KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA NINA
DALAM NOVEL UNPERFECT MARRIAGE
KARYA MERRY MAETA SARI: TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Oleh:
Antonia Pia Luneta Kelawing
NIM: 151224077
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2021
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
HALAMAN JUDUL
KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA NINA
DALAM NOVEL UNPERFECT MARRIAGE
KARYA MERRY MAETA SARI: TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Oleh:
Antonia Pia Luneta Kelawing
NIM: 151224077
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2021
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Puji Syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yesus Kristus, Bunda
Maria, dan Roh Kudus yang selalu memberkati, menyertai, dan memberikan
kemudahan dalam kehidupan saya. Skripsi ini saya persembahan untuk
kedua orang tua saya, Huvat Ingan, S.E., dan Yasintha Neki, S.E., yang
dengan senantiasa mengantarkan, membimbing, mendukung saya mengejar
cita-cita dan impian. Perjuangan menyelesaikan tugas ini tak lepas dari
nasihat saudara-saudari saya, Marsela Angelina Mening, Yuliana Sandrada
Buring, William Sului, A.Md.Kep., serta keluarga besar L.P. Jumin yang
memberikan dukungan penuh meskipun terkendala jarak dan waktu. Selain
itu, skripsi ini saya persembahkan untuk Dimas Sanjaya Putra, S.Kom.,
karena ketulusan dan kebaikan hatinya dalam mendukung serta menemani
seluruh perjuangan saya. Tak lupa juga, kenangan kecil dari tugas ini saya
persembahan untuk almamater tercinta, Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN MOTO
HALAMAN MOTO MOTO
“Kesempatan pertama bukan berarti yang terbaik. Kesempatan terakhir bukan
berarti yang terburuk.”
(Antonia Pia Luneta Kelawing)
“Kurang cerdas dapat diperbaiki dengan belajar. Kurang cakap dapat dihilangkan
dengan pengalaman. Namun, tidak jujur itu sulit diperbaiki.”
(Mohammad Hatta)
“Seorang terpelajar harus sudah berbuat adil sejak dalam pikiran, apalagi dalam
perbuatan.”
(Pramoedya Ananta Toer)
“Jika orang lain bisa, saya juga bisa, mengapa pemuda-pemudi kita tidak bisa, jika
memang mau berjuang.”
(Abdul Muis)
“Kita tidak akan menang bila kita masih terus mengingat semua kekalahan.”
(Cut Nyak Dien)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Kelawing, Antonia Pia Luneta. 2021. Konflik Batin Tokoh Utama Nina Dalam
Novel Unperfect Marriage Karya Merry Maeta Sari: Tinjauan
Psikologi Sastra. Skripsi. Yogyakarta: Pendidikan Bahasa Sastra
Indonesia, Jurusan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Konflik batin atau konflik kejiwaan sering terjadi apabila harapan
seseorang terhadap sesuatu tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi.
Kehidupan manusia tak lepas dari konflik dan permasalahan. Kondisi psikologi
seseorang yang mengalami konflik, tentu berpengaruh pada keputusan untuk
bertindak dan melakukan sesuatu. Berkaitan dengan hal tersebut, banyak
sastrawan menuangkan ide dan gagasan mengenai konflik kehidupan manusia ke
dalam karya sastranya.
Penelitian ini mengkaji tentang tokoh, penokohan, alur dan konflik
batin tokoh utama dalam novel Unperfect Marriage karya Merry Maeta Sari
berdasarkan teori Abraham Maslow. Tujuan penelitian ini adalah
mendeskripsikan tokoh, penokohan, alur dan konflik batin tokoh utama dalam
novel Unperfect Marriage karya Merry Maeta Sari berdasarkan teori Abraham
Maslow. Jenis penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Data penelitian berupa
kutipan kata, kalimat, dan paragraf dalam novel Unperfect Marriage. Penelitian
terdiri atas delapan puluh lima data mengenai tokoh, penokohan, alur, dan dua
puluh dua data mengenai konflik batin. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah teknik baca dan catat.
Hasil penelitian menunjukan bahwa tokoh utama adalah Nina,
sedangkan tokoh tambahan ialah Dylan, Andhika, Rara, Ibu Rahma, dan Winda.
Teknik penggambaran watak tokoh menggunakan teknik dramatik dan
ekspositori. Jenis alur yang digunakan dalam novel merupakan alur campuran.
Terdapat tujuh tahapan alur yaitu, bagian eksposisi, rangsangan dan gawatan
sebagai tahapan awal cerita. Bagian tengah alur meliputi tahap rumitan dan
klimaks, dan akhir alur meliputi leraian dan penyelesaian cerita. Berdasarkan
teori Abraham Maslow, diketahui bahwa konflik utama Nina disebabkan oleh
faktor internal. Hal ini terjadi karena dua kebutuhan dasar tokoh Nina tidak
terpenuhi dengan baik, yakni kebutuhan dimiliki dan cinta, dan kebutuhan
aktualisasi diri.
Kata kunci: tokoh, konflik batin, Abraham Maslow
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
Kelawing, Antonia Pia Luneta. 2021. Inner Conflict of the Main Character of
Nina in the Novel Unperfect Marriage by Merry Maeta Sari: A Review
of Literary Psychology. Thesis. Yogyakarta: Indonesian Literature
Language Education, Department of Language and Arts, Faculty of
Teacher Training and Education, Sanata Dharma University.
Inner conflict or psychological conflict often occurs when someone's
expectations for something do not match the reality that happens. Human life is
inseparable from conflicts and problems. The psychological condition of a person
experiencing conflict certainly influences the decision to act and do something. In
this regard, many writers poured ideas and opinions about human life conflicts
into their literary works.
This research examines character, personality, plot and inner conflicts of
the main character in the novel Unperfect Marriage by Merry Maeta Sari based
on Abraham Maslow's theory. The purpose of this research is to describe the
character, personality, plot and inner conflicts of the main character in the novel
Unperfect Marriage by Merry Maeta Sari based on Abraham Maslow's theory.
This research type is descriptive qualitative. The research data is in the form of
quotations from word, sentence, and paragraphs in the novel Unperfect Marriage.
This research consisting of eighty five data regarding character, personality, plot,
and twenty two data regarding inner conflicts. The data collection technique used
was the reading and note-taking technique.
The results showed that the main character was Nina, while the
additional figures were Dylan, Andhika, Rara, Ibu Rahma, and Winda. The
technique of describing the character's personality used dramatic and expository
techniques. The plot type used in the novel was a mixed plot. There were seven
stages of the plot, namely, the exposition, stimulation, and change as the initial
stages of the story. The middle part of the plot included the complexity and climax
stages, and the end of the plot included the progression and completion of the
story. Based on Abraham Maslow's theory, it was known that Nina's main conflict
was caused by internal factors. This happened because the two basic needs of the
character Nina were not properly fulfilled, namely the need for belonging and
love, and the need for self-actualization.
Keywords: character, inner conflict, Abraham Maslow
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Konflik
Batin Tokoh Utama Nina dalam Novel Unperfect Marriage karya Merry Maeta
Sari: Tinjauan Psikologi Sastra. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Skripsi
ini dapat terselesaikan berkat doa, bimbingan, motivasi, bantuan, dan dukungan
dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang juga berperan sebagai dosen
pembimbing kedua dengan sabar membimbing, membantu, dan
memberikan motivasi kepada penulis.
3. Septina Krismawati, M.A., selaku dosen pembimbing pertama yang
dengan sabar membimbing, memberikan kritik dan saran, memotivasi, dan
membantu penulis selama menyelesaikan skripsi ini.
4. Muncar Tyas Palupi, S.S., M.Hum., selaku triangulator validasi data yang
telah memberikan evaluasi dan saran pada analisis yang telah dilakukan
sehingga penelitian dapat diselesaikan dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... iv
HALAMAN MOTO .............................................................................................. v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................ vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI........................ vii
ABSTRAK .......................................................................................................... viii
ABSTRACT ........................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ........................................................................................... x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii
DAFTAR BAGAN ............................................................................................... xv
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 6
1.5 Batasan Istilah ........................................................................................... 7
1.6 Sistematika Penyajian ............................................................................... 9
BAB II .................................................................................................................. 11
KAJIAN TEORI ................................................................................................. 11
2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan ........................................................ 11
2.2 Landasan Teori........................................................................................ 14
2.2.1 Tokoh dan Penokohan............................................................................. 14
2.2.2 Alur ......................................................................................................... 18
2.2.2.1 Klasifikasi Alur Berdasarkan Jenisnya ................................................... 21
2.2.2.2 Klasifikasi Alur Berdasarkan Rangkaian Kejadian ................................ 22
2.2.3 Konflik .................................................................................................... 24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
2.2.4 Konflik Batin .......................................................................................... 25
2.2.5 Psikologi Sastra ....................................................................................... 26
2.2.6 Teori Kebutuhan Menurut Abraham Maslow ......................................... 27
2.3 Kerangka Berpikir ................................................................................... 32
BAB III ................................................................................................................. 33
METODOLOGI PENELITIAN ........................................................................ 33
3.1 Jenis Penelitian........................................................................................ 33
3.2 Sumber Data dan Data ............................................................................ 34
3.3 Instrumen Penelitian ............................................................................... 35
3.4 Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 35
3.5 Teknik Analisis Data............................................................................... 36
3.6 Triangulasi .............................................................................................. 36
BAB IV ................................................................................................................. 38
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................................. 38
4.1 Deskripsi Data ......................................................................................... 38
4.1.1 Deskripsi Data Unsur Intrinsik Novel Unperfect Marriage Karya Merry
Maeta Sari ............................................................................................... 38
4.1.2 Deskripsi Data Konflik Batin Tokoh Utama Novel Unperfect Marriage
Karya Merry Maeta Sari ......................................................................... 39
4.2 Hasil Penelitian ....................................................................................... 42
4.2.1 Hasil Penelitian Unsur Intrinsik Novel Unperfect Marriage Karya Merry
Maeta Sari ............................................................................................... 43
4.2.1.1 Tokoh ...................................................................................................... 44
4.2.1.2 Penokohan ............................................................................................... 54
4.2.1.3 Alur ......................................................................................................... 64
4.2.2 Hasil Penelitian Konflik Batin Tokoh Utama Nina dalam Novel
Unperfect Marriage Karya Merry Maeta Sari ........................................ 81
4.2.2.1 Kebutuhan Fisiologis .............................................................................. 82
4.2.2.2 Kebutuhan Akan Rasa Aman (Safety) .................................................... 83
4.2.2.3 Kebutuhan Akan Rasa Cinta dan Dimiliki (Belonging and Love) ......... 84
4.2.2.4 Kebutuhan Harga Diri dan Penghargaan (Self Esteem) ......................... 85
4.2.2.5 Kebutuhan Aktualisasi Diri (Meta) ......................................................... 87
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian .................................................................. 88
4.3.1 Pembahasan Hasil Penelitian Unsur Intrinsik Novel Unperfect Marriage
Karya Merry Maeta Sari ......................................................................... 89
4.3.1.1 Tokoh ...................................................................................................... 89
4.3.1.2 Penokohan ............................................................................................... 91
4.3.1.3 Alur ......................................................................................................... 92
4.3.2 Pembahasan Hasil Penelitian Konflik Batin Tokoh Utama Nina dalam
Novel Unperfect Marriage Karya Merry Maeta Sari ............................. 99
BAB V ................................................................................................................. 104
PENUTUP .......................................................................................................... 104
5.1 Simpulan ............................................................................................... 104
5.2 Saran ..................................................................................................... 106
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 107
BIOGRAFI PENULIS ...................................................................................... 109
LAMPIRAN ....................................................................................................... 110
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR BAGAN
Bagan 1. Kerangka Berpikir...................................................................................32
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Novel merupakan sebuah karya sastra yang dikemas dalam bentuk
cetak. Selain berguna sebagai penghibur, novel juga berisi tentang nilai-nilai
kehidupan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembacanya. Novel
yang beredar di tengah masyarakat cukup banyak ditulis berdasarkan kisah
nyata yang pernah dialami seseorang meskipun tidak diceritakan secara riil.
Wellek & Warren (2014:99) mengatakan pengarang mengekspresikan
kehidupan secara menyeluruh merupakan hal yang tidak benar, akan tetapi
lebih kepada menunjukan cerminan atau ekspresi mengenai gambaran
kehidupan. Hal ini bertujuan untuk memberikan pembelajaran kepada
pembaca mengenai persoalan kehidupan yang kompleks. Oleh karena itu,
pengarang menghadirkan tokoh utama yang dikelilingi dengan konflik dan
perdebatan di dalam cerita.
Tokoh utama memiliki peran penting dalam membangun emosi
disetiap peristiwa. Faktor penyebab terjadinya emosi cerita berkaitan erat
dengan penokohan atau watak tokoh pemeran, karena perbedaan watak
seringkali menimbulkan argumen-argumen berbeda antar tokoh. Hal
tersebut tentu memunculkan jalan cerita yang menarik dan berkelanjutan.
Selanjutnya, peristiwa terbentuk melalui rangkaian kejadian
kronologis yang terjalin antara satu dengan yang lain, kemudian membentuk
hubungan sebab akibat. Rangkaian inilah yang kemudian membentuk alur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
cerita dan menentukan tindakan apa yang dilakukan oleh tokoh dalam
menghadapi konflik dari awal, pertengahan, klimaks, hingga
penyelesaiannya. Penyebab konflik yang terjadi dalam cerita bisa beragam,
dimulai dari konflik tokoh dengan tekanan lingkungan sekitar, konflik
tokoh dengan pergaulan, maupun konflik tokoh dengan dirinya sendiri atau
disebut sebagai konflik batin.
Dalam arti luas, konflik batin terjadi karena adanya dua gagasan yang
saling bertentangan satu sama lain. Alwisol (2004:162) berpendapat, konflik
batin atau konflik dalam diri sendiri adalah bagian yang integral dari
kehidupan manusia, misalnya dihadapkan pilihan dua keinginan yang
arahnya berbeda, atau antara harapan dengan kewajiban, atau antara dua
perangkat. Dampak dari konflik batin memengaruhi psikologi dan kejiwaan
seseorang dalam bertindak dan mengambil keputusan. Berdasarkan
pendapat ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa konflik batin berkaitan erat
dengan kondisi psikologis seseorang.
Endraswara (dalam Minderop, 2010:59) mengemukakan psikologi
sastra adalah sebuah hubungan antara psikologi dan sastra. Psikologi sastra
sebenarnya mengulas dan mempelajari manusia dari sisi bagian dalam.
Minderop (2010:59) berpendapat, keistimewaan psikologi sastra terletak
pada masalah manusia yang mendeskripsikan gambaran jiwa. Hal tersebut
perlu diteliti, karena membahas mengenai aspek-aspek kejiwaan yang
terdapat dalam alur cerita. Hal ini tentu saja berkaitan langsung dengan
tokoh-tokoh yang terlibat dalam konflik. Selain itu, kajian psikologi sastra
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
memberikan gambaran mengenai berbagai penyimpangan ide, gagasan dan
keinginan seseorang dalam lingkungan masyarakat terutama kaitannya
dengan kondisi kejiwaan.
Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa psikologi
sastra adalah sebuah hubungan antara psikologi dan sastra yang
mendeskripsikan gambaran jiwa seseorang. Kedua hal ini dapat menjadi
acuan dalam menentukan konflik yang sesungguhnya terjadi pada tokoh
utama novel.
Novel Unperfect Marriage karya Merry Maeta Sari merupakan novel
yang dipilih oleh peneliti sebagai objek penelitian. Pemilihan novel ini
berdasarkan dua alasan peneliti. Pertama, novel ini memiliki kekhasan
tersendiri yakni, kondisi kejiwaan maupun konflik yang bergejolak tidak
hanya diceritakan oleh satu tokoh, melainkan juga melalui pandangan lawan
tokoh utamanya. Hal ini membuat pembaca mampu memahami apa yang
terjadi bukan hanya melalui satu tokoh, tetapi juga tokoh lawannya. Kedua,
konflik batin yang dialami oleh tokoh utama memiliki dampak besar
terhadap konflik-konflik kecil lainnya, karena seluruh konflik memiliki
kesinambungan satu sama lain. Hal tersebut tentu berpengaruh terhadap alur
cerita yang terdapat dalam novel ini. Selain itu, peneliti memiliki
ketertarikan mengenai kisah kehidupan pernikahan Nina sebagai tokoh
utama.
Novel ini menceritakan tentang seorang wanita bernama Nina yang
mengalami konflik batin dengan dirinya sendiri. Ibu Rahma, sosok wanita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
yang telah dianggap Nina sebagai ibunya sendiri, meminta Nina untuk
menikah dengan anak sulungnya, Dylan Adhiatmaja.
Dylan tidak menolak perjodohan ini karena ia begitu mencintai dan
menghargai keinginan sang ibu. Kehidupan pernikahan yang tidak harmonis
dengan banyak persoalan membuat Nina hampir menyerah. Bertahan dalam
pernikahan yang tidak bahagia tetap dijalani Nina. Saat hampir menyerah
mempertahankan pernikahannya, Dylan justru mulai terbiasa hidup bersama
Nina. Tanpa disadari, ia mulai mencintai Nina karena terbiasa hidup
bersama. Berbagai konflik dan pertentangan dalam novel Unperfect
Marriage karya Merry Maeta Sari ini yang menarik minat peneliti untuk
menganalisis tokoh utama Nina dalam menghadapi persoalan
pernikahannya. Tokoh utama dalam novel mengalami pergolakan batin dan
psikologi dalam menghadapi permasalahan. Hal ini mempengaruhi pola
pikir, keputusan, dan cara tokoh dalam bertindak.
Berdasarkan kasus dan permasalahan yang telah dijelaskan di atas,
peneliti mengangkat unsur intrinsik untuk mengetahui pelaku-pelaku yang
berkonflik dan kejadian yang menyebabkan konflik batin itu terjadi.
Nurgiyantoro (2012:23) mengatakan unsur intrinsik merupakan unsur yang
membangun karya sastra dan secara faktual dijumpai saat kita membaca
sebuah karya sastra. Komponen ini sangat penting untuk mengkaji sebuah
karya sastra. Unsur intrinsik yang menjadi kunci penting dalam cerita adalah
tokoh, sifat tokoh (penokohan) dan alur yang menjadi struktur cerita secara
keseluruhan. Peneliti mengangkat tiga komponen unsur intrinsik dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
penelitian ini, yakni tokoh, penokohan dan alur untuk mengetahui penyebab
konflik terjadi.
Selain itu, aspek kejiwaan dan konflik batin tokoh utama dalam novel
Unperfect Marriage perlu diteliti untuk mengetahui kematangan pola pikir
dan tingkah laku tokoh dalam menghadapi persoalan yang dialami, baik
konflik secara eksternal maupun internal. Apabila kejiwaan tokoh tidak
diteliti, pembaca akan kesulitan memahami tindakan-tindakan yang
dilakukan oleh tokoh dalam menghadapi konflik tersebut. Oleh sebab itu,
pendekatan psikologi sastra dipilih sebagai acuan, dalam memahami sejauh
mana peran psikologi atau kejiwaan yang dituangkan dalam konflik tokoh.
Kemudian, konflik-konflik tokoh dikategorikan ke dalam teori hirarki
kebutuhan manusia oleh Abraham Maslow, untuk mengetahui penyebab
munculnya konflik tersebut. Maslow (dalam Alwisol, 2004:240),
menemukan teori mengenai lima tingkatan kebutuhan manusia yang dapat
memengaruhi terjadinya konflik dalam diri seseorang. Lima kebutuhan
tersebut antara lain, kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman
(safety), kebutuhan dimiliki dan cinta (belonging and love), kebutuhan harga
diri dan penghargaan (self esteem), dan kebutuhan aktualisasi diri (meta).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merumuskan masalah
penelitian sebagai berikut.
a. Bagaimanakah unsur intrinsik (tokoh, penokohan, dan alur) dalam novel
Unperfect Marriage karya Merry Maeta Sari?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
b. Konflik batin apa saja yang dialami oleh tokoh utama dalam novel
Unperfect Marriage karya Merry Maeta Sari berdasarkan teori Abraham
Maslow?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian yang akan
dicapai pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Mendeskripsikan unsur intrinsik (tokoh, penokohan, dan alur) dalam
novel Unperfect Marriage karya Merry Maeta Sari.
b. Mendeskripsikan konflik batin yang dialami tokoh utama dalam novel
Unperfect Marriage karya Merry Maeta Sari berdasarkan teori Abraham
Maslow.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberi manfaat teoretis dan praktis sebagai
berikut.
a. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan peneliti untuk
menganalisis konflik batin tokoh dalam novel, memahami konflik dari
segi psikologis, serta menjadi referensi bagi penelitian sastra Indonesia.
b. Manfaat Praktis
1. Bagi Mahasiswa Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia.
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi literatur dan referensi,
khususnya bagi pembelajaran kesusastraan dalam perkuliahan
maupun pengajar bahasa Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
2. Bagi Pembaca.
Penelitian ini dapat memberikan pemahaman kepada pembaca
mengenai penyebab terjadinya konflik batin pada tokoh utama dalam
novel. Selain itu, untuk menambah wawasan pembaca dan minat
terhadap karya sastra.
3. Bagi Peneliti Lain.
Penelitian ini dapat menjadi tambahan pemahaman dan menjadi
acuan bagi peneliti lain yang juga meneliti mengenai konflik batin
dalam novel.
1.5 Batasan Istilah
Penelitian konflik batin dalam novel Unperfect Marriage karya Merry
Maeta Sari mengacu pada istilah-istilah di bawah ini.
a. Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik adalah unsur pembangun yang menyebabkan sastra
hadir sebagai karya dan ditemukan saat orang membaca karya sastra.
Unsur tersebut yakni tokoh, penokohan, peristiwa (alur), tema, latar,
sudut pandang, gaya bahasa, dan lain-lain (Nurgiyantoro, 2012:23).
b. Tokoh
Tokoh cerita adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu
karya naratif, atau drama yang ditafsirkan memiliki moral dan
kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan
apa yang dilakukan dalam tindakan (Abrams via Nurgiyantoro,
2012:165).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
c. Penokohan
Pengarang memberikan kekhasan atau ciri khusus pada masing-
masing pemeran yang mengisi cerita dalam sebuah karya. Penokohan
merupakan usaha untuk membedakan peran satu dengan peran yang lain
(Santoso, dkk, 2008:90). Penokohan dapat disebut sebagai cara
pengarang menyajikan tokoh yang diciptakannya (Sayuti, 2000:89).
d. Alur
Nurgiyantoro (via Suhita & Purwahida, 2018:33) mengatakan alur
merupakan struktur gerak cerita yang erat kaitannya dengan plot, karena
plot terdapat di dalam jalan cerita. Alur dan plot sama-sama mengandung
rangkaian peristiwa, namun plot lebih dari sekedar rangkaian peristiwa.
e. Konflik
Konflik merupakan proses sosial yang berupa perselisihan dan
pertentangan, antara dua orang atau lebih, antara kelompok satu dengan
kelompok lain, yang salah satu pihak berusaha menjatuhkan dan
menyingkirkan pihak lainnya (Suhita & Purwahida, 2018:33).
f. Konflik Batin
Konflik batin merupakan bagian yang integral pada kehidupan
manusia, misalnya dihadapkan pilihan dua keinginan yang arahnya
berbeda, atau antara harapan dengan kewajiban (Alwisol, 2004:162).
Konflik batin dalam diri seseorang menimbulkan rasa bimbang, putus
asa, tidak percaya diri, sulit mengambil keputusan, dan seringkali
membuat seseorang bertindak gegabah dalam melakukan sesuatu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
g. Psikologi Sastra
Endraswara (via Minderop, 2010:59) psikologi sastra adalah
sebuah interdisiplin antara psikologi dan sastra. Psikologi sastra
mempelajari manusia dari sisi dalam. Belajar mengenai psikologi sastra
sangat menyenangkan karena memahami jiwa manusia secara jelas dan
mendalam.
h. Teori Kebutuhan Abraham Maslow
Maslow (dalam Alwisol, 2004:242) mengemukakan teori
kebutuhan dasar manusia dibagi ke dalam lima tingkatan yakni,
kebutuhan fisiologis, keamanan, cinta dan keberadaan, penghargaan, dan
aktualisasi diri.
1.6 Sistematika Penyajian
Dalam penulisan skripsi ini, peneliti membagi menjadi lima bab. Bab I
berisi pendahuluan. Peneliti menguraikan mengenai (a) latar belakang
masalah, (b) rumusan masalah, (c) tujuan penelitian, (d) manfaat penelitian,
(e) batasan istilah, dan (f) sistematika penyajian.
Bab II berisi kajian pustaka. Peneliti membahas penjelasan dan
kesimpulan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan konflik batin dalam
tokoh novel. Selain itu, terdapat teori mengenai alur, tokoh, konflik,
psikologi sastra, dan konflik batin, yang akan menjadi acuan untuk
menemukan konflik batin tokoh utama dalam novel Unperfect Marriage
karya Merry Maeta Sari. Bab III berisi metodologi penelitian. Peneliti
menjelaskan mengenai jenis penelitian, sumber data dan data, instrumen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan triangulasi
data. Bab III merupakan tahapan yang dilakukan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data, hingga membuat kesimpulan berdasarkan penelitian
yang telah dilakukan.
Bab VI berisi pemaparan hasil analisis data dan pembahasan hasil
penelitian. Peneliti menjelaskan mengenai unsur intrinsik berupa tokoh,
penokohan, alur, serta konflik batin yang dialami oleh tokoh utama dalam
novel Unperfect Marriage karya Merry Maeta Sari. Kemudian, peneliti
mengaitkan acuan teori oleh pakar ahli yang digunakan, hasil penelitian, dan
penelitian yang relevan. Hasil analisis yang terdapat pada bab ini akan
disusun sesuai tahapan analisis deskriptif kualitatif.
Bagian akhir pada penelitian ini adalah Bab V. Bab V berisi simpulan
dan saran oleh peneliti yang didapatkan selama melakukan penelitian.
Simpulan berisi keseluruhan hasil yang didapatkan dari analisis unsur
intrinsik berupa tokoh, penokohan, alur, dan konflik batin dari beberapa
kejadian yang telah dibaca maupun diperoleh selama penelitian
berlangsung. Saran berisi usulan-usulan yang ditulis oleh peneliti untuk
dikembangkan lagi pada penelitian selanjutnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan
Penelitian pertama yang menjadi acuan dalam skripsi ini ditulis oleh
Desmania Esela (2020) dengan judul Analisis Konflik Batin Tokoh Utama
Lasmirah Novel Jugun Ianfu (Jangan Panggil Aku Miyako) karya E.
Rokajat Asura dengan menggunakan pendekatan psikologi sastra yang
mengacu pada teori hirarki kebutuhan manusia oleh Abraham Maslow.
Metode yang digunakan pada penelitian tersebut adalah deskriptif analisis
dan merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan teknik baca dan
catat. Penelitian tersebut mengemukakan komponen alur cerita terbagi ke
dalam bagian-bagian kecil. Pengarang telah menyisipkan konflik ke dalam
bagian alur untuk menambah kemenarikan cerita. Hal ini yang akhirnya
menimbulkan konflik batin tokoh utama Lasmirah yang dikategorikan
berdasarkan kebutuhan-kebutuhan dasar manusia.
Hasil penelitian itu menunjukkan jenis alur yang digunakan
merupakan alur campuran. Kemudian, tahapan alur terdapat dalam novel itu
meliputi eksposisi, rangsangan, gawatan, komplikasi, klimaks, kemudian
berakhir dengan leraian dan penyelesaian di akhir cerita. Kesimpulan
penelitian itu adalah konflik batin yang dialami oleh tokoh utama
merupakan akibat dari kekerasan fisik yang seringkali diterima. Selain itu,
adanya pertentangan antara keinginan dan harapan yang tidak diinginkan
oleh tokoh utama yang semakin memunculkan konflik lain dalam dirinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Konflik batin tersebut ialah berkaitan dengan pertentangan Lasmirah dengan
dirinya, Lasmirah dengan keluarganya, dan Lasmirah dengan Pram.
Penelitian kedua yang menjadi acuan dalam penelitian ini ditulis oleh
Fransiska Wenny Wulandari (2018) dengan judul Analisis Konflik Batin
Tokoh Tegar dalam Novel Sunset dan Rosie karya Tere Liye (Pendekatan
Psikologi Sastra) dengan menggunakan pendekatan psikologi sastra, dan
keterkaitan konflik batin dengan teori hirarki kebutuhan manusia oleh
Abraham Maslow. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian
tersebut adalah deskriptif kualitatif dengan menggunakan teknik baca dan
catat. Penelitian tersebut menitikberatkan analisis pada unsur pembangun
sastra yang berupa tokoh, penokohan, dan latar.
Hasil penelitian meliputi unsur pembangun menunjukan bahwa tokoh
utama dalam novel tersebut adalah Tegar. Tokoh tambahan adalah Rosie
dan Nathan sebagai sahabat Tegar. Anggrek, Sakura, Jasmine, Lili sebagai
anak-anak Rosie dan Nathan. Sekar sebagai tunangan Tegar. Oma, Clarice
teman Rosie dan Nathan, dan Kadek. Terdapat tiga latar yang terdapat
dalam novel adalah latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Hasil
penelitian yang mengacu pada teori hirarki kebutuhan manusia
menunjukkan bahwa, konflik batin yang dialami oleh Tegar terjadi karena
kebutuhan dasar yang tidak terpenuhi. Selain itu, tokoh Tegar juga
mengalami konflik batin yang cukup besar yakni rasa takut yang muncul
pada saat Rosie mengalami bom di Jimbaran, Bali. Penelitian ketiga yang
menjadi acuan dalam skripsi ini ditulis oleh Yuliana Ina, T.B.M (2020)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
dengan judul Analisis Unsur Intrinsik (Tokoh, Penokohan, Alur, Latar, dan
Tema) Roman Larasati Karya Pramoedya Ananta Toer dengan
menggunakan pendekatan struktural. Penelitian tersebut merupakan
penelitian kualitatif dengan menggunakan teknik baca dan teknik tulis.
Dalam penelitian itu, peneliti menitikberatkan analisis pada unsur
pembangun, yakni unsur intrinsik roman berupa tokoh, penokohan, alur,
latar, dan tema.
Hasil penelitian tersebut mengemukakan tokoh yang terdapat dalam
roman Larasati terbagi berdasarkan peranan pentingnya, yakni tokoh utama
dan tokoh tambahan. Tokoh utama dalam roman tersebut ialah Larasati,
sedangkan tokoh tambahan yang terdapat dalam roman tersebut yakni,
Mardjohan, Lasmidjah (ibu Larasati), Martabat, Jusman, Chaidir, dan
Kapten Oding. Alur yang digunakan dalam roman Larasati adalah alur
maju. Latar yang digunakan dalam roman tersebut adalah latar tempat, latar
waktu, latar sosial-budaya. Tema dalam roman tersebut mengarah pada
perjuangan revolusi, khususnya perjuangan Larasati dan kaum revolusioner
melawan kolonialisme.
Peneliti mengetahui adanya relevansi berupa persamaan dan
perbedaan antara ketiga penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan
dilakukan oleh peneliti. Persamaan penelitian pertama dan kedua terletak
pada analisis konflik batin tokoh yang mengacu pada teori Abraham
Maslow, sedangkan perbedaannya terletak pada objek yang dikaji.
Selanjutnya, persamaan pada penelitian ketiga terletak pada analisis unsur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
intrinsik, sedangkan perbedaannya terletak pada objek yang dikaji dan
tinjauan yang digunakan oleh peneliti.
Berdasarkan relevansi persamaan dan perbedaan tersebut, penelitian
ini memiliki kebaruan sehingga layak untuk dijadikan sebagai tugas akhir.
Kebaruan tersebut adalah peneliti mengetahui bahwa analisis unsur intrinsik
berupa tokoh, penokohan, dan alur dalam novel Unperfect Marriage karya
Merry Maeta Sari belum pernah diteliti sebelumnya. Selain itu, data yang
diperoleh melalui hasil analisis novel Unperfect Marriage dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya, karena peneliti menganalisis secara
langsung mengenai konflik batin tokoh utama Nina dalam novel Unperfect
Marriage karya Merry Maeta Sari.
2.2 Landasan Teori
Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengertian
tokoh dan penokohan, alur, konflik, konflik batin, psikologi sastra, dan teori
kebutuhan menurut Abraham Maslow. Pemilihan teori-teori tersebut
bertujuan sebagai acuan dalam kerangka berpikir yang digunakan untuk
menganalisis konflik batin tokoh utama dalam novel Unperfect Marriage
karya Merry Maeta Sari.
2.2.1 Tokoh dan Penokohan
Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2012:165), tokoh cerita
(character) adalah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif,
atau drama, yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan
kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
yang dilakukan dalam tindakan. Nurgiyantoro (2012:165) mengemukakan
bahwa character dapat berarti „pelaku cerita‟ dan dapat pula berarti
„perwatakan‟. Jones (via Nurgiyantoro, 2012:165) penokohan adalah
pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam
sebuah cerita.
Berdasarkan segi peranan atau tingkat pentingnya, tokoh dapat dibagi
menjadi dua yakni, tokoh utama (central character, main character),
sedangkan yang kedua adalah tokoh tambahan (peripheral character).
Nurgiyantoro (2012:176) berpendapat, tokoh utama biasanya yang
diutamakan penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Ia tokoh yang
dominan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian.
Tokoh tambahan berbanding terbalik dengan tokoh utama. Kemunculannya
cenderung lebih sedikit dan tidak dipentingkan. Kehadiran tokoh tambahan
biasanya hanya terjadi jika tokoh tersebut memiliki keterkaitan dengan
tokoh utama, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Tokoh-tokoh dalam cerita mewakili berbagai fungsi tertentu, dan
digambarkan dengan cara yang berbeda-beda. Pengarang melukiskan watak
dan sifat tokoh dengan kekhasan masing-masing yang bertujuan agar
kehadirannya menjadi tepat sasaran dalam alur cerita. Kehadiran dan
penghadiran tokoh harus dipertimbangkan dan tak lepas dari tujuan karya
tersebut (Nurgiyantoro, 2012:194). Teknik pelukisan tokoh yang
berhubungan dengan jati diri dapat dibedakan dalam dua cara, yakni teknik
penjelasan, ekspositori (expository) dan teknik dramatik (dramatic)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
(Altenbernd & Lewis via Nurgiyantoro, 2012:194). Teknik ekspositori
menjurus pada pelukisan watak secara langsung, sedangkan teknik dramatik
merupakan pelukisan tokoh secara tidak langsung.
a. Teknik Ekspositori
Teknik ekspositori dikenal juga dengan istilah teknik analitis. Teknik
ini melukiskan tokoh cerita dengan mendeskripsikan, menguraikan,
atau menjelaskan tokoh secara langsung (Nurgiyantoro, 2012:195).
