8/17/2019 LAPORAN RESMI PANPEL
1/43
8/17/2019 LAPORAN RESMI PANPEL
2/43
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSISUHU
Laboratorium Dasar Teknik Kimia II Universitas Diponegoro
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan resmi Praktikum Dasar Teknik Kimia II yang berjudul Panas Pelarutan dan
Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu yang disusun oleh :
Kelompok : VII-Selasa Siang
Anggota : 1. Adhisty Kurnia NIM : 21030113130175
2. Arlunanda Adhiartha NIM : 21030113120045
3. Ruth Febrina Sondang A NIM : 21030113120067
Telah disusun pada :
Tempat : Semarang
Hari, Tanggal :
Semarang, 20 Desember 2013
Asisten Laboratorium PDTK I
Istiqomah Ani Sayekti
NIM. 21030112130125
8/17/2019 LAPORAN RESMI PANPEL
3/43
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSISUHU
Laboratorium Dasar Teknik Kimia II Universitas Diponegoro
PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan resmi Praktikum Dasar Teknik
Kimia II dengan lancar dan sesuai dengan harapan kami.
Ucapan terima kasih juga kami ucapkan kepada :
1. selaku Koordinator LDTK II yang membuat praktikum dapat berlangsung
dengan lancar
2. Bapak Rustam dan Ibu Dini selaku Laboran LDTK II3. selaku Koordinator Asisten LDTK I
4.
Istiqomah Ani Sayekti selaku Asisten Pengampu Panas Pelarutan danKelarutan Sebagai Fungsi Suhu dan semua asisten yang telahmembimbing sehingga tugas laporan resmi ini dapat terselesaikan.
5. Serta teman-teman yang telah membantu baik dalam segi waktu maupun
motivasi apapun saya mengucapkan terima kasih.
Laporan resmi praktikum dasar teknik kimia II ini berisi materi tentang Panas
Pelarutan dan Kelarutan Sebagai Fungsi Suhu. Panpel dan KSFT merupakan
Laporan resmi ini merupakan laporan resmi terbaik yang saat ini bisa kami ajukan,
namun kami menyadari pasti ada kekurangan yang perlu kami perbaiki. Maka dari itu kritik
dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan.
Semarang,
8/17/2019 LAPORAN RESMI PANPEL
4/43
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSISUHU
Laboratorium Dasar Teknik Kimia II Universitas Diponegoro
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................................... ii
PRAKATA ........................................................................................................................ iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................................ v
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ vi
INTISARI ......................................................................................................................... vii
SUMMARY ....................................................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
I.2 Tujuan Percobaan ........................................................................................... 1
I.3 Manfaat Percobaan ......................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Pengertian Kompleksometri .......................................................................... 2
II.2 Larutan Standard EDTA ................................................................................ 2
II.3 Indikator EBT ................................................................................................ 3
II.4 Larutan Buffer ............................................................................................... 3
II.5 Teori Kesadahan ............................................................................................ 3
II.6 Penggunaan Kompleksometri Dalam Industri ............................................... 4
II.7 Fungsi Reagen ................................................................................................ 5
II.8 Fisis dan Chemist Reagen .............................................................................. 5
8/17/2019 LAPORAN RESMI PANPEL
5/43
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSISUHU
Laboratorium Dasar Teknik Kimia II Universitas Diponegoro
BAB III METODE PERCOBAAN
III.1 Bahan dan Alat ............................................................................................. 7
III.2 Gambar Alat.................................................................................................. 7
III.3 Keterangan Alat ........................................................................................... 8
III.4 Cara Kerja .................................................................................................... 8
BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Percobaan ........................................................................................... 11
IV.2 Pembahasan .................................................................................................. 12
BAB V PENUTUP
V.1 Kesimpulan ................................................................................................... 17
V.2 Saran ............................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
A. Lembar Perhitungan Kompleksometri
B. Lembar Perhitungan Grafik
C. Laporan Sementara
D. Referensi
LEMBAR ASISTENSI
8/17/2019 LAPORAN RESMI PANPEL
6/43
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSISUHU
Laboratorium Dasar Teknik Kimia II Universitas Diponegoro
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Penetapan Kesadahan ............................................................................ 10
Tabel 4.2. Penetapan Kadar CaO Dalam Batu Kapur ............................................. 10
Tabel 4.3. Syarat Baku Mutu Air Minum ................................................................ 11
8/17/2019 LAPORAN RESMI PANPEL
7/43
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSISUHU
Laboratorium Dasar Teknik Kimia II Universitas Diponegoro
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1. Statif, buret, klem .......................................................................... 7
Gambar 3.2. Baker Glass ................................................................................... 7
Gambar 3.3. Erlenmeyer .................................................................................... 7
Gambar 3.4. Gelas ukur ..................................................................................... 7
Gambar 3.5. Pipet Tetes ..................................................................................... 7
Gambar 3.6. Corong ........................................................................................... 7
Gambar 3.7. Pipet volume .................................................................................. 7
Gambar 3.8. Pengaduk ....................................................................................... 7
Gambar 3.9. Cawan Porselen ............................................................................ 7
Gambar 3.10. Labu takar ..................................................................................... 7
Gambar 4.1. Grafik pCa dengan Titran EDTA .................................................. 13
INTISARI
Larutan jenuh adalah larutan yang kandungan solutenya sudah mencapaimaksimal sehingga penambahan solute lebih lanjut tidak dapat larut lagi.
