L A P O R A N A K H I R
Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK)U n i t P e n g e m b a n g a n K e r t a j a y a
B A D A N P E R E N C A N A A N P E M B A N G U N A N K O T A S U R A B A Y A I - 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Dinamika perkembangan Kota Surabaya yang sangat cepat, baik secara sosial
ekonomi maupun perwujudannya dalam bentuk fisik menuntut adanya aturan tata
ruang yang merupakan pedoman dalam mengawasi dan mengendalikan pertumbuhan
kota. Dalam hal ini produk rencana tata ruang tersebut harus bersifat operasional dan
sekaligus juga berfungsi sebagai pendorong pertumbuhan kota secara keseluruhan.
Rencana tata ruang juga diharapkan dapat mengakomodasi dan menyalurkan aspirasi
masyarakat, baik di wilayah perencanaan maupun masyarakat kota, sehingga
pertumbuhan dan perkembangan kota merupakan cerminan dari aspirasi masyarakat
Kota Surabaya secara keseluruhan.
Kota Surabaya merupakan pusat pelayanan bagi wilayah Surabaya pada
umumnya dan merupakan pusat pertumbuhan bagi wilayah sekitarnya sehingga
mempunyai perkembangan yang sangat cepat baik secara sosial, ekonomi maupun
dalam perwujudan bentuk fisik. Perkembangan tersebut membawa banyak perubahan
pada kondisi internal kota. Salah satu kawasan yang terpengaruh oleh perkembangan
tersebut adalah wilayah Unit Pengembangan (UP) Kertajaya. UP. Kertajaya
merupakan wilayah yang potensial tumbuh dan berkembang akibat pengaruh akses
yang baik dan pusat-pusat kegiatan yang berskala kota, regional & nasional. Beberapa
kawasan terutama di jalan-jalan utama mengalami pertumbuhan yang cukup cepat
khususnya di sektor perdagangan dan jasa (komersial).
Dalam Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Kota Surabaya, wilayah UP. Kertajaya mempunyai fungsi utama
sebagai kawasan permukiman, perdagangan, pendidikan, konservasi – ruang terbuka
L A P O R A N A K H I R
Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK)U n i t P e n g e m b a n g a n K e r t a j a y a
B A D A N P E R E N C A N A A N P E M B A N G U N A N K O T A S U R A B A Y A I - 2
hijau dengan pusat pertumbuhan berada di kawasan Kertajaya Indah dan
Dharmahusada Indah. Pada saat ini, beberapa pemanfaatan lahan di UP Kertajaya
antara lain adalah pembangunan perumahan real estate baru, pembangunan dan
pengembangan fasilitas pendidikan tingkat perguruan tinggi dan pembangunan tempat
pemakaman umum skala kota untuk wilayah Surabaya bagian Timur yang berada di
Keputih, serta pengembangan dan peningkatan fasilitas olah raga baik berupa ruang
terbuka/lapangan olah raga maupun gedung tertutup.
Sementara itu pengembangan pertanian perkotaan dan budidaya pertanian
juga terdapat pada wilayah UP. II Kertajaya yaitu di Kawasan Pantai Timur Kota.
Kawasan Pantai Timur Kota Surabaya ini termasuk dalam kawasan lindung wilayah
laut yang terdiri dari kawasan lindung/konservasi laut dan kawasan lindung mangrove
yang melindungi lingkungan, potensi dan sumber daya yang berada di wilayah pesisir
dan perairan laut dari usaha atau kegiatan yang dapat mengakibatkan terjadinya
kerusakan atau pencemaran laut. Oleh karena itu pada kawasan ini dilarang untuk
melaksanakan kegiatan pembangunan dan pemanfaatan lahan yang dapat
mengakibatkan kerusakan lingkungan wilayah laut.
Oleh karena itu, penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kota pada UP.
Kertajaya sebagai tindak lanjut dari penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah
Surabaya merupakan kebutuhan penting bagi wilayah perencanaan, sehingga
diharapkan dengan adanya prioritas penyusunan rencana tata ruang ini dapat
dilakukan antisipasi perkembangan kota yang cenderung merambah ke kawasan-
kawasan konservasi beberapa bagian di wilayah UP. Kertajaya. Selain mengacu pada
Rencana Tata Ruang Wilayah Surabaya, dalam penyusunan Rencana Detail Tata
Ruang Kota ini juga harus menyesuaikan dengan produk-produk rencana tata ruang
lain yang telah ada yang berada dalam ruang lingkup wilayah perencanaan. Dalam hal
ini produk rencana tata ruang yang telah ada pada wilayah UP. Kertajaya adalah
Rencana Teknik Ruang Kota di wilayah sekitar UP. Kertajaya.
1.2. TUJUAN DAN SASARAN
1.2.1. Tujuan
Tujuan dari penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) UP.
Kertajaya adalah :
Menjaga konsistensi pelaksanaan pembangunan dan keserasian
perkembangan UP. Kertajaya sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah
Kota Surabaya.
Mewujudkan perkembangan UP. Kertajaya secara terpadu yang dapat
menjamin keterpaduan antar kegiatan dan antar kawasan di wilayah UP.
Kertajaya secara selaras, serasi dan efisien.
Menciptakan lingkungan yang sehat, teratur, aman serta efisien dengan
memberikan fasilitas pelayanan yang lengkap, tepat sesuai dengan rencana
tata ruang dengan memperhatikan kondisi dan potensi yang ada.
