BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peran lulusan program studi teknik fisika di dunia industri proses pada umumnya ialah
dalam bidang instrumentasi dan kontrol. Instrumentasi ialah tentang sistem pengoperasian
instrumen-instrumen pabik seperti alat-alat pengukuran, transmitter, dll. Control ialah
tentang bagaimana mengontrol besaran-besaran proses dalam pabrik agar sesuai seperti
yang diinginkan. Namun lulusan program studi teknik fisika juga dibekali dengan disiplin-
disiplin ilmu yang sangat luas, oleh karena itu lulusan teknik fisika dapat berperan lebih
dalam dunia industri.
Pembelajaran-pembelajaran di bangku kuliah banyak berisikan teori-teori, di samping itu
juga terdapat praktikum-praktikum yang mengaplikasikan teori-teori yang dipelajari.
Namun, melihat langsung dunia kerja sangat dibutuhkan untuk melihat bagaimana lulusan-
lulusan program studi dibutuhkan, dan apa-apa saja sebenarnya yang dibutuhkan di dunia
kerja. Oleh karena itu praktikan mengajukan kerja praktek, di samping sebagai syarat
kelulusan, juga untuk bekal menempuh dunia kerja.
Bitumen Plant Gresik merupakan Bitumen Plant yang menerima supply aspal melalui kapal
tanker, yang sebagian besar berasal dari impor, dan sebagian lagi dari RU-IV Cilacap. Aspal
yang dibawa oleh kapal tanker supplier kemudian diterima dan ditimbun di tangki timbun
(storage tank). Kemudian berdasarkan demand pasar dilakukan program produksi,
diantaranya ialah produksi drum di bagian fabrikasi drum untuk menampung aspal dalam
bentuk drum. Aspal yang ditimbun di storage tank kemudian dapat didistribusikan dalam
kemasan drum, maupun dalam bentuk curah (bulk) menggunakan mobil tanki.
Karena sebagai fungsinya untuk menerima dan mendistribusikan aspal, maka proses-proses
teknis di BPG relatif tidak lebih kompleks dibanding proses-proses teknis di pabrik-pabrik
industri proses, sehingga praktikan dapat mempelajari tidak hanya di bidang instrumentasi
dan kontrol saja, melainkan lebih dari itu. Oleh karena itu, melaksanakan kerja praktek di
BPG akan dapat memberikan banyak pelajaran dan pengetahuan yang sangat luas.
Selama proses peninjauan lapangan, ditemukan beberapa potensi optimasi untuk
Teknik Fisika ITB 1
perkembangan BPG, namun tidak semua digarap dalam laporan ini, melainkan hanya 2 buah
ide saran untuk optimasi di BPG. Problem pertama yang ditemukan ialah sudah tidak
berfungsinya Level Indicator (LI) di semua storage tank, di mana LI yang digunakan
berjenis Automatic Tank Gauge (ATG). Untuk optimasi dapat digunakan teknologi yang
lebih maju yang lebih reliable dan lebih akurat seperti teknologi Radar Tank Gauge (RTG).
Yang kedua ialah sistem weighing dan filling yang terpisah. Jika sistem weighing dan sistem
filling diintegrasikan, maka akan dapat diperoleh efisiensi waktu pendistribusian aspal
curah, apalagi mengingat prospek peningkatan jumlah permintaan aspal untuk tahun-tahun
ke depan. Untuk merealisasikan ide-ide ini, maka ditulislah laporan ini untuk pembahasan
lebih lanjut.
1.2 Tujuan Penulisan
Mengevaluasi sistem instrumentasi pengukuran level di tangki timbun BPG.
Membuat rencana optimasi tank gauging di tangki timbun BPG untuk meningkatkan
efisiensi terutama dalam sistem pengukuran level.
Mengevaluasi sistem weighing dan sistem filling aspal curah (bulk) di BPG.
Membuat rencana optimasi pengintegrasian sistem weighing dengna sistem filling aspal
curah (bulk) untuk peningkatan efisiensi waktu.
1.3 Batasan Masalah
Dua saran optimasi yang di bahas di dalam laporan ini dibatasi hanya sampai ide
optimasi secara garis besar, tidak sampai dibahas lebih detail, misalnya gambar
rancangan, biaya keseluruhan, potensi jangka panjang, ataupun hal-hal detail lainnya.
1.4 Motede Pengumpulan Data
Memperoleh data-data berupa technical file yang telah disediakan oleh pihak
perusahaan, seperti P&ID, General Plot Plan, General Piping Plan, dan Isometric Pipe
Lines.
Observasi lapangan.
Diskusi dengan pembimbing, serta pihak-pihak lain yang terkait.
Memperoleh referensi dari Pedoman Mutu dan K3LL, serta beberapa referensi via
internet.
1.5 Sistematika Penulisan
Teknik Fisika ITB 2
Bab I Pendahuluan
Berisi latar belakang penulisan laporan, tujuan penulisan laporan, batasan masalah yang dibahas di
dalam laporan, metoda pengumpulan data untuk menyusun laporan, dan sistematika penulisan
laporan.
Bab II Profil Bitumen Plant Gresik
Berisi tentang profil perusahaan PT. Pertamina (Persero) Bitumen Plant Gresik, di antaranya ialah
visi, misi (kebijakan),acuan, ruang lingkup, sistem dokumentasi, proses bisnis, dll.
Bab III Fabrikasi Drum
Berisi tentang proses-proses pembuatan ready drum di Drum Asphalt Plant.
Bab IV Penerimaan dan Penimbunan
Berisi tentang proses-proses yang dilakukan dalam menerima dan menimbun aspal dari supplier
melalui kapal tanker (jetty) beserta dengan fasilitas-fasilitas penunjangnya.
Bab V Penyaluran
Berisi tentang proses pengisian aspal dalam bentuk curah (bulk) maupun dalam kemasan drum
beserta dengan prosedur pendistribusiannya.
Bab VI Saran Optimasi Untuk BPG
Berisi tentang 2 saran optimasi untuk BPG yaitu optimasi sistem pengukuran level aspal di setiap
tangki timbun BPG dan pengintegrasian sistem weighing dan sistem filling untuk proses penyaluran
aspal curah.
Bab VIII Kesimpulan dan Saran
Berisi kesimpulan yang menjawab tujuan pembuatan laporan, serta saran untuk BPG terkait dengan
apa-apa saja yang dibahas di dalam laporan.
Bab II
Profil Bitumen Plant Gresik
Teknik Fisika ITB 3
2.1 Umum
2.1.1 Profil Organisasi
PT PERTAMINA (Persero) Bitumen Plant Gresik diresmikan pada tanggal 11 Agustus 1990.
Tanggal peresmian tersebut sekaligus merupakan detik awal mulai beroperasi. Bitumen
Plant Gresik adalah salah satu Supply Point penyaluran aspal ke seluruh wilayah Pemasaran
Region V sampai Region VIII.
Bitumen Plant Gresik mempunyai kapasitas produksi 180000 Mton/tahun dan berdiri di atas
lahan seluas 10,4 hektar, di Kelurahan Pulopancikan, Kecamatan Gresik Kota, Kabupaten
Gresik.
Kegiatan utama dari Bitumen Plant Gresik adalah menerima aspal sebagian besar dari impor
dan sebagian lagi dari Pertamina Refinery Unit IV Cilacap, membuat drum kosong (ready
drum) secara toll fee, mengisi aspal ke dalam drum, melayani penyaluran aspal dalam drum
maupun curah sesuai SO (Sales Order) yang diterbitkan oleh Bagian Marketing dari
Pemasaran Region V.
2.1.2 Acuan dan Ruang Lingkup
Pedoman Mutu dan K3LL (Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan)
ini disusun dengan mengacu kepada standar internasional ISO 9001, ISO 14001 dan OHSAS
18001 revisi terakhir.
Adapun ruang lingkup penerapan Sistem Manajemen Mutu dan K3LL yang diterapkan
mencakup seluruh area kerja Bitumen Plant Gresik tetapi tidak mencakup area kerja yang
menjadi milik dari PERTAMINA Production Unit Gresik.
Pasal 7.3. Desain dan Pengembangan dari ISO 9001 tidak diterapkan karena Bitumen Plant
Gresik tidak melakukan kegiatan yang dimaksud dalam pasal tersebut.
2.1.3 Struktur Sistem Manajemen Mutu dan K3LL
Kepala Bitumen Plant Gresik selaku Manajemen Puncak (Top Management) menetapkan
visi dan kebijakan Mutu dan K3LL.
Teknik Fisika ITB 4
Untuk memastikan efektivitas penyusunan dan pelaksanaan dari sistem tersebut, maka
Kepala Bitumen Plant Gresik menunjuk Pengawas Utama Operasi sebagai Management
Representative (MR) atau Wakil Manajemen.
Sesuai dengan persyaratan OHSAS 18001 dan dengan masukan dari pekerja, maka Kepala
Bitumen Plant Gresik menunjuk Asisten LK3 sebagai Employee Representative (ER). Para
pekerja dapat menyampaikan masukan atau keluhan terkait K3LL kepada ER untuk
selanjutnya dibawa kepada Top Management dan/atau MR.
2.1.4 Visi dan Kebijakan
Visi:
To be a world class asphalt plant
Menjadi Bitumen Plant kelas dunia
Kebijakan Mutu dan K3LL Bitumen Plant Gresik:
Bitumen Plant Gresik sebagai supply point penyaluran aspal di PERTAMINA memiliki
komitmen untuk mencapai kinerja kelas dunia dengan cara:
1. Memastikan kepuasan pelanggan.
2. Mencegah polusi dan kecelakaan kerja melalui pengendalian dampak lingkungan dan
risiko K3.
3. Meningkatkan kinerja sistem manajemen mutu, K3LL, dan sumber daya manusianya secara
berkelanjutan.
4. Mematuhi peraturan dan persyaratan mutu dan K3LL.
5. Menerapkan pengendalian terhadap dampak lingkungan dan risiko K3 dari kegiatan
operasi.
6. Mencapai tingkat kinerja yang ditetapkan secara berkala sesuai dengan Key
Performance Indicator (KPI).
7. Melaksanakan program penghijauan dan penghematan sumber daya alam.
8. Melakukan pemberdayaan masyarakat sekitar lokasi operasi sebagai bagian dari program
CSR (Corporate Social Responsibility).
2.1.5 Pengertian
1. Sistem Manajemen Mutu dan K3LL
Adalah sistem yang digunakan untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi dalam mencapai
Teknik Fisika ITB 5
visi dan misinya di bidang mutu dan K3LL (Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Lindungan
lingkungan) melalui pengelolaan pemenuhan persyaratan mutu dan pengelolaan risiko K3 dan
dampak lingkungan.
2. Mutu
Adalah keseluruhan karakteristik melekat dari suatu produk yang dapat memenuhi persyaratan.
3. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Adalah kondisi dan faktor yang mempengaruhi, atau dapat mempengaruhi kesehatan dan
keselamatan pegawai atau pekerja lain (termasuk pekerja sementara dan kontraktor), tamu, atau
siapapun di lokasi kerja.
4. Lingkungan
Adalah keadaan sekeliling tempat organisasi beroperasi, termasuk udara, air, tanah, sumber daya
alam, flora, fauna, manusia, dan hubungan timbal baliknya.
5. Bahaya (hazard)
Adalah sumber, situasi, atau tindakan yang berpotensi merusak dalam arti cedera atau sakitnya
manusia atau kombinasinya.
6. Risiko
Adalah kombinasi dari kemungkinan terjadinya peristiwa bahaya atau paparannya dan tingkat
parahnya cedera atau sakit yang dapat disebabkan oleh peristiwa atau paparan tersebut.
7. Dampak Lingkungan
Adalah setiap perubahan lingkungan, menguntungkan maupun merugikan, seluruhnya atau sebagian
yang dihasilkan oleh kegiatan, produk, atau jasa organisasi.
8. Top Management
Adalah satu atau sekelompok orang yang memiliki wewenang tertinggi untuk mengarahkan dan
mengendalikan organisasi. Top Management diterjemahkan sebagai Manajemen Puncak.
9. Management Representative
Adalah anggota manajemen yang ditunjuk oleh Top Management untuk mengelola sistem
manajemen organisasi.
Teknik Fisika ITB 6
10. Employee Representative
Adalah pekerja yang ditunjuk oleh Top Management dengan mempertimbangkan masukan para
pekerja lain untuk mewakili pekerja di bidang K3LL.
2.2 Sistem Manajemen Mutu dan K3LL
2.2.1 Umum
1. Bitumen Plant Gresik menetapakan, mendokumentasikan, menerapkan, dan
memelihara sistem manajemen mutu dan K3LL dengan mengacu kepada standar
ISO 9001, ISO 14001, dan OHSAS 18001 revisi terakhir.