Pengarang menghadirkan watak tokoh tidak bertele-tele, melainkan
langsung dengan deskripsi kediriannya yang berupa sikap, watak,
tingkah laku, atau juga ciri fisik (Nurgiyantoro, 2012:195).
b. Teknik Dramatik
Teknik dramatik melakukan penggambaran watak tokoh secara tak
langsung. Pengarang menunjukan ciri khas tokoh melalui berbagai
peristiwa, aktivitas yang dilakukan, baik secara verbal lewat kata
maupun nonverbal, dan tingkah laku. Karya sastra yang berkualitas
cenderung merangkai kejadian bukan hanya melalui konflik, tetapi juga
sifat tokoh pelakunya (Nurgiyantoro, 2012:198).
Nurgiyantoro (2012:201) mengemukakan, pada teknik dramatik
penampilan tokoh dapat disisipkan dalam beberapa teknik. Pertama
yakni teknik cakapan, atau penggambaran melalui percakapan yang
dilakukan antar tokoh. Kedua, eknik tingkah atau teknik yang bersifat
nonverbal, fisik. Hal tersebut dapat terlihat melalui reaksi, tanggapan,
sifat, dan sikap yang mencerminkan sifat tokoh tersebut. Ketiga adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
teknik pikiran dan perasaan. Keadaan, jalan pikiran, serta perasaan yang
seringkali muncul atau dirasakan oleh tokoh dapat menjadi penentu
yang menggambarkan sifat-sifat tokoh tersebut. Keempat adalah teknik
arus kesadaran. Teknik ini memiliki kaitan yang kuat dengan teknik
pikiran dan perasaan. Ciri khas teknik arus kesadaran terletak pada
proses kejiwaan tokoh, melalui kesadaran atau ketidaksadaran tokoh
tersebut (Abrams via Nurgiyantoro, 2012:206). Kelima adalah teknik
reaksi tokoh terhadap peristiwa, konflik, situasi, kata, dan sikap lawan
tokoh. Keenam, teknik reaksi lawan tokoh terhadap tokoh utama yang
berupa pandangan, pendapat, sikap, komentar, dan lainnya. Ketujuh,
teknik pelukisan latar yang dapat menimbulkan kesan tertentu terhadap
pembaca. Teknik ini hanya memiliki sedikit hubungan dengan
pelukisan watak tokoh, akan tetapi tak jarang sifat tokoh dapat terlihat
melalui teknik ini. Kedelapan, teknik pelukisan fisik, hal ini cukup
sering berkaitan dengan keadaan jiwa seseorang. Keadaan fisik dirasa
sangat perlu dan penting sebab melalui penggambaran langsung,
pembaca dapat menciptakan imajinasi tokoh sesuai interpretasinya.
Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa tokoh dan
penokohan memiliki kaitan yang erat satu sama lain. Secara sederhana dapat
diartikan, tokoh merupakan pelaku atau orang yang ditampilkan dalam
cerita. Penokohan merupakan penggambaran watak yang dimiliki oleh
tokoh atau kekhasan dari masing-masing pelaku cerita yang menjelaskan
identitas tokoh tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
2.2.2 Alur
Alur cerita merupakan unsur yang sangat penting untuk menentukan
urutan peristiwa dan kejadian dalam sebuah cerita. Definisi mengenai alur
atau plot cukup menjadi perdebatan. Beberapa teori yang mendefinisikan
keduanya merupakan kesatuan yang utuh, tetapi ada pula yang beranggapan
plot memiliki arti lebih dari sekedar mengatur runtutan peristiwa dalam
cerita. Waluyo (2011:9) mengatakan alur atau plot sering juga disebut
kerangka cerita, jalinan cerita yang disusun dalam urutan waktu yang
menunjukkan hubungan sebab akibat. Wellek (dalam Waluyo 2011:9) plot
merupakan struktur penceritaan. Sayuti (2000:30) berpendapat, bahwasanya
plot atau alur cerita sebuah fiksi menyajikan peristiwa-peristiwa atau
kejadian kepada pembaca tidak hanya satu urutan waktu, tetapi dalam
hubungan-hubungan yang sudah diperhitungkan. Pengarang menyisipkan
konflik-konflik dalam penulisan alur cerita, dengan maksud mengajak
pembaca merasakan pergolakan tokoh dalam menghadapi konflik yang
berkelanjutan. Hal inilah yang menjadi acuan bagi peneliti untuk
menganalisis konflik batin tokoh utama Nina dalam novel Unperfect
Marriage karya Merry Maeta Sari.
Sayuti (2000:31) menyebutkan, struktur plot dalam sebuah fiksi
terbagi menjadi tiga bagian yaitu, awal, tengah, dan akhir. Awal cerita
mengandung dua hal yang penting, yaitu pemaparan eksposisi dan elemen
yang menunjukan awalan cerita. Eksposisi merujuk pada proses pengarang
untuk menyampaikan berbagai informasi yang diperlukan, dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
pemahaman cerita dan berpotensi mengembangkan cerita. Menurut Sayuti
(2000:40) terdapat beberapa hal penting yang perlu diperhatikan yakni
kemungkinan-kemungkinan yang terkait dengan awalan cerita:
1. Alinea pertama sebuah fiksi bisa jadi merupakan pilihan terakhir yang
dilakukan oleh pengarang.
2. Peristiwa awal mungkin mata rantai peristiwa yang terkait erat dengan
karakter tokoh utama; atau peristiwa di luar karakter tokoh utama.
3. Peristiwa awal memiliki penggambaran khusus tentang konflik yang
berlanjut pada peristiwa berikutnya.
4. Bagian awal menceritakan peristiwa besar dalam latar tertentu
mengandung konflik tersendiri.
5. Peristiwa kecil bagian awal bertujuan melukiskan watak tokoh atau
menginformasikan sesuatu kepada pembaca.
6. Bagian awal biasanya memuat pengenalan tokoh utama atau tokoh yang
dipandang penting dalam keseluruhan cerita.
7. Bagian awal merupakan hal yang mengarahkan pembaca pada teknik yang
dipakai, baik teknik diam, akuan, atau campuran antara keduanya.
8. Bagian awal merupakan deskripsi narasi tertentu.
9. Bagian awal merupakan informasi tempat, waktu, dan sosial budaya
tertentu.
10. Bagian awal merupakan komplikasi yang akan mengarahkan atau
membangkitkan minat tertentu pada diri pembaca, bisa bersifat mayor atau
minor, internal atau eksternal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Komponen pada situasi awal itu kemungkinan mengelompok dengan
sendirinya pada bagian tengah cerita dan membentuk apattern of conflict
‘pola konflik’. Nurgiyantoro (2012:145) berpendapat, tahap tengah dapat
disebut juga sebagai tahap pertikaian, menampilkan pertentangan dan atau
konflik yang sudah mulai dimunculkan pada tahap sebelumnya, menjadi
meningkat, semakin menegangkan. Konflik dalam suatu cerita dapat
dipastikan bersumber pada kehidupan manusia. Oleh karena itu, pembaca
dapat terlibat secara emosional terhadap peristiwa dalam cerita. Selain
konflik, dalam bagian tengah alur juga terdapat komplikasi dan klimaks.
Sayuti (2000:43) mengatakan komplikasi merupakan perkembangan konflik
dari permulaan yang bergerak hingga klimaks, sedangkan klimaks
merupakan titik tertinggi konflik yang tidak dapat dihindari. Komplikasi
dalam cerita memiliki fungsi penting karena tanpa adanya komplikasi yang
cukup, konflik akan dirasa kurang „merangsang‟ pembaca. Tetapi, tahap
komplikasi dan tahap pemunculan konflik pada bagian sebelumnya cukup
sulit ditemukan perbedaanya. Komplikasi dan konflik dapat dikatakan
berhasil mencapai klimaks, diukur berdasarkan keahlian seorang pengarang
dalam membangun dan menciptakan karya sastranya (Sayuti, 2000:44).
Akhir dari struktur alur berasal dari klimaks menuju ke pemecahan
dan penyelesaian (denouement) atau hasil cerita (Sayuti, 2000:45). Bagian
penyelesaian (denouement), berbagai komplikasi konflik yang telah
mencapai puncak tertinggi klimaks akan kembali menurun untuk mencapai
tahap akhir. Teori klasik Aristoteles, (dalam Nurgiyantoro, 2012:146)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
penyelesaian cerita dibedakan ke dalam dua macam kemungkinan:
kebahagiaan (happy end) dan kesedihan (sad end).
2.2.2.1 Klasifikasi Alur Berdasarkan Jenisnya
Pada hakikatnya, terdapat tiga jenis alur, yakni (1) alur garis lurus
atau alur progresif atau alur konvensional, (2) alur flashback atau sorot
balik atau alur regresif, dan (3) alur campuran atau yang pemakaian alur
garis lurus dan flashback sekaligus dalam cerita fiksi (Waluyo, 2011:13).
Waluyo (2011:13) berpendapat, alur garis lurus disebut
konvensional karena penulisan prosa fiksi menggunakan alur tersebut.
Urutan peristiwa berurutan dari awal hingga akhir. Pendapat ini didukung
oleh Sayuti (2000:57 ) yang mengatakan dalam alur kronologis, awal
cerita benar-benar dimulai dari eksposisi, melampaui komplikasi dan
klimaks yang berawal dari konflik tertentu dan berakhir dengan
pemecahan atau (denouement). Alur regresif (flashback), awal cerita bisa
saja merupakan akhir, demikian seterusnya: tengah dapat merupakan
akhir dan akhir dapat merupakan awalan atau tengah cerita. Cerita yang
menggunakan alur jenis ini bisa saja dimulai dengan konflik, kemudian
diikuti oleh eksposisi dan komplikasi tertentu yang mencapai titik
klimaks, dilanjutkan dengan pemecahan masalah (Sayuti, 2000:58).
Alur campuran merupakan penggabungan antara alur garis lurus
(progresif) dan alur flashback. Karya sastra modern saat ini cukup
banyak menggunakan alur campuran karena dianggap lebih menarik dan
memunculkan rasa penasaran bagi pembaca.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
2.2.2.2 Klasifikasi Alur Berdasarkan Rangkaian Kejadian
Narasi atau rangkaian peristiwa dalam novel biasanya disusun
berdasarkan urutan-urutan waktu. Urutan kronologi ini kemudian akan
membangun pergerakan jalan cerita, mulai dari awal, tengah, hingga
akhir penyelesaiannya. Tahapan alur cerita tersebut dijelaskan sebagai
berikut.
a. Eksposisi (Exposition)
Eksposisi merupakan paparan awal cerita. Pengarang
memperkenalkan tokoh-tokoh cerita, wataknya, tempat kejadiannya,
dan hal-hal yang melatarbelakangi tokoh tersebut agar mudah
dipahami pembaca melalui jalan ceritanya (Waluyo, 2011:10). Kenny
(dalam Waluyo, 2011:10) menyebutkan isi dari exposition antara lain
informasi tentang siapa nama tokoh atau tokoh-tokoh utama,
wataknya, hubungan antara tokoh-tokoh itu, tentang suami, istri, anak,
tentang kecantikan atau ketampanan, umur, tempat tinggal, dan segi
sosial atau budaya tokoh tersebut.
b. Rangsangan (Inciting Moment)
Rangsangan atau inciting moment merupakan tahapan mulainya
permasalahan cerita itu muncul. Tahap ini ada yang disebut sebagai
“the element of instability” yang menyebabkan adanya konflik yang
memicu komplikasi sampai pada klimaks cerita (Kenny via Waluyo,
2011:11). Tahap ini merupakan tahap paling awal munculnya konflik
yang kemudian menuju pada tahap gawatan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
c. Gawatan (Rising Action)
Gawatan atau rising action merupakan tahap konflik dalam cerita
sampai pada situasi yang meningkat (Waluyo, 2011:11). Konflik
terdahulu semakin berkembang menjadi rumit. Peristiwa yang menjadi
inti cerita semakin mencekam dan menegangkan. Konflik yang saling
bersinggungan, bertentangan, dan rumit mengarah pada klimaks
semakin tidak dapat dihindari (Nurgiyantoro, 2012:149).
d. Komplikasi (Complication)
Komplikasi atau complication merupakan tahapan konflik yang
semakin rumit dan ruwet (Sayuti, 2000:44). Bagi pengarang,
komplikasi berfungsi mengendalikan cara mempertinggi intensitas
naratifnya yang secara tidak langsung menyiapkan pembaca untuk
menerima benturan yang penuh pada klimaksnya.
e. Klimaks (Climax)
Klimaks atau climax merupakan titik konflik atau pertentangan
yang dialami oleh tokoh utama mencapai titik puncak tertinggi.
Klimaks dalam cerita dialami oleh tokoh utama yang berperan sebagai
pelaku (Nurgiyantoro, 2012:150). Tahap konflik dalam klimaks bisa
disebabkan oleh berbagai faktor, bisa saja konflik terjadi antara tokoh
utama dengan tokoh tambahan, tokoh dengan fakta dan kenyataan
yang baru terungkap, ataupun dengan hal-hal lain yang bersangkutan
secara langsung dengan tokoh utama. Waluyo (2011:11)
mengemukakan, klimaks merupakan puncak cerita atau puncak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
kegawatan, yaitu puncak dari kejadian-kejadian dan merupakan
jawaban dari semua problem atau konflik yang tidak mungkin dapat
meningkat lebih ruwet lagi. Menurut Kenny (dalam Waluyo, 2011:12)
“the complication attains it’s highest point of intensity, from which
point the outcome of the story is inevitable.” Jika komplikasi tidak
memadai, konflik tidak akan meningkat dan kemungkinan untuk
mencapai klimaks tidak tercapai.
f. Leraian (falling Action) dan Penyelesaian (denouement)
Leraian atau falling action merupakan tahap penyelesaian
konflik yang telah mencapai klimaks. Setelah konflik mencapai titik
tertinggi klimaks, tingkatan konflik tersebut akan kembali menurun.
Rangkaian konflik diberi penyelesaian (denouement) dan ketegangan
dikendorkan. Konflik-konflik yang lain, sub-sub konflik, ataupun
konflik tambahan juga diberikan jalan keluar, kemudian cerita
diakhiri. Penyelesaian (denouement) merupakan tahapan akhir yakni,
tindakan yang diambil oleh tokoh yang berkonflik untuk menentukan
selesaian cerita yang bahagia (happy end) atau sedih (sad end).
2.2.3 Konflik
Dalam artian yang umum, konflik merupakan suatu peristiwa atau
kejadian yang bertentangan antar individu dengan individu lain, antar
individu dengan kelompok, maupun antar satu kelompok dengan kelompok
lain yang memicu pertikaian satu sama lain. Wellek & Warren (dalam
Nurgiyantoro, 2012:122), konflik adalah sesuatu yang dramatik, mengacu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
pada pertarungan antara dua kekuatan yang seimbang dan menyiratkan
adanya aksi dan aksi balasan. Peristiwa dan konflik memiliki kaitan yang
erat, dapat saling menyebabkan terjadinya satu dengan yang lain, bahkan
konflik pun pada hakikatnya merupakan sebuah peristiwa (Nurgiyantoro,
2012:123). Konflik adalah pertentangan antar kekuatan yang berhadapan
dalam fungsi manusia, yang tidak dapat dihindari. Hal ini bisa saja terjadi
ketika harapan, minat, atau pendirian seseorang bertabrakan dengan orang
lain (Alwisol, 2004:162). Setiap individu memiliki cara tersendiri untuk
mempertahankan diri melawan pertikaian, penolakan, permusuhan, dan
persaingan dengan orang lain yang cenderung memicu terjadinya konflik.
Peneliti menyimpulkan bahwa konflik merupakan hal dramatik yang
dialami manusia, yakni pertentangan, ketidakcocokan, dan perbedaan
pandangan terhadap sesuatu. Konflik bisa berupa pertentangan dengan
orang lain secara individu maupun kelompok, bisa juga pertentangan
terhadap diri sendiri.
2.2.4 Konflik Batin
Konflik batin atau konflik kejiwaan biasa disebut dengan
psychological conflict. Konflik ini biasanya cenderung menunjukan
kesungguhan seseorang yang berupa perjuangan dalam melawan dirinya
sendiri, sehingga dapat mengatasi dan menentukan apa yang dilakukannya
(Sayuti, 2000:42).
Alwisol (2004:162) mengatakan konflik dalam diri sendiri adalah
bagian yang meliputi seluruh aspek dari kehidupan manusia, misalnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
dihadapkan pada keinginan dan kenyataan yang berbeda. Kemudian,
perbedaan antara kewajiban dan harapan. Hal ini memicu adanya konflik
dalam diri seseorang. Secara luas dalam cerita, pemicu konflik bisa terjadi
antar sesama tokoh, tokoh dengan kelompok tertentu, tokoh dengan
lingkungan pergaulannya, tokoh dengan keluarganya, dan tokoh dengan
Dewa atau Tuhannya.
Berdasarkan pendapat dua pakar di atas, peneliti menyimpulkan
bahwa konflik batin merupakan bentuk perjuangan seseorang, dalam
melawan dirinya sendiri untuk menghadapi perbedaan harapan dan
kenyataan. Hal ini menentukan tindakan dan sikap yang diambil seseorang
dalam menghadapi permasalahan kehidupannya.
2.2.5 Psikologi Sastra
Sejak lahirnya ilmu psikologi pada akhir abad ke-18, kepribadian
selalu menjadi salah satu topik bahasan yang penting. Psikologi lahir
sebagai ilmu yang berusaha memahami manusia seutuhnya, melalui
pemahaman tentang kepribadian (Alwisol, 2004:1). Berbicara mengenai
kepribadian, manusia mengekspresikan keinginan dan emosi jiwa dengan
cara yang berbeda-beda, salah satunya hadir dalam bentuk karya sastra.
Kedua hal ini berkaitan erat satu sama lain karena pengarang menuliskan
pergolakan batin dan jiwa dalam karyanya. Penggabungan dua teori ini
dikenal dengan istilah psikologi sastra.
Endraswara (2013:96) mengungkapkan bahwa psikologi sastra
merupakan kajian sastra yang memandang karya sebagai aktivitas kejiwaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Pengarang menggunakan cipta, rasa, dan karya dalam berkarya. Endraswara
(via Minderop, 2013:59), psikologi sastra merupakan hubungan antara
psikologi dan sastra. Kajian ini mengajak kita untuk dapat memahami sisi
kedalaman jiwa manusia, amat luas dan amat dalam. Wellek & Warren
(2014:88) mengungkapkan bahwa psikologi sastra mempunyai empat
kemungkinan pengertian, yakni studi pengarang sebagai tipe atau pribadi,
studi proses kreatif, studi tipe dan hukum psikologi yang diterapkan dalam
karya sastra, dan dampak sastra pada pembaca. Tokoh neurolog, Sigmund
Freud mengemukakan pendapatnya mengenai teori mimpi dan fantasi.
Freud menganggap mimpi memiliki peranan khusus dalam studi psikologi
sastra. Inti pengamatan Freud terhadap sastra adalah sastra lahir dari mimpi
dan fantasi (Endraswara via Minderop, 2013:17).
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
psikologi sastra merupakan hubungan antara psikologi dan sastra yang erat
kaitannya dengan keadaan jiwa maupun kreativitas seseorang. Hal ini bisa
disebabkan karena mimpi dan fantasi dari seorang pengarang yang
dituangkan ke dalam karya sastra.
2.2.6 Teori Kebutuhan Menurut Abraham Maslow
Teori Abraham Maslow menekankan pada pentingnya peran
kebutuhan dalam pembentukan kepribadian. Menurut Maslow (via Alwisol,
2004:239), manusia memiliki struktur psikologik yang analog dengan
struktur fisik: manusia memiliki “kebutuhan, kemampuan, dan
kecenderungan yang sifat dasarnya genetik”. Kebutuhan, kemampuan, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
kecenderungan itu secara esensial sesuatu yang baik, atau paling tidak
sesuai yang netral.
Maslow (dalam Alwisol, 2004:240) juga mengemukakan, pemuasan
kebutuhan didorong oleh kekuatan motivasi, yaitu motivasi kekurangan dan
motivasi perkembangan. Motivasi kekurangan adalah usaha yang dilakukan
oleh seseorang untuk memenuhi kekurangan yang ada dalam dirinya
(kebutuhan kekuatan, kompetensi, kepercayaan diri, kemandirian). Motivasi
perkembangan merupakan usaha yang dilakukan seseorang untuk mencapai
tujuan sesuai dengan potensinya, terus maju, dan menjadi lebih baik
(kebutuhan kreatif, realisasi diri, pengembangan diri). Kemampuan masing-
masing individu untuk memenuhi kebutuhannya memiliki cara yang
berbeda-beda.
Berdasarkan teorinya, Maslow (dalam Alwisol, 2004:242)
mencetuskan lima tingkatan kebutuhan yang disusun berdasarkan bentuk
hirarki atau jenjang dari tingkat paling mendasar. Maslow (dalam Alwisol,
2004:242) juga menunjukkan keterkaitan antara satu kebutuhan dengan
kebutuhan lainnya. Kebutuhan pada tingkat yang paling rendah harus
terpuaskan sebelum orang menyadari atau dimotivasi oleh kebutuhan yang
tingkatnya lebih tinggi. Kebutuhan fisiologis harus terpuaskan sebelum
muncul kebutuhan rasa aman. Setelah satu kebutuhan terpuaskan, muncul
kebutuhan-kebutuhan lainnya. Kemudian, kebutuhan tertinggi baru akan
muncul, atau disebut sebagai kebutuhan meta untuk menyempurnakan
pribadi yang bersangkutan (Maslow via Alwisol, 2004:241).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Maslow mengidentifikasi lima tingkatan kebutuhan sebagai berikut.
a. Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan fisiologis bersifat homeostatik (usaha menjaga
keseimbangan unsur-unsur fisik) seperti makanan, minuman, gula,
garam, protein, serta kebutuhan istirahat dan seks. Kebutuhan fisiologis
ini sangat kuat, dalam keadaan absolut (kelaparan dan kehausan) semua
kebutuhan lain ditinggalkan dan orang mencurahkan semua
kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan ini. Apabila kebutuhan ini
telah terpenuhi, kebutuhan lain yang tingkatannya lebih tinggi akan
muncul dan memengaruhi perilaku manusia (Maslow via Alwisol,
2004:243).
b. Kebutuhan Keamanan (Safety)
Setelah kebutuhan fisiologi terpuaskan, muncul kebutuhan
keamanan, stabilitas, proteksi, struktur hukum, keteraturan, batas,
kebebasan dari rasa takut dan cemas. Kebutuhan fisiologis dan keamanan
pada dasarnya adalah kebutuhan mempertahankan kehidupan. Kebutuhan
fisiologis merupakan bentuk pertahanan hidup jangka pendek, sedangkan
keamanan merupakan kebutuhan hidup jangka panjang. Kebutuhan
keamanan sudah muncul sejak bayi. Sebagai contoh, bayi pada saat
menangis dan berteriak karena perlakuan yang kasar atau karena
perlakuan yang dirasa sebagai sumber bahaya. Anak akan merasa lebih
aman berada dalam suasana keluarga yang teratur, terencana, dan
disiplin, karena suasana semacam itu mengurangi kemungkinan adanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
perubahan dan kekacauan. Masa dewasa, kebutuhan rasa aman bisa juga
diartikan dalam berbagai bentuk, diantaranya sebagai berikut.
1. Kebutuhan pekerjaan dan gaji yang mantap, tabungan dan asuransi,
memperoleh jaminan masa depan.
2. Praktek beragama dan kepercayaan yang membantu orang untuk
mensyukuri keadaan dunianya menjadi lebih bermakna dan seimbang.
3. Pengungsian, manusia perahu dampak perang, bencana alam atau
kerusakan ekonomi (Maslow via Alwisol, 2004:244).
c. Kebutuhan Dimiliki dan Cinta (Belonging and Love)
Manusia merupakan makhluk hidup yang sangat peka dengan
kesendirian, pengasingan, penolakan, penderitaan, dan kehilangan
sahabat atau kehilangan cinta. Kebutuhan ini sangat penting sepanjang
hidup. Maslow (via Alwisol, 2004:244) berpendapat, cinta tidak sinonim
dengan seks, cinta adalah hubungan sehat antara sepasang manusia yang
melibatkan perasaan saling menghargai, menghormati, dan mempercayai.
Maslow (dalam Alwisol, 2004:244) membagi rasa cinta ke dalam dua
jenis yakni, Deficiency atau D-love dan Being atau B-love. Kebutuhan
cinta karena kekurangan, D-love; orang yang mencintai sesuatu yang
membuat dirinya tidak merasa sendiri. B-love adalah penilaian apa
adanya tanpa keinginan untuk mengubah orang lain, tidak berniat
memiliki, tidak memengaruhi, dan bertujuan memberikan orang lain
gambaran positif. Sikap menerima diri sendiri dan perasaan dicintai yang
mampu membuka kesempatan kepada orang lain untuk berkembang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
d. Kebutuhan Harga Diri (Self Esteem)
Maslow (dalam Alwisol, 2004:245) mendefinisikan dua jenis harga diri:
1. Menghargai diri sendiri (self respect): kebutuhan, kekuatan,
penguasaan, kompetensi, prestasi, kepercayaan diri, kemandirian, dan
kebebasan. Orang membutuhkan pengetahuan tentang dirinya sendiri,
bahwa dirinya berharga, mampu menguasai tugas dan tantangan
hidup.
2. Mendapat penghargaan dari orang lain (respect from other):
kebutuhan prestise, penghargaan dari orang lain, status, ketenaran,
dominasi, menjadi orang penting, kehormatan, diterima, dan apresiasi.
Apabila kebutuhan ini diperoleh dan terpenuhi dengan baik, seseorang
akan memiliki sikap percaya diri, berharga, mampu, berguna dan
penting bagi sesama (Maslow via Alwisol, 2004:246).
e. Kebutuhan Aktualisasi Diri (Meta)
Setelah seluruh tingkatan kebutuhan dasar terpenuhi, muncullah
kebutuhan meta atau kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan ini
merupakan kebutuhan seseorang untuk berkembang secara maksimal
dalam mewujudkan bakat, kemampuan, serta potensi dirinya. Aktualisasi
diri adalah keinginan manusia untuk memperoleh kepuasan dengan
dirinya sendiri (self fulfilment). Pada tahap ini, manusia akan menyadari
semua potensi dirinya, menjadi apa saja yang dapat dilakukannya,
menjadi kreatif dan bebas mencapai puncak prestasi potensinya (Maslow
via Alwisol, 2004:247).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
2.3 Kerangka Berpikir
Bagan 1. Kerangka Berpikir
Fenomena karya sastra
berupa novel.
Novel Unperfect Marriage karya
Merry Maeta Sari, novel ini
perlu diteliti karena
menceritakan mengenai konflik
batin tokoh utama di dalamnya.
Hasil penelitian ini terdapat unsur pembangun, yakni
unsur intrinsik berupa tokoh, penokohan, dan alur.
Selain itu, terdapat konflik batin yang dialami tokoh
utama Nina dalam novel Unperfect Marriage karya
Merry Maeta Sari.
Tokoh, penokohan, dan alur
dianalisis menggunakan teori
Burhan Nurgiyantoro (2012),
Herman J. Waluyo (2011), dan
Suminto A. Sayuti (2000)
Pendekatan psikologi sastra
mengacu pada teori
Suwardi Endraswara (2013).
Teori kebutuhan dasar oleh
Abraham Maslow (dalam
Alwisol, 2004).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian yang berjudul “Konflik Batin Tokoh Utama Nina dalam
Novel Unperfect Marriage karya Merry Maeta Sari: Tinjauan Psikologi
Sastra” ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif karena peneliti
menganalisis kata maupun gambaran yang tidak dapat diukur oleh angka,
membutuhkan analisa mendalam, dan interpretasi dari peneliti. Data dan
fakta yang terdapat di dalam penelitian ini di dijabarkan dalam bentuk
kalimat dan penggambaran yang telah didapatkan oleh peneliti. Menurut
Denzin dan Lincoln (dalam Noor, 2011:33), kata kualitatif menyiratkan
penekanan pada proses dan makna yang tidak dikaji secara ketat atau belum
diukur dari sisi kuantitas, jumlah, intensitas, atau frekuensinya. Metodologi
kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati.
Penelitian ini menggunakan pendekatan psikologi sastra dengan
menggunakan tiga tahap. Endraswara (via menderop, 2013:59) merumuskan
tahapan tersebut dimulai dengan pemahaman mengenai teori psikologi
kemudian analisis terhadap sebuah karya sastra. Lalu, peneliti menentukan
karya sastra sebagai objek penelitian dan menentukan teori psikologi yang
dianggap cocok atau sesuai untuk digunakan. Selanjutnya, secara bersamaan
menemukan teori dan objek penelitian. Tahap pendekatan psikologi sastra
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
ini menunjukan bahwa kutipan teks atau data yang ditemukan dengan
menggunakan teknik tertentu, dapat mendeskripsikan konsep psikologi yang
diungkapkan oleh tokoh fiksi. Pendekatan psikologi sastra digunakan
dengan tujuan untuk mengetahui keadaan kejiwaan seorang tokoh utama
dalam menghadapi permasalahan hidupnya yang kompleks. Peneliti
menggunakan novel Unperfect Marriage karya Merry Maeta Sari untuk
menganalisis dan memahami kejiwaan tokoh utama dan hal yang
memengaruhi perilakunya.
Selain pendekatan psikologi sastra, penelitian ini juga mengacu pada
teori Abraham Maslow mengenai teori kebutuhan dasar manusia. Maslow
(dalam Alwisol, 2004:240) menekankan pentingnya peranan kebutuhan
dalam perkembangan kepribadian seseorang, dan mengkategorikan tingkat
kebutuhan dari yang paling mendasar hingga tingkat paling tinggi.
Kebutuhan tingkat dasar atau paling rendah mempunyai kecenderungan
lebih besar untuk di prioritaskan. Hal ini akan menjadi tolak ukur dalam
menentukan tahap perkembangan psikologi seseorang.
3.2 Sumber Data dan Data
Dalam penelitian ini, sumber data yang digunakan adalah sumber data
tertulis, yaitu sebuah novel karya sastra yang berjudul Unperfect Marriage.
Pengarang : Merry Maeta Sari
Tebal Buku : 232 halaman
Tahun Terbit : 2015
Penerbit : PT Elex Media Komputindo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Data penelitian ini berupa kutipan-kutipan kata, kalimat, dan paragraf
yang mendeskripsikan mengenai unsur intrinsik berupa, tokoh, penokohan,
alur, dan konflik batin tokoh utama.
3.3 Instrumen Penelitian
Peneliti berperan sebagai instrumen penelitian karena berperan
langsung dalam pengumpulan data berdasarkan teori dan acuan, yang
didapatkan selama mengikuti perkuliahan teori sastra dan apresiasi sastra.
Penelitilah yang melakukan rancangan penelitian sampai melaporkan hasil
penelitiannya.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Peneliti pengumpulan data penelitian menggunakan teknik baca dan
catat. Teknik catat sama dengan teknik menjaring data dengan mencatat
hasil temuan data dari bacaan (Kesuma, 2007:45). Kedua teknik ini
dilakukan untuk memahami keseluruhan isi dan pokok permasalahan yang
akan menjadi acuan penelitian. Peneliti menandai kutipan-kutipan yang
mendeskripsikan adanya unsur intrinsik berupa, tokoh, penokohan, alur dan
konflik batin tokoh utama. Teknik baca dan catat dilakukan sebagai berikut:
1. Membaca cermat dan menyeluruh isi novel sebagai fokus penelitian.
2. Menandai kutipan-kutipan yang memiliki keterkaitan dengan tokoh,
penokohan, dan alur, dan konflik batin tokoh utama.
3. Menginterpretasi unsur intrinsik berupa, tokoh, penokohan, alur) dan
konflik dalam novel sesuai dengan teori-teori yang digunakan sebagai
acuan penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
4. Mendeskripsikan data yang telah didapatkan sesuai dengan tahap-
tahap tersebut
3.5 Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan memaparkan dalam bentuk deskriptif
terhadap masing-masing data (Siswantoro, 2010:81). Tahap teknik analisis
data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut.
1. Tahap analisis diawali dengan mengidentifikasi bagian terkecil berupa
kata, kalimat, dan paragraf yang ditemukan dalam novel Unperfect
Marriage karya Merry Maeta sari dan memiliki kaitan dengan fokus
masalah penelitian.
2. Peneliti menyusun atau memilah-milah data ke dalam bagian yang
memiliki kesamaan.
3. Setelah memilah data yang memiliki kesamaan, peneliti menelaah
kaitan antara satu data dengan data lainnya.
4. Tahap akhir dalam analisis data merupakan tahap membuat
kesimpulan. Kesimpulan yang telah didapatkan dari penelitian disusun
berdasarkan acuan teori yang digunakan.
3.6 Triangulasi
Data dan hasil analisis data dalam penelitian konflik batin tokoh
utama ini harus diperiksa keabsahannya melalui triangulasi. Triangulasi
dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari
berbagai cara, dan berbagai waktu (Sugiyono, 2010:273). Triangulasi
digunakan guna mencari keterpercayaan dan keakuratan data. Triangulasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
yang digunakan pada penelitian ini adalah triangulasi sumber atau ahli.
Triangulator ahli sebagai penyidik yang memberikan evaluasi kajian objek
penelitian untuk menentukan kebenaran data yang telah diperoleh. Oleh
karena itu, peneliti melakukan triangulasi terhadap data penelitian konflik
batin tokoh utama Nina dalam novel Unperfect Marriage karya Merry
Maeta Sari. Hasil analisis yang ditemukan oleh peneliti kemudian akan
diperiksa keabsahannya oleh pakar atau ahli dalam bidang sastra yakni Ibu
Muncar Tyas Palupi, S.S., M.Hum.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini peneliti memaparkan deskripsi data, hasil analisis, pembahasan
hasil analisis unsur intrinsik dan konflik batin tokoh utama Nina dalam novel
Unperfect Marriage karya Merry Maeta Sari. Analisis unsur intrinsik berupa
tokoh, penokohan, dan alur, sedangkan analisis konflik batin tokoh utama Nina
akan dikategorikan berdasarkan teori kebutuhan dasar manusia menurut Abraham
Maslow. Berikut rincian subbab pada bagian hasil penelitian dan pembahasan.
