7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anemia
Anemia adalah nama yang umumnya diberikan untuk serangkaian
defisiensi dalam kualitas dan kuantitas sel darah merah. Anemia dan
hemoglobinopati, yang semakin sering terjadi di inggris, adalah masalah yang
signifikan dalam kehamilan, yang dapat memberi efek membahayakan pada
kesehatan ibu dan janin. Bidan memiliki peran yang semakin penting dalam
menatalaksanakan kondisi ini. Oleh karena itu, bidan sangat perlu memliki
pengetahuan dam pemahaman mengenai patofisiologi, membedakan gambaran
klinis, dan memberikan penatalaksanaan yang terbaru guna memberikan asuhan
kebidanan berstandar tinggi pada ibu dan keluarga mereka yang terpengaruh oleh
kondisi ini.
Anemia dapat didefinisikan sebagai defisiensi dalam kualitas atau
kuantitas sel darah merah, yang menyebabkan kapasitas darah untuk membawa
oksigen menjadi kurang setiap sistem tubuh terpengaruh karena fungsi organ
terganggu dan memburuk karena kekurangan oksigen.
Anemia diperkirakan terjadi pada ibu hamil apabila kadar hemoglobin
11g/dl atau kurang. Selama kehamilan, terjadi pembelahan sel yang cepat dan
kebutuhan lebih besar untuk sintesis hemoglobin. Kadar feritin serum harus tetap
atau berada diatas dari 10g/dl untuk memnuhi kebutuhan uterus dan janin yang
membesar.
8
B. Kehamilan
Perubahan ini terutama terjadi untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
yang semakin . meningkat antara ibu dan janin. Volume darah yang bersirkulasi
meningkatkan secara bertahap dan secara progresif dari sekitar kehamilan 6
minggu dan terus terjadi hingga usia kehamilan sekitar 32-34 minggu.
Peningkatan volume darah ini diperlukan untuk menyuplai darah ke uterus,
payudara, ginjal, kulit dan kesejumlah organ lainnya, memfasilitasi pertukaran gas
dan gizi pada ibu dan janin. Volume plasma meningkat sekitar 40% dan lebih
besar daripada peningkatan eritrosit, yang berjumlah sekitar 20%. Hal ini
menyebabkan hemodilusi dan akibatnya akan terjadi penurunan konsenntrasi
hemoglobin, menyebabkan anemia fisiologis.
Kehamilan menyebabkan meningkatkan curah jantung sekitar 40%, karena
peningkatan volume sekuncup diawal kehamilan. Hal ini menyebabkan lebih
banyak darah diejeksikan pada setiap kali kontrasksi ventrikel dan dipertahankan
dengan sedikit peningkatan denyut jantung. Peningkatan curah terutama pada
trimester pertama dan kedua, dan akan tetap stabil pada trimester ketiga.ukuran
jantung meningkat untuk memenuhi peningkatan curah jantung. Posisi diafragma
yang semakin keatas karena pembesaran uterus menyebabkan posisi jantung lebih
kekiri dan berputar secara anterior.
C. Hemoglobin
Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi. Memiliki afinitas
(afinitas) untuk oksigen dan oksigen untuk membentuk hemoglobin dalam sel
darah merah. Melalui fungsi ini, oksigen dibawadari paru-paru ke jaringan
( Evelyn, 2009).
9
Fungsi hemoglobin adalah mengangkut oksigen dari paru-paru dalam
peredaran darah untuk dibawah k jaringan. Ikatan hemoglobin dengan oksigen
disebut oksihemoglobin (hb0). Disamping oksigen, hemoglobin juga membawa
karbondioksida membentuk ikatan karbonmonoksihemoglobin (HBC0), juga
berperan dalam keseimbangan pH darah.
Sintesis hemoglobin terjadi selama proses eritroposis, pematangan sel
darah merah akan mempengaruhi fungsi hemoglobin.
Struktur Hemoglobin terdiri dari dua unsur utama yaitu:
1. Besi mengandung pigmen hem
2. Protein globin, seperti halnya jenis protein lain, globin mempunyai rantai
panjang dan asam amino. Ada empat rantai globin yaitu alpha (a), beta
(b), delta (8) dan gamma (y).
Zat besi diperlukan untuk memproduksi hemoglobin dan apabila
kekurangan zat ini dapat mengakibatkan anemia. Kebutuhan zat besi saat hamil
berjumlah dua kali lipat dibandingkan sebelum hamil. Hal tersebut terjadi karena
karena selama kehamilan, volume darah dan bertambah untuk menampung
perubahan pada tubuh ibu pasokan darah ke janin. Biasanya konsumsi pangam ibu
hamil tidak dapat memenuhi kebutuhan zat besi. Pangan sumber zat besi dapat
berasal dari:
