang sesuai
gambaran kondisi, objek, atau fenomena sosial saat dilakukan penelitian. Sementara
itu menurut Nawawi dan Martini, mendefinisikan metode deskriptif sebagai metode
yang melukiskan suatu keadaan objektif atau peristiwa tertentu berdasarkan fakta-
69
Slamet, Yulius. 2006. “Metode Penelitian Sosial”. Surakarta: LPP UNS dan UNS Press,
hal.7 70
Moleong, L.J. 2011. “Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi”. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, hal.4 71
Sugiyono. 2008. “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D”, Bandung: Alfabeta,
hal.15
24
fakta yang tampak atau sebagaimana mestinya yang kemudian diiringi dengan upaya
pengambilan kesimpulan umum berdasarkan fakta-fakta historis tersebut.72
Metode penelitian deskriptif bermaksud untuk memberikan uraian mengenai
suatu gejala sosial yang diteliti. Peneliti mendeskripsikan suatu masalah berdasarkan
indikator-indikator yang penulis jadikan dasar dari ada atau tidaknya masalah yang
diteliti.73
Metode yang digunakan dengan metode deskriptif, agar penelitian dapat
dipahami oleh pembaca dengan lebih mudah. Metode ini digunakan dengan mencari
unsur-unsur dan sifat sebuah fenomena dengan mengumpulkan data, menganalisis
data dan kemudian menginterpretasikannya. Penelitian ini menggunakan data yang
diperoleh melalui studi literatur dan kepustakaan yang menjelaskan mekanisme
implementasi Protokol Kyoto negara-negara Annex 1 maupun negara berkembang.
Dokumen kesepakatan/komitmen internasional dan berbagai studi yang pernah
dilakukan terkait dengan hubungan luar negeri dalam mengimplementasikan Protokol
Kyoto.
Penelitian kualitatif merupakan penelitian interpretative yang tidak terlepas
dari pandangan dan pendapat pribadi dari peneliti. Dengan demikian, penelitian ini
lebih bersifat subyektif berdasarkan pemikiran penulis dengan didasari oleh data-data
yang mendukung. Hal tersebut dikarenakan pembahasan yang ada merupakan fakta
72
Nawawi, Hadar & Martini, Mimi. 1994. “Penelitian Terapan”. Yogyakarta: Gajahmada
University, hal.73 73
Slamet, Yulius. 2006. “Metode Penelitian Sosial”. Surakarta: LPP UNS dan UNS Press,
hal.7
25
atau peristiwa yang bersifat deskriptif dalam menjelaskan isu. Dalam melakukan
penelitian, penulis dapat meneliti isu tanpa adanya batasan.
G. Sistematika Penelitian
Skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab yang masing-masing bab membahas hal
yang berbeda-beda untuk memudahkan memahami skripsi ini. Penulisan skripsi ini
disusun dalam sistematika sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini merupakan penggambaran skripsi secara umum yaitu mulai dari
pernyataan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
tinjauan pustaka, kerangka teori, metode penelitian dan sistematika penelitian.
BAB II DINAMIKA HUBUNGAN KERJASAMA PEMERINTAH
INDONESIA DAN PEMERINTAH JEPANG DALAM UPAYA
PENURUNAN EMISI KARBON
Bab ini berisikan uraian tentang apa itu Clean Development Mechanism
(CDM) hingga bagaimana mekanismenya bisa menjadi kerjasama Joint Crediting
Mechanism (JCM), menjelaskan latar belakang kerjasama Joint Crediting Mechanism
(JCM) Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Jepang.
26
BAB III KERJASAMA JOINT CREDITING MECHANISM (JCM)
Bab ini berisikan uraian tentang apa itu Joint Crediting Mechanism (JCM),
bentuk kerjasama Pemerintah Indonesia dan Jepang dalam Joint Crediting
Mechanism (JCM) pada tahun 2013 hingga 2015, serta uraian peningkatan kerjasama
JCM Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Jepang.
BAB IV ANALISIS KERJASAMA JOINT CREDITING MECHANISM
(JCM) PEMERINTAH INDONESIA DAN JEPANG TAHUN 2013-2015
Bab ini berusaha menganalisis kepentingan Pemerintah Indonesia terhadap
Jepang dalam kerjasama Joint Crediting Mechanism (JCM) serta bagaimana peran
Indonesia meningkatkan kerjasama JCM.
BAB V PENUTUP
Bab ini terdiri dari kesimpulan penelitian kerjasama Pemerintah Indonesia dan
Jepang mengenai Joint Crediting Mechanism (JCM).
27
BAB II
DINAMIKA HUBUNGAN KERJASAMA PEMERINTAH INDONESIA DAN
PEMERINTAH JEPANG DALAM UPAYA PENURUNAN EMISI KARBON
BAB II menjelaskan bagaimana perubahan iklim dan Protokol Kyoto,
Mekanisme Pembangunan Bersih atau Clean Development (CDM) menjadi skema
Joint Crediting Mechanism (JCM), serta bagaimana latar belakang Pemerintah
Indonesia menjalankan kerjasama pembangunan rendah karbon bersama Jepang
dalam skema Joint Crediting Mechanism (JCM). Indonesia sebagai negara
berkembang, membutuhkan kemitraan dengan negara maju seperti Jepang, seperti
dalam bidang ekonomi dan infrastruktur dan salah satunya adalah pembangunan
berkelanjutan berwawasan lingkungan hidup.
2.1 Perubahan Iklim dan Protokol Kyoto
Persoalan perubahan iklim dan dampaknya semakin meningkat seiring dengan
konsentrasi emisi gas rumah kaca di atmosfer yang terus meningkat. Berdasarkan hal
tersebut, Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bumi di Rio de Jeneiro, Brazil tahun
1992, menghasilkan Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang
perubahan iklim (UNFCCC).74
Sementara itu, sebelum menghasilkan kesepakatan mengenai UNFCCC,
beberapa negara telah menyepakati suatu komitmen tentang perubahan iklim dengan
74
Direktorat Jendral Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan, Perubahan Iklim, Perjanjian Paris dan Nationally Determined Contributon, Jakarta, 2016.
hal. 9
28
disepakatinya Protokol Kyoto. Protokol Kyoto merupakan dasar bagi negara-negara
industri untuk mengurangi emisi gas rumah kaca gabungan mereka paling sedikit 5
persen dari tingkat emisi tahun 1990 menjelang periode 2008-2012. Komitmen yang
mengikat secara hukum ini, bertujuan mengembalikan tendensi peningkatan emisi
yang secara historis dimulai di negara-negara tersebut 150 tahun yang lalu. Protokol
Kyoto menempatkan beban yang lebih berat untuk negara-negara maju, dengan
berdasarkan pada prinsip common but differentiated responsibilities.
Dalam rangka mengimplementasikan tujuan Konvensi Perubahan Iklim untuk
menstabilkan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) agar tidak menggangu sistem iklim,
pada sidang ketiga Konferensi Para Pihak (Third Session of the Conference of
Parties, COP-3) yang diselenggarakan di Kyoto, Jepang, Tahun 1997, dihasilkan
suatu konsensus berupa keputusan (Decision 1/CP.3) untuk mengadopsi Protokol
Kyoto untuk Konvensi kerangka PBB tentang Perubahan Iklim.
Indonesia sendiri telah melakukan ratifikasi Protokol Kyoto melalui Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2004 tentang Pengesahan Kyoto Protocol to The United
Nations Framework Convention on Climate Change. Dengan meratifikasi Protokol
Kyoto, Indonesia dapat berpartisipasi melalui salah satu mekanisme Protokol Kyoto
29
yaitu Mekanisme Pembangunan Bersih atau Clean Development Mechanism
(CDM).75
2.2 Mekanisme Pembangunan Bersih atau Clean Development
Mechanism (CDM)
Negara-negara dengan komitmen berdasarkan Protokol Kyoto untuk
membatasi atau mengurangi emisi gas rumah kaca harus memenuhi target mereka
terutama melalui langkah-langkah nasional. Sebagai sarana tambahan untuk
memenuhi target ini, Protokol Kyoto memperkenalkan tiga mekanisme berbasis
pasar, sehingga menciptakan apa yang sekarang dikenal sebagai pasar karbon.
Mekanisme Kyoto tersebut adalah a) Mekanisme Pembangunan Bersih atau Clean
Development Mechanism (CDM), b) Implementasi Bersama atau Joint
Implementation (JI), dan c) Perdagangan Emisi atau Emissions Trading (ET).76
Mekanisme Pembangunan Bersih atau Clean Development Mechanism
(CDM) adalah sebuah mekanisme yang di definisikan dalam Pasal 12 Protokol Kyoto
atas Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim. Mekanisme ini adalah
suatu mekanisme pembangunan bersih yang bertujuan untuk membantu
75
Direktorat Jendral Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan, Perubahan Iklim, Perjanjian Paris dan Nationally Determined Contributon, Jakarta, 2016.
hal.11 76
United Nations Climate Change, The Mechanism under the Kyoto Protocol: Clean
development mechanism, joint implementation and emissions trading, tersedia di:
http://unfccc.int/kyoto_protocol/mechanisms/items/1673.php, diakses pada 30 Januari 2018
30
memungkinkan sebuah negara dengan komitmen pembatasan emisi atau pengurangan
emisi berdasarkan Protokol Kyoto untuk melaksanakan proyek pengurangan emisi di
negara-negara berkembang.77
Mekanisme CDM ini menstimulasi pengurangan emisi dan pembangunan
yang berkelanjutan, sementara itu mekanisme ini juga memberikan negara-negara
industri beberapa fleksibilitas dalam bagaimana mereka memenuhi target
pengurangan atau pembatasan emisi mereka. Menstimulasi pembangunan
berkelanjutan melalui transfer teknologi dan investasi. Membantu negara-negara
dengan komitmen Kyoto untuk memenuhi target mereka dengan mengurangi emisi
atau menghapus karbon dari atmosfer di negara lain dengan biaya yang efektif.
Mendorong sektor swasta dan negara berkembang untuk berkontribusi dalam upaya
pengurangan emisi.78
Mekanisme CDM berasaldari kenyataan bahwa negara-negara
berkembang tidak memiliki target pengurangan emisi yang terukur berdasarkan
Protokol Kyoto, yang berarti bahwa CER yang dihasilkan dalam proyek CDM dan
dipindahkan ke negara-negara Annex I merupakan peningkatan bersih dari total
77
United Nations Climate Change, Clean Development Mechanism (CDM), tersedia di:
http://unfccc.int/kyoto_protocol/mechanisms/clean_development_mechanism/items/2718.php, diakses
pada 30 Januari 2018 78
United Nations Climate Change, The Mechanism under the Kyoto Protocol: Clean
development mechanism, joint implementation and emissions trading, tersedia di:
http://unfccc.int/kyoto_protocol/mechanisms/items/1673.php, diakses pada 30 Januari 2018
31
jumlah unit Kyoto (Gambar II.1). oleh karena itu, emisi CER mirip dengan emisi
uang dimana hal tersebut haruslah setara.79
Gambar II.1. Skema Clean Development Mechanism
Sumber: CDC Climat Research (2012)
Tujuan dari CDM adalah membantu negara-negara Annex I atau negara
industri maju dalam memenuhi target penurunan jumlah emisi negaranya dengan
target emisi rata-rata sebesar 5,2 persen di bawah tingkat emisi tahun 1990, sesuai
dengan ketentuan di dalam Protokol Kyoto. Selain itu, CDM juga membantu negara
berkembang atau dikatakan sebagai negara Non-Annex I dalam menerapkan
pembangunan yang berkelanjutan serta menyumbang pencapaian tujuan utama
79
Climate Report Research on the economics of climate change, 2012. “10 Lessons From 10
Years of The CDM”, tersedia di: http://www.cdcclimat.com/IMG/pdf/12-10-05_climate_report_37_-
_10_lessons_from_10_years_of_cdm.pdf, diunduh pada 10 Februari 2018
32
Konvensi Perubahan Iklim, yaitu menstabilkan gas rumah kaca dunia pada tingkat
yang tidak akan mengganggu sistem iklim global.80
Proyek CDM mendapatkan pinjaman pengurangan emisi bersertifikat yang
bisa diperdagangkan, dapat pula digunakan oleh negara-negara industri untuk
memenuhi sebagian target pengurangan emisi mereka di bawah Protokol Kyoto.
