KESEJAHTERAAN DALAM PERSPEKTIF EKONOMI DAN SOSIO
DEMOGRAFI DI KALANGAN PEDAGANG SAYUR : PASAR INDUK
KRAMAT JATI, PASAR CIRACAS DAN PEDAGANG RUMAHAN
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh
Choirunnisa
NIM: 11140840000025
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1440 H/2019 M
ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING
KESEJAHTERAAN DALAM PERSPEKTIF EKONOMI DAN SOSIO
DEMOGRAFI DI KALANGAN PEDAGANG SAYUR : PASAR INDUK
KRAMAT JATI, PASAR CIRACAS DAN PEDAGANG RUMAHAN
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh
Choirunnisa
NIM: 11140840000025
Di bawah Bimbingan
Pembimbing
Pheni Chalid, SF., MA., Ph.d
NIP. 195605052000121001
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1440 H/2019 M
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Kamis, 02 Mei 2018 telah dilakukan uji komprehensif atas mahasiswa:
a. Nama : Choirunnisa
b. NIM : 11140840000025
c. Jurusan : Ekonomi Pembangunan
Judul Skripsi : Kesejahteraan Dalam Perspektif Ekonomi Dan Sosio
Demografi Di Kalangan Pedagang Sayur: Pasar Induk
Kramat Jati, Pasar Ciracas Dan Pedagang Rumahan
Setelah melihat dan mempertimbangkan kemampuan yang bersangkutan selama
ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa yang bersangkutan
dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap Ujian
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 02 Mei 2018
1. Dr. Pheni Chalid, M.A.
NIP. 195605052000121001
2. Arief Fitrijanto, S.Si., M.Si.
NIP.197111182005011003
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini , telah dilakukan uji komprehensif atas mahasiswa :
a. Nama : Choirunnisa
b. NIM : 11140840000025
c. Jurusan : Ekonomi Pembangunan
Judul Skripsi : Kesejahteraan Dalam Perspektif Ekonomi Dan Sosio
Demografi Di Kalangan Pedagang Sayur: Pasar Induk
Kramat Jati, Pasar Ciracas Dan Pedagang Rumahan
Setelah melihat dan mempertimbangkan kemampuan yang bersangkutan selama
ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa yang bersangkutan
dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap Ujian
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini.
Nama : Choirunnisa
NIM : 11140840000025
Jurusan : Ekonomi Pembangunan
Fakultas : Ekonomi Bisnis
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu
mengembangkan dan mempertanngungwabkan
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah orang lain
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan
sumber asli atau tanpa izin pemilik karya
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab
atas karya ini
Jika di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka
saya siap untuk dikenakan sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 15 Februari 2019
Choirunnisa
11140840000025
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama Lengkap : Choirunnisa
2. Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 04 Desember 1996
3. Alamat : Jl. Delima Jaya RT. 08 RW.02
No.07 Rempoa, Ciputat, Tangerang
Selatan.
4. Telepon : 089651709879
5. Email : [email protected]
6. Anak Ke Dari : 4 dari 4 bersaudara
II. PENDIDIKAN FORMAL
1. SDI Nurul Islam Tahun 2002-2004
2. SDN 08 Jakarta Tahun 2004-2008
3. SMPN 164 Jakarta Tahun 2008-2011
4. SMAN 87 Jakarta Tahun 2011-2014
5. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014-2018
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. 2012 Seksi Bidang Kesegaran Jasmani dan Daya Kreasi
2. 2013 Sekertaris I OSIS
3. 2015 Anggota Devisi Olahraga dan Seni Himpunan Mahasiswa
Ekonomi Pembangunan
4. 2015 Panitia Lomba Catur dalam Kegiatan Pekan IESP
5. 2017 Anggota Devisi Penelitian dan Pengembangan DEMA FEB
6. 2017 Sekertaris Kuliah Kerja Nyata
IV. PRESTASI
1. 2013 Juara 3 lomba tari saman di mall casablanca
Se-JABODETABEK
2. 2013 Juara 1 lomba tari saman di SMAN 63 Jakarta
V. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : M. Dahlan
2. Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 03 Mei 1954
3. Ibu : Muniroh
4. Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 23 Maret 1962
5. Alamat : Jl. Delima Jaya RT. 08 RW.02
No.07 Rempoa, Ciputat, Tangerang
Selatan
6. Telepon : 081283616951
vii
ABSTRACT
The purpose of this research is to describe the level of vegetable trades
welfare from variables family finance, health quality, and religiosity. This
research uses Spearman Rank correlation method and cross tabulation. Data
collection technique was done by interview, observation and questionnaire,
through cluster sampling method as many as 60 samples. The results showed
that the family financial level, health quality, level of religiosity and level of
education are interrelated with the level of welfare with positif coefficient
direction. The relation between family finance level and the level of welfare is
0.676 with strong category. Quality of health with the level of welfare is 0.639
with strong category. While the level of religiosity with the level of welfare is
0.491 with medium category. Quality of education with a level of welfare is
0,480 with medium category.
Keywords: Family Finance, Health Quality, Religiusity, Education Quality,
Family Welfare, Vegetable Trades.
viii
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan tingkat
kesejahteraan pedagang sayur dilihat dari sisi tingkat keuangan keluarga, kualitas
kesehatan, tingkat religiusitas dan tingkat pendidikan. Penelitian ini menggunakan
pendekatan deskriptif dengan metode uji korelasi Spearman Rank dan tabulasi
silang (crosstabulation). Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara,
observasi dan kuesioner, melalui metode cluster purposive sampling sebanyak 60
sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat keuangan keluarga, kualitas
kesehatan, tingkat religiusitas dan tingkat pendidikan saling berhubungan dengan
tingkat kesejahteraan dengan arah koefisien yang positif. Hubungan tingkat
keuangan keluarga dengan tingkat kesejahteraan sebesar 0,676 dengan kategori
kuat. Kualitas kesehatan dengan tingkat kesejahteraan sebesar 0,639 dengan
kategori kuat, tingkat religiusitas dengan tingkat kesejahteraan sebesar 0,491
dengan kategori kuat, sedangkan kualitas pendidikan dengan tingkat kesejahteraan
sebesar 0,480 dengan kategori sedang.
Kata kunci: Keuangan Keluarga, Kualitas Kesehatan, Religiusitas, Tingkat
Pendidikan, Kesejahteraan Keluarga, Pedagang Sayur.
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ........................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN KOMPREHENSIF ................................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .................................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ............................................. v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .............................................................................................. vi
ABSTRACK ........................................................................................................................... vii
ABSTRAK ............................................................................................................................. viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .......................................................................................................... xv
DAFTAR TABEL .................................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................................xiii
DAFTAR DIAGRAM ........................................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................................ 11
1. Tujuan Penelitian ...................................................................... 10
2. Manfaat Penelitian .................................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 13
A. Landasan Teori ......................................................................... 13
1. Kesejahteraan Keluarga ............................................................ 15
2. Keuangan Keluarga .................................................................. 20
3. Kesehatan .................................................................................. 23
4. Pendidikan ............................................................................... 25
5. Religiusitas ............................................................................. 26
6. Pedagang Pasar Tradisional .................................................... 27
7. Pasar Induk, Kramat Jati ......................................................... 30
8. Pasar Ciracas ........................................................................... 33
9. Pedagang Rumahan ................................................................. 33
B. Penelitian Terdahulu ................................................................. 37
C. Kerangka Pemikiran ................................................................. 38
D. Hipotesis Penelitian .................................................................. 38
x
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................ 40
A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................ 40
B. Metode Pentuan Sampel........................................................... 40
C. Metode Pengumpulan Data...................................................... 41
1. Preliminary Study.................................................................... 41
2. Studi Lapangan........................................................................ 41
3. Sumber Data............................................................................ 43
D. Metode Analisis Data.............................................................. 43
1. Uji Kualitas Data..................................................................... 44
2. Crosstabulation atau Tabulasi Silang...................................... 44
3. Uji Korelasi Spearman Rank................................................... 45
E. Operasional Variabel................................................................ 46
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN...................................... 51
A. Gambaran Umum Kota Jakarta Timur.......................................... 51
1. Pasar Induk, Kramat Jati.......................................................... 55
2. Pasar Ciracas............................................................................ 56
3. Pedagang Sayur Rumahan...................................................... 57
B. Deskripsi Responden.................................................................... 58
1. Deskripsi Responden Berdasarkan Usia.................................. 58
2. Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin................... 54
3. Deksripsi Responden Berdasarkan Asal Daerah...................... 54
4. Deksripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir......... 55
5. Deksripsi Responden Berdasarkan Penghasilan...................... 56
6. Deksripsi Responden Berdasarkan Pola Kerja........................ 56
C. Hasil Uji Data Penelitian
1. Hasil Uji Kualitas Data............................................................ 63
2. Hasil Uji Tabulasi Silang (Crosstabulation)............................ 67
3. Hasil Korelasi Spearman Rank................................................ 77
BAB V PENUTUP............................................................................. 82
1. Kesimpulan.............................................................................. 82
xi
2. Saran .................................................................................... 83
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 85
LAMPIRAN-LAMPIRAN..................................................................... 90
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1................................................................................................................... 6
Tabel 1.2 .................................................................................................................. 7
Tabel 2.1 ................................................................................................................ 31
Tabel 2.2 ................................................................................................................ 32
Tabel 3.1 ................................................................................................................ 46
Tabel 3.1 ................................................................................................................ 47
Tabel 4.1 ................................................................................................................ 52
Tabel 4.2 ................................................................................................................ 53
Tabel 4.3 ................................................................................................................ 54
Tabel 4.4 ................................................................................................................ 58
Tabel 4.5 ................................................................................................................ 59
Tabel 4.6 ................................................................................................................ 60
Tabel 4.7 ................................................................................................................ 60
Tabel 4.8 ................................................................................................................ 61
Tabel 4.9 ................................................................................................................ 62
Tabel 4.10 .............................................................................................................. 62
Tabel 4.11 .............................................................................................................. 64
Tabel 4.12 .............................................................................................................. 64
Tabel 4.13 .............................................................................................................. 65
Tabel 4.14 .............................................................................................................. 65
Tabel 4.15 .............................................................................................................. 66
Tabel 4.16 .............................................................................................................. 67
Tabel 4.17 .............................................................................................................. 75
Tabel 4.18 .............................................................................................................. 76
Tabel 4.19 .............................................................................................................. 77
Tabel 4.20 .............................................................................................................. 77
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 ................................................................................................................ 3
Gambar 1.2 ................................................................................................................ 4
Gambar 2.1 .............................................................................................................. 33
Gambar 4.1 .............................................................................................................. 51
Gambar 4.2 ............................................................................................................. 55
Gambar 4.3 .............................................................................................................. 56
Gambar 4.4 .............................................................................................................. 57
xiv
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 4.1 .............................................................................................................. 68
Diagram 4.2 .............................................................................................................. 69
Diagram 4.3 .............................................................................................................. 70
Diagram 4.4 .............................................................................................................. 71
Diagram 4.5 .............................................................................................................. 72
Diagram 4.6 .............................................................................................................. 73
Diagram 4.7 .............................................................................................................. 74
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian............................................................................. 89
Lampiran 2 Data Mentah Variabel ........................................................................... 93
Lampiran 3 Hasil Uji Validitas ............................................................................. 103
Lampiran 4 Hasil Uji Reabilitas ............................................................................ 108
Lampiran 5 Hasil Uji Tabulasi Silang .................................................................... 109
Lampiran 6 Hasil Uji Rank Spearman ................................................................... 112
Lampiran 7 Dokumentasi ........................................................................................ 113
xvi
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena
atas nikmat dan karunia-Nya, penyusunan skripsi yang berjudul “Kesejahteraan
Dalam Perspektif Ekonomi dan Sosio Demografi di Kalangan Pedagang Sayur: Pasar
Induk Kramat Jati, Pasar Ciracas dan Pedagang Rumahan” ini dapat diselesaikan
dengan baik dengan waktu yang ditentuka. Shalawat kerinduan dan salam
penghormatan taklupa penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad Shalallu’alayhi
wa Salam, yang telah menuntun kita dan memberi suri tauladan yang baik. Semoga
kita termasuk umat yang kelak mendapatkan syafa’at di hari akhir nanti. Aamin ya
Rabbal’Alamiiin.
Dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari berbagai kesulitaan dan
hambatan. Namun, kesulitan dan hambatan itu dapat diatasi dengan baik melalui
bantuan berbagai pihak. Oleh karenanya, penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis, diantaranya:
1. Ibu dan Bapak saya tercinta Ibu Muniroh dan Bapak Muhammad Dahlan
yang sudah memberikan dukungan moril maupun materil. Selain itu saya
ingin mengucapkan terima kasih kepada kakak-kakak saya tercinta yaitu
Bang Jujun, Kak iin, Bang Delfy, Kak Titi, Bang Basith, Kak Dian, Bang
Budi dan Kak Ita.
2. Bapak Dr. M. Arief. Mufraini, Lc, M. Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, semoga Bapak selalu
diberikan kesehatan oleh Allah SWT untuk dapat mengembangkan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis lebih baik lagi.
3. Bapak Arief Fitrijanto, M. Si dan Bapak Sofyan Rijal, M. Si selaku ketua
dan sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang telah memberikan
waktu, saran, dan semangat yang Bapak berikan kepada penulis.
4. Bapak Pheni Chalid, Ph. D selaku dosen pembimbing penulis yang telah
memberikan waktu, tenaga, pikiran, arahan, serta ilmu yang diberikan
kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
5. Seluruh jajaran dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah
xvii
memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis selama perkuliahan.
Selain itu, jajaran karyawan dan staf UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah melayani dan membantu penulis selama perkuliahan.
6. Sahabat dan Kakak tingkat Ekonomi Pembangunan. Terima kasih untuk
sahabat saya yang paling baik yang telah menemani dalam pencarian
kuesioner serta dukungan moril yang selalu diberikan selama pengerjaan
skripsi ini dibuat Kak Ahmad Zuhdi Abdillah, Sahabat saya dalam
tingkatan Ekonomi Pembangunan Effa Safirah, Ajelita Suherman,
Ulyatin Tidhomah Jamil, Nurul Istiqomah, Tiara Nurul Fadillah,
Christina Wulandari, Gilang Yoyo Ginata, Kak Subhan Irfansyah, Nurul
Fauziah, Ramadhian Wijayanti, serta lainnya yang telah membantu dan
mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi dengan baik dan lancar.
7. Sahabat 8icon dan cimit-cimit saya di Ekonomi Pembangunan yaitu
Varrah Ainun Istiqomah, Dwi Nurhartinah Pratiwi, Terryna Lady Desi,
Dhimas Setyanik, Yushi Septiana, Taufiq Achmarudin dan Kak Windi
Prabowo yang telah memberikan dukungan serta canda tawa selama
pengerjaan skripsi ini. Semangat untuk kalian semua, semoga Allah
mempermudah kita untuk meraih cita-cita kita di masa depan.
8. Sahabat SMPN 164 Jakarta yaitu Wulandari Retno Hidayah, Novia
Amanda Lestari, Siti Zulhaijah, Laras Kusuma Putri, Wahyen Diana,
Aprillia Dwi Anggraini, dan Ismaida Dwi Putri terima kasih untuk
samangat yang telah kalian berikan kepada penulis, semoga kalian semua
dipermudah Allah SWT dalam meraih masa depan kalian.
9. Sahabat SMAN 87 Jakarta yaitu Feny Darwati, Depy Andreani, Elsa
Yusna Alfiamita, Afika Rachmadhani, Herlinda Yenti, dan Faninda Nurul
Fatia terima kasih untuk dukungan, semangat serta motivasi yang
diberikan oleh penulis, semoga apa yang kita inginkan dipermudah oleh
Allah SWT.
10. Sahabat saya Coba lagi yaitu Effendi Zarkasih, Rahmad Hasibuan,
Varrah Ainun, terima kasih untuk canda tawa serta perhatian yang kalian
berikan kepada penulis. Semoga kelian semua selalu dalam lindungan
Allah SWT.
xviii
11. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2014 yang telah
bersama-sama belajar, berbaur, bergaul serta berorganisasi selama
perkuliahan. Semoga cita-cita kalian dapat terwujud. Sukses untuk kalian
semua.
12. Teman-teman kelompok KKN Sejuta 122 yaitu Sulis, Nurul, Mufid, Tata,
Nabilla, Aini, Anggun, Lia, Sybil serta yang lainnya yang tidak bisa saya
sebutkan satu-persatu terima kasih telah memberikan motivasi kepada
penulis untuk menyelesaikan skripsi. Untuk kalian semua. Semangat!
13. Pedagang sayur Pasar Induk Kramat Jati, Pasar Ciracas, dan Pedagang
Sayur Rumahan di sekitar Kelurahan Kalisari, terima kasih untuk Ibu dan
Bapak yang sudah membantu saya dalam menjawab pertanyaan yang
saya berikan. Semoga Ibu dan Bapak selalu dalam perlindungan Allah
SWT dan selalu diberikan kelancaran rezeki dalam berjualan.
Skripsi ini penulis susun berdasarkan survey yang peneliti lakukan di Pasar
Induk Kramat Jati, Pasar Ciracas dan Pedagang Rumahan di sekitar Kelurahan
Kalisari. Skripsi ini sebagai salah satu persyaratan mahasiswa UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dalam memperoleh gelar sarjana yang telah ditetapkan oleh
pihak akademik.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan dan
penulisan skripsi ini. Oleh karenanya, penulis sangat meminta kritik dan saran
membangun dan kesempurnaannya skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini
bermanfaat bagi para pembaca dan penyusun.
Wassalamu’alaikun Wr.Wb
Tangerang, 4 Desember 2018
Choirunnisa
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pengalaman pembangunan pada dasawarsa 1950-an dan 1960-an telah
melahirkan pandangan ekonomi baru dalam pembangunan. Seharusnya
pembangunan ekonomi dipandang sebagai proses multidimensi yang melibatkan
perubahan dalam struktur sosial, sikap masyarakat, lembaga nasional, percepatan
petumbuhan, pengurangan ketimpangan dan penanggulangan kemiskinan (Todaro
dan Smith, 2011: 236). Menurut Jhingan (2000:69) pembangunan ekonomi
merupakan salah satu upaya yang dilaksanakan pemerintah dalam menuju
pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat sehingga dalam setiap
perencanaan dan pembangunan selalu mempertimbangkan semua indikator ekonomi.
Kemajuan pembangunan yang selama ini lebih banyak dilihat dari indikator
ekonomi, seperti pertumbuhan ekonomi dan penurunan kemiskinan yang dinilai
belum cukup untuk menggambarkan tingkat kesejahteraan yang sesungguhnya.
Indikator ekonomi tersebut pada umumnya diukur secara obyektif dengan
pendekatan berbasis uang (monetary-based indicators). Tingkat kesejahteraan
masyarakat dapat diukur dengan dua cara, yaitu 1) menggunakan indicator obyektif
dan 2) menggunakan indikator subyektif. Salah satu indikator kesejahteraan yang
mengukur capaian berdasarkan standar yang tidak sama untuk masing-masing
individu adalah indeks kebahagiaan.
Kebahagian merupakan bagian dari kesejahteraan manusia (dalam Todaro
dan Smith:300) mengemukakan bahwa “dalam pengertian kebahagiaan, utilitas dapat
dicakup dengan baik dalam daftar hal yang penting dan relevan dengan kesejahteraan
manusia”. Helliwell et al. (2013:45) juga berpendapat bahwa kebahagiaan
(happiness) merupakan bagian dari kesejahteraan manusia. Tingkat kebahagiaan
sejalan dengan tingkat pendapatan per kapita suatu negara, namun beberapa negara
berkembang seperti Indonesia memiliki ciri khas yaitu tingkat kebahagiaan lebih
tinggi dari pada pendapatan.
Berdasarkan hasil Survei Pengukuran Tingkat Kebahagiaan (SPTK), Badan
Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa Indeks Kebahagiaan Indonesia Tahun 2017
mencapai 70,69 pada skala 0-100. Indeks Kebahagiaan penduduk yang tinggal di
2
wilayah perkotaan cenderung lebih tinggi dibanding penduduk yang tinggal di
perdesaan, yaitu 71,64 dibanding 69,57. Semakin tinggi nilai indeks menunjukkan
tingkat kehidupan penduduk yang semakin bahagia. Sebaliknya, semakin rendah
nilai indeks menunjukkan tingkat kehidupan penduduk yang semakin tidak bahagia.
Indeks Kebahagiaan Indonesia tahun 2017, merupakan indeks komposit yang disusn
oleh tiga dimensi, yaitu Kepuasan Hidup (Life Satisfaction), Perasaan (Affect), dan
Makna Hidup (Eudaimonia).
Kontribusi setiap dimensi terhadap Indeks kebahagian di negara Indonesia
meliputi Kepuasan Hidup (Life Satisfaction) dengan persentase sebesar 34,80 persen,
Perasaan (Affect) sebesar 31,18 persen, dan makna Hidup (Eudaimonia) sebesar
34,02 persen. Dalam menganalisis ekonomi kebahagiaan atau yang sering disebut
dengan economic of happiness merupakan pendekatan dengan menilai kesejahteraan
seseorang dengan teknik yang digunakan oleh ekonom dengan analisis umum oleh
para psikolog psikolog (Landiyanto et al., 2010). Di dalam bukunya landiyanto
menjelaskan bahwa ekonomi kebahagiaan tidak untuk menggantikan pendapatan
untuk mengukur kesejahteraan melainkan untuk melengkapi pengertian dari
kesejahteraan itu sendiri.
Sebagai bagian bahkan tujuan hidup setiap individu, maka tentunya tingkat
kesejahteraan sesorang perlu dievalusi. Hal ini dimaksudkan agar kesejahteraan yang
dimiliki dapat terus dipertahankan bahkan ditingkatkan. Semakin tinggi tingkat
kesejahteraan maka semakin tinggi pula kebahagiaan seseorang dapat dicapai.
Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Indonesia menilai
bahwa angka kemiskinan di Indonesia memang selalu mengalami penurunan dari
tahun ke tahun. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penduduk
miskin di Indonesai per Maret 2018 ialah sebanyak 25,95 juta penduduk, turun 1,82
juta penduduk dibandingkan dengan Maret 2017 yaitu sebesar 27,77 juta penduduk.
Melihat dari relatifitasnya memang dengan semakin tinggi pertumbuhan dan
perbaikan ekonomi di Indonesia, tentu dampak terhadap angka penurunan angka
kemiskinan akan cukup besar. Salah satu faktor penekan angka kemiskinan adalah
anggaran dari pemerintah berupa Kartu Keluarga Sejahtera (KKS), Program
Keluarga Harapan (PKH) , Rastra, Dana Desa, dan program-program penekan
kemiskinan pemerintah lainnya. Jika bantuan yang diberikan pemerintah dapat
3
dijalankan secara efektif maka hal tersebut tidak akan hanya menekan angka
kemiskinan secara sesaat tetapi juga secara berkepanjangan.
Dengan banyaknya kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk menekan
kemiskinan yang terjadi di Indonesia maka pengangguran pun merupakan salah satu
masalah yang cukup besar dihadapi oleh banyak masyarakat di Indonesia, dimana
lapangan pekerjaan bagi masyarakat menengah kebawah dengan tingkat pendidikan
yang rendah masih sangat sulit untuk mendapatkan pekerjaan, sehingga munculah
sektor informal sebagai sektor pembantu yang mengolah sumber daya manusia yang
berlebih
Gambar 1.1
Jumlah Tenaga Kerja Formal dan Informal Indonesia
Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia 2017
Menurut data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistika (BPS)
ketenagakerjaan jumlah pekerja informal Indonesia lebih banyak dari pekerja formal,
presentase pekerja formal menunjukan peningkatan dari 37,3% di tahun 2012
menjadi 41,6% di tahun 2017, sedangkan presentase pekerja informal bertambah dari
57,94% di tahun 2016 menjadi 58,28% di tahun 2017. Di sektor informal, diakui
sering terjadi recovery khususnya sektor industri, namum belum terlalu signifikan
sehingga tidak terlalu mendongkrak sektor lapangan kerja formal, oleh sebab itu
popularitas sektor informal akan tetap menjadi tinggi dikarenakan sektor informal
tidak tergantung pada perekonomian internasional, modal yang besar maupun
keterampilan yang tinggi.
4
Gambar 1.2
Indikator Pasar Tenaga Kerja Formal dan Informal Menurut Status
Pekerjaan
Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia, 2017
Dari status pekerjaan utama yang terbanyak adalah sebagai
buruh/karyawan/pegawai yaitu sebesar 38,11 persen , diikuti dengan berusaha sendiri
sebesar 18,58 persen, berusaha dibantu buruh tidak tetap 16,48 persen, dan pekerja
keluarga atau tak dibayar 14,56 persen. Sementara penduduk yang bekerja dengan
status pekerja bebas di pertanian memiliki presentase paling kecil yaitu sebesar 3,60
persen. Dalam setahun terakhir (Februari 2017-Februari 2018), peningkatan
presentase penduduk bekerja tertinggi pada status berusaha sendiri sebesar 1,03
persen. Penurunan terjadi pada status pekerja bebas di pertanian sebesar 0,70 persen,
berusaha dibantu buruh tidak tetap sebesar 0,61 persen, dan pekerja keluarga atau
tidak dibayar sebesar 0,02 persen. Secara sederhana kegiatan formal dan informal
dari penduduk bekerja dapat diidentifikasi berdasarkan status pekerjaan. Pekerjaan
5
formal mencakup status berusaha dibantu buruh tetap,buruh atau karyawan atau
pegawai.
Hal ini dapat memberikan gambaran bahwa sektor informal mampu
menyerap angkatan kerja. Hal ini karena entry ke sektor ini sangat mudah dan
keahlian yang dibutuhkan sangat terbatas. Sektor informal tumbuh sebagai akibat
dari lambatnya sektor formal menyerap tenaga kerja. Pertumbuhan penduduk yang
pesat menyebabkan sektor formal mengalami kesulitan menyediakan kesempatan
kerja bagi angaktan kerja baru. Terlepas dari itu sektor ini sebenarnya memberi
kontribusi terhadap perekonomian daerah. Memang pilihan untuk msuk ke sektor
informal bukanlah yang terbaik tapi merupakan pilihan kedua yang terbaik. Daripada
menunggu lebih baik masuk ke sektor ini walaupun dengan pendapatan yang tidak
terlalu besar.
Salah satu contoh pekerja informal yang berusaha sendiri adalah pedagang
sayur. Pedagang sayur dapat menjajakan barang dagangannya dimana saja, ada pula
pedagang sayur yang berjualan di pasar tradisional dimana pasar tradisional itu
sendiri adalah kumpulan pelaku ekonomi yang bergerak pada usaha dalam skala
mikro, dimana hanya sekedar berdagang dan melakukan investasi yang sangat sedikit
untuk memenuhi kebutuhan hidup di masa depan. Sedangkan pasar bagi pedagang
sayur adalah tempat mereka menggantungkan hidupnya beserta keluarganya dengan
kata lain pasar mempunyai peranan penting bagi pedagang. Selain itu pedagang
sayur juga memiliki beberapa tingkatan contohnya adalah pedagang dengan skala
besar seperti pedagang sayur di pasar induk, biasanya pasar induk merupakan tempat
pengepul berbagai jenis sayuran dimana para pembeli dapat membeli sayuran dengan
harga yang murah dan dapat dijual kembali, kemudian pedagang dengan skala
menengah pedagang ini biasanya membeli barang dagangan dengan skala yang lebih
kecil daripada pedagang besar, dan biasanya pedagang sayur pada klasifikasi ini
membeli barang dagangannya di pasar induk. Kemudian yang terakhir adalah
pedagang dengan skala kecil contohnya adalah pedagang rumahan, pedagang
rumahan biasanya membeli barang dagangan lebih kecil dari pedagang dengan skala
menengah.
DKI Jakarta merupakan Ibukota dari negara Indonesia, banyak pendatang
dari luar daerah ingin mencari pekerjaan di Jakarta. Menurut data dari BPS, Jakarta
6
merupakan salah satu tempat dengan jumlah pendatang baru paling banyak, dimana
rata-rata imigran yang masuk sebesar 7 persen. Oleh sebab itu banyak pula jenis
pekerjaan yang ada di Jakarta, salah satunya adalah pedagang sayur, dimana
pedagang sayur merupakan salah satu pekerja informal yang paling sering kita temui,
mulai dari penjual sayur yang berkeliling, berjualan di rumah, ataupun yang
mempunyai tempat berjualan seperti di pasar, adanya pedagang sayur ini pula yang
memudahkan para konsumen untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam hal
konsumsi.