1. Pangan hewani: daging merah, hati, ikan, unggas , kerang, telur, kedelai
2. Pangan nabati : sayuran hijau daun seperti, bayam dan kangkung.
D. Kebutuhan Zat Besi Selama Kehamilan
Zat besi tambahan dibutuhkan oleh tubuh selama kehamilan, kebutuhan
total zat besi adalah antara 580 dan 1340 mg, dan dari jumlah itu, sampai dengan
10
1050/mg akan hilang saat pelahiran (Hilman 1996). Pada awal kehamilan,
kebutuhan zat besi sekitar 2,5/mg/hari dan meningkatkan sekitar 6,6mg/hari pada
trimester ketiga. Diet normal zat besi pada negara maju adalah 15-20mg/hari dan
3-10% diabsorbsi terutama dari duodenum. Pada wanita sehat, kehilangan zat besi
sehari-hari adalah 1-2 mg (Jordan & McOwat,2002)
1. Patofisiologi Anemia Pada Kehamilan
Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena
perubahan sirkulasi yang semakin meningkat terhadap plasenta da pertumbuhan
payudara. Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada trimester II
kehamilan, dan maksimum terjadi pada bulan ke-9 dan meningkatnya sekitar
1000ml, menurun sedikit menjelang aterm serta kembali normal 3 bulan setelah
partus. Stimulasi yang meningkatkan volume plasma seperti laktogen plasma,
yang menyebabkan peningkatan sekresi aldesteron.
1. Etiologi Anemia Defisiensi Besi
Hipervolemia, menyebabkan terjadinya pengenceran darah, pertambahan darah
tidak sebanding dengan pertambahan plasma, kurangnya zat besi dalam makanan,
kebutuhan zat besi meningkat.
Mineral mikro terdapat dalam jumlah sangat kecil didalam tubuh, namun
mempunyai peranan esensial untuk kehidupan, kesehatan, dan reproduksi.
Kandungan mineral mikro bahan makanan sangat bergantung pada konsentrasi
mineral mikro tanah asal bahan makanan tersebut.
a. Besi (Fe)
Merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat didalam tubuh
manusia dan hewan, yaitu sebanyak 3-5 gram didalam tubuh manusia dewasa.
11
Besi mempunyai jaringan tubuh, sebagai alat angkut elektron di dalam sel, dan
sebagai bagoian terpadu berbagai reaksi enzim didalam jaringan tubuhg.
Walaupun terdapat luas di dalam makananbanyak penduduk dunia mengalami
kekurangan besi, termasuk di indonesia. Kekurangan besi sejak tiga puluh tahun
terakhir diakui berpengaruh terhadap produktivitas kerja, penamilan kognitif, dan
sistem kekeblalan.
Unsur zat besi tersedia dalam tubuh bersumber dari sayur-sayuran, daging
dan ikan yang dikonsumsi setiap harinya. Namun, demikian mineral besinya
tidaklah mudah diserap kedalam tubuh diserap ke dalam darah, penyerapannyaini
dipengaruhi oleh HCI dalam lambung. Besi dalam makanan yang dikonsumsi
berada dalam bentuk bentuk ikatan ferri (secara umum dalam bahan pangan
nabati) dan ikatan ferro (dalam bahan pangan hewani).
a. Fungsi Besi
Dalam keadaan tereduksi besi kehilangan dua elektron, oleh karena itu
mempunyai dua sisa muatan positif. Besi dalam bentuk dua ion bermuatan positif
ini adalah bentuk fero (Fe++). Dalam keadaan teroksidasi, besi kehilangan tiga,
elektron, sehingga mempunyai sisa tiga muatan positif yang dinamakan bentuk
feri (Fe++).Karena dapat berada dalam dua bentuk yang terlibat didalam reaksi
oksidasi-reduksi.
Metabolisme energi, Di dalam tiap sel, besi bekerja sama dengan rantai
protein-pengangkut-elektron, yang berperan dalam langkah-langkah akhir
metabolismee energi. Protein inimemindahkan hidrogen dan elektron yang berasal
dari zat gizi penghasil energi oksigen sehingga membentuk air. Dalam proses
tersebut dihasilkan ATP, sebagian besar besidan mioglobin di dalam otot.
12
Hemoglobin di dalam darah membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan
tubuh dan membawa kembali karbondioksida dari sel dikeluarkan oleh tubuh.
Mioglobin berperan sebagai reservior oksigen menerima menyimpan dan melepas
oksigen di sel-sel otot. Sebanyak kurang lebih 80% besi tubuh berada dalam
hemoglobin selebihnya telah diberikan suplemen besi. dapatdi dalam mioglobin
dan protein lain yang mengandung besi.
Sumber baik besi adalah makanan hewani, seperti daging ayam dan ikan.
Sumber lauk lainnya adalah telur, kacang-kacangan, sayuran hijau dan beberapa
jenis buah. Di samping jumlah besi, perlu diperhatikan kualitas besi didalam
makanan dinamakan juga ketersediaan biologik (biovailability). Pada umumnya
besi didalam daging ayam dan ikan mempunyai ketersediaan biologik sedang, dan
besi di dalam sebagian besar sayuran, terutama yang mengandung asam oksalat
tinggi akibat kekurangan Zat besi.
