KONSEP TASKHÎR MENURUT MUTAWWALI AL-SYA’RAWI
(ANALISA AYAT-AYAT PENUNDUKKAN ALAM)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin
Untuk memenuhi persyaratan memperoleh
Gelar sarjana Agama Islam (S.Ag)
Oleh
Nur Istikomah
11140340000215
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1439 H/ 2018 M
TASKHÎR MENURUT MUTAWWALI AL-SYA’RAWI
(ANALISA AYAT-AYAT PENUNDUKKAN ALAM)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin
Untuk memenuhi persyaratan memperoleh
Gelar sarjana Agama Islam (S.Ag)
Oleh
Nur Istikomah
11140340000215
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1439 H/ 2018 M
ABSTRAK
Nur Istikomah (11140340000215)
TASKHÎR dalam Penafsiran Mutawwali Al-Sya’rawi
(Analisa ayat-ayat Penundukkan Alam)
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan
mengenai taskhīr pada keadaan zaman yang semakin modern dengan semakin
pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi. Melihat pada dampak
dan manfaat ilmu pengetahuan dan tekhnologi, melalui penafsiran Mutawwali al-
Sya’rawi mengenai bagaimana penundukkan yang Allah berlakukan terhadap
ciptaanNya dan rahasia apa yang ada dibalik taskhīr itu sendiri yang di harapkan
mampu memberikan titik terang dari permasalahan yang ada sekarang ini.
Dalam penelitian ini, penulis hanya melakukan penelitian kepustakaan atau
Library Searching. Sementara pembahasan menggunakan metode pendekatan
Maudhu’I atau tematik dengan merujuk pada Seorang Tokoh penggagas metode tafsir
tersebut, Yakni Abdull Hayy al-Farmawi.
Penulis mengambil mufassir Mutawwali al-Sya’rawi karena beliau adalah
salah satu mufassir kontemporer yang juga merupakan imam masa kini, yang tidak
diragukan lagi kecerdasan dalam bidang agama maupun ilmu pengetahuan modern.
Dalam menjelaskan ayat-ayat al-Quran beliau terkenal dengan metode yang sangat
mudah dipahami dan menekankan pada titik keimanan pada setiap hal yang beliau
jelaskan. Namun, beliau juga tidak terlepas dari menjunjung kemaslahatan dalam
menjelaskan Al-Quran sebagai solusi untuk setiap permasalahan yang dihadapi umat
di era modern ini.
Penulis memilih tema Taskhīr karena menurut penulis hal ini berkaitan
dengan keseimbangan hidup alam semesta dan menjadi permasalahan adalah sering
diabaikan oleh manusia. Keberadaan kekuatan dibalik setiap fenomena alam yang
terjadi sering terabaikan oleh sikap manusia yang angkuh dan merasa menjadi
penguasa.
Adanya Taskhir ingin menunjukkan bahwasannya Allah menciptakan alam
semesta sebagai sarana bagi manusia untuk lebih mudah menjalankan kewajibannya
sebagai khalifah di bumi. Mengingatkan kembali peran manusia sebagai
penyeimbang alam semesta yang di klaim menjadi makhluk yang paling sempurna
dengan bekal akal yang mampu memunculkan berbagai rahasia-rahasia alam dan
memanfaatkannya. Sebagai bentuk syukur dan rasa hormat manusia kepada alam
semesta mampu ditunjukkan dengan menahan diri dari keserakahan, keinginan untuk
bermewah-mewahan dan mengubah cara pandang pada diri manusia itu sendiri,
bahwa Alam semesta hadir sebagai penyempurna tugas manusia, manusia ada sebagai
wakil Tuhan di bumi dan manusia adalah pemelihara alam semesta yang tidak
semestinya merasa memiliki alam dan bersikap angkuh seolah-olah alam ada untuk di
eksploitasi.
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, Penulis panjatkan syukur kepada Allah swt. Yang telah
memberikan begitu banyak nikmat kepada penulis, sehingga penulis mampu
menyelesaikan penelitian ini dengan tepat waktu. Penulis bersyukur karena meski
dengan segala kekurangan Allah swt masih memberi penulis kemudahan dan
kelancaran melalui jalan yang tidak terduga-duga. Semoga Allah senantiasa
memberikan rahmat, taufiq dan HidayahNya agar skripsi ini mampu memberi
manfaat kepada siapa saja yang membacanya.
Sholawat serta salam takkan pernah tertinggal untuk sang Revolusioner dunia
yakni baginda Nabi Agung Muhammad saw. Keluarga, sahabat serta ummat beliau
yang teguh dalam memegang dan menjalankan ajaran beliau hingga akhir zaman.
Tak terlepas dari begitu banyak hal yang penulis lewati, penulis menyadari
akan kekurangan dan kesalahan yang mungkin masih banyak terdapat pada skripsi
ini, berbagai kesulitan dan hambatan yang sering penulis alami. Namun, berkat dari
Doa, dukungan dan semangat yang baik langsung maupun tidak langsung penulis
terima mampu menjadi salah satu kekuataan yang akhirnya menggerakan penulis
untuk mampu menyelesaikan penelitian ini sebagai salah satu syarat yang harus
ditempuh dalam mencapai gelar akademik strata satu (S1) dari Fakultas Ushuluddin
di UIN Jakarta.
Oleh karena itu, penulis menyampaikan banyak terima kasih dan penghargaan
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah turut andil dalam penyelesaian
penelitian ini, secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Lilik Umi Kalstum dan Ibu Banun Binaningrum, selaku ketua jurusan dan
sekretaris jurusan di UIN Jakarta ini, yang telah banyak membantu penulis
dalam serangkaian proses akademik.
2. Kepada bapak pembimbing Ahmad Rifqi Muchtar, yang tidak pernah bosan
menjadi tempat berbagi pemikiran untuk menunjang penullisan ini, yang telah
banyak meluangkan waktunya untuk penulis yang tak kurang-kurang
memberikan pengarahan agar skripsi ini menjadi layak.
ii
3. Kepada bapak ibu Dosen Ushuluddin UIN Jakarta yang telah banyak
memeberikan bekal ilmu yang menunjang penulisan ini.
4. Kepada semua pihak perpustakaan, baik perpustakaan UIN Jakarta,
perpustakaan Umum lainnya yang banyak sekali membantu penulis dalam
menemukan tulisan yang berkaitan dengan tema yang penulis angkat.
5. Kepada Orang tua dan kakak-kakak tercinta. Atas doa dan dukungan kalian
telah menjadi sumber semangat untuk setiap jengkal langkah penulis.
6. Kepada keluarga yang mampu memberikan semangat, baik moril maupun
materil sehingga penulis mampu menyelesaikan penelitian ini dengan baik.
7. Kepada sahabat-sahabat yang telah setia menjadi teman berbagi keluh dan
kesah, berbagi ilmu dan berbagi semangat dalam setiap kesempatan.
Atas itu semua, penulis tak mampu membalas setiap kebaikan kalian.
Penulis hanya mampu berdoa supaya Allah membalas setiap kebaikan kalian
dan mampu menjadi amal hingga hari akhirat.
Akhirnya, penulis harapkan semoga skripsi ini mampu menjadi
manfaat bagi penulis khusunya dan memberikan sedikit ilmu bagi pembaca
pada umumnya
Jakarta, 13/08/2018
Penulis
iii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ...................................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ...............................................
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ............................................
LEMBAR PERNYATAAN ...........................................................................
ABSTRAK ......................................................................................................
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
PEDOMAN TRANSLITERASI ................................................................... v
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Batasan Masalah................................................................................... 7
C. Rumusan Masalah ................................................................................ 7
D. Tujuan Penelitian ................................................................................. 8
E. Manfaat penelitian ................................................................................ 8
F. Metodologi Penelitian .......................................................................... 9
G. Metode Pengumpulan Data .................................................................. 10
H. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 10
I. Sistematika Penulisan .......................................................................... 11
BAB II. PROFIL MUTAWWALI AL-SYA’RAWI DAN KITAB TAFSIRNYA
A. Riwayat Hidup Mutawwali al-Sya’rawi............................................... 14
B. Karya al-Sya’rawi ................................................................................ 17
C. Pandangan Ulama terhadap al-Sya’rawi .............................................. 18
D. Tafsir al-Sya’rawi Khawâtîri Hawl al-Qur’ân .................................... 18
BAB III. SUBJEK, OBJEK DAN PELAKSANA TASKHIR
A. Allah sebagai Penunduk / Taskhir........................................................ 25
B. Manusia sebagai Pelaku Taskhir .......................................................... 36
C. Objek-objek Taskhir ............................................................................ 43
BAB IV. TASKHIR DAN KAITANNYA DENGAN TUGAS KE-KHALIFAH-
AN
A. Penundukkan Alam Semesta ................................................................ 78
iv
B. Taskhir dan Tugas manusia sebagai Khalifah ...................................... 78
C. Taskhir dan Ikhtiyar manusia ............................................................... 92
D. Taskhir sebagai Bentuk Nikmat ........................................................... 94
E. Manusia dan Larangan Bersikap Angkuh ............................................ 96
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 99
B. Kritik dan Saran ................................................................................... 101
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 102
v
PEDOMAN TRANSLITERASI
1. Padanan Aksara
Huruf Arab Huruf Latin Keterangan
Tidak dilambangkan ا
b Be ب
t Te ت
ts te dan es ث
j Je ج
h h dengan garis di bawah ح
kh ka dan ha خ
d De د
dz de dan zet ذ
r Er ر
z Zet ز
s Es س
sy es dan ye ش
s es dengan garis di bawah ص
d de dengan garis di bawah ض
t te dengan garis di bawah ط
z zet dengan garis di bawah ظ
ʻ Koma terbalik di atas ع
hadap kanan
gh ge dan ha غ
f Ef ف
q Ki ق
k Ka ك
l El ل
m Em م
n En ن
vi
w We و
h Ha ه
Apostrof , ء
y Ye ي
2. Vokal
Vokal dalam bahsa Arab, seperti vocal dalam Bahasa Indonesia, terdiri dari
vocal tunggal atau monoftong dan vocal rangkap atau diftong. Untuk vocal
tunggal, ketentuan alih aksanya adalah sebagai berikut:
Tanda vocal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
A Fathah
I Kasrah
U Dammah
Adapun vocal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:
Tanda vocal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
ي Ai A dan i
و au A dan u
Vokal Panjang
Tanda vocal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
â a dengan topi di atas ى ا
î i dengan topi di atas ى ي
û u dengan topi di atas ى ي
1
BAB I
PENDAHULUAN
KONSEP TASKHȊR1 MENURUT MUTAWWALI AL-SYA’RAWIY
(ANALISA AYAT-AYAT PENUNDUKAN ALAM)
A. Latar Belakang Masalah
Alam mendapat tempat yang penting dalam al-Qur’an. Alam adalah anugerah
Tuhan yang sudah seharusnya setiap manusia jaga kelestariannya dan keindahannya.
Dalam al-Quran sering diulang-ulang tentang alam dan proses penciptaannya.
Lingkungan adalah suatu sistem yang terdiri atas beberapa komponen yang
didalamnya juga mengandung campur tangan manusia untuk membentuk suatu
ekosistem yang totalitas.2 Alam merupakan sebuah refleksi dialog puitis Sang Khaliq
kepada Makhluk-Nya yang mengandung jutaan makna dan tujuan. Namun, di sisi lain
1 Taskhîr secara Bahasa berasal dari kata Sakhkhara yang merupakan fîʻil mȃdlî ṯsulaṯî
mujarrȃd dari kata sakhara. Kata Sakhkhara memiliki Masdar ر را-سخ رة-تسخي مسخ yang mengikuti و
pola ت فعيل-ف عل- ومفعلة yang bermakna tunduk atau menundukkan. Ahmad Al Munawwir dalam Kamus
masyhurnya mengartikan kata ر secara etimologi dengan makna menundukkan, menurut beliau سخ
makna secara Bahasa dari kata ر ر juga berarti سخ : yang artinya tunduk atau menundukkan. Lihat ق ه
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia (Surabaya: Pustaka
Progres,1997)h.618. Sebagaimana Al-Munawwir, Ibnu Manẕur dalam kitabnya Lisān al-ʻArāb. juga
memaknai kata ر dengan makna yang sama yakni menundukkan. Beliau mencontohkan pemaknaan سخ
kata ر ,ini dengan memberikan contoh ayat pada QS Ibrahim [11] ayat 32-33. Lihat : Ibnu Manẕur سخ
Lisȃn al-ʻArab, (Beirut: Dȃr Sadr, tt) h. 352. vol 4. Menurut Istilah, kata Taskhīr adalah kekuasaan
Allah menundukkan alam semesta sehingga dapat dihuni dan dimanfaatkan oleh umat manusia.
Quraish Shihab dalam tafsirnya yang dimaksud dengan Taskhīr dalam konteks ini adalah
menundukkan sesuatu agar mudah digunakan oleh pihak lain. Lihat: Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah,
(Jakarta:Lentera Hati, 2002) h. 63.vol.7. Sesuatu yang ditundundukkan Allah tidak mempunyai pilihan
dan daya sehingga manusia akan merasa lebih tenang dengan mengetahui sifat-sifat benda tersebut. 2 Muhammad Sirojuddin Chalili, “Konservasi Sumberdaya Alam Dalam Islam Sebagai
Wujud Pendidikan Dan Akhlaq Manusia Terhadap Lingkungan”, Jurnal Program Studi PGMI II, no. 1
(Maret 2016): 76
2
alam juga menyimpan begitu banyak rahasaia keIlahian, yang hanya bisa dimengerti
oleh mereka yang membuka mata batinnya.
Dalam Islam, selalu diajarkan bahwa sebagai salah satu misi diturunkannya
ajaran Islam adalah seorang hamba dituntut untuk bersikap santun dan bersahabat
dengan alam.3 Semua ciptaan Allah, dalam ragam jenis, jumlahnya adalah ciptaan
yang harus di jaga, karena semuanya senantiasa berhubungan satu sama lain secara
harmonis, terukur dan berkesinambungan.4 Alam diciptakan dengan seperangkat
kemukjizatannya oleh sang Kuasa, seperti dalam firmanNya :
ماواتواألر فيخلقالس هاروالفلكالتيتجريفيالبحربماينفعالناسوماأنزلإن ضواختالفالليلوالن
فيهامن ماءمنماءفأحيابهاألرضب عدموتهاوبث حابكلدآبةوتصريفالرياحوالساللهمنالس
ماءواألرضآلياتلقومي عقلون رب ينالس 5المسخ
Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan
siang, kapal yang berlayar di laut dengan (muatan) yang bermanfaat bagi
manusia, apa yang Diturunkan Allah dari langit berupa air, lalu dengan itu
Dihidupkan-Nya bumi setelah mati (kering), dan Dia Tebarkan di dalamnya
bermacam-macam binatang, dan perkisaran angin dan awan yang
Dikendalikan antara langit dan bumi, (semua itu) sungguh, merupakan tanda-
tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang mengerti.
Sebagai makhluk Allah yang diharuskan untuk menghambakan diri kepada
Allah, manusia tentu memerlukan pangan, sandang dan papan untuk hidup dan bekal
ia dalam melaksanakan kewajibannya dalam beribadah kepada Allah swt. Untuk
memenuhi kebutuhannya manusia diberi akal untuk mampu mengolah alam dan
semua yang ada untuk dimanfaatkan dalam rangka beribadah kepada Allah. Dalam
maksud yang lain bahwa manusia sudah seharusnya memanfaatkan potensinya
3 Lajnah Pentashihan Mushaf Alquran Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI,
Indonesia,” Eksploitasi Alam Dan Perusakan Lingkungan (Istinbath Hukum Atas Ayat-Ayat
Lingkungan)” (Jakarta: Jurnal Reflita,2015) Vol. 17. No. 2 4 M Quraish Shihab, Penciptaan Bumi dalam Perspektif al-Qur’an (Jakarta: Lajnah
Pentashihan al-Qur’an, 2010), h.10 5Qs. Al-Baqarah [2]: 164
3
dengan maksimal tetapi tidak sampai berlebihan atau bahkan melampaui batas.
Dalam al Qur’an Allah menjelaskan:
فيذلكآلياتلقوم ماواتومافياألرضجميعامنهإن رلكممافيالس رونوسخ ي ت فك 6
Dan Dia Menundukkan apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi
untukmu semuanya (sebagai rahmat) dari-Nya. Sungguh, dalam hal yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-
orang yang berpikir.
Dalam hal ini penundukkan yang dimaksud adalah penundukan secara
sunnatullah. Atas ketetapan Allah dan kemampuan yang dianugerahkan kepada
manusia.7 Tak dapat dipungkiri bahwa keberadaan manusia di alam ini seperti dua
sisi mata uang, satu sisi manusia membutuhkan alam dan di sisi yang lain alam
membutuhkan manusia.8 Sebagai makhluk yang dimuliakan dengan akal, seorang
manusia harusnya sadar betul dengan perannya di dunia ini adalah sebagai khalifah
dan mampu berbuat apapun dalam rangka memegang amanah, tanggung jawab dalam
mengelola bumi.
Di abad yang sudah modern seperti sekarang ini para ahli bioteknologi sudah
berhasil merekayasa genetika tanaman sehingga berubah dari sifat-sifat aslinya. Hal
itu bermanfaat bagi kemaslahan umat bukan hanya saat ini tapi mungkin saja untuk
abad abad selanjutnya. Karena itu ketika Alquran menjelaskan mengenai alam raya
selalu dikaitkan dengan kebesaran dan keagungan Allah, dengan peran manusia
sebagai pengelola sekaligus Khalifah dan Hamba Allah.9
sesuai dengan firmanNya dalam QS al Baqarah:11:
6 QS Al Jatsiyyah [45]:13
7 M Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an (Bandung:Mizan, 1997), h.441
8 Muhammad Ihsan “Perspektif Filsafat Pendidikan Islam Tentang Alam Dan Lingkungan”
Jurnal Hunafa:program studi Tarbiyyah, IV, no. 31-40 (Maret 2017):h.32 9 M Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an (Bandung:Mizan, 1997), h.444
4
ماءماءفأخرجبهمنالثمرات ماءبناءوأنزلمنالس رزقالكمفالتجعلواالذيجعللكماألرضفراشاوالس
-10٢٢-للهأنداداوأنتمت علمون
(Dia-lah) yang Menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit
sebagai atap, dan Dia-lah yang Menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia
Hasilkan dengan (hujan) itu buah-buahan sebagai rezeki untukmu. Karena itu
janganlah kamu mengadakan tandingan-tandingan bagi Allah, padahal kamu
mengetahui.
Al Quran telah banyak menguak fakta-fakta ilmiah yang dengan sendirinya
terbukti melalui setiap ciptaan-Nya. Perlu di garis bawahi bahwa setiap ciptaan Allah
tidak pernah berhenti dari menunjukkan eksistensi Allah sebagai Sang Pencipta.11
Kewajiban manusia adalah bersyukur kepada Allah dengan diciptakannya alam
dengan segala fasilitasnya. Dalam beberapa redaksi Allah menyebutkan untukmu,
bahwa alam memang benar-benar untukmu (manusia) yang terkadang juga
menyebutkan jenis hewan tertentu untuk menunjukkan karakteristik masing-masing.12
Perkembangan ilmu pengetahuan tidak akan berhenti walaupun hanya
sesaat.13
menurut Quraish Shihab,manusia dalam al Quran memiliki potensi untuk
meraih ilmu dan mengembangkannya dengan seizin Allah swt. Modernitas
memunculkan sebuah pertanyaan mendasar bagi sebagian orang, kenapa semakin
canggih tekhnologi justru menimbulkan bencana bagi manusia dan alam itu
sendiri?.14
Jawaban dari pertanyaan tersebut mungkin saja terletak pada sikap manusia
yang membebas-lepaskan tekhnologi yang ada tanpa mengetahui baik buruk dari alat
tersebut yang pada akhirnya menimbulkan berbagai kerusakan. Hal ini sudah
diantisipasi dalam al Quran di banyak suratnya mengenai peringatan kepada manusia
agar tidak merusak alam.
10
QS al Baqarah:11 11
Jacques Jomier, Horizon Al-Qur’an (Jakarta:Bale Kajian Tafsir Al-Qur’an Pase,2002), h.
37 terj. Hasan Basri 12
Ahmad Baiquni, Al Quran dan ilmu pengetahuan kealaman (Yogyakarta:Dana Bakti Prima
Yasa, 1997),h.6 13
Nadiah Thayyarah, Buku Pintar Sains dalam Al-Qur’an (Jakarta: Zaman, 2014),h.16 14
M Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, h.435
5
الذيني فسدونفياألرضوليصلحون -١٥١-ولتطيعواأمرالمسرفين 15
dan janganlah kamu menaati perintah orang-orang yang melampaui batas,
yang berbuat kerusakan di bumi dan tidak mengadakan perbaikan.
Al Quran dalam banyak ayat selalu menunjukkan bahwa dia sebagai petunjuk
bagi manusia, baik secara teoritis maupun praktis. Al Quran bukan hanya teks yang
menujukkan tingkat ketaqwaan seseorang, namun lebih jauh dari itu al Quran adalah
sebuah pesan moral yang dalam konteks yang konkrit.16
Semua telah Allah atur
sebagaimana rupa, agar dengannya manusia mampu mengambil manfaat untuk
kehidupannya. Mulai dari hal yang tidak terpikirkan akal sampai hal-hal yang
mendetail.
Begitulah keadilan Allah, sehingga mataharipun mampu terus memancarkan
sinarnya setiap hari tanpa memerlukan bahan bakar, suku cadang atau bahkan
perawatan khusus. Kiranya siapa yang mampu melakukan itu semua jika bukan
karena keadilan Allah swt. Namun, kebanyakan manusia adalah menggunakan setiap
fasilitas tersebut dengan tanpa dibarengi rasa syukur dan berlebihan hingga pada
akhirnya memunculkan kerusakan pada lingkungan.
menurut Lynn White Jr.17
krisis lingkungan yang tengah terjadi sekarang ini
adalah akibat kesalahan manusia menanggapi persoalan ekologinya. Manusia
bertindak terhadap alam sesuai dengan apa yang mereka pikirkan untuk diri mereka
sendiri. Tegasnya dia menyatakan bahwa krisis lingkungan manusia hari ini sangat
dipengaruhi oleh keyakinan tentang alam kita dan takdirnya, yakni oleh agama.18
15
QS Asyu’ara : 151-152 16
Elya Munfarida “Metodologi Penafsiran Al-Qur’an Menurut Fazlur Rahman” Jurnal
Komunika, Vol. 9, No. 2, (Juli - Desember 2015) 17
Adalah seorang sejarawan asal Amerika, Dia adalah seorang profesor sejarah abad
pertengahan di Princeton dari tahun 1933 sampai 1937, dan di Stanford dari tahun 1937
sampai 1943. Dia adalah presiden dari Mills College, Oakland, dari tahun 1943 sampai 1958
dan seorang profesor di University of California, Los Angeles dari tahun 1958 hingga 1987 18
Fackruddin M, Mangunjaya, Konservasi Alam Dalam Islam. (Jakarta: Yayasan Obor
Jakarta,2005)h.7
6
Memelihara lingkungan dalam Islam merupakan sebuah totalitas dalam
Ibadah. Sebab itu Islam menjadi rahmat bagi seluruh alam, sebuah jargon yang
mendorong manusia agar tidak melakukan kerusakan di bumi dan tidak pula menjadi
aspek yang mempercepat laju kerusakan di muka bumi. 19
oleh karena itu perlu
kiranya ada sebuah konsep yang menjelaskan bagaimana Allah memberikan segala
nikmatnya melalui setiap ciptaanNya untuk mampu diolah oleh manusia dengan
sebaik-baiknya.
Dari uraian latar belakang diatas, akhirnya penulis menamai judul penelitian
ini dengan “KONSEP TASKHĪR DALAM AL-QU’RᾹN MENURUT
MUTAWWALI AL-SYA’RAWIY (Analisa Ayat-Ayat Penundukkan Alam)”. Penulis
memilih Mutawwali Al-Sya’rawi karena menurut penulis cara beliau menafsirkan al-
Qur’an dengan bil Lisȃn atau melalui ceramah-ceramah secara tidak langsung beliau
mampu menjelaskan dengan mencangkup seluruh aspek dan lebih mudah untuk
dipahami. Beliau juga juga salah satu mufassir Kontemporer20
yang mengetahui dan
menyaksikan secara langsung permasalahan yang ada saat ini. Bagi orang-orang yang
hidup pada zaman yang sudah modern21
ini, metode yang mudah sangat membantu
19
Fachruddin M Mangunjaya, konservasi alam dalam Islam, h.234 20
Kontemporer (al-muʻasir) artinya masa ini atau dewassa ini. Istilah Kontemporer menurut
pemikiran Islam Arab tepatnya sejak tahun 1967, ketika dunia Arab mengalami kekalahan perang
dengan Israel. Yang kemudian mulai melakukan kritik diri (al-naqd adz-dzati), kemudian bangkit
memperbarui kekurangan-kekurangan model pemahaman Islam yang lebih kekinian. Abdul Mustaqim,
Dinamika Sejarah Tafsir al-Quran: Studi aliran-aliran Tafsir dari Periode Klasik, Pertengahann
Hingga Modern Kontemporer, h, 145-146. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer berarti
dalam waktu yang sama ; semasa;sewaktu; pada masa kini; dewasa ini. Lihat:Departemen Pendidikan
Nasional Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi 4 (Jakarta: PT Gramedia, 2008), h. 729 21
Modern (al-Hadîts) biasanya merujuk kepada sesuatu yang “terkini” dan yang baru. Istilah
Modern dalam Bahasa inggris adalah bentuk kata sifat yang berarti “relating to people or things form
modern times and not form a time in the past, terkait dengan orang atau sesuatu dimana modern.
Bukan masa lampau.” Atau juga bisaberarti, “designed and made using the most the most recent ideas
and method , seek to find new forms of expression and reject traditional, sesuatu yang dirancang
menggu8nakan ide-ide dan metode baru, mencari sesuatu untuk menemukan bentuk ekspresi baru dan
menolak yang tradisional.” Zaaman Modern dalam konteks sejarah peradaban barat dimulai sejak abad
XV M, hinggaa abad XIX M, atau kira-kira abad IX H hingga XIV H. namun menurut konteks-
konteks sejarah perkembangan aliran atau madzhab tafsir, periode modern dimulai sejak abad XVIII M
atau sekitar abad VII H, ditandai dengan munculnya tokoh-tokoh pemikit modern Islam. Lihat: Abdul
Mustaqim, Dinamika Sejarah Tafsir al-Quran: Studi aliran-aliran Tafsir dari Periode Klasik,
Pertengahann Hingga Modern Kontemporer, h, 145-147. Modern juga berarti being it this time ; now
existing, ect.Lihat: Erie Burkley, The Oxford English Dictionary, Vol. VI L-M (Oxford: The
Clarendon Pres, Cet. IV, 1978),h. 573
7
untuk menemukan solusi dan pencerahan atas problem yang ada. Disamping itu,
beliau pun sangat menitik beratkan pada bagaimana permasalahan yang ada saat ini
dapat terselesaikan dengan tetap menimbulkan kemaslahatan bersama namun tetap
dengan keimanan manusia kepada Allah swt terpatri dihati. Untuk itu muncullah
judul tersebut, untuk lebih memahami pesan dari maksud peraturan Allah mengenai
penundukkan alam, untuk mengetahui apa rahasia dan informasi sains dibalik
penundukkan tersebut. Yang mungkin saja belum diketahui oleh masyarakat dari
masa turunnya Al-Qur’an. Konsep ini juga dimaksudkan supaya setiap pembaca
mengetahui bahwa sebagai bukti akan kekuasaan Allah, bahwa untuk menjaga
lingkungan Allah juga sudah memiliki peraturan yang begitu adil dan menyeluruh.
B. Batasan Masalah
Dari keseluruhan masalah yang timbul dan sudah dijelaskan didalam latar
belakang masalah, yang akan menjadi fokus dan perhatian penulis adalah melihat
pada ayat-ayat mengenai Taskhîr atau ayat-ayat Penundukkan alam dalam al Quran
menurut pandangan Mutawwali Al-sya’rawi dalam tafsirnya.
Dalam buku Indeks Terjemah al-Quran kata yang bermakna Tunduk terdapat
terdapat 61 ayat dengan redaksi dan bentuk kata yang berbeda. Kemudian dalam
kamus Modern Indonesia Arab terdapat 5 bentuk kata yang bermakna Tunduk. Yakni
س-طأطأ–أطرقأستحياء-أطرق-خضع منك semua kata tersebut bermakna tunduk sebagai
kata kerja dan hanya ada satu yang merupakan kata sifat yakni س penundukan di .منك
sini digunakan dalam penundukkan manusia secara fisik, seperti menundukkan
kepala.
Namun, akar kata Sakhr yang memiliki makna Penundukan, penulis menemukan
14 ayat yang memiliki makna yang sama dengan bentuk kata yang berbeda-beda.
Yakni ر رات - المسخ ر – مسخ رناها – وسخ رها – سخ Penulis membatasi penelitian - سخ
hanya pada ayat yang memiliki akar kata sakhr yang bermakna Penundukan.
8
Penundukan di sini adalah penundukan terhadap alam dan kata ini lebih dekat
pemaknaannya dengan penundukkan yang berkaitan dengan benda alam, sedangkan
kata-kata lain bermakna penundukkan yang berarti menundukkan yang berkaitan
dengan fisik manusia.
Penulis membatasi pembahasan hanya pada ر yang berarti penundukan سخ
terhadap alam semesta.
C. Perumusan masalah
Untuk memudahkan penulis mengenai pembahasan yang akan dibahas maka
penulis membatasi pembahasan mengenai ayat-ayat terkait penundukkan alam, yang
akan di kaji secara komprehensif dan mendalam. Agar dapat ditemukan konsep
taskhîr dan bagaimana aplikasi dalam pengolahan Alam.
a. Bagaimana pandangan Al-Sya’rawi mengenai ayat-ayat Taskhîr didalam al
Quran?
b. Bagaimana Implikasi dari konsep Taskhîr ini dalam praktek pengolahan
alam?
D. Tujuan penelitian
Dengan adanya penelitian ayat-ayat yang berkenaan dengan lingkungan dan menjaga
alam disini, diharapkan
1. mampu memberikan kesadaran kepada pembaca betapa indah alam raya ini
jika dimanfaatkan dengan bijak. Betapa besar kekuasaan Allah dan betapa
rendah dan tak berdayanya manusia.
2. Untuk mengingatkan pembaca bahwa Islam sempurna dan Islam itu adalah
keindahan, dengan adanya konsep Taskhîr diharapkan pembaca mengetahui
dan mampu mengolah lingkungannya dengan tidak berlebihan dan seimbang.
3. Untuk mengetahui rahasia dibalik setiap peraturan Allah dalam hal ini adalah
penundukkan alam dan menunjukkan bahwa Taskhîr adalah salah satu bentuk
kekuasaan Allah swt yang berlaku dan terlihat melalui wajah alam semesta.
9
4. Disamping itu juga untuk menambah wawasan bahwa sebelum sains
memberikan bukti-bukti ilmiah, al Qur’an sudah jauh lebih dulu memberikan
informasi yang mendalam.
E. Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini diharapkan mampu menjadi salah satu referensi bagi pembaca
mengenai ayat-ayat Penundukkan alam dan cara yang dianjurkan dalam
mengolah alam.
2. Penelitian ini diharapkan mampu menyadarkan kembali akan pentingnya
menjaga alam, melihat dan berfikir betapa Allah sangat peduli akan
lingkungan alam sekitar melalui ayat-ayat-Nya.
3. Menjelaskan bahwa perkembangan manusia dari segala aspek mampu
memberikan dampak kepada alam di sekitarnya. Baik positif maupun negatif.
4. Mengetahui konsep Taskhîr dalam pengolahan alam didalam al Quran dan
informasi mengenai fakta sains dalam peraturan Allah yang mampu memberi
kesadaran kepada pembaca bahwa alam senantiasa menunjukkan kekuasaan
Allah, dengan demikian diharapkan pembaca lebih menghargai dan menjaga
lingkungannya dalam kehidupan sehari-hari.
F. Metodologi penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian kepustakaaan atau Library Searchiung,
yakni menghimpun buku-buku dan berbagai artikel terkait dengan tema yang
dibahas oleh penulis.
Sementara daalam bagian pembahasan penulis menggunakan metode
Maudhu’I atau metode tematik yang digunakan oleh beberapa mufassir untuk
menjelaskan al-Quran dengan jelas sehingga mudah untuk dipahami. Metode
Maudhu’I adalah menghimpun seluruh ayat al-Quran yang memiliki tujuan
dan tema yang sama.
Ada banyak mufassir yang mengusung metode tematik ini, salah
satunya adalah Abdul Hayy al-Farmawi. Beliau dalam bukunya menjelaskan
10
dengan sangat detail mengenai metode tafsir ini serta merumuskan langkah-
langkah yang digunakan agar mudah untuk digunakan.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam metode ini adalah:
a. Menetapkan masalah yang akan di bahas.
b. Menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah yang dibahas
c. Menyusun runtutan ayat dengan masa turunnya dan mengetahui
asbabun nuzul
d. Menyusun pembahasan dalam kerangka yang sempurna
e. Melengkapi pembahasan dengan hadis-hadis yang relevan
f. Mempelajari ayat-ayat tersebut secara keseluruhan dengan jalan
menghimpun ayat-ayat yang sama.
Kemudian penulis mencari dalam beberapa buku indeks al-Quran untuk
mengetahui kata yang bermakna sama dengan kata tunduk.
G. Metode pengumpulan data
Mengumpulkan ayat al Quran menggunakan Muʻjam al Mufahroz Li Alfaẓil
Qur’an. Buku indeks al-Quran, kamus-kamus dan buku-buku ensiklopedi al-Quran.
