KUALITAS WOOD PELLET DARI KAYU MERBAU (Intsia
bijuga) DAN KAYU PULAI (Alstonia scholaris)
RADEN RIFQI DANUWIPUTRA
DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kualitas Wood Pellet dari Kayu Merbau
(Intsia bijuga) dan Kayu Pulai (Alstonia scholaris) adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2017
Raden Rifqi Danuwiputra
NIM E24120090
ABSTRAK
RADEN RIFQI DANUWIPUTRA. Kualitas Biopellet Kayu Pulai (Alstonia
scholaris) dan Kayu Merbau (Intsia bijuga). Dibimbing oleh DEDE HERMAWAN.
Wood pellet sebagai bahan bakar biomassa berbentuk pelet pada umumnya
memiliki keseragaman ukuran, bentuk, kelembaban, densitas, dan kandungan
energi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas wood pellet
Kayu Merbau dan Kayu Pulai dengan ukuran diameter yang berbeda. Wood pellet
dibuat dengan metode konvensional memiliki ukuran diameter wood pellet Kayu
Merbau besar sebesar 1.04 cm, Merbau kecil sebesar 0.63 cm, Pulai besar sebesar
0.84 cm, dan Pulai kecil sebesar 0.63 cm. Pengujian karakteristik kualitas wood
pellet berdasarkan standar SNI 8021-2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
nilai wood pellet Kayu Merbau besar, Merbau kecil, Pulai besar, dan Pulai Kecil
secara berurutan yaitu rata rata kerapatan sebesar 1.3 g/cm3, 1.3 g/cm3, 1.2 g/cm3,
1.4 g/cm3, rata rata keteguhan tekan sebesar 15.3 kgf/cm2, 6.0 kgf/cm2, 8.2 kgf/cm2,
7.0 kgf/cm2, rata rata kadar air sebesar 9.2%, 9.4 %, 9.5%, 7.5%, rata rata kadar zat
terbang sebesar 65.5%, 65.2%, 71.7%, 72.1%, rata rata kadar zat abu sebesar 0.84%,
0.82%, 1.5%, 2.2%, rata rata kadar karbon terikat sebesar 25%, 25%, 17%, 18%,
dan rata rata kadar kalor sebesar 4471 Kkal/kg, 4387 Kkal/kg, 4123 Kkal/kg, 4206
Kkal/kg. Penelitian ini menunjukkan bahwa wood pellet yang berkualitas paling
baik yaitu Merbau besar.
Kata kunci : biomassa, biopellet, kualitas, SNI, wood pellet
ABSTRACT
RADEN RIFQI DANUWIPUTRA. Quality of Wood Pellet from Merbau (Intsia
bijuga) and Pulai (Alstonia scholaris). Supervised by DEDE HERMAWAN.
Wood pellet as fuel for biomass generally had a uniformity size, shape,
moisture, density, and energy content. The purpose of this study is to determine the
quality of wood pellets from merbau and pulai with different diameter size. Wood
pellets are made by conventional methods, which have a diameter of wood pellet
Merbau with large diameter has a size of 1,04 cm, Merbau with small diameter has
a size of 0.63 cm, Pulai with large diameters has a size of 0.84 cm, and Pulai with
small diameter has a size of 0.63 cm. Testing the quality characteristics of wood
pellet based on standard SNI 8021-2014. The results of wood pellet Merbau with
large diameter, Merbau with small diameter, Pulai with large diameter, and Pulai
with small diameter respectively had a average density 1.3 g/cm3, 1.3 g/cm3, 1.2
g/cm3, 1.4 g/cm3, the average strength pressure were 15.3 kgf/cm2, 6.0 kgf/cm2, 8.2
kgf/cm2, 7.0 kgf/cm2, the average moisture content were 9.2%, 9.4 %, 9.5%, 7.5%,
the average volatile meter content were 65.5%, 65.2%, 71.7%, 72.1%, the average
substance ash content were 0.84%, 0.82%, 1.5%, 2.2%, the average carbon bonded
content were 25%, 25%, 17%, 18%, and the average calorivic value were 4471
Kkal/kg, 4387 Kkal/kg, 4123 Kkal/kg, 4206 Kkal/kg. The result of this study
showed that the best quality of wood pellets was a merbau with a large diameter.