1.2.2. Sasaran
Untuk mencapai tujuan di atas, sasaran penyusunan RDTRK UP. Kertajaya ini
adalah :
Tersusunnya rencana tata ruang yang lebih terperinci sebagai pedoman bagi
Pemerintah Kota Surabaya dalam mengatur, mengawasi, mengarahkan dan
mengendalikan pembangunan di UP. Kertajaya, sehingga dapat mewujudkan
tertib penataan ruang serta tertib pemanfaatan lahan dan pelaksanaan
pembangunan.
Tersusunnya Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) sebagai pedoman
bagi Pemerintah Kota Surabaya dalam pemanfaatan lahan, pelaksanaan
pembangunan dan pengendalian pembangunan di wilayah UP. Kertajaya.
Terwujudnya pengembangan wilayah UP. Kertajaya sebagai salah satu pusat
perkembangan wilayah Kota Surabaya dengan fungsi utama sebagai
kawasan permukiman, perdagangan, pendidikan kesehatan, dan konservasi –
ruang terbuka hijau permukiman secara terpadu dan berkelanjutan.
L A P O R A N A K H I R
Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK)U n i t P e n g e m b a n g a n K e r t a j a y a
B A D A N P E R E N C A N A A N P E M B A N G U N A N K O T A S U R A B A Y A I - 3
1.3. RUANG LINGKUP PERENCANAAN
1.3.1. Lingkup Wilayah
Lingkup fisik (teritorial) Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) UP.
Kertajaya dengan luas ± 4.579,65 Ha, meliputi wilayah administrasi antara lain :
1. Kecamatan Mulyorejo (luas ± 1.566,69 Ha), terdiri dari 6 (enam) kelurahan :
a. Kelurahan Kalijudan
b. Kelurahan Mulyorejo
c. Kelurahan Manyar Sabrangan
d. Kelurahan Dukuh Sutorejo
e. Kelurahan Kejawan Putih Tambak
f. Kelurahan Kalisari
2. Kecamatan Sukolilo (luas ± 3.012,96 Ha), terdiri dari 7 (tujuh) kelurahan :
a. Kelurahan Keputih
b. Kelurahan Gebang Putih
c. Kelurahan Klampis Ngasem
d. Kelurahan Menur Pumpungan
e. Kelurahan Nginden Jangkungan
f. Kelurahan Semolowaru
g. Kelurahan Medokan Semampir
Batas Wilayah UP. Kertajaya adalah :
Sebelah Utara : UP. III Tambak Wedi batas Kelurahan Kalijudan, Kelurahan Dukuh
Sutorejo (Kecamatan Mulyorejo)
Sebelah Selatan : UP. I Rungkut / Kali Surabaya yaitu : batas Kelurahan Nginden Jangkungan,
Kelurahan Semampir, Kelurahan Keputih
(Kecamatan Sukolilo)
Sebelah Barat : UP. I Dharmahusada yaitu : batas Kelurahan Kalijudan, Kelurahan
Mulyorejo, Kelurahan Manyar Sabrangan
(Kecamatan Mulyorejo) – Kelurahan Menur
Pumpungan, Kelurahan Nginden Jangkungan
(Kecamatan Sukolilo)
Sebelah Timur : UP. Pantai Timur Surabaya yaitu : Berdasarkan UU No. 32 tahun 2005
tentang Otonomi Daerah dan Perda Kota
Surabaya No. 3 tahun 2007 tentang RTRW,
dalam penjelasan pasal 19, dijelaskan rencana struktur wilayah laut adalah rencana struktur
dan pola pemanfaatan ruang yang terletak di
atas dan bawah permukaan laut dimulai dari
sisi laut garis laut terendah termasuk dasar laut
dan bagian bumi di bawahnya, sejauh 1/3 (sepertiga) dari wilayah kewenangan propinsi atau sejauh 4 mil.
Batas wilayah UP. Kertajaya lebih jelasnya dapat di lihat Gambar 1.3.1 tentang
batas administrasi wilayah UP. Kertajaya pada Halaman I - 4.
1.3.2. Lingkup Perencanaan
Lingkup substantif RDTRK meliputi :
1. Pendataan dan Identifikasi yang diantaranya adalah melakukan survei dan
observasi dalam rangka mengumpulkan data-data :
Kondisi eksisting pemanfaatan lahan dengan menggunakan pemetaan citra
satelit.
Karakteristik fisik, lingkungan, sosial dan ekonomi masyarakat pada
kawasan UP. Kertajaya
Potensi dan permasalahan wilayah perencanaan
2. Kompilasi dan Analisa terhadap hasil-hasil pendataan dan identifikasi, meliputi
antara lain :
Struktur ruang, yang meliputi distribusi penduduk, struktur pelayanan
kegiatan kawasan, sistem jaringan transportasi, sistem jaringan utilitas,
dan sistem prasarana pengelolaan lingkungan.
