TUGAS REPRODUKSI II
ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM( AKDR )
Disusun Oleh :Agustinus LMK (1002001)Bona FasiaDimas Eka Putra (1002029)EstrianiI Gede Made Indra Putra (1002053)Maria Patmy Reza Windarti (1002068)Tegar Handitya Tama (1002098)Rina Wijayanti (1002087)
PROGRAM STUDI S-1 ILMU KEPERAWATANSTIKES BETHESDA YAKKUM YOGYAKARTA
2012 /2013
ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR)
(INTRA UTERINE DEVICES = IUD)
I. Sejarah AKDR
Cerita sejarah yang sering disampaikan, tetapi tidak tercatat baik, menghubungkan
penggunaan IUD pertama dengan kafilah yang diduga menggunakan batu – batu yang
diletakkan di dalam rahim untuk mencegah kehamilan pada unta mereka dalam perjalanan –
perjalanan panjang.
Pelopor IUD modern adalah pesarium dengan batang kecil yang digunakan dalam
tahun 1800-an, sebuah struktur yang menyerupai kancing kecil yang menutupi mulut serviks
dan melekat pada batang yang menjulur ke dalam kanalis servikalis. Pesarium ini tidak pasti
digunakan untuk kontrasepsi, tetapi tampaknya dimaksudkan untuk hal ini. Pada tahun 1902,
sebuah pesarium yang meluas hingga ke dalam uterus telah dikembangkan oleh Hollweg di
Jerman dan digunakan kontrasepsi. Pesarium ini dijual untuk disisipkan sendiri oleh
pemakainya, tetapi bahaya infeksi menjadi besar, yang kemudian menyebabkan hujatan
terhadap masyarakat medis.
Pada tahun 1909, Richter di Jerman melaporkan keberhasilan dengan cincin catgut
ulat sutera yang mempunyai kawat nikel dan tembaga yang menjulurkan ke luar melalui
serviks. Segera setelah itu, Pust mengombinasikan cincin Richter dengan pesarium tipe-
kancing yang kuno, dan mengganti kawatnya dengan benang catgut. IUD ini digunakan
selama Perang Dunia I di jerman, walaupun kepustakaan Jerman cepat melaporkan adanya
infeksi sehubungan dengan penyisipan dan penggunaannya. Pada tahun 1920-an, Gräfenberg
membuang ekor dan pesarium karena ia meyakini bahwa inilah yang merupakan penyebab
infeksi. Ia melaporkan pengalamannya pad atahun 1930 menggunakan cincin yang dibuat dari
perak dan emas yang digelung, kemudia baja.
Cincin Gräfenberg hanya memiliki umur yang singkat, menjadi korban dari filosofi
politik Nazi yang dengan sengit melawan adanya kontrasepsi. Gräfenberg yang bukan
merupakan ras Aria akhirnya dimasukkan ke penjara, tetapi ia berhasil melarikan diri dari
Jerman, dan meninggal di New York City pada tahun 1955. Ia tidak pernah menerima
penghargaan atas apa yang menjadi haknya.
Cincin Gräfenberg telah dihubungkan dengan angka ekspulsi yang tinggi. Hal ini
dipecahkan oleh Ota di Jepang yang menambahkan sebuah struktur pendukung pada bagian
pusat cincin berlapis emas atau peraknya pada tahun 1934. Ota juga menjadi korban politik
Perang Dunia II, yang dikirim ke tempat pengasingan, tetapi cincinnya terus digunakan.
Cincin Gräfenberg dan Ota pada dasarnya telah dilupakan oleh seluruh dunia selama
periode Perang Dunia II. Kesadaran akan ledakan populasi dan pengaruhnya mulai terasa
pada decade pertama dan kedua setelah Perang Dunia II. Pada tahun 1959, laporan dari
Jepang dan Israel oleh Ishihama dan Oppenheimer sekali lagi menggerakkan minta terhadap
cincin tersebut. Laporan Oppenheimer dimuat dalam American Journal of Obstetrics and
ginecology, dan banyak ahli ginekologi Amerika testimulasi untuk menggunakan cincin perak
atau sutera, sedangkan yang lain mengembangkan alatnya sendiri.
Dalam tahun 1960-an, IUD berkembang pesat. Teknik IUD dimodifikasi dan banyak
sekali tipe diperkenalkan. Berbagai alat yang dikembangkan dalam tahun 1960-an dibuat dari
plastic (polietilen) yang diisi dengan barium sulfat sehingga alat tersebut dapat dilihat pada
pemeriksaan sinar-x. Margulies Coil, yang dikembangkan oleh Lazer Margulies, pada tahun
1960 di Rumah sakit Mt. Sinai di New York City merupakan alat plastic pertama yang
memungkinkan penggunaan penyisip (inserter) dan rekonfigurasi bentuk pada waktu
dimasukkan ke dalam uterus. Margulies Coil tersebut merupakan alat berukuran besar
(diyakini menyebabkan kram dan perdarahan), dan ekor plastiknya yang keras terbukti
memiliki resiko bagi pasangan pria.
Pada tahun 1962, Population Council, atas anjuran Alan Guttmacher, yang pada tahun
tersebut menjabat presiden Planned Parenhood Federation of America, mengorganisasikan
konferensi IUD internasional yang pertama di kota New York. Pada konferensi inilah Jack
Lippes dari Buffalo menyajikan pengalaman dengan alatnya, yang untungnya seperti yang
akan kita lihat, mempunyai ekor dari benang filament tunggal. Margulies coil dengan segera
digantikan oleh Lippes Loop, yang dengan cepat menjadi IUD yang paling luas direespkan di
Amerika Serikat pada tahun 1970-an.
Konferensi pada tahun 1962 juga menghasilkan pengorganisasian program
Cooperative Statistical Program yang ditetapkan oleh Population Council di bawah
pengawasan langsung Christoper Tietze, untuk mengevaluasi IUD, Ninth progress report
dalam tahun 1970 menjadi pembanding penting terhadap kemanjuran dan masalah yang
timbul pada berbagai IUD yang tengah digunakan.
Banyak alat lain kemudian muncul, tetapi dengan pengecualian keempat Lippes Loop
dengan ukuran berbeda serta kedua Saf-T-Coils, alat – alat tersebut terbatas penggunaanya.
Alat dari baja tahan karat yang digabung dengan pegas diranjang untuk mampu berkompetesi
sehingga memudahkan penyisipan, tetapi pergerakan alat – alat ini memungkinkannya
tertanam di dalam uterus, menyebabkannya sulit untuk diangkat. Majzlin Spring merupakan
contoh yang mengesankan.
Dalkon Shield diperkenalkan pada tahun 1970. Dalam waktu 3 tahun, suatu insiden
infeksipanggul yang tinggi sudah diketahui. Tidak diragukan lagi bahwa masalah yang timbul
pada Dalton Shield terjadi akibat konstruksi yang cacat, yang ditunjukkan pada awal tahun
1975 oleh tatum. Ekor multifilament Dalkon Shield (ratusan serat yang dibungkus dalam
sarung plastic) memberikan jalan bagi bakteri untuk bergerak naik, terlindung dari perintang
mucus serviks.
Walaupun penjualan di hentikan pada tahun 1975, perintah untuk menyingkirkan
semua Dalkon shield belum dikeluarkan hingga awal tahun 1980-an. Sejumlah besar wanita
dengan infeksi panggul mengajukan tuntutan perkara terhadap perusahaan farmasi, yang
akhirnya menyebabkan perusahaan tersebut bangkrut. Sayangnya masalah Dalkon Shield
terlanjur mencemari semua IUD dan sejak itu, media dan public telah secara tidak tepat
memandang semua IUD lewat satu cara tunggal yang generic.
Kira – kira pada saat Dalton Shield diperkenalkan, Senat Amerika Serikat melakukan
dengar pendapat mengenai keamanan kontrasepsi oral. Wanita muda yang merasa takut
menggunakan kontrasepsi oral setelah dengar pendapat ini beralih ke IUD, terutama Dalton
Shield yang dipromosikan cocok bagi wanita nulipara. Perubahan dalam perilaku seksual
pada tahun 1960-an dan 1970-an serta kegagalan menggunakan kontrasepsi protektif (kondom
dan kontrasepsi oral) menyebabkan terjadinya epidemic penyakit menular seksual serta
penyakit radang panggul, yang dianggap terjadi sebagian akibat IUD.
IUD Modern
Penambahan tembaga pada IUD telah dianjurkan oleh James Zipper dari Chile, yang
eksperimennya dengan logam menunjukkan bahwa tembaga bekerja secara local pada
endometrium. Howard Tatun mengombinasikan anjuran Zipper dengan mengembangkan
bentuk-T guna menghilangkan reaksi uterus terhadap kerangka structural, dan menghasilkan
copper-T. IUD tembaga pertama mempunyai kawat tembaga yang melilit batang lurus T
tersebut, TCu-200 (200 mm2 kawat tembaga yang terpajan), yang juga dikenal sebagai Tatum-
T. Rasionalisasi Tatum adalah bahwa bentuk T akan mengikuti bentuk uterus, berbeda dengan
IUD yang lain yang menuntut uterus untuk menyesuaikan diri dengan bentuk IUD. Lebih
lanjut, IUD tembaga dapat berukuran jauh lebih kecil dibandingkan dengan alat plastic
lembam yang sederhana, dan akan memberikan kontrasepsi yang efektif. Penelitian
mengindikasikan bahwa tembaga mengerahkan efeknya sebelum implantasi ovum yang
fertile; tembaga dapat bersifat spermisidal, atau tembaga mungkin dapat menghilangkan
mortalitas sperma dan menghilangkan kemampuan sperma melakukan fertilisasi. Penambahan
tembaga pada IUD dan pengurangan dalam ukuran serta struktur kerangka telah memperbaiki
toleransi, yang menyebabkan lebih sedikit pengangkatan karena alasan nyeri dan perdarahan.
Cu-7 dengan batang yang dilingkari tembaga dikembangkan pada tahun 1971 dan
dengan cepat menjadi alat paling popular di Amerika Serikat. Baik Cu-7 maupun Tatum-T
ditarik dari pasar Amerika Serikat pada tahun 1986 oleh G. D. Searle ang Company.
