KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
SEKRETARIAT JENDERAL
LAPORAN KINERJA
2017BIRO ORGANISASI DAN KETATALAKSANAAN
Organisasi Andal, Kinerja Optimal
Pengantar Kepala Biro Organisasi Dan Ketatalaksanaan
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan | 2017 i
Berdasarkan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan
Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis
Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi
Pemerintahan, paling lambat dua bulan setelah tahun anggaran berakhir, setiap Pimpinan
Kementerian/LPNK sampai satuan kerja atau unit kerja didalamnya wajib membuat Laporan
Kinerja secara berjenjang serta berkala dan disampaikan kepada Pimpinan masing-masing.
Sehubungan dengan itu, Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan menyusun Laporan
Kinerja Instansi Pemerintah tahun 2017 yang merupakan tahun kedua pelaksanaan RPJM
Nasional tahun 2015-2019. Laporan Kinerja ini disusun guna memberikan gambaran yang jelas
dan transparan mengenai pelaksanaan tugas dan fungsi Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan,
serta sekaligus sebagai pertanggungjawaban atas kinerja dalam pencapaian visi dan misi Biro
Organisasi dan Ketatalaksanaan, yang disusun atas dasar tugas dan fungsi Biro sebagaimana
ditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 234/PMK.01/2015 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Keuangan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 212/PMK.01/2017 tanggal 29 Desember 2017. Laporan Kinerja Biro
Organisasi dan Ketatalaksanaan tahun 2017 juga memuat capaian-capaian kinerja yang telah
ditetapkan dalam dokumen kontrak kinerja yang dapat diukur dengan Indikator Kinerja Utama
(IKU) Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan tahun 2017. Dalam rangka mengukur capaian
indikator kinerja tahun 2017, Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan berpedoman kepada
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 467/KMK.01/2014 tentang Pengelolaan Kinerja
di lingkungan Kementerian Keuangan.
Demikian laporan kinerja ini disusun, kiranya dapat dijadikan sebagai salah satu bahan
evaluasi pimpinan terhadap kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan guna perbaikan kinerja
di masa mendatang.
Jakarta, Februari 2018
Kepala Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan,
Dini Kusumawati
NIP 19740509 199903 2 001
Daftar Isi
Isi
Pengantar
Ikhtisar Eksekutif ............................................................................................................. iii
A. Indikator Kinerja Utama dalam Perspektif Stakeholder ........................................ iii
B. Indikator Kinerja Utama dalam Perspektif Customer ............................................ iv
C. Indikator Kinerja Utama dalam Perspektif Internal Process ................................. iv
D. Indikator Kinerja Utama dalam Perspektif Learning and Growth .......................... ix
Pendahuluan .................................................................................................................. 1
A. Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi .............................................................. 2
B. Peran Strategis ................................................................................................... 5
C. Sistematika Laporan ........................................................................................... 5
Perencanaan Kinerja ...................................................................................................... 6
A. Perencanaan Strategis ....................................................................................... 7
B. Perjanjian Kinerja ............................................................................................... 8
Akuntabilitas Kinerja dan Akuntabilitas Keuangan ........................................................... 12
A. Capaian Indikator Kinerja Utama ......................................................................... 13
B. Capaian Kinerja Lainnya ..................................................................................... 59
C. Realisasi Anggaran ............................................................................................. 62
Penutup
Ikhtisar Eksekutif
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan | 2017 iii
Agar kebijakan, program, dan seluruh kegiatan Biro Organisasi dan
Ketatalaksanaan dapat tercapai sesuai dengan sasaran dan tujuan organisasi, diperlukan
arah sebaimana tergambar dalam visi dan misi. Adapun visi Biro Organisasi dan
Ketatalaksanaan adalah “Terwujudnya organisasi Kementerian Keuangan sehat yang
berkinerja tinggi”.
Untuk mewujudkan visi tersebut, Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan menetapkan
misi sebagai berikut.
1. Membangun kelembagaan yang efisien, efektif, dan akuntabel.
2. Mengembangkan jabatan fungsional yang tepat.
3. Mewujudkan tata kelola dan tata laksana yang baik.
Sejalan dengan pelaksanaan Reformasi Birokrasi Kementerian Keuangan, Biro
Organisasi dan Ketatalaksanaan telah menggunakan Balanced Scorecard (BSC) sebagai
instrumen pengelolaan kinerja. Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan lebih lanjut
menetapkan sasaran-sasaran strategis yang dikembangkan menjadi Indikator Kinerja
Utama dan dipetakan di dalam peta strategi.
Dalam peta strategi Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan ditetapkan 4 (empat)
perspektif, yaitu: stakeholders perspective, customer perspective, internal process, learning
and growth perspective yang kemudian diuraikan ke dalam 9 (sembilan) Sasaran Strategis
(SS) dengan 17 (tujuh belas) IKU. Capaian masing-masing IKU adalah sebagai berikut.
A. Indikator Kinerja Utama dalam Perspektif
Stakeholder
1a-CP Jumlah Unit Yang Memenuhi Kriteria Wilayah Bebas Korupsi/Wilayah Birokrasi Bersih Dan Melayani (WBK/WBBM)
Target : 9 Unit
Terealisasi : 21 Unit
Berdasarkan hasil penilaian yang dilakukan oleh Tim Penilai Internal (TPI)
Kemenenterian Keuangan, yang dalam hal ini beranggotakan Inspektorat Jenderal, dan
dengan memperhatikan rekomendasi Tim Penilai Nasional (TPN), telah dihasilkan dua
Ikhtisar Eksekutif
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan | 2017 iv
puluh satu unit kerja berpredikat WBK-WBBM. Kedua puluh satu unit tersebut adalah 1)
LPDP, Setjen, 2) PPPK, Setjen, 3) Direktorat Penyusunan APBN, DJA, 4) KPP Pratama
Sumbawa Besar, 5) KPP Pratama Makassar Utara, 6) KPP Pratama Jakarta Setiabudi Dua,
7) KPPBC TMP A Bogor, 8) KPPBC TMP B Bandar Lampung, 9) KPPBC TMP C
Tembilahan, 10) KPPBC TMP C Cilacap, 11) KPPBC TMP C Sorong, 12) KPPN Kuningan,
13) KPPN Kotamobagu, 14) Kanwil DJPB Provinsi Jawa Barat, 15) KPPN Padang, 16)
KPPN Yogyakarta, 17) KPKNL Bukittinggi, 18) KPKNL Padang, 19) Direktorat Pembiayaan
dan Transfer Non Dana Perimbangan, DJPK, 20) Direktorat Surat Utang Negara, DJPPR,
dan 21) Pusdiklat Keuangan Umum, BPPK.
B. Indikator Kinerja Utama dalam Perspektif
Customer
2a-CP Indeks Kepuasan Pengguna Layanan Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan
Target : 4,14 (skala 5)
Terealisasi : 4,25
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Tim dari Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta, indeks kepuasan pengguna layanan Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan
yaitu 4,25 atau tercapai sebesar 102,66% dari target. IKU ini diukur berdasarkan
pelaksanaan survei terhadap layanan penyelesaian Standar Operasional Prosedur
yang diusulkan unit Eselon I maupun unit organisasi di lingkungan Kementerian Keuangan.
C. Indikator Kinerja Utama dalam Perspektif
Internal Process
3a-CP Persentase Implementasi Penataan Organisasi di Lingkungan Sekretariat Jenderal
Target : 100%
Terealisasi : 95%
Ikhtisar Eksekutif
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan | 2017 v
Penataan Organisasi di lingkungan Sekretariat Jenderal merupakan penyelesaian
penataan organisasi Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan sesuai amanat Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 94/KMK.01/2016 jo. Peraturan Menteri Keuangan Nomor
481/KMK.01/2017 tentang Implementasi Inisiatif Strategis Program Reformasi Birokrasi dan
Transformasi Kelembagaan Kementerian Keuangan pada arah Kebijakan Transformasi
Organisasi Tema Sentral, bahwa akan dilakukan penataan ulang tugas dan fungsi:
a. perumusan kebijakan di bidang organisasi dan sumber daya manusia; dan
b. perumusan dan pelaksanaan layanan operasional di bidang organisasi dan sumber daya
manusia, yang dilaksanakan oleh Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan dan Biro Sumber
Daya Manusia.
Penataan organisasi telah diusulkan kepada Kementerian PANRB melalui Surat
Menteri Keuangan nomor SR-410/MK.01/2017 tanggal 22 Juni 2017. Selanjutnya telah
dilakukan beberapa kali pembahasan, terakhir pada tanggal 1 November 2017, bahwa
penataan organisasi yang diusulkan bukan merupakan best practice yang berlaku pada
Kementerian/Lembaga, selanjutnya akan diekskalasi ke tingkat pimpinan. Sehingga target
Implementasi penataan organisasi di lingkungan Sekretariat Jenderal tidak tercapai karena
belum mendapatkan persetujuan tertulis dari Kementerian PANRB, sehingga belum dapat
ditetapkan menjadi Peraturan Menteri Keuangan.
3b-N Persentase Penyelesaian Penataan Organisasi Kementerian Keuangan
Target : 100%
Terealisasi : 100%
Penataan organisasi yang sudah dilakukan oleh Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan,
antara lain:
1. Penataan organisasi Lembaga Manajemen Aset Negara;
2. Penataan organisasi Pusat Investasi Pemerintah;
3. Pembentukan Sekretariat KSSK;
4. Penataan organisasi Sekretariat Jenderal;
a. Penataan organisasi Biro Bantuan Hukum;
b. Penataan organisasi Pusat Informasi dan Teknologi Keuangan;
c. Penataan organisasi Kantor Pengelola Pemulihan Data;
Ikhtisar Eksekutif
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan | 2017 vi
d. Penataan organisasi Biro Perlengkapan dan Pusat Layanan Pengadaan Secara
Elektronik;
5. Penataan organisasi Instansi Vertikal DJP.
3c-N Persentase Penyelenggaraan Survey Kesehatan Organisasi Kementerian Keuangan
Target : 100%
Terealisasi : 120%
Program/kegiatan yang menunjang keberhasilan pencapaian kinerja, meliputi:
1. Penyempurnaan aplikasi survei online MOFIN;
2. Sosialisasi penilaian kesehatan organisasi dalam 2 (dua) bentuk, yaitu sosialisasi secara
formal dan informal. Sosialisasi secara formal dilakukan melalui pertemuan tatap muka
dengan kegiatan workshop yang telah diselenggarakan pada tanggal 4 April 2017 dan
internalisasi penilaian kesehatan organisasi yang telah diselenggarakan pada tanggal 5
dan 6 April 2017. Sementara, sosialisasi secara informal dilakukan melalui: web
Kemenkeu; artikel di media cetak Kemenkeu yaitu Buletin Kinerja dan Media Keuangan;
media publikasi cetak lainnya, seperti leaflet, booklet, dan manual book; video lift &
videotron; email blast; infografis; dan Surat Edaran Menteri Keuangan;
3. Pelaksanaan survei MOFIN secara online pada tanggal 17 s.d. 30 April 2017;
4. Pengolahan data hasil survei MOFIN;
5. Focus Group Discussion (FGD) pendalaman hasil survei MOFIN pada instansi vertikal
dan kantor pusat; dan
6. Exit Meeting dengan seluruh unit Eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan
mengenai hasil Penilaian Kesehatan Organisasi Tahun 2017, yang dilaksanakan pada
tanggal 13 Desember 2017.
Ikhtisar Eksekutif
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan | 2017 vii
4a-CP Tingkat Pengembangan Aplikasi e-PRIME Tahun 2017
Target : 100%
Terealisasi : 120%
Tahapan dalam pengembangan dan implementasi aplikasi e-Prime yang meliputi
(1) penyusunan proses bisnis dan re-engineering, (2) penyusunan user requirement,
(3) pembangunan aplikasi, user acceptance test (UAT) dan quality assurance (QA) aplikasi,
bidang penyusunan proses bisnis dan re-engineering merupakan bidang yang menjadi ranah
koordinasi Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan dengan seluruh unit Eselon II pengusul
di lingkungan Sekretariat Jenderal. Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan berkewajiban
melakukan pembinaan, masukan dan rekomendasi atas konsep proses bisnis dan
re-engineering yang diusulkan oleh unit pengusul yang selanjutnya akan dijadikan dasar
dalam pembangunan aplikasi e-Prime oleh Pusintek.
Tahapan dalam proses penyusunan proses bisnis dan re-engineering meliputi:
a. penyusunan konsep BPR oleh unit pengusul;
b. reviu konsep BPR oleh Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan;
c. trilateral meeting konsep BPR dengan melibatkan Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan
dan Biro Umum, unit pengusul dan Pusintek;
d. pemberian rekomendasi atas konsep BPR; dan
e. penyampaian naskah BPR yang telah mendapatkan pengesahan dari pimpinan unit
pengusul ke Pusintek.
4b-N Persentase Penyelesaian SOP Unit Eselon I yang Berbasis RASCI
Target : 100%
Terealisasi : 100%
Periode capaian penyelesaian usulan SOP diberlakukan untuk setiap pengusulan
SOP terbagi kedalam 2 periode, yaitu:
a. periode pengusulan semester I sampai dengan bulan Mei; dan
b. periode pengusulan semester II sampai dengan bulan November.
Selama tahun 2017 Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan telah mereviu 3.421 SOP
dari unit Eselon I yang terbagi dalam II semester.
Ikhtisar Eksekutif
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan | 2017 viii
5a-CP Persentase Implementasi Penggunaan Jabatan Fungsional
Target : 100%
Terealisasi : 113,3%
Penetapan Uraian Jabatan Fungsional meliputi:
1. Jabatan Fungsional Perancang Peraturan Perundang-undangan melalui
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 954/KMK.01/2017;
2. Jabatan Fungsional Pranata Humas, telah ditetapkan uraian jabatan fungsional Pranata
Humas melalui Keputusan Menteri Keuangan Nomor 943/KMK.01/2017serta telah
diusulkan dan dilakukan uji kompetensi pada tanggal 14 September 2017 terhadap 38
pegawai Biro KLI; dan
3. Jabatan Fungsional Arsiparis, telah ditetapkan uraian jabatan fungsional Arsiparis
melalui Keputusan Menteri Keuangan Nomor 750/KMK.01/2017, serta telah mendapat
rekomendasi pengangkatan jabatan fungsional Arsiparis dari ANRI melalui Keputusan
Kepala ANRI nomor 208 Tahun 2017.
5b-N Jumlah Rekomendasi Penetapan Ketentuan Pelaksanaan Jabatan Fungsional
Target : 3
Terealisasi : 4
Pada tahun 2017, capaian IKU Jumlah Rekomendasi Penetapan Ketentuan
Pelaksanaan Jabatan Fungsional ditandai dengan telah ditetapkannya Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 61/PMK.02/2017 tanggal 12 Mei 2017 tentang Petunjuk Teknis Jabatan
Fungsional Analis Anggaran, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 103/PMK.02/2017
tanggal 18 Juli 2017 tentang Standar dan Uji Kompetensi serta Pendidikan dan pelatihan
Jabatan Fungsional Analis Anggaran, dan Peraturan Menteri Keuangan nomor
132/PMK.06/2017 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Penilai Pemerintah tanggal
3 Oktober 2017.
Ikhtisar Eksekutif
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan | 2017 ix
5c-N Persentase Penyusunan Kamus Kompetensi Teknis Jabatan Kementerian Keuangan
Target : 100%
Terealisasi : 100%
Program/kegiatan yang menunjang keberhasilan pencapaian kinerja Penyusunan
Kamus Kompetensi Teknis Jabatan Kementerian Keuangan sebagai berikut.
1. Pengumpulan data kompetensi teknis.
2. Identifikasi kompetensi teknis
3. Analisis dan kajian kompetensi teknis pada bulan Juli-November 2017.
4. Penyusunan konsep kamus kompetensi teknis jabatan pada bulan November-Desember
2017.
D. Indikator Kinerja Utama dalam Perspektif
Learning and Growth
6a-N Persentase Pemenuhan Pengembangan Kompetensi
Target : 80%
Terealisasi : 97,44%
Pegawai yang memenuhi minimal standar Jamlat yang telah ditentukan yaitu sebesar
24 Jamlat. Pemenuhan Jamlat dapat dilakukan melalui Pelatihan Klasikal yang
diselenggarakan di BPPK maupun di luar BPPK, ataupun pelatihan non klasikal seperti
seminar, sosialisasi, workshop, knowledge sharing/sharing session, magang/internship/on
the job training ataupun capacity building.
Ikhtisar Eksekutif
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan | 2017 x
6b-N Persentase Implementasi Dialog Kinerja Individu
Target : 50%
Terealisasi : 100%
Dalam rangka pemenuhan IKU tersebut, telah dilaksanakan IHT Coaching dan Dialog
Kinerja Individu bagi pejabat yang diselenggarakan pada tanggal 3 Februari 2017.
