Perancangan Sprinkler
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Swiss-Belinn hotel merupakan bangunan gedung bertingkat, yang mempunyai
resiko bahaya kebakaran. Untuk memproteksi bahaya kebakaran tersebut diperlukan
sistem penanggulangan pemadaman kebakaran yang tepat. Menggunakan Sprinkler
merupakan pilihan yang tepat untuk bangunan gedung bertingkat, karena sistem sprinkler
telah terbukti paling efektif dalam memadamkan kebakaran gedung bertingkat. Namun
sangat disayangkan jika masih banyak stakeholders (pemilik, bahkan konsultan dan
instansi berwenang) menganggap bahwa sprinkler tidak efektif dan memakan biaya
besar, sehingga menggantinya dengan sistem lain.
Sistem sprinkler adalah adalah kombinasi dari deteksi panas dan pemadaman, ia
bekerja secara sistem. Sehingga system ini merupakan sistem penanggulangan atau
pemadaman kebakaran yang paling efektif dibandingkan dengan sistem hidrant dan
lainnya. Sebuah studi di Australia & New Zealand memberikan angka keberhasilan
mencapai 99% (Marryat, 1988).
Studi lain di USA (NFPA, 2001) menyimpulkan bahwa sprinkler mampu
membatasi kebakaran pada area of origin pada tingkat 90% dibanding tanpa sprinkler
yang hanya 70%. Semua building code di dunia mempersyaratkan proteksi sprinkler di
bangunan tinggi, bahkan sekarang di USA sudah mulai digalakkan sprinkler untuk
residensial tunggal dengan ketinggian satu sampai dua tingkat.
Fenomena kebakaran adalah sedemikian sehingga bila dalam waktu 5 menit
kebakaran tidak dapat dikendalikan atau dipadamkan pada area of origin, maka
kemungkinan besar kebakaran akan menyebar ke seluruh lantai dan bangunan.
Sementara itu waktu tanggap sprinkler adalah waktu yang diperlukan untuk
mengendalikan atau memadamkan kebakaran. Banyak kejadian dilaporkan bahwa ketika
petugas pemadam tiba di tempat, api telah padam oleh sprinkler (NFPA Journal).
Sistem deteksi dan alarm tidak berfungsi sebagai alat pengendali/ pemadam,
namun lebih berfungsi sebagai pemberi peringatan pada penghuni bangunan agar segera
menyelamatkan diri. Sedangkan regu pemadam yang menggunakan APAR (fire
extinguisher) dan hidrant belum dapat menggantikan sprinkler karena masih dipengaruhi
oleh faktor manusia (terutama waktu tanggap dan human error).
1
Perancangan Sprinkler
Komponen biaya paling besar dari sistem sprinkler adalah pompa kebakaran dan
panelnya, pemipaan berikut katupnya, serta sering digunakannya katup kontrol tekanan
(PRV) dalam rancangan secara indiskriminatif. Penggunaan PRV ini dapat dihindari
dengan sistem zona, di mana tekanan kerja setiap zona adalah maksimum 175 psi (12
bar), yaitu sama dengan tekanan kerja maksimum kepala sprinkler.
Justru PRV dipersyaratkan digunakan di sistem hidran bila tekanan pada kotak
hidran bangunan melebihi 6,9 bar (SNI 03-1745-2000). Selain itu, sistem sprinkler
otomatik boleh dikombinasikan dengan sistem pipa tegak atau slang (hidran) dengan
menggunakan hanya satu set pompa kebakaran untuk keduanya sprinkler dan hidran
(SNI 03-1745-2000).
Bila bangunan telah diproteksi oleh sprinkler, maka persyaratan lain seperti
ketahanan api, kompartemen, dan sistem deteksi serta alarm menjadi lebih ringan (NFPA
101). Misalnya untuk kelas hunian apartemen, ketahanan api dinding apartemen boleh 1
jam atau bahkan 4 jam. Serta deteksi boleh hanya memakai detektor asap (kecuali untuk
ruang tertentu yang karena fungsinya harus menggunakan detektor panas). Dengan
demikian sesungguhnya sistem sprinkler tidak memakan biaya besar dari total nilai
proyek keseluruhan.
Konsep fire safety di bangunan menurut pendekatan sistemik (NFPA 550) terbagi
menjadi 2 bagian utama yaitu (a) Pencegahan penyalaan, dan (b) Pengelolaan pengaruh
kuat (impact) kebakaran. Pencegahan termasuk pengendalian sumber panas-energi,
pengendalian interaksi sumber-bahan bakar, dan pengendalian bahan bakar. Atau dengan
kata lain berarti fire safety housekeeping, dan sistem proteksi pasif.
Kota-kota besar di USA seperti Los Angeles dan New York, yang sebelumnya
hanya mengandalkan sistem proteksi pasif atau kompartemenisasi dan sistem deteksi dan
alarm serta sistem hidran, sekarang mempersyaratkan proteksi dengan menggunakan
sprinkler. Di Singapore memang sprinkler merupakan opsi untuk bangunan hunian
apartemen, akan tetapi komponen utama sistemnya tetap dipasang (pompa kombinasi
dengan pompa hidran, dan pipa tegak serta pipa cabang utama), kecuali pipa cabang
akhir dan kepala sprinkler yang merupakan opsi dan masih ada persyaratan lainnya yang
harus dipenuhi.
Prinsip kerja sprinkler memanfaatkan teori kebakaran kompartemen (SFPE
Handbook of Fire Protection Engineering, 3rd Edition, 2002). Kebakaran di lantai akan
membuat asap dan udara ruangan mengapung ke atas yang dinamakan plume. Bila plume
2
Perancangan Sprinkler
membentur langit-langit, maka terjadi aliran udara panas secara radial pada atau dekat
dengan langit-langit. Aliran udara panas ini dinamakan ceiling jet dan terjadi pada
ketebalan maksimum 30 cm dari langit-langit.
Bila ceiling jet mengenai kepala sprinkler maka terjadi perpindahan kalor secara
konvektif dari ceiling jet ke elemen sensor panas sprinkler (fusible link atau glass bulb)
yang menyebabkan temperaturnya akan naik dari sebelumnya sama dengan temperatur
ruangan. Elemen sensor panas ini mempunyai temperatur kerja nominal yang bermacam-
macam dari 57°C s/d 343°C, dapat diplih tergantung dari rancangan bahaya kebakaran
huniannya.
Kepala sprinkler akan beroperasi bila temperatur elemen sensor panasnya telah
naik mencapai temperatur kerja nominalnya. Untuk hunian apartemen, umumnya
digunakan temperatur nominal 57°C atau 68°C. Prinsip operasi sprinkler ini sama persis
dengan prinsip operasi detektor panas lain seperti yang digunakan dalam sistem deteksi
dan alarm. Oleh karena itu, bila bangunan telah diproteksi oleh sprinkler maka tidak
perlu lagi dilengkapi dengan detektor panas dan hanya perlu dilengkapi dengan detektor
asap.
Bila kebakaran terus terjadi, maka di dalam ruangan/ kompartemen akan terbentuk
2 lapisan yaitu, (a) lapisan asap di atas, dan (b) lapisan relatif bebas asap di bawahnya.
Temperatur dan ketebalan lapisan asap akan naik dan terus bertambah selama terjadi
kebakaran. Sedangkan temperatur lapisan bebas asap di bawahnya relatif sama dengan
temperatur ruangan.
Pada saat sprinkler beroperasi, temperatur ruangan (bukan temperatur nyala api)
relatif tidak berubah atau kenaikannya tidak besar, kecuali terjadi kegagalan sistem
sprinkler sehingga kebakaran tidak padam dan lapisan asap akan terus turun ke lantai.
Hal ini dapat diprediksikan dengan program simulasi kebakaran di kompartemen
(Program CFAST dan ASET).
Meskipun persentase kegagalan sprinkler adalah sangat kecil dibanding
keberhasilannya, sprinkler dapat gagal terutama karena sebab-sebab berikut, pertama,
kesalahan rancangan, sistem sprinkler haras dirancang sesuai dengan tingkat resiko
bahaya kebakaran bangunan.
Kedua, kesalahan instalasi, pengawasan pelaksanaan di lapangan kuang, misalnya
posisi kepala sprinkler terhadap langit-langit dan rintangan (kolom dan balok struktur)
3
Perancangan Sprinkler
tidak memenuhi persyaratan instalasi sehingga sangat mengurangi kinerja sprinkler.
Ketiga, tidak adanya program inspeksi, tes dan pemeliharaan berkala yang sesuai standar
(NFPA 25), mengakibatkan sistem tidak beroperasi saat diperlukan bila terjadi
kebakaran.
Dan keempat, ciri-ciri bangunan seperti arsitektur terbuka sehingga lantai terbuka
ke udara luar, dan kompartemen yang tidak mempunyai ketahanan api (dari bahan
mudah terbakar kayu dan lain-lain). Ciri-ciri tersebut mempengaruhi kinerja sistem
sprinkler.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan permasalahan yang terdapat pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana menentuan klasifikasi hunian?
2. Bagaimana menentukan jenis sprinkler yang digunakan?
3. Bagaimana menentukan jumlah sprinkler yang sesuai dengan karakteristik bangunan
hotel Swiss-Belinn Malang.?
4. Bagaimana cara penempatan sprinkler di bangunan hotel Swiss-Belinn Malang?
5. Bagaimana menentukan jumlah volume air yang dibutuhkan untuk perancangan
sistem sprinkler di bangunan hotel Swiss-Belinn Malang?
6. Bagaimana menentukan sistem perpipaan pada perancangan sistem sprinkler di
bangunan hotel Swiss-Belinn Malang?
7. Bagaimana menentukan pemilihan pompa yang sesuai dengan daya yang
dibutuhkan?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian pada perancangan sprinkler adalah sebagai berikut :
1. Menentukan klasifikasi hunian kebakaran
2. Menentukan jenis sprinkler yang digunakan
3. Menentukan jumlah sprinkler yang sesuai dengan karakteristik bangunan hotel
Swiss-Belinn Malang.
4. Menentukan peletakan sprinkler pada hotel Swiss-Belinn Malang
5. Menentukan volume air yang dibutuhkan untuk perancangan sistem sprinkler pada
bangunan hotel Swiss-Belinn Malang.
6. Untuk menentukan sistem perpipaan pada perancangan sistem sprinkler pada
bangunan hotel Swiss-Belinn Malang.
4
Perancangan Sprinkler
7. Menentukan pemilihan pompa yang sesuai dengan daya yang dibutuhkan
1.4. Batasan Penelitian
Pada perancangan sistem sprinkler pada bangunan hotel Swiss-Belinn Malang ini
dibatasi oleh :
1. Penelitian ini hanya merancang sistem sprinkler.
2. Identifikasi dan penggolongan setiap ruangan pada bangunan hotel Swiss-Belinn
Malangmenggunakan standart yang ada ( SNI 03-3985-2000, SNI 03-3989-2000,
NFPA 14 )
3. Penelitian ini tidak membahas tentang prosedur pemeliharaan sprinkler
4. Peneliti tidak membahas mengenai spesifikasi sistem instalasi listrik yang
berhubungan dengan instalasi sprinkler.
5. Penelitian ini tidak membahas mengenai sistem perpipaan secara mendalam seperti
pengelasan dan penyambungan pipa
1.5. Manfaat Penelitian
Penulisan ini berharap dapat mendatangkan manfaat bagi pihak perusahaan yang
terlibat, Institusi pendidikan dan penulis. Adapun manfaat yang diperoleh yaitu :
1.5.1 Pihak Perusahaan
Penelitian ini diharapkan menjadi masukan dan data berharga guna
mewujudkan sistem manajemen penanggulangan kebakaran dan penelitian ini
diharapkan dapat memberi informasi pada pekerja sehingga sistem manajemen
penanggulangan kebakaran dapat berjalan tepat guna.
1.5.2 Penulis
Untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan
penelitian di bidang manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.
5
Perancangan Sprinkler
BAB 2
DASAR TEORI
2.1. Proses Terjadinya Api dan Bahaya Kebakaran
Pada dasarnya kebakaran adalah api yang tidak diinginkan, yang tidak dapat
dikendalikan dan pada akhirnya dapat menyebabkan kecelakaan. Kebakaran merupakan
suatu bencana dimana api yang semula bersahabat (api kecil) menjadi tidak terkendali
dan mulai membakar segala sesuatu yang ada didekatnya (api besar). Kebakaran dapat
terjadi karena hubungan arus pendek listrik, kompor yang meledak, dan lain-lain.
Untuk dapat mencegah serta menanggulangi bahaya kebakaran tersebut, maka kita
perlu mengetahui beberapa informasi dan teori tentang kebakaran itu sendiri, diantaranya
adalah Teori Segi Tiga Api, sebagai berikut
Gambar 2.1. Segitiga Api
(Sumber: http://geology.html)
Gambar di atas menjelaskan hubungan antara tiga unsur yang dapat menyebabkan
timbulnya api. Jika salah satu unsur tersebut tidak ada, maka api tidak akan terjadi.
Namun study selanjutnya mengenai fisika dan kimia, menyatakan bahwa peristiwa
pembakaran mempunyai tambahan lagi mengenai pengertian dimensi pada segi tiga api,
menjadi teori model baru yang disebut bidang empat api atau “Tetrahedron Of Fire”.
Gambar 2.2. Tetrahedron Of Fire
(Sumber: http://bisafer.blogspot.com)
6
Perancangan Sprinkler
Studi ini menjelaskan bahwa pembakaran tidak hanya terjadi atas tiga unsur,
namun reaksi kimia yang terjadi menghasilkan beberapa zat hasil pembakaran yaitu: CO,
CO2, SO2, asap dan gas. Hasil yang lain dari reaksi ini adalah adanya radikal-radikal
bebas dari atom oksigen dan hidrogen dalam bentuk hidroksil (OH).
Bila ada dua gugus OH, maka akan pecah menjadi H2O dan radikal bebas O.
