BAB II
KEGIATAN YANG DILAKUKAN
Pelaksanaan Field Lab dengan topik “Keterampilan: Manajemen Terpadu
Balita Sakit (MTBS)” kali ini dilaksanakan di Puskesmas Tanon I, Sragen. Kegiatan
dilakukan sebanyak lima kali dengan rincian sebagai berikut:
A. Survey
Hari/Tanggal : Rabu, 12 Maret 2014
Waktu : 07.30 –11.00 WIB
Tempat : Puskesmas Tanon I
Kegiatan : Survey
Kegiatan survey dilakukan hari Rabu, 12 Maret 2014. Pada survey kali ini,
mahasiswa mendapatkan pengarahan tentang pelaksanaan kegiatan MTBS dan
kegiatan yang akan dilakukan mahasiswa selama Field Lab MTBS di Puskesmas
Tanon I Sragen.
B. Lapangan I
Hari/Tanggal : Rabu, 19 Maret 2014
Waktu : 07.30 –10.00
Tempat : Puskesmas Tanon I
Kegiatan : Presentasi, diskusi, dan pembagian kelompok kecil
Kegiatan Field Lab hari pertama dilaksanakan hari Rabu, 19 Maret
2014. Mahasiswa melakukan presentasi kegiatan yang akan dilakukan dan
diskusi dengan Kapuskes Tanon I bapak Agus Trimanto, dr. M.Kes. Setelah
presentasi kegiatan yang dilakukan dan diskusi, kegiatan dilanjutkan pengarahan
dari instruktur Field Lab MTBS bapak Edy Kadaryanto mengenai pembagian
tempat serta kelompok untuk kegiatan lapangan II. Kami dibagi menjadi 4
kelompok kecil agar memaksimalkan proses pembelajaran MTBS kali ini.
Pembagian kelompok dicantumkan dalam lampiran.
C. Kegiatan Lapangan II
Hari/Tanggal : Rabu, 26 Maret 2014
Waktu : 07.30 –11.30 WIB
Tempat : Puskesmas Tanon I, PKD Gabugan
Kegiatan : Pelaksanaan MTBS di PKD Gabugan
Secara umum kegiatan dilakukan dengan cara menganamnesis orang tua
yang datang dengan anak balitanya yang sakit. Anamnesis dilakukan sesuai
pedoman MTBS yang tercantum dalam form dan bagan MTBS. Anak yang sakit
dinilai sesuai keluhan utamanya, serta dilihat adakah tanda bahaya umum atau
tidak. Setelah keluhan utama digali dan didapatkan penilaiannya, dilanjutkan
dengan pengklasifikasian penyakit yang diderita balita, sehingga dapat
ditentukan tindakan yang harus dilakukan. Selain itu, memberi konseling tentang
pemberian makan dan minum pada anak serta konseling kapan harus kembali.
Semua hasil anamnesis, penilaian, klasifikasi dan konseling ditulis dalam form
MTBS.
Setelah selesai melakukan kegiatan MTBS di PKD, kami kembali ke
puskesmas untuk berpamitan dengan bapak Edy Kadaryanto.
D. Pengumpulan Laporan dan Diskusi
Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Jumat, 28 Maret 2014 bertempat di
Puskesmas Tanon I untuk mengumpulkan laporan serta diskusi sebelum
presentasi pada kegiatan lapangan III.
E. Kegiatan Lapangan III
Kegiatan Field Lab lapangan III dilaksanakan pada hari Rabu, 2 April
2014 dengan kegiatan mempresentasikan apa yang telah mahasiswa lakukan pada
Field Lab lapangan I dan II. Selain itu mahasiswa juga mengumpulkan laporan
ke Puskesmas Tanon I
BAB III
PEMBAHASAN
Pada kegiatan Field Lab Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), mahasiswa
melakukan pengamatan tentang pelaksanaan MTBS di Puskesmas Tanon I Sragen.
