lANALISIS PENGUNGKAPAN LAPORAN KEBERLANJUTAN
PT PERUSAHAAN GAS NEGARA (PGN) Tbk TAHUN 2016 DAN 2017
BERDASARKAN STANDAR GLOBAL REPORTING INITIATIVE (GRI)
Disusun Oleh :
Adellina Kurnia Ramadani
NIM. 125020300111028
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih
Derajat Sarjana Ekonomi
JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
ABSTRAK
ANALISIS PENGUNGKAPAN LAPORAN KEBERLANJUTANPT PERUSAHAAN GAS NEGARA (PGN) Tbk TAHUN 2016 DAN 2017BERDASARKAN STANDAR GLOBAL REPORTING INITIATIVE (GRI)
Oleh :Adellina Kurnia Ramadani
125020300111028
Dosen Pembimbing :Devy Pusposari, SE., M.Si., Ak.
Penelitian ini bertujuan untuk memahami sejauh mana pengungkapanCorporate Social Responsibility Perusahaan yang tercermin dalam LaporanKeberlanjutan berdasarkan Standar GRI. Jenis penelitian ini adalah penelitiankualitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif padadata sekunder yaitu Laporan Keberlanjutan PT. Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbktahun 2016 dan 2017. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa PGN telahmengimplementasi Standar GRI dalam penyusunan Laporan Keberlanjutan,meskipun tidak semua topik yang ada di dalam Standar GRI tersebut diungkapkan.Pelaporan standar universal PGN memenuhi 59% pada tahun 2016 dan 67% padatahun 2017. Pelaporan standar topik spesifik memenuhi 28% pada tahun 2016 dan37% pada tahun 2017. Dalam laporan ditemukan ketidaktepatan pada beberapapengungkapan yang dilaporkan. Perusahaan dirasa perlu untuk memperbaikipelaporan pengungkapan di laporan keberlanjutan tahun berikutnya demi menjadilebih baik di masa yang akan datang.
Kata Kunci : Pengungkapan Corporate Social Responsibility, Standar GRILaporan Keberlanjutan.
ABSTRACT
ANALISIS PENGUNGKAPAN LAPORAN KEBERLANJUTANPT PERUSAHAAN GAS NEGARA (PGN) Tbk TAHUN 2016 DAN 2017BERDASARKAN STANDAR GLOBAL REPORTING INITIATIVE (GRI)
By :Adellina Kurnia Ramadani
125020300111028
Supervisor :Devy Pusposari, SE., M.Si., Ak.
This research is conducted to provide information about the disclosure ofCorporate Social Responsibility which is reflected in the Sustainability Reportbased on the GRI Standards. This research is qualitative research. The researchmethod used is descriptive analysis method on secondary data, which areSustainability Report of PT. Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbk for the year 2016and 2017. The results of this research indicate that PGN has implemented GRIStandards in the preparation of Sustainability Reports, although not all topicscontained in the GRI Standards were disclosed. Based on universal standards,reported disclosures completed 70% in 2016 and 67% in 2017. Based on specifictopic standards, reported disclosures completed 28% in 2016 and 37% in 2017.There were inaccuracies in some reported disclosures. It is necessary for PGN toimprove disclosure reporting in the following year's sustainability report in order tobe better in the future.
Keywords : Corporate Social Responsibility Disclosure, GRI Standards,Sustainability Report.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring memudarnya ideologi bisnis “the only duty of the corporation is to
make profit”, semua organisasi diharapkan untuk ikut berkontribusi dalam
pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Pembangunan
berkelanjutan merupakan tujuan aspirasional yang pertama kali diperkenalkan oleh
Komisi Dunia untuk Lingkungan dan Pembangunan pada tahun 1987. Menurut
Emil Salim, pembangunan berkelanjutan adalah suatu proses pembangunan yang
mengoptimalkan manfaat dari sumber daya alam dan sumber daya manusia dengan
menyelaraskan keduanya dalam pembangunan (Mubarok dan Afrizal, 2018:137).
Komitmen dari pembangunan keberlanjutan ini diwujudkan dengan
perumusan Milenium Development Goals (MDGs) pada tahun 2000 yang disepakati
bersama oleh kepala negara dan perwakilan dari 189 negara anggota Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB). Berakhirnya MDGs ini kemudian dilanjutkan dengan
Sustainable Development Goals (SDGs) yang selanjutnya diterjemahkan sebagai
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB). TPB berupa 17 butir tujuan yang
ditetapkan pada 25 September 2015 oleh PBB dengan melibatkan 194 negara, civil
society, dan berbagai pelaku ekonomi dari seluruh penjuru dunia. Tujuan dan target
tersebut meliputi 3 (tiga) dimensi pembangunan berkelanjutan, yaitu lingkungan,
sosial, dan ekonomi yang digambarkan oleh John Elkington pada Triple Bottom
Line (Rachman, Efendi dan Wicaksana, 2011:11).
2
Iryani menyatakan bahwa Triple Bottom Lines merupakan suatu
konsekuensi dari definisi pembangunan berkelanjutan dengan tiga elemen penting
yakni pertumbuhan ekonomi, perlindungan lingkungan, dan kesejahteraan sosial
(Situmeang, 2016:29). Menurut Nguyen dan Cefaratti (2016), bagi entitas bisnis,
pembangunan berkelanjutan berarti mengadopsi strategi bisnis dan aktivitas yang
memenuhi kebutuhan dari entitas dan stakeholders dimasa kini, sekaligus
melindungi dan menjaga kelestarian, serta meningkatkan sumber daya manusia dan
sumber daya alam yang akan dibutuhkan di masa depan.
Demi mewujudkan pembangunan keberlanjutan ini, tiap perusahaan dapat
berkontribusi dengan melakukan kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR).
CSR adalah bentuk komitmen perusahaan untuk berkontribusi dalam pembangunan
berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab ekonomi, sosial, lingkungan
(Wibisono, 2007:7). Harmoni dan Andruyani menyatakan bahwa susbstansi
keberadaan CSR adalah memperkuat keberlanjutan perusahaan dengan jalan
membangun kerjasama antar stakeholders yang didukung perusahaan dengan
menyusun program-program pengembangan masyarakat sekitarnya (Situmeang,
2016:7).
Pelaporan atas kegiatan CSR yang telah dilakukan oleh perusahaan
diungkapkan dalam media yang salah satunya adalah laporan keberlanjutan.
Laporan keberlanjutan merupakan bentuk laporan yang dilakukan oleh suatu
perusahaan dalam rangka untuk mengungkapkan (disclose) atau
mengkomunikasikan kepada seluru pemangku kepentingan mengenai kinerja
ekonomi, lingkungan hidup, dan sosial masyarakat secara akuntabel (Hadad dan
3
Maftuchah, 2015:276). Menurut Nguyen dan Cefaratti (2016), laporan
keberlanjutan menampilkan nilai-nilai dan model kepemimpinan sebuah entitas dan
menunjukkan hubungan antara strategi bisnis dan komitmen terhadap Susbtainable
Global Economy. Tujuan laporan ini adalah untuk menjadi penilaian pada suatu
perusahaan atas kemampuan mengatasi isu keberlanjutan, seperti penghematan dan
konservasi energi (Rusdianto, 2013:74).
Laporan keberlanjutan yang diungkapkan oleh perusahaan harus
disesuaikan dengan pedoman pelaporan terstandar. Pedoman pelaporan
keberlanjutan yang menjadi acuan populer bagi banyak perusahaan di Indonesia
adalah pedoman yang dikembangkan oleh Global Reporting Initiative (GRI), yakni
dinamakan Standar GRI. Menurut Kartawijaya, GRI dipandang sebagai salah satu
pedoman yang komprehensif dan dapat diandalkan karena telah dipublikasikan
secara global dan didukung oleh struktur laporan yang mewakili kepentingan
berbagai pihak (Anggraeni dan Djakman, 2018:8). Menurut Sukoharsono,
penggunaan Pedoman pelaporan keberlanjutan GRI telah dipraktekkan oleh lebih
dari 1000 perusahaan di seluruh dunia (Rahayu, 2019), swasta maupun organisasi
pemerintah seperti Unilever, Freeport, UK Government, dan Japan Environment
Agencies.
Selanjutnya demi mengakomodasi kepentingan stakeholders, saat ini
Pedoman GRI telah diperbarui dengan rincian yang terbaru yakni, Standar GRI.
Sejak tanggal 1 Juli 2017 berlaku perubahan versi Standar GRI yaitu dari G4
menjadi Standar GRI. Perubahan ini berupa G4 yang awalnya berupa susunan
indikator seperti pada Gambar 1.1 menjadi Standar GRI yang susunannya berupa
4
modul (Gambar 1.2). Standar GRI berbentuk modular, yaitu 3 modul standar
universal dan 33 modul topik spesifik (majalahcsr.id, 2017). Di mana topik spesifik
dibagi menjadi topik ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Perubahan menjadi bentuk modular ini membuat pedoman GRI lebih
fleksibel dalam melakukan revisi mengubah, menambah, dan/atau mengurangi
topik tertentu yang dituju/relevan serta lebih transparan penerapannya oleh
pengguna. Dengan susunan pedoman berupa modul, akan lebih mudah jika terjadi
perubahan terkait penambahan atau pengurangan pada masing-masing topik.
Laporan Keberlanjutan yang disusun oleh perusahaan harus
sesuai/mengikuti ketetapan standar agar runtut dan dapat diperbandingkan serta
dievaluasi. Jika sesuai standar, Laporan Keberlanjutan akan sama urutan
pelaporannya dengan perusahaan lain meskipun kelengkapannya bisa berbeda. Hal
ini karena perusahaan bisa tidak mengungkapkan salah satu poin karena memang
tidak melakukan kegiatan tersebut.
Indonesia sebagai negara yang terus berkembang, memiliki kebutuhan
energi yang juga terus meningkat. PGN adalah salah satu BUMN yang bergerak di
sektor Minyak dan Gas dengan produk utama yaitu Gas Bumi. Gas bumi adalah
energi yang lebih ramah lingkungan dibanding batu bara dan minyak bumi.