Keywords : biomass, biopellet, quality, SNI, wood pellet.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Hasil Hutan
KUALITAS WOOD PELLET DARI KAYU MERBAU (Intsia
bijuga) DAN KAYU PULAI (Alstonia scholaris)
RADEN RIFQI DANUWIPUTRA
DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya, sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2016 adalah
Kualitas Wood Pellet dari Kayu Merbau (Intsia bijuga) dan Kayu Pulai (Alstonia
scholaris)
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Dede Hermawan, MSc
selaku pembimbing, Bapak Dr Ir Jajang Suryana, MSc yang telah banyak memberi
arahan dan saran, serta kepada staf Laboratorium Divisi Biokomposit, dan staf
Laboratorium yang berada dibawah Divisi Rekayasa Desain Bangunan Kayu
(RDBK), Drs Gustanpari serta staf Laboratorium terpadu Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hasil Hutan Bogor atas bantuan dan kerjasamanya selama
penelitian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ayah saya Usman
Dasuki, Ibu saya Nunung Yayu Kartini, dan adik saya Nabil Usnutriputra, sahabat
di Departemen Hasil Hutan 49, dan Cut Vira Anisa Shabrina, atas dukungan, doa,
dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Maret 2017
Raden Rifqi Danuwiputra
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan 1
Manfaat 1
METODE 1
Waktu dan Tempat 1
Bahan 1
Alat 1
Prosedur Penelitian 2
Prosedur Pengujian 2
HASIL DAN PEMBAHASAN 5
Kerapatan 5
Keteguhan Tekan 6
Kadar Air 7
Kadar Zat Terbang 8
Kadar Zat Abu 9
Kadar Karbon Terikat 10
Kadar Kalor 10
SIMPULAN DAN SARAN 11
Simpulan 11
Saran 11
DAFTAR PUSTAKA 12
LAMPIRAN 14
RIWAYAT HIDUP 20
DAFTAR GAMBAR
1 Wood pellet Kayu Merbau besar (a), Merbau kecil (b), Pulai besar (c),
Pulai kecil 2 2 Nilai kerapatan wood pellet 6 3 Nilai keteguhan tekan wood pellet 7 4 Nilai kadar air wood pellet 8 5 Nilai kadar zat terbang wood pellet 8 6 Nilai kadar zat abu wood pellet 9 7 Nilai kadar karbon terikat wood pellet 10 8 Nilai kadar kalor wood pellet 11
DAFTAR TABEL
1 Hasil Pengujian Kualitas Wood Pellet Kayu Merbau dan Kayu Pulai 12
DAFTAR LAMPIRAN 1 Hasil analisis data ragam nilai kerapatan 14 2 Hasil analisis data ragam nilai keteguhan tekan 14 3 Hasil analisis data ragam nilai kadar air 14 4 Hasil analisis data ragam nilai kadar zat terbang 15 5 Hasil analisis data ragam nilai kadar abu 15 6 Hasil analisis data ragam nilai kadar karbon terikat 15 7 Hasil analisis data ragam nilai kadar kalor 16
8 Hasil pengujian duncan nilai kerapatan 16 9 Hasil pengujian duncan nilai kadar kalor 17
10 Hasil pengujian duncan nilai karbon terikat 17 11 Hasil pengujian duncan nilai kadar zat terbang 17 12 Hasil pengujian duncan nilai kadar abu 18 13 Hasil pengujian duncan nilai keteguhan tekan 18 14 Hasil pengujian duncan nilai kadar air 19
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pertumbuhan masyarakat Indonesia mempengaruhi peningkatan kebutuhan
energi. Peningkatan ini berkaitan dengan kelangkaan bahan bakar minyak bumi
disebabkan oleh menipisnya ketersediaan di alam. Ketersediaan bahan bakar
minyak bumi yang rendah sebagai non-renewable resource mempengaruhi kondisi
ekonomi masyarakat sebagai pengguna energi. Hal ini mendorong pencarian
sumber energi terbarukan yang dapat digunakan untuk menggantikan sumber bahan
bakar minyak bumi. Bahan bakar minyak bumi bukan sebagai salah satu sumber
energi yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, tetapi terdapat sumber energi lain
sebagai pengganti yaitu biomassa.
Menurut El Bassam dan Maegaard (2004), biomassa meliputi semua bahan
organik baik dari semua makhluk hidup ataupun yang mengalami pertumbuhan
beserta residunya. Biomassa dapat bersumber dari limbah pengolahan kayu. Kayu
sebagai sumber energi diharapkan dapat menggantikan sumber bahan bakar minyak,
namun harus melalui proses pengelolaan terlebih dahulu karena memiliki sifat yang
kurang menguntungkan (Zam et al 2011). Bahan baku kayu umumnya digunakan
dari limbah hasil pengolahan kayu dengan proses lanjutan berupa pengeringan dan
pengempaan menjadi wood pellet. Kayu Merbau dan Kayu Pulai dapat dipilih
sebagai bahan baku wood pellet dikarenakan adanya perbedaan kualitas dari segi
kelas kuat. Kayu Merbau merupakan jenis kayu dari kelas kuat I-II dengan berat
jenis 0.63 – 1.04, sedangkan Kayu Pulai merupakan jenis kayu kelas kuat IV-V
dengan berat jenis 0.27 – 0.49.
Rusdianto et al. (2014) menyatakan bahwa wood pellet merupakan bahan
bakar padat terbuat dari biomassa yang diproses pada suhu dan tekanan tinggi
dengan ukuran lebih kecil dari briket. Wood pellet memiliki banyak keuntungan
dengan konsistensi dan efisiensi bakar yang dapat menghasilkan emisi yang lebih
rendah dari kayu (Wang et al. 2013). Wood pellet dirancang untuk bersaing dengan
bahan bakar fosil pada tingkat kenyamanan, kinerja, dan harga (Jenskins 2010).
Wood pellet dapat dijadikan perhatian utama karena memiliki karakteristik ramah
lingkungan (Passalacua dan Zaetta 2004). Pengolahan limbah kayu menjadi wood
pellet dapat menjadi upaya untuk mengoptimalkan pemanfaatan limbah kayu,
sehingga adanya peningkatan kualitas energi.
Wood pellet sebagai bahan bakar biomassa berbentuk pelet pada umumnya
memiliki keseragaman ukuran, bentuk, kelembaban, densitas, dan kandungan
energi (Abelloncleanenergy 2009). Salah satu hasil pengolahan limbah kayu di
Industri Biopellet memiliki beberapa jenis wood pellet yang dibedakan dari ukuran
diameternya. Perbedaan diameter ini dibuat karena memiliki perbedaan kualitas
wood pellet yang sesuai dengan jenis kayu. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui perbedaan kualitas wood pellet dengan diameter besar
dan kecil, berbahan dasar limbah Kayu Merbau dan Kayu Pulai berasal dari industri
biopellet. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai wood
pellet yang dapat digunakan sebagai energi bahan bakar alternatif yang ramah
lingkungan.
2
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut, dapat dirumuskan menjadi permasalahn sebagai
berikut:
1. Apakah wood pellet Kayu Merbau dan Kayu Pulai memiliki perbedaan
kualitas?
2. Bagaimana pengaruh perbedaan diameter terhadap kualitas wood pellet dari
kedua jenis kayu yang digunakan sebagai bahan baku?
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kualitas wood pellet
dari limbah pengolahan Kayu Merbau dan Kayu Pulai dengan perbedaan ukuran
diameter sebagai energi bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan.
Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat
mengenai Kualitas Biopellet Kayu Merbau dan Kayu Pulai sebagai energi alternatif
bahan bakar berupa biopelet dan dapat berkontribusi dalam pengambangan ilmu
pengetahuan mengenai bahan bakar ramah lingkungan.
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan September 2016 sampai dengan bulan
Januari 2017 di Laboratorium Biokomposit, Laboratorium Kimia Hasil Hutan,
Laboratorium Rekayasa Desain Bangunan Kayu Departmenen Hasil Hutan, dan
Laboratorium Terpadu Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Bogor.
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu wood pellet berbahan
dasar limbah Kayu Merbau dan Kayu Pulai berasal dari Industri Biopelet. Ukuran
diameter wood pellet Kayu Merbau besar (a) sebesar 1.04 cm, Merbau kecil (b)
sebesar 0.63 cm, Pulai besar (c) sebesar 0.84 cm, dan Pulai kecil (d) sebesar 0.63
cm. Bahan yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1 Wood pellet Kayu Merbau besar (a), Merbau kecil (b), Pulai
besar (c), Pulai kecil
(a) (b) (c) (d)
3
Alat
Alat yang digunakan yaitu oven, desikator, timbangan analitik, kaliper
digital, tanur, cawan porselen, penjepit, kamera, alat tulis, kuas, stopwatch, kertas
label, dan alat uji Universal Testing Machine (UTM) merk Instron.
Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan berdasarkan prosedur standar SNI 8021-2014 yaitu
persiapan contoh uji (wood pellet), pengukuran contoh uji, pengujian kerapatan,
pengujian keteguhan tekan, pengujian kadar air, pengujian kadar zat terbang,
pengujian kadar abu, pengujian karbon terikat, dan pengujian kadar kalor.
Prosedur Pengujian
Kerapatan (SNI 8021-2014)
Penetapan kerapatan dinyatakan dalam hasil perbandingan antara berat dan
volume wood pellet yang diukur pada kondisi yang sama. Kerapatan sampel
dihitung dengan menggunakan rumus berikut.
Kerapatan =B
V
Keterangan :
B = Berat contoh uji (g)
V = Volume contoh uji (cm3)
Keteguhan Tekan
Keteguhan tekan merupakan kekuatan yang dihasilkan suatu wood pellet
untuk menahan beban yang diterima sampai wood pellet pecah. Pengujian
dilakukan dengan menggunakan UTM (Universal Testing Machine) dengan
dihitung menggunakan rumus berikut.
P = Mb
A
Keterangan :
P = Keteguhan tekan wood pellet (kgf/cm2)
Mb = Beban yang diterima wood pellet hingga pecah (kgf)
A = Luas permukaan wood pellet (cm2)
Kadar Air (SNI 8021-2014)
Penetapan nilai kadar air dilakukan dengan 2 gram sampel diletakkan pada
cawan porselin yang bobotnya sudah diketahui. Kemudian dimasukkan ke dalam
oven suhu 103 ± 2 oC selama 3 jam sampai kadar air konstan. Kemudian
didinginkan dalam desikator sampai kondisi stabil dan ditimbang. Kadar air sampel
dihitung dengan rumus berikut.
Kadar air =BB - BKT
BKT X 100%
4
Keterangan :
BB = Berat sebelum dikeringkan dalam oven (g)
BKT = Berat setelah dikeringkan dalam oven (g)
Kadar Zat Terbang (SNI 8021-2014) Kadar zat terbang adalah presentase berat yang hilang bila wood pellet
dipanaskan tanpa udara luar serta dikoreksi dari jumlah kadar air percontoh.
Penetapan nilai zat terbang dilakukan dengan 2 gram sampel diletakkan pada cawan
porselin yang bobotnya sudah diketahui. Kemudian masukkan dalam oven suhu
9500C selama 10 menit. Kemudian didinginkan dalam desikator sampai kondisi
stabil dan ditimbang. Zat mudah menguap sampel dihitung dengan menggunakan
rumus berikut.
Kadar Zat Terbang =B - C
W X 100%
Keterangan :
B = Berat sampel setelah dikeringkan dari uji kadar air (g)
C = Berat sampel setelah dipanaskan dalam tanur (g)
W = Berat sampel awal sebelum pengujian kadar air (g)
Kadar Zat Abu (SNI 8021-2014)
Penetapan nilai kadar abu dilakukan dengan satu gram sampel diletakkan
pada cawan porselin yang bobotnya sudah diketahui. Kemudian dimasukkan dalam
oven suhu 650 oC selama 5 jam. Kemudian didinginkan dalam desikator sampai
kondisi stabil dan ditimbang. Kadar abu sampel dihitung dengan menggunakan
rumus berikut.
Kadar Abu =Berat abu
Berat sampel kering tanur X 100%
Kadar Karbon Terikat (SNI 8021-2014)
Kadar karbon terikat merupakan kadar fraksi karbon yang terikat dalam bahan
tidak termasuk fraksi air, zat mudah menguap, dan abu. Kadar karbon terikat
dihitung dengan rumus:
Karbon Terikat = 100% – (kadar air + kadar zat terbang + kadar abu)%
Kadar Kalor (SNI 8021-2014)
Nilai kalor adalah jumlah panas yang dihasilkan oleh pembakaran lengkap
dari sebuah kuantitas unit bahan bakar. Penetapan nilai kalori dengan contoh uji
sebanyak ± 2 gram diletakkan dalam cawan silika dan diikat dengan kawat nikel,
kemudian dimasukkan ke dalam tabung dan ditutup rapat. Tabung tersebut dialiri
oksigen selama 30 detik. Tabung dimasukkan dalam Oxygen Bomb Calorimeter.
Pembakaran dimulai disaat suhu air sudah tetap. Pengukuran dilakukan sampai
suhu optimum. Pengujian nilai kalor ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Pusat
Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Bogor. Besarnya nilai kalor suatu bahan
sesuai dengan persamaan sebagai berikut.
