ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan dan pengajaran merupakan dua hal yang tidak dapat
dipisahkan, karena pendidikan adalah induk dari semua aktipitas pencapaian
ilmu baik secara langsung atau tidak langsung, berguru atau otodidak semua
itu adalah bersumber dari pendidikan.
Sedangkan pengajaran adalah salah satu system yang mana
didalamnya ada proses mengajar dan salah satu tujuannya adalah untuk
mencerdaskan anak didik dengan metode dan siste tertentu untuk mencapai
tujuan yang diharapkan dalam proses belajar mengajar.
Pengajaran merupakan kegiatan yang sangat penting dan
berpengaruh besar terhadap dunia pendidikan, tanpa pengajaran proses
belajar mengajarpun tidak akan terlaksana karna proses belajar mengajar
berinduk pada pengajaran yang didalamnya terdapat system metode dan
cara penyampaian ilmu kepada si anak didik supaya apa yang disampaikan
dapat diserap dan dapat diperaktekan kedalam dunia nyata.
.Dalam berbagai sumber tulisan tentang pendidikan, Ki Hadjar
Dewantara berpendapat bahwa Pendidikan harus dimulai dari persamaan
persepsi pemangku pendidikan tentang mendidik itu sendiri. Mendidik dalam
arti yang sesungguhnya adalah proses memanusiakan manusia
(humanisasi), yakni pengangkatan manusia ke taraf insani. Di dalam
mendidik ada pembelajaran yang merupakan komunikasi
eksistensimanusiawi yang otentik kepada manusia, untuk dimiliki,
dilanjutkan dan disempurnakan. Jadi sesungguhnya pendidikan adalah usaha
bangsa ini membawa manusia Indonesia keluar dari kebodohan, dengan
membuka tabir aktual-transenden dari sifat alami manusia (humanis).
Menurut Ki Hajar Dewantara tujuan pendidikan adalah penguasaan
diri, sebab di sinilah pendidikan memanusiawikan manusia (humanisasi).
Penguasaan diri merupakan langkah yang harus dituju untuk tercapainya
1
pendidikan yang mamanusiawikan manusia. Ketikasetiap peserta didik
mampu menguasai dirinya, mereka akan mampu juga menentukan sikapnya.
Dengan demikian akan tumbuh sikap yang mandiri dan dewasa. Dalam
konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara ada dua hal yang harus dibedakan
yaitu sistem Pengajaran dan Pendidikan yang harus bersinergis satu sama
lain.Pengajaran bersifat memerdekakan manusia dari aspek hidup lahiriah
(kemiskinan dan kebodohan). Sedangkanpendidikan lebih memerdekakan
manusia dari aspek hidup batin (otonomi berpikir dan mengambil
keputusan,martabat, mentalitas demokratik).
. Berlatar masalah tersebut di atas, maka penulisan makalah ini kami
beri judul “Hakekat Hubungan Pendidikan Dan Pengajaran Dalam
Menciptakan Sdm Yang Berkualitas”
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud” Hakekat Hubungan Pendidikan Dan Pengajaran
Dalam Menciptakan Sdm Yang Berkualitas”?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini agar kita dapat mengetahui :
1. Hakikat pendidikan
2. Hubungan pendidikan dan pengajaran
.
D. Metode Penulisan
Penulis mempergunakan metode kepustakaan dan gogling.
Cara-cara yang digunakan pada penelitian ini adalah :
a. Studi Pustaka
Dalam metode ini penulis membaca buku-buku yang berkaitan denga
penulisan makalah ini.
b. Gogling
Dalam pencarian materi makalah ini kami menggunakan jaringan
internet mencari materi yang berkaitan dengan hal atau materi yang akan
kita
2
Ekupas dalam makalah ini.
BAB II
ISI
Hakekat Hubungan Pendidikan Dan Pengajaran Dalam Menciptakan
Sdm Yang Berkualitas
A. Hakikat Hubungan Pendidikan Dan Pengajaran DalamMenciptakan
Sdm Yang Berkualitas
Pembahasan tentang hakikat pendidikan diartikan sebagai kupasan
secara konseptual terhadap kenyataan-kenyataan kehidupan manusia baik
disadari maupun tidak disadari manusia telah melaksanakan pendidikan
mulai dari keberadaan manusia pada zaman primitif sampai zaman modern
(masa kini), bahkan selama masih ada kehidupan manusia didunia
pendidikan akan tetap berlangsung. Kesadaran akan konsep tersebut diatas
menunjukkan bahwa pendidikan sebagai gejala kebudayaan. Artinya sebagai
pertanda bahwa manusia sebagai makluk budaya yang salah satu tugas
kebudayaan itu tampak pada proses pendidikan.