2. Sistem manajemen mutu dan K3LL dari Bitumen Plant Gresik dirancang untuk:
a. Menjadi suatu sistem manajemen di bidang mutu dan K3LL yang mampu
mengurangi ataupun meniadakan risiko, baik bagi karyawan maupun bagi masyarakat
terhadap bahaya K3LL.
b. Memberikan panduan dan menetapkan kebijakan, prosedur, dan instruksi kerja yang terkait
dengan mutu dan K3LL.
c. Menguraikan bentuk atau struktur organisasi, tanggung jawab, dan fungsi-fungsi kerja
yang berkaitan dengan mutu dan K3LL.
d. Memungkinkan efisiensi pengendalian operasional dan kegiatan lain,
sehingga sistem dapat diterapkan, dipelihara, dan ditingkatkan secara
berkelanjutan.
2.2.2 Sistem Dokumentasi
Sistem dokumentasi Sistem Manajemen Mutu dan K3LL Bitumen Plant Gresik mengacu
kepada Sistem dan Tata Kerja PERTAMINA Korporat, dengan hirarki seperti digambarkan
pada gambar 1 sebagai berikut:
Teknik Fisika ITB 7
Gambar
1.
Hirarki
Dokumentasi Sistem Manajemen Mutu dan K3LL
Penjelasan dari hirarki tersebut di atas adalah sebagai berikut:
◦ Pedoman mengatur tentang kebijakan-kebijakan organisasi dalam hal penetapan
tujuan, sasaran, dan strategi atau hal-hal yang harus dilakukan untuk mencapai
tujuan/sasaran tersebut.
◦ Tata Kerja Organisasi (TKO) berisi prosedur-prosedur yang diperlukan untuk
menyelesaikan suatu proses yang melibatkan beberapa unit kerja.
◦ Tata Kerja Individu (TKI) berisi instruksi kerja yang diperlukan untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan yang dilakukan oleh satu orang (individu) atau lebih
(kelompok).
◦ Tata Kerja Penggunaan Alat (TKPA) berisi petunjuk yang diperlukan untuk
mengoperasikan atau menjalankan suatu alat atau mesin.
◦ Catatan Kerja (record) merupakan dokumen yang menunjukkan hasil kerja
menggunakan formulir standar yang ditentukan untuk mencatat hasil pelaksanaan
TKO, TKI, atau TKPA.
Sistem dan Tata Kerja berupa Pedoman, TKO, TKI, dan TKPA dikendalikan sesuai dengan
TKO B-014/F10214/2012-S0 Pengendalian Dokumen. Sedangkan Catatan Kerja
dikendalikan sesuai dengan TKO B-015/F10214/2012-S0 Pengendalian Catatan Kerja.
2.2.3 Proses Bisnis
Teknik Fisika ITB 8
Peta proses bisnis yang menggambarkan hubungan antar proses di Bitumen Plant Gresik
diperlihatkan pada Gambar 2 sebagai berikut.
Gambar 2. Proses Bisnis Bitumen Plant Gresik
2.3 Perencanaan
2.3.1 Tanggung Jawab Manajemen
Tanggung jawab manajemen dibuktikan dengan komitmen Manajemen Puncak untuk:
1. Menetapkan Kebijakan dan Sasaran.
2. Mengkomunikasikan kebijakan, sasaran, kepatuhan terhadap persyaratan dan peraturan,
pentingnya kepuasan pelanggan dan kompetensi dalam melaksanakan pekerjaan.
3. Melaksanakan tinjauan manajemen.
4. Menjamin tersedianya sumber daya.
Sasaran dalam KPI ditetapkan setiap tahun dengan berdasarkan kontrak manajemen antara OH
Bitumen Plant Gresik dengan Kantor Pusat. Apabila kontrak tersebut belum mencakup atau
belum sesuai dengan sistem manajemen mutu dan K3LL, maka Kepala Bitumen Plant
Gresik akan menambahkan sasaran baru di dalam KPI Bitumen Plant Gresik. KPI ini
dikomunikasikan dan didelegasikan kepada semua Pengawas Utama / Pengawas untuk
pelaksanaan dan pemantauan pencapainnya.
Terkait tanggung jawab manajemen, OH Bitumen Plant Gresik membuat surat perintah
yang berisi penunjukan MR dan Tim lainnya serta prosedur sebagai acuan kerja, yaitu TKO
B-012/F10214/2012-S0 Komunikasi Internal dan Eksternal, B-009/F10214/2012-S0
Teknik Fisika ITB 9
Penanganan Keluhan Pelanggan, B-013/F10214/2012-S0 Partisipasi dan Konsultasi, B-
007/F10214/2012-S0 Tindakan Perbaikan dan Pencegahan, dan B-008/F10214/2012-S0
Tinjauan Manajemen.
2.3.2 Identifikasi Aspek Lingkungan dan Penilaian Risiko K3LL
Aspek dan bahaya K3LL yang ada di lokasi-lokasi Bitumen Plant Gresik diidentifikasi dan
dicatat dalam Daftar Aspek dan Bahaya K3LL yang disusun berdasarkan TKO B-
026/F10214/2012-S0 Identifikasi Aspek dan Dampak Lingkungan serta Penilaian
Bahaya dan Risiko K3.
Identifikasi aspek lingkungan dan bahaya K3 meliputi:
a) kegiatan rutin dan tidak rutin;
b) kegiatan pihak yang memilki akses ke PAG (termasuk kontraktor dan tamu);
c) kebiasaan manusia, kemampuan, dan faktor manusiawi lainnya;
d) bahaya yang berasal dari luar tempat kerja yang dapat memilki pengaruh kuat kepada
K3LL di dalam kendali organisasi atau di dalam tempat kerja.
e) bahaya yang tercipta dalam lingkungan tempat kerja oleh kegiatan terkait -
kerja di bawah kendali organisasi;
f) infrastruktur, peralatan, dan material di tempat kerja yang disediakan oleh organisasi
atau pihak lain;
g) perubahan atau usulan perubahan organisasi, kegiatan, atau materialnya;
h) modifikasi sistem Manajemen Mutu dan K3LL, termasuk perubahan sementara dan
risikonya terhadap operasi, proses, dan kegiatan;
i) kewajiban hukum apapun yang terkait penilaian risiko dan penerapan kendali yang
diperlukan;
j) desai area kerja, proses, instalasi, mesin/peralatan, prosedur operasi dan organisasi kerja,
termasuk adaptasinya terhadap kemampuan manusia.
Hasil identifikasi tersebut didokumentasikan dan dipelihara agar tetap mutakhir.
2.3.3 Hukum dan Persyaratan Lain
Semua ketentuan hukum, peraturan, persyaratan, dan kebijakan-kebijakan K3LL yang
berkaitan dengan kegiatan aspek lingkungan dan bahaya K3 di lokasi-lokasi Bitumen Plant
Gresik dicatat dalam Daftar Peraturan dan Persyaratan K3LL. Tata cara identifikasi,
pemutakhiran, dan penyebarluasan informasi dari peraturan dan persyaratan tersebut diatur
dalam TKO B-027/F10214/2012-S0 Identifikasi dan Pematuhan Peraturan dan
Teknik Fisika ITB 10
Persyaratan K3LL.
Bitumen Plant Gresik terus-menerus menjaga agar informasi tersebut mutakhir dan
menyebarluaskan informasi yang relevan tentang peraturan dan persyaratan K3LL kepada
orang yang bekerja di bawah kendali organisasi dan pihak berkepentingan lainnya.
2.3.4 Sasaran, Target, dan Program Manajemen Mutu dan K3LL
Kebijakan Mutu dan K3LL merupakan panduan dalam usaha mencapai sasaran dan terget
mutu dan K3LL. Sasaran dan target yang ditetapkan juga berkaitan dengan aspek mutu dan
K3LL yang telah diidentifikasi dan dianggap memiliki risiko penting.
Sasaran dan target yang ditetapkan pada fungsi dan tingkatan yang sesuai dalam perusahaan
harus terukur dan kemajuan pencapainnya selalu dipantau. Kemajuan dari pencapaian
sasaran dan target dipantau oleh penanggung jawab program Manajemen Mutu dan K3LL
dan dilaporkan dalam rapat tinjauan manajemen.
Program Manajemen Mutu dan K3LL meliputi:
◦ Sasaran dan target Mutu dan K3LL.
◦ Tahapan kegiatan untuk mencapai sasaran dan target.
◦ Penanggung jawab pencapaian.
◦ Batas waktu pencapaian.
2.4 Penerapan dan Operasi
2.4.1 Sumber Daya, Peran, Tanggung Jawab, Akuntabilitas, dan Wewenang
Top Management, yaitu Manager Pabrik Bitumen Plant Gresik, merupakan penanggung
jawab tertinggi untuk sistem Manajemen Mutu dan K3LL. Manager Bitumen Plant Gresik
mewujudkan komitmennya melalui:
◦ Jaminan ketersediaan sumber daya yang penting untuk menetapkan, menerapkan,
memelihara, dan meningkatkan sistem Manajemen Mutu dan K3LL.
Teknik Fisika ITB 11
◦ Tersedianya sumber daya infrastruktur, teknologi, dan keuangan perusahaan untuk
melaksanakan sistem Manajemen Mutu dan K3LL.
◦ Penetapan peran, pembagian tanggung jawab dan akuntabilitas, dan pendelegasian
wewenang untuk memfasilitasi efektivitas Manajemen Mutu dan K3LL.
◦ Peran, tanggung jawab, akuntabilitas, dan wewenang ditulis dan dikomunikasikan.
Manager Bitumen Plant Gresik menetapkan Ast Man Operation Services sebagai Management
Representative (MR) dengan tanggung jawab khusus untuk sistem manajemen Mutu dan
K3LL sebagai berikut:
◦ Memastikan bahwa sistem Manajemen Mutu dan K3LL ditetapkan, diterapkan, dan
dipelihara sesuai persyaratan.
◦ Memastikan bahwa laporan kinerja sistem Manajemen Mutu dan K3LL disampaikan
kepada Top Management untuk tinjauan manajemen dan digunakan sebagai dasar
untuk peningkatan sistem Manajemen Mutu dan K3LL.
◦ Menjamin bahwa sistem tata kerja (STK) yang dibutuhkan untuk mencapai sasaran
K3LL dapat diperoleh dan dilaksanakan oleh karyawan.
◦ Menjamin bahwa setiap ketidaksesuaian yang mempengaruhi kinerja sistem
Manajemen Mutu dan K3LL dilakukan tindakan perbaikan.
◦ Memprakarsai tindakan perbaikan di area yang menjadi tanggung jawabnya untuk
mencegah potensi atau terulangnya ketidaksesuaian, terutama terhadap persyaratan
dan peraturan.
Top Management juga menetapkan bahwa Kepala Lokasi adalah MR untuk lokasinya dengan
tanggung jawab sesuai tanggung jawab MR, namun untuk ruang lingkup lokasinya sendiri.
Setiap OH Fungsi dan Pekerja memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa bidang
pekerjaannya selalu:
◦ Terlaksana sesuai dengan sistem tata kerja yang berlaku.
◦ Memperhatikan aspek K3LL yang terkait dengan pekerjaannya, sehingga dijamin
selalu mematuhi persyaratan dan peraturan K3LL yang berlaku.
◦ Mencegah polusi dan risiko kecelakaan kerja serta menggunakan sumber daya alam
dengan efektif dan efisien.
2.4.2 Kompetensi, Pelatihan, dan Kepedulian
Teknik Fisika ITB 12
Bitumen Plant Gresik menetapkan dan memastikan bahwa pekerja yang pekerjaannya
memiliki aspek K3LL harus memiliki kompetensi berdasarkan pendidikan, pelatihan, atau
pengalaman yang sesuai.
Para OH Fungsi mengidentifikasi kebutuhan pelatihan yang berhubungan dengan risiko
K3LL dan sistem Manajemen Mutu dan K3LL untuk diberikan pelatihan atau tindakan lain
agar kompetensi pekerja memenuhi kebutuhan persyaratan pekerjaan, serta mengevaluasi
efektivitas pelatihan atau tindakan yang diambil.
Identifikasi kebutuhan, pelaksanaan, evaluasi dan pencatatan hasil pelatihan diatur dalam
TKO B-011/F10214/2012-S0 Kepedulian, Kompetensi, dan Pelatihan.
