xxv
LAMPIRAN A: FORMULIR BIMBINGAN
xxvi
xxvii
LAMPIRAN B: WAWANCARA
Wawancara dengan Farani Hidayah Angkat
P: Penulis, N: Narasumber
P: Selamat siang bu Farani, perkenalkan saya Evelyn Aurellia dari Universitas
Multimedia Nusantara, jurusan Desain Komunikasi Visual semester 7. Tujuan saya
untuk mewawancara ibu guna melengkapi tugas akhir saya yang berjudul Buku
xxviii
Informasi Mengenai Kedukaan Atas Kematian Hewan Peliharaan. Sebelumnya,
bolehkah ibu memperkenalkan diri terlebih dahulu?
N: Halo, saya Farani Hidayah Angkat, saya bekerja sebagai psikolog klinis di
Rumah Sakit Hermina Depok dan praktek pribadi selama sembilan tahun. Saya
dosen fakultas psikologi di UNTAR selama empat tahun, setelah itu saya fokus
menangani klinis sejak 2011.
P: Saya langsung masuk pertanyaaan ya bu, jadi aku mau ngomongin dulu
hubungan antara pemilik dengan hewan peliharaannya. Menurut ibu sendiri,
hubungannya seperti apa?
N: Hubungannya tergantung dan beda-beda, gak bisa disamakan juga.. kita perlu
tau kedekatan hubungan pemilik hewan peliharaan dengan peliharaannya, berapa
lama kepemilikannya, rutinitas dan kebiasaan yang sehari-hari dilakukan bersama
hewannya. Semakin panjang jangka kepemilikannya dan sering melakukan aktifitas
bersama, semakin dekat pula dan bondingnya. Tapi kalau baru pelihara 3 6 bulan,
yang ngasih makan asisten, terus cuman main dan diliatin 15 menitnya pasti bakalan
berbeda. Perlu dicaritahu informasinya, baru bisa menilai.
P: Jadi dilihat dari jangka waktu sama aktifitas yang ngurusinnya ya, bu?
N: Betul, tapi jika seseorang bisa ngurusin hewan peliharaannya sendiri dari
bersihkannya, kasih makan, vitamin, mengerti semua caranya pasti bondingnya
lebih kuat dibanding sekadar lebih punya.
P: Dari hubungan yang udah sampai bonding itu, apakah bisa dianggap sebagai adik
sendiri, atau keluarga sendiri?
xxix
N: Tentu saja, peliharaan itu bisa diajak main, komunikasi. Kita ngomong sama
hewan peliharaan kita seakan-akan dia bisa denger dan ngerti. Ini kan bisa
menimbulkan makna. Tapi kan, tidak semua hewan bisa menimbulkan hubungan
seperti itu. Biasanya hewan yang bisa dimasukkan di rumah, seperti anjing, kucing
karena lebih banyak aktifitas dibandingkan hewan yang dipelihara di luar rumah.
Bisa juga sebagai anak bagi orang-orang yang belum punya keturunan atau tinggal
sendirian, bisa dianggap sebagai keluarga.
P: Apakah hubungan tersebut dapat menimbulkan attachment?
N: Ya, bisa menimbulkan attachment. Ketika melakukan aktifitas dan waktu
bersama, pasti hubungannya lebih kuat. Kalau ketergantungan kita gabisa
mnegartikan sebagai sebuah ketergantungan, musti diketahui dulu hubungannya
seperti apa.
P: Sekarang aku masuk ke topik griefing ya bu. Menurut ibu, arti griefing itu apa
sih?
N: Sebelum griefing, ada peristiwa yang namanya loss, kehilangan. Kehilangan
secara harafiah sudah tidak ada lagi. Ada juga seseorang yang kehilangan hewan
peliharaan tapi gak griefing, biasa-biasa aja. Kalau tidak ada kedekatan yang kuat
dengan peliharaannya, maka tidak timbul reaksi yang kuat.
P: Dampak apa sih bu, yang dirasakan oleh pemilik saat menghadapi kematian
hewan peliharaannya?
N: Dampak banyak ya, seperti perasaan tidak berdaya seperti kehilangan kekuatan,
kesedihan lalu juga bisa menimbulkan rasa kesepian, ada lagi bisa juga kehilangan
sesuatu status, tadinya sebagai pemilik anjing tersebut yang sudah beken di
xxx
lingkungannya. Kehilangan juga peran yang dilakukan sebagai pemilik hewan
tersebut yang berkaitan dengan rutinitas, seperti kasih makan dan jalan-jalan, kalau
kuat bisa merasakan kehilangan sebagian dari diri kita. Ada juga yang cemas,
biasanya yang mengalami ini yang tinggalnya berdua sama hewan peliharaannya.
Ngerasanya kayak bagaimana menghadapi hari-hari sendirian? Biasanya denger
gonggongnya, manjanya. Bisa juga feeling guilty jika ada peristiwa selama proses
kepemilikan kurang maksimal, dan pada setiap orang berbeda-beda. Rasa kaget,
shock dan hampa juga bisa.
P: Apakah orang-orang di sekitarnya terkadang tidak bisa merasakan perasaan dari
pemilik hewan peliharaannya? Seperti panik, sedih..
N: Itu bisa terjadi, tapi untuk bisa menilainya harus diketahui kedeketannya seperti
apa. Jika hubungan pemilik sama hewannya sudah dekat, dampaknya akan lebih
terasa. Jadi banyak aktifitas yang dilakukan banyak berdua dan lebih intens,
terutama yang hanya hidup berdua dengan hewan peliharaan dan jangka waktu
memelihara yang sudah panjang, seperti kehilangan pasangan.
P: Menurut ibu, cara-cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi kedukaaan itu?
N: Ini kedukaan secara umum, untuk kedukaan dari anggota keluarga.. yang
pertama itu menerima bahwa hewan peliharaannya sudah tidak ada lagi. Diterima
dulu dan dirasakan sedihnya, marahnya, takuntnya.. lalu sadari dan akui. Kalau
perlu menangis, menangis. Kalau ada rasa-rasa yang gaenak di dada dan butuh
waktu sendiri, dsb, terima saja dan rasakan. Banyak orang yang cepet-cepet mau
menghindari, gamau pikirin atau cuekin aja. Tapi dengan merasakan itu bisa lama-
lama perasaan sakitnya pulih. Itu yang pertama, acceptance. Lalu yang kedua
xxxi
rasakan. Kemudian refleksikan, mengingat saja boleh, memikirkan tentang memori
bersama hewan peliharaan yang baik-baik. Aktifitas dan waktu kosong/rutinitas
diisi dengan kegiatan baru.. kalau bisa, berbicara dengan orang lain, atau orang yang
mengalami pengalaman yang sama. Lalu sharing, dan tetap terhubung dengan orang
lain seperti keluarga. Boleh merenung, tapi jangan sampai menarik diri terlalu lama.
Jaga kesehatan, biasanya suka susah makan atau sulit tidur. Kalau perlu makan
formalitas aja, tapi tetap harus makan. Exercise juga. Bisa juga kita menulis jurnal
tentang memori, bikin kolase, atau post foto di medsos, blog. Tuliskan dan
ungkapkan yang dirasakan, kalau bisa puisi atau lagu ya boleh.
P: Menurut ibu, media apa yang bisa membantu mereka dalam menghadapi
kedukaan?
N: Bisa berupa e-book, karena beda rasanya kita membaca artikel di web yang
panjang ke bawah. Sensasinya sama seperti membaca buku, bisa pasang foto dan
narasi. Bisa sebarin juga tulisan ke komunitas pecinta hewan atau komunitasnya.
Kalau bisa menulis buku dan konten yang menarik. Sebenarnya sesuatu yang
berbentuk buku itu lebih nyaman untuk dibaca di layar hp, iPad atau komputer. Itu
bagus untuk dilakukan.
P: Oke bu.. tadi ibu sempat memention jurnal, jika dibuat media jurnal, konten apa
yang bisa dimasukkan ke dalam media tersebut?
N: Selalu ingat bahwa proses kedukaan itu berbeda-beda, jadi tidak bisa dijadikan
tolak ukur atau tahapan. Tapi kan banyak memori dan kenangan indah yang bisa
dibagikan, nah itu dituangkan dalam bentuk buku, art, kolase, seni, lagu, itu bagus
sekali. Justru itu bisa membantu menghadapi kedukaannya.
xxxii
P: Okay bu, itu saya pertanyaan dari saya.. terima kasih bu.
N: Oke, Evelyn..
Wawancara dengan Nanda Rosalia
Transkrip Wawancara
P (Penulis), N (Narasumber)
P: Selamat siang mbak Nandai, perkenalkan saya Evelyn Aurellia dari Universitas
Multimedia Nusantara, jurusan Desain Komunikasi Visual semester 7. Tujuan saya
untuk mewawancara ibu guna melengkapi tugas akhir saya yang berjudul Buku
xxxiii
Informasi Mengenai Kedukaan Atas Kematian Hewan Peliharaan. Sebelumnya,
bolehkah ibu memperkenalkan diri terlebih dahulu?
N: Saya Nanda Rosalia, saat ini sebagai dosen di fakultas psikologi di Universitas
Atma Jaya, kekhususan saya dari psikologi profesi klinis dewasa.
P: Makasih ya mba, sekarang saya langsung masuk ke pertanyaannya ya. Pertama
tama kita mau ngomongin dulu tentang hubungan antara pemilik hewan
peliharaannya dengan hewan peliharaannya. Menurut mba sendiri, bagaimana sih
hubungan antara pemilik hewan peliharaan dengan hewan peliharaannya?
N: Ya, itukan seperti teman, jadi hewan peliharaan memang seringkali,
Entar dulu deh ya, kita mundur dulu ya. Berbicara tentang hubungan atau relasi,
kayaknya tidak bisa sama untuk setiap orang. Ada teman yang lebih dekat, ada
teman yang hanya sekedar saya kenal, ada yang teman yang mungkin lebih kental
hubungannya daripada saudara. Nah, sama nih seperti hewan peliharaan. Ada yang
memang ibaratnya hewan itu sama kita sama sama tinggal saja, ada yang merasa
bahwa hewan itu ya sebagain companion ship. Jadi misalnya tinggal satu rumah,
kita tinggal bersamaan. Ada yang sahabat, tapi ada juga yang melingkupi ooh untuk
semuanya, bahkan ada yang sampai jatuh cinta juga sama hewan kita juga kan. Jadi
ya itu kalau dilihat variasinya sampai segitunya.
Nah itu se-degree dari kedekatan hubungan tadi, dari setiap orang terhadap
orang, atau seperti orang terhadap hewan ya, tergantung dari attachment orang
tersebut dari si sosok hewan ini sendiri. Kalau dari penjelasanku ya, Mungkin orang
yang punya kedekatan lebih terhadap hewannya tidak bisa dilukiskan gitu. Jadi
xxxiv
misalnya ini sudah seperti adik sendiri, atau udah seperti kakak sendiri dan orang
jadi liatnya kayak ‘ih ini cuman hewan, ini pet, ini sesuatu yang kamu besarkan,
tapi kita tidak tahu interaksi sehari harinya, bahkan dengan diamnya hewan
tersebut.
Contohnya ya, Dengan diamnya kucingku, terus aku yang banyak ngomong,
curhat ya ”hari ini capek banget ya” padahal cuman ngelus. Itu dengan dia diam
ternyata psikologiku itu cuman minta buat ada orang yang dengerin, tanpa
memberikan feedback, tanpa menjawab saya “kenapa?” Dengan memberikan
stroke, saya memberikan stroke ke dia bahwa it means saya lagi butuh untuk
ditemani, dia ada, dia gak pergi. Itu sebabnya ya mungkin hubungannya ya bisa
disebut ya dua arah, Jadi meninggal itu bisa sampai rasanya emptiness, karena
ibaratnya kayak mereka tuh lebih tulus daripada orang orang di nyatanya, ini sedikit
overview sih. Jadi kalau dikatakan ya itu sangat terbentuk, karena orang kan
memiliki persona ketika bertemu dengan manusia yang lain, ia menjadi seorang
yang lain juga, secara tidak langsung karena kita makhluk sosial. Kan kita tidak
berbicara buruk dulu.