Karena sifat pasar dan pedagang yang tidak dapat dipisahkan maka ada
beberapa retribusi yang dipungut oleh pemerintah daerah atas pelayanan atau
penggunaan fasilitas pasar, yang tujuannya untuk memberikan kenyamanan bagi
pedagang maupun pembeli. Retribusi pelayanan pasar ini diatur dalam UU No.28
Tahun 2009 yang menyatakan bahwa pungutan daerah atas jasa atau pemberian izin
tertentu khusus disediakan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan pribadi atau
badan. Biasanya tingkat penggunaan jasa retribusi pelayanan pasar ini diukur
berdasarkan tipe pasar, penggunaan tempat, jenis bangunan maupun jenis penjualan.
Sedangkan retribusi pasar grosir dan pertokoan adalah pasar grosir yang menjual
beberapa jenis barang yang disediakan atau diselenggarakan oleh pemerintah daerah.
Tabel 1.1
Pendapatan Menurut Jenis Retribusi pada APBD Kota DKI Jakarta
Jenis Retribusi Macam-Macam
Retribusi 2016 2017
Retribusi Jasa
Umum
Retribusi Pelayanan
Pasar 6,230,000,000
6,290,000,000
Retribusi Jasa Usaha Retribusi Pasar Grosir
dan atau Pertokoan 4,700,000,000
4,900,000,000
Sumber: www.djpk.kemenkeu.go.id
Pada tabel 1.1 diketahui bahwa nilai retribusi pelayanan pasar mengalami
kenaikan, dapat dilihat bahwa nilai retribusi di tahun 2016 sebesar 6.230.000.000
milyar rupiah hingga pada tahun 2017 mencapai 6.290.000.000 milyar rupiah, pada
retribusi jasa usaha dapat dilihat pula bahwa retribusi pasar grosir dan pertokoan
mempunyai nilai yang besar sampai saat ini mencapai 4.900.000.000 milyar rupiah
pada tahun 2017, hal ini menunjukan bahwa pedagang sayur juga berkontribusi
7
dalam memberikan pendapatan melalui retribusi daerah di kota DKI Jakarta.
Besarnya retribusi yang diberikan tidak terlepas dari banyaknya pasar yang berada di
DKI Jakarta.
Tabel 1.2
Jumlah Pasar yang Dikelola PT. Pasar Jaya Berdasarkan Sifat Kegiatan
Nama Kab/Kota Sifat Kegiatan Jumlah
Jakarta Selatan Grosir
Eceran
1
26
Jakarta Timur Grosir
Induk
Eceran
1
1
31
Jakarta Pusat Grosir
Eceran
1
38
Jakarta Barat Grosir
Khusus
Eceran
2
1
23
Jakarta Utara Eceran 25
Jumlah
150
Sumber: www.data.jakarta.go.id
Berdasarkan data pada tabel 4 diatas diketahui bahwa jumlah pasar yang
berada di DKI Jakarta cukup banyak yakni sekitar 150 pasar, jumlah pasar paling
banyak terdapat di Jakarta Pusat yaitu sekitar 39 pasar, kemudian pasar yang berada
di Jakarta Timur sebanyak 33 pasar dan di Jakarta Selatan mempunyai pasar sebayak
27 dan sisanya Jakarta Barat dan Jakarta Utara memiliki sekitar 25 pasar. Pasar yang
beroperasi di DKI Jakarta ini mempunyai waktu kegiatan mulai dari pagi hingga
larut malam, bahkan adapula yang buka hingga 24 jam, hal ini menjadi bukti bahwa
pasar mempunyai kaitan yang sangat erat bagi sebagian masyarakat, dimana biasanya
pasar selain tempat bertemu penjual dan pembeli pasar juga merupakan tempat untuk
memenuhi sebagian kebutuhan masyarakat sehari-hari terutama dalam kegiatan
konsumsi. Pengelola pasar di DKI Jakarta adalah PT. Pasar Jaya, dimana PT. Pasar
Jaya adalah perusahaan daerah milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang
melaksanakan pelayanan umum dalam pengelolaan pasar dan membina pedagang
pasar serta ikut membantu stabilitas harga dan kelancaran distribusi barang dan jasa.
8
Berdasarkan tabel di atas diketahui ada 4 jenis pasar berdasarkan kegiatan.
Pertama adalah pasar induk, dimana biasanya pasar ini menjadi tempat
pengumpulan, penyimpanan, pelelangan maupun penyaluran barang-barang sehari-
hari, kedua adalah pasar grosir dimana pasar ini menjual barang dalam jumlah
perkwintal, perton, pergros dll, ketiga pasar eceran dimana pasar ini merupakan jenis
pasar berdasarkan kegiatan yang paling banyak di Jakarta, hal tersebut dikarenakan
pasar eceran dapat menjual barang dengan jumlah yang sedikit misalnya perbuah,
perbatang maupun perkilogram, yang terakhir adalah pasar khusus dimana di dalam
pasar ini hanya menjual barang-barang tertentu misalnya suku cadang. Meskipun
jumlah pasar lebih banyak berada di Jakarta Pusat dibandingkan dengan Jakarta
Timur tetapi ada satu hal yang mengungguli Jakarta Timur yakni adanya Pasar Induk
Kramat Jati yang merupakan satu-satunya Pasar Induk yang terdapat di Jakarta
dimana Pasar Induk Kramat Jati juga sering disebut “Induk Besar”. Tujuan di
dirikannya pasar induk ini sebagai pusat perdagangan besar sayur-mayur dan buah-
buahan untuk menjamin kelancaran distribusi, pasar induk juga merupakan terminal
pengadaan dan penyaluran sayur serta buah-buahan yang akan berpengaruh kepaa
kegiatan perekonomian baik lokal maupun regional. Luas wilayah pasar ini sebesar
14.7 hektar meliputi luas bangunan sekitar 83.606 M2
dan luas parkir yakni 14.737
M2. Jumlah pedagang di Pasar Induk Kramat Jati hampir 1.000 pedagang yang terdiri
dari pedagang induk buah-buahan maupun pedagang sayuran dengan jumlah tempat
usaha sebanyak 1.835. Pasar Induk Kramat Jati juga merupakan tempat yang
strategis bagi para pedagang sayur untuk berbelanja sayuran dengan harga murah dan
terjangkau.
Ada pula Pasar Ciracas adalah salah satu pasar yang terletak di Jakarta
Timur, merupakan pasar dimana Pasar Ciracas berlokasi di Kelurahan Ciracas,
Kecamatan Ciracas. Dari jenis pasar menurut kegiatannya pasar ciracas termasuk
pasar eceran karena dalam proses jual beli yang dilakukan selama ini sebagaian besar
pembeli membeli barang dagangan dari penjual dalam bentuk eceran untuk
dikonsumsi sendiri atau dijual kembali dalam skala yang kecil. Pasar Ciracas
merupakan salah satu pasar yang dikelola oleh PD. Pasar Jaya dimana Perusahaan
Daerah Pasar Jaya didirikan berdasarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah
Khusus Ibukota Jakarta No. 1b.3/2/15/66 pada tanggal 24 Desember 1966.
9
Kemudian yang terakhir adalah pedagang rumahan Pedagang Rumahan adalah orang
yang melakukan perdagangan dengan memperjualbelikan barang bukan hasil
produksi sendiri untuk mendapatkan keuntungan. Walaupun biasanya pedagang
rumahan hanya mendapatkan keuntungan sedikit dari hasil penjualan sayur, tapi
usaha berjualan sayur di rumah ini masih menjadi pilihan utama bagi banyak
masyarakat yang ingin berkerja di sektor informal, walaupun biasanya pedagang
sayur rumahan menjual sayuran dengan harga yang relatif lebih mahal dibandingkan
dengan harga di pasar, tetapi pedagang rumahan tidak sepi pembeli, karena peminat
masih sangat banyak, hal ini dikarenakan letak tempat berjualan yang relatif lebih
dekat dari rumah dibandingkan pasar. Pedagang rumahan dalam sampel penelitian
ini merupakan pedagang sayur yang berjualan di Kecamatan Pasar Rebo, Kelurahan
Kalisari, Jakarta Timur. Dimana jumlah penduduk di Kecamatan Pasar Rebo
mencapai 60.091 kepala keluarga, sedangkan di Kelurahan Kalisari mencapai 6.785
kepala keluarga. Dengan banyaknya jumlah kepala keluarga di kelurahan ini
membuat pedagang sayur selalu ramai dikunjungi oleh pembeli dan biasanya
pembeli sayur adalah ibu rumah tangga yang berlangganan dengan pedagang
rumahan tersebut.
Dari 3 pedagang diatas diketahui bahwa terdapat 3 stratifikasi pedagang
mulai dari pedagang dengan skala besar seperti pedagang di Pasar Induk Kramat Jati,
kemudian pedagang dengan skala menengah seperti pedagang sayur di Pasar Ciracas,
maupun pedagang dengan skala kecil seperti pedagang rumahan yang berjualan di
sekitar Kecamatan Pasar Rebo, Kelurahan Kalisari. Dari ketiga pedagang ini
diketahui bahwa kesejahteraan keluarga di antara ketiga pedagang sayuran tersebut
berbeda-beda. Dimana salah satu pengukuran tingkat kesejahteraan adalah tingkat
keuangan keluarga, dimana semakin tinggi tingkat pendapatan yang dihasilkan maka
semakin sejahtera. Dimana pendapatan yang dimaksud adalah terpenuhinya
kebutuhan anggota keluarga mulai dari kebutuhan pokok hingga kebutuhan non
pokok. Kemudian tingkat kesehatan dimana kesehatan merupakan hal yang paling
utama perlu dijaga selain penting untuk tubuh kita, kesehatan juga mempegaruhi
seseorang di dalam beraktifitas, dengan kondisi tubuh yang sehat dan kuat maka
segala macam kegiatan akan berjalan dengan lancar contohnya adalah pedagang
sayur dimana kondisi tubuh mereka amat sangat perlu dijaga. Dengan kondisi sehat
10
mereka akan bekerja dengan baik, sedangkan dengan kondisi sakit mereka tidak
dapat bekerja dan mendapatkan penghasilan, oleh sebab itu sangat penting menjaga
kesehatan saat berdagang salah satu caranya mulai dari mengkonsumsi makanan
yang bergizi hingga menjaga pola istirahat dengan baik. Lalu kemudian ada tingkat
religiusitas dimana hal tersebut sangat perlu diterapkan oleh pedagang sayur, dimana
tingkat religiusitas adalah tindakan perasaan dekat dengan Allah SWT dimana, hal
tersebut lah yang membuat tingkat kesejahteraan bukan hanya diukur melalui
pendapatan semata tetapi mensyukuri apa yang sudah di dapat. Karena penting
mensyukuri segala hal yang di dapat, tanpa itu semua maka kepuasan manusia
bersifat tidak terbatas. Yang terakhir adalah pendidikan, dimana pendidikan
merupakan salah satu jalan seseorang memperoleh kesejahteraan. Pedagang sayur
sendiri merupakan salah satu pekerjaan di sektor informal yang tidak membutuhkan
pendidikan yang tinggi oleh sebab itu banyak pedagang yang menginginkan anak-
anak mereka memiliki pendidikan yang tinggi, tujuan utamanya adalah supaya
mudah mencari pekerjaan dan mendapatkan penghasilan. Dengan adanya
penghasilan dari seorang anak diharapkan mampu membatu perekonomian keluarga
di masa yang akan datang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian, perdagangan yang dilakukan oleh
pedagang sayur tidak dapat dipisahkan dari kontribusi pedagang sayur sebagai salah
satu sektor yang membantu perekonomian di suatu negara, sektor informal inilah
yang menduduki peringkat teratas dalam menyerap angkatan kerja, hal ini
dikarenakan masuk ke sektor ini sangatlah mudah. Namun karena pekerjaan di sektor
informal biasanya tidak memiliki penghasilan tetap serta di latar belakangi oleh
tingkat pendidikan yang rendah mereka seringkali dianggap sebelah mata bagi
masyarakat umum. Latar belakang mereka yang tidak memenuhi persyaratan tenaga
kerja formal menyebabkan mereka terpental dari struktur tenaga kerja formal.
Salah satu pekerjaan di sektor informal adalah pedagang sayur, pedagang
sayur hadir karena kurangnya resources dan keterampilan yang dimiliki, pedagang
sayur lahir karena adanya kemauan yang tinggi untuk menghasilkan pendapatan
dengan kemampuan serta keterbatasan yang dimilki, untuk bekerja di sektor ini
11
hanya perlu niat dan tekad yang besar untuk melakukan pekerjaan ini. Namun,
dengan pekerjaan ini tidak menjamin kesejahteraan mereka membaik. Pada nyatanya
terjadi perbedaan pendapatan antara pedagang sayur yang berjualan di Pasar induk
dengan pedagang sayur yang berjualan di Pasar ciracas dan pedagang rumahan.
Berdasarkan rumusan masalah yang sudah dipaparkan, maka dirumuskan
dalam pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana hubungan antara tingkat keuangan keluarga dengan tingkat
kesejahteraan keluarga pedagang sayur di Kota Jakarta Timur?
2. Bagaimana hubungan antara kualitas kesehatan dengan tingkat kesejahteraan
keluarga pedagang sayur di Kota Jakarta Timur?
3. Bagaimana hubungan antara tingkat religiusitas dengan tingkat kesejahteraan
keluarga pedagang sayur di Kota Jakarta Timur?
4. Bagaimana hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat kesejahteraan
keluarga pedagang sayur di Kota Jakarta Timur?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian mengenai rumusan masalah dan pertanyaan penelitian,
maka tujuan penelitian ini dirincikan sebagai berikut:
1. Mengetahui bagaimana hubungan antara tingkat keuangan keluarga dengan
tingkat kesejahteraan keluarga pedagang sayur di Kota Jakarta Timur.
2. Mengetahui bagaimana hubungan antara kualitas kesehatan dengan tingkat
kesejahteraan keluarga pedagang sayur di Kota Jakarta Timur.
3. Mengetahui bagaimana hubungan antara tingkat religiusitas dengan tingkat
kesejahteraan keluarga pedagang sayur di Kota Jakarta Timur.
4. Mengetahui bagaimana hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat
kesejahteraan keluarga pedagang sayur di Kota Jakarta Timur.
D. Manfaat Penelitian
Penulis berharap hasil dari penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi
pihak-pihak terkait yang memerlukan terutama bagi
12
1. Penulis, yaitu mendapati kesempatan untuk mengaplikasikan ilmu dan teori
yang diperoleh selama perkuliahan dengan mencoba mendeskripsikan secara
praktis dan sistematis.
2. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yaitu penelitian ini diharapkan dapat
memberikan kontribusi dalam bentuk publikasi ilmiah yang mampu
memberikan informasi kepada khalayak umum.
3. Pemerintah Ibukota DKI Jakarta, diharapkan mampu memberikan informasi
yang berguna dalam membuat regulasi mengenai pedagang sayur baik dari
pedagang dengan skala besar maupun skala kecil
4. Pihak lain, penelitian ini diharapkan menambah khasanah ilmu ekonomi
khususnya ekonomi pembangunan. Selain itu, melengkapi kajian mengenai
tingkat kesejahteraan pedagang sayur melalui tingkat kesejahteraan.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Teori Kesejahteraan
Kesejahteraan adalah sesuatu hal yang bersifat subjektif dimana setiap
individu ataupun masyarakat memiliki tujuan dan cara hidup yang berbeda
tergantung faktor penentu kesejahteraan itu sendiri (BKKBN, 2009). Kesejahteraan
merupakan suatu kondisi dimana seluruh kegiatan jasmani dan rohani dapat
terpenuhi sesuai dengan taraf hidup (Badan Pusat Statistik, 2007), dimana status
kesejahteraan dapat diukur berdasarkan proposi pengeluaran rumah tangga
(Bappenas, 2000). Dimana kesejahteraan di dalam rumah tangga terjadi apabila
proposi pengeluaran kebutuhan pokok lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan
bukan pokok.
Beberapa para ahli juga telah memaparkan tentang beragam definisi
kesejahteraan yang pada umumnya bersifat relatif, tergantung dari suatu individu
tersebut menilai tentang arti kesejahteraan itu sendiri. Di dalam suatu pembangunan
ekonomi, kesejahteraan menjadi tolak ukur dan tidak dapat dipisahkan dari suatu
negara, hal ini karena suatu pembangunan ekonomi dapat dikatakan baik apabila
tingkat kesejahteraan masyarakat di negara tersebut baik. Menurut UU No.10 tahun
1992 pasal 3 ayat 2 menyebutkan bahwa pembangunan keluarga sejahtera diarahkan
paa pembangunan kualitas keluarga yang bercirikan kemandirian, ketahanan
keluarga dan kemandirian keluarga. Dimana keluarga dikatakan sejahtera apabila
terciptanya keadaan yang harmonis dimana kebutuhan jasmani dan sosial terpenuhi
dengan baik, dimana apabila ada sesuatu hambatan seperti masalah yang terjadi di
dalam keluarga dapat diatasi secara bersama (Soetjipto, 1992:50).
Dimensi kesejahteraan tidak hanya berupa ukuran yang terlihat tetapi dapat
pula tidak terlihat. Oleh karena itu ada beberapa istilah untuk menganalisis tingkat
kesejahteraan keluarga (Puspitawati, 2005:44) sebagai berikut:
1. Economic well-being: yaitu kesejahteraan ekonomi dimana indikator
pendukung adalah pendapatan GNP (Gross National Product), GDP (Gross
Domestic Product).
14
2. Social well-being, indikator kesejahteraan diukur menggunakan tingkat
pendidikan ( SD, SMP, SMA, PT; pendidikan non-formal paket A, B, C;
melek aksara atau buta aksara) dan status jenis pekerjaan (white collar =
elit/professional, blue collar = proletar/ buruh pekerja; mempunyai pekerjaan
tetap maupun pengangguran)
3. Physical well-being, yaitu kesejahteraan fisik: indikator utama yaitu status
gizi, kesehatan, tingkat mortalitas dan tingkat morbiditas.
4. Psychological/ spiritual mental, yaitu kesejahteraan psikologi; indikator
penilaian adalahsakit jiwa, tingkat stress, tingkat bunuh iri, tingkat
perceraian, tingkat aborsi, tingkat kriminal (pemerkosaan,
pencurian/perampokan, tingkat aborsi, tingkat criminal (pemerkosaan,
pencurian/perampokan, penyiksaan/ pembunuhan, penggunaan narkoba/
NAPZA.
a. Teori Kesejahteraan Todaro
Todaro (2003:235) berpendapat bahwa peningkatan pendapatan dapat
meningkatkan produktivitas dan pendapatan seluruh perekonomian. Bagi masyarakat
menengah ke bawah peningkatan pendapatan dapat digunakan untuk memperbaiki
kesejahteraan mereka, seperti perbaikan gizi hingga kesehatan, namun bagi
masyarakat kalangan atas peningkatan pendapatan biasanya dipergunakan untuk
membeli barang mewah seperti perhiasan, barang mewah ataupun dalam bentuk
pelarian modal (capital flight).
Teori todaro ini menyatakan kesejahteraan masyarakat menengah ke bawah
dapat digambarkan dari teratasinya kemiskinan, tingkat kesehatan yang baik, dan
pendidikan yang tinggi. Hal tersebut adalah gambaran dari peningkatan tingkat
pendapatan masyarakat golongan menengah ke bawah (Sugiarto, 2007:265).
Kesejahteraan suatu wilayah juga ditentukan dari ketersediannya sumber daya yang
meliputi sumber daya manusia (H), sumber daya fisik (K) dan sumber daya lain (R).
Ketiga sumber daya tersebut berinteraksi dalam proses pembangunan untuk
pencapaian pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan hidup
masayarakat. Todaro secara lebih spesifik membuat fungsi kesejahteraan W
(welfare) memiliki persamaan:
15
W= W (Y.I.P)
Keterangan:
W: Pendapatan per Kapita
I: Ketimpangan
P: Kemiskinan Absolut
Fungsi persamaan kesejahteraan tersebut mengasumsikan bahwa
kesejahteraan berhubungan positif dengan pendapatan per kapita, namun
berhubungan negatif dengan tingkat kemiskinan. Masalah yang ditimbulkan oleh
kemiskinan absolut sudah jelas membuat masyarakat tidak nyaman. Mungkin hal
itulah yang mendorong setiap agama menjelaskan bagaimana pentingnya bekerja
untuk menaggulangi kemiskinan (Sugiarto, 2007:265).
b. Teori Kesejahteraan Sosial dan Ekonomi
Teori kesejahteraan secara umum dapat diklasifikasi menjadi tiga macam,
yakni classical utilitarian, neoclassical welfare theory dan new contractarian
approach (Albert dan Hahnel, 2005:77). Pendekatan classical utilitarian melihat
bahwa kesenangan atau kepuasan dapat ditambah. Individu memiliki prinsip bahwa
meningkatkan sebaik mungkin kesejahteraa sendiri, sedangkan bagi masyarakt
peningkatan kesejahteraan kelompok merupakan hal yang paling tepat. Pendekatan
neoclassical welfare theory menjelaskan bahwa fungsi kesejahteraan merupakan
fungsi semua kepuasan individu. Perkembangan lainnya dalam teori kesejahteraan
sosial adalah munculnya new contractarian approach yang mengangkat adanya
kebebasan maksimum dalam hidup individu atau seseorang. Hal yang paling
ditekankan adalah dalam pendekatan new contractarian approach ini adalah individu
akan memaksimalkan kebebasannya untuk mengejar konsep mereka tentang barang
dan jasa tanpa adanya campur tangan.
2. Teori Indikator Keluarga Sejahtera
Menurut undang-undang nomor 52 tahun 2009 keluarga sejahtera adalah
keluarga yang dibentuk melalui pernikahan yang sah, dan mempu memenuhi
16
kebutuhan yang layak secara spiritual dan materil, yang berlandasakan kepada Tuhan
Yang Maha Esa, secara selaras dan seimbang antara anggota keluarga. BKKBN
mendefinisikan pendekatan kesejahteraan keluarga dengan membagi kreteria
keluarga di dalam 5 tahap, yaitu Keluarga Prasejahtera (KPS), Keluarga Sejahtera I
(KS-I), Keluarga Sejahtera II (KS-II), Keluarga Sejahtera III (KS-III), dan Keluarga
Sejahtera III plus (KS-III Plus). Dimana aspek keluarga ini dikumpulkan dengan
menggunakan 21 indikator.Faktor tersebut terdiri dari (1) pemenuhan kebutuhan
dasar (2) pemenuhan kebutuhan psikologi (3) kebutuhan pengembangan dan (4)
kebutuhan aktualisasi diri dalam berkontribusi bagi masyarakat di lingkungannya.
Dalam hal ini, kelompok yang dikatakan penduduk miskin oleh BKKBN adalah KPS
dan KS-I. Tingkat kesejahteraan keluarga dikelompokkan menjai lima tahapan,
yaitu:
a. Tahapan Keluarga Pra Sejahtera (KPS)
Yaitu keluarga dimana salah satu dari 6 (enam) indikator Keluarga
Sejahtera I (KS-I) tidak terpenuhi yakni indikator “kebutuhan dasar keluarga”
(basic needs).
b. Tahapan Keluarga Sejahtera I (KS-I)
Yaitu keluarga yang mampu memenuhi 6 (enam) indikator KS-I tetapi
tidak memenuhi 1 dari 8 indikator Keluarga Sejahtera II atau “kebutuhan
psikologis” keluarga.
c. Tahapan Keluarga Sejahtera II (KS-II)
Yaitu keluarga yang mampu memenuhi 6 indikator tahapan KS-I, 8
indikator KS-II dan 5 indikator KS-III, tetapi tidak memenuhi satu dari 5
indikator Keluarga Sejahtera III (KS-III ) atau indikator “kebutuhan
pengembangan”
d. Tahapan Keluarga Sejahtera III (KS-III)
Yaitu keluarga yang memenuhi 6 indikator tahapan KS-I, 8 indikator
tahapan KS-II, memenuhi 5 indikator KS-III tetapi tidak memenuhi 2
indikator Keluarga Sejahtera III Plus yaitu “aktualisasi diri”
e. Tahapan Keluarga Sejahtera III Plus (KS-III +)
Yaitu keluarga yang telah memenuhi 6 indikator KS-I, 8 indikator
KS-II, 5 indikator KS-III dan 2 indikator tahapan KS-III Plus.
17
A. Keluarga Pra-Sejahtera, yaitu keluarga yang tidak memenuhi satu dari 6
(enam) indikator Keluarga Sejahtera I (KS I) atau “indikator kebutuhan dasar
keluarga “basic needs).Berikut adalah indikator Keluarga Pra-Sejahtera:
1. Melaksanakan ibadah menurut agama masing-masing
2. Seluruh anggota keluarga makan dua kali sehari atau lebih
3. Seluruh anggota keluarga memiliki pakaian berbeda
4. Bagian terluas lantai rumah bukan dari tanah
5. Bila anak sakit atau PUS ingin ber-KB dibawa ke sarana kesehatan
B. Tahapan Keluarga Sejahtera I (KS-I) atau indikator “kebutuhan dasar (basic
neds) memiliki 6 indikator dari 21 indikator:
1. Pada umumnya anggota keluarga makan dua kali sehari atau lebih.
2. Anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda. Pengertian
memiliki pakaian yang berbeda adalah tidak hanya memiliki pakaian
satu pasang.
3. Rumah yang ditempati mempunyai atap, lantai, dan dinding yang
baik.
4. Bila sakit anggota keluarga akan dibawa kesarana kesehatan
Pengertian sarana kesehatan adalah sarana kesehatan modern, seperti
Rumah Sakit, Puskesmas, Apotek, Posyandu, ataupun lain
sebagainya.
5. Bila pasangan usia subur ingin ber KB pergi ke sarana pelayanan
kontrasepsi.
6. Semua anak umur 7-15 tahun dalam keluarga wajib bersekolah.
B. Tahapan Keluarga sejahtera II (KS-II) atau indikator “kebutuhan psikologis”
keluarga memiliki 8 indikator dari 21 indikator keluarga sejahtera.
7. Anggota keluarga melaksanakan kegiatan ibadah dengan kepercayaan
masing-masing.
8. Kurang lebih dalam seminggu sekali keluarga makan
daging/ikan/telur.
18
9. Anggota keluarga memperoleh satu stel pakaian baru dalam kurun
waktu satu tahun.
10. Luas lantai rumah kurang lebih 8 m2
untuk setiap penghuni rumah.
Luas lantai 8 m2 adalah keseluruhan luas lantai rumah.
11. Keadaan sehat dalam tiga bulan terakhir.
12. Ada seseorang atau lebih anggota bekerja untuk memperoleh
penghasilan.
13. Seluruh anggota keluarga umur 10-60 tahun bisa baca tulisan latin.
14. Pasangan subur dengan dua anak atau lebih menggunakan alat/obat
kontrasepsi.
C. Tahapan Keluarga Sejahtera III (KS-III) atau indikator “Kebutuhan
Pengembangan” (developmental needs) memiliki 5 indikator dari 21 indikator
keluarga sejahtera:
15. Keluarga berupaya meningkatkan pengetahuan agama
16. Sebagian penghasilan ditabung dalam bentuk uang atau barang
17. Kebiasaan makan bersama kuarang lebih seminggu sekali
18. Keluarga ikut dalam kegiatan di lingkungan tempat tinggal
19. Keluarga memperoleh informasi dari surat kabar.
D. Tahapan Keluarga Sejahtera III Plus (KS-III Plus) atau indikator “aktualisasi
diri” (self asteem) memiliki 2 indikator dari 21 indikator keluarga sejahtera:
20. Keluarga secara teratur engan sukarela memberikan sumbangan
materil untuk kegiatan sosial
21. Ada anggota yang aktif sebagai pengurus perkumpulan
sosial/yayasan.
Untuk mengetahui tingkat kesejahteraan dalam satu periode tertentu, Badan
Pusat Statistik (BPS) melakukan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Dimana
ada delapan indikator menurut Badan Pusat Statistik 2016.
1. Kependudukan
Majunya suatu negara dapat dilihat dari semakin sejahteranya
penduduk disuatu negara tersebut, dimana hal tersebut dipengaruhi
oleh kualitas sumber daya manusia. Apabila jumlah penduduk yang
19
besar tidak diimbangi dengan kualitas penduduk nantinya akan
menjadi masalah pembangunan bagi suatu negara. Jumlah penduduk
yang besar berarti memiliki dan mempunyai kebutuhan yang besar
akan berbagai macam fasilitas dasar, kependudukan yang besar juga
harus mempunyai lapangan pekerjaan yang memadai sehingga dapat
mencukupi kebutuhan lapangan pekerjaan dengan banyaknya jumlah
penduduk yang mencari pekerjaan oleh sebab itu pemerintah perlu
mempersiapkan sarana dan prasarana untuk menjamin kebutuhan
dasar seluruh masyarakat Indonesia.
