I. PENGANTAR
Carrageenan, bahan dari species alga merah Chondrus crispus, bersifat gel pada suhu tertentu
dan reversibel. Ketika diinjeksikan dalam tubuh, mampu menginduksi respon inflammatory.
Induksi inflamasi oleh carrageenan, menurut Winter (1) bersifat acute, nonimmune, dapat
diamati dengan baik, dan dapat dilakukan berulang kali.
II. TUJUAN PERCOBAAN
Memahami efek anti – inflamasi bahan obat terhadap hewan coba yang diinduksi
carrageenan.
III. TEORI
A. Pengertian
1. Inflamasi
Inflamasi adalah respon dari suatu organism terhadap pathogen dan alterasi
mekanis dalam jaringan, berupa rangkaian reaksi yang terjadi pada tempat aringan
yang mengalami cedera, seperti karena terbakar, atau terinfeksi. Radang atau
inflamasi adalah satu dari respon utama system kekebalan terhadap infeksi dan iritasi.
Radang terjadi saat suatu mediator inflamasi (misal terdapat luka) terdeteksi oleh
tubuh kita.Lalu permeabilitas sel di tempat tersebut meningkat diikuti keluarnya
cairan ke tempat inflamasi maka terjadilah pembengkakan.Kemudian terjadi
vasodilatasi (pelebaran) pembuluh darah perifer sehingga aliran darah dipacu
ketempat tersebut, akibatnya timbul warna merah dan terjadi migrasi sel-sel darah
putih sebagai pasukan pertahanan tubuh kita.Inflamasi distimulasi oleh factor kimia
(histamin, bradikinin, serotonin, leukotriendan prostaglandin) yang dilepaskan oleh
sel yang berperan sebagai mediator radang di dalam system kekebalan untuk
melindungi jaringan sekitar dari penyebaran infeksi.
Radang sendiri dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Inflamasi non imunologis :tidakmelibatkan system imun (tidakadareaksialergi)
misalnyakarenaluka, cederafisik, dsb.
2. Inflamasiimunologis :Melibatkan system imun, terjadireaksi antigen-antibodi.
Misalnyapadaasma.
Prostaglandin merupakan mediator padainflamasi yang menyebabkan kita meras
aperih, nyeri, dan panas. Prostaglandin dapat menjadi salah satu donator penyebab
nyeri kepala primer.
Di membrane sel terdapat phosphatidylcholine dan phosphatidylinositol. Saat
terjadi luka, membrane tersebut akan terkena dampaknya juga. Phosphatidylcholine
dan phosphatidylinositol diubah menjadi asam arakidonat. Asam arakidonat nantinya
bercabang menjadi dua yaitu jalur siklooksigenasi (COX) dan jalur lipooksigenase.
Pada jalur COX ini terbentuk prostaglandin dan thromboxanes.Sedangkan pada
jalur lipooksigenase terbentuk leukotriene.
1. Prostaglandin sebagai mediator inflamasi dan nyeri. Juga menyebabkan
vasodilatasi dan edema (pembengkakan).
2. Thromboxane menyebabkan vasokonstriksi dan agregasi (penggumpalan) platelet.
3. Leukotriene menyebabkan vasokontriksi, bronkokonstriksi.
Radang mempunyai tiga peran penting dalam perlawanan terhadap infeksi :
1. Memungkinkan penambahan molekul dan sel efektor ke lokasi infeksi untuk
meningkatkan performa makrofaga.
2. Menyediakan rintangan untuk mencegah penyebaran infeksi.
3. Mencetuskan proses perbaikan untuk jaringan yang rusak.
Respon peradangan dapat dikenali dari rasa sakit, kulit lebam, demam, dll.yang
disebabkan karena terjadi perubahan pada pembuluhdarah di area infeksi :
1. Pembesaran diameter pembuluh darah, disertai peningkatan aliran darah di daerah
infeksi. Hal ini dapat menyebabkan kulit tampak lebam kemerahan dan penurunan
tekanan darah terutama pada pembuluh kecil.
2. Aktivasi molekul adhesi untuk merekatkan endothelia dengan pembuluh darah.
3. Kombinasi dari turunnya tekanan darah dan aktivasi molekul adhesi, akan
memungkinkan sel darah putih bermigrasike endothelium dan masuk ke
dalam jaringan. Proses ini dikenal sebagai ekstravasasi.
