KONSTRUKSI BERITA KEKERASAN DENSUS 88 KEPADA
TERDUGA TEORIS DI POSO (ANALISIS FRAMING PADA
HARIAN REPUBLIKA)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar SarjanaKomunikasi Islam(S.Kom.I)
Oleh:
REZA FADHILLA
NIM : 108051100052
PROGRAM STUDI KONSENTRASI JURNALISTIK
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013 M
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
KONSTRUKSI BERITA KEKERASAN DENSUS 88 KEPADA TERDUGA TERORIS DI POSO (ANALISIS FRAMING PADA HARlAN
REPUBLlKA)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas IImu Dakwah dan IImu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.KomJ)
Oleh:
REZA FADHILLA NIM : 108051100052
.' Di bawah bimbingan
Ade Rina Farida, M.Si NIP: 197705132007012018
KONSENTRASI JURNALISTIK JURUSAN KOMUNlKASI PENYIARAN·ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDA YA TULLAH JAKARTA
1434 Hl2013 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul KONSTRUKSI BERIT A KEKERASAN DENSU 88 KEP ADA
TERDUGA TERORIS DI POSO (ANALISIS FRAMING PADA HARlAN
REPUBLlKA) telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
. Komunikasi UTI\[ Syarif Hidayatullah Jakarta pada 5 September 2013. Skripsi ini telah
diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam
(S.Kom.J) pada Program Studi Konsentrasi Jumali~tik.
Jakarta,5 September 2013
Sidang Munaqasyah
Sekertaris merangkap anggota,
Ade Rina Farida, M.Si NIP: 197705132007012018
Anggota, Penguji 2
Dr. Rulli asrullah. M.Si at Baihaky, MA NIP: 1975 3182008011008 P: 197811292009121001
Pembimbing,
Af{;;r Ade Rina Farida. M.Si
NIP: 197705132007012018
LEMBARPERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
J. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
. salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasH jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN SyarifHidayatullah Jakarta.
Ciputat, 13 JuIi 2013
i
ABSTRAK
Reza Fadhilla
Konstruksi Berita Kekerasan Densus 88 Kepda Terduga Teroris di Poso
(Analisis Framing Pada Harian Republika)
Kasus kekerasan yang dilakukan oleh Densus 88 kerap terjadi khususnya
kepada orang yang diduga sebagai teroris, seperti kasus yang terjadi di Poso pada
awal Maret yang lalu. Kasus ini mulai jadi pehatian masyarakat ketika beredarnya
video berdurasi belasa menit yang diungah ke situs Youtube. Pada video tersebut
menampilkan dengan jelas adegan kekerasan dan penganiyayan yang dilakukan
oleh Densus 88 kepada orang yang diduga sebagai teroris. Kasus ini tak luput dari
perhatian media massa di Indonesia pada waktu itu baik media massa elektronik
maupun cetak. Harian Republika sebagai media cetak nasional juga
memberitakan kasus ini kepada khalayak, dengan pendangan yang berbeda.
Dalam penelitian ini, penulis ingin mengetahui bagaimana frame yang
bentuk oleh Harian Republika serta, bagaimana konsruksi berita yang dihadirkan
kepada khalayak dalam pemberitaan kasus kekeran Densus 88 kepada terduga
teroris di Poso. Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah kualitatif
dengan metode deskriptif. Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan
meliputi analisis teks, wawancara, dan dokumentasi.
Setiap media memiliki perspektif tertentu dalam membingkai peristiwa
(framing). Fakta-fakta yang terjadi dalam sebuah peristiwa dikonstruk untuk
menonjolkan atau memberi penekanan terhadap aspek tertentu sesuai kepentingan
dan ideologi yang dimiliki oleh media. Dalam penerapannya, media massa
menggunakan agenda tertentu mengenai apa yang harus dipikirkan oleh
khalayaknya dengan memilih dan mengemas informasi yang dikehendaki. Untuk
mengetahui bagaimana Harian Repulika mengonstruk berita seputar kasus
kekerasan Densus 88, di sini penulis menggunakan model analisis framing
Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki yang memakai empat elemen struktural
dalam teks berita sebagai perangkat framing, yaitu sintaksis, skrip, tematik, dan
retoris.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Harian Republika dalam membikai
berita mengenai kasus kekerasan Densus 88 ini, lebih menonjolkan aspek
penekanan terhadap Polri untuk segera mengevaluasi dan membubarkan Densus
88. Penekanan ini dilakukan oleh Harian Republika untuk membentuk wacana di
masyarakat bahwa apa yang dilakukan oleh Densus 88 selama ini telah melanggar
hukum dan HAM. Dalam pemberitaannya Harian Republika mengkonstruk berita
mengenai kasus kekerasan Densus 88 tak luput dari ideologi yang di pegangnya
yaitu sebagai Koran nasional untuk komunitas Muslim Indonesia.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah Harian Republika menempatkan
banyak pernyataan dan kutipan serta membuat beberapa tema di dalam teks berita.
Dan Harian Republika memiliki kecenderungan pada beritanya yakni bersikap
kritis terhadap kinerja Densus 88 yang selama ini kerap melakukan pelanggaran-
pelanggaran ketika bertugas, dan menuntut untuk segera melakukan evaluasi dan
pembubaran Densus.
Kata Kunci: Kekerasan Densus, Harian Republika, konstruksi, Berita, Framing
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat, hidayah, dan
karunia yang telah diberikan-Nya, sehigga penulis mampu menyelesaikan skripsi
yang berjudul Konstruksi Berita Kekerasan Densus 88 Kepada Terduga
Teroris Di Poso (Analisis Framing Pada Harian Republika). Tak lupa, shalawat
serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi besar Muhammad SAW,
beserta keluarga, para sahabat, dan seluruh umatnya yang senantiasa mencintai
beliau.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang penulis susun demi memenuhi
salah satu syarat guna memperoleh gelar Strata 1 (S1) pada Program Studi
Konsentrasi Jurnalistik di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penyelesaian skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak.
Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Arief Subhan, M.A.
2. Wakil Dekan Bidang Akademik, Drs. Wahidin Saputra, M.A, Wakil Dekan
Bidang Administrasi Umum, Drs. Mahmud Jalal, M.A, dan Wakil Dekan
Bidang Kemahasiswaan, Drs. Study Rizal, L.K, MA.
3. Ketua Konsentrasi Jurnalistik, Rubiyanah, M.A.
4. Sekertasis Jurusan Konsentrasi Jurnalistik, Ade Rina Farida M.Si selaku
dosen pembimbing yang senantiasa meluangkan waktu untuk memberi
iii
arahan, semangat dan saran yang bermanfaat kepada penulis dalam proses
penyelesaian skripsi ini.
5. Seluruh dosen dan staf akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi atas ilmu berharga yang telah diberikan kepada penulis selama
perkuliahan.
6. Segenap staf Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi dan
Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Kedua orang tua tercinta, Ibu Fatmawati dan Bapak A. Nasik HY atas kasih
sayang, doa, motivasi, dan materi yang telah mereka berikan, sehingga
penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.
8. Kedua saudara tercinta, Achmad Alvin Rinaldi dan Karima Fachrani Putri
semangat dan doa yang telah mereka berikan, sehinnga penulis bisa
menyelesaikan skripsi ini.
9. Jajaran Redaksi Surat Kabar Harian Republika khususnya Bpk Irfan Juneidi
selaku Redaktur Berita dan Bpk Fahmi staf Sekretaris Redaksi atas bantuan
yang telah diberikan kepada penulis dalam proses penelitian.
10. Keluarga besar Pemancingan Telaga Kiray yaitu, Bang Sanusi, Bang Kerek,
Bang Baduy, Babeh Manjul, Ojih, Dagul, Eko dan kawan-kawan yang telah
menyediakan tempat tinggal di Sawangan, Depok selama penulis melakukan
penelitian ini.
11. Seluruh Mahasiswa Konsentrasi Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Angkatan 2008, khususnya rekan-rekan di Kelas B, yang telah memberikan
banyak kenangan, pengalaman, dan bantuan kepada penulis selama
perkuliahan. Penulis bangga menjadi bagian dari kalian.
iv
12. Teman-teman kuliah yaitu, bru Andriansyah, bru Syukron Akbar, bru Cibay,
bru Pakok, bru jati, bru Petruk, bru Oky, bru Yamin, bru Puja, bru, Acul, bru
Bob serta bru-bru lainnya yang telah meluangkan waktu bersama sehinnga
penulis tidak merasa jenuh dalam menyelesaikan skripsi ini.
13. Semua pihak yang telah berjasa dalam proses penelitian yang tidak bisa
penulis sebutkan satu per satu. Semoga Allah SWT membalas kebaikan dan
ketulusan semua pihak yang telah banyak membantu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini memiliki banyak kekurangan dan masih
jauh dari kesempurnaan, Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, peneliti
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk skripsi ini. Semoga
skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak demi kemaslahatan
bersama. Atas segala perhatian, penulis ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Ciputat, 13 Juli 2013
Penulis
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………….. viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ............................................... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 8
D. Metodologi Penelitian ............................................................ 9
E. Tinjauan Pustaka ..................................................................... 12
F. Sistematika Penulisan .............................................................. 13
BAB II KAJIAN TEORI
A. Konseptualisai Media Massa ................................................ 15
1. Definisi Media Massa ...................................................... 15
2. Jenis-Jenis Media Massa ................................................. 16
B. Konseptualisasi Berita ........................................................... 17
1. Definisi Berita .................................................................. 17
2. Jenis-Jenis Berita ............................................................. 18
3. Nilai Berita ...................................................................... 19
4. Kategori Berita ................................................................. 20
C. Mekanisme Kerja Redaksional .............................................. 21
D. Jurnalisme Damai .................................................................. 24
E. Konstruksi Sosial Media Massa ............................................. 27
F. Konstruksi Sosial: Pemikiran Peter L. Berger dan Thomas ... 30
G. Definisi dan Konsep Framing ............................................... 33
1. Definisi Analisis Framing ................................................ 33
2. Konsep Framing Model Zhongdang Pan dan Gerald M.
Kosicki ............................................................................. 37
BAB III GAMBARAN UMUM
A. Profil Harian Republika ........................................................ 43
1. Sejarah Harian Republika .............................................. 43
2. Visi dan Misi Harian Republika .................................... 46
B. Struktur Redaksional dan Proses Kerja Redaksi ................... 48
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Kontroversi Pembbubaran Densus 88 ................................... 52
B. Temuan dan Analisis Data Berita Kekerasan Densus 88 Kepada
Terduga Teroris di Poso .......................................................... 54
C. Konstruksi Berita Kekerasan Densus 88 Kepda Terduga Teroris di
Poso Pada Harian Republika .................................................. 84
vi
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................ 87
B. Saran ...................................................................................... 88
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Dimensi Besar Framing …………..…………………………………....36
Tabel 2 Struktur Organisasi Harian Republika ..………………………..……..49
Tabel 3 Analisis Sintaksis Berita 1 ..................................................................56
Tabel 4 Analisis Skrip Berita 1 ........................................................................59
Tabel 5 Analisis Tematik Berita 1 ....................................................................60
Tabel 6 Analisis Sintaksis Berita 2 ..................................................................63
Tabel 7 Analisis Skrip Berita 2 ........................................................................65
Tabel 8 Analisis Tematik Berita 2 ....................................................................66
Tabel 9 Analisis Sintaksis Berita 3 ..................................................................69
Tabel 10 Analisis Skrip Berita 3 ........................................................................71
Tabel 11 Analisis Tematik Berita 3 ....................................................................72
Tabel 12 Analisis Sintaksis Berita 4 ..................................................................75
Tabel 13 Analisis Skrip Berita 4 ........................................................................77
Tabel 14 Analisis Tematik Berita 4 ....................................................................78
Tabel 15 Berita yang Diangkat Harian Republika .............................................81
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Diagram Alur Proses Kerja Redaksi…………..…………………………51
Gambar 2 Analisis Retoris Berita 1 ……………... ..………………………..……..62
Gambar 3 Analisis Retoris Berita 2 .....................................................................68
Gambar 4 Analisis Retoris Berita 3 ......................................................................74
Gambar 5 Analisis Retoris Berita 4 .....................................................................80
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu produk utama di dalam media masa adalah berita, berita
menempati posisi terdepan sebagai salah satu bagian dari produk informasi
tentang segala hal yang sangat berguna dan bermanfaat dalam rangka
memberikan pencerahan bagi peradaban kehidupan manusia kearah yang lebih
baik. Realitas-realitas peristiwa yang terjadi dalam semua aspek kehidupan
yang meliputi aspek sosial, hukum, ekonomi, politik, agama dll semuanya
merupakan bahan-bahan utama proses terjadinya suatu berita yang akan
disajikan pada masyarakat. Para pemangku kepentingan dalam produk berita
suatu media massa yaitu pemimpin redaksi, dewan redaksi, redaktur
pelaksana, sekretaris redaksi, staf redaksi, redaktur desak hingga wartawan
mempunyai peran penting bagaimana suatu berita dapat di ekpose dengan
kadar kualitas jurnalisme yang baik.1
Namun demikian Pada tataran di lapangan, apabila kita cermat meneliti
dan menelaah suatu berita, tidak jarang pula suatu berita di konstruksi oleh
para pemangku kepentingan dalam media massa berdasarkan sudut pandang
yang dimilikinya, sudut pandang ini bisa berasal dari ideologi, visi, misi,
pengetahuan,wawasan maupun pengalaman, sehingga realitas peristiwa yang
dijadikan berita oleh suatu media cenderung bias. Sehingga realitas obyektif
1Aceng Abdullah, Press Relation :Kiat berhubungan dengan Media Massa, Bandung :
Remaja Rosda Karya, 2000, h. 20
2
suatu peristiwa akan menjadi realitas media yaitu suatu realitas peristiwa di
lapangan dibangun unsur penambahan atau pengurangan berdasarkan
kepentingan tertentu, dalam konteks tersebut terdapat suatu makna dibalik
realitas.
Media massa dalam menyampaikan dan memberikan informasi selalu
memiliki “gaya” tersendiri. Bagaimana media massa dalam menuliskan atau
memaparkan suatu peristiwa, informasi atau berita dengan “bahasanya”
sendiri. Bahasa disini dimaksudkan adalah bagaimana media massa dalam
melihat suatu peristiwa. Dalam melihat suatu peristiwa, media massa selalu
melakukan konstruksi realitas, maksudnya adalah upaya menyusun beberapa
peristiwa, keadaan secara sistematis menjadi sesuatu yang bermakna.
Dalam pandangan kaum konstruksionis, berita yang kita baca pada
dasarnya adalah hasil dari konstruksi kerja jurnalistik, bukan kedah baku
jurnalistik, semua proses konstruksi (mulai dari memilih fakta, sumber,
pemakaian kata, gambar, sampai penyuntingan) memberi andil bagaimana
realitas tersebut hadir di hadapan khalayak.2
Ideologi yang dipegang teguh dalam media sangat berpengaruh
terhadap konstruksi yang dilakukan media tersebut. Ideologi yang dimaksud
ialah suatu pandangan atau pemikiran abstrak yang digunakan dan dimiliki
oleh individu atau sekelompok orang untuk melihat suatu realita. Ideologi ini
berkaitan dengan bagaimana individu atau sekelompok orang tersebut
2Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. Yogyakarta: LKiS
Yogyakarta, 2002. h. 26.
3
menafsirkan dan menghadapi realitas.3 Ideologi sebuah media adalah pedoman
untuk menjalankan rutinitas media itu sendiri. Konstruksi yang dilakukan
media sangat dipengaruhi oleh ideologi yang dimilikinya. Bagaimana sebuah
media dalam “melihat” suatu peristiwa lalu di konstruksi dalam sebuah karya
jurnalistik. Dalam hal ini ideologi sangat berpengaruh dalam mengkonstruksi
realitas. Realitas yang ada di konstruksi sedemikian rupa atas dasar ideologi
yang dimiliki media.
Media berperan mendefinisikan bagaimana realitas seharusnya
dipahami, bagaimana realitas itu dijelaskan dengan cara tertentu kepada
khalayak. Pendefinisian tersebut bukan hanya pada peristiwa, melainkan juga
aktor-aktor sosial. Di antara berbagai fungsi dari media dalam mendefinisikan
realitas, fungsi pertama dalam ideologi adalah media sebagai mekanisme
integrasi sosial. Media di sini berfungsi menjaga nilai-nilai kelompok, dan
mengontrol bagaimana nilai-nilai kelompok itu dijalankan.4 Media massa
dilihat sebagai media diskusi antara pihak-pihak dengan ideologi dan
kepentingan yang berbeda-beda.5
Media massa sebagai bentuk nyata dari pers, memiliki kecenderungan
dalam menyampaikan suatu informasi. Kecenderungan tersebut disebabkan
karena faktor-faktor yang mempengaruhi media tersebut. Peneliti memilih
bentuk pers Harian Republika.
3 Werner J. Severin dan James W. Tankard, Teori Komunikasi Massa: Sejarah, Metode,
dan Terapan di dalam Media Massa, Jakarta: Prenada Media, 2005, h. 277. 4 Eriyanto, Op. cit,. h. 122.
5 Agus Sudibyo, Politik Media dan Pertarungan Wacana, Yogyakarta: LKiS, 2006, h. 220.
4
Nilai berita yang tinggi adalah kunci dari sebuah peristiwa mengapa di
tayangkan atau ditampilkan oleh media massa, sehingga peristiwa ini terus-
menerus di tampilkan seperti kisah sinetron yang tidak kunjung berakhir. Pro
kontra yang timbul adalah sebagian besar karena media massa lewat
pemberitaannya yang selalu menghadirkan peristiwa ini. Bagaimana media
massa menghadirkan suatu informasi kepada khalayak dengan “gaya”
penulisannya sendiri. Berita yang dihadirkan pun bervariasi. Media berperan
mendefinisikan bagaimana realitas seharusnya dipahami, bagaimana realitas
itu dijelaskan dengan cara tertentu kepada khalayak.
Pendefinisian tersebut bukan hanya pada peristiwa, melainkan juga
aktor-aktor sosial. Di antara berbagai fungsi dari media dalam mendefinisikan
realitas. Media di sini berfungsi menjaga nilai-nilai kelompok, dan mengontrol
bagaimana nilai-nilai kelompok itu dijalankan.
Berkaitan dengan proses menjadi berita, tentunya jadi ada upaya-upaya
untuk membuat, dan memproses sampai dengan disajikan kepada khalayak.
Proses untuk sampai pada khalayak maka ada proses yang disebut “framing”.
Framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara
pandang yang digunakan wartawan untuk menyeleksi isu dan menulis berita.6
Analisis framing dipakai untuk mengetahui bagaimana realitas
dibingkai oleh media. Dengan demikian realitas sosial dipahami, dimaknai,
dan di konstruksi dengan bentukan dan makna tertentu. Elemen-elemen
tersebut bukan hanya bagian dari teknis jurnalistik, melainkan menandakan
6Nugroho Bimo, Eriyanto dan Frans surdiasis, Politik Media Mengemas Berita.
Yogyakarta; Institut Study Arus Informasi. 1999. H. 20
5
bagaimana peristiwa dimaknai dan ditampilkan. Inilah sesungguhnya sebuah
realitas politik, bagaimana media membangun, menyuguhkan,
mempertahankan, dan mereproduksi, suatu peristiwa kepada pembacanya.
Melalui analisis framing akan dapat diketahui siapa mengendalikan siapa,
siapa lawan siapa, mana kawan mana lawan, mana patron dan mana klien,
siapa diuntungkan dan siapa dirugikan, siapa menindas dan siapa tertindas, dst.
Kesimpulan-kesimpulan seperti ini sangat mungkin diperoleh karena analisis
framing merupakan suatu seni-kreativitas yang memiliki kebebasan dalam
menafsirkan realitas dengan menggunakan teori dan metodologi tertentu. Ada
dua esensi utama dari analisis framing yaitu, Pertama, bagaimana peristiwa
dimaknai. Ini berhubungan dengan bagian mana yang diliput dan mana yang
tidak diliput. Kedua, bagaimana fakta ditulis. Aspek ini berhubungan dengan
pemakaian kata, kalimat, dan gambar untuk mendukung gagasan.
Media massa khususnya media cetak kerap kali memberitakan tentang
kekerasan yang terjadi di masyarakat Indonesia, hal ini menimbulkan
kecemasan di lingkungan masyarakat kita. Rasanya hampir setiap hari media
selalu menyajikan khalayak dengan berita-berita buruk, seperti konflik antar
suporter, sengketa lahan, pertikaian antar mahasiswa di Universitas, kekerasan
yang dilakukan oleh aparat keamanan, sampai konflik antar aparat keamanan
itu sendiri.
Kekerasan merupakan tindakan agresif dan pelanggaran (penyiksaan,
pemukulan, pemerkosaan, dan lain-lain) yang menyebabkan atau dimaksudkan
untuk menyebabkan penderitaan atau menyakiti orang lain, dan hingga batas
6
tertentu tindakan menyakiti binatang dapat dianggap sebagai kekerasan,
tergantung pada situasi dan nilai-nilai sosial yang terkait dengan kekejaman
terhadap binatang. Istilah "kekerasan"juga mengandung kecenderungan agresif
untuk melakukan perilaku yang merusak. Kerusakan harta benda biasanya
dianggap masalah kecil dibandingkan dengan kekerasan terhadap orang.
Kekerasan pada dasarnya terbagi dalam dua bentuk kekerasan sembarang,
yang mencakup kekerasan dalam skala kecil atau yang tidak terencanakan, dan
kekerasan yang terkoordinir, yang dilakukan oleh kelompok-kelompok baik
yang diberi hak maupun tidak: seperti yang terjadi dalam perang(yakni
kekerasan antar masyarakat).
Perilaku kekerasan semakin hari semakin nampak, dan sungguh sangat
mengganggu ketenteraman hidup kita. Jika hal ini dibiarkan, tidak ada upaya
sistematik untuk mencegahnya, tidak mustahil kita sebagai bangsa akan
menderita kerugian karena kekerasan tersebut. Kita akan menuai akibat buruk
dari maraknya perilaku kekerasan di masyarakat baik dilihat dari kacamata
nasional maupun internasional.7
Pemberitaan kekerasan di media sudah akrab di mata dan telinga
khalayak. Seperti halnya berita kekerasan yang dilakukan anggota DENSUS
(Detasemen Khusus) 88 anti-terror kepada terduga teroris di Poso, Sulawesi.
Berita ini mulai terkuak oleh media ketika beredarnya video yang diunggah di
situs Youtube berdurasi 13 menit menampilkan kekerasan yang di lakukan
beberapa anggota Densus kepada terduga teroris di Poso.
7http://republikadamai.blogspot.com/2007/06/kekerasan.html, diakses 4 April 2013, pukul
20.00.
7
Peristiwa kekerasan yang dilakukan anggota Densus 88 terhadap
terduga teroris di Poso merupakan salah satu peristiwa yang menjadi sorotan
publik terutama media massa di Indonesia. Penulis ingin melihat bagaimana
media massa dengan polanya membentuk peristiwa tersebut dan
menghadirkannya menjadi berita di tengah masyarakat. Harian Republika
sebagai media massa juga memberitakan hal ini. Selanjutnya peneliti ingin
mengetahui bagaimana frame yang disajikan Republika dalam memaknai
kekerasan yang dilakukan Densus 88 kepada terduga teroris di Poso.
Pemberitaan kekerasan kepada terduga teroris di Poso dalam surat
kabar Republika termasuk bentuk media cetak. Memang media cetak banyak
mengambil alih pemberitaan kekerasan kepada terduga teroris di Poso, karena
berasal dari media kita dapat memperoleh informasi mengenai realitas yang
dihadirkan media ke hadapan pembaca bukanlah realitas yang sesungguhnya,
melainkan yang sudah di bentuk, dibingkai dan dipoles sedemikian rupa oleh
media tersebut.
Dari pemaparan di atas maka penulis mengambil judul “Konstruksi
Berita kekerasan Densus 88 Kepada Terduga Teroris di Poso (Analisis
Framing Pada Harian Republika)”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Ruang lingkup penelitian ini cukup luas, oleh karena itu peneliti
membatasi masalah yang akan diambil dari penelitian ini yaitu pada Edisi
tanggal 1 sampai dengan 5 Maret 2013.
8
Agar pembahasan penelitian ini lebih terarah maka rumusan masalah
dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana Harian Republika menyusun berita kekerasan Densus 88
kepada terduga teroris di Poso
2. Bagaimana Harian Republika mengisahkan peristiwa ke dalam berita
mengenai kasus kekerasan Densus 88.
3. Bagaimana Harian Republika mengungkapkan pandangannya menganai
kasus kekerasan Densus 88 ke dalam berita.
4. Bagaimana Harian Republika menekankan fakta ke dalam berita tentang
kasus kekerasan Densus 88 kepada terdua teroris di Poso.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami bagaimana
Harian Republika mengkonstruksi berita tentang kekerasan yang
dilakukan Densus 88 kepada terduga teroris di Poso Edisi Maret 3013.
b. Untuk mengetahui bagaimana pengemasan pesan berita oleh redaksi
Harian Republika dalam pemberitaan kekerasan Densus 88 kepada
terduga Teroris di Poso Edisi Maret 2013.
c. Untuk mengetahui bagaimana Harian Republika membingkai
pemberitaan seputar kasus kekerasan Densus 88 kepada terduga teroris
di Poso.
9
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi hasil riset
terutama di bidang komunikasi massa dengan fokus pada teknik
analisis framing. Penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi dan
data yang dapat digunakan oleh mahasiswa di Fakultas Ilmu Dakwah
dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Khususnya mahasiswa komunikasi dan jurnalistik.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi
penelitian serupa. Baik itu media massa maupun kelompok masyarakat
lain yang tertarik dalam kajian bingkai media.
D. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Sebagai penelitian yang berlandaskan pada paradigma
konstruktivisme maka kecenderungan penelitian ini bersifat kualitatif.
Pendekatan kualitatif adalah sebuah prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati.8
8Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,
cetakan kedelapan 1997) h. 3
10
Pengamatan kualitatif melibatkan pengukuran tingkatan suatu ciri
tertentu, untuk menemukan sesuatu dalam pengamatan, pengamat harus
mengetahui apa yang menjadi ciri sesuatu itu.9
Penelitian ini mengkaji bagaimana Harian Republika mengemas
berita terkait kekerasan Densus kepada terduga teroris di poso. Maka dari
itu, peneliti menggunakan metode analisis framing menggunakan kerangka
model Zhongdang Pan dan Gerald M Kosicki. Melalui perangkat analisis
framing ini dilakukan untuk menjawab mengenai pemaknaan dibalik berita
yang dikemas dan bagaimana pesan yang dibingkai oleh Harian Republika.
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah Harian Republika, sementara objek
penelitiannya adalah berita kekerasan Densus 88 kepada terduga teroris di
Poso pada edisi Maret 2013 yang berasal dari Koran Republika.
3. Teknik Pengumpulan Data
Wawancara atau interview merupakan alat pengumpulan informasi
langsung tentang beberapa jenis data.10
Wawancara atau dialog secara
langsung dengan pihak terkait yang berhubungan langsung dengan tema
penulis kaji. Yaitu Redaktur Berita di harian Republika mengenai berita
kekerasan Densus 88 kepada terduga Teroris di Poso. Adapun instrumen
yang digunakan dalam wawancara adalah alat perekam atau kamera.
9Ibid
10Ibid,h. 19
11
Wawancara ini juga merupakan cara yang penulis gunakan dalam
rangka mengumpulkan data dengan tanya jawab sepihak yang dikerjakan
secara sistematis dan berlandaskan kepada tujuan penelitian.11
Penulis melakukan wawancara bebas terpimpin, yaitu pernyataan
yang diajukan tidak hanya berpedoman pada sistematika pernyataan yang
telah disediakan, data-data yang diperoleh dalam teknis ini adalah dengan
cara tanya jawab secara lisan dan bertatap muka langsung dan narasumber
dapat menjawab dengan bebas dan terbuka.
4. Teknis Analisis Data
Dengan analisis data maka penelitian ini menampilkan temuan
tentang letak perbedaan teks media yang dihasilkan dan temuan
berdasarkan model analisis framing yang ditetapkan.
Menurut Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki adalah Strategi
konstruksi dan memproses berita. Menafsirkan peristiwa, dan dihubungkan
dengan rutinitas dan konvensi pembentukan berita.
Model framing yang diperkenalkan oleh Zhongdang Pan dan
Kosicki ini lebih dikenal dengan singkatan MPK (Model Pan dan Kosicki).
MPK (1993) melalui tulisan mereka “Framing Analiysis: An Approach to
News Discourse” mengoperasionalisasikan empat dimensi struktural teks
berita sebagai perangkat framing, yaitu: Sintaksis, Skrip, Tematik, dan
11
Marzuki, (Metodologi Riset, Yogyakarta : BPFE-UII, 1995), h. 62
12
Retoris. Keempat elemen-elemen sematik bahwa setiap berita mempunyai
frame yang berfungsi sebagai pusat organisasi ide.12
Analisis framing merupakan dasar struktur kognitif yang memandu
persepsi dan representasi realitas. Menurut Panuju, analisis framing adalah
analisis untuk membongkar ideologi di balik penulisan informasi.13
E. Tinjauan Pustaka
Berdasarkan tinjauan peneliti di perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, peneliti menemukan beberapa penelitian yang menggunakan analisis
framing seperti contoh penelitian terdahulu ini berasal dari seorang mahasiswa
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, bernama Darwis (2009) dengan judul
“Analisis Framing Konstruksi Berita Kekerasan Ahmadiyah di Surat Kabar
Republika” persamaan dari penelitian terdahulu dengan penelitian yang ditulis
peneliti adalah terletak pada kesamaan subjek penelitiannya yaitu mengambil
media Harian Republika. Selain itu persamaannya adalah objek penelitiannya
dari penelitian terdahulu dengan penelitian yang ditulis peneliti sama-sama
mengangkat tema mengenai kasus kekerasan. Sedangkan perbedaan penelitian
terdahulu dengan penelitian yang ditulis peneliti adalah dalam penggunaan
teori. Teori yang digunakan oleh Penulis adalah kerangka teori konsep
Zhongdang Pan dan Gerald M Kosicki. Sedangkan penelitian terdahulu
menggunakan kerangka analisis Framing Model Robert N. Entman.
Peneliti juga menemukan penelitian terdahulu dari seorang Mahasiswa
bernama Maysyarah (2010) dengan judul skripsi “Analisis Framing Berita
12
Zhongdang Pan dan Gerald M Kosicki, “Framing Analiysis: An Approach to News
Discourse” Jurnal Political Communication, vol. 10 no. 1, 1993, h. 55-57 13
Jumroni, Metode-metode Penelitian Komunikasi (Jakarta: UIN Press, 2006) Cet ke-1, h.92
13
Aksi Terorisme di Indonesia dalam Surat Kabar Sindo”. Persamaan dari
penelitian terdahulu dengan penelitian yang ditulis peneliti adalah
berhubungan dengan aksi terorisme. Perbedaannya dari penelitian terdahulu
yaitu terletak pada subjek penelitiannya, penelitian terdahulu mengambil
subjek media Harian Sindo sedangkan peneliti mengambil sunjek media
Harian Republika. Dan perbedaan penelitian ini terletak pada penggunaan
teori. Teori yang digunakan oleh Penulis adalah kerangka teori konsep
Zhongdang Pan dan Gerald M Kosicki. Sedangkan penelitian terdahulu
menggunakan kerangka analisis Framing Model Robert N. Entman.
Selain itu juga ada penelitian terdahulu dari Mahasiswa Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Nasional (UNAS) Jakarta, bernama
Muhamad Aditya Saputra (2008) dengan judul “Analisis Framing
Pemberitaan Kekerasan Yang Dilakukan Polisi di Mesuji Lampung Pada
Harian Republika”. Perbedaan antara penelitian yang dilakukan oleh peneliti
dengan penelitian terdahulu adalah penelitian terdahulu menggunakan
kerangka konsep model framing Robert N. Entman sedangkan peneliti
menggunakan kerangka konsep model Zhongdang Pan dan Gerald M Kosicki.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan terarah, maka penulis
membagi pembahasannya ke dalam lima bab yang dibagi ke dalam sub-sub
bab sebagai berikut:
14
BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan ini menguraikan secara singkat mengenai alasan
pemilihan judul, perumusan masalah dan pembatasan masalah, tujuan dan
kegunaan penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, serta sistematika
penulisan.
BAB II. KAJIAN TEORI
Bab ini menerangkan tentang Konstruksi Sosial Media Massa, Konsep
Framing Zhongdang Pan dan Gerald M Kosicki, pengertian Analisis Framing,
Kerangka Analisis Framing Zhongdang Pan dan Gerald M Kosicki, Pengertian
Ciri-Ciri dan Fungsi Media Massa, Pengertian Berita, Jenis-Jenis Berita,
Kategori Berita dan Berita Kekerasan di Media Massa.
BAB III. GAMBARAN UMUM
Membahas tentang profil yang meliputi sejarah singkat harian umum
Republika, visi dan misinya serta mekanisme (struktur) redaksi dari media
tersebut yakni Koran Republika.
BAB IV. TEMUAN DAN ANALISIS LAPANGAN
Bab ini berisikan tentang temuan dan analisis framing Harian
Republika terkait kasus kekerasan Densus 88 kepada terduga teroris di Poso
menggunakan perangkat framing Zhongdang Pan dan Gerald M Kosicki.
BAB V. PENUTUP
Dalam bab akhir ini, penulis memberikan kesimpulan terhadap apa
yang telah diteliti oleh penulis dalam karya ilmiah ini, serta memberikan
saran-saran dan juga beberapa lampiran yang didapat oleh penulis.
15
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konseptualisasi Media Massa
1. Definisi Media Massa
Media Massa kini sudah tidak bisa dipisahkan dari kehidupan
masyarakat karena media massa baik cetak maupun elektronik sudah
menjadi kebutuhan hidup masyarakat di dunia. Rasa ingin tahu terhadap
apa yang terjadi dalam lingkungan sekitar merupakan sifat dasar yang
dimiliki oleh setiap individu di muka bumi ini, dari dasar inilah rasa ingin
tahu tersebut kemudian berlanjut hingga peristiwa yang berada di belahan
dunia. Pada era informasi saat ini rasa ingin tahu tersebut dapat dipenuhi
dengan mudah di berbagai media massa. Masyarakat memanfaatkan media
massa untuk berbagai keperluan, sesuai dengan fungsi media massa. Para
pengkaji sosiologi media menunjukkan bagaimana masyarakat sebenarnya
memiliki ketergantungan pada media untuk memperoleh informasi tentang
peristiwa yang terjadi di dunia.
Pengertian Media massa secara umum adalah media informasi yang
terkait dengan masyarakat digunakan untuk berhubungan dengan khalayak
umum, dikelola secara profesional yang bertujuan mencari keuntungan.
Menurut pendapat Kurt Lang dan Gladsy Engel Lang, media massa
memaksakan perhatian terhadap isu-isu tertentu. Media massa membangun
citra publik tentang figur-figur politik. Media massa (mass media) dapat
16
berupa surat kabar, video, CD room, komputer, TV, radio dan lain
sebagainya.1
2. Jenis-jenis Media Massa
Seiring dengan perkembangan zaman media massa saat ini
berkembang begitu pesat, sehingga masyarakat luas dapat memilih
informasi dari media sesuai dengan selera yang dibutuhkan. Ada tiga jenis
media massa pada saat ini yaitu:
a. Media cetak
Media cetak merupakan media tertua yang ada di dunia. Media
cetak berawal dari media yang disebut dengan Acta diurnal dan Acta
senates dikerajaan Romawi, kemudian berkembang pesat setelah
Johannes Guttenberg menemukan mesin cetak, hingga kini sudah
beragam bentuknya, seperti surat kabar (koran), tabloid, dan majalah.2
b. Media elektronik
Setelah media cetak muncullah media elektronik pertama yaitu
radio. Yaitu sebagai media audio yang menyampaikan pesan lewat
suara. Kecepatan dan ketepatan waktu dalam menyampaikan pesan
radio tentu lebih cepat dengan menggunakan siaran langsung. Setelah
itu muncul televisi yang lebih canggih bisa menayangkan gambar
dengan suara, yaitu sebagai media massa audio visual.
1 Lynn H Turner, Pengantar Ilmu Komunikasi dan Aplikasi (Jakarta: Penerbit Salemba
Humanika,2008), h.41
2 Mondry,Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia,
2008),cet.1 h.13
17
c. Media online
Media online yaitu media yang menggunakan jaringan internet
mulai muncul pada abad 21. Media online ini bukan termasuk media
jenis media elektronik, media internet kemampuannya bisa melebihi
media cetak dan elektronik, apa yang ada pada kedua media tersebut
bisa masuk dalam jaringan internet melalui website. Para pakar media
memisahkannya ke dalam kelompok tersendiri dengan alasan media ini
menggunakan gabungan proses media cetak dengan menulis informasi
yang disalurkan melalui sarana elektronik, tetapi juga berhubungan
dengan komunikasi personal yang terkesan perorangan.
