LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ANALISIS
Disusun oleh :
Golongan / Kelompok : R / E
Nama Anggota Kelompok :
1. Yufita Ratnasari Wilianto 2443012038
2. Anggun Steveni 2443012103
3. Siti Istichoma 2443012161
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT)
SENYAWA SULFA
A. DASAR TEORI
Kromatografi adalah Suatu metoda untuk separasi yang menyangkut komponen
suatu contoh di mana komponen dibagi-bagikan antara dua tahap, salah satu yang mana
adalah keperluan selagi gerak yang lain . Di dalam gas chromatography adalah gas
mengangsur suatu cairan atau tahap keperluan padat. Di dalam cairan chromatography
adalah campuran cairan pindah gerakkan melalui cairan yang lain , suatu padat, atau
suatu 'gel' agar. Mekanisme separasi komponen mungkin adalah adsorpsi, daya larut
diferensial, ion-exchange, penyebaran/perembesan, atau mekanisme lain (David. 2001)
Penentuan jumlah komponen senyawa dapat dideteksi dengan kromatografi lapis
tipis (KLT) dengan menggunakan plat KLT yang sudah siap pakai. Terjadinya pemisahan
komponen-komponen pada KLT dengan Rf tertentu dapat dijadikan sebagai panduan
untuk memisahkan komponen kimia tersebut dengan menggunakan kolom kromatografi
dan sebagai fasa diam dapat digunakan silika gel dan eluen yang digunakan berdasarkan
basil yang diperoleh dari KLT dan akan lebih baik kalau kepolaraan eluen pada kolom
kromatografi sedikit dibawah kepolaran eluen pada KLT (Lenny, 2006)
Pada hakekatnya KLT merupakan metoda kromatografi cair yang melibatkan dua
fasa yaitu fasa diam dan fasa gerak. Fasa geraknya berupa
campuran pelarut pengembang dan fasa diamnya dapat berupa serbuk halus yang
berfungsi sebagai permukaan penyerap (kromatografi cair-padat) atau berfungsi sebagai
penyangga untuk lapisan zat cair (kromatografi cair-cair). Fasa diam pada KLT sering
disebut penyerap walaupun berfungsi sebagai penyangga untuk zat cair di dalam sistem
kromatografi cair-cair. Hampir segala macam serbuk dapat dipakai sebagai penyerap
pada KLT, contohnya silika gel (asam silikat), alumina (aluminium oksida), kiselgur
(tanah diatomae) dan selulosa. Silika gel merupakan penyerap paling banyak dipakai
dalam KLT (Iskandar, 2007)
Metode kromatografi umumnya digunakan untuk identifikasi dan pemisahan
senyawa dari campuran, baik senyawa organic maupun anorganik. Pemisahannya dengan
cara eluasi. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) menggunakan fase diam yaitu silica gel,
yang melekat pada pelat kaca atau aluminium atau pun plastic. Senyawa akan terpisah
pada silica waktu dieluasi berupa noda atau bercak. Metoda KLT ini dapat dilakukan
untuk identifikasi dan penetapan kadar, dengan menggunakan harga Rf :
Rf = jarak yang ditempuh zat dari titik awal
Jarak yang ditempuh eluen dari titik awal
Untuk senyawa yang berwarna, letak noda dapat terlihat pad pelat KLT.
Sedangkan untuk senyawa yang tidak berwarna dapat dilakukan dengan cara :
- Dilakukan pemeriksaan di bawah lampu UV.
- Disemprot atau dicelup dengan pereaksi kimia, sehingga bercak akan berwarna.
B. SIFAT – SIFAT SENYAWA SULFA (SULFONAMIDA)
SULFAMETOKSAZOL ( FI III HAL 586 )
o Pemerian : Serbuk hablur, putih samapi hampir putih, praktis
tidak berbau.
o Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larut dalam 50
bagian etanol (95%)P, dalam 3 bagian aseton P; mudah larut dalam larutan
natrium hidroksida.
o Rumus Kimia : C10H11N3O3S
o BM : 253,28
o Struktur Kimia :
SULFASETAMIDA
o Pemerian : Serbuk hablur, putih ; tidak berabu; rasa
asam khas. Larutan dalam air peka terhadap cahaya, tidak stabil dalam
suasan asam dan alkali kuat.
o Kelarutan : Sukar latut dalam air dan eter; mudah
larut dalam asam mineral encer, dalam larutan KOH, dan dalam larutan
NaOH; larut dalam etanol; sangat sukar larut dalam kloroform; praktis
tidak larut dalam benzene.