Meskipun begitu, Gas Bumi juga merupakan salah satu sumber daya alam yang
membutuhkan waktu sangat lama untuk diperbaharui, melebihi jangkauan umur
manusia.
Dalam layanan distribusi dan transmisi Gas Bumi, PGN menyadari ikut
berkontribusi terkait fenomena perubahan iklim dan pemanasan bumi, yang
5
merupakan salah satu rintangan utama dalam pencapaian TBP, sebagai akibat
kegiatan operasional perusahaan. PGN senantiasa berupaya meminimalkan dampak
lingkungan yang ditimbulkan dan berpartisipasi dalam upaya menekan pemanasan
bumi. Oleh karena itu, dalam upaya pencapaian visi PGN menjadi perusahaan kelas
dunia di bidang gas, PGN menyusun Laporan Keberlanjutan secara profesional. Hal
ini dapat dibuktikan oleh PGN yang secara berturut-turut menerima penghargaan
sebagai winner kategori Energi pada Sustainability Reporting Awards (SRA) sejak
2013.
SRA yang diselenggarakan oleh National Center for Sustainability
Reporting (NCSR) diadakan setiap tahun sejak tahun 2013 seperti dalam Gambar
1.3. Sebelum itu, NCSR telah secara rutin memberikan penghargaan dalam ajang
Indonesia Sustainability Reporting Awards (ISRA) sejak tahun 2005. Penghargaan
ini merupakan bentuk apresiasi yang diberikan oleh NCSR kepada perusahaan-
perusahaan di berbagai bidang, yang sudah berdedikasi mengkomunikasikan 3
aspek kinerja perusahaan, yaitu ekonomi, sosial dan lingkungan. Meskipun
penghargaan ini tidak menilai kinerja itu sendiri, hanya fokus pada transparansi dan
kepatuhan pelaporan keberlanjutan sesuai Standar Pelaporan GRI. Standar
Pelaporan keberlanjutan yang terbaru yang digunakan sebagai acuan SRA sejak
tahun 2017 adalah Standar GRI.
Selanjutnya, NCSR memutuskan untuk meluncurkan program penghargaan
yang lebih baik karena pada tahun 2018 semakin banyak perusahaan dari luar
Indonesia yang mengikuti ajang SRA. Diputuskan perubahan nama dari
6
Sustainability Reporting Awards (SRA) menjadi Asia Sustainability Reporting
Rating (ASRR).
Selain perubahan nama, juga sistem pemberian penghargaan. SRA 2013-
2017 menggunakan sistem Awards, yaitu dari seluruh peserta akan dipilih 3
perusahaan yang ditunjuk sebagai winner, runner-up 1, dan runner-up 2 untuk
masing-masing kategori. Pada SRA 2017, PGN berhasil mendapatkan posisi
Winner kategori Energi serta menyabet Best Overall Sustainability Report 2016.
SRA 2017 diikuti oleh 40 perusahaan sebagai peserta dengan penilaian dilakukan
oleh 38 assessor kalangan praktisi dan akademisi. Terdapat 24 penghargaan dengan
9 kategori, sehingga tidak semua perusahaan mendapatkan penghargaan.
Sedangkan pada ASRR 2018, digunakan sistem Rating (peringkat). Dalam
sistem rating ini, seluruh 56 peserta akan mendapat peringkat akhir yang berbeda-
beda, yaitu Platium, Gold (emas), Silver (perak), atau Bronze (perunggu). Dengan
sistem rating ini, Darwin (2018) menjabarkan bahwa perusahaan akan tertarik
karena hasil dari sistem rating ini berguna bagi pihak lain seperti Kementerian
Lingkungan Hidup untuk menilai apakah aspek lingkungan perusahaan dapat
diandalkan. Selain itu, hasil ASRR ini bisa digunakan oleh bank dalam menilai
sejauh mana pengendalian risiko lingkungan dan risiko sosial oleh perusahaan,
sehingga selanjutnya digunakan sebagai penentuan memberikan utang atau
pembiayaan.
Menurut Samalanga (2018) peserta ASRR 2018 di Lampung pada
Desember 2018 adalah 56 perusahaan, terdiri dari 38 perusahaan asal Indonesia, 2
perusahaan asal Bangladesh, 6 perusahaan asal Malaysia, 5 perusahaan asal
7
Singapura, dan 5 perusahaan asal Filipina. ASRR adalah sistem rating atas SR
pertama di Asia. ASRR 2018 dibantu oleh 76 assessor, yaitu para akademisi dari
beberapa universitas di Indonesia yang telah memiliki sertifikasi Certified
Sustainability Reporting Specialist (CSRS).
Menurut Darwin (2018), bagi peserta dari negara lain, NSCR membentuk
tim khusus (Special Task Force) untuk melakukan proses nominasi. Proses
nominasi dalam ASRR 2018 berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan oleh NCSR.
Dalam ASRR 2018, PGN berhasil memenuhi kriteria berupa kelengkapan Standar
GRI, Assured oleh pihak independen, Pengungkapan topik Energi, Pengungkapan
Emisi Efek Rumah Kaca, serta Pengungkapan strategi perusahaan.
Penelitian terdahulu oleh Rahayu (2016) yang melakukan penelitian untuk
memahami dan membandingkan sejauh mana penerapan Sustainability Report
berdasarkan standar GRI G4 yang tercermin dalam Laporan Keberlanjutan Bank
BNI dan Maybank tahun 2014 serta penelitian oleh Astini, Yuniarta, dan
Kurniawan (2017) yang meneliti tentang penerapan GRI G4 pada laporan
keberlanjutan perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2013-2016.
Berbeda dari penelitian Rahayu (2016), di mana penelitian tersebut dilakukan pada
industri perbankan. Penelitian ini akan menganalisis sejauh mana pengungkapan
topik ekonomi, lingkungan dan sosial pada perusahaan yang bergerak di industri
pertambangan yang secara langsung memanfaatkan sumber daya alam, sehingga
diharapkan mampu mempertanggung jawabkan kinerja kepada masyarakat,
lingkungan dan pemerintah. Selain itu, jika pada penelitian oleh Rahayu (2016)
serta Astini, Yuniarta, dan Kurniawan (2017) digunakan pedoman pelaporan GRI
8
versi G4, maka pada penelitian ini didasarkan pada pedoman terbaru yaitu Standar
GRI yang terefleksi dalam Laporan Keberlanjutan PGN tahun 2016 dan 2017. Oleh
karena itu, peneliti menyusun “Analisis Pengungkapan Laporan Keberlanjutan
PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbk Tahun 2016 dan 2017 Berdasarkan
Standar Global Reporting Initiative (GRI)”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pembahasan latar belakang masalah tersebut diatas, maka
pokok masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimana pengungkapan Laporan
Keberlanjutan PGN tahun 2016 dan 2017 berdasarkan Standar GRI.
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, tujuan
penelitian ini adalah untuk menganalisis pengungkapan Laporan Keberlanjutan
PGN tahun 2016 dan 2017 berdasarkan Standar GRI.
1.4 Manfaat Penelitian
Peneliti berharap bahwa penelitian ini dapat memberikan gambaran
mengenai tingkat pengungkapan Standar GRI dalam Laporan Keberlanjutan PGN
tahun 2016 dan 2017. Rincian manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari
penelitian ini, antara lain:
a. Bagi Akademisi
9
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi akademisi
sebagai referensi dalam pemahaman penilaian tingkat pengungkapan CSR.
Selain itu juga diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi dan
pengembangan untuk penelitian selanjutnya.
b. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi tambahan yang dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pihak manajemen dalam proses
pelaporan keberlanjutan perusahaan yang didasarkan pada Standar GRI.
1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari lima
bab. Setiap bab memiliki beberapa sub-sub bab yang bertujuan mencapai suatu
proses pembahasan atas permasalahan pokok penelitian ini.
BAB I PENDAHULUAN
Bab pertama menjelaskan latar belakang masalah penelitian, rumusan
masalah, tujuan yang ingin dicapai, manfaat dan sistematika penelitian
yang diterapkan.
BAB II TELAAH PUSTAKA
Bab kedua berisikan landasan teori yang berkaitan dengan topik yang
diangkat, definisi aspek-aspek yang dibahas dalam penelitian, serta
penelitian terdahulu yang terkait dengan masalah yang dibahas dalam
penelitian ini.
BAB III METODE PENELITIAN
10
Bab ketiga ini berisikan penjelasan terkait metode penelitian yang
digunakan oleh peneliti yang terdiri dari jenis penelitian, informasi
mengenai sumber data, dan metode analisis data yang dilakukan.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab keempat ini menjelaskan mengenai hasil analisis atas data secara
keseluruhan. Dalam bab ini dijelaskan penggunaan statistik deskriptif
dalam penelitian dan pembahasan atas hasil analisis yang dilakukan.
BAB V PENUTUP
Bab kelima ini berisi kesimpulan penelitian, keterbatasan penelitian ini
dan saran untuk penelitian berikutnya sesuai dengan hasil analisis yang
telah diperoleh peneliti.
11
13
Bab II Telaah Pustaka
2.1 Corporate Social Responsibility (CSR)
2.1.1 Definisi Corporate Social Responsibility (CSR)
Planet kita menghadapi permasalahan ekonomi, sosial, dan lingkungan yang
mendesak. Untuk mengatasinya, Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) oleh
PBB menetapkan prioritas atas aspirasi global untuk tahun 2030. Gambaran umum
TPB yaitu pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa
mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan
mereka sendiri. TPB terdiri atas 17 tujuan yang merupakan agenda pembangunan
global yang disepakati oleh negara-negara di dunia pada 25 September 2015 demi
kebaikan bagi manusia dan seluruh bumi hingga tahun 2030.
Pelaku bisnis merupakan pendorong utama dalam mencapai tujuan-tujuan
tersebut, sehingga menjalankan bisnis merupakan tantangan tersendiri dalam
keikutsertaan mengatasi permasalahan kemiskinan, kesetaraan gender, air bersih,
limbah, dan energi bersih. Menurut Rusdianto (2013), paradigma sustainability
atas perusahaan yang dianggap tumbuh & berkelanjutan (growth & sustainable
company) saat ini juga diukur dari kepedulian terhadap lingkungan sekitar, baik
komunitas lokal, masyarakat luas maupun lingkungan hidup.
