Transcript

DOKUMEN 1

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangSeiring dengan perkembangan zaman yang semakin kompleks, seiring dengan itu pula perubahan dalam berbagai kehidupan, seperti bidang ilmu pengetahuan, teknologi, sosial, budaya, sangat pesat. Bahkan karena sangat cepatnya, perubahannya itu hampir tidak bisa diikuti oleh manusia. Kondisi seperti itu sering kita sebut dengan era globalisasi. Pengaruh globalisasi tidak selamanya positif. Justru kita sering melihat fakta dalam kehidupan sehari-hari yang menggambarkan perilaku atau budaya negatif yang sudah merasuk dalam kehidupan bangsa Indonesia sebagai akibat dari era globalisasi. Perilaku negatif itu umpamanya sikap hedonisme, materialisme, tidak punya rasa malu, tidak lagi memulyakan kedua orang tua, tidak menghargai pemimpin, tidak menghormati para guru, pergaulan bebas, kekerasan, korupsi merajalela di mana-mana, dan lain-lain. Perilaku negatif itu tentu saja tidak sesuai dengan nilai-nilai agama dan budaya bangsa Indonesia. Jika perilaku negatif itu dibiarkan, tidak menutup kemungkinan akan menjadi pembiasaan, yang akhirnya akan menjadi karakter bangsa Indonesia. Padahal sudah berabad-abad bangsa Indonesia memiliki nilai-nilai budaya adiluhung, seperti gotong royong, saling menghormati antar sesama, cinta tanah air, cinta damai, menghormati kepada tamu, memiliki rasa malu yang tinggi, dan lain-lain. Kini nilai-nilai budaya tersebut sudah hampir pudar. Globalisasi sebuah konsekuensi dari perubahan zaman. Oleh karena itu globalisasi tidak mungkin kita cegah dan halangi . Yang harus kita cegah yaitu ekses negatif dari globalisasi itu. Salah satu instrumen yang paling ampuh untuk mencegah ekses negatif dari globalisasi yaitu melalui pendidikan. Pendidikan harus mampu mengakomodasi perubahan yang terjadi di dunia. Indonesia melalui pendidikan yang dikembangkannya harus mampu mengadopsi dan mentranspormasi IPTEK, sehingga menjadi milik bangsa Indonesia. IPTEK bagi bangsa Indonesia yang sedang membangun sangat diperlukan. Tentu saja IPTEK yang bercirikan 2

Indonesia. IPTEK yang dikembangkan harus dilandasi dengan nilai-nilai budaya bangsa Indonesia. Di dalam konteks ini kita harus belajar dari bangsa Jepang. Jepang merupakan negara yang haus akan IPTEK, namun tidak melupakan nilai-nilai budaya Jepang. Akhirnya IPTEK yang dikembangkan Jepang sangat kuat dilandasi dengan nilai-nilai kejepangan. Oleh karena itu tidak salah kalau kita dalam mengembangkan IPTEK meniru apa yang dilakukan Jepang. Perkembangan IPTEK di Jepang dibarengi dengan penguatan nilai-nilai budaya Jepang, sehingga IPTEK-nya berkarakter, bermakna, dan memiliki arah yang jelas. Secara formal, tuntutan masyarakat terhadap pendidikan juga diterjemahkan dalam bentuk rencana pembangunan pemerintah. Rencana besar pemerintah untuk kehidupan bangsa di masa depan seperti transformasi dari masyarakat agraris ke masyarakat industri, reformasi dari sistem pemerintahan sentralistis ke sistem pemerintahan disentralisasi, pengembangan berbagai kualitas bangsa seperti sikap dan tindakan demokratis, produktif, toleran, cinta damai, semangat kebangsaan tinggi, memiliki daya saing, memiliki kebiasaan membaca, sikap senang dan kemampuan mengembangkan ilmu, teknologi dan seni, hidup sehat dan fisik sehat, dan sebagainya. Tuntutan formal seperti ini harus dapat diterjemahkan menjadi tujuan setiap jenjang pendidikan, lembaga pendidikan, dan pada gilirannya menjadi tujuan kurikulum. Selain itu pendidikan harus mampu menjadi benteng pertahanan dalam mencegah pengaruh-pengaruh negatif dari globalisasi. Caranya melalui penguatan jati diri bangsa Indonesia yang mengakar pada nilai-nilai budaya daerah sebagai basis budaya nasional. Pendidikan merupakan instrumen yang sangat strategis untuk mengembangkan IPTEK yang berbasis nilai-nilai budaya Indonesia. Nilai-nilai budaya Indonesia akarnya ada pada budaya daerah. Oleh karena itu, dalam konteks ini pengembangan budaya daerah termasuk budaya Sunda menjadi sesuatu yang penting untuk melandasi IPTEK yang akan dikembangkan. Supaya pendidikan kita terarah dan terprogram perlu disusun kurikulumnya. Namun mengingat kebudayaan kita sangat beragam, maka tiap-tiap satuan pendidikan diberi kewenangan untuk mengembangkan kurikulumnya sendiri. Kurikulum yang dikembangkan oleh satuan pendidikan merupakan kurikulum yang betul-betul mencerminkan kekhasan sekolah yang bersangkutan. Dengan demikian semua potensi 3