4.1 Deskripsi Data
Deskripsi data merupakan penjabaran data temuan secara keseluruhan
yang telah didapatkan oleh peneliti. Pada bab ini, peneliti memaparkan data
yang ditemukan dalam novel Unperfect Marriage karya Merry Maeta Sari.
Novel ini terdiri dari 232 halaman.
Data yang ditemukan peneliti berupa kutipan kata, kalimat dan
paragraf dalam novel Unperfect Marriage, yang memuat unsur intrinsik
berupa tokoh, penokohan, alur, dan konflik batin. Secara keseluruhan, data
dalam penelitian ini berjumlah 107 data.
4.1.1 Deskripsi Data Unsur Intrinsik Novel Unperfect Marriage Karya Merry
Maeta Sari
Peneliti menemukan data mengenai unsur intrinsik sebanyak 85 data.
Data tersebut terbagi menjadi beberapa jenis yakni, 24 data mengenai tokoh,
23 data mengenai penokohan, 38 data yang membuktikan jenis dan tahapan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
alur dalam novel Unperfect Marriage karya Merry Maeta Sari. Sebagai
contoh, berikut ini peneliti memaparkan beberapa contoh data yang telah
ditemukan mengenai unsur intrinsik berupa tokoh, penokohan, dan alur.
Contoh data tokoh
1. Aku tak pernah berani membayangkan, menikah dengan seseorang
yang selama ini ku puja diam-diam (Sari, 2015:16).
Contoh data penokohan
2. Aku tersenyum lebar, muka gantengku bukan jenis muka yang mudah
dilupakan, kan? (Sari, 2015:39)
Contoh data alur
3. Aku masih berusia 15 tahun kala itu, baru memasuki jenjang sekolah
menengah atas (Sari, 2015:12).
4.1.2 Deskripsi Data Konflik Batin Tokoh Utama Novel Unperfect Marriage
Karya Merry Maeta Sari
Selain menemukan data mengenai unsur intrinsik, peneliti juga
menemukan 22 data yang membuktikan pergumulan dan konflik batin yang
dirasakan oleh tokoh utama dalam novel Unperfect Marriage karya Merry
Maeta Sari. Beberapa data yang ditemukan menunjukan bahwa konflik batin
yang disisipkan pengarang membutuhkan analisis dan interpretasi yang
cukup tinggi, karena pengarang tidak menunjukan secara detail mengenai
kebimbangan maupun gejolak yang dirasakan oleh tokoh utama. Sebagai
contoh, berikut ini peneliti memaparkan beberapa data mengenai konflik
batin yang telah ditemukan dalam novel Unperfect Marriage karya Merry
Maeta Sari.
Contoh data konflik batin
4. Kini ia dipaksa mengingat rasa kehilangan bunda yang membuatnya
semakin tersiksa (Sari, 2015:55).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
5. Ya Allah, rasa sakit itu masih ada, membayangkan perselingkuhan
antara gadis di depanku ini dan juga Dylan (Sari, 2015:71)
Seluruh data yang ditemukan oleh peneliti telah dicantumkan dalam
lampiran tabel triangulasi data. Novel Unperfect Marriage merupakan salah
satu karya sastra yang mengisahkan tentang kehidupan pernikahan. Novel
ini ditulis oleh Merry Maeta Sari dengan mengambil latar belakang cerita
perjodohan masa modern. Sebelum peneliti memaparkan data dan hasil
analisis, peneliti memaparkan sinopsis novel secara singkat sebagai berikut.
Novel ini menceritakan tentang seorang wanita muslim bernama Nina
yang mengalami banyak peristiwa dan permasalahan terkait kehidupan
pribadinya. Ibu Rahma, sosok wanita yang telah dianggap sebagai orang
tuanya, meminta Nina untuk menikah dengan anak sulungnya, Dylan
Adhiatmaja. Nina tidak menyangka bahwa Dylan yang dimaksud oleh Ibu
Rahma merupakan seorang laki-laki yang pernah dicintainya saat duduk
dibangku SMA. Dylan merupakan kakak kelas Nina ketika itu. Nina tidak
menolak tawaran Ibu Rahma, karena ia telah mengagumi dan mencintai
Dylan sejak lama. Pernikahan pun dilakukannya atas dasar keterpaksaan.
Perjodohan tersebut awalnya terjadi karena Ibu Rahma menyimpan rasa
bersalah yang sangat besar terhadap keluarga Nina. Ibu Rahma-lah yang
menyebabkan kematian Yana, ibu kandung Nina. Saat itu, Yana dan Ibu
Rahma telah saling mengenal sejak lama, karena Yana bekerja di butik
milik keluarga Dylan. Kronologi kejadian saat itu, Ibu Rahma bertengkar
dengan Dylan dan tidak berkonsentrasi saat menyetir kendaraannya. Saat
pertengkaran semakin sengit, Ibu Rahma marah dan tidak benar-benar fokus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
mengendarai kendaraannya. Tanpa sengaja, ia menabrak Nina dan ibunya.
Untuk menebus rasa bersalah itu, Ibu Rahma membuat kesepakatan dengan
ayah Nina untuk menjodohkan keduanya.
Kehidupan pernikahan yang tidak harmonis dengan banyak pasang
surut membuat Nina hampir menyerah. Hidup dalam pernikahan sebagai
formalitas tetap dijalani Nina. Mereka tidur secara terpisah, nyaris tak
pernah bertegur sapa. Tetapi Nina tetap menjalankan tugasnya sebagai
seorang istri yang shalihah, memperhatikan kebutuhan Dylan, memasak,
dan mengurus keperluan rumah tangga. Dylan tetap menafkahi Nina sebagai
istrinya, meskipun tidak memiliki perasaan apapun terhadapnya. Tetapi
kepahitan harus diterima Nina, sesaat setelah menikah ia mengetahui bahwa
Dylan mencintai, bahkan berselingkuh dengan wanita lain bernama Winda.
Suatu ketika, Nina bersama adiknya pernah menangkap basah Dylan sedang
bermesraan dengan Winda di sebuah pusat perbelanjaan. Sejak saat itu,
Nino yang merupakan adik Nina mengetahui ketidakharmonisan pernikahan
kakaknya. Tetapi Nina memohon pada Nino untuk merahasiakan
kejanggalan rumah tangganya. Ia tidak ingin kedua orang tuanya
mengetahui kehidupan pernikahannya tidak bahagia. Nina juga mengetahui
bahwa Dylan tidak menolak perjodohan yang telah disepakati karena ia
sangat mencintai dan menghargai keinginan sang ibu.
Di lain sisi, Pak Andhika yang merupakan rekan kerja Nina di
sekolah, diam-diam menyimpan perasaan terhadap wanita muda itu.
Andhika berniat mendekatinya. Satu hal yang tidak mengetahui oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Andhika adalah Nina sudah menikah. Andhika merupakan sosok pria yang
pernah menjalin hubungan dengan Winda di masa lalu. Berbagai konflik
terus terjadi dan dirasakan oleh Nina. Tetapi saat hampir menyerah
mempertahankan pernikahannya, Nina justru dibuat semakin bimbang.
Secara tiba-tiba, Dylan mencium dan mengungkapkan perasaannya terhadap
Nina. Ternyata, Dylan mulai terbiasa hidup bersama Nina dan ingin
mempertahankan pernikahan mereka. Novel Unperfect Marriage karya
Merry Maeta Sari ini memiliki tema cerita yang relevan dengan kondisi
masyarakat saat ini, yakni menceritakan tentang ketidakharmonisan
kehidupan pernikahan.
Merry Maeta Sari akrab dipanggil Meta merupakan alumni Fakultas
Kesehatan Masyarakat dan juga dikenal sebagai penulis novel yang cukup
dikenal masyarakat. Meta mengungkapkan bahwa menulis merupakan salah
satu hobinya selain menonton film dan membaca. Beberapa novel yang
sudah ditulis oleh Meta yakni, A Wedding After Story, Cinta Rasa Mie
Instan, Cintaku itu Kamu Halalku, Serendipity (bersama Febby Elwenda
dan Paramita Swasti Buwana), dan Phobia (bersama Mak Catz, Mita Eon,
Nima, Mayya, Aci, dan Jejen). Selain menulis novel, Meta juga menulis
beberapa fiksi di blog pribadi dan akun wattpad miliknya.
4.2 Hasil Penelitian
Pada bagian hasil penelitian, peneliti mengelompokkan subbab hasil
penelitian menjadi dua, yakni hasil penelitian unsur intrinsik yang meliputi,
tokoh, penokohan, alur, dan hasil penelitian konflik batin tokoh utama novel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Unperfect Marriage. Peneliti menggunakan teknik baca catat dalam
menganalisis data yang telah ditemukan. Berikut ini uraian hasil penelitian
unsur intrinsik (tokoh, penokohan, alur), dan konflik batin tokoh utama
dalam novel Unperfect Marriage.
4.2.1 Hasil Penelitian Unsur Intrinsik Novel Unperfect Marriage Karya
Merry Maeta Sari
Hasil penelitian unsur intrinsik dalam penelitian ini menggunakan
novel Unperfect Marriage karya Merry Maeta Sari. Tujuan dari analisis ini
adalah untuk memperoleh gambaran isi novel secara menyeluruh. Hasil
penelitian pada subbab ini difokuskan pada unsur intrinsik novel Unperfect
Marriage, meliputi tokoh, penokohan dan alur. Peneliti menganalisis
dengan mengidentifikasi dan menggolongkan kutipan kata, kalimat, dan
paragraf yang menggambarkan pelaku cerita, penggambaran watak, serta
menunjukan tahapan alur cerita. Hal ini dilakukan agar makna novel
Unperfect Marriage dapat ditemukan guna menjawab rumusan masalah.
Peneliti mengetahui bahwa, tokoh dalam novel terbagi menjadi dua,
yakni tokoh utama dan tokoh tambahan. Penggambaran watak tokoh dapat
ditemukan menggunakan dua cara, yaitu teknik langsung (expositori) dan
teknik tak langsung (dramatic). Secara umum alur terbagi menjadi tiga
bagian, yakni awal, tengah, dan akhir. Kemudian, berdasarkan segi
tahapannya, alur terbagi lagi menjadi komponen kecil yakni, pada bagian
awal terdapat eksposisi (exposition), rangsangan (inciting moment), dan
gawatan (rising action), bagian tengah terdiri atas komplikasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
(complication), dan klimaks (climax), sedangkan pada tahapan akhir
terdapat leraian (falling action), dan penyelesaian (denouement). Berikut
hasil penelitian unsur intrinsik novel Unperfect Marriage karya Merry
Maeta Sari.
4.2.1.1 Tokoh
Menurut peneliti, tokoh yang dikenai permasalahan dalam
keseluruhan isi cerita layak disebut sebagai tokoh utama. Tokoh ini juga
merupakan tokoh pusat yang menentukan kelanjutan cerita dalam sebuah
karya. Pengertian lain mengenai tokoh utama juga disebut sebagai tokoh
yang diutamakan ceritanya dalam novel. Selain tokoh utama, peneliti
menemukan adanya tokoh pendamping atau biasa disebut dengan tokoh
tambahan. Tokoh tambahan hadir pada saat tokoh tersebut memiliki
keterkaitan dengan tokoh utama, secara langsung maupun tidak langsung.
Novel Unperfect Marriage memiliki berbagai macam tokoh yang
kemunculannya cukup berpengaruh dalam kronologi cerita. Tokoh-tokoh
tersebut yakni, Nina, Dylan, Andhika, Rara, Ibu Rahma, dan Winda.
Selanjutnya, peneliti menganalisis tokoh berdasarkan peranannya.
a. Tokoh Utama
Tokoh yang paling banyak mencuri perhatian dan banyak
diceritakan dalam novel Unperfect Marriage karya Merry Maeta Sari,
adalah seorang wanita muslim bernama Nina. Berdasarkan keterlibatan
tokoh dalam kejadian-kejadian yang membangun cerita, Nina adalah
tokoh yang diutamakan, dan yang paling banyak terlibat dalam setiap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
peristiwa. Nina diceritakan sebagai tokoh wanita shalihah baik hati yang
berjuang mempertahankan pernikahannya. Saat berada dalam berbagai
konflik dan penuh keraguan, Nina tetap memilih untuk menjalani
kehidupan rumah tangga bersama dengan lelaki yang dijodohkan oleh
orang tuanya. Nina merupakan tokoh yang diutamakan ceritanya dalam
novel Unperfect Marriage. Berikut kutipan yang membuktikan
keterlibatan tokoh utama dalam cerita.
1) Ya, sore ini, seperti yang sudah direncanakan dua minggu lalu,
aku akan dilamar secara resmi, di hadapan kedua keluarga besar
kami. Sebenarnya acara lamaran ini hanya untuk formalitas saja.
Toh, pada akhirnya memang tak ada alasan untukku menolak
lamaran ini (Sari, 2015:11).
2) Kemudian aku mencoba meraba hati, untuk kesekian kali,
semenjak tawaran itu diberikan padaku. Lagi-lagi aku masih
belum bisa menetapkan (Sari, 2015: 10).
3) Bahkan memimpikan untuk berteman dekat dengannya pun aku
tak pernah berani. Lelaki dengan sorot mata tajam itu masih sama
seperti pemuda berseragam putih abu-abu tujuh tahun silam yang
membuat dadaku berdesir tiap kali namanya disebut (Sari,
2015:12).
4) Aku masih berusia 15 tahun kala itu, baru memasuki jenjang
sekolah menengah atas. Aku tak pernah benar-benar
mengenalnya. Hanya saja suatu hari, wajah kaku dan sorot
matanya yang dingin serta suaranya yang dalam dan penuh
peringatan mencegahku melewati jalan yang ternyata dijadikan
tempat untuk tawuran dengan murid lain (Sari, 2015:12).
5) Meskipun aku tak pernah benar-benar berani mendekatinya, tetapi
harus kuakui, bahwa ialah yang membuat hari-hariku di sekolah
menjadi semakin bersemangat (Sari, 2015:13).
6) Sebelumnya aku tak pernah berani membayangkan, menikah
dengan seseorang yang selama ini kupuja diam-diam, aku sering
merasa ia jauh tak terjangkau, meskipun sebenarnya dia lebih
dekat dari yang aku kira (Sari, 2015:16).
7) Seharusnya aku mengetahuinya sejak awal. Bahwa setiap
ketidakpeduliannya bukan semata-mata untuk menjaga hubungan
kami sebelum halal. Tapi karena sesungguhnya ia tak pernah
menginginkan pernikahan ini sejak awal. Tapi mengapa?
Mengapa ia tetap melanjutkan proses pernikahan kami, bahkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
sampai perjanjian yang mengguncang langit. Ijab kabulnya di
depan Ayah dan seluruh saksi? Allah . . ! (Sari, 2015:17).
Pada kutipan 1) menunjukan bahwa cerita bermula dari perjodohan
yang dilakukan oleh kedua pihak keluarga yang telah disepakati bersama.
Nina, akan dijodohkan dengan seorang pria bernama Dylan. Perjodohan
tersebut kemudian memunculkan serangkaian konflik bagi Nina. Kutipan
2), sejak awal Nina memiliki keraguan untuk melanjutkan perjodohan
yang direncanakan oleh kedua orang tuanya. Ia kembali
mempertimbangkan, tetapi ia tetap merasakan adanya keraguan yang
muncul dalam dirinya. Kutipan 3) dan 4), lelaki yang dijodohkan dengan
Nina merupakan lelaki yang telah disukainya sejak lama. Bukti terlihat
jelas pada kalimat “pemuda berseragam putih abu-abu tujuh tahun silam
yang membuat dadaku berdesir”. Nina pertama kali mengenal Dylan saat
ia di duduk di bangku SMA. Saat pertama kali mengenal Dylan, Nina
langsung jatuh cinta padanya. Ketertarikannya pada Dylan muncul tanpa
ada tahap pengenalan. Kutipan 5), sejak pertemuan pertama itu, Nina
selalu memikirkan Dylan dan menjadikan hal itu sebagai penyemangat
bagi dirinya sendiri. Kutipan 6), Nina telah mengidolakan Dylan sejak
lama, tetapi tidak pernah membayangkan bahwa sosok yang selama ini ia
kagumi justru dijodohkan dengan dirinya. Kutipan 7), setelah pernikahan
dilangsungkan, Nina mengetahui adanya penolakan dari Dylan saat
mereka berada di kamar pengantin. Dylan memilih untuk pergi
meninggalkan Nina seorang diri dan tidak kembali hingga subuh. Konflik
batin mulai dirasakan oleh Nina pada bagian awal cerita.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Berdasarkan hasil analisis dan bukti-bukti kutipan di atas, peneliti
menyimpulkan bahwa tokoh utama dalam novel Unperfect Marriage
adalah Nina. Hal ini terlihat berdasarkan intensitas keterlibatan tokoh Nina
sebagai pelaku utama, dan sebagai tokoh yang lebih dominan diceritakan.
Tokoh Nina lebih banyak muncul dibandingkan tokoh lainnya, karena
cerita yang dihadirkan pengarang menunjukan konflik Nina dalam
menghadapi persoalan pernikahan sejak awal.
b. Tokoh Tambahan
Peneliti menemukan adanya tokoh-tokoh lain yang terlibat dalam
konflik yang dialami Nina, selaku tokoh utama dalam novel Unperfect
Marriage karya Merry Maeta Sari. Tokoh tambahan ini cenderung
terlibat dalam cerita yang pendek-pendek dan dalam intensitas
kemunculan yang relatif singkat. Tokoh tambahan yang ditemukan
peneliti dalam novel Unperfect Marriage karya Merry Maeta Sari yakni,
Dylan, Andhika, Rara, Ibu Rahma, dan Winda. Tokoh tambahan tersebut
merupakan tokoh yang muncul dalam cerita dan peristiwa tertentu.
Tokoh tambahan pertama bernama Dylan. Tokoh ini merupakan
sosok pria yang dijodohkan dengan Nina. Perjodohan tersebut
sesungguhnya tidak diinginkan oleh Dylan, tetapi ia tak mampu menolak
keinginan sang ibu untuk menikahi Nina. Tokoh Dylan hadir dalam
beberapa kutipan berikut.
8) Dylan menghela napas, memilih tak menjawab dan segera
menghentikan sesi sarapannya kemudian meninggalkanku (Sari,
2015:19).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
9) Aku sempat menoleh ke arah Dylan. Mereka ... mengobrol begitu
hangat. Suatu hal kecil yang bahkan tak pernah kulakukan
dengannya (Sari, 2015:22).
10) Nina cantik, sungguh, ia juga baik. Dia seharusnya sangat mudah
dicintai. Tapi tidak bagiku. Hatiku sudah kutambatkan pada gadis
lain (Sari, 2015 26)
11) Hari itu aku dipertemukan dengan Nina, gadis itu lebih banyak
menunduk dibandingkan memandangku. Dan saat pandangan
kami bertemu, aku hanya takut satu hal: dia jatuh cinta padaku.
Atau ... sebaliknya (Sari, 2015:28).
12) Kehormatan keluarga yang sudah melamar Nina, perasaan Nina,
perasaan keluarga Nina jika aku membatalkan pernikahan ini
(Sari, 2015:29).
Kemunculan tokoh Dylan cukup banyak diceritakan dalam novel
Unperfect Marriage karya Merry Maeta Sari. Kutipan 8), membuktikan
bahwa Dylan mulai terlibat secara intens dengan tokoh utama sejak
keduanya terikat dalam ikatan pernikahan. Hal ini merupakan awal
keterlibatan tokoh Dylan. Kutipan 9), tokoh Dylan kembali dimunculkan
dalam interaksinya dengan tokoh lain, yakni tokoh Winda. Kutipan 10),
merupakan tanggapan Dylan terhadap sosok wanita yang dijodohkan
dengan dirinya. Kutipan 11), saat rapat keluarga besar diadakan sebelum
acara lamaran, Dylan dipertemukan dengan sosok Nina. Kutipan 12)
Dylan memikirkan nama baik dan perasaan keluarga Nina apabila dia
mengambil keputusan yang salah. Hal ini merupakan beberapa paparan
yang membuktikan keterlibatan tokoh Dylan dalam cerita serta intensitas
kemunculannya. Kedudukan tokoh Dylan cukup berpengaruh pada jalan
cerita dalam novel Unperfect Marriage, karena ia merupakan tokoh
tambahan yang berhubungan dan berkonflik secara langsung dengan
tokoh utama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Tokoh tambahan kedua bernama Andhika. Tokoh ini merupakan
sosok lelaki muda yang tampan. Kemunculan tokoh ini dimulai saat ia
terlibat kecelakaan kecil dengan Nina. Sejak pertemuan pertama,
Andhika menaruh hati pada Nina dan berniat mendekatinya. Tetapi saat
itu Andhika lupa meminta nomor ponselnya. Tokoh Andhika diceritakan
sebagai keluarga pemilik yayasan sekolah swasta di tempat Nina
mengajar. Tokoh Andhika terlibat dalam beberapa kutipan berikut.
13) Astaga! Akhirnya aku bertemu dengan gadis itu lagi, sudah
berapa bulan aku tak pernah bertemu dengannya lagi setelah
kecelakaan itu. Bodohnya saat kami berkenalan dulu, aku tak
sempat meminta nomor ponselnya (Sari, 2015:39).
14) “Eh, Mas Andhika, kan?” tanyanya lagi tersenyum padaku.
Masih senyum yang sama, senyum yang membuatku tak bisa
melupakan wajahnya. Kini akhirnya aku bisa bertemu lagi
dengan gadis ini (Sari, 2015: 39).
15) Andhika menebarkan senyum manisnya kemudian
memperkenalkan diri, beberapa guru bercanda menggodanya,
dan ia hanya tersenyum. Matanya sempat menangkap sosok
Nina, kemudian Andhika hanya tersenyum penuh arti pada Nina
yang masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya (Sari, 2015:
40).
Kemunculan tokoh Andhika cenderung lebih sedikit dan hanya
muncul dalam beberapa peristiwa tertentu. Kutipan 13), saat mengantar
keponakannya ke sekolah, secara tidak sengaja Andhika kembali bertemu
dengan Nina. Kutipan 14), Andhika merasa senang karena Nina ternyata
mengingat dirinya meskipun cukup lama tidak bertemu. Andhika
menyukai senyum Nina sejak pertama kali mereka bertemu beberapa
waktu sebelumnya. Kutipan 15), Andhika berniat mendekati Nina hingga
mendaftarkan diri menjadi guru di sekolah milik yayasan keluarganya.
Sekolah itu juga merupakan tempat Nina mengajar. Kutipan-kutipan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
tersebut merupakan bukti paparan adanya keterlibatan tokoh tambahan
Andhika. Tokoh ini pertama kali muncul pada bagian awal cerita.
Selanjutnya, tokoh Andhika muncul pada setiap bab dalam novel, hanya
saja intensitas percakapan yang dilakukan tokoh ini cenderung pendek-
pendek. Hal ini membuktikan bahwa Andhika merupakan tokoh
tambahan.
Tokoh tambahan ketiga bernama Rara. Rara merupakan guru
bahasa Inggris sekaligus rekan kerja Nina di sekolah. Keduanya
menempuh pendidikan di tahun yang sama, tetapi di Perguruan Tinggi
yang berbeda. Tokoh Rara diceritakan sebagai sosok wanita muda yang
sangat mengidolakan drama dan boygrup dari Korea Selatan. Berikut
kutipan yang membuktikan keterlibatan Rara dalam cerita.
16) Namanya Zahrana, atau biasa dipanggil Rara atau Bu Rara,
tipikal gadis yang ceria. Usianya satu tahun dibawah Nina,
meskipun mereka sebenarnya satu angkatan. Setelah lulus dari
jurusan Sastra Inggris di salah satu universitas swasta di Jakarta,
ia mendaftar sebagai guru Bahasa Inggris di SMP tersebut
bersamaan dengan Nina (Sari, 2015:42).
17) Nina terkikik pelan, ia tahu Rara pecinta berat K-pop, dan dia
memang mengidolakan Super Junior. Beberapa kali Rara
memang bercerita pada Nina, tapi tentu saja Nina tidak tahu
kalau Andhika mirip dengan salah satu member boyband
ternama itu (Sari, 2015:44).
18) Awalnya Rara tidak sadar. Tulisan Nina begitu rapi, seperti
novel-novel dengan menggunakan sudut pandang orang
pertama. Rara menyadari bahwa itu bukan sebuah novel sesaat
setelahnya (Sari, 2015: 57).
Kedudukan tokoh Rara dalam novel Unperfect Marriage karya
Merry Maeta Sari hampir sama dengan tokoh lainnya, yakni memiliki
intensitas keterlibatan cerita yang relatif singkat dan pendek. Tokoh ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
pertama kali muncul pada bab 1, halaman 41. Setelah kemunculan
pertama tersebut, tokoh Rara sering diceritakan pada bab-bab selanjutnya
dalam porsi cerita yang pendek, sebagai sosok sahabat yang menghibur
Nina saat berada di tempat kerja. Kutipan 16), Nina memperkenalkan
tokoh Rara sebagai rekan kerja yang cukup dengan dengannya karena
memiliki selisih usia yang dekat. Kutipan 17), Rara menanggapi cerita
Nina dan mengatakan bahwa, Pak Andhika mirip dengan salah satu
personel boyband asal Korea Selatan. Kutipan 18), secara tidak sengaja,
Rara mengetahui konflik pernikahan Nina dan Dylan melalui laptop
pribadi Nina. Kutipan-kutipan tersebut menunjukan keterlibatan tokoh
tambahan Rara dalam cerita. Hal tersebut membuktikan bahwa Rara
merupakan tokoh tambahan.
Tokoh tambahan keempat bernama Ibu Rahma yang merupakan ibu
kandung Dylan. Ibu Rahma juga merupakan bos di tempat kerja Yana,
Ibu kandung Nina. Sejak awal, Ibu Rahma mencetuskan keinginannya
untuk menjodohkan Dylan dan Nina. Hal ini didasari oleh rasa
bersalahnya terhadap kepergian Yana. Ibu Rahma mengetahui bahwa
putranya setengah hati menerima perjodohan yang telah ia buat karena
Dylan telah mencintai wanita lain. Berikut kutipan yang menunjukan
keterlibatan Ibu Rahma.
19) Tante Rahma, wanita yang sangat kuhormati, begitu pula
keluargaku. Beliau seorang pengusaha batik, sebelumnya Bunda
sudah lebih dulu bekerja sama dengan beliau (Sari, 2015: 12)
20) Ibu Rahma menginginkan putra sulungnya itu untuk menikahi
Nina. Sejak awal Ibu Rahma tahu kalau Dylan setengah hati
menerima permintaan beliau untuk menikah dengan Nina. Ya,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Dylan mencintai wanita lain, Winda, teman SMA-nya (Sari,
2015:117).
21) Ibu Rahma tersenyum jahil. Sayang sekali beliau tidak bisa
melihat ekspresi Dylan ketika digoda seperti itu. Meskipun tak
yakin juga. Sebab Dylan termasuk dalam jajaran makhluk-
makhluk datar, persis seperti almarhum Papanya (Sari, 2015:
121).
Kemunculan tokoh Ibu Rahma cenderung lebih singkat jika
dibandingkan Andhika dan Rara. Kutipan 19), menunjukan bahwa Nina
sangat menghormati Ibu Rahma sebagai atasan sekaligus teman
bundanya. Kutipan 20), Ibu Rahma-lah yang sejak awal menginginkan
perjodohan antara Nina dan Dylan karena ia menyukai sosok Nina. Ibu
Rahma menganggap, sosok Nina sangat ideal sebagai istri bagi putranya
sekaligus menjadi menantu baginya. Tetapi belakangan ia yakin bahwa
sejak awal putranya setengah hati menerima perjodohan tersebut.
Kutipan 21), sebagai sosok orang tua tunggal yang sangat dekat dengan
anak-anaknya, Ibu Rahma seringkali menggoda Dylan yang nampaknya
mulai terbiasa menjalani pernikahan bersama Nina, walau Dylan enggan
mengakuinya. Kutipan di atas membuktikan adanya keterlibatan tokoh
Ibu Rahma. Keterlibatan tokoh Ibu Rahma cukup dominan pada bab 7,
saat ia membantu Nina dan Dylan untuk memperbaiki keutuhan
pernikahan mereka. Tetapi pada bab berikutnya, kemunculannya kembali
memudar. Hal ini membuktikan bahwa Ibu Rahma merupakan tokoh
tambahan yang hanya muncul pada peristiwa tertentu.
Tokoh tambahan kelima bernama Winda. Ia adalah teman Dylan
semasa SMA. Winda merupakan satu-satunya teman wanita dalam genk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Dylan. Dahulu, Winda dikenal sebagai wanita tomboy dan putri seorang
pengusaha kaya raya. Beranjak dewasa, Winda mengalami kejadian
buruk. Ia ditinggalkan oleh kekasih yang telah menodainya, hingga ia
depresi dan keguguran. Hal ini membuat Dylan bersimpati untuk
membantunya. Bukti keterlibatan tokoh Winda dalam cerita dapat
dibuktikan melalui kutipan berikut ini.
22) Winda adalah satu-satunya wanita yang tergabung dalam genk
Dylan. Dia tidak seperti kebanyakan gadis lainnya. Semua
penduduk SMA juga tahu kalau dia adalah putri seorang
pengusaha sukses. Sebagai seorang putri kaya, dia cukup
berbeda. Dia lebih suka tampil seenaknya dan tomboi, jauh dari
kata manja dan feminin (Sari, 2015: 21).
23) Pria yang menodainya telah meninggalkannya tanpa memberi
penjelasan. Ketika kami membawanya ke rumah sakit, kami
baru tahu bahwa ia kehilangan janinnya yang baru berusia tujuh
minggu. Ia semakin terpuruk dan depresi. Tak ada satu pun
teman yang mengetahui keadaan Winda saat itu kecuali aku.
(Sari, 2015:27-28).
24) Winda masih enggan bertemu dengan pria itu. Bahkan untuk
sekadar mendengar penjelasan Dylan tentang kebohongannya
(Sari, 2015: 61).
Tokoh Winda dihadirkan sebagai sosok orang ketiga dalam
pernikahan Dylan dan Nina. Kutipan 22), tokoh Winda diceritakan
sebagai sosok yang telah lama dikenal oleh Nina dan Dylan sejak duduk
di bangku SMA. Kutipan 23), masa lalu Winda menjadi rumit karena
ditinggalkan oleh lelaki yang dicintainya. Winda menjadi depresi, hingga
keguguran. Kutipan 24), setelah mengetahui kebohongan Dylan
mengenai kehidupan rumah tangganya, Winda marah dan enggan
bertemu pria itu. Keterlibatan tokoh Winda dalam novel Unperfect
Marriage tergolong sangat singkat. Setelah menjelaskan hubungannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
dan Dylan kepada Nina, tokoh ini menghilang. Keterlibatannya dalam
akhir cerita hanya dikaitkan dengan tokoh Dylan dan tokoh Andhika
tanpa adanya percakapan langsung. Hal tersebut membuktikan bahwa
Winda merupakan tokoh tambahan, karena kehadirannya hanya
dimunculkan dalam beberapa peristiwa tertentu.
Berdasarkan bukti kutipan-kutipan di atas, peneliti menyimpulkan
bahwa adanya tokoh tambahan dalam novel Unperfect Marriage. Tokoh
tambahan tersebut yakni, Dylan, Andhika, Rara, Ibu Rahma dan Winda.
Hal ini diidentifikasi berdasarkan keterlibatan dan kemunculan tokoh-
tokoh tersebut, yang berhubungan dengan tokoh utama baik secara
langsung maupun tidak langsung. Kemunculan tokoh tambahan relatif
singkat dan pendek, karena hanya dibutuhkan dalam beberapa peristiwa
tertentu untuk membangun emosi cerita.
4.2.1.2 Penokohan
Penokohan merupakan penggambaran watak tokoh dalam cerita.
Aspek ini cukup penting dalam menentukan isi dan permasalahan yang
terjadi dalam alur, karena pengarang menghadirkan dan melukiskan watak
tokoh dengan ciri khas masing-masing. Pada novel Unperfect Marriage
karya Merry Maeta Sari, pengarang mendeskripsikan karakter tokoh
menggunakan dua teknik, yakni teknik langsung (expositori) dan teknik tak
langsung (dramatic). Berikut dipaparkan bukti kutipan yang menunjukan
watak dari tokoh-tokoh dalam novel Unperfect Marriage karya Merry
Maeta Sari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
a. Nina
Tokoh Nina digambarkan sebagai sosok wanita yang salihah yang
bertanggungjawab, salehah, baik hati, santun dan sabar. Tetapi di balik
sifat tersebut, ia juga memiliki watak yang bimbang, ragu dan gelisah.
Hal tersebut dapat dibuktikan melalui beberapa kutipan berikut.
25) “Ya, sudah, kalau begitu izinkan saya untuk membayar
pengobatan Mas, saya juga harus ikut tanggung jawab”, ujarku
meyakinkannya (Sari, 2015:8).
26) Diam-diam aku merasa lega ia tak meminta biaya perbaikan
motor, tapi aku juga merasa tak enak, sebab, meskipun bersalah
tapi ia sudah berusaha tak membuatku celaka dan malah
membuat dirinya sendiri cedera (Sari, 2015:8).
27) Satu sisi aku begitu bersemangat, tapi di sisi lain ada sesuatu
yang membuatku sedemikian meragu. Sebab sejak awal hatiku
sudah tak lagi imbang. Ia memilih cenderung, pada suatu hal
yang sebenarnya belum ku pastikan (Sari, 2015: 11).
28) Terlebih saat aku tahu siapa lelaki itu. Satu sisi aku begitu
bersemangat, tapi di sisi lain, ada sesuatu yang membuatku
sedemikian meragu (Sari, 2015:11).
29) Meskipun tinggal dalam satu rumah, kami selayaknya orang
asing. Melakukan aktivitas kami masing-masing tanpa
memedulikan yang lainnya. Bahkan kami tidur di kamar
terpisah. Ia tak pernah berbicara padaku lebih dari dua kalimat
panjang. Terkadang aku mengutuki kebodohanku ... tetap
bertahan dalam rumah tangga yang cacat ini, meski aku tahu
benar apa alasannya (Sari, 2015:17).
30) Dylan tersenyum dan bergegas membuka pagar, Nina yang baru
keluar dari mobil kemudian berjalan mendekat ke arah sang
suami. Nina mencium tangan Dylan dengan khidmat.
“Assalamualaikum.” (Sari, 2015:187).