Manfaat dari proyek CDM mencakup investasi dalam proyek mitigasi perubahan
iklim di negara-negara berkembang, transfer atau difusi teknologi di negara tuan
rumah, serta peningkatan penghidupan masyarakat melalui penciptaan lapangan kerja
atau peningkatan kegiatan ekonomi.81
Indonesia dianggap dapat mengambil bagian dalam proyek CDM tersebut,
yang mana Indonesia berperan sebagai negara yang menerima dan melaksanakan
CDM tersebut. Indonesia bekerjasama dengan NSS (National Strategy Study) untuk
dapat mengembangkan strategi investasi dan pelaksanaan proyek CDM.82
Pemerintah Jepang bergerak maju dengan membuat Joint Crediting
Mechanism (JCM) sebagai skema pelengkap dari CDM untuk memfasilitasi difusi
teknologi, produk, dan layanan rendah karbon terkemuka dan berkontribusi pada
pembangunan berkelanjutan negara-negara berkembang. Pemerintah Jepang juga
80
United Nations Climate Change, Clean Development Mechanism (CDM), tersedia di:
http://unfccc.int/kyoto_protocol/mechanisms/clean_development_mechanism/items/2718.php, diakses
pada 30 Januari 2018 81
United Nations Climate Change, CDM Benefits, tersedia di:
http://cdm.unfccc.int/about/dev_ben/index.html, diakses pada 30 Januari 2018 82
MS. Ka’ban. 2009. Jurnal Diplomat Indonesia (Jakarta: La Tofi). hal.37
33
mendukung perusahaan-perusahaan dari berbagai bidang yang akan mengembangkan
bisnis melalui pemanfaatan JCM.83
Joint Crediting Mechanism (JCM) adalah sebuah mekanisme pemberian
kredit offset berbasis proyek yang diprakarsai oleh Pemerintah Jepang untuk
memfasilitasi difusi teknologi rendah karbon. Sejauh ini, 12 negara termasuk 10 di
kawasan Asia dan Pasifik telah meluncurkan Joint Crediting Mechanism (JCM),
dukungan finansial di bawah JCM diberikan melalui Pemerintah Jepang, organisasi
afiliasi dan pihak swasta Jepang. Negara-negara tersebut adalah Mongolia,
Bangladesh, Ethiopia, Kenya, Vietnam, Laos, Costa Rica, Palau, Kamboja, Meksiko,
Myanmar, dan Indonesia.84
Kerjasama JCM Pemerintah Jepang dan Indonesia pun
berlangsung hingga sekarang, bagaimana proses kerjasama tersebut bisa terjalin akan
dibahas di sub bab berikutnya.
2.3 Latar Belakang Kerjasama Joint Crediting Mechanism (JCM)
Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Jepang
Pada konferensi perubahan iklim atau COP 21 di Paris, akhirnya memiliki
perjanjian baru untuk penanganan perubahan iklim yaitu Paris Agreement sebagai
keputusan bersama konferensi. Sebanyak 195 dari 196 negara anggota UNFCCC
83
Japan Quality Assurance Organization, tersedia di:
https://www.jqa.jp/english/environment/jcm.html, diakses pada 01 Februari 2018 84
JCM, tersedia di: https://www.jcm.go.jp/, diakses pada 01 Februari 2018
34
menyepakati Paris Agreement tersebut sebagai protokol baru yang akan
menggantikan Protokol Kyoto sebagai kesepakatan bersama untuk menangani
perubahan iklim dengan berbagai aspeknya dan berkomitmen untuk melakukan
pembangunan yang rendah emisi.
Pada pertemuan G-20 di Pittsburg tahun 2009 dan pada Conferences of The
Parties (COP) 15 di Kopenhagen, Presiden Republik Indonesia telah menyatakan
komitmen untuk menurunkan emisi karbon sebanyak 26% dari Business As Usual
(BAU) pada tahun 2020. Selain itu, 42% penurunan emisi diharapkan dapat tercapai
dengan bantuan pihak internasional. Komitmen ini ditegaskan dengan disahkannya
Peraturan Presiden No.61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan
Emisi Rumah Kaca (RAN-GRK) dan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2011
tentang Penyelenggaraan Inventarisasi Gas Rumah Kaca Nasional. Kegiatan-kegiatan
untuk mendukung pencapaian komitmen ini dapat dilakukan secara nasional dengan
menggunakan dana APBN maupun non-APBN.85
Joint Crediting Mechanism (JCM) atau Mekanisme Kredit Bersama antara
Indonesia dan Jepang pada dasarnya merupakan skema kerjasama antar pemerintah
yang mendorong organisasi-organisasi swasta Jepang untuk bekerja sama dengan
Indonesia dalam berinvestasi di kegiatan pembangunan rendah karbon di Indonesia
dengan insentif dari pemerintah Jepang. Kerjasama dalam JCM menggunakan
85
Offshoreindonesia.com, Indonesia-Jepang Turunkan Emisi Karbon Lewat Skema Joint
Crediting Mechanism, tersedia di:
http://offshoreindonesia.com/read/2015/04/29/10099/0/41/Indonesia-Jepang-Turunkan-Emisi-Karbon-
Lewat-Skema-Joint-Crediting-Mechanism diakses pada 20 April 2017
35
instrumen pasar karbon dikarenakan berbagai hal, antara lain; menawarkan kepastian
dan visibilitas yang lebih besar dalam pencapaian tujuan pengurangan emisi,
menginternalisasi atau kesadaran akan besarnya biaya eksternal, fleksibilitas yang
lebih besar untuk bisnis dalam memenuhi tujuan antarnegara, menurunkan biaya
kepatuhan, menghargai bisnis untuk berinvestasi dalam inovasi untuk mengurangi
dampak kinerjanya terhadap lingkungan, mendukung pekerjaan bila digunakan dalam
konteks reformasi fiscal hijau dan mempromosikan daya saing tanpa memaksakan
yang tidak semestinya membebani konsumen.86
Reformasi fiscal hijau dimana
perubahan terhadap kebijakan fiscal yang memperhitungkan tantangan yang
ditimbulkan oleh dampak perubahan iklim.
Skema JCM merupakan usaha penting dan nyata dari pemerintah Indonesia
yang bukan hanya ditunjuk untuk pencapaian target Nationally Determined
Contribution yang telah disampaikan pada COP 21 di Paris, tetapi juga sebagai upaya
peningkatan investasi dan pembangunan rendah karbon di Indonesia. Kerjasama
kedua negara dalam JCM juga merupakan salah satu upaya penanggulangan
perubahan iklim dunia dan sebagai bentuk respon negara-negara industri untuk
mengurangi emisi gas rumah kaca. Kemudian penulis akan sedikit menjelaskan
mengenai perubahan iklim dan Protokol Kyoto yang akan dibahas pada sub bab
berikutnya.
86
Hindarto, Dicky Edwin, Joint Crediting Mechanism Development in Indonesia, tersedia di:
http://jcm.ekon.go.id/en/uploads/files/Document%20JCM/Presentation/1st%20Business%20Forum%2
0-%208%20April%202014/3._business_forum-dicky_presentation_3_.pdf, diakses pada 10 September
2017
36
BAB III
KERJASAMA JOINT CREDITING MECHANISM (JCM)
BAB III dalam skripsi ini akan menjelaskan lebih jauh bentuk kerjasama
Joint Crediting Mechanism (JCM) yang dilakukan Pemerintah Indonesia dan Jepang.
Pembahasan dalam bab ini akan dibagi menjadi dua pokok bahasan. Yang pertama,
adalah kerjasama Joint Crediting Mechanism (JCM). Kedua, faktor apa saja yang
melatarbelakangi Pemerintah Indonesia tetap mempertahankan kerjasama mengenai
JCM dengan Pemerintah Jepang.
3.1 Joint Crediting Mechanism (JCM)
Joint Crediting Mechanism (JCM), merupakan sebuah inisiatif dari
Pemerintah Jepang yang mendorong organisasi-organisasi swasta Jepang untuk
berinvestasi dalam kegiatan pembangunan rendah karbon di Indonesia melalui
insentif. Aktifitas JCM meliputi berbagai lingkup sektor, dintaranya efisiensi energi,
energi terbarukan, deforestasi dan degradasi hutan, konstruksi, penanganan dan
pembuangan limbah, fugitive emission, dan industri manufaktur.87
87
Joint Crediting Mechanism Indonesia Secretariat, “Sekilas JCM in Indonesia” tersedia di:
http://jcm.ekon.go.id/id/index.php/content/MTE%253D/sekilas_jcm_in_indonesia, diakses pada 27
Januari 2017
37
Indonesia berharap JCM dapat menjadi pilihan yang menarik untuk mendukung
kegiatan pengurangan emisi gas rumah kaca yang dilakukan pihak swasta maupun
publik di Indonesia dan mendukung pertumbuhan ekonomi tanpa mengesampingkan
keberlanjutan lingkungan.
Indonesia dan Jepang telah memulai diskusi dan negosiasi kerjasama JCM
sejak 2010. Sampai dengan pertengahan 2013, telah dilakukan lebih dari 75 studi di
Indonesia melalui kerjasama antara pihak perusahaan-perusahaan Jepang dan pihak
Indonesia melalui perusahaan swasta maupun pemerintah pusat dan daerah. Studi
kelayakan yang telah dilakukan mencakup bidang energi terbarukan, efesiensi energi,
kehutanan, transportasi, carbon capture and storage dan pertanian. Hal ini
membuktikan tingginya minat serta besarnya peluang dalam pengembangan proyek
melalui JCM.48
Setelah proses negosiasi selama 3 tahun, Pemerintah Indonesia dan
Pemerintah Jepang akhirnya menandatangani perjanjian kerjasama bilateral tentang
JCM pada Agustus 2013. Pemerintah Indonesia diwakili oleh Menteri Koordinator
Bidang Perekonomian, Bapak Hatta Rajasa dan Pemerintah Jepang diwakili oleh
48
Joint Crediting Mechanism Indonesia Secretariat, “Sekilas JCM in Indonesia” tersedia di:
http://jcm.ekon.go.id/id/index.php/content/MTE%253D/sekilas_jcm_in_indonesia, diakses pada 27
Januari 2017
38
Menteri Luar Negeri, Fumio Kishida. Hal ini merupakan tonggak penting dalam
pengembangan JCM dan menandakan resmi dimulainya program JCM di Indonesia.49
Gambar III.1. Konsep dasar Joint Crediting Mechanism (JCM)
Sumber: Sekretariat JCM Indonesia, Peran Partisipan Proyek dalam JCM,
2014.
Konsep dasar dari JCM yaitu Pemerintah Jepang memberikan fasilitas
teknologi, melakukan investasi, pendanaan dan pembangunan kapasitas untuk
Pemerintah Indonesia melakukan proyek JCM itu sendiri. Kredit karbon yang
dilakukan kedua negara digunakan oleh Pemerintah Jepang untuk membantu
49
Joint Crediting Mechanism Indonesia Secretariat, “Sekilas JCM in Indonesia” tersedia di:
http://jcm.ekon.go.id/id/index.php/content/MTE%253D/sekilas_jcm_in_indonesia, diakses pada 27
Januari 2017
39
memenuhi target penurunan emisi di negaranya, sedangkan Pemerintah Indonesia
selain bertujuan untuk penurunan emisi gas rumah kaca, Indonesia juga ingin
mencapai target dalam RAN GRK.50
Tujuan JCM adalah memfasilitasi penyebaran teknologi terkemuka rendah
karbon, produk, sistem, layanan, dan infrastuktur serta pelaksanaan aksi mitigasi, dan
berkontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan negara-negara berkembang.
