BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam sejarah perjalanan pendidikan di Indonesia, kurikulum sudah menjadi
stigma negative dalam masyarakat karena seringnya berubah tetapi kualitasnya
masih tetap diragukan. Kurikulum merupakan sarana untuk mencapai program
pendidikan yang dikehendaki. Sebagai sarana, kurikulum tidak akan berarti jika
tidak ditunjang oleh sarana dan prasarana yang diperlukan seperti sumber-sumber
belajar dan mengajar yang memadai, kemampuan tenaga pengajar, metodologi
yang sesuai, serta kejernihan arah serta tujuan yang akan dicapai. Pelaksanaan
suatu kurikulum tidak terlepas dari arah perkembangan suatu masyarakat.
Perkembangan kurikulum di Indonesia pada zaman pasca kemerdekaan hingga
saat ini terus mengalami perubahan sesuai dengan tuntutan zaman serta terus akan
mengalami penyempurnaan dalam segi muatan, pelaksanaan, dan evaluasinya.
Perubahan kurikulum dapat bersifat sebagian (pada kompoenen tertentu),
tetapi dapat pula bersifat keseluruhan yang menyangkut semua komponen
kurikulum. Pembaharuan kurikulum biasanya dimulai dari perubahan
konsepsional yang fundamental yang diikuti oleh perubahan struktural.
Pembaharuan dikatakan bersifat sebagian bila hanya terjadi pada komponen
tertentu saja misalnya pada tujuan saja, isi saja, metode saja, atau sistem
penilaiannya saja. Pembaharuan kurikulum bersifat menyeluruh bila mencakup
perubahan semua komponen kurikulum. Dalam perjalanan sejarah sejak tahun
1945, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada
tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, dan 2004, 2006 dan tak
ketinggalan juga kurikulum terbaru yang akan diterapkan di tahun ajaran
2013/2014. Sebelum pelaksanaan penerapan kurikulum 2013 ini, pemerintah
melakukan uji public untuk menentukan kelayakan kurikulum ini di mata public.
Kemudian pada akhirnya di tahun 2013 akan mulai diberlakukan kurikulum ini
secara bertahap.
1
Adapun sikap pesimis masyarakat dalam menyikapi setiap perubahan
kurikulum yang menganggap bahwa perubahan kurikulum akan memboroskan
uang negara dan juga akan memberikan dampak pada buku-buku pelajaran yang
akan dipakai siswa. Kemudian kesiapan guru dalam “menyongsong” setiap
perubahan kurikulum sangatlah diperlukan karena guru sebagai pemegang
“otoritas” tertinggi dalam pembelajaran di kelas amatlah urgen untuk
diperhatikan. Hal ini akan berdampak pada tingkat interpretasi guru dalam
mengimplementasikan kurikulum tersebut di sekolah.
Berdasarkan uaraian diatas alangkah berdosanya kalau kita sebagai generasi
bangsa tidak ikut bertanggung jawab atas sistem pendidikan di negara kita tercinta
ini. Di samping itu kita akan melihat kurikulum pendidikan di Indonesia yang
sudah beberapa tahun ini mengalami reformasi kurikulum yaitu dari kurikulum
tahun 1947, 1952, 1964, 1968,1975, 1984, 1994, 2004 dan KTSP 2006 hingga
sekarang. Dalam pembahasan nanti kita akan melihat gambaran dan karakteristik
dari masing-masing kurikulum tersebut, sehingga kita akan mengetahui
kelemahan ataupun kelebihan dari masing-masing kurikulum tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan kurikulum yang pernah ada di Indonesia ?
2. Mengapa kurikulum KTSP diganti dengan kurukulum 2013 ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui perkembangan kurikulum yang pernah ada di
Indonesia.
2. Untuk mengetahui sebab digantinya kurikulum KTSP menjadi kurikulum
2013.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perkembangan Kurikulum yang Pernah Ada di Indonesia
Pada dasarnya, kurikulum merupakan refleksi kebudayaan tempat kurikulum
itu berada dan dilaksanakan.Wajar kalau di setiap daerah, senantiasa ada
penekanan-penekanan khusus menyangkut muatan lokal dan materi unggulan.