Bagian tubuh yang mengalami peradangan memiliki tanda-tanda sebagai berikut :
1. Tumor atau membengkak
2. Calor atau menghangat
3. Dolor atau nyeri
4. Rubor atau memerah
5. Functiolaesa atau daya pergerakan menurun, dan kemungkinan disfungsi organ
2. Carrageenan
Karagenan merupakan suatu mukopolisakarida yang diperoleh dari rumput laut
merah Irlandia (Chondrus crispus). Karagenan juga merupakan suatu zat asing
(antigen) yang bila masuk ke dalam tubuh akan merangsang pelepasan mediator
radang seperti histamin sehingga menimbulkan radang akibat antibodi tubuh bereaksi
terhadap antigen tersebut untuk melawan pengaruhnya. Karagenan terbagi atas tiga
fraksi, yaitu kapaa karagenan, iota karagenan, dan lambda karagenan. Karegenan
diberi nama berdasarkan persentase kandungan ester sulfatnya, yaitu kappa karagenan
mengandung 25-30%, iota karagenan 28-35%, dan lambda karagenan 32-39%. Larut
dalam air panas (700C), air dingin, susu dan dalam larutan gula sehingga sering
digunakan sebagai pengental/penstabil pada berbagai makanan/minuman
a. Kappa karagenan
Kappa karegenan berasal dari spesies Euchema cottonii, Euchema striatum,
Euchema speciosum. Bahan ini larut dlam air panas. Kappa karagenan
mengekstraksi D-galaktosa yang mengandung 6 ester sulfat dan 3,6-anhidro-D-
galaktosa yang mengandung 2 ester sulfat.
b. Iota karagenan
Iota karagenan berasal dari spesies Euchema spinosuum, Euchema isiforme, dan
Euchema uncinatum. Bahan ini larut dalam air dingin. Iota karagenan
mengekstraski D-galakatosa yang mengandung 4 ester sulfat dan 3,6-anhidro-D-
galaktosa yang mengandung 2 ester sulfat.
c. Lambda karagenan
Lambda karagenan berasal dari genus Chondrus dan Gigartina. Lambda
karagenan larut dalam air dingin. Berbeda dengan kappa karagenan dan iota
karagenan, lambda karagenan memiliki disulfat-D-galaktosa (Lumbanraja, L.B.,
2009).
B. Obat – obat Anti-Inflamasi Non-Steroid
AINS (Anti-Inflamasi Non-Steroid) berkhasiat analgetis, antipiretis, serta anti radang
(antiflogistis), dan sering sekali digunakan ntuk menghalau gejaa penyakit rema. Obat ini
efektif untuk peradangan lain akibat trauma (pukulan, benturan, kecelakaan), juga
misalnya setelah pembedahan, atau pada memar akibat olahraga. Oba ini dipakai pula
untuk mencegah pembengkakan bila diminum sedini mungkin dalam dosis yang cukup
tinggi (Tan, H.T., 2002).
Pembagian obat-obat Anti-Inflamasi Non Steroida :
1. Asam Karboksilat
a. Asam asetat :Derivat Asam Fenilasetat, misalnya Diklofenak dan Fenklofenak.
Derivat Asam Asetal-inden/indol, misalnya Indometasin, Sulindak
dan Tolmetin.
b. Derivat Asam Salisilat, misalnya Aspirin, Salisilat, Benorilat dan Diflunisal.
c. Derivat Asam Propionat, misalnya Asam Tiaprofenat, Fenbufen,
Fenoprofen,Flurbiprofen, Ibuprofen, Ketoprofen dan Naproksen.
d. Derivat Asam Fenamat, misalnya Asam mefenamat, Meklofenamat
2. Asam Enolat
a. Derivat Pirazolon, misalnya Azapropazon, Oksifenbutazon dan Fenilbutazon.
b. Derivat Oksikam, misalnya Piroksikam dan Tenoksikam
Mekanisme kerja AINS
Cara kerja NSAIDs untuk sebagian besar berdasarkan hambatan sintesa
prostaglandin, dimana kedua jenis cyclo-oxygenase diblokir. NSAIDs ideal hendaknya
hanya menghambat COX-2 (peradangan) dan tidak COX-1 (perlindungan mukosa
lambung), lagi pula menghambat lipo-oxygenase (pembentukan leukotrien). Walaupun
dilakukan daya upaya intensif sejak akhir tahun 1980-an hingga kini obat ideal demikian
belum ditemukan. Dewasa ini hanya tersedia tiga obat dengan kerja agak selektif, artinya
lebih kuat menghambat COX-2 daripada COX-1, yakni COX-2 inhibitors agak baru
nabumeton dan meloxicam. Dari obat baru celecoxib diklaim tidak menghambat COX-1
sama sekali pada dosis bias, tetapi efek klinisnya mengenai iritasi mukosa lambung masih
perlu dibuktikan. Banyak riset sedang dilakukan pula untuk mengembangkan antagonis
leukotrien yang dapat digunakan sebagai obat anti radang pada rema dan asma (Tan, H.T.,
2002).
