KOMPOSISI MUSIK “SENGKUNI”
SKRIPSI KARYA SENI
Oleh:
Domas Wisnu NugrohoNIM: 15111139
FAKULTAS SENI PERTUNJUKANINSTITUT SENI INDONESIA
SURAKARTA2019
Komposisi Musik “Sengkuni”
SKRIPSI KARYA SENI
Untuk memenuhi persyaratan
Guna mencapai derajat Sarjana S-1
Program Studi Seni Karawitan
Jurusan Karawitan
Oleh:
Domas Wisnu NugrohoNIM: 15111139
FAKULTAS SENI PERTUNJUKANINSTITUT SENI INDONESIA
SURAKARTA2019
i
PENGESAHANSkripsi Karya Seni
SENGKUNIoleh
Domas Wisnu NugrohoNIM 15111139
Telah dipertahankan dihadapan dewan pengujipada tanggal 18 Juli 2019
Penguji
Ketua Penguji, Penguji Utama,
Drs. FX. Purwa Askanta, M.Sn Waluyo, S.Kar.,M.SnNIP 196502151991031001 NIP 196208211987121001
Pembimbing,
Dr. Nil Ikhwan, S.Kar.,M.SiNIP 195911231988031001
Skripsi Karya Seni ini telah diterimasebagai syarat mencapai derajat sarjana S-1pada Institut Seni Indonesia (ISI)
Surakarta
Surakarta, 30 September 2019Dekan Fakultas Seni Pertunjukan,
Dr. Sugeng Nugroho, S.Kar.,M.SnNIP 196509141990111001
ii
MOTTO
Tan ana baruna lan agni, ananing labuhing netra
(Tidak ada benar dan salah, tinggal kita melihat dari sisi mana)
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
Ayahanda Suhartoyo
Ibunda Suyati
Para guru dan maha guru yang telah memberi ilmu
iii
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Domas Wisnu Nugroho
NIM : 15111139
Tempat, Tgl. Lahir : Pati, 18 Juni 1997
Alamat Rumah : Desa Karangwotan, Dukuh Ngampel,
Kecamatan Pucakwangi, Pati 59183
Program Studi : S-1 Seni Karawitan
Fakultas : Seni Pertunjukan
Menyatakan bahwa karya seni berjudul “Sengkuni” adalah benar-benar karya
cipta sendiri, dibuat dengan ketentuan yang berlaku, dan bukan jiplakan
(plagiasi). Jika dikemudian hari ditemukan pelanggaran terhadap etika
keilmuan dalam skripsi karya seni ini, atau ada klaim dari pihak lain
terhadap keaslian skripsi karya seni ini, maka gelar kesarjanaan siap untuk
dicabut
Demikian pernyataan saya ini buat dengan sebenar-benarnya dan penuh rasa
tanggung jawab atas segala akibat hukum.
Surakarta, 30 September 2019
Penulis
Domas Wisnu Nugroho
iv
Abstract
The thesis of this artwork, describing the musical composition work"Sengkuni" was lifted from social phenomena originating from the story of purwashadow puppets, especially the character of Sengkuni. The nature of cunningSengkuni likes to fight sheep is the inspiration for composing musical compositionworks. The point of view is different from the nature of Sengkuni, namely, thatSengkuni's love for Gendari and Kurawa is an impression for musical compositionsthrough the cultivation of colors of sound, rhythm, melody and harmony. Themusical composition "Sengkuni" is composed in several impressions of a calm, tense,loyal atmosphere. Garapan uses the development of traditional elements in the form ofthe use of the source of the sound of the pan, iron pipes, pounding of the feet, clappingand flute as musical instruments.
Keywords: color sound, rhythm, melody and harmony.
v
Abstrak
Skripsi karya seni ini, mendeskripsikan karya komposisi musik“Sengkuni” diangkat dari fenomena sosial bersumber dari cerita wayang kulitpurwa khususnya karakter Sengkuni. Sifat Sengkuni licik suka adu dombadijadikan inspirasi untuk menyusun karya komposisi musik. Sudut pandangberbeda dari sifat Sengkuni yaitu, bahwa kasih saying Sengkuni kepadaGendari dan Kurawa menjadi kesan untuk karya komposisi musik melaluipenggarapan warna bunyi, ritme, melodi dan harmoni. Karya komposisimusik “Sengkuni” disusun dalam beberapa kesan suasana tenang, tegang,
kesetiaan. Garapan menggunakan perkembangan unsur tradisi berupapenggunaan sumber bunyi wajan, pipa besi, hentakan kaki, tepukan tangandan suling sebagai instrumen musik.
Kata kunci: warna bunyi, ritme, melodi dan harmoni.
vi
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur penyusun haturkan kepada Tuhan Yang
Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi karya komposisi “Sengkuni”. Penulis menyadari
bahwa dalam penyusunan skripsi komposisi “Sengkuni” ini tidak lepas dari
dukungan serta bantuan dari banyak pihak, maka dari itu penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Nil Ikhwan selaku pembimbing tugas akhir yang selalu
meluangkan waktu untuk membimbing penyusun dalam
penciptaan komposisi musik “Sengkuni”.
2. Bapak Waluyo, S.Kar.,M.Sn selaku Ketua Jurusan Karawitan dan
penguji utama yang banyak memberi fasilitas dalam proses Tugas
Akhir.
3. Bapak Drs. FX. Purwa Askanta, M.Sn selaku Ketua Penguji yang
sudah menguji Tugas Akhir dan selalu memotivasi.
4. Bapak Rusdiyantoro, S.Kar.,M.Sn selaku penasehat akademik dan
Ketua Program Studi Karawitan yang dari awal kuliah menuntun
penyusun dalam mengurus perkuliahan.
vii
5. Bapak Dr. Sugeng Nugroho, S.Kar.,M.Sn selaku Dekan Fakultas
Seni Pertunjukan.
6. Kedua orang tua dan keluarga yang telah memberi dukungan
moral dan material, serta memberi motivasi dalam menyelesaikan
studi.
7. Teman-teman HIMA Karawitan dan semua pihak yang terlibat
dalam proses Tugas Akhir yang telah mendukung penuh dalam
penyelenggaraan tugas akhir. Berkat kerja keras teman-teman
semua penyaji tugas akhir dapat digelar dengan sukses.
Surakarta, 30 September 2019
Penulis,
Domas Wisnu Nugroho
viii
DAFTAR ISI
PENGESAHAN i
MOTTO ii
PERNYATAAN iii
ABSTRACT iv
ABSTRAK v
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI viii
CATATAN UNTUK PEMBACA x
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1B. Gagasan 5C. Tujuan dan Manfaat 5
D. Tinjauan Sumber 6E. Kerangka Konseptual 8F. Metode Kekaryaan 9
1. Observasi 9
2. Wawancara 103. Analisis Data 114. Eksplorasi 11
G. Sistematika Penulisan 12
BAB II PROSES PENYAJIAN KARYA SENI 13
A. Tahap Persiapan 131. Orientasi 132. Observasi 13
3. Wawancara 144. Analisis Data 15
B. Tahap Penggarapan 151. Intuisi 152. Imajinasi 16
ix
3. Eksplorasi 18
4. Improvisasi/ variasi 25
BAB III DESKRIPSI KARYA SENI 26
BAB IV REFLEKSI KEKARYAAN 41
A. Tinjauan Kritis Kekaryaan 41
B. Hambatan dan Penanggulangan 45
BAB V PENUTUP 46
DAFTAR PUSTAKA 47
WEBTOGRAFI 48
NARASUMBER 49
GLOSARIUM 50
BIODATA 51
LAMPIRAN 54
x
CATATAN UNTUK PEMBACA
Notasi yang digunakan pada kertas penyajian ini adalah berupasimbol-simbol atau tanda bertujuan untuk alat bantu dalam membaca
penotasian karya komposisi musik. Karya komposisi musik “Sengkuni”menggunakan simbol huruf pada setiap instrumen, antara lain
Keterangan simbol bunyi WASI (Wajan Sigar):
a: ting e: tang g: gung
b: teng f: tong h: gong
c: tung r: thing
d: teng s: theng
K: creng
Notasi Kepatihan
_ : Tanda ulang
j : Harga nada
jkjjk j : Harga nada
. : Pin/berhenti
I : Tak
B : dhe
~ : drone
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Sengkuni masa muda bernama Harya Suman, dalam pewayangan
disebut Trigantalpati, Gandaraputra, dan Suwalaputra dari kerajaan
Gandara. Kerajaan Gandara dalam pewayangan disebut Plasajenar atau
Awu-awu Langit. Kakak sulung dari Gandara bernama Dewi Gendari,
disebut juga Dewi Anggandari. Kakak kedua bernama Harya Gandarya
mewarisi singgasana Kerajaan Gandara, Adik dari Sengkuni dua orang,
laki-laki semua, yaitu Surabasata dan Harya Gajaksa.(Heru S Sudjarwo,
2006 : 57)
Sengkuni seorang maha patih sekaligus penasehat raja di Kerajaan
Astina yang dikuasai keluarga Kurawa. Patih Sengkuni terkenal berwatak
licik, munafik, penuh tipu, dan suka adu domba. Ia mendidik para
Kurawa untuk berbuat nakal dan licik sejak Kurawa masih anak-anak.