2.4.3 Komunikasi, Partisipasi, dan Konsultasi
Semua program dan segala permasalah terkait dengan sistem Manajemen Mutu dan K3LL
dikomunikasikan secara internal dan eksternal sesuai TKO B-012/F10214/2012-S0
Komunikasi Internal dan Eksternal.
Komunikasi eksternal dilakukan kepada pihak-pihak di luar Bitumen Plant Gresik yang
memerlukan informasi mengenai sistem Manajemen Mutu dan K3LL Bitumen Plant Gresik.
Pihak eksternal antara lain: instansi pemerintah, pelanggan, otoritas bandara, dan lain-lain.
Di lokasi, komunikasi terkai K3LL kepada pihak eksternal menjadi tanggung jawab dan
wewenang MR Lokasi, sedangkan di Kantor Region menjadi tanggung jawab dan
wewenang MR.
Sedangkan komunikasi internal terkait K3LL dilaksanakan secara berjenjang dari Top
Management hingga Kepala Fungsi dan pekerja.
Komunikasi internal dapat menjadi kanal atau saluran untuk memastikan partisipasi pekerja
dan pelaksanaan konsultasi oleh atasan. Tata cara partisipasi dan konsultasi diatur dalam
TKO B-013/F10214/2012-S0 Partisipasi dan Konsultasi.
2.4.4 Dokumentasi
Sebagaiman adijelaskan dalam Bab 2.2 Dokumentasi Sistem Manajemen Mutu dan K3LL
meliputi dokumen acuan kerja yang disebut STK (Sistem Tata Kerja), yaitu: Pedoman, TKO,
Teknik Fisika ITB 13
TKI, dan TKPA serta Record (Catatan).
Dokumen disusun sesuai dengan kebutuhan yang diidentifikasi melalui proses bisnis,
identifikasi aspek dan dampak lingkungan, penilaian bahaya dan risiko serta uraian tugas
pokok dan penilaian jabatan (UTP / UPJ).
2.4.5 Pengendaliain Dokumen
Dokumen yang digunakan sebagai acuan kerja yang menjadi bukti hasil kerja dikendalikan
sesuai dengan TKO B-014/F10214/2012-S0 Pengendalian dokumen.
TKO tersebut mengatur tentang:
a) pengesahan kecukupan dokumen sebelum diterbitkan;
b) meninjau dan memperbaharui sesuai keperluan dan mengesahkan ulang dokumen;
c) menjamin bahwa perubahan dan status revisi yang berlaku dari dokumen
diidentifikasi;
d) menjamin versi dokumen yang berlaku tersedia di tempat penggunaan;
e) menjamin bahwa dokumen tetap dapat dibaca dan mudah diidentifikasi;
f) menjamin bahwa dokumen yang berasal dari luar yang ditetapkan oleh organisasi dan
diperlukan untuk perencanaan dan pelaksanaan dari sistem Manajemen Mutu dan K3LL
diidentifikasi dan distribusinya dikendalikan;
g) mencegah penggunaan yang keliru dari dokumen kadaluarsa, dan untuk identifikasi
yang sesuai jika disimpan untuk tujuan tertentu.
2.4.6 Realisasi Produk
Realisasi produk atau proses produksi meliputi penerimaan material, pembuatan drum,
penerimaan dan penimbunan aspal, pengisian aspal dalam drum, pemeriksaan mutu, dan
pengiriman aspal dalam drum dan curah.
Proses produksi dilaksanakan berdasarkan program produksi yang ditetapkan oleh Kantor
Pusat, sedangkan pengiriman aspal dilakukan dengan mengacu kepada Sales Order yang
diterima.
Pemastian mutu adalah bagian penting dari proses produksi. Aspal tidak akan dikirimkan
Teknik Fisika ITB 14
kepada pelanggan apabila tidak memenuhi spesifikasi yang ditetapkan.
Pemeriksaan mutu dan penghitungan/pengukuran volume dilakukan dengan menggunakan
alat ukur yang dikalibrasi dan ditera secara berkala, untuk memastikan kebenaran hasil
pemeriksaan dan pengukuran.
Dalam pengadaan material dan suku cadang, Bitumen Plant Gresik selalu menggunakan
pemasok yang terseleksi. Aturan seleksi pemasok dan proses pengadaan barang dan jasa
dilaksanakan sesuai dengan TKO yang diatur dalam SK Direksi tentang Pengadaan Barang
dan Jasa.
Untuk mengelola realisasi produk, Bitumen Plant Gresik menyusun TKO-TKO sebagai
berikut:
a. B-001/F10214/2012-S0 Penerimaan dan Penimbunan Aspal
b. B-002/F10214/2012-S0 Pengiriman Aspal Curah
c. B-003/F10214/2012-S0 Pengisian Aspal Drum
d. B-004/F10214/2012-S0 Pemeriksaan Mutu
e. B-005/F10214/2012-S0 Pengendalian Ketidaksesuaian Produk Aspal
f. B-006/F10214/2012-S0 Pembuatan Ready Drum
g. B-010/F10214/2012-S0 Penerimaan dan Pengeluaran Material
Operasional dari bisnis Bitumen Plant Gresik dilaksanakan oleh pekerja yang kompeten dan
diberikan acuan kerja berupa TKI dan/atau TKPA.
2.4.7 Pengendalian Operasi
Kondisi operasi yang terkendali menjadi syarat terlaksananya sistem Manajemen Mutu dan
K3LL yang efektif. Untuk itu, kondisi peralatan harus dipastikan kesiapannya sesuai dengan
TKO B-021/F10214/2012-S0 Preventive Maintenance, TKO B-022/F10214/2012-S0
Corrective Maintenance, dan TKO B-024/F12300/2010-S0 Manajemen Perubahan.
Demikian pula dengan kondisi lingkungan dan area kerja yang dipantau sesuai dengan TKO
B-030/F10214/2012-S0 Pemantauan dan Pengukuran Dampak Lingkungan dan Risiko
K3.
Teknik Fisika ITB 15
Sedangkan untuk penanganan limbah diatur dalam TKO B-031/F10214/2012-S0
Pengelolaan Material dan Limbah B3 dan TKO B-032/F10214/2012-S0 Pengelolaan
Limbah Non B3.
2.4.8 Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat
Bitumen Plant Gresik menerapakna pengendaliain dan tanggap darura yang memadai untuk
menghadapi jangkauan yang luas dari potensi bahaya proses operasi. Top Management
adalah penanggung jawab utama dari kegiatan kesiapsiagaan dan tanggap darurat.
Tindakan kesiapsiagaan dan tanggap darurat dilaksanakan menurut TKO B-
028/F10214/2012-S0 Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat untuk:
a) mengidentifikasi potensi terjadinya situasi darurat;
b) menanggapi situasi darurat tersebut.
Sedangkan untuk memastikan keamanan area disusun TKO B-036 Sekuriti PAG sebagai acuan
Sekuriti dalam melaksanakan pengamanan.
Bitumen Plant Gresik secara periodik melaksanakan simulasi atau latihan untuk
menanggapai sistuasi darurat, dan bila memungkinkan dapat melibatkan piak
berkepentingan yang terkait.
2.5 Pengecekan
2.5.1 Pemantauan dan Pengukuran Kinerja K3LL
Bitumen Plant Gresik menetapkan tata kerja pemantauan dan pengukuran untuk memastikan
bahwa sistem Manajemen Mutu dan K3LL selalu efektif serta memenuhi persyaratan dan
peraturan yang berlaku. Kegiatan pemantauan dan pengukuran tersebut diatur dalam TKO
B-030/F10214/2012-S0 Pemantauan dan Pengukuran Dampak Lingkungan dan Risiko
K3.
Untuk menjamin kebenaran hasil pemantauan dan pengukuran, maka alat pantau atau alat
ukur yang digunakan dikalibrasi sesuai dengan TKO B-023/F10214/2012/S0 Kalibrasi dan
Teknik Fisika ITB 16
Tera.
Fungsi Pemeliharaan dan/atau MR Lokasi mengevaluasi hasil pemantauan dan pengukuran
untuk memastikan pemenuhannya terhadap persyaratan dan peraturan pengukuran untuk
memastikan pemenuhannya terhadap persyaratan dan peraturan (kepatuhan). Aspek-aspek
terkait dengan pemantauan atau pengukuran meliputi:
a. ukuran-ukuran kuantitatif dan kualitatif, sesuai dengan kebutuhan;
b. pemantauan sasaran K3LL dicapai;
c. pemantauan efektivitas pengendalian K3LL;
d. ukuran-ukuran proaktif dari kinerja untuk memantau kesesuaian dengan program-
program K3LL;
e. ukuran-ukuran reaktif dari kinerja untuk memantau sakit, kejadian (termasuk kecelakaan,
near-miss, dll) dan bukti riwayat kinerja K3LL yang kurang;
f. rekaman data dan hasil pemantauan dan ukuran yang cukup untuk memungkinkan
analisis tindakan perbaikan dan pencegahannya.
2.5.2 Evaluasi Kepatuhan
Konsistensi dengan komitmen untuk selalu patuh terhadap peraturan dan persyaratan
lainnya, maka Bitumen Plant Gresik secara berkala mengevaluasi hasil pemantauan dan
pengukuran sesuai dengan TKO B-027/F10214/2012-S0 Identifikasi dan Pematuhan
Peraturan dan Persyaratan K3LL.
Hasil evaluasi disampaikan kepada Top Management sebagai bahan masukan untuk Tinjauan
Manajemen.
2.5.3 Penyelidikan Kejadian, Ketidaksesuaian, Tindakan Perbaikan, dan Pencegahan
Bitumen Plant Gresik menyusun TKO B-034/F10214/2012-S0 Penyelidikan Kejadian,
TKO B-029/F10214/2012-S0 Pelaporan Near-Miss dan Penanganan Ketidaksesuaian
K3LL serta TKO B-007/F10214/2012-S0 Tindakan Perbaikan dan Pencegahan untuk
memastikan bahwa kegiatan penyelidikan kejadian, penanganan ketidaksesuaian dan
tindakan perbaikan serta pencegahannya terlaksana dengan baik.
TKO-TKO tersebut antara lain mengatur tentang tata cara untuk:
a) menetapkan kekurangan landasan K3LL dan faktor lain yang dapat menyebabkan atau
menyumbang terjadinya kejadian K3LL;
Teknik Fisika ITB 17
b) identifikasi kebutuhan tindakan perbaikan;
c) identifikasi kesempatan tindakan pencegahan;
d) identifikasi kesempatan untuk peningkatan berkelanjutan;
e) komunikasi hasil penyelidikan tersebut.
2.5.4 Pengendalian Catatan Kerja
Catatan atau record adalah bukti pelaksanaan pekerjaan. Untuk itu setiap kegiatan terkait
dengan K3LL yang memerlukan bukti harus dibuatkan catatan.
Semua catatan yang berkaitan dengan K3LL harus dapat dibaca, diidentifikasi dan dilacak,
dijaga dari kehancuran, kerusakan, dan kehilangan dengan retensi sesuai dengan Daftar
Induk Catatan serta dikendalikan sesuai dengan TKO B-015/F10214/2012-S0 Pengendalian
Catatan Kerja.
2.5.5 Audit Sistem Manajemen Mutu dan K3LL
Audit terhadap sistem Manajemen Mutu dan K3LL dilakukan untuk meyakinkan bahwa:
a. Sistem Manajemen Mutu dan K3LL efektif untuk melaksanakan Kebijakan K3LL
PERTAMINA Bitumen Plant Gresik.
b. Aktivitas kerja di PERTAMINA Bitumen Plant Gresik sesuai dengan STK, program
Manajemen Mutu dan K3LL, persyaratan, dan peraturan K3LL.
Audit sistem Manajemen Mutu dan K3LL dilaksanakan sesuai dengan TKO
B-020/F10214/2012-S0 Audit Internal. TKO tersebut minimal mengatur tentang
kebutuhan audit, persyaratan auditor termasuk independensinya, tata cara pelaksanaan audit,
dan pelaporannya.
TKO juga mengatur tentang pelaksanaan tindakan perbaikan dan pencegahan dari
ketidaksesuaian yang ditemukan selama audit.
Hasil-hasil audit dibahas dalam tinjauan manajemen.
Teknik Fisika ITB 18
2.6 Tinjauan Manajemen
Tinjauan manajemen Bitumen Plant Gresik dilaksanakan minimal 1 kali dalam setahun.
Maksud dari tinjauan ini adalah untuk memastikan bahwa sistem Manajemen Mutu dan
K3LL memenuhi ketentuan ISO 9001, ISO14001, dan OHSAS 18001, dan untuk
memelihara kesesuaian serta efektifitas sistem tersebut.
