BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Letak lintang adalah suatu keadaan di mana janin melintang di dalam
uterus dengan kepala pada sisi yang satu sedangkan bokong berada pada sisi
yang lain. Pada umumnya bokong berada sedikit lebih tinggi daripada kepala
janin, sedangkan bahu berada pada pintu atas panggul. Kelainan letak pada
janin ini termasuk dalam macam-macam bentuk kelainan dalam persalinan
(distosia). Distosia adalah kelambatan atau kesulitan persalinan. Dapat
disebabkan kelainan tenaga (his), kelainan letak dan bentuk janin, serta
kelainan jalan lahir.
Angka kejadian letak lintang sebesar 1 dalam 300 persalinan. Hal ini
dapat terjadi karena penegakkan diagnosis letak lintang dapat dilihat pada
kehamilan muda dengan menggunakan ultrasonografi.
Beberapa rumah sakit di Indonesia melaporkan angka kejadian letak
lintang antara lain: RSUP Dr. Pirngadi, Medan 0,6%; RS Hasan sadikin,
Bandung 1,9%; RSUP Dr. Cipto Mangunkusumo selama 5 tahun 0,1% dari
12827 persalinan; sedangkan Greenhill menyebut angka 0,3% dan Holland
0,5 – 0,6%.
Umumnya masyarakat mengatakan kehamilan adalah masa dimana
seorang wanita mengandung seorang janin. Adapun pengertian ilmiah dari
kehamilan adalah masa dimana wanita membawa embrio dalam tubuhnya
yang diawali dengan keluarnya sel telur yang matang pada saluran telur yang
kemudian bertemu dengan sperma dan keduanya menyatu membentuk sel
yang akan tumbuh dan membuat terjadinya proses konsepsi dan fertilisasi
sampai lahirnya janin.
Kehamilan manusia dibagi menjadi tiga periode triwulan, sebagai cara
memudahkan tahap berbeda dari perkembangan janin. Triwulan Pertama,
membawa resiko tertinggi keguguran (kematian alami embrio atau janin),
Triwulan Kedua, perkembangan janin dapat dimonitor dan didiagnosa.
6
sedangkan Trimulan Ketiga, menandakan awal veabilitas yang berarti janin
dapat tetap hidup bila terjadi kelahiran awal alami atau kelahiran dipaksakan.
Pada kehamilan terdapat perubahan seluruh tubuh wanita, khususnya
pada alat genetalia eksterna dan interna serta pada payudara. Dalam hal ini
hormon somamotropin, estrogen, dan progesteron mempunyai peranan
penting. Perubahan-perubahan yang terjadi tidak hanya secara fisik namun
juga secara psikis. Wanita menjadi rentan dan perlu pengawasan agar
kehamilannya dapat berjalan dengan baik dan normal.
Dengan menganggap semua ibu memiliki resiko tinggi maka dilakukan
pengawasan kehamilan atau yang dikenal dengan ANC (Antenatal Care).
Dengan usaha ini ternyata angka mortalitas serta morbiditas ibu dan bayi jelas
munurun. Sedapat mungkin wanita tersebut diberi pengertian sedikit tentang
kehamilan serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan
dan nifas.
Ini berarti dalam antenatal care harus diusahakan agar wanita hamil
sampai akhir kehamilannya sekurang-kurangnya harus semuanya sehat atau
lebih sehat, dan jika ada kelainan harus dideteksi secara dini dan ditangani.
Oleh karena itu tenaga kesehatan, khususnya bidan, harus terampil dan
kompeten dalam memberikan asuhan antenatal pada ibu hamil dan dengan
ditemukannya letak lintang pada pemeriksaan antenatal, sebaiknya
diusahakan segera merujuk ke fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan yang
lebih memadai dan kompeten.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Menggambarkan dan melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan
letak lintang pada Ny.D 34 tahun G2P1A0 hamil 35 – 36 minggu di Puskesmas
Kecamatan Kembangan tahun 2015 sesuai Standar Pelayanan Kebidanan dengan
didokumentasikan dalam bentuk SOAP.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu menggambarkan dan melakukan pengkajian berupa data subjektif
yang didapat dari Ny.D selama kehamilan.
7
b. Mampu menggambarkan dan melakukan pengkajian berupa data objektif
Ny.D selama kehamilan.
c. Mampu menegakkan diagnose berdasarkan data subjektif dan data
objektif dalam assesment pada kasus Ny.D selama kehamilan.
d. Menyusun perencanaan, implementasi, dan mengevaluasi respon ibu
terhadap tindakan dan asuhan yang telah diberikan kepada Ny.D selama
kehamilan.
e. Mendokumentasikan hasil tindakan asuhan dalam bentuk catatan SOAP.
C. MANFAAT
1. Bagi Mahasiswa
a. Meningkatkan keterampilan dan dan kemampuan mahasiswa dalam
melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil.
b. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi dalam masyarakat.
c. Mahasiswa mengerti mengenai penatalaksanan pada ibu hamil
dengan letak lintang, dan mahasiswa mampu menganalisa keadaan
pada ibu hamil dengan letak lintang.