Dimana reaksinya 2OH → H2O + O radikal. O radikal ini selanjutnya akan berfungsi
lagi sebagai umpan pada proses pembakaran sehingga disebut reaksi pembakaran
berantai (Cain Reaction Of Combustion). Dari reaksi kimia, selama proses pembakaran
berlangsung ini memberikan kepercayaan pada hypotesa baru, dari prinsip segi tiga api
kemudian terbentuk bidang empat api. Dimana sisi yang ke empat sebagai sisi dasar
yaitu rantai reaksi pembakaran.
Lebih jelasnya, perbedaan antara Teori Segi Tiga Api dan Tetrahedron Of Fire
adalah sebagai berikut :
1. Pada Teori Segi Tiga Api, bahan bakar sendiri tidak terbakar. Tapi mengalami
pemanasan hingga menghasilkan gas dan uap. Gas dan uap yang terbakar tersebut
oleh karena letaknya yang berdekatan dengan bahan bakar (fuel), sehingga bahan
bakar akan terlihat seolah-olah terbakar.
2. Pada Tetrahedron Of Fire bahan bakar mengalami pemanasan sehingga
mengeluarkan gas dan uap yang menyala akibat timbulnya reaksi kimia. Pada
akhirnya bahan bakar (fuel) akan terbakar dan habis.
Prosentasi oksigen di atmosfer adalah 21%, namun terkadang pada ruang atau
kondisi tertentu prosentasi oksigen dapat berubah. Prosentase oksigen yang dapat
membuat api tetap menyala adalah kisaran antara 12% hingga 21%. Api akan padam jika
prosentase oksigen kurang dari 12%, sedangkan api akan sulit sekali dipadamkan jika
prosentase oksigen diatas 21% karena oksigen dengan prosentase tersebut menjadi
bersifat flammable.
Selain ketersediaan oksigen, ketersediaan bahan bakar juga mempengaruhi muncul
atau tidaknya api. Bahan bakar dibagi menjadi tiga macam, yaitu bahan bakar padat (ex:
kayu, kertas, batu bara, arang, dll), cair (bensin, solar, minyak tanah, alkohol, dll) dan
gas (Elpiji, nitrogen oksida, propana, dll).
Oksigen dan bahan bakar tidak akan pernah menjadi api jika tidak ada panas. Jika
suhunya tidak mencukupi, oksigen dan bahan bakar tidak akan pernah terbakar. Sumber
panas yang paling berperan dalam munculnya api adalah matahari. Jadi reaksi antara
7
Perancangan Sprinkler
ketiga unsur tersebutlah yang menjadi asal mula terjadinya api yang selama ini kita kenal
sebagai teori segitiga api.
Gambar 2.3.Skema Fenomena Kebakaran
(Sumber: http://safetytrainingindonesia.blogspot.com)
Gambar diatas menjelaskan bagaimana proses terjadinya kebakaran dari awal
terbentuknya api hingga api padam kembali. Proses awal terbentuknya api (ignition)
telah dijelaskan sebelumnya pada teori segitiga api dimana api baru akan timbul bila
mana ketiga sisi segitiga (oksigen, bahan bakar dan panas) telah terpenuhi.
Setelah itu api akan terus membesar (growth) sesuai dengan pasokan/ketersediaan
bahan bakar. Semakin banyak bahan bakar yang ada, maka api akan terus tumbuh hingga
membakar seluruh bahan bakar yang ada. Dalam keadaan ini temperatur api bisa
mencapai 300oC. Proses ini berlangsung hanya dalam waktu 3 hingga 10 menit.
Ketika telah mencapai puncak pertumbuhannya (steady), api akan terus membakar
bahan bakar yang ada hingga habis. Pada keadaan ini, temperatur api akan meningkat
hingga kisaran 500oC – 1000oC dalam kurun waktu + 7 jam. Keadaan ini dipengaruhi
oleh ketersediaan bahan bakar yang ada, jika bahan bakar yang tersedia sedikit maka
bisa saja habis hanya dalam waktu singkat dan api belum bisa mencapai suhu
puncaknya.
Pada saat ketersediaan bahan bakar semakin berkurang, maka lambat laun apipun
akan mulai padam.
8
Perancangan Sprinkler
2.1.1 Penyebab Terjadinya Kebakaran
Penyebab terjadinya kebakaran bersumber pada tiga faktor, yaitufaktor manusia,
faktor teknis dan faktor alam:
1. Faktor manusia sebagai faktor penyebab kebakaran, antara lain:
a) Faktor pekerja
1) Tidak mau atau kurang mengetahui prinsip dasar pencegahankebakaran
2) Menempatkan barang atau menyusun barang yang mudah terbakartanpa
menghiraukan norma-norma pencegahan kebakaran
3) Pemakaian tenaga listrik yang berlebihan
4) Kurang memiliki rasa tanggung jawab atau adanya unsurkesengajaan
b) Faktor pengelola
1) Sikap pengelola yang tidak memperhatikan keselamatan kerja
2) Kurangnya pengawasan terhadap kegiatan pekerja
3) Sistem dan prosedur kerja yang tidak diterapkan dengan baikterutama dalam
kegiatan penentuan bahaya dan peneranganbahaya
4) Tidak adanya standar atau kode yang dapat diandalkan
2. Faktor teknis
a) Melalui proses fisik atau mekanis seperti timbulnya panas akibatkenaikan suhu
atau timbulnya bunga api terbuka
b) Melalui proses kimia yaitu terjadinya suatu pengangkutan,penyimpanan,
penanganan barang atau bahan kimia berbahaya tanpamemperhatikan petunjuk
yang telah ada (MSDS)
c) Melalui tenaga listrik karena hubungan arus pendek sehinggamenimbulkan
panas atau bunga api dan dapat menyalakan ataumembakar komponen lain.
3. Faktor Alam
a) Petir adalah salah satu penyebab adanya kebakaran
b) Letusan gunung berapi dapat menyebabkan kebakaran hutan dan
jugaperumahan yang dilalui oleh lahar panas
Selain faktor diatas beberapa peristiwa yang mengakibatkanterjadinya kebakaran
adalah sebagai berikut :
a) Nyala api dan bahan-bahan yang pijar
Jika suatu benda padat ditempatkan dalam nyala api, suhunya akan naik,
mulaiterbakar dan menyala terus sampai habis. Kemungkinan terbakar atau
9
Perancangan Sprinkler
tidaktergantung dari sifat benda padat tersebut yang mungkin sangat mudah, agak
mudahdan sukar terbakar, besarnya zat padat tersebut, jika sedikit, takcukup timbul
panasuntuk terjadinya kebakaran, keadaan zat padat seperti mudah terbakar kertas
ataukayu lempengan tipis oleh karena relatif luasnya permukaan yang
besinggungandengan oksigen dan cara menyalakan zat padat, misalnya di atas atau
sejajar.
b) Penyinaran
Terbakarnya suatu bahan yang mudah terbakar oleh benda pijar atau nyala api
tidakperlu atas dasar persentuhan. Semua sumber panas memancarkan
gelombanggelombangelektromagnetis yaitu sinar infra merah.Jika gelombang ini
mengenaibenda, maka pada benda tersebut dilepaskan energi yang berubah
menjadi panas.Benda tersebut menjadi panas dan jika suhunya tarus naik maka
pada akhirnyabenda tersebut akan menyala.
c) Peledakan uap atau gas
Setiap campuran gas atau uap yang mudah terbakar dengan udara akan
menyala,jika terkena benda pijar atau nyala api dan pembakaran yang terjadi akan
meluasdengan cepat, manakala kadar gas atau uap berada dalam batas untuk
menyala ataumeledak.
d) Peledakan debu atau noktah-noktah zat cair
Debu-debu dari zat yang mudah terbakar atau noktah-noktah cair yang
berupasuspensi di udara bertingkah seperti campuran gas dan udara atau uap dalam
udaradan dapat meledak.
e) Percikan api
Percikan api yang bertemperatur cukup tinggi menjadi sebab terbakaranya
campuran gas, uap atau debu dan udara yang dapat menyala. Biasanya percikan
apaitak dapat menyebabkan terbakarnya benda padat. Oleh karena itu, tidak
cukupnyaenergi dan panas yang ditimbulkan akan menghilang di alam benda
padat. Percikan api mungkin terbentuk sebagai akibat arus listrik dan juga karena
kelistrikan statissebagai gesekan 2 benda yang bergerak.
f) Reaksi kimia
Reaksi kimia tertentu menghasilkan cukup panas dengan akibat terjadinya
kebakaran. Zat-zat yang bersifat oksidasi seperti hydrogen peroksida, klorat,
boratdan lain-lain yang membebaskan oksigen pada pemanasasn dengan
aktifmeningkatkan proses oksidasi dan menyebabkan terbakaranya bahan-bahan
10
Perancangan Sprinkler
yangdapat dioksidasi. Sekalipun tidak ada panas yang dating dari luar,
bahanyangmengoksidasi dapat mengakibatkan terbakarnya zat-zat organic,
terutama jika bahanorganic, terutama jika bahan organic terdapat dalam bentuk
partikel atau jika kontak.
2.1.2 Cara Pencegahan Bahaya Kebakaran
Setelah mengetahui teori segitiga api dan fenomena kebakaran, maka kita dapat
mengetahui bagaimana tata cara pencegahan bahaya kebakaran, diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Cara Penguraian
Yaitu dengan cara memisahkan/menempatkan pada tempat khusus bahan bakar
atau yang mudah terbakar.
2. Cara Pendinginan
Yaitu dengan cara menurunkan temperatur bahan bakar hingga berada dibawah
titik nyalanya.
3. Cara Isolasi
Yaitu dengan cara menurunkan konsentrasi/kadar oksigen hingga dibawah 12%.
Selain cara pencegahan diatas, sebenarnya masih ada aspek-aspek penting untuk
mencegah terjadinya kebakaran yaitu sebagai berikut :
1. Aspek Normatif
Merupakan aspek-aspek yang dibutuhkan untuk mencegah bahaya kebakaran
yang biasanya berupa hal-hal normal yang harus dipenuhi untuk mencegah
kebakaran, seperti: adanya sistem proteksi kebakaran, tersedianya pintu
darurat, dsb.
2. Aspek Administratif
Aspek - aspek yang ada disini berhubungan erat dengan komitmen pihak
managemen perusahaan untuk peduli terhadap pencegahan bahaya kebakaran
dalam perusahaan. Seperti penyediaan tenaga ahli khusus proteksi kebakaran
dan perlengkapannya, dsb.
3. Aspek Teknis
Aspek teknis merupakan aspek yang sangat penting, karena aspek ini
berkaitan erat dengan cara penggunaan sarana proteksi yang ada dalam
perusahaan. Sehingga untuk menggunakannya dengan cara yang benar dan
11
Perancangan Sprinkler
sesuai dengan prosedur, diperlukan pelatihan-pelatihan khusus bagi petugas
proteksi kebakaran dalam suatu perusahaan.
2.1.3 Penanggulangan Bahaya Kebakaran
Jika ternyata kebakaran tetap saja terjadi, maka dibutuhkan teknik
penanggulangan kebakaran yaitu:
1. SER (Self Emergency Response)
Adalah suatu teknik pemadaman kebakaran dengan cara memanfaatkan sarana dan
prasarana yang tersedia seperti hydrant, APAR, sprinkler dan lain-lain. Jika sarana
dan prasarana ini tidak tersedia atau kurang memadai maka terkadang kebakaran
akan sulit ditanggulangi.
2. CER (Community Emergency Response)
Adalah suatu teknik pemadaman kebakaran dengan cara meminta bantuan kepada
masyarakat sekitar dan juga kepada departemen pemadaman kebakaran. Hal ini
sering dilakukan karena pada bangunan yang terbakar tidak memiliki sarana dan
prasarana penanggulangan kebakaran yang memadai. Namun, Community
Emergency Response ini terkadang mendapat hambatan seperti keterlambatan,
akses masuk yang sempit sehingga truk pemadam kebakaran tidak dapat masuk,
dan kurangnya ketersediaan air pada lokasi kebakaran sehingga truk pemadam
kebakaran harus bolak-balik ke lokasi kebakaran untuk mengambil air.
a. Perencanaan Konsep
Untuk merencanakan instalasi sistem pencegahan kebakaran harus
diperhatikan faktor yang menentukan antara lain,
1. Klasifikasi Hunian
Klasifikasi sifat hunian adalah klasifikasi tingkat risiko bahaya kebakaran yang
diklasifikasikan berdasarkan struktur bahan bangunan, banyaknya bahan yang
disimpan di dalamnya, serta sifat kemudahan terbakarnya, juga ditentukan oleh
jumlah dan sifat penghuninya.
Klasifikasi sifat hunian dibagi atas:
a. Hunian Bahaya Kebakaran Ringan.
Jenis hunian yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar rendah dan
apabila terjadi kebakaran melepaskan panas rendah, sehingga menjalarnya
api lambat.
12
Perancangan Sprinkler
b. Hunian Bahaya Kebakaran Sedang Kelompok I.
Jenis hunian yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar sedang,
penimbunan bahan yang mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih dari 2,5
m dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas sedang, sehingga
menjalarnya api sedang.
c. Hunian Bahaya Kebakaran Sedang Kelompok II.
Jenis hunian yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar sedang,
penimbunan bahan yang mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih dari 4 m
dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas sedang, sehingga
menjalarnya api sedang.
d. Hunian Bahaya Kebakaran Sedang Kelompok III.
Jenis hunian yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar tinggi dan
apabila terjadi kebakaran melepaskan panas tinggi, sehingga menjalarnya
api cepat.
e. Hunian Bahaya Kebakaran Berat.
Jenis hunian yang mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar tinggi dan
apabila terjadi kebakaran melepaskan panas tinggi, penyimpanan cairan
yang mudah terbakar, sampah, serat, atau bahan lain yang apabila terbakar
apinya cepat menjadi besar dengan melepaskan panas tinggi sehingga
menjalarnya api cepat.
f. Hunian Khusus.