Awal pembahasan penulis menetapkan tema yang akan penulis bahas, untuk
kemudina mencari ayat-ayat yang terkait dengan tema yang akan di bahas, melihat
runtutan ayat berdasarkan masa turunnya dan penulis juga membaca mengenai
asbabun nuzul dan keterkaitan antara ayat yang penuli bahas dengan ayat-ayat yang
lain. Kemudian penulis mencoba untuk mempelajari ayat-ayat tersebut dengan
seksama melalui kitab-kitab tafsir yang penulis ambil dari seorang mufasir yakni
Mutawwali al-Sya’rawi.
Dalam penulisan ini, penulis menggunakan pengolahan data deksriptif analitik.
Dimana untuk media penulis dalam mengkaji dan memaparkan hasil dari penelitian
dari data-data yang tersedia baik data primer maupun data sekunder, kemudian
mengolahnya dan menjelaskannya dengan proposional dan komprehensif. Sehingga
akan tampak jelas jawaban atas pertanyaan topik yang dibahas. Adapun teknik
11
penulisan skripsi di sini , penulis menggunakan buku pedoman penulisan skripsi dari
UIN Jakarta tahun 2017.
H. Tinjauan Pustaka
Kajian al Quran mengenai kealaman bukan sesuatu yang baru, sudah ada banyak
pembahasan atau penelitian mengenai hal ini. Kesemuanya menggunakan metode dan
proses penelitian yang bermacam-macam. Diantaranya:
Jamal Fikri, 2010. Fakultas Tarbiyyah, Institut Agama Islam Negeri, dalam
Jurnal yang berjudul “SAINS DAN TEKHNOLOGI DALAM AL-QURAN DAN
IMPLIKASINYA DALAAM PEMBELAJARAN” dalam penjelasannya, Jamal Fikri
menjelaskan mengenai prinsip-prinsip dalam al-Quran dalam kajian-kajian ilmiah
yang dilakukan oleh ulama, salah satunya adalah Prinsip Taskhir dimana didalamnya
ia menjelaskan bahwa taskhir adalah satu prinsip yang tidak bias berdiri sendiri tanpa
adanya tekhnologi dan potensi diri dari manusia agar alam mampu dimanfaatkan
dengan baik. Sedangkan perbedaan dengan penulisan ini, penulis mencoba
menerangkan apa taskhir itu dengan lebih dalam kemudian implikasi terhadap
kehidupan sehari-hari manusia.
I. Sistematika Penulisan
Agar pembahasan dalam penulisan ini lebih terarah dan tersusun, maka penulis
menyusun sistematika peulisan sebagai berikut:
BAB I dalam bab awal sebagai pendahuluan penulis mencantumkan tentang
beberapa sub bab. yakni, Latar belakang masalah, di mana didalamnya dijelaskan
alasan dan latar belakang mengapa penulis memilih untuk mengkaji tema tersebut.
Kemudian ada sub bab Rumusan dan Batasan masalah, agar pembahasan lebih
terfokuskan pada pembahasan tertentu maka penulis memberi Batasan kepada
pembahasan. Kemudian ada pula Tujuan dan manfaat penelitian, sub bab ini sangat
penting di mana letak manfaat penelitian ini akan terlihat jelas dalam sub bab
12
tersebut, karena didalamnya penulis menuliskan apa saja hal yang kiranya bermanfaat
yang didapat setelah peneleitian ini rampung dilakukan. Kemudian ada tinjauan
pustaka, di mana dialamnya penulis menyajikan berbagai hasil penelitian dari
berbagai pihak untuk mengetahui sudah seberapa banyak dan apa saja hal yang
dibahas oleh peneliti lain terkait tema yang sama dengan penulis, sehingga penulis
mampu mncari celah pada bagian mana yang kiranya belum dikaji oleh kebanyakan
peneliti. Kemudian ada sistematika penulisan, di mana di sini penulis mencoba
menjelaskan alur penulisan penelitian yang digunakan oleh penulis agar lebih jelas
dan terarah.
BAB II, didalamnya terdapat bab mengenai profil dari mufasir yang akan
dijadikan rujukan dalam tema ini, yakni Mutawwali Al-Sya’rawi. Didalam bab ini
juga terdapat sub-sub kecil memuat profil dari al-Sya’rawi yang akan membahas
mengenai siapa beliau dan beberapa hal terkait beliau. Mulai dari latar belakang
pendidikannya , factor yang mempengaruhi pemikirannya sampai kepada metode
yang dipakai oleh al-Sya’rawi dalam menafsirkan al-Qur’an.
BAB III, dalam bab tiga karena penelitian ini menggunkan metode Tematik,
maka di bab ini penulis menuliskan ayat-ayat yang terkait dengan Taskhîr atau
Penundukkan alam. mulai dari teks ayat, terjemah hingga tafsiran ayat tersebut. Dari
sini maka akan di ketahui apa saja yang melingkupi penundukkan itu sendiri. Di
dalam bab ini terdapat sub-sub yang akan merinci bab tiga, seperti ayat-ayat al-
Qur’an mengenai Allah sebagai penunduk langit dan bumi, laut dan angina, kemudian
juga mengenai manusia sebagai pelaku atau pelaksana penundukan makhluk yang
hidup. Kemudian objek-objek penundukan, yakni alam semesta.
Pada sub bab ini akan terlihat pula mengenai pengertian Taskhîr, ruang
lingkup Taskhîr dan manfaat dari Taskhîr itu sendiri pada sub bab ini akan dijelaskan
juga peran dari Allah, Manusia dan Alam itu sendiri sehingga terciptalah
Penundukkan Allah kepada makhlukNya dan dampak kepada manusia dana lam
sekitarnya.
BAB IV pada bab ini penulis mulai menjelaskan mengenai penafsiran al-
Sya’rawi mengenai Taskhîr itu sendiri. Didalamnya terdapat sub-sub kecil seperti
13
penundukkan alam semesta, peran manusia sebagai khalifah, kemudian peran
manusia sebagai hamba Allah. Pada sub bab selanjutnya, disebutkan pula Pendapat
al-Sya’rawi mengenai hubungan antara Taskhir dan Tauhid, kemudian Taskhir
dengan dzikir, kemudian juga mengemukakan bagaimana sebenarnya solusi al Quran
atas kerusakan alam yang terjadi di alam.
Mulai dari bagaimana Allah menghidupkan bumi yang mati, menjelaskan pola
kehidupan manusia modern, sampai bagaiaman peran manusia sebagai khalifah dan
Abdullah sebagai penyeimbang ekosistem. Penting penulis untuk sedikit membahas
mengenai pola hidup masyarakat yang menyebabkan ketidakseimbangan alam ini,
yang kemudian berujung pada kerusakan alam.
BAB V, pada bab ini berisi kesimpulan dari penelitian yang sudah dilakukan
oleh penulis menggunakan penafsiran dari Mutawwali al-Sya’rawi, dengan metode
Library searching mengenai makna ayat mengenai Penundukkan Alam dan konsep
dari Taskhir dari ayat-ayat yang sudah diuraikan dengan mendalam dan
komprehensif. Kemudian adalah kritik dan saran.
Selanjutnya yang tak kalah penting adalah DAFTAR PUSTAKA, yang berisi
buku-buku, artikel, jurnal atau penelitian lain yang masih terkait dengan tema judul
yang dibahas oleh penulis yakni mengenai Taskhir atau ayat-ayat penundukkan alam.
14
BAB II
MUTAWWALI AL-SYA’RAWI dan KITAB TAFSIRNYA
A. Riwayat Hidup Mutawwali al-Sya’rawi
Syaikh Mutawwali al-Sya‟rawi adalah seorang ulama tafsir yang lahir didesa
Daqadus, distrik Mith Ghamr. Provinsi Daqahlia, Mesir 16 April 1911 M. ia
menghabiskan masa kecil nya untuk menempuh Pendidikan di desanya dan pada usia
yang masih belia yakni usia 11 tahun beliau telah hafal al-Quran. 1 terlihat kegigihan
dalam diri beliau dalam menghafal al-Quran, terbukti beliau sudah hafal ketika
usainya masih sangat muda di bawah bimbingan sang guru.2
Syeikh Abdullah al-Anshari sangat ingin anaknya menjadi ulama, oleh
karenanya ketika ayahnya menyerahkannya kepada seorang guru penghafal quran
didesanya Syeikh Abdul Majid Basya, sang ayah sampai berpesan “pukul dan
patahkan saja tulang rusuknya kalau dia tidak mau menghafal.” Dari sini mulailah
terbentuk al-Sya‟rawi menjadi seorang dai yang terkenal lugas, tegas, santun dan
berwawasan luas.3
Beliau menyelesaikan kuliahnya pada fakultas Bahasa Arab di al-Azhar,
Kairo tahun 1940 M. ia melanjutkan Pendidikan doktoral pada tahun 1940 M dan
mendapat gelar ‘Alamiyyat dalam bidang sastra dan Bahasa arab. 4 Setelah lulus dari
fakultas tersebut beliau ditugaskan untuk mengajar di sebuah pesantren di Thanta.
Kemudian beliau berpindah-pindah pesantren untuk mengajar ke beberapa kota.
1Mutawwali al-Sya‟rawi, Jihad dalam Islam, ( Jakarta: Republika, 2011), h. iv-v, terj.Usman
Hatim, dkk 2 Istibsyaroh, Hak-Hak Perempuan Relasi Gender menurut Tafsir al-Sya’rawī, (Jakarta:
TERAJU Mizan Publika, 2004), h. 21 3 Harry Mohammad, dkk, Tokoh-Tokoh Berpengaruh dalam Islam abad ke-20,
(Jakarta:Gema Insani, 2006), h. 273-275 4 Ahmad al Marsi Husein Jauhar, Muhammad Mutawwali al-Asya’rawi: Imam al-‘Asr (Al-
Qahirah : Handat Misr, 1990), h. 74
15
Setelah banyak malang melintang mengajar dunia pesantren, akhirnya beliau
memutuskan untuk hijrah ke Saudi Arabia pada tahun 1950 M. di sana beliau
mengajar di Universitas Ummul Qurro fakultas Syariah. Melalui saluran tv Nur ‘ala
Nur di Mesir ia berdakwah, mulai dari acara televisi itulah beliau mulai dikenal oleh
masyarakat Mesir.5
Adanya perselisihan antara raja Saudi dan presiden Jamal abdul Naseer
akhirnya membuatnya memutuskan kembali untuk menuju Kairo dan menjadi
direktur di kantor Syekh al-Azhar Syekh Husein Ma‟mun. beliau juga menjadi ketua
delegasi al-Azhar di Algeria dan menetap di sana selama 7 tahun. Kemudian kembali
lagi ke Kairo dan ditugaskan sebagai Kepala Departemen Agama provinsi Gharbiyah.
Karir al-Sya‟rawi dalam Pendidikan semakin menanjak dari mulai mengajar
di al-Azhar Tanta, kemudian berpindah ke al-Azhar Iskandaria untuk kemudian
menjadi dosen di Universitas al-Malik Abdul Aziz sebagai dosen Tafsir Hadis. Beliau
juga diangkat sebagai asisten pengembangan Bahasa Arab dan menjadi asisten dari
Grand Syeikh Hasan Makmun pada tahun 1964 M. Beliau juga mamangku jabatan
sebagai rektor pasca sarjana di Universitas al-Malik Abdul Aziz. Dalam pemerintahan
ia di tunjuk sebagai Menteri Wakaf dalam kabinet Mamduh Salim. Beberapa jabatan
pun pernah ia tolak seperti menjadi salah satu pemrakarsa berdirinya Universitas al-
Syu‟ub al-Islamiyyah al-„Arabiyyah dan menolak menjadi anggota Majelis
Permusyawaratan Rakyat.6
Di mata para sahabatnya, beliau adalah orang yang baik akhlak dan adabnya.
Al-sya‟rawi memiliki sejumlah karangan, diantaranya Al-Israu wa al-Mi’raju, al-
Syura wa at Tasyri’u fi al-Islami dan lain sebagainya. Beliau wafat pada tahun 1998
pada usia 87 tahun dan di kebumikan di Mesir.7
5 Istibsyaroh, Hak-Hak Perempuan Relasi Gender menurut Tafsir al-Sya’rawī, h. 27
6 Nasrul Hidayat, Konsep al-Wasatiyyah dalam Tafsir al-Sya;rawi, (Tesis : Pascasarjana UIN
Alauddin Makasar, 2016), h. 29 7 Harry Mohammad, dkk, Tokoh-Tokoh Berpengaruh dalam Islam abad ke-20, h. 277
16
Seorang pribadi dan sebuah pemikiran tidak hanya terlahir dari pemahaman
akademik saja, melainkan situasi sosio politik yang menjadi lingkungan dimana
seseorang tumbuh dan menuangkan segala pemikirannya. Tak terkecuali dengan
mufassir yang satu ini, Mutawwali al-Sya‟rawi tumbuh di Mesir dengan keadaan
mesir yang saat itu tidak stabil karena pergantian sistem perpolitikan.sehingga
mampu melahirkan sebuah karya besar yang menyumbangkan pemikiran khusunya
didunia tafsir.8
Latar belakang sosio kultural yang dialami oleh al-Sya‟rawi menjadi salah
satu faktor yang mempengaruhi pemikirannya terhadap menafsirkan al-Quran.
Keadaan Mesir yang pada saat itu penuh dengan polemik politik dengan bergantinya
sistem pemerintahan, dari pemerintahan monarki konstitusional menjadi republik. Hal
ini juga membuat al-Sya‟rawi menjadi salah satu aktivis yang menyerukan
pembebasan Mesir dari penjajahan Inggris, Bersama dengan beberapa ulama lain
yang juga menginginkan kebebasan untuk Mesir. Namun dalam pembebasan tersebut
membuat Mesir menjadi sangat terpuruk dari berbagai sisi, baik sosial maupun moral
yang akhirnya menjauhkan manusia dari ajaran Islam. 9
Al-Sya‟rawi sudah terjun kedalam dunia politik semenjak usia belia. Beliau
diperkanalkan dengan partai alWafid yang pada saat itu ayahnya adalah salah satu
dari aktivis partai bersama keluarga. Hal ini yang kemudian membawa al-Sya‟rawi
pada aktivitasnya didalam partai ketika masih duduk dibangku sekolah sampai ketika
ia mengenyam Pendidikan sarjana di Kairo.
Banyak perbedaan yang terjadi didunia Pendidikan ketika Muhammad Ali
Pasha menjadi pemimpin Mesir kala itu. Sistem Pendidikan diganti menjadi paralel
yakni memisahkan antara Pendidikan tradisional dengan Pendidikan sekuler.
Kemudian di kepemimpinan selanjutnya mulai membentuk Lembaga dan
8 Hikmatiar Pasya‟, Studi Metodologi Tafsir al-Sya’rawi, (Jurnal: Studia Quranika,
Universitas Darrussalam Gontor, 2007), h. 144, Vol 1, No 2 9 Badruzzaman M. Yunus, Tafsir Asy-Sya’rawi : Tinjauan Terhadap Sumber, Metode, dan
Ittijah, (Disertasi: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009), h. 40. Mengutip dari Ahmad al-Mursi
Husein Jauhar, Asy-Syeikh Muhammad al-Mutawalli asy-Sya’rawi : Imam al-‘Ashr, h. 12.
17
menjadikan Lembaga Al-Azhar menjadi rujukan bagi masyarakat untuk menimba
ilmu di sana.
B. Karya Al-Sya’rawi
Mutawwali al-Sya‟rawi adalah ulama yang tidak diragukan lagi tingkat
ketaqwaannya dan keluasan ilmunya, terbukti dengan ketawadhuan dan pemikirannya
yang luas, beliau enggan untuk menuliskan renungannya dalam berbagai hal didalam
sebuah tulisan. Karena bagi beliau ilmu yang diperdengarkan atau disampai langsung
oleh narasumber aslinya akan lebih mudah untuk diterima dan dimengerti. Karena
menurut beliau hal ini akan lebih besar manfaatnya untuk manusia. Oleh karena itu
oleh ceramah-ceramah beliau dikumpulkan dan dibukukan oleh orang-orang yang
mencintai beliau dan menginginkan ilmu beliau akan terus mampu untuk disebar
luaskan sepeninggal beliau nanti.10
Ceramah-ceramahnya mengenai suatu hal dikumpulkan dan kemudian di
bukukan atas izinnya dan kemudian menjadikan buku ata kumpulan dari ceramah-
ceramahnya menjadi karya-karya yang fenomenal dan sangat disukai oleh masyarakat
baik di Mesir maupun duluar Mesir. Diantaranya11
adalah:
1. Kitab Tafsir Al-Sya‟wrawi atau Khawātir al-Sya’rawi atau hasil
perenungan dari Mutawwali al-Sya‟rawi
2. Isra Mi’raj
3. Asra’I bismillāhirrahmānirrahīm
4. Al-Islam wa al-Fikr wa al-Mu’assir
5. Al-Islam wal Mar’ah, Aqidatun wal Manhajun
6. Al-Syu’ra wa al-Tasyri’ fi al-Islam
7. Al-Shalat wa Arkan al-Islam
8. Al-Tariq illa Allah
10
Istibsyaroh, Hak-Hak Perempuan Relasi Gender menurut Tafsir al-Sya’rawī, h. 31 11
Nasrul Hidayat, Konsep al-Wasatiyyah dalam Tafsir al-Sya;rawi, (Tesis : Pascasarjana
UIN Alauddin Makasar, 2016), h. 31
18
9. Al-Fatawa
10. Labbaika Allahuma labbaika
11. 100 sual wa al-Jawab di al-Fiqh al-Islam
12. Al-Mar’ah kamaa Aradhaha Allah.
Dan masih banyak lagi karya-karya fenomenal dari beliau yang
menyumbangkan pemikiranya dalam dunia keilmuan Islam tidak hanya sebagai
bacaan namun juga sebagai salah satu solusi untuk membenahi manusia pada zaman
modern ini.
C. Pandangan Ulama tentang Al-Sya’rawi
Dikenal sebagai seorang intelektual yang berwawasan luas, beberapa ulama
pun turut berpendapat mengenai sosok Mutawwali al-Sya‟rawi, diantaranya:
Yusuf Qardhawi, beliau berpendapat bahwa Al-Sya‟rawi adalah seorang
penafsir yang handal. Beliau terlihat sangat menekuni dunia sufisme atau kebatinan.
Penafsirannya tak terbatas ruang da waktu, penafsiran Al-Sya‟rawipun tidak hanya
terbatas pada kisi-kisi kehidupan saja namun juga mencangkup keseharian dalam
kehidupan.12
Abdul Fattah al Fawi seorang dosen Falsafah di Universitas Dar al-„Ulum
Kairo mengatakan bahwa al-Sya‟rawi bukan seseorang yang beku didepan nas, tidak
hanya menggunakan akal dan tidak pula condong pada kebatinan, justru beliau
menghormati nas, menggunakan akal dan terpancar dari dalam dirinya keterbukaan
dan kekharismatikan.13
Syeikh al-Azhar Muhammad Sayyid Tantawi menunjukkan rasa hormatnya
dan mengahargai usaha al-Sya‟rawi dalam menyebarkan ajaran-ajaran Islam
ditengah-tengah masyarakat yang serba materialistis.
D. Tafsir al-Sya’rawi
12
Riesti Yuli Mentari, Penafsiran al-Sya’rawi terhadap al-Quran tentang Wanita Karir,
(Skripsi: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h. 33 13
Nasrul Hidayat, Konsep al-Wasatiyyah dalam Tafsir al-Sya;rawi, (Tesis : Pascasarjana
UIN Alauddin Makasar, 2016), h.33
19
Kitab tafsir ini pada mulanya tidak diperuntukkan untuk ditullis kemudian
dibukukan, awalnya al-Sya‟rawi menjelaskan dengan kemampuan komunikasi yang
dimilikinya untuk menjelaskan al-Quran yang ia sebut sebagai perenungan dirinya
terhadap makna dibalik setiap ayat al-Quran. Kitab yang kini dapat kita baca adalah
hasil dari ide dan kreasi muridnya yang awalnya hanya dimuat di sebuah majalah al-
Liwa al-Islamiy. 14
Tafsir ini dinamakan sebagai kitab tafsir al-Sya‟rawi adalah sesuai dengan
nama dari syeikh Mutawwali al-Sya‟rawi sang pemilik. Menurut Ali Iyazi judul yang
terkenal yakni Tafsir al-Sya‟rawi Khawatir al-Sya‟rawi Haula al-Qur‟an. Yang
dimaksudkan sebagai sebuah perenungan dari al-Sya‟rawi terhadap ayat-ayat al-
Quran yang tentu bisa salah dan benar terhadap orang menafsirkan.15
Di awal kitab
tafsirnya ada pernyataan al-Sya‟rawi mengenai keaslian karyanya:
“Hasil renungan saya terhadap al-Quran bukan berarti tafsiran al-
Quran, melainkan hanya percikan pemikiran yang terlintas dalam hati
seorang mukmin saat membaca al-Quran. Kalau memang al-Quran
dapat ditasirkan, sebenarnya yang lebih berhak menafsirkannya adalah
Rasulullah SAW, karena kepadanya lah al-Quran diturunkan. Dia
banyak menjelaskan kepada manusia ajaran al-Quran dari dimensi
ibadah, karena hal itulah yang diperlukan umatnya saat ini. Adapun
rahasia al-Quran tentang alam semesta, tidak ia sampaikan karena
kondiri sosia-intelektual saat itu tidak memungkinkan untuk dapat
menerimanya. Jika hal out disampaikan akan menimbulkan polemic
yang pada gilirannya akan merusak puing-puing agama, bahkan akan
memalingkan umat dari jalan Allah SWT.”16
Kitab ini diterbitkan oleh Akhbar al Yawm Idarah al Kutu wa al-Maktabah
pada tahun 1991, yang merupakan hasil kumpulan dari ceramah-ceramah dan pidato-
pidato al-Sya‟rawi yang kemudian dibukukan. Pada buku ini terdapat sambutan daru
ketua umum safir al-Azhar yakni Prof. Dr. Abdullahsyah,MA. beliau mengatakan
bahwa buku tafsir ini di tulis oleh ulama yang berpikiran maju dan modern tanpa
14
www.islamiyat.com 15
https://iiq.ac.id/index.php?a=artikel&d=3&id=199 (diakses pada tanggal 20-08-2018, pukul
14:13 WIB) 16
Mutawwali al-Sya‟rawi, Tafsir al-Sya’rawi, (Kairo: Akhbal al-Yawm, 1991), h.5, Vol. 1
20
harus bertentangan dengan akidah Islam.17
Pada bagian pengantar disebutkan bahwa
kitab ini pada awalnya adalah sebuah perenungan al-Sya‟rawi yang tidak ditulis
dengan gaya Bahasa yang ilmiah atau seperti buku, akan tetapi ditulis seperti dengan
gaya Bahasa ceramah-ceramah al-Sya‟rawi untuk menunjukkan kepada tujuan dari
ditulisnya buku tafsir tersebut adalah agar mampu dibaca dan dipahami oleh semua
kalangan, tidak diperuntukkan untuk segelintir golongan saja.18
Dalam pengantarnya al-Sya‟rawi juga mengatakan bahwa al-Quran bukan
sekedar kitab agama namun sebagai sebuah mukjizat yang takkan pernah pudar
keagungannya. Al-Sya‟rawi mengatakan bahwa buku ini hadir sebagai satu
manfestasi nyata dalam mengemban amanah ilmu yang diajarkan Allah swt. Yang
merupakan hasil ijtihad yang akan menjadi kunci bagi pengemban wawasan al-Quran.
Sebelum menerangkan ayat dihadapan muridnya, al-Sya‟rawi kerap kali
merenung untuk beberapa saat agar mampu berkonsentrasi dan mampu
menyampaikan dengan optimal. Ketika menjelaskan beliau tidak membawa kitab
tafsir, namun beliau hanya membawa kitab suci al-Quran. Seakan seluruh yang hadir
ikut merasakan pancaran al-Quran dan merasakan kedamaian, ketika al-Sya‟rawi
menjelaskan tak henti-hentinya takbir menggema dalam majelis tersebut.19
1. Metode penafsiran Al-Sya’rawi20
Sebenarnya dalam menafsirkan al-Quran tidak bisa dengan jelas dijelaskan
metode apa yang al-Sya‟rawi pakai, karena ketika menjelaskan kandungan ayat
al-Quran beliau menyampaikan dalam bentuk ceramah-ceramah tidak
menggunakan Bahasa ilmiah.
Namun, jika melihat pada kitab tafsirnya ketika beliau menjelaskan satu ayat,
beliau seringkali mengkaitkan satu ayat dengan ayat yang lain. Sedangkan dalam
17
Lihat Tafsir al-Sya‟rawi, ix,Vol 1 18
Lihat Tafsir al-Sya‟rawi, h 18, Vol 1 19
Nasrul Hidayat, Konsep al-Wasatiyyah dalam Tafsir al-Sya;rawi, (Tesis : Pascasarjana UIN
Alauddin Makasar, 2016), h.35 20
Nasrul Hidayat, Konsep al-Wasatiyyah dalam Tafsir al-Sya;rawi, (Tesis : Pascasarjana
UIN Alauddin Makasar, 2016), h.36
21
menafsirkan al-Quran ada beberapa metode yang digunakan, seperti metode bil
ma’tsur dengan bil ra’yi.
Ketika ia menggunakan bil ma’tsur maka ia merujuk pada :
a. Penafsiran dengan al-Quran
b. Penafsiran al-Quran dengan riwayat
c. Penafsiran al-Quran dengan perkataan Sahabat
Ketika menggunakan metode Penafsiran bil ra‟yi, Al-Sya‟rawi meyakini
bahwa didalam al-Quran tidak mungkin ada pengulangan, karena pengulangan
adalah sebuah kesia-siaan. Dalam ayat-ayat yang membahas mengenai
penciptaan Adam as. Terlihat beliau benar-benar menggunakan ijtihad dalam
memahami isi ayat tersebut.
Disini penulis hendak menuliskan satu contoh mengenai penafsiran al-
Sya‟rawi yang menggunakan metode bil ma‟tsur ayat dengan ayat, seperti
ketika beliau menjelaskan mengenai QS al-An‟am [6]: 75
٥٧-واألرض وليكون من الموقنين وكذلك نري إب راهيم ملكوت السماوات
Dan demikianlah Kami Memperlihatkan kepada Ibrahim kekuasaan
(Kami yang terdapat) di langit dan di bumi, dan agar dia termasuk
orang-orang yang yakin.
al-Sya‟rawi menjelaskan bahwa kata ملكوت menunjukkan pada suatu hakikat
yang tidak terlihat. Ia menunjukkan bahwa kata ملكوت merupakan kata kerja
dari kata malak yang berarti menguasai yang menunjukkan pada pelaku.
Sehingga makna ملكوت menunjukkan pada kekuasaan yang besar.21
Kemudian
untuk memudahkan pendengar dengan penjelasan tersebut al-Sya‟rawi
menjelaskan menggunakan ayat lain QS asy-Syu‟ara [26] : 77-81.
21
Mutawwali al-Sya‟rawi, Tafsir al-Sya’rawi, (Kairo: Akhbal al-Yawm, 1991), h.340, Vol. 3
22
مني والذي هو يطع -٥٧-الذي خلقني ف هو ي هدين -٥٥-فإن هم عدو لي إل رب العالمين
٧٨-والذي يميتني ثم يحيين -٧٨-وإذا مرضت ف هو يشفين -٥٧-ويسقين
Sesungguhnya mereka (apa yang kamu sembah) itu musuhku, lain halnya
Tuhan seluruh alam, (yaitu) Yang telah Menciptakan aku, maka Dia yang
Memberi petunjuk kepadaku, dan Yang Memberi makan dan minum
kepadaku; dan apabila aku sakit, Dia-lah yang Menyembuhkan aku, dan
Yang akan Mematikan aku, kemudian akan Meng-hidupkan aku (kembali),
Kata malakut melalui kisah nabi Ibrahim menunjukkan sesuatu yang tak
terbatas oleh sesuatu yang fisik, namun ada sesuatu yang lain yang menjadi
sebuah alasan sesuatu itu terjadi, yakni Allah sebagai sebuah kebenaran hakiki
yang keberadaannya gaib. Al-Sya‟rawi menjelaskan lagi menggunakan sebuah
logika bahwa dokter memang mengobati, tapi dokter tidak menyembuhkan.
Karena mengobati adalah sesuatu yang fisik, sedangkan sesuatu yang fisik
membutuhkan sesuatu yang non-fisik dan itu adalah hak mutlak Allah sebagai
penyembuh.22
Jika melihat pada penafsiran beliau, maka bisa dilihat bahwa beliau sangat
detail menjelaskan dari sisi kebahasaan, beliau tidak pernah melepaskan
pemahaman kebahasaannya dalam memahami dan merenungi sebuah ayat.
Dalam menjelaskan suatu ayat al-Sya‟rawi mengupas tuntas dengan sangat
tajam dari sisi lafadz yang berpedoman pada kaidah-kaidah nahwu, shorof,
balagagh dan kaidah-kaidah Bahasa lainnya. Sedangkan kerika menerangkan
mengenai aqidah dan keimanan beliau merujuk pada mufassir terdahulu.23
Al-
Sya‟rawi adalah ulama kontemporer yang merasakan dunia kemodernan, oleh
karena itu selain menjelaskan dengan sangat detail beliau juga mencoba
menjelaskan mengenai suatu ayat sesuai dengan gaya Bahasa ilmia agar lebih
mudah dipahami dan diamalkan oleh orang zaman ini.
22
Mutawwali al-Sya‟rawi, Tafsir al-Sya’rawi, (Kairo: Akhbal al-Yawm, 1991), h.340, Vol. 3 23
Riesti Yuli Mentari, Penafsiran al-Sya’rawi terhadap al-Quran tentang Wanita Karir,
(Skripsi: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h. 38 mengutip Muhammad Ali „Iyazi, Al-Mufassirin
al-Hayatuhum wa manjhajuhum, (Teheran: Al-Mu‟assasah Al-Thaba‟ah wa Al-Nashr, t,t h 270
23
Menurut Umar Hasyim, al-Sya‟rawi mencoba membedah makna dari
lafadz untuk kemudian ditemukan korelasi ayat dengan ayat yang lain untuk
menemukan maknanya. Langkah yang dilakukan al-Sya‟rawi dalam
menuliskan kitabnya sama seperti kitab-kitab lain yang menggunakan me-tode
tahlili, yakni menjelaskan kosa kata dan lafadz, unsur kebahasaan, tujuan dari
ayat, makna ayat dan menjelaskan pula I‟jaz dari ayat tersebut.24
Dilihat
secara sisitematikanya kitab ini terdiri dari 18 Jilid,:
1. Jillid I berisi pendahuluan dan tafsir QS al-Fatihah sampai QS al-
Baqarah ayat 154
2. Jilid II QS al-Baqarah ayat 155 sampai QS Ali-Imran ayat 13
3. Jilid III QS Ali Imran ayat 15 sampan 189
4. Jilid IV QS Ali „Imran ayat 190 sampai QS al-Nisa ayat 100
5. Jilid V QS al-Nisa ayat 101 sampai QS al-Maidah 54
6. Jilid VI QS al-Maidah ayat 55 sampai QS al-An‟am ayat 109
7. Jilid VII QS al-An‟am ayat 110 sampai QS al-A‟raf ayat 188
8. Jilid VIII QS al-A‟raf ayat 189 sampai QS al-Taubah ayat 44
9. Jilid IX QS al-Taubah ayat 45 sampai QS Yunus ayat 14
10. Jilid X QS Yunus ayat 15 sampai QS Hud ayat 27
11. Jilid XI QS Hu>d ayat 28 sampai QS Yu>suf ayat 96.
12. Jilid XII QS Yu>suf ayat 97 sampai QS al-H{ijr ayat 47.
13. Jilid XIII QS al-H{ijr ayat 48 sampai QS al-Isra>ayat 4.
14. Jilid XIV QS al-Isra>ayat 5 sampai QS al-Kahfi ayat 98.
15. Jilid XV QS al-Kahfi ayat 99 sampai QS al-Anbiya>ayat 90.
16. Jilid XVI QS al-Anbiya> ayat 91 sampai QS al-nu>r ayat 35.
17. Jilid XVII QS al-Nu>r ayat 36 sampai QS al-Qas}as}ayat 29.
18. Jilid XVIII QS al-Qas}as}ayat 30 sampai QS al-Ru>m ayat 58.
19. Jilid XIX QS al-Ru>m ayat 59 sampai QS al-Ahzab ayat 63.
24
Nasrul Hidayat, Konsep al-Wasatiyyah dalam Tafsir al-Sya;rawi, (Tesis : Pascasarjana
UIN Alauddin Makasar, 2016), h. 40
24
Berdasarkan Tabel, tafsir ini tidak memuat seluruh al-Quran, ada beberapa
surat yang tidak terdapat dalam tafsir ini, yakni QS Luqman sampai QS An-
Nas, yakni dari juz ke 21 sampai juz 30.
Sebenarnya jika dilihat dari metode dan coraknya kitab tafsir ini akan sulit
untuk diidentifikasi metodenya karena dalam penjelasannya beliau
menggunakan ceramah-ceramah dan ketika di bukukan pun bahas yang
digunakan adalah bukan Bahasa ilmiah. Jika dilihat corak yang beliau
gunakan adalah lebih kepada corak adabi ijtima’I yakni corak sastra
kebahasaan dan kemasyarakatan yakni menjelaskan petunjuk ayat yang
berkaitan langsung dengan kehidupan masyarakat dan serta mencari solusi
atas permasalah yang muncul berdasar petunjuk ayat dengan menggunakan
Bahasa yang mudah untuk dimengerti.
