2
KONSTITUANTE-KONSTITUANTE ANYAR Secangkir Puisi dari Bulan November dan Puisi-Puisi yang Tertumpah ©Savira Butsainah, 2016
Penyunting: Savira Butsainah Penata letak: Dadan Erlangga Desain cover: Dadan Erlangga Diterbitkan melalui Nulisbuku http://www.nulisbuku.com/
3
Prakata
Teriring ucapan terima kasih kepada berbagai pihak yang
telah mendukung saya mewujudkan buku kumpulan puisi
‗Konstituante-Konstituante Anyar‘ ini. Kepada Allah
SWT, kepada Bapak Bima dan Ibu Diena, juga Adik
Nina. Kepada guru-guru saya di sekolah, yang banyak
memberi inspirasi. Kepada Ms. Tetty yang selalu memberi
saya solusi saat sedang dilanda kebuntuan ketika menulis,
yang menjawab ―Kenapa bukan kamu?‖ ketika saya
menuntut ingin membaca suatu tulisan yang belum ada.
Kepada kawan-kawan komunitas menulis Devils of Death
yang bersedia tumbuh bersama saya. Kepada teman-
teman sekolah saya yang luar biasa. Dan kepada ribuan
orang di Bumi ini yang telah memberi pengajaran di
setiap detik kehidupan saya.
Buku ini tersusun atas tiga puluh puisi utama yang dibuat
per hari pada bulan November 2016, menyelesaikan
proyek dari program Novelty (November Hall of Poetry) yang
4
digagas oleh komunitas menulis Heart Poverty. Berisi
tentang tema-tema politik, kritik fenomena sosial, dan
romansa yang bersuasana sendu, bersama dengan prompt-
prompt yang telah ditentukan pada setiap harinya.
Pada sekat berikutnya, tersusun puisi-puisi yang tak
sanggup diemban oleh cangkir pada bulan November.
‗Puisi-Puisi yang Tertumpah‘ merupakan judul yang
cukup menggambarkan konsep ini. Berisi puisi-puisi di
luar bulan November, sebagai puisi-puisi tambahan.
Kesamaan peristiwa dan tokoh yang berkecimpung di
dalamnya adalah bentuk ketidaksengajaan. Puisi-puisi
dalam buku ini bersifat fiktif.
Saya menyadari adanya ketidaksempurnaan dalam naskah
kumpulan puisi ini. Oleh sebab itu, segala bentuk kritik
dan saran yang membangun akan sangat diapresiasi.
Terima kasih.
Surabaya, 12 Desember 2016
Savira Butsainah
5
Secangkir Puisi dari Bulan November
Sesuatu di bawah lembar ini adalah hasil terpaan dingin setiap pagi
yang kemudian mengembun di kacamata, sesuatu yang harus diusap dan diwadahkan
untuk melepas buram di sela-sela November yang terlampau muram1.
_________________
1 November Hall of Poetry (Novelty) is a project by Heart Poverty, a poetry community.
A poem is posted per day during the month of November.
6
Agenda Berpuisi November 2016
4
Paper Planes: Perempuan
dengan Separuh Senyum
5 Jiwa Mati
Apabila… Buku-Buku
Beterbangan
7
Day #1: Rebirth
[Behold. A star rising back up from where it kissed death.]
Sebab November Membawa Angin
Walau November tak membawa Senin, Bunda
Hidupku sudah lalu ribut
Dunia telah terlalu tua
Dan aku letih mengikutinya
11 Nirvana:
Kisah Separuh Kepalaku
12: Fortress
Kau Beserta Sebutir
Air Mata
18 The Living
Dead: Bisakah Aku Mengunduh
Cinta?
