Download pdf - Kurniawan Arizona

Transcript
Page 1: Kurniawan Arizona

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANPONDOK PESANTREN ABU HURAIRAH

SMP/SMA ISLAM FULLDAYMATARAM, NTB

2015

Disusun oleh:

KURNIAWAN ARIZONA, M.Pd.

IMPLEMENTASI MEDIA TIGA DIMENSI KEMAGNETANBERBASIS INKUIRI (MTDKBI) MELALUI STRATEGI

KOOPERATIF TERHADAP PENINGKATAN SIKAPILMIAH, KECAKAPAN SOSIAL DAN HASIL

BELAJAR KOGNITIF SISWA

LOMBA SIMPOSIUM GURUTINGKAT NASIONAL 2015

Page 2: Kurniawan Arizona

MTDKBI melalui strategi kooperatif Simposium Guru Nasional 2015 ii

Page 3: Kurniawan Arizona

MTDKBI melalui strategi kooperatif Simposium Guru Nasional 2015 iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahuwata’ala, karena

berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya karya ini dapat terselesaikan. Karya ini

berjudul “Implementasi Media Tiga Dimensi Kemagnetan Berbasis Inkuiri

(MTDKBI) Melalui Strategi Kooperatif Terhadap Peningkatan Sikap Ilmiah,

Kecakapan Sosial dan Hasil belajar kognitif Siswa”. Penulisan karya ini sebagai

salah satu bentuk usaha memberikan kontribusi positif dalam dunia pendidikan

khususnya pembelajaran di sekolah.

Penyusunan karya ini tidak akan berhasil dengan baik tanpa bantuan dan

kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis

menyampaikan terima kasih kepada:

1. Mudir dan Kabid Akademik Pondok Pesantren Abu Hurairah atas dukungan

dan izin yang telah diberikan.

2. Kepala Sekolah dan Staf Pengajar SMP, SMA Islam Fullday dan MA Plus

Pondok Pesantren Abu Hurairah Mataram atas dukungan dan motivasi tiada

henti.

3. Bapak Dr. Ahmad Harjono, M.Pd., yang telah memberikan bimbingan dan

arahan dalam penyusunan karya ini.

4. Bapak Prof. Dr. H. A. Wahab Jufri, M.Sc., atas motivasi untuk terus berkarya.

5. Bapak Kepala Sekolah, Staf pengajar, pegawai, dan siswa-siswa SMPN 10

Mataram atas izin, fasilitas dan waktu yang diberikan.

6. Istriku tersayang Ramdhani Sucilestari, M.Pd., yang senantiasa mendampingi

dan memberikan masukan serta koreksi yang sangat berarti dalam penyusunan

karya ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

bersifat membangun. Akhirnya semoga karya ini dapat bermanfaat bagi dunia

pendidikan khususnya pembelajaran IPA.

Mataram, 31 Oktober 2015

Penulis

Page 4: Kurniawan Arizona

MTDKBI melalui strategi kooperatif Simposium Guru Nasional 2015 iv

ABSTRAK

Media pembelajaran merupakan unsur yang sangat penting dalam pembelajaran.Pada penelitian ini telah dibuat media tiga dimensi kemagnetan (MTDK) yangmemiliki karakteristik murah, sederhana dan mudah untuk diimplementasikan. Cirikhas lainya, MTDK yang berbasis inkuiri (BI) yang mengikuti sintaks modelpembelajaran inkuiri yang tertuang dalam panduan inkuiri kemagnetan siswa(PIKS) dan lembar hasil inkuiri kemagnetan siswa (LHIKS) yang melatih siswauntuk berpikir dan bersikap ilmiah. Implementasi MTDKBI melalui strategipembelajaran kooperatif secara tidak langsung memupuk kecakapan sosial siswaketika mereka bekerjasama dan berkomunikasi dalam kelompok mereka.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kecakapan sosial, sikapilmiah, dan hasil belajar hasil belajar kognitif siswa dari implementasi MTDKBIyang diintegrasikan melalui strategi kooperatif. Metode penelitian yang digunakanadalah metode eksperimen semu dengan desain penelitian one group pretest postdesign. Instrumen penelitian berupa angket kecakapan sosial, angket sikap ilmiah,dan tes hasil belajar hasil belajar kognitif yang diberikan pada awal dan akhirpenelitian. Data hasil penelitian dianalisis secara deskriptif dan menunjukkanbahwa implementasi MTDKBI melalui strategi pembelajaran kooperatif dapatmeningkatkan kecakapan sosial, sikap ilmiah, dan hasil belajar kognitif siswa.

Kata kunci: MTDKBI, STAD, Kecakapan Sosial, Sikap Ilmiah, Hasil BelajarKognitif

Page 5: Kurniawan Arizona

MTDKBI melalui strategi kooperatif Simposium Guru Nasional 2015 v

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL............................................................................. iSURAT PERNYATAAN ......................................................................... iiKATA PENGANTAR .............................................................................. iiiABSTRAK................................................................................................ ivDAFTAR ISI............................................................................................. vDAFTAR TABEL..................................................................................... viDAFTAR GAMBAR ................................................................................ viiDAFTAR LAMPIRAN............................................................................. viiiBAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..................................................................... 11.2 Rumusan Masalah ................................................................ 21.3 Tujuan .................................................................................. 21.4 Manfaat ................................................................................ 3

BAB II KAJIAN PUSTAKA2.1 Media Tiga Dimensi Kemagnetan (MTDK)........................ 42.2 Pembelajaran Berbasis Inkuiri ............................................. 52.3 Strategi Pembelajaran Kooperatif ........................................ 62.4 Sikap Ilmiah ......................................................................... 82.5 Kecakapan Sosial ................................................................. 92.6 Hasil Belajar Kognitif .......................................................... 10

BAB III PEMBAHASAN DAN HASIL3.1 Karakteristik MTDKBI........................................................ 113.2 Peningkatan Kecakapan Sosial, Sikap Ilmiah, dan

Hasil belajar kognitif Siswa dengan MTDKBImelalui Strategi Kooperatif ................................................. 12

BAB IV SIMPULAN DAN REKOMENDASI4.1 Simpulan ................................................................................. 174.2 Rekomendasi........................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 18LAMPIRAN-LAMPIRAN ....................................................................... 20

Page 6: Kurniawan Arizona

MTDKBI melalui strategi kooperatif Simposium Guru Nasional 2015 vi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Sintaks Strategi Kooperatif Tipe STAD ................................... 8

Page 7: Kurniawan Arizona

MTDKBI melalui strategi kooperatif Simposium Guru Nasional 2015 vii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1 Data pretes, postes dan N-gain sikap ilmiah,

kecakapan sosial, dan hasil belajar kognitif siwa .................12

Page 8: Kurniawan Arizona

MTDKBI melalui strategi kooperatif Simposium Guru Nasional 2015 viii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Biodata Penulis..................................................................... 20

Lampiran 2. RPP....................................................................................... 21

Lampiran 3. Panduan Inkuiri Kemagnetan Siswa..................................... 26

Lampiran 4. Lembar Hasil Inkuiri Kemagnetan Siswa ............................ 33

Page 9: Kurniawan Arizona

MTDKBI melalui strategi kooperatif Simposium Guru Nasional 2015 1

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Substansi IPA berkaitan dengan mempelajari fenomena alam secara

sistematis. Penekanannya pun tidak terbatas pada penguasaan konsep, tapi

diperlukan proses-proses penemuan ala ilmuan. Hal inilah yang melandasi salah

satu tujuan dari pembelajaran IPA di jenjang SMP yaitu siswa ditekankan untuk

melakukan serangkaian kegiatan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan

berpikir, bersikap, dan berperilaku ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai

aspek penting dalam menumbuhkan kecakapan hidup siswa. Sayangnya,

implementasi pembelajaran Fisika secara umum di SMP masih dilandasi dengan

pendekatan teacher oriented yang secara tidak langsung berimplikasi terhadap

sikap ilmiah dan kecakapan sosial siswa yang belum terbina dengan baik.

Pembelajaran fisika SMP memerlukan sebuah media khususnya pada

materi-materi yang bersifat abstrak misalnya materi kemagnetan. Oleh karena itu

diperlukan media pembelajaran yang mampu menjembatani suatu yang abstrak

menjadi konkret. Sebuah media pembelajaran telah dibuat peneliti yaitu media

dimensi kemagnetan (MTDK). Pembuatan media ini bertujuan untuk memberi

pengalaman secara langsung kepada siswa, penyajian materi kemagnetan secara

konkret, dan menghindari verbalisme. MTDK yang dibuat, dikemas dalam

pembelajaran berbasis inkuiri (BI) yang dituangkan dalam panduan inkuiri

kemagnetan siswa (PIKS) dan lembar hasil inkuiri kemagnetan siswa (LHIKS),

sebagaimana yang ditekankan oleh kaum konstruktivis dengan harapan dapat

mendukung perkembangan sikap ilmiah dan proses pembelajaran menjadi lebih

bermakna.

