BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 1 dari
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM LAPANGAN SISTEMATIKA HEWAN
KEMELIMPAHAN FAUNA DI AREA PERSAWAHAN PIYUNGAN, HUTAN
WANAGAMA, PANTAI BARON DAN PANTAI SEPANJANG YOGYAKARTA
Nama : Nike Dwiyanti
NIM : 11/312964/BI/08598
Gol/Kel : A/5
Asisten : Teo Sukoco
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN
FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2013
BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 2 dari
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan laporan resmi praktikum lapangan Sistematika Hewan ini
sesuai dengan ketentuan yang disyaratkan. laporan resmi praktikum lapangan Sistematika
Hewan ini disusun untuk melengkapi pra syarat pelaksanaan responsi praktikum
Sistematika Hewan di laboratorium Sistematika Hewan Fakultas Biologi Universitas
Gadjah Mada yang bertujuan untuk memperoleh wawasan yang lebih mendalam tentang
keanekaragaman hewan di area persawahan Piyungan, hutan Alas Bunder Wanagama,
Pantai Baron dan Pantai Sepanjang Yogyakarta.
Dalam menyusun laporan ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan
masukan yang berarti dari berbagai pihak. Dengan terselesaikannya penyusunan laporan
ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Dekan dan Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Biologi
Universitas Gadjah Mada,
2. Drs. Tri Joko, M.Si, Drs. Bambang Agus Suripto, S.U., M.Sc., selaku dosen pengampu
mata kuliah Sitematika Hewan,
3. Kordinator dan asisten pembimbing praktikum lapangan yang telah membimbing
penulis dalam melakukan sampling dan identifikasi ,
4. Teo Sukoco, S.Si selaku pembimbing kelompok yang telah memberi bimbingan dan
arahan,
5. Keluarga dan kerabat yang telah secara ikhlas telah mendukung dan mendoakan
penulis,
6. Seluruh civitas akademika Fakultas Biologi UGM atas bantuannya.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan laporan yang disusun.
Yogyakarta, Juni 2013
Penulis
BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 3 dari
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan…………………………………………………………………..….. ii
Pengantar …………………………………………………………………………………. iii
Daftar Isi ………………………..…………………………………………………….…… v
Daftar Gambar ……………………………………………………………...…………….. vi
Daftar Lampiran ……………………………………………………………...……….… viii
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang ………………………………………...……………………… 1
B. Permasalahan ………………………………………..…………………...…… 1
C. Tujuan ……………………………………………………………………….… 2
Bab II Tinjauan Pustaka ………………………………...………………………………... 3
Bab III Metode Penelitian
A. Lokasi dan Waktu ………..…………………..……………………………… 12
B. Deskripsi Lokasi ……………………………………..…………………….… 12
C. Alat dan Bahan ………………………………………………………………..13
D. Cara Kerja ………………………………………………………………….… 17
Bab IV Hasil dan Pembahasan ……………………………..………………………….… 19
Bab V Simpulan ……………………………………………………………………….… 30
Daftar Pustaka …………...…………………………………………………………….… 31
Lampiran ……………………………...…………………………………………………. 32
BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 4 dari
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kondisi lokasi areal persawahan di daerah Piyungan, Bantul, Yogyakarta
Tanggal 21
Mei 2011
……………………………………………………………………………..… 3
Gambar 2. Kondisi lokasi salah satu tempat sampling di Hutan Wanagama, Gunung Kidul,
Yogyakarta tanggal 21 Mei 2011
…………………………………………………… 4
Gambar 3. Kondisi lokasi Pantai Sundak, Yogyakarta tanggal 21 Mei 2011
…………………. 5
Gambar 4. Salah satu spesies dari Kelas Holothuroidea yang menyemburkan cairan untuk
perlindungan diri terhadap musuhnya ……………………………………………..… 12
Gambar 5. Perbandingan jumlah individu pada tiap spesies Mollusca dan Helminthes yang
ditemukan di Piyungan dan Hutan Wanagama …………………………….…
19
Gambar 6. Perbandingan jumlah individu pada tiap Ordo serangga yang ditemukan
di Piyungan dan Hutan Wanagama …………………………………………...
20
Gambar 7. Perbandingan jumlah individu pada tiap spesies Herpetofauna yang
ditemukan di Piyungan dan Hutan Wanagama ………………………….....…
20
Gambar 8. Perbandingan jumlah individu pada tiap spesies Avifauna yang ditemukan
di Piyungan dan Hutan Wanagama …………………………………………...
21
Gambar 9. Beberapa contoh hewan laut yang ditemukan di TPI Pantai Baron, antara lain
(a.) cumi; (b.) Ikan bawal merah; (c.) udang dan (d.) kepiting …………….…
28
Gambar 10. Echinus sp. dari sisi oral dan aboral …………………………………………
30
BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 5 dari
DAFTAR LAMPIRAN
Data Arthropoda
Data Herpetofauna
Data Avifauna
Data Mollusca-Helminthes
Data hewan laut TPI Pantai Baron
Data hewan laut Pantai Sepanjang
BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 6 dari
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kingdom Animalia merupakan salah satu kingdom yang memiliki anggota yang
sangat melimpah dan sangat beraneka ragam. Kemelimpahan animalia sangat
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan ketersediaan makanan. Dalam praktikum
lapangan ini, dipilih daerah terestial dan daerah akuatik sebagai wilayah objek kajian.
Daerah terestial yang dipilih adalah area persawahan Piyungan dan hutan Wanagama,
sementar daerah akuatik yang dipilih adalah pantai Baron dan pantai Sepanjang.
Seperti yang kita ketahui, keempat daerah tersebut memiliki karakter dan kondisi
lingkungan yang berbeda. Komunitas sawah merupakan salah satu jenis komunitas
dimana sekumpulan populasi organisme dapat berinteraksi dengan lingkungannya.
Komunitas sawah disusun oleh bermacam-macam organisme, misalnya padi, belalang,
burung, ular, katak, dan cacing. Hutan Wanagama dipilih karena kondisi
lingkungannya yang masih alami dan mempertahankan keadaan seperti hutan alami,
meskipun Hutan Wanagama adalah hutan buatan (arboretum) dalam skala luas yang
didesain sedemikian rupa agar menyerupai keadaan hutan asli. Pada daerah akuatik,
ada dua sub wilayah yang diamati, yakni Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pantai Baron
dan Pantai Sepanjang, Gunung Kidul Yogyakarta. Pengamatan di TPI Pantai Baron
dipilih untuk mengetahui keanekaragaman hewan yang diambil dari laut dan yang
dijual sehingga dapat diperkirakan hewan apa saja yang dapat ditemukan di daerah
laut. Untuk daerah Pantai Sepanjang, tempat ini dipilih untuk mengetahui komunitas
hewan penyusun daerah pantai beserta kemelimpahannya. Berdasarkan perbedaan
keempat tempat di atas akan dilihat bagaimana dan apa saja hewan-hewan penyusun
daerah tersebut beserta kemelimpahannya di alam. Oleh karena itu, praktikum lapangan
sistematika hewan perlu dilakukan.