Kegiatan pengamatan dilakukan dengan membagi anggota kelompok yang berjumlah
11 orang menjadi 4 kelompok kecil untuk melakukan pengamatan di 4 tempat, 1 di
Puskesmas Tanon I Sragen dan 3 lainnya di PKD (Pos Kesehatan Desa). Setiap
mahasiswa minimal melakukan pengamatan terhadap 1 pasien kemudian mencatatnya
di form MTBS yang telah diberikan oleh pihak puskesmas. Berikut hasil pengamatan
pelaksanaan MTBS yang kami dapatkan di PKD Gabugan:
1. Nama : Cheril Fitriana
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 19 bulan
BB : 5,8 kg
Suhu Badan : 36,2o C
Keluhan : batuk, pilek
Kunjungan : ulang
Penilaian:
a. Tidak ditemukan tanda bahaya umum.
b. Batuk 3 hari dengan jenis batuk kering. Napas 37x/menit sehingga tidak
termasuk napas cepat. Tidak ditemukan adanya tarikan dinding dada atau
stridor.
c. Pilek 3 hari dengan lendir yang bening dan cair.
d. Anak tidak demam karena suhu tubuhnya dibawah 37,5o C.
Tempat tinggal anak tidak termasuk daerah risiko malaria, anak tidak sakit
campak dalam 3 bulan terakhir, dan tidak ada tanda-tanda demam berdarah.
e. Anak tidak diare.
Anak datang dengan keadaan sadar dan agak rewel. Pada pemeriksaan turgor
kulit dengan uji cubit, didapatkan hasil normal karena kulit kembali dalam
waktu kurang dari 2 detik. Buang Air Besar sehari sekali, dan konsistensinya
lunak.
f. Tidak mempunyai masalah telinga karena tidak didapatkan nyeri telinga,
cairan / nanah yang keluar dari telinga, dan tidak didapatkan pembengkakan
yang nyeri di belakang telinga.
g. Anak tampak kurus namun tidak ada pembengkakan di kedua punggung kaki.
Berat badan menurut umur berada di bawah garis merah (< -3 SD).
Evaluasi intake makanan:
Ibu tidak meneteki anak karena anak tidak mau minum ASI sejak usia 4 bulan.
Anak mengkonsumsi susu formula sejak saat itu. Sejak usia 7 bulan mulai
diperkenalkan bubur dan sayur. Susu formula diberikan ketika anak rewel,
kurang lebih lima sampai enam kali sehari. Bubur dan sayur diberikan 3 kali
sehari. Selama sakit tidak ada perubahan pemberian makan.
h. Tidak ada tanda anemia.
Tidak didapatkan kepucatan pada telapak tangan.
i. Status imunisasi lengkap.
Anak tidak diberikan imunisasi pada hari itu.
j. Sudah pernah diberikan vitamin A 1x dan tidak diberikan vitamin A saat
kunjungan.
k. Tidak ada masalah / keluhan lain.
Klasifikasi:
Batuk bukan pneumonia
Infeksi saluran pernafasan atas (ISPA)
Sangat kurus
Tindakan:
Pasien tidak mendapatkan tindakan pada kunjungan ulang karena obat dari
kunjungan pertama belum habis.
Menurut paramedis pada kunjungan pertama diberikan vitamin B kompleks dan
Glyceryl Guaicolate (GG) dengan dosis ½ tablet dikonsumsi 3 kali sehari dan
kotrimoksazol sediaan sirup.
Pembahasan:
Tindakan yang dilakukan paramedis tidak sesuai dengan buku bagan MTBS,
karena:
Seharusnya anak dengan diagnosis batuk bukan pneumonia tidak diberikan
antibiotik karena ditakutkan akan terjadi resistensi. Antibiotik kotrimoksazol
dianjurkan untuk anak dengan diagnosis pneumonia.
Penatalaksanaan untuk gizi buruk anak seharusnya dievaluasi secara
komprehensif dan dilakukan rujuk apabila diperlukan. Perlu ditanyakan juga
riwayat batuk lama pada keluarga untuk mengetahui kemungkinan adanya TB
pada anak.
Tindakan yang sesuai dengan buku bagan MTBS untuk anak dengan kasus ini
adalah:
Memberi pelega tenggorokan dan pereda batuk yang aman.
Merujuk untuk pemeriksaan lanjutan jika batuk lebih dari 3 minggu.
Memberi dosis pertama paracetamol jika demam tinggi (≥38,5o C).
Memberi nasihat kepada orangtua atau pengantar kapan kembali segera.
Melakukan kunjungan ulang 5 hari jika tidak ada perbaikan.