B. Konseptualisasi Berita
1. Definisi Berita
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia definisi berita adalah cerita
atau keterangan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat; laporan;
pemberitahuan; pengumuman.3 Bisa dikatakan berita yaitu suatu informasi
tentang peristiwa atau kejadian.
Berita berasal dari bahasa Inggris yaitu new (baru) jadi berita adalah
peristiwa-peristiwa atau hal yang baru terjadi. Berita adalah hasil akhir dari
proses kompleks dengan menyortir (memilah-milih) dan menentukan
peristiwa dan tema dalam satu kategori tertentu.4
Berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang
benar, menarik atau penting bagi sebagian khalayak, melalui media berkala
3Departemen Pendididkan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta:Balai Pustaka, 2001), h.140
4Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta:LkiS,
2002), h. 102
18
seperti surat kabar, radio, televisi, atau media online/internet. Jadi, berita
adalah fakta, opini, pesan, informasi yang mengandung nilai-nilai yang
diumumkan, diinformasikan, yang menarik perhatian sejumlah orang yang
memiliki persyaratan dengan kenyataan, diantaranya:5
a. Akurat, singkat, padat, jelas, dan sesuai dengan kenyataan.
b. Tepat waktu dan aktual.
c. Menarik, disajikan dengan kata-kata dan kalimat yang khas, segar, dan
enak dibaca.
d. Objektif, sama dengan fakta yang sebenarnya, tanpa tambahan opini
dari penulis.
e. Baru.
2. Jenis-jenis Berita
Jenis-jenis berita dapat digolongkan menjadi lima bagian yaitu:6
a. Straight News: Berita langsung (straight news) adalah berita yang
ditulis apa adanya, ditulis secara singkat dan lugas. Sebagian besar
halaman depan surat kabar berisi berita jenis ini.
b. Deep News: Berita yang mendalam, dan dikembangkan dengan
pendalaman hal-hal yang ada di sudut permukaan.
c. Investigation News: Berita yang dikembangkan berdasarkan penelitian
dari berbagai sumber.
d. Interpretative News: Berita yang dikembangkan berdasarkan pendapat
wartwan, bedasarkan fakta yang ditemukan dilapangan.
5Sr. Maria Asumpta Kumanti, Dasar-dasar Public Relation Teori dan Pkaktik,
(Jakarta:Grasindo,20002), h.130 6Asep Syansul Ramli, Jurnalisme Untuk Pemula, op.cit, h. 23
19
e. Opinion News: Berita mengenai pendapat seseorang, biasanya
pendapat para tokoh atau cendekiawan mengenai suatu isu atau hal-hal
tersebut.
3. Nilai Berita
Nilai berita dalam suatu berita menjadi suatu ukuran yang
menentukan berita tersebut layak diterbitkan atau tidak. Menurut Eriyanto
hanya ada beberapa peristiwa yang mempunyai ukuran-ukuran atau nilai-
nilai tertentu saja yang layak dan bisa disebut sebagai berita.7 Nilai berita
tersebut di antaranya adalah:8
Immediacy atau biasa disebut timelines: terkait dengan kesegaran
peristiwa yang dilaporkan.
a. Proximity: keterdekatan peristiwa dengan pembaca dalam keseharian
hidup mereka. Karena biasanya orang-orang akan tertarik dengan berita
yang menyangkut dengan kehidupan mereka
b. Consequence: berita yang mengubah kehidupan pembaca adalah yang
mengandung nilai konsekuensi
c. Conflict: peristiwa perang, demonstrasi, atau kriminalitas merupakan
contoh elemen konflik di dalam pemberitaan.
d. Oddity: peristiwa yang tidak biasa terjadi adalah sesuatu hal yang akan
diperhatikan segera oleh masyarakat.
7 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta:LkiS,
2005), cet ke-3, h. 106
8Septiawan Santana K, Jurnalisme Kontemporer, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
2005), h. 18-20
20
e. Sex: seks sering menjadi elemen utama dari sebuah pemberitaan, tetapi
sering pula seks menjadi elemen tambahan bagi pemberitaan tertentu,
seperti pada berita olahraga, selebriti dan kriminal.
f. Emotion: elemen emotion ini kadang dinamakan elemen human
interest.
g. Prominence: elemen ini adalah unsur keterkenalan selalu menjadi
incaran pembuat berita.
h. Suspence: menunjukkan sesuatu yang ditunggu-tunggu, terhadap
sebuah peristiwa oleh masyarakat. Kejelasan mengenai suatu fakta
sangat dituntut oleh masyarakat.
i. Progress: ini adalah elemen “perkembangan” suatu peristiwa yang
ditunggu oleh masyarakat.
4. Kategori Berita
Proses kerja dan produksi berita adalah sebuah konstruksi. Sebagai
sebuah konstruksi ia menentukan mana yang layak dan mana yang disebut
berita atau tidak selain nilai berita, prinsip lain dalam proses produksi
berita yakni kategori berita. Secara umum seperti yang dicatat Gaye
Tuchman, wartawan menggunakan lima kategori berita. Kategori tersebut
digunakan untuk membedakan isi berita dan kategori subjek peristiwa yang
menjadi berita. Kelima kategori tersebut digambarkan sebagai berikut:9
a. Hard news. Berita mengenai peristiwa yang terjadi pada saat itu.
Kategori berita ini sangat dibatasi oleh waktu dan aktualisasi. Semakin
9Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media (Yogyakata:LkiS,
2005), cet ke-3, h.110
21
cepat diberitakan semakin baik. Bahkan ukuran keberhasilan dari
kategori ini adalah kecepatannya.
b. Soft news. Kategori ini adalah hal-hal yang berhubungan dengan kisah
manusiawi (Human Interest). Pada jenis berita ini tidak dibatasi oleh
waktu. Iabisa diberitakan kapan saja.
c. Spot news.Spot new sadalah sub klasifikasi dan kategori yang bersifat
hard news. Dalam spot news, peristiwa yang diliput tidak bisa
direncanakan.
d. Developing news. Developing news adalah sub klasifikasi dari hard
news yang umumnya berhubungan dengan peristiwa yang tidak terduga
seperti spot news. Tetapi dalam developing news dimasukan elemen
lain, seperti peristiwa yang diberitakan adalah bagian dari rangkaian
berita yang akan diteruskan keesokan hari atau dalam berita
selanjutnya.
e. Continuing news. Continuing news adalah sub klasifikasi lain dari hard
news. Dalam contining news peristiwa-peristiwa yang bisa diprediksi
dan direncanakan.
C. Mekanisme Kerja Redaksional
Redaksi adalah istilah untuk menyebut komunitas orang-orang yang
terhimpun dalam suatu proses pengelolaan dan penyajian berita kepada
masyarakat sesuai dengan visi dan misi pemberitaannya. Dalam pespekif
sederhana, redaksi disebut juga sebagai “dapur” suatu perusahaan media
sebelum menerbitkan berita yang disajikan kepada masyarakat.
22
Berita yang dihadirkan oleh media massa kepada khalayak pembaca
merupakan sebuah informasi yang diproses melalui mekanisme kerja
redaksi di dalam media. Jadi, sebuah berita yang dihadirkan oleh media
tidak semata-mata langsung dihadirkan kepada khalayak akan tetapi,
melalui mekanisme kerja redaksi sebuah berita dibentuk sedemikian rupa
sesuai dengan keinginan dan kebijakan redaksi suatu media agar menarik
khalayak pembaca.
Redaksi adalah struktur dan mekanisme yang berlaku dalam
pengelolaan media massa baik media cetak, elektronik maupun media
online. Dalam perspektif yang lebih luas, redaksi media pun menjalankan
fungsi-fungsi yang tidak hanya berhubungan dengan peliputan dan
penulisan berita.
Sebagai contoh pada media cetak, organisasi redaksi memiliki lima
fungsi yang harus dijalankan, yang terdiri sebagai berikut :
1. Fungsi Redaksional
Sebagai fungsi yang mengatur dan mengelola segala proses
peliputan dan penulisan berita yang akan diterbitkan. Fungsi redaksional
identik dengan struktur dan mekanisme yang mengatur para wartawan dalam
menjalankan tugas jurnalistik, mulai dari pencarian bahan berita, peliputan
berita, penilaian kelayakan berita, dan penulisan berita hingga sidang redaksi
untuk memutuskan terbit atau tidaknya berita.
23
2. Fungsi Perusahaan
Sebagai fungsi yang menekan pada pengaturan struktur dan
menisme kerja organisasi untuk mempertahankan keberlangsungan
perusahaan. Fungsi perusahaan ini lebih fokus dalam menjalankan fungsi
operasional keredaksian media massa dalam menjalankan bisnis media, seperti
strategi perusahaan media, menghitung rugi laba, biaya operasional
perusahaan dan karyawan.
3. Fungsi Iklan
Sebagai fungsi yang menjalankan perolehan iklan sebagai inkam,
aktivitas keredaksian, dan komersialisasi bisnis media massa. Fungsi iklan
merupakan jembatan antara fungsi perusahaan dan fungsi redaksional. Fungsi
iklan dapat dikatakan sebagai pelaksana fungsi marketing dalam bisnis media
massa yang bertugas untuk mencari pendapatan melalui pemasangan iklan.
Fungsi iklan ini memiliki kontribusi besar terhadap kebelanjutan dan
eksistensi suatu media massa, disamping dapat menetukan tiras atau jumlah
penerbitan media cetak yang sesuai dengan pasar.
4. Fungsi Produksi/ percetakan
Sebagai fungsi yang bertanggung jawab dalam mengoptimalkan proses
penerbitan media cetak, baik dari segi perwajahan (lay out) dan kualitas
cetakan. Fungsi produksi memiliki peran besar dalam meraih smpati pembaca
melalui penampilan perwajahan media cetak. Di samping dapat
mempengaruhi kecepatan distribusi kepada pembaca.
24
5. Fungsi sirkulasi
Sebagai fungsi yang menjalankan mekanisme dan proses distribusi
media cetak hingga sampai ke tangan pembaca. Fungsi sirkulasi sangat
menentukan konsistensi jadwal terbit dan penyebarluasan berita ke seluruh
pelosok daerah yang menjadi target pembaca, di samping ikut menentukan
pencapaian jumlah pembacanya. Mengacu pada pola dan mekanisme kerja
redaksi media sebagaimana dijelaskan diatas maka peran redaksi media sangat
besar dalam menentukan keberlangsungan eksistensi suatu media massa.
Dalam organisasi media cetak di manapun, sebelum seorang reporter
turun atau diturunkan ke lapangan, ia harus lebih dahulu mendengarkan dari
redakturnya apa-apa yang dihasilkan dalam rapat redaksi. Redaksi
menentukan apakah suatu peristiwa memiliki nilai berita sesungguhnya
merupakan tahap awal dari proses kerja redaksional. Biasanya seorang
redaktur menentukan apa yang harus diliput sementara seorang reporter
menentukan bagaimana cara meliputnya, karena ia berurusan dengan tahap
pencarian dan penggarapan berita. Setelah seluruh materi terhimpun, maka
dilakukanlah penulisan dan penyuntingan (editing).
D. Jurnalisme Damai
Istilah ini pertama kali muncul dalam Kursus Jurnalisme Perdamaian
yang diselenggarakan di Taplow Court, Buckinghamshire, Inggris, pada 25-
29 Agustus 1997. Jurnalisme damai merupakan kritik terhadap jurnalism
perang yang dikembangkan media-media barat terpola untuk menempatkan
konflik sebagai persoalan “menang-kalah”, “ditunduk-menundukkan”.
25
Pemberitaan mereka juga terlalu berfokus pada tindakan-tindakan kekerasan
yang terjadi tanpa banyak mengkaji akar konflik, dampak-dampak dan apa
pemecahannya.
Jurnalisme damai adalah praktek jurnalistik yang bersandar pada
pertanyaan–pertanyaan kritis tentang manfaat aksi-aksi kekerasan dalam
sebuah konflik dan tentang hikmah konflik itu sendiri. Jurnalisme damai
melihat perang atau pertikaian bersenjata sebagai sebuah masalah, sebagai
ironi kemanusiaan yang tidak seharusnya terjadi. Jurnalisme damai pada
dasarnya adalah seruan kepada semua pihak memikirkan hikmah konflik.
Yaitu dengan senantiasa menggarisbawahi kerusakan dan kerugian
psikolois, budaya dan struktur dari kelompok masyarakat yang menjadi
korban konflik atau perang.
Jurnalisme damai memberi porsi yang sama kepada semua versi
yang muncul dalam wacana konflik. Jurnalisme damai juga berusaha
mengungkapkan ketidakbenaran dikedua belah pihak, bahkan kalau perlu
menyebutkan nama pelaku kejahatan dikedua belah pihak.
Kekuatan media antara lain melalui proses pembingkaian
(framing), teknik pengemasan fakta, penggambaran fakta, pemilihan angel,
penambahan atau pengurangan foto, gambar, dan lain-lain. Dengan
demikian, media mempunyai potensi untuk meredam ataupun mendorong
konflik. Media bisa memperjelas sekaligus mempertajam konflik atau
sebaliknyan mengaburkan dan menghilangkannya. Dan jurnalisme damai
26
bukan hanya berurusan dengan hal dekoratif seperti cover both side, tapi
lebih dari itu barurusan dengan hati nurani para pengelola media.
Berikut beberapa ciri dari Jurnalisme Damai:
a. Penentuan Angel dan Fokus
1) Fokus pada proses terjadinya konflik pihak-pihak yang terlibat,
penyebab pertikaian, permaalahan yang menyertai berorientasi
pada opsi “menang-menang”.
2) Ruang dan waktu yang terbuka; sebab-akibat dalam perspektif
sejarah.
3) Memberitakan konflik apa adanya.
4) Memberi ruang pada semua suara/versi; menampilkan empati
dan pengertian.
5) Melihat konflik atau perang sebagai sebuah masalah, fokus pada
hikmah konflik.
6) Melihat aspek humanisasi disemua sisi atau pihak.
7) Pro-aktif; pencegahan sebelum konflik atau perang terjadi.
8) Fokus pada dampak non-fisik kekerasan (trauma dan
kemenangan, kerusakan pada struktur dan budayaa masyarakat).
b. Orientasi Liputan
Ketidak-benaran dikedua belah pihak, membongkar “cover-up”
c. Cara pandang terhadap akhir konflik
27
1) Fokus pada penderitaan semua; perempuan;anak-anak;orang
tua, memberi suara pada korban.
2) Menyebut nama pelaku kejahatan di kedua belah pihak.
3) Fokus pada para penggiat perdamaian ditingkat akar rumput.
d. Pandangan terhadap akhir konflik
1) Perdamaian=anti kekerasan + hikmah
2) Mengangkat inisiatif perdamaian dan mencegah perang
berlanjut.
3) Fokus pada struktur dan budaya masyarakat yang damai.
4) Usai konflik resolusi, rekonstruksi dan rekonsiliasi.
E. Konstruksi Sosial Media Massa
Fakta atau berita adalah hasil konstruksi dari realitas. Bagi kaum
konstruksionis, realitas itu bersifat subjektif serta realitas merupakan
konstruksi sosial yang diciptakan oleh individu.10Dalam hal penulisan fakta
atau berita realitas itu hadir karena dihadirkan oleh konsep subjektif dari
seorang wartawan. Dalam paradigm konstruksionis definisi sosial realitas
adalah hasil ciptaan manusia kreatif melalui kekuatan konstruksi sosial
terhadap dunia sosial di sekelilingnya.11Dunia sosial yang dimaksud oleh
George Simmel adalah realitas dunia itu sendiri dan hukum yang
menguasainya.
10
Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa: Kekuatan Pengaruh Media Massa,
Iklan Televisi dan Keputusan Konsumen Serta Kritik Terhadap Peter L Berger & Thomas
Luckmann (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), h. 12
11
Ibid, h. 13
28
Max Weber melihat realitas sosial sebagai perilaku sosial yang
memiliki makna subjektif, karena itu perilaku memiliki tujuan dan motivasi.
Pada dasarnya realitas itu tidak berdiri sendiri tanpa kehadiran individu, baik
di dalamnya maupun di luar realitas tersebut. Realitas sosial itu memiliki
makna, manakala realitas sosial di konstruksi dan dimaknakan oleh individu
lain sehingga memantapkan realitas itu secara objektif. Individu yang
mengkonstruksi realitas dan mengkonstruksi dalam dunia realitas,
memantapkan realitas itu berdasarkan subjektivitas individu lain dalam
institusi sosialnya.12
Konstruksi sosial media massa diambil dari pendekatan konstruksi
sosial atas realitas Peter L Berger dan Luckmann dengan melihat fenomena
media massa dalam proses eksternalisasi, objektivasi, internalisasi. Menurut
pandangan Berger dan Luckmann tahapan-tahapan dalam proses konstruksi
sosial media massa itu terjadi melalui tahap menyiapkan materi, tahap sebaran
konstruksi, tahap pembentukan konstruksi dan tahap konfirmasi.13 Berikut
penjelasan mengenai tahapan-tahapan dalam proses konstruksi sosial media
massa.
1. Tahap menyiapkan materi konstruksi: dalam hal ini ada tiga tahapan
penting yaitu keberpihakan media massa kepada kapitalisme, keberpihakan
semu kepada masyarakat dan keberpihakan kepentingan umum.
12
Ibid
13
Burhan Bungin, Sosial Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi
Komunikasi di Masyarakat, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 205-212
29
2. Tahap sebaran konstruksi: tahap ini dilakukan melalui strategi media masa.
Prinsip dasar dari tahap ini adalah semua informasi harus sampai kepada
khalayak secara tepat berdasarkan agenda media.
3. Tahap pembentukan konstruksi realitas: pada tahap ini berlangsung melalui
konstruksi realitas pembenaran, kesediaan dikonstruksi oleh media massa
dan sebagai pilihan konsumtif.
4. Tahap konfirmasi: konfirmasi adalah tahapan ketika media massa maupun
penonton memberi argumentasi dan akuntabilitas terhadap pilihannya
untuk terlibat dalam pembentukan kontruksi.14
Konstruksi sosial menurut Berger dan Luckmann tidak berlangsung
dalam ruang hampa, namun sarat dengan kepentingan-kepentingan.15 Proses
konstruksi yang berlangsung di media massa dipengaruhi oleh faktor internal
dan eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi salah satunya adalah
kebijakan redaksional. Setiap media massa memiliki kebijakan redaksional
yang berbeda-beda. Kebijakan redaksional merupakan dasar pertimbangan
suatu lembaga media massa untuk menyiarkan atau tidaknya suatu berita.16
Pada konteks media cetak ada tiga tindakan dalam mengkonstruksi
realitas, yang hasil akhirnya berpengaruh terhadap pembentukan citra suatu
realitas, yaitu:17
14
Burhan Bungin, Sosial Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi
Komunikasi di Masyarakat, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 14
15
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik dan Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009) h. 91
16
Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru, (Jakarta: Penerbit Kalam Indonesia, 2005), h. 150
17
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media (Yogyakata:LkiS,
2005), cet ke-3, h.27
30
1. Pemilihan atau kata simbol. Walaupun media cetak biasanya melaporkan,
namun jika dalam pemilihan kata istilah atau simbol secara umum yang
memiliki arti tertentu di masyarakat, tentu akan menarik perhatian
masyarakat tersebut.