2. Bagi Institusi
a. Mendapatkan kepercayaan dari masyarakat sekitar.
b. Mendapatkan informasi terbaru yang berguna dalam pembelajaran
guna untuk meningkatkan wawasan dan mutu peserta didik.
c. Bekerjasama dalam menangani resiko yang mungkin dapat
membahayakan kehamilan.
3. Bagi Klien
a. Klien mengetahui kondisi kesehatannya maupun janin yang ada
dalam kandungan.
b. Klien memperoleh informasi penting guna meningkatkan
kesejahteraan janin dan kesehatan dirinya serta persiapan dalam
menghadapi persalinan.
c. Klien merasa tenang dalam menjalani kehamilannya.
8
D. RUANG LINGKUP
Masalah yang dikaji pada laporan kasus ini adalah Asuhan
Kebidanan pada ibu hamil dengan letak oblig/melintang. Praktek klinik
kebidanan II pada Ny.D dengan diagnosa G2P1Ao hamil 35-36 minggu,
dilaksanakan di tempat pelayanan kesehatan yaitu di Puskesmas
Kecamatan Kembangan pada tanggal 13 Oktober 2015, yang ditujukan
untuk ibu hamil dengan cara pemberian Asuhan Antenatal Care (ANC)
untuk mengidentifikasi resiko dan komplikasi-komplikasi yang terjadi
pada ibu hamil, data yang diambil dengan cara data primer yaitu dengan
cara wawancara langsung pada klien / pasien ibu hamil pemeriksaan fisik
dengan cara infeksi, palpasi, auskultasi, dan pemeriksaan laboratorium,
yang mengacu pada format manajemen ibu hamil, dengan
pendokumentasian SOAP.
9
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Yaitu keadaan bila sumbu panjang janin hampir tegak lurus sumbu
panjang ibu. Bila sumbu panjang tersebut membentuk sudut lancip, hasilnya
adalah letak lintang oblik, yang biasanya terjadi sementara karena kemudian akan
berubah menjadi posisi longitudinal / letak lintang pada persalinan. Di Inggris,
letak lintang oblik ini dinyatakan sebagai letak lintang yang tidak stabil. Biasanya
bahu berada diatas pintu atas panggul, kepala disalah satu fossa iliaka dan bokong
pada fossa iliaka yang lain.
Letak lintang ialah suatu kehamilan dimana letak janin melintang terhadap
rahim ibu, atau sumbu panjang janin melintang terhadap sumbu panjang ibu.
Sesungguhnya tidak ada letak lintang sejati, atau letak lintang dimana sumbu
panjang janin dan ibu membentuk sudut 90ᵒ. Biasanya letak anak itu sedikit
miring, dengan bokong atau kepala yang lebih rendah mendekati pintu atas
panggul.
Letak lintang lebih penting artinya dibandingkan presentasi bokong, karena
pada umumnya letak lintang tidak dapat dilahirkan pervaginam sehingga jika
tidak mendapat pertolongan, akan menimbulkan bahaya besar baik terhadap anak
ataupun ibu.
B. Klasifikasi Letak Lintang
Letak lintang dapat dibagi menjadi 2 macam, yang dibagi berdasarkan:
1. Letak kepala
a. Kepala anak bisa di sebelah kiri ibu
b. Kepala anak bisa di sebelah kanan ibu
2. Letak punggung
a. Jika punggung terletak di sebelah depan ibu, disebut dorso-anterior
b. Jika punggung terletak di sebelah belakang ibu, disebut dorso-posterior
c. Jika punggung terletak di sebelah atas ibu, disebut dorso-superior
d. Jika punggung terletak di sebelah bawah ibu, disebut dorso-inferior
10
Frekuensi letak lintang dalam literatur disebutkan sekitar 0,5%-2%.
Sedangkan di Indonesia sekitar 0,5%. Letak lintang lebih banyak pada multipara
daripada primipara, karena yang menjadikan letak lintang pada umumnya hampir
sama dengan kelainan yang menyebabkan presentasi bokong.
Namun harus dikemukakan satu faktor yang terpenting , yaitu jika ruang
rahim memberi kesempatan bagi janin untuk bergerak lebih leluasa. Ini mungkin,
jika dinding uterus dan dinding perut ibu sudah begitu lembek, misalnya pada
wanita grandemultipara, atau malah pada panggul sempit.
C. Etiologi
Penyebab dari letak lintang sering merupakan kombinasi dari berbagai
faktor, sering pula penyebabnya tetap merupakan suatu misteri. Faktor – faktor
tersebut adalah :
a. Fiksasi kepala tidak ada, karena panggul sempit, hidrosefalus, anensefalus,
plasenta previa, dan tumor – tumor pelvis.
b. Janin sudah bergerak pada hidramnion, multiparitas, anak kecil, atau sudah
mati.
c. Gemelli (kehamilan ganda)
d. Kelainan uterus, seperti arkuatus, bikornus, atau septum
e. Lumbar skoliosis
f. Pelvic kidney dan kandung kemih serta rektum yang penuh.