2. Kesehatan
Kesehatan merupakan hak setiap warga yang diatur dalam
konstitusi, dimana salah satu indikator keberhasilan dalam
pembangunan kesehatan adalah kematian bayi, dimana angka terbaik
bagi suatu pengukuran kesejahteraan di dalam suatu negara adalah
sedikitnya jumlah kematian bayi di suatu negara. Upaya pemerintah
banyak dilakukan untuk mengatasi hal ini salah satunya adalah
meningkatkan akses masyarakat terhadap fasilitas kesehatan dan
meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan berkualitas,
merata serta terjangkau.
3. Pendidikan
Ada beberapa indikator output yang dapat menunjukan kualitas
pendidikan SDM antara lain Angka Melek Huruf (AMH), Tingkat
pendidikan, Angka Partisipasi Sekolah (APS), Angka Pasrtisipasi
Kasar (APK), dan Angka Partisipasi Murni (APM). Dimana indikator
tersebut diperlukan dalam pengukuran kualitas pendidikan, dimana
nantinya pendidikan membantu kemajuan bangsa dengan
menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.
4. Ketenagakerjaan
Berbagai masalah bidang ketenagakerjaan yang dihadapi
pemerintah antara lain tingginya tingkat pengangguran, rendahnya
perluasan kesempatan kerja yang terbuka, rendahnya kompetensi dan
produktivitas tenaga kerja, serta masalah pekerja anak. Beberapa
20
indikator yang menggambarkan ketenagakerjaan antara lain Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), Tingkat Pengangguran Terbuka
(TPT), persentase pengangguran menurut tingkat pendidikan,
persentase penduduk yang bekerja menurut kelompok lapangan usaha,
persentase pekerja menurut kelompok upah/gaji/pendapatan bersih
dan persentase pekerja anak.
5. Taraf dan Pola Konsumsi
Salah satu indikator yang dapat menggambarkan keadaan tingkat
kesejahteraan penduduk adalah dengan melihat pengeluaran rumah
tangga. Pengeluaran rumah tangga dibedakan menurut kelompok
makanan dan non makanan. Semakin tinggi tingkat pendapatan maka
porsi pengeluaran akan bergeser dari pengeluaran makanan ke
pengeluaran non makanan
6. Perumahan dan Lingkungan
Rumah merupakan satu diantara kebutuhan primer, kebutuhan
yang paling mendasar yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan
manusia sekaligus merupakan faktor penentu indikator kesejahteraan
rakyat. Rumah selain sebagai tempat tinggal, juga dapat menunjukkan
status sosial seseorang, yang berhubungan positif dengan
kualitas/kondisi rumah.
7. Kemiskinan
Kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi
ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan
makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Penduduk miskin adalah
penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan di
bawah garis kemiskinan (BPS, 2016).
8. Sosial Lainnya
Perkembangan zaman telah memaksa masyarakat untuk
beradaptasi terhadap semua perubahan-perubahan yang terjadi, baik
perubahan ke arah positif maupun negatif. Tingkat kebutuhan mulai
mengalami pergeseran, dari kebutuhan sekunder atau tersier menjadi
kebutuhan primer, seperti berlibur atau berwisata.
21
2. Keuangan Keluarga
Keuangan keluarga perlu diatur dengan baik dimana cara
mengatur keuangan keluarga dengan teratur dan cermat perlu melalui
tahap perencanaan dan pelaksanaan. Dimana ekonomi yang teratur
merupakan salah satu syarat dalam mencapai ketentraman jiwa
seluruh anggota keluarga. Pengelolaan dalam keuangan keluarga
memegang peranan penting dalam menentukan tingkat kemakmuran
ekonomi sebuah keluarga. Pengelolaan keuangan yang dimaksud
dalam hal ini adalah perencanaan keuangan. Dalam sebuah
perencanaan keluarga terdapat daftar pemasukan dan pengeluaran
uang secara terperinci, adanya daftar yang terperinci orang tua sebagai
manager keuangan keluarga akan mendeteksi adanya penyimpangan
rencana keluarga.
1. Pendapatan
Menurut Wijayanto (1999:5) pendapatan keluarga adalah
pendapatan yang diperoleh seluruh anggota keluarga yang bekerja.
Pendapatan keluarga dalam hal ini merupakan kombinasi dari
pendapatan anggota keluarga, yaitu ayah selaku kepala keluarga, ibu,
maupun anak jika sudah dapat mengahasilkan pundi-pundi rupiah.
Setiap masyarakat membutuhkan pendapatan untuk dapat membiayai
kehidupan individu maupun keluarganya. Menurut Reksoprayitno
(dalam Ardhianto, 2015:34), pendapatan adalah jumlah penghasilan
yang diterima oleh para anggota masyarakat untuk jangka waktu
tertentu sebagai balas jasa atau faktor-faktor produksi yang telah
disumbangkan. Sedangkan menurut BPS pendapatan rumah tangga di
dapat melalui menjual atau mengelola faktor-faktor produksi tersebut
untuk memperoleh balas jasa. Balas jasa atau imbalan tersebut adalah
upah, sewa, bunga dividen, dan laba yang merupakan komponen
penerimaan atau pendapatan rumah tangga. Rumah tangga dapat pula
dilihat dalam perspektif ekonomi yang dibagi berdasarkan lima
22
kondisi dari kondisi sehat sampai kondisi paling sehat (Wiyono,
2014:3) yaitu:
1. Surplus Pendapatan
Dimana pendapatan lebih besar dibandingkan dengan
pengeluarannya.
2. Mempunyai Tabungan
Rumah tangga yang surplus belum dapat dikatakan sebagai rumah
tangga yang sehat apabila di dalam rumah tangga tersebut belum
memiliki tabungan, karena tabungan diperlukan untuk mencukupi
kebutuhan luar yang tidak terduga.
3. Mengikuti Program Asuransi
Rumah tangga pada tingkatan ketiga adalah rumah tangga yang
sehat dimana pada tingkatan ini rumah tangga memiliki program
asuransi.
4. Mempunyai Jaminan Keuangan di Hari Tua
Rumah tangga pada tingkatan keempat ini mempunyai jaminan
keuangan di hari tua, dimana kondisi ini sangat diperlukan dilihat
dari kehidupan di masa depan yang tidak bisa di prediksi.
5. Mempunyai Investasi
Kesehatan rumah tangga yang paling tinggi terlihat pada tingkatan
ini, dimana puncak kesehatan ditandai dengan investasi yang
berkembang dengan baik.
2. Pengeluaran
Menurut Badan Pusat Statistik (2008) peneluaran keluarga
dibedakan menjadi pengeluaran pangan nan pengeluaran non pangan.
Pengeluaran pangan meliputi tingkat konsumsi terhadap bahan
pangan misalnya padi, sayuran, daging, telur maupun buah-buahan,
sedangkan pengeluaran non pangan meliputi biaya untuk perumahan,
barang dan jasa, pakaian, dan lain sebagainya. Dengan kondisi
masyarakat dengan pendapatan yang terbatas, kebutuhan pangan akan
lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran non pangan, seiring
23
dengan peningkatan pendapatan yang didapatkan maka lambat laun
akan terjadi pergeseran pola pengeluaran, yaitu penegeluaran yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan akan mengelami
penurunan, sedangkan kebutuhan yang dibelanjakan untuk non
pangan akan meningkat, hal ini mengindikasikan perubahan tingkat
kesejahteraan masyarakat. (Badan Ketahanan Pangan, 2010).
3. Pengelolaan Keuangan
Pengelolaan keuangan di dalam keluarga merupakan
keharusan dimana pengelolaan keluarga memiliki implementasi yang
lebih luas karena yang terlibat bukan hanyalah diri sendiri melainkan
yang terlibat ada suami atau istri, anak-anak, bahkan mungkin
orangtua maupun mertua. Oleh sebab itu di dalam keluarga
pengelolaan keuangan sangatlah dibutuhkan “keterbukaan” agar
masing-masing individu tidak saling menyalahkan ataupun
mencurigai satu sama lain. (Evelyn G. Massaya, 2014). Perencanaan
keuangan merupakan seni pengelolaan keuangan yang dilakukan oleh
individu atau keluarga untuk mencapai tujuan yang efektif, efisien,
dan bermanfaat, sehingga keluarga tersebut menjadi keluarga yang
sejahtera (OJK, 2016: 06) Pengelolaan keuangan keluarga amatlah
dibutuhkan, dengan adanya pengelolaan yang baik maka tujuan
finansial masa depan kita dapat tercapai.
3. Kesehatan
Kesehatan merupakan suatu kondisi bahagia dari badan, jiwa dan
sosial yang diupayakan untuk selalu dijaga, dipelihara maupun ditingkatkan
supaya lebih baik lagi, karena dengan hidup sehat maka tubuh akan lebih
produktif sehingga dalam menjalankan kehidupan sehari-hari akan lebih
terasa mudah. Dalam Undang-undang No 23 tahun 1992 kesehatan
merupakan keadaan dimana badan, jiwa dan sosial dalam keadaan sejahtera
dimana dengan kondisi badan yang baik makasetiap orang akan hidup lebih
24
produktif. Kesehatan juga tidak dapat diukur melalui aspek fisik, mental dan
sosial saja melainkan dapat diukur dari sisi produktivitas dimana pada sisi ini
melihat pekerjaan yang menghasilkan pendapatan merupakan tolak ukur
paling utama, (Soekirdjo Notoadmodjo, 2007: 3)
Menurut (WHO, 1948) kesehatan merupakan keadaan sejahtera dalam
fisik, mentalmaupun sosial tanpa ada keluhan sama sekali (cacat atau sakit).
Kesehatan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penampilan
dan kebugaran tubuh. Oleh karean itu setiap manusia pasti selalu mengingkan
kehidupan yang sehat, ada beberapa aspek prilaku untuk menuju pola sehat
dengan 2 hal sebagai berikut:
1. Prilaku hidup bersih dan sehat
Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan salah satu
bentuk wujud dari paradigma kesehatan dalam individu seseorang.
Keluaraga yang ingin memiliki hidup sehat akan bertujuan untuk
meningkatkan, memelihara dan melindungi kesehatannya baik
secara fisik, mental, spiritual maupun sosial, (Depkes RI, 2009).
2. Penerapan prilaku hidup bersih dan sehat
Prilaku hidup sehat bersih dan sehat adalah upaya memberikan
pengalaman dan pembelajaran bagi individu, keluarga, kelompok
bahkan masyarakat untuk dapat mengatasi masalahnya sendiri
dengan menerapkan cara-cara hidup sehat dengan menjaga,
memelihara dan meningkatkan kesehatannya, (Notoadmodjo,
2007)
a) Makan dengan menu yang seimbang (appropriate diet). Menu
seimbang disini yakni menu yang berkualitas yaitu menu yang
mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan dalam tubuh.
b) Olahraga dengan teratur, mencakup kualitas (gerakan), dan
kuantitas dalam arti frekuensi dan waktu yang digunakan
untuk berolahraga.
c) Istirahat dengan cukup
d) Mengendalikan stress
25
e) Prilaku atau gaya hidup yang positif bagi kesehatan, misalnya
tidak berganti-ganti pasangan dalam berhubungan.
Adapula pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah
Program Indonesia Sehat. dimana Sasaran pokok kesehatan terdapat dalam
RPJMN 2015-2019 yaitu:
a) Meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak
b) Meningkatnya pengendalian penyakit
c) Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan
rujukan terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan
d) Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui
Kartu Indonesia Sehat dan kualitas pengelolaan SJSN Kesehatan
e) Terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin
f) Meningkatkan reponsivitas sistem kesehatan
4. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu indikator pembangunan dan kualitas
sumber daya manusia, dimana sumber daya manusia tergantung dari kualitas
pendidikan. Pendidikan bahkan sarana paling efektif untuk meningkatkan
kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat, serta dapat mengantarkan
bangsa mencapai kemakmuran. Dalam kegiatan suatu ekonomi, sektor formal
dibutuhkan sesuai strata pendidikan yang dimiliki calon tenaga kerja. Oleh
sebab itu maka pendidikan merupakan modal utama dan penting bagi
individu untuk memasuki persaingan bursa kerja (Chalid, 2005: 101-102).
Hal tersebut diungkapkan pula oleh Todaro, (2003:404) bahwa pendidikan
memainkan peran kunci dalam membentuk kemampuan sebuah negara
berkembang untuk menyerap teknologi modern dan untuk mengembangkan
kapasitas pertumbuhan dan pembangunan yang berkelanjutan. Sedangkan
dalam Undang-undang Susdiknas No.20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1
menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan proses pembelajaran peserta didik secara aktif untuk
mengembangkan potensi diri untuk memiliki kekuatan dalam bidang
26
spiritual, kepribaian diri, pengendalian, kecerdasan, dan akhlak mulia yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa maupun negara.
Pengertian dalam Undang-undang susdiknas menjelaskan bahwa
proses pendidikan merupakan proses belajar seseorang untuk
mengambangkan kemampuan, sikap bahkan tingkah laku sesuai dengan
lingkungannya. Hal ini sependapat dengan (Muhammad Saroni, 2011: 10)
dimana pendidikan merupakan proses kehidupan untuk menyeimbangkan
kondisi dalam diri dengan kondisi luar diri. Proses penyeimbangan ini disebut
bentuk survive yang dilakukan diri sendiri untuk dapat mengikuti setiap
kegiatan yang berlangsung di dalam kehidupan. Peranan lingkungan dan
keluarga juga mempunyai arti penting dengan prestasi yang di dapatkan oleh
individu di dalam pendidikan. Hal itu karena proses pendidikan terjadi karena
interaksi antar individu dengan lingkungan. Dimana pelaksanaan pendidikan
terbagi menjadi tiga, yaitu pendidikan formal, pendidikan informal, dan
pendidikan non formal.
Proses pendidikan harus diperhatikan di dalam keluarga karena
keluarga merupakan proses awal terbentuknya pendidikan oleh karena itu
keluarga tidak boleh menyepelekan kualitas pendidikan. Menurut BKKBN
tahun 1996 dalan Euis (2006:21) keluarga diartikan sebagai institusi utama
pengembangan SDM dimana keluarga memiliki peranan penting dalam
menghasilkan prestasi anak dimana keluarga yang berpendidikan akan
menghasilkan pola asuh yang berbeda terhadap anaknya. Peran keluarga juga
berhubungan dengan fungsi cinta kasih dimana hal tersebut dapat
memberikan lingkungan psikologi yang sehat bagi semua anggota keluara
untuk berkembang untuk mencapi potensi optimum.
5. Religiusitas
Menurut Nasution pengertian agama berasal dari kata al-Din, religi
(relegere, religare) dan agama, Al-Din (sempit) dalam undang-undang
ataupun hukum. Agama (Religi) mengandung arti ikatan yang harus dipegang
atau dipatuhi manusia. Agama selain menjadi motivasi dan nilai etik juga
merupakan harapan. Dimana motivasi mendorong seseorang untuk berkreasi,
27
berbuat kebajikan maupun pengorbanan, sedangkan nilai etik mendorong
seseorang untuk menepati janji dan amanat sedangkan harapan mendorong
seseorang untuk bersikap ikhlas dalam menerima cobaan, sikap itulah akan
terasa secara mendalam jika bersumber dari keyakinan terhadap agama
(Jalaluddin, 2010)
Menurut Glock & Stark seperti dikutip oleh Djamaluddin Ancok dan
Fuad Nashori, terdapat lima macam dimensi keagamaan, yaitu:
a) Dimensi keyakinan (ideologi), dimensi ini berisikan harapan-
harapan dimana seseorang yang religius berpegang teguh pada
teologis tertentu. Dimensi ini mencakup hal-hal seperti keyakinan
terhadap rukun iman, percaya terhadap Tuhan, pembalasan hari
akhir.
b) Dimensi peribadatan atau praktek agama (ritualistik), yang
termasuk di dalam dimensi ini mencakup sholat, puasa, zakat,
ibadah haji, I’tikaf, ibadah qurban, serta membaca Al-Qur’an.
Dimana dimensi ibadah ini dapat diketahui dari sejauh mana
tingkat kepatuhan seseorang dalam mengerjakan kegiatan-
kegiatan ibadah sebagaimana yang sudah diperintahkan di dalam
agama.
c) Dimensi pengalaman, aspek ini berkaitan dengan kegiatan
pemeluk agama untuk merealisasikan ajaran agama dalam
kehidupan sehari-hari seperti berbuat baik terhadap lingkungan
sekitar, memperjuangkan kebenaran dan keadilan serta menolong
sesame makhluk.
d) Dimensi ihsan (penghayatan), dimensi ini berkaitan dengan
seberapa jauh seseorang merasa dekat dan dilihat oleh Tuhan
dalam kehidupan sehari-hari. Dimensi ini mencakup pengalaman
dan perasaan dekat dengan Allah.
e) Dimensi Pengetahuan, aspek ini berkaitan dengan pengetahuan
dan pengalaman seseorang terhadap ajaran agamanya.
Diantaranya memahami bahwa sumber ajaran islam sangat
penting agar religiusitas seseorang tidak sekedar atribut dan hanya
28
sampai dataran simbolisme eksoterik. Maka aspek ini meliputi
empat bidang yaitu, akidah, ibadah, akhlak, serta pengetahuan Al-
Qur’an dan hadist.
6. Pedagang Pasar Tradisional
1. Pengertian Pasar
Pasar dalam teori ekonomi mempunyai arti tempat bertemunya antara
penjual dan pembeli dimana di antara kedua belah pihak melakukan transaksi
untuk menentukan titik kesepakan harga atas sebuah barang yang akan dibeli.
Dalam ilmu ekonomi, pasar memiliki arti yang luas bukan hanya sekedar
tempat bertemu antara penjual dan pembeli tetapi merupakan bentuk nyata
dari sebuah kegiatan ekonomi di suatu wilayah. Pasar dapat dibedakan
menjadi beberapa kreteria:
1. Pasar Tradisional
Pasar tradisonal adalah pasar yang bersifat tradisonal dimana
antara penjual dan pembeli dapat melakukan tawar-menawar
untuk menemukan kesepakatan atas sebuah barang. Menurut
Peraturan Presiden Indonesia Nomer 112 tahun 2007 pasar
merupakan usaha yang dibangun oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah, Swasta, BUMN dan BUMD berupa toko, kios,los dan
tenda yang dikelola pedagang dengan proses jual beli melalui
proses tawar-menawar. Syarat-syarat pasar tradisional menurut
Peraturan Presiden Indonesia Nomer 112 tahun 2007:
- Aksesibilitas, yaitu kemungkinan pencapain dari dan kekawasan,
dalam kenyataannya ini berwujud jalan dan transportasi atau
pengaturan lalu lintas
- Kompatibilitas, yaitu keserasian dan keterpaduan antara kawasan
yang menjadi lingkungannya.
- Fleksibilitas, yaitu kemungkinan pertumbuhan fisik atau
pemekaran kawasan pasar dikaitkan dengan kondisi fisik
lingkungan dan keterpaduan prasarana
29
- Ekologis, yaitu keterpaduan antara tatanan kegiatan alam yang
mewadahinya.
Pasar Tradisional muncul dari kebutuhan masyarakat yang
membutuhkan barang untuk dijual dari hasil usahanya serta
konsumen membutuhkan suatu barang untuk melengkapi
kebutuhan sehari-hari. Oleh karena itu letak pasar biasanya tidak
akan jauh dari jalan-jalan di sekitar pemukiman masyrakat.
Banyak hal yang harus disadari dari adanya pasar tradisional
selain menyerap banyak tenaga kerja dari sektor informal pasar
juga merupakan pusat pengembangan ekonomi rakyat, pusat
perputaran uang serta sebagai lapangan pekerjaan.
Mempertahankan pasar tradisional cukup mudah tetapi karena
banyak perubahan dari segi kemajuan teknologi, biaya,
transportasi bahkan urbanisasi dan globalisasi akan mempengaruhi
pengguna pasar tradisional, meskipun hal tersebut akan
mengurangi jumlah pembeli yang datang ke pasar tetapi pasar
tradisional tidak akan kehilangan fungsinya bahkan pembelinya.
Adapun penyebab kurang berkembangnya pasar yaitu minim
dukungan karakteristik dari pedagang, yakni kurangnya
permodalan, tidak ada jalinan kerja sama dari pemasok besar
bahkan buruknya manajemen keuangan dari hasil jual beli barang
(Wiboonponse dan Sriboonchitta, 2006).
2. Pasar Modern
Pasar modern adalah pasar yang bersifat modern dimana
barang yang dijual biasanya sudah mempunyai label harga yang
pas sehingga tidak bisa ditawar, dan biasanya pada pasar modern
pelayanan yang dilakukan bersifat mandiri engan mengambil
sendiri barang yang akan dibeli, biasanya tempat berlangsungnya
pasar modern ini mall, plaza, maupun supermarket, dll. Menurut
Peraturan Presiden Indonesia Nomer 112 tahun 2007 toko modern
adalah toko dengan pelayanan mandiri, menjual barang secara
30
eceran dan biasanya dijual di pusat pembelanjaan modern seperti
Hypermart ataupun grosir.
2. Ciri-ciri Pasar Tradisional
Ciri-ciri pasar tradisional sebagai berikut:
1. Pasar tradisional dibangun atau dikelola oleh pemerintah daerah.
2. Adanya sistem tawar menawar antara penjual dan pembeli, adanya
sistem ini dapat menjalin hubungan sosial antara pedagang dan
pembeli lebih dekat.
3. Tempat usaha biasanya beragam dan menyatu dalam satu lokasi
yang sama.
4. Sebagian besar barang dan jasa yang ditawarkan berbahan lokal.
3. Jenis-Jenis Pasar Tradisional
Menurut jenis kegiatannya, pasar digolongkan menjadi tiga jenis;
1. Pasar Eceran, yaitu pasar yang terdapat permintaan dan penawaran
barang secara eceran.
2. Pasar Grosir, yaitu pasar dimana terdapat permintaan dan
penawaran dalam jumlah besar.
3. Pasar Khusus,
4. Pasar Induk, pasar ini lebih besar dari pasar grosir, merupakan
pusat pengumpulan dan penyimpanan bahan- bahan pangan untuk
disalurkan ke grosir-grosir dan pusat pebelian.
4. Komponen Pasar Tradisional
1. Pedagang
Pedagang pasar, adalah pihak ketiga yang melakukan kegiatan dengan
menjual atau membeli barang atau jasa menggunakan pasar sebagai tempat
kegiatannya.
2. Pembeli
Pembeli atau konsumen pasar adalah semua golongan yang datang engan
tujuan untuk mendapatkan apa yang menjadi kebutuhan sehari-hari.
3. Penunjang Pasar
Penunjuang pasar yaitu:
31
- Pemerintah sebagai pemebri izin berdirinya dan beroperasinya
pasar
- Swasta pedagang penyewa tempat, pelaksana pembangunan pasar
- Pengelola melaksanaan pembangunan, pengelolaan pemasaran
tempat
- Bank memperlancar kegiatan ekonomi.
5. Pasar Induk, Kramat Jati
Pasar Induk, Kramat Jati merupakan tempat yang paling strategis bagi
para pedagang sayur untuk berbelanja dengan harga murah dan terjangkau,
pasar induk ini sering dikenal dengan istilah “nginduk” bagi para pedagang
sayur yang membeli sayurannya disana. Pasar Induk itu sendiri terletak di
Jalan Raya Bogor, Jakarta Timur. Pasar induk itu sendiri berdiri pada akhir
tahun 1973 tepatnya pada 28 Desember 1973, pasar ini juga sering disebut
“Induk Besar” karena salah satu dengan di dirikannya pasar induk ini dengan
tujuan sebagai pusat perdagangan besar sayur-mayur dan buah-buahan untuk
menjamin kelancaran distribusi, pasar induk juga merupakan terminal
pengadaan dan penyaluran sayur serta buah-buahan yang akan berpengaruh
kepaa kegiatan perekonomian baik lokal maupun regional. Luas wilayah
pasar ini sebesat 14.7 hektar meliputi luas bangunan sekitar 83.606 M2
dan
luas parkir yakni 14.737 M2
yang sanggup untuk menampung truk hingga 238
kendaraan dan jumlah kendaraan motor sekitar 600 kendaraan dan mobil
sekitar 637 kendaraan.
Latar belakang adanya Pasar Induk salah satunya sebagai pusat
perdagangan besat sayur-mayur dan buah-buhan untuk menjamin ketersedian
sekaligus sebagai terminal pengadaan dan penyaluran sayur dan buah yang
akan berpengaruh kepada perekonomian baik lokal maupun regional,
kemudian dengan adanya Pasar Induk juga dapat mengurangi kenaraan
dengan tonase besar masuk ke dalm kota tidak terjadi kemacetan arus lalu
lintas, secara organisasi atau administrasi Pasar Induk Kramat Jati merupakan
salah satu pasar dari 153 pasar yang dikelola PD. Pasar Jaya.
32
Tabel 2.1
Daerah Pemasok Sayur di Pasar Induk
Nama Sayuran Daerah Pemasok
- Bayam
- Daun singkong
- Kangkung
- Oyong
- Paria
JABODETABEK
Bawang merah Brebes, Tegal
Bawang Putih Wonosobo
- Bit
- Buncis
- Ceisim
- Daun Bawang
- Daun Seledri
- Kacang merah
- Kacang panjang
- Terong
- Pakcoi
- Paprika
- Kapri
- Kemangi
- Kembang kol
- Selada
- Sawi Putih
- Selada
- Tomat
- Wortel
- Kol
- Labu Siam
- Lobak
Jawa Barat
Sumber: Data diolah, 2018
Tabel 2.2
Harga Tempat Usaha/ M2
(untuk pedagang Eksisting)
Bangunan Harga
Bangunan Grosir Rp. 8.000.000
Bangunan Sub Grosir
a. Kios
b. Counter
c. Los
Rp. 8.445.000
Rp. 7.111.000
Rp.5.778.000
Sumber: Data diolah, 2018
33
Gambar 2.1
Sumber: Data diolah, 2018
6. Pasar Ciracas
Pasar Ciracas adalah salah satu pasar yang terletak di Jakarta Timur,
merupakan pasar dimana Pasar Ciracas berlokasi di Jl. Raya Ciracas,
Kelurahan Ciracas, Kecamatan Ciracas. Dari jenis pasar menurut kegiatannya
pasar ciracas termasuk pasar eceran karena dalam proses jual beli yang
dilakukan selama ini sebagaian besar pembeli membeli barang dagangan dari
penjual dalam bentuk eceran untuk dikonsumsi sendiri atau ijual kembali
dalam skala yang kecil. Pasar Ciracas merupakan salah satu pasar yang
dikelola oleh PD. Pasar Jaya dimana Perusahaan Daerah Pasar Jaya didirikan
berdasarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta No.
1b.3/2/15/66 pada tanggal 24 Desember 1966.
Pasar Ciracas merupakan salah satu pasar pilihan para pembeli yang
ingin membeli sayuran untuk dikonsumi sendiri maupun membeli sayuran
untuk di jual kembali kepada masyarakat, dengan kata lain pedagang
menengah ke bawah banyak yang membeli sayuran di Pasar Ciracas, selain
harga sayuran yang terjangkau dan ekonomis para pedagang kelas menegah
ke bawah ini dapat membeli harga sayuran dengan jumlah yang tidak banyak,
berbeda dengan pasar induk yang minimum pembelian sayur sudah
ditentukan, oleh karena itu para pembeli atau pedagang mereka dapat
34
membeli sayuran di Pasar Ciracas dapat disesuaikan dengan kebutuhan
mereka masing-masing
7. Pedagang Rumahan
Pedagang Rumahan adalah orang yang melakukan perdagangan
dengan memperjualbelikan barang bukan hasil produksi sendiri untuk
mendapatkan keuntugan. Meskipun produktivitasnya rendah, namun sektor
ini telah memberikan mata pencaharian kepada beribu-ribu orang berupa
pekerjaan tetap maupun sampingan (Manning dan Effendi, 1983:15).
