1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sejak krisis melanda bangsa Indonesia sekitar tahun 1997 mengakibatkan
melambungnya berbagai harga kebutuhan pangan dan sandang, termasuk sarana
produksi pertanian yaitu pupuk dan pestisida kimia. Harga bahan dasar dari sarana
produksi ini sebagian besar masih impor sehingga disesuaikan dengan nilai dolar.
Disamping itu subsidi dari sarana produksi sedikit demi sedikit dikurangi dan
akhirnya tanpa subsidi sama sekali terhadap sarana produksi. Dengan adanya hal
tersebut para petani, petugas dan para ahli pertanian berusaha mencari solusi
untuk memecahkan masalah pupuk dan pestisida kimiawi, dengan cara kembali ke
alam yaitu menggunakan bahan alami. Pupuk menggunakan pupuk alami seperti
serasah dan kotoran ternak, sedangkan untuk pestisida kimiawi dapat diganti
menggunakan pestisida bahan alami (Budiyono, 2005).
Selain sebagai pestisida alami kayu juga digunakan oleh manusia sebagai
bahan bangunan dan sebagai bahan baku industri disebabkan karena kayu
memiliki kelebihan, yaitu mudah diperoleh diseluruh dunia, mudah dibentuk dan
dikerjakan, sebagai isolator arus yang baik, dan memiliki sifat dekoratif yang
baik. Disamping memiliki kelebihan, kayu juga memiliki kelemahan, yaitu mudah
rusak oleh faktor-faktor biologis, mekanis dan kimia (Sastrodiharjo, 1990).
Kerusakan kayu yang disebabkan oleh faktor biologis lebih tinggi
dibandingkan faktor-faktor perusak lainnya. Faktor perusak terutama hama tidak
2
menyerang kayu karena memiliki zat ekstaktif yang bersifat racun. Zat ekstraktif
paling banyak terdapat pada kulit kayu. Zat ekstraktif juga memiliki peluang
sebagai pestisida alami.
B. TUJUAN
1. Mengetahui zat ekstraktif didalam kayu mindi
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pohon mindi atau geringging (Meylia azedarach) merupakan jenis pohon cepat
tumbuh dan selalu hijau di daerah tropis dan menggugurkan daun selama musim dingin,
suka cahaya, agak tahan kekeringan, toleran terhadap salinitas tanah dan subur dibawah
titik beku. Pada umur 10 tahun dapat mencapai tinggi bebas cabang 8 meter dan diameter
sekitar 40 cm (Djamin, 1991) Tinggi pohon mencapai 45 m, tinggi bebas cabang 8 - 20
m, diameter sampai 60 cm. Tajuk menyerupai payung, percabangan melebar, kadang
menggugurkan daun. Batang silindris, tegak, tidak berbanir, kulit batang (papagan) abu-
abu coklat, beralur membentuk garis-garis dan bersisik. Pada pohon yang masih muda
memiliki kulit licin dan berlentisel; kayu gubal putih pucat; kayu teras coklat kemerahan.
Daun majemuk ganda menyirip ganjil, anak daun bundar telur atau lonjong, pinggir helai
daun bergirigi. Bunga majemuk malai, pada ketiak daun, panjang malai 10-22 cm, warna
keunguan, berkelamin dua (biseksual) atau bunga jantan dan bungan betina pada pohon
yang sama. Buah bulat atau jorong, tidak membuka, ukuran 2-4 cm x 1-2 cm, kulit luar
tipis, licin, berkulit kering keriput kulit dalam keras, buah muda hijau, buah masak
kuning, dalam satu buah umumnya terdapat 4-5 biji. Biji kecil 3,5 x 1,6 mm, lonjong,
licin, warna coklat, biji kering warna hitam (Gionar, 1976). Tanaman mindi tumbuh pada
daerah dataran rendah hingga dataran tinggi, ketinggian 0 - 1200 m di atas permukaan
laut, dengan curah hujan rata-rata per tahun 600 - 2000 mm, dapat tumbuh pada berbagai
tipe tanah. Tumbuh subur pada tanah berdrainase baik, tanah yang dalam, tanah liat
berpasir, toleran terhadap tanah dangkal, tanah asin dan basa (Sastrodiharjo, 1990). Kayu
teras berwarna merah coklat muda semu-semu ungu, gubal berwarna putih kemerah-
4
merahan dan mempunyai batas yang jelas dengan kayu teras. Serat lurus atau agak
berpadu, berat jenis rata-rata 0,53. Penyusutan dari keadaan basah sampai kering tanur
3,3% (radial) dan 4,1% (tangensial). Kayu mindi tergolong kelas kuat III-II, setara
dengan mahoni, sungkai, meranti merah dan kelas awet IV-V. Pengeringan alami, pada
papan tebal 2,5 cm dari kadar air 37% sampai 15% memerlukan waktu 47 hari, dengan
kecenderungan pecah ujung dan melengkung. Pengeringan dalam dapur pengering
dengan bagan pengeringan yang dianjurkan adalah suhu 60-80 o C dengan kelembaban
nisbi 40-80% (Sastrodiharjo, 1990). Daunnya majemuk, menyirip ganda, tumbuh
berseling dengan panjang 2080 cm. Anak daun bentuknya bulat telur sampai lanset, tepi
bergerigi, ujung runcing, pangkal membulat atau tumpul, permukaan atas daun berwarna
hijau tua, bagian bawah hijau muda, panjang 3-7 cm, lebar 1,5-3 cm. Bunga majemuk
dalam malai yang panjangnya 10-20 cm, keluar dari ketiak daun. Daun mahkota
berjumlah 5, panjangnya sekitar 1 cm, warnanya ungu pucat, dan berbau harum. Buahnya
buah batu, bulat, diameter sekitar 1,5 cm. Jika masak warnanya cokelat kekuningan, dan
berbiji satu. Perbanyakan dengan biji. Biji sangat beracun dan biasa digunakan untuk
meracuni ikan atau serangga. Daun dan biji mindi telah dilaporkan dapat digunakan
sebagai pestisida nabati. Misalnya daun yang dikeringkan di dalam buku bisa menolak
serangga atau kutu (Kartasapoetra, 1987). Mindi termasuk tanaman tahunan tergolong
kedalam famili Meliaceae, berwarna hitam, baunya tidak sedap serta rasanya pahit sekali.