Setelah insiden kecelakaan yang dialami Andhika, Nina berinisiatif
membayar biaya perawatan. Nina merasa ia juga harus bertanggung
jawab atas kejadian tersebut. Tetapi ia tak bisa membiayai kerusakan
motor Andhika, sebab biaya yang dibutuhkan cukup banyak. Hal tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
membuatnya merasa tidak enak kepada Andhika. Kutipan 25) dan 26)
merupakan bukti bahwa tokoh Nina memiliki sikap baik hati,
bertanggung jawab dan gelisah.
Kutipan 27) dan 28), setelah mengetahui sosok pria yang
dijodohkan dengan dirinya, Nina justru meragukan keputusan yang telah
dibuatnya. Pada kutipan tersebut, Nina seringkali menimbang-nimbang
keputusannya. Hal tersebut membuktikan bahwa Nina memiliki sifat ragu
dan bimbang. Kutipan 29) setelah menikah, Nina dan Dylan tinggal
bersama di rumah mungil milik Dylan. Tetapi nyatanya, hidup bersama
tidak membuat keadaan menjadi lebih baik. Kutipan ini menunjukan
Nina tetap sabar menjalani kehidupan pernikahannya, meskipun
komunikasi yang terjalin di antara keduanya hanya sebatas formalitas.
Watak ini ditunjukan dengan teknik dramatik pikiran.
Selain itu, tokoh Nina juga diceritakan sebagai sosok wanita
muslim yang salihah. Kutipan 30) menunjukan sikap Nina yang santun
terhadap suaminya. Watak ini ditunjukan dengan teknik dramatik tingkah
laku yang terlihat ketika ia menunjukan sikap santun dan menghormati
pada saat menyebutkan salam serta mencium tangan suami dengan
khidmat.
b. Dylan
Dylan merupakan tokoh tambahan yang hadir ketika orang tua
Nina membuat kesepakatan dengan Ibu Rahma. Dylan merupakan anak
sulung Ibu Rahma, yang dijodohkan dengan Nina berdasarkan keinginan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
kedua belah pihak orang tua. Dylan digambarkan sebagai tokoh yang tak
banyak bicara, mudah bimbang dan tidak jujur. Tetapi dibalik sifat
tersebut, Dylan merupakan sosok yang sangat sayang terhadap ibunya
dan mau mengakui kesalahannya. Hal tersebut dapat dibuktikan dalam
peristiwa-peristiwa berikut.
31) Dan sekarang aku merasa begitu brengsek. Aku mencintai gadis
lain, tapi aku tak mampu menolak keinginan Mama untuk
menikahi gadis pilihannya (Sari, 2015:26)
32) Antara rasa senang karena cintaku akhirnya berbalas dan rasa
bersalah yang dalam padanya karena aku justru telah
mengkhianatinya, dan juga mengkhianati istri yang mungkin
kini menantiku di dalam pengantin kami (Sari, 2015: 30).
33) Dylan kembali terdiam. Tak tahu harus berkata apa. Ia sendiri
tak tahu sejak dan sampai kapan ia bimbang. Bahkan di
persimpangan seperti ini, saat ia harus memutuskan. Ia masih
saja bimbang. Meragu pada pilihan yang dibuatnya sendiri sejak
awal (Sari, 2015:63).
34) Kalimat Mama hari itu seperti tamparan keras bagiku. Aku
memang bukan seorang alim. Tapi aku tahu seberapa kuat rida
seorang ibu dalam kehidupan anak-anaknya, dan aku tahu
mengapa Mama begitu menginginkan pernikahan ini (Sari,
2015:28).
35) “Jadi ... Mama nanti tinggal dimana?” tanya Dylan ketika
akhirnya Ibu Rahma menelpon dan mengabarkan tentang
rencana renovasi rumah. “Ya di rumah kamu, Nang,” alias anak
lanang. Dylan tak menjawab apa-apa. Lagi pula mana tega ia
membiarkan Mamanya tinggal di apartemen atau kontrakan,
atau menginap di rumah saudara yang lain. Sementara ia punya
anak lelaki yang sudah punya rumah sendiri (Sari, 2015:120).
Dylan menjalin hubungan dengan dua wanita sekaligus yakni,
Nina dan Winda. Saat mulai menjalin hubungan secara diam-diam
dengan Winda, timbul rasa bersalah dalam hati Dylan karena tidak
bisa menentukan pilihannya. Kutipan 31), 32), dan 33), Dylan
mengakui bahwa ia tak bisa menentukan dan mengambil keputusan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
wanita mana yang akan dipilihnya. Dylan menganggap dirinya adalah
seorang pengecut karena tidak berani jujur dan berterus terang tentang
apa yang sesungguhnya terjadi. Ia seringkali berpikir mengenai
keputusan dan pertimbangan, tetapi belum mampu menentukan
pilihan mana yang akan diambil. Kutipan-kutipan ini menunjukan
bahwa Dylan memiliki sifat tidak jujur, bimbang dan ragu. Watak ini
ditunjukan dengan teknik dramatik pikiran dan perasaan.
Kutipan 34), Ibu Rahma mengetahui bahwa Dylan mulai
mendekati Winda, ia menentang keras keinginan Dylan. Pembicaraan
keduanya mengenai Winda membuat Ibu Rahma murka dan tetap
menginginkan Dylan menikahi Nina. Dylan merenungkan kembali
pembicaraan dengan ibunya. Melalui teknik dramatik pikiran, Dylan
terlihat berbakti pada orang tuanya dan memikirkan rida sang ibu
untuk kehidupannya yang lebih baik. Dylan merupakan tokoh yang
cukup intens berinteraksi dengan ibunya secara langsung, meskipun
dirinya telah hidup terpisah dengan sang ibu, bekerja dan berkeluarga.
Kutipan 35), Dylan sedikit terkejut ketika ibunya memutuskan untuk
tinggal sementara bersama dirinya dan Nina selama masa renovasi
rumah. Hal ini menunjukan bahwa Dylan menyayangi ibunya, dan
tidak tega jika sang ibu harus menginap di tempat lain. Watak ini
ditunjukan dengan teknik dramatik tingkah laku.
Berdasarkan hasil identifikasi kutipan-kutipan di atas, peneliti
menyimpulkan bahwa watak tokoh Dylan adalah sosok pria yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
tidak banyak bicara, tidak jujur, seringkali bimbang dan ragu. Tetapi,
ia juga merupakan sosok anak yang sangat baik dan menyayangi
ibunya. Selain itu, ia juga memiliki sifat yang penyayang.
c. Andhika
Andhika merupakan tokoh tambahan yang dihadirkan secara
singkat pada bagian awal cerita. Tokoh ini mulai intens diceritakan pada
bab 2. Andhika bertemu Nina secara tak sengaja dan berniat mendekati
wanita itu. Ia bahkan menjadi guru olahraga di sekolah milik yayasan
keluarganya, tempat Nina bekerja. Andhika merupakan sosok pria
tampan dengan sifat yang ramah, dan humoris. Selain itu, ia juga baik
hati. Hal itu dapat dibuktikan melalui peristiwa-peristiwa berikut.
36) “Nina, kan?” tanyaku memastikan gadis yang berdiri tak jauh
dari tempatku berdiri. Ia menoleh dan memandangiku bingung
beberapa saat. Aku tersenyum lebar, muka gantengku bukan
jenis muka yang mudah dilupakan, kan? Astaga! (Sari,
2015:39).
37) Ya Allah . . . minta jodoh, ya, Allah, kalau bukan Nina . . . Nina
aja, deh, ya Allah. Tapi udah nggak bisa, ya? Terus saya kawin
sama siapa, ya Allah? Giliran mau serius aja begini amat dah!
Apa jangan-jangan saya belum waktunya serius, ya? (Sari,
2015:100).
38) “Pak Andhika nggak kepikiran buat nikah, tho?”
“Yee, si Bapak, masa saya patah hati malah disuruh nikah, mo
nikah sama siapa, Pak? Sama kambing?!” (Sari, 2015:137).
Kutipan 36), Andhika kembali bertemu Nina setelah pertemuan
pertama mereka berakhir di rumah sakit. Andhika menyadari bahwa ia
menyukai Nina, dan dengan rasa percaya diri mengakui bahwa
wajahnya yang tampan tak mudah dilupakan oleh Nina. Teknik yang
digunakan dalam penokohan ini adalah teknik ekspositori atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
perwatakan secara langsung. Andhika digambarkan sebagai sosok pria
yang gencar mendekati Nina. Ia tidak mengetahui bahwa Nina telah
menikah dan berkeluarga. Saat menemani Rara dan Nina ke sebuah
bookfair disalah satu pusat perbelanjaan, Andhika mengetahui
kenyataan tersebut dari Rara. Kutipan 37), mengetahui bahwa Nina
sudah menikah, Andhika patah hati dan putus asa. Keinginannya
untuk mengejar cinta Nina pupus sudah. Ungkapan rasa patah hati
yang dirasakan tokoh ini ditunjukan dengan cara yang unik dan cukup
menggelitik. Watak ini ditunjukan dengan teknik dramatik cakapan.
Kutipan 38), Andhika berbicara dan bercanda dengan seorang guru
senior di tempat kerjanya. Kutipan tersebut menunjukan bahwa
Andhika merupakan sosok yang ramah dan humoris. Teknik yang
digunakan dalam penokohan ini adalah teknik dramatik cakapan.
Berdasarkan hasil analisis kutipan pada paparan di atas, peneliti
menyimpulkan bahwa tokoh Andhika digambarkan sebagai sosok
yang tampan, baik hati dan humoris. Ia juga pantang mundur untuk
berusaha mendekati Nina, meskipun kenyataan membuatnya terpaksa
menyerah.
d. Rara
Rara merupakan tokoh tambahan yang hadir sebagai rekan kerja
Nina di sekolah. Ia adalah guru Bahasa Inggris dan lebih muda satu tahun
dibandingkan Nina. Tokoh Rara digambarkan sebagai sosok gadis
penggemar K-Pop yang dikenal dramaqueen dengan sifat ceria, simpati,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
baik hati dan suka bercanda. Hal itu dapat dibuktikan dengan peristiwa-
peristiwa berikut.
39) Guru olahraga baru? Cowok, Mbak? Ganteng nggak?
Hehehehe,” cerocos Rara (Sari, 2015:42).
40) “Iih, enggak, ah. Saya mah, sukanya sama Donghae. Lagi pula
Pak Andhika kayaknya tengil.”
“Huss, jangan sembarangan, ah, beliau baik, kok.” (Sari,
2015:60).
41) Rara hanya nyengir. “Pengen sih, Mbak. Tapi gimana, ya? Nyari
jodoh ternyata nggak segampang di drama Korea, yang gara-
gara tabrakan aja bisa jadian,” Rara mencebikkan bibir (Sari,
2015:139).
Nina menceritakan kepada Rara bahwa ada guru olahraga baru
yang diperkenalkan kepala sekolah setelah upacara bendera. Kutipan
39), mengetahui adanya guru olahraga baru yang merupakan seorang
laki-laki, Rara menanggapi topik „guru baru‟ tersebut dengan candaan
yang ceria. Watak tokoh ini ditunjukan dengan teknik dramatik
cakapan.
Seiring berjalannya waktu, Nina sering kali menjodoh-jodohkan
Andhika dan Rara yang sama-sama berstatus bujangan. Kutipan 40),
Rara dengan sifat ceplas-ceplos dan apa adanya menanggapi bahwa
baginya, Andhika adalah sosok pria tengil. Rara menolak secara halus
tawaran Nina untuk mendekati Andhika. Watak tokoh ditunjukan
dengan teknik dramatik cakapan. Kutipan 41), saat ditanyai Nina
mengenai persoalan pasangan, Rara justru menimpali hal itu dengan
candaan menggelitik. Kutipan ini menunjukan bahwa Rara memiliki
sifat yang ceria dan suka bercanda dengan rekannya. Watak tokoh
ditunjukan dengan teknik dramatik cakapan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Berdasarkan identifikasi data kutipan di atas, peneliti
menyimpulkan bahwa tokoh Rara merupakan tokoh yang ceria, suka
bercanda, baik hati, dan apa adanya. Keseluruhan cerita juga
menunjukan tokoh ini seringkali hadir sebagai sosok rekan kerja,
penghibur, dan sahabat yang baik bagi Nina. Karakter Rara yang ceria
mampu membuat Nina melupakan sejenak persoalan pernikahannya.
e. Ibu Rahma
Ibu Rahma merupakan ibu kandung Dylan. Ia juga merupakan
atasan sekaligus teman dekat Yana, ibu kandung Nina. Ibu Rahma
digambarkan sebagai sosok ibu yang sangat pengertian, perhatian,
berwibawa, namun juga tegas dan baik hati. Hal itu dapat dibuktikan
pada peristiwa berikut.
42) “Mama yang terlalu egois, menganggap kamulah istri terbaik
untuk Dylan. Tapi Mama nggak pernah mikirin kalau saja Dylan
nggak jadi suami yang baik buat kamu dan kamu bisa menderita
karena pernikahan kalian.” (Sari, 2015:104).
43) “Demi Allah, Mama nggak rida kalau kamu menikahi wanita
itu! Apa yang kamu lihat darinya, Nang? Ia bahkan tak
menghiraukanmu? Berapa lama lagi kamu menunggu? Ia
mencintai pria lain. Dan akuilah itu bukan kamu.” (Sari,
2015:28).
44) “Ajarin Nina masak makanan kesukaan Mas Dylan ya, Ma ...
dia, sih, mana mau ngasih tahu Nina sukanya apa.” Ibu Rahma
tersenyum lembut, “Tentu, sayang, Dylan memang payah.
Bilang apa yang disuka ke istri aja nggak mau.” (Sari,
2015:142).
Kutipan 42), dipenuhi rasa bersalah dan penuh pengertian, Ibu
Rahma meminta maaf kepada Nina sebab dirinya yang menginginkan
pernikahan tersebut. Ibu Rahma merasa khawatir, Dylan tidak mampu
menjadi figur suami yang baik bagi Nina. Ia menyadari, anaknya tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
sungguh-sungguh mencintai Nina. Watak tokoh ditunjukan dengan
menggunakan teknik dramatik pikiran dan perasaan. Kutipan 43), Ibu
Rahma mengetahui bahwa Dylan mendekati Winda. Ia menentang
hubungan tersebut. Berdasarkan teknik dramatik cakapan yang
disisipkan pengarang, Ibu Rahma dengan tegas menolak keinginan
Dylan untuk berhubungan dengan wanita itu.
Saat memutuskan untuk tinggal beberapa waktu di rumah
putranya, Ibu Rahma seringkali memasak untuk makan malam.
Kutipan 44), Nina meminta Ibu Rahma mengajarinya memasak
masakan kesukaan Dylan. Ibu Rahma menyanggupi keinginan Nina
dengan penuh perhatian. Watak tokoh ditunjukan dengan teknik
dramatik tingkah laku.
f. Winda
Winda adalah teman Dylan semasa SMA. Ia merupakan seorang
anak pengusaha kaya raya. Winda merupakan tokoh tambahan dalam
novel ini. Ia digambarkan sebagai sosok wanita dengan sifat yang baik
hati, mau meminta maaf dan mau mengalah. Hal tersebut dapat
dibuktikan melalui peristiwa-peristiwa berikut.
45) Aku memang menyayanginya, begitu juga sebaliknya. Tapi aku
tahu aku tak pantas untuknya. Jangan pernah berpikir untuk
meninggalkannya hanya karena ingin melihat orang yang kamu
cintai bahagia bersama orang lain, Nina. Itu bullshit!” (Sari,
2015:73).
46) “Kamu istrinya, Nina ... maaf, aku sama sekali nggak tahu kalau
dia sudah menikah, kalau bukan karena adik kamu yang
memergoki kami, hingga aku akhirnya bertemu Ferro, salah satu
teman kami di SMA. Aku pasti dengan bodohnya masih mau
pacaran dengan pria beristri (Sari, 2015:72).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
47) Ia menggeleng perlahan, “Tetap saja itu bukan suatu
pembenaran untuk perselingkuhan. Aku juga wanita. Maafkan
kami, ya ... tetaplah bersama Dylan. Dia pria baik sebenarnya
(Sari, 2015:75).
Setelah mengetahui bahwa Dylan sudah menikah, Winda
berinisiatif mengajak Nina untuk bertemu. Kutipan 45), Winda
berterus terang kepada Nina bahwa ia menyayangi Dylan. Watak
tokoh ini ditunjukan dengan teknik dramatik cakapan. Kutipan 34),
Winda meminta maaf dan berterus terang kepada Nina bahwa ia tidak
mengetahui Dylan sudah menikah. Watak tokoh ditunjukan dengan
teknik dramatik cakapan. Kutipan 47), Winda merasa bersalah atas
hubungannya dengan Dylan. Winda kembali meminta maaf dan
meminta Nina untuk tetap bersama Dylan. Watak tokoh ditunjukan
dengan teknik dramatik cakapan.
4.2.1.3 Alur
Menurut peneliti, analisis alur sangat diperlukan untuk mengetahui
jalinan cerita dan gambaran menyeluruh, serta hubungan sebab akibat dalam
novel Unperfect Marriage karya Merry Maeta Sari. Peneliti menggolongkan
kutipan kata, kalimat, dan paragraf yang menunjukan tahapan alur, serta
menjelaskan unsur alur agar mengetahui isi novel guna menjawab rumusan
masalah mengenai unsur intrinsik novel Unperfect Marriage. Peneliti
mengetahui bahwa terdapat tujuh tahapan alur dalam sebuah novel untuk
menemukan konflik cerita, yakni tahap eksposisi, rangsangan, gawatan,
rumitan, klimaks, leraian dan penyelesaian. Berikut ini merupakan bukti
yang menunjukan alur cerita.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
a. Jenis Alur dalam Novel Unperfect Marriage Karya Merry Maeta Sari
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, peneliti menemukan
terdapat beberapa sisipan alur kilas balik (flashback) dalam novel
Unperfect Marriage karya Merry Maeta Sari. Alur kilas balik (flashback)
yang disisipkan oleh pengarang ke dalam novel ini mengisahkan tentang
masa lalu tokoh utama maupun tokoh tambahan. Tetapi, kronologi
kejadian berikutnya menunjukkan alur maju (progresif). Alur kilas balik
diceritakan dalam beberapa bagian, yakni pada bab 1, 2, 3, 7, dan 10. Hal
ini digambarkan oleh pengarang pada saat cerita awal perjodohan Nina
dan Dylan yang telah disepakati. Berdasarkan temuan tersebut, peneliti
berpendapat bahwa jenis alur dalam novel Unperfect Marriage karya
Merry Maeta Sari adalah alur campuran.
Cerita masa lalu dijelaskan bahwa, perjodohan tersebut merupakan
bentuk tanggungjawab Ibu Rahma terhadap kematian Yana, Ibu Nina.
Berikut ini merupakan bukti kutipan yang menunjukan adanya alur
campuran dalam novel Unperfect Marriage.
48) Sampai suatu ketika, aku dan Bunda mengalami kecelakaan
yang hampir merenggut nyawaku. Tante Rahma-lah yang
menolong dan membawa kami ke rumah sakit. Aku kritis,
sementara Bunda meninggal dunia (Sari, 2015:12).
49) “Hari itu aku bertengkar hebat dengan Mama, Mama kalut,
beliau menabrak dua wanita yang sedang berboncengan motor,”
ujar Dylan seolah tak mendengar peringatan Nina. Nina
memejamkan matanya. Ingatannya melesat begitu saja,
membuatnya makin tergugu (Sari, 2015:55).
50) Hanya sebatas tahu, tak sampai akrab. Saat itu Nina belum
berhijab seperti sekarang. Gadis yang begitu santun dan menaati
orang tuanya. Kecelakaan yang disebabkan oleh Ibu Rahma
hingga menyebabkan Yana meninggal dan Nina koma, membuat
Ibu Rahma semakin merasa bersalah (Sari, 2015:118).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
51) Aku masih berusia 15 tahun kala itu, baru memasuki jenjang
Sekolah Menengah Atas. Aku tak pernah benar-benar
mengenalnya. Hanya saja suatu hari, wajah kaku dan sorot
matanya yang dingin serta suaranya yang dalam dan penuh
peringatan mencegahku melewati jalan yang ternyata dijadikan
tempat untuk tawuran dengan murid sekolah lain (Sari,
2015:12).
52) Bertahun-tahun kami kehilangan kontak selama kuliah,
membuatku hampir tak mengenalinya saat kami dipertemukan
kembali tiga tahun lalu. Ia berubah, menjadi Winda yang baru.
Tak seperti Winda remaja, Winda dewasa adalah Winda yang
cantik dan anggun (Sari, 2015:27).
53) Winda memutar-mutar jarinya di atas pinggiran gelas. Ia mulai
bertutur. Berkisah tentang masa lalunya (Sari, 2015:74).
54) Mama mengenal Winda sejak kami masih sama-sama duduk di
bangku SMA. Winda satu-satunya gadis di dalam genkku. Dan
Mama sering bertemu dengannya saat kami sama-sama terkena
masalah. Mama juga tahu tentang peristiwa yang menimpa
Winda (Sari, 2015:180).
Kutipan 48), 49), dan 50), alur kilas balik (flashback) menceritakan
kejadian masa lalu tentang kecelakaan Nina dan Yana, ibunya. Penggalan
ketiga kutipan ini diceritakan melalui sudut pandang tokoh yang berbeda-
beda, tetapi mengarah pada kronologi kejadian yang sama. Tujuan dari
kutipan ini adalah untuk mengetahui latar belakang perjodohan yang
telah disepakati oleh orang tua Nina dan Dylan.
Kutipan 51), alur kilas balik (flashback) menceritakan mengenai
awal kejadian saat Nina menyukai Dylan sebelum perjodohan terjadi.
Kutipan 52), menceritakan mengenai pertemuan Dylan dan Winda
setelah kehilangan kontak bertahun-tahun. Bagian ini juga menjelaskan
mengenai perbedaan kondisi Winda saat remaja dan dewasa. Kutipan
53), Winda bertemu dengan Nina dan kembali menjelaskan kejadian
masa lalu yang membuatnya kembali dekat dengan Dylan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
menjelaskan bahwa hal itu terjadi secara tidak sengaja. Kutipan 54),
menceritakan kronologi awal Ibu Rahma mengenal Winda. Kutipan ini
juga menjelaskan alasan Ibu Rahma menentang keras keinginan Dylan
untuk menjalin hubungan dengan Winda.
Kutipan-kutipan yang dipaparkan di atas merupakan bukti adanya
hubungan sebab akibat dari cerita masa lalu dan masa kini. Hal tersebut
semakin menyakinkan peneliti bahwa alur yang digunakan dalam novel
ini merupakan alur campuran. Alur kilas balik (flashback) yang
disisipkan pengarang bertujuan agar pembaca mengetahui latar belakang
kejadian masa lalu yang memengaruhi terjadinya peristiwa masa kini.
Oleh sebab itu, peneliti mengambil kesimpulan bahwa alur dalam novel
Unperfect Marriage karya Merry Maeta Sari merupakan alur campuran.
b. Tahapan Alur Novel Unperfect Marriage Karya Merry Maeta Sari
Rangkaian peristiwa dalam novel biasanya disusun berdasarkan
urutan-urutan waktu. Urutan waktu atau kronologi ini kemudian akan
membangun pergerakan jalan cerita, mulai dari awal, tengah, hingga
akhir penyelesaiannya. Selanjutnya, peneliti menjelaskan mengenai data
temuan yang mengarah pada jalannya tahapan alur dalam novel
Unperfect Marriage karya Merry Maeta Sari sebagai berikut.
1. Eksposisi (Exposition)
Eksposisi merupakan paparan awal cerita. Pengarang
memperkenalkan tokoh-tokoh cerita, wataknya, tempat kejadiannya, dan
hal-hal yang melatarbelakangi tokoh tersebut. Dalam hal ini, peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
mencantumkan beberapa kutipan yang menunjukan paparan awal novel
Unperfect Marriage karya Merry Maeta Sari. Eksposisi atau paparan
awal dimulai dengan menceritakan pertemuan tidak sengaja antara Nina
dan Andhika dalam sebuah kecelakaan kecil. Kejadian ini kemudian
membuat Nina dan Andhika saling mengenal. Paragraf selanjutnya
menceritakan rencana perjodohan singkat Nina dan Dylan yang telah
direncanakan. Berikut ini merupakan bukti kutipan yang menunjukan
tahapan eksposisi dalam novel Unperfect Marriage.
55) BRAAAAK! Motor itu melesat jauh dari tempatku berdiri
sekarang. Aku beristighfar sebanyak-banyaknya, jantungku
berdebar keras, bayangan mengerikan melesat begitu saja.
Segera aku menoleh ke arah motor itu. Seperti dugaanku, motor
beserta pengemudinya itu terjatuh setelah menabrak bahu jalan
(Sari, 2015:5).
56) “Bapak Andhika!” panggil salah satu staf di klinik itu. Membuat
kami menoleh. Pria itu bernama Andhika. Aku mengetahuinya
saat kami registrasi tadi (Sari, 2015: 7).
57) Sejak Bunda meninggal, aku memang tinggal bersama Ayah,
Mama, dan adik tiriku, Nino. Mama dan Nino menyayangiku.
Bahkan saat Bunda masih hidup, kami cukup rukun. Ayah dan
Bunda memang sudah bercerai sejak aku SMP (Sari, 2015:9).
58) Ayah dan Mama amat mendukung niat Ibu Rahma untuk
menikahkanku dengan putranya (Sari, 2015:11).
59) Dadaku sesak penuh haru ketika ia mengucapkan ijab kabul.
Resepsi berjalan lancar setelahnya, meskipun tak banyak kata
yang terucap dari mulut kami (Sari, 2015:16).
60) Aku berusaha berpikiran positif, mungkin saja ia keluar untuk
mencari sesuatu. Tapi hingga menjelang subuh aku tak lagi
mendapatinya ada di kamar ini. Beribu pertanyaan mulai muncul
dibenakku, ada apa dengannya? Mungkinkan dia tidak
menginginkan pernikahan ini? Astaga! (Sari, 2015:17)
61) Pertanyaan itu masih belum terjawab hingga pernikahan kami
berusia tiga bulan. Sejak awal menikah kami tinggal di rumah
mungil milik Dylan. Meskipun tinggal dalam satu rumah, kami
selayaknya orang asing (Sari, 2015:17).
62) Beribu pertanyaan mulai muncul dibenakku, ada apa
dengannya? Mungkinkah sebenarnya dia tidak menginginkan
pernikahan ini? Astaga! Seharusnya aku mengetahuinya sejak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
awal. Bahwa setiap ketidakpeduliannya bukan semata-mata
untuk menjaga hubungan kami sebelum halal. Tapi karena
sesungguhnya ia tak pernah menginginkan pernikahan ini sejak
awal. Tapi mengapa? (Sari, 2015: 17).
63) Semakin aku memejamkan mata, semakin bayangan-bayangan
tentang masa SMA, pernikahan kami, kejadian siang tadi, juga
telepon beberapa menit lalu itu berdesak-desakan di kepala.
Mengakumulasi rasa sakit yang kemudian menimbulkan nyeri
luar biasa. Hingga tanpa terasa sudut mataku basah tanpa suara
(Sari, 2015: 25).
Bagian eksposisi atau awalan cerita novel Unperfect Marriage
karya Merry Maeta Sari ditunjukan pada bab 1. Pengarang
menceritakan awal pertemuan Nina dan Andhika dalam sebuah
kecelakaan kecil. Selanjutnya, diceritakan mengenai Nina yang
tampak akur dengan ibu tirinya, serta latar belakang kondisi
keluarganya. Nina juga menceritakan masa lalu kedua orang tuanya
dengan Ibu Rahma, pemilik butik tempat bunda Nina bekerja.
Kemudian, hubungan baik keluarga Nina dan Ibu Rahma ini yang
menuntun Nina pada rencana perjodohan. Nina tidak menolak, tetapi
masih merasa ragu akan pilihannya. Saat awal perjodohan, Nina tidak
menyadari bahwa Dylan tidak menginginkan perjodohan tersebut.
Pernikahan yang tidak harmonis tetap berlanjut hingga beberapa bulan
kemudian. Nina bahkan mulai mencurigai Dylan menjalin hubungan
dengan wanita lain.
Berdasarkan kutipan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa
pengarang memaparkan berbagai informasi mengenai tokoh dan
memperkenalkan sifat dari masing-masing karakter dalam cerita pada
bagian awal atau bab pertama dalam novel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
2. Rangsangan (Inciting Moment)
Rangsangan atau inciting moment merupakan tahapan mulainya
konflik pertama cerita itu muncul. Saat pernikahan yang dijalaninya tidak
kunjung membaik, kenyataan pahit harus kembali diterima Nina, saat ia
dan adiknya secara tidak sengaja melihat Dylan bersama dengan Winda.
Dylan secara terbuka mengakui perasaannya terhadap Winda. Berikut ini
merupakan bukti kutipan tahapan rangsangan (inciting moment) dalam
novel Unperfect Marriage.
64) Ketika Nina berhasil mengejar Nino, pemuda itu rupanya sudah
membuat Dylan tersungkur. Tangan Nina segera menahan
tangan Nino yang siap melayangkan tinju lagi di wajah Dylan
(Sari, 2015:49).
65) Tapi lagi-lagi bibirnya kelu, dadanya terasa sesak menahan
semuanya. “Aku nggak cinta sama kamu,” ujar Dylan.
“Aku tahu,” jawab Nina akhirnya mengeluarkan suara. Sedikit
serak . Tentu saja sejak awal Nina sadar bahwa tak ada
sedikitpun cinta untuknya (Sari, 2015:53)
66) Nina tak pernah tahu bahwa rasanya akan seperti ini. Sesakit ini.
Lebih sakit dari yang ia bayangkan sebelumnya. Isakan pertama
keluar tanpa bisa ia cegah. Nina buru-buru menutup mulutnya.
Ia bahkan tak tahu atas alasan apa air mata ini akhirnya keluar
(Sari, 2015: 54).
67) Nina mencengkram ujung kemeja Dylan. Tak ingin mendengar
lebih jauh lagi. Belum selesai rasa sakit atas pernyataan Dylan
sebelumnya, kini ia dipaksa mengingat rasa kehilangan bunda
yang membuatnya makin tersiksa. Merasa nelangsa sebab
kehilangan cinta terbesarnya (Sari, 2015:55).
68) “Sebab di dekatmulah aku merasa bahagia, Mas. Dengan atau
tanpa kepedulianmu kepadaku. Bahkan sekalipun pada akhirnya
setiap tarikan napasku hanya untuk menghirup luka. Tak apa.
Sebab aku terlebih dulu memilihmu. Memilih untuk
mencintaimu (Sari, 2015:56).
Bagian rangsangan atau inciting moment dalam novel Unperfect
Marriage karya Merry Maeta Sari ditunjukan pada bab 2. Bab 2 ini
menceritakan mengenai hubungan antara Dylan dan Winda diketahui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
oleh adik Nina. Nina meminta adiknya untuk merahasiakan hal itu
dari orang tuanya. Selanjutnya, Dylan mengakui secara langsung
bahwa ia tidak mencintai Nina dan berterus terang mengenai masa lalu
yang menyebabkan perjodohan itu terjadi. Tahap rangsangan semakin
rumit pada kutipan 68), saat Nina mengungkapkan perasaannya pada
Dylan.
Berdasarkan analisis kutipan-kutipan pada paparan di atas,
peneliti menyimpulkan bahwa tahap rangsangan merupakan awal
konflik bermunculan. Permulaan konflik ini pula yang kemudian
menyulut masalah-masalah atau peristiwa lain bermunculan.
3. Gawatan (Rising Action)
Konflik terdahulu menjadi semakin rumit. Permasalahan semakin
berkembang saat Winda mengetahui bahwa Dylan telah menikah saat
menjalin hubungan dengannya. Konflik lain juga terlihat saat Dylan
dipenuhi rasa bersalah dan terbebani saat Nina mengungkapkan
perasaannya. Tokoh-tokoh lain yang berkonflik secara langsung dengan
tokoh utama mulai terlihat pada tahapan pemunculan konflik bagian
gawatan (rising action) ini. Berikut merupakan bukti kutipan data yang
menunjukan tahapan gawatan (rising action).
69) Kalau saja menyakiti secara fisik tidak termasuk dalam tindakan
kriminal, Winda mungkin sudah melemparkan apapun yang ada
di dekatnya kali ini untuk membuat Dylan, paling tidak masuk
rumah sakit (Sari, 2015:61).
70) Winda masih enggan bertemu dengan pria itu. Bahkan untuk
sekedar mendengar penjelasan Dylan tentang kebohongannya
(Sari, 2015:61)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
71) Menyakiti Nina tanpa tahu bahwa gadis itu mencintainya saja
sudah cukup membuat Dylan memikul rasa bersalah yang berat,
apalagi ditambah kenyataan bahwa Nina telah jatuh cinta
padanya. Dylan harus benar-benar bertanggungjawab (Sari,
2015:64).
72) Aku menelan ludah, berusaha mengeluarkan suara yang begitu
tercekat. Aku sedang berhadapan dengan wanita yang menjadi
selingkuhan suamiku. Ya Allah, rasa sakit itu masih ada,
membayangkan perselingkuhan antara gadis di depanku ini dan
juga Dylan (Sari, 2015: 71).
Bagian gawatan atau (rising action) dalam cerita novel
Unperfect Marriage karya Merry Maeta Sari ditunjukan pada bab 3.
Bab ini menunjukan konflik cukup rumit mulai terjadi. Winda terkejut
dan sangat marah karena ia merasa telah dibohongi oleh Dylan. Ia
memutuskan untuk mengakhiri hubungan setelah mengetahui bahwa
Dylan sudah menikah. Kutipan 71), Winda menolak untuk bertemu
bahkan mendengar semua penjelasan Dylan, ia begitu marah dan
kecewa.
Konflik menjadi semakin kompleks dalam kutipan 71),
kejujuran Nina mengenai perasaannya justru memunculkan kerumitan
baru bagi Dylan. Ia merasa bersalah kepada Nina karena tidak bisa
membalas perasaannya, tetapi juga tidak mampu meninggalkan
Winda, sosok wanita yang dicintainya. Kutipan 72), mengetahui
bahwa Dylan sudah menikah, Winda berinisiatif menemui Nina secara
langsung untuk meminta maaf dan memberikan penjelasan. Konflik
batin dirasakan oleh Nina saat ia duduk berhadapan dengan wanita
yang menjadi selingkuhan suaminya. Amarah, kesedihan, dan rasa iri
bercampur dalam batin Nina.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa pada
tahapan ini konflik semakin menanjak menuju tahap yang lebih serius.
