LAPORAN KASUS DIARE DENGAN PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA
Tujuan
Makalah ini dibuat dengan tujuan mengkaji dan membahas penyakit diare pada masyarakat dan kaedah
tatalaksana terhadap penyakit tersebut dengan berbasiskan pendekatan kedokteran keluarga.
Kedokteran keluarga didefinisikan sebagai penangana penyakit secara komprehensif, koordinatif,
kolaboratif, kontinu, dan mengutamakan pencegahan dengan memandang pasien sebagai bagian dari
keluarganya dalam segala aspek dan menerapkan evidence based medicine.
Identitas pasien
Kasus yang didapat adalah anak laki-laki berinisial D yang didiagnosis menderita diare. Anak berusia 1
tahun 6 bulan dan masih belum bersekolah. Keluarga beralamat di Jalan Tanjung Gedong. Anak tersebut
telah dibawa oleh ibunya untuk mendapat rawatan ke rumah sakit. Sewaktu dilakukan kunjungan
rumah, anak telah pun sembuh dari diare yang dideritanya.
Anamnesis
Oleh karena anak baru berusia 1 tahun 6 bulan, dilakukan allo-anamnesis dengan menganamnesis ibu
dari pasien, Ibu J. Keluhan utama pasien adalah buang air besar sebanyak 20 kali dalam waktu sehari
yang terjadi setelah mengalami panas selama 3 hari. Keadaan tinja bayi dinyatakan cair dan kehijauan.
Apabila ditanyakan kebiasaan makan pasien, si ibu menyatakan anaknya lebih suka mengemil dan
makan nasinya hanya sedikit. Anak D masih diberikan ASI disamping susu formula dan makanan padat
yang lain. Ibu tersebut selanjutnya menceritakan bahawa kejadian diare tersebut terjadi sewaktu
keluarga mereka sedang pulang kampong untuk berkumpul karena sedang belasungkawa. Sewaktu
keadaan ditersebut, ibu J menyatakan bahawa seluruh keluarga tidur disatu ruangan dan keadaan agak
ramai.
Ditanyakan riwayat penyakit dari anak D, ibu J menyatakan tidak pernah terjadi penyakit lain. Anak D
dinyatakan telah mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Anak D tidak mengalami alergi.
Apabila ditanyakan apakah telah terjadi kasus diare lain dalam keluarga beliau, Ibu J menyatakan
bahawa tidak ada. Ditanyakan juga riwayat penyakit-penyakit lain yang pernah diderita ahli keluarganya.
Ibu J menyatakan bahawa jarang terjadi diare namun kadang-kadang terjadi batuk pilek, tidak ada
penyakit kronis lain kecuali Ibu J mengaku sedang menderita hipertensi yang timbul setelah melahirkan
anaknya yang terakhir.
Pemeriksaan
Pada waktu dilakukan lawatan, ternyata pasien anak D telah sembuh sempurna dari penyakit yang
dideritanya. Dilihat keadaan umum dari pasien baik. Ibu tidak membenarkan pemeriksaan lanjut karena
pasien D sedang tidur pada waktu kunjungan. Diminta untuk melihat KMS anak D, dapat dilihat bahawa
pertumbuhan anak dalam kadar yang sepatutnya yaitu di dalam batas garis hijau.
Pada keadaan yang membenarkan sebaiknya dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital pasien dan
pemeriksaan antropometri untuk dilihat perkembangan pasien anak. Pemeriksaan tanda vital yang
dapat dilakukan termasuk pemeriksaan frekuensi nadi, respiratory rate, suhu dan sebagainya.
Pemeriksaan tinggi badan dan berat badan berserta dengan ukuran lingkaran lengan atas dapat
membantu menetapkan kadar pertumbuhan dari anak tersebut. Pada pemeriksaan fisik pasien,
perhatikan apakah pasien hadir dengan tanda-tanda dehidrasi seperti turgor kulit yang menurun, ubun-
ubun kecil mencengkung, mata cengkung dan mukosa mulut yang kering.
