KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan ridho-Nya, akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas laporan yang
berjudul “Laporan Fisiologi Oklusi Gigi Geligi” ini tepat pada waktunya. Adapun
tujuan penyusunan laporan ini adalah sebagai laporan hasil praktikum fisiologi
Blok Sistem Stomatognati 1.
Dalam tugas yang telah diberikan, kami menyadari bahwa laporan ini masih
banyak kekurangan dan kesalahan dari apa yang diharapkan. Untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun bagi
perbaikan laporan ini. Akhir kata kami mengucapkan terima kasih.
Jember, 14 Maret 2015
Penulis
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ……….……….……….……….……….……… 1
Daftar Isi ……….……….……….……….……….……… 2
Bab I Dasar Teori ……….……….……….……….……….……… 3
Bab II Hasil Percobaan ……….……….……….……….………. 9
Bab III Pembahasan ……….……….……….……….……….……… 15
Bab IV Kesimpulan ……….……….……….……….……….……… 22
Daftar Pustaka ……….……….……….……….……….……… 23
2
BAB I
DASAR TEORI
1.1 Definisi Oklusi
Oklusi adalah kontak antara gigi-gigi yang berantagonis dan
mengacu pada peristiwa (momen) dan tempat terjadinya kontak bukan pada gigi-
giginya sendiri. Hal ini terlihat jika mandibula dalam keadaan diam dan ini bukan
merupakan fungsi alami. Semua posisi oklusi adalah peristiwa berkontaknya gigi
dari satu rangkaian (seri) gerakan mandibula. Pentingnya oklusi yang baik tidak
dapat dikatakan berlebihan. Oklusi penting baik untuk kesehatan gigi maupuan
kesehatan umum, dan untuk jenyamanan pasien serta kemampuan berbicara,
kemampuan mengunyah, dan menikmati makanan. Memahami oklusi
memerlukan tidak hanya pengetahuan tentang hubungan atas bawah, tetapi juga
sistem mastikasinya.
Sistem mastikasi berfungsi antara lain dalam menyelenggarakan
oklusi dan artikulasi agar gigi-gigi dapat melakukan proses pemotongan,
pengunyahan dan proses menelan oleh karena kerja yang terkoordinasi antara
sistem saraf, otot-otot kunyah rahang atas dan bawah, jaringan lunak rongga
mulut dan bibir serta gigi-gigi.
Oklusi antara gigi-gigi rahang atas dan bawah dapat terjadi oleh
karena aktifitas otot-otot kunyah. Semua otot-otot mastikasi atau kunyah
berfungsi pada semua pergerakan mandibula, baik untuk fase kontraksi maupun
relaksasi. Adapun otot-otot yang berperan di dalam proses mastikasi adalah : M.
Temporalis (elevator), M. Masseter (elevator), M. Disgastric (ant.Belly)
(depressor), M. Pterygoideus Eksternus (depressor), M Pterygoedeus Internus
(elevator), M. Mylohyoideus (depressor), M. Geniohyoid (depressor).
3
Adanya otot-otot mastikasi tersebut yang di dalam kerjanya yang
kompleks akan menyebabkan timbulnya daya tarikan pada rahang atas maupun
bawah, sehingga pada kasus-kasus trauma yang menyebebkan terjadinya fraktur
di daerah sepertiga wajah maupun mandibula, maka dengan segera akan terjadi
tarikan pada fragmen-fragmenyang mengalami fraktur, sehingga maloklusi dapat
terjadi.
Beberapa otot yang dalam kerjanya dapat menimbulkan daya
tarikan pada mandibula dan maksila adalah : M. Maseter, M. Temporalis, M
Pterygoideus eksternus, M. Pterygoideus internus, M. Genioglossus, M.
Geneiohyoid, M. Mylohioid dan M. Digastricus.