Berdasarkan hasil monitoring pada aplikasi e-performance, pelaksanaan Dialog Kinerja
Individu tercapai 100% yakni dilaksanakan oleh 72 pegawai dari total 72 pegawai yang
wajib melakukan Dialog Kinerja Individu.
7a-N Indeks Kesehatan Organisasi
Target : 78
Terealisasi : 87
Berdasarkan hasil survei MOFIN, Indeks Kesehatan Organisasi Biro Organisasi dan
Ketatalaksanaan adalah 87, dengan margin of error 3,51%. Nilai 87 menunjukkan bahwa
secara rata-rata 87 persen pegawai berpendapat, Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan
telah melaksanakan praktik-praktik manajemen yang sesuai untuk mendukung kondisi
kesehatan organisasi. Nilai margin of error telah berada di bawah target 5%, menunjukkan
bahwa hasil survei MOFIN cukup akurat untuk menggambarkan kondisi kesehatan
organisasi Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan.
7b-N Indeks Penyusunan Proses Bisnis
Target : 100
Terealisasi : 120%
SOP core tugas dan fungsi Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan yang telah disusun
dan ditetapkan oleh Sekretaris Jenderal sebanyak 46 SOP. Penyusunan SOP core
tersebut, dilakukan melalui beberapa tahapan, antara lain:
a. identifikasi atas SOP yang telah ada;
b. perubahan/penyesuaian format SOP sesuai dengan PMK 131/2015;
c. pembahasan dan coaching kepada masing-masing PIC konseptor SOP;
d. pengesahan dan penyampaian konsep SOP kepada Biro Umum.
Ikhtisar Eksekutif
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan | 2017 xi
7c-N Persentase Penyelesaian RPMK/RKMK Kebijakan sesuai Program Perencanaan RPMK/RKMK
Target : 65%
Terealisasi : 104%
Pada tahun 2017, Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan telah menyampaikan 6
(enam) RPMK dan 11 (sebelas) RKMK sebagai program perencanaan RPMK/RKMK
Kebijakan tahun 2017. Adapun realisasi penyelesaian adalah sebanyak 5 (lima) PMK dan
11 (sebelas) KMK yang menjadi program perencanaan.
8a-N Tingkat Pengembangan Aplikasi e-PRIME Tahap III
Target : 100%
Terealisasi : 100%
Sebagai bagian dari pengembangan aplikasi e-PRIME tahap III tahun 2017
di lingkungan Sekretariat Jenderal, Biro Organta turut berkontribusi, dengan
mempertimbangkan kebutuhan guna peningkatan kualitas kinerja dalam pelaksanaan tugas
dan fungsinya, dengan mengusulkan pengembangan aplikasi e-JOBS. Aplikasi e-JOBS
merupakan aplikasi induk atas 5 (lima) aplikasi yang mendukung tugas dan fungsi Biro
Organta, antara lain: (a) Analisis Beban Kerja; (b) Uraian Jabatan; (c) e-Jafung; (d) e-SOP;
dan (e) Knowledge Management System.
Tahapan yang perlu dilakukan dalam rangka pengembangan aplikasi e-JOBS, sesuai
dengan manual kinerja dapat dirinci sebagai berikut:
a. Penyelesaian Dokumen Business Process Re-engineering (BPR) sebesar 30%;
b. Penyelesaian Dokumen User Requirement (UR) sebesar 30%; dan
c. Penyelesaian Dokumen User Acceptance Test dan (UAT) dan uji kerentanan/Quality
Assurance (QA) sebesar 40%.
Sampai dengan berakhirnya tahun 2017, ke-5 (kelima) aplikasi dalam aplikasi e-
JOBS tersebut telah mampu menyelesaikan keseluruhan tahapan tersebut di atas yang
ditandai dengan kelulusan uji kerentanan aplikasi oleh Pusintek dan perolehan alamat
akses.
Ikhtisar Eksekutif
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan | 2017 xii
9a-CP Persentase Kualitas Pelaksanaan Anggaran
Target : 95%
Terealisasi : 108,63%
Pada tahun 2017, total anggaran yang dikelola Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan
pada tahun 2017 sejumlah Rp11.632.648.000,00. Adapun realisasi penyerapan anggaran
sebesar Rp9.489.336.836,00 dan dengan efisiensi sebesar Rp2.082.038.981,00.
BAB I
Pendahuluan
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan | 2017 1
A. Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi
B. Peran Strategis
C. Sistematika Laporan
Pendahuluan
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan | 2017 2
A. Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi
Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 206/PMK.01/2014 tanggal
17 Oktober 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 212/PMK.01/2017, Biro
Organisasi dan Ketatalaksanaan mempunyai tugas melaksanakan pembinaan dan
penataan organisasi, tata laksana, dan jabatan fungsional pada semua satuan organisasi
di lingkungan Kementerian. Dalam pelaksanaan tugas tersebut, Biro Organisasi dan
Ketatalaksanaan menyelenggarakan fungsi berikut.
a. Pembinaan, koordinasi, evaluasi dan monitoring organisasi, analisis jabatan, dan
peningkatan kinerja organisai.
b. Pembinaan, koordinasi, evaluasi dan monitoring sistem dan prosedur kerja, sistem
administrasi umum, tata laksana pelayanan publik, dan penyusunan laporan
akuntabilitas kinerja.
c. Pembinaan, koordinasi, evaluasi dan monitoring jabatan fungsional.
d. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Biro.
Adapun struktur organisasi Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan tersebut terdiri atas 5 (lima) unit Eselon III sebagai berikut.
a. Bagian Organisasi I.
b. Bagian Organisasi II.
c. Bagian Ketatalaksanaan I.
d. Bagian Ketatalaksanaan II.
e. Bagian Jabatan Fungsional.
Dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, pelaksanaan
kegiatan Biro didukung oleh sumber daya manusia sebanyak 87 orang (per 31 Desember
2017), yang dapat dirinci sebagaimana tampak pada Tabel 1.1 s.d. 1.3 sebagai berikut.
Pendahuluan
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan | 2017 3
TABEL 1.1 JUMLAH SDM BERDASARKAN JABATAN
NO. JABATAN TAHUN 2017
JUMLAH %
1. Kepala Biro 01 01,14
2. Kepala Bagian 05 05,74
3. Kepala Subbagian 16 18,39
4. Pelaksana 65 74,71
JUMLAH 87
TABEL 1.2
JUMLAH SDM BERDASARKAN GOLONGAN
NO. PANGKAT/GOLONGAN TAHUN 2017
JUMLAH %
1. IV/e - -
2. IV/d - -
3. IV/c 1 1,15
4. IV/b 2 2,30
5. IV/a 6 6,90
6. III/d 6 6,90
7. III/c 13 14,94
8. III/b 10 11,49
9. III/a 19 21,84
10. II/d 5 5,75
11. II/c 25 28,74
12. II/b - -
13. II/a - -
JUMLAH 87
Pendahuluan
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan | 2017 4
TABEL 1.3
JUMLAH SDM BERDASARKAN PENDIDIKAN
NO. PENDIDIKAN TAHUN 2017
JUMLAH %
1. S3 1 1,15
2. S2 16 18,39
3. S1 42 48,27
4. D3 19 21,83
5. D1 2 2,30
6. SMA 6 6,90
7. SMP 1 1,15
8. SD - -
JUMLAH 87
Pendahuluan
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan | 2017 5
B. Peran Strategis Peran Strategis Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan dalam mendukung pelaksanaan
tugas dan fungsi Sekretaris Jenderal, sebagai berikut:
1. melaksanakan penelaahan, analisis, dan penyiapan pembinaan, koordinasi, evaluasi,
dan monitoring organisasi, analisis jabatan, dan peningkatan kinerja organisasi di
semua satuan organisasi di lingkungan Kementerian;
2. melaksanakan penelaahan, analisis, dan penyiapan pembinaan, koordinasi, evaluasi,
dan monitoring sistem dan prosedur kerja, sistem administrasi umum, tata laksana
pelayanan publik, dan penyusunan laporan akuntabilitas kinerja di semua satuan
organisasi di lingkungan Kementerian; dan
3. melaksanakan penelaahan, analisis, dan penyiapan pembinaan, koordinasi, evaluasi
dan monitoring jabatan fungsional di seluruh satuan organisasi di lingkungan
Kementerian.
C. Sistematika Laporan
Untuk memudahkan dalam memahami isi laporan maka digunakan sistematika
pelaporan sebagai berikut.
BAB I Pendahuluan
BAB II Perencanaan Kinerja
BAB III Akuntabilitas Kinerja
BAB IV Penutup
Lampiran
BAB II
Perencanaan Kinerja
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan | 2017 6
A. Perencanaan Strategis
B. Perjanjian Kinerja
Perencanaan Kinerja
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan | 2017 7
A. Perencanaan Strategis
Perencanaan strategis merupakan langkah awal yang harus dilakukan oleh instansi
pemerintah agar mampu menjawab tuntutan lingkungan strategis. Untuk itu, perlu
ditentukan terlebih dahulu visi yang ingin dicapai oleh instansi tersebut. Adapun visi Biro
Organisasi dan Ketatalaksanaan untuk tahun 2017 yang telah ditetapkan dalam Peta
Strategi Kemenkeu-Two tahun 2017 yaitu “Terwujudnya organisasi Kementerian Keuangan
sehat yang berkinerja tinggi”.
GAMBAR 2.1
VISI BIRO ORGANISASI DAN KETATALAKSANAAN
Untuk merealisasikan visi tersebut, Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan mempunyai
misi sebagai berikut.
1. Membangun kelembagaan yang efisien, efektif, dan akuntabel.
2. Mengembangkan jabatan fungsional yang tepat.
3. Mewujudkan tata kelola dan tata laksana yang baik.
Untuk itu, Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan melaksanakan program sebagaimana
yang telah ditetapkan pada tahun 2017, yaitu Program Dukungan Manajemen dan
Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Keuangan. Program ini merupakan salah
satu Program Sekretariat Jenderal yang tercantum dalam Renstra Sekretariat Jenderal
Tahun 2015 s.d. 2019.
Atas dasar Renstra tersebut disusun peta strategi Biro Organisasi dan
Ketatalaksanaan yang didalamnya mengandung 4 (empat) perspektif, yaitu: stakeholders
perspective, customer perspective, internal process, learning and growth perspective yang
kemudian diuraikan ke dalam 9 (sembilan) Sasaran Strategis (SS) Biro Organisasi dan
Ketatalaksanaan dengan 17 (tujuh belas) IKU sebagaimana tampak pada Gambar 2.2
berikut.
TERWUJUDNYA ORGANISASI KEMENTERIAN KEUANGAN
SEHAT YANG BERKINERJA TINGGI
Perencanaan Kinerja
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan | 2017 8
GAMBAR 2.2
PETA STRATEGI BIRO ORGANISASI DAN KETATALAKSANAAN TAHUN 2017
B. Perjanjian Kinerja
Kewajiban penyusunan Perjanjian Kinerja tertuang dalam Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang
Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu atas Laporan
Kinerja Instansi Pemerintah. Perjanjian kinerja di lingkungan Sekretariat Jenderal telah
dilakukan dengan menggunakan metode Balanced Scorecard (BSC). Metode BSC
digunakan sebagai instrumen perencanaan kinerja di lingkungan Sekretariat Jenderal yang
Perencanaan Kinerja
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan | 2017 9
dituangkan menjadi Sasaran Strategis. Sasaran Strategis (SS) adalah faktor utama yang
merupakan suatu keberhasilan yang dapat diukur dengan Indikator Kinerja Utama/IKU dan
membandingkan dengan targetnya. Untuk menjamin tercapainya sasaran dan target
dimaksud secara optimal dan tepat waktu, visi dan misi Sekretariat Jenderal harus menjadi
acuan sekaligus landasan penyusunan strategis.
Penerapan BSC dalam rangka menunjang Sasaran Strategis utama berdasarkan
stakeholder perspective pada tahun 2017, Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan
menetapkan 17 Indikator Kinerja Utama (IKU). Rincian selengkapnya tentang IKU tersebut
dapat dilihat pada tabel 2.1 sebagai berikut.
TABEL 2.1
IKU BIRO ORGANISASI DAN KETATALAKSANAAN TAHUN 2017
SASARAN STRATEGIS 1
ORGANISASI SEHAT YANG BERKINERJA TINGGI
INDIKATOR SASARAN SATUAN TARGET
1a-CP Jumlah Unit yang Memenuhi Kriteria Wilayah Bebas Korupsi/Wilayah Birokrasi Bersih Melayani (WBK/WBBM)
Unit 9
SASARAN STRATEGIS 2
KEPUASAN PENGGUNA LAYANAN YANG TINGGI
INDIKATOR SASARAN SATUAN TARGET
2a-CP Indeks Kepuasan Pengguna Layanan Indeks
4,14 (skala 5)
SASARAN STRATEGIS 3
PENGELOLAAN ORGANISASI YANG BERKUALITAS
INDIKATOR SASARAN SATUAN TARGET
3a-CP Persentase Implementasi Penataan Organisasi di Lingkungan Sekretariat Jenderal
Persentase 100%
3b-N Persentase Penyelesaian Penataan Organisasi Kementerian Keuangan
Persentase 100%
3c-N Persentase Penyelenggaraan Survei Kesehatan Organisasi Kementerian Keuangan Tahun 2017
Persentase 100%
Perencanaan Kinerja
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan | 2017 10
SASARAN STRATEGIS 4
PENGELOLAAN PROSES BISNIS YANG BERKUALITAS
INDIKATOR SASARAN SATUAN TARGET
4a-CP Tingkat Pengembangan Aplikasi e-Prime Tahun 2017
Persentase 100%
4b-N Persentase Penyelesaian SOP Unit Eselon I yang Berbasis RASCI
Persentase 100%
SASARAN STRATEGIS 5
PENGELOLAAN SDM BERBASIS MERIT
INDIKATOR SASARAN SATUAN TARGET
5a-CP Persentase Implementasi Penggunaan Jabatan Fungsional
Persentase 100%
5b-N Jumlah Rekomendasi Penetapan Ketentuan Pelaksanaan Jabatan Fungsional
3
5c-N Persentase Penyusunan Kamus Kompetensi Teknis Jabatan Kementerian Keuangan
Persentase 100%
SASARAN STRATEGIS 6
SDM YANG KOMPETITIF
INDIKATOR SASARAN SATUAN TARGET
6a-N Persentase Pemenuhan Pengembangan Kompetensi
Persentase 100%
6b-N Persentase Implementasi Dialog Kinerja Individu
Persentase 100%
SASARAN STRATEGIS 7
SDM YANG KOMPETITIF
INDIKATOR SASARAN SATUAN TARGET
7a-N Indeks Kesehatan Organisasi 78
7b-N Indeks Penyusunan Proses Bisnis 100
7c-N Persentase Penyelesaian RPMK/RKMK Kebijakan sesuai Program Perencanaan RPMK/RKMK
Persentase 65%
Perencanaan Kinerja
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan | 2017 11
SASARAN STRATEGIS 8
OTOMASI LAYANAN KORPORAT (E-PRIME)
INDIKATOR SASARAN SATUAN TARGET
8a-N Tingkat Pengembangan Aplikasi e-Prime Tahap III
Persentase 100%
SASARAN STRATEGIS 9
PENGELOLAAN ANGGARAN YANG OPTIMAL
INDIKATOR SASARAN SATUAN TARGET
9a-CP Persentase Kualitas Pelaksanaan Anggaran Persentase 95%
BAB III
Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan | 2017 12
A. Capaian Indikator Kinerja Utama
B. Capaian Kinerja Lainnya
C. Realisasi Anggaran
Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan | 2017 13
Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan sebagaimana diuraikan dalam
BAB II, direalisasikan dalam bentuk capaian kinerja organisasi, capaian kinerja
lainnya, dan realisasi anggaran.
A. Capaian Indikator Kinerja Utama
Pada tahun 2017, Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan telah menetapkan
9 (sembilan) Sasaran Strategis (SS) Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan dengan
17 (tujuh belas) Indikator Kinerja Utama (selanjutnya disebut IKU) dimana 6 (enam)
IKU merupakan cascading dari IKU Kemenkeu-One tahun 2017. Pencapaian dari
6 (enam) IKU tersebut disajikan pada tabel 3.1 berikut.