Contohnya nih, kamu ketemu aku, tapi menampilkan persona sebagai
mahasiswa. Sama seperti aku bertemu denganmu, ini aku sedang bertemu dengan
mahasiswaku. Kan kalau sama hewan, itu mungkin our pet seperti kita sedang
melepas topeng, kita jadi diri kita apa adanya, mungkin yang kita sebutnya dengan
underlying. Underlying persona, aslinya. Jadi, ya kalau capek sehari hari dari luar
ketika di dalem ya dia nih, dia yang nerima saya , dia yang tau saya capeknya kayak
xxxv
apa, dia yang dengerin, walaupun mungkin ya gak ada feedbacknya, tapi secara
simbolisnya kita artikan sebagai kayak “Waah, ini hewan sayang sama saya ya.”
P: Berarti dia merasa disayangi juga, kayak apa yang dia beri dia yang dapat juga?
Kayak kasih sayangnya dia?
N: Iya, betul. Jadi kan sekarang tuh suka ada pengkatogerian ya, kayak suka sama
kucing gitu, ini orang orang introvert biasanya suka sama kucing, orang orang yang
lebih extrovert lebih suka sama anjing. Ya itu sedikit bener sih, karena kucing itu
kan sifatnya semau maunya dia ya, introvert itu kan energinya sangat terbatas, jadi
introvert yang sebenarnya ya, jadi bukan saya suka atau ngga suka diluar. Jadi
energi kita sangat sangat terbatas, Jadi artinya apa? Artinya kita tau sendiri gitu,
menakar gitu kalau saya sudah ngga suka sama disini, orang ini bisa menarik diri.
Nah, ini yang berbeda ya sama extrovert. Extrovert itu punya kesempatan kayak
ketemu sama orang orang lain malah seneng, karena ya memang extrovert itu energi
dia dapatnya dari sana.
Jadi ketika kita bertemu, ibaratnya kayak orang introvert nih punya anjing,
apalagi anjing yang besar besar itu ya yang suka sangat sangat friendly di jalan gitu
ya yang harus diajak keluar, ya mungkin energinya gak akan clash. Tapi ya
mungkin dia kayak aduh ibaratnya kayak rame banget ya, jadi ibaratnya tuannya
gakpunya energinya buat jalan jalan keluar, tapi hewannya memang harus diajak
jalan keluar. Tapi at same point, itu healing satu sama lain. Si hewan ini mungkin
ngajak ownernya untuk out of the comfort zone, dan dengan introvertnya dia bisa
tetap membaur dengan orang lain, jadi hewan ini kayak helping these people gitu.
xxxvi
Jadi ini yang memberikan efek healing, dan memungkinkan “oh dia yang bantu
saya untuk keluar dari comfort zone.” Memungkinkan juga oh ini introvert suka
sama kucing, mungkin dia yang lebih bisa relate. Dan ini unique ya, everyone has
a uniqueness. Sama seperti orang extrovert tetapi mungkin dia suka sama kucing
dan mungkin dia dengan melihat kucing tuh menarik ya.
Gimana ya, hewan itu kan menarik satu sama lain ya, jadi mereka punya fur,
gitu kok bisa ya bulunya begini ya? Dari secara visual aja tuh sudah bisa
memberikan kita kepuasan. Terus, kita ada stroke, kita bisa memegang, memegang
bulu it means kamu butuh kasih sayang. Jadi, itu bisa memberikan bahwa saya kasih
ke kamu energy yang akan balik, ketika dia menujukkan fur, kayak ada bunyinya
kesenangan, itu menunjukkan kamu juga akan enjoy, dan itu juga akan memberikan
kepuasan.
Tapi, disamping dari itu, mereka menemukan kenyamanan, jadi seperti sense
of belongingness, atau sense of friendly, jadi ya kayak, ini sahabat saya, selalu ada
di samping saya. Jadi, ketika kehilangan, duka citanya itu bisa sama seperti kita
kehilangan orang terdekat kita atau family member yang meninggal, atau ibaratnya
seperti teman terdekat. Biasanya anjing kan lama ya umurnya, bisa sampai 14 tahun,
biasanya memang dari puppies apalagi. Puppies itu kan udah kayak bayi ya, siapa
sih yang gaksuka? kalau normal ya, biasanya suka ya sama puppies. Makanya dari
kecil kan kita sudah dibiasakan ya menyayangi hewan hewan, apapun itu, karena
kalau ada tendensi kita bisa menyakiti, dia tidak bisa membalas, itu ibaratnya. Jadi
ya itu seperti ibaratnya ada gangguan.
xxxvii
Jadi, orang itu kan memang mempunyai rasa untuk menyayangi sesuatu yang
lebih lemah daripada dirinya. Jadi hewan ini diasuh, dibesarkan, diberikan makan,
ya karena secara tidak langsung ini yang memberikan dia bahwa ada rasa tanggung
jawab, ada rasa ini punya dia, ada rasa saya sayang sama dia.
P: Berarti dari yang mba sebutin tadi itu salah satu dari contoh kayak kenapa
hubungannya itu bisa special ya kak?
N: Iya, betul.
P: Mba bisa menjelaskan lebih detail mengenai kenapa sih bisa adanya attachment
atau ketergantungannya gitu?
N: Kalau misalnya kita liat ya dengan person, attachment itu memang sudah muncul
dari kamu dari masa prenatal, dari masa kamu diperut ibumu. Lalu kemudian dia
lahir, attachment yang pertama kali muncul ya dari ibu. Nah, tapi gini, kondisi ini
adalah kondisi yang paling ideal. Dan kemudian nanti ada ayah, kemudian nanti
ada interaksi dengan keluarga. Tetapi kan kondisi ini tidak selalu ideal. Terlalu ideal
pun nanti juga akan menjadi dependensi. Kemudian yang tidak ideal juga akan
nantinya orang tersebut akan mencarinya dengan yang lain.
Umumnya kalau di keluarga, ya mungkin semakin kesini semakin terlihat. Saya
gabisa dibilang ‘dulu gaada yang kayak gini’ ya, dulu ada, tapi misalnya, orang
tuanya sama sama pekerja, dan kemudian dirumahnya ini misalnya ada anjing, nah
anjing ini untuk apa? Sebenarnya anjing ini untuk menjaga rumah. masalahnya,
anjing ini kan juga makhluk hidup ya, dia memerlukan seseorang yang bisa
menjaganya. Jadinya ya dibandingkan dengan orang tuanya, anak ini lebih banyak
dengan nannynya dan juga dengan hewan ini. Tapi kan tentu ya, namanya juga
xxxviii
anak, attachment dengan ibu itu sesuatu yang sangat special. Begitu juga dengan
ayah, jadi ibaratnya kalau kita kekurangan dari sana, nyarinya pun juga kemana
mana, itu biasanya juga ga jauh. Misalnya cari ke pacar, atau misalnya cari ke
perempuan yang punya trait, atau punya yang sama dengan ibunya, atau yang sama
dengan ayahnya, dan mendapatkannya dengan seperti itu.
Tapi kan hubungan itu gak semuanya bisa kita receive. Kamu juga harus bisa
giving, salah satunya ya mungkin terbentuk dari si hewan ini. Jadi kayak “oh kok
dia selalu ada ya, tapi ibuku nggak selalu ada.” Secara gak langsung, kalau dia gak
bilang itu ibunya, tetapi rasanya yang selalu menemani adalah ‘si dia’. Jadi dia itu
grow up secara bersama sama, sama seperti punya teman. Attachment nya juga
mungkin seperti punya sibling ya jatohnya, karena mungkin hewan ini juga diasuh
sama papa mamanya, dengan orang tuanya juga dekat. Jadi ini bisa disebut juga
sebagai complementary, jadi bersamaan munculnya.
Jadi yang seperti ini, misalnya kita terlalu banyak juga diberikan oleh kedekatan
dengan orang tua, pasti kita juga akan menjadi orang yang juga penyayang sekali
kepada si hewan, jadi kita akan memberi yang banyak juga. Karena sama, kayak
orang tua ku kasih kasih sayang yang banyak ke aku, aku juga kasihnya ‘segini’ ke
mereka. Jadi kalau aku misalnya kasih nya ‘segini’ ke hewan aku, hewan aku juga
akan kasihnya yang sama ke aku. Dan sama seperti ketika dia punya pacar, aku
kasih seribu, kamu kasih seribu. Jadi hubungan orang tuh pasti akan take and give,
gak mungkin nggak. Jadi kalau dikatakan ya attachment itu dibangunnya dari kecil.
Jadi ibaratnya ya dia representing dia nya juga sih, dengan hubungan orang orang
disekitarnya.
xxxix
P: Berarti kalau misalnya kita bisa simpulin, attachment itu juga dilihat dari kalau
misalnya ngomongin tentang individunya dengan peliharaannya, berarti dilihat juga
berapa lama dia peliharanya?
N: Iya, betul. Tapi bisa juga sih sebenarnya dia punya infatuation yang besar gitu
kepada hewan tersebut. Contoh ya, baru dia lihat sudah pengen adopsi, dan
misalnya satu minggu sudah meninggal. Jadi ya lagi suka sukanya, dan menghilang.
Jadi seperti hubungan berpacaran ya, jadi ya kayak suka sukanya, kemudian
ditinggal putus, atau bahkan meninggal, gitu. Jadi ya gak bisa dilihat lagi. Jadi ya
bisa jadi seperti itu. Yang berperan itu ya memang, ibaratnya gini. Secara korelasi,
semakin lama hewan ini tinggal sama kamu, kamu pasti punya tingkat kedekatan
yang lebih tinggi. Jadi kayak korelasinya pasti positif.
Tetapi, ahlinya juga, ibaratnya ini juga berarti dengan intensitasnya. Semakin
kamu suka atau attach sama hewan tersebut, itu kayaknya durasi sudah hilang juga.
Jadi kayak, misalnya nih ya dulu punya hewan seperti ini dan ini terlihat sama,
kucing yang warnanya sama, serupa. Ternyata, hewan ini mungkin mentrigger
suatu pengalaman dulu, dengan orang yang dia sayang.
P: Oke mbak, sekarang aku mulai masuk ke topik tentang grieving ya. Menurut
mbak sendiri, pengertian grieving itu apa ya?
N: Ya duka cita ya, jadi ya memang perasaan diri kita kehilangan dari orang atau
sosok diri buat kita. Itu dari duka cita itu sendiri.
P: Oke, untuk tentang kedukaan kematian hewan peliharaan, menurut mbak siapa
sih yang paling sering mengalaminya? Sampai intense gitu.
xl
Sebenarnya kalau yang untuk merasakan rasa duka cita itu semua usia. Tapi bentuk
duka citanya berbeda beda. Anak kecil kan tidak mengerti juga kan konsep
kehilangan, yang mereka tau ‘pergi kemana? Pergi ke surga, gitu kan.’‘Pergi
kemana? Pergi keatas, naik pelangi, ga bisa dijemput’ kayak gitu kan. ‘nanti kita
bakal ketemu, ayo kita berdoa semoga dia masih inget kita.’ Itu anak kecil tuh, kalau
sudah old age itu lebih gimana ya, kayak everyone, semua my friend itu udah
kesana. Ya ini it’s about the time i’m going up there. Itu kalau good, kalau kamu
sudah comply semua kehidupan keinginanmu. Tapi kalau kita yang dimasa 18-25
tahun itu kan usia apa? Kalau di psikologi kita sebut adolescents sama emerging
adulthood.