Biasanya pedagang rumahan hanya mendapatkan keuntungan sedikit dari
hasil penjualan sayur, tapi usaha berjualan sayur di rumah ini masih menjadi
pilihan utama bagi banyak masyarakat yang ingin berkerja di sektor informal,
walaupun biasanya pedagang sayur rumahan menjual sayuran dengan harga
yang relatif lebih mahal dibandingkan dengan harga di pasar, tetapi pedagang
rumahan tidak sepi pembeli, karena peminat masih sangat banyak, hal
tersebut sama dengan penelitian yang dilakukan oleh (Romidah Astuti,
2018:34) yang menyatakan bahwa rata-rata pendapatan yang dihasilkan oleh
pedagang rumahan lebih rendah dibandingkan dengan pendapatan pedagang
di pasar induk maupun di pasar lainnya yang biasanya mempunyai tempat
untuk berjualan tetapi pedagang rumahan masi dimati karena lokasinya tidak
jauh dari pemukiman warga setempat. Pedagang rumahan yang menjadi
sampel penelitian ini berada di Kecamatan Pasar Rebo, tepatnya di sekitaran
Kelurahan Kalisari, dimana di kelurahan ini amat sangat banyak dijumpai
pedagang rumahan, banyaknya pedagang sayur rumahan di Kelurahan
Kalisari tidak membuat satu tempat mengalami sepi pembeli, tetapi biasanya
pedagang sayur di sekitar Kelurahan Kalisari mempunyai pelanggan tetap,
jadi biasanya pelanggan tetap akan terus berbelanja sayur di tempat
langganannya.
35
B. Penelitian Terdahulu
1. Maylasari, 2016
Penelitian ini bertujuan untuk melihat tingkat kesejahteraan
masyarakat yang diukur dengan menggunakan indikator subyektif dan
indikator obyektif. Salah satu pengukuran kesejahteraan secara subyektif
adalah indeks kebahagiaan. Kebahagiaan dapat dikaji menggunakan
konteks waktu dan tempat. Dimana dalam penelitian ini akan mengkaji
kebahagiaan ari kontekswaktu dan tempat dengan observasi masyarakat
suku Samin di Dusun Bombong Desa Baturejo, Kecamatan Sukolilo,
Kabupaten Pati. Variabel dalam penelitian ini meliputi kebahagiaan
sebagai variabel dependen, variabel pendapatan, dan variabel sosio
demografi. Metode yang digunakan ialah Consensus Measure (CnS) yaitu
metode untuk mengubah skala ordinal ke dalam bentuk matematis
sehingga diperoleh tingkat kebahagiaan. Dimana di dalam hasil penelitian
ini diketahui bahwa tingkat kebahagiaan masyarakat sebesar 0,7892.
2. Intan Indira Natalia, 2016
Penelitian ini melihat tingkat kesejahteraan dan pendidikan anak
petani salak pondoh di Desa Pekandangan, Kecamatan Banjarmangu,
Kabupaten Banjarnegara. Pengambilan dalam penelitian ini menggunakan
sampel teknik angket, dan dokumentasi, analisis data menggunakan tabel
frekuensi dan tabulasi silang (Cross Tabulation). hasil dari penelitian ini
menunjukan bahwa kesejahteraan petani salak pondoh Desa Pekadangan
adalah tingkat pendidikan anak tidak berpengaruh terhadap kesejahteraan
petani salak pondoh dan hasilnya negatif.
3. Nurhayati, 2017
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi pendapatan pedagang sayur di pasar tradisional
Kabupaten Majalengka. Teknik analisis dalam penelitian ini
menggunakan regresi linier berganda. Hasil ini menunjukan bahwa secara
simultan variabel modal berdagang, lokasi berdagang, kondisi tempat
berdagang,lama usaha dan jam kerja mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap pendapatan pedagang.
36
4. Marti Sanrida Simanjuntak (2017)
Penelitian ini dilakukan di Pasar Induk Sidikalang Kecamatan
Sidikalang Kabupaten Dairi. Informan utama dalam penelitian ini adalah
empat orang perempuan pedagang sayuran. Teknik pengumpulan data
dengan studi pustaka, wawancara mendalam, dan observasi. Data yang
didapat di lapangan kemudian di analisis oleh peneliti yang dijelaskan
secara kualitatif. Hingga akhirnya dapat ditarik kesimpulan dari hasil
penelitian tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas
pedagang yang ada di Pasar Induk Sidikalang adalah perempuan yang
telah berkeluarga dan sebagian besar dari perempuan pedagang tersebut
memiliki suami yang tidak memiliki pekerjaan tetap bahkan
pengangguran. Dan berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti
lakukan dapat disimpulkan bahwa perempuan memiliki peran yang
dominan dalam membantu meningkatkan kesejahteraan keluarga.
C. Kerangka Pemikiran
Kerangka penelitian ini merupakan penjelasan sementara terhadap gejala-
gejala yang menjadi obyek permasalahan. Kriteria utama agar suatu kerangka
pemikiran bisa meyakinkan sesama ilmuwan adalah alur-alur pikiran yang
logis dalam membangun suatu kerangka berpikir yang membuahkan
kesimpulan yang berupa hipotesis (Sugiyono, 2004: 47). Berikut kerangka
pemikiran dalam penelitian ini:
1. Kerangka Umum
Kerangka berpikir secara umum menggambarkan isi
penelitian secara keseluruhan. Profesi sebagai pedagang sayur
merupakan profesi yang berada pada sektor informal. Persyaratan
yang untuk menjadi pedagang juga tidak terlalu sulit inilah alasan
banyaknya pedagang sayur. Di Jakarta Timur terdapat 3 pedagang
sayur mulai dari skala besar seperti pedagang di Pasar Induk Kramat
Jati, Pedagang dengan skala menegah seperti pedagang di Pasar
Ciracas sampai pedagang rumahan yang merupakan skala terkecil.
Secara status pekerjaan mereka sama, sebagai pedagang sayur. Akan
37
tetapi secara penghasilan, kondisi lingkungan kerja dan asal-usul
terdapat perbedaan.
Pedagang di Pasar Induk biasanya memiliki penghasilan yang
lebih tinggi dibandingkan pedagang di Pasar Ciracas dan pedagang
rumahan. Hal ini dikarenakan lokasi tempat berjualan merupakan
sentra terbesar dari pedagang sayur, dimana rata-rata para penjual
sayur akan membeli barang dagangannya di pasar induk. Lain halnya
dengan pedagang di Pasar Ciracas dan pedagang rumahan,
pendapatan yang dihasilkan tidak terlalu besar seperti pasar induk
tetapi untuk Pasar Ciracas itu sendiri sudah memiliki lokasi dan
tempat yang strategis dimana rata-rata masyarakat yang berada di
sekitar Kecamatan Ciracas akan membeli sayuran di sana yang lebih
dekat dibandingkan harus ke Pasar Induk, karena masyarakat pun tahu
bahwa biasanya pedagang di Pasar Ciracas akan membeli barang
dagangannya di Pasar Induk. Untuk pedagang rumahan sendiri
meskipun tidak memiliki tempat seperti pedagang di Pasar Ciracas
dan Pasar Induk Kramat Jati tetapi tetap menjadi pilihan ibu-ibu
rumah tangga yang malas pergi ke pasar untuk berbelanja sayuran.
38
Gambar 2.2
Kerangka Umum
Kesejahteraan Dalam Perspektif Ekonomi Dan Sosio Demografi Di Kalangan Pedagang Sayur: Pasar Induk
Kramat Jati, Pasar Ciracas Dan Pedagang Rumahan
Latar belakang:
Melihat tingkat kesejahteraan kesejahteraan pedagang sayur di Pasar Induk, Pasar Ciracas dan Pedagang
Rumahan. Menarik untuk menjelaskannya dari sisi tingkat ekonomi keluarga, kualitas kesehatan, tingkat
religiusitas dan tingkat pendidikan
Variabel Penelitian:
1. Tingkat Ekonomi Keluarga (X1)
2. Kualitas Kesehatan (X2)
3. Tingkat Religiusitas (X3)
4. Tingkat Pendidikan (X4)
5. Tingkat Kesejahteraan Keluarga Pedagang Sayur (Y)
Pertanyaan penelitian:
1. Bagaimana hubungan antara tingkat keuangan keluarga dengan tingkat kesejahteraan keluarga pedagang
sayur di Kota Jakarta Timur?
2. Bagaimana hubungan antara kualitas kesehatan dengan tingkat kesejahteraan keluarga
pedagang sayur di Kota Jakarta Timur?
3. Bagaimana hubungan antara tingkat religiusitas dengan tingkat kesejahteraan keluarga pedagang sayur
di Kota Jakarta Timur?
4. Bagaimana hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat kesejahteraan keluarga pedagang sayur
di Kota Jakarta Timur?
Tujuan Penelitian:
1. Mengetahui bagaimana hubungan antara tingkat keuangan keluarga dengan tingkat kesejahteraan
keluarga pedagang sayur di Kota Jakarta Timur.
2. Mengetahui bagaimana hubungan antara kualitas kesehatan dengan tingkat kesejahteraan keluarga
pedagang sayur di Kota Jakarta Timur.
3. Mengetahui bagaimana hubungan antara tingkat religiusitas dengan tingkat kesejahteraan keluarga
pedagang sayur di Kota Jakarta Timur.
4. Mengetahui bagaimana hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat kesejahteraan keluarga
pedagang sayur di Kota Jakarta Timur.
39
2. Kerangka Hubungan Antar Variabel
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah dugaan sementara atau jawaban sementara dan masih
harus dibuktikan kebenarannya (Sugiyono, 2009: 64). Hipotesis dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. H1: ada hubungan antara tingkat keuangan keluarga dengan tingkat
kesejahteraan keluarga pedagang sayur
H0: tidak ada hubungan antara tingkat keuangan keluarga dengan
tingkat kesejahteraan keluarga pedagang sayur
b. H1: ada hubungan antara kualitas kesehatan dengan tingkat
kesejahteraan keluarga pedagang sayur
H0: tidak ada hubungan antara kualitas kesehatan dengan tingkat
kesejahteraan keluarga pedagang sayur
c. H1: ada hubungan antara tingkat religiusitas dengan tingkat
kesejahteraan keluarga pedagang sayur
H0: tidak ada hubungan antara tingkat religiusitas dengan tingkat
kesejahteraan keluarga pedagang sayur
Tingkat Kesejahteraan
Keluarga (Y)
Tingkat Keuangan
Keluarga (X1)
Kualitas Kesehatan
(X2)
Tingkat Religiusitas
(X4)
Kualitas Pendidikan
(X3)
40
d. H1: ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat
kesejahteraan keluarga pedagang sayur
H0: tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat
kesejahteraan keluarga pedagang sayur
41
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup adalah batasan yang akan diambil oleh peneliti dalam
melakukan penelitian, agar hasil penelitian menjadi efektif dan efisien. Adanya ruang
lingkup ini sangat memudahkan peneliti, karena tanpa adanya ruang lingkup,
penelitian ini akan memakan waktu yang lama dikarenakan penelitian ini tidak
memiliki batasan untuk apa saja yang hendak diteliti.
Dalam penelitian ini ruang lingkup penelitiannya adalah tingkat kesejahteraan
pedagang sayur yang berdomisili di Jakarta Timur. Cakupan penelitian yang
mendukung kesejahteraan pedagang sayur di Jakarta Timur adalah tingkat keuangan
keluarga, kualitas kesehatan, kualitas pendidikan, dan tingkat religiusitas Dalam
penelitian ini digunakan lima variabel dimana terdapat satu variabel terikat
(dependent variable) dan empat variabel bebas (independent variable), yang terdiri
atas:
Variabel terikat: Tingkat Kesejahteraan Keluarga Pedagang Sayur
Variabel bebas: Tingkat Keuangan Keluarga, Kualitas Kesehatan, Kualitas
Pendidikan dan Tingkat Religuisitas.
Objek penelitian ini adalah pedagang sayur yang berada di Jakarta Timur,
pedagang sayur yang berjualan di Pasar induk kramat jati, pedagang sayur yang
berjualan di pasar ciracas, dan pedagang sayur rumahan yang berjualan di sekitar
Kelurahan Kalisari, Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur.
B. Metode Penentuan Sampel
Dalam penentuan objek penelitian, peneliti menemui pedagang sayur yang
berada di kawasan Jakarta Timur. Keputusan peneliti menjadikan objek yang
ditemui sesuai dengan syarat sampel terlihat dari lokasi tempat berjualan yaitu
berada di pasar, jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini sebanyak 60
sampel. 20 sampel di pasar induk, 20 sampel di pasar ciracas dan 20 sampel
pedagang rumahan yang berjualan di sekitar Kelurahan Kalisari, Jakarta Timur.
42
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiono, 2008: 118). Sedangkan sampling adalah proses
memilih sejumlah elemen dari opulasi yang akan dipelajari. Metode yang
digunakan dalam penarikan sampel penelitian ini adalah simple random sampling.
Simple random sampling merupakan metode penarikan sampel probabilitas yang
dilakukan dengan cara acak sederhana.populasi mudah dikenali namun sukar
dikendalikan dan memiliki kemungkinan yang sama untuk terpilih sebagai
responden.
C. Metode Pengumpulan Data
1. Preliminary Study
Preliminary study atau studi pendahuluan adalah studi yang dilakukan
untuk mendapatkan informasi dan gambaran awal yang diperlukan peneliti agar
mendalami masalah yang terjadi. Tujuan adanya preliminary study dalam
penelitian ini adalah untuk mendalami dan mendapatkan informasi yang berkaitan
dengan kesejahteraan keluarga pedagang sayur di Jakarta Timur. Preliminary study
dilakukan juga untuk mendapatkan gambaran mengenai objek yang akan diteliti.
Preliminary study dalam penelitian ini dilakukan melalui tinjauan literatur dan
observasi lapangan.
Tinjauan literatur dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai sumber yaitu
melalui jurnal digital, berita terkini serta buku bacaan yang berkaitan dengan
tingkat keuangan keluarga, kualitas kesehatan, tingkat religiusitas dan tingkat
kesejahteraan keluarga pedagang sayur. Observasi lapangan pada penelitian ini
dilakukan di beberapa titik yang dianggap tempat ramai berkumpulnya pedagang
sayur di Jakarta Timur. Beberapa titik tersebut adalah Pasar Induk, Pasar Ciracas,
dan pedagang sayur di sekitar Kalisari, Jakarta Timur.
2. Studi Lapangan
Studi lapangan digunakan sebagai sarana mengetahui masalah-masalah
yang ada di lapangan dan juga mengumpulkan data lebih mendalam. Beberapa cara
pengumpulan data lapangan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi,
wawancara dan kuesioner. Berikut penjelasan masing-masing instrumen yang lebih
mendalam.
43
a. Observasi
Observasi menurut Cartwright yang dikutip dalam Herdiansyah (2010: 131)
proses melihat mencermati dan merekam secara sistematis suatu tujuan tertentu.
Sedangkan menurut Riduwan (2004: 104) observasi adalah pengumpulan data
dimana peenliti melakukan pengamatan secara langsung pada objek penelitian.
Lokasi Observasi lapangan pada penelitian ini dilakukan di beberapa titik yang
dianggap tempat ramai berkumpulnya pedagang sayur di Jakarta Timur. Beberapa
titik tersebut adalah Pasar Induk, Pasar Ciracas, dan pedagang sayur di sekitar
Kalisari, Jakarta Timur.
b. Wawancara
Wawancara menurut Moleong (2009: 186) adalah percakapan yang dilakukan
oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan
terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Sedangkan pengertian
Sedangkan menurut Herdiansyah (2010: 118) adalah percakapan antara dua belah
pihak untuk mendapatkan informasi dan tujuan tertentu dari informasi tersebut.
Dimana wawancara dalam penelitian ini dilakukan kepada informan yang ditemui di
lokasi penelitian yang telah dipilih sebelumnya.
c. Kuesioner
Menurut Sugiyono (2010:199) kuesioner adalah teknik pengumpulan data
dengan memberikan pertanyaan atau pernyataan secara tertulis kepada responden
untuk dijawab. Menurut Mardalis (2008: 66) kuesioner adalah teknik pengumpulan
data yang berisi pertanyaan yang diajukan secara tertilis kepada seseorang maupun
sekelompok orang untuk mendapatkan informasi untuk menjadi sebuah jawaban
yang diperlukan oleh peneliti. Penelitian ini menggunakan kuesioner yang telah
dibuat secara mendetail dengan daftar pertanyaan yang dibuat secara terstruktur.
Metode ini digunakan guna memperoleh informasi yang lebih mendalam dari
responden.
44
3. Sumber Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini berasal dari sumber yang berbeda.
Berdasarkan sumbernya data dibedakan menjadi dua, yaitu data primer dan data
sekunder.
a. Data Primer
Data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau
perorangan seperti hasil wawancara/kuesioner yang dilakukan peneliti (Husein,
2008: 41). Dalam penelitian ini penulis menggunakan data primer yaitu diperoleh
dari wawancara, kuesioner, observasi, dan dokumentasi.
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan
disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain (Husein,
2008: 41). Sedangkan menurut Sugiyono (2008:137) data sekunder adalah sumber
data yang diperoleh dengan cara membaca, mempelajari dan memahami yang
bersumber dari literatur, buku-buku, serta dokumen. Dalam penelitian ini data
sekunder diperoleh melalui literatur, artikel, jurnal serta situs di internet yang
berkaitan dengan penelitian ini.
D. Metode Analisis Data
Data yang terkumpul dari hasil penyebaran kuesioner maka masuk ke
dalam proses persiapan. proses persiapan ini terdiri dari empat tahap, yaitu pertama
tahap pengeditan (pengecekan dan penyesuaian data penelitian agar memudahkan
coding), tahap kedua yaitu tahap coding (proses identifikasi dan klasifikasi data
penelitian ke dalam skor numerik atau karakter simbol), tahap ketiga yaitu tahap
data processing (proses pengukuran menggunakan alat bantu statistik), tahap
terakhir yaitu tahap tabulating (mengelompokkan, membuat suatu urutan, serta
mempersingkat data sehingga mudah untuk dimengerti).
Pengolahan dan analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan bantuan
software Statistical Product and Service Solutions (SPSS) versi 16. Terdapat empat
tahap analisis data dalam penelitian ini yaitu distribusi jawaban, uji kualitas data,
tabulasi silang, uji korelasi, serta uji beda. Berikut ini tahapan analisis data:
45
1. Uji Kualitas Data
Uji kualitas data ini bertujuan untuk mengetahui instrumen yang digunakan
apakah sudah secara sah atau layak karena kebenaran suatu data akan menantukan
kualitas penelitian. Berikut ini adalah bagian dari uji kualitas data.
a. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengetahui valid atau tidaknya suatu
kuesioner. Kuesioner dikatakan valid (sah) jika pertanyaan pada kuesioner mampu
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuersioner tersebut (Ghozali, 2011:
52). Uji validitas dilakukan dengan membandingkan r hitung (correlated item-
Total correlation) dengan r tabel. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 60
responden dengan tingkat signifikasi 0,05 maka r tabel untuk df=60-2= 58 adalah
0,2542. Jika nilai r hitung < nilai r tabel maka data tersebut bisa dikatakan sah atau
valid.
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur kuesioner yang merupakan
indikator dari variabel. Kuesioner dikatakan reliable atau layak jika jawaban
seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu
(Ghozali, 2011:47).
Uji reliabilitas dilakukan dengan membandingkan nilai cronbach alfa
dengan nilai r tabel. Suatu data dapat dikatakan reliable atau layak jika nilai
cronbach alfa > nilai r tabel. Nilai r tabel dalam uji reliabilitas ini sama dengan
nilai r tabel pada uji validitas yaitu 0,2542.
2. Crosstabulation atau Tabulasi Silang
Penelitian tabulasi silang menyajikan data dalam bentuk tabulasi yang
meliputi baris dan kolom (Santoso dan Tjiptono 2001:137). Analisis tabulasi silang
merupakan metode paling sederhana yang dapat menjelaskan hubungan atau
korelasi antar variabel. Kegunaan analisis tabulasi silang:
a. Menganalisis hubungan-hubungan antar variabel yang terjadi
b. Melihat bagaimana beberapa variabel berhubungan
c. Untuk mengadakan kontrol terhadap variabel tertentu sehingga dapat dianalisis
ada atau tidaknya hubungan.
46
3. Uji Korelasi Spearman Rank
Dikarenakan penelitian ini ingin melihat hubungan antar variabel, maka
penelitian ini menggunakan uji korelasi. Uji korelasi yang digunakan dan sesuai
dengan data adalah uji Korelasi Spearman. Korelasi Spearman digunakan untuk
menguji korelasi asosiatif bila masing-masing variabel yang dihubungkan
berbentuk ordinal, dan sumber data antar variabel tidak harus sama (Sugiyono,
2002:282).
Uji korelasi Spearman Rank digunakan untuk menguji hubungan antar
variabel dan juga untuk melihat kuat atay lemahnya hubungan antar variabel.Untuk
mengukur korelasi antara tingkat keuangan keluarga, kualitas kesehatan, kualitas
pendidikan tingkat religiusitas dengan tingkat kesejahteraan keluarga pedagang
sayur di Jakarta Timur dapat digunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
Rs = koefisien Korelasi Spearman
d = perbedaan ranking antara pasangan data
n = banyak pasangan data
Untuk melihat seberapa jauh koefisien korelasi antar variabel, maka peneliti
menggunakan kriteria korelasi untuk melihat besarnya korelasi antar variabel
dalam penelitian ini.
Tabel 3.1
Tingkat Hubungan Variabel
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,19 Sangat Rendah
0,20 – 0,39 Rendah
47
0,40 – 0,59 Sedang
0,60 – 0,79 Kuat
0,80 – 1,00 Sangat Kuat
Sumber: Sugiyono (2002: 183)
E. Operasional Variabel
Definisi operasional adalah suatu definisi mengenai variabel yang
dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel yang dapat dipahami
(Azwar, 2003: 74). Objek dalam penelitian ini adalah pedagang sayur serta
keluarga pedagang sayur yang berjualan di Jakarta Timur. Dalam penelitian ini
terdapat empat variabel bebas (independent variable), yaitu: tingkat keuangan
keluarga, kualitas kesehatan, tingkat pendidikan, tingkat religiusitas, dan satu
variabel terikat (dependent variable) tingkat kesejahteraan keluarga.
Tabel 3.2
Operasional variabel
Variabel Indikator Parameter Skala Ukur Skor
skala
Tingkat
Keuangan
Keluarga (X1)
Pendapatan
Keluarga
Sumbangan
pemasukan dari
anggota keluarga
Ordinal CS - S -
TS
Berjualan sayur
dapat menaikan
pendapatan
keluarga
Pengeluaran
Keluarga
Pengeluaran per
bulan untuk listirk,
air, dll
Pengeluaran total
per bulan
Pengelolaan Menyisihkan
48
Keuangan pendapatan untuk
kebutuhan
mendadak
Tabungan
keluarga
Kualitas
Kesehatan (X2)
Pola Hidup
Sehat
Sebelum dan
sesudah makan
membiasakan
mencuci tangan
Ordinal S - J - TP
Mengatur pola
istirahat yang
cukup dan teratur
Menjaga
kebersihan diri
dan lingkungan
Menjaga
kebersihan kuku,
rambut dan alas
kaki
Kecukupan
Gizi
Makan 4 sehat 5
sempurna
Minum 8 gelas per
hari
Makan berat
minimal 2 kali
sehari
Keragaman
konsumsi
pangan
Komposisi
lengkap
49
Kualitas
Pendidikan (X3)
Pengukuran
Pendidikan
Memilih kualitas
sekolah sebelum
memasukan ke
sekolah tersebut
Ordinal CS – S -
TS
Mendapatkan
pendidikan belajar
seperti les/privat
Peran
pendukung
Orangtua berperan
penting dalam hal
mendidik anak
Mencukupi
kebutuhan sekolah
(buku, sepatu,
seragam, dll)
Kualitas
Religiusitas (X4)
Pengamalan
Rukun Islam
dalam
kehidupan
Shalat, zakat,
puasa, membaca
Al-Quran
Ordinal S – J -
TP
Pengamalan
ajaran agama
dalam
kehidupan
sehari-hari
Berdoa sebelum
berangkat
melakukan
aktivitas
Berbuat baik
terhadap sesame
Tingkat
Kesejahteraan
Keluarga (Y)
- Keluarga
Pra
sejahtera
- Keluarga
KS-I
- Keluarga
KS- II
- Keluarga
Sandang, Pangan,
Papan tercukupi
CS – S -
TS
50
KS- III
- Keluarga
KS- III Plus
Keterangan:
- TS = Tidak Setuju (Skor 1)
- CS = Cukup Setuju (Skor 2)
- S = Setuju (skor 3)
- TP = Tidak Pernah (Skor 1 )
- J = Jarang (Skor 2)
- S = Selalu (Skor 3)
51
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Kota Jakarta Timur
Gambar 4.1
Peta Kota Adminstrasi Jakarta Timur
Sumber: https://petatematikindo.wordpress.com/2013/06/09/aministrasi-kota-
jakarta-timur
B. Kondisi Geografis dan Wilayah Administrasi
Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Timur salah satu wilayah di
bawah Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta. Memiliki luas wilayah mencapai
188.03 Km2
atau sektar 28,37 persen dari luas total wilayah Provinsi DKI Jakarta,
52
dimana kota Administrasi Jakarta Timur pada ummumnya terdiri dari daratan
rendah. Kota Jakarta Timur di sebelah utara berbatasan dengan Jakarta Utara dan
Jakarta Pusat, sebelah timur berbatasan dengan Kota Bekasi, sebalah selatan
dengan Kabupaten Bogor, dan sebelah barat berbatasan dengan Kota Jakarta
Selatan.
Pemerintah Jakarta Timur dibagi dalam 10 Kecamatan, yaitu Kecamatan
Pasar Rebo, Ciracas, Cipayung, Makasar, Kramatjati, Jatinegara, Duren
Sawit,Cakung, Pulogadung, dan Matraman. Adapun dari 10 Kecamatan tersebut
teragi menjadi 65 kelurahan.
Tabel 4.1
Luas Wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Jakarta Timur 2018
C. Kepadatan Penduduk
Kota Administratif Jakarta Timur secara demografis merupakan kota paling
luas diantara kota DKI Jakarta yang lain. Wilayah ini juga memiliki jumlah
penduduk paling banyak. Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2015 yang
dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Kota Jakarta Timur, jumlah penduduk Kota
Jakarta Timur tercatat sebesar 2.843.809 jiwa yang terdiri dari 1.436.091 laki-laki
dan 1.407.718 perempuan. Data tahun 2015 inipun mengalami kenaikan di tahun
2016 dimana jumah penduduk naik mencapai 20.000 jiwa dimana pada tahun ini
jumalah penduduk mencapai 2.868.910 jiwa yang terdiri dari 1.447.265 laki-laki
Kecamatan
Luas Daerah dan Pembagian Daerah Menurut
Kecamatan, 2015
Luas Wilayah
Persentase
2015 2015
Pasar Rebo 12.98 6.90
Ciracas 16.08 8.55
Cipayung 28.45 15.13
Makasar 21.85 11.62
Kramat Jati 13 6.91
Jatinegara 10.25 5.45
Duren Sawit 22.65 12.05
Cakung 42.28 22.49
Pulo Gadung 15.61 8.30
Matraman 4.88 2.60
Kota Jakarta Timur 188.03 100
53
dan 1.421.645 perempuan. Kepadatan penduduk paling tinggi terdapat di
Kecamatan Cakung dengan jumlah 526.644 jiwa pada tahun 2015 dan 529.897
jiwa pada tahun 2016, sedangkan kepadatan penduduk paling kecil terdapat di
kecamatan matraman dengan jumlah penduduk sebesar 150.515 jiwa di tahun 2015
dan 150.864 jiwa di tahun 2016.