TABEL 3.1
CAPAIAN IKU KEMENKEU-TWO CASCADING DARI KEMENKEU-ONE
No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi %
1. Organisasi Sehat yang Berkinerja Tinggi
Jumlah Unit yang
Memenuhi Kriteria
Wilayah Bebas
Korupsi/ Wilayah
Birokrasi Bersih
dan Melayani
(WBK/WBBM)
9 Unit 21 Unit 120
2. Kepuasan Pengguna Layanan yang Tinggi
Indeks Kepuasan
Pengguna Layanan
4,14
(Skala 5) 4,25 102,66
3. Pengelolaan Organisasi yang Berkualitas
Persentase
Implementasi
Penataan
Organisasi di
Lingkungan
Sekretariat
Jenderal
100% 95% 95%
4. Pengelolaan Proses Bisnis yang
Tingkat 100% 120% 120%
Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan | 2017 14
No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi %
Berkualitas Pengembangan
Aplikasi e-Prime
Tahun 2017
5. Pengelolaan SDM Berbasis Merit
Persentase
Implementasi
Penggunaan
Jabatan
Fungsional
100% 113,3% 113,3%
6. Pengelolaan Anggaran yang Optimal
Persentase
Kualitas
Pelaksanaan
Anggaran
95% 108,63% 114,35%
Selain 6 (enam) IKU yang sudah dikontrak kinerjakan dan merupakan cascading dari
Kemenkeu-One Sekretariat Jenderal sebagaimana disajikan pada Tabel 3.1 di atas,
terdapat 11 (sebelas) IKU lain yang diperjanjikan dalam Peta Strategi Biro Organisasi
dan Ketatalaksanaan tahun 2017 sebagaimana tampak pada Tabel 3.2 sebagai
berikut.
TABEL 3.2
CAPAIAN IKU KEMENKEU-TWO
No. Sasaran
Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi %
1. Pengelolaan
Organisasi
yang
Berkualitas
3b-N
Persentase
Penyelesaian Penataan
Organisasi
Kementerian Keuangan
100% 100% 120%
3c-N Persentase
Penyelenggaraan 100% 120% 120%
Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan | 2017 15
No. Sasaran
Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi %
Survey Kesehatan
Organisasi
Kementerian Keuangan
Tahun 2017
2.
Pengelolaan
Proses
Bisnis yang
Berkualitas
4b-N
Persentase
Penyelesaian SOP unit
Eselon I yang Berbasis
RASCI
100% 100% 120%
3.
Pengelolaan
SDM
Berbasis
Merit
5b-N
Jumlah Rekomendasi
Penetapan Ketentuan
Pelaksanaan Jabatan
Fungsional
3 4 120%
5c-N
Persentase
Penyusunan Kamus
Kompetensi Teknis
Jabatan Kementerian
Keuangan
100% 100% 100%
4. SDM yang
Kompetitif
6a-N
Persentase
Pemenuhan
Pengembangan
Kompetensi
80% 97,44% 120%
6b-N
Persentase
Implementasi Dialog
Kinerja Individu
50% 100% 120%
5.
Organisasi
yang Fit for
Purpose
7a-N Indeks Kesehatan
Organisasi 78 87 111,54%
7b-N Indeks Penyusunan
Proses Bisnis 100 130 120%
7c-N Persentase 65% 104% 120%
Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan | 2017 16
No. Sasaran
Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi %
Penyelesaian
RPMK/RKMK
Kebijakan sesuai
Program Perencanaan
RPMK/RKMK
6.
Otomasi
Layanan
Korporat
(e-PRIME)
8a-N
Tingkat Pengembangan
Aplikasi e-PRIME
Tahap III 100% 100% 100%
Berdasarkan Peta Strategi sebagaimana tampak pada Tabel 3.1 dan Tabel 3.2 maka
17 IKU di atas dapat dijelaskan dan dianalisis sebagai berikut.
SS-1 ORGANISASI SEHAT YANG BERKINERJA TINGGI
1a-CP Jumlah Unit Yang Memenuhi Kriteria Wilayah Bebas Korupsi/Wilayah Birokrasi Bersih Dan Melayani (WBK/WBBM)
Target : 9 Unit
Terealisasi : 21 Unit
Sejalan dengan semangat dan visi Kabinet Kerja tahun 2014 - 2019 serta
program revolusi mental dalam pemberantasan korupsi, berbagai program terkait
dengan peningkatan kualitas aparatur sipil negara yang digariskan oleh Kementerian
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kementerian PAN dan RB)
telah dilaksanakan oleh Kementerian Keuangan. Pelaksanaan program-program
tersebut antara lain ditujukan agar keuangan dan kekayaan negara dapat
didayagunakan secara optimal untuk kesejahteraan rakyat Indonesia.
Salah satu program penting Kementerian Keuangan dalam melakukan usaha-
usaha pencegahan dan pemberantasan korupsi yaitu berupa komitmen Kementerian
Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan | 2017 17
Keuangan dalam membangun Zona Integritas menuju Wilayah Bebas Korupsi/Wilayah
Birokrasi Bersih dan Melayani (WBK/WBBM) yang telah dicanangkan sejak tahun
2012 sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 52 Tahun 014.
Program pembangunan unit kerja berpredikat WBK/WBBM di lingkungan Kementerian
Keuangan merupakan upaya untuk mewujudkan pengelolaan keuangan dan kekayaan
Negara yang bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).
Jumlah unit kerja berpredikat WBK/WBBM ditentukan berdasarkan hasil
penilaian Tim Penilai Internal (TPI) dan Tim Penilai Nasional (TPN). Penetapan unit
kerja berpredikat WBK/WBBM dilakukan oleh Menteri Keuangan dengan
memperhatikan rekomendasi dari TPN. Pembangunan WBK merupakan tahap yang
harus dilalui untuk menjadi WBBM.
Syarat untuk ditetapkan menjadi berpredikat WBK, unit kerja harus memperoleh
nilai total (pengungkit dan hasil) minimal 75 (tujuh puluh lima) dan memiliki nilai
komponen hasil “terwujudnya pemerintahan yang bersih dan bebas KKN” minimal 18,
dengan nilai sub komponen Survei Persepsi Korupsi minimal 13,5 dan sub komponen
Persentasi Tindak Lanjut Hasil Pengawasan (TLHP) minimal 4,5.
Sementara itu, untuk dapat diusulkan menjadi berpredikat WBBM, unit kerja
harus memperoleh nilai total (pengungkit dan hasil) minimal 85 (delapan puluh lima)
dan memiliki nilai komponen hasil “terwujudnya pemerintahan yang bersih dan bebas
KKN” minimal 18, dengan nilai sub komponen Survei Persepsi Korupsi minimal 13,5
dan sub komponen persentasi TLHP minimal 4,5, serta memiliki nilai komponen hasil
“Terwujudnya Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik kepada Masyarakat” minimal 16.
Pada tahun 2017, 21 (dua puluh satu) unit kerja di lingkungan Kementerian
Keuangan yang mendapat predikat WBK/WBBM terlihat dalam tabel 3.3 berikut.
Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan | 2017 18
TABEL 3.3
UNIT KERJA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEUANGAN YANG
MENDAPATKAN PREDIKAT WBK/WBBM
Unit Kerja Berpredikat WBK/WBBM
1. LPDP, Setjen
2. PPPK, Setjen
3. Direktorat Penyusunan APBN, DJA
4. KPP Pratama Sumbawa Besar
5. KPP Pratama Makassar Utara
6. KPP Pratama Jakarta Setiabudi Dua
7. KPPBC TMP A Bogor
8. KPPBC TMP B Bandar Lampung
9. KPPBC TMP C Tembilahan
10. KPPBC TMP C Cilacap
11. KPPBC TMP C Sorong
12. KPPN Kuningan
13. KPPN Kotamobagu
14. Kanwil DJPB Provinsi Jawa Barat
15. KPPN Padang
16. KPPN Yogyakarta
17. KPKNL Bukittinggi
18. KPKNL Padang
Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan | 2017 19
Unit Kerja Berpredikat WBK/WBBM
19. Direktorat Pembiayaan dan Transfer Non Dana Perimbangan, DJPK
20. Direktorat Surat Utang Negara, DJPPR
21. Pusdiklat Keuangan Umum, BPPK
Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan selaku Tim Pembangun Integritas
melakukan pembinaan terhadap unit-unit kerja tersebut yang berkoordinasi dengan
Inspektorat Jenderal selaku TPI. Setelah melalui proses penilaian oleh TPI, ke-21 unit
tersebut berhasil memenuhi syarat untuk mendapatkan predikat WBBM sesuai dengan
PermenPAN dan RB Nomor 52 Tahun 2014 sehingga target unit kerja berpredikat
WBK/WBBM pada tahun 2017 dapat terealisasi 21 unit kerja dengan persentase nilai
capaian 120% (target 9 unit). Keberhasilan pencapaian predikat WBK/WBBM oleh ke-
21 unit kerja tersebut tidak lepas karena tingginya komitmen yang ditunjukkan oleh
para pimpinan dan staf yang terdapat pada unit kerja tersebut. Namun demikian,
dalam perjalanannya terdapat beberapa kendala/hambatan yang dihadapi dalam
pembangunan unit ZI menuju WBK yaitu antara lain keterbatasan sumber daya Tim
Penilai Internal (Inspektorat Jenderal), unit kerja yang mempunyai tugas dan fungsi
law enforcement cenderung mendapatkan nilai komponen hasil yang rendah, serta
unit kerja kurang melakukan sosialisasi/mengampanyekan rencana kerja dan capaian
unit kerja kepada stakeholders (intimacy).
Tabel 3.4
PERBANDINGAN TARGET DAN REALISASI WBK/WBBM
2015 2016 2017
Target Realisasi % Target Realisasi % Target Realisasi %
2 Unit 4 Unit 120 3 Unit 7 Unit 120 9 Unit 21 Unit 120
Berdasarkan Tabel 3.4 di atas terlihat bahwa realisasi selama 3 tahun berturut-
turut selalu mencapai target. Pada tahun 2015 dapat terealisasi 4 unit kerja dari 2 unit
Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan | 2017 20
kerja atau tercapai 120%, pada tahun 2016 terealisasi 7 unit kerja dari 3 unit kerja atau
tercapai 100%, dan pada tahun 2017 tercapai 21 unit kerja dari 9 unit kerja atau
tercapai 120% dari target.
SS-2 KEPUASAN PENGGUNA LAYANAN TINGGI
2a-CP Indeks Kepuasan Pengguna Layanan Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan
Target : 4,14 (skala 5)
Terealisasi : 4,25
IKU ini diukur berdasarkan survei terhadap layanan penyelesaian Standar
Operasional Prosedur yang diusulkan unit organisasi Eselon I di lingkungan
Kementerian Keuangan. Survei Kepuasan Pengguna Layanan Kementerian Keuangan
(SKPL Kemenkeu) merupakan bagian dari agenda program Reformasi Birokrasi
Kementerian Keuangan. Kementerian Keuangan senantiasa dituntut untuk selalu
memperbaiki kualitas pelayanan secara terus menerus (continuous improvement)
kepada pengguna layanan maupun pihak-pihak terkait lainnya (stakeholders).
Sehingga, guna mengukur sejauh mana kualitas pelayanan yang telah diberikan
Kemenkeu kepada masyarakat dan untuk mendapatkan informasi yang obyektif dan
komprehensif terhadap kinerja layanan, perlu dilakukan pengukuran tingkat kepuasan
pengguna layanan berdasarkan indikator-indikator spesifik yang ditetapkan melalui
Survei Kepuasan Pengguna Layanan. Tingkat kepuasan pengguna layanan
merupakan sebuah ukuran atas seberapa berkualitas layanan publik yang diberikan
Kemenkeu dalam memenuhi harapan para pengguna layanan.
Ruang lingkup SKPL dari 2 (dua) variabel pengukuran yaitu kepentingan dan
kepuasan, kemudian diterjemahkan dalam 11 (sebelas) aspek layanan sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik meliputi:
(a) keterbukaan/kemudahan akses informasi, (b) informasi layanan, (c) kesesuaian
prosedur dengan ketentuan yang ditetapkan, (d) sikap pegawai, (e) kemampuan dan
keterampilan pegawai, (f) lingkungan pendukung, (g) akses terhadap kantor layanan,
(h) waktu penyelesaian layanan, (i) pembayaran biaya sesuai aturan/ketentuan yang
ditetapkan, (j) pengenaan sanksi/denda atas pelanggaran terhadap ketentuan
layanan, dan (k) keamanan lingkungan dan layanan.
Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan | 2017 21
Berdasarkan target IKU yang ditetapkan oleh Kepala Biro Organisasi dan
Ketatalaksanaan, Indeks Kepuasan Pengguna Layanan Biro Organisasi dan
Ketatalaksanaan tahun 2017 ditetapkan sejumlah 4,14. Adapun realisasi yang
diperoleh berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh tim dari Universitas Gadjah
Mada Yogyakarta, untuk tahun 2017 dapat tercapai sebesar 4,25 atau sebesar
102.66% dari target. Berikut ini adalah rincian indeks kepuasan per aspek layanan
sebagaimana terlihat dalam Tabel 3.5 berikut.
TABEL 3.5
RINCIAN INDEKS KEPUASAN PER ASPEK LAYANAN
Aspek Layanan Indeks
Keterbukaan/Kemudahan Akses Informasi 4,11
Informasi Layanan (Persyaratan, Prosedur, dll.) 4,14
Kesesuaian Prosedur dengan Ketentuan 4,30
Sikap Pegawai 4,49
Kemampuan dan Keterampilan Pegawai 4,36
Lingkungan Pendukung 4,05
Akses terhadap Layanan 4,42
Waktu Penyelesaian Layanan 3,84
Pembayaran Biaya Sesuai Ketentuan NA**
Pengenaan Sanksi/Denda Atas Pelanggaran NA**
Keamanan Lingkungan dan Layanan 4,45
INDEKS 4,25
**NA=not available atau tidak ada Warna merah mengindikasikan nilai Kurang Memuaskan (<4,00) Warna biru mengindikasikan Memuaskan namun di bawah indeks KEMENKEU (4,19) Warna hitam mengindikasikan nilai di atas indeks SETJEN (>4,22)
Apabila dibandingkan dengan tahun 2016, capaian IKU Kepuasan Pengguna
Layanan Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan mengalami peningkatan 0.09 poin.
Tren capaian indeks kepuasan pengguna layanan Biro Organisasi dan
Ketatalaksanaan sejak tahun 2013 dapat dilihat dalam Grafik 3.1 berikut.
Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan | 2017 22
GRAFIK 3.1
TREN CAPAIAN INDEKS KEPUASAN PENGGUNA LAYANAN BIRO ORGANISASI
DAN KETATALAKSANAAN
Sampai dengan tahun 2019, telah disusun rencana target indeks yang ditargetkan
untuk dicapai oleh Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan yaitu seperti terlihat dalam
Tabel 3.6 berikut.
TABEL 3.6
RENCANA CAPAIAN INDEKS KEPUASAN PENGGUNA LAYANAN BIRO
ORGANISASI DAN KETATALAKSANAAN
Tahun Anggaran Target Capaian Indeks
2018 4.17
2019 4.22
Peningkatan target kepuasan pelanggan secara tidak langsung juga dalam
rangka memperbaiki kekurangan-kekurangan yang masih ada di dalam pelayanan
yang dikelola oleh Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan. Sehingga layanan yang
dikelola oleh Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan kedepan akan lebih memuaskan
masyarakat dan para stakeholder.
Dalam pelaksanaannya, Unit-Unit organisasi di lingkungan Kementerian
Keuangan yang memiliki karakteristik perkembangan organisasi dan layanan yang
cukup dinamis, menginginkan percepatan waktu layanan. Hal ini berimplikasi pada
2013 2014 2015 2016 2017
Realisasi 3.85 4.17 4.10 4.16 4.25
Target 0 4.00 4.10 4.09 4.14
3
3.5
4
4.5
5
Realisasi
Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan | 2017 23
target indeks kepuasan layanan SOP berpotensi tidak tercapai. Hal tersebut
dikarenakan oleh beberapa hal sebagai berikut.
1. Standar waktu layanan SOP adalah 40 hari.
2. Belum ada dukungan dari segi aplikasi.
3. Proses editing/perbaikan di unit pengusul belum ada standar waktu.
Sehubungan dengan hal tersebut, Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan telah
melakukan evaluasi SOP Layanan Penyelesaian SOP. Selain itu, telah disusun pula
beberapa rencana aksi untuk kedepannya yaitu perbaikan SOP dan layanan
permohonan persetujuan SOP dari unit-unit organisasi di lingkungan Kemenkeu.