L A P O R A N A K H I R
Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK)U n i t P e n g e m b a n g a n K e r t a j a y a
B A D A N P E R E N C A N A A N P E M B A N G U N A N K O T A S U R A B A Y A I - 4
GAMBAR 1.3.1. BATAS ADMINISTRASI KECAMATAN DAN KELURAHAN
PADA WILAYAH PERENCANAAN (UP. KERTAJAYA)
L A P O R A N A K H I R
Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK)U n i t P e n g e m b a n g a n K e r t a j a y a
B A D A N P E R E N C A N A A N P E M B A N G U N A N K O T A S U R A B A Y A I - 5
Pola Ruang, yang meliputi pengembangan kawasan fungsional (kawasan
permukiman, perdagangan, jasa, pemerintahan, pariwisata, dan lain-lain)
dalam blok-blok peruntukan.
Pelaksanaan pembangunan kawasan fungsional meliputi : kepadatan
bangunan, ketinggian bangunan, garis sempadan bangunan, penanganan
lingkungan dan penanganan jaringan prasarana dan sarana.
Pengendalian pemanfaatan ruang kawasan fungsional.
Perkembangan sosial kemasyarakatan dan pertumbuhan ekonomi, baik
lokal maupun regional.
3. Perencanaan secara terperinci dalam bentuk Rencana Detail Tata Ruang Kota
(RDTRK) UP. Kertajaya, meliputi antara lain :
Rencana struktur ruang, yang meliputi distribusi penduduk, struktur
pelayanan kegiatan kawasan, sistem jaringan transportasi, sistem jaringan
utlitas, dan sistem prasarana pengelolaan lingkungan.
Rencana pola ruang, yang meliputi pengembangan kawasan fungsional
(kawasan permukiman, perdagangan, jasa, pemerintahan, pariwisata, dan
lain-lain) dalam blok-blok peruntukan.
Pedoman pelaksanaan pembangunan kawasan fungsional meliputi :
arahan kepadatan bangunan, arahan ketinggian bangunan, arahan garis
sempadan bangunan, rencana penanganan lingkungan dan rencana
penanganan jaringan prasarana dan sarana.
Pedoman pengendalian pemanfaatan ruang dan pelaksanaan
pembangunan.
Penyusunan Konsep Peraturan Walikota sebagai unsur kelengkapan
legalitas RDTRK UP. Kertajaya.
1.3.2. Dimensi Waktu Perencanaan
Rencana Detail Tata Ruang Kota UP. Kertajaya mempunyai dimensi waktu
perencanaan 10 (sepuluh) tahun kedepan.
1.4. METODOLOGI ANALISA
Dengan didasari konsep-konsep perencanaan kota, penyusunan RDTRK UP.
Kertajaya sebagai sebuah pedoman teknik pengembangan kawasan bagian wilayah
kota ke masa depan, dilakukan dengan :
Metoda pendekatan melaras (standard – ketentuan lokal / adat).
Metoda menurut unit dalam sebuah struktur yang terhirarkis (standard –
ketentuan internasional dan nasional/regional).
Untuk dapat mewujudkan serta menatanya sebagai sebuah kota ideal yang
adalah merupakan cerminan dari sinergi ; arsitektur kota, sejarah kota serta ekologi
kota. Dimana elemen-elemen eksisting dan yang baru, sebagai pembentuk struktur
massa (ruang) perkotaan, dirancang dalam visi :
Memperkuat. Elemen-elemen perkotaan yang sudah ada di dalam suatu
kawasan perlu diperkuat supaya kawasan itu lebih jelas realitanya.
Mentransformasikan. Elemen-elemen perkotaan yang masih berbenturan di
dalam suatu kawasan perlu ditransformasikan supaya kawasan itu lebih
mendukung realitanya.
Memperkenalkan. Elemen-elemen perkotaan yang belum ada di dalam suatu
kawasan perlu diperkenalkan supaya kawasan itu lebih berarti dalam
realitanya.
Elemen-elemen di UP. Kertajaya, dalam konteks mengorganisasikan,
menstrukturkan serta menghirarkikan ruang (wilayah) perencanaan yang mempunyai
sifat dinamis karena perkembangan ruang dan waktu. Dalam prinsip harmonisasi masa
lalu, masa kini dan masa yang akan datang.
Disamping itu, mengingat wilayah perencanaan, dalam hal ini UP. Kertajaya
adalah bagian dari wilayah Kota Surabaya dimana yang satu dengan yang lainnya
"saling-terkait dan bergantungan". Pendekatan yang akan dipergunakan adalah
"Pendekatan Terpilah Berdasarkan Pertimbangan Menyeluruh" (dengan
pertimbangan menyeluruh disini dapat diartikan telah disesuaikan dengan landasan
hukum yang ada serta ketentuan yang ada didalam kerangka-acuan dengan urutan
dan kerangka pikir sebagaimana tercantum pada bagan alir kerangka pikir
Gambar 1.4.1. pada Halaman I - 6.
L A P O R A N A K H I R
Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK)U n i t P e n g e m b a n g a n K e r t a j a y a
B A D A N P E R E N C A N A A N P E M B A N G U N A N K O T A S U R A B A Y A I - 6
1.4.1. Pendekatan Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini yaitu analisa terhadap hasil
pendataan dan indentifikasi yang diperoleh pada tahap sebelumnya dan
penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kota UP. Kertajaya berdasarkan pada
teori dan standar-standar perencanaan yang ada.
Tahapan penyusunan laporan akhir ini meliputi kegiatan-kegiatan antara
lain :
a. Analisa dan Penyusunan Laporan Akhir
Analisa Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini yaitu analisa terhadap hasil
pendataan dan identifikasi yang diperoleh pada tahap sebelumnya
berdasarkan pada teori dan standar-standar perencanaan (instrumen
analisa). Hasil analisa setidaknya meliputi :
Analisa pola pertumbuhan, kepadatan dan distribusi penduduk.
