7/12/2019 LAPORAN DISKUSI TUTORIAL21
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-diskusi-tutorial21 1/48
0
LAPORAN DISKUSI TUTORIAL
SKENARIO 3 “NYERI PERUT HEBAT”
BLOK X
Tutor : dr. Dina
Pertemuan 1 (26 Maret 2012)
Pertemuan 2 (29 Maret 2012)
Kelompok 5 :
Moderator : Yosyana Eka Silvia P H2A008046
Sekretaris : Oktavia Candra Utami H2A010038
Anggota : Amalia Isnaini H2A010003
Dienia Nop Ramliana H2A010010
Eka Budhiarti H2A010014
Gananda Laksa H2A010021
Lourensya Berta Joharlina H2A010030
M. Fahmi Arfai H2A010034
Prinanda Putra Hendri W H2A010041Yuli Solihati H2A010050
Andika Retno Ayuni H2A008005
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
FAKULTAS KEDOKTERAN
S1 PENDIDIKAN DOKTER UMUM
2012/ 2013
7/12/2019 LAPORAN DISKUSI TUTORIAL21
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-diskusi-tutorial21 2/48
1
SKENARIO 3
Nyeri Perut Hebat
Seorang laki-laki umur 24 tahun dibawa ke Rumah Sakit oleh teman kosnya
karena nyeri perut hebat disertai panas tinggi. Dua minggu yang lalu sudah
berobat ke puskesmas dengan keluhan demam yang naik turun tetapi tidak ada
perbaikan. Laki-laki tersebut tidak bisa BAB selama 5 hari, muntah dan sakit
kepala. Dari pemeriksaan fisik dengan posisi Supine ditemukan nyeri tekan
seluruh lapangan abdomen, perut tampak tegang, adanya nyeri lepas, bising usus
menurun sampai hilang. Dari pemeriksaan laboratorium ditemukan leukopenia.
Dokter juga melakukan pemeriksaan penunjang lain dan segera memprogramkan
operasi Cito.
Pertemuan ke-1, 26 Maret 2012
STEP 1à IDENTIFIKASI KATA- KATA SULIT
1. Posisi supine : Posisi berbaring terlentang
2. Lekopeni : Penurunan jumlah leukosit dalam darah (<5000 sel/mm3)
3. Bising usus : Suara yang terdengar saat usus berperistaltik. Normalnya
usus berperistaltik tiap menit: 5-35x/ menit.
4. Nyeri tekan seluruh lapangan abdomen :
5. Nyeri lepas : nyeri yang terus saat tangan menekan perut dan tiba-tiba
dilepaskan, biasanya terdapat pada gejala peritonitis.
6. Operasi cito : operasi yang segera dilakukan atau dadakkan, berindikasi
adanya benda asing, infeksi dan kegawat daruratan abdomen.
STEP 2à IDENTIFIKASI MASALAH
1. Mengapa laki-laki tersebut mengalami nyeri perut disertai panas tinggi?
2. Mengapa laki-laki tersebut sudah berobat tapi keluhannya yaitu demam naik
turun tidak ada perbaikan?
3. Mengapa laki-laki tersebut tidak bisa BAB selama 5 hari,muntah dan sakit
kepala?
7/12/2019 LAPORAN DISKUSI TUTORIAL21
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-diskusi-tutorial21 3/48
2
4. Mengapa pada pemeriksaan fisik dengan posisi supine ditemukan nyeri
tekan seluruh lapangan abdomen,perut tampak tegang,adanya nyeri
lepas,bising usus menurun sampai hilang?
5. Mengapa pada pemeriksaan laboratorium ditemukan leukopeni?
6. Mengapa Dokter segera melakukan operasi cito dan melakukan
pemeriksaan penunjang?
STEP 3à KLASIFIKASI MASALAH
1. Nyeri dan Panas Tinggi
Nyeri
• Nyeri adalah sensori subjektif dan emosional yang tidak
menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan
(menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan)
• 3 jenis stimulasi yang merangsang reseptor rasa nyeri:
1) Rangsangan mekanis
2) Rangsangan suhu
3) Rangsangan kimiawi yaitu zat kimia seperti bradikinin,
serotinin, histamin ion kalium, asam asetilkolin, termasu
prostaglandin dan substansi P.
Rangsangan mekanis + rangsangan suhu à menimbulkan nyeri
lambat.
Rangsangan mekanis + rangsangan suhu + rangsangan kimiawi à
menimbulkan nyeri cepat.
• 3 komponen fisiologi nyeri:
1) Resepsi à proses perjalanan nyeri
2) Persepsi àkeadaan seseorang terhadap nyeri
3) Reaksi àrespon fisiologis dan perilaku setelah
mempersepsikan nyeri
− Resepsi
Adanya stimulus yang mengenai tubuh (mekanik, suhu,
kimiawi) menyebabkan pelepasan substansi kimia seperti
histamin, bradikinin, dan kalium. Substansi tersebut
7/12/2019 LAPORAN DISKUSI TUTORIAL21
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-diskusi-tutorial21 4/48
3
menyebabkan nosiseptor bereaksi. Apabila nosiseptor mencapai
ambang nyeri akan timbul impuls saraf yang akan dibawa oleh
serabut saraf perifer. Seranut saraf yang akan membawa impuls
saraf ada 2 jenis yaitu serabut saraf A- delta, dan serabut C.
Impuls saraf akan dibawa sepanjang serabut saraf sampai ke
kornu dorsalis medula spinalis. Impuls saraf tersebut akan
menyebabkan kornu dorsalis medula spinalis melepaskan
neurotransmiter (substansi P). Substansi P menyebabkan
transmisi sinapsis dari saraf perifer ke saraf traktus
spinotalamus. Hal ini memungkinkan impuls saraf
ditransmisikan lebih jauh kedalam sistem saraf pusat. Setelah
impuls saraf sampai ke otak à otak mengolah impuls saraf à
timbul respon reflek protektif.
Tipe serabut saraf perifer
Serabut saraf A- delta Serabut saraf C
Serabut bermyelin Serabut tidak bermyelin
Diameternya besar Diameternya kecil
Mengirim impuls secara cepat Mengirim impuls secara lambat
− Persepsi
Merupakan titik kesadaran seseorang terhadap nyeri.
Stimulus nyeri ditransmisikan ke medulla spinalis naik ke
talamus à serabut mentransmisikan nyeri keseluruh bagian otak
termasuk area limbik (area yang mengandung sel- sel yang bisa
mengontrol emosi) à area limbik yang akan berperan dalam
memproses reaksi emosi terhadap nyeri. Setelah tranmisi saraf
berakhir dipusat otak maka individu akan mempersepsikan
nyeri.
− Reaksi
7/12/2019 LAPORAN DISKUSI TUTORIAL21
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-diskusi-tutorial21 5/48
4
Impuls nyeri ditransmisikan ke medulla spinalis à batang otak
dan talamus à sistem saraf otonom terstimulasi, saraf simpatis
dan parasimpatis bereaksi à timbul respon fisiologis dan
perilaku.
• Sifat nyeri berdasarkan letak atau penyebabnya
1) Nyeri Alih
Terjadi bila satu segmen persyarafan melayani lebih dari 1 daerah,
misal:
§ Rangsangan pada diafragma oleh radang/ perdarahan à nyeri di
bahu.
§ Kolesistisis akut à di daerah ujung belikat.
2) Nyeri Radiasi
Adalah nyeri yang menyebar didalam sistem/ jalur anatomi yang
sama. Misal:
§ Koliik ureter/ pielum ginjal bisa dirasakan sampai ke alat
kelamin luar. Kadang sulit dibedakan dengan nyeri alih.
3) Nyeri Proyeksi
Adalah nyeri yang disebabkan oleh rangsangan sensorik akibat
cedera atau peradangan syaraf. Misal:
§ Nyeri fentom (fentome: hantu) setelah amputasi.
§ Nyeri perifer setempat pada herpes zoster.
4) Nyeri Kontinyu
Akibat dari rangsangan peritonium parietal, akan dirasakan terus
menerus, khas oleh karena proses inflamasi/ infeksi. Misal:
§ Pada peritonitis à nyeri tekan setempat
Dinding perut otot- ototnya menunjukkan defans muskuler
secara secara reflek untuk melindungi bagian yang meradang
dan menghindari dari gerakan/ tekanan setempat.
5) Nyeri kolik
7/12/2019 LAPORAN DISKUSI TUTORIAL21
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-diskusi-tutorial21 6/48
5
Adalah nyeri viscera akibat spasme atau hiperperistaltik otot polos
organ berongga dan biasanya karena hambatan pasase (obstruksi)
dalam organ tersebut. Bersifat nyeri tumpul/ dull pain. Nyeri
timbul karena hipoksia. Kontraksi berbeda sehingga nyeri
dirasakan hilang timbul.
Trias kolik:
§ Nyeri perut kumat- kumatan
§ Mual atau muntah
§ Gerak paksa
6) Nyeri iskemik
Disebabkan oleh terganggunya sirkulasi lokal. Nyeri sangat hebat
menetap dan tidak menyurut. Merupakan tanda- tanda dari adanya
jaringan yang terancam nekrosis. Jika dibiarkan lebih lanjutà
intoksikasi umum: takikardi, keadaan umum menurun, dan shock.
Misal:
§ Hernia stangulata
§ Volvulus (usus muntir)
7) Nyeri pindah
Dimana lokasi nyeri berubah sesuai dengan perkembangan
patologis.
