Download ppt - K.P 2.20 Isu Euthanasia

Transcript
Page 1: K.P 2.20 Isu Euthanasia

EUTHANASIAEUTHANASIA

Tujuan instruksional khususTujuan instruksional khusus1.1. Menyebutkan makna euthanasiaMenyebutkan makna euthanasia

2.2. Menjelaskan jenis tindakan euthanasia Menjelaskan jenis tindakan euthanasia yang dapat terjadi dalam pelayanan yang dapat terjadi dalam pelayanan kedokterankedokteran

3.3. Menjelaskan euthanasia dalam KUHPMenjelaskan euthanasia dalam KUHP

Page 2: K.P 2.20 Isu Euthanasia

Pokok bahasan Pokok bahasan

1. Konsep tentang kematian

2. Perkembangan euthanasia dan jenis-jenisnya

3. Euthanasia dalam KUHP

Page 3: K.P 2.20 Isu Euthanasia

Sub-Pokok Bahasan Sub-Pokok Bahasan

1. Euthanasia dari waktu ke waktu

2. Pengertian euthanasia

3. Konsep tentang kematian

4. Jenis euthanasia

5. Pasal KUHP yang berkaitan dengan euthanasia

Page 4: K.P 2.20 Isu Euthanasia

Ada dua masalah dalam bidang Ada dua masalah dalam bidang kedokteran/kesehatan yang dengan aspek hukum kedokteran/kesehatan yang dengan aspek hukum yang selalu actual dibicarakan dari waktu ke yang selalu actual dibicarakan dari waktu ke waktu, sehingga dapat tergolong ke dalam waktu, sehingga dapat tergolong ke dalam masalah klasik dalam bidang kedokteran yaitu masalah klasik dalam bidang kedokteran yaitu tentang abortus provokatus dan euthanasia. tentang abortus provokatus dan euthanasia. Dalam lafal sumpah dokter yang disusun oleh Dalam lafal sumpah dokter yang disusun oleh Hippokrates (460-377 SM), kedua masalah ini Hippokrates (460-377 SM), kedua masalah ini telah ditulis dan diingatkan.telah ditulis dan diingatkan.

Page 5: K.P 2.20 Isu Euthanasia

• Sampai kini tetap saja persoalan yang timbul berkaitan dengan masalah ini tidak dapat diatasi dan diselesaikan dengan baik, atau dicapainya kesepakatan yang dapat diterima oleh semua pihak. Di satu pihak tindakan abortus provokatus dan euthanasia pada beberapa kasus dan keadaan memang diperlukan, sementara di lain pihak tindakan ini tidak dapat diterima, bertentangan dengan hukum, moral dan agama. Kedua masalah ini setiap waktu dihadapi oleh kalangan kedokteran dan masyarakat setiap waktu. Malah dapat diperkirakan akan semakin meningkat di masa mendatang.

Page 6: K.P 2.20 Isu Euthanasia

• Mengenai masalah euthanasia bila ditarik kebelakang boleh dikatakan masalahnya sudah ada sejak kalangan kesehatan menghadapi penyakit yang tak tersembuhkan, sementara pasien sudah dalam keadaan merana dan sekarat. Dalam situasi demikian, tidak jarang pasien memohon agar dibebaskan dari penderitaan ini dan tidak ingin diperpanjang hidupnya lagi atau di lain keadaan pasien yang sudah tidak sadar, keluarga orang sakit yang tidak tega melihat pasien yang penuh penderitaan menjelang ajalnya dan minta kepada dokter untuk tidak meneruskan pengobatan atau bila perlu memberikan obat yang mempercepat kematian. Dari sinilah istilah euthanasia muncul, yaitu melepas kehidupan seseorang agar terbebas dari penderitaan, atau mati secara baik (mati enak).