Meskipun demikian, IUD terus berkembang. Lebih banyak lagi tembaga ditambahkan
oleh peneliti Population Council, menghasilkan TCu-380A (380 mm2 daerah p-ermukaan
tembaga yang terpajan---tembaga yang dililit mengelilingi batang serta bungkus-lengan
tembaga (copper sleeves) pada setiap lengan horizontal). Huruf “A” pada TCu-380A adalah
untuk menunjukkan lengan (arm), mengindikasikan peran penting bungkus-lengan tembaga.
Tembaga dibuat padat dan tubular untuk meningkatkan efektivitas dan memperpanjang masa
kadaluwarsa IUD. IUD ini telah digunakan di lebih dari 30 negara sejak tahun 1982, dan pada
tahun 1988, dipasarkan di Amerika Serikat sebagai “ParaGard”.
“Progestasert” telah dikembangkan oleh Alza Corporation pada saat IUD tembaga
juga dikembangkan. Alat berbentuk-T ini melepaskan 65 μg progesterone per hari, paling
sedikit selama satu tahun. Progesterone mengurangi jumlah kram dan jumlah darah yang
hilang, dan dengan demikian, terutama berguna untuk wanita yang memiliki periode
menstruasi “berat” serta kram. Masa kadaluwarsa yang pendek dapat dan telah diatasi dengan
menggunakan progestin yang lebih poten, seperti levonogestrel. (Speroff, Leon. 2003.
Pedoman Klinis Kontrasepsi. Edisi 2. Hal.199-205. Jakarta:EGC)
II. Pengertian AKDR
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) adalah alat kontrasepsi yang terbuat dari
polythylen (plastic) yang halus, dipasang di dalam rahim. (Martosewojo, samiarti. [et al ].
1992. Pedoman KB IBI. Jakarta:Pengurus Pusat ikatan Bidan Indonesia)
AKDR adalah alat kontrasepsi yang dipasang di dalam rahim (Hartanto, 2004). Di
mana AKDR terdiri dari bermacam-macam bentuk, terdiri dari plastik (polietiline), ada yang
di lilit tembaga (Cu), ada pula yang tidak. Tetapi ada pula yang di lilit tembaga bercampur
perak (Ag). Selain itu ada pula yang batangnya berisi hormon progesterone.
IUD atau AKDR ( Alat Kontrasepsi Dalam Rahim ) adalah alat kontrasepsi yang
ditempatkan di dalam rahim, yang terbuat dari plastik khusus yang diberi benang pada
ujungnya,dan terdiri dari beberapa bentuk. IUD/AKDR yang berbentuk spiral disebut Lippes
Loop, yang berbentuk T disebut Copper T mengandung logam atau tembaga, ada pula yang
mengandung hormon.
AKDR adalah Suatu alat atau benda yang dimasukkan ke dalam rahim yang sangat
efektif, reversibel dan berjangka panjang, dapat dipakai oleh semua perempuan usia
reproduktif (Saefuddin,22003)
AKDR atau IUD atau Sepiral adalah suatu alat yang dimasukan ke dalam rahim
wanita untuk tujuan kontrasepsi (Mochtar, 1998)
AKDR adalah suatau usaha pencegahan kehamilan dengan menggulung secarik kertas,
diikat dengan benang lalu dimasukkan ke dalam rongga rahim (Prawirohardjo, 2005)
AKDR atau IUD atau Spiral adalah suatu benda kecil yang terbuat dari plastik yang
lentur, mempunyai lilitan tembaga atau juga mengandung hormon dan dimasukkan ke dalam
rahim melalui vagina dan mempunyai benang (BKKBN,2003)
IUD (Intra Uterine Device) adalah alat kontrasepsi yang disisipkan ke dalam rahim,
terbuat dari bahan semacam plastik, ada pula yang dililit tembaga, dan bentuknya bermacam-
macam. Bentuk yang umum dan mungkin banyak dikenal oleh masyarakat adalah bentuk
spiral. Spiral tersebut dimasukkan ke dalam rahim oleh tenaga kesehatan (dokter / bidan
terlatih). Sebelum spiral dipasang, kesehatan ibu harus diperiksa dahulu untuk memastikan
kecocokannya. Sebaiknya IUD ini dipasang pada saat haid atau segera 40 hari setelah
melahirkan (Subrata, 2000:33).
IUD atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) bagi banyak kaum wanita
merupakan alat kontrasepsi yang terbaik. Alat ini sangat efektif dan tidak perlu diingat setiap
hari seperti halnya pil. Bagi ibu yang menyusui, AKDR tidak akan mempengaruhi isi,
kelancaran ataupun kadar air susu ibu (ASI). Karena itu, setiap calon pemakai AKDR perlu
memperoleh informasi yang lengkap tentang seluk-beluk alat kontrasepsi ini (Maryani, 2002).
AKDR merupakan salah satu metode kontrasepsi efektif terpilih (MKET), oleh
karena efektif dalam memberikan perlindungan terhadap terjadinya kehamilan. Biaya
pemasangan yang relatif cukup murah dengan masa pakai yang cukup lama, bahkan sekarang
telah dipasarkan AKDR dengan masa pakai hingga 10 tahun, kesuburan akan segera kembali
setelah penghentian pemakaian metode ini, disamping itu tidak diperlukan motivasi berulang-
ulang.
III. Mekanisme kerja AKDR
Mekanisme kerja yang pasti dari AKDR belum diketahui, namun ada beberapa
mekanisme kerja yang telah diajukan:
a. Timbulnya reaksi radang lokal yang non-spesifik di dalam cavum uteri sehingga
implantasi sel telur yang telah dibuahi terganggu.
b. Produksi lokal prostaglandin yang meninggi, yang menyebabkan terhambatnya
implantasi.
c. Gangguan / terlepasnya blastocyst yang telah berimplantasi di dalam endometrium.
d. Pergerakan ovum yang bertambah cepat di dalam tuba fallopi.
e. Immobilisasi spermatozoa saat melewati cavum uteri.
f. Dari penelitian terakhir, disangka bahwa AKDR juga mencegah spermatozoa
membuahi sel telur (mencegah fertilisasi).
g. Untuk AKDR yang mengandung Cu :
1) Antagoisme kationic yang spesifik terhadap Zn yang terdapat dalam enzim
carbonic anhydrase yaitu salah satu enzim dalam traktus genitalia wanita, dimana
Cu menghambat reaksi carbonic anhydrase sehingga tidak memungkinkan
terjadinya implantasi dan mungkin juga menghambat aktivitas alkali phospatase.
2) Mengganggu pengambilan estrogen endogenous oleh mucosa uterus.
3) Mengganggu jumlah DNA dalam sel endometrium.
4) Mengganggu metabolisme glikogen.
h. Untuk AKDR yang mengandung hormon progesterone :
1) Gangguan proses pematangan proliteratif –sekretoir sehingga timbul penekanan
terhadap endometrium dan terganggunya proses implantasi (endometrium tetap
berada dalam fase decidual/ progestational).
2) Lendir serviks yang menjadi lebih kental/ tebal karena pengaruh progestin.
(Saifuddin, et. al., 2003).
Mekanisme kerja AKDR sampai saat ini belum diketahui secara pasti, ada yang
berpendapat bahwa AKDR sebagai benda asing yang menimbulkan reaksi radang setempat,
dengan sebutan lekorit yang dapat melarutkan blastosis atau sperma. Mekanisme kerja AKDR
yang dililiti kawat tembaga mungkin berlainan.tembaga dalam konsentrasi kecilyang
dikeluarkanke dalamrongga uterus juga menghambat khasiatanhidrase karbon dan fosfatase
alkali. AKDR yang mengeluarkanhormon juga menebalkan lendirsehingga menghalangi
pasasi sperma (Prawirohardjo, 2005).
Sampai sekarang mekanisme kerja AKDR belum diketahui dengan pasti, kini
pendapat yang terbanyak ialah bahwa AKDR dalamkavum uteri menimbulkan reaksi
peradangan endometrium yang disertai dengan sebutan leokosit yang dapat menghancurkan
blastokista atau sperma. Sifat-sifat dari cairan uterus mengalami perubahan-perubahan pada
pemakaian AKDR yang menyebabkan blastokista tidak dapat hidup dalam uterus. Walaupun
sebelumnya terjadi nidasi, penyelidik-penyelidik lain menemukansering adanya kontraksi
uterus pada pemakaianAKDR yang dapat menghalangi nidasi. Diduga ini disebabkanoleh
meningkatnya kadar prostaglandindalam uterus pada wanita (Wiknjoastro, 2005).
Sebagai metode biasa(yang dipasang sebelum hubungan sexual terjadi) AKDR
mengubah transportasi tuba dalam rahim danmempengaruhi sel elur dan spermasehingga
pembuahan tidak terjadi. Sebagai kontrasepsi daruat(dipasang setelahhubungan sexual terjadi)
dalam beberapa kasus mungkin memiliki mekanisme yang lebih mungkin adalah dengan
mencegah terjadinya implantasi atau penyerangan sel telur yang telah dibuahi ke dalam
dinding rahim (BKKKBN, 2003)
Menurut Saefuddin (2003), mekanisme kerja IUD adalah:
a. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi
b. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri
c. AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu walaupun
AKDR membuat sperma sulit ke dalam alat reproduksi perempuan dan
mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi
d. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur ke dalam uterus
IV. Jenis – jenis AKDR
1. AKDR Non-hormonal
Pada saat ini AKDR telah memasuki generasi ke-4. karena itu berpuluh-puluh macam
AKDR telah dikembangkan. Mulai dari genersi pertama yang terbuat dari benang sutra
dan logam sampai generasi plastik(polietilen) baik yang diambah obat maupun tidak.
Menurut bentuknya AKDR dibagi menjadi :
1. Bentuk terbuka (oven device)
Misalnya: LippesLoop, CUT, Cu-7. Marguiles, Spring Coil, Multiload,Nova-T
2. Bentuk tertutup(closed device)
Misalnya: Ota-Ring, Atigon, dan Graten Berg Ring.
Menurut Tambahan atau Metal:
1. Medicated IUD
Misalnya: Cu T 200, Cu T 220, Cu T 300, Cu T 380 A, Cu-7, Nova T, ML-Cu
375
2. Un Medicated IUD
Misalnya: Lippes Loop, Marguiles, Saf-T Coil, Antigon.