Defisiensi besi merupakan defisiensi gizi yang paling umum terdapat , baik
di negara maju maupun di negara sedang berkembang. Defisiensi besi terutama
meyenrang golongan rentan, seperti anak-anak , remaja, ibu hamil, dan menyusui
sertapekerja berpenghasilan rendah. Secara klasik defisiensi besi dikaitkan dengan
anemia gizi besi. Namun sejak 25 tahun terakhir banyak bukti menunjukan bahwa
defisiensi besi berpengaruh luas terhadapkualitas sumber daya manusia, yaitu
terhadap kemampuan belajar dan produktivitas kerja.
a. Proses daur ulang besi
Sel darah merah rata-rata berumur kurang lebih empat bulan. Sel-sel hati dan
limpa akan mengambilnya dari darah, memecahnya dan menyiapkan produk-
13
produk pemecahan tersebut untuk dikeluarkan dari tubuh atau di daur ulang. Zat
besi sebagian besar di daur ulang.
Hati mengikat ke trasnferin darah, yang mengangkutnya kembali ke sum-
sum tulang untuk digunakan kembali membuat sel darah merah baru. Hanya
sedkit sekali besi dikeluarkan dari tubuh, terutama melalui urin, keringat dan kulit
yang mengelupas. Hanya bila terjadi perdarahan, tubuh bisa lebih banyak
kehilangan besi. Kehilangan besi pada orang dewasa laki-laki kurang lebih
sebanyak 1 mg sehari. Kehilangan besi melalui haid pada perempuan rata-rata
sebanyak 0,5 mg sehari.
a. Angka Kecukupan Besi yang dianjurkan
Widya karya pangan dan gizi tahun 1998 menerapkan angka kecukupan besi
untuk indonesia sebagai berikut:
1) Bayi : 3-5 mg
2) Balita : 8-9 mg
3) Remaja laki-laki : 14-17 mg
4) Remaja perempuan : 14-25 mg
5) Dewasa laki-laki : 13 mg
6) Dewasa perempuan : 14-26 mg
7) Ibu hamil : + 20 mg
8) Ibu mnyusui : + 2 mg
b. Anemia Gizi
Anemia gizi disebabkan oleh kekurangan gizi yang berperan dalam
pembentukan hemoglobin, baik karena kekurangankonsumsi atau karena
gangguan absorpsi. Zat gizi yang bersangkutan adalah besi, protein, piridoksin
14
(vitamin B6) yang berperan sebagai katalisator dalam sintesis hem di dalam
molekul hemoglobin, vitamin C yang mempengaruhi absorpsi dan pelepasan besi
dari transferin ke dalam jaringan tubuh, dan vitamin E yang mempengaruhi
stabilitas membran sel darah merah.
Anemia gizi merupakan salah satu masalah gizi di Indonesia. Sebagian besar
anemia gizi ini adalah anemia gizi besi. Penyebab anemia gizi besi terutama
dalam bentuk besi-hem. Di samping itu pada wanita karena kehilangan darah
karena haid dan persalinan.
a. Cara Mengevaluasi status besi
Indikator paling umum yang digunakan untuk mengetahui kekurangan besi
adalah pengukuran jumlah dan ukuran sel darah merah, dan nilai hemoglobin
darah. Nilai hemoglobin kurang peka terhadap awal kekurangan besi, akan tetapi
berguna untk mengetahui beratnya anemia. Nilai hemoglobin yang rendah
menggambarkan kekurangan besi yangsudah lanjut. Di samping kekurangan besi,
nila hemoglobin rendah mungkin disebabkan oleh kekurangan protein atau
vitamin B6.
a. Akibat kelebihan besi
Kelebihan besi jarang terjadin karena makanan, tetapi dapat disebabkan oleh
suplemen besi. Gejalanya adalah rasa nek, muntah, diare, denyut jantung
meningkat, sakit kepala, mengigau pingsan.
b. Tanda dan Gejala
Gejala anemia pada ibu hamil yang paling sering dijumpai yaitu cepat lelah,
sering pusing, mata berkunang-kunang, malaise, lidah luka, nafsu makan turun,
konsentrasi hilang dan nafas pendek jika sudah parah.
15
Bila kadar Hb <7gr% maka gejala dan tanda anemia akan jelas. Nilai
ambang batas yang digunakan untuk menentukan status anemia ibu hamil
berdasarkan kriteria WHO 2001 ditetapkan 3 kategori yaitu:
Tabel. 1 Kriteria Anemia
Normal ≥ 12gr/dl
Anemia ringan 9-10 gr/dl
Anemia Sedang 7-8 gr/dl
Anemia berat <7 gr/dl
Gejala yang mungkin timbul pada anemia adalah keluhan lemas, pucat dan
mudah pingsan walaupun tekanan darah masih dalam batas normal. Anemia
adalah kondisi dimana berkurangnya sel darah merah dalam sirkulasi darah atau
massa hemoglobin sehingga tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa
oksigen keseluruh jaringan. Anemia adalah suatu keadaan adanya penurunan
kadar hemoglobin, hematokrit dan jumlah eritrosit di bawah nilai normal (20-
30%), yang mengakibatkan kadar hemoglobin dan hematokrit lebih rendah
daripada keadaan tidak hamil (Tarwoto, 2007).