Pemicu konflik bukan hanya secara eksternal, tetapi juga secara
internal.
4. Komplikasi (Complication)
Komplikasi atau complication merupakan tahapan konflik yang
semakin rumit dan memanas. Tahap ini menceritakan Nina dan Rara
yang terkejut saat mengetahui bahwa Andhika, rekan kerja mereka,
menyukai Nina. Hal itu terbongkar saat Nina dan Rara tanpa sengaja
melihat ponsel Andhika yang berdering. Ternyata selama ini, Andhika
memajang foto Nina sebagai wallpaper ponselnya. Saat itu, Andhika
tidak mengetahui bahwa Nina sudah menikah. Di lain sisi, konflik
kembali muncul saat Dylan mengetahui Winda memutuskan untuk
berangkat dan pindah ke Korea. Konflik lain ikut berkembang saat Nina
mengungkapkan keinginannya untuk benar-benar mencoba
mempertahankan pernikahannya bersama Dylan. Berikut ini merupakan
bukti kutipan-kutipan yang menunjukan tahapan komplikasi dalam novel
Unperfect Marriage.
73) Nina menoleh. Matanya membelalak ketika melihat ponsel
Andhika yang menunjukan nama Galang sebagai si penelpon,
tapi wallpaper ponsel Andhika (Sari, 2015:89).
74) Selama beberapa hari Dylan tampak gusar. Wajahnya kusut dan
tampak lelah. Nina bisa menebak mengapa Dylan mendadak
menjadi seperti zombie akhir-akhir ini. Winda benar-benar ke
Korea (Sari, 2015:105).
75) “Bisakah Mas mencoba mencintai Nina? Nggak, maksud Nina,
bisakah kita mencobanya? Benar-benar mencobanya? Hanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
tiga bulan. Ayo kita benar-benar mulai ... pendekatan,” (Sari,
2015:107).
Kutipan-kutipan di atas menunjukan bukti bahwa konflik
semakin rumit, terutama saat Nina dan Rara mengetahui bahwa
Andhika diam-diam menyukai Nina. Kutipan 74), sementara itu,
konflik lain muncul ketika Dylan tampak gusar dan gelisah setelah
mengetahui Winda memilih meninggalkannya dan berangkat ke Korea
tanpa pamit. Kutipan 75), di tengah berbagai konflik tersebut, Nina
memberanikan diri untuk meminta Dylan sungguh-sungguh mencoba
melakukan pendekatan dengannya. Bagian komplikasi dalam novel
Unperfect Marriage karya Merry Maeta Sari ditunjukan pada bab 5
dan bab 6.
5. Klimaks (Climax)
Klimaks merupakan puncak cerita atau puncak kegawatan, yaitu
puncak dari kejadian-kejadian dan merupakan jawaban dari semua
problem atau konflik yang tidak mungkin dapat meningkat lebih ruwet
lagi. Klimaks dalam novel Unperfect Marriage terjadi saat Dylan marah
besar hingga memukul Andhika. Pada tahap ini juga terdapat fakta baru
yang terkuak, Andhika adalah pria yang menghamili dan meninggalkan
Winda di masa lalu. Rara yang saat itu memulai proses ta‟aruf dengan
Andhika seketika terkejut, dan kehilangan kata-kata saat mengetahui
masa lalu tersebut. Dylan mengungkapkan segala kebenaran yang ia
ketahui tentang Andhika di hadapan Nina dan Rara. Berikut ini
merupakan bukti yang menunjukan tahapan klimaks.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
76) “BUAGH!!!! Tinju Dylan mengenai wajah Andhika, membuat
Andhika tersungkur karena tidak ada persiapan untuk menangkis
pukulan Dylan yang tiba-tiba. “ASTAGHFIRULLAH!!” jerit
Nina dan Rara hampir bersamaan melihat kejadian tak terduga
itu (Sari, 2015:188).
77) Dylan mendengus keras kemudian kembali berkata dengan
tajam, “Jangan kira gua bakal lupa sama muka lo! Bahkan
sampai 100 tahun kemudian gue nggak bakal lupain muka
cowok berengsek yang udah merkosa temen gue! Ngancurin
hidup dia!” (Sari, 2015:189).
78) “Nina yang harusnya minta maaf, nggak seharusnya Nina
memaksakan kehendak untuk membuat Mas mempertahankan
pernikahan ini,” lanjutnya lagi. Ya ... Dylan masih mencintai
Winda (Sari, 2015:195).
Kutipan-kutipan di atas membuktikan bahwa konflik telah
mencapai tahapan tertinggi. Dylan marah dan mengamuk setelah
melihat Andhika berada di hadapannya. Amarahnya muncul tanpa
kendali. Andhika adalah pria yang selama ini dicintai oleh Winda.
Pada masa lalu, Winda dan Andhika pernah menjalin hubungan.
Winda hamil. Tidak bertanggung jawab, Andhika meninggalkannya
begitu saja. Winda terpuruk dan depresi hingga kehilangan bayinya.
Tetapi saat itu Andhika tidak mengetahui kehamilan Winda, karena
komunikasinya dengan Winda terputus. Hal ini menarik simpati
Dylan. Sebagai seorang teman, ia membantu Winda melalui masa-
masa kelamnya sampai mampu kembali pulih. Kutipan 78), setelah
mengetahui kenyataan itu, Nina justru patah hati dan putus asa. Ia
menganggap Dylan masih memikirkan dan mencintai Winda. Nina
hampir menyerah untuk mempertahankan pernikahannya. Puncak
klimaks dalam novel ini terjadi pada bab 10, terdapat dalam kutipan
76) saat Dylan memukul Andhika di hadapan Nina, dan kutipan 77)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
saat Dylan membongkar fakta baru mengenai keterlibatan Andhika
terhadap masa lalu Winda.
6. Leraian (Falling Action)
Leraian atau falling action merupakan tahap penyelesaian konflik
yang telah mencapai klimaks. Setelah konflik mencapai titik tertinggi
klimaks, tingkatan konflik tersebut akan kembali menurun. Pada tahap
ini, Nina mulai menyerah. Harapannya untuk memperbaiki pernikahan
ini pupus begitu saja saat ia melihat kemarahan Dylan kepada Andhika.
Tetapi, perubahan justru terjadi pada tokoh Dylan. Ia memutuskan
untuk memperbaiki pernikahan mereka. Dylan mengakui bahwa setelah
mencoba untuk benar-benar melakukan pendekatan dan membuka hati,
perasaannya terhadap Nina berhasil berkembang. Berikut ini merupakan
bukti kutipan yang menunjukan tahapan leraian dalam novel Unperfect
Marriage.
79) Aku menepati janjiku untuk belajar mencintaimu. Harusnya
kamu juga menepati janjimu untuk membuatku jatuh cinta.
Mempertahankan rumah tangga kita,” lanjut Dylan menatap
Nina yang masih mengerjap kaget (Sari, 2015:196).
80) Mungkin memang dari sananya, Dylan minim akan ekspresi. Ia
masih bersikap biasa saja, sementara Nina mendadak tidak karu-
karuan setelah ciuman pertama mereka. Sebab tidak ada
deklarasi yang pasti kecuali permintaan Dylan untuk tetap
melanjutkan aksi pendekatan mereka (Sari, 2015:203-204).
81) “Saya akan menemui Winda untuk meminta maaf, jika saja itu
cukup. Atau apapun untuk menebus kesalahan saya. Tapi di sisi
lain, saya ... udah mentok sama Rara. Memangnya orang seperti
saya nggak pantas ya, menjadi lebih baik lagi?” ujar Andhika
(Sari, 2015:207)
Kutipan di atas menunjukan konflik menuju pada tahap
selesaian. Tahapan leraian (falling action) merupakan tahap titik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
terang mulai terlihat dan konflik melonggar. Kutipan 79) dan 80), saat
Nina hampir menyerah, Dylan justru memiliki keinginan untuk
mempertahankan pernikahannya dan mulai mencintai Nina.
Kutipan 81), setelah mengetahui keadaan Winda melalui Dylan,
Andhika berniat menyusul wanita itu ke Korea dan menyelesaikan
persoalan di masa lalu. Hal ini ia lakukan untuk menebus
kesalahannya. Selain itu, Andhika berniat menjalani proses taaruf
bersama Rara. Sebelum proses taaruf dilanjutkan, Andhika berniat
menyelesaikan persoalan masa lalunya. Bagian leraian (falling action)
dalam novel ini terdapat pada bab 11.
7. Penyelesaian (Denouement)
Rangkaian konflik diberi penyelesaian (denouement) dan
ketegangan dikendorkan. Konflik-konflik yang lain, sub-sub konflik,
ataupun konflik tambahan juga diberikan jalan keluar, kemudian cerita
diakhiri. Tahap akhir dari semua konflik ini ditunjukan saat Dylan
meminta maaf secara langsung kepada Andhika atas bujukan Nina.
Berikut ini merupakan bukti kutipan-kutipan yang menunjukan tahap
penyelesaian dalam novel Unperfect Marriage karya Merry Maeta Sari.
82) Ehem,” Dylan berdehem begitu ada di depan Andhika.
“Ada apa?”
“Saya ... mau minta maaf atas insiden beberapa hari yang lalu,”
ujar Dylan datar, matanya enggan menatap Andhika, hanya
sesekali meliriknya.
“Ya, saya memang pantas menerimanya,” jawab Andhika datar.
Dylan mengulurkan tangannya tanda damai. Andhika tersenyum
kecil kemudian menyambutnya (Sari, 2015:209).
83) Meskipun tanpa deklarasi yang jelas, bahkan tidak pernah ada
yang membahas apakah masa tiga bulan yang dulu diajukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Nina masih berlaku atau tidak, hubungan Nina dan Dylan
membaik. Termasuk hak dan kewajiban sebagai suami istri pun
sudah mereka penuhi dengan baik (Sari, 2015:213-214).
84) Nina menggeleng, “Mbak Winda udah pacaran sama salah satu
staf KBRI, tapi dia udah baikan sama Mas Andhika, mau baca
emailnya?” tawar Nina, Dylan mengangguk (Sari, 2015:214)
85) Rara menghela napas, “Nggak apa adanya juga. Kamu juga.
Jangan terima aku apa adanya. Dengan pernikahan ini, kita
harus jadi yang lebih baik,” ujar gadis itu sambil tersenyum.
Andhika balas tersenyum. Ditatapnya mata milik istrinya itu dan
dikecupnya kening Rara dengan sepenuh cinta (Sari, 2015:220)
Berdasarkan bukti kutipan di atas, masing-masing konflik
memiliki penyelesaian masing-masing. Kutipan 82), atas bujukan
Nina, Dylan akhirnya meminta maaf kepada Andhika atas kejadian
kurang menyenangkan dan kesalahpahaman yang terjadi di antara
mereka. Kutipan 83), hubungan Nina dan Dylan semakin membaik
dan memutuskan untuk bertahan dalam pernikahan mereka. Selain itu,
hubungan pertemanan antara Nina dan Winda tetap terjalin. Nina dan
Winda menjalin komunikasi yang baik melalui email. Kutipan 84)
Winda benar-benar menetap di Korea dan memulai kehidupan baru
dengan seorang pria asal Indonesia yang bekerja di KBRI. Kutipan
85), setelah menyelesaikan persoalan dengan Winda, Andhika
memantapkan proses ta‟aruf dengan Rara dan menikahinya. Bagian
penyelesaian (denouement) dalam novel Unperfect Marriage terjadi
pada bab 11 dan 12.
Bukti kutipan di atas menunjukan bahwa tahap penyelesaian
yang disuguhkan pengarang merupakan akhir cerita yang bahagia
(happy ending). Hal ini terlihat pada kutipan 82), 83), 84), dan 85),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
tokoh yang terlibat dalam berkonflik mendapatkan selesaian cerita
yang baik dan memuaskan. Selain itu, konflik dan peristiwa yang
dialami masing-masing tokoh menemukan titik terang dan jalan keluar
masing-masing.
Berdasarkan identifikasi dan analisis tahapan-tahapan alur cerita
di atas, peneliti menemukan tahapan alur dalam novel Unperfect
Marriage karya Merry Maeta Sari meliputi eksposisi, rangsangan
(inciting moment), gawatan (rising action), komplikasi (complication),
klimaks (climax), leraian (falling action), dan penyelesaian
(denouement). Selain tahapan alur, peneliti juga menemukan adanya
konflik internal atau konflik batin yang dialami tokoh utama Nina.
Pengarang menyisipkan konflik internal dalam novel Unperfect
Marriage bertujuan untuk membangun emosi pembaca dan
menambah kemenarikan cerita.
Konflik batin atau konflik internal dapat diartikan sebagai
gejolak atau tekanan jiwa yang dialami tokoh dalam menghadapi
persoalan kehidupan. Bukan hanya dalam novel atau karya fiksi, tetapi
pada kenyataannya, sangat banyak individu yang mengalami konflik
batin hingga memengaruhi kondisi psikologi pribadi yang
bersangkutan. Tak jarang seseorang dapat melakukan hal-hal diluar
akal sehat karena tidak mampu menyelesaikan dan berpikir jernih
dalam menghadapi persoalan kehidupan. Hal ini terjadi karena adanya
perbedaan antara harapan dan kenyataan, sehingga keadaan kejiwaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
berada dalam kondisi yang kurang baik. Dampak dari konflik
kejiwaan ini dapat memengaruhi seseorang dalam bertindak dan
mengambil keputusan. Berikut ini merupakan beberapa konflik batin
yang ditemukan peneliti dalam alur novel Unperfect Marriage.
Konflik batin pertama kali muncul dalam tokoh Nina pada tahap
eksposisi, kutipan 62) saat nina mulai mempertanyakan alasan Dylan
tidak menolak perjodohan tersebut. Kemudian, konflik batin kembali
muncul pada kutipan 63), saat kompilasi perasaan sakit hati, curiga,
sedih, dan cemburu mulai dirasakan oleh Nina. Permasalahan semakin
rumit, dan kemunculan konflik-konflik yang semakin banyak menjadi
pemicu baru bagi tokoh Nina.
Tahap rangsangan, konflik batin juga dimunculkan pada kutipan
65) dan 66), saat Dylan mengungkapkan bahwa ia tidak mencintai
Nina. Penolakan ini membuat Nina semakin merasa terpuruk. Hal ini
diperjelas pada kutipan 67), Dylan menceritakan kronologi kecelakaan
ibu kandung Nina yang menjadi penyebab perjodohan itu terjadi. Luka
masa lalu saat ditinggalkan oleh mendiang ibunya, ditambah dengan
keadaan pernikahannya yang menyedihkan membuat Nina merasa
nelangsa. Selanjutnya pada bagian gawatan, pengarang memunculkan
konflik batin pada kutipan 72), ketika Nina bertemu dengan Winda,
sosok orang ketiga dalam pernikahannya dan Dylan. Kemudian,
konflik batin bagian klimaks ditunjukan pada kutipan 78), saat Nina
hampir menyerah mempertahankan pernikahannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Bukti kutipan dalam paparan tahapan alur di atas menunjukan
bahwa peristiwa yang dialami Nina lebih banyak berhubungan dengan
perasaan tak dianggap, tak dicintai, dan sakit hati atas rasa kehilangan
yang dipendam seorang diri. Kemunculan tokoh Winda sebagai sosok
selingkuhan Dylan semakin menambah keterpurukan Nina.
Berikutnya, peneliti menggolongkan konflik batin tokoh utama Nina
berdasarkan teori kebutuhan dasar manusia oleh Abraham Maslow.
4.2.2 Hasil Penelitian Konflik Batin Tokoh Utama Nina dalam Novel
Unperfect Marriage Karya Merry Maeta Sari
Berdasarkan data dan analisis, peneliti telah mengetahui penyebab
konflik batin yang dialami oleh tokoh utama Nina dalam novel Unperfect
Marriage karya Merry Maeta Sari. Selanjutnya, peneliti mengidentifikasi
dan menginterpretasi lebih mendalam dengan mengkategorikan konflik
batin berdasarkan teori kebutuhan dasar manusia dari Abraham Maslow.
Teori kebutuhan dasar manusia diklasifikasikan dalam lima tingkatan,
kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan (safety), kebutuhan dimiliki dan
cinta (belonging and love), kebutuhan harga diri (self esteem), serta
kebutuhan aktualisasi diri (meta). Analisis psikologi sastra mengenai
kebutuhan dasar manusia akan diuraikan untuk melihat faktor penyebab
terjadinya konflik batin tokoh utama Nina, yaitu adanya kebutuhan dasar
yang tidak terpenuhi dengan baik. Berikut ini merupakan penjelasan dan
hasil analisis peneliti berdasarkan teori kebutuhan dasar manusia oleh
Abraham Maslow.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
4.2.2.1 Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan fisiologis tokoh Nina cukup terpenuhi dengan baik,
terkecuali kebutuhan terhadap seks. Berikut ini merupakan kutipan-kutipan
yang menunjukan kebutuhan tersebut.
86) Aku kemudian menuju dapur dan menyiapkan sarapan untuk
kami. Nasi goreng dan telur ceplok selalu menjadi menu andalan
ketika aku disibukkan dengan skripsi atau pekerjaan (Sari,
2015:18-19).
87) Siang ini, Shara, Lena, dan Caca mengajakku untuk makan
siang di salah satu rumah makan dekat kampus kami. Kami
berempat baru saja menyelesaikan administrasi untuk wisuda
dan akhirnya memutuskan untuk makan siang bersama (Sari,
2015:20).
88) Nina menatap kecut belanjaannya. Banyak sekali. Kenapa ia
begitu brutal tadi waktu belanja, meskipun itu semua kebutuhan
sehari-hari, ditambah dengan kebutuhan pribadinya. Sekarang ia
sendiri sedikit kerepotan membawa belanjaannya, apalagi ia
harus naik kendaraan umum (Sari, 2015:46).
89) Tapi tak ada jawaban, membuat Dylan memberanikan diri untuk
membuka pintu kamar Nina. Gadis itu tertidur nyenyak setelah
memakan separuh buburnya dan meminum obatnya (Sari,
2015:83).
90) “Nina, maaf kalau aku tidak bisa menjadi suami yang baik buat
kamu, bahkan maaf-tidak bisa memberimu nafkah batin. Kamu
gadis yang cantik dan baik, asal kamu tahu, setiap lelaki bisa
saja berhubungan suami istri bahkan tanpa mencintai partner-
nya. Tapi, aku nggak bisa melakukan itu sama kamu. Aku
menghormati kamu. Dan aku mau kamu tidak dirugikan sama
sekali kalau misalnya kita berpisah nantinya,” ujar Dylan (Sari,
2015:131).
Berdasarkan kutipan-kutipan di atas, kebutuhan fisiologis Nina
terpenuhi dengan baik. Ia tidak memiliki kesulitan dalam memenuhi
kebutuhan fisiologis seperti, makan, berbelanja, dan tidur. Akan
tetapi, kebutuhan seks tidak terpenuhi dengan baik. Dylan menolak
untuk melakukan hubungan suami istri sebelum ia benar-benar
mencintai Nina. Dylan sangat menjaga jarak dengan Nina dan enggan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
berhubungan layaknya suami istri sampai ia benar-benar mencintai
Nina. Terpenuhinya kebutuhan fisiologis tokoh Nina Dalam novel
Unperfect Marriage, terdapat pada bab 1, 2, 4, dan 7.
4.2.2.2 Kebutuhan Akan Rasa Aman (Safety)
Kebutuhan rasa aman Nina terpenuhi dengan baik. Ia tidak memiliki
kecemasan yang berat mengenai lingkungan, batasan, dan kebebasan yang
dimilikinya. Nina juga memiliki pekerjaan dan gaji yang memungkinkan
untuk menabung. Selain itu, suaminya juga menafkahi kebutuhan rumah
tangga dengan baik. Berikut ini merupakan bukti terpenuhinya kebutuhan
rasa aman tokoh Nina dalam novel Unperfect Marriage karya Merry
Maeta Sari.
91) Sekarang aku hanya harus berkonsentrasi pada skripsi juga
pekerjaanku sebagai karyawan magang di sebuah SMP swasta,
aku memang sudah mulai bekerja sambil kuliah sejak semester
empat. Awalnya hanya menjadi guru bimbingan belajar, tapi
kemudian ada satu tawaran untuk menjadi guru magang, maka
aku pun menerimanya (Sari, 2015:10).
92) “Jadi benar itu Mas yang mentransfer?” tanyaku lagi
memastikan. Bulan lalu aku menerima sejumlah uang di
rekeningku. Ku pikir ayah yang memberikannya, meskipun
setelah magang aku nyaris tak pernah mendapat dukungan
finansial secara rutin dari ayah, hanya beberapa kali sebagai
hadiah (Sari, 2015:19).
93) “Mas, eum ... murid Nina berhasil lolos di olimpiade
matematika kemarin,” ujarku saat kami dalam perjalanan pulang
sore itu. Hari ini aku mengisi ekstrakurikuler KIR matematika,
pengampunya adalah aku dan Bu Diah, jadi jam lima sore aku
baru keluar dari sekolah. (Sari, 2015:161)
Berdasarkan kutipan di atas, kebutuhan keamanan atau rasa
aman tokoh Nina terpenuhi dengan baik. Keseluruhan cerita dan alur
menunjukan bahwa Nina tidak memiliki kecemasan yang berat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
mengenai lingkungan, batasan, dan kebebasan yang dimilikinya. Nina
juga memiliki pekerjaan dan gaji yang memungkinkan untuk
menabung. Selain itu, suaminya juga menafkahi kebutuhan rumah
tangga dengan baik. Terpenuhinya kebutuhan akan rasa aman tokoh
Nina Dalam novel Unperfect Marriage, terdapat pada bab 1 dan 9.
4.2.2.3 Kebutuhan Akan Rasa Cinta dan Dimiliki (Belonging and Love)
Manusia merupakan makhluk yang cukup sulit menerima kesendirian,
penolakan, kehilangan, dan pengasingan. Salah satu keinginan terbesar
manusia adalah mencintai dan dicintai, baik oleh lingkungan keluarga,
pergaulan, maupun pasangan hidup. Rasa cinta membangun hubungan sehat
antara manusia yang melibatkan perasaan saling menghargai, menghormati,
dan saling percaya. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi dengan baik, perilaku
manusia tentu akan mengalami perubahan. Hal ini sejalan dengan situasi
yang dialami oleh tokoh Nina. Berikut kutipan yang menunjukan tidak
terpenuhinya kebutuhan cinta atau dimiliki dalam novel Unperfect
Marriage.
94) Melakukan aktivitas kami masing-masing tanpa memedulikan
yang lainnya. Bahkan kami tidur di kamar terpisah. Ia tak
pernah berbicara kepadaku lebih dari dua kalimat panjang.
Terkadang aku mengutuki kebodohanku ... tetap bertahan dalam
rumah tangga yang cacat ini, meski aku tahu benar apa
alasannya (Sari, 2015:17).
95) “Aku nggak cinta sama kamu,” ujar Dylan. “Aku tahu,” jawab
Nina akhirnya mengeluarkan suara. Sedikit serak. Tentu saja
sejak awal Nina sadar bahwa tak ada sedikitpun cinta untuknya.
“Pernikahan ini nggak utuh, Nina.” (Sari, 2015:53).
96) “Aku mencintainya, aku menunggu sekian lama agar dia mau
membuka hatinya untukku, tapi ketika dia mau membuka
hatinya untukku, kamu dihadirkan Mama. Kenapa harus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
pernikahan ini bayarannya?” suara Dylan melemah (Sari,
2015:54).
97) “Aku nggak mungkin menolak permintaan Mama. Sungguh aku
berharap kamulah yang menolak perjodohan ini. Tapi kamu
menerimanya. Bahkan setelah menikah, berkali-kali aku
menyakitimu, tak menganggapmu. Tapi kenapa kamu tak
mengadukannya pada Mama atau orang tuamu? Kenapa kamu
tak meninggalkanku? Mencari kebahagiaanmu sendiri, kamu
berhak berbahagia, Nin...!” (Sari, 2015:55-56).
98) “Nina, aku sudah mencobanya. Tapi ternyata ... ini hanya akan
semakin menyakitimu.”
“Memangnya apa yang sudah Mas coba?” tanyaku tersenyum
miris, “selama ini kita belum mencoba apa pun. Kecuali berlaku
sebagai suami istri secara formalitas dan simbolis. Kita belum
benar-benar mencoba untuk menjadi suami istri yang
sesungguhnya dan mencoba saling mencintai.” (Sari, 2015:107).
Berdasarkan kutipan di atas, kebutuhan akan rasa cinta tokoh
Nina tidak terpenuhi dengan baik. Hal ini terjadi karena Dylan
menyimpan rasa cinta kepada wanita lain. Nina telah berusaha
mempertahankan pernikahannya, tetapi Dylan tidak pernah benar-
benar menganggap Nina sebagai sosok istri yang potensial baginya.
Rasa terpaksa atas perjodohan membuat Dylan menganggap bahwa
Nina adalah sumber masalah bagi keduanya. Tidak terpenuhinya
kebutuhan rasa cinta dan dimiliki oleh tokoh Nina terdapat pada bab 1,
2, dan 6.
4.2.2.4 Kebutuhan Harga Diri dan Penghargaan (Self Esteem)
Harga diri dapat terbagi menjadi dua jenis. Pertama adalah
menghargai diri sendiri, yakni orang membutuhkan pengetahuan tentang
dirinya sendiri, bahwa dirinya berharga, mampu menguasai tugas dan
tantangan hidup. Kedua adalah penghargaan dari orang lain yakni,
keberadaan yang diakui, dianggap, dihargai, diterima, dan dihormati. Dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
novel Unperfect Marriage, tokoh Nina mendapatkan kebutuhan
penghargaan melalui lingkungan di sekelilingnya. Nina tidak pernah merasa
diasingkan ataupun terhina saat berada di lingkungannya. Berikut
merupakan bukti kutipan yang menunjukan terpenuhinya kebutuhan harga
diri dan penghargaan tokoh Nina dalam novel Unperfect Marriage.
99) “Kamu istrinya, Nina ... maaf, kalau aku sama sekali nggak tahu
kalau dia sudah menikah, kalau bukan karena adik kamu yang
memergoki kami, hingga aku akhirnya bertemu Ferro, salah satu
teman kami di SMA. Aku pasti dengan bodohnya masih mau
pacaran dengan pria beristri.” (Sari, 2015:72).
100) “Jangan pernah berpikir untuk meninggalkannya hanya karena
ingin melihat orang yang kamu cintai bahagia bersama orang
lain. Itu bullshit! Tetaplah bersamanya. Dylan akan segera
melupakanku. Perasaan kami tak sedalam itu.” (Sari, 2015:73).
101) “Mama salah. Mama yang terlalu egois, menganggap kamulah
istri terbaik untuk Dylan. Tapi Mama nggak pernah mikirin
kalau saja Dylan nggak jadi suami yang baik buat kamu dan
kamu bisa menderita karena pernikahan kalian.” (Sari,
2015:104).
Kutipan di atas menunjukan bahwa kebutuhan harga diri dan
penghargaan tokoh Nina terpenuhi dengan baik. Nina tumbuh di
lingkungan keluarga yang baik, menghargai dan menyayanginya.
Setelah itu kandungnya meninggal, Nina hidup bersama dengan ayah
dan mama tirinya. Tetapi, ibu tiri Nina diceritakan sebagai pribadi
yang baik dan perhatian. Hubungan Nina dan ibu tirinya terjalin
dengan sangat baik. Selain itu, Ibu Rahma yang merupakan mertua
Nina juga memperlakukannya dengan baik dan menganggapnya
sebagai wanita yang layak menjadi pendamping Dylan.
Tokoh tambahan Winda, yang merupakan selingkuhan Dylan,
menjalin pertemanan dan komunikasi yang baik dengan Nina. Winda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
menghargai Nina sebagai istri Dylan. Terpenuhinya kebutuhan akan
harga diri dan penghargaan terdapat pada bab 1, 3, dan 6.
4.2.2.5 Kebutuhan Aktualisasi Diri (Meta)
Kebutuhan aktualisasi diri dalam novel Unperfect Marriage
menggambarkan bahwa Nina mengalami kesulitan menjalani proses
berkembang dan berkomunikasi dalam kehidupan pernikahannya. Nina
selalu merasa putus asa dan menghindar setiap kali memulai komunikasi
dengan Dylan. Ia selalu merasa rendah diri jika dibandingkan dengan
Winda. Tidak ada keberanian dari tokoh Nina untuk memulai pembicaraan
dengan suaminya, meskipun sesungguhnya ia memiliki banyak pertanyaan
yang ingin diajukan. Berikut merupakan bukti tidak terpenuhinya kebutuhan
aktualisasi diri (meta) tokoh Nina dalam novel Unperfect Marriage.
102) Aku menghela napas. Oh, bukankah aku hanya perlu bersyukur
bahwa aku masih bisa berada di dekatnya, menangkap sosoknya
melalui indraku, dan merasakan kehadirannya walau tak
terjamah. Ketika Dylan menyadari bahwa aku sejak tadi
memperhatikannya, ia menoleh dan menatapku sejenak,
kemudian kembali melakukan aktivitasnya (Sari, 2015:18).
103) Dylan menghela napas, memilih tak menjawab dan segera
menghentikan sesi sarapannya kemudian meninggalkanku.
Komunikasi kami selalu seburuk ini, hingga rasanya tak ada
ruang bagiku untuk mempertanyakan kejanggalan rumah tangga
kami (Sari, 2015:19-20).
104) “Tadi ... kita sampai mana?” tanyanya berubah datar saat
kembali menatapku. Ke mana wajah lembutnya tadi? Astaga,
Nina, bahkan setelah apa yang terjadi selama ini, memangnya
kamu bisa berharap apa? “Nggak apa-apa, lupain aja,” jawabku
memaksakan tersenyum (Sari, 2015:24-25).
105) “Kamu ... nggak mau tanya sesuatu? Tentang telepon tadi
misalnya?” tanyanya lagi. Sungguh aku ingin sekali. Tapi aku
hanya menggeleng pelan. Kuputuskan untuk berbaring
memunggunginya, memejamkan mata dan berusaha menekan
rasa sakit yang mendadak memenuhi dada (Sari, 2015:25).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
106) “Tanyakan apa yang mau kamu tanyakan, jangan diem aja,” ujar
Dylan datar setelah kembali duduk tegak. “Maaf, masalah
kejadian tadi, Nino masih labil,” jawab Nina berusaha mengatur
intonasi suaranya (Sari, 2015:52).
107) Dylan menoleh dan mendapati wajah datar Nina. Dylan
memejamkan mata, menghembuskan napas pelan. Tak mengerti
Nina. “Kumohon Nina, kali ini bicaralah. Kenapa kamu selalu
diam?” suara Dylan sarat akan nada frustasi meski dengan suara
pelan ia mengatakannya. Sedikit putus asa karena Nina masih
tak mau bicara (Sari, 2015:53).
Kutipan di atas menunjukan bahwa Nina selalu merasa putus asa
dan menghindar setiap kali memulai komunikasi dengan Dylan. Nina
beberapa kali memiliki kesempatan untuk berbicara langsung
mengenai pertanyaannya, tetapi ia justru menghentikan keinginannya.
Beberapa kutipan juga menunjukan adanya rasa rendah diri di dalam
diri Nina. Ia seperti wanita yang kehilangan harapan untuk
menyelamatkan kehidupan pernikahannya karena Winda. Tidak
terpenuhinya kebutuhan aktualisasi diri (meta) dalam novel Unperfect
Marriage terdapat dalam bab 1 dan 2.
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian
Pada subbab ini, peneliti menghubungkan keterkaitan teori ahli, hasil
penelitian yang telah dilakukan peneliti, dan penelitian relevan terdahulu.
Hal ini bertujuan untuk membuktikan bahwa teori para ahli tersebut dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Berdasarkan hasil analisis yang telah
dijelaskan pada subbab sebelumnya, peneliti mengangkat dua poin rumusan
masalah dalam penelitian ini, yakni poin pertama mengenai unsur intrinsik
(tokoh, penokohan, dan alur), dan poin kedua mengenai konflik batin tokoh
utama dalam novel Unperfect Marriage karya Merry Maeta Sari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
4.3.1 Pembahasan Hasil Penelitian Unsur Intrinsik Novel Unperfect Marriage
Karya Merry Maeta Sari
Peneliti menemukan dua acuan teori mengenai unsur intrinsik novel,
yakni teori dari Nurgiyantoro (2012:23) yang menyatakan bahwa unsur
intrinsik terdiri atas peristiwa, cerita, plot, penokohan, tema, latar, sudut
pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa, dan lain-lain. Kemudian,
teori dari Waluyo (2011:6) menyebutkan bahwa unsur intrinsik meliputi
tema cerita, plot atau kerangka cerita, penokohan dan perwatakan, setting
atau tempat kejadian cerita atau disebut juga latar, sudut pandang
pengarang, latar belakang, gaya bahasa, dan amanat. Berdasarkan dua acuan
teori tersebut, peneliti mengangkat tiga unsur intrinsik yang dianggap sangat
penting dan memiliki keterkaitan, dalam menemukan konflik batin tokoh
utama yang menjadi pokok utama penelitian. Unsur intrinsik yang dibahas
oleh peneliti antara lain tokoh, penokohan, dan alur dalam novel Unperfect
Marriage karya Merry Maeta Sari. Peneliti menjelaskan keterkaitan antara
teori yang digunakan dengan temuan hasil analisis sebagai berikut.
4.3.1.1 Tokoh
Unsur intrinsik yang pertama adalah tokoh. Menurut Nurgiyantoro
(2012:165), dilihat dari segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh dapat
dibagi menjadi dua yakni, tokoh yang disebut utama (central character,
main character), sedangkan yang kedua adalah tokoh tambahan (peripheral
character). Tokoh utama dapat juga disebut sebagai tokoh yang diutamakan
ceritanya dalam novel. Ia adalah sosok yang paling banyak diceritakan, baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
sebagai pelaku tunggal atau tokoh yang diberi konflik. Hal ini sejalan
dengan data temuan peneliti dalam novel Unperfect Marriage karya Maeta
Sari. Penggalan kutipan yang memperjelas teori ini ada pada kutipan 1) saat
acara lamaran berlangsung, kutipan 2) saat tawaran pernikahan diberikan,
kutipan 3) ketika kejadian masa SMA, kutipan 4) sewaktu pertama bertemu
Dylan, kutipan 5) saat mulai mengidolakan Dylan, kutipan 6) Nina tak
percaya bisa menikah dengan Dylan, dan kutipan 7), Nina mengalami
penolakan pertama. Tokoh Nina merupakan tokoh yang sangat banyak
diceritakan, atau ceritanya diutamakan. Selain itu, tokoh Nina juga
merupakan tokoh yang berkonflik baik secara eksternal maupun internal.