IUD yang banyak dipakai di Indonesia dewasa ini arijenis Un Medicated yaitu
Lippes Loop dan yang dari jenisMedicated Cu T, Cu-7, Multiload dan Nova-T.
Pada jenis Medicated IUD angka yang tertera dibelakang IUD menunjukkan
luasnya kawat halus tembaga yang ditambahkan, misalnya Cu T 220 berarti tembaga
adalah 200mm2.
Menurut Hanafi (2003, hal: 216-23) IUD yang mengandung hormonal
1. Progestasert-T = Alza T
- Panjang 36mm, lebar 32mm, dengan 2 lembar benang ekor warna hitam.
- Mengandung 38 mg progesteron dan barium sulfat, melepaskan
65mcgprogesteron per hari
- Tabung insersinya berbentuk lengkung
- Daya kerja :18 bulan
- Tehnik insersi: plunging?(modified withdrawal)
2. LNG-20
- Mengandung 46-60mg Levonorgestrel, dengan pelepasan 20mcg per hari
- Sedang diteliti di Finlandia
- Angka kegagalan /kehamilan sangat rendah: ‹0,5 per 100wanita per tahun
- Penghentian pemakaian oleh karena persoalan-persoalan perdarahan ternyata lebih
tinggidibandingkan IUD lainnya, karena 25% mengalami amenore atau perdarahan
hait yan sangat sedikit.
Dalam Program KB Nasional, terdapat beberapa macam Alat kontrasepsi Dalam
Rahim (AKDR), antara lain :
Lippes Loop yang terbuat dari plastic dan berbentuk spiral
Multi Load C 250, yang berbentuk jangkar dan dililiti logam tembaga
Copper T 200 B, yang terbuat dari plastic halus , berbentuk T, dan dililiti
logam tembaga
Copper 7, yang berbentuk angka 7, terbuat dari bahan plastic yang batangnya
dililiti dengan logam tembaga.
(Martosewojo, samiarti. [et al ]. 1992. Pedoman KB IBI. Jakarta:Pengurus
Pusat ikatan Bidan Indonesia)
Menurut (Speroff, Leon. 2003) tipe – tipe IUD dibagi menjadi beberapa macam,
diantaranya adalah :
IUD yang Tidak Mengandung Obat
- Lippes Loop, yang terbuat dari plastic dan diisi dengan barium sulfat masih
digunakan di seluruh dunia (kecuali di Amerika Serikat). Cincin baja tahan
karat yang fleksibel digunakan secara luas di Cina, tetapi tidak di tempat
lain.
- Nova T serupa dengan TCu-200, mengandung 200 mm2 tembaga;
meskipun demikian Nova T mempunyai inti perak pada kawat tembaganya,
lengan yang fleksibel, dan sebuah lengkung besar yang juga fleksibel pada
ujung bawah guna menhindari cedera jaringan serviks. Ada sejumlah
kekhawatiran bahwa kemajuan Nova T akan menurun setelah tiga tahun
berdasarkan data WHO; namun, dari data Finlandia dan Skandinavia
menunjukkan angka kehamilan yang rendah dan stabil setelah lima tahun
penggunaan.
IUD Pelepas-Hormon
- Progestasert (satu – satunya alat yang melepaskan hormone yang
dipasarkan di Amerika Serikat sejak tahun 1976) adalah IUD berbentuk T
yang terbuat dari etilen/vinil asetat kopoliner yang mengandung titanium
dioksida. Batang vertikalnya mengandung suatu reservoir progesterone 38
mg bersama dengan barium sulfat yang terdispersi dalam cairan silicon.
Lengan horizontal berstruktur padat dan terbuat dari kopolimer yang sama.
Dua kawat monofilament berwarna biru-hitam melekat pada lubang di
dasar batang. Progesterone dilepas pada kecepatan 65 μg per hari.
- LNG-20, yang dibuat oleh Leiras di finlandia, melepas secara in vitro 20 μg
levonorgestrel setiap hari. Alat ini sudah dipasarkan di Eropa. Alat
berbentuk T ini mempunyai kerah yang melekat pada lengan vertical, yang
mengandung 52 mg levonogestrel yang terdispersi dalam
polidimetilsiloksan dan dilepas pada kecepatan 15 μg setiap hari in vivo.
IUD levonogestrel bertahan hingga 10 tahun dan mengurangi jumlah
perdarahan haid serta angka infeksi panggul.
IUD Masa Depan
Modifikasi IUD tembaga sedang diteliti di seluruh dunia. Ombrelle-250 dan
Ombrelle-380, yang dirancang lebih fleksibel untuk mengurangi ekspulsi dan
efek samping telah dipasarkan di perancis. IUD tanpa kerangka, flexiGard
(juga dikenal sebagai Cu-Fix), terdiri dari 6 bungkus-lengan tembaga (330
mm2 tembaga),yang terangkai pada benang nilon bedah (polipropilen) dan
disimpul pada satu ujung. Pada saat penyisipan, simpul tersebut didorong ke
dalam miometrium menggunakan jarum yang ditarikkan, yang bekerja seperti
tombak harpoon miniature. Karena tidak memiliki kerangka, alat ini
diharapkan mempunyai angka keharusan pengangkatan karena perdarahan atau
nyeri yang rendah, tetapi karena penyisipan lebih sulit dilakukan terdapat
angka ekspulsi yang juga lebih rendah.
Macam – Macam AKDR
a. Un-Medicated AKDR
Lippes Loop – AKDR yang terbuat dari polyethylene (suatu plastik inert secara
biologik) ditambah Barium Sulfat.
b. Medicated AKDR
Cooper AKDR – AKDR dengan penambahan selubung Cu yang padat, dimaksudkan
untuk memperbesar luas permukaan Cu di dalam uterus dan untuk lebih
mendekatkan Cu pada fundus uteri.
(Hartanto, 2004)
Saifuddin, Ab., dkk (2003) menyebutkan jenis AKDR sebagai berikut :
a) AKDR CuT-380A
Kecil, kerangka dari plastik yang fleksibel, berbentuk huruf T diselubungi oleh
kawat halus yang terbuat dari tembaga (Cu), tersedia di Indonesia dan terdapat
dimana-mana.
b) AKDR lain yang beredar di Indonesia adalah NOVA T (Schering).
Pembagian macam AKDR menurut Maryani, H (2003) adalah sebagai berikut :
(1) Copper-T
AKDR berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelen di mana pada bagian
vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan kawat tembaga halus ini
mempunyai efek antifertilisasi (anti pembuahan) yang cukup baik. IUD bentuk T
yang baru. IUD ini melepaskan lenovorgegestrel dengan konsentrasi yang rendah
selama minimal lima tahun. Dari hasil penelitian menunjukkan efektivitas yang
tinggi dalam mencegah kehamilan yang tidak direncanakan maupun perdarahan
menstruasi. Kerugian metode ini adalah tambahan terjadinya efek samping
hormonal dan amenorhea.
(2) Copper-7
AKDR ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan
pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan
ditambahkan gulungan kawat tembaga (Cu) yang mempunyai luas permukaan 200
mm2, fungsinya sama seperti halnya lilitan tembaga halus pada jenis Coper-T.
(3) Multi Load
AKDR ini terbuat dari dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri
dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjangnya dari ujung atas ke bawah
3,6 cm. Batangnya diberi gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250
mm2 atau 375 mm2 untuk menambah efektivitas. Ada 3 ukuran multi load, yaitu
standar, small (kecil), dan mini.
(4) Lippes Loop
AKDR ini terbuat dari bahan polyethelene, bentuknya seperti spiral atau
huruf S bersambung. Untuk meudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya.
Lippes Loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran panjang bagian
atasnya. Tipe A berukuran 25 mm (benang biru), tipe B 27,5 mm 9 (benang
hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang kuning), dan 30 mm (tebal, benang
putih) untuk tipe D. Lippes Loop mempunyai angka kegagalan yang rendah.
Keuntungan lain dari pemakaian spiral jenis ini ialah bila terjadi perforasi jarang
menyebabkan luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastik.
Jenis dari IUD ini bermacam-macam, paling umum dulu dikenal dengan nama spiral.
Jenis-jenis dari IUD tersebut dapat terlihat pada gambar di bawah ini :
a. Lippes-Loop
b. Saf-T-Coil
c. Dana-Super
d. Copper-T (Gyne-T)
e. Copper-7 (Gravigard)
f. Multiload
g. Progesterone IUD
Dari berbagai jenis IUD di atas, saat ini yang umum beredar dipakai di Indonesia ada 3
macam jenis yaitu :
IUD Copper T, terbentuk dari rangka plastik yang lentur dan tembaga yang berada
pada kedua lengan IUD dan batang IUD. Bentuk IUD Copper T sebagai berikut :
IUD Nova T, terbentuk dari rangka plastik dan tembaga. Pada ujung lengan IUD
bentuknya agak melengkung tanpa ada tembaga, tembaga hanya ada pada batang IUD.
Gambar IUD Nova T :
IUD Mirena, terbentuk dari rangka plastik yang dikelilingi oleh silinder pelepas
hormon Levonolgestrel (hormon progesteron) sehingga IUD ini dapat dipakai oleh ibu
menyusui karena tidak menghambat ASI. Bentuknya seperti ini :
V. Keuntungan dan kerugian AKDR
1. Keuntungan Penggunaan AKDR
Menurut Saefuddin (2004), hal MK 73. Keuntungan AKDR Non hormonal
(Cu T 380A):
a. Sebagai kontrasepsi efektivitasnya tinggi
Sangat efektif 0,6-0,8 kehamilan per 100 perempuan dalam1 tahun
pertama(1kegagalan dalan 125-170 kehamilan)
b. AKDR dapat efektf seger setelah pemasangan
c. Metode jangka panjang
d. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat
e. Tidak mempengaruhi hubungan sexual
f. Meningkatkan kenyamanan sexual karena tidak perlu takut untuk
hamil
g. Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR(Cu T-380A)
h. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
i. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus
j. Dapat digunakan sampai menopause
k. Tidak ada intraksidengan obat-obat.
l. Membantu mencegah kehamilan ektopik.