a. Dampak Anemia Defisiensi Zat Besi pada Kehamilan
Anemia pada ibu hamil bukan tanpa resiko menurut penelitian, tingginya
angka kematian ibu berkaitan erat dengan anemia. Anemia tingginya angka
kematian ibu berkaitan efek dengan anemia. Anemia juga menyebabkan
rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak cukup mendapat
pasokan oksigen. Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi
pada kehamilan dan persalinan. Risiko kematian matrernal, angka kematian
perinatal meningkat perdarahan antepartum dan postpartum lebih sering dijumpai
16
pada wanita yang anemia dan lebih sering berakibat fatal, sebab wanita yang
anemis tidak dapat mentolir kehilangan darah.
Ketika persalinan dapat mengakibatkan antonia uteri, partus lama, perdarahan
atonis, gangguan pada masa nifas (sub involusi rahim daya tahan terhadap infeksi
dan stress kurang produksi ASI rendah), dan gangguan pada janin.
a. Pengaruh Anemia Terhadap Janin dan Persalinan
Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu, baik dalam
kehamilan, persalinan maupun nifas begitu juga dengan janin yang dikandung ibu.
Pengaruh anemia terhadap abortus dismaturitas, mikrosomi, BBLR, kematian
perinatal dll.
a. kehamilan
Pengaruh anemia dalam kehamilan dapat membahayakan ibu baik saat hamil,
bersalin dan nifas.
Bahaya selama kehamilan:
1. Dapat terjadi abortus
2. Persalinan prematuritas
3. Hambatan tubuh kembang janin dalam rahim
4. Mudah terjadi infeksi
5. Ancaman dekompensasi kondisi (Fib < 6gr%)
6. Molahidatidosa
7. Hipermesis gravidarum
8. Perdarahan antepartum
9. KPD (Manuaba, 2012)
Bahaya saat Persalinan:
17
1. Gangguan his kekuatan mengejan
2. Kala pertama dapat berlangsung lama, dan terjadi partus terlantar
3. Kala II berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering memerlukan
tindakan operasi kebidanan.
4. Kala uri dapat diikuti retensio lasenta dan perdarahan postpartum karena
atonia uteri.
5. Kala empat dapat terjadi perdarahan ost partum sekunder dan atonia uteri
(Manuaba, 2012).
Pada Kala Nifas
1. Terjadi subinvolusi uteri menimbulkan perdarahan post partum.
2. Memudahkan infeksi puerperium.
3. Pengeluaran asi kurang.
4. Terjadi dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan.
5. Anemia kala nifas
6. Mudah terjadi infeksi mamae (Manuaba, 2012)
a. Pengaruh anemia terhadap janin
Akibat anemia dapat terjadi gangguan pada janin dalam bentuk :
1. Abortus
2. Terjadi kematian itrauterin
3. Persalinan prematur tinggi
4. BBLR
5. Kelahiran dengan anemia
6. Dapat terjadi cacat bawaan
7. Bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal
18
8. Intelegensia rendah (Manuaba,2012)
a. Pencegahan dan penanggulangan Anemia Gizi Besi
Menurut Wirakusumah (1999), Pencegahan dan penaggulangan Anemia Gizi
dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:
a. Meningkatkan konsumsi zat besi dalam makanan dengan cara mengkonsumsi
cukup makanan hewani (daging, ikan , hati, telur, kurma), atau makanan yang
beragam baik jumlah maupun kualitasnya.
b. Suplemen zat besi: Pemberian suplementasi zat besi dapat memperbaiki
status hemoglobin dalam waktu yang relative singkat. Suplemen ini biasanya
diberikan pada ibu hamil dan kelompok yang beresiko lain seperti: balita,
anak sekolah dan pekerja.
c. Fortifikasi zat besi: Fortifikasi adalah penambahan suatu jenis zat ke dalam
bahan pangan yang berguna untuk meningkatkan kualitas pangan.
Keuntungannya adalah antara lain dapat diterapkan pada populasi yang besar
dengan biaya relatif murah.
d. Penanggulangan penyakit infeksi: Penyakit infeksi merupakan salah satu
penyebab anemia gizi besi. Program penanggulangan penyakit infeksi dan
pemberantasan penyakit parasit diharapkan dapat meningkatkan status besi
dalam tubuh.
b. Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil
Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya anemia pada ibu hamil
adalah:
19
1). Usia
Usia adalah usia ibu yang secara garis besar menjadi indikator dalam
kedewasaan setiap pengalamannya. Usia sangat berpengaruh pada kepatuhan ibu
mengonsumsi tablet Fe (zat besi), dimana semakin muda umur yang ibu hamil
dapat menyebabkan ketidaksiapan ibu dalam menerima sebuah kehamilan
misalnya akan terjadi anemia.