B. PERMASALAH
Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan sebelumnya, muncul
permasalahn ilmiah yaitu bagaimana kemelimpahan dan apa saja hewan-hewan
penyusun area persawahan Piyungan, hutan Wanagama, pantai Baron dan pantai
BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 7 dari
Sepanjang Yogyakarta? Dan hewan apa saja yang paling banyak ditemukan diwilyah
tersebut?.
C. TUJUAN
Praktikum lapangan ini dilakukan dengan tujuan untuk mempelajari
kemelimpahan dan mengetahui hewan penyusun komunitas persawahan Piyungan,
hutan Wanagama, pantai Baron dan pantai Sepanjang Yogyakarta.
BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 8 dari
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Secara umum, hewan dikelompokkan menjadi hewan avetebrata yang tidak
memiliki tulang belakang dan hewan vetebrata yang memiliki tulang belakang. Campbell
dkk. (2003) mengklasifikasikan hewan avetebrata dan vetebrata menjadi 9 filum yaitu:
1. Filum Porifera
Porifera berasal dari kata “porus” (lubang-lubang kecil) dan “fera”
(mengandung). Jadi, porifera berarti hewan yang memiliki pori. Contoh hewan dari
filum ini adalah spons. Spons bersifat sesil dan memiliki tubuh berpori serta
koanosit. Spons tidak memiliki jaringan dan organ (parazoa). Mereka merupakan
filter feeder yang memperoleh makanan dengan menyaring air melalui pori. Filum
porifera memiliki 3 kelas berdasarkan struktur penyusun rangka, yaitu kelas
Calcarea, kelas Hexactinellida, dan kelas Demospongiae.
2. Filum Cnidaria
Coelenterata ciri coelenterata berasal dari kata “koilos” yang berarti rongga
tubuh atau “selom” dan “enteron” yang berarti usus. Jadi coelenterata artinya
rongga yang berfungsi sebagai usus. Coelenterata hidupnya di perairan laut maupun
air tawar. Hewan ini merupakan hewan bersel banyak (multiseluler). Sebagian
besar hewan cnidaria adalah karnivora laut bertentakel dengan alat pertahanan diri
cnidosit (sel yang mengandung racun). Hewan ini memiliki 2 bentuk tubuh yaitu
polip yang sesil dan medusa yang mobil. Saluran pencernaan tidak sempurna.
Filum ini terdiri atas 3 kelas yaitu Hydrozoa (contoh : Hydra sp.), Scyphozoa
(Contoh : Aurelia aurita), dan Anthozoa (Contoh: Anemon laut : Metridium
marginatum; dan Karang laut : Tubiphora musica).
3. Filum Platyhelmintes
Filum ini mencakup semua cacing pipih. Tubuh pipih dorsoventral dan tidak
berbuku-buku. Hewan ini memiliki rongga gastrovaskular namun tidak memiliki
saluran pencernaan. Platyhelminthes merupakan cacing yang tergolong triploblastik
aselomata karena memiliki 3 lapisan embrional yang terdiri dari ektoderma,
endoderma, dan mesoderma. Namun, mesoderma cacing ini tidak mengalami
spesialisasi sehingga sel-selnya tetap seragam dan tidak membentuk sel khusus.
BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 9 dari
Umumnya, golongan cacing pipih hidup di sungai, danau, laut, atau sebagai parasit
di dalam tubuh organisme lain. Platyhelminthes dapat dibedakan menjadi 3 kelas,
yaitu Turbellaria (cacing bulu getar), Trematoda (cacing hisap), Monogenea, dan
Cestoda (cacing pita).
4. Filum Nemathelmintes
Nemathelminthes (dalam bahasa yunani, “nema” = benang, “helminthes” =
cacing) karena tubuhnya berbentuk bulat panjang atau seperti benang dan tidak
bersegmen. Berbeda dengan Platyhelminthes yang belum memiliki rongga tubuh,
Nemathelminthes sudah memiliki rongga tubuh meskipun bukan rongga tubuh
sejati. Oleh karena memiliki rongga tubuh semu, Nemathelminthes disebut sebagai
hewan Pseudoselomata karena rongga tubuhnya masih belum sejati (masih semu).
Nemathelminthes hidup bebas atau parasit pada manusia, hewan, dan tumbuhan.
Nemathelminthes yang hidup bebas berperan sebagai pengurai sampah organik,
sedangkan yang parasit memperoleh makanan berupa sari makanan dan darah dari
tubuh inangnya. Habitat cacing ini berada di tanah becek dan di dasar perairan
tawar atau laut. Nemathelminthes parasit hidup dalam inangnya. Nemathelminthes
dibagi menjadi dua kelas, yaitu Nematoda dan Nematophora.
5. Filum Annelida
Annelida (dalam bahasa latin, “annulus” = cincin) atau cacing gelang adalah
kelompok cacing dengan tubuh bersegmen. Berbeda dengan Platyhelminthes dan
Nemathelminthes, Annelida merupakan hewan tripoblastik yang sudah memiliki
rongga tubuh sejati (hewan selomata). Namun Annelida merupakan hewan yang
struktur tubuhnya paling sederhana. Bentuk tubuhnya simetris bilateral dan
bersegmen menyerupai cincin. Annelida memiliki segmen di bagian luar dan dalam
tubuhnya. Antara satu segmen dengan segmen lainya terdapat sekat yang disebut
septa. Habitat annelida umumnya berada di dasar laut dan perairan tawar, dan juga
ada yang sebagian hidup di tanah atau tempat-tempat lembab. Annelida dibagi
menjadi tiga kelas, yaitu Polychaeta (cacing berambut banyak, contoh : Nereis sp.),
Oligochaeta (cacing berambut sedikit, contoh: Pheretima sp.), dan Hirudinea
(contoh : Hirudo sp.).
BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 10 dari
6. Filum Mollusca
Phylum Mollusca, dari bahasa Latin “molluscus” = lunak merupakan hewan
triploblastik selomata yang bertubuh lunak. Ke dalamnya termasuk semua hewan
lunak dengan maupun tanpa cangkang, seperti berbagai jenis siput, kiton, kerang-
kerangan, serta cumi-cumi dan kerabatnya. Moluska merupakan filum terbesar
kedua dalam kerajaan binatang setelah filum Arthropoda. Moluska hidup di laut, air
tawar, payau, dan darat. Tubuh tidak bersegmen, simetri bilateral. Tubuhnya terdiri
dari “kaki” muskular, dengan kepala yang berkembang beragam menurut kelasnya.