Menurut Hanafi(2003). Keuntungan IUD hormonal adalah:
a. Mengurangi volume darah haid dan mengurangi disminorrhoe
b. Untuk mencegah adhesi dinding-dinding uterus oleh
synechiae(Asherman’s Syndrome)
Keuntungan Kontraseptif
Efektivitasnya tinggi: 0,6-0,81 kehamilan per 100 wanita dalam tahun
pertama penggunaan (Tembaga T 380A)
Segera efektif dan efek sampingnya sedikit
Metode jangka-panjang (perlindungan sampai 10 tahun jika menggunakan
Tembaga T 380A)
Tidak mengganggu proses sanggama
Kesuburan cepat pulih setelah AKDR dilepas
Tidak mengganggu produksi ASI
Bila tak ada masalah setelah kunjungan ulang awal, tidak perlu kembali
ke klinik jika tak ada masalah
Dapat disediakan oleh petugas kesehatan terlatih
Tidak mahal (CuT380A)
Keuntungan Non Kontraseptif
Mengurangi kram akibat menstruasi (hanya yang mengandung progestin)
Mengurangi darah menstruasi (hanya yang mengandung progestin)
Mengurangi insidensi kehamilan ektopik (kecuali Progestasert)
2. Kerugian penggunaan AKDR
Menurut Saefuddin(2004). Kerugian AKDR (Cu T-380A) Non hormonal:
a. Efek samping yang umum terjadi:
- Perubahan siklus haid
- Haid lebih lama dan banyak
- Perdarahan(spotting) antar menstruasi
- Disaat haid lebih sakit
b. Komplikasi lain :
- Merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan
- Perforasi dinding uterus(sangat jarang apabila pemasangan benar)
- Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
- Tidak baik digunaka pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang
sering berganti pasangan
- Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri
- Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi AKDR
untuk mencegah kehamilan normal.
(Saifuddin, Abdul Bari., dkk. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kontrasepsi. Edisi 2, Cetakan 2. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo)
Menurut Hanafi(2003). Kerugian IUD hormonal:
- Jauh lebih mahal dari pada Cu IUD
- Harus diganti setelah 18 bulan
- Lebih sering menimbulkan perdarahan mid-siklus dan perdarahan
bercak(spotting)
- Insidens kehamilan ektopik lebih tinggi
AKDR: Keterbatasan
Perlu pemeriksaan ginekologi dan penapisan penyakit menular seksual
(PMS) sebelum menggunakan AKDR
Membutuhkan petugas terlatih untuk memasukkan dan mengeluarkan AKDR
Perlu deteksi benang AKDR (setelah menstruasi) jika terjadi kram,
perdarahan bercak atau nyeri
Tidak dapat dihentikan sendiri (harus dilepas petugas)
Meningkatkan jumlah perdarahan dan kram menstruasi dalam beberapa
bulan pertama (hanya pelepas tembaga)
Kemungkinan terjadi ekspulsi spontan
Walaupun jarang (< 1/1000 kasus), dapat terjadi perforasi saat insersi AKDR
Tidak mencegah semua kehamilan ektopik (khususnya Progestasert)
Dapat meningkatkan risiko PRP/PID dan yang berlanjut dengan infertilitas
bila pasangannya risiko tinggi PMS (misalnya: HBV, HIV/ AIDS)
VI. Komplikasi AKDR
Menurut (Sarwono. 2006),
1. Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan
2. Perdarahan berat pada waktu haid atau di antaranya yang memungkinkan penyebab
anemia.
3. Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya benar)
Komplikasi pemakaian AKDR yang sering muncul yaitu AKDR tertanam dalam-dalam
di endometrium atau miometrium (embedding, displacement) dan infeksi (Hartanto, 2004).
VII. Persyaratan Pemakaian AKDR atau IUD(Menurut Saefuddin,2004)
1. Yang dapat menggunakan AKDR/IUD dan Progestasert
a. Usia reproduktif
b. Keadan nullipara
c. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
d. Menyusui yang menginginkan menggunakan alat kontrasepsi
e. Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya
f. Resiko rendah dari IMS
g. Tidak menghendaki metode hormonal
h. Tidak menyukai mengingat-ingat minum pil setiap hari
AKDR dapat digunakan pada ibu selama segala kemungkinan keadaan misalnya:
Perokok
Sedang memakai antibiotika atau anti kejang
Gemuk ataupun yang kurus
Sedang menyusui
Begitu juga ibu dalam keadaan seperti di bawah ini dapat menggunakan AKDR (Cu T-
380A):
Penderita tumor jinak payudara
Epilepsi
Malaria
Tekanan darah tinggi
Penyakit tiroid
Setelah kehamilan ektopik
Penderita DM
2. Yang tidak diperkenankan menggunakan AKDR atau Progestasert
Sedang hamil
Perdarahan vagina yang tidak diketaui
Sedang menderita infeksi genetalia
Penyakit trifoblas yang ganas
Diketahui menderita TBC velvik
Kanker alat genital
Ukuran rongga rahim kurang dari 5.
VIII. Indikasi
Prinsip pemasangan adalah menempatkan IUD setinggi mungkin dalam rongga rahim
(cavum uteri). Saat pemasangan yang paling baik ialah pada waktu mulut peranakan
masih terbuka dan rahim dalam keadaan lunak. Misalnya, 40 hari setelah bersalin dan
pada akhir haid. Yang boleh menggunakan IUD adalah:
Usia reproduktif
Keadaan nulipara
Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
Perempuan menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
Setelah melahirkan dan tidak menyusui
Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi
Risiko rendah dari IMS
Tidak menghendaki metoda hormonal
Tidak menyukai mengingat-ingat minum pil setiap hari
Tidak menghendaki kehamilan setelah 1 – 5 hari senggama
Perokok
Gemuk ataupun kurus
Pemasangan IUD dapat dilakukan oleh dokter atau bidan yang telah dilatih secara khusus.
Pemeriksaan secara berkala harus dilakukan setelah pemasangan satu minggu, lalu setiap
bulan selama tiga bulan berikutnya. Pemeriksaan selanjutnya dilakukan setiap enam bulan
sekali.
IX. Kontra Indikasi pemakaian AKDR
Menurut (Martosewojo, samiarti. 1992) diantaranya adalah :
1. Adanya tanda-tanda kehamilan.
2. Infeksi panggul bagian dalam.
3. Erosi pada cervix uteri.
4. Diperkirakan adanya tumor, tumor rahim, myoma uteri cavum uteri kurang dari
5 cm.
5. Adanya perdarahan pervagina yang belum jelas penyebabnya, perdarahan pada
saluran kencing/ infeksi panggul.
6. Perdarahan haid yang hebat.
7. Alergi terhadap logam / tembaga.
8. Adanya kelainan bentuk rahim.
9. Adanya keganasan kanker.
Kontraindiaksi Insersi AKDR
a. Kontraindikasi Absolut :
1) Infeksi pelvis yang aktif (akut atau sub-akut), terutama persangkaan Gonorhoe
atau Chlamydia.
2) Kehamilan atau persangkaan kehamilan
b. Kontraindikasi relatif kuat
1) Partner seksual yang banyak.
2) Partner memperoleh pertolongan gawat darurat bila terjadi komplikasi.
3) Pernah mengalami infeksi pelvis atau infeksi pelvis yang rekuren, post-partum
endometritis atau abortus febrilis dalam tiga bulan terakhir.
4) Kesukaran memperoleh pertolongan gawat darurat bila terjadi komplikasi.
5) Cervitis akut purulent.
6) Kelainan darah yang tidak diketahui sebabnya.
7) Riwayat kehamilan ektopik atau keadaan-keadaan yang menyebabkan
predisposisi untuk terjadinya kehamilan ektopik.
8) Pernah mengalami infeksi pelvis satu kali dan masih menginginkan kehamilan
selanjutnya.
9) Kelainan pembekuan darah.
Keadaan –keadaan lain yang dapat merupakan kontra-indikasi untuk insersi AKDR:
1) Penyakit katup jantung
2) Keganasan endometrium atau serviks.
3) Stenosis serviks yang berat.
4) Uterus yang kecil sekali
5) Endometriosis
6) Myoma uteri
7) Polip endometrium
8) Kelainan kongenital utrerus
9) Dismenorhe yang berat
10) Darah haid yang banyak, haid yang ireguler atau perdarahan bercak (spotting)
11) Alergi terhadap Cu atau penyakit Wilson yaitu penyakit gangguan Cu yang turun
temurun
12) Anemia
13) Ketidakmampuan untuk mengetahui tanda-tanda bahaya AKDR
14) Ketidakmampuan untuk memeriksa sendiri ekor AKDR
15) Riwayat Gonorhoe, Chlamydia, Syphilis atau herpes
16) Actinomycosis genitalia
17) Riwayat reaksi vaso-vagal yang berat atau pingsan
18) inkompatibilitas golongan darah misalnya Rh negative
19) Pernah mengalami problem ekspulsi AKDR
20) Leukore atau infeksi vagina
21) Riwayat infeksi pelvis
22) Riwayat operasi pelvis
23) Keinginan untuk mendapatkan anak dikemudian hari atau pertimbangan kesuburan
dimasa yang akan datang.
(Saifuddin, et. al., 2003).
X. Waktu pemasangan AKDR yang tepat.
Menurut (Martosewojo, samiarti. 1992) diantaranya adalah :
1. Waktu haid mulai hari ke 3
2. Dua sampai empat hari setelah persalinan atau setelah abortus komplit.
3. Empat puluh satu hari setelah melahirkan
XI. Prosedur Insersi AKDR
a. Pemberian analgetika dan sedative bila diperlukan.
b. Pasangan speculum dalam vagina dan perhatikan serviks serta dinding-dinding
vagina.
c. Bila mungkin terjadi, kerjakan papanicolauo smear dan pemeriksaan bakteriologis
terhadap Gonorrhoe.
d. Lakukan pemeriksaan dalam bimanual untuk menentukan besar, bentuk, posisi dan
mobilitas uterus, serta untuk menyingkirkan kemungkinan-kemungkinan adanya
infeksi atau keganasan dari organ-organ sekitarnya.
e. Pasang kembali speculum dalam vagina, dan lakukan desinfeksi endoserviks dan
dinding vagina.
f. Pasang tenakulum pada bibir serviks atas, lakukan tarikan ringan padanya untuk
meluruskan dan menstabilkan uterus. Ini akan mengurangi perdarahan dan resiko
perforasi.
g. Lakukan sondage uterus.
h. Masukkan AKDR sesuai dengan macam alatnya.
i. Lepaskan AKDR dalam bidang transverse dari cavum uteri pada posisi setinggi
mungkin di fundus uteri. Bila terasa ada tahanan sebelum mencapai fundus, jangan
dipaksakan, keluarkan alatnya dan lakukan re-insersi.
j. Keluarkan tabung inserternya.
k. Periksa dan gunting benang ekor AKDR sampai 2-3 cm dari ostium uteri
eksternum.
l. Keluarkan tenakulum dan speculum
m. AKDR jangan dibiarkan lebih lama dari 2 menit di dalam tabung insersinya,
karena ia akan kehilangan bentuknya (terutama untuk lipess loop).