Untuk hunian khusus seperti penyimpanan atau tempat dimana penggunaan
cairan yang mempunyai kemudahan terbakar tinggi dapat digunakan sistem
pancaran serentak. Karena keadaan yang menguntungkan, beberapa macam
hunian dapat memperoleh keringanan satu kelas lebih rendah dengan
persetujuan instansi yang berwenang.
13
Perancangan Sprinkler
2. Klasifikasi gedung menurut tinggi dan jumlah lantai.
Didalam perencanaan konsep instalasi sprinkler, klasifikasi gedung
menurut tinggi dan jumlah lantai yaitu:
Tabel 2.1 Klasifikasi gedung menurut tinggi dan jumlah lantai
Klasifikasi Bangunan Ketinggian dan Jumlah Lantai
A. Tidak Bertingkat
B. Tidak Bertingkat
C. Bertingkat Rendah
D. Bertingkat Tinggi
E. Bertingkat Tinggi
Ketinggian sampai dengan 8 meter atau (satu) lantai
(lapis)
Ketinggian lebih dari 8 meter atau 2 (dua) lantai
(lapis)
Ketinggian sampai dengan 14 meter atau 4 (empat)
lantai (lapis)
Ketinggian sampai dengan 40 meter atau 8 (delapan)
lantai (lapis)
Ketinggian lebih dari 40 meter atau diats 8 (delapan)
lantai (lapis)
(Sumber: PermenakerNo. Per 04/MEN/1980)
3. Sistem Sprinkler
Sprinkler adalah sebuah alat pemadam api otomatis, dimana system yang
terpasang secara modul air di atas plafon dan jumlah modul terpasang
disesuaikan dengan kebutuhan volume ruangan yang akan dilindungi. Sistim
pemadam otomatis ini akan bekerja bila ada asap/awal nyala api yang
terdeteksi oleh pengindera elektronik (sensor). Oleh karenanya bila dipasang
beberapa unit dalam satu ruangan akan bekerja secara serentak karena ujung
nozzle/sprinkler alat ini dilengkapi dengan actuator yang bekerja secara
elektronik. Alat ini juga berfungsi sebagai Thermatic artinya bila terjadi
kegagalan fungsi elektonik tetap bekerja akibat panas pada temperatur ± 68°C.
Hingga saat ini Sprinkler masih diperlukan pada bangunan gedung, karena
sistem sprinkler otomatik telah terbukti paling efektif dalam memadamkan
kebakaran. Namun sangat disayangkan jika masih banyak stakeholders
(pemilik, bahkan konsultan dan instansi berwenang) menganggap bahwa
sprinkler tidak efektif dan memakan biaya besar, sehingga menggantinya
dengan sistem lain. Sistem sprinkler otomatik adalah kombinasi dari deteksi
panas dan pemadaman, ia bekerja secara otomatik penuh tanpa bantuan orang
14
Perancangan Sprinkler
atau sistem lain. Sehingga system ini merupakan sistem penanggulangan/
pemadaman kebakaran yang paling efektif dibandingkan dengan sistem hidran
dan lainnya. Sebuah studi di Australia & New Zealand memberikan angka
keberhasilan mencapai 99%.
Prinsip kerja sprinkler memanfaatkan teori kebakaran kompartemen
(SFPE Handbook of Fire Protection Engineering, 3rd Edition, 2002).
Kebakaran di lantai akan membuat asap dan udara ruangan ikut mengapung ke
atas yang dinamakan plume. Bila plume membentur langit-langit, maka terjadi
aliran udara panas secara radial pada atau dekat dengan langit-langit. Aliran
udara panas ini dinamakan ceiling jet dan terjadi pada ketebalan maksimum 30
cm dari langit-langit. Bila ceiling jet mengenai kepala sprinkler maka terjadi
perpindahan kalor secara konvektif dari ceiling jet ke elemen sensor panas
sprinkler (fusible link atau glass bulb) yang menyebabkan temperaturnya akan
naik dari sebelumnya sama dengan temperatur ruangan. Elemen sensor panas
ini mempunyai temperatur kerja nominal yang bermacam-macam dari 57°C
s/d 343°C, dapat diplih tergantung dari rancangan bahaya kebakaran
huniannya.
Kepala sprinkler akan beroperasi bila temperatur elemen sensor
panasnya telah naik mencapai temperatur kerja nominalnya. Untuk hunian
apartemen, umumnya digunakan temperatur nominal 57°C atau 68°C. Prinsip
operasi sprinkler ini sama persis dengan prinsip operasi detektor panas lain
seperti yang digunakan dalam sistem deteksi dan alarm. Oleh karena itu, bila
bangunan telah diproteksi oleh sprinkler maka tidak perlu lagi dilengkapi
dengan detektor panas dan hanya perlu dilengkapi dengan detektor asap. Bila
kebakaran terus terjadi, maka di dalam ruangan/ kompartemen akan terbentuk
2 lapisan yaitu, (a) lapisan asap di atas, dan (b) lapisan relatif bebas asap di
bawahnya. Temperatur dan ketebalan lapisan asap akan naik dan terus
bertambah selama terjadi kebakaran. Sedangkan temperatur lapisan bebas asap
di bawahnya relatif sama dengan temperatur ruangan.
Pada saat sprinkler beroperasi, temperatur ruangan (bukan temperatur
nyala api) relatif tidak berubah atau kenaikannya tidak besar, kecuali terjadi
kegagalan sistem sprinkler sehingga kebakaran tidak padam dan lapisan asap
akan terus turun ke lantai. Hal ini dapat diprediksikan dengan program
simulasi kebakaran di kompartemen (Program CFAST dan ASET). Meskipun
15
Perancangan Sprinkler
persentase kegagalan sprinkler adalah sangat kecil dibanding keberhasilannya,
sprinkler dapat gagal terutama karena sebab-sebab berikut, pertama, kesalahan
rancangan, sistem sprinkler haras dirancang sesuai dengan tingkat resiko
bahaya kebakaran bangunan. Misalnya bangunan dengan hunian apartemen,
mempunyai risiko bahaya yang berbeda, dengan demikian rancangan
densitasnya pun berbeda. Kedua, kesalahan instalasi, pengawasan pelaksanaan
di lapangan kurang, misalnya posisi kepala sprinkler terhadap langit-langit dan
rintangan (kolom dan balok struktur) tidak memenuhi persyaratan instalasi
sehingga sangat mengurangi kinerja sprinkler. Ketiga, tidak adanya program
inspeksi, tes dan pemeliharaan berkala yang sesuai standar (NFPA 25),
mengakibatkan sistem tidak beroperasi saat diperlukan bila terjadi kebakaran.
Dan keempat, ciri-ciri bangunan seperti arsitektur terbuka sehingga lantai
terbuka ke udara luar, dan kompartemen yang tidak mempunyai ketahanan api
(dari bahan mudah terbakar kayu dan lain-lain). Ciri-ciri tersebut
mempengaruhi kinerja sistem sprinkler.
Sistem sprinkler bekerja secara otomatis dengan memancarakan air
bertekanan ke segala arah untuk memadamkan kebakaran atau setidak-
tidaknya mencegah meluasnya kebakaran. Instalasi sprinkler ini dipasang
secara tetap/permanen di dalam bangunan yang dapat memadamkan kebakaran
secara otomatis dengan menyemprotkan air ditempat mula terjadi kebakaran.
Ada beberapa jenis sistem sprinkler, diantaranya yaitu:
a. Sistem basah (wet pipe system)
Sistem sprinkler basah bekerja secara otomatis terhubung dengan sistem
pipa yang berisi air. Peralatan yang digunakan pada sistem sprinkler
jenis terdiri dari sumber air, bak penampungan, kepala sprinkler, tangki
tekanan dan pipa air dimana dalam keadaan keadaan normal, seluruh
jalur pipa penuh dengan air. Sistem ini paling terkenal dan paling sedikit
menimbulkan masalah.
b. Sistem kering (dry pipe system)
Sistem sprinkler kering merupakan suatu instalasi sistem sprinkler
otomatis yang disambungkan dengan sistem perpipaannya yang
mengandung udara atau nitrogen bertekanan. Pelepasan udara tersebut
akibat adanya panas mengakibatkan api bertekanan membuka dry pipe
valve
16
Perancangan Sprinkler
c. Sistem curah (deluge system)
Sistem curah biasanya untuk proteksi kebakaran pada trafo-trafo
pembangkit tenaga listrik atau gudang-gudang bahan kimia tertentu.
Sistem ini menyediakan air secara cepat untuk seluruh area dengan
memakai kepala sprinkler terbuka yang dihubungkan ke suplai air
melalui suatu valve. Valve ini dibuka dengan cara mengoperasikan
sistem deteksi yang dipasang diarea yang sama dengan sprinkler. Ketika
valve dibuka, air akan mengalir ke dalam sistem perpipaan dan
dikeluarkan dari seluruh sprinkler yang ada.
d. Sistem pra aksi (preaction system)
Komponen sistem pra aksi memiliki alat deteksi dan kutub kendali
tertutup, instalasi perpipaan kosong berisi udara biasa (tidak bertekanan)
dan seluruh kepala sprinkler tertutup. Valve untuk persediaan air dibuka
oleh suatu sistem operasi detector otomatis yang dengan segera
mengalirkan air dalam pipa. Penggerak sistem deteksi membuka katup
yang membuat air dapat mengalir ke sistem pipa sprinkler dan air akan
dikeluarkan melalui beberapa sprinkler yang terbuka. Kepekaan alat
deteksi pada sistem pra aksi ini diatur berbeda dan akan lebih peka,
maka dari itu disebut sistem pra aksi karena ada aksi pendahuluan
sebelum kepala sprinkler pecah.
e. Sistem kombinasi (combined system)
Sistem sprinkler kombinasi bekerja secara otomatis dan terhubung
dengan sistem yang mengandung air di bawah tekanan yang dilengkapi
dengan sistem deteksi yang terhubung pada satu area dengan sprinkler.
Sistem operasi deteksi menemukan sesuatu yang janggal yang dapat
membuka pipa kering tanpa adanya kekurangan tekanan air di dalam
sistem tersebut.
Menurut SNI 03-3989-2000, dikenal dua macam sistem sprinkler
yaitu sprinkler berdasarkan arah pancaran dan berdasarkan kepekaan
terhadap suhu. Berikut klasifikasi kepala sprinkler:
a. Sistem sprinkler terdiri dari :
1. Penyedia air yang cukup
2. Jaringan pipa yang cukup
3. Perlengkapan sprinkler
17
Perancangan Sprinkler
b. Klasifikasi kepala sprinkler :
1. Berdasarkan arah pancaran:
a) Pancaran keatas
b) Pancaran kebawah
c) Pancaran arah dinding
2. Berdasarkan kepekaan terhadap suhu:
a) Warna segel:
1) Warna putih pada temperatur 93° C
2) Warna biru pada temperatur 141° C
3) Warna kuning pada temperatur 182° C
4) Warna merah pada temperatur 227° C
5) Tidak berwarna pada temperatur 68° C / 74° C
b) Warna cairan dalam tabung:
1) Warna jingga pada temperatur 53° C
2) Warna merah pada temperatur 68° C
3) Warna kuning pada temperatur 79° C
4) Warna hijau pada temperatur 93° C
5) Warna biru pada temperatur 141° C
6) Warna ungu pada temperatur 182° C
7) Warna hitam pada temperatur 201° C – 260° C
Sistem sprinkler harus mengacu pada standar yang telah ditentukan
untuk menjamin kualitas dan keandalannya. Bila menggunakan standar
Inggris sebagai acuannya adalah:
1. British Standart Code of Practice CP 402.201 (1952)
2. The Rules of The Fire Offices Committee for Automatic Sprinkler
Installations
Code of practices berfungsi sebagai acuan untuk memberikan
rekomendasi mengenai perencanaan bagian-bagian dari komponen,
material yang harus dipakai, pemeriksaan dan pemeliharaannya. Apabila
melibatkan pihak asuransi, maka untuk pemasangan dan pemeliharaanya
harus mengikuti fire offices committee rules.
Code of practices dan fire offices committee yang menjamin bahwa
sistem sprinkler yang dipasang telah memenuhi standart, sehingga
kesalahan atau ketidak handalan dari sistem jarang terjadi.
18
Perancangan Sprinkler
Bila automatic sprinkler tidak berfungsi letak kesalahannya adalah
kesalahan dari penggunaan bangunan itu sendiri seperti perubahan
struktur bangunan, dilakukan perombakan dekorasi dan perubahan
pemakaian dari gedung tersebut, sistem pemeliharaan yang tidak baik
serta terjadinya kerusakan-kerusakan mekanis dari sistem tersebut.
4. Susunan pipa
Susunan pipa instalasi sprinkler:
a. Susunan cabang ganda.
Susunan sambungan di mana pipa cabang disambungkan ke dua sisi pipa
pembagi.
b. Susunan cabang tunggal.
Susunan sambungan di mana pipa cabang disambungkan ke satu sisi dari
pipa pembagi.
c. Susunan pemasukan di tengah.
Susunan penyambungan di mana pipa pembagi mendapat aliran air dari
tengah
d. Susunan pemasukan di ujung.
Susunan penyambungan di mana pipa pembagi mendapat aliran dari ujung.
5. Pipa Penyalur
Pipa penyalur untuk sistem sprinkler tidak boleh dihubungkan pada sistem lain
kecuali seperti dibawah ini:
a. Jaringan kota.
Sambungan pada sistem jaringan kota dapat diterima apabila kapasitas dan
tekanannya mencukupi. Kapasitas dan tekanan sistem jaringan kota dapat
diketahui dengan mengadakan pengukuran langsung pada jaringan
distribusi di tempat penyambungan yang direncanakan atas ijin Perusahaan
Daerah Air Minum. Meter air tidak dianjurkan untuk dipasang pada
sambungan sistem sprinkler. Apabila ditentukan lain harus digunakan meter
air khusus. Ukuran pipa sekurang-kurangnya harus sama dengan pipa tegak
yang disambungkan, dengan ukuran minimum 100 mm.
b. Tangki gravitasi.