Didikannya itu menjadikan para Kurawa selalu bertindak jahat
kepada para Pandawa. Setelah Kurawa dewasa juga ia selalu mebujuk
Raja Duryudana dan para Kurawa dengan cara-cara liciknya untuk
mengganggu para Pandawa. (Wibowo A. Wawancara , 10 Maret 2018).
Sengkuni mempunyai akal yang cerdik dalam berbicara dan ahli
dalam bidang politik dan pemerintahan, tetapi ia tidak jujur. Kepandaian
2
selalu digunakan untuk bertipu daya. Pandainya menggunakan bahasa
dan memutar balik fakta. Karena kepandaiannya itu, ia berguna juga bagi
Negara Astina. Sengkuni juga menjadi tokoh yang memegang peran
penting dalam percaturan dunia pewayangan, karena ia salah satu
sumber utama timbulnya perang Bharatayuda. (Heru S Sudjarwo, 2006 : 57)
Suatu negara juga ada Sengkuni bersembunyi dibalik permainan
politik, mengadu domba dengan menyebar kebencian, fitnah pada
sesuatu perkara yang dibesar-besarkan seolah-olah menjadi masalah yang
serius melibatkan pihak-pihak tertentu, tidak memandang status orang
yang difitnah dan diadu domba. Seperti :
Agama
Suku bangsa
Ras
Budaya, dan lain lain.
Agama sebagai keyakinan manusia untuk komunikasi pada Tuhan.
Komunikasi tersebut dengan sarana ibadah. Ibadah adalah cara manusia
untuk menyembah Tuhan. Agama menjadikan manusia baik, dalam
agama diatur suatu kitab suci berisisi aturan-aturan kebaikan dan harus
dipatuhi manusia.
Agama ialah suatu jenis sistem sosial yang dibuat oleh penganut-
penganutnya yang berporos pada kekuatan-kekuatan nonempiris yan
3
dipercayainya dan didayagunakannya untuk mencapai keselamatan bagi
diri mereka dan masyarakat luas umumnya. (D. Hendropuspito,1983 : 34)
Suku bangsa adalah suatu kelompok manusia di daerah tertentu
mematuhi aturan-aturan dari nenek moyang sampai sekarang. Suatu suku
meyakini harus mematuhi aturan-aturan dari nenek moyang. Jika tidak
mematuhi, bencana akan datang karena nenek moyang marah.
Suku bangsa yaitu sekumpulan masyarakat yang memiliki
kebiasaan dan budaya yang sama. Sistem kemasyarakatan, meliputi
kelompok atau organisasi, hubungan kekerabatan, serta peraturan-
peraturan dan hukum. (Irmawan, 2011 : 237)
Ras yaitu kelompok manusia dari keturunan sama atau satu akar
dalam suatu daerah. Mempunyai ciri-ciri sama seperti warna kulit, tinggi
badan, wajah dan bahasa. Keturunan tersebut sama karena disengaja atau
tidak disengaja oleh individu manusia.
Menurut Gill dan Gilbert (1988), ras adalah pengertian biologi yang
menjelaskan sekumpulan orang yang dapat dibedakan menurut
karakteristik fisik yang dihasilkan melalui proses reproduksi. Acap kali
ras merupakan status sosial yang didefinisikan oleh istilah kebudayaan
daripada ras dalam istilah biologis. Kadang-kadang perbedaan antara
kelompok etnik itu meliputi lebih dari satu kebudayaan. Klarifikasi ras
dan rasial meliputi tampilan fisik yang juga menjadi dasar untuk
membedakan kelompok etnik itu.(Alo Liliweri, 2018 : 13)
4
Budaya adalah tingkah laku kebiasaan manusia yang dilakukan
terus menerus dengan belajar. Kebiasaan itu dilakukan karena kebutuhan
manusia terus ada pada kehidupan sehari-hari.
Menurut ilmu antropologi, “kebudayaan” adalah keseluruhan
sisitem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat
yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.(Koentjaraningrat, 2009 : 144)
Sengkuni beranggapan dirinya yang paling benar, memprovokator
kelompok tertentu untuk dijadikan pengikutnya, menghalalkan segala
cara demi terwujud sesuatu keinginan, mengharamkan yang bertolak
belakang dengan pendapatnya. (Suhartoyo. Wawancara, 10 Maret 2018).
Sengkuni dikenal berwatak yang jahat, tetapi ia mempunyai tujuan
baik yang selalu dihiraukan oleh kebanyakan orang yaitu, membantu
kemuktian anak Gendari (para sota Kurawa) dimana bumi Ngastina
seharusnya di pihak Pandawa, tetapi Sengkuni berusah supaya bumi
Ngastina menjadi milik Kurawa. Sengkuni rela mengorbankan jiwa dan
raganya bahkan seumur hidupnya untuk kemuktian para Kurawa.
Sengkuni adalah tokoh wayang jahat, di balik hati kotornya
mempunyai sifat setia, cinta dan kasih sayang kepada keponakan adalah
para Kurawa. ( Suhartoyo. Wawancara, 30 September 2018).
Sifat dan karakter seorang tokoh Sengkuni menjadikan kesan-kesan
untuk dijadikan acuan dasar menciptakan sebuah bentuk komposisi
musik baru berjudul “Sengkuni”. Melibatkan daya ungkap seperti intuisi,
5
imajinasi,dan eksplorasi untuk menggiring ciptaan komposisi baru, serta
memakaikan unsur-unsur musik seperti : ritme, melodi dan harmoni.
B. Gagasan
Sengkuni dengan sifat licik, suka mengadu domba, namun juga
sifat kebaikan Sengkuni. Licik yang dimaksud adalah dalam kebiasaan
mencari muka atau berbuat sesuatu dengan maksud supaya mendapat
pujian orang lain dan sanjungan. (Definisi berdasarkan Kamus Besar
Bahasa Indonesia). Kesan suasana ditimbulkan adalah tenang dan tegang.
Kedua sifat adu domba. Adu domba dimaksud adalah pertarungan atau
perselisihan dengan kesan suasana tegang dan keamarahan. Ketiga adalah
sifat kebaikan Sengkuni. Sifat kebaikan dari Sengkuni menjadikan sudut
pandang berbeda. Sifat kebaikan Sengkuni kesetiaan, kecintaan dan kasih
sayang kepada para Kurawa untuk memuktikan Kurawa. Kesan
memberikan suasana kesetiaan.
C. Tujuan dan Manfaat
Karya komposisi musik “Sengkuni” ini mempunyai tujuan dan
manfaat yang ingin dicapai, tujuan dan manfaat tersebut:
6
Tujuan
1. Menuangkan kegelisahan melihat fenomena kontradiksi ke
dalam bentuk susunan komposisi musik
2. Mengangkat imajinasi menjadi bentuk komposisi musik baru
Manfaat
1. Memberikan khasanah dan interpretasi baru bagi komposer lain
dalam penciptaan komposisi musik baru.
2. Sebagai acuan bagi masyarakat seni dan seniman untuk
menciptakan karya komposisi musik baru.
D. Tinjauan Sumber
Wasis Wijayanto. 2017. Komposisi musik “Penitir”. Komposisi
musik “Penitir” terispirasi dari ajaran baik yang ada dalam cerita wayang
kulit, dan di ekspresikan melalui keprak. Keprak sebagai media pembawa
suasana, mulai dari suasana tenang, lucu, hingga suasana tegang.
Persamaan dengan karya komposisi musik “Sengkuni” terletak pada
kesamaan dalam menyangkut ajaran kebaikan dari cerita wayang.
Perbedaannya terletak pada, karya “Penitir” ajaran kebaikan saja yang
dibahas dan tidak membahas sifat tokoh wayang, sedangkan pada karya
“Sengkuni” adalah pada sifat tokoh wayang, yaitu pada sifat sengkuni
yang jelek, kemudian komposer melihat dengan sudut pandang berbeda
yaitu sifat baiknya Sengkuni.
7
Khoerul munna. 2018. Komposisi musik “Arus”. Komposisi musik
“Arus” mengambil konsep dari emosional dari pekerja kayu atau tukang
saat melakukan aktivitas menatah. Persamaan karya “Arus” dengan
“Sengkuni” terletak pada emosional atau sifat suatu tokoh. Perbedaan dari
karya “Arus” mengangkat emosional dari pekerja kayu, sedangkan karya
”Sengkuni” mengangkat sifat dari Sengkuni.
Dwi Suryanto, 2018. Komposisi Musik kolaborasi opening FKI di
Surabaya. Video komposisi musik kolaborasi mengembangkan klenangan.
