1
LAPORAN AKHIR
PROGRAM P2M DANA DIPA
Pemanfaatan Barang Bekas Layak Pakai sebagai Alat Peraga
Bahasa di TK Wisata Kumara dan TK Kumara Kerti.
Ni Luh Putu Sri Adnyani, S.Pd.,M.Hum.(Ketua)
NIDN: 0011037802
I Made Suta Paramarta,S.Pd.,M.Hum (Anggota)
NIDN 0031127106
Putu Suarcaya,S.Pd.,M.Sc. (Anggota)
NIDN 0003107302
Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)
Universitas Pendidikan Ganesha
SPK Nomor 023.04.2.552581/2013 revisi 2 tanggal 01 Mei 2013
JURUSAN BAHASA INGGRIS DIPLOMA 3
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
TAHUN 2013
2
3
PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
karunia-Nya laporan Pengabdian pada Masyarakat yang berjudul Pemanfaatan
Barang Bekas Layak Pakai sebagai Alat Peraga Bahasa di TK Wisata Kumara dan
TK Kumara Kerti dapat diselesaikan pada waktu.
Laporan ini berisi uraian tentang pelaksanaan kegiatan yang merupakan
sebuah pelatihan yang diberikan kepada guru-guru taman kanak-kanak untuk
meningkatkan kreativitas mereka dalam membuat alat-alat peraga yang bervariasi
yang berbahan barang bekas layak pakai. Dua dari alat peraga yang telah dihasilkan
dalam penelitian ini adalah buku berbincang dan kartu memori.
Diselesainya laporan ini tidak lepas dari kontribusi berbagai pihak. Oleh
karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada Ketua Lembaga Pengabdian pada
Masyarakat Undiksha, Dekan Fakultas Bahasa dan Seni, Kepala Taman Kanak-
Kanak Kumara Kerti dan Kepala Taman Kanak-Kanak TK Wisata Kumara, serta tim
pelaksana kegiatan. Terima kasih juga kami ucapkan kepada mahasiswa Jurusan
Bahasa Inggris Diploma III yang telah membantu dalam pelaksanaan kegiatan
tersebut.
Penulis menyadari bahwa meskipun laporan ini berusaha dikerjakan dengan
baik, namun pasti ada kekurangan dan kesalahan yang ditemui pembaca. Kritik dan
saran sangat kami harapkan. Akhir kata, kami berharap laporan ini dapat berguna
bagi pembaca sekaligus dapat menginspirasi rekan-rekan maupun mahasiswa dalam
ide-ide pelaksanaan pengabdian pada masyarakat untuk masa yang akan datang.
November 2013
Tim Pelaksana
4
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ………………………………………………………… i
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………….. ii
PRAKATA …………………………………………………………………….. iii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………… iv
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………... v
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………... 1
1.1 Analisis Situasi …………………………………………………........... 1
1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah…………………………………… 6
1.3 Tujuan Kegiatan ……………………………………………………….. 8
1.4 Manfaat Kegiatan ……………………………………………………. 8
1.5 Khalayak Sasaran Strategis………………… …………………………. 9
BAB II METODE PELAKSANAAN ……….……………………………….. 10
2.1 Kerangka Pemecahan masalah………………………………………… 10
2.2 Metode Pelaksanaan Kegiatan………………… ……………………… 13
2.3 Rancangan Evaluasi …………………………………………………… 15
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ……….……………………………… 16
3.1 Pelaksanaan P2M di TK Kumara Kerti dan TK Wisata Kumara… … 16
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ……….……………………………. 24
4.1 Kesimpulan.…………………………………………………………….. 24
4.2 Saran…………………. ………………………………………………... 24
DAFTAR PUSTAKA ……….……………………………………………. 24
LAMPIRAN-LAMPIRAN
5
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Anak-Anak TK Wisata Kumara
Gambar 1.2 Ruang Kelas dengan Alat Peraga yang Terbatas
Gambar 3.1 Pemaparan Kegiatan P2M oleh Ketua Panitia
Gambar 3.2 Penjelasan Kepada Peserta tenatang Kegiatan Pemuatan Buku
Berbincang
Gambar 3.3 Buku Berbincang yang Dibuat dari Guntingan Koran atau Majalah Bekas
Gambar 3.4 Salah Satu Buku yang Dibuat dengan Topik Transportasi
Gambar 3.5 Pelatih Menunjukkan Contoh-Contoh Kartu Memori
Gambar 3.6 Penjelasan Cara-Cara Penggunaan Kartu Memori
Gambar 3.7 Penjelasan Materi Tambahan oleh Instruktur
Gambar 3.8 Pelibatan Mahasiswa dalam Pelaksanaan P2M
Gambar 3.9 Peserta dan Instruktur Istirahat Makan Siang
6
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan Anak Usia Dini kini dipandang sebagai salah satu pendidikan yang
sangat penting di masyarakat. Terbukti dengan semakin banyaknya penyelenggara
PAUD seperti Tempat Penitipan Anak (TPA), Play Group dan Taman Kanak Kanak
(TK) didirikan baik di pusat-pusat kota, kota kabupaten bahkan sampai ke pelosok-
pelosok desa.
