PROGRAM KERJA MUSEUM BENTENG VREDEBURG DALAM MENINGKATAN WISATAWAN
LAPORAN TUGAS AKHIR
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Program Studi Diploma III Usaha Perjalanan Wisata
Oleh : IKA SETIA PAMBUDI
C9407045
DIII USAHA PERJALANAN WISATA FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2010
i
PENGESAHAN PEMBIMBING
Judul Laporan Tugas Akhir : PROGRAM KERJA MUSEUM BENTENG
VREDEBURG DALAM MENINGKATAN
WISATAWAN
Nama Mahasiswa : Ika Setia Pambudi.
NIM : C9407045
Menyetujui,
Disetujui Disetujui
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Suharyana, M.Pd Riyanto Soehardi, B.Sc
ii
PENGESAHAN PANITIA PENGUJI
Judul Laporan Tugas Akhir : PROGRAM KERJA MUSEUM BENTENG
VREDEBURG DALAM MENINGKATAN
WISATAWAN
Nama Mahasiswa : Ika Setia Pambudi.
NIM : C9407045
Tanggal Ujian : 30 Juli 2010
DITERIMA DAN DISETUJUI OLEH PANITIA PENGUJI
Dra. Sawitri Pri Prabawati, M.Pd (…………………….) Ketua Insiwi Febriary Setiasih, SS,MA (…………………….) Sekretaris Drs. Suharyana, M.Pd (…………………….) Penguji I Riyanto Soehardi, B.Sc (…………………….) Penguji II
Dekan
Drs. Sudarno, M.A NIP. 195303141985061001
iii
MOTTO
Janganlah kamu bersikap lemah dan janganlah pula kamu bersedih hati, padahal
kamulah orang-orang yang paling tinggi ( derajatnya ) jika kamu benar orang-orang
yang beriman.
( QS. Al Imron : 139 )
The process is more important than the result ( the most important thing is the process,
not the result ).
( Penulis )
iv
PERSEMBAHAN
Sepenuh hati dan penuh rasa ikhlas, kupersembahkan
tulisan sederhanaku ini untuk :
1. Ibuku tercinta yang kini berada di sisi Ilahi, semoga
tulisan ini menjadi amal kebaikanmu.
2. Ayahku tersayang, atas doa dan semangatmu untukku.
3. Kakakku Mbak Yanti dan Mas Yuli dan keponakanku
Zahra untuk kasih sayang dan motivasinya.
4. Mas Langgeng atas segala kasih sayang dan
motivasinya.
v
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan segala rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Tugas Akhir ini sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi guna
menyelesaikan program studi Diploma III Usaha Perjalanan Wisata Fakultas Sastra
dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penulisan laporan Tugas
Akhir ini namun berkat bantuan berbagai pihak akhirnya kesulitan yang timbul dapat
teratasi. Untuk itu atas segala bentuk bantuannya, penulis sampaikan terima kasih
kepada :
1. Bapak Drs. Sudarno, M.A selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang telah berkenan memberikan kesempatan untuk
menyelesaikan tugas akhir ini.
2. Bapak Drs. Suharyana, M.Pd selaku Ketua Program Diploma III Usaha Perjalanan
Wisata serta selaku Pembimbing I yang telah banyak memberikan petunjuk, saran-
saran dan pengarahan yang berharga sehingga memperlancar penyelesaian Laporan
Tugas Akhir ini.
3. Bapak Riyanto Soehardi, B.Sc selaku Pembimbing II yang turut pula memberikan
bimbingan dan pengarahannya sehingga Laporan Tugas Akhir ini dapat
terselesaikan.
4. Ibu Tiwuk Kusuma Hastuti, S.S,M.Hum selaku Pembimbing Akademik yang
selama ini telah memberikan nasihat dan arahannya yang berharga bagi penulis.
vi
5. Segenap dosen dan karyawan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas
Maret yang telah memberikan ilmunya.
6. Ibu Dra. Sri Ediningsih, M. Hum selaku Kepala Museum Benteng Vredeburg yang
telah berkenan memberikan izin dan membantu pelaksanaan penelitian.
7. Bapak Suseno, Bapak M. Rosyd Ridlo, ibu Dra. Amin Sukrilah, dan segenap
karyawan Museum Benteng Vredeburg yang telah banyak memberi informasi dan
bimbingannya.
8. Sahabatku Oky, Riana, Ria, Santi, Nurma, Ganis, dan Mayar terima kasih atas
dukungan dan kenangan suka duka selama ini.
9. Teman-teman DIII UPW angkatan 2007 atas kekompakan dan motivasinya.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang turut membantu
dalam penulisan Laporan Tugas Akhir ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan Laporan Tugas Akhir ini masih banyak
kekurangan, oleh karena penulis menerima kritik dan saran yang membangun bagi
penyempurnaan Laporan Tugas Akhir ini. Walaupun disadari masih banyak kekurangan
dalam laporan ini, namun diharapkan laporan ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan dan dunia pariwisata.
Surakarta, Juli 2010
Penulis
vii
ABSTRAK
Ika Setia Pambudi, C9407045. 2010. PROGRAM KERJA MUSEUM BENTENG VREDEBURG DALAM MENINGKATKAN WISATAWAN. Program Diploma III Usaha Perjalanan Wisata Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) potensi Museum Benteng Vredeburg bagi wisata budaya di Yogyakarta, (2) pengembangan program-program kerja di Museum Benteng Vredeburg dalam meningkatkan wisatawan.
Sejalan dengan penelitian tersebut maka penelitian ini menggunakan metode penelitian analisis diskripsi yaitu menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik sehingga dapat lebih mudah dipahami dan disimpulkan. Metode pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dan disajikan secara diskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta mempunyai potensi wisata budaya yang patut dikembangkan. Wisatawan dapat melihat dan menikmati sejarah perjuangan bangsa dalam bentuk diorama-diorama dan benda-benda museum baik realia maupun replika. Museum Benteng Vredeburg dalam mengembangkan potensi Museum Benteng Vredeburg mengadakan program-program kerja baik di dalam maupun di luar area Museum Benteng Vredeburg.
Kesimpulan yang dapat diambil bahwa (1) Museum Benteng Vredeburg merupakan museum yang menempati bangunan bersejarah yang dibangun oleh Belanda di Yogyakarta selama masa kolonial di mana nilai-nilai luhur banyak terkandung didalamnya. Museum Vredeburg juga merupakan bangunan cagar budaya yang terdiri dari pintu gerbang, pavilion, barak prajurit, tembok benteng, dan gedung pengapit. Museum ini juga menyajikan banyak mengoleksi benda-benda sejarah perjuangan bangsa Indonesia menuju kemerdekaan koleksi tersebut terdiri dari koleksi diorama, realia dan replika. Benda-benda yang menjadi koleksi museum Vredeburg merupakan tempat pelestarian seni budaya, yang dapat dilihat dari berbagai kegiatan antara lain penyelamatan benda-benda bernilai sejarah dan budaya, serta perawatan benda bernilai sejarah agar dapat dinikmati oleh masyarakat luas dan generasi penerus bangsa; (2) pengembangan program-program kerja di Museum Benteng Vredeburg dalam meningkatkan wisatawan beraneka ragam. Mulai dari pameran keliling, museum masuk sekolah, travel dialog, kemah budaya, wisata sepeda onthel, seminar sampai pameran temporer. Secara umum semua program tersebut mempunyai tujuan untuk meningkatkan wisatawan serta menumbuhkan rasa cinta terhadap nilai-nilai sejarah bangsa.
viii
DAFTAR ISI JUDUL ........................................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ............................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN PANITIA PENGUJI...................................................... iii
HALAMAN MOTTO .................................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN..................................................................................... v
KATA PENGANTAR.................................................................................................... vi
ABSTRAK
........................................................................................................................................ vii
i
DAFTAR ISI .................................................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................. xi
BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ................................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ................................................................................... 4
E. Kajian Pustaka ......................................................................................... 4
F. Metode Penelitian ................................................................................... 17
G. Teknik Analisis Data................................................................................ 19
H. Sistematika Penulisan .............................................................................. 19
BAB II. GAMBARAN UMUM DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ............... 21
A. Sekilas Tentang Yogyakarta .................................................................... 21
B. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta .................................... 23
C. Museum-Museum (Monumen) Sebagai Objek Wisata
Budaya di Yogyakarta.............................................................................. 25
BAB III. POTENSI MUSEUM BENTENG VREDEBURG........................................ 30
A. Letak Museum Benteng Vredeburg ......................................................... 30
B. Sejarah Berdirinya Benteng Vredeburg Yogyakarta ............................... 30
C. Penetapan Benteng Vredeburg Sebagai Museum Benteng Vredeburg
Yogyakarta ............................................................................................... 36
ix
D. Komplek Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta................................ 38
E. Koleksi Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta .................................. 48
F. Cara Perawatan Benda-Benda Koleksi Museum Benteng
Vredeburg Yogyakarta............................................................................. 53
BAB IV PENGEMBANGAN PROGRAM KERJA DAN UPAYA PENINGKATAN
WISATAWAN MUSEUM BENTENG
VREDEBURG YOGYAKARTA.................................................................. 54
A. Potensi Objek dan Daya Tarik Museum Benteng Vredeburg dilihat dari
Pendekatan 4A ......................................................................................... 54
B. Pengelolaan Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta ........................... 63
C. Program-Program Kerja di Museum Benteng Vredeburg dalam
meningkatkan Wisatawan ........................................................................ 65
BAB IV. PENUTUP...................................................................................................... 72
A. Kesimpulan .............................................................................................. 72
B. Saran ........................................................................................................ 73
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 75
LAMPIRAN ................................................................................................................... 76
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Data Narasumber Lampiran ..................................................................... 76
Lampiran 2 : Surat Keterangan....................................................................................... 77
Lampiran 3 : Struktur Organisasi dan Tata Kerja Museum Benteng
Vredeburg Yogyakarta............................................................................ 78
Lampiran 3 : Peta Lokasi Museum Benteng Vredeburg ................................................ 80
Lampiran 4 : Peta Wisata Yogyakarta............................................................................ 81
Lampiran 5 : Gambar pintu masuk dan bangunan museum........................................... 82
Lampiran 6 : Gambar bangunan dan halaman museum ................................................. 83
Lampiran 7 : Gambar bangunan dan wawancara dengan narasumber ........................... 84
Lampiran 8 : Gambar Koleksi Diorama ......................................................................... 85
Lampiran 9 : Gambar Koleksi Diorama ......................................................................... 86
Lampiran 10 : Gambar Koleksi Diorama ....................................................................... 87
Lampiran 11 : Gambar koleksi replika senjata............................................................... 88
Lampiran 12 : Gambar realia peralatan rumah sakit dan meja tamu.............................. 89
Lampiran 13 : Gambar realia mesin jahit dan kendhil ................................................... 90
Lampiran 14 : Gambar replika kunci batu dan realia topi baja ...................................... 91
Lampiran 15 : Gamabar realia mesin ketik dan tempat tidur ......................................... 92
Lampiran 16 : Gambar gerbang belakang dan pintu selatan .......................................... 93
Lampiran 17 : Gambar FKY 2010 di Museum .............................................................. 94
x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah Negara kepulauan yang terdiri dari beribu-ribu pulau yang
tersebar dari Sabang sampai Merauke sehingga Indonesia memiliki keanekaragaman
kebudayaan dan tradisi. Indonesia juga terkenal akan pesona alamnya yang
mengagumkan yang menyimpan berjuta hal menarik di dalamnya yang mampu
menunjang bagi sektor pariwisata.
Banyak pihak yang berharap bahwa sektor pariwisata akan mampu menjadi
pengganti pemasok devisa utama setelah peran migas karena pariwisata adalah salah
satu industri baru yang mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam
penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta menstimulasi
sektor-sektor produktivitas lainnya. Sebagai sektor yang kompleks, meliputi industri
klasik yang meliputi industri kerajinan tangan dan cinderamata. Penginapan dan
transportasi juga dipandang sebagai industri yang menunjang bagi dunia pariwisata.
Pengembangan pariwisata nusantara dilaksanakan sejalan dengan upaya
memupuk rasa cinta tanah air dan bangsa, serta menanamkan jiwa semangat dan nilai-
nilai luhur bangsa dalam rangka lebih memperkokoh persatuan dan kesatuan nasional.
Terutama dalam bentuk penggalakan pariwisata remaja dan pemuda dengan lebih
meningkatkan kemudahan dalam memperoleh pelayanan kepariwisataan.
Salah satu propinsi yang memliki potensi wisata adalah Daerah Istimewa
Yogyakarta, yang terletak disebelah selatan propinsi Jawa Tengah. Yogyakarta adalah
salah satu kota besar di Indonesia yang memiliki beranekaragam kebudayaan yang
terwujud dalam bentuk objek maupun atraksi wisata. Yogyakarta juga dikenal sebagai 1
Kota Pelajar, kota seni, dan pariwisata serta Kota Budaya yang senantiasa menjaga dan
mempertahankan adat-istiadatnya.
Propinsi Yogyakarta memiliki 5 wilayah yaitu Kota Yogyakarta yang
merupakan pusat pemerintahan, kabupaten Sleman dengan pusat pemerintahan di
Beran, kabupaten Gunung Kidul dengan pusat pemerintahan di Wonosari, Kabupaten
Bantul dengan pusat pemerintahan di Bantul, dan Kabupaten Kulon Progo dengan pusat
pemerintahan di Wates.
Salah satu objek wisata yang terkenal di Yogyakarta adalah Museum Benteng
Vredeburg. Museum Benteng Vredeburg. Lokasinya sangat mudah untuk ditemukan,
yakni terletak di ujung selatan Jalan Malioboro. Benteng tersebut memiliki nilai sejarah
yang sangat tinggi bagi perjuangan melawan penjajah. Sebelum dikenal dengan nama
Benteng Vredeburg seperti sekarang, benteng ini bernama Benteng Rustenburg
Benteng Vredeburg Yogyakarta berdiri terkait erat dengan lahirnya Kasultanan
Yogyakarta. Perjanjian Giyanti 13 Februari 1755 yang berhasil menyelesaikan
perseteruan antara Susuhunan Pakubuwono III dengan Pangeran Mangkubumi (Sultan
Hamengku Buwono I) adalah merupakan hasil politik Belanda yang selalu ingin ikut
campur urusan dalam negeri raja-raja Jawa waktu itu. Nama Perjanjian Giyanti, karena
traktat tersebut disepakati di Desa Giyanti, suatu desa yang terletak di dekat Surakarta (
Baparda DIY, 2007 : 10 )
Berdasarkan uraian di atas, penulis berusaha menangkap dan menggali potensi
wisata dari Museum Benteng Vredenburg. Dengan didukung dari data sejarah dan
pengamatan di objek Museum Benteng Vredenburg, maka dalam penyusunan tugas
3
akhir ini penulis mengambil judul : Program Kerja Museum Benteng Vredeburg
dalam Meningkatkan Wisatawan
B. Perumusan Masalah
Berdasar dari latar belakang masalah tersebut, maka penulis menyusun rumusan
masalah sebagai pemberi arah yang jelas bagi kegiatan-kegiatan pengumpulan data.
Adapun rumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah potensi Museum Benteng Vredeburg bagi wisata budaya di
Yogyakarta ?
2. Bagaimanakah usaha pengembangan program-program kerja di Museum Benteng
Vredeburg dalam meningkatkan wisatawan ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian yang diadakan ini adalah untuk mengetahui dan
mendalami lebih jauh mengenai :
1. Potensi Museum Benteng Vredeburg bagi wisata budaya di Yogyakarta.
2. Pengembangan program-program kerja di Museum Benteng Vredeburg dalam
meningkatkan wisatawan
D. Manfaat Penelitian
4
Berdasarkan penulisan laporan tugas akhir ini, diharapkan nantinya dapat
bermanfaat bagi setiap pembaca sekaligus penulis sendiri, baik manfaat akademis
maupun manfaat praktis.
a. Manfaat Akademis :
1. Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat digunakan sebagai bahan acuan dan
pembanding dalam melakukan penelitian yang sama.
2. Dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi semua pihak yang
memerlukan tambahan materi sebagai bahan pengembangan dari penelitiannya.
b. Manfaat Praktis
1. Untuk menambah pengetahuan baik bagi penulis maupun pembaca.
2. Memberi informasi bagi semua khalayak tentang objek wisata di Yogyakarta
khususnya tentang Museum Benteng Vredeburg.
E. Kajian Pustaka
1. Pengertian Pariwisata
Istilah pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta, yang terdiri dari “Pari” dan
wisata. Pari yang berarti berulang-ulang dan Wisata adalah perjalanan atau berpergian.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, wisata merupakan kegiatan bepergian
bersama-sama yang bertujuan untuk memperluas pengetahuan, bersenang-senang
atupun untuk sekedar bertamasya atau piknik ( KBBI,1991 : 1130).
Menurut World Association of Travel Agents ( WATA ) wisata adalah
perlawatan keliling yang memakan waktu lebih dari tiga hari, yang diselenggarakan
5
oleh agen perjalanan disuatu kota dengan acara antara lain mengunjungi beberapa
tempat atau beberapa kota di dalam negeri maupun di luar negeri.
Tourism Society in Britain mendefnisikan Pariwisata sebagai kepergian orang-
orang untuk sementara dalam jangka waktu pendek ke tempat-tempat di luar tempat
tinggal dan lingkungan kerja sehari-hari serta kegiatan mereka selama berada di tempat
tujuan tersebut. Kepergian orang-orang tersebut dapat dilukiskan dengan banyak orang
yang meninggalkan tempat kediaman atau rumah mereka untuk sementara waktu ke
tempat lain dengan tujuan benar-benar sebagai konsumen dan bukan untuk mencari
nafkah ( Nyoman S. Pendit, 2002 : 33 )
Menurut E. Guyer - Fleuler yang dikutip oleh Nyoman S. Pendit merumuska
Pariwisata sebagai berikut “ Pariwisata dalam arti modern adalah merupakan gejala
zaman sekarang yang didasarkan atas kebutuhan atas kesehatan dan pergantian haw,
penilaian yang sadar dan menumbuh terhadap keindahan alam, kesenangan dan
kenikmatan alam semesta, dan pada khususnya disebabkan oleh bertambahnya
pergaulan berbagai bangsa dan kelas dalam masyarakat manusia sebagai hasil
perkembangan perniagaan, industry dan perdagangan serta penyempurnaan alat-alat
pengangkutan” ( Nyoman S. Pendit, 2002 : 34 ).
Robert Mc Intost dan Shashikant Supta, mencoba mengungkapkan bahwa
Pariwisata adalah gabungan gejala dan hubungan yang timbul dari interaksi wisatawan,
bisnis, pemerintah tuan rumah serta masyarakat tuan rumah dalam proses menarik dan
melayani wisatawan ini serta para pengunjung lainnya ( Nyoman S. Pendit,
2002 : 34 )
Wisata adalah perjalanan dan persinggahan yang dilakukan oleh manusia di luar
tempat tinggalnya untuk berbagai maksud dan tujuan, tetapi bukan untuk tinggal
menetap di tempat yang dikunjungi atau disinggahi atau untuk melakukan pekerjaan
dengan mendapatkan upah,menurut H. Kodhyat yang dikutip oleh M.A. Desky ( M.A.
Desky, 1999 : 6 ).
Dari beberapa pendapat yang terurai di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
pariwisata adalah rangkaian kegiatan perjalanan, bersifat sementara yang bertujuan
untuk menikmati objek dan daya tarik wisata serta produk-produk wisata yang ada di
tempat tujuan wisata.
2. Pengertian Budaya
Budaya berasal dari bahasa Sansekerta Buddhayah yang berarti hal-hal yang
bersangkutan dengan budi dan akal. Dalam pengertian bahasa Inggris budaya adalah
culture, yang berasal dari bahasa Latin Colere yang berarti mengolah atau mengubah
atau mengolah alam. Budaya juga dapat diartikan sebagai pemikiran, akal budi atau
sesuatu yang sudah berkembang dan menjadi suatu kebiasaan yang sulit untuk diubah.