Indometasin
Derivat indolilasetat ini berkhasiat amat kuat. Resorpsinya di usus cepat dan lengkap.
Pada rektum tergantung basis suppositorianya dan dapat menurun sampai 60%. Waktu
paruh indometasin adalah 2,5 jam (Mutschler, E., 1991).
Cara kerja
Indometasin menghambat prostagladin dengan cara membentuk ikatan dengan enzim
siklooksigenase sehingga asam arachidonat tidak dapat berikatan dengan enzim dan
prostagladin tidak dapat terbentuk. Kompleks enzim-indometasin ini sifatnya reversible,
artinya, indometasin dapat lepas dari enzim. Bersifat time dependent karena ketika
kompleks enzim-indometasin bertahan dalam selang waktu tertentu, dapat terjadi
konformasi pada enzim yang akan menghasilkan ikatan yang lebih kuat dengan
indometasin.
IV. ALAT & BAHAN
A. Alat
1. 25 – gauge hypodermic needles five – eights – in long. Becton Dickinson, Oxford, Uk
2. 1 – ml dispossible plastic syringes. Becton Dickinson, Oxford, Uk
3. 100 - µl gastight syringe. Hamilton co., 1700 series, Cat. No.81001.
4. Plathysmometer, Cat. No. 7150
5. Digital calipers with computer link. Digimatic 500.
B. Bahan
1. Tikus albino jantan
2. Carrageenan (Lambda form, FMC Marine Colloids Division, NJ, or type IV, Sigma –
Aldrich, Poole, UK) dibuat larutan 1 % w/v dalam 0,9 % saline, tidak lebih dari 24
hari sebelum dipakai. Hati – hati melarutkan serbuk carrageenan dapat mengendap.
V. PROSEDUR PERCOBAAN
A. Induksi Inflamasi
1. Ditimbang hewan coba, lalu dirandom ( n=6 ), dibuat kondisi yang baik dan jauh dari
bahan pembuat inflamasi.
2. Hewan coba diberi identitas.
3. Volume bengkak preinjection paw/paws diukur sebelum di beri injeksi carrageenan.
4. Carrageenan disuntikkan (ditandai) pada daerah yang diingkan. Lalu catat waktunya.
Diamati efek yang ditimbulkannya serta aktivitas hewan coba. Bandingkan efeknya
dengan referensi yang ada.
5. NSAIDs, seperti indomethacin (5 mg/kg per oral) diberi sebagai pembanding. Amati
efeknya. Lihat volume odemnya.
6. Carrageenan yang diinjeksikan pada kaki hewan setiap 15 menit di ukur volumenya
dan pada 24 h.
7. Selanjutnya hewan coba dapat di euthanasia untuk pemeriksaan parameter inflamasi
yang lain. (Jika perlu)
B. Lakukan pengamatan dengan menggunakan alat pengukur voume bengkak melalui
perubahan volume air raksa.
VI. PERSIAPAN
A. Pembuatan 1 % carrageenan b/v dalam 0,9 % saline/NaCl 0,9 % dibuat 10 ml.
Ditimbang = 1 gr / 100 ml x 10 ml = 0,1 gr = 100 mg.
B. Pembuatan Indometasin ( diganti Asam Mefenamat )
1. Berat tikus = 200 gr → untuk tikus jadi beratnya 1000 gr = 1 kg
2. Dosis yang diberikan = 5mg/kg
3. Dibuat suspensi 10 ml
Jadi, 5 mg x 10 = 50 mg
4. Berat tablet = 650 mg
5. Isi zat aktif = 500 mg
6. Tertimbang = 650 / 500 x 50 = 65 mg
Dibuat suspensi
1. 200 gr / 1000 gr x 5 mg = 1 mg untuk 1 tikus
2. 10 tikus → 10 mg → dibuat suspensi 10 ml, disonde 1ml/tikus
3. Sesuai petunjuk suspensi yang diberikan 0,5 ml → 0,5 mg
Jadi, 2 x 10 mg = 20 mg, uuntuk 10 tikus tiap 0,5 ml/sonde
Jika dibuat 2 kali lipat dari sebelumnya = 2 x 20 mg = 40 mg.
4. Pembuatan dilakukan dengan melarutkan asam mefenamat yang disuspensikan
dengan Na CMC.
C. Tikus dibagi menjadi 3 kelompok :
1. Kontrol : hanya diberi injeksin carrageenan.
2. Preventif : diberi injeksi carrageenan + indometasinoral 0,5 ml.
3. Terapi : diberi injeksi carrageenan, setelah terjadi pembangkakkan diberi
indometasin ( 15 menit kemudian ).