Dalam proses pembelajaran, tidak dipungkiri terdapat berbagai kendala di

antaranya keterbatasan waktu, besarnya jumlah siswa dalam suatu kelas,

kekurangan sarana dan prasarana pendukung serta variasi kemampuan guru.

Implementasi MTDKBI memerlukan strategi yang tepat untuk mengeliminasi

permasalahan ini. Strategi pembelajaran kooperatif diharapkan dapat

Page 10: Kurniawan Arizona

MTDKBI melalui strategi kooperatif Simposium Guru Nasional 2015 2

mengoptimalkan MTDKBI dan mereduksi beberapa kelemahan yang disebutkan di

atas. Selain dapat dikembangkan dalam peningkatan kompetensi akademik,

pembelajaran kooperatif juga efektif untuk mengembangkan kecakapan sosial

siswa. Peneliti memilih strategi kooperatif tipe STAD (Student Team Achievment

Division) dengan tujuan agar siswa terangsang oleh tugas yang diberikan dan aktif

mencari pemecahan masalah dengan belajar bersama dan saling membantu dalam

kelompoknya. Di samping itu, siswa juga dilatih untuk mengemukakan pendapat

dan berdiskusi antar anggota kelompok.

Implementasi penggunaan MTDKBI yang diintegrasikan dengan strategi

kooperatif tersebut diharapkan dapat menciptakan suasana akademik yang lebih

mendukung terjadinya perubahan paradigma pembelajaran. Pembelajaran yang

sebelumnya lebih berorientasi pada materi (subject matter) dan berpusat pada guru

(teacher-centered) sebagai otoritas tunggal di kelas dapat bergeser menuju ke pola

pembelajaran Fisika yang lebih berorientasi pada kegiatan belajar siswa (student-

centered). Dalam hal ini, siswa dapat terlibat secara aktif membangun pengetahuan

dan keterampilannya dan guru lebih berperan sebagai pembimbing dan fasilitator

bagi siswa.

Perpaduan antara MTDKBI dengan strategi kooperatif tipe STAD dapat

mendorong terjadinya suasana belajar aktif dan dinamis, serta memberikan

pengaruh yang lebih positif terhadap perkembangan sikap ilmiah, kecakapan sosial,

dan hasil belajar hasil belajar kognitif fisika siswa.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Bagaimana karakteristik MTDKBI yang dibuat?

b. Bagaimana peningkatan sikap ilmiah, kecakapan sosial dan hasil belajar

kognitif siswa dengan implementasi MTDKBI melalui strategi kooperatif?

1.3 Tujuan

a. Untuk mengetahui karakteristik MTDKBI yang dibuat.

Page 11: Kurniawan Arizona

MTDKBI melalui strategi kooperatif Simposium Guru Nasional 2015 3

b. Untuk mengetahui peningkatan sikap ilmiah, kecakapan sosial dan hasil belajar

kognitif siswa dengan implementasi MTDKBI melalui strategi kooperatif.

1.4 Manfaat

a. Hasil penelitian ini dapat menambah kekayaan khasanah keilmuan dalam

bidang pembelajaran IPA khususnya bidang Fisika pada jenjang pendidikan

SMP.

b. Dapat memberikan bahan pemikiran bagi pengelola pendidikan bahwa perlu

adanya inovasi dalam pembelajaran untuk menyiapkan sumber daya manusia

yang berkualitas.

Page 12: Kurniawan Arizona

MTDKBI melalui strategi kooperatif Simposium Guru Nasional 2015 4

BAB IIKAJIAN TEORI

2.1 Media Tiga Dimensi Kemagnetan (MTDK)

Istilah media berasal dari bahasa Latin yang merupakan bentuk jamak dari

“medium” yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Makna umumnya

adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber kepada

penerima informasi. Proses belajar mengajar pada dasarnya juga merupakan proses

komunikasi, sehingga media yang digunakan dalam pembelajaran disebut media

pembelajaran (Muhson, 2010). Media pembelajaran dapat mempertinggi proses

belajar, sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Kegunaan praktis dari media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar

sebagai berikut: a) media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan

informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar,

b) media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak

sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara

peserta didik dan lingkungannya dan mungkinkan peserta didik untuk belajar

sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya, c) media pembelajaran dapat

mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu (Sanjaya, 2011).

Jenis media yang biasa digunakan dalam kegiatan pendidikan dan

pengajaran di antaranya media dua dimensi, media tiga dimensi, media proyeksi,

media audio, dan lingkungan sebagai media pembelajaran (Sudjana & Rivai, 2011).

Menurut Daryanto (2010), media tiga dimensi merupakan sekelompok media tanpa

proyeksi yang penyajiannya secara visual tiga dimensional. Moedjiono (1992) yang

dikutip oleh Daryanto (2010) mengatakan bahwa media sederhana tiga dimensi

memiliki kelebihan-kelebihan yaitu: a) memberikan pengalaman secara langsung,

penyajian secara konkret dan menghindari verbalisme, b) dapat menunjukkan objek

secara utuh baik konstruksi maupun cara kerjanya, c) dapat diperlihatkan struktur

organisasi secara jelas, d) dapat mewujudkan alur suatu proses secara jelas.

Kelemahan media tiga dimensi yaitu tidak bisa menjangkau sasaran dalam jumlah

Page 13: Kurniawan Arizona

MTDKBI melalui strategi kooperatif Simposium Guru Nasional 2015 5

yang besar, penyimpanannya memerlukan ruang yang besar dan perawatannya

yang rumit.

2.2 Pembelajaran Berbasis Inkuiri

Salah satu model pembelajaran konstruktivis yang diharapkan dapat

mengoptimalkan penggunaan MTDK untuk meningkatakan pemahaman dan sikap

ilmiah siswa adalah pembelajaran berbasis inkuiri (BI). Menurut Bass et al. (2009)

pembelajaran inkuiri merupakan suatu pendekatan di dalam mempelajari dan

memahami alam sekitar melalui serangkaian kegiatan meliputi merumuskan

pertanyaan, melakukan investigasi, observasi, dan menjelaskan hasilnya.

National Science Education Standard (NSES) menjelaskan inkuiri dalam

pendidikan dapat memfasilitasi peserta didik untuk belajar melalui kegiatan

beraneka segi yang mengikutsertakan kegiatan observasi; membuat pertanyaan;

memeriksa buku dan sumber lain dari informasi untuk melihat apa yang telah

diketahui sebelumnya; merencanakan investigasi; memeriksa ulang apa yang telah

diketahui di pandang dari sudut kegiatan eksperimen; menggunakan alat untuk

mengumpulkan data; menganalisis dan menginterpretasikan data, mengajukan

jawaban, menjelaskan dan memprediksi, serta mengkomunikasikan hasil (Muchtar

& Arsidah, 2009).

Hinduan, et al. (2007) menekankan, melibatkan siswa secara aktif dalam

proses inkuiri ilmiah selama pembelajaran merupakan tuntunan dasar dalam

pelajaran Fisika. Harapan bahwa pembelajaran IPA mampu menanamkan dan

membudayakan kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah yang kritis, kreatif dan

mandiri, berdampak pada peran guru yang bergeser dari penyampai pengetahuan

menjadi agen pendidikan yang lebih memfokuskan pada aktivitas siswa. Menurut

Hamalik (2011) proses inkuiri menuntut guru bertindak sebagai fasilitator,

narasumber dan penyuluh kelompok. Siswa didorong untuk mencari pengetahuan

sendiri, bukan dijejali dengan pengetahuan.

Pembelajaran berbasis inkuiri dalam penelitian ini diadaptasi dari Gulo

(2008); Jufri (2008); Bass, et al. (2009) yang dituangkan dalam lembar hasil inkuiri

kemagnetan siswa (LHIKS) dengan tahapan sebagai berikut,

a. Mengajukan Pertanyaan dan Permasalahan

Page 14: Kurniawan Arizona

MTDKBI melalui strategi kooperatif Simposium Guru Nasional 2015 6

Pada tahap ini, guru memberikan pertanyaan pengarah pada siswa melalui

LHIKS, sebagai bekal siswa dalam merumuskan hipotesis.

b. Merumuskan Hipotesis

Setelah masalah berhasil distrukturkan oleh siswa, siswa diharapkan dapat

mengajukan hipotesis untuk menjelaskan ide ataupun gagasan mereka yang

dituangkan dalam LHIKS.

c. Mengumpulkan Data

Pada tahap ini siswa melaksanakan eksperimen untuk menguji hipotesis yang

telah dirumuskannya. Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan

data. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok kecil dan mereka menetapkan cara

melaksanakan eksperimen untuk menguji hipotesisnya, sedangkan guru hanya

menyediakan sarana seperti LHIKS, MTDK, lembar panduan inkuiri

kemagnetan siswa (PIKS) dan sebagainya yang diperlukan siswa dalam

eksperimen. Setelah itu siswa mengumpulkan data yang diperlukannya. Data

yang dihasilkan dapat berupa data mentah, tabel, dan grafik.

d. Analisis Data

Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan

menganalisis data yang telah diperoleh, baik data kualitatif maupun kuantitatif.