Corporate Social Responsibility (CSR) adalah bentuk komitmen perusahaan
untuk berkontribusi dalam pembangunan berkelanjutan dengan memperhatikan
tanggung jawab sosial. Tanggung jawab perusahaan berpijak pada triple bottom
lines, yaitu ekonomi, social, dan lingkungan. Menurut World Business Council on
Sustanable Development (WBCSD) (Rusdianto, 2013:viii), CSR merupakan suatu
14
komitmen dari perusahaan untuk berperilaku etis (behavioral ethics) dan
berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan (sustainable
economic development). Komitmen lain adalah untuk meningkatkan kualitas
komunitas lokal serta masyarakat luas. Tanggung jawab perusahaan adalah agar
dampak buruk dari bisnis kepada masyarakat dan lingkungan dapat diminimalkan
dan dampak baik dapat ditingkatkan. Pembangunan dan pemakaian sumber daya
alam boleh terus berlanjut, tetapi jangan sampai merugikan masyarakat dan
lingkungan sekitar.
2.1.2 Manfaat Corporate Social Responsibility (CSR)
Dimensi sosial dan lingkungan akan menjamin nilai perusahaan tumbuh
secara berkelanjutan. Dengan CSR, perusahaan menyediakan informasi keuangan
dan non keuangan tentang operasional perusahaan, sosial, kegiatan dan lingkungan
dan kemampuannya untuk berurusan dengan risiko yang terkait. Harmoni dan
Andruyani (2008, dalam Situmeang, 2016:7), menyatakan bahwa susbstansi
keberadaan CSR adalah memperkuat keberlanjutan perusahaan dengan jalan
membangun kerjasama antar stakeholder yang difasilitasi perusahaan dengan
menyusun program-program pengembangan masyarakat sekitarnya. Menurut
Untung (2008:6, dalam Ningsih dan Cheisviyanny, 2019) menyebutkan manfaat
CSR bagi perusahaan antara lain:
1. mempertahankan dan mendongrak reputasi serta citra merek
perusahaan,
2. mendapatkan lisensi, untuk beroperasi secara sosial,
15
3. mereduksi risiko bisnis perusahaan,
4. melebarkan akses sumber daya bagi operasional usaha,
5. membuka peluang pasar yang lebih luas,
6. mereduksi biaya, misalnya terkait dampak pembuangan limbah,
7. memperbaiki hubungan dengan stakeholder,
8. memperbaiki hubungan dengan legulator,
9. meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan,
10. peluang mendapatkan penghargaan.
2.2 Laporan Keberlanjutan (Sustainability Report)
2.2.1 Definisi Laporan Keberlanjutan (Sustainability Report)
Sesuai Peraturan OJK Nomor 51/POJK.03/2017 tentang Penerapan
Keuangan Berkelanjutan Bagi Lembaga Jasa Keuangan, Emiten, dan Perusahaan
Publik pasal 1 ayat 13, Laporan Keberlanjutan adalah laporan yang diumumkan
kepada masyarakat yang memuat kinerja ekonomi, keuangan, sosial, dan
lingkungan hidup suatu Lembaga Jasa Keuangan (LJK), Emiten, dan Perusahaan
Publik dalam menjalankan bisnis. Melengkapi pengertian tersebut, menurut Standar
GRI (2018), Laporan Keberlanjutan juga memuat penjabaran atas kontribusi positif
maupun negatif dari Organisasi Bisnis terhadap usaha pencapaian TPB. NCSR
menjelaskan bahwa pelaporan keberlanjutan memberikan stakeholders informasi
tentang dampak keberlanjutan untuk kegiatan bisnis utama perusahaan dan tindakan
strategis yang diambil oleh perusahaan dalam menanggapi dampak tersebut,
sehingga memungkinkan stakeholders untuk melakukan evaluasi.
16
Laporan Keberlanjutan wajib disusun dan dipublikasikan oleh LJK, Emiten,
dan Perusahaan Publik di Indonesia. Dan lalu wajib disampaikan kepada OJK setiap
tahun. Hal tersebut juga sejalan dengan Pasal 66 ayat 2 Undang-undang No.
40/2007 tentang Perseroan Terbatas, perusahaan yang telah go public diwajibkan
menyusun Laporan Keberlanjutan. Selanjutnya, GRI (2016) menjabarkan bahwa
Laporan Keberlanjutan organisasi akan relevan dan dapat diandalkan, jika sesuai
dengan suatu standar pelaporan yang bersifat global.
2.2.2 Isi Laporan Keberlanjutan
Isi Laporan Keberlanjutan pada dasarnya terdiri dari tiga bagian utama yaitu
(GRI, 2016):
1. Pengungkapan Umum merupakan pelaporan Informasi Kontekstual
tentang sebuah organisasi dan praktik pelaporan keberlanjutannya,
2. Pendekatan Manajemen merupakan pelaporan informasi tentang
bagaimana sebuah organisasi mengelola topik material,
3. Pelaporan topik spesifik bertujuan untuk melaporkan informasi
mengenai dampak organisasi yang terkait dengan topik ekonomi,
lingkungan dan sosial.
Selanjutnya, Laporan Keberlanjutan menurut pedoman GRI wajib
mencantumkan indeks isi GRI, yang disajikan dalam satu lokasi dan mencakup
nomor halaman atau URL untuk semua pengungkapan yang dilaporkan.
2.3 Global Reporting Initiative (GRI)
17
GRI (2016) menjelaskan bahwa mereka adalah organisasi nirlaba (non-
profit) internasional yang bekerja untuk kepentingan publik dengan visi ekonomi
global berkelanjutan di mana organisasi mengelola kinerja dan dampak ekonomi,
lingkungan, sosial, dan tata kelola secara bertanggung jawab. Ribuan pelapor
perusahaan dan sektor publik di lebih dari 90 negara menggunakan Standar GRI.
Standar GRI adalah sebuah framework sebagai dasar penyusunan laporan
keberlanjutan yang dirancang agar tercipta pemahaman yang sama bagi organisasi
dan pemangku kepentingan, sehingga informasi atas dampak ekonomi, lingkungan
dan sosial dari berbagai organisasi dapat dikomunikasikan, dipahami dan
diperbandingkan secara global. GRI dan Oxfam Novib (2015) menjelaskan bahwa
GRI memberikan Pedoman Pelaporan Keberlanjutan bagi perusahaan dalam
berbagai skala, dalam semua sektor, untuk membantu mereka mengumpulkan,
menganalisis, dan mempublikasi data keberlanjutan mereka. Hal tersebut membuat
keterbadingan antar laporan keberlanjutan masing-masing dapat terjaga.
Selanjutnya, informasi keberlanjutan yang keterbandingan dan kualitasnya baik,
dapat meningkatkan transparansi dan akuntabilitas atas kinerja organisasi bagi para
stakeholders.
Bahkan United Nations Global Compact (UNGC) merekomendasikan
anggotanya sukarela untuk memperhitungkan penggunaan prinsip-prinsip
berkelanjutan GRI, seperti untuk memastikan langkah-langkah lingkungan atau
perlindungan hak asasi manusia (United Nations, 2016). Panduan yang diberikan
oleh GRI termasuk prinsip-prinsip umum dan indikator transparan dalam kegiatan
ekonomi, lingkungan dan sosial perusahaan.
18
Dengan adanya GRI sebagai standar pelaporan dalam mengukur tingkat
praktik berkelanjutan, membuat beberapa organisasi Indonesia mulai serius
mengelola aspek Pelaporan Keberlanjutan. Bahkan saat ini Standar GRI telah
tersedia dalam Bahasa Indonesia, sehingga memudahkan pengadopsian standar ini
oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia. Crisostomo, Prudencio, dan Forte (2017)
menyimpulkan bahwa GRI adalah alat yang menstimulasi pengungkapan praktik
CSR dan Keberlanjutan di seluruh dunia. Terlihat bahwa GRI merupakan dorongan
untuk praktik positif perusahaan dalam memenuhi tanggung jawab terhadap
stakeholder.
Bertempat di Amsterdam, Belanda, pada tanggal 22 Mei 2013 GRI merilis
G4 Guidelines yang efektif hingga tanggal 30 Juni 2018. Sebelum sempat berlaku,
Standar G3 lalu diperbaharui menjadi Standar G4 hingga berlaku terakhir tanggal
30 Juni 2018. Selanjutnya pada tanggal 19 Oktober 2016, GRI menerbitkan Standar
GRI terbaru yang mulai efektif pada tanggal 1 Juli 2018 hingga saat ini.
Standar GRI mewajibkan Sebuah organisasi untuk menerapkan Prinsip-
prinsip Pelaporan jika ingin mengklaim bahwa laporan keberlanjutan telah disusun
sesuai dengan Standar GRI. Prinsip-prinsip Pelaporan terdiri dari prinsip untuk
mendefinisikan isi laporan dan prinsip-prinsip untuk mendefinisikan kualitas
laporan. Prinsip-prinsip Pelaporan untuk mendefinisikan isi laporan mengharuskan
organisasi untuk memutuskan isi laporan mana yang akan disertakan dalam laporan,
dengan pertimbangan tentang kegiatan, dampak, dan ekspektasi organisasi, serta
kepentingan stakeholders. GRI (2016) menjabarkan prinsip-prinsip Pelaporan
untuk mendefinisikan isi laporan terdiri dari:
19
1. Inklusivitas Pemangku Kepentingan
Organisasi pelapor harus mengidentifikasi stakeholders-nya, dan
menjelaskan cara menanggapi ekspektasi dan kepentingan yang masuk akal
dari stakeholders.
2. Konteks Keberlanjutan
Laporan harus menyajikan kinerja organisasi pelapor dalam konteks
keberlanjutan yang lebih luas.
3. Materialitas
Laporan harus mencakup topik yang mencerminkan dampak sosial,
lingkungan, ekonomi signifikan organisasi pelapor atau secara substansial
memengaruhi penilaian dan keputusan dari stakeholders.