19
Perancangan Sprinkler
Tangki yang diletakkan pada ketinggian tertentu dan direncanakan dengan
baik dapat diterima sebagai sistem penyediaan air. Kapasitas dan letak
ketinggian tangki harus memberikan aliran dan tekanan yang cukup.
Tangki gravitasi yang melayani keperluan rumah tangga, kran kebakaran
dan system sprinkler otomatis harus :
a) Direncanakan dan dipasang sedemikian rupa, sehingga dapat
menyalurkan air dalam kuantitas dan tekanan yang cukup untuk sistem
tersebut.
b) Mempunyai lubang aliran keluar untuk keperluan rumah tangga pada
ketinggian tertentu dari dasar tangki, sehingga persediaan minimum
yang diperlukan untuk pemadam kebakaran dapat dipertahankan.
c) Mempunyai lubang aliran keluar untuk kran kebakaran pada ketinggian
tertentu dari dasar tangki, sehingga persediaan minimum yang
diperlukan untuk sistem sprinkler otomatis dapat dipertahankan.
c. Tangki bertekanan
Tangki bertekanan yang direncanakan dengan baik dapat diterima
sebagai system penyediaan air. Tangki bertekanan harus dilengkapi dengan
suatu cara yang dibenarkan agar tekanan udara dapat diatur secara otomatis.
Apabila tangki bertekanan merupakan satu-satunya sistem penyediaan air,
sistem tersebut harus juga dilengkapi dengan alat tanda bahaya yang
memberikan peringatan apabila tekanan dan atau tinggi muka air dalam
tangki turun melampaui batas yang ditentukan. Tanda bahaya harus
dihubungkan dengan jaringan listrik yang terpisah dengan jaringan listrik
yang melayani kompresor udara.
Tangki bertekanan hanya boleh digunakan untuk melayani sistem
sprinkler dan system slang kebakaran yang dihubungkan pada pemipaan
sprinkler. Tangki bertekanan harus selalu terisi air sampai penuh, dan diberi
tekanan udara ditambah dengan 3 x tekanan yang disebabkan oleh berat air
pada perpipaan sistem sprinkler di atas tangki kecuali ditetapkan lain oleh
pejabat yang berwenang.
d. Sambungan pemadam kebakaran
Apabila disyaratkan harus disediakan sebuah sambungan yang
memungkinkan petugas pemadam kebakaran memompakan air kedalam
20
Perancangan Sprinkler
sistem sprinkler, ukuran pipa minimum adalah 100 m. Pipa berukuran 80
mm dapat digunakan, apabila dihubungkan dengan pipa tegak berukuran 80
mm juga. Sambungan pemadam kebakaran harus ditempatkan pada bagian
system sprinkler di dekat katup balik.
Automatic sprinkler system harus dilengkapi dengan persediaan air
yang cukup dan memenuhi persyaratan. Persediaan air dapat dieroleh dari:
1. Jaringan hydrant kota (town mains)
2. Persediaan air pribadi (elevated private reservoir)
3. Tanki gravitasi (gravity tank)
4. Persediaan air dilengkapi pompa otomatis
5. Tanki bertekanan (pressure tank)
Pemilihan sistem instalasi kebakaran berdasar atas persediaan air yang
dibagi dalam 3 kategori sesuai jumlah dan macam persedian air yang
tersedia.
a. Kategori 1
Sistem pesediaan air dari dua sumber atau satu sumber, tetapi mampu
melayani seluruh sprinkler yang dipasang dalam suatu bangunan dan
tidak melebihi 2000 sprinkler dengan 200 sprinkler untuk setiap resiko
kebakaran yang terpisah.
b. Kategori 2
Sistem persediaan air dengan satu sumber tetapi tidak membatasi jumlah
atau banyaknya sprinkler yang dipasang.
c. Kategori 3
Sistem persediaan air diambil dari jaringan hidran kota atau pompa
otomatis. Pada kategori ini tidak dapat digunakan untuk klasifikasi
bahaya kebakaran berat.
21
Perancangan Sprinkler
2.2. Dasar Perencanaan
2.2.1 Klasifikasi Sistem.
Sistem sprinkler terdiri dari 3 klasifikasi sesuai dengan klasifikasi hunian
bahaya kebakaran, yaitu :
1. Sistem bahaya kebakaran ringan,
2. Sistem bahaya kebakaran sedang,
3. Sistem bahaya kebakaran berat.
Jaringan pipa untuk dua sistem bahaya kebakaran atau lebih yang berbeda
boleh dihubungkan pada satu katup kendali dengan ketentuan jumlah kepala
sprinkler yang dilayani tidak melampaui jumlah maksimum.
2.2.2 Perhitungan Hidrolik.
Perhitungan hidrolik tiap sistem harus direncanakan berdasarkan kepadatan
pancaran pada daerah kerja maksimum yang diperkirakan (banyaknya kepala
sprinkler yang dianggap bekerja) dibagian hidrolik tertinggi dan terjauh dari
gedung yang dilindungi.
2.2.3 Kepadatan Pancaran
Kepadatan pancaran yang direncanakaan dan daerah kerja maksimum yang
diperkirakan untuk ketiga klasifikasi tersebut diatas tercantum dibawah ini
(sumber: SNI 03-3989-2000):
a) Sistem bahaya kebakaran ringan.
Kepadatan pancaran yang direncanakan 2,25 mm/menit. Daerah kerja
maksimum yang diperkirakan : 84 m2.
Catatan :
Tambahan kepadatan sebesar 5 mm/men diberikan untuk daerah tertentu pada
hunian bahaya kebakaran ringan, seperti : ruang atap, ruang besmen, ruang
ketel uap, dapur, ruang binatu, ruang penyimpanan, ruang kerja bengkel dan
lain-lain dengan penentuan jarak kepala sprinkler yang lebih dekat .
b) Sistem bahaya kebakaran sedang.
Kepadatan pancaran yang direncanakan 5 mm/menit. Daerah kerja maksimum
yang diperkirakan 72 ~ 360 m2.
Catatan :
Sistem bahaya kebakaran sedang terdiri dari 3 (tiga) kelompok berdasarkan
daerah kerja maksimum yang diperkirakan, yaitu :
kelompok I (bahaya kebakaran sedang ringan) 72 m2,
22
Perancangan Sprinkler
kelompok II (bahaya kebakaran sedang-sedang) 144 m2,
kelompok III (bahaya kebakaran sedang berat) 216 m2.
Apabila kemungkinan terjadi penyalaan serentak, misalnya yang mungkin
terjadi pada proses persiapan di pabrik tekstil, maka luas maksimumnya 360
m2.
c) Sistem bahaya kebakaran berat
Kepadatan pancaran yang direncanakan 7,5 ~ 12,5 mm/men.Daerah kerja
maksimum yang diperkirakan 260 m2.
Catatan:
Diperlukan perlengkapan perlindungan dengan pancaran berkecepatan tinggi
atau sedang dalam daerah bahaya ini dimana larutan atau cairan lain yang
mudah terbakar disimpan atau diolah.
2.3 Pemasangan Sistem Sprinkler Otomatik Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran
Pada Bangunan Gedung.
2.3.1 Permohonan Persetujuan
Sebelum mulai dengan pemasangan, gambar perencanaan harus mendapat
persetujuan pihak yang berwenang, perubahan yang terjadi pada gambar
perencanaan yang telah disetujui harus dimintakan persetujuan ulang.
2.3.2 Gambar Perencanaan
Gambar perencanaan harus dibuat dengan skala tertentu, pada kertas
gambar yang berukuran sama dan harus memuat denah tiap lantai. Gambar
perencanaan harus dapat diperbanyak dengan mudah. Hal-hal seperti dibawah ini
harus tercantum dalam gambar perencanaan :
a) Nama pemilik dan jenis hunian
b) Alamat.
c) Klasifikasi bahaya kebakaran.
d) Arah mata angin
e) Kontruksi atap dan langit-langit.
f) Potongan gedung.
g) Letak dinding tahan api.
h) Letak dinding pemisah.
i) Jenis hunian tiap ruang atau kamar
j) Letak tempat-tempat yang tertutup dan penyimpanan barang
23
Perancangan Sprinkler
k) Ukuraan pipa dan tekanan air bersih kota dan apakah merupakan ujung buntu
atau jaringan melingkar
l) Penyedian air cara lain dengan tekanan atau gravitasi
m) Merk, ukuran lubang, dan jenis sprinkler
n) Suhu kerja dan letak sprinkler
o) Jumlah sprinkler pada tiap pipa tegak, jumlah sprinkler pada tiap sistem dan
luas daerah yang dilindungi tiap lantai
p) Jumlah sprinkler pada setiap pipa tegak dan jumlah keseluruhan tiap lantai
q) Merk, model dan tipe tanda bahaya yang dipakai
r) Macam dan letak lonceng tanda bahaya hidrolis
s) Percabangan, nipel pipa tegak dan ukuran-ukurannya
t) Jenis penggantung
u) Semua katup kendali, pipa pengering, pipa uji
v) Slang kebakaran
w) Nama dan alamat instalatur.
2.3.3 Penyediaan Air Dan Pompa Untuk Sistem Sprinkler
Penyediaan air dari sistem sprinkler dapat diperoleh dari:
1. Sistem air PAM, jika tekanan dan kapasitas memenuhi sistem yang
direncanakan
2. Pompa kebakaran otomatis yang dilengkapi dengan sumber air yang
memenuhi keperluan disain hidrolis
3. Bejana tekan
4. Tangki gravitasi
Jumlah air minimum untuk keperluan kebakaran bagi hunian bahaya
kebakaran ringan adalah 500-750 gpm (SNI 03-3989-2000), untuk waktu
pengoperasian selama 30-60 menit. Pompa yang digunakan harus yang bekerja
otomatis jika terjadi kebakaran. Selain itu digunakan juga jockey pump untuk
mengatasi kekurangan tekanan dan flow jika kurang dari jumlah yang
seharusnya agar tetap konstan. Apabila cadangan air untuk pencegahan
kebakaran dalam reservoir habis atau pompa yang disediakan tidak bekerja
maka air disuplai dari ruas pemadam kebakaran dengan menghubungkan
selang pemadam kebakaran pada fire department connection.
24
Perancangan Sprinkler
5. Syarat Penyambungan
Pipa penyalur untuk system sprinkler tidak boleh dihubungkan pada
system lain kecuali seperti yang diatur dalam bagian ini.
a. Jaringan kota
Sambungan pada sistem jaringan kota dapat diterima apabila
kapasitas dan tekanannya mencukupi. Kapasitas dan tekanan sistem
jaringan kota dapat diketahui dengan mengadakan pengukuran langsung
pada jaringan distribusi ditempat penyambungan yang direncanakan atas
izin perusahaan daerah air minum. Ukuran pipa sekurang-kurangnya harus
sama dengan pipa tegak yang disambungkan, dengan ukuran minimum 4
inchi.
Gambar 2.4 Jaringan kota
(Sumber : SNI 03-3989-2000)
b. Tangki Gravitasi
Tangki yang diletakkan pada ketinggian tertentu dan direncanakan
dengan baik dapat diterima sebagai sistem penyediaan air. Kapasitas dan
letak ketinggian tangki harus memberikan aliran dan tekanan yang cukup.
25
Perancangan Sprinkler
Gambar 2.5 TangkiGravitasi
(Sumber : SNI 03-3989-2000)
Tangki gravitasi yang melayani keperluan rumah tangga, kran
kebakaran dan sistem sprinkler otomatis harus:
1. Direncanakan dan dipasang sedemikian rupa, sehingga dapat
menyalurkan air dalam kuantitas dan tekanan yang cukup untuk sistem
tersebut.
2. Mempunyai lubang aliran keluar untuk keperluan rumah tangga pada
ketinggian tertentu dari dasar tangki, sehingga persediaan minimum
yang diperlukan untuk pemadam kebakaran dapat dipertahankan.
3. Mempunyai lubang aliran keluar untuk kran kebakaran pada ketinggian
tertentu dari dasar tangki, sehingga persediaan minimum yang
diperlukan untuk sistem sprinkler otomatis dapat dipertahankan.
26
Perancangan Sprinkler
Gambar 2.6 Sambungan pipa yang melayani keperluan rumah tangga kran kebakaran,
sprinkler otomatis pada tangki gravitasi.
( Sumber : SNI 03-3989-2000)
c. Tangki Bertekanan
Tangki bertekanan yang direncanakan dengan baik dapat diterima
sebagai sistem penyediaan air. Tangki bertekanan harus dilengkapi dengan
suatu cara yang dibenarkan agar tekanan udara dapat diatur secara otomatis.
Apabila tangki bertekanan merupakan satu-satunya system penyediaan air,
system tersebut harus juga dilengkapi dengan alat tanda bahaya yang
memberikan peringatan apabila tekanan dan atau tinggi permukaan air
dalam tangki turun melampaui batas yang ditentukan. Tanda bahaya harus
dihubungkan dengan jaringan listrik yang terpisah dengan jaringan listrik
yang melayani kompresor udara.
Tangki bertekanan hanya boleh digunakan untuk melayani system
sprinkler dan sistem slang kebakaran yang dihubungkan pada pemipaan
sprinkler. Tangki bertekanan harus selalu terisi air 2/3 penuh, dan diberi
tekanan udara ditambah dengan 3X tekanan yang disebabkan oleh berat air
pada perpipaan system sprinkler diatas tangki kecuali ditetapkan lain oleh
pejabat yang berwenang (SNI 03-3989-2000).
27
Perancangan Sprinkler
Gambar 2.7 Tangki bertekanan
(Sumber : SNI 03-3989-2000)
d. Sambungan Pemadam Kebakaran
Apabila disyaratkan harus disediakan sebuah sambungan yang
memungkinkan petugas pemadam kebakaran memompakan air kedalam
system sprinkler, ukuran pipa minimum adalah 4 inch. Pipa berukuran 3
inch dapat digunakan, apabila dihubungkan dengan pipa tegak berukuran 3
inch juga. Sambungan pemadam kebakaran harus ditempatkan pada bagian
sistem sprinkler didekat katup balik.