2. Pembingkaian suatu berita. Pada media cetak selalu terdapat tuntutan
teknis, seperti keterbatasan kolom dan halaman karena tuntutan dari kaidah
jurnalistik kemudian berita selalu disederhanakan melalui mekanisme
pembingkaian atau framing.
3. Penyediaan ruang. Semakin besar ruang yang diberikan maka akan
semakin besar pula perhatian yang akan diberikan oleh khalayak.18
F. Konstruksi Sosial: Pemikiran Peter L. Berger dan Thomas Luckmann
Konsep mengenai konstruksi pertama kali diperkenalkan oleh Peter L.
Berger, seorang interpretatif. Peter L. Berger bersama-sama dengan Thomas
Luckman mengatakan setiap realitas sosial dibentuk dan dikonstruksi oleh
manusia. Teori konstruksi sosial menurut Berger dan Luckman adalah
konstruktivisme dilihat sebagai sebuah kerja kognitif individu untuk
menafsirkan dunia realitas yang ada, karena terjadi relasi sosial antara individu
dengan lingkungan atau orang sekitarnya. Kemudian individu membangun
sendiri pengetahuan atas realitas yang dilihatnya itu berdasarkan pada
pengetahuan yang telah ada sebelumnya.19
18
Agus Sudibyo, Politik Media dan Pertarungan Wacana, (Yogyakarta:LkiS, 2001), h. 2-
4
19
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Tekhnologi
Komunikasi diMasyarakat, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 10.
31
Proses pencurahan suatu realitas sosial itu dilakukan melalui sebuah
persepsi atau cara pandang dari wartawan. Kemudian objektivasi adalah tahap
di mana persepsi dilakukan oleh wartawan secara objektif terhadap peristiwa
yang dikonstruksi. Hingga sampai pada tahap akhir yang disebut internalisasi.
Dapat dijabarkan tahap terakhir ini sebagai proses melakukan konstruksi
secara internal melalui pernyataan-pernyataan, kata-kata, dan bahasa, yang
dituangkan dalam teks berita.20
Menurut Peter L. Berger bersama-sama dengan Thomas Luckman,
seperti yang dikutip Eriyanto, realitas tidak dibentuk secara alamiah, tidak juga
sesuatu yang diturunkan Tuhan, tetapi dibentuk dan dikonstruksi. 21
Selain itu Eriyanto menambahkan bahwa terdapat dua penekanan
karakteristik penting pada pembuat konstruksi realitas. Pertama, pendekatan
konstruksionis menekankan bagaimana politik pemaknaan dan bagaimana
seseorang membuat gambaran tentang realitas politik. Kedua, pendekatan
konstruksionis memandang kegiatan konstruksi sebagai proses yang terus
menerus dan dinamis.22
Setiap wartawan mempunyai pandangan, pemikiran, dan konsep yang
berbeda dalam menyikapi suatu peristiwa atau berita yang terjadi.
Menurut Berger dan Luckman yang dikutip Burhan Bungin mengenai
realitas sosial ada 3 macam, yaitu :
20
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta:
LKIS, 2002), h.13-17
21
Ibid.,h.15.
22
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta:
LKIS, 2002), h.19
32
1. Realitas Subjektif yaitu realitas yang terbentuk sebagai proses penyerangan
kembali realitas objektif dan simbolik ke dalam individu melalui proses
internalisasi.
2. Realitas Objektif yaitu realitas yang terbentuk dari pengalaman di dunia
objektif yang berada di luar diri individu, dan realitas ini dianggap sebagai
kenyataan.
3. Realitas Simbolik yaitu merupakan ekspresi simbolik dari realitas objektif
dalam berbagai bentuk.23
Tentang proses konstruksi realitas, prinsipnya setiap upaya
menceritakan (konseptualisasi) sebuah peristiwa, keadaan, atau benda tak
terkecuali mengenai hal-hal yang berkaitan dengan peristiwa sosial maupun
budaya.
Pekerjaan media pada hakikatnya adalah mengkonstruksikan realitas.
Apa pun yang dikonstruksikan oleh media massa akan sangat besar
memengaruhi makna dan gambaran yang dihasilkan dari realitas yang
dikonstruksikannya.24Maka setiap media massa akan menghasilkan makna
yang berbeda walaupun dari pemberitaan yang sama.
23
Burhan Bungin, Sosial Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi
Komunikasi di Masyarakat, (Jakarta: Kencana, 2007), h.5 24
Alex Sobur, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing,(Bandung : Remaja Rosdakarya,
2001), h. 88
33
G. Defenisi dan Konsep Framing
1. Definisi Analisis Framing
Dalam perspektif komunikasi, analisis framing dipakai untuk
membedah cara-cara atau ideologi media saat mengkonstruksi fakta.
Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta ke
dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti atau lebih
diingat untuk mengarahkan interpretasi khalayak sesuai perspektifnya.
Dengan kata lain, framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana
perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika
menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang atau perspektif itu pada
akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang
ditonjolkan dan dihilangkan, serta hendak dibawa kemana berita tersebut.25
Secara sederhana, analisis framing dapat digambarkan sebagai
analisis untuk mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, aktor, kelompok,
atau apa saja) dibingkai oleh media. Pembingkaian tersebut tentu saja
melalui proses kostrukis. Dengan kata lain, analisis framing digunakan
untuk mengetahui bagaimana realitas dikonstruksi oleh media.26
Dalam analisis framing, yang kita lakukan pertama kali adalah
melihat bagaimana media mengkonstruksikan realitas. Disini wartawan dan
medialah yang secara aktif membentuk realitas. Sehingga yang menjadi
25
Alex Sobur, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing,(Bandung : Remaja Rosdakarya,
2001),hal. 162
26
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media,(Yogyakarta:
LKIS, 2002), hal. 3
34
titik perhatian bukan apakah media memberitakan negatif atau positif,
melainkan bagaimana bingkai yang dikembangkan oleh media.27
Jadi, framing adalah cara yang digunakan untuk menganalisis dan
mengetahui bagaimana konstruksi dari suatu peristiwa yang dilakukan oleh
media massa, yang kemudian dikemas menjadi sebuah berita. Pada
dasarnya, framing itu metode untuk melihat cara bercerita (story telling)
media massa atas peristiwa. Cara bercerita itu tergambar pada “cara
pandang” terhadap realitas yang dijadikan berita.“Cara melihat” ini
berpengaruh pada hasil akhir dari konstruksi realitas.Dengan menggunakan
analisis framing, kita dapat mengetahui bagaimana media
mengkonstruksikan suatu peristiwa menjadi sebuah berita untuk
disebarluaskan kepada khalayak, dan juga bagaimana membingkai suatu
realitas sesuai dengan pandangan wartawan dan media itu sendiri.
Analisis framing melihat bagaimana pesan atau peristiwa
dikonstruksi oleh media.Serta bagaimana wartawan mengkonstruksi
peristiwa dan menyajikannya kepada khalayak atau pembaca. Jadi, dalam
penelitian analisis framing yang menjadi titik persoalan adalah bagaiman
realitas atau peristiwa dikonstruksi oleh media. Lebih khusus, bagaimana
media membingkai peristiwa dalam konstruksi tertentu sehingga yang
menjadi titik perhatian bukan apakah media tersebut memberitakan berita
negatif atau positif, melainkan bagaimana bingkai yang dikembangkan oleh
27
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta:
LKIS, 2002),hal. 9
35
media tersebut. Ada beberapa macam pendapat mengenai defenisi tentang
framing, macam definisi tersebut dirangkum dalam tabel di bawah ini28:
TABEL 1. DIMENSI BESAR FRAMING
TOKOH DEFINISI
Robert N. Entman Proses seleksi dari berbagai aspek realitas
sehingga bagian tertentu dari peristiwa itu lebih
menonjol dibandingkan aspek lain. Ia juga
menyertakan penempatan informasi-informasi
dalam konteks yang khas sehingga sisi tertentu
mendapatkan alokasi lebih besar dari pada sisi
lain
William A. Gamson
Cara berbicara atau gugusan ide-ide yang
terorganisir sedemikian rupa dan menghadirkan
konstruksi makna peristiwa-peristiwa yang
berkaitan dengan objek suatu wacana. Cara
bercerita itu terbentuk dalam sebuah kemasan
(package). Kemasan itu semacam skema atau
semacam struktur pemahaman yang digunakan
individu untuk mengkonstruksi makna pesan-
pesan yang ia sampaikan, serta untuk
menafsirkan makna pesan-pesan yang ia terima.
Todd Gitlin
Strategi bagaimana realitas/dunia dibentuk dan
disederhanakan sedemikian rupa untuk
ditampilkan kepada khalayak pembaca.
Peristiwa-peristiwa ditampilkan dalam
pemberitaan agar tampak menonjol dan menarik
perhatian khalayak pembaca. Itu dilakukan
dengan seleki, pengulangan, penekanan dan
presentasi aspek tertentu dari realitas
David E. Snow and
Robert Benfort
Pemberitaan makna untuk menafsirkan peristiwa
dan kondisi yang relevan. Frame
mengorganisasikan system kepercayaan dan
diwujudkan dalam kata kunci tertentu, anak
kalimat, citra tertentu, sumber informasi dan
28
Ibid, h. 67-68
36
kalimat tertentu.
Amy Binder Skema interpretasi yang digunakan oleh individu
untuk menempatkan, menafsirkan,
mengindenfikasi, dan melabeli peristiwa secara
langsung atau tidak langsung. Frame
mengorganisir peristiwa yang kompleks ke
dalam bentuk dan pola yang mudah dipahami
dan membantu individu untuk mengerti makna
peristiwa.
Zhongdang Pan
and Gerald M.
Kosicki
Strategi konstruksi dan memproses berita.
Perangkat kognisi yang digunakan dalam
mengkode informasi, menafsirkan peristiwa, dan
dihubungkan dengan rutinitas dan konvensi
pembentukan berita.
Ada dua aspek yang digunakan dalam pendekatan analisis framing
yaitu pertama, memilih fakta/realitas. Proses memilih fakta ini didasarkan
pada asumsi, wartawan tidak mungkin melihat peristiwa tanpa perspektif.29
Dalam memilih fakta ini selalu terkandung dua kemungkinan yaitu apa
yang dipilih (included) dan apa yang dibuang (excluded). Penekanan pada
aspek tertentu itu dilakukan dengan memilih angel tertentu, fakta tertentu
dan melupakan fakta lain, pada intinya peristiwa dilihat dari sisi tertentu.
Akibatnya, pemahaman dan konstruksi atas suatu peristiwa bisa jadi
berbeda antara suatu media dengan media lain.
Kedua, menuliskan fakta, proses ini berhubungan dengan
bagaimana fakta yang dipilih itu disajikan kepada khalayak. Ide itu
29
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media,
(Yogyakarta:LkiS, 2005), cet ke-3, h. 69
37
diungkapkan kata, kalimat, foto dan sebagainya. Elemen menulis fakta ini
berhubungan dengan penonjolan realitas. Pemakaian kata, kalimat atau foto
merupakan implikasi dari memilih aspek tertentu dari realitas. Akibatnya,
realitas yang disajikan secara menonjol memungkinkan lebih besar untuk
diperhatikan dan mempengaruhi khalayak dalam memahami suau realitas.
Melalui framing seorang jurnalis dapat mengemas peristiwa yang
kompleks menjadi sebuah peristiwa yang mudah dipahami dengan
menggunakan perspektif tertentu dan lebih menarik perhatian pembaca.
Laporan berita yang akhirnya ditulis wartawan pada akhirnya menampilkan
apa yang dianggap penting, apa yang perlu ditonjolkan, dan apa yang perlu
disampaikan oleh wartawan kepada para pembaca.
2. Konsep Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki
Dalam skripsi ini penulis menggunakan framing Zhongdang Pan
dan Gerald M. Kosicki. Model ini berasumsi bahwa setiap berita
mempunyai frame yang berfungsi sebagai pusat dari organisasi ide. Frame
ini adalah suatu ide yang dihubungkan dengan elemen yang berbeda dalam
teks berita, seperti kutipan sumber, latar informasi, pemakaian kata atau
kalimat tertentu ke dalam teks secara keseluruhan. Frame berhubungan
dengan makna. Bagaimana seseorang memaknai suatu peristiwa dapat
dilihat dari perangkat tanda yang dimunculkan dalam teks. Elemen yang
menandakan pemahaman seseorang yang mempunyai bentuk yang
terstruktur dalam bentuk aturan atau konvensi penulisan sehingga ia dapat
38
menjadi “jendela” melalui mana makna yang tersirat dari berita menjadi
terlihat.30
Pan dan Kosicki membuat suatu model yang mengintegrasikan
secara bersama-sama konsepsi psikologis yang melihat frame semata
sebagai persoalan internal pemikiran dengan konsepsi sosiologis yang lebih
tertarik melihat frame dari sisi bagaimana lingkungan sosial juga
dikonstruksi seseorang.31Bagaimana konsepsi tadi digabung dalam satu
model.Ini dapat ditemukan dari bagaimana suatu berita diproduksi dan
peristiwa dikonstruksi oleh wartawan.
Dalam mengkonstruksi suatu realitas, wartawan tidak menggunakan
konsepsi yang ada dalam pikiran semata, yakni dengan mempertimbangkan
berbagai hal diantaranya yaitu pertama, proses konstruksi itu juga
melibatkan nilai sosial yang melekat dalam diri wartawan. Sebagai bagian
dari lingkungan sosial, wartawan akan menerima nilai-nilai, kepercayaan
yang ada di masyarakat. Kedua, ketika menulis dan mengkonstruksi berita
wartawan bukanlah berhadapan dengan publik kosong. Hal ini karena
wartawan bukan menulis untuk dirinya sendiri, melainkan untuk dinikmati
dan dipahami oleh para pembaca. Ketiga, proses konstruksi itu juga
ditentukan oleh proses produksi yang selalu melibatkan standar kerja,
profesi jurnalistik dan standar profesional dari wartawan.
30
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta:LkiS,
2005), cet ke-3, hal. 293
31
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta:LkiS,
2005), cet ke-3, hal.253
39
Wartawan menggunakan beberapa perangkat wacana seperti
penggunaan yang strategis di dalam sebuah kata, kalimat, lead, hubungan
antarkalimat, foto, grafik dan perangkat lain untuk membentuk dirinya
mengungkapkan pemaknaan mereka sehingga dapat dipahami oleh
pembaca. Perangkat wacana ini dapat juga menjadi alat bagi peneliti untuk
memahami bagaimana media mengemas sebuah peristiwa.
Dalam pendekatan framing model Pan dan Kosicki, perangkat
dibagi menjadi empat struktur, yaitu struktur sintaksis, struktur skrip,
struktur tematik, dan struktur retoris.
a. Struktur Sintaksis
Sintaksis berhubungan dengan bagaimana wartawan menyusun
peristiwa, pernyataan, opini, kutipan, pengamatan atas peristiwa ke dalam
bentuk susunan umum berita dengan demikian dapat diamati dari bagan
berita ( lead yang dipakai, latar, headline, kutipan yang diambil, dan
sebagaianya). Intinya, ia mengamati bagaimana wartawan memahami
peristiwa yang dapat dilihat dari cara ia menyusun fakta ke dalam bentuk
umum berita.
b. Struktur Skrip
Skrip berhubungan dengan bagaimana wartawan mengisahkan atau
menceritakan peristiwa ke dalam bentuk berita. Struktur ini melihat
bagaimana strategi cara bercerita atau bertutur yang dipakai oleh wartawan
dalam mengemas suatu peristiwa ke dalam bentuk berita. Struktur ini
melihat bagaimana strategi cara bercerita atau bertutur yang dipakai
40
wartawan dalam mengemas peristiwa ke dalam bentuk cerita. Struktur skrip
dapat dilihat dari kelengkapan unsur 5W+1H: Siapa (Who), Apa (What),
Kapan (When), Dimana (Where), Mengapa (Why), dan Bagaimana (How).
Dengan harus mampu menekankan atau menghilangkan bagian terpenting
dalam mengisahkan sebuah fakta.
c. Struktur Tematik
Tematik berhubungan dengan bagaimana wartawan
mengungkapkan pandangannya atas peristiwa ke dalam proposisi, kalimat
atau hubungan antarkalimat yang membentuk teks secara keseluruhan.
Struktur ini melihat bagaimana pemahaman itu diwujudkan dalam bentuk
yang lebih kecil. Dalam menulis berita, seorang wartawan mempunyai tema
tertentu untuk peristiwa dan tema inilah yang akan dibuktikan dengan
susunan atau bentuk tertentu.
Struktur tematik mengandung rangkuman dan isi utama.
Rangkuman biasanya dijelaskan melalui headline, peranan atau
kesimpulan. Sedangkan isi utama adalah bukti yang mendukung hipotesis
yang dijelaskan dan biasanya berisi episode, informasi, latar, dan kutipan.
d. Struktur Retoris
Retoris berhubungan dengan bagaimana wartawan menekankan arti
tertentu ke dalam berita. Struktur ini akan melihat bagaimana wartawan
memakai pilihan kata, idiom, grafik, dan gambar yang dipakai bukan hanya
41
mendukung tulisan, melainkan juga menekankan arti tertentu kepada
pembaca.32
Wartawan menggunakan unsur ini untuk membuat citra,
meningkatkan kemenonjolan pada isi tertentu dan meningkatkan gambaran
yang diinginkan dari suatu berita. Ada beberapa elemen yang digunakan
oleh wartawan antara lain, leksikon, yaitu pemilihan dan pemakaian kata-
kata tertentu untuk menandai atau menggambarkan peristiwa. Pemakaian
kata-kata tersebut sering diikuti dengan penggunaan label-label tertentu.
Keempat struktur tersebut merupakan suatu rangkaian yang dapat
menunjukkan framing dari suatu media. Kecenderungan atau kecondongan
wartawan dalam memahami suatu peristiwa dapat diamati dan keempat
struktur tersebut.