Jadi kalau emerging adult ibaratnya gini, adolescents nya itu di perolong,
diperlama, kenapa? Karena memang zaman sekarang biasanya cukup banyak
peristiwa peristiwa yang, kalau di luar negeri kan gini, 18 tahun kamu keluar dari
rumah kan, pasti kan lulus dari SMA kamu kuliah, biasanya apa? Di dormitory, gitu
kan, atau beda kota, lintas negara, atau lintas benua. Nah kalau di Indonesia kan
nggak, abis SMA ngapain? Kuliah. Abis kuliah ya ngapain? Ya kuliah lagi, nah itu
cukup banyak juga family yang seperti itu.
Ini latar belakang sedikit ya, teori emerging adulthood. Kalau sekarang itu
banyak juga yang school yang setelah S1 lanjut S2 sama S3, dan itu sudah jadi satu
paket. Jadi ibaratnya kamu sekolah sampe 9-10 tahun itu kamu sudah sampai PHD
gitu ibaratnya. Jadi 5, 2, 3 bisa sampai 10 tahun kamu udah dapat lah PHD dan itu
bisa terus, kayak naik kereta. Nah, kalau kayak gini berarti anak gapernah keluar
dari sangkar dong? Ibaratnya gitu. Jadi, secara kognitif dia sudah matang, secara
xli
fisik dia juga sudah matang, karena masa remajanya sudah selesai. Tapi adulthood
itu adalah masa dimana kamu ‘going to jungle.’, memulai semuanya sendiri. Karir,
asmara, dsb. Kalau nggak pernah keluar dari kehidupan nyata, semuanya masih
didalam lingkup pendidikan, berarti kan ceritanya akan sama ya, konteksnya,
issuenya dengan teman kuliah, dosen, pekerjaan urusan dosen, urusan kuliah, dsb.
Jadi ini yang masalah yang sebut dengan emerging adulthood. Jadi masalah orang
yang prolong masa remajanya, tapi juga belum bisa dikatakan sepenuhnya sebagai
adult.
Sebenarnya orang orang ini memang punya tugas perkembangan yang
ibaratnya cukup berat, ibaratnya semua masa dalam kehidupanmu nih, ini adalah
masa krusial juga. Kenapa? Ya kalau kamu tidak berhasil dalam memulai karir, ya
akan kehilangan momen itu. Jadi ya temen temen kamu udah pada duluan, kamu
belom. Itu akan menimbulkan banyak masalah psikologisnya sih, misalnya stress,
atau sampai depresi, atau gangguan gangguan klinis lainnya. Nah masalahnya
ketika pada saat seperti ini, cukup banyak masalah kesepian. Ya kenapa? Bayangin
aja tuntutannya, misalnya kamu lulus SMA, kemudian kamu harus masuk kuliah,
masuk kuliah itu kan ibaratnya masuk ‘jungle’ juga kan. Dulu kayaknya kamu pas
kelas 3 SMA rasanya yang kayak punya sekolah, kemudian ke kuliah, yang mana
ada dosen gitu, diatas dosen masih ada professor pula, dsb. Jadi, wah ternyata kasta
ini masih tinggi ya.
Jadi balik lagi kamu ke masa junior, dan kamu harus bisa adjust sama situasi
yang dependent, jadi dengan guru harus semuanya independent. Nah sekarang,
diusia 23 lah, 21-22 kamu lulus S1. Sekarang kamu harus masuk ke kuliah lagi, no
xlii
matter what kamu mau ngambil kuliah tapi temen temen kamu mau ngambil kerja,
pasti stress litanya. Yang lain udah pada dapet duit, kamu masih kuliah, walaupun
kamu sih ngomongnya kuliah S2, itu kan pembelaan untuk diri sendiri, tapi tetep
aja kan gapunya duit. Yang lain tuh udah punya duit, duit gak seberapa tapi udah
bisa bayar sendiri, beli apa apa sendiri. Kenapasih ada rasa rasa seperti itu? Ya
karena kamu punya tugas sendiri. Tugas perkembangannya yaitu making karir.
Kalau kamu tidak bisa menerima di diri, kalau S2 itu adalah karir kamu, ya pasti
kamu selamanya akan merasa stress, kayak “ah males ah gue ngajak dia kuliah
mulu.” Nah umumnya, dari tuntutan tadi, sosial yang juga berat, nanti ada juga
hubungan dengan pacar, ‘mau dibawa kemanaa, kita maunya nikah ah habis ini.’
Gataunya pacarnya masih belom ready, sedangkan temen temen mulai udah ada
yang nikah. Nah itu kan memberi beban juga
Ketika saat kayak gini, umumnya, ya pet itu sesuatu yang paling ngerti diri
kitasendiri, dalam kondisi tadi. Ya kalau dia growing up, selalu ibaratnya pacar saya
aja bisa marahin saya dengan situasi yang kayak begini, dia bilang saya gak bisa
ngertiin. Lalu siapa yang bisa ngertiin? Ya pet tadi. Dia ini dengan bahasa simbolik
biasanya mungkin manusia, jadi kalau dikatakan ya, sebenarnya kita itu lebih
banyak berbicara ke bahasa simbolik. Jadi misalnya nih, aku berbicara banyak sama
kamu dalam bahasa verbal ya, tapi mungkin kamu mau mendengarkan aku karena
bahasa non verbal aku. Mungkin kamu merasa mba Nanda orangnya welcome ya,
so kamu mendengarkan aku. Nah itu juga sebabnya kenapa penelitian juga banyak
bilang non verbal. Behavior itu yang paling berperan banget nih, sama
komunikasi antara dua pihak.
xliii
Jadi ya kenapa sama hewan kok malah lebih nyambung? Padahal dia jawab
juga enggak, ngerti bahasa Indonesia juga nggak.Jadi ya dia bahasanya simbolik.
Kalau kamu ngasih makan ke dia sudah pasti dia nganggap kamu tuannya. Tapi
kamu nganggapnya ini sayang sama saya, darimana? Non verbal kan. Jadi ya ketika
dia punya masalah, dia akan menyampaikan dan kemudian akan non verbal
behavior ini akan memberikan sinyal bahwa kamu didengarkan. Jadi bagaimana?
Companionship yang seperti ini saat kita down sama kehidupan, ya yang bisa
terima kita adalah hewan itu. Pulang semalam apapun, abis lembur, abis ngerjain
tugas, yang nungguin siapa? Ya anjing itu. Mungkin kamu lagi panasin susu di
microwave, kamu ngobrolnya sama siapa? Ya anjing itu. Jadi ketika dia hilang,
meninggal, ya itu akan membikin kamu kehilangan, pasti kayak udah gaada ‘my
own buddies’ udah gaada lagi yang bakal dengerin saya lagi berkeluh kesah, tanpa
memberikan saya rasa tidak nyaman tadi.
Apalagi dengan kebiasaan dia, dia pasti suka duduk di karpet itu ketika saya
lagi ngerjain tugas. Nah kebiasaan ini biasanya di masa masa yang kita sendiri juga
gak duga Oh ternyata masuk memori juga ya dan berkesan. Karena biasanya
memang adanya disaat saat yang aku bilang tadi, yang underlying personanya kita
udah copot itu. Jadi bener bener our deepest keinginan ya pasti duka citanya akan
sama ya levelnya ketika kamu kehilangan sahabat terdekat.
P: Sekarang aku mau nanya tentang dampaknya nih, dampaknya si individu saat
mengalami kematian atas hewan peliharaannya.
N: Dampaknya sebenarnya sama ya, seperti misalnya kamu melihat itu relate sama
kamu kehilangan orang yang kamu sayang. Ini konteksnya manusia. Kalau dia
xliv
butuh katarsis yang jelas. Katarsis itu kayak bercerita kepada orang lain tapi kalau
dia pun mungkin juga kalau lingkungannya kayak “ya ampun lu kehilangan hewan
aja sampe kayak begini, dia pun juga akan close cerita ini juga gitu ke orang lain.
Jadi kayak “lo kok gak denger gue sih? Ini bukan cuman hewan, ini sahabat gue.”
Jadi mungkin dari pintunya tadi sudah banyak yang ketutup ya mungkin ini akan
menjadi pintu untuk nanti masuk ke gangguan yang lain. Biasanya apa? Bisa jadi
PTSD, kalau misalnya hewannya meninggalnya sudden, ketabrak, atau biasanya
ada peristiwa perampokan dan hewannya meninggal, dsb. Bisa jadi depresi. Itu
yang paling common sih, depresi ya bisa jadi dia suicide.
Tapi ya perlu dilihat juga studi secara kultur juga ya, karena mungkin kalau dia
di Indonesia ini kan sebenarnya budayanya cukup close juga ya, karena kita kan
kultur timur, jadi kayak “aduh kamu jangan takut gak ada yang nanyain lah”
ibaratnya gak pengen ditanyain aja orang orang yang kumpul di depan aja bisa
gibahin kita. Ibaratnya gak ngomong sama satu orang ini ya bisa ngomong sama
yang lain, ya tapi balik lagi ya, ada juga faktor dari trait atau kepribadian itu yang
bisa jadi memperburuk. Kalau duka citanya ya tidak ada yang mendampingi. Kan
duka cita itu berturut turut ya, misalnya bisa jadi awalnya kamu marah, kayak
“Tuhan kenapasih dia juga diambil.” Gitu kan, kayak “ini cuman di hidup saya yang
bisa setia sama saya, yang lain gak ada yang setia.”. Baru kemudian saya bisa
accepting ya mungkin ini memang jalannya.
Tapi ya setelah itu, setelah dari duka kan pasti ada growth yang muncul ya,
misalnya kayak kita kan misalnya kalau orang Indonesia kan biasanya kayak “oh
kucing ini memberikan pelajaran dalam hidup saya.”
xlv
Ibaratnya tadi yang stage of grieving, itu bukan cycle, jadi orang tuh bisa maju
mundur gitu, Jadi biasanya kita kasih kita kasih waktu selama 6 bulan, gak sampai
satu tahun lah, kalau misalnya dia sampe bisa overcome. Overcome tuh bukan
kayak “kamu tuh harus bisa terima kematian ini sebagai sesuatu yang wajar.”Ini
kan susah ya, karena di Indonesia masih ada budaya seperti ini “udah jangan
diomongin lagi, dia udah tenang disana.” Padahal orang itu butuh untuk cerita itu,
justru itu tujannya, “kenapa sih kamu susah banget untuk nerima dia meninggal.”.
Apalagi kalau dia ada di samping hewan itu pada saat hewan itu meninggal,
contohnya di rumah sakit harus di euthanasia atau karena ada pilihannya. Nah
inipasti memberikan certain damage kalau tidak ada yang membantu untuk
bercerita. Makanya kenapa ya kayak bisa jadi depresi dan dsb. Bisa jadi orang ini
sudah cerita tapi malah jadi depresi terselubung. Memang harus didampingi,
apalagi kalau kita tahu kalau mereka sahabat. Jadi seenggaknya kayak “eh kamu
mau cerita gak sama aku.” Tapi kalau emang gak mau ya kita harus tunggu, tapi
bukan berarti jadi lupain ya.
Jadi ibaratnya the worst bisa jadi begitu, seperti PTSD, depresi, bahkan
sampe suicidal. Gangguan yang lain bisa jadi juga. Bahkan cukup banyak sih,
ibaratnya ini laincase ya, ini case yang pernah aku temuin ya, kasus skizofrenia ya,
punya paranoidnya itu. “itu anjing aku dibunuh gara gara…” itu mungkin ooh oke,
dalam cerita hidupnya mungkin dia pernah kehilangan sahabat terbaiknya
(anjingnya), tapi ceritanya jadi bizar, karena kan memang dia gangguan. Banyak
sih sebenernya kasusnya, tapi ya kalau misalnya dia punya support system yang
xlvi
bagus, ya mungkin itu akan membantu/berkurang. Tapi kalau nggak ya bakal jadi
the worst.