Panas tinggi (demam)
• Etiologi:
− Infeksi à infeksi mikroorganisme (virus, bakteri, parasit)
− Non infeksi à kompleks imun, inflamasi (peradangan)
• Patofisiologi
Mikroorganisme à dalam tubuh à berbagai sel darah putih atau
leukosit melepaskan pirogen endogen (zat penyebab demam) à
memicu prostaglandin E2 di hipotalamus anterior à meningkatkan
nilai ambang temperature à demam
7/12/2019 LAPORAN DISKUSI TUTORIAL21
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-diskusi-tutorial21 7/48
6
Pada kasus ini
• Kemungkinan nyerinya yaitu nyeri kolik à ditandai dengan adanya trias
kolik yaitu: nyeri perut kumat- kumatan, mual atau muntah, dan gerak
paksa.
• Sedangkan demamnya kemungkinan disebabkan karena mikroorganisme.
2. Hubungan pengobatan 2 minggu sebelumnya
Ada hubungannya, dikarenakan pada pengobatan demam, dokter
memberikan antipiretik dg obat NSAID yang pada efek sampingnya
mempunyai sifat erosif pada gaster. Sebab NSAID dapat mengiritasi
mukosa pada lambung sehingga lambung mengalami ulkus dan akhirnya
terjadilah perforasi lambung yang akan mengakibatkan terjadinya
peritonitis. Dengan demikian, akan memperberat keadaan pada pasien
tersebut dengan gejala peritonitis.
Tabel 2. Pola demam yang ditemukan pada penyakit pediatrik
Polademam Penyakit
Kontinyu Demam tifoid, malaria falciparum malignan
Remitten Sebagian besar penyakit virus dan bakteri
Intermiten Malaria, limfoma, endokarditis
Hektik atau septik Penyakit Kawasaki, infeksi pyogenik
Quotidian Malaria karena P.vivax
Double quotidian Kala azar, arthritis gonococcal , juvenile rheumathoid
arthritis, beberapa drug fever (contoh karbamazepin)
Relapsing atau periodik Malaria tertiana atau kuartana, brucellosis
Demam rekuren Familial Mediterranean fever
7/12/2019 LAPORAN DISKUSI TUTORIAL21
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-diskusi-tutorial21 8/48
7
Penilaian pola demam meliputi tipe awitan (perlahan-lahan atau tiba-tiba),
variasi derajat suhu selama periode 24 jam dan selama episode kesakitan,
siklus demam, dan respons terapi. Gambaran pola demam klasik meliputi:
• Demam kontinyu (Gambar 1.) atau sustained fever ditandai oleh
peningkatan suhu tubuh yang menetap dengan fluktuasi maksimal 0,4oC
selama periode 24 jam. Fluktuasi diurnal suhu normal biasanya tidak
terjadi atau tidak signifikan.
Gambar 1. Pola demam pada demam tifoid (memperlihatkan
bradikardi relatif)
• Demam remiten ditandai oleh penurunan suhu tiap hari tetapi tidak
mencapai normal dengan fluktuasi melebihi 0,5oC per 24 jam. Pola ini
merupakan tipe demam yang paling sering ditemukan dalam praktek
pediatri dan tidak spesifik untuk penyakit tertentu (Gambar 2.). Variasi
diurnal biasanya terjadi, khususnya bila demam disebabkan oleh proses
infeksi.
Gambar 2. Demam remiten
• Pada demam intermiten suhu kembali normal setiap hari, umumnya
pada pagi hari, dan puncaknya pada siang hari (Gambar 3.). Pola ini
7/12/2019 LAPORAN DISKUSI TUTORIAL21
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-diskusi-tutorial21 9/48
8
merupakan jenis demam terbanyak kedua yang ditemukan di praktek
klinis.
Gambar 3. Demam intermiten
• Demam septik atau hektik terjadi saat demam remiten atau intermiten
menunjukkan perbedaan antara puncak dan titik terendah suhu yang
sangat besar.
• Demam quotidian, disebabkan oleh P. Vivax, ditandai dengan
paroksisme demam yang terjadi setiap hari.
• Demam quotidian ganda (Gambar 4.)memiliki dua puncak dalam 12
jam (siklus 12 jam)
Gambar 4. Demam quotidian
• Undulant fever menggambarkan peningkatan suhu secara perlahan dan
menetap tinggi selama beberapa hari, kemudian secara perlahan turun
menjadi normal.
• Demam lama ( prolonged fever ) menggambarkan satu penyakit dengan
lama demam melebihi yang diharapkan untuk penyakitnya, contohnya >
10 hari untuk infeksi saluran nafas atas.
7/12/2019 LAPORAN DISKUSI TUTORIAL21
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-diskusi-tutorial21 10/48
9
• Demam rekuren adalah demam yang timbul kembali dengan interval
irregular pada satu penyakit yang melibatkan organ yang sama
(contohnya traktus urinarius) atau sistem organ multipel.
• Demam bifasik menunjukkan satu penyakit dengan 2 episode demam
yang berbeda (camelback fever pattern, atau saddleback fever ).
Poliomielitis merupakan contoh klasik dari pola demam ini. Gambaran
bifasik juga khas untuk leptospirosis, demam dengue, demam kuning,
Colorado tick fever , spirillary rat-bite fever (Spirillum minus), dan
African hemorrhagic fever (Marburg, Ebola, dan demam Lassa).
• Relapsing fever dan demam periodik :
o Demam periodik ditandai oleh episode demam berulang dengan
interval regular atau irregular. Tiap episode diikuti satu sampai
beberapa hari, beberapa minggu atau beberapa bulan suhu
normal. Contoh yang dapat dilihat adalah malaria (istilah tertiana
digunakan bila demam terjadi setiap hari ke-3, kuartana bila
demam terjadi setiap hari ke-4) (Gambar 5.)dan brucellosis.
Gambar 5. Pola demam malaria
o Relapsing fever adalah istilah yang biasa dipakai untuk demam
rekuren yang disebabkan oleh sejumlah spesies Borrelia
(Gambar 6.)dan ditularkan oleh kutu (louse-borne RF) atau tick
(tick-borne RF).
7/12/2019 LAPORAN DISKUSI TUTORIAL21
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-diskusi-tutorial21 11/48
10
Gambar 6. Pola demam Borreliosis (pola demam relapsing )
Penyakit ini ditandai oleh demam tinggi mendadak, yang berulang
secara tiba-tiba berlangsung selama 3 – 6 hari, diikuti oleh periode
bebas demam dengan durasi yang hampir sama. Suhu maksimal dapatmencapai 40,6oC pada tick-borne fever dan 39,5oC pada louse-borne.
Gejala penyerta meliputi myalgia, sakit kepala, nyeri perut, dan
perubahan kesadaran. Resolusi tiap episode demam dapat disertai
Jarish-Herxheimer reaction (JHR) selama beberapa jam (6 – 8 jam),
yang umumnya mengikuti pengobatan antibiotik. Reaksi ini
disebabkan oleh pelepasan endotoxin saat organisme dihancurkan oleh
antibiotik. JHR sangat sering ditemukan setelah mengobati pasien
syphillis. Reaksi ini lebih jarang terlihat pada kasus leptospirosis,
Lyme disease, dan brucellosis. Gejala bervariasi dari demam ringan
dan fatigue sampai reaksi anafilaktik full-blown.
o Contoh lain adalah rat-bite fever yang disebabkan oleh Spirillum
minus dan Streptobacillus moniliformis. Riwayat gigitan tikus 1
– 10 minggu sebelum awitan gejala merupakan petunjuk
diagnosis.
o Demam Pel-Ebstein (Gambar 7.), digambarkan oleh Pel dan
Ebstein pada 1887, pada awalnya dipikirkan khas untuk limfoma
Hodgkin (LH). Hanya sedikit pasien dengan penyakit Hodgkin
mengalami pola ini, tetapi bila ada, sugestif untuk LH. Pola
terdiri dari episode rekuren dari demam yang berlangsung 3 – 10
hari, diikuti oleh periode afebril dalam durasi yang serupa.
Penyebab jenis demam ini mungkin berhubungan dengan
destruksi jaringan atau berhubungan dengan anemia hemolitik.
7/12/2019 LAPORAN DISKUSI TUTORIAL21
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-diskusi-tutorial21 12/48
11
Gambar 7. Pola demam penyakit Hodgkin (pola Pel-Ebstein).
3. Tidak bisa BAB selama 5 hari,muntah dan sakit kepala
Tidak bisa BAB selama lima hari
Tidak bisa BAB selama lima hari à Adanya infeksi membuat tubuh
menghasilkan banyak leukosit sehingga terjadi malfungsi GI track, salah
satunya adalah menyebabkan peristaltik menurun atau melemah. Karena
peristaltik yang melemah, penyerapan air pun akan meningkat yang
mengakibatkan feses menjadi padat dan tidak bisa BAB (Konstipasi).
Muntah
Karena adanya rangsang muntah karena peningkatan tekanan intraabdomen
yang menyebabkan kontraksi diafragma kebawah ditambah kontraksi
dinding abdomen sehingga membentuk tekanan intragastrik sampai batas
yang tinggi dan sfingter esofagus bagian bawah relaksasi secara lengkap dan
menyebabkan muntah.