Hangatkan badan
Berikan Vitamin A
Bila syok, berikan bolus glukosa 10% iv dan infus.
Bila ada komplikasi pada mata, beri tetes / salep mata tanpa kortikosteroid.
RUJUK SEGERA. Selama di perjalanan jaga kehangatan badan dan bila masih
menyusu, teruskan ASI.
2. Nama : Zaki
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 6 bulan
BB : 9,2 kg
Suhu Badan : 40,2oC
Keluhan : Demam, batuk
Kunjungan ke : Pertama
a. Hasil anamnesis, pasien dapat minum dan menyusu, pasien tidak
memuntahkan ASI, dan pasien tidak menderita kejang, pasien juga tampak
sadar. Dari hasil tersebut, tidak ditemukan tanda bahaya umum pada pasien.
b. Batuk
Penilaian Batuk
1) Batuk 1 hari. Napas 36x/menit sehingga tidak termasuk napas cepat.
Tidak ditemukan adanya tarikan dinding dada atau stridor. Tidak ada
tanda – tanda pneumonia atau penyakit yang sangat berat. Hal ini
diklasifikasikan batuk bukan pneumonia.
Tindakan Untuk Batuk.
1) Diberikan oleh Bidan : Pemberian GG (Glyceryl Guaiacolate) sebagai
obat batuk. GG merupakan obat batuk kategori ekspektoran atau
pereda batuk berdahak. Obat ini untuk manajemen sementara gejala
batuk karena infeksi saluran pernapasan atas minor dan kondisi
terkait, seperti sinusitis, faringitis, dan bronchitis.
2) Tindakan yang diberikan sesuai dengan bagan MTBS :
a) Memberi pelega tenggorokan & pereda batuk yang aman.
b) Jika batuk >3 minggu, merujuk untuk pemeriksaan lanjutan
c) Menasihati kapan kembali segera.
d) Kunjungan ulang 5 hari jika tidak diperbaikan.
c. Anak tidak diare.
1) Pasien datang dengan keadaan sadar dan tidak gelisah ataupun rewel.
2) Pada pasien juga tidak ditemukan mata cekung
3) Pada pemeriksaan turgor kulit dengan uji cubit, didapatkan hasil normal
karena kulit kembali dalam waktu kurang dari 2 detik.
4) Tanda tanda anak diare juga tidak ditemukan, seperti: peningkatan
pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak atau lebih cair dari
biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam. Sementara untuk
bayi dan anak-anak, diare di definisikan sebagai pengeluaran tinja>10
g/kg/2t4 jam, sedangkan rata-rata pengeluaran tinja normal bayi sebesar
5-10 g/kg/ 24 jam.
d. Anak demam karena suhu tubuhnya ≥37,5o C.
1) Sudah 2 hari dan demam di malam hari. Tiga hari sebelumnya, pasien
mendapatkan imunisasi DPT/HB 3 dan Polio 4. Kebanyakan bayi
menderita panas pada sore hari setelah imunisasi DPT, tetapi panas akan
turun dan hilang dalam waktu 2 hari. Sebagian besar merasa nyeri, sakit,
merah atau bengkak di tempat suntikan. Keadaan ini tidak berbahaya dan
idak perlu mendapatkan pengobatan khusus, dan akan sembuh sendiri.
Bila gejala tersebut tidak timbul, tidak perlu diragukan bahwa imunisasi
tersebut tidak memberikan perlindungan, dan imunisasi tidak perlu
diulang. Obat yang diberikan setelah imunisasi sudah habis, tetapi demam
anak belum turun. Sehingga orang tua anak membawa kembali ke PKD
Gabugan.
2) Tidak termasuk daerah risiko malaria.
3) Tidak sakit campak dalam 3 bulan terakhir.
4) Tidak ada tanda-tanda demam berdarah.
Tindakan yang diberikan Bidan :
a. Pemberian obat paracetamol, CTM, amoxicilin.
b. Edukasi untuk dikompres dengan air hangat
Pemberian antibiotik sebaiknya dihindari karena tidak ada diagnosis infeksi
bakteri pada pasien. Pemberian antibiotik yang tidak tepat guna akan
meningkatkan terjadinya resistensi. Pemberian CTM pada bayi tidak tepat
guna karena kerjanya langsung ke SSP.