32
Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta:LkiS,
2005), cet ke-3, h.256
42
Pendekatan itu dapat digambar dalam skema di bawah ini.33
Struktur Unit Yang Diamati
Sintaksis Headline, Lead, Latar,
Cara wartawan Informasi, Kutipan,
Menyusun fakta Sumber, Pernyataan,
Penutup.
Skrip 5W + 1H
Cara wartawan
Mengisahkan fakta
Tematik Paragraf, Proposisi,
Cara wartawan Kalimat, Hubungan
Menulis fakta antarkalimat
Retoris Kata, Idiom,
Cara wartawan gambar/foto,
Menekankan fakta Grafik
33
Ibid
Perangkat Framing
1. Skema Berita
2. kelengkapan Berita
3. Detail
4. Koherensi
5. Bentuk Kalimat
6. Kata Ganti
7. Leksikon
8. Grafis
9. Metafora
43
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Profil Harian Republika
1. Sejarah Harian Republika
Harian Republika diterbitkan atas kehendak mewujudkan media
massa yang mampu mendorong bangsa menjadi kritis dan berkualitas.
Yakni bangsa yang mampu sederajat dengan bangsa maju lain di dunia,
memegang nilai-nilai spiritualitas sebagai perwujudan Pancasila sebagai
filsafat bangsa, serta memiliki arah gerak seperti digariskan UUD 1945.
Kehendak melahirkan masyarakat demikian searah dengan tujuan,
cita-cita dan program Ikatan Cendikiawan Muslim se-Indonesia (ICMI)
yang dibentuk pada 5 Desember 1990. Salah satu program ICMI yang
disebarkan ke seluruh Indonesia, antara lain, mencerdaskan kehidupan
bangsa melalui program peningkatan 5K, yaitu: Kualitas Iman, Kualitas
Hidup, Kualitas Kerja, Kualitas Karya, dan Kualitas Pikir.
Untuk mewujudkan tujuan, cita-cita, dan program ICMI di atas,
beberapa tokoh pemerintah dan masyarakat yang berdedikasi dan
komitmen pada pembangunan bangsa dan masyarakat Indonesia, yang
beragama Islam, membentuk Yayasan Abdi Bangsa pada 17 Agustus 1992.
Yayasan ini kemudian menyusun tiga program utamanya, yaitu:
Pengembangan Islamic Center, Pengembangan CIDES (Center for
Information and Development Studies), dan penerbitan Haria Republika.
44
Pendiri Yayasan Abdi Bangsa 48 orang, terdiri dari beberapa
menteri, pejabat tinggi negara, cendekiawan, tokoh masyarakat, serta
pengusaha. Mereka antara lain, Ir. Drs. Ginanjar Kartasasmita, H.
Harmoko, Ibnu Sutowo, Muhammad Hasan, Ibu Tien Soeharto,
Probosutedjo, Ir. Aburizal Bakrie, dan lain-lainnya. Sedangkan H.
Muhammad Soeharto, Presiden RI berperan sebagai pelindung Yayasan.
Sementara Prof. Dr. Ing.B.J. Habibie, yang juga menjabat Ketua Umum
ICMI dipercaya sebagai Ketua Badan Pembina Yayasan Abdi Bangsa.
Untuk mewujudkan programnya menerbitkan sebuah koran harian,
pada 28 November 1992, Yayasan Abdi Bangsa mendirikan PT. Abdi
Bangsa. Melalui proses, Yayasan kemudian memperoleh SIUPP (Surat Izin
Usaha Penerbitan Pers) dari Departemen Penerangan Republik Indonesia,
sebagai modal awal penerbitan Harian Republika.
Nama Republika sendiri berasal dari ide Presiden Soeharto yang
disampaikannya saat beberapa pengurus ICMI Pusat menghadap padanya
untuk menyampaikan rencana peluncuran harian umum tersebut
sebelumnya, koran ini akan diberi nama, antara lain, “Republik”.
PT. Abdi Bangsa, penerbit harian umum Republika, bergerak dalam
bidang usaha penerbitan dan percetakan pers. Pengelolaan perseroan
dilakukan oleh Direksi di bawah Dewan Komisaris yang anggotanya
dipilih oleh Rapat Umum Pemegang Saham. Direksi, dalam mengelola
Perseroan, dibantu oleh Pembina Manajemen.
45
PT. Abdi Bangsa, dalam upaya penggalian dana untuk
pengembangan usahanya, melakukan penjualan saham kepada masyarakat.
Tampaknya, PT. Abdi Bangsa akan menjadi perusahaan terbesar di dunia,
dalam arti jumlah pemilikan sahamnya. Penjualan saham PT. Abdi Bangsa
memang unik: satu lembar saham hanya boleh dimiliki satu keluarga. Maka
dengan menawarkan 2,9 juta lembar saham kepada masyarakat, berarti PT.
Abdi Bangsa akan dimiliki oleh 2,9 juta kepada keluarga atau pemegang
saham.
Sejak pertama kali penerbitannya pada 4 Januari 1993 penjualan
oplahnya terus meningkat. Hanya dalam waktu sepuluh hari sejak edisi
perdana, Oplah koran ini sudah mencapai 100.000 eksemplar. Pada
Desember 1993 oplah Republika sudah mencapai 130.000 per hari. Pada
tahun 2010 oplah Republika 115.000 eksemplar. Harian Republika tersebar
di seluruh wilayah di Indonesia. Di Jakarta sebanyak 50,31%, Jawa Barat
17,30%, Jawa Timur 4,36%, sisanya tersebar di daerah lain, Republika
telah mendapatkan berbagai penghargaan bergengsi. Pada pertengahan
Oktober 1993 Republika berhasil menjadi juara pertama dalam lomba
perwajahan media cetak.
Sebagai upaya pemenuhan tuntutan khalayak, Harian Republika
telah melakukan berbagai penyempurnaan. Hal tersebut di wujudkan
dengan menyempurnakan desain tampilan Koran , dan meningkatkan porsi
berita maupun artikel yang berkaitan dengan bisnis lebih banyak dan
menempatkannya hamper di setiap halaman.
46
Harian Republika pun menampilkan corak jurnalisme yang khas.
Harian Republika menyajikan berita cenderung atraktif, jelas, dan tuntas.
Harian Republika mengembangkan corak jurnalisme yang “enak dibaca”
(readable). Bahasa dan gaya penuturannya diupayakan populer, renyah,
tidak kaku tanpa mengabaikan kaidah bahasa. Visualisasi dan desain
menarik disajikan dengan menonjolkan bentuk grafis yang informatif
(berupa gambar, foto, tabel).Serta eksploitasi cetakan warna. Topik yang
memperoleh perhatian lebih adalah topik-topik yang dekat dengan dan
berdampak langsung terhadap pembaca. Topik-topik tersebut
disegmentasikan sebagai berikut: Resonansi, Hikmah, Solikui, Wacana,
Tajuk, Rekor, Manajer, Trend Teknologi, Dialog Jum’at, Koran Kecil, dan
Selasar.
Sebagai wujud tanggung jawab sosial, khususnya kepada kaum
dhuafa, pada Juli 1993, Harian Umum Harian Republika mendirikan
program “Dompet Dhuafa” yang menghimpun, mengelola, dan
menyalurkan zakat pembacanya. Program ini juga diwujudkan sebagai
bentuk partisipasi dalam menyukseskan program pengatasan kemiskinan di
Indonesia.
2. Visi dan Misi Harian Republika
a. Visi
Harian Republika adalah sebuah surat kabar yang lahir di
tengah Indonesia yang berubah secara cepat. Dalam perubahan yang
melanda hampir semua aspek kehidupan ini politik, ekonomi, iptek,
47
sosial, dan budaya “keterbukaan” menjadi kata kunci. Republika
memilih berposisi untuk turut mempersiapkan masyarakat Indonesia
memasuki masa dinamis ini, tanpa perlu kehilangan segenap kualitas
yang telah dimilikinya. Motto Republika “Mencerdaskan Kehidupan
Bangsa” menunjukkan semangat mempersiapkan masyarakat memasuki
era baru itu. Keterbukaan dan perubahan telah dimulai dan tak ada
langkah kembali, bila kita memang bersepakat mencapai kemajuan.
Meski demikian, mengupayakan perubahan yang juga berarti
pembaharuan-tidak mesti harus mengganggu stabilitas yang telah susah
payah dibangun.
b. Misi
1) Dalam bidang politik, Harian Republika mendorong demokratis,
optimalisasi lembaga-lembaga negara, partisipasi politik semua
lapisan masyarakat, dan pengutamaan kejujuran dan moralitas
dalam politik.
2) Dalam bidang ekonomi, keterbukaan dan demokratisasi ekonomi
menjadi kepedulian Harian Republika, mempromosikan
profesionalisasi yang mengindahkan nilai-nilai kemanusiaan dan
manajemen, menekankan perlunya pemerataan sumber-sumber daya
ekonomi, dan mempromosikan prinsip-prinsip etika dan moralitas
dalam bisnis.
3) Dalam bidang budaya, Harian Republika mendukung sikap yang
terbuka dan apresiatif terhadap bentuk-bentuk kebudayaan yang
48
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, dari mana pun
datangnya, mempromosikan bentuk-bentuk kesenian dan hiburan
yang sehat, mencerdaskan, menghaluskan perasaan, mempertajam
kepekaan nurani; serta bersikap kritis terhadap bentuk-bentuk
kebudayaan yang cenderung mereduksi manusia dan mengandalkan
nilai-nilai kemanusiaan.
4) Dalam bidang agama, Harian Republika mendorong sikap
beragama yang terbuka sekaligus kritis terhadap realitas sosial-
ekonomi kontemporer, mempromosikan semangat toleransi yang
tulus, mengembangkan penafsiran ajaran-ajaran ideal agama dalam
rangka mendapatkan pencarian titik temu di antara agama-agama.
B. Struktur Redaksional dan Proses Kerja Redaksi
Setiap surat kabar memiliki redaksi, begitupun pada Harian
Republika. Dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat, peran
redaksi sangat berpengaruh sekali, terutama dalam hal menyeleksi berita
mana yang akan di sebarluaskan kepada khalayak. Dalam sebuah redaksi,
jabatan tertinggi dipegang oleh Pemimpin Redaksi. Urutannya adalah dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
49
TABEL 2
STRUKTUR ORGANISASI HARIANREPUBLIKA
Pemimpin Redaksi Nasihin Masha
Wakil Pemimpin Redaksi Arys Hilman Nugraha
Redaktur Pelaksana Koran Elba Damhuri
Redaktur Pelaksana Newsroom Maman Sudiaman
Redaktur Pelaksana Online M. Irwan Ariefyanto
Redaktur Senior Anif Punto Utomo
Wakil Redaktur Pelaksana Irfan Junaidi
Syahruddin El-Fikri
Kumara Dewata Sari
Asisten Redaktur Pelaksana Fikrah Fansuri
Heri Ruslan
Johar Arif
Joko Sadewo
Nur Hasan Mutaji
Subroto
Sekretaris Redaksi Hamidah Sagaf
Kepala Quality Control dan
Bahasa
Rakhmat Hadi Sucipto
Reporter Senior
Harun Husein
Muhammad Subarkah
Nurul S, Hamami
Selamat Ginting
Siwi Tri Puji Budiwiyati
Teguh Setiawan
Kepala Desain Sarjono
Staf Redaksi Agus Yulianto, Alwi Shabab, EH
Ismail, Faerry Kisihandi, Fitryan
Zamzami, Heri Purwata, Indira
Reskisari, Irwan Kelana, Israr, M.
Ikhsan Shidieqy, Nashih
Nasrullah, Natalia Endah Hapsari,
Nidia Zuraya, Nina Chairani
Ibrahim, Priantono Oemar,
Rahmat Budi Harto, Ratna
Puspita, Reni Dwinanda, R Hiru
50
Muhammad, Stevi Maradona,
Taufiqurrahman Bachdari, Teguh
Firmansyah, Wachidah Handasah,
Wulan Tunjung Palupi, Yeyen
Rustiani, Yodi Agi Cahyadi,
Yusuf Ashidiq, Zaki Al Hamzah,
Edwin Dwiputranto, Abdullah
Sammy, Agus Raharjo
Direktur Utama Daniel JP Wewengkang
Direktur Pemberitaan Ikhwanul Kiram Manshuri
Direktur Operasional Mira R Jarot
Direktur Business Development Tommy Tamtomo
Komisaris Utama Adi Sasono
Wakil Komisaris Utama Erick Tohir
Komisaris R Harry Zulnardy
Komisaris Adrian Syarkawi
GM Keuangan Didik Irianto
GM Marketing dan Sales Yulianingsih
Manajer Iklan Indar Wisnu Wardana
Manajer Produksi Nurrokim
Manajer sirkulasi Darkiman Rumita
Manajer Keuangan Heri Setiyawan
Sebelum berita sampai ke pembaca, memerlukan proses yang cukup
panjang. Didahului oleh Proses Kerja Redaksi diteruskan dengan Proses
Kerja Visual dan Proses Kerja Pracetak. Pada proses kerja pracetak sendiri
di bagi menjadi Proses Kerja Cetak dan Proses Kerja Distribusi. Dan dari
proses kerja distribusi itulah akhirnya sampai kepada pembaca. Untuk lebih
jelasnya bisa dilihat pada diagram berikut ini :
51
Gambar 1
Diagram Alur Proses Kerja Redaksi Hingga Pembaca
Pada proses kerja redaksi di dahului oleh rapat redaksi, yang
membahas rencana redaksi untuk terbitan berikutnya, mulai dari membahas
rencana halaman redaksi (termasuk naskah redaksi) hingga rencana
halaman iklan (biasanya ini dilakukan oleh kerja desain visual). Kedua hal
ini, baik rencana halaman redaksi dan rencana halaman iklan, termasuk
kedalam rencana halaman Koran. Di rencana halaman koran sendiri,
kemudian dibagi menjadi dummy atau partitur halaman (bisa berupa teks
dan gambar). Kemudian di atur / setting terlebih dahulu paste up / lay out
dan reprografinya. Setelah semuanya sudah selesai, surat kabar pun siap
naik cetak. Sesuai proses cetak, dilanjutkan dengan tahap distribusi, dan
sampailah kepada para pembaca.1
1Pusat Dokumentasi (PUSDOK) Republika, 22 Agustus 2011.
Proses Kerja
Pracetak
Proses Kerja
Desain Visual
Proses Kerja
Redaksi
Proses
Kerja Proses
Kerja Cetak
Pembaca
52
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Kontroversi Pembubaran Densus 88
Meski sudah terjadi ratusan pengeboman di Indonesia sejak tahun
1999, pemerintah Republik Indonesia belum menyadari akan adanya aktivitas
terorisme di Indonesia. Kasus pengeboman di Bali tanggal 12 Oktober 2002
telah membuka mata pemerintah Republik Indonesia dan dunia pada umumnya
bahwa di Indonesia benar telah terjadi aktivitas terorisme yang sangat serius.1
Perundang-undangan pemberantasan terorismepun segera dibentuk,
bahkan diberlakukan surut untuk penanggulangan terorisme tersebut. Untuk
dapat menanggulangi terorisme di Indonesia,segera dibuat naskah kerjasama
internasional di bidang kepolisian, teknik dan intelijen dengan negara negara
di dunia.
Untuk dapat segera mengungkap kasus bom Bali tersebut, Kepala
Kepolisian Republik Indonesia membentuk satuan tugas yang anggota-
angotanya dipilih dari polisi-polisi terbaik dari seluruh Indonesia. Tugas pokok
satuan tugas yang baru dibentuk adalah untuk dapat segera mengungkap kasus
pengeboman,menangkap pelaku dan membongkar jaringan teroris yang ada di
belakangnya. Cara kerja satuan tugas tersebut agar lebih efektif, maka diberi
1http://copasiana.blogspot.com/2010/10/profil-dan-sejarah-densus-88-anti-teror.html,
diakses 12 Juli 2013, pukul 22.30
53
keleluasaan untuk memotong segala bentuk hambatan birokratis di lingkungan
Polri.2
Dengan keleluasaan yang dimilikinya, Densus 88 dapat memberantas
terorisme di Indonesia dengan segala cara apapun. Inilah yang terkadang
menjadikan Densus 88 itu sendiri sebagai algojo terhadap kegiatan terorisme.
Upaya penangan terorisme yang dilakukan Densus 88 kerap diwarnai dengan
tindak kekerasan, penganiayaan dan pelanggaran HAM. Hal ini terlihat dari
sepak terjang Densus 88 sejak awal dibentuknya sampai sekarang. Seperti
kasus video kekerasan yang terjadi di Poso pada awal Maret yang lalu, dalam
video tersebut sangat jelas tindak penganiayaan dan kekerasan yang
diperlihatkan oleh Densus 88 kepada orang yang diduga sebagai terorisme.
Sikap Densus yang kerap melakukan pelanggaran ketika bertugas
menuai kecaman dari berbagai pihak. Mereka yang mengecam aksi Densus itu,
menyuarakan untuk segera mengevaluasi kinerja Densus 88 dan jika perlu
dibubarkan oleh Polri. Menurut mereka Densus 88 selama ini mencerminkan
sikap yang sangat kejam dan arogan terhadap tindak terorisme di Indonesia ,
apalagi yang menjadi korbannya adalah orang yang masih berstatus sebagai
terduga atau saksi yang harus dilindungi secara hukum.
Sementara itu, dari pihak Polri menolak untuk membubarkan Densus
88 alasannya karena kinerja Densus 88 selama ini sudah memuaskan dan
kegiatan terorisme di Indonesia masih mengancam. Polri bersikukuh untuk
2http://clubbing.kapanlagi.com/threads/70150-Sejarah-Terbentuknya-Densus-88. html,
diakses 12 Juli, pukul 22.30
54
tetap mempertahankan keberadaan Densus 88 walaupun banyak pihak yang
mengecam dan menyuarakan pembubaran terhadap Densus 88.
B. Temuan dan Analisis Data Berita Kekerasan Densus 88 Kepada Terduga
Teroris di Poso Pada Harian Republika
Aksi kekerasan yang dilakukan Detasemen Khusus (Densus) 88
terhadap orang yang diduga sebagai teroris kerap terjadi, mulai dari salah
tangkap, penyiksaan interogasi sampai tembak mati di tempat kepada orang
yang diduga sebagai teroris. Seperti halnya pada awal Maret 2013 yang terjadi
di Poso, ketika beredarnya video yang berdurasi belasan menit diunggah di
situs Youtube menampilkan aksi penganiayaan dan kekerasan yang dilakukan
oleh oknum Densus 88 kepada orang yang diduga sebagai teroris.Hal ini
membuat Densus 88 khususnya Polri sebagai pihak yang bertanggung jawab
atas insiden ini ditekan oleh masyarakat yang menuntut kinerja Densus selama
ini. Sebab, kinerja dan keberadaan Densus 88 yang dibentuk oleh Polri sejak
tahun 2003 hingga sampai saat ini mulai dipertanyakan oleh masyarakat.