Konsentrasi solute di dalam larutan jenuh disebut kelarutan. Untuk solute padat
maka larutan jenuhnya terjadi keseimbangan ke fase cairan dengan kecepatan samadengan molekul-molekul ion dari fase cair yang mengkristal menjadi fase padat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan yaitu suhu, besar partikel, pengadukan,
tekanan dan volume. Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengetahui
kelarutan suatu zat serta memahami pengaruh suhu terhadap kecepatan kelarutan. Beberapa contoh kegunaan metode kelarutan sebagai fungsi suhu di dalam industi
antara lain pada pembuatan reactor kimia, proses pemisahan dengan cara
pengkristalan, serta sebagai dasar proses pembuatan granal-granal dalam industribaja.
Bahan dan alat yang digunakan dalah asam borat jenuh 85 ml, NaOH 0,1N
160 ml. sedangkan alat yang digunakan adalah tabung reaksi besar, erlenmeyer,
8/17/2019 LAPORAN RESMI PANPEL
8/43
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSISUHU
Laboratorium Dasar Teknik Kimia II Universitas Diponegoro
thermometer, buret, statif, klem, beaker glass, pipet tetes, corong, pengaduk, dntoples kaca. Pertama yang harus dilakukan adalah membuat asam borat jenuh 85 ml
pada suhu 85º C. Kemudian asam borat jenuh dimasukkan ke dalam tabung reaksibesar dan dimasukkan ke dalam toples kaca untuk pendinginan. Larutan jenuh
diambil 4 ml tiap penurunan suu 9º C, selanjutnya titrasi dengan NaOH. Tabung
reaksi dikeluarkan pada saat suhu terendah 25º C. Lalu diambil 4 ml lagi tiapkenaikan 9º C titrasi dengan NaOH 0,1N, indikator PP 3 tetes, catat kebutuhan
NaOH, buat grafik log s vs 1/T dan T vs volume NaOH. Dari hasil percobaan yang
dilakukan diperoleh hasil bahwa reaksi yang terjadi pada larutan asam borat adalah
reaksi endotermis sehingga apaila suhunya turun maka kelarutannya pun akan ikutturun. Dan volume titran yanag dibutuhkan akan semakin kecil. Begitu juga
sebaliknya apabila suhu dinaikkan maka kelarutannya akan naik, sehingga volume
titran yang dibutuhkan akan besar.
Dari percobaan yang telah kami lakukan maka dapat disimpulkan bahwa pada reaksi yang bersifat endotermis maka baik suhu, kelarutan, maupun volume
titran yang dibutuhkan sebanding. Sebagai saran agar percobaan yang dilakukan
dapat berjalan dengan lancar maka hendaknya alat-alat dicuci terlebih dulu sampaibenar-benr bersih untuk menghindari terjadinya kontaminasi, saat dilakukan titrasi
maka usahakan tidak ada kristalan borat agar tidak mengganggu proses titrasi, buat
larutan asam borat sampai benar-benar jenuh, serta usahakan suhu yang digunkan saat titrasi tepat.
SUMMARY
Saturated solution is solution that contain maximum solute, so if the solute is
added, it can’t soluble. Concentration solute in the saturated solution called
solubility. For solid solute, saturated solution is happen balance to the liquid phaseby the same velocity with ion molecules from liquid phase that crystallized become
solid phase. Some factors that influence solubility are temperature, size of particle,
stirring, pressing and volume. The purpose of this experiment are to know the solubility of substance and influence temperature with solubility’s velocity. Some
example use of solubility as temperature function in the industry are make reactors,
separation by crystallized, and as base process steel industry.
Substances that used are boric acid 85 ml, sodium hydroxide 0,1N 160 ml,then substances that used are large test tubes, erlenmeyer, thermometer, burette,
stative, clamps, glass beaker, Pasteur pipette, funnel, stirrer, and glass jar. First that
have to do is make saturated boric acid solution 85 ml at temperature 85 º C. Next, the saturated boric acid solution put into the large test tube then put it into glass jar for
8/17/2019 LAPORAN RESMI PANPEL
9/43
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSISUHU
Laboratorium Dasar Teknik Kimia II Universitas Diponegoro
refrigerate process. Take 4 ml saturated solution each temperature decrease for 9º C,
titration by sodium hydroxide. Large test tube is take at the lowest temperature 25º C.
After that take 4 ml again each increase 9º C. Titration again with sodium hydroxide0,1N, PP indicator 3drop, record the need of sodium hydroxide, make graph of log S
versus 1/T and temperature versus sodium hydroxide volume. Result from the
experiment we got if reaction that happened at boric acid solution is endoterm
reaction so if temperature is decrease, solubility’s is also decrease and titrate volumethat needed also few. Just the opposite, if temperature increase the solubility also
increase, and titrate volume that needed also more.