4. Kelengkapan
Laporan harus menyertakan cakupan topik material dan batasannya yang
cukup untuk mencerminkan dampak ekonomi, lingkungan, dan sosial yang
signifikan, dan untuk memungkinkan stakeholders untuk menilai kinerja
organisasi pelapor dalam periode pelaporan.
Prinsip-prinsip Pelaporan untuk mendefinisikan kualitas laporan memandu
pilihan untuk memastikan kualitas informasi dalam laporan keberlanjutan, sehingga
memungkinkan stakeholders untuk membuat penilaian yang valid dan masuk akal
mengenai kinerja suatu organisasi, dan untuk mengambil keputusan/tindakan yang
tepat. GRI (2016) menjabarkan prinsip-prinsip Pelaporan untuk mendefinisikan
kualitas laporan terdiri dari:
20
1. Akurasi, yaitu informasi yang dilaporkan cukup akurat dan terperinci bagi
stakeholders untuk menilai kinerja organisasi pelapor.
2. Keseimbangan, yaitu membuat informasi yang tersedia dengan cara yang
dapat dimengerti dan dapat diakses oleh stakeholders yang menggunakan
informasi tersebut.
3. Kejelasan, yaitu membuat informasi yang tersedia dengan cara yang dapat
dimengerti dan dapat diakses oleh stakeholders yang menggunakan
informasi tersebut.
4. Keterbandingan, yaitu memilih, menyusun, dan melaporkan informasi
secara konsisten sehingga memungkinkan stakeholders untuk menganalisis
perubahan kinerja organisasi dari waktu ke waktu, dan bisa mendukung
analisis relatif terhadap organisasi lainnya.
5. Keandalan, yaitu mengumpulkan, mencatat, menyusun, menganalisis, dan
melaporkan informasi serta proses yang digunakan dalam persiapan laporan
dalam bentuk yang dapat diperiksa, serta memiliki kualitas dan materialitas
dari informasinya
6. Ketepatan Waktu, yaitu melapor secara rutin sehingga informasi tersedia
tepat waktu bagi stakeholders untuk membuat keputusan yang terinformasi.
Dalam Standar GRI terdapat dua kategori pengungkapan, yaitu Standar
Universal dan Standar Topik Spesifik. Pengungkapan standar universal panduan
bagi pelapor dalam menggunakan Standar, melaporkan informasi kontekstual
organisasi yang relevan, dan melaporkan cara pengelolaan topik materialnya.
Standar topik spesifik digunakan untuk melaporkan informasi tentang dampak
21
material organisasi terkait topik ekonomi, lingkungan dan sosial. Dari masing-
masing topik tersebut dijelaskan mengapa aspek tersebut material, bagaimana
dampaknya dikelola dan bagaimana pengelolaan topik ini dievaluasi. Standar GRI
terlebih dulu menguji isu-isu material untuk dilaporkan. Untuk topik-topik yang
dianggap material, organisasi dapat memberikan penjelasan naratif tentang alasan
atau latar belakang suatu topik dianggap material (penting), tempat terjadinya
dampak atau batasan topik, dan cara perusahaan mengelola dampak tersebut. GRI
memberikan pilihan dalam menyiapkan laporan sesuai Standar GRI yakni Inti dan
Komprehensif. Inti berarti laporan berisi informasi minimal yang diperlukan untuk
memahami hakikat organisasi, topik materialnya, dampak terkait, dan bagaimana
hak tersebut dikelola. Sedangkan Komprehensif mewajibkan pengungkapan
tambahan tentang strategi, etika dan integritas, serta tata kelola organisasi,
mewajibkan melaporkan seluruh pengungkapan topik spesifik untuk setiap topik
material yang dicakup dalam Standar GRI.
Dalam Standar GRI, Standar Universal GRI 201: Pengungkapan Umum
terdiri dari 56 komponen, yaitu 33 pengungkapan yang wajib dilaporkan oleh
perusahaan yang memilih opsi Inti sedangkan sisanya yaitu 23 pengungkapan
diharuskan bagi perusahaan yang memilih opsi Komprehensif (seperti pada
Lampiran 1). Standar Topik Spesifik mencapai total 77 pengungkapan yang dibagi
menjadi 3 topik yaitu terdiri dari 13 pengungkapan topik ekonomi, 30
pengungkapan topik lingkungan dan 34 pengungkapan topik sosial.
Dalam rangka mengapresiasi kontribusi/dedikasi perusahaan dalam
melaksanakan konsep TPB, menggiatkan isu kelestarian lingkungan dan peduli
22
sosial, digelar penghargaan yang telah berlangsung sejak 2005. Pada tahun 2005
Ikatan Akuntan Indonesia dan National Center for Sustainability Reporting
(NCSR), yang beranggotakan Indonesian-Netherlands Association (INA), Forum
for Corporate Governance in Indonesia (FCGI), Komite Nasional Kebijakan
Governance (KNKG) dan Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) mengadakan sebuah
event penghargaan Indonesia Sustainability Reporting Award (ISRA), diharapkan
dapat memacu perusahaan untuk berlomba-lomba menyusun Laporan
Keberlanjutan.
Penghargaan ini memperbandingkan Laporan Keberlanjutan dari
perusahaan peserta dengan acuan penilaian yaitu Standar GRI. Penggunaan satu
standar yang sama memudahkan para pemangku kepentingan melihat keseriusan
perusahaan dalam menekuni konsep TPB serta membandingkan dengan perusahaan
yang sebidang. Bahkan sejak tahun 2016 juga diikuti oleh perusahaan berbasis
negara Malaysia, Thailand, dan Singapura. Terhitung mulai tahun 2018, ajang
penghargaan oleh NCSR berubah nama menjadi Asia Sustainability Reporting
Rating (ASRR), untuk penilaian atas Laporan Keberlanjutan tahun 2017, dengan
kriteria penilaian seperti dalam Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Kriteria Penilaian ASRR
23
Sumber: NCSR
24
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan
deskriptif. Penelitian kualitatif dimaksudkan untuk menggambarkan apa adanya
mengenai suatu variabel, gejala atau keadaan. Menurut Moleong (2014:6),
penelitian kualitatif dimaksudkan untuk memahami fenomena tentang apa yang
dialami subjek penelitian (misalnya penelitian, perilaku, persepsi, motivasi,
tindakan, dan sebagainya). Dilakukan telaah dokumen yaitu Laporan Keberlanjutan
secara menyeluruh. Peneliti meneliti pengungkapan praktik CSR yaitu kegiatan
ekonomi, lingkungan dan sosial perusahaan dalam Laporan Keberlanjutan dengan
standar pelaporan keberlanjutan yang terbaru yaitu Standar GRI. Pemilihan PT
PGN dikarenakan PGN secara konsisten menerima penghargaan atas laporan
keberlanjutannya, antara lain memenangkan SRA sejak tahun 2013 dan meraih
peringkat Platinum dalam ASRR tahun 2018.
3.2 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder merupakan data yang berupa bukti, catatan atau laporan historis yang
telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak
dipublikasikan (Indriantoro dan Supomo, 2012: 147). Metode pengumpulan data
yang digunakan peneliti adalah teknik dokumentasi, pengumpulan data-data yang
25
dilakukan dengan mengumpulkan segala dokumen baik dari BEI maupun website
perusahaan yang relevan terhadap kebutuhan data penelitian. Dokumen yang
dikumpulkan dari studi dokumentasi ini berkaitan dengan perusahaan yang menjadi
objek penelitian. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dokumen
berupa Laporan Keberlanjutan dan Laporan Tahunan yang dipublikasikan oleh
PGN untuk periode 2016 dan 2017 yang diperoleh dari website resmi PGN.
Pemilihan sumber data berupa Laporan Keberlanjutan PGN tahun 2016 dan 2017
dikarenakan hanya sejak tahun 2016 perusahaan menggunakan pedoman pelaporan
keberlanjutan terbaru yaitu Standar GRI, di mana sebelumnya pada tahun 2015
digunakan standar GRI versi G4.
3.3 Metode Analisis Data
Teknik analisis data menggunakan content analysis. Menurut Ningsih dan
Cheisviyanny (2019), analisis konten (content analysis) adalah teknik penelitian
yang digunakan untuk menentukan keberadaan kata atau konsep tertentu dalam
sebuah teks atau kumpulan teks. Penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan
praktik keberlanjutan PGN dalam Laporan Keberlanjutan periode tahun 2016 dan
2017. Metode ini mengubah informasi kualitatif menjadi kuantitatif sehingga dapat
diolah dalam perhitungan statistik, artinya total angka yang didapat dari proses
content analysis ini menggambarkan banyaknya pengungkapan yang
diinformasikan dalam laporan tersebut. Analisis data dalam penelitian ini melalui
tahapan sebagai berikut :
26
1. Data Reduction
Data-data yang diperoleh dari Laporan Keberlanjutan dan Laporan
Tahunan periode tahun 2016 dan 2017, disusun sehingga dapat digunakan
sebagai dasar pembahasan. Karena data yang diperoleh dari Laporan
Keberlanjutan PGN cukup banyak, sehingga perlu dicatat secara lebih teliti
dan rinci. Penggunaan content analysis dalam penelitian ini berkaitan
dengan pelaporan keberlanjutan yang umumnya tersaji dalam bentuk
susunan kata.
Langkah selanjutnya yaitu pembuatan tabel analisa data Laporan
Keberlanjutan PGN seperti pada Tabel 3.1, yang menunjukkan contoh tabel
kerja pengungkapan seri 200 (Topik Ekonomi). Tabel kerja ini berisikan
tentang dilaporkan atau tidak dilaporkannya komponen Standar GRI dalam
Indeks GRI yang terdapat dalam Laporan Keberlanjutan dan juga Laporan
Tahunan. Tabel kerja diisi dengan teknik checklist jika perusahaan
melaporkan, jika perusahaan tidak melaporkan pengungkapan tersebut
pada Laporan Keberlanjutan, maka sel tersebut tidak perlu diisi
(dikosongkan).