SS-3 PENGELOLAAN ORGANISASI YANG BERKUALITAS
3a-CP Persentase Implementasi Penataan Organisasi di Lingkungan Sekretariat Jenderal
Target : 100%
Terealisasi : 95%
Realisasi capaian IKU terkait Persentase Persentase Implementasi Penataan
Organisasi di Lingkungan Sekretariat Jenderal mencapai target 95%. Persentase
Implementasi Penataan Organisasi di Lingkungan Sekretariat Jenderal merupakan
penyelesaian penataan organisasi Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan sesuai
amanat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 94/KMK.01/2016 jo. Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 481/KMK.01/2017 tentang Implementasi Inisiatif Strategis Program
Reformasi Birokrasi dan Transformasi Kelembagaan Kementerian Keuangan pada
arah Kebijakan Transformasi Organisasi Tema Sentral, bahwa akan dilakukan
penataan ulang tugas dan fungsi:
a. perumusan kebijakan di bidang organisasi dan sumber daya manusia; dan
b. perumusan dan pelaksanaan layanan operasional di bidang organisasi dan sumber
daya manusia, yang dilaksanakan oleh Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan dan
Biro Sumber Daya Manusia.
Penataan organisasi Sekretariat Jenderal ini dilatarbelakangi oleh tuntutan agar
Sekretariat Jenderal lebih meningkatkan peran sebagai strategik partner bagi
Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan | 2017 24
pimpinan dan unit Eselon I dalam pengelolaan organisasi dan SDM, sehingga
perumusan kebijakan di bidang organisasi dan SDM dapat lebih tepat dan
komprehensif serta mendukung peningkatan ownership dengan unit Eselon I dalam
pengelolaan organisasi dan SDM. Selain itu beban layanan teknis operasional yang
tinggi menjadikan fungsi penyusunan strategis kurang optimal. Diharapkan kedepan
dapat mewujudkan layanan satu atap dalam pemberian dukungan teknis operasional
di bidang organisasi dan SDM di lingkungan Kementerian Keuangan.
Penataan organisasi telah diusulkan kepada Kementerian PANRB melalui Surat
Menteri Keuangan nomor SR-410/MK.01/2017 tanggal 22 Juni 2017. Selanjutnya telah
dilakukan pembahasan beberapa kali, terakhir pada tanggal 1 November 2017, bahwa
penataan organisasi yang diusulkan bukan merupakan best practice yang berlaku
pada Kementerian/Lembaga, selanjutnya akan diekskalasi ke tingkat pimpinan.
Sehingga target Implementasi penataan organisasi di lingkungan Sekretariat Jenderal
tidak tercapai karena belum mendapatkan persetujuan tertulis dari Kementerian
PANRB, sehingga belum dapat ditetapkan menjadi Peraturan Menteri Keuangan.
3b-N Persentase Penyelesaian Penataan Organisasi Kementerian Keuangan
Target : 100%
Terealisasi : 100%
Realisasi capaian IKU terkait Penyelesaian Penataan Organisasi Kementerian
Keuangan tahun 2017 telah mencapai target 120% dengan penjelasan sebagai
berikut:
1. Penataan Organisasi Lembaga Manajemen Aset Negara
Penataan Organisasi Lembaga Manajemen Aset Negara dalam rangka
mendukung program kerja Jokowi-JK dan Program Nawa Cita khususnya terkait
percepatan infrastruktur dan penyediaan lahan; Meningkatkan pelayanan,
memenuhi tuntutan masyarakat, stakeholders dan perkembangan; dan
mewujudkan good governance. Serta untuk mewujudkan pengelolaan aset berjalan
cepat, tepat, optimal, dan akuntabel serta maksimalisasi PNBP melalui
Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan | 2017 25
pemanfaatan aset dan optimalisasi value added pada aset, dan mewujudjan disiplin
anggaran negara, khususnya belanja modal melalui optimalisasi underutillized/idle
assets, serta buffer pemerintah dalam penyediaan dan pengamanan kebutuhan
aset.
Usulan penataan organisasi dimaksud telah disampaikan kepada Menteri
PAN-RB melalui Surat Rahasia Menteri Keuangan Nomor SR-671/MK.01/2016
tanggal 13 September 2016 dan telah mendapatkan persetujuan dari Kementerian
PAN-RB dalam Surat Menteri PAN-RB nomor B/73/M.KT.01/2017 tanggal
9 Februari 2017. Selanjutnya penataan organisasi dimaksud telah ditetapkan dalam
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 54/PMK.01/2017 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Keuangan tanggal 17 April 2017. Secara garis besar, penataan
organisasi yang dilakukan adalah sebagai berikut penajaman tugas dan fungsi,
serta penambahan tugas dan fungsi sebagai pengelola pendanaan pengadaan
tanah bagi Proyek Strategis Nasional dan Pengelolaan Aset Hasil Pengadaan
Tanah, serta penambahan 2 (dua) unit organisasi setingkat Eselon III dan 6 (enam)
unit organisasi setingkat Eselon IV.
2. Penataan Organisasi Pusat Investasi Pemerintah
Penataan organisasi ini dilaksanakan dalam rangka upaya menggerakkan
sektor strategis ekonomi domestik dan mewujudkan kesejahteraan masyarakat
dengan memberdayakan UMKM secara menyeluruh, optimal, dan
berkesinambungan. Selain itu terdapat arahan Menkeu dalam S-616/MK/2016,
bahwa PIP sebagai coordinated fund untuk program alternatif lain pembiayaan KUR
bagi UMKM/KUR Tailor Made, serta pengalokasian dana operasional PIP sebagai
coordinated fund untuk program alternatif lain pembiayaan KUR bagi UMKM/KUR
Tailor Made dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2016 mengenai APBNP.
Usulan penataan organisasi PIP telah disampaikan kepada Menteri PAN-RB
melalui Surat Rahasia Menteri Keuangan Nomor SR-180/MK.01/2017 tanggal 23
Februari 2017 dan telah mendapatkan persetujuan dari Kementerian PAN-RB
dalam Surat Menteri PAN-RB nomor B/327/M.KT.01/2017 tanggal 8 Juni 2017.
Selanjutnya pembentukan dimaksud telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 91/PMK.01/2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pusat
Investasi Pemerintahan tanggal 5 Juli 2017. Secara garis besar, penataan
Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan | 2017 26
organisasi PIP meliputi penguatan tugas dan fungsi, perubahan nomenklatur,
penghapusan satu unit setingkat Eselon III, dan penambahan tiga unit setingkat
Eselon IV.
3. Pembentukan Sekretariat KSSK
Penataan organisasi ini dilaksanakan dalam rangka upaya mewujudkan
kesejahteraan masyarakat Indonesia sesuai amanat UUD 1945, upaya
pencegahan dan penanganan krisis sistem keuangan untuk mewujudkan stabilitas
sistem keuangan yang kokoh guna menghadapi ancaman, baik dari dalam negeri
maupun luar negeri, serta melaksanakan amanat Undang-Undang Nomor 9 Tahun
2016 Tentang Pencegahan dan Penanganan Krisis Sistem Keuangan.
Usulan pembentukan Sekretariat KSSK telah disampaikan kepada Menteri
PAN-RB melalui Surat Rahasia Menteri Keuangan Nomor SR-49/MK.01/2017
tanggal 31 Januari 2017 dan telah mendapatkan persetujuan dari Kementerian
PAN-RB dalam Surat Menteri PAN-RB nomor B/294/M.KT.01/2017 tanggal 24 Mei
2017. Selanjutnya pembentukan dimaksud telah ditetapkan dalam Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 92/PMK.01/2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Keuangan tanggal 5 Juli 2017. Secara garis besar, pembentukan
Sekretariat KSSK meliputi satu unit setingkat Eselon I, dua unit setingkat Eselon II,
enam unit setingkat Eselon III, dan tiga unit setingkat Eselon IV.
4. Penataan Organisasi Sekretariat Jenderal
Penataan organisasi Sekretariat Jenderal meliputi:
a. Penataan organisasi Biro Bantuan Hukum
Penataan organisasi ini dilaksanakan dalam rangka mengoptimalkan
kualitas penanganan perkara dan penambahan fungsi pengelolaan data,
profiling data perkara, dan sistem aplikasi data perkara yang berbasis Teknologi
Informasi. Telah disusulkan kepada Kementerian PANRB melalui SR-
499/MK.01/2017 tanggal 3 Oktober 2017, dan telah mendapatkan persetujuan
dari Kementerian PANRB melalui B/624/M.KT.01/2017 tanggal 30 November
2017, selanjutnya telah ditetapkan melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor
212/PMK.01/2017 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor
234/PMK.01/2015 tentang Organisasi dan tata Kerja Kementerian Keuangan.
Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan | 2017 27
Penataan organisasi meliputi penajaman tugas dan fungsi, perubahan
nomenklatur menjadi Biro Bantuan Hukum, dan penambahan satu Eselon III.
b. Penataan organisasi Pusat Informasi dan Teknologi Keuangan
Penataan organisasi ini dilaksanakan dalam rangka meningkatkan
pelaksanaan tugas sebagai unit pembina teknik jabatan fungsional pranata
komputer. Telah disusulkan kepada Kementerian PANRB melalui SR-
499/MK.01/2017 tanggal 3 Oktober 2017, dan telah mendapatkan persetujuan
dari Kementerian PANRB melalui B/624/M.KT.01/2017 tanggal 30 November
2017, selanjutnya telah ditetapkan melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor
212/PMK.01/2017 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor
234/PMK.01/2015 tentang Organisasi dan tata Kerja Kementerian Keuangan.
Penataan organisasi meliputi Penambahan satu Eselon IV sebagai unit pembina
jabatan fungsional pranata komputer.
c. Penataan organisasi Kantor Pengelola Pemulihan Data
Penataan organisasi ini dilaksanakan dalam rangka meningkatkan upaya
pemberian layanan yang terbaik kepada stakeholders, dan optimalisasi
keamanan dan keberlangsungan aplikasi kritikal Kementerian Keuangan seperti
SPAN, SAKTI, CEISA, MPN, SPSE, SIMPONI, SIKD, dan RKAKL. Telah
disusulkan kepada Kementerian PANRB melalui SR-410/MK.01/2017 tanggal 22
Juni 2017, dan telah mendapatkan persetujuan dari Kementerian PANRB melalui
B/624/M.KT.01/2017 tanggal 30 November 2017, selanjutnya telah ditetapkan
melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 1/PMK.01/2018 tentang Perubahan
atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 206.4/PMK.01/2017 tentang
Organisasi dan ata Kerja Kantor Pengelolaan Pemulihan Data (DRC). Penataan
organisasi meliputi Peningkatan level organisasi Kantor Pengelolaan Pemulihan
Data (dari Eselon IIIb menjadi IIIa dan Eselon IVb menjadi IVa).
d. Penataan organisasi Biro Perlengkapan dan Pusat Lananan Pengadaan Secara
Elektronik.
Penataan organisasi ini dilaksanakan dalam rangka mewujudkan
pengelolaan BMN yang end to end, tertib administrasi, tertib hukum, tertib fisik,
transparan, dan akuntabel. Telah disusulkan kepada Kementerian PANRB
melalui SR-499/MK.01/2017 tanggal 3 Oktober 2017, dan telah mendapatkan
Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan | 2017 28
persetujuan dari Kementerian PANRB melalui B/624/M.KT.01/2017 tanggal 30
November 2017, selanjutnya telah ditetapkan melalui Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 212/PMK.01/2017 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 234/PMK.01/2015 tentang Organisasi dan tata Kerja
Kementerian Keuangan. Penataan organisasi meliputi penggabungan Biro
Perlengkapan dan Pusat LPSE menjadi Biro Manajemen BMN dan pengadaan,
penajaman tugas dan fungsi, perubahan nomenklatur, serta tanpa menambah
jabatan struktural.
5. Penataan Organisasi Instansi Vertikal DJP
Penataan Organisasi Instansi Vertikal DJP dilakukan dalam rangka
meningkatkan penerimaan perpajakan; memperluas jangkauan kepada wajib pajak;
meningkatkan koordinasi, pengendalian, tertib administrasi, pelayanan, dan
pengawasan; dan meningkatkan kinerja organisasi instansi vertikal di lingkungan
DJP. Usulan penataan organisasi Instansi Vertikal DJP telah disampaikan kepada
Menteri PAN-RB melalui Surat Rahasia Menteri Keuangan Nomor
SR-1580/MK.01/2015 tanggal 21 Mei 2015 dan telah mendapatkan persetujuan
dari Kementerian PAN-RB dalam Surat Menteri PAN-RB nomor
B/444/M.KT.01/2017 tanggal 31 Agustus 2017. Selanjutnya penataan organisasi
Instansi Vertikal DJP dimaksud telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 210/PMK.01/2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi
Vertikal DJP tanggal 29 Desember 2017. Penataan organisasi Instansi Vertikal DJP
meliputi Penajaman tugas dan fungsi, perubahan nomenklatur dan susunan
organisasi, serta pengaturan wilayah kerja, Pemecahan Kantor Wilayah (Kanwil)
DJP Riau dan Kepulauan Riau menjadi Kanwil DJP Riau dan Kanwil DJP
Kepulauan Riau; Pembentukan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Madya Bogor; dan
pemecahan 10 KPP Pratama.
Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan | 2017 29
3c-N Persentase Penyelenggaraan Survey Kesehatan Organisasi Kementerian Keuangan
Target : 100%
Terealisasi : 120%
Survei kesehatan organisasi merupakan salah satu alat ukur yang objektif untuk
mengetahui praktik-praktik kesehatan organisasi yang telah diterapkan
di Kementerian Keuangan. Hasil dari survei tersebut akan menjadi bahan masukan
bagi kebijakan-kebijakan Kementerian Keuangan di bidang organisasi.
Target Penyelenggaraan Survei Kesehatan Organisasi Kementerian Keuangan
Tahun 2017 adalah 100% dan realisasi penyelenggaraan kegiatan dimaksud tercapai
melebihi target dengan capaian sebesar 120%. Tercapainya target Persentase
Penyelenggaraan Survei Kesehatan Organisasi Kementerian Keuangan tahun 2017
dapat terjadi karena beberapa hal, yaitu telah dilaksanakannya rekomendasi tindak
lanjut survei MOFIN tahun 2015 pada tahun 2016, butir kuesioner yang lebih jelas dan
sederhana, serta sosialisasi kesehatan organisasi kepada para pegawai di lingkungan
Kementerian Keuangan. Secara garis besar, kegiatan-kegiatan yang telah
dilaksanakan untuk mendukung tercapainya Persentase Penyelenggaraan Kesehatan
Organisasi Kementerian Keuangan tahun 2017 adalah sebagai berikut.
1. Penyempurnaan aplikasi survei online MOFIN untuk menyesuaikan dengan
perubahan metodologi penilaian kesehatan organisasi.
2. Sosialisasi penilaian kesehatan organisasi kepada para pejabat/pegawai di
lingkungan Kementerian Keuangan. Sosialisasi dilakukan dalam 2 (dua) bentuk,
yaitu sosialisasi secara formal dan informal. Sosialisasi secara formal dilakukan
melalui pertemuan tatap muka dengan kegiatan workshop dan internalisasi
penilaian kesehatan organisasi. Pelaksanaan workshop dan internalisasi adalah
sebagai berikut:
a. workshop diselenggarakan pada tanggal 4 April 2017, yang dihadiri oleh para
Sekretaris Direktorat/Badan/Inspektorat dan pejabat Eselon II lingkup Setjen,
serta para Kepala Bagian yang membidangi organisasi pada masing-masing
unit Eselon I; dan
Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan | 2017 30
b. internalisasi diselenggarakan pada tanggal 5 dan 6 April 2017 yang dihadiri
oleh para pelaksana perwakilan Unit Eselon II Setjen dan para pelaksana
perwakilan unit Eselon I.
Sementara, sosialisasi secara informal dilakukan dengan tujuan menyampaikan
informasi terkait pelaksanaan survei MOFIN kepada pegawai dan disampaikan
melalui:
a. artikel mengenai penilaian kesehatan organisasi pada web Kemenkeu dengan
tautanhttps://www.kemenkeu.go.id/berita/survei-kesehatan-organisasi-dan-
kepemimpinan-untuk-kesempurnaan-organisasi-kemenkeu dan web masing-
masing unit Eselon I;
b. artikel di media cetak Kemenkeu yaitu Buletin Kinerja dan Media Keuangan;
c. media publikasi cetak lainnya, seperti leaflet, booklet, dan manual book;
d. video lift & videotron;
e. email blast;
f. infografis; dan
g. Surat Edaran Menteri Keuangan.
3. Pelaksanaan survei MOFIN secara online pada tanggal 17 s.d. 30 April 2017
kepada seluruh pegawai Kementerian Keuangan, baik di kantor pusat, UPT, unit
organisasi non Eselon, maupun instansi vertikal.