Beberapa jenis otot yang dalam kerjanya akan menyebabkan
tarikan-tarikan di beberapa daerah di rahang adalah : M. Stylopharyngeus, M
Constrictor Pharyngis Superior, Ligamentum Stylohyoid, M. Glassopharyngeus,
M. Hyoglossus, M. Genioglossus, M. Longitudinal inferior dan M. Geniohyoid.
Beberapa jenis otot yang dalam bekerjanya akan
menyebabkan tarikan di beberapa daerah rahang : M. Pterygoedeus eksternus, M.
Masseter, M. Pterygoedeus Internus, M. Mylohyoid dan M. Geniohyoid.
4
1.2 Konsep Dasar Oklusi
a. Oklusi seimbang
Oklusi seimbang (balanced occlusion) yang menyatakan suatu oklusi baik
atau normal, bila hubungan antara kontak geligi bawah dan geligi atas
memberikan tekanan yang seimbang pada kedua rahang, baik dalam
kedudukan sentrik maupun eksentrik.
b. Oklusi morfologis
Oklusi morfologik (morphologic occlusion) yang penganutnya menilai
baik-buruknya oklusi melalui hubungan antar geligi bawah dengan lawannya
dirahang atas pada saat geligi tersebut berkontak.
c. Oklusi dinamis
Oklusi dinamik / individual / fungsional (dinamic / individual /functional
occlusion). Oklusi yang baik atau normal harus dilihat dari segi keserasian
antara komponen-komponen yang berperan dalam proses terjadinya kontak
antar geligi tadi. Komponen-komponen ini antara lain ialah geligi dan jaringan
ini antara lain ialah geligi dan jaringan penyangganya, otot-otot mastikasi dan
sistem neuromuskularnya, serta sendi temporo mandibula. Bila semua struktur
tersebut berada dalam keadaan sehat dan mampu menjalankan fungsinya
dengan baik, maka oklusi tersebut dikatakan normal.
1.1 Jenis-jenis Oklusi
a. Oklusi Ideal merupakan konsep teoretis dari struktur oklusal dan
hubungan fungsional yang mencakup prinsip dan karakteristik ideal yang
harus dimiliki suatu keadaan oklusi. Menurut Kamus Kedokteran Gigi, oklusi
ideal adalah keadaan beroklusinya semua gigi, kecuali insisivus central bawah
dan molar tiga atas, beroklusi dengan dua gigi di lengkung antagonisnya dan
didasarkan pada bentuk gigi yang tidak mengalami keausan.
b. Oklusi Normal, menurut Leory Johnson menggambarkan oklusi
normal sebagai suatu kondisi oklusi yang berfungsi secara harmonis dengan
5
proses metabolic untuk mempertahankan struktur penyangga gigi dan rahang
berada dalam keadaan sehat.
Oklusi gigi-geligi secara normal dapat dikelompokkan dalam 2 jenis, yaitu:
1. Oklusi statik merupakan hubungan gigi geligi rahang atas (RA) dan
rahang bawah (RB) dalam keadaan tertutup atau hubungan daerah kunyah gigi-
geligi dalam keadaan tidak berfungsi (statik). Pada oklusi statik, hubungan cusp
fungsional gigi geligi posterior (premolar) berada pada posisi cusp to marginal
ridge dan cusp fungsional gigi molar pada posisi cusp to fossa. Sedang pada
hubungan gigi anterior dapat ditentukan jarak gigit (overjet) dan tinggi gigit
(overbite) dalam satuan milimeter (mm). Jarak gigit (overjet) adalah jarak
horizontal antara incisal edge gigi incisivus RA terhadap bidang labial gigi
insisivus pertama RB. Dan tinggi gigit (overbite) adalah jarak vertikal antara
incisal edge RB sampai incisal edge RA.
2. Oklusi dinamik merupakan hubungan antara gigi geligi RA dan RB pada
saat seseorang melakukan gerakan mandibula ke arah lateral (samping) ataupun
kedepan (antero-posterior). Oklusi dinamik timbul akibat gerakan mandibula ke
lateral, kedepan (anterior) dan kebelakang (posterior). Oklusi yang terjadi karena
pergerakan mandibula ini sering disebut artikulasi. Pada gerakan ke lateral akan
ditemukan sisi kerja (working side) yang ditunjukan dengan adanya kontak antara
cusp bukal RA dan cusp molar RB; dan sisi keseimbangan (balancing side).