Persamaannya dengan komposisi musik “Sengkuni” terletak pada
kesamaan dalam memasukkan teknik klenangan ke dalam komposisi
musik. Perbedaanya adalah komposisi kolaborasi tidak menggunakan
kembangan dalam klenangan dan menggunakan sumber bunyi bonang.
Sedangka komposisi musik “Sengkuni” menggunakan pola
pengembangan dan sumber bunyi dari WASI dan suling.
Sujiwo tedjo. 2008. Drama musikal “Pengakuan Rahwana”. Pada
karya “Pengakuan Rahwana” menceriakan cinta tulusnya kepada Sinta
titisan dari Dewi Widowati. Secara sosial Rahwana mengakui
kesalahannya karena menculik istri dari Rama. Tetapi secara cinta
Rahwana tidak bersalah karena ketulusan cintanya kepada Sinta.
Rahwana pun tidak mau menyentuh Sinta sebelum Sinta jatuh cinta
padanya. Komposisi musik “Sengkuni” terinspirasi dari fenomena yang
sebenarnya kontradiksi, tetapi justru menjadi hal yang menarik untuk
8
dituangkan kedalam karya. Persamaan karya “Pengakuan Rahwana”
dengan karya komposisi musik “Sengkuni” adalah sama-sama
mengangkat fenomena yang sebenarnya kontradiksi, tetapi justru
diangkat sebagai karya seni. Dan melihat dengan sudut pandang yang
berbeda. Perbedaanya pada karya “Pengakuan Rahwana” berbentuk drama
dan yang diangkat adalah ketulusan dan kesetiaan cinta Rahwana kepada
Sinta. Sedangkan pada karya komposisi musik”Sengkuni” berbentuk
komposisi musik dan yang diangkat adalah kesetiaan dan kasih
sayangnya Sengkuni kepada Kurawa.
E. Kerangka Konseptual
Landasan konseptual adalah landasan pikir atau teori yang
digunakan sebagai pijakan untuk mengembangkan kreatifitas dalam
karya musik. Karya komposisi musik “Sengkuni”, kekaryaan musik yang
teridentifikasi sebagai unsur, elemen dan partikel musikal tak terhitung
jumlahnya. Semua itu pada dasarnya dapat dijadikan sumber penciptaan
musik-musik kontemporer atau baru. Penggunaan teori berdasarkan tiga
unsur musik seperti ritme, melodi dan harmoni. Perbedaan sifat Sengkuni
terkesan dalam bentuk ritme. Ritme dalam arti musik adalah prinsip yang
mengatur cepat dan lambat, waktu panjang atau pendek suatu musik.
Ritme termasuk dasar musik selain melodi dan harmoni. Melodi dalam
arti musik adalah urutan nada dan jangka waktu nada yang membawa
9
makna. Syaratnya berciri khas, berbentuk jelas, memuat suatu ungkapan
dan dapat dinyanyikan, sedangkan harmoni berarti keselarasan.
Salah satu permainan instrumen seperti tabuhan wajan dan suling
pada salah satu bagian merupakan perkembangan dari unsur tradisi yaitu
klenangan. Beberapa motif karya komposisi musik “Sengkuni” juga
perkembangan dari motif perkusi.
F. Metode Kekaryaan
Proses penciptaan terbagi beberapa tahapan, antara lain orientasi,
observasi, eksplorasi, wawancara, analisis data dan proses pembuatan
karya.
1. Observasi
Observasi adalah salah satu teknik yang paling banyak dilakukan
dalam penelitian baik kuantitatif maupun kualitatif, baik sosial maupun
humaniora. Dalam etnografi teknik observasi dikategorikan sebagai aliran
utama. Semua penelitian dunia sosial pada dasarnya menggunakan teknik
observasi. Faktor terpenting dalam teknik observasi adalah observer
(pengamatan) dan orang yang diamati yang kemudian juga berfungsi
sebagai pemberi informasi, yaitu informan. (Kutha Ratna, 2016:217)
Proses observasi secara musikal pada karya ini diawali dengan
mengenal dan mengetahui tentang Sengkuni dari pagelaran wayang
10
secara langsung atau audio visual, buku mengenai Sengkuni, internet,
youtube, narasumber dan dengan memperbanyak referensi musik mulai
dari musik tradisi sampai karya musik baru kontemporer sebagai acuan
kekaryaan.
2. Wawancara
Wawancara adalah cara-cara memperoleh data dengan berhadapan
langsung,bercakap-cakap, baik antara individu dengan individu maupun
individu dengan kelompok. Sebagai mekanisme komunikasi pada
umumnya wawancara dilakukan sesudah observasi. Pengamatan
menyeluruh terhadap objek diikuti dengan aktivitas tertentu dengan
menggunakan instrumen tertentu.(Kutha Ratna, 2016:222)
Wawancara dilakukan terhadap beberapa narasumber yang
dianggap menguasai bidang seni diantaranya adalah pakar-pakar seni.
Wawancara pertama kepada Wibowo Asmoro, hal yang didapat adalah
tentang sifat jeleknya Sengkuni. Wawancara yang kedua kepada
Suhartoyo, hal yang didapat adalah tentang sifat jeleknya sengkuni serta
contoh pada kehidupan nyata dan tentantg sudut pandang lain untuk
melihat sisi baiknya Sengkuni.
11
3. Analisis Data (audio dan/atau vidio)
Analisis data adalah sustu proses atau upaya pengolahan data
menjadi sebuah informasi baru agar karakteristik data tersebut menjadi
lebih mudah dimengerti dan berguna untuk solusi suatu permasalahn,
khususnya yang berhubungan dengan penelitian. Analisis data audio dan
video dari hasil audio wawancara dan vidio youtube.
Referensi berasal dari vidio youtube maupun audio visual. Agar
data yang dikumpulkan dapat diurai dan dipahami maka perlu dilakukan
pemilihan dan pengklasifikasian sesuai dengan gagasan kekaryaan.
4. Eksplorasi
Eksplorasi, disebut juga penjelajahan atau pencarian, adalah
tindakan mencari atau melakukan penjelajahan dengan tujuan
menemukan sesuatu. Proses eksplorasi karya “Sengkuni” meliputi
pencarian sumber bunyi, ritme, melodi, lagu dan sastra.
Eksplorasi pertama membuat alat dari wajan, pipa besi dan
mencari cara membunyikannya sesuai dengan hasil bunyi yang
diharapkan. Kemudian membuat pola-pola beragam irama yang
diharapkan. Serta menyusun ritme, melodi, lagu dan sasatra.
Eksplorasi kedua mencoba mencari sumber bunyi dari anggota
tubuh, seperti kaki, tangan dan lainnya.
12
G. Sistematika Penulisan
Uraian dari hasil karya seni ini terdiri dari V bab yang dibagi
menjadi beberapa sub bab. Adapun sistematika penulisan hasil karya ini
tersusun sebagai berikut:
Bab I pendahuluan, yang berisi latar belakang, gagasan, tujuan dan
manfaat, tinjauan sumber, landasan pemikiran, metode kekaryaan dan
sistematika penulisan.
Bab II mengenai tahap persiapan yang meliputi orientasi, observasi,
wawancara, dan analisis data. Selain itu juga mengulas mengenai tahap
penggarapan karya yang berupa intuisi, imajinasi, eksplorasi,
improvisasi/variasi.
Bab III berisi deskripsi sajian karya yang akan disajikan dalam
bentuk pertunjukan. Bagian ini juga mendeskripsikan alur karya beserta
notasi karya “Sengkuni”
Bab IV berisi reflreksi kekaryaan, analisis kritis terhadap karya seni
yang dicipta/disajikan, serta hambatan dan penanggulangannya. Analisis
pada bab ini harus mencerminkan hubungan antara gagasan, kerangka
konseptual, metode kekaryaan dan wujud karya seni yang disajikan.
Bab V penutup yang berisi mengenai kesimpulan dan saran.
13
BAB II
Tahap Persiapan
Orientasi
Orientasi dari karya “Sengkuni” adalah komosisi musik baru, karena
sebagian karya “Sengkuni” menggunakan alat baru atau sumber bunyi
baru. Penggunaan metode kekaryaan pada karya komposisi musik
“Sengkuni” juga memakai prinsip pertumbuhan dan transmedium,
pengembangan teknik klenangan dari sumber bunyi bonang dalam tradisi
karawitan jawa kemudian ditransmediumkan ke dalam sumber bunyi
WASI dan suling. Karya “Sengkuni” pengembangan sumber dan
transmedium pertama terletak pada pengembangan pola klenangan yang
ditambahi sebagai berikut._...K ;;.K ...K ;;.K_. Tetapi sebagian
besar karya “Sengkuni” semua baru( sumber bunyi, konsep dan
kekaryaan).