Pemeriksaan lain yang mungkin dapat membantu dalam membuat diagnosis adalah pemeriksaan darah
lengkap dan pemeriksaan tinja. Pemeriksaan darah lengkap dapat membantu menentukan apakah diare
yang terjadi diakibatkan infeksi atau keracunan makanan. Pemeriksaan tinja dilakukan untuk mengenal
pasti agen apa yang menyebabkan diare, apakah bakteri atau parasit.
Diagnosis
Berdasarkan riwayat yang telah didapatkan dari tindakan anamnesis, diduga terjadi diare akut karena
infeksi.
Diagnosis differensial yang dapat diambil adalah keracunan makanan, kolera, dengue atau intoleransi
laktosa.
Terapi
Pada kasus diare, terapi ditentukan dengan melihat keadaan dari dehidrasi pasien. Terapi dapat
dibagikan kepada Terapi A untuk pasien diare tanpa dehidrasi, Terapi B untuk pasien dengan dehidrasi
ringan hingga sedang, dan Terapi C untuk pasien dengan dehidrasi berat.
Terapi A adalah dengan pemberian cairan sesuai usia pasien sehingga diare terhenti yaitu;
o Anak < 1 tahun : 50 – 100 ml
o Anak 1 – 4 tahun : 100 – 200 ml
o Anak 5 tahun : 200 – 300 ml
o Dewasa : 300 – 400 ml
Terapi B adalah dengan pemberian oralit sebanyak 75 ml/ kg BB dalam 3 jam, diberikan secara perlahan-
lahan dan tidak melalui botol. Jika pasien muntah akibat pemberian oralit yang terlalu cepat, maka
ditunggu 5 – 10 menit dan disambung lagi pemberian oralit dengan kecepatan yang lebih perlahan (satu
sendok dalam waktu 2 – 3 menit).
Terapi C untuk pasien dengan dehidrasi berat adalah dengan memberikan infuse ringer laktat 100ml
dengan kaedah;
Umur 30ml/kg pertama 70 ml/kg seterusnya
Bayi (<12 bulan) Dalam 1 jam Dalam 5 jam
> 12 bulan Dalam 30 menit Dalam 2,5 jam
Pasien anak D telah diberikan terapi tipe C. Tidak dianjurkan pemberian antibiotika dan anti diare.
Setelah sembuh, anak tetap dberikana makanan yang bergizi dan banyak dari biasa untuk menggalakkan
perbaikan dan penambahan kembali berat badan yang telah hilang pada waktu sedang diare.
Penatalaksanaan dari segi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif adalah seperti berikut;
Dari segi promotif dan preventif, tindakan yang dapat dilakukan adalah seperti; meningkatkan kesehatan
anak dengan memastikan anak tersebut mendapat asupan gizi yang mencukupi dan mendapat pola
istirahat dan rekreasi yang seimbang agar dapat tumbuh kembang dengan baik. Pada bagian ini, ahli
keluarga berperan dalam memastikan anak mendapatkan asupan gizi yang baik. Ahli keluarga harus
mengetahui apakah makanan yang bergizi dan memastikan makanan tersedia buat anak mengingat
usianya yang masih kecil dan tidak mungkin mampu menyediakan makanan sendiri. Dari segi air minum,
harus dipastikan air tersebut dimasak sebelum diminum.
Selain itu, juga penting untuk menjaga kebersihan diri. Ahli keluarga lain harus mempunyai kesadaran
tentang kebersihan diri masing-masing dan juga mampu mengajarkan anak bagaimana untuk menjaga
kebersihan diri. Dari segi lingkungan, lingkungan yang bersih dapat membantu dalam tindakan promosi
kesehatan anak. Selain itu, juga penting adanya sarana air bersih, sarana jamban, tempat pembuangan
sampah dan limbah yang benar .
Tindakan lain yang mungkin dapat dilakukan oleh ahli keluarga untuk mengelakkan anak jatuh sakit
adalah jika terjadi sakit maka diharapkan untuk tidak kontak dekat dengan anak tersebut. Ini adalah
karena anak masih kecil dan sistem pertahanan tubuh masih rendah sehingga senang tertular penyakit.