Analisa kondisi sosial masyarakat (karakter, jenis pekerjaan, tingkat
pendidikan, dan lain-lain) dan ekonomi penduduk (kesejahteraan,
tingkat pendapatan, dan lain-lain).
Analisa sistem jaringan dan prasarana sarana transportasi.
Analisa sistem jaringan pergerakan dan aksesibilitas antar kawasan.
Analisa sistem jaringan utilitas.
Analisa blok plan (pemanfaatan ruang).
Analisa kepadatan bangunan.
Analisa ketinggian bangunan.
Analisa perpetakan bangunan.
Analisa garis sempadan.
Analisa penanganan blok peruntukan.
Analisa penanganan prasarana dan sarana.
Analisa pengendalian pemanfaatan ruang.
Penyusunan Laporan Akhir Sebelum penyelesaian tahap penyusunan laporan akhir, dibuat konsep
laporan akhir. Konsep laporan akhir ini akan dibahas dalam seminar
(diskusi terbatas/lokakarya) yang melibatkan kalangan Pemerintah Kota,
L A P O R A N A K H I R
Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK)U n i t P e n g e m b a n g a n K e r t a j a y a
B A D A N P E R E N C A N A A N P E M B A N G U N A N K O T A S U R A B A Y A I - 7
perwakilan masyarakat, unsur pakar dan kelompok-kelompok organisasi
kemasyarakatan dan profesi yang terkait. Berdasarkan hasil masukan yang
diperoleh pada saat lokakarya/diskusi selanjutnya akan dilakukan
penyempurnaan terhadap draft laporan akhir untuk dijadikan Laporan Akhir.
Dalam Laporan Akhir ini akan diuraikan hasil analisa data dan rencana detai
tata ruang. Hasil rencana, meliputi :
Rencana pemanfaatan tapak.
Rencana penataan bangunan dan lingkungan.
Rencana sistem transportasi.
Rencana distribusi sarana perkotaan.
Rencana jaringan utilitas (prasarana perkotaan).
Rencana pengelolaan lingkungan.
Yang mana didalamnya memuat :
Proyeksi / rencana pertumbuhan penduduk.
Rencana distribusi penduduk.
Proyeksi/rencana pertumbuhan ekonomi.
Rencana struktur pelayanan kegiatan kawasan.
Rencana sistem jaringan transportasi.
Rencana sistem jaringan pergerakan dan aksesibilitas antar kawasan.
Rencana sistem jaringan utilitas.
Rencana blok plan (pemanfaatan ruang).
Rencana kepadatan bangunan.
Rencana ketinggian bangunan.
Rencana perpetakan bangunan.
Rencana garis sempadan.
Rencana penanganan blok peruntukan.
Rencana penanganan prasarana dan sarana.
Rencana pengendalian pemanfaatan ruang.
Gambar perspektif/ilustrasi (gambar 3 Dimensi) pada beberapa
kawasan potensial.
Hasil analisa dan rencana ini secara lengkap dituangkan dalam Laporan
Analisa dan Rencana dengan jelas dan sistematis dilengkapi dengan uraian
deskripsi, gambar skema, tabel-tabel dan lain-lain. Hasil analisa dan
rencana tersebut juga dituangkan dalam Album Peta yang berisi gambar
peta dengan skala 1 : 5.000 yang mudah terbaca, sehingga dapat dijadikan
pedoman pemanfaatan lahan, pelaksanaan dan pengendalian
pembangunan. Selain itu hasil analisa dan rencana juga dilengkapi dengan
papan informasi rencana struktur RDTRK UP. Kertajaya.
b. Album Peta Hasil analisa dan rencana tersebut juga dituangkan dalam Album Peta dimana
penggambaran album peta dilakukan dalam skala 1 : 5000 dengan
menggunakan CAD System, sehingga dapat memberikan informasi yang jelas,
akurat dan dapat dicetak pada saat dibutuhkan.
3. Legalitas Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 1998
tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang di Daerah, pengesahan RDTRK UP.
Kertajaya harus disahkan dengan Surat Keputusan Walikota Surabaya (Peraturan
Walikota) dengan persetujuan DPRD Kota Surabaya, untuk itu juga harus
dilengkapi dengan rancangan Peraturan Walikota tentang RDTRK UP. Kertajaya.
Produk RDTRK yang telah berkekuatan hukum merupakan hasil
kesepakatan seluruh pelaku pembangunan (stakeholders), termasuk masyarakat.
Masyarakat berhak memperoleh dan berkewajiban berperan serta dalam
memelihara kualitas ruang dan mentaati rencana tata ruang yang telah disepakati.
Untuk lebih jelasnya mengenai metode dan proses penyusunan RDTRK UP. Kertajaya dapat dilihat pada Gambar 1.4.1. tentang kerangka pikir penyusunan
RDTRK UP. Kertajaya pada Halaman I - 6.