Tabel 4.2
Jumlah Penduduk Kota Administrasi Jakarta Timur
Kecamatan
2015 2016
Jumlah Penduduk menurut Jenis
Kelamin (Jiwa)
Jumlah Penduduk menurut Jenis
Kelamin (Jiwa)
Laki-laki Perempuan Jumlah Laki-laki Perempuan Jumlah
Pasar Rebo 104.931 103.177 208.108 106.501 104.991 211.492
Ciracas 136.475 134.086 270.561 137.888 135.829 273.717
Cipayung 135.415 132.976 268.391 139.226 137.076 276.302
Makasar 99.017 98.637 197.654 99.837 99.715 199.552
Kramat Jati 144.735 144.068 288.803 145.834 145.54 291.374
Jatinegara 140.54 131.656 272.196 141.003 132.155 273.158
Duren
Sawit 196.764 199.326 396.09 197.121 200.21 397.331
Cakung 271.206 255.438 526.644 272.534 257.363 529.897
Pulo
Gadung 131.601 133.246 264.847 131.757 133.466 265.223
Matraman 75.407 75.108 150.515 75.564 75.3 150.864
Kota
Jakarta
Timur
1.436.091 1.407.718 2.843.809 1.447.265 1.421.645 2.868.910
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Jakarta Timur 2018
Pada tabel 4.3 perekonomian Kota Administrasi Jakarta Timur tahun 2016
mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun 2015. Laju pertumbuhan PDRB Kota
Jakarta Timur di tahun 2016 mencapai 5,97 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya
yakni hanya 5,41 persen. Kenaikan dari sisi lapangan usaha memberikan asumsi bahwa
semakin membaiknya konsumsi di Ibukota, dimana hal tersebut mendorong peningkatan
pertumbuhan sektor perdagangan, informasi dan telekomunikasi, transportasi dan
pergudangan serta jasa perusahaan. Pertumbuhan ekonomi tertinggi dicapai oleh lapangan
usaha transportasi dan pergudangan yaitu sebesar 22,9 persen pada tahun 2016. Hal ini
disebabkan pertumbuhan sektor transportasi tidak bisa lepas dari realisasi pembangunan
proyek insfrastruktur, dimana proyek insfrastruktur turut menggerek sektor transportasi
karena bahan bangunan dan peralatan perlu di mobilisasi ke lokasi proye
54
Tabel 4.3
Laju Pertumbuhan PDRB Kota Administrasi Jakarta Timur
Lapangan Usaha 2015 2016
Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan -0.44 0.36
Pertambangan dan Penggalian - -
Industri Pengolahan 4.33 5.08
Pengadaan Listrik dan Gas 0.13 -0.6
Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur Ulang 3.03 1.77
Konstruksi 3.98 1.4
Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 3.16 4.62
Transportasi dan Pergudangan 15.81 22.9
Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum 5.45 5.94
Informasi dan Komunikasi 9.86 10.63
K. Jasa Keuangan dan Asuransi 11.41 6.41
L. Real Estate 4.67 4.09
M, N. Jasa Perusahaan 7.92 7.91
O. Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib
1.09 3.15
P. Jasa Pendidikan 6.83 6.97
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial 7.86 7.18
R, S, T, U. Jasa lainnya 8.26 8.04
Produk Domestik Regional Bruto 5.41 5.97
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Jakarta Timur, 2018
Kemajuan pembangunan yang selama ini lebih banyak dilihat dari indikator
ekonomi, seperti PDRB dan penurunan kemiskinan dinilai belum cukup untuk
menggambarkan tingkat kesejahteraan yang sesungguhnya. Indikator ekonomi
tersebut pada umumnya diukur secara obyektif dengan pendekatan berbasis uang
(monetary-based indicators). Tingkat kesejahteraan masyarakat dapat diukur dengan
dua cara, yaitu 1) menggunakan indicator obyektif dan 2) menggunakan indikator
subyektif. Salah satu indikator kesejahteraan yang mengukur capaian berdasarkan
standar yang tidak sama untuk masing-masing individu adalah indeks kebahagiaan,
55
oleh karena itu Badan Pusat Statistik merilis Indeks Kebahagiaan terkait dengan
pengukuran kesejahteraan subyektif. Di negara maju, indikator kebahagiaan
dianggap penting bagi perumusan kebijakan publik dalam rangka pencapaian
pembangunan untuk melengkapi indikator ekonomi dalam mempresentasikan
kesejahteraan masyarakat.
1. Pasar Induk, Kramat Jati
Gambar 4.2
Peta Pasar Induk, Kramat Jati
Sumber: www.streetdirectory.com
Pasar Induk, Kramat Jati merupakan area yang sangat strategis tak heran
banyak pedagang eceran maupun pedagang rumahan berbelanja di sini, selain karena
harganya yang murah dan terjangkau pasar ini juga sering disebut dengan istilah
“nginduk” atau sering pula disebut dengan “induk besar” dikarenakan didirikannya
pasar ini dengan tujuan sebagai pusat perdagangan besar sayur mayur dan buah-
buahan. Untuk menjamin kelancaran distribusi, pasar induk juga merupakan terminal
pengadaan dan penyaluran sayur serta buah-buahan yang akan berpengaruh kepada
kegiatan perekonomian baik lokal maupun regional. Berdasarkan wawancara yang
dilakukan peneliti sebanyak 16 responden rata-rata pedagang di pasar induk berasal
dari Jawa Tengah, yakni pedagang banyak berasal dari Klaten. Pedagang di pasar
induk ini juga memiliki jam operasional hampir 24 jam dikarenakan penurunan
komoditi sayuran biasanya pada malam sampai dini hari, jadi kemungkinan pasar
akan buka selama 24 jam.
56
2. Pasar Ciracas
Pasar Ciracas merupakan salah satu pilihan para pemebeli yang ingin
membeli sayuran baik untuk dikonsumsi sendiri ataupun di jual kembali kepada
masyarakat. Pasar Ciracas yang berada di Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur ini
menjual sayuran dengan harga murah dan dapat dibeli dengan cara eceran, hal inilah
yang menjadi perbedaan antara pasar induk dan pasar ciracas, yaitu pembeli tidak
perlu membeli sayuran dengan jumlah yang banyak tapi hanya membeli sayuran
untuk kebutuhan sehari-hari.
Gambar 4.3
Peta Pasar Ciracas, Jakarta Timur
Sumber: www.streetdirectory.com
Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti dari 20 responden yang
berada di Pasar Ciracas sebanyak 11 responden berasal dari Jawa Tengah dengan
rata-rata pedagang berasal dari Pati, kemudian sisanya 9 responden berasal dari Jawa
Timur dengan rata-rata pedagang berasal dari Kediri. Pasar ciracas biasanya
memiliki jumlah kerja 8-11 jam dalam sehari memiliki jam buka di pagi hari dan
tutup pada sore hari, biasanya jam buka dan tutup pedagang di pasar ciracas berbeda-
beda sesuai dengan kemuan si penjual, tapi biasanya penjual mulai beroperasi dari
pukul 5 pagi hingga paling sore jam 5 sore. Pengambilan komoditi pedagang di pasar
rata-rata berbelanja atau langganan di Pasar Induk Kramat Jati
57
3. Pedagang Rumahan
Gambar 4.4
Kelurahan Kalisari, Jakarta Timur
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Pedagang Rumahan adalah orang yang melakukan perdagangan dengan
memperjualbelikan barang bukan hasil produksi sendiri untuk mendapatkan
keuntugan. Walaupun biasanya pedagang rumahan hanya mendapatkan keuntungan
sedikit dari hasil penjualan sayur, tapi usaha berjualan sayur di rumah ini masih
menjadi pilihan utama bagi banyak masyarakat yang ingin berkerja di sektor
informal, walaupun biasanya pedagang sayur rumahan menjual sayuran dengan
harga yang relatif lebih mahal dibandingkan dengan harga di pasar, tetapi pedagang
rumahan tidak sepi pembeli, karena peminat masih sangat banyak, hal ini
dikarenakan letak tempat berjualan yang relatif lebih dekat dari rumah dibandingkan
pasar. Pedagang Pedagang rumahan yang menjadi sampel penelitian ini berada di
Kecamatan Pasar Rebo, tepatnya di sekitaran Kelurahan Kalisari, dimana di
kelurahan ini amat sangat banyak dijumpai pedagang rumahan, banyaknya
pedagang sayur rumahan di Kelurahan Kalisari tidak membuat satu tempat
mengalami sepi pembeli, tetapi biasanya pedagang sayur di sekitar Kelurahan
Kalisari mempunyai pelanggan tetap, jadi biasanya pelanggan tetap akan terus
berbelanja sayur di tempat langganannya.
Pedagang rumahan memiliki jumlah responden menurut asal tempat tinggal
paling banyak berasal dari Jawa Tengah yakni sebanyak 10 responden menyatakan
berasal dari Bresbes, kemudian sisanya mengaku berasal dari Jawa Barat dan Jawa
timur. Pedagang rumahan biasnya memiliki jam buka yang beragam dan ditentukan
58
sendiri oleh pedagang, rata-rata pedagang rumahan tidak membuka dagangannya
terlalu pagi dan tidak tutup terlalu malam biasanya rata-rata pedagang sayur
memiliki jumlah jam kerja 8-11 jam dalam sehari. Biasanya pedagang rumahan
berbelanja komoditi sayurannya di Pasar Induk dan juga Pasar Ciracas dengan
berlangganan ataupun berbelanja langsung.
B. Deskripsi Responden
Responden dalam penelitian ini adalah pedagang sayur yang berada di sekitar
Jakarta Timur, yaitu Pasar Induk, Kramat Jati, Pasar Ciracas dan Pedagang Rumahan
di sekitar Kelurahan Kalisari, Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur. Jumlah
responden dalam penelitian ini adalah 60 orang dengan 20 orang per lokasi. Dengan
rincian 20 pedagang sayur di Pasar Induk, Kramat Jati, 20 pedagang sayur di Pasar
Ciracas dan 20 pedagang sayur rumahan di sekitar Kelurahan Kalisari, Kecamatan
Pasar Rebo. Berikut merupakan deskripsi mengenai data dan identitas responden.
1. Deskripsi Responden Berdasarkan Usia
Usia merupakan jawaban dari responden yang paling terbuka karena diisi
sesuai dengan data diri responden, kategori umur dibuat diagram supaya
mempermudah deskripsi. Hasilnya dapat dilihat pada diagram berikut :
Tabel 4.4
Responden Berdasarkan Usia
Usia Frekuensi Presentase
25-30 tahun 5 9 %
31-36 tahun 11 19 %
37-42 tahun 16 27 %
43-48 tahun 10 17 %
49-54 tahun 9 15 %
55-60 tahun 9 15 %
Jumlah 60 100 %
Sumber: Data Primer Diolah, 2018
Responden berdasarkan usia yag berprofesi sebagai pedagang sayur bekisar
antara 25-60 tahun. Usia yang paling mendominasi adalah usia 37-42 tahun sebanyak
27% atau 16 orang dari 60 responden. Posisi kedua adalah usia responden 31-36
tahun sebanyak 19% atau 11 orang dari 60 responden, kemudian di posisi ketiga ada
usia responden 43-48 tahun sebanyak 17% atau 10 orang dari 60 responden, di posisi
keempat usia 49-54 tahun dan 55-60 tahun berada di sekitar 15% dengan total 9
59
orang dari 60 responden, lalu di posisi terakhir ada usia 25-30 tahun dengan
preentase hanya sebesar 9% dengan total 5 orang dari total 60 responden. Dari
deskripsi diagram tersebut dapat dikatakan bahwa mayoritas pedagang sayur berusia
37-42 tahun dimana pada usia tersebut masi disebut usia produktif walaupun dari
segi usia sudah tidak muda lagi.
2. Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil penelitian yang melibatkan 60 responden dapat diketahui
bahwa 52% atau 31 orang dari 60 responden berasal dari gender laki-laki dan sisanya
sebanyak 48% atau 29 orang ari 60 responden berasal dari gender perempuan hal
tersebut disimpulkan bahwa laki-laki yang berprofesi sebagai pedagang sayur lebih
banyak dibandingan dengan perempuan yang berprofesi sebagai pedagang sayur.
Tabel 4.5
Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Presentase
Laki-laki 31 52 %
Perempuan 29 48 %
Jumlah 60 100 %
Sumber: Data Primer Diolah, 2018
3. Deskripsi Responden Berdasarkan Asal Daerah
Berdasarkan asal tempat tinggal mayoritas pedagang sayur berasal dari daerah Jawa
Tengah yaitu sebesar 51% atau 31 orang dari 60 responden, pedagang yang
mayoritas berasal dari Jawa Tengah biasanya berasal dari daerah Klaten, Banyumas,
Purwokerto, Brebes, Cilacap dan Pati, kemudian mayoritas terbesar kedua pedagang
sayur selain Jawa Tengah yaitu Jawa Timur, yaitu sebesar 34% atau 20 orang dari 60
responden, pedagang yang berasal Jawa Timur ini biasanya dari daerah Lamongan,
Kediri, Bantul, Malang dan Ngawi. Kemudian di urutan ketiga berasal dari DKI
Jakarta sekitar 8% atau 5 orang dari 60 Responden berasal paling banyak di daerah
Jakarta Timur, Kemudia yang terakhir dari daerah Jawa Barat dan Sumatra Barat
dengan nilai presentase sebesar 3% atau 2 orang dari 60 responden. Hal tersebut
dapat dikatakan bahwa para pedagang sayur yang berjualan atau mencari pekerjaan
di DKI Jakarta paling banyak berasal dari luar Jakarta.
60
Tabel 4.6
Responden Berdasarkan Asal Daerah
Asal Daerah Frekuensi Presentase
Jawa Tengah 31 52 %
Jawa Timur 20 34 %
Jawa Barat 2 3 %
DKI Jakarta 5 8 %
Sumatera Barat 2 3 %
Jumlah 60 100 %
Sumber: Data Primer Diolah, 2018
4. Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Hasil dari angket penelitian, sebanyak 7 orang responden tidak sekolah dan
13 orang responden hanya tamat SD. Mereka menyebutkan bahwa mereka tidak
menyelesaikan sekolah dikarenakan kekurangan biaya dan memutuskan untuk
berdagang atau berjualan untuk menambah penghasilan, hal inilah salah satu
keahlian yang mereka punya hingga akhirnya memutuskan untuk bekerja di Jakarta
sebagai pedagang sayur, karena mereka menganggap berjualan atau berdagang sayur
tidak membutuhkan keahlian tertentu seperti pekerjaan lain pada umumnya.
Tabel 4.7
Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Pendidikan Terakhir Frekuensi Presentase
Tidak Sekolah 12 20 %
SD 13 22 %
SMP 10 17 %
SMA 21 35 %
D3 2 3 %
Sarjana 2 3 %
Jumlah 60 100 %
Sumber: Data Primer Diolah, 2018
Jenjang pendidikan pedagang sayur paling banyak berada pendidikan terakhir
SMP dan SMA, yaitu sebanyak 10 orang responden lulus SMP dan 21 orang
responden lulus SMA, alasan beberapa responden tidak dapat melanjutkan di jenjang
SMA karena keterbatasannya biaya, kemudian mencari jalan keluar dengan bekerja
sebagai kuli bangunan, petani ataupun mulai bekerja sebagai montir di bengkel,
sedangkan pedagang sayur yang lulus pada jenjang SMA sebelum memutuskan
untuk menjadi pedagang sudah mencoba berbagai macam pekerjaan mulai dari
61
membuka usaha catering, bekerja sebagai karyawan, bekerja sebagai office boy
maupun buruh di pabrik. Kemudian terdapat 2 responden lulusan D3 dan 2
responden lulusan sarjana, pedagang dengan jenjang pendidikan tersebut
mengganggap berjualan sayur merupakan pekerjaan dengan penghasilan yang
menjanjikan karena berjualan sayur dapat menghasilkan pendapatan yang besar,
pedagang ini biasanya berusaha atau berjualan di Pasar Induk yang hasil komoditi
atau produk usaha beragam dengan tingkat pembeli yang banyak.
5. Deskripsi Responden Berdasarkan Rata-rata Penghasilan Per Bulan
Penghasilan dapat menentukan daya beli dari seorang individu. Dalam
mendeskripsikan penghasilan responden, berikut adalah hasil dari penelitian
lapangan yang dilakukan oleh peneliti yang dijelaskan dalam bentuk tabel.
Tabel 4.8
Responden Berdasarkan Penghasilan Per Bulan
Penghasilan Per Bulan Frekuensi Presentase
< Rp.4.000.000 7 12 %
Rp.4.000.000-Rp.5.999.999 16 27 %
Rp.6.000.000-Rp.7.999.999 11 18 %
Rp.8.000.000-Rp.9.999.999 9 15 %
> Rp.10.000.000 17 28 %
Jumlah 60 100 %
Sumber: Data Primer Diolah, 2018
Dari hasil kuesioner yang disebar oleh peneliti sebanyak 17 orang
berpenghasilan rata-rata dalam sehari sekitar Rp 501.000 – Rp 1.500.000/hari jika
dijumlahkan dalam satu bulan penghasilan responden sekitar diatas Rp 10.000.000
per bulan, kebanyakan responden yang memiliki penghasilan diatas Rp 10.000.000
merupakan para pedagang di pasar induk dimana dari 20 responden yang mengisi
kuesioner terdapat 17 orang yang memiliki penghasilan diatas Rp 10.000.000.
Kemudian dari hasil kuesioner diketahui pula bahwa penghasilan terbanyak kedua
sekitar Rp 4.000.000 – Rp 5.999.999 dimana rata-rata per hari para pedagang sayur
mendapatkan keuntungan bersih sekitar Rp 151.000 – Rp 300.000/ hari. Di urutan
ketiga terbanyak ada 11 orang berpenghasilan Rp 6.000.000 – Rp 7.999.999
merupakan para pedagang yang memiliki penghasilan rata-rata sekitar Rp 301.000 –
Rp 500.000/ hari, terdapat 7 orang responden yang memiliki penghasilan paling
rendah dari hasil berkerja sebagai pedagang sayur yaitu kurang dari Rp 4.000.000 per
62
bulan, paling banyak responden yang memiliki penghasilan dibawah Rp. 4.000.000
ini merupakan pedagang sayur rumahan.
6. Deskripsi Responden Berdasarkan Pola Kerja
Dari 60 responden pedagang sayur diketahui bahwa sebanyak 2 orang
memiliki pekerjaan sebagai PNS, pekerjaan berjualan sayur merupakan pekerjaan
sampingan, biasanya pedagang sayur ini memiliki lapak berjualan dan menyerahkan
usaha jualannya kepada orang lain untuk diurus dan pedagang ini merupakan penjual
sayur di pasar induk yang memiliki karyawan untuk menjualkan sayurannya.
Tabel 4.9
Pola Kerja (Pekerjaan Sebelum Menjadi Pedagang Sayur)
Pekerjaan Frekuensi Presentase
Karyawan Swasta 2 3 %
PNS 2 3 %
Petani 20 33 %
Buruh 20 33 %
Lainnya 16 27 %
Jumlah 60 100 %
Sumber: Data Primer Diolah, 2018
20 responden memiliki pekerjaan sebagai petani sebelum akhirnya
memutuskan untuk berjualan sayur, keputusan untuk berjualan sayur dianggap salah
satu keputusan paling tepat daripada mengandalkan hasil pertanian yang hanya ada
ketika musim panen tiba, 16 responden lainnya memiliki pekerjaan lain yaitu mulai
dari tukang ojek, tukang becak, bekerja di bengkel, membuka warteg kecil-kecilan di
pinggir jalan sampai menjalankan bisnis online. Kemudian sisanya sebanyak 2 orang
bekerja sebagai karyawan swasta dan PNS alasan utama untuk menjadi pedagang
sayur adalah penghasilan yang lumayan besar apabila dapat memperbesar usaha
dengan memperbanyak jenis barang jualan. Dan sisanya sebanyak 20 orang bekerja
sebagai buruh mulai dari buruh pabrik hingga buruh bangunan.
Tabel 4.10
Pola Kerja (Rata-rata Jam Kerja Dalam Sehari)
Jam Kerja Frekuensi Presentase
< 5 Jam 3 5 %
5-8 Jam 6 10 %
8-11 Jam 28 47 %
11-14 Jam 20 33 %
> 14 Jam 3 5 %
63
Jumlah 60 100%
Sumber: Data Primer Diolah, 2018
Jumlah jam kerja pedagang sayur di Kota Jakarta Timur mayoritas adalah 8-
11 Jam dalam sehari dimana 28 responden dari 60 orang atau sebanyak 46%
berjualan sayur hampir 11 jam lebih, biasanya jam kerja pedagang sayur yang lama
dikarenakan untuk meminimalisir kerugian karena banyak sayuran yang harus habis
dalam sehari karena apabila dijual pada besok harinya kualitas sayuran sudah
menjadi tidak segar. Kemudian 20 responden atau sebanyak 33% memiliki jumlah
jam kerja 11-14 jam, dan 3 responden memiliki jam kerja lebih dari 14 jam dalam
sehari, biasanya penjual sayuran ini bekerja bergantian dengan pasangan sendiri atau
dengan karyawan, pola kerja dengan jumlah jam yang banyak ini biasanya dimiliki
oleh pedagang sayur yang menjual sayurnya di Pasar Induk karena biasanya sayuran
dan pembeli datang pada malam atau dini hari, lalu ada 6 responden dari 60 orang
atau sekitar 10% penjual memiliki pola kerja 5-8 jam sehari biasanya pola kerja ini
dimiliki oleh pedagang sayuran di rumah yang menjual sayuran pada pagi hari dan
memanfaatkan sore untuk beristirahat dan malam untuk berbelanja sayuran, lalu
yang terakhir ada 3 respondens yang memiliki jumlah jam kerja kurang dari 5 jam
dan biasanya pedagang sayuran ini juga merupakan pedagang rumahan, dimana
pekerjaan ini merupakan pekerjaan sampingan untuk membantu keuangan di dalam
keluarga.
D. Hasil Uji Data Penelitian
1. Hasil Uji Kualitas Data
a. Hasil Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya suatu
kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid (sah) jika pertanyaan pada
kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh
kuesioner tersebut (Ghozali, 2011: 52). Pengujian ini dilakukan dengan
menggunakan Pearson Correlation, pedoman suatu model dikatakan
valid jika signifikasinya di bawah 0,05 atau r hitung > r tabel (n=60, r
tabel= 0,2542) maka butir pertanyaan tersebut dapat dikatakan valid.
Tabel berikut menunjukkan hasil uji validitas dari empat variabel yang
digunakan dalam penelitian ini. Tingkat Ekonomi Keluarga (KEU),
64
Kualitas Kesehatan (KES), Kualitas Pendidikan (PEN), Tingkat
Religiusitas (REL) dan Tingkat Kesejahteraan Keluarga Pedagang Sayur
(KPS) dengan jumlah 60 responden.
1) Uji Validitas Tingkat Keuangan Keluarga (KEU)
Tabel 4.11
Hasil Uji Validitas Tingkat Keuangan Keluarga (n=60)
Nomor Bukti
Pertanyaan
Pearson
Correlation
Sig (2-tailed) Keterangan
KEU_1 0,603 0,001 Valid
KEU_2 0,337 0,009 Valid
KEU_3 0,493 0,000 Valid
KEU_4 0,323 0,012 Valid
KEU_5 0,604 0,000 Valid
KEU_6 0,568 0,000 Valid
KEU_7 0,638 0,000 Valid
Sumber: Data Primer Diolah, 2018
Pada Tabel menunjukkan bahwa variabel Tingkat Keuangan Keluarga (KK)
mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai signifikasi lebih
kecil dari 0,05 dan r hitung lebih besar daripada r tabel sebesar 0,2542. Hal ini
menunjukkan bahwa masing-masing pertanyaan pada variabel Tingkat Keuangan
Keluarga sah dan layak diajukan sebagai penelitian.
2) Uji Validitas Kualitas Kesehatan (KES)
Tabel 4.12
Hasil Uji Validitas Kualitas Kesehatan (n=60)
Nomor Bukti
Pertanyaan
Pearson
Correlation
Sig (2-tailed) Keterangan
KES_1 0,485 0,000 Valid
KES_2 0,566 0,000 Valid
KES_3 0,364 0,004 Valid
KES_4 0,413 0,001 Valid
KES_5 0,419 0,001 Valid
65
Sumber: Data Primer Diolah, 2018
Pada Tabel menunjukkan bahwa variabel Kualitas Kesehatan (KES)
mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai signifikasi lebih
kecil dari 0,05 dan r hitung lebih besar daripada r tabel sebesar 0,2542. Hal ini
menunjukkan bahwa masing-masing pertanyaan pada variabel Kualitas Kesehatan
sah dan layak diajukan sebagai penelitian.
3) Uji Validitas Kualitas Pendidikan (PEN)
Tabel 4.13
Hasil Uji Validitas Kualitas Pendidikan (n=60)
Nomor Bukti Pertanyaan Pearson
Correlation
Sig (2-tailed) Keterangan
PEN_1 0,479 0,000 Valid
PEN_2 0,353 0,006 Valid
PEN_3 0,508 0,000 Valid
PEN_4 0,352 0,006 Valid
PEN_5 0,426 0,001 Valid
PEN_6 0,762 0,000 Valid
PEN_7 0,595 0,000 Valid
Sumber: Data Primer Diolah, 2018
Pada Tabel menunjukkan bahwa variabel Kualitas Pendidikan (PEN)
mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai signifikasi lebih
kecil dari 0,05 dan r hitung lebih besar daripada r tabel sebesar 0,2542. Hal ini
menunjukkan bahwa masing-masing pertanyaan pada variabel Kualitas Kesehatan
sah dan layak diajukan sebagai penelitian.
4) Uji Validitas Tingkat Religiusitas (REL)
Tabel 4.14
Hasil Uji Validitas Tingkat Religusitas (n=60)
Nomor Bukti
Pertanyaan
Pearson
Correlation
Sig (2-tailed) Keterangan
REL_1 0,691 0,000 Valid
KES_6 0,600 0,000 Valid
KES_7 0,624 0,000 Valid
66
REL_2 0,485 0,000 Valid
REL_3 0,582 0,000 Valid
REL_4 0,510 0,000 Valid
REL_5 0,481 0,000 Valid
REL_6 0,390 0,002 Valid
REL_7 0,255 0,049 Valid
Sumber: Data Primer Diolah, 2018
Pada Tabel menunjukkan bahwa variabel Tingkat Religiusitas (REL)
mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai signifikasi lebih
kecil dari 0,05 dan r hitung lebih besar daripada r tabel sebesar 0,2542. Hal ini
menunjukkan bahwa masing-masing pertanyaan pada variabel Kualitas Kesehatan
sah dan layak diajukan sebagai penelitian.
5) Uji Validitas Tingkat Kesejahteraan Pedagang Sayur (KPS)
Tabel 4.15
Hasil Uji Validitas Tingkat Kesejahteraan Pedagang Sayur (n=60)
Nomor Bukti
Pertanyaan
Pearson
Correlation
Sig (2-tailed) Keterangan
KPS_1 0,592 0,000 Valid
KPS_2 0,322 0,012 Valid
KPS_3 0,343 0,007 Valid
KPS_4 0,436 0,001 Valid
KPS_5 0,489 0,000 Valid
KPS_6 0,592 0,000 Valid
KPS_7 0,411 0,001 Valid
Sumber: Data Primer Diolah, 2018
Pada Tabel menunjukkan bahwa variabel Tingkat Kesejahteraan Pedagang
Sayur (KPS) mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai
signifikasi lebih kecil dari 0,05 dan r hitung lebih besar daripada r tabel sebesar
0,2542. Hal ini menunjukkan bahwa masing-masing pertanyaan pada variabel
Kualitas Kesehatan sah dan layak diajukan sebagai penelitian.
67
b. Hasil Uji Reabilitas
Uji reabilitas dilakukan untuk menilai konsistensi jawaban responen dari
waktu ke waktu. Suatu instrument penelitian dapat dikatakan reliabel jika nilai
cronbach alpha > dari r tabel. Nilai r tabel dalam penelitian ini sama dengan nilai r
tabel dalam uji validitas yaitu 0,2542. Berikut hasil uji reliabilitas untuk variabel
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini.
Tabel 4.16
Hasil Uji Reabilitas Tingkat Kesejahteraan Pedagang Sayur (n=60)
Variabel Cronbach’s Alpha Keterangan
Tingkat Ekonomi Keluarga 0,443 Reliabel
Kualitas Kesehatan 0,337 Reliabel
Kualitas Pendidikan 0,421 Reliabel
Tingkat Religiusitas 0,492 Reliabel
Tingkat Kesejahteraan
Keluarga Pedagang Sayur
0,636 Reliabel
Sumber: Data Primer Diolah, 2018
Pada Tabel menunjukan nilai Cronbach’s Alpha atas variabel Tingkat
Keuangan Keluarga sebesar 0,443; Kualitas Kesehatan sebesar 0,327; Tingkat
Pendidikan sebesar 0,421; Tingkat Religiusitas 0,492; dan Tingkat Kesejahteraan
Keluarga Peagang Sayur sebesar 0,636. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
pernyataan dalam kuesioner ini reliabel karena mempunyai Cronbach’s Alpha lebih
dari r tabel yaitu 0,2542. Hal ini menunjukan bahwa setiap item pernyataan yang
digunakan mampu memperoleh data yang konsisten yang berarti bila pernyataan itu
diajukan kembali akan diperoleh jawaban yang relative sama dengan jawaban
sebelumnya
2. Hasil Uji Tabulasi Silang (Crosstabulation)
a. Penghasilan Per Bulan dengan Kualitas Kesehatan
68
Tabel di bawah ini menunjukan hasil dari tabulasi silang penghasilan
per bulan dengan kulitas kesehatan dalan hal mengatur pola istirahat yang
cukup dan teratur.