Kaki dipakai dalam beradaptasi untuk bertahan di substrat, menggali substrat, atau
melakukan pergerakan. Tubuh hewan ini terdiri dari tiga bagian utama, yaitu kaki,
badan, dan mantel.
7. Filum Arthropoda
Arthropoda merupakan kelompok hewan yang paling sukses di planet ini
karena dengan hampir semua ukuran dari yang paling kecil hingga yang paling
besar, mereka telah menaklukkan lingkungan darat, laut dan udara. Pada konservasi
estimasi, diperkiran jumlah arthopoda yang terdapat di hutan tropis berjumlah 6-9
juta spesies. Arthropoda berkisar dalam distribusi dari laut dalam ke puncak
gunung. Meskipun keragaman ini luar biasa, susunan dasar tubuh arthropoda cukup
konstan. Arthropoda memiliki kutikula kaku dibuat sebagian besar dari kitin dan
protein, membentuk sebuah exoskeleton yang mungkin atau mungkin tidak lebih
kaku dengan kalsium karbonat. Mereka memiliki tubuh tersegmentasi dan
menunjukkan berbagai pola segmen fusi (tagmosis) untuk membentuk unit terpadu
(kepala, perut, dan sebagainya) (Thomas, 1990). Sejumlah karakteristik penting
yang dimiliki oleh sebagian besar anggota filum ini adalah bilateral simetris
protostomes dengan tubuh sangat tersegmentasi. Segmentasi mempengaruhi baik
struktur eksternal dan internal. Beberapa segmen menyatu untuk membentuk
daerah tubuh khusus yang disebut tagmata (proses dan kondisi fusi disebut
tagmosis). Tubuh ditutupi dengan exoskeleton terutama terdiri dari kitin
(polisakarida) dalam matriks protein, lipid, protein lain, dan kalsium karbonat juga
berperan. Arthropoda umumnya tumbuh dengan molting exoskeletons mereka
dalam proses yang disebut ecdysis. Gerakan pelengkap dikendalikan terutama oleh
sistem otot yang kompleks, dibagi menjadi komponen halus dan lurik seperti pada
BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 11 dari
chordata. Kebanyakan arthropoda memiliki sepasang mata majemuk dan satu
sampai beberapa sederhana ("median") mata atau ocelli, salah satu atau kedua jenis
mata dapat dikurangi atau tidak ada dalam beberapa kelompok. Arthropoda adalah
eucoelomate dengan coelom dibentuk oleh schizocoely, tetapi volume coelom jauh
berkurang dan biasanya terbatas pada bagian-bagian dari sistem reproduksi dan
ekskretoris. Sebagian besar rongga tubuh adalah "hemocoel," terbuka atau ruang
yang penuh dengan jaringan longgar, sinus, dan darah. Sistem peredaran darah
terbuka dan terdiri dari jantung, arteri, dan ruang terbuka hemocoel tersebut. Usus
lengkap. Respirasi terjadi melalui permukaan tubuh, dan / atau melalui insang,
tracheae, atau buku paru-paru. Sistem saraf seperti annelida, dengan otak (=
ganglion otak) dan cincin saraf yang mengelilingi faring yang menghubungkan otak
dengan sepasang tali saraf ventral. Kebanyakan arthropds dioecious dan telah
dipasangkan organ reproduksi (ovarium, testis). Kebanyakan bertelur, dan
pengembangan sering melanjutkan dengan beberapa bentuk metamorfosis (Myers,
2001).
Secara umum, arthropoda diklasifikasikan sebagai berikut:
Insecta
Contoh: Belalang, kupu-kupu, kumbang, semut, dll 1.000.000 spesies
dunia
segmentasi tubuh: kepala, dada, perut
memiliki enam kaki yang melekat pada dada (yang memiliki 3 segmen)
pada dewasa memiliki satu atau dua pasang sayap yang melekat pada
thorax (beberapa tidak memilikinya)
mempunyai antena
mata majemuk lateralis
Arachnida
Contoh: Laba-laba, kalajengking, kutu, tungau, dll 65.000 spesies dunia
Segmentasi tubuh: cephalothorax, abdomen
Memiliki delapan kaki
Memiliki bagian mulut yang disebut chelicerae (pada laba-laba taring)
Crustacea (teknis subphylum)
BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 12 dari
Meliputi kepiting, udang, lobster, teritip, isopoda dll 44.000 spesies
dunia
dua daerah tubuh
dua pasang antena
5 atau lebih pasang kaki
terutama air, beberapa terestrial
Chilopods
Lipan. 2.800 spesies
kepala yang jelas
pasangan pertama kaki dimodifikasi untuk envenomation
diratakan atas ke bawah
satu pasang kaki per segmen
sepasang antena
Diplopods
Kaki Seribu. 10.000 spesies
dua pasang kaki per segmen, pertama empat segmen memiliki 1 kaki
pasangan
sepasang antena
kepala yang jelas
biasanya silinder
(Anonim1,
1997)
8. Filum Echinodermata
Phylum Echinodermata (dari bahasa Yunani untuk kulit berduri) adalah
sebuah filum hewan laut yang mencakup bintang laut, teripang, dan beberapa
kerabatnya. Kelompok hewan ini ditemukan di hampir semua kedalaman laut.
Hewan-hewan ini juga mudah dikenali dari bentuk tubuhnya: kebanyakan memiliki
simetri radial, khususnya simetri radial pentameral (terbagi lima). Walaupun
terlihat primitif, Echinodermata adalah filum yang berkerabat relatif dekat dengan
Chordata (yang di dalamnya tercakup Vertebrata), dan simetri radialnya berevolusi
secara sekunder. Lima kelas yang masih hidup sekarang mencakup Asteroidea
BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 13 dari
(bintang laut), Crinoidea (lili laut), Echinoidea (bulu babi), Holothuroidea (teripang
atau ketimun laut), Ophiuroidea (bintang ular).
9. Filum Chordata
Pada phylum Chordata, hewan yang dikelompokkan dalam kelompok ini memiliki
ciri berupa empat struktur anatomis yang muncul saat perkembangan embrio, yaitu:
1. Notochord
Merupakan suatu batang fleksibel dan longitudinal yang terdapat diantara
saluran pencernaan dan tali syaraf. Terdiri dari sel-sel besar penuh cairan
yang tebungkus dalam jaringan serat yang agak kaku dan menyokong
kerangka di sebagian besar panjang tubuh hewan tersebut. Struktur ini
masih tetap ada hingga hewan tersebut dewasa pada chordata invertebrate
dan vertebrata primitif.
2. Tali syaraf dorsal yang berlubang
Tali syaraf chordata berkembang dari suatu lempengan ektoderm yang
menggulung menjadi suatu bentuk tabung yang terletak dorsal terhadap
notochordanya. Tali syaraf ini akan berkembang menjadi otak dan tulang
belakang.