Working side dalam oklusi dinamik digunakan sebagai panduan oklusi (oklusal
guidance), bukan pada balancing side.
6
c. Oklusi sentrik adalah posisi kontak maksimal dari gigi geligi pada waktu
mandibula dalam keadaan sentrik, yaitu kedua kondisi berada dalam posisi
bilateral simetris di dalam fossanya. Sentris atau tidaknya posisi mandibula ini
sangat ditentukan oleh panduan yang diberikan oleh kontak antara gigi pada saat
pertama berkontak. Keadaan ini akan mudah berubah bila terdapat gigi supra
posisi ataupun overhanging restoration.
Kontak gigi geligi karena gerakan mandibula dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
1. Intercupal Contact Position (ICP), adalah kontak maksimal antara gigi
geligi dengan antagonisnya
2. Retruded Contact Position (RCP), adalah kontak maksimal antara gigi
geligi pada saat mandibula bergerak lebih ke posterior dari ICP, namun RB
masih mampu bergerak secara terbatas ke lateral.
3. Protrusif Contact Position (PCP) adalah kontak gigi geligi anterior pada
saat RB digerakkan ke anterior
4. Working Side Contact Position (WSCP) adalah kontak gigi geligi pada
saat RB digerakkan ke lateral.
Selain klasifikasi diatas, secara umum pola oklusi akibat gerakan
RB dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Bilateral balanced occlusion, bila gigi geligi posterior pada kerja dan sisi
keseimbangan, keduanya dalam keadaan kontak
2. Unilateral balanced occlusion, bila gigi geligi posterior pada sisi kerja
kontak dan sisi keseimbangan tidak kontak
3. Mutually protected occlusion, dijupai kontak ringan pada gigi geligi
anterior, sedang pada gigi posterior
4. Tidak dapat ditetapkan, bila tidak dikelompokkan dalamklasifikasi
diatas.
7
1.2 Hubungan Mandibula Terhadap Maksila
Relasi sentrik merupakan hubungan mandibula terhadap maksila, yang
menunjukkan posisi mandibula terletak 1-2 mm lebih kebelakang dari oklusi
sentris (mandibula terletak paling posterior dari maksila) atau kondil terletak
paling distal dari fossa glenoid, tetapi masih dimungkinkan adanya gerakan dalam
arah lateral. Pada keadaan kontak ini gigi-geligi dalam keadaan Intercuspal
Contact Position (ICP) atau dapat dikatakan bahwa ICP berada pada posisi RCP.
Jarak Inter-Oklusal (Psycological Rest Position) yaitu jarak antara
oklusal premolar RA dan RB dalam keadaan istirahat, rileks dan posisi tegak
lurus. Pada keadaan ini otot-otot pengunyahan dalam keadaan istirahat, hal ini
menunjukkan otot-otot kelompok elevator dan depressor tonus adan kontraksinya
dalam keadaan seimbang, dam kondil dalam keadaan netral atau tidak tegang.
Posisi ini dianggap konstan untuk setiap individu.