Pandangan tentang pendidikan sebagai gejala kebudayaan akan
meletakkkan dasar-dasar dalam pendidikan pada Manusia sebagai makhluk
budaya, perkembangan pendidikan sejajar dengan perkembangan
kebudayaan dan segala aktifitas pendidikan tentu harus memiliki kesejajaran
tujuan.
Peletakan dasar bahwa mansia sebagai makhluk budaya merupakan
suatu pengakuan hanya manusialah yang berhak disebut sebagai makhluk
berbudaya, karena hanya manusialah yang mampu menciptakan nilai-nilai
kebudayaan dan sekaligus membedakan antara manusia dengan makhkluk
lainnya di dunia ini.
Pengakuan manusia sebagai makhluk budaya memiliki kesamaan
pandangan dengan pernyataan yang menyatakan manusia sebaai makhluk
yang
3
dapat dididik (animal educable), makhluk yang harus dididik (animal
educandum) dan makhluk yang aktif (animal educandus).
Asas perkembangan pendidikan sejajar dengan perkembangan kebudayaan
menunjukkan bahwa pendidikan selalu dalam keadaan berubah sesuai
perkembangan kebudayaan.
Pendidikan merupakan cerminan dari nilai-nilai kebudayaan yang
berlaku sekarang, atau pada saat terterntu. Suatu kenyataan bahwa
konsep-konsep pendidikan dapat dipahami dari aktifitas pendidikan atau
institusi-institusi pendidikan. Kesejajaran perkembangan pendidikan dan
kebudayaan ini, mengharuskan adanya dua sifat yang harus dimiliki
pendidikan yaitu bersifat reflektif dan progresif Aktifitas pendidikan
berlangsung baik secara formal maupun informal. Baik pendidikan yang
formal maupun informal memiliki kesamaan tujuan yaitu sesuai dengan
filsafat hidup dari masyarakat. Pengakuan akan pendidikan sebagai gejala
kebudayaan tidak membedakan adanya pendidikan formal dan informal,
semuanya merupakan aktifitas pendidikan yang seharusnya memiliki tujuan
yang sama. Dari sisi lain dapat dinyatakan bahwa pendidikan bukan hanya
berlangsung di lingkungan sekolah saja, tetapi juga belangsung di
lingkungan keluarga dan masyarakat
Berdasarkan pada uraian diatas maka pembahasan tentang hakikat
pendidikan merupakan tinjauan yang menyeluruh dari segi kehidupan
manusia yang menampakkan konsep-konsep pendidikan.
Karena itu pembahasan hakikat pendidikan meliputi pengertian-
pengertian pendidikan dan ilmu pendidikan, pendidikan dan sekolah dan
pendidikan sebagai aktifitas sepanjang hayat.
Komponen-komponen pendidikan yang meliputi:
1) Tujuan pendidikan,
4
2) Peserta didik,
3) Pendidik,
4) Interaksi sfektif antara peserta didik dengan pendidik,
5) Isi pendidikan,
6) Konteks yang mempengaruhi suasana pendidikan.
Penyelenggaraan lembaga–lembaga pendidikan di negara manapun di
dunia dipandang sebagai suatu program yang bernilai strategis. Hal ini
berdasarkan satu asumsi bahwa proses pendidikan merupakan sebuah
proses yang dengan sengaja dilaksanakan semata–semata bertujuan untuk
mencerdaskan bangsa. Melalui proses pendidikan akan terbentuk sosok–
sosok individu sebagai sumber daya manusia yang akan berperan besar
dalam proses pembangunan bangsa dan negara.