P: Tadi mbak udah bilang kayak udah banyak banget orang yang masih mengatakan
hal hal yang dapat menyakiti si individu ini kayak misalnya “udahlah cuman
anjing doang atau kucing doang.” Nah, menurut mba di Indonesia masih banyak
ya orang orang yang meremehkan tentang kematian hewan peliharaan?
N: Iya, masih banyak. Karena gini, pertama, jangankan hewan peliharaan, kematian
anggota keluarga saja, ini bukan merasa tabu tetapi bukan sesuatu yang
menyenangkan untuk dibahas. Ini baik secara custom atau kultur. Jadi, secara
umum, ini adalah topik yang sangat sangat sensitif. Kita gak tahu kan orang
lainberharapnya apa. Contohnya ya, aku lagi ngobrol kayak “aduh jadi keinget
papaku.” Misalnya kayak gitu ya, kan kamu juga gak tau kan mau terusin apa, gak
mungkin kan kamu bilang “Mba Nana lagi keingetan papanya ya?” karena kayak
“aduh gue harus jawab apa ya?”, Kalau ketika orang yang tiba tiba keingetan.
Padahal ya, itu bukan sesuatu hal yang dapat disautin seperti itu, diem diem
aja, karena biasanya orang orang itu cuman ada didalem pikirannya aja, pengen
inget aja gitu at same point. Tapi kalau kamu bisa membawanya bicara ya gakpapa.
Tapi mungkin gak semua orang punya kemampuan seperti itu, dan gak semua orang
bisa handling issue issue yang berbau mengingat seseorang yang almarhum.
Jadi ibaratnya, aku pengen nyampein aja, itu bukan sesuatu yang kita sukai
untuk berbicara tentang kematian. Pertama, melihat orang lain sedang dalam emosi
yang negatif, yaitu sedih, itu bukan sesuatu yang kita suka, karena kamu pun
ketularan dan kemudian kamu pun juga takut salah, apalagi ini hewan peliharaan,
xlvii
kita seringkali begini, ibaratnya anggota keluarga kita meninggal aja kita dibilang
“Jangan sedih sedih, harus kuat, nanti gimana orang lain.” bahkan untuk certain
budaya tertentu ya bahkan kayak “itu biasa kok, anak 13 tahu papanya meninggal,
dia anak pertama, mau laki laki atau perempuan, nanti adek kamu gimana?” nah
yang kayak seperti itu tuh salah besar. Terus kapan orang ini di izinin untuk bisa
relain kalau dia memang pengen nangis.
Nah, apalagi hewan, yang ibaratnya kayak seringkali tidak bisa orang lain itu
untuk berempati atau bisa mengenali secara ibaratnya tak kasat mata gitu, hubungan
kamu sama anjingmu itu apa. Kalau ini bukan orang terdekat kamu, ya mungkin
gak tahu. Kayak “yaampun masa anjing aja sampe bikin dia gak masuk kuliah
sampe seminggu.” Mungkin banyak sekali yang keluar dari mulut orang yang
ibaratnya aku sebutnya awam ya, karena ya memang gak semua orang bisa untuk
memahami psychological state orang lain. Kita clustering aja deh, misalnya prodi
Ilmu Poli Teknik denger kayak gitu juga kayak “yaelah, kayak gitu aja masa sampe
seminggu.” Karena ya mungkin dia meninggal ya udah diambil Tuhan, itu mungkin
udah pola pikir ya mungkin dibiasakan.
Manusia ada yang dikasih hidup ya pasti juga ada yang udahan dong, dan
udahannya juga caranya bisa macam macam. Itu bisa jadi believenya juga. Karena
mau dikasih cara apapun ya kita boleh bersedih tapi jangan terlalu lama. Jadi benar
benar mekanis. Proses didalamnya itu ya ibaratnya ya “kamu makanlah,orang orang
udah pada biasa.” Nah ini apakah itu salah? Ya tidak juga. Ya mungkin coping style
nya dia. Coping style itu adalah cara orang meregulasi, misalnya kamu sedih,
berapa lama kamu bisa bersedih.
xlviii
Contoh, kamu putus cinta, berapa lama? Oh biasanya aku cuman butuh 3 hari.
Oh aku susah move on, butuh 6 bulan. Nah itu sering kali, budaya itu seakan akan
bahwa semua orang itu bisa terima kehidupan dari orang lain. Kadang ya ada
pikiran kayak “ya gua gamasuk gua juga gak ngerugiin lo.” Nah ditambah lagi
budaya kita ngebalas itu bukan sesuatu yang mudah, jadi ya kalau dikatakan
mungkin kalau orang orang yang kehilangan pet tadi, ya mungkin banyak orang
yang tidak merasakan bisa lama lama negative, karena gaada ibaratnya hewan
peliharaan meninggal itu boleh absen kerja, kan gaada. Jadi ya must dealing, dan
itu harus dibawa dan tentunya berat.
Jadi ya kalau misalnya tadi kamu bilang ya jawabannya banyak, ya orang
beneran aja banyak kok yang di ‘stop’, emosi negatif nya gak boleh keluar. Padahal
alasannya selfish juga karena jangan sampai kedengaran orang lain ya, karena ya
mungkin saya juga gak suka, udah sedih, ditambahin orang lain. Apalagi hewan,
mungkin ya insignisificant lah dibandingkan person.
P: Oke, untuk mba sendiri, mbak pernah punya gak kayak pasien yang kayak datang
ke mbak gitu karena butuh bantuan professional?
N: Jadi sebenernya emosimu tuh disuruh layout aja, emosi kamu tuh apasih, terus
ibaratnya nanti kamu sama psikolog itu disuruh menyusun, marahnya sama siapa?
Oh kamu ternyata kalau marah nyautnya kesana dulu ya, karena kamu gatau siapa
yang harus disalahin. Jadi kayak daripada nyalahin anakmu mending ke dia aja kan.
Kadang ada orang yang “males ah dia cuman cerita tentang anjingnya yang
meninggal”, itu masih banyak loh orang seperti itu.
xlix
P: Pertanyaan berikutnya, menurut mba cara cara untuk mengatasinya kedukaannya
yang dilakukan oleh orangnya itu?
N: Ya mungkin ya pertama, kalau tidak kuat ya silahkan datang ke professional,
tapi ya kalau dilakukan dengan sendiri ya biasanya kalau aku dapat kasus seperti
itu yamungkin aku akan menggunakan analogi ku dengan pasien aku aja ya, jadi
biasanya aku akan nyuruh dia kalau lagi begitu untuk mengingat hal hal yang
positif. Jadi, apasih yang kamu inget tentang almarhum itu? Yang sangat berkesan
untukmu. Jadi, emosinya duka itu dibarengi dengan emosi positif terhadap orang
tersebut. Ini bisa membantu sih biar bisa mendapatkan lebih banyak positif. Nah
setelah itu kan mungkin dia akan berpikir positif bahwa masa hidupnya dia, sangat
sangat berperan dalam hidupku. Kemudian mungkin ini juga bisa membuat dia
lebih ikhlas. Kalau yang negatif kan misalnya kayak “dulu kan dia sakit, coba aja
aku bawa ke rumah sakit.” Itu kan lebih kayak ke ‘andaikan andaikan’ sedangkan
itu bukan yang akan membawa dampak positif sih sebenarnya kalau kamu tidak
didampingi oleh psikolog atau orang orang yang memang ahli disitu.Tapi kalo gak
ada ya mungkin bisa journaling.
Journaling itu sesuatu yang positif, kalau andaikan kamu bisa ngomong sama
dia, mau ngomong apa ya pada saat itu? Jadi sifat dari journaling kamu itu hal hal
yang positif, yang kamu ingat dari hewan mu itu dituangkan dalam letter. Kalau
kamu mau ngomong saking kangennya sama dia ya pengen ngomong apa? Atau
bakal nanya apa? Dia bakal inget gak ya sama aku kalau misalnya udah lama gak
ketemu? Bakal marah gak ya? Jadi kayak kita healing dialog gitu. Nah terus
suratnya buat siapa kak? Ya kalau kamu mau bener nih, jadi tulis aja suratnya kayak
l
‘Letter to heaven’, kasih ke namanya siapa, pura pura aja. Gaada kantor pos sih,
tapi ya ibaratnya kayak sending, tapi to nowhere. Tapi beneran kamu doingnya
melakukan sesuatu, yaitu send.
P: Menurut mbak, orang yang melaukan distraksi dengan berolahraga, atau dia
malah minum alcohol, dsb. Apakah akan membawa dampak buruk?
N: Kalau kita sebut itu adalah coping emosional, salah satu dari excape
avoidance.Jadi di psikologi itu kita belajar ada stress, ada coping, jadi stress itu
adalah kondisi dimana kondisi kamu dicubit gitu ya kan namanya stress, bukan
stress awam ya. Jadi yang dikenal awam tuh stress tuh kondisi lebih gimana gitu,
padahal sebenarnya kalau kamu keluar dari rumah, ketika sesuatu tidak terjadi
seperti yang kamu harapkan itu stress namanya. Nah, masalahny ada orang yang
punya habituation, yaitu orang yang tidak terbiasa dengan perasaan tidak nyaman
yang diakibatkan oleh stress.
Contoh, stress paling gampang deh, tinggal di Jakarta. Ini dulu stress sebelom
pandemic. Macet, udah otomatis orang akan melakukan emotion stress, coping
stress. Akhirnya ngapain? Di mobil mungkin kamu bawa cemilan cemilan, kamu
beli bubble tea, kamu dengerin lagu lagu yang kamu suka, untuk apa? Ya kamu siap
sedialah dua jam di mobil. Itu namanya emotion base stress. Nah jadi apa kaitannya
dengan escape avoidance mbak? Nah, itu sebenernya lari, itu hanya lari dari
perasaan yang kamu harusnya hadapin. Tadi kan sebenernya kesambet dimobil 2
jam sebenernya merugikan kamu, yang pertama, kamu jadi gak bisa ngapa
ngapaindengan kebosanan itu.
li
Yang kedua, telat, mungkin. Mungkin kamu juga “aduh gua akan dealing, gua
akan disindir” itu juga bikin kamu gak nyaman. Tapi masalahnya, kamu membikin
kamu sendiri gak nyaman itu kayak “yaudah deh yang penting aku ada cemilan ini.”
Dan cemilan ini akan membuat kamu lebih merasa secure lah, yaudah nyaman dikit
lah gakpapa. Tapi in the end apa? Tetap kan kamu terjebak macet 2 jam? Terus
kemudian kamu turun, kamu tetapkan bertemu orang yang mungkin ngeomelin
karena kamu telat? Atau disindir mungkin kamu terlambat. Jadi pada intinya tuh
sebenarnya masalahnya tuh masih ada, tapi gak pernah di selesaiin. Nah cara cara
yang tadi, mungkin akan berguna, tapi hanya berguna pada saat waktu itu. Perasaan
kamu saat itu masih ada gak? Ya ada tapi ditutupi sementara aja gitu. Karena apa?
Ya karena memang emosi dia tidak bisa di healing ya membuat dia stuck, ga ngapa
ngapain, ya kan? Makanya kenapa ya yang paling sehat ya olahraga. Karena dengan
demikian dia ga kepikiran sama yang tadi, tapi sebenarnya ya dia tidak
menghilangkan masalah utamanya, tapi dia gak mau menceritakan apa yang dia
rasa. Jadi ini juga escape avoidance, tapi itu masih bisa kasih positif lah, karena
badannya masih nerima positif kan, jadi fisiknya sehat.
Tapi kalau misalnya minum minum? Pain kan, ibaratnya kayak kamu ganti rasa
pain dengan not getting bare, tapi saat sadar kamu merasakan pain itu lagi. Dan
sebenarnya dengan kamu melakukan ini, kamu cuman mendelay supaya kamu gak
ngerasain pain nya lagi. Dibolehin apa enggak? Kalau aku selalu begini, kamu kalau
gak siap ngerasain pain sekarang, kamu boleh. Tapi dan itu akan kembali lagi. Jadi
kamu harus mau gimana pun, mau lama atau cepat, kamu harus siap. Ya tapi
memang ada masalah yang harus kamu selesaiin saat ini, karena kalau engga kamu
lii
akan cuman ‘gali lobang nutup lobang’ dan itu bisa jadi nanti ngarah ke adiksi.