Negara tujuan kerjasama merupakan tempat mengevaluasi kontribusi dari Jepang
dalam pengeluaran gas rumah kaca untuk upaya pengurangan emisi atau kepindahan
secara kualitatif dan menggunakan negara mereka untuk mencapai target penurunan
emisi Jepang. Dan berkontribusi pada tujuan akhir dari UNFCCC dengan
memfasilitasi tindakan global untuk pengurangan emisi gas rumas kaca atau
kepindahan.51
JCM sebenarnya merupakan salah satu usulan mekanisme fleksibel dari
Protokol Kyoto yang juga turunan dari mekanisme Clean Development Mechanism
(CDM). Terdapat tiga tujuan utama dari terbentuknya CDM52
, pertama memberikan
kesempatan kepada negara Non Annex 1 dalam mencapai perkembangan dalam
konteks perubahan iklim. Kedua, untuk mengkontribusi objek-objek penting yang
50
Peran Partisipan Proyek dalam JCM,Sekretariat JCM Indonesia, tersedia di:
http://jcm.ekon.go.id/en/uploads/files/Document%20JCM/Project%20Cycle/Project_Participants_Role
_in_JCM_BahasaIndonesia.pdf, diakses pada 29 Januari 2017 51
New Mechanisms Information Platform, tersedia di:
http://www.mmechanisms.org/e/initiatives/jcm.html, diakses pada 29 Januari 2017 52
Koh Kheng Lian, Lye Lin Heng, Jolene Lin., Cruesial Issues in Climate Change and The
Kyoto Protocol Asia and The World. (World Scientific Publishing: London, 2010), hal.248
40
terdapat dalam UNFCCC. Ketiga, memberikan tanggung jawab kepada seluruh
negara termasuk negara-negara Annex 1 untuk berkontribusi dalam pengurangan
emisi gas rumah kaca.
Dalam JCM terdapat 4 elemen pemangku kepentingan dalam melakukan
kerjasama yaitu; Komite Bersama (Joint Committee/JC), Sekretariat JCM, Pihak
Ketiga/Third-Party Entity (TPE) dan Partisipasi Proyek. Komite Bersama merupakan
perwakilan Pemerintah Jepang dan Indonesia, anggotanya adalah penjabat eselon 2
(setara dengan direktur) kementerian dan lembaga terkait. Sekretariat JCM adalah
masing-masing pihak (Indonesia dan Jepang) membentuk sekretariat JCM, keduanya
berkomunikasi dan bekerjasama membantu Komite Bersama. Pihak Ketiga,
merupakan entitas terkualifikasi yang ditunjuk oleh Komite Bersama untuk
memvalidasi usulan proyek JCM serta memverifikasi penurunan atau pemusnahan
emisi GRK. Partisipan Proyek terdiri dari Pemerintah, sektor swasta, dan/atau sektor
publik yang terlibat dalam proyek JCM.53
Keterhubungan dan peran pihak-pihak yang terlibat dalam Kerjasama JCM
antara Indonesia dan Jepang dapat digambarkan sebagai berikut:
53
Joint Crediting Mechanism Indonesia Secretariat, “Peran Partisipan Proyek dalam JCM”,
tersedia di:
http://jcm.ekon.go.id/en/uploads/files/Document%20JCM/Project%20Cycle/Project_Participants_Role
_in_JCM_BahasaIndonesia.pdf, diakses pada 29 Januari 2017
41
Gambar III.2. Skema Kerjasama
Sumber: Joint Crediting Mechanism Indonesia Secretariat, Tentang JCM di
Indonesia “Skema Kerjasama”, 2017.
Skema kerjasama berdasarkan gambar di atas dapat disimpulkan bagaimana
hubungan kedua negara dan peran dari pihak-pihak yang memiliki kepentingan dalam
kerjasama JCM. Masing-masing pemerintah akan menerbitkan kredit karbon yang
kemudian menginformasikan pendaftaran proyek ke Komite Bersama yang dibantu
oleh Sekretariat JCM.
Kerjasama JCM antar kedua negara telah dirancang sejak 2010 melalui
pertemuan dengan Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI) yang kemudian
kerjasma disepakati pada Agustus 2013. Selama periode tersebut kedua negara telah
memiliki skema kerjasama hingga mengalami peningkatan dalam pelaksanaan
kerjasama dari tahun ke tahun. Peningkatan kerjasama tersebut akan penulis paparkan
di sub bab berikutnya.
42
3.2 Faktor Pemerintah Indonesia Mempertahankan Kerjasama JCM
Dalam pelaksanaan proyek-proyek JCM yang telah berjalan selama periode
2013-2015, Indonesia sendiri merupakan negara pertama pada lingkup proyek JCM
yang melaporkan jumlah kredit emisi karbon yang diturunkan. Selain itu, Indonesia
diketahui sebagai negara paling progresif dalam implementasi proyek JCM diantara
12 negara peserta kerjasama dengan jumlah proyek terbanyak. Hal tersebut
berdasarkan dari sejak ditandatanganinya kerjasama antara pemerintah Indonesia dan
pemerintah Jepang di tahun 2013, telah berhasil menyalurkan lebih dari US$ 41 juta
kepada pihak swasta Indonesia. Kontribusi dari pihak swasta Indonesia dalam skema
ini sampai saat ini mencapai lebih dari US$ 70 juta, sehingga total nilai investasi
dalam skema JCM mencapai lebih dari US$ 110 juta.54
Proyek JCM merupakan bagian dari kegiatan low carbon development atau
pembangunan rendah karbon, sehingga proyek tersebut wajib memasukkan unsur
capacity building (peningkatan kapasitas) dan transfer teknologi kepada pihak
Indonesia, baik berupa pembinaan usaha, manufaktur, sumber daya manusia, maupun
bentuk lainnya. Hal ini diminta untuk memberi nilai tambah pada manfaat kegiatan
investasi hijau yang dilakukan. Pemerintah Indonesia dan Jepang berkomitmen untuk
terus melanjutkan skema JCM. Pemerintah Indonesia akan terus melakukan upaya
54
Situs Hijau Indonesia, “Forum JCM Dorong Kerjasama Pengurangan Emisi Antar Kota”,
tersedia di: http://www.hijauku.com/2016/05/26/forum-jcm-dorong-kerjasama-pengurangan-emisi-
antar-kota/, diakses pada 06 Oktober 2017
43
peningkatan investasi, pengembangan berbagai instrument teknis, serta peningkatan
peran serta pihak swasta sebagai pelaku proyek maupun peran lainnya.
Faktor lain yang membuat Indonesia tetap mempertahankan kerjasama JCM
selain menghasilkan nilai investasi yang tinggi bagi Indonesia, kerjasama ini
nyatanya mampu menginisiasi kerjasama antara kota di Indonesia dan kota di Jepang.
Kerjasam antar kota di bawah JCM diharapkan secara langsung dapat mempercepat
alih teknologi rendah karbon, meningkatkan hubungan ekonomi dan menarik
investasi dari Jepang ke Indonesia sehingga akhirnya dapat menurunkan emisi GRK
khususnya di kawasan perkotaan. Peluang dan manfaat yang didapat oleh pemerintah
Indonesia dengan adanya kerjasama antar kota selain mendapatkan tujuan dasar
dalam kerjasama JCM yaitu penurunan emisi GRK, kerjasama tersebut juga bisa
mentransfer pengetahuan dan teknologi, peningkatan kapasitas lingkungan dan sosial
serta menciptakan lapangan kerja.55
Kerjasama JCM antara pemerintah Indonesia dan pemerintah Jepang
merupakan bagian dari komitmen pemerintah Indonesia untuk menurunkan emisi
GRK. Indonesia berkomitmen untuk mengurangi emisi GRK sebesar 26 persen
secara sepihak dan 41 persen dengan dukungan internasional pada tahun 2020,
55
Joint Crediting Mechanism Indonesia Secretariat, Joint Crediting Mechanism (JCM) dan
Implementasi Kerjasama Antar Kota, tersedia di:
http://jcm.ekon.go.id/en/uploads/files/Document%20JCM/Presentation/JCM%20Forum%20City-to-
City%20Cooperation%20Workshop%20-%2026%20May%202016/1._JCM_C_to_C_-
_Secr._JCM_Indonesia.pdf, diakses pada 18 September 2017
44
komitmen tersebut dikatakan oleh Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono
pada G20 Summit, Pittsburg, 2009 dan COP 15, Copenhagen, 2009.56
3.3 Peningkatan Kerjasama JCM Pemerintah Indonesia dan Pemerintah
Jepang
Jenis kegiatan utama JCM mencakup studi kelayakan (feasibility study/FS)
dan implementasi proyek dengan insentif dari pemerintah Jepang. Apabila dinilai
layak untuk diimplementasikan dan disetujui oleh kedua negara, maka FS dapat
dilanjutkan menjadi proyek implementasi.
Pada tahun 2010, JCM melakukan pertemuan informal dengan DNPI sebagai
lembaga negara Indonesia yang fokus terhadap perubahan iklim dan emisi karbon di
Indonesia, dari pertemuan tersebut menghasilkan 8 FS. Di tahun berikutnya, pada
pertemuan formal DNPI dan kementerian terkait menghasilkan 23 FS. Pada tahun
2012, JCM membangun Tim Koordinasi Perdagangan dan Perundingan Karbon Antar
Negara (TKPPKA) dari pertemuan tersebut juga menghasilkan 26 FS. Perjanjian
bilateral kerjasama JCM pada 2013 ditanda tangani, kemudian pembentukan Komite
56
Manansang, Dr. Rizal Edwin, Joint Crediting Mechanism (JCM) Indonesia – Japan
“Cooperation for Low Carbon Growth, JCM Business Forum, tersedia di:
http://jcm.ekon.go.id/en/uploads/files/Document%20JCM/Presentation/1st%20Business%20Forum%2
0-%208%20April%202014/Business_Forum_-_CMEA_presentation_2_Pak_Edwin.pdf, diakses pada
18 September 2017
45
Bersama, pada pertemuan tersebut menghasilkan 13 FS dan 5 FS di tahun
berikutnya.57
Selama tahun 2010-2015, terdapat 96 studi kelayakan, telah dilakukan di
Indonesia. Studi kelayakan tersebut mencakup bidang energi terbarukan, efisiensi
energi, kehutanan (REDD+), transportasi, penangkapan dan penyimpanan karbon
(CCS) dan pertanian yang kemudian akan diseleksi untuk diimplementsikan pada
tahun 2015. Di Indonesia sendiri pada periode 2013-2014 ada 75 studi kelayakan
yang telah dilakukan, terdapat 13 proyek yang sudah terseleksi untuk dilaksanakan.
Dari 13 proyek tersebut ada lebih dari 200.000 ton CO2/tahun atau tepatnya 188.932
ton CO2/tahun, yang terdiri dari 3 proyek demonstrasi sebesar 62.833 ton CO2/tahun,
125.992 ton CO2/tahun dari 8 proyek model, dan 107ton CO2/tahun dari 1 proyek
yang telah diregistrasi.58
Pada tahun 2013, kerjasama JCM pemerintah Indonesia dan pemerintah
Jepang menghasilkan 4 model proyek JCM mengenai perbaikan efesiensi energi. Di
tahun 2014 terdapat 7 model proyek JCM dan tahun 2015 terdapat 6 model proyek
JCM. Sebanyak 10.608 tCO2/tahun dari 3 FS dihasilkan, peningkatan terjadi di tahun
57
Manansang, Dr. Rizal Edwin, Joint Crediting Mechanism (JCM) Indonesia – Japan
“Cooperation for Low Carbon Growth, JCM Business Forum, tersedia di:
http://jcm.ekon.go.id/en/uploads/files/Document%20JCM/Presentation/1st%20Business%20Forum%2
0-%208%20April%202014/Business_Forum_-_CMEA_presentation_2_Pak_Edwin.pdf, diakses pada
18 September 2017 58
Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat, Kerjasama Perdagangan Karbon Jepang-Indonesia
Potensial Menurunkan 200.000 Ton Karbon Per Tahun, tersedia di:
http://dishut.jabarprov.go.id/?mod=detilBerita&idMenuKiri=&idBerita=4440, diakses pada 07
Oktober 2017
46
berikutnya yaitu 19.393 tCO2/tahun dihasilkan. Di tahun 2015, sebanyak 30.087
tCO2/tahun dari 2 FS dihasilkan.59
Terdapat 4 model proyek JCM di tahun 2013, yang semua proyek tersebut
merupakan proyek sektor efisiensi energi. Proyek tersebut diantaranya adalah Energy
Saving by Installation of Double Bundle-tyoe Heat Pump, Energy Efficient
Refrigerants to Cold Chain Industry, Installation of Inverter-type Air Conditioning
System, LED Lighting and Separate Type Fridge Freezer Showcase to Grocery Stores
in Republic of Indonesia, dan Energy Saving for Air-Conditioning and Process
Cooling at Textile Factory. Di tahun 2014, proyek JCM mengalami peningkatan
dengan adanya 7 proyek yang merupakan sektor efisiensi energi dan energi
terbarukan. Proyek-proyek tersebut adalah Installation of Solar Power System and
Storage Battery to Commercial Facility, Power Generation by Waste-heat Recovery
in Cement Industry, Introduction of High Efficient Old Corrugated Cartons Process
at Paper Factory, Reducing GHG Emission at Taxtile Factories By Upgrading to
Air-saving Loom, Introduction of High Efficient Old Corrugated Cartons Process at
Paper Factory, Energy Saving for Textile Factory Facility Cooling by High-efficiency
Centrifugal Chiller, dan Energy Saving through Introduction of Regenerative Burners
to the Aluminum Holding Furnace of the Automotive Components Manufacturer.