Dilihat dari kitab tafsir belilau, kitab tafsir al-Sya‟rawi tidak terikat pada
satu metode tertentu, karena kitab ini awal mulanya tidak diperuntukkan
untuk dibukukan, tetapi berbentuk perenungan dan ceramah-ceramah
Mutawwali Al-Sya‟rawi, kemudian gaya Bahasa yang digunaka al-Sya‟rawi
adalah gaya Bahasa yang tidak ilmiah, agar hal ini mudah untuk dipahami
oleh pendengar atau kini pembaca, corak tafsirnya adalah social
kemasyarakatan sebagai salah satu tujuan sya;rawi untuk membenahi
moralitas manusia di zaman modern ini melalui petunjuk-petunjuk al-Quran,
bisa dikatakan juga bahwa tafsir ini juga tafsir tematik yakni usaha untuk
menjelaskan sesuatu yang masih satu tema. Kemudian beliau juga
menekankan pada sisi kebahasaan agar mampu menyelami makna ayat
dengan totalitas, nuansa sufistik juga terasa dalam tafsirnya ketika beliau
mencoba menjelaskan mengenai aqidah dan keimanan yang merujuk pada
beberapa kitab-kitab mufassir terdahulu, seperti al mannar, kitab Fi Dzilalil
Quran, tafsir at-Thabari dan beberapa tafsir lainnya.
25
BAB III
SUBJEK, OBJEK DAN PELAKSANA TASKHȊR
Al-Quran banyak menjelaskan mengenai alam semesta. mulai dari proses
penciptaan sampai kepada manfaat dibalik penciptaannya. Melalui Al-Quran Allah
memberitahukan kepada manusia bahwa ayat-ayat tersebut adalah sebagai pengingat
dan bahan renungan agar manusia berpikir dan terus mengkaji lebih dalam mengenai
informasi yang terkandung didalam Al-Quran. Disadari bahwa perkembangan Ilmu
Pengetahuan dan Tekhnoloogi telah banyak membantu dalam meningkatkan kualitas
kehidupan dan kesejahteraan manusia di dunia.1 Bersamaan dengan itu maka
pemanfaatan hasil dari perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Tekhnoloogi yang pesat
telah melahirkan tuntutan dan kesadaran baru akan pentingnya landasan etika dan
dimensi spiritualitas serta moralitas dalam kemodernan zaman ini.
Bagi umat Islam kesadaran akan Iman, takwa, ilmu pengetahuan dan
tekhnologi itu sangat berkaitan. Al-Quran turun dan membawa pemahaman mengenai
sisi ketuhanan dan moralitas bagi manusia. Di dalamnya terdapat ketentuan-ketentuan
Allah yang sifatnya absolut, yakni kebenaran Qur‟ani dan kebenaran Qauni. Dalam
Bahasa Agama ketentuan-ketentuan pasti dari Allah yang tidak mampu dirubah
dengan apapun dikenal dengan istilah Sunnatullah. Yakni segala sesuatu tunduk pada
perintah Allah sesuai dengan peran dan fungsinya di dalam alam semesta. keduanya
hanya bisa didekati dengan memahami sunnah Rosulullah saw. Hal ini menjadi cara
yang efektif tentunya dengan melalui Pendidikan dan pembudayaan secara
berkesinambungan.
A. Allah sebagai Penunduk atau Subjek Taskhīr
Allah swt. Adalah pencipta terbaik. Namun, Allah pun mengakui bahwa
makhlukNya mampu menciptakan sesuatu untuk dirinya. Namun hal ini mampu
1 Contoh sederhana mengenai perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi adalah
kemudahan manusia untuk berpindah-pindah tempat dengan waktu yang singkat menggunakan alat
transportasi yang dilahirkan dari perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi itu sendiri.
26
dibuat dari bahan yang sudah tersedia di alam semesta, sedangkan Allah sebagai
Penunduk agar bahan tersebut mampu ditundukan pula oleh manusia. Allah swt.
Tidak pernah menciptakan sesuatu atau berbuat sesuatu dengan sia-sia, seperti dalam
firmannya QS Al ʻImrȃn [03] : 191
السماوات واألرض رب نا ما خلقت ىذا باطال الذين يذكرون اللو قياما وق عودا وعلى جنوبهم وي ت فكرون في خلق
-سبحانك فقنا عذاب النار -
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam
keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan
bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau Menciptakan semua
ini sia-sia; Maha Suci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka.
Begitupun dengan adanya penundukkan Allah swt atau yang sering kita sebut
dengan Taskhīr, bahwa dibalik itu semua ada rahasia dan manfaat yang jarang
disadari oleh manusia. Salah satu fungsinya untuk keberlangsungan hidup manusia di
alam semesta ini, diantaranya:
Sebagai Tuhan semesta alam Allah menunjukkan kekuasaan dan
kebesaranNya melalui tanda-tanda didalam alam semsta sebagai pencipta yang
tunggal.
-الحمد للو رب العالمين -
Segala Puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam,
Ketika nabi Adam as dan siti Hawa diturunkan kedalam bumi, kondisi bumi
masih belum ada apapun. Hanya ada pepohonan, sungai, gunung dan segala yang ada
di alam secara alami.2 tidak ada tukang bangunan, tidak ada alat transportasi, tidak
ada apapun selain fasilitas alami dan bekal kemampuan yang sudah Allah ajarkan
kepadanya sewaktu di surga.
Ketika turun ke bumi beliau mencoba untuk membuat model sarana dan
prasana yang pernah beliau lihat di surga, mencoba mem-visualilsasikan ilmu
pengetahuan yang beliau dapat langsung dari Allah swt. Dikerjakan dan diwujudkan
2 Suhartono, dkk, Rahasia al-Qur‟an dalaam Biometric, (Malang :Malang Press, 2007), h. 7
27
dengan wujud yang sederhana. Namun, meski demikian hal ini juga membutuhkan
Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi.3
Semakin berkembang dunia keilmuan, maka didalam dunia modern, terdapat
istilah yang dikenal dengan sumber daya, yang terbagi menjadi tiga macam yakni
sumber daya alam, Manusia dan Tekhnologi. Ketika membahas mengenai Taskhîr
tentu tidak akan terlepas dari sumber daya manusia, tekhnologi maupun alam.
Ketika membahas tentang penundukkan Allah swt terhadap alam, serta
mengetahui ruang lingkupnya melalui keahlian manusia terhadap sesuatu yang sejak
nabi Adam as sudah dicontohkan sebagai manusia pertama yang menjajaki bumi.
Adanya Taskhîr dalam alam menunjukkan bahwa Sang Pencipta adalah satu
atau tunggal. Karena Dia mampu menciptakan alam semesta dengan sangat teratur
dan seimbang. Menurut Bediuzzaman Said Nursi4 beliau mengatakan bahwa sebuah
kekuasaan yang tunggal dan sejati tidak mungkin adanya musuh, sekutu atau campur
tangan pihak lain. Begitu juga dalam penciptaan alam semesta.5 karena jika ada lebih
dari satu kekuasaan maka yang terjadi hanyalah ketidak-teraturan disebabkan
banyaknya keinginan pula.
Seluruh makhluk berada pada ketergantungannya kepada Sang Pencipta
sebagai pengatur dan tempat bergantung. Namun, kebutuhan dan ketergantungan
kepada Sang Pencipta di sini bukan hanya terjadi pada jagad raya saja, namun juga
dialami oleh manusia yang memiliki jiwa.6 Manusia memang mempunyai kehendak
bebas, namun jika kita bisa memahami lebih jeli lagi, pada setiap aktivitas yang kita
lakukan, apapun yang dikerjakan tidak mutlak karena usaha manusia itu sendiri,
namun ada Allah yang senantiasa menjadi faktor utama.
3 Faidur Rochman, Kompetensi Jurusan dalam Mengintegrasikan wacana Sain, tekhnologi
dan keislaman. Makalah dari Fakultas Saintek UIN Malang (UIN Malang: 13 Agustus, 2004) hl 8 4 Atau yang dikenal dengan Said Nursi 1878 – 23 Maret 1960 adalah seorang ulama ulama
Islam terkemuka yang menulis Risale-i Nur, sebuah karya tafsir Al-Qur'an setebal lebih dari enam ribu
halaman. Ia diberi dengan sebutan Bediüzzaman, yang berarti "keajaiban zaman".oleh molla fethullah
gurunya dari siirt. Adalah anak dari Sufi Mirza dan Nuriye 5 Bediuzzaman Said Nursi, Al-Ayat Al-Kubra menemukan Tuhan pada wajah Alam Semesta,
(Jakarta:Anatolia,2009) h. x 6 Bediuzzaman Said Nursi, Al-Ayat Al-Kubra menemukan Tuhan pada wajah Alam Semesta.
h.xi
28
Oleh karena itu, ketika membahas mengenai hal tersebut tentu sangat
berhubungan dengan makna Taskhîr, di sini peran Taskhîr sangat jelas bahwa sebagai
Pencipta yang Tunggal Allah swt. dengan segala izinNya menundukkan alam semesta
dan mengatur segalanya agar berguna bagi manusia dan keteraturan seluruh
makhlukNya. Karena manusia hanya akan bergantung kepada Allah dalam segala
kegiatannya.
Menurut Nursi, manusia sebagai makhluk paling bebas, hanya mampu
menggunakan kebebasannya sampai pada derajat-derajat tertentu. Kemudian dari
pernyataan tersebut Nursi mengajukan sebuah pertanyaan bahwa bagaimana andil
para makhluk yang tak bernyawa dalam proses kerja yang ada di alam ini?.7
Dengan demikian, maka bisa disimpulkan bahwa sekecil dan sebesar apapun
makhluk ciptaan Allah swt, akan selalu membutuhkan kebutuhan, baik itu makan
atau yang lainnya demi kelangsungan hidup mereka.8 Kebutuhan tersebut Allah
penuhi dengan tepat waktu dan dalam takaran yang sesuai. Hal ini menunjukkan
bahwa sifat Allah adalah memang Maha Pemeliharaha dan tempat Bergantung.
Di antara aspek penting tauhid adalah penegasan keesaan Tuhan. Oleh
karenanya setiap makhluk haruslah bertauhid kepada penciptanya dan melakukan
sesuatu yang terbaik untuk keseluruhan ciptaan Allah. Tak ada yang Allah ciptakan
dengan sia-sia, buktinya setiap yang Ia ciptakan selalu mempunyai nilai dan Allah
menciptakan sesuatu dalam kebenaran dan untuk kebenaran. Setiap suatu penciptaan
adalah hasil suatu yang istimewa dan luhur serta kepastian akan kegunaannya.setiap
yang Allah ciptakan adalah sesuatu yang tak tergantikan dan sependek apapun
kehidupan makhluk yang Allah ciptakan adalah sebuah ibrah dan mukjizat yang
senantiasa menunjukkan eksistensi penciptanya.9
7 Bediuzzaman Said Nursi, Al-Ayat Al-Kubra menemukan Tuhan pada wajah Alam Semesta.
h.xiii 8 Bediuzzaman Said Nursi, Al-Ayat Al-Kubra menemukan Tuhan pada wajah Alam Semesta.
h.xiii 9 Fachruddin M Mangunjaya dkk, Menanam sebelum kiamat Islam Ekologi dan Gerakan
Lingkungan Hidup, (Jakarta:Yayasan Obor Indonesia, 2007), h.115
29
Allah sebagai pencipta tentu menjadi tempat bergantung bagi para
MakhlukNya, sehingga Taskhîr sebagai salah satu nikmat dan karunia Allah swt yang
nyata bagi setiap ciptaanNya.
رض وأسب عليكم نعمو ااىرة وباطن ومن الناس من ألم ت روا أن اللو سخر لكم ما في السماوات وما في األ
-يجادل في اللو بغير علم ول ىدى ول كتاب منير
Tidakkah kamu memperhatikan bahwa Allah telah Menundukkan apa yang
ada di langit dan apa yang ada di bumi untuk (kepentingan)mu dan
Menyempurnakan nikmat-Nya untukmu lahir dan batin. Tetapi di antara
manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu atau
petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan.10
Salah satu nikmat adanya taskhîr adalah memudahkan manusia untuk menundukkan
sesuatu yang beguna bagi dirinya, ada banyak sekali contoh yang dapat dikemukakan,
namun secara sederhana di sini penulis akan memberikan satu gambaran mengenai
Taskhīr dan nikmat Allah mengenai bahtera yang berlayar di laut. Pada QS Ibrahim
:32-3311
dan QS Al-Jȃtsiyah [45] : 12-1312
, Allah menjelaskan bahwa Dia
menundukkan bahtera agar manusia mampu membawa barang-barangnya dan
berlayar di laut dengan tenang dan nyaman. Padahal jika Allah mau Dia bisa
membuat laut berombak dan angin mengganas sehingga bahtera tenggelam, namun
maha Kuasa Allah sehingga Dia membuat manusia mampu membuat bahtera dari
bahan-bahan yang sudah Allah sediakan di alam, sehinga tidak mudah tenggelam
dihantam oleh ombak dan angin.
10
QS Luqman [31]:20 11
وسخر لكم الفلك لتجري في البحر بأمره م اللو الذي خلق السماوات واألرض وأنزل من السماء ماء فأخرج بو من الثمرات رزقا لك هار --وسخر لكم األن هار -وسخر لكم الشمس والقمر دآئبين وسخر لكم الليل والن - Allah-lah yang telah Menciptakan
langit dan bumi dan Menurunkan air (hujan) dari langit, kemudian dengan (air hujan) itu Dia
Mengeluarkan berbagai buah-buahan sebagai rezeki untukmu; dan Dia telah Menundukkan kapal
bagimu agar berlayar di lautan dengan Kehendak-Nya, dan Dia telah Menundukkan sungai-sungai
bagimu. Dan Dia telah Menundukkan matahari dan bulan bagimu yang terus-menerus beredar (dalam
orbitnya); dan telah menundukkan malam dan siang bagimu. 12
وسخر لكم ما في السماوات وما في --م تشكرون اللو الذي سخر لكم البحر لتجري الفلك فيو بأمره ولتبت غوا من فضلو ولعلك -األرض جميعا منو إن في ذلك ليات لقوم ي ت فكرون - Allah-lah yang Menundukkan laut untukmu agar kapal-kapal
dapat berlayar di atasnya dengan perintah-Nya, dan agar kamu dapat mencari sebagian karunia-Nya,
dan agar kamu bersyukur. Dan Dia Menundukkan apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi
untukmu semuanya (sebagai rahmat) dari-Nya. Sungguh, dalam hal yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berpikir.
30
Allah menundukkan laut dan angin sehingga manusia mampu berlayar dan
Allah mengingatkan manusia bahwa ketenangan dan kemudahan yang tengah
dirasakan manusia semata-mata adalah nikmat Allah swt.,yakni nikmat kelautan yang
sangat jelas disamping nikmat laut itu sendiri. 13
adanya bulan dan matahari yang
terus bergerak pada porosnya tanpa ada kerusakan sedikitpun selama ratusan tahun ia
diciptakan, tanpa adanya bahan bakar dan terus Allah pelihara agar manusia mampu
memetik manfaat darinya.
Sebagai Penguasa alam semesta, Taskhīr juga merupakan bentuk refleksi14
dialog dari Sang Khaliq kepada Makhluk agar manusia mampu memetik manfaat
yang mengajarkan keseimbangan dan keteraturan alam semesta.
والن هار والفلك التي تجري في البحر بما ينفع الناس وما أنزل إن في خلق السماوات واألرض واختالف الليل
والسحاب المسخر اللو من السماء من ماء فأحيا بو األرض ب عد موتها وبث فيها من كل دآب وتصريف الري ا
-لسماء واألرض ليات لقوم ي عقلون ب ين ا
Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, pergantian malam dan
siang, kapal yang berlayar di laut dengan (muatan) yang bermanfaat bagi
manusia, apa yang Diturunkan Allah dari langit berupa air, lalu dengan itu
Dihidupkan-Nya bumi setelah mati (kering), dan Dia Tebarkan di dalamnya
bermacam-macam binatang, dan perkisaran angin dan awan yang
Dikendalikan antara langit dan bumi, (semua itu) sungguh, merupakan tanda-
tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang mengerti. 15
Hukum yang berlaku di alam semesta masih eksis dikalangan masyarakat
karena dalam sebuah masyarakat adanya sebuah pengertian antara anggota
masyarakat bahwa mereka memerlukan sebuah hukum yang mampu mengatur
mereka menjadi satu pemahaman atau pandangan untuk sumur hidup sehingga
mereka mampu untuk hidup aman didunia ini.16
Di sini kita dapat menyaksikan segala sesuatu di alam semesta menampilkan
keteraturan dan harmoni yang luar biasa. Terlihat dalam setiap benda dan makhluk
13
Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, h 63 vol.7 14
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesaia Refleksi berarti Suatu pantulan di luar kesadaran
sebagai jawaban atas suatu hal dari sesuatu pekerjaan dari luar kebiasaan. Di sini Taskhīr merupakan
pantulan dari kekuasaan Allah dan cara Allah berdialog dengan manusia dan alam semesta. 15
QS Al-Baqarah [2]:164 16
Munir Fuady, Teori-Teori Besar Dalam Hukum, h. 14
31
dalam hubungannya dengan sesamanya ataupun timbal balik yang harmonis. Hal ini
juga menunjukkan bahwa sebuah eksistensi menunjukkan eksistensi yang lain, di sini
tidak lain adalah Allah Sang Khaliq dan alam semesta sebagai makhluq.17
Jika kita perhatikan lebih seksama bagaimana ada siang dan malam, turunnya
hujan dengan teratur dan bertahap serta angin yang dihembuskan dengan seimbang
dan oksigen yang selalu tersedia itu semua diambil dari khazanah kekayaan Yang
Maha Pengasih. Pun ketika kita melihat tumbuh kembang manusia, ada banyak
kolaborasi yang sepadan sehingga menumbuhkan manusia dengan kualitas yang baik.
Baik dari segi asupan makanan yang kaya akan gizi, Pendidikan yang memadai dan
kesehatan yang terus diperhatikan.
Alam semesta disisi lain sebagai sumber manfaat bagi manusia juga sebagai
petunjuk dan menunjukkan eksistensi Sang pencipta yang satu, yang Tunggal. Semua
bermuara pada asma-asma Allah yang maha bijaksana.18
Ketika kesadaran manusia
terhadap kehadiran Tuhannya dalam setiap makhlukNya tumbuh maka dengan itu
sudah mampu mencegah manusia untuk membuat kerusakan di bumi.
Terhitung sejak abad ke-17 tepatnya setelah manusia berhadapan dengan teori
tekhnologi dan revolusi industri di Eropa, penggunaan bahan kimiawi dan proses
mekanis tidak dapat dikontrol lagi, hal ini menimbulkan kerusakan ekosistem. Oleh
karena itu harus dilakukan konservasi alam yang sejalan dengan berkembangnya
kemajuan modern.19
Meskipun sudah sejak lama peraturan mengenai prinsip-prinsip konservasi
merujuk pada hukum Islam namun pada kenyataannya banyak yang tidak diterapkan
di era modern sekarang ini. Salah satu alasannya ialah bahwa manusia modern kurang
menyukai hukum yang mereka nilai kurang absah dalam pandangan mereka.
17
Bediuzzaman Said Nursi, Al-Ayat Al-Kubra menemukan Tuhan pada wajah Alam Semesta.
h.xvii 18
Bediuzzaman Said Nursi, Al-Ayat Al-Kubra menemukan Tuhan pada wajah Alam Semesta.
h.xxi 19
Fachruddin M Mangunjaya, Konservasi Alam dalam Islam, (Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 2005)h.51
32
Kebanyakan negara pun tidak memberi pengakuan resmi atas adanya hukum syari‟ah
ini.20
Sejak nabi Adam as, Allah sudah menurunkan perintah untuk mengkonservasi
alam baik dalam skala kecil maupun skala yang cukup besar. Kemudian sampai
kepada zaman Nabi saw, ada atau tidaknya permasalah mengenai alam, konservasi
harus tetap dilakukan dengan sungguh-sungguh dan terus menerus.21
Karena Bersama
alam manusia mampu sejahtera dan dengan melalaikan alam maka manusia akan
kehilangan ketenangannya.
Allah menciptakan bumi dengan satu tujuan yakni agar manusia mudah dalam
menjalankan ibadah. Oleh karena itu naif sekali rasanya jika manusia yang hidup di
bumi yang begitu subur dan indah ini namun lalai dalam beribadah namun justru
memanfaatkan alam sesuai dengan hawa nafsurnya, ha ini sudah dijelaskan seperti
pada QS ar Rum [30]:29.22
Mustahil bagi manusia mampu menjalankan kehidupan
dengan tenang tanpa pengawasan dari aturan sang Penciptanya. Juga aneh jika
manusia dalam menggunakan sumber daya alam yang ada dengan tanpa dibatasi oleh
kalimat-kalimat Tuhan yang dengan jelas tergambar pada alam semesta ini.
Dengan melihat dan menjaga alam semesta seharusnya manusia semakin
menyadari akan kehadiran Allah sang Maha pencipta dan semakin beriman dan
menyadari bahwa Allah ada pada setiap ciptaanNya.
Allah adalah pengetahuan yang tidak mampu dijangkau dengan akal semata,
kemudian melalui Taskhîr Allah mengajak manusia untuk berpikir dan melakukan
kajian ilmiah yang pada akhirnya akan mengajak manusia mengenal siapa Tuhannya.
-والقمر والنجوم مسخرات بأمره إن في ذلك ليات لقوم ي عقلون وسخر لكم الليل والن هار والشمس
Dan Dia Menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu, dan
bintang-bintang dikendalikan dengan perintah-Nya. Sungguh, pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang
yang mengerti,23
20
Fachruddin M Mangunjaya dkk, Menanam sebelum kiamat Islam Ekologi dan Gerakan
Lingkungan Hidup, h.112 21
Ulfah Utami, Konservasi sumber daya alam h.157 22
Fachruddin M Mangunjaya, Konservasi Alam dalam Islam,h.17 23
QS An-Nahl [16]:12
33
Maurice bucaille seorang ahli bedah merasakan nikmatnya Iman setelah ia
meneliti ayat-ayat al-Quran yang berkenaan dengan sistem alam atau alam semesta. ia
pernah menyatakan bahwa para ilmuan dan seluruh dokter ahli merasa terkejut ketika
mengetahui bahwa ada ayat-ayat al Quran yang memuat fenomena alam. Kemudian
ia mengatakan bahwa agama dan ilmu pengetahuan selalu dipandang sebagai sesuatu
yang sama dalam Islam. Oleh karenanya untuk abad yang sudah modern ini ayat-ayat
al-Quran bisa digunakan sebagai dasar untuk mengkaji secara ilmiah dan
mengungkap fakta ilmiah yang sudah ratusan abad al-Quran informasikan.24
Pada QS Al-Imrȃn [03] : 191 Allah menyebutkan
ولي األلباب إن في خلق السم اوات واألرض واختالف الليل والن هار ليات أل
Pada diskursus oleh para cendekiawan muslim, orang-orang cenderung ingin
mengkombinasikan unsur-unsur ʻulamā dan pemikir. Istilah ûlû al-bāb yang
merupakan penemuan baru saat itu sebagai orang yang tidak hanya mengetahui
sesuatu yang berbau agama saja namun juga orang yang mengetahui sesuatu secara
umum dan keseluruhan.
Dalam Bahasa Al-Quran ûlû al-bāb mempunyai pengertian orang yang
memiliki pemikiran yang luas. Maksudnya adalah orang yang memiliki pemikiran
berlapis-lapis dan orang yang memiliki perasaan yang peka terhadap sekitarnya.25
Melalui berbagai ciptaan Allah, Allah mengajak manusia untuk merenung dan
memikirkan fenomena alam yang penuh misteri dan keajaiban sebagai pertanda
adanya Allah swt. Pada QS al-Anʻam [6]:8026
Allah berkali-kali menyerukan manusia
24
Maurice Bucaille dkk, Pengetahuan Modern dalam Al-Qur‟an, (Surabaya:Al-Ikhlas,1995)
terj. Khozin Afandi, h.15 25
Dawan Rahardjo, Ensiklopedi Al-Quran Tasir Sosial Berdasarkan Konsep-Konsep Kunci,
(Jakarta: Paramadina, 1996) h. 551 26
و ق ومو قا -ي كل شيء علما أفال ت تذكرون ل أتحاجوني في اللو وقد ىدان ول أخاف ما تشركون بو إل أن يشاء ربي شيئا وسع رب وحآج- Dan kaumnya membantahnya. Dia (Ibrahim) berkata, “Apakah kamu hendak membantahku
tentang Allah, padahal Dia benar-benar telah Memberi petunjuk kepadaku? Aku tidak takut kepada
(malapetaka dari) apa yang kamu persekutukan dengan Allah, kecuali Tuhan-ku Menghendaki sesuatu.
Ilmu Tuhan-ku meliputi segala sesuatu. Tidakkah kamu dapat mengambil pelajaran?
34
agar menggunakan akal yang sudah dikaruniakan kepadanya untuk mampu
mengambil pelajaran atas setiap hal yang terjadi disekitanya. 27
Ibrahim kecil, sepanjang waktu mencoba mencari siapa Tuhannya melalui
fenomena alam yang dia lihat. Kisah ini Allah abadikan dalam QS Al-An‟am [06]:73-
79. Selain nabi Ibrahim as, ada pula nabi Muhammad saw. Yang senantiasa
bertafakkur mengenai alam, keagungan dan kekuatan yang maha dahsyat dibalik alam
semesta sekitar beliau di gua hira di jabal nur.28
Dan masih banyak lagi kisah nabi as
yang menyeru kepada umatnya dengan memanfaatkan unsur alam.
Fasilitas alam yang Allah sediakan adalah untuk mengenal pencipta manusia
dan segala hal yang ada dalam komponen alam semesta. tanpa mengenal ciptaan
Allah swt., akan sulit bagi seseorang untuk mengenal Tuhannya. Allah sudah
menjelaskan “Kenalilah CiptanNya dan jangan mengenali DzatNya.”29
Alam adalah
segala hal yang ada di sekitar manusia. Alam mudah untuk diperlakukan dan diamati.
Islam adalah agama yang mementingkan ilmu pengetahuan bukan hanya
menganjurkan tapi mewajibkan secara syar‟i. Al Qur‟an sangat memuliakan orang
yang memiliki ilmu dan akan mengangkat derajatnya.30
Dengan ilmu seseorang akan
mampu mencapai derajat kemuliaan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Atas
dasar itulah al Quran tidak membatasi pengertian ulama hanya sebatas orang yang
mengetaui agama, namun al-Quran menjuluki seorang ilmuwan atau saintis juga
sebagai ulama, ketika yang ia kaji dan pembahasan adalah mengenai fenomena alam
dan ciptaanNya.
Taskhīr sebagai contoh bagi manusia pengaplikasian pemanfaatan Sumber
Daya Alam yang baik. Tuntunan Islam agar tidak berlebihan dan seimbang baik lahir
27
Imron Rassidy, Fenomena Flora dan Fauna dalam Perspektif Al-Qur‟an (Malang:UIN-
Malang Press, 2008) h. 17 28
Ulfah Utami, Konservasi sumber daya alam (Malang:UIN-Malang Press, 2008), h.2 29
Ulfah Utami, Konservasi sumber daya alam, h.3 30
منوا منكم يل انشزوا فانشزوا ي رفع اللو الذين آيا أي ها الذين آمنوا إذا قيل لكم ت فسحوا في المجالس فافسحوا ي فسح اللو لكم وإذا ق -والذين أوتوا العلم درجات واللو بما ت عملون خبير - ..Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu,” maka berdirilah,
niscaya Allah akan Mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Teliti apa yang kamu kerjakan.
35
dan batin sudah termaktub dalam al Quran. Dalam Qs Al Zumar:23 Allah
menjelaskan bahwa
و جلود الذين يخشون رب هم ثم تلين جلودىم وق لوب هم اللو ن زل أحسن الحديث كتابا متشابها مثاني ت قشعر من
-إلى ذكر اللو ذلك ىدى اللو ي هدي بو من يشاء ومن يضلل اللو فما لو من ىاد
Allah telah Menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) al-Quran yang
serupa (ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-
orang yang takut kepada Tuhan-nya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati
mereka ketika mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan Kitab itu Dia
Memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa
Dibiarkan sesat oleh Allah, maka tidak seorang pun yang dapat memberi
petunjuk. Al-Quran tidak menggunakan metode baru untuk menjelaskan soal ini, hanya
saja dia menunjukkan eksistensi siapa dibalik alam semesta ini. Didalam hukum alam
terdapat keserasian-keserasian dan kesatuan. Seluruh jagat raya berada dalam
keseragaman dan dalam hukum-hukum alam sendiri terdapat kesesuaian yang mutlak.
Pemikiran manusia telah membawanya melampaui bumi, angkasa bahkan planet-
planet.31
Penggunaan sumber daya alam yang baik dapat dimulai dari menjaga
keseimbangan jiwa, keseimbangan yang sempurna yang dimiliki oleh seorang
manusia adalah ketika seluruh anggota tubuhnya secara fisiologis mampu berguna
dan difungsikan dengan baik.32
Keseimbangan jiwa dan tubuh manusia akan sangat berpengaruh pada caranya
memperlakukan alam sekitarnya. Jika jiwanya baik maka dia akan senantiasa berbuat
baik dan menjaga alam sekitarnya karena ia sadar alam yang asri akan memberi
dampak positif terhadap tubuh manusia. Di sini hal terpentingnya adalah tetap
menjaga rantai makanan pada alam agar tetap terjaga. Dengan rantai makanan maka
bisa dilihat sehat atau tidaknya lingkungan disekitarnya.33
31
Afzalur Rahman, Al-Qur‟an Sumber Ilmu Pengetahuan, (Jakarta:PT Rineka Cipta,
1992)h.15 . ter.M Arifin. 32
Ulfah Utami, Konservasi sumber daya alam, h.157 33
Ulfah Utami, Konservasi sumber daya, h.158
36
Pemanfaatan SDA di sini pula tak terlepas dari tujuan diciptakannya manusia,
yakni sebagai khalifah di bumi. Sebagai pemegang amanah, manusia sudah
seharusnya menjalankan perannya dengan sebaik mungkin. 34
Pada QS Al-A‟raf [7]:
10 Allah sudah mengingatkan bahwa
-ولقد مكناكم في األرض وجعلنا لكم فيها معايش قليال ما تشكرون
Dan sungguh, Kami telah Menempatkan kamu di bumi dan di sana Kami
Sediakan (sumber) penghidupan untukmu. (Tetapi) sedikit sekali kamu
bersyukur.
Sayyid Quthb dalam tafsirnya mengatakan bahwa Allah sudah
menghamparkan bumi bagi manusia agar ia mampu menjadi ladang rizqi baginya.
Allah menempatkan manusia sebagai khalifah karena Allah pecaya bahwa manusia
mampu menggunakan dengan baik bumi Allah ini dengan limpahan rizqi yang Allah
beri.
Allah menjadikan manusia penghulu bagi makhluk-makhluk Allah yang lain.
Dia yang menciptakan tabiat alam semesta ini kondusif bagi keberadaan manusia. Dia
yang mempersiapkan segala sesuatunya untuk manusia dan tidak menciptakan
makhlukNya untuk saling berlawanan.35
Allah menciptakan alam yang indah ini
bukan untuk dirusak, melainkan untuk dijaga. Tanpa kuasa Allah manusia tidak dapat
melakukan apapun termasuk pemanfaatan alam.
B. Manusia sebagai Pelaksana Taskhîr
Turunan kata Sakhr ada yang bermakna Sakhr (mengolok-olok)36
dan ada pula
yang bermakna Sakhkhara atau Taskhîr (menundukkan). Adapun kata sakhr yang
34
Anwar Sutoyo, Manusia dalam perspektif al-Quran (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2015)h.
70 35
Anwar Sutoyo, Manusia dalam perspektif al-Quran h. 70 36
Kata Taskhīr sebenarnya berasal dari kata sakhr bentuk Masdar dari kaya sakhira-
yaskharu-sakhran yang mempunyai arti dasar “merendahkan” atau “menundukkan”.
Makna pertama dikembangkan bersifat mengolok-olok, merendahkan, meninggalkan dan
menghina yang semua makna tersebut cenderung sebagai sesuatu yang bersifat merendahkan orang
lain. Seperti contoh yang dijelaskan Ibnu Manẕur dalam kitabnya ال يسخر قوم من قوم janganlah kamu
merendahkan suatu kaum dengan kaum yang lain.. Makna kedua “menundukan” dikembangkan
menjadi memaksa, karena hal ini menundukkan yang dipaksa, kemudian berjalan dengan baik, karena
hal ini mampu membuat orang yang berjalan tunduk pada peraturan berjalan atau etika berjalan.
Lihat: Quraish Shihab, Ensiklopedia Al-Qur‟an Kajian Kosakata, (Jakarta:Lentera Hati, 2007) h.867-
37
pecahannya menggunakan makna dasar menundukkan seluruhnya berkaitan dengan
kekuasaan Allah menundukkan alam semesta sehingga dapat bermanfaat untuk
makhlukNya.
Sebagian ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan menundukkan
adalah alam dan benda-benda lain megikuti aturan-aturan Allah yang berlaku pada
setiap benda tersebut.37
Seperti sudah dijelaskan diatas bahwa Taskhîr adalah sebuah kata yang
bermakna sebagai menudukkan sesuatu agar mudah digunakan oleh pihak lain38
.
Manusia sesuai dengan tujuan selain untuk menyembah Allah juga maksud
penciptaannya adalah sebagai Khalifah dengan maksud untuk menguji manusia dan
memberinya penghormatan, jadi esensi penciptaanya adalah sebagai pelaksana tugas
sesuai tuntunan Allah dan RasulNya sesuai keahliannya.39
Pun juga ketika manusia
dihadapkan dengan alam semesta.
Ada makhluk yang diciptakan dengan sifat ditundukkan sehingga tidak
mempunyai pilihan, namun ada kiha yang diberikan pilihan sehingga punya
kebebasan dalam bersikap dan berbuat. Kebebasan memilih dan berikhtiyar hanya
diberikan kepada manusia dan jin dan makhluk lain menolak. Seperti dalam QS al-
Ahzab[33]:7240
al-Sya‟rawi menjelaskan ayat ini adalah bahwa manusia merasa
mampu melaksanakan amanat saat dia diberikan dan menerima amanat, tapi banyak
kita temukan bahwa manusia gagal saat pelaksanaannya.