4. Pengolahan data hasil survei MOFIN. Skor MOFIN diperoleh untuk level
Kementerian Keuangan hingga unit terkecil setelah dilakukan verifikasi data
responden berdasarkan basis data HRIS.
5. Focus Group Discussion(FGD) pendalaman hasil survei MOFIN pada instansi
vertikal dan kantor pusat:
a. FGD pada instansi vertikal yang dilakukan di beberapa lokasi meliputi:
1) Kanwil DJKN Pontianak, tanggal 9-11 Agustus 2017;
2) Kanwil DJBC Khusus Kepulauan Riau, tanggal 14-16 Agustus 2017;
3) Kanwil DJPB Papua, tanggal 21-23 Agustus 2017;
4) Kanwil DJP Jawa Barat II, tanggal 30 Agustus 2017; dan
5) Kanwil DJPB Sulawesi Selatan, tanggal 4-6 September 2017.
Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan | 2017 31
b. FGD kantor pusat dilakukan pada tangggal 31 Oktober 2017, yang dihadiri
oleh:
1) perwakilan pejabat Eselon III, Eselon IV, dan pelaksana dari masing-masing
unit Eselon I; dan
2) perwakilan pejabat dan pegawai dari Biro SDM dan Biro Perencanaan dan
Keuangan.
6. Exit Meeting dengan seluruh unit Eselon I di lingkungan Kementerian Keuangan
mengenai hasil Penilaian Kesehatan Organisasi Tahun 2017, yang dilaksanakan
pada tanggal 13 Desember 2017.
Hasil Penilaian Kesehatan Organisasi Kementerian Keuangan Tahun 2017 telah
dilaporkan kepada Sekretaris Jenderal dengan ND-844/SJ.2/2017 tanggal
12 Desember 2017 dan kepada Menteri Keuangan dengan ND-1091/SJ/2017 tanggal
14 Desember 2017.
SS-4 PENGELOLAAN PROSES BISNIS YANG BERKUALITAS
4a-CP Tingkat Pengembangan Aplikasi e-PRIME Tahun 2017
Target : 100%
Terealisasi : 120%
Sesuai tugas dan fungsi Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan, diantara 3 (tiga)
tahapan dalam pengembangan dan implementasi aplikasi e-Prime yang meliputi (1)
penyusunan proses bisnis dan re-engineering, (2) penyusunan user requirement, (3)
pembangunan aplikasi, user acceptance test (UAT) dan quality assurance (QA) aplikasi,
bidang penyusunan proses bisnis dan re-engineering merupakan bidang yang menjadi
ranah koordinasi Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan dengan seluruh unit Eselon II
pengusul di lingkungan Sekretariat Jenderal. Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan
berkewajiban melakukan pembinaan, masukan dan rekomendasi atas konsep proses
bisnis dan re-engineering yang diusulkan oleh unit pengusul yang selanjutnya akan
dijadikan dasar dalam pembangunan aplikasi e-Prime oleh Pusintek.
Tahapan dalam proses penyusunan proses bisnis dan re-engineering meliputi:
a. Penyusunan konsep BPR oleh unit pengusul.
Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan | 2017 32
b. Reviu konsep BPR oleh Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan.
c. Trilateral meeting konsep BPR dengan melibatkan Biro Organisasi dan
Ketatalaksanaan dan Biro Umum, unit pengusul dan Pusintek.
d. Pemberian rekomendasi atas konsep BPR.
e. Penyampaian naskah BPR yang telah mendapatkan pengesahan dari pimpinan
unit pengusul ke Pusintek.
Berdasarkan urutan skala prioritas dan kebutuhan atas masing-masing aplikasi
pada seluruh unit pengusul, telah dilakukan pembagian target penyelesaian BPR pada
masing-masing aplikasi yang terbagi menjadi 3 (tiga) kelompok sebagaimana terlihat
pada Tabel 3.7 berikut.
TABEL 3.7
TARGET PENYELESAIAN BPR
No. Kelompok Grup Aplikasi Target Waktu
BPR
1. Kelompok A Grup I Sistem Informasi PPID dan e-Advokasi 31 Maret 2017
Grup II Integrated Budgeting System BA-015,
e-SIMBA, e-JOBS, Perjadin Dalam
Negeri, Notifikasi Hak-Hak Keuangan
Pegawai, DAMS Next Generation, e-
Licensing Profesi Akuntansi, dan
Simbankum
31 Mei 2017
2. Kelompok B Grup I e-Legal Drafting, Izin Tugas Belajar
Secara Elektronik, TCO, dan i-LEAD
31 Juli 2017
Sebagai wujud komitmen atas pengembangan aplikasi e-Prime di tahun 2017,
seluruh unit Eselon II pengusul, Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan dan Pusintek
selaku pembina telah menuangkan kegiatan pengembangan tersebut ke dalam IKU
Mandatory level Sekretariat Jenderal (K-One) dan IKU seluruh unit Eselon II (K-Two)
di lingkungan Sekretariat Jenderal. Rincian target penyelesaian untuk tiap-tiap BPR
sebagaimana terlihat dalam Tabel 3.8 berikut.
Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan | 2017 33
TABEL 3.8
RINCIAN TARGET PENYELESAIAN UNTUK TIAP BPR
KELOMPOK TAHAPAN A
No. Kegiatan Bobot Waktu Penyelesaian Bobot
Tertimbang Grup I Grup II
1. Dokumen BPR Penyusunan, Penyampaian, Reviu oleh Organisasi dan Ketatalaksanaan dan pengesahan BPR oleh unit masing-masing
Maret 100%
April 90%
>Mei 80%
Mei 100%
Juni 90%
>Juli 80% 30%
2. Dokumen UR
Penyusunan, Penyampaian,
Reviu oleh Pusintek dan
pengesahan UR oleh unit
masing-masing
April 100%
Mei 90%
>Juni 80%
Juni 100%
Juli 90%
>Agustus
80%
30%
3. UAT & QA
User Acceptance Test dan
Quality Assurance
Juni 100%
Juli 90%
>Agustus 80%
Desember
100% 40%
KELOMPOK TAHAPAN B
No. Kegiatan
Bobot Waktu
Penyelesaian Bobot Tertimbang
Grup III
1. Dokumen BPR Juli 100%
Agustus 90%
>September 80%
60%
2. Dokumen UR Agustus 100%
September 90%
>Oktober 80%
40%
Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan | 2017 34
Dalam waktu berjalan terdapat beberapa dinamika yang mengakibatkan
pergeseran target penyelesaian aplikasi usulan dari Biro KLI dari semula hanya
mencantumkan aplikasi SI-PPID dengan target di 31 Maret 2017, berubah menjadi
31 Mei 2017. Slot yang semula diisi SI-PPID tersebut kemudian diisi oleh aplikasi
KemenkeuLIB yang sebetulnya telah diselesaikan pada bulan Agustus 2016 sebagai
bagian dari pengembangan aplikasi Sistem Informasi Kehumasan. Selain itu, aplikasi
Simbankum yang sedianya ditargetkan selesai pada 31 Mei 2017, penyelesaiannya
dipercepat pada bulan Maret 2017 bersamaan dengan penyelesaian BPR aplikasi
e-Advokasi.
Secara garis besar penyusunan BPR untuk pengembangan aplikasi e-PRIME
Tahun 2017 berjalan sesuai rencana yang telah ditetapkan. Namun demikian,
tantangan yang kami hadapi selama proses penyusunan BPR tahun 2017 adalah
kurangnya komitmen, keaktifan dan inisiatif beberapa unit pengusul dalam
menyelesaikan BPR sesuai dengan jadwal yang ditentukan.
Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan selaku koordinator senantiasa
mengingatkan berulang kali baik secara formal maupun informal agar unit pengusul
mampu memenuhi penyelesaian penyusunan BPR dengan tepat waktu. Kedepan,
apabila hal tersebut mampu terlaksana, penyelesaian dan kualitas penyusunan BPR
dapat lebih optimal karena mempunyai ruang dan waktu penyelesaian lebih lebar.
Terhadap pengembangan aplikasi e-PRIME pada tahun 2018, kiranya kesiapan unit
pengusul dalam mempersiapkan konsep BPR aplikasi perlu ditingkatkan. Aplikasi yang
diusulkan kiranya juga memperhatikan konsep sistem e-corporate services yang dalam
hal ini mampu menjadi jembatan dari para pengguna di lingkungan Kementerian
maupun stakeholders terkait dengan lebih luas dan masif. Pengembangan aplikasi
kiranya tidak hanya menjadi “penggugur” target tahunan semata, namun juga mampu
memberikan manfaat secara luas dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan
berbasis elektronik yang andal.
Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan | 2017 35
4b-N Persentase Penyelesaian SOP Unit Eselon I yang Berbasis RASCI
Target : 100%
Terealisasi : 100%
Seluruh pekerjaan adalah bagian dari proses dan merupakan sekelompok
aktivitas dan tugas yang berkaitan secara logis (tatalaksana), melibatkan semua unsur
sumber daya organisasi menjadi output/hasil. Proses, agar dapat berjalan dengan baik
perlu mekanisme feedback kinerja proses tersebut melalui pemetaan, dan proses
yang dipetakan dalam organisasi. Proses Bisnis merupakan perangkat mendasar yang
harus disusun dengan memperhatikan kepentingan pengguna. Penyempurnaan
proses bisnis dilakukan melalui serangkaian proses analisis dan perbaikan tata
laksana yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem, proses,
dan prosedur kerja yang jelas, efisien, efektif, dan terukur pada organisasi pemerintah.
Selain itu, agar proses bisnis yg telah dibuat selalu dijadikan acuan dalam bekerja,
maka proses bisnis tersebut distandardisasikan ke dalam bentuk Standar Operasional
Prosedur (SOP).
Dalam hal pelaksanaan tugas umum pemerintahan di bidang pengelolaan
keuangan dan kekayaan negara, diperlukan adanya SOP sebagai pedoman/petunjuk
bagi para aparatur (pejabat/pegawai) dalam melaksanakan tugas dan fungsi guna
dapat mengetahui/memahami akan suatu prosedur dan mekanisme pelayanan.
Dengan demikian, dapat dihindarkan adanya tumpang tindih, kesalahan prosedur
melaksanakan tugas, dan kejelasan tanggung jawab, serta memberikan informasi
yang diperlukan dalam menyusun standar pelayanan sehingga dapat
menciptakan/menghasilkan efisiensi dan efektivitas kinerja organisasi dalam mencapai
tujuannya.
Dengan ditetapkannya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 131/PMK.01/2015
tentang Pedoman Penyusunan Proses Bisnis, Kerangka Pengambilan Keputusan,
Dan Standar Operasional Prosedur Di Lingkungan Kementerian Keuangan, seluruh
unit organisasi di lingkungan Kementerian Keuangan diwajibkan menyusun dan
menyesuaikan naskah SOP dengan berpedoman pada ketentuan PMK tersebut, yakni
Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan | 2017 36
dengan mencantumkan matriks RASCI. Matriks RASCI merupakan tabel berisi
representasi visual dari peran masing-masing individu atau para pemangku kegiatan di
dalam proses kegiatan untuk mengidentifikasi pihak-pihak yang memegang peran
Responsible, Approval, Support, Consult, dan Informed.
Periode capaian penyelesaian usulan SOP diberlakukan untuk setiap
pengusulan SOP terbagi kedalam 2 periode, yaitu:
a. periode pengusulan I bulan Mei; dan
b. periode pengusulan II bulan November.
Secara garis besar, terdapat 4 (empat) proses yang dilakukan oleh Biro Organisasi
dan Ketatalaksanaan dalam melaksanakan reviu SOP, antara lain:
1. Reviu/ penelitian awal
2. Pembahasan draft SOP
3. Pemeriksaan ulang dan/ atau perbaikan minor
4. Penerbitan persetujuan/rekomendasi tertulis Sekretaris Jenderal.
Selama tahun 2017, Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan telah mereviu 3421
SOP dari unit Eselon I yang terbagi dalam 2 (dua) semester, yaitu sebanyak 1178 SOP
yang berasal dari 8 unit Eselon I dan 1 unit Non Eselon pada semester I dan
sebanyak 2243 SOP yang berasal dari 8 unit Eselon I pada semester II. Terhadap
SOP usulan unit Eselon I tersebut, sebanyak 19 usulan telah diperoleh
persetujuan/penetapan Sekretaris Jenderal. Rincian dari ke-19 usulan SOP yang
sudah memperoleh persetujuan Sekretaris Jenderal yaitu seperti terlihat dalam Tabel
3.9 berikut.
TABEL 3.9
19 USULAN SOP YANG SUDAH MEMPEROLEH PERSETUJUAN SEKRETARIS JENDERAL
No. Unit
Eselon I Surat Persetujuan Jumlah
1. DJPPR 1. S-1544.1/SJ/2017 tanggal 21 Juni 2017
2. S-252/SJ.2/2017 tanggal 29 Agustus 2017
69 SOP
147 SOP
Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan | 2017 37
No. Unit
Eselon I Surat Persetujuan Jumlah
3. S-3046/SJ/2016 tanggal 18 Desember 2017 100 SOP
2. BPPK 1. S-1549/SJ/2017 tanggal 22 Juni 2017
2. S-2921/SJ/2017 tanggal 27 November 2017
124 SOP
1 SOP
3. Setjen 1. ND-433/SJ.2/2017 tanggal 19 Juni 2017
2. ND-512/SJ.2/2017 tanggal 27 Juli 2017
3. ND-686/SJ.2/2017 tanggal 10 Oktober 2017
4. ND-751/SJ.2/2017 tanggal 8 November 2017
5. ND-1119/SJ/2017 tanggal 19 Desember 2017
120 SOP
14 SOP
82 SOP
119 SOP
523 SOP
4. DJA 1. S-1461/SJ/2017 tanggal 26 Mei 2017 dan
2. S-1539/SJ/2017 tanggal 21 Juni 2017
48 SOP
23 SOP
5. DJBC 1. S-1506/SJ/2017 tanggal 9 Juni 2017
2. S-2949/SJ/2017 tanggal 4 Desember 2017
256 SOP
96 SOP
6. DJPB 1. S-1470/SJ/2017 tanggal 31 Mei 2017
2. S-1537/SJ/2017 tanggal 20 Juni 2017
3. S-1541/SJ/2017 tanggal 21 Juni 2017
4. S-1790/SJ/2017 tanggal 8 Agustus 2017
5. S-2101/SJ/2017 tanggal 4 September 2017
6. S-2930/SJ/2017 tanggal 28 November 2017
7. S-3022/SJ/2017 tanggal 14 Desember 2017
8. S-3040/SJ/2017 tanggal 15 Desember 2017
16 SOP
66 SOP
1 SOP
25 SOP
5 SOP
11 SOP
155 SOP
36 SOP
Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan | 2017 38
SS-5 PENGELOLAAN SDM BERBASIS MERIT
5a-CP Persentase Implementasi Penggunaan Jabatan Fungsional
Target : 100%
Terealisasi : 113,3%
Penggunaan Jabatan Fungsional merupakan kegiatan-kegiatan yang diperlukan
dalam rangka penggunaan Jabatan Fungsional yang telah dibentuk oleh K/L lain untuk
diimplementasikan di lingkungan Sekretariat Jenderal/Kementerian Keuangan.
Penggunaan Jabatan Fungsional di lingkungan Sekretariat Jenderal pada Tahun 2017
meliputi JF Perancang Peraturan Perundang-undangan, Pranata Humas, dan
Arsiparis. IKU ini dilaksanakan oleh 4 unit terkait yaitu:
1. Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan sebagai koordinator,
2. Biro Hukum sebagai Unit Pembina Internal (UPI) JF Perancang Peraturan
Perundang-undangan,
3. Biro KLI sebagai UPI JF Pranata Humas, dan
4. Biro Umum sebagai UPI JF Arsiparis.
Proses implementasi penggunaan jabatan fungsional di atas dilakukan melalui
tahapan-tahapan yang dimulai dari benchmarking pelaksanaan penggunaan jabatan
fungsional di K/L lain, penentuan jenjang jabatan, penghitungan dan penyampaian
kebutuhan jumlah pegawai, dan penyusunan uraian jabatan fungsional. Adapun dalam
pencapaian target tersebut terdapat beberapa kendala yang harus dihadapi
diantaranya:
a. belum adanya peraturan yang komprehensif dan terstruktur terkait dengan
pengembangan jabatan fungsional yang dikeluarkan oleh Kementerian PANRB dan
BKN; dan
b. pengembangan jabatan fungsional pada unit-unit belum dijadikan prioritas dalam
mendukung kegiatan penataan organisasi dan pengembangan karir pegawai.