Bukan hanya aksi kekerasan saja yang sering dilakukan oleh Densus terhadap
orang yang masih berstatus sebagai terduga teroris.
Aksi kekerasan ini menunjukkan bahwa selama ini Densus 88 dalam
menindak terorisme di Indonesia cenderung bersikap sebagai algojo ketimbang
sebagai aparat penegak hukum. Hal inilah yang membuat semakin gencarnya
kegiatan terorisme di Indonesia. Yang akan mengancam keamanan negeri ini.
Aksi kekerasan yang dilakukan Densus tersebut tak luput dari perhatian
media khususnya media cetak di Indonesia. Harian Republika sebagai media
55
cetak nasional yang berbasis Islam tak luput memberitakan tentang kasus ini.
Hal inilah yang membuat penulis ingin mengetahui bagaimana frame yang
disajikan oleh Harian Republika mengenai kasus ini dan bagaimana berita ini
dikonstruksi dan dihadirkan kepada khalayak pembaca.
Pada bab ini, penulis akan menganalisa teks berita kekerasan yang
dilakukan Densus 88 kepada terduga teroris di Poso yang disajikan oleh
Harian Republika pada edisi Jumat 1 Maret 2013, Sabtu 2 Maret 2013, Senin 4
Maret 2013 dan edisi 5 Maret 2013. Dalam menganalisa berita-berita tersebut,
penulis menggunakan teori framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki.
Model framing Pan dan Kosicki mengoperasionalkan empat dimensi struktural
teks berita sebagai perangkat framing, yaitu sintaksis, skrip, tematik, dan
retoris. Keempat struktur tersebut merupakan suatu rangkaian yang dapat
menunjukkan frame sebuah media. Kecenderungan atau kecondongan
wartawan dalam memahami suatu peristiwa dapat diamati dari keempat
struktur tersebut. Dan pada bab ini juga peneliti akan menganalisis konstruksi
berita yang dihadirkan oleh Harian Republika, ini dapat dilihat dari bagaimana
cara wartawan memandang ralitas yang kemudian dihadirkan kepada khalayak
pembaca dan juga dari ideologi yang dipegang oleh Harian Republika dalam
memahami dan memaknai suatu peristiwa.
56
1. Frame Harian Republika
a. Analisis Berita 1 (Edisi 1 Maret 2013)
Tabel 3
Analisis Sintaksis Berita 1
Struktur Unit Teks Keterangan
Sintaksis Headline Densus Dilaporkan Melanggar
HAM
Judul
Lead Sejumlah organisasi
masyarakat (ormas) Islam
menyambangi Mabes Polri
guna mengajukan kinerja
Detasemen Khusus (Densus)
88. Satuan khusus ini dinilai
telah melakukan pelanggaran
HAM berat terhadap terduga
pelaku terorisme.
Lead
Latar Harian Republika mengambil
latar tentang sejumlah ormas
Islam yang datang ke Mabes
Polri untuk melaporkan kinerja
Densus 88. Serta pernyataan
dari pengamat kepolisian
Profesor Bambang Widodo
Umar.
Paragraf 2
dan
paragraf 6
Kutipan .”Kami ingin bersilaturahim
dengan Kapolri, itu yang
pertama. Kemudian, ada
beberapa hal yang kami minta
Kapolri untuk evaluasi kinerja
Densus 88 terkait upaya mereka
dalam memberantas terorisme,”
kata Ketua Umum PP
Muhammadiyah Din
Syamsuddin di Mabes Polri,
Kamis (28/2).
“Ini abuse of power, tanggung
jawab kekuatan yang dimiliki
oleh Densus 88 tak dapat
mereka jaga dengan baik,” ujar
Bambang
Paragraf 4
Paragraf 8
Pernyataan Menurut Din, salah satu bukti
pelanggaran HAM yang mereka
Paragraf 5
57
sertakan dalam pengaduan
adalah sebuah video yang
menunjukan adegan interogasi
terrhadap terduga teroris.
Pihak Polri menyatakan akan
menanggapi serius laporan
sejumlah ormas Islam diatas.
Paragraf 11
Penutup Setelah rekaman video terbukti
mengindikasikan pelanggaran
HAM oleh oknum Densus, baru
oknum polisi bersangkutan
diproses hukum.
Paragraf 12
Dilihat dari struktur sintaksis, Harian Republika menurunkan berita
mengenai organisasi masyarakat (ormas) Islam yang mendatangi Mabes
Polsi guna mengadukan kinerja Densus 88 yang melanggar HAM dengan
judul “Densus Dilaporkan Melanggar HAM”. Harian Republika
menempatkan berita ini pada halaman ketiga.Ini menunjukkan bahwa
berita ini sangat penting untuk diketahui pembaca. Pada lead berita,
disebutkan laporan sejumlah ormas Islam ke Mabes Polri guna
mempertanyakan kinerja Densus 88 yang dinilai melanggar HAM saat
menjalankan tugas. Harian Republika mengambil latar tentang sejumlah
ormas Islam yang datang ke Mabes Polri untuk melaporkan kinerja Densus
88.Pada berita ini Harian Republika mengutip sumber pernyataan dari Din
Syamsuddin, Widodo Umar dan Boy Rafli Amar.
Dalam teks berita, Harian Republika mewawancarai pengamat
kepolisian dari Universitas Indonesia yaitu, Profesor Bambang Widodo
Umar. Ia berpendapat bahwa sering terjadinya kasus kekerasan yang
melibatkan aparat khususnya Densus 88 itu sendiri disebabkan tidak
58
adanya batasan-batasan yang jelas terhadap penanganan terorisme. Ini
dapat dilihat dari kutipan berikut:
Pengamat kepolisian dari Universitas Indonesia (UI) Profesor
Bambang Widodo Umar mendukung pemikiran mengenai
perlunya Densus 88 dinonaktifkan.“Ini abuse of power,
tanggung jawab kekuatan yang dimiliki oleh Densus 88 tak
dapat mereka jaga dengan baik,” ujar Bambang.3
Dapat dikatakan, dengan mewawancarai narasumber tersebut,
secara tidak langsung Harian Republika ingin menjelaskan kepada
pembaca bahwa pernyataan dari Bambang Widodo Umar cukup relevan
untuk menilai isu tentang kekerasan yang dilakukan Densus kepada terduga
teroris. Berita ini ditutup dengan pernyataan dari pihak Polri dari Biro
Penerangan Masyarakat Polri yaitu Boy Rafli Amar yang menyatakan
kepada media bahwasanya pihak Polri akan menyelidiki kasus ini dan bila
terbukti ada oknum Densus 88 terlibat kasus ini, maka Polri akan
memproses secara hukum. Pernyataan dari Boy Rafli Amar tersebut
sengaja diletakkan Harian Republika pada bagian akhir untuk melengkapi
atau menambahkan bagian awal yang lebih penting. Hal ini dijelaskan oleh
Redaktur berita Harian Republika terkait kutipan yang dipakai dalam
pemberitaan di atas, yaitu sebagai berikut:
“Ya, jelas kutipan itu pertama kita persyaratkan tidak boleh terlalu
panjang karena kalau panjang itu di akhirnya nanti tidak ada yang
istimewa pada berita. Yang kedua, kutipan yang memang benar-
benar memberikan unsur kuat dengan isu beritanya.Jadi memberikan
dorongan yang menguatkan terhadap isu berita itu.Jadi bukan
kutipan yang bersifat normatif.Yang kita pilih itu kutipan yang
mempunyai nilai berita kuat yang mendorong informasi.Kemudian
3“Densus Dilaporkan Melanggar HAM,” Harian Republika, 1 Maret 2013, h. 1.
59
yang ketiga, kutipan itu bukan repetisi dari kalimat tidak langsung
yang kita tuliskan sebelumnya. Kemudian dalam satu berita kita
usahakan maksimal mungkin kutipan tiga atau empat jangan terlalu
banyak kutipan sehingga, unsur reportasenya nanti akan muncul.
Soalnya kalau terlalu banyak kutipan nanti yang muncul bukan
reportase tapi wawancara. Sementara, wartawan bertugas itu tidak
hanya memanfaatkan pendengaran tapi juga dia harus memanfaatkan
seluruh panca inderanya, jadi dia harus gambarkan warnanya apa,
baunya seperti apa, bentuknya bagaimana, ukurannya berapa itu
harus dia ungkapkan dalam berita itu. Sehingga diharapkan pembaca
pada saat membaca beritanya tidak hanya menerima statmen tapi dia
menerima gambar yang sudah lebih utuh karena di situ ada
deskripsinya, makanya kita bataskan kutipan tidak terlalu banyak, ya
mungkin tiga sampai empat kutipan dalam satu berita cukuplah”.4
Tabel 4
Analisis Skrip Berita 1
Struktur Unit Teks
Skrip What Sejumlah ormas Islam mengadukan kinerja
Densus 88 kepada pihak Polri.
Who Din Syamsuddin.
When Kamis, 28 Februari 2013.
Where Mabes Polri
Why Adanya dugaan tindak pelanggaran HAM yang
dilakukan Densus 88 terhadap terduga pelaku
terorisme.
How Densus terancam dibubarkan.
Dari struktur skrip, kelengkapan unsur 5W+1H dijelaskan oleh
Harian Republika dengan mengisahkan berita ini sebagai berita sejumlah
ormas Islam yang datang ke Mabes Polri untuk melaporkan adanya dugaan
pelanggaran HAM yang dilakukan Densus 88 terhadap terduga teroris yang
berlangsung pada Kamis, 28 Februari 2013 di Mabes Polri. Dalam
pertemuan tersebut dari pihak ormas Islam PP Muhammadiyah yaitu Din
Syamsuddin menjelaskan maksud dan kedatangannya ke Mabes Polri.
4Wawancara pribadi dengan Redaktur Harian Republika Selasa, 2 Juli 2013.
60
Yaitu dengan maksud untuk bersilaturrahmi dengan Kapolri dan ia
meminta Kapolri untuk evaluasi kinerja Densus 88 terkait upaya mereka
dalam memberantas terorisme.
Tabel 5
Analisis Tematik Berita 1
Struktur Unit Teks Keterangan
Tematik Detail Rombongan ormas yang
mendatangi Mabes Polri terdiri
atas Muhammadiyah, Nahdlatul
Ulama, Al Irsyad, Dewan
Dakwah, dan Persis.
Kekerasan fisik tampak
dipraktikkan para anggota
Densus. Tidak begitu jelas apakah
video ini diambil dalam satu
peristiwa saja atau beberapa
kejadian kemudian digabungkan
menjadi satu.
Paragraf 3
Paragraf 6
Koherensi
Penjelas
- -
Koherensi Sebab-
Akibat
-
-
Koherensi
Pembeda
- -
Dilihat dari struktur tematik, Harian Republika menyusun berita ini
ke dalam 12 paragraf. Ada tiga tema dalam teks berita, namun tidak
semuanya menunjuk pada tema utama, yaitu isu dugaan pelanggaran HAM
yang dilakukan oleh Densus 88. Pertama, pernyataan Din Syamsuddin
yang menjelaskan maksud dan tujuannya dengan beberapa ormas Islam
yang mendatangi Mabes Polri guna mengadukan kinerja Densus 88 terkait
beredarnya video kekerasan dan adanya dugaan pelanggaran HAM. Tema
ini dapat dilihat dari kutipan Din yang diuraikan dengan detail.
61
Harian Republika menempatkan tema ini pada paragraf ke-4 dan
paragraf ke-6. Ini dapat dilihat dari kutipan berita berikut:
“Kami ingin bersilaturrahmi dengan Kapolri, itu yang pertama.
Kemudian, ada beberapa hal yang kami minta Kapolri untuk
evaluasi kinerja Densus 88 terkait upaya mereka dalam
memberantas terorisme,” kata Ketua Umum PP Muhammadiyah
Din Syamsuddin di Mabes Polri, Kamis (28/2).5
Kekerasan fisik tampak dipraktikkan para anggota Densus.Tidak
begitu jelas apakah video ini diambil dalam satu peristiwa saja
atau beberapa kejadian kemudian digabungkan menjadi satu.
“Orang-orang yang diduga teroris ini disiksa dengan cara diikat,
diinjak, hingga akhirnya ditembak mati,” kata Din.6
Tema kedua, pandangan pengamat kepolisian mengenai dugaan
adanya pelanggaran HAM yang dilakukan Densus 88.Tema ini dalam teks
dapat diamati dari kutipan Profesor Bambang Widodo Umar. Pendapat
Bambang mengenai kinerja Densus 88 yang kerap melakukan pelanggaran
HAM ditulis dengan detail yang panjang. Pendapat dari narasumber
tersebut ditempatkan mulai dari paragraf ke-8 sampai dengan paragraf ke-
10.
Tema ketiga, sikap Polri menanggapi laporan dari beberapa ormas
Islam yang datang ke Mabes. Dalam teks berita, tema ini dapat diamati dari
pendapat Brigjen Boy Rafli Amar. Tema ini menunjuk pada tema utama.
Bagian ini berfungsi sebagai pelengkap yang ditempatkan pada paragraf
ke-11 dan paragraf ke-12.
5Ibid.
6Ibid.
62
Gambar 2
Analisis Retoris Berita 1
Unsur retoris pada berita ini terdapat pada penggunaan judul
berserta foto yang di tampilkan pada bagian atas dari teks berita. Pada judul
berita ini, Harian Republika menampilkan judul dengan size font yang
besar pada halaman ketiga dari Koran, hal ini untuk menunjukkan kepada
khlayak pembaca bahwa judul berita di atas merupakan informasi yang
penting. Berita di atas dilengkapi pula dengan foto Ketua Umum PP
Muhammadiyah Din Syamsuddin dan Ketua MUI Amidhan yang
memberikan keterangan sebelum bertemu dengan Kapolri di Mabes Polri.
Penggunaan foto yang ditampilkan oleh Harian Republika pada berita di
atas bertujuan untuk melenlengkapi judul dan isi berita, hali ini terlihat
judul berserta foto di atas saling berhubungan dengan isi berita.
63
b. Analisis Berita 2 (Edisi 2 Maret 2013)
Tabel 6
Analisis Sintaksis Berita 2
Struktur Unit Teks Keterangan
Sintaksis Headline Densus Perlu Dievaluasi Judul
Lead Detasemen Khusus 88 (Densus
88) Polri dinilai harus segera
dievaluasi. Sebab, Densus
dinilai kerap melakukan
penyimpangan kekuasaan
(abuse of power) saat beraksi.
Lead
Latar Harian Republika mengambil
latar berita mengenai
pernyataan dari Koordinator
Kontras yang menilai Densus
harus dievaluasi demi
mengghentikan praktik
pelanggaran HAM.
Paragraf 2
Kutipan “Dalam segala protapnya
(prosedur tetapnya) Densus
pasti melakukan kekerasan,”
ujar Koordinator Kontras Haris
Azhar saat dihubungi Jumat
(1/3).
“Artinya, Densus jangan
sekadar melakukan usaha
penangkapan. Namun, upaya
persuasi menangani terorisme,”
kata Wawan.
Paragraf 2
Paragraf 7
Pernyataan Terkait usulan pembubaran
Densus, Wawan mengaku tak
setuju. Menurutnya,
pembubaran Densus 88 tak
mungkin dilakukan. Pasalnya,
selama ini hanya Densus yang
paham cara menangani
terorisme.
Boy menegaskan para pelaku
penyiksa terduga teroris telah
diamankan. Mereka berjumlah
18 orang dan sudah siap diadili
dalam persidangan disiplin.
Paragraf 8
Paragraf 13
Penutup Sebelumnya, Ketua Umum Paragraf 16
64
Muhammadiyah Din
Syamsuddin pada Kamis (28/2)
mendatangi Mabes Polri.
Kedatangan Din bersama
pimpinan ormas Islam lain
membawa pesan bahwa sudah
saatnya Densus 88 dibubarkan.
Dilihat dari struktur sintaksis, Harian Republika memuat berita
mengenai perlunya Densus dievaluasi dengan judul “Densus Perlu
Dievaluasi”. Harian Republika menempatkan berita ini pada halaman
depan (headline) kemudian, pada lead disebutkan perlunya Densus 88
harus segera dievaluasi karena kerap terjadi penyimpangan kekuasaan.
Berita ini mengutip sumber pernyataan dari Haris Azhar, Wawan
Purwanto, dan Boy Rafli Amar.
Dalam teks berita, Harian Republika mewawancarai tiga anggota
pada berita ini, yaitu Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak
Kekerasan (Kontras) Haris Azhar, pengamat intelijen Wawan Purwanto,
dan Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen Boy Rafly Amar.
Harian Republika meminta konfirmasi dari ketiga orang tersebut terkait
evaluasi kinerja Densus 88 serta meminta keterangan dari Polri terkait
keterlibatan Densus dalam kasus pelanggaran HAM.
Berita ini ditutup oleh informasi pernyataan Ketua Umum
Muhammadiyah yaitu Din Syamsuddin yang pada edisi berita sebelumnya
telah dimintai keterangan terkait kedatangannya dengan beberapa ormas
Islam ke Mabes Polri. Pada edisi kali ini Harian Republika menulis berita
65
yang berhubungan dengan edisi sebelumnya yaitu pada edisi Jumat, 2
Maret 2013.
Tabel 7
Analisis Skrip Berita 2
Struktur Unit Teks
Skrip What Densus 88 dinilai perlu dievaluasi.
Who Haris Azhar.
When Jumat 1 Maret 2013.
Where Jakarta.
Why Densus dinilai kerap melakukan penyimpangan
kekuasaan (abuse of power) saat beraksi.
How Banyak pihak yang menyayangkan tindak
kekerasan yang dilakukan Densus 88 dalam
mengatasi pemberantasan terorisme.
Dari struktur skrip, kelengkapan unsur 5W+1H dijelaskan oleh
Harian Republika dengan mengisahkan berita perlunya Densus 88 untuk
dievaluasi karena kerap melakukan penyimpangan kekuasaan (abuse of
power) dan pelanggaran HAM saat menjalankan tugas. Dalam berita
tersebut Harian Republika mewancarai Koordinator Kontras yaitu Haris
Azhar pada Jumat 1 Maret 2013 di Jakarta. Haris menyayangkan tindak
kekerasan yang dilakukan Densus 88 dalam mengatasi pemberantasan
terorisme dan ia menilai bahwa opsi pembubaran Densus 88 bukan solusi,
ia mendesak pemberantasan terorisme harus melibatkan lembaga lain.
66
Tabel 8
Analisis Tematik Berita 2
Struktur Unit Teks Keterangan
Tematik Detail Selain mendesak adanya
evaluasi Densus, Kontras pun
menilai kepemimpinan di
kepolisian harus diperbaiki.