Pada tahun 2015, terdapat 6 proyek JCM diantaranya Introduction of High-efficiency
Once-through Boiler System in Film Factory, Energy Saving for Industrial Park with
59
The Joint Crediting Mechanism, tersedia di: http://gec.jp/jcm/projects/, diakses pada 10
Oktober 2017
47
Smart LED Street Lighting System, Energy Saving for Air-Conditioning at Shooping
Mall with High Efficiency Centrifugal Chiller, Introduction of High Efficiency Once-
through Boiler in Golf Ball Factory, 1,6MW Solar PV Power Plant Project in
Jakabaring Sport City, dan Installation of Gas Co-genertion System for Automobile
Manufacturing Plant.60
Banyaknya proyek JCM dari tahun 2013 hingga 2015 tersebut, terdapat
proyek kerjasama Installation of Inverter-type Air Conditioning System, LED
Lighting and Separate Type Fridge Freezer Showcase to Grocery Stores in Republic
of Indonesia, Installation of Solar Power System and Storage Battery to Commercial
Facility dan Installation of Gas Co-genertion System for Automobile Manufacturing
Plant yang merupakan proyek berkesinambungan karena merupakan sebuah proyek
penunjang sektor penting bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Oleh karena itu,
mengenai proyek tersebut penulis akan bahas lebih lanjut di bab berikutnya.
60
The Joint Crediting Mechanism, tersedia di: http://gec.jp/jcm/projects/, diakses pada 10
Oktober 2017
48
BAB IV
ANALISIS KERJASAMA JOINT CREDITING MECHANISM (JCM)
PEMERINTAH INDONESIA DAN JEPANG TAHUN 2013-2015
BAB IV dalam skripsi ini akan menganalisis kepentingan Pemerintah
Indonesia terhadap Pemerintah Jepang dalam kerjasama Joint Crediting Mechanism
(JCM). Selain itu bab ini juga akan memaparkan bagaimana pemerintah Indonesia
mengembangkan kerjasama JCM di tahun 2013 hingga 2015. Upaya yang dimaksud
adalah dengan meningkatkan JCM Model Project dengan pemerintah Jepang dengan
tujuan penurunan emisi karbon yang lebih besar tiap tahunnya dan berstandar
internasional yang disetujui oleh kedua negara. Kepentingan pemerintah Indonesia
tersebut akan dianalisis dengan menggunakan konsep kepentingan nasional,
kerjasama internasional dan green thought yang dijadikan sebagai alat analisa dalam
penelitian ini guna mendapatkan jawaban dari pertanyaan penelitian dalam skripsi ini.
4.1 JCM Model Project
Peranan energi dalam pembangunan di Indonesia sangatlah vital. Energi
digunakan untuk mendukung pembangunan ekonomi nasional. Indonesia memiliki
sumber energi yang cukup besar, namun dalam pemanfaatan sumber energi di
Indonesia sendiri belum maksimal. Sebagai negara berkembang, pemanfaatan energi
yang baik menjadi salah satu faktor kunci untuk beranjak menjadi negara maju.
Kerjasama Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Jepang dalam sektor efisiensi energi
dan energi terbarukan menjadi sangat penting untuk dikembangkan oleh pemerintah
Indonesia demi kelangsungan hidup di masa mendatang. Hal tersebut dituangkan
dalam beberapa model proyek di kerjasama JCM berikut ini.
49
4.1.1 Project Installation of Inverter-type Air Conditioning System,
LED Lighting and Separate Type Fridge Freezer Showcase to
Grocery Stores in Republic of Indonesia
Salah satu bentuk energi yang memiliki peran sangat penting adalah energi
listrik. Penggunaan energi listrik di Indonesia merupakan yang terbesar dibandingkan
dengan energi lainnya. Berdasarkan data pada tahun 2013, konsumsi listrik di
Indonesia mencapai 187,5 ribu GWh. Pada tahun 2014 konsumsi listrik Indonesia
sebesar 194 ribu GWh dan meningkat di tahun berikutnya dengan 202 ribu GWh.61
Pengeluaran rumah tangga untuk energi listrik menjadi pengeluaran terbesar
dibandingkan jenis energi lainnya. Konsumsi energi listrik di toko swalayan juga
menjadi salah satu perhatian mengingat dari banyaknya jumlah toko swalayan di
Indonesia.
Proyek Installation of Inverter-type Air Conditioning System, LED Lighting
and Separate Type Fridge Freezer Showcase to Grocery Stores in Republic of
Indonesia ini merupakan proyek yang mengupayakan efisiensi energi listrik bagi
toko-toko swalayan di Indonesia agar lebih efisien dalam menggunakan energi listrik.
Dengan pemasangan fasilitas pendingin makanan efisiensi tinggi dengan refrigeran
alami (refrigeran CO2), kemudian pendingin udara yang dikendalikan oleh inverter
dan pencahayaan LED (Light Emitting Diode). Dengan fasilitas tersebut, emisi CO2
akan berkurang akibat konsumsi listrik yang berkurang juga.
Kerjasama pada proyek ini pemerintah Indonesia dan pemerintah Jepang
bekerjasama dengan Lawson, Inc. sebagai pihak swasta Jepang dan PT. Midi Utama
Indonesia Tbk sebagai peserta pihak Indonesia. Proyek ini mengharapkan dapat
menghasilkan 806 tCO2 per tahunnya. Dalam proyek ini, metodologi yang
61
Katadata News and Research, Konsumsi Listrik Indonesia 2005-2015, tersedia di:
http://databoks.katadata.co.id/datapublish/2016/08/04/konsumsi-listrik-indonesia-2005-2015, Internet;
diakses pada 17 Oktober 2017
50
diberlakukan adalah untuk tujuan menghemat total energi yang digunakan toko dalam
sistem pendingin udara dengan memperkenalkan lemari pendingin tipe refrigeran
terpisah. Hal tersebut mengarah pada pengurangan kebutuhan beban listrik AC dan
mengurangi emisi GRK dengan tidak melepaskan panas buangan di dalam toko.
Selain itu, proyek ini juga memperkenalkan penggunaan lampu LED untuk toko
swalayan di Indonesia. Perhitungan emisi proyek ini berdasarkan pada perhitungan
emisi referensi, dimana emisi dari referensi sebelumnya dihitung dan dikurangi oleh
emisi yang dihasilkan dari proyek. Emisi referensi dihitung dengan konsumsi listrik
dari lemari es dan efisiensi energinya. Sedangkan, emisi proyek dihitung dengan
konsumsi daya dari jenis lemari pendingin tipe alami yang terpisah dan faktor emisi
CO2 untuk konsumsi listrik yang dikonsumsi. Parameter pemantauan proyek ini
adalah dengan melihat konsumsi listrik dari lemari es dan konsumsi listrik dari
etalase proyek.62
Proyek ini merupakan proyek JCM di tahun 2013, namun baru berjalan di
bulan Februari 2014. Masa kerja operasional proyek ini diharapkan dapat berlangsung
selama 8 tahun kedepan. Lokasi proyek ini sendiri berada di wilayah DKI Jakarta dan
sekitarnya. Proyek ini diterapkan pada 12 toko swalayan yang tersebar diberbagai
daerah antara lain;63
1. Store 1 (Raden Saleh3): Kelurahan Meruya Utara, Kecmatan Kembangan
Jakarta Barat
2. Store 2 (Kebagusan 2): Kelurahan Jagakarsa, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta
Selatan
3. Store 3 (Surya Darma): Kelurahan Neglasari, Kecamatan Neglasari, Tangerang
4. Store 4 (Meruyung): Meruyung Limo
62
JCM Indonesia – Japan, Methodology : ID_AM008 Ver2.0, tersedia di:
https://www.jcm.go.jp/id-jp/methodologies/29, Internet; diakses pada 17 Oktober 2017 63
JCM Indonesia – Japan, Project: ID006 Installation of Inverter-type Air Conditioning
System, LED Lighting and Separate Type Fridge Freezer Showcase to Grocery Stores in Republic of
Indonesia, tersedia di: https://www.jcm.go.jp/id-jp/projects/11, Internet; diakses pada 17 Oktober 2017
51
5. Store 5 (Tebet Timur Dalam): Kelurahan Tebet Timur, Kecamatan Tebet,
Jakarta Selatan
6. Store 6 (Palmerah Utara): Kelurahan Palmerah, Kecamatan Palmerah, Jakarta
Barat
7. Store 7 (Matraman Raya): Palmerah Matraman, Jakarta Timur
8. Store 8 (Raya Tengah): Kelurahan Gedong, Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta
Timur
9. Store 9 (Muncang): Kelurahan Lagoa, Kecamatan Koja, Jakarta Utara
10. Store 10 (Ceger Raya 2): Kelurahan Juramangu, Kecamatan Pondok Aren,
Tangerang Selatan
11. Store 11 (Sawangan 3): Kelurahan Pancoran Mas, Depok
12. Store 12 (Kampung Asem): Kelurahan Mustika Jaya, Bekasi
Status dari proyek ini telah teregistrasi oleh JCM, pada setiap tahunnya
diperkirakan pengurangan emisi yang dihasilkan akan meningkat. Di tahun 2014,
lebih kurang sebanyak 18 tCO2e pengurangan emisi yang dihasilkan dari proyek ini
dan pada tahun 2015 sebanyak 83 tCO2e pengurangan emisi yang dihasilkan.64
Dan
diperkirakan akan terus bertambah pengurangan emisi yang dihasilkan dari proyek ini
mengingat proyek ini diharapkan berlangsung selama 8 tahun sejak dimulainya pada
2013.
Total konsumsi listrik di minimarket peritel makanan menurun berkat
pemasangan fasilitas efisiensi tinggi terbaru dan pendingin efisiensi tinggi yang
menggunakan refrigerant alami (refrigerant CO2), penyejuk udara terkontrol inventer,
dan lampu LED. Hasilnya, emisi CO2 berkurang karena konsumsi listrik yang
berkurang. Reduksi emisi GRK yang diharapkan pada proyek ini 33 tCO2 per toko
64
JCM Indonesia – Japan, Project: ID006 Installation of Inverter-type Air Conditioning
System, LED Lighting and Separate Type Fridge Freezer Showcase to Grocery Stores in Republic of
Indonesia, tersedia di: https://www.jcm.go.jp/id-jp/projects/11, Internet; diakses pada 17 Oktober 2017
52
per tahunnya.65
Menurut amat penulis, proyek ini merupakan proyek yang sangat
potensial bagi Indonesia dalam upaya pengurangan emisi GRK melalui efisiensi
energi di toko swalayan. Pasalnya, jumlah toko swalayan yang ada di Indonesia
sangatlah banyak apabila fasilitas yang dimiliki proyek ini dapat diterapkan pada
semua toko swalayan yang ada di Indonesia, maka hal tersebut dapat berdampak
besar pada upaya pemerintah mengurangi emisi GRK Indonesia.
4.1.2 Project Installation of Solar Power System and Storage Battery
to Commercial Facility
Sektor energi yang paling signifikan pertumbuhannya di Indonesia adalah
bangunan komersial, termasuk pusat perbelanjaan. Kebutuhan energi utama pada
pusat perbelanjaan adalah listrik yang digunakan untuk mengoperasikan AC,
penerangan, alat transportasi vertikal, dan utilitas lainnya termasuk peralatan kantor.