From the experiment that we had done we can conclude if in endoterrm
reaction temperature, solubility, and volume of sodium hydroxide that needed arecomparable. As the suggestion in order that experiment will go on well are wash the
equipments before and after used to avoid contamination, at titration try ther e’s not
boric crystal that can disturb process of titration, create a solution of boric acid untilit is completely saturated, and also make sure that the temperature used for precise
titration.
8/17/2019 LAPORAN RESMI PANPEL
10/43
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSISUHU
Laboratorium Dasar Teknik Kimia II Universitas Diponegoro 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Larutan jenuh adalah larutan yang kandungan solutenya sudah
mencapai maksimal sehingga penambahan solute lebih lanjut tidak dapat larut
lagi. Konsentrasi solute dalam larutan jenuh disebut kelarutan. Untuk solute
padat maka larutan jenuhnya terjadi keseimbangan dimana molekul fase padat
meninggalkan fasenya dan masuk ke fase cairan dengan kecepatan sama
dengan molekul-molekul ion dari fase cair yang mengkristal menjadi fase
padat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan yaitu suhu, jika suhu
dinaikkan, kelarutan menjadi semakin besar. Besar partikel, semakin besar
luas permukaan, partikel akan mudah larut. Pengadukan, dengan pengadukan,
tumbukan antara molekul-molekul solvent makin cepat sehingga semakin
cepat larut atau kelarutannya besar. Tekanan dan volume, jika tekanan
diperbesar atau volume diperkecil, gerakan partikel semakin cepat, hal ini
berpengaruh besar terhadap fase gas sedang pada zat cair hal ini tidak
berpengaruh.
Beberapa contoh kegunaan metode kelarutan sebagai fungsi suhu ini
dalam industri antara lain, pada pembuatan reaktor kimia. Selain itu kegunaan
lainnya adalah pada proses pemisahan dengan cara pengkristalan. Dan
digunakan juga sebagai dasar proses pembuatan granal-granal pada industri
baja.Sebagai seorang sarjana teknik kimia yang pada umumnya bekerja di
bidang industri patutlah mengetahui dan memahami kelarutan sebagai fungsi
suhu. Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa banyak manfaat yang
didapatkan dengan mengetahui kelarutan suatu zat. Oleh karena itu, sebagai
8/17/2019 LAPORAN RESMI PANPEL
11/43
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSISUHU
Laboratorium Dasar Teknik Kimia II Universitas Diponegoro 2
mahasiswa teknik kimia praktikum panas pelarutan ini menjadi sangat penting
untuk dilakukan.
1.2 Tujuan Praktikum
1. Mengetahui kelarutan suatu zat
2. Mengetahui pengaruh suhu terhadap kecepatan kelarutan
1.3 Manfaat Praktikum
1. Praktikan mengetahui kelarutan dari suatu zat
2. Praktikan mengetahui suhu terhadap kecepatan kelarutan
8/17/2019 LAPORAN RESMI PANPEL
12/43
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSISUHU
Laboratorium Dasar Teknik Kimia II Universitas Diponegoro 3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Jika kelarutan suatu sistem kimia dalam keseimbangan dengan padatan,
cairan atau gas yang lain pada suhu tertentu maka larutan disebut jenuh. Larutan
jenuh adalah larutan yang kandungan solutenya sudah mencapai maksimal
sehingga penambahan solute lebih lanjut tidak dapat larut lagi. Konsentrasi solute
dalam larutan jenuh disebut kelarutan. Untuk solute padat maka larutan jenuhnya
terjadi keseimbangan dimana molekul fase padat meninggalkan fasenya dan
masuk ke fase cairan dengan kecepatan sama dengan molekul-molekul ion dari
fase cair yang mengkristal menjadi fase padat.
2.1 Pembuktian Rumus
Hubungan antara keseimbangan tetap dan temperature subsolute atau
kelarutan dengan temperatur dirumuskan Van’t Hoff :
∫ ∫
8/17/2019 LAPORAN RESMI PANPEL
13/43
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSISUHU
Laboratorium Dasar Teknik Kimia II Universitas Diponegoro 4
Dimana :
ΔH = panas pelarutan zat per mol (kal/g mol)
R = konstanta gas ideal (1,987 kal/g mol K)
T = suhu (K)
S = kelarutan per 1000 gr solute
Penurunan rumus Van’t Hoff :
Dimana :
8/17/2019 LAPORAN RESMI PANPEL
14/43
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSISUHU
Laboratorium Dasar Teknik Kimia II Universitas Diponegoro 5
2.2 Faktor yang Mempengaruhi Kelarutan
1. Suhu
Pada reaksi endoterm ΔH (+) maka
berharga (-) sehingga
.
Dengan demikian jika suhu dinaikkan, pangkat dari 10 menjadi kecil sehingga
S menjadi semakin besar. Dan pada reaksi eksoterm ΔH (-)
maka
berharga (+). Juga apabila suhu diperbesar maka S semakin kecil
dan sebaliknya.
2. Besar Partikel
Semakin besar luas permukaan, partikel akan mudah larut.
3. Pengadukan
Dengan pengadukan, tumbukan antara molekul-molekul solvent makin cepat
sehingga semakin cepat larut (kelarutannya besar).