Kebudayaan menurut Koentjaraningrat adalah sistem ide yang dimiliki oleh
masyarakat pendukung yang meliputi kepercayaan, pengetahuan, keseluruhan nilai
mengenai apa yang dianggap baik untuk dilakukan, diusahakan dan ditaatinya norma
berbagai jenis hubungan antara individu dalam masyarakat di keseluruhan cara
mengungkap perasaan dengan bahasa lisan, bahasa tulisan, nyanyian, tari tarian, musik,
lukisan dan penggunaan lambang. Wujud kebudayaan menurut Koentjaraningrat
meliputi 3 hal, yaitu :
a. Wujud kebudayaan sebagai satu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-
norma dan peraturan. Kebudayaan ideal disebut juga tata kelakuan ( sistem
budaya )
b. Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari
manusia dalam masyarakat ( sistem sosial ) yang menyangkut tindakan dan
kelakuan berpola dan manusia itu sendiri.
c. Wujud kebudayaan sebagai benda-benda peninggalan manusia (Koentjaraningrat,
1990 : 186 )
Sedangkan kebudayaan menurut ilmu Antropologi adalah keseluruhan sistem
gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang
dijadikan milik diri manusia dengan belajar (Koentjaraningrat, 1990 : 180 )
3. Pengertian Wisata Budaya
Wisata budaya secara umum merupakan perjalanan yang bertujuan untuk
mengenal adat istiadat, kesenian, dan hasil-hasil sejarah baik yang berupa bangunan
candi, keraton, benteng, maupun makam atau petilasan para leluhur. Objek wisata
budaya adalah objek wisata yang bentuk dan wujudnya berupa monumentasi hasil
peradaban manusia di masa lampau maupun atraksi atau kegiatan budaya manusia.
Wisata Budaya adalah gerak atau kegiatan wisata yang dirangsang oleh adanya
objek-objek wisata berwujud hasil-hasil seni budaya setempat, misalnya : adat istiadat;
upacara-upacara agama; tata hidup masyarakat setempat; peninggalan-peninggalan
sejarah; hasil-hasil seni dan kerajinan rakyat dan lain sebagainya ( R.S. Damardjati 2001
: 31 )
8
Menurut Oka A. Yoeti wisata budaya yaitu jenis wisata di mana motivasi orang-
orang untuk melakukan perjalanan disebabkan karena adanya daya tarik dari seni
budaya suatu tempat atau daerah. Jadi objek kunjungan adalah warisan nenek moyang
dan benda-benda kuno ( Oka A. Yoeti 1996 : 123 )
Wisata Budaya dalam industri pariwisata merupakan salah satu unsur utama dan
memegang peranan penting. Banyak wisatawan yang berkunjung ke suatu tempat hanya
untuk mengamati adat istiadat suatu kelompok masyarakat dan cara hidup mereka,
kesenian, sejarah bangunan, candi, benteng, maupun benda- benda peninggalan sejarah
lainnya.
4. Pengertian Museum
Museum berasal dari bahasa Yunani Museion. Museion merupakan sebuah
bangunan tempat suci untuk memuja Sembilan Dewi Seni dan llmu Pengetahuan. Salah
satu dari sembilan Dewi tersebut ialah mouse, yang lahir dari maha Dewa Zous dengan
isterinya Mnemosyne. Dewa dan Dewi tersebut bersemayam di Pegunungan Olympus.
Museion selain tempat suci, pada waktu itu juga untuk berkumpul para cendekiawan
yang mempelajari serta menyelidiki berbagai ilmu pengetahuan, juga sebagai tempat
pemujaan Dewa Dewi.
Menurut ICOM ( International Council of Museeum ) Organisasi Permuseuman
Internasional dibawah Unesco dalam musyawarah umum ke IX di Copenhagen pada
tanggal 14 Juni 1974, bahwa yang dimaksud dengan museum adalah suatu lembaga
yang permanen yang melayami kepentingan masyarakat dan kemajuannya terbuka
untuk umum, tidak bertujuan mencari keuntungan, yang mengumpulkan, memelihara,
9
meneliti, memamerkan dan mengkomunikasikan benda-benda pembuktian material
manusia dan lingkungannya untuk tujuan-tujuan studi, pendidikan dan rekreasi (
Barahmus DIY, 2001 : 5 )
Adapun Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 1995 tentang Pemeliharaan dan
Pemanfaatan Benda Cagar Budaya di Museum, mendefinisikan museum sebagai
lembaga, tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan dan pemanfaatan benda-benda
bukti material hasil budaya manusia serta alam dan lingkungannya guna menunjang
upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa.
Museum merupakan tempat untuk menyimpan, merawat, dan memamerkan
benda-benda yang mempunyai nilai-nilai tertentu seperti nilai sejarah, budaya dan lain
sebagainya. Sehingga museum juga dapat digunakan sebagai tempat tujuan wisata
khususnya bagi kalangan pelajar dan mahasiswa untuk menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan.
5. Macam-macam Pariwisata
Menyinggung tentang kepariwisataan tentunya tidak luput dari macam-macam
pariwisata . Adapun macam-macam pariwisata menurut Nyoman S. Pendit dalam
bukunya yang berjudul “Ilmu Pengetahuan Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana”
tahun 2002 adalah sebagai berikut :
a. Wisata Budaya
Seseorang melakukan perjalanan wisata atas dasar keinginan untuk memperluas
pandangan hidup seseorang dengan jalan mengadakan kunjungan atau peninjauan ke
tempat lain atau ke luar negeri, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan adat istiadat
10
mereka, budaya dan seni mereka. Sering perjalanan serupa ini disatukan dengan
kesempatan-kesempatan mengambil bagian dalam kegiatan-kegiatan budaya.
b. Wisata Kesehatan
Hal ini dimaksud dengan perjalanan seorang wisatawan dengan tujuan untuk
menukar keadaan dan lingkungan tempat tinggalnya, sehingga mengobati kelelahan-
kelelahan jasmani dan rohani dengan mengunjungi tempat peristirahatan seperti mandi
di sumber air panas untuk penyembuhan. Tempat yang beriklim udara menyehatkan
atau tempat-tempat yang menyediakan fasilitas-fasilitas kesehatan lainnya.
c. Wisata Olahraga
Ini dimaksudkan untuk wisatawan-wisatawan yang melakukan perjalanan
dengan tujuan berolahraga atau memang sengaja bermaksud mangambil bagian aktif
dalam pesta olahraga di suatu tempat atau Negara, seperti Olimpiade, Thomas Cup,
Uber Cup, dan lain-lain.
d. Wisata Komersil
Jenis ini termasuk perjalanan untuk mengunjungi pameran-pameran dan pekan
raya yang bersifat komersil seperti pameran industry, pameran dagang dan sebagainya.
Tidak jarang pameran atau pekan raya ini dimeriahkan dengan berbagai macam atraksi
dan pertunjukan kesenian.
e. Wisata Industri
Wisata industri adalah perjalanan yang dilakukan oleh rombongan pelajar atau
mahasiswa atau orang-orang ke suatu komplek atau daerah perindustrian di man pabrik-
11
pabrik atau bengkel-bengkel besar dengan tujuan mengadakan peninjauan atau
penelitian.
f. Wisata Politik
Wisata politik adalah perjalanan yang dilakukan untuk atau mengambil bagian
aktif dalam pariwisata kegiatan politik, misalnya perayaan 17 Agustus di Jakarta,
Perayaan 10 Oktober di Moskow dan sebagainya. Biasanya fasilitas akomodas, sarana
transportasi, dan atraksi yang beraneka ragam diadakan secara meriah bagi pengunjung
di dalam maupun luar negeri. Saat ini, peristiwa politik seperti tersebut di atas selalu
disertai dengan kegiatan dunia pariwisata.
g. Wisata Konvensi
Berbagai negara saat ini membangun wisata konvensi dengan menyediakan
fasilitas bangunan yang dilengkapi dengan ruangan-ruangan sidang bagi peserta suatu
konferensi, musyawarah, konvensi, atau pertemuan lainnya baik yang bersifat nasional
maupun internasional.
h. Wisata Sosial
Wisata sosial adalah pengorganisasian suatu perjalanan murah serta mudah
untuk memberi kesempatan kepada golongan masyarakat ekonomi lemah untuk
mengadakan perjalanan misalnya buruh, petani, pelajar atau mahasiswa dan sebagainya.
i. Wisata Pertanian
Seperti halnya wisat industry, wisata pertanian ini adalah pengorganisasian
perjalanan yang dilakukan proyek-proyek pertanian, perkebunan, lading pembibitan,
12
dan sebagainya di mana wisatawan dapat mengadakan kunjungan dan peninjauan untuk
tujuan studi.
j. Wisata Maritim atau Bahari
Jenis wisata ini banyak dikaitkan dengan kegiatan olahraga air seperti di danau,
sungai, pantai atau memancing, berlayar, menyelam sambil melakukan pemotretan,
kompetisi berselancar, balapan mendayung, berkeliling melihat taman laut dengan
pemandangan yang indah dari permukaan air serta berbagai rekreasi perairan yang
banyak dilakukan di daerah-daerah atau Negara-negara maritim di lautan Karibia,
Hawai, Tahiti, dan Fiji.
k. Wisata Cagar Alam
Jenis wisata ini banyak diselenggarakan oleh agen atau biro perjalanan yang
mengkhususkan wisata dengan jalan wisata ke tempat cagar alam atau hutan lindung.
l. Wisata Buru
Kegiatan wisata ini dikaitkan dengan hobi berburu. Lokasi ini tentunya telah
dibenarkan oleh pemerintah sebagai daerah perburuan. Jenis wisata ini banyak
dilakukan di negara –negara yang memiliki daerah atau hutan tempat berburu yang
bibenarkan oleh pemerintah.
m. Wisata Pilgirim.
Wisata ini banyak dikaitkan dengan agama, sejarah, kepercayaan ataupun adat
istisdat masyarakat setempat. Wisata pilgrim banyak dilakukan oleh perorangan maupun
rombongan ke tempat-tempat suci, ke makam-makam orang besar dan sebagainya.
13
n. Wisata Bulan Madu
Suatu penyelenggaraan perjalanan bagi pasangan-pasangan pengantin baru yang
sedang berbulan madu dengan fasilitas khusus dan tersendiri.
o. Wisata Petualangan
Wisata petualangan adalah jenis wisat yang melakukan kegiatan wisata seperti
masuk hutan belantara yang tadinya belum pernah dijelajahi, mendaki tebing terjal,
terjun ke dalam sungai yang curam, arum jeram dan menyusuri gua.
6. Pengertian Objek Wisata
Dalam dunia kepariwisataan segala sesuatu yang menarik dan bernilai untuk
dikunjungi dan dilihat disebut atraksi atau lazim disebut dengan objek wisata.
Menurut PP No 24 tahun 1979 menyatakan bahwa objek wisata adalah
perwujudan dari ciptaan manusia,tata hidup, seni budaya serta sejarah bangsa dan
tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya tarik untuk dikunjungi wisatawan.
Pengertian lain menjelaskan bahwa objek wisata adalah segala sesuatu yang
menjadi daya tarik bagi orang untuk mengunjungi suatu daerah tertentu (Oka A. Yoeti,
1996 : 172 ).
Peran alam dan kebudayaan sebagai sumber daya kepariwisataan sangatlah besar
dan penting bagi keberadaan industri kepariwisataan itu sendiri. Hal in dapat terlihat
dari klasifikasi jenis objek dan daya tarik wisata dan wisata alam menempati prosentase
yang tertinggi. Banyak sekali macam dari objek wisata ini, misalnya objek wisata alam,
objek wisata budaya, dan masih banyak yang lain.
14
7. Pengertian Wisatawan
Orang yang melakukan kegiatan wisata disebut dengan istilah wisatawan.
Wisatawan biasa disebut dengan pelancong maupun turis ( KBBI, 1991 : 1130 ). Para
wisatawan dalam melakukan kegiatan wisata pada umumnya mempercayakan kepada
salah satu usaha jasa pariwisata yang ada , meskipun tidak jarang juga wisatawan yang
bepergian sendiri dan semua urusan ditangani sendiri.
Menurut A.J. Norwal yang dikutip oleh Nyoman S. Pendit , wisatawan adalah
seseorang yang memasuki wilayah Negara asing dengan maksud dan tujuan apapun
asalkan untuk tidak tinggal permanen atau untuk usaha-usaha yang teratur melintasi
perbatasan, dan yang mengeluarkan uangnya di Negara yang dikunjungi, dan uang yang
diperolehnya bukan dari Negara tersebut melainkan dari Negara lain ( Nyoman S.
Pendit 2002 : 35 )
Menurut M.A.Desky dalam bukunya yang berjudul “Manajemen Perjalanan
Wisata” menyatakan bahwa pada umumnya wisatawan terdorong untuk melakukan
perjalanan karena berbagai faktor seperti :
1. Adanya bencana alam
2. Terjadinya peperangan
3. Keinginan mencari nafkah
4. Rasa ingin tahu
5. Untuk tujuan beribadah
6. Untuk tujuan pendidikan
7. Dalam rangka rekreasi
8. Ingin mencari kepuasan
15
9. Dalam rangka berpetualang
8. Pengertian Konsep 4A
Di dalam pengembangan dan pengelolaan suatu objek wisata diperlukan suatu
metode agar dalam pelaksanaan program yang telah direncanakan dapat berjalan dengan
lancar. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode pengembangan objek wisata
menurut James Spillane dalam buku Pariwisata Indonesia, Siasat Ekonomi dan Rekaysa
Kebudayaan tahun 1994 : 63 yaitu dengan analisis 4A ( Atraksi, Aksesbilitas,
Amenitas, Aktifitas )
a. Atraksi
Atraksi yang juga disebut dengan objek wisata merupakan potensi yang menjadi
pendorong kehadiran wisatawan ke suatu tujuan wisata. Daya tarik wisata dapat
digolongkan menjadi:
(1) Daya tarik alam, merupakan suatu obyek wisata yang didalamnya terdapat unsur
alam, fisik, fauna dan floranya.
(2) Daya tarik budaya, kebudayaan yang dimaksud tidak hanya meliputi kebudayaan
tinggi seperti kesenian atau peri kehidupan keraton dan sebagainya akan tetapi
juga meliputi adat istiadat dan segala kebiasaa yang hidup ditengah-tengah suatu
masyarakat seperti pakaiannya, cara berbiacara, kegiatannya, dan sebagainya.
(3) Daya tarik buatan manusia, bahwa manusia bisa menjadi atraksi wisata di dalam
suatu obyek wisata dan menarik kedatangan wisatawan untuk berkunjung ke
obyek tersebut
b. Aksesbilitas
16
Aksesbilitas adalah sarana yang memberi kemudahan bergerak untuk mencapai
daerah tujuan wisata. Aksesbilitas tidak dapat dipisahkan dari ketersediaan : Kondisi
jalan (jaringan rute sejalan dengan angkutan transportasi seperti jalan, rel kereta api,
jalur udara) ; sistem transportasi seperti bus, kereta api, pesawat ; papan petunjuk
menuju daerah tujuan wisata.
c. Amenitas
Amenitas adalah fasilitas pendukung yang memberikan kemudahan bagi para
wisatawan dalam menikmati kegiatan wisata yang dilakukan di daerah tujuan wisata,
seperti akomodasi, restoran TIC, dan lain-lain.
Amenitas merupakan salah satu faktor penting dalam menganalisis objek wisata
karena faktor ini dinilai mempunyai kaitan yang erat dengan fasilitas-fasilitas yan ada di
objek, sehingga akan mempengaruhi kenyamanan wisatawan yang berkunjung ke suatu
daerah tujuan wisata.
d. Aktifitas
Aktifitas adalah kegiatan wisata yang dapat dilakukan oleh wisatawan maupun
penduduk setempat di daerah tujuan wisata.
F. Metode Penelitian
1. Lokasi Penelitian
17
Penulis mengambil lokasi di Objek Wisata Museum Benteng Vredeburg yang
terletak di Jalan Jenderal A. Yani No. 6 Yogyakarta 55122.
2. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap unsur-
unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala dalam objek penelitian. Tujuan
observasi adalah mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang
berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas dan maka kejadian yang dilihat
dari perspektif mereka yang terlihat dalam kejadian yang diamati tersebut. ( Afifuddin,
2009 : 134 ).
Observasi ke Museum Benteng Vredeburg dilakukan pada bulan 29 Mei samapi
14 Juni 2010 sebanyak 5 kali untuk mengamati lokasi objek, meneliti benda-benda
koleksi, mengambil gambar serta wawancara dengan pihak pengelola dan karyawan
Museum Benteng Vredeburg.
b. Wawancara
Wawancara adalah metode pengambilan data dengan cara menanyakan sesuatu
kepada seseorang yang menjadi informan atau responden. Caranya adalah dengan
bercakap-cakap secara tatap muka ( Afifuddin, 2009 : 131 )
Penulis mencari data yang dibutuhkan melalui wawancara dan tanya jawab
langsung dengan pihak yang berkompetensi dengan masalah yang dikaji. Dalam hal ini
penulis mewawancarai pihak yang terkait yaitu Suseno, M. Rosyd Ridlo ( Staff Tourist
18
Information Museum Benteng Vredeburg ) dan Dra. Amin Sukrilah ( Ketua Kelompok
Kerja Pengkajian dan Pemeliharaan )
c. Studi Dokumentasi
Metode atau teknik dokumenter adalah teknik pengumpulan data dan informasi
melalui pencarian dan penemuan bukti-bukti. Metode dokumenter ini merupakan
metode pengumpulan data yang berasal dari sumber nonmanusia. Dokumen-dokumen
yang dikumpulkan akan membantu peneliti dalam memahami fenomena yang terjadi di
lokasi penelitian dan membantu interpretasi data. Selain itu, dokumen dan data-data
literer dapat membantu dalam menyusun analisis dan melakukan validitas data. (
Afifuddin, 2009 : 141 ).
Dalam penyusunan tugas akhir ini memanfaatkan arsip yang berupa data jumlah
pengunjung tahun 2006 - 2009, struktur organisasi tahun 2010 dan benda koleksi
museum, sedangkan dokumentasi berupa foto-foto bangunan objek, foto-foto benda
koleksi museum sehingga akan memperjelas para pembaca tentang gambaran umum
Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta.
G. Teknik Analisis Data
Setelah penulis mengumpulkan dan melihat data-data yang terkumpul
selanjutnya penulis mencoba menganalisis data dengan metode analisis deskripsi yaitu
menganalisis dan menyajikan fakta secara sistematik sehingga dapat lebih mudah
difahami dan disimpulkan. Analisis deskripsi ini bertujuan untuk menggambarkan
secara sistematik dan akurat fakta dan karakteristik mengenai populasi atau bidang
19
tertentu dan kesimpulan yang diberikan selalu jelas dasar faktualnya sehingga semuanya
selalu dapat dikembalikan pada data yang diperoleh ( Saifuddin Azwar, 2010 : 7 )
H. Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan yang meliputi tentang latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka, metode penelitian, teknik
analisis data dan sistematika penulisan.
Bab II Gambaran umum tentang Daerah Istimewa Yogyakarta yang mencakup
sekilas tentang Yogyakarta, kondisi geografis Daerah Istimewa Yogyakarta dan
museum-museum yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Bab III Potensi benteng Vredeburg yang meliputi sejarah berdiri benteng
Vredeburg dan koleksi- koleksi yang ada di museum benteng Vredeburg.
Bab IV Pengembangan program kerja museum Museum Benteng Vredeburg
yang meliputi pameran temporer, museum masuk sekolah, travel dialog, pameran
keliling, kegiatan kemah budaya, wisata sepeda ontel dan seminar.
Bab V Penutup yang meliputi kesimpulan dan saran.
20
BAB II
GAMBARAN UMUM DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
A. Sekilas Tentang Yogyakarta
Daerah Istimewa Yogyakarta atau beberapa orang menyebutnya dengan
Jogjakarta, Yogya atau Jogja dan seringkali disingkat DIY adalah sebuah provinsi di
Indonesia yang terletak di bagian Tengah Pulau Jawa.
Yogyakarta adalah kota yang terkenal akan sejarah dan warisan budayanya.
Yogyakarta merupakan pusat kerajaan Mataram (1575-1640), dan sampai sekarang ada
Kraton (Istana) yang masih berfungsi dalam arti yang sesungguhnya.
Propinsi Daerah Yogyakarta merupakan Propinsi yang mempunyai status
sebagai Daerah Istimewa. Status Daerah Istimewa ini berkaitan dengan sejarah
terjadinya Propinsi ini, pada tahun 1945, sebagai gabungan wilayah Kesultanan
Ngayogyokarta Hadiningrat dan Kadipaten Pakualaman, yang menggabungkan diri
dengan wilayah Republik Indonesia yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945
oleh Sukarno dan Moh. Hatta.