Sebagai negara tropis, Indonesia mempunyai potensi energi terbarukan yang cukup
besar, yaitu energi surya. Selain itu, pada pusat perbelanjaan terdapat area atap yang
cukup luas namun tidak dimanfaatkan. Melihat potensi tersebut, pemerintah
Indonesia melakukan kerjasama JCM dengan pemerintah Jepang dalam proyek
Installation of Solar Power System and Storage Battery to Commercial Facility.
Proyek ini adalah proyek pemasangan sistem tenaga surya dan baterai
penyimpanan ke fasilitas komersial, dimana listrik dari sitem tenaga surya dipasok ke
peralatan pencahayaan pada fasilitas komersial yang ada. Kerjasama ini dianggap
sangat potensial dalam upaya pemerintah Indonesia mengurangi pembelian listrik ke
perusahaan listrik dan mencapai mitigasi GRK. Hal tersebut dikarenakan Indonesia
65
Kementerian Lingkungan Hidup Jepang, 2014. “The Joint Crediting Mechanism (JCM):
Kemajuan Program Pembiayaan untuk Proyek Model JCM dan Studi Kelayakan untuk Proyek JCM
oleh KLHJ pada 2014”, Global Environment Centre Foundation (GEC), hal. 12
53
memiliki permintaan akan listrik dengan pertumbuhan ekonomi. Pada proyek ini,
Itochu Corporation pihak swasta Jepang sebagai Representative Participant dan pada
pihak Indonesia PT. AEON Mall Indonesia sebagai Partner Participant.66
Tujuan dari proyek ini adalah untuk mengurangi penggunaan energi bahan
bakar fosil di gedung pusat perbelanjaan dengan mengenalkan sistem kogenerasi gas
alam dengan efisiensi tinggi dan sistem tenaga surya sebagai pasokan energinya.
Aeon Mall sendiri mengambil langkah proaktif dalam menekan emisi karbon dan
melestarikan lingkungan lokal. Aeon Mall juga memperkenalkan sejumlah teknologi
hemat energi, seperti sistem penyimpanan panas es untuk AC, solar sistem
pembangkit listrik dan pencahayaan LED, serta mempromosikan pemanfaatan bahan
aktif daur ulang yang dihasilkan oleh Mall itu sendiri. Sistem kogenerasi yang
dimaksud adalah untuk memperkenalkan cara memasok listrik dengan
menghilangkan limbah energi karena yang dihasilkan emisinya panas pada saat yang
sama dengan pembangkit listrik dapat digunakan secara efektif untuk pendinginan
sepanjang tahun dan mesin gas berenergi tinggi berkontribusi terhadap pengurangan
CO2.67
Kondisi Indonesia yang memiliki kekurangan kapasitas daya dukung,
sehingga mengakibatkan ketidakstabilan pasokan listrik. Seperti pada proyek efisiensi
energi listrik di toko swalayan sebelumnya, pada proyek ini Indonesia melakukan
kerjasama pemasangan sistem tenaga surya guna menghasilkan energi terbarukan
yang bertujuan membantu upaya pemerintah dalam mengurangi emisi GRK. Di sisi
66
The Joint Crediting Mechanism, Installation of Solar Power System and Storage Battery to
Commercial Facilities, tersedia di: http://gec.jp/jcm/projects/14pro_ina_05/, Internet; diakses pada 18
Oktober 2017 67
Joint Crediting Mechanism Indonesia Secretariat, “JCM Feasibility Study (FS) 2015,
Introduction of Co-generation and Solar Power Generation System in Large Shopping Malls”,
tersedia di:
http://jcm.ekon.go.id/en/uploads/files/Document%20JCM/Presentation/Reporting%20Meeting%20on
%20JCM%20Projects%20and%20Feasibility%20Studies%20in%20JFY2015%20-
%2022%20February%202016/session5/JCM_MOEJ-FS_NRI_Description.pdf, Internet; diunduh pada
21 Oktober 2017
54
lain, Solar PV Rooftop (pembangkit listrik tenaga surya fotovoltarik atap) yang
dikombinasikan dengan penyimpanan daya dipandang merupakan pilihan tepat untuk
mendukung kebutuhan listrik pusat perbelanjaan yang semakin meningkat serta
mendorong implementasi energi terbarukan di sektor listrik.
Solar PV menghasilkan listrik dari matahari, yang bisa dimasukkan ke dalam
pasokan listrik utama bangunan atau dijual ke jaringan listrik publik. Sektor Solar PV
yang terhubung dengan grid di seluruh dunia, selain mengurangi kebutuhan akan
pembangkitan bahan bakar fosil, juga membantu menciptakan lapangan kerja,
memungkinkan menghemat pengeluaraan uang keluarga dan bisnis, dan tentunya
mengurangi emisi GRK. Solar PV adalah sumber listrik terbarukan dan termudah
untuk dimasukan ke dalam bangunan, baik di rumah pribadi maupun bangunan besar
seperti mall maupun perkantoran. Listrik di pasok berdasarkan kebutuhan
penggunaan, sehingga menghindari kerugian yang terjadi pada distribusi listrik
tersebut. Banyak yang beranggapan bahwa pemasangan Solar PV adalah cara yang
berharga untuk meningkatkan kesadaran akan pasokan dan penggunaan listrik dan
membantu menyoroti potensi energi terbarukan.68
Dengan kerjasama ini, pemerintah
Indonesia tidak perlu mengeluarkan biaya untuk mengalokasikan alat pemasok listrik
seperti Solar PV pada proyek pembangunan gedung pusat perbelanjaan karena alat
tersebut sudah diproduksi dan dipersiapkan oleh pihak swasta Jepang. Artinya,
Indonesia mendapatkan keuntungan dengan tidak mengeluarkan biaya produksi
sehingga dapat menghemat pengeluaran dalam proyek tersebut.
68
Ashden Sustainable Solutions, Better Lives. Solar for the Grid /Solar Panels Harness the
Sun’s Power to Generate Electiricity and Provide Clean Power for Homes, Communities and
Businesses, tersedia di: https://www.ashden.org/sustainable-energy/ashden-guides/solar-for-the-
grid?gclid=Cj0KCQjwm9vPBRCQARIsABAIQYdmiLwycChXd8o1DNJVwXEpANmew2NhRwWw
wSPmc5eOOIQl8ZwKS28aAkxlEALw_wcB#continue, Internet; diakses pada 19 Oktober 2017
55
Gambar IV.1. Visualisasi Proyek Solar PV System and Energy Storage
System
Sumber: http://gec.jp/jcm/projects/14pro_ina_05/
Sepanjang tahun 2013 dan 2014, PT. AEON Mall Indonesia bekerjasama
dengan Itochu Corporation tengah merencanakan membangun 3 pusat perbelanjaan
atau AEON Mall untuk mengimplementasikan energi terbarukan yang sudah di
sepakati oleh kedua negara dalam kerjasama JCM. Aeon Mall Delta Mas yang
terletak di Hegarmukti Village, Cikarang Pusat, Bekasi, Jawa Barat, Aeon Mall BSD
City yang terletak di BSD City, Tangerang, Banten, dan Aeon Mall JGC (Jakarta
Garden City) yang terletak di Jalan Cakung, Cilincing Cakung, Jakarta.69
Pemerintah
Indonesia dan Jepang mendukung implementasi pemanfaatan energi surya dalam
proyek ini yang juga merupakan bentuk komitmen kedua negara untuk mengurangi
emisi GRK dalam skema JCM. Dari 3 perencanaan pembangunan mall, baru Aeon
Mall BSD City yang dapat direalisasikan dengan mengimplementasikan kerjasama
JCM pada 2014.
PT. AEON Mall Indonesia dan Itochu Inc. dari Jepang bekerjasama untuk
memasang 500 KW Solar PV Rooftop sekaligus battery pada AEON Mall di Jakarta
Garden City. Proyek ini akan menjadi salah satu sumber pasokan energi listrik,
69
AEON Mall CO.,LTD., Annual Report 2014 : New Phase, New Growth, tersedia di:
http://v4.eir-parts.net/DocumentTemp/20171101_021748771_a3cgo5qvnt1pu3553qm14k45_0.pdf;
Internet; diunduh pada 01 November 2017
56
terutama untuk kebutuhan penerangan dan diperkirakan mampu mengurangi emisi
karbon sebesar 549 tCO2 per tahun. Sedangkan pada AEON Mall Delta Mas City
diperkirakan mampu berkontribusi menurangi emisi sekitar 10.000 tCO2 per tahunnya
di masa yang akan datang. Proyek ini baru bisa direalisasikan pada tahun 2017
mendatang, dan kerjasama ini merupakan kerjasama jangka panjang dalam upaya
mengurangi emisi karbon kedua negara. Dari uraian Model Proyek JCM diatas, dapat
dikatakan bahwa dalam kerjasama ini Pemerintah Indonesia mempertimbangkan
berbagai kepentingan yang dapat dicapai oleh Indonesia sendiri, yaitu berupa
penghematan penggunaan energi listrik negara dan mengembangkan energi
terbarukan yang potensial bagi negara Indonesia.
4.1.3 Installation of Gas Co-genertion System for Automobile
Manufacturing Plant
Sektor industri merupakan sektor penyumbang emisi sebanyak 3 persen bagi
negara. Pemakaian energi final sektor industry termasuk biomassa pada tahun 2013
didominasi oleh batubara, gas (gas bumi dan LPG), biomassa, bahan bakar minyak
dan listrik. Pangsa batubara dalam total konsumsi energi final di sektor industri pada
tahun 2013 sekitar 45%, sedangkan total pangsa gas hampir mencapai 29%, diikuti
biomassa (10%), BBM (10%) dan listrik (9%).70
Dalam skenario BAU yang mengasumsikan bahwa tidak ada intervensi
kebijakan baru dimasa depan, kecuali kebijakan yang sudah ada saat ini. Penggunaan
bahan bakar fosil saat ini akan terus berlanjut sepanjang masih tersedia cadangannya.
Secara ringkas asumsi-asumsi yang digunakan dalam penyusunan BAU dalam
70
Pusat Data dan Teknologi Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral Kementerian Energi
dan Sumber Daya Mineral, Data Inventory Emisi GRK Sektor Energi. 2015, diunduh di:
https://www.esdm.go.id/assets/media/content/KEI-Data_Inventory_Emisi_GRK_Sektor_Energi.pdf,
diakses pada 03 Februari 2018
57
produksi batu bara hingga tahun 2019 disesuaikan roadmap yang berlaku.71
Artinya,
penggunaan bahan bakar fosil dan batu bara akan terus digunakan dalam sektor
industri di Indonesia dikarenakan Indonesia memiliki sumber daya yang berlimpah.
Kebutuhan energi di sektor industri masih mendominasi kebutuhan final
nasional untuk jangka panjang. Setiap sektor pengguna energi menggunakan berbagai
jenis teknologi yang berbeda dan bisa menghasilkan fluktuasi pemakaian bahan bakar
pada setiap sektor pengguna energi. Hal tersebut terkait dengan efisiensi dari
peralatan yang digunakan untuk setiap sektor. Salah satu sektor pengguna energi
ditawarkan sebuah proyek kerjasama dalam pemanfaatan teknologi untuk mengurangi
konsumsi energi pada pembangkit listrik tenaga batu bara di pabrik manufaktur
mobil.