4. Tekanan dan Volume
Jika tekanan diperbesar atau volume diperkecil, gerakan partikel semakincepat.Hal ini berpengaruh besar terhadap fase gas sedang pada zat cair hal ini
tidak berpengaruh.
8/17/2019 LAPORAN RESMI PANPEL
15/43
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSISUHU
Laboratorium Dasar Teknik Kimia II Universitas Diponegoro 6
BAB III
METODA PRAKTIKUM
3.1 Bahan dan Alat yang Digunakan
Bahan
1. Asam boraks 85 ml
2. NaOH 160 ml
3. Aquades 80 ml
Alat
1. Tabung reaksi besar
2. Erlenmeyer
3. Thermometer
4. Buret
5. Statif
6. klem
7. Beaker glass
8. Pipet tetes
9. Corong
10. Pengaduk
11. Toples kaca
3.2 Gambar Alat :
1 2
8/17/2019 LAPORAN RESMI PANPEL
16/43
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSISUHU
Laboratorium Dasar Teknik Kimia II Universitas Diponegoro 7
3
4
5
6
7
8
9 10
8/17/2019 LAPORAN RESMI PANPEL
17/43
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSISUHU
Laboratorium Dasar Teknik Kimia II Universitas Diponegoro 8
Keterangan :
1. Tabung reaksi besar
2. Erlenmeyer
3. Thermometer
4. Buret
5. Statif
6. klem
7. Beaker glass
8. Pipet tetes
9. Corong
10. Pengaduk
11. Toples kaca
3.3 Variabel Operasi
1. Variabel Tetap
Volume asam boraks untuk dititrasi = 4 ml
2. Variabel Bebas
∆T Asam boraks = 9oC
11
8/17/2019 LAPORAN RESMI PANPEL
18/43
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSISUHU
Laboratorium Dasar Teknik Kimia II Universitas Diponegoro 9
3.4 Cara Kerja
1. Membuat larutan asam boraks jenuh 85oC 85 ml
2. Larutan asam boraks jenuh dimasukkan ke dalam tabung reaksi besar.
3. Tabung reaksi dimasukkan dalam toples kaca berisi es batu dan garam lalu
masukkan thermometer ke dalam tabung reaksi.
4. Larutan jenuh diambil 4 ml tiap penurunan suhu 9oC.
5. Titrasi dengan NaOH 0,1N, indikator PP 3 tetes.
6. Mencatat kebutuhan NaOH
7. Tabung reaksi dikeluarkan pada saat suhu terendah lalu diambil 4 ml lagi
setiap kenaikan suhu 9oC.
8. Titrasi dengan NaOH 0,1 N, indikator PP 3 tetes.
9. Mencatat kebutuhan NaOH
10. Membuat grafik log S vs 1/T
11. Membuat grafik V NaOH vs T yang terjadi karena kondisi suhu dan
volume titran
8/17/2019 LAPORAN RESMI PANPEL
19/43
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSISUHU
Laboratorium Dasar Teknik Kimia II Universitas Diponegoro 10
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Percobaan
Tabel 4.1 Hubungan terhadap Volume Titran pada Penurunan dan Kenaikan Suhu
No Suhu (K) Volume Titran (ml)
1 352 18,1
2 343 19,2
3 334 13,3
4 325 14
5 316 14,7
6 307 11,7
7 298 10,5
8 307 9
9 316 15
10 325 16,1
11 334 16,3
12 343 20
13 352 26
8/17/2019 LAPORAN RESMI PANPEL
20/43
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSISUHU
Laboratorium Dasar Teknik Kimia II Universitas Diponegoro 11
4.2 Pembahasan
4.2.1 Hubungan log S terhadap 1/T pada Penurunan Suhu
Gambar 4.1 Hubungan log S vs 1/T pada penurunan suhu
Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa apabila suhu diturunkan maka
harga 1/T justru akan besar dan harga log S justru semakin kecil. Dari perhitungan
yang dilakukan ketika suhu diturunkan maka kelarutannya juga semakin turun atau
kecil, sebab reaksi yang terjadi adalah reaksi endotermis. Seperti yang kita tahu
bahwa larutan yang reaksinya bersifat endotermis kan memiliki ∆H (entalpi) berharga
positif sehingga nilai log S berharga negative. Harga log S secara teoritis tersebut
sesuai dengan harga log S secara praktis yang kami dapatkan., karena sesuai dengan
rumus berikut :
Hal tersebut juga sesuai dengan dat kelarutan bahwa bila asam borat
dilarutkan dalam suhu rendah maka kelarutannya yaitu 2,66 pada suhu 0ºC.
Sedangkan apabila dalam suhu tinggi maka kelarutanyya sebesar 40,2 dalam suhu
100ºC. Perbandingan tersebut menunjukkan bahwa pada reaksi endotermis, apabila
y = -0.0019x + 0.0013
R² = 0.7919
0.0027
0.0028
0.0029
0.003
0.0031
0.0032
0.0033
0.0034
-1.2 -1 -0.8 -0.6 -0.4 -0.2 0
1 / T
log S
asam borat
8/17/2019 LAPORAN RESMI PANPEL
21/43
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSISUHU
Laboratorium Dasar Teknik Kimia II Universitas Diponegoro 12
suhu dinaikkan maka kelarutannya juga naik dan bila suhu diturunkan maka
kelarutannya juga akan turun.