Page 7: K.P 2.20 Isu Euthanasia

• Masalah ini makin sering dibicarakan dan menarik banyak perhatian karena semakin banyak kasus yang dihadapi kalangan kedokteran dan masyarakat terutama setelah ditemukannya tindakan di dalam dunia pengobatan dengan mempergunakan teknologi canggih dalam mengatasi keadaan-keadaan gawat dan mengancam kelangsungan hidup. Banyak kasus-kasus di pusat pelayanan kesehatan terutama di bagian gawat darurat dan di bagian unit perawatan intensif yang masa lalu sudah merupakan kasus yang tidak dapat dibantu lagi.

Page 8: K.P 2.20 Isu Euthanasia

• Namun demikian, pada kasus-kasus tertentu tetap saja muncul persoalan dasar kembali, yaitu dilema menruskan atau tidak tindakan medik yang memperpanjang kehidupan.

• Apa yang harus dilakukan dokter menghadapi korban yang telah mati otak atau telah mati batang otak ini, karena belum ada kasus yang dapat keluar dari keadaan ini, sebab kerusakan jaringan otak sudah irreversible. Atau pada kanker stadium terminal dengan penderita sakit yang hebat, sementara obat untuk itu belum ada. Begitu juga pada pasien gagal ginjal kronis yang memerlukan pencucian darah, sementara dana untuk tindakan ini ditanggung pasien/keluarga dan lain-lain.

Page 9: K.P 2.20 Isu Euthanasia

Sesuai dengan makin meningkatnya kesadaran Sesuai dengan makin meningkatnya kesadaran akan hak untuk menentukan nasib sendiri (akan hak untuk menentukan nasib sendiri (self self determinationdetermination) di banyak negara mulai timbul ) di banyak negara mulai timbul gerakan dan penghargaan atas hak seseorang gerakan dan penghargaan atas hak seseorang untuk mengakhiri hidup. Di beberapa negara hak untuk mengakhiri hidup. Di beberapa negara hak ini di akui oleh pemerintahan karena di atur dalm ini di akui oleh pemerintahan karena di atur dalm undang-undang.undang-undang.

Perkembangan terakhir mengenai masalah

euthanasia yang kita ikuti dari media baca dan

elektronik, 2. kasus di Australia yang mengakhiri

hidup atas permintaan sendiri dengan menekan

”enter” pada Laptop yang sudah diprogramkan

untuk usaha euthanasia.

Page 10: K.P 2.20 Isu Euthanasia

Pengertian Pengertian

• Euthanasia berasal dari kata Yunani Euthanathos. Eu = baik, tanpa penderitaan, sedang tanathos = mati. Dengan demikian euthanasia dapat diartikan, mati dengan baik tanpa penderitaan. Ada yang menerjemahkan mati cepat tanpa derita.

• Belanda, salah satu negara di Eropa yang maju dalam pengetahuan hukum kesehatan mendefinisikan euthanasia sesuai dengan rumusan yang dibuat oleh Euthanasia Study Group dari KNMG (Ikatan Dokter Belanda):

• Euthanasia adalah dengan sengaja tidak melakukan sesuatu untuk memperpanjang hidup seorang pasien atau sengaja melakukan sesuatu untuk memperpendek hidup atau mengakhiri hidup seorang pasien, dan ini di lakukan untuk kepentingan pasien sendiri.

Page 11: K.P 2.20 Isu Euthanasia

Konsep tentang kematianKonsep tentang kematian

Perkembangan euthanasia tidak terlepas dari perkembangan konsep tentang kematian. Usaha manusia untuk memperpanjang kehidupan dan menghindari kematian dengan mempergunakan kemajuan iptek kedokteran telah membawa masalah baru dalam euthanasia, terutama berkenaan dengan penentuan kapan seseorang dinyatakan telah mati.Dikenal beberapa konsep tentang mati seperti :

1. Mati sebagai berhentinya darah mengalir2. Mati sebagai saat terlepasnya nyawa dari tubuh3. Hilangnya kemampuan tubuh secara permanen4. Hilangnya manusia secara permanen untuk kembali

sadar dan melakukan interaksi social.