Diagram 4.1
Penghasilan Per Bulan Dengan Kualitas Kesehatan
Sumber: Data Primer Diolah, 2018
Dari hasil olahan diatas menunjukan bahwa pedagang sayur di Kota Jakarta
Timur cenderung tidak memperhatikan kesehatan mereka dilihat dengan sedikitnya
dari para pedagang sayur yang mengatur pola istirahatnya dengan cukup dan teratur,
dimana rata-rata pedagang sayur jarang mempunyai waktu istirahat. Pedagang
dengan tingkat pendapatan < Rp. 4.000.000/bulan menyatakan 7 orang jarang
mempunyai waktu untuk beristirahat dengan cukup. Pedagang dengan tingkat
pendapatan Rp. 4.000.000 – Rp. 6.000.000 menyatakan 7 orang rutin beristirahat
dengan cukup dan sedangkan 9 orang lainnya tidak mempunyai istirahat yang cukup
selama berjualan sayur. Pada pendapatan Rp.6.000.000-Rp.8.000.000 menyatakan 9
orang jarang mempunyai istirahat yang cukup sedangkan 2 orang selalu mempunyai
istirahat yang cukup. Pada tingkatan pendapatan Rp. 8.000.000 – Rp. 9.000.000 ada
7 orang menyatakan jarang mempunyai waktu istirahat yang cukup sedangkan 2
orang selalu mempunyai waktu yang cukup untuk beristirahat. Dan pada tingkatan
paling besar yaitu pendapatan > Rp. 10.000.000 menyatakan 13 orang jarang
mempunyai waktu istirahat sedangkan 4 orang lainnya selalu mempunyai waktu
yang cukup untuk beristirahat.
< 4.000.0004.000.000-6.000.000
6.000.000 -8.000.000
8.000.000 -9.000.000
> 10.000.000
jarang 7 9 9 7 13
selalu 0 7 2 2 4
0
2
4
6
8
10
12
14
69
b. Penghasilan Per Bulan dengan Tingkat Kesejahteraan Pedagang
Tabel di bawah ini menunjukan hasil tabulasi silang penghasilan per bulan
dengan variabel tingkat kesejahteraan pedagang sayur dalam hal memberikan
sumbangan untuk kegiatan sosial
Diagram 4.2
Penghasilan Per Bulan dengan Tingkat Kesejahteraan Pedagang
Sumber: Data Primer Diolah, 2018
Dari hasil olahan di atas menunjukan bahwa pedagang sayur yang di temui
oleh peneliti seluruhnya menyatakan bahwa mereka rata-rata setuju untuk
memberikan sumbangan untuk kegitan sosial. Pada tingkat pendapatan <
Rp.4.000.000 terdapat 1 orang yang tidak setuju untuk memberikan sumbangan, 3
orang cukup setuju untuk memberikan sumbangan dan 3 orang lainnya setuju untuk
memberikan sumbangan untuk kegiatan sosial, pada tingkat pendapatan Rp.
4.000.000 – Rp. 6.000.000 terdapat 1 orang tidak setuju, 8 orang cukup setuju dan, 7
orang lainnya setuju untuk memberikan sumbangan untuk kegiatan sosial. Pada
tingkat pendapatan Rp. 6.000.000 – Rp. 8.000.000 terdapat 6 orang cukup setuju
memberikan sumbangan dan 5 orang setuju untuk memberikan sumbangan, pada
penghasilan Rp. 6.000.000 – Rp.8.000.000 terdapat 6 orang cukup setuju untuk
memberikan sumbangan untuk kegiatan sosial, kemudian 3 orang lainnya setuju
untuk memberikan sumbangan untuk kegiatan sosial. Dan yang terakhir pada tingkat
pendapatan Rp. 10.000.000 sebanyak 3 orang menyatakan cukup setuju memberikan
sumbangan dan sisanya sebanyak 14 orang setuju memberikan sumbangan untuk
< 4.000.0004.000.000-6.000.000
6.000.000 -8.000.000
8.000.000 -9.000.000
> 10.000.000
tidak setuju 1 1 0 0 0
cukup setuju 3 8 6 6 3
setuju 3 7 5 3 14
1 1 0 0 0 3
8
6 6
3 3
7
5
3
14
0
2
4
6
8
10
12
14
16
70
kegiatan sosial bahkan diantaranya rutin untuk memberikan sumbangan. Hal tersebut
menunjukan bahwa secara umum pedagang sayur rata-rata menyetujui untuk
memberikan sumbangan untuk kegiatan sosial , dapat dilihat pula bahwa semakin
tinggi penghasilan pedagang, mereka tidak sungkan untuk memberikan
sumbangannya untuk kegiatan sosial.
c. Pola Kerja (Jumlah Jam Kerja) dengan Tingkat Keuangan Keluarga
Tabel di bawah ini menunjukan hasil tabulasi silang pola kerja (jumlah jam
kerja) dengan tingkat keuangan keluarga dalam hal cukup memenuhi atau membiayai
kebutuhan keluarga.
Diagram 4.3
Pola Kerja (Jumlah Jam Kerja) dengan Tingkat Keuangan Keluarga
Sumber: Data Primer diolah, 2018
Dari hasil tabulasi silang antara pola kerja (jam kerja) dengan tingkat
keuangan keluarga pedagang sayur yang dilakukan peneliti menunjukan bahwa
pemasukan dari berjualan sayur cukup untuk membiayai kebutuhan keluarga. Untuk
pedagang sayur yang bekerja dalam rentang waktu > 5 jam per hari menyakatan 1
orang cukup setuju dan 3 orang menyatakan setuju dengan berjualan sayur dapat
memenuhi kebutuhan keluarga. Pedagang sayur dengan rentang waktu 5-8 jam per
hari menyatakan 1 orang cukup setuju dan 3 orang setuju dengan berjualan sayur
dapat memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari. Pedagang sayur dengan rentang
waktu 8-11 jam per hari menyatakan 1 orang tidak setuju bahwa dengan berjualan
sayur saja dapat memenuhi kebutuhan keluarga, 3 orang cukup setuju, dan 25 orang
> 5 jam 5 - 8 jam 8- 11 jam 11 - 14 jam > 14 jam
tidak setuju 0 0 1 0 0
cukup setuju 1 1 3 4 1
setuju 3 3 25 15 3
0 0 1 0 0 1 1 3 4 1 3 3
25
15
3 0
5
10
15
20
25
30
71
setuju bahwa penghasilan berjualan sayur dapat mencukupi kebutuhan keluarga
sehari-hari. Dalam rentang waktu 11-14 jam menyatakan 4 orang cukup setuju dan
15 orang setuju, lalu yang terakhir pada rentang waktu > 14 jam per hari
menayatakan 1 orang cukup setuju dan 3 orang setuju dengan berjualan sayur dapat
meningkatkan pendapatan dan mencukupi kebutuhan keluarga sehari-hari. Dari hal
tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas pedagang sayur setuju dengan berjualan
dapat memenuhi kebutuhan keluarga.
d. Penghasilan Per Bulan dengan Pendidikan Terakhir
Tabel di bawah ini adalah hasil dari tabulasi silang antara penghasilan per
bulan dengan pendidikan terakhir pedagang sayur.
Diagram 4.4
Penghasilan Per Bulan dengan Pendidikan Terakhir
Sumber: Data Primer diolah, 2018
Dari hasil tabulasi silang diketahui bahwa pedagang sayur terdapat 9 orang
yang tidak bersekolah, 2 orang diantaranya berpenghasilan < Rp. 4.000.000, 2 orang
Rp. 4.000.000 – Rp.6.000.000, 3 orang lainnya berpenghasilan Rp. 6.000.000 – Rp.
8.000.000 dan sisanya 2 orang dengan penghasilan Rp.8.000.000 – Rp. 9.000.000.
Pedagang sayur dengan tingkat pendidikan terakhir SD sebanyak 14 orang, dimana
rata-rata paling banyak mempunyai penghasilan per bulan Rp. 4.000.000 – Rp.
6.000.000. Pedagang sayur dengan tingkat pendidikan terakhir SMP sebanyak 10
tidakbersekolah
SD SMP SMA D3 SARJANA
< Rp. 4 Juta 2 3 1 1 0 0
Rp. 4 - 6 Juta 2 4 5 5 0 0
Rp. 6 - 8 Juta 3 3 1 2 1 1
Rp. 8 - 9 Juta 2 3 2 2 0 0
Rp. > 10 Juta 0 1 1 9 4 2
2 3
1 1 0 0 2
4 5 5
0 0 3 3
1 2 1 1 2 3
2 2 0 0 0 1 1
9
4
2 0123456789
10
72
orang dengan paling banyak mempunyai penghasilan per bulan sebesar Rp.
4.000.000 – Rp. 6.000.000.
Pedagang sayur dengan tingkat pendidikan SMA sebanyak 19 orang, dimana
tingkat pendidikan terakhir SMA merupakan pendidikan terakhir paling banyak dari
pedagang sayur, rata-rata pedagang sayur dengan tingkat pendidikan SMA
mempunyai penghasilan rata-rata > Rp. 10.000.000 dimana 9 orang dari 19
responden memiliki pendapatan diatas Rp.10.000.000 dengan kira-kira penghasilan
per hari sebesar Rp.300.000 – Rp.500.000 dalam sehari. Lalu pedagang sayur
dengan tingkat pendidikan terakhir D3 dan Sarjana memiliki jumlah sebanyak 8
orang, 5 diantaranya mempunyai pendidikan terakhir D3, dimana 1 orang memiliki
penghasilan sebesar Rp.6.000.000 – Rp. 8.000.000 lalu sisanya 4 orang memiliki
penghasilan > Rp. 10.000.000. Pedagang sayur dengan tingkat pendidikan terakhir
sarjana sebanyak 3 orang dengan rata-rata penghasilan paling banyak sebesar >
Rp.10.000.000.
e. Penghasilan Per Bulan dengan Jenis Kelamin
Tabel di bawah ini adalah hasil dari tabulasi silang antara penghasilan per
bulan dengan jenis kelamin pedagang sayur
Diagram 4.5
Penghasilan Per Bulan dengan Jenis Kelamin
Sumber: Data Primer diolah, 2018
< 4.000.0004.000.000-6.000.000
6.000.000 -8.000.000
8.000.000 -9.000.000
> 10.000.000
laki-laki 3 4 4 4 12
perempuan 4 12 7 5 5
3 4 4 4
12
4
12
7
5 5
0
2
4
6
8
10
12
14
73
Dari hasil tabulasi silang diketahui bahwa pedagang sayur perempuan lebih
banyak dibandingkan dengan pedagang sayur laki-laki. Terdapat 4 laki-laki, dan 3
perempuan pedagang sayur dengan penghasilan per bulan rata-rata <Rp. 4.000.000.
Pedagang sayur dengan penghasilan per bulan rata-rata Rp.4.000.000- Rp. 6.000.000
memiliki 4 pedagang laki-laki dan 12 pedagang perempuan, kemudian pedagang
sayur dengan penghasilan Rp.6.000.000 – Rp. 8.000.000 memiliki 4 pedagang sayur
laki-laki dan 7 pedagang perempuan. Kemudian pedagang sayur dengan pendapatan
Rp. 6.000.000-.Rp. 8.000.000 memiliki 4 pedagang laki-laki dan 7 pedagang
perempuan, pedagang sayur dengan pendapatan Rp. 8.000.000 – Rp. 9.000.000
memiliki pedagang sebanyak 9 orang dimana terdapat 4 pedagang laki-laki dan 5
pedagang perempuan, lalu yang terakhir sebanyak 17 orang dengan tingkat
pendapatn per bulan > Rp.10.000.000 terdapat lebih banyak laki-laki dibandingkan
perempuan dimana pedagang laki-laki terdapat 12 orang dan pedagang perempuan
sebanyak 5 orang. Berdasarkan hasil pengujian diketahui bahwa rata-rata pedagang
sayur di digeluti oleh kebanyakan perempuan dibandingkan oleh laki-laki,
perempuan yang bekerja sebagai pedagang sayur biasanya merupakan pekerjaan
sampingan, dimana hasil dari berjualan tujuannya adalah membantu keuangan
keluarga dimana kepala keluarga mempunyai penghasilan yang kecil sehingga tidak
dapat memenuhi seutuhnya kebutuhan keluarga.
f. Usia dengan Tingkat Religiusitas
Tabel di bawah ini adalah hasil dari tabulasi silang antara usia dengan tingkat
religiusitas dalam hal shalat wajib 5 waktu. Dari hasil tabulasi silang diketahui
terdapat 37 pedagang sayur selalu melakukan shalat wajib 5 waktu, dan 23 pedagang
sayur menyatakan jarang melakukan shalat wajib 5 karena alasan pekerjaan yang
tidak bisa ditinggalkan. Pedagang sayur yang menyatakan jarang melakukan shalat
wajib 5 waktu yaitu pedagang sayur yang mempunyai umur bekisar 37-42 tahun dan
43-48 tahun dimana masing-masing terdapat 7 orang yang mengaku jarang
melakukan shalat wajib 5 waktu. Kemudian pedagang sayur yang menyatakan selalu
shalat wajib 5 waktu mempunyai usia bekisar 55-60 tahun dimana terdapat 8 orang.
74
Diagram 4.6
Usia dengan Tingkat Religiusitas
Sumber: Data Primer diolah, 2018
g. Penghasilan per bulan dengan pendidikan
Tabel di bawah ini adalah hasil dari tabulasi silang antara penghasilan per
bulan dengan pendidikan dalam hal anak mendapatkan pendidikan selain di sekolah
atau tempat bimbel/les.
Diagram 4.7
Penghasilan per bulan dengan pendidikan
Sumber: Data Primer diolah, 2018
Dari hasil tabulasi silang diketahui bahwa semakin besar penghasilan maka
semakin besar pula kemampuan untuk memberikan pendidikan yang terbaik untuk
25 - 30tahun
31 - 36tahun
37 - 42tahun
43 - 48tahun
49 - 54tahun
55 - 60tahun
jarang 1 4 7 7 3 1
selalu 4 7 8 4 6 8
1
4
7 7
3
1
4
7
8
4
6
8
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
< 4.000.0004.000.000-6.000.000
6.000.000 -8.000.000
8.000.000 -9.000.000
> 10.000.000
tidak setuju 1 1 0 0 0
cukup setuju 3 8 6 6 3
setuju 3 7 5 3 14
1 1 0 0 0 3
8
6 6
3 3
7
5
3
14
0
2
4
6
8
10
12
14
16
75
anak salah satunya dengan bimbel atau les. Diketahui sebanyak 32 orang menyetujui
untuk memberikan pendidikan diluar sekolah seperti bimbel atau les, dan sisanya
sebanyak 26 cukup setuju dan 2 orang lainnya tidak setuju. Responden dengan
penghasilan per bulan sebanyak > Rp.10.000.000 merupakan responden terbanyak
yang setuju untuk memberikan pendidikan di luar sekolah, dilihat dari 17 responden,
14 diantaranya menyetujui untuk meberikan les atau bimbel sisanya 3 orang cukup
setuju untuk memberikan les atau bimbel. Ada 2 responden yang tidak menyetujui
untuk memberikan les atau bimbel dengan pendapatan responden > Rp.4.000.000
dan pendapatan sekitar Rp.4.000.000 – Rp.6.000.000 alasan utama tidak memberikan
pendidikan di luar sekolah karena kebutuhan ekonomi keuarga belum tercukupi
dengan baik sehingga memaksimalkan pelajaran anak dengan belajar di rumah.
h. Hasil Tabel Komparatif
Tujuan tabel komparatif dalam penelitian ini adalah untuk melihat
perbandingan pedagang sayur di Pasar Induk Kramat Jati, Pasar Ciracas dan
pedagang rumahan.
1) Jumlah Pedagang Dalam Penelitian
Secara keseluruhan pemulung yang berhasil dijadikan sampel dalam
penelitian ini berjumlah 60 orang.
Tabel 4.17
Jumlah Pedagang Dalam Penelitian
Keterangan Jumlah
Orang %
Pasar Induk Kramat Jati 20 33,3
Pasar Ciracas 20 33,3
Pedagang Rumahan 20 33,3
Total 60 100%
Sumber: Data Primer diolah, 2018
2) Pendidikan Terakhir Pedagang Sayur Dalam Penelitian
Dari pendidikan terakhir diketahui bahwa pada tingkatan pedagang di
pasar induk memiliki presentase pendidikan lebih tinggi dibandingkan
dengan pedagang di pasar ciracas dan pedagang rumahan. Hal tersebut dapat
76
dilihat dari tingkatan lulusan D3 dan Sarjana hanya berada pada pedagang di
pasar induk, alasan para pedagang dengan lulusan tinggi menjadi pedagang
karena menurut mereka berdagang merupakan suatu usaha yang menjanjikan
dimana semakin dapat mengembangkan usaha maka semakin besar pula
pendapatan yang dihasilkan, pedagang sayur di pasar induk bisanya tidak
bekerja sendiri mereka biasanya memiliki tenaga kerja untuk membantu
pekerjaan mereka dikarenakan jam buka pasar induk yang hampir 24 jam.
Pedagang sayur di Pasar Ciracas dan pedagang rumahan memiliki
tingkat pendidikan tertingggi hanya sampai sekolah menengah atas, adapula
dari sebagian pedagang yang tidak bersekolah, alasan dari dua penjual
tersebut bervariasi mulai dari susahnya mencari pekerjaan hingga tak ada
pilihan lain selain berjualan sayur, apalagi dilihat dari rata-rata pedagang
sayur yang berasal dari luar daerah sehingga tidak ada pilihan pekerjaan
dengan pendidikan yang rendah serta tidak memiliki keterampilan yang
tinggi, sehingga satu-satunya jalan keluar yang bisa dilakukan yaitu dengan
berusaha sendiri dengan menjadi pedagang sayur
Tabel 4.18
Jumlah Pendidikan Terakhir Pedagang (n=60)
Pendidikan Pasar Induk Pasar Ciracas Pedagang
Rumahan
Tidak Sekolah 4% 8% 8%
SD 5% 8% 7%
SMP 8% 4% 5%
SMA 17% 8% 10%
D3 4% 0 0
SARJANA 4% 0 0
Total 42% 28% 30%
Sumber: Data Primer diolah, 2018
3) Penghasilan per Bulan Pedagang Sayur Dalam Penelitian
Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti dari segi pendapatan
pedagang di Pasar Induk per hari memiliki penghasilan bekisar Rp. 500.000-
77
Rp.1.500.000 dengan rata-rata penghasilan dalam sebulan sekitar lebih dari
Rp.10.000.000 berbeda dengan Pasar Ciracas yang penghasilan rata-ratanya
bekisar Rp.150.000 - Rp.300.000 per hari dengan penghasilan per bulan
sekitar Rp. 4.000.000 – Rp.6.000.000, lalu pedagang rumahan yang
memiliki pendapatan kurang dari Rp.150.000 dengan pendapatan per bulan
sekitar kurang dari Rp.4.000.000. Biasanya penghasilan di Pasar Induk lebih
besar dibandingkan dengan Pasar Ciracas dan Pedagang Rumahan karena
jumlah jam kerja yang lebih banyak, dan barang dagangan juga lebih banyak
sehingga mendapatkan penghasilan yang lebih besar, di Pasar Induk juga
biasanya mempekerjakan orang lain untuk berjualan dikarenakan jumlah jam
kerja yang lebih dari 14 jam sehari berbeda dengan pedagang pasar ciracas
dan pedagang rumahan yang hanya memiliki jam kerja 8-11 jam sehari.
Tabel 4.19
Jumlah Penghasilan per Bulan Pedagang Sayur (n=60)
Penghasilan Pasar Induk Pasar
Ciracas
Pedagang
Rumahan
< Rp.4.000.000 - - 13%
Rp.4.000.000-
Rp.5.999.999
- 3% 23%
Rp.6.000.000-
Rp.7.999.999
- 10% 8%
Rp.8.000.000-
Rp.9.999.999
2% 13% -
> Rp.10.000.000 28% - -
Jumlah 30% 26% 44%
Sumber: Data Primer diolah, 2018
i. Hasil Korelasi Spearman Rank
Uji korelasi untuk mengetahui tingkat koefisiensi hubungan antar variabel.
Uji korelasi Spearman Rank digunakan terhadap data yang berbentuk kategorik dan
berskala ordinal.
78
Tabel 4.20
Hasil Pengujian Hubungan Antar Variabel
Hubungan Koefisien Korelasi Kategori
Tingkat Keungan
Keluarga (X1) dengan
Tingkat Kesejahteraan (Y)
0,676 Kuat
Kualitas Kesehatan (X2)
dengan Tingkat
Kesejahteraan (Y)
0,639 Kuat
Tingkat Religiusitas (X3)
dengan Tingkat
Kesejahteraan (Y)
0,491 Sedang
Tingkat Pendidikan (X4)
dengan tingkat
Kesejahteraan (Y)
0,480 Sedang
Sumber: Data Primer Diolah, 2018
Tabel di atas menunjukan bahwa hubungan tingkat keuangan keluarga
dengan tingkat kesejahteraan sebesar 0,676 yang artinya besaran hubungannya kuat.
Sementara hubungan kualitas kesehatan dengan tingkat kesejahteraan adalah sebesar
0,639 yang artinya besaran hubungannya kuat, hubungan tingkat religiusitas dengan
tingkat kesejahteraan sebesar 0,491 yang artinya hubungannya sedang, sedangkan
tingkat pendidikan dan tingkat kesejahteraan adalah sebesar 0,480 yang berarti
memiliki hubungan yang sedang.
Hasil korelasi Spearman Rank antara tingkat keuangan keluarga dengan
kesejahteraan keluarga pedagang sayur menunjukan hasil yang tinggi hal ini
menunjukan bahwa hubungan antara keuangan keluarga dan kesejahteraan keluarga
pedagang sayur menunjukan hubungan yang positif dimana jika tingkat keuangan
keluarga naik maka tingkat kesejahteraan juga akan meningkat. Seperti yang
diungkapkan oleh Mas Aan (37 tahun; 8 Juli 2018) seorang pedagang sayur di Pasar
Ciracas, ia mengatakan bahwa besarnya pendapatan sangat mempengaruhi
79
kesejahteraan keluarga. Karena dengan pendapatan yang tinggi, kebutuhan keluarga
akan terpenuhi, tidak hanya sebatas kebutuhan pokok, tetapi juga kebutuhan lainnya
seperti barang elektronik dan rekreasi.
Hal tersebut juga sama dengan teori yang dikemukakan oleh Todaro
(2003:235) jika tingkat keuangan bertambah atau naik maka tingkat kesejahteraan
juga akan meningkat. Dimana yang awalnya hanya memenuhi kebutuhan pokok
dapat berubah menjadi kebutuhan non pokok seperti berjalan-jalan, memebeli barang
mewah maupun dalam bentuk pelarian modal (capital flight). Sama halnya seperti
penelitian yang dilakukan oleh Wiyono (2014:3) yang menyatakan bahwa
pendapatan keluarga dipergunakan untuk memenuhi seluruh kebutuhan keluarga
mulai dari kebutuhan pokok sampai kebutuhan non pokok, dimana kondisi
pendapatan yang baik bagi keluarga adalah keluarga memiliki pendapatan yang lebih
besar dibandingkan dengan pengeluarannya, dimana biasanya pendapatan yang
berlebih akan ditabung untuk memenuhi kebutuhan luar yang tidak terduga.
Hubungan kualitas kesehatan dengan tingkat kesejahteraan pedagang sayur
dari hasil korelasi Spearman Rank menunjukan hasil yang kuat. Hal ini menunjukan
bahwa pedagang menyadari bahwa kesehatan merupakan hal yang penting, dimana
semakin sehat kondisi tubuh maka pekerjaan juga akan menjadi semakin baik. Oleh
sebab itu sangat penting untuk mengatur pola istirahat yang cukup, menjaga
makanan yang masuk ke dalam tubuh karena apabila sakit mereka tidak dapat
bekerja, dengan tidak bekerja maka tidak ada pemasukan yang di dapatkan untuk
membiayai kebutuhan sehari-hari di dalam keluarga. Sama seperti yang disampaikan
oleh Bapak Maryadi (40 Tahun; 6 Juli 2018) “Menurut saya kesehatan merupakan
hal utama meski berjualan hampir 24 jam saya tidak pernah lupa menyediakan
sedikit waktu untuk beristirahat di sela-sela rutinitas saya sebagai pedagang”.
Seperti penelitian yang dilakukan oleh Nurhayati (2017:88) di dalam
penelitiannya kesehatan merupakan kunci utama dari berdagang sayur di pasar
Kabupaten Majalengka, dimana dengan kondisi yang sehat pedagang sayur mampu
berjualan dengan baik. Oleh sebab itu rata-rata pedagang sayur di Kabupaten
Majalengka mulai menerapkan pola hidup sehat mulai dari sarapan sebelum
beraktifitas sampai dengan meneyediakan sedikit waktu luang untuk beristirahat. Hal
tersebut sama dengan pengertian kesehatan menurut WHO (1948:58), dimana
80
kesehatan merupakan keadaan sejahtera dalam fisik, mental maupun sosial tanpa ada
keluhan sama sekali (cacat atau sakit). Kesehatan juga merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi penampilan dan kebugaran tubuh dimana menurut WHO ada
beberapa aspek menuju prilaku hidup bersih dan sehat salah satunya adalah dengan
makan dengan menu yang seimbang, olahraga yang teratur hingga istirahat dengan
cukup.
Hubungan antara tingkat religiusitas dengan tingkat kesejahteraan keluarga
pedagang sayur menunjukan hasil yang sedang. Hal ini menunjukan bahwa
sebenarnya jika semakin tinggi tingkat religiusitas maka akan semakin tinggi pula
tingkat kesejahteraan. Seperti yang ditulis oleh Djamaluddin Ancok dan Fuad
Nashori (2010:78) dalam bukunya yang berjudul psikologi islam dimana agama
mengandung arti ikatan yang harus dipegang atau dipatuhi oleh setiap manusia,
dimana agama selain menjadi motivasi dan nilai etik juga merupakan harapan.
Dimana motivasi mendorong seseorang untuk berkreasi, berbuat kebajikan maupun
pengorbanan, sedangkan nilai etik mendorong seseorang untuk menepati janji dan
amanat, hal tersebutlah yang membuat tingkat kesejahteraan setiap manusia
meningkat yaitu adanya rasa sikap mensyukuri dan ikhlas menerima setiap kejadian
yang terjadi di dalam hidupnya. Seperti yang disampaikan oleh Ibu Aminah (50
tahun; 5 Juli 2018) pedagang sayur rumahan, ia mengatakan bahwa “berdasarkan
pengalaman saya, ketaatan dalam beragama atau beribadah tidak berdampak pada
penghasilan. Akan tetapi, semakin besar ketaatan beribadah seseorang, maka saya
meyakini bahwa hatinya akan terasa lebih tenang dan bahagia”. Hal tersebut sama
dengan penelitian yang dilakukan oleh Ulyatin (2018:74) yang menyatakan bahwa
tingkat religiusitas pengemudi Gojek di Kota Tangerang relatif baik. Dimana tingkat
religiusitas dalam arti sejehtera ini adalah rasa nikmat, berkah, halal tenang dan
menerima atas apa yang telah di dapatkan.
Hubungan kualitas pendidikan dengan tingkat kesejahteraan keluarga
pedagang dari hasil korelasi Spearman Rank menunjukan hasil yang sedang.
Walaupun jenis latar belakang pendidikan setiap pedagang berbeda, orientasi untuk
pendidikan anak rata-rata sama, dimana setiap orangtua pasti menginginkan yang
terbaik untuk pendidikan dan masa depan anak mereka. Seperti yang dikatakan oleh
Bapak Tukul (42 tahun; 6 Juli 2018) seorang pedagang di Pasar Induk, Kramat Jati,
81
ia mengatakan bahwa “walaupun tidak memiliki pendidikan tinggi, tetapi saya
menginginkan pendidikan yang setinggi mungkin untuk anak saya, karena saya
mengetahui bahwa pendidikan adalah hal yang utama”. Kemudian sama seperti yang
disampaikan oleh Bapak Kuswanto (40 Tahun; 6 Juli 2018) seorang pedagang di
Pasar Induk, Kramat Jati, ia mengatakan bahwa “menurut saya, pendidikan adalah
hal utama yang perlu diterapkan kepada setiap orang, karena dengan pendidikan
karakter setiap individu dapat terbentuk, saya pula meyakini dengan pendidikan yang
tinggi dapat mempermudah seseorang untuk mencari pekerjaan, oleh karena itu
meskipun pendidikan saya hanya sebatas sekolah dasar, saya menginginkan anak-
anak saya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin”.