Dapat dilihat, di pusat-pusat kota, misalnya, para penyelenggara PAUD berlomba
untuk menunjukkan kualitasnya. Salah satunya dengan menyediakan sarana dan
prasarana yang menunjang pendidikan anak sehingga para orang tua tertarik untuk
mendaftarkan anaknya di tempat mereka. Dengan tersedianya sarana dan prasarana
yang memadai, penyelenggara PAUD dapat mematok harga SPP yang cukup tinggi.
Meski biaya yang dipatok cukup tinggi untuk SPP anak, tetap peminat semakin
meningkat bahkan beberapa Taman Kanak-Kanak mengetes calon peserta didiknya
karena kelimpahan peminat.
Namun, tengoklah Taman Kanak-Kanak yang terdapat di desa-desa. Taman
Kanak-Kanak diselenggarakan dalam bangunan-bangunan yang sederhana. Biasanya
terdiri dari satu atau dua ruang kelas. Bahkan sering terlihat anak-anak TK belajar di
Balai Desa atau Balai Banjar karena tidak memiliki bangunan khusus. TK di desa-
desa biasanya dikelola oleh ibu-ibu PKK desa setempat. TK-TK tersebut biasanya
memiliki sebuah lemari, beberapa bangku dan kursi dan alat-alat penunjang belajar
yang sangat terbatas. Dilain pihak, penyelenggara harus menerima seluruh anak yang
mendaftar yang berasal dari desa setempat dengan biaya SPP yang cukup murah
sehingga bisa terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat desa.
TK Kumara Kerti dan TK Wisata Kumara yang terdapat di desa Anturan dan desa
Kalibukbuk adalah contoh TK yang dikelola oleh ibu-ibu PKK desa setempat yang
memiliki fasilitas sangat sederhana dan peralatan penunjang belajar dan bermain anak
7
yang sangat terbatas. Pengabdian pada masyarakat ini dilaksanakan untuk membantu
penyelenggaraan Taman Kanak Kanak tersebut dengan membuat alat paraga
khususnya alat peraga bahasa dengan memanfaatkan barang bekas layak pakai.
Dalam Perarturan Menteri Pandidikan Nasional RI Nomor 58 tahun 2009
dicantumkan bahwa salah satu standar tingkat pencapaian perkembangan kelompok
Taman Kanak Kanak adalah bahasa, yaitu mendengarkan bahasa, mengungkapkan
bahasa dan keaksaraan. Oleh karena itu, pengabdian pada masyarakat ini sangat
penting artinya bagi Tk Kumara Kerti dan TK Wisata Kumara untuk membantu anak
dalam mencapai standar perkembangan mereka. Dalam peraturan Mendiknas tersebut
juga dicantumkan bahwa salah satu prinsip standar sarana dan prasarana PAUD
adalah memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada di lingkungan sekitar,
termasuk barang limbah/bekas layak pakai.
Berbagai alat peraga yang bisa dibuat dari barang bekas, misalnya kartu-kartu
belajar yang terbuat dari kardus dan majalah-majalah bekas. Misalnya, majalah atau
koran bekas yang sering memuat berbagai foto manusia, hewan, tumbuhan, alam
benda, objek sejarah bisa dikumpulkan dan diklasifikasikan menjadi empat tema
besar, yaitu flora, fauna, manusia dan alam benda. Objek-objek tersebut yang didapat
dari koran, majalah ataupun brosur bekas digunting, kemudian ditempel diatas kardus
bekas. Setiap objek yang sudah ditempel di atas potongan kardus dilapisi dengan
plastik bening sehingga alat peraga yang dihasilkan bisa awet dan dipakai terus-
menerus oleh guru maupun anak dan menjadi barang inventaris TK. Alat peraga lain
misalnya berupa Panel Teksipel (flanel board), merupakan media pembelajaran yang
terbuat dari papan atau kardus yang dibungkus kain flanel. Pada permukaan kain
tersebut bisa ditempelkan potongan gambar dan susunan gambar dapat dipindah-
pindahkan karena ditempelkan dengan alat perekat yang bisa dicabut.
Alat-alat peraga yang dihasilkan akan sangat bermanfaat bagi anak dalam
mengembangkan kemampuan berbahasanya. Dengan alat peraga yang dihasilkan
tersebut, guru bisa meminta anak untuk menyebut benda apa atau objek apa yang
8
mereka lihat dalam gambar. Kemudian bisa meminta anak untuk mengucapkan
kalimat yang berhubungan dengan objek tersebut atau bahkan belajar menceritakan
tentang apa yang mereka lihat dalam gambar. Pada dasarnya, alat-alat peraga yang
dihasilkan dari pemanfaatan barang bekas tersebut bisa menjadi stimulus anak dalam
mengembangkan keterampilan berbahasa mereka.