Karena kan semua orang gak suka sama rasa pain, gak semua orang suka sama tema
duka cita, karena memang ya sensitive banget.
P: Oke mbak, terimakasih. Sekarang aku akan membahas media juga nih,
sebenernya aku udah research juga, media media yang ada yang selama ini
mengatasi kedukaan atas kematian hewan itu hampir di Indonesia gak ada sama
sekali. Menurut mbak kalau aku buat journal itu, konten apa aja sih yang harus aku
masukin?
N: Itu seperti book of memories ya, karena lagi lagi mengingatnya kalau dia sudah
almarhum, karena seringkali , bahkan ada terapis itu gak mau sebut almarhum,
sebutnya nama, agar ya orang tersebut bisa move on. Ibaratnya kalau sudah lama
jangan sebut almarhum lagi lah, sebut ‘bapak’ atau apa, jadi biar orang ini gak lupa
orang ini udah gak ada. Jadi ya bahkan itu bisa dibalik juga, kalau dia baru
meninggal pun jangan sering sering disebut nama, karena kita ingetin lagi itu udah
almarhum. Jadi ada masanya sih.
Nah, kalau menurutku, kamu juga harus memperhatikan konteksnya. Kalau
kamu mau menjadikan in general juga gak masalah, tapi ya mungkin yang lebih
aman sih yang books of memories. Jadi mungkin akan membantu me- reminiscence
ya, jadi kayak ada masa kecil, bisa jadi hewan ini baru datang, jadi tujuannya tuh
untuk kita inget yang baik baik, secara kronologikal. Misalnya nih kamu bikin buku,
sediain templatenya, sebelahnya kamu kasih picture, ibaratnya kayak ini kamu bisa
di download loh, bisa di print. Kemudian untuk bisa di tempel.
liii
Sebenarnya healing process juga ya, kayak mengingat kembali “oh ini waktu
kita pergi kesini” tapi yang di catat tuh memori memori yang didalam pikiranmu,
dan kamu memang ingin hewan ini diingat dengan yang begitu. Jadi misalnya kamu
ready juga untuk mengingat ‘ini siapa’ oh ini someone dearly for me, dan kamu
bersedia untuk share ke orang lain, yang orang lain tangkap ya seperti kamu mau
orang lain untuk mengingat tentang hewan ini. Dia adalah hewan hewan yang
sangat loyal, yang sangat penyayang, bisa tau darimana ya? Ya dari buku ini. Jadi
ya by kronologis, gitu, dan mungkin pas dia meninggal ya create suatu memori yang
positif, gitu. Jadi ya bukunya yang book of memories, dan yang pengen orang lain
ingat, atau ya hal pertama yang kamu pengen ingat tentang dia.
P: Mbak bisa jelasin lebih detail nggak kenapa journal itu bisa disebut salah satu
media yang bisa dipakai?
N: Yang tadi kubilang ya, human tuh complex, jadi muatannya sifatnya tuh gak
linear. Maksudnya gimana? Jadi misalnya tuh gini karna dia, hewannya meninggal,
gak pasti juga orang itu sedih. Berarti kan bisa beda ya, padahal yang ini rasa
sedihnya sampai bagaimana, yang situ rasanya bagaimana. jadi memang se-
complex itu. Dan ada termasuk juga, pikiran sama perkataan, itu yang bukan untuk
konsumsi teman, bukan sesuatu yang bisa kita sampaikan kepada orang lain. Karena
saya sebagai makhluk sosial, saya juga sebagai makhluk individual, dan saya juga
gak mau orang lain tuh tau. Itu kalau saya bilang ya masih wajar, bukan berarti kita
kepribadian ganda ya, tapi memang ourselves itu ya konsumsinya hanya bisa
dengan orang yang kita anggap benar benar aman.
liv
Nah, masalahnya emosi itu jalannya tidak bisa diatur. Kalau misalnya kamu
diperlakukan gak enak oleh orang lain ya pasti kamu akan merasakan emosi
negative, yang nanti akan membedakan itu ya perilakunya. Contohnya kamu bisa
merasakan kesel banget sama aku, tapi perilaku kamu bisa ketawa ketawa, ya
karena mungkin kamu merasakan saya dosen. Gak mungkin dong saya
menunjukkan saya marah, tapi kan emosinya gak salah. Ya makanya saya selalu
bilang, emosi itu gak salah, yang salah itu perilakunya. Makanya kenapa penting
banget untuk merasakan emosinya, yang saya rasakan tuh apa. Jangan sampe jadi
benang kusut. Emosi mempengaruhi pikiran, lalu pikiran mempengaruhi perilaku,
terus kusut semua. Nah itu yang kadang membikin orang tuh punya masalah.
Nah, journal itu adalah sesuatu yang bisa mengurai benang itu. Karena itu
journal ya berarti kamu kayak seperti curhat kan, buat siapapun itu. Biasanya ya
buat diri sendiri. Misalnya kayak “eh tau gak sih tadi aku mau ngebunuh si X dia
kok ngeselin banget ya” nah itu kan gak bisa kamu sampein ke orang lain ya, jadi
ibaratnya kayak gaada boundaries yang bisa bikin kamu merasa di judge lah. Jadi
itu adalah the truth. Jadi sesuatu yang kamu gak bisa admit di luar, ya kamu admit
di sini secara emosi, sesuatu pikiran yang kamu gak bisa kamu sampein diluar,
kamu uraikan di sini. Sesuatu yang kamu gak bisa jelaskan diluar, tapi bisa jelasin
disini. Jadi ini sangat baik untuk bisa exercising, your true self itu tetap keluar,
walaupun gak sampe ke pintu pintu yang kamu yang gak kepengen kamu dengerin
untuk tau.
Jadi ya tadi, journaling itu sangat bagus, katarsis, balik lagi efeknya ya semua
dari dalam harus disampein, dengan menulis. Yang aku harapin sih menulis ya,
lv
bukan mengetik. Karena kalau menulis itu sama saja dengan exercising energi, jadi
bisa jadi nih pas kamu lagi marah, kan ada tekanannya tuh, tekanannya itu kadang
ada healingnya. Beda kan kalau ngetik ya rasanya sama aja. Mungkin ya bisa dibaca
sedang marah ya tapi efeknya gak sama pas kamu lagi menulis secara manual.
Apalagi kalau misalnya buku itu kamu jadikan scribbing, misalnya kamu mau
gambar atau apa. Biasanya juga ada orang yang keberatan untuk menulis, biasanya
mereka maunya untuk menggambar atau menulis puisi. Ya itu boleh, kan cara orang
beda beda ya. Sedangkan client aku tuh udah banyak banget yang bikin puisi. Jadi
aku baca kan, kayak “kenapa nih kok kamu marah?” ya itu dari puisinya. Karena
louder gitu bunyinya “kenapa kok ada scribbing yang gimana gitu bentuknya?” jadi
ya aku bebasin. Bahkan ada yang nulisnya di tepi tepi, jadi ya terserah. It’s your
book, your life.
Bahkan aku suka bilang, kalau kamu curhat suka panjang, malemnya mungkin
kamu akan pusing. Banyak yang akan keluar, karena ya akhirnya kamu keluarin,
gak disimpen dalam gudang yang kamu tekan. Dan itu bagus, ya karena mungkin
kamu akan lanjut ke langkah selanjutnya yaitu untuk cerita ke orang yang kamu
nyaman. Jadi setelah journaling harusnya cerita sih. Tapi ya kalau kamu siap, kalau
gak siap ya nanti dulu. Journaling aja udah cukup aman kok.
P: Oke mbak, pertanyaan ku itu aja untuk wawancara hari ini. Terima kasih atas
waktunya, mbak.
lvi
LAMPIRAN C: FOCUS GROUP DISCUSSION
Transcript FGD
Moderator: Hubungan seperti apa yang kalian miliki dengan peliharaan kalian?
Evan: Kalo ikan, gua punya bond yang kuat karena gua yang ngurusin, jadi ya gua
saying ikan gua sekadar kasih makan, gua rawat akuariumnya sampe bersih, gak
gua ajak maen. Beda sama nyokap gua yang sayang sama ikannya sampe dielus-
elus gitu karena dia ngurusin. Terus kalau anjing kelinci gitu gua lebih ada bondnya,
apalagi anjing ya, karena anjing itu bisa diajak main, diajak bercanda, bisa
diomelin, terus ya lucunya ya kalau anjing kan kalau udah ada karakteristiknya dan
campuran, nama anjing gua ini Bun-bun. Lucunya ya dulu dia pernah kencingin
barang gua apa gitu ya, udah gitu gua omelin ada 5 menit, gua bentak nangis loh.
Udah sesayang itu sih, udah anggep jadi kayak adek juga, kayak family gitu. Oh ya
lvii
ada satu lagi ada piaraan yang terakhir banget meninggal, salamander. Salamander
ya baru mati bulan lalu padahal disayang banget. Mati kenapa ya, itu lampunya
jatuh ke akuarium. Sampai 3 hari sedih tuh.
Moderator: Thankyou Evan, ada yang mau jawab lagi?
Ivan: Mau jawab duluan dari gua sih, gua sih gue setuju sama Evan gitu.. kayak
nggak semua peliharaan istilahnya bisa punya bond yang sama kayak misalnya
sama anjing sama kucing gitu, untukku sendiri untuk peliharaan dulu hamster, itu
pertamanya itu lebih ke penasaran sih.. gimana punya hamster gitu kan. Terus dari
situ ya punya hamster itu jadi lebih untuk hiburan gitu, melepas stres itu kan sambal
merawat, sambil gua bersihin kandangnya, juga bisa habis bekerja gua main sama
hamsternya gitu. Untuk anjing yang sekarang itu ya lebih punya bond lah, kayak
kata Evan tadi, kita bisa lihat gitu.. kalo di lagi bosen ya kita ajak main gitu gitu.
Moderator: Oke thankyou Ivan, untuk selanjutnya ada yang mau lagi?
Verren: Aku setuju sama Ivan dan Evan. Kalau ikan personally aku cuman
melakukan tanggung jawab aja, bersihin akuarium dan paling nyapa-nyapa aja,
sekadar nyamperin pas nyelupin jari.
Aku juga setuju kalo karakteristik tiap anjing atau kucing itu beda beda, meskipun
ada orang yang bilang semua anjing atau kucing itu sama. Dan personally aku ke
kucing aku, aku lebih kayak yang ke anak gitu- ngasih makan, minum, cekin dia
lviii
sakit apa nggak, bercandain, atau omelin kalo dia bandel.. jadi ya lebih ke keluarga
ya. Pengalaman aku pas punya anjing dikasih sama mami, aku kaget, aku nggak
nggak pernah research how to train a dog gitu. Habis itu jadinya kan aku nggak bisa
train, akunya pusing dan lagi nggak bisa banyak di rumah juga jadinya akhirnya
dia diadopt sama orang lain gitu. Tapi selama pengalaman melihara anjing, dia tuh
sangat clingy. Iya, anjing itu nggak bisa ditinggal sendiri. Kalau misalnya dari
pengalaman aku jadi kayak lumayan gampang deket sama ownernya. Lumayan
ngerasa kehilangan gitu sih pas dikasih ke orang lain, karena sama aku aku pun dia
bisa apa ya.. kayak dia ngerti lho aku lakuin apa, aku ngomong apa.. itu aja sih buat
aku.
Moderator: Oke thankyou Verren, selanjutnya mau ci Shirley dulu atau Fern?