Faktor penting dalam menguji hipotesis adalah pemikiran benar atau salah.

Setelah memperoleh kesimpulan dari data percobaan, siswa dapat menguji

hipotesis yang telah dirumuskan. Apabila hipotesis itu salah atau ditolak, siswa

dapat menjelaskan sesuai dengan proses inkuiri yang telah dilakukannya.

e. Membuat Kesimpulan

Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri adalah membuat kesimpulan

berdasarkan data yang diperoleh siswa yang ditulis pada LHIKS.

2.3 Strategi Pembelajaran Kooperatif

Implementasi MTDKBI dalam pembelajaran di kelas diintegrasikan dengan

strategi kooperatif. Selain dapat meningkatkan hasil belajar, pembelajaran

kooperatif juga efektif melatih kecakapan sosial siswa. Menurut Slavin (2011),

pemikiran konstruktivis modern paling banyak mengandalkan teori Vygotsky, yang

Page 15: Kurniawan Arizona

MTDKBI melalui strategi kooperatif Simposium Guru Nasional 2015 7

telah digunakan untuk mendukung metode pembelajaran di kelas dan menekankan

pembelajaran kooperatif, yang telah memainkan peranan penting pada hakikat

pembelajaran sosial. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran

dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara

kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur

kelompok bersifat heterogen.

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang paling sering

digunakan dan sangat dianjurkan oleh para ahli pendidikan (Rusman, 2010).

Pembelajaran kooperatif dicirikan oleh struktur tugas (cara pembelajaran dan jenis

kegiatan siswa), tujuan (tingkat ketergantungan siswa untuk menyelesaikan tugas),

dan penghargaan (reward) kooperatif. Siswa yang bekerja dalam situasi

pembelajaran kooperatif didorong untuk bekerjasama dan mereka harus

mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya. Dalam penerapan

pembelajaran kooperatif, dua atau lebih individu saling tergantung satu sama lain

untuk mencapai satu penghargaan bersama. Mereka akan berbagi penghargaan

tersebut seandainya mereka berhasil sebagai kelompok terbaik (Ibrahim et al.,

2000).

Hasil penelitian yang menunjukkan manfaat pembelajaran kooperatif bagi

siswa dengan hasil belajar rendah (Ludgren, 1994; Nur et al., 1987) yang dikutip

oleh Ibrahim et al. (2000) sebagai berikut: a) meningkatkan pencurahan waktu pada

tugas, b) rasa harga diri menjadi lebih tinggi, c) memperbaiki kehadiran, d)

penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar, e) perilaku

mengganggu menjadi lebih kecil, f) konflik antar pribadi berkurang, g) sikap apatis

berkurang, h) motivasi lebih besar atau meningkat, i) hasil belajar lebih tinggi, dan

j) meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi.

Berdasarkan keunggulan dan manfaat pembelajaran kooperatif di atas,

penggunaan MTDKBI akan lebih tepat diterapkan dengan menggunakan strategi

kooperatif. Diharapkan dengan strategi kooperatif akan mereduksi permasalahan

pembelajaran yang bersifat klasikal dengan jumlah siswa yang banyak. Menurut

Arends (2008), lingkungan pembelajaran kooperatif mempersiapkan siswa untuk

belajar tentang kolaborasi dan berbagai keterampilan sosial yang sangat berharga

Page 16: Kurniawan Arizona

MTDKBI melalui strategi kooperatif Simposium Guru Nasional 2015 8

yang akan mereka gunakan sepanjang hidupnya. Pembelajaran kooperatif yang

diterapkan peneliti adalah strategi kooperatif tipe STAD (Student Team Achievment

Division).

Strategi kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan

teman-temannya di Universitas John Hopkin. STAD merupakan pembelajaran

kooperatif yang paling sederhana dan merupakan salah satu strategi kooperatif yang

banyak diteliti di berbagai ranah pelajaran termasuk IPA. Rusman (2010)

memaparkan, dalam strategi kooperatif tipe STAD siswa dibagi menjadi kelompok-

kelompok. Menurut Ibrahim (2000); Arends (2008); Slavin (2011), jumlah anggota

dalam satu kelompok 4-5 orang yang harus heterogen, terdiri dari laki-laki dan

perempuan, memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Sintaks strategi

kooperatif tipe STAD tersaji pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Sintaks Strategi Kooperatif Tipe STADSintaks KegiatanPembagianKelompok

Guru membentuk beberapa kelompok yang terdiri dari 4 atau 5 siswa yangheterogen dari segi jenis kelamin, etnis, dan kemampuan akademik.

Presentasi GuruGuru menyampaikan materi pelajaran. Di dalam proses pembelajaran gurudibantu oleh media, demonstrasi, dan lain-lain. Dijelaskan juga tentangketerampilan dan kemampuan yang diharapkan dikuasai oleh siswa.

Kegiatan Belajardalam Tim

Guru menyiapkan lembaran kerja sebagai pedoman, sehingga semuaanggota menguasai dan masing-masing memberi kontribusi. Selama timbekerja guru melakukan pengamatan, memberi dorongan, membimbing danmemberi bantuan jika diperlukan.

Pelaksanaan Kuis(Evaluasi)

Guru memberikan tes/kuis kepada setiap siswa secara individu dan tidakdibenarkan bekerjasama. Hal ini dilakukan untuk menjamin agar siswasecara individu bertanggung jawab kepada diri sendiri dan memahamibahan ajar.

Perhitungan SkorSetiap siswa diberikan skor dasar dari skor kuis sebelumnya atau skor yangsudah dimiliki siswa. Hal ini bertujuan untuk memancing motivasi siswaagar belajar lebih baik dari sebelumnya.

PemberianPenghargaan

Guru dapat memberi penghargaan berupa sertifikat atau bentukpenghargaan lainnya kepada kelompok siswa yang berhasil mencapaikriteria yang sudah ditentukan oleh guru.

(Sumber: Rusman, 2010)

2.4 Sikap Ilmiah

Sikap ilmiah yaitu sikap ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk

hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat

dipecahkan melalui prosedur yang benar. Sikap ilmiah merupakan salah satu unsur

Page 17: Kurniawan Arizona

MTDKBI melalui strategi kooperatif Simposium Guru Nasional 2015 9

yang ada di hakikat IPA (Puskur, 2007a). Sikap ilmiah sangatlah penting bagi siswa

karena dapat meningkatkan daya kritis siswa terhadap fenomena alam yang

dihadapi, sehingga tidak apriori terhadap fenomena alam yang terjadi (Wahyudiati,

2010).

Menurut Hassard & Dias (2009), indikator sikap ilmiah pada kelas IX pada

jenjang sekolah menengah diarahkan untuk mengacu pada Project 2061 NSES yaitu

curiosity (rasa ingin tahu), honesty (kejujuran), openness (keterbukaan), dan

skepticism (skeptis). Sementara yang ditetapkan BSNP (2006) tentang Standar Isi

untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, menjelaskan bahwa mata pelajaran

IPA bertujuan agar siswa memiliki kemampuan dalam memupuk sikap ilmiah yaitu

jujur, obyektif, teliti, terbuka, tanggung jawab, disiplin, dan dapat bekerjasama

dengan orang lain. Menurut Arifin (2007) yang mengacu pada pendapat

Brotowidjoyo, orang yang berjiwa ilmiah adalah orang yang memiliki 7 sikap

ilmiah: sikap ingin tahu, sikap kritis, sikap terbuka, sikap objektif, sikap rela

menghargai karya orang lain, sikap berani mempertahankan kebenaran, dan sikap

menjangkau ke depan.

Indikator sikap ilmiah yang diteliti yaitu: rasa ingin tahu, kejujuran,

keterbukaan, skeptis, objektivitas, ketelitian, kedisiplinan, tanggung jawab,

keberanian dalam kebenaran, dan berpikir ke depan.

2.5 Kecakapan Sosial

Kecakapan sosial dapat dipilah menjadi dua yaitu kecakapan berkomunikasi

dan bekerjasama (Tim Broad Based Education, 2003).

a. Kecakapan berkomunikasi

Kecakapan berkomunikasi dapat dilakukan baik secara lisan maupun

tulisan. Sebagai makhluk sosial yang tinggal dalam masyarakat, suatu instansi atau

tempat kerja, siswa sangat memerlukan kecakapan berkomunikasi secara lisan

maupun tulisan. Dalam realitasnya komunikasi lisan ternyata tidak mudah

dilakukan. Seringkali orang tidak dapat menerima pendapat lawan bicaranya, bukan

karena isi atau gagasannya tetapi karena cara penyampaian yang kurang berkenan.