Sebab terpenting terjadinya letak lintang ialah multiparitas disertai dinding
uterus dan perut yang lembek.
Penyebab utama :
- Relaksasi berlebihan dinding abdomen akibat multiparitas yang tinggi
- Janin prematur
- Plasenta previa
- Uterus abnormal
- Cairan amnion berlebih
- Panggul sempit
Wanita dengan paritas tinggi mempunyai kemungkinan 10x lebih besar
dari nullipara. Relaksasi dinding abdomen pada perut gantung menyebabkan
11
uterus jatuh ke depan, sehingga menimbulkan defleksi sumbu panjang bayi
menjauhi sumbu jalan lahir, yang menyebabkan terjadinya posisi oblik /
melintang.
Diagnosa
o Biasanya mudah ditegakkan, bahkan sering hanya dengan inspeksi saja.
o Pada inspeksi ditemukan abdomen biasannya melebar dan fundus uteri
membentang hingga sedikit diatas umbilicus
o Bagian bayi tidak ditemukan di fundus dan balotement kepala teraba pada
salah satu fossa iliaka dan bokong di fossa iliaka yang lain
o Pada vaginal touché : teraba dada bayi dikenali dengan adanya rasa
bergerigi dari tulang rusuk. Bila dilatasi semakin besar, scapula dan
klavikula pada sisi thorax yang lain akan dapat dibedakan.
D. Diagnosis
1. Inspeksi : Perut membuncit ke samping
2. Palpasi
-Fundus uteri lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan
-Fundus uteri kosong dan bagian bawah kosong, kecuali kalau bahu sudah masuk ke
dalam pintu atas panggul
-Kepala (ballotement) teraba di kanan atau di kiri
3. Auskultasi : Denyut jantung janin setinggi pusat kanan atau kiri.
12
4. Pemeriksaan dalam (vaginal toucher)
- Teraba tulang iga, skapula, dan kalau tangan menumbung teraba tangan. Untuk
menentukan tangan kanan atau kiri lakukan dengan cara bersalaman.
- Teraba bahu dan ketiak yang bisa menutup ke kanan atau ke kiri. Bila kepala
terletak di kiri, ketiak menutup ke kiri.
- Letak punggung ditentukan dengan adanya skapula, letak dada dengan klavikula.
- Pemeriksaan dalam agak sukar dilakukan bila pembukaan kecil dan ketuban
intak, namun pada letak lintang biasanya ketuban cepat pecah.
E. Mekanisme Persalinan Pada Letak Lintang
Anak normal yang cukup bulan tidak mungkin lahir secara spontan dalam
letak lintang. Janin hanya dapat lahir spontan, bila kecil (prematur), sudah mati
dan menjadi lembek atau bila panggul luas.
Beberapa cara janin lahir spontan :
Evolutio Spontanea
a. Menurut DENMAN
Setelah bahu lahir kemudian diikuti bokong, perut, dada, dan akhirnya kepala..
13
b. Menurut DOUGLAS
Bahu diikuti oleh dada, perut, bokong dan akhirnya kepala.
Conduplicatio Corpore
Kepala dan perut berlipat bersama – sama lahir memasuki panggul kadang
– kadang oleh karena his, LL berubah spontan mengambil bangun semulka dari
uterus menjadi letak membujur, kepala / bokong namun hal ini jarang sekali
terjadi. Kalau LL dibiarkan maka bahu akan masuk kedapam panggul , turun
makin laama makin dalam kedalam rongga panggul terisi seluruhnya oleh badan
janin. Bagian korpus uteri mengecil sedang SBR meregang. Hal ini disebut
dengan letak lintang kasep = neglected transverse lie
Adanya LL kasep dapat diketahui bila ada ruptura uteri mengancam : bila
tangan dimasukkan kedalam cavum uteri terjepit antara janin dan panggul serta
dengan narkosa yang dalam tetap sulit merubah letak janin
14
Gambar 4. Conduplicatio Corpore
Bila tidak cepat diberikan pertolongan akan terjadi ruptura uteri dan janin
sebagian atau seluruhnya masuk kedalam rongga perut.
Pada LL biasanya
a. Ketuban cepat pecahnya
b. Pembukaan lambat jalannya
c. Partus jadi lebih lama
d. Tangan menumbung (20-50%)
e. Tali pusat menumbung (10%)
F. Penanganan Pada Letak Lintang
Saat Hamil
Pada saat hamil, pada usia kehamilan 34-36 minggu dapat dianjurkan untuk
dilakukan knee chest position sampai usia kehamilan >36 minggu. Setelah itu ,
jika masih dalam letak lintang, maka dapat dilakukan versi luar jika syarat
memenuhi
Saat Persalinan
Ada dua hal yang harus diperhatikan dalam pertolongan persalinan pada letak
lintang, yaitu ketuban dan pembukaan.
Tingkat pertolongan
1. Jika ketuban belum pecah, dan pembukaan masih kecil (<4cm), dapat dicoba
untuk.
15
Usahakan jadi letak membujur (kepala atau bokong) dengan melakukan versi luar
pada primi dengan usia kehamilan 34-38 minggu, atau multi pada kehamilan 36-
38 minggu.