Shirley: sebenernya aku kayak setuju juga sih sama bonding tiap peliharaan beda-
beda, kalua ikan menurutku sekedar cuma di akuarium itu doang, ikan aku juga
cuman celupin jari kayak Verren. Terus lebih kea arah kebersihan akuarium sih
soalnya itu tempat tinggalnya dia, biar nyaman. Terus kalau soal hamster, aku
punya hamster namanya Shushu, dia tuh hamster albino dan aku dapet ini itu karena
waktu itu ke petshop dan kebetulan hamster yang ada di situ tinggal dia doang, dan
ditawarin ownernya karena emang udah apa itu hanya dia udah lama banget di situ
tapi kayak gitu. Jadi aku bilang “oh ya udah”. Nah setelah punya, aku aku beli
hamster lagi namanya Panda karena warnanya. Kalau misalkan aku lagi main sama
si Panda, si Shushu kayak ga suka gitu. Pas Panda dimasukkin ke kandang Shushu,
lix
dia suka gigitin Shushu. Akhirnya aku omelin gitu, setelah itu entah kenapa si
Shushu stay di lantai dua kendang hamsterku, kayak ngerti gitu diomelin... dia
mungkin ngerti aku atau apa gitu. Udah. Emang istilahnya harus punya apa ya, heart
to heart connection sama mereka. Terus kalo anjing, sekarang aku punya anjing 2
anjing Tekkel, Cherry sama Latte. Anjing tekel naturenya suka cemburu dan jealous
banget. Sebenarnya aku takut gitu pas mau ambil Latte pas Agustus. Awalnya
Cherry benar-benar dempetin, kayak mau digigit gitu Lattenya. Untungnya sih
sekarang dua-duanya udah lumayan deket. Dan seperti yang Verren bilang, untuk
pelihara anjing itu gabisa ditinggal. Pas hari pertama Latte ini sampai di rumah, dia
tuh nangis-nangis gitu loh sampai subuh jam 3 pagi, sama kayak bayi. Makanya
menurut aku bonding aku paling kuat sama anjing. Dulu aku pelihara kelomang pas
SD cuman ngasih makan dan taruh di tangan jalan-jalan, eh pagi-pagi dia keluar
dari cangkang dan udah mati, aku shock deh.
Fern: Kalau aku sendiri, emang bonding bisanya sama hewan-hewan yang kayak
gitu. Karena setiap anjing beda beda sifatnya, ada yang cuek ada yang mau nempel.
Bagi aku sama keluargaku udah kayak keluarga banget. Bahkan aku sama
keluargaku suka ikut pergi ke Bali sama Yogya, ikut nginep di hotel. Udah kayak
anak angkat. Kalau misalnya hamster masih ada sekarang juga, ada berapa ya, lebih
dari 10. Hamster juga kerasa beda-beda karakteristiknya tiap hamster.. Kalau
pelihara anjing, kadang hewan kalau sakit ketauannya suka telat gitu, karena susah
dideteksi sendiri. Biasanya lemes aja.. dulu pernah sampe berdarah diarenya, lemes,
buru-buru bawa ke dokter. Aku bener-bener takut gabisa ketemu dia lagi soalnya
lx
dokternya bilang udah harus siap-siap kalo dia pergi, karena kayak keluarga dan
sayang. Jadi kalo mereka sakit kita beneran sedih. Kalau ikan mungkin lebih ke
aestetisnya ya.. dulu aku pernah pelihara kelomang pertama juga ga nyangka, dia
ternyata beda gitu sama kelomang yang lain, dia bisa dipanggil, gatakut dielus. Tapi
gak lama aku pindah ke Korea, dia meninggal gitu.. aku lebih ke “yah, sayang
banget” gitu. Satu hal yang aku perhatiin, aku pernah adopsi sama beli anjing. Aku
perhatiin kalo aku adopsi itu keliatan mereka bener-bener menyayangi keluarganya,
gatau karena masa lalunya kurang menyenangkan. Aku seneng banget dokternya
juga bilang “anjing ini jauh lebih bahagia dan udah move on sama pastnya.”
Moderator: thankyou semuanya untuk jawaban pertanyaan pertama.. kita lanjut ke
pertanyaan kedua, apakah ada peristiwa atau kejadian dimana kalian itu merasakan
bahwa kalian sangat menyayangi mereka? Ada yang mau menjawab duluan?
Evan: Tiap hari itu..
Moderator: Tapia da nggak kayak momen atau kejadian yang bikin “Gue sayang
banget sama hewan gue ini” apa gimana gitu..
Evan: Dua hari lalu gara-gara ini ini nih.. gue kan magang di Kuningan, nggak
pulang-pulang 5 hari, pengen ketemu mulu.. kayak ini sih, salamander ya, kayak
Ivan tadi ngomong beli hamster doang pengen tahu kan penasaran, sama begitu,
kebetulan lagi demen aquascape, eh malah lebih sayang sama dia daripada ikannya.
Bisa dikasih makan sambil gua samperin, suapin, gue pegang di tangan.. eh
lxi
meninggal pada lagi sayang-sayangnya. Gue bisa sayangnya dia ini sama kayak
sayang sama anjing. Padahal mah beda sama anjing. Jadinya kayak temen sih, dia
gak kabur, nyamperin.
Moderator: Thankyou Evan.. ada yang mau duluan?
Verren: Kalau aku tuh beberapa hari yang lalu, kucingku ngumpet.. kan emang suka
ngumpet gitu di tempat yang sempit. Nah dia ini ke gudang gitu kan.. biasanya dia
gak pernah ngumpet di tempat yang gabisa diliat. But on that day, dia ngumpet
sampe ga keliatan… terus kita nyariin gitu gak ketemu-ketemu. Biasanya dia gak
pernah keluar dan takut, tapi hari itu pintu lagi dibuka jadi takut dia diculik orang
kan.. Pas ketemu tuh aku langsung nangis, di sana aku sadar sih aku sayang banget
sama kucing aku.
Evan: Kalo gua sih di rumah, paling deket tuh sebenarnya bapak sama adik gua,
lalu gua.. sebenernya kalo untuk momen kayak gitu belum ada, cuman dari hal dari
hal-hal kecil misalnya kalau misalnya gua ke rumah, kalo gua mulai bangun, dia
deketin gua gitu.. di rumah gua ini kan ada peraturan anjing gaboleh masuk rumah
lagi ya, jadi dia di garasi terus ada tempatnya sendiri. Jadi momen-momen kayak
kecil kayak gitu lah, kayak dia mulai deketin gua kalo gua di luar, terus ngajak
main, bawa gua bawa keliling komplek gitu.
Moderator: okay, thankyou Ivan.. selanjutnya siapa yang mau lanjutin?
lxii
Fern: Aku dari kecil emang suka hewan, tapi anak kecil kan belum gitu ngerti sama
rasa sayangnya ya.. tapi pertama kali aku nangis ketika aku dapet anjing yang aku
dapetin penuh usaha. Kadang suka nangis berhari-hari kalo inget dia udah gaada,
pengennya mereka kembali tapi kan gabisa. Jadinya harus belajar juga kalo mereka
bakalan pergi dan gak akan kembali, cepat ataupun lambat gitu. Lebih bisa
menerima kalo umur mereka ga panjang dan gabisa selama itu sama aku. Sama
yang lain sih aku sayang semua.. waktu itu berat juga pas mau sekolah ke luar negri,
berat banget gak ketemu anjing dan keluargaku. Waktu itu aku pelukin satu-satu,
aku bilangin gaboleh nakal.. Lucunya pas papaku bilang aku mau pulang, mereka
excited gitu. Kalo aku pulang mereka excited banget dan gonggong gitu, nyambutin
aku. Aku bisa ngerasain kalo aku sayang mereka dan mereka juga sayang sama aku.
Shirley: Aku sendiri sih paling aku rasain sama Cherry, sekarang umurnya 12 tahun.
Dulu pernah dikawinin tapi istilahnya sebetulnya kaya masih terlalu muda berapa
bulan untuk dikawinin.. jadi ketika dia melahirkan istilahnya anaknya itu pas dilihat
sama dokter kok kayaknya ada banyak di perutnya, ternyata cuma ada dua, yang
satu cewek itu lahirannya di rumah tapi udah nggak terselamatkan karena katanya
ketubannya pecah duluan, setelah itu Cherry kayak kita lihat kok dia lemes gitu
kayak udah nggak sanggup untuk mendorong lagi.. akhirnya kita bawa ke klinik
bawa ke pet clinic sekitar jam 11 malem untuk di bedah caesar. Aku beneran
nemenin sampai subuh karena emang lama dari proses anestesi dan lain-lain itu..
aku ngelihatin gitu loh, maksudnya prosesnya aku ngelihatin nggak langsung, cuma
kayak gitu disitu tuh kayak ngerasa kayak takut kehilangan mungkin ya... karena
lxiii
benar kan sebelum ke klinik itu beneran dia yang lemes banget itu, dan udah nih
ceritanya setelah melahirkan satu cowok, dia tuh mengalami kayak pendarahan
seminggu atau dua minggu setelah melahirkan gitu, awalnya kita kira mungkin
karena anjing perempuan kan emang bisa menstruasi juga, tapi yang kita bingung
kok sebelumnya tuh paling dua hari itu. Akhirnya kita bawa ke dokter hewan yang
dibilang ini ada pendarahan di rahimnya, jadi harus diangkat. Di situ dokter sampai
ngomong kayak ada kemungkinan nggak bisa nggak selamat.. waktu itu dia itu
kalau nggak salah baru 1 tahun berapa bulan gitu lah, jadi aku mikir kayak masa
sesingkat itu.. dokter bilang Cherry ini tuh anjing Tekkel yang kata dokter 1 banding
10 emang punya masalah kulit dan imun, Cherry ini kayak nggak boleh makan
daging ayam, sapi, makanya semua dog foodnya dia itu kalau nggak lamb ya pork
gitu. Waktu itu sempat juga pernah cerita kalau nggak salah enggak salah jadi waktu
itu satu rumah lagi keluar, terus Cherry itu kalau misalkan gak ada orang di luar dia
tuh di halaman belakang. Di sana kayak ada jendela jendela-jendela gitu buat
ngintip ke dalam. Nah dia suka berdiri-berdiri buat ngintip. Nah kukunya itu
nyangkut di dinding di dekat jendela itu yang pas dan patah, nah masalahnya
patahnya itu bukan patah cuma setengah tapi patahnya tuh sampai ke pangkal, udah
bukan patah kayaknya copot bahasanya.. pas aku pulang aku bingung, panik, di
halaman belakang banyak darah gitu.. udah panik kan nyari-nyari kemana sih si
Cherry gitu ternyata itu udah ngumpet kolong. Pas aku liat beneran kakinya
berdarah, kukunya masih nyangkut. Darahnya gak berenti-berenti. Akhirnya ke
dokter hewan malem-malem, untungnya ada satu staff yang ngerti gitu. Dikasih
obat bentuknya kristal, dan sebenernya dilarutin, tapi karena si Cherry udah parah
lxiv
gitu, harus langsung ditempel dan bakalan sakit banget. Aku baru pertama kali
denger dia nangis bahkan dari kecil baru baru pertama kali, denger dia nangis gitu
yang benar-benar sampai istilahnya misalnya kayak aku pengen ikutan nangis gitu
loh.. aku bisa ngerasain kayak gimana cuma gara-gara obat itu doang.. dan disana
aku sadar gitu bondnya bisa sampe kayak gitu, istilahnya bisa dibilang kayak
kelalaian kita sebagai ownernya gitu kelamaan di luar dan kita nggak merhatiin..
terus si Cherry dari kecil kayak attached gitu sama aku. Jadi pas SMP dia harus
ditemenin dulu, kalau gak ya gak mau makan gitu harus nungguin aku pulang dulu
baru mau makan.
Moderator: thankyou ci Shirley.. yang ketiga, siapa yang paling sering mengurus
hewan-hewan peliharaan kalian? Ada yang mau menjawab duluan?
Verren: Aku boleh.. kalau aku sih di rumah aku dan mami aku yang urus.
Ivan: Kalau gua di rumah sih bapak sama adik gua.