Oleh karena itu peran pendidikan demikian sangat penting sebab
pendidikan merupakan kunci utama untuk menciptakan sumber daya
manusia yang berkualitas. Hubungan antar proses pendidikan dengan
terciptanya sumber daya manusia merupakan suatu hubungan logis yang
tidak dapat dipisahkan. Hal ini sesuai dengan pengertian pendidikan itu
sendiri. Mc. Donald memberikan rumusan tentang pendidikan “ is a
process or an activity which is directed at producing desirable in the
behavior of human beings” Pendidikan adalah suatu proses atau kegiatan
yang bertujuan menghasilkan perubahan tingkah laku manusia. Secara
sederhana,perubahan tingkah laku yang terjadi disebabkan oleh terjadinya
perubahan pada tiga unsur meliputi unsur kognitif, afektif dan psikomotor
(TaksonomiBloom). Pendapat lainnya, yaitu pendapat Mc. Donald yang
didalammnya sejalan dengan pendapat Winarno Surakhmad yang
mengemukakan bahwa “Pendididkan atau dipersempit dalam pengertian
pengajaran adalah satu usaha yang bersifat sadar tujuan dengan sistematis
terarah
5
pada perubahan tingkah laku menuju ke kedewasaan yng lebih baik.
Perubahan itu menunjuk pada suatu proses yang harus dilalui. Tanpa proses
itu perubahan tidak mungkin terjadi, tanpa proses itu tujuan tak dapat
dicapai.
Dan proses yang dimaksud di sini adalah proses pendidikan.
Sedangkan pengertian pendidikan dari sudut pandang kebudayaan, menurut
Darji Darmodiharjo menjelaskan sebagai berikut “Pendidikan pada
dasarnya merupakan sebagaimana dari kebudayaan yang mengarah kepada
peradaban. Kebudayaan dalam arti luas adalah wujud perpaduan dari logika
(pikiran), etika (kemauan), estetika (perasaan) dan praktika (karya) yang
merupakan sistem nilai dan ide vital (gagasan) penting yang dihayati oleh
sekelompok manusia (masyarakat) tertentu dalam kurun waktu tertentu
pula”.
Satu pengertian lain yang cukup esensi untuk dapat memahami
pengertian pendidikan, dikemukakan oleh Max Muller sebagai mana
dikemukakan kembali oleh B.S. Mardiatmadja yaitu bahwa “Pendidikan
adalah proses yang terorganisir untuk membantu agar seseorang mencapai
bentuk dirinya yang benar sebagai manusia.”
Dari beberapa pengertian tentang “pendidikan” sebagaimana dikutif
tersebut di atas sangat jelas bahwa pendidikan suatu kegiatan dalam upaya
untuk mengubah tingkah laku objek didik ke arah positif.
Pendidikan merangkum segi-segi intelektual, afektif dan psikomotorik
manusia, juga menyentuh cipta rasa dan karsa. Pendidikan juga merangsang
pikiran-pikiran, perasaan dan kehendak manusia untuk bertindak secara
bijaksana dengan mempertimbangkan lingkungan. Sekolah sebagai lembaga
pendidikan merupakan suatu organisasi yang di dalam gerakkannya
berhubungan erat dengan bidang pendidikan mulai dari jenjang yang paling
rendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi yaitu mulai dari Taman
Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Lanjutan Pertama, Sekolah Menengah
dan Perguruan
6
Tinggi.
Pendidikan tidak saja penting secara individual, tetapi juga penting
bagi proses pembangunan bangsa dan negara, apa lagi negara yang sedang
membangun seperti halnya Indonesia akan sangat mengharapkan proses
pendidikan dapat mencapai hasil yang optimal sehubungan dengan masih
sangat diperlukannya sumber daya manusia terdidik, sumber daya manusia
yang berkualitas demi mengejar ketertinggalannya dalam pembangunan
nasional serta era globalisasi yang penuh tantangan. Pada era globalisasi,
lembaga pendidikan harus dapat mencetak “leader-leader” yang tangguh
dan berkualitas. “Leader–leader” pada masa yang akan datang harus dapat
mengubah pola pikir untuk menyelesaikan sesuatu dengan kekuatan
manusia (manpower) menjadi pola pikir kekuatan otak (mindpower). Konsep
pendidikan juga harus dapat menghasilkan out put lembaga pendidikan yang
dapat menciptakan “corporate culture”, sehingga dapat menyesuaikan diri
dengan norma–norma yang berlaku masa itu dan pada gilirannya tumbuh
kreativitas dan inisiatif, sehingga munculah peluang baru (new opportunity).