Observasi
Observasi melibatkan tiga objek sekaligus, yaitu: a) lokas tempat
penelitian berlangsung, b) para pelaku dengan peran-peran tertentu, dan c)
aktivitas para pelaku yang dijadikan sebagai objek penelitian. Suatu
penelitian dilakukan dengan terlebih dahulu menentukan lokasi penelitian
kemudian diikuti dengan proses, sebagai alur penelitian dengan
melibatkan para pelaku dengan berbagai tindakannya. Dengan luasnya
14
lapangan maka observasi harus dibatasi, sebagai fokus pengamatan,
sehingga hanya peristiwa yang diperlukan yang dijadikan sebagai objek.
(Kutha Ratna, 2016:220)
Proses observasi secara musikal pada karya ini diawali dengan
mengenal dan mengetahui tentang Sengkuni dari pagelaran wayang secara
live atau audio visual, buku mengenai Sengkuni, internet, youtube,
narasumber dan dengan memperbanyak referensi musik mulai dari musik
tradisi sampai karya musik baru kontemporer sebagai acuan kekaryaan.
Wawancara
Secara garis besar, wawancara melibatkan dua komponen,
pewawancara yaitu penelitiitu sendiri dan orang-orang yang
diwawancarai. Sebagai penelitian ilmiah, sebelum turun ke lapangan
dengan sendirinya peneliti telah mempersiapkan diri secara matang, lahir
dan batin, mental dan spiritual, demikian juga emosional dan
intelektualnya. Peneliti harus membekali diri dengan seperangkat metode
dan teknik, berbagai catatan yang selalu harus diperbaharui. Semua
predikat yang melekat dalam diri peneliti, seperti kelas sosial, ekonomi,
politik, termasuk akademis yang dianggap dapat mengganggu proses
interaksi untuk sementara waktu ditanggalkan. (Kutha Ratna, 2016:222)
Wawancara dilakukan terhadap beberapa narasumber yang
dianggap menguasai bidang seni diantaranya adalah pakar-pakar seni.
Wawancara pertama kepada Wibowo Asmoro, hal yang didapat adalah
15
tentang sifat jeleknya Sengkuni, meliputi sifat licik dan suka mengadu
domba. Wawancara yang kedua kepada Suhartoyo, hal yang didapat
adalah tentang sifat jeleknya Sengkuni serta contoh pada kehidupan nyata
dan tentantg sudut pandang lain untuk melihat sisi baiknya Sengkuni.
Analisis Data (audio dan/atau vidio)
Referensi berasal dari vidio youtube maupun audio visual. Agar
data yang dikumpulkan dapat diurai dan dipahami maka perlu dilakukan
pemilihan dan pengklasifikasian sesuai dengan gagasan kekaryaan. Video
wayang kulit dari youtube menceritakan sifat licik dan suka mengadu
domba oleh Sengkuni diberbagai lakon wayang kulit. Penulis terinspirasi
dari vidio tersebut untuk dijadikan gagasan.
Tahap Penggarapan
Intuisi
Dijelaskan dalam Kamus Istilah Filsafat dan Ilmu (Ali Mudhofir,2001)
intuisi berasal dari bahasa Latin intueri =”memperhatikan”, dari “in”=
“pada” dan tueri= “melihat”,”menonton”. 1. Pengetahuan atau
pemahaman tanpa penyimpulan secara langsung terhadap sesuatu hal. 2.
Kemampuan untuk mempunyai pengetahuan tentang sesuatu hal secara
langsung tanpa menggunakan akal. 3. Pengetahuan atau pemahaman
16
bawaan tanpa menggunakan indra, pengalaman sehari-hari atau akal. (Eri
Setiawan 2015:1)
Sebelum Karya “Sengkuni” diciptakan atau tercipta, pergi ke hutan
gunung Lawu untuk perenungan, di sana mendapatkan intuisi tentang
sifat-sifat jelek Sengkuni yaitu licik dan mengadu domba. Setelah itu
mendapatkan intuisi sudut pandang lain untuk melihat sifat Sengkuni
yaitu, kesetiaan Sengkuni kepada Kurawa dan penyikapan terhadap sifat-
sifat jelek Sengkuni. Mengambil pelajaran positif dari kejahatan Sengkuni
untuk selalu sabar. Pendewasaan sifat manusia dari sikap sabar.
Imajinasi
Setelah mendapat intuisi, selanjutnya merenungkan sifat Sengkuni
dan sudut pandang lain menjadi beberapa kesan suasana musikal sebagi
berikut. Sifat licik, penulis berimajinasi sifat licik menjadi kesan tegang,
setelah itu penulis berimajinasi musikal dengan motif perkusi _:jBBj.Bj.Bj.B
 j.B B B B:_ dengan tempo cepat, menimbulkan kesan tegang, kemudian
penulis berimajinasi isi dari syair berbunyi “surpa wahdana” artinya mencari
muka. Mencari muka adalah bagian dari sifat licik. Sifat adu domba,
penulis berimajinasi sifat adu domba menjadi kesan tegang (tegang
pertarungan), kemudian penulis berimajinasi musikal dengan sumber
bunyi hentakan kaki dan tepukan tangan dengan cara bersahut-sahutan
17
dalam satu rangkaian motif berikut _ IIBB Â IIBB Â IIBB Â BBII Â
BBII Â BBII Â BBBB Â BBII Â BBII Â BBII Â IIII Â BBII Â
BBII Â BBII Â IIIB _ simbol “I” dari sumber bunyi tepukan tangan
dan simbol “B” dari sumber bunyi hentakan kaki di mainkan dengan
tempo cepat, menimbulkan kesan tegang (tegang pertarungan). Sudut
pandang lain dari sifat jahat Sengkuni, penulis berimajinasi sudut pandang
lain dari sifat jahat Sengkuni menjadi kesan musikal harmonis (harmonis
kesetiaan), kemudian penulis berimajinasi musikal dari sumber bunyi
suling dengan mentransmediumkan teknik klenangan bonang ke sumber
bunyi suling dan mengembangkan pola klenangan menjadi notasi berikut:
Suling A_:566. 5... 566. 5...:_
Suling B_:.6!! .6.. .6!! .6..:_
Suling C_:..32 2.3. ..32 2.3.:_
Suling D_:...2Â 11.2Â ...2Â 11.2:_
Nada antara suling dimainkan berbeda-beda sehingga menimbulkan
harmoni tertentu. Setelah berimajinasi motif, beberapa macam irama,
ritme, melodi, harmoni dan sastra. Penulis berimajinasi akan menyusun
vokal diselingi dengan Monolog, dialog, serta ekspresi supaya
penyampaian pada karya tidak monoton dan ada warna baru di dalam
metode pengkaryaan musik.
18
Eksplorasi
Eksplorasi pertama proses pembuatan Karya “Sengkuni” berawal
dari perkuliahan Akustika Instrumen II, kemudian terinspirasi alat musik
hang drum dan tongue karena tertarik warna bunyi dihasilkan alat tersebut
dan penasaran mempelajari getaran sumber bunyi tersebut. Setelah itu
mencoba membuat sumber bunyi dari wajan aluminium dengan cara
digrinda menjadi bilah, setelah itu mencoba membunyikan dengan cara
dipukul dengan tangan. Bunyi dan getaran dihasilkan terlalu pendek
karena bahan terlalu padat, sehingga rambatan getaran terhambat. Titik
mati getaran tersebut berada di tengah karena bilah menghadap ke pinggir.
Kemudian mencoba lagi memilih wajan dari bahan stainless karena
menghasilkan bunyi nyaring dan getaran dari bahan tersebut lama.
Memilih dua ukuran diameter 32 untuk wajan kecil dan 34 untuk wajan
besar. Kemudian menentukan ukuran untuk digrinda. Nada tinggi hasil
grindaan ukuran kecil dan nada rendah ukuran grindaan besar. Wajan
digrinda satu persatu sesuai ukuran sesudah ditentukan. Sumber bunyi
tersebut komposer beri nama WASI (Wajan Sigar). Berikut ukuran grindaan
dan frekuensi WASI:
Tabel 1. Nama alat, ukuran dan frekuensi
19
NO Nama Alat Panjang dan lebargerindaan
Frekuensi
1 Wasi k1 2,5 cm persegi3 cm persegi3,5 cm persegi4 cm persegi
533,5 Hz386 Hz280 Hz234,2 Hz
2 Wasi b1 3 cm persegi3,5 cm persegi4 cm persegi4,5 cm persegi
317,3 Hz271,6 Hz237,5 Hz194,3 Hz
3 Wasi k2 2,5 cm persegi3 cm persegi3,5 cm persegi4 cm persegi
572 Hz408,7 Hz295,5 Hz230,8 Hz
4 Wasi b2 3 cm persegi3,5 cm persegi4 cm persegi4,5 cm persegi
360,5 Hz373 Hz205,9 Hz136,2 Hz
Setelah digrinda, mencari kualitas bunyi dan warna bunyi
dikehendaki dengan teknik dipukul dengan jari telunjuk jika tabuhan keras
dan jari tengah dan jari manis jika tabuhan sedang, karena jari telunjuk
power lebih kuat, hasil bunyi menjadi keras dan sebaliknya, jari tengah dan
jari manis power yang dihasilkan lemah sehingga hasil bunyi menjadi
lemah. Kemudian pelarasan tinggi rendah suatu nada dengan cara: jika
menghendaki nada tinggi (sesudah digrinda), luas grindaan disobek
keluar. Jika menghendaki nada rendah, luas grindaan disobek kedalam.