3. Celah faring
Saluran pencernaan chordate memanjang dari mulut hingga anus. Daerah
yang letakknya di posterior mulut adalah faring, yang membuka ke arah
bagian luar hewan melalui beberapa pasang celah.
4. Ekor pasca anus yang berotot
Ekor memanjang kearah posterior terhadap anus. Ekor Chordata memiliki
unsur otot kerangka serta menyediakan sebagian besar gaya dorong pada
spesies akuatik.
(Anonim2, tanpa tahun)
Filum ini adalah filum yang paling familiar untuk manusia karena manusia
termasuk kedalam filum ini. Kelompok hewan Chordata merupakan kelompok
hewan yang awalnya dikelompokkan karena memiliki tulang belakang/ vertebra.
Pada klasifikasi modern, kelompok ini dibagi menjadi tiga subphylum, yakni
Urochordata (tunicates), Cephalachordata (lancelets) dan Vetebrata. Pada
subphylum Urochordata dan Cephalochordata tidak memiliki vertebrae. Dua filum
BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 14 dari
pertama adalah filum yang sangat kecil yang hanya berisi sekitar 2.000 total
spesies. Tunicates adalah hewan laut yang hanya menampilkan atribut dari filum
Chordata dalam tahap larva, dan ketika mereka berubah menjadi dewasa mereka
kehilangan notochord dan saraf. Tunicates dewasa terlihat seperti kantung kecil di
sekitar 3 cm yang melekat pada dasar laut. Lancelets, yang mirip dalam penampilan
dengan ikan-ikan kecil, memiliki chord saraf dan notochord pada tahap menuju
kedewasaan tetapi sangat sederhana dalam struktur dan kekurangan tulang
punggung (Anonim2, tanpa tahun). Subfilum yang ketiga yaitu vetebrata mungkin
berasal dari ancestor Amphioxus namun ada juga teori yang menyatakan bahwa
vetebrata berasal dari bentuka larva Tunicates. Beberapa karakter umum vetebrata
yaitu:
1. Vertebraunit kerangka yang mengelilingi sumsum saraf
2. Otak tertutup dalam tengkorak
3. sebuah endoskeleton yang akan tumbuh seperti arthropoda yang harus ganti
kulit namun pada vetebrata bersifat permanen
4. sistem peredaran darah tertutup dengan hati ventral
5. ekskresi melalui ginjal
6. sebagian besar, alat reproduksi jantan dan betina terpisah (dengan beberapa
kasus parthenogenesis)
(Carter, 1997)
Carter (1997) mengklasifikasikan Chordata sebagai berikut:
A. Superkelas Agnatha
Merupakan hewan yang tidak berahang, kerangka berupa tulang rawan,
lidah seperti parut, notochord tetap ada sepanjang hidup, hidup secara akuatik
(laut dan air tawar), dan tidak memiliki anggota badan yang berpasangan.
Contohnya Lamprey dan hagfish.
B. Superkelas Gnathostomata
Merupakan hewan yang memiliki rahang berengsel, notochord sebagian
besar atau seluruhnya tergantikan oleh vertebrae dan anggota badan
berpasangan. Terdapat enam kelas, yakni:
BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 15 dari
Kelas Chondrichthyes
Merupakan kelompok ikan bertulang rawan, contohnya ikan hiu
dan ikan pari. Mereka memiliki kerangka tulang rawan, bukan tulang
sejati. Mereka tidak dapat mengapung seperti ikan lain sehingga mereka
harus berenang atau tenggelam. Seperti ikan lainnya mereka memiliki
sistem gurat sisi yang mendeteksi perbedaan tekanan air.
Kelas Osteichthyes
Merupakan kelompok ikan yang bertulang sejati, contohnya ikan
nila (Oreochromis niloticus). Kelas Ini adalah yang paling banyak dari
semua kelas vertebrata. Pada ikan, O2 dipertukarkan melalui insang,
yang ditutupi oleh operkulum. Mereka memiliki the swim bladder yang
digunakan untuk mengontrol daya apung, sehingga tidak seperti kelas
Chondrichthyes, ikan bertulang sejati dapat diam di kedalaman apapun
dan tidak tenggelam.
Kelas Amphibia
Merupakan kelompok hewan yang dapat hidup di dua alam,
yakni di darat dan di air. Larva hidup di air dan bernafas menggunakan
insang, fase dewasanya hidup di darat dan bernafas dengan paru-paru
dan dengan alat bantu pernapasan melalui kulit (mengalami
metamorfosis). Mereka adalah vertebrata darat pertama. Telur mereka
tidak memiliki kulit telur.
Kelas Reptilia
Merupakan vertebrata pertama yang menyesuaikan diri terhadap
lingkungan yang kering, tubuh dipenuhi sisik, berjalan melata dan
bernafas melalui paru-paru. Contohnya adalah buaya. Telur mereka
memiliki cangkang yang kasar. Reptil bersifat eksotermik (exo = keluar,
luar), yaitu mereka mempertahankan suhu tubuh mereka melalui cara-
cara eksternal seperti menjemur di atas batu atau mencari naungan.
Kelas Aves
Karakteristik utama burung adalah bahwa mereka memiliki bulu.
Tulang burung yang ringan untuk terbang. Tungkai depan temodifikasi
menjadi sayap, pernafasan melalui paru-paru dan pembuahan terjadi
BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 16 dari
secara internal. Burung bersifat endotermik (endo = dalam, bagian
dalam) yaitu mereka mengontrol suhu tubuh mereka dari dalam (mereka
"berdarah panas"). Penglihatan burung adalah yang terbaik dari semua
vertebrate. Telur dan burung muda terkadang lebih bersifat eksotermik
(tidak mampu mengontrol suhu tubuh mereka dari dalam) dan
sebagainya harus diperam / diinkubasi oleh orang tua.
Anggotanya juga menghasilkan telur amniotic bercangkang, seperti
halnya kelompok Reptilia.
Kelas Mammalia
Merupakan kelompok hewan yang tubuhnya memiliki rambut
dan kelenjar mammae (kelenjar susu). Rambut tersebut dapat
melindungi diri dari cuaca dingin. Memiliki diafragma yang
memventilasi paru-paru, endotermik dan bersifat vivipar (kecuali
Monotremata). Mamalia memiliki diafragma untuk membantu dalam
respirasi dan bersifat endotermik.
Gambar 1. Phylogeny tree kingdom Animalia (Anonim3, tanpa tahun).
BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 17 dari
BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN
A. LOKASI DAN WAKTU
Praktikum lapangan sistematika hewan ini dilakukan pada tanggal 11 mei 2013
dimulai pada pukul 6 pagi hingga 9 malam. Lokasi yang dipilih untuk praktikum
lapangan ini adalah area persawahan Piyungan, hutan Alas Bunder Wanagama,
Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pantai Baron dan pantai Sepanjang, Gunung Kidul
Yogyakarta.