1.4.2. Analisa Kesesuaian Lahan
Kemampuan lahan merupakan salah satu faktor fisik alam yang mempengaruhi
perkembangan ruang kota. Penilaian kemampuan lahan meliputi pengklasifikasian
tanah, yang didasarkan pada faktor-faktor penghambat kerusakan tanah. Penilaian
terhadap faktor-faktor fisik tanah akan menentukan kelas kemampuan lahan yang
menunjukan intensitas dan macam penggunaan di atasnya. Besarnya kemampuan
lahan dapat menentukan sebaran dan ketersediaan ruang beserta sumberdaya
L A P O R A N A K H I R
Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK)U n i t P e n g e m b a n g a n K e r t a j a y a
B A D A N P E R E N C A N A A N P E M B A N G U N A N K O T A S U R A B A Y A I - 8
penunjang, sehingga dapat direncanakan pemanfaatannya sesuai dengan daya
dukung ruang tersebut.
Kemampuan lahan merupakan kapasitas tanah untuk bereproduksi secara
optimal tanpa menimbulkan kerusakan. Selain itu, kemampuan lahan merupakan hasil
pengklasifikasian tanah yang didasarkan pada faktor-faktor penghambat kerusakan
tanah yang bersifat permanen. Faktor-faktor fisik tanah yang mempengaruhi
kemampuan lahan adalah:
1. Topografi
2. Kedalaman efektif tanah
3. Tekstur tanah
4. Drainase
5. Tingkat erosi
6. Faktor pembatas fisik tanah
7. Bahaya banjir
Setelah mengetahui kelas klasifikasi kemampuan lahan, kemudian dilakukan
scoring atau pembobotan. Langkah ini dilakukan untuk mengidentifikasi pemanfaatan
lahan wilayah budidaya atau wilayah lindung. Wilayah lindung adalah wilayah yang
ditetapkan dengan fungsi utama menjaga kelestarian lingkungan yang mencakup
sumberdaya alam, sumberdaya hidup yang mencakup sumberdaya alam, sumberdaya
buatan, dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna buatan, dan nilai sejarah serta
budaya bangsa guna kepentingan pembangunan berkelanjutan. Wilayah budidaya
merupakan wilayah yang ditetapkan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar
kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan sumberdaya buatan
(yang meliputi wilayah hutan produksi, permukiman, industri, pendidikan, perkantoran,
perdagangan, serta pertahanan dan keamanan).
Dalam analisa scoring ini digunakan 3 variabel yaitu kemiringan lahan,
kepekaan tanah dan curah hujan. Masing-masing variabel tersebut memiliki kriteria
pembobotan. Kemudian dilakukan penjumlahan skor dari masing-masing variabel.
Jumlah tersebut menentukan pemanfaatan wilayah lindung atau wilayah budidaya.
Kriteria wilayah lindung dan wilayah budidaya dijelaskan dalam Tabel I.4.1.
Tabel 1.4.1 KRITERIA WILAYAH LINDUNG DAN WILAYAH BUDIDAYA
NO. FUNGSI KAWASAN TOTAL NILAI SKOR1. Hutan Lindung >175 2. Kawasan resapan air (kawasan lindung) 125-175 3. Kawasan budidaya tanaman tahunan <125 4. Kawasan budidaya tanaman semusim <125 5. Kawasan permukiman <125
Sumber: SK Mentan No. 837/KPTS/UM/11/1980 dan No. 683/KPTS/UM/8/1981, serta Keppres
No. 32/1990
Untuk lebih jelasnya diagram analisa scoring penentuan wilayah lindung dan
wilayah budidaya, dapat dilihat pada Gambar 1.4.2.
L A P O R A N A K H I R
Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK)U n i t P e n g e m b a n g a n K e r t a j a y a
B A D A N P E R E N C A N A A N P E M B A N G U N A N K O T A S U R A B A Y A I - 9
Gambar 1.4.2. ELEMEN-ELEMEN YANG TERKAIT DALAM ANALISA KESESUAIAN LAHAN
BERDASARKAN SURAT KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NO. 837/KPTS/UM/1980
Dalam menganalisa kesesuaian fisik wilayah dengan kemungkinan
pengembangan fungsi kegiatan atau bangunan. Adapun metode yang digunakan
dalam melakukan analisa kesesuaian fisik wilayah adalah sebagai berikut :
1. Super Impose
Penggabungan pada beberapa peta yang menjadi variabel untuk dijadikan
unsur dalam menentukan Studi Kelayakan Lahan Kota (SKLK) yang direncanakan.
Adapun variabel-variabel tersebut antara lain adalah :
a. Topografi
b. Hidrologi
c. Geologi
d. Klimatologi
e. Jenis Tanah
Metode Super Impose :
2. Studi Kelayakan Lahan Kota
Merupakan usaha seleksi terhadap suatu kawasan dalam upaya
merencanakan suatu kawasan tersebut, dimana hasilnya nanti adalah adanya
suatu tanah yang layak untuk direncanakan, layak terbatas serta tidak layak untuk
dikembangkan.
1.4.3. Analisa Kependudukan
Pertumbuhan penduduk dalam wilayah perencanaan pada umumnya
dipengaruhi oleh dua faktor yaitu perpindahan penduduk dan pertambahan
penduduk alami (kelahiran dan kematian). Dalam menentukan prakiraan jumlah
penduduk dapat dilakukan dengan 2 metode yaitu : TREND ORIENTED (prakiraan
pertumbuhan penduduk dihitung dengan mengikuti kecenderungan pertumbuhan
penduduk dalam wilayah perencanaan) dan TARGET ORIENTED (prakiraan
pertumbuhan penduduk ditentukan dengan mengarahkan tingkat kepadatan
penduduk wilayah perencanaan mengikuti ketetapan yang telah digariskan
kebijakan sebelumnya (hirakhi yang lebih tinggi).