Karena negara kita mempunyai tahap-tahap perubahan sosial (dan politik),
perkembangan kurikulum di Indonesia juga mengalami perubahan dan revisi
(yang terkadang redikal) demi penyesuaian untuk mengantisipasi tuntutan
perkembangan sosial masyarakat yang berubah. Tidak heran, sejak 1994 pelajaran
komputer (TIK/TI) telah merambah kurikulum di tingkat SD, SMP, SMA.
Dalam sejarahnya, Indonesia memang mengalami beberapa kali perubahan
kurikulum, sejak kurun masa penjajahan, masa revolusi, kemerdekaan, Orde
Lama, Orde Baru, masa reformasi hingga sekarang. Bandingkan kurikulum-
kurikulum yang pernah ada pada masing-masing era tersebut, pasti di dalamnya
mencerminkan orientasi pemberlajaran yang sesuai dengan tempat dan zamannya.
Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional telah
mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984,
1994, dan direncanakan pada tahun 2004. Perubahan tersebut merupakan
konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya,
ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Sebab, kurikulum
sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis
sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Semua
kurikulum nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila
dan UUD 1945, perbedaanya pada penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta
pendekatan dalam merealisasikannya.
1) Kurikulum 1947
Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah leer
plan.Dalam bahasa Belanda, artinya rencana pelajaran, lebih popular ketimbang
3
curriculum (bahasa Inggris). Kurikulum yang dipakai oleh Bangsa Indonesia
pada tahun 1947 adalah Rentjana Pelajaran 1947. Bentuknya memuat dua hal
pokok, yaitu (1) daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya, (2) garis-garis
besar pengajaran.
Kurikulum pada tahun ini masih dipengaruhi sistem pendidikan kolonial
Belanda dan Jepang, sehingga hanya meneruskan kurikulum yang pernah
digunakan sebelumnya oleh Belanda. Rentjana Pelajaran 1947 boleh dikatakan
sebagai pengganti sistem pendidikan kolonial Belanda dan kurikulum ini
tujuannya tidak menekankan pada pendidikan pikiran, tetapi yang diutamakan
adalah pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat. Sedangkan
materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, perhatian terhadap
kesenian dan pendidikan jasmani. Jadi untuk kurikulum SD pun masih
dipengaruhi dengan kolonial Belanda. Retjana Pelajaran 1947 baru dilaksanakan
sekolah-sekolah pada 1950. Sejumlah kalangan menyebut sejarah perkembangan
kurikulum diawali dari Kurikulum 1950.
Berikut ini ciri-ciri Kurikulum 1947 :
1. Sifat kurikulum Separated Subject Curriculum (1946-1947).
2. Menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di sekolah.
3. Jumlah mata pelajaran : Sekolah Rakyat (SR) – 16 bidang studi, SMP-17
bidang studi dan SMA jurusan B-19 bidang studi.
2) Kurikulum 1952 Rentjana Peladjaran Terurai 1952
Pembentukan Panitia Penyelidik Pengajaran adalah dalam rangka mengubah
sistem pendidikan kolonial ke dalam sistem pendidikan nasional. Sebagai
konsekuensi dari perubahan sistem itu, maka kurikulum pada semua tingkat
pendidikan mengalami perubahan pula, sehingga yang semula diorientasikan
kepada kepentingan kolonial maka kini diubah selaras dengan kebutuhan bangsa
yang merdeka. Salah satu hasil panitia tersebut yang menyangkut kurikulum
adalah bahwa setiap rencana pelajaran pada setiap tingkat pendidikan harus
memperhatikan hal-hal sebagai berikut (Depdikbud, 1979:108):
1. Pendidikan pikiran harus dikurangi
2. Isi pelajaran harus dihubungkan terhadap kesenian
4
3. Pendidikan watak
4. Pendidikan jasmani
5. Kewarganegaraan dan masyarakat
Setelah Undang-Undang Pendidikan dan Pengajaran No. 04 Tahun 1950
dikeluarkan, maka:
1. Kurikulum pendidikan rendah ditujukan untuk menyiapkan anak memiliki
dasar-dasar pengetahuan, kecakapan, dan ketangkasan baik lahir maupun
batin, serta mengembangkan bakat dan kesukaannya
2. Kurikulum pendidikan menengah ditujukan untuk menyiapkan pelajar ke
pendidikan tinggi, serta mendidik tenaga-tenaga ahli dalam pelbagai
lapangan khusus, sesuai dengan bakat masing-masing dan kebutuhan
masyarakat
3. Kurikulum pendidikan tinggi ditujukan untuk menyiapkan pelajaran agar
dapat menjadi pimpinan dalam masyarakat, dan dapat memelihara
kemajuan ilmu, dan kemajuan hidup kemasyarakatan.