Yogyakarta memiliki potensi pariwisata disetiap sudut kotanya. Di sana banyak
terdapat warisan budaya seperti benteng, kraton dan candi-candi yang berusia ribuan
tahun yang merupakan peninggalan kerajaan-kerajaan besar zaman dahulu, di antaranya
adalah Candi Borobudur dan Candi Prambanan.
Pada saat ini Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dipimpin oleh Sri Sultan
Hamengku Buwono X dan Kadipaten Pakualaman dipimpin oleh Sri Paduka Paku
Alam IX, yang sekaligus menjabat sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi
21
DIY. Keduanya memainkan peran yang menentukan dalam memelihara nilai-nilai
budaya dan adat istiadat Jawa dan merupakan pemersatu masyarakat Yogyakarta.
Pada hakekatnya, seni budaya yang asli dan indah, selalu terdapat didalam
lingkungan istana Raja dan di daerah-daerah sekitarnya. Sebagai bekas suatu Kerajaan
yang besar, maka Yogyakarta memiliki kesenian dan kebudayaan yang tinggi dan
bahkan merupakan pusat serta sumber seni budaya Jawa. Banyak peninggalan seni-
budaya yang masih dapat disaksikan di monumen dan candi-candi, istana Sultan yang
masih berkaitan dengan kehidupan istana. Kehidupan seni budaya di Yogyakarta
tampak masih berkembang pada kehidupan seni tari dan kesenian lainnya. Nilai-nilai
budaya masyarakat Yogyakarta, terungkap pula pada bentuk arsitektur rumah
penduduk, dengan bentuk joglonya yang banyak dikenal masyarakat di seluruh
Indonesia. Terkait dengan warisan budaya kuno yang disebutkan diatas, Kota
Yogyakarta juga dianggap sebagai pusat kebudayaan karena adanya berbagai bangunan
dan tempat bersejarah.
Kesenian yang dimiliki masyarakat Yogyakarta sangatlah beragam. Dan
kesenian-kesenian yang beraneka ragam tersebut terangkai indah dalam sebuah upacara
adat. Sehingga bagi masyarakat Yogyakarta, seni dan budaya benar-benar menjadi suatu
bagian tak terpisahkan dari kehidupan mereka. Kesenian khas di Yogyakarta antara lain
adalah kethoprak, jathilan, dan wayang kulit.
Sesuai namanya, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta memang benar-benar
istimewa. Orang-orangnya sangat ramah. Wisatawan bisa menemukan senyum yang
tulus dan sapaan yang hangat dari masyarakat di setiap sudut kota ini. Pada umumnya
masyarakat Yogyakarta menyukai olahraga tradisional seperti panahan dan juga
22
masyarakat di Yogyakarta sangat menyukai permainan burung perkutut. Mereka juga
percaya bahwa orang dapat menikmati hidup dengan mendengarkan kicauan burung.
Selain warisan budaya, Yogyakarta memiliki panorama alam yang indah.
Hamparan sawah nan hijau menyelimuti daerah pinggiran dengan Gunung Merapi
tampak sebagai latar belakangnya. Pantai-pantai yang masih alami dan indah dengan
mudah ditemukan di sebelah selatan Yogyakarta.
Yogyakarta dijuluki sebagai Kota Gudeg, selain itu Yogyakarta juga dijuluki
sebagai Kota Pelajar. Di kota ini terdapat universitas negeri tertua di Indonesia yaitu
Universitas Gadjah Mada (UGM) dan juga berbagai universitas swasta terkenal lainnya,
ada sekitar 123 macam institusi pendidikan di kota ini. Bisa dikatakan bahwa di kota ini
sebagian besar penduduknya relatif memiliki pendidikan sampai tingkat SMU (
Petunjuk Wisata Jogja 2007 )
B. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta
Daerah Istimewa Yogyakarta adalah salah satu provinsi dari 33 provinsi di
wilayah Indonesia dan terletak di Pulau Jawa bagian tengah. Daerah Istimewa
Yogyakarta dibagian selatan dibatasi Lautan Indonesia, sedangkan di bagian Timur
Laut, Tenggara, Barat, dan Barat Laut dibatasi oleh wilayah Povinsi Jawa Tengah yang
meliputi : Kabupaten Klaten disebelah Timur Laut, Kabupaten Wonogiri disebelah
Tenggara, Kabupaten Purworejo di sebelah Barat, Kabupaten Magelang di sebelah
Barat Laut.
Secara geografis, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terletak di antara
7º 30‘ sampai dengan 8º15’ Lintang Selatan.110º sampai 0º52’ Bujur Timur. Luas
24
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakrta, lebih kurang 3.186 Km2 berpenduduk 3.311.812
jiwa (data tahun 2000). Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan provinsi
terkecil setelah Provinsi DKI Jakarta, yang terbagi menjadi 5 Daerah Kabupaten / Kota,
yakni : Kota Yogyakarta, yang merupakan Ibu kota Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta dengan luas 32,50 km2 ; Kabupaten Sleman dengan Ibukota Beran dengan
luas 574,82 km2 ; Kabupaten Gunungkidul dengan Ibukota Wonosari dengan luas
1.485,36 km2 ; Kabupaten Bantul dengan Ibukota Bantul dengan luas 506,85 km2 ;
Kabupaten Kulonprogo dengan Ibukota Wates dengan luas 586,27 km2 ( Depdikbud,
1994 : 11 )
Berdasarkan satuan fisiografis, Daerah Istimewa Yogyakarta terdiri dari :
Pegunungan Selatan dengan luas ± 1.656,25 km2 dengan ketinggian 150 - 700 m ;
Gunung berapi dengan luas ± 582,81 km2 dengan ketinggian 80 - 2.911m ; Dataran
rendah antara Pegunungan Selatan dan Pegunungan Kulonprogo dengan luas ± 1215,62
km2 dengan ketinggian 0 - 80 m ; Pegunungan Kulonprogo dan Dataran Rendah
Selatan dengan luas ± 706,25 km2 dengan ketinggian 0 - 572 m
Ujung bagian Utara Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan puncak
gunung Merapi dengan ketinggian ± 2920 meter diatas permukaan laut merupakan salah
satu gunung api terakhir teraktif di dunia. Oleh para ahli gunung berapi (vulkanolog)
internasional, gunung api ini sangat terkenal karena bentuk letusannya yang khas, dan
sejenis dengan letusan gunung api Visuvius di Italia. Sampai saat ini gunung Merapi
masih sangat aktif. Puncaknya selalu mengepulkan asap ( Baparda DIY, 2007 : 1 )
25
C. Museum – Museum ( Monumen ) Sebagai Objek Wisata Budaya di
Yogyakarta
Yogyakarta menyimpan banyak potensi wisata di dalamnya. Selain pesona alam
yang indah, Yogyakarta juga memiliki banyak bangunan-bangunan dan benda-benda
peninggalan sejarah yang disimpan di beberapa museum yang ada di Yogyakarta.
Museum-museum di Yogyakarta menyimpan bukti perjalanan budaya Jawa dan bukti-
bukti sejarah nasional. Monumen-monumen yang melambangkan kegagahan dan
patriotisme bangsa Indonesia. Berikut beberapa museum dan monumen yang ada di
Yogyakarta :
1. Monumen Yogya Kembali
Monumen yang terletak di Dusun Jongkang, Kelurahan Sariharjo, Kecamatan
Ngaglik, Kapubaten Sleman ini berbentuk gunung, yang menjadi perlambang kesuburan
juga mempunyai makna melestarikan budaya nenek moyang pra sejarah.
Nama Monumen Yogya Kembali merupakan perlambang berfungsinya kembali
Pemerintahan Republik Indonesia dan sebagai tetengger sejarah ditarik mundurnya
tentara Belanda dari Ibukota Yogyakarta pada tanggal 29 Juni 1949 dan kembalinya
Presiden Soekarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta dan petinggi lainnya pada tanggal
6 Juli 1949 di Yogyakarta.
Museum ini menyajikan koleksi antara lain 1.000 koleksi tentang Serangan Satu
Maret, di ujung selatan pelataran berdiri tegak sebuah dinding yang memuat 420 nama
pejuang yang gugur antara 19 Desember 1948 hingga 29 Juni 1949 serta puisi
Karawang Bekasi-nya Chairil Anwar untuk pahlawan yang tidak diketahui namanya,
seragam Tentara Pelajar dan kursi tandu Panglima Besar Jenderal Sudirman yang masih
26
tersimpan rapi di sana. Sementara itu jalan utara dan selatan terhubung dengan tangga
menuju lantai dua pada dinding luar yang melingkari bangunan terukir 40 relief yang
menggambarkan peristiwa perjuangan bangsa mulai dari 17 Agustus 1945 hingga 28
Desember 1949 ( Barahmus DIY, 2001 : 9 )
Di Monumen Yogya Kembali Lantai teratas merupakan tempat yang paling
menarik yang disebut Ruangan Garbha Graha. Ruangan ini merupakan tempat hening
yang berbentuk lingkaran, dilengkapi dengan tiang bendera yang dipasangi bendera
merah putih di tengah ruangan, relief gambar tangan yang menggambarkan perjuangan
fisik pada dinding barat dan perjuangan diplomasi pada dinding timur. Ruangan Garbha
Graha itu berfungsi sebagai tempat mendoakan para pahlawan dan merenungi
perjuangan mereka.
2. Museum Sonobudoyo
Museum Sonobudoyo beralamat di Jl. Trikora No. 6 Yogyakarta 55122.
Museum ini mempunyai koleksi budaya telengkap kedua setelah museum utama di
Jakarta. Museum Sonobudoyo sarat simpanan benda-benda yang bermakna etnografi
dan arkeologi dari wilayah-wilayah kebudayaan Cirebon, Jawa Tengah, Yogyakarta,
Solo, Jawa Timur, Madura, Bali dan Lombok.
Koleksi tersebuat antara lain: sekitar 1200-an koleksi keris, keramik dari jaman
Neolithik, dan bebagai macam peninggalan dari abad ke-8, 9 dan 10 yang berupa topeng
dan wayang, gamelan, senjata-senjata kuno, dan beberapa benda budaya dari Bali.
Museum ini juga mempunyai koleksi buku-buku kuno tentang budaya Jawa ( Tontje
Tnunay, 1991 : 98 )
27
Koleksi dari museum ini yang paling menarik adalah koleksi batik. Koleksi
batik yang berada di ruang batik menyajikan berbagai motif batik daerah pesisiran (
Cirebon, Pekalongan, Lasem, Rembang ) dan Pedalaman ( Yogyakarta dan Surakarta ).
Batik yang dipamerkan antara lain batik motif Sidomukti, Gringsing, Merak Kenjer,
Jago Cirebon, kain Pradan, kain Simbar, kain Bleg Ketupat, dan sebagainya.
3. Museum Affandi
Museum Affandi yang terletak di Jalan Raya Yogyakarta-Solo, di Jl. Laksda
Adisutjipto 167 Yogyakarta 55281 atau tepatnya tepi barat Sungai Gajah Wong.
Museum Affandi dulunya merupakan kediaman sang maestro yang dibuka secara
pribadi oleh Affandi sejak tahun 1962 dan diresmikan tahun 1974.
Kompleks museum terdiri dari 3 buah galeri yang menyimpan berbagai koleksi
antara lain lukisan-lukisan Affandi yang berjumlah kurang lebih 300 buah, sejumlah
barang berharga semasa Affandi hidup, alat transportasi yang dipakainya dahulu,
bangunan rumah yang ditempati Affandi dan lukisan-lukisan karya pelukis lainnya (
Basuki Abdullah, S Sunjoyono, Rendra, Bagong Kusudiharjo, Barli,Wahdi, Popo
Iskandar ) yang berupa karya lukis pahat dan patung ( Barahmus DIY, 2001 :
29 )
Koleksi yang paling menarik adalah mobil Colt Gallan tahun 1976 yang
berwarna kuning kehijauan yang dimodifikasi sehingga menyerupai bentuk ikan.
4. Museum Dirgantara Mandala
Museum Dirgantara Mandala terletak di ujung utara Kabupaten Bantul
perbatasan dengan Kabupaten Sleman, tepatnya di komplek Pangkalan Udara TNI AU
Adi Sucipto Yogyakarta. Keberadaan Museum Dirgantara Mandala adalah untuk
28
mengabadikan dan mendokumentasikan segala kegiatan dan peristiwa bersejarah bagi
TNI AU.
Museum Dirgantara Mandala ini banyak menampilkan sejarah kedirgantaraan
bangsa Indonesia serta sejarah perkembangan angkatan udara Republik Indonesia.
Bangunan Museum dibagi atas Ruang Utama, Ruang Kronologi, Ruang Alutsita Udara,
serta Ruang SKSD Palapa. Selain koleksi dalam bentuk dioramaterdapat juga koleksi
lain seperti lukisan berbagai pesawat terbang TNI AU dari tahun 1945 sampai sekarang,
foto-foto pimpinan TNI AU dari tahun 1946 sampai 1986, lambang-lambang TNI AU
dan sejumlah buku yang disimpan diperpustakaan ( Tontje Tnunay, 1991 : 143 )
Koleksi yang paling menarik adalah replika pesawat Dakota VT CLA milik
penerbangan India yang ditembak jatuh di Bantul oleh pesawat pemburu Kittyhawk
milik Belanda ketika hendak mendarat di Maguwo Yogyakarta.
5. Tugu Jogja
Tugu Jogja merupakan landmark Kota Yogyakarta yang paling terkenal.
Monumen ini berada tepat di tengah perempatan Jalan Pangeran Mangkubumi, Jalan
Jendral Soedirman, Jalan A.M Sangaji dan Jalan Diponegoro. Tugu Jogja yang berusia
hampir 3 abad memiliki makna yang dalam sekaligus menyimpan beberapa rekaman
sejarah kota Yogyakarta.
Tugu Jogja kira-kira didirikan setahun setelah Kraton Yogyakarta berdiri. Pada
saat awal berdirinya, bangunan ini secara tegas menggambarkan Manunggaling Kawula
Gusti, semangat persatuan rakyat dan penguasa untuk melawan penjajahan. Semangat
persatuan atau yang disebut golong gilig itu tergambar jelas pada bangunan tugu,
tiangnya berbentuk gilig (silinder) dan puncaknya berbentuk golong (bulat), sehingga
29
disebut Tugu Golong-Gilig. Ketinggian bangunan tugu pada awalnya mencapai 25
meter.
Semuanya berubah pada tanggal 10 Juni 1867. Gempa yang mengguncang
Yogyakarta saat itu membuat bangunan tugu runtuh. Keadaan benar-benar berubah pada
tahun 1889, saat pemerintah Belanda merenovasi bangunan tugu. Tugu dibuat dengan
bentuk persegi dengan tiap sisi dihiasi semacam prasasti yang menunjukkan siapa saja
yang terlibat dalam renovasi itu. Bagian puncak tugu tak lagi bulat, tetapi berbentuk
kerucut yang runcing. Ketinggian bangunan juga menjadi lebih rendah, hanya setinggi
15 meter atau 10 meter lebih rendah dari bangunan semula. Sejak saat itu, tugu ini
disebut juga sebagai De Witt Paal atau Tugu Pal Putih. Perombakan bangunan itu
sebenarnya merupakan taktik Belanda untuk mengikis persatuan antara rakyat dan raja.
Namun, melihat perjuangan rakyat dan raja di Yogyakarta yang berlangsung
sesudahnya, bisa diketahui bahwa upaya itu tidak berhasil ( http:// Tugu Jogja,
Landmark Kota Jogja yang Paling Terkenal.htm diakses tanggal 11 Mei 2010 pukul
13.18 WIB )
BAB III POTENSI MUSEUM BENTENG VREDEBURG
A. Letak Museum Benteng Vredeburg
Museum Benteng Vredeburg beralamat di Jalan Jenderal Ahmad Yani Nomor 6
Yogyakarta 55121. Museum Benteng Vredeburg menempati area seluas 22.480 m2
dengan luas bangunan yang ada di dalam komplek Benteng Vredeburg adalah 8.483 m2 .
Lokasi Museum Benteng Vredeburg sangat sraategis karena berada di pusat kota
Yogyakarta. Karena letak yang sangat srategis ini maka kegiatan-kegiatan atau event-
event besar, maupun kegiatan rutin tahunan berskala nasional maupun internasional
sering diselenggarakan di Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta ( Baparda DIY,
2009 : 3 )
B. Sejarah Berdirinya Benteng Vredeburg Yogyakarta
Vredeburg adalah sebuah benteng yang dibangun oleh Belanda di Yogyakarta
selama masa kolonial. Terletak di depan Gedung Agung, satu dari tujuh istana
kepresidenan di Indonesia.
Benteng Vredeburg Yogyakarta berdiri terkait dengan lahirnya Perjanjian
Giyanti 13 Februari 1755 yang berhasil menyelesaikan perseteruan antara Susuhunan
Pakubuwono III dengan Pangeran Mangkubumi (Sri Sultan Hamengkubuwono I) adalah
merupakan hasil politik Belanda yang selalu ingin ikut campur urusan dalam negeri
Raja-raja Jawa pada waktu itu. ( Baparda DIY, 2009 : 4 )
Orang Belanda yang berperan penting dalam lahirnya Perjanjian Giyanti adalah
Nicolaas Harting yang menjabat sebagai Gubernur dari Direktur Pantai Utara Jawa
(Gouveurneur en Directuer van Java’s noordkust) sejak bulan Maret 1754. Pada
hakekatnya perjanjian tersebut adalah perwujudan dari usaha untuk membelah Kerajaan
Mataram menjadi dua bagian, yaitu Kasuhunan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta.
Perjanjian yang berhasil dikeluarkan karena campur tangan VOC selalu
mempunyai tujuan akhir memecah belah dan mengadu domba pihak-pihak yang
bersangkutan. Demikian pula dengan perjanjian Giyanti. Orang Belanda yang berperan
penting dalam lahirnya Perjanjian Giyanti tersebut adalah Nicolas Hartingh, yang
30
31
menjabat Gubernur dari Direktur Pantai Utara Jawa (Gouverneur en Directeur van Java
noordkust) sejak bulan Maret 1754.
Pada hakekatnya perjanjian tersebut adalah perwujudan dari usaha untuk
membelah Kerajaan Mataram menjadi dua bagian yaitu Kasunanan Surakarta dan
Kasultanan Yogyakarta. Untuk selanjutnya Kasultanan Yogyakarta diperintah oleh
Pangeran Mangkubumi yang kemudian bergelar Sri Sultan Hamengku Buwono
Senopati Ing Alogo Adul Rachman Sayidin Panata Gama Khalifatulah I. sedang
Kasunanan Surakarta diperintahkan oleh Paku Buwono III.
Langkah pertama yang diambil oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I adalah
segera memerintahkan membangun kraton. Dengan titahnya Sultan segera
memerintahkan membuka Hutan Beringan di mana di tempat tersebut sudah terdapat
dusun Pacetokan. Sri Sultan Hamengku Buwono I mengumumkan bahwa wilayah yang
menjadi daerah kekuasaannya tersebut diberi nama Ngayogyakarta Adiningrat
(Ngayogyakarta Hadiningrat) dengan ibukota Ngayogyakarta. Pemilihan nama ini
dimaksudkan untuk menghormati tempat bersejarah yaitu Hutan Beringan yang pada
jaman almarhum Sri Susuhunan Amangkurat Jawi (Amangkurat IV) merupakan kota
kecil yang indah. Di dalamnya terdapat istana pesanggrahan yang terkenal dengan
Garjitowati. Kemudian pada jaman Sri Susuhunan Paku Buwono II bertahta di
Kartasura nama pesanggrahan itu diganti dengan Ngayogya. Pada masa itu
dipergunakan sebagai tempat pemberhentian jenazah para bangsawan yang akan
dimakamkan di Imogiri.
Hutan kecil ini mula-mula adalah tempat peristirahatan Sunan Pakubuwono II
dengan nama Pesanggrahan Garjitowati. Untuk selanjutnya beliau menggantikan
32
dengan nama Ayogya (atau Ngayogya). Nama Ngayogyakarta ditafsirkan dari
kata”Ayuda” dan kata “Karta”. Kata “a” berarti tidak dan “yuda” berarti perang. Jadi
“Ayuda” mengandung pengertian tidak ada perang atau damai. Sedangkan “Karta”
berarti aman dan tenteram. Jadi Ngayogyakarta dapat diartikan sebagai “Kota yang
aman dan tenteram”.