Tinjauan dilakukan berdasarkan TKO B-008/F10214/2012-S0 Tinjauan Manajemen.
Tinjauan diarahkan pada masalah pokok untuk peningkatan sistem Manajemen Mutu dan
K3LL.
Tinjauan dipimpim Kepala Bitumen Plant Gresik selaku Top Management dengan didukung
oleh MR. Rekomendasi yang dihasilkan dari tinjauan ini disampaikan kepada pihak terkait
oleh MR dan efektivitas tindak lanjutnya dipantau sesuai dengan batas waktu yang
ditetapkan.
2.7 Produk Aspal Pertamina
2.7.1 Pendahuluan
Aspal diproduksi oleh kilangn Pertamina melalui proses Propane Deasphalting atau Air
Blowing. Kilang Pertamina yang memproduksi Aspal saat ini adalah Kilang Refinery Unit
(RU) IV Cilacap dengan penyerahan dalam bentuk drum dan curah (bulk).
Aspal Minyak diperoleh dari Crude Oil jenis Asphaltic, dihasilkan dalam bentuk semi solid,
berwarna coklat kehitaman bersifat Non-Metalic, larut dalam CS2 (Carbon Disulphide),
mempunyai sifat Waterprofing dan Adhesive. Aspal dibedakan gradenya atas Softening
Point R&B (Ring & Ball), sifat penetrasi ataupun kombinasi dari kedua sifat di atas. Saat ini
Pertamina memproduksi 2 (dua) Grade Aspal straight run, yaitu:
1. Aspal Penetrasi 60/70 (Aspal Pen 60)
2. Aspal Penetrasi 80/100 (Aspal Pen 80)
Selain itu, melalui anak perusahaannya, PT Patra Trading, Pertamina memproduksi aspal
modifikasi dengan nama Aspal Super.
Teknik Fisika ITB 19
Aspal sebagai bahan semi solid dalam penggunaannya dirubah dalam bentuk cair dengan
cara pemanasan. Aspal digunakan pada pembuatan jalan, juga berfungsi sebagai bahan
perekat, bahan pengisi,dan bahan kedap air. Di samping untuk pembuatan jalan, Aspal dapat
digunakan sebagai “pelindung/coating” anti karat, isolasi listrik, kedap suara / penyekat
suara dan getaran bila dipakai untuk lantai, dll.
2.7.2 Penggunaan
Di Indonesia sebagian besar produk Aspal (lebih dari 95%) digunakan untuk konstruksi
jalan dan landasaran udara. Fungsi Aspal pada bangunan jalan adalah untuk mengikat batu,
pasir, dan bahan-bahan lainnya supaya menjadi satu kesatuan yang homogen (fungsi pelekat
dan sebagai bahan pengisi), meredam suara lalu lintas, melindungi badan jalan terhadap air
hujan dan panas matahari, dan mencegah permukaan jalan berdebu. Untuk landasan udara,
fungsi Aspal sama dengan bangunan jalan hanya bebannya lebih berat namun frekuensi lalu
lintasnya lebih sedikit. Untuk bangunan air, Aspal berfungsi mencegah hilangnya air yang
meresap ke dalam tanah, serta mencegah erosi.
Untuk bangunan rumah dan industri, fungsi Aspal adalah sebagai berikut:
Anti korosif (melindungi terhadap pengaruh air hujan, panas matahari, dan anti karat).
Bahan perekat.
Penyekat suara dan getaran bila dipakai untuk lantai.
Tahan terhadap kelembaban udara.
Sebagai bahan cat/pelapis/coating, biasanya Aspal dicampur dengan bahan pelarut
(melindungi besi dari air dan karat).
Pelindung karat pada pipa bawah tanah.
Industri listrik (pelindung kabel, Accumulator boxes, dll).
Fungsi Aspal yang terpenting dalam suatu konstruksi adalah sebagai bahan perekat dan
bahan pengisi. Untuk dapat memberikan daya rekat yang baik, maka Aspal harus dapat:
Membasahkan batu/campuran.
Memiliki daya dhesi yang besar (Aspal akan melekat lebih baik dengan kapur andesit
dibandingkan dengan batu-batu silika yang bersifat asam).
Memiliki daya kohesi yang besar (tergantung pada kekerasan aspal).
Teknik Fisika ITB 20
Sebagai bahan pengisi, Aspal harus dapat menyesuaikan dengan isi/ruangan yang tersedia.
(Aspal harus bersifat plastis dan sifat cairan yang tertentu).
2.7.3 Sifat-sifat Utama Aspal
Agar dapat memenuhi fungsi tersebut di atas dengan baik, maka sifat-sifat utama yang perlu
diperhatikan adalah Penetrasi, Titik Lembek, dan Daktilitas.
Penetrasi:
Penetrasi adalah ukuran bilangan atau angka yang menunjukkan keras-lunaknya suatu bahan
plastis (bahan dalam bentuk semi solid, seperti aspal dan gemuk pelumas). Angka penetrasi
rendah akan menunjukkan sifat yang mudah mengalir dan sifat kohesi yang baik. Oleh
karena itu pada pemakaian sebagai bahan perekat dibutuhkan penetrasi yang lebih tinggi
daripada pemakaian Aspal sebagai bahan pengisi atau dengan kata lain, untuk mendapatkan
suatu konstruksi pengaspalan yang baik, maka jika di dalam konstruksi tersebut Aspal
banyak berfungsi sebagai bahan perekat haruslah digunakan Aspal dengan penetrasi tinggi.
Sebaliknya jika Aspalnya banyak berfungsi sebagai bahan pengisi, dibutuhkan Aspal dengan
penetrasi yang rendah.
Titik Lembek:
Karena susunan Aspal terdiri dari bermacam-macam campuran / persenyawaan, maka Aspal
tidak mempunyai satu titik leleh tertentu. Untuk produk yang demikian hanyalah dapat
ditentukan titik lembeknya. Penentuan titik lembek Aspal diperlukan untuk menetapkan
kegunaan Aspal pada iklim tertentu, bersama dengan angka penetrasi, dapat dipakai untuk
menetapkan hubungan Aspal terhadap perubahan suhu.
Daktilitas:
Daktilitas Aspal ditentukan untuk mengetahui apakah Aspal tersebut homogen, dan tidak
mengandung butiran. Daktilitas berhubungan dengan sifat kohesi Aspal. Makin tinggi
daktilitasnya, maka makin baik sifat kohesinya. Bila Aspal terutama berfungsi sebagai bahan
pengisi maka daktilitasnya harus tinggi.
2.7.4 Spesifikasi Aspal Pertamina
2.7.4.1 Spesifikasi Aspal Pertamina Penetrasi 80/100
Teknik Fisika ITB 21
Item Unit Test Method Spec
Penetration at 25oC, 100g, 5 sec mm ASTM D 5 80-100
Ductility at 25oC, 5cm/min cm ASTM D 113 100 Min
Softening Point (Ring & Ball) oC ASTM D 36 46-54
Solubility in CCL4 % weight ASTM D 2042 99 Min
Flash Point (Cleveland Open Cup) oC ASTM D 92 225 Min
Loss on Heating at 163oC, 5cm/min % ASTM D 6 0,4 Max
Drop in Penetration after heating % ASTM D 6 & D 5 75
Density at 25oC ASTM D 70 1 Min
Tabel 1. Spesifikasi Aspal Pertamina Penetrasi 80/100
*nb: BPG sudah tidak menerima aspal penetrasi 80/100
2.7.4.2 Spesifikasi Aspal Pertamina Penetrasi 60/70
Item Unit Test Method Spec
Penetration at 25oC, 100g, 5 sec mm ASTM D 5 60-79
Ductility at 25oC, 5cm/min cm ASTM D 113 100 Min
Softening Point (Ring & Ball) oC ASTM D 36 48-58
Solubility in CCL4 % weight ASTM D 2042 99 Min
Flash Point (Cleveland Open Cup) oC ASTM D 92 200 Min
Loss on Heating at 163oC, 5cm/min % ASTM D 6 0,4 Max
Drop in Penetration after heating % ASTM D 6 & D 5 75
Density at 25oC ASTM D 70 1 Min
Tabel 2. Spesifikasi Aspal Pertamina Penetrasi 60/70
2.7.4.3 Spesifikasi Aspal Pertamina Super
Item Unit Test Method Spec
Penetration at 25oC, 100g, 5 sec mm ASTM D 5 40-50
Ductility at 25oC, 5cm/min cm ASTM D 113 120 Min
Teknik Fisika ITB 22
Softening Point (Ring & Ball) oC ASTM D 36 53-55
Tabel 3. Spesifikasi Aspal Pertamina Super
3.1.5 Spesifikasi Aspal Yang Dipersyaratkan Ditjen Bina Marga
3.1.5.1 Spesifikasi Aspal Pen 60
Jenis Pengujian Unit Test Method Spec
Penetrasi, 25oC, 5 detik mm SNI 06-2456-1991 60-79
Titik Lembek oC SNI 06-2434-1991 48-58
Titik Nyala oC SNI 06-2433-1991 Min. 200
Daktilitas, 25oC cm SNI 06-2432-1991 Min. 100
Berat Jenis SNI 06-2441-1991 Min. 1,0
Kelarutan dalam Trichloro Ethylene % berat SNI 06-2438-1991 Min. 99
Penurunan Berat (dengan TFOT) % berat SNI 06-2440-1991 Maks. 0,8
Penetrasi setelah penurunan berat % SNI 06-2456-1991 Min. 54
Daktilitas setelah TFOT % SNI 06-2432-1991 Min. 50
Uji bintik (spot tes)
- Standar Naphta
- Naphta Xylene
- Heptane Xylene
AASHTO T. 102 Negatif
Tabel 4. Spesifikasi Aspal Pen 60 yang Dipersyaratkan Ditjen Bina Marga
2.7.5.2 Spesifikasi Aspal Polymer
Jenis Pengujian Unit Test Method Spec
Penetrasi, 25oC, 5 detik mm SNI 06-2456-1991 50-80
Titik Lembek oC SNI 06-2434-1991 Min. 54
Titik Nyala oC SNI 06-2433-1991 Min. 225
Daktilitas, 25oC cm SNI 06-2432-1991 Min. 50
Berat Jenis SNI 06-2441-1991 Min. 1,0
Kekentalan pada 135 cSt SNI 06-6721-1991 300-2000
Teknik Fisika ITB 23
Stabilitas Penyimpanan pada 163oC
selama 48 jam
- Perbedaan Titik Lembek
oC SNI 06-2434-1991 Maks. 2
Kelarutan dalam Trichloro Ethylene % berat SNI 06-2438-1991 Min. 99
Penurunan Berat (dengan TFOT) % berat SNI 06-2440-1991 Maks. 1,0
Perbedaan Penetrasi setelah TFOT % SNI 06-2456-1991 Maks. 40
Perbedaan Titik Lembek setelah
TFOT
% SNI 06-2434-1991 Maks. 6,5
Elastic Recovery pada 25oC % Min. 30
Tabel 5. Spesifikasi Aspal Polymer yang Dipersyaratkan Ditjen Bina Marga
2.7.5.3 Spesifikasi Aspal Dimodifikasi Dengan Aspal Alam
Jenis Pengujian Unit Test Method Spec
Penetrasi, 25oC, 100gr, 5 detik mm SNI 06-2456-1991 40-55
Titik Lembek oC SNI 06-2434-1991 Min. 55
Titik Nyala oC SNI 06-2433-1991 Min. 225
Daktilitas, 25oC cm SNI 06-2432-1991 Min. 50
Berat Jenis SNI 06-2441-1991 Min. 1,0
Kelarutan dalam Trichloro Ethylene % berat SNI 06-2438-1991 Min. 90
Penurunan Berat (dengan TFOT) % berat SNI 06-2440-1991 Maks. 2,0
Penetrasi setelah kehilangan berat % SNI 06-2456-1991 Min. 55
Daktilitas setelah TFOT % SNI 06-2432-1991 Min. 50
Mineral Lolos Saringan No. 100 % SNI 03-1968-1990 Min. 90
Tabel 6. Spesifikasi Aspal Dimodifikasi Dengan Aspal Alam yang Dipersyaratkan Ditjen Bina
Marga
2.7.5.4 Spesifikasi Aspal Multigrade
Jenis Pengujian Unit Test Method Spec
Teknik Fisika ITB 24
Penetrasi, 25oC, 100gr, 5 detik mm SNI 06-2456-1991 50-70
Titik Lembek oC SNI 06-2434-1991 Min. 55
Titik Nyala oC SNI 06-2433-1991 Min. 225
Daktilitas, 25oC cm SNI 06-2432-1991 Min. 100
Berat Jenis SNI 06-2441-1991 Min. 1,0
Kelarutan dalam Trichloro Ethylene % berat SNI 06-2438-1991 Min. 99
Penurunan Berat (dengan TFOT) % berat SNI 06-2440-1991 Maks. 0,8
Penetrasi setelah penurunan berat % SNI 06-2456-1991 Min. 60
Daktilitas setelah penurunan berat % SNI 06-2432-1991 Min. 5
Tabel 7. Spesifikasi Aspal Multigrade yang Dipersyaratkan Ditjen Bina Marga
2.7.6 Produksi dan Distribusi
Aspal Pertamina dipasarkan dalam kemasan drum maupun bulk (curah). Kilang aspal
Cilacap mempunyai fasilitas pengisian drum dan pengisian curah/bulk. Untuk lebih
mendekatkan produk serta meningkatkan pelayanan, maka Pertamina membangun pengisian
Aspal drum dan Aspal curah di Gresik dan Terminal Aspal Curah oleh swasta di hampir
seluruh wilayah Indonesia, kecuali wilayah Indonesia bagian timur (Maluku, Papua, dan
Papua Barat).