(Saifuddin, et. al., 2003).
XII. Alat-alat untuk pemasangan AKDR
1. Bak steril berisi :
a. Duk.
b. Sarung tangan
c. Kapas basah lysol / sublimat
d. Spekulum
e. Tenakulum
f. AKDR dan inserter
g. Gunting
h. Lidi berkapas
i. Pinset panjang
j. Sonde rahim
k. Kateter.
2. Neerbekken
3. Bethaden
4. Lampu kepala ( head lamp)
XIII. Pemeriksaan sebelum pemasangan AKDR
1. Pemeriksaan perut.( pemeriksaan luar )
2. Pemeriksaan dalam ( Bimanual ), pemeriksaan melalui Vagina
XIV. Langkah-langkah pemasangan AKDR
1. Lippes loop
a. Calon akseptor diberi penjelasan agar siap mental.
b. Kandung kemih ibu terlebih dahulu dikosongkan.
c. Siapkan semua peralatan yang diperlukan.
d. Calon akseptor berbaring dengan posisi dorsal racumbant, duk dipasang dibawah
pantat atas perut.
e. Diadakan pemeriksaan dalam untuk menentukan keadaan dan posisi uterus.
f. Spekulum dipasang, vagina dan servix dibersihkan dengan kapas lembab.
g. Mulut rahim didesinfeksi.
h. Kalau perlu, jepit servix dengan tenakulum pada posisi jam 10.00 dan 2.00.
i. Sonde rahim dipasang untuk menentukan ukuran, posisi, dan bentuk rahim.
j. Inserter yang telah berisi AKDR didorong perlahan-lahan kedalam rongga Rahim
melalui canalis cervicalis sesuai dengan posisi rahim, kemudian inserter
dikeluarkan.
k. Jika perlu, dapat menggunakan tenakulum untuk memegang muluit Rahim
l. Apabila benang AKDR lebih panjang dari 5 cm, gunting.
m. Spekulum dilepas dan benag AKDR didorong ke samping mulut rahim.
n. Alat-alat dbereskan
o. Sebelum akseptor pulang, beri penjelasan mengenai gejal-gejala yang mungkin
dialami setelah pemasangan dan cara mengatasinya serta beritahu untuk
pemeriksaan ulang pada akhir bulan ke 1, 2, 3 dan 12 atau apabila ada keluhan.
Catatan:
Bila pada waktu pemasangan terasa ada obstruksi, jangan dipaksa
( hentikan ) ==> rujuk.
Bila sonde masuk kedalam uterus dan bila fundus uteri tidak terasa, kemungkinan
terjadi perforasi. Keluarkan sonde ==> rujuk segera.
Panjang rongga uterus 6 -7 cm jika kurang dari 5 cm AKDR jangan dipasang.
Lippes loop tidak boleh lebih dari 2 menit di dalam inserter.
Apabila ada indikasi untuk melepas AKDR, dapat dilaksanakan dengan menarik
benangnya perlahan-lahan menggunakan klem dibawah perlindungan speculum
2. Copper T
a. Bukalah bungkus copper T, cukup separuh saja dimulai dari ujung dan jagalah
agar AKDR tertutup dengan bungkus plastiknya.
Lihat gambar berikut :
b. Masukkanlah pendorong ( plunger ) kedalam lobang pemasang
c. Ukur alat pemasang sampai batas biru ( untuk batas servix ), sesuai dengan
panjang rahim ( uterus ) sewaktu melakukan pengukuram rahim dengan sonde.
d. Memasukan cooper T kedalam alat pemasang sesuai batas pada alat pemasang .
Lihat gambar berikut ;
e. Dengan memakai sarung tangan karet kecil ,bukalah seluruh bungkus plastic dan
lipatlah sisi-sisi sayap T dan masukkan kedalam alat pemasang sampai 0,6 cm.
f. Hati-hati dan yakinkan agar sayap T didalam alat pemasang dalam kedudukan
bidang horizontal yang sama dengan batas biru ( untuk servix )
Lihat gambar berikut ;
g. Peganglah tenakulum dengan tangan kiri dan tarik baik-baik kebawah dan
keluar,agar rongga rahim , saluran indoservix dan saluran liang senggama menjadi
lurus.
h. Doronglah alat pemasang copper T masuk kedalam rahim sampai batas biru
( gambar 19 a )
i. Jangan lupa agar batas biru ada pada bidang hirozontal
j. Peganglah ujung bawah dari alat pemasang dengan tangan kiri dan cincin
pendorong dengan tangan kanan, bersamaan dengan tarikan yang tetap pada
tenakulum, dorong AKDR tidak boleh bergerak peganglah terus pada tempatnya.
(lihat gambar 19 b)
k. Tarik alat pemasang berlahan-lahan ,dengan demikian akan meninggalkan Copper
T dengan letak yang diinginkan ( lihat gambar 19 c )
3. Multi Load (ML ) cu 250
a. Setelah pemeriksaan dalam, untuk menentukan bentuk, besar dan kedudukan
rahim.
b. Masukkan spekulum, bersihkan liang senggama dengan larutan antiseptik, olesi
portio dengan jodium 1 %.
c. Kait bibir depan atau bibir belakang portio dengan cunam peluru, masukkan sonde
dan tentukan posisi rahim sekaligus ukuran dalam rongga rahim( jarak antara
mulut luar leher uterus dan fundus).
d. Jika perlu dilakukan dilatasi dengan hegar nomor 4.
e. Cincin pada alat pemasangsesuaikan dengan ukuran dalam rongga rahim.
f. Perlahan-lahan masukkan alat pemasang sammpai ML Cu 250 menyentuh fundus
uteri .,lihat gambar berikut;
g. Keluarkan alat pemasang dengan perlahan-lahan dan gunting tali jika terlalu
panjang , lihat gambar berikut ;
Cara Pemasangan AKDR/IUD
Persiapan alat yang digunakan dalam pemasangan AKDR/IUD :
1. Bivale speculum
2. Tanekulum(penjepit portio)
3. Sounde uterus(untuk mengukur kedalaman uterus)
4. Forsep
5. Gunting
6. Bengkok larutan antiseptic
7. Sarungtangan steril atau sarung tangan DTT
8. Kasa atau kapas
9. Cairan DTT
10. Sumber cahaya yang cukup untuk penerangan servik
11. AKDR(CuT-380A) atau Progestasert-T yang masihbelum rusak dan terbuka
12. Aligator(penjepit AKDR)
(Menurut Prawirohardjo (2005) Cara pemasangan AKDR atau Progestasert-T
Pemasangan AKDR sewaktu haid dan mengurangi rasa sakit dan memudahkan
insersi melalui servikalis.
1. Pemeriksaan dalam dilakukan untuk menentukan bentuk, ukuran danposisi
uterus
2. Singkirkan kemungkinan kehamilan dan infeksi velvik
3. Servik dibersihkan beberapa kali dengan larutan antiseptic Iinspekulum, servik
ditampilkan dan bibir depan servik dijepit dengan cunan servik, penjepit
dilakukan kira-kira 2cm dari osteum uteri externum, dengan cunan bergerigi
Saturday
4. Sambil menarik servik dengan cunan servik, masukkanlah sounde uterus untuk
menentukan arah sumbukanalis dan uterus, panjang kavum uteri, dan posisi
osteum uteri internum. Tentukan arah ante atau retroversi uterus. Jika sounde
masuk kurang dari 5 cmatau kavumuteri terlalu sempit, insersi AKDR jangan
dilakukan
5. Tabung penyalur dengan AKDR di dalamnya dimasukkan melalui kanalis
servikalis sesuai dengan arah dan jarak yang didapat pada waktu pemasangan
sounde. Kadang-kadang terdapat tahanansebelum fundus uteri tercapai. Dalam
hal demikian pemasangan diulangi
6. AKDR dilepaskan dalam kavum uteri dengan cara menarik keluar tabung
penyalur atau dapat pula dengan mendorong penyalur ke dalamkavumuteri, cara
pertama agaknya dapat mengurangi perforasi oleh AKDR
7. Tabung dan penyalur kemudian dikeluarkan, filamen AKDRditinggalkan 2-
3cm.
XV. Cara mengeluarkan AKDR
Siapkan alat-alat seperti pada pemasangan , beritahukan pada akseptor
bahwa hal ini tidak akan menimbulkan rasa sakit.
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
a. Cuci tangan dengan air dan sabun sampai bersih.
b. Pasang sarung tangan steril.
c. Ambillah korentang dari tempatnya yang steril, kemudian bersihkan vulva dengan
kapas yang telah direndam dengan lysol.
d. Pasanglah spekulum steril kedalam vagina dan carilah letak benangnya.
e. Apabila kelihatan, peganglah benang tersebut dengan korentang dan tariklah
perlahan-lahan.
Cara Pencabutan AKDR :
1. Mengeluarkan AKDR lebih mudahjika dilakukan sewaktu haid
2. Inspikulo filamen ditarik perlahan-lahan,jangan sampai putus AKDR-nya akan ikut
keluar perlahan-lahan. Jika AKDR tidak ikut keluar dengan mudah, lakukan sounde
uterus, sehingga osteum uteri internum terbuka. Sounde diputus 900 perlahan-lahan.