B. DESKRIPSI LOKASI
Lokasi pertama yaitu persawahan Piyungan terdapat areal persawahan yang
cukup luas dan pada saat pengamatan, kondisi sawah masih dalam masa tanam dengan
cuaca yang mendung dengan suhu sekita 23o C dan kelembaban 92 %. Pengamatan
dilakukan pada pukul 08.00 hingga 09.00. Ada beberapa hal yang diamati, yaitu
kemelimpahan Insecta, Mollusca-Helminthes, Avifauna, dan Herpetofauna.
Lokasi kedua adalah Hutan Wanagama di daerah Gunung Kidul, Yogyakarta.
Lokasi ini memiliki hutan kanopi yang cukup teduh sehingga memungkinkan seluruh
fauna dapat hidup, khususnya Arthropoda, Mollusca-Helminthes, Avifauna dan
Herpetofauna. Pengamatan dilakukan sampai sekitar pukul 11.00 WIB. Kondisi cuaca
cerah dengan suhu 37o C dan kelembaban 75 %.
Lokasi ketiga adalah daerah pantai. Untuk lokasi pantai dibagi menjadi dua
sub wilayah, yakni Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pantai Baron serta di Pantai
Sepanjang, Gunung Kidul, Yogyakarta. Pertama kali sampling dilakukan di TPI Pantai
Baron, yakni mengamati dan mendata segala hewan air yang dijual di tempat tersebut.
Setelah itu lokasi pengamatan menuju Pantai Sepanjang untuk mengamati diversitas
hewan laut (terutama avetebrata) secara langsung di alam. Cuaca pada saat
pengamatan cerah. Pengamatan dilakukan pada pukul 13.00-14.00 di TPI Pantai Baron
dan pukul 14.30-17.00 di Pantai Sepanjang.
BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 18 dari
Gambar 2. Pantai Sepanjang, Gunung Kidul Yogyakarta (Sumber: dokumentasi
pribadi)
C. ALAT DAN BAHAN
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum lapangan ini adalah tool box 1 buah
sebagai wadah peralatan; jarum pentul 5 set untuk insectariums; kuas lukis 1 buah
untuk membersihkan hewan yang dikoleksi; kiliing bottle beserta tutupnya yang
didalamnya telah diberi karet, kapas, kertas karton, dan sedikit kloroform sebanyak 2
buah untuk membius hewan yang dikoleksi; syirink 2 buah yaitu yang berukuran 1 mL
dan 5 mL untuk menginjeksikan alkohol atau kloroform; plastik ukuran 2 kg sebanyak
1 bungkus sebagai wadah hewan yang dikoleksi; pinset untuk mengambil fauna yang
akan dijadikan spesimen; botol jam sebanyak 3 buah untuk wadah hewan koleksi;
ember sebagai wadah hewan laut; botol flakon besar 10 buah sebagai wadah hewan
yang dikoleksi; spidol marker untuk melabeli plastic; box kertas HVS yang telah
dilengkapi dengan sterofoam sebagai wadah insectarium; alat tulis (clipboard, pulpen,
pensil, mika, penggaris); pengukur parameter lingkungan; teropong untuk membantu
identifikasi avifauna; sweepnet untuk menangkap serangga; field guide burung
identifikasi burung untuk memudahkan dalam pengidentifikasian burung di lokasi
sampling; dan kamera untuk mengambil gambar fauna di tempat sampling dan lokasi
penelitian. Bahan-bahan yang diperlukan dalam penelitian lapangan ini adalah 1 buah
stereofoam dengan ketebalan 1.5 cm sebagai media penempelan insect (insectarium);
kertas papilot ukuran 30x20 cm sebanyak 10 buah untuk amplop koleksi insect; kertas
BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 19 dari
carding 20 buah; alcohol; kloroform untuk membius hewan koleksi (helminthes,
athropoda) dan label untuk melabeli hewan sampling.
D. CARA KERJA
Dalam penelitian lapangan ini diperlukan adanya tahapan kerja utama, yakni sbb:
1. Persiapan di Laboratorium
Box kertas HVS kosong disiapkan dan stereofoam dipotong-potong
seukuran lebar bagian dalam HVS box dan ditata rapi di dalam HVS box. Kertas
papilot ukuran 30x20 cm dilipat secara diagonal dan kedua sisinya yang bersisa
dilipat. Killing bottle diisi dengan kapas, kemudian karet gelang dipotong-
potong, dan kertas karton yang telah dilubangi, lalu disemprotkan kloroform
dengan menggunakan syrink. Setelah itu alkohol diisikan ke dalam masing-
masing botol flakon hingga setengahnya. Semua peralatan kertas dan streofoam
dimasukkan dalam box HVS, peralatan gelas, plastik dan cairan-cairan pembius
dimasukkan dalam tool box.
2. Lapangan
Sampling dilakukan di tiga tempat terpisah, yaitu Sawah Piyungan, Hutan
Bunder Wanagama, TPI Pantai Baron, dan Pantai Sepanjang. Herpetofauna,
Mollusca, dan Helmifauna yang ditemukan ditangkap dan dimasukkan dalam
kantong plastik atau botol flakon (untuk Helmifauna). Jika tidak bisa ditangkap,
cukup diambil gambarnya saja atau diidentifikasi morfologinya. Untuk avifauna,
cukup diamati dengan menggunakan teropong dan diamati secara morfologi.
Untuk Arthropoda khususnya Insecta, ditangkap dengan menggunakan sweepnet
dan dimasukkan dalam botol flakon untuk insect kecil seperti semut,
dimasukkan dalam kertas papilot untuk yang memiliki sayap yang lebar seperti
kupu-kupu dan capung dan dimasukkan dalam killing botle untuk insect yang
berukuran cukup besar seperti belalang. Setelah semua insect yang dikoleksi
mati, dilakukan preparasi dengan membuat insectariums yang kemudian
disimpan dalam kardus HVS. Ikan yang dijual di TPI Pantai Baron diidentifikasi
dengan metode interview pada sejumlah pedagang kemudian didata dan
ditabulasi. Untuk fauna laut (Mollusca, Echinodermata, Helminthes,
Arthropoda) di Pantai Sepanjang, hewan yang disampling diambil dan
BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 20 dari
dimasukkan dalam ember dan botol jam. Sampling di 3 lokasi pertama dilakukan
sekitar 1 jam dan untuk pantai Sepanjang dilakukan selama 2 jam.