5
NK =∆t x W
MBB− 𝐵
Keterangan :
NK = Nilai kalor bahan (kal g-1)
∆t = Perbedaan suhu rata- rata (oC)
W = Nilai air kalorimeter (Kal/oC)
MBB = Massa bahan bakar (g)
B = Koreksi panas pada kawat besi (kal g-1)
Prosedur Analisis Data
Pengolahan data penelitian ini menggunakan Microsoft excel 2013 dan
SPSS 21.0 yaitu dengan motode Rancangan Acak Lengkap Sederhana. Kombinasi
yang digunakan yaitu jenis wood pallet Kayu Merbau dan Kayu Pulai dengan
perbedaan diameter besar dan kecil. Apabila hasil ragam yang didapat berbeda
nyata dengan pengaruh signifikan, maka dilanjutkan dengan uji lanjut wilayah
berganda Duncan (Duncan Multiple Rang Test).
Yijk = µ + αi + Ɛijk
Keterangan :
Yijk = Nilai pengamatan pada faktor ukuran diameter pada ke –i dan faktor
suhu kempa pada ke -j dengan ulangan -k
µ = Nilai rata – rata umum
αi = Pengaruh faktor ukuran diameter pada tarif ke -i
Ɛijk = Kesalahan perlakuan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kerapatan
Kerapatan merupakan parameter kualitas wood pellet. Nilai kerapatan
sebagai salah satu sifat mekanis pellet yaitu besaran nilai perbandingan antara
massa dan volume (SNI 2014). Nilai kerapatan tersebut dipengaruhi oleh berat jenis
bahan yang digunakan dalam pengujian kerapatan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa nilai kerapatan wood pellet Kayu Merbau diameter besar (MB) bernilai sama
dengan diameter kecil (MK) yaitu sebesar 1.3 g/cm3, sedangkan wood pellet Kayu
Pulai diameter besar (PB) bernilai lebih kecil dari pada diameter kecil (PK) yaitu
sebesar 1.2 g/cm3 dan 1.4 g/cm3. Nilai pengujian kerapatan tersebut memenuhi
standar SNI 8021-2014 dengan kriteria nilai kerapatan lebih besar dari 0.8 g/cm3.
Nilai kerapatan yang besar menyebabkan bahan bakar wood pellet sulit terbakar,
namun nilai kalor dan keteguhan tekannya akan meningkat (Hendra 2012). Hasil
penelitian kerapatan dapat dilihat pada Gambar 2.
6
Gambar 2 Nilai kerapatan wood pellet
Hasil analisa ragam wood pellet pada penelitian ini menunjukkan bahwa
perlakuan bahan baku memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap hasil
kerapatan wood pellet. Hasil dari pengujian lanjut yaitu Duncan menunjukan bahwa
(PB) diameter 1.04 cm dan (PK) diameter 0.63 cm memiliki perbedaan yang
signifikan atau berbeda nyata, sedangkan (MB) diameter 0.84 cm dan (MK)
diameter 0.63 cm tidak memiliki perbedaan yang signifikan terhadap kerapatan
wood pellet. Nilai kerapatan pellet ini berkaitan dengan penanganan pada proses
pembuatannya, semakin tinggi kerapatannya maka semakin mempermudah proses
pengepakan, transportasi dan penyimpanan (Adapa et al. 2009).
Keteguhan Tekan
Keteguhan tekan merupakan daya tahan yang dihasilkan suatu bahan
terhadap tekanan luar yang menyebabkan bahan menjadi pecah atau hancur
sehingga terjadi penurunan tebal yang signifikan (Nurwigha 2012). Kayu Merbau
mendapatkan hasil nilai keteguhan tekan lebih tinggi dibandingkan Kayu Pulai,
Kayu Merbau memiliki perbedaan nilai yang signifikan, sehingga ukuran diameter
berpengaruh terhadap keteguhan rekat wood pellet Kayu Merbau. Semakin tinggi
nilai keteguhan tekan maka daya tahan terhadap pecah akan semakin baik. Hal
tersebut dikarenakan ikatan partikel pada bahan baku yang seragam akan
menghasilkan keteguhan tekan yang tinggi (Hendra 2012).
Standar SNI tidak mensyaratkan kriteria keteguhan tekan pada wood pellet.
Hasil dari analisa ragam wood pellet menunjukan bahwa perlakuan bahan baku
memberikan pengaruh sangat nyata terhadap nilai keteguhan tekan. Hasil dari
pengujian lanjut yaitu Duncan menunjukan bahwa seluruh contoh uji memiliki
perbedaan yang signifikan atau berbeda nyata terhadap keteguhan tekan wood pellet.
Berdasarkan hasil pengujian keteguhan tekan, menunjukkan bahwa semakin besar
ukuran diameter akan semakin besar nilai keteguhan tekannya dengan jenis kayu
yang berbeda. Hasil penelitian kerapatan dapat dilihat pada Gambar 3.
1,3 1,31,2
1,4
0,0
0,2
0,4
0,6
0,8
1,0
1,2
1,4
1,6
MB MK PB PK
Ker
apat
an (
g/c
m3)
Diameter (cm)
Merbau
Pulai
SNI 8021-2014 ≥ 0.8 %
7
Gambar 3. Besaran nilai keteguhan tekan
Kadar Air
Kadar air digunakan sebagai parameter dalam penentu kualitas wood pellet
yang berkaitan dengan nilai kalor pembakaran, daya pembakaran, dan jumlah asap
yang dihasilkan selama pembakaran (Rahman 2011). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa nilai kadar air wood pellet MB bernilai lebih kecil dari pada MK yaitu 9.2%
dan 9.4%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kadar air wood pellet PB
bernilai lebih besar dari pada PK yaitu 9.5% dan 7.5%. Nilai tersebut memiliki
perbedaan yang cukup signifikan, sehingga perbedaan ukuran diameter
berpengaruh terhadap kadar air wood pallet Kayu Pulai. Pengujian kadar air pada
kedua jenis kayu tersebut memenuhi standar SNI 8021-2014 dengan kriteria nilai
kadar air lebih kecil dari 12%. Tingginya kadar air dapat menurunkan nilai kalor,
memperlambat proses pembakaran, dan meningkatkan polusi udara karena
menimbulkan asap pada saat pembakaran (Nurwigha 2012).