Aspal Pertamina diproduksi oleh RU-IV Cilacap sejak tahun 1976 (Proyek Kilang Minyak I)
dan ditingkatkan kapasitasnya pada tahun 1983 (Proyek Kilang Minyak II). Sejalan dengan
proyek peningkatan kapasitas (debottlenecking) pada tahun 1998/1999, maka kapasitas
produksi Aspal ditingkatkan dari 512000 ton/tahun menjadi 720000 ton/tahun. Namun
demikian produksi aspal pada tahun 2010 hanya mencapai 180000 ton/tahun karena
kerusakan kilang RU IV Cilacap pada Januari 2010. Saat ini supply aspal diperoleh sebagian
besar dari impor, sementara supply aspal dari RU IV Cilacap adalah sekitar 10-20 %.
Teknik Fisika ITB 25
BAB III
FABRIKASI DRUM
3.1 Umum
Proses fabrikasi drum dilakukan di Drum Plant Asphalt. Raw material (bahan dasar)
pembuatan drum diperoleh dari PT. Krakatau Steel Cilegon. Raw material tersebut terbagi
menjadi 3 macam, yaitu body sheet, head and bottom sheet, dan lid sheet. Body sheet
merupakan raw material pembuatan body drum, head and bottom sheet merupakan raw
material pembuatan top cover dan bottom cover; dan lid sheet merupakan raw material
pembuatan tutup drum.
Ukuran masing-masing raw material dapat dilihat seperti pada tabel 8 sebagai berikut:
Raw Material: Ukuran:
Body Sheet 1580 mm x 882 mm x 0.63 mm
Head and Bottom Sheet 1900 mm x 900 mm x 0.63 mm
Lid Sheet 1125 mm x 565 mm x 0.63 mm
Tabel 8. Ukuran Dimensi Raw Material Ready Drum BPG
3.2 Proses Penerimaan dan Pengeluaran Material
Raw material – raw material ini diterima di Gudang sebelum diserahkan kepada bagian
Fabrikasi Drum sesuai kebutuhan. Adapun prosedur penerimaan material ke Gudang dan
Teknik Fisika ITB 26
proses pengeluaran material dari Gudang dilakukan berdasarkan TKO B- 010/F10214/2012-
S0 Penerimaan dan Pengeluaran Material, yaitu sebagai berikut:
A. PENERIMAAN MATERIAL
1. Petugas Sekuriti menerima kedatangan pemasok material, memeriksa
dokumen pengantarnya, dan melaporkan kedatangan tersebut kepada
Administrasi, Penjualan dan Keuangan.
2. Administrasi, Penjualan, dan Keuangan memeriksa jenis dan jumlah material,
kelengkapan, dan kebenaran dokumen pendukungnya, serta membuat
dokumen penerimaan untuk ditandatangani oleh Pengawas Administrasi,
Penjualan, dan Keuangan.
3. Teknik memeriksa kesesuaian spesifikasi material. Bila hasil pemeriksaan:
a. Sesuai, maka dilanjutkan ke langkah 7.
b. Tidak sesuai, maka dilanjutkan ke langkah 4-6.
4. Teknik melaporkannya kepada OH BPG.
5. OH BPG memberikan disposisi tindak lanjut kepada Administrasi, Penjualan,
dan Keuangan.
6. Administrasi, Penjualan, dan Keuangan melaksanakan disposisi OH BPG.
7. Teknik menandatangani dokumen penerimaan dan meneruskannya kepada
OH BPG.
8. OH BPG menandatangani dokumen penerimaan.
9. Administrasi, Penjualan , dan Keuangan menyimpan material di gudang
dengan baik, dan dengan memperhatikan aspek K3LL, serta memutakhirkan
kartu stok.
B. PENGELUARAN MATERIAL
1. Fungsi Terkait / User mengisi formulir Permintaan Material dan
menyerahkannya ke Administrasi, Penjualan, dan Keuangan.
2. Administrasi, Penjualan, dan Keuangan memeriksa ketersediaan material,
jika hasil pemeriksaan:
a. Tidak tersedia, maka Administrasi, Penjualan, dan Keuangan memberi stempel PH
(Persediaan Habis) pada formulir Permintaan Material.
b. Tersedia, maka Administrasi, Penjualan, dan Keuangan menyerahkan material, dan
melanjutkannya ke langkah 3.
3. Administrasi, Penjualan, dan Keuangan mencatat pengeluaran pada kartu
Teknik Fisika ITB 27
stock dan menerbitkan PNBP untuk material own use, misalnya BBM dan
pelumas.
4. Administrasi, Penjualan dan Keuangan melaporkan stok material kepada OH
BPG secara bulanan.
3.3 Proses Pembuatan Ready Drum
Pada proses pembuatan top cover dan bottom cover digunakan raw material berupa head
and bottom sheet. Raw material ini kemudian diproses dengna menggunakan 150 Tons
Press Machine, sehingga diperoleh top cover dan bottom cover. Untuk top cover kemudian
diproses lebih lanjut dengan melubanginya menggunakan 60 Tons Press Machine, di mana
lubang ini untuk tempat masuk filling aspal.
Pada proses pembuatan lid drum (tutup drum) digunakan lid sheet. Lid sheet ini kemudian
diproses menggunakan 60 Tons Press Machine, sehingga diperoleh lid drum. Lid drum ini
berfungsi sebagai tutup drum.
Pada proses pembuatan body drum digunakan raw material berupa body sheet. Body sheet
ini kemudian diproses menggunakan Rolling Machine untuk membuatnya menjadi
melengkung. Kemudian diproses lebih lanjut menggunakan Seam Welding Machine untuk
menyambungkan kedua ujung sheet sehingga menjadi berbentuk tabung. Kemudian diproses
lebih lanjut menggunakan Flanging Machine untuk membuat lekukan di kedua ujungnya.
Kemudian diproses lebih lanjut menggunakan Corrugating Machine untuk membuat alur-
alur pada dinding drum, sehingga diperoleh body drum.
Top cover dan bottom cover yang sudah jadi kemudian disambungkan ke body drum dengan
menggunakan Double Seaming Machine. Setelah tersambung, drum ini kemudian dites
bocor-tidaknya menggunakan Leakage Tester Machine. Setelah itu, kemudian drum
dimasukkan ke Painting Machine untuk dicat warna hitam polos. Setelah itu, drum
dikeringkan dengan menggunakan Drying Machine. Drum yang sudah kering kemudian
dipasang lid drum, sehingga diperolehlah ready drum. Ready drum ini memiliki diameter
500 mm dengan tinggi 870 mm yang memiliki daya tampung 160 L. Ready drum – ready
drum yang telah diproduksi kemudian ditampung di dalam Drum Plant Asphalt. Ready drum
– ready drum kemudian akan diserahkan ke bagian Penyaluran sesuai kebutuhan untuk
Teknik Fisika ITB 28
keperluan pendistribusian aspal dalam kemasan drum.
Alur proses pembuatan ready drum tersebut dapat dilihat seperti pada gambar 4 sebagai
berikut:
Teknik Fisika ITB 29
Gambar 3. Proses Pembuatan Ready Drum di BPG
Prosedur pembuatan ready drum dilakukan berdasarkan TKO B-006/F10214/2012-S0
Pembuatan Ready Drum, yaitu sebagai berikut:
1. Senior Supervisor Operation menyusun Rencana Kerja Tahunan dan Bulanan
berdasarkan kontrak perjanjian tailor made produksi drum.
2. OH BPG mengkaji dan mengesahkan Rencana Kerja Tahunan dan Bulanan.
3. Fabrikasi Drum melaksanakan produksi berdasarkan Program Produksi Bulanan,
dimulai dengan mengajukan Bon Permintaan Material kepada Gudang/Administrasi,
Penjualan dan Keuangan sesuai TKO B-001/F10214/2012-S0 Penerimaan dan
Penimbunan Aspal.
4. Administrasi, Penjualan dan Keuangan menyerahkan bahan baku dan bahan pembantu
sesuai permintaan.
5. Fabrikasi Drum menerima dan menggunakan bahan baku dan bahan pembantu untuk
produksi drum.
6. Fabrikasi Drum melaksanakan produksi ready drum dan mencatat hasil produksinya
dalam Formulir Laporan Hasil Produksi Ready Drum.
7. Fabrikasi Drum menyerahkan hasil produksi ready drum kepada Penyaluran sesuai
Formulir Bon Permintaan Ready Drum.
8. Fabrikasi Drum melaporkan hasil produksi dan penyerahan ready drum kepada Senior
Supervisor Operation dengan tembusan kepada Administrasi, Penjualan dan Keuangan.
9. Administrasi, Penjualan dan Keuangan merekap dan melaporkan Hasil Produksi Ready
Drum dan Penyerahan Ready Drum kepada OH BPG.
10. OH BPG mengkaji dan mengesahkan laporan-laporan produksi.
Teknik Fisika ITB 30
BAB IV
PENERIMAAN DAN PENIMBUNAN
4.1 Umum
Saat ini PT. Pertamina (Persero) Bitumen Plant Gresik (BPG( memperoleh supply aspal
sebagian besar dari impor, dan sekitar 10-20 % dari RU IV Cilacap. Aspal disupply ke BPG
melalui kapal tanker (jetty) yang dilabuhkan di dermaga BPG. Kapal tanker supplier aspal
memiliki fasilitas heating system dan pump station di dalamnya. BPG menerima aspal dari
supplier dan menimbunnya di storage tank. Proses penerimaan dan penimbunan aspal
dilakukan berdasarkan TKO B-001/F10214/2012-S0 Penerimaan dan Penimbunan Aspal dan
TKI C-001/F10214/2012-S0 Pelaksanaan Penerimaan dan Penimbunan Aspal.
4.2 Fasilitas-Fasilitas Untuk Proses Penerimaan dan Penimbunan Aspal
4.2.1 Dermaga
Dermaga merupakan tempat berlabuhnya kapal tanker (jetty) dari pihak supplier aspal.
Terdapat 1 buah dermaga di BPG. Di dermaga dilengkapi dengan marine loading arm untuk
inlet masuk supply aspal dari kapal tanker (jetty). Di dermaga juga dilengkapi dengan
flexible hose yang berfungsi seperti marine loading arm. Jika marine loading arm sedang
tidak dapat beroperasi, maka digunakan flexible hose.
Instruksi kerja pengoperasian flexible hose dilakukan berdasarkan TKPA Pengoperasian
Flexible Hose, yaitu sebagai berikut:
A. Memasang Flexible Hose:
1. Arahkan satu sisi manifold Flexible Hose ke manifold pipa penerimaan darat,
pasang packing dan sambung manifold Flexible Hose dengan manifold pipa
penerimaan darat dengan menggunakan mur baut dan kunci rapat.
2. Arahkan satu sisi lain manifold Flexible Hose ke manifold tanker dengan
menggunakan crane milik tanker, pasang packing dan sambung manifold
Flexible Hose dengan manifold tanker dengan menggunakan mur baut dan
kunci rapat.
Teknik Fisika ITB 31
B. Melepas Flexible Hose:
1. Lepas mur, baut, dan packing penyambung manifold Flexible Hose dari
manifold tanker.
2. Lepas mur, baut, dan packing penyambung manifold Flexible Hose dengan
pipa darat.
3. Posisikan satu sisi Flexible Hose lebih tinggi agar sisa aspal bisa turun dan
bersih.