868.vol.3. dapat disimpulkan bahwa fenomena-fenomena alam itu tunduk pada ketentuan-ketentuan
yang berlaku baginya dari ketentuan Allah swt. Hal ini menunjukkan bahwa semua kejadian itu
mempunyai hukum yang tidak bisa disalahi. Dalam ilmu modern atau bahasa ilmu pengetahuan hal ini
dinamakan dengan hukum alam. Sedangkan dalam bahasa al-Quran hal ini dikenal dengan istilah
sunnatullȃh yakni takdir Allah yang tak dapat diubah. Seperti dalam firmannya QS al ahzȃb [33] : 62 37
Quraish Shihab, Ensiklopedia Al-Qur‟an Kajian Kosakata. h. 868.vol.3 38
Quraish Shihab, Tafsir Misbah (Jakarta:PT Lentera Hati, 2022)h. 62 vol 7 39
Anwar Sutoyo, Manusia Dalam Perspektif Al-Qur‟an, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2015),
h.66 40
نسان إنو كان الوما جهول إنا عرضنا األمان على السماوات واألرض والجبال فأب ين أن ها وحملها ال -يحملن ها وأشفقن من -
Sesungguhnya Kami telah Menawarkan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung; tetapi
semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir tidak akan melaksanakannya
(berat), lalu dipikullah amanat itu oleh manusia. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat
bodoh,
38
1. Manusia sebagai Khalifah41
di Bumi
Manusia adalah makhluk yang dibekali dengan dua sumber pengetahuan yang
utama, yakni bekal Fotriyyah dan yang kedua adalah bekal Sumber Daya
Alam. Kedua hal ini menjadi hal yang akan mengantarkan manusia pada
pendayagunaan lingkungan sekitarnya dengan baik dan aktif.
Pada QS al-Baqarah ayat 164
ينفع الناس وما إن في خلق السماوات واألرض واختالف الليل والن هار والفلك التي تجري في البحر بما
والسحاب أنزل اللو من السماء من ماء فأحيا بو األرض ب عد موتها وبث فيها من كل دآب وتصريف الريا
-المسخر ب ين السماء واألرض ليات لقوم ي عقلون
Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi, pergantian malam
dan siang, kapal yang berlayar di laut dengan (muatan) yang
bermanfaat bagi manusia, apa yang Diturunkan Allah dari langit
berupa air, lalu dengan itu Dihidupkan-Nya bumi setelah mati
(kering), dan Dia Tebarkan di dalamnya bermacam-macam binatang,
dan perkisaran angin dan awan yang Dikendalikan antara langit dan
bumi, (semua itu) sungguh, merupakan tanda-tanda (kebesaran Allah)
bagi orang-orang yang mengerti.
pada ayat diatas Allah menunjukkan bahwa alam semesta adalah tanda-tanda
kekuasaan Allah yang harus diperhatikan, baik secara ilmiah maupun secara
fisiologis. Pemahaman tentang alam semesta dan fenomena-fenomena alam, pada
akhirnya akan mengajak manusia untuk menemukan Tuhannya serta hokum alam dan
sunnatulah yang mengatur perjalanan alam semesta.42
menyebutkan kata ر yang المسخ
bermakna Dikendalikan menurut Al Qurṯûbi dalam penjelasannya yang dimaksud
dengan taskhîr pada ayat diatas adalah awan yang dikendalikan oleh Allah swt yang
41
Khalifah memiliki makna ganda, yang pertama sebagai kepala negara dan yang kedua
menunjukkan fungsi manusia itu sendiri di dalam muka bumi ini sebagai makhluk yang paling mulia.
Lihat: Dawam Rahardjo, Ensiklopedi Al-quran (Jakarta: Paramadina, 1996), h. 139 42
Muhaimin, dkk. Studi Islam dalam ragam Dimensi dan Pendekatan, (Jakarta: Kharisma
Putra Utama, 2017), h. 307
39
dihembuskan dari satu tempat ke tempat yang lain, kemudian dia bisa berada diantara
langit dan bumi tanpa ada satupun penyangga atau sesuatu yang mengikatnya.43
Dalam QS al-Aʻraf: 54 Allah juga menjelaskan mengenai taskhir
الليل الن هار يطلبو إن ربكم اللو الذي خلق السماوات واألرض في ست أيام ثم است وى على العرش ي غشي
-العالمين حثيثا والشمس والقمر والنجوم مسخرات بأمره أل لو الخلق واألمر ت بارك اللو رب -44
Sungguh, Tuhan-mu (adalah) Allah yang Menciptakan langit dan bumi dalam
enam masa, lalu Dia Bersemayam di atas Arasy. Dia Menutupkan malam
kepada siang yang mengikutinya dengan cepat. (Dia Ciptakan) matahari,
bulan dan bintang-bintang tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah! Segala
penciptaan dan urusan menjadi hak-Nya. Maha Suci Allah, Tuhan seluruh
alam.
Adanya Allah menurunkan ayat-ayat mengenai alam semesta, bukan berarti
itu sebagai pemenuhan atas kebutuhan ilmiah semata, namun Allah juga ingin agar
manusia juga berfikir mengenai keberagaman alam semesta dan fenomena-
fenomenanya.45
Terbukti hal ini menjadi objek yang sangat diminati dibidang ilmu
pengetahuan untuk terus dikaji. Seperti dalam penciptaan bumi. Segala manfaatannya
sudah dibuktikan oleh para pakar saintifik modern melalui kajian yang merka
lakukan. Menurut Ath Thabari dalam tafsirnya ayat ini menjelaskan mengenai
bagaimana siang dan malam saling bergantian kemudian Allah menjelaskan
mengenai penciptaan langit dan bumi, matahari, bulan dan bintang yang kesemuanya
tunduk terhadap perintah Allah swt.46
Namun, tentunya setiap ayat al Qur‟an yang
mengandung fakta ilmiah tidak seharusnya untuk diperdebatkan karena ia merupakan
wahyu dari Sang Pencipta.47
Akal yang Allah titipkan kepada manusia adalah sebagai salah satu jalan agar
manusia mampu berfikir dan merenungi dengan seksama bagaimana Alam diciptakan
43
Imam al-Quthubi, Tafsir al-Qurthubi (Jakarta:Pustaka Azam, 2007) hal. 461-462 vol 2 44
QS Al-Aʻraf [7]:54 45
Nadiah Thayyarah, Buku Pintar Sains dalam Al-Qur‟an (Jakarta: Zaman, 2014), h 328 46
Aṯ Ṯabari, Tafsir aṯ Ṯabari, terj Abdul Somad dan Yusuf Hamdan, (Jakarta:Pustaka Azzam,
2008) vol.11, h.192 47
Nadiah Thayyarah, Buku Pintar Sains dalam Al-Qur‟an, h 328
40
dan bagaimana manusia segarusnya diberlakukan dengan positif agar memberi
dampak yang baik terhadap dirinya dan lingkungan sekitarnya.
Peniptaan manusia dialam semesta memunculkan sebuah pertanyaan bagi
malaikat, seperti dalam QS al-Baqarah/2:30
ماء ونحن وإذ قال ربك للمالئك إني جاعل في األرض خليف قالوا أتجعل فيها من ي فسد فيها وي سفك الد
-ا ل ت علمون نسبح بحمدك ون قدس لك قال إني أعلم م
Dan (ingatlah) ketika Tuhan-mu Berfirman kepada para malaikat, “Aku
hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau
hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana,
sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia
Berfirman, “Sungguh, Aku Mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”
Sebuah kehormatan bagi manusia adalah mengembang tugas berat itu adalah
perintah Allah kepada malaikat untuk bersujud kepada Adam. Kepatuhan malaikat
kepada Allah yang membuat mereka bersujud. Allah menciptakan sesuatu pasti
dengan maksud dan tujuan tertentu. Allah meminta agar manusia mampu merenungi
penciptaan langit dan bumi beserta isinya dan semua fenomena alam yang terjadi
disekitar kehidupannya.
Semenjak dahulu manusia sudah tercipta dengan naluri dan fitrahnya untuk
tahu lebih banyak mengenai keadaan alam semesta. namun keterbatasan pengetahuan
dan perangkat yang mendukung membuat manusia tidak sampai pada apa yang di
cari. Namun seiring berjalannya waktu dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan
tekhnologi, manusia mulai mampu membuka rahasia-rahasa alam semsta.
Kehadiran manusia modern di permukaan bumi bertujuan mengemabn tugas
dan misi yang diamanahkan Allah. Tidak hanya bertugas untuk mematuhi Allah,
namun juga untuk mengemban tugas sebagai khalifah yang bertugas memelihara dan
memakmurkan bumi. Perangkat insting dan perangkat ilmu-ilmu yang berkembang
kini memunculkan perbedaan pemahaman bagi setiap manusia, ini semakin
menjelaskan bahwa dalam setiap fenomena alam menunjukkan kemaha kuasa-an
Allah swt.
bekal pengetahuan yang semakin di kembangkan dan menjadi maju serta
41
dengan bukti-bukti yang ditemukan dan memberikan berbagai informasi bahwa
banyak peristiwa penting yang terjadi di bumi semenjak ratusan juta tahun yang lalu.
Dalam al-Quran surat al-A‟raf/7:24-25 Allah sekan menunjukkan bahwa bumi sudah
ditetapkan sebgaai tempat untuk dihuni oleh manusia. Bumi sudah dipersiapkan
dengan segla sesuatunya untuk kebutuhan manusia.
Berbagai keunggulan penciptaan manusia yang menjadikan manusia menjadi
makhluk pilihan sebagai khalifah di bumi, manusia mempunyai otak yang berfungsi
dan kemampuan menyimpan informasi dalam bhentuk memori. Otak manusia mampu
mengkoordinasikan lima fungsi indranya dengan baik dan seimbang. Kecerdasan
manusia sudah terlihat sejak zaman perunggu dan logam, berbagai peralatan yang
mampu mereka ciptakan. Manusia jaman purba sudah mampu mencampur timah dan
tembaga sehingga diperoleh logam yang padat.
Segala fasilitas yang ada, manusia dibekali pula dengan ilmu,akal dan hati,
seperti dalam QS an-Nahl/16:78, manusia tanpa ketiga hal diatas tidak mungkin
mampu menyerap ilmu pengetahuan, karena pintu-pintu pengetahuan itu melalui
indra manusia. 48
2. Manusia sebagai Penyeimbang alam semesta
Manusia terlahir dengan sepaket perangkat yang tak dimiliki oleh makhluk
makhluk lain. Manusia terlahir dengan sebuah Fitrah, seperti dalam QS ar-Rum [30]:
30
ين حنيفا فطرة اللو التي ف ين القيم ولكن أكث ر فأقم وجهك للد ها ل ت بديل لخلق اللو ذلك الد طر الناس علي
-الناس ل ي علمون
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah
Allah disebabkan Dia telah Menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada
perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui,
Kemudian, Fitrah dipahami sebagai sesuatu yang berhubungan dengan
keyakinan terhadap Allah dan unsur-unsur atau sistem yang dianugerahkan Allah
48
Lajnah Pentashihan Mushaf al-Quran, Tafsir Ilmi : Eksistensi kehidupan di alam semesta,
h. 48
42
swt kepada setiap manusia. Unsur-unsur tersebut mencangkup unsur Jasmani,
rohani, nafs dan iman. Fitrah iman menjadi pondasi yang mewadahi semua fitrah
yang Allah beri. Berfungsi sebagai pemberi arah kepada manusia sekaligus
pengendali bagi fitrah-fitrah yang lain. Karena sebagai pelaksana tugas di bumi
manusia dilengkapi dengan empat jenis fitrah tersebut agar mampu
melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya.49
Dalam tugasnya sebaga khalifah di bumi, manusia juga diperintahkan untuk
menggunakan kekayaan alam semesta untuk kehidupannya di muka bumi ini. Di
dalam mengelola sumber daya alam sudah dipastikan ada kerusakan akibat
eksploitasi yang dilakukan manusia. Allah telah berfirman dalam al-Quran
bahwasannya manusia yang lalai akan akan menimbulkan bencana dan
konsekuensi yang harus ditanggung oleh para perusak tanpa memberikan
manfaat.50
Selama ini manusia memandang dirinya terpisah dari alam dan tidak ada
keterkaitannya. Manusia adalah pemimpin otorites yang menurutnya boleh
melakukan apa saja. Manusia dibekali potensi diri atau kecenderungan bawaan,
seperti kecintaan kepada apa-apa yang diinginkan. Menurut Sayyid Quthb
kecenderungan manusia memandang indah an kemudia mencintai.51
Manusia
diberi kuasa untuk mengembangkan potensi baik dari dirinya untuk mampu
digunakan sebagai alat untuk memahami alam dan memanfaatkan alam dengan
sebaik-baiknya.
Dalam teori Antrophosentrisme manusia sebagai penguasa dari segala bentuk
tindakan dan moral sejalan dengan interaksi social baik secarqa negative maupun
positif. Namun kelemahan dari teori ini adalah manusia tidak begitu peduli
dengan fungsi lingkungan di sekitarnya. Padahal sebagai makhluk Allah yang
dibekali denngan seperangkat alat intuitif dan wujud yang sempurna seharusnya
49
Anwar Sutoyo, Manusia dalam Perspektif al-Quran (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), h.
91 50
Hasan Basri Jumin, Sains dan Tekhnologi dama Islam (Jakarta: Rajagrafindo Persada,
2012), h. 90 51
Anwar Sutoyo, Manusia dalam Perspektif al-Quran, h. 135
43
manusia mampu menjadi penyeimbang dan mengubah cara pandangnya terhadap
alam sekitarnya.
C. Objek-objek Taskhîr
Sebagai makhluk yang patuh terhadap Tuhannya, alam semesta akan
senantiasa menjalankan apapun yang Allah perintahkan seperti dalam QS
Fushilat/41:11. Alama akan dengan senang hati maupun terpaksa akan mengikuti
peraturan Allah agar mampu memberikan manfaat kepada makhluk- makhluk lain.
1. Taskhîr Pada Langit dan Bumi
QS ar-Ra‟du [13]:2 Allah menyebutkan
كل يجري اللو الذي رفع السماوات بغير عمد ت رون ها ثم است وى على العرش وسخر الشمس والقمر
األمر ي فصل اليات لعلكم بلقاء ربكم توقنون ألجل مسمى يدب ر
Allah yang Meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat,
kemudian Dia Bersemayam di atas Arasy. Dia Menundukkan matahari dan
bulan; masing-masing beredar menurut waktu yang telah ditentukan. Dia
Mengatur urusan (makhluk-Nya), dan Menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-
Nya), agar kamu yakin akan pertemuan dengan Tuhan-mu.
Langit dan bumi menjadi makhluk yang Allah tundukkan karena ia menolak
tanggung jawab amanat dari Allah dan memilih tunduk dan tidak memiliki pilihan.
Langit diciptakan dalam posisi terangkat dan dipegang dari atas dan tidak
membutuhkan tiang penyangga. Dalam QS al Hajj[22]:65 Al-Sya‟rawi menjelaskan
bahwa lafadz Yumsiku/menahan menunjukkan adanya kekhususan bagi langit yang
tidak kita tahu.52
Bila diperhatikan, ungkapan penciptaan langit dan bumi adalah dalam enam masa
dalam QS al furqon[25]:59
ن هما في ست أيام ثم است وى على العرش الر -حمن فاسأل بو خبيرا الذي خلق السماوات واألرض وما ب ي
52
Mutawwali al-Sya‟rawi, Tafsir al-Sya‟rawi, h. 171. Vol. 7
44
Yang Menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam
enam masa, kemudian Dia Bersemayam di atas Arasy, (Dia-lah) Yang Maha
Pengasih, maka tanyakanlah (tentang Allah) kepada orang yang lebih
mengetahui (Muhammad).
Mengkaitkan antara penciptaan langit yang enam masa dengan sifat Allah yakni
maha pengasih. Hal ini menunjukkan bahwa Allah sebagai pencipta sangat kasih
kepada makhluk yang diciptakannya dan Allah akan senantisa memiliki, menjaga dan
memelihara semua ciptaanNya.53
Penting untuk diperhatikan bahwa ketika al-Quran
membahas mengenai langit dan bumi, maka maksudnya adalah alam semesta. karena
yang dimaksud langit adalah semua yang ada di langit dan yang dusebut dengan bumi
adalah semua yang ada di bawah. Terkait pula semua makhluk yang ada diantara
keduanya.
Dalam kitab tafsirnya al-Sya‟rawi menjelaskan bahwa banyak dari para ilmuan
yang bertanya-tanya apakah langit itu memiliki tubuh atau hanya gumpalan udara?,
Allah menjelaskan melalui ayat-ayatNya bahwa alam semesta adalah bentuk dari
kekuasaan dan kebenaran. Allah menganjurkan kepada manusia agar memikirkan
penciptaan langir dan bumi, sehingga kita akan mendapatkan jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam benak manusia.
2. Taskhîr Pada Matahari, Bulan Dan Bintang
Salah satu fakta besar dalam ilmu pengetahuan modern adalah terungkapnya
bahwa bintang-bintang terbang lurus ke depan melalui ruang seperti bola-bola yang
ditembakkan dari sebuah Meriam, dengan kecepatan yang tak terkira. Tata surya
seperti bintang dan planet-planet berjalan dan bergerak menuju rasi Lyra dengan
kecepatan yang tak terhitung di bumi.54
Bintang-bintang sangat diperlukan oleh para
navigator untuk mengetahui di belahan bumi mana mereka berada, seperti penjelasan
quran:
-م ي علمون وىو الذي جعل لكم النجوم لت هتدوا بها في المات الب ر والبحر قد فصلنا اليات لقو
53 Lajnah Pentashihan Mushaf al-Quran Kemenag RI, Tafsir Ilmi,: Penciptaan Jagat Raya, h.
6 54
Ahmad Mahmud Soliman, Scientific Trends in The Qur‟ȃn, h. 20
45
Dan Dia-lah yang Menjadikan bintang-bintang bagimu, agar kamu
menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut. Kami telah
Menjelaskan tanda-tanda (kekuasaan Kami) kepada orang-orang yang
mengetahui.
Allah menundukkan bulan, bintang dan hal ini sudah terbukti dalam berbagai
hal terutama bagi pelayar, agar mengetahui kemana kapal akan diarahkan. 55
matahari
merupakan tipikal bintang yang memancarkan cahayanya sendiri, sedangkan bulan
dan galaksi yang lain bersinar karena ia menerima pantulan cahaya dari matahari.
Hubungan Islam dengan kajian ilmu yang berkaitan dengan astronomi
sangatlah erat, karena dalam praktiknya setiap harinya membutuhkan ilmu astronomi.
Seperti peredaran bulan dan matahari. Bulan berguna untuk menentukkan waktu
berpuasa, matahari berguna sebagai penentu arah kiblat. Wajar kiranya jika astronomi
dinilai sebagai sebuah mukjizat bagi kaum muslimin. Dengannya mampu
memunculkan ilmuwan-ilmuwan yang unggul dalam bidangnya.56
Pada QS Al-A‟raf : 54 disebutkan
خلق واألمر ت بارك اللو رب ي غشي الليل الن هار يطلبو حثيثا والشمس والقمر والنجوم مسخرات بأمره أل لو ال
-العالمين
Sungguh, Tuhan-mu (adalah) Allah yang Menciptakan langit dan bumi dalam
enam masa, lalu Dia Bersemayam di atas Arasy. Dia Menutupkan malam kepada
siang yang mengikutinya dengan cepat. (Dia Ciptakan) matahari, bulan dan
bintang-bintang tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah! Segala penciptaan dan
urusan menjadi hak-Nya. Maha Suci Allah, Tuhan seluruh alam.
Menurut Al-Sya‟rawi setelah Allah menciptakan alam semesta, tidak kemudian
Allah tidak berkuasa. Allah tidak membiarkan alam berkembang dengan sendirinya,
kadang Allah membatalkan ketentuannya pada alam melalui mukjizat. Ini penting
agar dipahami bahwa alam tidak semata-mata berjalan menurut hukum kausalitas.57
Dalam beberapa ayat al-Qur‟an, Allah menginformasikan bahwa penciptaan alam
55
Mir Aneesuddin, Fatwa al-Quran tentang alam semesta, (Jakarta:Serambi, 2000), h. 20 56
Jamal Badi dkk, Islamic Creative Thinking berpikir kreatif berdasarkan metode Qur‟ani,
(Bandung: Mizania, 2004), h.185 57
Al-Sya‟rawi, Tafsir Al-Sya‟rawi, (Jakarta:Duta Azhar, 2006), vol. 4, h. 661
46
semesta mempunyai waktu yakni selama enam masa dalam perhitungan Allah. Salah
satunya seperti dalam Qs Yunus [10]:3
العرش يدب ر األمر ما من شفيع إن ربكم اللو الذي خلق السماوات واألرض في ست أيام ثم است وى على
-إل من ب عد إذنو ذلكم اللو ربكم فاعبدوه أفال تذكرون
Sesungguhnya Tuhan kamu Dia-lah Allah yang Menciptakan langit dan bumi
dalam enam masa, kemudian Dia Bersemayam di atas Arasy (singgasana) untuk
mengatur segala urusan. Tidak ada yang dapat memberi syafaat kecuali setelah
ada izin-Nya. Itulah Allah, Tuhan-mu, maka sembahlah Dia. Apakah kamu tidak
mengambil pelajaran?
al-Qur‟an juga menginformasikan bahwa sebelumnya langit dan bumi merupakan
sebuah gumpalan yang menyatu namun al-Qur‟an tidak menginformasikan
bagaimana keduanya berpisah. Hanya saja kebenaran keterpisahan keduanya
dibenarkan dalam kebenaran ilmiah. Seperti penellitian yang sudah dilakukan oleh
para ilmuan. Seperti Edwin P. Hubble yang menyatakan dalam penelitiannya bahwa
alam semesta pernah mengalami pemuaian. 58
Pemuaian yang terjadi menurut fisikawan Rusia mengatakan bahwa kejadian
tersebut melahirkan miliaran galaksi dan bintang-bintang yang hal ini sesuai dengan
informasi al-Quran mengenai jutaan bahkan miliaran galaksi yang penuh dengan
gugusan bintang. Hal ini mungkin yang dinamakan juga dengan teori Big Bang. Ini
adalah isyarat bagi para manusia yang tidak mempercayai Allah swt. Anjuran bagi
mereka untuk mengkaji secara ilmiah untuk dipelajari dan diamati mengenai alam
semesta.59
Begitu detailnya Allah menciptakan alam semesta sehingga pada setiap
penciptaannya dibuat dengan ukuran tersendiri termasuk bumi, bulan dan matahari.
Hal ini dikemukakan oleh ahli astronomi Yunani Kuno, Hipparchus pada tahun 140
SM mengatakan model Geosentris bumi dengan mengatakan bahwa bumi sebagai
pusat alam semesta telah bertahan berabad-abad lamanya. Kemudian adalah seorang
ahli astronomi dari Polandia mengganti model geosentris dengan heliosentris, yang
58
Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur‟an, (Bandung: Mizan, 1998),h.171 59
Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur‟an, h.172
47
mana hal ini mengatakan bahwa yang menjadi pusat tata surya bukan lagi bumi, akan
tetapi matahari dengan orbit berbentuk lingkaran. Konsep mengenai Heliosentris
tertuang dalam buku yang berjudul Revolusi Benda Langit.60
Pada Qs Ibrahim:32-33
م وسخر لكم اللو الذي خلق السماوات واألرض وأنزل من السماء ماء فأخرج بو من الثمرات رزقا لك
وسخر لكم الشمس والقمر دآئبين وسخر لكم --مره وسخر لكم األن هار الفلك لتجري في البحر بأ
-الليل والن هار
Adanya siang malam, munculnya bulan dengan berbagai keindahannya adalah
menjadi salah satu bukti bagi manusia bahwa matahari bulan dan bintang Allah
tundukkan untuk manusia. Semuanya memiliki nilai manfaat tersendiri untuk umat
manusia yang mau berpikir. Begitu banyak manfaat yang dapat dirasakan oleh
manusia dan makhluk-makhluk Allah dengan penundukkanNya terhadap matahari
bumi, bulan dan bintang. Selain itu, langit dan bumi Allah ciptakan dengan
pengetahuan yang benar dan untuk waktu yang ditentukan bukan waktu yang tak
terbatas. Seperti dalam QS al ahqaf ayat 3-4 :
ن هما قل --إل بالحق وأجل مسمى والذين كفروا عما أنذروا معرضون ما خلقنا السماوات واألرض وما ب ي
توني بكتاب من ق بل أرأي تم ما تدعون من دون اللو أروني ماذا خلقوا من األرض أم لهم شرك في السماوات ائ
-أو أثارة من علم إن كنتم صادقين ىذا
Kami tidak Menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara
keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan dalam waktu yang
ditentukan. Namun orang-orang yang kafir berpaling dari peringatan yang
diberikan kepada mereka.
Katakanlah (Muhammad), “Terangkanlah (kepadaku) tentang apa yang kamu
sembah selain Allah; perlihatkan kepadaku apa yang telah mereka ciptakan
dari bumi, atau adakah peran serta mereka dalam (penciptaan) langit?
Bawalah kepadaku kitab yang sebelum (al- Quran) ini atau peninggalan dari
pengetahuan (orang-orang dahulu), jika kamu orang yang benar.”
60
Bayong Tjasyono HK,dkk, Keajaiban Planet Bumi dalam Perspektif Sains dan Islam,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014),h,66-67
48
Penciptaan langit dan bumi serta fenomena alam didalamnya tidak sia-sia,
pasti ada fungsi dan manfaat yang bisa diambil. Pada QS ali Imran: 190-191 Allah
menjelaskan fungsi dan manfaat dari langit, bumi dan fenomena alam yang terjadi,
ولي األلباب الذين يذكرون اللو --إن في خلق السماوات واألرض واختالف الليل والن هار ليات أل
حانك فقنا وق عودا وعلى جنوبهم وي ت فكرون في خلق السماوات واألرض رب نا ما خلقت ىذا باطال سب قياما
-عذاب النار
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan
siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal,
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan
siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal.
Pada bab sebelumnya penulis sudah menjelaskan mengenai taskhîr pada alam
semesta secara umum. Menurut Mutawwaliy Al-Sya‟rawiy manusia akan senantiasa
dikejutkan oleh apa yang ada di alam ini, seperti langit yang tanpa tiang dan
dibawahnya terdapat bintang-bintang dan bumi yang kokoh. Hal demikian sudah
mampu membuat seseorang takjub, apalagi jika manusia mampu takjub dengan hal
itu, bagaimana pula jika manusia mampu melihat tata surya yang tersusun rapi dan
memberi arti pada kehidupan ini.61
QS Luqman: 20 dan 29, menyebutkan bahwasannya,
من سخر لكم ما في السماوات وما في األرض وأسب عليكم نعمو ااىرة وباطن ومن الناس ألم ت روا أن اللو
-يجادل في اللو بغير علم ول ىدى ول كتاب منير
لن هار ويولج الن هار في الليل وسخر الشمس والقمر كل يجري إلى أجل مسمى ألم ت ر أن اللو يولج الليل في ا
-وأن اللو بما ت عملون خبير
Tidakkah kamu memperhatikan bahwa Allah telah Menundukkan apa
yang ada di langit dan apa yang ada di bumi untuk (kepentingan)mu dan
Menyempurnakan nikmat-Nya untukmu lahir dan batin. Tetapi di antara
61
Mutawwali Al-Sya‟rawiy, Tafsir Al-Sya‟rawiy, (Jakarta:Duta Azhar, 2004), terj. Tim
Terjemah Safir al-Azhar, h. 703-704, vol 7
49
manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu atau
petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan.
Tidakkah engkau memperhatikan, bahwa Allah Memasukkan malam ke dalam
siang dan Memasukkan siang ke dalam malam dan Dia Menundukkan
matahari dan bulan, masing-masing beredar sampai kepada waktu yang
ditentukan. Sungguh, Allah Maha Teliti apa yang kamu kerjakan.
ketika membahas mengenai siang dan malam, Allah menjelaskan dengan
kapasitas manusia yang ada di era modern maupun klasik, agar mudah dipahami dan
direnungkan sebagai bentuk syukur manusia kepada Allah swt.
Al-Sya‟rawi dalam menjelaskan ayat diatas, beliau mengatakan bahwa bentuk
dari sebuah penundukkan yang dapat langsung dirasakan oleh manusia adalah bahwa
alam semesta senantiasa melaksanakan tugasnya dengan baik tanpa berpikir untuk
apa dan kenapa. Pernyataan ini lebih di khususkan kepada makhluk Allah selain
manusia. Karena manusia biasanya banyak yang tidak patuh pada aturan yang Allah
tetapkan atasnya.
Pada contoh yang sederhana al-Sya‟rawi62
mencoba mengajak kita untuk
berpikir mengenai fungsi dan manfaat adanya Matahari dan bulan. Beliau
menjelaskan bahwa matahari dan bulan senantiasa menjalankan tugasnya yakni untuk
selalu terbit dan memberi manfaat untuk manusia setiap harinya. Begitupun Bulan
yang senantiasa melintas pada orbitnya dan tak jarang memanjakan manusia dengan
keindahan pantulan sinarnya pada malam hari. Selain itu bulan juga sebagai tanda
perhitungan waktu. Selain Matahari dan bulan ada pula oksigen yang senantiasa
memberikan manfaatnya kepada manusia.
Menurut al-Sya‟rawi meskipun makhluk-makhluk tersebut ditundukkan bukan
berarti Allah memaksa makhluk tersebut. Pada dasarnya semua makhluk yang Allah
ciptakan memiliki hak pilih, dan makhluk-makhluk yang Allah tundukkan memilik
sebagai makhluk yang ditundukkan.
Dalam ayat selanjutnya yakni ayat 29 al-Sya‟rawi kembali menjelaskan,
mengapa Allah memasukkan sebagian waktu siang dan sebagian waktu malam pada
62
Mutawwali Al-Sya‟rawiy, Tafsir Al-Sya‟rawiy, (terj. Tim Terjemah Safir al-Azhar, h.676-
677, vol 10
50
salah satunya, kemudian bertambahlah salah satunya. Jika dipahami hal ini maka
akan sangat masuk akal, beliau menjelaskan dengan merujuk pada ayat al Quran yang
lain yang menjelaskan bahwasannya malam Allah umpamakan sebagai pakaian yang
menentramkan, yakni untuk tertidur dan beristirahat sedangkan siang Allah
umpamakan sebagai waktu untuk mencari penghidupan.63
Mengambil hikmah dari
setiap rahasia Allah bahwasannya jika tertidur pada waktu yang terang akan berimbas
tidak baik untuk tubuh, seperti sabda nabi saw. “Matikan lampu saat tidur.” (HR
Bukhori).
3. Taskhîr Pada Lautan Dan Air
Dalam Ilmu pengetahuan, sejarah bumi diawali dengan permukaan bumi yang
membeku, hal ini terjadi selama milyaran tahun kemudian bumi secara terus menerus
dijatuhi benda-benda langit yang berasal dari debu-debu matahri yang kemudian terus
terkumpul mencipta planet. Pada fase ini temperature air laut cukup tinggi karena
merendam lava yang masih panas dari bebatuan lava yang kemudian menjadi
dataran.64
Air laut mulai mendingin dan mengandung oksigen sehingga banyak dari
biota laut mulai tercipta, dari sini kita bisa menyimpulkan bahwa air adalah sumber
kehidupan atau bahkan awal kehidupan. Ilmu pengetahuan telah membuktikan bahwa
melalui air kehidupan teripta seperti yang tercantung dalam QS al-Anbiya:30.65
Air adalah aspek yang sangat penting bagi kehidupan didunia ini. Air menjadi
nikmat yang sangat melimpah dan begitu mudah didapatkan. Karena hal inilah maka
kebanyakan dari manusia terlena dan tidak begitu merasakan manfaat dan pentingnya
akan adanya air. Hal ini akan mulai dirasakan ketika air dirasa sudah mulai tidak ada
atau biasa dikenal dengan kekeringan yang melanda manusia. Sejak zaman para nabi
63
Mutawwali Al-Sya‟rawiy, Tafsir Al-Sya‟rawiy, (, terj. Tim Terjemah Safir al-Azhar, h. 697,
Vol 10 64
Lajnah pentashihan Musha al Quran, Kepunahan Makhluk Hidup, (Jakarta: Lajnah
Pentashihan Mushaf al-Quran Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, 2011), h. 17-18 -وجعلنا من الماء كل شيء حي أفال ي ؤمنون أولم ي ر الذين كفروا أن السماوات واألرض كان تا رتقا ف فت قناىما 65 - Dan apakah
orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi keduanya dahulu menyatu, kemudian Kami
Pisahkan antara keduanya; dan Kami Jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air; maka
mengapa mereka tidak beriman?
51
air selalu ada pada setiap kejadian penting perjalanan dakwah mereka, sehingga Allah
mengabadikan kisah mereka didalam al-Quran. seperti kisah nabi Musa as yang
kehausan beserta kaummnya:
عينا قد علم كل وإذ استسقى موسى لقومو ف قلنا اضرب ب عصاك الحجر فانفجرت منو اث نتا عشرة
66-أناس مشرب هم كلوا واشربوا من رزق اللو ول ت عث وا في األرض مفسدين
Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami
Berfirman, “Pukullah batu itu dengan tongkatmu!” Maka memancarlah
daripadanya dua belas mata air. Setiap suku telah mengetahui tempat
minumnya (masing-masing). Makan dan minumlah dari rezeki (yang
Diberikan) Allah, dan janganlah kamu melakukan kejahatan di bumi dengan
berbuat kerusakan.
menurut al Qurthubi67
dalam tafsirnya, adanya permohonan yang dilakukan
nabi Musa as dalam ayat tersebut adalah untuk menunjukkan bentuk penghambaan
kepada Allah swt. Hal ini menunjukkan bahwa manusia dianjurkan untuk menyadari
betapa Allah sangat pemurah, dengan menunjukkan permohonannya dan
pertaubatannya. Begitupun yang pernah dilakukan oleh nabi Muhammad saw beliau
pernah kekuarangan air untuk kemudian beliau memohon seraya merendahkan diri
dihadapan Allah swt.