o Rumus Kimia : C8H10N2O3S
o BM : 214,24
o Struktur Kimia :
SULFANILAMIDA ( FI III HAL 587 )
o Pemerian : Hablur, serbuk hablur atau butiran; putih;
tidak berbau; rasa agak pahit kemudian manis.
o Kelarutan : Larut dalm 200 bagian air; sangat mudah
larut dalam air mendidih; agak sukar larut dalam etanol (95%) P; sangat
sukar larut dalam kloroform P, dalam eter P dan dalam benzene P, mudah
larut dalam aseton P, larut alam gliserol P, dalam asam klorida P, dan
dalam alkali hidroksida.
o Rumus Kimia : C6H8N2O2S
o BM : 172,21
o Struktur Kimia :
SULFADIAZIN ( FI III HAL 579 )
o Pemerian : sSerbuk putih; putih kekuninganatau
putih agak merah jambu, hamper tidak berbau; tidak berasa.
o Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air; agak sukar
larut dalam etanol (95%) P dan dalam aseton P; mudah larut dalam
mineral encer dan dalam larutan alkali hidroksida.
o Rumus Kimia : C10H10N4O2S
o BM : 250,27
o Struktur Kimia :
C. PROSEDUR
PROSEDUR KLT
Penyiapan bejana pengembang
Bejana KLT harus bersih dari lemak, kertas saring dililitkan di bagian
dalam dinding bejana. Campuran eluen yang digunakan dimasukkan
corong pisah dan dikocok kuat-kuat. Lapisan air (kalau ada) dibuang,
lapisan organiknya digunakan sebagai eluen dimasukkan ke dalam bejana
samai kira-kira 1 cm dari dasar bejana. Bejana ditutup rapat beberapa
menit untuk penjenuhan uap eluen.
Penyiapan larutan uji dan pembanding
Sediaan farmasi yang sudah digerus halus dan homogen ditimbang
kemudian diekstraksi dalam tabung reaksi dengan pelarut yang sesuai,
pindakan ke labu takar secara kuantitatif. Kalau perlu diasamkan atau
dibasakan. Larutan pembanding disiapkan seperti larutan uji.
Penotolan pada lempeng silika
Lemepeng silica yang sudah diaktifkan diberi garis yang berjarak 15 – 2
cm dari tepi bawah lempeng untuk tempat penotolan. Totokan masing-
masing larutan uji, larutan pembanding, dan campurannya dengan jarak
totolan 2 – 3 cm menggunakan pipa kapiler sejumlah 5 – 10 µl.
Eluasi dan penentuan harga Rf dari bercak
Lempeng silica yang telah ditotoli larutan uji dan larutan pembanding
dimasukkan ke dalam bejana yang telah jenuh dengan eluen. Eluasi
dihentikan setelah eluen lebih dari dua per tiga dari lempeng silica, lalu
diangkat dan digaris tanda batas pelarut. Setelah kering, bercak dilihat
dibawah UV, atau disemprot dengan penampak noda yang sesuai. Hitung
harga Rf dan lakukan identifikasi.
PROSEDUR IDENTIFIKASI SULFONAMIDA
Lempeng : Silika Gel GF dengan ketebalan 250 µm.
Fase Gerak : a. Kloroform : Aseton (4 : 1)
b. Kloroform : Metanol (9 : 1)
Senyawa : Sulfometoksazol
Sulfasetamida
Sulfanilamida
Sulfadiazin
Larutan uji dan pembanding dibuat dengan cara melarutkan masing-masing
senyawa dalam aseton.
Penampak Bercak :
a. Lampu Ultraviolet (UV) 254 nm
b. Pereaksi van Urk : larutan 1 g p-dimetil amino benzaldehida dalam 100 ml
etanol dan 10 ml HCl pekat. (setelah disemprot, panaskan lempeng pada
105⁰C selama 5 menit).
PROSEDUR CARA KERJA PRAKTIKUM
o Penyiapan Plate KLT (Fase Diam)
Plate KLT di sini menggunakan fase diam yang polar, yaitu silica gel.
Ukuran untuk 1 plate KLT nya 5 cm untuk lebarnya dan 10 cm untuk
panjangnya ( 5 x 10 ). Plate KLT yang dibutuhkan dalam praktikum
tersebut sebanyak 2, karena proses eluasinya menggunkan eluen (fase
gerak) yang berbeda. Agar noda tidak tercelup pada eluennya, maka pada
palte tersebut digaris batas atas sebesar 1 cm dan batas bawah sebesar 1
cm. Pada plate KLT tersebut diberi 5 titik penotolan, antara lain sebagai
berikut :
Titik 1 = Sampel
Titik 2 = Sulfonilamida
Titik 3 = Sulfametoksazol
Titik 4 = Sulfadiazin
Titik 5 = Sulfasetamida
o Penyiapan Eluen (Fase Gerak).