Dalam hal ini diperlukan kemampuan bagaimana memilih kata dan cara

penyampaian supaya mudah dipahami oleh lawan bicara. Karena komunikasi

Page 18: Kurniawan Arizona

MTDKBI melalui strategi kooperatif Simposium Guru Nasional 2015 10

secara lisan adalah sangat penting, maka perlu ditumbuh kembangkan sejak dini

kepada siswa. Demikian juga dengan kecakapan berkomunikasi secara tertulis,

dalam hal ini diperlukan kecakapan cara menyampaikan pesan secara tertulis

dengan pilihan kata, kalimat, tata bahasa, dan aturan lainnya agar mudah dipahami

orang yang membaca tulisan tersebut (Puskur, 2007b).

b. Kecakapan bekerjasama

Bekerja dalam kelompok atau tim merupakan suatu kebutuhan yang tidak

dapat dielakkan sepanjang hidup manusia. Salah satu hal yang diperlukan untuk

bekerja dalam kelompok adalah kerjasama. Kemampuan bekerjasama perlu

dikembangkan agar siswa terbiasa memecahkan masalah yang sifatnya kompleks.

Kerjasama yang dimaksud adalah adanya saling pengertian dan membantu antar

sesama untuk mencapai tujuan yang baik, hal ini agar siswa terbiasa dan dapat

membangun semangat komunitas yang harmonis (Puskur, 2007b). Kecakapan

sosial yang dimaksud dalam tulisan ini adalah kecakapan berkomunikasi lisan,

kecakapan berkomunikasi tulisan dan kemampuan bekerjasama.

2.6 Hasil Belajar Kognitif

Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri

siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap

dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan

pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari

tidak tahu menjadi tahu (Hamalik, 2004). Usman (2005), menganggap hasil belajar

yang dicapai oleh siswa sangat erat kaitannya dengan rumusan tujuan pembelajaran

yang direncanakan guru sebelumnya.

Menurut Sudjana (2005) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang

dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Dalam sistem

pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun

tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dalam taksonomi Bloom

yang secara garis besar membaginya menjadi tiga domain sebagai berikut: (a)

domain hasil belajar kognitif atau kemampuan berpikir, (b) domain afektif

berkenaan dengan sikap, dan (c) domain psikomotorik berkenaan dengan

keterampilan. Pada penelitian ini hasil belajar yang ingin diteliti berdasarkan enam

Page 19: Kurniawan Arizona

MTDKBI melalui strategi kooperatif Simposium Guru Nasional 2015 11

kategori hasil belajar kognitif dari taksonomi Bloom yang sudah direvisi yaitu

kemampuan mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan (C3), menganalisis

(C4), mengevaluasi (C5), dan mengkreasi (C6) (Anderson & Krathwohl, 2008).

Page 20: Kurniawan Arizona

MTDKBI melalui strategi kooperatif Simposium Guru Nasional 2015 12

BAB IIIPEMBAHASAN DAN HASIL

3.1 Karakteristik MTDKBI

Sebuah media pembelajaran yang dibuat peneliti yaitu media tiga dimensi

kemagnetan (MTDK). Dari segi ketersediaan alat dan bahan-bahan yang digunakan

dalam percobaan, MTDK mudah diperoleh dengan harga yang relatif murah.

MTDK merupakan media yang sangat sederhana dan mudah untuk

diimplementasikan dalam proses pembelajaran. Magnet yang digunakan terdiri dari

berbagai bentuk dan ukuran. Memaksimalkan pemanfaatan dari magnet-magnet

tersebut sebagai media pembelajaran pada materi kemagnetan dapat meningkatkan

pemahaman siswa terhadap materi kemagnetan.

Kelebihan dari MTDK adalah media yang digunakan sederhana, namun

dapat membantu siswa memahami materi kemagnetan menjadi lebih baik. Media

pembelajaran tidak harus mahal dan canggih, tetapi yang lebih penting adalah

fungsi dan peranannya dalam mempertinggi proses pembelajaran (Sudjana & Rivai,

2011). Selain itu yang paling penting adalah MTDK dapat dipraktekkan langsung

oleh siswa baik secara individu maupun kelompok, sehingga siswa terlibat aktif

dalam proses pembelajaran.

Implementasi MTDK dalam proses pembelajaran berbasis inkuiri (BI)

dengan mengikuti sintaks model pembelajaran inkuiri yang tertuang dalam panduan

inkuiri kemagnetan siswa (PIKS) dan lembar hasil inkuiri kemagnetan siswa

(LHIKS) yang melatih siswa untuk berpikir dan bersikap ilmiah. Implementasi

MTDKBI melalui strategi pembelajaran kooperatif secara tidak langsung memupuk

kecakapan sosial siswa ketika mereka bekerjasama dan berkomunikasi dalam

kelompok mereka.

Penggunaan MTDKBI melalui strategi kooperatif dalam proses

pembelajaran berguna untuk membangun konsep siswa, yang tidak hanya

memahami sifat kemagnetan sebatas permukaan, namun siswa dapat menyelidiki

lebih mendalam sifat magnet tersebut, sesuai yang terkandung pada KD 4.1

Menyelidiki gejala kemagnetan dan cara membuat magnet dan KD 4.2

Page 21: Kurniawan Arizona

MTDKBI melalui strategi kooperatif Simposium Guru Nasional 2015 13

Mendeskripsikan pemanfaatan kemagnetan dalam produk teknologi. Misalnya

mengaitkan ukuran dan bentuk magnet yang berbeda-beda terhadap kekuatan gaya

tarik magnet. Siswa juga dapat menyelidiki lebih mendalam melalui percobaan

hubungan jarak suatu magnet terhadap kekuatan gaya tarik magnet. Siswa pun

dapat mengaplikasikan dan memanfaatkan magnet dalam beberapa keperluan

misalnya pembuatan kompas, generator dan motor listrik sederhana.

3.2 Peningkatan Sikap Ilmiah, Kecakapan Sosial, dan Hasil belajar kognitif

Siswa dengan MTDKBI melalui Strategi Kooperatif

Implementasi MTDKBI melalui strategi kooperatif dalam proses

pembelajaran dapat meningkatkan sikap ilmiah, kecakapan sosial dan hasil belajar

hasil belajar kognitif fisika siswa. Sikap ilmiah siswa yang awalnya 71,9 meningkat

menjadi 87,28 atau terjadi peningkatan sebesar 52%. Kecakapan sosial siswa yang

awalnya 76,41 meningkat menjadi 90,87 atau terjadi peningkatan sebesar 61%.

Nilai pretest hasil belajar kognitif siswa sebesar 50 meningkat menjadi 73,52 pada

postesnya dengan peningkatan sebesar 49% (Gambar 3.1).

Gambar 3.1. Data pretes, postes dan N-gain kecakapan sosial, sikap ilmiah,dan hasil belajar hasil belajar kognitif siswa

a. Sikap ilmiah siswa

Implementasi MTDKBI melalui strategi kooperatif dapat meningkatkan

sikap ilmiah siswa. Penerapan pembelajaran dengan MTDKBI melatih siswa untuk

melakukan kegiatan pembelajaran melalui langkah-langkah seperti ilmuan

71.9

87.28

[VALUE]%

76.41

90.87

[VALUE]%

50

73.52

[VALUE]%

Pretes Postes N-gain Pretes Postes N-gain Pretes Postes N-gain

Sikap Ilmiah Kecakapan Sosial Kognitif

Page 22: Kurniawan Arizona

MTDKBI melalui strategi kooperatif Simposium Guru Nasional 2015 14

menemukan sesuatu yang baru. Melalui LHIKS dan PIKS yang merupakan satu

kesatuan dengan MTDKBI, siswa dilatih untuk merumuskan masalah, membuat

hipotesis, mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data serta membuat

kesimpulan. Secara tidak langsung hal ini akan melatih dan menanamkan sikap

ilmiah pada siswa yang diperlukan untuk menjadi seorang calon ilmuan (scientist).

Implementasi MTDKBI yang dipadukan dengan strategi kooperatif menjadi

salah satu jawaban dari persoalan yang terjadi selama ini dalam memompa sikap

ilmiah siswa agar menjadi lebih baik. Sikap ilmiah hendaknya menjadi bekal bagi

setiap siswa sebelum merespon sesuatu baik dalam bentuk ucapan maupun

tindakan. Sikap ilmiah yang ditanamkan melalui proses pembelajaran dapat melatih

pembentukan karakter siswa yang termuat dalam indikator sikap ilmiah yaitu rasa

ingin tahu, kejujuran, keterbukaan, skeptis, objektivitas, kedisiplinan, tanggung

jawab, keberanian dalam kebenaran, berpikir ke depan dan ketelitian.

Siswa dilatih rasa ingin tahu dan berpikir ke depan dengan membuat

rumusan masalah dan hipotesis dalam LHIKS. Kejujuran mereka diasah dengan

melaksanakan eksperimen sesuai dengan prosedur yang ada pada PIKS,

mengerjakan kuis dan menjawab pertanyaan oleh guru tanpa membuat kecurangan

dengan menyontek maupun bertanya pada temannya. Kedisiplinan, mereka

diajarkan agar dalam mengerjakan eksperimen diusahakan tepat waktu. Ketelitian

mereka ditempa dengan melaksanakan percobaan seteliti mungkin sebelum data

yang diperoleh diolah kemudian mengulangi lagi percobaan yang mereka lakukan.