Disamping sebagai seorang panglima perang yang tangguh, Sri Sultan
Hamengku Buwono I, adalah juga seorang ahli bangunan yang hebat. Kraton
Kasultanan Yogyakarta permata dibangun pada tanggal 9 Oktober 1755. Selama
pembangunan keraton berlangsung, Sultan dan keluarga tinggal di Pesanggrahan
Ambarketawang Gamping, kurang lebih selama satu tahun. Pada hari Kamis Pahing,
tanggal 7 Oktober 1756 selama satu tahu. Meski belum selesai dengan sempurna, Sultan
dan keluarga berkenan menempatinya. Peresmian di asaat raja dan keluarganya
menempati kraton ditandai dengan candra sangkala “Dwi Naga Rasa Tunggal” Dalam
tahun Jawa sama dengan 1682, tanggal 13 Jimakir yang bertepatan dengan tanggal 7
Oktober 1756.
Setelah kraton mulai ditempati kemudian berdiri pula bangunan-bangunan
lainnya. Kraton dikelilingi tembok yang tebal. Di dalamnya terdapat beberapa bangunan
dengan aneka rupa dan fungsi. Bangunan kediaman sultan dan kerabat dekatnya
dinamakan Prabayeksa, selesai dibangun tahun 1546. Bangunan Sitihinggil dan
Pagelaran selesai dibangun tahun 1757. Gapura penghubung Dana Pertapa dan
Kemagangan selesai tahun 1751 dan 1763. Masjid Agung didirikan tahun 1771.
Benteng besar yang mengelilingi kraton selesai tahun 1777. Bangsal Kencana selesai
33
tahun 1792. Demikian kraton Yogyakarta berdiri dengan perkembangan yang senantiasa
terjadi dari waktu ke waktu.
Melihat kemajuan yang sangat pesat akan kraton yang didirikan oleh Sultan
Hamengku Buwono I, rasa kekhawatiran pihak Belanda mulai muncul. Sehingga pihak
Belanda mengusulkan kepada Sultan agar diijinkan membangun sebuah benteng di
dekat kraton. Pembangunan tersebut dengan dalih agar Belanda dapat menjaga
keamanan kraton dan sekitarnya. Akan tetapi dibalik dalih tersebut maksud Belanda
yang sesungguhnya adalah untuk memudahkan dalam mengontrol segala perkembangan
yang terjadi dalam kraton. Letak benteng yang hanya satu jarak tembak meriam dari
kraton dan lokasinya yang menghadap ke jalan utama menuju kraton menjadi indikasi
bahwa fungsi benteng dapat dimanfaatkan sebagai benteng strategi, intimidasi,
penyerangan dan blokade. Dapat dikatakan bahwa berdirinya benteng tersebut
dimaksudkan untuk berjaga-jaga apabila sewaktu-waktu Sultan memalingkan muka
memusuhi Belanda. Besarnya kekuatan yang tersembunyi dibalik kontrak politik yang
dilahirkan dalam setiap perjanjian dengan pihak Belanda seakan-akan menjadi
“kekuatan” yang sulit dilawan oleh setiap pemimpin pribumi pada masa kolonial
Belanda. Dalam hal ini termasuk pula Sri Sultan Hamengku Buwono I. Oleh karena itu
permohonan ijin Belanda untuk membangun benteng dikabulkan.
Sebelum dibangun benteng pada lokasinya yang sekarang (Museum Benteng
Vredeburg Yogyakarta), pada tahun 1760 atas permintaan Belanda, Sultan HB I telah
membangun sebuah benteng yang sangat sederhana berbentuk bujur sangkar. Di
keempat sudutnya dibuat tempat penjagaan yang disebut seleka atau bastion. Oleh
34
Sultan keempat sudut tersebut diberi nama Jaya (sudut barat laut), Jayapurusa (sudut
timur laut), Jayaprakosaningprang (sudut barat daya) dan Jayaprayitna (sudut tenggara)
Pada awal berdirinya bahwa benteng tesebut keadaannya masih sangat
sederhana. Tembok dari tanah yang diperkuatdengan tiang-tiang penyangga dari kayu
pohon kelapa dan aren. Bangunan di dalamnya terdiri atas bambu dan kayu dengan atap
ilalang.
Dalam perkembangan selanjutnya sewaktu W.H Ossenbrech menggantikan
kedudukan Nicolas Hartingh, tahun 1765 mengusulkan kepada Sultan agar benteng
diperkuat menjadi bangunan yang lebih permanen agar lebih menjamin keamanan. Usul
tersebut dikabulkan, selanjutnya pembangunan benteng dikerjakan dibawah pengawasan
seorang Belanda ahli ilmu bangunan yang bernama Ir. Frans Haak. Tahun 1767
pembangunan benteng dimulai. Menurut rencana pembangunan tersebut akan
diselesaikan tahun itu juga. Akan tetapi dalam kenyataannya proses pembangunan
tersebut berjalan sangat lambat dan baru selesai tahun 1787. Hal ini terjadi karena pada
masa tersebut Sultan yang bersedia mengadakan bahan dan tenaga dalam pembangunan
bentengm sedang disibukkan dengan pembangunan Kraton Yogyakarta, sehingga bahan
dan tenaga yang dijanjikan lebih banyak teralokasi untuk pembangunan kraton. Setelah
selesai bangunan benteng yang telah disempurnakan tersebut diberi nama Rustenburg
yang berarti “Benteng Peristirahatan”.
Pada tahun 1867 di Yogyakarta terjadi gempa bumi yang dahsyat sehingga
banyak merobohkan beberapa bangunan besar seperti Gedung Residen (yang dibangun
tahun 1824), Tugu Pal Putih, dan Benteng Rustenburg serta bangunan-bangunan yang
lain. Bangunan-bangunan tersebut segera dibangun kembali. Benteng Rustenburg segera
35
diadakan pembenahan di beberapa bagian bangunan yang rusak. Setelah selesai
bangunan benteng yang semula bernama Rustenburg diganti menjadi Vredeburg yang
berarti “Benteng Perdamaian:. Nama ini diambil sebagai manifestasi hubungan antara
Kasultanan Yogyakarta dengan pihak Belanda yang tidak saling menyerang waktu itu (
Baparda DIY, 2009 : 5 )
Bentuk benteng tetap seperti awal mula dibangun, yaitu bujur sangkar. Pada
keempat sudutnya dibangun ruang penjagan yang disebut “seleka” atau “bastion”. Pintu
gerbang benteng menghadap ke barat dengan dikelilingi oleh parit. Di dalamnya
terdapat bangunan-bangunan rumah perwira, asrama prajurit, gudang logistik, gudang
mesiu, rumah sakit prajurit dan rummah residen. Di Benteng Vredeburg ditempati
sekitar 500 orang prajurit, termasuk petugas medis dan para medis. Disamping itu pada
masa pemerintahan Hindia Belanda digunakan sebagai tempat perlindungan para
residen yang sedang bertugas di Yogyakarta. ( wawancara : M. Rosyd Ridlo, 29 Mei
2010 )
C. Penetapan Benteng Vredeburg Sebagai Museum Benteng Vredeburg
Yogyakarta
Setelah Belanda meninggalkan kota Yogyakarta, Benteng Vredeburg dikuasai
oleh APRI (Angkatan Perang Republik Indonesia). Kemudian pengelolaan benteng
diserahkan kepada Militer Akademi Yogyakarta. Pada waktu itu Ki Hadjar Dewantara
pernah mengemukakan gagasannya agar Benteng Vredeburg dimanfaatkan sebagai
ajang kebudayaan. Akan tetapi gagasan itu terhenti karena terjadi peristiwa “Tragedi
Nasional” Pemberontakan G 30 S / PKI tahun 1965. Waktu itu untuk sementara
36
Benteng Vredeburg digunakan sebagai tempat tahanan politik terkait dengan peristiwa
G 30 S / PKI yang langsung berada dibawah pengawasan HANKAM.
Rencana pelestarian bangunan Benteng Vredeburg mulai lebih terlihat nyata
setelah tahun 1976 diadakan studi kelayakan bangunan benteng yang dilakukan oleh
Lembaga Studi Pedesaan dan Kawasan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Setelah
diadakan penelitian maka usaha kearah pemugaran bangunan bekas Benteng Vredeburg
pun segera dimulai.
Tanggal 9 Agustus 1980 dilakukan penandatanganan piagam perjanjian antara
Sri Sultan Hamengku Buwono IX sebagai pihak I dan Dr. Daud Jusuf (Mendikbud)
sebagai pihak II tentang pemanfaatan bangunan bekas Benteng Vredeburg. Dengan
pertimbangan bahwa bangunan bekas Benteng Vredeburg tersebut merupakan bangunan
bersejarah yang sangat besar artinya maka pada tahun 1981 bangunan bekas Benteng
Vredeburg di tetapkan sebagai benda cagar budaya berdasarkan Ketetapan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 0224/U/1981 tanggal 15 Juli 1981. Tentang
pemanfaatan bangunan Benteng Vredeburg, dipertegas lagi oleh Prof. Dr. Nugroho
Notosusanto (Mendikbud RI) tanggal 5 November 1984 yang mengatakan bahwa
bangunan bekas Benteng Vredeburg akan difungsikan sebagai museum Perjuangan
Nasional yang pengelolaannya diserahkan kepada Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia.
Sesuai dengan Piagam Perjanjian serta surat Sri Sultan Hamengku Buwono IX
Nomor 359/HB/85 tanggal 16 April 1985 menyebutkan bahwa perubahan-perubahan
tata ruang bagi gedung-gedung di dalam komplek benteng Vredeburg diijinkan sesuai
dengan kebutuhan sebagai sebuah museum. Untuk selanjutnya dilakukan pemugaran
37
bangunan bekas benteng dan kemudian dijadikan museum. Tahun 1987 museum telah
dapat dikunjungi oleh umum. Pada tanggal 23 November 1992 bangunan bekas Benteng
Vredeburg secara resmi menjadi Museum Khusus Perjuangan Nasional berdasarkan
Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (ketika itu
Prof. Dr. Fuad Hasan) Nomor 0475/O/1992 dengan nama Museum Benteng
Yogyakarta.
Selanjutnya Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata
Nomor : KM 48/OT.001/MKP/2003 tanggal 5 Desember 2003 Museum Benteng
Vredeburg Yogyakarta mempunyai Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi yaitu sebagai
museum khusus merupakan Unit Pelaksana Teknis yang berkedudukan di lingkungan
Kementerian dan Kebudayaan Deputi Bidang Sejarah dan Purbakala yang bertugas
melaksanakan pengumpulan, perawatan, pengawetan, penelitian, penyajian, penerbitan
hasil penelitian dan memberikan bimbingan edukatif kultural mengenai benda dan
sejarah perjuangan bangsa Indonesia di wilayah Yogyakarta. ( Wawancara : M. Rosyd
Ridlo, 29 Mei 2010 )
D. Komplek Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta
Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta sebagai sebuah museum khusus
sejarah perjuangan nasional yang bertugas mengumpulkan, merawat, menyimpan,
meneliti dan mengkomunikasikan benda-benda bernilai sejarah baik berperan langsung
maupun tidak langsung dalam peristiwa sejarah. Nilai-nilai historis yang terkandung
dalam sebuah benda itulah yang menjadi aspek yang harus dilestarikan untuk
selanjutnya dapat dikomunikasikan kepada generasi muda secara berkesinambungan.
38
Sebagai benda yang telah menjadi bagian dari museum, untuk selanjutnya dalam ilmu
permuseuman benda-benda tersebut dinamakan koleksi museum. Secara keseluruhan,
koleksi Museum Benteng Vredeburg sampai sekarang berjumlah 6952, yang terdiri dari
15 miniatur peta, 55 diorama, 85 relief/patung, 32 lukisan, 2555 foto, 31 duratran, 5
film, 211 replika dan 3963 realia yang semuanya dipamerkan berkala secara bergantian
kecuali diorama ( Wawancara : Amin Sukrilah, 14 Juni 2010 )
Berikut komplek Bangunan Museum Benteng Vredeburg yang dapat dijabarkan
sebagai berikut :
a. Selokan atau Parit
Selokan atau parit ini dibuat dengan maksud sebagai rintangan paling luar
terhadap serangan musuh. Parit ini dibuat di sekeliling benteng dengan
perhitungan bahwa musuh akan dating dari segala arah. Tetapi dalam
perkembangan selanjutnya, parit sebagai sarana pertahanan sudah tidak urgen
lagi. Bahkan untuk tahun-tahun berikutnya parit hanya berfungsi sebagai sarana
drainage ( pembuangan ) saja. Untuk memberi kesan kepada masyarakat bahwa
sekeliling benteng terdapat parit, sisa parit masih dapat dilihat di bawah
jembatan depan gerbang sebelah barat. ( wawancara Suseno, 14 Juni 2010
).
b. Jembatan
39
Pada masa awal Benteng Vredeburg dibangun, antara daerah dalam benteng dan
luar benteng dihubungkan dengan jembatan (jembatan angkat). Bekas –bekas
jembatan ini masih bisa ditemukan di sebelah barat, timur dan selatan. (
wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).
c. Tembok Benteng
Lapisan pertahanan sesudah parit adalah tembok ( benteng ) yamg mengelilingi
komplek Benteng Vredeburg. Tembok ini memiliki tinggi 5 meter dan tebal 1
meter. Di sisi tembok bagian dalam juga terdapat anjungan yang berfungsi
sebagai tempat pertahanan, pengintaian, penempatan meriam-meriam kecil
maupun senjata tangan. Selain itu tembok ini juga memungkinkan jarak pandang
pengintaian maupun jarak tembak akan lebih leluasa. ( wawancara Suseno, 14
Juni 2010 ).
d. Pintu Gerbang Utama
Pintu gerbang dibangun sebagai sarana jalan keluar masuk atupun komplek
benteng. Mengingat konsep awal bahwa benteng dibangun dengan konsep
simetris maka pintu gerbang yang ada berjumlah empat ( selatan, timur, utara
dan barat ). Tetapi karena situasi keamanan saat itu yang tidak stabil, maka
konsep awal berubah. Sampai sekarang hanya ditemukan tiga pintu gerbang
yaitu sebelah barat, timur dan selatan. Di sebelah selatan , gerbang hanya dibuat
kecil atau lebih tepat disebut terowongan. Pintu gerbang utama barat terdiri dari
dua lantai. Pada perode 1765-1830 lantai atas diguanakan sebagai kantor
komando. Sedangkan laitai bawah baik di sisi kanan maupun kiri jalan
merupakan ruang jaga. Saat ini ruangan atas dimanfaatkan sebagai ruiang rapat.
40
Sedangkan ruangan bawah tetap sebagai ruang jaga Satpam dan ruang tiket.
( wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).
e. Pintu Gerbang Timur
Fungsi pintu gerbang timur dari periode 1765 -1830 dan tahun-tahun berikutnya
sama dengan pintu gerbang barat. Sedangkan lantai atas semula dipergunakan
sebagai pos pengamanan daerah disekitar benteng baik di dalam maupun di luar.
Saat ini pintu gerbang timur dimanfaatkan sebagai pintu masuk dari arah timur
sebagai kawasan 3 in 1 yaitu Taman Pintar, Taman Budaya, dan Museum
Benteng (wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).
f. Gedung Pengapit Utara
Berfungsi sebagai kantor administrasi. Berdasarkan hasil penelitian bentuk asli,
bangunan yang ada merupakan bangunan asli dengan ornament-ornamen gaya
Yunani masa Renaisance. Hal ini menunjukkan usia yang relative lebih tua
dibandingkan dengan banyunan yang lain. Gaya atap yang lancip, menunjukkan
gaya Eropa dengan maksud mengurangi beban salju di musim salju. Ini
menunjukkan bahwa arsitektur untuk bangunan ini masih murni gaya Eropa (
wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).
g. Gedung Pengapit Selatan
Fungsi telah mengalami perkembangan. Dilihat dari bentuknya memungkinkan
dimanfaatkan sebagai kantor administra. Namun ketika benteng tawanan yang
berderajad tinggi (tawanan kraton yang berpangkat tinggi) maka ruangan ini
41
dimanfaatkan sebagai sel tahanan khusus. Juga ada kemungkinan ruangan ini
dipergunakan sebagai ruang tamu VIP. Hal ini terlihat dari bentuk dan
performance ruangan. Sekarang digunakan sebagai ruang tamu VIP (
wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).
h. Barak Prajurit Barat
Terdiri dari dua lantai. Lantai bawah terdiri dari satu rangan luas dan empat
ruangan kecil. Dua ruang kecil di sebelah selatan di lantai bawah diperkirakan
merupakan fasilitas barak bagian bawah karena posisinya menyatu dengan ruang
lantai bawah. Sedangkan dua ruang kecil di utara diperkirakan sebagai ruang
pengawsan perwira jaga, karena ruang-ruang tersebut terpisahdengan barak.
Pemanfaatan sekarang sebagai ruang Pengenalan Museum ( wawancara Suseno,
14 Juni 2010 ).
i. Barak Prajurit Utara
Bangunan ini dipergunakan sebagai barak prajurit yang telah berkeluarga baik
dilanta bawah maupun lantai atas. Sekarang ruang lantai bawah dimanfaatkan
sebagai ruang diorama sejarah bangsa yang berisi peristiwa sejarang perjuangan
Sekitar Proklamasi Kemerdekaan. Sedangkan lantai atas dimanfaatkan sebagai
ruang pameran tidak tetap. ( wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).
j. Bangunan Fasilitas Umum
Berdasarkan data bahwa di dalam benteng pernah dibangun rumah sakit, maka
bangunan ini diperkirakan sebagai rumah sakit. Ketika benteng dikuasai oleh
TNI bangunan ini dimanfaatkan sebagai mushola. Sekarang bangunan lantai
bawah dimanfaatkan sebagai Ruang Kerja Teknis. Lantai atas sebagai
42
RuangSeminar dan Ruang Bioskop khusus Film Sejarah Perjuangan. (
wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).
k. Societet Militaire
Bangunan ini adalah bangunan yang difungsikan sebagai ruang pertemuan. Hal
ini diperkuat adamnya data bahwa tahun 1838 di benteng ada societet militaire
yang likasinya di timur laut. Sekarang bangunan ini dimanfaatkan sebagai
Ruang Diskusi/Ceramah/Seminar di lantai atas, dan Ruang Diorama Sejarah
Perjuangan di lantai bawah. ( wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).
l. Pavilion
Banguan ini berfungsi sebagai tempat tinggal perwira atau pavilion (guest
house). Hal ini sangat memungkinkan dengan adanya fasilitas-fasilitas
pelengkapnya seperti dapur, kamar mandi dan WC. Sewaktu di bawah kekuaaan
TNI, bangunan ini dimanfaatkan sebagai tempat tinggal prajurit maupun
perwira. Pada saat ini difungsikan sebagai guest house seperti semula (
wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).
m. Gudang Mesiu
Bentuk bangunan dengan adanya peninggian-peninggian lantai dan tanpa jendela
tetapi hanya ventilasi saja, menguatkan dugaan bahwa fungsi bangunan ini
adalah sebagai gudang mesiu. Fungsi ini tetap bertahan dari tahun ke tahun
meskipun benteng mengalami pergantian penguasa. Pada saat ini dipergunakan
sebagai Strorage Museum ( wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).
n. Dapur Utara
43
Pada masa benteng dikuasai oleh TNI bangunan dapur ini dimanfaatkan sebagai
rumah tinggal prajurit. Pada saat ini dimanfaatkan sebagai ruang Strorage
Museum ( wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).
o. Sel / Ruang Tahanan
Bangunan ini dibangun dengan menempel pada anjungan sebelah barat. Adanya
peninggian lantai sewaktu ditemukan bangunan ini diduga merupakan tempat
tidur. Kemungkinan juga dimanfaatkan sebagai gudang. Pada saat ini digunakan
sebagai fasilitas ibadah di museum yaitu sebagai Mushola Putra dan Putri (
wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).
p. Perumahan Perwira Utara I
Semula mempunyai fungsi sebagai tempat tinggal perwira. Dengan adanya
perubahan bentuk teras depan maka diperkirakan bangunan ini telah mengalami
perubahan fungsi yaitu sebagai kantor administrasi. Kemudian ketika benteng
digunakan oleh TNI tempat ini digunakan sebagai tempat tinggal prajuirit yang
telah berkeluarga. Sekarang bangunan ini merupakan tata pameran tetap Ruang
Diorama II ( wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).
q. Perumahan Perwira Selatan I
Bangunan ini mempunyai susunan ruang yang terdiri dari teras depan, bangunan
utama, dan teras belakang, diperkirakan berfungsi sebagai perumahan perwira.