Selanjutnya AKDR dikeluarkan seperti di atas
3. Jika filamen tak tampak atau putus, AKDR dapat dikeluarkan ddengan mikro kuret.
Kadang-kadang diperlukan anastesi paraservikal untuk mengurangi rasa nyeri
4. Dilatasi kanalis servikalis dapat dilakukan dengan dilator atau tabung laminaria
AKDR Lippes tidak perlu dikeluarkan seara berkala, jika posisinya baik, tidak ada efek
samping, dan pasien masih mau memakainya. AKDR tersebut dibiarkan saja intra uteri.
Hanya AKDR tembaga perlu dikeluarkan dan digant secara periodik(2-3tahun), sedang
Progestasert-T 1-2 tahun.
XVI. Efek samping AKDR
Menurut (Sarwono. 2006), antara lain :
Perubahan siklus haid ( siklus haid umunya pada 3 bulan pertama dan akan
berkurang setelah 3 bulan )
Haid lebih lam dan banyak
Perdarahan (spotting) antar menstruasi
Saat haid lebih sakit
Menurut (Martosewojo, samiarti. 1992) efek samping yang ada diantaranya adalah :1. Perdarahan
a. Waktu menstruasi relatif lebih banyak
b. Sedikit-sedikit ( spoting ) di luar masa haid.
c. Diluar haid yang banyak.
2. Eksplusi.
3. Nyeri.
4. Keluhan suami
Menurut (Hartanto, 2004) :
a. Saat Insersi
Rasa sakit/nyeri, muntah, keringat dingin dan syncope, serta perforasi uterus.
b. Setelah Insersi
Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang
setelah 3 bulan), haid lebih lama dan banyak, dan perdarahan (spotting) antar
menstruasi dan saat haid lebih sakit.
Efek Samping AKDR antara lain :
A. Spoting
Keluarnya bercak-bercak darah diantara siklus menstruasi, spoting akan muncul
jika capek dan stress. Perempuan yang aktif sering mengalami spotting jika
menggunakan kontrasepsi AKDR (Republika, 2007).
B. Perubahan Siklus Menstruasi
Setelah pemasangan AKDR siklus menstruasi menjadi lebih pendek. Siklus
menstruasi yang muncul lebih cepat dari siklus normal rata-rata yaitu 28 hari
dengan lama haid 3 – 7 hari, biasanya siklus haid berubah menjadi 21 hari.
C. Amenore
Tidak didapat tanda haid selama 3 bulan atau lebih. Penanganan efek samping
amenore adalah memeriksa apakah sedang hamil, apabila tidak, AKDR tidak
dilepas, memberi konseling dan menyelidiki penyebab amenorea apabila
dikehendaki. Apabila hamil, dijelaskan dan disarankan untuk melepas AKDR
apabila talinya terlihat dan kehamilan kurang dari 13 minggu. Apabila benang
tidak terlihat, atau kehamilan lebih dari 13 minggu, AKDR tidak dilepas.
Apabila klien sedang hamil dan ingin mempertahankan kehamilan tanpa melepas
AKDR maka dijelaskan adanya resiko kemungkinan terjadinya kegagalan
kehamilan dan infeksi serta perkembangan kehamilan harus lebih diamati dan
diperhatikan
D. Dismenorhea
Munculnya rasa sakit menstruasi tanpa penyebab organik. Untuk penanganan
dismenorhe adalah memastikan dan menegaskan adanya penyakit radang
panggul (PRP) dan penyebab lain dari kekejangan. Menaggulangi penyebabnya
apabila ditemukan. Apabila tidak ditemukan penyebabnya diberi analgesik untuk
sedikit meringankan. Apabila klien mengalami kejang yang berat, AKDR
dilepas dan membantu klien menentukan metode kontrasepsi yang lain.
E. Menorrhagea
Perdarahan berat secara eksesif selama masa haid atau menstruasi. Memastikan
dan menegaskan adanya infeksi pelvik dan kehamilan ektopik. Apabila tidak ada
kelainan patologis, perdarahan bekelanjutan serta perdarahan hebat, melakukan
konseling dan pemantauan. Memberi Ibuprofen (800mg, 3 x sehari selama 1
minggu) untuk mengurangi perdarahan dan memberikan tablet besi (1 tablet
setiap hari selama 1-3 bulan). AKDR memungkinkan dilepas apabila klien
menghendaki. Apabila klien telah memakai AKDR selama lebh dari 3 bulan dan
diketahui menderita anemi (Hb <7g/%) dianjurkan untuk melepas AKDR dan
membantu memilih metode lain yang sesuai.
F. Fluor Albus
Penggunaan AKDR akan memicu rekurensi vaginosis bacterial yaitu keadaan
abnormal pada ekosistem vagina yang disebabkan bertambahnya pertumbuhan
flora vagina bakteri anaerob menggantikan Lactobacillus yang mempunyai
konsentrasi tinggi sebagai flora normal vagina.
G. Pendarahan Post Seksual
Pendarahan post seksual ini disebabkan karena posisi benang AKDR yang
menggesek mulut rahim atau dinding vagina sehingga menimbulkan pendarahan,
akan tetapi pendarahan yang muncul ini jumlahnya hanya sedikit, pada beberapa
kasus efek samping ini menjadi pembenar bagi akseptor untuk melakukan drop
out, terutama disebabkan dorongan yang salah dari suami.
Efek samping semu oleh AKDR diantaranya adalah :
1. AKDR tidak menyebabkan kanker
2. AKDR bukanlah alat untuk menggugurkan kandungan
3. AKDR tidak menyebabkan bayi cacat
4. AKDR tidak berjalan – jalan di dalam tubuh
5. AKDR tidak merintangi hubungan kelamin
6. AKDR tidak menyebabkan turunya berat badan
XVII. Penanganan efek samping AKDR
Menurut (Martosewojo, samiarti. 1992) Cara penanggulangan akibat efek samping AKDR :
1. Bila terjadi akibat samping seperti pada butir 1a, 1bdan 1c ==> rujuk.
2. Reinsersi AKDR yang cocok ukurannya.
3. Pemberian analgesik sesuai ketentuan.
4. Bila disebabkan gangguan benang yang yang menusuk dapat didorong kebagian
samping atas mulut rahim ( fornix) atau benang dipendekkan seperlunya
Menurut Saefuddin(2004).Penanganan efek samping AKDR(Cu T-380A)
a. Amenora
Periksa apakah sedang hamil, apbila tidak, jangan lepas AKDR, lakukan
konseling dan selidiki penyebab amenoreaapabila diketahui. Apabila hamil,
jelaskan dan sarankan untuk melepas AKDR bila talinya terlihat dan
kehamilan kurang dari 13 minggu. Apabila benang tidak terlihat, atau
kehamilan lebih dari 13 minggu, AKDR jangan dilepas.Apabila klien sedang
hamil dan ingin mempertahankan kehamilannya tanpa melepas AKDR
jelaskan ada resiko kemungkinan terjadinya kegagalan kehamilan dan infeksi
serta perkembangan kehamilanharus lebih diamati dan diperhatikan
Kejang
Pastikan dan tegaskanlah adanya PRP dan penyebab ain dari kekejangan.
Tanggulangi penyebabnya apabila ditemuka. Apabila tidak ditemukan
penyebabnya beri analgesik untuk sedikt meringankan. Apabila klien
menglami kejang yang berat, lepaskan AKDR dan bantu klien menentukan
metode kontrasepsi yang lain.
Perdarahan pervagina yang hebat dan tidak teratur. Pastikan dan tegaskan
adanya infeksi pelvik dan kehamiolan ektopik. Apabila tidak ada kelainan
potologis, perdarahan berkelanjutan serta prdarahan hebat,lakukan konseling
dan pemantauan. Beri ibu profen(800mg, 3x sehriselama 1 minggu) untuk
mengurangi perdarahan dan berikan tablet besi(1 tablet setiap hari selama 1
sampai 3bulan).
Benang yang hilang pastikan adanya kehamilan atau tidak. Tanyakan apakah
AKDR terlepas. Apabila tidak hamil dan AKDR tidak terlepas, berikan
kondom, periksa talinya di dalam saluran endoservik dan kavum uteri(apabila
memungkinkan adanya peralatan dan tenaga terlatih) setelah masa haid
briutnya. Apabila tidak ditemukan rujk ke dokter, lakukan x-ray atau
pemeriksaan ultrasound. Apabila tidak hamil dan AKDR yang hilang tidak
ditemukan, pasanglah AKDR baru atau bantulah klien menentukan metode
lain.
Adanya pengeluaran cairan dari vagina atau dicurigai adanya PRP
Pastikan pemeriksaan untuk IMS. Lepaskan AKDR apabila ditemukan
menderita atau sangat dicurigai menderita gonorhoe atau infeksi klamidal,
lakukan pengobatan yang memadai. Bila PRP, obati dan lepas AKDR sesudah
48 jam. ApabilaAKDR dikeluarkan beri metode lain sampai masalahnya
teratasi.
Menurut Direktorat Pelayanan Medis KB.1984. Penanggulangan efek samping AKDR
adalah sebagai berikut :
1. Perdarahan oleh AKDR
a. Bentuk gejala/keluhan :
- Perdarahan haid yang lebih lama atau lebih banyak dari biasa (Menoragia)
- Perdarahan di luar haid (Metroragia)
- Perdarahan yang berupa tetesan (Spotting)
b. Penyebab gejala/keluhan :
Diperkirakan karena kerja enzim yang terkonsentrasi di jaringan selaput
lender rahim (endometrium). Enzim ini bersifat fibrionolitik (menghancurkan
fibril).
Catatan : Fibrin adalah zat yang berguna untuk pembekuan darah.
Factor mekanik yaitu perlukaan selaput lender rahim karena kontraksi rahim.
Disebabkan karena adanya ketidakserasian antara besarnya AKDR dan rongga
rahim (incompatibility).
c. Penanggulangan dan pengobatan :
KIE:
o Penjelasan sebab terjadinya.
o Gangguan haid berlebihan memang akan terjadi pada 3 bulan pertama
pemakaian AKDR.
o Untuk menoragia segera menghubungi petugas kesehatan untuk
pemeriksaan lebih lanjut.
o Pada pemakaian AKDR tembaga biasanya tidak menimbulkan
perdarahan yang lama dan banyak.