Skeptis mereka dilatih dengan tidak langsung percaya terhadap asumsi atau

hipotesis yang mereka bangun namun harus dibuktikan terlebih dahulu melalui

percobaan, mengumpulkan, dan menganalis data serta memverifikasikan dengan

literatur (Buku Saku Kemagnetan Siswa). Keberanian dalam kebenaran dan

objektivitas mereka dilatih ketika menulis data hasil penelitian sesuai dengan

eksperimen walaupun berbeda dari hipotesis dan literatur yang ada.

Pada dasarnya, semua indikator sikap ilmiah siswa terbina dengan

serangkaian kegiatan eksperimen yang dilakukan mulai dari menyusun rumusan

masalah sampai mendiskusikan permasalahan tersebut dengan teman kelompoknya

Page 23: Kurniawan Arizona

MTDKBI melalui strategi kooperatif Simposium Guru Nasional 2015 15

dan menyimpulkan pendapat yang paling relevan sebagai suatu kesimpulan

kelompoknya.

b. Kecakapan sosial siswa

Implementasi MTDKBI melalui strategi kooperatif dapat meningkatkan

kecakapan sosial siswa. Hal ini karena siswa dilatih untuk berkomunikasi dan

berkerjasama melalui kegiatan percobaan dengan MTDK yang dipandu dengan

PIKS dan LHIKS. Secara tidak langsung kegiatan ini menjadikan siswa

berinterakasi dalam kelompoknya untuk menyelesaikan serangkaian tugas pada

LHIKS. Setiap siswa dalam kelompoknya akan saling bertanya mengenai prosedur

percobaan dan penggunaan alat dan bahan agar sesuai dengan yang diharapkan

pada PIKS. Siswa terlihat lebih aktif karena ada tugas yang lebih kompleks yang

harus mereka selesaikan. Siswa menemukan jawaban dengan memverifikasikan

data melalui eksperimen, sehingga komunikasi dan kerjasama yang terjadi tidak

terbatas pada materi yang tertuang pada buku saja.

Salah satu ciri khas dari MTDKBI terletak pada memberikan peluang

kepada siswa untuk melakukan eksperimen dengan mengikuti PIKS yang telah

disediakan ala ilmuan. Siswa-siswa yang berada pada setiap kelompok secara tidak

langsung akan saling bertanya (berkomunikasi lisan) dan bekerjasama untuk

melakukan kegiatan eksperimen pada MTDKBI yang telah disediakan serta

mengkomunikasikan dalam bahasa tulisan pada LHIKS, sehingga terjalin

komunikasi dan kerjasama yang baik antara siswa satu dengan yang lain.

Jufri & Jekti (2010) menyatakan bahwa salah satu karakteristik khas dari

kegiatan inkuiri dalam bidang sains adalah pemberian peluang bagi siswa untuk

berlatih mengkomunikasikan hasil kegiatan belajarnya melalui penulisan laporan

ilmiah sederhana. Hal senada juga dikemukakan Suma (2010), yakni dalam inkuiri

siswa belajar aktif secara fisik dan mental melalui pengalaman langsung,

mengajukan pertanyaan, mencari jawaban dari berbagai sumber, mengambil

keputusan dari berbagai alternatif jawaban.

Penggunaan MTDKBI dengan strategi kooperatif menjadi salah satu solusi

untuk menopang kecakapan sosial yang sangat penting dimiliki oleh siswa. Sebagai

makhluk sosial, setiap siswa perlu dibekali kecakapan sosial semenjak dini. Dengan

Page 24: Kurniawan Arizona

MTDKBI melalui strategi kooperatif Simposium Guru Nasional 2015 16

bekal kecakapan sosial, seseorang akan dapat menjalani kehidupan dengan baik di

tengah makin krisisnya budaya santun dalam berkomunikasi dan mengikisnya etika

dalam berinteraksi antar sesama.

c. Hasil belajar kognitif Siswa

Implementasi MTDKBI melalui strategi kooperatif dapat meningkatkan

hasil belajar kognitif siswa. Aktivitas belajar melalui MTDKBI dapat menjadi

sarana bagi siswa untuk mengembangkan kompetensi yang berkaitan dengan

indikator pembelajaran. Keterlibatan siswa dalam mengoperasikan media yang

sesuai dengan tujuan pembelajaran memberikan pengalaman belajar secara

langsung, sehingga siswa melalui tahapan pembelajaran yang berkesan. Proses

pembelajaran seperti ini berdampak pada pengetahuan yang diperoleh sulit untuk

dilupakan oleh siswa dibandingkan hanya dengan mendengar penjelasan guru atau

sekedar membaca buku. Seperti yang dinyatakan Sanjaya (2011), menurut Piramida

Pengalaman Dale, semakin langsung objek yang dipelajari, maka semakin konkret

pengetahuan diperoleh dan sebaliknya.

Kegiatan inkuiri dalam proses pembelajaran, siswa dilatih untuk

membangun informasi dan konsep secara mandiri. Seperti yang dipaparkan oleh

Slavin (2011) salah satu prinsip terpenting psikologi pendidikan adalah guru tidak

diperkenankan memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa hendaknya

membangun pengetahuan dalam pikiran mereka sendiri. Guru dapat memfasilitasi

proses ini dengan cara menjadikan informasi bermakna dan relevan bagi siswa,

memberi kesempatan kepada siswa menemukan atau menerapkan sendiri

gagasannya. Menurut Nur dan Wikandari (2000) siswa mendapat keuntungan jika

mereka dapat melihat dan melakukan sesuatu daripada hanya sekedar mendengar

ceramah. Guru sebaiknya mendorong siswa untuk memecahkan sendiri masalah

yang dihadapi atau di dalam kelompoknya, bukan mengajarkan mereka jawaban

dari masalah. Oleh karena itu guru dituntut memfasilitasi siswa untuk aktif dalam

proses pembelajaran yang berbasis inkuiri.

Pada penelitian ini, pembelajaran kooperatif berkontribusi dalam

meningkatkan hasil belajar siswa. Siswa terlihat lebih mudah paham ketika ada

konsep yang sulit setelah dijelaskan oleh teman dalam kelompoknya. Seperti yang

Page 25: Kurniawan Arizona

MTDKBI melalui strategi kooperatif Simposium Guru Nasional 2015 17

dikemukakan Slavin (2011), berdasarkan teori siswa akan lebih mudah menemukan

dan memahami konsep yang sulit jika mereka mendiskusikan konsep tersebut

dengan teman sebayanya. Strategi pembelajaran kooperatif tidak hanya

berimplikasi pada hasil belajar tersedia bagi semua siswa, tetapi juga

mengakibatkan proses pemikiran siswa lain tersedia bagi semua orang. Belajar

secara kooperatif secara tidak langsung akan memberikan pembelajaran kepada

siswa bagaimana cara teman-teman sejawatnya berhasil menyelesaikan masalah

dalam satu kelompok melalui pendekatan mereka.

Hal senada juga diungkapkan Ibrahim et al. (2000) bahwa tujuan

pembelajaran kooperatif tidak hanya pada aspek sosial namun juga dapat

meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Beberapa ahli

berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep

yang sulit. Di samping itu, pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan

baik pada siswa yang berkemampuan tinggi maupun di bawah rata-rata. Siswa yang

pintar akan menjadi tutor bagi temannya yang belum bisa. Hal ini berdampak siswa

yang belum mengerti menjadi paham dan siswa yang pintar akan makin terasah

kemampuannya karena dengan memberi pelayanan sebagai tutor membutuhkan

pemikiran lebih mendalam terkait dengan konsep materi yang ia ajarkan.

Page 26: Kurniawan Arizona

MTDKBI melalui strategi kooperatif Simposium Guru Nasional 2015 18

BAB IVSIMPULAN DAN REKOMENDASI

4.1 Simpulan

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa:

a. MTDKBI merupakan media pembelajaran yang sederhana dan mudah

dimplementasikan dalam proses pembelajaran. Penggunaan MTDKBI bertujuan

untuk memberi pengalaman secara langsung kepada siswa dalam melakukan

eksperimen, siswa memperoleh materi kemagnetan secara konkret, dan

menghindari verbalisme.

b. Implementasi MTDKBI melalui strategi kooperatif dalam proses pembelajaran

mampu meningkatkan sikap ilmiah, kecakapan sosial dan hasil belajar kognitif

siswa.

4.2 Rekomendasi

a. Pembelajaran Fisika bagi siswa hendaknya dilakukan dengan media berbasis

inkuiri yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif dalam

mengkonstruksi pengetahuan yang dimiliki.

b. Pembelajaran Fisika tidak hanya menekankan pada penguasaan konten (hasil

belajar hasil belajar kognitif) tetapi juga pada aspek kecakapan sosial dan sikap

ilmiah yang penting dimiliki oleh siswa sebagai bekal hidup.

c. Media tiga dimensi dan perangkat berbasis inkuiri yang telah

diimplementasikan hanya masih pada materi kemagnetan sehingga perlu

diterapkan pada materi fisika yang lain.

d. Pada saat melakukan penelitian perlu memperhatikan beberapa hal terkait

dengan karakter materi pembelajaran yang akan dijadikan objek kajian, media

yang akan digunakan, proses penelitian yang sedang dijalankan dan juga durasi

waktu penelitian sehingga mendapatkan hasil yang optimal.