1.1 Analisis Situasi
Di Desa Kalibukbuk dan Desa Anturan yang secara geografis letaknya
bersebelahan terdapat masing-masing satu buah Penyelenggara PAUD jalur
pendidikan formal berbentuk Taman Kanak Kanak (TK) yang dikelola oleh ibu –ibu
PKK desa setempat. Kedua TK tersebut, yaitu TK Wisata Kumara dan TK Kumara
Kerti. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari kepala sekolah kedua TK tersebut,
mereka mengalami kekurangan sarana dan prasarana yang mendukung proses
pendidikan dan bermain anak. Mereka mengandalkan sumbangan yang dipungut dari
orang tua siswa, yang rata-rata berjumlah Rp 120.000,- pertahun peranak. Pada tahun
ajaran 2011/2012, setiap TK memiliki rata-rata 70 orang anak didik dengan sebaran
10% penitipan anak, 30% TK A dan 60% TK B. Dengan jumlah anak yang cukup
banyak, setiap TK hanya memiliki dana alat pertahun rata-rata sebesar Rp 8.400.000,-
dari sumbangan orang tua anak. Jumlah ini, sangat minim dibandingkan dengan
kebutuhan anak akan alat-alat yang dapat membantu mereka dalam mengenyam
proses pendidikan usia dini.
Observasi di lapangan menunjukkan bahwa ruang kelas TK belum
dilengkapai dengan alat-alat peraga yang memadai begitu juga dengan alat peraga
yang menunjang keterampilan berbahasa anak. TK Wisata Kumara memiliki dua
buah ruang kelas dan TK Kumara Kerti memiliki tiga buah ruang kelas. Setiap ruang
kelas hanya dilengkapi dengan beberapa buah meja dan kursi, sebuah lemari, sebuah
meja guru, sebuah papan tulis dan poster-poster dari kertas yang ditempel di dinding
kelas seperti yang terlihat pada gambar 01 dan 02.
9
Gambar 1.1 Anak-Anak TK Wisata Kumara
Gambar 1.2 Ruang Kelas dengan Alat peraga yang Terbatas
10
Ironisnya, Desa Kalibukbuk dan Desa Anturan adalah desa-desa yang terkenal
dengan daerah pariwisata pantainya yang cukup terkenal, yaitu kawasan wisata
Lovina. Di daerah wisata ini terdapat berbagai hotel dan restoran yang memiliki
berbagai limbah pariwisata, misalnya berupa majalah-majalah bekas yang sering
ditinggalkan wisatawan setelah selesai dibaca, brosur-brosur yang sudah tidak
terpakai, koran-koran baik yang internasional maupun lokal serta barang-barang
bekas lain baik berupa botol plastik yang berwarna warni, kaleng-kaleng dari
berbagai merek serta kardus-kardus bekas pembungkus barang bahkan pakaian bekas
yang begitu saja dionggokkan oleh para wisatawan di tong sampah dengan alasan
sudah aus atau karena para wisatawan tersebut ingin mengurangi beban kopernya
yang sering sudah dipenuhi dengan barang-barang souvenir yang telah dibeli di
daerah wisata.
Tragisnya, barang-barang bekas tersebut masih layak pakai dan sering
memiliki kualitas yang baik namun dibuang begitu saja. Barang-barang bekas layak
pakai tersebut sebenarnya bisa dimanfaatkan sebagai bahan dasar untuk membuat alat
alat peraga bahasa yang dapat membantu anak dalam meningkatkan keterampilan
berbahasa mereka. Berbagai majalah bekas yang ditinggalkan oleh para wisatawan
sangat bervariasi dan sering dipenuhi dengan foto-foto objek yang sangat menarik.
Ambillah satu contoh majalah yang berhubungan dengan olah raga air seperti
menyelam. Jenis majalah ini memuat berbagai foto kekayaan flora dan fauna alam
bawah laut. Majalah lain, misalnya yang berhubungan dengan budaya yang sering
memuat temapat-tempat bersejarah atau foto-foto warisan sebuah budaya, sangat
disayangkan jika nasib dari majalah-majalah bekas tersebut terangkut bersama mobil
dinas pekerjaan umum pengangkut sampah. Selama ini belum disadari oleh pihak
pengelola TK desa setempat untuk memanfaatkan barang bekas layak pakai yang
dihasilkan pelaku pariwisata sebagai alat peraga atau media pembelajaran yang
menunjang proses pendidikan dan bermain anak.
11
Memang saat ini seiring dengan berkembangnya pendidikan anak usia dini
berbagai alat peraga dan media pembelajaran yang dapat membantu proses
pendidikan di TK sudah banyak yang diproduksi produsen apalagi di kota-kota besar.
Namun untuk sebuah TK yang hanya dikelola oleh sekumpulan ibu-ibu PKK di desa
Kalibukbuk dan desa Anturan dengan dana yang dialokasikan untuk alat dengan
jumlah yang sangat terbatas, alat-alat peraga tersebut cucup mahal untuk mereka
jangkau. Di samping itu, lokasi TK tersebut berada dengan jarak 10 km dari kota
terdekat, yaitu Singaraja. Sementara di kota Singaraja hanya terdapat dua buah toko
buku yang lebih mengutamakan untuk menjual buku-buku pelajaran untuk anak SD,
SMP, dan SMA. Toko-toko buku tersebut jarang menyediakan alat-alat peraga yang
dapat digunakan anak usia dini dalam mengembangkan kreatifitas mereka. Untuk
mendapatkan alat-alat peraga yang beraneka ragam, guru-guru TK harus mencarinya
di pusat kota Denpasar yang berjarak sekitar 80 km dari Singaraja. Selain itu, pun jika
para guru berkeinginan untuk ke Denpasar untuk membeli alat-alat peraga tersebut,
dana yang mereka miliki sebagian besar akan habis untuk transportasi yang juga
jatuhnya cukup mahal. Dengan kenyataan itu, alat-alat peraga bisa dibuat sendiri oleh
para guru dengan memanfaatkan limbah pariwisata yang sering masih memiliki
kualitas yang baik dan layak pakai.