yang ada di lingkungan sekolah itu dapat diakomodasi. Jika semua ini terlaksana dengan baik, tidak menutup kemungkinan bangsa Indonesia di masa yang akan datang menjadi maju, bermartabat, dan eksis dalam masyarakat global. Sekolah Menengah Pertama (SMP) Satu Atap 1 Pakenjeng merupakan bagian integral dari sistem pendidikan Indonesia berkewajiban menyusun kurikulum dalam upaya memperlancar proses pendidikan di sekolah tersebut. Kurikulum ini nantinya akan dijadikan acuan atau pedoman bagi semua komponen yang terlibat di SMPN Satu Atap 1 Pakenjeng dalam melaksanakan proses pendidikannya di sekolah itu.

1.2 Tujuan Pengembangan Kurikulum SMP Negeri Satu Atap 1 Pakenjeng Garut Dokumen Kurikulum SMP Negeri Satu Atap 1 Pakenjeng Garut merupakan implementasi, pengembangan dan penajaman Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), disusun dan disebarluaskan kepada masyarakat, khususnya kepada para pelaku pendidikan menengah kejuruan (dikmenjur) dengan maksud untuk hal-hal berikut. 1. Menyamakan persepsi semua pihak yang terlibat dalam pengembangan dan pelaksanaan kurikulum SMP Negeri Satu Atap 1 Pakenjeng Garut, khususnya tentang landasan dan konsepsi yang menjadi dasar pengembangan; 2. Memberikan rambu-rambu yang dapat mengarahkan semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kurikulum SMP Negeri Satu Atap 1 Pakenjeng Garut; 3. Menjadi acuan dalam pemantauan dan penilaian pelaksanakan kurikulum SMP Negeri Satu Atap 1 Pakenjeng Garut.

1.3 Dimensi Pengembangan Kurikulum SMP Negeri Satu Atap 1 Pakenjeng Garut Untuk memahami arti perencanaan pendidikan dalam hal ini kaitannya penerapan kurikulum SMP Negeri Satu Atap 1 Pakenjeng Garut, perlu memahami dimensi pengembangan kurikulum, yaitu tingkat, ukuran dan besaran masalah yang terkait dengan pengembangan kurikulum. Ada sembilan dimensi pengembangan kurikulum SMP Negeri Satu Atap 1 Pakenjeng Garut, sebagai berikut. 1. Significance, yaitu tingkat kebermaknaan yang tergantung dari kepentingan sosial dari tujuan pendidikan yang tetuang dalam Kurikulum. 2. Feasibility, yaitu kelayakan teknis dan perkiraan biaya merupakan aspek yang harus dilihat secara realistik.