2.4 Persyaratan Khusus Untuk Berbagai Sistem Penyediaan Air.
2.4.1 Sistem Penyediaan Air Bersih Kota
Sistem sprinkler dapat disambungkan pada jaringan air bersih kota yang
dapat menyediakan air selama 24 jam dengan tekanan dan kapasitas yang cukup
sesuai dengan persyaratan kapasitas aliran dan tekanan. Pipa kota yang dapat
disambungkan pada sistem sprinkler adalah pipa kota yang mendapat aliran dari
dua arah. Sistem sprinkler yang melayani sistem bahaya kebakaran sedang
kelompok III dan sistem bahaya kebakaran berat dapat disambung pada pipa kota
yang merupakan ujung buntu dan mempunyai ukuran minimum 6 inch.
28
Perancangan Sprinkler
Sistem penyediaan air bersih kota yang mempunyai reservoir dengan daya
tampung minimum 1000 m3, boleh disambungkan pada sistem sprinkler untuk
sistem bahaya kebakaran berat. Untuk sistem bahaya kebakaran ringan, reservoir
dengan daya tampung lebih kecil dari 1000 m3 masih diperbolehkan. Setiap katup
penutup (selain katup penutup yang menjadi tanggung jawab PDAM) harus selalu
diamankan dalam keadaan terbuka dan menjadi tanggung jawab pemilik gedung.
2.4.2 Sistem Tangki Gravitasi
Tangki gravitasi yang dimaksud adalah tangki yang khusus dipasang di
dalam gedung guna pemadam kebakaran. Tangki dipasang pada ketinggian
sedemikian rupa sehingga dapat mengalirkan air dalam kapasitas dan tekanan
cukup pada instalasi pemadam kebakaran. Apabila kapasitas tangki dibuat lebih
besar dari yang disyaratkan, penggunaan air untuk keperluan lain tidak boleh
mengurangi kapasitas yang disyaratkan untuk sprinkler.
Pipa keluar untuk penggunaan lain, harus dipasang sedemikian rupa,
sehingga air dalam tangki selalu tersisa sesuai dengan kapasitas yang disyaratkan
untuk sprinkler. Tangki gravitasi harus dilengkapi dengan tanda tinggi muka air.
Air dalam tangki harus selalu diusahakan bersih dan bebas dari bahan-bahan yang
mengendap, tangki harus dibersihkan tiap 3 tahun sekali. Untuk memudahkan
pembersihan harus disediakan tangga permanen. Sebuah tangki gravitasi tidak
boleh dipakai sebagai penyediaan air untuk dua gedung dengan pemilik yang
berlainan.
2.4.3 Sistem Pompa Otomatis
Pompa kebakaran harus ditempatkan sedemikian rupa, sehingga mudah
dicapai di dalam gedung atau ditempatkan di dalam bangunan tahan api di luar
gedung. Pompa kebakaran tidak boleh digunakan untuk keperluan lain di luar
keperluan kebakaran. (Dianjurkan pemasangan pompa kebakaran terpisah untuk
keperluan instalasi slang kebakaran).
2.4.4 Pompa Listrik
Tenaga listrik untuk menjalankan pompa harus dari aliran listrik yang dapat
diandalkan, sebaiknya aliran listrik dari pembangkit listrik tenaga diesel yang
29
Perancangan Sprinkler
disediakan khusus. Apabila listrik kota dapat diandalkan, kebutuhan listrik untuk
pompa kebakaran dapat dipenuhi oleh aliran listrik kota.
Daya listrik yang tersedia harus menjamin tenaga listrik yang dibutuhkan
untuk menjalankan pompa setiap saat. Tiap tombol listrik yang melayani pompa
kebakaran harus diberi tanda dengan jelas yang bertuliskan “Pompa Kebakaran
Jangan Dimatikan Waktu Kebakaran“.
Lampu tanda harus dipasang untuk menyatakan bahwa ada aliran listrik.
Lampu tanda harus dipasang di dekat pompa sedemikian rupa, sehingga mudah
dilihat oleh operator. Tanda yang dapat dilihat dan didengar untuk memberi
peringatan apabila aliran listrik terputus harus dipasang pada panel start motor
listrik pompa. Aliran listrik untuk tanda dimaksud harus dari aliran listrik lain
yang melayani motor listrik.
Apabila aliran listrik dari aki, maka aki harus dilengkapi dengan alat
pengisi aki yang selalu mengisi setiap saat. Sekring berkapasitas tinggi harus
dipasang untuk :
1. Melindungi kabel-kabel listrik yang disambung ke motor listrik
2. Melindungi motor listrik sesuai dengan standar yang berlaku.
2.4.5 Pompa Diesel
Pompa dengan motor diesel disambung dengan kopling yang
memungkinkan masing- masing bagian dapat dilepas secara tersendiri. Ventilasi
yang cukup harus diusahakan dalam ruang diesel untuk mengurangi panas dan
memberikan aliran udara. Mesin yang digunakan harus dari jenis motor diesel
dengan injeksi langsung yang dapat dijalankan tanpa menggunakan sumbu, busi
pemanas, eter atau letupan. Kapasitas penuh harus dapat dicapai dalam waktu 15
detik sejak start. Penggunaan super charger atau turbo charger dengan pendingin
udara atau air diperbolehkan.
Pompa diesel harus dapat bekerja terus-menerus pada beban penuh untuk
waktu 6 jam dan harus dilengkapi dengan alat pengatur kecepatan, dalam
jangkauan 4,5% dari nilai kecepatan yang ditentukan pada keadaan nilai beban
permulaan sampai beban penuh. Alat untuk mematikan mesin harus dilengkapi
dengan alat manual dan kembali pada keadaan siap start secara otomatis.
Tangki bahan bakar motor diesel harus dibuat dari baja yang di las. Tangki
harus dipasang lebih tinggi dari pompa bahan bakar (pompa injeksi diesel) untuk
30
Perancangan Sprinkler
dapat mengalirkan secara gravitasi. Pada tangki harus dipasang alat yang dapat
menunjukkan isi bahan bakar. Persediaan bahan bakar tambahan harus disediakan
untuk waktu bekerja 6 jam disamping bahan bakar yang telah ada dalam tangki
bahan bakar.
Bila terdapat lebih dari satu motor, maka tiap motor harus mempunyai
tangki bahan bakar dan pipa penyalur yang terpisah. Pipa penyalur bahan bakar
tidak boleh dari bahan plastik. Katup pipa penyalur harus dipasang dekat tangki
bahan bakar dan harus selalu dalam keadaan terbuka. Harus disediakan dua cara
menjalankan motor:
1. Start otomatis dengan cara memasang motor starter yang dilayani oleh aki.
Motor starter akan bekerja, apabila tekanan air dalam sistem sprinkler turun.
Kapasitas aki harus sedemikian rupa, sehingga mampu untuk menghidupkan
motor starter 10 kali berturut-turut tanpa pengisian kembali.
2. Start manual dengan cara engkol apabila motor tidak besar atau motor starter
yang dihidupkan secara manual.
Catatan :
Motor starter untuk start otomatis dapat juga dipakai untuk start manual
apabila disediakan dua aki untuk masing-masing penggunaan. Pengisian aki
harus dilakukan secara perlahan-lahan. Alat pengisi aki harus dilengkapi
dengan sakelar untuk memilih pengisian cepat.Alat pengisi aki harus dapat
mengisi dua aki bersama-sama.Harus selalu disediakan suku cadang yang
terdiri dari :
a) Dua set saringan bahan bakar
b) Dua set saringan minyak pelumas lengkap dengan karet perapat (seal)
c) Dua set tali kipas (bila digunakan tali kipas)
d) Satu set kopling lengkap, gasket-gasket, slang-slang
e) Dua set pengabut bahan bakar.
f) Motor harus dijalankan tiap minggu sekali selama sekurang-kurangnya
10 menit.
31
Perancangan Sprinkler
2.5 Penempatan dan Letak Kepala Sprinkler
2.5.1 Penempatan Kepala Sprinkler
Penempatan kepala sprinkler didasarkan luas lingkup maksimum tiap kepala
sprinkler di dalam satu deret dan jarak maksimum deretan yang berdekatan.
2.5.2 Bahaya Kebakaran Ringan
a) Luas lingkup maksimum tiap kepala sprinkler :
1. Sprinkler dinding 17 m2
2. Sprinkler lain 20 m2
Gambar 2.8. Penempatan dan Letak Kepala Sprinkler
(Sumber : SNI 03-3989- 2000)
32
Perancangan Sprinkler
Gambar 2.9. Penempatan Dan Letak Kepala Sprinkler Selang-seling
(Sumber : SNI 03-3989- 2000)
b) Jarak maksimum antara kepala sprinkler dalam satu deretan dan jarak
maksimum antara deretan yang berdekatan :
1. Sprinkler dinding
2. Sprinkler lain 4,6 m
Di bagian tertentu dari bangunan bahaya kebakaran ringan seperti : ruang
langit-langit, ruang besmen, ruang ketel uap, dapur, ruang binatu, gudang,
ruang kerja bengkel dan sebagainya, luas maksimum dibatasi menjadi
sebesar 9 m2 tiap kepala sprinkler dan jarak maksimum antara kepala
sprinkler 3,7 m.
2.5.3 Bahaya Kebakaran Sedang
a) Luas lingkup maksimum tiap kepala sprinkler :
1. Sprinkler dinding 9 m2
2. Sprinkler lain 12 m2
b) Jarak maksimum kepala sprinkler dalam satu deretan dan jarak maksimum
deretan yang berdekatan :
33
Perancangan Sprinkler
1. Sprinkler dinding
2. Sprinkler lain :
a. Jika penempatan standar 4 m
b. Jika kepala sprinkler dipasang selang seling :
jarak maksimum antara kepala sprinkler 4,6 m
Jarak maksimum pipa cabang 4,0 m
Untuk gudang pendingin yang memakai metode pendingin dengan
sirkulasi udara, penggilingan padi, studio film, panggung pada gedung
pertunjukan, luas lingkup maksimum tiap kepala sprinkler 9 m2 dan
jarak maksimum antara kepala sprinkler 3 m.
Pengaturan penempatan kepala sprinkler selang-seling pada sistem
bahaya kebakaran sedang, dimaksudkan untuk menempatkan kepala
sprinkler terpisah sejauh lebih dari 4 meter pada pipa cabang.
S = Perencanaan penempatan kepala sprinkler pada pipa cabang
maksimum 4,6 m
D = Jarak antara kepala sprinkler maksimum 4,0 m
(sumber: SNI 03-3989-2000)
2.5.4 Bahaya Kebakaran Berat
a) Luas lingkup maksimum tiap kepala sprinkler :
1. Umum 9 m2
2. Dalam rak penyimpanan :
a. Dengan satu jajar sprinkler 10 m2
b. Dengan dua jajar sprinkler 7,5 m2
c. Jarak maksimum antara kepala sprinkler dalam satu deretan dan jarak
maksimum deretan yang berdekatan :
1). umum 3,7 m2
2). dalam rak penyimpanan 2,5 m2
Catatan : Jika dipasang lebih dari satu lapisan sprinkler dalam rak
penyimpanan, penempatan kepala sprinkler dilapis berikutnya harus diselang-
seling.
34
Perancangan Sprinkler
2.6 Jarak Maksimum Untuk Penempatan Kepala Sprinkler Dinding Samping
2.6.1 Sepanjang Dinding
Sistem bahaya kebakaran ringan 4,6 m.
Sistem bahaya kebakaran sedang :
1. 3,4 m (langit-langit tidak tahan api)
2. 3,7 m (langit-langit tahan api)
2.6.2 Dari Ujung Dinding
Sistem bahaya kebakaran ringan 2,3 m
Sistem bahaya kebakaran sedang 1,8 m
2.6.3 Jumlah Deretan Kepala Sprinkler
a) Untuk ruangan yang lebarnya lebih kecil atau sama dengan 3,7 m, cukup
dilengkapi dengan sederet sprinkler sepanjang ruangan. Untuk ruangan yang
lebarnya antara 3,7 m sampai 7,4 m harus dilengkapi dengan deretan sprinkler
sepanjang ruangan pada tiap sisinya.
b) Untuk ruangan yang panjangnya lebih dari 9,2 m (bahaya kebakaran ringan)
atau lebih dari 7,4 m (bahaya kebakaran sedang) deretan sprinkler harus
dipasang selang-seling, sehingga setiap kepala sprinkler terletak pada garis
tengah antara dua kepala sprinkler yang berhadapan.
c) Untuk ruangan yang lebarnya lebih dari 7,4 m deretan kepala sprinkler jenis
konvensional (dipasang pada langit-langit) harus dipasang pada langit-langit di
tengah-tengah antara dua deret kepala sprinkler sebagai tambahan.
2.7 Kepala Sprinkler
2.7.1 Kapasitas Pancaran
a) Perhitungan kapasitas pancaran air di kepala sprinkler.
Untuk menghitung kapasitas pancaran air di kepala sprinkler, berlaku rumus:
Q = kP
dimana :
Q = kapasitas pancaran tiap kepala sprinkler, dalam liter/menit.
K = konstanta yang ditentukan oleh ukuran nominal lubang kepala
sprinkler.
P = tekanan air di kepala sprinkler dalam kg/cm2.
35
Perancangan Sprinkler
b) Ukuran lubang kepala sprinkler.
Ukuran nominal lubang kepala sprinkler yang dibenarkan untuk masing-
masing sistem bahaya kebakaran adalah sebagai berikut :
Tabel 2.2 Ukuran lubang kepala sprinkler
No. Klasifikasi bahaya kebakaranUkuran nominal lubang kepala sprinkler
(mm)1 Sistem bahaya kebakaran ringan 102 Sistem bahaya kebakaran sedang 153 Sistem bahaya kebakaran berat 20
Sumber : SNI 03-3989- 2000
c) Konstanta “k”.