7/12/2019 LAPORAN DISKUSI TUTORIAL21
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-diskusi-tutorial21 13/48
12
Nyeri kepala
Sel- sel neuroendoksin di mukosa saluran cerna atas
Sel EC produksi (serotonim)
Hormon kotekolamin à adrenergi pada otot polos dan epitel kelenjar
Pelepasan serotonin dan adrenergik meningkat
Vasokontriksi pembuluh darah
Aliran darah intrakranial menurun
Iskemik/mekanisme otoregulasi
Nyeri kepala
4. Saat pemeriksaan fisik dengan posisi supine ditemukan nyeri tekan seluruh
lapangan abdomen,perut tampak tegang,adanya nyeri lepas,bising usus
menurun sampai hilang.
• Nyeri tekan karena infeksi yang kontinyu
• Bising usus : karena meningkatan tekanan osmotik dan konstipasi
sehingga dalam auskultasi terdengar bising usus melemah.
• Nyeri tekan : adanya perforasi dan paradangan pada peritoneum
• Nyeri lepas : reflek karena peradangan
• Perut tegang : perut akan terasa tegang karena mekanisme antisipasi
penderita secara tidak sadar untuk menghindari palpasinya yang
menyakinkan atau tegang karena iritasi peritoneum.
5. Pemeriksaan laboratorium ditemukan leukopeni
• Leukopeni : berkurangnya leukosit dalam darah jumlahnya 5.000/mm2
atau kurang.
• Pada demam : leukosit menurun hingga 3000/mm2
7/12/2019 LAPORAN DISKUSI TUTORIAL21
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-diskusi-tutorial21 14/48
13
• Jumlah normal : 4.000/mm2
– 11.000/mm2
• Penyebab:
• Infeksi virus (Dengue Hemorragic fever, Flu Burung)
• Infeksi bskteri (Salmonella Thipy)
• Depresi sumsum tulang
• Keracunan obat
6. Dokter segera melakukan operasi cito dan melakukan pemeriksaan
penunjangOperasi cito
Operasi Cito dilakukan karena terjadinya perforasi usus yang berat à
kegawatdaruratan abdomen à penyebabnya harus dihilangkan segera.
Pada peritonitis segera lakukan laparotomi untuk memperbaiki perforasi.
Pemeriksaan penunjang
• Pemeriksaan laboratorium:
− Darah : Hb,Ht,hitung leukosit dan trombosit
− Urin
− Feses
• Pemeriksaan Rontgen dan endoskopi
Untuk melihat adanya perforasi dalam abdomen
• Foto abdomen
• USG
• Tes Widal
7/12/2019 LAPORAN DISKUSI TUTORIAL21
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-diskusi-tutorial21 15/48
14
STEP 4à SKEMA
Laki-laki 24
Anamnesis :
- Nyeri perut hebat,panas tinggi
- Tidak bisa BAB(5 hari)
- Muntah
- Sakit kepala
- 2 minggu lalu,demam naik
turun tidak sembuh
Penatalaksanaan
Pemeriksaan fisik :
- Nyeri tekan seluruh lapangan abdomen
- Perut tampak tegang
- Nyeri lepas
- Bising usus menurun-hilang
RS
Dx : peritonitis generalisata et causa demam
thypoid
Pemeriksaan penunjang :
- Pemeriksaan lab (darah)à leukopeni
DD :
- peritonitis generalisata et causa demam thypoid
perforasi Appendisitis
- Ileus paralitik et causa appendisitis perforasi
- peritonitis generalisata et causa demam thypoid
7/12/2019 LAPORAN DISKUSI TUTORIAL21
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-diskusi-tutorial21 16/48
15
STEP 5à SASARAN BELAJAR
1. Menjelaskan Demam Thifoid:
a. Definisi
b. Etiologi
c. Faktor resiko
d. Manifestasi klinis
e. Patofisiologi
f. Diagnosis : anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang.
g. Penatalaksanaan:
− Medikamentosa
− Non medikamentosa
h. Komplikasi
i. Prognosis
j. Pencegahan
2. Menjelaskan DD
a. Peritonitis generalisata et causa appendisitis perforasi
b. Ileus paralitik et causa appendisitis
3. AIK
STEP 6à BELAJAR MANDIRI
Pertemuan ke- 2, 29 Maret 2012
STEP 7 à PEMBAHASAN SASARAN BELAJAR
1. DEMAM TYPOID
a. Definisi
Demam tifoid atau enteric fever atau thypus abdominalis adalah suatu
infeksi akut yang terjadi pada usus halus yang disebabkan oleh
Salmonella Typhi.
b. Etiologi
Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi atau Salmonella
paratyphi dari Genus Salmonella. Bakteri ini berbentuk batang, gram
negatif, tidak membentuk spora, motil, berkapsul dan mempunyai
7/12/2019 LAPORAN DISKUSI TUTORIAL21
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-diskusi-tutorial21 17/48
16
flagella (bergerak dengan rambut getar). Bakteri ini dapat hidup sampai
beberapa minggu di alam bebas seperti di dalam air, es, sampah dan
debu. Bakteri ini dapat mati dengan pemanasan (suhu 600C) selama 15 –
20 menit.
Salmonella typhi mempunyai 3 macam antigen, yaitu :
1) Antigen O (Antigen somatik), yaitu terletak pada lapisan luar dari
tubuh kuman. Bagian ini mempunyai struktur kimia lipopolisakarida
atau disebut juga endotoksin. Antigen ini tahan terhadap panas dan
alkohol tetapi tidak tahan terhadap formaldehid.
2) Antigen H (Antigen Flagella), yang terletak pada flagella, fimbriae
atau pili dari kuman. Antigen ini mempunyai struktur kimia suatu
protein dan tahan terhadap formaldehid tetapi tidak tahan terhadap
panas dan alkohol.
3) Antigen Vi yang terletak pada kapsul (envelope) dari kuman yang
dapat melindungi kuman terhadap fagositosis. Ketiga macam antigen
tersebut di atas di dalam tubuh penderita akan menimbulkan pula
pembentukan 3 macam antibodi yang lazim disebut aglutinin.
c. Faktor resiko
• Faktor Host
Manusia adalah sebagai reservoir bagi kuman Salmonella thypi.
Terjadinya penularan Salmonella thypi sebagian besar melalui
makanan/minuman yang tercemar oleh kuman yang berasal dari
penderita atau carrier yang biasanya keluar bersama dengan tinja
atau urine.
• Faktor Agent Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella
thypi. Semakin besar jumlah Salmonella thypi yang tertelan, maka
semakin pendek masa inkubasi penyakit demam tifoid.
• Faktor Environment
Demam tifoid merupakan penyakit infeksi yang dijumpai secara luas
di daerah tropis terutama di daerah dengan kualitas sumber air yang
tidak memadai dengan standar hygiene dan sanitasi yang rendah.
7/12/2019 LAPORAN DISKUSI TUTORIAL21
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-diskusi-tutorial21 18/48
17
Beberapa hal yang mempercepat terjadinya penyebaran demam
tifoid adalah urbanisasi, kepadatan penduduk, sumber air minum dan
standart hygiene industri pengolahan makanan yang masih rendah.
Penularan penyakit demam tifoid oleh basil Salmonella typhi ke
manusia melalui makanan dan minuman yang telah tercemar oleh
feses atau urin dari penderita tifoid.
7/12/2019 LAPORAN DISKUSI TUTORIAL21
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-diskusi-tutorial21 19/48
18
d. Patofisiologi
Kuman Salmonella Thypi
Masuk ke saluran cerna
Sebagian di musnakan sebagian masuk ke usus halus
Asam lambung
Peningkatan asam lambung di ileum terminalis membentuk limfoid Plaque payeri
Mual dan muntah sebagian hidup Sebagian menembus
menetap lamina propia
intake berkurang
perdarahan masuk ke dalam aliran limfe
gangguan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh perforasi masuk ke kelenjar limfe
mesenterial
nyeri tekan menembus dan masuk ke
aliran darah
gangguan rasa nyaman Hepatomegali, splenomegali
infeksi S. Thypi, Parathypi,
endotoksin
di lepaskannya zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang
DEMAM TYPHOID
Gangguan rasa tak nyaman : panas meningkat, suhu badan (hipertemi)
7/12/2019 LAPORAN DISKUSI TUTORIAL21
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-diskusi-tutorial21 20/48
19
e. Manifestasi Klinis
Gejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika
dibanding dengan penderita dewasa.
• Masa inkubasi rata-rata 10 – 20 hari.
• Setelah masa inkubasi maka ditemukan gejala prodromal, yaitu
perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak
bersemangat. Kemudian menyusul gejala klinis yang biasa ditemukan,
yaitu :
1) Demam
Pada kasus-kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu.
Bersifat febris remiten dan suhu tidak berapa tinggi. Selama
minggu pertama, suhu tubuh berangsur- angsur meningkat setiap
hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada
sore dan malam hari. Dalam minggu kedua, penderita terus berada
dalam keadaan demam. Dalam minggu ketiga suhu tubuh
beraangsur-angsur turun dan normal kembali pada akhir minggu
ketiga.
2) Ganguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap. Bibir kering dan
pecah-pecah (ragaden) . Lidah ditutupi selaput putih kotor (coated
tongue), ujung dan tepinya kemerahan, jarang disertai tremor. Pada
abdomen mungkin ditemukan keadaan perut kembung
(meteorismus). Hati dan limpa membesar disertai nyeri pada
perabaan. Biasanya didapatkan konstipasi, akan tetapi mungkin
pula normal bahkan dapat terjadi diare.
3) Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak berapa
dalam, yaitu apatis sampai somnolen. Jarang terjadi sopor, koma
atau gelisah.
7/12/2019 LAPORAN DISKUSI TUTORIAL21
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-diskusi-tutorial21 21/48
20
f. Diagnosis
• Anamnesis
− Identitas : nama, alamat, umur, pekerjaan
− Keluhan utama : perasaan tidak enak badan, nyeri kepala, lesu,
dan kurang bersemangat, nafsu makan kurang (terutama selama
masa inkubasi)
• Pemeriksaan fisik
− Mata : Konjungtiva anemis
− Mulut : Lidah khas ( selapus putih kotor, ujung dan tepikemerahan ), nafas bau tidak sedap, bibir kering dan pecah-
pecah.
− Hidung : Kadang terjadi epistaksis
− Abdomen : Perut kembung (meteorismus), hepatomegali,
splenomegali, nyeri tekan.
− Sirkulasi : Bradikardia, gangguan kesadaran
− Kulit : Bintik – bintik kemerahan pada punggung dan
alat gerak
• Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan darah rutin
− Darah lengkap : leukopenia ( hilangnya sek eosinofil
dan penurunan sel polimorfonuklear ) yang dapat
mengakibatkan anemia normokromik, tapi bisa juga
leukosit normal atau leukositosis walau tanpa infeksi
sekunder dan Trombositopenia.
Pada demam tifoid ditemukan :
• Anemia ringan dan trombositopenia
• Aneosinofilia(pada permulaan sakit) / limfopenia
• LED meningkat
• SGOT ( Serum Glutamic Oxaloacetic Transminase)
meningkat
7/12/2019 LAPORAN DISKUSI TUTORIAL21
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-diskusi-tutorial21 22/48
21
• SGPT ( Serum Glutamic Pyruvic Transminase)
meningkat
• Albumin : albuminuria pada fase demam
• Tinja : uji benzidin -> positif pada minggu ke3 dan ke4
• Leukopenia atau leukositosis relatif pada fase akut
Leukopenia Leukositosis
Terjadi pada :
1. Infeksi Virus (Dengue
Hemorrhagic Fever,Flu
burung)
2. Infeksi Bakteri (Salmonella
Thypi)
3. Hipersplenisme
4. Depresi sumsum tulang(Radiasi
sinar X,obat-obatan misal obat
antikanker,radioterapi,antibioti
k,arsen
5. Kelainan primer sumsum
tulang(leukimia
alekemik,anemia aplastik)
6. Penyakit yang menginvasi
sumsum tulang(metastasis
tumor)
Terjadi pada :
1. Infeksi akut
2. Cedera atau trauma
jaringan,Neoplasma
ganas,perdarahan
akut,obat tertentu misal
adrenalin.
3. Penyakit
tertentu:Measles,pertusis,s
epsis.
4. Dapat terjadi tanpa penyakit
yang jelas (panas
matahari,stres,olahraga,ny
eri,udara dingin dan
panas,mual
muntah,kejang,pemberian
steroid).
2) Uji Widal
• Sebagai deteksi antibodi kuman Salmonella typhi dengan
cara reaksi aglutinasi antara antigen kuman dengan
antibodi yang di sebut aglutinin
− Aglutinin O (dari tubuh kuman)
− Aglutinin H (flagela kuman)
− Aglutinin Vi (simpai kuman)
7/12/2019 LAPORAN DISKUSI TUTORIAL21
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-diskusi-tutorial21 23/48
22
Dari ketiga alutinin hanya aglutinin O dan aglutinin H
yang digunakan untuk diagnosa demam tifoid. Semakin
tinggi titernya makin besar kemungkinan terinfeksi kuman
ini.
• Pembentukan aglutinin
− Aglutinin O : saat fase akut hingga 4-6 bulan setelah
sembuh.
− Aglutinin H : awal masa kronis hingga 9-12 bulan
setelah sembuh.
Pemeriksaan positf bila titer aglutinin O dan H sejajar
(biasanya) pada grafik demam dan memuncak pada
minggu ke 3. Namun batas titer yang sering dipakai hanya
kesepakatan saja, hanya berlaku setempat dan bahkan
dapat berbeda di berbagai laboratorium setempat.
• Faktor yang mempengaruhi uji Widal
− Pengibatan dini dengan antibiotik
− Gangguan pembentukan antibiotik dan penberian
kortikosteroid
− Waktu pengambilan darah
− Daerah endemik atau non-endemik
− Riwayat vaksinasi
− Reaksi anamnestik, yaitu peningkatan titer aglutinin
pada infeksi bukan demam tifoid akibat infeksi demam
tifoid masa lalu atau vaksinasi
− Faktor teknik pemeriksaan antar laboratorium, akibat
aglutinasi silang dan Strain Salmonella yang digunakan
untuk suspensi antigen karena titer yang tetap meninggi
setelah imunisasi.
3) TubexRTF
7/12/2019 LAPORAN DISKUSI TUTORIAL21
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-diskusi-tutorial21 24/48
23
Pemeriksaan Anti S. typhi IgM dengan reagen TubexRTF
sebagai solusi pemeriksaan yang sensitif, spesifik, praktis untuk
mendeteksi penyebab demam akibat infeksi bakteri S. typhi
Pemeriksaan Anti S. typhi IgM dengan reagen TubexRTF
dilakukan untuk mendeteksi antibody terhadap antigen
lipopolisakarida O9 yang sangat spesifik terhadap bakteri S.
typhi. Pemeriksaan ini sangat bermanfaat untuk deteksi infeksi
akut lebih dini dan sensitive, karena antibodi IgM muncul paling
awal yaitu setelah 3-4 hari terjadinya demam sensitivitasnya >
95% .
4) Metode Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA)
Uji Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) dipakai
untuk melacak antibodi IgG, IgM dan IgA terhadap antigen LPS
O9, antibodi IgG terhadap antigen flagella d (Hd) dan antibodi
terhadap antigen Vi S. typhi. Uji ELISA yang sering dipakai
untuk mendeteksi adanya antigen S. typhi dalam spesimen klinis
adalah double antibody sandwich ELISA. Sensitivitas uji ini
sebesar 95% pada sampel darah, 73% pada sampel feses dan
40% pada sampel sumsum tulang.
5) Pemeriksaan Dipstik
Uji serologis dengan pemeriksaan dipstik dikembangkan di
Belanda dimana dapat mendeteksi antibodi IgM spesifik
terhadap antigen LPS S. typhi dengan menggunakan membran
nitroselulosa yang mengandung antigen S. Typhi
sebagai pita pendeteksi dan antibodi IgM anti-human
immobilized sebagai reagen kontrol.. Kendala yang sering
dihadapi pada penggunaan metode PCR ini meliputi risiko
kontaminasi yang menyebabkan hasil positif palsu yang terjadi
bila prosedur teknis tidak dilakukan secara cermat, adanya
bahan-bahan dalam spesimen yang bisa menghambat proses
PCR antara lain hemoglobin dan heparin dalam spesimen darah
7/12/2019 LAPORAN DISKUSI TUTORIAL21
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-diskusi-tutorial21 25/48
24
serta bilirubin dan garam empedu dalam spesimen feses, biaya
yang cukup tinggi dan teknis yang relatif rumit.
6) Kultur Gal
Diagnosis pasti penyakit demam tipoid yaitu dengan melakukan
isolasi bakteri Salmonella typhi, paratyphi A, B dan C dari
spesimen yang berasal dari darah, feses, dan urin penderita
demam tipoid. Pengambilan spesimen darah sebaiknya
dilakukan pada minggu pertama timbulnya penyakit, karena
kemungkinan untuk positif mencapai 80-90%,
khususnya pada pasien yang belum mendapat
terapi antibiotik. Pada minggu ke-3
kemungkinan untuk positif menjadi 20-25%
dan minggu ke-4 hanya 10-15%.
NB : Biakan darah à minggu I
Biakan tinja à minggu II
Hasil biakan positif memastikan demam tifoid, akan tetapi hasil
negatif tidak menyingkirkan demam tifoid, karena:
• Telah mendapat terapi antibiotik karena akan
menyebabkan pertumbuhan kuman terhambat pada media
sehingga hasil negatif
• Volume darah kurang (5 cc darah)
7/12/2019 LAPORAN DISKUSI TUTORIAL21
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-diskusi-tutorial21 26/48
25
Bila terlalu sedikit hasil akan negatif dan sebaiknya darah
diambil dengan cara “bedside” langsung dimasukan ke
media cairan empedu (axgal) untuk pertumbuhan kuman
g. Penatalaksanaan
• Tujuan:
− Menghentikan invasi kuman
− Memperpendek perjalanan penyakit
− Mencegah terjadinya komplikasi
− Serta mencegah agar tak kambuh kembali
• Medikamentosa
Antibiotik
− Kloramfenikol (drug of choice) 50-100 mg/kgBB/hari, oral atau iv,
dibagi dalam 4 dosis selama 10-14 hari.
− Amoksisilin 100 mg/kgBB/hari, oral selama 10 hari.
− Kotrimoksazol 6 mg/kgBB/hari, oral. Dibagi dalam 2 dosis selama
10 hari.
− Seftriakson 80 mg/kgBB/hari, iv atau im, sekali sehari selama 5
hari.
− Sefiksim 10 mg/kgBB/hari, oral, dibagi dalam 2 dosis selama 10
hari.
Kombinasi antibiotik : kloramfenikol (4x 500 mg) + ampisilin ( 4x
1gr) + deksametason (3x 5 mg) diberikan untuk kasus tertentu pada :
• Toksik tifoid
• Peritonitis atau perforasi
• Syok septik
Kortikosteroid diberikan pada kasus berat dengan gangguan
kesadaran. Deksametason 1-3 mg/kgBB/hari iv, dibagi 3 dosis hingga
kesadaran membaik.
• Suportif
7/12/2019 LAPORAN DISKUSI TUTORIAL21
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-diskusi-tutorial21 27/48
26
− Tirah baring
− Isolasi yang memadai
− Kebutuhan cairan dan kalori yang cukup
− Diet rendah serat dan mudah dicerna
h. Pencegahan Demam Tifoid
Pencegahan dibagi menjadi beberapa tingkatan sesuai dengan perjalanan
penyakit, yaitu pencegahan primer, pencegahan sekunder, dan
pencegahan tersier.
• Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan upaya untuk mempertahankan orang
yang sehat agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi
sakit. Pencegahan primer dapat dilakukan dengan cara imunisasi
dengan vaksin yang dibuat dari strain Salmonella typhi yang
dilemahkan. Di Indonesia telah ada 3 jenis vaksin tifoid, yaitu : 4
1) Vaksin oral Ty 21 a Vivotif Berna. Vaksin ini tersedia dalam
kapsul yang diminum selang sehari dalam 1 minggu satu jam
sebelum makan. Vaksin ini kontraindikasi pada wanita hamil, ibu
menyusui, demam, sedang mengkonsumsi antibiotik . Lama
proteksi 5 tahun.
2) Vaksin parenteral sel utuh : Typa Bio Farma. Dikenal 2 jenis
vaksin yakni: K vaccine (Acetone in activated) dan L vaccine
(Heat in activated-Phenol preserved ). Dosis untuk dewasa 0,5 ml,
anak 6 – 12 tahun 0,25 ml dan anak 1 – 5 tahun 0,1 ml yang
diberikan 2 dosis dengan interval 4 minggu. Efek samping adalah
demam, nyeri kepala, lesu, bengkak dan nyeri pada tempat
suntikan. Kontraindikasi demam,hamil dan riwayat demam pada
pemberian pertama.
3) Vaksin polisakarida Typhim Vi Aventis Pasteur Merrieux. Vaksin
diberikan secara intramuscular dan booster setiap 3 tahun.
Kontraindikasi pada hipersensitif, hamil, menyusui, sedang
demam dan anak umur 2 tahun.
7/12/2019 LAPORAN DISKUSI TUTORIAL21
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-diskusi-tutorial21 28/48
27
Indikasi vaksinasi adalah bila hendak mengunjungi daerah
endemik, orang yang terpapar dengan penderita karier tifoid dan
petugas laboratorium/mikrobiologi kesehatan.
Mengkonsumsi makanan sehat agar meningkatkan daya tahan tubuh,
memberikan pendidikan kesehatan untuk menerapkan prilaku hidup
bersih dan sehat dengan cara budaya cuci tangan yang benar dengan
memakai sabun, peningkatan higiene makanan dan minuman berupa
menggunakan cara-cara yang cermat dan bersih dalam pengolahan dan
penyajian makanan, sejak awal pengolahan, pendinginan sampai
penyajian untuk dimakan, dan perbaikan sanitasi lingkungan.
• Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan cara mendiagnosa
penyakit secara dini dan mengadakan pengobatan yang cepat dan
tepat. Pencegahan sekunder dapat berupa:
1) Penemuan penderita maupun carrier secara dini melalui
peningkatan usaha surveilans demam tifoid.
2) Perawatan umum dan nutrisi Penderita demam tifoid, dengan
gambaran klinis jelas sebaiknya dirawat di rumah sakit atau
sarana kesehatan lain yang ada fasilitas perawatan.
o Penderita yang dirawat harus tirah baring dengan sempurna
untuk mencegah komplikasi, terutama perdarahan dan
perforasi.
o Bila klinis berat, penderita harus istirahat total.
o Bila penyakit membaik, maka dilakukan mobilisasi secara
bertahap, sesuai dengan pulihnya kekuatan penderita.
o Nutrisi pada penderita demam tifoid dengan pemberian
cairan dan diet. Penderita harus mendapat cairan yang cukup,
baik secara oral maupun parenteral. Cairan parenteral
diindikasikan pada penderita sakit berat, ada komplikasi
penurunan kesadaran serta yang sulit makan. Cairan harus
mengandung elektrolit dan kalori yang optimal. Sedangkan
7/12/2019 LAPORAN DISKUSI TUTORIAL21
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-diskusi-tutorial21 29/48
28
diet harus mengandung kalori dan protein yang cukup.
Sebaiknya rendah serat untuk mencegah perdarahan dan
perforasi. Diet untuk penderita tifoid biasanya
diklasifikasikan atas : diet cair, bubur lunak, tim dan nasi
biasa.
• Pencegahan tersier
Pencegahan tersier adalah upaya yang dilakukan untuk
mengurangi keparahan akibat komplikasi. Apabila telah
dinyatakan sembuh dari penyakit demam tifoid sebaiknya tetap
menerapkan pola hidup sehat, sehingga imunitas tubuh tetap
terjaga dan dapat terhindar dari infeksi ulang demam tifoid. Pada
penderita demam tifoid yang carier perlu dilakukan pemerikasaan
laboratorium pasca penyembuhan untuk mengetahui kuman
masih ada atau tidak.
i. Komplikasi
Komplikasi demam tifoid dapat dibagi di dalam :
1) Komplikasi intestinal
• Perdarahan usus
• Perforasi usus
• Ileus paralitik
2) Komplikasi ekstraintetstinal
• Komplikasi kardiovaskular: kegagalan sirkulasi perifer
(renjatan/sepsis), miokarditis, trombosis dan tromboflebitis.
• Komplikasi darah: anemia hemolitik, trombositopenia dan atau
koagulasi intravaskular diseminata dan sindrom uremia hemoltilik.
• Komplikasi paru: penuomonia, empiema dan peluritis.
• Komplikasi hepar dan kandung kemih: hepatitis dan kolelitiasis.
• Komplikasi ginjal: glomerulonefritis, pielonefritis dan perinefritis.
• Komplikasi tulang: osteomielitis, periostitis, spondilitis dan artritis.
7/12/2019 LAPORAN DISKUSI TUTORIAL21
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-diskusi-tutorial21 30/48
29
• Komplikasi neuropsikiatrik: delirium, mengingismus, meningitis,
polineuritis perifer, sindrim Guillain-Barre, psikosis dan sindrom
katatonia.
j. Proknosis
Umumnya prognosis baik asalkan penderita cepat mendapatkan
pengobatan. Prognosa menjadi buruk bila terdapat:
• Gejala klinis yang berat seperti ;
- Hiperpireksia / febris kontinua
- Kesadaran menurun
- Malnutrisi
• Pengobatan yang terhambat atau tidak adekuat.
• Terdapat komplikasi yang berat, misalnya dehidrasi dan asidosis,
peritonitis. Bronkospasme, dll.
2. DD
Peritonitis generalisata et causa demam thypoid perforasi Appendisitis
Appendiks
• Anatomi
Appendiks merupakan organ yang berbentuk tabung dengan panjang
kira-kira 10 cm dan berpangkal pada sekum. Appendiks pertama kali
tampak saat perkembangan embriologi minggu ke delapan yaitu
bagian ujung dari protuberans sekum. Pada saat antenatal dan
7/12/2019 LAPORAN DISKUSI TUTORIAL21
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-diskusi-tutorial21 31/48
30
postnatal , pertumbuhan dari sekum yang berlebih akan menjadi
appendiks yang akan berpindah dari medial menuju katup ileocaecal .
Pada bayi appendiks berbentuk kerucut, lebar pada pangkal dan
menyempit kearah ujung. Keadaan ini menjadi sebab rendahnya
insidens appendicitis pada usia tersebut. Appendiks memiliki lumen
sempit di bagian proksimal dan melebar pada bagian distal. Pada
appendiks terdapat tiga tanea coli yang menyatu dipersambungan
sekum dan berguna untuk mendeteksi posisi appendiks. Gejala klinik
appendicitis ditentukan oleh letak appendiks.
Appendiks disebut tonsil abdomen karena ditemukan banyak jaringan
limfoid. Jaringan limfoid pertama kali muncul pada appendiks sekitar
dua minggu setelah lahir, jumlahnya meningkat selama pubertas
sampai puncaknya berjumlah sekitar 200 folikel antara usia 12-20
tahun dan menetap saat dewasa. Setelah itu, mengalami atropi dan
menghilang pada usia 60 tahun.
• Persarafan parasimpatis berasal dari cabang nervus vagus yang
mengikuti arteri mesenterika superior dari arteri appendikularis,
sedangkan persarafan simpatis berasal dari nervus torakalis X .
Oleh karena itu, nyeri viseral pada appendicitis bermula di
sekitar umbilikus.
• Appendiks didarahi oleh arteri apendikularis yang merupakan
cabang dari bagian bawah arteri ileocolica. Arteri appendiks
termasuk end arteri. Bila terjadi penyumbatan pada arteri ini,
maka appendiks mengalami ganggren.