L A P O R A N A K H I R
Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK)U n i t P e n g e m b a n g a n K e r t a j a y a
B A D A N P E R E N C A N A A N P E M B A N G U N A N K O T A S U R A B A Y A I - 10
Dalam Metode Trend Oriented terdapat beberapa model kependudukan
yang akan dipergunakan untuk memprakirakan jumlah penduduk wilayah
perencanaan, yaitu model linier, bunga berganda dan regresi linier.
Model Linier Model Linier digunakan dengan asumsi, tingkat pertumbuhan penduduk
jumlahnya selalu konstan dari tahun ke tahun.
Bentuk matematis model linier adalah :
Pn = Po + n . a
Dimana :
Pn = jumlah penduduk pada tahun ke n
Po = jumlah penduduk pada tahun dasar
n = periode waktu
a = jumlah pertambahan penduduk pertahun
Model Bunga Berganda Penggunaan model bunga berganda didasarkan pada asumsi, tingkat
pertumbuhan penduduk tiap tahun selalu proporsional dengan jumlah
penduduk pada tahun sebelumnya.
Bentuk matematis model bunga berganda adalah :
Pt = Po (1 + r) t
Dimana :
Pt = jumlah penduduk pada tahun ke t
Po = jumlah penduduk
r = p / 100 (p = prosentase pertumbuhan penduduk
pertahun)
t = periode waktu
Model Regresi Linier Model regresi Linier digunakan dengan asumsi, terdapat hubungan linier antara
tahun pengamatan dengan jumlah penduduk pada tahun pengamatan yang
bersangkutan.
Bentuk matematis model regresi linier adalah :
Px = a + b . x
Dimana :
Px = jumlah penduduk pada tahun ke x
a dan b = konstanta yang diperoleh dari rumus
sebagai berikut :
22X
2
x)( - xN.Px. - xP. = a
∑∑∑∑∑∑
2x)( - xN.
Px. - XP N. = b
∑∑
∑∑∑
1.4.4. Analisa Struktur Ruang
1. Sistem Perwilayahan dan Pusat Pelayanan
Kota mengalami pertumbuhan dan perkembangan seiring berjalannya
waktu. Oleh karena itu struktur pelayanan kegiatan kawasan perkotaan, termasuk
di wilayah perencanaan tidak statis dan mengalami perubahan. Sebagai implikasi
dari pertumbuhan, kepadatan, distribusi, kondisi, sosial ekonomi dan budaya
masyarakat.
Dalam penataan ruang kota Surabaya, Struktur Pelayanan Kegiatan
Kawasan Perkotaan terorganiasi dan terhirarki dalam urutan ; Unit Pengembangan
(UP), Unit Distrik (UD), Unit Lingkungan (UL) dan Unit Masyarakat. Dalam lingkup RDTRK terhirarki menjadi Unit Distrik (UD) dan Unit Lingkungan (UL).
Pembagian struktur pelayanan kegiatan kawasan perkotaan dapat
dilakukan dengan mempertimbangkan :
1. Jumlah penduduk.
2. Kesamaan luas antar unit distrik dan unit lingkungan.
3. Batas wilayah administrasi (Kecamatan maupun Kelurahan).
4. Batas fisik. Batas fisik yang biasanya digunakan sebagai batas pembagian
struktur pelayanan merupakan batas fisik yang kuat seperti : jalan (tol –
arteri primer), rel kereta api, jalur tegangan tinggi, dan sungai.
L A P O R A N A K H I R
Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK)U n i t P e n g e m b a n g a n K e r t a j a y a
B A D A N P E R E N C A N A A N P E M B A N G U N A N K O T A S U R A B A Y A I - 11
5. Homogenitas penggunaan lahan. Struktur pelayanan kegiatan perencanaan
diusahakan mempunyai penggunaan lahan yang homogen.
Dari masing-masing pertimbangan di atas mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Namun demikian untuk meminimalkan kekurangan yang ada
pembagian struktur pelayanan kegiatan kawasan perkotaan dipilih dengan
menggunakan pendekatan batas wilayah administratif dengan tidak menutup
kemungkinan penggabungan lebih dari satu wilayah adminstratif. Hal ini terjadi
karena adanya kendala dalam pengendalian pemanfaatan ruang. Dimana jika
pembagian tersebut didasarkan pada batasan administratif diharapkan
pengendalian dan pengawasan dapat mengikutsertakan masyarakat.
2. Fungsi Kegiatan
Penentuan fungsi pada masing-masing unit distrik (UD) dan unit lingkungan (UL) pada wilayah perencanaan (UP. Kertajaya) dilakukan dengan
mempertimbangkan :
a. Arahan RTRW Kota Surabaya.
b. Arahan RDTRK terkait yang pernah disusun.
c. Arahan RTRK terkait yang pernah disusun.
d. Studi-studi lain yang terkait.
e. Kecenderungan perkembangan wilayah perencanaan.
f. Aspirasi masyarakat.
Fungsi kegiatan eksisting pada masing-masing unit menunjukkan adanya
perkembangan yang mengarah kepada kegiatan yang berskala primer maupun
sekunder. Fungsi primer dan fungsi sekunder adalah faktor-faktor penyebab utama
tumbuhnya suatu kota/wilayah/kawasan yang memungkinan kota/wilayah/kawasan
tersebut bisa berperan menurut hirarkhinya.