Pembahasan
Tindakan yang seharusnya diberikan sesuai dengan bagan MTBS:
a. Jika demam tinggi (≥ 38.5°C), berikan dosis pertama parasetamol. Tidak
boleh golongan salisilat dan ibuprofen.
b. Menasihati kapan kembali segera.
c. Kunjungan ulang 2 hari jika tetap demam
e. Masalah yang lain
1) Tidak mempunyai masalah telinga karena tidak didapatkan nyeri telinga,
cairan/nanah yang keluar dari telinga, dan tidak didapatkan
pembengkakan yang nyeri di belakang telinga.
2) Anak tidak tampak kurus dan tidak ada pembengkakan di kedua
punggung kaki. Klasifikasi status gizi: normal (BB/U mendekati +2 SD).
Tindakan: ASI diteruskan.
3) Tidak ada tanda anemia karena tidak didapatkan kepucatan pada telapak
tangan.
4) Bayi ini hingga usia 6 bulan memiliki status imunisasi lengkap. Bayi telah
menjalani imunisasi BCG, Polio 1, DPT/HB 1, Polio 2, DPT/HB 2, Polio
3 dan tiga hari sebelum kunjungan melaksakan imunisasi DPT/HB 3 dan
Polio 4. Bayi ini akan melaksanakan imunisasi campak 3 bulan lagi atau
saat usia bayi 9 bulan.
5) Tidak membutuhkan vitamin A dan tidak diberikan vitamin A hari ini.
6) Tidak ada masalah/keluhan lain. Bidan menyarankan kunjungan ulang 2
hari lagi bila demam tidak sembuh.
3. Nama : Ozil
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 4 bulan
BB : 7,1 kg
Suhu Badan : 36,9o C
Keluhan : batuk
Kunjungan ke-: 2
Penilaian:
a. Tidak ditemukan tanda bahaya umum.
b. Batuk berdahak sudah 3 hari.
c. Anak tidak diare.
1) Pasien datang dengan keadaan sadar dan tidak gelisah ataupun
rewel.
2) Pada pasien juga tidak ditemukan mata cekung
3) Pada pemeriksaan turgor kulit dengan uji cubit, didapatkan hasil
normal karena kulit kembali dalam waktu kurang dari 2 detik.
4) Tanda tanda anak diare juga tidak ditemukan, seperti: peningkatan
pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak atau lebih cair
dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam.
Sementara untuk bayi dan anak-anak, diare di definisikan sebagai
pengeluaran tinja>10 g/kg/2t4 jam, sedangkan rata-rata
pengeluaran tinja normal bayi sebesar 5-10 g/kg/ 24 jam
d. Anak tidak demam karena suhu tubuhnya <37,5o C.
Tidak termasuk daerah risiko malaria.
Tidak sakit campak dalam 3 bulan terakhir.
Tidak ada tanda-tanda demam berdarah.
e. Tidak mempunyai masalah telinga.
Tidak ada cairan keluar, tidak ada nyeri pada telinga
f. Anak tidak tampak kurus dan tidak ada pembengkakan di kedua
punggung kaki.
Klasifikasi status gizi: normal (BB/U mendekati +1SD)
Tindakan: ASI diteruskan.
g. Tidak ada tanda anemia.
Tidak didapatkan tanda-tanda anemia seperti kepucatan pada telapak
tangan, dan bibir.
h. Status imunisasi lengkap hingga 4 bulan. Tidak diimunisasi hari ini.
i. Tidak membutuhkan vitamin A dan tidak diberikan vitamin A hari ini.
j. Masalah/keluhan lain: Ibu tidak menyusui, malam hari juga tidak
disusui, anak mendapat susu formula
Tindakan
Tindakan yang diberikan oleh Bidan : diberikan antibiotik kortrimoksazol,
CTM, GG dan paracetamol.
Pembahasan
Tindakan yang dilakukan paramedis tidak sesuai dengan buku bagan MTBS.
Seharusnya anak diberikan antibiotik karena bukan pneumonia, ditakutkan
akan terjadi resistensi. Antibiotik kotrimoksazol dianjurkan untuk anak
dengan diagnosis pneumonia.