Kadar air pellet dipengaruhi oleh kadar air bahan dan suhu densifikasi yang
digunakan (Kaliyan dan Morey 2009). Menurut Prawirohatmodjo (2001) kerapatan
memiliki hubungan negatif yang kuat dengan kadar air, yaitu semakin besar nilai
kadar air akan semakin kecil nilai kerapatanya. Hal tersebut sesuai dengan hasil
pengujian kerapatan, yaitu wood pallet Kayu Pulai berdiameter besar memiliki
kerapatan yang kecil. Hasil dari analisa ragam wood pellet menunjukan bahwa
perlakuan bahan baku memberikan pengaruh nyata terhadap nilai kadar air. Hasil
dari pengujian lanjut yaitu Duncan menunjukan bahwa PK memiliki perbedaan
yang signifikan lebih rendah atau berbeda nyata dengan PB, MB serta MK terhadap
Kadar air wood pellet. Hasil penelitian kadar air dapat dilihat pada Gambar 4.
15,3
6,0
8,27,0
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
MB MK PB PK
Ket
eguhan
Tek
an (
kgf/
cm2)
Diameter (cm)
Merbau
Pulai
8
Kadar Zat Terbang
Kadar zat terbang dapat digunakan sebagai parameter banyaknya asap yang
dihasilkan pada proses pembakaran. Zat terbang adalah zat yang menguap dari hasil
dekomposisi senyawa dalam suatu bahan selain air disebabkan oleh pemanasan
tanpa ada udara luar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kadar zat terbang
wood pellet MB bernilai lebih besar dari pada MK yaitu 65.5% dan 65.2%. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa nilai kadar zat terbang wood pellet PB bernilai lebih
kecil dari pada PK yaitu 71.7% dan 72.1%. Nilai pengujian kadar zat terbang
tersebut memenuhi standar SNI 8021-2014 dengan kriteria nilai kadar zat terbang
lebih kecil dari 80%. Hasil penelitian kadar zat terbang wood pellet dapat dilihat
pada Gambar 5.
Gambar 5. Besaran nilai kadar zat terbang
Hasil dari analisa ragam wood pellet menunjukan perlakuan bahan baku
memberikan pengaruh nyata terhadap nilai kadar zat terbang. Hasil dari pengujian
lanjut yaitu Duncan menunjukan bahwa wood pellet Kayu Merbau memiliki
perbedaan yang signifikan atau berbeda nyata dengan wood pellet Kayu Pulai
terhadap kadar zat terbang. Wood pellet Kayu Pulai memiliki sekitar 7% lebih tinggi
9,2 9,4 9,5
7,5
0
2
4
6
8
10
12
MB MK PB PK
Kad
ar A
ir (
%)
Diameter (cm)
Merbau
Pulai
65,5 65,2
71,7 72,1
0
10
20
30
40
50
60
70
80
MB MK PB PK
Kad
ar Z
at T
erb
ang (
%)
Diameter (cm)
Merbau
Pulai
Gambar 4. Besaran nilai kadar air
SNI 8021-2014 ≤ 12 %
SNI 8021-2014 ≤ 80 %
9
kadar zat terbang dibandingkan dengan wood pellet Kayu Merbau. Nurwigha
(2012) menyatakan bahwa semakin tinggi kadar zat terbang suatu bahan bakar,
maka efisiensi pembakaran bahan bakar akan menurun dan asap yang dihasilkan
semakin banyak.
Kadar Zat Abu
Kadar zat abu adalah persentase dari sisa pembakaran yang tidak terdapat
unsur karbon dalam prosesnya berkaitan dengan nilai kalor pellet yang dihasilkan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kadar zat abu wood pellet MB bernilai
lebih besar dari pada MK yaitu 0.84% dan 0,82%. Berbeda dengan hasil pengujian
wood pellet Kayu Merbau, nilai kadar zat abu PB bernilai lebih kecil dari pada PK
yaitu 1.5% dan 2.2% dengan selisih yang cukup signifikan. Nilai pengujian kadar
zat abu tersebut memenuhi standar SNI 8021-2014 dengan kriteria nilai kadar zat
terbang lebih kecil dari 1.5%, kecuali nilai kadar zat abu PK berdiameter kecil.
Abu yang terdapat pada kayu memiliki kalium yang tinggi, yang juga
berperan sebagai pupuk, dan pengembalian kembali abu ke hutan yang bertujuan
untuk keberlanjutan sistem (Yokohama 2008). Nilai yang tinggi pada kadar abu
pellet sangat dihindari karena dapat menganggu sistem pembakaran, dan
mengakibatkan terbentuknya slag, endapan sehingga perlu adanya pemeliharaan
secara rutin pada tungku pembakaran (Obernberger dan Thek 2004). Hasil dari
pengujian lanjut yaitu Duncan menunjukan bahwa wood pellet PK memiliki
perbedaan yang signifikan lebih tinggi atau berbeda nyata dengan PB, MB, dan MK
terhadap kadar zat abu. Hasil penelitian kadar zat abu wood pellet dapat dilihat pada
Gambar 6.
Gambar 6. Besaran nilai kadar zat abu.