3) Rentjana Peladjaran 1964
Kurikulum 1964 ini erat kaitannya dengan situasi politik di Indonesia pada
zaman itu sehingga dirumuskan bahwa “pendidikan sebagai alat revolusi dalam
suasana berdikari mengharuskan pembantingan stir dalam segala bidang
khususnya bidang pendidikan” (Tilaar, 1995:255). Maka berdasarkan kebijakan
pemerintah tersebut, tujuan pendidikan di mulai dari pendidikan dasar hingga
perguruan tinggi ialah melahirkan warga negara yang sosialis Indonesia yang
susila, bertanggung jawab atas terselenggaranya masyarakat sosialis Indonesia,
adil dan makmur, baik spiritual maupun material dan yang berjiwa Pancasila.isi
moral pendidikan nasional ilah Pancasila Manipol/USDEK. Kemudian, Penetapan
Presiden Republik Indonesia No. 19 Tahun 1965 tentang Pokok-Pokok Sistem
Pendidikan Nasional Pancasila menjelaskan sistem pendidikan nasional terdiri
atas:
1. Pendidikan Biasa (Pendidikan Pra-Sekolah, Pendidikan Dasar, Pendidikan
Menengah, dan Pendidikan Tinggi)
2. Pendidikan Khusus
5
3. Pendidikan Luar Biasa
Rencana Pendidikan 1964 melahirkan Kurikulum 1964 yang menitik beratkan
pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral, yang kemudian
dikenal dengan istilah Pancawardhana (dalam modul PJJ PGSD
http://pjjpgsd.dikti.go.id ). Disebut Pancawardhana karena lima kelompok
bidang studi, yaitu kelompok perkembangan moral, kecerdasan,
emosional/artisitk, keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah. Pada saat itu
pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional
praktis, yang disesuaikan dengan perkembangan anak.
4) Kurikulum 1968
Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari Kurikulum 1964, yaitu
dilakukannya perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana
menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan
khusus.Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada
pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan
ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan
sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi
pekerti, dan keyakinan beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan
mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik yang
sehat dan kuat.
Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis: mengganti Rencana Pendidikan
1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Tujuannya pada pembentukan
manusia Pancasila sejati. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi
materi pelajaran: kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan
kecakapan khusus. Jumlah pelajarannya Sembilan.
5) Kurikulum 1975
Dalam kurikulum ini, satu hal yang menonjol adalah dengan digunakannya
sistem instruksional. Dalam tiap mata pelajaran, diberikan tujuan kurikulum, dan
di tiap bahasan diberikan pula tujuan instruksional bagi guru dan siswa apa yang
6
harus dicapai. Jadi dalam pengajaran, sudah ditentukan tujuan-tujuan yang setelah
proses belajar, harus dicapai oleh siswa. Hal ini tentu saja membuat bahan ajar
tidak bisa berkembang. Proses belajar ditentukan terlebih dahulu oleh pembuat
kebijakan tentang output yang ingin dihasilkan. Siswa dan guru akan cenderung
lebih pasif dalam proses belajar mengajar. Adapun ciri-ciri lebih lengkap
kurikulum ini adalah sebagai berikut:
1. Berorientasi pada tujuan.
2. Menganut pendekatan integratif dalam arti bahwa setiap pelajaran
memiliki arti dan peranan yang menunjang kepada tercapainya tujuan-
tujuan yang lebih integratif.
3. Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan waktu.
4. Menganut pendekatan sistem instruksional yang dikenal dengan Prosedur
Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Sistem yang senantiasa
mengarah kepada tercapainya tujuan yang spesifik, dapat diukur dan
dirumuskan dalam bentuk tingkah laku siswa.
5. Dipengaruhi psikologi tingkah laku dengan menekankan kepada stimulus
respon (rangsang-jawab) dan latihan (drill).
6) Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 tampil sebagai perbaikan atau revisi terhadap kurikulum
1975. Kurikulum 1984 memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Berorientasi kepada tujuan instruksional. Didasari oleh pandangan bahwa
pemberian pengalaman belajar kepada siswa dalam waktu belajar yang sangat
terbatas di sekolah harus benar-benar fungsional dan efektif. Oleh karena itu,
sebelum memilih atau menentukan bahan ajar, yang pertama harus
dirumuskan adalah tujuan apa yang harus dicapai siswa.
b. Pendekatan pengajarannya berpusat pada anak didik melalui cara belajar
siswa aktif (CBSA). CBSA adalah pendekatan pengajaran yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat secara fisik, mental, intelektual,
dan emosional dengan harapan siswa memperoleh pengalaman belajar secara
maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor.
7
c. Materi pelajaran dikemas dengan nenggunakan pendekatan spiral. Spiral
adalah pendekatan yang digunakan dalam pengemasan bahan ajar
berdasarkan kedalaman dan keluasan materi pelajaran. Semakin tinggi kelas
dan jenjang sekolah, semakin dalam dan luas materi pelajaran yang diberikan.
d. Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan. Konsep-
konsep yang dipelajari siswa harus didasarkan kepada pengertian, baru
kemudian diberikan latihan setelah mengerti.Untuk menunjang pengertian
alat peraga sebagai media digunakan untuk membantu siswa memahami
konsep yang dipelajarinya.
e. Materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan siswa.
Pemberian materi pelajaran berdasarkan tingkat kematangan mental siswa
dan penyajian pada jenjang sekolah dasar harus melalui pendekatan konkret,
semikonkret, semiabstrak, dan abstrak dengan menggunakan pendekatan
induktif dari contoh-contoh ke kesimpulan.Dari yang mudah menuju ke sukar
dan dari sederhana menuju ke kompleks.
f. Menggunakan pendekatan keterampilan proses. Keterampilan proses adalah
pendekatan belajat mengajar yang memberi tekanan kepada proses
pembentukkan keterampilan memperoleh pengetahuan dan
mengkomunikasikan perolehannya. Pendekatan keterampilan proses
diupayakan dilakukan secara efektif dan efesien dalam mencapai tujuan
pelajaran.
7) Kurikulum 1994
Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984 dan
dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran,
yaitu dengan mengubah dari sistem semester ke sistem caturwulan. Dengan sistem
caturwulan yang pembagiannya dalam satu tahun menjadi tiga tahap diharapkan
dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima materi pelajaran
cukup banyak.
Terdapat ciri-ciri yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum 1994, di
antaranya sebagai berikut.
8
a. Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem caturwulan.
b. Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup
padat (berorientasi kepada materi pelajaran/isi).
c. Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem
kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat
kurikulum inti sehingga daerah yang khusus dapat mengembangkan
pengajaran sendiri disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan masyarakat
sekitar.
d. Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan
strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik,
dan sosial. Dalam mengaktifkan siswa guru dapat memberikan bentuk soal
yang mengarah kepada jawaban konvergen, divergen (terbuka, dimungkinkan
lebih dari satu jawaban), dan penyelidikan.
e. Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan
kekhasan konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa, sehingga
diharapkan akan terdapat keserasian antara pengajaran yang menekankan
pada pemahaman konsep dan pengajaran yang menekankan keterampilan
menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.
f. Pengajaran dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke
hal yang sulit, dan dari hal yang sederhana ke hal yang komplek.
g. Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk
pemantapan pemahaman siswa.
8) Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004
Mulai tahun 2004 Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) diterapkan di
Indonesia. Secara singkat dengan KBK ini ditekankan agar siswa yang mengikuti
pendidikan di sekolah memiliki kompetensi yang diinginkan. Kompetensi
merupakan perpaduan antara pengetahuan, keterampilan, nilai serta sikap yang
ditunjukkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak (Mulyasa, E., 2010:37).
Sehingga KBK diharapkan dapat mengembangkan pengetahuan, pemahaman,
kemampuan, nilai, sikap, dan minat siswa agar dapat melakukan sesuatu dalam
bentuk keterampilan, tepat, dan berhasil dengan penuh tanggung jawab. KBK
9
mencakup beberpa kompetensi dan seperangkat tujuan pembelajaran yang harus
dicapai siswa. Kegiatan pembelajaran pun diarahkan untuk membantu siswa
menguasai kompetensi-kompetensi agar tujuan pembelajaran tercapai.
Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang
direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kebiasaan berpikir dan
bertindak secara konsisten dan terus menerus dapat memungkinkan seseorang
untuk menjadi kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan, dan
nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu
Depdiknas mengemukakan karakteristik KBK ialah sebagai berikut.
1. Menekankan pada ketercapaian komoetensi siswa baik secara individual
maupun klasikal
2. Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman
3. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatann dan metode
bervariasi
4. Sumber belajar bukan hanya guru tetapi juga sumber belajar lainnya yang
memenuhi unsure edukatif
5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya
poenguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.
Struktur kompetensi dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi dalam suatu
mata pelajaran memuat rincian kompetensi (kemampuan) dasar mata pelajaran itu
dan sikap yang diharapkan dimiliki siswa.
9) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006
Kurikulum 2006 atau yang dikenal dengan nama Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum operasional pendidikan yang disusun
dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan yang berlaku dewasa ini di
Indonesia. KTSP diberlakukan mulai tahun ajaran 2006/2007 yang menggantikan
kurikulum 2004 (KBK). Kurikulum ini lahir seiring dengan pemberlakuan
Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional serta
Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Salah satu perbedaan KTSP dibandingkan dengan kurikulum yang pernah berlaku
sebelumnya di Indonesia adalah terletak pada sistem pengembangannya.
10
Pengembangan kurikulum sebelum KTSP dilakukan secara terpusat (sentralistik),
sedangkan KTSP merupakan kurikulum operasional yang dikembangkan oleh
satuan pendidikan dengan memperhatikan karakteristik dan perbedaan daerah
(desentralistik).
KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan
muatan kurikulum, kalender pendidikan, dan silabus. Secara substantive,
pemberlakuan kurikulum 2006 merupakan implementasi regulasi yang telah
dikeluarkan yaitu PP no 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan. Akan
tetapi, esensi isi dan arah pengembangan pembelajaran tetap masih bercirikan
tercapainya paket-paket kompetensi (Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar)
dan bukan pada tuntas tidaknya sebuah subject matter.
Dengan demikian, kurikulum 2006 memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa, baik secara individual,
maupun klasikal.
2. Berorientasi pada hasil belajar (learning out comes) dan keberagaman.
3. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode
yang bervariasi.
4. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang
memenuhi unsure edukatif.
5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan
atau pencapaian suatu kompetensi.
10) Kurikulum 2013
Dalam pemaparannya di Griya Agung Gubernuran Sumatera Selatan
(kemdikbud.go.id) , Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Ir. Muhammad
Nuh, DEA menegaskan bahwa kurikukulum terbaru 2013 ini lebih ditekankan
pada kompetensi dengan pemikiran kompetensi berbasis sikap, keterampilan, dan
pengetahuan. Adapun ciri kurikulum 2013 yang paling mendasar ialah menuntut
kemapuan guru dalam berpengetahuan dan mencari tahu pengetahuan sebanyak-
banyaknya karena siswa zaman sekarang telah mudah mencari informasi dengan
bebas melalui perkembangan teknologi dan informasi. Sedangkan untuk siswa
lebih didorong untuk memiliki tanggung jawab kepada lingkungan, kemampuan
11
interpersonal, antarpersonal, maupun memiliki kemampuan berpikir kritias.
Tujuannya adalah terbentuk generasi produktif, kreatif, inovatif, dan afektif.
Khusus untuk tingkat SD, pendekatan tematik integrative member kesempatan
siswa untuk mengenal dan memahami suatu tema dalam berbagai mata pelajaran.
Pelajaran IPA ndan IPS diajarkan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Penjurusan IPA-IPS dihapus
Perubahan signifikan pada kurikulum 2013 ini diantaranya penghapusan mata
pelajaran Bahasa Inggris di Sekolah Dasar, materi mata pelajaran yang diajarkan
setiap pekannya bergantung pada tema yang sudah ditetapkan. " Sehingga murid
SD cukup hanya membawa dua buku saja, tidak perlu lagi bawa ransel berisi
banyak buku, " ucap alumnus Pascasarjana University of The Philippines, Los
Banos.