Tabel 3.1 Standar Topik Spesifik (Seri 200)
StandarTopik
SpesifikPengungkapan
LaporanKeberlanjutan
2016
LaporanKeberlanjutan
2017GRI 201 :KinerjaEkonomi
201-1Nilai ekonomi langsung yangdihasilkan dan didistribusikan201-2Implikasi finansial serta risiko danpeluang lain akibat dari perubahaniklim
27
201-3Kewajiban program pensiun manfaatpasti dan program pensiun lainnya
201-4Bantuan finansial yang diterima daripemerintah
GRI 202 :Keberadaan Pasar
202-1Rasio standar upah karyawan entry-level berdasarkan jenis kelaminterhadap upah minimum regional202-2Proporsi manajemen senior yangberasal dari masyarakat lokal
GRI 203 :DampakEkonomiTidakLangsung
203-1Investasi infrastruktur dan dukunganlayanan203-2Dampak ekonomi tidak langsung yangsignifikan
GRI 204 :PraktikPengadaan
204-1Proporsi pengeluaran untuk pemasoklokal
GRI 205 :Anti-korupsi
205-1
Operasi-operasi yang dinilai memilikirisiko terkait korupsi205-2Komunikasi dan pelatihan tentangkebijakan dan prosedur anti-korupsi
205-3Insiden korupsi terbukti dan tindakanyang diambil
GRI 206 :PerilakuAnti-Persaingan
206-1Langkah-langkah hukum untukperilaku anti-persaingan, praktik antitrust dan monopoli
2. Penyajian Data
Penyajian data dengan cara memberi uraian singkat, bagan, cuplikan, dan
sejenisnya. Peneliti berusaha menyusun data yang relevan sehingga
28
menjadi informasi yang dapat disimpulkan dan memiliki makna tertentu.
Setelah melakukan analisis, peneliti kemudian melakukan analisis yaitu:
a. Menentukan pemenuhan atas pengungkapan pada Standar Universal
GRI 102: Pengungkapan Umum dan Standar Topik Spesifik tahun 2016
dan 2017 berdasarkan Standar GRI. Total keseluruhan Standar
Universal GRI: 102 Pengungkapan Umum adalah 56 pengungkapan.
Sedangkan Standar GRI Topik Spesifik terdiri dari 33 Topik Spesifik
dan 77 pengungkapan.
b. Membuat tabel pemenuhan atas pengungkapan pada Standar Universal
GRI 102: Pengungkapan Umum dan Standar Topik Spesifik tahun 2016
dan 2017 berdasarkan Standar GRI
c. Memberi komentar atas hasil perbandingan analisis pengungkapan
Laporan Keberlanjutan PGN tahun 2016 dan 2017.
3. Penarikan Kesimpulan dan verifikasi (Conclusion drawing and
verification)
Membuat kesimpulan dan saran terhadap analisis yang telah dilakukan
berdasarkan tahap-tahap di atas. Penarikan kesimpulan berdasarkan
subjektivitas peneliti saat menganalisis pelaporan keberlanjutan PGN.
29
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbk
4.1.1`Sejarah PGN
PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbk didirikan pada tahun 1859, awal
mula PGN adalah Firma L.J.N. Eindhoven & CO Gravenhage. Kemudian, pada
tahun 1950, firma tersebut diambil alih oleh Pemerintah Belanda dan diberi nama
NV Netherland Indische Gas Maatschapij (NIGM). Lalu terjadi pengambilalihan
oleh Pemerintah Republik Indonesia Pada tahun 1958. Nama Perusahaan diganti
menjadi Badan Pengambil Alih Perusahaan-perusahaan Listrik dan Gas (BP3LG)
yang kemudian beralih status menjadi BPU-PLN pada tahun 1961.
Sejak tanggal 13 Mei 1965 melalui Peraturan Pemerintah No. 19/1965,
dikenal sebagai Perusahaan Gas Negara hingga saat ini. Selanjutnya, sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2018 tentang Penambahan Penyertaan Modal
Negara Republik Indonesia ke Dalam Modal Saham Perusahaan Perseroan
(Persero) PT Pertamina tanggal 28 Februari 2018, terjadi perubahan bentuk Persero
menjadi Non-Persero. PP ini ditindaklanjuti oleh Perseroan dalam RUPS Tahunan
Tahun 2018 tanggal 26 April 2018 melalui perubahan nama menjadi PT Perusahaan
Gas Negara Tbk.
Pada tanggal 15 Desember 2003, saham PGN didaftarkan di Bursa Efek
Jakarta dan Bursa Efek Surabaya dengan kode transaksi PGAS. Berlaku sejak 11
April 2018, 56% saham Pemerintah dialihkan kepada PT Pertamina (Persero) dan
30
selebihnya 43,04% dimiliki oleh publik, sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 1965. Hal tersebut sejalan dengan inisiatif pembentukan Holding Migas dan
PGN sebagai Sub-holding Gas.
Analisis Pengungkapan Laporan Keberlanjutan PGN Berdasarkan Standar
GRI
Kinerja pengungkapan Laporan Keberlanjutan PGN selama tahun 2016 jika
ditinjau dari tingkat kelengkapan berdasarkan standar pengungkapan GRI Standar
yaitu 70% untuk pengungkapan standar universal (lihat tabel 4.4) dan 28%
pengungkapan topik spesifik. Sedangkan tingkat kelengkapan Laporan
Keberlanjutan PGN tahun 2017 yaitu 67% untuk pengungkapan standar universal
dan 37% pengungkapan topik spesifik (lihat tabel 4.6).
Pengungkapan Standar Universal
Pengungkapan Standar Universal (seri 100), khususnya GRI 201:
Pengungkapan Umum terdiri dari 56 poin pengungkapan yang dalam hal konten
telah mengakomodasi kebutuhan informasi dasar terkait aktivitas yang dilakukan
perusahaan. Poin-poin ini mencakup profil perusahaan hingga tata kelola
perusahaan, termasuk di dalamnya etika dan integritas perusahaan. Tingkat
kelengkapan pengungkapan standar universal Laporan Keberlanjutan PGN tahun
2017 menurun dari tahun 2016 yaitu 70% menjadi 67% (Tabel.4.4).
31
Tabel 4.4 Perhitungan Tingkat Kelengkapan Pengungkapan Standar
Universal
Laporan Keberlanjutan PGN Tahun 2016 Tahun 2017
GRI 201:Pengungkapan
Umum
JumlahPengungkapan
PengungkapanTerpenuhi
PengungkapanTerpenuhi (%)
PengungkapanTerpenuhi
PengungkapanTerpenuhi (%)
ProfilOrganisasi
13 13 100% 13 100%
Strategi 2 1 50% 1 50%Etika danIntegritas
2 1 50% 1 50%
Tata Kelola 22 5 23% 1 5%Keterlibatanpemangku
kepentingan5 5 100% 5 100%
PraktikPelaporan
12 12 100% 12 100%
Rata-rata 56 37 70% 33 67%
(Sumber : Data sekunder diolah oleh peneliti)
Analisis Tingkat Pemenuhan Standar Topik Spesifik
Dalam tataran korporasi, keberlanjutan terdiri dari tiga dimensi yang sejalan
dengan prinsip 3P, yaitu; Profit, Planet, People (ekonomi, lingkungan dan
sosial) yang satu dengan lainnya berjalan seiring dan saling berkaitan. Dalam
konteks ini, setiap keputusan yang akan diambil oleh perusahaan,
haruslah memperhatikan dampak tiga dimensi ini, yaitu ekonomi, lingkungan dan
sosial yang timbul akibat kegiatan operasi perusahaan. Atas dasar ini,
keberlanjutan bagi PGN adalah menjalankan kegiatan operasi perusahaan dengan
menekan serendah mungkin dampak negatif terhadap lingkungan hidup.
Di samping itu, keberlanjutan juga berhubungan dengan kontribusi PGN dalam
32
meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat termasuk pekerja di PGN.
Dari dimensi ekonomi, keberlanjutan merupakan kontribusi perusahaan terhadap
peningkatan pertumbuhan perekonomian Indonesia.
Tabel 4.6 Perhitungan Tingkat Pemenuhan Pengungkapan Standar Topik
Spesifik
Laporan Keberlanjutan PGN Tahun 2016 Tahun 2017
StandarTopik
Spesifik
JumlahPengungkapan
PengungkapanTerpenuhi
PengungkapanTerpenuhi (%)
PengungkapanTerpenuhi
PengungkapanTerpenuhi (%)
Seri 200(Ekonomi)
13 4 31% 6 46%
Seri 300(Lingkungan)
30 8 27% 7 23%
Seri 400(Sosial)
34 9 26% 14 41%
Rata-rata 77 21 28% 27 37%
(Sumber : Data sekunder diolah oleh peneliti)
Berdasarkan Standar GRI, topik spesifik dikelompokkan menjadi tiga seri
yaitu 200 (Topik Ekonomi), 300 (Topik Lingkungan), dan 400 (Topik Sosial). Hasil
perbandingan pemenuhan pengungkapan dapat dilihat pada Tabel 4.6, yaitu bahwa
pengungkapan Standar Topik Spesifik pada PGN tahun 2016 dan 2017 belum
diungkapkan secara penuh. Pada grafik (lihat Gambar 4.4) masing-masing topik
ekonomi, lingkungan, dan sosial menunjukkan tingkat pemenuhan yang masih
rendah. Untuk Pengungkapan Topik Spesifik pada Laporan Keberlanjutan PGN
tahun 2017, berdasarkan standar GRI, dari 33 modul topik spesifik dan 77 poin
pengungkapan, 27 poin diungkapkan oleh PGN. Sehingga dalam persentase
pemenuhan rata-rata 37% pengungkapan terpenuhi.
33
4.2.2.1 Topik Ekonomi (Seri 200)
Di dalam topik spesifik Kinerja Ekonomi dijelaskan mengenai kontribusi
PGN terhadap perekonomian para pemangku kepentingannya, yaitu Negara,
Investor, pegawai, konsumen, pemasok dan masyarakat. Selain itu juga kontribusi
PGN terhadap sistem ekonomi baik di tingkat lokal, nasional, maupun global. Topik
ini juga menggambarkan arus modal di antara pemangku kepentingan yang
berbeda, dan dampak ekonomi utama dari PGN terhadap seluruh lapisan
masyarakat.