Tindakan yang diberikan sesuai dengan bagan MTBS :
a) Memberi pelega tenggorokan & pereda batuk yang aman.
b) Jika batuk >3 minggu, merujuk untuk pemeriksaan lanjutan
c) Menasihati kapan kembali segera.
d) Kunjungan ulang 5 hari jika tidak diperbaikan.
4. Nama : Arselo Wildan H
Jenis Kelamin : Laki – laki
Umur : 5 bulan
BB : 7,1 kg
Suhu Badan : 36,4°C
Keluhan : Ruam merah pada kulit di daearah extremitas inferior
Kunjungan : Kedua
Penilaian :
a. Tidak ditemukan tanda bahaya umum.
b. Anak tidak demam karena suhu tubuh dibawah 37,5°C.
1. 2 minggu yang lalu terdapat demam 39,5 °C, dan mumcul
kemerahan pada bagian dada disusul bagian punggung lalu
extremitas. Tapi sekarang demam sudah turun.
2. Tempat tinggal anak tidak termasuk daerah resiko malaria, anak
tidak ada tanda-tanda demam berdarah.
c. Anak menderita campak dalam 3 bulan terakhir, tepatnya 2 minggu
yang lalu (kunjungan hari Rabu, 26 Maret 2014).
Pada pemeriksaan :
1) Tidak ada bekas luka di mulut bagian dalam maupun luar.
2) Tidak ada riwayat mata keluar nanah (aloanamnesis pada ibu)
3) Kornea tidak keruh, dan dahulu tidak ditemukan kekeruhan kornea
(aloanamnesia pada ibu)
d. Anak tidak menderita diare.
1) Anak datang dalam keadaan sadar, tidak rewel.
2) Pada pemeriksaan turgor kulit dengan uji cubit, didapatkan hasil
normal karena kulit kembali dalam waktu kurang dari 2 detik.
3) Buang air besar sehari sekali, dan konsistensinya lunak.
e. Anak tidak menderita masalah pada telinga.
1) Tidak ditemukannya nyeri telingan, cairan/nanah yang keluar dari
telinga
2) Tidak didapatkan pembengkakan pada bagian belakan telinga.
f. Anak tidak tampak kurus dan tidak ada pembengkakan di kedua
punggung kaki.
Klasifikasi status gizi: normal (BB/U mendekati nilai median)
Tindakan: ASI diteruskan.
g. Anak tidak menderita anemia.
Tidak didapatkan tanda-tanda anemia seperti kepucatan pada telapak
tangan, dan bibir.
h. Status imunisasi lengkap sampai bulan ke 5.
Belum mendapatkan imunisasi campak, nanti pada bulan ke 9.
i. Anak diberikan vitamin A untuk tetap menjaha kesehatan pasca
campak.
j. Tidak ada masalah/keluhan lain.
Tindakan :
1) Pada anamnesis harus ditetakankan untuk riwayat deman 2
minggu lalu, ditanyakakn juga apakan ada mata kemerahan serta
gejala kea rah konjungtivitis. Dan tanyakan adakah ruam merah yang
terdapat pada kulit (biasanya dimulai dari bagian dada dan
punggung).Setelah demam turun ditanyakan bagaimana bentuk ruam
pada kulitnya yang menyeluruh. Ditanyakan dulu apakan pernah
mengkonsumsi obat. Diarahkan anamnesis sedetail mungkin,
kemungkina bias terjangkit campak, atau alergi terhadap obat.
2) Apabila gejala tersebut kearah campak, tapi kalau dilihat umur balita
yang masih 5 bulan, maka ada beberapa faktor pemberat :
a) Dahulu ibu balita belum pernah terjangkit penyakit campak
b) Terjadi kelainan imunologi pada balita.
c) Virulensi virus sangat tinggi hingga menyebabkan
ketidakmampuan sistem imun balita.
3) Memberi konseling cara pemberian makan anak, anjuran makan
untuk nak sehat/sakit.
4) Memberi nasihat kepada orang tua atau pengantar kapan kembali
kontrol.
5) Memberi konseling agar ibu juga menjaga kesehatan dirinya.
6) Pada Wildan sudah tidak ada gejala, hanya terdapat ruam kulit seperti
koreng.