1.2 Identifikasi dan Perumusah Masalah
Setelah dilakukan pertemuan dan diskusi antara pihak TK Kumara Kerti dan TK
Wisata Kumara dengan tim dari Undiksha, maka diidentifikasi beberapa
permasalahan yang dihadapi oleh guru-guru TK di desa Kalibukbuk dan Anturan,
yaitu:
1. Minimnya alat peraga/media pembelajaran yang dapat menunjang
keterampilan berbahasa anak.
12
2. Satu-satunya media yang digunakan oleh guru untuk menunjang
keterampilan berbahasa anak adalah buku LKS PIKO Junior yang
diterima anak setiap bulan.
3. Alat peraga yang dimiliki TK tidak beragam mengakibatkan timbulnya
rasa kebosanan anak, sementara konsentrasi anak dalam melakukan
sesuatu kegiatan sangat terbatas.
4. Ketidakcukupan alat peraga bahasa yang dimiliki karena terbatasnya dana
yang mereka miliki untuk membeli alat-alat.
5. Jauhnya lokasi TK dari pusat kota tempat alat-alat peraga tersebut
diperjual belikan. Di samping itu, mereka tidak memilki alat transportasi
yang memadai sehingga biaya perjalanan untuk TK untuk membeli alat
juga sangat mahal.
6. Biaya belanja alat untuk anak sangat terbatas, yaitu Rp 120.000,- pertahun
peranak, yang berarti setiap anak hanya memiliki biaya untuk alat Rp
10.000,- perbulan. Itupun sudah dikurangi Rp 5.000,- perbulan untuk
membeli majalah LKS PIKO Junior.
7. TK di kedua desa tersebut untuk membuat alat peraga sendiri belum
memiliki alat-alat dan bahan baku, namun ini tidak akan menjadi masalah
karena akan dibantu oleh tim dari Universitas pendidikan Ganesha baik
dengan menjalin kerjasama untuk mendapatkan barang bekas dari pihak
pelaku pariwisata di kawasan wisata Lovina ataupun dibelikan dari dana
P2M.
Perumusan masalah dari Kegiatan P2M ini adalah sebagai berikut:
a. Upaya apakah yang dapat dilaksanakan untuk meningkatkan kuantitas alat
peraga bahasa kelompok Taman Kanak-Kanak Wisata Kumara dana Kumara
Kerti?
b. Upaya apakah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan variasi atau
keberagaman alat peraga bahasa yang dimiliki TK-TK tersebut?
13
c. Apakah alat-alat peraga bahasa yang dihasilkan dapat membantu guru dalam
upaya pencapaian standar perkembangan bahasa anak?
1.3 Tujuan Kegiatan
Adapun tujuan darai pelaksanaan kegiatan P2M ini adalah:
a. Untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas alat peraga bahasa kelompok
Taman Kanak-Kanak Wisata Kumara dana Kumara Kerti.
b. Untuk meningkatkan variasi atau keberagaman alat peraga bahasa yang
dimiliki TK-TK tersebut.
c. Untuk membantu guru dalam upaya pencapaian standar perkembangan bahasa
anak melalui alat peraga bahasa yang memadai.
1.4 Manfaat Kegiatan
Kegiatatan pengabdian pada masyarakat ini sangat bermanfaat bagi anak, guru
maupun masyarakat sekitarnya.
a. Anak usia dini yang belajar dapat menggunakan berbagai alat peraga bahasa
yang dihasilkan untuk mengatasi rasa kebosanan mereka baik dalam bermain,
berkreativitas maupun dalam mengasah keterampilan psikomotor, reseptif
serta keterampilan berbahasa mereka.
b. Guru-guru memiliki alat peraga yang bervariasi sehingga mereka dapat
menerapkan ide-ide mereka dengan kegiatan yang beragam.
c. Dengan adanya alat peraga bahasa yang bervariasi, guru akan terbantu dalam
upaya mencapai standar pencapaikan perkemabangan anak khususnya
perkembangan bahasa anak.
d. Masyarakat desa yang menitipkan anaknya di TK-TK tersebut juga mendapat
manfaat secara psikologi karena merasa nyaman dengan difasilitasinya
kegiatan belajar anak-anak mereka.
14
e. Pemerintah desa khususnya ibu-ibu PKK akan sangat terbantu dengan adanya
bantuan pelatihan dalam pembuatan alat-alat peraga bagi TK yang mereka
kelola.