Page 27: Kurniawan Arizona

MTDKBI melalui strategi kooperatif Simposium Guru Nasional 2015 19

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, L. W. & Krathwohl, D. R. 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching,and Assessing a Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives.New York: Longman, Inc.

Arends, R. I. 2008. Learning to Teach (Belajar untuk Mengajar) Edisi Ketujuh.Helly, P. S. & Sri, M. S. (Penerjemah). Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Arifin, E. Z. 2008. Dasar-Dasar Penulisan Karya Ilmiah Lengkap dengan KaidahBahasa Indonesia yang Benar untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo.

Bass, J. E., Contant, T. L. dan Carin, A. A. 2009. Teaching Science as Inquiry.Boston: Pearson Inc.

BSNP. 2006. Model Penilaian Kelas Kurikulum Berbasis Kompetensi SMP/MTs.Jakarta: BSNP dan Depdiknas.

Daryanto. 2010. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Grava Media.Gulo, W. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo.Hamalik, O. 2004. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.

Bumi Aksara: Jakarta.Hamalik, O. 2011. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.Hassard, J. & Dias, M. 2009. The Art of Teaching Science. London: Oxford

University Press.Hinduan, A., Setiawan, W., Siahaan, P. & Suyan, I. 2007. Pendidikan Fisika.

Dalam Ali, M. Ibrahim, R. Sukmadinata, N.S. Sudjana, D. & Rasjidin, W(Penyunting). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: Pedagogiana Press.

Ibrahim, M., Rachmadiati, F., Nur, M. & Ismono. 2000. Pembelajaran Kooperatif.Pusat Sains dan Matematika Sekolah. Program Pascasarjana UNESA.Surabaya: University Press.

Jufri, A. W. 2008. Implementasi Pembelajaran Berbasis Inkuiri, Tantangan danHarapan Bagi Guru Pelajaran Sains. Prosiding Seminar Nasional PMIPAFKIP UNRAM ”Pengembangan Profesionalisme Pendidik MenghadapiTantangan Pembelajaran Matematika dan Sains”. Mataram: UniversitasMataram.

Jufri, A. W & Jekti, D. S. D. 2010. Efektivitas Pembelajaran Sains Berbasis Inkuiridengan Strategi Kooperatif dalam Meningkatkan Keterampilan BerpikirSiswa SMP. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran 17(2): 159-164.

Muchtar, Z. & Arsidah P. 2009. Penerapan Metode Inquiry Berbasis Kelas dalamPembelajaran Struktur Atom. Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains 4:35-40.

Muhson, A. 2010. Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis TeknologiInformasi. Jurnal Pendidikan Akutansi Indonesia VIII (2): 1-10.

Nur, M. & Wikandari, P.P. 2000. Pengajaran Berpusat kepada Siswa danPendekatan Konstruktivis dalam Pengajaran. Pusat Matematika dan IPASekolah. Program Pascasarjana UNESA. Surabaya: University Press.

Puskur. 2007a. Naskah Akdemik Kajian Kebijakan Kurikulum Mata PelajaranIPA. Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas.

Page 28: Kurniawan Arizona

MTDKBI melalui strategi kooperatif Simposium Guru Nasional 2015 20

Puskur. 2007b. Pengembangan Model Pendidikan Kecakapan Hidup. Jakarta: PusatKurikulum, Balitbang Depdiknas.

Rusman. 2010. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan ProfesionalismeGuru. Jakarta: Rajawali Press.

Sanjaya, W. 2011. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:Kencana Prenada Media Group.

Slavin, R. E. 2011. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik Jilid II EdisiKesembilan. Penerjemah Marianto Samosir. Jakarta: Indeks.

Sudjana, N. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:Rosdakarya.

Sudjana, N. & Rivai, A. 2011. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru.Suma, K. 2010. Efektivitas Pembelajaran Berbasis Inkuiri dalam Peningkatan

Penguasaan Konten dan Penalaran Ilmiah Calon Guru Fisika. JurnalPendidikan dan Pengajaran 43 (6): 47-55.

Tim Broad Based Education Depdiknas. 2003. Pola Pelaksanaan KecakapanHidup melalui Pendekatan Kecakapan Hidup melalui Pendidikan BerbasisLuas. Surabaya: SIC.

Usman, U. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Rosdakarya.Wahyudiati, D. 2010. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berorientasi Model

Pembelajaran Diskusi pada Pokok Bahasan Energi dan Perubahannyauntuk Menumbuhkan Sikap Ilmiah Siswa. Jurnal Inovasi dan Pendidikan3 (1): 363.

Page 29: Kurniawan Arizona

20

Lampiran 1. Biodata Penulis

Kurniawan ArizonaLingkungan Karang Baru Selatan, Kecamatan Selaparang Kota Mataram, NTB.

HP : +6287775894877 Email : [email protected]

Penulis Kurniawan Arizona, S.Si.,M.Pd. lahir di Sakra LombokTimur pada tanggal 16 April 1987. Pendidikan dasar dan menengahditempuh di Lombok Timur Nusa Tenggara Barat. Pendidikan S1pada Program Studi Fisika Fakultas MIPA Universitas Brawijayadan S2 pada Program Studi Magister Pendidikan IPA ProgramPascasarjana Universitas Mataram. Penulis adalah seorang guruyang mengajar pada mata pelajaran Fisika, Kimia, Biologi danMatematika di SMP-SMA Fullday dan MA Plus Abu HurairahMataram. Penulis juga sebagai Dosen Kontrak pada Program Studi Pendidikan FisikaUniversitas Mataram mengajar pada Mata Kuliah Elektronika Dasar dan MetodologiPenelitian. Penulis sudah menikah dengan seorang istri bernama Ramdhani Sucilestari,S.Si.,M.Pd. dan memiliki satu orang putri bernama Mutiara Fathimah Arizona. Penulistelah membuat beberapa artikel yang sudah diterbitkan pada jurnal dan aktif mengikutiberbagai kegiatan seminar maupun pelatihan.

Page 30: Kurniawan Arizona

KELAS IXSMPN 10 MATARAM

Lampiran 2. RPPRENCANAPELAKSANAANPEMBELAJARAN( MTDK-BI dengan Strategi Kooperatif Tipe

STAD)

Kurniawan Arizona,M.Pd.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANSMPN 10 MATARAM

MATARAMNTB

Page 31: Kurniawan Arizona

22

RPP MTDK-BI melalui Strategi Kooperatif Tipe STAD

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN(Perpaduan MTDK-BI dan STAD Pertemuan 1)

Satuan Pendidikan : SMP/MTsSekolah : SMPN 10 MataramMata Pelajaran : IPA/FisikaKelas/Semester : Kelas IX/ Semester IIMateri Pembelajaran : KemagnetanAlokasi Waktu : 2 x 40 menit

A. Standar Kompetensi

4. Memahami konsep kemagnetan dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

B. Kompetensi dasar

4.1 Menyelidiki gejala kemagnetan dan cara membuat magnet

C. Indikator

1. Siswa dapat mengidentifikasi dan mengklasifikasi beberapa bahan yang dapat dan

tidak dapat ditarik oleh magnet.

2. Siswa dapat menjelaskan tentang kutub magnet

3. Siswa dapat menggambarkan garis gaya magnet

4. Siswa dapat menjelaskan bahwa gaya magnet dapat menembus benda non magnetis.

D. Tujuan pembelajaran

1. Siswa dapat mengidentifikasi dan mengklasifikasi beberapa bahan yang dapat dan

tidak dapat ditarik oleh magnet melalui eksperimen dengan tepat berbantuan media

tiga dimensi kemagnetan (MTDK), Panduan Inkuiri Kemagnetan Siswa (PIKS) 1,

dan Lembar Hasil Inkuiri Kemagnetan Siswa (LHIKS) 1.

2. Siswa dapat mengidentifikasi kedua kutub magnet dengan tepat berbantuan MTDK,

PIKS 1 dan LHIKS 1.

3. Siswa dapat menjelaskan bahwa magnet selalu memiliki dua buah kutub melalui

eksperimen dengan tepat berbantuan MTDK, PIKS 1 dan LHIKS 1.

4. Siswa dapat menjelaskan bahwa gaya tarik paling kuat pada suatu magnet berada

pada kedua kutubnya dengan tepat berbantuan MTDK, PIKS 1 dan LHIKS 1.

5. Siswa dapat menggambarkan garis gaya magnet dari beberapa jenis magnet yang

berbeda (magnet batang, magnet tapal kuda, magnet ring, magnet lingkaran) melalui

eksperimen berbantuan MTDK, PIKS 1 dan LHIKS1.

Page 32: Kurniawan Arizona

23

RPP MTDK-BI melalui Strategi Kooperatif Tipe STAD

6. Siswa dapat menjelaskan bahwa gaya magnet dapat menembus benda non magnetis

melalui eksperimen dengan tepat berbantuan MTDK, PIKS 1 dan LHIKS 1.