4.2.2 Pump Station
Pompa-pompa di pump station BPG ialah seperti ditunjukkan pada gambar 4 sebagai
berikut:
Gambar 4. Pump Station di BPG
Pump Station merupakan tempat lokasi pompa-pompa di BPG. Pompa digunakan untuk
mengalirkan aspal dari storage tank untuk proses pengisian (filling) aspal, baik pengisian
aspal curah (bulk) ke dalam tangki pada mobil tangki maupun pengisian aspal ke dalam
kemasan drum. Saat ini terdapat 5 buah pompa di BPG (31P1A, 31P1B, 31P1C, 32P1A,
32P1B) yang masing-masing dioperasikan secara bergiliran setiap hari. Start-up pompa
dilakukan setiap pagi jam 07.00 WIB.
Teknik Fisika ITB 32
Sebelum dilakukan start-up pompa, dipastikan terlebih dulu bahwa aspal dari storage tank
telah mengalir ke jalur pipa inlet dan outlet pompa. Untuk mengetahui apakah aspal dari
storage tank sudah sampai ke pompa atau belum, digunakan checkpoint sebagai indikator,
yaitu sebuah pipa eksternal yang dibypass ke saluran inlet pompa. Melalui checkpoint ini
akan dapat terlihat apakah aspal sudah sampai inlet pompa atau belum, jika sudah sampai
maka dari checkpoint ini akan keluar aspal, di mana aspal keluarannya ditampung di sebuah
drum penampung. Jika aspal sudah sampai ke inlet pompa, maka valve checkpoint ditutup,
kemudian dilaksanakan start-up pompa.
Instruksi kerja untuk pengoperasian pompa aspal dilaksanakan berdasarkan TKPA D-
002/F10214/2012-S0 Pengoperasian Pompa Aspal, yaitu sebagai berikut:
1. Kondisi normal:
A. Persiapan
1. Buka kerangan outlet dan inlet di tangki timbun.
2. Buka kerangan outlet dan inlet di pompa aspal.
3. Buka kerangan sirkulasi.
4. Periksa dan tambahkan pelumas di Gear Box bila pelumas berada
pada garis minimum.
5. Jalankan kompresor untuk menggerakkan Pressure Control Valve
pada pompa.
B. Pengoperasian
1. Setting Pressure Indicator Control pada kondisi normal.
2. Tekan tombol on pada Pressure Indicator Control.
3. Tekan tombol on pada kotak panel untuk start mengoperasikan pompa
aspal.
4. Perhatikan amperemeter dan tekanan pada pompa aspal.
5. Setting Pressure Indicator Control pada kondisi yang diinginkan.
Teknik Fisika ITB 33
C. Mematikan
1. Tekan tombol off pada kotak panel untuk mematikan pompa produk.
2. Tutup kerangan outlet pada tangki timbun.
3. Tutup kerangan outlet pada pompa produk.
4. Tekan tombol off pada Pressure Indicator Control.
5. Matikan kompresor puma.
6. Flushing pompa produk dan jalur pipa inlet ke tangki timbun dengan
udara tekan.
7. Tutup semua kerangan pipa inlet dan kerangan sirkulasi.
2. Kondisi Darurat:
Bila terjadi trouble, segera matikan aliran listrik, dan pastikan tidak ada pencemaran.
4.2.3 Heating System
Aspal bersifat adhesive dan membeku pada suhu ruang. Agar dapat disalurkan, maka suhu
aspal dijaga di atas 125oC menggunakan electric heater. Heating system dipasang di setiap
storage tank dan jalur pipa yang akan dialiri aspal, baik jalur jetty-storage tank maupun jalur
dari storage tank ke pengisian aspal curah dan pengisian aspal dalam kemasan drum.
Instruksi kerja heating system dilakukan berdasarkan TKPA D-001/F10214/2012-S0
Pengoperasian Heating System, yaitu sebagai berikut:
A. Pengoperasian Heating System:
1. Putar handle main isolator pada posisi on di sub station II.
2. Putar handle main isolator pada posisi on di control room.
3. Putar handle main isolator pada posisi on di zone yang akan dioperasikan.
B. Mematikan Heating System
1. Putar handle main isolator pada posisi off di zone yang telah dioperasikan.
2. Putar handle main isolator pada posisi off di control room.
3. Putar handle main isolator pada posisi off di sub station II.
Teknik Fisika ITB 34
4.2.4 Flushing System
Flushing dilakukan untuk membersihkan jalur pipa dari aspal-aspal sisa proses. Flushing
ialah pengaliran udara tekan bertekanan 7-10 kg/cm2 dengan menggunakan instrument air
compressor.
4.2.4.1 Flushing Jalur Discharge (Jetty-Storage Tank)
Flushing jalur discharge dilakukan 2 kali, yaitu sebelum dan sesudah proses discharge,
masing-masing selama 1 jam. Udara tekan jalur ini diperoleh dari Sub Station.
4.2.4.2 Flushing Jalur Inlet-Outlet Pompa
Jalur flushing salah satu pompa di pump station BPG ialah seperti ditunjukkan pada gambar
5 sebagai berikut:
Gambar 5. Salah Satu Jalur Flushing Untuk Pompa di Pump Station BPG
Flushing jalur inlet-outlet pompa dilakukan 1 kali, yaitu setelah pompa dimatikan. Udara
tekan untuk flushing jalur ini diperoleh dari instrument air compresor yang letaknya berada
di dekat pump station. Flushing ini dilakukan untuk membersihkan pompa agar lebih awet.
Teknik Fisika ITB 35
4.2.5 Storage Tank
Saat ini PT. Pertamina (Persero) Bitumen Plant Gresik memiliki 7 buah storage tank, di
antaranya ialah 5 buah receiving tank (31T1, 31T2, 31T3, 31T4, 31T5) dan 2 buah blending
tank (32T1 dan 32T2). Aspal yang disupply dari kapal tanker (jetty) akan ditimbun di
receiving tank. Blending tank digunakan untuk tempat mencampur aspal penetrasi 60/70
dengan zat aditif tertentu sehingga diperoleh aspal super yang memiliki kwalitas lebih baik
namun juga lebih mahal. Setiap storage tank dilengkapi dengan electric heater.
4.3 Proses Penerimaan dan Penimbunan Aspal
Prosedur penerimaan dan penimbunan aspal dilakukan berdasarkan TKO B-
001/F10214/2012-S0 Penerimaan dan Penimbunan Aspal, yaitu sebagai berikut:
1. PP menerima informasi nominasi kedatangan kapal, memeriksa dan menyiapkan
volume ruang kosong (ulleage) dalam tangki timbun.
2. PP memeriksa dokumen kargo dan jumlah kargo dengan cara sounding di setiap
kompartemen kapal, apabila hasil pemeriksaan:
a. Sesuai, maka PP bersama Chief Officer menandatangani SFBD (Ship Figure
Before Discharge).
b. Tidak sesuai, maka PP membuat Letter of Protest yang ditujukan kepada
Kapten Kapal.
3. PP mengambil sampel aspal di kompartemen kapal tanker, memberi label sampel, dan
menyerahkan ke laboratorium untuk pemeriksaan mutu.
4. Laboratorium melakukan pemeriksaan sampel dan memberitahukan hasil
pemeriksaannya kepada PP, jika hasil pemeriksaan:
a. Sesuai, maka PP melakukan pembongkaran sesuai TKI dan prosedur dalam
TKO ini.
b. Tidak sesuai, maka PP melapor kepada Pengawas Utama Operasi untuk
penanganan lebih lanjut dengan mengacu kepada TKO B-005/F10214/2012-
S0 Pengendalian Ketidaksesuaian Produk Aspal.
5. PP menyiapkan jalur penerimaan dan melaksanakakn penerimaan sesuai dengan TKI
Penerimaan dan Penimbunan Aspal.
6. Selama pembongkaran, PP memastikan tidak ada kebocoran PP dan produk sampai
Teknik Fisika ITB 36
kepada tangki timbun yang sudah ditentukan sampai menerima informasi dari kapal
bahwa pemompaan sudah selesai.
7. Setelah pembongkaran, PP (Petugas darat) memeriksa semua kompartemen untuk
memastikan bahwa semua aspal telah dipompa habis.
8. PP menandatangani Dry Certificate sambil menunggu waktu settling.
9. Setelah settling, PP mengukur dan menghitung jumlah penerimaan sementara
menggunakan density sebelum pembongkaran, apabila terjadi ketidaksesuaian
jumlah maka dibuat Letter of Protest yang ditujukan kepada Kapten Kapal.
10. PP mengirim sampel ke laboratorium dan melakukan perhitungan ulang volume penerimaan
menggunakan density baru dari hasil pemeriksaan laboratorium.
11. PP melakukan entry data ke My SAP dan membuat laporan ke pihak-pihak terkait.
Instruksi kerja pelaksanaan penerimaan dan penimbunan aspal dilakukan berdasarkan TKI
C-001/F10214/2012-S0 Pelaksanaan Penerimaan dan Penimbunan Aspal, yaitu sebagai
berikut:
A. Di lapangan:
I. Sebelum Pembongkaran
1. Yakinkan ada ruang kosong (Ulleage) di tangki timbun.
2. Operasikan heating system jalur pipa discharge untuk penerimaan aspal dari loading
arm sampai tangki timbun yang telah ditentukan.
3. Siapkan jalur pipa discharge dari loading arm sampai tangki timbun dan melaksanakan
flushing pipa dengan udara tekan.
4. Arahkan manipol kapal supaya lurus dengan loading arm sehingga memudahkan
waktu pemasangan dan pelepasan loading arm.
5. Minta Asisten PP untuk memeriksa cargo document dan Chief Officer menandatangani
Discharging Order, Shift Movement, Discharging Report, dan Discharging Plan.
6. Lakukan sounding compartment untuk mengetahui jumlah cargo tanker.
7. Ambil sampel pada tiap compartment tanker untuk dikirim ke Laboratorium.
8. Hitung muatan tanker, Ast. PP dan Chief Officer menandatangani SFBD (Ship Figure
Before Discharge), tetapi bila ada ketidaksesuaian, dilakukan sounding dan perhitungan ulang
sampai terjadi kesesuaian.
9. Bila terjadi ketidaksesuaian, maka buatkan letter of protest yang ditujukan kepada Kapten
Teknik Fisika ITB 37
Kapal.
II. Selama Pembongkaran
1. Periksa jalur pipa, bila terjadi kebocoran, segera perbaiki dan laporkan kepada atasan.
2. Periksa apakah produk sudah mengalir sampai ke tangki timbun yang sudah ditentukan.
3. Jangan meninggalkan tempat selama proses pembongkaran berlangsung.
4. Bila ditemukan / terjadi ketidaksesuaian, laporkan kepada pimpinan.
III. Setelah Pembongkaran
1. Terima pemberitahuan dari kapal tentang selesainya pemompaan.
2. Tutup kerangan di loading arm dan Ast. PP melaksanakan inspeksi ke compartment
untuk melihat bahwa semua cargo telah dipompa habis, selanjutnya Ast. PP menandatangani Dry
Certificate.
3. Lepas loading arm.
4. Setelah settling time, ukur dan hitung data jumlah penerimaan sementara karena pada
perhitungan ini temperatur mengacu pada temperatur tangki untuk density memakai hasil dari
Laboratorium sebelum kapal bongkar, bila terjadi ketidaksesuaian jumlah penerimaan
diadakan pengukuran dan perhitungan ulang, apabila masih terjadi ketidaksesuaian maka
dibuatkan letter of protest yang ditujukan ke pihak Kapal (Kapten Kapal).
5. Ambil sampel untuk diperiksa di Laboratorium, apabila pemeriksaan telah selesai maka
petugas penimbunan menghitung ulang jumlah penerimaannya dengan menggunakan density
yang baru.
6. Lapor kepada Ast. PP untuk dapat memasukkan data-data penerimaan ke dalam program
My SAP.
B. Penyelesaian Administrasi
Sebelum sesi My SAP R/3:
1. Hitung / kalkulasi jumlah aspal yang diterima di tangki timbun dan
membandingkan dengan BL, After Loading, Before Discharge, dan Actual
Receipt.
2. Membuat laporan penerimaan produk ke:
Teknik Fisika ITB 38
- Fungsi Finance M&T Offsite Support Reg. V
- Fungsi Marine Reg. III
4.4 Proses Pengukuran Level Aspal di Tangki Timbun
PT. Pertamina (Persero) Bitumen Plant Gresik memiliki instrumen level indicator dengan
teknologi ATG (Automatic Tank Gauge). Selain itu juga dilakukan pengukuran level secara
manual. Namun level indicator menggunakan ATG ini sudah tidak dapat beroperasi lagi,
sehingga saat ini monitoring pengukuran level bergantung sepenuhnya pada pengukuran
level secara manual. ATG menggunakan pelampung sebagai sensor level, spring motor
sebagai tenaga penggerak (driving force), dan indikator level berupa pita berskala ukur. ATG
merupakan dipping yang otomatis. Oleh karena prinsip kerjanya yang bersifat mekanis dan
langsung kontak dengan fluida proses, maka ATG sangat rentan rusak. Namun di sejumlah
industri di dunia masih ditemui penggunaan ATG untuk pengukuran level oleh karena
harganya yang relatif sangat murah.