Dalam persalinan janin dapat dilahirkan dengan cara pervaginam, yaitu dengan:
Versi dan ekstraksi
Embriotomi (dekapitasi-eviserasi) bila janin sudah meninggal
Syarat versi:
Diameter pembukaan <4 cm
Ketuban belum pecah
Anak hidup
Dapat lahir pervaginam
Bagian terendah masih dapat didorong keatas
Kontra indikasi versi:
Syarat tidak terpenuh
Keadaan yang membahayakan ibu dan anak : plasenta previa/solution plasenta
hipertensi /preeklamsia cacat rahim
Gemelli
Tanda ruptura uteri imminens
Primi tua
Menurut Eastman dan Greenhill.
- Bila ada panggul sempit seksio sesarea adalah cara yang terbaik dalam segala
letak lintang, dengan anak hidup.
- Semua primi gravida dengan letak lintang harus ditolong dengan seksio sesarea
walaupun tidak ada panggul sempit.
- Jika pembukaan 5cm Tunggu sampai hampir lengkap ketuban dipecahkan
2. Namun jika pembukaan sudah besar, versi luar sangat tidak dianjurkan. Dalam hal
ini ketuban harus dijaga jangan sampai pecah dan ibu diminta berbaring miring
dan dilarang mengejan. Ditunggu sampai pembukaan lengkap, setelah lengkap ,
ketuban dipecahkan dan dilakukan versi ekstraksi.Versi yang dilakukan secara
kombinasi, dimana terdapat dua macam tindakan, yaitu versi , dan ekstraksi. Versi
ini dilakukan pada pembukaan lengkap.
Indikasi pada versi ekstraksi:
16
Anak kedua gemelli letak lintang
Letak kepala dengan prolaps tali pusat
Presentasi dahi
Kontra indikasi pada versi ekstraksi:
Ruptur uteri
Cacat rahim (bekas SC)
Syarat dilakukan versi ekstraksi
Pembukaan lengkap
Ketuban belum pecah/ baru pecah
Janin belum masuk pintu atas panggul
Dinding rahim harus rileks, karena itu harus dilakukan dalam keadaan narkose
umum.
3. Jika ketuban sudah pecah, dan pembukaan belum lengkap, maka seksio sesarea
adalah jalan terbaik. Meskipun pada literatur lama mengatakan dapat ditunggu
sampai lengkap dan dilakukan versi ekstraksi, namun mungkin hal ini tidak
relevan lagi pada masa sekarang.
4. Jika pembukaan sudah lengkap, maka perlu diketahui apakah sudah terjadi letak
lintang kasep atau belum.
5. Jika sudah terjadi letak lintang kasep, cara mengetahuinya adalah dengan
mencoba mendorong bagian terbawah janin, jika tidak dapat didorong lagi, maka
dapat ditegakkan diagnosis letak lintang kasep. Penatalaksanaanya adalah dengan
melihat anak hidup atau sudah mati.
6. Jika anak masih hidup, maka segera dilakukan seksio sesarea. Namun jika anak
mati, dapat dipertimbangkan untuk dilakukan embriotomi.
7. Jika belum terjadi letak lintang kasep, maka dapat dicoba untuk dilakukan versi
ekstraksi.
G. Dampak Persalinan Lintang
Bahaya yang dapat terjadi pada kelainan letak lintang. Pada persalinan yang tidak
di tangani dengan benar, dapat terjadi robekan rahim, dan akibatnya:
Bahaya bagi ibu
a. Perdarahan yang mengakibatkan anemia berat
b. Infeksi
17
c. Ibu syok dan dapat mati
Bahaya bagi janin
d. Janin mati. (Poedji Rochjati, 2003).
H. Asuhan Kebidanan pada ibu dengan kehamilan Letak lintang
a. Menjelaskan kepada ibu tentang kondisinya saat ini.
b. Menjelaskan kepada ibu tentang posisi janin ibu yang kemungkinannya janin
ibu letaknya melintang berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan.
c. Memberi contoh dan menganjurkan ibu untuk melakukan kneechest atau
posisi lutut dada, setiap hari minimal 2 kali sehari selama ± 5 menit, untuk
mengembalikan posisi bayinya menjadi presentasi kepala.
d. Menjelaskan kepada ibu tentang komplikasi bagi ibu dan janin yang bisa
ditimbulkan dari kelainan letak lintang.
e. Menganjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan USG (pada dokter ahli
kebidanan yang telah ditunjuk oleh bidan) untuk memastikan letak janin dan
mengetahui penyebab dari letak lintang.
f. Merujuk ibu ke dr tersebut untuk penanganan selanjutnya.
g. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang dua minggu lagi atau jika ada
keluhan.