Berdasarkan Standar GRI, dalam Topik Ekonomi terdapat 6 topik spesifik
dan 13 pengungkapan yang harus diungkapkan. Keenam topik ini antara lain kinerja
ekonomi, keberadaan di pasar, dampak ekonomi tidak langsung, praktik pengadaan,
anti-korupsi, pelaku anti-persaingan. Topik praktik pengadaan dan perilaku anti-
persaingan tidak diungkapkan dalam Laporan Keberlanjutan PGN tahun 2016
maupun tahun 2017. Dari ke 13 poin pengungkapan dapat dilihat bahwa PGN
memenuhi 31% pada tahun 2016 dan 46% dari keseluruhan poin pengungkapan
tahun 2017.
Masih ada total 69% dan 54% pengungkapan Topik Ekonomi yang belum
dipenuhi oleh PGN tahun 2016 dan 2017 dikarenakan memang tidak diungkapkan,
tidak dilaksanakan ataupun perusahaan tidak mengerjakan hal tersebut dalam
operasionalnya dengan alasan topik-topik tersebut tidak berpengaruh secara
signifikan pada pemangku kepentingan, pembangunan, keberlanjutan, perundang-
undangan. karyawan, pemasok, dan konsumen.
34
Topik Lingkungan (Seri 300)
Topik lingkungan terdiri dari 8 topik spesifik dan 30 pengungkapan. PGN
berhasil memenuhi 8 pengungkapan sebesar 27% pada tahun 2016, sedangkan pada
tahun 2017 PGN melaporkan lebih sedikit 1 pengungkapan yakni sebesar 23%.
Pada kedua tahun, PGN tidak melaporkan keseluruhan pengungkapan yang
sebenarnya jika diungkapkan akan sangat memberi gambaran bagaimana PGN
beroperasi dan dampaknya pada lingkungan.
Topik Sosial (Seri 400)
Topik sosial dari keberlanjutan menyangkut dampak organisasi pada sistem
sosial di tempat organisasi beroperasi yang terdiri dari 19 topik spesifik dan 34
pengungkapan. PGN berhasil memenuhi 9 pengungkapan sebesar 26% pada tahun
2016 dan memenuhi 14 pengungkapan sebesar 41%. Hal yang perlu ditingkatkan
oleh PGN adalah peningkatan pelaporan atas topik spesifik pada laporan
keberlanjutan di tahun mendatang. Masih banyak pengungkapan yang mengandung
informasi penting agar stakeholders memahami sejauh mana perusahaan
berdampak positif dan langkah perusahaan meminimalkan dampak negatifnya.
Topik kepegawaian menyangkut pendekatan organisasi terhadap kepegawaian atau
penciptaan pekerjaan, merekrut, mempertahankan dan praktik-praktik terkait, sera
kondisi kerja yang diberikannya.
35
Analisis Tingkat Pemenuhan Pengungkapan
Kinerja pengungkapan Laporan Keberlanjutan PGN selama tahun 2016 jika
ditinjau dari tingkat kelengkapan berdasarkan standar pengungkapan GRI Standar
yaitu 70% untuk pengungkapan standar universal (lihat tabel 4.4) dan 28%
pengungkapan topik spesifik. Sedangkan tingkat kelengkapan Laporan
Keberlanjutan PGN tahun 2017 untuk pengungkapan standar universal menurun
dari tahun sebelumnya yaitu 67%, dan meningkat pada standar topik spesifik 37%
pengungkapan topik spesifik.
Gambar 4.3 menunjukkan kelengkapan pelaporan pengungkapan Standar
GRI secara keseluruhan yang meliputi standar universal khususnya GRI 102:
Pengungkapan Umum dan standar topik indikator spesifik. Di antara keduanya,
standar universal-lah yang paling lengkap dilaporkan oleh PGN selama tahun 2016
dan 2017.
Kelengkapan Pelaporan Standar Universal
Pada standar universal (GRI 102: Pengungkapan Umum), pengungkapan
umum tersebut menggambarkan identitas umum perusahaan. Informasi tentang
strategi, etika dan integritas dan tata kelola tidak dilaporkan secara penuh oleh PGN
Berdasarkan perhitungan tingkat kelengkapan pelaporan, Topik Tata Kelola
dilaporkan paling minim yaitu hanya terpenuhi 5 dari 22 pengungkapan di tahun
2016 dan hanya terpenuhi 1 dari 22 pengungkapan di tahun 2017. Meskipun begitu,
PGN telah memenuhi semua pengungkapan standar topik universal yang
diwajibkan atas pemilihan opsi Core (lihat Lampiran 1) pada tahun 2016 dan 2017.
36
Gambar 4.3 Tingkat Kelengkapan Standar Universal
(Sumber : Data sekunder diolah oleh peneliti)
4.2.1 Ketidaktepatan Pelaporan Standar Topik Spesifik
Pada topik spesifik yang terdiri dari kinerja ekonomi, lingkungan, dan
sosial, ketiganya juga tidak dilaporkan secara penuh oleh PGN pada tahun 2016 dan
2017. Pengungkapan topik spesifik berdasarkan Standar GRI tahun 2016, 21 dari
77 pengungkapan terpenuhi dengan persentase pemenuhan rata-rata 28%.
Sedangkan tahun 2017 terjadi peningkatan, 27 pengungkapan terpenuhi yaitu
persentase rata-rata 37%.
Gambar 4.4 Tingkat Kelengkapan Standar Topik Spesifik
(Sumber : Data sekunder diolah oleh peneliti)
0%10%20%30%40%50%60%70%80%
StandarUniversalGRI 102
StandarTopik
Spesifik
Tahun 2016
Tahun 2017
0%10%20%30%40%50%
Seri 200 TopikEkonomi
Seri 300 TopikLingkungan
Seri 400 TopikSosial
Tahun 2016
Tahun 2017
37
Berdasarkan analisis yang dilakukan, terdapat beberapa ketidaktepatan
dalam Laporan Keberlanjutan PGN terkait pemenuhan pengungkapan dan
kesesuaian dengan indeks GRI yang telah disusun oleh perusahaan, khususnya pada
tahun pelaporan 2016. Tidak hanya itu, pada Laporan Keberlanjutan PGN tahun
2017 juga terjadi beberapa ketidaktepatan seperti yang dirinci pada Tabel 4.17.
Tabel 4.16 Ketidaktepatan pada Pelaporan Topik Spesifik tahun 2016
Pelaporan belum tepat dalam Indeks GRI Saran Perbaikan
Pengungkapan 202-1
Rasio standar upah karyawan
entry-level berdasarkan jenis
kelamin terhadap upah
minimum regional
Topik Keberadaan Pasar atas
rasio standar upah karyawan
baru (entry level) dilaporkan
kurang lengkap oleh PGN
pada tahun 2016, lalu juga
belum termasuk dalam indeks
GRI.
Rasio standar upah
karyawan baru (entry
level) seharusnya
berdasarkan jenis
kelamin, hanya
dibandingkan dengan
UMR.
Pengungkapan 203-2
Dampak ekonomi tidak
langsung yang signifikan
Pengungkapan detail biaya
atas setiap investasi
perusahaan kepada
masyarakat telah dilaporkan
PGN, tetapi kurang tepat
dicantumkan dalam indeks
GRI yaitu pengungkapan
203-2.
PGN sebaiknya
mengubah
Pengungkapan 203-2
Dampak ekonomi
tidak langsung yang
signifikan menjadi
pengungkapan 203-1:
Investasi infrastruktur
dan dukungan
layanan.
(Sumber : Data sekunder diolah oleh peneliti)
38
Atas beberapa ketidaktepatan di atas, terutama beberapa pengungkapan
yang tidak dicantumkan dalam Laporan Keberlanjutan tetapi termasuk dalam
Daftar Topik Material, PGN belum memberikan alasan tidak mencantumkan,
apakah karena pengungkapan tersebut tidak berlaku, karena kendala kerahasiaan,
karena larangan hukum spesifik, karena informasi tidak tersedia, atau karena
batasan untuk topik material melampaui organisasi, sehingga organisasi tidak bisa
mendapatkan informasi dengan kualitas yang memadai untuk memungkinkan
pelaporan.
Tabel 4.17 Ketidaktepatan pada Laporan Keberlanjutan 2017
Pelaporan belum tepat dalam Indeks GRI Saran Perbaikan
Pengungkapan 202-1
Rasio standar upah karyawan
entry-level berdasarkan jenis
kelamin terhadap upah
minimum regional
Pengungkapan rasio
standar upah karyawan
baru (entry level) belum
dilaporkan dengan jelas
oleh PGN pada tahun
2017, meskipun sudah
termasuk dalam indeks
GRI.
Rasio standar upah
karyawan baru (entry
level) seharusnya
berdasarkan jenis kelamin,
tetapi hanya dibandingkan
dengan UMR.
Pengungkapan 410-1
Petugas keamanan yang
dilatih mengenai kebijakan
atau prosedur hak asasi
manusia
PGN hanya menyebutkan
bahwa seluruh anggota
satuan pengaman telah
mendapat sosialisasi dan
pelatihan mengenai HAM.
PGN sebaiknya
menyertakan persentase
petugas keamanan yang
menerima pelatihan resmi
dalam kebijakan
perusahaan terkait HAM
39
atau prosedur keamanan
sesuai dengan
pengungkapan 410-1.
Pengungkapan 413-1
Operasi dengan keterlibatan
masyarakat lokal, penilaian
dampak, dan program
pengembangan
Tercantum dalam daftar
topik material, tetapi tidak
dilaporkan dan tidak
terdaftar dalam indeks
GRI.
Sebaiknya PGN
melakukan pengecekan
atas pengungkapan 413-
1.