E. Materi Pembelajaran

1. Klasifikasi bahan magnetik dan non magnetik

2. Kutub magnet

3. Medan magnet

4. Gaya magnet dapat menembus benda non magnetis

F. Model dan Metode Pembelajaran

Model pembelajaran : MTDK-BI melalui Strategi Kooperatif Tipe STAD

Metode pembelajaran : Eksperimen, penugasan, dan diskusi kelompok

PROSES BELAJAR MENGAJAR

I. PendahuluanKegiatan

GuruKegiatan

SiswaAlokasiWaktu

Nilai ygditanamkan

1. Mengucapkan salam,memperkenalkan diri dan mengecekkehadiran siswa

2. Apersepsi dan motivasiMengaitkan pelajaran denganpengetahuan awal yang dimilikisiswaApa yang kalian ketahui tentangmagnet?

3. Mengkomunikasikan tujuanpembelajaran dan teknikpembelajaran

1. Merespon dan memperhatikanapa yang disampaikan oleh guru

2. Siswa mencoba mengingatpengetahuan yang mereka milikitentang magnet.Siswa memberi umpan balikdengan menjawab pertanyaanyang dikemukakan oleh guru

3. Siswa memperhatikan danmemahami tujuan dan teknikpembelajaran yang akan merekalalui

8’5’

Religius

Pendengaryang baik

Peduli

II. IntiKegiatan

GuruKegiatan

SiswaAlokasiWaktu

Nilai ygditanamkan

1. Mengorganisasi siswa untuk dudukdalam tatanan kooperatif (fase 1).

2. Guru mempresentasikan secaraumum materi ke siswa (fase 2).

3. Guru memfasilitasi siswa dalamkelompok kooperatif melakukanpercobaan menggunakan MTDKsesuai dengan petunjuk yang adapada PIKS 1 (fase 3).

1. Siswa duduk dalam kelompokkooperatif (fase 1)

2. Siswa mendengar penjelasanguru dengan baik (fase 2)

3. Siswa mempersiapkan bahan danalat MTDK,LHIKS 1, ringkasanmateri, dan mempelajaripetunjuk yang ada pada PIKS 1(fase 3).

4’

4’

4’

Disiplin

Pendengaryang baik

Tanggungjawab

Kerjasama

Menghargai

Page 33: Kurniawan Arizona

24

RPP MTDK-BI melalui Strategi Kooperatif Tipe STAD

KegiatanGuru

KegiatanSiswa

AlokasiWaktu

Nilai ygditanamkan

4. Guru memberi pertanyaan pengarah(rumusan masalah) kepada siswamelalui PIKS 1 (fase 4).

5. Guru memfasilitasi siswa untukmengumpulkan data dalammembuktikan hipotesis yang telahdirumuskan dengan menggunakanMTDK yang dipandu dengan PIKS 1dan dituang dalam LHIKS 1 (fase 5).

6. Guru memfasilitasi siswa untukmengeinterpretasi dan menganalisisdata berbantuan PIKS 1 dan LHIKS1 (fase 6).

7. Guru memfasilitasi siswa untukmembuat kesimpulan berdasarkanpercobaan yang telah dilakukanberbantuan PIKS 1 dan dituangdalam LHIKS 1 (fase 7).

8. Guru memberi kuis secara individukepada siswa dan tidak dibenarkanuntuk bekerjasama. Materi kuis yangdiberikan sesuai dengan indikatorRPP dengan bentuk soal pilihanganda (fase 8).

9. Guru mengoreksi dan menghitungskor yang dicapai oleh siswa untukmenentukan kelompok dan siswayang berhasil mencapai nilai tertinggi(fase 9).

10. Memberi penghargaan kepadakelompok dan siswa yang meraihskor paling tinggi (fase 10).

4. Siswa mencoba untuk memberidugaan/jawaban sementara(hipotesis) terhadap rumusanmasalah (pertanyaan pengarah)yang tertuang pada PIKS 1 (fase4)

5. Siswa melakukan serangkaianpercobaan untuk mengumpulkandata dengan menggunakanMTDK yang dipandu denganPIKS 1 dan hasilnya dituang padaLHIKS 1 (fase 5).

6. Siswa menginterpretasi danmenganalisis data berdasarkandata yang telah dikumpulkan.Hasilnya ditulis pada LHIKS 1(fase 6).

7. Siswa membuat kesimpulanberdasarkan hasil percobaan yangmereka lakukan (fase 7).

8. Siswa menjawab kuis (tes) yangdiberikan oleh guru menurutkemampuan mereka sendiri (fase8).

9. Mengoreksi jawaban dari anggotakelompok lain (fase 9)

10.Menerima penghargaan sesuaidengan perolehan skor tertinggiyang ditujukan pada kelompokdan individu terbaik (fase 10).

5’

15’

8’

8’

5’

10’

4’

Kerjasama

Menghargai

Tanggungjawab

Menghargai

Kerjasama

Tanggungjawab

Menghargai

Kerjasama

Tanggungjawab

Kerjasama

Menghargai

Tanggungjawab

Jujur

Peduli

Menghargai

Page 34: Kurniawan Arizona

25

RPP MTDK-BI melalui Strategi Kooperatif Tipe STAD

III.PenutupKegiatan

GuruKegiatan

SiswaAlokasiWaktu

Nilai ygditanamkan

1. Guru menyimpulkan pelajaran

2. Guru memberi tugas mandiri untukmembaca ringkasan materi

1. Memperhatikan dan ikut memberiandil dalam menyimpulkanmateri yang telah dipelajari.

2. Siswa merespon tugas yangdiberikan oleh guru.

5’ Menjadipendengaryang baik

Menyum-bangkan ide

Peduli

G. Sumber Belajar

1. MTDK2. LHIKS 13. PIKS 14. Ringkasan Materi Kemagnetan

H. Penilaian Hasil Belajar

1. Teknik Penilaian: tes tertulis dan tes unjuk kerja2. Bentuk Instrumen: uraian dan pilihan ganda

Page 35: Kurniawan Arizona

26

KELAS IXSMPN 10 MATARAM

Lampiran 3. PIKSPanduan InkuiriKemagnetan Siswa(PIKS)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANSMPN 10 MATARAM

MATARAMNTB

Kurniawan Arizona,M.Pd

Page 36: Kurniawan Arizona

27

PIKS (Panduan Inkuiri Kemagnetan Siswa)

PANDUAN INKURI KEMAGNETAN SISWA

GAMBARAN UMUM

Sebagai siswa yang baik, Anda dituntut untuk memanfaatkan sumber

belajar secara optimal dalam rangka menambah pengetahuan dan

mengembangkan kompetensi Anda. Salah satu sumber belajar yang

memudahkan Anda dalam memahami konsep kemagnetan adalah media

magnet itu sendiri. Melalui kegiatan inkuiri ilmiah meliputi, mengajukan

pertanyaan terkait dengan materi yang akan dipelajari (merumuskan

masalah), membuat hipotesis (dugaan sementara), melakukan

serangkaian investigasi (penyelidikan/percobaan), mengumpulkan data,

mengolah data, menganalisis data dan membuat kesimpulan serta

mengkomunikasikan kepada rekan-rekan Anda, diharapkan Anda tidak

hanya paham tentang konsep kemagnetan tetapi juga sikap ilmiah dan

kecakapan sosial Anda akan terlatih.

TUJUAN

Melakukan kegiatan inkuiri ilmiah untuk mendapatkan

konsep/fakta/teori tentang sifat–sifat kemagnetan dan cara membuat

magnet serta pemanfaatan magnet dalam dunia teknologi.

KEGIATAN

1. Pastikan Anda bekerja sebagai anggota tim (kelompok). Membantu

dan bekerjasama sesama anggota kelompok sangat dibutuhkan dalam

mencapai kesuksesan bersama. Ingat pepatah yang mengatakan

“bersatu kita teguh, bercarai kita runtuh”.

2. Untuk menyelesaikan tugas pada lembar hasil inkuiri kemagnetan

siswa 1 (LHIKS 1), LHIKS 2, LHIKS 3, LHIKS 4, dan LHIKS 5, lakukanlah

serangkaian investigasi (penyelidikan) melalui berbagai percobaan

sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan yang terkait.

3. Tulislah identitas sumber belajar (daftar pustaka), jika Anda

mengkaji dari sumber bacaan dalam rangka menyelesaikan

Page 37: Kurniawan Arizona

28

PIKS (Panduan Inkuiri Kemagnetan Siswa)

serangkaian tugas pembelajaran. Identitas sumber pustaka meliputi:

nama pengarang, tahun terbit, judul sumber pustaka, nama penerbit.

Contoh cara penulisan daftar pustaka :

Arends, R.I. 2008. Learning to Teach (Belajar untuk Mengajar)

Edisi ketujuh. diterjemahkan Helly, P.S dan Sri, M.S.

Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Page 38: Kurniawan Arizona

29

PIKS (Panduan Inkuiri Kemagnetan Siswa)

PANDUAN INKUIRI KEMAGNETAN SISWA(PIKS)

Pertemuan I

PIKS 1.1 BAHAN MAGNETIS DAN NON MAGNETIS

Siapkan bahan-bahan berikutuntuk menjawab pertanyaan di atas!