18
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL
PADA NY.”D”, USIA 34 TAHUN, G2P1 A0, UK 35-36 MINGGU
DI PUSKESMAS KECAMATAN KEMBANGAN
Tanggal masuk : 13 Oktober 2015 Pukul : 09.00 WIB
Tempat : Poli KIA No. Register : 669/15
I. PENGKAJIAN DATA
Tanggal : 13 Oktober 2015 Pukul : 09.00 WIB
1. Identitas
Nama Pasien : Ny. “D” Nama Suami : Tn. “B”
Umur : 34 tahun Umur : 37 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/ bangsa: Jawa/Indonesia Suku/ bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawan Pekerjaan : Karyawan
Alamat : Komp. Minagapura RT 17 RW 01 Joglo
DATA SUBJEKTIF (S)
Ibu mengatakan saat ini tidak mempunyai keluhan. Ibu mengatakan saat
ini merupakan kunjungan yang keenam pada kehamilan ini di puskesmas
kecamatan Kembangan. Riwayat kehamilan saat ini merupakan kehamilan kedua
dan belum pernah mengalami keguguran sebelumnya, dan pergerakan janin saat
kehamilan ini adalah aktif. Riwayat menstruasi (HPHT) tanggal 6 Februari 2015,
lamanya haid 7 hari dengan siklus haid 28 hari (teratur), tafsiran persalinan pada
tanggal 13 November 2015. Ibu mengatakan anak pertamanya lahir tahun 2012
secara spontan, ditolong oleh bidan di puskesmas dengan jenis kelamin
perempuan dan berat badan lahir 2950gr. Ibu mengatakan sudah melakukan suntik
TT pada saat SD, kehamilan sebelumnya dan pada kehamilan saat ini. Ibu
mengatakan sebelumnya pernah menggunakan alat kontrasepsi suntik. Riwayat
19
kesehatan atau penyakit dahulu/sekarang/keturunan/keluarga, ibu mengatakan
bahwa ibu tidak pernah menderita penyakit jantung, paru – paru, ginjal, hepatitis,
hipertensi, asma, diabetes millitus, dan tuberkulosis.
Aktivitas sehari – hari, kebutuhan nutrisi pola makan 3 kali sehari, jenis
makanan yang dikonsumsi berupa menu seimbang terdiri dari nasi, sayuran, lauk -
pauk, tidak ada jenis makanan yang tidak disukai dan tidak ada alergi pada jenis
makanan, serta perubahan porsi makannya sedikit tapi sering. Pola eliminasi
selama kehamilan yaitu BAB ±2 kali sehari, konsistensi setengah padat, BAK ±6
kali sehari, warna jernih.Pola istirahat selama kehamilan, ibu tidur malam sekitar
±6 jam, sedangkan tidur siang ±2 jam, keluhan yang di rasakan tidak ada.
Kebiasaan hidup sehari – hari ibu tidak mengkonsumsi obat – obatan/jamu, ibu
tidak alergi pada obat, tidak merokok, tidak minuman beralkohol dan tidak
menggunakan NAPZA. Aktivitas sehari – hari ibu adalah sebagai ibu rumah
tangga.Hubungan seksual selama kehamilan satu kali dalam seminggu dan tidak
ada keluhan yang dirasakan. Personal hygine mandi 3 kali sehari, ganti pakaian
dalam dan luar 3 kali sehari.
DATA OBYEKTIF (O)
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
TTV
Tekanan darah : 100/70 mmhg
Denyut nadi : 82 x /mnt
Pernafasan : 20 x/mnt
Suhu : 36,6 º C
Pemeriksaan Antropometri
BB sebelumnya : 48 kg
BB sekarang : 57 kg
Tinggi badan : 155,5 cm
LILA : 25 cm
Cara berjalan : Tegap
20
Postur tubuh : Normal
2.Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Kepala : Kulit bersih, rambut hitam, penyebaran
merata, rambut tidak rontok, tidak ada
ketombe, ikal.
Muka : bersih, segar, agak pucat, tidak ada kloasma.
Mata : Simetris, Konjungtivaagak pucat, sklera putih
tidak ikterus, reflek pupil baik.
Hidung : bersih, tidak ada polip, tidak ada secret, tidak
ada perdarahan.
Mulut : Bibir tidak pucat, bersih, tidak ada karies gigi,
gusi tidak berdarah, bibir segar, tidak
sariawan.
Telinga : Bersih, simetris, tidak ada serumen, tidak ada
perdarahan.
Dada : pernafasan teratur, tidak sesak nafas, tidak ada
pigeon ches maupun funnel ches.
Mammae : Simetris, puting menonjol, tampak
hiperpigmentasi areola dan papila mammae.
Abdomen : Bersih, tidak ada luka bekas operasi, terdapat
linea nigra, striae lifidae dan striae albican,
pembesaran perut sesuai usia kehamilan.
Ekstremitas : Simetris, tidak ada sindaktili maupun
polidaktili, Tidak ada odema, tidak tampak
varises, gerakan bebas.
b. Palpasi
Kepala : Tidak ada benjolan abnormal
Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar tyroid,
kelenjar limfe dan vena jugularis.
21
Axila : Tidak ada tumor disekitar ketiak, ketiak kiri
dan kanan tidak ada pembesaran kelenjar
limfe dan nyeri tekan.
Mammae : Tidak ada benjolan abnormal pada kedua
payudara, kolostrum sudah keluar.