3. Identifikasi di Laboratorium
Hewan yang telah ditangkap selama sampling dikumpulkan dan dibuat
insectariumnya (untuk Insecta) dan kemudian diidentifikasi kembali. Serta
specimen lainnya diidentifikasi lebih lanjut dan dibuat preparat. Data hasil
penelitian lapangan tiap golongan hewan yang diperoleh tiap kelompok,
dikumpulkan dan ditabulasi menjadi data angkatan.
BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 21 dari
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh hasil sebagai berikut:
Sarepta speciosa
Pomacea sp.
Pilla ampullacea
Pheretima sp.
Melanoides spp.
Lymnea sp.
Bivalvia
Bellamya sumatrensis
Achatina fulica
0 5 10 15 20 25 30 35
Kemelimpahan Helminthes-Moluska di Kawasan Persawahan Piyungan
Jumlah Relatif
Gambar 3. Kemelimpahan Helmintas-Mollusca di persawahan Piyungan
Occidozyga lima
Fejervarya sp.
Fejervarya cancrivora
Duttaphyrinus melanostictus
0 10 20 30 40 50 60
Kemelimpahan Herpetofauna di Kawasan Persawahan Piyungan
Jumlah Relatif
Gambar 4. Kemelimpahan Herprtofauna di persawahan Piyungan
BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 22 dari
Pycnonotus goiavier
Prinia sp.
Passer mantarus
Lonchura lescogastroides
Halycon sp.
Columba livia
Collocalia linchii
Collocalia esculenta
Cisticola juncidis
Artamus leucorhyncus
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Kemelimpahan Avifauna di Kawasan Persawahan Piyungan
Jumlah Relatif
Gambar 5. Kemelimpahan Avifauna di Persawahan Piyungan
Monopterus albus
Channa striata
Aplochelus panchax
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
Kemelimpahan Ikan di Kawasan Persawahan Piyungan
Jumlah Relatif
Gambar 6. Kemelimpahan Ikan di persawahan Piyungan
BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 23 dari
VespidaeTetigonidae
TeneboionidaeStaphyllonidae
PyrgomorphidaePieriidae
NymphalidaeMuschideaMultilidaeMantiidaeLycodidae
LibellulidaeHesperidae
GryllidaeFormicidae
CurculinidaeCrysomelidae
CoccinilidaeCarabidaeArcitideaAlydidae
Acrydidae
0 5 10 15 20 25 30 35
Kemelimpahan Arthropoda di Kawasan Persawahan Piyungan
Jumlah Relatif
Gambar 7. Kemelimpahan Arthropoda di persawahan Piyungan
BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 24 dari
Unionoida sp.Sulcospira testudinaria
Pilla ampullaceaPheretima sp.
Mermis nigrascensMelanoides spp.
Limax sp.Haemadipsa sp.
Elaproconcha javacencisConeuplecta macrostoma
BivalviaBellamya sumatrensis
Amphidromus javanicusAchatina fulica
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Kemelimpahan Helminthes-Moluska di Kawasan Hutan Wanagama
Jumlah Relatif
Gambar 8. Kemelimpahan Helmintas-Mollusca di hutan Wanagama
Varanus salvatorTelur Bufo sp.
Occidozyga limaHemidactylus frenatus
Gekko geckoGehyra mutilata
Fejervarya limnocharisEutropis sp.
Eutropis multifasciataDuttaphrynus melanostictus
Draco volansDraco sp.
Dendrelaphis sp.Bronchocela jubata
Bronchocela cristatellaBerudu Bufo sp.
0 5 10 15 20 25 30 35
Kemelimpahan Herpetofauna di Kawasan Hutan Wanagama
Jumlah Relatif
Gambar 9. Kemelimpahan Herprtofauna di hutan Wanagama
BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 25 dari
Zosterops palpebrosusTodirhamphus cloris
Spilornis cheelaPrinia sp.
Picnonotus aurigasterParus major
Orthotomus sepiumNectarinia jungularis
Lonchura leucogastroidesGeopelia striata
Dicaeum trochileumCollocalia linchii
Collocalia esculentaAegithina tiphia
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Kemelimpahan Avifauna di Kawasan Hutan Wanagama
Jumlah Relatif
Gambar 10. Kemelimpahan Avifauna di hutan Wanagama
Rasbora sp.
Puntius binotatus
Poecilia reticulata
Orechromis niloticus
Macrobrachium sp.
Hampala macrolepidota
Channa gachua
0 5 10 15 20 25 30 35
Kemelimpahan Ikan dan Udang di Kawasan Hutan Wanagama
Jumlah Relatif
Gambar 11. Kemelimpahan Ikan dan Udang di hutan Wanagama
BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 26 dari
VespidaeThomicidae
TettygonidaeTettrigydaeTermitidaeTephntidae
TenebrionidaeSpechidae
SciutelleridaeScarabaeidae
SatyeridaeSarcophagidae
ReduviidaePyrgomorphidae
PompilidaePieriidae
PapillionidaeNymphalidae
LyrcocidaeLibellulidae
IchneumonidaeHesperidae
GryllidaeGeometridae
FulgoridaeFormicidae
CulicidaeCrucomelidae
CoenagrinoidaeBuprestidae
BlattidaeAssilidaeArctidae
AraneidaeApidae
AlydidaeAcrididae
0 5 10 15 20 25 30 35
Kemelimpahan Arthropoda di Kawasan Hutan Wanagama
Jumlah Relatif
Gambar 12. Kemelimpahan Arthropoda di hutan Wanagama
BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 27 dari
Uupheneus sulphureus
Thunnus alalunga
Stromateus neglatus
Sphyraena genie
Scomberomorus guttatus
Priacanthus blochii
Lutjanus griseus
Lutjanus argentimaculatus
Gnathodon speciosus
Euthynus affinis
Eleotheronema tetradactylum
0 5 10 15 20 25 30 35 40
Kemelimpahan Ikan di TPI Pantai Baron
Jumlah Relatif
Gambar 13. Kemelimpahan Ikan di TPI Pantai Baron
Portonus sp.Penaeus sp.
Panulirus versicolorPanulirus humarusPanulirus cornatus
Loligo sp.Emerita sp.
0 20 40 60 80 100 120
Kemelimpahan Arthropoda dan Moluska Laut di TPI Pantai Baron
Jumlah Relatif
Gambar 14. Kemelimpahan Arthropoda di TPI Pantai Baron
BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 28 dari
Turbo sp.Turbinidae
Trochus stellatusTrochus maculatus
Strombus sp.Reticutriton tenuiliratus
Novathaca euglypthaNasarius sp.
Modiolus metcalfeiMitridae
Engina sp.Cypraea sp.
Cypraea capucerpentesCymatium sp.
Conus sp.Conus flavidus
Conus coronatusConus capitanius
CimotiumChiton sp.