Eluen yang digunakan dalam praktikum ini ada 2, yaitu :
a. Kloroform : Aseton (4 : 1)
b. Kloroform : Methanol (9 : 1)
Untuk volume 1 chamber dan untuk 1 parit sebesar 8,5 ml, didapat dari
perhitungan p x l x t = 10,5 cm x 1 cm x 0,5 cm.
Sehingga masing-masing fase gerak yang dibutuhkan sebesar :
a. Kloroform : Aseton ( 4 : 1 )
Kloroform = 4 x 8,5 ml = 6,8 ml
5
Aseton = 1 x 8,5 ml = 1,7 ml
5
b. Kloroform : Methanol ( 9 : 1 )
Kloroform = 9 x 8,5 ml = 7,65 ml
10
Methanol = 1 x 8,5 ml = 0,85 ml
10
Untuk masing-masig campuran eluen dimasukkan ke dalam
chamber, dan dibiarkan/didiamkan sampai kondisi yang jenuh, kurang
lebih selama 30 menit. Dapat diketahui dengan memberikan kertas saring
di dalam chamber, sampai kertas saring tersebut basah, yang artinya
kondisi chamber sudah jenuh.
o Penyiapan Senyawa Sampel dan Senyawa Pembanding yang akan
ditotolkan
Sampel digerus ad homogen
Ambil sedikit sampel masukkan di dalam tabung reaksi
Tambahkan aseton untuk melarutkannya
Kocok ad larut
Jika larutan sampel keruh maka dilakukan penyaringan.
Cairan hasil saringan dituang di atas kaca arloji, dipipet dengan
pipa kapiler 2 µl.
Lakukan penotolan pada plate KLT (fase diam).
Untuk ke-4 senyawa pembanding (Sulfonilamida,
Sulfametoksazol, Sulfadiazin, Sulfasetamida) juga dilakukan hal
yang sam, yaitu diambil sedikit serbuknya, letakkan di atas kaca
arloji, larutkan dengan aseton secukupnya. Lalu aduk ad homogen,
pipet dengan pipa kapiler 2 µl, dan lakukan penotolan pada plate
KLT.
o Proses Eluasi
Sesudah selesai dilakukan penotolan pada plate dan kondisi
chamber sudah jenuh, masukkan plate ke dalam chamber, proses
eluasi terjadi. Jika proses eluasinya sudah mencapai batas atas
yang sudah diberikan artinya proses eluasi tersebut sudah selesai
Plate KLT diambil keluar dari chamber, dikeringkan lalu
diamati di bawah lampu sinar UV 254 nm, digambar dan dihitung
harag Rf dari noda yang muncul tersebut.
o Diamati pada sinar UV 254 nm sampel memiliki noda yang hampir sama
dengan senyawa pembanding yang aman dari ke-4 senyawa pembanding
yang ada.
D. HASIL PRAKTIKUM
Hasil penagmatan KLT dengan eluen Kloroform : Methanol (9:1) pada sunar UV
254 nm
Titik penotolan :
1. Sampel
2. Pembanding sulfanilamid
3. pembanding Sulfametoksazol
4. Pembanding Sulfadiazin
5. pembanding sulfasetamid
1 2 3 4 5
Hasil pengamatan KLT dengan eluen kloroform : aseton (4:1) pada sinar UV 254
nm
Titik penotolan :
1. Sampel
2. Pembanding sulfanilamid
3. pembanding Sulfametoksazol
4. Pembanding Sulfadiazin
5. pembanding sulfasetamid
1 2 3 4 5
No. Titik Penotolan Harga Rf Fase Gerak I
Kloroform : Aseton
(4:1)
Harga RfFase Gerak II
Kloroform : Methanol
(9:1)
1. Sampel
( Titik 1 )
A = 2,8
8
= 0,35
B = 3,9
8
= 0,49
2. Sulfanilamida
( Titik 2 )
A = 1,7
8
= 0,213
B = 1,9
8
= 0,24
3. Sulfametoksazol
( Titik 3 )
A = 3,2
8
= 0,4
B = 3,4
8
= 0,425
4. Sulfadiazin
( Titik 4 )
A = 2,8
8
= 0,35
B = 3,7
8
= 0,46
5. Sulfasetamida
( Titik 5 )
A = 2,1
8
= 0,26
B = 4,1
8
= 0,51
E. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, dilakukan identifikasi suatu senyawa yang terkandung
dalam sampel yang diperoleh secara kromatografi lapis tipis (KLT). Metode kromatografi
ini digunakan untuk memisahkan senyawa campuran baik senyawa organik maupun
anorganik. Kromatografi lapis tipis (KLT) menggunakan fase diam silika gel, yang
melekat pada plat kaca atau alumunium. Senyawa akan terpisah pada silika waktu di
eluasi berupa noda atau bercak.