Selain tokoh utama, Nurgiyantoro (2012:165) juga mengemukakan
bahwa adanya tokoh tambahan, yakni tokoh yang mengalami keterlibatan
cerita lebih sedikit. Tokoh tambahan hadir pada saat ia memiliki keterkaitan
dengan tokoh utama, secara langsung maupun tidak langsung. Hal tersebut
sejalan dengan temuan peneliti mengenai keterlibatan tokoh Dylan selaku
suami Nina, Andhika dan Rara yang merupakan rekan kerja Nina, Ibu
Rahma selaku orang tua, dan Winda yang merupakan teman sekaligus sosok
orang ketiga dalam pernikahan Nina. Lima tokoh tersebut dianggap sebagai
tokoh tambahan karena memiliki keterkaitan dengan tokoh Nina selaku
tokoh utama. Penggalan kutipan yang memperjelas teori ini ada pada
kutipan 8) saat Dylan telah terikat pernikahan, sampai dengan kutipan 24)
saat Winda mengetahui kehidupan rumah tangga Dylan. Intensitas
kemunculan tokoh-tokoh tersebut cenderung sedikit dan dalam durasi waktu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
yang singkat-singkat. Pengarang melibatkan tokoh tambahan apabila dirasa
perlu untuk kembali membangun emosi pembaca dalam cerita.
Berdasarkan keterkaitan antara teori para ahli dan hasil analisis
peneliti mengenai tokoh Nina, terdapat bukti-bukti yang menguatkan posisi
Nina sebagai tokoh utama. Hal ini terlihat pada intensitas kemunculan Nina
dalam berbagai konflik yang sangat dominan. Kemudian, Nina juga
merupakan tokoh yang berkonflik dengan tokoh lainnya dan menjadi tokoh
kunci dalam kelangsungan cerita.
4.3.1.2 Penokohan
Unsur intrinsik yang kedua adalah penokohan. Setiap tokoh memiliki
kekhasan masing-masing, baik penggambaran tokoh melalui percakapan
maupun ciri-ciri fisik, hal ini biasa disebut dengan watak atau penokohan.
Nurgiyantoro (2012:194) mengatakan kehadiran dan penghadiran watak
tokoh harus dipertimbangkan dan tak lepas dari tujuan artistik karya yang
bersangkutan. Nurgiyantoro (2012:201) menambahkan, dalam teknik
dramatik, deskripsi tokoh ditampilkan dalam beberapa teknik yakni, teknik
cakapan, tingkah laku, pikiran dan perasaan, arus kesadaran, reaksi tokoh,
reaksi lawan tokoh, pelukisan latar, dan pelukisan fisik.
Peneliti menemukan kecocokan antara teori tersebut dengan
penggambaran watak tokoh dalam novel Unperfect Marriage karya Merry
Maeta Sari. Pengarang mendeskripsikan karakter tokoh menggunakan dua
teknik, yakni teknik langsung (expositori) dan teknik tak langsung
(dramatic). Penggalan kutipan pengarang untuk menunjukan teknik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
langsung terlihat pada kutipan 36), “muka gantengku bukan jenis muka
yang mudah dilupakan, kan?”. Bukti kutipan tersebut semakin memperjelas
bahwa pengarang menggambarkan salah satu tokoh yang memiliki ciri fisik
yang tampan dengan menggunakan teknik langsung. Selain teknik
ekspositori, pengarang juga menggunakan teknik dramatik. Salah satu
penggalan yang menunjukan teknik ini ada pada kutipan 27), “aku begitu
bersemangat, tapi di sisi lain ada yang membuatku meragu”. Bukti kutipan
tersebut sangat jelas menunjukan adanya makna tersirat dari tokoh
mengenai perasaannya. Hal ini sejalan dengan teori yang diungkapkan oleh
Nurgiyantoro (2012).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, teknik dramatik cakapan
atau teknik tak langsung merupakan teknik yang dominan digunakan, oleh
Merry Maeta Sari untuk menggambarkan watak tokoh-tokohnya. Watak
setiap tokoh perlu dianalisis dengan teliti melalui percakapan antara tokoh
satu dengan lawan bicaranya untuk mengetahui ciri khas tokoh tersebut.
4.3.1.3 Alur
Unsur intrinsik yang ketiga adalah alur. Nurgiyantoro (2012:153)
mengemukakan bahwa pengarang atau penulis seringkali memanipulasi
urutan waktu sekreatif mungkin tanpa harus memilih alur yang linear
secara kronologis. Nurgiyantoro (2012:153) memberikan perbedaan alur
berdasarkan kriteria urutan waktu, yakni alur maju, alur mundur atau
kilas balik (flashback), dan alur campuran. Sebuah karya dikatakan
memiliki alur maju jika peristiwa yang diceritakan bersifat berurutan,
sedangkan alur mundur merupakan kebalikan dari alur maju. Alur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
campuran merupakan penggabungan dari kedua alur sebelumnya, tetapi
biasanya pengarang cukup dominan menceritakan alur kilas balik.
Berdasarkan hasil analisis alur novel Unperfect Marriage karya Merry
Maeta Sari, peneliti menemukan adanya bukti yang mendukung teori
Nurgiyantoro (2012:153) tersebut. Terdapat 7 kutipan yang menunjukan
adanya alur kilas balik (flashback) dalam novel ini, yang membahas
mengenai masa lalu dari tokoh utama maupun tokoh tambahan. Tujuan
pengarang menyisipkan alur tersebut guna mengetahui hubungan sebab
akibat antara masa lalu dan masa kini. Bukti kutipan dapat dilihat pada
kutipan 48) kejadian saat Nina dan bundanya mengalami kecelakaan,
kutipan 49) saat Dylan menceritakan kronologi kecelakaan, kutipan 50)
Ibu Rahma pertama kali mengenal Nina, kutipan 51) ketika Nina
memasuki jenjang SMA, kutipan 52) sewaktu Dylan kehilangan kontak
dengan Winda, kutipan 53) saat Winda menceritakan kisah masa lalunya,
dan kutipan 54) ketika Ibu Rahma mengenal Winda di SMA.
Berdasarkan teori ahli dan bukti temuan hasil penelitian tersebut, peneliti
menyimpulkan bahwa jenis alur yang terdapat dalam novel Unperfect
Marriage karya Merry Maeta Sari merupakan alur campuran.
Peneliti juga menemukan adanya tahapan-tahapan alur yang
menunjukan awal mula kemunculan konflik pada tokoh-tokoh dalam
cerita, hingga puncak permasalahannya. Waluyo (2011:11) membagi
tahapan alur menjadi tujuh tahapan, yakni tahap eksposisi (exposition),
rangsangan (inciting moment), gawatan (rising action), komplikasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
(complication), klimaks (climax), leraian (falling action), penyelesaian
(denouement). Peneliti mengacu pada teori tersebut dan menemukan
bahwa tahapan alur dalam novel Unperfect Marriage karya Merry Maeta
Sari sesuai dengan tahapan dalam teori Waluyo (2011).
Pada tahap rangsangan, ada yang disebut sebagai “the element of
instability” yang menyebabkan adanya konflik yang memicu komplikasi
sampai pada klimaks cerita (Kenny via Waluyo 2011: 11). Hal ini sejalan
dengan temuan peneliti dalam analisis. Konflik pertama kali muncul pada
tahap rangsangan, yakni pada kutipan 62) saat Nina memergoki Dylan
berselingkuh, kutipan 63) Dylan mengaku tidak mencintai Nina, kutipan
64) Nina mengakui perasaannya. Selanjutnya, konflik lain bermunculan
dan terjadi pada tahap gawatan. Gawatan atau rising action merupakan
tahap konflik dalam cerita sampai pada situasi yang meningkat (Waluyo
2011: 11). Tahap ini terlihat konflik meningkat saat Winda mengetahui
pernikahan Dylan, bukti pada kutipan 65) saat Winda mengetahui status
pernikahan Dylan, kutipan 66) Winda menolak bertemu Dylan, kutipan
67) Dylan terkejut saat Nina mengungkapkan perasaannya. Selanjutnya
konflik semakin rumit saat menuju tahap komplikasi. Akan tetapi,
perpindahan dari tahap gawatan menuju komplikasi cukup sulit
dibedakan, karena konflik sebelum klimaks seharusnya lebih rumit
dibandingkan gawatan saat awal mula konflik menjadi semakin
kompleks. Waluyo (2011:11) berpendapat bahwa pada tahap ini konflik
semakin ruwet dan memanas. Waluyo (2011:11) juga menambahkan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
biasanya ada beberapa peristiwa yang menunjukan keruwetan itu
meskipun secara tersembunyi. Hal ini sesuai dengan analisis yang
dilakukan peneliti, ditemukan beberapa peristiwa yang menjadi penanda
komplikasi. Bukti teori ini terlihat pada kutipan 68) ketika Nina
mengetahui Andhika menyukainya, kutipan 69) Dylan frustasi dan gusar
karena Winda, dan kutipan 70), ketika Nina meminta Dylan mencoba
mencintainya. Konflik baru tidak muncul akan tetapi seolah semakin
rumit karena tokoh mulai berkonflik dengan diri masing-masing
mengenai langkah yang harus dilakukan selanjutnya.
Selanjutnya merupakan tahap klimaks, yakni puncak cerita atau
puncak penggawatan, puncak dari seluruh kejadian dan merupakan
jawaban dari semua konflik yang tidak mungkin dapat meningkat lagi
(Waluyo, 2011:11). Berdasarkan teori tersebut, peneliti menemukan
kecocokan dalam novel Unperfect Marriage. Bukti tahap klimaks ada
pada kutipan 71) saat Dylan memukul Andhika, kutipan 72) seluruh
kebenaran terungkap, dan kutipan 73) Nina lelah berjuang dan hampir
menyerah. Tahap klimaks terjadi saat Dylan bertemu Andhika hingga
terjadi perkelahian sengit fisik antara kedua laki-laki itu. Pada kutipan
ini, seluruh kebenaran akhirnya terungkap, dan konflik mencapai titik
puncak tertinggi. Selanjutnya merupakan tahap leraian dan penyelesaian,
yakni konflik mulai menuju pada pemecahan masalah dan hasil akhir dari
cerita tersebut (Sayuti, 2000:45). Hal tersebut sesuai dengan temuan
peneliti terkait penutup alur cerita dalam novel Unperfect Marriage karya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Merry Maeta Sari. Bukti yang menunjukan tahap ini terlihat pada kutipan
74), saat Dylan mulai menerima dan mencintai Nina sebagai
pasangannya yang sah. Selain itu, bukti lain yang menunjukan penutup
cerita ini ada pada kutipan 77) saat Dylan dan Andhika saling meminta
maaf, sampai dengan kutipan 82) saat Andhika memutuskan untuk
menemui Winda untuk menyelesaikan masalah. Pada tahap akhir ini,
masing-masing tokoh menemukan kejelasan dan jalan keluar dari
permasalahan yang telah terjadi.
Berdasarkan paparan analisis dan teori mengenai unsur intrinsik
yang telah dipaparkan di atas, terlihat bahwa penelitian ini sesuai dengan
tiga acuan teori yang digunakan, yakni teori dari Nurgiyantoro (2012),
Waluyo (2011), dan Sayuti (2000). Peneliti menemukan kecocokan
antara teori-teori tersebut dengan data yang ditemukan dalam novel
Unperfect Marriage karya Merry Maeta Sari. Oleh sebab itu, peneliti
dapat mengambil kesimpulan bahwa penelitian ini bersifat mendukung
teori yang dikemukakan oleh Nurgiyantoro (2012), Waluyo (2011), dan
Sayuti (2000).
Selain menggunakan teori pakar sebagai acuan dalam menemukan
pokok pembahasan, peneliti juga menemukan tiga penelitian terdahulu
yang relevan dengan penelitian yang dikerjakan peneliti saat ini.
Penelitian terdahulu yang relevan, yaitu Esela (2020), mengenai analisis
alur dalam novel Jugun Ianfu (Jangan Panggil Aku Miyako),
menggunakan teori Nurgiyantoro (2015) dan Waluyo (2017). Esela
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
(2020) menemukan tujuh tahapan alur, yakni eksposisi, rangsangan,
gawatan, komplikasi, klimaks, leraian, dan selesaian. Kemudian, Esela
(2020) menemukan bahwa jenis alur yang digunakan oleh pengarang
dalam novel Jugun Ianfu (Jangan Panggil Aku Miyako) merupakan alur
campuran. Hal tersebut memiliki kecocokan dengan penelitian ini, yakni
keduanya menemukan tujuh tahapan alur sejak awal cerita hingga pada
penyelesaiannya. Kemudian, persamaan lain terletak pada jenis alur yang
digunakan oleh pengarang, yakni alur campuran. Berdasarkan bukti
analisis tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa penelitian ini hanya
bersifat mendukung penelitian Esela (2020).
Penelitian kedua yaitu Wulandari (2018), mengenai analisis tokoh
dalam novel Sunset dan Rosie, menggunakan teori Nurgiyantoro (1995).
Wulandari (2018) menemukan bahwa tokoh dalam novel Sunset dan
Rosie terbagi menjadi dua, yakni tokoh utama dan tokoh tambahan.
Wulandari (2018) menganalisis tahap alur dalam novel Sunset dan Rosie
dengan menggunakan teori Sudjiman (1988), dan menemukan delapan
tahapan alur, yakni paparan, rangsangan, gawatan, tikaian, rumitan,
klimaks, leraian, dan selesaian. Kemudian, Wulandari (2018)
menemukan bahwa jenis alur yang digunakan pengarang dalam novel
Sunset dan Rosie adalah alur maju mundur (campuran). Berdasarkan hal
tersebut, peneliti menemukan perbedaan referensi dan bukti analisis
mengenai tahapan alur, yang ditemukan oleh Wulandari (2018) dan
penelitian yang sedang dilakukan peneliti. Oleh sebab itu, peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
menyimpulkan bahwa penelitian ini bersifat membandingkan dari
penelitian Wulandari (2018).
Penelitian ketiga yaitu Ina (2020), mengenai analisis unsur intrinsik
menggunakan teori Nurgiyantoro (2015:259). Ina (2020) menemukan
bahwa tokoh dalam roman Larasati terbagi menjadi dua berdasarkan
peranan pentingnya, yakni tokoh utama dan tokoh tambahan. Ina (2020)
menganalisis tahap alur dalam roman Larasati dengan menggunakan
teori Nurgiyantoro (2015:167), dan menemukan lima tahapan alur yakni
penyituasian (situation), pemunculan konflik (generating circumstance),
peningkatan konflik (rising action), klimaks (climax), dan penyelesaian
(denouement). Kemudian, Ina (2020) mengungkapkan jenis alur yang
digunakan oleh pengarang dalam roman Larasati merupakan alur lurus
atau alur konvensional karena berdasarkan bukti kutipan yang
menunjukan alur, pengarang menceritakan kisah tanpa memunculkan
ataupun melibatkan masa lalu tokoh-tokohnya. Kronologi kejadian
diceritakan secara runtut. Berdasarkan hal tersebut, peneliti menemukan
perbedaan analisis mengenai tahapan alur, yang ditemukan oleh Ina
(2020) dan penelitian yang sedang dilakukan peneliti. Oleh sebab itu,
peneliti menyimpulkan bahwa penelitian ini bersifat membandingkan
dari penelitian Ina (2020).
Jika ditinjau kembali melalui kaitan pada teori pakar dan penelitian
terdahulu yang relevan, peneliti menyimpulkan bahwa secara
keseluruhan penelitian yang peneliti lakukan saat ini cenderung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
mendukung, membandingkan, dan menambahkan pendapat ahli maupun
acuan penelitian relevan sebelumnya.
4.3.2 Pembahasan Hasil Penelitian Konflik Batin Tokoh Utama Nina dalam
Novel Unperfect Marriage Karya Merry Maeta Sari
Peneliti menemukan satu acuan teori yang membahas mengenai
konflik batin, yakni teori Sayuti (2000). Sayuti, 2000:42) berpendapat
bahwa konflik kejiwaan biasanya merupakan perjuangan seseorang
melawan rasa egois dalam dirinya sendiri. Berdasarkan pendapat pakar
tersebut, konflik kejiwaan memiliki peranan penting karena dapat
memengaruhi perilaku tokoh di dalam keseluruhan isi cerita. Teori ini
didukung dengan temuan peneliti dalam novel Unperfect Marriage karya
Merry Maeta Sari. Nina selaku tokoh utama seringkali mengalami
gejolak dan konflik di dalam dirinya sendiri. Ia cenderung mengalami
kesulitan menentukan sikap yang layak dipilih dalam menghadapi
konflik rumah tangganya. Bukti teori ini terdapat pada kutipan 65),
“bibirnya kelu, dadanya terasa sesak menahan semuanya”. Bukti lain
juga terdapat pada kutipan 67), “kini ia dipaksa mengingat rasa
kehilangan bunda yang membuatnya semakin tersiksa”. Berdasarkan
kutipan tersebut terlihat jelas bahwa Nina mengalami konflik dengan
dirinya sendiri.
Teori ini juga mengemukakan bahwa penyebab konflik internal di
dalam diri tokoh muncul karena berbagai hal, diantaranya adalah tokoh
berkonflik dengan tokoh lainnya, berkonflik dengan kelompok tertentu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
berkonflik dengan lingkungan pergaulan, berkonflik dengan keluarganya,
dan berkonflik dengan Dewa atau Tuhannya (Sayuti, 2000:43).
Berdasarkan acuan tersebut, peneliti menemukan bahwa tokoh Nina
dalam novel Unperfect Marriage karya Merry Maeta Sari mengalami
gejolak internal di dalam dirinya disebabkan karena ia berkonflik dengan
suaminya, Dylan. Konflik yang dialami Nina mengarah pada rasa tidak
diterima dan di acuhkan terus menerus.
Peneliti menggunakan teori Abraham Maslow untuk menganalisis
lebih dalam, mengenai penyebab terjadinya konflik batin tokoh utama
novel Unperfect Marriage karya Merry Maeta Sari. Teori Maslow
(dalam Alwisol, 2004:241) mengemukakan pentingnya peran kebutuhan
dalam pembentukan kepribadian seseorang. Teori ini juga mencetuskan
bahwa terpenuhinya kebutuhan manusia didorong oleh kekuatan motivasi
akan kekurangan dan perkembangan. Motivasi ini kemudian akan
membentuk seseorang dalam mencapai kebutuhannya untuk berkembang
dan mencapai potensi diri menjadi lebih baik. Maslow (via Alwisol,
2004:240) mencetuskan lima tingkatan kebutuhan yang disusun
berdasarkan jenjang dari tingkat paling mendasar, yakni kebutuhan
fisiologis, kebutuhan keamanan (safety), kebutuhan dimiliki dan cinta
(belonging and love), kebutuhan harga diri (self esteem), dan kebutuhan
aktualisasi diri (meta). Peneliti mengacu pada teori tersebut dan
menemukan bahwa tiga poin kebutuhan, yakni fisiologis, keamanan, dan
harga diri tokoh Nina terpenuhi dengan baik. Tetapi, dua kebutuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
lainnya, yakni kebutuhan dimiliki dan cinta, serta aktualisasi diri tidak
terpenuhi dengan baik. Hal ini kemudian menjadi pemicu konflik batin
bagi tokoh Nina. Ia kehilangan kepercayaan diri, merasa tidak dicintai,
dan tidak dibutuhkan oleh suaminya.
Jika dikaitkan dengan teori motivasi dan kebutuhan dasar oleh
Maslow (dalam Alwisol, 2004:241), peneliti melihat adanya keterkaitan
teori tersebut dengan data temuan peneliti dalam novel Unperfect
Marriage karya Merry Maeta Sari. Tidak terpenuhinya kebutuhan-
kebutuhan dasar dapat memengaruhi perilaku, dan psikologi seseorang
dalam menjalani kehidupannya. Berdasarkan kaitan teori dan temuan
tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa penelitian ini bersifat mendukung
teori Maslow (dalam Alwisol, 2004) mengenai teori kebutuhan dasar
manusia.
Selain menggunakan teori pakar sebagai acuan dalam menemukan
pokok pembahasan, peneliti juga menemukan tiga penelitian terdahulu
yang relevan dengan penelitian yang dikerjakan peneliti saat ini.
Penelitian pertama ditulis oleh Esela (2020), dengan menggunakan teori
Maslow (dalam Alwisol, 2004:239). Esela (2020) menemukan bahwa
empat komponen terbawah tokoh Lasmirah yang meliputi kebutuhan
fisiologis, rasa aman, sosial, dan penghargaan tidak terpenuhi dengan
baik. Hal ini kemudian menjadi hambatan pada proses aktualisasi diri
tokoh tersebut. Komponen kebutuhan yang paling dominan memengaruhi
konflik batin Lasmirah adalah tidak terpenuhinya kebutuhan rasa aman,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
dicintai dan dimiliki, dan penghargaan, yang berkaitan dengan
pandangan orang-orang mengenai dirinya yang merupakan seorang
rasum Nippon.
Penelitian kedua ditulis oleh Wulandari (2018), dengan
menggunakan teori Maslow (dalam Alwisol, 2004). Wulandari (2018)
menemukan bahwa lima komponen kebutuhan dasar tokoh Tegar dalam
novel Sunset dan Rosie tidak terpenuhi dengan baik. Kebutuhan yang
paling dominan memengaruhi konflik batin Tegar yakni, kebutuhan rasa
aman. Tegar selalu merasa khawatir dan tertekan ketika keluarga Rosie
terkena bom di Jimbaran, Bali. Hal ini kemudian memicu konflik
berkepanjangan dalam diri Tegar, dan menghambat aktualisasi dirinya.
Jika dikaitan dengan kedua penelitian relevan tersebut, peneliti
menemukan adanya kecocokan pada penelitian yang sedang peneliti
lakukan. Kecocokan tersebut terlihat pada tidak terpenuhinya kebutuhan-
kebutuhan mendasar tokoh, yang membuat aktualisasi diri menjadi
terhambat. Tokoh Nina dalam novel Unperfect Marriage mengalami
hambatan yang sama dengan tokoh Lasmirah dan Tegar, yakni tidak
terpenuhinya beberapa kebutuhan mendasar manusia. Hal tersebut
kemudian memicu terjadinya konflik batin tokoh dalam menentukan
langkah, dan mengambil keputusan untuk menghadapi permasalahan
selanjutnya. Tekanan dan gejolak ini menghambat perkembangan
seseorang untuk mencapai aktualisasi diri. Berdasarkan kecocokan yang
ditemukan peneliti tersebut, dapat disimpulkan bahwa penelitian ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
bersifat mendukung dan menambahkan penelitian dari Esela (2020), dan
Wulandari (2018).
Berdasarkan kaitan antara teori pakar dan penelitian terdahulu yang
relevan, peneliti menyimpulkan bahwa secara keseluruhan penelitian
yang peneliti lakukan saat ini cenderung mendukung, membandingkan,
dan menambahkan pendapat ahli maupun acuan penelitian relevan
sebelumnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
BAB V
PENUTUP
Bab ini berisi mengenai simpulan dan saran. Subbab simpulan merupakan
hasil simpulan berdasarkan identifikasi, analisis, dan interpretasi yang telah
dilakukan oleh peneliti. Subbab saran berisi mengenai saran-saran yang akan
dipaparkan bagi pembaca, dan bagi peneliti selanjutnya.
5.1 Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, diperoleh dua
simpulan pada penelitian ini. Pertama, novel Unperfect Marriage memiliki
tokoh-tokoh cerita dan terbagi menurut peranannya. Tokoh utama dalam
novel ini adalah seorang wanita muslim bernama Nina, sedangkan tokoh
tambahan ialah Dylan, Andhika, Rara, Ibu Rahma, dan Winda. Penokohan
dalam novel Unperfect Marriage karya Merry Maeta Sari yaitu tokoh Nina
digambarkan sebagai wanita muslim yang shalihah, baik hati, bimbang, sabar,
bertanggung jawab dan mudah gelisah. Tokoh Dylan digambarkan sebagai
pria yang dingin, cuek, tak banyak bicara, bimbang, tidak jujur, mau
mengakui kesalahan, dan sangat penyayang terhadap orang tuanya. Tokoh
Andhika digambarkan sebagai pria yang percaya diri, ramah, humoris dan
juga baik hati. Tokoh Rara digambarkan sebagai wanita dengan pembawaan
yang ceria, penuh drama, ceplas-ceplos, apa adanya, baik hati dan suka
bercanda.Tokoh Ibu Rahma digambarkan sebagai sosok seorang ibu yang
sangat pengertian, perhatian, baik hati, tetapi juga tegas dan berwibawa.
Tokoh Winda digambarkan sebagai sosok wanita yang baik hati, berterus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
terang, mau meminta maaf, dan mau mengalah. Alur yang digunakan dalam
novel Unperfect Marriage merupakan alur campuran. Pengarang
menyisipkan alur flashback pada beberapa bab. Kemudian pada bab-bab
berikutnya, pengarang mengarahkan cerita pada kejadian masa kini yang
merupakan dampak dari masa lalu tersebut (alur maju). Tahapan alur dalam
novel Unperfect Marriage karya Merry Maeta Sari terbagi ke dalam beberapa
bagian, yakni tahap eksposisi (exposition), tahap rangsangan (inciting
moment), gawatan (rising action), komplikasi (complication), klimaks
(climax), leraian (falling action) dan penyelesaian (denouement).
Kedua, konflik yang dominan terlihat pada novel ini mengarah pada
konflik rumah tangga yang terjadi antara Nina dan Dylan. Permasalahan
tersebut memicu tekanan dan gejolak pada diri Nina. Konflik batin pertama
kali muncul saat Nina menerima penolakan dari Dylan di malam pernikahan.
Permasalahan menjadi rumit saat Dylan mengungkapkan ia tidak mencintai
Nina dan menjalin hubungan dengan wanita lain. Selanjutnya, tekanan
semakin berat dialami Nina saat muncul rasa iri, sakit hati, dan rendah diri,
ketika berhadapan langsung dengan sosok wanita yang menjalin hubungan
dengan suaminya, Winda. Hal ini semakin memperjelas bahwa tokoh utama
seringkali mengalami konflik dalam dirinya, yakni rasa tidak percaya diri,
kehilangan, kecewa, sakit hati, tidak diterima, dan tidak dicintai. Secara
keseluruhan, konflik batin yang dialami cenderung mengarah pada
pertentangan Nina dengan dirinya sendiri, serta pertentangan antara Nina dan
Dylan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Konflik batin tokoh Nina yang telah ditemukan dalam novel Unperfect
Marriage, dikategorikan berdasarkan teori kebutuhan dasar manusia oleh
Abraham Maslow. Berdasarkan teori kebutuhan dasar tersebut, peneliti
menemukan tiga komponen kebutuhan meliputi fisiologis, keamanan, dan
harga diri/penghargaan Nina terpenuhi dengan baik. Tetapi, dua komponen
kebutuhan yang lain, yakni kebutuhan akan cinta/dimiliki dan kebutuhan
aktualisasi diri (meta) mengalami hambatan. Hal inilah yang kemudian
menjadi pemicu terbesar konflik batin tokoh utama Nina dalam novel
Unperfect Marriage karya Merry Maeta Sari.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan beberapa hal yang belum
terjawab, sehingga peneliti memberikan beberapa saran. Saran tersebut
antara lain sebagai berikut.
1. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti lain, diharapkan dapat meneliti dan mengembangkan
penelitian dengan objek dan tinjauan yang lebih beragam.
2. Bagi Pembaca
Penelitian ini diharapkan dapat membantu pembaca dalam memahami
isi novel secara mendalam. Selain itu, akan lebih baik apabila pembaca
juga memperdalam buku yang menjadi referensi pada karya ilmiah ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
DAFTAR PUSTAKA
Alwisol. 2004. Psikologi Kepribadian Edisi Revisi. Malang: Um Press.
Endraswara, Suwardi. 2013. Metodologi Penelitian Sastra Epistemologi, Model,
Teori, dan Aplikasi. Yogyakarta: CAPS (Center for Academic Publishing
Service).
Esela, Desmania. 2020. Analisis Konflik Batin Tokoh Utama Lasmirah Novel
Jugun Ianfu karya E. Rokajat Asura. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP,
Universitas Sanata Dharma.
Kesuma, Tri Mastoyo Jati. 2007. Pengantar (Metode) Penelitian Bahasa.
Yogyakarta: Carasvatibooks.
Making, Yuliana Ina Tuto Banyu. 2020. Analisis Unsur Intrinsik (Tokoh,
Penokohan, Alur, Latar, dan Tema) Roman Larasati Karya Pramoedya
Ananta Toer. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP, Universitas Sanata Dharma.
Minderop, Albertine. 2013. Psikologi Sastra. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Indonesia.
Noor, Juliansyah. 2011. Metodologi Penelitian Skripsi, Tesis, Disertasi, dan
Karya Ilmiah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Nurgiyantoro, Burhan. 2012. Teori Pengkajian Fiksi (Edisi Revisi). Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Nurgiyantoro, Burhan. 2015. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Santosa, Wijaya Heru & Sri Wahyuningtyas. 2011. Pengantar Apresiasi Prosa.
Surakarta: Yuma Pustaka.
Sari, Maeta Merry. 2015. Unperfect Marriage. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
Sayuti, Suminto A. 2000. Berkenalan dengan Prosa Fiksi. Yogyakarta: Gama
Media.
Siswantoro. 2010. Metode Penelitian Sastra Analisis Struktur Puisi. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Suhita, Sri & Rahmah Purwahida. 2018. Apresiasi Sastra Indonesia dan
Pembelajarannya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Waluyo, Herman J. 2011. Pengkajian dan Apresiasi Prosa Fiksi. Surakarta: UNS
Press.
Wellek, Rene & Austin Warren. 2014. Teori Kesusastraan. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Wulandari, Fransiska Wenny. 2018. Analisis Konflik Batin Tokoh Utama Tegar
Dalam Novel Sunset dan Rossie karya Tere Liye (Pendekatan Psikologi
Sastra). Skripsi. Yogyakarta: PBSI, FKIP, Universitas Sanata Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
BIOGRAFI PENULIS
Antonia Pia Luneta Kelawing, lahir di Barong
Tongkok, Kabupaten Kutai Barat, Provinsi
Kalimantan Timur, pada tanggal 17 Januari 1998.
Pada tahun 2001 menempuh pendidikan di Taman
Kanak-Kanak Sendawar dan lulus pada tahun 2003.
Pada tahun 2003 melanjutkan pendidikan di SD
Katolik 4 WR. Soepratman dan lulus pada tahun
2009. Pada tahun 2009 melanjutkan pendidikan di SMP Katolik 2 WR.
Soepratman dan lulus pada tahun 2012. Selanjutnya, pada tahun 2012 melanjutkan
pendidikan di SMA Negeri 1 Sendawar dan lulus pada tahun 2015. Penulis
tercatat sebagai mahasiswa aktif di program studi Pendidikan Bahasa Sastra
Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta sejak tahun 2015. Masa perkuliahan diakhiri dengan menyelesaikan
skripsi yang berjudul Konflik Batin Tokoh Utama Nina dalam Novel Unperfect
Marriage karya Merry Maeta Sari: Tinjauan Psikologi Sastra.MPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
LAMPIRAN
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
TRIANGULASI DATA
KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA NINA
DALAM NOVEL UNPERFECT MARRIAGE KARYA MERRY MAETA SARI: TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA
Nama Mahasiswa : Antonia Pia Luneta Kelawing
Nomor Induk Mahasiswa : 151224077
Program Studi : Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Dosen Pembimbing I : Septina Krismawati, S.S., M.A.
Dosen Pembimbing II : Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.
Penelitian ini membahas mengenai kajian unsur intrinsik dan konflik batin tokoh utama Nina novel Unperfect Marriage karya
Merry Maeta Sari. Data dalam penelitian ini berupa kutipan-kutipan kalimat atau paragraf yang terdapat di dalam novel Unperfect
Marriage. Untuk menentukan keabsahan penelitian ini maka peneliti menggunakan triangulasi data. Triangulasi yang digunakan pada
penelitian ini adalah triangulasi sumber atau ahli. Triangulator ahli sebagai penyidik yang memberikan evaluasi kajian objek penelitian
untuk menentukan kebenaran data yang telah diperoleh. Oleh karena itu, triangulator dimohon untuk memeriksa ataupun meninjau kembali
data yang telah diperoleh dan dianalisis peneliti. Triangulator ahli pada penelitian ini, yaitu Ibu Muncar Tyas Palupi, S.S., M.Hum.
A. Rumusan Masalah
Peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut.
a. Bagaimanakah tokoh, penokohan, dan alur dalam novel Unperfect Marriage karya Merry Maeta Sari?
b. Konflik batin apa saja yang di alami oleh tokoh utama dalam novel Unperfect Marriage karya Merry Maeta Sari berdasarkan teori
Abraham Maslow?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
Berikut ini adalah hasil dari penelitian menganalisis unsur intrinsik novel yakni, A. Tokoh, B. Penokohan, C. Alur dalam novel
Unperfect Marriage karya Merry Maeta Sari yang perlu di validasi oleh ahli pakar. Berilah tanda (√). pada kolom “setuju” atau
“tidak setuju” yang menggambarkan penilaian anda terhadap hasil analisis unsur intrinsik novel Unperfect Marriage karya Merry
Maeta Sari, serta berilah keterangan yang dapat membuat kebenaran hasil analisis tersebut.
A. Tokoh
No. Unsur
Nama
Tokoh Hasil Analisis Keterangan Hasil Analisis
Triangulator
Catatan Setuju
Tidak
Setuju
1. Tokoh Utama Tokoh Nina Tokoh Nina disebut sebagai
tokoh utama dalam Novel
Unperfect Marriage karya
Merry Maeta Sari. Nina
diceritakan sebagai sosok
perempuan yang memiliki
permasalahan dalam kehidupan
pernikahannya. Nina merupakan
tokoh yang diutamakan dalam
cerita ini, hal tersebut dapat
dibuktikan melalui peristiwa-
peristiwa berikut.
Dalam novel Unperfect
Marriage, tokoh Nina
diceritakan sebagai sosok
perempuan yang mengalami
gejolak batin dalam
memperjuangkan
pernikahannya. Nina menikah
dengan Dylan, mantan kakak
kelasnya ketika masih duduk di
bangku SMA. Beberapa bulan
menjalani kehidupan rumah
tangga, persoalan mulai terjadi,
sebab pernikahan ini tidak di
dasari oleh rasa cinta dari
Dylan.