Proyek ini termasuk dalam kerjasama JCM antara Pemerintah Indonesia dan
Jepang. Representative participant pada proyek ini adalah Toyota Tsusho
Corporation merupakan pihak swasta Jepang dan sebagai partner participant pihak
Indonesia adalah Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN). Proyek ini
memiliki tujuan untuk mengurangi konsumsi energi dan emisi CO2 dengan memasang
sistem kogenerasi gas pada pabrik manufaktur mobil di Indonesia. Sistem ini
mengadopsi gas-engine dan recovery panas dengan efisiensi tinggi untuk
menghasilkan uap dan air panas. Proyek ini berkontribusi terhadap pengurangan
konsumsi energi pada pembangkit listrik tenaga batu bara yang berlaku di Indonesia,
dan berkontribusi terhadap pengurangan emisi gas rumah kaca dan udara.72
71
Pusat Data dan Teknologi Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral Kementerian Energi
dan Sumber Daya Mineral, Data Inventory Emisi GRK Sektor Energi. 2015, diunduh di:
https://www.esdm.go.id/assets/media/content/KEI-Data_Inventory_Emisi_GRK_Sektor_Energi.pdf,
diakses pada 03 Februari 2018 72
The Joint Crediting Mechanism, tersedia di: http://gec.jp/jcm/projects/15pro_ina_04/,
diakses pada 03 Februari 2018
58
Pemasangan sistem kogenerasi dikarenakan sistem tersebut menawarkan
penghematan energi antara 15-40% bila dibandingkan dengan pasokan listrik dan
panas dari pembangkit listrik konvensional dan boiler. Kogenerasi mengoptimalkan
pasokan energi ke semua jenis konsumen, dengan memiliki manfaat bagi pengguna
dan masyarakat, diantaranya meningkatkan efisiensi konversi dan penggunaan energi
dikarenakan kogenerasi merupakan bentuk pembangkit tenaga yang paling efektif dan
efisien. Kogenerasi juga menghasilkan emisi yang lebih rendah ke lingkungan,
khususnya CO2 dan yang utama adalah gas rumah kaca. Selain itu, kogenerasi dapat
menghemat biaya yang besar dan memberikan daya saing tambahan bagi pengguna
industri dan komersial karena memberikan kesempatan untuk bergerak lebih maju
sebagai bentuk pembangkit listrik yang lebih terdesentralisasi.73
Gambar IV.2. Visualisasi Proyek Pemasangan Sistem Co-generation Gas
untuk Pabrik Manufaktur Mobil
Sumber : http://gec.jp/jcm/projects/15pro_ina_04/
73
Cogen Europe, What Is Cogeneration, tersedia di: https://www.cogeneurope.eu/knowledge-
centre/what-is-cogeneration, diakses pada 04 Februari 2018
59
Dari proyek tersebut, dapat menghasilkan 20.310 tCO2 per tahun nya yang
merupakan pengurangan emisi GRK terbesar sepanjang proyek kerjasama JCM
pemerintah Indonesia dan Jepang di tahun 2013 hingga 2015.74
Proyek kerjasama ini
dianggap penting untuk dilakukan dikarenakan sektor industri merupakan salah satu
penyumbang emisi GRK di Indonesia. Sumber-sumber emisi GRK dari bidang
industri meliputi penggunaan energi, proses industri dan pengolahan limbah industri.
Pilihan aksi mitigasi dalam rangka menurunkan emisi GRK dapat dilakukan
dengan berbagai cara, misalnya mengurangi jumlah energi yang digunakan per
produk melalui peningkatan penerapan efisiensi yang akan mengarah pada mitigasi
emisi GRK. Dengan mengubah jenis sumber energi yang digunakan dengan
memanfaatkan bahan bakar alternatif atau pergantian bahan bakar dengan biomassa,
dan lain sebagainya yang secara ideal memiliki kandungan karbon kurang dari bahan
bakar fosil itu sendiri.75
Kerjasama pemerintah Indonesia dan Jepang dalam proyek-
proyek diatas merupakan aksi mitigasi dengan melakukan rekayasa teknologi dalam
penerapan proyek JCM sebagai upaya penurunan emisi kedua negara.
Dari ketiga JCM model project diatas, pemerintah Indonesia memiliki
kepentingan terhadap setiap kebijakan yang diambil untuk menerapkan proyek-
proyek tersebut di Indonesia. Kepentingan Indonesia tersebut tidak terlepas dari
hubungan kerjasama Indonesia dengan pemerintah Jepang. Hal tersebut akan penulis
bahas lebih lanjut di subbab selanjutnya.
74
The Joint Crediting Mechanism, Installation of Gas Co-genertion System for Automobile
Manufacturing Plant, tersedia di: http://gec.jp/jcm/projects/15pro_ina_04/, diakses pada 12 Februari
2018 75
Antaranews, Sektor Industri diimbau Berperan Menurunkan Emisi GRK, tersedia di:
https://www.antaranews.com/berita/545223/sektor-industri-diimbau-berperan-turunkan-emisi-grk,
diakses pada 12 Februari 2018
60
4.2 Kepentingan Pemerintah Indonesia Terhadap Pemerintah Jepang
dalam Kerjasama JCM
Dalam kurun waktu 2013 hingga 2015, negara Jepang merupakan investor
asing terbesar bagi Indonesia mulai dari sektor industri makanan dan minuman,
manufaktur, properti, teknologi, infrastruktur, otomotif, kelautan dan agribisnis.
Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) pada tahun 2013,
nilai investasi Jepang ke Indonesia sebesar US$ 4,7 Miliar, tahun 2014 US$ 2,7
Miliar dan tahun 2015 dengan nilai investasi US$ 2,9 Miliar.76
Berdasarkan hasil
survei yang dilakukan oleh Japan Bank for International Cooperation (JBIC) sejak
tahun 2012, Indonesia merupakan tiga besar negara tujuan investasi perusahaan
manufaktur Jepang, bahkan di tahun 2013 Indonesia menempati peringkat pertama.77
Dengan nilai investasi Jepang yang tinggi terhadap Indonesia, maka dapat dikatakan
bahwasannya Pemerintah Jepang memiliki kepentingan terhadap Indonesia dan
begitupun sebaliknya. Berbagai kerjasama Jepang dan Indonesia pun dilakukan dalam
tujuan membangun negara, seperti halnya kerjasama perdagangan karbon antara
kedua negara atau kerjasama JCM.
Kegiatan UNFCCC pada 2007 di Bali, Indonesia melahirkan Bali Action Plan
yang menjadikan pemahaman dasar mengenai tindakan mitigasi perubahan iklim dan
pengurangan emisi GRK sebuah negara. Measurement, Reporting, Verification
(MRV) menjadi dasar gagasan yang memiliki implikasi signifikan bagi perundingan
internasional pada saat itu. Fungsi MRV adalah untuk meningkatkan transparansi
melalui pelacakan tingkat emisi GRK nasional, pelacakan arus pendanaan iklim yang
diterima atau dampak tindakan mitigasi terkait.
76
Katadata News and Research, Berapa Nilai Investasi Jepang di Indonesia?, tersedia di:
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2017/04/13/berapa-nilai-investasi-jepang-di-indonesia,
Internet; diakses pada 28 Oktober 2017 77
Badan Koordinasi Penanaman Modal, Rencana Strategis Badan Koordinasi Penanaman
Modal Tahun 2015-2019, tersedia di:
http://www.bkpm.go.id/images/uploads/ppid/file_upload/Rencana_Strategis_%28RENSTRA%29_BK
PM_TA_2015_-_2019.pdf, diunduh pada 10 Februaari 2018
61
Bagi negara berkembang seperti Indonesia, gambaran MRV mengalami
berbagai tantangan diantaranya, data kurang memadai, kapasitas teknis terbatas,
sistem kelembagaan yang menangani kurang tepat, pendanaan yang tidak memadai
pula, sumber daya manusia tidak mencukupi dan kurangnya kesadaran mengenai
pentingnya MRV tersebut.78
Dalam upaya mengatasi berbagai tantangan tersebut,
pemerintah Indonesia melakukan kerjasama JCM dengan pemerintah Jepang dengan
tetap menggunakan gagasan MRV guna memantau pengurangan emisi GRK yang
dihasilkan melalui proyek kerjasama JCM tersebut.
Dalam kerjasama JCM, pemangku kepentingan dalam kerjasama tersebut
adalah Joint Committee (JC) yang di dalamnya berisikan perwakilan pemerintah
Indonesia yang diwakilkan oleh pejabat eselon 2 kementerian atau lembaga terkait.
Kemudian, Partisipan Proyek baik itu pemerintah, sektor swasta, atau sektor publik
yang terlibat juga memiliki kepentingan dalam kerjasama JCM. Pemerintah Indonesia
sendiri memiliki kepentingan terhadap pemerintah Jepang dalam kerjasama ini
sebagai sumber investasi terbesar, penyediaan fasilitas dan teknologi untuk
kerjasama, serta bantuan luar negeri Jepang lainnya dalam upaya penurunan emisi
GRK di Indonesia. Selain itu, Jepang merupakan mitra dagang terbesar bagi
Indonesia sehingga dengan adanya kerjasama JCM ini memperluas kerjasama
diantara kedua negara.
Kerjasama JCM Indonesia dan Jepang telah mencapai nilai investasi sebesar
150 juta dollar AS atau sekitar hampir 2 triliyun rupiah sejak dimulai 2013. Menurut
Asisten Deputi Kerjasama Ekonomi Multilateral dan Pembiayaan Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian Rizal Edwin Manasang, selama tiga tahun
berlangsungnya kerjasama JCM, skema JCM berhasil menyalurkan lebih dari 37 juta
dollar AS kepada pihak swasta Indonesia. Sementara itu, kontribusi pihak swasta
78
Institute for Global Environmental Strategies (IGES). 2015. One Hundred Questions &
Answers about MRV in Developing Countries Version 3.0 (COP 21). Ministry of the Environment,
Japan (MOEJ). hal. 9
62
Indonesia dalam skema JCM mencapai 113 juta dollar AS. Dengan demikian, total
investasi dalam skema JCM mencapai lebih dari 150 juta dollar AS.79
Gambar IV.3. Investasi Asing dan Domestik di Indonesia Tahun 2014-
2015
Sumber : Indonesia Investment Coordinating Board (BKPM)
Berdasarkan data BKPM diatas dari seluruh jumlah total yang ada, Jepang
merupakan negara ketiga dengan investasi asing terbesar bagi Indonesia setelah
Singapura dan Malaysia. Selama tahun 2015, Jepang investasi sebesar USD $2.9
Miliyar ke Indonesia dan dari jumlah tersebut sekitar 43,3 persen adalah investasi ke
dalam sektor industri manufaktur. Jepang dengan komitmennya kerjasama bersama
Indonesia melalui JCM yang mengupayakan pertumbuhan rendah karbon dengan
memanfaatkan teknologi, pasar dan keuangan ditunjukkan dengan terus memberikan
investasi kepada Indonesia dari tahun ke tahun. Sehingga, kerjasama JCM
menjadikan kerjasama yang sangat penting bagi Indonesia selain untuk pertumbuhan
rendah karbon dan pembangunan berkelanjutan tetapi juga membantu Indonesia
dalam hal perekonomian.
79
Kompas, “Indonesia-Jepang Kucurkan Hampir Rp 2 Triliun untuk Penguranggan Emisi
Karbon, tersedia di: http://ekonomi.kompas.com/read/2016/08/29/133032426/indonesia-
jepang.kucurkan.hampir.rp.2.triliun.untuk.pengurangan.emisi.karbon, Internet; diakses pada 29
November 2017
63
Komitmen Indonesia dalam upaya mengurangi emisi karbon di tahun 2020
menurut Darmin Nasution Menteri Koordinator Bidang Perekonomian untuk
mencapai tujuan itu, ada beberapa langkah yang akan dilakukan oleh pemerintah
Indonesia, yaitu: pertama, memperbaiki dan memperkuat berbagai kegiatan
berdasarkan sumber daya alam dan konservasi lingkungan. Kedua,
mengimplementasikan komitmen pemerintah terhadap pembangunan rendah karbon
dan adaptasi lingkungan. Ketiga, memperkuat dan memperdalam kemitraan untuk
pengurangan emisi karbon. Keempat, membuat kemitraan semacam JCM menjadi
kondusif bagi kerjasama bisnis dan investasi.80
Langkah-langkah tersebut menunjukkan bahwa pemerintah Indonesia akan
terus mempertahankan kerjasama JCM dengan pemerintah Jepang di tahun yang akan
datang. Kerjasama pemerintah Indonesia dengan pemerintah Jepang didorong faktor
hubungan kedua negara yang terjalin cukup lama sehingga kerjasama JCM pun
diharapkan dapat berlangsung lama. Selain itu, melihat pada aspek kebutuhan
teknologi dan sumber daya manusia yang kurang kompeten memaksa Indonesia
untuk tetap bekerjasama dengan Jepang dalam upaya mengurangi emisi GRK.