Tindakan medis :
o Pemberian vitamin, koagulasi (obat untuk pembekuan darah), zat besi
dll
Dalam hal ini bisa diberikan :
- Vit. K : 3 x 1 tablet sehari (3-5)
- Vit. C : 3 x 1 tablet sehari (3-5)
- Adona : 3 x 1 tablet sehari (3-5)
o Penggantian AKDR
o Apabila tindakan poin 1 & 2 belum menolong, dilakukan pencabutan
AKDR dan diganti dengan cara kontrasepsi lainnya.
Catatan khusus :
- Dalam keadaan normal, perdarahan pada waktu haid 35 cc, pada
pemakaian AKDR bisa bertambah antara 20 – 30 cc
2. Infeksi oleh AKDR
a. Bentuk gejala/keluhan :
Nyeri di daerah perut bawah
Keputihan yang berbau
Demam
Nyeri pada waktu bersetubuh
b. Penyebab gejala :
o Peradangan bisa terjadi akibat pemasangan yang tidak steril
o Peradangan bisa juga terjadi pada waktu pemasangan saja atau setiap saat
selama memakai AKDR
c. Penanggulangan dan pengobatan :
KIE :
- Penjelasan sebab terjadinya.
- Segera menghubungi dokter untuk mendapatkan pengobatan.
Tindakan medis :
- Pengobatan dengan antibiotika broad spectrum, misal :
Penicillin : 3 x 500 mg 3 – 5 hari (penbritin, amicilin dll)
Teramycin : 3 x 500 mg 3 – 5 hari
Erythromycin : 3 x 500 mg 3 – 5 hari
Atau
Penicillin : 800.000 u/hari 3 – 5 hari
Teramycin injeksi : 50 mg/hari 3 – 5 hari
Garamycin injeksi : 80 mg/hari 3 – 5 hari
- Bila telah dilakukan pengobatan 5 – 7 hari tigak berhasil, AKDR di cabut
dang anti cara kontrasepsi yang lain.
Catatan khusus :
Injeksi dapat berupa :
- Radang liang senggama (vaginitis)
- Radang leher rahim (cervicitis)
- Radang selaput lender rahim (endometritis)
- Radang selaput sel telur (salphingitis/adnexitis)
- Radang panggul (PID=Pelvis Inflamatory Disease)
- Abses
3. Keputihan oleh AKDR
a. Bentuk gejala/keluhan :
- Dapat timbul setelaha pemasangan AKDR.
- Keluar cairan berwarna putih dari vagina.
b. Penyebab gejala :
Reaksi dari endometrium karena adanya AKDR di dalam kandung rahim
(benda asing).
Adanya infeksi yang terbawa pada waktu pemasangan AKDR.
c. Penanggulangan & pengobatan :
KIE :
Diberikan penerangan bila keputihan yang terjadi adalah sedikit dan tidak perlu
dirisaukan, karena hal tersebut adalah gejala biasa, serta diberikan penjelasan
sbb:
Keputihan bening tidak berbau tidak berbahaya, akan berkurang setelah 3
bulan
Kalau ada bau, keruh/kekuningan harus diperiksakan kepada dokter.
Tindakan medis :
Periksa dalam
Bila keputihan banyak agar diberikan obat vaginal yang tersedia, missal
albotil
Dilihat apakah ada erosi portio, bila ada diobati dengan albotil
Bila dengan pengobatan tidak menolong, AKDR dicabut dan diganti cara
kontrasepsi lain.
Catatan khusus :
Keputihan dapat juga disebabkan oleh penyakit :
- Infeksi panggul
- Candidiasis (infeksi jamur candida)
- Trichomoniasis (infeksi jamur trichomonas)
- Vaginitis spesifik (infeksi liang senggama oleh gonoroe)
Dalam hal ini diberikan pengobatan infeksi.
4. Ekspulsi AKDR
b. Bentuk gejala/keluhan :
- Bila ada AKDR teraba di dalam vagina (bisa seluruh AKDR atau sebagian)
- Dapat terjadi sewaktu – waktu, akan tetapi biasanya pada waktu haid
berikutnya setelah pemasangan.
- Bisa juga terjadi secara spontan pada bulan pertama pemasangan.
c. Penyebab gejala :
Karena ukuran AKDR terlalu kecil atau terlalu besar (AKDR yang terlalu
kecil lebih tinggi angka ekspulsi dari pada AKDR yang lebih besar)
Karena letak AKDR yang tidak sempurna di dalam rahim.
d. Penanggulangan & pengobatan :
KIE :
Pemantapan kembali pemakaian AKDR
Tindakan medis :
AKDR dikeluarkan dan diganti dengan AKDR baru yang sesuai dengan
ukuran rahim dan cara pemasangan yang baik.
Bila AKDR terlalu kecil -------- ganti yang lebih besar
Bila AKDR terlalu besar -------- ganti yang lebih kecil
Catatan khusus :
Kemungkinan terjadinya ekspulsi ini sangat di pengaruhi oleh jenis bahan yang
dipakai.
Makin elastic sifatnya makin besar kemungkinan terjadinya ekspulsi.
Pada waktu muda denga paritas rendah lebih sering terjadi ekspulsi disbanding
dengan wanita yang lebih tua denga paritas lebih tinggi
5. Perforasi/Translokasi oleh AKDR
a. Bentuk gejala/keluhan :
- Bisa tanpa gejala
- Biasanya disertai rasa nyeri dan perdarahan
- Pada pemeriksaan ginekologi :
o Benang tidak ditemukan
o Sewaktu dilakukan sondage, tidak ditemukan AKDR dalam rahim
Perforasi terjadi kira – kira 1 ‰ pemakai AKDR
b. Penyebab gejala :
Karena tindakan yang terlalu kasr pada waktu pemasangan AKDR
Pada waktu pemasangan AKDR mengalami kesulitan sehingga dilakukan
dengan paksaan
Karena memasukkan alat pendorong (insetor) ke dalam rongga rahim
dengan alat yang salah
c. Penanggulangan & pengobatan :
KIE :
Penjelasan sebab terjadinya
Bila lipesloop yang perforasi dan tidak ada keluhan, tidak perlu segera
dikeluarkan, karena tidak menimbulkan reksi jaringan.
Bila AKDR tembaga atau bentuk AKDR tertutup yang perforasi,
sebaiknya segera diangkat/dikeluarkan, karena dapat mengakibatkan
perlekatan sampai ileus.
Tindakan medis :
Memastikan terjadinya perforasi denga sondage.
Merujuk ke RS untuk pemeriksaan dan pertolongan lebih lanjut.
Pemeriksaan tersebut berupa :
- Bila pada pemeriksaan dengan sondage tidak ditemukan
AKDR,
- Bila pada pemeriksaan dengan sondage tidak ditemukan
AKDR, maka dilakukan foto Rontgen kemudian dilanjutkan
dengan HSG (Hystero Shalphingo Grafi) apabila bayangan
AKDR tidak Nampak,
Atau dengan memasang sebuah AKDR baru, kemudian dibuat
foto Rontgen perut/abdomen.
Mengangkat AKDR dengan cara laparotomi atau cara lain sesuai
perkembangan teknologi (misal : laparaskopi atau kuldoskopi)
6. Nyeri waktu haid oleh AKDR
a. Bentuk gejala/keluhan :
- Dysmenorhe (nyeri waktu haid)
b. Penyebab gejala :
Psychis
Mungkin disebabkan letak AKDR yang salah atau AKDR tak sesuai
dengan rongga rahim (besarnya AKDR yang terlalu besar)
Kemungkinan lain disebabkan infeksi menahun pada saat kandungan.
c. Penanggulangan & pengobatan :
KIE :
Pemantapan agar tetap memakai IUD
Memastikan penyebabnya dengan menganjurkan pemeriksaan dalam
Tindakan medis :
Pengobatan simtomatik (analgetika = anti nyeri dan atau spasmotika = anti
mules).
Apabila tidak berhasil, maka pengobatan dilanjutkan sebagai berikut :
Mengganti AKDR yang baru dan cocok
Pemberian antibiotika.
7. Nyeri waktu senggama oleh AKDR
a. Bentuk gejala/keluhan :
- Dispareunia (nyeri pada waktu senggama)
b. Penyebab gejala :
Psychis
Karena ada infeksi
c. Penanggulangan & pengobatan :
KIE :
Pemantapan pemakaian AKDR
Memastikan penyebab dengan menganjurkan pemeriksaan dalam.
Tindakan medis :
Pengobatan dengan antibiotika bila terjadi infeksi.
8. Mules – mules atau rasa nyeri oleh AKDR
a. Bentuk gelaja/keluhan :
- Rasa mules diperut.
Sesudah pemasangan dapat timbul rasa nyeri seperti mules – mules, kadang
– kadang dapat menjadi rasa nyeri atau sakit pinggang terutama pada hari –
hari pertama pemasangan.
b. Penyebab gejala :
Psychis
Kemungkinan disebabkan letak AKDR yang salah atau AKDR tidak sesuai
dengan rongga rahim.
c. Penanggulangan & pengobatan :
KIE :
Pemnatapan agar tetap memakai AKDR
Memastikan penyebabnya dengan menganjurkan pemeriksaan dalam
Tindakan medis :
Kalau ringan diberi analgetika (obat anti nyeri), spasmolitika (obat anti
mules) atau kombinasi keduanya.
Kalau berat, dilihat apakah AKDR masih ada di dalam rahim, sebaiknya
oleh dokter. Bila AKDR terlihat sedikit, berarti sebagian sudah keluar,
maka keluarkanlah AKDR dan ganti AKDR yang baru.
9. Kegagalan pada pemasangan AKDR
a. Bentuk gejala :
- Terjadi kehamilan.
- Frekuensi kehamilan pada pemakaian AKDR 2 – 5 %. Makin lama AKDR
terpasang, makin berkurang terjadinya kehamilan.
Pada tahun pertama pemasangan, 2,4 % hamil, tahun kedua 2 %, dan pada
tahun selanjutnya 1 %
- Dengan pemasangan AKDR yang dililiti tembaga (Copper-T, Multiload)
akan mengurangi kegagalan ini.
b. Penanggualangan :
KIE :
Dianjurkan segera menghubungi dokter untuk penanggulangan dan
penjelasan selanjutnya.