Aktivitas manusia dari masa ke masa tidak bisa terlepas dari adanya air.
Peradaban-peradaban kuno yang berkembang juga sangat bergantung kepada adanya
sungai-sungai besar yang mengairi kota dan negara mereka. Seperti peradaban Mesir
kuno, disini mereka sangat bergantung kepada Sungai Nil. Bahkan di negara yang
besar sekalipun di zaman modern ini masih mengandalkan air atau sungai untuk
kebutuhan mereka sehari-hari dan untuk adanya transportasi. Sedangkan didalam
agama Islam sendiri, air adalah sesuatu yang sangat dibutuhkan sebagai sarana dan
prasarana dalam beribadah. Air diperlukan untuk bersuci seperti untuk membasuh
bagian-bagian tertentu ketika hendak sholat dan untuk bersuci besar seperti mandi
junub.
66
QS Al-Baqarah [02]:60 67
Al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi (Jakarta:Pustaka Azzam, 2010), h. 911. Vol. 1
52
Dalam al Qur‟an sudah dijelaskan mengenai air dan manfaatkan dalam
kegiatan beribadah umat muslim, seperti dalam qs al Maidah:6,
سحوا برؤوسكم وأرجلكم يا أي ها الذين آمنوا إذا قمتم إلى الصالة فاغسلوا وجوىكم وأيديكم إلى المرافق وام
ى أو على سفر أو جاء أحد منكم من الغائط أو لمستم إلى الكعبين وإن كنتم جنبا فاطهروا وإن كنتم مرض
اللو ليجعل عليكم من النساء ف لم تجدوا ماء ف ت يمموا صعيدا طيبا فامسحوا بوجوىكم وأيديكم منو ما يريد
–ريد ليطهركم وليتم نعمتو عليكم لعلكم تشكرون حرج ول كن ي
Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan
shalat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah
kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki. Jika kamu
junub maka mandilah. Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau
kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, maka jika
kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan debu yang baik
(suci); usaplah wajahmu dan tanganmu dengan (debu) itu. Allah tidak ingin
menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak Membersihkan kamu dan
Menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, agar kamu bersyukur.
Terdapat banyak ayat al-Quran yang membahas mengenai air dan fungsinya
dalam alam semesta, air pula menjadi bagian sejarah yang banyak dilibatkan dalam
kejadian-kejadian yang tertulis dalam sejarah manusia yang terkenal hingga kini.
Seperti dalam kehidupan surga yang digambarkan kesejukkannya dengan
berlimpahnya sungai-sungai yang jernih. Seperti pada QS al-Hijr: 45
-إن المتقين في جنات وعيون
Sesungguhnya orang yang bertakwa itu berada dalam surga-surga (taman-
taman), dan (di dekat) mata air (yang mengalir).
Al-Sya‟rawi menjelaskan ayat ini adalah untuk menikmati sumber mata air
adalah dengan betaqwa kepada Allah. Kemudian Allah pula pernah memberikan
adzab kepada umat terdahulu juga melalui air, air yang dilimpahkan dengan kadar
yang banyak dan dengan kekuatan yang dahsyat. Selain air juga digambarkan
didalam surge. Namun al quran mengabarkan bahwa air juga digunakan Allah untuk
mengadzab para hambanya kelak di neraka Jahannam, seperti pada QS Sad: 57
53
-ىذا ف ليذوقوه حميم وغساق
Inilah (azab neraka), maka biarlah mereka merasakannya, (minuman mereka)
air yang sangat panas dan air yang sangat dingin,
Setelah sebelumnya memahas mengenai nikmat air untuk orang yang
bertaqwa, kemudian pada ayat ini Allah menjelaskan mengenai air yang Allah
turunkan untuk para pendurhaka dalam bentuk cairan mendidih ataupun nanah.
Seperti yang dikutip dalam tafsir al-Misbah bahwasannya para ulama memahami air
disini adalah air yang berbentuk nanah namun ada juga yang memahaminya sebagai
air yang sangat dingin.68
Ketika melihat pada kisah-kisah sejarah yang melibatkan air didalamnya tentu
manusia sudah seharusnya berfikir bahwa air adalah hal penting yang tidak bisa lepas
dari kehidupan manusia namun juga manusia mampu menjadi sumber masalah yang
menyusahkan manusia yang berbentuk bencana alam yang merusak bumi.
Air telah mengisi 70% kehidupan di bumi, dengan adanya bumi adalah suatu
keajaiban, maka dengan adanya air bumi akan hidup dan terus berlangsung. Seperti
yan kita tahu bahwa air lebih mendominasi daripada dataran melalui lautan yang
terbentang hamper diseluruh permukaan bumi. Adanya lautan yang membentang
bukan berarti tidak ada manfaat yang mampu manusia ambil dan hal ini sudah Allah
tundukkan agar lautan mampu memberi manfaat bagi manusia dan kehidupan di alam
ini.69
Dalam al-Quran Allah banyak menyebutkan mengenai lautan dan banyaknya
manfaatnya. Seperti dalam QS an-Nahl:14
ى الفلك مواخر فيو ولتبت غوا وىو الذي سخر البحر لتأكلوا منو لحما طريا وتستخرجوا منو حلي ت لبسون ها وت ر
-م تشكرون من فضلو ولعلك
Dan Dia-lah yang Menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat
memakan daging yang segar (ikan) darinya, dan (dari lautan itu) kamu
mengeluarkan perhiasan yang kamu pakai. Kamu (juga) melihat perahu
68
Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, (Jakarta:Lentera Hati, 2012) h. 401. Vol. 11 69
Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur‟an, Tasir Ilmi (Jakarta:Lajnah Pentashihan Mushaf al-
Qur‟an, 2011),h. 1
54
berlayar padanya, dan agar kamu mencari sebagian karunia-Nya, dan agar
kamu bersyukur.
Menurut Quraish Shihab dalam tafsirnya yang dinamakan lautan disini tidak
hanya makhluk Allah yang berbentuk air, namun juga hamparan ciptaan Allah yang
ada di bumi. Dalam ayat ini Allah menginformasikan bahwa Allah telah
menundukkan lauyan sebagai tempat hidup binatang dan tempatnya untuk bertumbuh
kembang serta sebagai sarana pembentukkan berbagai macam perhiasan seperti
permata, Mutiara dan lain sebagainya. Allah menundukkan juga segala apa yang ada
di lautan agar mampu mencukupi kehidupan manusia dengan berbagai biota laut dan
ikan-ikan yang akan tetap segar dan dapat dikonsumsi dengan cara-cara yang baik
dan sungguh-sunguh.70
Hal ini sejalan dengan pendapat Al-Sya‟rawi dalam menejelaskan ayat ini
adalah laut ditundukkan atas manusia tidak hanya seara pencipataannya saja, namun
juga dalam memanfaatkannya. Allah menghadirkan ombak dalam laut agar ikan-ikan
ikut terbawa ke tepi supaya manusia mampu menggunakannya dan memakannya.
Didalam laut Allah menyimpan harta dan perhiasan terpendam bagi manusia yang
kemunculannya ditentukan oleh Allah swt. Al-Sya‟rawi mengisyaratkan kekayaan
alam yang Allah tundukkan adalah seperti buah semangka yang dibelah. Begitupun
bumi yang selalu menyimpan kekayaan alam yang akan senantiasa sama nilainya.71
Beliau menjelaskan mengenai lautan pasir yang secara sepintas tidak menuai
manfaat, namun hal ini keliru karena didalam tanah yang tandus itu Allah
menciptakan lautan minyak bumi yang sungguh diperlukan oleh manusia. Kekayaan
alam ini Allah tundukkan untuk kebutuhan manusia sebagai sarana dalam
menyembah dan beribadah. Lautan pula Allah menyelamatkan nabi nya yakni telah
mengantarkan nabi Musa as. Ke tepian pantai.72
70
Quraish Shihab, Tafsir al Misbah, (Jakarta:Lentera Hati, 2002),h. 199, vol 7 71
Mutawwali Al-Sya‟rawiy, Tafsir Al-Sya‟rawiy, (, terj. Tim Terjemah Safir al-Azhar, h. 514-
515, Vol 7 - لو وألقيت عليك محب مني ولتصنع على عيني أن اقذفيو في التابوت فاقذفيو في اليم ف لي لقو اليم بالساحل يأخذه عدو لي وعدو 72 -
biarlah (arus) sungai itu membawanya ke tepi.
55
Laut sebagai bentuk kemaha kuasaan Allah yang menghubungkan setiap
tempat dan terbentang luas tak bertepi. Yang dengannya Allahpun tundukkan bahtera
agar manusia mampu berlayar diatasnya dengan tenang. Seperti yang sudah
disebutkan dalam QS Ibrahim : 32-33. Allah peruntukkan segala kemudahan itu
untuk manusia, kemudahan mobilitas di lautan. Allah mencoba mengajak manusia
berfikir tentang hal-hal yang dianggap sepele selama ini oleh manusia.73
Seperti
langit yang ditinggikan, bumi yang dihamparkan dan makhluk-makhluk lain yang
diciptakan dengan erbagai jenis dan manfaatnya. Semuanya mampu manusia
manfaatkan untuk kebutuhan mulai dari konsumsi, perhiasan sampai komoditas
industri kelautan.
Ada banyak hal yang menakjubkan yang ditemui di lautan. Seperti dua air
yang berbeda masa dan rasanya disatukan seperti dalam QS al-Furqon: 53.
ن هما ب رزخا وحجرا مح -جورا وىو الذي مرج البحرين ىذا عذب ف رات وىذا ملح أجاج وجعل ب ي
Dan Dia-lah yang Membiarkan dua laut mengalir (berdampingan);
yang ini tawar dan segar dan yang lain sangat asin lagi pahit; dan Dia
Jadikan antara keduanya dinding dan batas yang tidak tembus.
Fenomena dua jenis air laut tidak dapat tercampur satu sama lain,
mampu dijelaskan seara saintifik, apa yang menyebabkan dua air laut tidak tercampur
namun bisa berdampingan. Hal ini membuktikan bahwa pernyataan Al-Quran
terbukti secara ilmiah. Allah telah menciptakan derajat tertentu dari air asin sehingga
ia dapat berfungsi untuk menahan dan mencegah air tawar dan air asin bercampur.
Keduanya Allah beri Barzakh dan hijr agar keduanya saling terjaga pada sifatnya
masing-masing. Air laut telah Allah tetapkan sebagai Gudang air bagi alam, untuk
menguap untuk kemudian diturunkan dalam bentuk hujan yang akan menghidupkan
bumi yang mati.
Menurut al-Sya‟rawi ayat ini membahas mengenai banyaknya tanda-tanda
kekuasaan Allah swt. Air tawar dan air laut mampu berjalan berdampingan jika
terjadi pada laut yang mempunyai tiga perempat luas bumi. Karena sifat dari air
73
Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur‟an, Tasir Ilmi, Samudera(Jakarta:Lajnah Pentashihan
Mushaf al-Qur‟an, 2011),h. 38
56
sebenarnya adalah menendang, yakni ia akan berjalan sesuai arus dan tidak akan
mungkin tecampur, karena bila tercampur hal ini akan menyebabkan air tersebut tidak
bisa untuk diminum. 74
Air adalah pokok kehidupan. Karenyanya manusia dapat menjalankan
kehidupannya dengan baik, sebagai sarana beribadah dan melakukan aktivitas seperti
transportasi dan bahan pencaharian. Manusia hanya dianjurkan untuk bersyukur dan
menjaga karunia Allah ini dengan sebaik-baiknya.75
Dari penjelasan Mutawwali Al-Sya‟rawi sejalan dengan fakta-fakta ilmiah
yang sudah dibuktikan oleh banyak ilmuwan, bahwa teori-teori bahwa air yang ada di
dalam tanah adalah rembesan air dari permukaan. Sesungguhnya didalam adanya
fenomena alam yang menakjubkan ada kekuasaaan Tuhan yang mengatur segala
sesuatunya dengan rapi. Seperti pemisah atau pembatas dua air yang berbeda masa.
Secara ilmiah kepadatan air sungai yang sampai ke laut lebih kecil daripada
kepadatan air laut yang asin.76
Sungai amazon yang alirannya menuju laut atlantik air didalamnya terjaga
sampai kesegarannya tanpa tercampur. Begitu juga air yang ada di teluk Arab
ditemukan air asin yang muncul dalam teluk tetapi mata air dari teluk tersebut tetap
asin.
Jika meneliti lebih detail lagi manfaat air dalam kehidupan manusia maka kita
bisa mellihat pada besar kadar air yang ada di tubuh manusia, sebagian besar tubuh
manusia adalah diisi oleh cairan dan di zaman yang sudah modern ini banyak dari
alat-alat canggih yang bekerja dengan berpatokan pada keragaman jenis air pada
tubuh manusia. Suatu penyakit akan dapat diketahui melalu besar dan kecilnya kadar
74
Mutawwali Al-Sya‟rawiy, Tafsir Al-Sya‟rawiy, terj. Tim Terjemah Safir al-Azhar, h. 768-
767, Vol 9 75
Titik Triwulan Tutik,dkk. Pengembangan sains dan tekhnologi berwawasan Lingkungan
Perspektif Islam, (Jakarta: Publisher Jakarta, 2008), h. 30 76
Muhammad Kamil Abdushshamad, Mukjizat Ilmiah dalam al-Quran, (Jakarta: Akbar,
2002), h.126
57
air dalam tubuh.77
Tak hanya itu keajaiban air dapat dilihat pula pada penciptaan
berbgaia jenis makhluk hidup, seperti manusia, hewan dan tumbuhan.
Manusia adalah air yang hidup, hal ini sangat sesuai jika disandingkan dengan
ayat al quran QS al-Mu‟minun ayat 12-1478
. Di sana Allah menjelaskan bahwasannya
Allah menciptakan manusia dari air, bahkan makhluk melata yang tak tertangkap
mata manusia pun diciptakan dari air. Manusia diciptakan dari air dan hidup tak lepas
dari air. 79
QS al Mukminun ayat 18-2080
, Allah telah menjelaskan bahwa begitu banyak
anugerah Allah yang Allah turunkan untuk hambaNya, Allah menganugerahkan air
dengan cara menurunkan air dengan dua jenis air yakni air yang ada pada perut bumi
dan air yang ada di sungai atau sumur atau lautan.81
Semuanya memiliki manfaat
masing-masing.
Air sebagai cermin kesehatan juga ketakutan, siklus air yang berhenti melalui
adanya hujan, menghasilkan ketakutan, seperti dengan adanya petir dan kilat yang
menyambar-nyambar. Laut memiliki keistimewaan yakni ombak yang berlapis-lapis,
keadaan laut yang seperti ini untuk mengkiaskan keadaan manusia seperti yang ada
pada QS an-Nur [24]: 40. Serta habitat dari setiap biota laut pun terdapat pada tiap
lapisan laut. Di zaman yang modern ini pula terdapat Tekhnologi Informasi dan
telekomunikasi Bawah Laut yang memiliki banyak keuunggulan yang tidak dimilliki
jaringan transmisi melalui satelit. Sehingga komunikasi antar benuapun mampu
dilakukan, jaringan internet mampu digunakan.82
Ketika membahasa mengenai laut, dalam QS Ar Rahman ayat 22, dijelaskan
dengan Al-Lu‟Lu‟ wa Al-Marjan, yakni sebagai kiasan kepada manusia bahwa laut
77
Agus S. Djamil, Al-Quran dan lautan, (Bandung: MMU, 2004), h. 94 نسان من سالل من طين 78 ثم خلقنا النطف علق فخلقنا العلق مضغ فخلقنا --ثم جعلناه نطف في ق رار مكين --ولقد خلقنا ال
-م لحما ثم أنشأناه خلقا آخر ف تبارك اللو أحسن الخالقين المضغ عظاما فكسونا العظا - 79
`Ummu Ihsan dkk, Ayat-ayat Allah pada Tubuh Manusia, ( Jakarta:Pustaka Imam Syafi‟I,
2016),h. 6 فأنشأنا لكم بو جنات من نخيل وأعناب لكم فيها --ألرض وإنا على ذىاب بو لقادرون وأنزلنا من السماء ماء بقدر فأسكناه في ا 80
ها تأكلون ىن وصب للكلين --ف واكو كثيرة ومن ناء تنبت بالد - وشجرة تخرج من طور سي - 81
Ahzami Samiun Jazuli, Kehidupan dalam padangan al-Quran, (Jakarta: Gema Insani,
1997), h. 202 terj. Siti Nurulita dkk `
82 Agus S Djamil, Al-Quran dan Lautan, (Bandung: Arasy Mizan, 2004), h. 94
58
yang Allah ciptakan memiliki karunia yang besar untuk manusia itu sendiri yang mau
mengusahakannya. Kata al-Lu‟Lu Wa al-Marjan dimaknai dengan karunia, maka
pertemuan dua sungai pun termasuk didalamnya karena dalam pertemuan dua sungai
itu memiiki banyak sekali karunia. Keadaan gelap gulita didasar laut begitu
menyeramkan sehingga Allah menggambarkan manusia yang tidak mendapat
petunjuk seperti gelap gulita dasar laut tersebut. QS An-Nur : 40
4. Taskhîr Pada Angin
Ketika membahas mengenai angin, yang terbesit adalah kesejukan dan
kenyamanan. Al-Quran telah membahas mengenai angin diantaranya menunjukkan
pada penundukkan Allah terhadap angin, baik angin yang terasa begitu lembut hingga
menenangkan sampai kepada angin yang Allah tundukkan untuk memberi pelajaran
kepada manusia yang lalai. Ketika mencari mengenai angin didalam al-Quran,
penulis menemukan sekitar 52 ayat yang didalamnya membahas mengenai angin dan
berbagai manfaatnya. Seperti dalam QS Yunus : 22
بها جاءت ها ريح ذي يسي ركم في الب ر والبحر حتى إذا كنتم في الفلك وجرين بهم بريح طيب وفرحوا ىو ال
ين لئن أنجيت نا من ى ذه عاصف وجاءىم الموج من كل مكان وانوا أن هم أحيط بهم دعوا اللو مخلص ين لو الد
-لنكونن من الشاكرين
Dia-lah Tuhan yang Menjadikan kamu dapat berjalan di daratan, (dan
berlayar) di lautan. Sehingga ketika kamu berada di dalam kapal, dan
meluncurlah (kapal) itu membawa mereka (orang-orang yang ada di
dalamnya) dengan tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira
karenanya; tiba-tiba datanglah badai dan gelombang menimpanya dari
segenap penjuru, dan mereka mengira telah terkepung (bahaya), maka
mereka berdoa dengan tulus ikhlas kepada Allah semata. (Seraya berkata),
“Sekiranya Engkau Menyelamatkan kami dari (bahaya) ini, pasti kami
termasuk orang- orang yang bersyukur.”
Akselerasi perkembangan sains dan teknologi diakui membawa dampak yang
positif di satu sisi, sehingga alam seolah mampu dijinakkan dan ditaklukan. Bahkan
para ilmuwan sudah berhasil merekayasa genetika dan mampu memprediksi
peristiwa-peristiwa yang berhubungan dengan alam dengan sangat teliti dan cermat.
59
Namun, di lain sisi adanya perkembangan yang begitu cermat, sisi negatif dari hal ini
menimbulkan akibat-akibat yang tidak menguntungkan dari cara manusia
memanfaatkannya.
Perkembangan industri yang memerlukan banyak bahan bakar pun menjadi
salah satu contoh ketidak-berdayaan manusia dalam mengolah alam. Manusia kurang
serius dan alat yang kurang memadai mampu menghancurkan hutan tropis yang
menghasilkan oksigen atau udara baru bagi makhluk di bumi.83
Dilihat dari sudut pandang agama, angin sarat akan kekuasaan Allah yang
digerakkan di alam semesta ini. Angin yang menyejukkan atau angin yang Dia
tiupkan sebagai sarana untuk orang-orang yang enggan taat denganNya.
Dalam QS al-A‟raf:57
بشرا ب ين يدي رحمتو حتى إذا أق لت سحابا ثقال سقناه لب ل ميت فأنزلنا بو الماء د وىو الذي ي رسل الريا
-فأخرجنا بو من كل الثمرات كذلك نخرج الموتى لعلكم تذكرون
Dia-lah yang Meniupkan angin sebagai pembawa kabar gembira, mendahului
kedatangan rahmat-Nya (hujan), sehingga apabila angin itu membawa awan
mendung, Kami Halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami Turunkan
hujan di daerah itu. Kemudian Kami Tumbuhkan dengan hujan itu berbagai
macam buah-buahan. Seperti itulah Kami Membangkitkan orang yang telah
mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran
Pada bab sebelumnya ketika membahas bagian angin, penulis sudah
menyebutkan bahwa angin berkontribusi dalam membawa awan yang akan
menurunkan hujan, kemudian angin juga membawa serbuk-serbuk tanaman untuk
kemudian tumbuh. Dalam hal ini Al-Sya‟rawi dalam menjelaskan hal ini pun tak jauh
berbeda dengan yang sudah disebutkan diatas yakni, udara atau angin merupakan
sebuah perjalanan di alam yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Melalui angin Allah
juga menurunkan azab dan kabar gembira kepada hambaNya. 84
83
Titik Triwulan Tutik,dkk. Pengembangan sains dan tekhnologi berwawasan Lingkungan
Perspektif Islam, h.55 84
Mutawwali Al-Sya‟rawiy, Tafsir Al-Sya‟rawiy, (, terj. Tim Terjemah Safir al-Azhar, h. 667.
Vol. 4
60
angin dalam al Quran banyak disebutkan dengan bentuk jamak, karena angin
adalah salah satu makhluk Allah yang diciptakan dengan jumlah yang tak terhingga.
Dengan RahmatNya angin dihembuskan menjadi berat dan banyak gumpalan udara,
dan saat itu akan turun hujan. Awan yang dibawa angin tidak hanya menuju satu
tempat saja, namun ke beberapa tempat. Jika untuk menunjukkan angin bencana
maka Allah menggunakan kata tunggal yang bermakna angin bencana. Seperti yang
dijelaskan dalam QS al haqqah ayat 6 :
-وأما عاد فأىلكوا بريح صرصر عاتي
sedangkan kaum „Ad, mereka telah dibinasakan dengan angin topan yang
sangat dingin.
Melalui air dan angin atau oksigen tersebut, Allah menghidupkan tanah yang
gersang menjadi hidup. Agar mampu direnungi oleh manusia dan mampu dikaji
dengan lebih mendalam lagi agar semakin bertambah keimannya kepada Allah swt.
ketika berbicara mengenai angin tentu saja tidak bisa terepas dari iklim atau
cuaca, karena keduanya merupakan dua komponen yang menjadi dasar penentu cuaca
di bumi.
Dalam QS ar Rûm: 48
ف تثير سحابا ف يبسطو في السماء كيف يشاء ويجعلو كسفا ف ت رى الودق يخرج من خاللو اللو الذي ي رسل الريا
-فإذا أصاب بو من يشاء من عباده إذا ىم يستبشرون
Allah-lah yang Mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan
Allah Membentangkannya di langit menurut yang Dia Kehendaki, dan
Menjadikannya bergumpal-gumpal, lalu engkau lihat hujan keluar dari celah-
celahnya, maka apabila Dia Menurunkannya kepada hamba-hamba-Nya yang
Dia Kehendaki tiba-tiba mereka bergembira.
Hal ini menjelaskan bahwa Allah menghembuskan angin di bumi yang
menyeret awan sehingga awan berkumpul , mendung untuk kemudian menurunkan
hujan. Allah menurunkan hujan untuk menghidupkan bumi yang mati, tanaman agar
bisa tumbuh dan manusia untuk segala kebutuhannya. Angin berhembus dengan
membawa kabar gembira yakni kabar kasih sayang dan rahmat Allah.
61
Peran angin di ayat tersebut dengan runtut secara konsekuensi menunjukkan
adanya keterkaitan secara sistemik antara angin dan awan yang membawa hujan
untuk kepentinga manusia. Ilmu tentang angin sangat penting karena memberikan
gambaran mengenai hukum empirik ketetapan Allah swt. Terhadap peran dan fungsi
angin dalam keseharian manusia. Bahkan angin mampu memberikan energi bagi
kapal laut sehingga ia mampu berlayar diatas lautan.85
Pergerakan matahari adanya musim yang ada di bumi dengan skala tahunan
berperan besar pada pergerakan masa udara dalam bentuk angin. Angin berperan
sebagai distributor energi di bumi. Kumpulan uap air yang membentuk awan dapat
dijadikan sebagai muatan listik yang dapat kilatan jika ada perbedaan muatan listrik.86
Seperti yang sudah penulis jelaskan diawal, bahwa dalam al-Quran ayat
mengenai angin disebutkan sebanyak 52 ayat. Dari sekian ayat ada ayat yang
menunjukkan bahwa angin adalah sebuah rahmat dan kabar gembira bagi alam
semesta,
-فسخرنا لو الريح تجري بأمره رخاء حيث أصاب
Kemudian Kami Tundukkan kepadanya angin yang berhembus dengan baik
menurut perintahnya ke mana saja yang dikehendakinya,
Seperti pada bab yang lalu, angin beperan juga dalam kehidupan laut, yakni
dalam hal membawa bahtera agar mampu berlayar di tegah lautan, seperti dalam
firman Allah dalam QS yunus ayat 22:
يب وفرحوا بها جاءت ها ريح ىو الذي يسي ركم في الب ر والبحر حتى إذا كنتم في الفلك وجرين بهم بريح ط
ين لئن أنجيت نا من ى ذه عاصف وجاءىم الموج من كل مكان وانوا أن هم أحيط بهم دعوا اللو مخلصين لو الد
-لنكونن من الشاكرين
Dia-lah Tuhan yang Menjadikan kamu dapat berjalan di daratan,
(dan berlayar) di lautan. Sehingga ketika kamu berada di dalam kapal, dan
meluncurlah (kapal) itu membawa mereka (orang-orang yang ada di
dalamnya) dengan tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira
85
Sahri Muhammad, Samudera Ilmu Sunnatulah Empirik, (Malang: UB Press, 2014), h. 273 86
Lajnah pentashihan Mushal al-Quran, Penciptaan Bumi, (Jakarta: Lajnah pentashihan
Mushal al-Quran, 2010), h. 115
62
karenanya; tiba-tiba datanglah badai dan gelombang menimpanya dari
segenap penjuru, dan mereka mengira telah terkepung (bahaya), maka
mereka berdoa dengan tulus ikhlas kepada Allah semata. (Seraya berkata),
“Sekiranya Engkau Menyelamatkan kami dari (bahaya) ini, pasti kami
termasuk orang- orang yang bersyukur.”
dalam hal ini al-Sya‟rawi menjelaskan bahwa Allah yang memperjalankan
manusia didarat dan dilaut, Allah begitu rinci dalam menjelaskan bagaiamana sebuah
kapal mampu berlayar karena perjalanan laut adalah sesuatu yang berat bagi manusia
jika tidak ada Allah Bersama mereka. Dalam ayat ini Allah juga membahas mengenai
angin yang lembut atau sepoi-sepoi namun kemudian angin akan berubah menjadi
kencang dan berubah menjadi gumpalan awan. Karena Gedung tinggi sekalipun
mampu berdiri kokoh karena ada keseimbangan udara . jadi, menurut mutawwali al-
sya‟rawi yang mewujudkan keseimbangan di seluruh alam ini adalah udara.87
Kemudian didalam al Quran angin juga dijelaskan sebagai penghancur suatu
kaum atau balasan bagi ornag-orang yang enggan mengikuti nabinya. Seperti ketika
menjelaskan kaum nabi Luth. Melihat pada beberapa penjelasannya mengenai angin
dan cara Allah menundukkannya, maka bisa disimpulkan bahwa al-Sya‟rawi
memaknai setiap ayat yang Allah terangkan terutama mengenai angin adalah bahwa
angin itu ada dua yakni angin yang baik atau lembut, dalam bentuk taskhîrnya adalah
ia mampu berkontribusi dalam banyak hal seperti dalam segala hal mengenai
pertumbuhan. Karena dalam al quran kata angin itu tidak selalu berupa udara, namun
segala sesuatu yang mampu menggerakkan, yang dalam hal ini kekuatan yang
dimaksudkan adalah segala kemudahan di laut.88
Al-Quran telah menyibak begitu banyak kekayaan laut yang sangat
menguntungkan bagi manusia, mulai dari airnya, keragaman kehidupan lautnya
sampai pada masyarakat yang memanfaatkanya dengan baik sampai kepada angin
yang berhembus baik angin dari darat menuju laut atau angin yang berasal dari laut
menuju ke daratan. Di zaman sekarang sudah banyak negara yang menggunkan
kekuatan ombak sebagai tenaga untuk membangkitkan listrik, begitu juga angin laut,
87
Mutawwali Al-Sya‟rawiy, Tafsir Al-Sya‟rawiy, (, terj. Tim Terjemah Safir al-Azhar, h. 211.
Vol. 6 88
Mutawwali Al-Sya‟rawiy, Tafsir Al-Sya‟rawiy, (, terj. Tim Terjemah Safir al-Azhar, h. 221.
Vol. 6
63
panas laut sampai kepada bahan tambang dan budi daya yang kesemuanya
memanfaatkan laut.89
Karunia Allah melalui penundukkan laut begitu besar, karunia yang bisa
langsung dirasakan kenikmatannya oleh manusia. Karunia yang tidak ada habisnya.
Sudah seharusnya manusia berterima kasih kepada Allah dengan menjaga karunia
tersebut dengan sebaik-baiknya.
Seperti dalam firmanNya QS Fatir ayat 13
ن هار في الليل وسخر الشمس والقمر كل يجري ألجل مسمى ذلكم اللو يولج الليل في الن هار ويولج ال
-ربكم لو الملك والذين تدعون من دونو ما يملكون من قطمير
Dia Memasukkan malam ke dalam siang dan Memasukkan siang ke dalam
malam dan Menundukkan matahari dan bulan, masing-masing beredar
menurut waktu yang ditentukan. Yang (berbuat) demikian itulah Allah Tuhan-
mu, milik-Nya-lah segala kerajaan. Dan orang-orang yang kamu seru
(sembah) selain Allah tidak mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari.
Pada ayat ini Allah menunjukan penundukannya pada matahari yang
kemudian tercipta siang dan malam. Allah menjadikan malam lebih panjang daripada
siang dan begitupun sebaliknya. Kata sakhkhara menginsyaratkan bahwa
penundukkan yang Allah lakukan sudah sejak zaman dahulu dan itu tak ada
perbedaan sedikitpun.90
Adanya malam dan siang karena semua planet baik bumi, bulan, ataupun
matahari semuanya sudah diatur untuk bergerak sesuai pada orbitnya masing-
masing.91
Planet-planet dalam tata surya memiliki garis edarnya masing-masing.
Memiliki kecepatan gerak dan ukuran yang beragam.
Allah menciptakan segala sesuatunya sesuai dengan bentuk yang sangat ideal.
Ukuran yang serba ideal tidak mungkin bisa tercipta secara kebetulan. Posisi bumi
89
Agus S. Djamil, Al-Quran dan lautan , h. 185 90
Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah (Jakarta: Lentera Hati, 2003) h. 448, vol 11 91
Nadiah Thayyarah, Buku Pintar Sains dalam Al-Qur‟an, h 328
64
yang ditinjau dari arah datangnya sinar matahari mulai dari kemirigan bumi yang
menyebabkan terjadinya pergantian musim di beberapa bagian bumi.92
93-إنا كل شيء خلقناه بقدر -
Sungguh, Kami Menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.
Ayat diatas menjadi bukti bahwa karunia Allah bahkan yang berupa ukuran adalah
sebuah anugerah yang luar biasa dan sudah diatur olehNya dengan sangat detail.
Penundukkan Allah adalah sebagai sebuah nikmat yang nyata bagi manusia
dan alam semesta. sebagai Pencipta dan Pemelihara Allah tidak berhenti hanya
dengan mencipta, namun Dia tetap memelihara alam semesta untuk memudahkan
manusia dalam memenuhi kebutuhannya dan sebagai bekal manusia untuk
menjalankan perannya didalam dunia. Dalam QS Yasin [36] : 33
ها حبا فمنو يأكلون ناىا وأخرجنا من -وآي لهم األرض الميت أحي ي -
Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah bumi yang mati
(tandus). Kami Hidupkan bumi itu dan Kami Keluarkan darinya biji-bijian,
maka dari (biji-bijian) itu mereka makan.
Dari ayat di atas Al-Sya‟rawi menjelaskan bahwa tanda kekuasaan Allah dapat
dirasakan oleh manusia, seperti keadaan bumi yang gersang dan tak dapat ditumbuhi
oleh apapun, kemudia Allah turunkan hujan sebaga sebab yang dapat menjadikan
bumi menjadi hidup dan dari dalam tanah tumbuh beragam tumbuh-tumbuhan. Hal
ini seharusnya sudah mampu menyadarkan manusia bahwa kasih sayang Allah
terhadap makhlukNya tak terbatas, menciptakan dan kemudian menundukkan apa-apa
yang tidak dapat terjangkau oleh kemampuan manusia.94
Ada beberapa ayat yang senada mengenai bumi yang gersang kemudian Allah
hidupkan dan didalamnya Allah swt menumbuhkan berbagai jenis tanaman. Selain
hamparan bumi yang luas dan gunung-gunung yang ditumbuhi berbagai jenis
pepohonan yang bermanfaat untuk manusia, hal ini juga membentuk sebuah harmoni
yang menyejukkan mata dan menyenangkan jiwa.
92
Ridwan Abdullah Sani,Sains Berbasis Al-Qur‟an, (Jakarta:Bumi Aksara, 2005)h. 95. 93
QS Al-Qamar [54] : 49 94
Mutawwali al-Sya‟rawi, Tafsir al-Sya‟rawi, h. 297, Vol. 11
65
Ukuran makhluk hidup dan organisme pun tak luput dari perhatian Allah swt.