Dari segi kuratif, ahli keluarga harus mampu mengenal pasti gejala-gejala terjadinya penyakit. Jika
timbulnya gejala penyakit, maka ahli keluarga harus mampu mencarikan pelayanan kesehatan yang
tepat seperti membawa anak ke puskesmas atau ke rumah sakit. Jika tidak mampu atau tidak dapat ke
rumah sakit atau puskesmas, ahli keluarga harus mengetahui kaedah perawatan alternatif yang dapat
diambil. Sebagai contoh pada keadaan diare, jika tidak tersedia oralit, maka ahli keluarga harus
mengetahui cairan rumah tangga lain yang diberikan pada anak seperti larutan garam gula, air tajin dan
kuah sayur. Anak harusnya tidak dipuasakan dan masih diberi makanan seperti sewaktu sebelum sakit
dan jika boleh ditambahkan sedikit. Pada anak kecil, ibu digalakkan untuk meneruskan pemberian ASI
sepanjang waktu anak sakit.
Dari segi rehabilitatif, keluarga dinasihatkan agar memastikan anak yang sakit mendapat istirahat yang
cukup. Usahakan untuk memberi ruangan yang aman dan nyaman untuknya beristirahat.
Prognosis
Prognosis dari pasien D adalah ad bonam karena penyakitnya telah sembuh dengan sempurna saat
kunjungan ke rumah. Kesehatan dari pasien harus dikekalkan dan ditingkatkan lagi agar tidak terjadi
penyakit lain pada masa akan datang. Ahli keluarga pasien memainkan peranan penting dalam
memberikan lingkungan biopsikososial yang baik pada anak agar anak D dapat tumbuh dan kembang
dengan baik.
Keluarga
Keadaan biologis keluarga
Sewaktu melakukan kunjungan rumah, dilihat juga keadaan dari ahli keluarga pasien. Pada waktu
kunjungan hanya ibu J yang ada dirumah. Ahli keluarga yang lain sudah keluar pergi bekerja dan juga ke
sekolah. Maka keadaan ahli keluarga lain ditanyakan pada ibu J. Dapat diketahui bahawa sekarang
keadaan semua ahli keluarga sehat-sehat sahaja dan tidak ada keluhan.
Keadaan kebersihan persendirian ibu J dan anak D dilihat berada dalam keadaan baik. Ahli keluarga lain
tidak dapat dinilai karena tidak ada dirumah.
Ditanyakan apakah ada ahli keluarga menderita penyakit lain. Ibu J menyatakan bahawa ahli keluarga
sering batuk pilek tetapi pada waktu tersebut tidak ada yang lagi sakit. Ibu J sendiri mengeluh sedang
menderita hipertensi yang terjadi setelah melahirkan anaknya yang terakhir tetapi sedang mengambil
obat yang telah didapatkan dari rumah sakit. Tidak terdapat sebarang keluhan kecacatan.
Pola makan ahli keluarga semua baik dengan makan tiga kali sehari. Pola istirahat keluarga berada pada
tahap sedang karena dilihat suami dan anaknya yang lain sibuk dengan kerja masing-masing sehingga
tidak sempat beristirahat di rumah. Ibu J menyatakan suaminya agak sibuk.
Jumlah ahli dari keluarga yang dilawat adalah enam orang.
Keadaan Psikologis keluarga
Ditanyakan kebiasaan dari ahli keluarga, ibu J memberitahu bahawa suaminya suka merokok. Pengambil
keputusan dalam keluarga mereka adalah ketua keluarga yaitu suaminya, Bapak H. Ahli keluarga tidak
ada yang mengalami ketergantungan obat. Ditanyakan dari mana ahli keluarga sering mendapatkan
obat, ibu J menyatakan mereka sering ke rumah sakit atau ke puskesmas. Ditanyakan apakah ahli
keluarga sering keluar atau melakukan aktiviti bersama-sama, ibu J menyatakan tidak selalu karena
suaminya agak sibuk dan anaknya lagi bersekolah. Maka dinyatakan bahawa pola istirahat keluarga di
tahap sedang.