4

3. Relevance, yaitu konsep relevan mutlak perlu bagi implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan. 4. Definivitiveness, yaitu penggunaan teknik simulasi untuk melaksanakan

implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan dengan menggunakan data model buatan, tujuannya untuk menimbulkan kejadian yang tidak diharapkan yang akan mengalihkan sumberdaya dari tujuan yang direncanakan. 5. Parsimoniousness, yaitu Kurikulum SMP Negeri Satu Atap 1 Pakenjeng Garut harus digambarkan secara sederhana. 6. Adaptibility, yaitu Kurikulum SMP Negeri Satu Atap 1 Pakenjeng Garut harus dinamis dan dapat berubah sesuai informasi sebagai umpan balik system. 7. Time, siklus alamiah pokok bahasan pada kurikulum SMP Negeri Satu Atap 1 Pakenjeng Garut, kebutuhan untuk merubah situasi yang tidak dapat dipikul, keterbatasan kurikulum SMP Negeri Satu Atap 1 Pakenjeng Garut dalam meramalkan masa depan merupakan beberapa faktor berkaitan dengan waktu. Waktu yang

berdampak pada kemampuan untuk mengevaluasi kebutuhan pendidikan saat ini berkaitan dengan masa depan. 8. Monitoring, yaitu melibatkan penegakkan kriteria pendidikan untuk menjamin berbagai komponen rencana bekerja secara efektif. 9. Subject matter, yaitu materi yang dikembangkan terdiri atas: a. Sasaran dan tujuan, mencakup apa yang diharapkan sebagai keluaran dari poses pendidikan. Merupakan materi yang dikembangkan yang paling mendasar dalam kurikulum SMP Negeri Satu Atap 1 Pakenjeng Garut. b. Program dan pelayanan, mencakup bagaimana mengorganisasikan pola kegiatan pembelajaran dan mendukung pelayanan. c. Sumberdaya Manusia, mencakup bagaimana membantu dan meningkatkan kinerja, interaksi, spesialisasi, sikap, kompetensi dan pertumbuhan kepuasan sumberdaya manusia. d. Sumbedaya fisik, mencakup bagaimana memanfaatkan fasilitas dan

merencanakan pola disrtibusinya atau jadwal penggunaan ruangan dan peralatan. e. Konteks sosial, mencakup elemen-elemen sumber yang harus diperhatikan pada sisem pendidikan.

5

1.4 Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum SMP Negeri Satu Atap 1 Pakenjeng Garut 1. Prinsip Pengembangan Kurikulum Kurikulum SMP Negeri Satu Atap 1 Pakenjeng Garut dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah berpedoman pada standar kompetensi lulusan dan standar isi dan panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BSNP. Kurikulum

dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip berikut. a. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan. b. Beragam dan terpadu Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antarsubstansi. c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu semangat dan isi kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan

6

Pengembangan kurikulum dilakukan dengan

melibatkan pemangku

kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan,

dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan

akademik, dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan. e. Menyeluruh dan berkesinambungan Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan. f. Belajar sepanjang hayat Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal dan informal, dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya. g. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2. Prinsip Pelaksanaan Kurikulum Dalam pelaksanaan kurikulum SMP Negeri Satu Atap 1 Pakenjeng Garut menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut.a. Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi, perkembangan dan kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya. Dalam hal ini peserta didik harus mendapatkan pelayanan pendidikan yang bermutu, serta memperoleh kesempatan untuk

mengekspresikan dirinya secara bebas, dinamis dan menyenangkan.

7

b.

Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar, yaitu: (a) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (b) belajar untuk memahami dan menghayati, (c) belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif, (d) belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain, dan (e) belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

c.

Pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik mendapat pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan, dan/atau percepatan sesuai dengan potensi, tahap perkembangan, dan kondisi peserta didik dengan tetap memperhatikan keterpaduan pengembangan pribadi peserta didik yang berdimensi ke-Tuhanan, keindividuan, kesosialan, dan moral.

d.

Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan pendidik yang saling menerima dan menghargai, akrab, terbuka, dan hangat, dengan prinsip tut wuri handayani, ing madia mangun karsa, ing ngarsa sung tulada (di belakang memberikan daya dan kekuatan, di tengah membangun semangat dan prakarsa, di depan memberikan contoh dan teladan).

e.

Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multistrategi dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, dengan prinsip alam takambang jadi guru (semua yang terjadi, tergelar dan berkembang di masyarakat dan lingkungan sekitar serta lingkungan alam semesta dijadikan sumber belajar, contoh dan teladan).

f.

Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian secara optimal.

g.

Kurikulum yang mencakup seluruh komponen kompetensi mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri diselenggarakan dalam

keseimbangan, keterkaitan, dan kesinambungan yang cocok dan memadai antarkelas dan jenis serta jenjang pendidikan.

8

1.5 LandasanPendidikan nasional berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa serta agar pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang diatur dengan undang-undang yaitu Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. SMP Negeri Satu Atap 1 Pakenjeng Garut merupakan bagian integral dari Sistem Pendidikan Nasional. Sekolah ini merupakan pengembangan dari SD Wangunjaya 1. Hal ini dilakukan dengan asumsi bahwa lulusan dari SD itu tidak mungkin sekolah pada SMP reguler yang ada, karena jarak dan alat transportasi tidak memungkinkan. Oleh karena itu didirikanlah SMP Satu Atap. Namun demikian, manajemen dan perangkat SMP Satu Atap tetap sama seperti SMP reguler. Termasuk kurikulumnya harus mengacu kepada SMP reguler. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, kurikulum SMP Negeri Satu Atap 1 Pakenjeng disusun memperhatikan tahap perkembangan siswa dan kesesuaian dengan lingkungan sosial budaya masyarakat terpencil. Oleh karena itu, penyusunannya bertumpu pada landasan filosofis, dan yuridis.

1.5.1 Landasan FilosofisPendidikan adalah salah satu wujud kebudayaan manusia yang selalu tumbuh dan berkembang, tetapi ada kalanya mengalami penurunan kualitas sehingga hancur perlahan-lahan seiring dengan perkembangan zaman. Kurikulum SMP Negeri Satu Atap 1 Pakenjeng disusun untuk mengemban misi agar dapat turut mendukung perkembangan kebudayaan pada arah yang positif. Oleh karena itu, kurikulum SMP Negeri Satu Atap 1 Pakenjeng harus memperhatikan beberapa hal mendasar sebagai berikut. a. Pendidikan harus menanamkan tata nilai yang kuat dan jelas sebagai landasan pembentukan watak dan perkembangan kehidupan manusia. b. Pendidikan harus memberikan sesuatu yang bermakna, baik yang ideal maupun pragmatis, sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