Hal tersebut sama dengan undang-undang Susdikas No. 20 Tahun 2003 pasal
1 ayat 1 dimana di dalam pasal tersebut menjelaskan bahwa pendidikan merupakan
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan proses pembelajaran peserta didik
secara aktif untuk mengembangkan potensi diri untuk memiliki kekuatan dalam
kepribadian diri, pengendalian, kecerdasan dan akhlak mulia yang diperlukan dirinta,
masyarakat, bangsa maupun negara. Hal ini sependapat dengan Muhammad Saroni
(2011:76) dimana pendidikan merupakan proses kehidupan untuk menyeimbangkan
kondisi dalam diri dengan kondisi luar diri untuk dapat mengikuti setiap kegiatan
yang berlangsung di dalam kehidupan. Oleh sebab itu pendidikan merupakan salah
satu cara meningkatkan tingkat kesejahteraan seseorang maupun keluarga, dimana
pendidikan bisa menjadi jalan keluar seseorang untuk mendapatkan pekerjaan dan
mendapatkan penghasilan dimana penghasilan selain dapat memenuhi kebutuhan diri
sendiri juga dapat membantu anggota keluarga.
Dari hasil korelasi dapat ditarik sebuah kesimpulan secara umum, pedagang
sayur di Kota Jakarta Timur menempati level keluarga KS-III, karena telah
memenuhi indikator yang terdapat dalam keluarga KS-III seperti keluarga sering ikut
dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat tinggal, sebagian penghasilan
ditabung dan memperoleh informasi dari surat kabar/majalah/radio/televisi. Dilihat
dari perspektif ekonomi bahwa variabel keuangan keluarga atau pendapatan yang
dihasilkan masih menjadi tolak ukur utama dalam hal kesejahteraan keluarga.
Dimana pedagang sayur berpendapat bahwa semakin banyak waktu yang dikeluarkan
82
untuk bekerja, maka pendapatan juga akan semakin besar dilihat dari hasil nilai
korelasi antara keuangan keluarga dengan tingkat kesejahteraan pedagang sayur.
Berdasarkan kesimpulan diatas dapat diketahui bahwa penelitian ini mampu
diterapkan untuk masa mendatang hal ini dikarenakan pedagang sayur merupakan
salah satu pekerja di sektor informal yang membantu mengolah sumber daya
manusia yang berlebih. Terlepas dari itu pedagang sayur merupakan pekerjaan yang
tidak dapat terlepas dari kehidupan manusia sehari-hari, dimana para pedagang
merupakan salah satu pembantu kegiatan para ibu rumah tangga dalam melengkapi
kebutuhan pokok akan sayuran dan makanan lainnya. Dengan hasil penelitian ini,
bisa dijadikan bahan evaluasi bagi pemerintah untuk lebih memperhatikan
kesejahteraan untuk keluarga yang bekerja di sektor informal, dikarenakan pedagang
sayur juga berkontribusi dalam memberikan pendapatan untuk daerah melalui
retribusi yang dibayarkan kepada pengelola. Untuk pihak lain, penelitian ini
diharapkan menambah khasanah ilmu ekonomi, khususnya ekonomi pembangunan.
Selain itu, melengkapi kajian mengenai tingkat kesejahteraan pedagang sayur
melalui tingkat kesejahteraannya.
82
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang di dapat dari hasil
penelitian, peneliti memperoleh kesimpulan yang dapat diambil dari tingkat
keuangan keluarga, kualitas kesehatan, tingkat religiusitas, tingkat pendidikan
dan tingkat kesejahteraan keluarga pedagang sayur di sekitar daerah Kota
Jakarta Timur sebagai berikut :
a. Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman Rank hubungan antara tingkat
keuangan keluarga dengan tingkat kesejahteraan pedagang sayur sebesar
0,676 hal ini menyatakan bahwa hubungan tingkat koefisien sangat kuat.
Hal ini menunjukan bahwa tingkat keuangan sangat berpengaruh terhadap
kesejahteraan
b. Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman Rank hubungan antara tingkat
kesehatan dengan tingkat kesejahteraan pedagang sayur sebesar 0,639 hal
ini menunjukan bahwa koefisien sangat kuat. Hal ini menunjukan bahwa
pedagang sayur sadar bahwa berdagang memerlukan ketahanan dan
kekuatan fisik, maka mereka selalu berusaha menjaga kesehatan mereka
agar ketika berjualan pedagang memiliki fisik yang kuat dan sehat, karena
dengan fisik yang kuat dan sehat pekerjaan mereka dapat berjalan dengan
lancar.
c. Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman Rank hubungan antara tingkat
religiusitas dengan tingkat kesejahteraan keluarga pedagang sayur adalah
sedang dengan koefisien sebesar 0,491. Hal ini menunjukan bahwa
tingkat religiusitas pedagang sayur di Jakarta Timur cenderung baik,
walapun arti sejahtera di antara beberapa pedagang dengan tingkat
religiusitas itu sendiri berbeda.
d. Berdasarkan hasil uji korelasi Spearman Rank hubungan antara kualitas
pendidikan dengan tingkat kesejahteraan keluarga pedagang sayur adalah
sedang dengan koefisien sebesar 0,480. Hal ini menunjukan bahwa
pedagang sayur memperhatikan pentingnya pendidikan. Meskipun
83
pendapatan mereka dan latar pendidikan mereka tidak tinggi, untuk
pendidikan keluarga sangat mereka perhatikan karena harapan mereka
dengan pendidikan anak yang baik, maka hasil dari proses pendidikan itu
pun baik bahkan bisa lebih baik dibandingkan mereka.
A. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan dari hasil
lapangan, peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut:
1. Kesejahteraan dengan keuangan keluarga menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang kuat. Secara tidak langsung, keuangan keluarga
berpengaruh terhadap kesejahteraan keluarga. Meskipun demikian,
sebenarnya sejahtera tidak dapat dilihat hanya dari hal-hal yang bersifat
finansial, melainkan dapat juga dilihat dari sikap kebersamaan dan empati
sosial. Oleh sebab itu, sebaiknya para pedagang sayur dapat melihat
kesejahteraan sebagai salah satu kebahagiaan yang sederhana, yang dapat
diraih walaupun tidak memiliki pendapatan yang tinggi.
2. Berdasarkan kesimpulan telah diketahui bahwa tingkat kesehatan
memiliki hubungan yang kuat terhadap kesejahteraan pedagang, oleh
sebab itu kesehatan yang baik menjadi kunci utama dalam kelancaran
pekerjaan, beberapa pedagang melihat bahwa kesehatan diukur melalui
pola makan yang baik, istirahat yang cukup, dan meluangkan waktu untuk
berolahraga. Selain itu adapula yang harus dipersiapkan oleh para
pedagang misalnya mulai mempersiapkan jaminan kesehatan seperti
BPJS atau asuransi kesehatan lainnya, supaya ketika pedagang sayur
mengalami sesuatu hal yang tidak terduga mengenai kesehatan dapat
langsung dibawa ke tempat sarana kesehatan seperti rumah sakit maupun
puskesmas.
3. Dari kesimpulan telah diketahui bahwa pemahaman kesejahteraan setiap
pedagang sayur berbeda-beda, terutama mengenai arti ibadah. Banyak di
antara pedagang sayur dalam penelitian ini menilai bahwa berdagang
sama dengan melakukan ibadah. Padahal, pengertian ibadahn tidak hanya
sebatas berdagang, melainkan ketaatan kita terhadap Allah SWT dalam
84
melaksanakan setiap perintahNya. Dengan demikian, diperlukan
pemahaman yang lebih baik di kalangan pedagang sayur mengenai
agama, diantaranya dengan mengadakan acara keagamaan di sekitar pasar
untuk menambah pemahaman agama bagi para pedagang.
4. Pendidikan dengan kesejahteraan keluarga menunjukan hubungan yang
baik, dimana dengan pendidikan orangtua yang tidak terlalu tinggi
mereka mengharapkan pendidikan yang baik untuk anak-anak mereka.
Banyak hal yang ditempuh oleh pedagang untuk pendidikan anak salah
satunya dengan membiayai pembelajaran di luar sekolah. Saran yang
dapat diambil dengan kesimpulan di atas adalah walaupun anak
mendapatkan pendidikan di sekolah maupun di luar sekolah, peran
orangtua juga penting dalam pendidikan anak dimana orangtua sebagai
institusi utama pengembangan anak dimana keluarga dapat memberikan
lingkungan psikologi yang sehat bagi keluarga dimana orangtua berperan
memberikan cinta dan kasih sayang terhadap anak. Oleh sebab itu selain
bekerja pedagang yang juga berperan sebagai orangtua juga harus
mempunyai waktu luang untuk anggota keluarga terutama dalam hal
mendidik anak.
85
DAFTAR PUSTAKA
Albert, M. & Hahnel, R. 2005. Traditional Welfare Theory,
(www.zmag.org/books/1/html) (diakses pada 12 mei 2018)
Ancok, Djamaludin dan Suroso F.N. 2004. Psikologi Islam Solusi Atas Problem-
Problem Psikologi. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Ardhianto, Rofiza dan Haryati, Titik. 2015. Pengaruh Pendapatan Nelayan Perahu
Rakit Terhadap Pola Konsumsi Warga. Economics Development Analysis
Journal 5 (1) (2016)
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 2009. Hubungan Program
Keluarga Berencana Nasional dengan Kesejahteraan Keluarga. Jakarta:
BKKBN.
Badan Pusat Statistik DKI Jakarta. 2018. Distribusi dan Kepedatan Penduduk
Menurut Kabupaten Kota di Provinsi DKI Jakarta. Badan Pusat Statistika
Jakarta. (Diakses 23 Januari 2018).
Badan Pusat Statistik Indonesia. 2017. Indeks Kebahagiaan Masyarakat Jakarta.
Hlm 2 – 4.
Badan Pusat Statistik Indonesia. 2017. Indeks Kebahagian Indonesia. : Badan Pusat
Statistik. (Diakses 20 Desember 2017).
Badan Pusat Statistik Indonesia. 2017. Indikator Kesejahteraan Rakyat. Hlm 151-
198.
Badan Pusat Statistik Indonesia. 2017. Jumlah Tenaga Kerja Indonesia. : Badan
Pusat Statistik. (Diakses 20 Desember 2017).
Badan Pusat Statistik, 2001, Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas 2001),
Jakarta.
Bappenas, 2000. Program Pembangunan Nasional Penanggulangan Kemiskinan.
Makalah Diskusi Rakor-Pokja Operasional Gerakan Terpadu Pengentasan
Kemiskinan Tk. Pusat. 13 Juni 2000. Jakarta.
Berita Resmi Statistik BPS Jakarta. 2017. Indeks Kebahagiaan DKI Jakarta Tahun
2017. Hlm 1-2
Chalid, Pheni. 2009. Sosiologi Ekonomi,Jakarta, 2009, Center for Social Economic
86
Chavkin, David L. Williams Jr. 1989. Low Income Parents’ Attitudes toward Parent
nvolvement in Education. Journal of Sociology and Social Welfare. Vol 16
Diener, E., Helliwell, J., Lucas, R., & Schimmack, U. (2009). Well-being for public
policy. USA: Oxford University Press.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
19. Edisi Kelima. Universitas Diponegoro, Semarang.
Glock, C. & Stark, R. 1966. Religion and Society In Tension. Chicago: University of
California
https://nasional.kontan.co.id/news/ekonom-indef-angka-kemiskinan-indonesia-
mengalami-penurunan-dari-tahun-ke-tahun (Diakses 20 Oktober 2018)
Herdiansyah, Haris. 2010. Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial.
Jakarta: Salemba Humanika
Husein, Umar. 2008. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta. PT
Rajagrafindo Persada.
Jakarta Open Data. 2018. Jumlah Pasar Menurut Kota dan Waktu Kegiatan di DKI
Jakarta. Jakarta Open Data (Diakses 18 Agustus 2018).
Jakarta Open Data. 2018. Jumlah Pasar yang Dikelola PD. Pasar Jaya Menurut
Kota dan Potensi. Jakarta Open Data (Diakses 18 Agustus 2018).
Jalaluddin. 2012. Psikologi Agama. Raja Grafindo. Hal 12-13
Jhingan, M.L. 2000. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. PT Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Juanda. 2009. Metodologi Penelitian Ekonomi & Bisnis. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Khoiroh, Qimmatul. 2013. Hubungan Strategi Coping Dengan Tingkat
Premenstrual Syndrom Pada Mahasiswi Fakultas Psikoloi UIN Malang.
Skripsi. Malang: UIN Malang
Landiyanto, E.A.; Ling, J.; Puspitasari, M. 2010. Wealth and Happiness: Empirical
Evidence from Indonesia. Working Paper. Mahidol University, Thailand.
Maylasari. 2016. Konsep Kebahagian Pada Masyarakat Samin dan
Pengukurannya: Perspektif Ekonomi, Sosio Demografi, dan Nilai
Religiusitas. (Skripsi). Semarang: Universitas Diponogero.
87
Mardalis. 2009. Populasi dan Sampel
Penelitian.http://triatra.wordpress.com/2011/04/05/populasi-dan-sampel-
penelitian/. Diakses tanggal 5 April 2018.
Moleong, Lexy J. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Natalia, Intan Indira. 2016. Tingkat Kesejahteraan dan Pendidikan Anak Petani
Salak Pondoh di Desa Pekandangan, Kecamatan Banjarmangu, Kabupaten
Banjarnegara. (Skripsi). Purwokerto; Universitas Muhammadiyah
Purwokerto.
Nurhayati. 2017. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan
Pedagang Sayur di Pasar Tradisional Kabupaten Majalengka. (Skripsi).
Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Nashori, R.D. Mengembangkan Kreativitas dalam Perspektif Psikologi Islam. Hal
78-8
Notoatmodjo, S. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku . Jakarta: Rineka Cipta
2007.
Otoritas Jasa Keuangan. 2016. Perencanaan Keuangan Keluarga. Jakarta: OJK.
Diunduh pada 14 November 2018 dari
https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/images/FileDownload/25_Buku_Pe
rencanaan_Keuangan.pdf .
Pasar Jaya. 2018. Pasar di DKI Jakarta. Pasar Jaya (15 Maret 2018).
Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 112 tahun 2007 tentang pasar
tradisonal.
Puspitawati, Hirien. 2015. Pengertian Kesejahteraan dan Ketahanan Keluarga.
(Kajian Akademik. Sebagian disarikan dari Buku Gender dan Keluarga:
Kosep dan Realita di Indonesia).
Riduwan. 2017. Metode & Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Bandung:
Alfabeta.
Saroni, Muhammad. 2011. Manajemen Sekolah Kita Menjadi Pendidik Yang
Kompeten. Ar-Ruzz Media,
Yogyakarta.http://vhajrie27.wordpress.com/2010/04/21/pkbm-sebagai-
lembaga pendidikan-nonforma. Diakses tanggal 4 Oktober 2018
88
Simanjuntak, Marti Sanrida. 2017. Peran Perempuan dalam Meningkatkan
Kesejahteraan Keluarga (Studi Kasus pada Perempuan Pedagang Sayuran
di Pasar Induk Sidikalang. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Soehartono, Irawan. 2011. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Soetjipto, 1992. Pendidikan Kesejahteraan Keluarga. Semarang: Satya Wacana.
Sugiarto, Eddy. 2007. Teori Kesejahteraan Sosial Ekonomi dan Pengukurannya.
Jurnal Ekskutif Vol. 4 No. 2, Agustus 2007.
Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung.
Alfabeta
Sugiyono. 2002. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: CV Alfabeta
Sunarti, Euis. 2006. Indikator Keluarga Sejahtera : Sejarah Pengembangan,
Evaluasi, dan Keberlanjutannya. 2006.
Todaro, Michael P. and Smith, Stephen C. 2011. Economic Development. Eleventh
Edition. United States: Addison Wesley.
Undang-undang No.10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan Dan
Pembangunan Keluarga Sejahtera
Undang-undang No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional
Undang-undang No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga
Wiboonponse, A & Sriboonchitta, S. 2006. Securing Small Producer Participation
in Restructured National and Regional Agri-Food Systems: The Case of
Thailand. Regoverning Markets. http:// www.regoverningmarkets.org/.
Diunduh pada 6 Juli 2018.
Wijayanto, Bayu. 1999. Sumber Pendapatan, Kebutuhan Pokok dan Perilaku
Menyimpang. Jakarta: Rajawali.
Wiyono. 2014. Perencanaan Keuangan Keluarga. Universitas Muhammadiyah
Malang.
World Health Organization (WHO), 1948, WHO definiton of Health,
http://www.who.int/about/definition/en/print.html. 7 Februari 2018.
89
Yasid, Mukhamad. 2009. Perilaku Menabung Ibu Rumah Tangga Keluarga Miskin
Peserta Program Ikhtiar Lembaga Keuangan Mikro Syariah Berbasis
Kelompok di Bogor, Jawa Barat. Islamic Finance and Business Review Vol.
4, No.1 Januari-Juli 2009.
91
Lampiran 1 kuesioner penelitian
Hari:…………………………….
Tanggal:………………………...
No. Kuesioner:………………….
A. IDENTITAS RESPONDEN
Lengkapilah kolom yang berada di bawah ini dan berikan tanda (x) pada suatu pilihan a,b,c,
dan seterusnya di bawah ini.
1. Lokasi :
2. Umur :……………………tahun
3. Jenis Kelamin :
4. Asal Tempat Tinggal :
5. Pendidikan Terakhir :
a. Tidak Sekolah
b. SD
c. SMP/sederajat
d. SMA/sederajat
e. D3
f. Sarjana
g. Lainnya (……………………………………)
6. Lama berjualan sayur : ………………………tahun
7. Alasan bekerja sebagai pedagang sayur
a. Pekerjaan utama
b. Pekerjaan sampingan
c. Penghasilan lumayan
d. Pengisi waktu luang
e. Lainnya (…………………………..)
Pola Kerja
No Pola Kerja Jawaban
1. Pekerjaan sebelum menjadi pedagang sayur
a. Karyawan Swasta
b. PNS
c. Petani
d. Buruh
e. Lainnya (………….)
2. Jumlah jam kerja dalam sehari a. < 5 Jam
b. 5-8 Jam
c. 8-11 Jam
d. 11- 14 Jam
92
e. > 14 Jam
3. Berapa hari bekerja dalam seminggu?
a. < 3x seminggu
b. 4x seminggu
c. 5x seminggu
d. 6x seminggu
e. Setiap hari
4. Jumlah keluarga yang ikut bekerja
(selain Bapak/Ibu)
a. Tidak ada
b. 1 orang
c. 2 orang
d. 3 orang
e. > 4 orang
5. Modal awal berjualan sayur a. < Rp. 2.000.000
b. Rp. 2.000.000 - Rp. 3.999.999
c. Rp. 4.000.000 - Rp. 5.999.999
d. Rp. 6.000.000 - Rp.
999.999.999
e. > Rp.10.000.000
6. Kendaraan yang digunakan untuk
berbelanja sayur
a. Motor
b. Truk
c. Angkutan umum
d. Berjalan Kaki
e. Lainnya (…………..)
7. Pembeli yang datang per hari a. < 15 orang
b. 20 – 25 orang
c. 25 - 50 orang
d. 50 - 100 orang
e. > 100 orang
A. PENDAPATAN EKONOMI KELUARGA
Keterangan:
CS : Cukup Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
8. Berapa penghasilan rata-rata per hari Bapak/Ibu berjualan sayur?
a. < Rp 150.000
b. Rp 151.000-Rp 300.000
c. Rp 301.000-Rp 500.000
d. Rp 501.000-Rp 1.500.000
No Pernyataan Jawaban
CS S TS
1 Dengan berjualan sayur dapat menaikkan pendapatan
ekonomi keluarga
2 Pemasukan dari berjualan sayur cukup untuk
memenuhi/membiayai kebutuhan keluarga
3 Terdapat sumbangan pemasukan dari anggota
keluarga (suami/istri/anak jika ada)