Fungsi yang berskala primer adalah kegiatan perkotaan/wilayah/kawasan
yang dapat merangsang pertumbuhan aktivitas sosial-ekonomi-budaya-hankam
yang mengakibatkan mekarnya suatu kota/wilayah/kawasan. Suatu
wilayah/kawasan dikatakan mempunyai fungsi primer jika mempunyai kegiatan
seperti : industri – pergudangan, terminal, pelabuhan, pusat-pusat perdagangan
(grosir-retail), pasar induk dan sebagainya.
Sedangkan yang dimaksud dengan fungsi kegiatan yang berskala sekunder
adalah jika kegitan wilayah tersebut dilengkapi sarana (fasilitas wilayah/kawasan)
bagi kegiatan jasa, minimal untuk pelayanan internal, misalnya : fasilitas
perkantoran, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas peribadatan dan
sebagainya.
Sementara untuk penetapan pusat-pusat dari unit-unit struktur pelayanan kegiatan, direkomendasikan dengan mempertimbangkan :
a. Arahan Perda No. 3 tahun 2007 mengenai RTRW Kota Surabaya.
b. Sentralisasi perdagangan dan jasa.
c. Kecenderungan aglomerasi fasilitas pelayanan masyarakat yang telah
terbangun, hidup dan berkembang.
e. Potensi pusat orientasi kegiatan ekonomi masyarakat, terkait dengan
klasifikasi jalan (primer atau sekunder) dimana pusat itu berada, sebagai
penunjang aksesibilitas.
f. Skala pelayanan (primer atau sekunder).
g. Batas wilayah administrasi.
Beberapa model analisa yang terkait, yang dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan penentuan sistem perwilayahan dan fungsi kegiatan, antara lain :
Model Aksessibilitas Model aksessibilitas dapat digunakan untuk menganalisa tingkat keterpusatan
lokasi suatu fasilitas pelayanan. Menurut model ini aksessibilitas suatu lokasi
dipengaruhi oleh 4 variabel, yaitu kondisi perkerasan jalan, fungsi jaringan
jalan, ketersediaan angkutan umum dan jarak. Model aksessibilitas mempunyai
bentuk sebagai berikut :
∑d
T . F . K =A
Dimana :
A = tingkat aksessibilitas
K = kondisi perkerasan jalan
F = fungsi jaringan jalan
d = jarak
L A P O R A N A K H I R
Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK)U n i t P e n g e m b a n g a n K e r t a j a y a
B A D A N P E R E N C A N A A N P E M B A N G U N A N K O T A S U R A B A Y A I - 12
Skalogram Fasilitas Skalogram fasilitas digunakan untuk menganalisa tingkat pelayanan (hirarki)
fasilitas dari suatu kawasan permukiman. Variabelnya terdiri dari berbagai
fasilitas, seperti fasilitas pendidikan, kesehatan, peribadatan, perdagangan,
pemerintahan, olah raga dan rekreasi. Asumsi penggunaannya didasarkan
pada kelengkapan fasilitas yang ada. Semakin lengkap fasilitas yang terdapat
pada kawasan permukiman, maka hirarkinya semakin tinggi; dan kawasan
tersebut mempunyai kecenderungan kuat menjadi pusat pelayanan bagi
kawasan di sekitarnya.
1.4.5. Analisa Pola Ruang
Dalam analisa pola pemanfaatan ruang ini secara umum kawasan dibedakan
menjadi tiga jenis, yaitu :
a. Kawasan Lindung, yaitu kawasan yang fungsi utamanya melindungi kelestarian
sumber daya alam, sumber daya buatan serta nilai budaya dan sejarah bangsa dan
harus dilindungi dari setiap kegiatan budidaya atau kegiatan produksi lainnya yang
dapat mengurangi atau merusak fungsi lindungnya,
b. Kawasan Budidaya, yaitu kawasan yang kondisi fisik dan sumber daya alamnya
dapat dan perlu dimanfaatkan untuk kepentingan produksi guna memenuhi
kebutuhan manusia dan pembangunan, dan
c. Kawasan Penyangga, yaitu kawasan yang terletak diantara kedua jenis kawasan
yang disebutkan terdahulu dan berfungsi sebagai penyangga agar pengembangan
kawasan budidaya tidak memasuki kawasan lindung. Pada kawasan ini, kegiatan
budidaya secara terbatas masih diperkenankan.
1. Kawasan Lindung
Menurut fungsinya, kawasan dengan fungsi sebagai kawasan lindung dapat
dibedakan menjadi empat, yaitu:
a. Kawasan yang memberikan perlindungan pada kawasan bawahannya,
misalnya kawasan hutan lindung, kawasan bergambut, dan kawasan resapan
air,
b. Kawasan perlindungan setempat, misalnya daerah sempadan pantai,
sempadan sungai, kawasan sekitar waduk/danau, dan kawasan sekitar mata
air,
c. Kawasan suaka alam dan cagar budaya misalnya kawasan suaka alam pantai
berhutan bakau, dan kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya, dan
d. Kawasan rawan bencana.