(Sumber : Data sekunder diolah oleh peneliti)
Penyesuaian Tingkat Pemenuhan Pelaporan Topik Spesifik
Analisis yang telah dilakukan atas beberapa pengungkapan yang kurang
sesuai dengan Standar GRI dapat memengaruhi tingkat pemenuhan pelaporan
keberlanjutan. Informasi pengungkapan 201-3 terdapat dalam Laporan Tahunan
PGN tahun 2016 dan 2017, sehingga informasi tersebut dapat ditambahkan ke
dalam Laporan Keberlanjutan PGN tahun 2016 dan 2017. Selanjutnya, terdapat dua
poin pengungkapan yang telah dilaporkan tetapi belum dimasukkan ke dalam
Indeks GRI Laporan Keberlanjutan PGN tahun 2016 dan 2017. Jika PGN
melaporkan pengungkapan pada poin ke-1 dan ke-2 dan lalu memasukkan ke
dalam Indeks GRI maka akan terjadi penyesuaian tingkat pemenuhan pelaporan
keberlanjutan (lihat Tabel 18). Poin ke 2 terkait manajemen senior yang direkrut
dari masyarakat lokal yakni termasuk orang-orang yang lahir atau yang memiliki
hak sah untuk tinggal tanpa batas (seperti misalnya warga negara yang
dinaturalisasi atau pemegang visa permanen) di wilayah geografis pasar yang sama
40
dengan operasi. Definisi geografis dari ‘lokal’ sesuai Standar GRI dapat mencakup
masyarakat di sekitar daerah operasi, suatu wilayah dalam sebuah negara atau suatu
negara. Selanjutnya, atas pengungkapan emisi GRK, PGN sebaiknya memasukkan
pengungkapan ke dalam indeks GRI karena informasi sudah dilaporkan.
Tabel 4.18 Saran Penambahan dalam Laporan Keberlanjutan PGN Tahun
2016
1. Pengungkapan 201-3 Kewajiban program pensiun manfaat pasti dan
program pensiun lainnya
PGN seharusnya membuat rincian berdasarkan informasi dalam Laporan
Tahunan PGN 2016, yaitu terkait sumber dana program pensiun serta beban
pensiun yang dibebankan pada operasi.
2. Pengungkapan 202-2 Proporsi manajemen senior yang berasal dari
masyarakat lokal
PGN seharusnya membuat rincian berdasarkan informasi dalam Laporan
Tahunan PGN 2016, yaitu bahwa keseluruhan anggota direksi, dewan
komisaris, komite audit, dan komite pengawasan manajemen risiko
merupakan warga negara Indonesia.
3. Pengungkapan 305-4 Intensitas emisi GRK
PGN sebaiknya menyertakan pengungkapan 305-4 intensitas emisi GRK
dalam Indeks GRI, karena PGN telah dilaporkan tabel Emisi.
(Sumber : Data sekunder diolah oleh peneliti)
Tidak hanya itu, ada beberapa pengungkapan yang terdaftar dalam Indeks
GRI Laporan Keberlanjutan PGN tahun 2016, tetapi sayangnya peneliti belum
menemukan pelaporan atas pengungkapan tersebut dalam bentuk tabel maupun
narasi. Tidak juga ditemukan pelaporan atas pengungkapan tersebut dalam Laporan
Tahunan. Sehingga dengan keterbatasan sumber data, peneliti menyarankan PGN
agar lebih teliti dalam menyusun Indeks GRI. Saran peneliti atas ketidaksesuaian
41
tersebut adalah sebaiknya PGN tidak perlu memasukkan pengungkapan tersebut
dari daftar Indeks GRI PGN (lihat Tabel 4.19), sehingga tidak menimbulkan
pertanyaan bagi para pengguna Laporan Keberlanjutan.
Tabel 4.19 Saran Penghapusan dari Laporan Keberlanjutan PGN Tahun
2016
1. Pengungkapan 306-2 Limbah berdasarkan jenis dan metode pembuangan
Tidak terdapat pelaporan atas rincian jenis limbah tetapi terdaftar dalam
indeks GRI.
2. Pengungkapan 306-3 Tumpahan yang signifikan
Tidak terdapat pelaporan atas tumpahan yang signifikan hanya saja terdaftar
dalam indeks GRI.
3. Pengungkapan 403-3 Para pekerja dengan risiko kecelakaan tinggi terkait
dengan pekerjaan mereka
Tidak terdapat pelaporan atas pekerja dengan risiko kecelakaan atau
penyakit berbahaya tinggi terkait dengan pekerjaan, hanya saja terdaftar
dalam indeks GRI.
4. Pengungkapan 404-3 Persentase karyawan yang menerima tinjauan rutin
terhadap kinerja dan pengembangan karier
PGN hanya menyatakan bahwa pada akhir tahun 2016 seluruh pekerja telah
menerima penilaian KPI untuk periode penilaian tahun 2016, dan
mencantumkan dalam indeks GRI.
PGN perlu menyertakan persentase total pekerja berdasarkan jenis kelamin
dan berdasarkan kategori pekerja yang menerima tinjauan rutin kinerja dan
pengembangan karier sesuai dengan pengungkapan 404-3.
(Sumber : Data sekunder diolah oleh peneliti)
Jika saran perbaikan pada Tabel 4.18 dan 4.19 diterapkan pada Laporan
Keberlanjutan PGN tahun 2016, akan terjadi penyesuaian persentase rata-rata
tingkat pelaporan, yaitu kenaikan tingkat pemenuhan Topik Ekonomi dari 31%
42
menjadi 46%. Pada Topik Lingkungan tingkat pemenuhan 27% menurun menjadi
23%. Topik Sosial juga mengalami penurunan 26% menjadi 21% (lihat Tabel 4.20).
Tetapi secara keseluruhan, rata-rata tingkat pelaporan keberlanjutan PGN tahun
2016 meningkat dari 28% menjadi 30%.
Tabel 4.20 Penyesuaian Tingkat Pelaporan Keberlanjutan Tahun 2016
Laporan Keberlanjutan PGN2016
Setelah Saran Perbaikanditerapkan
StandarTopik
Spesifik
JumlahPengungkapan
PengungkapanTerpenuhi
PengungkapanTerpenuhi (%)
PengungkapanTerpenuhi
PengungkapanTerpenuhi (%)
Seri 200(Ekonomi)
13 4 31% 6 46%
Seri 300(Lingkungan)
30 8 27% 7 23%
Seri 400(Sosial)
34 9 26% 7 21%
Rata-rata 77 21 28% 20 30%
(Sumber : Data sekunder diolah oleh peneliti)
Peneliti juga menemukan terdapat poin pengungkapan yang telah
dilaporkan tetapi belum dimasukkan ke dalam Indeks GRI Laporan Keberlanjutan
PGN tahun 2017 (lihat Tabel 4.21). Selain itu, ada poin pengungkapan 306-4
Pengangkutan Limbah Berbahaya telah terdaftar dalam Indeks GRI Laporan
Keberlanjutan PGN tahun 2017, tetapi sayangnya peneliti belum menemukan
pelaporan tabel atau narasi atas pengungkapan tersebut. Tidak juga ditemukan
pelaporan atas pengungkapan tersebut dalam Laporan Tahunan. Sehingga dengan
keterbatasan sumber data, peneliti sebaiknya PGN tidak perlu memasukkan
pengungkapan tersebut dari daftar Indeks GRI PGN (lihat Tabel 4.21).
43
Tabel 4.21 Saran Penambahan dalam Laporan Keberlanjutan PGN Tahun
2017
1. Pengungkapan 201-3 Kewajiban program pensiun manfaat pasti dan
program pensiun lainnya
PGN seharusnya membuat rincian berdasarkan informasi dalam Laporan
Tahunan PGN 2017, yaitu terkait sumber dana program pensiun serta beban
pensiun yang dibebankan pada operasi.
2. Pengungkapan 202-2 Proporsi manajemen senior yang berasal dari
masyarakat lokal
Berdasarkan informasi dalam Laporan Tahunan PGN 2017, PGN seharusnya
membuat rincian bahwa keseluruhan anggota direksi, dewan komisaris,
komite audit, dan komite pengawasan manajemen risiko merupakan warga
negara Indonesia.
(Sumber : Data sekunder diolah oleh peneliti)
Tabel 4.22 Saran Penghapusan dari Laporan Keberlanjutan PGN Tahun
2017
1. Pengungkapan 306-4 Pengangkutan limbah berbahaya
PGN sebaiknya melakukan pengecekan sebelum memberi kode dalam
indeks GRI.
(Sumber : Data sekunder diolah oleh peneliti)
Jika saran perbaikan pada Tabel 4.21 dan 4.22 diterapkan pada Laporan
Keberlanjutan PGN tahun 2017, akan terjadi penyesuaian persentase rata-rata
tingkat pelaporan atas Topik Ekonomi dari 46% menjadi 62% dan Topik
44
Lingkungan yaitu tingkat pemenuhan 23% menurun menjadi 20%. Secara
keseluruhan, tingkat pemenuhan pelaporan Standar Topik Spesifik juga mengalami
peningkatan dari 37% menjadi 41% (lihat Tabel 4.23).
Tabel 4.23 Penyesuaian Tingkat Pelaporan Keberlanjutan Tahun 2017
Laporan Keberlanjutan PGN2017
Setelah Saran Perbaikanditerapkan
StandarTopik
Spesifik
JumlahPengungkapan
PengungkapanTerpenuhi
PengungkapanTerpenuhi (%)
PengungkapanTerpenuhi
PengungkapanTerpenuhi (%)
Seri 200(Ekonomi)
13 6 46% 8 62%
Seri 300(Lingkungan)
30 7 23% 6 20%
Seri 400(Sosial)
34 14 41% 14 41%
Rata-rata 77 27 37% 28 41%
(Sumber : Data sekunder diolah oleh peneliti)
Meskipun terjadi penurunan tingkat pemenuhan pelaporan keberlanjutan,
tetapi tidak signifikan. Selain itu, penyesuaian yang dilakukan diharapkan mampu
memberi gambaran yang lebih baik atas Laporan Keberlanjutan PGN tahun 2016
dan 2017 kepada stakeholders, sehingga tidak terjadi kesalahan persepsi atas
informasi yang kurang sesuai.