Jika menghendaki bunyi lebih nyaring, ditambah resonator dengan
mengelas wajan ukuran sama dan sedikit rongga jika tidak ingin melubangi
resonator. Peronggaan juga dikira-kira dengan menabuh bunyi nada
rendah (lemah) dan mencari cara membunyikannya sesuai dengan hasil
20
bunyi diharapkan. Memainkan WASI dengan cara dipangku diatas paha,
ketinggian dari lantai setengah meter agar menghasilkan kualitas bunyi
nyaring. Karena getaran bunyi tidak langsung diperdam lantai dan terus
menyebar di udara.
Tahap selanjutnya membuat motif dan simbol penotasian WASI k1_:
c jec j.e j.c  j.e j.c e e :_, setelah itu memainkan motif sama tetapi
berangkat dari ketuk kedua dimainkan alat WASI b1_: f d jfd j.f  j.d j.f
j.d f :_memainkan lagi WASI k2 selanjutnya dengan motif sama tetapi
berangkat dari ketuk ketiga. Kemudian disusul lagi alat WASI b2 dengan
motif sama tetapi berangkat dari ketuk keempat. WASI dimainkan dengan
tempo cepat agar menimbulkan kesan tegang. Setelah itu, untuk
menambah variasi motif dan dinamika, membuat motif dengan birama 5/2
WASI b1_: j.b . c . . Â e c e b . :_, dan WASI b2_ f . . h
f  j.h j.f h f h :_ dimainkan dengan tempo sedang untuk mencapai
dinamika kesan turun atau halus. Kemudian mencoba menggabungkan
permainan WASI birama 5/2 dan permainan WASI birama 4/2 dengan
motif WASI k1 birama 4/2 _:. r j.r j.r  . r j.r j.r:_, WASI k2 birama
4/2 _: jcc c jcc j.c  j.c jcc jcc c:_. Jika permainan WASI berangkat bersamaan,
21
maka akan ketemu pada ketuk ke 80. Penulis juga membuat syair dengan
sastra berikut “Sun sang Harya Suman, tan mundur anggonku andum, andum
wisa , wisani atimu” artinya Saya adalah Harya Suman, tidak mundur
(berhenti) memberi, memberi racun (profokasi), meracuni hatimu. Setelah
permainan WASI ketemu pada ketukan ke 80, membuat motif dengan
tempo cepat dan dinamika tabuhan keras lirih agar kesan tegang terbangun
dengan motif berikut WASI k1 _: jjab jca jbc jab jca  jbc aj ba j.b j.b :_, WASI
b2 _: jhh j.hh jhh  j.h j.hh hhh :_. Masuk lagi permainan WASI k2
dan WASI b1 improvisasi dengan kesan tanya jawab.
Eksplorasi salanjutnya mengembangkan teknik klenangan ke dalam
sumber bunyi suling pelog dengan motif berikut:
Suling A_:566. 5... 566. 5...:_
Suling B_:.6!! .6.. .6!! .6..:_
Suling C_:..32 2.3. ..32 2.3.:_
Suling D_:...2Â 11.2Â ...2Â 11.2:_
Setelah itu mencoba merubah-rubah nada di dalam teknik klenangan dalam
tangga nada suling pelog.
Eksplorasi kedua mencoba mencari sumber bunyi dari anggota
tubuh, seperti kaki, tangan dan lainnya. Kemudian membuat motif dan
ritme mendukung kesan tegang (tegang pertarungan) berikut.
22
Table 2. Motif dari sumber bunyi tubuh
1 B1
A1
A2
B2
Tunggal
B3
A3
A4
B4
B5
A5
B6
A6
B7
_:jBBj.BB Â j.B ..:_8x
_: 0 Â.jjkIjIIjII:_8x
_:jk.jIIjIIjIIjIIÂ.jIIjIIjIIjIIÂ.jIIjIIjIIjIIÂ.jIIjIIjIIjIIÂ
.jIIjIIjIIjIIÂ.jIIjIIjIIjII_
_ . . . . ÂjBB... ÂjBB... ÂjBB... Â
 jBB.jBB . ÂjBB.jBB.ÂB_
_:jIIIII Â BIIB:_4×
_:jBBj.BB Â j.B ..:_
_: 0 Â.jjkIjIIjII:_
_:.I.I Â .Ijj.II:_
_:..B. Â B.B. :_2×
_:B.. B.. B.. B..:_2×
_:.IIÂ .IIÂ .IIÂ ...:_2×
_B . B. B . B . B . B. B . B .Â
ÂB . B.ÂB.jkBj.Bj.B _
_.j.Ij.IIÂ .j.Ij.IjIIÂ .j.Ij.IIÂ .j.Ij.IjIIÂ
Â.j.Ij.IIÂ . j.I. ._
23
A7
B8
A8
B9
A9
B10
A10
B11
A11
_.... ..BB .... Bj.B.B_
_jIIIjIII jIII.. jIIIjIII ...._
_.... BBBB .... BBBB .B.B ..BB .B.. BB.B_
_IIII .... IIII .... I.I. II.. I.II ..I._
_..BB..B B..BBBB_
_II..II. .II...._
_BB.. BB.. BB.. ...._
_..II ..II ..II IIII_
_:jBkj.B.jBjk.B. Â B . . .:_
_:. j.I . j.IÂ jIIjIIjIIjII:_
Setelah itu mebuat simbol penotasian “I” sumber bunyi dari tepukan
tangan dan “B” sumber bunyi hentakan kaki.
Eksplorasi ketiga mencari sumber bunyi dari pipa besi. Diameter
besi sebagai sumber bunyi 3 cm dan diameter resonator 3,8 cm. Panjang
resonator 30 cm dengan tebal ganjal dari sandal 3,5 cm. Sumber bunyi
24
tersebut komposer beri nama PASI (Pipa besi). Berikut ukuran grindaan
dan frekuensi PASI:
Table 3. Nama alat, ukuran dan frekuensi
NO NAMA ALAT PANJANGPIPA
PANJANGGRINDAAN
FREKUENSI
1 PASI k @: 10 cm
!: 12 cm
6: 14 cm5: 16 cm
5 cm
6 cm7 cm8 cm
1231 Hz
1753 Hz916 Hz790,2 Hz
2 PASI B 4: 18 cm3: 20 cm2: 22 cm1: 24 cm
9 cm10 cm11 cm12 cm
733,4 Hz642,3 Hz567,6 Hz513,5 Hz
Tahap pertama pipa besi dibelah setengah dari panjang pipa dan
mencoba membunyikan. Tahap kedua membuat resonator dari pipa besi
berukuran sedikit lebih besar dari pipa besi dibunyikan. Mengukur
frekuwensi dengan cara meniup lubang resonator dan membunyikan pipa
besi, kemudian mengukurnya dengan air, setelah pas diganjal dengan
potongan sandal sesuai ukuran lubang resonator. Tahap ketiga melubangi
pipa besi untuk mengkaitkan pipa dengan tali dan paralon. Tahap keempat
membuat tempat penopang dari pipa paralon. Panjang masing-masing
penopang 50 cm, tinggi 50 cm dan lebar 20 cm.
Tahap selanjutnya penulis mencoba memasukkan permainan PASI
sebagai sumber bunyi pendukung untuk menjadi satu kesatuan struktur
dalam karya komposisi musik”Sengkuni”. Kemudian mencoba membuat
25
beberapa motif sederhana permainan sumber bunyi PASI untuk
membentuk sebuah jalinan musikal.
Improvisasi/variasi
Penuangan gagasan pertama adalah kesan suasan tenang menuju
kesan suasana tegang. Awal pertunjukan beberapa detik diam dan lampu
mati, kemudian di lanjutkan permainan instrumen dengan volume keras
dan ritme yang cepat. Selain itu improvisasi suling slendro dengan kesan
memperkuat kesan musikal tegang. Kemudian tabuhan WASI k2 dan
WASI b1 dengan kesan tanya jawab.
Penuangan gagasan kedua adalah kesan harmonois, menuangkan
sumber bunyi alat tiup berupa suling. Masuk salah satu pemain suling
membunyikan motif, pemain kedua, ketiga dan keempat saling susul
menyusul dengan motif yang sama pada birama tertentu menimbulkan
kesan harmonis.
Penuangan gagasan ketiga adalah kesan tegang di bagian adu
domba. Bagian tersebut menuangkan ide tersebut ke permainan sumber
suara kaki dan tangan dengan motif dan ritme berbeda antara kubu kanan
dan kubu kiri, menimbulkan kesan pertengkaran dan tegang.