Tindakan medis :
Bila benang dapat dilihat, dilakukan pengangkatan AKDR (sebaiknya
oleh dokter), dengan menarik benangnya perlahan – lahan, sambil
menjelaskan kepada pasien bahwa 25 % kemungkinan keguguran
spontan.
Bila pengangkatan AKDR sukar, AKDR dibiarkan di dalm rahim.
Selama kehamilan, AKDR berada di luar selaput ketuban, sedangkan
bayi berada di dalam selaput ketuban. Oleh karena itu AKDR dan bayi
tidak pernah bersinggungan selama kehamilan berlangsung, sehingga
tidak perlu dikhawatirkan terjadinya kelainan bawaan pada bayi yang
dilahirkan. Pada waktu persalinan, AKDR akan “lahir” bersama – sama
dengan ari – ari.
Dilaporkan bahwa kehamilan dengan AKDR di dalam rahim, kira – kira
50 % akan mengalami keguguran (abortus) spontan, kemungkinan
kelahiran premature, kemungkinan hamil ektopik (5 %), dan 26 % tetap
berlangsung cukup bulan (aterm).
Bila benang tidak terlihat, jangan coba untuk diangkat, sebaiknya pasien
dirujuk ke RS.
Untuk AKDR yang dililit tembaga, yaitu tipe Copper-T (Cu-T) dan
MultiLoad (ML) harus diangkat pada triwulan pertama kehamilan.
XVIII. Bagaimana cara memeriksa benang IUD :
1. ke tenaga kesehatan
2. memeriksa sendiri dengan cara :
a. cuci tangan
b. duduk dalam posisi jongkok
c. masukan jari ke dalam vagina dan rasakan benang di mulut Rahim
d. cuci tangan setelah selesai
(Sumber : Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, 2003 & Alat Bantu
Pengambil Keputusan dalam Ber-KB, 2005)
XIX. Tindakan Diagnostik Persangkaan Perforasi AKDR menurut Hartanto (2004)
adalah :
Tentukan ada tidaknya kehamilan ?
a. Ada kehamilan : periksa dengan Ultrasonografi
b. Tidak ada kehamilan :
1) Lakukan sondage cavum uteri
2) Sondage positif : AKDR intra –uterine
3) Sondage negatif :
a) X-foto pelvis (AP dan Lateral) dengan sonde in- utero, atau masukan
AKDR macam lain intra –uterine.
b) Histerografi
c) Histeroskopi
d) Ultrasonografi
XX. Penanggulangan Perforasi AKDR menurut Hartanto (2004) :
a. Perforasi partial : keluarkan AKDR
b. Perforasi komplit :
1) Closed devices : harus segera dikeluarkan oleh karena bahaya
strangulasi usus.
2) Cu devices : harus segera dikeluarkan oleh karena bahaya timbulnya
reaksi inflamasi dan adhesi sekitar AKDR di dalam rongga peritoneum
(adhesi omentum).
3) Open –linier devices
Sampai sekarang masih ada 2 pendapat :
Menurut Medical Advisory Panel IPPF, tidak perlu dikeluarkan kecuali bila ada
gejala-gejala dan keluhan abdominal. Harus dikeluarkan meskipun tidak ada gejala-
gejala dan keluhan abdominal.
XXI. Pengeluaran dan Komplikasi AKDR di Kemudian Hari menurut Hartanto (2004) :
a. Rasa Sakit Perdarahan
1) Merupakan alasan medis utama dari penghentian pemakaian AKDR,
yaitu kira-kira 4 -15% dalam 1 tahun. Tetapi menurut penelitian-penelitian,
rasa sakit dan perdarahan akan berkurang dengan semakin lamanya
pemakaian AKDR.
2) Perdarahan bertambah banyak dapat berbentuk :
a) Volume darah haid bertambah, kecuali pada AKDR yang
mengandung hormon.
b) Perdarahan berlangsung lebih lama
c) Perdarahan bercak/ spotting diantara haid.
b. Embedding dan Displacement
AKDR tertanam dalam-dalam di endometrium atau myometrium.
c. Infeksi.
1) Merupakan komplikasi yang paling serius yang berhubungan dengan
pemakaian AKDR.
2) Akseptor AKDR mempunyai risiko 2 X lebih besar untuk mendapatkan PID
dibandingkan non – akseptor KB.
3) PID adalah suatu istilah luas yang menunjukkan adanya suatu infeksi yang
naik dari serviks kedalam uterus, tuba falupi dan ovarium.
4) Komplikasi PID umumnya berat, antara lain dapat menyebabkan sumbatan
partial ataupun total pada satu atau kedua tuba falopii, dengan akibat
bertambah besarnya kemungkinan insidens kehamilan ektopik dan
infertilitas.
5) Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko infeksi :
a) Insersi (terutama dalam 2-4 bulan pertama post-insersi
b) Type/ macam AKDR
c) Penyakit akibat hubungan seks (PHS)
d) Umur
XXII. Kunjungan Ulang
Menurut BKKBN,(2003)
1 bulan pasca pemasangan
3 bulan kemudian
setiap 6 bulanberikutnya
1 tahun sekali
bila terlambat haid 1 minggu
perdarahan banyak dan tidak teratur.
XXIII. Angka kegagalan IUD
Menurut Hanafi (2003).
Belumad IUD yang 100% efektif
Angka kegagalan untuk:
- IUD pada umumnya: 1-3 kehamilan per 100 wanita per tahun
- Lippes Loop dan First Generation Cu IUD: 2kehamilan per 100 wanita per
tahun.
- Second Generation Cu IUD
XXIV. KENDALA PEMAKAIAN
Selain karena efek samping / kerugian pemakaian serta kontraindikasi penggunaan
IUD, beberapa kendala yang sering dijumpai di lapangan sehingga masyarakat masih
enggan menggunakan kontrasepsi IUD / AKDR ini antara lain :
1) Pengetahuan / pemahaman yang salah tentang IUD
Kurangnya pengetahuan pada calon akseptor sangat berpengaruh terhadap
pemakaian kontrasepsi IUD. Dari beberapa temuan fakta memberikan implikasi
program, yaitu manakala pengetahuan dari wanita kurang maka penggunaan
kontrasepsi terutama IUD juga menurun. Jika hanya sasaran para wanita saja yang
selalu diberi informasi, sementara para suami kurang pembinaan dan pendekatan,
suami kadang melarang istrinya karena faktor ketidaktahuan dan tidak ada
komunikasi untuk saling memberikan pengetahuan.
2) Pendidikan PUS yang rendah
Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran
dan pelatihan. Pendidikan pasangan suami - istri yang rendah akan menyulitkan
proses pengajaran dan pemberian informasi, sehingga pengetahuan tentang IUD
juga terbatas.
3) Sikap dan Pandangan negatif masyarakat
Sikap ini juga berkaitan dengan pengetahuan dan pendidikan seseorang. Banyak
mitos tentang IUD seperti dapat mengganggu kenyamanan hubungan suami-istri,
mudah terlepas jika bekerja terlalu keras, menimbulkan kemandulan, dan lain
sebagainya.
4) Sosial budaya dan ekonomi
Tingkat ekonomi mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi. Hal ini disebabkan
karena untuk mendapatkan pelayanan kontrasepsi yang diperlukan akseptor harus
menyediakan dana yang diperlukan. Walaupun jika dihitung dari segi
keekonomisannya, kontrasepsi IUD lebih murah dari KB suntik atau pil, tetapi
kadan orang melihatnya dari berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk sekali
pasang. Kalau patokannya adalah biaya setiap kali pasang, mungkin IUD tampak
jauh lebih mahal. Tetapi kalau dilihat masa / jangka waktu penggunaannya, tentu
biaya yang harus dikeluarkan untuk pemasangan IUD akan lebih murah
dibandingkan KB suntik ataupun pil. Untuk sekali pasang, IUD bisa aktif selama 3
- 5 tahun, bahkan seumur hidup / sampai menopause. Sedangkan KB Suntik atau
Pil hanya mempunyai masa aktif 1-3 bulan saja, yang artinya untuk mendapatkan
efek yang sama dengan IUD, seseorang harus melakukan 12-36 kali suntikan
bahkan berpuluh-puluh kali lipat.
XXV. INFORMASI UMUM
Menurut Saefuddin(2004)
AKDR bekerja langsung efektif segera setelah pemasangan
AKDR dapat keluar dari uterus secara spontan, khususnya selama beberapa bulan
pertama.
Kemungkinan terjadi perdarahan(spotting) beberapa hari setelah pemasangan.
Perdarahan menstruasi biasanya akan lebih lama dan lebih banyak
AKDR mungkin dilepas setiap saat atas khenda
DAFTAR PUSTAKA
Pedoman KB IBI, Pengurus pusat Ikatan Bidan indonesia, Jakarta 1992.
Buku Pedoman Petugas Fasilitas Pelayanan KB, Departeman Kesehatan RI, Direktorat
Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Kesehatan
Keluarga , Jakarta 1993
Albahri, Dahlan M, 1994, Kamus Modern, Arkola, Yogyakarta.
Birang Avandi, Enriquito R.Lu, 2003, Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Bina
Pustaka, Jakarta.
BKKBN Pusat, 2005, Upaya Peningkatan Pengguna Kontrasepsi IUD
BBKBN, 2001, Kebijakan Teknis Penanggulangan Masalah Kesehatan Reproduksi Melalui
Program KB Nasional, Jakarta.
BKKBN, 1992, Panduan Konseling KB Bagi PPKB, SUB PPKBD, Kader, Jakarta.
BKKBN, 2004, Panduan Pengelolaan Program KB, Jakarta.
BKKBN, 2005, Kebijakan Nasional Penyediaan Alat dan Obat Kontrasepsi Dalam
Pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi, Jakarta.
Cunningham,dkk. (1995). Obstetri Williams. Jakarta: EGC
Direktorat Pelayanan Medis keluarga Berencana. 1984. Penanggulangan efek samping
kontrasepsi. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Hanifa Wiknjosastro, 2005, Ilmu Kandungan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohadjo,
Jakarta.
Hartanto Hanafi. (2003). Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: CV. Mulia Sari
Prawirohardjo, Sarwono. (2003). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.
Jakarta: YBP-SP
Prawirohardjo, Sarwono. (2005). Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP-SP