Dengan adanya perubahan teras depan menjadi ruang depan, diperkirakan
bangunan mulai dipergunakan sebagai perumahan prajurit atau perwira yang
telah berkeluarga, bukan untuk perwira saja. Hal ini diperkirakan terjadi ketika
44
benteng digunakan oleh TNI. Sekarang difungsikan sebagai Ruang Diorama I
(wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).
r. Gudang Senjata Ringan dan Barak Prajurit
Bangunan ini semula difungsikan sebagai barak prajurit di lantai atas dan
sebagai tempat penyimpanan senjata ringan di lantai bawah. Hal ini dikuatkan
dengan letaknya yang berdekatan dengan bangunan (N2) yang berfungsi sebagai
gudang senjata berat. Disamping itu juga berdekatan dengan ruang mesiu. Saat
ini merupakan Ruang Konservasi, fumigasi dan laboratorium di lantai bawah
dan ruang dokumentasi di lantai atas ( wawancara Suseno, 14 Juni 2010
).
s. Gudang Senjata Berat
Bangunan ini berfungsi sebagai gudang senjata. Sedangkan keberadaan ruang-
ruang yang berdekatan diperkirakan mempunyuia fungsi yang berkaitan dengan
keberadaan gudang senjata ini, antara lain untuk perkantoran bagian administrasi
gudang, perawatan senjata, dan lain-lain. Saat ini dipergunakan sebagai kantor
Konservasi ( wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).
t. Anjungan
Semula dibangun mengelilingi benteng bagian dalam sebagai sarana
pertahanan.di anjungan ini ditempatkan prajurit dengan senjata tangan dan
meriam yang dikonsentrasikan pada sudut anjungan. Tahun 1930, anjungan di
sudut timur dibongkar dan dibangun gedung Societet. Tahun 1998 anjungan
utara dibongkar dan dibangun terowongan untuk mengakses unit service baru di
utara benteng. Selanjutnya anjungan tidak punya arti strategi militer dan
45
difungsikan sebagai sarana rekreasi dan kebun sayur. Pada saat ini anjungan
dimanfaatkan sebagai sarana untuk melihat kawasan nol km kota Yogyakarta
dan sekitarnya ( wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).
u. Lapangan
Di antara bangsal-bangsal yang terdapat di dalam komplek Benteng Vredeburg
masih terlihat adanya lapangan di dalam komplek Benteng Vredeburg yang
relatif luas. Semula lapangan tersebut dimungkinkan untuk tempat persiapan
militer, latihan maupun upacara-upacara militer lainnya. Setelah Benteng
Vredeburg beralih fungsi sebagai tangsi militer yang memungkinkan prajurit
46
membawa keluarganya, maka lapangan tersebut berubah sebagai halaman dan
tempat bermain ( wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).
Adapun bangunan-bangunan di dalam komplek Benteng Vredeburg tersebut
dapat diuraikan dalam denah sebagai berikut :
Keterangan :
Bangunan Kode Fungsi sekarang Fungsi dahulu
A1 Jembatan dan kolam utama barat Jalan masuk dari arah barat dan parit pertahanan sisi barat
A2 Jembatan dan kolam timur Jalan masuk dari arah timur dan parit pertahanan sisi timur
A3 Kolam selatan Parit pertahanan sisi selatan
B1 Gerbang sebelah barat Bangunan gerbang utama sebelah selatan
B2 Gerbang sebelah timur Bangunan gerbang timur B3 Gerbang sebelah selatan Bangunan gerbang selatan C1 Ruang tamu VIP Bangunan sel tahanan khusus C2 Ruang bimbingan Bangunan kantor administrasi
D Ruang Pameran Tetap ( Realia ) dan Pengenalan
Bangunan barak prajurit barat
E Ruang Pameran Temporer dan Tetap Minirama III
Bangunan barak prajuri utara
F Ruang Audio Visual (bagian atas) dan Ruang Pokja Teknis (bagian bawah)
Bangunan fasilitas umum (hospital)
G Ruang Auditorium dan Pameran Tetap Minirama III
Bangunan pertemuan / Militaire Societet Hall
H Guest house Pavilion I Storage Koleksi Gudang Mesiu
J Perpustakaan Gudang perlengkapan non militer / logistik
K1 Storage Koleksi Dapur sebelah utara K2 Storage Koleksi Dapur sebelah selatan
L1 Ruang PPPK,gudang,mushola, dan art shop
Bangunan sel tahanan
L2 Ruang gudang Kamar mandi sebelah timur L3 Ruang gudang Kamar mandi sebelah selatan
M1 Ruang pameran tetap minirama II Bangunan perumahan perwira sebelah utara ( I )
47
M2 Ruang pameran tetap minirama II Bangunan perumahan perwira sebelah utara ( II )
M3 Ruang pameran tetap minirama I Bangunan perumahan perwira sebelah selatan ( I )
M4 Ruang kantor kepala Museum dan Tata Usaha
Bangunan perumahan perwira sebelah selatan ( II )
M5 Kamar mandi Bangunan kamar mandi dan dapur(bagi penghuni M4) dan kamar mandi umum (selatan)
N1 Ruang perawatan, Fumigasi Gudang senjata ringan dan barak prajurit
N2 Laboratorium Konservasi Gudang senjata berat ( meriam )
O1 Anjungan barat laut Anjungan pertahanan sebelah barat laut.
O2 Anjungan barat daya Anjungan pertahanan sebelah barat daya
O3 Anjungan tenggara Anjungan pertahanan sebelah tenggara
P Tanah lapang(open space depan gerbang timur)
Bangunan utama(VIP Guest House)
Q Bengkel preparasi Bangunan garasi
R Tempat parkir karyawan Bangunan istal (kandang kuda), dapur
S Sumur Bangunan kamar mandi dan tempat sepeda.
Sumber : Arsip Museum Benteng Vredeburg
E. Koleksi Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta
Museum Benteng Vredeburg menyajikan banyak koleksi yang berhubungan
dengan sejarah perjuangan bangsa. koleksi – koleksi tersebut antara lain :
1. Koleksi Realia
Koleksi realia adalah koleksi yang berupa benda (material) yang benar-benar
nyata bukan tiruan dan berperan langsung dalam suatu proses terjadinya peristiwa
sejarah yang punya arti penting dalam pembinaan dan atau pengembangan sejarah.
Koleksi realia ini diperoleh antara lain dari hibah dari masyarakat yang mempunyai
koleksi realia. Akan tetapi keasliannya perlu diuji terlebih dahulu. Koleksi realia
48
antara lain berupa peralatan rumah tangga, senjata, peralatan dapur, naskah, pakaian,
dan lain-lain ( wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ). Berikut beberapa koleksi realia
Museum Benteng Vredeburg :
a. Mesin Jahit Engkel
Koleksi mesin jahit ini dipergunakan untuk memperbaiki pakaian para prajurit
anak buah Kolonel TB Simatupang yang bermarkas di rumah Kariyo Utomo
yang beralamat di Banaran, Kulon Progo tahun 1948-1959
b. Topi Baja
Topi baja milik Sdr. Ansor yang dipergunakan dalam perjuangan dalam masa
revolusi fisik tahun 1945-1949. Sdr Ansor adalah seorang pejuang yang aktif
dalam Laskar Hisbullah, BKR, TKR Batalyon 33, resimen 22 devisi III
Diponegoro, TRI Batalyon VI, TNI Batalyon 74 brigade X Garuda Mataram
devisi III Diponegoro.
c. Pedang Pertempuran Kota Baru
Pedang tersebut milik bpk Siswo Pawiro warga dusun Tirtosari Kretek Bantul
yang diperoleh sewaktu perjuangan melucuti senjata Jepang di Yogyakarta tahun
1945-1948.
d. Peralatan Kesehatan Rumah Sakit Santo Yusuf
Peralatan kesehatan ini berasal dari Rumah Sakit Santo Yusuf yang terletak di
dusun Banjar Sari Kulon Progo. Peralatan ini dipergunakan untuk membantu
warga sipil maupun militer korban perang pada masa Agresi Militer Belanda II
e. Meja Tamu TB Simatupang
49
Meja tersebut menjadi saksi sejarah perjuangan Kolonel TB Simatupang dalam
memimpin perang gerilya.
f. Kendil Dhalung
Kendil tersebut milik ibu Martopawiro alias mbah Sajuk yang bertempat tinggal
di Gunung Kidul. Kendil tersebut digunakan untuk merebus tiga butir telur ayam
kampong untuk Pangsar Soedirman yang beristirahat di rumahnya pada tanggal
27 Desember 1948 sejak pukul 16.00-23.00 WIB dalam perjalanan gerilya
menghadapi agresi militer Belanda II
g. Tempat menyarungkan pedang dan sepatu
Tempat menyalurkan pedang dan sepatu tersebut milik bapak Hadiharsono yang
beralamat di Grogol, Parangtritis, Kretek, Bantul. Beliau telah menjabat sebagai
Komandan Batalyon I Bantul sejak sebelum agresi militer Belanda II. Tempat
menyartungkan pedang dan sepatu dipakai oleh Hadiharsono dalam
mempertahankan kemerdekaan tahun 1948-1949 di Bantul.
2. Koleksi Replika
Koleksi replika yaitu koleksi berupa tiruan dari benda koleksi yang baik
bahan maupun ukurannya sama dengan aslinya. Hal ini disebabkan untuk
mendapatkan benda yang asli mengalami kesulitan. Tetapi mengingat besar arti dan
peranannya dalam pengembangan sejarah maka perlu dilestarikan yaitu dengan jalan
membuat replikanya. ( wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ). Benda-benda replika
tersebut antara lain :
a. Granat Gombyok
50
Dipakai pada masa revolusi fisik 1945-1949 di Yogyakarta. Pada saat itu rakyat
Indonesia masih berjuang melawan tentara Belanda yang masih ingin menjajah
Indonesia lagi melalui aksi Polisionilnya. Untuk memenuhi kebutuhan sernjata
maka pabrik senjata Demak Ijo Yogyakarta membuat berbagai macam senjata
yang masih sangat sederhana sebagai alat perjuangan. Salah satunya adalah
Granat Gembyok.
b. Senjata Lantakan
Senjata lantakan biasa dipergunakan oleh tentara VOC awal abad XIX. Karena
ada keterbatasan jumlah senjata untuk memenuhi kebutuhan senjata dalam usaha
mempertahankan kemerdekaan, maka senjata lantakan yang masih sangat
sederhana tetap masih dpergunakan oleh para pejuang pada revolusi fisik.
c. Kunci Montir dan Batu
Koleksi tersebut merupakan replika yang menjadi buktisejarah tentang
kekejaman G 30 S PKI tahun 1965 di Yogyakarta. Benda tersebut digunakan
oleh PKI untuk membunuh dua pahlawan revolusi yaitu brigadier Jenderal
Anumerta Katamso dan Kolonberl Anumerta Sugiyono.
d. Pakaian Kol. Katamso dan Letkol Sugiyono
Pakaian tersebut adalah pakaian yang digunakan oleh kedua perwira tinggi
Angkatan Darat yang meninggal dibunuh oleh PKI dalam tragedi G 30 S PKI
tanggal 2 oktober 1965.
3. Koleksi Foto dan Lukisan
51
Koleksi lain dari Museum Benteng Vredeburg adalah koleksi dalam bentuk foto
maupun lukisan yang bermilai sejarah baik dalam merintis, mencapai,
mempertahankan, maupun mengisi kemerdekaan. Semua ini merupakan bukti
materiil data sejarah. lain ( wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).
4. Koleksi adegan peristiwa sejarah dalam bentuk minirama
Minirama merupakan sebuah penggambaran suatu peristiwa dengan sistem tiga
dimensi. Sampai saat ini Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta telah berhasil
menyajikan adegan peristiwa-peristiwa sejarah dalam bentuk minirama sebanyak 55
buah yang ditempatkan dalam empat ruang (ruang minirama I,II,III,dan IV)
Ruang minirama I secara selintas menggambarkan sebagian peristiwa sejarah yang
terjadi dalam kurun waktu sejak Perang Diponegoro sampai dengan masa
Pendudukan Jepang di Yogyakarta. Sebanyak 11 buah minirama. Ruang minirama II
secara selintas menggambarkan peristiwa-peristiwa sejarah sejak Proklamasi sampai
dengan Agresi Militer I, sebanyak 9 buah. Ruang minirama III, mengambarkan
secara selintas peristiwa sejarah sejak adanya Perjanjian Renville sampai dengan
Pengakuan Kedaulatan RIS, sebanyak 18 buah. Dan yang terakhir adalah ruang
minirama IV, menggambarkan secara selintas peristiwa sejarah sejak tahun 1951
sampai dengan tahun 1974, sebanyak 7 buah. lain ( wawancara Suseno, 14 Juni
2010 ).
F. Cara Perawatan Benda-Benda Koleksi Museum Benteng Vredeburg
Yogyakarta
52
Dalam pelestarian sejarah dan budaya, Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta
melakukan berbagai kegiatan seperti parawatan dan pemeliharaan benteng sebagai cagar
budaya, konservasi, fumigasi dan restorasi benda-benda sejarah perjuangan.
Pemeliharaan dan perawatan benteng sebagai benda cagar budaya dilakukan secara
bersama-sama dengan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala. Sedangkan kegiatan
konservasi,fumigasi, dan restorasi terhadap benda-benda koleksi sejarah dilakukan
secara intern oleh petugas pemeliharaan dan perawatan museum setiap 1 minggu secara
berkala dan bergantian. ( Wawancara : Amin Sukrilah, 14 Juni 2010 )
53
BAB III POTENSI MUSEUM BENTENG VREDEBURG
G. Letak Museum Benteng Vredeburg
Museum Benteng Vredeburg beralamat di Jalan Jenderal Ahmad Yani Nomor 6
Yogyakarta 55121. Museum Benteng Vredeburg menempati area seluas 22.480 m2
dengan luas bangunan yang ada di dalam komplek Benteng Vredeburg adalah 8.483 m2 .
Lokasi Museum Benteng Vredeburg sangat sraategis karena berada di pusat kota
Yogyakarta. Karena letak yang sangat srategis ini maka kegiatan-kegiatan atau event-
event besar, maupun kegiatan rutin tahunan berskala nasional maupun internasional
sering diselenggarakan di Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta ( Baparda DIY,
2009 : 3 )
H. Sejarah Berdirinya Benteng Vredeburg Yogyakarta
Vredeburg adalah sebuah benteng yang dibangun oleh Belanda di Yogyakarta
selama masa kolonial. Terletak di depan Gedung Agung, satu dari tujuh istana
kepresidenan di Indonesia.
Benteng Vredeburg Yogyakarta berdiri terkait dengan lahirnya Perjanjian
Giyanti 13 Februari 1755 yang berhasil menyelesaikan perseteruan antara Susuhunan
Pakubuwono III dengan Pangeran Mangkubumi (Sri Sultan Hamengkubuwono I) adalah
merupakan hasil politik Belanda yang selalu ingin ikut campur urusan dalam negeri
Raja-raja Jawa pada waktu itu. ( Baparda DIY, 2009 : 4 )
Orang Belanda yang berperan penting dalam lahirnya Perjanjian Giyanti adalah
Nicolaas Harting yang menjabat sebagai Gubernur dari Direktur Pantai Utara Jawa
(Gouveurneur en Directuer van Java’s noordkust) sejak bulan Maret 1754. Pada
30
hakekatnya perjanjian tersebut adalah perwujudan dari usaha untuk membelah Kerajaan
Mataram menjadi dua bagian, yaitu Kasuhunan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta.
Perjanjian yang berhasil dikeluarkan karena campur tangan VOC selalu
mempunyai tujuan akhir memecah belah dan mengadu domba pihak-pihak yang
bersangkutan. Demikian pula dengan perjanjian Giyanti. Orang Belanda yang berperan
penting dalam lahirnya Perjanjian Giyanti tersebut adalah Nicolas Hartingh, yang
menjabat Gubernur dari Direktur Pantai Utara Jawa (Gouverneur en Directeur van Java
noordkust) sejak bulan Maret 1754.
Pada hakekatnya perjanjian tersebut adalah perwujudan dari usaha untuk
membelah Kerajaan Mataram menjadi dua bagian yaitu Kasunanan Surakarta dan
Kasultanan Yogyakarta. Untuk selanjutnya Kasultanan Yogyakarta diperintah oleh
Pangeran Mangkubumi yang kemudian bergelar Sri Sultan Hamengku Buwono
Senopati Ing Alogo Adul Rachman Sayidin Panata Gama Khalifatulah I. sedang
Kasunanan Surakarta diperintahkan oleh Paku Buwono III.
Langkah pertama yang diambil oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I adalah
segera memerintahkan membangun kraton. Dengan titahnya Sultan segera
memerintahkan membuka Hutan Beringan di mana di tempat tersebut sudah terdapat
dusun Pacetokan. Sri Sultan Hamengku Buwono I mengumumkan bahwa wilayah yang
menjadi daerah kekuasaannya tersebut diberi nama Ngayogyakarta Adiningrat
(Ngayogyakarta Hadiningrat) dengan ibukota Ngayogyakarta. Pemilihan nama ini
dimaksudkan untuk menghormati tempat bersejarah yaitu Hutan Beringan yang pada
jaman almarhum Sri Susuhunan Amangkurat Jawi (Amangkurat IV) merupakan kota
kecil yang indah. Di dalamnya terdapat istana pesanggrahan yang terkenal dengan
Garjitowati. Kemudian pada jaman Sri Susuhunan Paku Buwono II bertahta di
Kartasura nama pesanggrahan itu diganti dengan Ngayogya. Pada masa itu
dipergunakan sebagai tempat pemberhentian jenazah para bangsawan yang akan
dimakamkan di Imogiri.
Hutan kecil ini mula-mula adalah tempat peristirahatan Sunan Pakubuwono II
dengan nama Pesanggrahan Garjitowati. Untuk selanjutnya beliau menggantikan
dengan nama Ayogya (atau Ngayogya). Nama Ngayogyakarta ditafsirkan dari
kata”Ayuda” dan kata “Karta”. Kata “a” berarti tidak dan “yuda” berarti perang. Jadi
“Ayuda” mengandung pengertian tidak ada perang atau damai. Sedangkan “Karta”
berarti aman dan tenteram. Jadi Ngayogyakarta dapat diartikan sebagai “Kota yang
aman dan tenteram”.
Disamping sebagai seorang panglima perang yang tangguh, Sri Sultan
Hamengku Buwono I, adalah juga seorang ahli bangunan yang hebat. Kraton
Kasultanan Yogyakarta permata dibangun pada tanggal 9 Oktober 1755. Selama
pembangunan keraton berlangsung, Sultan dan keluarga tinggal di Pesanggrahan
Ambarketawang Gamping, kurang lebih selama satu tahun. Pada hari Kamis Pahing,
tanggal 7 Oktober 1756 selama satu tahu. Meski belum selesai dengan sempurna, Sultan
dan keluarga berkenan menempatinya. Peresmian di asaat raja dan keluarganya
menempati kraton ditandai dengan candra sangkala “Dwi Naga Rasa Tunggal” Dalam
tahun Jawa sama dengan 1682, tanggal 13 Jimakir yang bertepatan dengan tanggal 7
Oktober 1756.
Setelah kraton mulai ditempati kemudian berdiri pula bangunan-bangunan
lainnya. Kraton dikelilingi tembok yang tebal. Di dalamnya terdapat beberapa bangunan
33
dengan aneka rupa dan fungsi. Bangunan kediaman sultan dan kerabat dekatnya
dinamakan Prabayeksa, selesai dibangun tahun 1546. Bangunan Sitihinggil dan
Pagelaran selesai dibangun tahun 1757. Gapura penghubung Dana Pertapa dan
Kemagangan selesai tahun 1751 dan 1763. Masjid Agung didirikan tahun 1771.
Benteng besar yang mengelilingi kraton selesai tahun 1777. Bangsal Kencana selesai
tahun 1792. Demikian kraton Yogyakarta berdiri dengan perkembangan yang senantiasa
terjadi dari waktu ke waktu.