BurcidaeBivalvia
Barbatia voliotaAtrina seminoda
0 5 10 15 20 25 30 35
Kemelimpahan Moluska di Pantai Sepanjang
Jumlah Relatif
Gambar 14. Kemelimpahan Mollusca di Pantai Sepanjang
BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 29 dari
Tripneustes gratillaOphiomastic sp.Ophiocoma sp.
Linckia sp. Heterosentrosus sp.
Echinus sp.Echinometra mathei
Diadema sp.
0 5 10 15 20 25 30 35
Kemelimpahan Echinodermata di Pantai Sepanjang
Jumlah Relatif
Gambar 15. Kemelimpahan Echinodermata di Pantai Sepanjang
Tropus sp.
Penaeus sp.
Nereis sp
Mantis Shrimp
Majidae
Kelomang
Christmas Tree Worm
Anadara sp.
0 5 10 15 20 25 30 35
Kemelimpahan Crustacea dan Helminthes di Pantai Sepanjang
Jumlah Relatif
Gambar 16. Kemelimpahan Crustacea dan Helminthes di Pantai Sepanjang
B. Pembahasan
Pada lokasi sampling di daerah sawah Piyungan, Helmin-Mollusca yang paling
banyak dijumpai adalah Achatina fulica, Pomacea sp. dan Pilla ampulacea karena
ketiga spesies tersebut memang sangat cocok dengan kondisi area persawahan yang
lembab. Selain itu, ketiga jenis spesies tersebut memerlukan padi sebagai temapat
meletakkan telur-telurnya. Itulah sebabnya ketiga spesies tersebut sangat melimpah
BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 30 dari
di area persawahan. Fejervarya sp. merupakan herpetofauna yang paling banyak
ditemukan diarea persawahan karena makanan dari Fejervarya sp. adalah berupa
serangga-serangga kecil seperti belalang yang banyak ditemui d sawah. Selain itu,
area persawahan yang lembab dan kadang-kadang tergenang air juga sangat
diperlukan oleh Fajervarya sp. untuk melakukan reproduksi. Telur Fejervarya sp.
yang bersifat anamniota membutuhkan air sebagai medium untuk dapat
berkembang. Karena banyaknya jumlah Fejervarya sp. yang ada di persawahan,
maka Fajervarya sp. sering disebut sebagai katak sawah. Avifauna yang banyak
ditemukan di area persawahan Piyungan adalah Lonchura leucogastroides karena
burung yang memiliki nama local burung pipit tersebut adalah burung pemakan biji
(terlihat dari bentuk paruhnya) sehingga memerlukan biji padi sebagai makanannya
sehingga burung tersebut banyak ditemui didaerah sawah. Berdasarkan gambar 7
terlihat keanekaragaman dan kemelimpahan yang tinggi dari Arthropoda. Hel
tersebut dibuktikan dari banyaknya jumlah dan spesien yang ditemukan di area
persawahan Piyungan. Arthropoda yang paling banyak ditemukan adalah arthropoda
dari familia Alydidae, Acrydidae, Formicidae, Libellulidae dan Coccinilidae.
Familia Alydidae dan Acrydidae adalah insect yang bersifat herbivore karena
memakan dauun-daunan sehingga kedua familia tersebut banyak ditemukan di
sawah karena mereka menggunakan daun padi sebagai sumber makanan. Formicidae
berperan sebagai decomposer yang akan mengurai sisa-sisa dedaunan sementara
Libellulidae dan Coccinilidae bersifat predator yang akan memangsa mangsanya
yang lebih kecil seperti insekta kecil yang banyak ditemukan didaerah persawahan.
Pada lokasi sampling kedua, yaitu hutan Alas Bunder Wanagama, Achatina
fulica adalah Mollusca yang paling banyak ditemukan karena keadaan hutan yang
lembab, namun tidak tergenang air dan spesies ini merupakan gastropoda yang telah
teradaptasi dengan lingkungan terestrial. Keanekaragaman herpetofauna di hutan
Alas Bunder Wanagama lebih tinggi dari persawahan Piyungan karena kebanyakan
herpetofauan menyukai habitat yang menyerupai hutan dengan banyak seresah dan
tutupan kanopi yang luas. Jumlah herpetofauna yang ditemukan tidak terlalu banyak
karena sampling dilakukan pada siang hari padahal hampir sebagian herpetofauna
bersifat nokturnal yang akan aktif pada malam hari. Collocalia esculenta adalah
avifauna yang paling banyak dijumpai di hutan Alas Bunder Wanagama. Spesies ini
BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 31 dari
adalah spesies pemakan serangga. Seperti yang terlihat pada gambar 12,
kemelimpahan insekta di hutan Alas Bunder Wanagama sangat tinggi sehingga akan
meningkatkan jumlah predator serangga, salah satunya adalah burung Collocalia
esculenta. Ikan Rasbora sp. dan Poeciliata reticulata merupakan ikan air tawar yang
banyak dijumpai di sungai dekat hutan Alas Bunder Wanagama hal tersebut
disebabkan karena sungai air tawar adalah habitat yang paling cocok untuk kedua
jenis ikan tersebut. Berdasarkan gambar 12, keanekaragaman dan kemelimpahan
Arthropoda di hutan Alas Bunder Wanagama lebih tinggi dari persawahan Piyungan
karena tumbuhan yang tumbuh di hutan tersebuh beranekaragam (heterogen)
sehingga memungkinkan lebih banyak spesies insekta (terutama insekta herbivora)
hidup. Familia yang paling banyak dijumpai di hutan Alas Bunder Wanagama
adalah Formicidae, Gryllidae, Acrydidae, Fulgoridae dan Pieridae. Formicidae dan
Gryllidae adalah arthropoda dekompeser. Karena kanopi hutan ini cukup luas,
sehingga seresah juga banyak sehingga diperlukan banyak dekomposer untuk
menguraikannya. Banyaknya tumbuhan yang tumbuh menyebabkan populasi dari
Acrydidae dan Fulgoridae yang merupakan insekta herbivora akan meningkat pula
karena tersedianya banyak makanan sehingga proses pertumbuhan dan perkembang
biakan populasi kedua familia tersebut akan meningkat. Sementara Pieridae adalah
insekta yang berperan sebagai polinator karena tumbuhan yang tumbuh di area
Wanagama tidak hanya pepohonan saja tapi juga ada beberapa tumbuhan berbunga.
Tumbuhan berbunga tersebut merupakan sumber makanan bagi Pieridae
(Lepidoptera) yang menghisap nektar.