Kadar Karbon Terikat
Kadar karbon terikat adalah karbon yang terikat selain air, zat terbang dan
abu. Kadar karbon terikat menjadi indikator jumlah material padat yang terbakar
setelah komponen zat terbang dihilangkan dari zat tersebut (Speight 2005). Hasil
0,84 0,82
1,5
2,2
0,0
0,5
1,0
1,5
2,0
2,5
MB MK PB PK
Kad
ar Z
at A
bu (
%)
Diameter (cm)
Merbau
Pulai
SNI 8021-2014 ≤ 1.5 %
10
penelitian menunjukkan bahwa nilai kadar karbon terikat wood pellet MB memiliki
nilai yang sama dengan MK yaitu 25%. Nilai kadar karbon terikat wood pellet PB
bernilai lebih kecil dari pada PK yaitu 17% dan 18%. Nilai kadar zat abu tersebut
memenuhi standar SNI 8021-2014 dengan kriteria nilai kadar karbon terikat lebih
besar dari 14%. Karbon terikat tersusun dari fraksi karbon (C) yang terdapat dalam
bahan selain abu, air, dan zat terbang sehingga nilai karbon terikat dipengaruhi
kadar air, kadar abu dan zat terbang. Faktor lain yang mempengaruhi kadar karbon
terikat dapat dipengaruhi komponen kimia (Selulosa, hemi selulosa, dan lignin)
atau unsur penyusunnya yaitu karbon, hidrogen, dan oksigen (Basu 2010). Hasil
penelitian kadar karbon wood pellet dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Besaran nilai kadar karbon terikat
Hasil dari pengujian lanjut yaitu Duncan menunjukan bahwa wood pellet
PB memiliki perbedaan yang signifikan atau berbeda nyata dengan MK terhadap
kadar karbon terikat. Semakin tinggi kadar karbon terikat, maka nilai kalor akan
semakin tinggi begitu pula sebaliknya (Onu et al. 2010). Besar kecilnya kadar
karbon terikat dapat dipengaruhi oleh tinggi rendahnya kadar zat terbang (Pari
2004).
Kadar Kalor
Kadar kalor adalah jumlah panas yang dihasilkan selama proses
pembakaran dan sebagai penentu kualitas wood pallet. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa nilai kadar kalor wood pellet MB bernilai lebih besar dari pada
MK yaitu 4471 Kkal/kg dan 4387 Kkal/kg, sedangkan wood pellet PB bernilai lebih
kecil dari pada PK yaitu sebesar 4123 Kkal/kg dan 4206 Kkal/kg. Nilai pengujian
kadar zat abu tersebut memenuhi standar SNI 8021-2014 dengan kriteria nilai kadar
kalorlebih besar dari 4000 Kkal/kg.Nilai pengujian kadar zat abu tersebut
memenuhi standar SNI 8021-2014 dengan kriteria nilai kadar kalor lebih besar dari
4000 Kkal/kg. Nilai kalor sangat berkaitan dengan kadar air dan kerapatan dari
pellet yang dihasilkan (Yanti 2013). Semakin rendah kadar air akan meningkatkan
nilai kerapatan pellet, dan semakin padat produk tersebut dihasilkan sejalan dengan
semakin meningkatnya nilai kalor.
25 25
17 18
0
5
10
15
20
25
30
MB MK PB PK
Kad
ar K
arb
on T
erik
at (
%)
Diameter (cm)
Merbau
Pulai
SNI 8021-2014 ≥ 14 %
11
Hasil dari pengujian lanjut yaitu Duncan menunjukan bahwa wood pellet
PB memiliki perbedaan yang signifikan atau berbeda nyata dengan MB terhadap
Nilai Kalor. Kadar air memberikan pengaruh negatif terhadap nilai kalor. Semakin
tinggi nilai kadar air maka menurunkan nilai kalor yang dihasilkan (Rahman 2011).
Hasil penelitian kadar kalor wood pellet dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8.Besaran nilai kalor
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Secara umum wood pellet memiliki perbedaan kualitas yang berbeda di
setiap jenis bahan baku kayu. Diameter wood pellet juga menunjukkan kualitas
yang berbeda. Penelitian ini menunjukkan bahwa wood pellet yang berkualitas
paling baik yaitu wood pellet Kayu Merbau diameter besar berukuran 1.04 cm dari
hasil pengujuian kualitas dan segi kualitas pembakaran. Penelitian ini dapat
memberikan informasi mengenai perbandingan kualitas wood pellet dari limbah
pengolahan Kayu Pulai dan Kayu Merbau. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kerapatan, kadar air, kadar zat terbang, kadar karbon, dan kadar kalor memenuhi
standar SNI 8021-2014 dengan kriteria yang sesuai. Pada hasil pengujian kadar zat
abu wood pellet Kayu Pulai berdiameter kecil tidak memenuhi standar SNI 8021-
2014. Kualitas wood pelet pada kedua jenis bahan baku kayu berbeda. Hasil
pengujian kualitas wood pellet Kayu Merbau dan Kayu Pulai dapat dilihat pada
Tabel 1.
4471 43874123 4206
0
1000
2000
3000
4000
5000
MB MK PB PK
Nil
ai K
alo
r (K
kal
/kg )
Diameter (cm)
Merbau
Pulai
SNI 8021-2014 ≥ 4000 Kkal/kg
12
Tabel 1. Hasil pengujian kualitas wood pellet kayu merbau dan kayu pulai
Pengujian SNI
(8021-2014)
MB
(1.04 cm)
MK
(0.63 cm)
PB
(0.84 cm)
PK
(0.63 cm)
Kerapatan ≥ 0.8 % 1.3 g/cm3 1.3 g/cm3 1.2 g/cm3 1.4 g/cm3
Keteguhan
Tekan -
15.3
kgf/cm2 6.0 kgf/cm2 8.2 kgf/cm2 7.0 kgf/cm2
Kadar Air ≤ 12 % 9.2% 9.4 % 9.5% 7.5%
Kadar Zat
Terbang ≤ 80 % 65.5% 65.2% 71.7% 72.1%
Kadar Zat Abu ≤ 1.5 % 0.84% 0.82% 1.5% 2.2%
Kadar Karbon
Terikat ≥ 14 % 25% 25% 17% 18%
Kadar Kalor ≥ 4000
Kkal/kg
4471
Kkal/kg
4387
Kkal/kg
4123
Kkal/kg
4206
Kkal/kg
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai studi kelayakan ekonomi
produksi pellet yang berbanding dengan pengunaan energi dalam satu kali proses
produksi, dengan tujuan yang sama yaitu sebagai energi bahan bakar alternatif
ramah lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
Abelloncleanenergy. 2009. Cofiring with biopellets: An efficient way to reduce
greenhouse greenhouse gas emissions.