Page 12: K.P 2.20 Isu Euthanasia

• Konsep mati dari berhentinya darah mengalirseperti dianut selama ini dan yang juga diatur dalam PP 18 Tahun 1981 menyatakan bahwa mati adalah berhentinya fungsi jantung dan paru-paru, tidak bias dipergunakan lagi karena teknologi resusitasi telah memungkinkan jantung dan paru-paru yang semua terhenti, kini dapat dipacu untuk berdenyut kembali dan paru-paru dapat di pompa untuk berkembang kempis kembali.

• Konsep mati dari terlepasnya dari tubuh sering menimbulkan keraguan karena misalnya pada tindakan resusitasi yang berhasil, keadaan demikian menimbulkan kesan seakan-akan nyawa dapat ditarik kembali.

Page 13: K.P 2.20 Isu Euthanasia

• Mengenai konsep mati hilangnya kembali kemampuan tubuh secara permanen untuk menjalankan fungsinya secara terpadu, juga dipertanyakan karena organ-organ berfungsi sendiri-sendiri tanpa terkendali karena otak telah mati. Untuk kepentingan transplantasi konsep ini menguntungkan, tetapi secara moral tidak dapat diterima karena kenyataan organ-organ masih berfungsi meskipun tidak terpadu lagi.

• Bila dibandingkan dengan manusia sebagai makhluk social yaitu individu yang mempunyai : kepribadian, menyadari kehidupannya, kekhususannya, kemampuan mengingat, menentukan sikap dan mengambil keputusan, mengajukan alas an yang masuk akal, mampu berbuat, menikmati, mangalami kecemasan dan sebagainya, maka penggerak dari otak baik secara fisik maupun social makin banyak dipergunakan.

Page 14: K.P 2.20 Isu Euthanasia

• Pusat pengendali ini terletak dalam batang otak. Oleh karena itu jika batang otak telah mati (brain stem death) dapat diyakini bahwa manusia itu secara fisik dan social telah mati.

• Dalam keadaan demikian kalangan medis sering menempuh pilihan tidak meneruskan resusitasi (DNR, do not resucitation).

• Penentuan mati saat ini juga dibahas dan ditetapkan dalam Word Medical Asembly tahun 1986 yang dikenal dengan Deklarasi Sydney. Disini dinyatakan penentuan saat kematian di kebanyakan negara merupakan tanggung jawab dokter. Dokter yang menentukan seseorang sudah mati dengan menggunakan kriteria yang lazim tanpa bantuan alat khusus, yang telah diketahui oleh semua dokter.

Page 15: K.P 2.20 Isu Euthanasia

• Yang terpenting dalam penentuan saat mati disini adalah proses kematian tersebut tidak dapat dibalikkan lagi (irreversibble), meski menggunakan teknik penghidupan kembali apapun. Walaupun sampai sekarang tidak ada alat yang sungguh-sungguh memuaskan dapat digunakan untuk penentuan saat mati ini, alat elektroesefalograf dapat diandalkan untuk maksud tersebut.

Page 16: K.P 2.20 Isu Euthanasia

Jenis euthanasiaJenis euthanasiaEuthanasia bisa ditinjau dari beberapa sudut

Dilihat dari cara dilaksanakan, euthanasia dapat dibedakan atas :1. Euthanasia pasif2. Euthanasia aktif

Euthanasia pasif adalah perbuatan menghentikan atau mencabut segala tindakan atau pengobatan yang perlu untuk mempertahankan hidup manusia.

Euthanasia aktif adalah perbuatan yang dilakukan secara medik melalui intervensi aktif oleh seorang dokter dengan tujuan untuk mengakhiri hidup manusia.

Euthanasia pasif dapat pula dibedakan atas :1. Euthanasia aktif langsung (direct) 2. Euthanasia aktif tidak langsung (indirect)

Page 17: K.P 2.20 Isu Euthanasia

• Euthanasia aktif langsung adalah dilakukannya tindakan medik secara terarah yang diperhitungkan akan mengakhiri hidupp\ pasien atau memperpendek hidup pasien. Jenis euthanasia ini di kenal juga sebagai mercy killing.

• Euthanasia aktif tidak langsung adalah di mana dokter atau tenaga kesehatan melakukan tindakan medik untuk meringankan penderitaan pasien, namun mengetahui adanya resiko tersebut dapat memperpendek atau mengakhiri hidup pasien.