Usia seorang perempuan dapat mempengaruhi emosi selama
kehamilannya. Usia antara 20-30 tahun merupakan periode yang paling aman
untuk melahirkan. Sebab pada usia tersebut fungsi alat reproduksi dalam keadaan
optimal. Sedangkan pada umur kurang dari 20 tahun kondisi masih dalam
pertumbuhan, sehingga masukan makanan banyak dipakai untuk ibu yang
mengakibatkan gangguan pertumbhan janin. Di negara berkembang sekitar 10-
20% bayi dilahirkan dari ibu dengan usia remaja (Wiknjosastro,2007).
Umur ideal untuk kehamilan yang resikonya rendah adalah pada kelompok
umur 20-35 tahun. Berdasarkan laporan riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2010, perempuan yang mengalami kehamilan pada usia beresiko tinggi (35 tahun
ke atas) 4,6% tidak pernah memeriksakan kehamilan, dan data yang berusia < 20
tahun 5,1% memeriksakan kehamilan pada dukun. Kehamilan pada remaja putri
sangat beresiko terhadap dirinya karena pertumbuhan linier (tinggi badan) pada
umumnya baru seleai pada usia 16-18 tahun, dan dilanjutkan dengan pematangan
rongga panggul beberapa tahun setelah pertumbuhan linier selesai.
Usia ibu, Wintrobe (1987 menyatakan bahwa usia ibu dapat
mempengaruhi timbulnya anemia, yaitu semakin rendah usia ibu hamil maka
semakin rendah kadar hemoglobinnya (Amiruddin,dkk,2007). Kebanyakan wanita
20
mengalami anemia pada usia remaja karena pada kehamilan remaja banyak yang
timbul baik dalam masalah sosial masyarakat maupun bidang obstetric, selain
remaja (<20 tahun), wanita yang beresiko tinggi mengalami anemia adalah
wanita yang berumur di atas 35 tahun Pada wanita hamil usia terlalu muda < 20
tahun, secara fisik alat reproduksinya belum siap untuk menerima hasil konsepsi
dan secara psikologis belum cukup dewasa dan matang untuk menjadi seorang
ibu, sedangkan wanaita hamil pada usia lanjut >35 tahu, proses faal tubuhnya
sudah mengalami kemunduran berupa elastisitas otot-otot panggul di sekitar
organ-organ reproduksi lainnya keseimbangan hormonnya mulai terganggu
sehingga kemungkinan terjadi berbagai resiko kehamilan (Wiknjosastro, 2002).
Wanita usia dibawah 18 tahun mempunyai kekurangan dimana memiliki
resiko yang sama tingginya dengan kehamilan di usia 35 tahun ke atas, seperti
bayi lahir dengan berat badan lahir rendah atau gangguan kesehatan lainnya,
umumnya hal ini terjadi karena mereka kurang memperhatikan asupan gizi selama
hamil, khususnya yang mengandung zat besi, kalsium Vit A sedangkan pada
wanita usia diatas 35 tahun ke atas kesuburan sudah mulai menurun, jaga
kehamilan maupun persalinan pada usia ini memiliki resiko yang lebih besar pada
kesehatan ibu dan bayina dan juga menigkatkan resiko menderita komplikaso
seperti preeklamsia, tekanan darah tinggi, diabetes, kelahiran dini, pertumbuhan
janin terganggu, ibu hamil pada usia ini juga lebih mudah lelah, mereka juga
memiliki resiko keguguran lebih besar (Retno,2001).
Menurut Baliwati (2004) seperti yang dikutip oleh Mutalazimah (2005) dalam
jurnal penelitiann Hubungan LILA dan kadar Hb ibu hamil dengan Berat Lahir di
RSUD DR. Moerwardi Surakarta, melahirkan anak pada usia ibu yang muda atau
21
terlalu tua mengakibatkan kualitas janin?anak yang rendah dan juga akan
merugikan kesehatan ibu. Karena itu, ibu terlalu muda (kurang dai 20 tahun) dapat
terjadi kompetisi makanan antara ibunya sendiri yang masih dalam masa
pertumbuhan dan adanya peubahan hormonal yang terjadi selama kehamilanUmur
Kehamilan
Kebutuhan akan berbagai zat gizi termasuk zat besi pada trimester I meningkat
secara minimal. Setelah itu sepanjang trimester II dan III, kebutuhan akan terus
membesar sampai pada akhir kehamilan. Energi tambahan selama trimester II
diperlukan untuk pemekaran jaringan ibu, yaitu penambahan volume darah,
pertumbuhan uterus dan payudara.
Menurut Doloksaribu (2006 persentase responden yag menderita anemia
tertinggi dijumpai pada umur kehamilan triwula II (50%) dan triwulan ke III
(37,50%). Hal ini disebabkan karena kebutuhan zat besi pada triwulan II dan III
meningkat dengan pesat untuk janin, plasenta dan penambahan volume darah ibu.