Pada Tahun 2017 capaian IKU Persentase Implementasi Penggunaan Jabatan
Fungsional mencapai 113,3% dari target. Hal ini terkait dengan telah ditetapkannya
uraian jabatan fungsional Perancang Peraturan Perundang-undangan Keputusan
Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan | 2017 39
Menteri Keuangan Nomor 954/KMK.01/2017. Adapun untuk jabatan fungsional
Pranata Humas, telah ditetapkan uraian jabatan fungsional Pranata Humas melalui
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 943/KMK.01/2017 serta telah diusulkan dan
dilakukan uji kompetensi pada tanggal 14 September 2017 terhadap 38 pegawai Biro
KLI. Sementara, untuk jabatan fungsional Arsiparis, telah ditetapkan uraian jabatan
fungsional Arsiparis melalui Keputusan Menteri Keuangan Nomor 750/KMK.01/2017,
serta telah mendapat rekomendasi pengangkatan jabatan fungsional Arsiparis dari
ANRI melalui Keputusan Kepala ANRI nomor 208 Tahun 2017.
5b-N Jumlah Rekomendasi Penetapan Ketentuan Pelaksanaan Jabatan Fungsional
Target : 3
Terealisasi : 4
Jabatan fungsional core business Kementerian Keuangan dinyatakan telah
terbentuk dengan ditetapkannya peraturan Menteri PANRB mengenai jabatan
fungsional berkenaan. Agar jabatan fungsional tersebut dapat diimplementasikan,
maka perlu disusun perangkat peraturan pelaksanaan.
Peraturan-peraturan tersebut antara lain Peraturan Menteri Keuangan mengenai
petunjuk teknis (Juknis) jabatan fungsional, Peraturan Menteri Keuangan mengenai
Standar dan Uji Kompetensi jabatan fungsional, dan Peraturan Presiden mengenai
tunjangan jabatan fungsional serta uraian jabatan fungsional dan peringkat jabatan
fungsional.
Adapun dalam upaya pencapaian target tersebut di atas, terdapat kendala yaitu
belum adanya pedoman/standar penyusunan ketentuan teknis jabatan fungsional dari
Kementerian PANRB yang berskala nasional.
Pada tahun 2017, capaian IKU Jumlah Rekomendasi Penetapan Ketentuan
Pelaksanaan Jabatan Fungsional ditandai dengan telah ditetapkannya PMK nomor
61/PMK.02/2017 tanggal 12 Mei 2017 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional
Analis Anggaran, PMK Nomor 103/PMK.02/2017 tanggal 18 Juli 2017 tentang Standar
dan Uji Kompetensi serta Pendidikan dan pelatihan Jabatan Fungsional Analis
Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan | 2017 40
Anggaran, dan PMK nomor 132/PMK.06/2017 tentang Petunjuk Teknis Jabatan
Fungsional Penilai Pemerintah tanggal 3 Oktober 2017.
5c-N Persentase Penyusunan Kamus Kompetensi Teknis Jabatan Kementerian Keuangan
Target : 100%
Terealisasi : 100%
Konsep kamus kompetensi merupakan dokumen yang memuat mengenai unit
kompetensi, elemen kompetensi, dan kriteria unjuk kerja pada setiap fungsi inti
Kementerian Keuangan. Dalam proses penyusunan konsep kamus kompetensi, hasil
pemetaan unit kompetensi, elemen kompetensi, dan kriteria unjuk kerja disampaikan
kepada unit Eselon I dan dibahas bersama dalam forum Focus Group Discussion.
Target Penyusunan Kamus Kompetensi Teknis Jabatan Kementerian Keuangan
adalah 100%, begitu juga dengan realisasi kinerja Penyusunan Kamus Kompetensi
Teknis Jabatan Kementerian keuangan tercapai 100%. Target dan realisasi tersebut
lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun 2016, yaitu target sebesar 95% dan
realisasi sebesar 95%.
Penyusunan kompetensi teknis pada tahun 2017 difokuskan pada 2 (dua) unit
Eselon I yang melaksanakan fungsi perimbangan keuangan, fungsi pengelolaan
pembiayaan dan fungsi pengelolaan risiko. Hasil dari penyusunan kompetensi teknis
pada tahun 2017 adalah 52 (lima puluh dua) kompetensi teknis yang terdiri atas 21
(dua puluh satu) kompetensi teknis pada fungsi perimbangan keuangan dan 31 (tiga
puluh satu) kompetensi teknis pada fungsi pengelolaan pembiayaan dan pengelolaan
risiko.
Penyusunan Kamus Kompetensi Teknis Jabatan Kementerian Keuangan dapat
tercapai dengan baik karena:
a. koordinasi yang baik dengan pihak ketiga dan unit Eselon I;
b. komitmen Subject Matter Expert (SME) yang tinggi dalam memberikan informasi
mengenai proses bisnis dan kegiatan yang dijalankan pada masing-masing fungsi
pada 2 (dua) unit Eselon I tersebut;
Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan | 2017 41
c. secara simultan Kementerian Keuangan sedang menyusun peta proses bisnis
sampai dengan level terendah, hal ini sangat mendukung penyusunan kompetensi
teknis mengingat peta proses bisnis merupakan input penting dalam penyusunan
kompetensi teknis; dan
d. telah disusunnya kompetensi teknis dengan metodologi yang sama oleh beberapa
unit Eselon I (DJP, DJBC, dan DJPB) yang dapat dijadikan sebagai benchmark bagi
penyusunan kompetensi teknis pada fungsi-fungsi lain di Kementerian Keuangan.
Disamping itu pada tahun 2016 kami juga telah menyusun kamus kompetensi pada
Setjen, DJA, Itjen, dan BKF sehingga proses penyusunan kompetensi teknis pada
fungsi di lingkungan DJPK dan DJPPR dapat dilakukan dengan lebih mudah.
Program/kegiatan yang menunjang keberhasilan pencapaian kinerja
Penyusunan Kamus Kompetensi Teknis Jabatan Kementerian Keuangan sebagai
berikut.
1. Pengumpulan data kompetensi teknis.
Data dan dokumen yang dipergunakan dalam proses penyusunan kompetensi
teknis adalah PMK mengenai organisasi dan tata kerja, uraian jabatan, SOP, peta
proses bisnis, dan peraturan-peraturan terkait.
2. Identifikasi kompetensi teknis
Proses identifikasi dimulai dengan pemaparan proses bisnis oleh setiap Subject
Matter Expert sesuai dengan fungsi yang dilaksanakan. Selanjutnya dari proses
bisnis dimaksud akan diperoleh peta fungsi yang terbagi menjadi fungsi utama,
fungsi kunci, dan fungsi dasar.
3. Analisis dan kajian kompetensi teknis pada bulan Juli-November 2017.
Dari hasil pemetaan fungsi utama, fungsi kunci, dan fungsi dasar kemudian
dirumuskan unit kompetensi, elemen kompetensi, dan kriteria unjuk kerja.
4. Penyusunan konsep kamus kompetensi teknis jabatan pada bulan November-
Desember 2017.
Hasil penyusunan kamus kompetensi pada DJPK telah disampaikan kepada
pimpinan DJPK melalui surat Nomor S-402/SJ.2/2017 tanggal 21 Desember 2017.
Untuk DJPPR, telah disampaikan melalui surat Nomor S-393/SJ.2/2017 tanggal 6
Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan | 2017 42
Desember 2017. Laporan penyusunan Kamus kompetensi juga telah dilaporkan
kepada Sekretaris Jenderal melalui ND-892/SJ.2/2017 tanggal 27 Desember 2017.
SS-6 SDM YANG KOMPETITIF
6a-N Persentase Pemenuhan Pengembangan Kompetensi
Target : 80%
Terealisasi : 97,44%
IKU Persentase pegawai yang memenuhi Jamlat adalah jumlah minimal jam
pelatihan yang harus dipenuhi oleh setiap Pegawai dalam waktu satu tahun dimana
untuk tahun 2016, standar Jamlat yang disyaratkan adalah sebesar 24 Jamlat. Target
persentase pegawai yang memenuhi jamlat di tahun 2017 adalah sebesar 80% dan
capaian tahun 2017 adalah sebesar 97,44%. Periode pelaporan IKU ini adalah tiap
semester dimana secara berurutan dari semester I dan II targetnya adalah 40% dan
80%. Untuk realisasi dari semester I dan II adalah 62,03% dan 97,44%. IKU
Persentase Pegawai yang Memenuhi Jamlat baru muncul di tahun 2016 sehingga
untuk capaian untuk tahun 2015 dan tahun-tahun sebelumnya tidak ada.
IKU ini dapat tercapai jika setiap pegawai dapat memenuhi minimal standar
Jamlat yang telah ditentukan yaitu sebesar 24 Jamlat. Pemenuhan Jamlat dapat
dilakukan melalui pelatihan klasikal yang diselenggarakan oleh BPPK maupun di luar
BPPK, pelatihan non klasikal seperti seminar, sosialisasi, workshop, knowledge
sharing/sharing session, magang/internship/on the job training, lokakarya, dll.
Tercapainya IKU ini didukung beberapa faktor, antara lain:
a. Komitmen setiap pegawai untuk mengikuti diklat, baik yang diselenggarakan oleh
BPPK, Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan, ataupun pihak lainnya.
b. Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan yang secara rutin menyelenggarakan IHT
untuk para pegawai internal Biro dengan mengundang narasumber baik dari
internal maupun eksternal Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan.
Peran para pimpinan yang senantiasa mendorong para pegawai untuk meningkatkan
kompetensi melalui kegiatan diklat ataupun kegiatan pengembangan kompetensi
pegawai lainnya.
Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan | 2017 43
6b-N Persentase Implementasi Dialog Kinerja Individu
Target : 50%
Terealisasi : 100%
IKU ini diukur berdasarkan tingkat pelaksanaan Dialog Kinerja Individu di
lingkungan Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan yang dituangkan dalam aplikasi
e-performance. Pengukuran dilakukan berdasarkan pelaporan pelaksanaan Dialog
Kinerja Individu masing-masing pegawai yang menjadi partisipan Dialog Kinerja
Individu pada aplikasi e-performance. Data diperoleh dari submodul monitoring pada
aplikasi e-performance. Partisipan adalah atasan langsung (coach) dan bawahannya
(coachee).
Dalam rangka pemenuhan IKU tersebut, telah dilaksanakan IHT Coaching dan
Dialog Kinerja Individu bagi pejabat yang diselenggarakan pada tanggal 3 Februari
2017. Berdasarkan hasil monitoring pada aplikasi e-performance, pelaksanaan Dialog
Kinerja Individu tercapai 100% yakni dilaksanakan oleh 72 pegawai dari total 72
pegawai yang wajib melakukan Dialog Kinerja Individu.
SS-7 ORGANISASI YANG FIT FOR PURPOSE
7a-N Indeks Kesehatan Organisasi
Target : 78
Terealisasi : 87
IKU Indeks Kesehatan Organisasi diukur berdasarkan hasil survei penilaian
kesehatan organisasi Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan (MOFIN), yang
pelaksanaannya berdasarkan pada Keputusan Menteri Keuangan Nomor
523/KMK.01/2014 tentang Pedoman Penilaian Kesehatan Organisasi Kementerian
Keuangan. Survei dilaksanakan pada tanggal 17 s.d. 30 April 2017 melalui pengisian
kuesioner secara online terhadap seluruh pegawai di lingkungan Biro Organisasi dan
Ketatalaksanaan.
Target Indeks Kesehatan Organisasi ditetapkan sebesar 78 dari skala
pengukuran 1 (satu) sampai dengan 100 (seratus). Adapun realisasi yang diperoleh
Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan | 2017 44
berdasarkan hasil survei MOFIN Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan adalah 87,
dengan margin of error 3,51%. Nilai 87 menunjukkan bahwa secara rata-rata 87
persen pegawai berpendapat Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan telah
melaksanakan praktik-praktik manajemen yang sesuai untuk mendukung kondisi
kesehatan organisasi. Nilai margin of error telah berada di bawah target 5%,
menunjukkan bahwa hasil survei MOFIN cukup akurat untuk menggambarkan kondisi
kesehatan organisasi Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan. Dengan demikian,
realisasi indeks kesehatan organisasi Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan telah
melebihi dari target yang ditetapkan.
Jumlah responden survei MOFIN Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan tahun
2017 adalah 72 orang, lebih tinggi daripada target responden yang ditetapkan untuk
Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan sebesar 66 orang. Jumlah responden pada
tahun 2017 mengalami peningkatan dibandingkan pelaksanaan survei MOFIN pada
beberapa periode sebelumnya. Pada tahun 2014, jumlah responden survei MOFIN
adalah 59 pegawai dan tahun 2015 menjadi 69 pegawai. Begitu juga dengan indeks
kesehatan organisasi Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan mengalami kenaikan dari
pelaksanaan survei MOFIN tahun 2015. Berikut Gambar 3.1 adalah hasil Indeks
kesehatan Organisasi Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan Tahun 2014-2017:
GAMBAR 3.1
INDEKS KESEHATAN ORGANISASI
BIRO ORGANISASI DAN KETATALAKSANAAN TAHUN 2014-2017
8270
87
0
50
100
SKOR MOFIN BIRO ORGANISASI
DAN KETATALAKSANAAN
TAHUN 2014 s.d 2017
2014 2015 2017
Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan | 2017 45
Gambar 3.1 menunjukkan bahwa indeks kesehatan organisasi Biro Organisasi
dan Ketatalaksanaan tahun 2014 sebesar 82, pada tahun 2015 indeks kesehatan
organisasi Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan mengalami penurunan menjadi 70.
Namun demikian pada tahun 2017 indeks kesehatan organisasi Biro Organisasi dan
Ketatalaksanaan meningkat menjadi 84.
Tercapainya rencana/target Indeks Kesehatan Organisasi pada tahun 2017
dapat terjadi karena beberapa hal, antara lain telah dilaksanakannya rekomendasi
tindak lanjut survei MOFIN tahun 2015 pada tahun 2016, butir kuesioner yang lebih
jelas dan sederhana, serta sosialisasi kesehatan organisasi kepada para pegawai Biro
Organisasi dan Ketatalaksanaan. Adapun secara garis besar kegiatan-kegiatan yang
telah dilaksanakan untuk mendukung tercapainya Indeks Kesehatan Organisasi Biro
Organisasi dan Ketatalaksanaan tahun 2017 adalah sebagai berikut:
1. Penyempurnaan aplikasi survei online MOFIN untuk menyesuaikan dengan
perubahan metodologi penilaian kesehatan organisasi.
2. Sosialisasi penilaian kesehatan organisasi kepada para pejabat/pegawai di
lingkungan Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan. Sosialisasi dilakukan dalam 2
(dua) bentuk, yaitu sosialisasi secara formal dan informal. Sosialisasi secara formal
dilakukan melalui pertemuan tatap muka dengan kegiatan workshop dan
internalisasi penilaian kesehatan organisasi. Peserta workshop dan internalisasi
adalah:
a. Para perwakilan Pejabat Eselon III dan IV di lingkungan Biro Organisasi dan
Ketatalaksanaan sebagai peserta workshop penilaian kesehatan organisasi
yang diselenggarakan pada tanggal 4 April 2017.
b. Para pelaksana perwakilan unit Eselon III di lingkungan Biro Organisasi dan
Ketatalaksanaan sebagai peserta internalisasi yang diselenggarakan pada
tanggal 5 April 2017.
c. Para Pejabat dan pelaksana di lingkungan Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan
pada acara In House Training (IHT) Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan
tanggal 7 April 2017.
Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan | 2017 46
d. Para Mofiners di lingkungan Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan, yang
membantu mensosialisasikan survei penilaian kesehatan organisasi di unitnya
masing-masing.
3. Sosialisasi secara informal dilakukan dengan tujuan menyampaikan informasi
terkait pelaksanaan survei MOFIN kepada sebanyak mungkin pegawai, dan
dilaksanakan melalui:
a. artikel mengenai penilaian kesehatan organisasi pada web Kemenkeu dengan
tautan https://www.kemenkeu.go.id/berita/survei-kesehatan-organisasi-dan-
kepemimpinan-untuk-kesempurnaan-organisasi-kemenkeu dan web masing-
masing unit Eselon I;
b. artikel di media cetak Kemenkeu, antara lain Buletin Kinerja dan Media
Keuangan;
c. media publikasi cetak lainnya, seperti leaflet, booklet, dan manual book;
d. video lift & videotron;
e. email blast;
f. infografis; dan
g. Surat Edaran Menteri Keuangan.