Diciptakan dengan sangat sesuai, semua diciptakan sesuai dengan ukuran dan
fungsinya masing-masing. Struktur dan susunan alam juga ditemukan pada ukuran
pada alam semesta seperti skala tata surya. Jika kita perhatikan Bulan dan Matahari
akan terlihat sama dari bumi, namun pada kenyataannya keduanya sangat jauh
berbeda, karena matahari jauh lebih besar dari ukuran yang kita lihat sebenarnya. Hal
seperti ini sudah Allah jelaskan dalam al Qur‟an
شيء الذي لو ملك السماوات واألرض ولم ي تخذ ولدا ولم يكن لو شريك في الملك وخلق كل
95-ا ف قدره ت قدير -
Yang memiliki kerajaan langit dan bumi, tidak mempunyai anak, tidak ada
sekutu bagi-Nya dalam kekuasaan(-Nya), dan Dia Menciptakan segala
sesuatu, lalu Menetapkan ukuran-ukurannya dengan tepat.
Keteraturan juga diciptakan untuk material dalam alam semesta bahkan
dengan partikel terkecil sekalipun. Misalkan pada partikel Emas. Bahkan didalam
tubuh manusia sekalipun Allah juga mengatur dengan sedemikian rupa seperti
pertumbuhan gigi misalnya, seperti yang pernah disampaikan oleh Cak Nun96
dalam
sebuah acara Ngaji Bareng bertemakan Kedahsyatan Syukur, beliau sempat
mengatakan bahwa :
“…apa yang menyebabkan seseorang itu tidak bersyukur? Padahal
Allah sudah sangat baik hati dengan mengatur kehidupan kita,bahkan
gigi kita sekalipun. Bayangkan jika pertumbuhan gigi tidak dikontrol
oleh Allah SWT mungkin saja gigi ini akan terus tumbuh dan manusia
akan merasa kerepotan dibuatnya.”
Benar adanya, bahwa Allah sudah mengaturnya demikian rupa seperti dalam
firmanNya:
95
QS al-Furqon [25]:2 96
Cak Nun bernama lengkap Muhammad Ainun Nadjib atau biasa dikenal dengan nama
Emha Ainun Nadjib ini mengaku sebagai seorang pelayan dan suami. Beliau memang dalam berbagai
kegiatannya lebih bersifat melayani yang merangkuum dan memadukan dinamika kesenian,agama,
Pendidikan dan sinergi ekonomi. Beliau Bersama grup musiknya berkeliling mengitari nusantara,
secara rutin melakukan pertemuan social untuk melakukan berbagai dekonstruksi pemahaman atas
nilai-nilai, pola komunikasi, kultural dan Pendidikan berpikir dengan tetap mengacu pada nilai-nilai
Agama Islam yang dibawa Nabi saw.
66
-خزائنو وما ن ن زلو إل بقدر معلوم وإن من شيء إل عندنا -
Dan tidak ada sesuatu pun, melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya;
Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran tertentu97
Dalam QS Ar Ra‟d ayat 2 Allah menjelaskan:
كل يجري ألجل اللو الذي رفع السماوات بغير عمد ت رون ها ثم است وى على العرش وسخر الشمس والقمر
--مسمى يدب ر األمر ي فصل اليات لعلكم بلقاء ربكم توقنون
Allah yang Meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat,
kemudian Dia Bersemayam di atas Arasy. Dia Menundukkan matahari dan
bulan; masing-masing beredar menurut waktu yang telah ditentukan. Dia
Mengatur urusan (makhluk-Nya), dan Menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-
Nya), agar kamu yakin akan pertemuan dengan Tuhan-mu. Salah satu hal yang penting dalam agama Islam adalah penegasan bahwa
langit dan bumi serta segala fenomena yang ada di alam semesta merupakan ciptaan
Allah. Tidak ada dengan sendirinya dan diciptakan untuk waktu tertentu bukan tak
terbatas. Allah menciptakan langit dan bumi dan segala yang ada diantara keduanya
baik yang dapat diindera ataupun yang tidak dapat diindera bukan sebuah hal yang
sia-sia apalagi main-main.98
Seperti pada firmannya:
ن هما لعبين -وما خلقنا السماوات واألرض وما ب ي -
Dan tidaklah Kami bermain-main Menciptakan langit dan bumi dan apa yang
ada di antara keduanya
.
Dalam banyak ayat al-Qur‟an Allah sering menyebutkan kata langit dengan
bentuk Plural atau Jamak yang berarti Langit itu banyak atau tidak hanya satu dan
bisa juga dimaknai yang dimaksud dengan langit adalah seluruh benda-benda yang
ada di ruang angkasa seperti planet-planet . Menurut penelitian ilmiah yang dilakukan
oleh para ahli di bidangnya, langit memiliki nama dan bagiannya masing-masing
sesuai dengan jarak ketinggiannya dari bumi.
97
QS AL-Hijr [15]:21 98
Kementrian Agama RI Badan Litbang dan Diklat Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an,
Tafsir Ilmi Manfaat Benda-Benda Langit, (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, 2012), h.2
67
Menurut Syeikh Asy-Syanqathi99
dalam tafsirnya Adhwȃ‟tul Bayȃn
menerangkan perbedaan ulama mengenai makna dari langit tanpa tiang. Dari sini ada
dua perbedaan yang beliau jelaskan.100
Pendapat yang pertama mengatakan bahwa
maksud dari langit yang tak bertiang adalah bahwa langit itu sebenarnya mempunyai
tiang hanya saja sebagai makhluk yang mempunyai keterbatas dengan hal ghaib
manusia tidak dapat melihat adanya tiang tersebut.
Namun, ulama yang berpendapat bahwa langit tanpa tiang adalah berpegang
pada QS al Hajj: 65
ماء أن ت قع على األرض إل ألم ت ر أن اللو سخر لكم ما في األرض والفلك تجري في البحر بأمره ويمسك الس
بإذنو إن اللو بالناس لرؤوف رحيم -
Tidakkah engkau memperhatikan bahwa Allah Menundukkan bagimu
(manusia) apa yang ada di bumi, dan kapal yang berlayar di lautan dengan
perintah-Nya. Dan Dia Menahan (benda-benda) langit agar tidak jatuh ke
bumi, melainkan dengan izin-Nya? Sungguh, Allah Maha Pengasih, Maha
Penyayang kepada manusia.
Dengan adanya kata Langit Tanpa Tiang di sini sebagai penegas bahwa
Langit ditinggikan memang tanpa tiang sebagai bukti kekuasaan Allah swt. Dalam
Tafsirnya Fathul Qadir, Imam Asy Syaukani menyebutkan bahwa maksud langit
tanpa tiang adalah sebagaimana yang kita lihat yakni tanpa tiang dan sudah
seharusnya hal seperti ini tidak untuk dibahas lebih lagi karena ditakutkan pemaknaan
akan terkesan dibuat-buat. Pada kata Sakhkhara beliau menjelaskan secara singkat
bahawa yang dimaksud Allah dengan menundukkan adalah Allah menundukkan
matahari dan bulan untuk memberi manfaat kepada makhluq hidup bagi
kemaslahatan hambanya.101
Langit juga sering disebut dengan sesuatu yang menampung air. Menurut al-
Lihyani kenapa langit itu dikatakan sebagai ar raj‟u karena ia mengembalikan sesuatu
99
Adalah seorang ulama kelahiran Tanbah sebuah desa di kota Sinqith, beliau terkenal
sebagai seorang ulama yang terkenal antusias dan semangat dalam menuntut ilmu. Di bawah didikan
pamannya beliau lahir menjadi seorang ulama yang sangat berpengaruh di khazanah keilmuan Islam
terutama dalam bidang tafsir dan fiqh. 100
Syaikh Asy Syanqithi, Tafsir Adhwa‟ul Bayan (Jakarta:Pustaka Azzam, 2007)h. 117. Vol 3 101
Imam Asy Syaukani, Tafsir Fathul Qadir,
68
yang ada di langit kepada bumi berupa air hujan.102
Kesemuanya Allah tundukkan
hanya agar manusia mampu hidup dengan aman dan damai di bumi Allah.
Setiap tanda-tanda kekuasaan Allah atau Taskhîr ini hanya bisa dipahami oleh
orang-orang yang berakal, yaitu orang-orang yang disebut dalam al-Qur‟an sebagai
Ulul-albȃb, seperti dalam firmannya:
ولي األلباب الذين يذكرون اللو --إن في خلق السماوات واألرض واختالف الليل والن هار ليات أل
وي ت فكرون في خلق السماوات واألرض رب نا ما خلقت ىذا باطال سبحانك فقنا قياما وق عودا وعلى جنوبهم
103-عذاب النار -
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan
siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal,
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam
keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan
bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau Menciptakan semua
ini sia-sia; Maha Suci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka.
Mereka yang selalu memberdayakan karunia Allah dengan sebaik-baiknya
dan mereka yang selalu memikirkan hikmah dan tujuan dari setiap penciptaan alam
semesta yang Allah ciptakan,104
seperti yang dijelaskan pada ayat 191. Allah
memberi tanda atau kode kepada manusia untuk selalu berpikir dan merenungi
kekuasaan Allah yang akan menambah keimanan mereka terhadap Allah swt.
Dalam QS Ibrahim ayat 32-33 Allah menyebutkan:
م وسخر لكم الفلك اللو الذي خلق السماوات واألرض وأنزل من السماء ماء فأخرج بو من الثمرات رزقا لك
حر بأمره وسخر لتجري في الب وسخر لكم الشمس والقمر دآئبين وسخر لكم الليل --لكم األن هار
--والن هار
Allah-lah yang telah Menciptakan langit dan bumi dan Menurunkan air
(hujan) dari langit, kemudian dengan (air hujan) itu Dia Mengeluarkan
berbagai buah-buahan sebagai rezeki untukmu; dan Dia telah Menundukkan
kapal bagimu agar berlayar di lautan dengan Kehendak-Nya, dan Dia telah
102
Nadiah Thayyarah, Buku Pintar Sains dalam Al-Qur‟an, h 353 103
QS al-Imrȃn [3] : 190-191 104
Kementrian Agama RI Badan Litbang dan Diklat Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an,
Tafsir Ilmi Manfaat Benda-Benda Langit, h.7
69
Menundukkan sungai-sungai bagimu. Dan Dia telah Menundukkan matahari
dan bulan bagimu yang terus-menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah
menundukkan malam dan siang bagimu.
Menurut Quraish Shaihab dalam tafsirnya mengatakan bahwa air hujan
tersebut untuk menghidupkan bumi yang gersang. Dengan air hujan maka Allah akan
menurunkan rezeki dengan menumbuhkan buah-buahan dan segala sesuatunya untuk
mampu dimanfaatkan untuk manusia dan segala yang ada di bumi Allah.105
Maurice Buchail106
seorang peneliti sekaligus ahli bedah dan seorang
orientalis dari Prancis meneliti bagaimana proses terjadinya hujan berdasar pada
penjelasan ayat-ayat al-Qur‟an. Dia membuktikan bahwa apa yang dikatakan al
Quran adalah benar dan sesuai dengan hukum-hukum alam yang berlaku selama ini
pun tidak bertolak belakang dengan fakta-fakta ilmiah yang berkembang sekarang.
Contoh seperti ketika dia menjelaskan mengenai siklus air dan lautan yang
menjadi hujan, dalam QS al-Hijr [15]:22
ل ناكموه وما أنتم لو بخازنين وأرسلنا الريا -واقح فأنزلنا من السماء ماء فأسقي -
Dan Kami telah Meniupkan angin untuk mengawinkan dan Kami Turunkan
hujan dari langit, lalu Kami Beri minum kamu dengan (air) itu, dan bukanlah
kamu yang menyimpannya.
Menurutnya ada dua hal yang bisa diamati mengenai siklus air dari ayat
diatas, pertama angin dianggap membawa benih buah yang menyuburkan. Kedua,
angin membawa awan yang tidak mendatangkan hujan maupun yang mendatangkan
hujan. 107
Bucaille juga menjelaskan bahwa air hujan sebagai sumber dari air-air yang
ada di bumi, dan ayat-ayat al-Qur‟an sudah menjelaskan hal ini. Menurutnya air
hujan merupakan rizki dan Tuhan mengubah air asin menjadi air tawar adalah untuk
105
Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, h. 62, vol 3 106
Maurice Bucaille lahir di Post-1 „Eveque pada 19 Juli 1920 dan
meninggal dunia pada tanggal 17 Februari 1998. Buku the Bible, the Qur‟an and Science
yang ditulis olehnya bercorak ilmī. Dia menyakini bahwa ayat-ayat al-Qur‟an tentang berbagai
fenomena di alam, khususnya tentang asal-usul makhluk hidup, proses-proses biologis pada organisme
hidup, tidak bertentangan dengan fakta yang ditemukan sains. Bagi kaum Muslim, mengimani bahwa
al-Qur‟an adalah kalimat-kalimat Allah swt. yang mulia, yang tak mungkin berisi kesalahan dalam
mendeskrpsikan fenomena di alam adalah merupakan sebuah keniscayaan. 107
Maurice Bucaille, Bibel,Quran dan Sains Modern, (Jakarta: Bulan Bintang, 2001), h. 207
70
menunjukkan kekuasaanNya.108
Seperti pada QS An-Nur [24]:43.109
Dia menyatakan
bahwa mustahil manusia membuat hujan dari awan, namun manusia hanya mampu
mempercepat adanya proses hujan menggunakan tekhnologi modern.
Harun Yahya110
dalam bukunya menyatakan bahwa pembentukan hujan
terjadi melalui tiga tahap, pertama pembentukan angin, pembentukkan awan dan
terakhir pembentukkan hujan. Sesuai dengan firmannya dalam QS. Ar Rum [30] :48
ف تثير سحابا ف يبسطو في السماء كيف يشاء ويجعل و كسفا ف ت رى الودق يخرج من اللو الذي ي رسل الريا
-خاللو فإذا أصاب بو من يشاء من عباده إذا ىم يستبشرون -
Allah-lah yang Mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan
Allah Membentangkannya di langit menurut yang Dia Kehendaki, dan
Menjadikannya bergumpal-gumpal, lalu engkau lihat hujan keluar dari celah-
celahnya, maka apabila Dia Menurunkannya kepada hamba-hamba-Nya yang
Dia Kehendaki tiba-tiba mereka bergembira.
Sejumlah besar gelembung udara terbentuk karena buih di lautan secar terus
menerus pecah dan menyebabkan partiker air disemburkan dilangit , ada awan yang
menggantung di udara yang membawa partikel debu dan garam kemudian partikel
debu dan garam menebal dan menimbulkan kristal untuk kemudian menimbulkan
hujan.111
Menurut para astronomi asap atau awan terdiri dari partikel yang beruba gas
dan benda padat. Mereka juga mengatakan bahwa yang mengontrol perilaku benda-
benda langit adalah kehendak Allah dan energi yang berkumpul di benda-benda
108
Maurice Bucaille, Bibel,Quran dan Sains Modern, h. 212 109
نو ف يصيب ثم يجعلو ركاما ف ت رى الودق يخرج من خاللو وي ن زل من السماء من جبال فيها من ب رد ألم ت ر أن اللو ي زجي سحابا ثم ي ؤلف ب ي -بو من يشاء ويصرفو عن من يشاء يكاد سنا ب رقو يذىب باألبصار - Tidakkah engkau melihat bahwa Allah Menjadikan
awan bergerak perlahan, kemudian Mengumpulkannya, lalu Dia Menjadikannya bertumpuk-tumpuk,
lalu engkau lihat hujan keluar dari celah-celahnya, dan Dia (juga) Menurunkan (butiran-butiran) es
dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka Ditimpakan-Nya
(butiran-butiran es) itu kepada siapa yang Dia Kehendaki dan Dihindarkan-Nya dari siapa yang Dia
Kehendaki. Kilauan kilatnya hampir-hampir menghilangkan penglihatan. 110
Seoarang penulis dengan nama Pena Harun & Yahya ini lahir di Ankara pada tahun 1956.
Beliau adalah penulis yang produktif semenjak tahun 1980-an beliau banyak menulis karya-karya
penting yang menyingkap para evolusionis dan ketidak-shahihan klaim-klaim mereka dengan
membuktikan fakta Ilmiah yang sudah dijelaskan oleh Al-Qur‟an. Karyanya banyak dibaca di banyak
Negara tak terkecuali Indonesia. 111
Harun Yahya, Pustaka Sains Populer Islam Manusia dan Alam Semesta, (Bandung: Dzikra,
2004). h 58. Vol. 10
71
itu.112
Allah menundukkan awan dan partikel yang ada di ruang angkasa agar ia
mampu berjalan dengan seimbang dan tidak menyebabkan benturan antar partikel
yang mungkin saja akan berdampak pada kehidupan di bumi.
Jika kembali melihat kepada kata Sakhkhara dalam konteks ayat ini adalah
menundukkan sesuatu agar mudah digunakan oleh pihak lain. Manusia dianjurkan
untuk meneliti dan mempelajari penundukkan Allah tersebut agar merasa tenang
karena setiap sesuatu yang Allah tundukkan tidak memiliki pilihan lain selain tunduk
kepada perintah Allah swt. 113
Allah mendundukkan awan dan air hujan agar ketika ia
turun ke bumi, ia bisa menghidupkan bumi yang mati seperti firmannya dalam
QS.Al-Furqon [25]:48-49
لنحيي بو ب لدة ميتا --بشرا ب ين يدي رحمتو وأنزلنا من السماء ماء طهورا وىو الذي أرسل الريا
-ونسقيو مما خلقنا أن عاما وأناسي كثيرا -
Dan Dia-lah yang Meniupkan angin (sebagai) pembawa kabar gembira
sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); dan Kami Turunkan dari langit air
yang sangat bersih, Dan Dia-lah yang Meniupkan angin (sebagai) pembawa
kabar gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan); dan Kami Turunkan
dari langit air yang sangat bersih.
Selain sebagai penghidup bumi yang mati air hujan juga merupakan
kebutuhan mutlak makhluq hidup yakni sebagai penyubur, tetesan hujan yang sudah
menguap mengandung zat-zat tertentu yang dapat menyuburkan tanah yang mati
sehingga dengan air itu Allah menumbuhkan pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang
bermanfaat untuk manusia, hewan-hewan, seperti dalam firmannya QS. Qaaf [50]:9
نا بو جنات وحب الحصيد -ون زلنا من السماء ماء مباركا فأنبت -
Dan dari langit Kami Turunkan air yang memberi berkah, lalu Kami
Tumbuhkan dengan (air) itu pepohonan yang rindang dan biji-bijian yang
dapat dipanen.
112
Nadiah Thayyarah, Buku Pintar Sains dalam Al-Qur‟an, h 337 113
Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, h. 63 vol. 7
72
Allah menundukkan bahtera agar mampu berlayar dengan baik meski bahan
dasar dari sebuah bahtera adalah besi sekalipun. Nabi Nuh as dan kaumnya. Sebagai
manusia pertama yang di klaim mampu membuat bahtera karena perintah Allah,
-الفلك بأعيننا ووحينا ول تخاطبني في الذين الموا إن هم مغرقون واصنع -114
Dan buatlah kapal itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami, dan
janganlah engkau bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim.
Sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan.”
Saat itu beliau diperintahkan untuk membuat bahtera dan megumpulkan
bahan-bahannya dari alam.kemudian menjauh untuk membuat kapalnya, namun hal
ini tetap mendapat ejekan dari kaumnya atas apa yang mereka lakukan.115
Setelah
menyelesaikan pembuatan kapalnya, beliau adalah manusia pertama yang berlayar
diatas kapal atas kehendak Allah swt. Sehingga kapal mampu berlayar diatas banjir
bandang yang Allah turunkan.
Allah tidak menyebutkan bahwa Dia menundukkan laut, karena maksud ayat
ini adalah yang menjadi salah satu nikmat yang paling jelas yang dapat dirasakan oleh
manusia adalah dengan bahtera yang tidak tenggelam.116
Sebagai nikmat yang tak
terkira. Seperti dalam QS Jatsiyyah : 12-13
وسخر --رون اللو الذي سخر لكم البحر لتجري الفلك فيو بأمره ولتبت غوا من فضلو ولعلكم تشك
-يعا منو إن في ذلك ليات لقوم ي ت فكرون لكم ما في السماوات وما في األرض جم -
Allah-lah yang Menundukkan laut untukmu agar kapal-kapal dapat berlayar
di atasnya dengan perintah-Nya, dan agar kamu dapat mencari sebagian
karunia-Nya, dan agar kamu bersyukur. Dan Dia Menundukkan apa yang ada
di langit dan apa yang ada di bumi untukmu semuanya (sebagai rahmat) dari-
Nya. Sungguh, dalam hal yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-
tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berpikir.
Selain melalui bahtera Allah juga menundukkan laut. Dengan begitu banyak
hal yang menunjukkan kekuasaanNya agar manusia berpikir dan menemukan
Tuhannya. Sebagian dari kita mungkin pernah melihat adanya fenomena dua air yang
114
QS Huud [11] :37 115
115 Suhartono, dkk, Rahasia al-Qur‟an dalaam Biometric, (Malang :Malang Press, 2007),
h. 8
116
Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah. h. 63 vol. 7
73
berdampingan namun tidak bercampur, ketika para ilmuan sedang bergembira dengan
hasil penemuan mereka, mereka juga tercengang karena al-Qur‟an telah
menyebutkannya, diantara dalam QS Ar-Rahma [55] : 19-20
ن هما ب رزخ ل ي بغيان --مرج البحرين ي لتقيان -ب ي -
Dia Membiarkan dua laut mengalir yang (kemudian) keduanya bertemu, di
antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing.
Fakta ilmiah telah membuktikan bahwa nyatanya dua jenis air yang berbeda
atau bahkan dua jenis air yang sama tidak terncampur karena keduanya mempunyai
batas, nama ilmiah nya adalah tegangan permukaan. 117
Menurut para mufasir, ketika dua laut bertemu Allah menjadikan keduanya
tetap mengalir keluar masuk, Allah pun menjadikan diantara kedunaya suatu
pembatas yang mekisahkan keduanya sehingga keduanya tidak melampaui air laut
yang lain.118
Dalam QS Ibrahim ini selain menjelaskan mengenai laut Allah juga
menjelaskan bahwa atas izinNya Allah menundukkan dua benda samawi ini. Lebih
dari sekedar pertanda adanya siang dan malam, namun hal yang sangat menarik
adalah fakta antara keduanya yang terlihat pada masa modern seperti ini, bukan pada
masa al-Quran turun mengenai hal ini.119
Matahari dengan
Qs Luqman ayat 20 dan 29 menjelaskan kekuasaan Allah yang lain :
ى أجل للو يولج الليل في الن هار ويولج الن هار في الليل وسخر الشمس والقمر كل يجري إل ألم ت ر أن ا
-مسمى وأن اللو بما ت عملون خبير -
Tidakkah engkau memperhatikan, bahwa Allah Memasukkan malam ke dalam
siang dan Memasukkan siang ke dalam malam dan Dia Menundukkan
matahari dan bulan, masing-masing beredar sampai kepada waktu yang
ditentukan. Sungguh, Allah Maha Teliti apa yang kamu kerjakan.
Tanpa bahan bakar apapun mereka beredar pada sumbunya dan bekerja secara
teratur. Betapa maha Adilnya Allah.120
117
Harun Yahya, Pustaka Sains Populer Islam Manusia dan Alam Semesta. h 72-72 . Vol. 10 118
Nadiah Thayyarah, Buku Pintar Sains dalam Al-Qur‟an, h 530 119
Maurice Bucaille, Bibel,Quran dan Sains Modern, h.184 120
Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah. h. 63 vol. 7
74
Berbicara mengenai siang dan malam dalam QS Yȃsîn [36]: 37
-وآي لهم الليل نسلخ منو الن هار فإذا ىم مظلمون -
Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi mereka adalah malam; Kami
Tanggalkan siang dari (malam) itu, maka seketika itu mereka (berada dalam)
kegelapan,
Menurut disiplin ilmu sains modern, bumi selalu diselimuti malam dari segala
penjuru, sedangkan ketika siang, bumi diselimuti atmosfer dan udara seperti lapisan
tipis kulit. Pantulan dari matahari membuat bumi menjadi siang, sehingga ketika
bumi berputar maka terjadilah siang dan malam.121
keduanya tidak mungkin saling
mendahului satu sama lain, mereka berjalan sesuai dengan waktu yang ditentukan dan
keduanya juga menyimpan banyak manfaat.
Dalam QS az Zumar ayat [39] : 5
والقمر ر الشمس خلق السماوات واألرض بالحق يكور الليل على الن هار ويكور الن هار على الليل وسخ
-كل يجري ألجل مسمى أل ىو العزيز الغفار -
Dia Menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia
Memasukkan malam atas siang dan Memasukkan siang atas malam dan
Menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu
yang ditentukan. Ingatlah! Dia-lah Yang Ma-ha mulia, Maha Pengampun.
ayat ini telah demikian gamblang dalam menyatakan keesaan Allah swt melalui
makhluk-makhluk yang Ia ciptakan, Allah menciptakan malam dan siang
ditundukkannya untuk kebutuhan manusia. Penggunaan kata sakhkhara di sini adalah
fi‟il mudhori‟ di mana kata tersebut bermakna masa kini dan akan datang.122
Yang
sudah Allah tundukkan dan akan berlaku selamanya.
Allah mempergerakkan siang dan malam seperti dalam QS al-Anbiyya ;33,
-وىو الذي خلق الليل والن هار والشمس والقمر كل في ف لك يسبحون -
Dan Dia-lah yang telah Menciptakan malam dan siang, matahari, dan bulan.
Masing-masing beredar pada garis edarnya.
121
Tim Baitul Klimah, Ensiklopedi Pengetahuan Al-Qur‟an dan hadis, (Jogjakarta-
Jakarta:Kamil Pustaka, 2013)h. 228-229 122
Quraish Shihab, Tafsir al Misbah Hal. 181. Vol 12
75
Kata يسبحون dalam Bahasa arab diartikan sebagai gerak yang berasal dari
benda lain yang bergerak seperti gerak kaki seseorang ketika lari atau berenang.
Dalam masalah benda-benda luar angkasa seseorang harus memahami sebagai
sesuatu yang beredar dengan geraknya sendiri.123
Dari uraian di atas dapat kita lihat bahwa cakupan dari Taskhîr ini berkaitan
dengan taskhîr pada alam semesta yang bermanfaat untuk manusia. Seperti
penundukkan yang Allah lakukan terhadap angin, awan, langit, bumi,laut dan planet-
planet seperti bulan, bintang dan matahari. Kesemuanya menjadi teguran dan
renungan kepada manusia agar ia mampu terus bersyukur dan agar kesemuanya
menjadikan manusia yang berakal mampu menambah keimananya kepada Allah swt.
Dari ayat-ayat yang sudah penulis terangkan di atas, dalam beberapa redaksi
Allah menggunakan kalimat dengan menggunakan dhomir yang menandakan bahwa
penundukkannya tidak dilakukan semata-mata oleh dirinya, dhomir di sini
menunjukkan bahwa dalam proses penundukan tersebut Allah juga melibatkan
makhluknya yang lain agar mudah untuk digunakan oleh manusia. Seperti dalam
redaksi QS Sȃd [38]:18
شراق - -إنا سخرنا الجبال معو يسبحن بالعشي وال
dalam redaksi kalimat di sini Allah menggunakan kalimat سخرنا dengan
menggunakan dhomir نا hal ini menunjukkan bahwa Allah juga melibatkan
makhlukNya dalam proses penundukkan suatu makhluk. Seperti ketika Allah
menundukkan bahtera agar mampu berlayar dengan aman diatas lautan. Jika kita
melihat lebih jauh, hal-hal yang membuat bahtera tersebut mampu berlayar dan tidak
tenggelam adalah selain Allah menundukkan laut dan angin didalamnya juga terdapat
unsur usaha dan ikhtiyar manusia bagaimana membuat bahtera yang baik dan
bagaimana mereka mengetahui waktu yang baik untuk berlayar.
123
Maurice Bucaille dkk, Pengetahuan Modern dalam Al-Qur‟an (Surabaya: Al-Ikhlas,
1995), h. 25
76
Oleh karena itu Al-Sya‟rawi juga memaknai kata Taskhîr selain sebagai
penundukkan mutlak dari Allah, beliau juga memaknai dengan penundukkan Allah
yang melibatkan usaha dan ikhtiyar mausia di dalamnya.124
Selain itu juga menurut
Quraish Shihab untuk terwujudnya sebuah penundukkan yang tampak terlihat jelas
nikmatnya manusia dibekali akal untuk mencari material yang dibutuhkan oleh
karenanya ada unsur makhluk Allah yang lain yakni Pohon dan sebagainya. 125
Bumi memang benar-benar Allah siapkan sebagai tgempat berbagai makhluk
hidup, ada banyak hal yang sangat berbeda dengan planet lain yang tidak bisa dihuni
oleh manusia. Bumi dijadikam hamparan yang strategis agar manusia mampu
bergerak dan beraktivitas ada pula hewan dan tumbuhan yang dapat hidup dan
berkembang biak dalam bumi yang begitu sempurna.126
124
Mutawwali Al-Sya‟rawiy, Tafsir Al-Sya‟rawiy, (Jakarta:Duta Azhar, 2004), terj. Tim
Terjemah Safir al-Azhar, h. 703-704, vol 7 125
Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, h. 401. Vol. 11 126
Lajnah Pentashihan Mushaf al-Quran, Tafsir Ilmi : Eksistensi kehidupan di alam semesta,
h. 35
77
BAB IV
TASKHIR DAN KAITANNYA DENGAN TUGAS KE-KHALIFAH-AN
Alam semesta adalah manifestasi dari kehendak Allah swt. Manifestasi ini
kemudian dimasukkan kedalam unsur-unsur yang ada di alam dan memberikan kuasa
gerak kepada makhluk ciptaanNya. Salah satu dari manifestasi Allah adalah air,
dimana dalam al-Quran Allah menyebutkan bahwa kehidupan itu berasal dari air. Ia
mencari komponen yang sangat penting dalam kehidupan dan alam semesta. seperti
pada QS an-Naba ayat 14,
-ماء ثجاجا وأنزلنا من المعصرات
dan Kami Turunkan dari awan, air hujan yang tercurah dengan hebatnya,
menurut Wahbah Zuhaili yang dimaksudkan Allah dalam ayat ini adalah, dengan
air maka Allah menumbuhkan berbagai macam tumbuhan dan Allah tengah
menunjukkan kesempuranaan dari setiap makhlukNya agar manusia mampu
merenungkan hikmahnya.1 al-Quran tidak pernah menyatakan bahwa adanya dunia
dan alam semesta adalah sebuah proses yang sederhana. Kenyataannya bahwa semua
yang ada kemudian diatur dengan hukum-hukum tertentu yang tak terbantahkan oleh
apapun. Sedang hukum itu sendiri tidak bersifat mekanisme keseluruhan. Karena
sebuah pilihan dan kehendak itu sendiri merupakan sebuah hukum kehidupan. Hal ini
menegaskan bahwasannya ada sebuah prinsip kehidupan dan alam semesta.2
Perdebatan mengenai sains dan agama di dunia barat pun tak kalah menarik.
Seperti yang dikemukakan oleh Huston Smith, seorang juru bicara kontemporer
agama-agama, dengan mengutip pernyataan dari Apleyard bahwa saintisme telah
memperlihatkan bahwa ia mampu hidup dengan agama.3
1 Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Munîr (Jakarta:Gema Insani, 2014), h. 333
2 Al-Haj Hafiz Ghulam Sarwar, Filsafat Quran, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993) terj. Pustaka
Firdaus, h. 101 3 Sukron Kamil, Sains Dalam Islam Konseptual dan Islam Aktual, (Jakarta:PBB UIN dan
KAS, 2003), h.10-11
78
A. Penundukkan Alam Semesta
Wacana mengenai Alam semesta dan setiap hal yang berhubungan dengannya
selalu saja hangat untuk diperbincangkan apalagi jika dilihat dari sudut pandang
agama. Mengenai bumi dan matahari misalnya, seorang astronom Nicolas Copernicus
menyusun sebuah sistem tata surya dan mengatakan bahwa sistem dunia itu
sederhana yang memandang alam sebagai sebuah mesin besar dan kemudian
matahari sebagai penggerak.4 Informasi dari al-Quran sudah cukup akurat mengenai
fakta alam semesta yang terkuak dengan ilmu pengetahuan yang mutakhir. Yang
kemudian banyak bermunculan argumentasi mengenai terciptanya alam.5
Kedudukan manusia merupakan makhluk yang sangat mulia daripada
makhluk-makhluk yang lain. Oleh karenanya mereka yang paling dituntut untuk
mampu menerapkan apa yang Allah ajarkan dalam kehidupan sehari-hari.6 Setiap
makhluk mempunyai nilai praktis dan instrumentalnya sebagai sebuah komponen
ekosistem yang menopang kehidupan di muka bumi. Mulai peran keahliannya setiap
makhluk memberi konstribusi untuk kesejahteraan keseluruhan. Semua makhluk
adalah bergantung kepada penciptaanya.7
B. Taskhîr Dan Tugas manusia sebagai Khalifah
Manusia dalam kehidupannya selalu mendambakan kedamaian dan
ketentraman hati. Dalam beberapa kasus fenomena-fenomena yang terjadi ditengah
manusia lebih mampu mempertahankan sisi keagamaan seseorang. Dengan kata lain,
fenomena yang ada di tengah masyarakat tersebut harus sesuai dengan kebutuhan-
kebutuhan manusia, karena jauh dilubuk hati manusia ia membutuhkan fenomena-
fenomena yang semakin membuatnya dekat dengan Tuhan dan menjadikan keyakinan
terhadap agamanya bertambah.