8
BAB II
HASIL PERCOBAAN
1. PEMERIKSAAN OKLUSI SENTRIK
Orang coba / Jenis kelamin : Umil / Perempuan
RELASI
GIGINOMOR GIGI
Rahang
Atas
27 26 25 24 14 15 16 17
Rahang
Bawah
37 36 35 34 44 45 46 47
2. PEMERIKSAAN RELASI SENTRIK
Orang coba / Jenis kelamin : Umil / Perempuan
REAKSI MANDIBULA
TERHADAP MAKSILAOverjet (mm)
OKLUSI SENTRIK 3 mm
RELASI SENTRIK 6 mm
3. PEMERIKSAAN PHSYCOLOGICAL REST POSITION
Orang coba / Jenis kelamin : Umil / Perempuan
RELASI MANDIBULA
TERHADAP MAKSILAFree way space (mm)
9
Phsycological Rest Position 2 mm
4. PEMERIKSAAN OKLUSI STATIK
Orang coba / Jenis kelamin : Umil / Perempuan
RELASI GIGI
ANTERIORJarak (mm)
OVERJET 3 mm
OVERBITE 4 mm
Cusp to marginal
ridge14 15 24 25
44 45 34 35
Cusp to fossa17 27
27 37
5. PEMERIKSAAN OKLUSI DINAMIK
Orang coba / Jenis kelamin : Umil / Perempuan
Tipe Oklusi Dinamik pada pada orang coba
Bilateral Balanced Occlusion
Unilateral Balanced Occlusion
Mutually Protected Occlusion
10
√
Tidak dapat didefinisikan
6. PEMERIKSAAN OKLUSI YANG IDEAL
Orang coba / Jenis kelamin : Umil / Perempuan
NO INDIKATOR Ya Tidak
1 Saat melakukan oklusi sentris,
apakah hubungan kedua rahang
stabil.
√
2 Saat melakukan oklusi sentris,
apakah mengalami hambatan.
√
3 Saat melakukan pergerakan relasi
sentris ke oklusi senstris apakah
mengalami hambatan.
√
4 Saat melakukan pergerakan
mandibula ke anterior, apakah
mengalami hambatan.
√
5 Apakah ada kontak premature pada
saat Intercuspal Contact Position
(ICP)
√
6 Apakah ada kontak premature pada
saat Retruded Contact Position
(RCP)
√
7 Apakah ada kontak premature pada
saat Protrusif Contact Position (PCP)√
11
Jika ada kontak prematur, catat pada tabel berikut:
No Relasi
Gigi
Gigi yang Mengalami Kontak Prematur
1 ICP11 21
41 31
2 RCP14 15 16 17 24 26 27
44 45 46 47 34 36 37
3 PCP11 21
41 31
Kesimpulan : Oklusi Gigi normal / tidak normal
7. PEMERIKSAAN GERAKAN MANDIBULA
Orang coba / Jenis kelamin : Arwinda / Perempuan
NO KEGIATAN HASIL PENGAMATAN
1 Gerakan Mandibula
Membuka-Menutup
Mulut
Pada saat orang coba mandibula bergerak baik
membuka maupun menutup mulut, prosesus
kondilus memiliki posisi tonjolan simetris.
2 Gerakan Mandibula
ke Arah Anterior-
Posterior
Pada saat orang mandibula bergerak ke arah
anterior, prosesus kondilus lebih menonjol
pada bagian sebelah kiri. Prosesus kondilus
bergerak ke depan saat mandibular bergerak ke
anterior sehingga lebih terasa tonjolan
12
prosesus kondilus sebelah kiri dan bergerak ke
belakang menuju posisi semula saat
mandibular bergerak ke posterior.
3 Pemeriksaan
Gerakan Mandibula
ke Arah Lateral
Pada saat orang coba menggerakkan
mandibula ke arah kiri, maka bagian yang
menonjol adalah prosesus kondilus sebalah
kiri. Sedangkan pada saat orang coba
menggerakkan mandibula ke arah kanan,
bagian yang menonjol adalah prosesus
kondilus sebalah kanan.
4 Koordinasi Gerakan
Mandibula
Pada saat orang coba melakukan koordinasi
gerakan mandibula, prosesus kondilus
menonjol simetris.
5 Gerakan
Mandibula:
a. Saat
menunduk
Mandibular lebih maju ke depan dari pada saat
posisi normal dan condyle juga lebih maju ke
depan.
b. Saat
menengadah
Mandibula tertarik sehingga lebih mundur ke
belakang dari pada saat posisi normal dan
condyle juga lebih mundur ke belakang.
c. Saat tidur
terlentang
Mandibula lebih mundur ke belakang tetapi tidak semundur saat menengadah sehingga condyle juga hanya bergeser mundur sedikit ke belakang.