9

c. Pendidikan harus memberikan arah yang terencana bagi kepentingan bersama peserta didik, keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan menjadi bermakna apabila secara pragmatis dapat mendidik manusia dapat hidup sesuai dengan zamannya. Pendidikan harus dilihat sebagai wahana untuk membekali peserta didik dengan berbagai kemampuan guna menjalani dan mengatasi masalah kehidupan pada hari esok maupun masa depan yang selalu berubah. SMP Negeri Satu Atap 1 Pakenjeng perlu menciptakan suasana proses pendidikan yang bermakna dan kondusif agar peserta didik dapat menguasai kompetensi dan kemampuan lain yang dibutuhkan sebagai dasar atau landasan untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan bekal dalam menjalani hidup dan kehidupannya di kemudian hari. Secara filosofis, penyusunan kurikulum SMP Negeri Satu Atap 1 Pakenjeng Garut perlu mempertimbangkan perkembangan psikologis peserta didik dan kondisi kehidupan sosial budaya masyarakat. a. Perkembangan Psikologis Peserta Didik Secara umum, manusia mengalami perkembangan psikologis sesuai dengan pertambahan usia dan berbagai faktor lainnya yaitu latar belakang pendidikan, ekonomi keluarga, dan lingkungan pergaulan, yang mengakibatkan perbedaan dalam dimensi fisik, intelektual, emosional, dan spiritual. Usia SMP merupakan usia remaja, pada usia ini jiwa peserta didik masih labil dan sangat mudah menerima berbagai pengaruh dari luar, baik yang positif maupun yang negatif. Pada usia ini peserta didik memerlukan tokoh yang dapat diidolakan dan mereka cenderung untuk mencari identitas atau jati diri. Fondasi kejiwaan yang kuat dan tokoh idola yang menjadi panutan mereka sangat diperlukan oleh peserta didik agar berani menghadapi, mampu beradaptasi dan mengatasi berbagai masalah kehidupan, baik kehidupan profesional maupun kehidupan keseharian, yang selalu berubah bentuk dan jenisnya serta mampu meningkatkan diri dengan mengikuti pendidikan yang lebih tinggi.

10

b. Kondisi Sosial Budaya Pendidikan merupakan tanggungjawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Pendidikan yang diterima dari lingkungan keluarga (informal), yang diserap dari masyarakat (nonformal), maupun yang diperoleh dari sekolah (formal) akan menyatu dalam diri peserta didik, menjadi satu kesatuan yang utuh, saling mengisi, dan diharapkan dapat saling memperkaya secara positif. Kondisi sosial budaya masyarakat di sekitar SMP Negeri Satu Atap 1 Pakenjeng secara umum relatif homogen, karena desa tersebut termasuk desa tertinggal dan terpencil. Belum banyak bersentuhan atau akulturasi dengan nilai-nilai budaya lain. Namun demikian, seiiring dengan perkembangan IPTEK, terutama bidang teknologi informasi, keadaan yang tadinya relative homogen akan berubah secara perlahan menjadi kompleks. Tentu saja hal ini harus diantisipasi dari sekarang melalui proses pendidikan di SMP Negeri Satu Atap 1 Pakenjeng Garut. Karenanya, segala upaya yang dilakukan harus selalu berpegang teguh pada keharmonisan hubungan antar individu dalam masyarakat luas yang dilandasi dengan akhlak dan budi pekerti yang luhur, serta keharmonisan antarsistem pendidikan dengan sistem-sistem yang lain (ekonomi, sosial, politik, religi, dan moral). Secara sosial-budaya, Kurikulum SMP Negeri Satu Atap 1 Pakenjeng Garut dikembangkan dengan memperhatikan berbagai dinamika, kebutuhan masyarakat, dan tidak meninggalkan akar budaya Indonesia. Dengan mempertimbangkan faktor budaya, tata nilai, dan opini sosiologis masyarakat, kurikulum SMP Negeri Satu Atap 1 juga disusun berdasarkan prinsip diversifikasi dimaksudkan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan pada satuan pendidikan, baik dengan kondisi dan kekhasan potensi yang ada di daerah, maupun dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu,

kurikulum yang dikembangkan di SMP Negeri Satu Atap 1 Pakenjeng mampu mengakomodasi berbagai potensi yang dimilki oleh masyarakat sekitar dan terbuka menerima pengaruh dari luar, sepanjang pengaruh itu positif bagi kemajuan SMP Negeri

11

Satu Atap 1 Pakenjeng Garut dan ada dalam konteks pengembangan kebudayaan nasional.