Densus diminta tidak hanya
melakukan aksi penangkapan,
namun juga melakukan
pencegahan terorisme.
Paragraf 5
Paragraf 7
Koherensi
Penjelas
- -
Koherensi
Sebab-
Akibat
-
-
Koherensi
Pembeda
- -
Dilihat dari struktur tematik, Harian Republika menyusun berita ini
ke dalam 17 paragraf. Ada tiga tema dalam teks berita ini. Pertama, Haris
Azhar yang dimintai keterangannya terkait kasus kekerasan yang
melibatkan Densus 88 dan keterangan dari Wawan Purwanto yang
mendukung perlunya evaluasi ditubuh Denus. Tema ini dapat dilihat dari
kutipan Haris dan Wawan yang diuraikan dengan detail yang panjang.
Harian Republika menempatkan tema ini pada paragraf ke-2 hingga
paragraf ke-10. Sementara itu, koherensi penjelas, sebab akibat dan
koherensi pembeda tidak ditemukan pada isi berita ini.
Tema kedua, pihak Polri membantah adanya keterlibatan Densus 88
dalam kasus kekerasan yang terekam video. Tema ini dalam teks didukung
oleh kutipan dari Brigjen Boy Rafli Amar pada paragraf ke-12 sampai
67
dengan paragraf ke-15. Dalam teks berita diuraikan keterangan dari Boy
yang menyatakan telah mengamankan pelaku penyiksaan terduga teroris
yang berjumlah 18 orang dan sudah siap diadili. Ini dapat dilihat dari
kutipan berita berikut:
Boy mengatakan, bisa jadi pelaku di video bukan anggota Densus
88. Pasalnya, video tersebut mirip dengan peristiwa yang terjadi
pada Desember 2012.“Ini seperti video anggota Polda Sulteng
(Sulawesi Tenggara).Jadi, pelakunya bukan Densus 88 seperti
yang dituduhkan,” kata Boy di Mabes Polri Jakarta Selatan Jumat
(1/3).7
Dia mengatakan, penyidikan kepada ke-18 petugas Polda Sulteng
ini sudah dilakukan sejak laporan warga masuk ke telinga
kepolisian. “Mereka hanya tinggal menunggu sidang disiplin
dalam minggu pertama Maret ini,” tegas Boy.
Tema ketiga, kedatangan sejumlah ormas Islam yang menyuarakan
pembubaran Densus 88.Tema ini dapat dilihat pada paragraph ke-16 dan
paragraph ke-17.Dalam teks berita, Harian Republika memasukkan berita
yang berhubungan dengan edisi sebelumnya yaitu pada edisi Jumat, 1
Maret 2013.Ini dapat dilihat dari teks berita berikut:
Sebelumnya, Ketua Umum Muhammadiyah Din
Syamsuddin pada Kamis (28/2) mendatangi mabes Polri.
Kedatangan Din bersama pimpinan ormas Islam lain
membawa pesan bahwa sudah saatnya Detasemen Khusus
(Densus) 88 dibubakan.
Din menilai, sebagai satuan pemberantas terorisme, Densus
88 acap kali melanggar hak asasi manusia (HAM).Dia
membawa rekaman video sebagai bukti pelanggaran HAM
yang dilakukan Densus.8
7“Densus Perlu Dievaluasi,” Harian Republika, 2 Maret 2013, h. 2
8Ibid.
68
Gambar 3
Analisis Retoris Berita 2
Unsur retoris pada berita di atas terdapat pada bagian judul dan
lead yang ditampilkan oleh Harian Republika. Judul berita ditampilkan
dengan size font yang besar di bagian atas dari teks berita, hal ini guna
menarik perhatian khalayak pembaca karena berita ini juga ditempatkan
pada halaman kedua dari koran. Sehingga khalayak pembaca langsung
tertuju pada informasi berita yang disampaikan oleh Harian Republika.
Sementara itu, lead ditempatkan di tengah-tengah yaitu di antara
judul dan teks berita, penempatan lead tersebut ditampilkan oleh Harian
Republika sebagai pelengkap dari judul dan teks berita dengan kata lain,
lead tersebut mejadi penghubung di antara judul da nisi berita.
69
c. Analisis Berita 3 (Edisi 4 Maret 2013)
Tabel 9
Analisis Sintaksis Berita 3
Struktur Unit Teks Keterangan
Sintaksis Headline Perketat Pengawasan Densus 88. Judul
Lead Menyusul laporan soal
pelanggaran HAM oleh
Detasemen Khusus (Densus)
88, pengawasan ketat terhadap
kinerja kesatuan tersebut
diserukan. Tak hanya soal
HAM, aliran dana yang
mengalir ke sekuat antiteror itu
juga dinilai perlu diawasi
Lead
Latar Harian Republika mengambil
latar tentang pengetatan Densus
88 dan mengambil pernyataan
dari Ketua Presidium Indonesia
Police Wacth (IPW) Neta S
Pane dan anggota Komisi III
dari Fraksi Gerindra Martin
Hutabarat.
Paragraf 2
dan
Paragraf 8
Kutipan “Situasi ini tidak boleh
dibiarkan sebab siapapun di
negeri ini, termasuk Densus 88,
tidak boleh bersikap semena-
mena,” ujar Neta dalam
pernyataan yang ia kirimkan ke
media, Sabtu (2/2).
“Kami akan segera menurunkan
tim investigasi ke Poso,”
katanya.
Paragraf 4
Paragraf 11
Pernyataan Menurut Neta, banyaknya
keluhan terhadap sikap dan
perilaku anggota Densus 88,
ditambah makin surutnya isu-
isu terorisme, mestinya jadi
pertimbangan pembubaran
Densus.
Wakil Ketua Komisi III DPR
Paragraf 6
Paragraf 11
70
dari Fraksi Golkar, Aziz
Syamsudin mengatakan,
komisinya akan segera
mengevaluasi keberadaan dan
kinerja Densus 88.
Penutup Selain itu Wakil Ketua Bidang
Akademik Sekolah Tinggi Ilmu
Kepolisian, Brigjen Syafrizal
Ahiyar, menilai keberadaan
Densus 88 masih dibutuhkan.
Tetapi, keberadaan tersebut
perlu disertai pemahaman
masyarakat mengenai cara kerja
dan tugas Densus 88.
Paragraf 15
Dilihat dari struktur sintaksis, Harian Republika menurunkan berita
dengan judul “Perketat Pengawasan Densus 88”. Judul berita tersebut
menunjukkan pandangan Harian Republika dalam memaknai peristiwa,
dalam hal ini memperketat pengawasan terhadap Densus 88. Pada lead
berita disebutkan, pada edisi kali ini Harian Rebublika menyambung berita
pada edisi sebelumnya yaitu, memuat berita tentang menyusul laporan
terkait adanya pelanggaran HAM oleh Densus 88 kemudian, pada edisi kali
ini disebutkan perlunya pengawasan ketat terhadap kinerja Densus 88 serta
aliran dana yang mengalir di tubuh Densus perlu diawasi. Pada latar berita
Harian Republika mengambil pernyataan dari Ketua IPW yaitu Neta S
Pane, latar berita ini ditempatkan pada paragraf ke-2 dan paragraf ke-8.
Seperti yang dijelaskan oleh wartawan Harian Republika pada teks berita
berikut:
71
Pengetatan pengawasan terhadap Densus 88 ini dinyatakan
Ketua Presedium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S
Pane, ia mendesak Polri, pemerintah, dan DPR memperketat
kontrol terhadap Densus 88 karena pasukan elite tersebut
diindikasikan banyak melakukan kekersan saat menjalankan
tugas.9
Sementara itu, anggota Komisi III dari Fraksi Gerindra,
Martin Hutabarat, mengatakan, dana operasional yang
diterima Densus 88 juga mesti mesti diawasi secara ketat.
Pasalnyya, tak sedikit bantuan pembiayaan yang masuk ke
densus, baik dari uang negara maupun bantuan dana asing.10
Dalam teks berita, Harian Republika mewawancarai enam orang
yaitu, Neta S Pane, Siane Indriani, Martin Hutabarat, Aziz Syamsudin,
Ramadhan Pohan dan Syafrizal Ahiar. Keenam orang tersebut
diwawancarai dan diminta keterangannya oleh Harian Republika terkait
pelanggaran HAM dan pengawasan dana yang mengalir ke sekuad Densus
88. Kemudian, Harian Republika mengutip pernyataan dari keenam orang
tersebut pada teks berita.
Tabel 10
Analisis Skrip Berita 3
Struktur Unit Teks
Skrip What Pengawasan ketat terhadap kinerja Densus 88.
Who Densus 88
When Sabtu 2 Maret 2013.
Where Jakarta
Why Pengetatan pengawasan terhadap Densus 88 yang
mengindikasikan banyak melakukan kekerasan
saat menjalankan tugas.
How Tak hanya soal HAM, aliran dana yang mengalir
ke Densus 88 juga dinilai perlu diawasi.
9“Perketat Pengawasan Densus 88,” Harian Republika, 4 Maret 2013, h. 3
10Ibid.
72
Dari struktur skrip, kelengkapan unsur 5W+1H dijelaskan oleh
Harian Republika dengan menceritakan berita ini sebagai berita yang
menekan perketat pengawasan terhadap kinerja Densus 88 yang
mengindikasikan banyak melakukan kekerasan dan pelanggaran HAM saat
menjalankan tugas pada Sabtu 2 Maret 2013. Tak hanya soal pelanggaran
HAM, aliran dana yang mengalir ke Densus 88 juga dinilai perlu diawasi.
Tabel 11
Analisis Tematik Berita 3
Struktur Unit Teks Keterangan
Tematik Detail Dalam laporan tersebut,
disertakan sebuah rekaman video
berdurasi belasan menit.
Dalam video ada adegan
penyiksaan dan penembakan
terhadap terduga pelaku aksi
terorisme.
Paragraf 5
Paragraf 5
Koherensi
Penjelas
- -
Koherensi
Sebab-
Akibat
-
-
Koherensi
Pembeda
- -
Dilihat dari struktur tematik, Harian Republika menyusun berita ini
ke dalam enam belas paragraf. Ada tiga tema dalam teks berita ini yang
terbagi kedalam dua sub judul. Pertama, pengetatan pengawasan terhadap
Densus 88 dan laporan yang disertakan video kekerasan Densus 88 oleh
sejumlah ormas Islam yang dipimpin oleh Din Syamsuddin. Harian
Republika menempatkan tema ini mulai dari paragraf ke-1 hingga paragraf
ke-7. Harian Republika begitu detail menceritakan berita ini dan
73
menempatkan dengan detail yang panjang pada paragraf ke-5. Ini terlihat
pada teks berita berikut:
Dalam laporan tersubut, disertakan sebuah rekaman video
berdurasi belasan menit. Menurut Din Syamsuddin, Ketua
Umum PP Muhammadiyah yang juga pimpinan rombongan,
kekerasan saat interogasi dalam video diduga dilakukan
oknum Densus 88. Dalam video ada adegan penyiksaan dan
penembakan terhadap terduga aksi teroris.11
Kedua, persoalkan anggaran yang mengalir ke Densus 88 yang
tidak sedikit bantuan dari uang negara maupun bantuan dana asing. Dalam
teks berita, tema ini didukung oleh pernyataan dari anggota Komisi III dari
Fraksi Gerindra yaitu Martin Hutabarat dan kutipan dari Wakil Ketua
Komisi III DPR dari Fraksi Golkar yaitu Aziz Syamsudin. Tema ini dapat
diamati pada paragraf ke-9 dan paragraf ke-13.
Ketiga, menjelaskan adanya dana bantuan asing dari negara
Australia dan Amerika. Dan dalam tema ini menjelakan pula pembubaran
Densus tidak perlu dilakukan karena kinerja Densus 88 sejauh ini masih
mentaati metode kerja inteligen. Tema ini dapat diamati pada paragraf ke-
14 dan paragraf ke-15. Sementara itu, koherensi penjelas, sebab akibat dan
koherensi pembeda tidak ditemukan pada teks berita.
11
Ibid.
74
Gambar 4
Analisis Retoris Berita 3
Struktur retoris pada berita ini terlihat dari gambar/grafis dan judul
yang terletak di bagian atas dari teks berita. Harian Republika pada berita
di atas membuat grafis yang diletakkan di atas judul berita, garfis tersebut
berisi tentang pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh Densus 88
sepanjang tahun 2012 sampai 2013 dengan tema pada gambar bertuliskan
“ketika detasemen disorot”. Penempatan grafis di atas yaitu sebagai
pengantar awal sebelum khalayak membaca teks dan isi beritanya.
Pada bagian judul, Harian Republika menempatkannya di tengah-
tengah yaitu di antara gafis dan teks isi berita dengan seize font yang besar.
Penempatan judul ini sebagai pelengkap berita yang mendukung grafis di
atas, sehinga khalayak pembaca dengan mudah memahami isi berita yang
ditampilkan oleh Harian Republika.
75
d. Analisis Berita 4 (Edisi 5 Maret 2013)
Tabel 12
Analisis Sintaksis Berita 4
Struktur Unit Teks Keterangan
Sintaksis Headline Densus Diskreditkan Islam Judul
Lead Ketua DPR Marzuki Alie
menilai cara kerja Detasemen
Khusus 88 (Densus 88) Polri
dalam memberantas terorisme
kerap mendiskreditkan Islam.
Kcenderungan Densus
mengaitkan kelompok teroris
dengan Islam makin
memojokkan posisi Muslim
Indonesia.
Lead
Latar Harian Republika pada berita
ini mengambil latar tentang
kinerja Densus yang harus
segera dibenahi karena
dikhawatirkan akan timbul
presepsi Densus 88 memusuhi
Islam. Dan Harian Republika
pada latar menempatkan
kutipan dari Marzuku Alie.
Paragraf 2
Kutipan “Hanya musuh Islam yang
menganggap teroris adalah
ajaran Islam,” ujar Marzuki,
ketika dihubungi Republika,
Senin (4/3).
“Melindungi hak-haknya dari
perlakuan yang menindas,
melindungi kebebasannya,
melindungi secara hokum, dan
melindungi keamanannya,”
kata Hajriyanto.
Paragraf 2
Paragraf 5
Pernyataan Wakil Ketua DPD AM. Fatwa
menyatakan, perilaku semena-
mena Densus 88 mengingatkan
masyarakat pada metode terror
masa Orde Baru.
Kepala Divisi Hubungan
Masyarakat Polri Irjen Suhardi
Paragraf 6
Paragraf 11
76
Alius mengakui, ada bantuan
asing. Tapi hal itu bukan berarti
ada intervensi terhadap Densus.
Penutup Sebelumnya, Pengurus Pusat
Muhammadiyah meminta
Mabes Polri membubarkan
Densus. Pernyataan
Muhammadiyah diungkapkan
bedasarkan rekaman video
penyiksaan yang diduga
dilakukan Densus.
Paragraf 12
Dilihat dari struktur sintaksis, Harian Republika memuat berita
mengenai kinerja Densus 88 yang kerap mendiskreditkan Islam dengan
judul “Densus Diskreditkan Islam”. Pada lead berita, Harian Republika
menjelaskan tentang pernyataan Marzuki Alie yang menilai bahwa kinerja
Densus 88 yang harus segera dibenahi karena dikhawatirkan akan timbul
persepsi bahwa Densus 88 memusuhi Islam. pada latar berita ini, Harian
Republika mengutip pernyataan dari Marzuki Alie. Ini dapat dilihat dari
teks berita yang ditempatkan pada paragraf ke-2 sebagai berikut:
Apabila Densus tidak segera dibenahi cara kerjanya itu, Marzuki
khawatir akan timbul persepsi bahwa pasukan khusus Polri itu
memusuhi Islam. “Hanya musuh Islam yang menganggap teroris
adalah ajaran Islam,” ujar Marzuki ketika dihubungi Republika,
Senin (4/3).12
Dalam teks berita, Harian Republika mewawancarai tiga orang,
yaitu, Marzuki Alie, Haryanto Tohari, dan Haris Azhar. Kemudian, Harian
Republika menutup berita ini dengan kutipan dari Din Syamsuddin yang
12
“Densus Diskreditkan Islam,” Harian Republika, 5 Maret 2013, h. 2
77
pada edisi sebelumnya juga telah ditulis pada teks berita.Ini menunjukkan
bahwa pada pemberitaan ini Harian Republika berturut-turut memberitakan
berita tersebut dengan menghubungkan berita pada edisi-edisi sebelumnya.
Tabel 13
Analisis Skrip Berita 4
Struktur Unit Teks
Skrip What Cara kerja Densus 88 yang kerap
mendiskreditkan Islam
Who Densus 88
When Senin, 4 Maret 2013.
Where Jakarta
Why Kecenderungan Densus mengaitkan kelompok
teroris dengan Islam makin memojokkan posisi
Muslim Indonesia.
How Kekerasan Densus bisa di bawa ke pengadilan
Intenasional
Dari struktur skrip, kelengkapan unsur 5W+1H dijelaskan oleh
Harian Republika dengan menceritakan berita ini sebagai berita yang
menekan pihak Polri khususnya Densus 88 yang kinerjanya kerap
mendiskreditkan Islam yang berlangsung pada Senin 4 Maret 2013. Harian
Republika juga menjelaskan bahwa kecenderungan Densus mengaitkan
kelompok teroris dengan Islam makin memojokkan posisi Muslim
Indonesia. Dan pelanggaran HAM yang dilakukan Densus 88 bisa di bawa
ke Mahkamah Internasional.
78
Tabel 14
Analisis Tematik Berita 4
Struktur Unit Teks Keterangan
Tematik Detail Selain mengundang kecaman
luas, aksi Densus terancam
dibawa ke forum Internasional.
Indonesia Polisi Watch (IPW)
menilai, besar kemungkinan
campur tangan asing dalam
tubuh Densus 88.