Adapa P, Tabil L, Schoenau G. 2009. Compression Characteristics of Selected
Ground Agricultural Biomass. Agricultural Engineering International: the
CIGR Ejournal.
Bahri, Saiful. 2014. Biopelet Kayu Agathis dengan Penguat Kulit Lepasnya.
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
El Bassam N, Maegaard P. 2004. Integrated renewable energy on rural communities.
Planning guidelines, technologies and applications. Elsevier. Amsterdam.
Hendra D. 2012. Rekayasa pembuatan mesin pellet kayu dan pengujian hasilnya. J
Penelitian Hasil Hutan. 30(2):144-154.
13
Kaliyan N, Morey RV. 2009c. Densification characteristics of corn stover and
switchgrass. Trans. ASABE. 52(3):907-92.
Nurwigha R. 2012. Pembuatan Biopelet dari Cangkang Kelapa Sawit dengan
Penambahan Arang Cangkang Sawit dan Serabut Sawit sebagai Bahan
Bakar Alternatf Terbarukan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
Obernberger I, Thek G. 2004. Physical characterisation and chemical composition
of densified biomass fuels with regard to their combustion behaviour.
Biomass Bioenergy 27:653-669.doi:10.1016/j.biombioe.2003.07.006
Onu F, Sudarja, Rahman MBN. 2010, Pengukuran nilai kalor bahan bakar briket
arang kombinasi cangkang pala (Myristica fragan Houtt) dan limbah sawit
(Elaeis guineensis). Seminar Nasional Teknik Mesin UMY 2010: 104-115.
Yogyakarta (ID): Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Pari. 2004. Kajian struktur arang aktif dari serbuk gergaji kayu sebagai adsorben
emisi formaldehida kayu lapis [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Prawirohatmodjo S. 2001. Sifat Fisika Kayu. Yogyakarta (ID): Yayasan Universitas
Gadjah Mada Press.
Rahman. 2011. Uji keragaan pelet dari biomassa limbah sekam padi (Oryza sativa
Sp.) sebagai bahan bakar alternatif terbarukan. Fakultas Teknologi
Pertanian IPB, Bogor.
Rusdianto AS, Choiron M, Novijanto N. 2014. Karakterisasi limbah industri tapee
sebagai bahan baku pembuatan biopellet. J. Industria. 1(3): 27-32.
Speight JG. 2005. Handbook of Coal Analysis. New Jersey: John Wiley & Sons,
Inc.
Wang C, Zhang L, Liu J. 2013. Cost of non-renewable energy in production of
wood pellets in China. Education press and Springer-Verlag Berlin
Heidelberg. DOI 10.1007/s11707-013-0358-y
Yanti, RN. 2013. Pemanfaatan Limbah HTI (Akasia) Sebagai Bahan Baku Wood
Pellet. Penelitian Hibah Bersaing Dikti. Riau. Pekanbaru.
Yokoyama S. 2008. Buku Panduan Biomassa Asia Panduan untuk Produksi dan
Pemanfaatan Biomassa. Jakarta (ID): Assosiasi Biomassa Asia.
14
Zam HA, Syahidah, dan B. Putranto. (2009) Karakteristik Pellet Kayu Gmelina
( Roxb.) Fakultas Kehutanan Universitas Hasanudin Makassar.
15
LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil analisis data ragam nilai kerapatan
Source Type III Sum
of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model ,021a 3 ,007 21,425 ,000
Intercept 19,686 1 19,686 59059,225 ,000
Perlakuan ,021 3 ,007 21,425 ,000
Error ,003 8 ,000
Total 19,711 12
Corrected Total ,024 11
a. R Squared = ,889 (Adjusted R Squared = ,848)
Lampiran 2. Hasil analisis data ragam nilai keteguhan tekan
Source Type III Sum
of Squares df
Mean
Square F Sig.
Corrected Model 159,451a 3 53,150 505,551 ,000
Intercept 996,999 1 996,999 9483,184 ,000
Perlakuan 159,451 3 53,150 505,551 ,000
Error ,841 8 ,105
Total 1157,291 12
Corrected Total 160,292 11
a. R Squared = ,995 (Adjusted R Squared = ,993)
Lampiran 3. Hasil analisis data ragam nilai kadar air
Source Type III Sum
of Squares df
Mean
Square F Sig.
Corrected Model 8,093a 3 2,698 46,843 ,000
Intercept 946,253 1 946,253 16430,377 ,000
Perlakuan 8,093 3 2,698 46,843 ,000
Error ,461 8 ,058
Total 954,807 12
Corrected Total 8,554 11
a. R Squared = ,946 (Adjusted R Squared = ,926)
Lampiran 4. Hasil analisis data ragam nilai kadar zat terbang
Source Type III Sum
of Squares df
Mean
Square F Sig.
Corrected Model 129,746a 3 43,249 98,886 ,000
Intercept 56482,497 1 56482,497 129144,667 ,000
Perlakuan 129,746 3 43,249 98,886 ,000
Error 3,499 8 ,437
16
Total 56615,741 12
Corrected Total 133,245 11
a. R Squared = ,974 (Adjusted R Squared = ,964)
Lampiran 5. Hasil analisis data ragam nilai kadar abu
Source Type III Sum
of Squares df
Mean
Square F Sig.