13
d. Saat tidur
miring ke
samping
Mandibula dan condyle sedikit lebih menonjol
ke arah lateral sesuai dengan arah miring dan
posisi tidur.
e. Saat duduk
istirahat
Mandibula berada pada posisi normal dan
condyle dalam keadaan simetris.
14
BAB III
PEMBAHASAN
3. 1 Pemeriksaan Oklusi Sentrik
Pada percobaan ini orang coba dalam posisi duduk dengan bidang oklusal
sejajar dengan lantai. Selanjutnya instruksikan untuk membuka kemudian
menutup mulut sampai gigi geligi kedua rahang bersentuhan. Selanjutnya
meletakkan articulating paper pada permukaan oklusal gigi posterior,
instryksikan orang coba menutup mulut sampai gigi geligi kedua rahang
menyentuh, lakukan 3-5 kali.
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan pada orang coba yang
berjenis kelamin perempuan didapatkan data oklusi sentrik menyebabkan
terjadinya hubungan oklusi yang seimbang pada regio kiri, yaitu gigi 27 kontak
dengan gigi 37, gigi 26 kontak dengan gigi 36 dan 37, gigi 25 kontak dengan 35,
dan gigi 24 kontak dengan 34. Hubungan oklusi juga seimbang pada region
kanan, yaitu gigi 14 dengan gigi 44, gigi 15 dengan gigi 45, gigi 16 dengan gigi
46, dan gigi 17 dengan gigi 47.
3. 2 Pemeriksaan Relasi Sentrik
Relasi sentrik merupakan hubungan mandibula terhadap maksila, yang
menunjukkan posisi mandibula terletak 1-2 mm lebih ke belakang dari oklusi
sentris atau kondili terletak paling distal dari fossa glenoid, tetapi masih
dimungkinkan adanya gerakan dalam arah lateral. Pada keadaan kontak ini gigi
geligi dalam keadaan intercsupal contact position ( ICP ) atau dapat dikatakan
bahwa ICP berada pada posisi RCP.
Berdasarkan hasil pemeriksaan hubungan mandibula terhadap maksila
( pemeriksaan relasi sentrik ) pada orang coba perempuan ditemukan jarak gigi
( overjet ) saat oklusi sentris adalah sebesar 3 mm pada gigi insisiv.
15
Selain itu, juga ditemukan data jarak pergeseran dari posisi ICP (
Intercuspal Contact Position) ke RCP ( Retuded Contact Position ) adalah sebesar
2 mm.
3.3 Pemeriksaan Physiological Rest Position
Orang coba melakukan posisi istirahat dan mandibula dalam keadaan
rileks dan posisi tegak lurus, dalam posisi non oklusal mandibula yaitu posisi
physiological rest position, selanjutnya perhatikan otot-otot harus dalam keadaan
istirahat. Usahakan untuk membuka kedua bibir orang coba tanpa menimbulkan
gerakan pada rahangnya. Kemudian mulai mengukur jarak oklusal sebagai free
way space. Selisih antara dimensi vertical saat gigi geligi beroklusi dan saat
mandibula istirahat disebut freeway space. Gunanya adalah untuk menentukan
jarak vertical antara permukaan gigi geligi yang beroklusi pada galangan gigit
oklusal atau puncak sisa prosesus alveolaris (residual ridge). Dimensi vertical
oklusi adalah jarak vertical antara 2 titik pada maksila dan mandibula yang telah
ditentukan saat otot- otot rahang dalam keadaan kontraksi dan gigi geligi
beroklusi.
Syarat- syarat Physiological Rest Position :
1) Adanya free way space / ruang bebas, ini tergantung pada umur; pada
kanak- kanak lebih besar dan pada orang yang lebih lanjut usianya lebih
kecil ( tidak statis ).
a. Free Way Space pada anak-anak umumnya adalah sebesar 2-6 mm.
b. Free Way Space pada orang dewasa pada umumnya besar free way
space adalah sebesar 3 mm pada posisi kepala tegak.