26
BAB III
DESKRIPSI KARYA
No Instrumen Notasi Keterangan
1 Wasi k1
Wasi b1
Wasi k2
Wasi b2
_: c jec j.e j.c  j.e j.c e e :_40x
_: 0 Â 0 Â 0 Â 0 Â
Â.d jfd j.f  j.d j.f j.d f  f :_38x
_: 0 Â 0 Â 0 Â 0 Â
 0  0  0  0 Â
 . . r jsr Âj.s j.r j.s j.r  s s:_36×
_: 0 Â 0 Â 0 Â 0 Â
 0  0  0  0 Â
 0  0  0  0 Â
Pertunjukan diawali
dengan lampu remang-
remang, tanpa
pergerakan dan tanpa
bunyi. Setelah itu masuk
permainan WASI k1,
masuk permainan ritme
WASI b1 pada birama ke
lima ketuk kedua, masuk
permainan ritme WASI k2
pada birama kesembilan
ketuk ketiga, masuk
permainan ritme WASI b2
pada birama ketigabelas
ketuk keempat. Masuk
permainan PASI B
berangkat dari birama ke
27
Pasi B
Pasi K
Â. . . b  jcb j.c j.b j.c  j.b cc:_34X×
_: 0 Â 0 Â 0 Â 0 Â
 0  0  0  0 Â
 0  0  0  0 Â
 0  0  0  0 Â
Â4 . . . Â. . j12 3:_32x
_: 0 Â 0 Â 0 Â 0 Â
 0  0  0  0 Â
 0  0  0  0 Â
 0  0  0  0 Â
 0  0  0 Â. . . j.5Â
 0 Â. . . j.5  0 Â. . . j.5Â
17. Masuk permainan
PASI K berangkat dari
birama ke 20. Permainan
pertama dengan volume
lirih kemudian
memuncak, lirih lagi,
kemudian keras, terus
lirih sampai fade out, dan
serempak dengan laya
yang cepat dan volume
keras kemudian berhenti.
28
 6 6 6 6Â6 6 j@! j65:_30x
2 Wasi k1
Wasi b1
Wasi k2
Wasi b2
_ 0  0 Âd . c b  a jdcb .Â
Â. .j cc j.b Âb jcc j.bbÂ. . .j cc  j.bb jcc ._
_ 0  0  g . f d c jgfd .Â
Â. .j ff j.dÂd jff j.ddÂ. . .j ff Âj.dd j ff ._
_ 0  0  s . r e  d jsr e .Â
Â. .jrr j.e Âe jrr j.e e Â. . .j rr Âj.e e jrr ._
_ 0  0  h . c b a jhc b .Â
Â. .j cc j.b Âb jcc j.b bÂ. . .j cc Âj.b b jcc ._
Tabuhannya keras dan
pada birama kelima
tabuhan lirih. Dilakukan
satu kali secara unison.
29
3 a. Wasi k1
Wasi k2
Wasi b1
Wasi b2
b. Wasi k1
Wasi k2
Wasi b1
Wasi b2
_b~...Â...b~Â....Â.... _
_.e~..Âe~...ÂdroneÂdrone _
_..d~.Â.d~..Â....Â...._
_...c~Â..c~.Â....Â.... _
_b~...Â.k~..ÂdroneÂdrone _
_.e~..Â...e~Â....Â.... _
_..d~.Âd~...Â....Â.... _
_...c~Â..c~.Â....Â.... _
a. Dilakukan satu kali
saut-sautan dengan
teknik tabuhan
tremolo.
b. Dilakukan satu kali
saut-sautan dengan
teknik tabuhan
tremolo. Kemudian
drone dengan
panjang 2 birama
peralihan ke 5/2.
4 Wasi b1
Wasi b2
_: j.b . c . . Â e c e b . :_10x
_: 0 Â . . . . h Â
 f . . h f  j.h j.f h f h :_9x
Diawali dari permainan
Wasi b1 5/2 kemudian
disusul permainan Wasi
b2 5/2 pada birama
kedua ketuk keempat,
disusul lagi Wasi k1 4/2
30
Wasi k1
Wasi k2
Pasi b
Pasi k
Vocal tunggal
_:. r j.r j.r  . r j.r j.r:_10x
_: jcc c jcc j.c  j.c jcc jcc c:_10x
_: 0 Â 0 Â 0 Â 0 Â
Â3.4..:_14x
_: 0 Â 0 Â 0 Â 0 Â
 0 Â.5.6.Â....6Â.5...Â.....Â.5.6.:_14x
_. . . 1 Â j.1 . 1 1 Â . . . z1x xÂx xj.x2x x.x c1 1Â
Sun sang Har-ya Su man
Â. . . . Â . . . . Â 5 5 5 5 Â 5 5 . j11Â
Tanmunduranggonkuandum
dan Wasi k2 4/2 pada
birama ke lima, masuk
Pasi b pada birama
kelima, masuk lagi Pasi k
pada birama keenam.
Vokal tunggal m,asuk
pada birama ketujuh
ketuk keempat. Setelah
itu masuk vocal pada
birama ke sembilan ketuk
ke empat.
31
Â. . . . Â . . . . Â ! ! ! ! Â . j!!j!!!_
Andumwisa wisani atimu
5 Wasi k1
Wasi b2
Pasi B
Pasi K
_: jjab jca jbc jab jca  jbc a j ba j.b j.b :_
_: 0 Â 0 Â
 0  0 Â
 jhh j.hh jhh  j.h j.hh hhh :_
_: 0 Â 0 Â
 0  0 Â
 0  0 Â
 j34j23 4 3 4_
_: 0 Â 0 Â
Diawali permainan wasi
k1, di susul Wasi b 2
berangkat dari birama
ke5. Disusul lagi
permainan Pasi B
berangkat dari birama
ketujuh, dan disusul lagi
pasi K pada birama
kedelapan. Dilakukan
dengan permainan
gradasi antara Wasi dan
Pasi. Kemudian masuk
improvisasi kesan Tanya
jawab oleh Wasi k2 dan
Wasi b1.
32
 0  0 Â
 0  0 Â
 0 Âjj65j.6j.5j.!:_
6 Wasi b1
Wasi b2
Wasi k1
Wasi k2
Pasi b
_: j.b . c . . Â e c e b . :_10x
_: 0 Â . . . . h Â
 f . . h f  j.h j.f h f h :_9x
_:. r j.r j.r  . r j.r j.r:_10x
_: jcc c jcc j.c  j.c jcc jcc c:_10x
_: 0 Â 0 Â 0 Â 0 Â
Diawali dari permainan
Wasi b1 5/2 kemudian
disusul permainan Wasi
b2 5/2 pada birama
kedua ketuk keempat,
disusul lagi Wasi k1 4/2
dan Wasi k2 4/2 pada
birama ke lima, masuk
Pasi b pada birama
kelima, masuk lagi Pasi k
pada birama keenam.
Kemudian masuk
improvisasi suling
slendro untuk
mendukung kesan
33
Pasi k
Â3.4..:_14x
_: 0 Â 0 Â 0 Â 0 Â
 0 Â.5.6.Â....6Â.5...Â.....Â.5.6.:_14x
suasana musikal.
34
Bagian 2
No Instrumen Notasi Keterangan
7
Suling A
Suling B
Suling C
Suling D
Motif A
_:5... 5... 5... 5...:_6x
_:.6.. .6.. .6.. .6..:_5x
_:..3. ..3. ..3. ..3.:_4x
_:...2Â ...2Â ...2Â ...2:_3x
Diawali suling A satu
rambahan, kemudian
disusul suling B, suling B
satu rambahan kemudian
disusul suling C, suling C
satu rambahan kemudian
disusul suling D. Suling D
3 rambahan kemudian
ganti Motif B. Setiap satu
rambahan ganti nada:
Suling A 5,1,6,2
35
Suling A
Suling B
Suling C
Suling D
Motif B
_:566. 5... 566. 5...:_8x
_:.6!! .6.. .6!! .6..:_8x
_:..32 2.3. ..32 2.3.:_8x
_:...2Â 11.2Â ...2Â 11.2:_8x
Suling B 6,5,1,2
Suling C 3,2,6,1
Suling D 2,3,6,5
Untuk motif B suling A
dan B perkembangan
nada selalu diatas nada
dimainkan. Dan suling C
dan D perkembangan
nada selalu dibawah nada
dimainkan. Jika motif B
selesai, kembali ke motif
A dan kembali ke motif B
lagi, motif B selesai
kembali ke motif A
ditumpangi vocal
tunggal.
8 Vocal tunggal _:1 1 . 1Â . 1. 1Â . . 1 1Â 1 1 2 /2:_2x
Ni -at tanku-man-dhang muk-ti tan pe-ner
_ @ @ @ @Â @ @ ! &Â
Kemudian masuk vocal
pada rambahan kedua.