Analisa ini ditekankan pada kajian berdasarkan rona awal fisik dasar
kawasan perencanaan. Analisa kesesuaian pemanfaatan ruang untuk kawasan
lindung terdiri dari beberapa kegiatan analisa meliputi :
a. Analisa untuk mengkaji kawasan lindung secara lebih mendetail yang ada di
kawasan perencanaan yang telah ditetapkan dalam RTRW Propinsi maupun
RTRW Kabupaten dan deliniasi atau pembatasan lingkup untuk masing-masing
kawasan lindung.
b. Analisa untuk mengkaji keberadaan fungsi lindung setempat, seperti sempadan
sungai, mata air, kawasan suci dan tempat suci.
c. Analisa pengembangan dan pengelolaan masing-masing jenis kawasan
lindung.
d. Analisa untuk mengkaji lahan-lahan yang dikembangkan untuk menjaga
keseimbangan pemanfaatan ruang.
2. Kawasan Budidaya Non Pertanian
Kawasan budidaya non pertanian meliputi permukiman, pariwisata,
perindustrian, penambangan golongan C, Pusat SKP/SP dan penggunaan lahan
lainnya. Analisa kawasan budidaya non pertanian lebih dititikberatkan kepada
analisa kawasan budidaya permukiman penduduk perkotaan beserta fasilitas
penunjangnya, untuk dapat menunjukkan struktur tata ruang yang ada di kawasan
perencanaan.
Analisa ini akan bersifat rinci, yang menyangkut kapasitas daya dukung
lahan, kemampuan lahan pengembangan, dan batasan atau deliniasi antara
kegiatan dominan dengan kegiatan penunjang. Berdasarkan metode analisa ini
akan diketahui kesesuaian pemanfaatan masing-masing penggunaan lahan sesuai
L A P O R A N A K H I R
Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK)U n i t P e n g e m b a n g a n K e r t a j a y a
B A D A N P E R E N C A N A A N P E M B A N G U N A N K O T A S U R A B A Y A I - 13
dengan daya dukung sumber daya alam yang ada di kawasan perencanaan.
Analisa yang dilakukan pada kawasan budidaya non pertanian ini adalah:
a. Analisa Pola Permukiman
Tujuan analisa ini adalah:
Mengidentifikasi elemen-elemen yang berbeda dari sistem pemukiman
regional, yaitu jumlah dan lokasi satuan pemukiman dan interaksinya satu
sama lain dalam melakukan kegiatan ekonomi dan sosial.
Menentukan karakteristik fungsional masyarakat dan sejauh mana
pemukiman-pemukiman yang ada melayani penduduk yang tinggal di luar
batas pemukiman tersebut, yaitu sejauh mana pemukiman-pemukiman
tersebut berfungsi sebagai pusat pelayanan.
Memberikan gambaran mengenai pola pemukiman dalam wilayah, yaitu
tingkat hirarki dan penyebarannya dan sentralitas tempat-tempat yang ada
di dalamnya.
Menentukan distribusi dan pola asosiasi antara fungsi-fungsi sosial dan
ekonomi (jasa-jasa, infrastruktur, organisasi dan fasilitas) dalam pemukiman
yang merupakan hal penting untuk pembangunan lokal dan regional.
Analisa pola pemukiman dilakukan dengan menggunakan dua analisa dasar
yaitu :
Analisa pertumbuhan pemukiman
Analisa ini memberikan profil pendahuluan mengenai pola pemukiman
untuk dianalisa lebih lanjut. Selain itu, untuk mempermudah membedakan
antara pemukiman kota dan pemukiman desa, hasil analisa dapat pula
memberikan pengertian mengenai besarnya kelas-kelas pemukiman dan
perubahannya dari waktu ke waktu.
Analisa fungsi pemukiman. Analisa ini memberikan perhatian kepada fungsi-fungsi sosial dan ekonomi
yang dilakukan oleh masyarakat yang berlainan dan bagaimana masyarakat
tersebut secara bersama-sama membentuk pola atau sistem yang dapat
mempengaruhi pembangunan ekonomi atau sosial.
Kombinasi sejumlah peralatan analisa dapat digunakan untuk menentukan
karakteristik fungsional sistem pemukiman, antara lain:
Skala Guttman, digunakan untuk menganalisa karakteristik yang mendasari
fungsi-fungsi : pelayanan, fasilitas, infrastruktur, organisasi-organsisasi dan
kegiatan ekonomi yang membuat pemukiman menjadi sentralitas dalam
sistem spasial.
Threshold Analysis, digunakan untuk menganalisa jumlah penduduk yang
dibutuhkan untuk mendukung pelayanan, fasilitas dan infrastruktur yang
ada dalam suatu daerah.
Weighted Centrality Indexes, digunakan untuk mengukur kompleksitas
fungsional baik dalam jumlah fungsi-fungsi dalam satu daerah, maupun
frekuensi terjadinya.
Skalogram, digunakan untuk menyusun hirarki pemukiman berdasarkan
jumlah dan jenis fasilitas sosial ekonomi yang dimiliki.
b Analisa Intensitas Penggunaan Lahan
Model ini digunakan untuk menilai tingkat intensitas penggunaan lahan dari
setiap kegiatan pemukiman pada seluruh kawasan perencanaan. Model yang
digunakan adalah sebagai berikut:
0,381KLB Log 1,903 IPL +
=
Dimana : PL = Intensitas Penggunaan Lahan
KLB = Koefisien Lantai Bangunan