Fern: Kalo aku beda-beda, biasanya papa sama mama aku soalnya aku kan kuliah
di luar negri. Jadi mau gamau gitu. Tapi papaku gak mau ngurusin hamster, jadi
biasanya mama, adek sama aku. Tapi biasanya ganti-gantian gitu sih gak masalah,
misalkan kalo papa aku ke luar kota yang urusin mama, kalo mama di rumah yang
urusin papa gitu. Kalo adek aku kan masih SD, dia gak bisa beresin kendang yang
bener-bener bersih gitu.
Moderator: Selanjutnya mau Evan atau ci Shirley duluan?
lxv
Evan: Gua dah.. jadi tergantung hewannya apa sih, kalau misalkan hewan kayak
anjing gitu-gitu nyokap gua yang sering urusin.. karena gua kan kerja gitu. Kalo
ikan maintenancenya lebih mudah gitu, gak harus setiap hari, paling kasih makan
doang, perminggu cuman akuarium dan air gitu-gitu nyokap gua juga belajar.. kalo
ikan gua yang ngurus karena hobi juga. Kalo semua orang ada di rumah bareng-
bareng.
Shirley: Kalo ikan, adek aku kan masih SMP gitu, jadi kadang aku ngeliatin kalau
misalkan ada yang kurang bersih aku bantuin. Terus kalau misalkan untuk anjing,
sebelum Latte datang ke rumah sih waktu itu aku yang ngurusin, masalah kayak
kandang dan lain-lain. Mamaku juga lebih aktif untuk bantu ngurusin gitu, minimal
kasih makan. Tapi kalau misalkan untuk masalah kandang sih aku yang beresin dan
ajak main di rumah.
Moderator: Thankyou semua jawabannya.. kalian kan setuju setiap hewan punya
ikatan yang beda-beda dengan kalian, menurut kalian apa sih yang bikin bonding
kalian kuat sama hewan peliharaan kalian?
Shirley: mungkin kayak cara berinteraksi kali ya.. karena dari pertanyaan 1 dan 2
pada bilang kalo bondingnya itu tergantung jenisnya, karena setiap jenisnya punya
tingkat interaksi yang berbeda.. kayak ikan nggak bisa berinteraksi kayak anjing,
kenapa istilahnya aku punya ikatan yang lebih kuat sama anjing-anjing aku
ketimbang sama hewan peliharaan lain, mungkin karena
lxvi
mereka bisa diajak interaksi. Mereka bisa diajak apa istilahnya- berbicara secara
emosional, juga anjing ngerti emosi manusia ketimbang hewan peliharaan lainnya
gitu. Jadi mungkin aku itu sih..
Cara interaksinya, terus cara kita ngurusinnya.. semakin semakin tinggi
maintenance hewan itu menurut aku tingkat apa ya- kalau misalkan ikan paling
paling akuarium dan lain-lain itu, gak seberapa ketimbang anjing yang kalau
misalkan dia sakit harus ke dokter hewan, terus kita juga harus beli makanannya
yang istilahnya harganya juga lebih tinggi. Kita sadar kita udah ngurus dia dan
keluar uangnya lebih banyak untuk dia gitu. Jadi kayak kalau misalkan sesuatu
terjadi sama dia, pasti kita lebih ke yang ini dibandingkan ke hewan lain.
Moderator: makasih ci Shirley, yang lain mau ada yang nambahin?
Evan: Mostly setuju sih sama apa yang dibilang. Semakin banyak effort yang
dibutuhkan buat ngurusin hewan itu, makin kuat bond yang ada. Semakin banyak
maintenance binatang itu kita jadi punya ngurusin gitu loh, udah gitu diimbangi
dengan timbulnya kita jadi sayang. Kalau kayak tadi mau nambahin aja sih, kalau
ikan sih kenapa bisa ga sedih kalo kenapa-kenapa. Kalau anjing tuh keliatan dari
raut wajahnya gitu, bisa berubah kerasa banget. Kalo ikan sedihnya ngga se
emosional itu, tapi lebih ke “sayang banget” udah rawat sehat, kayak nanem pohon
di dalemnya juga gitu.. Tergantung harganya juga, kayak temen gua punya ikan
predator harganya mahal banget, makannya juga ayam. Dia sayang banget tuh
sampe suka diajak ngobrol. Harganya jutaan tuh.. kalo gua sih enggak ya, ikannya
lxvii
murah, tapi aquarium dan isinya yang mahal. Kalo dibilang kayaknya udah belasan
juta gitu keluarnya, jadi dibilang murah ya enggak.
Fern: Kalau buat aku, apa yang bisa bikin kita bonding sama hewan itu..mungkin
waktu yang kita spend dan aku yakin mereka bisa ngerasain sih mereka sayang
sama kita apa enggak, dari perilaku kita ke merekanya. Karena mereka bisa
ngerasain kita sayang sama mereka, mereka mau respon dan deket sama kita. Dari
selama pelihara hewan sih itu ketulusan dari kita sendiri yang akan bikin mereka
merasakan kita bener-bener sayang sama mereka apa enggak, dan itu yang bikin
bantu bond kita sama mereka.
Moderator: Okay thankyou Fern.. kalau dari Verren sama Ivan ada tambahan?
Verren: Aku gaada ya, setuju sama yang udah disebutin.
Ivan: Kalo buat gua sih, gua setuju juga sama yang disebutin.. kalau apa namanya
kebiasaan-kebiasaan gitu loh sama habit, misalnya sama anjing sama hamster kan
beda gitu kan. Kalau hamster misalnya diajak main, dikasih mainan gitu. Kalau
anjing kan lebih- iya bener, jadi kayak lebih sentimental, lebih emosional dibangun
ininya, karena kebiasaan yang beda-beda itu. Itu aja.
Yolanda: Oke.. selanjutnya, apakah topik mengenai hewan peliharaan sulit untuk
dibicarakan?
lxviii
Fern: Menurutku, yang namanya duka atuh dari awalnya pasti akan pasti akan
susah.. tetapi seiring waktu pasti akan bisa lebih menerima keadaan dan bisa lebih
dengan lebih oke lah. Tapi semua orang tuh masa dukanya beda-beda, kayak temen
aku ada yang sampe berbulan-bulan tuh masih nangisin anjingnya, dan kalau
ditanyain tuh jawabnya “nanti ya, belum siap” gitu.. buat aku sih mungkin karena
udah lewat berapa tahun lalu, jadi udah nggak seberapa sedih dan enggak susah
lagi untuk cerita apa yang terjadi, udah moveon gitu..
Moderator: thankyou Fern.. kalau dari yang lain?
Ivan: Kalo menurut gua itu subjektif ya.. istilahnya deket banget sama hewan
peliharaannya, ada orang yang kayak lebih ke “ya udahlah”, tapi balik lagi emang
kalau misal ngomongin segala kedukaan sih tetep pasti ada ada yang di tahan tahan
dulu gitu, apalagi kalau yang masih baru-baru gitu kan..
Moderator: thankyou Ivan.. kalau dari Verren atau ci Shirley?
Verren: Kalau aku sih personally buat aku masih rada sulit ya, karena aku dulu
pelihara mamanya kucingku 7 tahun yang lalu, dia tuh meninggal.. aku masih inget
dingin badan dia, somehow aku masih gabisa ngebayangin itu sama kucingku yang
sekarang. Kucingku yang sekarang itu aku mau dia tua sama aku, gamau kasih ke
lxix
orang lain.. kalau luka duka itu sendiri sih someday pasti ada, dan susah buat
diomongin sih.. itu aja.
Moderator: Selanjutnya, mungkin Evan?
Evan: Gua setuju sih sama Ivan tadi, subjektif gitu kalo hewan peliharaan
meninggal, tergantung orangnya juga, ga cuman binatangnya. Pernah kan ada orang
yang personalitynya kayak “yaudah.. meninggal, sayang banget” gitu. Temen gua
ada juga yang anjingnya sakit dikit dia udah kayak misalkan dia punya adik
meninggal gitu kalah heboh. Sampe kayak dulu anjingnya sakit tuh ada sebulan
storynya dipenuhin foto-foto anjing. Balik lagi ke orangnya seperti apa dan
bondnya seperti apa.
Yolanda: Thankyou Evan, kalau ci Shirley?
Shirley: Kalo aku tergantung konteksnya ya.. orang yang diajak ngomong gimana
gitu, kadang ada orang-orang yang- contohnya mamaku kalo lagi kesel kalo aku
ceroboh kalo lagi ngerawat, mamaku bakalan bilang “Udahlah Cherry idupnya
gausah lama-lama” gitu obviously bikin kesel gitu sih, istilahnya tanda kutip
disumpahin mati. Kalo konteksnya karena kesel terus disumpahin mati itu aku kesel
sih. Tapi kalo misalkan misalkan ngomong itu baik-baik, kayak teman aku waktu
kemarin itu sempet bawa topi kayak Cherry udah t12 tahun gitu, apa enggak coba
cari adopsi anjing lain gitu misalnya kayak “lu siap-siap aja gini gini gini”.. kalau
kayak gitu kan lebih approach ya. Oh iya kayak gue juga sadar udah 12 tahun..
mungkin memang harus prepare gitu kan saja meskipun. Kita nggak pernah tahu
lxx
yang namanya kematian itu kayak gimana, sama sih kayak manusia, biarin
sekalipun kayak kita nggak mau dengar, pasti akan terjadi gitu dan menurutku kita
pun harus siap-siap aja sih dan menurutku tergantung tadi itu cara approach
orangnya kayak gimana ngomongnya. Kalau misalkan ngomong lembut ya
mungkin masih it's okay, tapi kalau misalkan ofensif ya otomatis kita juga gak
terima gitu.
Moderator: Okay, thankyou semua atas jawabannya dari pertanyaan 5. Nah kan bisa
disimpulin semuanya udah pernah ngalamin kematian hewan dari kecil ke gede.
Apa perasaan kalian dan dampaknya bagi kehidupan kalian?
Evan: Gua duluan ya, dulu gue punya anjing Tekkel, lebih tepatnya hilang bukan
meninggal. Nah itu tuh katanya pas kecil sih gua sedih, nangis. Terus dari TK itu
sampai SD kelas 4 kelas tiga itu yang ngerengek itu minta anjing anjing. Nah dapat
lagi tuh anjing persis, cewek, namanya Luna. Nah pas itu kelas 4 di kelas 6 SD itu
terpaksa dikasih saudara di Jakarta karena gue tuh keluarga maupun Yogyakarta
dan susah kan bawa anjing Tekel, apalagi anjing gua itu dia pengecut, dikit-dikit
takut, stress, jadi nggak kita bawa, makanya kita saudara. Nah beberap hari itu gua
badmood banget. Terus kalau misalkan binatang meninggal itu, dulu ini kelinci
sama hamster, hamster sih lebih ngena. Gua tuh gak beli, tapi nemu. Dulu di Jogja
pas jalan pagi, bokap gua liat kucing mau gigit hamster. Nah diselamatin sama kita
tuh. Nah kita mau pindah lagi ke Tangerang. Gua kantongin hamsternya dari Yogya
ke Tangerang diem-diem di pesawat. Gua dulu benci banget sama hamster, udah
lxxi
gua sayang-sayang, gua rawat gua pelihara, sempet badmood banget berhari-hari.
Kayak ditinggal pas lagi sayang-sayangnya. Ada kata temen-temen gua katanya
“gara-gara hamster ngebentak orang”. Nah terakhir tuh Salamander, kesel sama diri
sendiri gitu. Lampu-lampu bisa jatuh kan tandanya gua nggak nggak bener
masangnya gitu.. salah pasang malah bikin kesetrum, nggak tenang matinya gitu
kayak dihukum mati. Jadinya marah sama diri sendiri, kalo diinget-inget masih
kesel sama diri sendiri gitu sampe sekarang.
Yolanda: Oke thankyou Evan.. yang lain?