Instruksi kerja pengukuran level tangki secara manual dilaksanakan berdasarkan TKI C-
003/F10214/2012-S0 Pengukuran Aspal di Tangki Timbun, yaitu sebagai berikut:
A. Di Lapangan
Gunakan peralatan safety yang telah titentukan.
1. Periksa kelengkapan alat-alat ukur sebelum naik tangki timbun, antara lain
Dip Tape, masker, buku, tank ticket, grease, dan lap majun.
2. Periksa kerangan-kerangan dan pastikan dalam posisi tertutup dengan baik
dan rapat.
3. Pada waktu naik tangga, posisi salah satu tangan harus berpegangan pada
hand rail tangki timbun untuk menghindari listrik statis dan menimbulkan
rasa aman.
4. Tentukan arah angin sebelum membuka lubang ukur / reference point.
5. Oleskan grease pada bandul ukur dip tape.
6. Letakkan pita dip tape pada bibir lubang ukur, turunkan perlahan, dan tarik
dengan mantap, pita harus tetap bersinggungan dengan bibir lubang.
7. Apabila hasil pengukuran sudah benar, catat pada formulir tank ticket.
(Catat tinggi cairan, tinggi ruang kosong, density & temperatur pada tank ticket).
8. Laporkan data-data tersebut kepada pengawas.
Teknik Fisika ITB 39
B. Penyelesaian Administrasi
Sebelum sesi My SAP:
1. Hitung / kalkulasi jumlah minyak yang ada di tangki timbun.
2. Periksa / teliti data angka tank ticket dan menandatangani dokumen-dokumen
terkait.
4.5 Proses Pengukuran Volume Aspal di Tangki Timbun
Pengukuran volume aspal dilakukan dengan menggunakan tabel volume tangki, di mana
untuk setiap tangki memiliki tabel volume tangkinya masing-masing. Untuk memahami
proses pengukuran volume aspal di dalam tangki timbun, di laporan ini ditunjukkan salah
satu tabel volume tangki, yaitu tabel volume tangki untuk tangki 32T1 sebagai berikut:
Tabel Volume Tangki (No.: 2444/13/MET/IX/98)
No. Tangki : 32-T-1
Jenis Atap : Tetap
Diameter : 10653 mm
Volume Bersih : 785153 liter
Pemilik : PERTAMINA UPPDN V PABRIK ASPAL GRESIK
Lokasi : Gresik
Teknik Fisika ITB 40
A
B
C
D
E
Gambar 6. Gambar Tangki Timbun
Elevasi: Tinggi lubang ukur A = 9490 mm
Tinggi tangki B = 9138 mm
Tinggi maks. Vol. bersih C = 8840 mm
Tinggi meja ukur D = + 50 mm
Tinggi dasar tangki E = 0 mm
Ditera Ulang: Tanggal : 13 September 1998
Oleh : 1. Tony Endro Soewastono
2. M. Fauzi
3. Sunaryo
4. Djoko Wijono
Catatan:
1. Tabel volume tangki ini dibuat untuk suhu 125 oC
massa jenis cairan pada 15 oC = 1.010 g/ml
2. Selain suhu 125 oC, penunjukan tabel volume tangki harus dikalikan faktor
{ 1 + a ( t – 125 oC ) }
t = suhu tangki
a = koefisien muai ruang bahan dinding tangki per oC
3. Tabel volume tangki ini berlaku 6 (enam) tahun.
4. Tangki ukur ini agar ditera ulang bulan September 2004.
5. Penyerahan / penerimaan isi tangki diizinkan minimum sampai perubahan tinggi
cairan 2 meter.
[Disahkah Berdasarkan Undang Undang RI Nomor 2 Tahun 1981 Tentang Metrologi Legal
Dengan Membubuhkan Tanda Tera Sah Pada Lemping Volume Normal.]
Surabaya, 15 September 1998
Contoh Pemakaian Tabel Volume Tangki (Nomor: 2444/13/MET/IX/98)
Teknik Fisika ITB 41
Umpama menghitung volume tangki No. 32-T-1 dalam transaksi penyerahan suhu dinding
tangki selama penyerahan rata-rata 126 oC.
Tinggi cairan dari meja ukur menurut alat ukur tinggi
(dip tape) sebelum cairan diserahkan (d1) = 7126 mm
Maka tinggi cairan dari dasar tangki (d1 + meja ukur 50 mm) = 7176 mm
Volume cairan pada suhu 125 oC dibaca pada tabel volume tangki = 636762.2 liter
{636227 liter + 6/10 x (637119 – 636227)} --> Halaman 6 (dari tabel volume tangki)
Tinggi cairan dari meja ukur menurut alat ukur tinggi
(dip tape) setelah cairan diserahkan (d2) = 4512 mm
Maka tinggi cairan dari dasar tangki (d2 + meja ukur 50 mm) = 4562 mm
Volume cairan pada suhu 125 oC dibaca pada tabel volume tangki = 403829 liter
{403651 liter + 2/10 x (404541 – 403651)} --> Halaman 5 (dari tabel volume tangki)
Volume yang diserahkan pada suhu 125 oC:
636762.2 liter – 403829 liter = 232933.2 liter
Faktor koreksi volume tangki akibat perubahan suhu
dari 125 oC menjadi 126 oC adalah:
1 + 0.0000348 (126 – 125) = 1.0000348
Jadi, volume cairan yang diserahkan pada suhu 126 oC:
1.0000348 x 232933.2 = 232941.31 liter
4.6 Proses Pengujian Kwalitas Aspal
Terdapat beberapa pengujian standar yang digunakan untuk merepresentasikan spesifikasi
aspal, di antaranya ialah pemeriksaan specific gravity aspal, penetrasi aspal, ductility aspal,
softening point aspal, flash point aspal, dan loss on heating. Di antara uji-uji tersebut
terdapat 3 pengujian utama yang dapat merepresentasikan spesifikasi aspal, yaitu uji
penetrasi, uji titik lembek (softening point), dan uji daktilitas (ductility).
Teknik Fisika ITB 42
4.6.1 Pengambilan Contoh Aspal Dari Tangki dan Kapal
Untuk memperoleh hasil pemeriksaan dan memastikan mutu aspal dari suatu persediaan
produk serta mengetahui berat jenisnya, diperlukan pengambilan contoh aspal yang terdiri
dari:
Contoh Atas (Upper Sample)
Contoh Tengah (Middle Sample)
Contoh Bawah (Lower Sample)
Contoh Kesatuan (Average Sample)
Untuk penerimaan aspal dari kapal diperlukan pengambilan contoh yang terdiri dari:
Contoh Compartment (Tangki Kapal)
Contoh Composite (diambil dari tiap-tiap compartment)
Untuk memperoleh contoh yang representatif, pengambilan contoh hendaknya:
Harus dilakukan oleh petugas yang telah benar-benar paham mengenai prosedur
sampling.
Dilaksanakan dengan cara yang benar.
Contoh hendaknya betul-betul mewakili seluruh produk yang ada di tangki.
Mempergunakan peralatan-peralatan yang sesuai standar, bersih, dan khusus untuk tiap-
tiap contoh.
Hasil pengambilan contoh harus dikemas dengan baik, rapat, dan aman.
Jika contoh yang akan diambil mempunyai temperatur yang tinggi, pakailah sarung
tangan serta sarana yang aman.
Peralatan pengambilan contoh:
Sampling Can dari tembaga.
Ember / gelas dari besi untuk tadahan.
Rantai.
Kaleng contoh tutup lebar, kapasitas isi 1 liter.
Kaleng contoh tutup lebar, kapasitas isi 5 liter.
Sarung tangan kulit.
Lampu senter.
Teknik Fisika ITB 43
Lap / majun bersih.
Kotak dari besi untuk membawa / mengangkut peralatan sampling.
Prosedur pengambilan contoh:
1. Klasifikasi contoh aspal dari tangki
a. Upper Sample
Masukkan sampling can tertutup ke dalam tangki. Setelah sampling can berada pada
posisi titik tengah dari 1/3 bagian atas tangki yang terisi aspal, buka tutup
sampling can agar terisi sampai penuh, kemudian tarik ke atas.
b. Middle Sample
Masukkan sampling can tertutup ke dalam tangki. Setelah sampling can berada pada
posisi titik tengah tangki yang terisi aspal, buka tutup sampling can agar terisi
sampai penuh, kemudian tarik ke atas.
c. Lower Sample
Masukkan sampling can tertutup ke dalam tangki. Setelah sampling can berada pada
posisi titik tengah dari 1/3 bagian bawah tangki yang terisi aspal, buka tutup
sampling can agar terisi sampai penuh, kemudian tarik ke atas.
d. Average Sample
Ambil dari masing-masing sample (upper sample, middle sample, dan lower sample)
sebanyak 20% volume, kumpulkan menjadi satu dan aduk agar merata sebagai
average sample.
2. Pengambilan contoh aspal di kapal
Seperti diketahui bahwa kapal tanker terdiri dari beberapa compartment / tangki kapal dan
tiap-tiap compartment diambil sample aspal dengan cara sebagai berikut:
Masukkan sampling can tertutup ke dalam compartment. Setelah sampling can berada pada
posisi titik tengah dari isi aspal yang ada dalam compartment tersebut (middle), buka
tutup sampling can supaya sampling can terisi aspal sampai penuh (isi sampling can
sekitar 1 liter), kemudian tarik sampling can ke atas.
Dari sample aspal untuk tiap compartment, masing-masing diambil 20% volume sample,
kemudian dikumpulkan menjadi satu contoh yang disebut 'composite sample'. Sementara
Teknik Fisika ITB 44
sisanya, yaitu 80% volume disebut 'compartment sample'.
4.6.2 Pemeriksaan Penetrasi Aspal
Penetrasi adalah ukuran bilangan atau angka yang menunjukkan keras-lunaknya suatu bahan
plastis (bahan dalam bentuk semi solid, seperti aspal dan gemuk pelumas). Angka penetrasi
rendah akan menunjukkan sifat yang mudah mengalir dan sifat kohesi yang baik. Oleh
karena itu pada pemakaian aspal sebagai bahan perekat dibutuhkan pentrasi yang lebih tingi
daripada pemakaian aspal sebagai bahan pengisi, atau dengan kata lain untuk mendapatkan
suatu konstruksi pengaspalan yang baik maka jika di dalam konstruksi tersebut aspal banyak
berfungsi sebagai bahan perekat haruslah digunakan aspal dengan penetrasi tinggi.
Sebaliknya jika aspalnya banyak berfungsi sebagai bahan pengisi, dibutuhkan aspal dengan
penetrasi yang rendah.
Langkah-langkah uji penetrasi ialah seperti ditunjukkan oleh gambar 7 sebagai berikut:
Gambar 7. Langkah-Langkah Percobaan Untuk Uji Penetrasi Aspal
4.6.3 Pemeriksaan Softening Point Aspal
Karena susunan aspal terdiri dari bermacam-macam campuran / persenyawaan, maka aspal
tidak mempunyai satu titik leleh tertentu. Untuk produk yang demikian hanyalah dapat
ditentukan titik lembeknya. Penentuan titik lembek aspal diperlukan untuk menetapkan
kegunaan aspal pada iklim tertentu, bersama dengan angka penetrasi, dapat dipakai untuk
menetapkan hubungan aspal terhadap perubahan suhu.
Langkah-langkah uji titik lembek (softening point) ialah seperti ditunjukkan oleh gambar 8
sebagai berikut:
Teknik Fisika ITB 45
biarkan½ jam suhu ruang
Gambar 8. Langkah-Langkah Percobaan Untuk Uji Titik Lembek (Softening Point) Aspal
4.6.4 Pemeriksaan Ductility Aspal
Daktilitas aspal ditentukan untuk mengetahui apakah aspal tersebut homogen, dan tidak
mengandung butiran. Daktilitas berhubungan dengan sifat kohesi aspal. Makin tinggi
daktilitasnya, maka makin baik sifat kohesinya. Bila aspal terutama berfungsi sebagai bahan
pengisi, maka daktilitasnya harus tinggi.