1.5 Khalayak Sasaran Strategis
Masyarakat sasaran dalam pengabdian pada masyarakat ini adalah guru-guru TK
Kumara Kerti di Desa Anturan dan guru-guru TK Wisata Kumara di Desa
Kalibukbuk. Jumlah semua guru yang akan terlibat adalah 12 orang termasuk dua
orang kepala sekolah. Daftar nama-nama guru yang akan terlibat dalam kegiatan
pelatihan ini tercantum dalam Tabel 01.
Tabel 01. Daftar Nama Peserta Pelatihan Pembuatan Alat Peraga Bahasa
No Nama Jenis
Kelamin
Tk/PAUD
1 Ni Nyoman Kametri Jnani,A.Ma. perempuan Tk/PAUD Wisata Kumara
2 Luh Putu Meidha Pradini perempuan Tk/PAUD Wisata Kumara
3 Ni Nyoman Sri Antari perempuan Tk/PAUD Wisata Kumara
4 Ni Made Sri Budiartini perempuan Tk/PAUDWisata Kumara
5 Luh Winda Krisdayani perempuan Tk/PAUD Wisata Kumara
6 Ni Wayan Satri perempuan Tk/PAUD Kumara Kerti
7 Ni Wayan Sarmin perempuan Tk/PAUD Kumara Kerti
8 Komang Erni Yastari perempuan Tk/PAUD Kumara Kerti
9 Ketut Yeni Indrawati perempuan Tk/PAUD Kumara Kerti
10 Ni Ketut Hartini Utami perempuan Tk/PAUD Kumara Kerti
11 Kadek Dwi Jayantini perempuan Tk/PAUD Kumara Kerti
12 Luh Putu Heni Wijayanti perempuan Tk/PAUD Kumara Kerti
13 Dyah Harmoni perempuan Tk/PAUD Kumara Kerti
14 Luh Putu Suciartini perempuan Tk/PAUD Kumara Kerti
15
BAB II
METODE PELAKSANAAN
2.1 Kerangka Pemecahan Masalah
Dalam kegiatan pengabdian ini, masalah yang akan ditangani adalah kurangnya
alat peraga bahasa/media pembelajaran dengan membuat/menciptakan alat peraga
dengan memanfaatkan barang bekas dari sisa kegiatan pariwisata. Masalah ini dapat
diatasi dengan memberikan pelatihan bagi guru-guru TK yang seluruhnya berjumlah
12 orang. Alat-alat peraga yang dapat dibuat dari barang bekas yang terkumpul
adalah Panel Teksipel, flash cards, kartu memori, „buku berbincang‟ dan poster-
poster pembelajaran.
Pelatihan ini sangat mungkin untuk dilakukan karena: (1) bahan baku berupa
barang bekas dengan kualitas yang masih baik sangat berkelimpahan dan mudah
didapat, hanya diperlukan pendekatan dan kerjasama dengan pihak pelaku pariwisata
seperti hotel, restoran, dive center dll., (2) pelatih/instruktur adalah dosen-dosen dari
fakultas bahasa dan seni Universitas pendidikan Ganesha, (3) pembuatan alat peraga
bahasa/media pembelajaran ini bukan termasuk kegiatan yang padat modal karena
sebagaian besar memanfaatkan barang-barang bekas yang mudah didapat, (4) Alat
peraga/media pembelajaran yang dihasilkan sangat menunjang pendidikan anak usia
dini dan mengingkatkan kreativitas para guru dalam membimbing anak.
16
Kerangka rancangan pemecahan masalah dapar terlihat dalam Gambar 03.
Gambar 03. Kerangka Pemecahan Masalah
Rencana pemecahan masalah yang dibuat dalam pelatihan ini secara rinci adalah:
a. Instruktur bersama-sama dengan guru TK menghubungi pihak pelaku
pariwisata pemilik hotel, restoran, dive center, SPA untuk mendapatkan
Lokasi TK di daerah
pariwisata
Minimnya Alat peraga
bahasa di TK Kumara
Kerti dan TK Wisata
Kumara
Upaya peningkatan kuantitas dan
variasi alat peraga bahasa untuk
membantu pencapaian standar
perkembangan bahasa anak
Limbah/barang bekas
layak pakai
P2M : Pelatihan pembuatan alat
peraga bahasa berupa panel
teksipel, kartu memori, flash
cards, buku berbincang dan
poster
a. Peningkatan kuantitas alat peraga bahasa
b. Peningkatan variasi alat peraga bahasa
c. Terbantunya guru dalam mencapai standar pencapaian perkembangan
melalui penggunaan alat peraga yang dihasilkan
17
barang bekas yang masih memiliki kualitas yang baik seperti majalah, koran
brosur bekas, botol, dan kardus.
b. Barang-barang yang terkumpul diklasifikasikan, gambar-gambar yang
terdapat dalam koran, brosur dan majalah dikumpulkan berdasarkan empat
tema besar, yaitu flora, fauna, alam benda, dan manusia.
c. Pelatihan membuat Panel Teksipel (flanel board). Untuk membuat panel
teksipel diperlukan papan dari triplek. Papan dibungkus dengan kain flanel.