Senyawa yang diidentifikasi merupakan senyawa sulfa. Pembanding yang
digunakan ada 4 yaitu
6. Sulfanilamid
7. Sulfametoksazol
8. Sulfadiazin
9. Sulfasetamid
Eluem yang digunakan ada 2 macam yaitu
1. Kloroform : aseton (4 : 1)
2. Kloroform : metanol (9 : 1)
Pertama yang dilakukan adalah Pembuatan eluen tersebut sebanyak 8,5 ml untuk
eluen pertama dan 18 ml untuk eluen kedua yang disesuaikan dengan volume bejana KLT
dimana cairan tidak mencelup garis batas penotolan. Sehingga didapatkan pelarut yang
dibutuhkan yaitu eluen pertama kloroform sebanyak 6,8 ml dan aseton 1,7 ml sedangkan
eluen yang kedua kloroform 16,2 ml dan etanol 1,8 ml. Setelah dibuat eluen yang jadi
dimasukkan dalam bejana tunggu hingga jenuh kira-kira 30 menit.
Selanjutnya penyiapan larutan uji dan pmbanding. Larutan uji dan pembanding
dilarutkan kedalam aseton. Menggunakan aseton karena pembanding dan sampel larut
dalam aseton.setelah dilarutkan kemudian ditotolkan pada plat silika gel secara berurutan
yaitu :
1. Totolan pertama, sampel
2. Totolan kedua, pembanding sulfanilamid
3. Totolan ketiga, pembanding sulfametoksazol
4. Totolan keempat, pembanding sulfasetamid
Penotolan dilakukan menggunakan pipa kapiler ukuran 2μl dengan penotolan satu
pipa kapiler. Setelah ditotolkan di eluasi sampai batas garis yang dibuat. Kemudian di
lihat pada sinar UV 254 nm.
Setelah dilihat pada sinar UV 254 nm, dihitung harga Rfnya. Diperoleh harga Rf
dari masing-masing totolan menggunakan eluen kloroform : aseton (4:1) yaitu
1. Sampel, harga Rf nya 0.35
2. Pembanding 1, harga Rf 0,213
3. Pembanding 2, harga Rf 0,4
4. Pembanding 3, harga Rf 0,35
5. Pembanding 4, harga Rf 0,26
Sedangkan harga Rf masing-masing totolan pada eluen kloroform:metanol (9:1)
yaitu
1. Sampel, harga Rf nya 0.49
2. Pembanding 1, harga Rf 0,24
3. Pembanding 2, harga Rf 0, 425
4. Pembanding 3, harga Rf 0,46
5. Pembanding 4, harga Rf 0,51
dari hasil pengamatan dan harga Rf sampel yang didapat mempunyai harga Rf
yang sama dengan harga Rf pada pembanding 3. Dimana pembanding 3 ini merupakan
pembanding sulfadiazin. Didapatkan kesimpulan bahwa di dalam sampel tersebut
mengandung sulfadiazin, karna harga Rf sampel hampir sama atau tidak berbeda jauh
dengan harga Rf pembanding sulfadiazin.
F. KESIMPULAN
Sampel yang didapat yaitu sulfadiazin karena harga Rf tidak berbeda jauh dengan
pembanding sulfadiazin
G. DAFTAR PUSTAKA
Iskandar, Yusuf. 2007. Karakteristik Zat Metabolit Sekunder Dalam Ekstrak Bunga Krisan
(Chrysanthemum cinerariaefolium) Sebagai Bahan Pembuatan Biopestisida.FMIPA. Semarang
Lide, David. 2001. Handbook of Chemistry And Physic. Copyright CRC Press LLC
Rudi,L. 2010. Penuntun Dasar-Dasar Pemisahan Analitik. Universitas Haluoleo. Kendari
Sofia, Lenny. 2006. Isolasi dan Uji Bioaktifitas Kandungan Kimia Utama Puding Merah dengan
Metoda Uji Brine Shrimp. USU Repository. Sumatera Utara