Langkah-langkah uji daktilitas (ductility) ialah seperti ditunjukkan oleh gambar 9 sebagai
berikut:
Gambar 9. Langkah-Langkah Percobaan Untuk Uji Daktilitas (Ductility) Aspal
BAB V
PENYALURAN
5.1 Umum
Bagian Penyaluran bertugas menyalurkan aspal kepada konsumen baik aspal dalam bentuk
curah (bulk) maupun aspal dalam kemasan drum.
5.2 Proses Pengisian Aspal Curah
Prosedur pengisian aspal curah dilakukan berdasarkan TKO B-002/F10214/2012-S0
Teknik Fisika ITB 46
biarkan½ jam suhu ruang
biarkan½ jam suhu 0oC
biarkan½ jam suhu ruang
Pengisian Aspal Curah, yaitu sebagai berikut:
1. PP membuat laporan stok harian aspal curah dan ketahanan stok setiap hari secara
manual maupun dengan My SAP.
2. Penyaluran menerima SO (Sales Order) dari Penjualan UPms V lalu mengecek SO
tersebut dapat diproses atau tidak dan memeriksa ketersediaan stok.
3. Sebelum pengisian, Sekuriti membuat Surat Ijin Masuk dan mencatatnya dalam Buku Log
Harian Sekuriti untuk setiap mobil tangki kosong yang datang.
4. Gate Keeper memeriksa kembali mobil tangki dan surat ijin masuknya serta
melaksanakan penimbangan untuk mengetahui berat kosong mobil tangki.
5. Penyaluran mencatat berat kosong mobil tangki dalam Surat Jalan.
6. Penyaluran melaksanakan pengisian mobil tangki sesuai dengan Sales Order.
7. Sesudah pengisian, Penyaluran melaksanakan penimbangan mobil tangki dan
menghitung jumlah netto aspal yang diserahkan.
8. Penyaluran mengisi dan menandatangani Surat Jalan.
9. Gate Keeper memeriksa mobil tangki dan surat jalan serta menyegel Manhole.
10. Penyaluran membuat surat pengantar pengiriman via My SAP.
11. Sekuriti memeriksa kelengkapan dokumen mobil tangki yang keluar.
12. Penyaluran membuat laporan harian pengisian aspal curah kepada Senior Supervisor
Operation.
Lokasi weighing facility berada di gate keeper seperti ditunjukkan pada gambar 10 sebagai
berikut:
Teknik Fisika ITB 47
Gambar 10. Gate Keeper BPG
5.3 Proses Pengisian Aspal Dalam Kemasan Drum
Prosedur pengisian aspal dalam kemasan drum dilakukan berdasarkan TKO B-
003/F10214/2012-S0 Pengisian Aspal Drum, yaitu sebagai berikut:
1. PP membuat laporan stok harian aspal curah dan ketahanan stok setiap hari secara
manual maupun dengan My SAP.
2. Pengawas Utama Operasi menyusun Program Produksi BPG berdasarkan program
yang sudah disetujui oleh Kantor Pusat.
3. Penyaluran menerima dan melaksanakan Program Produksi BPG, dimulai dengan
menyerahkan Formulir Bon Permintaan Ready Drum kepada Fabrikasi Drum.
4. Fabrikasi Drum menyerahkan drum sesuai permintaan.
5. Penyaluran menerima dan mengisi drum, mencantumkan nomor batch, menentukan
lokasi penyimpanan di stock yard, mencatat dan melaporkkan hasil produksi harian
kepada Pengawas Utama Operasi.
6. PP dan Penyaluran menyusun laporan harian, 10 harian (FD 235) dan laporan
bulanan.
BAB VI
SARAN OPTIMASI UNTUK BPG
6.1 Optimasi Pengukuran Level Tangki Timbun (Storage Tank)
6.1.1 Prinsip Kerja Radar Tank Gauge (RTG)
Terdapat 2 tipe pengukuran menggunakan radar, yaitu sistem invasive / contact dan sistem
non-invasive / non-contact. Metode pengukuran radar secara invasive / contact disebut juga
dengan metoda GWR (Guided Wave Radar), di mana digunakan sebuah pemandu
gelombang berupa batang (rod) dengan spesifikasi design tertentu (bermacam-macam
Teknik Fisika ITB 48
jenisnya) untuk memandu gelombang radar hingga sampai ke permukaan level fluida proses.
Namun metode ini tidak dipilih karena fluida proses aspal bersifat sangat panas dan
adhesive, sehingga tidak dibahas lebih lanjut pada laporan ini. Sistem pengukuran dengan
radar secara non-invasive / non-contact menggunakan sebuah perangkat antenna untuk
memancarkan dan menerima gelombang pantul secara kontinu secara non-invasive / non-
contact. Sistem ini lebih disarankan karena tidak kontak langsung dengna fluida proses dan
telah teruji di beberapa industri yang menggunakan teknologi radar untuk sistem
instrumentasi pengukuran level. Salah satu instrumen RTG (non-invasive / non-contact)
yang digunakan untuk pengukuran level aspal dapat dilihat seperti pada gambar 11 sebagai
berikut:
Gambar 11. Radar Tank Gauge Untuk Pengukuran Level Aspal
RTG menggunakan gelombang radar sebagai media untuk pengukuran level dengan cara
mentransmisikannya ke fluida proses kemudian menerima gelombang pantulannya.
Fenomena ini dapat diilustrasikan seperti pada gambar 12 sebagai berikut.
Gambar 12. Ilustrasi Proses Transmisi dan Refleksi Gelombang Radar
Teknik Fisika ITB 49
Terdapat 2 buah teknik modulasi untuk pengukuran level menggunakan teknologi radar,
yaitu sistem pulsed radar dan sistem FMCW (Frequency Modulated Continuous Wave).
Metode pengukuran dengan sistem pulsed radar mirip seperti prinsip pengukuran level
menggunakan teknologi gelombang ultrasonik, yaitu dengan menghitung waktu tempuh
gelombang. Dari waktu tempuh tersebut dapat dikalkulasi jarak tempuh, yang kemudian
dapat dikalkulasi lebih lanjut hingga menjadi representasi level aktual fluida proses di dalam
tangki. Sistem FMCW merupakan teknologi modulasi yang mengukur selisih frekuensi
gelombang transmisi dan gelombang pantul, di mana selisih frekuensi ini sebanding dengan
jarak tempuh, sehingga dapat diperoleh pengukuran level aktual fluida proses di dalam
tangki. Sistem FMCW memberikan hasil yang lebih akurat.
Sistem FMCW dapat diilustrasikan seperti pada gambar 13 sebagai berikut.
Gambar 13. Ilustrasi Sistem Modulasi FMCW
Pengembangan lebih lanjut dari teknologi pengukuran tangki menggunakan gelombang
radar ialah dengan mengintegrasikannya dengan sensor temperatur dan sensor tekanan,
sehingga dapat dilakukan pula pengukuran besaran-besaran proses lain, misalnya densitas.
Pengintegrasian tank gauge dengan sensor temperatur dan sensor tekanan dapat
diilustrasikan seperti pada gambar 14 sebagai berikut.
Teknik Fisika ITB 50
Gambar 14. Ilustrasi Pengintegrasian RTG dengan Sensor Temperatur dan Sensor Tekanan
6.1.2 Instalasi Radar Tank Gauge pada Storage Tank BPG
Instrumen ATG yang sudah tidak beroperasi masih terpasang di tiap storage tank BPG.
Lubang dari instalasi instrumen ini dapat digunakan untuk pemasangan instrumen RTG.
Salah satu sistem instalasi RTG untuk tangki timbun BPG dapat dilakukan seperti pada
gambar 15 sebagai berikut.
Teknik Fisika ITB 51
Gambar 15. Instalasi RTG
Instalasi lebih detail tidak dibahas di laporan ini, melainkan hanya ide secara garis besarnya
saja. Untuk optimasi lebih lanjut dapat pula digunakan pengintegrasian RTG dengan sensor
temperatur dan sensor tekanan untuk pengukuran besaran-besaran lain. Namun perlu pula
untuk dipertimbangkan seberapa perlu dilakukan pengukuran-pengukuran besaran-besaran
lain, serta berapa biaya instalasi dan bagaimana potensi jangka panjangnya, dll. Di mana hal
tersebut diserahkan sepenuhnya pada pihak management internal BPG.
6.2 Optimasi Pengintegrasian Sistem Weighing dengan Sistem Pengisian Aspal Curah
Untuk pengisian aspal curah, digunakan weighing facility sebagai media untuk mengukur
jumlah aspal yang didistribusikan dalam bentuk curah (bulk) dalam besaran massa.
Weighing facility terletak di Gate Keeper. Mobil tangki kosong yang baru datang akan
diukur terlebih dahulu berat kosongnya di Gate Keeper, baru kemudian dilanjutkan ke
proses filling di bagian Filling Aspal Curah. Namun lokasi Filling Aspal Curah dan Gate Keeper
relatif cukup jauh. Jika terjadi kelebihan pengisian aspal, maka di Gate Keeper dapat di
tapping sebagian aspal di dalam mobil tangki yang kemudian ditampung di sebuah drum
penampung untuk mengurangi jumlah aspal di dalam mobil tangki. Namun jika terjadi
kekurangan pengisian aspal, maka mobil tangki kembali lagi ke bagian Filling Aspal Curah
untuk diisi aspal lagi.
Efisiensi dapat dilakukan dengan mengintegrasikan sistem weighing dengan sistem
pengisian aspal curah, yaitu proses weighing dan proses pengisian aspal curah dilakukan di
satu lokasi yang sama. Salah satu instalasi yang relatif lebih simple ialah dengan
memindahkan weighing facility ke Filling Aspal Curah, sehingga diperoleh kepastian
pengukuran penampungan aspal ke dalam mobil tangki. Solusi ini cukup menekan biaya
karena tidak perlu biaya tambahan untuk pengadaan barang.
Untuk peningkatan efisiensi waktu pendistribusian aspal curah, dapat pula digunakan driver
operated weighbridge system (unmanned weighbridge system). Dengan sistem ini,
Teknik Fisika ITB 52
pengemudi mobil tangki dapat melayani sendiri untuk kegiatan penimbangan (weighing)
dengan menggunakan suatu perangkat interface yang user-friendly, dan sistem pengaksesan
menggunakan swipe card, key, atau bar code. Ilustrasi penggunaan sistem driver operated
dapat diilustrasikan seperti pada gambar 16 sebagai berikut.
Gambar 16. Driver Operated Weighbridge System (Unmanned Weighbridge System)
Selain itu terdapat pula solusi peningkatan efisiensi waktu pengisian aspal curah, yaitu
dengan bagaimana caranya mobil tangki dapat langsung diisi aspal curah di lokasi Gate
Keeper. Hal ini dapat dimungkinkan dengan mendesign saluran pipa dari lokasi tangki-
tangki timbun ke Gate Keeper, yang dilengkapi pula dengan heating system. Namun
di laporan ini tidak dibahas lebih jauh hingga instalasi jalur pipa dan heating system dari lokasi
tangki-tangki timbun ke Gate Keeper, melainkan hanya dipaparkan ide optimasi secara garis
besar. Untuk proses lebih lanjut diserahkan sepenuhnya kepada pihak management internal
BPG. Optimasi di bidang ini dapat menjadi cukup vital mengingat potensi peningkatan
permintaan aspal untuk tahun-tahun ke depan.
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Pengukuran level menggunakan ATG tidak cocok untuk fluida proses berupa aspal.
Optimasi pengukuran level menggunakan RTG dapat menjadi solusi peningkatan
efisiensi sistem pengukuran level tangki di BPG.
Pengintegrasian sistem weighing dan filling untuk pengisian aspal curah dapat
meningkatkan efisiensi waktu pendistribusian aspal curah.
Teknik Fisika ITB 53
7.2 Saran
Jika akan dilakukan optimasi peningkatan efisiensi waktu dengan membuat jalur pipa
dari lokasi tangki-tangki timbun ke Gate Keeper, maka instalasi design pipa beserta
dengan heating systemnya perlu dilakukan dengan hati-hati dengan mempertimbangkan
keselamatan kerja. Selain itu juga perlu dipertimbangkan apakah pompa saat ini cukup
kuat untuk menopang sistem filling yang baru, di mana lintasannya lebih panjang,
sehingga beban pompa menjadi meningkat.
Sebaiknya dilakukan studi banding dengan sistem filling dari Production Unit Gresik
(PUG) Lubricants yang sudah mengintegrasikan dengan sistem weighin, apalagi
mengingat lokasi PUG yang berada di satu daerah yang sama dengan BPG dan saling
bersebelahan.
DAFTAR PUSTAKA
Teknik Fisika ITB 54