Magnet, paku baja, logam alumunium, kawat tembaga, logam kuningan,kawat timah, seng, kertas, kain, sedotan plastik, batu, pasir, kayu,bambu, kaca, karet gelang, daun, dan benda-benda lainnya yang ada disekitar Anda.

Sebelum melakukan percobaan, perkirakan jawaban yang mungkin

berdasarkan pertanyaan di atas, tulis pada kolom hipotesis pada

LHIKS 1.1.

Lakukanlah serangkaian kegiatan percobaan untuk membuktikan

hipotesis Anda. Klasifikasikan (kelompokkan) bahan-bahan yang

tersedia berdasarkan sifat magnetis atau non-magnetis, seperti pada

Tabel 1.1 yang telah disediakan pada LHIKS 1.1.

Langkah-langkah yang Anda lakukan untuk mengetahui benda-benda

tersebut termasuk magnetis dan non magnetis adalah dengan

mendekatkannya pada magnet. Apabila benda tersebut dapat ditarik

oleh magnet, maka benda tersebut tergolong benda magnetis,

sedangkan benda yang tidak dapat ditarik oleh magnet dinamakan

Apakah semua benda dapatditarik oleh magnet? Apakahbenda magnetis itu?

Page 39: Kurniawan Arizona

30

PIKS (Panduan Inkuiri Kemagnetan Siswa)

benda non magnetis. Agar mendapatkan hasil yang lebih dapat

dipercaya, diharapkan Anda mengulangi percobaan.

Apa kesimpulan yang Anda peroleh? Tulislah pada kolom kesimpulan

LHIKS 1.1. Bandingkan dengan apa yang Anda tulis pada kolom

hipotesis.

PIKS 1.2 MEDAN DAN GARIS GAYA MAGNET

Gambar 1.1 Beberapa contoh bentuk magnet

Sebelum melakukan percobaan, perkirakan jawaban yang mungkin

berdasarkan pertanyaan di atas, tulis pada kolom hipotesis pada

LHIKS 1.2.

Persiapkan 3 jenis magnet seperti Gambar 1.1 di atas yaitu magnetring, batang dan magnet U (tapal kuda). Anda pun dapat mencobauntuk jenis magnet yang lain. Persiapkan kertas/karton, magnet, danserbuk besi. Taruhlah magnet tersebut di atas kertas atau karton,kemudian taburkanlah serbuk besi, perhatikan apa yang terjadi!

Gambar garis gaya yang terbentuk dari 3 jenis magnet tersebutberdasarkan hasil percobaan pada kolom A, B, dan C di LHIKS 1.2.Bila perlu ulangi kembali percobaan Anda.

Apa kesimpulan yang Anda peroleh? Tulislah pada kolom kesimpulan

LHIKS 1.1. Bandingkan dengan apa yang Anda tulis pada kolom

hipotesis.

Apakah semua magnetmemliki medan magnet?Apakah setiap magnetmemiliki garis gaya yangberbeda?

Page 40: Kurniawan Arizona

31

PIKS (Panduan Inkuiri Kemagnetan Siswa)

PERCOBAAN 1.3 MEMPELAJARI KUTUB MAGNET

Gambar 1.2 Magnet batang yang dipotong

Tabel 1.1 Langkah-langkah memprediksi sifat kutub-kutub magnetKONDISI

Perhatikan Gambar 1.2 dan Tabel 1.1 di atas!

Perkirakan apa yang akan terjadi dan tulis pada kolom hipotesis pada

LHIKS 1.3.

Apakah magnet selalumemiliki dua buah kutub?Bagaimana sifat-sifat darikutub suatu magnet?1 2 3

Page 41: Kurniawan Arizona

32

PIKS (Panduan Inkuiri Kemagnetan Siswa)

Untuk membuktikan hipotesis Anda, lakukanlah serangkaian kegiatanpercobaan sebagai berikut! Persiapkan beberapa jenis magnetbatang seperti Gambar 1.3. Potong magnet batang menjadi 3 bagian,selidikilah kutub magnet dari setiap potongan magnet. Lengkapijawaban Anda pada LHIKS 3.1 pada kolom pengumpulan data 1.3.1.Buktikan pula sifat-sifat bagian dari magnet batang denganmelakukan percobaan sesuai pada Tabel 1.1, catat apa yang terjadipada tabel 1.2 pada LHIKS 3.1!

Setelah melakukan serangkaian percobaan, tulislah pada kolom

kesimpulan LHIKS 1.3 berdasarkan hasil percobaan yang Anda

lakukan. Apakah hipotesis Anda diterima atau tidak? Jelaskan

dikolom kesimpulan.

Page 42: Kurniawan Arizona

KELAS IXSMPN 10 MATARAM

Lampiran 4. LHIKSLembar Hasil InkuiriKemagnetan Siswa(LHIKS)Kurniawan Arizona,M.Pd.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANSMPN 10 MATARAM

MATARAMNTB

Page 43: Kurniawan Arizona

NAMA KELOMPOK:…...............................

Anggota:

1. ……………………………………

2.……………………………………

3.……………………………………

4.……………………………………

5.……………………………………

Kelas : IX …. SMPN 10 MATARAM

LEMBAR HASIL INKUIRI KEMAGNETAN SISWA 11.1 Bahan Magnetis dan Non Magnetis1.2 Medan dan Garis Gaya Magnet1.3 Kutub Magnet

Page 44: Kurniawan Arizona

35

LHIKS Pertemuan I

A. HIPOTESIS

1............................................................................................................

............................................................................................................

2............................................................................................................

.............................................................................................................

3............................................................................................................

B. PENGUMPULAN DATA

Tabel 1.1 Pengelompokan Bahan Magnetis dan non Magnetis

NO MAGNETIS NON MAGNETIS

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

..............................................................................................................

..............................................................................................................

C. KESIMPULAN

..............................................................................................................

..............................................................................................................

..............................................................................................................

..............................................................................................................

..............................................................................................................

..............................................................................................................

LHIKS 1.1 BAHAN MAGNETIS DAN NON MAGNETIS

Magnet telahditemukan lebih dari

2000 tahun yang laluoleh seorang Yunani

yang hidup di daerahyang bernama

Magnesia di Turki.

Apakah setiap magnetdapat menarik semua

jenis benda?

Tujuan Pembelajaran:

Diharapkan setelahmempelajari LHIKS iniAnda dapat memahamidan menjelaskan tentangbahan magnetis, kutubmagnet, dan medanmagnet.

Page 45: Kurniawan Arizona

36

LHIKS Pertemuan I

LHIKS 1.2 MEDAN DAN GARIS GAYA MAGNET

A. HIPOTESIS

1............................................................................................................

.............................................................................................................

2.............................................................................................................

.............................................................................................................

3.............................................................................................................

B. PENGUMPULAN DATA

Kolom A. Gambar garis gaya magnet batang

Kolom B. Gambar garis gaya magnet ring

Kolom C. Gambar garis gaya magnet U

C. KESIMPULAN

..............................................................................................................

..............................................................................................................

..............................................................................................................

..............................................................................................................

..............................................................................................................

..............................................................................................................

Bisakah Anda memprediksi apasaja kegunaan magnet

berdasarkan gejala-gejala yangditimbulkan dalam kehidupan

sehari-hari?

Page 46: Kurniawan Arizona

37

LHIKS Pertemuan I

A. HIPOTESIS

1............................................................................................................

.............................................................................................................

2............................................................................................................

.............................................................................................................

3...........................................................................................................

B. PENGUMPULAN DATA

1.3.1 Analisis kutub magnet setelah dipotong

............................................................................................................

............................................................................................................

............................................................................................................

............................................................................................................

LHIKS 1.3 KUTUB MAGNET

1

2

3

Kutub………..

Kutub………..

Kutub………..

Kutub………..

Kutub………..

Kutub………..

Bagaimana gambar dibawah ini dapat

terjadi, bisakah Andamembuktikannya?

Page 47: Kurniawan Arizona

38

LHIKS Pertemuan I

LHIKS 1.3 KUTUB MAGNET

1.3.1 Analisis interaksi kutub magnet

Berilah tanda rumput pada hasil yang sesuai dengan kondisi disampingnya

Tabel 1.2 Analisis Interaksi Kutub Magnet

HASIL KONDISI1. Tarik-menarik Tolak menolak2. Tarik-menarik Tolak menolak3. Tarik-menarik Tolak menolak4. Tarik-menarik Tolak menolak5. Tarik-menarik Tolak menolak

..............................................................................................................

..............................................................................................................

..............................................................................................................

..............................................................................................................

D. KESIMPULAN

..............................................................................................................

..............................................................................................................

..............................................................................................................

..............................................................................................................

..............................................................................................................

..............................................................................................................

..............................................................................................................

..............................................................................................................

Tahukah Anda, bumi memilikimagnet raksasa di dalamnya,

yang sangat bermanfaat sebagaipenunjuk arah?

Kutub-kutub bumi tidak tepatberada pada tempat yang sama

seperti kutub-kutub magnetbumi.