Laya memuncak saat
vocal “bathang”.
36
Vocal 1
Vocal 2
Ngarungi samudra rah lan labuh
 . . 6 5 5 5 5 5 Â
myang mangewu bathang
Âj3j 3 3 3 3Â j3j 2 2 1 1Â
Tan a na ba ru na lan agni
Â2 2 3 2Â 2 3 ! !_
A naning la buh ingnetra
_: ! . . . . . 7 . Â ! . . . . . @ . Â
Hu hu hu hu
 j#@! . . . . 7 .  ! . . . . . . . :_
hu hu hu
_: 5 . . . . . 4 . Â 5 . . . . . 6 . Â
Hu hu hu hu
 j!65 . . . . 4 .  5 . . . . . . . :_
hu hu hu
Kemudian masuk stom
secara serempak (unison)
37
Vocal 3
Vocal 4
Wasi k1
Wasi b1
Wasi k2
Wasi b2
Pasi k
Pasi b
_:1 j.1 . 7 . 2 1 . Â 1 j.1 . 7 . 2 1 . Â
Sur – pa wah- da-na Sur – pa wah - da-na
Â1 j.1 . 7 . 2 3 . Â 3 j.3 . 2 . 7 1 .:_
Sur – pa wah- da-na Sur – pa wah - da-na
_:1 1 1 1 7 2 1 .:_
Sur-pa sur-pa wah-da-na
_:cb.c  b...:_
_:fd.f Âd...:_
_:er.e Âr...:_
_:hb.hÂb...:_
_:@!65 Â !65.Â@!65 Â !65.:_
_:1..2Â .2.4Â ...2Â .3.4:_
38
Bagian ketiga
No Instrumen Notasi Keterangan
1 B1
A1
A2
B2
Tunggal
B3
A3
A4
B4
B5
_: jBBj.BB Â j.B ..:_8x
_: 0 Â.jjkIjIIjII:_8x
_: jk.jIIjIIjIIjIIÂ.jIIjIIjIIjIIÂ.jIIjIIjIIjIIÂ.jIIjIIjIIjIIÂ
.jIIjIIjIIjIIÂ.jIIjIIjIIjII_
_ . . . . ÂjBB... ÂjBB... ÂjBB... Â
 jBB.jBB . ÂjBB.jBB.ÂB_
_: jIIIII Â BIIB:_4×
_: jBBj.BB Â j.B ..:_
_: 0 Â.jjkIjIIjII:_
_:.I.I Â .Ijj.II:_
_:..B. Â B.B. :_2×
_:B.. B.. B.. B..:_2×
Dilakukan saut-sautan
antara hentakan kaki dan
tepukan tangan. Tetapi
dalam satu rangkaian
ritme. Simbol “B” untuk
bunyi hentakan kaki dan
simbol “I” untuk bunyi
tepukan tangan.
39
A5
B6
A6
B7
A7
B8
A8
B9
_:.IIÂ .IIÂ .IIÂ ...:_2×
_B . B. B . B . B . B. B . B .Â
ÂB . B.ÂB.jkBj.Bj.B _
_.j.Ij.IIÂ .j.Ij.IjIIÂ .j.Ij.IIÂ .j.Ij.IjIIÂ
Â.j.Ij.IIÂ . j.I. ._
_.... ..BB .... Bj.B.B_
_jIIIjIII jIII.. jIIIjIII ...._
_.... BBBB .... BBBB .B.B ..BB .B.. BB.B_
_IIII .... IIII .... I.I. II.. I.II ..I._
_..BB..B B..BBBB_
40
A9
B10
A10
B11
A11
_II..II. .II...._
_BB.. BB.. BB.. ...._
_..II ..II ..II IIII_
_: jBkj.B.jBjk.B. Â B . . .:_
_:. j.I . j.IÂ jIIjIIjIIjII:_
41
BAB IV
REFLEKSI KEKARYAAN
Tinjauan Kritis Kekaryaan
Bagian pertama menggambarkan kesan tenang (sebelum Sengkuni
masuk ke masyarakat) dan transisi ke kesan tegang (Sengkuni sudah
masuk ke masyarakat). Alat yang dimainkan dari wajan, menggambarkan
Sengkuni sebagai alat untuk memasak mental manusia, tidak lain akan
dinikmati manusia itu sendiri. Warna bunyi dari WASI (Wajan Sigar)
menggambarkan pelajaran yang bisa depetik dari sifat-sifat Sengkuni.
Kostum berbeda-beda menggambarkan Sengkuni telah menjadi berbagai
elemen dimasyarakat. Sumber bunyi PASI (Pipa Besi) mempunyai warna
bunyi halus menggambarkan sudut pandang lain terhadap sifat Sengkuni.
Pertama pertunjukan dimulai, permainan alat musik diam beberapa detik
menggambarkan kesan tenang, masuk permainan alat WASI (Wajan
Sigar). Ada empat permainan alat WASI. Masuk salah satu permainan
musik membunyikan motif_: c jec j.e j.c  j.e j.c e e :_ , kemudian
disusul WASI selanjutnya dengan motif sama pada birama kelima dan
ketuk ketuk kedua. Dilakukan susul menyusul WASI selanjutnya.
Menimbulkan harmoni sendiri dan menimbulkan kesan mencari muka,
karena dilakukan dengan motif sama dan cara susul menyusul pada ketuk
42
berbeda. Permainan alat PASI sebagai pendukung kesan ditimbulkan dari
permainan alat WASI. Kemudian dimainkan dengan tempo cepat. Kesan
musikal timbul menjadi tegang, karena kerapatan tabuhan antar
instrumen dan tempo cepat. Kemudian motif kedua dimainkan dengan
cara unison menggambarkan masyarakat menjadi pengikut Sengkuni.
Kemudian dilanjutkan motif ketiga dengan teknik tabuhan tremolo secara
saut-sautan antara empat WASI, menggambarkan konflik ketegangan
dikehidupan masyarakat, tabuhan saut-sautan menimbulkan kesan
perbedaan pendapat. Setelah itu penggabungan motif 5/2 dan 4/2 dari
WASI mendukung kesan tegang. 5/2 WASI b1_: j.b . c . . Â e c
e b . :_, dan WASI b2_ f . . h f  j.h j.f h f h :_
dimainkan dengan tempo sedang untuk mencapai dinamika kesan turun
atau halus. Kemudian menggabungkan permainan WASI birama 5/2 dan
permainan WASI birama 4/2 dengan motif WASI k1 birama 4/2 _:. r j.r
j.r  . r j.r j.r:_, WASI k2 birama 4/2 _: jcc c jcc j.c  j.c jcc jcc c:_. Jika
permainan WASI berangkat bersamaan, maka akan ketemu pada ketuk ke
80 . Kemudian masuk permainan tembang laras pelog kesan Sengkuni
menyombongkan diri. Dalam tembang dengan sastra “ Sun sang Harya
Suman, tan mundur anggonku andum, andum wisa, wisani atimu. Niat tan
kumandhang mukti tan pener. Mangsa bodhoa. “ artinya “nama saya Sengkuni.
43
Saya tidak akan menyerah memberi (memberi racun. Untuk hatimu). Rencana tak
bersuara kemenangan tanpa kejujuran. Kalau tidak licik tidak akan merdeka.
Masa bodoh.”. Setelah itu permainan WASI dan PASI dengan kesan tanya
jawab dan permainan dinamika menambah kesan tegang. Kemudian
kembali permainan penggabungan motif dengan birama 5/2 dan 4/2
sebagai dinamika musikal untuk mencapai kesan tegang. Selain itu
permainan improvisasi suling slendro untuk mendukung kesan tegang.
Bagian kedua menggambarkan kebaikan Sengkuni disampaikan
dalam permainan empat suling pelog dengan teknik klenangan bonang
ditransmediumkan ke sumber bunyi suling pelog dengan nada berbeda,
menimbulkan harmoni. Bagian ini mendukung kesan harmonis atau
kesetiaan dari Sengkuni. Motif permainan suling sebagai berikut:
Suling A_:566. 5... 566. 5...:_
Suling B_:.6!! .6.. .6!! .6..:_
Suling C_:..32 2.3. ..32 2.3.:_
Suling D_:...2Â 11.2Â ...2Â 11.2:_
Setelah itu masuk permainan WASI secara unison dengan motif _:cb.c Â
b...:_. Di dukung vocal tembang dengan sastra “ngarungi samudra rah
lan labuh myang mangewu bathang. Hamung lung mustika turun. Tan ana
44
baruna lan agni, ananing labuhing netra. Artinya “berlayar di lautan darah dan
berlabuh di seribu bangkai(membunuh banyak nyawa untuk mengambil hak
orang). Semua hanya untuk anak. Tidak ada dewa air dan dewa api(tidak ada baik
dan jelek), adanya berlabuhnya mata dimana(tinggal kita menggunakan sudut
pandang yang mana).” backing vocal satu dan dua mendukung kesan yang
disampaikan. Backing vocal tiga dan empat juga mendukung kesan yang
disampaikan dengan sastra “surpa wahdana” artinya mencari muka. Inti
dari pesan tersebut adalah penyikapan bijak seseorang terhadap sifat
Sengkuni mencari muka. Permainan musik dan vocal dari tempo lambat
dan tegas menuju tempo mencepat untuk mencapai kesan klimak dan
tegang supaya tersampaikan pesan dari vocal tembang. Bagian ini inti dari
kesan karya komposisi musik “Sengkuni” tentang penyikapan seseorang
terhadap Sengkuni.