Biji dan daun mindi mengandung senyawa glokosida flavonoid dengan aglikon quersetin
yang bersifat sebagai insektisida botanis (Nandini, 1989 dalam Sastrodihardjo, 1990).
Pada umumnya bahan aktif yang terkandung pada tumbuhan mindi berfungsi sebagai
antifeedan terhadap serangga dan menghambat perkembangan serangga. Penelitian secara
5
ilmiah mengenai potensi tumbuhan Meliaceae sudah dimulai sejak tahun 1973, ketika
Volkansky melakukan penelitian dengan menggunakan ekstrak tumbuhan Melia
azedarach (mindi) sebagai penolak belalang (Schistocerta gregoria) (Gionar, 1990).
Menurut Fogoone dan Lauge (1981). Kematian larva oleh ekstrak daun dan biji mindi
ditandai tidak sempurnanya proses ekdisis yaitu terdapat larva yang gagal melepas
kutikula lamanya, terutama pada bagian kapsul kepalanya. Larva ini kemudian mati
karena gerakannya terhambat.
6
BAB III
ISI
A. PEMBAHASAN
Kulit kayu Mindi Pada (Sutisna, 1998) kulit kayu dan kulit akar mindi
mengandung toosendanin dan komponen yang larut. Selain itu, juga terdapat alkaloid
azaridine (margosina), kaempferol, resin, tanin, n-triacontane, ß-sitosterol, dan triterpene
kulinone. Kulit akar kurang toksik dibanding kulit kayu. Biji mengandung resin yang
sangat beracun, 60% minyak lemak terdiri dari asam stearat, palmitat, oleat, linoleat,
laurat, valerianat, butirat, dan sejumlah kecil minyak esensial sulfur. Buah mengandung
sterol, katekol, asam vanilat, dan asam bakayanat. Daun mengandung alkaloid paraisina,
flavonoid rutin, zat pahit, saponin, tanin, steroida, dan kaemferol. Menurut Sastrodihardjo
(1990), kandungan kimia yang terdapat dalam kulit kayu mindi antara lain Alkaloid
margosina, nieldenim, nimbin, nimbinin, sendanin, okhinin, okhininal, sikloeukalenol,
sendanolakton, melianodiol, minyak atsiri, dan zat samak yang dapat menghambat
pertumbuhan organisme perusak tanaman. Daun dan biji mindi telah dilaporkan dapat
digunakan sebagai pestisida nabati. Kandungan bahan aktif mindi sama dengan nimba
(Azadirachta indica) yaitu azadirachtin, selanin dan meliantriol. Namun kandungan bahan
aktifnya lebih rendah dibandingkan dengan mimba sehingga efektivitasnya lebih rendah
pula.
7
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Kulit kayu dan kulit akar mindi mengandung toosendanin dan komponen
yang larut.
2. Daun dan biji mindi telah dilaporkan dapat digunakan sebagai pestisida
nabati.
3. Kandungan bahan aktif mindi sama dengan nimba (Azadirachta indica) yaitu
azadirachtin, selanin dan meliantriol.
4. Pohon mindi atau geringging (Meylia azedarach) merupakan jenis pohon
cepat tumbuh dan selalu hijau di daerah tropis dan menggugurkan daun
selama musim dingin, suka cahaya, agak tahan kekeringan, toleran terhadap
salinitas tanah dan subur dibawah titik beku.
5. Mindi termasuk tanaman tahunan tergolong kedalam famili Meliaceae,
berwarna hitam, baunya tidak sedap serta rasanya pahit sekali. Biji dan daun
mindi mengandung senyawa glokosida flavonoid dengan aglikon quersetin
yang bersifat sebagai insektisida botanis
8
DAFTAR PUSTAKA
kimia%20kayu/Antioxidant%20activity%20of%20Mindi%20(Melia%20Azedarach%20Linn.)
%20extractives.html
kimia%20kayu/Sifat%20Anti%20Rayap%20Zat%20Ekstraktif%20Kayu%20Teras%20Mindi
%20(Melia%20azedarach%20Linn.)%20terhadap%20Serangan%20Rayap%20Tanah
%20Coptotermes%20curvignathus%20Holmgren.html
kimia%20kayu/Zat%20Ekstraktif%20Kayu%20_%20Gembel%20Eksklusif.html
kimia%20kayu/Zat%20Ekstraktif%20Kulit%20Kayu%20Mindi%20(Meylia%20azedarach
%20Linn%20)%20Dan%20Pengaruhnya%20-%20T%C3%A0i%20li%E1%BB%87u
%20text.html