Pemerintah Indonesia belum bisa secara mandiri untuk menjalankan berbagai proyek
yang notabene merupakan upaya pemerintah dalam mengurangi emisi gas karbon
karena keterbatasan yang ada baik secara sumber daya manusia maupun teknologi
dan finansial. Kerjasama JCM ini juga merupakan kerjasama yang menguntungkan
bagi Indonesia dari beberapa sektor seperti teknologi dan energi terbarukan sehingga
pemerintah Indonesia tetap mempertahankan kerjasama JCM untuk beberapa tahun
kedepan. Keuntungan tersebut tidak terlalu signifikan dikarenakan investasi
pemerintah Jepang ke Indonesia dalam setiap proyek JCM tidak secara langsung,
80
Kompas, “Indonesia-Jepang Kucurkan Hampir Rp 2 Triliun untuk Penguranggan Emisi
Karbon, tersedia di: http://ekonomi.kompas.com/read/2016/08/29/133032426/indonesia-
jepang.kucurkan.hampir.rp.2.triliun.untuk.pengurangan.emisi.karbon, Internet; diakses pada 29
November 2017
64
melainkan investasi kepada pihak swasta Indonesia yang masih terikat dengan pihak
atau perusahaan swasta milik Jepang yang berada di Indonesia.
Kepentingan Indonesia guna mendapatkan keuntungan dari sektor investasi
pemerintah Jepang dalam kerjasama JCM sangat diragukan, pasalnya pada kerjasama
JCM proyek yang bekerjasama dengan PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia
(TMMIN) yang merupakan sebuah perusahaan manufaktur atau otomotif terbesar di
Indonesia mendapati fakta bahwa Indonesia tidak secara utuh mendapatkan
keuntungan. Hal tersebut dikarenakan saham yang dimiliki oelh TMMIN dikuasai
oleh PT. Astra Internasional sebesar 60% dan 40% nya dikuasai oleh perusahaan
Jepang.81
Artinya, meskipun perusahaan tersebut berada di Indonesia dan
mendapatkan investasi yang besar dari pemerintah Jepang dalam proyek kerjasama
JCM tidak menjadikan pemerintah Indonesia secara langsung diuntungkan melainkan
hanya sebagai perantara investasi pemerintah Jepang terhadap pihak swasta Jepang
yang berada di Indonesia.
Kerjasama JCM pemerintah Indonesia dan Jepang tidak terlepas dari
kepentingan nasional Indonesia untuk tetap mempertahankan hubungan kerjasama
dengan pemerintah Jepang dalam sektor lainnya. Hubungan kerjasama Indonesia dan
Jepang yang kompleks menjadikan kedua negara memiliki keterkaitan satu sama lain
karena hubungan kedua negara telah mencapai interdependensi dimana kedua negara
beranggapan bahwa hubungan kerjasama lebih menguntungkan satu sama lain.
Dalam kerjasama JCM, pemerintah Indonesia mendapatkan keuntungan dalam sektor
energi terbarukan melalui rekayasa teknologi yang dikenalkan oleh pemerintah
Jepang. Bagi Jepang sendiri, kerjasama ini menuntungkan dikarenakan Indonesia
secara tidak langsung menjadi tempat atau alat bagi Jepang dalam melakukan
kewajibannya sebagai negara industri untuk mengurangi emisi negaranya.
81
Toyota Indonesia, PT. Toyota Manufacturing Indonesia Company Profile¸ tersedia di:
http://www.toyotaindonesiamanufacturing.co.id/corporate/value, diunduh pada 12 Februari 2018
65
Kerjasama JCM Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Jepang merupakan
kerjasama bilateral antara kedua negara dalam upaya pengurangan emisi GRK.
Hubungan bilateral Indonesia dengan Jepang bertujuan untuk menjadikan Jepang
sebagai mitra dagang dan ekonomi utama Indonesia dan sebagai sumber modal asing
bagi Indonesia. Selain itu, sebagai sumber peningkatan kapasitas Indonesia di
berbagai bidang, ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, dan lain sebagainya.82
Kerjasama tersebut tetap dipertahankan oleh pemerintah Indonesia didorong dengan
kepentingan nasional Indonesia sebagai negara berkembang. Selain karena kebijakan
luar negeri Indonesia terhadap Jepang yang sepakat untuk memperkuat kemitraan
strategis kedua negara, faktor lainnya dikarenakan Jepang sebagai negara dengan
memiliki kemajuan dibidang teknologi dan perekonomian negaranya dianggap dapat
mempengaruhi kesejahteraan negara Indonesia untuk kedepannya.
Dalam kebijakan yang dikeluarkan Pemerintah Indonesia untuk
mempertahankan dan memperkuat kemitraan strategis dengan pemerintah Jepang
dalam kerjasama JCM, pemerintah Indonesia memiliki kepentingan strategis baik
kepentingan keamanan maupun ekonomi. Karena dalam kebijakan politik luar negeri
Indonesia, kebijakan Indonesia bertujuan untuk pembangunan nasional dan
pertumbuhan ekonomi negara. Pemerintah Indonesia dirasa perlu melanjutkan
kerjasama JCM dengan Pemeritah Jepang di tahun mendatang dikarenakan Indonesia
masih membutuhkan mitra kerjasama seperti Jepang untuk lebih memperhatikan
pembangunan dengan mempertimbangkan keberlangsungan hidup dimasa yang akan
datang dengan mengkontrol sumber daya yang ada menjadi energi terbarukan dan
efisien.
82
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, “Diplomasi Indonesia 2010”, tersedia di:
https://www.kemlu.go.id/Documents/Buku%20Diplomasi%20Indonesia%202010.pdf, diunduh pada
13 Februari 2018
66
BAB V
KESIMPULAN
Kerjasama bilateral Indonesia dan Jepang telah berlangsung sejak lama,
kerjasama JCM merupakan kerjasama dalam upaya mendukung kegiatan UNFCCC
dalam mengurangi kerusakan lingkungan, global warming, dan pembangunan
berkelanjutan masing-masing negara. Kerjasama JCM telah di bicarakan sejak tahun
2010, dengan adanya pertemuan informal Pemerintah Indonesia dan Jepang tentang
Bilateral Offset Mechanism (BOM) dan baru ditanda tangani perjanjian bilateral
tentang kerjasama JCM antara Pemerintah Indonesia dan Jepang pada 26 Agustus
2013.
Kerjasama JCM Indonesia dan Jepang berlangsung sejak ditanda tanganinya
perjanjian pada tahun 2013. Kerjasama ini merupakan sebuah inisiatif dari
Pemerintah Jepang yang mendorong organisasi-organisai swasta Jepang untuk
berinvestasi dalam kegiatan pembangunan rendah karbon di Indonesia melalui
insentif. Indonesia sendiri telah berkomitmen untuk mengurangi 26 persen emisi
nasional dari skenario business as usual (BAU) pada 2020 dan 29 persen pada 2030.
Sedangkan dengan melakukan kerjasama internasional, Indonesia menargetkan dapat
mengurangi 41 persen penurunan emisi.
Kerjasama yang baik antara Indonesia dan Jepang dikarenakan kedua negara
memiliki kepentingan masing-masing negara yang bersifat materil dan ekonomis, jika
dilihat dari berbagai kebijakan dan kerjasama kedua negara. Kebijakan luar negeri
Indonesia dengan “a million friends and zero enemies” dan “all direction foreign
67
policy” menjadi landasan bagi pemerintah dalam mengambil sebuah kebijakan.
Kemitraan strategis dan diplomasi ekonomi, menjadi landasan pemerintah Indonesia
dalam menjalin kerjasama dengan pemerintah Jepang.
Berdasarkan proyek kerjasama JCM antara pemerintah Indonesia dan Jepang,
pemerintah Indonesia hanya mendapatkan sedikit keuntungan dalam kerjasama ini
dikarenakan pemerintah Jepang hanya memanfaatkan hubungan diplomatik dengan
Indonesia yang sudah sangat lama untuk mendapatkan keuntungan lainnya dari
Indonesia. Selain sebagai lahan perantara bagi Jepang untuk menjalankan
kewajibannya dalam pengurangan emisi karbon sebagai negara Annex I, Indonesia
juga menjadi negara tujuan bagi Jepang melakukan investasi ke pihak swasta Jepang
yang ada di Indonesia.
Pemerintah Indonesia tetap mempertahankan kerjasama JCM dengan
pemerintah Jepang, selain sebagai upaya pemerintah Indonesia untuk mengurangi
emisi nasional dan berpartisiapasi dalam kegiatan UNFCCC, pemerintah Indonesia
juga harus terus menjalankan dan memperluas hubungan kemitraan strategis dengan
pemerintah Jepang untuk mencapai tujuan dari kebijakan politik luar negeri
Indonesia. Pemerintah Jepang cukup berperan dalam membantu pertumbuhan
ekonomi di Indonesia, sehingga hubungan kerjasama antar kedua negara tetap
dipertahankan dan diperluas dalam berbagai sektor lainnya.
xv
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Bandoro, Bantarto. “Beberapa Dimensi Hubungan Indonesia-Jepang dan Pelaporan
Untuk Indonesia”, dalam Bantarto Bandoro [ed], Hubungan Luar Negeri
Indonesia Selama Orde Baru, Jakarta: CSIS. 1994. Betsill et al, Michele M. ed. Palgrave Advances in International Environmental
Politics. 2006.
Bryant, Raymond L., and Sinead Bailey, Third World Political Ecology, London and
New York: Routledge. 1997. Budiardjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
2006.
Clinton, W. David. Two Face of National Interest. Lousiana: Louisiana University
Press. 1994.
Direktorat Jendral Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan, Perubahan Iklim, Perjanjian Paris dan Nationally
Determined Contributon, Jakarta, 2016. Eckersley, R. Environmentalism and Political Theory: Toward an Ecocentric
Approach. London. 1992.
El-Anis, Diez, Pettiford, dan Jill Steans. An Introduction to International Relations
Theory. New York: Routledge. 2010.
Gilpin, Robert. “Economic Interpendence and National Security in Historical
Perspective”. Klaus Knorr and Frank N. Trager, eds., Economic Issues and
National Security. Lawrence : The Regents Press of Kansas. 1977. Goodin , R.E. Green Political Theory. Cambridge. 1992.
Griffiths, Martin, and O’Callaghan, Terry. International Relation the Key Consept.
New York: Routledge. 2002.
Institute for Global Environmental Strategies (IGES). One Hundred Questions &
Answers about MRV in Developing Countries Version 3.0 (COP 21). Ministry
of the Environment, Japan (MOEJ). 2015.
Jemadu, Aleksius. Politik Global dalam Teori & Praktek. Yogyakarta: Graha Ilmu.
2008.
Juwondono. Hubungan Bilateral: Definisi dan Teori. Jakarta: Rajawali Press. 1991.
Kartasasmita, Prof. Dr. Ginandjar. Organisasi dan Administrasi Internasional,
Bandung: PT. Angkasa. 1997. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Kajian Emisi Gas Rumah Kaca
Sektor Transportasi. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Energi dan Sumber
Daya Mineral. 2012.
Kementerian Lingkungan Hidup Jepang. “The Joint Crediting Mechanism (JCM):
Kemajuan Program Pembiayaan untuk Proyek Model JCM dan Studi
xvi
Kelayakan untuk Proyek JCM oleh KLHJ pada 2014”, Global Environment
Centre Foundation (GEC). 2014. Keohane, Robert O. Neoliberal Institutionalism: a Perspectif in World Politics, in
International Institutions and State Power. 1989.
Koh Kheng Lian, Lye Lin Heng, Jolene Lin. Cruesial Issues in Climate Change and
The Kyoto Protocol Asia and The World. (World Scientific Publishing:
London). 2010.
Kusumaatmaja, Mochtar. Pengantar Hukum Internasional. Alumni Bandung. 2003.
Lisa L. Martin. Neo Liberalism in International Relations Theories: Discipline and
Diversity. 2007.
Matray I, James. Japan’s Emergence As A Global Power. Westport : Greenwood
Press. 2001. McClellend, Charles A. International Relations, Cross-nation Comparative Studies,
and Foreign Area Research: The Question of Interdepedency. 1969. Michele M. Betsill et al. ed. Palgrave Advances in International Environmental
Politics. 2006.
Moleong, L.J. “Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi”. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. 2011.
Murdiyarso, Daniel. Protokol Kyoto: Implikasinya Bagi Negara Berkembang. (PT.
Kompas Media Nusantara: Jakarta). 2003.
Nasution, Nazaruddin SH., MA., Politik Luar Negeri Republik Indonesia. Jakarta:
UIN Press. 2015.
Nawawi, Hadar & Martini, Mimi. “Penelitian Terapan”. Yogyakarta: Gajahmada
University. 1994.