Dari segi spiritual keluarga, semua ahli keluarga beragama islam dengan ketaatan ibadah yang cukup.
Apabila ditanyakan keyakinannya denagn keadaan kesehatan keluarga, ibu J menyatakan bahawa
kesehatan baik-baik sahaja dan jika sakit, dicari perawatan di puskesmas atau rumah sakit agar sembuh.
Keadaan sosiologis keluarga
Tingkat pendidikan ahli keluarga berada pada tahap sedang. Bapak H menamatkan SMA sedangkan ibu J
tamat SMP. Anaknya yang lain masing-masing masih bersekolah ke SMA dan SMP. Anak D belum mulai
bersekolah. Ibu J menyatakan hubungan dengan ahli keluarga lain baik-baik sahaja. Malah, kebanyakan
dari tetangganya adalah keponakannya sendiri. Adik ibu J juga tinggal di lantai atas rumah yang mereka
duduki. Hubungan dengan orang lain dinilai baik karena ibu J dilihat menegur ibu kader dengan ramah
dan memberi kerjasama yang cukup terhadap survei yang dijalankan. Hanya bapak H yang sedang
bekerja dan dilihat dari keadaan rumah, maka dinilai keadaan ekonomi keluarga berada dalam tingkat
sedang. Ibu J menyatakan bahawa rumah yang diduduki sekarang adalah rumah sendiri. Rumah sebelah
juga merupakan rumah milik mereka yang sedang ingin dikontrakkan tapi belum ada penduduknya.
Keadaan Kebudayaan Keluarga
Ibu J menyatakan bahawa mereka sekeluarga tidak mengamalkan apa-apa adat.
Keadaan Rumah/Lingkungan Keluarga
Keluarga tinggal dibangunan permanen. Lantai rumah dari semen dengan keluasaan rumah kurang lebih
4 x 2 m2. Penerangan dari rumah agak kurang karena harus dengan pencahayaan lampu dan kurang
tingkap untuk membenarkan cahaya alami masuk. Kebersihan dalam rumah dinilai sedang karena
didapati ahli keluarga menyimpan motor di dalam rumah, namun kebersihan dalam kamar tidur dilihat
terjaga. Ventilasi rumah agak kurang karena tidak tedapat tingkap untuk membenarkan udara keluar
masuk. Namun begitu, di kamar tidur keluarga telah memasang eksos.
Dapur rumah terletak di belakang tetapi masih didalam rumah. Pencahayaan di kawasan dapur agak
kurang. Ibu J menyatakan dapur dikongsi dengan adiknya yang tinggal di lantai atas. Dapur terletak
bersebelahan dengan jamban dan kamar mandi keluarga. Kamar mandi dan jamban ini juga dikongsi
bersama dengan adiknya di lantai atas. Kamar mandi juga berfungsi sebagai tempat basuh pakaian.
Rumah mendapat bekalan air dari air tanah dengan menggunakan pam. Air tersebut dikatakan dipakai
untuk memasak dan mencuci. Walaupun begitu, sumber air minum adalah dari air gallon.
Perkarangan rumah agak sempit dan tidak bertanah. Dilihat keluarga telah meletak beberapa tanaman
pot di pekarangan rumah. Semua tanaman pot adalah tanaman hiasan. Sampah rumah tangga di buang
di pagar dan diambil oleh yang berkaitan sebanyak dua kali sehari. Dari pemerhatian, sanitasi
lingkungan rumah baik.
Kesimpulan dan saran
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari kunjungan yang telah dilakukan pada keluarga pasien adalah, pasien
telah sembuh dengan sempurna dari penyakit yang dideritanya. Keadaan dari keluarga pasien dilihat
baik dengan hubungan diantara ahli keluarga yang rapat. Keadaan rumah keluarga memerlukan
beberapa perbaikan dari segi pencahayaan, ventilasi dan sumber air yang lebih terjamin.