Di tingat SMP, mata pelajaran IPA dan IPS juga dihapuskan, namun bukan
berati tidak diajarkan, hanya saja materinya dititipkan di mata pelajaran yang lain.
Mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komputer (TIK) dihapuskan juga." Bagi
guru-guru yang selama ini mengajarkan TIK bisa beralih mengajarkan mata
pelajaran lain dan apabila sudah memiliki sertifikat pendidik untuk TIK, kami
akan gantikan sertifikatnya sesuai mata pelajaran yang akan diajarkan nantinya, "
terangnya.
Di tingkat SMA sendiri penerapan penjurusan juga dihapuskan, jadi tidak ada
lagi jursan IPA, IPS maupun Bahasa. Hal ini untuk menghindari kesenjangan
yang terjadi dikalangan siswa." Siswa boleh memilih mata pelajaran yang
diinginkan, tidak hanya berdasar pada jurusan yang dipilih seperti sebelumnya,
makanya kita hapuskan, " terangnya.
Pada kurikulum 2013 ini proses belajar mengajar dimulai dari pengamatan,
menanyakan, mengolah, menalar, menyajikan materi, menyimpulkan materi dan
terakhir siswa diharapkan mampu menciptakan pemikiran sendiri terkain materi
yang dibahas. Pembelajaran juga tidak hanya berlangsung di ruang kelas saja
tetapi bisa di lingkungan sekolah atau lingkungan sekitar. Para guru juga bukan
lagi satu-satunya sumber belajar melainkan para murid atau siswa bisa belajar dari
lingkungan ataupun pemanfaatan internet. " Elemen penilaian juga tidak hanya
12
dari hasil tugas atau ujian, tetapi lebih pada penilain berbasis kompetensi, "
bebernya.
Seperti yang dirilis kemdikbud dalam kemdikbud.go.id ada empat aspek yang
harus diberi perhatian khusus dalam rencana implementasi dan keterlaksanaan
kurikulum 2013.
1. Kompetensi guru dalam pemahaman substansi bahan ajar, yang
menyangkut metodologi pembelajaran, yang nilainya pada pelaksanaan uji
kompetensi guru (UKG) baru mencapai rata-rata 44,46
2. Kompetensi akademik di mana guru harus menguasai metode
penyampaian ilmu pengetahuan kepada siswa.
3. Kompetensi sosial yang harus dimiliki guru agar tidak bertindak asocial
kepada siswa dan teman sejawat lainnya.
4. Kompetensi manajerial atau kepemimpinan karena guru sebagai seorang
yang akan digugu dan ditiru siswa.
Kesiapan guru sangat urgen dalam pelaksanaan kurikulum ini. Kesiapan guru
ini akan berdampak pada kegiatan guru dalam mendorong mampu lebih baik
dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar, dan mengkomunikasikan apa
yang telah mereka peroleh setelah menerima materi pembelajaran.
2.2 Alasan, Mengapa Kurikulum KTSP diganti Menjadi Kurikulum 2013.
Setelah sebelumnya diberikan mengenai mata pelajaran kurikulum 2013 SD
SMP maka apa sebenarnya alasan pemerintah mengubah kurikulum KTSP 2006
menjadi Kurikulum 2013 yang secara perjalanan sejarah
pendidikan Indonesia bukan kali yang pertama kurikulum berubah dan sejak awal
dulu telah sembilan kali perubahan dalam kurikulum.
Alasan klasik yang paling sering diungkapkan mengenai perubahan
kurikulum ini adalah tentang kurang tepatnya penggunaan KTSP 2006 yang
digunakan selama ini terlihat pembelajaran masih difokuskan pada pengetahuan
kognitif saja sedangkan dalam kehidupan sehari-hari keterampilanlah yang paling
dibutuhkan agar bisa hidup lebih baik.
13
Materi kurikulum saat ini terlalu menitikberatkan pada aspek kognetif, beban
belajar siswa terlalu berat dan kurang bermuatan karakter. Akibatnya timbul
berbagai fenomena negatif dikalangan siswa saat ini seperti seringnya terjadi
perkelahian pelajar, narkoba yang sudah berkembang pesat dikalangan remaja,
plagiarisme dan kecurangan dalam ujian (menyontek). " Atas dasar itu, maka tema
Kurikulum 2013 yakni menghasilkan insan Indonesia yg produktif, kreatif,
inovatif dan afektiv melalui sikap dan keterampilan dan pengetahuan yang
terintegrasi, " ujar mantan Rektor Universitas Andalas.