Abdomen :
- Leopold I : Fundus teraba kosong.
- Leopold II: Pada bagian perut kanan ibu teraba bulat,
dan lunak (bokong). Pada bagian perut kiri ibu
teraba bulat, keras, dan melenting (kepala).
- Leopold III : Bagian terendah janin teraba kosong.
- Leopold IV : -
- TFU : 32 cm
TBJ : (32-11) x 155 = 3255 gram
c. Perkusi
Reflek patella + / +
d. Auskultasi
Dada : Tidak ada wheezing dan ronchi.
DJJ :141 x/menit (punctum maximum 2 jari dibawah
umbilikus sebelah kiri)
Pemeriksaan Laboratorium
- Hb : 11,7 gr %
- Albumin urine : (negatif)
- Reduksi urine : (negatif)
ANALISA (A)
G2P1A0 35-36 minggu dengan posisi oblique. Janin tunggal, hidup, intrauterin
presentasi punggung.
PENATALAKSANAAN (P)
Tanggal : 13 Oktober 2015 Pukul : 09.30 WIB
1) Membina hubungan baik dengan cara :
22
a. Mempersilahkan pasien masuk, menjawab salam, dan
mempersilahkan duduk.
b. Memberi senyum, sapa, menciptakan suasana santai,
bersahabat, dan sabardalam mengahapi pasien.
c. Menjaga privasi pasien
d. Mendengarkan keluhan dan perkataan klien dengan penuh
perhatian.
2) Menjelaskan pada ibu tujuan pemeriksaan kehamilan agar kehamilan
berakhir dengan :
a. Keadaan bayi yang sehat fisik maupun mental
b. Ibu dalam keadaan selamat tanpa mengalami penyakit yang
berarti
3) Menjelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa umur
kehamilannya 35-36 minggu, dengan letak lintang, keadaan ibu dan
janin baik.
4) Menganjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan USG (pada dokter
ahli kebidanan yang telah ditunjuk oleh bidan) untuk memastikan
letak janin dan mengetahui penyebab dari letak lintang.
5) Menjelaskan kepada ibu tentang komplikasi bagi ibu dan janin yang
bisa ditimbulkan dari kelainan letak lintang.
6) Menganjurkan ibu untuk melakukan kneechest atau posisi lutut dada,
setiap hari minimal 2 kali sehari selama ± 5 menit, untuk
mengembalikan posisi bayinya menjadi presentasi kepala.
7) Memberikan tablet Fe yang diminum 1x/hari untuk mencegah
anemia pada ibu, sebaiknya diminum pada malam hari untuk
menghindari mual.
8) Menginformasikan tanda bahaya dalam kehamilan TM III
-Perdarahan pervaginam
Pada awal kehamilan perdarahan yang tidak normal adalah
keluarnya cairan yang berwarna seperti darah, jumlah banyak, dan
disertai dengan rasa nyeri, perdarahan ini bisa berarti abortus. Pada
kehamilan lanjut adalah keluar darah yang banyak tapi kadang-
23
kadang dan tidak selalu disertai rasa nyeri. Perdarahan ini bisa
berarti kelainan pada plasenta.
-Sakit kepala yang hebat
Sakit kepala yang hebat pada kehamilan adalah gejala dari pre-
eklamsi.
-Gangguan penglihatan
Penglihatan kabur, cepat lelah, dan nafsu makan menurun dapat
mengarah ke anemia.
-Bengkak pada muka dan tangan dapat mengarah ke pre-eklamsi.
-Nyeri abdomen yang hebat
Nyeri abdomen yang menunjukkan masalah mengancam
keselamatan jiwa adalah nyeri yang hebat, menetap, dan tidak
hilang setelah istirahat.
-Janin kurang bergerak seperti biasanya
Janin harusnya bergerak paling sedikit 10 kali dalam sehari. Tidak
adanya gerakan bukan selalu pertanda buruk. Bisa saja janin saat itu
tengah tertidur nyaman dalam rahim ibu (sleeping baby)
9) Menjelaskan pada ibu tentang tanda-tanda persalinan meliputi :
- Keluarnya lendir bercampur darah
Selama kehamilan bayi anda tersumbat dalam rahim oleh mucus
(gumpalan lendir yang lengket pada leher rahim). Saat persalinan
dimulai dan cervix mulai membuka, gumpalan mucus tadi terhalau.
Pada saat bersamaan, membran yang mengelilingi bayi anda dan
cairan amniotik agak memisah dari dinding rahim. Penampakan
dari darah dan mucus yang keluar tampak bagai cairan lengket
berwarna merah muda ini merupakan tanda anda segera akan
menjalani proses persalinan.
- Pecahnya ketuban
Cairan yang menyembur atau merembes dari vagina menandakan
lapisan kantong ketuban yang menyelimuti dan melindungi bayi
anda telah pecah. Hal ini dapat terjadi beberapa jam sebelum atau
24
pada saat proses persalinan. Sebagian besar persalinan terjadi tidak
lebih dari 24 jam setelahnya.
- Kontraksi yang teratur, meningkat, dan bertambah sakit bila untuk
beraktivitas.