Prognosis dari pasien ad bonam karena telah sembuh dari penyakitnya.
Prognosis dari keluarga dubia karena terdapat beberapa faktor yang dapat menyumbang kepada
timbulnya penyakit. Seperti yang dinyatakan, ahli keluarga sering mengalami batuk pilek, ini mungkin
karena kurang baiknya ventilasi dir rumah pasien dan keadaan hidup yang agak padat.
Saran
Keluarga disarankan untuk memperbaiki kebersihan rumah. Beberapa langkah yang dapat diambil
adalah menyediakan tempat membuang sampah yang lebih baik dan usahakan untuk tidak menyimpan
motor di dalam rumah. Ventilasi ruangan harus diperbaiki dan juga pencahayaan. Selain itu, digalakkan
ahli keluarga menambah pola berekreasi bersama untuk meningkatkan hubungan diantara ahli keluarga.
Dari segi pola makan dan kebersihan persendirian keluarga dilihat sudah bagus dan diharapkan dapat
diteruskan dan kalau boleh dipertingkatkan.
Dinasihatkan agar kepala keluarga mengurangkan atau jika mampu, agar menghentikan kebiasaan
merokok karena dapat menyumbang dari terjadinya penyakit. Oleh karena ruang rumah yang sempit
dan ventilasi ruangan yang kurang, bapa keluarga juga dinasihatkan jika ingin merokok agar merokok
dikawasan luar rumah.
Saranan secara promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif telah dicantumkan dalam kaedah
penatalaksanaan.
Diare
Diare didefinisikan sebagai penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang
melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi berak lebih dari biasanya. Diare dapat
dibagikan kepada a) diare akut jika kejadian < 2 minggu, b) diare persisten jika kejadian 2 – 4 minggu dan
c) diare kronik jika kejadian > 4 minggu.
Pemeriksaan fisik pada diare adalah pemeriksaan keadaan umum dan melihat tanda-tanda vital. Tanda-
tanda vital terutama suhu dan tekanan darah dapat membantu dalam melihat keadaan dehidrasi dari
pasien. Pasien diperiksa untuk melihat ada atau tidak tanda-tanda dehidrasi. Abdomen diperiksa untuk
melihat apakah terdapat distensi dan pelunakan. Pemeriksaan laboratorium yang dianjurkan adalah
pemeriksaan darah lengkap dan pemeriksaan sampel tinja. Pemeriksaan darah lengkap dapat
membantu dalam membedakan kasus infeksi atau intoksikasi. Pemeriksaan tinja dibuat untuk melihat
kehadiran darah, sel darah putih, parasit atau bakteri dalam sampel tinja. Pemeriksaan sampel tinja
dapat membantu membuat diagnosis spesifik agen penyebab diare. Dengan adanya diagnosis spesifik,
dapat direncanakan terapi yang lebih tepat.
Gejala diare adalah seperti;
Buang air besar >3 kali dengan konsistensi yang cair atau melembek
Nyeri abdomen
Demam
Dehidrasi, yang ditandai dengan;
Rasa haus, mulut dan bibir kering
Munurunnya turgor kulit
Menurunnya berat badan, hipotensi dan lemah otot
Sesak napas dan gelisah
Mata cekung dan tidak ada air mata
Oliguria sehingga anuria
Kesadaran menurun dan mengantuk.
Dapat juga disertai gejala lain seperti, tinja disertai darah.
Diare dapat disebabkan dari terjadinya infeksi traktus digestivus oleh agen-agen infeksius atau dapat
disebabkan oleh penyebab lain seperti obat-obatan tertentu, intoleransi terhadap laktosa atau makanan
tertentu dan dapat juga oleh karena konsumsi toksin dan lain-lain.