2) Bibir atas dan bawah berkontak dalam keadaan nonaktif ( tidak kaku ), dan
3) Posisi istirahat dari ujung lidah pada permukaan palatal dari gigi insisivus
pertama atas.
16
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada orang coba berjenis
perempuan ditemukan free way space sepanjang 2 mm, ini menunjukkan bahwa
free way space orang coba normal
3. 4 Pemeriksaan Oklusi Statik
Pada oklusi statik, hubungan cusp fungsional gigi geligi posterior
(premolar) berada pada posisi cusp to marginal ridge dan cusp fungsional gigi
molar pada posisi cusp to fossa. Sedang pada hubungan gigi anterior dapat
ditentukan jarak gigit (overjet) dan tinggi gigit (overbite) dalam satuan milimeter
(mm). Jarak gigit (overjet) adalah jarak horizontal antara incisal edge gigi
incisivus RA terhadap bidang labial gigi insisivus pertama RB. Dan tinggi gigit
(overbite) adalah jarak vertikal antara incisal edge RB sampai incisal edge RA.
Pada percobaan ini dilakukan pengukuran overjet dan overbite. Overjet
atau jarak gigit adalah jarak horizontal antara incisal gigi incisivus RA terhadap
bidang labial gigi incisivus pertama RB. Sedangkan Overbite atau tinggi gigit
adalah jarak vertical antara incisal edge RB sampai incisal edge RA. Overbite dan
overjet normal yaitu sekitar 2 – 4 mm. Berdasarkan percobaan didapatkan overjet
pada orang coba berjenis kelamin perempuan dikatakan normal karena berjarak 3
mm. Sedangkan untuk overbite orang coba yang sama, berjarak 4 mm. Hal ini
dikarenakan perawatan orthodontic. Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan
17
pada orang itu lengkung rahang antar RA dan RB juga dapat mempengaruhi
keaadan oklusi static pada orang coba.
3.5 Pemeriksaan Oklusi Dinamik
Oklusi dinamik merupakan hubungan antara gigi geligi RA dan RB pada
saat seseorang melakukan gerakan mandibula ke arah lateral (samping) ataupun
kedepan (antero-posterior). Pada oklusi statik, hubungan cusp fungsional gigi
geligi posterior (premolar) berada pada posisi cusp to marginal ridge dan cusp
fungsional gigi molar pada posisi cusp to fossa. Sedang pada hubungan gigi
anterior dapat ditentukan jarak gigit (overjet) dan tinggi gigit (overbite) dalam
satuan milimeter (mm). Jarak gigit (overjet) adalah jarak horizontal antara incisal
edge gigi incisivus RA terhadap bidang labial gigi insisivus pertama RB. Dan
tinggi gigit (overbite) adalah jarak vertikal antara incisal edge RB sampai incisal
edge RA.
Oklusi dinamik timbul akibat gerakan mandibula ke lateral, kedepan
(anterior) dan kebelakang (posterior). Oklusi yang terjadi karena pergerakan
mandibula ini sering disebut artikulasi. Pada gerakan ke lateral akan ditemukan
sisi kerja (working side) yang ditunjukan dengan adanya kontak antara cusp bukal
RA dan cusp molar RB; dan sisi keseimbangan (balancing side). Working side
dalam oklusi dinamik digunakan sebagai panduan oklusi (oklusal guidance),
bukan pada balancing side.
Kontak gigi geligi karena gerakan mandibula dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
18
1) Intercupal Contact Position (ICP), adalah kontak maksimal antara gigi
geligi dengan antagonisnya.
2) Retruded Contract Position (RCP), adalah kontak maksimal gigi geligi
pada saat mandibula bergerak lebih ke posterior dari ICP, namun RB
masih mampu bergerak secara terbatas ke lateral.