Melihat kemajuan yang sangat pesat akan kraton yang didirikan oleh Sultan
Hamengku Buwono I, rasa kekhawatiran pihak Belanda mulai muncul. Sehingga pihak
Belanda mengusulkan kepada Sultan agar diijinkan membangun sebuah benteng di
dekat kraton. Pembangunan tersebut dengan dalih agar Belanda dapat menjaga
keamanan kraton dan sekitarnya. Akan tetapi dibalik dalih tersebut maksud Belanda
yang sesungguhnya adalah untuk memudahkan dalam mengontrol segala perkembangan
yang terjadi dalam kraton. Letak benteng yang hanya satu jarak tembak meriam dari
kraton dan lokasinya yang menghadap ke jalan utama menuju kraton menjadi indikasi
bahwa fungsi benteng dapat dimanfaatkan sebagai benteng strategi, intimidasi,
penyerangan dan blokade. Dapat dikatakan bahwa berdirinya benteng tersebut
dimaksudkan untuk berjaga-jaga apabila sewaktu-waktu Sultan memalingkan muka
memusuhi Belanda. Besarnya kekuatan yang tersembunyi dibalik kontrak politik yang
dilahirkan dalam setiap perjanjian dengan pihak Belanda seakan-akan menjadi
“kekuatan” yang sulit dilawan oleh setiap pemimpin pribumi pada masa kolonial
Belanda. Dalam hal ini termasuk pula Sri Sultan Hamengku Buwono I. Oleh karena itu
permohonan ijin Belanda untuk membangun benteng dikabulkan.
Sebelum dibangun benteng pada lokasinya yang sekarang (Museum Benteng
Vredeburg Yogyakarta), pada tahun 1760 atas permintaan Belanda, Sultan HB I telah
membangun sebuah benteng yang sangat sederhana berbentuk bujur sangkar. Di
keempat sudutnya dibuat tempat penjagaan yang disebut seleka atau bastion. Oleh
Sultan keempat sudut tersebut diberi nama Jaya (sudut barat laut), Jayapurusa (sudut
timur laut), Jayaprakosaningprang (sudut barat daya) dan Jayaprayitna (sudut tenggara)
Pada awal berdirinya bahwa benteng tesebut keadaannya masih sangat
sederhana. Tembok dari tanah yang diperkuatdengan tiang-tiang penyangga dari kayu
pohon kelapa dan aren. Bangunan di dalamnya terdiri atas bambu dan kayu dengan atap
ilalang.
Dalam perkembangan selanjutnya sewaktu W.H Ossenbrech menggantikan
kedudukan Nicolas Hartingh, tahun 1765 mengusulkan kepada Sultan agar benteng
diperkuat menjadi bangunan yang lebih permanen agar lebih menjamin keamanan. Usul
tersebut dikabulkan, selanjutnya pembangunan benteng dikerjakan dibawah pengawasan
seorang Belanda ahli ilmu bangunan yang bernama Ir. Frans Haak. Tahun 1767
pembangunan benteng dimulai. Menurut rencana pembangunan tersebut akan
diselesaikan tahun itu juga. Akan tetapi dalam kenyataannya proses pembangunan
tersebut berjalan sangat lambat dan baru selesai tahun 1787. Hal ini terjadi karena pada
masa tersebut Sultan yang bersedia mengadakan bahan dan tenaga dalam pembangunan
bentengm sedang disibukkan dengan pembangunan Kraton Yogyakarta, sehingga bahan
dan tenaga yang dijanjikan lebih banyak teralokasi untuk pembangunan kraton. Setelah
selesai bangunan benteng yang telah disempurnakan tersebut diberi nama Rustenburg
yang berarti “Benteng Peristirahatan”.
Pada tahun 1867 di Yogyakarta terjadi gempa bumi yang dahsyat sehingga
banyak merobohkan beberapa bangunan besar seperti Gedung Residen (yang dibangun
tahun 1824), Tugu Pal Putih, dan Benteng Rustenburg serta bangunan-bangunan yang
lain. Bangunan-bangunan tersebut segera dibangun kembali. Benteng Rustenburg segera
diadakan pembenahan di beberapa bagian bangunan yang rusak. Setelah selesai
bangunan benteng yang semula bernama Rustenburg diganti menjadi Vredeburg yang
berarti “Benteng Perdamaian:. Nama ini diambil sebagai manifestasi hubungan antara
Kasultanan Yogyakarta dengan pihak Belanda yang tidak saling menyerang waktu itu (
Baparda DIY, 2009 : 5 )
Bentuk benteng tetap seperti awal mula dibangun, yaitu bujur sangkar. Pada
keempat sudutnya dibangun ruang penjagan yang disebut “seleka” atau “bastion”. Pintu
gerbang benteng menghadap ke barat dengan dikelilingi oleh parit. Di dalamnya
terdapat bangunan-bangunan rumah perwira, asrama prajurit, gudang logistik, gudang
mesiu, rumah sakit prajurit dan rummah residen. Di Benteng Vredeburg ditempati
sekitar 500 orang prajurit, termasuk petugas medis dan para medis. Disamping itu pada
masa pemerintahan Hindia Belanda digunakan sebagai tempat perlindungan para
residen yang sedang bertugas di Yogyakarta. ( wawancara : M. Rosyd Ridlo, 29 Mei
2010 )
I. Penetapan Benteng Vredeburg Sebagai Museum Benteng Vredeburg
Yogyakarta
Setelah Belanda meninggalkan kota Yogyakarta, Benteng Vredeburg dikuasai
oleh APRI (Angkatan Perang Republik Indonesia). Kemudian pengelolaan benteng
36
diserahkan kepada Militer Akademi Yogyakarta. Pada waktu itu Ki Hadjar Dewantara
pernah mengemukakan gagasannya agar Benteng Vredeburg dimanfaatkan sebagai
ajang kebudayaan. Akan tetapi gagasan itu terhenti karena terjadi peristiwa “Tragedi
Nasional” Pemberontakan G 30 S / PKI tahun 1965. Waktu itu untuk sementara
Benteng Vredeburg digunakan sebagai tempat tahanan politik terkait dengan peristiwa
G 30 S / PKI yang langsung berada dibawah pengawasan HANKAM.
Rencana pelestarian bangunan Benteng Vredeburg mulai lebih terlihat nyata
setelah tahun 1976 diadakan studi kelayakan bangunan benteng yang dilakukan oleh
Lembaga Studi Pedesaan dan Kawasan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Setelah
diadakan penelitian maka usaha kearah pemugaran bangunan bekas Benteng Vredeburg
pun segera dimulai.
Tanggal 9 Agustus 1980 dilakukan penandatanganan piagam perjanjian antara
Sri Sultan Hamengku Buwono IX sebagai pihak I dan Dr. Daud Jusuf (Mendikbud)
sebagai pihak II tentang pemanfaatan bangunan bekas Benteng Vredeburg. Dengan
pertimbangan bahwa bangunan bekas Benteng Vredeburg tersebut merupakan bangunan
bersejarah yang sangat besar artinya maka pada tahun 1981 bangunan bekas Benteng
Vredeburg di tetapkan sebagai benda cagar budaya berdasarkan Ketetapan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 0224/U/1981 tanggal 15 Juli 1981. Tentang
pemanfaatan bangunan Benteng Vredeburg, dipertegas lagi oleh Prof. Dr. Nugroho
Notosusanto (Mendikbud RI) tanggal 5 November 1984 yang mengatakan bahwa
bangunan bekas Benteng Vredeburg akan difungsikan sebagai museum Perjuangan
Nasional yang pengelolaannya diserahkan kepada Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia.
Sesuai dengan Piagam Perjanjian serta surat Sri Sultan Hamengku Buwono IX
Nomor 359/HB/85 tanggal 16 April 1985 menyebutkan bahwa perubahan-perubahan
tata ruang bagi gedung-gedung di dalam komplek benteng Vredeburg diijinkan sesuai
dengan kebutuhan sebagai sebuah museum. Untuk selanjutnya dilakukan pemugaran
bangunan bekas benteng dan kemudian dijadikan museum. Tahun 1987 museum telah
dapat dikunjungi oleh umum. Pada tanggal 23 November 1992 bangunan bekas Benteng
Vredeburg secara resmi menjadi Museum Khusus Perjuangan Nasional berdasarkan
Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (ketika itu
Prof. Dr. Fuad Hasan) Nomor 0475/O/1992 dengan nama Museum Benteng
Yogyakarta.
Selanjutnya Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata
Nomor : KM 48/OT.001/MKP/2003 tanggal 5 Desember 2003 Museum Benteng
Vredeburg Yogyakarta mempunyai Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi yaitu sebagai
museum khusus merupakan Unit Pelaksana Teknis yang berkedudukan di lingkungan
Kementerian dan Kebudayaan Deputi Bidang Sejarah dan Purbakala yang bertugas
melaksanakan pengumpulan, perawatan, pengawetan, penelitian, penyajian, penerbitan
hasil penelitian dan memberikan bimbingan edukatif kultural mengenai benda dan
sejarah perjuangan bangsa Indonesia di wilayah Yogyakarta. ( Wawancara : M. Rosyd
Ridlo, 29 Mei 2010 )
J. Komplek Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta
Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta sebagai sebuah museum khusus
sejarah perjuangan nasional yang bertugas mengumpulkan, merawat, menyimpan,
38
meneliti dan mengkomunikasikan benda-benda bernilai sejarah baik berperan langsung
maupun tidak langsung dalam peristiwa sejarah. Nilai-nilai historis yang terkandung
dalam sebuah benda itulah yang menjadi aspek yang harus dilestarikan untuk
selanjutnya dapat dikomunikasikan kepada generasi muda secara berkesinambungan.
Sebagai benda yang telah menjadi bagian dari museum, untuk selanjutnya dalam ilmu
permuseuman benda-benda tersebut dinamakan koleksi museum. Secara keseluruhan,
koleksi Museum Benteng Vredeburg sampai sekarang berjumlah 6952, yang terdiri dari
15 miniatur peta, 55 diorama, 85 relief/patung, 32 lukisan, 2555 foto, 31 duratran, 5
film, 211 replika dan 3963 realia yang semuanya dipamerkan berkala secara bergantian
kecuali diorama ( Wawancara : Amin Sukrilah, 14 Juni 2010 )
Berikut komplek Bangunan Museum Benteng Vredeburg yang dapat dijabarkan
sebagai berikut :
v. Selokan atau Parit
Selokan atau parit ini dibuat dengan maksud sebagai rintangan paling luar
terhadap serangan musuh. Parit ini dibuat di sekeliling benteng dengan
perhitungan bahwa musuh akan dating dari segala arah. Tetapi dalam
perkembangan selanjutnya, parit sebagai sarana pertahanan sudah tidak urgen
lagi. Bahkan untuk tahun-tahun berikutnya parit hanya berfungsi sebagai sarana
drainage ( pembuangan ) saja. Untuk memberi kesan kepada masyarakat bahwa
sekeliling benteng terdapat parit, sisa parit masih dapat dilihat di bawah
39
jembatan depan gerbang sebelah barat. ( wawancara Suseno, 14 Juni 2010
).
w. Jembatan
Pada masa awal Benteng Vredeburg dibangun, antara daerah dalam benteng dan
luar benteng dihubungkan dengan jembatan (jembatan angkat). Bekas –bekas
jembatan ini masih bisa ditemukan di sebelah barat, timur dan selatan. (
wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).
x. Tembok Benteng
Lapisan pertahanan sesudah parit adalah tembok ( benteng ) yamg mengelilingi
komplek Benteng Vredeburg. Tembok ini memiliki tinggi 5 meter dan tebal 1
meter. Di sisi tembok bagian dalam juga terdapat anjungan yang berfungsi
sebagai tempat pertahanan, pengintaian, penempatan meriam-meriam kecil
maupun senjata tangan. Selain itu tembok ini juga memungkinkan jarak pandang
pengintaian maupun jarak tembak akan lebih leluasa. ( wawancara Suseno, 14
Juni 2010 ).
y. Pintu Gerbang Utama
Pintu gerbang dibangun sebagai sarana jalan keluar masuk atupun komplek
benteng. Mengingat konsep awal bahwa benteng dibangun dengan konsep
simetris maka pintu gerbang yang ada berjumlah empat ( selatan, timur, utara
dan barat ). Tetapi karena situasi keamanan saat itu yang tidak stabil, maka
konsep awal berubah. Sampai sekarang hanya ditemukan tiga pintu gerbang
yaitu sebelah barat, timur dan selatan. Di sebelah selatan , gerbang hanya dibuat
kecil atau lebih tepat disebut terowongan. Pintu gerbang utama barat terdiri dari
40
dua lantai. Pada perode 1765-1830 lantai atas diguanakan sebagai kantor
komando. Sedangkan laitai bawah baik di sisi kanan maupun kiri jalan
merupakan ruang jaga. Saat ini ruangan atas dimanfaatkan sebagai ruiang rapat.
Sedangkan ruangan bawah tetap sebagai ruang jaga Satpam dan ruang tiket.
( wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).
z. Pintu Gerbang Timur
Fungsi pintu gerbang timur dari periode 1765 -1830 dan tahun-tahun berikutnya
sama dengan pintu gerbang barat. Sedangkan lantai atas semula dipergunakan
sebagai pos pengamanan daerah disekitar benteng baik di dalam maupun di luar.
Saat ini pintu gerbang timur dimanfaatkan sebagai pintu masuk dari arah timur
sebagai kawasan 3 in 1 yaitu Taman Pintar, Taman Budaya, dan Museum
Benteng (wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).
aa. Gedung Pengapit Utara
Berfungsi sebagai kantor administrasi. Berdasarkan hasil penelitian bentuk asli,
bangunan yang ada merupakan bangunan asli dengan ornament-ornamen gaya
Yunani masa Renaisance. Hal ini menunjukkan usia yang relative lebih tua
dibandingkan dengan banyunan yang lain. Gaya atap yang lancip, menunjukkan
gaya Eropa dengan maksud mengurangi beban salju di musim salju. Ini
menunjukkan bahwa arsitektur untuk bangunan ini masih murni gaya Eropa (
wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).
bb. Gedung Pengapit Selatan
41
Fungsi telah mengalami perkembangan. Dilihat dari bentuknya memungkinkan
dimanfaatkan sebagai kantor administra. Namun ketika benteng tawanan yang
berderajad tinggi (tawanan kraton yang berpangkat tinggi) maka ruangan ini
dimanfaatkan sebagai sel tahanan khusus. Juga ada kemungkinan ruangan ini
dipergunakan sebagai ruang tamu VIP. Hal ini terlihat dari bentuk dan
performance ruangan. Sekarang digunakan sebagai ruang tamu VIP (
wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).
cc. Barak Prajurit Barat
Terdiri dari dua lantai. Lantai bawah terdiri dari satu rangan luas dan empat
ruangan kecil. Dua ruang kecil di sebelah selatan di lantai bawah diperkirakan
merupakan fasilitas barak bagian bawah karena posisinya menyatu dengan ruang
lantai bawah. Sedangkan dua ruang kecil di utara diperkirakan sebagai ruang
pengawsan perwira jaga, karena ruang-ruang tersebut terpisahdengan barak.
Pemanfaatan sekarang sebagai ruang Pengenalan Museum ( wawancara Suseno,
14 Juni 2010 ).
dd. Barak Prajurit Utara
Bangunan ini dipergunakan sebagai barak prajurit yang telah berkeluarga baik
dilanta bawah maupun lantai atas. Sekarang ruang lantai bawah dimanfaatkan
sebagai ruang diorama sejarah bangsa yang berisi peristiwa sejarang perjuangan
Sekitar Proklamasi Kemerdekaan. Sedangkan lantai atas dimanfaatkan sebagai
ruang pameran tidak tetap. ( wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).
ee. Bangunan Fasilitas Umum
42
Berdasarkan data bahwa di dalam benteng pernah dibangun rumah sakit, maka
bangunan ini diperkirakan sebagai rumah sakit. Ketika benteng dikuasai oleh
TNI bangunan ini dimanfaatkan sebagai mushola. Sekarang bangunan lantai
bawah dimanfaatkan sebagai Ruang Kerja Teknis. Lantai atas sebagai
RuangSeminar dan Ruang Bioskop khusus Film Sejarah Perjuangan. (
wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).
ff. Societet Militaire
Bangunan ini adalah bangunan yang difungsikan sebagai ruang pertemuan. Hal
ini diperkuat adamnya data bahwa tahun 1838 di benteng ada societet militaire
yang likasinya di timur laut. Sekarang bangunan ini dimanfaatkan sebagai
Ruang Diskusi/Ceramah/Seminar di lantai atas, dan Ruang Diorama Sejarah
Perjuangan di lantai bawah. ( wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).
gg. Pavilion
Banguan ini berfungsi sebagai tempat tinggal perwira atau pavilion (guest
house). Hal ini sangat memungkinkan dengan adanya fasilitas-fasilitas
pelengkapnya seperti dapur, kamar mandi dan WC. Sewaktu di bawah kekuaaan
TNI, bangunan ini dimanfaatkan sebagai tempat tinggal prajurit maupun
perwira. Pada saat ini difungsikan sebagai guest house seperti semula (
wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).
hh. Gudang Mesiu
Bentuk bangunan dengan adanya peninggian-peninggian lantai dan tanpa jendela
tetapi hanya ventilasi saja, menguatkan dugaan bahwa fungsi bangunan ini
adalah sebagai gudang mesiu. Fungsi ini tetap bertahan dari tahun ke tahun
43
meskipun benteng mengalami pergantian penguasa. Pada saat ini dipergunakan
sebagai Strorage Museum ( wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).
ii. Dapur Utara
Pada masa benteng dikuasai oleh TNI bangunan dapur ini dimanfaatkan sebagai
rumah tinggal prajurit. Pada saat ini dimanfaatkan sebagai ruang Strorage
Museum ( wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).
jj. Sel / Ruang Tahanan
Bangunan ini dibangun dengan menempel pada anjungan sebelah barat. Adanya
peninggian lantai sewaktu ditemukan bangunan ini diduga merupakan tempat
tidur. Kemungkinan juga dimanfaatkan sebagai gudang. Pada saat ini digunakan
sebagai fasilitas ibadah di museum yaitu sebagai Mushola Putra dan Putri (
wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).
kk. Perumahan Perwira Utara I
Semula mempunyai fungsi sebagai tempat tinggal perwira. Dengan adanya
perubahan bentuk teras depan maka diperkirakan bangunan ini telah mengalami
perubahan fungsi yaitu sebagai kantor administrasi. Kemudian ketika benteng
digunakan oleh TNI tempat ini digunakan sebagai tempat tinggal prajuirit yang
telah berkeluarga. Sekarang bangunan ini merupakan tata pameran tetap Ruang
Diorama II ( wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).
ll. Perumahan Perwira Selatan I
Bangunan ini mempunyai susunan ruang yang terdiri dari teras depan, bangunan
utama, dan teras belakang, diperkirakan berfungsi sebagai perumahan perwira.
Dengan adanya perubahan teras depan menjadi ruang depan, diperkirakan
44
bangunan mulai dipergunakan sebagai perumahan prajurit atau perwira yang
telah berkeluarga, bukan untuk perwira saja. Hal ini diperkirakan terjadi ketika
benteng digunakan oleh TNI. Sekarang difungsikan sebagai Ruang Diorama I
(wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).
mm. Gudang Senjata Ringan dan Barak Prajurit
Bangunan ini semula difungsikan sebagai barak prajurit di lantai atas dan
sebagai tempat penyimpanan senjata ringan di lantai bawah. Hal ini dikuatkan
dengan letaknya yang berdekatan dengan bangunan (N2) yang berfungsi sebagai
gudang senjata berat. Disamping itu juga berdekatan dengan ruang mesiu. Saat
ini merupakan Ruang Konservasi, fumigasi dan laboratorium di lantai bawah
dan ruang dokumentasi di lantai atas ( wawancara Suseno, 14 Juni 2010
).
nn. Gudang Senjata Berat
Bangunan ini berfungsi sebagai gudang senjata. Sedangkan keberadaan ruang-
ruang yang berdekatan diperkirakan mempunyuia fungsi yang berkaitan dengan
keberadaan gudang senjata ini, antara lain untuk perkantoran bagian administrasi
gudang, perawatan senjata, dan lain-lain. Saat ini dipergunakan sebagai kantor
Konservasi ( wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).
oo. Anjungan
Semula dibangun mengelilingi benteng bagian dalam sebagai sarana
pertahanan.di anjungan ini ditempatkan prajurit dengan senjata tangan dan
meriam yang dikonsentrasikan pada sudut anjungan. Tahun 1930, anjungan di
sudut timur dibongkar dan dibangun gedung Societet. Tahun 1998 anjungan
45
utara dibongkar dan dibangun terowongan untuk mengakses unit service baru di
utara benteng. Selanjutnya anjungan tidak punya arti strategi militer dan
difungsikan sebagai sarana rekreasi dan kebun sayur. Pada saat ini anjungan
dimanfaatkan sebagai sarana untuk melihat kawasan nol km kota Yogyakarta
dan sekitarnya ( wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).
pp. Lapangan
Di antara bangsal-bangsal yang terdapat di dalam komplek Benteng Vredeburg
masih terlihat adanya lapangan di dalam komplek Benteng Vredeburg yang
relatif luas. Semula lapangan tersebut dimungkinkan untuk tempat persiapan
46
militer, latihan maupun upacara-upacara militer lainnya. Setelah Benteng
Vredeburg beralih fungsi sebagai tangsi militer yang memungkinkan prajurit
membawa keluarganya, maka lapangan tersebut berubah sebagai halaman dan
tempat bermain ( wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).