√ Supaya lebih
jelas, bagian
yang
merupakan
bukti kutipan
dicetak tebal
saja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
1) Ya, sore ini, seperti yang
sudah direncanakan dua
minggu lalu, aku akan
dilamar secara resmi,
dihadapan kedua keluarga
besar kami. Sebenarnya
acara lamaran ini hanya
untuk formalitas saja.
Toh, pada akhirnya
memang tak ada alasan
untukku menolak lamaran
ini (Sari, 2015:11).
2) Kemudian aku mencoba
meraba hati, untuk kesekian
kali, semenjak tawaran itu
diberikan padaku. Lagi-
lagi aku masih belum bisa
menetapkan (Sari, 2015:
10).
3) Bahkan memimpikan untuk
berteman dekat dengannya
pun aku tak pernah berani.
Lelaki dengan sorot mata
tajam itu masih sama seperti
pemuda berseragam putih
Pada kutipan 1), bahwa
membuktikan bahwa cerita
bermula dari perjodohan yang
dilakukan oleh kedua pihak
keluarga yang telah disepakati
bersama. Nina, akan
dijodohkan dengan Dylan. Hal
inilah yang akan menyeret
Nina pada serangkaian konflik
tak terduga.
Pada kutipan 2), membuktikan
bahwa Nina memiliki rasa ragu
dan bimbang untuk
melanjutkan perjodohan yang
direncanakan oleh kedua orang
tuanya. Nina mulai kembali
menimbang-nimbang apakah
keputusannya benar atau tidak.
Pada kutipan 3), membuktikan
bahwa lelaki yang kini
dijodohkan dengan Nina
merupakan lelaki yang
disukainya sejak lama. Bukti
terlihat jelas pada kalimat
“pemuda berseragam putih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
abu-abu tujuh tahun silam
yang membuat dadaku
berdesir tiap kali namanya
disebut (Sari, 2015: 12).
4) Aku masih berusia 15
tahun kala itu, baru
memasuki jenjang
Sekolah Menengah Atas.
Aku tak pernah benar-benar
mengenalnya. Hanya saja
suatu hari, wajah kaku dan
sorot matanya yang dingin
serta suaranya yang dalam
dan penuh peringatan
mencegahku melewati jalan
yang ternyata dijadikan
tempat untuk tawuran
dengan murid lain (Sari,
2015:12).
5) Meskipun aku tak pernah
benar-benar berani
mendekatinya, tetapi harus
kuakui, bahwa ialah yang
abu-abu tujuh tahun silam yang
membuat dadaku berdesir”.
Akan tetapi Nina tidak pernah
berani mengungkapkannya.
Bukti terlihat jelas pada
kalimat “bahkan memimpikan
untuk berteman dekat
dengannya pun aku tak pernah
berani”.
Pada kutipan 4), membuktikan
bahwa Nina sudah mengenal
Dylan sejak di duduk di
bangku SMA. Saat pertama
kali mengenal Dylan, Nina
langsung jatuh cinta padanya.
Meskipun tidak pernah benar-
benar saling mengenal, tetapi
Nina memiliki ketertarikan
yang cukup besar terhadap
Dylan sejak saat itu.
Pada kutipan 5), membuktikan
bahwa sejak pertemuan
pertama dengan Dylan secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
membuat hari-hariku di
sekolah menjadi semakin
bersemangat (Sari,
2015:13).
6) Sebelumnya aku tak
pernah berani
membayangkan, menikah
dengan seseorang yang
selama ini kupuja diam-
diam, aku sering merasa ia
jauh tak terjangkau,
meskipun sebenarnya dia
lebih dekat dari yang aku
kira (Sari, 2015:16).
7) Seharusnya aku
mengetahuinya sejak awal.
Bahwa setiap
ketidakpeduliannya bukan
semata-mata untuk
menjaga hubungan kami
sebelum halal. Tapi
karena sesungguhnya ia
tak pernah menginginkan
pernikahan ini sejak awal.
Tapi mengapa? Mengapa ia
tetap melanjutkan proses
pernikahan kami, bahkan
tidak sengaja, Nina mengagumi
dan menyukai lelaki itu.
Pada kutipan 6), membuktikan
bahwa Nina sudah sejak lama
mengidolakan Dylan secara
diam-diam. Tetapi ia selalu
berpikir bahwa tak akan
mungkin dapat memiliki
Dylan. Tapi ternyata, saat ini
Dylan justru berada sangat
dekat karena dijodohkan
dengan dirinya.
Pada kutipan 7), membuktikan
bahwa adanya penolakan
secara tak langsung yang
dilakukan oleh Dylan terhadap
Nina. Hal ini dibuktikan pada
kalimat “bahwa
ketidakpeduliannya bukan
semata-mata untuk menjaga
hubungan kami, tapi karena
sesungguhnya ia tak
menginginkan pernikahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
sampai perjanjian yang
mengguncang langit. Ijab
kabulnya di depan Ayah dan
seluruh saksi? Allah . . !
(Sari, 2015: 17).
sejak awal”. Adanya Konflik
batin mulai dirasakan oleh
Nina yang tidak menyangka
bahwa Dylan tidak ingin
perjodohan dilakukan, tetapi
memilih untuk tetap
melangsungkan pernikahan.
2. Tokoh
Tambahan
Tokoh
Dylan 8) Dylan menghela napas,
memilih tak menjawab dan segera menghentikan
sesi sarapannya kemudian
meninggalkanku (Sari,
2015: 19)
9) Aku sempat menoleh ke
arah Dylan. Mereka ...
mengobrol begitu hangat.
Suatu hal kecil yang bahkan
tak pernah kulakukan
dengannya (Sari, 2015: 22).
10) Nina cantik, sungguh, ia
juga baik. Dia seharusnya
sangat mudah dicintai. Tapi
tidak bagiku. Hatiku
sudah kutambatkan pada
gadis lain (Sari, 2015: 26)
11) Hari itu aku dipertemukan
dengan Nina, gadis itu lebih
banyak menunduk
dibandingkan
Tokoh tambahan pertama
bernama Dylan. Tokoh ini
merupakan sosok pria yang
dijodohkan dengan Nina.
Perjodohan tersebut
sesungguhnya tidak diinginkan
oleh Dylan, tetapi ia tak
mampu menolak keinginan
sang ibu untuk menikahi Nina.
Pada kutipan 8) 9), 10), 11),
dan 12), membuktikan bahwa
keterlibatan Dylan cukup
berpengaruh dalam alur cerita
secara keseluruhan, karena ia
merupakan tokoh yang
berkonflik secara langsung
dengan tokoh utama.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
memandangku. Dan saat
pandangan kami bertemu,
aku hanya takut satu hal:
dia jatuh cinta padaku.
Atau ... sebaliknya. Karena
aku melihat sesuatu di
matanya. Sesuatu yang tak
kutahu itu apa (Sari, 2015:
28).
12) Kehormatan keluarga yang
sudah melamar Nina,
perasaan Nina, perasaan
keluarga Nina jika aku
membatalkan pernikahan
ini terus berputar di
kepalaku. Dan
menikahlah kami (Sari,
2015: 29).
3. Tokoh
Tambahan
Tokoh
Andhika 13) Astaga! Akhirnya aku
bertemu dengan gadis itu
lagi, sudah berapa bulan
aku tak pernah bertemu
dengannya lagi setelah
kecelakaan itu. Bodohnya
saat kami berkenalan dulu,
aku tak sempat meminta
nomor ponselnya (Sari,
2015: 39).
14) “Eh, Mas Andhika, kan?”
tanyanya lagi tersenyum
Tokoh tambahan kedua
bernama Andhika . Tokoh ini
merupakan lelaki muda yang
secara tidak sengaja bertemu
Nina dalam sebuah kecelakaan
kecil. Andhika merupakan
seorang putra pemilik yayasan
sekolah tempat Nina mengajar.
Pada kutipan 13), 14), dan 15),
membuktikan bahwa tokoh
Andhika terlibat dalam isi
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
padaku. Masih senyum
yang sama, senyum yang
membuatku tak bisa
melupakan wajahnya. Kini
akhirnya aku bisa bertemu
lagi dengan gadis ini (Sari,
2015: 39).
15) Andhika menebarkan
senyum manisnya
kemudian
memperkenalkan diri,
beberapa guru bercanda
menggodanya, dan ia hanya
tersenyum. Matanya sempat
menangkap sosok Nina,
kemudian Andhika hanya
tersenyum penuh arti pada
Nina yang masih tak
percaya dengan apa yang
dilihatnya (Sari, 2015: 40).
cerita novel Unperfect
Marriage, tetapi
kemunculannya cenderung
singkat. Ia juga beberapa kali
terlibat percakapan langsung
dengan tokoh utama. Hal ini
membuktikan bahwa tokoh
Andhika merupakan tokoh
tambahan.
4. Tokoh
Tambahan
Tokoh Rara 16) Namanya Zahrana, atau
biasa dipanggil Rara atau
Bu Rara, tipikal gadis
yang ceria. Usianya satu
tahun dibawah Nina,
meskipun mereka
sebenarnya satu angkatan.
Setelah lulus dari jurusan
Sastra Inggris di salah satu
universitas swasta di
Tokoh tambahan ketiga
bernama Rara. Rara merupakan
rekan kerja Nina di sekolah.
Rara lebih muda satu tahun
dari Nina dan merupakan guru
Bahasa Inggris. Tokoh Rara
diceritakan sebagai sosok
perempuan muda yang sangat
mengidolakan film drama dan
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
Jakarta, ia mendaftar
sebagai guru Bahasa Inggris
di SMP tersebut bersamaan
dengan Nina (Sari, 2015:
42).
17) Nina terkikik pelan, ia
tahu Rara pecinta berat
K-pop, dan dia memang
mengidolakan Super
Junior. Beberapa kali Rara
memang bercerita pada
Nina, tepi tentu saja Nina
tidak tahu kalau Andhika
mirip dengan salah satu
member boyband ternama
itu (Sari, 2015: 44).
18) Awalnya Rara tidak
sadar. Tulisan Nina begitu
rapi, seperti novel-novel
dengan menggunakan sudut
pandang orang pertama.
Rara menyadari bahwa itu
bukan sebuah novel sesaat
setelahnya (Sari, 2015: 57).
boy grup Korea Selatan.
Pada kutipan 16, 17), dan 18),
membuktikan bahwa tokoh
Rara ikut hadir dalam isi cerita
dan menjadi pendukung atau
sahabat bagi Nina. Berdasarkan
hal ini, dapat dikatakan bahwa
Rara merupakan tokoh
tambahan karena hanya hadir
dalam situasi tertentu.
5. Tokoh
Tambahan
Tokoh Ibu
Rahma
19) Tante Rahma, wanita
yang sangat kuhormati,
begitu pula keluargaku.
Beliau seorang pengusaha
batik, sebelumnya Bunda
sudah lebih dulu bekerja
Tokoh tambahan keempat
bernama Ibu Rahma yang
merupakan ibu kandung Dylan.
Ibu Rahma juga merupakan
bos di tempat kerja Yana, Ibu
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
sama dengan beliau (Sari,
2015: 12).
20) Ibu Rahma menginginkan
putra sulungnya itu untuk
menikahi Nina. Sejak awal
Ibu Rahma tahu kalau
Dylan setengah hati
menerima permintaan beliau
untuk menikah dengan
Nina. Ya, Dylan mencintai
wanita lain, Winda, teman
SMA-nya (Sari, 2015:117).
21) Ibu Rahma tersenyum
jahil. Sayang sekali beliau
tidak bisa melihat ekspresi
Dylan ketika digoda
seperti itu. Meskipun tak
yakin juga. Sebab Dylan
termasuk dalam jajaran
makhluk-makhluk datar,
persis seperti almarhum
Papanya (Sari, 2015: 121).
kandung Nina. Sejak awal, Ibu
Rahma mencetuskan
keinginannya untuk
menjodohkan Dylan dan Nina.
Ibu Rahma mengetahui bahwa
putranya setengah hati
menerima perjodohan yang
telah ia buat karena Dylan
telah mencintai wanita lain.
Wanita yang dicintai Dylan
bernama Winda, teman
sekolahnya ketika SMA.
Pada kutipan 19), 20), dan 21),
membuktikan bahwa tokoh Ibu
Rahma hanya muncul pada
beberapa kesempatan. Selain
itu, cerita mengenai dirinya
cenderung pendek-pendek. Hal
ini membuktikan bahwa Ibu
Rahma merupakan tokoh
tambahan.
6. Tokoh
Tambahan
Tokoh
Winda 22) Winda adalah satu-
satunya wanita yang
tergabung dalam geng
Dylan. Dia tidak seperti
kebanyakan gadis lainnya.
Semua penduduk SMA juga
Tokoh tambahan kelima
bernama Winda. Ia adalah
teman Dylan semasa SMA.
Tokoh Winda juga dihadirkan
sebagai sosok orang ketiga
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
tahu kalau dia adalah putri
seorang pengusaha sukses.
Sebagai seorang putri kaya,
dia cukup berbeda. Dia
lebih suka tampil seenaknya
dan tomboi, jauh dari kata
manja dan feminin (Sari,
2015: 21).
23) Pria yang menodainya telah
meninggalkannya tanpa
memberi penjelasan. Ketika
kami membawanya ke
rumah sakit, kami baru tahu
bahwa ia kehilangan
janinnya yang baru berusia
tujuh minggu. Ia semakin
terpuruk dan depresi. Tak
ada satu pun teman yang
mengetahui keadaan
Winda saat itu kecuali aku
(Sari, 2015:27-28).
24) Winda masih enggan
bertemu dengan pria itu.
Bahkan untuk sekadar
mendengar penjelasan
Dylan tentang
kebohongannya (Sari, 2015:
61).
dalam konflik rumah tangga
Nina dan Dylan. Pada kutipan
22), 23) dan 24) membuktikan
bahwa tokoh Winda memiliki
keterlibatan dalam isi cerita.
aka tetapi, cerita mengenai
tokoh ini perlahan memudar
hingga akhir cerita. hal ini
membuktikan bahwa Winda
merupakan tokoh tambahan
yang hanya muncul saat
karakternya dibutuhkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
B. Penokohan
No. Nama
Tokoh Penokohan Hasil Analisis Keterangan Hasil Analisis
Triangulator
Catatan Setuju
Tidak
Setuju
1. Tokoh
Nina
Shalihah, baik
hati, bimbang,
sabar,
bertanggungjawab,
dan gelisah.
Tokoh Nina digambarkan
sebagai sosok wanita yang
shalihah, baik hati, bimbang,
gelisah namun juga sabar. Hal
tersebut dapat dibuktikan
melalui beberapa peristiwa
berikut.
25) Meskipun tinggal dalam
satu rumah, kami
selayaknya orang asing.
Melakukan aktivitas kami
masing-masing tanpa
memedulikan yang
lainnya. Bahkan kami
tidur di kamar terpisah. Ia
tak pernah berbicara
padaku lebih dari dua
kalimat panjang.
Terkadang aku
mengutuki kebodohanku
... tetap bertahan dalam
rumah tangga yang
cacat ini, meski aku tahu
benar apa alasannya
Pada kutipan 25), hubungan
Nina dan Dylan tidak
berkembang ke arah yang
lebih baik, terlihat jelas
dalam kutipan bahwa tidak
adanya komunikasi yang
baik diantara keduanya.
Nina tetap bersabar dalam
menjalani kehidupan rumah
tangga. Watak ini
ditunjukan dengan teknik
dramatik pikiran dan
terlihat pada kalimat
“terkadang aku mengutuki
kebodohanku ... tetap
√ Bagian kata yang
merupakan bukti
kutipan, supaya
lebih jelas terbaca,
sebaiknya dicetak
tebal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
(Sari, 2015:17).
26) Dylan tersenyum dan
bergegas membuka pagar,
Nina yang baru keluar
dari mobil kemudian
berjalan mendekat ke
arah sang suami. Nina
mencium tangan Dylan
dengan khidmat.
“Assalamualaikum.” (Sari, 2015:187).
27) Satu sisi aku begitu
bersemangat, tapi di sisi
lain ada sesuatu yang
membuatku sedemikian
meragu. Sebab sejak awal
hatiku sudah tak lagi
imbang. Ia memilih
cenderung, pada suatu
bertahan dalam rumah
tangga yang cacat ini,
meski aku tahu benar apa
alasannya”..
Pada kutipan 26),
membuktikan bahwa Nina
digambarkan sebagai sosok
muslimah yang shalihah.
Watak shalihah ini
ditunjukan dengan teknik
dramatik tingkah laku yang
terlihat ketika ia
menunjukan sikap santun
dan menghormati pada saat
menyebutkan salam serta
mencium tangan suami
dengan khidmat.
Pada kutipan 27),
membuktikan bahwa Nina
memiliki watak bimbang.
Ia bersemangat tetapi juga
meragu di waktu
bersamaan. Sejak awal,
hatinya belum mampu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
hal yang sebenarnya
belum ku pastikan (Sari,
2015: 11).
28) “Ya sudah, kalau begitu
izinkan saya untuk
membayar pengobatan
Mas, saya juga harus
ikut tanggung jawab.”
Ujarku meyakinkannya
(Sari, 2015:8).
29) Terlebih saat aku tahu
siapa lelaki itu. Satu sisi
aku begitu bersemangat,
tapi di sisi lain, ada
sesuatu yang
membuatku sedemikian
meragu (Sari, 2015:11).
menetapkan pilihan. Watak
ini ditunjukan dalam teknik
dramatik perasaan.
Pada kutipan 28)
membuktikan bahwa Nina
memilih untuk tetap
membantu membayar biaya
perawatan di rumah sakit
sebagai bentuk tanggung
jawab. Watak ini
ditunjukan dengan teknik
dramatik cakapan.
Pada kutipan 29), saat Nina
mengetahui sosok lelaki
yang dijodohkan dengan
dirinya, ia bersemangat dan
menginginkan perjodohan
tersebut. Tetapi disaat
bersamaan, muncul
perasaan ragu dan tak yakin
dengan keputusannya.
Watak ini ditunjukan
dengan teknik dramatik
perasaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
30) Diam-diam aku merasa
lega ia tak meminta biaya
perbaikan motor, tapi aku
juga merasa tak enak,
sebab, meskipun
bersalah tapi ia sudah
berusaha tak
membuatku celaka dan
malah membuat dirinya
sendiri cedera (Sari,
2015:8).
Pada kutipan 30), Nina
keberatan untuk membiayai
kerusakan motor yang
dialami Andhika. Ia merasa
gelisah dan tidak enak,
karena Andhika mengalami
cukup banyak kerugian
akibat melindunginya dari
bahaya. Watak itu
ditunjukan dengan teknik
dramatik perasaan dalam
kalimat “tapi aku juga
merasa tak enak, sebab
meskipun bersalah tetapi ia
sudah berusaha tak
membuatku celaka”.
2. Tokoh
Dylan
Bimbang, tidak
jujur, dingin,
mengakui
kesalahan,
berbakti pada
orang tua,
penyayang.
Tokoh Dylan memiliki sifat
yang seringkali merasa
bimbang dan tidak jujur. Ia
juga tak banyak bicara, tetapi
sangat menyayangi Ibunya.
Selain itu ia juga mengakui
kesalahannya pada diri
sendiri. Hal tersebut dapat
dibuktikan dalam peristiwa-
peristiwa berikut.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
31) Dan sekarang aku merasa
begitu brengsek. Aku
mencintai gadis lain,
tapi aku tak mampu
menolak keinginan
Mama untuk menikahi
gadis pilihannya (Sari,
2015:26)
32) Antara rasa senang
karena cintaku
akhirnya berbalas dan
rasa bersalah yang
dalam padanya karena
aku justru telah
mengkhianatinya, dan
juga mengkhianati istri
yang mungkin kini
menantiku di dalam
pengantin kami (Sari,
2015: 30).
33) Dylan kembali terdiam.
Tak tahu harus berkata
apa. Ia sendiri tak tahu
sejak dan sampai kapan
Pada kutipan 31), Dylan
mengakui bahwa ia tak bisa
menentukan pilihan
mengenai wanita mana
yang akan dipilihnya.
Dylan menganggap dirinya
adalah seorang pecundang.
Watak ini ditunjukan
dengan teknik dramatik
pikiran.
Pada kutipan 32), Dylan
juga menganggap bahwa
dirinya seorang pengecut
karena menjalin hubungan
dengan dua wanita
sekaligus. Dylan tak berani
berterus terang kepada
keduanya. Watak ini
ditunjukan dengan teknik
dramatik pikiran.
Pada kutipan 33), Dylan
seringkali berpikir
mengenai keputusannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
ia bimbang. Bahkan di
persimpangan seperti
ini, saat ia harus
memutuskan. Ia masih
saja bimbang. Meragu
pada pilihan yang
dibuatnya sendiri sejak
awal (Sari, 2015:63).
34) “Jadi ... Mama nanti
tinggal dimana?” tanya
Dylan ketika akhirnya Ibu
Rahma menelpon dan
mengabarkan tentang
rencana renovasi rumah.
“Ya di rumah kamu,
Nang,” alias anak lanang.
Dylan tak menjawab apa-
apa. Lagi pula mana
tega ia membiarkan
Mamanya tinggal di
apartemen atau
kontrakan, atau
menginap di rumah
saudara lain. Sementara
ia punya anak lelaki
yang sudah punya
rumah sendiri (Sari,
tetapi belum mampu
memilih pilihan mana yang
akan dipilihnya. Kutipan ini
menunjukan bahwa Dylan
memiliki sifat bimbang dan
ragu. Watak ini ditunjukan
dengan teknik dramatik
perasaan.
Pada kutipan 34), Dylan
sedikit terkejut ketika
ibunya memutuskan untuk
tinggal sementara bersama
dirinya dan Nina selama
masa renovasi rumah.
Kutipan ini menunjukan
bahwa Dylan menyayangi
ibunya dan tak tega jika
sang ibu harus menginap di
tempat lain. Watak ini
ditunjukan dengan teknik
dramatik tingkah laku.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
2015:120)
35) Kalimat Mama hari itu
seperti tamparan keras
bagiku. Aku memang
bukan seorang alim.
Tapi aku tahu seberapa
kuat rida seorang ibu
dalam kehidupan anak-
anaknya, dan aku tahu
mengapa Mama begitu
menginginkan
pernikahan ini (Sari,
2015:28).
Pada kutipan 35), Dylan
merenungkan kembali
pembicaraan dengan
ibunya. Melalui teknik
dramatik pikiran, Dylan
terlihat berbakti pada orang
tuanya dan memikirkan rida
sang ibu untuk
kehidupannya yang lebih
baik. Selain itu, Dylan juga
mengetahui keinginan
ibunya sangat serius
mengenai perjodohan
tersebut.
3. Tokoh
Andhika
Percaya diri,
ramah, humoris,
tampan, dan baik
hati
Tokoh Andhika digambarkan
sebagai sosok pria tampan
dengan sifat yang ramah, dan
humoris. Selain itu, ia juga
baik hati. Hal itu dapat
dibuktikan melalui peristiwa-
peristiwa berikut.
36) “Nina, kan?” tanyaku
memastikan gadis yang
berdiri tak jauh dari
tempatku berdiri. Ia
Pada kutipan 36), Andhika
kembali bertemu Nina
setelah beberapa waktu lalu
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
menoleh dan
memandangiku bingung
beberapa saat. Aku
tersenyum lebar, muka
gantengku bukan jenis
muka yang mudah
dilupakan, kan? Astaga! (Sari, 2015:39).
37) Ya Allah . . . minta
jodoh, ya, Allah, kalau
bukan Nina . . . Nina
aja, deh, ya Allah. Tapi
udah nggak bisa, ya?
Terus saya kawin sama
siapa, ya Allah? Giliran
mau serius aja begini
amat dah! Apa jangan-
jangan saya belum
waktunya serius, ya?
(Sari, 2015:100).
38) “Pak Andhika nggak
kepikiran buat nikah,
tho?”
“Yee, si Bapak, masa
pertemuan pertama mereka
berakhir di rumah sakit.
Andhika menyadari bahwa
ia menyukai Nina, dan
dengan rasa percaya diri
mengaku bahwa wajahnya
yang tampan tak mudah
dilupakan. Teknik yang
digunakan dalam
penokohan ini adalah
teknik ekspositori.
Pada kutipan 37), Setelah
Andhika mengetahui bahwa
Nina sudah menikah,
Andhika patah hati dan
putus asa. Akan tetapi, rasa
patah hati diungkapkan
dengan cara yang humoris
dan sedikit menggelitik.
Watak ini ditunjukan
dengan teknik dramatik
cakapan.
Pada kutipan 38), Andhika
berbicara dan bercanda
dengan seorang guru di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
saya patah hati malah
disuruh nikah, mo
nikah sama siapa, Pak?
Sama kambing?!” (Sari,
2015:137).
SMP tempatnya bekerja.
Kutipan tersebut
menunjukan bahwa
Andhika merupakan sosok
yang ramah dan humoris.
Teknik yang digunakan
dalam penokohan ini adalah
teknik dramatik cakapan.
4. Tokoh
Rara
Ceria, penuh
drama, ceplas-
ceplos, baik hati,
suka bercanda.
Tokoh Rara merupakan sosok
gadis penggemar K-Pop yang
dikenal dramaqueen dengan
sifat ceria, simpati, baik hati
dan suka bercanda. Hal itu
dapat dibuktikan dengan
peristiwa-peristiwa berikut.
39) “Guru olahraga baru?
Cowok, Mbak? Ganteng
nggak? Hehehehe,”
cerocos Rara (Sari,
2015:42).
Pada kutipan 39), Rara
menanggapi ketika Nina
menjelaskan bahwa ada
guru baru yang
diperkenalkan oleh kepala
sekolah. Dalam kutipan
tersebut terlihat bahwa Rara
menanggapinya dengan
candaan yang ceria. Watak
tokoh ini ditunjukan dengan
teknik dramatik cakapan.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
40) “Iih, enggak, ah. Saya
mah, sukanya sama
Donghae. Lagi pula Pak
Andhika kayaknya
tengil.”
“Huss, jangan
sembarangan, ah, beliau
baik, kok.” (Sari,
2015:60).
Rara hanya nyengir.
41) Pengen sih, Mbak. Tapi
gimana, ya? Nyari jodoh
ternyata nggak
segampang di drama
Korea, yang gara-gara
tabrakan aja bisa
jadian,” Rara
mencebikkan bibir (Sari,
2015:139).
Pada kutipan 40), Rara
menanggapi dengan ceplas-
ceplos dan apa adanya
mengenai Andhika yang
menurutnya sosok pria
tengil. Watak tokoh
ditunjukan dengan teknik
dramatik cakapan.
Pada kutipan 41), Rara
menanggapi Nina dengan
sedikit candaan dan
halusinasinya mengenai
drama korea dan jodoh.
Dalam kutipan ini terlihat
bahwa Rara memiliki sifat
yang ceria dan suka
bercanda dengan rekannya.
Watak tokoh ditunjukan
dengan teknik dramatik
cakapan.
5. Tokoh
Ibu
Rahma
Pengertian,
perhatian, tegas,
berwibawa, baik
hati.
Ibu Rahma digambarkan
sebagai sosok ibu yang sangat
pengertian,
perhatian,berwibawa, namun
juga tegas dan baik hati. Hal
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
itu dapat dibuktikan pada
peristiwa berikut.
42) “Mama yang terlalu
egois, menganggap
kamulah istri terbaik
untuk Dylan. Tapi
Mama nggak pernah
mikirin kalau saja
Dylan nggak jadi suami
yang baik buat kamu
dan kamu bisa
menderita karena
pernikahan kalian.”
(Sari, 2015:104).
43) “Demi Allah, Mama
nggak rida kalau kamu
menikahi wanita itu!
Apa yang kamu lihat
darinya, Nang? Ia
bahkan tak
menghiraukanmu?
Berapa lama lagi kamu
menunggu? Ia
mencintai pria lain. Dan
akuilah itu bukan
kamu.” (Sari, 2015:28).
Pada kutipan 42), Dengan
rasa bersalah dan penuh
pengertian, Ibu Rahma
meminta maaf kepada Nina
sebab dirinya-lah yang
menghendaki pernikahan
keduanya tanpa pernah
mempertimbangkan
kebahagiaan Nina. Watak
tokoh ditunjukan dengan
menggunakan teknik
dramatik pikiran dan
perasaan.
Pada kutipan 43), Ibu
Rahma menentang
keinginan Dylan untuk
menikahi Winda. Melalui
teknik dramatik cakapan,
dapat terlihat bahwa Ibu
Rahma tahu Winda tidak
mencintai putranya, maka
ia dengan tegas menolak
keinginan Dylan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
44) “Ajarin Nina masak
makanan kesukaan Mas
Dylan ya, Ma ... dia, sih,
mana mau ngasih tahu
Nina sukanya apa.” Ibu
Rahma tersenyum
lembut, “Tentu, Sayang,
Dylan memang payah.
Bilang apa yang disuka
ke istri aja nggak mau.”
(Sari, 2015:142).
berhubungan dengan
wanita tersebut.
Pada kutipan 44), Nina dan
Ibu Rahma sedang
berbicara mengenai resep
asem-asem daging yang
disukai Dylan. Nina
meminta Ibu Rahma
mengajarinya memasak.
Dengan penuh perhatian,
Ibu Rahma menyanggupi
keinginan Nina. Watak
tokoh ditunjukan dengan
teknik dramatik tingkah
laku.
6. Tokoh
Winda
Baik hati, berterus
terang, dan mau
mengalah.
Winda merupakan tokoh
tambahan dalam novel ini. Ia
memiliki sifat yang baik hati
dan mau mengalah. Hal
tersebut dapat dibuktikan
melalui peristiwa-peristiwa
berikut.
45) “Aku memang
menyayanginya, begitu
juga sebaliknya. Tapi aku
Pada kutipan 45), Winda
berterus terang bahwa ia
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
tahu aku tak pantas
untuknya. Jangan
pernah berpikir untuk
meninggalkannya hanya
karena ingin melihat
orang yang kamu cintai
bahagia bersama orang
lain, Nina. Itu bullshit!”
(Sari, 2015:73).
46) “Kamu istrinya, Nina . .
. maaf, aku sama sekali
nggak tahu kalau dia
sudah menikah, kalau
bukan karena adik
kamu yang memergoki
kami, hingga aku
akhirnya bertemu
Ferro, salah satu teman
kami di SMA. Aku pasti
dengan bodohnya masih
mau pacaran dengan pria
beristri (Sari, 2015:72).
47) Ia menggeleng perlahan,
“Tetap saja itu bukan
suatu pembenaran
untuk perselingkuhan.
Aku juga wanita.
menyayangi Dylan, tetapi
menginginkan Nina untuk
mempertahankan rumah
tangganya. Watak tokoh ini
ditunjukan dengan teknik
dramatik cakapan.
Pada kutipan 46), Winda
meminta maaf dan berterus
terang kepada Nina bahwa
ia tidak mengetahui jika
Dylan sudah
menikah.Watak tokoh
ditunjukan dengan teknik
dramatik cakapan.
Pada kutipan 47), Winda
merasa bersalah atas
hubungannya dengan
Dylan. Winda meminta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
Maafkan kami, ya . . .
tetaplah bersama Dylan.
Dia pria baik sebenarnya
(Sari, 2015:75).
maaf dan meminta Nina
untuk tetap bersama Dylan.
Watak tokoh ditunjukan
dengan teknik dramatik
cakapan.
C. Alur
No. Unsur Jenis Alur Hasil Analisis Keterangan Hasil Analisis
Triangulator
Catatan Setuju
Tidak
Setuju
1. Alur Alur
campuran
Dalam novel Unperfect Marriage
terdapat beberapa alur kilas balik
(flashback) yang menceritakan
mengenai masa lalu tokoh utama
maupun tokoh tambahan. Akan
tetapi, kronologis kejadian
berikutnya menunjukkan alur maju
(progresif). Alur kilas balik
diceritakan dalam beberapa bagian
pada bab 1, 2, 3, 7, dan 10.
48) Sampai suatu ketika, aku dan
Bunda mengalami kecelakaan
yang hampir merenggut
nyawaku. Tante Rahma-lah
yang menolong dan membawa
Pada kutipan 48), 49) dan 50),
merupakan alur kilas balik
(flashback) menceritakan
kecelakaan Nina dan Yana,
√ Kata kunci
bukti dicetak
tebal ya, Nak!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
kami ke rumah sakit. Aku kritis,
sementara Bunda meninggal
dunia (Sari, 2015:12).
49) “Hari itu aku bertengkar
hebat dengan Mama, Mama
kalut, beliau menabrak dua
wanita yang sedang
berboncengan motor,” ujar
Dylan seolah tak mendengar
peringatan Nina. Nina
memejamkan matanya.
Ingatannya melesat begitu
saja, membuatnya makin
tergugu (Sari, 2015:55).
50) Hanya sebatas tahu, tak sampai
akrab. Saat itu Nina belum
berhijab seperti sekarang.
Gadis yang begitu santun dan
menaati orang tuanya.
Kecelakaan yang disebabkan
oleh Ibu Rahma hingga
menyebabkan Yana
meninggal dan Nina koma,
membuat Ibu Rahma semakin
merasa bersalah (Sari,
2015:118).
51) Aku masih berusia 15 tahun
kala itu, baru memasuki
jenjang Sekolah Menengah
ibunya, yang diceritakan
melalui sudut pandang tokoh
yang berbeda-beda. Kutipan
48), cerita disampaikan oleh
tokoh Nina, kutipan 49)
diceritakan oleh tokoh Dylan,
sedangkan kutipan 50)
digambarkan melalui tokoh Ibu
Rahma. Melalui alur ini juga
diceritakan mengenai
perjanjian perjodohan antara
Nina dan Dylan yang
dilakukan atas dasar rasa
bersalah Ibu Rahma terhadap
Nina dan ibunya. Alur kilas
balik disisipkan pengarang
agar pembaca mengetahui latar
belakang kejadian masa lalu
yang memengaruhi terjadinya
peristiwa masa kini.
Pada kutipan 51) menceritakan
mengenai awal mula Nina
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
Atas. Aku tak pernah benar-
benar mengenalnya. Hanya saja
suatu hari, wajah kaku dan sorot
matanya yang dingin serta
suaranya yang dalam dan penuh
peringatan mencegahku
melewati jalan yang ternyata
dijadikan tempat untuk tawuran
dengan murid sekolah lain
(Sari, 2015:12).
52) Bertahun-tahun kami
kehilangan kontak selama
kuliah, membuatku hampir
tak mengenalinya saat kami
dipertemukan kembali tiga
tahun lalu. Ia berubah, menjadi
Winda yang baru. Tak seperti
Winda remaja, Winda dewasa
adalah Winda yang cantik dan
anggun (Sari, 2015:27).