3) Protrusif Contact Position (PCP) adalah kontak gigi geligi anterior pada
saat RB digerakkan ke anterior.
4) Working Side Contact Position (WSCP) adalah kontak gigi geligi pada
saat RB digerakan ke lateral
Selain klasifikasi diatas, secara umum pola oklusi akibat gerakan RB dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Bilateral balanced occlusion, bila gigi geligi posterior pada kerja dan sisi
keseimbangn, keduanya dalam keadaan kontak;
2. Unilateral balanced occlusion. Bila gigi geligi posterior pada sisi kerja kontak
dan sisi keseimbangan tidak kontak;
3. Mutually protected occlusion. Dijumpai kontak ringan pada gigi geligi anterior,
sedang pada gigi posterior tidak kontak;
4. Tidak dapat ditetapkan, bila tidak dapat dikelompokkan dalam klasifikasi diatas
Berdasarkan pengamatan yang kami amati, tipe oklusi dinamik orang coba
adalah Mutually Protected Occlusion yaitu dijumpai kontak ringan pada gigi
geligi anterior (Caninus), sedang pada gigi posterior tidak kontak.
3.6 Pemeriksaan Oklusal Ideal
Andrew ( 1972 ) menyebutkan enam kunci oklusi normal, yang berasal
dari hasil penelitian yang dilakukannya terhadap 120 subyek yang oklusi idealnya
mempunyai enam ciri yaitu :
1. Hubungan yang tepat dari gigi- gigi molar pertama tetap pada bidang
sagital
19
2. Angulasi mahkota gigi- gigi insisivus yang tepat pada bidang transversal
3. Inklinasi mahkota gigi- gigi insisivus yang tepat pada bidang sagital
4. Tidak adanya rotasi gigi- gigi individual
5. Kontak yang akurat dari gigi-gigi individual dalam masing-masing
lengkung gigi, tanpa celah maupun berjejal- jejal.
6. Bidang oklusal yang datar atau sedikit melengkung.
Berdasarkan hasil pemeriksaan oklusi ideal karena ketika melakukan
oklusi sentries, hubungan rahang atas dan rahang bawah seimbang dan tidak
terjadi hambatan oklusi sentrik dan relasi sentrik pada orang coba.
Pemeriksaan ini dilakukan pada orang coba pada saat gerakan oklusi
Interkuspal Contact Position ( ICP ) ditemukan adanya gigi geligi yang
mengalami kontak prematur yaitu pada gigi insisiv pertama RA dan RB pada
kanan dan kiri. Pada gerakan oklusi Retruded Contact Position ( RCP ) ditemukan
adanya gigi geligi yang mengalami kontak prematur yaitu pada gigi premolar
pertama RA dan RB kanan dan kiri, gigi premolar kedua RA dan RB kanan, gigi
molar pertama RA dan RB pada kanan dan kiri, dan molar kedua RA dan RB
kanan dan kiri. Pada Protrusif Contact Position ( PCP ) ditemukan adanya gigi
geligi yang mengalami kontak prematur yaitu pada gigi insisiv pertama RA dan
RB kanan dan kiri.
3.7 Pemeriksaan Gerakan Mandibula
Pada saat orang coba melakukan gerakan mandibula membuka dan
menutup, tonjolan prosesus kondilus menonjol simetris. Prosesus kondilus
meluncur ke depan bawah saat mandibular membuka, lalu saat mandibular
menutup condyle kembali ke posisi awal.
Pada saat orang coba melakukan gerakan mandibula ke arah anterior dan
ke arah posterior, ketika operator menyentuh prosesus kondilus 1 cm di depan
meatus acusticus externus, prosesus kondilus terasa lebih menonjol pada bagian
20
sebelah kiri. Namun faktanya, prosesus kondilus bergerak ke depan saat
mandibular bergerak ke anterior dan bergerak ke belakang menuju posisi semula
saat mandibular bergerak ke posterior.