4Ahmad Shouqy dkk, Mukjizat Al-Quran dan As-Sunnah tentang IPTEK, (Jakarta:Gema
Insani, 1997),h. 20-21 5 Harun Yahya, Al-Quran mengungkap tekhnologi dan ilmu pengetahuan modern, ( Solo:
WIP, 2004), Terj Ali Firdausy, h. 13 6 Ridwan Sanusi dkk, Klasiikasi Ayat-Ayat Al-Quran, (Jakarta:Insida Lantabora, 2006),h. 53
7 Fachruddin M Mangunjaya dkk, Menanam sebelum kiamat Islam Ekologi dan Gerakan
Lingkungan Hidup, h.116
79
Sejatinya manusia mempunyai dua kebutuhan, kebutuhan yang pertama
adalah kebutuhan yang bersifat alamiah dan kebutuhan yang kedua adalah kebutuhan
yag bersifat adat istiadat atau kebiasaan. Dalam QS ar-Rum ayat 30 Allah
menjelaskan :
ين القي م ول فأقم وجهك للد ها ل ت بديل لخلق اللو ذلك الد كن ين حنيفا فطرة اللو التي فطر الناس علي
-أكث ر الناس ل ي علمون
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai)
fitrah Allah disebabkan Dia telah Menciptakan manusia menurut (fitrah) itu.
Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui,
Manusia Diciptakan Allah mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid.
Kalau ada manusia tidak beragama tauhid, maka hal itu tidaklah wajar. Murtadha
Munthahari menyebutkan bahwa agama muncul dalam diri seseorang salah satunya
adanya perasaan dalam diri seseorang untuk sebuah keadilan dan keteraturan dalam
hidupnya. Ketika seseorang melihat kedzaliman yang terjadi maka seseorang itu
memerluka sebuah hukum dan aturan yang akan mengatur manusia dan alam
sehingga mampu tercipta keadilan.8
Alam semesta adalah sebuah tanda-tanda dari kekuasaan dan keberadaan
Allah swt. Oleh karena itu ketika seseorang mengkaji mengenai alam semesta, maka
diharapkan peneliti mampu menunjukkan realitas Sang Pencipta. Karena ketika
membahas mengenai alam semesta juga membahas mengenai kebesaran dan
keagungannya. Alam semesta merupakan sunnah yang Allah ciptakan melalui
kehendak mutlakNya.9 Hubungan antara manusia dengan alam seharusnya dipandang
sebagai dua subyek yang saling mempengaruhi, karena itu manusia dan alam harus
8 Murtadha Munthahari, Manusia dan Agama: Membumikan Kitab Suci, (Jakarta:Mizan,
2007), h. 50-53 9 Mulyadi Kartanegara, Nalar Religius: Memahami Hakikat Tuhan, Alam dan Manusia,
(Jakarta: Erlangga, 2007), h. 8
80
berjalan selaras, karena sebenarnya alam dan manusia adalah sebuah kesatuan yang
saling membutuhkan.10
Manusia adalah makhluk dengan berbagai kemampuan untuk menunjang
kehidupannya dengan berbagai kelengkapan perangkat-perangkat dirinya, mulai dari
perangkat anggota tubuh maupun perangkat-perangkat intuitif seperti kelima indra,
keinginan serta hasratnya.11
Dengan perangkat yang sempurna tersebut manusia
sebagai khalifah di bumi tentunya mempunyai lingkup tindakan yang lebih luas dari
makhluk yang lain. Keluasan lingkup itu tentunya bertujuan pada pembentukan masa
depannya dan alam sekitarnya.
Agar manusia mampu meyakini dengan sepenuhnya, bahwa alam semesta dan
semua yang Allah ciptakan adalah semata-mata untuk menunjukkan kekuasaanNya
adalah dengan Al-Quran yang senantiasa menyebutkan kemukjizatan dengan kata
ayat, hal ini dimaksudkan untuk penguat bahwa apa yang Allah ciptakan memang
betul-betul tanda-tanda kebesaran Allah yang manusia diharuskan mengimaninya.12
Kehadiran manusia di dalam alam semesta ini sebagai khalifah13
yang juga
berperan sebagai penyeimbang alam semesta, khalifah yang dimasud adalah orang
yang beradab. Manusia yang sudah menyadari diri peribadinya sendiri dan mampu
melakukan pilihan antara yang baik dan yang buruk. Karena sebenarnya keindahan
dan kebaikan adalah sifat pokok dari realitas rohani,14
sehingga diharapkan dengan
adanya taskhir yang ada manusia lebih mampu untuk mengenali keindahan dan
kebaikan itu sendiri yang berlaku dalam dirinya yang kemudian berimbas pada alam
disekitarnya.
Manusia adalah makhluk yhang bertanggung jawab atas perbuatannya,
manusia adalah makhluk yang dibekali dengan fitrah ia bisa saja berbuat baik dan
dapat berbuat buruk, ia adalah manusia paling sempurna jika mampu mengamalkan
10
Malcolm Brownlee, Tugas Manusia dalam Dunia Milik Tuhan, (Jakarta: Gunung Mulia,
2004), h. 141 11
Murtadha Munthahar, Manusia dan Agama, (Jakarta: Mizan, 2007), h. 152 12
Murtadha Munthahari, Tafsir Surat-Surat Pilihan, (Jakarta:Pustaka Hidayah, 1992), h. 92 13
QS Al-Baqarah [2] : 30 14 H.G Sarwar, Filsafat al-Quran, (Jakarta:Rajawali Press, 1994), h. 104
81
perbuatan baik, namun ia mampu menjadi manusia paling hina saat ia mengabaikan
kewajibannya sebagai manusia dan khlaifah di bumi, seperti dalam QS at-Tur [52]:21
ناىم م ن عم هم ذر ي ت هم بإيمان ألحقنا بهم ذر ي ت هم وما ألت لهم م ن شيء كل امرئ والذين آمنوا وات ب عت
-بما كسب رىين
Dan orang-orang yang beriman, beserta anak cucu mereka yang mengikuti
mereka dalam keimanan, Kami Pertemukan mereka dengan anak cucu
mereka (di dalam surga), dan Kami tidak mengurangi sedikit pun pahala
amal (kebajikan) mereka. Setiap orang terikat dengan apa yang dikerjakannya.
dalam QS Al-Baqarah [2]: 141
-تلك أمة قد خلت لها ما كسبت ولكم ما كسبتم ول تسألون عما كانوا ي عملون
Itulah umat yang telah lalu. Baginya apa yang telah mereka usahakan dan
bagimu apa yang telah kamu usahakan. Dan kamu tidak akan diminta
(pertanggungjawaban) tentang apa yang dahulu mereka kerjakan.
Secara garis besar agama adalah sebuah aturan yang berlaku bagi umat
manusia, yang mengajak manusia untuk beriman kepada adanya realitas keesaan dan
supremasi Allah yang maha tinggi dan berserah secara spriritual, mental dan fisikal
kepada kehendak Allah swt. Namun, manusia seringkali melupakan hukum-hukum
yang berlaku bagi manusia dan mereka menjalankan sesuatu berdasar pada keinginan
mereka sendiri, oleh karena itu perlu kiranya ada peringatan Allah kepada manusia
mengenai hukm-hukumNya yang sudah berlaku untuk kembali diberlakukan dalam
kehidupan mereka.15
العرش يدب ر األمر ما من إن ربكم اللو الذي خلق السماوات واألرض في ستة أيام ثم است وى على
إليو مرجعكم جميعا وعد اللو حقا إنو ي بدأ --شفيع إل من ب عد إذنو ذلكم اللو ربكم فاعبدوه أفال تذكرون
وا وعملوا الصالحات بالقسط والذين كفروا لهم شراب م ن حميم وعذاب أليم الخلق ثم يعيده ليجزي الذين آمن
لحساب ىو الذي جعل الشمس ضياء والقمر نورا وقدره منازل لت علموا عدد الس نين وا --بما كانوا يكفرون
15
Mir Aneesuddin, Fatwa Al-Quran tentang Alam Semesta, (Jakarta:Serambi, 2000), h. 5
82
إن في اختالف الليل والن هار وما خلق اللو في --ما خلق اللو ذلك إل بالحق ي فص ل اآليات لقوم ي علمون
16-السماوات واألرض آليات ل قوم ي ت قون
Sesungguhnya Tuhan kamu Dia-lah Allah yang Menciptakan langit
dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia Bersemayam di atas Arasy
(singgasana) untuk mengatur segala urusan. Tidak ada yang dapat memberi
syafaat kecuali setelah ada izin-Nya. Itulah Allah, Tuhan-mu, maka
sembahlah Dia. Apakah kamu tidak mengambil pelajaran?;Hanya kepada-
Nya kamu semua akan kembali. Itu merupakan janji Allah yang benar dan
pasti. Sesungguhnya Dia-lah yang Memulai penciptaan makhluk kemudian
Mengulanginya (Menghidupkannya kembali setelah berbangkit), agar Dia
Memberi balasan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan
kebajikan dengan adil. Sedangkan untuk orang-orang kafir (disediakan)
minuman air yang mendidih dan siksaan yang pedih karena kekafiran
mereka;Dia-lah yang Menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya,
dan Dia-lah yang Menetapkan tempat-tempat orbitnya, agar kamu
mengetahui bilangan tahun, dan perhitungan (waktu). Allah tidak
menciptakan demikian itu melainkan dengan benar. Dia Menjelaskan tanda-
tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.;Sesungguhnya
pada pergantian malam dan siang, dan pada apa yang Diciptakan Allah di
langit dan di bumi, pasti terdapat tanda-tanda (kebesaran-Nya) bagi orang-
orang yang bertakwa.
Allah maha mengetahui bahwasannya manusia mempunyai banyak
keterbatasan untuk menemukan Dia sebagai otoritas tertinggi, yakni sebagai Tuhan.
Oleh karenanya, Allah menjelaskan melalui ayat-ayatNya untuk memberikan manusia
penjelasan mengenai siapa manusia dan siapa penciptanya dan alam semesta. Al-
Sya’rawi dalam menjelaskan ayat diatas, sebagai manusia yang terlahir dengan
akidah yang menyakini bahwa Allah adalah Tuhan seluruh alam dan pencipta alam
semesta ayat ini menekankan kembali kepada manusia bahwa Allah memberikan
rizki kepada manusia berbentuk keyakinan Rubbubiyah dalam hati seseorang. Allah
menciptakan hukum alam demi kepentingan manusia, jika bumi mampu ditanami
dengan pepohonan maka sunnatullah akan berlaku bahwa bumi itu akan menjadi
ladang rizki.
Manusia sebagai khalifah menjadi penghulu bagi alam semesta. langit bumi
dan segala yang ada pada keduanya bersatu dibawah kuasa Tuhan. Alam ada sebagai
16
QS Yunus [10]: 3-6
83
bentuk sarana agar manusia mampu menjalankan perannya sebagai wakil Allah di
bumi, yang memberdayakan , tidak berlebihan dan terus menumbuh kembangkan
alam sekitarnya agar terus terjaga dengan baik dan memberikan manfaat untuk
dirinya sendiri.
Allah adalah Rabb bagi semua alam, namun Illah bagi orang mukmin,
mukmin berkewajiban untuk menggapai rezeki Rubbubiyahnya dengan penuh
antusias dengan megikuti sunnatullah atau hukum yang berlaku baginya. Dalam
setiap ayat yang menjelaskan mengenai sunnatullah atau taskhir, Allah seringkali
mengkaitkan hal ini dengan penciptaan langit dan bumi dan alam semesta. maksud
dari Allah menciptakan langit dan bumi juga Allah berkewajiban untuk mengatur
segala urusan manusia didalamnya. Allah menjadikan manusia sebagai khalifah di
bumi dengan dibekali nilai moral karena manusia akan hidup Bersama dengan
sesuatu yang bersifat materi.17
Matahari, Bulan, Bintang, Bumi dan Awan tidak pernah enggan untuk
melaksanakan tugasnya, manusia hanya harus menyakini bahwa semua itu sudah
menjadi kuasa Allah dan tidak ada cacat padanya. Jika manusia melihat terdapat
banyak kerusakan dibumi maka itu bukan aturan Allah, karena aturan ajaran Allah
senantiasa tegak lurus dan seimbang. Terjadinya gempa bumi dan lain sebagainya
adalah satu sisi dari hokum Allah yang Allah cabut dari tempatnya, dan yang terjadi
adalah ketidak seimbangan alam, oleh karena itu Allah tidak pernah lepas tangan dari
mengatur alam semesta, karena sekejab saja Allah mencabut hukumnya akan
mengakibatkan ketidak stabilan alam. Oleh karena itu aturan Allah tidak ada yang
cacat.18
Ajaran Allah tidak sebatas pada rukun Islam saja, namun lebih jauh dan lebih
kompleks dari pada itu, rukun Islam mendorong manusia untuk melakukan kebaikan-
kebaikan yang lain, oleh kerananya jika sebuah masyarakat itu terdapat kerusakan
maka sudah bisa dipastikan bahwa salah satu hokum Allah telah dilanggar, jika
17
Mutawwali Al-Sya’rawi, Tafsir Al-Sya’rawi, (Jakarta: Duta Azhar, 2007), h. 136-138 18
Mutawwali Al-Sya’rawi, Tafsir Al-Sya’rawi,h. 139
84
sebuah umat itu terbelakang maka telah melanggar batasan-batasan Tuhan. Allah
menghendaki manusia tunduk agar alam ini tidak rusak.
Dalam QS al-Mu’minun [23]: 71
ناىم بذكرىم ف هم عن ذكرىم ولو ات بع الحق أىواءىم لفسدت السماوات واألرض ومن فيهن بل أت ي
-معرضون
Dan seandainya kebenaran itu menuruti keinginan mereka, pasti binasalah
langit dan bumi, dan semua yang ada di dalamnya. Bahkan Kami telah
Memberikan peringatan kepada mereka, tetapi mereka berpaling dari
peringatan itu.
Allah itu mengetahui kalau keinginan manusia itu sangat banyak, namun
Allah juga tidak mau manusia terjerumus pada hal-hal yang hanya berdasarkan apa
yang diinginkannya, padahal itu tidak baik untuknya. Peraturan Allah yang bijaksana
tidak menempatkan hak pilih manusia ada padanya, Allah berkehendak untuk
menjadikan hokum alam berjalan sesuai aturan dimana manusia mampu takjub
melihat dan menyadarinya. Sehingga para ilmuwan yang tidak beriman mampu
mengetahui pergerakan alam semesta.
Sejak awal pernciptaannya manusia pertama yakni Adam sudah diberikan
amanah sebagai khalifah di bumi, hal ini menimbulkan pertanyaan baik oleh iblis
ataupun oleh malaikat sebagai makhluk yang taat kepada Allah. Terdapat gejala akan
muncul makhluk baru bernama manusia yang hanya berpikir dan membantah
tanggung jawab dalam setiap perbuatannya. Manusia bukan malaikat atau iblis namun
manusia adalah makhluk yang diciptakan dengan penuh kesadaran dan berkeinginan
untuk memilih, selalu mendapat cobaan atau ujian, bukan tidak mungkin ia juga
mampu berbuat kemaksiatan dan pertaubatan.19
Sebagai mukmin yang taat dengan ketentuan aturan Allah sudah seharusnya
menjadikan manusia lebih mampu menjalankan amanah yang sungguh berat ini,
bahkan ketika alam semesta enggan untuk menanggungnya. Amanah yang besar
mengenai tugasnya sebagai khalifah di bumi. Dengan selalu adanya hokum Allah
19
Aisyah Abdurrahman, Manusia sensitivitas Hermenutika al-Quran, (Yogyakarta: LKPSM,
1996),h. 26
85
yang akan menjadi pembatas bagi sesuatu yang mampu digapai dengan ikhtiyar atau
sesuatu yang sudah menjadi hak mutlak Allah swt.
Manusia diciptakan Allah dengan sepaket kesempuraan, dari berbagai sisi
manusia dipandang sebagai makhluk yang jauh lebih unggul, baik dari sisi
diciptakannya, tingkat kecerdasan manusia dibanding makhluk lain, dari sisi batin
manusia adalah makhluk yang memiliki kecenderungan dekat kepada Tuhan, manusia
adalah makhluk yang mempunyai unsur-unsur surgawi yang dalam kehidupannya
tidak hanya mengandalkan unsur badani saja namun juga antara alam nyata dan
metafisik, antara rasa dan sesuatu yang bukan sekedar rasa, antara jiwa dan raga.
Oleh karena itu manusia diberi kepercayaan penuh oleh Allah untuk memilih sesuatu
berdasar kehendak dengan bekal yang Allah berikan. Manusia adalah makhluk
pilihan yang diberi kecenderungan untuk lebih memilih kepada kebaikan yang
senantiasa dekat dan memiliki kapasitas yang tidak terbatas dalam hal belajar dan
mengingat Tuhan.
Amal kalbu akan bekerja dan memunculkan sikap-sikap bijaksana manusia
yang akan berpengaruh pada amalan-amalan fisik dan perbuatannya terhadap alam
semesta, pengakuan dengan lisan, meyakini dengan kalbu dan mengamalkan dengan
anggota tubuh. Maka sisi spiritualitas dan nilai-nilai luhur yang dimiliki seseorang
akan terpancar pada kehidupannya yang bersumber dari hatinya.
Akhlak manusia merupakan sesuatu yang sudah mandarah daging dalam diri
seseorang yang ketika ia berbuat tanpa harus berpikir Panjang. Akhlak adalah
kesejatian manusia itu sendiri, yang terbentuk dari lingkungan, dari mulai lingkungan
terkecil seperti keluarga sampai kepada lingkungan yang lebih besar yakni
masyarakat. Oleh karena itu Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam, memiliki misi
yakni mengentaskan manusia dari akhlak buruk menuju akhlak yang lebih baik.20
Seiring perkembangan zaman manusia menjadi makhluk sentral dalam kehidupan
dunia, dalam hidup manusia senantiasa terhubung dengan makhluk-makhluk yang
lain didalam alam semesta. dunia ini adalah materi dan manusia adalah ruh, materi ini
20
Nurul H Maarif, Menjadi Mukmin Kualitas Unggul, (Jakarta: Alfia Book, 2018), h. 4
86
adalah manifestasi dari ruh. Manusia adalah makhluk psiko-fisik yang mempunyai
kepribadian dan sifat.21
Sebagai makhluk yang paling berpengaruh terhadap keseimbangan alam, dengan
melimpahnya fasilitas yang Allah berikan, sudah sepantasnya manusia menjaga
dengan sikap-sikap yang menunjukkan rasa syukurnya kepada Allah swt. Misalnya:
1. Mensyukuri atas adanya taskhir
Syukur sangat berkaitan dengan sabar dan pasrah. Ketika seseorang
menerima ketentuan Tuhan dengan sabar dan mampu menerima setiap takdir
yang ditetapkan untuknya dengan hati yang lapang dan pasrah, maka di sana
ia menemukan nikmatnya syukur dan menyadari bahwa karunia Allah sangat
melimpah untuknya.22
Salah satu bentuk syukur yang sangat mudah
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari adalah dengan menyebut nama
Allah dan memanfaaatkan karunia yang Allah berikan disetiap sendi
kehidupan ini dengan sebaik-baiknya. Karena pada hakikatnya syukur adalah
pengakuan seroang hamba terhadap nikmat Allah atau karunia Allah
terhadapnya.
Banyak ayat Al-quran yang menjelaskan mengenai syukur dan anjuran
untuk bersyukur, diantaranya QS Al-Baqarah ayat 172:
-ذين آمنوا كلوا من طي بات ما رزق ناكم واشكروا للو إن كنتم إياه ت عبدون يا أي ها ال
Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah dari rezeki yang baik
yang Kami Berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika
kamu hanya menyembah kepada-Nya.
QS Ibrahim ayat 7:
-وإذ تأذن ربكم لئن شكرتم ألزيدنكم ولئن كفرتم إن عذابي لشديد
Dan (ingatlah) ketika Tuhan-mu Memaklumkan, “Sesungguhnya jika
kamu bersyukur, niscaya Aku akan Menambah (nikmat) kepadamu,
tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab -Ku
sangat berat.”
21
Rudi Ahmad Suryadi, Dimensi-dimensi Manusia, (Yogyakarta:Deepublish, 2015), h. 4-6 22
Al-Hakim At-Tirmidzi, Menyibak Tabir hal-hal yang tak terungkap dalam tradisi Islam,
(Jakarta:Serambi, ),h. 237
87
al-Sya’rawi dalam memahami ayat ini selama manusia bergantung
kepada Allah, maka Allah akan senantiasa menambah nikmatNya dan Allah
tidak pernah melepaskan seorang hamba dari nikmatNya. Syukur dalam hal
ini adalah sebauah bentuk dari keterkaitan seorang makhluk terhadap Allah
swt.23
jika menghitung nikmat Allah sudah pasti kenikmatan dan karuniaNya
tidak akan mampu terhitung oleh akal manusia. Alam semesta adalah
kenikmatan yang tiada terhitung, dengan mendayagunakan dengan sebaik-
baiknya untuk kehidupan yang lebih baik dalam rangka beribadah kepada
Allah juga merupakan bentuk dari syukur itu sendiri.24
Bersyukur merupakan bentuk dari kualitas hati seseorang, ketika
seseorang mampu untuk bersyukur maka seseorang bisa dipastikan bahwa ia
mampu hidup damai dan tentram dan bahagia. Meskipun di sisi lain manusia
memiliki sisi hati yang tidak pernah puas dengan apa yang sudah ia capai atau
apa yang ia peroleh.
Sebagai makhluk yang hidup pada zaman yang bukan lagi mengidap
keterbelakngan ilmu pengetahuan, manusia sudah seharusnya menyadari
bahwa pengetahuan yang dicapai oleh sains modern sudah dibicarakan
didalam al-Quran dari ribuan tahun yang lalu.25
Bentuk Syukur yang mampu manusia aplikasikan dalam hidup adalah
dengan membuat lingkungannya nyaman, seperti menanam pepohonan yang
hijau, memelihara oksigen agar tetap baik dengan mengurangi penggunaan
bahan material yang menimbulkan polusi.
Kecerdasan manusia dengan akal dan seperangkat ilmu yang
mendukung kehidupannya mampu menjadikan apapun yang dihadapkan
padanya akan mampu diolah agar menimbulkan kebaikan untuk dirinya.
Potensi diri yang dikembangkan dengan tujuan kebaikan akan menjadi Taskîr
yang menjembatani ia dengan kehidupan yang aman dan nyaman.
23
Mutawwali al-Sya’rawi, Tafsir al-Sya’rawi, h. 297, Vol 7 24
Komaruddin Hidayat, Dahsyatnya Rasa Syukur, (Jakarta: Qultum Media, 2009), h. 25-27 25
Caner Taslaman, Miracle of the Quran, (Bandung: Mizan, 2011), h. 23-24
88
2. Memanfaatkan alam dan tidak merusak alam untuk kemaslahatan hidup
manusia.
Agama sebagai sistem yang dirancang oleh Allah swt. tidak mungkin
bertentangan dengan hukum-hukum alam yang diakui oleh ilmu pengetahuan
yang diakui oleh semua pihak. Jika salah satu hokum alam tidak berfungsi
dengan baik maka bisa dipastikan bumi tidak akan seimbang.26
Pemanfaatan sumber daya alam tidak bisa telepas dari usaha manusia
untuk yeyap menjagha keseimbangan alam dan mewariskannya untuk
genenrasi yang akan datang. Semua makhluk saling berhubungan karena
ketika sesuatu terjadi pada satu hal dimungkinkan akan berimbas pula pada
hal yang lain. Manusia telah menyetujui dirinya sebagai pemegang tanggung
jawab terbesar atas alam semesta dibanding dengan makhlluk lain. Karena
alam diciptakan atas asas keseimbangan, maka menjadi tugas manusia agar
menjaga kelangsungan dan keseimbangan. Memperlakukan alam dengan baik
salah satu investasi terbaik yang manusia lakukan dalam rangka
mempertanggung jawabkan kewajibannya kepada seluruh makhluk Tuhan.
Manusia tidak semata-mata terdiri dari bagian organ-organ tubuh yang
mngkin saja di miliki oleh makhluk lain selain manusia, namun yang
membuat manusia begitu istimewa adalah manusia dibekali dengan akal, roh
dan kebebaasan dalam memilih dan memiliki rahasia ilmu pengetahuan.
Sarana untuk memperoleh ilmu pengetahuan dapat ia peroleh dari indera-
indera yang berfungsi dengan sempurna. Dibalik itu semua ada gabungan
antara daya piker dan kesadaran moral dan kepekaan hati agar manusia
mampu menemukan kebenaran dalam berbuat dan bersikap.
Dalam ajaran Islam, ada prinsip atau sistem untuk menjaga kebersihan
yakni Thaharah, hal ini dinilai sangat jelas dan termasuk sebagai sebuah
ibadah kepada Allah swt. Karena menjaga kebersihan adalah kunci dalam
ibadah. Menurut Kiai Sahal thaharah bisa diperluas tidak hanya suci secara
jasmani, namun juga bersih yang mencangkup kebersihan rohani dan
26 Caner Taslaman, Miracle of the Quran, h. 25
89
lingkungan sekitar sehingga menimbulkan kenyamanan bagi makhluk-
makhluk lain.
Menjaga lingkungan adalah bagian dari ibadah kepada Allah, sebagai
wakil dari Allah di bumi maka sudah seharusnya manusia untuk menjaga,
mengatur dan merawat bumi sebagaimana dikehendaki olehNya. Manusia
diberi kebebasan dalam mengolah namun hanya sebatas sebagai pengolah
bukan penguasa. Namun, manusia melupakan batasan-batasannya seolah-olah
dialah yang menguasai alam semesta sehingga bertindak diluar batas yang
akhirnya merusak bumi Allah. 27
Rasulullah saw pernah berpesan, bahwasannya kaumnnya tidak akan
tersesat atau hidup dalam ketidaknyamanan selama ia berpegang teguh pada
al-Quran dan sunnah beliau. Sebagaian besar dari ayat-ayat al-Quran adalah
mengenai alam semesta ini, mulai dari penciptaan sampai kepada cara
manusia untuk menjaganya. Dalam Qs Ar-Rahman Allah sering mengulang-
ulang dalam bentuk pertanyaan bahwa Nikmat Tuhan yang mana lagi yang
engkau dustakan?, sebagai bentuk peringatan Tuhan kepada manusia agar
manusia mampu menjadikan kedua tangannya lebih bermanfaat dan mampu
menebar kebaikan untuk semua lapisan kehidupan.28
Melihat kepada QS al-Baqarah ayat 242:
-كذلك ي ب ي ن اللو لكم آياتو لعلكم ت عقلون
Demikianlah Allah Menerangkan kepadamu ayat-ayat-Nya agar kamu
mengerti.
al-Sya’rawi dalam memahami ayat ini adalah ayat-ayat Allah adalah tanda-
tanda yang nyata dalam kehidupan manusia, Allah mengajak akal untuk
mampu mencerna keagungan Allah, agar manusia mampu menerima dan
menerapkan suatu hokum yang Allah kehendaki dalam kehidupannya. Ketika
manusia enggan untuk menerapkan atau menerima hokum Allah maka yang
27
Departemen Agama RI, TafsirAl-Quran Tematik: Pelestarian Lingkungan Hidup, (Jakarta:
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Quran, 2009), h. 270 28
Syamsul Azhar, Sain Tekhnologi membuka Tabir al-Quran, (Jakarta:Kalam Mulia, 2001),
h. 77
90
ada ia mengalami kebimbangan dan kegelisahan.29
Kegelisahan manusia dan
pembangkangan hokum Allah adalah salah satu bukti kebenaran hokum Allah
swt.
3. Menjaga keseimbangan dan keindahan alam
Dalam al-Quran kata fasad tidak hanya berarti kerusakan yang
berbentuk benda, namun juga keruasakan yang berbentuk perilaku
menyimpang dan mengandung sesuatu yang tidak bermanfaat, sesuatu yang
tidak teratur atau berantarakan, perilaku yang merusak dan menelantarkan
atau tidak peduli. Dengan adanya taskhir ditengah manusia, sudah seharusnya
manusia sadar bahwa Allah menyukai sesuatu yang Indah dan keindahan.
Menjaga alam yang Allah amanahkan kepada manusia, digunakan
dengan sebaik-baiknya tentu akan memunculkan sesuatu yang stabil, dan akan
bermanfaat untuk makhluk lain. Seperti dalam sebuah hadis nabi saw
menyatakan bahwa Allah adalah indah dan Allah menyukai keindahan.
Sebagai contoh adalah ketika manusia memanfaatkan kekayaan Alam
semesta di laut, adalah dengan tetap menjaga terumbu karang agar
berkembang biak dan memanfaatkannya tanpa harus dengan menghancurkan.
Ketika terjadi banjir bandang yang menyergap manusia dengan kedahsyatan
airnya, maka sudah menjadi peringatan bahwa dalam memanfaatkan hutan
manusia tidak boleh hanya memanfaatkan tanpada ada penanaman kembali.
Sebagai hamba Allah yang dibekali dengan akal yang sempurna dan
kesempurnaan lainnya, hendaknya manusia lebih mampu untuk menjaga
dirinya dan kehidupannya agar tidak seperti sikap orang-orang yang senang
berbuat kerusakan, hal ini Allah menerangkan dalam QS al-Baqarah ayat
205:
-وإذا ت ولى سعى في األرض لي فسد فيها وي هلك الحرث والنسل واللو ل يحب الفساد
Dan apabila dia berpaling (dari eng-kau), dia berusaha untuk berbuat
kerusakan di bumi, serta merusak tanam-ta-naman dan ternak, sedang
Allah tidak menyukai kerusakan.
29
Mutawwali Al-Sya’rawi, Tafsir al-Sya’rawi, h. 758, Vol 1
91
al-sya’rawi dalam memahami ayat ini bahwa ayat ini menjelaskan
sebelum manusia ikut campur tangan dalam pengolahan alam, alam raya ini
sudah tercipta dan tertata dengan sangat rapi, kerusakan yang ada dibumi
akibat tangan-tangan manusia. Namun, jika sesuatu yang berhubungan dengan
sumber yang berasal dari Allah semuanya tidak memiliki pencemaran atau
tidak ada kerusakan, seperti udara. Tidak ada mansia yang mengeluhkan
pencemaran udara, karrena manusia sadar itu bukan campur tangannya. 30
QS Arrum [30]: 4131
menjelaskan bahwa telah terjadi kerusakan baik
di darat ataupun di laut, karena kecenderungan manusia yang mengolah alam
dengan sesuka hati dengan mengekploitasi sumber daya alam secara
berlebihan yang menimbulkan bencana yang tidak terhindarkan.32
Hanya yang
sadar dengan akal sehatlah yang akan menjaga kelestarian lingkungan
hidupnya dan bumi secara keseluruha. Namun, masih banyak manusia yang
belum juga sadar meski kerusakan lingkungan sudah terjadi di mana-mana
dan menimbulkan kerugian bagi manusia itu sendiri.
Manusia adalah makhluk yang diberi kepercayaan untuk mengolah
alam disertai iman. Makhluk selain manusia tidak mempunyainya, mereka
hanya menggunakan insting mereka untuk melaksanakan tugas mereka
didalam kehidupan ini. Manusia diberi pilihan untuk menentukan kestabilan
hidupnya.
Cara untuk menjaga keindahan dunia adalah membiarkannya hidup
dan berkembang biak apa adanya sesuai dengan kodratnya, niscaya ia akan
berkembang sesuai dengan yang diharapkan. Bumi dan isinya adalah
kebaikan, jika manusia ingin menambahkan keinginan sudah seharusnya ia
juga tidak menambah kerusakan. Bumi akan baik-baik saja tanpa campur
tangan manusia.
30
Mutawwali al-Sya’rawi, Tafsir al-sya’rawi, h. 644, Vol. 1 -هم ي رجعون ظهر الفساد في الب ر والبحر بما كسبت أيدي الناس ليذيقهم ب عض الذي عملوا لعل 31 - 32
Kementrian Agama RI, Tafsir Ilmi Penciptaan Bumi, (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf
al-Qur’an, 2010), h. 56-57
92
Manusia sesuai fitrah adalah ingin berkuasa, begitu pun ketika ia
diberi amanah alam dunia ini, manusia jika berkuasa di ala mini pasti ia akan
merusaknya jika ia berpalig dari aturan yang sudah ditetapkan Allah. Jika
manusia tidak mampu memberikan sumbangan pemikirannya untuk
memanfaatkan bumi ini dengan baik, paling tidak manusia tidak perlu untuk
berusaha merusaknya dan membiarkan semua yang ada disekitanya berjalan
dan berkembang sesuai dengan apa adanya. Allah tidak menyukai kerusakan
karena Allah menciptakan bumi dengan sangat indah.
Disadari atau tidak kemampuan seseorang untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya hanya sebatas pada hal-hal yang kecil saja, sebagaian
besar yang lain berkenaan dengan yang ia peroleh dari kerjasama dengan
orang lain. Oleh karena itu semakin manusia mengenal alam maka semakin
banyak pula rahasia-rahasia alam yang terungkap yang pada akhirnya akan
membuat manusia turut andil dalam menemukan sisi spiritualitas dalam
dirinya melalui alam semesta dan kemunculan ilmu pengetahuan modern
menunjang kehidupannya di dunia.33
Dalam QS al-Hijr[15]:19-20 Allah mengekpresikan keseimbangan
alam dengan manusia sebagai pelaksana di dunia,
نا فيها من كل شيء موزون نا فيها رواسي وأنبت وجعلنا لكم -١-واألرض مددناىا وألقي
-برازقين فيها معايش ومن لستم لو
Dan Kami telah Menghamparkan bumi dan Kami Pancangkan
padanya gunung-gunung serta Kami Tumbuhkan di sana segala
sesuatu menurut ukuran. Dan Kami telah Menjadikan padanya
sumber-sumber kehidupan untuk keperluanmu, dan (Kami Ciptakan
pula) makhluk-makhluk yang bukan kamu pemberi rezekinya.
Ayat ini menjelaskan bahwa Allah menciptakan alam dengan sangat
rapi dan menjelaskan bahwa manusia bukanlah satu-satunya makhluk
yang menjadi tempat bergantung makhluk lain. Namun, justru manusia
33
Lajnah Pentashihan Mushaf al-Quran, Tafsir Ilmi: Penciptaan Manusia, (Jakarta:Lajnah
Pentashihan Mushaf al-Quran, 2010), h. 125, Vol.3
93
yang bergantung pada makhluk lain. Allah menumbuhkan di bumi hal-hal
yang sangat detail dan rumit sebagai penyeimbang seperti udara dan
cuaca dan memberi unsur-unsur penting demi kelangsungan kehidupan di
bumi.