Corrected Model 3,827a 3 1,276 7,168 ,012
Intercept 21,280 1 21,280 119,562 ,000
Perlakuan 3,827 3 1,276 7,168 ,012
Error 1,424 8 ,178
Total 26,531 12
Corrected Total 5,251 11
a. R Squared = ,729 (Adjusted R Squared = ,627)
Lampiran 6. Hasil analisis data ragam nilai kadar karbon terikat
Source Type III Sum
of Squares df
Mean
Square F Sig.
Corrected Model 138,535a 3 46,178 277,307 ,000
Intercept 5383,532 1 5383,532 32328,674 ,000
Perlakuan 138,535 3 46,178 277,307 ,000
Error 1,332 8 ,167
Total 5523,400 12
Corrected Total 139,868 11
a. R Squared = ,990 (Adjusted R Squared = ,987)
Lampiran 7. Hasil analisis data ragam nilai kadar kalor
Source Type III Sum
of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 230845,912a 3 76948,637 8,215 ,008
Intercept 221555468,7
55 1
221555468,7
55 23651,970 ,000
Perlakuan 230845,912 3 76948,637 8,215 ,008
Error 74938,526 8 9367,316
Total 221861253,1
93 12
Corrected Total 305784,438 11
a. R Squared = ,755 (Adjusted R Squared = ,663)
17
Lampiran 8. Hasil pengujian duncan nilai kerapatan
Perlakuan N Subset
1 2 3
Pulai Besar 3 1,22
Merbau Kecil 3 1,28
Merbau Besar 3 1,30
Pulai Kecil 3 1,33
Sig. 1,000 ,217 1,000
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = ,000.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
b. Alpha = ,05.
Lampiran 9. Hasil pengujian duncan nilai kadar kalor
Perlakuan N Subset
1 2 3
Pulai Besar 3 4123,06
Pulai Kecil 3 4206,28 4206,28
Merbau
Kecil
3 4386,64 4386,64
Merbau
Besar
3 4471,44
Sig. ,323 ,052 ,315
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 9367,316.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
b. Alpha = ,05.
Lampiran 10. Hasil pengujian duncan nilai kadar karbon
Perlakuan N Subset
1 2 3
Pulai Besar 3 17,40
Pulai Kecil 3 18,19
Merbau
Besar 3 24,51
Merbau
Kecil 3 24,62
18
Sig. 1,000 1,000 ,757
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = ,167.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
b. Alpha = ,05.
Lampiran 11. Hasil pengujian duncan nilai kadar zat terbang
Perlakuan N Subset
1 2
Merbau
Kecil 3 65,16
Merbau
Besar 3 65,49
Pulai Besar 3 71,65
Pulai Kecil 3 72,13
Sig. ,558 ,397
Means for groups in homogeneous subsets
are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error)
= ,437.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size =
3,000.
b. Alpha = ,05.
Lampiran 12. Hasil pengujian duncan nilai kadar abu
Perlakuan N Subset
1 2
Merbau
Kecil 3 ,82
Merbau
Besar 3 ,84
Pulai Besar 3 1,47 1,47
Pulai Kecil 3 2,20
Sig. ,109 ,066
19
Means for groups in homogeneous subsets
are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error)
= ,178.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size =
3,000.
b. Alpha = ,05.
Lampiran 13. Hasil pengujian duncan nilai keteguhan tekan
Perlakuan N Subset
1 2 3 4
Merbau
Kecil 3 5,97
Pulai Kecil 3 7,00
Pulai Besar 3 8,21
Merbau
Besar 3 15,28
Sig. 1,000 1,000 1,000 1,000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = ,105.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
b. Alpha = ,05.
Lampiran 14. Hasil pengujian duncan nilai kadar air
Perlakuan N Subset
1 2
Pulai Kecil 3 7,47
Merbau Besar 3 9,16
Merbau Kecil 3 9,40
Pulai Besar 3 9,49
Sig. 1,000 ,141
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = ,058.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
c. Alpha = ,05.
20
RIWAYAT HIDUP
Penulis yang dilahirkan di Bogor tanggal 7 Mei 1994 merupakan anak
pertama dari dua bersaudara dari pasangan bapak Usman Dasuki dan ibu Nunung
Yayu Kartini. Penulis lulus tahun 2012 dari SMA Negeri 7 Bogor dan pada tahun
yang sama lulus melalui jalur Ujian Talenta Mandiri (UTM) Institut Pertanian
Bogor dengan Mayor Teknologi Hasil Hutan, Departemen Hasil Hutan, Fakultas
Kehutanan.
Selama menempuh pendidikan di Fakultas Kehutanan penulis mengikuti
beberapa kegiatan praktek lapang antara lain Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan
(PPEH) di Sancang Timur dan Telaga Bodas pada tahun 2014, Praktek Pengelolaan
Hutan (PPH) pada beberapa lokasi Hutan Pendidikan Gunung Walat, KPH Cianjur,
Taman Nasional Gunung Halimun Salak, dan Pabrik pengelolaan Gondorukem dan
Terpentin (PGT) Sindangwangi pada tahun 2014, dan Praktek Kerja Lapang (PKL)
pada tahun 2016 di PT Atishar Panel Citeureup, Bogor. Penulis aktif mengikuti
organisasi dan kepanitian antara lain pernah menjadi anggota Divisi Internal
Himpunan Mahasiswa Hasil Hutan periode 2013/2014 dan Sekretaris
Kewirausahaan Himpunan Mahasiswa Hasil Hutan pada tahun 2014/2015.
Kepanitiaan yang diikuti adalah The 5th Fortex dan The 6th Fortex (2014-2015),
KOMPAK (2014), dan Himasiltan Care (2015). Penulis juga pernah menjadi ketua
panitia Himasiltan Goes To Field Malaysia (2015).
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan dari
Institut Pertanian Bogor, penulis melaksanakan penelitian dan menyelesaikan
skripsi yang berjudul KUALITAS WOOD PELLET DARI KAYU MERBAU
(Intsia bijuga) DAN KAYU PULAI (Alstonia scholaris).