2). Jarak Kelahiran
Jarak kelahiran dapat menyebabkan hasil kehamilan yang kurang baik. Jarak
dua kehamilan yang terlalu pendek akan mempengaruhi daya tahan dan gizi yang
selanjutnta akan mempengaruhi hasil produksi. Menurut Depkeks RI (2004)
jumlah kelahiran yang baik agar terwujudnya keluarga sejahtera dan sehat adalah
berjumlah 2 anak saja dengan jarak kelahiran sama dengan atau lebih dari 3 tahun.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hendro di Medan (2006) ibu hamil yang
jarak kelahiran anaknya < 2 tahun sebagian besar menderita anemia. Seorang
wanita yang melahirkan berturut-turut dalam jangka waktu pendek tidak sempat
22
memulihkan kesehatannya serta harus membagi perhatian kepada kedua anak
dalam waktu yang sama.
3). Konsumsi Tablet Fe
Kepatuhan ibu hamil mengkonsumsi zat besi dengan cara yang benar akan
memenuhi kebutuhan zat besi dalam tubuh yang bisa meningkatkan kualitas
kehamilan. Banyak hal yang membuat ibu hamil tidak patuh mengkonsumsi zat
besi yang terdapat dalam tablet tambah darah yang diprogramkan pemerintah.
Salah satunya adalah gangguan pencernaan dapat berupa mual dan muntah.
Sehingga hal ini perlu mendapat perhatian khusus terutama dari pembagian
pelayanan kesehatan misalnya bidan dan dokter. Jumlah tablet zat besi yang
dikonsumsi ibu hamil adalah minimal 90 tablet dan dianjurkan kepada ibu hamil
untuk mengonsumsi tablet tambah darah dengan dosis satu kali sehari selama
masa kehamilan dan 40 hari setelah melahirkan.
Memperhatikan apa yang iminum bersamaan dengan tablet Fe sangat penting.
Mengkonsumsi makanan yang kaya vitamin C bersama dengan zat besi akan
meningkatkan penyerapan besi. Namun, mengambil minuman berkafein bersama
dengan makanan tinggi zat besi akan mengurangi jumlah besi yang diserap tubuh.
Makanan dengan vitamin C seperti stroberi dan uah jeruk dapat membantu tubuh
untuk menyerap zat besi. Makanan yang harus dihindari saat mengkonsumsi zat
besi termasuk susu, protein, kedelai, kuning telur, kopi teh, antasida, dan juga
kalsium, karena akan menghalangi penyerapan zat besi (Proverawati, 2011).
Cara mengkonsumsi tablet Fe menggunakan air teh dapat mengakibatkan
anemia. Karena air teh mengandung polifenol tannin yang dapat mengikat zat besi
23
heme dan membentuk kompleks besi tanoat dan tidak larut, sehingga zat besi
tidak dapat diserap oleh tubuh (Ningsih, 2007).
4). Penghasilan
Faktor yang berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang adalah status
ekonomi, dalam hal ini adalah daya beli keluarga. Kemampuan keluarga untuk
membeli bahan makanan antara lain tergantung pada besar kecilnya pendapatan
terbatas kemungkinan besar kurang dapat memenuhi kebutuhan makanannya,
terutama memenuhi kebutuhan at gizi dalam tubuhnya. Sementara dari hasil
penelitian Hendro (2006) menyatakan bahwa keluarga yang pendapatannya di atas
UMR yaitu Rp. 975.000.- (Sembilan Ratus Tujuh Puluh Lima Ribu Rupiah) dapat
memenuhi kebutuhan gizi keluarganya terutama ibu hamil sehingga diasumsikan
dapat mencegah terjadinya anemia sedangkan keluarga dengan pendapatan di
bawah UMR dapat diasumsikan belum memenuhi kebutuhan hidup keluarganya
termasuk gizi ibu hamil.
5). Pendidikan
Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap perubahan sikap dan perilaku
untuk hidup sehat. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan
seseorang untuk menyerap informasi-informasi dan menginplementasikannya
dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari khusunya tingkat pendidikan wanita
sangat mempengaruhi kesehatannya. Dari hasil penelitian Hendro (2006).
6). Pelayanan Antenatal
Pelayanan antenatal adalah pelayanan yang diberikan terhadap ibu hamil oleh
petugas kesehatan untuk memelihara kehamilannya yang dilaksanakan sesua
stamdar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam standar pelayanan kebidanan.
24
Tujuan pelayanan antenatal adalah mengantarkan ibu hamil agar dapat bersalin
dengan sehat dan memperoleh bayi yang sehat, mendeteksi dan mengantisipasi
dini kelainan kehamilan dan deteksi serta antisipasi ini kelainan janin (Saifuddin,
2002).
Pelayanan antenatal meliputi hal yang dikenal istilah 5T yaitu timbang
berat badan, ukur tekanan darah, ukur tinggi fundus uteri, nila status imunisasi TT
dan pemberian tablet tambah darah. Konsumsi zat besi sangat diperlukan oleh ibu
hamil yang dianjurkan untuk mencegah ibu dan janin dari anemia, dan faktor
risiko lainnya. Diharapkan ibu hamil mengkonsumsi tablet Fe lebih dari 90 tablet
selama kehamilan.