Konstanta “k” untuk ketiga ukuran lubang kepala sprinkler tersebut di atas
adalah sebagai berikut:
Tabel 2.3 Konstanta
No.Ukuran nominal lubang kepala sprinkler
(mm)Konstanta “k”
1 10 57±5%2 15 80±5%3 20 115±5%
Sumber : SNI 03-3989- 2000
2.7.2 Jumlah Maksimum Kepala Sprinkler
Jumlah maksimum kepala sprinkler yang dapat dipasang pada satu katup
kendali adalah :
Tabel 2.4 Jumlah maksimum kepala sprinkler
Klasifikasi bahaya kebakaran Jumlah kepala sprinkler (buah)Sistem bahaya kebakaran ringan 500Sistem bahaya kebakaran sedang 1000Sistem bahaya kebakaran berat 1000
Sumber : SNI 03-3989- 2000
Catatan : Jumlah kepala sprinkler di tempat tertutup dapat diabaikan.
2.7.3 Persediaan Kepala Sprinkler Cadangan
Persediaan kepala sprinkler cadangan dan kunci kepala sprinkler harus
disimpan dalam satu kotak khusus yang ditempatkan dalam ruangan yang setiap
suhunya tidak lebih dari 380⁰C.
Persediaan kepala sprinkler cadangan tersebut paling sedikit adalah sebagai
berikut :
Tabel 2.5 Persediaan Kepala Sprinkler Cadangan
No. Klasifikasi bahaya kebakaran Persediaan kepala sprinkler cadangan
36
Perancangan Sprinkler
1 Sistem bahaya kebakaran ringan 62 Sistem bahaya kebakaran sedang 243 Sistem bahaya kebakaran berat 36
Sumber : SNI 03-3989- 2000
Catatan :
a. Persediaan kepala sprinkler cadangan harus meliputi semua jenis dan tingkat
suhu dari kepala sprinkler yang terpasang.
b. Apabila terdapat lebih dari 2 sistem, maka jumlah persediaan sprinkler
cadangan harus ditambah 50% dari ketentuan tersebut di atas.
2.8 Syarat dan Ketentuan Perencanaan
1. Jarak antar sprinkler
a. Kebakaran ringan : 4,6 m
b. Kebakaran sedang I : 4 m
c. Kebakaran sedang II : 3,5 m
d. Kebakaan sedang III : 3 m
e. Kebakaran berat : 3 m
2. Daerah kerja maksimum
a. Kebakaran ringan : 84 m2
b. Kebakaran sedang I : 72 m2
c. Kebakaran sedang II : 144 m2
d. Kebakaran sedang III : 216 m2
e. Kebakaran berat : 260 m2
3. Kepadatan pancaran
a. Kebakaran ringan : 2,5 m/ detik
b. Kebakaran sedang I : 5 m/ detik
c. Kebakaran sedang II : 5 m/ detik
d. Kebakaran sedang III : 5 m/ detik
e. Kebakaran berat : 7,5-12,5 m/ detik
4. Jumlah sprinkler maksimum per katup kendali
a. Kebakaran ringan : 500 buah
b. Kebakaran sedang I : 1000 buah
c. Kebakaran sedang II : 1000 buah
d. Kebakaran sedang III : 1000 buah
e. Kebakaran berat : Sesuai perhitungan hidrostatik
37
x
x
R
R
Rx
x
Perancangan Sprinkler
5. Cadangan sprinkler
a. Kebakaran ringan : 6 buah
b. Kebakaran sedang I : 24 buah
c. Kebakaran sedang II : 24 buah
d. Kebakaran sedang III : 24 buah
e. Kebakaran berat : 36 buah
6. Ukuran nominal nozel
a. Kebakaran ringan : 10 mm
b. Kebakaran sedang I : 15 mm
c. Kebakaran sedang II : 15 mm
d. Kebakaran sedang III : 15 mm
e. Kebakaran berat : 20 mm
2.9 Perhitungan Jumlah Sprinkler
Dalam melakukan perhitungan jumlah sprinkler, maka perlu mencari jarak antar
sprinkler dan jarak kepala sprinkler ke dinding.
1. Jarak antar sprinkler
x = jarak antar kepala sprinkler overlap
R = jari-jari pancaran sprinkler
2 r ¿¿2=x2+ x2
4 r2=2 x2
2 r2=x2
x=√2 r2
2. Jarak kepala sprinkler ke dinding
x = jarak kepala sprinkler ke dinding
38
Perancangan Sprinkler
R = jari-jari pancaran sprinkler
r2=x2+x2
r2=2 x2
x=√0,5 r2
2.42=x2+x2
2.42=2 x2
x=√0,5 x2.42
Jarak kepala sprinkler ke dinding tidak boleh melebihi 1,7 m. Kemudian dilakukan
penghitungan jarak kepala sprinkler ke dinding untuk perbandingan
2.10 Pompa
2.10.1 Fungsi dan Cara Kerja Pompa
a. Pompa sprinkler terdiri dari 1 buah pompa hidran listrik sebagai pompa
utama, digunakan bila tekanan/pressure tank turun setelah jocky pump tidak
sanggup lagi mengatasi (jocky pumpakan mati sesuai dengan setting
pressure tank) maka main pump akan bekerja.
b. 1 buah pompa diesel sebagai cadangan digunakan bila terjadi kebakaran
dan pompa mengalami kerusakan atau gagal operasional (listrik padam) dan
pompa utama serta jocky pump berhenti bekerja mensuplai air maka diesel
fire pumpakan melakukan start secara otomatis berdasarkan pressure
switch. Bekerjanya diesel fire pump secara otomatis menggunakan panel
diesel starter. Panel ini juga melakukan pengisian accu/men-charger accu
dan dapat bekerja secara manual dengan kunci starter pada diesel tersebut.
Untuk perawatan pada diesel fire pump ini dengan pemanasan setiap
minggu (2x pemanasan). Selain dilakukan pemanasan, diesel dilakukan
pemeriksaan pada accu, pendingin air (air radiator), dan pengecekan pada
pelumas mesin (oli mesin).
39
Perancangan Sprinkler
c. 1 buah pompa pacu (jocky pump) digunakan untuk menstabilkan tekanan air
pada pipa dan pressure tank.
2.10.2 Kapasitas Pompa
Kapasitas pompa adalah kemampuan pompa untuk mengalirkan fluida
(cair atau gas) dalam waktu tertentu. Kapasitas pompa dipengaruhi oleh jumlah
fluida yang dialirkan, nilai laju aliran fluida dan hambatan lain dalam aliran
fluida. Kapasitas pompa dapat dispesifikasikan menjadi:
2.10.2.1 Head
Head adalah energi mekanik yang terkandung dalam satu satuan
berat jenis zat cair yang mengalir atau energi tiap satuan berat. Head dari
instalasi pompa dapat dibedakan menjadi head statis dan head dinamis. Head
terdiri dari dua bagian, antara lain:
a. Head Total Pompa
Head total pompa yang harus disediakan untuk mengalirkan
jumlah air dapat ditentukan berdasarkan kondisi instalasi yang akan
dilayani oleh pompa. Head total pompa dapat ditulis sebagai berikut:
H = Ha + hp + H1 + LV 2
2 xDxg
H : Head total (m)
H1 : Kerugian head di pipa, katup, belokan dan sambungan (m)
hp : Perbedaan tekanan yang bekerja pada kedua permukaan air
(m)
Ha : Head statis total (m)
Head ini adalah perbedaan tinggi antara muka air disisi keluar
dan sisi isap, tanda positif dipakai apabila muka air disisi keluar lebih
tinggi dari pada sisi isap.
b. Head Kerugian
1. Kerugian Gesekan dalam Pipa (Major Losses)
Kerugian gesekan didalam pipa bergantung pada panjang
pipa. Untuk menghitung besarnya kerugian akibat gesekan
didalam pipa digunakan persamaan:
hf =fLD
V 2
2. g
40
Perancangan Sprinkler
Hf : Head karena kerugian gesekan friction (m)
L : Panjang saluran (m)
D : Diameter dalam saluran (m)
V : Kecepatan rerata aliran (m/s)
g : kecepatan grafitasi (m/s2)
f :Koefisien kerugian gesekan (Bilangan Reynold/Re)
*Ket: Nilai f dapat dilihat pada
(Sumber: Sularso, Tahara. 2004. Pompa dan Kompresor:
Pemilihan, Pemakainan dan Pemeliharaan. Jakarta. PT
Pradnya Paramita)
2. Kerugian Karena Perubahan Bentuk Geometri (Minor Losses)
a. Kerugian head pada katup (valve)
Kerugian head pada katup dapat ditulis sebagai berikut:
hf = k V 2
2 xg
hf : Head karena kerugian gesekan friction (m)
V : Kecepatan rata-rata aliran (m/s)
g : kecepatan grafitasi (m/s2)
k :Koefisien kerugian gesekan (Bilangan Reynold/Re)
(Sumber: Sularso,Tahara. 2004. Pompa dan Kompresor.
Jakarta. PT Pradnya Paramita)
b. Kerugian head pada fitting
Dalam aliran melalui jalur pipa, kerugian akibat gesekan
juga akan terjadi apabila ukuran pipa, bentuk penampang,
belokan, dan arah aliran berubah. Kerugian head transisi
tersebut dinyatakan dalam rumus:
hf = f x V 2
2 xg
Untuk mendapatkan nilai f, maka dapat digunakan persamaan
dibawah ini:
f = 0.131 + 1.847 [D
2 R]3.5[
❑90 ]0.5
41
Perancangan Sprinkler
d : Diameter dalam saluran (m)
R : jari-jari lengkungan sumbu belokan (m)
V : Kecepatan rerata aliran (m/s)
g : kecepatan grafitasi (m/s2)
f :Koefisien kerugian gesekan (Bilangan Reynold/Re)
: Sudut belokan (derajat)
3. Kerugian Head Pada Nozel
Kerugian head untuk pengecilan mendadak dapat
dinyatakan dengan rumus:
hf = Vd2
2 xg
Hf : Head karena kerugian gesekan friction (m)
d : Diameter dalam saluran (m)
V : Kecepatan rerata aliran (m/s)
g : Kecepatan Gravitasi (m/s2)
(Sumber: Sularso, Tahara. 2004. Pompa dan Kompresor:
Pemilihan, Pemakainan dan Pemeliharaan. Jakarta. PT Pradnya
Paramita)
4. Kerugian head Pada Selang
Berdasarkan pada SNI 03-1745-2000 Tentang Tata Cara
Perencanaan dan Pemasangan Sistem Pipa Tegak dan Selang
Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada Bangunan Rumah dan
Gedung, dijelaskan bahwa dalam menentukan tekanan pada outlet
sambungan selang yang jauh. Faktor hilangnya tekanan pada
katup selang perlu dipertimbangkan.
Pada operasi pipa tegak, hilangnya tekanan akibat gesekan
pada selang, dapat mengakibatkan tidak tercapainya tekan 6,9 bar
(100 psi pada nozel) Pada system pipa tegak yang tinggi yang
dilengkapi dengan katup penurunan tekan, petugas pemadam
kebakaran hanya dapat sedikit mengatur atau sama sekali tidak
dapat mengatur tekanan keluaran katup selang. Kerugian gesekan
pada aliran dalam selang dapat dilihat pada
42
Perancangan Sprinkler
hf= f x L xV 2
2 x D xg
hf : Head karena kerugian gesekan friction (m)
P : Kerugian gesekan dalam selang (kg/ms2)
: Massa jenis zat cair (kg/m3)
g : Kecepatan Gravitasi (m/s2)
(Sumber: Sularso,Tahara. 2004. Pompa dan Kompresor:
Pemilihan, Pemakainan dan Pemeliharaan. Jakarta. PT Pradnya
Paramita)
2.10.2.2 Daya Poros dan Efisiensi Pompa
a. Daya air
Energi yang secara efektif diterima oleh air dari pompa persatuan
waktu daya air yang dapat ditulis sebagai berikut:
Pw = x g x Qx Hp
b. Daya poros
Daya poros yang diperlukan untuk menggerakkan sebuah pompa
adalah sama dengan daya air ditambah kerugian daya didalam pompa.
Daya ini dapat dinyatakan sebagai berikut:
P = Pw/p
Pw : Daya poros sebuah pompa (kW)
p : Efisiensi pompa
43
Kesimpulan dan Saran
Perancangan Sprinkler
BAB 3
METODOLOGI
3.1 Flow Chat Perencanaan dan Perancangan Sprinkler
Gambar 3.1 Flow Chat Perencanaan dan Perancangan Springkler
44
Perancangan Sringkler1. Klasifikasi hunian 2. Perhitungan bangunan (area) yang
dilindungi3. Perhitungan kebutuhan sprinkler4. Perancangan Reservoir5. Perhitungan Kebutuhan air6. Daya pompa yang digunakan
Studi Lapangan1. Luas Area Bangunan2. Lay Out Bangunan3. Fungsi Bangunan
Studi Literatur1. Standar NFPA 142. SNI 03-1745-20003. SNI 03-3989-20004. SNI 03-6570-2001
Mulai
Pengumpulan data
Selesai
Perancangan Sprinkler
3.2 Perancangan Sprinkler
Langkah-langkah perancangan sprinkle adalah sebagai berikut :
3.2.1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan langkah awal dalam perencanaan dan dan
perancangan sprinkler. Data awal yang dibutuhkan adalah studi lapangan yang
terdiri dari luas area bangunan, layout ruangan dan fungsi ruangan. Selain itu
dalam pengumpulan data ini juga melakukan studi literatur yang terdiri dari
standar NFPA 14, SNI 03-1745-2000, SNI 03-3989-2000 dan SNI 03-6570-2001
yang digunakan sebagai acuan / standart dalam perencanaan dan perancangan
sprinkler.
3.2.2. Klasifikasi hunian
Dalam klasifikasi hunian ini untuk bangunan hotel Swiss-Belinn Malang
termasuk dalam hunian bahaya kebakaran ringan. Namun di area banguan hotel
ini juga terdapat parkiran mobil dan motor. Sedangkan klasifikasi hunian untuk
parkir mobil dan motor termasuk dalam bahaya kebakaran sedang I. Serta
terdapat syarat yang harus dipenuhi dalam setiap klasifikasi hunian bahaya
kebakaran.