Out put pendidikan dimasa datang juga diharapkan dapat memandang
manusia bukan sebagai pekerja tetapi sebagai mitra kerja dengan
keunggulan yang berbeda. Dengan demikian, seorang leader yang keluar
dari persaingan global, harus dapat memandang manusia sebagai manusia
bukan pekerja.
Sehubungan dengan peranannya itulah, maka penyelenggara
pendidikan oleh lembaga–lembaga pendidikan perlu benar–benar mendapat
perhatian dan penanganan yang serius dari semua pihak demi optimalisasi
pencapaian tujuan yang diinginkan. Tujuan pendidikan nasional merupakan
tujuan ideal yang dalam proses upaya pencapaiannya dilaksanakan secara
bertahap sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikan. Oleh karena itu, setiap
institusional dalam rangka
7
pencapaian tujuan pendidikan nasional telah menetapkan tujuan antara
sesuai
dengan jenjang dan jenis pendidikannya. Pada dewasa ini, upaya-
upaya pencapaian tujuan pendidikan yang diharapkan telah menjadi bahan
wacana dan pemikiran para pakar pendidikan di Indonesia sehubungan
dengan masih sangat rendahnya mutu pendidikan pada saat ini. Mutu
pendidikan yang diharapkan pada setiap jenjang sekolah, mulai dari Taman
Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
(SLTP), Sekolah Menengah Umum/Kejuruan (SMU/SMK), sampai dengan
Perguruan Tinggi (PT), minimal dapat mencapai tingkat ketercapaian tujuan
pendidikan berdasarkan pada standar-standartertentu.
Pendidikan juga pada dasarnya merupakan suatu investasi SDM
(human capital investment) sehingga mampu menciptakan iklim yang
memungkinkan bagi setiap warga negara untuk turut andil atau berperan
serta dalam penyelenggaraan negara dan pembangunan. Pelaksanaan
pendidikan harus dapat mengembangkan dan menyebarluaskan nilai dan
sikap produktivitas SDM melalui pengembangan dua kemampuan sekaligus,
yaitu
1. kemampuan teknis seperti peningkatan penguasaan kecakapan, potensi
dan keahlian yang seusia dengan tuntutan masyarakat dan lapangan kerja
yang berubah.
2. kemampuan lain dalam kaitan dengan budaya yang mendorong SDM untuk
menjadi kekuatan penggerak pembangunan , seperti wawasan, penalaran,
etos kerja, orientasi ke depan, kemampuan belajar secara terus menerus,
dan sejenisnya. Kemampuan untuk mengembangkan kedua kekuatan SDM
itu, pendidikan sebagai suatu investasi SDM memiliki fungsi yang paling
menonjol yaitu sebagai sarana untuk memberdayakan masyarakat, yang
pada gilirannya akan memberikan tingkat balikan yang tinggi terhadap
pertumbuhan ekonomi nasional secara berkelanjutan.
8
Investasi SDM berbeda dengan investasi sector fisik karena pada
sektor fisik rentang waktu antara investasi dan tingkat baliknya lebih terukur
(measurable) dalam jangka pendek. Investasi pendidikan lebih berjangka
panjang, tingkat balikan terhadap investasi pendidikan tidak dapat dinikmati
dalam ukuran waktu 1-2 tahun, melainkan belasan dan bahkan mungkin
puluhan tahun.
Indikator-indikator manfaat pendidikan juga lebih halus dan tidak
selalu tampak secara langsung bahkan mungkin tidak selalu dapat diukur,
sehingga harus diamati melalui indikator-indikator yang tidak langsung.
Namun demikian, dengan semakin berkembangnya metode-metode dan alat
ukur dalam analisis investasi pendidikan, maka manfaat pendidikan sudah
mulai dapat diukur secara langsung, misalnya melalui pengukuran
penghasilan seseorang, penghasilan negara, dan pajak yang diterima oleh
negara relative terhadap biaya yang dikeluarkan untuk investasi pendidikan.
Karena sifatnya berjangka panjang, maka investasi pendidikan
memiliki rentang waktu (lead time) yang panjang pula. Jarak antara waktu
seseorang menjalani pendidikan dengan waktu ia memasuki masa produktif
dalam masyarakat dan lapangan kerja tidaklah pendek. Dalam keadaan
normal, rentang waktu ke depan seorang lulusan SMP adalah 9 tahun,
sekolah menengah adalah 12 tahun, Sarjana (S1) sekitar 16 tahun. Rentang
waktu yang panjang tersebut itulah, maka investasi pendidikan dituntut
untuk lebih berorientasi ke masa depan.