Adapun bangunan-bangunan di dalam komplek Benteng Vredeburg tersebut
dapat diuraikan dalam denah sebagai berikut :
Keterangan :
Bangunan Kode Fungsi sekarang Fungsi dahulu
A1 Jembatan dan kolam utama barat Jalan masuk dari arah barat dan parit pertahanan sisi barat
A2 Jembatan dan kolam timur Jalan masuk dari arah timur dan parit pertahanan sisi timur
A3 Kolam selatan Parit pertahanan sisi selatan
B1 Gerbang sebelah barat Bangunan gerbang utama sebelah selatan
B2 Gerbang sebelah timur Bangunan gerbang timur B3 Gerbang sebelah selatan Bangunan gerbang selatan C1 Ruang tamu VIP Bangunan sel tahanan khusus C2 Ruang bimbingan Bangunan kantor administrasi
D Ruang Pameran Tetap ( Realia ) dan Pengenalan
Bangunan barak prajurit barat
E Ruang Pameran Temporer dan Tetap Minirama III
Bangunan barak prajuri utara
F Ruang Audio Visual (bagian atas) dan Ruang Pokja Teknis (bagian bawah)
Bangunan fasilitas umum (hospital)
G Ruang Auditorium dan Pameran Tetap Minirama III
Bangunan pertemuan / Militaire Societet Hall
H Guest house Pavilion I Storage Koleksi Gudang Mesiu
J Perpustakaan Gudang perlengkapan non militer / logistik
K1 Storage Koleksi Dapur sebelah utara K2 Storage Koleksi Dapur sebelah selatan
L1 Ruang PPPK,gudang,mushola, dan art shop
Bangunan sel tahanan
47
L2 Ruang gudang Kamar mandi sebelah timur L3 Ruang gudang Kamar mandi sebelah selatan
M1 Ruang pameran tetap minirama II Bangunan perumahan perwira sebelah utara ( I )
M2 Ruang pameran tetap minirama II Bangunan perumahan perwira sebelah utara ( II )
M3 Ruang pameran tetap minirama I Bangunan perumahan perwira sebelah selatan ( I )
M4 Ruang kantor kepala Museum dan Tata Usaha
Bangunan perumahan perwira sebelah selatan ( II )
M5 Kamar mandi Bangunan kamar mandi dan dapur(bagi penghuni M4) dan kamar mandi umum (selatan)
N1 Ruang perawatan, Fumigasi Gudang senjata ringan dan barak prajurit
N2 Laboratorium Konservasi Gudang senjata berat ( meriam )
O1 Anjungan barat laut Anjungan pertahanan sebelah barat laut.
O2 Anjungan barat daya Anjungan pertahanan sebelah barat daya
O3 Anjungan tenggara Anjungan pertahanan sebelah tenggara
P Tanah lapang(open space depan gerbang timur)
Bangunan utama(VIP Guest House)
Q Bengkel preparasi Bangunan garasi
R Tempat parkir karyawan Bangunan istal (kandang kuda), dapur
S Sumur Bangunan kamar mandi dan tempat sepeda.
Sumber : Arsip Museum Benteng Vredeburg
K. Koleksi Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta
Museum Benteng Vredeburg menyajikan banyak koleksi yang berhubungan
dengan sejarah perjuangan bangsa. koleksi – koleksi tersebut antara lain :
5. Koleksi Realia
Koleksi realia adalah koleksi yang berupa benda (material) yang benar-benar
nyata bukan tiruan dan berperan langsung dalam suatu proses terjadinya peristiwa
sejarah yang punya arti penting dalam pembinaan dan atau pengembangan sejarah.
48
Koleksi realia ini diperoleh antara lain dari hibah dari masyarakat yang mempunyai
koleksi realia. Akan tetapi keasliannya perlu diuji terlebih dahulu. Koleksi realia
antara lain berupa peralatan rumah tangga, senjata, peralatan dapur, naskah, pakaian,
dan lain-lain ( wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ). Berikut beberapa koleksi realia
Museum Benteng Vredeburg :
h. Mesin Jahit Engkel
Koleksi mesin jahit ini dipergunakan untuk memperbaiki pakaian para prajurit
anak buah Kolonel TB Simatupang yang bermarkas di rumah Kariyo Utomo
yang beralamat di Banaran, Kulon Progo tahun 1948-1959
i. Topi Baja
Topi baja milik Sdr. Ansor yang dipergunakan dalam perjuangan dalam masa
revolusi fisik tahun 1945-1949. Sdr Ansor adalah seorang pejuang yang aktif
dalam Laskar Hisbullah, BKR, TKR Batalyon 33, resimen 22 devisi III
Diponegoro, TRI Batalyon VI, TNI Batalyon 74 brigade X Garuda Mataram
devisi III Diponegoro.
j. Pedang Pertempuran Kota Baru
Pedang tersebut milik bpk Siswo Pawiro warga dusun Tirtosari Kretek Bantul
yang diperoleh sewaktu perjuangan melucuti senjata Jepang di Yogyakarta tahun
1945-1948.
k. Peralatan Kesehatan Rumah Sakit Santo Yusuf
49
Peralatan kesehatan ini berasal dari Rumah Sakit Santo Yusuf yang terletak di
dusun Banjar Sari Kulon Progo. Peralatan ini dipergunakan untuk membantu
warga sipil maupun militer korban perang pada masa Agresi Militer Belanda II
l. Meja Tamu TB Simatupang
Meja tersebut menjadi saksi sejarah perjuangan Kolonel TB Simatupang dalam
memimpin perang gerilya.
m. Kendil Dhalung
Kendil tersebut milik ibu Martopawiro alias mbah Sajuk yang bertempat tinggal
di Gunung Kidul. Kendil tersebut digunakan untuk merebus tiga butir telur ayam
kampong untuk Pangsar Soedirman yang beristirahat di rumahnya pada tanggal
27 Desember 1948 sejak pukul 16.00-23.00 WIB dalam perjalanan gerilya
menghadapi agresi militer Belanda II
n. Tempat menyarungkan pedang dan sepatu
Tempat menyalurkan pedang dan sepatu tersebut milik bapak Hadiharsono yang
beralamat di Grogol, Parangtritis, Kretek, Bantul. Beliau telah menjabat sebagai
Komandan Batalyon I Bantul sejak sebelum agresi militer Belanda II. Tempat
menyartungkan pedang dan sepatu dipakai oleh Hadiharsono dalam
mempertahankan kemerdekaan tahun 1948-1949 di Bantul.
6. Koleksi Replika
Koleksi replika yaitu koleksi berupa tiruan dari benda koleksi yang baik
bahan maupun ukurannya sama dengan aslinya. Hal ini disebabkan untuk
mendapatkan benda yang asli mengalami kesulitan. Tetapi mengingat besar arti dan
50
peranannya dalam pengembangan sejarah maka perlu dilestarikan yaitu dengan jalan
membuat replikanya. ( wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ). Benda-benda replika
tersebut antara lain :
e. Granat Gombyok
Dipakai pada masa revolusi fisik 1945-1949 di Yogyakarta. Pada saat itu rakyat
Indonesia masih berjuang melawan tentara Belanda yang masih ingin menjajah
Indonesia lagi melalui aksi Polisionilnya. Untuk memenuhi kebutuhan sernjata
maka pabrik senjata Demak Ijo Yogyakarta membuat berbagai macam senjata
yang masih sangat sederhana sebagai alat perjuangan. Salah satunya adalah
Granat Gembyok.
f. Senjata Lantakan
Senjata lantakan biasa dipergunakan oleh tentara VOC awal abad XIX. Karena
ada keterbatasan jumlah senjata untuk memenuhi kebutuhan senjata dalam usaha
mempertahankan kemerdekaan, maka senjata lantakan yang masih sangat
sederhana tetap masih dpergunakan oleh para pejuang pada revolusi fisik.
g. Kunci Montir dan Batu
Koleksi tersebut merupakan replika yang menjadi buktisejarah tentang
kekejaman G 30 S PKI tahun 1965 di Yogyakarta. Benda tersebut digunakan
oleh PKI untuk membunuh dua pahlawan revolusi yaitu brigadier Jenderal
Anumerta Katamso dan Kolonberl Anumerta Sugiyono.
h. Pakaian Kol. Katamso dan Letkol Sugiyono
51
Pakaian tersebut adalah pakaian yang digunakan oleh kedua perwira tinggi
Angkatan Darat yang meninggal dibunuh oleh PKI dalam tragedi G 30 S PKI
tanggal 2 oktober 1965.
7. Koleksi Foto dan Lukisan
Koleksi lain dari Museum Benteng Vredeburg adalah koleksi dalam bentuk foto
maupun lukisan yang bermilai sejarah baik dalam merintis, mencapai,
mempertahankan, maupun mengisi kemerdekaan. Semua ini merupakan bukti
materiil data sejarah. lain ( wawancara Suseno, 14 Juni 2010 ).
8. Koleksi adegan peristiwa sejarah dalam bentuk minirama
Minirama merupakan sebuah penggambaran suatu peristiwa dengan sistem tiga
dimensi. Sampai saat ini Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta telah berhasil
menyajikan adegan peristiwa-peristiwa sejarah dalam bentuk minirama sebanyak 55
buah yang ditempatkan dalam empat ruang (ruang minirama I,II,III,dan IV)
Ruang minirama I secara selintas menggambarkan sebagian peristiwa sejarah yang
terjadi dalam kurun waktu sejak Perang Diponegoro sampai dengan masa
Pendudukan Jepang di Yogyakarta. Sebanyak 11 buah minirama. Ruang minirama II
secara selintas menggambarkan peristiwa-peristiwa sejarah sejak Proklamasi sampai
dengan Agresi Militer I, sebanyak 9 buah. Ruang minirama III, mengambarkan
secara selintas peristiwa sejarah sejak adanya Perjanjian Renville sampai dengan
Pengakuan Kedaulatan RIS, sebanyak 18 buah. Dan yang terakhir adalah ruang
minirama IV, menggambarkan secara selintas peristiwa sejarah sejak tahun 1951
52
sampai dengan tahun 1974, sebanyak 7 buah. lain ( wawancara Suseno, 14 Juni
2010 ).
L. Cara Perawatan Benda-Benda Koleksi Museum Benteng Vredeburg
Yogyakarta
Dalam pelestarian sejarah dan budaya, Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta
melakukan berbagai kegiatan seperti parawatan dan pemeliharaan benteng sebagai cagar
budaya, konservasi, fumigasi dan restorasi benda-benda sejarah perjuangan.
Pemeliharaan dan perawatan benteng sebagai benda cagar budaya dilakukan secara
bersama-sama dengan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala. Sedangkan kegiatan
konservasi,fumigasi, dan restorasi terhadap benda-benda koleksi sejarah dilakukan
secara intern oleh petugas pemeliharaan dan perawatan museum setiap 1 minggu secara
berkala dan bergantian. ( Wawancara : Amin Sukrilah, 14 Juni 2010 )
53
BAB IV
PENGEMBANGAN PROGRAM KERJA DAN UPAYA PENINGKATAN
WISATAWAN MUSEUM BENTENG VREDEBURG YOGYAKARTA
A. Potensi Objek dan Daya Tarik Museum Benteng Vredeburg Dilihat dari
Pendekatan 4A
Suatu objek wisata dalam pengembangan dan pengelolannya memerlukan suatu
metode atau analisis data yang lengkap untuk mempermudah pelaksanaan program yang
direncanakan dan mencapai target yang telah ditentukan. Dalam penelitian ini, penulis
menerapkan metode pengembangan objek wisata dengan analisis 4A ( Atraksi,
Aksesbilitas, Amenitas, Aktifitas ).
Analisis 4A tersebut dilakukan agar dalam merumuskan kajian permasalahan
penulis dapat mengetahui secara pasti dan lengkap menegenai atraksi wisata yang ada,
sarana prasarana yang dimiliki objek, akses yang bisa dipakai untuk menuju objek dan
aktifitas yang bisa dilakuakan oleh wisatawan maupun penduduk setempat di objek
wisata dalam hal ini di Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta.
Adapun hasil dari analisis penulis selama penelitian dan pengamatan di Museum
Benteng Vredeburg Yogyakarta berdasarkan analisis 4A adalah sebagai berikut :
1. Atraksi
Atraksi merupakan faktor pendorong utama kehadiran wisatawan ke suatu
tujuan wisata. Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta adalah salah satu objek
wisata yang memiliki daya tarik dalam bidang budaya karena museum tersebut
menyajikan banyak koleksi benda-benda bersejarah khususnya yang berhubungan
dengan sejarah perjuangan Bangsa Indonesia menuju kemerdekaan. Benda-benda 54
yang menjadi koleksi disajikan dengan rapi. Salah satu yang menjadi daya tarik
tersebut karena tidak sedikit benda-benda yang ada di museum adalah benda-benda
asli ( realia ). “ Koleksi benda-benda museum di sini sebagian asli tapi ada juga
yang merupakan replika, miniatur dan foto-foto” ( wawancara : Suseno 14 Juni
2010 ).
Kota Yogyakarta yang mempunyai iklim relaif panas tetapi di Museum
Benteng Vredeburg yang terletak tepat di 0 km Kota Yogyakarta ini memiliki
suasana yang sejuk sehingga memberikan kenyamanan tersendiri bagi wisatawan
yang berkunjung ( Observasi, 14 Juni 2010 )
2. Aksesbilitas
Aksesbilitas adalah unsur penting dalam menganalisis suatu objek wisata
agar objek tersebut dapat dijangkau dengan mudah oleh wisatawan baik dari sarana
transportasi darat ataupun udara.
Dalam hal ini penulis melakukan analisis sesuai kenyataan yang ada di
lapangan selama menuju objek Museum Benteng Vredeburg dan pada saat berada di
objek. Adapun penulis memberikan uraian-uraian mengenai segi aksesbilitas
sebagai berikut :
a) Kondisi jalan
Kondisi jalan untuk menuju ke objek wisata Museum Benteng Vredeburg
ini sudah bagus, jalan sudah beraspal tetapi karena kondisi Jalan Malioboro yang
sempit sehingga sering terjadi kemacetan. Kendaran besar seperti bus pariwisata
bisa parkir tepat di depan Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta atau bila
penuh bisa parkir di depan Bank Indonesia atau Alun-Alun Kraton. ( Observasi,
13 Juni 2010 )
b) Sarana Transportasi
Museum Benteng Vredeburg dapat ditempuh dengan mudah karena
berada di pusat kota Yogyakarta, baik dengan kendaraan pribadi maupun
transportasi umum, antara lain :
(1) Dari bandara
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta memilki bandara internasional
Adi Sucipto. Dari bandara Adi Sucipto untuk menuju objek Museum
Benteng Vredeburg diperlukan waktu sekitar 30 menit (sekitar 15 km)
dengan menggunakan taksi dengan biaya sekitar Rp. 40.000,00. Akan tetapi
lebih baik memilih taksi resmi bandara (taxi service) karena dapat
mengetahui kepastian biaya sebelum menggunakan jasa taksi tersebut.
Sedangkan untuk trasnportasi dari bandara yang menggunakan bus, dapat
memilih bus jurusan Jogja-Solo turun Janti, kemudian pilih bus jalur 10
menuju Benteng Vredeburg . Waktu tempuhnya sekitar 45 menit. (
Observasi, 13 Juni 2010 )
(2) Dari Stasiun
Ada banyak sarana transportasi yang siap mengantar wisatawan
menuju ke Museum Benteng Vredeburg. Hanya sekitar 5 menit dari stasiun
Tugu (sekitar 3 km) dengan menggunakan becak maupun andong. Selain itu
jalan kaki adalah pilihan yang tepat karena selain dekat, kita juga dapat
menikmati suasana Malioboro yang eksotis. ( Observasi, 13 Juni 2010 )
56
(3) Dari terminal bus Giwangan
Dibutuhkan waktu sekitar 20 menit (sekitar 10 km) untuk menuju
Museum Benteng Vredeburg dari Terminal Giwangan Yogyakarta. Dari
terminal kita bisa naik taksi atupun andong dan bus trans jogja trayek 3B.
Serta bus kota jalur 4. Akan tetapi perlu hati-hati dengan barang bawaan.(
Observasi, 13 Juni 2010 )
c) Papan Petunjuk
Sarana pelengkap berupa papan penunjuk menuju Museum Benteng
Vredeburg sudah ada dan terdapat di setiap titik jalan menuju ke objek. Papan
penunjuk terbuat dari pelat besi yang terpajang di pinggir jalan sehingga
memudahkan bagi para wisatawan yang belum pernah berkunjung ke
Yogyakarta ( Observasi, 13 Juni 2010 ).
3. Amenitas
Amenitas merupakan fasilitas pendukung demi kelancaran kegiatan
pariwisata dinilai mempunyai kaitan yang erat dengan fasilitas-fasilitas yang ada di
objek wisata sehingga akan mempengaruhi kenyamanan wisatawan yang
berkunjung ke suatu objek wisata.
Fasilitas-fasilitas pendukung yang ada di objek wisata Museum Benteng
Vredeburg, antara lain :
a) Akomodasi
58
Letak Museum Benteng Vredeburg sangat startegis yaitu di pusat kota
Yogyakarta sehingga banyak dijumpai hotel-hotel disekitar Museum Benteng
Vredeburg, antara lain : Hotel Ibis Malioboro (***Jl. Malioboro 52 -58 Yk),
Hotel Inna Garuda (****Jl. Malioboro no.18 Yk), Hotel Mutiara (*** Jl.
Malioboro 18 Yk), Hotel Mendut (**Jl. Pasar Kembang 49 Yk) ( Observasi, 13
Juni 2010 )
b) Rumah makan atau warung
Rumah makan atau warung yang ada di dalam Museum Benteng
Vredeburg ada dua yaitu warung minuman dan snack yang terletak disebelah
ruang informasi dan warung makan yang terletak di bagian belakang museum.
Kedua warung tersebut dikelola oleh koperasi museum. ( Observasi, 13 Juni
2010 )
c) TIC
TIC (Tourism Information Center) terdapat di bagian depan museum
sebelah kiri bergabung dengan ruang bimbingan (Observasi, 13 Juni 2010).
d) Jasa Komunikasi
Sistem komunikasi di area Museum Benteng Vredeburg sudah memadai
seperti jaringan internet ( hot spot area ), jasa telepon dan tepat diseberang jalan
terdapat kantor pos ( Observasi, 13 Juni 2010 ).
e) Penerangan
59
Fasilitas penerangan di Museum Benteng Vredeburg sudah memadai
meskipun di beberapa ruang pameran minirama memang sengaja dibuat redup. (
Observasi, 13 Juni 2010 ).
f) Air bersih
Ketersediaan air bersih di Museum Benteng Vredeburg sudah memadai,
khususnya untuk persediaan toilet dan air wudhu. ( Observasi, 13 Juni 2010 ).
g) Pos Keamanan
Di Museum Benteng Vredeburg sudah terdapat pos keamanan yang
beranggotakan 14 personil. Pos keamanan berada tepat di depan gerbang pintu
masuk utama yang berhadapan dengan loket pembelian tiket masuk. (
Observasi, 13 Juni 2010 ).
h) Jasa Pemandu
Museum Benteng Vredeburg menyediakan jasa pemandu yang siap membantu
wisatawan untuk memandu dan menerangkan semua hal yang berhubungan
dengan Museum Benteng Vredeburg. Jasa pemandu yang dimiliki museum
benteng Vredeburg sebanyak 5 orang. Dari lima orang tersebut yang mampu
berbahas Inggris dengan lancar sebanyak 3 orang. ( wawancara: Suseno 14
Juni 2010 ).
i) Mushola
Di Museum Benteng Vredeburg telah terdapat mushola yang berdekatan dengan
warung minuman. Mushola tersebut terdiri atas dua bagian, yaitu mushola untuk
putra dan mushola untuk putri. Di sebelah utara mushola terdapat tempat wudhu.