(Perry, 1984)
4.2.2 Hubungan log S terhadap 1/T pada Ke naikkan Suhu
Gambar 4.2 Hubungan log S vs 1/T pada kenaikan suhu
Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa apabila suhu diturunkan maka
harga 1/T justru akan kecil dan harga log S semakin besar. Dari perhitungan yang
dilakukan ketika suhu dinaikkan maka kelarutannya juga semakin naik atau besar,
sebab reaksi yang terjadi adalah reaksi endotermis. Seperti yang kita tahu bahwa
larutan yang reaksinya bersifat endotermis kan memiliki ∆H (entalpi) berharga positif
sehingga nilai log S berharga negative. Harga log S secara teoritis tersebut sesuai
dengan harga log S secara praktis yang kami dapatkan., karena sesuai dengan rumus
berikut :
y = -0.0011x + 0.0021
R² = 0.8636
0.0027
0.0028
0.0029
0.003
0.0031
0.0032
0.0033
0.0034
-1.2 -1 -0.8 -0.6 -0.4 -0.2 0
1 / T
log S
asam borat
8/17/2019 LAPORAN RESMI PANPEL
22/43
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSISUHU
Laboratorium Dasar Teknik Kimia II Universitas Diponegoro 13
Hal tersebut juga sesuai dengan dat kelarutan bahwa bila asam borat
dilarutkan dalam suhu rendah maka kelarutannya yaitu 2,66 pada suhu 0ºC.
Sedangkan apabila dalam suhu tinggi maka kelarutanyya sebesar 40,2 dalam suhu
100ºC. Perbandingan tersebut menunjukkan bahwa pada reaksi endotermis, apabila
suhu dinaikkan maka kelarutannya juga naik dan bila suhu diturunkan maka
kelarutannya juga akan turun.
(Perry, 1984)
4.2.3 Hubungan suhu terhadap volume titran pada penurunan suhu
Gambar 4.3 Hubungan T vs volume titran pada penurunan suhu
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa suhu yang rendah (penurunan suhu)
akan memperkecil jumlah volume titran yaitu NaOH 0,1N. Hal ini disebabkan karena
pada saat terjadi penurunan suhu, reaksinya adalah endoterm. Dimana panas diserap
oleh sistem. Sesuai dengan asas Le Chatelier yitu bahwa proses yang terjadi
merupakan proses endoterm, maka kelarutannya akan berkurang. Sehingga
y = -0.1444x + 61.444
R² = 0.7806
0
5
10
15
20
25
290 300 310 320 330 340 350 360
v o l u m e t i t r a n ( m l )
suhu (K)
asam borat
8/17/2019 LAPORAN RESMI PANPEL
23/43
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSISUHU
Laboratorium Dasar Teknik Kimia II Universitas Diponegoro 14
konsentrasi H3BO3 dalam larutan semakin kecil. Hal tersebut juga menyebabkan
volme titran yang diutuhkan semakin sedikit karena sesuai dengan rumus :
V1 . M1 . ekivalen = V2 . M2 . ekivalen
Namun didalam grafik terdapat beberapa titik yang justru dalam penurunan
suhu, volume titrannya justru semakin besar. Hal tersebut terjadi karena di dalam zat
yang akan dititrasi (asam borat) terdapat endapan sehingga membutuhkan volume
titran yang lebih besar daripada volume titran pada suhu sebelumnya.
(Perry, 1984)
4.2.4 Hubungan Suhu terhadap Volume Titran pada Kenaikkan Suhu
Gambar 4.4 hubungan T vs volume titran pada kenaikkan suhu
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa suhu yang rendah (kenaikan suhu) akan
memperkecil jumlah volume titran yaitu NaOH 0,1N. Hal ini disebabkan karena pada
saat terjadi kenaikkan suhu, reaksinya adalah endoterm. Dimana panas diserap oleh
y = 0.277x - 73.891
R² = 0.8867
0
5
10
15
20
25
30
290 300 310 320 330 340 350 360
v o l u m e t i t r a n ( m l )
suhu (K)
asam borat
8/17/2019 LAPORAN RESMI PANPEL
24/43
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSISUHU
Laboratorium Dasar Teknik Kimia II Universitas Diponegoro 15
sistem. Sesuai dengan asas Le Chatelier yitu bahwa proses yng terjadi merupakan
proses endoterm, maka kelarutannya akan bertambah. Sehingga konsentrasi H3BO3
dalam larutan semakin besar. Hal tersebut juga menyebabkan volme titran yang
diutuhkan semakin banyak karena sesuai dengan rumus :
V1 . M1 . ekivalen = V2 . M2 . ekivalen
Sehingga secara umum diperoleh grafik bahwa semkin tinggi suhu arutan
maka dibutuhkan volume titran yang semakin besar pula.