Bila terdapat balita sakit dengan gejala umum demam dan didukung gejala
campak seperti :
a) Ruam kemerahan di kulit yang menyeluruh
b) Terdapat salah satu gejala berikut : batuk, pilek.
c) Terdapat adanya luka di mulut. Apakah dalam/luas?
d) Adanya nanah pada mata?
e) Adanya kekeruhan pada kornea?
Untuk tindakan lebih lanjut kita klasifikasikan dalam 3 bentuk :
a) Campak biasa :
Gejala : Tidak ada tanda diatas, hanya demam dan ruam pada
kulit.
Pengobatan : Beri vitamin A
b) Campak dengan komplikasi pada mata dan/atau mulut :
Gejala : Mata bernanah atau luka di mulut
Pengobatan : Beri vitamin A, beri antibiotik dengan dosis yang
sesuai, beri obat tetes mata kloramfenikol/tertrasiklin tanpa
kortikosteriod, beri gentian violet bila ada luka pada mulut, dan
kunjungan ulang 2 hari.
c) Campak dengan komplikasi berat
Gejala : Ada tanda bahaya umum, atau kekeruhan pada kornea,
atau luka di mulut yang dalam atau luas.
Pengobatan : Beri vitamin A, beri antibiotik dengan dosis yang
sesuai, beri obat tetes mata kloramfenikol/tertrasiklin tanpa
kortikosteriod, Jika demam tinggi (>38,5°C) beri dosis pertama
parasetamol, dan Rujuk Segera.
5. Nama : Efan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 10 bulan
BB : 9,2 kg
Suhu Badan : 34,4o C
Keluhan : batuk pilek
Kunjungan ke-: 2
Penilaian:
a. Tidak ditemukan tanda bahaya umum.
b. Anak sudah batuk selama 2 hari, napas normal. Batuk tidak berdahak.
c. Anak tidak diare.
d. Anak tidak demam karena suhu tubuhnya <37,5o C. Suhu anak
tergolong rendah karena dibawah 35C o C. Hal ini mungkin
disebabkan karena anak dibawa ke posyandu tepat setelah mandi,
sehingga suhu tubuh anak yang rendah mengindikasikan anak sedang
kedinginan.
e. Tidak mempunyai masalah telinga.
f. Anak tidak tampak kurus dan tidak ada pembengkakan di kedua
punggung kaki.
Klasifikasi status gizi: normal (BB/PB -2 SD - +2 SD)
g. Tidak ada tanda anemia.
h. Status imunisasi lengkap hingga 9 bulan. Tidak diimunisasi hari ini.
i. Tidak membutuhkan vitamin A dan tidak diberikan vitamin A hari ini.
j. Masalah/keluhan lain: terdapat pustula dengan diameter kurang dari
5cm di daerah lengan dan beberapa pustula yang sudah mulai
mengering di daerah ekstremitas.
k. Tindakan/terapi yang diberikan oleh Bu Bidan:
i. Kotrimoksazol sediaan sirup
ii. Gliseril Guaiakolat (GG)
Klasifikasi: Batuk non-pneumonia
Pembahasan
Tindakan yang sesuai dengan MTBS:
Konseling makan:
1.Teruskan pemberian ASI
2.Berikan Makanan Pedamping ASI (MP-ASI) yang lebih padat dan
kasar seperti bubur nasi, nasi tim, nasi lembik.
3.Tambahkan telur/ayam/ikan/ tempe/tahu/daging sapi/
wortel/bayam/santan kacang hijau/minyak.
4.Setiap hari (pagi, siang, malam) diberikan makan sebagai berikut:
9 bln : 3 x 9 sdm peres
10 bln: 3 x 10 sdm peres
11 bln: 3 x 11 sdm peres
5.Beri makanan selingan 2 kali sehari diantara waktu makan (buah,
biskuit, kue)
Terapi
Karena kasus ini bukan merupakan batuk pneumonia maka tindakan
yang seharusnya dilakukan:
1. Beri pelega tenggorokan & pereda batuk yang aman.
2. Jika batuk > 3 minggu, rujuk untuk pemeriksaan lanjutan.
3. Nasihati kapan kembali segera.
4. Kunjungan ulang 5 hari jika tidak ada perbaikan.
UKK pustula anak tersebut kemungkinan adalah pyoderma. Tindakan
yang seharusnya dilakukan adalah memberi antibiotik topikal dan
antibiotik broad spectrum oral.