3.2.3. Perhitungan bangunan yang dilindungi
Perhitungan bangunan atau area yang dilindungi adalah dihitung berdasarkan
klasifikasi hunian. Dimana untuk area hotel hotel Swiss-Belinn Malang terdapat
dua klasifikasi bahaya kebakaran yaitu, bahaya kebakaran ringan dan bahaya
kebakaran sedang I.
3.2.4. Perhitungan kebutuhan sprinkler
Perhitungan kebutuhan sprinkel berdasarkan syarat perancangan klasifikasi
hunian bahaya kebakaran sesuai SNI 03-3989-2000.
3.2.5. Perancangan Reservoir
Perancangan reservor meliputi dimensi reservoir yang digunakan panjang,
lebar dan tinngi reservoir seta penentuan volume reservoir yang sesuai standart
dalam hal pemadaman kebakaran.
3.2.6. Perhitungan Kebutuhan Air
Kebutuhan air untuk sprinkler dalam waktu 30 menit Q adalah 300 L/menit
sesuai dengan SNI 03-3989-2000 untuk bahaya kebakaran ringan. Sedangkan
bahaya kebakaran sedang I kebutuhan air Q adalah 375 L/menit.
45
Perancangan Sprinkler
3.2.7. Daya Pompa yang Digunakan
Daya pompa didapat dari perhitungan sebagai berikut:
Daya Pompa= ρ g Q Htotal
Dimana :
ρ = Massa jenis air
g = Percepatan grafitasi
Q = Debit air
H = Head Loss Total
3.2.8. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan dan saran dalam perancangan sprinkler dapat digunakan untuk
memberikan masukan dalam perancangan selanjutnya agar bisa lebih baik. Selain
itu perancangan yang sudah sesuai standart dapat membuat suatu gedung atau
area dapat menanggulangi kebakaran dengan cepat.
46
Perancangan Sprinkler
BAB 4
PERANCANGAN SPRINKLER
4.1. Klasifikasi Hunian
Berdasarkan SNI 03-3989-2000 (halaman 7-8) untuk bangunan hotel total ini termasuk
dalam klasifikasi hunian bahaya kebakaran ringan dan sedang I.
a. Bangunan Hotel
Hunian bahaya kebakaran ringan adalah macam hunian yang mempunyai jumlah dan
kemudahan terbakar rendah dan apabila terjadi kebakaran melepaskan panas rendah,
sehingga menjalarnya api lambat.
b. Parkir Motor dan Mobil
Hunian bahaya kebakaran sedang kelompok I adalah macam hunian yang
mempunyai jumlah dan kemudahan terbakar sedang, penimbunan bahan yang
mudah terbakar dengan tinggi tidak lebih dari 2,5 m dan apabila terjadi kebakaran
melepaskan panas sedang, sehingga menjalarnya api sedang.
4.2. Ruangan Yang Tidak Perlu Dilindungi
Semua ruang dalam gedung harus dilindungi dengan sistem sprinkler, kecuali ruang
tertentu yang telah mendapat izin dari pihak yang berwenang berdasarkan SNI 03-
3989-2000 (halaman 9) seperti :
a. ruang tahan api,
b. kamar kakus,
c. ruang panel listrik,
d. ruangan tangga dan ruangan lain yang dibuat khusus tahan api.
4.3. Perancangan Sprinkler Berdasarkan Klasifikasi Hunian
Berdasarkan SNI 03-3989-2000 syarat yang harus dipenuhi untuk setiap hunian bahaya
kebakaran berbeda, seperti yang terteta dibawah ini
a. Sistem Bahaya Kebakaran Ringan
Kepadatan pancaran yang direncanakan 2,25 mm/menit*
Daerah kerja maksimum yang diperkirakan : 84 m2 *
47
Perancangan Sprinkler
Penyediaan air harus mampu mengalirkan air dengan kapasitas 225 liter/menit
dan bertekanan 2,2 kg/cm2 ditambah tekanan air yang ekivalen dengan
perbedaan tinggi antara katup kendali dengan sprinkler tertinggi **
Luas lingkup maksimum tiap kepala sprinkler, untuk sprinkler dinding 17 m2
dan sprinkler lain 20 m2 ***
Jarak kepala sprinkler dengan pipa (S) 4,5 m ***
Jarak kepala sprinkler dengan kepala sprinkler lainnya (D) 3,8 m ***
b. Sistem Bahaya Kebakaran Sedang I
Kepadatan pancaran yang direncanakan 5 mm/menit *
Daerah kerja maksimum yang diperkirakan 72 ~ 360 m2*
Penyediaan air harus mampu mengalirkan air dengan kapasitas 375 liter/menit
dan bertekanan 1,0 kg/cm2 atau kapasitas 540 liter/menit dan bertekanan 0,7
kg/cm2 ditambah tekanan air yang ekivalen dengan perbedaan tinggi antara
katup kendali dengan sprinkler tertinggi. **
Luas lingkup maksimum tiap kepala sprinkler untuk sprinkler dinding 9 m2 dan
sprinkler lain 12 m2***
Jarak kepala sprinkler dengan pipa (S) 3,5 m ***
Jarak kepala sprinkler dengan kepala sprinkler lainnya (D) 3,6 m ***
Keterangan :
(*) : SNI 03-3989-2000 halaman 5
(**) : SNI 03-3989-2000 halaman 14-15
(***) : SNI 03-3989-2000 halaman 28
48
Perancangan Sprinkler
4.4. Perhitungan Kebutuhan Sprinkler
Perhitungan kebutuhan sprinkel berdasarkan syarat perancangan klasifikasi hunian
bahaya kebakaran sesuai SNI 03-3989-2000. Untuk perancangan awal sistem sprinkler
sebagai berikut:
a. Arah pancaran kebawah, kepala sprinkler diletakkan pada atap ruangan
b. Kepekaan terhadap suhu 68OC – 74OC dengan warna cairan dalam tabung gelas
berwarna merah.
c. Menentukan jarak 2 sprinkler maksimum dengan overlap
A = 20m2 (hunian kebakaran ringan)
A = πr2
20m2 = πr2
r2 =20/π
r =√20/ π
r = 2.5 m
d. Perencanaan jarak sprinkler
Jarak antar sprinkler maksimum (S) = 4,5 m (untuk diameter pipa cabang 2”)
Jarak antar pipa cabang (D) = 3,8 m
e. Perhitungan jumlah sprinkler
Loby
S = 4,5 m
D = 3,8 m
Luas Loby = 166,3 m2
JumlahSpringkel=LuasLobyS × D
JumlahSpringkel= 166,3 m2
4,5 m× 3,8 m→9,72 ≈ 10 Springkel
49
Perancangan Sprinkler
Tabel 4.1 Kebutuhan Sprinkler Untuk Lantai Ground
Nama Bangunan
Luas Bangunan (m2)
S (meter)
D (meter)
Jumlah Sprinkler
Kantor Security 10,6 4,5 3,8 1
Kantor Receiv 7,3 4,5 3,8 1
Kantor Cashier 5,5 4,5 3,8 1
Kantor FB 7,1 4,5 3,8 1
Kantor SM 7 4,5 3,8 1
Kantor Sales FB Staff
24,8 4,5 3,8 2
Kantor IT 11,4 4,5 3,8 1
Kantor Fom 8,2 4,5 3,8 1
Kantor Operator 6,6 4,5 3,8 1
Kantor Reserv 6 4,5 3,8 1
Kantor GM 11,4 4,5 3,8 1
Pantry 13,9 4,5 3,8 1
Bar 50 4,5 3,8 3
Kantor EHK 5,7 4,5 3,8 1
Kantor HK 30,5 4,5 3,8 2
Kantor Acct 19,9 4,5 3,8 1
Loby 166,3 4,5 3,8 10
Bagasi 11,9 4,5 3,8 1
Loker male 31,8 4,5 3,8 2
Loker female 44,18 4,5 3,8 3
Canteen 32,2 4,5 3,8 2
General Store 50,6 4,5 3,8 3
Kantor 32,8 4,5 3,8 2
Ruang Pompa 69,7 4,5 3,8 5
50
Perancangan Sprinkler
Ruang Genset 58,3 4,5 3,8 4
Parkir 4100 3,5 3,6 326
Lanjutan Tabel 4.1 Kebutuhan Sprinkler Untuk Lantai Ground
Nama Bangunan
Luas Bangunan (m2)
S (meter)
D (meter)
Jumlah Sprinkler
Coridoor 1 21,7 4,5 3,8 2
Coridoor 2 19 4,5 3,8 2
Coridoor 3 10,8 4,5 3,8 1
Coridoor 4 11,9 4,5 3,8 1
Tabel 4.2 Kebutuhan Sprinkler Untuk Lantai 1
Tempat dalam Bangunan
Luas Bangunan (m2)
S (meter)
D (meter)
Jumalah Sprinkler
Ruang Meeting 1 75 4,5 3,8 5
Ruang Meeting 2 75 4,5 3,8 5
Ruang Meeting 3 75 4,5 3,8 5
Ruang Meeting 4 75 4,5 3,8 5
Ruang Meeting 5 75 4,5 3,8 5
Dapur Utama 83,7 4,5 3,8 5
Restoran, VIP 66 4,5 3,8 4
Restoran Indoor 171 4,5 3,8 10
Restoran,Outdoor 102 4,5 3,8 6
Fitnes 28,4 4,5 3,8 2
Kamar Hotel 13,9 x 25 kmr 4,5 3,8 1 x 25
Kantor HK 18 4,5 3,8 2
Bqt Store 36 4,5 3,8 3
Coridoor Meeting Room
484,5 3,8
3
51
Perancangan Sprinkler
Coridoor Restoran
26,84,5 3,8
2
Coridoor Lift 13,6 4,5 3,8 1
Coridoor Kamar 57,3 4,5 3,8 4
Tabel 4.3 Kebutuhan Sprinkler Untuk Lantai 2
Tempat dalam Bangunan
Luas Bangunan (m2)
S (meter)
D (meter)
Jumalah Sprinkler
Kamar Hotel 13,9 x 26 kmr 4,5 3,8 1 x 26
Kantor HK 12 4,5 3,8 1
Gudang 1 12,1 4,5 3,8 1
Gudang 2 10,6 4,5 3,8 1
Coridoor Kamar 57,3 4,5 3,8 4
Coridoor Lift 9,3 4,5 3,8 1
Tabel 4.4 Kebutuhan Sprinkler Untuk Lantai 3Tempat dalam
BangunanLuas Bangunan
(m2)S
(meter)D
(meter)Jumalah Sprinkler
Kamar Hotel 13,9 x 26 kmr 4,5 3,8 1 x 26
Kantor HK 12 4,5 3,8 1
Gudang 1 12,1 4,5 3,8 1
Gudang 2 10,6 4,5 3,8 1
Coridoor Kamar 57,3 4,5 3,8 4
Coridoor Lift 9,3 4,5 3,8 1
Tabel 4.5 Kebutuhan Sprinkler Untuk Lantai 4Tempat dalam
BangunanLuas Bangunan
(m2)S
(meter)D
(meter)Jumalah Sprinkler
Kamar Hotel 13,9 x 26 kmr 4,5 3,8 1 x 26
Kantor HK 12 4,5 3,8 1
Gudang 1 12,1 4,5 3,8 1
52
Perancangan Sprinkler
Gudang 2 10,6 4,5 3,8 1
Coridoor Kamar 57,3 4,5 3,8 4
Coridoor Lift 9,3 4,5 3,8 1
Tabel 4.6 Kebutuhan Sprinkler Untuk Lantai 5Tempat dalam
BangunanLuas Bangunan
(m2)S
(meter)D
(meter)Jumalah Sprinkler
Kamar Hotel 13,9 x 26 kmr 4,5 3,8 1 x 26
Kantor HK 12 4,5 3,8 1
Gudang 1 12,1 4,5 3,8 1
Gudang 2 10,6 4,5 3,8 1
Coridoor Kamar 57,3 4,5 3,8 4
Coridoor Lift 9,3 4,5 3,8 1
Tabel 4.7 Kebutuhan Sprinkler Untuk Lantai 7Tempat dalam
BangunanLuas Bangunan
(m2)S
(meter)D
(meter)Jumalah Sprinkler
Kamar Hotel 13,9 x 26 kmr 4,5 3,8 1 x 26
Kantor HK 12 4,5 3,8 1
Gudang 1 12,1 4,5 3,8 1
Gudang 2 10,6 4,5 3,8 1
Coridoor Kamar 57,3 4,5 3,8 4
Coridoor Lift 9,3 4,5 3,8 1
Tabel 4.8 Kebutuhan Sprinkler Untuk Lantai 8Tempat dalam
BangunanLuas Bangunan
(m2)S
(meter)D
(meter)Jumalah Sprinkler
Luas Bangunan 13,9 x 22 kmr 4,5 3,8 1 x 22
Ruang Tamu 17,5 x 4 ruang 4,5 3,8 1 x 4
House keeping 12 4,5 3,8 1
Gudang 1 12,1 4,5 3,8 1
53
Perancangan Sprinkler
Gudang 2 10,6 4,5 3,8 1
Coridoor Kamar 57,3 4,5 3,8 4
Coridoor Lift 9,3 4,5 3,8 1
Total Kebutuhan sprinkler untuk bangungan hotel ini secara keseluruhan ada 684
buah sprinkler. Dengan jarak rata-rata antar sepringkel 4,6 m sesuai dengan ketentuan
SNI 03-3989-2000 halaman 28.