Rachmawati, Iva. “Memahami Perkembangan Studi Hubungan Internasional”.
Yogyakarta: Aswada Pressindo. 2012. Robert, dan George Sorensen. “Pengantar Studi Hubungan Internasional”.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2009. Starke, J.G. Introduction to International Law: Eight Edition, London:
Butterworths.1977.
Sugiyono. “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D”, Bandung: Alfabeta.
2008. Tim Penulis Dewan Nasional Perubahan Iklim. MARI BERDAGANG KARBON!
(Pengantar Pasar Karbon untuk Pengendalian Perubahan. Jakarta:
Sekretariat DNPI. 2013.
Jurnal
Flues, Florens.2010. Who Hosts the Clean Development Mechanism? Determinants
of CDM Project Distribution. The Center for Comparative and International
Studies (ETH Zurich and University of Zurich)
xvii
Hasenclever, Andreas., Mayer, Peter., & Rittberger, Volker. 1996. Interests, Power,
Knowledge: The Study of International Regimes. Mershon International
Studies Review, tersedia di: http://www.jstor.org/stable/222775.
Houghton, John. 2011. Global Warming, Climate Change and Sustainability. The
John Ray Initiative (United Kingdom : University of Gloucestershire).
diunduh dari http://www.jri.org.uk/brief/BriefingNo14_4thEdition_July.pdf.
Kardono. Jurnal Ilmiah Info Pustanling Vol.12, No.1, Jakarta: Pusat Standardisasi
dan Lingkungan, Kementerian Kehutanan. 2010. Ka’ban, MS. Jurnal Diplomat Indonesia (La Tofi: Jakarta). 2009.
Protokol Kyoto atas Konvensi Kerangka Kerja PBB Tentang Perubahan Iklim
Purbantina, Adiasri Putri. “Dari Yoshida Doctrine ke Fukuda Doctrine: Politik Luar
Negeri Jepang di Asia Tenggara Pasca Perang Dunia II”, Global & Policy
Vol.1, No.1, Januari – Juni 2013. The Pew Center on Global Climate Change and the Pew Center on the States.
Climate Change 101: Understanding and Respondinga to Global Clomate
Change. diunduh dari
http://www.c2es.org/docUploads/101_Science_Impacts.pdf.
Website
Ashden. Sustainable Solutions, Better Lives. Solar for the Grid /Solar Panels
Harness the Sun’s Power to Generate Electiricity and Provide Clean Power
for Homes, Communities and Businesses, tersedia di:
https://www.ashden.org/sustainable-energy/ashden-guides/solar-for-the-
grid?gclid=Cj0KCQjwm9vPBRCQARIsABAIQYdmiLwycChXd8o1DNJVw
XEpANmew2NhRwWwwSPmc5eOOIQl8ZwKS28aAkxlEALw_wcB#contin
ue, Internet; diakses pada 19 Oktober 2017.
Climate Report Research on the economics of climate change, 2012. “10 Lessons
From 10 Years of The CDM”, tersedia di:
http://www.cdcclimat.com/IMG/pdf/12-10-05_climate_report_37_-
_10_lessons_from_10_years_of_cdm.pdf, diunduh pada 10 Februari 2018
Cogen Europe, What Is Cogeneration, tersedia di:
https://www.cogeneurope.eu/knowledge-centre/what-is-cogeneration, diakses
pada 04 Februari 2018 Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI), “Joint Crediting Mechanism di
Indonesia”, tersedia di: http://www.kan.or.id/wp-
content/uploads/downloads/2014/01/Lampiran-2-Lembar-Informasi-JCM-di-
Indonesia-Januari-2014.pdf, diunduh pada 20 April 2015
http://treaty.kemlu.go.id/uploads-pub/2634_JPN-2013-0497.pdf, diunduh
pada 24 April 2015.
xviii
Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat, Kerjasama Perdagangan Karbon Jepang-
Indonesia Potensial Menurunkan 200.000 Ton Karbon Per Tahun, tersedia di:
http://dishut.jabarprov.go.id/?mod=detilBerita&idMenuKiri=&idBerita=4440,
diakses pada 07 Oktober 2017. EPA:Towards a Comprehensive and Strategic Economic Partnerhip – Indonesia and
Japan, diakses dari http://www.mofa.go.jp/policy/economy/fta/indonesia.html
pada 20 April 2015.
Japan Official Development Assistance, “Indonesia dan Jepang – 50 Tahun
Kemitraan”, tersedia di: http://www.id.emb-
japan.go.jp/oda/id/topics_ginanjar.htm diakses pada 21 April 2016.
Jetro, tersedia di: https://www.jetro.go.jp/indonesia/jiepa.html, diakses pada 29
Januari 2017.
JCM Indonesia – Japan, Methodology : ID_AM008 Ver2.0, tersedia di:
https://www.jcm.go.jp/id-jp/methodologies/29, Internet; diakses pada 17
Oktober 2017.
JCM Indonesia – Japan, Project: ID006 Installation of Inverter-type Air Conditioning
System, LED Lighting and Separate Type Fridge Freezer Showcase to
Grocery Stores in Republic of Indonesia, tersedia di:
https://www.jcm.go.jp/id-jp/projects/11, Internet; diakses pada 17 Oktober
2017. Joint Crediting Mechanism Indonesia Secretariat, “Peran Partisipan Proyek dalam
JCM”, tersedia di:
http://jcm.ekon.go.id/en/uploads/files/Document%20JCM/Project%20Cycle/P
roject_Participants_Role_in_JCM_BahasaIndonesia.pdf, diakses pada 29
Januari 2017.
Joint Crediting Mechanism Indonesia Secretariat, “Sekilas JCM in Indonesia”
tersedia di:
http://jcm.ekon.go.id/id/index.php/content/MTE%253D/sekilas_jcm_in_indon
esia, diakses pada 27 Januari 2017.
Katadata News and Research, Berapa Nilai Investasi Jepang di Indonesia?, tersedia
di: https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2017/04/13/berapa-nilai-
investasi-jepang-di-indonesia, Internet; diakses pada 28 Oktober 2017.
Katadata News and Research, Konsumsi Listrik Indonesia 2005-2015, tersedia di:
http://databoks.katadata.co.id/datapublish/2016/08/04/konsumsi-listrik-
indonesia-2005-2015, Internet; diakses pada 17 Oktober 2017. Kementerian Luar Negeri Indonesia, “Kerjasama Bilateral tentang Joint Crediting
Mechanism untuk Kemitraan Pertumbuhan Rendah Karbon antara Republik
Indonesia dan Jepang”, tersedia di: http://treaty.kemlu.go.id/uploads-
pub/2634_JPN-2013-0497.pdf; Internet; diunduh pada 24 April 2015.
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, “Diplomasi Indonesia 2010”, tersedia
di:
xix
https://www.kemlu.go.id/Documents/Buku%20Diplomasi%20Indonesia%202
010.pdf, diunduh pada 13 Februari 2018 Kompas, “Indonesia-Jepang Kucurkan Hampir Rp 2 Triliun untuk Penguranggan
Emisi Karbon, tersedia di:
http://ekonomi.kompas.com/read/2016/08/29/133032426/indonesia-
jepang.kucurkan.hampir.rp.2.triliun.untuk.pengurangan.emisi.karbon,
Internet; diakses pada 29 November 2017.
New Mechanisms Information Platform, tersedia di:
http://www.mmechanisms.org/e/initiatives/jcm.html, diakses pada 29 Januari
2017.
Offshoreindonesia.com, Indonesia-Jepang Turunkan Emisi Karbon Lewat Skema
Joint Crediting Mechanism, tersedia di:
http://offshoreindonesia.com/read/2015/04/29/10099/0/41/Indonesia-Jepang-
Turunkan-Emisi-Karbon-Lewat-Skema-Joint-Crediting-Mechanism diakses
pada 20 April 2017.
Situs Hijau Indonesia, “Forum JCM Dorong Kerjasama Pengurangan Emisi Antar
Kota”, tersedia di: http://www.hijauku.com/2016/05/26/forum-jcm-dorong-
kerjasama-pengurangan-emisi-antar-kota/, diakses pada 06 Oktober 2017.
United Nations Climate Change, CDM Benefits, tersedia di:
http://cdm.unfccc.int/about/dev_ben/index.html, diakses pada 30 Januari 2018 United Nations Climate Change, Clean Development Mechanism (CDM), tersedia di:
http://unfccc.int/kyoto_protocol/mechanisms/clean_development_mechanism/
items/2718.php, diakses pada 30 Januari 2018 United Nations Framework Convention on Climate Change, “Clean Development
Mechanism”, tersedia di:
http://unfccc.int/kyoto_protocol/mechanism/clean_development_mechanism/i
tems/2718.php, diakses pada 20 April 2015.
The Joint Crediting Mechanism, Installation of Solar Power System and Storage
Battery to Commercial Facilities, tersedia di:
http://gec.jp/jcm/projects/14pro_ina_05/, Internet; diakses pada 18 Oktober
2017.
The Joint Crediting Mechanism, tersedia di: http://gec.jp/jcm/projects/, diakses pada
10 Oktober 2017.
The Joint Crediting Mechanism, tersedia di: http://gec.jp/jcm/projects/15pro_ina_04/,
diakses pada 03 Februari 2018.
The Joint Crediting Mechanism, Installation of Gas Co-genertion System for
Automobile Manufacturing Plant, tersedia di:
http://gec.jp/jcm/projects/15pro_ina_04/, diakses pada 12 Februari 2018.
World Resource Institute, tersedia di: http://www.wri.org/our-work/topics/climate;
Internet; diakses pada 02 Februari 2017.
xx
Report, Working paper, etc.
AEON Mall CO.,LTD., Annual Report 2014 : New Phase, New Growth, tersedia di:
http://v4.eir-
parts.net/DocumentTemp/20171101_021748771_a3cgo5qvnt1pu3553qm14k4
5_0.pdf; Internet; diunduh pada 01 November 2017.
Antaranews, Sektor Industri diimbau Berperan Menurunkan Emisi GRK, tersedia di:
https://www.antaranews.com/berita/545223/sektor-industri-diimbau-berperan-
turunkan-emisi-grk, diakses pada 12 Februari 2018. Hindarto, Dicky Edwin, Joint Crediting Mechanism Development in Indonesia,
tersedia di:
http://jcm.ekon.go.id/en/uploads/files/Document%20JCM/Presentation/1st%2
0Business%20Forum%20-%208%20April%202014/3._business_forum-
dicky_presentation_3_.pdf, diakses pada 10 September 2017.
Joint Crediting Mechanism Indonesia Secretariat, “JCM Feasibility Study (FS) 2015,
Introduction of Co-generation and Solar Power Generation System in Large
Shopping Malls, tersedia di:
http://jcm.ekon.go.id/en/uploads/files/Document%20JCM/Presentation/Report
ing%20Meeting%20on%20JCM%20Projects%20and%20Feasibility%20Studi
es%20in%20JFY2015%20-
%2022%20February%202016/session5/JCM_MOEJ-
FS_NRI_Description.pdf, Internet; diunduh pada 21 Oktober 2017.
Joint Crediting Mechanism Indonesia Secretariat, “Joint Crediting Mechanism (JCM)
dan Implementasi Kerjasama Antar Kota”, tersedia di:
http://jcm.ekon.go.id/en/uploads/files/Document%20JCM/Presentation/JCM%
20Forum%20City-to-City%20Cooperation%20Workshop%20-
%2026%20May%202016/1._JCM_C_to_C_-_Secr._JCM_Indonesia.pdf,
diakses pada 18 September 2017.
Manansang, Dr. Rizal Edwin, Joint Crediting Mechanism (JCM) Indonesia – Japan
“Cooperation for Low Carbon Growth, JCM Business Forum, tersedia di:
http://jcm.ekon.go.id/en/uploads/files/Document%20JCM/Presentation/1st%2
0Business%20Forum%20-%208%20April%202014/Business_Forum_-
_CMEA_presentation_2_Pak_Edwin.pdf, diakses pada 18 September 2017.
Pusat Data dan Teknologi Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral, Data Inventory Emisi GRK Sektor Energi.
2015, diunduh di: https://www.esdm.go.id/assets/media/content/KEI-
Data_Inventory_Emisi_GRK_Sektor_Energi.pdf, diakses pada 03 Februari
2018