Investasi pendidikan dapat dipandang sebagai suatu proses
peningkatan nilai tambah dalam sektor-sektor produktif yang dapat memacu
pertumbuhan secara tepat. Nilai tambah tersebut dihasilkan dari
keterampilan, dan keahlian yang diperoleh seseorang dapat disumbangkan
dengan derajat profesionalisasi yang semakin tinggi lagi. Sehingga, pada
gilirannya akan semakin
9
memungkinkan bagi seorang SDM terdidik untuk dapat menghasilkan karya-
karya unggul dengan mutu bersaing sehingga memiliki nilai ekonomis
yang tinggi. Dengan demikian peranan pendidikan dalam menggerakkan
pendapatan masyarakat dan negara dan memacu pertumbuhan ekonomi.
Investasi SDM melalui pendidikan dapat dibedakan dengan
berlandaskan pada tiga konsep dalam ekonomi publik, yaitu
1. pendidikan sebagai barang dan jasa umum (public goods);
2. pendidikan sebagai barang dan jasa produktif (productive goods); dan
3. pendidikan sebagai barang dan jasa capital (capital goods).
Ketiga konsep ini dapat dijadikan dasar untuk menentukan baik dalam
penentuan prioritas pembangunan pendidikan, maupun dalam pembagian
tanggung jawab investasi SDM melalui pendidikan antara pemerintah
dengan masyarakat.
Pendidikan bermutu akan dapat terwujud jika upaya pendidikan dapat
membantu individu menjadi insane yang produktif baik dalam arti
menghasilkan barang atau jasa atau hasil karya lainnya, maupun
menghasilkan suasana lingkungan atau suasana hati serta alam pikiran yang
positif dan menyenangkan. Individu produktif seperti ini perlu memiliki
kemampuan intelektual, keterampilan, bersikap dan menerapkan nilai-nilai
berkenaan dengan berbagai bidang kehidupan.
Manusia produktif merupakan wujud dari SDM yang berkualitas,
merupakan manusia yang berkembang secara utuh yang menyelenggarakan
kehidupannya secara berguna bagi manusia lain dan lingkungannya.
Manusia produktif adalah manusia yang mampu mengembangkan perilaku
efektif-normatif dalam kehidupan keseharian dan yang terkait dengan masa
depan.
10
Pendidikan mengupayakan pengembangan segenap potensi individu
secara optimal pada setiap tahap perkembangan, dan berperan aktif dalam
pembentukan manusia produktif. Pengembangan ini akan dlengkapi dan
meningkatkan pengembangan kemampuan intelektual dan keterampilan
dengan pengembangan nilai dan sikap.
BAB IlI
PENUTUP
a. Simpulan
Pada dasarnya hakikat hubungan pendidikan dan pengajaran adalah salah
satuhal yang tidak dapat dipisahkan karna tampa pendidikan pengajaran
tidak akan ada bahkan sebaliknya, hakikat hubungan pendidikan dan
pengajaranjuga diartikan sebagai kupasan secara konseptual terhadap
kenyataan-kenyataan kehidupan manusia baik disadari maupun tidak
disadari manusia telah melaksanakan pendidikan mulai dari keberadaan
manusia pada zaman primitif sampai zaman modern (masa kini) Karena itu
pembahasan hakikat pendidikan meliputi pengertian-pengertian pendidikan
dan ilmu pendidikan, pendidikan dan sekolah dan pendidikan sebagai
aktifitas sepanjang hayat.
Dan semua itu bertujuan mencerdaskan dan membangun sdm yang
berkualitas supaya dapat bersaing dengan Negara yang lebih maju.
b Saran
Sebagai saran, Dalam pendidikan kita perlu adanya pendekatan
langsung terhadap anak didik atau peserta didik, semua itu dikupas tuntas
dalam system pengajaran karna dengan pengajaran kegiatan pendidikan
akan berjalan dengan lancar karna pembelajaran adalah salah satu bagian
yang ada dalam pendidikan yang bias dipertanggung jawabkan.
11
DAFTAR PUSTAKA
Subagio,m.pd. 2011.peran pendidikan dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas (1). bandung