4 Menyisihkan pendapatan untuk kebutuhan
mendadak/jaga-jaga sangat perlu
5 Rela hutang kepada tetangga/saudara untuk
mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari
6 Ketika kondisi keuangan keluarga kurang baik, saya
mengurtangi pengeluaran keluarga
7 Ketika kondisi keuangan keluarga kurang baik, saya
mencari pekerjaan tambahan untuk menambah
pemasukan keluarga
93
e. > Rp 2.000.000
9. Berapa penghasilan rata-rata per bulan Bapak/Ibu berjualan sayur?
a. < Rp 4.000.000
b. Rp 4.000.000 - Rp 5.999.999
c. Rp 6.000.000 - Rp 7.999.999
d. Rp Rp 8.000.000-Rp 899.999.999
e. > Rp 10.000.000
10. Berapa pengeluaran rata-rata total per bulan dalam keluarga?
a. < Rp 4.000.000
b. Rp 4.000.000 - Rp 5.999.999
c. Rp 6.000.000 - Rp 7.999.999
d. Rp Rp 8.000.000-Rp 899.999.999
e. > Rp 10.000.000
11. Memiliki asuransi kesehatan dan jaminan hari tua
a. Ya
b. Tidak
B. KUALITAS KESEHATAN
(Pola Hidup Bapak/Ibu sehari-hari)
Keterangan:
S = Selalu
J = Jarang
TP = Tidak Pernah
No Pernyataan Jawaban
S J TP
1 Sebelum dan sesudah makan perlu mencuci tangan
2 Mengatur pola istirahat yang cukup dan teratur
3 Minum air putih 8 gelas per hari
4 Menjaga kebersihan badan dan lingkungan
5 Mengonsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna untuk menjaga
kesehatan
6 Makan utama/berat minimal dua kali sehari
7 Menjaga kebersihan kuku, rambut, dan alas kaki
C. TINGKAT RELIGIUSITAS
(Amalan Agama Setiap Hari)
Keterangan:
S = Selalu
J = Jarang
TP = Tidak Pernah
No Pernyataan Jawaban
S J TP
1 Shalat wajib 5 waktu
2 Menjalankan shalat sunnah Dhuha dan Tahajud
3 Melakukan puasa sunnat
4 Puasa ramadhan penuh 1 bulan
5 Rutin tiap hari membaca Al-Quran
6 Berinfaq dalam rangka mensyukuri nikmat
7 Berdoa sebelum berangkat bekerja
94
D. PENDIDIKAN
Keterangan:
CS = Cukup Setuju
S = Setuju
TS = Tidak Setuju
E. KESEJAHTERAAN KELUARGA
Keterangan:
CS = Cukup Setuju
S = Setuju
TS = Tidak Setuju
No Pernyataan Jawaban
CS S TS
1 Pendidikan anak adalah hal utama
2 Orangtua berperan penting dalam hal mendidik anak
3 Orangtua perlu megawasi anak saat belajar
4 Memotivasi anak agar memiliki keterampilan selain belajar
penting dilakukan sejak dini
5 Kualitas sekolah menjadi pertimbangan sebelum
memasukan anak ke sekolah tersebut
6 Anak mendapatkan pendidikan selain di sekolah seperti
les/bimbel
7 Orangtua memenuhi keperluan anak sekolah (buku, sepatu,
seragam dll)
No Pernyataan Jawaban
CS S TS
1 Penting memiliki pakaian yang berbeda saat bekerja dan
berada di rumah
2 Semua anak berumur 7-15 tahun dalam keluarga wajib
sekolah
3 Paling kurang seminggu sekali seluruh anggota makan
daging/ikan/telur perlu dilakukan
4 Membiasakan makan bersama seminggu sekali dan
dimanfaatkan untuk berkomunikasi
5 Rutin memperoleh informasi dari surat
kabar/majalah/radio/internet/televisi
6 Memberikan sumbangan untuk kegiatan sosial
7 Mengikuti kegiatan masyarakat di lingkungan tempat
tinggal
(arisan, pengajian,majlis ta’lim)
95
Lampiran 2 Data Mentah Hasil Jawaban Angket Penelitian
1. Variabel Tingkat Keuangan Keluarga
RESPONDEN 1 2 3 4 5 6 7 JUMLAH
1 3 3 2 2 1 3 2 16
2 3 3 3 3 2 3 3 20
3 3 3 3 3 1 2 2 17
4 3 3 2 3 3 2 2 18
5 3 3 2 3 3 2 2 18
6 3 3 2 2 2 2 2 16
7 3 3 3 2 1 1 1 14
8 3 3 3 3 1 2 2 17
9 3 3 2 3 3 2 3 19
10 3 3 2 3 3 3 2 19
11 3 3 3 3 2 2 3 19
12 3 3 1 3 1 3 3 17
13 3 3 3 3 1 2 1 16
14 3 3 3 3 1 3 3 19
15 3 3 3 2 3 3 1 18
16 3 3 1 3 3 3 3 19
17 3 3 3 3 1 3 1 17
18 3 3 3 3 1 1 1 15
19 3 3 1 3 1 2 2 15
20 3 3 2 2 1 3 2 16
21 3 3 3 1 1 3 3 17
22 3 3 3 3 3 2 2 19
23 3 3 3 3 3 3 3 21
24 3 3 3 3 2 2 2 18
25 3 3 3 3 2 2 2 18
26 3 3 3 3 3 3 3 21
27 3 3 3 3 3 3 2 20
28 3 3 3 3 3 3 3 21
29 3 3 3 3 1 2 2 17
30 3 3 3 3 1 1 3 17
31 3 3 3 3 2 3 3 20
32 3 3 3 3 3 3 3 21
33 3 3 3 3 3 3 3 21
34 3 3 3 3 2 2 2 18
35 3 3 3 3 1 2 2 17
96
36 3 3 3 3 1 2 2 17
37 3 3 3 3 1 2 2 17
38 3 3 3 3 2 2 3 19
39 3 3 3 3 2 2 3 19
40 3 3 3 3 3 3 3 21
41 3 3 2 3 1 2 3 17
42 3 3 3 3 3 3 3 21
43 3 3 3 3 2 2 2 18
44 3 3 3 3 3 3 3 21
45 3 3 3 3 3 2 1 18
46 3 3 3 3 3 3 3 21
47 3 3 2 3 1 2 1 15
48 3 3 3 3 2 2 2 18
49 3 3 3 3 3 3 3 21
50 3 3 3 3 3 3 3 21
51 3 3 3 2 2 2 2 17
52 3 3 3 3 1 3 1 17
53 3 3 2 3 1 2 2 16
54 3 3 3 3 3 2 3 20
55 3 3 3 2 2 3 3 19
56 3 3 2 3 1 2 3 17
57 3 3 2 3 2 1 3 17
58 3 3 2 3 3 2 3 19
59 3 3 3 3 2 3 2 19
60 3 3 2 3 2 3 3 19
97
2. Variabel Tingkat Kesehatan
RESPONDEN 1 2 3 4 5 6 7 JUMLAH
1 2 3 3 3 3 3 3 20
2 3 2 3 2 3 2 3 18
3 3 2 3 3 3 2 3 19
4 3 2 2 3 3 3 3 19
5 3 3 2 2 3 2 3 18
6 3 2 2 2 3 3 2 17
7 2 2 2 2 2 2 2 14
8 3 3 2 2 2 2 3 17
9 3 3 2 3 2 3 3 19
10 3 3 2 3 3 3 3 20
11 3 3 2 2 3 3 3 19
12 3 2 2 3 3 3 3 19
13 3 2 3 3 3 3 3 20
14 2 2 3 3 3 3 2 18
15 3 2 3 3 2 2 3 18
16 3 2 3 3 2 3 3 19
17 3 3 2 2 3 3 3 19
18 3 3 2 2 3 2 3 18
19 2 2 2 3 3 3 3 18
20 2 3 3 3 3 3 3 20
21 3 2 2 3 2 2 3 17
22 2 2 2 3 2 3 3 17
23 2 2 2 3 3 2 2 16
24 3 2 3 3 3 3 3 20
25 3 2 3 3 3 3 3 20
26 3 3 2 2 2 3 3 18
27 2 2 3 3 3 2 2 17
28 3 2 2 3 3 2 2 17
29 3 2 2 3 3 3 3 19
30 2 2 2 2 2 2 2 14
31 3 2 2 3 3 3 3 19
32 3 3 3 3 3 2 2 19
33 3 2 2 3 3 2 2 17
34 3 2 2 3 3 3 3 19
35 2 2 2 3 3 3 3 18
36 3 2 2 3 3 3 3 19
37 2 2 2 3 3 2 2 16
38 3 3 3 3 3 3 3 21
39 3 3 2 2 2 3 3 18
98
40 3 2 2 2 2 2 3 16
41 3 2 2 2 3 2 3 17
42 2 2 2 2 3 3 2 16
43 3 2 2 3 3 2 2 17
44 3 2 2 3 3 3 3 19
45 3 2 3 3 3 3 3 20
46 3 3 3 2 2 2 2 17
47 3 2 2 2 3 2 3 17
48 3 3 2 2 2 3 3 18
49 3 2 2 3 3 2 2 17
50 3 2 3 3 2 3 2 18
51 3 2 2 2 3 3 3 18
52 3 3 3 2 2 2 2 17
53 2 2 3 3 2 3 2 17
54 3 2 2 2 3 3 3 18
55 3 2 3 2 2 3 3 18
56 3 2 2 2 3 2 3 17
57 3 3 3 3 3 3 3 21
58 3 2 2 3 3 3 3 19
59 3 2 3 3 2 3 3 19
60 2 2 2 3 2 3 3 17
99
3. Variabel Tingkat Religiusitas
RESPONDEN 1 2 3 4 5 6 7 JUMLAH
1 3 2 1 3 2 3 3 17
2 3 2 2 2 2 3 3 17
3 2 2 2 3 2 3 2 16
4 3 2 1 3 2 3 2 16
5 2 2 1 3 2 3 3 16
6 3 2 2 2 2 3 3 17
7 3 2 2 2 2 3 3 17
8 2 2 3 3 2 2 3 17
9 3 2 2 2 2 3 3 17
10 3 2 2 3 2 3 3 18
11 3 3 3 2 2 3 3 19
12 3 2 2 3 2 3 3 18
13 3 2 2 3 2 3 3 18
14 2 2 1 2 2 3 3 15
15 3 2 3 3 2 3 3 19
16 3 3 2 3 2 3 3 19
17 3 2 3 3 3 3 3 20
18 3 3 2 3 2 3 3 19
19 2 2 1 2 2 3 3 15
20 3 2 1 3 2 3 3 17
21 3 2 1 2 3 3 3 17
22 3 2 3 3 2 3 3 19
23 3 2 3 3 2 3 3 19
24 2 2 2 3 2 3 3 17
25 3 2 2 3 3 3 3 19
26 3 2 2 3 3 3 3 19
27 2 2 2 2 2 3 3 16
28 2 2 2 2 2 3 3 16
29 2 2 2 2 2 2 3 15
30 3 3 2 2 3 3 3 19
31 3 2 2 2 2 3 3 17
32 2 2 2 3 2 3 3 17
33 2 2 2 2 2 3 3 16
34 3 3 2 3 3 3 3 20
35 3 2 2 2 2 3 3 17
36 2 2 2 2 2 3 3 16
37 2 2 2 3 2 3 3 17
38 2 2 2 3 2 3 3 17
39 3 2 2 2 2 3 3 17
100
40 2 2 2 3 2 3 3 17
41 3 2 2 3 2 3 3 18
42 2 2 2 2 2 2 3 15
43 3 2 2 2 2 3 3 17
44 3 3 2 2 2 3 3 18
45 3 3 3 3 2 2 2 18
46 3 2 2 2 2 3 3 17
47 3 2 2 2 1 3 3 16
48 3 3 2 2 3 3 3 19
49 2 2 1 3 2 3 3 16
50 3 2 2 3 3 3 3 19
51 2 1 2 2 2 3 3 15
52 2 1 1 2 2 3 3 14
53 3 2 2 3 2 3 3 18
54 2 2 2 3 2 3 3 17
55 2 2 1 2 2 2 2 13
56 3 2 2 3 2 3 3 18
57 2 2 2 2 2 2 3 15
58 3 2 2 2 2 2 3 16
59 3 1 3 3 2 3 3 18
60 3 2 3 3 2 3 3 19
101
4. Variabel Tingkat Pendidikan
RESPONDEN 1 2 3 4 5 6 7 JUMLAH
1 3 3 3 3 3 3 3 21
2 3 3 3 3 3 2 2 19
3 3 3 3 3 2 2 2 18
4 3 3 3 3 2 2 3 19
5 3 3 3 3 3 2 2 19
6 3 3 3 3 3 3 3 21
7 3 3 3 3 3 3 2 20
8 3 3 3 3 3 2 2 19
9 3 3 3 3 3 3 3 21
10 3 3 3 3 3 3 2 20
11 3 3 3 2 2 3 3 19
12 3 2 2 3 3 2 3 18
13 3 2 3 3 3 3 3 20
14 3 2 3 3 3 3 3 20
15 3 3 3 3 3 3 2 20
16 3 3 3 3 2 3 2 19
17 3 3 3 3 3 3 3 21
18 3 3 3 3 3 3 3 21
19 3 3 3 3 3 3 2 20
20 3 3 3 3 2 3 3 20
21 3 3 3 3 3 3 3 21
22 3 3 3 3 2 2 2 18
23 2 2 2 3 3 2 2 16
24 3 3 3 3 3 3 3 21
25 3 3 3 3 3 3 3 21
26 3 3 3 3 3 2 3 20
27 3 3 3 3 3 3 3 21
28 3 3 3 3 3 3 2 20
29 3 3 3 3 3 3 2 20
30 3 3 3 3 3 3 3 21
31 3 3 3 3 3 3 3 21
32 3 3 3 3 3 3 3 21
33 3 3 3 3 3 3 3 21
34 3 3 3 3 3 2 2 19
35 3 3 3 3 2 2 2 18
36 3 3 3 3 3 2 2 19
37 3 3 3 3 3 2 2 19
38 3 3 3 3 3 3 2 20
39 3 3 3 3 3 2 2 19
102
40 3 3 3 3 3 2 2 19
41 3 3 3 3 3 3 2 20
42 3 3 3 3 3 3 3 21
43 3 3 3 3 3 3 2 20
44 3 3 3 3 3 3 2 20
45 3 3 3 3 3 3 3 21
46 3 3 3 3 3 3 3 21
47 3 3 3 3 3 2 2 19
48 3 3 3 3 3 3 3 21
49 3 3 3 3 3 3 2 20
50 3 3 3 3 3 3 3 21
51 3 3 3 3 3 3 3 21
52 3 3 3 2 2 3 3 19
53 3 3 3 3 3 2 2 19
54 3 3 3 3 3 3 3 21
55 3 3 3 3 3 3 2 20
56 3 3 3 3 3 3 2 20
57 3 3 3 3 3 3 3 21
58 3 3 3 3 3 3 2 20
59 3 3 3 3 3 2 2 19
60 3 3 3 3 3 3 2 20
103
5. Kuesioner Kesejahteraan Keluarga
RESPONDEN 1 2 3 4 5 6 7 JUMLAH
1 2 3 2 3 2 2 3 17
2 3 3 2 2 3 3 3 19
3 3 3 2 3 3 2 2 18
4 3 3 2 2 3 2 2 17
5 3 2 3 3 2 2 2 17
6 2 3 2 3 2 3 3 18
7 2 3 2 3 2 3 2 17
8 3 2 3 3 3 2 2 18
9 3 3 3 3 2 3 2 19
10 2 3 3 3 2 3 3 19
11 2 3 2 3 2 3 3 18
12 3 3 3 3 3 3 3 21
13 3 3 2 3 3 2 3 19
14 3 3 3 3 3 3 2 20
15 3 3 2 2 3 2 2 17
16 3 3 3 3 3 2 1 18
17 2 3 3 3 3 3 3 20
18 2 3 3 3 3 3 3 20
19 3 3 3 2 2 3 2 18
20 2 3 2 3 2 2 3 17
21 3 3 3 3 3 2 2 19
22 2 3 2 3 3 3 3 19
23 3 3 3 3 3 2 2 19
24 2 3 3 3 2 3 3 19
25 2 3 3 2 2 2 2 16
26 3 3 3 3 2 2 2 18
27 2 3 2 3 2 3 3 18
28 2 3 2 3 2 2 3 17
29 3 3 3 3 2 2 2 18
30 2 3 3 2 3 3 3 19
31 2 3 2 2 2 2 3 16
32 3 3 3 3 3 3 3 21
33 2 3 2 2 2 3 3 17
34 2 3 2 2 2 3 3 17
35 3 3 3 3 3 2 2 19
36 3 3 2 2 2 2 2 16
37 3 3 3 2 3 2 2 18
38 3 3 3 3 3 3 3 21
39 2 3 2 3 3 2 2 17
104
40 2 3 2 3 3 1 3 17
41 2 3 3 3 3 3 2 19
42 3 3 3 3 3 3 3 21
43 3 2 2 3 3 2 2 17
44 3 3 3 3 3 3 3 21
45 2 3 3 2 2 3 3 18
46 2 3 2 2 2 3 3 17
47 3 3 3 3 3 2 2 19
48 3 3 2 2 2 2 3 17
49 3 3 3 3 3 3 3 21
50 3 2 3 3 3 2 2 18
51 2 3 3 3 3 2 2 18
52 3 3 3 3 3 3 2 20
53 3 3 3 2 3 3 1 18
54 3 3 2 2 2 3 3 18
55 2 2 2 3 3 3 1 16
56 2 3 3 3 3 3 2 19
57 2 3 2 2 3 3 3 18
58 2 3 3 3 3 3 3 20
59 3 3 3 3 2 3 2 19
60 2 3 3 3 3 3 3 20
105
Lampiran 3 Hasil Uji SPSS
1. Uji Validitas Tingkat Keuangan Keluarga
Correlations
keu_1 keu_2 keu_3 keu_4 keu_5 keu_6 keu_7 skor_total
keu_1 Pearson Correlation .1 .030 .118 .107 .1 .100 .068 .603**
Sig. (2-tailed) .815 .362 .419 . .446 .602 .000
N 60 60 60 60 60 60 60 60
keu_2 Pearson Correlation .498** 1 .047 .212 .031 .034 .194 .337*
Sig. (2-tailed) .001 .724 .105 .816 .796 .137 .009
N 60 60 60 60 60 60 60 60
keu_3 Pearson Correlation .485** -.047 1 .107 .119 .096 .171 .493
**
Sig. (2-tailed) .002 .724 .415 .363 .468 .192 .000
N 60 60 60 60 60 60 60 60
keu_4 Pearson Correlation .250 .212 .107 1 .106 .097 .021 .323*
Sig. (2-tailed) .119 .105 .415 .420 .460 .875 .012
N 60 60 60 60 60 60 60 60
keu_5 Pearson Correlation .208 .031 .119 .106 1 .100 .068 .604**
Sig. (2-tailed) .198 .816 .363 .420 .447 .603 .000
N 60 60 60 60 60 60 60 60
keu_6 Pearson Correlation .654** .034 .096 .097 .100 1 .325
* .568
**
Sig. (2-tailed) .000 .796 .468 .460 .447 .011 .000
N 60 60 60 60 60 60 60 60
keu_7 Pearson Correlation .263 .194 .171 .021 .068 .325* 1 .638
**
Sig. (2-tailed) .100 .137 .192 .875 .603 .011 .000
N 60 60 60 60 60 60 60 60
skor_total Pearson Correlation .603** .337
** .493
** .323
* .604
** .568
** .638
** 1
Sig. (2-tailed) .000 .009 .000 .012 .000 .000 .000
N 60 60 60 60 60 60 60 60
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
a. Cannot be computed because at least one of the variables is constant.
106
2. Uji Validitas Tingkat Kesehatan
Correlations
kes_1 kes_2 kes_3 kes_4 kes_5 kes_6 kes_7 skor_total
kes_1 Pearson Correlation 1 .261* .062 -.139 .040 .020 .378
** .485
**
Sig. (2-tailed) .044 .638 .291 .762 .881 .003 .000
N 60 60 60 60 60 60 60 60
kes_2 Pearson Correlation .341* 1 .308
* .389
** .407
** .018 .335
** .566
**
Sig. (2-tailed) .008 .017 .002 .001 .891 .009 .000
N 60 60 60 60 60 60 60 60
kes_3 Pearson Correlation .062 -.005 1 .242 -.077 .021 -.102 .364**
Sig. (2-tailed) .638 .967 .063 .560 .874 .440 .004
N 60 60 60 60 60 60 60 60
kes_4 Pearson Correlation -.139 -.377** .242 1 .254 .224 .007 .413
**
Sig. (2-tailed) .291 .003 .063 .050 .085 .955 .001
N 60 60 60 60 60 60 60 60
kes_5 Pearson Correlation .040 -.167 -.077 .254 1 .111 .106 .419**
Sig. (2-tailed) .762 .203 .560 .050 .397 .422 .001
N 60 60 60 60 60 60 60 60
kes_6 Pearson Correlation .020 .010 .021 .224 .111 1 .456** .600
**
Sig. (2-tailed) .881 .938 .874 .085 .397 .000 .000
N 60 60 60 60 60 60 60 60
kes_7 Pearson Correlation .378** .148 -.102 .007 .106 .456
** 1 .624
**
Sig. (2-tailed) .003 .259 .440 .955 .422 .000 .000
N 60 60 60 60 60 60 60 60
skor_total Pearson Correlation .485** .566
** .364
** .413
** .419
** .600
** .624
** 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .004 .001 .001 .000 .000
N 60 60 60 60 60 60 60 60
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
107
3. Uji Validitas Tingkat Religiusitas
Correlations
REL_1 REL_2 REL_3 REL_4 REL_5 REL_6 REL_7 skor_total
REL_1 Pearson
Correlation 1 .316
* .285
* .120 .240 .262
* .074 .691
**
Sig. (2-tailed) .014 .027 .360 .064 .043 .574 .000
N 60 60 60 60 60 60 60 60
REL_2 Pearson
Correlation .316
* 1 .147 .027 .260
* -.052 -.106 .485
**
Sig. (2-tailed) .014 .262 .841 .045 .696 .420 .000
N 60 60 60 60 60 60 60 60
REL_3 Pearson
Correlation .285
* .147 1 .210 .009 -.103 .111 .582
**
Sig. (2-tailed) .027 .262 .108 .943 .433 .399 .000
N 60 60 60 60 60 60 60 60
REL_4 Pearson
Correlation .120 .027 .210 1 .115 .180 -.116 .510
**
Sig. (2-tailed) .360 .841 .108 .383 .168 .377 .000
N 60 60 60 60 60 60 60 60
REL_5 Pearson
Correlation .240 .260
* .009 .115 1 .115 .084 .481
**
Sig. (2-tailed) .064 .045 .943 .383 .382 .521 .000
N 60 60 60 60 60 60 60 60
REL_6 Pearson
Correlation .262
* -.052 -.103 .180 .115 1 .319
* .390
**
Sig. (2-tailed) .043 .696 .433 .168 .382 .013 .002
N 60 60 60 60 60 60 60 60
REL_7 Pearson
Correlation .074 -.106 .111 -.116 .084 .319
* 1 .255
*
Sig. (2-tailed) .574 .420 .399 .377 .521 .013 .049
N 60 60 60 60 60 60 60 60
skor_total Pearson
Correlation .691
** .485
** .582
** .510
** .481
** .390
** .255
* 1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .002 .049
N 60 60 60 60 60 60 60 60
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
108
4. Uji Validitas Tingkat Pendidikan
Correlations
PEN_1 PEN_2 PEN_3 PEN_4 PEN_5 PEN_6 PEN_7 skor_total
PEN_1 Pearson
Correlation 1 .487
** .701
** -.024 -.051 .199 .126 .479
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .855 .698 .128 .338 .000
N 60 60 60 60 60 60 60 60
PEN_2 Pearson
Correlation .487
** 1 .695
** -.050 -.105 .117 -.143 .353
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .706 .425 .375 .277 .006
N 60 60 60 60 60 60 60 60
PEN_3 Pearson
Correlation .701
** .695
** 1 -.034 -.073 .284
* -.006 .508
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .794 .580 .028 .963 .000
N 60 60 60 60 60 60 60 60
PEN_4 Pearson
Correlation .485
** .650
** -.034 1 .473
** -.122 -.192 .352
**
Sig. (2-tailed) .000 .000 .794 .000 .355 .142 .006
N 60 60 60 60 60 60 60 60
PEN_5 Pearson
Correlation -.051 -.105 -.073 .473
** 1 .171 -.013 .426
**
Sig. (2-tailed) .698 .425 .580 .000 .191 .921 .001
N 60 60 60 60 60 60 60 60
PEN_6 Pearson
Correlation .199 .117 .284
* -.122 .171 1 .415
** .762
**
Sig. (2-tailed) .128 .375 .028 .355 .191 .001 .000
N 60 60 60 60 60 60 60 60
PEN_7 Pearson
Correlation .126 -.143 -.006 -.192 -.013 .415
** 1 .595
**
Sig. (2-tailed) .338 .277 .963 .142 .921 .001 .000
N 60 60 60 60 60 60 60 60
Skor_total Pearson
Correlation .479
** .353
** .508
** .352
** .426
** .762
** .595
** 1
Sig. (2-tailed) .000 .006 .000 .006 .001 .000 .000
N 60 60 60 60 60 60 60 60
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
109
5. Uji Validitas Tingkat Kesejahteraan Pedagang Sayur
Correlations
KPS_1 KPS_2 KPS_3 KPS_4 KPS_5 KPS_6 KPS_7 skor_total
KPS_1 Pearson Correlation 1 -.161 .294* .005 .259
* -.227 -.392
** .273
*
Sig. (2-tailed) .219 .023 .970 .046 .081 .002 .035
N 60 60 60 60 60 60 60 60
KPS_2 Pearson Correlation -.161 1 -.010 -.190 -.123 .199 .340** .255
*
Sig. (2-tailed) .219 .938 .147 .349 .127 .008 .049
N 60 60 60 60 60 60 60 60
KPS_3 Pearson Correlation .294* -.010 1 .294
* .276
* .175 -.248 .617
**
Sig. (2-tailed) .023 .938 .023 .033 .180 .056 .000
N 60 60 60 60 60 60 60 60
KPS_4 Pearson Correlation .005 -.190 .294* 1 .242 -.045 -.067 .436
**
Sig. (2-tailed) .970 .147 .023 .063 .731 .612 .001
N 60 60 60 60 60 60 60 60
KPS_5 Pearson Correlation .259* -.123 .276
* .242 1 -.051 -.219 .489
**
Sig. (2-tailed) .046 .349 .033 .063 .697 .093 .000
N 60 60 60 60 60 60 60 60
KPS_6 Pearson Correlation -.227 .199 .175 -.045 -.051 1 .298* .500
**
Sig. (2-tailed) .081 .127 .180 .731 .697 .021 .000
N 60 60 60 60 60 60 60 60
KPS_7 Pearson Correlation -.392** .340
** -.248 -.067 -.219 .298
* 1 .281
*
Sig. (2-tailed) .002 .008 .056 .612 .093 .021 .030
N 60 60 60 60 60 60 60 60
skor_total Pearson Correlation .273* .255
* .617
** .436
** .489
** .500
** .281
* 1
Sig. (2-tailed) .035 .049 .000 .001 .000 .000 .030
N 60 60 60 60 60 60 60 60
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
110
Lampiran 4 Hasil Uji SPSS
1. Uji Reabilitas Tingkat Keuangan Keluarga
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.443 7
2. Uji Reabilitas Tingkat Kesehatan
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.337 7
3. Uji Reabilitas Tingkat Religiusitas
4. Uji Reabilitas Tingkat Pendidikan
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.421 7
5. Uji Reabilitas Tingkat Kesejahteraan Pedagang Sayur
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.636 7
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.492 7
111
Lampiran 5 Hasil Uji Tabulasi Silang (Crosstabulation)
3. Penghasilan Per Bulan dengan Kualias Kesehatan
Hasil Tabulasi Silang Penghasilan per Bulan dengan Tingkat Kesehatan
(n=60)
kesehatan
Total jarang selalu
penghasilan_per_bulan < 4.000.000 Count 7 0 7
% within
penghasilan_per_bulan 100.0% 0.0% 100.0%
4.000.000 -
6.000.000
Count 9 7 16
% within
penghasilan_per_bulan 56.3% 43.8% 100.0%
6.000.000 -
8.000.000
Count 9 2 11
% within
penghasilan_per_bulan 81.8% 18.2% 100.0%
8.000.000 -
9.000.000
Count 7 2 9
% within
penghasilan_per_bulan 77.8% 22.2% 100.0%
>10.000.000 Count 13 4 17
% within
penghasilan_per_bulan 76.5% 23.5% 100.0%
Total Count 45 15 60
% within
penghasilan_per_bulan 75.0% 25.0% 100.0%
112
4. Penghasilan Per Bulan dengan Tingkat Kesejahterann Pedagang
Hasil Tabulasi Silang Penghasilan per Bulan dengan Tingkat Kesejahteraan
(n=60)
kesejahteraan
Total
tidak
setuju
cukup
setuju setuju
penghasilan_per_b
ulan
< Rp.4.000.000 Count 1 3 3 7
% within
penghasilan_per_bul
an
14.3% 42.9% 42.9% 100.0%
Rp.4.000.000 -
Rp.6.000.000
Count 1 8 7 16
% within
penghasilan_per_bul
an
6.3% 50.0% 43.8% 100.0%
Rp.6.000.000 -
Rp.8.000.000
Count 0 6 5 11
% within
penghasilan_per_bul
an
0.0% 54.5% 45.5% 100.0%
Rp.8.000.000 -
Rp.9.000.000
Count 0 6 3 9
% within
penghasilan_per_bul
an
0.0% 66.7% 33.3% 100.0%
> Rp.10.000.000 Count 0 3 14 17
% within
penghasilan_per_bul
an
0.0% 17.6% 82.4% 100.0%
Total Count 2 26 32 60
% within
penghasilan_per_bul
an
3.3% 43.3% 53.3% 100.0%
113
5. Pola Kerja (Jumlah Jam Kerja) dengan Tingkat Keuangan Keluarga
Hasil Tabulasi Silang Pola Kerja dengan Tingkat Keuangan Keluarga
(n=60)
keuangan_keluarga
Total tidak setuju cukup setuju setuju
jam_kerja > 5 jam Count 0 1 3 4
% within jam_kerja 0.0% 25.0% 75.0% 100.0%
5-8 jam Count 0 1 3 4
% within jam_kerja 0.0% 25.0% 75.0% 100.0%
8-11 jam Count 1 3 25 29
% within jam_kerja 3.4% 10.3% 86.2% 100.0%
11-14 jam Count 0 4 15 19
% within jam_kerja 0.0% 21.1% 78.9% 100.0%
> 14 jam Count 0 1 3 4
% within jam_kerja 0.0% 25.0% 75.0% 100.0%
Total Count 1 10 49 60
% within jam_kerja 1.7% 16.7% 81.7% 100.0%
114
6. Penghasilan Per Bulan dengan Pendidikan Terakhir
penghasilan_per_bulan
Total
< Rp.
4.000.
000
Rp.
4.000.
000 -
Rp.6.0
00.000
Rp.
6.000.
000 -
Rp.8.0
00.000
Rp.8.0
00.000
- Rp.
9.000.
000
>
Rp.10.
000.00
0
pendidika
n_terakhir
tidak
sekola
h
Count 2 2 3 2 0 9
% within
pendidikan_t
erakhir
22.2% 22.2% 33.3% 22.2% 0.0% 100.0%
SD Count 3 4 3 3 1 14
% within
pendidikan_t
erakhir
21.4% 28.6% 21.4% 21.4% 7.1% 100.0%
SMP Count 1 5 1 2 1 10
% within
pendidikan_t
erakhir
10.0% 50.0% 10.0% 20.0% 10.0% 100.0%
SMA Count 1 5 2 2 9 19
% within
pendidikan_t
erakhir
5.3% 26.3% 10.5% 10.5% 47.4% 100.0%
D3 Count 0 0 1 0 4 5
% within
pendidikan_t
erakhir
0.0% 0.0% 20.0% 0.0% 80.0% 100.0%
sarjan
a
Count 0 0 1 0 2 3
% within
pendidikan_t
erakhir
0.0% 0.0% 33.3% 0.0% 66.7% 100.0%
Total Count 7 16 11 9 17 60
% within
pendidikan_t
erakhir
11.7% 26.7% 18.3% 15.0% 28.3% 100.0%
109
7. Penghasilan Per Bulan dengan Jenis Kelamin
Hasil Tabulasi Penghasilan Per Bulan dengan Jenis Kelamin
(n=60)
jenis_kelamin
Total laki-laki perempuan
penghasilan_per_bula
n
< Rp. 4.000.000 Count 3 4 7
% within
penghasilan_per_bulan 42.9% 57.1% 100.0%
Rp. 4.000.000 -
Rp.6.000.000
Count 4 12 16
% within
penghasilan_per_bulan 25.0% 75.0% 100.0%
Rp. 6.000.000 -
Rp.8.000.000
Count 4 7 11
% within
penghasilan_per_bulan 36.4% 63.6% 100.0%
Rp.8.000.000 - Rp.
9.000.000
Count 4 5 9
% within
penghasilan_per_bulan 44.4% 55.6% 100.0%
> Rp.10.000.000 Count 12 5 17
% within
penghasilan_per_bulan 70.6% 29.4% 100.0%
Total Count 27 33 60
% within
penghasilan_per_bulan 45.0% 55.0% 100.0%
110
8. Hasil Tabulasi Silang Usia dengan Tingkat Religiusitas
Hasil Tabulasi Usia dengan Tingkat Religiusitas
(n=60)
usia * religiusitas Crosstabulation
religiusitas
Total jarang selalu
usia 25-30 tahun Count 1 4 5
% within usia 20.0% 80.0% 100.0%
31-36 tahun Count 4 7 11
% within usia 36.4% 63.6% 100.0%
37-42 tahun Count 7 8 15
% within usia 46.7% 53.3% 100.0%
43-48 tahun Count 7 4 11
% within usia 63.6% 36.4% 100.0%
49-54 tahun Count 3 6 9
% within usia 33.3% 66.7% 100.0%
55-60 tahun Count 1 8 9
% within usia 11.1% 88.9% 100.0%
Total Count 23 37 60
% within usia 38.3% 61.7% 100.0%
111
9. Hasil Tabulasi Silang Penghasilan Per Bulan dengan Pendidikan
Hasil Tabulasi Penghasilan Per Bulan dengan Tingkat Pendidikan
(n=60)
kualitas_pendidikan
Total
tidak
setuju
cukup
setuju setuju
penghasilan_per_b
ulan
< Rp.4.000.000 Count 1 3 3 7
% within
penghasilan_per_bul
an
14.3% 42.9% 42.9% 100.0%
Rp. 4.000.000 - Rp.
6.000.000
Count 1 8 7 16
% within
penghasilan_per_bul
an
6.3% 50.0% 43.8% 100.0%
Rp.6.000.000 -
Rp.8.000.000
Count 0 6 5 11
% within
penghasilan_per_bul
an
0.0% 54.5% 45.5% 100.0%
Rp.8.000.000 - Rp.
9.000.000
Count 0 6 3 9
% within
penghasilan_per_bul
an
0.0% 66.7% 33.3% 100.0%
> Rp.10.000.000 Count 0 3 14 17
% within
penghasilan_per_bul
an
0.0% 17.6% 82.4% 100.0%
Total Count 2 26 32 60
% within
penghasilan_per_bul
an
3.3% 43.3% 53.3% 100.0%
112
Lampiran 6
Hasil Uji Rank Spearman
Correlations
EK KES REL PEN KPS
Spearma
n's rho
KEU Correlation Coefficient 1.000 .279* 428
** .279
* 676
**
Sig. (2-tailed) . .031 .001 .031 .000
N 60 60 60 60 60
KES Correlation Coefficient 535** 1.000 .399
* .326
* .639
**
Sig. (2-tailed) .000 . .014 .010 .000
N 60 60 60 60 60
REL Correlation Coefficient .358* .606
** 1.000 .536
** .491
**
Sig. (2-tailed) .012 .000 . .000 .001
N 60 60 60 60 60
PEN Correlation Coefficient .358* .605
** .328
* 1.000 .480
**
Sig. (2-tailed) .012 .000 .010 . .001
N 60 60 60 60 60
KPS Correlation Coefficient .676** .639
** .491
** .480
** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .001 .
N 60 60 60 60 60
113
Lampiran 7
- Dokumentasi
1. Wawancara dengan Pedagang Sayur Pasar Induk Kramat Jati
2. Wawancara dengan Pedagang Rumahan