( Observasi, 13 Juni 2010 ).
j) Toilet
Di Museum Benteng Vredeburg sudah terdapat toilet yang bersih. Toilet
tersebut terdiri dari toilet putra dan toilet putri. ( Observasi, 13 Juni 2010 ).
k) Perpustakaan
Perpustakaan museum terletak di depan mushola. Koleksi perpustakaan museum
terdiri dari 70% buku-buku tentang sejarah perjuangan bangsa dan 30% buku-
buku ilmu pengetahuan umum juga disediakan sarana pembelajaran sejarah bagi
anak-anak dalam bentuk CD interaktif. ( wawancara: Suseno 14 Juni
2010 ).
l) Ruang Auditorium
Ruang seminar terdapat di lantai atas sebelah timur laut yang mampu
menampung audiens kurang lebih 100 orang. Ruangan ini dapat dimanfaatkan
sebagai ruang seminar, diskusi, sarasehan, dan lain-lain yang dapat
dimanfaatkan masyarakat umum kecuali untuk kepentingan partai. (
wawancara: Suseno 14 Juni 2010 ).
m) Ruang Audio Visual
Terletak di lantai atas gedung sebelah selatan. Gedung ini berkapasitas 100
orang. Ruang tersebut dimanfaatkan untuk pemutaran film, workshop, dan lain-
lain oleh masyarakat umum. Fasilitas yang terdapat di ruang tersebut adalah alat
audio visual, ruang ber-AC( wawancara: Suseno 14 Juni 2010).
n) Museum Shop
Di Museum Benteng Vredeburg sudah ada museum shop yang menjual
berbagai benda-benda khas Museum Benteng Vredeburg antara lain miniature
61
patung pahlawan, relief pintu gerbang museum, miniature museum, kaos, stiker,
dan sebagainya serta museum shop juga menjual benda-benda khas Yogyakarta
diantaranya baju batik, topeng batik dan kerajianan silver. ( Observasi, 14 Juni
2010 ).
o) Papan Keterangan Objek
Papan keterangan objek untuk menuju ke Museum Benteng Vredeburg sudah
ada dan dapat terbaca jelas. Lokasi Museum Benteng Vredeburg ini juga mudah
untuk dituju karena berada tepat di jantung kota Yogyakarta yang mana pintu
gerbangnya terlihat megah dari jalan A. Yani ( Observasi, 13 Juni
2010 ).
4. Aktifitas
Aktifitas merupakan segala kegiatan yang dapat dilakukan oleh wisatawan
maupun penduduk setempat di daerah tujuan wisata. Kegiatan atau aktifitas ini
mempengaruhi lama tinggal wisatawan di suatu objek wisata. Berikut aktifitas yang
terdapat di Museum Benteng Vredeburg, antara lain :
a) Wisatawan
Pengunjuang dapat melihat dan menikmati benda-benda museum yang
terbagi dalam 4 ruang diorama dan ruang pameran yang terdapat di lantai dua.
Ketika peneliti melakukan observasi lapangan, ruang pameran sedang digunakan
untuk pameran Perjuangan Yogyakarya tahun 1945-1949.
Wisatawan yang datang berkunjung ke Museum Benteng Vredeburg
sangat beragam dari kalangan pelajar mulai TK sampai dengan mahasiswa yang
kebanyakan datang rombongan dalam rangka kunjungan wisata sekolah.
62
Wisatawan mancanegara juga cukup banyak yang berkunjung di objek ini. (
Observasi, 13 Juni 2010 ).
Wisatawan yang datang di museum ini dapat belajar berbagai hal
mengenai sejarah perjuangan bangsa Indonesia dan juga dapat menumbuhkan
rasa cinta tanah air setelah banyak mengetahui bagaimana sulitnya para
pahlawan dalam mencapai kemerdekaanb Bangsa Indonesia sekarang ini.
b) Penduduk
Penduduk setempat juga merupakan faktor penting dalam industri
pariwisata karena penduduk memiliki peran utama dalam melayani dan
memperlakukan wisatawan selama berada di objek wisata. Penduduk setempat
menyambut baik atas didirikannya Museum Benteng Vredeburg, selain berguna
menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi wisatawan dan masyarakat
sendiri juga dapat meningkatkan pendapatan sebagai karyawan maupun
pengelola Museum Benteng Vredeburg, selain itu penduduk sekitar juga banyak
yang berjualan di sekitar Museum Benteng Vredeburg. ( Observasi, 13 Juni
2010 ).
Museum merupakan sarana pelestari warisan seni budaya bangsa dan jendela
budaya bangsa. Museum Benteng Vredeburg turut berperan dalam pengembangan
sejarah dan budaya melalui kegiatan penelitian dan pengkajian sejarah perjuangan,
lomba, ceramah, loka karya, workshop, pentas seni, baik diselenggarakan sendiri,
kerjasama institusi terkait, maupun memfasilitasi masyarakat melalui sarana dan
prasarana museum.
Museum merupakan tempat pelestarian seni budaya, yang dapat dilihat dari
berbagai kegiatan antara lain penyelamatan benda-benda bernilai sejarah dan budaya,
63
serta perawatan benda bernilai sejarah agar dapat dinikmati oleh masyarakat luas dan
generasi penerus bangsa. ( wawancara : M. Rosyd Ridlo, 14 Juni 2010
B. Pengelolaan Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor : KM
48/OT.001/MKP/2003 tanggal 5 Desember 2003 Museum Benteng Vredeburg
Yogyakarta mempunyai kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi yaitu sebagai museum
khusus merupakan Unit Pelaksana Teknis yang berkedudukan di lingkungan
Kementerian dan Kebudayaan Deputi Bidang Sejarah dan Purbakala. Sumber dana
untuk berbagai keperluan museum diperoleh dari pemerintah pusat dan juga diperoleh
dana tambahan dari penjualan tiket masuk museum untuk wisatawan domestik Rp
2.500,- dan wisatawan mancanegara Rp. 10.000,- dan juga dari biaya penyewaan
gedung.
Struktur Museum Benteng Vredeburg terdiri dari :
1. Kepala Museum
2. Kepala Sub Bagian Tata Usaha
Di bawah Kepala Sub Bagian Tata Usaha, terdapat koordinator urusan antara lain :
a. Koordinator Urusan Keuangan, yang membawahi lima orang prsonil.
b. Koordinator Urusan Kepegawaian, yang membawahi dua orang personil.
c. Koordinator Urusan Perlengkapan dan Rumah Tangga, yang membawahi tujuh
orang personil.
d. Koordinator Urusan Keamanan, yang membawahi empat belas orang personil.
3. Kelompok Kerja yang diketuai seorang ketua Kelompok Kerja. Dalam hal ini dapat
dijabarkan meliputi :
a. Ketua Kelompok Kerja Pengkajian dan Pemeliharaan.
64
Di bawah Ketua Kelompok Kerja Pengkajian dan Pemeliharaan terdapat tiga
orang koordinator, yaitu :
1) Koordinator Pengkajian, membawahi lima orang personil
2) Koodianator Pemeliharaan, membawahi lima orang personil
3) Koodianator Dokumentasi dan Perpustakaan, membawahi empat orang
personil
b. Ketua Kelompok Kerja Penyajian dan Publikasi
Di bawah Ketua Kelompok Kerja Penyajian dan Publikasi terdapat tiga orang
koordinator, yaitu
1) Koodinator Bimbingan Edukasi, membawahi lima orang personil
2) Koodinator Penyajian, membawahi lima orang personil
3) Koodinator Humas, membawahi dua orang personil
C. Program-Program Kerja di Museum Benteng Vredeburg dalam Meningkatkan
Wisatawan
Pada saat ini secara perlahan namun pasti keberadaan museum sudah
mendapatkan perhatian di kalangan masyarakat luas. Hal ini merupakan titik terang bagi
pengelola museum untuk senantiasa menyajikan, memamerkan, mengkomunikasikan,
mempublikasikan mengenai eksistensi museum kepada masyarakat.
Ada banyak hal yang dapat dilakukan oleh kalangan pengelola/petugas Museum
Benteng Vredeburg agar museum dapat dikenal dan diketahui oleh masyarakat,
misalnya melalui publikasi. Cara publikasi di Museum Benteng Vredeburg dapat
dilakukan dengan cara menyebarkan liflet, buku panduan-panduan ke sekolah-sekolah,
65
promosi melalui internet, media cetak ( Harian Bernas, Kedaulatan Rakyat, Merapi,
Harian Jogja ), promosi melalui media elektonik ( TVRI Yogyakarta, Jogja TV ), selain
itu Museum Benteng Vredeburg juga mengadakan berbagai program-program yang
bertujuan untuk mengenalkan museum kepada masyarakat luas agar tertarik
mengunjungi museum, antara lain :
1. Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta Masuk Sekolah
Selama ini perhatian museum kepada pelajar di Daerah Istimewa Yogyakarta
masih belum optimal dan perlu ditingkatkan lagi, terutama bagi pelajar yang berada di
daerah yang jauh dari kota ataupun museum. Mereka belum atau sedikit mengenal
museum karena kendala geografis, juga disebabkan karena museum bukan tujuan wisata
favorit. Kondisi pelajar yang demikian maka perlu pihak museum yang aktif
mengunjungi sekolah-sekolah yang ada di daerah yang jauh dari perkotaan dan
memperkenalkan mereka tentang arti penting museum. Kegiatan yang diawali tahun
2006 ini bekerjasama dengan Dinas Pendidikan. Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Tahun 2006 kegiatan museum masuk sekolah diselenggarakan di aula Dinas Pendidikan
dan Olah Raga Kabupaten Kunung Kidul tahun 2007 bertempat di Monumen Radio PC
2 Playen Gunung Kidul, tahun 2008 diselenggarakan di Aula Dinas Pendidikan dan
Olah raga Gunung Kidul, tahun 2009 di Kantor Cabang Pendidikan Karang Mojo
Gunung Kidul. Tahun 2010 kegiatan museum masuk sekolah baru akan dilaksanakan
pada bulan Oktober yang akan datang. Kegiatan museum masuk sekolah untuk tahun
anggaran 2006-2010 difokuskan di daerah Gunung Kidul karena daerah ini secara
geografis dianggap jauh dari pusat kota.
Materi yang disajikan antara lain seminar yang menghadirkan pembicara-
pembicara yang mengangkat tema seputar sejarah dan budaya, dalam kegiatan ini
merupakan materi pancingan agar anak-anak menjadi tertarik dan pada akhirnya datang
mengunjungi museum. Kegiatan museum masuk sekolah ini berlangsung selama tiga
hari di masing-masing Kabupaten (wawancara: Suseno, 03 Juli 2010)
2. Travel Dialog
Program kegiatan travel dialog adalah kegiatan promosi yang dilakukan di luar
wilayah. Kegiatan yang dimulai pada tahun 2008 yang biasanya pada bulan Juni ini
merupakan kerjasama antara pemerintah dalam hal ini melalui Dinas Pariwisata di
seluruh Kota dan Kabupaten di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta UPT Departemen
Kebudayaan dan Pariwisata serta pelaku bisnis pariwisata yang ditujukan untuk
meningkatkan jumlah kunjungan dan memperlama kunjungan dengan pilihan destinasi
wisata yang menarik dan unik.
Maksud dari kegiatan ini adalah sebagai salah satu sarana mempromosikan
Museum Benteng Vredeburg sebagai salah satu Objek Tujuan Wisata (OTW) kepada
pelaku bisnis wisata, calon mahasiswa, sekolah-sekolah agar Biro Perjalanan Wisata
dan wisatawan mengenal dan menjadikannya museum sebagai sebagai salah satu paket
tujuan wisatanya. Tujuan yang ingin dicapai adalah agar Biro Perjalanan Wisata
mengenal lebih baik tentang koleksi, fasilitas-fasilitas yang ada di Museum Benteng
Vredeburg termasuk keletakannya diantara objek-objek wisata lain di pusat kota
Yogyakarta. Kegiatan ini telah diselenggarakan di Propinsi Jawa Timur pada tahun
2008 yaitu Kabupaten Situbondo dan Kabupaten lumajang serta tahun 2009 di
Kabupaten Sumedang Jawa Barat. (wawancara: Suseno, 03 Juli 2010)
67
3. Pameran Keliling
Salah satu peran museum di dalam masyarakat adalah sebagai media yang multi
fungsional bagi pelestarian, penyajian, pemanfaatan dan pengembangan budaya. Peran
penyajian merupakan peran aktif dari kehidupan budaya di masyarakat. Untuk itulah
maka Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta pada tahun anggaran 2009 tepatnya
bulan Agustus bekerja sama dengan Museum Ronggowarsito Jawa Tengah mengadakan
pameran keliling/temporer di wilayah Kecamatan Bumiayu, Kabupaten Brebes, Jawa
Tengah sebagai upaya untuk mengoptimalkan kegiatan museum sekaligus sebagai
sarana untuk penyebarluasan informasi dan promosi museum. (wawancara: Suseno, 03
Juli 2010)
4. Kegiatan Kemah Budaya
Mulai tahun anggaran 2009 setiap bulan Agustus, Museum Benteng Vredeburg
menyelenggrakan Kemah Budaya tingkat Penggalang dan Penegak yang dilaksanakan
di tengah persiapan memperingati HUT RI. Kemah budaya yang dilaksanakan pada
tanggal 10 - 12 Agustus di Museum Benteng Vredeburg diisi dengan berbagai kegiatan
seperti kegiatan pramuka, lomba cerita sejarah, pentas seni serta kegiatan-kegiatan yang
bertema budaya. Kemah Budaya ini diharapkan dapat mendukung terwujudnya generasi
penerus bangsa yang potensial, berkepribadian, kuat, handal, berpegang pada identitas
dan jatidirinya. (wawancara: Suseno, 03 Juli 2010)
5. Wisata Sepeda Onthel
68
Mulai tahun 2008 Museum Benteng Vredeburg menyelenggarakan Wisata
Sepeda Onthel. Kegiatan ini diselenggarakan secara rutin setiap seminggu sekali pada
hari sabtu dan atau minggu dengan peserta dari kalangan umum.
Wisata sepeda onthel bertujuan untuk menumbuhkan rasa cinta terhadap benda
sejarah serta mampu menumbuhkan rasa persaudaraan dan kekeluargaan. (wawancara:
Suseno, 03 Juli 2010)
6. Seminar / Ceramah
Kegiatan tersebut merupakan kegiatan untuk mewujudkan suatu media apresiasi
bagi masyarakat tentang aspek sejarah dan budaya bangsa. Sedangkan tujuan dari
kegiatan tersebut adalah meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap aspek sejarah dan
budaya bangsa melalui kegiatan di museum. Adapun seminar yang telah dilaksanakan
bertemakan Historigrafi Pendidikan di Indonesia, Tinjauan Hastoris Sosial Kultural
Yogyakarta pada masa pendudukan Jepang, Peranan Pers Pada Masa Revolusi Fisik
serta Benteng Vredeburg sebagai Ruang Pubilk yang Harus Dilestarikan. Untuk tahun
2010 diselenggarakan pada bulan Mei seminar atau ceramah mengambil tema
Pendidikan Sejarah dan Masa Depan Bangsa. ( wawancara : Suseno 03 Juni 2010 )
7. Festival Kesenian Yogyakarta
Festival Kesenian Yogyakarta adalah kegiatan yang diselenggarakan oleh
Departemen Pariwisata bekerja sama dengan Museum Benteng Vredeburg.
Diselenggarakan setiap setahun sekali mulai tahun 2010 diselenggarakan di Museum
Benteng Vredeburg Yogyakarta. Festival Kesenian Yogyakarta ini berlangsung selam
sebulan penuh dari tanggal 14 Juni – 14 Juli 2010. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk
memasyarakatkan dan mendekatkan nilai-nilai kesenian kepada masyarakat luas.
69
Kegiatan ini antara lain diisi dengan berbagai seminar kesenian, workshop,
pameran benda-benda khas Yogyakarta, pentas seni, serta berbagai stand yang ikut
menambah semaraknya kegiatan tersebut (wawancara : Suseno, 03 Juli 2010 )
Data Pengunjung Museum Benteng Vredeburg dari Tahun 2006-2009
Dari tabel di atas dapat disimak bahwa secara garis besar terjadi peningkatan
arus wisatawan sejak tahun 2006-2009, hal ini dikarenakan program sosialisasi museum
yang dikembangkan oleh pihak Museum Benteng Vredeburg berhasil mencapai
tujuannya dalam meningkatkan kunjungan wisatawan ke museum juga karena rasa
Jenis Pengunjung Pelajar N
o Tahun
TK SD SMP SMA Mhs
Wis Nus Wis Man Perpus Tamu Dinas
Lain-lain
Jumlah
1 2006 468 3515 6103 3313 1150 4134 571 33 206 32855 52571 2 2007 1457 4657 5719 1955 1325 7652 833 30 318 32214 56461 3 2008 924 4673 6008 2947 864 19215 1597 66 320 32519 68972 4 2009 1764 6497 6614 6120 1498 45124 2762 74 5124 32563 103662
Sumber : Arsip Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta
70
kesadaran akan pentingnya peran museum bagi masyarakat luas dalam pelestarian seni
dan budaya bangsa.
Akan tetapi untuk data pengunjung tahun 2006 dan 2008 khususnya pelajar
tingkat TK mengalami penurunan karena menurut pihak Museum hal ini bukan
termasuk program sasaran dari Museum Benteng Vredeburg. ( wawancara : Suseno, 14
Juni 2010
Data Pengunjung Museum Benteng Vredeburg dari Januari-Mei 2010
Dari tabel pengunjung Museum Benteng Vredeburg tahun 2010 di atas, dapat
dilihat jumlah wisatawan sedikit banyak dipengaruhi oleh kalender pendidikan. Pada
bulan Januari lebih banyak daripada bulan Februari dan Maret dikarenakan pada bulan
Januari berlangsung liburan Natal dan Tahun Baru. Sedangkan pada bulan April dan
Mei jumlah wisatawan yang berkunjung juga cukup banyak dikarenakan pada bulan-
bulan tersebut berlangsung liburan sekolah.
Jenis Pengunjung Pelajar N
o Bulan
TK SD SMP SMA Mhs
Wis Nus Wis Man Perpus PKL Tamu Dinas
Lain-lain
Jumlah
1 Januari 20 456 848 386 692 9124 156 33 11 13 600 12339 2 Februari 817 1227 278 200 64 6011 193 30 5 30 675 9530 3 Maret 70 20 834 1389 212 6082 218 66 7 164 413 9475 4 April 505 508 1634 1295 280 7535 293 74 7 5 548 12682 5 Mei 174 795 550 81 241 10113 265 52 - 182 225 12678
Sumber : Arsip Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta
71
Namun untuk bulan Februari dan Maret, wisatawan yang berkunjung di Museum
Benteng Vredeburg mengalami penurunan dikarenakan bertepatan dengan hari masuk
sekolah ( wawancara : Suseno, 14 Juni 2010 )
DAFTAR PUSTAKA
Afifuddin MM. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : CV Pustaka Setia
Baparda DIY. 2007. Petunjuk Wisata Jogja.
Barahmus DIY. 2001.Peran Museum bagi Kesinambungan Budaya.
Depdikbud. 1994. Dampak Pengembangan Pariwisata terhadap Kehidupan Sosial
Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta.
James Spillane. 1994. Pariwisata Indonesia, Siasat Ekonomi dan Rekayasa
Kebudayaan. Yogyakarta : Kanisius
Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : PT Rineka Cipta
M.A. Desky. 1999. Manajemen Perjalanan Wisata. Yogyakarta : Adicita Karya Nusa
Nyoman S. Pendit. 2002. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta : PT.
Pradnya Paramitha.
Oka A. Yoeti. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung : Angkasa R.S. Damardjati. 2001. Istilah – Istilah Dunia Pariwisata. Jakarta : PT. Pradnya
Paramitha. Saifuddin Azwar, MA. 2010. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Tontje Tnunay. 1991. Yogyakarta Potensi Wisata. Klaten : CV Sahabat http://www.Tugu Jogja, Landmark Kota Jogja yang Paling Terkenal.htm ( diakses
tanggal 11 Mei 2010 pukul 13.18 WIB )
75