7b-N Indeks Penyusunan Proses Bisnis
Target : 100
Terealisasi : 120%
Realisasi capaian IKU terkait Indeks Penyusunan Proses Bisnis mencapai target
100%. Penyusunan proses bisnis Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan dilakukan
sesuai dengan ketentuan mengenai penyusunan Proses Bisnis sebagaimana
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 131/PMK.01/2015. Adapun SOP core tugas dan
fungsi Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan yang telah disusun dan ditetapkan oleh
Sekretaris Jenderal sebanyak 46 SOP. Penyusunan SOP core tersebut dilakukan
melalui beberapa tahapan, antara lain:
a. identifikasi atas SOP yang telah ada;
b. perubahan/penyesuaian format SOP sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 131/PMK.01/2015;
Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan | 2017 47
c. pembahasan dan coaching kepada masing-masing PIC konseptor SOP; dan
d. pengesahan dan penyampaian konsep SOP kepada Biro Umum.
7c-N Persentase Penyelesaian RPMK/RKMK Kebijakan sesuai Program Perencanaan RPMK/RKMK
Target : 65%
Terealisasi : 104%
Penyelesaian Rancangan Peraturan Menteri Keuangan (RPMK)/Rancangan
Keputusan Menteri Keuangan (RKMK) Kebijakan adalah proses penyusunan
RPMK/RKMK Kebijakan oleh unit Eselon I/II konseptor sampai dengan ditetapkan
oleh Menteri Keuangan.
Program Perencanaan RPMK/RKMK Kebijakan adalah rangkaian kegiatan
perencanaan dan monitoring penyusunan RPMK/RKMK Kebijakan dalam jangka
waktu 1 (satu) tahun oleh unit Eselon I/II di lingkungan Kementerian Keuangan, yang
dilaksanakan secara terencana, terpadu, dan sistematis serta ditetapkan dalam
Keputusan Menteri Keuangan mengenai Program Perencanaan RPMK/RKMK
Kebijakan.
Persentase Penyelesaian RPMK/RKMK Kebijakan sesuai Program
Perencanaan RPMK/RKMK adalah Jumlah RPMK/RKMK Kebijakan yang tercantum
dalam Keputusan Menteri Keuangan mengenai Program Perencanaan yang telah
ditetapkan oleh Menteri Keuangan dibandingkan dengan jumlah RPMK/RKMK
Kebijakan yang tercantum dalam Keputusan Menteri Keuangan mengenai Program
Perencanaan ditambah jumlah RPMK/RKMK Kebijakan di luar Program Perencanaan
dibandingkan dengan jumlah RPMK/RKMK di luar perencanaan yang diusulkan
ditambah RPMK/RKMK yang telah disimplifikasi dibandingkan dengan jumlah
RPMK/RKMK Kebijakan yang ditargetkan akan disimplifikasi. Rumusan dari
persentase tersebut terlihat pada Gambar 3.2 berikut.
Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan | 2017 48
GAMBAR 3.2
RUMUSAN PERSENTASE PENYELESAIAN RPMK/RKMK KEBIJAKAN SESUAI
PROGRAM PERENCANAAN RPMK/RKMK
Selain itu, unit dapat menyampaikan usulan perubahan RPMK/RKMK
sebagaimana telah ditetapkan dalam KMK Perencanaan paling lambat diajukan
tanggal 31 Juli tahun berjalan dan dapat diterima sebagai dasar perhitungan IKU
sepanjang usulan perubahan tidak ditolak oleh Menteri Keuangan/Wakil Menteri
Keuangan/Sekretaris Jenderal/Kepala Biro Hukum paling lambat tanggal 30
September tahun berjalan. Keputusan yang dikeluarkan setelah tanggal 30
September tahun berjalan tidak masuk dalam perhitungan IKU.
Apabila pada tahun berjalan terdapat arahan Menteri Keuangan/Wakil Menteri
Keuangan atau level yang lebih tinggi untuk membatalkan, menambahkan, menunda,
atau mengubah RPMK/RKMK maka perencanaan RPMK/RKMK diubah sesuai
arahan dimaksud.
Pada tahun 2017, Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan telah menyampaikan 6
(enam) RPMK dan 11 (sebelas) RKMK sebagai program perencanaan RPMK/RKMK
Kebijakan tahun 2017. Selanjutnya, Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan telah
berhasil menyelesaikan 5 (lima) PMK dan 11 (sebelas) KMK yang menjadi program
perencanaan. RPMK dan RKMK dimaksud adalah sebagai berikut.
KomponenRPMK/RKMK Program
Perencanaan (x)
RPMK/RKMK Di Luar
Perencanaan (y)
Simplifikasi Regulasi (z)
60% 30% 10%
65% 35% -
- 60% 40%
75% - 25%
100% - -
- 100%
- - 100%
Bobot
���������������� � ∗ bobot � ∗ bobot � � ∗ bobot atau � ∗ bobot � ∗ bobot atau
� ∗ bobot � � ∗ bobot atau
∗ bobot � � ∗ bobot atau
� ∗ bobot atau
∗ bobot atau
� ∗ bobot
Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan | 2017 49
1. PMK Nomor 17/PMK.01/2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 241/PMK.01/2015 tentang Mekanisme Penetapan Jabatan dan
Peringkat Bagi Pelaksana di Lingkungan Kementerian Keuangan.
2. PMK Nomor 54/PMK.01/2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga
Manajemen Aset Negara.
3. PMK Nomor 91/PMK.01/2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pusat Investasi
Pemerintah.
4. PMK Nomor 92/PMK.01/2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat
Komite Stabilitas Sistem Keuangan.
5. PMK tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor
234/PMK.01/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Keuangan.
6. KMK Nomor 135/KMK.01/2017 tentang Jabatan dan Peringkat Bagi Pelaksana di
Lingkungan Politeknik Keuangan Negara STAN.
7. KMK Nomor 43/KMK.01/2017 tentang Program RBTK Kemenkeu tahun 2017-
2019.
8. KMK Nomor 164/KMK.01/2017 tentang Pedoman Penilaian Kantor Pelayanan dan
Kantor Wilayah Terbaik di Lingkungan Kemenkeu (gabungan dari 2 usulan KMK).
9. KMK Nomor 249/KM.1/2017 tentang Penomoran dan Pemberian Kode Naskah
Dinas pada Instansi Vertikal DJBC.
10. KMK Nomor 250/KM.1/2017 tentang Cap Instansi dan Cap Jabatan Instansi
Vertikal DJBC.
11. KMK Nomor 460/KM.1/2017 tentang Penomoran dan Pemberian Kode Naskah
Dinas pada Instansi Vertikal DJKN.
12. KMK Nomor 461/KM.1/2017 tentang Cap Instansi dan Cap Jabatan Instansi
Vertikal DJKN.
13. KMK Nomor 426/KMK.01/2017 tentang Pedoman Pembangunan ZI Menuju WBK
di Lingkungan Kemenkeu.
Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan | 2017 50
14. KMK Nomor 664/KM.1/2017 tentang Penomoran dan Pemberian Kode Naskah
Dinas pada Instansi Vertikal DJPB.
15. KMK Nomor 665/KM.1/2017 tentang Cap Instansi dan Cap Jabatan Instansi
Vertikal DJPB.
Selain itu, terdapat pula 1 (satu) usulan kumulatif terbuka dan 5 (lima)
PMK/KMK yang disimplifikasi menjadi 2 (dua) PMK/KMK. Rincian PMK/KMK
dimaksud adalah sebagai berikut.
1. PMK 149/PMK.01/2017 tentang Mekanisme Penetapan Jabatan dan Peringkat
bagi Pelaksana Pawang Anjing Pelacak di Lingkungan Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai.
2. PMK Nomor 91/PMK.01/2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pusat Investasi
Pemerintah merupakan penggabungan dari 4 (empat) PMK.
3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 133/PMK.01/2017 tentang Pencabutan atas
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 44/PMK.01/2007 tentang Sinergi Tugas dan
Proses Bisnis di Bidang Kebijakan Fiskal dan Rancangan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara.
SS-8 OTOMASI LAYANAN KORPORAT (E-PRIME)
8a-N Tingkat Pengembangan Aplikasi e-PRIME Tahap III
Target : 100%
Terealisasi : 100%
Aplikasi e-PRIME adalah Sistem Informasi Layanan Berbasis e-Corporate, yang
merupakan himpunan aplikasi di lingkungan Setjen yang dipergunakan untuk
membantu kinerja seluruh unit di lingkungan Sekretariat Jenderal dalam rangka
peningkatan pelayanan internal dan pelayanan eksternal kepada stakeholder.
Sistem informasi e-PRIME didesain untuk memudahkan akses terhadap layanan
Sekretariat Jenderal oleh pengguna secara real time, kapan pun, dan di manapun
pengguna berada. e-PRIME juga memungkinkan pelayanan tidak dilakukan secara
Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan | 2017 51
face-to-face sehingga pelayanan menjadi lebih efisien. Hal ini merupakan upaya
Sekretariat Jenderal untuk mewujudkan e-government. Melalui layanan yang dikelola
secara elektronik, diharapkan pelayanan Sekretariat Jenderal menjadi lebih efisien,
akurat dan dapat dimanfaatkan secara real time.
Sehubungan dengan kelanjutan program pembangunan/pengembangan aplikasi
e-PRiME Sekretariat Jenderal Tahap III tahun 2017 dan Rapimja Setjen tgl 13 Januari
2017, Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan mengusulkan aplikasi e-JOBS yg disetujui
sebagai salah satu aplikasi prioritas tahun 2017. Aplikasi E-Jobs adalah suatu sistem
yang terdiri dari 5 (lima) aplikasi yaitu:
a. Aplikasi Analisis Beban Kerja (ABK)
b. Aplikasi Uraian Jabatan (Urjab)
c. Aplikasi Standard Operating Procedures (e-SOP)
d. Aplikasi Knowledge Management System (KMS)
e. Aplikasi Layanan Sistem Informasi Jabatan Fungsional Secara Elektronik
(e-Jafung)
Aplikasi Analisis Beban Kerja (ABK)
Aplikasi Analisis Beban Kerja pada dasarnya merupakan aplikasi berbasis
website dan mengacu pada penggunaan data HRIS untuk mendukung pelaksanaan
kegiatan analisis beban kerja di lingkungan Kementerian Keuangan. Penyusunan
Business Process Reengineering (BPR) telah dilaksanakan dan disampaikan kepada
Kepala Pusat Sistem Informasi dan Teknologi Keuangan (Pusintek) melalui Nota Dinas
Kepala Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan nomor ND-350/SJ.2/2017 tanggal 4 Mei
2017. Penyusunan User Requirements (UR) telah dilaksanakan dan disampaikan
kepada Kepala Pusintek melalui Nota Dinas Kepala Biro Organisasi dan
Ketatalaksanaan nomor ND-350/SJ.2/2017 tanggal 4 Mei 2017. Pembahasan teknis
pengembangan aplikasi ABK telah dilakukan beberapa kali dengan mengundang
perwakilan dari Pusintek dan Biro SDM. Adapun kegiatan tersebut terakhir
dilaksanakan pada tanggal 3 November 2017. Pelaksanaan User Acceptance Test
(UAT) aplikasi ABK telah dilaksanakan pada tanggal 5 Desember 2017. Pusintek telah
melaksanakan Uji Kerentanan (Vulnerability Test) terhadap 33 butir aspek keamanan
Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan | 2017 52
aplikasi ABK dan telah dilaporkan melalui Nota Dinas Kepala Pusintek Nomor
ND-72/IT.3/2017 tanggal 29 Desember 2017.
Secara umum kegiatan pengembangan aplikasi ABK berjalan sesuai rencana.
Dalam tahap pembahasan dan pengembangan teknis aplikasi ABK, telah dilakukan
pembentukan user bagi satker instansi vertikal untuk dapat menginput data beban
kerja di lingkungan kantornya. Pengembangan tersebut berupa tambah role Eselon IV
di database, tambah role TU Eselon IV, penyesuaian input form A, penyesuaian input
form B, dan penyesuaian input form C. Selain itu, terdapat pengembangan bagi admin
pusat dan admin Eselon I agar dapat melihat laporan form D untuk fungsi
pemantauan, meliputi update menu laporan form D untuk user role Eselon I dan admin
pusat, update tampilan laporan untuk role Eselon I dan update tampilan laporan untuk
role admin pusat. Selanjutnya, perbaikan terhadap bug sudah diselesaikan dengan
baik berupa perbaikan terkait update batas waktu penginputan.
Aplikasi Uraian Jabatan (Urjab)
Salah satu aplikasi yang dikembangkan oleh Biro Organisasi dan
Ketatalaksanaan bersama dengan Pusintek pada tahun 2017 adalah aplikasi layanan
uraian jabatan digital (e-urjab). Tingkat pengembangan aplikasi e-urjab pada tahun
2017 seperti terlihat pada Gambar 3.3 berikut.
GAMBAR 3.3
TINGKAT PENGEMBANGAN APLIKASI E-URJAB TAHUN 2017
Berdasarkan kegiatan di atas, pada tahun 2017 telah dilakukan penyelesaian aplikasi
sebesar 100% dengan rincian sebagai berikut:
Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan | 2017 53
a. Penyelesaian Dokumen Business Process Re-engineering (BPR) sebesar 30%;
b. Penyelesaian Dokumen User Requirement (UR) sebesar 30%;
c. Penyelesaian Dokumen User Acceptance Test dan (UAT) dan uji
kerentanan/Quality Assurance (QA) sebesar 40%.
Berdasarkan tahapan yang telah dilalui, pada tahun 2017 aplikasi e-urjab sudah
dilakukan hosting pada alamat http://urjab.e-prime.kemenkeu.go.id dan telah siap
untuk dilakukan implementasi.
Aplikasi Standard Operating Procedures (e-SOP)
Kementerian Keuangan dalam menjalankan tugas dan fungsi yang telah diatur
dalam PMK Nomor 234/PMK.01/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Keuangan, mengacu kepada prosedur kerja yang disusun dalam Standard Operating
Procedures (SOP). Pengaturan tentang penyusunan SOP di lingkungan Kemenkeu
telah diatur dalam PMK Nomor 131/PMK.01/2015 tentang Pedoman Penyusunan
Proses Bisnis, Kerangka Pengambilan Keputusan, dan Standar Operasional Prosedur
di lingkungan Kementerian Keuangan. Seluruh unit Eselon I menyusun dan
merumuskan SOP dan dikoordinasikan oleh Sekretariat Jenderal untuk kemudian
dikaji dan ditelaah sesuai dengan aturan yang berlaku.
Pada kondisi lapangan, seluruh unit Eselon I telah menyusun SOP sesuai
dengan PMK Nomor 131/PMK.01/2015. Namun dalam beberapa kejadian, masih
ditemukan kekurangan-kekurangan dalam penyajian SOP. Beberapa di antaranya
adalah komponen-komponen utama SOP tidak lengkap, masih terdapatnya
ketidakseragaman format SOP, dan kelemahan-kelamahan lainnya. Selain itu,
penyusunan SOP masih belum efisien mengingat penyusunan belum terotomasi
secara sistem aplikasi.
Memperhitungkan hal-hal dimaksud dan demi mewujudkan efisiensi dan
efektivitas serta simplifikasi SOP di lingkungan Kementerian Keuangan, Biro
Organisasi dan Ketatalaksanaan bersama dengan Pusintek telah mengembangkan
aplikasi standar operasional prosedur (e-SOP). Pengembangan aplikasi SOP
diharapkan dapat menjawab kebutuhan tersebut dan menjadi solusi bagi seluruh
stakeholder untuk dapat melaksanakan tugas di bidang tata laksana secara lebih
cepat dan akurat.
Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan | 2017 54
Penyelesaian aplikasi e-SOP meliputi tiga kegiatan utama, yaitu:
1. Bussines process reengineering (BPR) meliputi kegiatan penyusunan, reviu,
persetujuan serta pengesahan BPR yang dilakukan oleh Biro Organisasi dan
Ketatalaksanaan.
2. User requirement (UR), yang meliputi penyusunan dan penyampaian UR yang
dilakukan oleh Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan serta reviu dan persetujuan
UR yang dilakukan oleh Pusintek.
3. User acceptance test (UAT) dan quality assurance (QA) meliputi tahapan
pengembangan aplikasi yang dilakukan oleh Pusintek, pelaksanaan UAT yang
dilakukan oleh Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan dan Pusintek, serta
pelaksanaan QA yang dilaksanakan oleh Pusintek.
Berdasarkan kegiatan di atas, pada tahun 2017 telah dilakukan penyelesaian
aplikasi sebesar 100% dengan rincian sebagai berikut:
a. Penyelesaian Dokumen Business Process Re-engineering (BPR) sebesar 30%;
b. Penyelesaian Dokumen User Requirement (UR) sebesar 30%;
c. Penyelesaian Dokumen User Acceptance Test (UAT) dan uji kerentanan/Quality
Assurance (QA) sebesar 40%.