Bagian ketiga menggambarkan sifat adu domba. Yaitu dengan
permainan motif ritme dari hentakan kaki dan tepukan tangan digarab
imbal antara pemain dari baris kanan dan baris kiri menimbulkan kesan
tegang (tegang pertarungan). Ekspresi atau raut wajah yang marah juga
mendukung kesan pertarungan. Kesan dari bagian ini menggambarkan
masih ada sifat Sengkuni yang lain untuk disikapi secara bijak.
45
Hambatan
Kendala dalam menyusun karya ini adalah jadwal latihan banyak
tumbuk, karena bersamaan jadwal latihan pengkrawit sehingga latihan
tidak efektif. Selain itu banyak musisi yang ijin untuk pentas diluar
kampus. Waktu proses semakin mepet musisi belum komplit hingga dua
belas hari sebelum gelada bersih. Hambatan lain yaitu pembuatan alat
sebagai sumber bunyi. Karena membutuhkan materi, waktu, ketelitian,
tenaga dan pikiran ekstra. Kesalahan sedikit sangat fatal dan harus
membuat ulang dari awal. Hambatan selanjutnya tentang kebimbangan
dalam membuat komposisi musik baru dan belum dilakukan orang lain.
Penanggulangan
Penanggulangan dengan cara menyusun jadwal sendiri mengacu
jadwal kosong dari pendukung. Proses dalam menyusun karya ini cukup
lama dari riset sampai latihan dan lain-lain. Pembuatan alat sebagai
sumber bunyi membutuhkan kesabaran ekstra untuk hasil maksimal.
Komposer mencoba membuat karya jarang atau belum pernah
dilakukan oleh komposer atau orang lain. Untuk mempertimbangkan
etika, dalam menyusun, melihat, mendengar, memaikan karya non tradisi
harus memposisikan sudut pandang non tradisi, supaya bisa menikmati
karya itu.
46
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Kesan dari karya ini adalah sejelek-jeleknya sifat orang. Sebenarnya
dia mempunyai niat atau sifat yang baik. Jangan memandang seseorang
hanya menggunakan sebelah mata. Karena baik dan buruk tinggal kita
memakai sudut pandang mana. Untuk mempertimbangkan etika, moral,
dalam menyusun, melihat, mendengar, memainkan karya non tradisi harus
memposisikan sudut pandang non tradisi, supaya bisa menikmati karya
itu.
47
DAFTAR PUSTAKA
D. Hendropuspito, 1983. Sosiologi Agama. Yogyakarta : KANISIUS
Heru S Sudjarwo, 2006. Rupa dan Karakter Wayang Purwa. Jakarta : Kakilangit
Irmawan, Ade, 2011. Target Menguasai 100% Semua Mata Pelajaran SD Kelas4. Jakarta : Cmedia
Khoerul Munna. “Deskripsi Tugas Akhir Karya Seni Komposisi Penitir” KaryaKomposisi: Surakarta: Fakultas Seni Pertunjukan, Institut SeniIndonesia. 2018.
Koentjaraningrat, 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta
Kutha Ratna, Nyoman, 2016. Metodologi Penelitian Kajian Budaya Dan IlmuSosial Humaniora Pada Umumnya. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR
Liliweri, Alo 2018. Prasangka Konflik & Komunikasi Antarbudaya. Jakarta :KENCANA
Setiawan, Eri, 2015. “Serba-serbi Intuisi Musikal Dan Yang Alamiah”.Yogyakarta: Art Music Today
Waridi, 2005. Menimbang Pendekatan Pengkajian & Penciptaan MusikNusantara : STSI Press
Wasis Wijayanto. “Deskripsi Tugas Akhir Karya Seni Komposisi Penitir” KaryaKomposisi: Surakarta: Fakultas Seni Pertunjukan, Institut SeniIndonesia. 2017.
48
Webtografi
https://www.youtube.com/watch?v=47uo9Kpoqys
https://sujiwotejo.com/pengakuan-rahwana/
https://www.youtube.com/watch?v=KEMnt8qZHDQ
http://www.maxmanroe.com/vid/manajemen/analisis-data.html
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Eksplorasi
49
Narasumber
Wibowo Asmoro, umur 46 tahun, Seorang Dalang wayang kulit. Desa
Kudur, Dukuh Ngepolo, Rt 2, Rw 2, Kecamatan Winong, Kabupaten Pati.
Suhartoyo, umur 55, Seorang Dalang wayang kulit. Desa Karangwotan,
Dukuh NGampel, Rt 1, Rw 4, Kecamatan Pucakwangi, Kabupaten Pati.
50
GLOSARIUM
WASI : Wajan Sigar
PASI : Pipa Sigar
Gerinda : alat untuk memotong
Klenangan : teknik tabuhan bonang barung dengan empat nada
secara berurutan.
Bareng : bersama
Tremolo : teknik tabuhan dengan cara digetarkan atau getaran
Pangku : pangku
Unison : serentak
Memuktikan : memenangkan atau memerdekakan
51
BIODATA
Nama : Domas Wisnu Nugroho
NIM : 15111139
Tempat tgl lahir : Pati, 18 Juni 1997
Alamat : Desa Karangwotan, Dukuh Ngampel,
Kecamatan Pucakwangi, Pati 59183
Riwayat Pendidikan
1. Lulusan Sekolah Dasar Negeri (SDN) Karangwotan 03, 20092. Lulusan Madrasah Tsanawiyah Negeri Winong, 20123. Lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 8 Surakarta,
2015
Pengalaman
1. 2013 “Musik Tugas Akhir Tari” Sebagai pemusik2. 2014 “ Musik teater fls2n tingkat Jawa Tengah” Sebagai Komposer3. 2014 ”Festival Seni Internasional” Sebagai pemusik4. 2014 “ SOLO BATIK CARNIVAL” Sebagai pemusik opening5. 2015” Musik Tugas Akhir Tari” Sebagai pemusik6. 2015“ SOLO BATIK CARNIVAL” Sebagai pemusik opening7. 2015” Perda Teater” Sebagai Komposer Musik8. 2015”Opera Ramayana semarang” Sebagai musik arranger9. 2016” Ujian Sendratasik UNES” Sebagai komposer10. 2017”Pekan Teater Kampus Seluruh Indonesia perwakilan dari ISI
Surakarta” Sebagai Komposer11. 2017 “ Pentas kolaborasi akhir tahun antar jurusan ISI Surakarta”
Sebagai Komposer12. 2017 “ Carnival Ulang Tahun Wonogiri “ Sebagai Komposer13. 2018” Koreografi Tari Kethek Ogleng garap baru” sebagai komposer
52
14. 2018” FKI (Festival Kesenian Indonesia) perwakilan dari ISISurakarta” Sebagai pemusik
15. 2019” Membuat musik iringan wayang” Sebagai komposer16. 2019 “Pentas kesenian daerah temanggung” Sebagai komposer17. 2019 “Pentas Drama tari kolosal Panji Sanjaya Rangin” Sebagi
komposer
53
Pendukung Karya
Pengkarya : Domas Wisnu Nugroho
Pendukung : Sony Eko W
Sony Kurniawan
Ipa Hadi S
Wijang
Hanggoro Murti
Anang
Produksi : Anik Sulistyaningsih
54
LAMPIRAN
Gambar 1. Gridaan WASI (Foto: Domas 2019)
Gambar 2. Memotong pipa (Foto: Domas 2019)
55
Gambar 3. Memasang kerangka PASI
(Foto: Domas 2019)
Gambar 4. Belahan PASI (Foto: Domas 2019)
56
Gambar 5. Tali pasi (Foto: Domas 2019)
Gambar 6. Batas resonator (Foto: Domas 2019)
57
Gambar 7. Membuat penopang resonator
PASI (Foto: Domas 2019)
Gambar 8. Pemasangan resonator PASI
(Foto: Domas 2019)
58
Gambar 9. Latihan Wajib (Foto: Anang 2019)
Gambar 10. Latihan Wajib (Foto: Domas 2019)
59
Tata panggung
Keterangan
A : WASI k1, suling 1
B : WASI b1, suling 2
C : WASI k2, suling 3
D : WASI b2, suling 4
E : PASI 1
F : PASI 2
G : Vokal
H : Audience
G
D
E F
C
A
B
H