Gambar-gambar yang telah digunting di belakangnya diperkuat dengan
guntingan kardus yang dilekati dengan guntingan kertas amplas. Kertas
amplas ini berfungsi untuk merekatkan gambar ke papan yang telah
dibungkus dengan kain flannel sehingga berbagai gambar bisa dipasang dan
dibuka lagi.
d. Pelatihan pembuatan Flash cards (kartu bergambar) dibuat dengan berbagai
ukuran sesuai dengan gambar yang diperoleh dari majalah atau Koran bekas.
Misalnya satu set kartu dibuat dengan topik alat-alat transportasi. Setiap alat
transportasi yang ditemukan digunting, ditempel ke kertas kardus lalu
dibungkus dengan plastik bening. Berbagai kartu dengan bergaia topik bisa
dibuat.
e. Pelatihan pembuatan Kartu memori. Kartu memori dibuat dengan membuat
sepasang kartu yang memiliki gambar yang mirip atau identis. Kartu juga
dibuat dari gambar yang diperkuat belakangnya dengan kertas kardus bekas.
Dengan kartu ini anak bisa memasangkan kartu atau mencari pasangan kartu
untuk melatih daya ingat serta kemampuan kognitif mereka.
f. Pelatihan membuat „buku berbincang‟. Disebut „buku berbincang‟ karena
dengan buku ini anak-anak bisa diajak bercakap-cakap oleh guru. Buku ini
dibuat dengan bahan dasar kertas manila berwarna putih yang gigunting dan
dibentuk seperti buku dengan ukuran 25 cm x 20 cm. Setiap halaman ditempel
berbagai macam gambar dengan karakteristik tertentu. Misalnya dalam satu
18
halaman ada enam buah gambar. Beberapa dari gambar tersebut sengaja
ditempel dengan posisi terbalik. Dengan halaman tersebut guru bisa bertanya
kepada murid “Coba sebutkan gambar apa yang terbalik?” Dihalaman lain
bisa disusun gambar-gambar dari yang berukuran kecil sampai besar. Dengan
halaman ini, guru bisa bertanya kepada murid “ Benda apa yang paling kecil
atau yang paling besar?” Anak juga bisa menggunakan buku tersebut secara
berpasangan, saling bertanya dan menjawab.
g. Pelatihan membuat poster-poster dengan topik tertentu. Misalnya poster
tentang anggota keluarga, yaitu membuat pohon keluarga, peta sebuah desa
atau kota dengan bangunan-bangunan yang ada. Dengan peta tersebut anak
bisa diajarkan tentang arah dan bagaimana caranya pergi ke suatu tempat.
2.2 Metode Pelaksanaan Kegiatan
Metode/pendekatan yang ditawarkan untuk membantu guru-guru TK dalam
meningkatkan keterampilan berbahasa anak adalah dengan memberikan pelatihan
untuk membuat/menciptakan alat peraga bahasa/media pembelajaran secara mandiri.
Dalam membuat alat-alat peraga tersebut yang terbuat dari barang bekas, instruktur
terdiri dari dosen-dosen dari fakultas bahasa dan seni serta. Proses pembuatan alat
peraga tersebut diharapkan juga dapat meningkatkan kreativitas guru dan wawasan
bahwa alat peraga tidak selalu harus dibeli namun juga dapat memanfaatkan barang
bekas yang sering terdapat di lingkungan tempat tinggal terlebih lagi di lingkungan
pariwisata seperti lingkungan tempat kedudukan TK Wisata Kumara dan TK Kumara
Kerti.
Adapun metode pelaksanaa kegiatan dirancang dengan sistematis melalui
beberapa tahapan berikut:
a. Tahap Persiapan
Dalam tahap persiapan ini yang dilakukan adalah:
19
1) Persiapan administrasi
2) Koordinasi dengan mitra/masyarakat sasaran
3) Koordinasi dengan pelaku pariwisata
4) Observasi terhadap kondidi fisik, sarana dan prasarana TK
5) Penyiapan materi pelatihan, alat dan bahan habis pakai
6) Koleksi barang bekas layak pakai sebagai bahan baku pembuatan alat
peraga
7) Penyusunan jadwal pelatihan
b. Tahap Implementasi
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah:
1) Sosialisasi pembuatan alat peraga bahasa dengan menggunakan
barang/limbah bekas layak pakai
2) Pelatihan pembuatan alat peraga bahasa
c. Tahap Monitoring
Pada Tahap monitoring kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan
pengawasan/peninjauan ke TK Kumara Kerti dan TK wisata Kumara di Desa
Anturan dan Desa Kalibukbuk. Menemui para guru apakah pelatihan pembuatan alat
peraga bahasa diimplementasikan dan mencari tahu kendala yang mungkin dihadapi
dalam pembuatan alat-alat peraga tersebut.
d. Tahap Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk menilai kebermanfaatan produk kegiatan bagi guru-
guru TK Kumara Kerti dan TK Wisata Kumara. Evaluasi juga dilaksanakan untuk
melihat apakah alat-alat peraga yang dihasilkan dapat membantu anak dalam
20
meningkatkan keterampilan berbahasa mereka. Pada Tahap evaluasi juga akan dicari
solusi atas kendala yang mungkin dihadapi.