VII. HASIL PENGAMATAN
Tabel perubahan volume kaki tikus dengan alat plastimograf.
Volume awal plastimograf sebelum pencelupan kaki / raksa kosong untuk ke tiga kelompok
tikus adalah 0,6 mmHg
Kategori Waktu Kelompok Tikus Kontrol Preventif Terapi
A
15 menit Pemberian
Carrageenan
T0 = 0,6
Tt = 0,61
Δ = 0,01
T0 = 0,6
Tt = 0,61
Δ = 0,01
T0 = 0,6
Tt = 0,61
Δ = 0,01
B
30 menit Pemberian
Indometasin -T0 = 0,61
Tt = 0,685
Δ = 0,075
45 menit
-T0 = 0,685
Tt = 0,76
Δ = 0,075
60 menit
-T0 = 0,76
Tt = 0,835
Δ = 0,075
75 menit
-T0 = 0,835
Tt = 0,91
Δ = 0,075
90 menit
-T0 = 0,91
Tt = 0,985
Δ = 0,075
C
Pemberian
Indometasin untuk
tikus terapi pada
menit ke – 90
T0 = 0,6
Tt = 0,6175
Δ = 0,0175
T0 = 0,6
Tt = 0,615
Δ = 0,015
VIII. PEMBAHASAN
ΔVolume Kaki = Volume raksa kosong – Volume pencelupan
Sebelum dilakukan percobaan, kaki tikus diberi tanda batas pencelupan. Hal ini untuk
menyamakan pada proses pencelupan. Lalu kaki tikus diberi injeksi carrageenan pada
bagian metakarpal nya.
Pada praktikum ini dilakukan percobaan untuk mengetahui efek anti – inflamasi bahan
obat ( indometasin 5mg/kg ) menggunakan tikus jantan albino sebagai hewan coba. Tikus
dibagi menjadi tiga kelompok. Kelompok satu hanya diberikan injeksi carrageenan 0,1 ml
tanpa pemberian indometasin dan diukur volume kakinya setelah menit ke – 90. Kelompok
kedua setelah diinjeksi carrageenan langsung diberikan indometasin secara oral sedangkan
yang ketiga diberi indometasin pada saat menit ke 75.
Pembengkakan yang dialami ketiga kelompok dikarenakan carrageenan merupakan suatu
zat asing (antigen) yang bila masuk ke dalam tubuh akan merangsang pelepasan mediator
radang seperti histamin sehingga menimbulkan radang akibat antibodi tubuh bereaksi
terhadap antigen tersebut untuk melawan pengaruhnya.
Pada tikus preventif yang langsung diberikan Indometasin dalam hal ini diganti dengan
Asam Mefenamat 500 mg/tab, kaki tikus kelompok preventif ( kelompok 2) mengalami
penurunan volume dikarenakan Indometasin atau Asam Mefenamat mampu menghambat
prostagladin dengan cara membentuk ikatan dengan enzim siklooksigenase sehingga asam
arachidonat tidak dapat berikatan dengan enzim dan prostagladin tidak dapat terbentuk.
IX. KESIMPULAN
1. Indometasin merupakan NSAID’s yang mampu mengambat peembentukan
prostaglandin ( menghambat pembengkakan)
2. Dosis indometasin (Asam Mefenamat) 5 mg/Kg BB memberi efek anti inflamasi
selama 90 menit dengan mengurangi volume pembengkakan sebesar 0, 375
mmHg/volume.
3. Volume ketiga kelompok tikus setelah 90 menit pemberian carageenan mengalami
pembengkakan sebesar 0,175 mmHg/volume, sedangkan kelompok preventif yang
diberikan indometasin mengalami penurunan volume kaki sebesare 0,375
mmHg/volume dan kelompok tikus terapi yang diberikan indometasi pada menit ke-
90 mengalami penurunan pembengkakan sebesar0,0155 mmHg/volume.
X. LAMPIRAN
Gambar 1 penandaan pada kaki tikus yang Gambar 2. Pencelupan kaki tikus sebelum
Akan di celupkan diberi Carrageenan
Gambar 3. Pemberian Injeksi Carrageenan Gambar 4. Pencelupan kaki tikus pada saat
Pada kaki tikus bengkak
Gambar 5. Pemberian Indometasin
(Asam mefenamat) Secara oral
menggunakan sonde
XI. DAFTAR PUSTAKA
http://yudhiestar.blogspot.com/2010/01/anti-inflamasi.html
https://drutama.wordpress.com/2013/03/20/pembahasan-antiinflamasi/
www.academia.edu/
obat – obat penting