53) Winda memutar-mutar jarinya
di atas pinggiran gelas. Ia mulai
bertutur. Berkisah tentang
masa lalunya (Sari, 2015:74).
54) Mama mengenal Winda sejak
kami masih sama-sama duduk
menyukai Dylan saat SMA.
Bukan mengenai perkenalan
secara langsung, melainkan
tanpa disengaja.
Pada kutipan 52) menceritakan
mengenai awal mula Dylan
kembali bertemu dengan
Winda. Selain itu, dalam
kutipan ini juga menjelaskan
mengenai perbedaan kondisi
Winda saat remaja dan dewasa
yang membuat Dylan jatuh
cinta padanya.
Pada kutipan 53), Winda
bertemu dengan Nina dan
kembali menjelaskan apa yang
sebenarnya terjadi di masa lalu
hingga membuatnya dekat
dengan Dylan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
di bangku SMA. Winda satu-
satunya gadis di dalam
genkku. Dan Mama sering
bertemu dengannya saat kami
sama-sama terkena masalah.
Mama juga tahu tentang
peristiwa yang menimpa Winda
(Sari, 2015:180).
Pada kutipan 54) menjelaskan
mengenai awal mula Ibu
Rahma mengenal Winda.
Melalui kutipan ini juga
dijelaskan alasan Ibu Rahma
menentang keras keinginan
Dylan untuk menjalin
hubungan dengan Winda di
masa kini, sebab latar belakang
masa lalu yang buruk dan
firasat Ibu Rahma mengenai
perasaan Winda terhadap
Dylan.
2. Tahapan
Alur
Eksposisi
(Exposition)
Eksposisi merupakan paparan awal
cerita. Pengarang memperkenalkan
tokoh-tokoh cerita, wataknya, tempat
kejadiannya, dan hal-hal yang
melatarbelakangi tokoh tersebut agar
mudah dipahami pembaca melalui
jalan ceritanya. Berikut ini kutipan-
kutipan yang menunjukan paparan
awal cerita.
55) BRAAAAK! Motor itu melesat
jauh dari tempatku berdiri
sekarang. Aku beristighfar
Bagian eksposisi atau awalan
cerita novel Unperfect
Marriage karya Merry Maeta
Sari ditunjukan pada bab 1.
Dapat terlihat pada awalan
cerita, pengarang menceritakan
awal pertemuan Nina dan
Andhika. Selanjutnya,
diceritakan mengenai Nina
yang nampak akur dengan ibu
tiri dan latar belakang kondisi
keluarganya. Cerita masa lalu
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
sebanyak-banyaknya, jantungku
berdebar keras, bayangan
mengerikan melesat begitu saja.
Segera aku menoleh ke arah
motor itu. Seperti dugaanku,
motor beserta pengemudinya
itu terjatuh setelah menabrak
bahu jalan (Sari, 2015:5).
56) “Bapak Andhika!” panggil salah
satu staf di klinik itu. Membuat
kami menoleh. Pria itu
bernama Andhika. Aku
mengetahuinya saat kami
registrasi tadi.
57) Sejak Bunda meninggal, aku
memang tinggal bersama
Ayah, Mama, dan adik tiriku,
Nino. Mama dan Nino
menyayangiku. Bahkan saat
Bunda masih hidup, kami
cukup rukun. Ayah dan Bunda
memang sudah bercerai sejak
aku SMP (Sari, 2015:9)
58) Ayah dan Mama amat
mendukung niat Ibu Rahma
untuk menikahkanku dengan
putranya (Sari, 2015:11).
59) Dadaku sesak penuh haru
ketika ia mengucapkan ijab
kabul. Resepsi berjalan lancar
kedua orang tuanya dengan Ibu
Rahma, pemilik butik tempat
bunda Nina bekerja, menuntun
Nina pada rencana perjodohan.
Nina tidak menolak, tetapi
masih merasa ragu akan
pilihannya. Awalnya, Nina
tidak menyadari bahwa Dylan
tidak menginginkan
perjodohan tersebut.
Pernikahan yang tidak
harmonis tetap berlanjut
hingga beberapa bulan
kemudian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
setelahnya, meskipun tak
banyak kata yang terucap dari
mulut kami (Sari, 2015:16).
60) Aku berusaha berpikiran positif,
mungkin saja ia keluar untuk
mencari sesuatu. Tapi hingga
menjelang subuh aku tak lagi
mendapatinya ada di kamar ini.
Beribu pertanyaan mulai
muncul dibenakku, ada apa
dengannya? Mungkinkan dia
tidak menginginkan
pernikahan ini? Astaga! (Sari,
2015:17)
61) Pertanyaan itu masih belum
terjawab hingga pernikahan
kami berusia tiga bulan. Sejak
awal menikah kami tinggal di
rumah mungil milik Dylan.
Meskipun tinggal dalam satu
rumah, kami selayaknya
orang asing (Sari, 2015:17).
Rangsangan
(Inciting
Moment)
Pada tahap rangsangan ini, konflik
pertama akan muncul. Konflik
pertama terjadi saat Nina dan
adiknya memergoki Dylan dan
Winda di sebuah pusat perbelanjaan.
Bukti tahapan rangsangan ditunjukan
pada kutipan-kutipan di bawah ini.
Bagian rangsangan atau
inciting moment dalam novel
Unperfect Marriage karya
Merry Maeta Sari ditunjukan
pada bab 2. Pada bab ini,
hubungan antara Dylan dan
Winda diketahui secara
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
62) Ketika Nina berhasil mengejar
Nino, pemuda itu rupanya sudah
membuat Dylan tersungkur.
Tangan Nina segera menahan
tangan Nino yang siap
melayangkan tinju lagi di
wajah Dylan (Sari, 2015:49)
63) Tapi lagi-lagi bibirnya kelu,
dadanya terasa sesak menahan
semuanya. “Aku nggak cinta
sama kamu,” ujar Dylan.
“Aku tahu,” jawab Nina akhirnya mengeluarkan suara.
Sedikit serak . Tentu saja sejak
awal Nina sadar bahwa tak ada
sedikitpun cinta untuknya (Sari,
2015:53)
64) “Sebab di dekatmulah aku
merasa bahagia, Mas. Dengan
atau tanpa kepedulianmu
kepadaku. Bahkan sekalipun
pada akhirnya setiap tarikan
napasku hanya untuk
menghirup luka. Tak apa.
Sebab aku terlebih dulu
memilihmu. Memilih untuk
mencintaimu (Sari, 2015:56).
langsung oleh Nino, adik Nina.
Tetapi Nina meminta adiknya
untuk merahasiakan hal itu dari
orang tuanya. Selanjutnya,
Dylan juga telah mengakui
secara langsung bahwa ia tidak
mencintai Nina dan berterus
terang mengenai masa lalu
yang menyebabkan perjodohan
itu terjadi. Sebaliknya, Nina
justru mengakui perasaannya
terhadap Dylan.
Gawatan
(Rising Action)
Pada tahap gawatan, konflik semakin
meningkat, berkembang dan rumit.
Bagian gawatan atau (rising
action) dalam cerita novel
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
Bukti tahapan gawatan (rising
action) ditunjukan dalam kutipan-
kutipan berikut.
65) Kalau saja menyakiti secara
fisik tidak termasuk dalam
tindakan kriminal, Winda
mungkin sudah melemparkan
apapun yang ada di dekatnya
kali ini untuk membuat
Dylan, paling tidak masuk
rumah sakit (Sari, 2015:61).
66) Winda masih enggan bertemu
dengan pria itu. Bahkan
untuk sekedar mendengar
penjelasan Dylan tentang
kebohongannya (Sari, 2015:61)
67) Menyakiti Nina tanpa tahu
bahwa gadis itu mencintainya
saja sudah cukup membuat
Dylan memikul rasa bersalah
yang berat, apalagi ditambah
kenyataan bahwa Nina telah
jatuh cinta padanya. Dylan
harus benar-benar
bertanggungjawab (Sari,
2015:64).
Unperfect Marriage karya
Merry Maeta Sari ditunjukan
pada bab 3. Pada bab ini,
konflik cukup rumit mulai
terjadi. Winda marah dan
memutuskan untuk mengakhiri
hubungan setelah mengetahui
bahwa Dylan sudah menikah.
Konflik lain juga terjadi setelah
Nina mengakui perasaannya
terhadap Dylan, sedangkan
Dylan mengalami
kebimbangan dalam
memutuskan perempuan mana
yang dipilih. Ia merasa
bersalah kepada Nina karena
tidak bisa membalas
perasaannya, tetapi Dylan juga
tidak mampu meninggalkan
Winda.
Komplikasi
(Complication)
Pada tahap komplikasi, berbagai
konflik permasalahan semakin rumit
Bagian komplikasi dalam
cerita novel Unperfect
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
dan meninggi. Bukti komplikasi
ditunjukan melalui kutipan-kutipan
berikut.
68) Nina menoleh. Matanya
membelalak ketika melihat
ponsel Andhika yang
menunjukan nama Galang
sebagai si penelpon, tapi
wallpaper ponsel Andhika (Sari, 2015:89).
69) Selama beberapa hari Dylan
tampak gusar. Wajahnya kusut
dan tampak lelah. Nina bisa
menebak mengapa Dylan
mendadak menjadi seperti
zombie akhir-akhir ini. Winda
benar-benar ke Korea (Sari,
2015:105).
70) “Bisakah Mas mencoba
mencintai Nina? Nggak,
maksud Nina, bisakah kita
mencobanya? Benar-benar
mencobanya? Hanya tiga
bulan. Ayo kita benar-benar
mulai . . . pendekatan,” (Sari,
2015:107).
Marriage karya Merry Maeta
Sari ditunjukan pada bab 5 dan
bab 6. Berbagai konflik terlihat
semakin rumit, terlebih saat
Nina dan Rara mengetahui
bahwa Andhika menyukai
Nina. Di sisi lain, Dylan
sungguh gusar dan gelisah saat
mengetahui Winda memilih
meninggalkannya dan
berangkat ke Korea tanpa
memberitahunya. Di tengah
konflik yang ada, Nina
memberanikan diri untuk
meminta Dylan sungguh-
sungguh mencoba melakukan
pendekatan dengannya.
Klimaks
(Climax)
Pada tahapan klimaks ini merupakan
titik puncak konflik terjadi. Klimaks
Puncak klimaks dalam novel
ini terjadi pada bab 10, terlihat
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
merupakan puncak cerita atau
puncak kegawatan, yaitu puncak dari
kejadian-kejadian dan merupakan
jawaban dari semua problem atau
konflik yang tidak mungkin dapat
meningkat lebih ruwet lagi. Bukti
klimaks ditunjukan melalui kutipan-
kutipan berikut.
71) “BUAGH!!!! Tinju Dylan
mengenai wajah Andhika,
membuat Andhika tersungkur
karena tidak ada persiapan
untuk menangkis pukulan
Dylan yang tiba-tiba.
“ASTAGHFIRULLAH!!”
jerit Nina dan Rara hampir
bersamaan melihat kejadian
tak terduga itu (Sari,
2015:188)
72) Dylan mendengus keras
kemudian kembali berkata
dengan tajam, “Jangan kira
gua bakal lupa sama muka lo!
Bahkan sampai 100 tahun
kemudian gue nggak bakal
lupain muka cowok berengsek
yang udah merkosa temen
gue! Ngancurin hidup dia!”
dalam kutipan 71) dan 72).
Dylan merasa begitu marah
dan mengamuk setelah melihat
Andhika berada di hadapannya.
Andhika adalah pria yang
selama ini di cintai oleh
Winda. Di masa lalu, Winda
pernah menjalin hubungan
dengan Andhika dan
mengandung bayinya. Tetapi
Andhika meninggalkannya
begitu saja. Winda terpuruk
dan kehilangan bayinya karena
depresi. Di sisi lain, pada
kutipan 73), Nina menganggap
Dylan masih memikirkan dan
membela Winda, Nina sedih
dan terpuruk. Ia memutuskan
untuk menjauhi Dylan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
(Sari, 2015:189)
73) “Nina yang harusnya minta
maaf, nggak seharusnya Nina
memaksakan kehendak untuk
membuat Mas
mempertahankan pernikahan
ini,” lanjutnya lagi. Ya . . .
Dylan masih mencintai Winda
(Sari, 2015:195)
Leraian
(Falling
Action)
Leraian atau (falling action)
merupakan tahap penyelesaian
konflik yang telah mencapai
klimaks. Setelah konflik mencapai
titik tertinggi klimaks, tingkatan
konflik tersebut akan kembali
menurun. Hal ini ditunjukan dalam
kutipan-kutipan berikut.
74) “Aku menepati janjiku untuk
belajar mencintaimu.
Harusnya kamu juga
menepati janjimu untuk
membuatku jatuh cinta.
Mempertahankan rumah
tangga kita,” lanjut Dylan
menatap Nina yang masih
mengerjap kaget (Sari,
2015:196)
75) Mungkin memang dari
Bagian leraian (falling action)
dalam novel ini mulai terlihat
pada bab 11. Pada kutipan di
samping, menunjukan konflik
menuju pada tahap selesaian.
Pada bab ini, titik terang mulai
terlihat. Pada kutipan 74) dan
75), Dylan memiliki keinginan
untuk mempertahankan
pernikahannya dan mulai
mencintai Nina. Pada kutipan
76) menunjukan bahwa
Andhika berniat menyusul
Winda ke Korea untuk
menyelesaikan persoalan di
masa lalu. Hal ini dilakukan
karena Andhika telah mantap
memilih Rara sebagai calon
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
sananya, Dylan minim akan
ekspresi. Ia masih bersikap
biasa saja, sementara Nina
mendadak tidak karu-karuan
setelah ciuman pertama
mereka. Ia tak berani menebak-
nebak perasaan Dylan. Sebab
tidak ada deklarasi yang pasti
kecuali permintaan Dylan untuk
tetap melanjutkan aksi
pendekatan mereka (Sari,
2015:203-204).
76) “Saya akan menemui Winda
untuk meminta maaf, jika saja
itu cukup. Atau apapun untuk
menebus kesalahan saya. Tapi
di sisi lain, saya . . . udah
mentok sama Rara.
Memangnya orang seperti saya
nggak pantas ya, menjadi lebih
baik lagi?” ujar Andhika (Sari,
2015:207).
pendamping.
Penyelesaian
(denouement)
Penyelesaian (denouement) adalah
tahapan saat ketegangan
dikendorkan. Konflik-konflik yang
lain, sub-sub konflik, ataupun
konflik tambahan juga diberikan
jalan keluar, kemudian cerita
diakhiri. Berikut adalah kutipan-
Bagian penyelesaian
(denouement) dalam novel
Unperfect Marriage terdapat
pada bab 12. Pada kutipan
disamping, terlihat konflik
sedang ada pada tahap
selesaian. Segala konflik
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
kutipan yang menunjukan
penyelesaian.
77) “Ehem,” Dylan berdehem begitu
ada di depan Andhika. “Ada
apa?”
“Saya ... mau minta maaf atas
insiden beberapa hari yang
lalu,” ujar Dylan datar,
matanya enggan menatap
Andhika, hanya sesekali
meliriknya. “Ya, saya memang
pantas menerimanya,” jawab
Andhika datar. Dylan
mengulurkan tangannya
tanda damai. Andhika
tersenyum kecil kemudian
menyambutnya (Sari,
2015:209).
78) Meskipun tanpa deklarasi yang
jelas, bahkan tidak pernah ada
yang membahas apakah masa
tiga bulan yang dulu diajukan
Nina masih berlaku atau tidak,
hubungan Nina dan Dylan
membaik. Termasuk hak dan
kewajiban sebagai suami istri
pun sudah mereka penuhi
dengan baik (Sari, 2015:213-
214).
memiliki penyelesaian cerita.
Kutipan 77), atas bujukan
Nina, Dylan akhirnya meminta
maaf kepada Andhika atas
kejadian kurang
menyenangkan dan
kesalahpahaman yang terjadi.
Kutipan 78) menunjukan
hubungan Nina dan Dylan
semakin membaik dan
memutuskan untuk bertahan
dalam pernikahan mereka.
Kutipan 79), menunjukan
bahwa Winda benar-benar
menetap di Korea dan memulai
kehidupan baru dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
79) Nina menggeleng, “Mbak
Winda udah pacaran sama salah
satu staf KBRI, tapi dia udah
baikan sama Mas Andhika, mau
baca emailnya?” tawar Nina,
Dylan mengangguk (Sari,
2015:214)
80) Rara menghela napas, “Nggak
apa adanya juga. Kamu juga.
Jangan terima aku apa adanya.
Dengan pernikahan ini, kita
harus jadi yang lebih baik,” ujar
gadis itu sambil tersenyum.
Andhika balas tersenyum.
Ditatapnya mata milik istrinya
itu dan dikecupnya kening Rara
dengan sepenuh cinta (Sari,
2015:220).
seorang pria asal Indonesia
yang bekerja di KBRI. Setelah
menyelesaikan persoalan
dengan Winda, kutipan 80)
Andhika memantapkan proses
ta’aruf dengan Rara dan
menikahinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
D. Konflik Batin Tokoh Utama
Unsur Hasil Analisis Keterangan Hasil Analisis
Triangulator
Catatan Setuju
Tidak
Setuju
Konflik Internal Setelah meneliti dengan
mengurutkan alur cerita, peneliti
membuat kesimpulan bahwa faktor
internal menjadi penyebab utama
terjadinya gejolak ataupun konflik
batin dalam diri tokoh utama Nina
dalam novel Unperfect Marriage
karya Merry Maeta Sari. Berikut
beberapa kutipan yang menunjukan
konflik internal yang menjadi faktor
utama penyebab konflik batin.
81) Beribu pertanyaan mulai
muncul dibenakku, ada apa
dengannya? mungkinkah
sebenarnya dia tidak
menginginkan pernikahan ini? Astaga! Seharusnya aku
mengetahuinya sejak awal.
Bahwa setiap ketidakpeduliannya
bukan semata-mata untuk
menjaga hubungan kami sebelum
Pada kutipan di samping
menunjukan bahwa peristiwa dan
konflik yang di alami Nina lebih
banyak berhubungan dengan
perasaan dan sakit hati dan rasa
kehilangan yang disimpannya
seorang diri, baik mengenai
pernikahan maupun kepergian
Yana, ibunya. Selain itu, kehadiran
Winda sebagai selingkuhan Dylan
membuat Nina semakin merasa
terpuruk. Pengarang menunjukan
konflik yang muncul disebabkan
oleh konflik eksternal antara tokoh
utama dan tokoh tambahan.
Berdasarkan pengamatan tersebut,
peneliti menyimpulkan bahwa
konflik yang sangat dominan
dalam novel Unperfect Marriage
karya Merry Maeta Sari adalah
konflik internal.
√ Kata kunci
tolong dicetak
tebal ya,
Nak…
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
halal. Tapi karena sesungguhnya
ia tak pernah menginginkan
pernikahan ini sejak awal. Tapi
mengapa? (Sari, 2015:17)
82) Semakin aku memejamkan mata,
semakin bayangan-bayangan
tentang masa SMA, pernikahan
kami, kejadian siang tadi, juga
telepon beberapa menit lalu itu
berdesak-desakan di kepala.
Mengakumulasi rasa sakit yang
kemudian menimbulkan nyeri
luar biasa. Hingga tak terasa
sudut mataku basah tanpa
suara (Sari, 2015:25).
83) Nina tak pernah tahu bahwa
rasanya akan seperti ini.
Sesakit ini. Lebih sakit dari
yang ia bayangkan
sebelumnya. Isakan pertama
keluar tanpa bisa ia cegah. Nina buru-buru menutup
mulutnya. Ia bahkan tak tahu atas
alasan apa air mata ini akhirnya
keluar (Sari, 2015:54).
84) Nina mencengkram ujung kemeja
Dylan. Tak ingin mendengar
lebih jauh lagi. Belum selesai
rasa sakit atas pernyataan
Dylan sebelumnya, kini ia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
dipaksa mengingat rasa
kehilangan Bunda yang
membuatnya makin tersiksa.
Merasa nelangsa sebab
kehilangan cinta terbesarnya (Sari, 2015:55).
85) Aku menelan ludah, berusaha
mengeluarkan suara yang
begitu tercekat. Aku sedang
berhadapan dengan wanita yang
menjadi selingkuhan suamiku.
Ya Allah, rasa sakit itu masih
ada, membayangkan
perselingkuhan antara gadis di
depanku ini dan juga Dylan (Sari, 2015:71).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
E. Mengkategorikan Konflik Batin Berdasarkan Teori Kebutuhan-Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Abraham Maslow
No. Unsur Hasil Analisis Keterangan Hasil Analisis
Triangulator
Keterangan Setuju
Tidak
Setuju
1. Konflik
Batin
Kebutuhan
Fisiologis
Kebutuhan fisiologis bersifat
homeostatik (usaha menjaga
keseimbangan unsur-unsur fisik)
seperti makanan, minuman, gula,
garam, protein, serta kebutuhan
istirahat dan seks. Kebutuhan fisiologis
tokoh Nina cukup terpenuhi dengan
baik, terkecuali kebutuhan seks.
Berikut ini bukti kutipan yang
menunjukan hal tersebut.
86) Aku kemudian menuju dapur
dan menyiapkan sarapan untuk
kami. Nasi goreng dan telur
ceplok selalu menjadi menu
andalan ketika aku disibukkan
dengan skripsi atau pekerjaan (Sari,
2015:18-19).
87) Siang ini, Shara, Lena, dan Caca
mengajakku untuk makan siang
di salah satu rumah makan
Kebutuhan fisiologis tokoh Nina
terpenuhi dengan baik. Nina
tidak memiliki kendala dalam
memenuhi kebutuhan
fisiologisnya. Akan tetapi,
kebutuhan seks tidak terpenuhi
dengan baik. Dylan menolak
untuk melakukan hubungan
suami istri sebelum ia benar-
benar mencintai Nina. Bahkan
secara terang-terangan, Dylan
menjaga jarak agar tidak terlalu
dekat dengan Nina. Hal ini
ditunjukan pada bab 1, 2, 4, dan
7.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
dekat kampus kami. Kami
berempat baru saja menyelesaikan
administrasi untuk wisuda dan
akhirnya memutuskan untuk makan
siang bersama (Sari, 2015:20).
88) Nina menatap kecut
belanjaannya. Banyak sekali.
Kenapa ia begitu brutal tadi
waktu belanja, meskipun itu
semua kebutuhan sehari-hari,
ditambah dengan kebutuhan
pribadinya. Sekarang ia sendiri
sedikit kerepotan membawa
belanjaannya, apalagi ia harus naik
kendaraan umum (Sari, 2015:46).
89) Tapi tak ada jawaban, membuat
Dylan memberanikan diri untuk
membuka pintu kamar Nina. Gadis
itu tertidur nyenyak setelah
memakan separuh buburnya dan
meminum obatnya (Sari,
2015:83).
90) “Nina, maaf kalau aku tidak bisa
menjadi suami yang baik buat
kamu, bahkan maaf-tidak bisa
memberimu nafkah batin. Kamu
gadis yang cantik dan baik, asal
kamu tahu, setiap lelaki bisa saja
berhubungan suami istri bahkan
tanpa mencintai partner-nya. Tapi,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
aku nggak bisa melakukan itu
sama kamu. Aku menghormati
kamu. Dan aku mau kamu tidak
dirugikan sama sekali kalau
misalnya kita berpisah nantinya,”
ujar Dylan (Sari, 2015:131).
2. Kebutuhan
keamanan
Kebutuhan keamanan pada dasarnya
adalah kebutuhan mempertahankan
kehidupan yang mencakup stabilitas,
proteksi, struktur hukum, keteraturan,
batas, kebebasan dari rasa takut dan
cemas. Akan tetapi dalam masa
dewasa, kebutuhan rasa aman maujud
dalam berbagai bentuk, mulai dari
pekerjaan, agama, tabungan, asuransi,
dan jaminan masa depan. Bukti
terpenuhinya kebutuhan keamanan
ditunjukan pada kutipan-kutipan
berikut.
91) Sekarang aku hanya harus
berkonsentrasi pada skripsi juga
pekerjaanku sebagai karyawan
magang di sebuah SMP swasta,
aku memang sudah mulai
bekerja sambil kuliah sejak
semester empat. Awalnya hanya
menjadi guru bimbingan belajar,
Berdasarkan kutipan disamping,
terlihat jelas bahwa kebutuhan
keamanan atau rasa aman tokoh
Nina terpenuhi dengan cukup
baik. Dalam keseluruhan cerita
dan alur, Nina tidak memiliki
kecemasan yang berat mengenai
lingkungan, batasan, dan
kebebasan yang dimilikinya.
Nina juga memiliki pekerjaan
dan gaji yang memungkinkan
untuk menabung. Selain itu,
suaminya juga menafkahi
kebutuhan rumah tangga dengan
baik. Hal ini ditunjukan pada
bab 1 dan 9.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
tapi kemudian ada satu tawaran
untuk menjadi guru magang,
maka aku pun menerimanya (Sari, 2015:10).
92) “Jadi benar itu Mas yang
mentransfer?” tanyaku lagi
memastikan. Bulan lalu aku
menerima sejumlah uang di
rekeningku. Ku pikir ayah yang
memberikannya, meskipun
setelah magang aku nyaris tak
pernah mendapat dukungan
finansial secara rutin dari ayah,
hanya beberapa kali sebagai
hadiah (Sari, 2015:19).
93) “Mas, eum ... murid Nina berhasil
lolos di olimpiade matematika
kemarin,” ujarku saat kami dalam
perjalanan pulang sore itu. Hari ini
aku mengisi ekstrakurikuler
KIR matematika, pengampunya
adalah aku dan Bu Diah, jadi
jam lima sore aku baru keluar
dari sekolah. (Sari, 2015:161)
3. Kebutuhan
dimiliki dan
cinta
Kebutuhan ini sangat penting
sepanjang hidup. Rasa cinta adalah
hubungan sehat antara sepasang
manusia yang melibatkan perasaan
saling menghargai, menghormati, dan
Berdasarkan kutipan di
samping, terlihat bahwa
kebutuhan akan rasa cinta dan
dimiliki tidak terpenuhi bagi
Nina. Dylan menyimpan rasa
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
mempercayai. Tanpa terpenuhinya
kebutuhan ini, memungkinkan
terjadinya perubahan perilaku
seseorang, hal ini sejalan dengan yang
dialami Nina. Bukti hal tersebut
ditunjukan dalam beberapa kutipan
berikut.
94) Melakukan aktivitas kami masing-
masing tanpa memedulikan yang
lainnya. Bahkan kami tidur di
kamar terpisah. Ia tak pernah
berbicara kepadaku lebih dari
dua kalimat panjang. Terkadang
aku mengutuki kebodohanku ...
tetap bertahan dalam rumah
tangga yang cacat ini, meski aku
tahu benar apa alasannya (Sari,
2015:17).
95) “Aku nggak cinta sama kamu,”
ujar Dylan. “Aku tahu,” jawab
Nina akhirnya mengeluarkan
suara. Sedikit serak. Tentu saja
sejak awal Nina sadar bahwa tak
ada sedikitpun cinta untuknya.
“Pernikahan ini nggak utuh,
Nina.” (Sari, 2015:53).
96) “Aku mencintainya, aku menunggu
sekian lama agar dia mau
cinta bagi wanita lain. Ia juga
tidak pernah benar-benar
berusaha melihat Nina sebagai
sosok istri yang potensial
baginya. Adanya rasa
keterpaksaan atas perjodohan
membuat Dylan cenderung
menganggap bahwa Nina adalah
sumber masalah bagi keduanya.
Hal tersebut ditunjukan pada
bab 1, 2, dan 6.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
membuka hatinya untukku, tapi
ketika dia mau membuka hatinya
untukku, kamu dihadirkan Mama.
Kenapa harus pernikahan ini
bayarannya?” suara Dylan
melemah (Sari, 2015:54).
97) “Aku nggak mungkin menolak
permintaan Mama. Sungguh aku
berharap kamulah yang menolak
perjodohan ini. Tapi kamu
menerimanya. Bahkan setelah
menikah, berkali-kali aku
menyakitimu, tak
menganggapmu. Tapi kenapa
kamu tak mengadukannya pada
Mama atau orang tuamu? Kenapa
kamu tak meninggalkanku?
Mencari kebahagiaanmu sendiri,
kamu berhak berbahagia, Nin...!”
(Sari, 2015:55-56).
98) “Nina, aku sudah mencobanya.
Tapi ternyata . . . ini hanya akan
semakin menyakitimu.”
“Memangnya apa yang sudah
Mas coba?” tanyaku tersenyum
miris, “selama ini kita belum
mencoba apa pun. Kecuali
berlaku sebagai suami istri
secara formalitas dan simbolis.
Kita belum benar-benar mencoba
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
untuk menjadi suami istri yang
sesungguhnya dan mencoba saling
mencintai.” (Sari, 2015:107).
4. Kebutuhan
harga diri/
penghargaan
Dalam novel Unperfect Marriage,
tokoh Nina mendapatkan kebutuhan
penghargaan melalui lingkungan di
sekelilingnya. Nina tidak pernah
merasa diasingkan atau terhina saat
berada di lingkungannya. Hal tersebut
dapat dibuktikan melalui beberapa
kutipan berikut.
99) “Kamu istrinya, Nina . . . maaf,
kalau aku sama sekali nggak
tahu kalau dia sudah menikah,
kalau bukan karena adik kamu
yang memergoki kami, hingga aku
akhirnya bertemu Ferro, salah satu
teman kami di SMA. Aku pasti
dengan bodohnya masih mau
pacaran dengan pria beristri.”
(Sari, 2015:72).
100) “Jangan pernah berpikir
untuk meninggalkannya
hanya karena ingin melihat
orang yang kamu cintai
bahagia bersama orang lain.
Itu bullshit! Tetaplah
bersamanya. Dylan akan
Berdasarkan kutipan di
samping, terlihat bahwa
kebutuhan harga
diri/penghargaan bagi Nina
terpenuhi dengan baik. Nina
tumbuh di lingkungan keluarga
yang baik, menghargai dan
menyayanginya. Ibu Rahma,
memperlakukan Nina dengan
baik dan menganggapnya
sebagai wanita yang layak
menjadi pendamping Dylan.
Selain itu, Winda yang
merupakan selingkuhan Dylan,
juga memperlakukan Nina
dengan baik, meminta maaf, dan
menghargainya sebagai istri
Dylan yang sah. Hal ini
ditunjukan pada bab 3 dan 6.
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
segera melupakanku. Perasaan
kami tak sedalam itu.” (Sari,
2015:73).
101) “Mama salah. Mama yang
terlalu egois, menganggap
kamulah istri terbaik untuk
Dylan. Tapi Mama nggak
pernah mikirin kalau saja
Dylan nggak jadi suami yang
baik buat kamu dan kamu
bisa menderita karena
pernikahan kalian.” (Sari,
2015:104).
5. Kebutuhan
aktualisasi
diri
Kebutuhan aktualisasi diri dalam novel
Unperfect Marriage menggambarkan
bahwa Nina mengalami kesulitan
menjalani proses berkembang dan
berkomunikasi dalam kehidupan rumah
tangganya. Berikut merupakan bukti
hambatan-hambatan yang terjadi.
102) Aku menghela napas. Oh,
bukankah aku hanya perlu
bersyukur bahwa aku masih
bisa berada di dekatnya,
menangkap sosoknya melalui
indraku, dan merasakan
kehadirannya walau tak
terjamah. Ketika Dylan
Berdasarkan kutipan di
samping, terlihat bahwa Nina
selalu merasa putus asa dan
menghindar setiap kali memulai
komunikasi dengan Dylan. Nina
tidak memiliki keberanian untuk
memulai pembicaraan dengan
Dylan, meskipun ia memiliki
banyak pertanyaan yang ingin
diajukan kepada suaminya itu.
Nina seperti wanita yang
kehilangan harapan untuk
menyelamatkan rumah
tangganya karena kehadiran
Winda bagi Dylan. Hal ini
√
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
menyadari bahwa aku sejak tadi
memperhatikannya, ia menoleh
dan menatapku sejenak,
kemudian kembali melakukan
aktivitasnya (Sari, 2015:18).
103) Dylan menghela napas, memilih
tak menjawab dan segera
menghentikan sesi sarapannya
kemudian meninggalkanku.
Komunikasi kami selalu
seburuk ini, hingga rasanya tak
ada ruang bagiku untuk
mempertanyakan kejanggalan
rumah tangga kami (Sari,
2015:19-20).
104) “Tadi . . . kita sampai mana?”
tanyanya berubah datar saat
kembali menatapku. Ke mana
wajah lembutnya tadi? Astaga,
Nina, bahkan setelah apa yang
terjadi selama ini, memangnya
kamu bisa berharap apa?
“Nggak apa-apa, lupain aja,”
jawabku memaksakan
tersenyum (Sari, 2015:24-25).
105) “Kamu . . . nggak mau tanya
sesuatu? Tentang telepon tadi
misalnya?” tanyanya lagi.
Sungguh aku ingin sekali. Tapi
aku hanya menggeleng pelan.
ditunjukan pada bab 1 dan 2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
Kuputuskan untuk berbaring
memunggunginya,
memejamkan mata dan
berusaha menekan rasa sakit
yang mendadak memenuhi
dada (Sari, 2015:25).
106) “Tanyakan apa yang mau kamu
tanyakan, jangan diem aja,” ujar
Dylan datar setelah kembali
duduk tegak. “Maaf, masalah
kejadian tadi, Nino masih
labil,” jawab Nina berusaha
mengatur intonasi suaranya (Sari, 2015:52).
107) Dylan menoleh dan mendapati
wajah datar Nina. Dylan
memejamkan mata,
menghembuskan napas pelan.
Tak mengerti Nina. “Kumohon
Nina, kali ini bicaralah. Kenapa
kamu selalu diam?” suara Dylan
sarat akan nada frustasi meski
dengan suara pelan ia
mengatakannya. Sedikit putus
asa karena Nina masih tak mau
bicara (Sari, 2015:53).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
TRIANGULASI DATA
KONFLIK BATIN TOKOH UTAMA NINA
DALAM NOVEL UNPERFECT MARRIAGE
KARYA MERRY MAETA SARI: TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA
Oleh:
Antonia Pia Luneta Kelawing
Nim: 151224077
Telah disetujui oleh
Yogyakarta, 10 Maret 2021
Triangulator
Muncar Tyas Palupi, S.S., M.Hum.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
SAMPUL NOVEL
Sampul Depan Sampul Belakang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI