8/18/2019 Laporan Fieldtrip DIT
1/29
LAPORAN FIELDTRIP
DASAR ILMU TANAH
Ds. Kekep
Disusun Oleh :
KELOMPOK K1 (Rabu, jam 11.00)
Asisten : Haryati Br Siboro
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2012
8/18/2019 Laporan Fieldtrip DIT
2/29
LAPORAN FIELDTRIP
DASAR ILMU TANAH
Ds. Kekep
Disusun Oleh :
KELOMPOK K1 (Rabu, jam 11.00)
1. Fahma Sariahta Berutu 125040201111125
2. Virgus Amin Nugroho 125040201111126
3. Yanti Fitriah N 125040201111127
4. Selma Meidina 1250402011111285. Alif Eka Yunian 125040201111129
6. Fefira Suci Rahayu 125040201111130
7. Amul Heksa Bajafitri 125040201111131
8. Kamaluddin 125040201111132
9. Abdi Jaya Simanjuntak 125040201111134
10. Fincha Deasy Nabila 125040201111135
11. Moh.Ardiansyah 125040201111136
12. Dewi Anggraini 125040201111137
13. Epifanias 125040201111138
14. Ayu Reza Fahmilia 125040201111139
15. Eka Purnamasari 125040201111140
16. Vivi Sakti Wiyono 125040201111141
17. Agustina Rizky Cahyani 125040201111142
18. Wening Tiara Dewi 125040201111143
19. Widya Intan Noviyanita 125040201111144
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2012
8/18/2019 Laporan Fieldtrip DIT
3/29
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Indonesia yang merupakan Negara Agraris yang dipenuhi dengan bermacam
sumber daya alam yang melimpah, yang mana para masyarakat memanfaatkan
sumber daya alam yang ada di alam dengan mengolahnya dengan berbagai macam
kebutuhan demi kelangsungan hidup mereka. Salah satunya yang dimanfaatkan
sebagai lahan untuk meningkatkan pembangunan pertanian yang berkelanjutan
atau yang sering dikenal dengan Suistanable Agriculture.
Secara umum, keberhasilan pembangunan pertanian ditentukan oleh
lingkungan tumbuh komoditas pertanian tanaman pangan, hortikultura,
perkebunan, dan peternakan. Agroekosistem atau faktor biofisik seperti jenis
tanah dan iklim (intensitas cahaya, curah hujan, kelembaban, dan suhu) dapat
menjadi peluang atau masalah dalam pembangunan pertanian, tergantung kepada
kemampuan petani atau pelaku agribisnis lainnya dalam menggunakan teknologi
pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam.
Budidaya pertanian di lahan pegunungan dihadapkan pada faktor pembatas
biofisik seperti lereng yang relatif curam, kepekaan tanah terhadap longsor dan
erosi serta curah hujan yang relatif tinggi. Kesalahan dalam pengelolaan dan
pemanfaatan sumberdaya lahan di daerah pegunungan dapat menimbulkan
kerusakan atau ancaman biofisik berupa degradasi kesuburan tanah dan
ketersediaan air yang dampaknya tidak hanya dirasakan oleh masyarakat di lahan
pegunungan, tetapi juga di dataran rendah. Dari berbagai penjelasan di atas,
diketahui bahwa tanah sangat berpengaruh terhadap produktifitas tanaman, faktor-
faktor yang diperhatikan dalam menunjang produktifitas tanaman yang meliputi
kelerengan, landuse, landcover , fisika tanah, biologi tanah, kimia tanah, pedologi,
dan lain-lain tersebut menjadi hal yang penting untuk dipelajari.Oleh karena itu,
diperlukannya penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor diatas dengan
diadakannya Fieldtrip di daerah Desa Kekep.
8/18/2019 Laporan Fieldtrip DIT
4/29
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan laporan adalah sebagai berikut :
1) Agar mahasiswa dapat menjadikan kegiatan dan laporan ini sebagai acuan
dalam perencanaan dan pelaksanaan budidaya pertanian di lahan pegunungan
yang diketahui bahwa kondisi fisik di daerah pegunungan sangat berbeda
dengan dataran rendah.
2) Agar mahasiswa memahami tentang sifat-sifat tanah yang ada di daerah
pegunungan dengan melakukan pengamatan di daerah Desa Kekep.
3) Agar mahasiswa mampu mendeskripsikan keadaan tanah di daerah
pegunungan yang mempunyai kelerengan mayoritas curam serta agar dapat
mengatur manajemen tanah untuk meminimalisir terjadinya erosi.
4) Agar mahasiswa memahami tentang fisika tanah, kimia tanah, biologi
tanah, serta pedologi yang ada di daerah pegunungan terutama di daerah Desa
Kekep.
5) Agar mahasiswa dapat mendeskripsikan dan mengklasifikasikan tanah di
daerah pengamatan.
8/18/2019 Laporan Fieldtrip DIT
5/29
BAB II
METODOLOGI
2.1 Tempat dan Waktu
2.1.1 Tempat : Dusun Kekep, Desa Tulungrejo
Kec. Bumiaji, Kota Batu
2.1.2 Waktu : Sabtu, 16 Desember 2012
Pukul 06.00-12.00 WIB
2.2 Alat dan Bahan ( Beserta fungsi )
Alat dan bahan yang digunakan tiap pos sebagai berikut :
1. Pos Kimia Tanah
a. Alat
pH indikator : untuk mengetahui tingkat
kemasaman suatu tanah
Botol bekas tempat rol film : tempat pencampuran sampel
tanah dengan aquadest
Kamera : untuk dokumentasi
b. Bahan
Sampel tanah : sebagai objek pengamatan
Tanaman Jagung : sebagai objek pengamatan
defisiensi hara
Tanaman Wortel : sebagai objek pengamatan
defisiensi hara
Tanaman Kacang-kacangan : sebagai objek pengamataan
defisiensi hara
2. Pos Fisika Tanah
a. Alat
Klinometer : untuk mengukur sudut kemiringan
lereng
8/18/2019 Laporan Fieldtrip DIT
6/29
Buku catatan : untuk mencatata hasil pengamatan
Alat tulis : untuk mencatat hasil pengamatan
b.
Bahan
Lereng : sebagai objek pengamatan
Sungai : sebagai objek pengamatan
3. Pos Pedeologi
a. Alat
Skop : untuk membuat singkapan tanah
Pisau lapang : untuk pembeda konsistensi tanah
antar horizon
Meteran : untuk mengukur tinggi singkapan
dan horizon- horizon
Sabuk Profil : untuk menentukan tinggi horizon
dan mengukur kedalaman tanah
Alat tulis : untuk mencatat hasil pengamatan
b. Bahan
Sepetak tanah : sebagai objek pengamatan
4. Pos Biologi
a. Alat
Cetok : untuk mengali tanah
Alat tulis : untuk mencatat hasil pengamatan
Frame : untuk membuat plot
Buku catatan : untuk mencatat hasil pengamatan
Kamera : dokumentasi
b. Bahan
Lokasi pengamatan
8/18/2019 Laporan Fieldtrip DIT
7/29
2.3 Langkah-langkah Deskripsi Tanah
1. Pos Kimia Tanah
a. Pengamatan Tanaman Kekurangan Unsur Hara
a. Mengukur Kadar Kemasaman Tanah
Siapkan alat dan bahan
Mencari tanaman di area lahan pengamatan yang
mengalami kekurangan hara
Menentukan jenis unsur hara yang kurang dengan cara
membandingkan warna daun pada tanaman yang ditemukandengan gambar dari literatur
Catat hasil pengamatan
Siapkan alat dan bahan
Ambil sampel tanah secukupnya letakkan didalan botol dan
campur dengan aquadest
Kocok sebayak 20 kali dan diamkan selama 10 menit
Lalu celupkan kertas lakmus kedalam larutan didalam botol
dan identifikasikan dengan tabel kemasaman
Catat hasil pemgamatan
8/18/2019 Laporan Fieldtrip DIT
8/29
2. Pos Fisika Tanah
3. Pos Pedologi Tanah
Siapkan alat dan bahan
Mengukur sudut lereng objek yang diamati dengan
Gambarlah kelerengan objek lahan yang diamati
Amati erosi yang mungkin bisa terjadi di sekitar lahan
Catat hasil pengamatan
Siapkan alat dan bahan
Buat singkapan tanah menggunakan sekop hingga
kedalaman lebih dari 1 cm
Menusuk – nusuk singkapan dengan menggunakan pisau
untuk mencari horizon tanah berdasarkan konsistensi
Letakkan meteran dan sabuk profil untuk mengukur jarakantar horizon tanah
Batasi tiap horizon tanah dengan menggunakan pisau,
berdasarkan warna
Ambil sampel tanah di setiap horizon
8/18/2019 Laporan Fieldtrip DIT
9/29
4. Pos Biologi Tanah
2.4 Klasifikasi Tanah
Alfisol:
Tanah yang termasuk ordo Alfisol merupakan tanah-tanah yang terdapat
penimbunan liat di horison bawah (terdapat horison argilik)dan mempunyai
kejenuhan basa tinggi yaitu lebih dari 35% pada kedalaman 180 cm dari
permukaan tanah. Liat yang tertimbun di horison bawah ini berasal dari horison di
Siapkan alat dan bahan
Membuat plot 0,5m x 0,5 m dengan frame aluminium yang
disediakan
Hitung jumlah jenis spesies hewan dan tumbuhan yang
ditemukan di masing – masing plot yang nampak di
permukaan tanah
Membuat lubang di maisng - masing plot menggunakan
cetok, hingga kedalaman 10cm dan hitung spesies
tumbuhan dan hewan yang ditemukan
Dokumentasi spesiem tiap plot dan catat hasil pengamatan
Gambar sketsa penggunaan lahan yang diamati dengan cara
tam ak de an
Menentukan tekstur, struktur, dan konsistensi lembabnya
menggunakan feeling methode untuk setiap horizon tanah
Menambah air pada contoh tanah masing – masing horizon
untuk menentukan konsistensi basahnya
8/18/2019 Laporan Fieldtrip DIT
10/29
atasnya dan tercuci kebawah bersama dengan gerakan air. Padanan dengan sistem
klasifikasi yang lama adalah termasuk tanah Mediteran Merah Kuning,
Latosol,kadang-kadangjuga Podzolik Merah Kuning.
Aridisol:
Tanah yang termasuk ordo Aridisol merupakan tanah-tanah yang mempunyai
kelembapan tanah arid (sangat kering). Mempunyai epipedon ochrik, kadang-
kadang dengan horison penciri lain. Padanan dengan klasifikasi lama adalah
termasuk Desert Soil.
Entisol:
Tanah yang termasuk ordo Entisol merupakan tanah-tanah yang masih sangat
muda yaitu baru tingkat permulaan dalam perkembangan. Tidak ada horison
penciri lain kecuali epipedon ochrik, albik atau histik. Kata Ent berarti recent atau
baru. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Aluvial atau
Regosol.
Histosol:
Tanah yang termasuk ordo Histosol merupakan tanah-tanah dengan kandungan
bahan organik lebih dari 20% (untuk tanah bertekstur pasir) atau lebih dari 30%
(untuk tanah bertekstur liat). Lapisan yang mengandung bahan organik tinggi
tersebut tebalnya lebih dari 40 cm. Kata Histos berarti jaringan tanaman. Padanan
dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Organik atau Organosol.
Inceptisol: Tanah yang termasuk ordo Inceptisol merupakan tanah muda, tetapi lebih
berkembang dari pada Entisol. Kata Inceptisol berasal dari kata Inceptum yang
berarti permulaan. Umumnya mempunyai horison kambik. Tanah ini belum
berkembang lanjut, sehingga kebanyakan dari tanah ini cukup subur. Padanan
dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Aluvial, Andosol, Regosol,
Gleihumus, dll.
8/18/2019 Laporan Fieldtrip DIT
11/29
Mollisol:
Tanah yang termasuk ordo Mollisol merupakan tanah dengan tebal epipedon lebih
dari 18 cm yang berwarna hitam (gelap), kandungan bahan organik lebih dari 1%,
kejenuhan basa lebih dari 50%. Agregasi tanah baik, sehingga tanah tidak keras
bila kering. Kata Mollisol berasal dari kata Mollis yang berarti lunak. Padanan
dengan sistem kalsifikasi lama adalah termasuk
tanah,Chernozem,Brunizem,Rendzina,dll.
Oxisol:
Tanah yang termasuk ordo Oxisol merupakan tanah tua sehingga mineral mudah
lapuk tinggal sedikit. Kandungan liat tinggi tetapi tidak aktif sehingga kapasitas
tukar kation (KTK) rendah, yaitu kurang dari 16 me/100 g liat. Banyak
mengandung oksida-oksida besi atau oksida Al. Berdasarkan pengamatan di
lapang, tanah ini menunjukkan batas-batas horison yang tidak jelas. Padanan
dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Latosol (Latosol Merah &
Latosol Merah Kuning), Lateritik, atau Podzolik Merah Kuning.
Spodosol:
Tanah yang termasuk ordo Spodosol merupakan tanah dengan horison bawah
terjadi penimbunan Fe dan Al-oksida dan humus (horison spodik) sedang,
dilapisan atas terdapat horison eluviasi (pencucian) yang berwarna pucat (albic).
Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Podzol.
Ultisol:
Tanah yang termasuk ordo Ultisol merupakan tanah-tanah yang terjadi
penimbunan liat di horison bawah, bersifat masam, kejenuhan basa pada
kedalaman 180 cm dari permukaan tanah kurang dari 35%. Padanan dengan
sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Podzolik Merah Kuning, Latosol,
dan Hidromorf Kelabu.
8/18/2019 Laporan Fieldtrip DIT
12/29
Vertisol:
Tanah yang termasuk ordo Vertisol merupakan tanah dengan kandungan liat
tinggi (lebih dari 30%) di seluruh horison, mempunyai sifat mengembang dan
mengkerut. Kalau kering tanah mengkerut sehingga tanah pecah-pecah dan keras.
Kalau basah mengembang dan lengke
8/18/2019 Laporan Fieldtrip DIT
13/29
BAB III
KONDISI UMUM WILAYAH
3.1 Kondisi Biofisik (Land Use, Land Cover dan Tingkat Pengolahan)
3.1.1 Land Use
Berdasarkan literatur land use adalah setiap bentuk interfensi
(campur tangan) manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi
kebutuhan kehidupannya baik materil maupun spiritual.
(Arsyad,1989:207),selain itu land use juga diartikan sebagai penggolangan
penggunaan lahan secara umum seperti pertanian tadah hujan,pertanian
beririgrasi, padang rumput, kehutanan, dan daerah rekreasi.
(Rayes,2007:162)
Land use atau penggunaan lahan di Dusun Kekep,Malang,Jawa
Timur yakni sebagai daerah lahan produksi dengan sistem tanam
polikultur. Polikultur adalah sebuah sistem pertanian atau model pertanian
yang ekonomis, ekologis, berbudaya, mampu diadaptasi dan manusiawi.
Model pertanian ini disebut juga dengan model pertanian yang
berkelanjutan. Model pertanian polikultur merupakan koreksi total
terhadap model pertanian monokultur (Sabirin, 2000). Berdasarkan
pengamatan fieldtrip yang telah dilakukan, disimpulkan bahwa dominasi
tanaman pada lokasi fieldtrip adalah tanaman semusim dan tanaman
hortikultura (sayur-sayuran dan buah-buahan). Di dalam lahan tersebut
juga dijumpai sistem tanam pagar dengan tanaman bawang sebagai pagar
tanaman wortel.
3.1.2 Land Cover
Berdasarkan literatur land cover merupakan penggunaan lahan
biasanya meliputi segala jenis kenampakan dan sudah dikaitkan dengan
aktivitas manusia dalam memanfaatkan lahan, sedangkan penutup lahan
mencakup segala jenis kenampakan yang ada di permukaan bumi yang ada
pada lahan tertentu.(Mallingreu dan Rosalia,1981)
8/18/2019 Laporan Fieldtrip DIT
14/29
Land Cover atau penutupan lahan di Dusun Kekep,Malang,Jawa
Timur di dominasi oleh semak dan tanaman penutup tanah sebangsa
rerumputan, tetapi pada beberapa lokasi ditemukan juga tanaman
tahunan berupa pohon alpukat. Sebagian besar lahannya tertutupi oleh
vegetasi tersebut. Hal itu membuktikan bahwa daerah tersebut
tanahnya mempunyai kandungan bahan mineral dan organik dalam jumlah
yang banyak yang sangat dibutuhkan oleh tumbuhan agar tumbuh dengan
baik.
3.1.3 Tingkat Pengolahan
Tingkat pengolahan di lahan Dusun Kekep,Malang,Jawa Timur
cukup intensif. Dikarenakan di lahan tersebut yang mendominasi adalah
tanaman semusim holtikultura sehingga tingkat pengolahanlahannya
sering. Pada lahan dengan tanaman semusim masa tanamnya singkat,
hanya beberapa bulan saja kemudian ditanami tanaman yang sama
kembali. Hal tersebut dilakukan setiap usai panen sebelum masa tanam.
3.2 Kondisi Fisiografis (Lereng dan Relief)
Berdasarkan hasil pengamatan kami menggunakan alat klinometer
(untuk mengukur ketinggian lereng) diperoleh hasil presentasi kemiringan
sebesar 40% dan derajat kemiringannya 22o.Dari segi derajat kemiringan
dapat dikatagorikan lereng disana landai karena derajat kemiringannya
karena berdasarkan literatur yang kami baca kemiringan yang ideal 30o-40
0
.(Arronof,1989)
Berdasarkan pengamatan, telah diketahui bahwa kemiringan di
lokasi tersebut landai. Dengan kemiringan tersebut masih dapat dipakai
lahan pertanian karena keadaan lingkuan juga mendukung, namun masih
susah dijangkau transportasi.
8/18/2019 Laporan Fieldtrip DIT
15/29
BAB IV
HASIL DAN PENGAMATAN
4.1 Hasil deskripsi lingkungan ( Fisika tanah)
Sifat fisik tanah kali ini membahas tentang erosi. Erosi dapat terjadi
apabila didukung oleh beberapa faktor antara lain tingkat kemiringan tanah,
tekstur tanah, jenis vegetasi, kandungan air serta angin. Namun penyebab utama
terjadinya erosi apabila adanya keaktifan angin dan air. Erosi oleh air yang jatuh
dan mengalir di permukaan tanah secara merata sehingga partikel-partikel tanah
yang hilang merata di permukaan tanah. Sedangkan Angin merupakan agen
penyebab erosi di padang pasir dan lahan kering. Angin memiliki kemampuan
mengikis batu, tanah, dll dan memindahkannya ke zona yang berbeda. Dilihat dari
bentuk-bentuknya, erosi dibedakan menjadi beberapa bentuk antara lain, erosi
percikan, erosi alur, erosi selokan, dan longsor(Anonymousa). Dari hasil
pengamatan fisik tanah di lahan pertanian Desa Kekep, Kota batu diketahui
persentasi dan derajat kemiringan tanah dengan menggunakan klinometer sebesar
40% dan 22o. Kemiringan ini memungkinkan dapat terjadi erosi karena keadaan
tanah yang gembur serta jenis tanaman yang ditanam adalah tanaman semusim
yaitu berupa tanaman sayur-sayuran,kacang-kacangan, serta jagung. Tanaman
tersebut tidak kuat untuk menahan pergerakan tanah apalagi sedang terjadi musim
hujan yang dapat menyebabkan hancurnya agregat tanah karena pukulan air hujan
dan kikisan air limpasan permukaan.Dan dari pengamatan pada kegiatan fieldtrip
yang telah dilakukan, jelas terlihat bahwa telah terjadi erosi alur, erosi percikan
serta longsor disekitar lahan pertanian itu, namun tidak terlalu besar dan tidak
terlalu berdampak bagi lahan tersebut.Tidak semua lahan sekitar yang berpotensi
terjadinya erosi karena masih terlihat ada yang berpotensi sebagai hutan yang
dapat menahan terjadinya erosi.
8/18/2019 Laporan Fieldtrip DIT
16/29
4.2 Hasil pengamatan biodiversitas tanah (biologi tanah)
Tabel 1. Pengamatan Vegetasi
No Jenis Vegetasi
Jumlah
Frame 1 Frame 2
1 Semanggi Banyak Sedikit
2 Wortel Banyak Sedikit
3 Rumput-rumputan 2 1
4 Krokot 8 3
Tabel 2. Pengamatan Seresah
No Jenis Seresah
Jumlah
Frame 1 Frame 2
1 Seresah Batang Banyak Sedikit
2 Seresah Daun Banyak Sedikit
3 Seresah Akar Banyak Sedikit
Tabel 3. Makroorganisme
No Jenis Makroorganisme
Jumlah
Frame 1 Frame 2
1 Cacing Banyak Sedikit
2 Semut Sedikit Sedikit
8/18/2019 Laporan Fieldtrip DIT
17/29
3 Ulat Sedikit Sedikit
Tabel 4. Pengamatan Kascing
No
Jumlah Kascing
Frame 1 Frame 2
1 Banyak Sedikit
Banyaknya jenis organisme dalam plot tersebut menunjukkan bahwa
biodiversitas pada lahan tersebut sangat baik dan terjaga,dan menunjukkan bahwa
adanya sumber makanan bagi organisme.Hal ini menunjukkan tanah tersebut
subur.Dan Vegetasi yang ada sangat mempengaruhi cadangan karbon dalam
tanah.
Bahan Organik adalah sisa makhluk hidup baik tanaman maupun hewan
yang tertimbun dalam tanah. Sedangkan,bahan organik tanah adalah bahan
organik yang telah mengalami pelapukan oleh mikroorganisme. Dan seresah
adalah bagian tanaman yang telah mati dan menutupi tanah.
Dampak penggunaan dari lahan yang diamati tersebut adalah jika tidak
seimbang akan mengganggu keseimbangan ekosistemnya. Dan jika lahan tersebut
hanya ditanami tanaman budidaya maka kemungkinan erosi dalam lahan tersebut
sangat besar.Oleh karena itu diperlukan tanaman-tanaman lain yang dapat
menyeimbangkan semua elemen dari ekosistem tersebut.
4.3 Hasil pengamatan tingkat kesuburan tanah (kimia tanah)
Untuk mengetahui tingkat kesuburan tanah di lokasi fieldtrip dilakukan
pengamatan pH dan Unsur hara tanah. Untuk pengukuran pH kami lakukan
dengan cara mengambil sampel tanah daerah tersebut dan mencampurkannya
dengan aquades, kemudian mengukur pH tanah dengan kertas lakmus. Untuk
pengamatan Unsur hara kami lakukan dengan cara mengambil salah satu sampel
8/18/2019 Laporan Fieldtrip DIT
18/29
tanaman dari setiap jenis yang ada, yakni dengan mengambil tanaman yang
menunjukkan gejala dan tanda kekurangan dan kelebihan unsure hara.
Dari hasil pengukuran kami, pH tanahnya masih netral yaitu 7,0. Kitatidak perlu menambahkan kapur untuk menetralkan tanah tersebut. Sehingga bisa
kami simpulkan bahwa tanah tersebut termasuk subur karena tanaman yang di
tanam di lahan tersebut tumbuh dengan normal.
Dari aspek unsur hara kami menyajikan hasil pengamatan kami dalam
bentuk tabel (Tabel 5).
Tabel 5. Hasil pengamatan tanaman yang terkena penyakit.
No. Nama tanaman Gejala yang ditimbulkan Kelebihan/kekurangan
Unsur
1. Jagung Menguning pada daun Kekurangan unsur N
2. Jagung Warna hijau tua, layu Kekurangan unsur P
3. Jagung Berwarna putih/albino Kekurangan unsur
4. Wortel Menguning, kerdil Kekurangan unsur N
5. Wortel Daunnya berwarna hijau
keungu-unguan.
Kekurangan unsur P
6. Sayur buncis Menguning Kekurangan unsur K
7. Jagung Hijau tua Kelebihan unsur K
8. Wortel Daun muda menguning Kelebihan unsur P
9. Jagung Hijau tua Kelebihan unsur N
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa setiap jenis tanaman
akan menunjukkan gejala tampak apabila kekurangan dan kelebihan unsur hara,
contohnya daun yanga menguning pada jagung karena kekurangan unsur N, daun
wortel berwarna hijau keunguan karena kekurangan unsur P, serta sayur buncis
yang menguning akibat kekurangan unsur K.
8/18/2019 Laporan Fieldtrip DIT
19/29
4.4 Hasil deskripsi dan klasifikasi profil tanah atau pedologi
Dari hasil pengamatan yang dilakukan di dusun Kekep, di dapatkan data
pedologi sebagai berikut.
Tabel 6.Hasil Klasifikasi Profil Tanah
Horizon 1 Horizon 2 Horizon 3
Kedalaman 0 – 21 21 – 63 >63
Warna Coklat gelap Coklat Merah bata
Tekstur Liat berdebu Liat berdebu Liat Berdebu
Struktur Remah Gumpal
membulat
Gumpal membulat
Konsistensi Basah: Agak Lekat
Lembab: Gembur
Basah: Agak
Lekat
Lembab: Gembur
Basah: Lekat
Lembab:Gembur
Ordo Inseptisol Inseptisol Inseptisol
Sub Ordo Udepts Udepts Udepts
KategoriLapisan
8/18/2019 Laporan Fieldtrip DIT
20/29
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Pengaruh Penggunaan Lahan Terhadap Sifat Fisik Tanah
Penggunaan lahan mempunyai pengaruh besar terhadap sifat fisik tanah.
Adanya seresah dan Bahan Organik menunjukkan adanya aktivitas biologi di
tanah. Semakin beragam dan rapatnya suatu vegetasi, semakin banyak terdapat
organisme baik makro maupun mikro yang ada di permukaan atau dalam
tanah.Hal ini dikarenakan semakin tersedianya bahan makanan bagi organisme,
sehingga banyak seresah dan sisa-sisa makhluk hidup yang terdekomposisi.
Aktivitas biologi tanah akan mempengaruhi sifat fisik tanah seperti tekstur tanah,
struktur tanah,dan sebagainya.
Jika ada penggunaan lahan yang sekiranya tidak berhubungan dengan
pertanian atau penghijauan, akan mengurangi bahkan bisa merusak keseimbangan
antara kondisi biofisik tanah. Karena antara sifat biologi dan sifat fisika tanah
saling mempengaruhi. Contohnya Alih fungsi hutan ke pertanian, banyaknya
pohon yang ditebang sebagai penyangga dan serapan air hujan dan diganti dengan
lahan pertanian akan menyebabkan erosi, longsor, dan degredasi tanah.
Perkembangan tanah yang ada di Desa Kekep, Kota Batu terjadi perubahan
pada fungsi dari penggunaan dan pengolahan lahan. Meskipun tidak terjadi secara
serentak, alih guna lahan disana adalah lereng yang dibuat lahan pertanian. Lahan
tersebut ditanami jagung dan tanaman holtikultural yaitu wortel, kacang-kacangan
dan brokoli. Perubahan fungsi tersebut secara tidak langsung akan mempengaruhi
sifat fisik tanah. Dalam hal ini yang perlu diamati dalam pengaruh perubahan sifat
fisik tersebut adalah perubahan mendasar dari struktur, tekstur, porositas, dan
konsistensi tanah.
Dari segi tekstur misalnya, perubahan yang terlihat adalah perubahan dari
tekstur yang cenderung lempung liat berpasir menjadi liat berpasir. Hal ini
disebabkan karena bahan organik alami yang ada dalam tanah tersebut lama
kelamaan akan menghilang karena diserap oleh tanaman-tanaman semusim
8/18/2019 Laporan Fieldtrip DIT
21/29
maupun sayuran. Hal tersebut juga akan berpengaruh nantinya pada struktur. Ini
didasarkan pada fungsi bahan organik itu sendiri sebagai pengikat partikel-partikel
tanah.
Pada penggunaan lahan tersebut partikel, porositas maupun konsistensinya
juga tidak stabil. Porositas dan konsistensi tanah yang terjaga ketika keadaan
tanah yang masih hutan alami berangsur-angsur berkurang kestabilan partikel,
porositas atau konsistensinya. Semua itu bisa disebabkan oleh tidak adanya akar
penopang pada pohon besar dan bahan organik tanah yang sedikit demi sedikit
menghilang tanpa adanya pengembalian bahan organik dalam tanah. Jika hal
tersebut dibiarkan, pengikisan tanah tidak bisa dihindari dan dapat menimbulkantanah longsor.
Berdasarkan literatur, perubahan penggunaan lahan selain menambah
proporsi luas lahan terbangun, juga mengubah tutupan lahan atau vegetasi pada
lahan terbuka yaitu dari lahan sawah/tegalan menjadi rumput/ pekarangan.
Perubahan tutupan lahan ini mengakibatkan perubahan sifat biofisik tanah, karena
setiap jenis vegetasi memiliki sistem perakaran yang berbeda (Winanti, 1996).
Hasil penelitian Widianto et al. (2004) menunjukkan bahwa alih guna lahan hutan
menjadi kopi monokultur di Lampung mengakibatkan perubahan sifat tanah
permukaan berupa penurunan bahan organik dan jumlah ruang pori. Alih guna
lahan tersebut juga mengakibatkan penurunan makroporositas tanah (Suprayogo
et al., 2004) dan menurunkan ketebalan seresah dan jumlah pori makro tanah
(Hairiah et al., 2004). Terkait dengan perubahan sifat biofisik tanah tersebut,
Liedloff (2003) menyatakan bahwa perubahan tutupan lahan mempengaruhi
keberadaan biota tanah berupa penyusutan jumlah makroinvertebrata di dalam
tanah.
5.2 Hubungan kondisi biofisik dan fisiografis terhadap tingkat biodiversitas tanah
Kondisi biofisik dalam anonymous b (2005) dikemukakan bahwa biofisika
adalah studi interdisipliner tentang fenomena dan problem-problem biologis
dengan menggunakan prinsip-prinsip dan teknik-teknik fisika. Biofisika
bergantung pada teknik-teknik yang berasal dari ilmu fisika tetapi difokuskan
8/18/2019 Laporan Fieldtrip DIT
22/29
pada problem-problem biologis.Mengacu pada definisi yang telah dikemukakan
mengenai biofisika, maka dalam konteks seorang pekerja yang melakukan
aktivitas di alam terbuka, maka biofisika dapat dipandang sebagai studi tentang
fenomena biologis pada seorang pekerja yang berinteraksi dengan lingkungan
fisik setempat ketika sedang melakukan aktivitas kerja dengan menggunakan
prinsip, konsep, dan metode fisika. Dalam hal ini Campbell (1977) menyebut
kajian fisika dalam konteks ini sebagai biofisika lingkungan.
Kondisi fisiografis adalah ilmu yg mempelajari tentang proses atau patern
bentukan keadaan alam sekitar mulai dari keadaan tanah, atmosfer biosfer akibat
kegiatan kegiatan di atas bumi yg menyebabkan perubahan lingkungan sekitar,
baik itu karena alami maupun kegiatan manusia yg berkontribusi dalam perubahan
lingkungan
Pengertian Biodiversitas bahwa biodiversitas memiliki fungsi secara
biofisik dan secara ekologi adalah yang dapat memberikan dukungan terhadap
kehidupan dan kesejahteraan manusia. Diketahui bahwa biodiversitas dalam
ekosistem lahan pertanian memberikan peran yang sangat penting dalam proses-
proses ekologi seperti pengendalian hama, penyerbukan, penetu kesuburan tanah,
penyedia sumber daya air serta meningkatkan kendungan nutrien dalam tanah,
(Alvarez et al : 2005). Dan beberapa referensi lainya yang menyebutkan
pengertian daribiodiversitas sebagai berikut:Pengertian Sumber Daya Alam
Hayati (Biodiversitas).Pengertian Biodiversitas (dari Society of American
Foresters): Biodiversitas mengacu pada macam dan kelimpahan spesies,
komposisi genetiknya, dan komunitas, ekosistem dan bentang alam di mana
mereka berada. Definisi yang lain menyatakan bahwa biodiversitas sebagai
diversitas kehidupan dalam semua bentuknya, dan pada semua level organisasi.
Dalam semua bentuknya menyatakan bahwa biodiversitas mencakup tumbuhan,
binatang, jamur, bakteri dam mikroorganisme yang lain. Semua level organisasi
menunjukkan bahwa biodiversitas mengacu pada diversitas gen, spesies dan
ekosistem. Biodiversitas terjadi pada skala spasial yang mulai dari tingkat lokal ke
regional dan global. Biodiversitas dapat pula dikelompokkan ke dalam: diversitas
8/18/2019 Laporan Fieldtrip DIT
23/29
komposisional, struktural dan fungsi. Biodiversitas komposisional mencakup apa
yang dikenal dengan diversitas spesies termasuk diversitas genetik dan ekosistem.
Berdasarkan hasil pengamatan kondisi biofisik pada DusunKekep,Malang,Jawa Timur adalah sebagai daerah lahan produksi dengan sistem
tanam polikultur, dominasi tanaman semusim dan tanaman hortikultura (sayur-
sayuran dan buah-buahan). Di dalam lahan tersebut juga dijumpai sistem tanam
pagar dengan tanaman bawang sebagai pagar tanaman wortel.Penutupan di
dominasi oleh semak dan tanaman penutup tanah sebangsa rerumputan, tetapi
pada beberapa lokasi ditemukan juga tanaman tahunan berupa pohon alpukat.
Sebagian besar lahannya tertutupi oleh vegetasi tersebut. Hal itu membuktikan
bahwa daerah tersebut tanahnya mempunyai kandungan bahan mineral dan
organik dalam jumlah yang banyak yang sangat dibutuhkan oleh
tumbuhan.Kondisi fisiografis pada Dusun Kekep mempunyai presentasi kemiring
40% dan derajat kemiringan 220. Sehingga dapat dikatagorikan lereng disana
landai. Dengan kemiringan tersebut masih dapat digunakan sebagai lahan
pertanian .
Dengan kondisi biofisik dan kondisi fisiografis yang seperti itu maka
diversitas pada daerah itu tinggi. semakin tingginya biodiversitas pada daerah
tersebut maka tanaman akan semakin tumbuh dengan subur.Sedangkan kualitas
tanahnya juga baik.
5.3 Hubungan pengolahan dan penggunaan lahan terhadap terhadap tingkat
kesuburan tanah
Pengaruh penggunaan dan pengelolaan lahan dalam pengamatan yang
kelompok kami lakukan dapat dikatakan berpengaruh besar. Hal ini selain
berpengaruh terhadap sifat fisik tanah dan biodiversitas tanah itu sendiri, juga
berpengaruh terhadap kesuburan tanah.
Pada fieldtrip yang di lakukan di desa Kekep, kota Batu lahan pertanian
ditanami dengan tanaman semusim. Tanaman semusim yang banyak ditanam
adalah jagung dan tanaman sayur-sayuran yang meliputi wortel dan brokoli.
8/18/2019 Laporan Fieldtrip DIT
24/29
Berdasarkan literatarur (Suprapto HS,1991) Tanah yang dikehendaki
adalah gembur kerana tanaman jagung memerlukan aerasi dan pengairan yang
baik. Jagung dapat tumbuh baik pada berbagai macam tanah. Tanah lempung
berdebu adalah yang paling baik bagi pertumbuhannya. Tanah-tanah berat masih
dapat ditanami jagung dengan pengerjaan tanah lebih sering selama
pertumbuhannya, sehingga aerasi dalam tanah berlangsung dengan baik.
sedangkan untuk pengolahannya sendiri yaitu seperti berikut melakukan
pembajakan tanah sebanyak 2 kali dengan kedalaman 12-20 cm, membenamkan
gulma dan sisa tanaman,kemudian garulah tanah sampai rata. Biarkan tanah
kering angin selama 7-14 hari. dan melakukan pengolahan tanah paling sedikit 1
minggu sebelum tanam.
Sedangkan untuk tanaman wortel menurut literature (Ir. Bambang
cahyono) untuk pengolahan tanahnya ada tiga tahap yaitu untuk tahap pertama
adalah pembajakan tanah dengan menggunakan teraktor singkal atau alat bajak
yang ditarik hewan, sedalam 30cm-50cm. Pengolahan tahap kedua adalah
penggemburan gumpalan-gumpalan tanah hasil pembajakan, dengan cara
menyangkul tanah tipis-tipis samapai diperoleh struktur tanah yang remah
(gembur). Pengolahan tahap ketiga adalah penggemburan tanah kembali, dengan
cara mencangkul tanah tipis-tipis sedalam 30cm-40cm, serta membentuk
bedengan-bedengan dan parit
Sedangkan untuk tanaman brokoli berdasarkan literatur (annehera,2012)
untuk pengolahan tanahnya yaitu tanah diolah dan diberi pupuk organik dan
buatlah bedeng-bedeng untuk mengatasi masalah air yang berlebih saat hujan.
Berdasarsakan literatur di atas bahwa untuk tanaman semusim itu tanah
yang cocok adalah tanah yang gembur. Hal itu sesuai dengan tanah pertanian yang
ada pada di desa kekep yaitu tanahnya gembur, sehingga tanaman tersebut bisa
tumbuh dan berkembang dengan baik. namun ada beberapa tanaman yang
kekuningan karena kekurangan unsur hara nitrogen. Namun untuk pengolahan
lahan yang dilakukan petani di sana kami kurang mengetahuinya. Sedangkan
berdasarkan literatur(Anonymousc) tanah yang subur memiliki ciri berikut
Mengandung humus/bunga tanah (terbuat dari bahan organik yang hancur dan
8/18/2019 Laporan Fieldtrip DIT
25/29
terurai, kompos, mulsa, kotoran hewan dll). Mengandung sejumlah besar biota-
biota tanah bermanfaat (mikrofauna, mikroflora, makrofauna, dll).Mengandung
campuran partikel tanah liat dan pasir yang seimbang (tanah liat mengikat mineral
sedangkan pasir memungkinkan drainase). Bertekstur lempung, mempunyai
porositas dan daya mengisap air yang baik.Mempunyai tingkat pH yang
netral..Berbagai tanaman bisa tumbuh di atasnya. Hal itu sesuai dengan keadaan
tanah disana, namun tanah tersebut sudah mengalami penurunan kesuburan. Hal
ini terbukti dari penyerapan unsur hara oleh tanaman karena ada tanaman yang
kelebihan dan kekurangan unsur hara. Dan terjadinya erosi tanah, yaitu erosi
percikan, alur dan longsor. Hal itu terjadi karena sistem pertaniaannya tidak
menggunakan sistem agroforesty.
5.4 Analisa data hasil deskripsi dan klasifikasi profil tanah
Pada lahan di Desa Kekep memiliki ordo inceptisol, yaitu tanah yang
pembentukannya melalui proses-proses pelapukan yang menghasilkan mineral-
mineral dengan struktur kristal yang cukup rapi. Tanah ini umumnya dijumpai di
daerah-daerah yang dingin (pada ketinggian di atas 1000 m dpl) dengan tingkat
curah hujan yang sedang sampai tinggi, terutama daerah-daerah yang ada
hubungannya dengan material vulkanik.
Melalui pengamatan yang telah dilakukan, tanah pada pos pedologi di
daerah ini menampung cukup air untuk pertumbuhan tanaman. Selain itu, daerah
dataran tinggi yang mempunyai curah hujan yang cukup ini mempunyai
kemampuan untuk menyimpan air yang cukup baik. Inceptisol mempunyai
karakteristik dari kombinasi sifat – sifat tersedianya air untuk tanaman lebih dari
setengah tahun atau lebih dari 3 bulan berturut –
turut dalam musim –
musim
kemarau, satu atau lebih horison pedogenik dengan sedikit akumulasi bahan selain
karbonat atau silikat amorf, tekstur lebih halus dari pasir geluhan dengan beberapa
mineral lapuk dan kemampuan manahan kation fraksi lempung ke dalam tanah
tidak dapat di ukur. Kisaran kadar C organik dan Kpk dalam tanah inceptisol
sangat lebar dan demikian juga kejenuhan basa. Inceptisol dapat terbentuk hampir
di semua tempat kecuali daerah kering mulai dari kutup sampai tropika.
(Darmawijaya, 1990)
8/18/2019 Laporan Fieldtrip DIT
26/29
Dengan hal tersebut dapat dideskripsikan bahwa tanah yang didapatkan di
lapang pada horizon 1 memiliki kedalaman tanah antara 0 – 21 cm dan memiliki
warna coklat gelap, bertekstur liat berdebu, struktur tanah remah, konsistensi
basah agak lekat, konsistensi lembab gembur dengan memilki ordo inseptisol dan
sub ordo udepts
Pada horizon 2 kedalaman tanah antara 21 – 63 cm dan memiliki warnah
tanah coklat, bertekstur liat berdebu, srtuktur tanah gumpal membulat, konsistensi
basah agak lekat, konsistensi lembab gembur dengan memilki odo inseptisol dan
sub ordo udepts
Dan dihorizon 3 kedalaman tanah memiliki kedalaman > 63cm dan warna
tanah merah bata. Bertekstur liat berdebu, struktur tanah gumpal membulat,
konsistensi basah yaitu agak lekat, konsistensi lembab yaitu gembur dengan
memilki ordo inseptisol dan sub ordo udepts
5.5 Pengaruh sifat fisik kimia dan bio serta morfologi tanah terhadap bahaya erosi
dan longsor
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan di Desa Kekep, sifatfisik, kimia, biologi serta morfologinya tanahnya, lokasi tersebut berpengaruh
terhadap terjadinya erosi. Erosi yang banyak terjadi disana ialah erosi percikan,
yaitu erosi yang berupa percikan partikel-partikel tanah halus yang disebabkan
oleh tetes hujan pada tanah dalam keadaan basah. Tanda-tanda nyata adanya erosi
percik pada musim hujan dapat dilihat pada permukaan daun yang terdapat pada
partikel tanah, adanya batuan kerikil diatas lapisan tanah. Jadi, jenis erosi ini dapat
diamati pada waktu musim hujan. Selain erosi percikan, yang sering terjadi ialah
erosi alur yaitu erosi dengan pengelupasan yang diikuti dengan pengangkutan
partikel-partikel tanah oleh aliran air larian yang terkonsentrasi di dalam saluran-
saluran air. Erosi alur terjadi ketika air larian masuk ke dalam cekungan
permukaan tanah, kecepatan air larian meningkat dan akhirnya terjadilah
transportasi sedimen.
Sifat fisik yang terdapat di lokasi tersebut yaitu tanah yang bertekstur liat
berpasir, bertekstur granular, dengan konsistensi yang gembur dan agak lekat.
8/18/2019 Laporan Fieldtrip DIT
27/29
Seperti yang terdapat dalam literatur dari (Sutanto, 2005) yang menyatakan bahwa
tanah yang berkonsistensi agak lekat ialah tanah yang mempunyai tekanan yang
setelah dilepaskan sebagian tanah masih melekat pada ibu jari dan telunjuk, tetapi
salah satu jari tampak lebih bersih. Dengan keadaan tanah seperti itu, dapat
memungkinkan terjadinya erosi.
Sifat kima tanah pada lokasi tersebut terdapat banyak unsur hara dalam
jumlah yang cukup banyak karena jumlah vegetasi yang banyak juga. Semakin
banyak vegetasi juga akan semakin banyak unsur hara. Jadi keduanya saling
berhubungan. Jika unsur hara yang ada pada lahan tersebut banyak maka akan
mempengaruhi sifat fisik tanah seperti tekstur, struktur serta porositas yang juga
akan berpengaruh terhadap terjadinya erosi. Sedangkan pH tanah yang telah
dimati di lokasi tersebut ialah netral.
Pengaruh sifat biologi maksudnya adalah pengaruh ketersediaan biota
terhadap terjadinya erosi/longsor. Biota yang dimaksud disini dapat berupa
mikroorganisme dan makroorganisme. Makroorganisme contohnya adalah
vegetasi pohon-pohonan, dimana adanya pohon yang hidup dipermukaan tanah
dengan sistem perakaran yang menancap ke dalam tanah dapat membantu
mengikat/mempertahankan partikel tanah sehingga walaupun sering terjadi hujan
partikel tanah tidak akan mudah terbawa air. Pada lokasi tersebut jenis vegetasi
sangat beragam, baik pohon besar maupun tanaman budidaya. Sehingga erosi
yang terjadi termasuk erosi ringan.
Seperti pada literatur dari (Cahyono,2008) yang menyatakan bahwa sifat
biologi tanah dapat membantu proses nitrifikasi, menekan pertumbuhan patogen,
menyuburkan tanah dan dapat membantu aerasi tanah (peredaran udara dalam
tanah).
8/18/2019 Laporan Fieldtrip DIT
28/29
BAB VI
KESIMPULAN
Tanah didpermukaan bumi diklasifikasikan menjadi Alfisol, Ardisol,
Andisol, Histosol, Inseptisol, Spodosol, Ultisol, Oxisol, dan Vertisol. Tekstur
tanah di desa Kekep merupakan tekstur tanah yang gembur sehingga sesuai untuk
penanaman jagung, wortel, buncis. Dari hasil pengamatan fisik tanah di lahan
pertanian Desa Kekep, Kota batu diketahui persentasi dan derajat kemiringan
tanah dengan menggunakan klinometer sebesar 40% dan 22o. Kemiringan ini
memungkinkan dapat terjadi erosi karena keadaan tanah yang gembur. Jenis
tanaman yang ditanam juga tidak kuat untuk menahan pergerakan tanah apalagi
sedang terjadi musim hujan.
Berdasarkan hasil pengamatan kondisi biofisik pada Dusun Kekep,
Malang adalah sebagai daerah lahan produksi dengan sistem tanam polikultur,
dominasi tanaman semusim dan tanaman hortikultura (sayur-sayuran dan buah-
buahan). Di dalam lahan tersebut juga dijumpai sistem tanam pagar dengan
tanaman bawang sebagai pagar tanaman wortel.Penutupan di dominasi oleh
semak dan tanaman penutup tanah sebangsa rerumputan, tetapi pada beberapa
lokasi ditemukan juga tanaman tahunan berupa pohon alpukat. Sebagian besar
lahannya tertutupi oleh vegetasi tersebut.
8/18/2019 Laporan Fieldtrip DIT
29/29
DAFTAR PUSTAKA
Luthfi, Rayes.2007 . Metode Inventarisasi Sumberdaya Lahan. Yogyakarta : Andi.
Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Bogor : IPB Press.
Arronof, S. 1989.Geographic Information System : A Management Pers-
pective. WDL Publication Ottawa, Canada.
Campbell, G. S. 1977. An Introduction to Environmental Biophysics. New York:
Springers- Verlag. Cahyono, Bambang.2008.Usaha Tani dan Penanganan
Pasca Panen.Yogyakarta:Kanisius.
Sutanto, Rachman.2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.Yogyakarta:Kanisius.
Ir.Bambang cahyono. Wortel,teknik dan budidaya dan analisis usaha
tani.kansinius.yogyakarta.2002
Anneahira.2012.http://www.anneahira.com/budidaya-brokoli.html
Diakses pada tanggal 22 Desember 2012
Anonymousa.2012.http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/04/pengolahan-tanah-
untuk- tanaman-jagung.htmlDiakses pada tanggal 22 Desember 2012
Anonymous b.2005. Biophysics. Microsoft® Encarta® 2006 [DVD]. Redmond,
WA: Microsoft Corporation.
Anonymousc.2012.http://pertaniansehat.com/read/2012/07/31/kesuburan-dan-
kesehatan-tanah-2.html Diakses pada tanggal 22 Desember 2012
http://www.anneahira.com/budidaya-brokoli.htmlhttp://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/04/pengolahan-tanah-%09untuk-%09tanaman-jagung.htmlhttp://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/04/pengolahan-tanah-%09untuk-%09tanaman-jagung.htmlhttp://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/04/pengolahan-tanah-%09untuk-%09tanaman-jagung.htmlhttp://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/04/pengolahan-tanah-%09untuk-%09tanaman-jagung.htmlhttp://www.anneahira.com/budidaya-brokoli.htmlRecommended