(Perry, 1984)
8/17/2019 LAPORAN RESMI PANPEL
25/43
PANAS PELARUTAN DAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSISUHU
Laboratorium Dasar Teknik Kimia II Universitas Diponegoro 16
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1 Bila suhu diturunksn maka kelarutan asam borat juga akan turun karena reaksi
yang terjadi adalah reaksi endoterm.
2 Bilamsuhu dinaikkan maka kelarutan asam boraat juga akan naik karena
reaksi yang terjadi adalah reaksi endotermis.
3 Bila suhu diturunkan maka kelarutan asam borat juga akan turun sehingga
kebutuhan titran (NaOH 0,1N) juga semakin kecil karena reaksinya endoterm.
4 Bila suhu dinaikkan maka kelarutan asam borat juga akan semakin naik
sehingga kebutuhan titran (NaOH 0,1 N) juga semaki besar karena reaksinya
endoterm
5.2 Saran
1 Mencuci alat-alat sebelum dan sesudah digunakan agar terhindar dari
kontaminasi
2 Saat titrasi usahakan tdak terdapat kristalan borat yang dapat mengganggu
proses titrasi.
3 Membuat larutan asam borat sampai benar-benar jenuh.
4 Harus teliti dalam pengamatan TAT.
5 Usahakan suhu yang digunakan untuk menganalis tepat.
8/17/2019 LAPORAN RESMI PANPEL
26/43
8/17/2019 LAPORAN RESMI PANPEL
27/43
A-1
LEMBAR PERHITUNGAN KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
Perhitungan Log S
Penurunan Suhu
T = 79ºC
(M . V . ekivalen) NaOH = (M . V . ekivalen) Asam Borat
0,1 x 18,1 x 1 = M x 4 x 3
M = 0,15
S = 0,15
Log S = -0,8215
1/T = 1/(79+273)
= 0,0028
T = 70 ºC
(M . V . ekivalen) NaOH = (M . V . ekivalen) Asam Borat
0,1 x 19,2 x 1 = M x 4 x 3
M = 0,16
S = 0,16
Log S = -0,795
1/T = 1/(70+273)
= 0,0029
T = 61 ºC(M . V . ekivalen) NaOH = (M . V . ekivalen) Asam Borat
0,1 x 13,3 x 1 = M x 4 x 3
M = 0,1108
S = 0,1108
8/17/2019 LAPORAN RESMI PANPEL
28/43
A-2
Log S = -0,95
1/T = 1/(61+273)
= 0,00299
T = 52 ºC
(M . V . ekivalen) NaOH = (M . V . ekivalen) Asam Borat
0,1 x 14 x 1 = M x 4 x 3
M = 0,16
S = 0,16
Log S = -0,795
1/T = 1/(70+273)
= 0,00299
T = 43 ºC
(M . V . ekivalen) NaOH = (M . V . ekivalen) Asam Borat
0,1 x 14,7 x 1 = M x 4 x 3
M = 0,1225
S = 0,1225
Log S = -0,9111/T = 1/(43+273)
= 0,00316
T = 34 ºC
(M . V . ekivalen) NaOH = (M . V . ekivalen) Asam Borat
0,1 x 11,7 x 1 = M x 4 x 3
M = 0,095
S = 0,095
Log S = -1,01
1/T = 1/(34+273)
= 0,00325
8/17/2019 LAPORAN RESMI PANPEL
29/43
A-3
T = 25 ºC
(M . V . ekivalen) NaOH = (M . V . ekivalen) Asam Borat
0,1 x 10,5 x 1 = M x 4 x 3
M = 0,0875
S = 0,0875
Log S = -1,0579
1/T = 1/(25+273)
= 0,00335
Kenaikan Suhu
T = 25 ºC
(M . V . ekivalen) NaOH = (M . V . ekivalen) Asam Borat
0,1 x 10,5 x 1 = M x 4 x 3
M = 0,0875
S = 0,0875
Log S = -1,0579
1/T = 1/(25+273)
= 0,00335 T = 34 ºC
(M . V . ekivalen) NaOH = (M . V . ekivalen) Asam Borat
0,1 x 9 x 1 = M x 4 x 3
M = 0,075
S = 0,075
Log S = -1,1249
1/T = 1/(34+273)
= 0,00325
8/17/2019 LAPORAN RESMI PANPEL
30/43
A-4
T = 43 ºC
(M . V . ekivalen) NaOH = (M . V . ekivalen) Asam Borat
0,1 x 15 x 1 = M x 4 x 3
M = 0,125
S = 0,125
Log S = -0,903
1/T = 1/(43+273)
= 0,003164
T = 52 ºC
(M . V . ekivalen) NaOH = (M . V . ekivalen) Asam Borat
0,1 x 16,1 x 1 = M x 4 x 3
M = 0,1341
S = 0,1341
Log S = -0,8725
1/T = 1/(52+273)
= 0,0030
T = 61 ºC(M . V . ekivalen) NaOH = (M . V . ekivalen) Asam Borat
0,1 x 16,3 x 1 = M x 4 x 3