K1 adalah kunjungan pertama ibu hamil ke fasilitas pelayanan kesehatan
untuk mendapat pelayanan antenatal yang dilakukan pada trimester pertama
kehamilan. Sedangkan, K4 adalah kunjungan ibu hamil untuk mendapatkan
pelayanan antenatal minimal 4 kali yaitu,1 kali pada trimester pertama kehamilan,
1 kali pada trimester kedua dan 2 kali pada trimester ketiga.
c. Hati Ayam
1. Hati ayam
Hati ayam merupakan salah satu sumber pangan hewani yang
mengandung besi heme dan mudah dijumpai dikalangan masyarakat. Dimana
senyawa besi heme diserap secara utuh dan setelah berada dalam epitel usus akan
dilepaskan dari rantai porfirin oleh enzim haemoxygenase, kemudian ditransfer ke
dalam plasma atau disimpan dalam feritin.
Dengan kata lain hati ayam mengandung jenis besi yang diserap tubuh
secara langsung tanpa dipengaruhi oleh bahan penghambat atau pemacu ,
25
sehingga bagi ibu hamil yang mengkonsumsi hati ayam dan bentuk olahan lain
dari baha hati yang baik dan sesuai anjuran, yaitu sebanyak 75gram perminggu
akan membantu memenuhi kebutuhan besi selama kehamilan secara maksimal.
Hal inilah yang membedakan presentase penyerapan besi heme akan jauh lebih
tinggi dibandingkan dengan besi non heme (HealthLinkBC,2014).
Hati ayam merupakan sumber tempat penyimpanan besi sehingga
mengandung zat besi dengan kadar tinggi yang dibutuhkan untuk mencegah
anemia. Hati ayam sering digunakan sebagai sumber pangan terutama diolah
untuk makanan bayi dan anak-anak usia lima tahun. Selain itu mineral yang
berasal dari hati ayam lebih mudah diabsorbsi karena mengandung lebih sedikit
bahan pengikat mineral (Almatsier, 2009 dalam jurnal Deni, Masfria, dan
Sudarmi).
2. Kadar besi pada hati ayam ras yaitu (7,16±0,007) mg/100 gr.
3. Feritin Hati Ayam.
Yang hanya terdiri dari H subunit dan memiliki 14,8ug Fe/ 100ug protein.
Ayam H subunit apo homolimer menunjukan tingkat penyerapan besi yang sama
seperti homopolimer Bovine H subunit yang diekspresikan dengan sistem ekspresi
baculovirus (0,31 dan 0,28 mmol Fe / menit per molekul protein subunit H ayam
dan sapi masing-masing) Ayam H subunit apo homopolimer menunjukan aktivitas
mengikat hemin biotinilasi lebih tinggi secara signifikan daripada hati holoferritin.
(jurnal by: Poultry Science, 2011).
Bahan makanan yang kaya akan kandungan zat besi berasal dari hewani
yang merupakan sumb protein dan berperan dalam proses hemopoesis
(Astawan,2012).
26
Salah satu sumber protein hewani yang mudah dijumpai dikalangan
masyarakat yaitu hati ayam buras atau yang lebih dikenal lagi dengan hati ayam
kampung yang memiliki kandungan zat besi sebanyak 18,7 gram, per 75 gram.
Zat besi merupakan mineral yang berperan penting dalam proses pembentukan sel
darah merah. Apabila produksi sel darah merah dalam tubu dapat tercukupi, maka
kadar hemoglobin dalam darah akan normal (Arisman,2007).
Hati ayam Kampung yang merupakan,Hati merupakan sumber zat besi
yang baik dan juga mengandung banyak vitamin A. sumber protein hewani yang
baik dan kaya akan zat besi (heme) serta mengandung semua asam amino.
Asupan protein bagi tubuh berfungsi untuk pertumbuhan dan memperbaiki
jaringan yang rusak, termasuk diantaranya asam folat yang merupakan asam
amino asensial yang tidak dapat diproduksi oleh tubuh yang merupakan bahan
esensial untuk sintesis. DNA dan RNA yang pentingdalam proses metabolisme sel
inti, termasuk sel darah merah. (Murdiati dan Amaliah, 2013,Mary E back)
Zat besi yang banyak terkandung dalam hati ayam merupakan unsur
penting dalam pembetukan sel darah merah. Terjadinya gangguan dalam
pembentukan sel darah merah itulah ynag menyebabkan kadar hemoglobin dalam
darah menjadi tidak normal.(Astawan, 2012).
Zat besi dalam hati ayam kampung yang sudah dalam bentuk ferro (Fe2)
lebih mudah diserap tubuh. Pada proses pencernaan besi dalam bentuk ferro (Fe2)
tersebut akan dioksidasi di dalam usus untuk berkaitan dengan apoferitin,
kemudian ditransformasikan menjadi ferititin dan dibebaskan ke dalam plasma
darah yang kemudian terjadi proses pengikatan transferin dan diangkut ke
sumsum tulang belakang untuk bergabung membentuk hemoglobin (Adriani dan
27
Wirjatmadi, 2013). Terbukti pada kelompok eksperimen rerata kadar hemoglobin
sebelum mendapat intervensi termasuk kedalam kategori anemia (Hb < 11gr/dL)
dan setelah mendapat intervensi rerata kadar hemoglobin mengalami kenaikan
menjadi normal.