2.3 Rancangan Evaluasi
Adapun rancangan evaluasi kegiatan dapat dilihat dalam Tabel 02.
Tabel 02. Rancangan Evaluasi Kegiatan
Aspek yang
Dievaluasi
Data yang
Dikumpulkan
Instrumen
Pengumpulan Data
Kriteria
Keberhasilan
1. Proses a. Kehadiran peserta absensi peserta awal minimal 75%
peserta hadir
b. Aktivitas peserta
dalam kegiatan
Absensi peserta tiap sesi
kegiatan
Mininal 75%
peserta hadir
mengikuti acara
secara penuh
2. Produk a. Peningkatan
kuantitas alat peraga
bahasa
check list Minimal dari setiap
TK terbuat 5 jenis
alat peraga yang
dilatih
b.
Variasi/keberagaman
alat peraga yang
dihasilkan
check list Dari kelima alat
peraga yang dilatih,
dari masing-masing
jenis, minimal ada
dua macam alat
peraga yang
dihasilkan
c. Pencapaian standar
pencapaian
perkembangan bahasa
anak dengan bantuan
alat peraga yang
dihasilkan
questionaire alat peraga dapat
membantu
perkembangan
bahasa anak
21
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Pelaksanaan P2M di TK Kumara Kerti dan TK Wisata Kumara
Kegiatan pengabdian pada masyarakat yang dikemas dalam bentuk pelatihan
pembuatan alat peraga bahasa dengan memanfaatkan barang bekas layak pakai di TK
Wisata Kumara yang berkedudukan di Desa Kalibukbuk dan TK Kumara Kerti di
Desa Anturan, Kecamatan Buleleng telah dilaksanakan pada Bulan September 2013.
Pada pelaksanaan kegiatan tersebut, jumlah peserta yang hadir adalah 14 orang yang
terdiri dari kepala Taman Kanak-kanak beserta guru-guru di kedua TK tersebut.
Dalam pelaksanaan P2M, panitia juga dibantu oleh 4 (empat) orang mahasiswa
Jurusan Bahasa inggris Diploma-3.
Kegiatan diawali dengan pemaparan tujuan kegiatan serta manfaat kegiatan
dilaksanakan baik untuk Tk, guru-guru maupun anak-anak yang belajar di TK-Tk
tersebut. Paparan kegiatan disampaikan oleh ketua panitia.
Gambar 3.1. Pemaparan Kegiatan P2M oleh Ketua Panitia
22
Pelatihan pertama yang dilakukan adalah pelatihan pembuatan alat peraga
bahasa berupa pembuatan “Buku Berbincang”. Buku berbincang adalah buku yang
disusun dengan menggunakan gambar-gambar yang diperoleh dari guntingan koran
atau majalah yang diklasifikasi menjadi tema-tema tau topik-topik tertentu. Setiap
gambar dilengkapi dengan teks-teks singkat yang bertujuan untuk menggali informasi
dari para siswa TK. Misalnya, dalam topik “ Cita-Cita” ada gambar-gambar yang
berisi jenis-jenis pekerjaan. Dalam setiap gambar pekerjaan ada teks yang berisi
kalimat-kalimat sederhana, misalnya “Siapa ingin jadi Pilot?” atau “Kalau sudah
besar, kalian ingin jadi apa?” Teks-teks tersebut ditujukan untuk membantu guru
untuk mengembangkan komunikasi dengan siswa melalui media gambar.
Gambar 3.2 Penjelasan kepada Peserta tentang Kegiatan Pembuatan Buku
Berbincang
Gambar dan teks dicetak dan ditempel dalam kerta ukuran F4 yang kemudian
dimasukkan ke dalam map yang memiliki folder plastik. Map ini sangat praktis untuk
digunakan karena berbentuk seperti buku. Bungkus plastik didalamnya dapat
melindungi kertas sehingga tidak mudah rusak dan tahan lama.
23
Gambar 3.3 Buku Berbincang yang Dibuat dari Guntingan Koran atau
Majalah Bekas
Beberapa tema yang dibuat dalam buku berbincang adalah “Cita-Citaku”,
“Alat Transportasi”, “Ayo Berlibur”, “Olah raga” dan “makanan Kesukaan”. Tema-
tema yang dipilih adalah tema-tema yang lekat dengan kehidupan dan lingkungan
anak . Hal ini bertujuan agar anak dapat memahami isi buku dengan mudah. Buku
yang dihasilkan tidak dirancang agar anak bisa membaca buku tersebut, namun
dirancang untuk menjalin komunikasi yang interaktif antara guru dan anak dan
sesama anak.
24
Gambar 3.4 Salah Satu Buku yang dibuat dengan Topik Transportasi
Pelatihan kedua yang dilaksanakan adalah pelatihan pembuatan kartu memori.