1.5.2 Landasan YuridisPeraturan perundang-undangan yang mendasari dan menjadi acuan dalam penyusunan Kurikulum SMP Negeri Satu Atap 1 Pakenjeng Garut sebagai berikut. a. UUD 1945. b. Undang-undang Republik Indonesia Nomor: 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. c. Peraturan Pemerintah nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. d. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. e. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan. f. Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian. g. Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses. Dalam kaitannya dengan pendidikan nasional, UUD 1945 mengamanatkan (1) untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, (2) agar mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undangundang. Terkait dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan pengembangan kurikulum, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU SISDIKNAS) memberikan dasar yang dapat digunakan sebagai landasan dalam proses perencanaan, penyelenggaraan, dan evaluasi program pendidikan seperti yang dinyatakan dalam pasal-pasal sebagai berikut. a. Pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

12

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri; menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. b. Pasal 4 ayat (2) menyatakan bahwa pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan multimakna. Dalam penjelasan pasal tersebut dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan sistem terbuka adalah pendidikan yang diselenggarakan dengan fleksibilitas pilihan dan waktu penyelesaian program lintas satuan dan jalur pendidikan (multi entry-exit system). Peserta diklat dapat belajar sambil bekerja, atau mengambil program pendidikan pada jenis dan jalur pendidikan yang berbeda secara terpadu dan berkelanjutan melalui pemelajaran tatap muka atau jarak jauh. Pendidikan multimakna adalah proses pendidikan yang diselenggarakan dengan berorientasi pada pembudayaan, pemberdayaan,

pembentukan watak dan kepribadian, serta berbagai kecakapan hidup. c. Pasal 5 ayat (3) menyatakan bahwa warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan khusus. d. Pasal 8 menyatakan bahwa masyarakat berhak berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan. e. Pasal 9 menyatakan bahwa masyarakat berkewajiban memberikan dukungan sumber daya dalam penyelenggaraan pendidikan. f. Pasal 12 ayat (1) menjelaskan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak: 1) pindah ke program pendidikan pada jalur dan satuan pendidikan lain yang setara (butir e); 2) menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan masing-masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan (butir f). g. Pasal 15 menyatakan bahwa jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan khusus. Penjelasan pasal 15 menyebutkan bahwa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. h. Pasal 17 ayat (1) menyebutkan bahwa pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Ayat (2) menyebutkan 13

bahwa pendidikan dasar(SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat. i. Pasal 31 ayat (2) menyatakan bahwa pendidikan jarak jauh berfungsi memberikan layanan pendidikan kepada kelompok masyarakat yang tidak dapat mengikuti pendidikan secara tatap muka atau reguler. j. Pasal 32 ayat (2) menyatakan bahwa pendidikan layanan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik di daerah terpencil atau terbelakang, masyarakat adat yang terpencil, dan/atau mengalami bencana alam, bencana sosial, dan tidak mampu dari segi ekonomi. k. Pasal 36 ayat (2) menyatakan bahwa kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik. l. Pasal 36 ayat (3) menyebutkan kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan: 1) peningkatan iman dan takwa; 2) peningkatan akhlak mulia; 3) peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik; 4) keragaman potensi daerah dan lingkungan; 5) tuntutan pembangunan daerah dan nasional; 6) tuntutan dunia kerja; 7) perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; 8) agama; 9) dinamika perkembangan global; dan 10) persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan. m. Pasal 37 ayat (1) menyatakan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat: 1) pendidikan agama; 2) pendidikan kewarganegaraan; 3) bahasa; 4) matematika; 5) ilmu pengetahuan alam; 14

6) ilmu pengetahuan sosial; 7) seni dan budaya; 8) pendidikan jasmani dan olah raga; 9) keterampilan/kejuruan, dan 10) muatan lokal. Berdasarkan berbagai landasan tersebut di atas, pengembangan SMP Negeri Satu Atap 1 Pakenjeng Garut diharapkan dapat memberi arah pada peserta didik untuk menemukan jatidiri atau identitas sesuai dengan pribadinya masing-masing.

15