Anemia terjadi bila tubuh kekurangan sel darah merah atau hemoglobin.
Kekurangan anemia bisa terjadi, karena sakit misalnya (demam berdarah,gagal
ginjal, talasemia), saat kehilangan darah (saat menstruasi,melahirkan), kekurangan
mineral Fe (zat besi).Bila anemia terjadi, konsumsilah makanan yang
mengandung zat besi untuk membantu mempercepat suplai sel darah merah.
Tabel. 2 AKG dan sumber bahan pangan yang dianjurkan untuk ibu (per-orang per-hari)
Kebutuhan Banyaknya Sumber
Protein 60gr Ayam, telur , daging, ikan, susu, tempe, tahu, kacang-kacangan.
Besi 46mg Hati, daging, beras tumbuk,kacang-kacangan, sayuran hijau
Asam folat 300 ug Hati ayam, susu, sayuran hijau, asparagus, bunga matahari, jamur kedelai, kacang merah, kacang hijau, kacang polong, melon,pisang, lemon, stroberi dan jeruk.
Vitamin b12 2,3 mg Daging, hati, susu, jamur, telur, yogurt, dan seafood lainnya.
Vitamin A 700 RE Hati ayam, sayuran, berwarna seperti wortel, buah-buahan berwarna merah, mentega, kuning telur dan minyak ikan.
d. Penelitian Terkait
1. Menurut hasil studi yang dilakukan oleh Rona Lutfi 2013dengan judul
“Pengaruh Konsumsi Hati Ayam Terhadap Kadar Hemoglobin” dengan jumlah
sampel 16 orang ibu hamil anemia, analisis besi pada hati ayam ras dan ayam
buras menunjukan kadar besi pada hati ayam ras (7,16 ± 0,007) mg/100g.
Sedangkan pada hati ayam buras (24,94 ± 0,039) mg/100g. Hasil uji t dengan taraf
28
kepercayaan 95% menunjukan tempat perbedaan itu dapat disimpulkan bahwa
data yang diperoleh dari hasil pengukuran memenuhi kriteria cermat dan seksama.
(Journal of Natural Product and Pharmaceutical Chemistry, 2016).
2. Menurut hasil studi yang dilakukan oleh Deni OS Simbolon 2012 dengan
judul “Pemeriksaan Kadar Fe Dalam Hati Ayam Ras dan Ayam Buras Secara
Spektrofotometri. Rata-ratakadar hemoglobin ibuhamil TM II pada kelompok
eksperimen pra intervensi sebesar 9,16 gr/dl dan rata- rata kadar hemoglobin ibu
hamil TM II di Puskesmas Ngoresan dengan nilai p (0,00 < α (0,05) (Rona Lutfi,
Angesti.
e. Kerangka Teori
Kerangka teori adalah ringkasan dari tinjauan pustaka yang digunakan
untuk mengidentifikasi variabl-variabel yang akan diteliti (diamati yang berkaitan
dengan konteks ilmu pengetahuan yang digunakan untuk mengembangkan
kerangka konsep penelitian (Notoatmodjo, 2016
29
Berdasarkan uraian dan penjelasan-penjelasan yang telah diuraikan
sebelumnya maka secara sistematis kerangka teori pada penelitian ini dapat
digambarkan dalam skema sebagai berikut:
Gambar 1. Kerangka Teori Wirakusumah 1999
Anemia
Penatalaksanaan
Menkonsumsi makananyang
mengandung zat besi
Hati Ayam
Vit C
Bergabung dengan protein berperan dalam sintesis
heoglobin dalam sel darah merah dan mioglobin dalam
sel otot
Meningkatkan absorbsi besi
Berperan dalam proses sintesis mukleoprotein
Membentuk butir-butir darah merah normal
dalam sumsum tulang
Fe besi Asam Folat
Peningkatan kadar hb dalam darah
Kehamilan Faktor penyebab anemia :
1. Kekurangan zat besi
30
f. Kerangka Konsep
Kerangka Konsep pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara
konsep-konsep yang ingim diamati atau diukur melalui penelitian yang di
lakukan. Kerangka konsep ini dikembangkan atau diacukan pada tujuan penelitian
yang telah dirumuskan, serta didasari oleh kerangka teori yangdisajikan tinjauan
pustakaan sebelumnya (Notoatmodjo, 2016)
Gambar 2. KerangkaKonsep
g. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara penelitian, patokan duga, atau dalil
sementara yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut
(Notoatmodjo, 2010). Menurut Arikunta (2010), terdapat 2 jenis hipotesis yang
digunakan dalam penelitian ini antara lain:
1. (Ha)
Ada pengaruh pemberian hati ayam terhadap kadar HB pada ibu hamil anemia di
Puskesmas Sukamaju Bandar Lampung.
2. (Ho)
Tidak ada pengaruh pemberian hati ayam terhadap kadar HB pada ibu hamil
anemia di Puskesmas Sukamaju Bandar Lampung.
Kadar Hb sebelum intervensi
Intervensi Kadar Hb
sesudah intervensi