Page 18: K.P 2.20 Isu Euthanasia

Ditinjau dari permintaan, euthanasia di bedakan atas :1. Euthanasia voluntir atau euthanasia sukarela (atas

permintaan pasien)2. Euthanasia involuntir (tidak atas permintaan pasien)

Euthanasia atas permintaan pasien adalah euthanasia yang dilakukan atas permintaan pasien secara sadar dan diminta berulang-ulang.

Euthanasia tidak atas permintaan, adalah euthanasia yang dilakukan pada pasien yang (sudah) tidak sadar, dan biasanya keluarga pasien yang meminta.

Page 19: K.P 2.20 Isu Euthanasia

Kedua jenis euthanasia di atas dapat dapat digabung misalnya euthanasia pasif voluntir, euthanasia aktif involuntir, euthanasia aktif langsung involuntir dan sebagainya.

Ada yang melihat pelaksanaan euthanasia dari sudut lain dan membagikannya atas 4 kategori, yaitu :

1. Tidak ada bantuan dalam proses kematian tanpa maksud memperpendek hidup pasien.

2. Ada bantuan dalam proses kematian tanpa maksud memperpendek hidup pasien

3. Tidak ada bantuan dalam proses kematian dengan tujuan memperpendek hidup pasien

4. Ada bantuan dalam proses kematian dengan tujuan memperpendek hidup pasien.

Page 20: K.P 2.20 Isu Euthanasia

Euthanasia dan hukum Euthanasia dan hukum

• Kitab undang-undang Hukum Pidana mengatur seseorang dapat dipidana atau di hukum jika ia menghilangkan nyawa orang lain dengan sengaja ataupun karena kurang hati-hati. Ketentuan pelanggaran pidana yang berkaitan langsung dengan euthanasia aktif terdapat pada pasal 344 KUHP.

Page 21: K.P 2.20 Isu Euthanasia

Pasal 344 KUHP:• Barang siapa menghilangkan jiwa orang lain atas

permintaan orang itu sendiri, yang disebut dengan nyata dan dengan sungguh-sungguh, di hokum penjara selama-lamanya dua belas tahun

• Ketentuan ini harus diingat di kalangan kodekteran sebab walaupun terdapat beberapa alasan kuat untuk membantu pasien/keluarga pasien, mengakhiri hidup atau memperpendek hidup pasien, ancaman hukuman ini harus dihadapai.

• Untuk jenis euthanasia aktif maupun pasif tanpa permintaan, beberapa pasal dibawah in I perlu di ketahui oleh dokter.

Page 22: K.P 2.20 Isu Euthanasia

• Pasal 338 KUHP:• Barang siapa dengan sengaja menghilangkan

jiwa orang lain, dihukum karena makar mati, dengan penjara selama-lamanya lima belas tahun.

• Pasal 340 KUHP:• Barang siapa dengan sengaja dan direncanakan

lebih dahulu menghilangkan jiwa orang lain, dihukum, karena pembunuhan direncanakan (moord) dengan hukuman mati atau penjara selama-lamanya seumur hidup atau penjara sementara selama-lamanya dua puluh tahun.

Page 23: K.P 2.20 Isu Euthanasia

Pasal 359 KUHP:• Barang siapa karena salahnya menyebabkan matinya

orang dihukum penjara selama-lamanya lima belas tahun atau kurungan selama-lamanya satu tahun.

• Selanjutnya di bawah ini dikemukakan sebuah ketentuan hokum mengingatkan kalangan kesehatan untuk berhati-hati menghadapi kasus euthanasia.

Pasal 345 KUHP:• Barang siapa dengan sengaja menghasut orang lain

untuk membunuh diri, menolongnya dalam perbuatan itu, atau memberikan daya upaya itu jadi bunuh diri, dihukum penjara selama-lamanya empat tahun.

Pasal ini mengingatkan dokter, jangankan melakukan euthanasia, menolong dan memberi harapan ke arah perbuatan itu saja pun sudah mendapat ancaman pidana.