Mulanya, kontraksi tersasa seperti sakit pada punggung bawah,
yang berangsur-angsur bergeser ke bagian bawah perut. Beberapa
menggambarkannya mirip dengan mulas saat haid. Saat mulas
bergerak kebagian perut dengan tangan dapat anda rasakan bagian
perut tersebut mengeras. Kejangnya mirip kontraksi Braxton Hicks
(kontraksi palsu), namur terasa teratur, semakin seiring dengan
kemajuan proses persalinan. Rahim tersusun oleh otot-otot
longitudinal involuntary, yaitu otot-otot yang tak dapat anda
kontrol sesuka hati. Selama proses melahirkan, otot-otot tersebut
semakin menebal dan memendek seiring dengan setiap kontraksi,
dan saat itu juga otot-otot itu berangsur-angsur berhenti menipis,
atau menghapus cervix. Proses ini berlanjut hingga pembukaan
cervix menjadi penuh, ukuran lebarnya antara 8-10 cm. Dewasa ini
besarnya bukaan tidak lagi diukur dengan jari. Lima jari berarti
bukaan penuh.
Tahap awal dilatasi dari 1-4 cm berlangsung paling lama. Kontraksi
perlahan dan muncul setiap 15-20 menit, lalu berangsur menguat
dan semakin sering sehingga menjadi setiap tiga hingga lima menit,
yang membuat anda merasa tak nyaman. Bila air ketuban anda
belum pecah, lebih baik mendatangi rumah sakit begitu kontraksi
terasa setiap 10 menit. Begitu dilatasi servix mencapai 4 hingga 5
cm, kontraksi akan terasa semakin cepat hingga seperti muncul
bergelombang. Untuk mengatasinya ambillah nafas pendek-pendek
namun cepat, dan waktu untuk menarik nafas diantaranya akan
terasa sangat singkat. Bisa dikatakan inilah masa terberat
melahirkan, yang bisa membuat anda ingin memperoleh obat
penghilang nyeri.
25
10) Menganjurkan kepada ibu untuk melakukan persalinan di RS dengan
pertolongan dokter, demi keselamatan ibu dan bayi karena letak bayi
lintang.
11) Menganjurkan ibu untuk kembali lagi 1 minggu atau bila ada
keluhan, untuk mengetahui kemajuan kehamilan.
BAB IV
PEMBAHASAN
A.Pengkajian Data Subjektif
Pada pengkajian data subjektif ibu hamil didapatkan dengan melakukan
anamnesa atau wawancara. Dalam pemeriksaan ini penulis tidak menemukan
kesenjangan antara teori dengan yang ada. Sesuai dengan yang diutarakan pada
teori, pengkajian data subjektif diperoleh dari anamnensa dan wawancara secara
langsung kepada pasien. Hasil pengkajian data subjektif pada Ny. D usia 34
tahun, mengatakan ini kehamilannya yang ke-2 dan belum pernah keguguran
sebelumnya. Pada proses anamnesa tersebut pun didapatkan ibu tidak memiliki
riwayat penyakit kronis, tidak sedang mengonsumsi obat-obatan tertentu atau
jamu-jamuan dan tidak memiliki riwayat operasi sc sebelumnya. Dari hasil
tersebut dapat disimpulkan sementara bahwa kehamilan Ny. D bukan merupakan
kehamilan dengan resiko tinggi.
B. Pengkajian Data Objektif
Dari hasil pemeriksaan umum dan pemeriksaan fisik pada Ny. D tidak
ditemukan sesuatu yang dianggap tidak normal. Jika diliat dari pemeriksaan
secara inspeksi pada bagian abdomen terlihat perut membesar ke samping. Pada
palpasi abdomen didapatkan pada pemeriksaan leopold di bagian fundus teraba
kosong, bagian kanan teraba kepala dan bagian terendah janin kosong. Pada
pemeriksaan dengan auskultasi ditemukan denyut jantung janin berada pada
setinggi pusat sebelah kanan. Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut
menunjukkan bahwa di kehamilan trimester III pada Ny. D posisi
oblique/melintang pada usia kehamilan 35-36 minggu.
C. Analisa
26
Berdasarkan data subjektif yang dikaji langsung oleh penulis mengenai
pengakuan riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu bahwa ini adalah
kehamilan yang kedua, pernah melahirkan satu kali dan tidak pernah mengalami
keguguran, serta usia kehamilan yang dirasakan oleh Ny.D adalah 35-36 minggu
yang sesuai HPHT pada tanggal 6 Februari 2015, yang mana dapat ditentukan
pula taksiran persalinan dengan menggunakan rumus Neagle (HPHT hari +7,
bulan -3, tahun +1) yaitu pada tanggal 13 November 2015. Disamping itu penulis
juga melakukan palpasi dan mengukur TFU yang tidak sesuai dengan kehamilan
normal karena pada hasil leopold di bagian fundus dan bagian terendah janin
teraba kosong serta ditegakkan dengan diangnosa pada hasil USG. Demikian
berdasarkan data subjektif dan objektif diatas maka penulis dapat menarik
kesimpulan bahwa Ny.D G2P1A0 hamil 34 – 35 minggu dengan letak oblique,
janin tunggal hidup intra uterin presentasi punggung.