Posisi appendiks adalah:
1) retrocaecal (di belakang sekum)
2) pelvic (panggul)
3) subcaecal (di bawah sekum)
4) preileal (di depan usus halus)
5) dan postileal (di belakang usus halus)
7/12/2019 LAPORAN DISKUSI TUTORIAL21
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-diskusi-tutorial21 32/48
31
Posisi apendiks
• Fisiologi
Appendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari. Lendir itu secara
normal dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke
sekum. Hambatan aliran lendir di muara appendiks tampaknya
berperan pada patogenesis appendicitis.
Imunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh Gut Associated
Lymphoid Tissue (GALT) yang terdapat disepanjang saluran cerna
termasuk appendiks ialah Imunoglobulin A (Ig-A). Imunoglobulin ini
sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi yaitu mengontrol
proliferasi bakteri, netralisasi virus, serta mencegah penetrasi
enterotoksin dan antigen intestinal lainnya. Namun, pengangkatan
appendiks tidak mempengaruhi sistem imun tubuh sebab jumlah
jaringan sedikit sekali jika dibandingkan dengan jumlah di salurancerna dan seluruh tubuh.
• Definisi Appendicitis
Appendicitis adalah infeksi pada appendiks karena tersumbatnya
lumen oleh fekalith (batu feces), hiperplasi jaringan limfoid, dan
cacing usus. Obstruksi lumen merupakan penyebab utama
appendicitis. Erosi membran mukosa appendiks dapat terjadi karena
parasit seperti Entamoeba histolytica, Trichuris trichiura, dan
7/12/2019 LAPORAN DISKUSI TUTORIAL21
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-diskusi-tutorial21 33/48
32
Enterobius vermikularis
• Patofisiologi Appendicitis
Appendicitis merupakan peradangan appendiks yang mengenai semua
lapisan dinding organ tersebut. Tanda patogenetik primer diduga
karena obstruksi lumen dan ulserasi mukosa menjadi langkah awal
terjadinya appendicitis. Obstruksi intraluminal appendiks menghambat
keluarnya sekresi mukosa dan menimbulkan distensi dinding
appendiks. Sirkulasi darah pada dinding appendiks akan terganggu.
Adanya kongesti vena dan iskemia arteri menimbulkan luka pada
dinding appendiks. Kondisi ini mengundang invasi mikroorganisme
yang ada di usus besar memasuki luka dan menyebabkan proses
radang akut, kemudian terjadi proses irreversibel meskipun faktor
obstruksi telah dihilangkan.
Appendicitis dimulai dengan proses eksudasi pada mukosa, sub
mukosa, dan muskularis propia. Pembuluh darah pada serosa kongesti
disertai dengan infiltrasi sel radang neutrofil dan edema, warnanya
menjadi kemerah-merahan dan ditutupi granular membran. Pada
perkembangan selanjutnya, lapisan serosa ditutupi oleh fibrinoid
supuratif disertai nekrosis lokal disebut appendicitis akut supuratif.
Edema dinding appendiks menimbulkan gangguan sirkulasi darah
sehingga terjadi ganggren, warnanya menjadi hitam kehijauan yang
sangat potensial ruptur. Pada semua dinding appendiks tampak
infiltrasi radang neutrofil, dinding menebal karena edema dan
pembuluh darah kongesti.
Appendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh dengan
sempurna, tetapi akan membentuk jaringan parut. Jaringan ini
menyebabkan terjadinya perlengketan dengan jaringan sekitarnya.
Perlengketan tersebut dapat kembali menimbulkan keluhan pada perut
kanan bawah. Pada suatu saat organ ini dapat mengalami peradangan
kembali dan dinyatakan mengalami eksaserbasi.
• Klasifikasi Appendicitis
7/12/2019 LAPORAN DISKUSI TUTORIAL21
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-diskusi-tutorial21 34/48
33
a. Appendicitis Akut
1) Appendicitis Akut Sederhana (Cataral Appendicitis)
Proses peradangan baru terjadi di mukosa dan sub mukosa
disebabkan obstruksi. Sekresi mukosa menumpuk dalam
lumen appendiks dan terjadi peningkatan tekanan dalam lumen
yang mengganggu aliran limfe, mukosa appendiks jadi
menebal, edema, dan kemerahan. Gejala diawali dengan rasa
nyeri di daerah umbilikus, mual, muntah, anoreksia, malaise,
dan demam ringan. Pada appendicitis kataral terjadi
leukositosis dan appendiks terlihat normal, hiperemia, edema,
dan tidak ada eksudat serosa.
2) Appendicitis Akut Purulenta (Supurative Appendicitis)
Tekanan dalam lumen yang terus bertambah disertai edema
menyebabkan terbendungnya aliran vena pada dinding
appendiks dan menimbulkan trombosis. Keadaan ini
memperberat iskemia dan edema pada apendiks.
Mikroorganisme yang ada di usus besar berinvasi ke dalam
dinding appendiks menimbulkan infeksi serosa sehingga
serosa menjadi suram karena dilapisi eksudat dan fibrin. Pada
appendiks dan mesoappendiks terjadi edema, hiperemia, dan di
dalam lumen terdapat eksudat fibrinopurulen.
Ditandai dengan rangsangan peritoneum lokal seperti:
§ Nyeri tekan, nyeri lepas di titik Mc Burney
§ Defans muskuler
§ Nyeri pada gerak aktif dan pasif.
Nyeri dan defans muskuler dapat terjadi pada seluruh perut
disertai dengan tanda-tanda peritonitis umum.
b. Appendicitis Akut Gangrenosa
Bila tekanan dalam lumen terus bertambah, aliran darah arteri
mulai terganggu sehingga terjadi infrak dan ganggren. Selain
didapatkan tanda-tanda supuratif, appendiks mengalami gangren
7/12/2019 LAPORAN DISKUSI TUTORIAL21
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-diskusi-tutorial21 35/48
34
pada bagian tertentu. Dinding appendiks berwarna ungu, hijau
keabuan atau merah kehitaman. Pada appendicitis akut gangrenosa
terdapat mikroperforasi dan kenaikan cairan peritoneal yang
purulent.
c. Appendicitis Infiltrat
Appendicitis infiltrat adalah proses radang appendiks yang
penyebarannya dapat dibatasi oleh omentum, usus halus, sekum,
kolon dan peritoneum sehingga membentuk gumpalan massa
flegmon yang melekat erat satu dengan yang lainnya.
d. Appendicitis Abses
Appendicitis abses terjadi bila massa lokal yang terbentuk berisi
nanah (pus), biasanya di fossa iliaka kanan, lateral dari sekum,
retrocaecal, subcaecal, dan pelvic.
e. Appendicitis Perforasi
Appendicitis perforasi adalah pecahnya appendiks yang sudah
ganggren yang menyebabkan pus masuk ke dalam rongga perut
sehingga terjadi peritonitis umum. Pada dinding appendiks tampak
daerah perforasi dikelilingi oleh jaringan nekrotik.
f. Appendicitis Kronis
Appendicitis kronis merupakan lanjutan appendicitis akut supuratif
sebagai proses radang yang persisten akibat infeksi
mikroorganisme dengan virulensi rendah, khususnya obstruksi
parsial terhadap lumen. Diagnosa appendicitis kronis baru dapat
ditegakkan jika:
• Ada riwayat serangan nyeri berulang di perut kanan bawah
lebih dari dua minggu
• Radang kronik appendiks secara makroskopik dan
mikroskopik. Secara histologis, dinding appendiks menebal,
sub mukosa dan muskularis propia mengalami fibrosis.
Terdapat infiltrasi sel radang limfosit dan eosinofil pada sub
mukosa, muskularis propia, dan serosa. Pembuluh darah serosa
7/12/2019 LAPORAN DISKUSI TUTORIAL21
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-diskusi-tutorial21 36/48
35
tampak dilatasi.
• Gejala Appendicitis
Beberapa gejala yang sering terjadi yaitu:
§ Rasa sakit di daerah epigastrum, daerah periumbilikus, di seluruh
abdomen, atau di kuadran kanan bawah merupakan gejala-gejala
pertama. Rasa sakit ini samar-samar, ringan sampai moderat, dan
kadang-kadang berupa kejang. Sesudah empat jam biasanya rasa
nyeri itu sedikit demi sedikit menghilang kemudian beralih ke
kuadran bawah kanan. Rasa nyeri menetap dan secara progesif
bertambah hebat apabila pasien bergerak.
§ Anoreksia, mual, dan muntah yang timbul selang beberapa jam dan
merupakan kelanjutan dari rasa sakit yang timbul permulaan.
§ Demam tidak tinggi (kurang dari 380C), kekakuan otot, dan
konstipasi.
§ Appendicitis pada bayi ditandai dengan rasa gelisah, mengantuk,
dan terdapat nyeri lokal. Pada usia lanjut, rasa nyeri tidak nyata.
Pada wanita hamil rasa nyeri terasa lebih tinggi di daerah abdomen
dibandingkan dengan biasanya.
§ Nyeri tekan didaerah kuadran kanan bawah. Nyeri tekan mungkin
ditemukan juga di daerah panggul sebelah kanan jika appendiks
terletak retrocaecal . Rasa nyeri ditemukan di daerah rektum pada
pemeriksaan rektum apabila posisi appendiks di pelvic. Letak
appendiks mempengaruhi letak rasa nyeri.