Shirley: Jadi dulu itu pas aku SD, aku punya anjing namanya Scooby. Scooby ini
karena dulu itu aku tinggal di rumah nenek aku, jadi waktu itu ada Om aku. Di situ
Om aku lebih ngerawatin karena aku masih SD. Jadi maksudnya sekedar kasih
makan aja. Dulu itu aku ingat banget setelah 2 tahun kalau nggak salah aku menikah
pindah ke Semarang, dan Scooby ini dibawa di depan muka aku waktu itu.. dulu
dibawa di mobil, aku lihat dia pergi itu beneran sampai nangis pas masih SD itu.
Sampe sekolah ga fokus. Kepikiran terus si Scooby ini gimana ya di Semarang.
Makan pun porsinya jadi dikit. Kalo ga salah sebulanan gitu, udah lupa. Terus kalo
ga salah dua tahun lalu om aku ngabarin, katanya apa Scooby udah gaada, karena
emang udah tua gitu, mau jalan matanya udah rabun, sempet jatuh dari tangga..
kata dokter hewan nya udah di suntik mati aja, karena beneran dia tuh untuk makan
pun untuk melihat mangkoknya udah nggak bisa gitu. Jalan pun udah nggak bisa,
jadi benar-benar hidup kita cuma di tempat yang sama gitu makan disuguhin dan
lain-lain gitu.. kita bukannya merasa keberatan gitu untuk ngesuguhin dia makan
lxxii
dan nemenin, cuman semenjak kejadian dia jatuh dari tangga dan apa namanya
matanya udah kayak gitu tuh, udah nggak kebayang lah kalau itu manusia beneran
gimana sakitnya dia. Akhirnya dilepasin aja gitu di relain aja.. aku sedih sih, aku
langsung kayak nyari album foto dulu gimana ya si Scooby gitu pas lihat tuh kayak
sedih aja gitu.. pas dulu dia aktif, aku ajak main dan lain-lain. Itu sedihnya yang
ngaruh sih.. ngaruh sih itu ada kali sebulan atau dua bulan gitu aku mikirin terus.
Jadi karena Scooby dan Cherry ini warna dan jenisnya jenis yang sama, kadang
tetep keinget Scooby juga. Kadang suka salah manggil juga manggilnya Scooby.
Itu sih yang paling aku rasain.
Fern: Jadi dulu SD aku punya golden, tapi dulu aku sama papaku ga sanggup
ngurusin, makan waktu dan tenaga jadinya dikasih ke orang lain. Waktu itu aku
ngerasa sedih banget karena salah satu temenku bakalan pergi, kalau si Goldie ini
gak ada.. tapi gapapa dia pergi ke rumah tante aku, jadi aku gapapa bisa liat dia gitu.
Tapi beberapa tahun dia dikasih ke orang lain, ga bilang ke aku. Tapi aku juga gak
marah, aku juga gapunya hak juga atas yang selama ini yang rawat tante aku, aku
nggak bisa marah. Dulu pas 2017 aku punya anak anjing Corgi, mukanya unik gitu.
Si beauty ini matanya beda dari yang lain gitu, matanya ada missmark. Dan aku
juga gak berani jual karena di Indonesia, anjing unik itu suka dijadiin tren dan
diperkembangbiakan. Tapi waktu itu aku waktu itu mau ke Korea, dan kata
mamaku gak akan bisa mau pelihara Corgi 5. Waktu itu aku sakit hati banget karena
mamaku juga ga diskusi banyak mau dikasih ke siapa. Aku sedih sih, tapi satu hal
yang aku inget tuh kalo inget, anjing itu lebih bahagia daripada sama aku dulu,
lxxiii
bahkan dia sampe ke Bali. Jadi yaudahlah lebih bahagia gitu. Apa sih yang lebih
penting dari kebahagiaan mereka? Perasaanku jadi gak gitu penting karena mereka
lebih baik dan disayang sama satu keluarga, kecuali kalau disiksa pasti aku akan
usaha buat ambil balik lagi. Jadi lebih ikhlas kalo liat mereka bahagia gitu.
Yolanda: Thankyou Fern, selanjutnya mau Ivan atau Verren dulu?
Ivan: Gua deh. Gua personally bukan orang yang mikirin kesedihannya gitu loh.
Gua kalo misalnya- dulu beberapa tahun yang lalu sempet melihara anjing terus
beberapa bulan meninggal. Lebih ke kecewa sama diri gua sendiri, karena kalo udah
mempunyai peliharaan kita tuh jatohnya kayak udah tanggung jawab kita gitu.
Jatohnya kayak nyesel kenapa gak bisa lebih baik ngerawatnya daripada ini.
Terutama yang waktu itu matinya, dulu tuh gua sama keluarga gua gak terlalu ngerti
buat ngerawat anjing, kayak ke dokter, vet atau imunisasinya gitu. Dulu tuh matinya
karena ada istilahnya patch gitu di ininya- jadi matinya tuh gara-gara itu. Dia sempat
sakit-sakit lemes gitu, terus maaf kayak kotorannya berdarah gitu. Terus sempet
mikir kayak “udahlah gua gausah punya peliharaan lah kalau gak bisa ngurus gitu.
Verren: Kalo aku sih agak beda ya, karena terakhir kali aku ngerasain kehilangan
hewan peliharaan aku sekitar 7 tahun yang lalu, mamanya kucing aku. Aku tuh
kayak deket sama kucing itu baru semingguan gitu, aku pas dia kemarin aku cuman
kayak agak, wah ternyata bukan gimana sih kayak kaget aja gitu, dan cuman aku
mungkin lebih banyak rasanya tuh dikasih orang gitu kali ya.. lebih ke situ sih..
lxxiv
Yang aku lumayan agak nyesel itu anjingku sih.. perasaan kesel kayak “I should’ve
done better” nyampe sekarang tuh masih kayak gitu. Kayak kalau inget nama dia
Aldric dan muka dia pas dia sedih itu aku jadi sedih juga. Terus kayak kucing-
kucing yang sebelumnya udah dikasih itu kayak ah, kenapa dikasih orang. Terus
ada kabar dari pemiliknya kayak dia ilang.. kan kalau misalnya gue yang melihara,
enggak bakal ilang gitu kan. Jadi kayak lebih bikin nyesel.. kayak gitu sih
perasaannya.
Yolanda: Thankyou Ferren.. untuk selanjutnya, ada gak sih dari kalian denger
perkataan dari orang lain yang pernah bikin kalian sakit hati soal kematian hewan
peliharaan kalian?
Ivan: Kalo gua sih gaada kayaknya, soalnya gue nggak terlalu apa.. kalau kata-kata
gak ada yang pernah ngatain gitu ke gua kenapa dia mati atau gimana.. palingan
kalo temen deket gua kayak “Oh ya sayang banget” paling kaya gitu itu pun. Juga
kayak gua ada kalau ada kata-kata gitu gak take it personal sih.
Fern: Buat aku gak pernah juga sih, aku considering orang lain, mereka gak bisa
relate sama aku dan hewan peliharaanku. Karena, mereka paling bisa bilang “jangan
sedih ya, sabar ya” tapi mereka gapernah bilang “ngapain sih cuman hewan aja kok
dipusingin”. Mungkin kalo di socmed sering ya. Jadi tiap orang kan beda-beda ya,
jadi ya yaudah jangan diambil hati gitu.
lxxv
Shirley: Kalo aku sih gapernah sampe offensive gitu, paling kayak “sabar ya..” ,
tapi pernahnya pas aku cerita tentang Scooby gitu, dia bilang “yaudah kan sekarang
ada Cherry” tapi kan beda, bukan gitu maksudnya... paling gitu sih. Cuman kan
karakteristik hewan kan beda-beda gitu.. yang aku alamin sama Scooby kan beda
sama Cherry. Gak aku apa-apain juga. Cuman kata-kata kayak “adopsi baru aja” itu
pernah sih..
Verren: Balik lagi kayak yang diomongin sama Fern, respon orang kan susah
dikontrol. Ada orang yang suka banget sama hewan, atau ada yang gasuka gitu sama
hewan. Kayaknya buat aku gaada sih, gaada yang sampe nyakitin.. tapi temenku
jujur gitu bilang “sorry yaa gabisa relate” gitu.
Moderator: Oke makasih Verren.. kalau dari Evan ada gak?
Evan: Ada dong.. jadi kalo yang anjing udah pada yang punya ya, paling kayak
“sabar ya”.. nah tapi yang Salamander sih karena orang lain liatnya itu menjijikan
gitu kayak cicak. Kan namanya Kepin ya. Terus dibilang “Yailah binatang bodoh
kayak Kepin gitu disedihin, masa sedih”. Gak marah sih cuman kayak pissed out
aja, tau sih orang-orang kalo seapapun yang orang ngomong, yang punya koneksi
sama binatangnya kan kita, jadi kita yang tau nilai kedekatan di mat akita itu
berartinya gimana. Jadi wajar sih mereka ngomong gitu sih.
lxxvi
Yolanda: Oke, thankyou. Nah kan kalian udah mengalami dukanya masing-masing,
cara apa saja yang kalian lakukan untuk mengatasi duka tersebut? Kayak apa yang
dilakuin keluar dari rasa sedihnya gitu.
Evan: Kalo gua sih dengan cara produktif, jadi gua ngedistract diri gua sendiri gitu.
Misalkan pas waktu itu itu kelinci meninggal, hamster meninggal, Salamander
meninggal, anjing ilang. Lucunya biasanya gua ga belajar, gua malah belajar. Ini
pas Salamander meninggal gua sibuk produksi. Itu doang sih. Dikit-dikit ngobrol
juga, kemaren mati, gitu udah.
Fern: Aku sih sama yang Evan udah bilang, aku sih suka ngasih diriku self-
affirmation, kayak gapapa, mereka udah di tempat yang lebih baik dan misalkan
kalo mereka sakit, aku mikirnya mereka udah ga sakit lagi, kalo mereka di sini sama
aku dan sakit, lebih baik mereka pergi gitu. Ga terus-terusan sedih atau gabisa
terima. Karena aku tipe aku yang sedih pasti gabisa ngapa-ngapain, bisa ngancurin
hidup aku. Selama kita udah bisa ngurus mereka dengan setulus hati kita dan
lakukan yang terbaik yang kita bisa, kalau harus pergi itu udah bukan urusannya
kita lagi, jadi harus ikhlas aja. Gitu sih kalo aku.
Moderator: Thankyou, Fern.
Verren: Aku sama kayak Fern kali ya lebih yang kayak ikhlas gitu, udah di tempat
yang lebih bahagia dan dia udah nggak perlu sakit-sakitan lagi kayak gitu.. Kalau
misalnya aku sih gitu ya.
lxxvii
Ivan: Kalo dari gua sama sih singkatnya sama kayak Fern dan Evan juga, kalau
misalnya udah mati tuh, kan udah di luar di luar tangan kita, kayak yang udah lewat
ya udah lewat. Palingan kalo udah kesel tuh berasanya kayak “Kenapa bisa kayak
gini” tapi kalau dipikir-pikir lagi, oh iya sih mungkin emang emang udah waktunya.
Gitu aja.
Shirley: Aku juga setuju sama Verren, kayak positive thinking aja gitu, tapi di satu
sisi aku setuju sama Evan, cari kesibukkan lah kayak produktif. Soalnya kalo
positive thinking pasti kepikiran sih. Yang aku lakuin itu ngejauhin social media
yang hewan gitu, ngeskip dulu beberapa hari sampe pulih. Aku sih soalnya kalo
banyak pikiran aku lebih ke arah sibuk, kalo ga tidur ya makan gitu.
Moderator: Thankyou semuanya untuk jawabannya. Semoga hewan kalian yang
lagi dipelihara juga sehat selalu sampe jangka waktu yang lama.
lxxviii
LAMPIRAN D: KUISIONER
lxxix
lxxx
lxxxi
lxxxii
lxxxiii
lxxxiv
lxxxv