Agen infeksius yang dapat menyebabkan diare dapat dibagi kepada bakteri, virus atau parasit. Contoh
agen diare adalah seperti;
i. Bakteri: Vibrio cholera, Shigella, Salmonella, E coli (ETEC), Bacillus cereus, Clostridum
perfringens, Staphylococcus aureus, Campylobacter jejuni.
ii. Virus: misalnya Rotavirus, Adenovirus, Norwalk + Norwalk-like agent
iii. Parasit: Protozoa seperti Entamoeba hystolitica, Giardia lamblia, Balantidium coli. Cacing
perut seperti Ascaris, Trichuris, Strongyloides. Jamur seperti candida.
Diare dapat menular melalui beberapa kaedah. Kaedah penularan yang paling sering adalah secara fecal-
oral. Kaedah penularan dapat langsung dari tangan penderita yang tidak dicuci bersih atau dengan
penyebaran agen oleh vektor. Vektor yang dimaksudkan disini adalah seperti lalat dan kecoa serta tikus.
Maka dari sini, kita dapat melihat kepentingan mengamalkan kebersihan diri dan lingkungan yang baik.
Agen diare juga dapat menyebar melalui sumber air yang kotor dan tercemar dengan tinja. Sehingga
untuk mengelakkan ini terjadi, disarankan bahawa sumur diletakkan sejauh 10 km dari tempat
pembuangan tinja atau air limbah.
Dari segi host sendiri, keadaan kesehatan yang rendah seperti keadaan immune-compromised atau
status gizi yang rendah akan menyebabkannya lebih rentan terkena diare. Usia yang lebih muda dan
lanjut lebih mudah terjadi penularan karena sistem imun yang belum matang atau sistem imun yang
sudah mulai menurun.
Faktor lain yang penting diperkirakan dalam kejadian diare adalah seperti, ketersediaan air bersih,
adanya tempat pembuangan sampah yang baik, adanya tempat pembuangan limbah yang baik, adanya
sarana jamban yang baik dan kebersihan diri dan lingkungan secara menyeluruh.
Kaedah terapi dari diare tergantung kepada derajat dehidrasi. Terapi dibagi kepada 3 yaitu terapi A, B
dan C.
Terapi A adalah untuk diare tanpa dehidrasi. Terapi adalah dengan pemberian cairan sesuai usia pasien
sehingga diare terhenti yaitu;
o Anak < 1 tahun : 50 – 100 ml
o Anak 1 – 4 tahun : 100 – 200 ml
o Anak 5 tahun : 200 – 300 ml
o Dewasa : 300 – 400 ml
Terapi B diberikan kepada pasien diare dengan dehidrasi ringan hingga sedang. Terapi adalah dengan
pemberian oralit sebanyak 75 ml/ kg BB dalam 3 jam, diberikan secara perlahan-lahan dan tidak melalui
botol. Jika pasien muntah akibat pemberian oralit yang terlalu cepat, maka ditunggu 5 – 10 menit dan
disambung lagi pemberian oralit dengan kecepatan yang lebih perlahan (satu sendok dalam waktu 2 – 3
menit).
Terapi C adalah terapi untuk pasien dengan dehidrasi berat yaitu dengan memberikan infuse ringer
laktat 100ml dengan kaedah;
Umur 30ml/kg pertama 70 ml/kg seterusnya
Bayi (<12 bulan) Dalam 1 jam Dalam 5 jam
> 12 bulan Dalam 30 menit Dalam 2,5 jam
Prinsip dari tatalaksana diare adalah seperti berikut;
Mencegah terjadinya dehidrasi sedini mungkin
Mengobati dehidrasi dengan tepat dan cepat
Tetap memberi makanan pada anak diare
Tidak diberikan antidiare atau antibiotik kecuali pada kasus kolera. Makanan anak jangan dibatas. Anak
jangan dipuasakan sepanjang terjadi diare tetapi diberi makanan lebih dari biasa. Setelah tamat diare,
tetap diberikan makanan lebih untuk meningkatkan kembali berat badan yang telah hilang sepanjang
diare.
Lampiran 1
Gambar 1: Kamar mandi, WC dan tempat mencuci pakaian
Gambar 2: Dapur keluarga
Gambar 3: Pam air tanah sumber air keluarga