Pada saat orang coba menggerakkan mandibula ke arah kiri, maka bagian
yang menonjol adalah prosesus kondilus sebelah kiri. Begitu pula ketika orang
coba menggerakkan mandibula ke arah kanan, maka bagian yang menonjol adlaah
prosesus kondilus sebelah kanan. Dengan kata lain, prosesus kondilus menonjol
ke arah lateral yang dituju.
Pada saat orang coba mengkoordinasikan mandibula dengan cara
membuka mulut dan dilanjutkan dengan menutup mulut sampai gigi geligi kedua
rahang menyentuh, gerasakan kedua prosesus kondilus dirasakan menonjol
dengan simtetris.
Pengaruh posisi tubuh orang coba terhadap gerakan mandibula tersebut
memberikan hasil pemeriksaan bahwa perubahan gerakan mandibula orang
tersebut adalah normal dan simetris. Pada saat orang coba menunduk, mandibular
lebih maju ke depan dari pada saat posisi normal dan condyle juga lebih maju ke
depan. Pada saat orang coba menengadah, mandibula tertarik sehingga lebih
mundur ke belakang dari pada saat posisi normal dan condyle juga lebih mundur
ke belakang. Pada saat orang coba tidur telentang, mandibula lebih mundur ke
belakang tetapi tidak semundur saat menengadah sehingga condyle juga hanya
bergeser mundur sedikit ke belakang. Pada saat orang coba tidur miring ke
samping, posisi mandibula dan condyle sedikit lebih menonjol ke arah lateral
sesuai dengan arah miring dan posisi tidur Dan ketika orang coba duduk istirahat,
mandibula berada pada posisi normal dan condyle dalam keadaan simetris.
21
BAB IV
KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah kita lakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Oklusi adalah kontak antara gigi-gigi yang berantagonis dan mengacu
pada peristiwa (momen) dan tempat terjadinya kontak bukan pada gigi-
giginya sendiri.
2. Oklusi yang baik atau normal harus dilihat dari segi keserasian antara
komponen-komponen yang berperan dalam proses terjadinya kontak antar
geligi tadi. Komponen-komponen ini antara lain ialah geligi dan jaringan
ini antara lain ialah geligi dan jaringan penyangganya, otot-otot mastikasi
dan sistem neuromuskularnya, serta sendi temporo mandibula.
3. Oklusi normal dikelompokan dalam dua jenis yaitu oklusi statik dan
dinamik.
4. Oklusi dikatakan normal jika:
Ketika gigi berada dalam kontak oklusal, terdapat maksimal
interdigitasi dan minimal overbite dan overjet
Cusp mesio-bukal molar 1 maksila berada di groove mesio-bukal
molar 1 mandibula dan cusp disto-bukal molar 1 maksila berada di
embrasure antara molar 1 dan 2 mandibula dan seluruh jaringan
periodontal secara harmonis dengan kepala dan wajah.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi oklusi gigi manusia antara lain:
Variasi genetik
Perkembangan gigi-geligi secara acak
Adanya gigi-gigi supernumerary
Otot-otot dan jaringan sekitar rongga mulut
Trauma
22
DAFTAR PUSTAKA
.
Foster, T. D. 1997. Buku Ajar Ortodonsi, edisi ke 3. Jakarta: EGC.
Gros, Martin D; Mahtews, J.D. 1991. Oklusi Dalam Kedokteran Gigi
Restoratif. Surabaya: Airlangga University Press.
Gunadi, Haryanto A; dkk. 1994. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan
Jilid 2. Jakarta : Hipokrates.
Hamzah, Zahreni. Indriana, Tecky. Nugroho, Raditya. Rahardyan, R. Suhartini.
2015. Modul Fisiologi Oklusi Gigi dan Sendi Temporo Mandibula Edisi II.
Jember: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember.
Scheid, C. Rickne. Weiss, Gabriella. 2013. Anatomi Gigi Edisi 8. Jakarta: EGC.
Thomson, Hamish. 2007. Oklusi Edisi 2. Jakarta: EGC.
23
Recommended