4.5. Penentuan Volume Reservoir Untuk Sprinkler
Kebutuhan air untuk sprinkler dalam waktu 30 menit Q adalah 300 L/menit sesuai
dengan SNI 03-3989-2000 untuk bahaya kebakaran ringan. Sedangkan bahaya
kebakaran sedang I kebutuhan air Q adalah 375 L/menit. Karena bangunan hotel ini
sebagian besar adalah termasuk dalam klasifikasi hunian bahaya kebakaran ringan,
maka untuk perancangan reservoir sprinkler butuh ketersediaan air sebanyak dengan Q
300 L/menit.
a Volume kebutuhan air sprinkler untuk kebakaran ringan
Volume = Q x T (waktu)
= 300 L/menit x 30 menit
= 9000 L ≈ 9 m3
b Panjang pipa inlet direncanankan 2 m dengan perincian pipa yang tercelup air
sepanjang 1,5 m dan free board 0,5 m
c Jarak antara dasar bak air sampai dengan pipa inlet adalah 1 m
d Dimensi bak reservoir untuk sprinkler
- Direncanakan dimensi reservoir panjang dan lebar sama
p/ l=√ VolumekebutuhanairPanjangpipatercelup
p/ l=√ 9 m3
1,5 m
p/ l=2,49 m
e Total volume reservoir untuk sprinkler
Sesuai yang dirancang adalah panjang dan lebarnya 2,5 meter sedangkan tinggi
bak reservoir adalah 2 m.
- Volume bak reservoir untuk sprinkler
Volume bak reservoir = panjang x lebar x (tinggi - freeboard)
54
Perancangan Sprinkler
Volume bak reservoir = 2,5 m x 2,5 m x (2 m – 0,5 m)
Volume bak reservoir = 9,375 m3
4.6. Sistem Perpipaan Sprinkler
Sistem perpipaan sesuai dengan standart SNI 03-3989-2000 adalah sebagai berikut;
Pada pipa reservoir menuju ke pompa diberi valve ulir dimana valve ulir ini selalu
dalam keadaan terbuka ketika sistem beroperasi. Ini bertujuan agar air tetap mengalir
ke pompa. Valve ini hanya ditutp saat bak reservoir dilakukan pengurasan, ini
bertujuan air air dalam sistem tetap bersih.
Perpipaan setelah pompa dipasang valve ulir dan pressure gauge. Valve ulir ini
dipasang dengan tujuan ketika pompa rusak valve bisa di tutup dan diperbaiki. Valve
pressure gauge dipasang dengan tujuan untuk mengetahui besarnya tekanan dari
aliran air waktu pemompaan.
Dari ruang pompa, pipa utama kemudian dipasang menuju lantai ground dengan
ditanam didalam tanah sedalam 75 cm (SNI 03-3989-2000) dari permukaan tanah
dan diberi penyangga setiap jarak 3 meter.
Sebelum masuk ke sistem sprinkler dipasang pressure regulator valve. Ini bertujuan
untuk mengatur tekanan yang masuk ke sistem sprinkler agar sesuai dengan tekanan
maksimum kepala sprinkler. Pressure diatur pada 1 bar untuk bahaya kebakaran
ringan.
Pipa sistem sprinkler dilewatkan ke atas menyusuri dinding. Pipa ini dinamakan pipa
tegak, yang mana pipa tegak di clamp dengan kuat agar tidak terjadi goncangan saat
air bertekanan mengalir. Jarak antar clamp untuk pipa tegak adalah 1 meter.
Pipa cabang dipasang di atas plafon. Antara pipa tegak dan pipa percabangan
terdapat selongsong dari pipa bajadilapisi plat baja yang tertanam di tembok. Ini
bertujuan untuk penahan pipa antara pipa tegak dan pipa percabangan agar pipa
tidak kontak langsung dengan dinding yang dapat mengakibatkan dinding rusak
karena menahan berat pipa.
Pipa cabang ini dibagi lagi menjadi beberapa pipa untuk memasang sistem sprinkler.
Rancangan perpipaan diatas plafon diberi gantungan untuk menahan pipa dengan
jarak antar gantungan pipa 3,5 m
4.7. Perhitungan Sistem Perpipaan
Diketahui :
55
Perancangan Sprinkler
Massa jenis air (ρ) = 999 kg/m3
Percepatan grafitasi (g) = 9,81 m/s2
Debit air (Q) = 300L/menit ≈0,3m3/menit
ᴓ pipa inlet = 6” ≈ 0,1524 m
ᴓ pipa outlet = 4” ≈ 0,1016 m
ᴓ pipa percabangan = 2” ≈ 0,0508 m
4.7.1 Pipa Inlet
- Luas pipa inlet = π D2 /4
= π (0,1524)2 /4 → 0,018 m2
- Kecepatan aliran = Q / Luasan
= 0,3 m3/menit : 0,018 m2 → 0,278 m/second
- Panjang pipa inlet total (L) adalah 6 m (pipa hisap ke pompa)
- Bahan Pipa “Case Iron” nilai (e) = 0,26 mm , maka e/D = 0,0017 sedangkan
ℜ= ρ∇Dμ
- ℜ=999
kg
m3× 0,278
ms
× 0,1524m
1×10−3 kgm . s
→4,2×104
- Nilai friction factor (f) pada pipa inlet diameter 6” adalah 0,027 sumber
gambar friction factor (Lampiran 1)
4.7.2 Pipa Outlet
- Luas pipa inlet = π D2 /4
= π (0,1016)2 /4 → 0,008 m2
- Kecepatan aliran = Q / Luasan
= 0,3 m3/menit : 0,008 m2 → 0,625 m/second
- Panjang pipa outlet total (L) adalah 142,4 m (pipa hisap ke pompa)
- Bahan Pipa “Case Iron” nilai (e) = 0,26 mm , maka e/D = 0,0026 sedangkan
ℜ= ρ∇Dμ
- ℜ=999
kg
m3× 0,625
ms
× 0,1016m
1×10−3 kgm. s
→6,3× 104
56
Perancangan Sprinkler
- Nilai friction factor (f) pada pipa inlet diameter 4” adalah 0,024 sumber
gambar friction factor (Lampiran 1)
4.7.3 Pipa Percabangan
- Luas pipa inlet = π D2 /4
= π (0,0508)2 /4 → 0,00202 m2
- Kecepatan aliran = Q / Luasan
= 0,3 m3/menit : 0,00202 m2 → 2,47 m/second
- Panjang pipa percabangan total (L) adalah 24 m (titik terjauh untuk pipa
percabangan berada pada lantai 1)
- Bahan Pipa “Case Iron” nilai (e) = 0,26 mm , maka e/D = 0,0051 sedangkan
ℜ= ρ∇Dμ
- ℜ=999
kg
m3× 2,47
ms
× 0,0508m
1×10−3 kgm. s
→1,3×105
- Nilai friction factor (f) pada pipa inlet diameter 2” adalah 0,03 sumber gambar
friction factor (Lampiran 1)
4.7.4 Perhitungan Head
Head Statis
Head perbedaan tinggi antara muka air sisi luar atau keluaran air pada kepala
sprinkler tertinggi (Z2) dengan sisi inlet (Z1) sesuai dengan ukuran panjang
pipa inlet pada bak reservoir
Ha = Z2 – Z1
Ha = 38,4 – 1,5
Ha = 36,9 meter
Head Tekanan
P1 = tekanan pada pipa inlet
= ρ x g x h
57
Perancangan Sprinkler
= 999 kg
m3 x 9,81 m
s2 x (-1,5) m h (-) karena dilihat dari ketinggian hisap
= - 14700,285 kg
m. s2
P2 = tekanan maksimum sprinkler sebesar 1 bar (tekanan absolut)
= tekanan absolut – tekanan atm
= 1 bar – 1,013 bar
= -0,013 bar x 105kg
m. s2 -1300 kg
m. s2
Htekanan = ( P 2ρg
+α 2∇22
2 )−( P 1ρ g
+α 1∇12
2 )
=( −1300kg
m. s2
999kgm3 × 9,81
ms2 )−(−14700,38
kg
m . s2
999kgm3 × 9,81
ms2 )
= 1,37 m
(sumber: fluid mechanics hal 356)
Head Loss Mayor
- HL inlet = f LD
×V 2
2 g
= 0,0276 m
0,1524 m× ¿¿
= 0,00425meter
- HL outlet = f LD
×V 2
2 g
= 0,024142,2 m
0,1016 m׿¿
= 0,66877meter
- HL percabangan= f LD
×V 2
2 g
= 0,0324 m
0,0508 m׿¿
= 4,40721meter
(sumber: fluid mechanics hal 357)
Head Loss Minor
58
Perancangan Sprinkler
Untuk head loss minor hanya terdapat pipa inlet dan pipa outlet dan untuk nilai
Le/D didapat tabel representative dimension less equivalent lengths (Le/D) for
valves and fittings
- HL inlet = f ¿D
×V 2
2 g
= (0,027 × 30× 3)¿¿
= 0,0096 meter
- HL outlet = f ¿D
×V 2
2 g
= ((0,024 × 30 )+(0,024 × 60 ×3 ))¿¿
= 0,10034 meter
(sumber: fluid mechanics hal 361)
Head Total
Htotal = Hstatis + Htekanan + HLmayor +HLminor
= 36,9 + 1,37 + 5,08 + 0,11
= 43,46 meter
4.8. Penentuan Sistem Pompa
4.8.1 Perhitungan Daya Pompa
Diketahui : ρ = 999 kg
m3
g = 9,81m
s2
Q = 300 L/menit selama 30 menit (hunian kebakaran ringan)
Htotal = 11,06 m
Daya Pompa = ρ g Q Htotal
= 999 kg
m3 x 9,81m
s2 x 0,01m3
s x 43,46 m
= 4259,1625 kg .m2
s3 = 4,2592 KWatt
= 5,71 HP
4.8.2 Macam Pompa Yang Digunakan
59
Perancangan Sprinkler
a. Pompa listrik dipakai sebagai pompa utama untuk melayani kebutuhan sistem
sprinkler.
b. Pompa diesel digunakan sebagai pompa cadangan ketika sumber daya listrik
mati, sehingga secara otomatis pompa diesel siap beroperasi menggantikan peran
pompa listrik. Ini dapat terjadi karena sistem pompa diinterlock dalam panel
pompa kebakaran.
c. Pompa listrik dan pompa diesel mempunyai kapasitas yang sama sehingga dapat
bekerja secara bergantian dan tidak mempengaruhi sistem. Sedangkan pompa
pacu mempunyai kapasitas antara 5 – 10 persen dari pompa listrik.
d. Pompa pacu digunakan untuk menjaga agar tekanan dalam sistem tetap konstan.
e. Untuk mengendalikan tekanan pada sistem ini, dipakai pressure switch untuk
mengendalikan masing-masing pompa tersebut. Jadi digunakan 3 pressure switch
untuk sistem pompa :
- 1 buah pressure switch untuk pompa listrik
- 1 buah pressure switch untuk pompa diesel
- 1 buah pressure switch untuk pompa pacu
f. Untuk pompa listrik dan pompa diesel diset pada P – start = 4 bar, dimana pompa
akan mulai jalan atau start bila tekanan pada sistem turun sampai dengan 4 bar.
Dan bila pada saat itu sumber listrik mati, maka pompa diesel akan start.
g. Sedangkan pompa pacu diset pada P – start = 5 bar dan P – stop = 7 bar, dimana
pompa pacu akan start saat tekanan dalam sistem turun sampai dengan 5 bar. Dan
pompa pacu akan berhenti saat tekanan dalam system telah mencapai 7 bar.
h. Disamping pompa-pompa tersebut dapat start secara otomatis melalui pressure
switch, dalam panel pompa juga terdapat sarana untuk menstart pompa secara
manual. Jadi dalam panel pompa ada switch untuk mengoperasikan sistem secara
manual maupun otomatis.
-
60
Perancangan Sprinkler
BAB 5
KESIMPULAN
1.1. Kesimpulan
a. Klasifikasi hunian yang digunakan pada hotel Swiss-Belinn Malang adalah Hunian
bahaya kebakaran sedang kelompok I untuk area parkir dan hunian bahaya kebakaran
ringan untuk bangunan gedung Swiss-Belinn Malang.
b. Perhitungan kebutuhan sprinkel berdasarkan syarat perancangan klasifikasi hunian
bahaya kebakaran sesuai SNI 03-3989-2000. Untuk perancangan awal sistem
sprinkler sebagai berikut:
- Arah pancaran kebawah, kepala sprinkler diletakkan pada atap ruangan
- Kepekaan terhadap suhu 68OC – 74OC dengan warna cairan dalam tabung gelas
berwarna merah.
- Menentukan jarak 2 sprinkler maksimum dengan overlap
A = 20m2 (hunian kebakaran ringan)
A = πr2
20m2 = πr2
r2 =20/π
r =√20/ π
r = 2.5 m
- Perencanaan jarak sprinkler
Jarak antar sprinkler maksimum (S) = 4,5 m (untuk diameter pipa cabang 2”)
Jarak antar pipa cabang (D) = 3,8 m
- Perhitungan jumlah sprinkler
Loby
S = 4,5 m
D = 3,8 m
Luas Loby = 166,3 m2
JumlahSpringkel=LuasLobyS × D
JumlahSpringkel= 166,3 m2
4,5 m× 3,8 m→9,72 ≈ 10 Springkel
c. Sprinkler yang digunakanadalah jenis suhu 68OC – 74OC dengan warna cairan dalam
tabung gelas berwarna merah. Jumlah sprinkler keseluruhan dari bangunan hotel
Swiss-Belinn Malang adalah 684 buah sprinkler.
61
Perancangan Sprinkler
d. Seluruh sprinkler akan di suplay air dari PDAM dan di tampung pada bak bervolume
9m3. Dialirkan melalui pipa berdiameter 4 inchi serta pipa cabang berdiameter 2 inchi
dengan menggunakan pompa listrik berdaya 5,71 HP
1.2. Saran
Dalam Tugas Perancangan Sistem Penanggulangan dan Penanggulangan Kebakaran
pada bangunan hotel Swiss-Belinn Malang ini masih terdapat kekurangan yang mana
nantinya dapat ditambahkan lagi. Untuk Saran yang perlu diperhatikan adalah :
1. Data - data layout sebaiknya di dokumentasikan sehingga apabila diperlukantidak
kesulitan untuk mencari lagi.
2. Dalam pengaplikasikaan perencanaan APAR ini juga perlu diperhatikanmengenai
prosedur pemeliharaan.
62
Recommended