C. Taskhir dan Ikhtiyar Manusia
Manusia dibekali dengan akal dan perasaan sehingga ia mampu mengolah
alam sekitarnya dengan baik. Dalam QS al-Anfal [8]:46
-رين وأطيعوا اللو ورسولو ول ت نازعوا ف ت فشلوا وتذىب ريحكم واصبروا إن اللو مع الصاب
Dan taatilah Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berselisih,
yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan kekuatanmu hilang dan
bersabarlah. Sungguh, Allah beserta orang-orang sabar.
al-Sya’rawi menjelaskan bahwnya mereka dalam ayat ini Allah tengah
menggambarkan tentang mukminin yang hidup bahagia dan kaum kadir
yang sengsara. Ayat ini sebagai bentuk mensyukuri nikmat Allah swt saat
mereka mengetahuai serta mengimaninya. Ayat ini meuliakan fitrah orang
mukmin yang menggunakan akalnya untuk merenungi alam ini. Mereka
telah bertadabur sehingga mampu menarik kesimpulan bahwa dibalik alam
ini ada Allah swt.
Dalam Jurnal Ta’bid IAIN Raden Intan Lampung menyebutkan bahwa
Manusia semenjak lahir sudah dibekali dengan dua potensi, yakni potensi
fitriyah dan potensi sumber daya Alam. Di samping itu juga al-Quran
memberikan tuntunan praktis berupa langkah-langkah yang harus ditempuh
seseorang dalam memahami alam semesta agar mampu memanfaatkan alam
dengan maksimal. 34
Dalam QS al-Mulk [67]: 3-4
الذي خلق سبع سماوات طباقا ما ت رى في خلق الرحمن من ت فاوت فارجع البصر ىل ت رى من
-رجع البصر كرت ين ينقلب إليك البصر خاسأ وىو حسير ثم ا -فطور
34
Jamal Fakhri, Sains Dan Teknologi Dalam Al-Qur’an Dan Implikasinya Dalam
Pembelajaran, (Jurnal Ta’abid, 2010), h. 128
94
Yang Menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Tidak akan kamu lihat
sesuatu yang tidak seimbang pada ciptaan Tuhan Yang Maha
Pengasih. Maka lihatlah sekali lagi, adakah kamu lihat sesuatu yang
cacat? Kemudian ulangi pandangan(mu) sekali lagi (dan) sekali lagi,
niscaya pandanganmu akan kembali kepadamu tanpa menemukan
cacat dan ia (pandanganmu) dalam keadaan letih.
Suatu cara penghampiran yang sederhana namun mendalam yakni
mengamati dan memahami. Al-Quran bukanlah buku Ensiklopedi Sains dan
tekhnologi apalagi menjelaskan dengan gamblang. Namun sebagai petunjuk
bagi manusia, al-Quran memberikan banyak informasi termasuk tentang
alam dan manusia yang banyak memberikan peluang bagi manusia untuk
melakukan penyeledikan.
Menurut Mutawwali al-Sya’rawi ketika menjelaskan QS an-Nahl[16]:
14 beliau menjelaskan bahwa taskhir adalah penciptaan makhluk untuk
fungsi tertentu tanpa pernah membantah. Ketika menjelaskan QS al-Ahzab
[33]: 7235
al-Sya’rawi menjelaskan bahwasannya manusia telah mendzalimi
dirinya dengaan menyatakan mampu untuk memikul tanggung jawab
sebagai khalifah di bumi. Di sini al-Sya’rawi menjelaskan mengenai ayat ini
dikaitakn dengan ikhtiyar atau usaha manusia sehingga mampu
melaksanakan kewajibannya dengan baik.36
Allah memberikan taskhir kepada manusia dengan sebagian anggota
tubuh. Oleh karena itu kita sering temukan peristiwa diluar pilihan manusia,
seperti sakit atau peristiwa buruk. Setiap pemberian Allah adalah bekal yang
diberikan dengan Cuma-Cuma agar manusia mampu menguoayakan
kehidupannya sendiri. Seperti pengetahuan yang Allah berikan dan akal
نسايإ إن إ ااي للإاماج هاإا ج إنا عرضنا المانة على السماوات والرض والبال فأب ي 35 اا وملاا اإ ٢٧- ني حملن اا ونفقن من -
Sesungguhnya Kami telah Menawarkan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung; tetapi
semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir tidak akan melaksanakannya
(berat), lalu dipikullah amanat itu oleh manusia. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat
bodoh. 36 Mutawwali al-Sya’rawi, Tafsir al-sya’rawi, h.513, Vol. 7
95
yang mampu manusia gunakan untuk menunjang kehidupannya. Semua itu
adalah bentuk dari ikhtiyar manusia terhadap alam semesta.37
D. Taskhir sebagai Bentuk Nikmat
Ketika membahas mengenai Taskhir, maka tidak pernah terlepas dari
sebuah nikmat. Menurut Ibnu Faris kata nikmat berasal dari kata ni’mah,
na’imah yang berarti kelapanagan atau kehidupan yang baik. Secara istilah
kata ini juga bermakna segala sesuatu yang diberikan seperti rezeki, harta dan
lain-lainnya. Sedangkan menurut al-Asfahani kata nikmat bermakna kelebihan
atau pertambahan.38
Nikmat yang menjadi tujuan atas setiap penciptaan makhluk Allah
swt. Masih dalam QS an-Nahl [33]:14 Allah menjelaskan bahwasannya Allah
yang menundukkan lautan untukmu (manusia). Menurut al-Sya’rawi Allah
menjelaskan ayat ini adalah sebagai cara Allah untuk memberitahu kepada
manusia tentang penciptaan lautan dan Samudra dalam kondisi yang dapat
dimanfaatkan oleh manusia. 39
Didalam QS Al-Baqarah:164, menurut al-Sya’rawi bahwasannya alam
semesta ini adalah bentuk nikmat yang Allah berikan sebagai fasilitas hidup
manusia. Melalui alam Allah ingin menunjukkan bahwa selain sebagai tempat
manusia mengais rezeki namun juga alam sebagai tempat yang menenangkan
jika diperhatikan secara seksama. Alam adalah bentuk kekuasaan Allah
sehingga tak seorangpun berani mengakuinya. Nikmat lain ketika manusia
memperhatikan alam semesta adalah manusia dibuka pikirannya oleh Allah
swt sehingga ia mampu menerima alam semesta sebagai kenikmatan dan
fasilitas hidup untuk kemudian mengakui kebesaran Allah swt.40
Sebagai contoh sederhana, Mutawwali al Sya’rawi mencoba
menjelaskan bahwa ketika seorang anak kecil mampu menundukan seekor
37
Al-Hajj Hafidz Ghulam Sarwar, Filsafat Quran, (Jakarta : Pustaka Firdaus, 1995), h. 128-
129 38
Quraish Shihab, dkk. Ensiklopedi Al-Quran kajian Kosa Kata, (Jakarta: Lentera Hati,
2007), h. 723, Vol. 2 39 Mutawwali al-Sya’rawi, Tafsir al-sya’rawi, h.513, Vol. 7 40
Mutawwali al-Sya’rawi, Tafsir al-Sya’rawi, h. 519
96
unta besar untuk duduk, namun pada satu waktu seseorang tidak mampu tidur
dengan nyaman hanya karena nyamuk dengan suara dan gigitannya. Hal ini
menunjukkan bahwa letak dari kenikmatan taskhir yang mampu dirasakan
oleh manusia adalah tidak semata-mata karena manusia mampu menundukan
nya namun Allah yang terlebih dulu menundukan untuk kemudian manusia
mampu menundukkan apa yang ia bisa.
Di sisi lain, al-Quran juga menginformasikan bahwa amat banyak
nikmat Allah sehingga tak mampu terhitung oleh manusia. Bahkan menurut
Quraish Shihab keberadaan manusia itu sendiri pun adalah sebuah niikmat.
Oleh karena itu semua yang ada pada manusia, entah apa yang berada pada
tubuh manusia, atau yang berada di luar manusia seperti alam semesta pun
adalah sebuah nikmat Allah, seperti di jelaskan dalam QS Ibrahim [14] : 34.
Dalam penciptaan laut dan alam semesta, Allah menyebutkan nikmat-
nikmat yang melimpah ruah untuk manusia, Al-Sya’rawi dalam menjelaskan
QS an-Nahl [33]:14 ini bahwa sebagian pemberian Allah adalah bahwa
didalam ombak besar sekalipun terdapat nikmat yang luar biasa, seoerti
membawa ikan-ikan dan melemparkannya ke tepi pantai. Hal ini merupakan
pemberian tanpa usaha dari manusia. Namun, adanya nikmat itu memberikan
manusiap pemahaman bagaimana cara untuk menangkap ikan-ikan tersebut
yang memerlukan ikhtiyar manusia. Kemudian dari hal-hal sederhana tersebut
muncullah berbagai sarana modern dengan kecanggihannya dalam memenuhi
kebutuhan manusia.41
Seluruh harta terpendam manusia pun ada di bawah tanah, akan tetapi
harta terpendam tersebut memiliki waktu tertentu untuk muncul dengan waktu
yang sudah Allah tetapkan. Oleh karenanya Allah menjadikan bumi sebagai
tempat pertanian, sementara padang pasir Allah berikan kekayaan minyak
bumi.
41 Mutawwali al-Sya’rawi, Tafsir al-sya’rawi, h.514, Vol. 7
97
Sebelum Allah menciptakan manusia, sudah telebih dahulu Allah
menciptakan segala sesuatu untuk memopang kehidupan manusia. Allah
menjamin kesinambungan hidup manusia dengan rezeki dariNya.
E. Manusia dan larangan bersikap Angkuh
-لسماوات واألرض أكب ر من خلق الناس ولكن أكث ر الناس ل ي علمون لخلق ا
Sungguh, penciptaan langit dan bumi itu lebih besar daripada
penciptaan manusia, akan tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui.
Ayat ini dengan jelas menunjukkan bahwa penciptaan langit dan bumi
adalah jauh lebih besar dan rumit daripada penciptaan manusia. Hilangnya
sumber daya alam yang ada di bumi tidak dipungkiri sebagai sebuah hasil dari
keangkuhan manusia yang menganggap dirinya sebagai seorang yang
memiliki dan berkuasa bukan sebagai pemelihara dan khalifah di Bumi Allah.
Sebagai bentuk dari penjagaan manusia terhadap alam semesta
manusia sudah seharusnya menjaga keseimbangan alam dengan
menjadikaannya satu dari ladang ia bersyukur kepada Allah swt. Sebagai
ungkapan syukur kepada Tuhan, manusia harus mengelola ekosistem dengan
baik karena sesuai dengan janiNya Allah akan menambah nikmat bagi siapa
saja yang bersyukur.
Dalam QS al-Mukminun [40]: 61 Allah menjelaskan bahwasannya
kekuaasaan Allah tercermin dari wajah alam semetsa. Allah menjelaskan
bahwasannya Allah adalah pencipta yang tidak seorangpun mampu
mengingkarinya, hal ini adalah fitrah bagi setiap manusia, oleh karena itu
sangat mengherankan jika manusia masih berpaling dari kebenaran Allah
yang terpapar melalui alam semesta karena rasa angkuh dan sombong.
Manusia yang merasa angkuh dan sombong bukan karena kekurangan bukti
yang mampu terukur dan dilogikakan namun mereka takut aturan Allah akan
98
mengikat mereka dan membatasi mereka dalam melakukan sesuatu yang
mengikuti hawa nafsunya.42
Sebagai salah satu bukti dari keangkuhan manusia adalah bumi yang
terhampar luas sebagai hunian bagi seluruh makhluk dibatasi, sehingga di
beberapa wilayah manusia ada penduduk yang memiliki tanah yang tidak
dihuni namun ada pula penduduk yang tidak memiliki hunian. Sebagai
khalifah Allah, manusia memikul tugas dan tanggung jawab yang sangat luas,
meliputi ntugas dan kewajiban terhadap diri sendiri, kepada sesame muslim,
kepada manusia secara keseluruhan, kepada Allah dan kepada bumi yang
dihuni dengan menjaga keseimbangan, keanekaragaman sumber daya
alamnya.
Manusia sudah seharusnya berusaha sekuat tenaga untuk menjaga
alam dengan baik tanpa rasa besar kepala dan cara pandang yang tidak lagi
menempatkan bumi sebagai sesuatu yang harus ia nikmati, namun sebagai
sesuatu yang ia manfaatkan namun dibarengi dengan menjaga dan
melestarikan. Bekal akal yang Allah karuniakan tidak kurang menjadi hal
yang sangat membantu untuk manusia memilih berbuat adil atau jusru berbuat
kemungkarang.43
42
Mutawwali al-Sya’rawi, Tafsir al-Sya’rawi, h. 705, Vol. 11 43
Lajnah Pentashihan Mushaf al-Quran, Tafsir Ilmi: Penciptaan Manusia, (Jakarta:Lajnah
penntashihan Mushaf al-Quran, 2010), h. 132, Vol. 3
99
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Taskhîr adalah
suatu ketetapan Allah swt terhadap makhluknya yang melibatkan Allah sebagai
Penunduk, Alam sebagai sesuatu yang ditundukkan dan manusia sebagai
Pelaksana dari penundukan yang Allah berlakukan dalam alam semesta. Taskhîr
senantiasa berhubungan dengan sikap manusia terhadap alam. Dalam prinsip
kajian Ilmiah dalam al-Quran peran manusia sebagai Khalifah menjadi point
penting pertama, karena manusia secara fitrah sudah dibekali dengan tiga hal yang
membantunya dalam mengelola alam semesta, yakni Wahyu, Akal dan intuisi.
Jika ketiga dari komponen ini digunakan dengan baik oleh manusia, maka akan
muncul keseimbangan antara diri manusia dengan sumber daya alam yang ada.
Sesuai dengan prinsip ajaran tauhid bahwa menjaga alam semesta salah satu
bentuk dari rasa syukur dan mengagungkan Allah swt yang maha Esa.
Sedangkan menurut Al-Sya’rawi dalam tafsirnya beliau memaknai Taskhîr
adalah penundukkan yang Allah berlakukan bagi alam semesta yang didalmnya
melibatkan ikhtiyar manusia. Implikasi atau pengaruh langsung yang dapat
manusia ambil dan terapkan dalam kehidupan sehari-hari adalah dengan menjaga
jiwanya dengan selalu bersyukur dan memanfaatkan potensi diri dengan sebaik-
baiknya tanpa menimbulkan kerusakan.
Disadari atau tidak Taskhîr memiliki banyak sekali manfaat yang baik
secara langsung maupun tidak langsung. Maha pengasih Allah yang ada di alam
semesta ini sungguh tidak mampu diuraikan satu persatu, begitu besar dan
melimpah ruahnya dalam berbagai bentuk. Salah satunya adalah manfaat adanya
lautan, jika dilihat lebih mendalam maka segala hal yang berkaitan dengan lautan
akan mampu untuk dimanfaatkan untuk manusia, baik air, biota laut, sampai
kepada angin yang berhembus dan berputar menuju daratan. Adanya kemudahan
100
transportasi laut sehingga memudahkan seseorang untuk berpindah dari satu
benua menuju benua yang lain.
Tidak hanya laut, Namun juga bumi dan berbagai hal yang tumbuh
didalamnya. Di bumi Allah ciptakan tanah, air dan semua komponen makhluk
hidup yang mampu menunjang kehidupan manusia kedepannya. Dalam bidang
tekhnologi, manusia semakin mampu mengolah daya pikirnya sehingga mampu
menciptakan alat-alat canggih dan metode-metode baru dalam bidang pertanian,
perhutanan, pertambangan dan sebagainya menggunakan alat-alat yang semakin
mempermudah manusia untuk mengolah alam.
Dilihat dari beberapa nikmat Taskhīr di atas, seharusnya semakin
menyadarkan manusia, bahwa manusia bukanlah penguasa di bumi melainkan
hanyalah wakil Allah swt. Karena ketidak-mampuan manusia mengolah alam
semesta tanpa penundukkan dari Allah swt terlebih dahulu. Taskhîr di sini
dimaksudkan untuk mengingatkan kembali kepada manusia bahwa kemudahan
yang didapat manusia bukan semata-mata karena jerih payahnya sendiri, namun
ada campur tangan Allah yang senantiasa berlaku sebagai jembatan manusia
kepada kemudahan yang ia capai melalui perangkat-perangkat fisik maupun
intuitif yang Allah berikan.
Jika ketetapan Allah dalam alam semesta ini tidak berlaku sudah bisa
dipastuikan yang terjadi adalah kiamat, ketika satu dari ketetapan Allah, Dia cabut
dari alam semesta maka yang terjadi adalah ketidak stabilan yang memunculkan
bencana alam yang terjadi secara alami. Sesuai dengan maknanya kiamat adalah
suatu keadaan akhir zaman, akhir dari alam semesta dan kehidupan semua
makhluk. Karena ketika kiamat maka semua yang ada pada jagat raya akan
kehilangan fungsinya dan menjadi akhir dari alam semesta.
Adanya Taskhir ingin menunjukkan bahwasannya Allah menciptakan alam
semesta sebagai sarana bagi manusia untuk lebih mudah menjalankan
kewajibannya sebagai khalifah di bumi. Mengingatkan kembali peran manusia
sebagai penyeimbang alam semesta yang di klaim menjadi makhluk yang paling
sempurna dengan bekal akal yang mampu memunculkan berbagai rahasia-rahasia
alam dan memanfaatkannya. Sebagai bentuk syukur dan rasa hormat manusia
kepada alam semesta mampu ditunjukkan dengan menahan diri dari keserakahan,
101
keinginan untuk bermewah-mewahan dan mengubah cara pandang pada diri
manusia itu sendiri, bahwa Alam semesta hadir sebagai penyempurna tugas
manusia, manusia ada sebagai wakil Tuhan di bumi dan manusia adalah
pemelihara alam semesta yang tidak semestinya merasa memiliki alam dan
bersikap angkuh seolah-olah alam ada untuk di eksploitasi.
B. Kritik dan Saran
Berdasarkan pada tema pembahasan penelitian penulis mengenai Taskhîr
dalam perspektif al-Sya’rawi, maka penulis menemukan beberapa kritik dan saran
yang dikemukakan, Pertama muatawwali al-sya’rawi adalah seorang ulama tafsir
yang termasuk kedalam masa kontemporer yang ketika beliau menjelaskan sesuai
dengan masalah yang sedang dihadapi oleh masyarakat modern saat ini, oleh
karena itu penulis berharap akan banyak lagi tulisan-tulisan mengenai Mutawwali
al-Sya’rawi, Kedua referensi mengenai Mutawwali al-Sya’rawi penulis rasa
sangat kesulitan untuk mendapatkannya, terlalu sedikit literatur yang membahas
mengenai sosok Mutawwali al-Sya’rawi ini, baik di perpustakaan UIN Jakarta
sendiri ataupun di beberapa perpustakaan universitas atau perpustakaan umum
yang lain. Oleh karen itu penulis sangat berharap pihak dari perpustakaan baik
fakultas maupun perpustakaan utama untuk melengkapi literatur atau tulisan-
tulisan mengenai sosok beliau, untuk memudahkan penulisan pada penelitian-
penelitian berikutnya, agar lebih mendalam dan lebih komprehensif.
102
DAFTAR PUSTAKA
A.P d‟Entreves, Hukum Alam dan Pengantar Filsafat Hukum, terj. Haksan
Wirasutisna (Jakarta: Bhrata, 1963), ,h. 5
Athaillah, Rasyid Ridhȃ Konsep Teologi dalam tasir al-Manȃr
(Jakarta:Erlangga,2006)
Amal, Taufik Adnan. Islam dan Tantangan Modernitas Studi atas pemikiran Hukum
Fazlur Rahman (Bandung:Mizan, 1996)
Bucaille, Maurice. Bibel,Quran dan Sains Modern, (Jakarta: Bulan Bintang, 2001)
Baiquni, Ahmad. Al Quran dan ilmu pengetahuan kealaman (Yogyakarta:Dana Bakti
Prima Yasa, 1997)
Bucaille, Maurice dkk. Pengetahuan Modern dalam Al-Qur’an, terj. Khozin Afandi
(Surabaya:Al-Ikhlas,1995)
Departemen Pendidikan Nasional,Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT
Gradia, 2008)
El-Najjar,Zaghloul. Selekta dari Tafsir Ayat-ayat Kosmos dalam al Quran al Karim
(Jakarta:Shorouk Internaional Bookshoop,2010)
El-Najjar, Zaghloul. Pembuktian Sains dalam Sunnah (Jakarta: Amzah,2007)
El-Najjȃr , Zaaghloul dan ʻAbd Dȃim Al-Kȃhil, Ensiklopedia Mukjizat Ilmiah Al
Quran dan Hadis, terj Penertbit Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Lentera Abadi,
2012)
Fuady, Munir.Teori-Teori Besar dalam Hukum (Jakarta: Kencana,2013)
Haeri, Syekh Fadhlalla. Membaca Alam, memahami Zaman. (Jakarta: Serambi Ilmu
Semesta, 2004)
Istibsyaroh, Hak-Hak Perempuan Relasi Gender menurut Tafsir al-Sya’rawī,
(Jakarta:TERAJU Mizan Publika, 2004)
103
Jacques Jomier, Horizon Al-Qur’an (Jakarta:Bale Kajian Tafsir Al-Qur‟an
Pase,2002), h. 37 (terj.Hasan Basri)
Jauhar, Ahmad al Marsi Husein. Muhammad Mutawwali al-Asya’rawi: Imam al-‘Asr
(Al-Qahirah: Handat Misr, 1990)
Keraf,Sony.Filsafat Lingkungan Hidup, (Yogyakarta, Kanisius, 2014)
Lutfi. Epistimologi Tafsir Sains Zaghlul al-Najjar. (Tangerang:PKBM “Ngudi
Ilmu”,2013)
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, Tafsir Ilmi Manfaat Benda-Benda Langit,
(Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, 2012)
Mangunjaya,Fackruddin M. Konservasi Alam Dalam Islam. (Jakarta: Yayasan Obor
Jakarta,2005)
Mangunjaya, Fachruddin M dkk, Menanam sebelum kiamat Islam Ekologi dan
Gerakan Lingkungan Hidup, (Jakarta:Yayasan Obor Indonesia, 2007)
Munawwir, Ahmad Warson. Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia (Surabaya:
Pustaka Progres,1997)
Manẕur, Ibnu. Lisȃn al-ʻArab, (Beirut: Dȃr Sadr, tt)
Mohammad, Harry dkk, Tokoh-Tokoh Berpengaruh dalam Islam abad ke-20,
(Jakarta:Gema Insani, 2006)
Marconi,Ahmad. Bagaimana Alam Semesta Diciptakan Pendekatan Al-Qur’an dan
Sains Modern (Jakarta:Kiblat Buku Utama, 2003)
Masyhur,Kahar. Pemikiran dan Modernitas dalam Islam (Jakarta:Kalam Mulia,1989)
Nursi, Bediuzzaman Said. Al-Ayat Al-Kubra menemukan Tuhan pada wajah Alam
Semesta, (Jakarta:Anatolia,2009)
Rahardjo,Dawan. Ensiklopedi Al-Quran Tasir Sosial Berdasarkan Konsep-Konsep
Kunci, (Jakarta: Paramadina, 1996)
Rahman, Fazlur. Tema-Tema Pokok al Qur’an (Bandung:Pustaka, 1996)
104
Rosadisastra,Andi. Tafsir ayat-ayat Kauniyyah:Relasi metode Saintifik dengan Tafsir
al-Qur’ᾱn (Banten:CV Cahaya Minolta,2014)
Rahman, Afzalur . Al-Qur’an Sumber Ilmu Pengetahuan, ter.M Arifin. (Jakarta:PT
Rineka Cipta, 1992)
Sya‟rawi ,Mutawwali. Jihad dalam Islam, ( Jakarta: Republika, 2011)
Sya‟rawi, Mutawwali. Tafsir al-Sya’rawi, (Kairo: Akhbal al-Yawm, 1991)
Syanqithi, Syaikh. Tafsir Adhwa’ul Bayan (Jakarta:Pustaka Azzam, 2007)
Sutoyo,Anwar. Manusia dalam perspektif al-Quran (Yogyakarta:Pustaka Pelajar,
2015)
Shihab, M Quraish, Penciptaan Bumi dalam Perspektif al-Qur’an (Jakarta: Lajnah
Pentashihan al-Qur‟an, 2010)
Shihab, M. Quraish.Tafsir Al-Misbah (Ciputat: Lentera Hati, 2007)
Shihab, M Quraish. Wawasan Al-Qur’ᾱn (Bandung:Mizan, 1997)
Shihab, Quraish. Ensiklopedia Al-Qur’an Kajian Kosakata, (Jakarta:Lentera Hati,
2007)
Salim, Emil. Ratusan Bangsa merusak satu Bumi. (Jakarta: PT Kompas Media
Nusantara, 2010)
Sudaryono, Satera. Etika Keseimbangan Kosmik Hubungan Alam dan Manusia.
(Tangerang:IRAMA kertamukti,2013)
Suhartono, dkk, Rahasia al-Qur’an dalaam Biometrik, (Malang :Malang Press, 2007)
Sani, Ridwan Abdullah. Sains Berbasis Al-Qur’an, (Jakarta:Bumi Aksara, 2005)
Tim Baitul Klimah, Ensiklopedi Pengetahuan Al-Qur’an dan hadis, (Jogjakarta
Jakarta:Kamil Pustaka, 2013)
105
Tim Lajnah , Tafsir Ilmi Penciptaan Jagat Raya Dalam Perspektif Al-Qur’an dan
Sains (Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an, 2010)
Thayyarah, Nadiah. Buku Pintar Sains dalam Al-Qur’ᾱn (Jakarta: Zaman, 2014)
Ṯabari, Tafsir aṯ Ṯabari, terj Abdul Somad dan Yusuf Hamdan, (Jakarta:Pustaka
Azzam, 2008)
Ulum,Samsul. Menangkap Cahaya Al-Qur’an. (Malang:UIN Malang Press, 2007)
Umar, Nasaruddin. Tafsir Ayat Kauniyah: Relasi Metode Saintifik dengan Tafsir Al
Qur’an (Banten:Cahaya Minolita, 2014)
Utami, Ulfah. Konservasi sumber daya alam (Malang:UIN-Malang Press, 2008)
Qurthubi, Tafsir Qurthubi (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008)
Yahya, Harun. Pustaka Sains Populer Islam Manusia dan Alam Semesta, (Bandung:
Dzikra, 2004).
Karya Ilmiah dan Jurnal-Jurnal terkait.
Badruzzaman M. Yunus, Tafsir Asy-Sya‟rawi : Tinjauan Terhadap Sumber, Metode,
dan Ittijah, (Disertasi: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009), h. 40.
Mengutip dari Ahmad al-Mursi Husein Jauhar, Asy-Syeikh Muhammad
al-Mutawalli asy-Sya‟rawi : Imam al-„Ashr, h. 12.
Faidur Rochman, Kompetensi Jurusan dalam Mengintegrasikan wacana Sain,
tekhnologi dan keislaman. Makalah dari Fakultas Saintek UIN Malang (UIN
Malang: 13 Agustus, 2004) hl 8
Aini, Siti Noor, Kerusakan Lingkungan Menurut Tanthawi Jauhari, (Tesis: UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta), 2016
Hidayat, Nasrul, Konsep Wasatiyah dalam Tafsir Al-Sya’rawi, (Tesis :UIN
Allauddin Makasar), 2016
Barir, Muhammad, Fenomena Saintifikasi Al-Quran Tafsir Salman, (Makalah: UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta), 2015
Selamat, Elemen Saintifik Dalam Al-Qur’an dalam Tafsir al-Sha’rawi Karangan
Mutawwali al-Sha’rawi, (Tesis: Universitas Malaya), 2016
106
Rizal, Agus, Pemisahan Langit dan Bumi Menurut al-Quran berdasarkan
Penafsiran Surah al-Anbiya ayat 30, (Skripsi: UIN Arraniry Aceh), 2016
Firmansyah, Rizki, Teori Penciptaan Langit dan Bumi dalam Tafsir Jawahir Karya
Tanthawi Jauhari, (Tesis : UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta), 2015
Rahman, Muhammad Zaki, Penafsira Zaghloul Najjar Atas Ayat-Ayat Reproduksi
Manusia dalam Al-Quran, (Skripsi : UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta), 2016
Amri, Muhammad Ariful, Epistimologi Tafsir ‘Ilmi Kementrian Agama RI dalam
Penafsiran Penciptaan Manusia,) (Skripsi: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta),
2017
Nasukah, Binti, Prospek corak Penafsiran Ilmiah Tafsir Ilmiy dan Tafsir bil ‘Ilmiy
dalam menginterpretasi dan menggali ayat-ayat Ilmiah dalam al-Quran,
(Makalah: STT Ibnu Sina Kepanjeng Malang)
Matangaram, Juang Rata dkk, Faktor Ekploitasi dan Kuantiikasi Limbah Kayu dalam
Rangka Peningkatan Efisiensi Pemanenan Hutan Alam, (IPB : Jurnal Bumi
Lestari), Vol 13, No 2, (2013)
Pasya‟, Hikmatiar, Studi Metodologi Tafsir al-Sya’rawi, (Universitas Darrussalam
Gontor :Jurnal Studia Quranika,), Vol 1, No 2, h 144 (2007)
Febriyani,Nur Alfiyah, Wawasan Gender dalam Ekologi Alam dna Manusia dalam
Perspektif al-Quran, (PTIQ Jakarta: Jurnal Ulul Albab), Vol 16, No 2, (2015)
Abidin, Zainal, Hadits Rasul tentang Konservasi Alam, (Aplikasia : Jurnal Aplikasia
Ilmu-Ilmu Agama), Vol 6, No 2, (2015)
Masruri, Ulin Niam, Pelestarian Lingkungan Dalam Perspektif Sunnah, (UIN
Walisongo : Jurnal at-Taqaddum), Vol 6, No 2, (2014)
Ahmad, Maghfur, Ekologi Berbasis Syariah, (STAIN Pekalongan: Jurnal : Hukum
Islam), Vol 13, No 1 (2015)
Abror, Indal, Refleksi Tentang Hubungan Sains dan Agama Bagi Umat Islam,
(Aplikasia: Jurnal Ilmu-Ilmu Agama), Vol 8, No 1, (2007)
Ubaidillah, M Hasan, Fiqh al-Biah Formulasi konsep Maqashidush Shariah dalam
Konservasi dan Restorasi Lingkungan. ( Jurnal Al Qanun), Vol 13, No 1,
2010
Zuhdi, Achmad Chalil, Krisis Lingkungan Hidup dalam Perpsepktif al-Quran,
(Mutawatir: Jurnal Keilmuan Tafsir, Hadis), Vol 2, No 2, (2012)
Lajnah Pentashihan Mushaf al-Quran, Eksploitasi Alam dan Perusakan Lingkungan,
(Substansial: Jurnal Reflita), Vol 17, No 2, (2015)
Ka‟ban, Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam Perpsektif Islam, (Jurnal Millah),
Vol, 6, No 2, (2007)
107
Halim, Imanuddin Abdul dkk, Tafsir Ayat-Ayat al-Quran berkenaan Penjagaan
Alam sekitar dan Analisis Isu-Isu Alam Sekitar di Malaysia, (Universitas
Sains Malaysia: Jurnal : Afkar) Vol 18, No 1, (2016)
Abdullah Mudhoffir, Konservasi Lingkungan dalam Perspektif Ushul Fiqh, (STAIN
Surakarta : Jurnal Millah) edisi Khusus (2010)
Mubarok, Ruma, Strategi Pendidikan Islam dalam Meningkatkan Kualitas Sumber
Daya Manusia, (UIN Maliki Malang : Jurnal El-Hikam)
Quddus, Abdul, Echotheology Islam: Teologi Konstruktif Atasi Krisis Lingkungan,
(Ullumuna: Jurnal Studi Keilmuan), Vol16, No 2, (2012)
Sada, Heru Juabdin, Alam Semesta dalam Perspektif Al-Quran dan Hadis, (At
Tadzkiyyah : Jurnal Pendidikan Islam), Vol 7, (2016)
Thohari Ahmad, Epistimologi Fiqh Lingkungan Revitalisasi Konsep Masalahah,
(UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta : Jurnal Az Zarqa), Vol 5, No 2, (2013)
Muchlisin, Anas Rolli, dkk, Geliat Tafsir Ilmi di Indonesia Mulai dari Tafsir an-Nur
sampai Tafsir Salman, (Millati: Jurnal Islamic Of Studies and Humanities),
Vol 2, No 2, (2017)
Hidayat Ara, Pendidikan Islam dan Lingkungan Hidup, (UIN Bandung: Jurnal
Pendidikan Islam), Vol 4, No 2, (2015)
Amin, Muhammad, Wawasan al-Quran Mengenai Manusia dan Lingkungan Hidup
sebuah Kajian Tematik, (UIN Palembang: Jurnal: Nidzam), Vol 5, No 2,
(2016)
Ma‟mun Abha, Muhammad, Gempa Bumi dalam Al-Quran, (UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta : Jurnal Esensia), Vol 14, No 1, (2013)
Khotijah, Siti, Islam dan Lingkungan Hidup Dibidang Pertambangan, (Jurnal
Yuridika), Vol 26, No 2, (2011)
Qamar, Syamsul, Peran Perempuan dalam Pelestarian Lingkungan Hidup dalam
Tinjauan Islam, (UIN Makasar: Jurnal Al-Maiyyah), Vol 7, No 1, (2014)
Ihsan, Muhammad, Perspektif Filsafat dan Pendidikan Islam Tentang Alam dan
Lingkungan, (STAIN Palu: Jurnal Hunafa), Vol 4, No 1, (2007)
Iswanto, Agus, Relasi Manusia dengan Lingkungan dalam Al-Quran Upaya
Membangun Eco-Technology, (Jurnal Cuyuf), Vol 6, No 1 (2013)