D.Penatalaksanaan
Asuhan yang diberikan oleh penulis kepada Ny.D salah satunya adalah
dengan melakukan pemeriksaan palpasi guna meyakinkan letak bayi dalam
kandungannya dan menganjurkan kepada ibu untuk melakukan USG untuk
memastikan diagnosa penyebab letak janinnya melintang. Selain itu penulis
memberikan konseling pada ibu seperti tanda bahaya kehamilan, persiapan
persalinan dan tanda – tanda persalinan. Ny. D dianjurkan untuk melakukan
kneechest atau posisi lutut dada, setiap hari minimal 2 kali sehari selama ± 5
menit, dengan harapan dapat mengembalikan letak janinnya menjadi presentasi
kepala dan merujuk melakukan persalinan di rumah sakit dengan dokter. Karena
persalinan tidak dapat dilakukan secara pervaginam dikarenakan banyak
komplikasi yang akan ditimbulkan pada ibu dan janin karena kelainan letak
lintang.
27
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari kesimpulan data kegiatan yang telah dilakukan dapat diambil
kesimpulan :
1. Pada pengkajian data subjektif Ny. D sudah sesuai dengan teori
pendokumentasian SOAP dengan langkah melakukan anamnesa dan
dengan melihat riwayat persalinan ibu melalui data pada buku KIA.
Pada tahap ini dapat diselesaikan dengan baik karena ibu kooperatif
dengan bidan dan mahasiswi terbukti dengan ibu menjawab
pertanyaan-pertanyaan dengan baik.
2. Pada pengkajian data objektif Ny. D sudah sesuai dengan teori
pendokumentasian SOAP dengan langkah melaukakn pemeriksaan
tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik. Pada tahap ini dapat
diselesaikan dengan baik dan dalam hasil pengkajian data objektif
ditemukakn adanya masalah pada palpasi dan pengukuran TFU
sehingga kehamilan Ny. D dikatakan patologis.
3. Intepretasi data telah dilakukakn mengacu pada teori-teori yang ada
oleh karena itu, maka diagnosa ibu adalah Ny. D G2P1A0 hamil 35-
36 minggu janin hidup, tunggal, intrauterine dengan letak lintang.
Dengan diagnosa tersebut dapat dikatakan kehamilan Ny. D patologis
namun ibu dalam keadaan baik dan sehat.
4. Perencanaan yang dilakukan bidan sudah sesuai dengan standar
asuhan kebidanan yang ada pada kebutuhan ibu yang sesuai dengan
teori.
28
B. SARAN
1. Bagi Puskesmas
Pelayanan yang telah diberikan pada klien sudah cukup baik, hendaknya agar
terus meningkatkan pengetahuan dan kemampuan untuk melakukan deteksi dini,
komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu hamil untuk meningkatkan kualitas
pelayanan kepada klien.
2. Bagi mahasiswa
a. Sebagai seorang mahasiswa sudah seharusnya meningkatkan pengetahuan dan
keterampilannya dengan banyak membaca dan sering berlatih. Sehingga bukan
hanya pandai dalam hal teknis tetapi juga dalam hal non teknis.
b. Dalam studi kasus ini adalah gambaran bagaimana peran bidan dalam
memberikan asuhan pada kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir.
Hendaknya akan dapat diaplikasikan pada masyarakat dengan baik.
29
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI.1994.Asuhan Kesehatan Anak dalam Konteks Keluarga.Jakarta:Pusdiknakes
Kusmiyati Y.2010 Asuhan Kehamilan Ed.2.Yogyakarta:Fitrimaya
Mansjoer, Arief dkk. 1999.Kapita Selekta Kedokteran.Media Askulpius UI:Jakarta
Manuaba.1998.Ilmu Kebidanan,Penyakit kandungan, dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta:EGC
Manuaba.2010.Ilmu Kebidanan,Penyakit kandungan, dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan edisi 2. Jakarta:EGC
Mochtar,R. 1998.Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC
Prawiroharjo,S. 2002. Ilmu Kebidanan, Jakarta: EGC
Sastrawinata,S.1983.Obstetri Fisiologi.Bandung: UNPAD Bandung
Varney,Hellen dkk. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan ed.4.vol I. Jakarta: EGC
Wiknjosastro, Hanifa.1999. Ilmu Kebidanan Edisi 3 cetakan ke 5. Jakarta: YBPSP
S. A. Goelam. arts. Imu Kebidanan. Balai Pustaka Djakarta. 1958
Obstetri Patologi. (1984). Bandung: Bag. Obstetri dan Ginekologi FK UNPAD
Bandung.
Mochtar, D. 1998. Letak Lintang (Transverse Lie) dalam Sinopsis Obstetri :
Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi 2ndeds. EGC. Jakarta.
Llweilyn. Jones, D. 2001. Kelainan Presentasi Janin dalam Dasar – dasar
Obsteri & Ginekologi. Hipokrates. Jakarta
30