Berdasarkan tahapan yang telah dilalui, pada tahun 2017 aplikasi e-SOP sudah
dilakukan hosting pada alamat http://sop.e-prime.kemenkeu.go.id dan telah siap untuk
dilakukan implementasi.
Aplikasi Knowledge Management System (KMS)
Tingkat pengembangan aplikasi bidang Knowledge Management (KM) pada
tahun 2017 secara garis besar meliputi kegiatan sebagaimana terlihat dalam Gambar
3.4 berikut.
Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan | 2017 55
GAMBAR 3.4
TINGKAT PENGEMBANGAN APLIKASI BIDANG KNOWLEDGE MANAGEMENT
Target Tingkat Pengembangan Aplikasi e-PRiME Tahap III Bidang Knowledge
Management (KM) Tahun 2017 adalah 100%, dengan rincian sebagai berikut:
a. Penyelesaian Dokumen Business Process Re-engineering (BPR) sebesar 30%;
b. Penyelesaian Dokumen User Requirement (UR) sebesar 30%; dan
c. Penyelesaian Dokumen User Acceptance Test dan (UAT) dan uji
kerentanan/Quality Assurance (QA) sebesar 40%.
Realisasi kinerjanya tercapai sesuai dengan target yang ditetapkan yaitu sebesar
100%.
Adapun detail kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan untuk mendukung
tercapainya target pengembangan aplikasi bidang Knowledge Management di Biro
Organisasi dan Ketatalaksanaan adalah sebagai berikut:
1. Melakukan studi banding aplikasi KM secara informal ke Pusat Sistem Informasi
dan Teknologi Keuangan (Pusintek) pada tanggal 11 Januari 2017 dan ke
Inspektorat Jenderal (Itjen) pada tanggal 14 Maret 2017. (Laporan studi banding ke
Pusintek melalui Nota Dinas nomor ND-19/SJ.24/2017)
2. Penyusunan Business Process Reengineering (BPR) telah dilaksanakan dan
disampaikan kepada Kepala Bagian Ketatalaksanaan I melalui Nota Dinas nomor
ND-46/SJ.24/2017 tanggal 8 Februari 2017.
3. Penyusunan User Requirements (UR) telah dilaksanakan dan disampaikan kepada
Pusintek dengan Nota Dinas nomor ND-454/SJ.2/2017 tanggal 22 Juni 2017.
Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan | 2017 56
4. Pembahasan teknis pembangunan aplikasi KM telah dilaksanakan pada tanggal 6
September 2017 dan 8 September 2017.
5. User Acceptance Test aplikasi KM telah dilaksanakan pada tanggal 9 November
2017.
6. Pusintek telah melaksanakan Uji Kerentanan/Quality Assurance (QA) terhadap 33
butir aspek keamanan sistem aplikasi KM pada tanggal 11 Desember 2017.
7. Berdasarkan tahapan yang telah dilalui, pada tahun 2017 aplikasi KM telah
dilakukan hosting dengan alamat web km.e-prime.kemenkeu.go.id
Aplikasi Layanan Sistem Informasi Jabatan Fungsional Secara Elektronik
(e-Jafung)
Capaian IKU Tingkat Pengembangan Aplikasi e-PRiME Tahap III ditandai
dengan telah disampaikannya UR aplikasi e-Jafung sebagai bagian dr e-JOBS melalui
ND 121/SJ.25/2017 tanggal 5 Juni 2017 hal Penyampaian UR aplikasi e-Jafung, serta
telah dilaksanakan UAT pada tanggal 6 Desember 2017, kemudian juga telah
dilaksanakan QA terhadap 33 butir aspek keamanan aplikasi pada tanggal
12 Desember 2017.
SS-9 PENGELOLAAN ANGGARAN YANG OPTIMAL
9a-CP Persentase Kualitas Pelaksanaan Anggaran
Target : 95%
Terealisasi : 108,63%
Melalui Surat Edaran Menteri Keuangan nomor SE-35/MK.1/2017 tentang Tata
Cara Penghitungan Indikator Kinerja Utama Presentase Kualitas Pelaksanaan Di
Lingkungan Kementerian Keuangan telah ditetapkan panduan dalam mengukur
kinerja pelaksanaan anggaran dan meningkatkan kualitas pelaksanaan anggaran di
lingkungan Kementerian Keuangan.
Adapun penghitungan unsur IKU persentase kualitas pelaksanaan anggaran
pada tahun 2017, meliputi:
a. penyerapan anggaran, dengan bobot 10%
Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan | 2017 57
b. efisiensi anggaran, dengan bobot 39%
c. pencapaian keluaran/output, dengan bobot 51%
Total anggaran yang dikelola Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan pada tahun
2017 sejumlah Rp11.632.648.000,- dengan 17 keluaran riil yang dapat diukur. Adapun
17 keluaran riil tersebut terlihat dalam Tabel 4.1 berikut.
TABEL 4.1 PENGELUARAAN RIIL BIRO ORGANISASI DAN KETATALAKSANAAN
TAHUN 2017
No. Keluaran Riil Target
Volume
1 PMK/KMK mengenai Organisasi dan Tata Kerja 1 PMK/KMK
2 Laporan Survei MOFIN 1 Laporan
3 KMK mengenai Evaluasi Jabatan 3 PMK/KMK
4 Laporan Analisis Beban Kerja 1 Laporan
5 Penyempurnaan SOP di lingkungan Kementerian
Keuangan
1 Surat
Rekomendasi
6 Penyempurnaan dokumen administrasi persuratan 1 dokumen
7 Implementasi Dokumen Pelayanan Publik 2 PMK/KMK
8 Pendampingan Survei Kepuasan Pengguna Layanan 1 Dokumen
9 Pelaksanaan IHT bidang organisasi dan ketatalaksanan 9 IHT
10 Dukungan Pimpinan 1 keluaran riil
11 Change Management Rencana Transisi Organisasi SDM
terintegrasi
1 Laporan
12 Kamus Kompetensi Teknis Jabatan 1 Laporan
13 Memfokuskan ulang setjen dan penataan organisasi
strategis
1 dokumen
14 Analisis dan Evaluasi Jabatan 1 dokumen
15 Survei Kepuasan Pengguna Layanan 1 Laporan
16 Penyusunan/Penyempurnaan Jabatan Fungsional 1 RPermenPAN
17 Ketentuan Pelaksanaan Jabatan Fungsional 3 RPMK/RKMK
Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan | 2017 58
GAMBAR 3.5
PERSENTASE KUALITAS PELAKSANAAN ANGGARAN
Berdasarkan Gambar 3.5 di atas terlihat bahwa capaian atas kualitas
pelaksanaan anggaran Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan telah memenuhi target
yang ditetepakan. Upaya-upaya yang telah dilakukan pada guna mencapai target
tersebut, antara lain:
a. menyusun rencana penarikan dana atas kegiatan selama tahun berjalan;
b. melakukan pencatatan pengeluaran pada kartu pengawasan penyerapan
anggaran; dan
c. melakukan optimalisasi anggaran yang berpotensi tidak terserap dan dialokasikan
untuk kegiatan lain yang lebih optimal.
Selain itu, sesuai dengan Instruksi Sekretaris Jenderal nomor
INS-186/SJ/2017, terdapat beberapa langkah-langkah penghematan yang telah
dilakukan oleh Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan, diantaranya:
a. pembelian konsumsi hanya sebatas pada kegiatan yang melibatkan unit lain;
b. pembelian konsumsi berupa bahan makanan/minuman yang dapat digunakan
untuk lebih dari 1 (satu) kali frekuensi rapat; dan
12%
36%
54%
95%
20.39%
46.53%
54.87%
108.63%
0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%
Triwulan I
Triwulan II
Triwulan III
Triwulan IV
Realisasi Target
Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan | 2017 59
c. pembatasan jumlah pejabat/pegawai yang ditugaskan untuk melakukan
perjalanan dinas.
B. Capaian Kinerja Lainnya
Kegiatan yang telah dilaksanakan dan menunjang pencapaian kinerja Biro
Organisasi dan Ketatalaksanaan tahun 2017 tersebut di atas adalah sebagai berikut:
1. PENILAIAN KANTOR PELAYANAN TERBAIK KEMENTERIAN KEUANGAN (KPT) 2017
Salah satu upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pelayanan
menumbuhkan etos kerja pelayanan bagi kantor-kantor pelayanan di lingkungan
Kementerian Keuangan, secara periodik dilakukan penilaian kinerja pelayanan
terhadap kantor-kantor pelayanan di lingkungan Kementerian Keuangan dalam wujud
berupa seleksi Kantor Pelayanan Terbaik (KPT) di lingkungan Kementerian Keuangan
yang diselenggarakan setiap tahun. Kegiatan penilaian KPT ini dilakukan sebagai
salah satu cara untuk mengetahui gambaran kinerja serta inovasi-inovasi yang
dikembangkan oleh kantor-kantor pelayanan sebagai upaya melakukan perbaikan dan
peningkatan kualitas pelayanan publik.
Kegiatan penilaian KPT dilakukan oleh Tim Penilai dengan cara:
a. melakukan observasi secara langsung dengan mengidentifikasi semua komponen
pelayanan yang dinilai sekaligus melakukan assesment terhadap kinerja pelayanan
dengan menggunakan instrumen formulir kinerja kantor pelayanan percontohan
sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 164/KMK.01/2017;
b. melakukan wawancara mendalam dengan pimpinan dan staf pada kantor
pelayanan/pengawasan bersangkutan dan pihak lain yang memiliki keterkaitan;
c. mencari data/informasi sekunder baik berupa pendapat, laporan, pengaduan, dan
temuan lainnya;
d. selain itu, Tim Penilai Awal dengan dibantu oleh Tim Pelaksana melakukan survei
kepuasan pelayanan yang diisi dengan menyebarkan kuesioner kepada
masyarakat/pihak pengguna layanan yang diisi secara langsung oleh responden
(pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat/IKM); dan
Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan | 2017 60
e. berbeda dengan penilaian akhir kantor pelayanan tahun sebelumnya, penilaian
akhir dilakukan dengan mengundang Kepala Kantor Pelayanan peserta penilaian
untuk melakukan persentasi di hadapan Tim Penilai Akhir di Ruang rapat Biro
Organisasi dan Ketatalaksanaan Setjen.
Adapun Instrumen penilaian yang digunakan dalam penilaian KPT Tahun 2017
berupa Formulir A (Penilaian Kinerja Kantor Pelayanan Percontohan) dan Formulir B
(Penilaian Inovasi dan Prestasi Kantor Pelayanan). Berdasarkan hasil penilaian,
penghitungan, dan kesepakatan bersama Tim Penilai, maka telah ditetapkan:
a. KPP Pratama Pondok Aren
b. KPPBC TMP Tanjung Perak
c. KPPN Singaraja
d. KPKNL Surakarta
sebagai Kantor Pelayanan Percontohan Terbaik di lingkungan Kementerian Keuangan
Tahun 2017 sebagaimana tertuang dalam KMK Nomor 696/KMK.01/2017 tentang
penetapan Kantor Pelayanan Pelayanan terbaik di lingkungan Kementerian Keuangan
Tahun 2017.
GAMBAR 3.6
TIM PENILAI KPT DI KPPN SINGARAJA
Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan | 2017 61
2. KANTOR WILAYAH TERBAIK TAHUN 2017
Kementerian Keuangan melakukan penilaian Kantor Wilayah terbaik di
lingkungan Kementerian Keuangan tahun 2017. Tahap akhir penilaian dilakukan pada
Selasa, 8 Agustus 2017 di Ruang Rapat Sekretaris Jenderal, Gedung Djuanda I
Kementerian Keuangan, Jakarta.
Peserta Penilaian Kantor Wilayah Terbaik Tahun 2017 adalah Kanwil Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Jakarta dari DJBC; Kanwil Direktorat Jenderal Pajak
(DJP) Jawa Tengah I mewakili DJP, Kanwil Direktorat Jenderal Kekayaan Negara
(DJKN) Sumatera Selatan, Jambi, dan Bangka Belitung yang mewakili DJKN; dan
Kanwil Direktorat Jenderal (Ditjen) Perbendaharaan Provinsi D.I. Yogyakarta yang
mewakili Ditjen Perbendaharaan.
Sebagai informasi, penilaian Kanwil Terbaik di Lingkungan Kementerian
Keuangan berpedoman pada Keputusan Menteri Keuangan (KMK) Nomor
164/KMK.01/2017 tentang Pedoman Penilaian Kantor Pelayanan dan Kantor Wilayah
Terbaik Di Lingkungan Kementerian Keuangan. Penilaian dilakukan dengan mengacu
pada sembilan komponen dan 31 indikator, inovasi yang diciptakan dan diterapkan
Kantor Wilayah, serta prestasi yang dicapai.
Melalui Keputusan Menteri Keuangan (KMK) Nomor 646/KMK.01/2017 tentang
Kantor Wilayah Terbaik di lingkungan Kementerian Keuangan Tahun 2017, Kanwil
Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi D.I. Yogyakarta ditetapkan sebagai
Kantor Wilayah Terbaik Pertama, Kanwil Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jakarta
sebagai Kantor Wilayah Terbaik Kedua, Kanwil Direktorat Jenderal Pajak Jawa
Tengah I sebagai Kantor Wilayah Terbaik Ketiga, dan Kanwil Direktorat Jenderal
Kekayaan Negara Sumatera Selatan, Jambi, dan Bangka Belitung sebagai Kantor
Wilayah Terbaik Keempat.
Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan | 2017 62
GAMBAR 3.7
TIM PENILAIAN KANTOR WILAYAH TERBAIK
C. REALISASI ANGGARAN
Dari total anggaran yang dikelola Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan sejumlah
Rp11.632.648.000,00 telah dicapai 17 keluaran riil dengan hasil efisiensi sebesar
Rp2.082.038.981,00. Adapun 17 target kegiatan tersebut meliputi:
No. Target Kegiatan Keluaran Riil
1 PMK/KMK mengenai Organisasi dan Tata Kerja 1 PMK/KMK
2 Laporan Survei MOFIN 1 Laporan
3 KMK mengenai Evaluasi Jabatan 3 PMK/KMK
4 Laporan Analisis Beban Kerja 1 Laporan
5 Penyempurnaan SOP di lingkungan Kementerian Keuangan
1 Surat Rekomendasi
6 Penyempurnaan dokumen administrasi persuratan 1 Dokumen
7 Implementasi Dokumen Pelayanan Publik 2 PMK/KMK
8 Pendampingan Survei Kepuasan Pengguna Layanan 1 Dokumen
9 Pelaksanaan IHT bidang organisasi dan ketatalaksanan 9 IHT
10 Dukungan Pimpinan 1 Keluaran Riil
Akuntabilitas Kinerja
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan | 2017 63
11 Change Management Rencana Transisi Organisasi SDM terintegrasi
1 Laporan
12 Kamus Kompetensi Teknis Jabatan 1 Laporan
13 Memfokuskan ulang setjen dan penataan organisasi strategis
1 Dokumen
14 Analisis dan Evaluasi Jabatan 1 Dokumen
15 Survei Kepuasan Pengguna Layanan 1 Laporan
16 Penyusunan/Penyempurnaan Jabatan Fungsional 1 RPermenPAN
17 Ketentuan Pelaksanaan Jabatan Fungsional 3 RPMK/RKMK
BAB IV
Penutup
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan | 2017
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan tahun 2017 merupakan
bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan pada Tahun Anggaran 2017, yang
disusun sebagai amanat Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2006
tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Presiden Nomor
29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014
tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu atas
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.
Laporan Kinerja Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan tahun 2017 memuat capaian-
capaian kinerja yang telah ditetapkan dalam dokumen kontrak kinerja yang dapat diukur
dengan Indikator Kinerja Utama (IKU) Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan tahun 2017,
yang terdiri dari 9 (sembilan) Sasaran Strategis (SS) Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan
dengan 17 (tujuh belas) IKU. Hal ini sesuai dengan amanat Keputusan Menteri Keuangan
Nomor KMK 467/KMK.01/2014 tentang Pengelolaan Kinerja Di Lingkungan Kementerian
Keuangan.
Berdasarkan tujuan dan sasaran strategis yang telah ditetapkan, pencapaian kinerja
Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan secara umum berhasil dicapai, bahkan terdapat
capaian yang melampaui target.
Dengan disusunnya LAKIN Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan tahun 2017,
diharapkan dapat memberikan informasi secara transparan baik kepada pimpinan
Kementerian Keuangan maupun kepada seluruh pihak yang terkait dengan tugas dan
fungsi Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan, sehingga dapat memberikan umpan balik
guna peningkatan kinerja pada periode berikutnya.
Jakarta, Februari 2018
Kepala Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan,
Dini Kusumawati
NIP 197405091999032001