Ikan Priacanthus bloncii dan Sphyraena genie adalah ikan yang paling banyak
dijumpai di TPI Pantai Baron. Kedua spesies tersebut adalah ikan yang banyak
ditemukan di laut tropis seperti laut-laut di Indonesia. Selain itu, kedua spesies
tersebut adalah spesies yang memiliki nilai ekonomi tinggi karena rasanya enak dan
berharga cukup tinggi sehingga hampir sebagian besar nelayan menangkap ikan-
ikan tersebut untuk dijual kepada konsumen. Tingginya tingkat penangkapan kedua
jenis ikan tersebut dapat membahayakan eksistensi populasi mereka karena beberapa
jenis ikan dari genus yang sama dengan kedua ikan tersebut dilaporkan telah punah
akibat penangkapan besar-besaran oleh nelayan. Sementara Arthropoda dan
Mollusca yang paling banyak ditemui di TPI Baron adalah Loligo sp. dan Penaeus
BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 32 dari
sp. karena Loligo sp. (Cumi-cumi) dan Penaeus sp. (udang) merupakan salah satu
hewan laut yang banyak digemari oleh konsumen karena rasanya sehingga harga
dipasaranpun tinggi. Selain itu, karena banyaknya permintaan ekspor, menjadikan
Penaeus sp. merupakan salah satu komoditi ekspor penting yang menjadi sumber
devisa negara. Oleh karena itu, Penaeus sp. dan Loligo sp. banyak diburu oleh
nelayan.
Pada titik sampling terakhir yaitu pantai Sepanjang, dilakukan pengamatan
Mollusca, Echinodermata dan Arthropoda-Helmithes. Conus sp., Cypreae sp. dan
Turbo sp. adalah mollusca yang paling sering dijumpai di pantai Sepanjang karena
ketiga jenis tersebut adalah mollusca laut yang aktif pada malam hari. Pada siang
hari biota ini biasanya bersembunyi di bawah batuan maupun koral atau
membenamkan dirinya ke dalam pasir. Struktur cangkang yang tebal dari Conus sp.,
Cypreae sp. dan Turbo sp. merupakan salah satu adaptasi terhadap terpaan
gelombang pantai Sepanjang yang cukup kuat. Untuk Arthropoda-Helminthes yang
banyak dijumpai adalah Nereis sp. dan kelomang. Pantai Sepanjang memiliki pantai
yang berpasir dan laut yang berkarang. Pantai yang berpasir tersebut sangat cocok
untuk tempat hidup kelomang yang beberapa spesiesnya teradaptasi sebagai spesies
terestrial. Walaupun beberpa jenis kelomang bersifat terestrial, namun mereka tidak
bisa jauh dari air karena larva dari kelomang masih bersifat akuatik. Laut Sepanjang
yang berkarang adalah tempat yang cocok untuk Nereis sp. karena cacing Polycaeta
tersebut sering bersembunyi didalam lubang-lubang karang. Parapodia Nereis sp.
memiliki semacam sengat yang dapat melumpuhkan predator pemangsanya.
Sehingga, dalam mengoleksi Nereis sp., digunakan pinset dan pengambilan harus
dilakukan dengan cepat agar hewan tersebut tidak masuk kembali ke dalam lubang.
Ophiocoma sp., Diadema sp., dan Echinometra mathei adalah echinodermata yang
paling melimpah di pantai Sepanjang. Ophiocoma sp. adalah echinodermata yang
sangat rapuh karena lengan-lengan Ophiocoma sp. mudah putus sehingga
Ophiocoma sp. selalu bersembunyi dibawah lubang-lubang karang di pantai
Sepanjang untuk melindungi dirinya. Diadema sp., dan Echinometra mathei adalah
echinodermata yang hidup didasar substrat dan cenderung diam, oleh Karen itu ia
perlu melindungi dirinya. Salah satu cara pertahanan dirinya adalah dengan hidup
BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 33 dari
didalam lubang-lubang karang pantai Sepanjang. Dengan begitu ia akan terhindar
dari predatornya terutama manusia.
Gambar 18. Nereis sp. dipantai Sepanjang (Sumber: dokumentasi pribadi)
BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 34 dari
BAB IVSIMPULAN
Berdasarkan praktikum lapangan ini dapat diambil simpulan, fauna yang paling
banyak dijumpai di area persawah Piyungan adalah Achatina fulica, Pomacea sp.
dan Pilla ampulacea dari kelompok Helmin-Mollusca, Fejervarya sp. dari
kelompok herpetofauna, insekta familia Alydidae, Acrydidae, Formicidae,
Libellulidae dan Coccinilidae dari kelompok Arthropoda dan Lonchura
leucogastroides dari kelompok Avifauna. Fauna yang banyak dijumpai di hutan
Alas Bunder Wanagama adalah Achatina fulica dari kelompok Helmin-Mollusca,
Collocalia esculenta dari kelompok avifauna, Ikan Rasbora sp. dan Poeciliata
reticulata, insekta famili Formicidae, Gryllidae, Acrydidae, Fulgoridae dan Pieridae
dari kelompok Arthropoda. Fauna yang banyak dijumpai di TPI Pantai Baron adalah
Ikan Priacanthus bloncii dan Sphyraena genie dari kelompok ikan dan Loligo sp.
dan Penaeus sp. dari kelompok Mollusca-Arthropo. Fauna yang banyak di jumpai di
Pantai Sepanjang adalah Conus sp., Cypreae sp. dan Turbo sp. dari kelompok
mollusca, Nereis sp. dari kelompok Helminthes, kelomang dari Arthropoda,
Ophiocoma sp., Diadema sp., dan Echinometra mathei dari kelompok
Echinodermata.
BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 35 dari
DAFTAR PUSTAKA
Anonim1. 1997. Arthropod Information. http://insected.arizona.edu/arthroinfo.htm (diakses
tanggal 31 Mei 2013).
Anonim2. Tanpa tahun. Introduction to The Chordata: From Sea Otters to Sea Squirts.
http://www.ucmp.berkeley.edu/chordata/chordata.html (diakses tanggal 31 Mei
2013).
Anonim3. Tanpa tahun. Phylum Chordata.
http://faculty.college-prep.org/~bernie/sciproject/project/Kingdoms/Animal
%20Kingdom%20-%205/Local%20copy/classification/chordata.html (diakses
tanggal 31 Mei 2013).
Campbell, N. A., J. B. Reece dan L. G. Mitchell. 2003. Biologi. Edisi kelima. Jilid III.
Erlangga. Jakarta, hal. 213-242.
Carter, J. S. 1997. Phylum Chordata. http://biology.clc.uc.edu/courses/bio106/chordate.htm
(diakses tanggal 31 Mei 2013)
Myers, P. 2001. Arthropoda. http://animaldiversity.ummz.umich.edu/accounts/Arthropoda/
(diakses tanggal 31 Mei 2013)
Thomas, C. D. 1990. Fewer species. Nature 347: 237.
BORANGNo. Dokumen FO-UGM-BI-07-13Berlaku sejak 03 Maret 2008
LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN Revisi 00
LABORATORIUM SISTEMATIKA HEWAN Halaman 36 dari