Paragraf 7
Paragraf 9
Koherensi
Penjelas
- -
Koherensi
Sebab-
Akibat
-
-
Koherensi
Pembeda - -
Dari struktur tematik, Harian Republika menyusun berita ini ke
dalam tiga belas paragraf. Ada t tiga tema dalam teks berita ini. Pertama,
pernyataan-pernyataan dari berbagai pihak yang menyesalkan beredarnya
video kekerasan oleh Densus 88 yang dinilai telah melanggar HAM dan
menekan posisi Muslim Indonesia. Tema ini dapat diamati mulai dari
paragraf ke-1 sampai dengan paragraf ke-8.Kedua, penilaian pihak Kontras
dan IPW terhadap kasus yang melibatkan Densus 88 bahwasanya, kasus ini
bisa dibawa ke Mahkamah Internasional dan adanya kemungkinan campur
tangan asing dalam tubuh Densus. Harian Republika pada tema ini
menempatkan detail pada paragraf ke-7 dan paragraf ke-3. Ini terlihat dari
teks berita berikut:
79
Selain megnundang kecaman luas, aksi Densus terancam dibawa
ke forum Internasional.Komisi Untuk orang Hilang dan Korban
Kekerasan (Kontras) menilai ulah Densus layak dibawa ke
Mahkamah Internasional di Belanda.13
Indonesia Polisi Watch (IPW) menilai, besar kumingkinan
campur tangan asing dalam tubuh Densus 88. Dengan adanya
suntikan dana asing ke Densus, muncul anggapan, Densus
bergantung dengan kepentingan luar negeri.14
Ketiga, pada tema ini, Harian Republika menyambung berita pada
edisi sebelumnya yaitu, dengan menulis berita tentang pernyataan Din
Syamsuddin yang meminta Polri untuk segera membubarkan Densus 88.
Ini dapat ditemukan pada kutipan teks berita berikut yang ditulis pada
paragraf ke-13:
“Kami sepakat Densus 88 sebaiknya harus dievalusi, bila perlu
dibubarkan.Diganti dengan lembaga pendekatan baru untuk
memberantas terorisme,” ujar Ketua Pengurus Pusat
Muhammadiyah Din Syamsuddin.15
13
Ibid. 14
Ibid. 15
Ibid.
80
Gambar 5
Analisis Retoris Berita 4
Struktur retoris berita ini telihat pada judul dan foto yang
ditampilkan oleh Harian Republika. Judul tersebut dibuat dengan seize font
yang besar di bagian bawah dari foto. Kemudian di dalam foto tersebut
berisi tentang penganiyayaan yang dilakukan oleh oknum Densus 88
kepada terduga teroris di Poso. Berita ini dimuat di halaman kedua pada
koran.
Pada berita ini, judul tidak berkaitan dengan foto yang tampilkan.
Hal ini dilakukan oleh Harian Republika agar berita ini menjadi perhatian
khlayak pembaca karena foto tersebut merupakan bukti bahwasanya
Densus memang benar-benar telah melakukan pelanggaran hokum.
81
C. Konstruksi Berita Kekerasan Densus 88 Kepada Terduga Teroris di
Poso Pada Harian Republika.
Tabel 15
Berita yang Diangkat oleh Harian Republika
No. Judul Berita Tanggal Edisi dan
Halaman
1. Densus Dilaporkan Melanggar HAM 1 Maret 2013 Hal. 1
2. Densus Perlu Dievaluasi 2Maret 2013 Hal. 3
3. Perketat Pengawasan Densus 88 4 Maret 2013 Hal. 3
4. Densus Deskriditkan Islam 5 Maret 2013 Hal. 2
Dalam berita kekerasan Densus 88 kepada terduga teroris di Poso,
terdapat berbagai realitas sosial yang dikonsuk oleh Harian Republika
berdasarkan perspektif dan ideologinya. Di antara faktor yang mempengaruhi
kebijakan redaksi adalah pada ideologi yang dimiliki oleh media itu sendiri.
Yang dimaksud dengan
Harian Republika mengkonstruksi berita kekerasan yang dilakukan
Densus 88 kepada terduga teroris di Poso lebih menekankan pihak Polri
khususnya terhadap kinerja Densus 88 yang kerap melakukan pelanggaran
HAM ketika bertugas. Penekanan berita ini bertujuan untuk menghadirkan
wacana di masyarakat agar Densus segera dievaluasi dan dibubarkan dari
kesatuan Polri.Ini dapat dilihat dari judul-judul dan teks berita yang dihadirkan
82
Harian Republika di atas dengan memberitakan tentang para tokoh Islam,
Komnas HAM dan para anggota DPR yang mengecam keras aksi yang
dilakukan Densus 88.Tidak hanya pernyataan dan komentar dari para tokoh
publik yang dihadirkan oleh Harian Republika. Pada pemberitaannya,Harian
Republika juga menghadirkan wacana kepada masyarakat bahwasanya
tindakan yang dilakukan Densus 88 ini mendiskreditkan Islam yang menekan
posisi Muslim Indonesia. Ada empat berita yang peneliti ambil dalam
konstruksi berita yang dihadirkan oleh Harian Republika.
Pertama, Harian Republika mengangkat berita pada edisi Jumat, 1
Maret 2013 dengan judul “Densus Dilaporkan Melanggar HAM”. Pada edisi
ini, Harian Republika menghadirkan berita tentang para ormas Islam yang
mendatangi Mabes Polri guna melaporkan tindak kekerasan yang dilakukan
Densus 88 kepada terduga teroris di Poso. Pelaporan ini disertai dengan bukti
rekaman video yang menunjukkan adanya pelanggaran HAM yang dilakukan
oleh Densus 88. Berita ini juga disertai dengan pernyataan dan komentar para
tokoh Islam yang mengecam keras atas aksi yang dilakukan Densus 88 dan
menekan pihak Polri untuk segera mengevaluasi Densus 88.
Pada berita pertama ini, Harian Republika menghadirkan wacana di
masyarakat bahwasanya ada pelanggaran HAM yang dilakukan oleh Densus
88 dalam aksinya memberantas terorisme di Indonesia. Pada edisi ini juga,
Harian Republika memberitakan tentang kinerja Densus yang kerap
melakukan pelanggaran HAM ketika menjalankan tugas. Wacana ini sengaja
83
dihadirkan ke masyarakat oleh Harian Republika guna menekan pihak Polri
agar segera mengusut tuntas kasus ini, serta mengevaluasi kinerja Densus 88.
Kedua, pada edisi Sabtu, 2 Maret 2013 Harian Republika
mengeluarkan berita dengan judul “Densus Perlu Dievaluasi”. Pada edisi ini,
Harian Republika menghadirkan berita tentang kinerja Densus 88 yang harus
segera dievaluasi sebab, Densus dinilai kerap melakukan penyimpangan
kekuasaan saat beraksi. Sekali lagi, Harian Republika pada berita edisi ini
lebih menekan Polri agar segera mengevaluasi kinerja Densus 88 dan segera
dibubarkan. Berita ini diperkuat dengan pernyataan dan komentar dari pihak
Kontras dan pengamat intelijen yang menyesali aksi yang dilakukan oleh
Densus 88.
Pada berita edisi ini, Harian Republika membentuk wacana di
masyarakat bahwasanya, kinerja Densus 88 yang kerap melakukan kekerasan
dan pelanggaran HAM harus segera dievaluasi. Penekanan berita ini
ditunjukkan kepada Polri sebagai pihak yang bertanggung jawab atas kinerja
Densus 88 dalam hal penanganan terorisme di Indonesia.
Ketiga, pada edisi Senin 4 Maret 2013 Harian Republika mengangkat
berita dengan judul “Perketat Pengawasan Densus 88”. Pada edisi ini Harian
Republika menghadirkan berita tentang perketat pengawasan kinerja Densus
88 yang selama ini kinerjanya kerap melakukan pelanggaran HAM. Bukan
hanya pelanggaran HAM yang disoroti pada berita edisi ini, transparansi dana
Densus pun dipersoalkan karena adanya dugaan dana Asing yang masuk ke
Densus 88. Berita ini diperkuat dengan pernyataan dan komentar dari pihak
84
Indonesia Police Wacth (IPW) dan para anggota DPR dari berbagai Fraksi.
Dari berbagai pernyataan dalam berita ini menyimpulkan bahwasanya, Kinerja
dan anggaran dana yang mengalir ke Densus 88 harus segera diawasi dengan
ketat.
Pada edisi ini, Harian Republika membentuk wacana di tengah
masyarakat dengan menyampaikan pesan bahwasanya, kinerja dan anggaran
dana yang masuk ke Densus 88 perlu diawasi dengan ketat oleh seluruh
masyarakat Indonesia. Pada edisi berita ini juga Harian Republika
mencantumkan berita edisi sebelumnya yaitu pada edisi Jumat 1 Maret
2013.Ini menunjukkan bahwa Harian Republika dalam pemberitaan kasus ini
diberitakan secara bersambung yaitu, dengan memberitakan edisi ini berkaitan
dengan berita edisi sebelumnya.
Keempat,pada edisi Selasa 5 Maret 2013 Harian Republika
mengeluarkan berita dengan judul “Densus Diskreditkan Islam”. Pada edisi
ini, Harian Republika memberitakan tentang kekhawatiran beberapa tokoh
publik atas kinerja Densus 88 yang selama ini kerap melakukan kekerasan
terhadap orang yang diduga sebagai anggota teroris. Perlakuan Densus ini
dinilai telah mendiskreditkan Islam. kecenderungan Densus yang mengaitkan
kelompok teroris dengan Islam semakin memojokkan posisi Muslim
Indonesia. Berita ini diperkuat dengan pernyataan dan komentar dari pihak
DPR, MPR dan DPD. Selain memberitakan tentang hal ini, Harian Republika
juga memberitakan mengenai kasus kekerasan Densus ini terancam dibawa ke
forum Internasional.Ini diperkuat pernyataan dari pihak Kontras.
85
Pada berita edisi ini, Harian Republika membentuk wacana di tengah
masyarakat dengan pemberitaan yang menekan Polri atas perlakuan Densus 88
yang selalu mengaitkan kelompok teroris dengan Islam, sehingga akan timbul
kekhawatiran bagi kaum Muslim Indonesia. Berita ini sengaja diangkat oleh
Harian Republika untuk mengangkat opini publik di Indonesia yang mayoritas
kaum muslim bahwasanya perlakuan dan pelanggaran HAM yang dilakukan
oleh Densus 88 ini bisa menyebabkan tekanan bagi umat Muslim Indonesia.
Selain itu, Harian Republika juga menguatkan berita ini dengan pernyataan
dari pihak ormas Islam yang di pimpin oleh Din Syamsuddin. Pernyataan Din
yang dimuat oleh Harian Republika pada edisi ini mewakili suara dari umat
Muslim Indonesia terkait kasus pelanggaran HAM yang dilakukan oleh
Densus 88 kepada terduga teroris di Poso. Seperti penjelasan oleh Redaktur
Harian Republika berikut ini:
“Coba kita lihat, perilaku Densus dalam penanganan terorisme
selama ini yang jadi sasaran itu kan yang punya simbol-simbol dekat
dengan Islam seperti pesantren, atau orang yang mengaku lulusan
pesantren atau kelompok pengajian.Sehingga, memang Cuma
mereka yang melakukan itu? Padahal kan banyak orang yang
melakukan hal serupa yang dia sebenarnya tanpa background Islam,
kenapa harus selalu identitas itu (Islam) yang dimunculkan, itu kan
sebuah pertanyaan bagi saya. Kalau memang dia motifnya adalah
memberantas tindak kekerasan yang fair dong, semuanya harus
diberantas.”16
Konstruksi berita di atas menunjukkan bahwa Harian Republika
membentuk wacana di tengah masyarakat khususnya bagi kaum Muslim
Indonesia yang secara tidak langsung menunjukkan penentangan terhadap
16
Wawancara pribadi dengan Redaktur Harian Republika Selasa, 2 Juli 2013.
86
tindakan terorisme. Dan umat Muslim pun menentang keras atas kasus
pelanggaran HAM yang dilakukan oleh Densus 88.Konstruksi yang dihadirkan
Harian Republika tak luput dari ideologi yang dipegangnya yaitu sebagai
media cetak nasional untuk kaum Muslim Indonesia.
Dengan menggunakan empat struktur pada analisis framing model
Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki, akan terlihat bagaimana cara
wartawan menyusun fakta berdasarkan skema berita, bagaimana cara
wartawan mengisahkan fakta dengan kelengkapan unsur beritanya, bagaimana
menulis fakta, dan bagaimana cara wartawan menekankan fakta. Dari keempat
struktur berita tersebut terlihat jelas bagaimana berita yang dihadirkan oleh
Harian Republika di atas dikonstruk untuk menampilkan realitas yang coba
dibangun.
87
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap
pemberitaan kekerasan Densus 88 kepada terduga teroris di Poso dalam surat
kabar Harian Republika, maka peneliti mengambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Harian Republika dalam pemberitaannya mengenai kasus kekerasan
Densus 88 kepada terduga teroris di Poso dikemas dengan menonjolkan
pendapat dan pernyataan dari berbagai pihak yang menyayangkan aksi
kekerasan yang dilakukan oleh Densus 88. Ini terlihat dari berbagai
kutipan narasumber yang menekan pihak Polri untuk segera mengusut
tuntas kasus ini dan mengevaluasi kinerja Densus 88.
2. Dalam setiap pemberitaannya, Harian Republika mencoba melakukan
konstruksi realitas tentang kasus kekerasan Densus 88 dengan penekanan
seleksi isu tertentu, ini terlihat dari empat berita di atas yang menyajikan
isi berita tentang kritik dan cenderung menentang aksi kekerasan yang
dilakukan Densus 88 kepada terduga teroris.
3. Harian Republika dalam menyajikan berita seputar kasus kekerasan
Densus 88 tak lepas dari ideologi dan perspektif yang dimilikinya, yaitu
sebagai media cetak nasional untuk komunitas muslim. Hal ini terlihat
dengan penggunaan Headline berita yang berjudul “Densus Diskreditkan
Islam” tidak hanya itu, Harian Republika juga menempatkan penyataan
dari Ketua Umum Muhammadiyah yaitu Din Syamsuddin pada keempat
88
berita tersebut. Lewat pernyataan-pernyataan Din Syamsuddin, Harian
Republika ingin menunjukkan kepada khalayak muslim bahwasanya
B. Saran
1. Harian Republika dalam pemberitaanya seputar kasus kekerasan Densus
88 ini telalu banyak menempatkan pernyataan-pernyataan dari pihak yang
kontra terhadap kasus ini, sementara pernyataan-pernytaan yang pro pada
kasus ini lebih sedikit. Sehinnga pemberitaanya berat sebelah. Oleh karena
itu sebaiknya sebagai media massa Harian Republika harus menempatkan
posisinya sebagai pihak yang netral terhadap pemberitaan seputar kasus-
kasus yang masih menjadi pro kontra di kalangan masyarakat.
2. Dalam mengonstruksi berita, Harian Republika harus lebih memerhatikan
unsur sintaksis, terutama penempatan pernyataan dan kutipan dalam
sebuah berita. Pernyataan dan kutipan merupakan salah satu aspek
terpenting dan wajib dicantumkan dalam pemberitaan. Selain sebagai data
pelengkap, kedua aspek tersebut adalah poin penting dalam sebuah berita,
apalagi berita yang termasuk dalam kategori hard news.
3. Kepada masysarakat khususnya pembaca hendaknya mengerti fungsi dari
media dan pers, karena berita merupakan sebuah konstruksi realitas yang
dibentuk media itu sendiri sesuai ideologi dan pesrpektif yang dimilikinya.
Oleh sebab itu, khalayak pembaca harus lebih pintar dalam menyikapi
berita yang dihadirkan oleh media dan tidak sekedar menerima berita atau
informasi hanya dari satu sumber berita.
90
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Abdullah, Aceng. Press Relation : Kiat berhubungan dengan Media Massa.
Bandung : Remaja Rosda Karya, 2000.
Bimo, Nugroho Eriyanto dan Frans surdiasis, Politik Media Mengemas Berita.
Yogyakarta; Institut Study Arus Informasi, 1999.
Bungin, Burhan. Sosial Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi
Komunikasi di Masyarakat. Cetakan ke-2, Jakarta: Kencana, 2007.
Effendy, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2004.
Eriyanto. Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. Cetakan ke-
3, Yogyakarta:LkiS, 2005.
Jumroni. Metode-metode Penelitian Komunikasi. Jakarta: UIN Press, 2006.
Kumanti, Sr Maria Asumpta. Dasar-dasar Public Relation, Teori dan Pkaktik.
Jakarta:Grasindo, 20002.
Marzuki. Metodologi Riset. Yogyakarta : BPFE-UII, 1995.
Moleong, J Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda
Karya, cetakan kedelapan, 1997.
Mondry. Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik. Cetakan ke-3, Bogor:
Penerbit Ghalia Indonesia, 2008.
Nurudin. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2007.
Pan, Zhongdang dan Gerald M Kosicki Framing Analiysis: An Approach to News
Discourse. Jurnal Political Communication, vol. 10 no. 1, 1993.
Rahmadi, F. Perbandingan Sistem Pers. Jakarta: PT Gramedia, 1990.
Ramli, Syamsul Asep. Jurnalisme Untuk Pemula. Yogyakarta:LkiS, 2004.
Santana, K Septiawan. Jurnalisme Kontemporer. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 2005.
Sudibyo, Agus. Politik Media dan Pertarungan Wacana. Yogyakarta: LKiS,
2006.
Sumandira, AS Haris. Jurnalistik Indonesia, menulis berita dan feature panduan
praktis jurnalis professional. Bandung: Simbiosa Rekatama Media,
Yogyakarta:LkiS, 2002.
91
Severin, J Werner dan James W. Tankard. Teori Komunikasi Massa: Sejarah,
Metode, dan Terapan di dalam Media Massa. Jakarta: Prenada Media,
2005.
Sobur, Alex. Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung : Remaja
Rosdakarya, 2001.
Sobur, Alex. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana,
Analisis Semiotik dan Analisis Framing. Bandung: Remaja Rosdakarya,
2009.
Turner, H Lynn. Pengantar Ilmu Komunikasi dan Aplikasi. Jakarta: Penerbit
Salemba Humanika, 2008.
Tebba, Sudirman. Jurnalistik Baru. Jakarta: Penerbit Kalam Indonesia, 2005.
Website
http://copasiana.blogspot.com/2010/10/profil-dan-sejarah-densus-88-anti-
teror.html, diakses 12 Juli 2013, pukul 22.30
http://clubbing.kapanlagi.com/threads/70150-Sejarah-Terbentuknya-Densus-88.
html, diakses 12 Juli, pukul 22.30
http://republikadamai.blogspot.com/2007/06/kekerasan.html, diakses 4 April
2013, pukul 20.00.
Artikel Koran
“Densus Dilaporkan Melanggar HAM,” Harian Republika, 1 Maret 2013.
“Densus Perlu Dievaluasi,” Harian Republika, 2 Maret 2013.
“Perketat Pengawasan Densus 88,” Harian Republika, 4 Maret 2013.
“Densus Diskreditkan Islam,” Harian Republika, 5 Maret 2013.
Wawancara
Wawancara pribadi dengan Redaktur Harian Republika Selasa, 2 Juli 2013.
Sumber Lain
Departemen Pendididkan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta:Balai Pustaka, 2001), h.140.
Company Profile Harian Republika.