75
BAB V PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, tidak semua pengungkapan di
dalam Standar GRI tersebut dilaporkan. Laporan Keberlanjutan periode 2016 ini
merupakan laporan pertama perusahaan mengadopsi standar GRI, di mana Laporan
Keberlanjutan tahun 2015 masih berdasarkan GRI G4. Pelaporan Standar Universal
GRI 102: Pengungkapan Umum paling sedikit adalah pengungkapan tata kelola
perusahaan, yang dikarenakan tidak terdapat informasi terkait beberapa
pengungkapan yang bisa dilaporkan oleh PGN. Meskipun begitu pelaporan atas
struktur tata kelola dianggap penting oleh PGN sehingga informasi tersebut perlu
disajikan bagi stakeholder. Tingkat kelengkapan pengungkapan standar universal
Laporan Keberlanjutan PGN tahun 2017 menurun dari tahun 2016 yaitu 70%
menjadi 67%.
Pelaporan Topik Spesifik berdasarkan Standar GRI, 21 dari 77
pengungkapan terpenuhi dengan persentase pemenuhan rata-rata 28% pada tahun
2016. Sedangkan, pada tahun 2017 PGN memenuhi 27 pengungkapan yaitu
persentase rata-rata 37%. Rata-rata pelaporan topik spesifik paling sedikit adalah
topik sosial pada tahun 2016 dan topik lingkungan pada tahun 2017. Hal ini
mengindikasikan bahwa PGN masih belum sepenuhnya memenuhi pengungkapan
topik spesifik pada Standar GRI, padahal topik spesifik adalah inti dari pelaporan
pertanggungjawaban perusahaan, karena di dalamnya terkandung aspek ekonomi,
lingkungan dan sosial.
76
Walaupun dari hasil analisis, persentase pelaporan topic spesifik terbilang
rendah bahkan tidak menembus 50%, PGN berhasil menjadi winner dan
mendapatkan peringkat Platinum dari NCSR. Meskipun begitu, ada beberapa
temuan khusus terkait tingkat kelengkapan yaitu adanya beberapa ketidaktepatan
dalam pengungkapan beberapa topik spesifik. Ketidaktepatan khususnya terjadi
pada pelaporan kegiatan yang bersifat identifikasi/melakukan perhitungan teknis,
seperti menghitung jumlah dan persentase terhadap suatu unit. Oleh karena itu,
peneliti berusaha menjabarkan ketidaktepatan tersebut dan memberikan beberapa
saran perbaikan sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan untuk perbaikan atas
informasi dalam Laporan Keberlanjutan periode selanjutnya.
Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu ketidaklengkapan dan
kurang mendetailnya penyajian data pada laporan keberlanjutan oleh perusahaan
sehingga terbatasnya analisis khususnya terkait pelaporan topik spesifik. Selain itu,
periode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini hanya menggunakan dua
periode akuntansi dikarenakan pengadopsian standar baru yaitu Standar GRI oleh
PGN yang dilakukan mulai periode 2016 sehingga tidak dapat diperbandingkan
dengan periode-periode sebelumnya karena perbedaan standar yang digunakan
dalam Laporan Keberlanjutan. Pada tahap analisis dalam penelitian ini, pengisian
tabel checklist dilakukan secara manual dengan menggunakan software Microsoft
Excel, sehingga terdapat kemungkinan terjadi human error.
77
Saran
Berdasarkan hasil penelitian serta keterbatasan penelitian, maka peneliti
memberikan beberapa saran antara lain:
1. Bagi perusahaan
a. PGN diharapkan melaporkan secara lebih lengkap topik ekonomi,
lingkungan, dan sosial sesuai Standar GRI, karena PGN mendapat gelar
Winner Best Sustainability Reporting 2016 di ajang Sustainability
Reporting Award (SRA) dan mendapat peringkat Platinum diajang Asia
Sustainability Reporting Rating (ASRR).
b. PGN sebaiknya menjelaskan alasan tidak mencantumkan suatu
pengungkapan, terutama beberapa pengungkapan yang tidak
dicantumkan dalam Laporan Keberlanjutan tetapi termasuk dalam Daftar
Topik Material.
c. Sebaiknya PGN memberikan penjelasan jika ada elemen yang tidak
dapat dipenuhi atau perusahaan menganggap tidak relevan sehingga para
pembaca dan pemakai Laporan Keberlanjutan memahami mengapa
elemen tersebut tidak dapat terpenuhi.
2. Bagi penelitian selanjutnya
a. Penelitian selanjutnya diharapkan bisa menggunakan periode
pengamatan yang lebih lama, sehingga dapat mengetahui perkembangan
pelaporan keberlanjutan dari waktu ke waktu.
b. Penelitian dengan teknik analisis sejenis diharapkan dapat menggunakan
langkah analisis data yang mengurangi tingkat terjadinya human error.
78
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, D. Y., & Djakman, C. D. (2018). Pengujian Terhadap KualitasPengungkapan CSR di Indonesia. Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan,2(1), 22-41. Surabaya: Sekolah Tinggi ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA).
Astini, L. T., Yuniarta, G. A., & Kurniawan, P. S. (2017). Analisis PenerapanGlobal Reporting Initiative (GRI) G4 pada Laporan KeberlanjutanPerusahaan Tahun 2013-2016. E-Journal S1 Ak Univeristas PendidikanGanesha Jurusan Akuntansi Program S1, 8(2). Singaraja: UniversitasPendidikan Ganesha.
Crisostomo, V. L., Prudencio, P. A., & Forte, H. C. (2017). An Analysis of TheAdhere to GRI for Disclosing Information on Social Action andSustainability Concerns. Advances in Environmental Accounting &Management, 6, 69-103. Diakses dari https://www.emerald.com/insight/pada tanggal 10 Agustus 2019.
Darwin, Ali. (2018). Welcome Speech Chairman of NCSR. Diakses darihttps://www.ncsr-id.org/asia-sr-rating/chairman-speech/ pada tanggal 13September 2019.
GRI. (2016). GRI Standards. Amsterdam: Global Sustainability Standards Board(GSSB).
GRI & Oxfam Novib. (2015). Menginformasikan Keputusan, MendorongPerubahan: Peran Data dalam Masa Depan Berkelanjutan. Diakses darihttps://www.globalreporting.org/resourcelibrary pada tanggal 3 September2019.
Hadad, M. D. & Maftuchah, I. (2015). Sustainable Financing. Jakarta: PT ElexMedia Komputindo.
Indriantoro, N., & Supomo, B. (2012). Metodologi Penelitian Bisnis untukAkuntansi dan Manajemen. Yogyakarta: BPFE UGM.
Moleong, Lexy J. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT RemajaRosdakarya.
Mubarok, S. & Afrizal, M. (2018). Islam dan Sustainable Development: StudiKasus Menjaga Lingkungan dan Ekonomi Berkeadilan. Dauliyah: Journalof Islamic and International Affairs, 3(1), 137. Ponorogo: UniversitasDarussalam (UNIDA) Gontor.
79
NCSR, (n.d). Milestone: Tonggak Sejarah Asia SR Rating. Diakses dari websiteNational Center for Sustainability Reporting. https://www.ncsr-id.org/asia-sr-rating/milestones pada tanggal 11 September 2019.
Nguyen, D., & Cefaratti, M. (2016). Corporate Social Responsibility Reporting andCorporate Sustainability Reporting. Internal Auditing 31(3), 10-18. Boston:Warren Gorham & Lamont Inc.
Ningsih, A. T., & Cheisviyanny, C. (2019). Analisis Pengungkapan CorporateSocial Responsibility PT. Bukit Asam, Tbk Berdasarkan Global ReportingInitiatives (GRI) dan Kaitannya dengan PROPER. Jurnal EksplorasiAkuntansi, 1(3), Seri A, 846-864.
Peraturan OJK Nomor 51/POJK.03/2017 tentang Penerapan KeuanganBerkelanjutan Bagi Lembaga Jasa Keuangan, Emiten, dan PerusahaanPublik. Diakses dari https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/regulasi/peraturan-ojk/Documents/Pages/POJK-Penerapan-Keuangan-Berkelanjutan-bagi-Lembaga-Jasa-Keuangan,-Emiten,-dan-Perusahaan-Publik/SAL%20POJK%2051%20-%20keuangan%20berkelanjutan.pdf.
PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (2016). Laporan Keberlanjutan. Diakses darihttp://ir.pgn.co.id/financial-information pada tanggal 24 Juli 2019.
PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (2016). Laporan Tahunan. Diakses darihttp://ir.pgn.co.id/financial-information pada tanggal 24 Juli 2019.
PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (2017). Laporan Keberlanjutan. Diakses darihttp://ir.pgn.co.id/financial-information pada tanggal 24 Juli 2019.
PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (2017). Laporan Tahunan. Diakses darihttp://ir.pgn.co.id/financial-information pada tanggal 24 Juli 2019.
Pusaka, S. (2017). Peluncuran GRI Standards 2018: Membaca Arah AkuntabilitasMasa Depan. Diakses dari website Majalah CSR:https://majalahcsr.id/peluncuran-gri-standards-2018-membaca-arah-akuntabilitas-masa-depan/2/ pada tanggal 16 September 2019.
Rachman, N. M., Efendi, A., & Wicaksana, E. (2011). Panduan LengkapPerencanaan CSR. Jakarta: Penebar Swadaya.
Rahayu, N. I. (2019). Analisis Konten dan Komparatif Sustainability ReportPerbankan Berdasarkan GRI G4. Jurnal Akuntansi dan Ekonomika, 9(1),50-60. Pekanbaru: Universitas Muhammadiyah Riau.
Rusdianto, U. (2013). CSR Communications: A Framework for PR Practitioners.Yogyakarta: Graha Ilmu.
80
Samalanga, D. (2018). Press Realease. Diakses dari https://www.ncsr-id.org/asia-sr-rating/press-release/ pada tanggal 13 September 2019.
Situmeang, I. V. O. (2016). Corporate Social Responsibility: Dipandang dariPerspektif Komunikasi Organisasi. Yogyakarta: Ekuilibria.
Wibisono, Y. (2007). Membelah Konsep & Aplikasi CSR. Gresik: FaschoPublishing.