§ Kelainan patologi Keluhan dan tanda
Peradangan awal
Apenditis mukosa
Kurang enak ulu hati/daerah pusat,
mungkin kolik
nyeri tekan kanan bawah
(rangsaganan automik)
7/12/2019 LAPORAN DISKUSI TUTORIAL21
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-diskusi-tutorial21 37/48
36
Radang di seluruh
Ketebalan dinding
Apendisitis komplet radang
Peritoneum parietale appendiks
Radang alat/jaringan yangMenempel pada appendiks
Perforasi
Pendindingan (Infiltrat)
Tidak berhasil
Berhasil
Abses
nyeri sentral pindah ke kanan bawah,
mual dan muntah
rangsangan peritoneum lokal (somatik)
nyeri pada gerak aktif dan pasif,
defans muskuler lokal
genitalia interna, ureter, m.psoas,kantung kemih, rektum
demam sedang, takikardia,
mulai toksik, leukositosis
demam tinggi, dehidrasi,
syok, toksik
massa perut kanan bawah, keadaan
umum berangsur membaik
demam remiten, keadaan umum toksik,
keluhan dan tanda setempat
• Diagnosis
Diagnosa yang dilakukan antara lain:
− Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi pada appendicitis akut tidak ditemukan gambaran yang
7/12/2019 LAPORAN DISKUSI TUTORIAL21
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-diskusi-tutorial21 38/48
37
spesifik dan terlihat distensi perut.
2) Palpasi pada daerah perut kanan bawah, apabila ditekan akan
terasa nyeri dan bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri.
Nyeri tekan perut kanan bawah merupakan kunci diagnosa
appendicitis. Pada penekanan perut kiri bawah akan dirasakan
nyeri pada perut kanan bawah yang disebut tanda Rovsing
( Rovsing Sign). Apabila tekanan di perut kiri bawah dilepaskan
juga akan terasa nyeri pada perut kanan bawah yang disebut
tanda Blumberg ( Blumberg Sign).
3) Pemeriksaan rektum, pemeriksaan ini dilakukan pada
appendicitis untuk menentukan letak appendiks apabila letaknya
sulit diketahui. Jika saat dilakukan pemeriksaan ini terasa nyeri,
maka kemungkinan appendiks yang meradang terletak di daerah
pelvic.
4) Pemeriksaan uji psoas dan uji obturator, pemeriksaan ini
dilakukan untuk mengetahui letak appendiks yang meradang.
Uji psoas dilakukan dengan rangsangan otot psoas lewat
hiperektensi sendi panggul kanan atau fleksi aktif sendi panggul
kanan, kemudian paha kanan ditahan. Bila appendiks yang
meradang menempel di m. psoas mayor, maka tindakan tersebut
akan menimbulkan nyeri. Pada uji obturator dilakukan gerakan
fleksi dan endorotasi sendi panggul pada posisi terlentang. Bila
appendiks yang meradang kontak dengan obturator internus
yang merupakan dinding panggul kecil, maka tindakan ini akan
menimbulkan nyeri.
• Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium, terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan C-
reactive protein (CRP).
o Pada pemeriksaan darah lengkap ditemukan jumlah leukosit
antara 10.000-18.000/mm3 (leukositosis) dan neutrofil
diatas 75%,
7/12/2019 LAPORAN DISKUSI TUTORIAL21
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-diskusi-tutorial21 39/48
38
o sedangkan pada CRP ditemukan jumlah serum yang
meningkat. CRP adalah salah satu komponen protein fase
akut yang akan meningkat 4-6 jam setelah terjadinya
proses inflamasi, dapat dilihat melalui proses elektroforesis
serum protein.
2) Radiologi, terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi (USG) dan
Computed Tomography Scanning (CT-scan). Pada pemeriksaan
USG ditemukan bagian memanjang pada tempat yang terjadi
inflamasi pada appendiks, sedangkan pada pemeriksaan CT-
scan ditemukan bagian yang menyilang dengan fekalith dan
perluasan dari appendiks yang mengalami inflamasi serta
adanya pelebaran sekum. Analisa urin bertujuan untuk
mendiagnosa batu ureter dan kemungkinan infeksi saluran
kemih sebagai akibat dari nyeri perut bawah. Pengukuran enzim
hati dan tingkatan amilase membantu mendiagnosa peradangan
hati, kandung empedu, dan pankreas.
3) Pemeriksaan barium enema untuk menentukan lokasi sekum.
Pemeriksaan Barium enema dan Colonoscopy merupakan
pemeriksaan awal untuk kemungkinan karsinoma colon.
4) Pemeriksaan foto polos abdomen tidak menunjukkan tanda pasti
appendicitis, tetapi mempunyai arti penting dalam membedakan
appendicitis dengan obstruksi usus halus atau batu ureter kanan.
5) Histopatologi
emas (gold standard) untuk diagnosis appendisitis akut .
Definisi histopatologi apendisitis akut:
1
Sel granulosit pada mukosa dengan ulserasi fokal atau difus di
lapisan epitel.
2 Abses pada kripte dengan sel granulosit dilapisan epitel.
3
Sel granulosit dalam lumen appendiks dengan infiltrasi ke
dalam lapisan epitel.
7/12/2019 LAPORAN DISKUSI TUTORIAL21
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-diskusi-tutorial21 40/48
39
4
Sel granulosit diatas lapisan serosa appendiks dengan abses
apendikuler,
dengan atau tanpa terlibatnya lapisan mukusa.
5
Sel granulosit pada lapisan serosa atau muskuler tanpa abses
mukosa dan
keterlibatan lapisan mukosa, bukan apendisitis akut tetapi
periapendisitis.
Sistem skor Alvarado
Skor Alvarado untuk diagnosis appendisitis akut:
Gejala dan tanda: Skor
Nyeri berpindah 1
Anoreksia 1
Mual-muntah 1
Nyeri fossa iliaka kanan 2
Nyeri lepas 1
Peningkatan suhu > 37,30C 1
Jumlah leukosit > 10x103/L 2
Jumlah neutrofil > 75% 1
__________________________________________________
Total skor: 10
Keterangan Alavarado score :
§ Dinyatakan appendicitis akut bila > 7 point
§ Modified Alvarado score (Kalan et al) tanpa observasi of
Hematogram:
1 – 4 dipertimbangkan appendicitis akut
5 – 6 possible appendicitis tidak perlu operasi
7 – 9 appendicitis akut perlu pembedahan
§ Penanganan berdasarkan skor Alvarado :
1 – 4 : observasi
5 – 6 : antibiotic
7/12/2019 LAPORAN DISKUSI TUTORIAL21
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-diskusi-tutorial21 41/48
40
7 – 10: operasi dini
• Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada penderita appendicitis
meliputi penanggulangan konservatif dan operasi.
1) Penanggulangan konservatif
Penanggulangan konservatif terutama diberikan pada penderita
yang tidak mempunyai akses ke pelayanan bedah berupa
pemberian antibiotik. Pemberian antibiotik berguna untuk
mencegah infeksi. Pada penderita appendicitis perforasi,
sebelum operasi dilakukan penggantian cairan dan elektrolit,
serta pemberian antibiotik sistemik.
2) Operasi
Bila diagnosa sudah tepat dan jelas ditemukan appendicitis maka
tindakan yang dilakukan adalah operasi membuang appendiks
(appendektomi). Penundaan appendektomi dengan pemberian
antibiotik dapat mengakibatkan abses dan perforasi. Pada abses
appendiks dilakukan drainage (mengeluarkan nanah).
• Pencegahan Appendicitis
− Pencegahan Primer
Pencegahan primer bertujuan untuk menghilangkan faktor risiko
terhadap kejadian appendicitis. Upaya pencegahan primer
dilakukan secara menyeluruh kepada masyarakat. Upaya yang
dilakukan antara lain:
1) Diet tinggi serat
2) Defekasi yang teratur
− Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder meliputi diagnosa dini dan pengobatan
yang tepat untuk mencegah timbulnya komplikasi.
− Pencegahan Tersier
Tujuan utama dari pencegahan tersier yaitu mencegah terjadinya
komplikasi yang lebih berat seperti komplikasi intra-abdomen.
7/12/2019 LAPORAN DISKUSI TUTORIAL21
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-diskusi-tutorial21 42/48
41
Komplikasi utama adalah infeksi luka dan abses
intraperitonium. Bila diperkirakan terjadi perforasi maka
abdomen dicuci dengan garam fisiologis atau antibiotik. Pasca
appendektomi diperlukan perawatan intensif dan pemberian
antibiotik dengan lama terapi disesuaikan dengan besar infeksi
intra-abdomen
• Komplikasi
Komplikasi terjadi akibat keterlambatan penanganan appendicitis.
Faktor keterlambatan dapat berasal dari penderita dan tenaga medis.
Faktor penderita meliputi pengetahuan dan biaya, sedangkan tenaga
medis meliputi kesalahan diagnosa, menunda diagnosa, terlambat
merujuk ke rumah sakit, dan terlambat melakukan penanggulangan.
Kondisi ini menyebabkan peningkatan angka morbiditas dan
mortalitas. Adapun jenis komplikasi diantaranya:
1) Abses
Abses merupakan peradangan appendiks yang berisi pus. Teraba
massa lunak di kuadran kanan bawah atau daerah pelvis. Massa
ini mula-mula berupa flegmon dan berkembang menjadi rongga
yang mengandung pus. Hal ini terjadi bila appendicitis gangren
atau mikroperforasi ditutupi oleh omentum.
2) Perforasi
Perforasi adalah pecahnya appendiks yang berisi pus sehingga
bakteri menyebar ke rongga perut. Perforasi jarang terjadi dalam
12 jam pertama sejak awal sakit, tetapi meningkat tajam sesudah
24 jam.
Perforasi dapat diketahui praoperatif dengan gambaran klinis
yang timbul lebih dari 36 jam sejak sakit, panas lebih dari 38,50C,
tampak toksik, nyeri tekan seluruh perut, dan leukositosis
terutama polymorphonuclear (PMN). Perforasi baik berupa
perforasi bebas maupun mikroperforasi dapat menyebabkan
peritonitis.
7/12/2019 LAPORAN DISKUSI TUTORIAL21
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-diskusi-tutorial21 43/48
42
3) Peritonitis
Peritonitis adalah peradangan peritoneum, merupakan komplikasi
berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis.
Bila infeksi tersebar luas pada permukaan peritoneum
menyebabkan timbulnya peritonitis umum. Aktivitas peristaltik
berkurang sampai timbul ileus paralitik, usus meregang, dan
hilangnya cairan elektrolit mengakibatkan dehidrasi, syok,
gangguan sirkulasi, dan oligouria.
Peritonitis disertai rasa sakit perut yang semakin hebat, muntah,
nyeri abdomen, demam, dan leukositosis.
Ileus Paralitik at Causa Appendisitis
Ileus Paralitik
• Definisi
− Ileus adalah gangguan pasase isi usus.
− Ileus Paralitik adalah hilangnya peristaltik usus sementara. Ileus
adalah gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya
obstruksi usus akut. Ileus Paralitik adalah obstruksi yang terjadi
karena suplai saraf otonom mengalami paralisis dan peristaltik
usus terhenti sehingga tidak mampu mendorong isi sepanjang
usus. Contohnya amiloidosis, distropi otot, gangguan endokrin
seperti diabetes mellitus, atau gangguan neurologis seperti
penyakit Parkinson.
• Klasifikasi
1. Ileus Mekanik
• Lokasi Obstruksi
− Letak Tinggi : Duodenum-Jejunum
− Letak Tengah : Ileum Terminal
− Letak Rendah : Colon-Sigmoid-rectum
• Stadium
− Parsial : menyumbat lumen sebagian
7/12/2019 LAPORAN DISKUSI TUTORIAL21
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-diskusi-tutorial21 44/48
43
− Simple/Komplit: menyumbat lumen total
− Strangulasi: Simple dengan jepitan vasa 6
2. Ileus Neurogenik
• Adinamik : Ileus Paralitik
• Dinamik : Ileus Spastik
3. Ileus Vaskuler : Intestinal ischemia
• Etiologi ileum paralitik
1. Pembedahan Abdomen
2. Trauma abdomen : Tumor yang ada dalam dinding usus meluas
kelumen usus atau tumor diluar usus menyebabkan tekanan
pada dinding usus
3. Infeksi: peritonitis, appendicitis, diverticulitis
4. Pneumonia
5. Sepsis
6. Serangan Jantung
7. Ketidakseimbangan elektrolit, khususnya natrium
8. Kelainan metabolik yang mempengaruhi fungsi otot
9. Obat-obatan: Narkotika, Antihipertensi
10. Mesenteric ischemia
• Patofisiologi
Peristiwa patofisiologik yang terjadi setelah obstruksi usus adalah
sama, tanpa memandang apakah obstruksi tersebut diakibatkan oleh
penyebab mekanik atau fungsional. Perbedaan utama adalah obstruksi
paralitik di mana peristaltik dihambat dari permulaan, sedangkan pada
obstruksi mekanik peristaltik mula-mula diperkuat, kemudian
intermitten, dan akhirnya hilang.
Perubahan patofisiologi utama pada obstruksi usus adalah lumen usus
yang tersumbat secara progresif akan teregang oleh cairan dan gas
(70% dari gas yang ditelan) akibat peningkatan tekanan intralumen,
yang menurunkan pengaliran air dan natrium dari lumen ke darah.
7/12/2019 LAPORAN DISKUSI TUTORIAL21
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-diskusi-tutorial21 45/48
44
Oleh karena sekitar 8 liter cairan diekskresikan ke dalam saluran cerna
setiap hari ke sepuluh. Tidak adanya absorpsi dapat mengakibatkan
penimbunan intralumen dengan cepat. Muntah dan penyedotan usus
setelah pengobatan dimulai merupakan sumber kehilangan utama
cairan dan elektrolit. Pengaruh atas kehilangan ini adalah penyempitan
ruang cairan ekstrasel yang mengakibatkan syok-hipotensi,
pengurangan curah jantung, penurunan perfusi jaringan dan asidosis
metabolik. Peregangan usus yang terus menerus mengakibatkan
lingkaran setan penurunan absorpsi cairan dan peningkatan sekresi
cairan ke dalam usus. Efek lokal peregangan usus adalah iskemia
akibat distensi dan peningkatan permeabilitas akibat nekrosis, disertai
absorpsi toksin-toksin bakteri ke dalam rongga peritoneum dan
sirkulasi sistemik untuk menyebabkan bakteriemia.
Pada obstruksi mekanik simple, hambatan pasase muncul tanpa
disertai gangguan vaskuler dan neurologik. Makanan dan cairan yang
ditelan, sekresi usus, dan udara terkumpul dalam jumlah yang banyak
jika obstruksinya komplit. Bagian usus proksimal distensi, dan bagian
distal kolaps. Fungsi sekresi dan absorpsi membrane mukosa usus
menurun, dan dinding usus menjadi edema dan kongesti. Distensi
intestinal yang berat, dengan sendirinya secara terus menerus dan
progresif akan mengacaukan peristaltik dan fungsi sekresi mukosa dan
meningkatkan resiko dehidrasi, iskemia, nekrosis, perforasi,
peritonitis, dan kematian.
• Pemeriksaan penunjang
- Amilase-lipase
- Kadar gula darah.
- Kalium serum.
- Analisis gas darah. :
Leukositosis menunjukkan adanya iskemik atau strangulasi
Hematokrit yang meningkat dapat timbul pada dehidrasi.
gangguan elektrolit alkalosis metabolic
7/12/2019 LAPORAN DISKUSI TUTORIAL21
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-diskusi-tutorial21 46/48
45
metabolik asidosis bila ada tanda – tanda shock, dehidrasi dan
ketosis.)
− Foto abdomen 3 posisi
Tampak dilatasi usus menyeluruh dari gaster sampai rectum
Penebalan dinding usus halus yang dilatasi memberikan
gambaran herring bone appearance (gambaran seperti tulang
ikan)
Air fluid level pendek-pendek berbentuk seperti tangga(step
ladder appearance)
• Penanganan ileus
1. Konservatif
− Penderita dipuasakan
− Kontrol status airway, breathing and circulation.
− Dekompresi dengan nasogastric tube.
− Intravenous fluids and electrolyte
− Dipasang kateter urin untuk menghitung balance cairan.
2. Farmakologis
− Antibiotik broadspectrum untuk bakteri anaerob dan aerob.
− Analgesik apabila nyeri.
3. Operatif
− Ileus paralitik tidak dilakukan intervensi bedah kecuali disertai
dengan peritonitis.
− Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastricuntuk mencegah sepsis sekunder atau rupture usus.
− Operasi diawali dengan laparotomi kemudian disusul dengan
teknik bedah yang disesuaikan dengan hasil explorasi melalui
laparotomi.
7/12/2019 LAPORAN DISKUSI TUTORIAL21
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-diskusi-tutorial21 47/48
46
3. AIK
Manusia dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang halal dan thayyib
Surat Al-Mā'idahayat 88
Artinya:
Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah
rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamuberiman
kepada-Nya.
Surat Al-Baqarahayat 173
Artinya:
Sesungguhnya Allah hanyamengharamkanbagimubangkai, darah,
dagingbabi, danbinatang yang (ketikadisembelih) disebut (nama) selain
Allah.Tetapi barang siapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang
diatidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, makati dak
ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.
7/12/2019 LAPORAN DISKUSI TUTORIAL21
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-diskusi-tutorial21 48/48
DAFTAR PUSTAKA
1. Brusch JL. Typhoid Fever. www.emedicine.com last up date July 24th 2006
[diakses pada tanggal 16 November 2007].
2. Lentnek AL. Typhoid Fever. Division of Infection Disease.
www.medline.com last up date June 20th 2007 [diakses pada tanggal 16
November 2007].
3. Chandrasoma dan Taylor. 2006. Ringkasan Patologi Anatomi. Ed: ke-
2. Jakarta : EGC.
4. Guyton, AC dan Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed: ke-
9 . Jakarta: EGC.
5. Pierce dan Neil. 2007. At a Glance Ilmu Bedah. Ed : 3. Jakarta : Penerbit
Erlangga.
6. Price dan Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit . Ed: Ke-6. Jakarta: EGC.
7. Subanada, Supadmi, Aryasa, dan Sudaryat. 2007. Beberapa Kelainan
Gastrointestinal yang Memerlukan Tindakan Bedah. Dalam: Kapita
Selekta Gastroenterologi Anak . Jakarta: CV Sagung Seto.
8. Sudoyo, W. Aru. 2007. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid 1. Jakarta:
FKUI.
9. R.syamsudiat. Buku Ajar Ilmu bedah. 2004. Jakarta : EGC
Recommended