M = 0,135
S = 0,135
Log S = -0,869
1/T = 1/(61+273)
= 0,00299
8/17/2019 LAPORAN RESMI PANPEL
31/43
A-5
T = 70 ºC
(M . V . ekivalen) NaOH = (M . V . ekivalen) Asam Borat
0,1 x 20 x 1 = M x 4 x 3
M = 0,167
S = 0,167
Log S = -0,77
1/T = 1/(70+273)
= 0,0029
T = 79 ºC
(M . V . ekivalen) NaOH = (M . V . ekivalen) Asam Borat
0,1 x 26 x 1 = M x 4 x 3
M = 0,2167
S = 0,2167
Log S = -0,664
1/T = 1/(79+273)
= 0,00284
8/17/2019 LAPORAN RESMI PANPEL
32/43
B-1
LEMBAR PERHITUNGAN GRAFIK
KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI SUHU
Penurunan Suhu
Suhu (K) Log S (x) 1/T (y) X XY
352 -0.8215 0,0028 0,675 -2,3 x 10-
343 -0,795 0,0029 0,632 -2,305 x 10-
334 -0,95 0,00299 0,9025 -2,84 x 10-
325 -0,93 0,003 0,8649 -2,79 x 10-
316 -0,911 0,00316 0,8299 -2,9 x 10-
307 -1,01 0,00325 1,0201 -3,3 x 10-
298 -1,0579 0,00335 1,1191 -3,5 x 10-
-6,4754 0,02145 6,0435 -19,935 x 10-
M = ∑ ∑ ∑ ∑ ∑
=( )
=
= -1,5 x 10-3
C = ∑ ∑ ∑ ∑
∑ ∑
=( )
=
= 1,388 x 10-3
8/17/2019 LAPORAN RESMI PANPEL
33/43
B-2
Y = -1,5x10-3
x + 0,001388
Kenaikan Suhu
Suhu (K) Log S (x) 1/T (y) X XY
298 -1,05799 0,00335 1,11934 -3,54 x 10-
307 -1,1249 0,00325 1,2654 -3,65 x 10-
316 -0,903 0,003164 0,8154 -2,85 x 10-
325 -0,8725 0,0030 0,76125 -2,61 x 10-
343 -0,869 0,00299 0,755161 -2,59 x 10-
334 -0,77 0,0029 0,5929 -2,23 x 10-
352 -0,664 0,00284 0,440896 -1,88 x 10-
-6,26139 0,021494 5,750347 -19,35 x 10-
M = ∑ ∑ ∑ ∑ ∑
=( )
=
= -0,000826
C = ∑ ∑ ∑ ∑
∑ ∑
=( )
= = 0,00219
Y = -0,000826x + 0,002219
8/17/2019 LAPORAN RESMI PANPEL
34/43
B-3
Grafik Hubungan antara Suhu terhadap Volume Titran
Penurunan Suhu
Suhu (K) Volume NaOH (ml) X
XY
352 18,1 123904 6371,2
343 19,2 117649 6585,6
334 13,3 111556 4442,2
325 14 105625 4550
316 14,7 99856 4645,2
307 11,7 94249 3591,9
298 10,5 88804 3129
1950 101,5 741643 33315,1
M = ∑ ∑ ∑ ∑ ∑
=
=
= 0,0254
C = ∑ ∑ ∑ ∑
∑ ∑
=
=
= 7,4
Y = 0,0254x + 7,4
8/17/2019 LAPORAN RESMI PANPEL
35/43
B-4
Kenaikan Suhu
Suhu (K) Volume NaOH (ml) X
XY
298 10,5 88804 3129
307 9 94249 2763
316 15 99856 4740
325 16,1 105625 5232,5
343 16,3 111556 5444,2
334 20 117649 6860
352 26 123904 9152
1950 112,9 741643 37320,7
M = ∑ ∑ ∑ ∑ ∑
=
= 0,0295
C = ∑ ∑ ∑ ∑
∑ ∑
=
= 7,8
Y = 0,0295x + 7,8
8/17/2019 LAPORAN RESMI PANPEL
36/43
C-1
DATA HASIL PERCOBAAN
LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II
JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
MATERI : Panas Pelarutan dan Kelarutan sebagai Fungsi Suhu
I. VARIABEL
Panpel
1. Solute standar : NaCl 2 gram
2. Solute variable : KOH
: MgCl2.6H2O 1,2,3,4 gram
: CuSO4.5H2O
3. Aquades : 80ºC 80 ml
∆t panpel : 2 menit
KSFT
1. Variabel tetap : Asam borat 85 ml
2. Variabel bebas : ∆T asam borat 9ºC
8/17/2019 LAPORAN RESMI PANPEL
37/43
C-2
II. BAHAN DAN ALAT
Panpel KSFT
1. NaCl 1. Asam Borat jenuh
2. KOH 2. NaOH
3. MgCl2.6H2O 3. Aquades
4. CuSO4.5H2O 4. Tabung reaksi besar
5. Thermometer 5. Erlenmeyer
6. Gelas Ukur 6. Thermometer
7.Kalorimeter 7. Buret, statif, klem
8. Beaker Glass 8. Beaker glass
9. Pipet tetes 9. Pipet tetes
10. Pipet Volume 10. corong
11. Kompor listrik 11. Pengaduk
12. Toples kaca
III. CARA KERJA
PANPEL
Penentuan tetapan calorimeter
1. Panaskan 80 ml aquades pada T = 80ºC, masukkan ke calorimeter lalu catat suhu
tiap 2 menit sampai 3 kali konstan.