19 Compass:
Bila Kautilik Lebih
Dalam
25 Philtatos:
Kedua Cermin
dalam Bilik
26 Perseverance: Konstituante-Konstituante
Anyar
8
November seharusnya tak pernah sepi, Bunda
Aku di sini meracau, menunggu
Serupa putik yang berdiri sayu
Mengharap gugur
Untuk awal yang berdetak malu-malu
9
Day #2: Dissipate
[(v.) disperse or scatter]
Aku Melepuh
Pagi memang terlalu kasar untuk dihampiri
Sajak-sajak tak pernah merayu manis
Sekadar berkelebat dalam sepi; di dalam mimpi
Lalu aku terbang
Dan lari
10
Separuh diriku hilang
Dan letih
Aku tersesat dalam memori kemarin malam
Lalu pagi terlalu kasar untuk dihampiri
Dunia berputar, dan sajakku buntu di tengah jalan
Aku tersesat
Aku melepuh di tengah malam
89
Puisi-Puisi yang Tertumpah
Di bawah lembar ini adalah sekumpulan embun yang tidak sanggup diemban
oleh cangkir pada bulan November, masih perlu diutarakan
sebab kacamata manusia harus bersih dari segala noda.
90
Daftar Puisi-Puisi yang Tertumpah
Jangan Kau Rusak Meja-Meja Kami • 91 Anyir Rindumu • 93
Jamku Berhenti Pada Pukul Lima • 94 Ayahku Amnesia • 96
Adakah Seorang Bisu? • 98 Gemintang Mana yang Ingin Kaurujuk • 99
Under The Rain • 100 The Evil Dictator • 101
Gallows Day • 102 Old Guitar Man and His Donkey • 103
Pagi Seharusnya Tak Menghanguskan Mimpi • 104 Jakarta Pahit • 105
Jatuh di Persimpangan • 107 Pengarung Semesta • 109
Kausemat Sebuah Sabit pada Dadaku • 111 Kata-Kata Nada-Nada • 113
Kisah Sebuah Kaca • 115 Aku Menggigil • 117
Puisi Lama • 118 Sonata (Puing-Puing Rindu Menggegas Kau) • 119
Rindu Ini Menggenang di Dadaku • 121 Sajak-Sajak Kecil • 123
Aku Mencium Sujud-Mu Lagi • 124 Aku dan Angin • 125
91
Jangan Kau Rusak Meja-Meja Kami
Perjuangan siang ini telah tertuai dalam ladang
Entah; katakan entah pada ujian yang telah lalu
Aku tadi tak tinggalkan jejak pada kayu-kayu alas
Tak seperti yang dilakukan orang-orang pencitraan
Tadi siang aku tak mencerna dengan cerah
Sebab hamparan di depankuu penuh lubang:
1. Ukiran pesan pada kawan sebangku
2. Akar-akar rangkuman pelajaran lengkap
3. (hingga) Niatan comblang pada teman
Siang tadi aku menatap ladang
Lantas tak tahu mengapa harus meradang
Mars-mars itu serupa kelir
diagung-agungkan dan diingkari dalam semalam
ditorehi nista; diciprati dosa
Meja-meja meronta; dirinya dikuliti anak-anak sekolah
92
Kata mereka, kita nahkoda kapal
Sedang tersirat, aku penumpang ampas
Tak ada yang sadar bahwa:
yang banyak bicara dan banyak bernyanyi dan banyak
ceramah
Mereka yang mengikat badan; menjulur jangkar!
Meja-meja kini merembes darah
Ilmu-ilmu semakin kurus; hingga menulis pun aku tak
lurus
(Desember, 2016)
93
Anyir Rindumu
Aih, Tuan, malam kini telah mengusirku
Sebab aku sudah terlalu sering
membanjiri dan menjarahi
menuang air pada liang-liang mimpi
Sebab setiap sabit sudah menolak
kudatangi; kuadui
kuminta jahat sebab mata harus berair lagi
Aih, ini tak lain tak bukan ialah ulahmu!
Sudah berapa kali aku bilang, Tuan?
Jangan merindu! Jangan merindu!
Sudah berapa malam yang terlanjur habis
tanpa mata kelam terpejam
demi menuai air; menghalau anyir
dari rindumu yang nyinyir?
(Desember, 2016)
Recommended