Selain itu ketidakberhasilan KTSP 2006 terlihat dari banyaknya tawuran antar
pelajar hingga menyebabkan kematian seperti yang terjadi di Jakarta beberapa
waktu yang lalu, seharusnya pelajar adalah masa depan bangsa dan refleksi dari
hasil pembelajaran yang ada sehingga diperlukannya perubahan kurikulum
menjadi Kurikulum 2013.
Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, Prof Dr Ir Musliar
Kasim, MS dengan tegas menepis anggapan bahwa kurikulum 2013 merupakan
kurikulum yang baru. Menurutnya, kurikulum yang akan diterapkan mulai tahun
ajaran 2013/2014 merupakan penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya. Hal ini
diungkapkannya dihadapan peserta sosialisasi kurikulum 2013, yang dilaksanakan
di Program Pascasarjana Universitas Negeri Makassar, Jumat, 8 Februari 2013.
Penerapan kurikulum ini didasarkan pada berbagai tinjauan diantaranya;
adanya tantangan masa depan, globalisasi, masalah lingkungan hidup, kompetensi
masa depan. " Disamping itu, sejumlah materi yang diujikan di ujian nasional
belum pernah diajarkan karena tidak ada di kurikulum, sistem pengajaran juga
dianggap kurang baik, " paparnya.
Kurikulum sebelumnya juga dianggap kurang mampu menigkatkan
kemampuan berkomunikasi siswa, kemampuan siswa dalam berpikir jernih dan
kritis, kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan,
kemampuan menjadi warga negara yg bertanggungjawab. " Akibatnya siswa
kurang memiliki minat yang luas dalam kehidupan, tidak memiliki kesiapaan
untuk bekerja, tidak memiliki kecerdasan sesuai dengan bakat/minatnya, kurang
memiliki rasa tanggung jawab terhadap lingkungan, " kata Musliar.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perubahan kurikulum yang dilakukan oleh pemerintah dilakukan untuk
perbaikan sistem pendidikan.Setiap kurikulum pastilah memiliki kekurangan dan
perlu dievaluasi serta diperbaiki agar tujuan pendidikan tercapai dengan baik.
Perubahan kurikulum dilakukan dengan dua cara, yakni dengan mengganti
beberapa komponen di dalam kurikulum ataupun mengganti secara keseluruhan
komponen-komponen kurikulum. Di Indonesia, semenjak pasca kemerdekaan
tercatat sembilan kali perubahan kurikulum. Pada kurikulum periode 1947 sampai
1994 kurikulum di Indonesia bersifat sentralistik. Namun, ketika penerapan
kurikulum KBK dan KTSP telah diberlakukan kurikulum secara desentralistik di
mana sekolah mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan kurikulum
untuk diterapkan di setiap satuan pendidikan masing-masing.
3.2 Saran
Beberapa saran yang bisa saya sampaikan kepada para praktisi pendidikan :
1. Guru
Guru hendaknya mempelajari serta memahami setiap kurikulum-kurikulum
baru yang akan diterapkan oleh pemerintah, dan harus lebih meningkatkan
kompetensi-kompetensi diri sebagai guru yang profesional
2. Kepala sekolah
Kepala sekolah hendaknya mensosialisasikan setiap perubahan kurikulum agar
tidak terjadi salah komunikasi kepada anggota sekolahnya
3. Pemerintah
Perubahan kurikulum hendaknya ditinjau dulu baik buruknya dari semua
aspek. Jika memang harus terjadi perubahan kurikulum maka segeralah
mensosialisasikannya kepada semua msyarakat serta memberikan pelatihan
kepada guru dan kepala sekolah agar kurikulum yang baru akan berjalan dengan
baik.
15
DAFTAR PUSTAKA
Sanjaya Wina. Pembelajaran dalam implementasi kurikulum berbasis kompetensi.
Jakarta:kencana prenada media group.
Syafruddin. 2002. Guru Professional Dan Implementasi Kurikulum. Jakarta:
ciputat press.
http://tulisanpendidikan.wordpress.com/2013/03/05/perkembangan-kurikulum-di-indonesia/
http://kemendikbud.go.id
16