2. Timbang 2 gram solute standar yang telah diketahui panas pelarutannya
8/17/2019 LAPORAN RESMI PANPEL
38/43
C-3
3. Panaskan lagi 80 ml aquadest pada suhu 80ºC
4. Masukkan aquades yang telah dipanaskan ke calorimeter beserta solute standar
yang telah ditimbang.
5. Mencatat suhu setiap 2 menit sampai 3 kali konstan.
Penentuan panas pelarutan solute variable
1 Panaskan 80 ml aquades T=80ºC
2 Timbang 1,2,3,4 gram solute variabel
3 Masukkan aquades yang sudah dipanaskan ke dalam kalorimeter beserta variable
berubahnya.
4 Mencatat suhunya tiap 2 menit sampai 3 kali konstan
KSFT
1 Membuat asam borat jenuh 85ºC 85 ml
2 Larutan asam borat jenuh dimasukkan ke dalam tabung reaksi besar.
3 Tabung reaksi besar dimasukkan ke dalam toples kaca berisi air lalu masukkan
thermometer ke dalam tabung reaksi.
4 Larutan jenuh diambil 4 ml tiap penurunan suhu 9ºC.
5 Titrasi dengan NaOH 0,1 N.
6 Tabung reaksi dikeluarkan saat suhu terendah, ambil 4ml lagi tiap penurunan 9ºC.
7 Titrasi dengan NaOH 0,1 N, indicator PP 3 tetes.
8 Catat kebutuhan NaOH.
9 Membuat grafik log S vs 1/T.
10 Buat grafik V NaOH vs T yang terjadi karena kondisi suhhu dan volume titran.
8/17/2019 LAPORAN RESMI PANPEL
39/43
C-4
IV. HASIL PERCOBAAN
Panas Pelarutan
t Aquades NaClKOH (ºC) MgCl2.6H2O (ºC) CuSO4.5H2O (ºC)
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
0 54ºC 56ºC 60 61 60 65 66 60 56 55 56 63 63 65
2 54 ºC 62ºC 70 71 61 72 68 60 68 70 79 82 82 84
4 58 ºC 64ºC 70 72 68 73 68 60 68 70 80 82 82 84
6 58 ºC 64,5ºC 71 72 68 73 68 60 68 70 80 82 82 84
8 58 ºC 65ºC 71 72 68 73 80
10 65ºC 71
12 65ºC
KSFT
Penurunan Suhu Kenaikan Suhu
Suhu (ºC) V NaOH (ml) Suhu (ºC) V NaOH (ml)
79 18,1 25 10,570 19,2 34 9
61 13,3 43 15
52 14 52 16,1
43 14,7 61 16,3
34 11,7 70 20
25 10,5 79 26
Mengetahui,Praktikan Asisten Pengampu
Adisty, Arlunandha, Ruth Istiqomah Ani Sayekti
8/17/2019 LAPORAN RESMI PANPEL
40/43
D-1
LEMBAR KUANTITAS REAGEN
LABORATORIUM DASAR TEKNIK KIMIA II
JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
PRAKTIKUM KE : 5
MATERI :PANAS PELARUTAN DAN KELAARUTAN
SEBAGAI FUNGSI SUHU
HARI/TANGGAL : SELASA, 6 MEI 2014
KELOMPOK : 7/ SELASA SIANG
NAMA : 1. ADISTY KURNIA RAHMAWATI
2. ARLUNANDA ADHIARTHA
3. RUTH FEBRINA SONDANG ARITONANG
ASISTEN : ISTIQOMAH ANI SAYEKTI
KUANTITAS REAGEN
NO JENIS REAGEN KUANTITAS
1
2
Panpel
Solute standar : NaCl
Solute variable :
o KOH
o MgCl2.6H2O
o CuSO4.5H2O
KSFT
2 gram
1,2,3,4 gram
8/17/2019 LAPORAN RESMI PANPEL
41/43
D-2
TUGAS TAMBAHAN :
Cari data Cp, ∆H (heat of solution), ∆Hf (heat of formation) solute→ Perry
Cari data kelarutan asam borat→ Perry
Lampirkan pada proposal , saat pretest sudah harus ada.
CATATAN :
SEMARANG, 6 MEI 2014
ASISTEN
NIM.
Asam borat jenuh 85ºC
(T= 79,70,61, 52, 43, 34, 25 NaOH 0,1N
85 ml
160 ml
PP : 3 tetes
V titran : 4 ml (KSFT)
∆ t panpel : 2 menit
Bawa :Lap, malam, es batu, garam
8/17/2019 LAPORAN RESMI PANPEL
42/43
REFERENSI
Perry,1984, “chemical engineering handbook”, section 2 page 13
8/17/2019 LAPORAN RESMI PANPEL
43/43
DIPERIKSA
KETERANGAN TANDA TANGAN NO TANGGAL
1. 8 Juni 2014 - Format penulisa
- Format laporan
- Ejaan
Recommended