Kartu memori merupakan salah satu alat peraga yang dapat digunakan baik untuk
mengasah memori anak maupun keterampilan berbahasa. Kartu memori yang dibuat
terdiri dari pasangan-pasangan gambar yang berukuran bujur sangkar dibuat dengan
ukuran 4 x 4 cm. Dengan kartu memori anak bisa bermain dan belajar. Pelatih juga
menjelaskan cara penggunaan kartu memori. Kartu-kartu yang telah dibuat
disebarkan di atas meja dengan posisi terbalik atau posisi gambar mengarah ke meja
sehingga gambar tidak kelihatan oleh anak-anak yang bermain. Anak-anak duduk
melingkar dan masing-masing anak mendapatkan kesempatan untuk mencari
pasangan kartu secara bergiliran dengan cara mencoba membuka satu pasang kartu.
Jika mereka tidak menemukan pasangan gambar yang sama, maka mereka harus
meletakkan kartu tersebut kembali ke posisi semula. Juika mereka berhasil
menemukan pasangan kartu, mereka berhak untuk mengambil pasangan kartu
25
tersebut. Pemenangnya adalah anak yang berhasil mendapatkan pasangan kartu
paling banyak.
Gambar 3.5 pelatih menunjukkan contoh-contoh kartu memori
Gambar 3.6 Penjelasan Cara-Cara Penggunaan Kartu Memori
26
Kartu-kartu memori yang dibuat juga dilaminating. Hal ini bertujuan agar
kart-kartu yang dihasilkan bisa bertahan lama dapat digunakan berulang-ulang tanpa
khawatir kartu tersebut akan rusak dengan cepat.
Dalam pelaksanaan P2M ini, instruktur atau pelatih juga memberikan materi-
materi tambahan yang dapat digunakan oleh guru sebagai bahan ajar dalam
pembelajaran bahasa. Para guru TK sangat antusias mengikuti pelatihan dan semua
guru mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.
Gambar 3.7 Penjelasan Materi Tambahan oleh Instruktur
Pelaksanaan P2M ini juga melibatkan beberapa orang mahasiswa. Beberapa
mahasiswa yang dilibatkan dalam pelaksanaan P2M ini merupakan mahasiswa yang
berasal dari Jurusan Bahasa Inggris Diploma 3. Pelibatan mahasiswa bertujuan untuk
memperkenalkan kepada mahasiswa tentang salah satu jenis kegiatan pengabdian
27
pada masyarakat yang dapat dilaksanakan di luar kampus. Hal ini diharapkan untuk
memberikan ide-ide segar kepada mahasiswa untuk mendorong mahasiswa memiliki
kreativitas dalam menulis khususnya dalam penulisan sebuah kegiatan ilmiah.
Gambar 3.8 Pelibatan Mahasiswa dalam pelaksanaan P2M
Di samping memperkenalkan kepada mahasiswa tentang kegiatan-kegiatan
ilmiah yang dapat dilaksanakan di luar kampus, pelibatan mahasiswa juga dapat
mengurangi beban pelatih dalam pelaksanaan kegiatan. Kontribusi mahasiswa sangat
besar karena mereka sangat membantu baik dalam persiapan pelaksanaan kegiatan
maupun dalam pelksanaan kegiatan atau selama kegiatan berlangsung. Salah satu
contoh, mereka mendampingi guru ketika pelatihan berlangsung serta
mempersiapkan konsumsi baik bagi panitia maupun peserta pelatihan.
28
Gambar 3.9 Peserta dan Instruktur Istirahat Makan Siang
Dalam kegiatan pengabdian pada masyarakat ini, alat peraga yang dihasilkan
baru berupa buku berbincang dan kartu memori. Sementara panek teksibel, flash
cards dan poster belum terealisasi. Alat peraga bahasa yang belum sempat
terselesaikan dalam kegiatan ini diharapkan akan bisa terlaksana pada program
pengabdian pada masyarakat yang akan datang.
29
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Kegiatan P2M yang dilaksanakan di TK Kumara Kerti dan TK Wisata
Kumara yang masing-masing berkedudukan di Desa Anturan dan Desa Kalibukbuk
merupakan sebuah kegiatan yang berusaha memanfaatkan penggunaan barang bekas
sebagai alat peraga bahasa. Kegiatan telah dilaksanakan pada bulan September 2013
dengan format pelaksanaan menggunakan format pelatihan. Dalam kegiatan tersebut,
alat peraga bahasa yang dihasilkan, yaitu “Buku Berbincang” dan kartu-kartu
memori. Masing-masing TK menghasilkan satu buah produk buku berbincang dan
satu set kartu memori yang terdiri dari 40 pasang kartu.
4.2 Saran
Beberapa alat pegara yang direncanakan belum dapat terealisasi dalam
program ini. Saran yang bisa kami sampaikan adalah semoga melalui program sejenis
alat-alat peraga lain seperti flash cards, panel teksibel dan poster dalam dibuat baik
oleh tim maupun tim pelaksana lain atau mahasiswa.
30
31
32
33
34
35
36
Daftar Pustaka
Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Felicia, Nadia. 2011. Mengapa Pendidikan Anak Usia Dini Penting?
http://female.kompas.com. Diunduh (25 Agustus 2012)
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009
Taylor, Insup. 1990. Psycholinguistiks: Learning and Using Language. Englewood
Cliffts: Prentice-Hall.Inc.
37
38